16
PENANGANAN KELOID PADA TELINGA DENGAN TEKNIK DEBULKING DAN DITUTUP DENGAN FLAP DARI KULIT KELOID SERTA INJEKSI TRIAMSINOLON ASETONID INTRALESI CUT PUTRI HAZLIANDA 198307012009122003 DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012 Universitas Sumatera Utara

PENANGANAN KELOID PADA TELINGA DENGAN TEKNIK

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENANGANAN KELOID PADA TELINGA DENGAN TEKNIK

PENANGANAN KELOID PADA TELINGA DENGAN TEKNIK DEBULKING DAN DITUTUP DENGAN FLAP DARI KULIT

KELOID SERTA INJEKSI TRIAMSINOLON ASETONID INTRALESI

CUT PUTRI HAZLIANDA

198307012009122003

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012

Universitas Sumatera Utara

Page 2: PENANGANAN KELOID PADA TELINGA DENGAN TEKNIK

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………i

I. PENDAHULUAN…………………………………………………………………. 1

A. Kompresi………………………………………………………………………...3

B. Kortikosteroid Intralesi………………………………………………………….3

C. Penggunaan Silikon……………………………………………………………...4

D. Vitamin dan Bahan Farmakologi secara Topikal………………………………..4

E. Pembedahan……………………………………………………………………..5

F. Bedah Beku……………………………………………………………………...6

G. Laser……………………………………………………………………………..6

H. Radioterapi………………………………………………………………………7

II. TUJUAN…………………………………………………………………………….7

III. LAPORAN KASUS……………………………………………………………….. .7

IV. DISKUSI……………………………………………………………………………10

V. KESIMPULAN……………………………………………………………………..12

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….......13

Universitas Sumatera Utara

Page 3: PENANGANAN KELOID PADA TELINGA DENGAN TEKNIK

PENANGANAN KELOID PADA TELINGA DENGAN TEKNIK

DEBULKING DAN DITUTUP DENGAN FLAP DARI KULIT KELOID

SERTA INJEKSI TRIAMSINOLON ASETONID INTRALESI

I. PENDAHULUAN

Keloid merupakan hasil dari sintesis yang tidak terkontrol dan deposisi yang berlebihan

dari kolagen pada kulit setelah trauma dermis dan penyembuhan luka.1 Terjadi pertumbuhan

berlebihan dari jaringan fibrosa.2 Tipe skar sebagian besar terdiri dari kolagen tipe I dan kolagen

tipe III yang menghasilkan pertumbuhan jaringan yang berlebihan.3 Keloid memiliki bentuk

yang melebihi batas luka sebenarnya, tidak regresi secara spontan, tumbuh seperti gambaran

tumor dan cenderung kambuh setelah eksisi.1,2

Keloid sering muncul pada daerah dada, bahu, punggung, leher belakang, dan daun

telinga.

3,4 Namun pada daerah heliks di telinga merupakan daerah yang tidak biasa dijumpai

keloid.5 Lebih sering muncul pada orang kulit hitam, Hispanik, dan Asia, dan jarang dijumpai

pada Kaukasian.4,6,7 Pada wanita lebih sering dijumpai dari pada pria mungkin disebabkan

karena wanita menindik telinganya untuk penggunaan giwang.3,4 Keloid lebih sering muncul

pada dekade ketiga. Dapat dicetuskan oleh kehamilan.1 Walaupun sering muncul pada daerah

yang terkena trauma, namun dapat muncul secara spontan.3

Selain trauma, faktor penyebab yang mungkin untuk terjadinya keloid masih belum bisa

dijelaskan. Keloid biasanya berhubungan dengan faktor penyembuhan luka yang tidak baik

seperti infeksi, luka bakar, inflamasi kronis, penutupan luka yang tidak adekuat, tegangan yang

berlebihan, benda asing dan trauma berulang, namun dapat muncul pada luka yang bersih.

6,7

Beberapa faktor lain yang diketahui berpengaruh adalah herediter dan ras, umur dan faktor

endokrin, jenis luka dan lokasi trauma seperti yang telah dijelaskan diatas.

