Author
qaryati-bint-tjik-oni
View
228
Download
10
Embed Size (px)
!!
Universitas Indonesia!
""!
UNIVERSITAS INDONESIA
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA
DI KABUPATEN BELITUNG
TESIS
ALFIAN ZULKARNAIN
NPM : 1106111760
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM MAGISTER PERENCANAAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
KEKHUSUSAN EKONOMI PERENCANAAN KOTA DAN DAERAH
JAKARTA
JANUARI, 2013!
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbilalamin. Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya serta memudahkan dan memberikan kekuatan
penulis dalam menyelesaikan kuliah dan tesis ini sebagai tugas akhir untuk
memperoleh gelar Magister Ekonomi pada Program Magister Perencanaan dan
Kebijakan Publik (MPKP) Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Selama menimba ilmu dan menyusun tesis, penulis banyak dibantu dan
dimotivasi oleh berbagai pihak. Untuk itu sudah sepantasnya penulis ucapkan terima
kasih kepada:
1. Kepala Pusbindiklatren Bappenas yang telah berkenan memberikan beasiswa
kepada penulis;
2. Gubernur Kepulauan Bangka Belitung yang telah memberikan ijin tugas belajar
kepada penulis untuk mengikuti pendidikan strata-2 beasiswa Pusbindiklatren
Bappenas;
3. Sekretaris Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang telahh memberikan
kami peluang untuk menjalani pendidikan strata-2 beasiswa Pusbindiklatren
Bappenas;
4. Kepala Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung selaku
atasan langsung yang telah memberikan dorongan untuk melanjutkan studi dan
menyelesaikan tugas belajar ini dengan sebaik-baiknya;
5. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Belitung;
6. Bapak Arindra A. Zainal, Ph.D. selaku Ketua Program MPKP-FEUI dan Bapak
Dr. Andi Fahmi Lubis S.E., M.E. selaku Sekretaris Program MPKP FE-UI yang
juga selaku pembimbing penulis;
7. Prof. Sulastri Surono,Ph.D. dan Bapak Nurkholis, SE., M.SE. selaku penguji,
Bapak DR. Ir. Widyono Soetjipto selaku pembimbing, seluruh dosen pengajar
MPKP-FEUI yang dengan penuh kesabaran dan perhatian memberikan ilmunya,
seluruh tim akademik Program MPKP yang selalu membantu permasalahan
administrasi mahasiswa;
8. Seluruh Angkatan XXV PB Bappenas Salemba; Penunggu setia warung kopi
(Yeyen, Imau, Bastian, Pendri, Ricky, Ridwan, Kang Aceng, Uci dan Para
Empus), Penunggu 1.4. (Mas Parhan, Jeng Santi, Bang Tam-Tam, Mama Rista
Dedeh, Romiat, Mbak Qori, Mbak Wahyu, Iskandar, Maiza, Mia dan Daus Sang
Konspirator), Rekan satu bimbingan (Mbak Anne dan Mbak Lili), Trio BRA
(Bubu dan Rey);
9. Rekan-rekan seperjuangan dari Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung yang sedang menempuh studi, Bang andi dan Pak Nu;
10. Rekan-rekan kerja dari BKD terutama Pak De Rudi, rekan-rekan di
DISKOMINFO dan rekan-rekan di Bappeda terutama Bapak Nazalius selaku
Kepala Badan;
11. Rekan-rekan Wisma Bougenvil Belitung yang selalu menerima saya dan
memberikan pinjaman motor selama di Belitung;
12. Yang tidak akan pernah bisa penulis lupakan dukungan moril, materil dan doa
dari keluarga besar M.Zain (Mama, Bang Arief, Yuk Rini, Bang Gun, Bang Iin
dan Yuk Ita) dan calon teman hidup yang bakalan tidak pernah bosan mendengar
suara mesin kapal Trisnawati;
13. Dan kepada semua pihak yang telah membantu, namun tidak dapat penulis
sebutkan satu per satu, semoga Allah Swt membalasnya.
Penulis menyadari adanya keterbatasan dalam penulisan tesis ini, karena itu
segala kritik, saran dan masukan akan sangat berguna bagi penulis dan penelitian
sejenis di masa mendatang.
Jakarta, Januari 2013
Penulis,
Alfian Zulkarnain
vii Universitas Indonesia!
ABSTRAK
Nama
Program Studi
Judul
:
:
:
Alfian Zulkarnain
Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik
Strategi dan Kebijakan Pengembangan Pariwisata di Kabupaten
Belitung
Tesis ini membahas tentang strategi kebijakan pengembangan pariwisata di
Kabupaten Belitung. Pengembangan pariwisata diharapkan dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Strategi pengembangan pariwisata diperoleh dengan
menggunakan pendekatan SWOT, sedangkan kebijakan pengembangan pariwisata
diperoleh dengan menggunakan pendekatan AHP. Data diperoleh dari wawancara
langsung kepada stakeholder terkait. Hasil Perhitungan SWOT menunjukan strategi
WO merupakan strategi utama yang harus dilakukan oleh PEMDA Kabupaten
Belitung. Sedangkan hasil perhitungan AHP menunjukan bahwa prioritas utama
strategi pengembangan pariwisata di Kabupaten Belitung adalah Pengembangan
Destinasi Wisata dengan bobot 43%. Hambatan utama dalam pengembangan
pariwisata di Kabupaten Belitung adalah Lemahnya Kelembagaan. Sedangkan
altenative kebijakan yang menjadi prioritas adalah optimalisasi destinasi dan atraksi
wisata yang sudah ada dengan bobot prioritas sebesar 35,5%.
Kata kunci: Perencanaan, Pariwisata, SWOT, AHP
ABSTRACT
Name
Study Program
Title
:
:
:
Alfian Zulkarnain
Master of Planning and Public Policy
Strategy and Policy of Tourism Development in Kabupaten
Belitung
The focus of this study is Policy and Strategy of Tourism Development in Belitung
District. Tourism is supposed to increase the welfare of the local community.
Tourism development strategy is obtained by using the SWOT approach, while the
policy of tourism development is obtained by using the AHP approach. Data obtained
from the interviews to the relevant stakeholders. SWOT results indicate that
Weaknesses-Opportunity (WO) strategy is the main strategy that should be adopted
by PEMDA of District Belitung. The results of the AHP calculations show that
priority of tourism development strategy is the development of tourism destinations
with a 43% . The greatest impediment is the instutional weaknesses. While policy
priority is to optimize the destinations and attractions that already exist with priority
weight 35.5%.
Key words:
Planning, Tourism, SWOT, AHP
viii Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME.......................................
HALAMAN ORISINALITAS.
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................
KATA PENGANTAR .....
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ...
ABSTRAK ..
DAFTAR ISI ...
DAFTAR GAMBAR ...
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................
1. PENDAHULUAN ..........
1.1. Latar Belakang ..
1.2. Rumusan Masalah .....................
1.3. Tujuan Penelitian ..
1.4. Metodologi dan Batasan Penelitian
1.6. Ruang Lingkup Penelitian..
1.7. Sistematika Penulisan
2. TINJAUAN LITERATUR
2.1. Pengertian wisata, pariwisata, kepariwisataan, Destinasi Pariwisata,
wisatawan...
2.2. Jenis Pariwisata ....
2.3. Pariwisata Sebagai Industri...
2.4. Permintaan dan Penawaran Pariwisata.....
2.5. Pariwisata dengan Pembangunan Ekonomi......
2.6. Strategi Pengembangan Pariwisata...
2.7. Konsep Perencanaan Kebijakan
2.8. Penelitian Terdahulu.....
2.9. Kerangka Konsep Penelitian.
3. METODOLOGI PENELITIAN .......
3.1. Metode Penelitian..
3.2. Sumber Data..
3.3. Teknik Pengumpulan Data
3.3.1. Wawancara.
3.3.2. Dokumentasi..
3.3.3. Survey.
3.4. Teknik Sampling...
3.5. Instrumen Penelitian..
3.5.1. SWOT..
3.5.2. Analytical Hierarchy Process (AHP)..
3.5.2.1. Kelebihan Kelemahan AHP.....
3.6. Teknik Analisis Data.
3.7. Pemilihan Metode SWOT dan AHP dalam Penelitian..
3.8. Acuan Hirarki....
4. GAMBARAN UMUM ............
4.1. Gambaran Umum...
I
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
x
xi
xii
1
1
6
7
7
8
8
9
10
14
15
18
21
22
22
24
25
28
28
28
29
29
29
29
30
30
30
34
37
38
39
40
42
42
! ix! Universitas Indonesia
4.1.1 Keadaan Geografis...
4.1.2 Keadaan Infrastruktur ..
4.1.3 Keadaan Ekonomi ...
4.2. Visi dan Misi..
4.2.1. Visi..
4.2.2. Misi..
5. ANALISA DAN PEMBAHASAN .
5.1 Analisa SWOT........
5.5.1. Perumusan Faktor Internal dan Eksternal...
5.5.2. Penyusunan Kuesioner SWOT....
5.2. Hasil Perhitungan Analisis SWOT.....
5.3. Evaluasi Strategi.....
5.3.1. Analisis IFAS-EFAS...
5.3.2. Perumusan Strategi......
5.4. Analytical Hierarchy Process (AHP) ........
5.4.1. Penentuan Kombinasi Strategi yang dipilih
5.4.2. Profil Responden.........
5.5. Hasil dan Pembahasan AHP...
5.5.1. Skenario......................
5.5.2. Hambatan....................
5.5.3. Pelaku..........................
5.5.4. Kebijakan....................
5.5. Uji Sensitivitas...................
5.6. Keterbatasan Kajian...................
6. KESIMPULAN DAN SARAN ..........
6.1. Kesimpulan.........................
6.1.1. Weakness(Kelemahan)........................
6.1.2. Threatness (Ancaman).........................
6.1.3. Strategi............................
6.1.4. Prioritas Kebijakan..........................
6.2. Saran...........................
DAFTAR PUSTAKA...........................
42
43
45
46
46
46
48
48
48
52
52
53
56
59
63
63
65
66
67
69
72
74
79
80
81
81
81
82
84
85
85
88
x Universitas Indonesia!
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 2.3
Gambar 2.4
Gambar 3.1
Gambar 4.1
Gambar 5.1
Gambar 5.2
Gambar 5.3
Gambar 5.4
Klasifikasi Orang yang Melakukan Perjalanan.. .
Sistem Kepariwisataan .
Penawaran dan Permintaan Pariwisata.
Kerangka Konsep Penelitian ...
Hirarki Strategi Pengembangan Pariwisata Kab. Belitung..
Peta Kabupaten Belitung dan Obyek Wisata ..................................
Hasil Prioritas Global AHP Strategi Pengembangan Pariwisata..
Model Kelembagaan Pembangunan.
Hasil Prioritas Kebijakan..
Grafik Uji Sensitivitas... ..
13
18
21
27
40
42
66
70
74
79
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!xi Universitas Indonesia!
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1
Tabel 1.2
Tabel 1.3
Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 5.1
Tabel 5.2
Tabel 5.3
Tabel 5.4
Tabel 5.5
Tabel 5.6
Tabel 5.7
Tabel 5.8
Tabel 5.9
Tabel 5.10
Kawasan Pariwisata Pantai di Kab. Belitung.. ...
