Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENERAPAN TEKNIK KOMPOSISI RITIMKAL ENSEMBEL
GANDRANG MAKASSAR DAN BALE GANJUR BALI KE
DALAM KARYA MUSIK METAL SEBAGAI INOVASI
MODEL MUSIK FOLK METAL INDONESIA
PENELITIAN TERAPAN
Pengusul:
Ketua
Dr. Zulkarnain Mistortoify, M.Hum.
NIP/NIDN. 1966110111999031001/0011106604
Anggota
Bondan Aji Manggala, S.Sn., M.Sn.
NIP/NIDN. 1981015272008121001/0027058102
Dibiayai DIPA ISI Surakarta Nomor: SP DIPA-042.01.2.400903/2019
Tanggal 23 Juli 2019
Direktoral Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi
sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan Penelitian Artistik
(Penciptaan Seni)
Nomor: 12234/IT6.1/LT/2019
JURUSAN ETNOMUSIKOLOGI
FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN
INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA
OKTOBER 2019
2
3
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ...…………………………………........ 2
DAFTAR ISI ........................................................... 3
ABSTRAK ............................................................... 4
INTISARI ............................................................... 5
BAB I PENDAHULUAN ............................................................... 6
BAB II TINJUAN PUSTAKA ............................................................... 11
BAB III METODE
PENELITIAN TERAPAN ............................................................... 14
BAB IV JADWAL
PENELITIAN ............................................................... 18
BAB V HASIL PENELITIAN ............................................................... 19
DAFTAR ACUAN ............................................................... 32
REKAPITULASI ANGGARAN ............................................................... 33
LAMPIRAN ............................................................... 34
4
ABSTRACT
This applied research is inspired by the anxiety of observing the
weakness of musical creativity and the public turmoil of Indonesian metal music
which tends to leave Indonesia. Indonesian metal music products are not unique
to be used as fangs to compete with world metal music products. What is mostly
done is imitation that follows European and American metal music trends. This
tradition of imitation of metal music is one of the causes of public metal
orientation which tends to glorify Western culture. Metal music models with
rhythmic compositions involving music from Gandrang Makassar and Bale
Ganjur Bali, plus local wisdom narratives of the archipelago are important to do.
The musical musical model is made seriously to rival Western metal products. The
presence of this research product is able to seize the attention of the Indonesian
metal public and become a reference in music. The inclusion of elements of
traditional music is the key to the growth of folk metal (metal with local
specialties) which is the hallmark of Indonesian metal music.
The results of the study found that the applied rhythmic applied model of
Balinese gandarang and bale ganjur music performed at least a number of stages,
specifying musicians, determining aesthetic similarities, making compositional
sketches, and musical exploration. The outputs of this applied research are 1) two
musical works of Khutulistiwa Kroda and Yadapati Tiwikrama, both of which
combine the traditional music of Gandrang Makassar and Bale Ganjur Bali as
well as containing cultural narratives of the archipelago. 2) audio recordings to
be distributed to the public. 3) offers a rhythmic metal-based metal music creation
model. And the last is twice the stewing.
Keywords: Metal music, Indonesian folk metal, rhythmic composition
5
INTISARI
Penelitian terapan ini terinspirasi dari kegelisahaan mengamati lemahnya
kreativitas musikal dan gejolak publik musik metal Indonesia yang cenderung
meninggalkan ke-Indonesia-annya. Produk musik metal Indonesia seperti tidak
ke-khas-an untuk dijadikan taring bersaing dengan produk musik metal dunia.
Yang banyak dilakukan hanyalah imitasi yang mengekor trend musik metal Eropa
dan Amerika. Tradisi imitasi kekaryaan musik metal inilah yang menjadi salah
satu penyebab orientasi publik metal cenderung mengagungkan budaya Barat.
Model musik metal dengan komposisi ritmikal dengan melibatkan musik
Gandrang Makassar dan Bale Ganjur Bali, ditambah dengan narasi-narasi lokal
wisdom Nusantara menjadi penting untuk dilakukan. Model kekaryaan musik
dibuat secara serius untuk menandingi produk metal Barat. Hadirnya produk riset
ini, mampu menyita perhatian publik metal Indonesia dan menjadi referensi dalam
bermusik. Masuknya elemen musik tradisi menjadi kunci tumbuh kembangnya
folk metal (metal dengan ke-khas-an lokal) yang menjadi cirri musik metal
Indonesia.
Hasil penelitian ditemukan bahwa model terapan terapan ritmikal musik
gandarang dan bale ganjur Bali setidaknya dilakukan beberapa tahap, spesifikasi
musisi, menentukan kesamaan estetika, membuat sketsa kompositoris, serta
eksplorasi musikal. Luaran dari penelitian terapan ini adalah 1) dua karya musik
Khutulistiwa Kroda dan Yadapati Tiwikrama, yang keduanya menggabungkan
musik tradisi Gandrang Makassar dan Bale Ganjur Bali sekaligus berisi narasi
budaya Nusantara. 2) rekaman audio untuk disebar luaskan kepada masyarakat. 3)
menawarkan model penciptaan musik metal berbasis ritmikal nusantarais. Dan
yang terakhir adalah dua kali pemantasan.
Kata Kunci: Musik metal, folk metal Indonesia, komposisi ritmikal.
6
BAB I
PENDAHULUAN
Musik metal adalah aliran musik yang bersumber dari perkembangan
musik blues rock. Pada tahun 1970-1980 ada gerakan dari musisi dataran
Newcastle Inggris untuk membuat lebih ektrem musik rock, dengan
memeprecepat tempo, suara distorsi gitar yang lebih kasar dan tebal,
memmpersempit laju ritimkal musik, dan mengesplorasi suara vokal yang
cenderung kasar seperti orang berteriak (screaming). Dari situ terciptalah musik
Heavy Metal yang dianggap lebih gagah dan maskulin. Fenomena itulah yang
lantas membuat anak-anak muda pada masa itu di dataran Inggris terprovokasi
dan memuat musik serupa dengan konten kritik sosial. Selain kritik sosial, musik
metal juga digunakan sebagai “kendaraan” perjuangan kaum muda untuk
melawan kapitalisme dan penindasan.
Cara hidup musik metal, tidak seperti musik populer pada industri musik
pada umumnya. Musik metal memiliki pasar sendiri, artinya memiliki pengemar
sendiri dan tidak semua orang dapat menikmati musiknya, layaknya musik
populer yang enak didengar, mendayu-dayu, liriknya menyayat hati dan lain
sebagainya. Musik metal lebih digunakan sebagau ruang kemerdekaan dalam
menyuarakan apapun, termasuk didalamnya propaganda-proaganda perlawanan
yang masih terhadap ketidakadilan. Hal itulah yang kemudian menempatkan
posisi musik metal tidak masuk dalam dunia musik industri populer, karena
memang musiknya yang keras dan penuh dengan tendnsius. Diawal
7
kemunculannya, mungkin musik aliran ini dianggap sebagai musik yang melawan
arus, oleh sebab itu pergelaranya tidak banyak diliput oleh media-media, karena
memang tidak menarik bagi publik normatif. Namun kini musik metal sudah
memasuki fase yang berbeda, dan menyentuh seluruh penjuru dunia, termasuk
Indonesia.
