Upload
trannhan
View
264
Download
12
Embed Size (px)
Citation preview
PEMBELAJARAN IPS DI SEKOLAH ALAM
(Studi Kasus Sekolah Citra Alam Ciganjur Jakarta Selatan)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
LENA FADYA
11140150000014
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
PEMBELAJARAN IPS DI SEKOLAH ALAM (Studi Kasus Sekolah Citra
Alam Ciganjur Jakarta Selatan
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi
persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
Lena Fadya
11140150000014
Mengesahkan
Pembimbing Skripsi I Pembimbing Skripsi II
Andri Noor Ardiansyah, M.Si Anissa Windarti, M.Sc
NIP. 198403122015031 002 NIP. 19820802 201101 2 005
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi berjudul “Pembelajaran IPS di Sekolah Alam (Studi Kasus Sekolah
Citra Alam Ciganjur Jakarta Selatan)” disusun oleh Lena Fadya, NIM
11140150000014, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui
bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan
pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta, 27 Desember 2018
Yang Mengesahkan,
Pembimbing Skripsi I Pembimbing Skripsi II
Andri Noor Ardiansyah, M.Si Anissa Windarti, M.Sc
NIP. 198403122015031 002 NIP. 19820802 201101 2 005
LEMBAR PERNYATAAN UJI REFERENSI
Seluruh referensi yang digunakan dalam penelitian yang berjudul
“Pembelajaran IPS di Sekolah Alam (Studi Kasus Sekolah Citra Alam
Ciganjur Jakarta Selatan)” yang disusun oleh:
Nama : Lena Fadya
NIM : 11140150000014
Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Telah diuji kebenarannya oleh Dosen Pembimbing pada tanggal 16 November
2018.
Jakarta, 16 November 2018
Yang Menguji,
Pembimbing Skripsi I Pembimbing Skripsi II
Andri Noor Ardiansyah, M.Si Anissa Windarti, M.Sc
NIP. 198403122015031 002 NIP. 19820802 201101 2 005
i
ABSTRAK
Lena Fadya (11140150000014). Pembelajaran IPS di Sekolah Alam (Studi
Kasus Sekolah Citra Alam Ciganjur Jagakarsa Jakarta Selatan). Skripsi
Program Strata Satu (S-1) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Univesitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui model pembelajaran IPS di sekolah
Citra Alam. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode
deskriptif. Yaitu mendeskripsikan mulai dari lingkungan sekolah Citra Alam,
Proses dan interaksi pembelajaran, model pembelajaran IPS yang digunakan dan
bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran IPS. Pengumpulan data dalam
penulisan ini dilakukan melalui observasi, wawancara, dan studi dokumen.
Sumber data diperoleh dari kepala sekolah, guru IPS dan siswa citra alam.
Adapun lokasi penelitian di sekolah Citra Alam Ciganjur Jagakarsa Jakarta
Selatan. Hasil penelitian menunjukan bahwa sekolah Citra Alam mengedepankan
pendidikan lingkungan, pendidikan karakter, dan mengasah kemampuan siswa
selain dari kemampuan akademik sesuai dengan minat dan bakatnya.
Pembelajaran IPS di sekolah Citra Alam mencakup perencanaan pembelajaran,
pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. Pada prosesnya,
pembelajaran IPS terbagi kedalam pembelajaran di dalam kelas, pembelajaran di
luar kelas namun masih sekitar lingkungan sekolah, dan pembelajaran outing,
yaitu pembelajaran ke suatu tempat untuk mengaplikasikan seluruh materi
pelajaran yang telah dipelajari di sekolah. Model pembelajaran IPS yang
digunakan di sekolah Citra Alam adalah model pembelajaran cooperative
learning. Karena seluruh metode pembelajaran yang digunakan dikemas dalam
pembelajaran kolaboratif atau kelompok. Baik kelompok besar atau kelompok
kecil. Adapun respon siswa terhadap pembelajaran IPS yaitu positif. Respon
positif dinyatakan siswa dengan menyatakan kelebihan dari pembelajaran IPS
yaitu santai dan seru. Respon positif yang diberikan siswa terhadap pembelajaran
IPS tidak terlepas dari strategi pengajaran yang diberikan guru. Terkait model,
metode, dan teknik pengajaran.
Kata Kunci: Pembelajaran IPS, Model Pembelajaran, Sekolah alam.
ii
ABSTRACT
This study aims to studies learning models in natural image schools. The
study used a qualitative approach with descriptive methods. That is describing
starting from the natural environment school environment, social studies learning
model used and how students respond to social studies learning. Data collection
in this writing is done through observation, interviews, and document studies.
Sources of data were obtained from the principal, social studies teacher and
students of natural imagery. The research location at the Ciganjur Jagakarsa
South Jakarta natural image school. The results of the study show that natural
image schools prioritize environmental education, character education, and
sharpen students' abilities other than academic abilities according to their
interests and talents. Learning in natural schools is divided into learning in the
classroom, learning outside the classroom but still around the school
environment, and outing learning, namely learning to a place to apply all the
subject matter that has been learned in school. The IPS learning model used in
natural image schools is a cooperative learning model. Because all learning
methods used are packaged in collaborative or group learning. Both large groups
or small groups. The students' responses to social studies learning were 64.28%
which stated a positive response. Positive responses are expressed by students
with the advantages of social studies learning which is relaxed and exciting. The
positive response given by students to social studies learning is inseparable from
the teaching strategies given by the teacher. Related models, methods, and
teaching techniques.
Keywords: Social Studies Learning, Learning Model, School of Nature.
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT karena atas nikmat
yang diberikan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
“Pembelajaran IPS di Sekolah Alam (Studi Kasus Sekolah Citra Alam
Ciganjur Jakarta Sekatan)” Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat dalam
mendapatkan gelar sarjana pendidikan pada Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dengan terselesaikannya skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Drs. Syaripulloh, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Andri Noor Ardiansyah, M.Si dan Anissa Windarti, M.Sc selaku dosen
pembimbing yang telah membantu, meluangkan waktu dan memberikan
semangat kepada penulis.
5. Seluruh dosen Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberikan semangat dan telah memberikan
pengalaman yang sangat menyenangkan selama studi.
6. Kedua orang tua yang saya cintai H. Ahyar dan Hj. Yayah, yang telah
mendukung, memberikan semangat dan mendo‟akan dengan ikhlas setiap
saat untuk kelancaran studi penulis.
7. Siti Kholifah dan Leni Redha sebagai kakak adik penulis yang selalu
memberikan semangat dan perhatian yang luar biasa kepada penulis untuk
segera menyelesaikan studi sarjana ini.
iv
8. Keluarga besar yang saya banggakan yang telah menyemangati,
mendukung dan mendoakan untuk kesuksesan penulis.
9. Kepala sekolah Citra Alam yang telah memberikan izin kepada penulis
untuk melakukan kegiatan penelitian di sekolah Citra Alam
10. Kak Bani dan Kak Riska selaku guru IPS di sekolah Citra Alam yang telah
menemani penulis selama proses kegiatan penelitian dan memberikan
informasi terkait pembelajaran IPS di sekolah Citra Alam
11. Tim GIS and Remote Sensing UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
membantu penulis untuk berbagi ilmu pemetaan dan memberikan
semangat kepada penulis agar segera menyelesaikan skripsi.
12. Teman-teman Pendidikan IPS khususnya konsentrasi geografi angkatan
2014 yang selalu membantu dan saling menyemangati dan satu sama lain.
13. Seluruh pihak yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi
ini, semoga Allah SWT memberikan pahala sebagai balasannya.
14. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak, khususnya
bagi penulis dan dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan ilmu
pengetahuan yang semakin berkembang.
Alhamdulillahirobbilalamin
Jakarta, 19 Desember 2018
Penulis
Lena Fadya
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
LEMBAR PERNYATAAN UJI REFERENSI
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
ABSTRAK ............................................................................................................... i
ABSTRACT .............................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ............................................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ v
DAFTAR TABEL ................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ......................................................................... 7
C. Pembatasan Masalah ........................................................................ 8
D. Rumusan Penelitian .......................................................................... 8
E. Tujuan Penelitian ............................................................................. 8
F. Manfaat Penelitisan .......................................................................... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teoritis ............................................................................. 10
1. Pembelajaran IPS ......................................................................... 10
2. Model Pembelajaran .................................................................... 16
3. Hakikat Sekolah Alam ................................................................. 34
B. Hasil Penelitian yang Relavan ......................................................... 39
C. Kerangka Berfikir ............................................................................. 42
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 46
B. Metode Penelitian ............................................................................. 46
vi
C. Sumber Data ..................................................................................... 48
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 49
E. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ......................................................... 51
F. Pemeriksaan Keabsahan Data .......................................................... 52
G. Teknik Analisis Data ........................................................................ 53
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Sekolah Citra Alam ............................................ 55
1. Profil Sekolah .............................................................................. 55
2. Visi Sekolah Citra Alam .............................................................. 57
3. Misi Sekolah Citra Alam ............................................................. 57
4. Filosofi Sekolah ........................................................................... 58
5. Kurikulum Sekolah Citra Alam ................................................... 59
6. Sarana dan Prasarana Sekolah Citra Alam .................................. 59
7. Program dan Kegiatan Belajar Sekolah Citra Alam .................... 62
B. Hasil Penelitian ................................................................................ 65
1. Perencanaan Pembelajaran IPS ................................................... 65
a. Rencana Perangkat Pembelajaran ............................................ 65
b. Kurikulum dan Kompetensi Guru .......................................... 66
2. Pelaksanaan Pembelajaran IPS .................................................... 68
a. Materi Pembelajaran IPS ........................................................ 70
b. Sumber Pembelajaran ............................................................. 70
c. Metode Pembelajaran ............................................................. 71
d. Media dan Alat Pembelajaran ................................................. 72
e. Proses dan Interkasi Pembelajaran ......................................... 73
3. Evaluasi Pembelajaran ................................................................. 86
C. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................ 87
1. Model Pembelajaran di Sekolah Citra Alam ............................... 89
2. Respon Siswa Terhadap Pembelajaran IPS ................................. 92
D. Keterbatasan Penelitian .................................................................... 93
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan ...................................................................................... 94
B. Implikasi ........................................................................................... 94
C. Saran ................................................................................................. 95
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 97
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... 101
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif Pieget ........................................ 19
Tabel 2.2 Perbedaan dan Persamaan Penelitian Relavan ....................................... 42
Tabel 3.1 Waktu Penelitian .................................................................................... 47
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ............................................................... 51
Tabel 4.1 Sarana dan Prasana Sekolah Citra Alam Tingkat SMP ......................... 60
Tabel 4.2 Program dan Kegiatan Belajar ................................................................ 62
Tabel 4.3 Instrumen Pertanyaan Siswa .................................................................. 78
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir ............................................................................... 45
Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian ........................................................................ 47
Gambar 4.1 Peta Administrasi Kecamatan Jagakarsa ............................................ 57
Gambar 4.2 Saung Kantor dan Ruang Guru .......................................................... 61
Gambar 4.3 Ruang Kantin dan Mini Outbond ....................................................... 61
Gambar 4.4 Green House dan Kolam Ternak Ikan ................................................ 61
Gambar 4.5 Proses Belajar Mengajar di Dalam Kelas ........................................... 74
Gambar 4.6 Proses Pembelajaran di Luar Kelas .................................................... 79
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Pedoman Observasi
Lampiran 2 Pedoman Wawancara Kepala Sekolah
Lampiran 3 Pedoman Wawancara Guru IPS
Lampiran 4 Pedoman Wawancara Siswa
Lampiran 5 Pedoman Dokumentasi
Lampiran 6 Hasil Wawancara
Lampiran 7 Hasil Observasi
Lampiran 8 Dokumentasi Foto Kegiatan Penelitian
Lampiran 9 Format Jurnal Penilaian Siswa
Lampiran 10 Brosur Sekolah Citra Alam
Lampiran 11 RPP
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Menghadapi dunia yang semakin global ini, kemajuan teknologi dan
perubahan yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak
lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di tengah-tengah dunia yang baru, dunia
terbuka sehingga orang bebas membandingkan kehidupan dengan negara lain.
