of 159 /159
Universitas Indonesia "" UNIVERSITAS INDONESIA STRATEGI DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA DI KABUPATEN BELITUNG TESIS ALFIAN ZULKARNAIN NPM : 1106111760 FAKULTAS EKONOMI PROGRAM MAGISTER PERENCANAAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK KEKHUSUSAN EKONOMI PERENCANAAN KOTA DAN DAERAH JAKARTA JANUARI, 2013

tesis alfian zulkarnain (1)

Embed Size (px)

Text of tesis alfian zulkarnain (1)

  • !!

    Universitas Indonesia!

    ""!

    UNIVERSITAS INDONESIA

    STRATEGI DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA

    DI KABUPATEN BELITUNG

    TESIS

    ALFIAN ZULKARNAIN

    NPM : 1106111760

    FAKULTAS EKONOMI

    PROGRAM MAGISTER PERENCANAAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK

    KEKHUSUSAN EKONOMI PERENCANAAN KOTA DAN DAERAH

    JAKARTA

    JANUARI, 2013!

  • KATA PENGANTAR

    Alhamdulillahirabbilalamin. Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

    memberikan rahmat dan hidayah-Nya serta memudahkan dan memberikan kekuatan

    penulis dalam menyelesaikan kuliah dan tesis ini sebagai tugas akhir untuk

    memperoleh gelar Magister Ekonomi pada Program Magister Perencanaan dan

    Kebijakan Publik (MPKP) Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

    Selama menimba ilmu dan menyusun tesis, penulis banyak dibantu dan

    dimotivasi oleh berbagai pihak. Untuk itu sudah sepantasnya penulis ucapkan terima

    kasih kepada:

    1. Kepala Pusbindiklatren Bappenas yang telah berkenan memberikan beasiswa

    kepada penulis;

    2. Gubernur Kepulauan Bangka Belitung yang telah memberikan ijin tugas belajar

    kepada penulis untuk mengikuti pendidikan strata-2 beasiswa Pusbindiklatren

    Bappenas;

    3. Sekretaris Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang telahh memberikan

    kami peluang untuk menjalani pendidikan strata-2 beasiswa Pusbindiklatren

    Bappenas;

    4. Kepala Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung selaku

    atasan langsung yang telah memberikan dorongan untuk melanjutkan studi dan

    menyelesaikan tugas belajar ini dengan sebaik-baiknya;

    5. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Belitung;

    6. Bapak Arindra A. Zainal, Ph.D. selaku Ketua Program MPKP-FEUI dan Bapak

    Dr. Andi Fahmi Lubis S.E., M.E. selaku Sekretaris Program MPKP FE-UI yang

    juga selaku pembimbing penulis;

    7. Prof. Sulastri Surono,Ph.D. dan Bapak Nurkholis, SE., M.SE. selaku penguji,

    Bapak DR. Ir. Widyono Soetjipto selaku pembimbing, seluruh dosen pengajar

    MPKP-FEUI yang dengan penuh kesabaran dan perhatian memberikan ilmunya,

    seluruh tim akademik Program MPKP yang selalu membantu permasalahan

    administrasi mahasiswa;

    8. Seluruh Angkatan XXV PB Bappenas Salemba; Penunggu setia warung kopi

    (Yeyen, Imau, Bastian, Pendri, Ricky, Ridwan, Kang Aceng, Uci dan Para

    Empus), Penunggu 1.4. (Mas Parhan, Jeng Santi, Bang Tam-Tam, Mama Rista

    Dedeh, Romiat, Mbak Qori, Mbak Wahyu, Iskandar, Maiza, Mia dan Daus Sang

    Konspirator), Rekan satu bimbingan (Mbak Anne dan Mbak Lili), Trio BRA

    (Bubu dan Rey);

    9. Rekan-rekan seperjuangan dari Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Kepulauan

    Bangka Belitung yang sedang menempuh studi, Bang andi dan Pak Nu;

    10. Rekan-rekan kerja dari BKD terutama Pak De Rudi, rekan-rekan di

    DISKOMINFO dan rekan-rekan di Bappeda terutama Bapak Nazalius selaku

    Kepala Badan;

    11. Rekan-rekan Wisma Bougenvil Belitung yang selalu menerima saya dan

    memberikan pinjaman motor selama di Belitung;

  • 12. Yang tidak akan pernah bisa penulis lupakan dukungan moril, materil dan doa

    dari keluarga besar M.Zain (Mama, Bang Arief, Yuk Rini, Bang Gun, Bang Iin

    dan Yuk Ita) dan calon teman hidup yang bakalan tidak pernah bosan mendengar

    suara mesin kapal Trisnawati;

    13. Dan kepada semua pihak yang telah membantu, namun tidak dapat penulis

    sebutkan satu per satu, semoga Allah Swt membalasnya.

    Penulis menyadari adanya keterbatasan dalam penulisan tesis ini, karena itu

    segala kritik, saran dan masukan akan sangat berguna bagi penulis dan penelitian

    sejenis di masa mendatang.

    Jakarta, Januari 2013

    Penulis,

    Alfian Zulkarnain

  • vii Universitas Indonesia!

    ABSTRAK

    Nama

    Program Studi

    Judul

    :

    :

    :

    Alfian Zulkarnain

    Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik

    Strategi dan Kebijakan Pengembangan Pariwisata di Kabupaten

    Belitung

    Tesis ini membahas tentang strategi kebijakan pengembangan pariwisata di

    Kabupaten Belitung. Pengembangan pariwisata diharapkan dapat meningkatkan

    kesejahteraan masyarakat. Strategi pengembangan pariwisata diperoleh dengan

    menggunakan pendekatan SWOT, sedangkan kebijakan pengembangan pariwisata

    diperoleh dengan menggunakan pendekatan AHP. Data diperoleh dari wawancara

    langsung kepada stakeholder terkait. Hasil Perhitungan SWOT menunjukan strategi

    WO merupakan strategi utama yang harus dilakukan oleh PEMDA Kabupaten

    Belitung. Sedangkan hasil perhitungan AHP menunjukan bahwa prioritas utama

    strategi pengembangan pariwisata di Kabupaten Belitung adalah Pengembangan

    Destinasi Wisata dengan bobot 43%. Hambatan utama dalam pengembangan

    pariwisata di Kabupaten Belitung adalah Lemahnya Kelembagaan. Sedangkan

    altenative kebijakan yang menjadi prioritas adalah optimalisasi destinasi dan atraksi

    wisata yang sudah ada dengan bobot prioritas sebesar 35,5%.

    Kata kunci: Perencanaan, Pariwisata, SWOT, AHP

    ABSTRACT

    Name

    Study Program

    Title

    :

    :

    :

    Alfian Zulkarnain

    Master of Planning and Public Policy

    Strategy and Policy of Tourism Development in Kabupaten

    Belitung

    The focus of this study is Policy and Strategy of Tourism Development in Belitung

    District. Tourism is supposed to increase the welfare of the local community.

    Tourism development strategy is obtained by using the SWOT approach, while the

    policy of tourism development is obtained by using the AHP approach. Data obtained

    from the interviews to the relevant stakeholders. SWOT results indicate that

    Weaknesses-Opportunity (WO) strategy is the main strategy that should be adopted

    by PEMDA of District Belitung. The results of the AHP calculations show that

    priority of tourism development strategy is the development of tourism destinations

    with a 43% . The greatest impediment is the instutional weaknesses. While policy

    priority is to optimize the destinations and attractions that already exist with priority

    weight 35.5%.

    Key words:

    Planning, Tourism, SWOT, AHP

  • viii Universitas Indonesia

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL .......................................................................................

    SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME.......................................

    HALAMAN ORISINALITAS.

    LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................

    KATA PENGANTAR .....

    LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ...

    ABSTRAK ..

    DAFTAR ISI ...

    DAFTAR GAMBAR ...

    DAFTAR TABEL

    DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................

    1. PENDAHULUAN ..........

    1.1. Latar Belakang ..

    1.2. Rumusan Masalah .....................

    1.3. Tujuan Penelitian ..

    1.4. Metodologi dan Batasan Penelitian

    1.6. Ruang Lingkup Penelitian..

    1.7. Sistematika Penulisan

    2. TINJAUAN LITERATUR

    2.1. Pengertian wisata, pariwisata, kepariwisataan, Destinasi Pariwisata,

    wisatawan...

    2.2. Jenis Pariwisata ....

    2.3. Pariwisata Sebagai Industri...

    2.4. Permintaan dan Penawaran Pariwisata.....

    2.5. Pariwisata dengan Pembangunan Ekonomi......

    2.6. Strategi Pengembangan Pariwisata...

    2.7. Konsep Perencanaan Kebijakan

    2.8. Penelitian Terdahulu.....

    2.9. Kerangka Konsep Penelitian.

    3. METODOLOGI PENELITIAN .......

    3.1. Metode Penelitian..

    3.2. Sumber Data..

    3.3. Teknik Pengumpulan Data

    3.3.1. Wawancara.

    3.3.2. Dokumentasi..

    3.3.3. Survey.

    3.4. Teknik Sampling...

    3.5. Instrumen Penelitian..

    3.5.1. SWOT..

    3.5.2. Analytical Hierarchy Process (AHP)..

    3.5.2.1. Kelebihan Kelemahan AHP.....

    3.6. Teknik Analisis Data.

    3.7. Pemilihan Metode SWOT dan AHP dalam Penelitian..

    3.8. Acuan Hirarki....

    4. GAMBARAN UMUM ............

    4.1. Gambaran Umum...

    I

    ii

    iii

    iv

    v

    vi

    vii

    viii

    x

    xi

    xii

    1

    1

    6

    7

    7

    8

    8

    9

    10

    14

    15

    18

    21

    22

    22

    24

    25

    28

    28

    28

    29

    29

    29

    29

    30

    30

    30

    34

    37

    38

    39

    40

    42

    42

  • ! ix! Universitas Indonesia

    4.1.1 Keadaan Geografis...

    4.1.2 Keadaan Infrastruktur ..

    4.1.3 Keadaan Ekonomi ...

    4.2. Visi dan Misi..

    4.2.1. Visi..

    4.2.2. Misi..

    5. ANALISA DAN PEMBAHASAN .

    5.1 Analisa SWOT........

    5.5.1. Perumusan Faktor Internal dan Eksternal...

    5.5.2. Penyusunan Kuesioner SWOT....

    5.2. Hasil Perhitungan Analisis SWOT.....

    5.3. Evaluasi Strategi.....

    5.3.1. Analisis IFAS-EFAS...

    5.3.2. Perumusan Strategi......

    5.4. Analytical Hierarchy Process (AHP) ........

    5.4.1. Penentuan Kombinasi Strategi yang dipilih

    5.4.2. Profil Responden.........

    5.5. Hasil dan Pembahasan AHP...

    5.5.1. Skenario......................

    5.5.2. Hambatan....................

    5.5.3. Pelaku..........................

    5.5.4. Kebijakan....................

    5.5. Uji Sensitivitas...................

    5.6. Keterbatasan Kajian...................

    6. KESIMPULAN DAN SARAN ..........

    6.1. Kesimpulan.........................

    6.1.1. Weakness(Kelemahan)........................

    6.1.2. Threatness (Ancaman).........................

    6.1.3. Strategi............................

    6.1.4. Prioritas Kebijakan..........................

    6.2. Saran...........................

    DAFTAR PUSTAKA...........................

    42

    43

    45

    46

    46

    46

    48

    48

    48

    52

    52

    53

    56

    59

    63

    63

    65

    66

    67

    69

    72

    74

    79

    80

    81

    81

    81

    82

    84

    85

    85

    88

  • x Universitas Indonesia!

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1

    Gambar 2.2

    Gambar 2.3

    Gambar 2.4

    Gambar 3.1

    Gambar 4.1

    Gambar 5.1

    Gambar 5.2

    Gambar 5.3

    Gambar 5.4

    Klasifikasi Orang yang Melakukan Perjalanan.. .