Konser musik metal seperti Mahyem, Lampb of God, Sepultura, dream
Theater, Megadeath, Metalica, Simpony X, Slipknot, dibanjiri ratusan ribu
manusia hanya untuk mendengarkan musik metal. Tidak hanya itu harag tiket
yang mahal juga menjadi keberpihakan publik hari ini terhadap apresiasi yang
signifikan terhadap musik metal. Fakta itu yang lantas memunculkan kepercayaan
diri musisi-musisi metal untuk kembali muncul dengan berbagai trobosanhya
yang menarik. Termasuk musisi Indoneisa yang kini sedang produktif-
produktifnya seperti Burgerkil (Bandung), Seringai (Jakarta), Jasad (Bandung),
Down for life (Solo), dan yang paling baru dan segar adalah ILP besutan Indra
Lesmana menandai keberpihakan musisi Indonesia pada musik metal mengalami
geliat yang menjanjikan.
Termasuk juga riset terapan ini, dilatarbelakangi oleh fakta-fakta di atas,
yang kiranya penting untuk membuat trobosan baru di dunia permetalan Indonesia
yang memiliki karakter kuat yang mencitrakan ke-Indonesia-annya. Meski
perkembangan musik Indonesia terus meningkat secara siginifikan, namun di
dalam proses kreatifnya belum terdapat trobosan baru yang memiliki pesan
penting terhadap kekuatan lokal wisdom bangsa ini. laju perkembangan musik
metal masih terkungkung pada romantisme dan dogmatis narasi Eropa dan
8
Amerika, yang justru semakin kabur dan menjauhkan dari kebiasaan bangsa ini.
Ironi itu yang hari-hari ini dilihat oleh publik.
Tidak hanya itu, fanaistem terhadap metal Eropa dan Amerika menjadikan
posisi dunia musik metal Indonesia tidak memiliki standing posisi yang kuat di
mata dunia, karena hanya akan dicap sebagai mengekor. Faktanya memang kita
tidak memiliki budaya yang dinarasikan oleh musik-musik metal Barat. Oleh
sebab itu drajat musik metal Indonesia tidak menempati posisi yang “ningkrat”
karena hanya sebagai copy paste. Oleh sebab itu, harus mulai memposisikan diri
bahwa musik metal Indoesia memiliki corak dan warnanya sendiri baik dari sisi
narasi, musikalitas, hingga pesan yang dibawa.
Kegelisahan itulah yang lantas melatari riset terapan ini dilakukan.
Sebagai bangsa yang penuh dengan nilai budaya. Metal Indonesia harus lahir dan
memampu beridiri dengan atribut dan nilai musikal yang khas Indonesia. Dengan
cara inilah gagasan itu dapat mewujud dan diharapkan mampu menjadi indikator
musik metal lainnya, untuk terus mengekplorasi narasi Nusantarais sebagai ujung
tombak kekaryaan khusunya di dalam budaya musik metal.
Riset ini hadir dalam bentuk penciptaan musik metal yang memasukan
unsur ritikal dalam musik tradisi Gandrang Makassar dan Bale Ganjur Bali.
Secara estetika, musik metal kental dengan nuansa ritikal yang cepat, kendati juga
terdapat aspek tonal, tetapi yang paling mencolok dan membawa musiknya adalah
aspek ritme. Oleh karena itu, memadukan ritme metal dengan ritikal pola musik
tradisi Nusantara layak diuji sebagai langkah mencapai estetika gabungan antara
metal dan nusantarais.
9
Ritme gandrang yang cepat dan atraktif memiliki kemapanan estetika
dengan ritme metal, sehingga sangat memungkinkan untuk dileburkan dan
menjadi corak ritmikal baru dalam musik metal. Selain itu, derap pola bale ganjur
Bali yang cepat dan berisik, menandai kecocokan dengan musik metal yang cepat
keras dan berisik. Karakter kedua alat musik tradisional tersebut memiliki
kecenderungan yang sama dengan musik metal. Oleh sebab itu, peniliti melihat
celah itu sebagai peluang kreatif untuk menciptakan kesan estetika yang lain di
dunia permetalan Indoensia. Karena celah ini selama ini belum ada yang mengisi
dari musisi metal Indonesia.
Penelitian terapan ini adalah untuk menguji metode, poroses, kemasan,
hingga impikasi yang ditimbulkan dari produk penelitian ini. Uji metodenya
berdasarkan pengalaman berkesenian yang selama ini penulis lakukan. Kemudian
jika langkah ini berhasil dengan sangat baik, dapat dikembangkan menjadi model
terapan penciptan musik di wilayah non metal. Rangakain metode itulah yang
nanti menjadi formulasi salah satu lorong kecil penyususnan musik di dunia
permetalan. Luarannya bukan sebagai konsep atau teori, namun hanya celah kecil
yang dapat digunakan musisi untuk membuat karya musik khususnya di wilayah
metal. Agar dunia penciptaan musik metal memiliki warna baru dan kebaruan
dalam berbudaya.
Penelitian terapan ini dilakukan pada dua karya musik yang berjudul
Khutulistiwa Kroda dan Yadapati Tiwikrama. Khutulistiwa Kroda adalah
bangunan musik metal yang memasukan unsur ritmikal pola gandrang Makassar,
sementara Yadapati Tiwikrawa merupakan kontruksi musik yang melibatkan
10
derap ritmikal pola Bale Ganjur Bali. Keduanya adalah model dari metode dan
proses serta riset terapan dalam wilayah penciptaan musik metal.
11
BAB II
TINJAUAN PENELITIAN TERAPAN
Penelitian ini memerlukan tinjuan pustaka, untuk menentukan standing
posisi penelitian ini dengan penelitian yang telah dilakukan. Selain itu, langkah ini
juga berfungsi sebagai studi literature, untuk memperkuat paradigma dan logika
pikir penelitian terapan ini. Tinjuan pustaka adalah aktivitas mereview tulisan baik
itu, jurnal, buku, tesis, disertasi, skripsi dan sejenisnya.
Persoalan yang diangkat penelitian ini adalah penerapan model penciptaan
musik metal dalam membangun struktur musik dengan menggabungkan ritikal
tradisi dari pola gandrang Makassar dab Bale Ganjur Bali ke dalam musik metal.
Melihat muara penelitian ini bermuara pada konsep riset terapan penciptaan musik
metal, oleh sebab itu literature yang diditinjau berkaitan langsung dengan
persoalan yang menjadi objek risetnya.
Pertama adalah laporan penelitian Aji Agustian yang berjudul “Manas:
Studi tentang Langkah Kompositoris dalam Perbenturan Tonalitas” tahun 2018.
Tulisan tersebut menjelaskan siasat kompositoris dalam membenturkan dua
budaya tonal yang berbeda yaitu Barat (diatonis) dan Timur (pentatonis). Secara
aduitif dua budaya tersebut secara tonal memiliki ukuran dan rasa yang berbeda,
namun dalam karya Manas, keduanya dapat disandingkan tanpa harus melepaskan
atrubut budayanya masing-masing. Langkah-langkah pengkarya dalam mensiasati
perbenturan tersebut taampaknya menggunakan penedekatan musikologis. Dalam
tulisaj tersebut dijelaskan, Yeni Araman sebagai pengkarya melakukan pengcohan
12
dis-harmoni yang diformulasikan ke dalam bentuk kalimat lagu yang indah.
Selain itu siasat yang lain adalah dengan cara membuat interval baru yang
mengintimidari nada-nda slendro dengan menggunakan nada-nada pelog.