Secara klinis keloid merupakan nodul fibrosa, papul atau plak, keras, elastis, berkilat,

tidak teratur, berbatas tegas, terdapat telangiektasis dan berwarna merah muda, merah sampai

2

Universitas Sumatera Utara

Page 4: PENANGANAN KELOID PADA TELINGA DENGAN TEKNIK

coklat gelap.2,3,8 Pasien sering mengeluhkan rasa gatal dan nyeri.3,4,6 Keloid cenderung tumbuh

lambat lebih dari beberapa bulan sampai tahun.7 Secara histopatologis menunjukkan adanya

hialinisasi serabut kolagen yang tersusun melingkar. Keloid biasanya diagnosis banding dengan

skar hipertrofi, dermatofibroma dan dermatofibrosarkoma protuberans.2 Skar hipertrofi sama

dengan keloid, namun secara klinis tinggi skarnya tidak tumbuh melebihi batas dari lukanya.3

Dermatofibroma merupakan nodul dermal jinak yang dibentuk oleh proliferasi fokal fibroblas

atau histiosit. Etiologi belum diketahui, diduga proses reaktif terhadap trauma. Secara klinis

ditemukan nodul intrakutan yang lonjong sampai bulat, soliter, dapat multipel, konsistensi keras,

berwarna coklat tua kemerahan, diameter biasanya kurang dari 1 cm. Permukaan agak menonjol

berbentuk kubah, tetapi kadang tumor akan melekuk kebawah permukaan kulit dan melekat erat

pada kulit diatasnya, tetapi mudah digerakkan dari jaringan dibawahnya. Permukaan lesi dapat

halus atau sedikit kasar dan sedikit berskuama. Dapat dijumpai pada semua bagian tubuh, paling

sering dijumpai pada ekstremitas khususnya pada permukaan anterior kaki. Secara subjektif

asimtomatis, tidak ada perubahan secara klinis dan cenderung menetap dan terkadang dijumpai

involusi spontan. Gambaran histopatologis menunjukkan gabungan dari fibroblas, kolagen muda,

kolagen matur kapiler dan histiosit.2 Dermatofibrosarkoma protuberans merupakan tumor agresif

lokal dengan angka kekambuhan yang tinggi dan jarang bermetastase. Dijumpai pada dekade

ketiga dan keempat kehidupan. Riwayat lesi yang bertumbuh lambat, sering pada batang tubuh

dan ekstremitas proksimal. Secara klinis dijumpai plak indurasi dengan papul merah kecoklatan,

keras. Secara histopatologis dijumpai sel spindel fibroblastik yang mengatur jalinan fascicle yang

menghasilkan gambaran pola starburst.9

Keloid tidak mengalami resolusi spontan, tetapi dengan pengobatan yang sesuai

progresinya dapat dihambat.

Keloid dapat menyebabkan terganggunya pasien secara fisik maupun psikologis dan

menyebabkan dampak negatif pada kualitas hidupnya.

2

Walaupun prevalensi keloid ini tinggi pada populasi umum, namun masih menjadi

tantangan bagi dermatolog untuk menanganinya karena kekambuhan sering terjadi setelah

penanganan. Penanganan kombinasi sepertinya merupakan stategi yang optimal.

4

4

Universitas Sumatera Utara

Page 5: PENANGANAN KELOID PADA TELINGA DENGAN TEKNIK

Terdapat beberapa penanganan pada keloid. Namun, tidak ada penanganan keloid yang

dinyatakan 100% efektif.3 Ada beberapa penanganan keloid seperti kompresi, kortikosteroid

intralesi, penggunaan silikon, vitamin dan bahan farmakologi secara topikal, pembedahan, bedah

beku, laser, radioterapi, penanganan kombinasi dan beberapa penanganan keloid lainnya.1,3,6,8

