104
i PEMBERDAYAAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI LOMBOK CARE DESA SANDIK KECAMATAN BATU LAYAR LOMBOK BARAT OLEH SAHURI 15.3.12.3.039 JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM MATARAM 2017

PEMBERDAYAAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI …etheses.uinmataram.ac.id/474/1/Sahuri153123039.pdfi pemberdayaan anak berkebutuhan khusus (abk) di lombok care desa sandik kecamatan

  • Upload
    ngodiep

  • View
    307

  • Download
    9

Embed Size (px)

Citation preview

i

PEMBERDAYAAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI LOMBOK

CARE DESA SANDIK KECAMATAN BATU LAYAR LOMBOK BARAT

OLEH SAHURI

15.3.12.3.039

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

MATARAM

2017

ii

PEMBERDAYAAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI LOMBOK

CARE DESA SANDIK KECAMATAN BATU LAYAR LOMBOK BARAT

Skripsi

diajukan kepada Universitas Islam Negeri Mataram untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar Sarjana Sosial Islam

OLEH SAHURI

15.3.12.3.039

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

MATARAM

2017

iii

Pembimbing I,

Dr. Suprapto, M.Ag NIP. 197207202000031002

Pembimbing II,

Najamudin, M.Si NIP. 198212312009121004

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi oleh: Sahuri, NIM: 153.123.039 dengan judul “Pemberdayaan Anak

Berkebutuhan Khusus (ABK) di Lombok Care Desa Sandik Kecamatan Batu Layar

Lombok Barat” telah memenuhi syarat dan disetujui untuk diuji.

Disetujui pada tanggal: Juli 2017

iv

Pembimbing I,

Dr. Suprapto, M.Ag NIP. 197207202000031002

Pembimbing II,

Najamudin, M.Si NIP.1198212312009121004

NOTA DINAS PEMBIMBING

Mataram, Juli 2017

Hal: Ujian Skripsi Yang

Terhormat Rektor

UIN Mataram di

Mataram

Assalamu’alaikum, Wr. Wb.

Disampaikan dengan hormat, setelah dilakukan bimbingan, arahan, dan koreksi maka kami berpendapat bahwa skripsi saudara:

Nama Mahasiswa : Sahuri

NIM : 153.123.039

Jurusan/Prodi : Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)

Judul : Pemberdayaan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di

Lombok Care Desa Sandik Kecamatan Batu Layar Lombok Barat

telah memenuhi syarat untuk diajukan dalam sidang munaqasyah skripsi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Mataram. Oleh karena itu, kami berharap agar skripsi ini dapat segera dimunaqasyahkan.

Wassalamu’alaikum, Wr. Wb.

v

Mataram, Juli 2017 Saya yang menyatakan

Sahuri

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Sahuri

NIM : 15.3.12.3.039

Jurusan : Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)

Fakultas : Dakwah dan Komunikasi

Menyatakan bahwa skripsi dengan judul: Pemberdayaan Anak Berkebutuhan Khusus

(ABK) di Lombok Care Desa Sandik Kecamatan Batu Layar Lombok Barat ini secara

keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya sendiri, kecuali pada bagian-bagian

yang dirujuk sumbernya. Jika saya terbukti melakukan plagiat tulisan/karya orang

lain, siap menerima sanksi yang telah ditentukan oleh lembaga.

vi

vii

viii

viii

viii

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Dengan penuh ketulusan cinta dan kasih kupersembahkan Skripsi ini pada

sepasang kekasih pembuka pintu ridho-Nya yakni Ibundaku Saknah

(almarhum) dan Ayahandaku Nahir (almarhum), terimakasih atas ketulusan

ikhiar dan do’a-do’amu yang tanpa pamrih mengalir kepadaku. Untuk

saudara-saudaraku Sahlun, Sada’ah, Samnah, Sahman, Sahwan, Sahlan

(almarhum), Sahnan, dan Sahmun semoga Allah Ridho untuk kita selamat

dan bahagia dunia akhirat.

Untukmu Istriku Rafiahati, terimakasih atas ketulusanmu selama ini, semoga

Dia yang Maha Kuasa meridhoi cinta dan ikhtiar kita hingga akhir hayat. {I

Love All}”.

ix

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam, Tuhan yang

maha pengasih lagi maha penyayang, Tuhan tenpat Menyembah dan memohon

pertolongan, serta Tuhan yang tiada tuhan selai-Nya yang dengan penuh kesadaran

berzikir, dan memikirkan kebesaran-Nya hati menjadi tenteram, jiwa menjadi hidup,

dan kehidupan pun penuh kebahagiaan dan ketentraman. Shalawat dan Salam semoga

tercurah kepada Nabi Muhammad Saw. penghulu para Nabi, dan suri tauladan bagi

ummat manusia serta rahmat bagi seluruh alam.

Penulis menyadari bahwa proses penyelesaian skripsi ini tidak akan sukses

tanpa bantuan dan keterlibatan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis memberikan

penghargaan setinggi-tingginya dan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang

telah membantu, seperti:

1. Bapak Dr. H Mutawalli, M.Ag. selaku Rektor Universitas Islam Negeri Mataram

yang telah memberi tempat bagi penulis untuk menuntut ilmu.

2. Dr. Faizah M.A. selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas

Islam Negeri Mataram.

3. Habib Alwi, M.Si selaku Ketua Jurusan dan Bapak H. Syariffuddin, M.Pd.

selaku Sekretaris Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam Universitas Islam

Negeri Mataram.

4. Dr. Suprapto, M.Ag. sebagai pembimbing I dan Najamudin, M.Si. sebagai

pembimbing II yang memberikan bimbingan, motivasi, dan koreksi mendetail,

x

Mataram, Juli 2017

Penulis,

Sahuri

terus-menerus, dan tanpa bosan ditengah kesibukannya dalam menjadikan skripsi

ini lebih bagus.

5. Seluruh dosen yang telah mengamalkan serta berbagi ilmu pengetahuan dengan

sungguh-sungguh kepada penulis yang tidak dapat penulis sebutkan namanya

satu persatu.

6. Keluarga besar Universitas Islam Negeri Mataram dan teman-teman

seperjuangan Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam kelas PMI B atas semua

dukungannya.

7. Kepada seluruh keluarga besarku Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat

FIISI (kanda Sahlan, Khairul Fahri, M. Taufiq, Pahmi, Syauqani, yunda Ida, Eka,

Rida, serta rekanku Baiturrahman, Asrul, Azi, Aisyah, Fahriani, Poci dan lain-

lain yang tidak dapat saya sebut satu persatu), terimakasih atas kebersamaan

dalam berjuang dan berproses untuk Ummat, Bangsa dan Negara.

Semoga amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut mendapat pahala yang

berlipat ganda dari Allah dan semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi perbaikan

moral dan akhlak ummat dan bangsa. Amiin.

xi

PEMBERDAYAAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI LOMBOK

CARE DESA SANDIK KECAMATAN BATU LAYAR LOMBOK BARAT

Oleh:

Sahuri NIM: 153.123.039

ABSTRAK

Skripsi ini membahas “Pemberdayaan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di Lombok Care Desa Sandik Kecamatan Batu Layar Lombok Barat”. Fokus kajian penelitian ini adalah (1) bagaimana pola pemberdayaan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di Lombok Care Desa Sandik Kecamatan Batu Layar Lombok Barat? Dan (2) apa factor pendukung dan penghambat Pemberdayaan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di Lombok Care Desa Sandik Kecamatan Batu Layar Lombok Barat? Permasalahan tersebut dibahas melalui studi lapangan yang dilaksanakan di Yayasan Lombok Care Desa Karang Bongkot. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan dalam mengumpulkan data menggunakan teknik-teknik observasi, wawancara atau interview dan dokumentasi. Semua data tersebut dianalisis menggunakan analisis deskriptif. Adapun hasil penelitian ini menunjukkan: (1) Pola pemberdayaan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di Lombok Care Desa Sandik Kecamatan Batu Layar Lombok adalah: Pertama, program rehabilitasi seperti fisioterapi, terapi wicara, parenting skill training, RBM (Rehabilitasi Berbasis Masyarakat) dan case study. Kedua, program edukasi seperti SLB Pelangi dan life skill (kemandirian dan keterampilan). Ketiga, program sosial seperti home visit, survey (pendataan anak ABK), konseling orang tua, dan Assessment anak. (2) Faktor pendukung dan faktor penghambat pemberdayaan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di Lombok Care Desa Sandik Kecamatan Batu Layar Lombok adalah: Pertama, faktor pendukung seperti (a) sarana dan prasarana, dan (c) dukungan wali murid. Kedua, faktor penghambat seperti (a) anak sulit untuk mandirI, (b) anak sulit berkomunikasi dengan baik, (c) orang tua tidak mau menyekolahkan anaknya, (d) sulit menemukan tenaga pendidik yang professional.

Kata Kunci: Pemberdayaan, dan Anak Berkebutuhan Khusus.

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .................................................................................. i

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ iii

NOTA DINAS PEMBIMBING..................................................................... iv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ...................................................... v

PENGESAHAN DEWAN PENGUJI ........................................................... vi

HALAMAN MOTTO .................................................................................... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... viii

KATA PENGANTAR ................................................................................... ix

ABSTRAK ..................................................................................................... x

DAFTAR ISI .................................................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Konteks Penelitian......................................................................... 1

B. Fokus Penelitian ........................................................................... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................... 4

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian. ......................................... 5

E. Telaah Pustaka............................................................................... 5

F. Kerangka Teoritik. ........................................................................ 7

1. Teori Pemberdayaan ................................................................ 7

2. Tijauan tentang Anak Berkebutuhan Khusus ........................... 15

G. Metode Penelitian.......................................................................... 28

BAB II: PAPARAN DATA DAN TEMUAN ............................................... 36

A. Gmbaran Umum Lokasi Penelitian .............................................. 36

1. Sejarah Berdirinya Lombok Care ............................................. 36

2. Identitas Lembaga .................................................................... 37

xiii

3. Visi Misi ................................................................................... 37

4. Tujuan ...................................................................................... 39

5. Kriteria...................................................................................... 39

6. Pasilitas Sarana dan Prasarana.................................................. 39

7. Stuktur Organisasi .................................................................... 41

B. Pola Pemberdayaan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di -

Lombok Care................................................................................. 41

1. Program Divisi Rehabilitasi ..................................................... 42

2. Program Devisi Edukasi ........................................................... 44

3. Program Devisi Sosial .............................................................. 46

C. Faktor Pendukung dan Penghambat Pemberdayaan ABK di –

Lombok Care................................................................................. 47

1. Faktor Pendukung..................................................................... 50

2. Faktor Penghambat ................................................................... 51

BAB III: PEMBAHASAN ............................................................................. 90

A. Analisis Pola Pemberdayaan Anak Berkebutuhan Khusus – (ABK)

di Lombok Care Desa Sandik Kecamatan Batulayar – Lombok

Barat................................................................................ 54

B. Analisis Faktor Pendukung dan Penghambat Pemberdayaan ABK –

di Desa Sandik Kecamatan Batulayar Lombok Barat ................... 64

BAB IV: PENUTUP ....................................................................................... 70

A. Kesimpulan ................................................................................... 70

B. Saran.............................................................................................. 70

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN- LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian

Sebagai makhluk beragama akan yakin bahwa anak berkebutuhan

khusus lahir ke dunia di samping sudah menjadi takdir Yang Maha Kuasa,

tetapi sebagai manusia yang berkecimpung di dunia keilmuan perlu mengkaji,

dan mengidentifikasi mengapa hal itu bisa terjadi, karena di samping takdir

bisa juga karena ada faktor-faktor tertentu yang menjadi penyebabnya.

Berawal dari sana maka anak berkebutuhan khusus harus diberdayakan karena

mereka juga bagian dari warga negara yang harus dipelihara oleh negara.

Pemberdayaan dikenal dengan istilah empowerment yang berawal dari

kata daya (power). Daya dalam arti kekuatan yang berasal dari dalam tetapi

dapat diperkuat dengan unsur–unsur penguatan yang diserap dari luar. Ia

merupakan sebuah konsep untuk memotong lingkaran setan yang

menghubungkan power dengan pembagian kesejahteraan. Keterbelakangan dan

kemiskinan yang muncul dalam proses pembangunan disebabkan oleh

ketidakseimbangan dalam pemilikan atau akses pada sumber–sumber power.

Proses historis yang panjang menyebabkan terjadinya power dispowerment,

yakni peniadaan power pada sebagian besar masyarakat, akibatnya masyarakat

tidak memiliki akses yang memadai terhadap akses produktif yang umumnya

dikuasai oleh mereka yang memiliki power

Menurut Rapport, Pemberdayaan adalah suatu cara dengan mana

rakyat mampu menguasai (berkuasa atas) kehidupann1 Adapun pemberdayaan

1 Abdul Najib, Integrasi Pekerjaan Sosial Pengembangan Masyarakat dan

Pemberdayaan Masyarakat, (Yogyakarta: Semesta Ilmu, 2016) h. 184

2

masyarakat senantiasa menyangkut dua kelompok yang saling terkait,

yaitu masyarakat sebagai pihak yang diberdayakan dan pihak yang

menaruh kepedulian sebagai pihak yang memberdayakan (subjek-objek).

Anak berkebutuhan khusus adalah sebutan bagi anak yang mengalami

keadaan diri yang berbeda dari anak-anak pada umumnya.Beragam istilah

untuk anak berkebutuhan khusus (special needs) ini diantaranya adalah

exceptional (berbeda dari orang pada umumnya), infairment (rusak atau cacat

atau sakit, lebih pada makna medis), handicap (tidak bisa mengakses

lingkungan), dan disability (tidak ada atau kurangnya fungsi).2

Dalam memahami anak berkebutuhan khusus atau anak luar biasa,

sangat diperlukan adanya pemahaman mengenai jenis-jenis kecacatan (anak

berkebutuhan khusus) dan akibat-akibat yang terjadi pada penderita. Anak

berkebutuhan khusus disebut sebagai anak yang cacat dikarenakan mereka

termasuk anak yang pertumbuhan dan perkembangannya mengalami

penyimpangan atau kelainan, baik dari segi fisik, mental, emosi, serta sosialnya

bila dibandingkan dengan anak yang normal.

Karakteristik spesifik anak berkebutuhan khusus pada

umumnya berkaitan dengan tingkat perkembangan fungsional. Karakteristik

spesifik tersebut meliputi tingkat perkembangan sensorik motor, kognitif,

kemampuan berbahasa, keterampilan diri, konsep diri, kemampuan berinteraksi

social, serta kreatifitasnya..3

2 Safrudin Aziz, Pendidikan Seks Anak Berkebutuhan Khusus, (Yogyakarta: Java Media, 2015), h. 1

3 http://httpnurjannah.blogspot.co.id/2015/02/v-behaviorurldefaultvmlo.html 12/04/2016 jam 10.07

3

Berawal dari kepedulian sosial dan keprihatinan terhadap penanganan

atau pemberdayaan anak berkebutuhan khusus yang masih rendah di Lombok,

maka keluarga Schreurs mendirikan Stichting (yayasan) Lombok Care di

Belanda tepatnya pada tahun 2008. Agar dapat melaksanakan program-

program di Lombok, Stichting Lombok Care menjalin kerjasama dengan

sebuah yayasan lokal pada tahun 2009 sampai dengan 2011. Pada tanggal 7

Juni tahun 2012, Stichting Lombok Care Belanda memutuskan untuk

mendirikan Yayasan Lombok Care di Indonesia (Lombok) dengan Akte

Notaris Munawir S.H. Nomor 4 tahun 2012, dengan tujuan agar kerjasama

untuk melaksanakan program-program sosial lebih bagus dan berkembang.

Pada bulan April tahun 2015, Yayasan Lombok Care mengganti Akte Notaris

menjadi No. 1 tanggal 17 April 2015 dengan Notaris Dewi Permatasari

SH.,M.Kn., dengan tujuan untuk mendapatkan SK Kemenhumkam. Dan pada

akhirnya SK Kemenhumkam telah didapat dengan Nomor AHU-

0005691.AH.01.04.Tahun 2015. Yayasan Lombok Care bukan hanya

menyediakan pendidikan atau Sekolah Luar Biasa (SLB) untuk anak

berkebutuhan khusus tapi juga menyediakan pelayanan kesehatan seperti

pisioterapi. Lombok Care juga memberikan bantuan sosial kepada orang tua

anak ABK yang kurang mampu seperti Sumbangan air bersih, rehab panti yang

bekerja sama dengan Dinas Sosial dan lain-lain.