Data Wisatawan..
PAD Kabupaten Belitung....
Indikator Faktor Internal dan Eksternal Analisa SWOT ....................
Matriks Interaksi IFAS dan EFAS.
Kondisi Geografis ......
Jumlah dan Kepadatan Penduduk ..
PDRB Kabupaten Belitung Atas Dasar Harga Konstan ....................
Faktor Internal .......
Faktor Eksternal .....
Penilaian Bobot IFAS Strenght .....
Penilaian Bobot IFAS Weakness ...
Penilaian Bobot EFAS Oportunity ....
Penilaian Bobot EFAS Threats .....
Latar Belakang Responden ...
Tabel Penduduk Register Depati Tahun 1851 .
Realisasi Anggaran Dinas Pariwisata Tahun 2011
Jumlah Hotel di Kabupaten Belitung..
4
5
5
32
34
43
43
45
49
50
56
57
58
58
65
68
71
78
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!xii Universitas Indonesia!
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Kuesioner SWOT
Matriks Faktor Internal
Matriks Faktor Eksternal
Analisa IFAS dan EFAS
Kuesioner AHP
Hasil Olah Aplikasi Expert Choice
Perhitungan Bobot Global
Hasil Akhir Pengolahan Bobot Global
92
96
97
98
100
143
145
146
!!
Universitas Indonesia
!
"!
BAB 1
PENDAHULUAN
!"! Latar Belakang
Pada tanggal 21 November 2000, berdasarkan Undang-Undang Nomor
27 Tahun 2000, Pulau Belitung bersama dengan Pulau Bangka dimekarkan
menjadi satu provinsi baru dengan nama Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Provinsi ini merupakan provinsi ke-31 di Indonesia.
Selanjutnya berdasarkan aspirasi masyarakat dan setelah melalui
berbagai pertimbangan, Kabupaten Belitung dimekarkan menjadi 2 kabupaten
yaitu Kabupaten Belitung beribukota di Tanjungpandan dengan cakupan wilayah
meliputi 5 kecamatan yaitu Kecamatan Tanjungpandan, Kecamatan Membalong,
Kecamatan Sijuk, Kecamatan Badau dan Kecamatan Selat Nasik. Sedangkan
Kabupaten Belitung Timur dengan Manggar sebagai ibukotanya dengan cakupan
wilayah meliputi 4 kecamatan.
Pemkab Belitung berencana mengembangkan Kawasan Ekonomi Khusus
(KEK) dengan penekanan pada bidang pariwisata sebagai sektor unggulan daerah
yang menjadi prioritas kekuatan ekonomi ke depan, disamping bidang perikanan
dan kelautan serta perhubungan. Tiga sektor unggulan ini diharapkan mampu
menopang perekonomian Kabupaten Belitung di masa mendatang. Hal ini
didukung pula dengan pengembangan investasi di kawasan pariwisata untuk
mendukung terwujudnya KEK pariwisata di Kabupaten Belitung.
KEK pariwisata tampaknya memang menjadi prioritas Kabupaten
Belitung. Mengingat Kabupaten Belitung memiliki modal dengan adanya
panorama alam Belitung dengan keindahan pantai-pantai berbatu granit yang
artistik, air laut jernih, dan pantai berpasir yang benar-benar putih. Kabupaten
Belitung menjadi salah satu primadona dan incaran wisatawan lokal maupun
internasional karena banyak memiliki keanekaragaman flora dan fauna serta
kekayaan tradisi dan budaya.
Sektor pariwisata berkaitan secara langsung dan tak langsung dengan
berbagai sektor perekonomian yang memproduksi barang-barang dan jasa-jasa
!!
Universitas Indonesia
!
"!
yang sebagian atau seluruhnya dikonsumsi oleh wisatawan, baik itu wisatawan
mancanegara maupun wisatawan nusantara. Dengan demikian berarti
pertumbuhan sektor pariwisata dapat dianggap sebagai pendorong laju
pertumbuhan sektor-sektor lain termasuk pertanian, perdagangan dan sektor
lainnya. Dampak ekonomis pariwisata yang lintas sektor ini dapat berupa
pemerataan pendapatan, kesempatan kerja dan investasi.
Sektor pariwisata sebagai suatu industri jasa merupakan salah satu
bidang yang diharapkan dapat memberikan andil yang cukup besar dalam
pembangunan daerah Kabupaten Belitung. Kegiatan pariwisata ini bila dikelola
dengan baik dapat menjadi salah satu penyumbang pendapatan yang potensial
dalam pertumbuhan ekonomi daerah maupun nasional. Pariwisata bukan hanya
sebagai sumber devisa tetapi juga dapat memperluas kesempatan kerja yang
ditimbulkan dari sejumlah keterlibatan sektor-sektor lain di dalamnya.
Menurut Dahuri (2003) salah satu tipologi pariwisata yang menjadi
alternatif kegiatan bahari saat ini adalah kegiatan ekoturisme (wisata alam) yang
mengandalkan keindahan alam. Dari dimensi ekologis, kegiatan ini jelas
mengandalkan keindahan alam sehingga kegiatan ini akan mendorong tindakan
konservasi untuk mempertahankan daya tarik agar keuntungan ekonomi dari
kegiatan wisata ini dapat dipertahankan. Sementara itu aspek sosial masyarakat
setempat dimana kegiatan ekoturisme ini berlangsung, sering mendapat manfaat
ekonomi dari pengembangan kegiatan jasa pendukung wisata, selain itu juga
gangguan terhadap kehidupan tradisional masyarakat umumnya sangat kecil
sekali.
Pulau Belitung telah ditetapkan sebagai salah satu kawasan andalan
dengan pariwisata sebagai sektor unggulan berdasarkan Rencana Induk
Pembangunan Pariwisata Nasional (RIPPNAS) tahun 2011 karena pantainya yang
indah dan berpasir putih serta gugusan terumbu karang yang terdapat di
sekitarnya dan pulau pulau kecil di sekitarnya. Terkait dengan arahan RIPPNAS
tersebut Pemda Kabupaten Belitung telah menetapkan 25 lokasi kawasan
Pariwisata yang tersebar di seluruh wilayah pantai dan pesisir dikarenakan
keindahan pantainya yang berpasir putih dengan kelestariannya yang masih
terjaga seperti dalam Tabel 1.1. Dari 25 lokasi tersebut, 9 lokasi diantaranya
!!
Universitas Indonesia
!
"!
sudah ditetapkan dalam Peraturan Daerah Nomor 18 Tahun 1990 tentang
Penetapan Kawasan Pantai Tanjung Kelayang, Pantai Tanjung Tinggi dan Pantai
Tanjung Binga sebagai Kawasan Pariwisata dan Peraturan Daerah Nomor 7
Tahun 2001 tentang Penetapan Kawasan Pantai Tanjung Kelayang, Pantai
Tanjung Tinggi dan Pantai Tanjung Binga sebagai Kawasan Pariwisata.
Upaya mempersiapkan kawasan-kawasan tersebut oleh Pemerintah
Daerah Kabupaten Belitung adalah dalam rangka meningkatkan PDRB daerah.
Karena kegiatan pariwisata terkait dengan kegiatan perdagangan, hotel dan
restoran yang pada tahun 1999 telah menyumbang sebesar Rp. 82 milyar (sekitar
15 % PDRB Kabupaten) dengan pertumbuhan sekitar 8,3% per tahun antara tahun
1995-1999. Pada tahun 2010, sektor pariwisata menyumbang sebesar Rp 199,8
milyar ( sekitar 16% PDRB berdasarkan harga konstan Kabupaten) dengan
pertumbuhan sekitar 4,4% per tahun antara tahun 2005-2010. Dari kedua periode
ini secara nominal terjadi peningkatan pada sektor pariwisata akan tetapi terjadi
penurunan pada persentase laju pertumbuhan.
Dari Tabel 1.1 berikut, ada 7 lokasi yang sudah ditetapkan sebagai
kawasan wisata melalui Perda No. 18 Tahun 1990 dan Perda No. 7 Tahun 2001
dan 9 lokasi yang belum ditetapkan. Dari semua itu di 5 lokasi sudah ada fasilitas
dasar pariwisata seperti cottage, restoran, shelter dan kamar bilas; sedangkan di
15 lokasi lainnya belum ada sama sekali. Tidak adanya fasilitas dasar pariwisata
menjadi nilai negatif untuk pariwisata Kabupaten Belitung dikarenakan fasilitas
ini merupakan kebutuhan dasar bagi wisatawan yang selayaknya menjadi
kewajiban untuk disediakan.
Tabel 1.1. bersumber dari Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW)
Kabupaten Belitung tahun 2000 2010. Sedangkan RTRW yang terbaru belum
bisa diperoleh dikarenakan pihak terkait sedang mengerjakan revisi dokumen
tersebut.
!!
Universitas Indonesia
!
"!
Tabel 1.1. Kawasan Pariwisata Pantai di Kab. Belitung
Kecamatan Kawasan Pariwisata Luas
(Ha) PERDA
Fasilitas
Wisata
Tanjung Pandan 1. Pantai Tanjung Pendam 53 Ada Ada
2. Pantai Juru Seberang 60 Tidak Tidak
3. Pantai Air Saga 100 Ada Tidak
Membalong 4. Pantai Tanjung Rusa 100 Tidak Tidak
5. Pantai Teluk Gembira 150 Tidak Ada
6. Pantai Mentigi 50 Tidak Tidak
7. Pantai Seliu 25 Tidak Ada
8. Pantai Tanjung Kiras 800 Ada Tidak
9. Pantai Penyambung 10 Tidak Tidak
Sijuk 10. Pantai Secupak 50 Tidak Ada
11. Pantai Batu Itam 335 Ada Tidak
12. Pantai Terong 200 Ada Tidak
13. Pantai Sijuk 400 Ada Tidak
14. Tanjung Binga 650 Ada Tidak
15. Pulau Lengkuas 10 Tidak Ada
16. Pulau Babi 15 Tidak Tidak
Sumber : RTRW Kabupaten Belitung 2000 2010
Dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 terjadi peningkatan
wisatawan. Hal ini menunjukan minat wisatawan yang masih relatif tinggi untuk
datang ke Kabupaten Belitung. Wisatawan Nusantara memberikan kontribusi
terbesar dalam peningkatan ini. Kemunculan film Laskar Pelangi pada tahun 2008
turut membantu mendongkrak jumlah wisatawan Nusantara yang turut berimbas
terhadap PAD Kabupaten Belitung dari sektor pariwisata.
Pada bulan Oktober 2008, kegiatan internasional yaitu Sail Indonesia
yang berakhir di Belitung memberikan dampak positif terhadap peningkatan
wisatawan manca negara pada tahun 2008 dan 2009. Akan tetapi terjadi
penurunan kembali jumlah wisatawan manca negara pada tahun 2010.
!!
Universitas Indonesia
!
"!