A. Kompresi

Efektif digunakan untuk penanganan keloid terutama keloid pada daun telinga.7 Balutan

yang dapat digunakan seperti pakaian yang mempunyai gradasi tekan, yang penting ringan dan

berpori.2 Balutan kompresi digunakan selama 12-24 jam/hari selama 12-24 bulan atau sampai

jaringan parut tidak merah lagi.2 Dapat mengurangi ukuran keloid. Kompresi ini merupakan

penanganan yang terbaik untuk menghindari pembentukan keloid yang baru.3 Mekanisme

kerjanya tidak diketahui, namun dengan mengurangi tegangan oksigen melalui oklusi pembuluh

darah kecil, kemudian dapat mengurangi metabolisme jaringan, proliferasi fibroblas dan sintesis

kolagen. Dari hasil penelitian dengan kompresi pada daun telinga, tidak kekambuhan selama 8

bulan-4 tahun.

7

B. Kortikosteroid Intralesi

Kortikosteroid intralesi telah lama digunakan untuk terapi keloid karena memiliki respon

yang baik, mudah digunakan dan efek samping yang rendah. Kortikosteroid intralesi

menginhibisi pertumbuhan fibroblas dan produksi mediator inflamasi, mengurangi sintesis

kolagen dan mengubah sintesis glykosaminoglikan sehingga mengurangi jumlah kolagen pada

keloid.8,10 Secara klinis mengurangi rasa gatal, melembutkan dan meratakan lesi.4,8 Keloid yang

besar memiliki respon yang baik dengan penanganan triamsinolon asetonid intralesi. Dapat

dikombinasi dengan terapi lain untuk meningkatkan respon dan efikasi terapi. Kekambuhan

sering dan dapat muncul dalam beberapa bulan atau tahun.8 Efek samping kortikosteroid intralesi

yang bisa muncul termasuk hiper-hipopigmentasi, atropi, dan telangiektasi. Sedangkan efek

samping sistemik jarang muncul pada kortikosteroid intralesi.4,6,8,10 Dosis yang digunakan untuk

kotikosteroid intralesi 10-40 mg/mL dengan interval 4-6 minggu dan batas dosis perbulan dari

Universitas Sumatera Utara

Page 6: PENANGANAN KELOID PADA TELINGA DENGAN TEKNIK

triamsinolon asetonid adalah 20 mg, tergantung dari ukuran dan lokasi.1,4,8,10 Namun injeksi

kostikosteroid ini sering tidak nyaman bagi pasien, tidak praktis dan sulit dilakukan pada keloid

yang besar dan atau keras juga multipel.

3,4

C. Penggunaan Silikon

Pembalutan silikon topikal merupakan alternatif lain untuk penanganan keloid. Silikon

ini dapat melembutkan dan menurunkan pruritus, merah dan nyeri.4,8 Penggunaan silikon

sedikitnya 12 jam perhari dalam beberapa bulan agar efektif. Dapat digunakan sebagai terapi

tambahan seperti pada terapi pembedahan, kortikosteroid intralesi dan laser. Mekanisme kerja

dari silikon ini tidak diketahui. Beberapa dugaan silikon dapat meningkatkan tekanan, hidrasi,

tegangan oksigen dan menghasilkan minyak silikon pada daerah setempat.8 Oleh ahli

international merekomendasikan silikon ini sebagai profilaksis lini pertama dalam bedah eksisi.

Namun, tidak ada penelitian lebih lanjut yang berkualitas tentang penanganan keloid dengan

menggunakan silikon ini.

4

D. Vitamin dan Bahan Farmakologi secara Topikal

Salah satu vitamin yang dinyatakan dapat digunakan untuk penanganan keloid adalah

vitamin E.8,10 Salah satu penelitian menyatakan penanganan keloid efektif dengan menggunakan

vitamin E, namun penulis lain menyatakan gagal. Vitamin E lebih banyak menyebabkan

kerugian dibandingkan efek terapi yang diinginkan. Dapat menimbulkan urtikaria kontak,

dermatitis eksematosa dan reaksi seperti eritema multiform.