    Sistem Kepariwisataan .

    Penawaran dan Permintaan Pariwisata.

    Kerangka Konsep Penelitian ...

    Hirarki Strategi Pengembangan Pariwisata Kab. Belitung..

    Peta Kabupaten Belitung dan Obyek Wisata ..................................

    Hasil Prioritas Global AHP Strategi Pengembangan Pariwisata..

    Model Kelembagaan Pembangunan.

    Hasil Prioritas Kebijakan..

    Grafik Uji Sensitivitas... ..

    13

    18

    21

    27

    40

    42

    66

    70

    74

    79

  • !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!xi Universitas Indonesia!

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1.1

    Tabel 1.2

    Tabel 1.3

    Tabel 3.1

    Tabel 3.2

    Tabel 4.1

    Tabel 4.2

    Tabel 4.3

    Tabel 5.1

    Tabel 5.2

    Tabel 5.3

    Tabel 5.4

    Tabel 5.5

    Tabel 5.6

    Tabel 5.7

    Tabel 5.8

    Tabel 5.9

    Tabel 5.10

    Kawasan Pariwisata Pantai di Kab. Belitung.. ...

    Data Wisatawan..

    PAD Kabupaten Belitung....

    Indikator Faktor Internal dan Eksternal Analisa SWOT ....................

    Matriks Interaksi IFAS dan EFAS.

    Kondisi Geografis ......

    Jumlah dan Kepadatan Penduduk ..

    PDRB Kabupaten Belitung Atas Dasar Harga Konstan ....................

    Faktor Internal .......

    Faktor Eksternal .....

    Penilaian Bobot IFAS Strenght .....

    Penilaian Bobot IFAS Weakness ...

    Penilaian Bobot EFAS Oportunity ....

    Penilaian Bobot EFAS Threats .....

    Latar Belakang Responden ...

    Tabel Penduduk Register Depati Tahun 1851 .

    Realisasi Anggaran Dinas Pariwisata Tahun 2011

    Jumlah Hotel di Kabupaten Belitung..

    4

    5

    5

    32

    34

    43

    43

    45

    49

    50

    56

    57

    58

    58

    65

    68

    71

    78

  • !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!xii Universitas Indonesia!

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1

    Lampiran 2

    Lampiran 3

    Lampiran 4

    Lampiran 5

    Lampiran 6

    Lampiran 7

    Lampiran 8

    Kuesioner SWOT

    Matriks Faktor Internal

    Matriks Faktor Eksternal

    Analisa IFAS dan EFAS

    Kuesioner AHP

    Hasil Olah Aplikasi Expert Choice

    Perhitungan Bobot Global

    Hasil Akhir Pengolahan Bobot Global

    92

    96

    97

    98

    100

    143

    145

    146

  • !!

    Universitas Indonesia

    !

    "!

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    !"! Latar Belakang

    Pada tanggal 21 November 2000, berdasarkan Undang-Undang Nomor

    27 Tahun 2000, Pulau Belitung bersama dengan Pulau Bangka dimekarkan

    menjadi satu provinsi baru dengan nama Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

    Provinsi ini merupakan provinsi ke-31 di Indonesia.

    Selanjutnya berdasarkan aspirasi masyarakat dan setelah melalui

    berbagai pertimbangan, Kabupaten Belitung dimekarkan menjadi 2 kabupaten

    yaitu Kabupaten Belitung beribukota di Tanjungpandan dengan cakupan wilayah

    meliputi 5 kecamatan yaitu Kecamatan Tanjungpandan, Kecamatan Membalong,

    Kecamatan Sijuk, Kecamatan Badau dan Kecamatan Selat Nasik. Sedangkan

    Kabupaten Belitung Timur dengan Manggar sebagai ibukotanya dengan cakupan

    wilayah meliputi 4 kecamatan.

    Pemkab Belitung berencana mengembangkan Kawasan Ekonomi Khusus

    (KEK) dengan penekanan pada bidang pariwisata sebagai sektor unggulan daerah

    yang menjadi prioritas kekuatan ekonomi ke depan, disamping bidang perikanan

    dan kelautan serta perhubungan. Tiga sektor unggulan ini diharapkan mampu

    menopang perekonomian Kabupaten Belitung di masa mendatang. Hal ini

    didukung pula dengan pengembangan investasi di kawasan pariwisata untuk

    mendukung terwujudnya KEK pariwisata di Kabupaten Belitung.

    KEK pariwisata tampaknya memang menjadi prioritas Kabupaten

    Belitung. Mengingat Kabupaten Belitung memiliki modal dengan adanya

    panorama alam Belitung dengan keindahan pantai-pantai berbatu granit yang

    artistik, air laut jernih, dan pantai berpasir yang benar-benar putih. Kabupaten

    Belitung menjadi salah satu primadona dan incaran wisatawan lokal maupun

    internasional karena banyak memiliki keanekaragaman flora dan fauna serta

    kekayaan tradisi dan budaya.

    Sektor pariwisata berkaitan secara langsung dan tak langsung dengan

    berbagai sektor perekonomian yang memproduksi barang-barang dan jasa-jasa

  • !!

    Universitas Indonesia

    !

    "!

    yang sebagian atau seluruhnya dikonsumsi oleh wisatawan, baik itu wisatawan

    mancanegara maupun wisatawan nusantara. Dengan demikian berarti

    pertumbuhan sektor pariwisata dapat dianggap sebagai pendorong laju

    pertumbuhan sektor-sektor lain termasuk pertanian, perdagangan dan sektor

    lainnya. Dampak ekonomis pariwisata yang lintas sektor ini dapat berupa

    pemerataan pendapatan, kesempatan kerja dan investasi.

    Sektor pariwisata sebagai suatu industri jasa merupakan salah satu

    bidang yang diharapkan dapat memberikan andil yang cukup besar dalam

    pembangunan daerah Kabupaten Belitung. Kegiatan pariwisata ini bila dikelola

    dengan baik dapat menjadi salah satu penyumbang pendapatan yang potensial

    dalam pertumbuhan ekonomi daerah maupun nasional. Pariwisata bukan hanya

    sebagai sumber devisa tetapi juga dapat memperluas kesempatan kerja yang

    ditimbulkan dari sejumlah keterlibatan sektor-sektor lain di dalamnya.

    Menurut Dahuri (2003) salah satu tipologi pariwisata yang menjadi

    alternatif kegiatan bahari saat ini adalah kegiatan ekoturisme (wisata alam) yang

    mengandalkan keindahan alam. Dari dimensi ekologis, kegiatan ini jelas

    mengandalkan keindahan alam sehingga kegiatan ini akan mendorong tindakan

    konservasi untuk mempertahankan daya tarik agar keuntungan ekonomi dari

    kegiatan wisata ini dapat dipertahankan. Sementara itu aspek sosial masyarakat

    setempat dimana kegiatan ekoturisme ini berlangsung, sering mendapat manfaat

    ekonomi dari pengembangan kegiatan jasa pendukung wisata, selain itu juga

    gangguan terhadap kehidupan tradisional masyarakat umumnya sangat kecil

    sekali.

    Pulau Belitung telah ditetapkan sebagai salah satu kawasan andalan

    dengan pariwisata sebagai sektor unggulan berdasarkan Rencana Induk

    Pembangunan Pariwisata Nasional (RIPPNAS) tahun 2011 karena pantainya yang

    indah dan berpasir putih serta gugusan terumbu karang yang terdapat di

    sekitarnya dan pulau pulau kecil di sekitarnya. Terkait dengan arahan RIPPNAS

    tersebut Pemda Kabupaten Belitung telah menetapkan 25 lokasi kawasan

    Pariwisata yang tersebar di seluruh wilayah pantai dan pesisir dikarenakan

    keindahan pantainya yang berpasir putih dengan kelestariannya yang masih

    terjaga seperti dalam Tabel 1.1. Dari 25 lokasi tersebut, 9 lokasi diantaranya

  • !!

    Universitas Indonesia

    !

    "!

    sudah ditetapkan dalam Peraturan Daerah Nomor 18 Tahun 1990 tentang

    Penetapan Kawasan Pantai Tanjung Kelayang, Pantai Tanjung Tinggi dan Pantai

    Tanjung Binga sebagai Kawasan Pariwisata dan Peraturan Daerah Nomor 7

    Tahun 2001 tentang Penetapan Kawasan Pantai Tanjung Kelayang, Pantai

    Tanjung Tinggi dan Pantai Tanjung Binga sebagai Kawasan Pariwisata.

    Upaya mempersiapkan kawasan-kawasan tersebut oleh Pemerintah

    Daerah Kabupaten Belitung adalah dalam rangka meningkatkan PDRB daerah.

    Karena kegiatan pariwisata terkait dengan kegiatan perdagangan, hotel dan

    restoran yang pada tahun 1999 telah menyumbang sebesar Rp. 82 milyar (sekitar

    15 % PDRB Kabupaten) dengan pertumbuhan sekitar 8,3% per tahun antara tahun

    1995-1999. Pada tahun 2010, sektor pariwisata menyumbang sebesar Rp 199,8

    milyar ( sekitar 16% PDRB berdasarkan harga konstan Kabupaten) dengan

    pertumbuhan sekitar 4,4% per tahun antara tahun 2005-2010. Dari kedua periode

    ini secara nominal terjadi peningkatan pada sektor pariwisata akan tetapi terjadi

    penurunan pada persentase laju pertumbuhan.

    Dari Tabel 1.1 berikut, ada 7 lokasi yang sudah ditetapkan sebagai

    kawasan wisata melalui Perda No. 18 Tahun 1990 dan Perda No. 7 Tahun 2001

    dan 9 lokasi yang belum ditetapkan. Dari semua itu di 5 lokasi sudah ada fasilitas

    dasar pariwisata seperti cottage, restoran, shelter dan kamar bilas; sedangkan di

    15 lokasi lainnya belum ada sama sekali. Tidak adanya fasilitas dasar pariwisata

    menjadi nilai negatif untuk pariwisata Kabupaten Belitung dikarenakan fasilitas

    ini merupakan kebutuhan dasar bagi wisatawan yang selayaknya menjadi

    kewajiban untuk disediakan.

    Tabel 1.1. bersumber dari Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW)

    Kabupaten Belitung tahun 2000 2010. Sedangkan RTRW yang terbaru belum

    bisa diperoleh dikarenakan pihak terkait sedang mengerjakan revisi dokumen

    tersebut.

  • !!

    Universitas Indonesia

    !

    "!

    Tabel 1.1. Kawasan Pariwisata Pantai di Kab. Belitung

    Kecamatan Kawasan Pariwisata Luas

    (Ha) PERDA

    Fasilitas

    Wisata

    Tanjung Pandan 1. Pantai Tanjung Pendam 53 Ada Ada

    2. Pantai Juru Seberang 60 Tidak Tidak

    3. Pantai Air Saga 100 Ada Tidak

    Membalong 4. Pantai Tanjung Rusa 100 Tidak Tidak

    5. Pantai Teluk Gembira 150 Tidak Ada

    6. Pantai Mentigi 50 Tidak Tidak

    7. Pantai Seliu 25 Tidak Ada

    8. Pantai Tanjung Kiras 800 Ada Tidak

    9. Pantai Penyambung 10 Tidak Tidak

    Sijuk 10. Pantai Secupak 50 Tidak Ada

    11. Pantai Batu Itam 335 Ada Tidak

    12. Pantai Terong 200 Ada Tidak

    13. Pantai Sijuk 400 Ada Tidak

    14. Tanjung Binga 650 Ada Tidak

    15. Pulau Lengkuas 10 Tidak Ada

    16. Pulau Babi 15 Tidak Tidak

    Sumber : RTRW Kabupaten Belitung 2000 2010

    Dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 terjadi peningkatan

    wisatawan. Hal ini menunjukan minat wisatawan yang masih relatif tinggi untuk

    datang ke Kabupaten Belitung. Wisatawan Nusantara memberikan kontribusi

    terbesar dalam peningkatan ini. Kemunculan film Laskar Pelangi pada tahun 2008

    turut membantu mendongkrak jumlah wisatawan Nusantara yang turut berimbas

    terhadap PAD Kabupaten Belitung dari sektor pariwisata.