Tabel 1.2 Data Wisatawan
No. Tahun
Kunjungan
Wisatawan Nusantara
(orang)
Wisatawan Asing
(orang)
Jumlah (orang)
1. 2006 17.233 1.072 18.305
2. 2007 23.188 1.421 24.609
3. 2008 29.945 2.053 31.998
4. 2009 39.499 2.734 42.233
5. 2010 49.118 1.383 50.501
Sumber : www.belitungkab.go.id
Sedangkan PAD Kabupaten Belitung dari pajak dan retribusi sektor
pariwisata juga mengalami peningkatan. Hal ini dapat kita lihat pada tabel di
bawah ini. Pajak restoran dan pajak hotel mengalami peningkatan tetapi pajak
hiburan cenderung tetap. Hal ini mungkin disebabkan karena sektor hiburan yang
tidak berkembang.
Tabel 1.3 PAD Kabupaten Belitung
TAHUN PAJAK
RESTORAN
PAJAK
HOTEL
PAJAK
HIBURAN
LAIN-LAIN
(Retribusi)
TOTAL
Rp Rp Rp Rp Rp
2006 124,548,654 119,012,145 144,092,450 - 387,653,249
2007 328,617,401 100,526,859 207,149,700 - 636,293,960
2008 572,319,777 192,100,151 204,850,186 - 969,270,114
2009 1,069,877,123 334,328,508 197,480,155 289,490,000 1,891,175,786
2010 1,129,380,531 593,776,941 259,274,879 419,272,000 2,401,704,351
Sumber : Dinas Pariwisata Prov. Kep. Babel
Saifullah (2000) mengatakan bahwa ada beberapa manfaat pembangunan
pariwisata:
!" Bidang Ekonomi
Dapat meningkatkan kesempatan kerja dan berusaha, baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Meningkatkan devisa, mempunyai peluang besar untuk mendapatkan
devisa dan dapat mendukung kelanjutan pembangunan di sektor lain.
!!
Universitas Indonesia
!
"!
Meningkatkan dan memeratakan pendapatan rakyat, dengan belanja
wisatawan akan meningkatkan pendapatan dan pemerataan pada
masyarakat setempat baik secara langsung maupun tidak langsung.
Meningkatkan penjualan barang-barang lokal keluar.
Menunjang pembangunan daerah, karena kunjungan wisatawan cendrung
tidak terpusat di kota melainkan di pesisir, dengan demikian amat berperan
dalam menunjang pembangunan daerah.
!" Bidang Sosial Budaya
Dengan keaneka ragaman kekayaan seni budaya merupakan modal dasar dari
pengembangan pariwisata. Oleh karena itu, kemampuan melestarikan dan
mengembangkan budaya yang ada harus menjadi perhatian pemerintah dan
segenap lapisan sosial masyarakat, sosial budaya merupakan salah satu aspek
penunjang karakteristik suatu kawasan wisata sehingga menjadi daya tarik
bagi wisatawan. Karena sosial budaya dapat memberikan ruang bagi
kelestarian sumberdaya alam sehingga hubungan antara sosial budaya
masyarakat dan konservasi sumberdaya alam memiliki keterkaitan yang erat.
#" Bidang lingkungan Hidup
Pemanfaatan potensi sumberdaya alam untuk pariwisata pada dasarnya adalah
lingkungan dan ekosistem yang masih tetap alami, menarik dan bahkan unik,
maka dengan demikian pengembangan wisata alam dan lingkungan
senantiasa menghindari dampak kerusakan lingkungan hidup, melalui
perencanaan dan pengelolaan yang teratur dan terarah. Atraksi-atraksi yang
dikembangkan harus sesuai dengan kaidah-kaidah alami sehingga keterkaitan
antara potensi ekosistem dengan kegiatan wisata dapat berjalan seiring saling
melengkapi menjadi satu paket ekowisata.
1.2 Rumusan Masalah
Sektor pariwisata memiliki potensi dalam peningkatan perekonomian
berkelanjutan dalam jangka panjang sehingga strategi pengembangan pariwisata
!!
Universitas Indonesia
!
"!
yang baik bisa menentukan keberhasilan pengembangan sektor pariwisata.
Permasalahan penelitian secara khusus dirumuskan sebagai berikut :
Faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman apa saja yang
mempengaruhi pariwisata di Kabupaten Belitung?
Kebijakan apa saja yang menjadi prioritas pengembangan pariwisata di
Kabupaten Belitung?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasar latar belakang dan rumusan masalah di atas maka penelitian ini
bertujuan untuk:
a. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang,
dan ancaman strategi pengembangan pariwisata di Kabupaten Belitung.
b. Merumuskan prioritas kebijakan strategi pengembangan pariwisata di
Kabupaten Belitung.
!"# Metodologi dan Batasan Penelitian
Untuk memenuhi tujuan dalam penelitian ini, maka alat analisa dibatasi
menjadi :
Analisis SWOT
Konsep analisis SWOT memberikan suatu pandangan dasar tentang strategi
atau taktik yang diperlukan dalam mencapai tujuan tertentu. Analisis SWOT
mengkaji dengan menilai faktor-faktor terkait. Untuk perumusan strategi dan
mengelompokkan faktor-faktor tersebut menjadi faktor eksternal dan faktor
internal, kemudian membandingkan antara faktor eksternal yang merupakan
peluang ( opportunities ) dan ancaman ( threats ) dengan faktor internal yang
berupa kekuatan ( strengths ) dan kelemahan ( weaknesses ) (Rangkuti, 2001).
Menurut Fandeli (2002:193) strategi merupakan cara bagaimana organisasi
mencapai visi dan misi yang ada secara sistematis, terarah dan rasional.
Strategi disusun berdasarkan analisis SWOT. Fungsi strategi ini sebagai titik
tolak untuk merumuskan program.
!!
Universitas Indonesia
!
"!
Analytic Hierarchy Process ( AHP )
Untuk merumuskan prioritas penetapan keputusan dalam pengembangan
pariwisata dilakukan dengan pendekatan Analytic Hierarchy Process ( AHP ).
AHP merupakan suatu alat atau model pengambilan keputusan dengan input
utamanya adalah persepsi manusia. Selain itu AHP juga merupakan suatu
metoda yang memecahkan suatu masalah kompleks kelembagaan dalam
kelompok-kelompoknya dan kemudian diatur menjadi hirarki. Pembobotan
suatu faktor atau variable dapat dilakukan sesuai dengan persepsi manusia
sehingga diharapkan mampu menggambarkan kondisi sebenarnya.
!"# Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah :
a. Wilayah penelitian meliputi seluruh Kabupaten Belitung.
b. Wawancara langsung dengan para stakeholder sektor pariwisata dan sektor
yang mendukung lainnya.
c. Data yang digunakan adalah data dari BPS dan Dinas Pariwisata Kabupaten
Belitung.
!"$ Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam tesis ini akan tersusun dalam 6x(enam) bab.
Bab pertama terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,
hipotesis, metodologi, ruang lingkup, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, dan
sistematika penulisan. Bab kedua berisikan tinjauan literatur mengenai konsep
pertumbuhan ekonomi, perencanaan pembangunan dan pembangunan
berkelanjutan, serta uraian definisi dalam pariwisata dan studi terdahulu.
Sedangkan metodologi yang akan digunakan dalam penulisan ini akan di uraikan
dalam bab tiga.
Gambaran umum daerah di jabarkan dalam bab empat. Bab lima
merupakan analisa hasil dan pembahasan. Bab Enam penutup dari penulisan tesis
ini yang akan berisikan kesimpulan dan saran.
!!
Universitas Indonesia
!
"!
BAB 2
TINJAUAN LITERATUR
Secara luas pariwisata dipandang sebagai kegiatan yang mempunyai
multidimensi dari rangkaian suatu proses pembangunan. Pembangunan sektor
pariwisata menyangkut aspek sosial budaya, ekonomi dan politik (Spillane, 1994).
Karena itu pariwisata dapat dipakai sebagai alat untuk melaksanakan
pembangunan nasional maupun daerah. Dimana seperti dijelaskan dalam Undang-
Undang Nomor 9 tahun 1990 Tentang Kepariwisataan yang menyatakan bahwa
Penyelenggaraan Kepariwisataan ditujukan untuk meningkatkan pendapatan
nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat,
memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja,
mendorong pembangunan daerah, memperkenalkan dan mendayagunakan obyek
dan daya tarik wisata di Indonesia. Serta memupuk rasa cinta tanah air dan
mempererat persahabatan antar bangsa.
Sektor pariwisata memberikan kontribusi yang besar terhadap
perekonomian Indonesia, dampak yang ditimbulkan pengeluaran wisatawan
mancanegara dan nusantara cukup signifikan yaitu sebesar USD 4,8 Milyar pada
tahun 2004, yang memberikan kontribusi 6,71% dari total ekspor menduduki
peringkat kedua dalam penerimaan devisa setelah minyak dan gas (Pusdatin Dep.
Budpar, 2006). Sehingga sektor pariwisata memegang peranan penting dalam
perekonomian Indonesia, baik sebagai salah satu sumber penerimaan devisa
maupun sebagai pencipta lapangan kerja serta kesempatan berusaha.
Selain itu kegiatan pariwisata diharapkan juga dapat memperluas dan
meratakan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, khususnya masyarakat
sekitar objek wisata, untuk merangsang pembangunan regional serta
memperkenalkan identitas dan kebudayaan nasional. Pengembangan pariwisata
dilakukan sejalan dengan program pengembangan dari berbagai macam industri
pariwisata, sehingga tidak hanya industri dalam skala kecil dan menengah saja
tetapi juga industri pariwisata dalam skala besar akan dapat memperoleh manfaat.
!!
Universitas Indonesia
!
"#!
2.1. Pengertian Wisata, Pariwisata, Kepariwisataan, Destinasi
Pariwisata, Wisatawan
Dalam undang-undang Nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan
menyebutkan bahwa:
Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,
pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang
dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Jadi pengertian wisata mengandung
unsur sementara dan perjalanan itu seluruhnya atau sebagian bertujuan untuk
menikmati obyek atau daya tarik wisata. Unsur yang terpenting dalam kegiatan
wisata adalah tidak bertujuan mencari nafkah, tetapi apabila di sela-sela kegiatan
mencari nafkah itu juga secara khusus dilakukan kegiatan wisata, bagian dari
kegiatan tersebut dapat dianggap sebagai kegiatan wisata.
Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung
berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,
Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.
Dengan demikian pariwisata meliputi: (1) semua kegiatan yang
berhubungan dengan perjalanan wisata, (2) Pengusahaan obyek dan daya tarik
wisata seperti: kawasan wisata, taman rekreasi, kawasan peninggalan sejarah,
museum, waduk, pagelaran seni budaya, tata kehidupan masyarakat atau yang
bersifat alamiah: keindahan alam, gunung berapi, danau, pantai, (3) Pengusahaan
jasa dan sarana pariwisata yaitu: usaha jasa pariwisata (biro perjalanan wisata,
agen perjalanan wisata, pramuwisata, konvensi, perjalanan insentif dan pameran,
impresariat, konsultan pariwisata, informasi pariwisata), usaha sarana pariwisata
yang terdiri dari : akomodasi, rumah makan, bar, angkutan wisata.