Dari seluruh uraian di atas peneliti sangat tertarik untuk meneliti

tentang pemberdayaan anak berkebutuhan khusus, karena di bagaimanapun

mereka mempunyai hak yang sama sebagaimana anak-anak yang normal untuk

mendapatkan pemberdayaan, dan mereka juga harus diberikan perhatian secara

4

khusus dan serius dari berbagai pihak terlebih keluarga, masyarakat dan

pemerintah. Oleh karena itu peneliti di sini meneliti tentang Pemberdayaan

Anak Berkebutuhan Khusus di Lombok Care Desa Sandik Batulayar

Lombok Barat

B. Fokus Penelitian

1. Bagaimana pola pemberdayaan anak berkebutuhan khusus di Lombok

Care Desa Sandik Batulayar Lombok Barat?

2. Apa faktor pendukung dan penghambat pemberdayaan anak berkebutuhan

khusus di Lombok Care Desa Sandik Batulayar Lombok Barat?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan

a. Untuk mengetahui Pola serta faktor pendukung dan penghambat

Pemberdayaan Anak Berkebutuhan Khusus di Lombok Care Desa Sandik

Batulayar Lombok Barat

2. Manfaat

a. Manfaat Teoritis: dengan adanya penelitian ini diharapkan bisa

menambah pengetahuan dan wawasan tentang pemberdayaan anak

berkebutuhan khusus.

b. Manfaat praktis :

1) Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi lembaga pendidikan untuk

menjadi refrensi untuk penelitian selanjutnya.

5

2) Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi dinas sosial khususnya

lembaga atau sekolah luar biasa baik negeri maupun swasta dan

masyarakat maupun pemerintah secara umum.

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian

1. Ruang Lingkup Penelitian

Yang menjadi ruang lingkup dalam penelitian ini adalah

sebagaimana yang tertera di fokus penelitian di atas, dimana peneliti akan

membahas dan mengkaji lebih mendalam mengenai Pola Pemberdayaan

Anak Berkebutuhan Khusus di Lombok Care Desa Sandik Batulayar

Lombok Barat

2. Setting penelitian

Penelitiaan tentang pemberdayaan Anak Berkebutuhan Khusus

(ABK) ini bertempat di Lombok Care Jalan Biduri, Dusun Aik Are, Desa

Sandik, Kecamatan Batulayar, Lombok Barat Provinsi Nusa Tenggara

Barat. Alasan peneliti memilih lokasi penelitian di Lombok Care Desa

Sandik Batulayar adalah karena Lombok Care merupakan salah satu

lembaga swasta yang bergerak di bidang pembinaan atau peberdayaan anak

berkebutuhan khusus di Lombok Barat.

E. Telaah Pustaka

Telaah pustaka adalah penelusuran terhadap studi karya-karya

terdahulu yang terkait, untuk menjamin keaslian dan keabsahan penelitian yang

6

dilakukan peneliti,.Tujuan dari adanya telaah pustaka untuk menegaskan

kebaruan, orisinalitas dan urgensi penelitian bagi pengembangan ilmu terkait.4

Berdasarkan definisi mengenai telaah pustaka di atas, penelitian dalam

bentuk skripsi yang dianggap terkait dengan penelitian ini adalah:

1. Penelitian yang dilakukan oleh, Apipuddin, Jurusan Bimbingan Konseling

Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Institut Agama Islam Negeri IAIN

Mataram, yang berjudul Metode Bimbingan Kemandirian Pada Anak

Berkebutuhan Khusus di Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) Mataram. 5

Dalam skripsi ini menjelaskan tentang bagaimana metode bimbingan

kemandirian pada anak berkebutuhan khusus di Sekolah Luar Biasa Negeri

(SLBN) Mataram dan apa faktor pendukung dan penghambat metode

bimbingan kemandirian pada anak berkebutuhan khusus di sekolah luar

biasa negeri (LSBN) Mataram. Adapun isi kesamaan dari sisi penelitian

peneliti adalah sama-sama fokus membahas tentang anak berkebutuhan

khusus Namun yang membedakannya dengan skripsi ini adalah; dalam

fokus yang diteliti oleh Apipuddin berbicara tentang metode, bimbingan,

sedangkan yang akan di teliti oleh peneliti di sini adalah pemberdayaa anak

berkebutuhan khusus di lembaga Lombok Care

2. Penelitian yang dilakukan oleh, Suryani tentang pola pembinaan anak di

panti asuhan saleh hambali bengkel Lombok barat. Malasah yang ingin di

cari di penelitian ini adalah 1. Bagaimana pola pembinaan anak di panti

asuhan saleh hambali bengkel Lombok barat? 2. Apa kendala dan

4 Mugni Assapari, Pedoman Penuisan Skripsi( Fakultas Dakwah dan Komunikasi IAIN Mataram, 2015), h. 19.

5 Apipudiin, Metode Bimbingan Pada Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) Mataram, (Skripsi: Jurusan BKI IAIN Mataram, 2015)

7

pendukung pembinaan anak di panti asuhan saleh hambali bengkel Lombok

barat?. Dalam penelitian ini menjawab bahwa 1. pola pembinaan anak di

panti asuhan saleh hambali bengkel Lombok barat diberikan melalui jalur

sekolah formal dan non formal. Pada jalur sekolah formal anak-anak

dimasukkan ke dalam lembaga pendidikan formal. Sedangkan pada jalur

non formal anak-anak diberikan keterampilan dan kegiatan di luar sekolah.

2. Kendala yang dihadapi adalah terkait dengan kekurangan material atau

kekurangan bangunan fisik, Faktor internal anak-anak asuh yang malas

menjalankan program. Pendukungnya adalah lokasi pembinaan yang

strategis untuk melakukan pembinaan.

F. Kerangka Teoritik

1. Teori Pemberdayaan

a. Konsep tentang Pemberdayaan

Konsep pemberdayaan mulai tampak ke permukaan

sekitar dekade 1970-an, dan terus berkembang sepanjang dekade

1980-an hingga 1990-an, dan terus berkembang hingga abad kedua

puluh satu ini. Munculnya konsep pemberdayaan merupakan akibat

dari reaksi terhadap alam pikiran, tata masyarakat dan tata budaya

sebelumnya yang berkembang di suatu Negara.6

Secara konseptual Edi Suharto, mengartikan pemberdayaan

atau pemberkuasaan (empowerment), berasal dari kata power

(kekuasaan atau keberdayaan). 7

6 Abdul Najib, Integrasi Pekerjaan Sosial ..., h. 183 7 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat Kajian Strategis

Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, (Bandung : PT Refika Aditama, 2010), h. 57

8

Menurut Griesgraber dan Bernhard sebagaimana dikutip dari

buku Integrasi Pekerjaan Sosial Pengembangan Masyarakat dan

Pemberdayaan Masyarakat yang ditulis oleh Najib, bahwa

pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya masyarakat

dengan mendorong, memotivasi, serta membangkitkan kesadaran

akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk

mengembangkannya. Keberdayaan masyarakat merupakan unsur

dasar yang memungkinkan suatu masyarakat memiliki daya

ketahanan dan dalam pengertian yang dinamis dapat

mengembangkan atau mengaktualisasikan diri dan mencapai

kemajuan.8

Menurut Mas’oed dalam Mardikanto dan Soeibanto,

Pemberdayaan diartikan sebagai upaya untuk memberikan daya

(empowerment) atau penguatan (strengthening) kepada masyarakat.9

Sedangkan Menurut Parsons, pemberdayaan adalah sebuah proses

agar setiap orang menjadi cukup kuat untuk berpartisifasi dalam

berbagai pengontrolan, dan mempengaruhi, kejadian-kejadian serta

lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan

menekankan bahwa orang memperoleh keterampilan, pengetahuan,

dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan

kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya.10

b. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat

8 Op.Cit, h. 184 9 Totok Mardikanto dan Poerwoko Soeibanto, Pemberdayaan Masyarakat dalam

Perspektif Kebijakan Publik, (Bandung:Alfabeta, 2013), h.26 10 Ibid., h.29

9

Tujuan yang ingin dicapai dalam pemberdayaan adalah untuk

membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian

tersebut meliputi kemandirian berfikir, bertindak dan mengendalikan

apa yang sesungguhnya dimaknai sebagai suatu masyarakat yang

mandiri. Kemandirian masyarakat adalah suatu kondisi yang dialami

oleh masyarakat yang ditandai oleh kemampuan untuk memikirkan,

memutuskan serta melakukan suatu yang dipandang tepat demi

mencapai pemecahan masalah-masalah yang dihadapi dengan

mempergunakan daya kemampuan yang terdiri atas kemampuan

kognitif, konatif, psikomotorik, afektif, dengan pengerahan sumber

daya yang dimiliki oleh lingkungan internal masyarakat tersebut.11

Menurut Payne dalam Najib, tujuan dari pemberdayaan

adalah keadilan sosial dengan memberikan ketentraman kepada

masyarakat yang lebih besar serta persamaan politik dan sosial

melalui upaya saling membantu dan belajar melalui langkah kecil

guna tercapainya tujuan lebih besar.12

Menurut Suharto tujuan utama pemberdayaan adalah

memperkuat kekuasaan masyarakat, khususnya kelompok lemah

yang memiliki ketidakberdayaan, baik karenakondisi internal

(misalnya persepsi mereka sendiri), maupun karena kondisi eksternal

(misalnya ditindas oleh struktur sosial yang tidak adil). Dan secara

lebih rinci Suharto mengemukakan bahwa, sebagai tujuan, maka

pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai

11 Abdul Najib, Integrasi Pekerjaan Sosial ..., h. 189 12 Ibid., h.189

10

oleh sebuah perubahan sosial; yaitu masyarakat yang berdaya,

memiliki kekuasaa atau mempunyai pengetahuan dan kemempuan

dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik,

ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu

menyampaiakan aspirasi, mempunyai mata pencaharian,berfartisipasi

dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas

kehidupannya.13

Jim dan Frank membagi pemberdayaan menjadi tiga jenis

dan capaian., Pertama, pemberdayaan melalui kebijakan dan

perencanaan yang bertujuan mengembangkan dan mengubah

struktur-struktur dan lembaga-lembaga untuk mewujudkan akses

yang lebih adil kepada sumberdaya atau berbagai layanan dan

kesempatan untuk berfartisipasi dalam kehidupan masyarakat.

Kedua, pemberdayaan melalui aksi sosial dan politik yang bertujuan

menekankan pentingnya perjuangan dan perubahan politik dalam

meningkatkan kekuasaan yang efektif. Ketiga, pemberdayaan

melalui pendidikan dan penyadar-tahuan, bertujuan menekankan

pentingnya menekankan proses edukatif (dalam pengertian luas)

dalam melengkapi masyarakat untuk meningkatkan keberdayaan

mereka.14

Mardikanto dan Soebianto membagi tujuan pemberdayaan

dalam beberapa kategori:15

13 Edi Suharto, Membangun Masyarakat ..., h. 60 14 Jim Ife dan Frank Tesoriero, Alternatif Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi

Community Development, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2014), h. 141 15 Totok Mardikanto dan Poerwoko Soeibanto, Pemberdayaan Masyarakat ..., h. 111

11

1) Perbaikan Pendidikan (better education)

Perbaikan pendidikan dalam arti bahwa pemberdayaan harus

dirancang sebagai bentuk pendidikan yang lebih baik. Perbaikan

pendidikan yang dilakukan melaui pemberdayaan, tidak terbatas

pada: perbaikan materi, metode, yang menyangkut tempat dan

waktu serta hubungan fasilitator dan penerima manfaat; tapi yang

lebih penting adalah pendidikan yang mampu menumbuhkan

semangat belajar seumur hidup.

2) Perbaikan Aksesibilitas (betteraccessibility).

Dengan tumbuh dan berkembangnya semangat belajar seumur

hidup,diharapkan akan memperbaiki asesibilitasnya, utamanya

tentang asesibilitas tentang informasi/inovasi,

sumberpembiayaan, penyedia produk dan peralatan, lembaga

pemasaran

3) Perbaikan Tindakan (better action)

Dengan berbekal perbaikan pendidikan dan asesibilitas dengan

beragam sumber daya yang lebih baik, diharapkan akan terjadi

tindakan-tindakan yang semakin lebih baik

4) Perbaikan Kelembagaan (better institution)

Dengan perbaikan kegiatan/tindakan yang dilakukan diharapkan

akan memperbaiki kelembagaan, termasuk pengembangan

jejaring kemitraan usaha

5) Perbaikan Usaha (better business)

12

Perbaikan pendidikan (semangat belajar), perbaikan aksesibilitas

kegiatan dan perbaikan kelembagaan, diharapkan akan

memperbaiki bisnis yang dilakukan

6) Perbaikan Pendapatan (better income)

Dengan terjadinya perbaikan bisnis yang dilakukan, diharapkan

akan dapat memperbaiki pendapatan yang diperolehnya,

termasuk pendapatan keluarga dan masyarakatnya

7) Perbaikan Lingkungan (better environment)

Perbaikan Pendapatan diharapkan dapat memperbaiki lingkungan

(fisik dan sosial), karena kerusakan lingkungan seringkali

disebabkan oleh kemiskinan atau pendapatan yang terbatas

8) Perbaikan Kehidupan (better living)

Tingkat pendapatan dan keadaan lingkungan yang membaik,

diharapkan dapat memperbaiki keadaan kehidupan dan setiap

keluarga dan masyarakat

9) Perbaikan Masyarakat (better community)

Keadaan kehidupan yang lebih baik, yang didukung oleh

lingkungan (fisik dan sosial) yang lebih baik, diharapkan akan

terwujud kehidupan masyarakat yang lebih baik pula

c. Prinsip-Prinsip Pemberdayaan

pemberdayaan Menurut Mardikanto dan Soeibanto, pemberdayaan

memiliki prinsip-prinsip:16

16 Ibid., h.105

13

1) Mengerjakan, artinya, kegiatan harus sebanyak mungkin

melibatkan masyarakat untuk mengerjakan/menerapkan sesuatu.

Karena melalui “mengerjakan” mereka akan mengalami proses

belajar (baik dengan menggunakan pikiran, perasaan, dan

keterampilannya) yang akan terus diingat untuk jangka waktu

yang lebih lama.

2) Akibat, artinya, kegiatan pemberdayaan harus memberikan akibat

atau pengaruh yang baik atau bermanfaat; karena perasan

senang/puas atau tidak senang/kecewa akan mempengaruhi

semangatnya untuk mengikuti kegiatan belajar/pemberdayaan di

masa-masa mendatang.

3) Asosiasi, artinya, setiap kegiatan pemberdayaan harus dikaitkan

dengan kegiatan lainnya, sebab, serta orang cendrung untuk

mengaitkan/menghubungkan kegiatannya dengan

kegiatan/peristiwa yang lainnya. Misalnya dengan melihat

cangkul orang diingatkan kepada pemberdayaan tentang persiapan

lahan yang baik, dan lain-lain.

Sumodiningrat dalam Najib, menggambarkan setidaknya ada

tiga hal yang yang terkait dengan prinsip pemberdayaan:17

1) Concern pembangunan harus dipahami sebagai proses perubahan

struktur sosial ekonomi masyarakat untuk mewujudkan

masyarakat juru teradil dengan mengingatkan dan sasaran

pembangunan, yakni meningkatkan sumber daya manusia,

17Abdul Najib, Integrasi Pekerjaan Sosial ..., h. 192

14

perubahan struktur ekonomi, penanggulangan kemiskinan, dan

stabilitas ekonomi.

2) Consistent, prinsip ini dapat diwujudkan melalui langkah saling

memahami masalah masing-masing dan mengatasinya secara

bersama-sama sehingga jangkauan pendekatan pemberdayaan

menjadi lebih luas. Prinsip ini juga tetap menjaga keseimbangan

dalam melakukan prubahan sosial melalui proses pemberdayaan,

karena konsistensi diperlukan untuk dijadikan semacam acuan

pokok dalam proses intervensi.