    Pada bulan Oktober 2008, kegiatan internasional yaitu Sail Indonesia

    yang berakhir di Belitung memberikan dampak positif terhadap peningkatan

    wisatawan manca negara pada tahun 2008 dan 2009. Akan tetapi terjadi

    penurunan kembali jumlah wisatawan manca negara pada tahun 2010.

  • !!

    Universitas Indonesia

    !

    "!

    Tabel 1.2 Data Wisatawan

    No. Tahun

    Kunjungan

    Wisatawan Nusantara

    (orang)

    Wisatawan Asing

    (orang)

    Jumlah (orang)

    1. 2006 17.233 1.072 18.305

    2. 2007 23.188 1.421 24.609

    3. 2008 29.945 2.053 31.998

    4. 2009 39.499 2.734 42.233

    5. 2010 49.118 1.383 50.501

    Sumber : www.belitungkab.go.id

    Sedangkan PAD Kabupaten Belitung dari pajak dan retribusi sektor

    pariwisata juga mengalami peningkatan. Hal ini dapat kita lihat pada tabel di

    bawah ini. Pajak restoran dan pajak hotel mengalami peningkatan tetapi pajak

    hiburan cenderung tetap. Hal ini mungkin disebabkan karena sektor hiburan yang

    tidak berkembang.

    Tabel 1.3 PAD Kabupaten Belitung

    TAHUN PAJAK

    RESTORAN

    PAJAK

    HOTEL

    PAJAK

    HIBURAN

    LAIN-LAIN

    (Retribusi)

    TOTAL

    Rp Rp Rp Rp Rp

    2006 124,548,654 119,012,145 144,092,450 - 387,653,249

    2007 328,617,401 100,526,859 207,149,700 - 636,293,960

    2008 572,319,777 192,100,151 204,850,186 - 969,270,114

    2009 1,069,877,123 334,328,508 197,480,155 289,490,000 1,891,175,786

    2010 1,129,380,531 593,776,941 259,274,879 419,272,000 2,401,704,351

    Sumber : Dinas Pariwisata Prov. Kep. Babel

    Saifullah (2000) mengatakan bahwa ada beberapa manfaat pembangunan

    pariwisata:

    !" Bidang Ekonomi

    Dapat meningkatkan kesempatan kerja dan berusaha, baik secara langsung

    maupun tidak langsung.

    Meningkatkan devisa, mempunyai peluang besar untuk mendapatkan

    devisa dan dapat mendukung kelanjutan pembangunan di sektor lain.

  • !!

    Universitas Indonesia

    !

    "!

    Meningkatkan dan memeratakan pendapatan rakyat, dengan belanja

    wisatawan akan meningkatkan pendapatan dan pemerataan pada

    masyarakat setempat baik secara langsung maupun tidak langsung.

    Meningkatkan penjualan barang-barang lokal keluar.

    Menunjang pembangunan daerah, karena kunjungan wisatawan cendrung

    tidak terpusat di kota melainkan di pesisir, dengan demikian amat berperan

    dalam menunjang pembangunan daerah.

    !" Bidang Sosial Budaya

    Dengan keaneka ragaman kekayaan seni budaya merupakan modal dasar dari

    pengembangan pariwisata. Oleh karena itu, kemampuan melestarikan dan

    mengembangkan budaya yang ada harus menjadi perhatian pemerintah dan

    segenap lapisan sosial masyarakat, sosial budaya merupakan salah satu aspek

    penunjang karakteristik suatu kawasan wisata sehingga menjadi daya tarik

    bagi wisatawan. Karena sosial budaya dapat memberikan ruang bagi

    kelestarian sumberdaya alam sehingga hubungan antara sosial budaya

    masyarakat dan konservasi sumberdaya alam memiliki keterkaitan yang erat.

    #" Bidang lingkungan Hidup

    Pemanfaatan potensi sumberdaya alam untuk pariwisata pada dasarnya adalah

    lingkungan dan ekosistem yang masih tetap alami, menarik dan bahkan unik,

    maka dengan demikian pengembangan wisata alam dan lingkungan

    senantiasa menghindari dampak kerusakan lingkungan hidup, melalui

    perencanaan dan pengelolaan yang teratur dan terarah. Atraksi-atraksi yang

    dikembangkan harus sesuai dengan kaidah-kaidah alami sehingga keterkaitan

    antara potensi ekosistem dengan kegiatan wisata dapat berjalan seiring saling

    melengkapi menjadi satu paket ekowisata.

    1.2 Rumusan Masalah

    Sektor pariwisata memiliki potensi dalam peningkatan perekonomian

    berkelanjutan dalam jangka panjang sehingga strategi pengembangan pariwisata

  • !!

    Universitas Indonesia

    !

    "!

    yang baik bisa menentukan keberhasilan pengembangan sektor pariwisata.

    Permasalahan penelitian secara khusus dirumuskan sebagai berikut :

    Faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman apa saja yang

    mempengaruhi pariwisata di Kabupaten Belitung?

    Kebijakan apa saja yang menjadi prioritas pengembangan pariwisata di

    Kabupaten Belitung?

    1.3 Tujuan Penelitian

    Berdasar latar belakang dan rumusan masalah di atas maka penelitian ini

    bertujuan untuk:

    a. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang,

    dan ancaman strategi pengembangan pariwisata di Kabupaten Belitung.

    b. Merumuskan prioritas kebijakan strategi pengembangan pariwisata di

    Kabupaten Belitung.

    !"# Metodologi dan Batasan Penelitian

    Untuk memenuhi tujuan dalam penelitian ini, maka alat analisa dibatasi

    menjadi :

    Analisis SWOT

    Konsep analisis SWOT memberikan suatu pandangan dasar tentang strategi

    atau taktik yang diperlukan dalam mencapai tujuan tertentu. Analisis SWOT

    mengkaji dengan menilai faktor-faktor terkait. Untuk perumusan strategi dan

    mengelompokkan faktor-faktor tersebut menjadi faktor eksternal dan faktor

    internal, kemudian membandingkan antara faktor eksternal yang merupakan

    peluang ( opportunities ) dan ancaman ( threats ) dengan faktor internal yang

    berupa kekuatan ( strengths ) dan kelemahan ( weaknesses ) (Rangkuti, 2001).

    Menurut Fandeli (2002:193) strategi merupakan cara bagaimana organisasi

    mencapai visi dan misi yang ada secara sistematis, terarah dan rasional.

    Strategi disusun berdasarkan analisis SWOT. Fungsi strategi ini sebagai titik

    tolak untuk merumuskan program.

  • !!

    Universitas Indonesia

    !

    "!

    Analytic Hierarchy Process ( AHP )

    Untuk merumuskan prioritas penetapan keputusan dalam pengembangan

    pariwisata dilakukan dengan pendekatan Analytic Hierarchy Process ( AHP ).

    AHP merupakan suatu alat atau model pengambilan keputusan dengan input

    utamanya adalah persepsi manusia. Selain itu AHP juga merupakan suatu

    metoda yang memecahkan suatu masalah kompleks kelembagaan dalam

    kelompok-kelompoknya dan kemudian diatur menjadi hirarki. Pembobotan

    suatu faktor atau variable dapat dilakukan sesuai dengan persepsi manusia

    sehingga diharapkan mampu menggambarkan kondisi sebenarnya.

    !"# Ruang Lingkup Penelitian

    Ruang lingkup penelitian ini adalah :

    a. Wilayah penelitian meliputi seluruh Kabupaten Belitung.

    b. Wawancara langsung dengan para stakeholder sektor pariwisata dan sektor

    yang mendukung lainnya.

    c. Data yang digunakan adalah data dari BPS dan Dinas Pariwisata Kabupaten

    Belitung.

    !"$ Sistematika Penulisan

    Sistematika penulisan dalam tesis ini akan tersusun dalam 6x(enam) bab.

    Bab pertama terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,

    hipotesis, metodologi, ruang lingkup, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, dan

    sistematika penulisan. Bab kedua berisikan tinjauan literatur mengenai konsep

    pertumbuhan ekonomi, perencanaan pembangunan dan pembangunan

    berkelanjutan, serta uraian definisi dalam pariwisata dan studi terdahulu.

    Sedangkan metodologi yang akan digunakan dalam penulisan ini akan di uraikan

    dalam bab tiga.

    Gambaran umum daerah di jabarkan dalam bab empat. Bab lima

    merupakan analisa hasil dan pembahasan. Bab Enam penutup dari penulisan tesis

    ini yang akan berisikan kesimpulan dan saran.

  • !!

    Universitas Indonesia

    !

    "!

    BAB 2

    TINJAUAN LITERATUR

    Secara luas pariwisata dipandang sebagai kegiatan yang mempunyai

    multidimensi dari rangkaian suatu proses pembangunan. Pembangunan sektor

    pariwisata menyangkut aspek sosial budaya, ekonomi dan politik (Spillane, 1994).

    Karena itu pariwisata dapat dipakai sebagai alat untuk melaksanakan

    pembangunan nasional maupun daerah. Dimana seperti dijelaskan dalam Undang-

    Undang Nomor 9 tahun 1990 Tentang Kepariwisataan yang menyatakan bahwa

    Penyelenggaraan Kepariwisataan ditujukan untuk meningkatkan pendapatan

    nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat,

    memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja,

    mendorong pembangunan daerah, memperkenalkan dan mendayagunakan obyek

    dan daya tarik wisata di Indonesia. Serta memupuk rasa cinta tanah air dan

    mempererat persahabatan antar bangsa.

    Sektor pariwisata memberikan kontribusi yang besar terhadap

    perekonomian Indonesia, dampak yang ditimbulkan pengeluaran wisatawan

    mancanegara dan nusantara cukup signifikan yaitu sebesar USD 4,8 Milyar pada

    tahun 2004, yang memberikan kontribusi 6,71% dari total ekspor menduduki

    peringkat kedua dalam penerimaan devisa setelah minyak dan gas (Pusdatin Dep.

    Budpar, 2006). Sehingga sektor pariwisata memegang peranan penting dalam

    perekonomian Indonesia, baik sebagai salah satu sumber penerimaan devisa

    maupun sebagai pencipta lapangan kerja serta kesempatan berusaha.

    Selain itu kegiatan pariwisata diharapkan juga dapat memperluas dan

    meratakan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, khususnya masyarakat

    sekitar objek wisata, untuk merangsang pembangunan regional serta

    memperkenalkan identitas dan kebudayaan nasional. Pengembangan pariwisata

    dilakukan sejalan dengan program pengembangan dari berbagai macam industri

    pariwisata, sehingga tidak hanya industri dalam skala kecil dan menengah saja

    tetapi juga industri pariwisata dalam skala besar akan dapat memperoleh manfaat.

  • !!

    Universitas Indonesia

    !

    "#!

    2.1. Pengertian Wisata, Pariwisata, Kepariwisataan, Destinasi

    Pariwisata, Wisatawan

    Dalam undang-undang Nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan

    menyebutkan bahwa:

    Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau

    sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,

    pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang

    dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Jadi pengertian wisata mengandung

    unsur sementara dan perjalanan itu seluruhnya atau sebagian bertujuan untuk

    menikmati obyek atau daya tarik wisata. Unsur yang terpenting dalam kegiatan

    wisata adalah tidak bertujuan mencari nafkah, tetapi apabila di sela-sela kegiatan

    mencari nafkah itu juga secara khusus dilakukan kegiatan wisata, bagian dari

    kegiatan tersebut dapat dianggap sebagai kegiatan wisata.

    Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung

    berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,

    Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.