Langkah ini memunculkan tonal yang aneh, namun masih dalam kapasitas
toleransi estetika yang enak dan nyaman secara harmoni, karena jarak intervanya
yang tidak terlalu jauh.
Temuan penelitian di atas, secara garis besar, perbedaan budaya yang jauh
itu dapat leburkan menjadi satu dalam sebuah karya, Hal yang terpenting adalah
menemukan cara atau menemukan metode yang tepat untuk menggabungkan dua
budaya tersebut. Dalam konteks penelitian terapan ini penelitian di atas ditinjau
untuk membedakan langkah penlitian ini dengan yang dilakukan oleh Yeni. Jika
karya manas menggbungkan dua tonal diwilayah karawitan kontemporer,
penelitian ini berusaha menemukan metode penggabungan dua ritmikal di dunia
penciptaan musik metal. Secara konsepsi memiliki perbedaan wilayah
eksperimental , jadi dipastikan tidak akan mengulang apa yang telah dilakukan
oleh Yeni.
Tulisan kedua adalah hasil penelitian Yuka Dian Narendra yang berjudul
“Glokal Metal: dari Black Metal menuju Jawa yang Baru” yang dilansir oleh
Jurnal Ruang tahun 2017. Tulisan Yuka mencoba mendiskusikan tentang band
metal di spanjang Jawa Tengah dan Jawa Timur, yang berusha meleburkan diri
dengan Javanisme sebagai konsep berkaryanya. Salah satu band yang disebut
adalah band legendaries black metal asal Surakarta yaitu Makam. Karya musik
band Makam, secara konsepsi menyarakan konsep ke-jawa-an, mulai dari teks
13
vokal hingga ritual yang dilakukan saat pentas, bahkan sampai paham yang dianut
oleh para personilnya adalah paganism yaitu aliran kepercyaan pada Jawa. Sampai
pada titik itu, band Makam menjadi satu-satunya band yang memiliki corak khas
Jawa. Namun konsepsi itu tidak diimbangi dengan sistem kerja musikal yang juga
searus dengan konsep yang dibawakan. Oleh sebab itu, ada ketimpangan yang
sangat jauh antara musik dan ideologi yang dibawa, Keduanya tidak memiliki
relevansi secara konten.
Oleh sebab itu, risett terapan ini hadir, sebagai proses kreatif yang secara
konsep dan musikal memiliki relevansi yang koheren. Artinnya tidak berdiri
sendiri sebagai konsep dan sebagai musik. Riset ini menciptaka sistem kerja
musikal yang secara narasi sesuai dengan estetika yang dibangun. Melalui
penggabungan ritmikal yang ada pada pola Gandrang Makassar dan Bale Ganjur
Bali. Penggabungan keduanya diikuti oleh narasi yang melingkupinya yaitu
tentang kejayaan bangsa ini di masa lampau melalui beberapa episode peperangan
yang dimenangi oleh bangsa ini di abad pertengahan.
14
BAB III
METODE PENELITIAN TERAPAN
Metode adalah persoalan prosedur kerja dalam penelitian atau dalam
penciptaan karya seni, yang isinya mencakup rangkaian cara atau langkah dalam
menyusun sebuah karya seni. Penilitian terapan penciptaan karya musik metal ini
disusun dengan beberapa tahapan penting di antaranya adalah 1) menetukan tema,
2) mengumpulkan bahan, 3) mengolah bahan, 4) mengemas bahan, serta
menyajikan bahan.
A. Menentukan Tema
Menentukan tema adalah tahap yang palin dini sebelum memsauki tahap
yang lainnya. Tema yang dipilih menentukan sistem kerja artistik dan estetika
yang dibangun. Sekaligus menentukan pesan apa yang disampaikan oleh musik
yang disusun. Karya musik hasil riset terapan ini mengambil konsep kisah masa
lalu bangsa ini di abad VIIX bertajuh Jawa Bala Shangirnawagatih yang artinya
pasukan perang atau prajurit Jawa yang kuat, gagah berani dan tidak terkalahkan.
Tidak hanya itu, dikisahkan pasukan Jawa yang bengis, brutal, dan keji. Tema
inilah yang diekspresikan melalui bangunan musik yang gegap gempita dan
memiliki aspek sinematik. Tema ini sekaligus memperkuat jatidiri bangsa bahwa
Indonesia hari ini adalah generasi digdaya dimasa lalu dan terus akan berjaya kini,
esok, dan masa mendatang.
15
B. Mengumpulkan Bahan
Bagian ini merupakan proses mengumpulkan bahan baik material fisik
maupun non fisik. Non fisik berarti membuka kembali ingatan-ingatan musikal
yang selama ini pernah dialami. Selain itu membuka kembali catatan penting,
untuk dibaca kembali yang kemudian digunakan dalam menyusun karya musik.
Secara fisik mengumpulkan media bunyi yang dibutuhkan. Selain mencari
medium, pencarian musisi adalah bagian yang tidak kalah penting. Pertimbangan
musisi adalah hal menentukan wujud karya yang disusun, oleh karena itu dicari
musisi yang memiliki pengetahuan dan keterampilan bermain musik yang
mumpuni serta disesuaikan dengan keahliannya.
Bahan medium bunyi yang digunakan adalah Gandrang Makassar, Bale
Ganjur Bali, drumset, bass elektrik, guitar elektrik, dog-dog, serta puik-puik.
Dapaun musisi yang terpilih adalah Dewa Dji Ratriarka (Djiwo), Aji Agustian
(Coky), Oky Prasetyo, Irfan Ariessa, Apri Mardian (Dion), Muhammad Reza
Iriansyah, Muhammad Idil, serta Eko Aprianto. Mereka adalah orang dan alat
yang dipilih untuk mengekspresikan musik metal yang disusun. Vokabuler garap
yang digunakan diskografi musik metal Dream Theater, Simpony X, Megadeath,
karya musik yang melibatikan Gandrang Makassar dan Bale Ganjur Bali.
C. Mengolah Bahan
Mengolah bahan adalah tahap laboratorium. Isi kegiatannya adalah
eksplorasi bunyi, mencipta bunyi, dan latihan bersama menyusun bunyi menjadi
struktur musik yang diinginkan. Mengolah bahan kegiatannya yaitu musisi
16
menafsir apa yang dipikirkan oleh pengkarya atau dalam kalimat lain musisi
pendukung mengejawantahkan konsep terhadap bunyi yang diinginkan oleh
pengkarya. Oleh karena itu, tidak jarang dalam tahap mengolah bahan memakan
waktu yang cukup lama karena banyak terjadi diskusi, percobaan, berdebatan,
demi mencapai bentuk bunyi yang diinginkan.
Proses mengolah bahan di studio band seputar Surakarta, di antaranya
studio musik UKM Band ISI Surakarta, studio band RDT Manahan, studio musik
Patra Mojosongo, dan Omah Karya Kompleks TBJT Surakarta. Selama
pengolahan bahan, terjadi bebrapa diskusi yang menarik lantaran semua
dibebaskan untuk menyuarakan apa yang dirasaka selama menafsir sang
komposer. Tawar menawar tentang struktur musik juga terjadi, agar karya
semakin memiliki sistem kerja bunyi yang baik.