Imiquimod krem 5% dapat digunakan segera setelah pembedahan dan dilanjutkan setiap

hari selama 8 minggu. Pasien yang dilakukan pembedahan dimana daerah pembedahan yang

besar, flap, graf atau penutupan luka dengan tegangan sebaiknya tidak memulai penggunaan

imiquimod selama 4-6 minggu. Efek samping yang dapat timbul yaitu iritasi.

8

7

Universitas Sumatera Utara

Page 7: PENANGANAN KELOID PADA TELINGA DENGAN TEKNIK

Bahan farmakologi lain yang dapat digunakan adalah allium cepa yang merupakan

ekstrak bawang. Efektif mengurangi eritema dan pruritus. Penggunaan lidah buaya menunjukkan

efek antiinflamasi dan antimikroba, namun dapat menyebabkan reaksi alergi.8

E. Pembedahan

Bedah eksisi merupakan lini kedua dalam penanganan keloid. Penanganan ini bukan

hanya invasif tetapi juga memiliki angka kekambuhan yang tinggi yaitu sekitar 50%.3,8 Pada

keloid yang kecil dapat langsung ditutup dan pada keloid yang besar dapat menggunakan skin

graf namun dapat menyebabkan keloid pada daerah donor. Untuk menghindarinya dapat

digunakan autograf. Pada metode ini menggunakan kulit dari keloid untuk menutupi defek

setelah dilakukan pembedahan debulking.8

Banyak teknik yang berkembang untuk debulking ini, seperti penggunaan suction-

assisted lipectomy, aspirator bedah ultrasonik dan rekonstruksi bedah mikro dengan

menggunakan arthroscopic shaver. Bedah eksisi merupakan prosedur yang sering digunakan

untuk tindakan debulking.

11 Pada bedah eksisi dapat dilakukan debulking parsial untuk

mengurangi ketebalan dari tumor.12 Kuretase sebagai prosedur pada tindakan debulking baik

untuk mengangkat massa tumor nodular yang lembut, namun tidak efektif dilakukan untuk

mengangkat tumor apabila didapati jaringan tumor dan fibrosis bersama-sama. Kuretase jarang

dilakukan sebagai prosedur debulking sedangkan debulking eksisi dilakukan lebih dari 90% pada

tumor. Tindakan debulking digunakan pada tumor yang terlihat oleh mata.13 Setelah dilakukan

tindakan debulking maka penyuntikan kortikosteroid intralesi akan lebih mudah dan waktu

penyuntikan yang diperlukan pun akan lebih singkat.14 Tidak ada komplikasi yang terjadi seperti

nekrosis flap, infeksi, bentuk yang irregular, seroma atau hematoma pada salah satu penelitian

dengan penggunaan teknik debulking.

Terapi tambahan setelah operasi seperti injeksi steroid sebaiknya dipertimbangkan.

11

4

Kombinasi tindakan debulking dengan injeksi kortikosteroid intralesi beberapa waktu setelah

pembedahan menjamin tidak terganggunya penutupan defek dan resolusi yang cepat

dibandingkan bila penggunaan teknik secara sendiri-sendiri.14 Injeksi triamsinolon asetonid dapat

Universitas Sumatera Utara

Page 8: PENANGANAN KELOID PADA TELINGA DENGAN TEKNIK

dilakukan 3-4 minggu setelah operasi.15 Dari kebanyakan penelitian didapati bedah eksisi

dikombinasi dengan injeksi steroid menunjukkan kekambuhan kurang dari 50%.

10

F. Bedah Beku

Bedah beku penanganan terbaik untuk keloid yang kecil dan muncul dikulit yang

terang.3,4 Menggunakan nitrogen cair saja tidak efektif maka sering dikombinasi dengan injeksi

kortison perbulan.2,3 Penggunaan bedah beku dibatasi karena nyeri, dapat memutihkan kulit

sekitar, mendinginkan kulit dan menyebabkan sirkulasi darah terganggu sehingga dapat terjadi

frostbite lokal.3,10 Dilakukan 2-10 tahap dalam 25 hari, memberikan respon yang bermakna.6