Beberapa ahli juga mengemukakan pengertian pariwisata. Hunziker dan
Kraff (Pendit, 2006) menyatakan pariwisata adalah sejumlah hubungan-hubungan
dan gejala-gejala yang dihasilkan dari tinggalnya orang-orang asing, asalkan
tinggalnya mereka ini tidak menyebabkan timbulnya tempat tinggal serta usaha-
usaha yang bersifat sementara atau permanen sebagai usaha mencari kerja penuh.
Spillane (1987) mengemukakan bahwa pariwisata adalah perjalanan dari suatu
!!
Universitas Indonesia
!
""!
tempat ke tempat lain, bersifat sementara dilakukan secara perorangan maupun
kelompok, sebagai usaha untuk mencari keseimbangan atau keserasian dan
kebehagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya juga alam
dan ilmu.
Yang pasti pengertian pariwisata akan terus tidak tepat (inprecise),
karena begitu banyak bisnis, pemerintah dan peneliti-peneliti terlibat di dalamnya,
dan juga karena perubahan cepat yang terjadi dalam pariwisata (Lunberg,
Stavenga dan Krishnamoorthy, 1997).
Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan
pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai
wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan
masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan
pengusaha.
Daerah Tujuan Pariwisata yang selanjutnya disebut Destinasi Pariwisata
adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif
yang di dalamnya terdapat Daya Tarik Wisata, Fasilitas Umum, Fasilitas
Pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi
terwujudnya Kepariwisataan.
Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata. Jadi menurut
pengertian ini, semua orang yang melakukan perjalanan wisata dinamakan
wisatawan. Apapun tujuannya yang penting, perjalanan itu bukan untuk menetap
dan tidak untuk mencari nafkah ditempat yang dikunjungi.
Pacific Area Travel Association (PATA) yang didasarkan atas batasan
League of Nation tahun 1936 memberi batasan bahwa wisatawan sebagai orang-
orang yang sedang mengadakan perjalanan dalam jangka waktu 24 jam dan
maksimal 3 bulan di dalam suatu negeri yang bukan negeri di mana biasanya ia
tinggal, mereka ini meliputi: (a) orang-orang yang sedang megadakan perjalanan
untuk bersenang-senang, untuk keperluan pribadi, untuk keperluan kesehatan, (b)
orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan untuk pertemuan, konferensi,
musyawarah atau sebagai utusan berbagai badan/organisasi, (c) orang-orang yang
sedang mengadakan perjalanan dengan maksud bisnis, (d) pejabat pemerintahan
!!
Universitas Indonesia
!
"#!
dan militer beserta keluarganya yang di tempatkan di negara lain tidak termasuk
kategori ini, tetapi bila mereka mengadakan perjalanan ke negeri lain, maka dapat
digolongkan wisatawan (Pendit, 2006).
Sesuai dengan rekomendasi World Tourism Organization (WTO) dan
International Union of Office Travel Organization definisi Wisatawan
Mancanegara adalah setiap orang yang mengunjungi suatu negara di luar tempat
tinggalnya, didorong oleh satu atau beberapa keperluan tanpa bermaksud
memperoleh penghasilan di tempat yang dikunjungi. Definisi ini mencakup 2
(dua) kategori tamu mancanegara, yaitu (Dep. Budpar, 2006):
1. Wisatawan (tourist) adalah setiap pengunjung seperti definisi di atas yang
tinggal paling sedikit 24 jam, akan tetapi tidak lebih dari 6 (enam) bulan di
tempat yang dikunjungi dengan maksud kunjungan antara lain:
a. Berlibur, rekreasi dan olah raga
b. Bisnis, mengunjubgi teman dan keluarga, misi, menghadiri pertemuan,
konferensi, kunjungan dengan alas an kesehatan, belajar, dan
keagamaan.
2. Pelancong (Excursionist) adalah setiap pengunjung seperti definisi di atas
yang tinggal kurang dari 24 jam di tempat yang dikunjungi (termasuk
cruise passenger yaitu setiap pengunjung yang tiba di suatu negara dengan
kapal atau kereta api, di mana mereka tidak menginap di akomodasi yang
tersedia di negara tersebut).
Definisi tersebut bisa dilihat dalam diagram seperti pada gambar 2.1 berikut:
!!
Universitas Indonesia
!
"#!
Sumber: Statistik Kebudayaaan dan Pariwisata, 2006
Gambar 2.1. Klasifikasi Orang yang Melakukan Perjalanan
ORANG YANG
MELAKUKAN PERJALANAN
Termasuk dalam
statistic pariwisata
Tidak termasuk
dalam statistic pariwisata
PENGUNJUNG
WISATAWAN (1)
PELANCONG (3)
Maksud
Kunjungan (9)
Berlibur
Bisnis
Kesehatan
Belajar
Misi/
Pertemuan/ Kongres
Mengunjungi teman/
keluarga
Keagamaan
Olahraga
Lainnya
Bukan Penduduk
Warga negara
yang tinggal di luar negeri
Awak kapal/ pesawat yang
bukan penduduk
(2)
Penumpang
kapal pesiar (4)
Pengunjung kurang dari 24 jam
(5)
Awak kapal/
pesawat (6)
Perwakilan konsuler
(7)
Anggota Angkatan Bersenjata
(7)
Pengungsi Penumpang transit
(8)
Nomaden
Imigran
tetap
Imigran
sementara
Diplomat
(7)
Catatan:
(1) Pengunjung yang tinggal minimal 1 malam di negara yang dikunjunginya (2) Kru pesawat/kapal yang berlabuh dan yang menggunakan fasilitas akomodasi di
negara yang dikunjungi (3) Pengunjung yang tinggal kurang dari 1 malam di negara yang dikunjungi walaupun
mereka berada di wilayah negara yang dikunjungi lebih dari 1 malam dan mereka tidur di kapal atau kereta api yang mereka gunakan
(4) Biasanya dimasukkan dalam kelompok pelancong. Namun akan lebih baik apabila klasifikasi pengunjung dalam kelompok ini bisa dipisahkan
(5) Pengunjung yang datang dan pergi dalam hari yang sama (6) Kru yang bukan penduduk dari negara yang dikunjungi dan singgah 1 hari
(7) Bagi mereka yang melakukan perjalanan dari negara asal ketempat tugas mereka dan sebaliknya
(8) Mereka yang tidak keluar dari area transit. Dalam perjalanan di suatu negara mungkin mereka transit 1 hari atau lebih. Dalam kasus ini seharusnya mereka
dimasukkan dalam statistik pariwisata
$%& Maksud utama kunjungan seperti yang didefinisikan dalam konferensi Roma tahun 1963!
!!
Universitas Indonesia
!
"#!
2.2. Jenis Pariwisata
Seorang wisatawan mengadakan perjalanan wisata karena didorong oleh
berbagai motif yang tercermin dalam berbagai macam jenis pariwisata. Bagi
daerah sangat perlu mempelajari motif ini karena berhubungan dengan fasilitas
yang perlu disiapkan dan program-program promosinya. Spillane (1987)
membedakan jenis pariwisata, yaitu:
1. pariwisata untuk menikmati perjalanan (pleasure tourism). Bentuk
pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang meninggalkan tempat
tinggalnya untuk berlibur, untuk mencari udara segar yang baru, untuk
memenuhi kehendak ingin tahunya, untuk mengendorkan ketegangan
sarafnya, untuk melihat sesuatu yang baru, untuk menikmati keindahan
alam, untuk mengetahui hikayat rakyat setempat, untuk mendapatkan
ketenangan dan kedamaian di daerah luar, untuk menikmati hiburan di
kota-kota besar, atau untuk ikut serta dalam keramaian pusat-pusat
pariwisata,
2. Pariwisata untuk rekreasi (recreation tourism). Jenis pariwisata ini
dilakukan oleh orang-orang yang menghendaki pemanfaatan hari-hari
liburnya untuk beristirahat, untuk memulihkan kembali kesegaran jasmani
dan rohaninya, yang ingin menyegarkan keletihan dan kelelahannya.
3. pariwisata untuk kebudayaan (cultural tourism), jenis ini ditandai adanya
rangkaian motivasi, seperti keinginan belajar di pusat-pusat pengajaran
dan riset, untuk mempelajari adat istiadat, kelembagaan, dan cara hidup
rakyat negeri lain, untuk mengunjungi monumen bersejarah, peninggalan
masa lalu atau sebaliknya. Penemuan-penemuan besar masa kini, pusat-
pusat kesenian, pusat-pusat keagamaan, atau juga untuk ikut serta dalam
festival-festival seni musik, teater rakyat,
4. pariwisata untuk olah raga (sport tourism). Jenis ini dibagi dua kategori:
(i) big sport events, yaitu peristiwa-peristiwa olah raga besar seperti
olimpic games, kejuaraan ski dunia, kejuaraan sepak bola dunia, dan lain-
lain yang menarik perhatian. Tidak hanya atlitnya saja, tetapi juga ribuan
penonton dan penggemarnya, (ii) sporting tourism of the practitioners,
!!
Universitas Indonesia
!
"#!
yaitu peristiwa olah raga bagi mereka yang ingin berlatih dan
mempraktekkan sendiri, seperti pendakian gunung, berburu, memancing,
arung jeram dan lain-lain. Negara/daerah yang memiliki fasilitas atau
tempat olah raga ini tentu dapat menarik sejumlah penggemarnya,
5. pariwisata untuk usaha dagang (business tourism). Menurut beberapa ahli
teori, perjalanan usaha ini adalah bentuk profesional travel atau perjalanan
karena ada kaitannya dengan pekerjaan atau jabatan. Dalam istilah
business tourism tersirat tidak hanya profesional trips yang dilakukan
kaum pengusaha atau industrialis. Tetapi juga mencakup semua kunjungan
ke pameran, kunjungan ke instalasi teknis yang bahkan menarik orang-
orang di luar profesi ini.
6. pariwisata untuk berkonvensi (convention tourism). Peranan jenis
pariwisata ini makin lama makin penting. Banyak negara yang menyadari
besarnya potensi ekonomi dari jenis pariwisata ini sehingga mereka saling
berlomba untuk menyiapkan dan mendirikan bangunan-bangunan yang
dilengkapi dengan fasilitas khusus.
Sedangkan Pendit (1994) membagi jenis pariwisata menjadi empat belas
macam yaitu: wisata budaya, wisata kesehatan, wisata olah raga, wisata
komersial, wisata industri, wisata politik, wisata konvensi, wisata sosial, wisata
pertanian, wisata maritim atau bahari, wisata cagar alam, wisata buru, wisata
pilgrim (agama, sejarah, adat istiadat dan kepercayaan), wisata bulan madu.
Kabupaten Belitung memiliki potensi wisata bahari. Hal ini dimungkinkan
karena secara geografis Kabupaten Belitung terdiri dari pulau-pulau. Menurut
Undang-undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan pengertian Wisata
Bahari atau Tirta adalah usaha yang menyelenggarakan wisata dan olahraga air,
termasuk penyediaan sarana dan prasarana serta jasa lainnya yang dikelola secara
komersial di perairan laut, pantai, sungai, danau, dan waduk.
2.3. Pariwisata Sebagai Industri
Dalam konteks pariwisata sebagai industri, Pendit (2006) telah
memperkenalkan beberapa istilah seperti industry of the invisible export (industri
!!
Universitas Indonesia
!