D. Mengemas Bahan
Mengemas bahan adalah proses konfirmasi dan verifikasi sekaligus
melihat kesesuaikan antara konsep dengan bunyi musik yang disusun. Tahapan ini
adalah tahapan mereview musik yang sudah disusun pengkarya mendatangkan
praktisi dan kritikus musik yakni Dwi Suryanto untuk memberikan catatan tentang
produk seninya yang telah disusun. Catatan itu yang kemudian menjadikan
pertimbangan kembali atas musik yang sudah disusun.
17
E. Luaran Penelitian
Luaran penelitian ini diwujudkan dengan hasil rekaman berbentuk fisik
dalam keping CD disertai dengan deskripsi atau laporan dalam bentuk tulisan
ilmiah yang isinya menjelaskan metode, proses, hingga analisis hasil penelitian
terapan. Selain itu juga dipentaskan di dua event musik, Bukan Musik Biasa ke
70 dan All Etno 2019.
18
BAB IV
JADWAL PROSES PENELITIAN TERAPAN
Proses penelitian ini dilaksanakan dalam kurun waktu 6 bulan yaitu mulai
dari bulan Juni hingga Oktober. Adapaun rincian kegiatan penelitian terapan
dijelaskan melalui tabel kerja dibawah ini.
Nama Kegiatan Juni Juli Agst Sep Okt
1. Tahap memasukan tema
2. Tahap mengumpulkan
bahan
3. Tahap Mengolah Bahan
4. Tahap Pengemasan
5. Tahap Memproduksi
Luaran
19
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Penelitian
Riset terapan ini dilakukan di lingkungan Jurusan etnomuskologi ISI
Surakarta. Dengan membat dua produk penelitian terapan, berbentuk karya musik
metal bernuansa nusantarais. Dua karya tersebut berjudul Khutulistiwa Kroda
berdurasi 8 menit Sembilan detik dan Yadapati Tiwikrama berdurasi 6 menit
Sembilan detik. Melibatkan delapan musisi dan beberapa teknisi recording dan
tim produksi.
Penelitian terapan ini menguji metode ritmikal Gandrang Makassar dan
Bale Ganjur Bali masuk ke dalam musik metal. Hasil riset terapan ini
menghasilkan celah kecil menuju susunan musik metal, yang memiliki tahapan-
tahapan penting yang dijelaskan pada pembahasan selanjutnya.
B. Spesifikasi Musisi
Berbicara musik metal, perbincangannya selalu mengerucut pada musik
yang keras, cepat dan brutal. Pandangan tersebut disimpulkan dari akumulasi
pemandangan musik metal yang selama ini berkembang. Keras dilihat dari power
musiknya yang diproduksi dengan volume yang keras. Cepat dilihat tempo yang
dimainkan rata-rata memiliki kecepatan 140-200 bpm. Brutal dilihat dari
komplekstitas penonton yang menyaksikan sajian metal cenderung melakukan
20
aksi-aksi yang khas seperti head bang, mosing, mosphit, serta pogo, pemandangan
yang selalu hadir di konser musik metal.
Untuk memproduksi musik metal yang bernuansa nusatarais secara
musikal dan tema, dibutuhkan keterlibatan musisi yang memiliki kemampuan
musikal yang mumpuni. Pertimbangan musisi di dalam eksperimen musik metal
yang bernuansa nusantarais ini membutuhkan pertimbangan yang matang. Musisi
tidak hanya menjadi tukang tafsir, tetapi juga harus memiliki skil dan pengetahuan
bermain musik yang kompleks, baik itu musik metal dan musik tradisi. Dua
pengetahuan musik tersebut harus dimiliki musisi. Paling tidak para musisi
memiliki pengalaman di dalam musik metal dan musik tradisi Makassar dan Bale
Ganjur Bali yang menjadi bahan eksperimen dalam riset terapan ini.
Dua alasan di atas itu lah yang dianggap menentukan keberhasilan estetika
musikal yang diproduksi dalam eksperimen. Proses membuat sistem kerja musik
terapan ini dilakukan dengan melibatkan delapan musisi yang telah diseleksi
berdasarkan latar belakang musikal yang melingkupinya. Pertimbangan musisi
dan perilakunya secara implisit adalah purwarupa musik yang diproduksi.
Menurut Merriam, sistem musik selalu terdapat struktur, dan struktur tersebut
adalah produk tingkah laku, tanpa tingkah laku, suara musik tidak akan
dihasilkan. Sebaliknya, produk tingkah laku (musik) dapat memberi masukan atau
sebagai referensi terhadap konsep-konsep tersebut sesuai dengan yang dirasakan
masyarakatnya terhadap nilai musik mereka sendiri (Alan P Merriam, 1995:84-
85). Oleh karena itu sanggat relevan jika mengetahui latarbelakang musisi
menjadi bagian penting sebagai landasan sistem kerja musik yang dibangun.
21
1. Dewa Dji Ratriarka (Djiwo)
Djiwo adalah musisi black metal Indonesia yang sudah 20 tahun berproses
kreatif dengan musik metal. Djiwo dikenal sebagai vokalis sekaligus mencipta
lagu-lagu black metal di band Makam Solo, dengan pendekatan filsafat Jawa yang
mendalam. Karya musiknya menyuarakan konsep ke Jawaan dan Nusantarais
yang dieskpresikan melalui musik metal. Dalam riset ini Djiwo diposisikan
sebagai vokalis sekaligus penerjemah narasi kisah Nusantara di masa lalu. Ia
adalah sosok musisi yang lekat sekali dengan filsafat Jawa. Termasuk dalam riset
ini ia adalah salah satu konten inisiator dalam hal pemilihan narasi.
Sepak terjangnya di dunia metal ia bangun bersama band lamanya yaitu
Makam. Pasca hengkang dari Makam, ia bersolo karier sebagai budayawan
sekaligus vokalis dalam beberapa projek musik metal. Di satu sisi ia kuat secara
narasi di satu sisi dia memiliki karakter vokal metal yang power full. Dari situlah
penulis melihat satu hal dari diri Djiwo yang tidak dimiliki oleh musisi metal
lainnya. Oleh sebab itu, dipilihlah Djiwo sebagai representasi konsep musikal
yang dibangun dalam riset terapan ini.
2. Aji Agustian (Coky)
Aji Agustian adalah komposer dan gitaris di beberapa kelompok musik di
Solo. Talenta musikalnya dibentuk melalui musik metal dan rock. Ia juga
merupakan kreator musik kontempoer di Solo. Dinobatkan sebagai gitaris terbaik
ke 3 versi supermusic.id pada 2017 silam. Pertemuannya dengan Djiwo di dalam
22
riset ini, seperti dua sisi mata uang, kedudukannya dianggap saling melengkapi
sebagai kreator musik. Peneliti merasa dua musisi tersebut mampu
menerjemahkan konsep yang telah ditulis, untuk mewujudkan musik metal yang
bernuansa nusantarais melalui garap musik metal dengan Gandrang Makassar dan
Bale Ganjur Bali. Aji yang latar belakangnya adalah seorang etnomuskolog,
memiliki pengetahun tentag beberapa musik tradisi menjadi pertimbangan
tersendiri keterlibatannya dalam project ini.
Ia adalah musisi yang memiliki karakter kuat dalam hal kompositoris.
Konstruksi pikirannya tentang musik dibangun melalui dua dunia yaitu Barat dan
tradisi khususnya Nusantara. Karya musiknya beberapa meramaikan dunia musik
kontemporer. Latarbelakang pendidikan etnomuskologi dalam dirinya, turut
mewarnai karakter musik yang ia bangun. Artinya ia memiliki pengalaman yang
cukup untuk memahmi musik Nusantara seperti Gandrang dan Bale Ganjur.