3) Continous, semua warga masyarakat dapat mengambil manfaat

pembangunan secara berkelanjutan. Konsep ini sangat penting

untuk dilakukan agar proses pengembangan yang dilakukan dapat

diterapkan secara menyeluruh hingga ke dasar-dasarnya.

Suharto, terdapat beberapa prinsip pemberdayaan menurut

perspektif pekerjaan sosial:18

1) Pemberdayaan adalah proses kolaboratif. Karenanya pekerja

sosial dan masyarakat harus bekerjasama sebagai fartner.

2) Proses pemberdayaan menempatkan masyarakat sebagai aktor

atau subjek yang kompeten dan mampu menjangkau sumber-

sumber dan kesempatan-kesempatan.

3) Masyarakat harus melihat diri mereka sendiri sebagai agen

penting yang dapat mempengaruhi perubahan.

18 Edi Suharto, Membangun Masyarakat ..., h. 68

15

4) Kompetensi diperoleh atau dipertajam melalui pengalaman hidup,

khususnya pengalaman yang memberikan perasaan mampu pada

masyarakat.

5) Solusi-solusi, yang berasal dari situasi khusus, harus beragam dan

menghargai keberagaman yang berasal dari faktor-faktor yang

berada pada situasi masalah tersebut.

6) Jaringan-jaringan sosial informal merupakan sumber dukungan

yang penting bagi penurunan ketegangan dan meningkatkan

kompetensi serta kemampuan mengendalikan seseorang.

7) Masyarakat harus berpartisifasi dalam pemberdayaan mereka

sendiri: tujuan, cara dan hasil harus dirumuskan oleh mereka

sendiri.

8) Tingkat kesadaran merupakan kunci dalam pemberdayaan. Karena

pengetahuan dapat memobilisasi tindakan bagi perubahan.

9) Pemberdayaan melibatkan akses terhadap sumber-sumber dan

kemampuan untuk sumber-sumber tersebut secara efektik

10) Proses pemberdayaan bersifat dinamis, sinergis, berubah terus,

evolutif; permasalahan selalu memiliki beragam solusi

11) Pemberdayaan dicapai melalui struktur-struktur personal dan

pembangunan ekonomi secara parallel.

1. Tinjauan Tentang Anak Berkebutuhan Khusus

a. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus

Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki perbedaan

dengan anak-anak secara umum atau rata-rata anak seusianya.Anak

16

dikatakan berkebutuhan khusus jika ada sesuatu yang kurang atau bahkan

lebih dalam dirinya.

Sebelum dikenalnya sebutan istilah anak berkebutuhan khusus

atau dikenal difabel, secara historis seseorang yang mengalami

kecacatan, kelainan atau perbedaaan secara fisik dan psikologi kerap

disebut sebagai penyandang cacat, penyandang tuna, seorang

berkekurangan, anak luar biasa, orang berkelainan, infairment

(kerusakan), disability (kekhususan), hadicapped (ketidakmampuan)

sampai akhirnya dirumuskan menjadi istilah yang lebih halus yakni anak

berkebutuhan khusus atau difabel (differently abled people) atau orang

yang memiliki kemampuan berbeda.19

Anak berkebutuhan khusus juga sering disebut dengan istilah

exceptional child.Menurut Kirk dan Gallagher dalam Aziz, bahwa

exceptional child adalah anak yang berbeda dari rata-rata atau normal

dalam perihal: karakteristik mental, kemampuan sensori, kemampuan

komunikasi, perilaku sosial serta karakteristik fisik.20

Menurut Aziz, anak berkebutuhan khusus adalah mereka yang

membutuhkan layanan secara khusus, karena memiliki kekurangan

secara permanen atau temporer sebagai akibat dari kelainan secara fisik,

mental atau gabungannya atau kondisi emosi.21

b. Faktor Penyebab Anak Berkebutuhan Khusus

Anak berkebutuhan khusus selain sudah menjadi takdir juga

karena adanya faktor – faktor tertentu yang menjadi penyebabnya. Faktor

19 Safrudin Aziz, Pendidikan Seks Anak Berkebutuhan Khusus, h. 49 20Ibid., h. 51 21Ibid., h. 52

17

– faktor penyebab itu menurut kejadiannya dapat dibedakan menjadi tiga

peristiwa yaitu:

1) Kejadian Sebelum Lahir

Adapun penyebab sebelum lahir pada anak berkebeutuhan

khusus adalah:22

a) Gangguan genetik; kelainan kromosom, transformasi. Kelainan

kromosom kerap dianggap para dokter ahli sebagai penyebab

keguguran, bayi meninggal sesaat setelah dilahirkan, maupun bayi

yang dilahirkan sindromdown.

b) Infeksi kehamilan; infeksi saat hamil dapat mengakibatkan cacat

pada janin. Penyebabnya adalah parasit golongan pratozoa yang

terdapat pada binatang seperti, kucing, anjing, tikus, burung.

Seperti mengalami gejala berupa demam, flu, dan pembekakan

kelenjar getah kering.

c) Usia ibu hamil (higriskgoup); ada beberapa hal yang menyebabkan

ibu beresiko hamil, antara lain: riwayat kehamilan dan persalinan

yang sebelumnya kurang baik (misalnya, riwayat keguguran,

perdarahan pasca kelahiran, lahir mati).

d) Keracunan saat hamil. Keracunan kehamilan sering disebut

preclampsia atau toxemia adalah suatu gangguan yang muncul

pada kehamilan, umumnya terjadi pada usia kehamilan di atas dua

puluh minggu. Gejala-gejala yang umum adalah tingginya tekanan

22Ibid., h. 53

18

darah, pembengkakan yang tak kunjung sembuh dan tingginya

jumlah protein di urin.

e) Pengguguran. Gugur kandungan atau aborsi (bahasa latin: abortus)

adalah berhentinya kehamilan sebelum usia kehamilan 20 minggu

yang mengakibatkan kematian janin. Secara medis, pengguguran

kandungan adalah berakhirnya kandungan sebelum vetus dapat

hidup sendiri di luar kandungan.

f) Lahir prematur. Bayi prematur adalah bayi yang lahir kurang bulan

menurut masa gestasinya (usia kehamilannya).

2) Kejadian Pada saat Kelahiran

Adapun penyebab anak berkebutuhan khusus selama proses

kelahiran adalah:23

a) Proses kelahiran pertama (anoxia), premature, kekurangan oksigen.

b) Kelahiran dengan alat bantu vacum yakni suatu persalinan buatan

dengan cara menghisap bayi agar keluar lebih cepat. Vacum ini

dikhawatirkan membuat kepala bayi terjepit sehingga akan terjadi

gangguan pada otak.

c) Kehamilan terlalu lama: > 40 minggu. Kehamilan terlalu lama

dikhawairkan membuat keadaan bayi di dalam rahim mengalami

kelainan dan keracunan air ketuban.

3) Kejadian Setelah Kelahiran

Ketunaan pada ABK dapat diperoleh setelah kelahiran pula

karena faktor- faktor penyebab seperti berikut ini:24

23Ibid., h. 53 24Ibid., h. 55

19

a) Penyakit radang selaput otak (meningitis) dan radang otak

(enchepalitis) sehingga menyebabkan perkembangan dan

pertumbuhan sel-sel otak menjadi terganggu.

b) Terjadi incident(kecelakaan) yang melukai kepala dan menekan

otak bagian dalam.Stres berat dan gangguan kejiwaaan

lainnya.Penyakit panas tinggi dan kejang – kejang (stuip), radang

telinga (otitismedia), malariatropicana yang dapat berpengaruh

terhadap kondisi badan.

Adapun secara lebih rinci penyebab anak berkebutuhan

khusus setelah kelahiran adalah penyakit infeksi bakteri (TBC),

virus, kekurangan zat makanan (gizi, nutrisi), kecelakaan seperti

terjatuh, tergores benda tajam, tersedak, tercekik, atau tanpa

sengaja menelan obat-obatan dan bahan kimia yang diletakkan di

sembarang tempat atau menjadi korban bencana alam serta

keracunan.25

c. Jenis-Jenis dan Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus

1) Anak Tunanetra

Anak tunanetra adalah anak yang mengalami gangguan

penglihatan atau ketidakfungsiannya indra penglihatan secara normal

sehingga memerlukan layanan pendidikan khusus.Bervariasinya

kelainan penglihatan pada anak tunanetra, menuntut adanya

pengelolaan yang cermat dalam mengidentifikasi kekurangan dan

kelebihan yang dimilikinya. Hal ini penting dalam upaya menentukan

25Ibid., h. 56

20

apa yang dibutuhkan dan mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai

dengan kemampuan dan keadaannya.

Penyandang tunanetra adalah induvidu yang indera

pengelihatannya ( kedua-duanya) tidak berfungsi sebagai saluran

penerima informasi dalam kegiatan sehari-hari seperti orang waras.

2) Anak Tunarungu

Anak tunarungu adalah anak yang mengalami gangguan

pendengaran atau kehilangan pendengaran yang diakibatkan oleh

ketidak fungsinya sebagian atau seluruh indra pendengaran dimana

tingkat ketajaman pendengarannya tidak sesuai dengan keadaan yang

sebenarnya sehingga dibutuhkan suatu layanan pendidikan khusus.

Anak tunarungu pada umumnya selain memiliki kelemahan

dalam pendengaran baik sebagian maupun keseluruhan juga memiliki

hambatan komunikasi dengan orang lain. Sebab mendengar adalah

menjadi salah satu unsur terpenting dalam proses komunikasi antara

seseorang dengan orang lain.

Menurut Daniel F. Hallahan dan James H. Kauffiman yang

dikutip oleh Aziz, tunarungu yang diistilahkan dengan hearing

impairment adalah suatu istilah umum yang menunjukkan kesulitan

mendengar, yang meliputi keseluruhan kesulitan mendengar dari

ringan sampai yang berat, digolongkan ke dalam bagian tuli dan

kurang dengar. Orang tuli adalah seseorang yang kehilangan

kamampuan mendengar sehingga mrnghambat proses informasi

bahasa melalui pendengaran, baik memakai atau tidak memakai alat

21

bantu mendengar. Sedangkan seseorang yang kurang dengar adalah

seseorang yang biasanya dengan mrnggunakan alat bantu mendengar,

sisa pendengarannya cukup memungkinkan keberhasilan proses

informasi bahasa melalui pendengaran.26

Pada umumnya, seseorang yang menderita tunarungu juga

akan menderita tunawicara. Hal ini berkaitan erat dengan proses

perkembangan bahasa yang harus dilalui seorang anak. Jika ketajaman

pendengaran terbatas, akan menghalangi proses peniruan bahasa

sesama anak-anak. Proses peniruan hanya terbatas secara visual.

Sebab pada anak-anak penyandang tunarungu,segala bentuk rangsang

suara tidak dapat diterima dengan baik. Alhasil mereka pun akan sulit

menghasilkan suara seperti yang ada di sekitarnya.27

Karakteristik anak tunarungu menurut Sumandi dan Talkah

sebagaimana dikutip Safrudin Aziz, diantaranya sebagai berikut:

a) Secara Fisik Penyandang Tunarungu Memiliki Ciri Khas:

1. Cara berjalan yang biasanya cepat dan agak membungkuk yang

disebabkan adanya kemungkinan kerusakan pada alat

pendengaran bagian keseimbangan.

2. Gerak matanya cepat.

3. Gerakan anggota badannya cepat dan lincah yang terlihat pada

saat mereka sedang berkomunikasi menggunakan gerakan

isyarat dengan orang di sekelilingnya.

4. Pada waktu bicara pernafasannya pendek dan agak terganggu.

26Ibid., h. 62 27 Ratih Putri Pratiwi, dan Afin Murtiningsih. Kiat Sukses Mengasuh Anak Berkebutuhan

Khusus, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), hal. 27

22

5. Dalam keadaaan biasa ( bermain, tidur, tidak berbicara)

pernafasannya pendek.

Selain itu tanda-tanda fisik juga dikemukakan Berlin, Geyer

dan Yankaver dalam Mangunsong, bahwa anak tunarungu memiliki

telinga yang mengeluarkan cairan, bernafas melalui mulut, sering

menggunakan kapas di telinga, ekspresi wajah tampak letih dan

tertekan meskipun di pagi hari.

b) Intelegensi anak penyandang tunarungu tidak banyak berbeda

dengan anak normal lainnya. Namun mereka sukar menangkap

pengertian-pengertian yang abstrak, sebab dalam hal ini

memerlukan pemahaman yang baik akan bahasa lisan maupun

tulisan. Sehingga dapat dikatakan bahwa dalam hal intelegensi

potensial tidak berbeda dengan remaja normal, tetapi dalam hal ini

intelegensi fungsional rata lebih rendah.

c) Dalam hal emosi, penyandang tunarungu kurang memiliki

pemahaman akan bahasa lisan sehingga dalam berkomunikasi

sering kali menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan seperti

terjadi kesalahpahaman. Karena selain tidak mengerti orang lain,

penyandang tunarungu pun sukar memahami orang lain. Bila

pengalaman demikian terus berlanjut akan menimbulkan tekanan

pada emosinya dan dapat menghambat perkembangan

kepribadiannya dengan menampilkan sikap-sikap negatif.

d) Dalam aspek sosial, penyandang tunarungu mempunyai kebutuhan

yang sama dengan orang normal lainnya, yaitu kebutuhan untuk

23

berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Baik interaksi antar

induvidu, induvidu dengan kelompok atau keluarga dan lingkungan

masyarakat lebih luas. Perlakuan yang kurang wajar dari keluarga

atau orang lain dapat menimbulkan hal negatif seperti, timbulnya

perasaan rendah diri dan merasa diasingkan, cemburu dan curiga,

kurang dapat bergaul,mudah marah dan berlaku agresif.

e) Bahasa, artinya penyandang tunarungu miskin dalam

pembendaharaan kata, sulit mengartikan kata-kata abstrak, kurang

mengusai irama dan gaya bahasa.

3) Anak Tuna Grahita

Istilah tuna grahita sebutan bagi mereka yang mengalami

keterbelakangan mental, feeble mindedness (lemah pikiran), mentally

retarded (keterbelakangan mental), educable (mampu didik), trainable

(mampu latih), ketergantungan penuh (totally dependent), mental

subnormality, cacat mental, defisit mental,defisit kognitif, defisiensi

mental serta gangguan intelektual.28

Pada dasarnya anak tunagrahita dapat diberikan pendidikan,

keterampilan dan latihan sebagaimana anak normal pada umumnya.

Akan tetapi yang membedakannya adalah mereka memiliki

kekurangan dalam kekuatan, kecepatan dan koordinasi serta sering

memiliki masalah kesehatan. Dalam pengertian lain anak tunagrahita

cenderung lamban dalam mempelajari hal- hal baru, kemampuan

bicaranya sangat kurang bagi penyandang tunagrahita berat, cacat fisik

28Ibid., h. 45

24

dan perkembangan gerak, kurang dalam kemampuan menolong diri

sendiri, bertingkah laku dan interaksi yang tak lazim serta tingkah

laku kurang wajar dan terus menerus.

Secara umum penyandang tunagrahita juga memiliki prilaku

agresif yakni prilaku yang meledak-ledak yang sering diperlihatkan

kepada orang lain. Misalnya: sering berkelahi, mengancam atau

mengintimidasi anak lain, berlaku kejam terhadap binatang, menyakiti

orang lain ataupun senang mengambil hak orang lain.

Sedangkan dilihat dari karakteristik kognitif, sebagian besar

anak tunagrahita tidak atau kurang memiliki kecepatan belajar seperti

anak normal pada umumnya, kurang tepat atau kurang akurat dalam

menangkap respon, tidak memiliki strategi dalam menyelesaikan

tugas, serta tidak memiliki daya ingat dengan segera namun daya

ingatnya sama dengan anak normal.