"#!
eksport tidak nyata), hospitality industry (industri ramah tamah), atau service
industry (industri jasa pelayanan). Adapun batasan tentang industri pariwisata
menurut Yoeti (1990) adalah kumpulan dari bermacam perusahaan yang secara
bersama menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa (goods and service) yang
dibutuhkan para wisatawan pada khususnya dan traveller pada umumnya, selama
dalam perjalanannya.
Sebagai sebuah industri, Wardiyanta (2006) menyatakan pariwisata
mempunyai sifat yang khas, tidak hanya melibatkan banyak industri, yakni
transportasi, akomodasi, jasa boga, atraksi, retail, tetapi bersifat menyerap banyak
tenaga kerja yang pada akhirnya juga memiliki implikasi politis yang besar.
Dalam pengembangan pariwisata, sangat diperlukan sebuah kebijakan untuk dapat
meminimalisasi dampak negatif yang sering timbul.
Menurut Prajogo (1976) pariwisata sebagai industri mempunyai beberapa
sifat khusus, yang membedakannya dengan industri lain. Sifat khusus tersebut
adalah: (a) produk wisata mempunyai ciri bahwa ia tidak dapat dipindahkan.
Orang tidak dapat membawa produk wisata pada langganan, tetapi langganan itu
sendiri harus mengunjunginya, mengalami dan datang untuk menikmati produk
wisata itu, (b) dalam pariwisata produksi dan konsumsi terjadi pada saat yang
sama. Tanpa langganan yang sedang mempergunakan jasa-jasa itu tidak akan
terjadi produksi, (c) sebagai suatu jasa, maka pariwisata memiliki berbagai ragam
bentuk, oleh karena itu dalam pariwisata tidak ada standar ukuran yang obyektif,
(d) langganan tidak dapat mencicipi, mengetahui atau menguji produk itu
sebelumnya, yang dapat dilihat hanya brosur-brosur, gambar-gambar, (e) dari segi
usaha, produk wisata merupakan usaha yang mengandung resiko besar. Industri
pariwisata memerlukan modal yang besar, sedangkan permintaan sangat peka
terhadap perubahan situasi ekonomi, politik, sikap masyarakat, kesenangan
wisatawan dan sebagainya.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi industri pariwisata menurut
Spillane (1987) adalah: (a) pertumbuhan pendapatan nyata dan wisatawan yang
bersangkutan, semakin tinggi pendapatan nyata semakin bertambah juga
pendapatan yang dapat disisihkan untuk perjalanan wisata, (b) wisatawan yang
bersangkutan termasuk golongan orang-orang memperoleh pembiayaan cuti yang
!!
Universitas Indonesia
!
"#!
diambil (pad vacation), (c) besar kecilnya kurs mata uang dari negara penghasil
wisatawan terhadap mata uang negara tujuan mereka. Semakin tinggi nilai mata
uang negara penghasil wisatawan terhadap mata uang negara tujuan mereka,
semakin besar pula daya tarik negara tujuan bagi wisatawan yang bersangkutan,
(d) perbandingan antara daya tarik suatu negara tujuan wisatawan dengan
kebutuhannya untuk berkunjung ke sana, (e) kemudahan pencapaian dan
tersedianya fasilitas transportasi. Berapapun besarnya suatu daerah tujuan wisata,
jika jika sulit untuk dicapai dan fasilitas tidak memadai, maka keinginan
wisatawan untuk ke sana pun pudar, (f) faktor-faktor penting lainnya adalah air
travel policies, landing rights dan tarif penerbangan, yaitu intensitas usaha usaha
promosi dan pemasaran yang dilakukan oleh negara tujuan wisata di negara
penghasil wisatawan, dan yang sangat penting adalah sikap dari negara-negara
tujuan wisata terhadap pariwisata itu sendiri, baik sikap pemerintah maupun sikap
masyarakatnya.
Kemajuan pariwisata sebagai industri menurut Spillane (1987)
sebenarnya ditunjang oleh bermacam-macam usaha yang perlu dikelola secara
terpadu dan baik, diantaranya adalah: (i) promosi, (ii) transportasi, (iii)
kemudahan keimigrasian atau birokrasi, (iv) akomodasi, (v) pemandu wisata yang
cakap, (vi) penawaran barang dan jasa dengan mutu terjamin dan harga yang
wajar, (vii) pengisian waktu dengan atraksi-atraksi yang menarik, dan (viii)
kondisi kebersihan dan kesehatan lingkungan hidup.
Lebih lanjut Spillane (1987) menambahkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan industri pariwisata adalah: (a) undang-undang sosial,
yang membatasi jumlah jam kerja dan menjamin adanya waktu istirahat mingguan
dan liburan tahunan yang dibayar bagi semua karyawan, pegawai dan buruh-
buruh yang bekerja. Negara-negara yang ekonominya kuat cenderung untuk
menambah jumlah hari libur yang dibayar penuh, (b) pendapatan yang meningkat.
Faktor penting penyebab industri ialah makin meningkatnya kehidupan
masyarakat. Kebutuhan dasar manusia di negara-negara maju seperti perumahan,
kendaraan dan sebagainya umumnys sudah terpenuhi, sehingga memungkinkan
untuk menyisihkan sebagian dari pendapatannya untuk melakukan perjalanan
wisata, (c) pendidikan dan hasrat ingin tahu, (d) urbanisasi dan kebutuhan untuk
!!
Universitas Indonesia
!
"#!
menghindari kebisingan kota. Kota-kota industri yang selalu ramai menyebabkan
kebutuhan untuk menghindarkan diri dari kebisingan yang diderita penduduk dan
para pekerja. Mereka membutuhkan istirahat demi kembalinya kesegaran jasmani
dan rohani, (e) hasrat untuk meniru, merupakan kebutuhan sosiologis seseorang
untuk meniru orang lain. Hasrat tersebut bisa berkembang sebagai keinginan, bila
selalu melihat dan mendengar kesan-kesan liburan yang indah dan memuaskan
dari orang lain yang telah melakukan perjalanan wisata.
2.4. Permintaan dan Penawaran Pariwisata
Damanik (2006) menyatakan dari sisi ekonomi, pariwisata muncul dari
empat unsur pokok yang saling terkait erat atau menjalin hubungan dalam suatu
sistem, yakni (a) permintaan atau kebutuhan; (b) penawaran atau pemenuhan
kebutuhan berwisata itu sendiri; (c) pasar dan kelembagaan yang berperan untuk
memfasilitasi keduanya; dan (d) pelaku atau aktor yang menggerakkan ketiga
elemen tadi. Keterkaitan antar empat unsur tersebut di atas sebagai sistem
pariwisata seperti tergambar di bawah ini:
Sumber: Damanik (2006), Perencanaan Ekowisata
Gambar 2.2. Sistem Kepariwisataan
Kebijakan sektor pariwisata dilakukan untuk mendorong potensi wisata
yang ada menjadi produk yang siap dikonsumsi. Untuk itu perlu dilakukan
KEBIJAKAN
PARIWISATA
PEN
AW
AR
AN
PER
MIN
TAA
N
PASAR/PELAKU PARIWISATA
PRODUK
Keterangan: a) mendorong; b) mengendalikan; c) mempengaruhi;
d) mengembangkan & memasarkan; e) membeli
c c
a b
d e
!!
Universitas Indonesia
!
"#!
pengendalian supaya produk yang ada tidak saling bersaing, namun dapat
bersinergi dalam satu kemasan produk yang ditawarkan menjadi paket-paket
wisata. Sehingga kebijakan yang dibuat mampu menciptakan penawaran berbagai
atraksi wisata. Dengan demikian produk wisata harus peka dan mampu menagkap
permintaan dari wisatawan terhadap kualitas dan kuantitas produk yang
ditawarkan.
Permintaan. Menurut Yoeti (1990) permintaan dalam pariwisata terdiri
dari bermacam-macam unsur yang saling berbeda baik sifat, bentuk serta
manfaatnya bagi wisatawan. Permintaan dalam pariwisata tidak hanya terbatas
selama masa perjalanan berlangsung. Tetapi unsur permintaan dilaksanakan
sebelum adanya perjalanan wisata. Berbagai informasi, dokumen, perjalanan,
tempat penginapan dan sebagainya harus terlebih dahulu disiapkan.
Lebih lanjut Damanik (2006) menyatakan unsur-unsur penting dalam
permintaan wisata adalah wisatawan dan produk lokal yang menggunakan
sumberdaya (produk dan jasa) wisata. Basis utamanya adalah waktu dan uang.
Dengan waktu dan sumberdaya yang dimiliki, wisatawan adalah konsumen utama
yang akan mengkonsumsi produk dan layanan wisata yang disediakan di negara
atau daerah tujuan wisata.
Berbagai faktor yang mempengaruhi permintaan wisatawan, antara lain
pendapatan, harga, kualitas, hari-hari libur, dan teknologi transportasi. Pendapatan
merupakan faktor yang sangat menentukan, dapat tidaknya seseorang berwisata,
seseorang baru akan melakukan perjalanan wisata, bila mempunyai uang lebih.
Demikian juga faktor harga dapat mempengaruhi keputusan untuk berwisata.
Perubahan harga akan mempengaruhi penggunaan dana yang dimiliki seseorang.
Jika terjadi perubahan harga pada produk wisata, maka akan terjadi substitusi, dan
calon wisatawan akan mengalihkan perhatiannya pada paket wisata lain yang
lebih murah, ataupun membatalkannya.
Selain itu faktor transportasi yang semakin canggih dan dapat
mempersingkat waktu perjalanan dengan segala fasilitas yang nyaman lagi baik,
maka hal ini akan menarik bagi calon wisatawan untuk berwisata seperti di
negara-negara maju, yang pariwisatanya ditangani dengan baik dan didukung
teknologi canggih, justru lebih banyak kegiatan kunjungan wisata.
!!
Universitas Indonesia
!
"#!
Penawaran. Penawaran dalam pariwisata, meliputi unsur-unsur objek
dan daya tarik wisata (ODTW) ciptaan Tuhan (alamiah) dan ODTW buatan
manusia, barang-barang dan jasa-jasa yang dapat mendorong orang-orang
berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata (Yoeti, 1990). Damanik (2006)
mengemukakan apa yang ditawarkan kepada wisatawan? Jawabnya adalah produk
(product) dan jasa (services).
Produk wisata adalah semua produk yang diperuntukkan bagi atau
dikonsumsi oleh seseorang selama melakukan kegiatan wisata. Adapun jasa
adalah layanan yang diterima wisatawan ketika mereka memanfaatkan
(mengkonsumsi) produk tersebut. Jasa ini biasanya tidak tampak (intangible),
bahkan sering kali tidak dirasakan. Mulai dari pembersihan kamar hotel yang
dilakukan oleh staf room service, aneka hidangan dan cara penyajiannya yang
dilakukan oleh staf food and beverage sampai penyediaan informasi di Tourist
Information Center, semuanya merupakan bentuk jasa wisata.
Lebih lanjut Damanik (2006) menyampaikan, banyak kalangan yang
menyamakan produk dan jasa sebagai potensi wisata. Pemahaman seperi itu jelas
keliru. Produk dan jasa harus sudah siap dikonsumsi oleh wisatawan. Sebaliknya
potensi wisata adalah semua objek (alam, budaya, buatan) yang memerlukan
banyak penanganan agar dapat memberikan nilai daya tarik bagi wisatawan.