Menghadapi masalah modern tantangan peningkatan sumber daya manusia di
Indoneisa menjadi suatu hal yang tidak dapat dilupakan. Sehingga
peningkatan kualitas sumber daya manusia di Indonesia menjadi tantangan
bagi dunia pendidikan untuk pembangunan bangsa. Sebagaimana yang
termaktub dalam buku yang berjudul Etika dan Moralitas Pendidikan Peluang
dan Tantangan bahwa pendidikan dapat dipahami sebagai proses melatih
pesera didik untuk mengembangkan pengetahuan melalui sejumlah
pengalaman-pengalaman belajar sesuai bidangnya dan pikiran, sehingga
peserta didik memiliki karakter unggul menjunjung tinggi nilai etis dalam
berinteraksi dengan masyarakat sebagai bagian dari pengabdiannya dan dalam
memenuhi kebutuhan hidup dirinya maupun keluarganya.1 Namun melihat
pada pengertian di atas kenyataannya Indonesia belum bisa meningkatkan
kualitas pendidikan, kita dapat merasakan bahwa cita-cita pendidikan yang
tertuang dalam tujuan pendidikan Nasional tidak terealisasi hingga kini.
Sebagaimana yang termaktub dalam Undang-Undang RI No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II pasal 3, yang
berbunyi:2
“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
1 Syaiful Sagala, Etika dan Moralitas Pendidikan: Peluang dan Tantangan, (Jakarta:
Prenada Media Group, 2013), hal. 43. 2 UU, SISDIKNAS dan Peraturan Pelaksanaanya 2000-2004, (Jakarta:CV. Tamita
Utama, 2004). hlm. 7.
2
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.”
Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan
guru mengembangkan model-model pembelajaran yang berorientasi pada
peningkatan intensitas keterlibatan siswa secara efektif di dalam proses
pembelajaran. Pengembangan model pembelajaran yang tepat pada dasarnya
bertujuan untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan
siswa dapat belajar secara aktif dan menyenangkan, sehingga siswa dapat
meraih hasil belajar dan prestasi yang optimal.
Melihat dari sebuah indikator keberhasilan diatas, yaitu berkenaan
dengan kemampuan guru mengembangkan model pembelajaran yang tepat,
aktif dan menyenangkan sesuai tujuan di atas, maka kenyataannya yang
terjadi adalah model pembelajaran yang di praktikkan pada beberapa sekolah
cenderung bersifat konvensional. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan pakar
pendidikan dan isu-isu nasional terkait sekolah-sekolah di Indonesia yang
bersifat konven. Serta pengamatan peneliti pada beberapa sekolah di
kabupaten Purwakarta pun bersifat konvensional. Konvensional yang di
maksud disini adalah pembelajaran yang ditandai dengan teknik ceramah
diiringi dengan penjelasan serta pembagian tugas dan latihan. Sehingga
suasana belajar siswa kurang aktif (teacher center) dan kurang
menyenangkan.
Menurut Brooks & Brooks penyelenggaraan pembelajaran
konvensional lebih menekankan kepada tujuan pembelajaran berupa
penambahan pengetahuan, sehingga belajar dilihat sebagai proses “meniru”
dan siswa dituntut untuk dapat mengungkapkan kembali pengetahuan yang
sudah dipelajari melalui kuis atau tes terstandar.
Dalam bukunya Pedagogy of the Operessed, Freire menegaskan
bahwa pola pendidikan yang selama ini terjadi bahwa hubungan antara guru
dan murid dengan menggunakan model “watak bercerita” (narrative):
3
seorang subyek yang bercerita (guru) dan objek-objek yang patuh dan
mendengarkan (murid-murid). Konsep pendidikan itu disebut oleh Freire
sebagai pendidikan “gaya bank”. Yang akhirnya murid hanya beraktivitas
seputar menerima pengetahuan, mencatat, dan menghafal.3
Trianto dalam bukunya menyebutkan berdasarkan hasil analisis
penelitian terhadap rendahnya hasil belajar peserta didik yang disebabkan
dominannya proses pembelajaran konvensional. Pada pembelajarannya,
menurut Trianto suasana kelas cenderung teacher centered sehingga siswa
menjadi pasif. Guru lebih suka menerapkan gaya model tersebut sebab tidak
memerlukan alat dan bahan praktik.
Lebih spesifik Rudy Gunawan dalam bukunya menulis point-point
terkait problematika pembelajaran IPS, yaitu:
1. Sebagian guru IPS belum terampil meggunakan beberapa model mengajar
seperti cooperative learning, inquiry, problem solving atau dengan
menggunakan pendekatan perspektif global misalnya.
2. Ketersediaan alat dan bahan belajar di sebagian besar sekolah, ikut
memperngaruhi proses belajar mengajar IPS.
3. Karena itu (point 1 dan 2), proses belajar mengajar IPS masih dilakukan
dalam bentuk pembelajaran konvensional, sehingga peserta didik hanya
memperoleh hasil secara faktual saja, dan tidak mendapat hasil proses.
4. Dalam hal implementasi atau proses pelaksanaan kurikulum ini guru yang
mendapat sosialisasi dalam bentuk penataran atau diklat sangat terbatas
sekali, sehingga faktor ini juga menyebabkan mereka masih belum
memahami hakikat kurikulum baru ini sebagaimana mestinya.
5. Sebagaian besar masyarakat Indonesia belum siap untuk mengadaptasi
atau mengadopsi budaya dan peradaban asing yang mulai merambah
secara global, karena berbenturan dengan nilai-nilai tradisi ataupun
agama.4
3 Rakhmat Hidayat, Pedagogi Kritis:Sejarah, Perkembangan, dan Pemikiran, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2013), hlm. 9. 4 Rudy Gunawan, Pendidikan IPS: Filosofi, Konsep dan Aplikasi, (Bandung: Alfabeta,
2013), hlm. 92.
4
Dalam point tersebut disebutkan karena ketersediaan alat dan bahan
ajar serta belum terampilnya guru menggunaka beberapa model pembelajaran
maka akibatnya adalah pembelajaran berjalan konvensional.
Nanang Martono menyebutkan dalam bukunya, Pada dasarnya ada
beberapa faktor yang menjadi penyakit akut praktik pendidikan nasional.
Faktor tersebut diantaranya adalah: pendidikan nasional menegdepankan hasil
dari pada proses pendidikan itu sendiri. Akibatknya seluruh komponen
pendidikan terutama guru dan murid dipaksa untuk menyelesaikan
serangkaian tugas.5
Hasil observasi yang dilakukan oleh Sunarto pada sekolah-sekolah di
Jawa Tengah menunjukan, hampir 80% guru masih menggunakan pendekatan
pembelajaran konvensional, pendekatan konvensional menurut Sunarto
dimaknai pendekatan pembelajaran yang lebih banyak berpusat pada guru,
metode pembelajaran lebih banyak menggunakan ceramah dan demonstrasi,
dan materi pembelajaran lebih pada penguasaan konsep-konsep bukan
kompetensi.6
Menurut pengamatan peneliti secara pribadi, terdapat beberapa
sekolah di kabupaten Purwakarta yang juga menerapkan sistem pembelajaran
konvensional. Hal ini diamati pada pembelajaran IPS tingkat SMP. Metode
pembelajaran yang digunakan hanya terbatas pada metode ceramah kemudian
siswa diberikan tugas dalam bentuk soal, sumber belajar hanya terbatas pada
bahan ajar dalam buku paket, dan media pembelajaran yang tidak beragam.
Hal-hal tersebut terjadi secara konvesional pada sekolah-sekolah di Indonesia
termasuk secara khusus di Kabupaten Purwakarta tingkat SMP.
Masalah selanjutnya adalah siswa-siswa mempunyai kepribadian yang
berbeda-beda, maka mereka juga mempunyai cara belajar yang berbeda.7
5 Nanang Martono, Dunia Lebih Indah Tanpa Sekolah (Jakarta: Mitra Wacana Media,
2014), hlm. 2. 6 Sunarto. Pembelajaran Konvensional Banyak Dikritik Namun Paling Disukai.
https://www.google.co.id/amp/s/sunartombs.wordpress.com. diakses pada 8 Januari 2019. Pukul
08.29. 7 Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik, (Jakarta: Indeks, 2008),
hlm. 168.
5
Siswa yang belajar dengan gaya belajar visual bisa belajar dengan baik,
dengan melihat orang lain melakukannya.8 Biasanya mereka menyukai
informasi yang disampaikan secara berurutan dan seksama. Mereka senang
menuliskan semua yang diucapkan oleh guru, selama pelajaran berlangsung
mereka umumnya tenang dan jarang terganggu oleh suara gaduh, para
pembelajaran visual ini kontras dengan pembelajar auditorim yang sering
tidak peduli apa yang dilakukan oleh guru. Pembelajar auditori belajar dengan
mengandalkan kemampuan mendengar dan mengingat.9 Sedangkan
pembelajar kinestetik dapat belajar terutama dengan terlibat secara langsung
dalam aktivitas, mereka cenderung imflusif dan kurang sabar selama pelajaran
berlangsung.10
Mereka mungkin diliputi perasaan gelisah kecuali mereka
dapat bergerak bebas dan melakukan sesuatu. Cara belajar mereka bisa tampak
sembrono dan serampangan.11
Melihat dari cara belajar siswa yang berbeda,
cara belajar siswa dengan tipe kinestetik dirasa kurang cocok dengan sekolah
konvensional.
Dari berbagai permasalahan dan seiring berkembangnya dunia
pendidikan yang semakin beragam, maka munculah berbagai sekolah
alternatif sebagai suatu pilihan dari adanya kelemahan sekolah konvensional.
Salah satunya adalah sekolah alam. Sekolah berbasis alam kini sedang
menajdi trend di sejumlah kota. Secara umum biasanya, alasan memilih
sekolah alam karena kecenderungan anak yang secara perilaku cukup aktif,
susah dikoordinasi, cenderung suka menciptakan hal-hal baru, dan tidak begitu
suka rutinitas, atau siswa semacam ini disebut dengan siswa tipe belajar
kinestetik. Bayangkan, seorang anak yang hiperaktif bersekolah di sekolah
formal, betapa anak tersebut justru akan keliatan tidak responsif ketika sang
guru mengajar. Paling fatal adalah ketika ia kemudian hadir sebagai
penganggu ketenangan dan kenyamanan belajar kawan-kawan sekelasnya.
8 Mel Silberman, Pembelajaran Aktif 101 Strategi untuk Mengajar Secara Aktif, (
Jakarta: Permata Puri Media, 2013), hlm. 5-6. 9 Ibid., hlm. 6. 10 Ibid. 11 Ibid.
6
Kesadaran semacam inilah yang semestinya terus ditumbuhkan kepada para
orang tua sehingga jika mempunyai anak yang susah mengikuti metode
sekolah formal, dapat segera memutuskan sekolah di sekolah alternatif yang
berbasis alam.12
Secara umum sekolah alam adalah suatu bentuk pendidikan alternatif
mengenai sistem sekolah dengan konsep pendidikan berbasis alam semesta.