Dalam riset ini, ia diposisikan sebagai navigator bagi musisi pendukung yang
lainnya. Perpaduan Djiwo dan Aji Agustian menyatukan dua bagian penting bagi
project musik ini. dianalogikan seperti dua kutup yang saling melengkapi.
3. Oky Prasetyo
Oky Prasetyo adalah musisi berlatar belakang etnomusikologi. Kisahnya
diberbagai musik-musik kontemporer menjadi episode yang menarik dan
dianggap sebagai musisi multi talenta, karena mampu memainkan beberapa alat
musik baik perkusi dan berdawai. Spesifikasinya adalah sebagai basis, ia juga
menjadi musisi di beberapa kelompok musik tradisi. Skil bermain basnya
23
termasuk di atas rata-rata, kecepatan fingeringnya cukup recommended untuk
musik metal.
4. Irfan Ariessa
Irfan adalah pemain drum pada project ini, mahasiswa etnomusikologi
yang menjadi beberapa drummer di band-band lokal Kota Solo. Pengalamannya
bermain musik dengan nuansa tradisi cukup kental. Selain musisi, ia juga sebagai
komposer muda untuk musik tari di beberapa project pertunjukan. Oleh sebab itu,
kemampuannya dianggp laik untuk bergabung dengan seniornya di atas.
5. Apri Mardian (Dion)
Apri Mardian atau yang akrab disapa Dion, adalah mahasiswa
etnomuskologi asal Makassar. Kemampuannya bermain gandrang yang baik,
menjadi pertimbangan penting untuk masuk dalam proses riset ini. Mengingat
salah satu ideom instrumen gandrang menjadi medium penting dalam riset terapan
musik ini, oleh sebab itu musisi yang memiliki latar belakang budaya gandrang
menjadi pilihan yang utama, agar keoutentikan karya benar-benar muncul.
6. Muhammad Reza Iriansyah
Kemudian Reza Iriansyah, putra Makassar yang juga pemain musik tradisi
yang potensial mendampingi Dion dalam bermain gandrang. Ia juga mahasiswa
etnomusikologi. Masuknya reza memperkuat skil tradisi nusantarais makassarian
sebagai salah satu rute penciptaan musik terapan ini. Perpaduan Dion dan Reza
24
memiliki kecocokan dalam bermusik. Genus musikal mereka dibentuk oleh
budaya yang sama yaitu tradisi Makassar. Oleh sebab itu, komposisi yang penting
dalam instrumen gandrang, dimainkan oleh orang asli pemilik budayanya.
7. Muhammad Aidil
Muhammad Aidil, juga mahasiswa etnomusikologi asli Makassar. Dalam
project ini dia bermain puik-puik dan bale ganjur bali. Latar belakang
keenimannya dibentuk oleh kesenian tradisi di Makassar. Ia lahir dan besar di
lingkungan sanggar tradisi di Kota Daeng tersebut. Kemampuan bermusiknya
yang baik, menjadi dasar ia melanjutkan studi di ISI Surakarta Jurusan
Etnomusikologi. Atas dasar itulah, ia masuk dalam kriteria musisi untuk
mengekspresikan riset ini.
8. Eko Parianto
Eko Apianto merupakan salah satu musisi yang potensial alumnus
etnomusikologi ISI Surakarta. Kiprahnya berkesenian dimulai dengan beberapa
kelompok musik di Solo, seperti Karo Mlaku Ensambel, Gandrang Bulo, Katarasu
Gamelan Progresif, Allegro, Wayang Sampah, dan sekarang aktif sebagai ketua
Keroncong Wayang Gendut. Pengalaman musikalnya diberbagai kelompok dan
mahir memainkan berbagai alat musik, mendai tendensi penting dia masuk dalam
riset ini sebagai musisi. Keterlibatan Eko, menjadi pilar penting dalam bangunan
musik, sekaligus memeperkokoh musisi yang lain.
25
C. Metode Hibridisasi Gandrang dan Bale Ganjur pada Musik Metal
Kisah musik hybrid selalu dianggap kontroversi hingga hari ini.
perkembangnya seolah tidak pernah ada habisnya seturut dengan kelebihan dan
kekurangannya. Kisah-kisah musik yang mencampurkan beberapa genre musik
seperti Barat dan Tradisi Nusantara, muncul sejak masa 80-an. Namun kisahnya
tidak cukup signifikan memberikan triobosan atau memaknai ulang bagaimana
pentingnya gabungan antar dua musik tersebut memunculkan ideologi dalam
bermusik. Tidak hanya sistem kerja musikal yang baru, tetapi kedalaman makna
apa yang dibawa dalam musik tersebut. Bobotnya musik, tidak dipandang dari sisi
aduitifm tetapi juga konsep yang melatari musik tersebut bekerja secara
sistematis.
Riset ini hadir, menawarkan trobosan musikal baru, konsep baru, ideology
baru, serta memaknai ulang musik metal khususnya di Indonesia. Seperti yang
telah disinggung di muika, trobosan musikal yang ditawarkan adalah meleburnya
estetika nusantara pola ritmikal Gandrang Makassar dan Bale Ganjur Bali dengan
Musik Balck Metal.
1. Menemukan Kesamaan Ritmikal
Khasanah musik metal terlalu disibukan dengan narasi-narasi Barat yang
tidak memiliki korelasi dengan budaya Indonseia. Seperti diketahui, black metal
selalu dibalut dengan budaya nordik, umumnya perlawanan terhadap gereja, yang
lantas berafiliasi dengan setan, yang kemudian disebut dengan alirasn satanisme.
26
Ironinya tema itu dibawa hingga masuk ke Indonesia, yang secara budaya berbeda
sama sekali. Potret itu yang berusaha digempur dalam sistem kerja musikal dalam
riset ini. Narasi-narasi nusantara dan vokabuler musik tradisi menjadi konten
dalam bangunan musikalnya.Secara eksplisit menandai bahwa musik metal
khususnya black metal Indonesia memiliki kekhasan dalam konsep, sekaligus
sistem kerja musikal yang diproduksi.
Sebelum menyusun komposisi secara utuh, menemukan kesamaan ritmikal
dari alat musik tradisi gandrang Makassar dan Bale Ganjur Bali dengan musik
metal menjadi dasar penciptaan musik ini. Kedua isntrumen tersebut memiliki
pola estetika yang mapan dan sangat memungkinkan dimasukan ke dalam ritme
musik metal. Baik itu gandrang dan bale ganjur. Sehingga meleburkan dua jenis
isntrumen tersebut secara musikal sngat menarik dan memunculkan rasa ritmikal
yang khas. Kekhasan itulah yang kemudian menandai, keberpihakan musik tradisi
mampu melebur dengan budaya musik metal. Relasi musikal gandrang Makassar
dalam ritme musik metal dapat dilihat dari penggalan notasi di bawah ini.
Notasi di atas menggambarkan, jalinan yang rapet antara pola drum,
gandrang, elektrik guitar dan bass guitar. Tidak ada yang berdiri sendiri, satu sama
27
lain saling mengisi dan melengkapi dalam ritme tersebut. Secara auditif dapat
didengarkan pada lampiran deskografi play list I dengan judul Khutulistiwa
Kroda.
Selain itu ritmikal pola bale ganjur Bali, juga memiliki kesamaan ritme.