Lebih lanjut Kuswara (2006) menyatakan kegiatan pariwisata melibatkan
berbagai unsur atau komponen, yang saling kait mengkait yaitu antara konponen
produk dari sisi penawaran dengan komponen pasar dari sisi permintaan seperti
pada gambar 2.3. berikut:
!!
Universitas Indonesia
!
"#!
Sumber: Kuswara (2006), Kepariwisataan dalam Perspektif pengembangan Kota
Gambar 2.3. Penawaran dan Permintaan Pariwisata
2.5. Pariwisata dengan Pembangunan Ekonomi
Dep. Budpar (2005) menyatakan pariwisata sangat dipengaruhi oleh
situasi dan kondisi perekonomian. Dengan ekonomi yang maju pariwisata akan
berkembang karena didukung oleh kesejahteraan penduduk dan fasilitas daerah
tujuan wisata yang memadai. Hal sebaliknya juga dapat terjadi yaitu pariwisata
dapat mendorong perekonomian regional dan nasional. Kegiatan pariwisata akan
menimbulkan demand akan barang dan jasa yang selanjutnya akan merangsang
pertumbuhan produksi.
Menurut Spillane (1994) ada beberapa elemen dalam menentukan
hubungan pariwisata dengan pembangunan ekonomi, yaitu: (a) jenis pariwisata,
(b) struktur ekonomi nasional, (c) hubungan antara perpindahan modal dan
migrasi tenaga kerja. Hal ini mengisyaratkan bahwa pariwisata dalam
pembangunan ekonomi nasional tergantung secara parsial pada organisasi
permodalan dan khususnya kemampuan modal dari luar negeri untuk ditanamkan
di dalam negeri. Pariwisata memainkan peranan yang sangat penting dalam
strategi ekonomi di berbagai negara.
!!
Universitas Indonesia
!
""!
2.6. Strategi Pengembangan Pariwisata
Pengertian strategi adalah Rencana yang disatukan, luas dan berintegrasi
yang menghubungkan keunggulan strategis perusahaan dengan tantangan
lingkungan, yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama dari
perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi (Glueck
dan Jauch, p.9, 1989).
Sedangkan menurut Chandler (1962), strategi merupakan alat untuk
mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang,
program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya (lihat Rangkuti, 2001).
Strategi pengembangan pariwisata harus dikaji berdasarkan kondisi lingkungan
strategik yang berpengaruh. Lingkungan strategik tersebut mencakup faktor
internal dan faktor eksternal yang dapat berpengaruh terhadap pengelolaan
pariwisata.
Tahapan pembuatan strategi merupakan tahapan yang menghubungkan
organisasi dengan lingkungannya dan merupakan strategi yang paling sesuai
dengan misi organisasi (Tangkilian, 2005:24). Proses pembuatan strategi terdiri
dari 4 (empat) tahap yaitu:
1. Identifikasi masalah strategik yang dihadapi organisasi.
2. Pengembangan alternatif strategi yang ada.
3. Evaluasi dari alternatif.
4. Penentuan pemilihan strategi baik dari berbagai alternatif yang tersedia.
2.7. Konsep Perencanaan Kebijakan
Menurut Drucker (1954), Perencanaan adalah suatu proses kerja yang
terus menerus yang meliputi pengambilan keputusan yang bersifat pokok dan
penting dan yang akan dilaksanakan secara sistematik, melalukan perkiraan-
perkiraan dengan menggunakan segala pengetahuan yang ada tentang masa depan,
mengorganisir secara sistematik segala upaya yang dipandang perlu untuk
melaksanakan segala keputusan yang telah ditetapkan, serta mengukur
keberhasilan dari pelaksanaan keputusan tersebut dengan membandingkan hasil
!!
Universitas Indonesia
!
"#!
yang dicapai terhadap target yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan umpan
balik yang diterima dan yang telah disusun secara teratur dan baik.
Konsep pengembangan merupakan konsep yang terkait dengan
perencanaan dalam penyusunan kebijakan publik. Pada konsep pengembangan,
yang utama adalah perencanaan dan strategi untuk mengimplementasikan
perencanaan tersebut dalam kebijakan pemerintah.
Strategi kebijakan dalam pengembangan pariwisata perlu dirumuskan
dan diimplementasikan dalam membangun dan mengendalikan masyarkat supaya
objek dan atraksi wisata yang terbentuk makin tertata dan mampu dikelola dengan
baik sesuai dengan kapasitas pemerintah, swasta, LSM dam masyarakat stempat.
Strategi kebijakan pembangunan itu dapat diimplementasikan melalui
pelaksanaan program dan kegiatan yang spesifik untuk mengatasi masalah
infrastruktur, sumber daya manusia, ekonomi, social dan regulasi yang terkait
dengan perkembangan pariwisata.
Yoety (1997 dalam Prencanaan Pengembangan Pariwisata) menyatakan
bahwa ada Sembilan prinsip yang perlu diikuti oleh pengembang pariwisata
sebagai pedoman dasar untuk menyusun rencana pariwisata, yakni :
1. Perencanaan pengembangan pariwisata merupakan satu kesatuan dengan
pembangunan regional maupun nasional dari pembangunan perekonomian
Negara.
2. Perencanaan pengembangan pariwisata perlu menggunakan pendekatan
terpadu dengan sektor-sektor lainnya yang terkait.
3. Perencanan pengembangan pariwisata perlu dibawah koordinasi fisik
daerah/Negara secara keseluruhan.
4. Perencanaan pengembangan pariwisata perlu didasarkan pada studi yang
khusus yang dibuat secara khusus untuk pengembangan pariwisata dengan
memperhatikan perlindungan terhadap lingkungan hidup, alam dan budaya
sekitarnya.
5. Perencanaan fisik harus didasarkan pada penelitian yang sesuai dengan
lingkungan alam sekitar dengan memperhatikan faktor-faktor geografi yang
lebih luas tidak hanya dari segi administrative saja.
!!
Universitas Indonesia
!
"#!
6. Perencanaan dan penelitian yang dilakukan harus memperhatikan masalah
kelestarian ekologi supaya pariwisata dapat berlangsung secara berkelanjutan.
7. Perencanaan dan pengembangan pariwisata harus memperhatikan dampak
social yang mungkin ditimbulkan supaya pengembangan pariwisata tidak
mendapat resistensi karena terjadinya konflik social yang mungkin
ditimbulkannya.
8. Pada daerah perkotaan dan daerah industry, perlu direncanakan fasilitas
hiburan yang disebut pre-urban.
9. Perencanaan pengembangan pariwisata harus didasarkan kepentingan
peningkatan kesejahteraan masyarakat tanpa membedakan suku, agama, ras,
golongan maupun bangsa
2.8. Penelitian Terdahulu
Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan oleh peneliti
terdahulu yang berhubungan dengan penelitian ini. Pao (2004), melakukan
penelitan yang bertujuan untuk mengetahui perkembangan dan prospek dari
industri pariwisata di Macao. Analisis yang digunakan adalah Analisis SWOT.
Menurut Pao, dalam mengembangkan industri pariwisata di Macao ada beberapa
hal yang harus dilakukan yaitu promosi dari MICE, program kerjasama promosi
dengan Hong Kong dan Guangdong, dan Macao harus mengembangkan kota
wisatanya agar menjadi tujuan wisata liburan yang menyediakan berbagai macam
kegiatan dan hiburan menyenangkan dan menarik.
Forman dan Gass (2001) melakukan penelitian tentang Pemakaian
Analytic Hierarchy Process (AHP). Tujuan penelitian ini adalah mendiskusikan
mengapa AHP menjadi sebuah metodologi yang umum untuk berbagai macam
pengambilan keputusan dan aplikasi yang lain, memaparkan secara singkat
keberhasilan dari penggunaan AHP, mengelaborasi kegiatan-kegiatan akademik
yang berkaitan dengan efektivitas dan aplikatif AHP dibandingkan dengan
metodologi lain. Validitas dan kemampuannya dalam memecahkan kembali
permasalahan yang multi objektif digunakan dalam ratusan (bahkan sekarang
ribuan) pengambilan keputusan (Saaty, 1994). Lebih dari 1000 artikel dan
!!
Universitas Indonesia
!
"#!
hampir 100 disertasi doktoral merujuk kepada alamat
http://www.ExpertChoice.com. sebagai referensi. Hasil yang diperoleh adalah
AHP tidak hanya sebatas sebuah metode pengambilan keputusan, alat untuk
menganalisis melainkan lebih dari itu bahwa ada 3 fungsi utama AHP yang
menjadi keunggulannya yaitu kompleksitas yang terstruktur, pengukuran dari
skala perbandingan dan proses sintesis (permasalahan).
Wijaya (2005) melakukan penelitian tentang Perencanaan Pengembangan
Wisata Bahari di Kepulauan Seribu yang bertujuan untuk menyusun perencanaan
yang efektif dalam pengembangan kepariwisataan melalui sektor wisata bahari di
Kepulauan Seribu. Penelitian ini mencoba menawarkan sebuah rumusan strategi
yang didasarkan pada usaha mensinergikan beberapa pandangan dan preferensi
para ahli pariwisata bahari. Hasil yang diperoleh dari pendekatan AHP
berdasarkan interaksi 3 kelompok stakeholder antara lain : (1) Masyarakat lokal
lebih memprioritaskan program pendidikan dan pelatihan bagi masyarakat
dibandingkan dengan 3 program lainnya dengan bobot prioritas 0,329. (2)
Sementara PEMDA lebih menitikberatkan pada program pengadaan berbagai
informasi dan promosi obyek wisata dengan bobot 0,379. (3) Pihak
swasta/investor menginginkan program pengadaan sarana dan prasarana
penunjang pariwisata yang memadai didahulukan dari program lainnya dengan
bobot 0,432. (4) Secara keseluruhan, jika ketiga kelompok dipertautkan
berdasarkan kepentingan masing-masing dan kelompok pelaksana program maka
diperoleh hasil sintesis bahwa program pengadaan informasi dan promosi obyek
wisata harus menjadi prioritas utama dibandingkan program lainnya, dengan
bobot prioritas 0,299 dan indeks inkonsistensi keseluruhan yang dapat diterima
yakni sebesar 0,03.
Setiyadi, Amar dan Aji (2011) melakukan penelitian dengan
menggunakan etode SWOT AHP. Penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan
informasi tentang faktor kekuatan, faktor kelemahan, faktor peluang dan faktor
ancaman. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk menentukan prioritas
strategi dalam mengembangkan UKM kuliner. Hasil dari penelitian tersebut
berupa program utama yang harus direalisasikan bagi pengembangan usaha UKM
!!
Universitas Indonesia
!
"#!
Kuliner dalam pengembangan bisnis untuk mencapai sustainability, yang terdiri
dari :
Strategi membuka cabang luar daerah
Strategi kemitraan saham keseluruhan
Strategi membuka cabang lokal
Strategi kemitraan saham sebagian
Utami (2011) melakukan penelitian yang bertujuan untuk
mengidentifikasi citra yang terbentuk melalui film dan pemasaran destinasi yang
dapat berpengaruh terhadap pengembangan destinasi sebagai tujuan wisata.