    Dengan demikian pariwisata meliputi: (1) semua kegiatan yang

    berhubungan dengan perjalanan wisata, (2) Pengusahaan obyek dan daya tarik

    wisata seperti: kawasan wisata, taman rekreasi, kawasan peninggalan sejarah,

    museum, waduk, pagelaran seni budaya, tata kehidupan masyarakat atau yang

    bersifat alamiah: keindahan alam, gunung berapi, danau, pantai, (3) Pengusahaan

    jasa dan sarana pariwisata yaitu: usaha jasa pariwisata (biro perjalanan wisata,

    agen perjalanan wisata, pramuwisata, konvensi, perjalanan insentif dan pameran,

    impresariat, konsultan pariwisata, informasi pariwisata), usaha sarana pariwisata

    yang terdiri dari : akomodasi, rumah makan, bar, angkutan wisata.

    Beberapa ahli juga mengemukakan pengertian pariwisata. Hunziker dan

    Kraff (Pendit, 2006) menyatakan pariwisata adalah sejumlah hubungan-hubungan

    dan gejala-gejala yang dihasilkan dari tinggalnya orang-orang asing, asalkan

    tinggalnya mereka ini tidak menyebabkan timbulnya tempat tinggal serta usaha-

    usaha yang bersifat sementara atau permanen sebagai usaha mencari kerja penuh.

    Spillane (1987) mengemukakan bahwa pariwisata adalah perjalanan dari suatu

  • !!

    Universitas Indonesia

    !

    ""!

    tempat ke tempat lain, bersifat sementara dilakukan secara perorangan maupun

    kelompok, sebagai usaha untuk mencari keseimbangan atau keserasian dan

    kebehagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya juga alam

    dan ilmu.

    Yang pasti pengertian pariwisata akan terus tidak tepat (inprecise),

    karena begitu banyak bisnis, pemerintah dan peneliti-peneliti terlibat di dalamnya,

    dan juga karena perubahan cepat yang terjadi dalam pariwisata (Lunberg,

    Stavenga dan Krishnamoorthy, 1997).

    Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan

    pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai

    wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan

    masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan

    pengusaha.

    Daerah Tujuan Pariwisata yang selanjutnya disebut Destinasi Pariwisata

    adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif

    yang di dalamnya terdapat Daya Tarik Wisata, Fasilitas Umum, Fasilitas

    Pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi

    terwujudnya Kepariwisataan.

    Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata. Jadi menurut

    pengertian ini, semua orang yang melakukan perjalanan wisata dinamakan

    wisatawan. Apapun tujuannya yang penting, perjalanan itu bukan untuk menetap

    dan tidak untuk mencari nafkah ditempat yang dikunjungi.

    Pacific Area Travel Association (PATA) yang didasarkan atas batasan

    League of Nation tahun 1936 memberi batasan bahwa wisatawan sebagai orang-

    orang yang sedang mengadakan perjalanan dalam jangka waktu 24 jam dan

    maksimal 3 bulan di dalam suatu negeri yang bukan negeri di mana biasanya ia

    tinggal, mereka ini meliputi: (a) orang-orang yang sedang megadakan perjalanan

    untuk bersenang-senang, untuk keperluan pribadi, untuk keperluan kesehatan, (b)

    orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan untuk pertemuan, konferensi,

    musyawarah atau sebagai utusan berbagai badan/organisasi, (c) orang-orang yang

    sedang mengadakan perjalanan dengan maksud bisnis, (d) pejabat pemerintahan

  • !!

    Universitas Indonesia

    !

    "#!

    dan militer beserta keluarganya yang di tempatkan di negara lain tidak termasuk

    kategori ini, tetapi bila mereka mengadakan perjalanan ke negeri lain, maka dapat

    digolongkan wisatawan (Pendit, 2006).

    Sesuai dengan rekomendasi World Tourism Organization (WTO) dan

    International Union of Office Travel Organization definisi Wisatawan

    Mancanegara adalah setiap orang yang mengunjungi suatu negara di luar tempat

    tinggalnya, didorong oleh satu atau beberapa keperluan tanpa bermaksud

    memperoleh penghasilan di tempat yang dikunjungi. Definisi ini mencakup 2

    (dua) kategori tamu mancanegara, yaitu (Dep. Budpar, 2006):

    1. Wisatawan (tourist) adalah setiap pengunjung seperti definisi di atas yang

    tinggal paling sedikit 24 jam, akan tetapi tidak lebih dari 6 (enam) bulan di

    tempat yang dikunjungi dengan maksud kunjungan antara lain:

    a. Berlibur, rekreasi dan olah raga

    b. Bisnis, mengunjubgi teman dan keluarga, misi, menghadiri pertemuan,

    konferensi, kunjungan dengan alas an kesehatan, belajar, dan

    keagamaan.

    2. Pelancong (Excursionist) adalah setiap pengunjung seperti definisi di atas

    yang tinggal kurang dari 24 jam di tempat yang dikunjungi (termasuk

    cruise passenger yaitu setiap pengunjung yang tiba di suatu negara dengan

    kapal atau kereta api, di mana mereka tidak menginap di akomodasi yang

    tersedia di negara tersebut).

    Definisi tersebut bisa dilihat dalam diagram seperti pada gambar 2.1 berikut:

  • !!

    Universitas Indonesia

    !

    "#!

    Sumber: Statistik Kebudayaaan dan Pariwisata, 2006

    Gambar 2.1. Klasifikasi Orang yang Melakukan Perjalanan

    ORANG YANG

    MELAKUKAN PERJALANAN

    Termasuk dalam

    statistic pariwisata

    Tidak termasuk

    dalam statistic pariwisata

    PENGUNJUNG

    WISATAWAN (1)

    PELANCONG (3)

    Maksud

    Kunjungan (9)

    Berlibur

    Bisnis

    Kesehatan

    Belajar

    Misi/

    Pertemuan/ Kongres

    Mengunjungi teman/

    keluarga

    Keagamaan

    Olahraga

    Lainnya

    Bukan Penduduk

    Warga negara

    yang tinggal di luar negeri

    Awak kapal/ pesawat yang

    bukan penduduk

    (2)

    Penumpang

    kapal pesiar (4)

    Pengunjung kurang dari 24 jam

    (5)

    Awak kapal/

    pesawat (6)

    Perwakilan konsuler

    (7)

    Anggota Angkatan Bersenjata

    (7)

    Pengungsi Penumpang transit

    (8)

    Nomaden

    Imigran

    tetap

    Imigran

    sementara

    Diplomat

    (7)

    Catatan:

    (1) Pengunjung yang tinggal minimal 1 malam di negara yang dikunjunginya (2) Kru pesawat/kapal yang berlabuh dan yang menggunakan fasilitas akomodasi di

    negara yang dikunjungi (3) Pengunjung yang tinggal kurang dari 1 malam di negara yang dikunjungi walaupun

    mereka berada di wilayah negara yang dikunjungi lebih dari 1 malam dan mereka tidur di kapal atau kereta api yang mereka gunakan

    (4) Biasanya dimasukkan dalam kelompok pelancong. Namun akan lebih baik apabila klasifikasi pengunjung dalam kelompok ini bisa dipisahkan

    (5) Pengunjung yang datang dan pergi dalam hari yang sama (6) Kru yang bukan penduduk dari negara yang dikunjungi dan singgah 1 hari

    (7) Bagi mereka yang melakukan perjalanan dari negara asal ketempat tugas mereka dan sebaliknya

    (8) Mereka yang tidak keluar dari area transit. Dalam perjalanan di suatu negara mungkin mereka transit 1 hari atau lebih. Dalam kasus ini seharusnya mereka

    dimasukkan dalam statistik pariwisata

    $%& Maksud utama kunjungan seperti yang didefinisikan dalam konferensi Roma tahun 1963!

  • !!

    Universitas Indonesia

    !

    "#!

    2.2. Jenis Pariwisata

    Seorang wisatawan mengadakan perjalanan wisata karena didorong oleh

    berbagai motif yang tercermin dalam berbagai macam jenis pariwisata. Bagi

    daerah sangat perlu mempelajari motif ini karena berhubungan dengan fasilitas

    yang perlu disiapkan dan program-program promosinya. Spillane (1987)

    membedakan jenis pariwisata, yaitu:

    1. pariwisata untuk menikmati perjalanan (pleasure tourism). Bentuk

    pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang meninggalkan tempat

    tinggalnya untuk berlibur, untuk mencari udara segar yang baru, untuk

    memenuhi kehendak ingin tahunya, untuk mengendorkan ketegangan

    sarafnya, untuk melihat sesuatu yang baru, untuk menikmati keindahan

    alam, untuk mengetahui hikayat rakyat setempat, untuk mendapatkan

    ketenangan dan kedamaian di daerah luar, untuk menikmati hiburan di

    kota-kota besar, atau untuk ikut serta dalam keramaian pusat-pusat

    pariwisata,

    2. Pariwisata untuk rekreasi (recreation tourism). Jenis pariwisata ini

    dilakukan oleh orang-orang yang menghendaki pemanfaatan hari-hari

    liburnya untuk beristirahat, untuk memulihkan kembali kesegaran jasmani

    dan rohaninya, yang ingin menyegarkan keletihan dan kelelahannya.

    3. pariwisata untuk kebudayaan (cultural tourism), jenis ini ditandai adanya

    rangkaian motivasi, seperti keinginan belajar di pusat-pusat pengajaran

    dan riset, untuk mempelajari adat istiadat, kelembagaan, dan cara hidup

    rakyat negeri lain, untuk mengunjungi monumen bersejarah, peninggalan

    masa lalu atau sebaliknya. Penemuan-penemuan besar masa kini, pusat-

    pusat kesenian, pusat-pusat keagamaan, atau juga untuk ikut serta dalam

    festival-festival seni musik, teater rakyat,

    4. pariwisata untuk olah raga (sport tourism). Jenis ini dibagi dua kategori:

    (i) big sport events, yaitu peristiwa-peristiwa olah raga besar seperti

    olimpic games, kejuaraan ski dunia, kejuaraan sepak bola dunia, dan lain-

    lain yang menarik perhatian. Tidak hanya atlitnya saja, tetapi juga ribuan

    penonton dan penggemarnya, (ii) sporting tourism of the practitioners,

  • !!

    Universitas Indonesia

    !

    "#!

    yaitu peristiwa olah raga bagi mereka yang ingin berlatih dan

    mempraktekkan sendiri, seperti pendakian gunung, berburu, memancing,

    arung jeram dan lain-lain. Negara/daerah yang memiliki fasilitas atau

    tempat olah raga ini tentu dapat menarik sejumlah penggemarnya,

    5. pariwisata untuk usaha dagang (business tourism). Menurut beberapa ahli

    teori, perjalanan usaha ini adalah bentuk profesional travel atau perjalanan

    karena ada kaitannya dengan pekerjaan atau jabatan. Dalam istilah

    business tourism tersirat tidak hanya profesional trips yang dilakukan

    kaum pengusaha atau industrialis. Tetapi juga mencakup semua kunjungan

    ke pameran, kunjungan ke instalasi teknis yang bahkan menarik orang-

    orang di luar profesi ini.

    6. pariwisata untuk berkonvensi (convention tourism). Peranan jenis

    pariwisata ini makin lama makin penting. Banyak negara yang menyadari

    besarnya potensi ekonomi dari jenis pariwisata ini sehingga mereka saling

    berlomba untuk menyiapkan dan mendirikan bangunan-bangunan yang

    dilengkapi dengan fasilitas khusus.

    Sedangkan Pendit (1994) membagi jenis pariwisata menjadi empat belas

    macam yaitu: wisata budaya, wisata kesehatan, wisata olah raga, wisata

    komersial, wisata industri, wisata politik, wisata konvensi, wisata sosial, wisata

    pertanian, wisata maritim atau bahari, wisata cagar alam, wisata buru, wisata

    pilgrim (agama, sejarah, adat istiadat dan kepercayaan), wisata bulan madu.