Sedangkan pengertian sekolah alam menurut para ahli, salah satunya
komunitas sekolah alam (2005) mendefinisikan bahwa sekolah alam adalah
sekolah dengan konsep pendidikan berbasis alam semesta yang menggunakan
sumber daya alam di lingkungan sekitar sekolah. Proses belajar pada sekolah
alam berlangsung dengan menyenangkan di alam terbuka, tanpa tekanan dan
jauh dari kebosanan dan peserta didik akan merasa nyaman. Sehingga tujuan
dari sekolah alam secara umum adalah memberikan pendidikan yang
menyenangkan, memberikan pendidikan sesuai dengan masa perkembangan
peserta didik.13
Menurut Satmoko Budi Santoso dalam bukunya menyebutkan
salah satu kelebihan dari sekolah alam yaitu, sekolah alam cenderung
membebaskan keinginan kreatif anak, sehingga anak akan menemukan sendiri
bakat dan kemampuan berlebih yang dimilikinya.14
Sekolah alam mengambil filosofi yang diambil dari cara pendidikan
Allah kepada Rasulullah SAW dan pendidikan Rasulullah dalam mengajarkan
ilmu kepada sahabat-sahabatnya. Rasulullah belajar dari pengalaman (yang
diberikan Allah) pembentukan mental yang kuat sebelum yang lain.
Pembentukan mental ini adalah akhlak yang kuat, kebaikan yang menjadi
dasar segala tindakan. Sekolah alam tidak hanya belajar di alam tetapi
mengambil pelajaran alam yang diciptakan Allah menjadi hikmah yang
berlimpah. Sejumlah situs internet menyebutkan bahwa sekolah alam lahir
12 Satmoko Budi Santoso, Sekolah Alternatif Mengapa Tidak, ( Yogyakarta: Diva Press,
2010), hlm. 11. 13 Ibid., hlm. 11 14 Ibid., hlm. 13
7
dengan harapan dapat mengembalikan nilai-nilai essensial manusia dalam
menyatu dengan alam.15
Ir. Lendo Novo merupakan penggagas sekolah alam yang didirikan di
Jakarta sejak tahun 1998 mengatakan bahwa pendidikan di Indonesia hanya
lebih difokuskan pada pelajaran akademik, padahal aspek utama yang perlu
difokuskan dalam pendidikan anak-anak usia sekolah adalah pendidikan
karakter, karena hal ini berkorelasi langsung terhadap pembentukan jati diri
bangsa. Sekolah Alam kini sudah menjadi bahasan publik dalam dunia
pendidikan yang mencoba untuk bersanding pada sekolah-sekolah
internasional.16
Salah satunya adalah sekolah Citra Alam Ciganjur Jakarta
Selatan yang juga memberikan pendidikan berbasis alam yang terus
mengembangkan pendidikan sehingga mampu bersanding dengan sekolah-
sekolah internasional. Seperti sekolah pada umumnya Sekolah Citra Alam
Ciganjur juga menyediakan pendidikan dari tingkat PG-TK, SD, SMP, sampai
SMA.
Berangkat dari latar belakang permasalahan mengenai sekolah
konvensional di atas dan munculnya sekolah alternatif berbasis alam di
Indonesia maka penulis sangat tertarik untuk mengetahui lebih jauh
bagaimana model pembelajaran IPS berbasis alam di sekolah alam. Untuk itu
peneliti memberi judul dalam penelitian tentang “Pembelajaran IPS di
Sekolah Citra Alam Ciganjur Jakarta Selatan.”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat ditemukan,
beberapa masalah yang akan diidentifikasi yaitu sebagai berikut:
Proses pembelajaran IPS yang dipraktikkan di sekolah-sekolah
cenderung bersifat konvensional, konvensional yang dimaksud adalah
pembelajaran yang ditandai dengan teknik ceramah diiringi dengan penjelasan
15 Ibid., hlm. 11 16 Ibid., hlm 11.
8
serta pembagian tugas dan latihan sehingga pembelajaran kurang aktif dan
menyenangkan.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan pada identifikasi masalah, maka peneliti membutuhkan
spesifikasi kajian agar pembahasan lebih terfokus, oleh karena itu, peneliti
membatasi permasalahan sebagai berikut: Proses pembelajaran IPS yang
dipraktikkan di sekolah-sekolah cenderung bersifat konvensional.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang telah di kemukakan, maka
dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana proses pembelajaran
IPS di Sekolah Citra Alam Ciganjur pada tingkat SMP?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai peneliti adalah sebagai berikut:
Untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran IPS di sekolah
Citra Alam Ciganjur pada tingkat SMP.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara
teoritis,sekurang-kurangnya dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran
bagi dunia pendidikan.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini bermanfaat bagi:
a. Bagi peneliti, dapat menambah bahan kajian untuk penelitian lebih
lanjut dan mendalam tentang permasalahan terkait.
9
b. Bagi guru, dapat menjadikan wawasan tentang bagaimana proses
pembelajaran IPS di Sekolah Citra Alam Ciganjur Jakarta Selatan
pada tingkat SMP.
c. Bagi masyarakat, dapat menjadi sebuah paradigma baru bahwa belajar
IPS juga dapat diintegrasikan dengan lingkungan alam sekitar. Belajar
IPS di alam terbuka lebih menyenangkan dan tidak akan
membosankan. Manfaat lainnya yaitu dapat menjadi sebuah informasi
bagi masyarakat yang mencari sekolah alternatif untuk pendidikan
anaknya.
10
BAB II
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR
A. Deskripsi Teoritis
Pembahasan pada kajian teori ini, dibagi ke dalam empat teori utama
yaitu pembelajaran IPS, model pembelajaran dan hakikat sekolah alam.
Pembahasan dari keempat teori tersebut adalah sebagai berikut.
1. Pembelajaran IPS
a. Pendidikan IPS
IPS merupakan suatu program pendidikan dan bukan sub-
disiplin ilmu tersendiri, sehingga tidak akan ditemukan baik dalam
nomenklatur filsafat ilmu, disiplin ilmu-ilmu sosial (Social Science),
maupun ilmu pendidikan. Sosial Science Education (SSEC) dan
National Concil for Social Studies (NCSS), menyebut IPS sebagai “
Social Science Education “ dan “Social Studies”. Dengan kata lain, IPS
mengikuti cara pandang yang bersifat terpadu dari jumlah mata
pelajaran seperti geografi, ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum, sejarah,
antropologi, psikologi, sosiologi, dan sebagainya.17
Tujuan pendidikan berdasarkan falsafah negara, maka telah
dirumuskan tujuan pendidikan nasional, yaitu “Mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya,
yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan
keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap
dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaaan”.18
Rumusan tujuan pendidikan nasional tersebut tersirat tujuan
bangsa Indonesia untuk menjadi makhluk sosial yang menjadi tujuan
17 Rudy Gunawan, Pendidikan IPS: Filosofi Konsep dan Aplikasi (Bandung:
Alfabeta, 2013), hlm. 17. 18 Undang-Undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan
pelaksanaannya (Jakarta: Sinar Gafika, 1992). Cet. Ketiga, hlm. 4.
11
dasar pendidikan IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial). Berkaitan dengan
tujuan nasional di atas, kemudian apa tujuan pendidikan IPS yang akan
dicapai? Tentu saja harus dikaitkan dengan kebutuhan dengan
tantangan-tantangan kehidupan yang akan dihadapi anak.
Secara lebih rinci dan lebih konkrit, Wiryohandoyo
merumuskan tujuan pendidikan IPS sebagai berikut:
Pertama, aspek penalaran (pengetahuan) dan pemahaman)
mencakup pemahaman tentang sejarah dan kebudayaan sendiri dan
umat manusia, lingkungan geografis, cara manusia memerintah
bangsanya, struktur kebudayaan dan cara hidup manusia, pengaruh
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terhadap peningkatan
taraf hidup manusia, dan pengaruh pertambahan penduduk terhadap
lingkungan fisik dan sumber daya alam.
Kedua, aspek nilai dan sikap, meliputi bermacam-macam norma
sosial dan nilai-nilai sosiokultural yang bertumpu pada ideologi
pancasila dalam kehidupan masyarakat kita yang plural dan beragam.
Ketiga, aspek keterampilan. Dalam hal ini adalah keterampilan-
keterampilan yang berhubungan dengan kesanggupan pengetahuan dan
pemhamannya ke dalam tindakan konkrit sehingga yang bersangkutan
dapat memperkenalkannya dalam kehidupan sehari-hari
bermasyarakat.19
Sejalan dengan tujuan tersebut, tujuan pendidikan IPS menurut
Nursid Sumaatmaja, (2006) yang dikutip dalam buku Pendidikan IPS
Filosofi Konsep dan Aplikasi yaitu “Membina anak didik menjadi
warga negara yang baik, yang memiliki pengetahuan, dan kepedulian
sosial yang berguna bagi dirinya serta bagi masyarakat dan negara”.20
19 Abdi Madrasah, Definisi dan Tujuan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS),
diakses dari http://googleweblight.com/i?u=http://www.abdimadrasah.com/2014/05/definisi-dan-
tujuan-mata-pelajaran-ips.html?m%3D1&hl=en-ID, pada tanggal 28 Maret 2018 pukul 13.12. 20 Rudi Gunawan, op.cit., hlm. 18.
12
b. Pengertian Pembelajaran IPS
Menurut Gangne dan Briggs (1989) yang dikutip oleh
Nurochim dalam buku perencanaan pembelajaran ilmu-ilmu sosial
mengartikan pembelajaran sebagai instruction atau pembelajaran
adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar
siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun
sedemikian rupa untuk memengaruhi dan mendukung terjadinya proses
belajar siswa yang bersifat internal.21
Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, pembelajaran adalah proses interaksi peserta
didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar.22
Sapriya dkk, dalam buku Konsep Dasar IPS dalam bukunya
menyatakan bahwa istilah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan
nama mata pelajaran di tingkat sekolah atau nama program studi di
perguruan tinggi yang identik dengan istilah “Social Studies” dalam
kurikulum persekolahan di negara lain, khususnya di negara-negara
Barat seperti Australia dan Amerika Serikat. Nama IPS yang lebih
dikenal dengan social studies di negara lain itu merupakan hasil
kesepakatan dari para ahli atau pakar kita di Indonesia”.23
Menurut Trianto Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan
integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu social seperti: sosiologi,
sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Ilmu
Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena social
yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek cabang-
cabang ilmu-ilmu soial (sosiologi, sejarah, ekonomi, geografi, politik
21 Nurochim, Perencanaan Pembelajaran Ilmu-ilmu Sosial, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2013) hlm. 17-18. 22 UU, SISDIKNAS dan Peraturan Pelaksanaanya 2000-2004 , (Jakarta: CV. Tamita
Utama, 2004), hlm. 6
23 Sapriya, dkk, Konsep Dasar IPS, (Bandung: UPI Press, 2006), hlm. 3.
13
hukum, dan budaya). IPS atau studi sosial itu merupakan bagian dari
kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-cabang
ilmu-ilmu sosial: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik,
antropologi, filsafat, dan psikologi sosial.24
Dari beberapa pengertian di atas mengenai pengertian
pembelajaran IPS penulis menyimpulkan bahwa pembealajaran IPS
adalah suatu disiplin ilmu yang mengkaji masalah sosial dimana IPS
dikaji dalam beberapa cabang ilmu seperti sosiologi, antropologi,
ekonomi, geografi, sejarah, ilmu psikologi, ilmu hukum yang mana
sasaran utama dalam pembahasannya adalah social science.
c. Tujuan Pembelajaran IPS
Menurut Kenworthy dalam Depdiknas terdapat tiga
karakteristik tujuan IPS, yaitu: Pendidikan kemanusiaan, pendidikan
kewarganegaraan dan pendidikan intelektual. Pertama pendidikan
kemanusiaan memiliki arti bahwa IPS harus membantu anak
memahami pengalamannya dalam menemukan arti atau makna dalam
kehidupannya. Dalam tujuan pertama ini terkandung unsur pendidikan
nilai. Kedua, pendidikan kewarganegaraan mengandung arti bahwa
siswa harus dipersiapkan untuk berpartisipasi secara efektif dalam
dinamika kehidupan masyarakat. Ketiga, pendidikan intelektual
mengandung arti bahwa anak membutuhkan bimbingan dan arahan
untuk memecahkan masalah yang dikembangkan dari konsep-konsep
ilmu sosial.25
Menurut Skeel dan Jarolimek yang dikutip Lasmawan
Menuturkan, melalui pembelajaran IPS siswa diharapkan mampu
dikembangkan aspek pengetahuan dan pengertian (knowledge and
understanding), aspek sikap dan nilai (attitude and value), serta aspek
keterampilan (skill). Pembelajaran IPS berusaha membantu siswa
24 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Prestasi
Pustak, 2007), Cet. 1, hlm. 124. 25 Ahmad Susanto, Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar, ( Jakarta: Prenada
Media Group, 2014), hlm., 30-31.