4) Tuna Daksa

Tunadaksa adalah sebutuan bagi orang yang mengalami

kesulitan mengoptimalkan fungsi anggota tubuh karena faktor bawaan

sejak lahir.Gangguan yang dialami menyerang kemampuan motorik

mereka. Gangguan yang terjadi mulai dari gangguan otot, tulang,

sandi,dan sistem saraf yang mengakibatkan kurang optimalnya fungsi

komunikasi, mobilitas,sosialisasi dan perkembangan keutuhan pribadi.

Karekteristik anak tunadaksa adalah:

a) Segi Motorik

25

Anak tunadaksa secara motorik mengalami banyak

hambatan antara lain: sukar berjalan, bergerak, berpindah tempat,

dan sering tidak mampu mengotrol tubuhnya.

b) Segi Sensoris

Otak merupakan pusat sensoris pada manusia, jika otak

mengalami gangguan, maka menyebabkan kelainan di bagian-

bagian saraf yang lain, seperti gangguan saraf penglihatan,

pendengaran dan saraf-saraf lain yang berhubungan dengan sandi-

sandi atau otot tubuh.

c) Segi Kognisi

Penyandang tunadaksa kategori cerebial palsy memiliki

rentang kecerdasan tertentu, mulai dari yang rendah hingga tinggi.

d) Segi Persepsi

Persepsi berhubungan dengan keutuhan indra dan proses

pengolahan di otak. Proses ini tidak sempurna pada anak

penyandang tunadaksa. Kecacatan fisik akibat kecelakaan maupun

kelainan otak yang menyebabkan ke abnormalan fisik juga

mempengaruhi fungsi persepsi seorang anak.

e) Segi Emosi dan Sosial

Anak-anak yang terindentifikasi tunadaksa sering

mengalami gangguan atau masalah emosi. Berkaitan dengan

konsep diri, mereka sering merasa malu, rendah diri dan sensitive,

konsep diri yang salah ini akhirnya menumbuhkan gaya

berhubungan sosial yang keliru. Ketika mereka memandang diri

26

sendiri rendah, yang muncul adalah sikap defense ketika berbaur

dengan orang lain.

5) Anak Tuna Laras

Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang yang memiliki

kelainan prilaku (tunalaras) menurut kalangan ahli dan praktisi

memiliki istilah yang sangat beragam.Perbedaan pemberian sebutan

kepada seseorang yang berkelainan prilaku tidak lepas dari konteks

pihak yang berkepentingan.

Menurut Kauffan dan Hallalan, anak tunalaras dikatakan

sebagai anak yang sulit untuk diterima dalam berhubungan secara

pribadi maupun sosial karena memiliki prilaku ekstrim yang sangat

bertentangan dengan norma sekitar. Prilaku ini bisa datang secara

tidak langsung dan disertai dengan gangguan emosi yang tidak

menyenagkan bagi orang di sekitarnya.29

Karakteristik anak tunalaras menurut Eli M. Bower adalah

memenuhi salah satu atau lebih sikap dan prilaku sebagai berikut.

a) Ketidakmampuan untuk belajar, padahal secara intelektual, sensori,

dan kesehatan tidak ada masalah.

b) Memiliki hubungan yang buruk dengan guru dan teman-temannya.

c) Memiliki pemikiran, perasaan, dan tingkah laku yang tidak pada

tempatnya.

d) Keadaan pervasive, sedih dan depresi.

29Ibid., h. 58.

27

e) Terdapat gejala-gejala fisik, yaitu kesakitan dan ketakutan terhadap

orang lain dan lembaga sekolah.

6) Autis

Autis berasal dari kata autos uang artinya segala sesuatu yang

mengarah pada diri sendiri. Dalam kamus psikologi, autis

didefinisikan sebagai: cara berfikir yang dikendalikan oleh kebutuhan

personal atau diri sendiri, menanggapi dunia berdasarkan penglihatan

dan harapan sendiri, menolak realitas dan keasyikan ekstrim dengan

pikiran dan fantasi sendiri. Atau dapat dikatakan pula bahwa autis

adalah mereka yang tidak mampu atau lemah dalam persepsi,imajinasi

dan perasaan. Serta tidak bisa melakukan penalaran secara sistematis.

Karakteristik anak autis:

a) Gangguan interaksi sosial pada anak autis dilihat dari beberapa ciri-

ciri sebagai berikut:

1) Bayi atau balita autis tidak merespon normal ketika diangkat

atau dipeluk

2) Anak autis tidak menunjukkan perbedaan respon ketika

berhadapan dengan orang tua, saudara kandung, guru dan orang

asing

3) Engan berinteraksi secara aktif dengan orang lain, melainkan

asik dengan benda-benda dan lebih senang menyendiri

4) Tidak tersenyum pada situasi sosial, tapi tersenyum dan tertawa

pada tidak ada sesuatu yang lucu

28

5) Tatapan mata berbeda, terkadang menghindari kontak mata atau

melihat sesuatu dari sudut pandang matanya

6) Tidak bermain layaknya anak normal

b) Gangguan komunikasi anak autis

1) Tidak memiliki perhatian untuk berkomunikasi sosial

2) Gumaman yang biasanya muncul pada anak tidak muncul pada

anak autis

3) Mereka berbicara mengalami abnormalitas dalam intonasi

4) Sering tidak memahami ucapan yang ditunjukkan ke mereka

5) Sulit memahami satu kata memiliki banyak arti

6) Menggunakan kata-kata aneh atau kiasan

7) Mengulangi pertanyaan walaupun sudah mengetahui

jawabannya

8) Sering mengulangi kata-kata yang baru saja didengar

9) Gangguan dalam komunikasi non verbal

10) Tidak memakai gerakan tubuh untuk menyampaikan keinginan

c) Gangguan prilaku, anak autis cenderung melakukan sesuatu secara

repetitive (pengulangan), asik sendiri, sering memaksa orang tua

untuk mengulang suatu kata, sulit dipisahkan dengan suatu benda

yang tidak lazim serta tidak suka dengan perubahan yang ada pada

lingkungan.

29

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan penelitian

Penelitian atau biasa di kenal dengan research (dalam bahasa inggris

berarti mencari, menjelajahi,dan menemukan makna kembali secara

berulang-ulang). Melihat pengertian di atas maka penelitian dilakukan disini

yaitu untuk mendapatkan data-data dari satu masalah yang diangkat. Untuk

mendapatkan data tersebut maka pendekatan penelitian sangat dibutuhkan

disini.

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam mengkaji “Pola

Pemberdayaan Anak Berkebutuhan Khusus di Lombok Care Desa Sandik

Batulayar Lombok Barat, Ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis yang

digunakan adalah studi kasus.

Seperti alasan yang dikemukakan oleh Lexy j. Moleong, bahwa

peneliti mempunyai beberapa alasan :

a. menyelesaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan

dengan kenyataan jamak.

b. Metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara

penelitidan responden.

c. Metode ini lebih peka dan dapat menyesuaikan diri dengan banyak

penajaman pengaruh bersama terhadap pola nilai-nilai yang dihadapi30

Senada dengan alasan diatas, alasan peneliti menggunakan

pendekatan ini dikarenakan pendekatan kualitatif bersifat deskriptif, yaitu

h.10.

30 Meleong j. Lexi, Metode Penelitian Kualitatif, (PT Bandung : Rosda Karya, 2008),

30

data terkumpul berbentuk kata-kata, gambar dan bukan angka-angka.

Kalaupun ada angka-angka, sifatnya hanya sebagai penunjang.

Data yang diperoleh meliputi transkip interview, catatan lapangan,

poto, dokumen pribadi dan lainnya. Penelitian dengan pendekatan ini

memberi titik tekan pada makna, yaitu fokus penelaahan terpaut langsung

dengan masalah kehidupan manusia.31

2. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian kualitatif, kehadiran peneliti berperan sebagai

instrumen sekaligus sebagai pengumpul data sehingga keberadaanya

dilokasi penelitian mutlak diperlukan. 32 Selain itu dalam penelitian

kualitatif, peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain merupakan alat

pengumpul data utama atau sebagai instrument kunci (key instrument). Hal

ini dilakukan karena, jika memanfaatkan alat yang bukan manusia dan

mempersiapkan dirinya terlebih dahulu, maka sangat tidak mungkin untuk

mengadakan penyesuaian terhadap kenyatan-kenyataan yang ada

dilapangan.

Namun demikian, kehadiran peneliti disini tentu diawali dengan

proses perizinan. Hal ini dimaksudkan agar peneliti terarah dalam

menjalankan tugasnya dalam mengumpulkan data. Kehadiran dilapangan

dimaksudkan juga agar penelitiannya dijalankan secara terbuka.

h.51.

31Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif (Bandung : CV. Pustaka Setia, 2002), 32Pedoman Penulisan Skripsi (Mataram: Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Mataram,

2010) h. 13.

31

3. Lokasi Penelitian

Lombok Care Jalan Biduri, Dusun Aik Are, Desa Sandik,

Kecamatan Batulayar, Lombok Barat, NTB.

Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti terlebih dahulu

memasukkan izin penelitian, hal ini dilakukan agar nantinya dalam

melaksanakan penelitian data-data yang ingin dikumpulkan mendapatkan

bantuan dari pegawai dan pengurus, sehingga penelitian ini diharapkan

dapat berjalan dengan lancar.

4. Sumber Data

Sumber data adalah subjek dari mana data dapat di peroleh. Sumber

data penelitian yang bersifat kualitatif dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh secara

langsung dari informan dilapangan, yaitu melalui wawancara.

Wawancara disini dilakukan kepada pimpinan dan beberapa pengurus

Lombok Care Jalan Biduri, Dusun Aik Are, Desa Sandik, Kecamatan

Batulayar, Lombok Barat, NTB.

Sumber data primer ini berbentuk kata-kata dan bukan orang –

orang yang diamati atau sumber data utama, kemudian sumber data

utama itu dicatat atau dengan pengambilan poto.

b. Sumber Data Skunder

32

Sumber data skunder adalah sumber data yang diperoleh secara

langsung dilapangan, seperti dokumentasi dan sebagainya yang berkaitan

dengan masalah yang diteliti.

Data skunder yang dimaksud disini adalah berkaitan dengan fokus

masalah pada penelitian ini. Mulai dari dokumen-dokumen dari program-

program yang dijalankan, upaya-upaya yang dilakukan, serta beberapa

kendala yang dihadapi.

5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik yang digunakan peneliti untuk

memperoleh data ialah sebagai berikut :

a. Wawancara

Teknik wawancara merupakan salah satu cara mengumpulkan

data dalam suatu penelitian. Karena menyangkut data,maka wawancara

merupakan salah satu elemen penting dalam proses penelitian.

Wawancara dapat diartikan sebagai cara yang dipergunakan untuk

mendapatkan informasi dari responden dengan cara bertanya langsung

secara tatap muka.33

Adapun model wawancara yang peliti akan digunakan adalah

wawancara bebas terpimpin. Bebas maksudnya apa saja sesuai dengan

data yang ingin diambil melalui wawancara. Sedangkan terpimpin artinya

peneliti membawa pedoman atau daftar pertanyaan yang berkenaan

dengan penelitian. Mengenai lokasi dan waktu tidak terbatas karena

tergantung pada jadwal dan suasana wawancara dengan responden.

33Bagong Suryanto, Metode Penelitian Sosial. (Jakarta : Prenada Media Group Kencana,

2007)h. 69.

33

b. Observasi

Observasi data adalah mengamati (whatcing), dan mendengar

(listening) perilaku seseorang selama beberapa waktu tanpa melakukan

manipulasi atau pengadilan, serta mencatat penemuan yang

memungkinkan atau memenuhi syarat untuk digunakan dalam tingkat

penafsiran analisis.34

Peneliti mengambil teknik ini, dikarenakan teknik observasi

partisipan ini merupakan teknik pengumpulan data yang paling lazim

dipakai dalam penelitian kualitatif. Hal ini dikarenakan fokus perhatian

paling esensial dari pendekatan ini adalah pemahaman dan

kemampuannya dalam membuat makna atas suatu kejadian atau

fenomena pada situasi yang tampak.35

c. Dokumentasi

Dalam penelitian ini, dokumentasi sangat dibutuhkan oleh peneliti.

Dikarenakan, dalam mngumpulkan data, perlu dokumen-dokumen yang

berkaitan dengan hal yang diteliti yang berfungsi untuk memperkuat

penelitian ilmiah ini.

Misalnya, hal-hal yang dibutuhkan dalam teknik ini diantaranya:

mengumpulkan data melalui sumber- sumbr tertulis, seperti dokumen-

dokumen resmi, makalah-makalah penelitian dan buku-buku yang

relevan dengan penelitian ini. Termasuk juga data-data penting Lombok

Care Jalan Biduri, Dusun Aik Are, Desa Sandik, Kecamatan Batulayar,

34James A, Black, Dean J. Champion, Metode dan Masalah Penelitian Sosial (Bandung : PT. Refika Aditama, 1999)h. 268.

35Sudirman Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, (Bandung : CV. Pustaka Setia,2002), h. 122

34

Lombok Barat, NTB., baik berupa data sarana dan prasarana, data anak-

anak berkebutuhan khusus dan data-data pendukung lainnya. Dengan

demikian, studi dokumen resmi yang dilakukan peneliti adalah

pengumpulan data melalui pencatatan atau data-data tertulis.

6. Analisis Data

Analisi data merupakan proses pecandraan (desription) dan

penyusunan transkip wawancara serta material yang telah terkumpul.

Maksudnya agar peneliti dapat menyempurnakan pemahaman terhadap data

tersebut untuk kemudian menyajikan kepada orang lain dengan jelas tentang

apa yang telah ditemukan atau didapatkan dari lapangan.

Ada dua cara analisis data yang digunakan peneliti dalam metode

studi ini, yaitu

a. Analisis data yang dilakukan peneliti dilapangan

b. Analisis data setelah kembali dari lapangan.36

7. Validasi Data

Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari

konsep keaslian (validitas). Dalam hal ini peneliti harus konsisten

interpretasi dengan berbagai cara dalam kaitannya dengan proses analisis

yang kontan.

Mencari suatu usaha membatasi berbagai pengaruh, berbeda dengan

hal itu, ketekunan pengamatan dimaksudkan untuk menemukan ciri-ciri dan

36Ibid., h. 210.122.

35

unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu

yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri secara inci.37

Oleh karena itu, peneliti dalam kaitannya dengan ini, berarti

hendaknya melakukan pengamatan dengan teliti dan secara

berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol. Untuk

memperoleh data yang valid dalam penelitian ini, beberapa ahli

menawarkan beberapa teknik pemeriksaan keabsahan data. Namun, penulis

hanya mengambil tiga teknik saja, yaitu:

a. Triangulasi

Dalam triangulasi ini, hal yang diinginkan peneliti adalah teknik

pemeriksaan keabsahan data dalam mengumpulkan data-data sebanyak-

banyaknya dengan memanfaatkan suatu yang lain dari sumber data yang

telah ditentukan. Artinya, peneliti tidak terpaku hanya pada satu atau dua

sumber saja.

b. Uraian Rinci

Dalam penelitian kualitatif jelas berbeda dengan validitas

eksternal. Maka dari itu, penelitian kualitatif dilakukan dengan cara

uraian terperinci (thick desckription). Dengan demikian, peneliti

bertanggung jawab terhadap penyediaan data secukupnya yang

memungkinkan seseorang merenung suatu aplikasi pada penerima

sehingga memungkinkan adanya perbandingan.

37 Moleong J. Lexy, Metode Penelitian Kualitatif,( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), h.248-250

36

c. Perpanjang Keikutsertaan

Maksudnya disini adalah untuk mendapatkan data sebanyak-

banyaknya. Maka dari itu, peneliti harus berdiam diri unuk beberapa

waktu yang telah ditentukan untuk memperoleh data yang lebih valid

atau absah sesuai dengan izin dan jadwal penelitian yang tela ditentukan.