    Kabupaten Belitung memiliki potensi wisata bahari. Hal ini dimungkinkan

    karena secara geografis Kabupaten Belitung terdiri dari pulau-pulau. Menurut

    Undang-undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan pengertian Wisata

    Bahari atau Tirta adalah usaha yang menyelenggarakan wisata dan olahraga air,

    termasuk penyediaan sarana dan prasarana serta jasa lainnya yang dikelola secara

    komersial di perairan laut, pantai, sungai, danau, dan waduk.

    2.3. Pariwisata Sebagai Industri

    Dalam konteks pariwisata sebagai industri, Pendit (2006) telah

    memperkenalkan beberapa istilah seperti industry of the invisible export (industri

  • !!

    Universitas Indonesia

    !

    "#!

    eksport tidak nyata), hospitality industry (industri ramah tamah), atau service

    industry (industri jasa pelayanan). Adapun batasan tentang industri pariwisata

    menurut Yoeti (1990) adalah kumpulan dari bermacam perusahaan yang secara

    bersama menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa (goods and service) yang

    dibutuhkan para wisatawan pada khususnya dan traveller pada umumnya, selama

    dalam perjalanannya.

    Sebagai sebuah industri, Wardiyanta (2006) menyatakan pariwisata

    mempunyai sifat yang khas, tidak hanya melibatkan banyak industri, yakni

    transportasi, akomodasi, jasa boga, atraksi, retail, tetapi bersifat menyerap banyak

    tenaga kerja yang pada akhirnya juga memiliki implikasi politis yang besar.

    Dalam pengembangan pariwisata, sangat diperlukan sebuah kebijakan untuk dapat

    meminimalisasi dampak negatif yang sering timbul.

    Menurut Prajogo (1976) pariwisata sebagai industri mempunyai beberapa

    sifat khusus, yang membedakannya dengan industri lain. Sifat khusus tersebut

    adalah: (a) produk wisata mempunyai ciri bahwa ia tidak dapat dipindahkan.

    Orang tidak dapat membawa produk wisata pada langganan, tetapi langganan itu

    sendiri harus mengunjunginya, mengalami dan datang untuk menikmati produk

    wisata itu, (b) dalam pariwisata produksi dan konsumsi terjadi pada saat yang

    sama. Tanpa langganan yang sedang mempergunakan jasa-jasa itu tidak akan

    terjadi produksi, (c) sebagai suatu jasa, maka pariwisata memiliki berbagai ragam

    bentuk, oleh karena itu dalam pariwisata tidak ada standar ukuran yang obyektif,

    (d) langganan tidak dapat mencicipi, mengetahui atau menguji produk itu

    sebelumnya, yang dapat dilihat hanya brosur-brosur, gambar-gambar, (e) dari segi

    usaha, produk wisata merupakan usaha yang mengandung resiko besar. Industri

    pariwisata memerlukan modal yang besar, sedangkan permintaan sangat peka

    terhadap perubahan situasi ekonomi, politik, sikap masyarakat, kesenangan

    wisatawan dan sebagainya.

    Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi industri pariwisata menurut

    Spillane (1987) adalah: (a) pertumbuhan pendapatan nyata dan wisatawan yang

    bersangkutan, semakin tinggi pendapatan nyata semakin bertambah juga

    pendapatan yang dapat disisihkan untuk perjalanan wisata, (b) wisatawan yang

    bersangkutan termasuk golongan orang-orang memperoleh pembiayaan cuti yang

  • !!

    Universitas Indonesia

    !

    "#!

    diambil (pad vacation), (c) besar kecilnya kurs mata uang dari negara penghasil

    wisatawan terhadap mata uang negara tujuan mereka. Semakin tinggi nilai mata

    uang negara penghasil wisatawan terhadap mata uang negara tujuan mereka,

    semakin besar pula daya tarik negara tujuan bagi wisatawan yang bersangkutan,

    (d) perbandingan antara daya tarik suatu negara tujuan wisatawan dengan

    kebutuhannya untuk berkunjung ke sana, (e) kemudahan pencapaian dan

    tersedianya fasilitas transportasi. Berapapun besarnya suatu daerah tujuan wisata,

    jika jika sulit untuk dicapai dan fasilitas tidak memadai, maka keinginan

    wisatawan untuk ke sana pun pudar, (f) faktor-faktor penting lainnya adalah air

    travel policies, landing rights dan tarif penerbangan, yaitu intensitas usaha usaha

    promosi dan pemasaran yang dilakukan oleh negara tujuan wisata di negara

    penghasil wisatawan, dan yang sangat penting adalah sikap dari negara-negara

    tujuan wisata terhadap pariwisata itu sendiri, baik sikap pemerintah maupun sikap

    masyarakatnya.

    Kemajuan pariwisata sebagai industri menurut Spillane (1987)

    sebenarnya ditunjang oleh bermacam-macam usaha yang perlu dikelola secara

    terpadu dan baik, diantaranya adalah: (i) promosi, (ii) transportasi, (iii)

    kemudahan keimigrasian atau birokrasi, (iv) akomodasi, (v) pemandu wisata yang

    cakap, (vi) penawaran barang dan jasa dengan mutu terjamin dan harga yang

    wajar, (vii) pengisian waktu dengan atraksi-atraksi yang menarik, dan (viii)

    kondisi kebersihan dan kesehatan lingkungan hidup.

    Lebih lanjut Spillane (1987) menambahkan bahwa faktor-faktor yang

    mempengaruhi permintaan industri pariwisata adalah: (a) undang-undang sosial,

    yang membatasi jumlah jam kerja dan menjamin adanya waktu istirahat mingguan

    dan liburan tahunan yang dibayar bagi semua karyawan, pegawai dan buruh-

    buruh yang bekerja. Negara-negara yang ekonominya kuat cenderung untuk

    menambah jumlah hari libur yang dibayar penuh, (b) pendapatan yang meningkat.

    Faktor penting penyebab industri ialah makin meningkatnya kehidupan

    masyarakat. Kebutuhan dasar manusia di negara-negara maju seperti perumahan,

    kendaraan dan sebagainya umumnys sudah terpenuhi, sehingga memungkinkan

    untuk menyisihkan sebagian dari pendapatannya untuk melakukan perjalanan

    wisata, (c) pendidikan dan hasrat ingin tahu, (d) urbanisasi dan kebutuhan untuk

  • !!

    Universitas Indonesia

    !

    "#!

    menghindari kebisingan kota. Kota-kota industri yang selalu ramai menyebabkan

    kebutuhan untuk menghindarkan diri dari kebisingan yang diderita penduduk dan

    para pekerja. Mereka membutuhkan istirahat demi kembalinya kesegaran jasmani

    dan rohani, (e) hasrat untuk meniru, merupakan kebutuhan sosiologis seseorang

    untuk meniru orang lain. Hasrat tersebut bisa berkembang sebagai keinginan, bila

    selalu melihat dan mendengar kesan-kesan liburan yang indah dan memuaskan

    dari orang lain yang telah melakukan perjalanan wisata.

    2.4. Permintaan dan Penawaran Pariwisata

    Damanik (2006) menyatakan dari sisi ekonomi, pariwisata muncul dari

    empat unsur pokok yang saling terkait erat atau menjalin hubungan dalam suatu

    sistem, yakni (a) permintaan atau kebutuhan; (b) penawaran atau pemenuhan

    kebutuhan berwisata itu sendiri; (c) pasar dan kelembagaan yang berperan untuk

    memfasilitasi keduanya; dan (d) pelaku atau aktor yang menggerakkan ketiga

    elemen tadi. Keterkaitan antar empat unsur tersebut di atas sebagai sistem

    pariwisata seperti tergambar di bawah ini:

    Sumber: Damanik (2006), Perencanaan Ekowisata

    Gambar 2.2. Sistem Kepariwisataan

    Kebijakan sektor pariwisata dilakukan untuk mendorong potensi wisata

    yang ada menjadi produk yang siap dikonsumsi. Untuk itu perlu dilakukan

    KEBIJAKAN

    PARIWISATA

    PEN

    AW

    AR

    AN

    PER

    MIN

    TAA

    N

    PASAR/PELAKU PARIWISATA

    PRODUK

    Keterangan: a) mendorong; b) mengendalikan; c) mempengaruhi;

    d) mengembangkan & memasarkan; e) membeli

    c c

    a b

    d e

  • !!

    Universitas Indonesia

    !

    "#!

    pengendalian supaya produk yang ada tidak saling bersaing, namun dapat

    bersinergi dalam satu kemasan produk yang ditawarkan menjadi paket-paket

    wisata. Sehingga kebijakan yang dibuat mampu menciptakan penawaran berbagai

    atraksi wisata. Dengan demikian produk wisata harus peka dan mampu menagkap

    permintaan dari wisatawan terhadap kualitas dan kuantitas produk yang

    ditawarkan.

    Permintaan. Menurut Yoeti (1990) permintaan dalam pariwisata terdiri

    dari bermacam-macam unsur yang saling berbeda baik sifat, bentuk serta

    manfaatnya bagi wisatawan. Permintaan dalam pariwisata tidak hanya terbatas

    selama masa perjalanan berlangsung. Tetapi unsur permintaan dilaksanakan

    sebelum adanya perjalanan wisata. Berbagai informasi, dokumen, perjalanan,

    tempat penginapan dan sebagainya harus terlebih dahulu disiapkan.

    Lebih lanjut Damanik (2006) menyatakan unsur-unsur penting dalam

    permintaan wisata adalah wisatawan dan produk lokal yang menggunakan

    sumberdaya (produk dan jasa) wisata. Basis utamanya adalah waktu dan uang.

    Dengan waktu dan sumberdaya yang dimiliki, wisatawan adalah konsumen utama

    yang akan mengkonsumsi produk dan layanan wisata yang disediakan di negara

    atau daerah tujuan wisata.

    Berbagai faktor yang mempengaruhi permintaan wisatawan, antara lain

    pendapatan, harga, kualitas, hari-hari libur, dan teknologi transportasi. Pendapatan

    merupakan faktor yang sangat menentukan, dapat tidaknya seseorang berwisata,

    seseorang baru akan melakukan perjalanan wisata, bila mempunyai uang lebih.

    Demikian juga faktor harga dapat mempengaruhi keputusan untuk berwisata.

    Perubahan harga akan mempengaruhi penggunaan dana yang dimiliki seseorang.

    Jika terjadi perubahan harga pada produk wisata, maka akan terjadi substitusi, dan

    calon wisatawan akan mengalihkan perhatiannya pada paket wisata lain yang

    lebih murah, ataupun membatalkannya.

    Selain itu faktor transportasi yang semakin canggih dan dapat

    mempersingkat waktu perjalanan dengan segala fasilitas yang nyaman lagi baik,

    maka hal ini akan menarik bagi calon wisatawan untuk berwisata seperti di

    negara-negara maju, yang pariwisatanya ditangani dengan baik dan didukung

    teknologi canggih, justru lebih banyak kegiatan kunjungan wisata.

  • !!

    Universitas Indonesia

    !

    "#!

    Penawaran. Penawaran dalam pariwisata, meliputi unsur-unsur objek

    dan daya tarik wisata (ODTW) ciptaan Tuhan (alamiah) dan ODTW buatan

    manusia, barang-barang dan jasa-jasa yang dapat mendorong orang-orang

    berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata (Yoeti, 1990). Damanik (2006)

    mengemukakan apa yang ditawarkan kepada wisatawan? Jawabnya adalah produk

    (product) dan jasa (services).

    Produk wisata adalah semua produk yang diperuntukkan bagi atau

    dikonsumsi oleh seseorang selama melakukan kegiatan wisata. Adapun jasa

    adalah layanan yang diterima wisatawan ketika mereka memanfaatkan

    (mengkonsumsi) produk tersebut. Jasa ini biasanya tidak tampak (intangible),

    bahkan sering kali tidak dirasakan. Mulai dari pembersihan kamar hotel yang

    dilakukan oleh staf room service, aneka hidangan dan cara penyajiannya yang

    dilakukan oleh staf food and beverage sampai penyediaan informasi di Tourist

    Information Center, semuanya merupakan bentuk jasa wisata.