14
dalam memecahkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi,
sehingga akan menjadikannya semakin mengerti dan memahami
lingkungan sosial masyarakatnya.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
(Permendiknas) Nomor 22 Tahun 2006, tujuan pembelajaran IPS
dirumuskan sebagai berikut:
1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan
masyarakat dan lingkunagannya
2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa
ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam
kehidupan sosial.
3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan.
4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan
berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal,
nasional, dan global.26
Menurut Sapriya, dkk dalam bukunya, pembelajaran dan
evaluasi hasil belajar IPS mengemukakan tujuan pokok pembelajaran
IPS, yaitu:
1) Membina siswa agar mampu mengembangkan
pengertian/pengetahuan berdasarkan data, generalisasi serta
konsep ilmu tertentu maupun yang bersifat
interdisipliner/komprehensif dari berbagai cabang ilmu sosial
2) Membina siswa agar mampu mengembangkan dan
mempraktekkan keanekaragaman keterampilan studi, kerja dan
intelektualnya secara pantas dan tepat sebagaimana diharapkan
imu-ilmu sosial.
3) Membina dan mendorong siswa untuk memahami, menghargai
dan menghayati adanya keanekaragaman dan kesamaan kultural
maupun individual.
26 Ahmad Susanto, Ibid., hlm. 31.
15
4) Membina siswa kearah turut mempengaruhi nilai-nilai
kemasyarakatan serta juga dapat mengembangkan
menyempurnakan nilai-nilai yang ada pada dirinya.
5) Membina siswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan
kemasyarakatan baik sebagai individual maupun sebagai warga
negera.27
d. Karakteristik Pembelajaran IPS
Trianto dalam bukunya yang berjudul Model Pembelajaran
Terpadu dalam Teori dan Praktek menjelaskan bahwa mata pelajaran
IPS di SMP/MTS memiliki beberapa karakteristik antara lain sebagai
berikut:
1) Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur
geografi, sejarah, ekonomi, hukum, dan politik, kewarganegaraan,
sosiologi, bahkan juha bidang humaniora, pendidikan dan agama.
2) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS bersal dari
struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi, yang
dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau
topik (tema) tertentu.
3) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut
berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan
interdisipliner dan multidisipliner.
4) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menyangkut
peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip
sebab akibat, kewilayahan, adaptasi, dan pengelolaan lingkungan,
struktur, proses, dan masalah sosial serta upaya-upaya perjuangan
hidup agar survive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan,
keadilan dan jaminan keamanan.
27 Sapriya, dkk, Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS, ( Bandung: UPI Press,
2006), hlm., 13
16
5) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS menggunakan tiga
dimensi dalam mengkaji dan memahami fenomena sosial serta
kehidupan manusia secara keseluruhan.28
2. Model Pembelajaran
a. Pengertian Model Pembelajaran
Sebelum membahas tentang model pembelajaran, terlebih
dahulu kita mengkaji apa yang dimaskud dengan model. Menurut
Meyer yang dikutip oleh Trianto bahwa secara menyeluruh model
dimaknakan sebagai suatu obyek atau konsep yang digunakan untuk
merepresentasikan sesuatu hal. Sesuatu yang nyata dan dikonversi
untuk sebuah bentuk yang lebih komprehensif. Sebagai contoh, model
pesawat terbang, yang terbuat dari kayu, plastik dan lem adalah model
nyata dari pesawat terbang. Contoh lain adalah ide politik, opini publik
diibaratkan sebagai sebuah pendulum sebab ia berubah-ubah tiap
periodik nya dari kiri ke kanan begitu terus berkelanjutan. Secara
terminologi, kita dapat mengatakan bahwa pendulum adalah sebuah
model untuk opini publik. Dalam matematika kita juga mengenal
istilah model matematika yaitu sebuah model yang bagian-bagiannya
terdiri dari konsep matematik, seperti ketetapan (konstanta), variabel,
fungsi, persamaan, pertidaksamaan, dan sebagainya.
Model pesawat tebang dan pendulum adalah obyek nyata;
tetapi mereka bukanlah model matematika. Lalu apa yang di maksud
dengan model pembelajaran sendiri? Menurut Joyce yang dikutip oleh
Trianto bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau
suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk
menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya
buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain. Selanjutnya
Joyce menyatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarahkan
28 Trianto, opcit., hlm. 126.
17
kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik
sedemikian rupa sehingga pembelajaran tersebut tercapai.29
Adapun Soekanto, dkk mengemukakan maksud dari model
pembelajaran adalah: kerangka konseptual yang melukiskan prosedur
yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi
para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan
aktivitas belajar mengajar. Dengan demikian aktivitas pembelajaran
benar-benar merupakan kegiatan bertujuan yang tertata secara
sistematis. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Eggen
dan Kauchak bahwa model pembelajaran memberikan kerangka dan
arah bagi guru untuk mengajar.30
Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas
dari pada strategi, metode atau prosedur. Model pengajaran
mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi,
metode, atau prosedur. Ciri-ciri tertentu ialah:
1) Rasional teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau
pengembangnya;
2) Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar
(tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
3) Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat
dilaksanakan dengan berhasil;
4) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu
dapat tercapai31
29 Trianto, Pengembangan Model Pembelajaran Tematik, (Jakarta: Prestasi Pusataka
Raya, 2009), hlm.
73-74. 30 Ibid., hlm. 74. 31 Ibid., hlm. 74.
18
b. Teori yang Melandasi Model Pembelajaran
1) Teori Konstruktivisme
Teori kontruktivisme menyatakan bahwa siswa harus
menemukan sendiri dan mentransformasikan infromasi kompleks,
mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama merevisinya
apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-
benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka
harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu
untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide. Teori
ini berkembang dari kerja pieget, vygotsky, teori-teori pemrosesan
informasi, dan teori psikologi kognitif yang lain, seperti teori
Bruner.
Menurut teori kontruktivis ini, satu prinsip yang paling
penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak
hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa
harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru
dapat memeberikan kesempatan siswa untuk menemukan atau
menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi
sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk
belajar.32
2) Teori Perkembangan Kognitif Pieget
Perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh
manipulasi dan interkasi aktif anak dengan lingkungan.
Pengetahuan datang dari tindakan. Piaget yakin bahwa
pengalaman-pengalamam fisik dan manipulasi lingkungan penting
bagi terjadinya perubahan perkembangan. Sementara itu bahwa
interaksi sosial dengan teman sebaya, khususnya berargumentasi
dan berdiskusi membantu memperjelas pemikiran yang pada
akhirnya memuat pemikiran itu menjadi lebih logis.
32 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif (Jakarta: Prenada Media
Group, 2010), hlm. 28.
19
Teori perkembangan piaget mewakili kontruktivisme,
yang memandang perkembangan kognitif sebagai suatu proses
dimana anak secara aktif membangun sistem makna dan
pemahaman realitas melalui pengalaman-pengalaman dan
interaksi-interaksi mereka.
Menurut teori Piaget, setiap individu pada saat tumbuh
mulai dari bayi yang baru dilahirkan sampai menginjak usia
dewasa mengalami empat tingkat perkembangan kognitif.
Tabel 2.1
Tahap-tahap Perkembangan Kognitif Pieget
Tahap Perkiraan Usia Kemampuan-kemampuan
Utama
Sensorimotor Lahir sampai 2 tahun Terbentuknya konsep
“kepermanenan objek” dan
kemajuan gradual dari
perilaku reflektif ke perilaku
yang mengarah kepada tujuan.
Praoperasional 2 sampai 7 tahun Perkembangan kemampuan
menggunakan simbol-simbol
untuk menyatakan objek-
objek dunia. Pemikiran masih
egosentris dan sentrasi.
Operasi
Konkret
7 tahun 11 tahun Perbaikan dalam kemampuan
untuk berpikir secara logis,
kemampuan-kemampuan baru
termasuk penggunaan operasi-
operasi yang dapat balik.
Pemikiran tidak lagi sentrasi
tetapi desentrasi, dan
pemecahan masalah tidak
begitu dibatasi oleh
keegosemtrisan.
OPerasi
Formal
11 tahun sampai
dewasa
Pemikiran abstrak dan murni
simbolis mungkin dilakukan.
Masalah-masalah dapat
dipecahkan melalui
penggunaan eksperimentasi
sistematis.
20
Menurut Piaget, perkembangan kognitif sebagian besar
bergantung kepada seberapa jauh anak aktif memanipulasi dan
aktif berinteraksi dengan lingkungannya.33
3) Teori Belajar Bemakna David Ausubel
Inti dari teori Ausubel tentang belajar adalah belajar
bermakna. Belajar bermakna merupakan suatu proses
dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relavan yang
terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Faktor yang paling
penting yang memengaruhi belajar ialah apa yang diketahui
siswa. Yakinilah ini dan ajarlah ia demikian. Pertanyaan inilah
yang menjadi inti dari teori belajar Ausubel. Dengan demikian
agar terjadi belajar bermakna, konsep baru atau informasi baru
harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah ada dalam
struktur kognitif siswa.
Berdasarkan teori Ausubel, dalam membantu siswa
menanamkan pengetahuan baru dari suatu materi, sangat
diperlukan konsep-konsep awal yang sudah dimiliki siswa
yang berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari. Sehingga
jika dikaitkan dengan model pembelajaran berbasis masalah, di
mana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik sangat
memerlukan konsep awal yang sudah dimiliki siswa
sebelumnya untuk suatu penyelesaian nyata dari permasalahan
yang nyata.34
4) Teori Penemuan Jerome Bruner
Salah satu model intruksional kognitif yang sangat
berpengaruh ialah model dari Jerome Bruner yang dikenal
dengan belajar penemuan (discovey learning). Bruner
menganggap, bahwa belajar penemuan sesuai dengan
pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusiaBerusaha
33 Ibid., hlm. 29. 34 Ibid., hlm. 37.
21
sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan
yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-
benar bermakna.
Bruner menyarankan agar siswa hendaknya belajar
melalui partisipasi secara aktif dengan konsep-konsep dan
prinsip-prinsip, agar mereka dianjurkan untuk memperoleh
pengalaman, dan melakukan eskperimen-eksperimen yang
mengizinkan mereka untuk menemukan prinsip-prinsip itu
sendiri.35
5) Teori Belajar John Dewey
John Dewey menetapkan sebuah konsep pendidikan
yang menyatakan bahwa kelas harusnya dijadikan sebagai
cermin masyarakat yang lebih besar dan berfungsi sebagai
laboratorium untuk belajar tentang kehidupan nyata. Dewey
mengharuskan guru menciptakan di dalam lingkungan
belajarnya suatu sistem sosial yang bercirikan dengan prosedur
demokrasi dan proses ilmiah.