G. Laser

Laser memiliki harapan baik untuk penanganan terhadap keloid. Pulsed-dye laser (PDL)

memberikan angka respon yang baik dan menurunkan kekambuhan. Mekanisme kerjanya masih

belum jelas. Diketahui PDL 585 nm memiliki target pembuluh darah yang menyebabkan

fototermolisis selektif. Sehingga pembuluh darah yang berlebihan pada keloid dapat

dihancurkan, selanjutnya terjadi hipoksia lokal. Hasilnya peningkatan asam laktat yang

menstimulasi kolagenase dan penghancuran kolagen.8 Dapat dikombinasi dengan injeksi

kortikosteroid.3 Perlu penelitian lebih lanjut dan perkembangan teknologi yang baik agar

meningkatkan efektifitas laser.6

H. Radioterapi

Penanganan keloid hanya menggunakan radioterapi dinyatakan tidak dapat dipercaya.

Hasil yang lebih baik didapati bila dikombinasi dengan pembedahan dengan tingkat kekambuhan

yang lebih rendah dan merupakan salah satu cara yang efektif.3,4,8 Radiasi dilakukan segera

Universitas Sumatera Utara

Page 9: PENANGANAN KELOID PADA TELINGA DENGAN TEKNIK

setelah pembedahan. Pada salah satu penelitian, pasien mendapat radiasi 1500-2000 rad. Hati-

hati penggunaan luas dari radiasi ini, karena ditakutkan efek karsinogenesisnya. Efek samping

yang dapat timbul yaitu perubahan warna kulit, pruritus, atrofi lokal, dan eritema persisten.

Terapi ini sebaiknya dilakukan pada pasien dewasa dan kecacatan yang bermakna akibat keloid,

yang gagal dengan penanganan keloid lain.8

II. TUJUAN

Kasus ini dilaporkan untuk memberikan gambaran penanganan keloid pada telinga

dengan teknik debulking dan ditutup dengan flap dari kulit keloid itu sendiri serta injeksi

triamsinolon asetonid intralesi dengan hasil yang baik. Namun perlu kasus yang lebih banyak

dan waktu observasi yang lebih lama untuk menilai lebih lanjut terhadap penanganan keloid

yang digunakan pada kasus ini.

III. LAPORAN KASUS

Seorang wanita berusia 20 tahun, mahasiswa, bangsa Indonesia datang ke poliklinik kulit

dan kelamin RSUP Haji Adam Malik Medan dengan keluhan daging tumbuh pada telinga kanan

yang dialami sejak + 1 tahun yang lalu. Ukuran daging tumbuh kira-kira sebesar kelereng dengan

konsistensi keras. Awalnya pasien menindik telinganya sendiri dengan menggunakan jarum dan

mengganjal lubang tindikan tersebut. Beberapa hari kemudian menjadi infeksi, sehingga pasien

membuka ganjalan dan lubang tindikan lama kelamaan menjadi tertutup. Setelah sembuh, pada

bekas tindikan tumbuh daging yang semakin lama semakin membesar sebesar kelereng. Pasien

tidak merasakan gatal dan nyeri pada lesi. Tidak ada riwayat mudah berdarah.

Sebelumnya bila terjadi luka dan menyembuh pasien tidak pernah mengalami hal yang

sama seperti ini dan tidak ada riwayat keluarga yang menderita keluhan yang sama.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: PENANGANAN KELOID PADA TELINGA DENGAN TEKNIK

Pada pemeriksaan fisik menunjukkan keadaan umum baik, kesadaran kompos mentis.

Pada pemeriksaan dermatologis ditemukan nodus, soliter, konsistensi keras, berbatas tegas,

sewarna dengan kulit dengan ukuran 2 x 3 cm, di regio heliks aurikularis dekstra (gambar 1).

Pada pemeriksaan laboratorium pada hasil pemeriksaan darah rutin, urin rutin, KGD ad random

dan fungsi pembekuan darah dalam batas normal.

Pasien didiagnosis banding dengan keloid dan dermatofibroma. Diagnosis sementara

adalah keloid. Penegakkan diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan penemuan klinis.