    Lebih lanjut Damanik (2006) menyampaikan, banyak kalangan yang

    menyamakan produk dan jasa sebagai potensi wisata. Pemahaman seperi itu jelas

    keliru. Produk dan jasa harus sudah siap dikonsumsi oleh wisatawan. Sebaliknya

    potensi wisata adalah semua objek (alam, budaya, buatan) yang memerlukan

    banyak penanganan agar dapat memberikan nilai daya tarik bagi wisatawan.

    Lebih lanjut Kuswara (2006) menyatakan kegiatan pariwisata melibatkan

    berbagai unsur atau komponen, yang saling kait mengkait yaitu antara konponen

    produk dari sisi penawaran dengan komponen pasar dari sisi permintaan seperti

    pada gambar 2.3. berikut:

  • !!

    Universitas Indonesia

    !

    "#!

    Sumber: Kuswara (2006), Kepariwisataan dalam Perspektif pengembangan Kota

    Gambar 2.3. Penawaran dan Permintaan Pariwisata

    2.5. Pariwisata dengan Pembangunan Ekonomi

    Dep. Budpar (2005) menyatakan pariwisata sangat dipengaruhi oleh

    situasi dan kondisi perekonomian. Dengan ekonomi yang maju pariwisata akan

    berkembang karena didukung oleh kesejahteraan penduduk dan fasilitas daerah

    tujuan wisata yang memadai. Hal sebaliknya juga dapat terjadi yaitu pariwisata

    dapat mendorong perekonomian regional dan nasional. Kegiatan pariwisata akan

    menimbulkan demand akan barang dan jasa yang selanjutnya akan merangsang

    pertumbuhan produksi.

    Menurut Spillane (1994) ada beberapa elemen dalam menentukan

    hubungan pariwisata dengan pembangunan ekonomi, yaitu: (a) jenis pariwisata,

    (b) struktur ekonomi nasional, (c) hubungan antara perpindahan modal dan

    migrasi tenaga kerja. Hal ini mengisyaratkan bahwa pariwisata dalam

    pembangunan ekonomi nasional tergantung secara parsial pada organisasi

    permodalan dan khususnya kemampuan modal dari luar negeri untuk ditanamkan

    di dalam negeri. Pariwisata memainkan peranan yang sangat penting dalam

    strategi ekonomi di berbagai negara.

  • !!

    Universitas Indonesia

    !

    ""!

    2.6. Strategi Pengembangan Pariwisata

    Pengertian strategi adalah Rencana yang disatukan, luas dan berintegrasi

    yang menghubungkan keunggulan strategis perusahaan dengan tantangan

    lingkungan, yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama dari

    perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi (Glueck

    dan Jauch, p.9, 1989).

    Sedangkan menurut Chandler (1962), strategi merupakan alat untuk

    mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang,

    program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya (lihat Rangkuti, 2001).

    Strategi pengembangan pariwisata harus dikaji berdasarkan kondisi lingkungan

    strategik yang berpengaruh. Lingkungan strategik tersebut mencakup faktor

    internal dan faktor eksternal yang dapat berpengaruh terhadap pengelolaan

    pariwisata.

    Tahapan pembuatan strategi merupakan tahapan yang menghubungkan

    organisasi dengan lingkungannya dan merupakan strategi yang paling sesuai

    dengan misi organisasi (Tangkilian, 2005:24). Proses pembuatan strategi terdiri

    dari 4 (empat) tahap yaitu:

    1. Identifikasi masalah strategik yang dihadapi organisasi.

    2. Pengembangan alternatif strategi yang ada.

    3. Evaluasi dari alternatif.

    4. Penentuan pemilihan strategi baik dari berbagai alternatif yang tersedia.

    2.7. Konsep Perencanaan Kebijakan

    Menurut Drucker (1954), Perencanaan adalah suatu proses kerja yang

    terus menerus yang meliputi pengambilan keputusan yang bersifat pokok dan

    penting dan yang akan dilaksanakan secara sistematik, melalukan perkiraan-

    perkiraan dengan menggunakan segala pengetahuan yang ada tentang masa depan,

    mengorganisir secara sistematik segala upaya yang dipandang perlu untuk

    melaksanakan segala keputusan yang telah ditetapkan, serta mengukur

    keberhasilan dari pelaksanaan keputusan tersebut dengan membandingkan hasil

  • !!

    Universitas Indonesia

    !

    "#!

    yang dicapai terhadap target yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan umpan

    balik yang diterima dan yang telah disusun secara teratur dan baik.

    Konsep pengembangan merupakan konsep yang terkait dengan

    perencanaan dalam penyusunan kebijakan publik. Pada konsep pengembangan,

    yang utama adalah perencanaan dan strategi untuk mengimplementasikan

    perencanaan tersebut dalam kebijakan pemerintah.

    Strategi kebijakan dalam pengembangan pariwisata perlu dirumuskan

    dan diimplementasikan dalam membangun dan mengendalikan masyarkat supaya

    objek dan atraksi wisata yang terbentuk makin tertata dan mampu dikelola dengan

    baik sesuai dengan kapasitas pemerintah, swasta, LSM dam masyarakat stempat.

    Strategi kebijakan pembangunan itu dapat diimplementasikan melalui

    pelaksanaan program dan kegiatan yang spesifik untuk mengatasi masalah

    infrastruktur, sumber daya manusia, ekonomi, social dan regulasi yang terkait

    dengan perkembangan pariwisata.

    Yoety (1997 dalam Prencanaan Pengembangan Pariwisata) menyatakan

    bahwa ada Sembilan prinsip yang perlu diikuti oleh pengembang pariwisata

    sebagai pedoman dasar untuk menyusun rencana pariwisata, yakni :

    1. Perencanaan pengembangan pariwisata merupakan satu kesatuan dengan

    pembangunan regional maupun nasional dari pembangunan perekonomian

    Negara.

    2. Perencanaan pengembangan pariwisata perlu menggunakan pendekatan

    terpadu dengan sektor-sektor lainnya yang terkait.

    3. Perencanan pengembangan pariwisata perlu dibawah koordinasi fisik

    daerah/Negara secara keseluruhan.

    4. Perencanaan pengembangan pariwisata perlu didasarkan pada studi yang

    khusus yang dibuat secara khusus untuk pengembangan pariwisata dengan

    memperhatikan perlindungan terhadap lingkungan hidup, alam dan budaya

    sekitarnya.

    5. Perencanaan fisik harus didasarkan pada penelitian yang sesuai dengan

    lingkungan alam sekitar dengan memperhatikan faktor-faktor geografi yang

    lebih luas tidak hanya dari segi administrative saja.

  • !!

    Universitas Indonesia

    !

    "#!

    6. Perencanaan dan penelitian yang dilakukan harus memperhatikan masalah

    kelestarian ekologi supaya pariwisata dapat berlangsung secara berkelanjutan.

    7. Perencanaan dan pengembangan pariwisata harus memperhatikan dampak

    social yang mungkin ditimbulkan supaya pengembangan pariwisata tidak

    mendapat resistensi karena terjadinya konflik social yang mungkin

    ditimbulkannya.

    8. Pada daerah perkotaan dan daerah industry, perlu direncanakan fasilitas

    hiburan yang disebut pre-urban.

    9. Perencanaan pengembangan pariwisata harus didasarkan kepentingan

    peningkatan kesejahteraan masyarakat tanpa membedakan suku, agama, ras,

    golongan maupun bangsa

    2.8. Penelitian Terdahulu

    Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan oleh peneliti

    terdahulu yang berhubungan dengan penelitian ini. Pao (2004), melakukan

    penelitan yang bertujuan untuk mengetahui perkembangan dan prospek dari

    industri pariwisata di Macao. Analisis yang digunakan adalah Analisis SWOT.

    Menurut Pao, dalam mengembangkan industri pariwisata di Macao ada beberapa

    hal yang harus dilakukan yaitu promosi dari MICE, program kerjasama promosi

    dengan Hong Kong dan Guangdong, dan Macao harus mengembangkan kota

    wisatanya agar menjadi tujuan wisata liburan yang menyediakan berbagai macam

    kegiatan dan hiburan menyenangkan dan menarik.

    Forman dan Gass (2001) melakukan penelitian tentang Pemakaian

    Analytic Hierarchy Process (AHP). Tujuan penelitian ini adalah mendiskusikan

    mengapa AHP menjadi sebuah metodologi yang umum untuk berbagai macam

    pengambilan keputusan dan aplikasi yang lain, memaparkan secara singkat

    keberhasilan dari penggunaan AHP, mengelaborasi kegiatan-kegiatan akademik

    yang berkaitan dengan efektivitas dan aplikatif AHP dibandingkan dengan

    metodologi lain. Validitas dan kemampuannya dalam memecahkan kembali

    permasalahan yang multi objektif digunakan dalam ratusan (bahkan sekarang

    ribuan) pengambilan keputusan (Saaty, 1994). Lebih dari 1000 artikel dan

  • !!

    Universitas Indonesia

    !

    "#!

    hampir 100 disertasi doktoral merujuk kepada alamat

    http://www.ExpertChoice.com. sebagai referensi. Hasil yang diperoleh adalah

    AHP tidak hanya sebatas sebuah metode pengambilan keputusan, alat untuk

    menganalisis melainkan lebih dari itu bahwa ada 3 fungsi utama AHP yang

    menjadi keunggulannya yaitu kompleksitas yang terstruktur, pengukuran dari

    skala perbandingan dan proses sintesis (permasalahan).

    Wijaya (2005) melakukan penelitian tentang Perencanaan Pengembangan

    Wisata Bahari di Kepulauan Seribu yang bertujuan untuk menyusun perencanaan

    yang efektif dalam pengembangan kepariwisataan melalui sektor wisata bahari di

    Kepulauan Seribu. Penelitian ini mencoba menawarkan sebuah rumusan strategi

    yang didasarkan pada usaha mensinergikan beberapa pandangan dan preferensi

    para ahli pariwisata bahari. Hasil yang diperoleh dari pendekatan AHP

    berdasarkan interaksi 3 kelompok stakeholder antara lain : (1) Masyarakat lokal

    lebih memprioritaskan program pendidikan dan pelatihan bagi masyarakat

    dibandingkan dengan 3 program lainnya dengan bobot prioritas 0,329. (2)

    Sementara PEMDA lebih menitikberatkan pada program pengadaan berbagai

    informasi dan promosi obyek wisata dengan bobot 0,379. (3) Pihak

    swasta/investor menginginkan program pengadaan sarana dan prasarana

    penunjang pariwisata yang memadai didahulukan dari program lainnya dengan

    bobot 0,432. (4) Secara keseluruhan, jika ketiga kelompok dipertautkan

    berdasarkan kepentingan masing-masing dan kelompok pelaksana program maka

    diperoleh hasil sintesis bahwa program pengadaan informasi dan promosi obyek

    wisata harus menjadi prioritas utama dibandingkan program lainnya, dengan

    bobot prioritas 0,299 dan indeks inkonsistensi keseluruhan yang dapat diterima

    yakni sebesar 0,03.

    Setiyadi, Amar dan Aji (2011) melakukan penelitian dengan

    menggunakan etode SWOT AHP. Penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan

    informasi tentang faktor kekuatan, faktor kelemahan, faktor peluang dan faktor

    ancaman. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk menentukan prioritas

    strategi dalam mengembangkan UKM kuliner. Hasil dari penelitian tersebut

    berupa program utama yang harus direalisasikan bagi pengembangan usaha UKM

  • !!

    Universitas Indonesia

    !

    "#!