Antara ritme metal dan bale ganjur juga menyatu, seperti gandrang. Kesamaan
arus ritme itulah yang menjadi nilai kebaruan di dalam dunia musik metal.
Penemuan itu sebetulnya sangat dasar sekali dalam dunia musik kontemporer,
tetapi dalam dunia permetalan, sebuah warna musik baru. Karena jalinan musik
yang terbentuk antara pola gandrang dan bale ganjur, dapat melebur jadi satu,
tidak nempel satu sama lainnya. Itu yang tidak dicapai oleh musik metal lain yang
berusaha membawa masuk musik tradisi, mayoritas nempel menjadi aksen dalam
komposisi musiknya. Jalinan pola bale ganjur dalam musik metal dapat dilihat
pada gambar nitasi di bawah ini.
Notasi di atas, menggambarkan betapa terpintalnya antara pola bale ganjur
dengnan pola instrumen yang lain seperti drum, guitar bass, serta guitar elektrik.
Peleburan itu yang lantas menandai bahwa, musik etnik mampu diterapkan dan
28
masuk ke dalam wilayah garap musik metal. Seperti yang telah dikemukakan di
atas, kuncinya adalah menemukan pola atau estetika yang sama baik dari aspek
tonal maupun ritmikal, supaya peleburan itu bisa mewujud. Secara auditif dapat
didengarkan pada lampiran deskografi play list II dengan judul Yadapati
Tiwikrama.
2. Membuat Sketsa Kompositoris
Tahap selanjutnya adalah membuat purwarupa bangunan musik. Sebelum
masuk kepada poroses mengkompos secara langsung. Peneliti membuat
prototypenya terlebih dahulu melalui software sibelius, untuk mendeteksi
gambaran esetetika bagaimana jika kedua instrumen tersebut digabungnkan
dengan musik metal. Setelah itu baru, musisi yang dipilih mempraktikan musik
yang telah digambar tari ke dalam bentuk kongkret. Poroses tersbutlah yang lantas
proses kompositoris penerapan garap musikal gandrang dan bale ganjur ini
mengalami perkembangan. Karena komputasi sibelius tidak memunculkan
eskpresi dan humanismenya, wilayah latihan kongkret ini lah yang memainkan
sekaligus menemukan ekspresi dan berbaikan di beberapa bagian.
Jadi jika sketsa musiknya sudah jadi terlebih dahulu, musisi tidak terlaly
kesulitan dalam menafsir apa yang diinginkan oleh sang komposer. Langkah ini
yang jarang ditempuh oleh beberapa musisi lain. Blue print struktur musiknya,
mempermudah proses kompositoris berlangsung. Dengan cara demikian,
sekaligus dapat memprediksi celah-celah yang kosong, sehingga dapat ditambah
saat proses komposing. Bagi dunia musik permetalaan, capaian ini dianggap
29
sudah merupakan post metal, dengan penekdatan musik daerah dan narasi
nusantara yang disematkan dalam konsep.
3. Eksplorasi musikal
Selain menemukan kesamaan estetika yang mapan, berikutnya adalah
melakukan ekplorasi musikal. Langkah ini adalah proses memberikan kesan pola
garap yang kompleks antar alat musik. Peleburan dua pola estetika yang sama
belum cukup menentukan garap komposisi musik. Harus ditambah dengan
dinamika dan teknik-teknik bermain musik yang khas.
a. Membuat Dinamika
Membuat dinamika berfungsi sebagai atau agar musik memiliki rasa
musikal yang naik turun dan menghindari kesan monoton atau membosankan.
Strategi memainkan dinamika juga diterapkan di dalam komposisi musik ini
kedua karya yang diproduksi memiliki dinamika yang naik turun. Jika
digambarkan dengan grafik, struktur dinmikanya berikut ini.
Struktur dinamika musikal karya
b. Teknik Transmedium
Pada dasarnya teknik transmedium ini adalah, memindahkan sistem kerja
musik tradisi yang diaplikasikan ke dalam musik non tradisi, yaitu guitar elektrik,
bass elektrik, dan drum. Teknik ini untuk memberikan ruang garap baru terhadap
a c d
e
b
30
musik-musik non tradisi, agar kesan musik yang dihasilkan menjadi unik.
Transmedium yang dilakukan dalam riset musik ini adalah memindahkan pola
bale ganjur dan pola kendangan bali ke pola gitar, bass dan drum. Pola-pola
tersebut dibunyikan secara unisono di dalam part-part pendek lagu Yadapati
Tiwikrama.
Kesan yang dimunculkan dalam teknik transmedium ini adalah,
menyatunya konsep lokal wisdom di dalam bangunan musik metal. Kendati hal
ini bukan kebaruan lagi dalam musik kontemporer, seperti apa yang dilakukan
Dewa Bujana, Toh Pati, Balawan, Yani, serta Kitaro. Namun di dalam dunia
metal, apa lagi black metal menjadi konsepsi baru yang unik. Celah itu yang
dianggap menjadi peluang, untuk masuk sebagai tawaran model penciptaan musik
metal berbasis konsep musik nusantarais.
Selain itu, konsep tranmedium, merupakan trobosan atau mendobrak
kebiasaan baru musik metal yang kini berkembang dengan menonjolkan atribut
kemetalannya seperti, kostum yang seram, simbol babi atau kepala kerbau yang
ikut dalam pementasan, ritual di atas panggung. Riset ini mencoba memberikan
pemahaman bahwa, berkiprah di dunia musikal, yang menjadi garda depan
identitas adalah sistem kerja musikal, bukan aspek non musikal. Oleh sebab itu,
trobosan, model, seta konsep musiklah yang menjadi dalil untuk ditawarkan ke
publik, tidak yang lainnya. Praktik trasnmedium pola kendangan Bali yang
dimainkan drum, bass, serta guitar elektrik dapat dilihat dari penggalan notasi di
bawah ini.
31
D. Spirit Komposisi Cinematic
Semangat sinematic diilhami oleh kisah masa lalu bangsa ini yang menjadi
generasi digdaya di wilayah perairan Asia. Kisah itu larut dalam dunia peperangan
perairan. Oleh sebab itu, nuansa sinematic, kental membalut karya musik yang
diproduksi. Karena dua karya yang disajikan, bercerita tentang sejarah kejayaan
leluhur bangsa Indonesia yang secara eksplisit merajai wilayah Nusantara hingga
Asia. Cinematic yang dibangun adalah nuansa peperangan, kedigdayaan, hingga
kobaran semangat dan kemenangan dibangun dalam karya musik Khutulistiwa
Kroda dan Yadapati Tiwikrama. Khustulistiwa Kroda menggambarkan ketika
peperangan terjadi, sementara Yadapati Tiwikrawa menggambarkan selebrasi
kemenangan. Dramaturgi itu yang dibangun dalam karya ini sebagai konsekuansi
narasi yang dibangun agar koheren dengan rasa musikal yang dibangun.
32
Selain itu, musik Khutulistiwa Kroda dan Yadapati Tiwikrawa merupakan
episode atau kisah masa lalu bangsa ini, yang nyaris tidak diketahui oleh publik.
Nuansa perang pada masa itu sekitar abad 17 menandai genus bangsa ini adalah
genus digdaya. Oleh sebab itu musik yang diciptakan memiliki kesan seolah
berada di dalam pertempuran. Part-part yang disajikan seperti sedang dalam
pertempura hebat. Aspek cinematic lainya adalah masuknya kidung Bali pada
bagian lagu Yadapati Tiwikrama. Lantunan kidung Bali disajikan ketika semua
instrumen memainkan pola kendangan Bali secara unisono sebagai latar
dramatiknya.