Penanganan yang dipilih pada pasien ini adalah bedah dengan teknik debulking dan

penutupan defek dengan flap dari kulit keloid itu sendiri serta injeksi triamsinolon asetonid

intralesi. Pasien dipersiapkan untuk operasi. Dibuat garis bantu disekeliling keloid dan garis

bantu untuk flap dari medial keloid untuk menuntun eksisi. Pasien dianastesi lokal dengan

anastesi tumesen kemudian ditunggu selama 20 menit. Dilakukan eksisi pada lesi sesuai garis

bantu dengan meninggalkan kulit keloid sesuai dengan bentuk defek. Jaringan flap yang masih

terdapat jaringan ikat ditipiskan sampai ke jaringan dermis dan dilakukan penekanan dengan

kasa steril untuk mengontrol perdarahan. Kemudian defek ditutup dengan flap dari kulit keloid

tersebut dengan penjahitan epidermis dengan teknik simple interrupted.

Setelah itu daerah bekas operasi dibersihkan secara perlahan kemudian diberikan asam

Fusidat krem lalu ditutup dengan kasa steril dan dibalut dengan plester (gambar 2). Pasien

diberikan Ciprofloksasin tablet 2 x 500mg, Asam Mefenamat tablet 3 x 500mg dan roborantia 1

x 1 tablet. Dianjurkan kepada pasien agar luka dijaga tidak boleh basah atau kena air.

Hari ke-5 paska operasi, tampak luka sudah mulai mengering, nyeri sudah berkurang

(gambar 3). Benang dibuka selang-seling. Kemudian luka diberi asam Fusidat krem lalu ditutup

dengan kasa steril kembali. Obat tablet masih diteruskan 3 hari lagi.

Hari ke-9 paska operasi, luka sudah mengering dan nyeri sudah tidak dirasakan lagi

(gambar 4). Sisa benang dibuka dan luka diberi asam Fusidat krem.

Hari ke-14 paska pembukaan benang, pasien diinjeksi triamsinolon asetonid intralesi 10

mg/mL dan diulang setiap 1 minggu (gambar 5). Pada pasien ini dilakukan 3 kali pemberian

injeksi triamsinolon asetonid.

Universitas Sumatera Utara

Page 11: PENANGANAN KELOID PADA TELINGA DENGAN TEKNIK

Prognosisnya adalah quo ad vitam: bonam, ad fuctionam: bonam, ad sanationam: dubia.

(Gambar 1) Foto sebelum operasi

(Gambar 2) Foto sesudah operasi (Gambar 3) Foto kontrol 5 hari

Universitas Sumatera Utara

Page 12: PENANGANAN KELOID PADA TELINGA DENGAN TEKNIK

(Gambar 4) Foto kontrol 9 hari (Gambar 5) Foto kontrol + 1 bulan,

paska 2 kali injeksi triamsinolon asetonid

IV. DISKUSI

Diagnosis kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan penemuan klinis. Pada kasus

ini dikeluhkan daging tumbuh pada daerah telinga yang merupakan daerah predileksi keloid.

Keloid sering muncul pada daerah dada, bahu, punggung, leher belakang, dan daun telinga.3,4

Namun pada daerah heliks di telinga merupakan daerah yang tidak biasa dijumpai keloid.5

Riwayat pasien menindik telinganya sendiri dan menjadi infeksi merupakan faktor yang

berhubungan dengan terjadinya keloid. Keloid biasanya berhubungan dengan faktor

penyembuhan luka yang tidak baik seperti infeksi, luka bakar, inflamasi kronis, penutupan luka

yang tidak adekuat, tegangan yang berlebihan, benda asing dan trauma berulang, namun dapat

muncul pada luka yang bersih.6,7 Pada wanita sering dijumpai disebabkan karena wanita

menindik telinganya untuk penggunaan giwang.3,4

Pada pemeriksaan dermatologis dijumpai nodus, soliter, konsistensi keras, berbatas tegas,

sewarna dengan kulit dan semakin lama semakin membesar dalam + 1 tahun ini pada regio

heliks aurikularis dekstra. Hal ini sesuai dengan kepustakaan dimana keloid dapat berupa nodul

fibrosa, keras, elastis, berkilat, berbatas tegas dan berwarna merah muda sampai coklat gelap.