    Kuliner dalam pengembangan bisnis untuk mencapai sustainability, yang terdiri

    dari :

    Strategi membuka cabang luar daerah

    Strategi kemitraan saham keseluruhan

    Strategi membuka cabang lokal

    Strategi kemitraan saham sebagian

    Utami (2011) melakukan penelitian yang bertujuan untuk

    mengidentifikasi citra yang terbentuk melalui film dan pemasaran destinasi yang

    dapat berpengaruh terhadap pengembangan destinasi sebagai tujuan wisata.

    Temuan-temuan yang dihasilkan yaitu: (1) Film sangat berpengaruh terhadap

    pembentukan citra destinasi pulau Belitung, (2) Faktor permintaan destinasi

    sebagai lokasi pembuatan film sangat tinggi namun belum didukung oleh faktor

    penyediaan destinasi sebagai tujuan wisata yang dipengaruhi oleh film (film-

    induced tourism).

    2.9. Kerangka Konsep Penelitian

    Penelitian ini secara garis besar bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-

    faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman strategi

    pengembangan pariwisata di Kabupaten Belitung serta merumuskan prioritas

    kebijakan strategi pengembangan pariwisata di Kabupaten Belitung. Dalam

    melaksanakan penelitian ini penulis menggunakan analisis kualitatif yang

    menggunakan data primer dari hasil penelitian lapangan dan analisis deskriptif

    menggunakan data sekunder. Analisis kualitatif yang digunakan adalah SWOT

    dan AHP.

    Berdasarkan studi literatur dan studi empiris terdahulu, penelitian ini

    memfokuskan diri pada analisis sektor pariwisata dengan kerangka konsep

    penelitian sebagai berikut :

  • !!

    Universitas Indonesia

    !

    "#!

    Visi dan Misi Pariwisata

    Kabupaten Belitung

    Tujuan dan Strategi

    Kebijakan Pengembangan

    Pariwisata

    Potensi

    Kondisi Pariwisata

    saat ini

    Target

    Berkembangnya pariwisata

    Kabupaten Belitung yang

    berkelanjutan

    Hambatan

    Strategi Pengembangan Pariwisata

    Kabupaten Belitung!

    !"#$Analisa SWOT

    Analisa Faktor

    Eksternal

    Analisa Faktor

    Internal

    Gambar 2.4. Kerangka Konsep Penelitian

  • !!

    Universitas Indonesia

    !

    "#!

    BAB 3

    METODOLOGI PENELITIAN

    3.1. Metode Penelitian

    Penelitian ini berupa penelitian Deskriptif kualitatif dan kuantitatif

    dengan analisa mengenai strategi pengembangan pariwisata di Kabupaten

    Belitung.

    Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Belitung dimana pengambilan

    data dilakukan pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Belitung

    sebagai pihak pembuat Program Strategi dan Pengembangan Pariwisata serta

    pelaksana kebijakan pariwisata Kabupaten Belitung. Selain itu pengambilan data

    pendukung juga dilakukan pada Bappeda Kabupaten Belitung, BPS Kabupaten

    Belitung dan informasi tambahan lainnya dari Kabupaten Belitung.

    3.2. Sumber Data

    Data maupun informasi dalam penelitian ini dikumpulkan dari hasil data

    primer wawancara dengan kuesioner dan data sekunder. Informasi tersebut digali

    dari beragam sumber data, dan jenis sumber data yang akan dimanfaatkan dalam

    penelitian ini meliputi informan sumber data, terdiri dari :

    1. Pejabat pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Belitung

    meliputi Kepala Dinas, Subag. Program dan Pelaporan, Kepala Bidang

    Pemasaran,Kepala Bidang Kebudayaan, Kepala Seksi Lingkungan

    Kebudayaan dan Kepercayaan, Kepala Seksi Promosi, Kepala Seksi

    Kerjasama serta staf yang berhubungan dengan program.

    2. Pejabat terkait pada Kabupaten Belitung.

    3. Pejabat yang berwenang pada BPS Kabupaten Belitung

    4. Pejabat pada Dinas Terkait pada Kabupaten/Kota di Kabupaten Belitung.

    5. Stakeholder lain yang terlibat seperti Anggota DPRD, Pelaku Usaha

    Pariwisata di Kabupaten Belitung dan Komunitas masyarakat yang terlibat

    langsung dengan Program Pariwisata di Kabupaten Belitung.

    6. Arsip atau dokumen pendukung yang didapat dari sumber yang valid

    untuk memperjelas data utama.

  • !!

    Universitas Indonesia

    !

    "#!

    3.3. Teknik Pengumpulan Data

    !"!"#" Wawancara

    Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Dimana

    dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan

    yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan. Tujuan

    melakukan wawancara adalah memungkinkan kita untuk masuk dalam perspektif

    orang lain. Adalah tanggung jawab pewawancara menyediakan kerangka kerja,

    yang orang dapat menanggapi dengan rasa nyaman, tepat dan jujur terhadap

    pertanyaan terbuka (Patton ,2009:184)

    Wawancara dalam penelitian ini menggunakan jenis wawancara

    mendalam dengan pertanyaan terbuka dan wawancara dengan responden terpilih

    (Purposive Sampling) berdasarkan kemampuan dan keterlibatannya dengan

    masalah yang diteliti baik secara internal maupun eksternal untuk mendapatkan

    masukan pada indikator strategi SWOT dan AHP yang akan diteliti. Wawancara

    dilakukan pada masing masing Kantor tempat pengambilan data terkait, pada

    saat jam kerja berlangsung.

    !"!"$" Dokumentasi

    Penggunaan dokumen resmi dalam penelitian sebagai sumber data telah

    lama digunakan sebagai alat untuk menguji, menafsirkan bahkan untuk

    meramalkan tentang suatu keadaan. Pengumpulan data dokumentasi dimaksudkan

    untuk melengkapi data yang tidak diperoleh dari kegiatan wawancara. Dokumen-

    dokumen tersebut antara lain RPJMD dan RPJP Kabupaten Belitung, Rencana

    Strategis Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Belitung, Laporan

    Keuangan dan Program Kerja Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten

    Belitung, dan Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Tahun 2008

    2010.

    !"!"!" Survey

    Survey merupakan satu tahapan untuk mencari informasi dari responden.

    Dalam Penelitian ini sampel diambil dengan menggunakan kuesioner sebagai

  • !!

    Universitas Indonesia

    !

    "#!

    alat pengambilan data pokok dimana pada umumnya yang merupakan unit analisa

    dalam penelitian survei adalah responden kunci. Survey dilakukan pada Dinas

    Kebudayaan dan Pariwisata dan Responden yang berhubungan dengan sektor

    pariwisata di Kabupaten Belitung. Kuesioner di buat sedemikian rupa dengan

    berbagai alternatif jawaban dan responden memberikan tanda pada satu jawaban

    saja. Item skala penilaian disusun berdasarkan skala Likert. Kuesioner tertutup

    adalah kuesioner yang telah disediakan jawabannya, sehingga responden tinggal

    memilih jawabannya pada kolom yang telah disediakan dengan memberi tanda

    silang (X) atau centang (!) (Arikunto,2006). Alasan penggunaan kuesioner

    tertutup , yaitu :

    a. Kuesioner ini memberikan kemudahan pada responden dalam memberikan

    jawaban;

    b. Lebih praktis sistematis dan sesuai alat analisa yang digunakan;

    c. Jawaban lebih relevan dan mengarah terhadap permasalahan yang diteliti.

    Penyampaian kuesioner kepada responden dilakukan secara langsung

    dan sebelumnya diberi pengarahan mengenai tata cara pengisian kuesioner.

    Setelah kuesioner diisi oleh responden, kemudian dikembalikan kepada peneliti.

    !"#" Teknik Sampling

    Tehnik pengambilan sampling dilakukan dengan menggunakan sampel

    bertujuan (Purposive Sampling), dimana menurut Arikunto (2006) dilakukan

    dengan cara mengambil subjek bukan berdasarkan strata , random atau daerah,

    tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Dalam penelitian ini sampling yang

    diambil adalah dari Pejabat Lingkup Dinas Pariwisata Kabupaten Belitung

    ditambah dengan stake holder yang terkait baik secara internal maupun eksternal

    di lingkup Kabupaten Belitung.

    !"$" Instrumen Penelitian

    !"$"%" SWOT

    Konsep analisis SWOT memberikan suatu pandangan dasar tentang

    strategi atau taktik yang diperlukan dalam mencapai tujuan tertentu. Analisis

    SWOT mengkaji dengan menilai faktor-faktor terkait. Untuk perumusan strategi

  • !!

    Universitas Indonesia

    !

    "#!

    dan mengelompokan faktor-faktor tersebut menjadi faktor eksternal dan faktor

    internal, kemudian membandingkan antara faktor eksternal yang merupakan

    peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dengan faktor internal yang berupa

    kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) (Rangkuti, 2001). Menurut

    Fandeli (2002) strategi merupakan cara bagaimana organisasi mencapai visi dan

    misi yang ada secara sistematis, terarah dan rasional. Strategi disusun berdasarkan

    analisis SWOT. Fungsi strategi sebagai titik tolak untuk merumuskan program.

    Menurut Pearce and Robinson (2003,134), analisis SWOT perlu dilakukan karena

    analisa SWOT untuk mencocokkan fit antara sumber daya internal dan situasi

    eksternal perusahaan. Pencocokkan yang baik akan memaksimalkan kekuatan dan

    peluang perusahaan dan meminimumkan kelemahan dan ancamannya. Asumsi

    sederhana ini mempunyai implikasi yang kuat untuk design strategi yang sukses.

    Suatu strategi yang efektif akan memaksimalkan kekuatan dan peluang

    organisasi, namun pada kondisi yang sama meminimalkan kelemahan dan

    ancaman yang muncul.

    Menurut Pearce dan Robinson (2003), analisis SWOT memiliki

    keterbatasan. Pertama, analisis SWOT berpotensi untuk terlalu banyak

    memberikan penekanan pada kekuatan internal dan kurang memberikan perhatian

    pada ancaman eksternal. Kedua, analisis SWOT dapat menjadi sesuatu yang

    bersifat statis dan berisiko mengabaikan perubahan situasi dan lingkungan yang

    dinamis. Ketiga, analisis SWOT berpotensi terlalu memberikan penekanan hanya

    pada satu kekuatan atau elemen dari strategi. Dengan keterbatasan tersebut bukan

    berarti SWOT tidak bisa lagi digunakan. Justru keterbatasan ini dapat menjadi

    panduan dan pelajaran bagi peneliti agar dapat memanfaatkan analisis SWOT

    dengan tepat, yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan peneliti.

    Instrumen yang dipakai sebagai alat untuk mengumpulkan data,pada

    penelitian ini adalah berupa daftar pertanyaan/ kuesioner jenis tertutup yang harus

    diisi oleh responden dengan cara mengisi dan memberi tanda tertentu pada

    alternatif jawaban yang dipilih. Kuesioner dimaksudkan untuk menjaring data

    yang berkaitan dengan program dan strategi yang telah dilaksanakan sehingga

    dapat dianalisa apa saja secara internal faktor kekuatan (Strength) dan

    kelemahannya (Weakness). Secara Eksternal juga dapat diketahui Peluang

  • !!

    Universitas Indonesia

    !

    "#!

    (Opportunity) dan ancaman (Threatnesss) yang dihadapi dalam rangka

    mengevaluasi strategi yang telah dilakukan.