E. Instrumentasi
No Karya Instrumen yang Digunakan
1 Khutulistiwa Kroda Drumset, bass elektrikm
guitar elektrik, dua pasang
gandrang, puik-puik, dog-dog,
danvokal
2 Yadapati Tiwikrama Drumset, bass elektrikm
guitar elektrik, bale ganjur
Bali, dog-dog, dan satu
kendang lanang bali
33
DAFTAR PUSTAKA
Aji Agustian. 2018. “Analisis Karya Musik Yeni Arama Manas: Studi tentang
Langkah Kompositoris dalam Menysiasti Perbenturan Tonal Karawitan
Jawa dan Musik Barat”. Skripsi Jurusan Etnomusikologi ISI Surakarta.
Bagus Tri Wahyu Utama. 2014. “Karya Musik Paganism Black Metl Kelompok
Makam di Surakarta: antara Hegemoni Black Metal dan Interkultur
Musik Jawa”. Skripsi Jurusan Etnomusikologi ISI Surakarta.
Bambang Sugiharto. 2015. Unuk Apa seni. Bandung: Pustaka Matahari.
Deter Mack. 1995. Sejarah Musik Jilid II. Yogyakarta: Pusat Liturgi Musik.
Heddy Sri Ahimsa Putra. 2013. Strukturalisme Levi-Strauss: Mitos dan Karya
Sastra. Yogyakarta: Kepel Press.
Lono Simatupang. 2013. Pergelaran: Sebuah Mozaik Seni Pertunjukan.
Yogyakarta: Jala Sutra.
Marc Perlman, dkk. 1990. “Seni Pertunjukan Indonesia”. Jurnal Masyarakat
Musikologi Indonesia.
RMA. Haryawan. 1993. Dramaturgi. Bandung; PT. Remaja Rosdakarya.
Theodore KS. 2013. Rock n Roll Industri Musik Indonesia dari Anlog ke Digital.
Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara.
Yuka Dian Narendra. 2017. “Glokal Metal: Dari Black Metal menuju Jawa yang
Baru”. Jakarta: Jurnal Ruang.
34
LAMPIRAN
Foto Musisi
Gambar 1. Dewa Dji Ratriarka (Djiwo) on stage
(Foto: Dokumentasi pribadi Djiwo 2019)
Gambar 2. Aji Agustian proses rekaman guitar
(Foto: Dokumentasi pribadi Aji Agustian, 2019).
35
Gambar 3. Oky Prasetyo on stage
(Foto: Dokumentasi pribadi Oky Prasetyo, 2019)
Gambar 4. Irfan Ariessa proses rekaman drum
(Foto: Dokumentasi pribadi penulis, 2019).
36
Gambar 5. Apri Mardian (Dion) on stage
(Foto: Dokumentasi pribadi Dion, 2019).
Gambar 6. Muhammad Reza Iriansyah proses rekaman Gandrang Makassar
(Foto: Dokumentasi pribadi penulis, 2019).
37
Gambar 7. Muhammad Aidil on stage.
(Foto: Dokumentasi pribadi Aidil, 2019).
Gambar 8.Eko Aprianto on stage.
(Foto: Dokumentasi pribadi Eko, 2019).
38
Foto Proses dan Rekaman
Gambar 9. Proses latihan
(Foto: Bondan Aji Manggala, 2019)
Gambar 9. Proses Rekaman
(Foto: Bondan Aji Manggala, 2019)
39
1. Laporan Pengeluaran Dana
Penelitian Terapan Model Inovasi Musik Volk Metal Indonesia
NO KEPERLUAN/DESKRIPSI QUANTITY PRICE UNIT SUB
TOTAL TOTAL
I REKAMAN & OLAH
HASIL REKAMAN
1 Sewa Studio Jasa teknisi
Rekaman di Lokananta 6x (Shift) Rp.850.000/Shift 6paket Rp.5.100.000
2 Mixing dan Mastering hasil
rekaman di Lokananta 2x (Shift) Rp.850.000/Shift 2paket Rp.1.700.000
3 Sewa Drum Akustik Pearl
Decade 6x(Hari) Rp.300.000/shift 6hari Rp.1.800.000
Pengeluaran Rekaman dan
Olah Hasil
Rp8.600.000
II KONSUMSI
1 Makan dan Minum Latihan 10x10org Rp.15.000/paket 100paket Rp.1.500.000
2 Snack untuk rekaman 6x10org Rp.10.000/paket 60paket Rp.600.000
3 Makan dan Minum selama
rekaman 6x10org Rp.15.000/paket 60paket Rp.900.000
Pengeluaran Konsumsi
Rp.3.000.000
III HONOR TENAGA
PENDUKUNG
1 Gitaris : Aji Agustian S.Sn. 1x Rp500.000/org 1org Rp.500.000
2 Bassis : Oky Prasetya, S.Sn 1x Rp500.000/org 1org Rp.500.000
3 Drummer : Irfan Ariessa 1x Rp.500.000/org 1org Rp.500.000
4 Vokalis : Dewaji Ratriarka 1x Rp.500.000/org 1org Rp.500.000
5 Gandrang 1 + Bedug : Dion 1x Rp.400.000/org 1org Rp400.000
6 Gandrang 2 + Ceng-ceng 1 :
Reza 1x Rp.400.000/org 1org Rp.400.000
7 Bedug + Ceng-ceng 2 : Eko
Aprianto, S.Sn 1x Rp.400.000/org 1org Rp.400.000
40
8 Pui’-pui’ + Ceng-ceng 3 :
Aidil 1x Rp.400.000/org 1org Rp.400.000
9 Crew 1 :Wahyu Budi Susilo,
S.Sn. 1x Rp.250.000/org 1org Rp.250.000
10 Manager Produksi : Joko
Suyanto 1x Rp.500.000/org 1org Rp.500.000
Pengeluaran Honor Tenaga
Pendukung Rp.4.350.000
IV DOKUMENTASI
1
Paket Dokumentasi
pembuatan teaser video dan
foto
1x Rp.