Model yang dikembangkan oleh Dewey adalah
menggabungkan pandangan-pandangan proses sosial yang
demokratis dengan penggunaan strategi-strategi intelektual
atau ilmiah untuk membantu manusia menciptakan
pengetahuan dan masyarakat yang teratur dengan baik.
Selanjutnya, Dewey dalam bukunya “Democracy and
Education” merekomendasikan bahwa keseluruhan sekolah
merupakan miniature demokrasi yang mana siswa
berpartisipasi dalam pengembangan sistem sosial dan
diharapkan melalui partisipasi secara bertahap, belajar
35 Ibid., hlm. 38.
22
bagaimana menerapkan metode ilmiah untuk kesempurnaan
masyarakat manusia.36
6) Teori Pembelajaran Sosial Vygotsky
Vygostsky berpendapat seperti Pieget, bahwa siswa
membentuk pengetahuan sebagai hasil dari pemikiran dan
kegiatan siswa sendiri melalui bahasa. Vygotsky berkeyakinan
bahwa perkembangan tergantung baik pada faktor biologis
menentukan fungsi-fungsi elementer memori, atensi, persepsi,
dan stimulus respons, faktor sosial sangat penting artinya bagi
perkembangan fungsi mental lebih tinggi untuk pengembangan
konsep, penalaran logis, dan pengambilan keputusan.
Teori Vygotsky ini, lebih menekankan pada aspek
sosial dari pembelajaran. Menurut Vygotsky bahwa proses
pembelajaran akan terjadi jika anak bekerja atau menangani
tugas-tugas yang belum dipelajari, namun tugas-tugas tersebut
masih berada dalam jangkauan mereka disebut dengan zone of
proximal depelopment, yakni daerah tingkat perkembanagan
sedikit di atas perkembangan sesorang saat ini. Vygotsky yakin
bahwa fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul
dalam percakapan dan kerjasama antar-individu sebelum
fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap ke dalam individu
tersebut.37
7) Teori Pembelajaran Perilaku
Skinner, salah seorang tokoh yang sangat berperan dalam
teori pembelajaran perilaku yang telah mempelajari hubungan
antara tingkah laku dan konsekuensinya mengemukakan bahwa
belajar merupakan perubahan perilaku.
Prinsip yang paling penting dalam teori belajar perilaku
adalah bahwa perilaku berubah sesuai dengan konsekuensi-
36 Trianto, Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar, (Jakarta: Prenada
Media Group, 2014), hlm. 218. 37 Op.cit., hlm. 38.
23
konsekuensi langsung dari perilaku tersebut. Konsekuensi yang
menyenangkan disebut penguat, sedangkan konsekuensi yang
tidak menyenangkan disebut hukuman. Penggunaan konsekuensi-
konsekuensi yang menyenangkan dan tidak menyenangkan untuk
mengubah perilaku sering disebut pengkondisian operan.
Dengan diberikannya penguatan dan hukuman itu, maka
akn terjadi perubahan perilaku. Karena itu pemberian konsekuensi
penguatan atau hukuman yang sesegera mungkin akan lebih baik
dari pada diberikan belakangan dan akan memberikan pengaruh
positif terhadap perilaku selanjutnya.38
c. Jenis-Jenis Model Pembelajaran
1) Model Pembelajaran Kontekstual
Elaine B. Johnson yang dikutip oleh Rusman dalam
bukunya Model-Model Pembelajaran Mengembangkan
Profesionalisme Guru menjelaskan bahwa “Pembelajaran
kontekstual adalah sebuah sistem yang merangsang otak untuk
menyusun pola-pola yang mewujudkan makna.
Lebih lanjut, Elaine mengatakan bahwa pembelajaran
kontekstual adalah suatu sistem pemebelajaran yang cocok dengan
otak yang menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan
akademis dengan konteks dari kehidupan sehari-hari siswa. Jadi,
pembelajaran kontekstual adalah usaha untuk membuat siswa aktif
dalam memompa kemampuan diri tanpa merugi dari segi manfaat,
sebab siswa berusaha mempelajari konsep sekaligus menerapkan
dan mengkaitkannya dengan dunia nyata.39
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and
Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan
antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata peserta
38 Ibid., hlm. 39. 39 Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), Cet.5. hlm. 187.
24
didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen
utama pembelajaran efektif, yakni kontruktivisme
(Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiry).
Masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling),
dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment).40
Tujuan Pembelajaran kontekstual adalah untuk membekali
siswa berupa pengetahuan dan kemampuan (skill) yang lebih
realistis karena inti pembelajaran ini adalah untuk mendekatkan
hal-hal yang teoritis ke praktis. Dalam konteks ini, peserta didik
perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status
apa mereka, dan bagaimana mencapainya.41
Hal ini akan siswa
sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya
nanti.Sebelum melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan
model kontekstual seorang guru harus membuat desain atau
skenario pembelajarannya, pada intinya pengembangan setiap
komponen CTL tersebut dalam pembelajarannya dapat dilakukan
sebagai berikut.42
a) Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan
belajar lebih bermakna apakah dengan cara bekerja sendiri,
menemukan sendiri, dan mengontruksi sendiri pengetahuan dan
keterampilan baru yang harus dimilikinya
b) Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua
topic yang diajarkan.
c) Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui memunculkan
pertanyaan-pertanyaan.
40 Tukiran Taniredja, Dkk, Model-Model Pembelajaran Inovatif dan Efektif, (Bandung:
Alfabeta, 2013), hlm. 49. 41 Ibid., hlm. 50. 42
Rusman, opcit., hlm. 199-200.
25
d) Menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan
kelompok berdiskusi, Tanya jawab, dan lain sebagainya.
e) Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bisa
melalui ilustrasi, model, bahkan media yang sebenarnya.
f) Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap
kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan
g) Melakukan penilaian secara objektif, yaitu menilai kemampuan
yang sebenarnya pada setiap siswa.
2) Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Soejadi dikutip oleh Rusman dalam bukunya
Model-Model Pembelajaran Mengembangkan profesionalisme
Guru, menjelaskan bahwa teori yang melandasi pembelajaran
kooperatif adalah teori kontruktivisme. Pada dasarnya pendekatan
teori kontruktivisme dalam belajar adalah suatu pendekatan di
mana siswa harus secara individual menemukan dan
mentransformasikan informasi yang kompleks, memeriksa
informasi dengan aturan yang ada dan merevisinya bila perlu.
Pembelajaran kooperatif menggalakan siswa berinteraksi secara
aktif dan positif dalam kelompok. Dalam teori kontruktivisme ini
lebih mengutamakan pada pembelajaran siswa dihadapkan pada
masalah-masalah kompleks untuk dicari solusinya, selanjutnya
menemukan bagian-bagian yang lebih sederhana atau keterampilan
yang diharapkan.43
Dalam pembelajaran kooperatif guru lebih kepada sebagai
fasilitator. Siswa yang secara langsung berkesempatan untuk
menerapkan ide-idenya untuk ditransferkan kepada teman lainnya.
Dalam hal ini siswa saling bertukar pengatahuan. Maka
pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara
berkelompok. Dalam pelaksnaanya guru memberikan tugas
terstruktur yang bersifat kooperatif, sehingga memungkinkan
43 Ibid., hlm. 201.
26
terjadinya interaksi satu sama lain antara peserta didik dalam
proses belajar.
Menurut Tom V. Savage mengemukakan bahwa
cooperative learning adalah suatu pendekatan yang menekankan
kerja sama dalam kelompok.44
Dalam pembejaran ini akan tercipta
sebuah interaksi yang lebih luas, yaitu interaksi dan komunikasi
yang dilakukan antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan
siswa dengan guru. (multi way traffic communication).
Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar
dalam kelompok. Ada unsur dasar pembelajaran kooperatif yang
membedakan dengan pembelajaran kelompok yang asal-asalan
Pelaksanaan prinsip dasar pokok sistem pembelajaran kooperatif
dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas dengan
lebih efektif. Dalam pembelajaran kooperatif proses pembelajaran
tidak harus belajar dari guru kepada siswa. Siswa saling
membelajarkan sesama siswa lainnya. Pembelajaran oleh rekan
sebaya (peerteaching) lebih efektif daripada pembealajaran oleh
guru.
Menurut Ditnaga Dikti, pada dasarnya, kegiatan
pembelajaran dipilahkan menjadi empat langkah, yaitu: orientasi,
bekerja kelompok, kuis, dan pemberian penghargaan.
Menurut Stahl (1994), Ciri-ciri model pembelajaran
kooperatif adalah:45
a) Belajar bersama dengan teman
b) Selama proses belajar terdiri tatap muka antar teman
c) Saling mendengarkan pendapat di antara anggota kelompok
d) Belajar dari teman sendiri dalam kelompok
e) Belajar dalam kelompok kecil
f) Produktif berbicara atau saling mengemukakan pendapat
44 Ibid., hal 203.
45 Tukiran Taniredja, Dkk, opcit., hlm. 59
27
g) Keputusan tergantung pada siswa sendiri
h) Siswa aktif
Langkah-langkah cooperative learning menurut Stahl 1994,
Slavin 1983 dalam buku Model Pembelajaran Inovatif dan Efektif
oleh Tukiran Taniredja dijelaskan secara operasional sebagai
berikut:46
a) Guru merancang rencana program pembelajaran.
b) Dalam aplikasi pembelajaran di kelas, dosen merancang lembar
observasi yang akan digunakan untuk mengobservasi kegiatan
siswa dalam belajar secara bersama dalam kelompok-kelompok
kecil.
c) Dalam melakukan observasi terhadap kegiatan siswa, guru
mengarahkan dan membimbing siswa, baik secara individual
maupun kelompok, baik dalam memahami materi maupun
mengenai sikap dan perilaku siswa selama kegiatan belajar
berlangsung.
d) Guru memberikan kesempatan kepada siswa dari masing-
masing kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya. Pada
saat diskusi dikelas ini, guru bertindak sebagai moderator
3) Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah merupakan penggunaan
berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan
konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk
menghadapi segala sesuatu yang baru dan komplesitas yang ada.47
Karakterisitik pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai
berikut.
a) Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di
dunia nyata yang tidak terstruktur;
46 Ibid., hlm. 63. 47 Rusman, opcit., hlm. 232
28
b) Permasalahan yang membutuhkan perspektif ganda (multiple
perspective);
c) Permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa,
sikap, dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi
kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar;
d) Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama;
e) Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam,
penggunaannya, dan evaluasi sumber informasi merupakan
proses yang esensial dalam PMB;
f) Belajar adalah kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif;
g) Pengembangan keterampilan inkuiri dan pemecahan masalah
sama pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk
mencari solusi dari sebuah permasalahan;
h) Keterbukaan proses dalam PBM meliputi sintesis dan integrasi
dari sebuah proses belajar; dan
i) PBM melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan
proses belajar.
Dalam model pemebelajaran PMB guru harus
menggunakan prose pembelajaran yang akan menggerakan siswa
menuju kemandirian, kehidupan yang lebih luas, dan belajar
sepanjang hayat. Lingkungan belajar yang dibangun guru harus
mendorong cara berfikir reflektif, evaluasi kritis, dan cara berfikir
yang berdayaguna. Peran guru dalam PBM berbdeda dengan peran
guru di dalam kelas.