    Pada kuesioner ini, responden mengisi 3 kolom butir pertanyaan

    kuesioner faktor internal dan eksternal berupa keadaan saat ini dan harapan

    dimasa yang akan datang dalam kisaran angka 1 hingga angka 6 dan kuesioner

    urgensi penanganan dalam kisaran angka 1 hingga angka 4 skala yang digunakan

    adalah skala Likert. Responden mengisi setiap butir pernyataan kuesioner kolom 1

    dan 2 dalam kisaran sangat baik diberi skor 6 hingga sangat kurang diberi skor

    1.Pada kolom 3 berupa urgensi penanganan. Responden mengisi setiap butir

    pernyataan berupa Sangat Urgen diberi skor 4 hingga Tidak Urgen diberi skor 1

    Secara rinci, pemberian skor sebagai berikut :

    Tabel 3.1 Indikator Faktor Internal dan Eksternal Analisa SWOT

    N

    o

    Indikator

    Penelitian

    Eksternal /

    internal

    Kondisi Sampai Saat ini Urgensi

    Penanganan

    1 2 3 4 5 6 1 2 3 4

    1 Faktor 1

    2 Faktor 2

    3 Faktor 3

    4 Faktor 4

    5 Dst ......

    Penilaian Responden: Urgensi Penanganan:

    Angka 1 = Sangat Kurang Angka 1 = Tidak Urgen

    Angka 2 = Kurang Angka 2 = Agak Urgen

    Angka 3 = Cukup Angka 3 = Urgen

    Angka 4 = Agak Baik Angka 4 = Sangat Urgen

    Angka 5 = Baik

    Angka 6 = Sangat Baik

    1. Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa faktor, merupakan bagian dari

    bidang yang merupakan penjabaran spesifik dari masing-masing bidang. Dari

    contoh di atas (1) Penjualan barang/jasa dimana dinilai dari anggaran vs

  • !!

    Universitas Indonesia

    !

    ""!

    target (2) Distribusi produk melalui jasa Travels Tour dan Maskapai

    merupakan faktor. Faktor inilah yang kemudian terkategori sebagai

    kekuatan atau kelemahan (dari analisa internal) dan peluang atau ancaman

    (dari analisa eksternal).

    2. Setelah kuesioner terisi dan terkumpul semua, penilaian faktor dilakukan

    dengan meranking bobot penilaian pada penilaian responden yang memiliki

    nilai maksimal 6 dan minimal 1. Faktor-faktor yang memiliki nilai di atas

    median (atau rata-rata dilihat dari persebaran distribusi probabilitasnya)

    disebut dengan kekuatan pada analisa internal dan peluang pada analisa

    eskternal. Sebaliknya faktor-faktor yang memiliki nilai penilaian di bawah

    median disebut dengan kelemahan pada analisa internal dan ancaman

    pada analisa eksternal.

    Cara pengisian pembobotan IFAS dan EFAS sebagai berikut :

    Untuk faktor Strenght (kekuatan) dan Opportunity (peluang) karena

    bobotnya diatas rata-rata kolom maka langsung menjadi bobot

    sebenarnya baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang.

    Untuk faktor Weakness (kelemahan) dan Threatness (ancaman) yang

    bobotnya < dari kolom rata rata, maka bobot yang diperoleh dari selisih

    rata-rata kolom dan faktor baris masih harus dijadikan sebagai angka

    pengurang dari angka tertinggi (6) baik jangka pendek dan jangka

    panjang.

    3. Nilai penyesuaian bersifat mutlak.

    4. Penentuan bobot dari masing-masing elemen SWOT untuk setiap faktornya

    diambil dari masing-masing elemen SWOT untuk setiap faktornya dengan

    mengambil bobot masing-masing faktor = 100% baik internal maupun

    eksternal. Bobot total dari setiap elemen SWOT menggambarkan nilai total

    penyesuaian rata-rata terhadap nilai total faktor masing-masing.

    Pembobotan dipakai sebagai bahan penilaian prioritas adalah bobot

    tertimbang yang diperoleh dari perkalian bobot X rating. Sedangkan rating

    diperoleh dari nilai rata rata faktor urgensi penanganan/skala prioritas

    kepentingan program sesuai dengan abjad dalam kuesioner responden dimana

    nilai a = 1, b= 2,c = 3, d = 4. Tujuan penyesuaian bobot adalah untuk

  • !!

    Universitas Indonesia

    !

    "#!

    menyesuaikan perbedaan bobot faktor baik secara internal dan eksternal.

    Prioritas dan keterkaitan antar strategi didapat dari hasil pembobotan IFAS

    dan EFAS hasil kuesioner SWOT untuk masing-masing indikator faktor

    (Soesilo,2002).

    5. Membentuk suatu kuadran faktor strategi pengembangan sektor pariwisata,

    yang menjelaskan posisi dari kombinasi faktor internal dan eksternal, dengan

    kombinasi : kekuatan-peluang (S-O), kekuatan-ancaman (S-T), kelemahan-

    peluang (W-O) dan kelemahan-ancaman (W-T).

    Tabel 3. 2 Matriks Interaksi Internal Factors Analysis Summary (IFAS)

    dan External Factors Analysis Summary (EFAS)

    IFAS

    EFAS STRENGTH (S) WEAKNESS (W)

    OPPORTUNITY

    (O)

    SO = Ciptakan strategi

    untuk menggunakann

    kekuatan untuk

    memanfaatkan peluang

    WO = Ciptakan strategi yang

    meminimalkan kelemahan

    untuk memanfaatkan peluang

    THREATHS (I)

    ST = Ciptakan strategi

    yang menggunakann

    kekuatan untuk mengatasi

    ancaman

    WT = Ciptakan strategi

    yang meminimalkan

    kelemahan dan menghindari

    ancaman

    Sumber : Rangkuti F,(2011)

    !"#"$" Analytical Hierachy Process (AHP)

    Analytical Hierarchy Process (AHP) dikembangkan oleh Thomas L.

    Saaty pada tahun 1970-an. Metode ini merupakan salah satu model pengambilan

    keputusan multi kriteria yang dapat membantu kerangka berpikir manusia di mana

    faktor logika, pengalaman, pengetahuan, emosi, dan rasa dioptimasikan ke dalam

    suatu proses sistematis.

  • !!

    Universitas Indonesia

    !

    "#!

    AHP adalah metode pengambilan keputusan yang dikembangkan untuk

    menentukan prioritas dari beberapa alternatif yang ada ketika beberapa kriteria

    harus dipertimbangkan, serta mengijinkan pengambil keputusan (decision makers)

    untuk menyusun masalah yang kompleks ke dalam suatu bentuk hirarki atau

    serangkaian level yang terintegrasi.

    Pada dasarnya AHP merupakan metode yang digunakan untuk

    memecahkan masalah yang kompleks dan tidak terstruktur ke dalam kelompok-

    kelompoknya, dengan mengatur kelompok tersebut ke dalam suatu hirarki,

    kemudian memasukkan nilai numerik sebagai pengganti persepsi manusia dalam

    melakukan perbandingan relatif. Dengan suatu sintesis maka akan dapat

    ditentukan elemen mana yang mempunyai prioritas tertinggi.

    AHP banyak digunakan untuk pengambilan keputusan dalam

    menyelesaikan masalah-masalah dalam hal perencanaan, penentuan alternatif,

    penyusunan prioritas, pemilihan kebijakan, alokasi sumber daya, penentuan

    kebutuhan, peramalan hasil, perencanaan hasil, perencanaan sistem, pengukuran

    performansi, optimasi, dan pemecahan konflik.

    The Analytic Hierarchy Process adalah salah satu bentuk model

    pengambilan keputusan yang pada dasarnya berusaha menutupi semua

    kekurangan dari model-model sebelumnya1. Saaty menyebutkan bahwa the

    analytic hierarchy process (AHP) is a theory of measurement2.

    Peralatan utama dari model ini adalah sebuah hirarki fungsional dengan

    input utamanya adalah persepsi manusia. Dengan menyusun hirarki suatu masalah

    yang kompleks dan tidak terstruktur kemudian dipecah ke dalam kelompok-

    kelompok untuk diatur menjadi suatu bentuk hirarki.

    Perbedaan AHP dengan model pengambilan keputusan yang lain adalah

    terletak pada jenis inputnya. Model yang sudah ada umumnya memakai input data

    kuantitatif atau data sekunder, sedang model AHP memakai persepsi manusia

    yang dianggap ekspert sebagai input utamanya. Ekspert disini lebih mengacu

    !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!1 !"#$"%&'()*#"+,'-.!./'012(3/'(14567548/9":"*;"/''

    >'?,@"#A",:"%' (*BC.' -"";D' A"+"' @D#[email protected],E#' (14567548' 9":"*;"' $EF"%'?)@)#$)*'

  • !!

    Universitas Indonesia

    !

    "#!

    pada orang yang mengerti benar permasalahn yang diajukan, merasakan akibat

    suatu masalah atau punya kepentingan terhadap masalah tersebut. Dapat juga

    dikatakan bahwa model AHP adalah suatu model pengambilan keputusan yang

    komprehensif, karena dapat memperhitungkan hal-hal kuantitatif dan kualitatif

    sekaligus (Brodjonegoro, 1992).

    Model AHP (Alphonce, 1996) merupakan metode yang dapat

    mengakomodir faktor-faktor atau variable-variabel kualitatif dalam suatu masalah

    pengambilan keputusan, dan sangat mengandalkan pada pengalaman dari

    pengambil keputusan untuk membuat sebuah prioritas kebijakan yang lebih baik.

    Untuk membuat keputusan menggunakan metode ini adalah dengan

    mendekomposisi keputusan sehingga akan diperoleh prioritas keputusan melalui

    tahapan-tahapan sebagai berikut (Saaty, 2008) :

    1. Merumuskan permasalahan

    2. Membuat Hirarki yang terdiri atas level paling atas berupa tujuan dari

    pengambilan keputusan, dilanjutkan dengan level di bawahnya berupa kriteria

    dari pengambilan keputusan, dan level yang paling bawah berupa alternatif-

    alternatif keputusan yang akan diambil.

    3. Membuat matriks perbandingan (Pairwise Comparison Matrices).

    4. Menggunakan prioritas yang terkandung dalam matriks pairwise comparison

    ke dalam pembobotan prioritas global.

    Model AHP yang digunakan dalam penelitian ini adalah model

    perencanaan (backward process). Model ini terdiri atas 5 level dimana level

    teratas merupakan tujuan yaitu masa depan yang diinginkan dari suatu

    permasalahan. Pada level dua terdapat skenario-skenario atau target-target yang

    diinginkan. Berikutnya pada level 3 terdapat masalah-masalah yang diperkirakan

    akan menghambat pencapaian target yang diinginkan. Sedangkan pada level 4

    terdapat aktor atau pelaku yang berperan atau berpengaruh dalam pencapaian

    target. Pada level terakhir dan sekaligus hasil akhir suatu proses perencanaan

    adalah kebijaksanaan-kebijaksanaan yang diperlukan untuk target yang diinginkan

    tersebut. Konsistensi tidak diharuskan dalam model ini, baik dalam pengisian

  • !!

    Universitas Indonesia

    !

    "#!

    data primer maupun antar elemen karena adanya sifat fleksibel dari AHP sendiri

    (Permadi, 1992).

    3.5.2.1. Kelebihan dan Kelemahan AHP

    Kelebihan dari metode AHP dalam pemecahan persoalan dan

    pengambilan keputusan adalah:

    a. Kesatuan

    AHP memberi satu model tunggal yang mudah dimengerti, luwes untuk

    aneka ragam persoalan tak terstruktur.

    b. Kompleksitas

    AHP memadukan rancangan deduktif dan rancangan berdasarkan sistem

    dalam memecahkan persoalan kompleks.

    c. Saling ketergantungan

    AHP dapat menangani saling ketergantungan elemen-elemen dalam suatu

    sistem dan tidak memaksakan pemikiran linier.

    d. Penyusunan hirarki

    AHP mencerminkan kecenderungan alami pikiran untuk memilah elemen-

    elemen suatu sistem dalam berbagai tingkat berlainan dan mengelompokkan

    unsur yang serupa dalam setiap tingkat.

    e. Pengukuran

    AHP memberi suatu skala untuk mengukur hal-hal dan wujud suatu model

    untuk menetapkan prioritas.

    f. Konsistensi

    AHP melacak konsistensi logis dari pertimbangan-pertimbangan yang

    digunakan dalam menentukan prioritas.

    g. Sintesis

    AHP menuntun ke suatu taksiran menyeluruh tentang kebaikan seti