450.000/paket 1paket Rp.450.000
Pengeluaran Dokumentasi Rp.450.000
V PEMBUATAN LAPORAN
1 Print dan Cetak Laporan 1x Rp.
100.000/paket 1paket Rp.100.000
Pengeluaran Pembuatan
Laporan Rp.100.000
TOTAL
PENGELUARAN
Rp16.500.000
41
2. Biodata Peneliti
1 Nama Dr. zulkarnain Mistortoify, M.Hum.
2 Jabatan Fungsional Lektor
3 Jabatan Struktural Penata /IIIb
4 NIP 196610111999031001
5 Tempat Tanggal Lahir Bangkalan, 11 Oktober 1966
6 Alamat rumah Karanglo RT 04/RW VIII, Madegondo, Grogol,
Sukoharjo, Jawa Tengah
7 Telpon/HP 081329224066
8 Alamat Kantor Jl. Skrikatan Utara 5, Perumdos UNS 5 IV
Triyagan, Kec. Mojolaban, Kab. Sukoharjo
9 Telpon/Faks (0271)647658 / (0271)646175
10 Alamat email [email protected]
11 Jumlah lulusan yang
dihasilkan
8 orang
12 Mata kuliah yang
diampu dalam satu
tahun terakhir
-Pengantar etnomusikologi
-Budaya Musik III
-Studi Lapangan I
-Teori dan Metode Etnomusikologi
-Studi Lapangan II
-Praktik Musik Nusantara IV
-Kajian Musik I (S2)
-Kajian Musik II(S2)
-Kajian Musik III (S2)
-Musik Teater I (Prodi S-1 Teater ISBI Sulawesi
Selatan)
42
3. Riwayat Pendidikan
No Jenjang Pendidikan Tesis Disertasi
1 S2 dan S3 bidang Ilmu
Humaniora Universitas Gadjah
Mada (UGM) Yogyakarta
Gamelan Sronen
Musik Prosesi
Kerakyatan
Madura
Ong-Kalongan
dan Le- Kalellean
Estetika
Khejungan Orang
Mdura
4. Pengalaman Penelitian (5 Tahun Terakhir)
No Tahun Judul Pendanaan
Sumber Jumlah (Rp)
5. Pengabdian Kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir
No
Tahun
Judul
Pendanaan
Sumber Dana Jumlah Dana
Rp
1 2015 Kolaborasi Musik
Tetaer “Baratayuda”
antara Group Si
Kelap dengan Group
Karawitan Blasius
Subono di TMII
Jakarta
Lembaga
Presenting
Indonesia
50.000.000
2 2015 Kolaborasi Group Si
Kelap dengan
Komunitas Bedug
dalam Safari 3 Kota
(Majalengka,
Sukoharjo, Demak)
Festival Bedug Asyik
Sampoerna Hijau
PT. Sampoerna
Kretek
90.000.000
3 2014 Fasilitator
Bimbingan Teknis
Pembuatan Film
Dokumenter Seni
Tradisi Osing pada
Rumah Budaya
Osing, Banyuwangi
Lembaga
Masyarakat Adat
Osing
30.000.000
4 2014 Instruktur Pelatihan BKOW, Musik
Kolintang Ibu-ibu
30.000.000
43
Kab. Ngawi
5 2012 Fasilitator
Bimbingan Teknis
Membuat Komposisi
Musik pada
Musyawarah Guru
Mata Pelajaran
MGMP Seni Budaya
di Blora
MGMP,
Depdiknas Tk. II
Blora
10.000.000
6. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah dalam Jurnal dalam 5 Tahun
Terakhir
No Tahun Judul Volume Nama Jurnal
1 2014 “Pola Klenangan dan
Teknik Vokal
Kejhungan Representasi
Ekspresi Budaya
Madura dan Pengalaman
Estetiknya
Vol. 15. No. 1 Resital,
Jurnal Seni
Pertunjukan
7. Pengalaman Penyampaian Seminar Makalah Secara Oral Pada
Pertemuan/Semnar Ilmiah dalam 5 Tahun Terakhir.
No Nama Pertemuan
Ilmiah/Seminar
Judul artikel
Ilmiah
Waktu dan
Tempat
1 The 1 International Conference
on Oerforming Arts. The
Faculty of Performing Arts,
Indonesian Institute of Arts
Kelleghan Pattren
and kejhungan
vocal Technique
11-12 desember
2013 di
Yogyakarta
8. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya
dalam 5 Tahun Terakhir
No Judul/Tema/Jenis
Rekayasa/Sosial
Lainnya yang
Telah diterapkan
Tahun Tempat
penerapan
Respons
Masyarakat
1 Strategi Penerapan
Baru dan Unggul
Musik Kolintang
pada Komunitas
Ibu-Ibu Awam
Musikal
2013-2016 Kabupaten
Ngawi
Pemda dan
masyarakat
menyambut
antusias atas
prestasi di
tingkat
propinsi dan
44
Nasional
2 Penerapan Metode
Riset
Etnomusikologi
pada Kegiatan
Praktek Kerja
Lapangan
Mahasiswa
Etnomusikologi
ISI Surakarta
2012,2013,2013,2014,
2015
Megalang,
Banyuwangi,
Banymas,
Pacitan,
Indramayu
Masyarakat
setempat
merasa
dihargai dan
semakin
bangga
terhadap
keseniannya
sendiri
9. Penghargaan yang pernah diraih dalam 10 tahun terakhir (dari
pemerintah, asosiasi atau instutisi lainnya)
No Jenis Penghargaan Institusi
Pemberian
Penghargaan
Tahun
1 Sertifikat Kementrian Riset
teknologi dan
Perguruan Tinggi
2015
2 Sertifikat Mengajar Tingkat
Lanjut di Perguruan Tinggi
melalui Lokakarya Applied
Approach
Institut Seni
Indonesia
Surakarta
2015
3 Piagam Penyelesaian Pendidikan
Program Doktor
Institut Seni
Indonesia
Surakarta
2015
4 Piagam Pelaih Kolintang Dinas Pariwisata
Kebudayaan
Pemuda dan
Olahraga
Kabupaten
Ngawi
2014
5 Piagam dari Kegiatan Workshop
dan Festival Kesenian Daerah se
DIY, Jateng dan Jatim
Bali Pelestarian
Nilai Budaya
Yogyakarta
2014
6 Piagam Juri Kompetisi Musik
Paling Aksi (Kompak)
PT. Semen
Gresik (Persero)
Tbk
2009
7 Piagam Kurator Pementasan
Musik Etnik Karya Mahasiswa
Etnomuskologi
Institut Seni
Indonesia
Surakarta
2011
8 Sertifikat fasilitasi Siaran Msik
etnik dan Kurikulum Sekolah
The Ford
Foundation
2007
9 Piagam Simposium Nasional
Etnomusikologi “Pengembangan
Institut Seni
Indonesia
2007
45
Ilmu Budaya” Surakarta
10 Piagam Dosen Berprestasi Sekolah Tinggi
Seni Nasional
Surakarta
2006
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar
dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari
ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima
resikonya. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi
salah satu persyaratan dalam pengajuan penelitian artistik penciptaan seni.
Surakarta, 31 Oktober 2019
Pengusul,
Dr. Zulkarnain Mistortoify, M.Hum.
NIP. 196611999031001
46
SURAT PERNYATAAN PENELITI
TERAPAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Dr. Zulkarnain Mistortoify, M.Hum.
NIP/NIDN : 196611999031001/0011106604
Pangkat/Golongan : Penata/IIIc
Jabatan Fungsional : Lektor
Dengan ini menyatakan bahwa proposal penelitian artistik penciptaan seni
dengan judul “Penerapan Teknik Komposisi Ritmikal Esnembel Gandrang
Makassar dan Bale Ganjur Bali ke Dalam Karya Musik Metal Sebagai
Inovasi Model Musik Folk Metal Indonesia” bersifat original dan belum
pernah dibiayai oleh lembaga/sumber dana lain.
Bilamana di kemudian hari ditemukan tidak kesesuaian dengan pernyataan
ini, maka saya bersedia dituntut dan diproses sesuai dengan ketentuan yang
berlaku dan mengembalikan seluruh biaya penelitian pemula yang sudah diterima
ke kas negara.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan
sebenarbenarnya.
Mengetahui Surakarta, 31 Oktober 2019
Kepala Pusat Penelitian Yang Menyatakan
Dr. Selamet, M.Hum. Dr. Zulkarnain Mistortoify, M.Hum.
NIP.1967052711993031002 NIP. 196611999031001