Guru dalam PBM terus berfikir tentang beberapa hal, yaitu:
1) bagaimana dapat merancang dan menggunakan permasalahan
yang ada di dunia nyata, sehingga siswa dapat menguasai hasil
belajar?; 2) bagaimana bisa menjadi pelatih siswa dalam proses
pemecahan masalah, pengarahan diri, dan belajar dengan teman
sebaya?; 3) dan bagaimana memandang diri mereka sendiri sebagai
pemecahan masalah yang aktif? Guru dalam PBM juga memusatkan
29
perhatiannya pada: 1) memfasilitasi proses PBM; mengubah cara
berpikir, mengembangkan keterampilan inquiri, menggunakan
pembelajaran kooperatif; 2) melatih siswa tentang strategi
pemecahan masalah; pemberian alasan yang mendalam,
metakognisi, berpikir kritis, dan berpikir secara sistem; dan 3)
menjadi perantara proses penguasaan informasi; meneliti lingkungan
informasi, mengakses sumber informasi yang beragam. Dan
mengadakan koneksi.48
4) Model Pembelajaran PAKEM
PAKEM (Partisipatif, Aktif, Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan) berasal dari konsep bahwa pembelajaran harus
berpusat pada anak (student-centered-learning) dan pembelajaran
terbebani atau takut. Untuk itu, aspek fun is learning menjadi salah
satu aspek penting dalam pembelajaran PAKEM, disamping itu
upaya untuk terus memotivasi anak agar mengadakan eksplorasi,
kreasi, dan bereksperimen terus dalam pembelajaran. Di samping itu,
PAKEM adalah penerjemahan dari empat pilar pendidikan yang
dirancangkan oleh UNESCO: (1) leraning to know (2) learning to
do, (3) learning to be, (4) learning to life together.49
PAKEM merupakan model pembelajaran dan menjadi
pedoman dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Dengan pelaksanaan pembelajaran PAKEM diharapkan
berkembangnya berbagai macam inovasi kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang partisipatif, aktif, kreatif,
efektif, dan menyenangkan.
Pembelajaran Partisipatif, yaitu pembelajaran yang
menitikberatkan pada keterlibatan siswa pada kegiatan pembelajaran
(child center/student center) bukan pada dominasi guru dalam
penyampaian materi pelajaran (teacher centered). Siswa diberikan
48 Ibid., hlm. 232-234. 49 Rusman, Ibid., hlm. 321-232
30
kesempatan untuk berpartisipasi dalam berbagai aktivitas kegiatan
pembelajaran, sementara guru sebagai fasilitator dan mediator
sehingga siswa mampu berperan dan berpartisipatisi aktif dalam
mengaktualisasikan kemampuannya di luar kelas.
Pembelajaran Aktif, pembelajaran aktif memiliki persamaan
dengan model self discovery learning, yakni pembelajaran yang
dilakukan oleh siswa untuk menemukan kesimpulan sendiri sehingga
dapat dijadikan sebagai nilai baru yang dapat diimplementasikan
dalam kehidupan sehari-hari, siswa terlibat secara aktif dan berperan
dalam proses pembelajaran, sedangkan guru lebih banyak
memberikan bimbingan.
Pembelajaran Kreatif, yaitu proses pembelajaran yang
mengharuskan guru untuk dapat memotivasi dan memunculkan
kreativitas siswa selama pembelajaran berlangsung, dengan
menggunakan beberapa metode dan strategi yang bervariasi,
misalnya kerja kelompok, bermain peran, dan pemecahan masalah.
Pembelajaran Efektif, pembelajaran dikatakan efektif jika
mampu memberikan pengalaman baru kepada siswa membentuk
kompetensi siswa, serta mengantarkan mereka ke tujuan yang ingin
dicapai secara optimal. Hal ini dapat dicapai dengan melibatkan serta
mendidik mereka dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian
pembelajaran.
Pembelajaran Menyenangkan, merupakan suatu proses
pembelajaran yang di dalamnya terdapat suatu kohesi yang kuat
antara guru dan siswa tanpa ada perasaan terpaksa atau tertekan,
dengan kata lain pembelajaran menyengkan adalah adanya pola
hubungan yang baik antara guru dengan siswa dalam proses
pembelajaran.50
50 Rusman, Ibid., hlm. 322-326.
31
5) Model Pembelajaran inkuiri
Sund, seperti yang dikutip oleh Suryosubroto (1993: 193),
menyatakan bahwa discovery merupakan bagian dari inquiry, atau
inquiry merupakan perluasan proses discovery yang digunakan
lebih mendalam. inkuiri yang dalam bahasa Inggris inquiry, berarti
pertanyaan, atau pemeriksaan, penyelidikan. Inkuiri sebagai suatu
proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau
memahami informasi.51
Gulo (2002) menyatakan strategi inkuiri berarti suatu
rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal
seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara
sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat
merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.
Sasaran utama kegiatan pembelajaran inkuiri yaitu: (1) keterlibatan
siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar; (2)
keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan
pembelajaran; dan (3) mengembangkan sikap percaya diri siswa
tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri.52
Kondisi umum yang merupakan syarat timbulnya kegiatan
inkuiri bagi siswa yaitu:
a) aspek sosial di kelas dan suasana terbuka yang mengundang
siswa berdiskusi
b) inkuiri berfokus pada hipotesis; dan
c) penggunaan fakta sebagai evidensi (informasi, fakta)
Untuk menciptakan kondisi seperti itu, peranan guru yaitu
sebagai berikut.
51 Trianto, Ibnu Badar. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan Kontekstual.
(Jakarta: Prenada Media Group, 2015), hlm. 78. 52 Ibid., hlm. 78.
32
a) Motivator, memberi rangsangan agar siswa aktif dan bergairah
berpikir.
b) Fasilitator, menunjukan jalan keluar jika siswa mengalami
kesulitan
c) Penanya, menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka buat.
d) Administrator, bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan
kelas. Pengarah, memimpin kegiatan siswa untuk mencapai
tujuan yang diharapkan.
e) Manajer, mengelola sumber belajar, waktu dan organisasi kelas.
f) Rewarder, memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai
siswa.
Pembelajaran inkuri dirancang untuk mengajak siswa secara
langsung ke dalam proses ilmiah ke dalam waktu yang relative
singkat. Hasil penelitian Schlenker, dalam Joyce dan weil (1992),
menunjukan bahwa latihan inkuiri dapat meningkatkan pemahaman
sains, produktif dalam berfikir kreatif, dan siswa menjadi terampil
dalam memperoleh dan menganalisis informasi.53
Adapun ciri-ciri dari pembelajaran inkuri adalah:54
a) Pembelajaran inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara
maksimal untuk mencari dan menemukan.
b) Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari
dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang
dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menimbulkan sikap
percaya diri (self belief)
c) Tujuan dari pembelajaran inkuiri yaitu mengembangkan
kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau
53 Ibid., hlm. 79. 54 Ibid., hlm. 80.
33
mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari
proses mental.
Langkah-langkah pembelajaran inkuiri:55
a) Mengajukan pertanyaan atau permasalahan. Kegiatan inkuri
dimulai ketika pertanyaan atau permasalahan diajukan. Untuk
meyakinkan bahwa pertanyaan sudah jelas, pertanyaan itu
dituliskan di papan tulis, kemudian siswa diminta untuk
merumuskan hipotesis.
b) Merumuskan hipotesis. Hipotesis adalah jawaban sementara
atau pertanyaan atau solusi permasalahan yang dapat diuji
dengan data. Untuk memudahkan proses ini, guru
menanyakan kepada siswa gagasan mengenai hipotesis yang
mungkin. Dari semua gagasan yang ada dipilih salah satu
hipotesis yang relavan dengan permasalahan yang diberikan.
c) Mengumpulkan data. Hipotesis digunakan untuk proses
pengumpulan data. Data yang dihasilkan dapat berupa tabel,
matriks, atau grafik.
d) Analisis data. Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis
yang telah dirumuskan dengan menganalisis data yang
diperoleh. Dari data percobaan yang didapat menguji hipotesis
yang telah dirumuskan. Apabila ternyata hipotesis itu salah
atau ditolak, siswa dapat menjelaskan sesuai dengan proses
inkuiri yang telah dilakukannya.
e) Membuat kesimpulan. Langkah penutup dari pembelajaran
inkuri yaitu membuat kesimpulan sementara berdasarkan data
yang diperoleh siswa
55 Ibid., hlm. 83-84.
34
3. Hakikat Sekolah Alam
a. Pengertian Sekolah Alam
Sekolah berbasis alam merupakan salah satu sekolah alternatif
yang muncul sebagai antitesa dan keprihatinan atas sistem pendidikan
konvensional yang selama ini berjalan. Komunitas Sekolah Alam
(2005) dikutip dalam jurnal An-Nisaa Citra Dien dengan judul
Perbedaan Kecerdasan Emosi Siswa Sekolah Dasar Ditunjau dari
Model Pembelajaran Sekolah Reguler, Sekolah Alam, dan
Homescooling mendefinisikan sekolah alam sebagai sekolah dengan
konsep pendidikan berbasis alam semesta yang menggunakan sumber
daya alam di sekitar sekolah.
Pada dasarnya sekolah alam didirikan bertujuan untuk
mendidik manusia yang beriman dan bertakwa pada Allah serta
berakhlakul karimah. Sesuai dengan firman Allah bahwa apa yang ada
di alam semesta ini memberikan pelajaran, sesuai dengan tanda-tanda
kebesaran tentunya bagi mereka yang berfikir. Sekolah alam
merupakan sekolah yang dibangun di alam terbuka agar mengetahui
pembelajaran dari semua makhluk hidup di alam ini secara langsung.
Proses belajar berlangsung dengan menyenangkan di alam
terbuka, tanpa tekanan dan jauh dari kebosanan. Sehingga peserta didik
akan merasa nyaman. Hal ini disesuaikan dengan masa perkembangan
peserta didik yang mana mereka bukanlah makluk „instan‟, mereka
mengalami perkembangan dari waktu ke waktu baik dari segi fisik,
psikis, sosial maupun spiritual.56
Berbeda dengan sekolah pada umumnya yang menggunakan
sistem ruangan berupa kelas, para siswa di sekolah alam lebih banyak
berinteraksi di alam terbuka sehingga terbentuk pembelajaran langsung
pada materi dan pembelajaran bersifat pengalaman. Sekolah alam
merupakan sekolah yang unik, dengan lingkungan sekolah yang
56 Annisa Nur Citra Dien, Dkk, Perbedaan Kecerdasan Emosi Siswa Sekolah Dasar
Ditinjau dari Model Pembelajaran Sekolah Reguler, Sekolah Alam, Home Schooling, (Surakarta:
Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret), hlm. 5.
35
natural bukan merupakan suasana gedung bertingkat. Bangunan di
sekolah alam adalah bangunan alami yang terbuat dari kayu, dengan
ruangan kelas, ruang kepala sekolah, dan ruangan tata usaha di desain
seperti rumah panggung. Lingkungan sekitarnya adalah media
pembelajaran. Di sekolah tersebut siswa dikenalkan dengan lingkungan
kehidupan nyata.
Menurut Mayati sejak dini anak-anak diperkenalkan dengan
kehidupan nyata, anak-anak di sekolah alam dibebaskan untuk tidak
berseragam, justru mengenakan pakaian bermain lengkap dengan
sepatu boot-nya yang membuat mereka bebas untuk bereksplorasi
dengan dengan lingkungannya. Keberagaman dipandang sebagai
sesuatu yang unik di sekolah alam. Dan keseragaman tidak dipandang
dari apa yang dikenakan, tapi pada akhlak, perilaku, sikap dan
semangat belajar dan rasa ingin tahu mereka.57
Secara ideal, dasar konsep tersebut berangkat dari nilai-nilai
al-Qur‟an dan Sunnah yang menyatakan bahwa hakikat penciptaan
manusia adalah untuk menjadi khalifah di muka bumi. Dengan begitu
para penggagas sekolah alam yakin hakikat tujuan pendidikan adalah
membantu anak didik tumbuh menjadi anak didik yang berkarakter.
b. Karakteristik Sekolah Alam
Satmoko Budi Santoso dalam bukunya yang berjudul Sekolah
Alternatif Mengapa Tidak. Membedakan 9 karakteristik Sekolah Alam
di antaranya adalah:
1) Sekolah Alam cenderung memberikan kebebasan kreatifitas anak,
sehingga anak menemukan sendiri dan kemampuan yang berlebih
yang dimilikinya.