37

BAB II

PAPARAN DATA DAN TEMUAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Berdirinya Lombok Care

Berawal dari kepedulian sosial dan keprihatinan terhadap penanganan

anak berkebutuhan khusus yang masih rendah di Lombok ini, maka

keluarga Schreurs mendirikan Stichting (yayasan) Lombok Care di

Belanda tepatnya pada tahun 2008. Agar dapat melaksanakan program-

program di Lombok, Stichting Lombok Care menjalin kerjasama dengan

sebuah yayasan lokal pada tahun 2009 sampai dengan 2011. Pada

tanggal 7 Juni tahun 2012, Stichting Lombok Care Belanda memutuskan

untuk mendirikan Yayasan Lombok Care di Indonesia (Lombok) dengan

Akte Notaris Munawir S.H. Nomor 4 tahun 2012, dengan tujuan agar

kerjasama untuk melaksanakan program-program sosial lebih bagus dan

berkembang. Pada bulan April tahun 2015, Yayasan Lombok Care

mengganti Akte Notaris menjadi No. 1 tanggal 17 April 2015 dengan

Notaris Dewi Permatasari SH.,M.Kn., dengan tujuan untuk mendapatkan

SK Kemenhumkam. Dan pada akhirnya SK Kemenhumkam telah didapat

dengan Nomor AHU-0005691.AH.01.04.Tahun 2015.

Lombok Care mempunyai moto: “Dimana ada keinginan, disana

ada jalan”/“where there is a will, there is a way”. Spirit ini juga diterapkan

melalui program-program sosial untuk masyarakat miskin terutama anak-

anak berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan khusus (ABK)

mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pelayanan kesehatan

38

dan pendidikan yang layak seperti halnya dengan anak-anak non ABK.

diterima oleh masyarakat, dapat bergaul, beradaptasi dan mandiri tanpa

ketergantungan kepada orang lain, adalah bagian dari visi dan misi

Lombok Care untuk memperjuangkan masa depan anak berkebutuhan

khusus yang lebih baik agar berguna bagi diri sendiri, keluarga dan

masyarakat.

2. Identitas Lembaga

a. Nama lembaga : Yayasan Lombok Care

b. Alamat lengkap : Jalan Biduri, Dusun Aik Are, Desa Sandik,

Kecamatan Batulayar, Lombok Barat, NTB.

c. No. Telp./HP : 0370 – 6194201 / 081907011568

d. E-mail : abk@Lombok Care.com / Lombok [email protected]

e. Website : www.Lombok Care.com

f. Pendiri / Pembina:

1) Ketua : Ny. Rugayah Attamimi.

2) Anggota : Ny. Mindie Schreurs.

g. Pengawas : Tn. Winarna, S.Pd

h. Nama Pengurus:

1) Ketua : Tn. Apip Sutardi, A.Md

2) Sekretaris : Tn. Mahsun, S.IP

3) Bendahara : Ny. Faridatul Mulyati, SE

i. Akta Notaris Pendirian : (Lama) Munawir, S.H, Nomor 4 Tahun 2012

(Baru) Dewi Permatasari, SH., M.Kn., No. 01 tanggal 17

April 2015

39

j. Jenis Kegiatan : Pelayanan Sosial dan Pendidikan Anak Berkebutuhan

Khusus dalam panti dan PMKS lainnya.

k. SK KEMENKUMHAM : Nomor AHU-0005691.AH.01.04.Tahun 2015

l. NPWP : 31.563.349.5-915.000

m. SIOP : 467/230-5/LKS/Dinsos.TKT-LB/2013

n. TDP : 467/230-6/LKS/Dinsos.TKT-LB/2013

o. Bank : BUKOPIN

p. Nomor Rekening : 03701200826

3. Visi-Misi

a. Visi

Memperjuangkan hak-hak anak berkebutuhan khusus terutama

yang miskin dan tidak mampu untuk mendapatkan masa depan yang

lebih baik sesuai dengan kemampuannya.

b. Misi

1) Memberikan pelayanan rehabilitasi dan edukasi untuk Anak

Berkebutuhan Khusus (ABK) di Lombok

2) Menguatkan program RBM (Rehabilitasi Berbasis Masyarakat)

3) Memberikan penyuluhan/mensosialisasikan program kepada

masyarakat tentang Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

4) Meningkatkan bakat, minat, keterampilan dan kepercayaan diri

anak agar dapat mandiri

40

4. Tujuan

a. Memberikan terapi kepada anak berkebutuhan khusus (fisik)

b. Memberikan pendidikan formal dan informal

c. Menyiapkan sarana bermain anak

d. Meningkatkan bakat, minat, ketrampilan dan kepercayaan diri anak

agar dapat mandiri.

5. Kriteria

a. Kriteria anak yang masuk di Lombok Care

b. Anak yang berkebutuhan khusus terutama tuna daksa (fisik)

c. Anak berkebutuhan khusus terutama yang miskin atau tidak mampu

d. Anak berkebutuhan khusus yang mempunyai motivasi

e. Anak berkebutuhan khusus dengan usia maksimal 18 tahun

f. Mendapatkan persetujuan dari orang tua dan wali anak.

6. Fasilitas, sarana dan prasarana

a. Tanah dan bangunan

1) Tanah seluas 22.75 are

2) Bangunan seluas 1008 m2

3) Kebun

b. Ruangan

1) 1 ruang kantor / rapat + kamar kecil

2) 1 ruang fisioterapi (1)

3) 1 ruang administrasi financial + kamar kecil

41

4) 1 ruang ketua yayasan + kamar kecil

5) 1 ruang Fisioterapi (2)/multifungsi + 2 kamar mandi, aksesibel untuk

pengguna kursi roda

6) 1 ruang mushola

7) 1 ruang dapur umum

8) 1 ruang aula umum yang terbuka

9) 1 ruang olah raga dan bermain anak, mandi bola + 2 kamar mandi,

aksesibel untuk pengguna kursi roda

10) 1 ruang konseling & Assessment + kamar kecil

11) 1 ruang guru

12) 1 ruang bermain + perpustakaan

13) 1 ruang kesehatan (UKS)

14) 4 ruangan kelas + 1 kamar mandi, aksesibel untuk pengguna kursi

roda

15) 1 ruang gudang

16) 1 ruang cuci

17) 1 ruang petugas keamanan (security)

18) 1 ruang tunggu orang tua murid.

42

7. Stuktur Organisasi

Struktur organisasi yayasan Lombok Care38

PENGAWAS Winarna, S.Pd

PEMBINA Rugayah Attamimi Mindie Schreurs

PENASEHAT/PELINDUNG DINSOS LOMBOK BARAT

DIKPORA LOMBOK BARAT KEPALA DESA SANDIK

KETUA

Apip Sutardi, A.Md

SEKRETARIS Mahsun, S.IP

BENDAHARA

Faridatul Mulyati, SE

ADMINISTRASI

PROGRAM REHABILITASI BERBASIS

MASYARAKAT (RBM)

PROGRAM

READYCATION

PROGRAM

BANTUAN SOSIAL

REHABILITASI

SOSIAL EDUKASI

FISIOTERA TERAPI WICARA

LOGISTIK SLB PELANGI

LIFE SKILL

B. Pola Pemberdayaan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di Lombok Care

Untuk mengetahui pola pemberdayaan anak berkebutuhan khusus

(ABK) di Lombok Care, maka peneliti akan memaparkan data terkait dengan

penelitian ini.

38 Dokumentasi, Kantor Lombok Care

43

Ketua yayasan Lombok Care yakni Afip Sutardi menjelaskan “Yayasan

Lombok Care membuat pola pemberdayaan kepada ABK dengan nama

program Readycation (Rehabilitation + Education = ready), yaitu program

Rehabilitasi dan Edukasi yang bertujuan untuk mempersiapkan (ready)

anak berkebutuhan khusus agar dapat hidup secara mandiri”.39

Bapak Mahsun sebagai sekretaris yayasan menambahkan “pola

pemberdayaan yang diberlakukan di Lombok Care ini adalah pertama:

rehabilitasi seperti fisioterapi, terapi wicara dan lain-lain, kedua: program

edukasi seperti life skil kemandirian dan keterampilan dan terakhir perogram

sosial seperti home visit, survey, assesemen dan sebagainya”.40

1. Program Divisi Rehabilitasi

a. Fisioterapi

Ibu Aula penanggungjawab program fisioterapi menjelaskan

“program psioterapi ini aktif dimulai dari hari senin sampai dengan hari

jum’at untuk anak-anak berkebutuhan khusus yang mengalami

disabilitas fisik, yang berumur dari 10 bulan sampai dengan 16 tahun..

Tujuan dari fisioterapi ini adalah membantu anak untuk

mengoptimalkan fungsi badan/otot agar bisa menjadi mandiri dalam

kegiatan sehari-hari”.41

Jadwal Terapi di Lombok Care

Senin No Jam Yadin Ula Jam Kun 1 08:10-08:40 Amira Alifa 13:10-

13:40 Agis

39 Afip Sutardi, Wawancara, Desa Sandik, 19 Juni 2017 40 Mahsun, Wawancara, Desa Sandik, 19 Juni 2017 41 Aula, Wawancara, Desa Sandik, 19 Juni 2017

2 08:50-09:20 Ibnu Zili 13:50- 14:20

Darma

3 09:30-10:00 Nyoman Niswatun 14:30- 15:00

Nama

4 10:10-10:40 Zidan Hasla 15:10- 15:40

Izza

5 10:50-11:20 Hawayan Mutia 15:50- 16:20

Ammar

Selasa No Jam Kun Ula Jam Yadin 1 08:10-08:40 Fitriani Rahma 13:10-

13:40 Dean

2 08:50-09:20 Alda Kiara 13:50- 14:20

Maulana

3 09:30-10:00 Malik Fadlin 14:30- 15:00

Haikal

4 10:10-10:40 Khusnul Tio 15:10- 15:40

Awwl

5 10:50-11:20 Apandi 15:50- 16:20

Kayyisa

Rabu No Jam Yadin Ula Jam Kun 1 08:10-08:40 Ibnu Alifa 13:10-

13:40 Agis

2 08:50-09:20 Nyoman Zili 13:50- 14:20

Darma

3 09:30-10:00 Zidan Niswatun 14:30- 15:00

Nama

4 10:10-10:40 Hawayan Nasla 15:10- 15:40

Sarah

5 10:50-11:20 Darwan Mutia 15:50- 16:20

Ammar

Kamis No Jam Yadi Kun Jam Ula 1 08:10-08:40 Amira Alma 13:10-

13:40 Lucky

2 08:50-09:20 Zaisar Hisnu 13:50- 14:20

Nena

3 09:30-10:00 Daffa Alwi 14:30- 15:00

Rokiq

4 10:10-10:40 Nawaf Irsyat 15:10- 15:40

Izza

5 10:50-11:20 Windi Syafa 15:50- 16:20

Kayyisa

44

45

Jumat No Jam Kun Ula Jam Yadin 1 08:10-08:40 Fitriah Rahman 13:10-

13:40 Dean

2 08:50-09:20 Irwan Rizal 13:50- 14:20

Maulana

3 09:30-10:00 Malik Tio 14:30- 15:00

Haekal

4 10:10-10:40 Khusnul Kiamu 15:10- 15:40

Awi

5 10:50-11:20 Muzni Alda 15:50- 16:20

Labib

b. Terapi Wicara

Bapak Ibad yang menangani langsung terkait program bidang ini

menyampaikan:

“Di Lombok Care kususnya di terapiwicara lebih banyak anak- anak yang gangguan fisabilitasnya gangguan fisik yang secara otomatis, mereka untuk mengarahi kemampuan bicara, orarmotar, psipsidiley yaitu terlambat bicara, dan gangguan makan. Yang terlihat proggresnya atau perkembangannya terutama anak –anak psipsidiley karena tidak ada gangguan penyertanya, jadi gampang untuk proses penyembuhannya untuk 6 bulan sudah lulus. Kemudian untuk anak-anak yang gangguan bicara yaitu gangguan ganda ada fisiknya juga, progresnya sudah bagus, pergerakan bibir dan lidahnya sudah bagus tetapi belum konsisten. Anak yang sulit di tangani seperti gangguan penyerta lainnya dia sudah ada gangguan bicaranya, dia juga ada gangguan maltrisi dan gangguan kognitif, kemampuan berfikirnya kurang dan segala macamnya masih kurang, IQ nya sangat rendah. Proses menangani anak dalam terapi wicara sejak pertama anak masuk, terlebih dahulu di observasi, assessment, kekurangannya apa, kelebihannya apa, kemampuannya sampai mana saja, dan perkembangnnya seperti apa, dari otot-ototnya di assessment. Setelah tau kondisinya baru dibuat program tujuannya golnya seperti apa, misalnya anak ini harus bisa bicara satu kata atau dua kata. Bisa merespon pertanyaanya dan sebagainya. Alat-alat yang di gunakan dalam terapi wicara ada flescard untuk kartu-kartu bergambar untuk bisa membantu bembendaharaan. Orarmotorstemulision, ada blasi, stangpasel, ada beberapa anak yang menggunakan sterometer, gunanaya untuk melatih pernapasan, greber untuk penguatan otot-otot bicara rahang, lidah, dan bibir, pazel dan alat-alat edukasi yang dipakai. Jumlah

46

anak yang di terapi wicara adalah 8 anak, tahun lalu 5 anak. Jadwal terapiwicara dua kali seminggu, senin dan rabu dari jam 8- 11. Alat –alat yang di gunakan dalam terapi wicara sangat lengkap. Yang belum ada di Lombok Care kususnya di terapi yakni akupasi trapis untuk melatih sensor – sensor anak masih di perjuangkan yakni akupastrapis dan ruangannya”.42

Jadwal Terapi Wicara

No Senin Tw Selasa Tw Rabu Tw Kamis Tw 1 Thio aditya Ibat Hisnu akbar Vini Thio aditya Ibat Hisnu Vini 2 Prio sulastio - Irsya - Prio sulastio Irsya 3 Afandi - Fikri faris - Afandi Fikri faris 4 Dhaffa - Kiara - Dhaffa Kiara 5 Rizki - Rara - Rizki Rara

6 Darwan Vini Darwan Vini 7 Holid - Hisnu akbar - 8 Yazid - Abdi - 9 Ara - Ara - 10 Dini amalia - Dini amalia -

c. RBM (Rehabilitasi Berbasis Masyarakat)

Bekerja sama dengan lembaga sosial lainnya, Program ini

dilakukan untuk orang tua anak berkebutuhan khusus yang berada di

luar yayasan dan masyarakat, agar mereka dapat belajar tentang anak-

anak berkebutuhan khusus dan cara menanganinya (terapi),

menghadapi kesulitan juga permasalahan yang mereka hadapi.

Dengan program ini pula diharapkan orang tua dan masyarakat bisa

mendukung anak-anak berkebutuhan khusus dalam menyambut masa

depan yang lebih baik sesuai dengan kemampuannya masing-masing,

mandiri serta bisa berinteraksi sosial di masyarakat.

42 Akhmad Hibbat, Wawancara, Desa Sandik, 20 Juni 2017

47

Bapak Rido selaku Kepala Sekolah Luar Biasa di Lombok Care

menjelaskan menjelaskan “program ini dilaksanakan dengan

bekerjasama dengan FKKADK Lombok tengah yang bertempat di

Praya, Lombok Tengah, mulai bulan Februari tahun 2014 sampai dengan

sekarang. Untuk selanjutnya tidak menutup kemungkinan untuk

melaksanakan program yang sama di kota-kota lainnya”.43

d. Case Study

Afip Sutardi menjelaskan “di sini (Lombook Care) untuk

menangani ABK kami juga memberikan pelatihan kepada seluruh

karyawan supaya semua paham cara menangani ABK dengan baik dan

benar”.44

Case study adalah suatu program yang dilaksanakan di dalam

Yayasan yang bertujuan untuk menambah pengetahuan seluruh karyawan

Yayasan Lombok Care tentang Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus

di bidang terapi wicara dan fisioterapi.