2,3,8

Keloid cenderung tumbuh lambat lebih dari beberapa bulan sampai tahun.7 Pasien ini didiagnosis

Universitas Sumatera Utara

Page 13: PENANGANAN KELOID PADA TELINGA DENGAN TEKNIK

banding dengan dermatifibroma. Diagnosis banding dapat disingkirkan dengan gambaran klinis

yang ada. Dermatofibroma merupakan nodul intrakutan dengan diameter biasanya kurang dari 1

cm, pemukaan agak menonjol berbentuk kubah, halus atau sedikit kasar dan sedikit berskuama.

Biasa dijumpai pada daerah ekstremitas khususnya permukaan anterior kaki. Lesi cenderung

menetap dan terkadang dapat involusi spontan.2

Pada pasien ini penanganan yang dipilih adalah penanganan kombinasi yaitu bedah

dengan teknik debulking dan penutupan defek dengan flap dari kulit keloid itu sendiri serta

injeksi triamsinolon asetonid intralesi.

Sedangkan pada pasien ini dijumpai nodus,

soliter, konsistensi keras, berbatas tegas, sewarna dengan kulit dengan ukuran 2 x 3 cm, di regio

heliks aurikularis dekstra.

Tindakan debulking dipilih pada pasien ini karena debulking merupakan salah satu terapi

pembedahan yang dapat digunakan untuk penanganan keloid, dimana dari kepustakaan

disebutkan tindakan debulking dapat digunakan pada tumor yang terlihat oleh mata.13 Prosedur

debulking yang dilakukan pada pasien ini adalah bedah eksisi. Bedah eksisi merupakan prosedur

yang sering digunakan untuk tindakan debulking.11 Pada bedah eksisi dapat dilakukan debulking

parsial untuk mengurangi ketebalan dari tumor.

Pada pasien ini dijumpai keloid berupa nodus pada regio heliks aurikularis dekstra

sehingga terlihat cukup besar pada daerah tersebut. Digunakan kulit dari keloid untuk menutupi

defek setelah dilakukan pembedahan debulking. Sesuai dengan kepustakaan pada keloid yang

besar untuk menghindari keloid pada daerah donor dapat digunakan autograf dan pada metode

ini menggunakan kulit dari keloid untuk menutupi defek setelah dilakukan pembedahan

debulking.

12

8

Selanjutnya pasien diinjeksikan triamsinolon asetonid intralesi. Setelah dilakukan

tindakan debulking maka penyuntikan kortikosteroid intralesi akan lebih mudah dan waktu

penyuntikan yang diperlukan pun akan lebih singkat. Kombinasi tindakan debulking dengan

injeksi kortikosteroid intralesi beberapa waktu setelah pembedahan menjamin tidak

terganggunya penutupan defek dan resolusi yang cepat dibandingkan bila penggunaan teknik

secara sendiri-sendiri.

14 Kortikosteroid intralesi digunakan untuk terapi keloid karena memiliki

respon yang baik, mudah digunakan dan efek samping yang rendah. Kortikosteroid intralesi

Universitas Sumatera Utara

Page 14: PENANGANAN KELOID PADA TELINGA DENGAN TEKNIK

menginhibisi pertumbuhan fibroblas dan produksi mediator inflamasi, mengurangi sintesis

kolagen dan mengubah sintesis glykosaminoglikan sehingga mengurangi jumlah kolagen pada

keloid.8,10 Hari ke-14 paska pembukaan benang, pasien diinjeksi triamsinolon asetonid intralesi

10 mg/mL dan diulang setiap 1 minggu. Sesuai dengan kepustakaan dosis yang digunakan untuk

kotikosteroid intralesi 10-40 mg/mL tergantung dari ukuran dan lokasi.1,4,8,10 Injeksi triamsinolon

asetonid dilakukan 3-4 minggu setelah operasi.