Temuan-temuan yang dihasilkan yaitu: (1) Film sangat berpengaruh terhadap
pembentukan citra destinasi pulau Belitung, (2) Faktor permintaan destinasi
sebagai lokasi pembuatan film sangat tinggi namun belum didukung oleh faktor
penyediaan destinasi sebagai tujuan wisata yang dipengaruhi oleh film (film-
induced tourism).
2.9. Kerangka Konsep Penelitian
Penelitian ini secara garis besar bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-
faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman strategi
pengembangan pariwisata di Kabupaten Belitung serta merumuskan prioritas
kebijakan strategi pengembangan pariwisata di Kabupaten Belitung. Dalam
melaksanakan penelitian ini penulis menggunakan analisis kualitatif yang
menggunakan data primer dari hasil penelitian lapangan dan analisis deskriptif
menggunakan data sekunder. Analisis kualitatif yang digunakan adalah SWOT
dan AHP.
Berdasarkan studi literatur dan studi empiris terdahulu, penelitian ini
memfokuskan diri pada analisis sektor pariwisata dengan kerangka konsep
penelitian sebagai berikut :
!!
Universitas Indonesia
!
"#!
Visi dan Misi Pariwisata
Kabupaten Belitung
Tujuan dan Strategi
Kebijakan Pengembangan
Pariwisata
Potensi
Kondisi Pariwisata
saat ini
Target
Berkembangnya pariwisata
Kabupaten Belitung yang
berkelanjutan
Hambatan
Strategi Pengembangan Pariwisata
Kabupaten Belitung!
!"#$Analisa SWOT
Analisa Faktor
Eksternal
Analisa Faktor
Internal
Gambar 2.4. Kerangka Konsep Penelitian
!!
Universitas Indonesia
!
"#!
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
Penelitian ini berupa penelitian Deskriptif kualitatif dan kuantitatif
dengan analisa mengenai strategi pengembangan pariwisata di Kabupaten
Belitung.
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Belitung dimana pengambilan
data dilakukan pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Belitung
sebagai pihak pembuat Program Strategi dan Pengembangan Pariwisata serta
pelaksana kebijakan pariwisata Kabupaten Belitung. Selain itu pengambilan data
pendukung juga dilakukan pada Bappeda Kabupaten Belitung, BPS Kabupaten
Belitung dan informasi tambahan lainnya dari Kabupaten Belitung.
3.2. Sumber Data
Data maupun informasi dalam penelitian ini dikumpulkan dari hasil data
primer wawancara dengan kuesioner dan data sekunder. Informasi tersebut digali
dari beragam sumber data, dan jenis sumber data yang akan dimanfaatkan dalam
penelitian ini meliputi informan sumber data, terdiri dari :
1. Pejabat pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Belitung
meliputi Kepala Dinas, Subag. Program dan Pelaporan, Kepala Bidang
Pemasaran,Kepala Bidang Kebudayaan, Kepala Seksi Lingkungan
Kebudayaan dan Kepercayaan, Kepala Seksi Promosi, Kepala Seksi
Kerjasama serta staf yang berhubungan dengan program.
2. Pejabat terkait pada Kabupaten Belitung.
3. Pejabat yang berwenang pada BPS Kabupaten Belitung
4. Pejabat pada Dinas Terkait pada Kabupaten/Kota di Kabupaten Belitung.
5. Stakeholder lain yang terlibat seperti Anggota DPRD, Pelaku Usaha
Pariwisata di Kabupaten Belitung dan Komunitas masyarakat yang terlibat
langsung dengan Program Pariwisata di Kabupaten Belitung.
6. Arsip atau dokumen pendukung yang didapat dari sumber yang valid
untuk memperjelas data utama.
!!
Universitas Indonesia
!
"#!
3.3. Teknik Pengumpulan Data
!"!"#" Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Dimana
dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan
yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan. Tujuan
melakukan wawancara adalah memungkinkan kita untuk masuk dalam perspektif
orang lain. Adalah tanggung jawab pewawancara menyediakan kerangka kerja,
yang orang dapat menanggapi dengan rasa nyaman, tepat dan jujur terhadap
pertanyaan terbuka (Patton ,2009:184)
Wawancara dalam penelitian ini menggunakan jenis wawancara
mendalam dengan pertanyaan terbuka dan wawancara dengan responden terpilih
(Purposive Sampling) berdasarkan kemampuan dan keterlibatannya dengan
masalah yang diteliti baik secara internal maupun eksternal untuk mendapatkan
masukan pada indikator strategi SWOT dan AHP yang akan diteliti. Wawancara
dilakukan pada masing masing Kantor tempat pengambilan data terkait, pada
saat jam kerja berlangsung.
!"!"$" Dokumentasi
Penggunaan dokumen resmi dalam penelitian sebagai sumber data telah
lama digunakan sebagai alat untuk menguji, menafsirkan bahkan untuk
meramalkan tentang suatu keadaan. Pengumpulan data dokumentasi dimaksudkan
untuk melengkapi data yang tidak diperoleh dari kegiatan wawancara. Dokumen-
dokumen tersebut antara lain RPJMD dan RPJP Kabupaten Belitung, Rencana
Strategis Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Belitung, Laporan
Keuangan dan Program Kerja Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten
Belitung, dan Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Tahun 2008
2010.
!"!"!" Survey
Survey merupakan satu tahapan untuk mencari informasi dari responden.
Dalam Penelitian ini sampel diambil dengan menggunakan kuesioner sebagai
!!
Universitas Indonesia
!
"#!
alat pengambilan data pokok dimana pada umumnya yang merupakan unit analisa
dalam penelitian survei adalah responden kunci. Survey dilakukan pada Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata dan Responden yang berhubungan dengan sektor
pariwisata di Kabupaten Belitung. Kuesioner di buat sedemikian rupa dengan
berbagai alternatif jawaban dan responden memberikan tanda pada satu jawaban
saja. Item skala penilaian disusun berdasarkan skala Likert. Kuesioner tertutup
adalah kuesioner yang telah disediakan jawabannya, sehingga responden tinggal
memilih jawabannya pada kolom yang telah disediakan dengan memberi tanda
silang (X) atau centang (!) (Arikunto,2006). Alasan penggunaan kuesioner
tertutup , yaitu :
a. Kuesioner ini memberikan kemudahan pada responden dalam memberikan
jawaban;
b. Lebih praktis sistematis dan sesuai alat analisa yang digunakan;
c. Jawaban lebih relevan dan mengarah terhadap permasalahan yang diteliti.
Penyampaian kuesioner kepada responden dilakukan secara langsung
dan sebelumnya diberi pengarahan mengenai tata cara pengisian kuesioner.
Setelah kuesioner diisi oleh responden, kemudian dikembalikan kepada peneliti.
!"#" Teknik Sampling
Tehnik pengambilan sampling dilakukan dengan menggunakan sampel
bertujuan (Purposive Sampling), dimana menurut Arikunto (2006) dilakukan
dengan cara mengambil subjek bukan berdasarkan strata , random atau daerah,
tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Dalam penelitian ini sampling yang
diambil adalah dari Pejabat Lingkup Dinas Pariwisata Kabupaten Belitung
ditambah dengan stake holder yang terkait baik secara internal maupun eksternal
di lingkup Kabupaten Belitung.
!"$" Instrumen Penelitian
!"$"%" SWOT
Konsep analisis SWOT memberikan suatu pandangan dasar tentang
strategi atau taktik yang diperlukan dalam mencapai tujuan tertentu. Analisis
SWOT mengkaji dengan menilai faktor-faktor terkait. Untuk perumusan strategi
!!
Universitas Indonesia
!
"#!
dan mengelompokan faktor-faktor tersebut menjadi faktor eksternal dan faktor
internal, kemudian membandingkan antara faktor eksternal yang merupakan
peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dengan faktor internal yang berupa
kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) (Rangkuti, 2001). Menurut
Fandeli (2002) strategi merupakan cara bagaimana organisasi mencapai visi dan
misi yang ada secara sistematis, terarah dan rasional. Strategi disusun berdasarkan
analisis SWOT. Fungsi strategi sebagai titik tolak untuk merumuskan program.
Menurut Pearce and Robinson (2003,134), analisis SWOT perlu dilakukan karena
analisa SWOT untuk mencocokkan fit antara sumber daya internal dan situasi
eksternal perusahaan. Pencocokkan yang baik akan memaksimalkan kekuatan dan
peluang perusahaan dan meminimumkan kelemahan dan ancamannya. Asumsi
sederhana ini mempunyai implikasi yang kuat untuk design strategi yang sukses.
Suatu strategi yang efektif akan memaksimalkan kekuatan dan peluang
organisasi, namun pada kondisi yang sama meminimalkan kelemahan dan
ancaman yang muncul.
Menurut Pearce dan Robinson (2003), analisis SWOT memiliki
keterbatasan. Pertama, analisis SWOT berpotensi untuk terlalu banyak
memberikan penekanan pada kekuatan internal dan kurang memberikan perhatian
pada ancaman eksternal. Kedua, analisis SWOT dapat menjadi sesuatu yang
bersifat statis dan berisiko mengabaikan perubahan situasi dan lingkungan yang
dinamis. Ketiga, analisis SWOT berpotensi terlalu memberikan penekanan hanya
pada satu kekuatan atau elemen dari strategi. Dengan keterbatasan tersebut bukan
berarti SWOT tidak bisa lagi digunakan. Justru keterbatasan ini dapat menjadi
panduan dan pelajaran bagi peneliti agar dapat memanfaatkan analisis SWOT
dengan tepat, yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan peneliti.
Instrumen yang dipakai sebagai alat untuk mengumpulkan data,pada
penelitian ini adalah berupa daftar pertanyaan/ kuesioner jenis tertutup yang harus
diisi oleh responden dengan cara mengisi dan memberi tanda tertentu pada
alternatif jawaban yang dipilih. Kuesioner dimaksudkan untuk menjaring data
yang berkaitan dengan program dan strategi yang telah dilaksanakan sehingga
dapat dianalisa apa saja secara internal faktor kekuatan (Strength) dan
kelemahannya (Weakness). Secara Eksternal juga dapat diketahui Peluang
!!
Universitas Indonesia
!
"#!
(Opportunity) dan ancaman (Threatnesss) yang dihadapi dalam rangka
mengevaluasi strategi yang telah dilakukan.