Ibu Ula Permana Sari menambahkan “Case study adalah pelatihan

seperti seminar, workshop. Case study adalah mengulang materi yang di

dapat di workshop atau seminar itu di terapkan lagi ke terapi maupun

guru-guru Sekolah Luar Biasa Pelangi Lombok Care. Case study untuk

belajar bersama, sharing bersama tentang anak berkebutuhan khusus dan

mengajar anak berkebutuhan khusus guna menekankan kedisiplinan,

karena Yayasan Lombok Care adalah lembaga social, Lombok Care

adalah lembaga yang Care (peduli) sesuai dengan visi misi, bahwa

43 Ridho, Wawancara, Desa Sandik, 22 Juni 2017 44 Afip Sutardi, Wawancara, Desa Sandik, 19 Juni 2017

48

siapapun yang masuk ke Yayasan Lombok Care, maka mereka harus

memiliki rasa empati yang tinggi”.45

2. Program Divisi Edukasi

a. SLB Pelangi Lombok Care

Bapak M. Rsyid Ridho selaku Kepala Sekolah Luar Biasa

“kegiatan SLB ini diadakan pada pagi hari (jam 8 sampai jam 11.00)

dari hari senin sampai dengan. hari sabtu untuk anak-anak

berkebutuhan khusus yang belum pernah sekolah dan yang putus

sekolah. Dalam program edukasi, anak-anak SLB juga mendapatkan

terapi sesuai dengan jadwal masing-masing. Program akademik SLB

Pelangi Lombok Care dilengkapi dengan kegiatan olahraga, motorik

kasar dan motorik halus serta Bina Diri”.46

Jadwal Pelajaran di SLB Pelangi

No Pertemuan Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu 1 1

07:30-09:00 Matemat ika

Ppkn B.indonesia Matem atika

Imtak PJOK

09:00-09:30 Istirahat 2 09:00-10:30 motorik

halus Musik Mengenal

bentuk SBDP Agama -Bina diri

-komputer (minggu 2) -berkebun (minggu )

Libur

b. Life Skill (Keterampilan dan Kemandirian)

Salah satu tenaga pendidik di Sekolah Luar Biasa Lombok Care

yakni Bapak Ramli menjelaskan “di SLB ini kami menerapkan pola

45 Ula Permana Sari, Wawancara, Desa Sandik, 30 Juni 2017

46 Ridho, Wawancara, Desa Sandik, 22 Juni 2017

49

pemberdayaan kepada ABK terkait Life Skill atau terkait keterampilan

dan kemandirian ABK supaya anak-anak di sini mempunyai

keterampilan seperti anak-anak normal lainnya dan supaya mereka bisa

mandiri”.47

Kegiatan life skill ini diadakan pada siang hari (jam 14 sampai

dengan jam 16.00) dari hari senin sampai dengan. hari jum’at untuk

anak-anak berkebutuhan khusus yang sudah sekolah di SLB atau sekolah

inklusi. Ketrampilan yang telah berjalan di Lombok Care adalah

Komputer, membuat gelang, bros, celengan, pot bunga, gantungan

kunci, berkebun dan bernyanyi. Adapun tujuan dari program life skill

antara lain: Menimbulkan kepercayaan diri pada anak, Sebagai wadah

bagi anak untuk mengekspresikan diri, Memberdayakan anak dengan

membuat suatu keterampilan tertentu yang bisa bermanfaat untuk

hidup mandiri.

Jadwal Life Skill

Senin (kereatif) Selasa (komputer) Rabu (kereatif) Kamis (komputer)

Agis Darma Ayik Alma Iqbal Siti Tahira

Lucki Alma Darma Safa Apandi Dean Tahira Firman

Agis Darma Ayik Alma Iqbal Siti Tahira

Lucki Alma Darma Safa Apandi Kholid Yazid Tahira Firman

47 Ramli, Wawancara, Desa Sandik, 22 Juni 2017

50

3. Program Divisi Sosial

Program Rehabilitasi dan Edukasi didukung oleh program yang

dilaksanakan oleh divisi sosial.

Bapak Afip menjelaskan “Program bantuan social di adakan satu

tahun sekali oleh Yayasan Lombok Care, yang paling utama yang ada di

Yayasan Lombok Care adalah rehabilitasi itu yang paling penting. Yayasan

Lombok Care selalu berkomunikasi dengan orang tua murid dan menggali

lewat komunikasi bagaimana keadaan rumah, lingkungan, seperti yang ada

di salah satu desa yang kekurangan air bersih, rumahnya tidak layak di huni,

orang tua murid menceritakan kepada kami selaku pegawai Lombok Care.

Faktor-faktor seperti itulah yang bisa kita fanding dengan patner-patner

Yayasan Lombok Care yang ada di Belanda, yaitu bantuan social ini kita

lebih ke masyarakat, panti, sekolah”.48

Penanggungjawab program divisi sosial yakni Bapak Ridho

menerangkan “prgram di divisi sosial ini kita bagi menjadi empat yakni:

home visit atau kunjungan rumah, pendataan anak berkebutuhan khusus,

konseling orang tua, dan assessment anak”.49

a. Home Visit

Home visit atau kunjungan rumah dilaksanakan untuk anak-anak

yayasan setiap 2 kali setahun, dengan tujuan untuk mengetahui sejauh

mana peran orang tua dalam membimbing dan melatih anak, kondisi

lingkungan sekitar rumah anak, sosialisasi anak dengan lingkungan

sekitar serta perkembangan anak selama setengah tahun.

48 Afip Sutardi, Wawancara, Desa Sandik, 19 Juni 2017 49 Ridho, Wawancara, Desa Sandik, 22 Juni 2017

51

b. Survey

Pendataan ini dilaksanakan secara berkala dan bekerja sama dengan

kepala dusun, tokoh masyarakat, tokoh agama dan organisasi sosial

lainnya.

Bapak Afif menambahkan “Program bantuan social seperti

sumbangan air bersih, rehab bangunan, dan lain sebagainya agar tepat

sasaran, kami dari pihak Lombok Care mensosialisasikan kepada semua

pegawai Lombok Care untuk mencari tahu atau mensurrvey di desanya

masing-masing. Jika ada,maka kita harus mensurvei dulu bantuan ini ada

kategori misalya, ada lima dusun yang butuh bantuan, maka lima dusun

itu kami kunjungi untuk mensurvei dan mengambil gambar, tentunya

kami juga diskusikan lewat kepala Desanya, manakah yang layak di

bantu. Selain itu, melalui cerita penduduk dan sebagainya. Hasil survey

dari lima dusun tersebut kami kirim hasil gambar dan semua catatan yang

sebenarnya ke Belanda Yayasan Go For Lombok. Maka pihak sanalah

yang menentukan dusun mana yang layak di bantu sesuai penilaian

gambar yang di kirimkan”.50

c. Konseling Orang Tua

Program konseling orang tua dilakukan sesuai dengan kebutuhan,

dan bertujuan agar orang tua dapat dukungan dalam berbagi pengalaman

dan sharing pendapat mengenai anak berkebutuhan khusus atau

persoalan lainnya. Selain itu, pihak yayasan juga mendapatkan

50 Afip Sutardi, Wawancara, Desa Sandik, 19 Juni 2017

52

informasi dari masing-masing orang tua mengenai perkembangan anak,

dengan begitu pihak yayasan dapat mengetahui keberhasilan

program yang telah dibuat.

d. Assessment Anak

Assessment Anak dilaksanakan untuk mengetahui kondisi anak

secara menyeluruh sebelum mendapatkan pelayanan yang akan diberikan

oleh Yayasan Lombok Care. Pekerja Sosial akan bekerjasama dengan

Divisi Rehabilitasi (Terapis) dan Divisi Edukasi (Guru) untuk

melaksanakan Assessment Anak ini, yang nantinya akan menentukan

jenis pelayanan yang akan diberikan sesuai dengan kebutuhannya.

C. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Pemberdayaan ABK di

Lombok Care

Berikut ini peneliti akan memaparkan temuan data terkait dengan

gambaran tentang paktor pendukung dan faktor penghambat pemberdayaan

anak berkebutuhan khusus di Lombok Care.

Ketua Yayasan Afip Sutardi menjelaskan “untuk menunjang program

pemberdayaan, kami menyediakan fasilitas terapi dan sarana pendidikan

sekaligus tenaga terapi dan pendidiknya, serta Pekerja Sosial dan

karyawan yang profesional dan berpengalaman. Tapi terlepas dari itu semua

yang menjadi masalahnya adalah kita menghadapi anak-anak yang sulit

mandiri dan sulit berkomunikasi, namun inilah yang menjadi motivasi kami

53

untuk menciptakan anak-anak yang berdaya saing layaknya anak-anak normal

lainnya”.51

1. Faktor Pendukung

a. Sarana dan Prasarana yang Memadai

Rasyid Ridho selaku kepala sekilah SLB menyatakan “salah satu faktor

pendukung sehingga pemberdayaan kepada ABK dapat berjalan dengan

lancar di Lombok Care ini adalah sarana dan prasarana yang memadai

seperti bangunan, ruang belajar dan sebagainya” 52

Fasilitas, sarana dan prasarana di Lombok Care seperti:

1) Tanah dan bangunan yakni: Tanah seluas 22.75 are, Bangunan seluas

1008 m2, dan Kebun

2) Ruangan: 1 ruang kantor / rapat + kamar kecil, 1 ruang fisioterapi (1),

1 ruang administrasi financial + kamar kecil, 1 ruang ketua yayasan +

kamar kecil, 1 ruang Fisioterapi (2)/multifungsi + 2 kamar mandi,

aksesibel untuk pengguna kursi roda, 1 ruang mushola, 1 ruang dapur

umum, 1 ruang aula umum yang terbuka, 1 ruang olah raga dan

bermain anak, mandi bola + 2 kamar mandi, aksesibel untuk pengguna

kursi roda, 1 ruang konseling & Assessment + kamar kecil, 1 ruang

guru, 1 ruang bermain + perpustakaan, 1 ruang kesehatan (UKS), 4

ruangan kelas + 1 kamar mandi, aksesibel untuk pengguna kursi roda,

1 ruang gudang, 1 ruang cuci, 1 ruang petugas keamanan (security), 1

ruang tunggu orang tua murid.

51 Afip Sutardi, Wawancara, Desa Sandik, 22 Juni 2017

52 Ridho, Wawancara, Desa Sandik, 22 Juni 2017

54

b. Adanya Dukungan Dari Orang Tua Dalam Penanganan Anak

Selama ini dukungan orang tua sangat banyak selama peroses

pemberdayaan anak-anak mereka di Lombok Care ini, pihak orang tua

membangun komunikasi dan menjaga silaturrahim dengan baik dengan

kami yang ada di sini dan kami juga menyiapkan kegiatan untuk

melibatkan orang tua dalam pemberdayaan anak. Contoh dukungan orang

tua seperti mengawasi anak di rumah, mengantar anak-anaknya ke

sekolah, ikut serta membantu dalam membantu anak-anak menjadi

mandiri dan lain-lain”.53

2. Faktor Penghambat

Ketua Yayasan Afip Sutardi menjelaskan “kaitannya dengan

pemberdayaan ABK, permasalahan yang paling umum dari anak yang

berkebutuhan khusus adalah mereka sulit untuk bisa mandiri dan

berintraksi sosial dengan baik. Ini adalah tantangan untuk Yayasan Lombok

Care dalam membangun layanan rehabilitasi maupun pendidikan anak

berkebutuhan khusus dan mensosialisasikannya kepada masyarakat luas”.

a. Anak Sulit Untuk Berkomunikasi Dengan Baik.

Akhmad Hibbad menjelaskan “mayoritas anak-anak yang ada di

Lombok Care ini mengalami gangguan dalam berbicara, mereka sulit

untuk berkomunikasi dengan baik dikarenakan gangguan pendengaran,

kondisi pisik dan psikologis mereka yang tidak normal. Dalam

53 Akhmad Hibbat, Wawancara, Desa Sandik, 24 Juni 2017

55

pemberdayaan di sini itu merupakan faktor penghambat kami dalam

pemberdayaan anak berkebutuhan. Oleh karena itu kami sangat

membutuhkan kerja sama dengan banyak pihak seperti tenaga pendidik

yang lain dan orang tua anak”. 54

b. Semangat Orang Tua Untuk Membimbing Anaknya di Rumah Sangat

Kurang

Ramli Menjelaskan “faktor penghambat datang dari orang tua

mereka kadang-kadang tidak mau menyekolahkan anaknya yang

seharusnya. Yang seharusnya anaknya mendapatkan pemberdayaan,

kadang-kadang orang tua memanfaatkan kondisi anaknya untuk mencari

uang. Itulah salah satu alasan orang tua tidak mau menyekolahkan

anaknya, karena Faktor perekonomian, kebutuhan hidup. Terlepas

daripada itu semangat orang tua untuk membimbing anaknya ketika anak

sedang berada di rumah sangat kurang sehingga sekolah pertama adalah

keluarga bagi anak, tidak anak-anak dapatkan ketika mereka berada di

ruamah”. 55

c. Sulit Menemukan Tenaga Pendidik yang Profesional

Bapak Afif menambahkan “Sekolah Luar Biasa Pelangi Lombok

Care memprioritaskan yang sarjana apapun yang penting mereka mau

mengajar anak-anak Berkebutuhan Khusus dan di Lombok ini sangat

susah mencari guru seperti itu. Di bagian terapis, Sekolah Luar Biasa

Pelangi Lombok Care sedikit kesulitan untuk mendapat tenaga, karena

54 Akhmad Hibbat, Wawancara, Desa Sandik, 24 Juni 2017

55 Ramli, Wawancaara, Desa Sandik, 23 Juli 2017

56

kebanyakan yang lulusan terapis maunya bekerja di Rumah Sakit, Klinik,

kalau lembaga social agak lain”.56

56 Afip Sutardi, Wawancara, Desa Sandik, 22 Juni 2017

57

BAB III

PEMBAHASAN

A. Analisis Pola Pemberdayaan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di

Lombok Care

Berdasarkan hasil paparan data dan hasil penelitian pada bab

sebelumnya. Maka peneliti merumuskan pembahasan tentang analisis analisis

pola pemberdayaan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di Lombok Care.

1. Program Rehabilitasi

Pola pemberdayaan terkait program rehabilitasi ini sesuai dengat

teori tentang tujuan pemberdayaan menurut Suharto, tujuan utama

pemberdayaan adalah memperkuat kekuasaan masyarakat, khususnya

kelompok lemah yang memiliki ketidakberdayaan, baik karenakondisi

internal (misalnya persepsi mereka sendiri), maupun karena kondisi

eksternal (misalnya ditindas oleh struktur sosial yang tidak adil).57 Pola

pemberdayaan rehabilitasi ini dalam rangka perbaikan kehidupan (better

living) dan perbaikan tindakan (better action).

Bentuk-bentuk pemberdayaan dalam program rehabilitasi yang

diterapkan di Lombok Care yakni: fisioterapi, terapi wicara, parenting

skill training, RBM (Rehabilitasi Berbasis Masyarakat) dan case study.

Kesemua bentuk bentuk pemberdayaan tersebut bertujuan untuk

mengembalikan atau memulihkan keadaan menjadi lebih baik.

Pengertian rehabilitasi adalah pemulihan-pemulihan kembali.

Rehabilitasi mengembalikan sesuatu kepada keadaan semula yang

57 Edi Suharto, Membangun Masyarakat ..., h. 60

58

tadinya dalam keadaan baik, tetapi karena sesuatu hal kemudian menjadi

tidak berfungsi atau rusak. Apabila kita kaitkan dengan anak

berkebutuhan khusus artinya adalah pengembalian orang-orang cacat

kepada kegunaan secara maksimal, baik dalam aspek fisik, dan mental.

a. Jenis-Jenis Rehabilitasi

Rehabilitasi pada tataran praktik, mempertemukan berbagai

disiplin ilmu mulai dari medis sosial, bahkan pendidikan

multidisipliner tersebut menghasilkan proses rehabilitasi yang paling

terkait dan mendukung upaya pengembalian fungsi sosial, sehingga

individu dapat menjalankan perannya sesuai dengan tuntutan

lingkungannya. Pada perkembangannya rehabilitasi terbagi menjadi

empat jenis yakni:

1) Rehabilitasi Medis

Merupakan upaya menyembuhkan atau memulihkan

kesehatan pasien melalui layanan-layanan kesehatan, baik itu

dilakukan oleh seorang dokter dalam praktik pribadinya maupun di

rumah sakit umum. Biasanya di rumah sakit umum dilengkapi

dengan layanan psikologis yang dilakukan oleh psikolog, dan

layanan sosial atau medis yang dilakukan oleh pekerja sosial medis.