2) Konsep pembelaran sambil bermain cenderung menjadikan
pemahaman sekolah bukan merupakan beban, melainkan hal yang
57 Maryati, Sekolah Alam, Alternatif Pendidikan Sains yang Membebaskan dan
Menyenangkan, (Yogyakarta: Jurnal Fakultas MIPA Universitas Negeri Yogyakarta) hlm. 186-
187.
36
menyenangkan. Sekolah alam orientasinya memfokuskan kepada
kelebihan yang dimiliki dengan metode pencarian yang tidak baku
dan relatif menyenangkan diterima anak lewat bentuk-bentuk
permainan.
3) Guru atau tenaga pengajar sekolah berbasis alam, guru-guru atau
fasilitaor memiliki akhlak yanh baik, kreatifitas, dan mampu
memberikan rangsangan perkembangan atau menjadi partner yang
baik bagi anak-anak atau remaja binaanya
4) Metodologi yang diterapkan cenderung mengarah pada pencapaian
logika berfikir dan inovasi yang baik dalam bentuk action learning
(praktek nyata). Bentuk kurikulumnya bisa saja 40 dan 60. Artinya
40% adalah teori dan 60% adalah praktek.
5) Pada Sekolah Alam juga dipersiapkan perlengkapan perpustakaan
yang baik dan buku-buku rujukan dari berbagai sumber yang dapat
dipertanggung jawabkan untuk mendukung perjalanannya praktek
metodologi action learning.
6) Yang menarik di Sekolah Alam bukan murid saja yang belajar.
Guru pun dituntut untuk terus belajar. Yang ditanamkan adalah
bahwa pada dasrnya, semua makhluk berkewajiban untuk belajar.
Yang juga ditanamkan pada Sekolah Alam bahwa pelajaran yang
ada bukanlah hanya mengejar nilai, namun yang penting adalah
memahami seberapa jauh proses belajar tersebut dapat dinikmati
dan diterapkan dengan baik.
7) Sekolah yang berbasis alam pastilah dilengkapi berbagai macam
pepohonan yang ada disekitarnya, misalnya area apotik hidup,
pohon kelapa, pisang, ketela, padi, jambu, rambutan, manga dan
sebagainya.
8) Materi pembelajaran tentu saja disesuaikan dengan kompetensi
kurikulum pada rentang waktu tertentu dan terprogram secara
matang, Misalnya pada bulan tertentu, kurikulum dan praktik
pembelajarannya di area apotek hidup atau di kebun.
37
9) Untuk mengukur sejauh mana motivasi murid diterima dipublik,
maka sekali dalam satu semester (enam bulan sekali), biasanya
diadakan evaluasi. Misalnya dengan mengadakan pasar murah,
pameran produksi pertanian, maupun pameran produksi
pertukangan. Dalam moment inilah hasil karya sang murid akan
mendapatkan apresiasi yang sesuai dengan karya ciptaanya.
Berdasarkan karakteristik diatas, dapat disimpulkan
sejumlah karakteristik kelebihan-kelebihan yang berkaitan dengan
keberadaan sekolah alam.58
c. Pembelajaran di Sekolah Alam
Proses pembelajaran yang berlangsung di Sekolah Alam dalam
suasana fun learning. Belajar di alam terbuka, secara naluriah akan
menimbulkan suasana tersebut, tanpa tekanan dan jauh dari kebosanan.
Dengan menggunakan konsep fun learning, Sekolah Alam telah
mengubah sekolah menjadi sebuah miniatur kehidupan yang tidak saja
natural dan riil, tetapi juga indah dan nyaman. Proses pembelajaran
berubahn menjadi aktivitas kehidupan riil yang dihayati dengan penuh
kegembiraan. Dengan begitu akan tumbuh kesadaran pada anak-anak
bahwa belajar adalah asik dan sekolah menjadi identik dengan
kegembiraan.59
Dari penjelasan diatas mengenai bagaimana pembelajaran di
Sekolah Alam, penulis menyimpulkan bahwa secara kesimpulan
pembelajaran di sekolah alam adalah belajar bersama alam dengan
praktek atau melakukan langsung, eksplorasi, dan eksperimen. Hal ini
biasa dilakukan dengan outing/observasi/magang dan outbond.
Sekolah alam berusaha membangun kemampuan-kemampuan
dasar anak yang membuat proaktif dan adaptif terhadap perubahan-
58 Satmoko Budi Santoso, Sekolah Alternatif Mengapa Tidak, ( Yogyakarta: Diva Press, 2010),
hlm. 13-18. 59 Maryati, op.cit., hlm. 187.
38
perubahan lingkungan. Kemampuan berfikir logis misalnya. Seorang
anak yang mampu berfikir logis, lebih penting dari pada sekedar
mendapat nilai tinggi dalam matematika. Sebab kemapuan itu yang
memberikan kekuatan “mencerna” masalah-masalah hidupnya.
Misalnya latihan outbond, yang melatih keberanian, kesabaran,
keuletan, kerjasama, dan tim kepemimpinan. Latihan ini membanngun
struktur mentalitas mereka secara kuat yang membuat mereka tahan
terhadap goncangan-goncangan hidup.
Konsep outbond dapat membentuk jiwa kepemimpinan kepda
setiap peserta didik dan pendidik sendiri. Karena konsep outbond
dilatarbelakangi dari program-program militer yang penuh dengan
tantangan. Seorang militer mendapatkan latihan yang keras melalui
permainan-permainan yang lebih dikenal dengan outbond. Outbond
dapat mewakili kondisi medan pertempuran yang berat.
Kepemimpinan di militer dan hal ini terbukti dengan banyak jabatan
presiden yang di emban oleh kalangan militer.60
Annisa Nur Citrra Dien, Dkk, menggambarkan secara
keseluruhan bagaimana proses pembelajaran di Sekolah Alam yaitu:
1) Ruang kelas terbuka
2) Halaman sekolah luas dan tertutup. Kebutuhan siswa terpenuhi di
dalam sekolah.
3) Materi pelajaran di berikan dengan pemberian materi kelas dan juga
praktek.
4) Kegiatan belajar learning by doing, siswa belajar sambil melakukan
.
5) Jadwal belajar rutin telah ditentukan. Beberapa kegiatan belajar di
sekolah alam antara lain, outbond, green lab, unit kegiatan eco shop,
menabung sampah, dan radio, market day, dan sebagainya.
60 Heri Maulana, Pelaksanaan Pendidikan Karakter di Sekolah Alam, (Yogyakarta:
Jurnal Khasanah Ilmu), hlm. 28.
39
6) Masing-masing kelas memiliki 2 guru kelas. Guru menjadi teladan.
Guru dan calon guru mendapatkan training rutin agar kepasitasnya
sebagai guru meningkat.
7) Kurikulum yang digunakan kurikulum Diknas dan Kurikulum
Sekolah Alam.
8) Evaluasi tertulis dilakukan sesuai ketentuan Diknas seperti UTS dan
UAS, evaluasi lainnya adalah hasil selama pembelajaran yang
diamati dan dinilai oleh guru kelas.61
B. Hasil Penelitian yang Relavan
Terdapat hasil penelitian terdahulu yang secara umum memberikan
gambaran mengenai model pembelajaran di Sekolah Alam. Adapun hasil
penelitian tersebut adalah:
1. Zulfah Fikriah. 62
Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2013. Dengan judul “Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Alam
Indonesia (Studi Kasus Sekolah Alam Indonesia Ciganjur)”. Penelitian
ini membahas bagaimana model pembelajaran matematika di Sekolah
Alam Indonesia, selain itu penelitian ini terfokus pada model
pembelajaran di tingkat Sekolah Dasar yaitu pada siswa dan siswi kelas 4,
5, dan 6 SD.
Penelitian yang ditulis oleh Zulfah Fikriah, menghasilkan
kesimpulan bahwa “Pembelajaran matematika di Sekolah Alam Indonesia
memenuhi karakteristik model pembelajaran tematik/terpadu.
Pembelajaran berpusat pada siswa, memberikan pengalaman langsung
dan menggunakan prinsip sambil bermain.
Perbedaan dari penelitian yang hendak diteliti oleh penulis,
mengenai model pembelajaran di Sekolah Alam. Penelitian terfokus pada
model pembelajaran IPS pada tingkat SMP. Tempat yang menjadi lokasi
61 Annisa Nur Citra Dien, Dkk, op.cit, hlm. 8. 62 Zulfah Fikriah, Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Alam Indonesia ,
(Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syatrif Hidayatullah Jakarta, 2013), hlm. 76.
40
penelitian adalah Sekolah Citra Alam Ciganjur Jagakarsa Jakarta
Selatan.63
2. Puji Santoso.64
Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2011. Dengan judul “ Pelaksanaan Pembelajaran IPS Tingkat SMP Pada
Sekolah Alam Indonesia Ciganjur Jakarta Selatan”. Penelitian ini
membahas bagaiamana pelaksanaan Pembelajaran IPS pada Tingkat SMP
di Sekolah Alam Indonesia.
Penelitian yang ditulis oleh Puji Santoso menghasilkan
kesimpulan bahwa pelaksanaan pembelajaran IPS tingkat SMP pada
Sekolah Alam Indonesia Ciganjur dibagi ke dalam tiga tahapan
pelaksanaan pembelajaran yaitu:
a. Tahap Perencanaan Pembelajaran
Dalam kegiatan perencanaan pembelajaran yaitu guru
menyusun lesson plan (silabus) dan weekly plan sheet (RPP), yang
dilakukan pada rapat kerja 6 bulan sekali atau awal semester untuk
program satu semester.
b. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran
Pada tahap ini guru membagi menjadi tiga kegiatan yaitu:
kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan terkahir kegiatan
penutup/tindak lanjut.
c. Tahap Evaluasi atau Penilaian
Pada tahap ini evaluasi yang sering dilakukan yaitu evaluasi
keseharian siswa dan proyek untuk kelas VII dan VIII sedangkan
evaluasi atau penilaian pembelajaran untuk kelas IX semester 2 tidak
lagi belajar teori akan tetapi siswa mengerjakan latihan soal-soal
untuk Ujian Akhir Sekolah.
64 Puji Santoso, Pelaksanaan Pembelajaran Tingkat SMP pada Sekolah Alam Indonesia
Ciganjur Jakarta Selatan, (Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syari.f
Hidayatullah Jakarta, 2011), hlm. 66-67.
41
Perbedaan Penelitian yang hendak diteliti oleh penulis,
penulis membahas terkait model pembelajaran IPS di sekolah alam
yang ada dalam tahap pelaksanaan pembelajaran di sekolah alam.
3. Agus Thohir.65
Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo
Semarang 2010. Dengan judul “Implementasi Model Sekolah Alam di
Pendidikan Anak Usia Dini Ar-Ridho Semarang dalam Tinjauan
Pendidikan Islam”. Penelitian ini membahas bagaimana model sekolah
alam di PAUD Ar-Ridho Semarang, serta bagaimana penerapan model
sekolah alam di PAUD Ar-Ridho dalam tinjauan pendidikan Islam.