Pada kuesioner ini, responden mengisi 3 kolom butir pertanyaan
kuesioner faktor internal dan eksternal berupa keadaan saat ini dan harapan
dimasa yang akan datang dalam kisaran angka 1 hingga angka 6 dan kuesioner
urgensi penanganan dalam kisaran angka 1 hingga angka 4 skala yang digunakan
adalah skala Likert. Responden mengisi setiap butir pernyataan kuesioner kolom 1
dan 2 dalam kisaran sangat baik diberi skor 6 hingga sangat kurang diberi skor
1.Pada kolom 3 berupa urgensi penanganan. Responden mengisi setiap butir
pernyataan berupa Sangat Urgen diberi skor 4 hingga Tidak Urgen diberi skor 1
Secara rinci, pemberian skor sebagai berikut :
Tabel 3.1 Indikator Faktor Internal dan Eksternal Analisa SWOT
N
o
Indikator
Penelitian
Eksternal /
internal
Kondisi Sampai Saat ini Urgensi
Penanganan
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4
1 Faktor 1
2 Faktor 2
3 Faktor 3
4 Faktor 4
5 Dst ......
Penilaian Responden: Urgensi Penanganan:
Angka 1 = Sangat Kurang Angka 1 = Tidak Urgen
Angka 2 = Kurang Angka 2 = Agak Urgen
Angka 3 = Cukup Angka 3 = Urgen
Angka 4 = Agak Baik Angka 4 = Sangat Urgen
Angka 5 = Baik
Angka 6 = Sangat Baik
1. Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa faktor, merupakan bagian dari
bidang yang merupakan penjabaran spesifik dari masing-masing bidang. Dari
contoh di atas (1) Penjualan barang/jasa dimana dinilai dari anggaran vs
!!
Universitas Indonesia
!
""!
target (2) Distribusi produk melalui jasa Travels Tour dan Maskapai
merupakan faktor. Faktor inilah yang kemudian terkategori sebagai
kekuatan atau kelemahan (dari analisa internal) dan peluang atau ancaman
(dari analisa eksternal).
2. Setelah kuesioner terisi dan terkumpul semua, penilaian faktor dilakukan
dengan meranking bobot penilaian pada penilaian responden yang memiliki
nilai maksimal 6 dan minimal 1. Faktor-faktor yang memiliki nilai di atas
median (atau rata-rata dilihat dari persebaran distribusi probabilitasnya)
disebut dengan kekuatan pada analisa internal dan peluang pada analisa
eskternal. Sebaliknya faktor-faktor yang memiliki nilai penilaian di bawah
median disebut dengan kelemahan pada analisa internal dan ancaman
pada analisa eksternal.
Cara pengisian pembobotan IFAS dan EFAS sebagai berikut :
Untuk faktor Strenght (kekuatan) dan Opportunity (peluang) karena
bobotnya diatas rata-rata kolom maka langsung menjadi bobot
sebenarnya baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang.
Untuk faktor Weakness (kelemahan) dan Threatness (ancaman) yang
bobotnya < dari kolom rata rata, maka bobot yang diperoleh dari selisih
rata-rata kolom dan faktor baris masih harus dijadikan sebagai angka
pengurang dari angka tertinggi (6) baik jangka pendek dan jangka
panjang.
3. Nilai penyesuaian bersifat mutlak.
4. Penentuan bobot dari masing-masing elemen SWOT untuk setiap faktornya
diambil dari masing-masing elemen SWOT untuk setiap faktornya dengan
mengambil bobot masing-masing faktor = 100% baik internal maupun
eksternal. Bobot total dari setiap elemen SWOT menggambarkan nilai total
penyesuaian rata-rata terhadap nilai total faktor masing-masing.
Pembobotan dipakai sebagai bahan penilaian prioritas adalah bobot
tertimbang yang diperoleh dari perkalian bobot X rating. Sedangkan rating
diperoleh dari nilai rata rata faktor urgensi penanganan/skala prioritas
kepentingan program sesuai dengan abjad dalam kuesioner responden dimana
nilai a = 1, b= 2,c = 3, d = 4. Tujuan penyesuaian bobot adalah untuk
!!
Universitas Indonesia
!
"#!
menyesuaikan perbedaan bobot faktor baik secara internal dan eksternal.
Prioritas dan keterkaitan antar strategi didapat dari hasil pembobotan IFAS
dan EFAS hasil kuesioner SWOT untuk masing-masing indikator faktor
(Soesilo,2002).
5. Membentuk suatu kuadran faktor strategi pengembangan sektor pariwisata,
yang menjelaskan posisi dari kombinasi faktor internal dan eksternal, dengan
kombinasi : kekuatan-peluang (S-O), kekuatan-ancaman (S-T), kelemahan-
peluang (W-O) dan kelemahan-ancaman (W-T).
Tabel 3. 2 Matriks Interaksi Internal Factors Analysis Summary (IFAS)
dan External Factors Analysis Summary (EFAS)
IFAS
EFAS STRENGTH (S) WEAKNESS (W)
OPPORTUNITY
(O)
SO = Ciptakan strategi
untuk menggunakann
kekuatan untuk
memanfaatkan peluang
WO = Ciptakan strategi yang
meminimalkan kelemahan
untuk memanfaatkan peluang
THREATHS (I)
ST = Ciptakan strategi
yang menggunakann
kekuatan untuk mengatasi
ancaman
WT = Ciptakan strategi
yang meminimalkan
kelemahan dan menghindari
ancaman
Sumber : Rangkuti F,(2011)
!"#"$" Analytical Hierachy Process (AHP)
Analytical Hierarchy Process (AHP) dikembangkan oleh Thomas L.
Saaty pada tahun 1970-an. Metode ini merupakan salah satu model pengambilan
keputusan multi kriteria yang dapat membantu kerangka berpikir manusia di mana
faktor logika, pengalaman, pengetahuan, emosi, dan rasa dioptimasikan ke dalam
suatu proses sistematis.
!!
Universitas Indonesia
!
"#!
AHP adalah metode pengambilan keputusan yang dikembangkan untuk
menentukan prioritas dari beberapa alternatif yang ada ketika beberapa kriteria
harus dipertimbangkan, serta mengijinkan pengambil keputusan (decision makers)
untuk menyusun masalah yang kompleks ke dalam suatu bentuk hirarki atau
serangkaian level yang terintegrasi.
Pada dasarnya AHP merupakan metode yang digunakan untuk
memecahkan masalah yang kompleks dan tidak terstruktur ke dalam kelompok-
kelompoknya, dengan mengatur kelompok tersebut ke dalam suatu hirarki,
kemudian memasukkan nilai numerik sebagai pengganti persepsi manusia dalam
melakukan perbandingan relatif. Dengan suatu sintesis maka akan dapat
ditentukan elemen mana yang mempunyai prioritas tertinggi.
AHP banyak digunakan untuk pengambilan keputusan dalam
menyelesaikan masalah-masalah dalam hal perencanaan, penentuan alternatif,
penyusunan prioritas, pemilihan kebijakan, alokasi sumber daya, penentuan
kebutuhan, peramalan hasil, perencanaan hasil, perencanaan sistem, pengukuran
performansi, optimasi, dan pemecahan konflik.
The Analytic Hierarchy Process adalah salah satu bentuk model
pengambilan keputusan yang pada dasarnya berusaha menutupi semua
kekurangan dari model-model sebelumnya1. Saaty menyebutkan bahwa the
analytic hierarchy process (AHP) is a theory of measurement2.
Peralatan utama dari model ini adalah sebuah hirarki fungsional dengan
input utamanya adalah persepsi manusia. Dengan menyusun hirarki suatu masalah
yang kompleks dan tidak terstruktur kemudian dipecah ke dalam kelompok-
kelompok untuk diatur menjadi suatu bentuk hirarki.
Perbedaan AHP dengan model pengambilan keputusan yang lain adalah
terletak pada jenis inputnya. Model yang sudah ada umumnya memakai input data
kuantitatif atau data sekunder, sedang model AHP memakai persepsi manusia
yang dianggap ekspert sebagai input utamanya. Ekspert disini lebih mengacu
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!1 !"#$"%&'()*#"+,'-.!./'012(3/'(14567548/9":"*;"/''
>'?,@"#A",:"%' (*BC.' -"";D' A"+"' @D#[email protected],E#' (14567548' 9":"*;"' $EF"%'?)@)#$)*'
!!
Universitas Indonesia
!
"#!
pada orang yang mengerti benar permasalahn yang diajukan, merasakan akibat
suatu masalah atau punya kepentingan terhadap masalah tersebut. Dapat juga
dikatakan bahwa model AHP adalah suatu model pengambilan keputusan yang
komprehensif, karena dapat memperhitungkan hal-hal kuantitatif dan kualitatif
sekaligus (Brodjonegoro, 1992).
Model AHP (Alphonce, 1996) merupakan metode yang dapat
mengakomodir faktor-faktor atau variable-variabel kualitatif dalam suatu masalah
pengambilan keputusan, dan sangat mengandalkan pada pengalaman dari
pengambil keputusan untuk membuat sebuah prioritas kebijakan yang lebih baik.
Untuk membuat keputusan menggunakan metode ini adalah dengan
mendekomposisi keputusan sehingga akan diperoleh prioritas keputusan melalui
tahapan-tahapan sebagai berikut (Saaty, 2008) :
1. Merumuskan permasalahan
2. Membuat Hirarki yang terdiri atas level paling atas berupa tujuan dari
pengambilan keputusan, dilanjutkan dengan level di bawahnya berupa kriteria
dari pengambilan keputusan, dan level yang paling bawah berupa alternatif-
alternatif keputusan yang akan diambil.
3. Membuat matriks perbandingan (Pairwise Comparison Matrices).
4. Menggunakan prioritas yang terkandung dalam matriks pairwise comparison
ke dalam pembobotan prioritas global.
Model AHP yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
perencanaan (backward process). Model ini terdiri atas 5 level dimana level
teratas merupakan tujuan yaitu masa depan yang diinginkan dari suatu
permasalahan. Pada level dua terdapat skenario-skenario atau target-target yang
diinginkan. Berikutnya pada level 3 terdapat masalah-masalah yang diperkirakan
akan menghambat pencapaian target yang diinginkan. Sedangkan pada level 4
terdapat aktor atau pelaku yang berperan atau berpengaruh dalam pencapaian
target. Pada level terakhir dan sekaligus hasil akhir suatu proses perencanaan
adalah kebijaksanaan-kebijaksanaan yang diperlukan untuk target yang diinginkan
tersebut. Konsistensi tidak diharuskan dalam model ini, baik dalam pengisian
!!
Universitas Indonesia
!
"#!
data primer maupun antar elemen karena adanya sifat fleksibel dari AHP sendiri
(Permadi, 1992).
3.5.2.1. Kelebihan dan Kelemahan AHP
Kelebihan dari metode AHP dalam pemecahan persoalan dan
pengambilan keputusan adalah:
a. Kesatuan
AHP memberi satu model tunggal yang mudah dimengerti, luwes untuk
aneka ragam persoalan tak terstruktur.
b. Kompleksitas
AHP memadukan rancangan deduktif dan rancangan berdasarkan sistem
dalam memecahkan persoalan kompleks.
c. Saling ketergantungan
AHP dapat menangani saling ketergantungan elemen-elemen dalam suatu
sistem dan tidak memaksakan pemikiran linier.
d. Penyusunan hirarki
AHP mencerminkan kecenderungan alami pikiran untuk memilah elemen-
elemen suatu sistem dalam berbagai tingkat berlainan dan mengelompokkan
unsur yang serupa dalam setiap tingkat.
e. Pengukuran
AHP memberi suatu skala untuk mengukur hal-hal dan wujud suatu model
untuk menetapkan prioritas.
f. Konsistensi
AHP melacak konsistensi logis dari pertimbangan-pertimbangan yang
digunakan dalam menentukan prioritas.
g. Sintesis
AHP menuntun ke suatu taksiran menyeluruh tentang kebaikan seti