2) Rehabilitasi Pendidikan

Merupakan upaya pengembangan potensi intelektual klien

penyandang cacat yang dilaksanakan pada setting sekolah luar

biasa (SLB).

59

3) Rehabilitasi Vokasional

Rehabilitasi vokasional adalah upaya memberikan bekal

keterampilan kepada klien, sehingga dapat mandiri secara ekonomi

di masyarakat.

4) Rehabilitasi Sosial

Merupakan upaya yang bertujuan untuk mengintegrasikan

seseorang yang mengalami masalah sosial ke dalam kehidupan

masyarakat dimana dia berada.

b. Tujuan Rehabilitasi

1) Memulihkan kembali rasa harga diri, percaya diri, kesadaran serta

tanggung jawab terhadap masa depan diri, keluarga maupun

masyarakat atau lingkungan sosialnya.

2) Memulihkan kembali kemampuannya untuk dapat melaksanakan

fungsi sosialnya secara wajar.

3) Selain penyembuhan secara fisik, juga penyembuhan keadaan

sosial secara menyeluruh.

4) Penyandang cacat mencapai kemandirian mental, fisik, psikologis

dan sosial, dalam anti adanya kesemimbangan antara apa yang

masih dapat dilakukan dan yang tidak.

c. Fungsi Rehabilitasi

1) Memelihara kemampuan orang baik secara individu, kelompok,

maupun sebagai anggota masyarakat untuk mempertahankan

hidupnya

60

2) Memulihkan kembali mereka-mereka yang karena sesuatu hal

terganggu kemampuannya untuk berfungsi sosial kembali dan

mendapatkan kesempatan yang seluas-luasnya untuk berfungsi

sosial

3) Menjunjung dan menjaga keluarga untuk melaksanakan fungsi

sosialnya terhadap generasi muda yang bersifat mencengah agar

seseorang tidak terasing dari kehidupan bersama.

2. Program Edukasi

Secara teori Pemberdayaan program edukasi yang diterapkan

dalam pola pemberdayaan anak berkebutuhan khusus di Lombok Care

adalah: Pola program edukasi ini sesuai dengan jenis dan capaian

menurut Jim dan Frank yakni: pemberdayaan melalui pendidikan dan

penyadar-tahuan, bertujuan menekankan pentingnya menekankan proses

edukatif (dalam pengertian luas) dalam melengkapi masyarakat untuk

meningkatkan keberdayaan mereka.58

Hal ini juga sesuai dengan tujuan pemberdayaan menurut

Mardikanto dan Soebianto yakni perbaikan pendidikan (better

education). Perbaikan pendidikan dalam arti bahwa pemberdayaan harus

dirancang sebagai bentuk pendidikan yang lebih baik. Perbaikan

pendidikan yang dilakukan melaui pemberdayaan, tidak terbatas pada:

perbaikan materi, metode, yang menyangkut tempat dan waktu serta

hubungan fasilitator dan penerima manfaat; tapi yang lebih penting

58 Jim Ife dan Frank Tesoriero, Alternatif Pengembangan Masyarakat..., h. 141

61

adalah pendidikan yang mampu menumbuhkan semangat belajar seumur

hidup. 59

Dalam pola pemberdayaan sebagaimana yang telah dibahas pada

bab sebelumnya terkait program edukasi ini dibagi menjadi dua poin

yakni:

a. SLB Pelangi Lombok Care

Dalam PP No. 72 tahun 1991 dijelaskan bahwa: Pendidikan

luar biasa bertujuan membantu peserta didik yang menyandang

kelainan fisik dan atau agar mampu mengembangkan sikap,

pengetahuan, dan keterampilan sebagai pribadi dan anggota

masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan

lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitar serta dapat

mengembangkan kemampuan dalam dunia kerja atau mengikuti

dunia pendidikan lanjutan.

Dalam Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 pasal 5 ayat

2 bahwa warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional,

mental, intelektual dan atau sosial berhak memperoleh pendidikan

khusus. Pendidikan khusus yang dimaksud adalah pendidikan atau

Sekolah Luar Biasa (SLB).

Pendidikan luar biasa, dalam Undang-Undang RI No. 20

tahun 2003 pasal 50 tentang sistem pendidikan nasional, pasal 50:

menjelaskan bahwa pendidikan diarahkan pada pengembangan sikap

dan kemampuan kepribadian anak, bakat, kemampuan mental, dan

59 Totok Mardikanto dan Poerwoko Soeibanto, Pemberdayaan Masyarakat..., h. 111

62

fisik sampai mencapai potensi mereka yang optimal. Pendidikan luar

biasa bertujuan untuk membekali siswa berkebutuhan khusus untuk

dapat berperan aktif di dalam masyarakat.

b. Life Skill (Kemandirian dan Keterampilan)

1) Pemberdayaan Keterampilan

Pemberdayaan keterampilan adalah pemberdayaan yang

memberi bekal dasar dan latihan yang dilakukan secara benar

kepada siswa tentang nilai-nilai kehidupan sehari-hari agar yang

bersangkutan mampu dan terampil menjalankan kehidupannya

yaittu dapat menjaga kelangsungan hidup dan perkebangannya.

Tujuan-tujuan pemberdayaan keterampilan yang ingin

dicapai di Lombok Care terhadap peserta didiknya adalah sebagai

berikut:

a) Mengaktualisasikan potensi siswa sehingga dapat digunakan

untuk memecahkan problem atau masalah yang dihadapi.

b) Merancang program pendidikan dan pembelajaran agar

berfungsi bagi siswa yang menghadapi kehidupannya sekarang

dan di masa dating.

c) Memberikan kesempatan bagi sekolah untuk mengembangkan

sesuatu program pembelajaran ficksebi. Sesuai dengan prinsip

pendidikan berbasis luas.

d) Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang ada di

masyarakat sesuai dengan prinsip otonomi dan desentralisaisi

63

Berdasarkan teori diatas tentang pemberdayaan keterampilan,

dalam pengamatan peneliti di lapangan bahwa Lombok Care menerapkan

model pemberdayaan berbentuk, pelatihan komputer, membuat gelang,

bros, celengan, pot bunga, gantungan kunci, berkebun dan

bernyanyi.

2) Pemberdayaan Kemandirian

Kemandirian merupakan modal dasar yang sangat

menentukan keberhasilan siswa. Oleh sebab itu perlu dorongan

untuk mewujudkan keberhasilan cita citanya. Kemandirian

diambil dari kata mandiri berarti mampu dan tidak bergantung

pada pihak lain,orang mandiri adalah orang yang tidak tergantung

kepada lingkungannya, justru bergantung kepada potensi dan

kemampuan yang dimilikinya, pendapat tersebut mengandung arti

bahwa siswa mandiri adalah siswa yang memiliki sifat mental

yang bertumpu pada potensi dan kemampuan sendiri tanpa

tergantung pada orang lain.60

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

kemandirian adalah sikap seseorang dalam melakukan aktifitas

diri untuk menilai, berpendapat dan mengambil sikap atau

keputusan dan berani bertanggung jawab.

a) Konsep Dasar Kemandirian

(1) ADL (Activity of Daily Living)= kegiatan hidup sehari-hari

60 Djamaludin Ancok, Pengembangan dan Peluasan Kesempatan Kerja Dalam Rangka Meningkatkan Kualitas Hidup Penyandang Cacat, (Jakarta: departemensional RI,1991), h. 53

64

(2) Personal Management= sepadan dengan “self Care”, self

help”

(3) KMD (kemampuan mengurus diri, atau merawat diri, dan

sebagainya)

Istilah KMD hanya tertuju pada diri sendiri pada hal ia

sebagai mahluk sosial ia harus mampu menampilkan dirinya.

Muncul istilah bina diri (bina = membangun/proses

penyempurnaan agar lebih baik.

Bina diri adalah usaha membangun diri individu baik

sebagai individu maupun sebagai mahluk sosial melalui

pendidikan di keluarga, sekolah dan masyarakat. Bina Diri tidak

sekedar KMD tetapi BD diharapkan dan dibutuhkan untuk

mengantarkan ABK mencapai kemandirian. Kenyataan di

sekolah: lebih banyak pembelajaran pengemb aspek kognitif,

kenyataan di masyarakat: ABK setelah sekolah tidak mandiri,

Adanya labeling dan ini harus dikurangi /dihilangkan

b) Tujuan Kemandirian/Bina Diri

(1) Umum: agar ABK dapat mandiri dan bertanggung jawab

(2) Khusus:

(a) Menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan ABK

dalam tatalaksana pribadi (merawat diri, mengurus diri,

menolong diri)

(b)Menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan ABK

dalam berkomunikasi dan mengkomunikasikan dirinya

65

(c) Menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan ABK

dalam bersosialisasi

(d)Menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan

keterampilan sederhana (tugas di kelaurga)

(e) Menumbuhkan dan meningkatkan kecerdasan

emosional (empati, bangga, dan kagum)

c) Latar Belakang Bina Diri

(1) Perubahan pandangan masyarakat terhadp ABK dari

Rectrictive Enviroment ke Least Rectrictive Enviroment

(2) Menyongsong era globalisasi

(3) ABK ada yg tidak dapat belajar melalui pengamatan

(4) Ketidak mampuan dalam prilaku adaptif

(5)Mengingat fungsi Bina Diri: sebagai pemeliharaan

kesehatan, sebagai pembinaan kepribadian, sebagai

pembinaan psikologis, Sebagai pengembangan sosialisasi.

d) Ruang Lingkup Bina Diri: (1) Merawat diri: makan-minum,

kebersihan badan, pemeliharaan kesehatan, (2) Mengurus diri:

berpakaian, berhias, (3) Menolong diri: menghidari dan

mengendalikan bahaya, (4) Komunikasi: non verbal, verbal,

dan tulisan, (5) Sosialisasi: bergaul, penggunaan fasilitas

lingkungan, (6) Penggunaan waktu luang: rekreasi, belajar di

alam, (7) Keterampilan sederhana: melaksanakan tugas di

rumah

e) Pelaksanaan Bina Diri

66

(1) Berorientasi pada kebutuhan anak dan dilaksanakan secara

integratif dan holistic

(2) Lingkungan yg kondusif

(3) Menggunakan pembelajaran terpadu

(4)Pembelajaran yg berorientasi pd perkembangan dan

kemampun anak

f) Prinsip Pelaksanaan Bina Diri

Prinsipnya adalah: berdasarkan hasil asesmen, memperhatikan

keselamatan, kehati-hatian, kemandirian, percaya diri,

berdasarkan keadaan lingkungan anak, sesuai dengan usia,

modifikasi alat dan cara, dan terakhir melaksanakan analis

tugas.

3. Program Sosial

Pola pemberdayaan ini memberlakukan empat poin atau bentuk

pemberdayaan kepada anak berkebutuhan khusus yakni: home visit,

survey (pendataan anak ABK), konseling orang tua, dan assessment

anak.

Pola ini mengandung beberapa prinsif yang sesuai dengan

pendapat Suharto, terdapat beberapa prinsip pemberdayaan menurut

perspektif pekerjaan social yang kaitannya dengan pola pemberdayaan

anak berkebutuhan khusus di sini adalah: 61

a. Pemberdayaan adalah proses kolaboratif. Karenanya pekerja sosial

dan masyarakat harus bekerjasama sebagai fartner.

61 Edi Suharto, Membangun Masyarakat ..., h. 68

67

b. Proses pemberdayaan menempatkan masyarakat sebagai aktor atau

subjek yang kompeten dan mampu menjangkau sumber-sumber dan

kesempatan-kesempatan.

c. Masyarakat harus melihat diri mereka sendiri sebagai agen penting

yang dapat mempengaruhi perubahan.

d. Masyarakat harus berpartisifasi dalam pemberdayaan mereka

sendiri: tujuan, cara dan hasil harus dirumuskan oleh mereka sendiri.

e. Tingkat kesadaran merupakan kunci dalam pemberdayaan. Karena

pengetahuan dapat memobilisasi tindakan bagi perubahan.

f. Pemberdayaan melibatkan akses terhadap sumber-sumber dan

kemampuan untuk sumber-sumber tersebut secara efektik.

B. Analisis Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Pemberdayaan

ABK di Lombok Care

Berdasarkan dan paparan pada bab sebelumnya terkait faktor

pendukung dan faktor penghambat pemberdayaan ABK di Lombok Care,

maka dalam bab ini peneliti akan menganalisis terkait hal tersebut. Adapun

faktor pendukung dan faktor penghambat pemberdayaan ABK di Lombok

Care adalah:

1. Divisi Rehabilitasi

a. Fisioterapi

1) Faktor pendukung

Faktor pendukung dari kegiatan fisioterapi bagi anak

berkebutuhan khusus di Lombok Care adalah:

68

Fasilitas fisioterapi sangat memadai dan tenaga fisioterapi

sharing ilmu ke orang tua agar dapat terapi anaknya di rumah,

orang tua di minta untuk aktif kehadirannya atau mendampingi

anaknya saat fisioterapi.

Sistem penjadwalan tepat waktu sehingga anak tidak perlu

mengantri, jika memang jadwal anak hari senin, maka harus hadir

pada hari itu juga tidak berubah dan di tanganai oleh masing –

masing pegawai fisioterapi yang sudah terjadwal. Penerapan

seperti di sekolah, jika alpa 3 kali maka orang tua mendapat

teguran tujuannya untuk mengedukasikan orang tua.

Fisioterapi bekerja sama dengan Puskesmas, Rumah Sakit,

dan Polindes. alat-alat kebutuhan untuk terapi sangat memadai

dan ruangan sangat luas, nyaman dan bersih

2) Faktor Penghambat

Hambatan yang paling umum dari anak yang berkebutuhan

khusus adalah mereka sulit untuk bisa mandiri dan berinteraksi

sosial dengan baik. Ini adalah tantangan untuk Yayasan Lombok

Care dalam membangun layanan rehabilitasi maupun pendidikan

anak berkebutuhan khusus dan mensosialisasikannya kepada

masyarakat luas. Anak-anak yang mempunyai gejala step atau

epilepsy tidak bisa untuk pokus dan terkadang step atau

epilevsinya kambuh saat di terapi.

b. Terapi Wicara

69

1) Faktor Pendukung

Faktor pendukung dalam melaksanakan terapi wicara ini

adalah pasilitas yang memadai seperti ruangan tempat terapi, alat-

alat untuk melaksanakan terapi dan kepatuhan anak-anak saat

dilakukan terapi.

2) Faktor Penghambat

Anak-anak yang mendapatkan terapi wicara adalah anak-

anak yang menderita gangguan dalam berbicara. Dalam

pelaksanaan terapi wicara ini sering kali terkendala dengan

kurangnya tenaga ahli dalam menangani anak. Kekurangan tenaga

ahli ini tentu membuat tidak maksimalnya proses dalam

melaksanakan terapi dan akan berakibat pada tidak bisa menerima

terlalu banyak anak dalam kasus ini.

c. RBM (Rehabilitasi Berbasis Masyarakat)

1) Faktor Pendukung

Dengan adanya program RBM (Rehabilitasi Berbasis

Masyarakat) bisa menambah wawasan orang tua dan para guru –

guru dan pegawai yang ada di Lombok Care dan bertujuan untuk

bisa memahami anak berkebutuhan khusus.