Pada kasus ini penanganan keloid dilakukan dengan kombinasi bedah dengan injeksi

triamsinolon asetonid. Disebutkan pada kepustakaan bahwa penanganan kombinasi merupakan

stategi yang optimal dan dari kebanyakan penelitian didapati bedah eksisi dikombinasi dengan

injeksi steroid menunjukkan kekambuhan kurang dari 50%.

15

4,10

Prognosis pasien ini adalah meragukan karena kekambuhan sering muncul setelah

penanganan.

4

Maka perlu waktu observasi yang lebih lama untuk melihat keefektifan

penanganan keloid pada pasien ini.

V. KESIMPULAN

Penanganan keloid sebaiknya dilakukan dengan kombinasi untuk mengurangi

kekambuhan. Pada laporan kasus ini dilakukan kombinasi terapi dengan teknik debulking dan

penutupan flap menggunakan kulit dari keloid itu sendiri serta injeksi triamsinolon asetonid

intralesi. Defek keloid pada teknik debulking dapat ditutup dengan kulit dari keloid itu sendiri.

Untuk menilai hasil pengobatan ini perlu kasus lebih banyak dan waktu observasi yang lebih

lama.

Universitas Sumatera Utara

Page 15: PENANGANAN KELOID PADA TELINGA DENGAN TEKNIK

DAFTAR PUSTAKA

1. Hartyng M, Hicks MJ, Levy ML. Dermal hypertrophies. In: Wolff K, et al, editor.

Fitzpatrick’s dermatology in general medicine. 7th

2. Buditjahjono S. Tumor-tumor kulit. Dalam: Harahap M, editor. Ilmu penyakit kulit. Jakarta:

Hipokrates, 2000. h. 214-6

Edition. New York: Mc. Graw Hill, 2008.

h. 553-4

3. Keloid, available at: http://en.wikipedia.org/wiki/Keloid

4. Robles DT, Moore E, Draznin M, Berg D. Keloid: pathophysiology and management,

available at: http://dermatology.cdlib.org/133/reviews/keloid/robles.html

5. Double helix, available at: http://vgrd.blogspot.com/2008/03/double-helix.html

6. Kokoska MS, Prendiville S. Hypertophic scarring and keloids, available at:

http://emedicine.medscape.com/article/876214

7. Newsome RE, et al. Wound healing, keloids, available at:

http://emedicine.medscape.com/article/1298013-overview

8. Mafong EA, Ashinoff R. Treatment of hypertrophic scars and keloids : a review. Aesthetic

Surgery Journal-March/April 2000: 114-121

9. Cooper JZ, Brown MD. Tumors and hyperplasias of the dermis and subcutaneous fat. In:

Wolff K, et al, editor. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine. 7th

10. Keloid and hypertrophic scar: treatment & medication, available at:

Edition. New York:

Mc. Graw Hill, 2008. h. 1159-61

http://emedicine.medscape.com/article/1057599-overview

11. Tan NC, et al. Debulking of free myocutaneous flaps for head and neck reconstruction using

an arthroscopic shaver. Int. J. Oral Maxillofac. Surg. 2007; 36: 450-452

12. Thissen MRTM, Schroeter CA, Neumann HAM. Photodynamic therapy with delta-

aminolaevulinic acid for nodular basal cell carcinomas using a prior debulking technique.

British Journal of Dermatology 2000; 142: 338-339

Universitas Sumatera Utara

Page 16: PENANGANAN KELOID PADA TELINGA DENGAN TEKNIK

13. Lawrence CM, Haniffa M, Dahl MGC. Formalin-fixed tissue Mohs surgery (slow Mohs) for

basal cell carcinoma: 5-year follow-up data. British Journal of Dermatology 2009; 160: pp

573-580

14. Donkor P. Head and neck keloid: treatment by core excision and delayed intralesional

injection of steroid. J Oral Maxillofac Surg 2007; 65: 1292-1296

15. Treatment options of keloid scarring, available at:

http://menshealth.about.com/cs/blackhealth/a/keloid_scar_2.htm?p=1

Universitas Sumatera Utara