RBM (Rehabilitasi Berbasis Masyarakat) adalah Faktor

pendukung redication dengan adanya faktor pendukung seperti

RBM (Rehabilitasi Berbasis Masyarakat) Lombok Care bisa

mendatangkan tenaga-tenaga ahli, seperti doketr gigi, ahli gizi

(bagaiamana cara memberikan asupan gizi anak ABK) dan

70

bekerja sama dengan dokter dari Puskesmas, dokter spesialis,

dokter RSUD, dinas sosial (supaya Anak ABK di Lombok Care

mendapat bantuan), selain inijuga Lombok Care mengadakan life

music, dorprise semata-mata untuk meriahkan acara tersebut. Itu

semua ada di RBM (Rehabilitasi Berbasis Masyarakat). RBM

((Rehabilitasi Berbasis Masyarakat) Lombok Care juga

bekerjasama dengan dinas FKKADK Anak Berkebutuhan

Khusus yang ada di Lombok tengah. Satu bulan sekali pegawai

Lombok Care seperti edukasi, terapis datang ke Lombok Tengah

yang sudah disediakan tempat khusus FKKADK. Sering

menterapi, memberikan ilmunya berbasis masyarakat di

FKKADK Lombok Tengah

2) Faktor Penghambat

Faktor Penghambat RBM (Rehabilitasi Berbasis

Masyarakat), keaktifan dan semangat orang tua kurang, misalnya

Lombok Care mempunyai 80 anak berkebutuhan khusus dan

seharusnya orang tua yang hadir dalam program RBM

(Rehabilitasi Berbasis Masyarakat) 160 orang terdiri dari ibu dan

bapak anak, akan tetapi yang hadir hanya 40-50 orang yang hadir

dikarenakan semangat dari orang tua yang kurang. Padahal

program ini yang sangat mendukung untuk orang tua agar dapat

memahami anaknya yang berkebutuhan khusus. Mereka sebagai

orang tua harus paham, tahu ilmunya dalam menangani anak

71

ABK tentunya mereka dapati di program RBM (Rehabilitasi

Berbasis Masyarakat).

d. Case Study

1) Faktor Pendukung

Faktor pendukung dari program ini adalah adanya tutor

yang sudah ahli atau berkompeten dari luar yang memberikan

pemahaman kepada para pegawai Lombok Care khususnya di

edukasi, terapi wicara dan pisioterapi.

2) Faktor Penghambat

Faktor penghambat dari case stady ini adalah kurangnya

waktu pada saat melaksanakan workshop.

2. Program Divisi Edukasi

a. SLB (Sekolah Luar Biasa) Pelangi Lombok Care

1) Faktor Pendukung

Meskipun tidak ada tenaga Pendidikan Luar Biasa (PLB),

tetapi Sekolah Luar Biasa (SLB) Pelangi Lombok Care bisa

bersaing dengan SLB lainnya, karena SLB Pelangi Lombok Care

mempunyai fisioterapi dan terapi wicara yang mendukung yang di

tangani langsung oleh ahlinya. Selain anak dapat sekolah atau

belajar di SLB Pelangi Lombok Care, anak-anak juga di terapi,

baik di fisioterapi dan terapi wicara. SLB Pelangi Lombok Care

berkesinambungan dengan fisioterapi dan terapi wicara tentang

kesulitan menangani anak selalu berkomunikasi dengan fisioterapi

dan terapi wicara sesuai yang dialami ABK. Contohnya pada anak

72

yang kurang fisiknya anak tidak bisa menulis, sedangkan guru

kesulitan bagaimana mengajar anak agar dapat menulis, lalu guru

konsultasikan kepada fisioterapi kemudian guru di berikan ilmu

cara mengajar anak yang tidak bisa menulis. Cara mengajar anak

yang tidak bisa menulis ialah anak harus dilatih memegang pensil

yang besar supaya jari otot-otot tangannya tidak kaku dan guru

menerakan kepada anak sesuai pisio terapi. Contoh lainnya di

fisioterapi misalnya anaknya mengalami skoliosis atau kelainan

tulang belakang kami dinasehati agar duduknya harus tegak dan

kursinya harus khusus supaya mendukung anak duduknya bisa

tegak dan begitu juga pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

lainnya.

Fasilitas memadai, seperti meja, bangku, alat belajar,

ruangan, sampai anak yang mempunyai kendala transportasi,

Yayasan Lombok Care siap menjemput. Jadi tidak ada alasan anak

untuk tidak sekolah

2) Faktor Penghambat SLB (Sekolah Luar Biasa) Pelangi

Hambatan dari guru SLB Pelangi, tenaga pengajar yang ada

di Sekolah Luar Biasa Pelangi Lombok Care, belum ada lulusan

Pendidikan Luar Biasa (PLB) dan di Lombok Care setiap tahunnya

ada saja guru yang berhenti dan ada guru yang baru masuk.

Sehingga SLB Pelangi akan mulai dari yang baru lagi cara

penerapan mengajar kusus bagi guru baru karena guru yang baru

bergabung di SLB Pelangi Lombok Care, pengetahuan mereka

73

masih minim tentang mengajar anak berkebutuhan khusus karena

bukan background atau bidang kelulusan mereka. Setelah mereka

mencoba masuk di Sekolah Luar Biasa mereka merasa tidak cocok,

tidak mampu dan akhirnya mereka berhenti dan begitulah

seterusnya guru yang baru masuk.

Rasa percaya orang tua murid kurang kepada guru baru,

yang mengajar anak mereka dan kurangnya komunikasi, misalnya

orang tua merasa ragu dengan kinerja cara mengajar guru baru.

Dan orang tua menceritakan kepada orang tua murid yang lain,

sehingga timbulnya permasalahan yang tidak diinginkan.

Hambatan dari orang tua murid ialah sebagian orang tua

acuh tak acuh, tidak peduli kepada anaknya, dalam arti mereka

menyekolahkan anaknya di Sekolah Luar Biasa Pelangi Lombok

Care, seolah-olah orang tua murid menitipkan anak kepada orang

lain, pulangnya dari SLB (Sekolah Luar Biasa) Pelangi mereka

sebagai orang tua tidak ingin ikut terlibat dalam mengasuh,

merawat anaknya sebagaimana yang di berikan nasihat oleh guru

serta orang tua murid tidak membimbing anaknya secara

akademik.

b. Life Skill (Keterampilan dan Kemandirian)

1) Faktor Pendukung

Pasilitas di program life skiil sangat lengkap dan memadai,

seperti komputer, mereka masing – masing di berikan komputer

sehingga anak-anak tidak saling mengantri, rebutan, mengganggu.

74

dan kelengkapan alat –alat melukis, bahan manik – manik yang

lengkap dan lain sebagainya. Life skiil ini di masukkan ke dalam

pembelajaran di SLB Pelangi Lombok Care, anak –anak secara

tidak langsung belajar lewat manik – manik. Contohnya guru yang

ada di SLB Pelangi Lombok Care menginstruksikan pada muridnya

memasukkan 10 buah manik – manik yang dari plastik dan 10 buah

manik - manik dari kayu. Dengan cara itu, anak – anak belajar

berhitung. Contoh lainnya mereka belajar dengan computer di kelas

Sekolah Luar Biasa Pelangi Lombok Care, guru menuliskan huruf

di papan tulis kemudian guru menginstruksikan pada muridnya

untuk mengetik apa yang ada di papan tulis. Secara tidak langsung

anak – anak belajar membaca dan belajar komputer dari life skiil

yang sudah di programkan sehingga life skiil dan SLB Pelangi

Lombok Care ada kesinambungan.

2) Faktor Penghambat

Inkonsistensi kehadiran ketidakstabilan tidak tetap,

terkadang juga kehadiran anak-anak yang di bina dikarenakan

capek, mereka pagi sekolah dan siangnya harus kembali ke

sekolah untuk di bina life skiil. Jumlah anak yang seharusnya

datang 12 anak, tetapi yang datang hanya 5 anak dengan alasan

capek dan pisik mereka sangat rentan.

Belum ada koordinator di bidang life skiil, koordintornya

masih ditangani oleh Kepala Yayasan Lombok Care, sehingga

75

program baru, pembelajaran baru yang dibutuhkan oleh anak

belum maksimal.

Minimnya anak dari SLB Lombok Care yang di bina di

program life skiil kebanyakan anak yang di bina dari SLB lain.

3. Program Divisi Sosial

a. Home Visit

1) Faktor Pendukung

Tujuan dari dari program ini adalah megetahui

perkembangan anak dan perekonomian keluarga anak, sehingga

sewaktu-waktu dalam donasi silang dapat berubah-rubah. Faktor

pendukung dari program ini adalah dokumen-dokumen atau berkas

bukti ataua cuan dalam memberikan bantuan kepada keluarga anak

ABK.

2) Faktor Penghambat

Faktor penghambat dari program ini hampir tidak ada hanya

saya yang menjadi sedikit keluhan dari pihak Lombok Care adalah

tidak ada pegawai khusus di bidang sosial.

b. Survey

1) Faktor Pendukung

Faktor pendukung dari program ini adalah adanya

dokumentasi atau berkas-berkas supaya tidak ada manipulasi dari

hasil assessment dengan survey yang dilakukan oleh pihak Lombok

Care dengan cara itu maka bantuan bisa tepat sasaran kepada

penerima bantuan.

76

2) Faktor Penghambat

Dari program ini kalau berbicara masalah Faktor

penghambatnya bisa dikatakan tidak ada karena selama program ini

tidak atau belum menemukan kendalam baik mulai dari

perencanaan hingga pelaksanaaan.

c. Konseling Orang Tua

1) Faktor Pendukung

Tujuan dari konseling orang ini adalah dalam rangka

memberikan pemahaman kepada orang tua dalam membina anak

mereka yang mengalami gangguan mental atau pisik yang secara

khususnya dapat disebut anak berkebutuhan khusus. Salah satu

Faktor pendukung dari program ini adalah keberterimaan orang tua

untuk diberikan pelatihan khusus untuk mengkonseling anak dari

pihak Lombok Care.

2) Faktor Penghambat

Faktor penghambat dari program ini bisa dikatakan sebagai

Faktor penghambat yang sangat klasik dan hampi ditemukan

diseluruh program uyang diadakan oleh Lombok Care. Faktor

penghambatnya seperti ketika orang tua sudah mendapatkan

pelatihan tentang bagaimana cara mengkonseling anak, orang tua

sering lupa dan bahkan tidak melaksanakan atau menerapkan ilmu

atau pemahaman yang mereka terima pada saat pelatihan kepada

anaknya.

77

d. Assessment

1) Faktor Penghambat

Assessment secara umumnya ialah cara untuk mendapatkan

informasi atau indentitas secara lebih mendalam dari klien.

Assessment yang dilakukan di Lombok Care bertujuan untuk

mendapatkan informasi terkait permasalahan yang dialami oleh

setiap anak berkebutuhan khusus yang siap direhabilitasi di

Yayasan Lombok Care. Faktor pendukung dari program ini adalah

keterbukaan dari pihak keluarga terutama orang tua anak dengan

motivasi mereka supaya anaknya dapat mendapatkan pelayanan

yang lebih optimal.

2) Faktor Penghambat

Menjadi kebiasaan dari para orang tua yang hendak

merehabilitasi anaknya di Yayasan Lombok Care pada saat proses

assessment berlangsung mereka terkadang tidak menyampaikan

secara keleluruhan masalah yang diahadapi anaknya dikarekan

mereka lupa dan bahkan mereka tidak tahu menahu tentang

persoalan yang dialami anaknya. Faktor inilah yang menjadi Faktor

penghambat dari assessment yang dilakukan di Lombok Care.

78

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari temuan data dan pembahasan tentang pemberdayaan Anak

Berkebutuhan Khusus (ABK) di Lombok Care Desa Sandik Kecamatan Batu

Layar Lombok Barat, maka dapat diambil kesimpulan bahwa:

1. Pola pemberdayaan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di Lombok Care

Desa Sandik Kecamatan Batu Layar Lombok adalah: Pertama, program

rehabilitasi seperti fisioterapi, terapi wicara, parenting skill training, RBM

(Rehabilitasi Berbasis Masyarakat) dan case study. Kedua, program edukasi

seperti SLB Pelangi dan life skill (kemandirian dan keterampilan). Ketiga,

program sosial seperti home visit, survey (pendataan anak ABK), konseling

orang tua, dan Assessment anak.

2. Faktor pendukung dan faktor penghambat pemberdayaan Anak

Berkebutuhan Khusus (ABK) di Lombok Care Desa Sandik Kecamatan

Batu Layar Lombok Barat adalah: Pertama, faktor pendukung seperti (a)

sarana dan prasarana yang memadai, dan (b) adanya dukungan dari orang

tua dalam penanganan anak . Kedua, faktor penghambat seperti (a) anak

sulit berkomunikasi dengan baik, (b) semangat orang tua untuk

membimbing anaknya di rumah sangat kurang (c) sulit menemukan tenaga

pendidik yang professional.

79

B. Saran

Dalam upaya menuju perbaikan dan bukan bermaksud untuk meremehkan

dan menyinggung hati pihak manapun, maka ada beberapa saran yang ingin

peneliti sampaikan:

1. Orang Tua

Sebagai orang tua harus bisa membina anak menuju fitrahnya

sebagai anak yang berdaya. Orang tua selaku pendidik utama hendaknya

mencurahkan waktunya untuk hal-hal yang bermanfaat bagi anak, dan

yang paling utama bagi orang tua hendaknya mensyukuri nikmat Tuhan

berupa anak dengan memberikan kasih sayang yang adil pada anak

berkebutuhan khusus sebagaimana anak normal lainnya. Oleh karena itu,

orang tua hendaknya memberikan contoh dan teladan yang baik.

2. Bagi Pegawai atau Pendidik

Sebagai pendidik, maka hendaknya pendidik di yayasan atau

sekolah senantiasa memberikan teladan yang sesuai dengan yang

diajarkan, sehingga pada akhirnya anak akan mengikuti apa yang

dilakukan oleh pendidik walaupun pada hakekatnya manusia adalah

tempat lupa dan salah. Dan yang tidak kalah pentingnya harus tulus ikhlas

dan sabar dalam memberdayakan anak berkebutuhan khusus.

3. Bagi Yayasan atau Sekolah

Kepada lembaga yang bersangkutan dalam hal ini Yayasan

Lombok Care hendaknya berupaya menambah dan meningkatkan sarana

dan prasarana, tenaga ahli serta lebih oftimis dalam pemberdayaan anak

berkebutuhan khusus.

80

DAFTAR PUSTAKA

Ancok, Djamaludin, Pengembangan dan Peluasan Kesempatan Kerja Dalam Rangka Meningkatkan Kualitas idup Penyandang Cacat, ( Jakarta: Departemensional RI,1991).

Apipudiin, Metode Bimbingan Pada Anak Berkebutuhan khusus di Sekolah Luar

Biasa Negeri (SLBN) Mataram, (skripsi: jurusan BKI IAIN Mataram), 2015.

Assapari, Mugni, Pedoman Penuisan Skripsi( Fakultas Dakwah dan Komunikasi

IAIN Mataram, 2015)

Aziz, Safrudin, Pendidikan Seks Anak Berkebutuhan Khusus, Yogyakarta: Java Media, 2015

Bagong, Suryanto, Metode Penelitian Sosial. Jakarta : Prenada Media Group

Kencana, 2007.

Hamidan, Ahmad, Pola Pembinaan Anak Bermasalah Sosial Di Rumah Perlindungan dan Petirahan Sosial Anak (RPPSA) “Putra Utama” Mataram Tahun 2014, (Skripsi: Jurusan PMI IAIN Mataram, 2014).

Ife, Jim dan Tesoriero, Frank. Alternatif Pengembangan Masyarakat di Era

Globalisasi Community Development. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014.

James A, Black, Dean J. Champion, Metode dan Masalah Penelitian Sosial.

Bandung : PT. Refika Aditama, 1999.

Kalsum, Umi dan Novia, Windy, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kashiko:Surabaya 2006.

Mardikanto, Totok dan Soeibanto, Poerwoko. Pemberdayaan Masyarakat dalam

Perspektif Kebijakan Publik. Bandung:Alfabeta, 2013

Meleong j. Lexi, Metode Penelitian Kualitatif, PT Bandung : Rosda Karya, 2008.

Najib, Abdul. Integrasi Pekerjaan Sosial Pengembangan Masyarakat dan Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta: Semesta Ilmu, 2016.

Pedoman Penulisan Skripsi Mataram: Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Mataram, 2010. Pratiwi, Putri, Ratih dan Murtiningsih, Alfin, Kiat Sukses Mengasuh Anak

Berkebutuhan Kusus, ( Yogyakarta: Ar- Ruzz Media, 2013 )

Sudirman, Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, Bandung : CV. Pustaka Setia,2002.

81

Suharto, Edi. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Bandung : PT Refika Aditama, 2010.

http://httpnurjannah.blogspot.co.id/2015/02/v-behaviorurldefaultvmlo.html

http://www.ypha.or.id/web/?p=1485

https://id.wikipedia.org/wiki/Anak_berkebutuhan_khusus

LAMPIRAN