Penelitian yang ditulis oleh Agus Thohir menghasilkan
kesimpulan bahwa:
a. Sekolah alam menggunakan konsep pembelajaran terpadu yang
dilakukan melalui tema. Metode belajarnya menggunakan alam sekitar.
Sekolah alam di PAUD Ar-Ridho mengembangkan kurikulum khas,
hal ini sebagai keputusan untuk menciptakan alternatif dalam
pengembangan model sekolah alam. Selain itu desain rancang bangun
tata ruang kelas dan gedung sekolah juga menjadi ciri khas yang
membedakan sekolah alam dengan sekolah pada umumnya.
Karakteristik lain adalah dengan dukungan site plann desain
lingkungan yang dibuat sebagai media laboratorium untuk
pemanfaatan dalam proses pembelajaran.
b. Penerapan model sekolah alam di PAUD Ar-Ridho Semarang dalam
pelaksanaanya sudah berjalan dengan sederhana. Selain menggunakan
metode pendekatan Webbed (jejaring) dalam pembelajarannya peserta
didik diajarkan untuk bersahabat dengan alam. Dalam proses
pembelajarannya menjadikan alam sebagai basis media untuk
mengakrabkan peserta didik terhadap nilai-nilai Islam. Bila dilihat dari
tujuan didirikannya sekolah alam dan dirunut berawal dari gagasan
yang dimunculkan oleh Bapak H. Nurul Khamdi, B. Eng beserta
65 Agus Thohir, Implementasi Model Sekolah Alam di Pendidikan Anak Usia Dini Ar-
Ridho Semarang dalam Tinjauan Pendidikan Islam, (Semarang: Fakultas Tarbiyah Institut Agama
Islam Negeri Walisongo, 2010).
42
teman-teman dekatnya bahwa sekolah alam bertujuan ingin
mencerahkan manusia berkualitas dalam urusan dunia maupun akhirat.
Tabel 2. 2
Perbedaan dan Persamaan Penelitian Relavan
No. Judul Penelitian Persamaan Perbedaan
1. Model Pembelajaran
Matematika di Sekolah
Alam Indonesia (Studi
Kasus Sekolah Alam
Indonesia Ciganjur).
Oleh: Zulfah Fikriah.66
1. Obyek utama penelitan
mengkaji tentang
sekolah alam.
2. Spesifikasi penelitian
pada model
pembelajaran.
1. Penelitian yang ditulis oleh
Zulfah Fikriah terfokus pada
penelitian model pembelajaran
matematika.
2. Penelitian terfoksu pada
model pembelajaran tingkat
Sekolah Dasar. (kelas IV, V
dan VI).
2. Pelaksanaan
Pembelajaran IPS
Tingkat SMP Pada
Sekolah Alam
Indonesia Ciganjur
Jakarta Selatan.
Oleh: Puji Santoso.67
1. Obyek utama
penelitan mengkaji
tentang sekolah alam.
2. Spesifikasi penelitian
terfokus pada
pembelajaran IPS.
1. Penelitian terfokus pada
pelaksaan pembelajaran IPS di
sekolah alam (Perencanaan,
Pelaksanaan pembelajaran, dan
penilaian/evaluasi).
`3. Implementasi Model
Sekolah Alam di
Pendidikan Anak Usia
Dini Ar-Ridho
Semarang dalam
Tinjauan Pendidikan
Islam.68
1. Obyek utama penelitan
mengkaji tentang sekolah
alam.
2. Spesifikasi penelitian
pada model pembelajaran
1. Penelitian yang ditulis oleh
Agus Thohir menjelaskan
mengenai model pembelajaran
sekolah alam secara garis
besar.
2. Penelitian menggunakan
tinjauan pendidikan Islam.
3. Penelitian terfokus pada
Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD)
C. Kerangka Berfikir
Pembelajaran IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang
diajarkan di sekolah, mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai ke
66 Zulfah Fikriah, Opcit., hlm 76.
67 Puji Santoso, Opcit. 68 Agus Thohir, Opcit.
43
pendidikan menengah, yang mana sasaran utama dari mata pelajaran ini
adalah pengembangan aspek teoritis seperti yang menjadi penekanan pada
social science. Dalam pembelajaran dan pengajaran IPS tidak bisa terelakkan
oleh 3 hal yaitu: guru, siswa dan materi ajar.
Dalam prosesnya para siswa di sekolah memiliki karakter yang
berbeda-beda, maka mereka juga mempunyai cara belajar yang berbeda. Siswa
dengan tipe belajar auditori belajar dengan mengandalkan kemampuan
mendengar dan mengingat, siswa dengan tipe belajar visual belajar dengan
mengandalkan kemampuan melihat apa yang dilakuakan orang lain di
sekitarnya. Siswa dengan tipe belajar auditori dan visual ini umumnya tidak
terkendala mengikuti cara belajar pada sekolah konvensional. Lain halnya
dengan tipe belajar kinestetik, siswa dengan tipe belajar ini kesulitan jika
mengikuti kegiatan belajar sekolah formal pada umumnya. Siswa dengan tipe
belajar kinestetik belajar terutama harus terlibat secara langsung, bergerak
bebas serta melakukan sesuatu.
Menghadapi masalah perbedaan cara belajar setiap siswa maka salah
satu indakator keberhasilan proses belajar adalah cara penyampaian atau
terkait dengan model pembelajaran yang dipilihnya, mengikuti cara belajar
siswa. Model pembelajaran yang tepat dapat memudahkan siswa memahami
apa yang telah tersampaikan. Serta dapat meningkatkan motivasi belajar siswa
Model pembelajaran yang disediakan sekolah formal sangat beragam.
beberapa model yang banyak di gunakan dalam pembelajarn di sekolah
formal adalah model pembelajaran kooperatif, kontekstual, inkuiri, PAKEM,
dan model pembelajaran berbasis masalah (PBM). Dari kesekian banyak
model pembelajaran yang disajikan di sekolah formal, tidak mewakili macam-
macam gaya belajar siswa. Salah satunya adalah siswa dengan gaya belajar
kinestetik yang belajar harus terlibat langsung, bebas dan melakukan sesuatu
Berkaitan dengan permasalahan tersebut maka muncul berbagai
sekolah alternatif, salah satunya adalah sekolah alam yang menyediakan
konsep pendidikan berbasis alam semesta. pendidikan di sekolah alam ini
dilakukan di alam terbuka agar mengetahui pembelajaran dari semua makhluk
44
hidup di alam ini secara langsung. Oleh karena itu sekolah alam merupakan
alternatif bagi siswa yang belajar cenderung implusif atau biasa disebut
dengan tipe belajar kinestetik.
Sekolah alam yang melibatkan alam secara langsung dalam proses
pembelajarannya, maka apa model pembelajaran yang digunakan di sekolah
45
SEKOLAH FORMAL
MASALAH
Karakter siswa berbeda. Gaya belajar siswa AUDITORI
VISUAL
KINESTETIK
Salah satu indikator
keberhasilan proses belajar
adalah cara penyampaian
atau terkait dengan model
pembelajaran.
Model
pembelajaran
Kontekstual
Kooperatif
Inkuiri
PMB
PAKEM Model pembelajaran
sekolah formal belum
mampu mewakili semua
gaya belajar siswa
Siswa dengan tipe belajar
kinestetik umumnya
terkendala dengan model
pembelajaran sekolah
formal.
Gaya belajar
kinestetik
1. Terlibat secara
langsung
2. Bebas melakukan
sesuatu
3. imflusif
SEKOLAH ALTERNATIF
SEKOLAH ALAM
Pendidikan berbasis alam
semesta. Proses
pembelajaran
berlangsung di alam
terbuka dengan konsep
belajar sambil bermain.
Model Pembelajaran
Sekolah Alam
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir
46
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Citra Alam yang
berlokasi di Jalan Damai II No. 54 RT 4/ RW 2 Ciganjur, Jagakarsa,
Jakarta Selatan. Berikut ini merupakan peta lokasi Sekolah Citra Alam
Gambar 3.1
Peta Lokasi Penelitian
Adapun pertimbangan dan alasan peneliti memilih Sekolah
Citra Alam sebagai tempat penelitian adalah:
a. Pertimbangan peneliti memilih lokasi penelitian di Sekolah Citra Alam
Ciganjur yaitu Sekolah Citra Alam merupakan salah satu sekolah alam
Indonesia yang terdapat tingkat SMP (Sekolah Menengah Pertama).
b. Dalam proses pembelajarannya pada Sekolah Citra Alam tingkat SMP,
siswa mempelajari mata pelajaran IPS, alasan ini akan memudahkan
peneliti dalam melaksanakan penelitian terkait.
47
c. Alasan lain adalah Sekolah Citra Alam memiliki perkembangan cukup
pesat dan memiliki banyak siswa dibandingkan dengan sekolah alam
lainnya. Hingga kini Sekolah Citra Alam mencoba meretas pendidikan
berkualitas dengan orientasi pembentukan karakter peserta didik yang
siap menjadi kader pembangunan masa depan umat dan membimbing
mereka menjadi khalifah Allah di muka bumi.
2. Waktu Penelitian
Adapun kegiatan penelitian ke Sekolah Citra Alam Ciganjur
dimulai pada penyusunan proposal yaitu pada hari Selasa, 7 November
2017.
Tabel 3.1
Waktu Penelitian
Kegiatan Penelitian Tahun 2018
DES JAN FEB MAR APR
1. Penyusunan
Proposal
2. Penyusunan Bab I
3. Penyusunan Bab
II
4. Penyusunan Bab
III
5. Penyusunan Bab
IV dan Kesimpulan
B. Metode Penelitian
Mengingat penelitian ini tidak dimaksudkan untuk menguji
hipotesis maka pendekatan yang digunakan ialah pendekatan kualitatif,
yaitu pendekatan yang secara primer menggunakan paradigma
pengetahuan berdasarkan pandangan konstruktivist (seperti makna jamak
dari pengalaman individual, maka yang secara sosial dan historis dibangun
dengan maksud mengembangkan suatu teori atau pola). Metode kualitatif
48
berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi
tingkah laku manusia dalam situasi tertentu menurut perspektif peneliti
sendiri.69
Peneliti mengumpulkan data penting secara terbuka terutama
dimaksudkan untuk mengembangkan tema-tema dari data. Proses
penelitian kualitatif lebih fleksibel dalam artian langkah selanjutnya akan
ditentukan oleh temuan selama proses penelitian.70
Adapun metode yang digunakan adalah metode penelitian
deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif diuraikan dengan kata-
kata menurut pendapat responden, apa adanya sesuai dengan pertanyaan
penelitiannya, kemudian dianalisis pula dengan kata-kata apa yang
melatarbelakangi reponden berperilaku.71
Penelitian yang memberikan
sebuah gambaran yang jelas dan akurat tentang materi atau fenomena yang
sedang diselidiki, karena belakangan ini isu mengenai pendidikan tentang
sekolah alam banyak dibicarakan. Maka peneliti akan menelaah lebih
dalam khususnya pembelajaran IPS pada Sekolah Citra Alam Ciganjur
tingkat SMP.
Dengan menggunakan metode tersebut peneliti bertujuan untuk
menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi atau
fenomena realitas yang sebenarnya yang menjadi objek penelitian agar
lebih mendalam.
C. Sumber Data
Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi,
tetapi oleh Spradley dinamakan dengan “social situation".72
Situasi sosial
terdiri dari tiga elemen yaitu:
69 Husaini Usman, Dkk, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014),
hlm. 78. 70 Samiaji Sarosa, Penelitian Kualitatif Dasar-Dasar, ( Jakarta: Indeks, 2017),
hlm. 11. Edisi ke-2. 71 Husaini Usman, Dkk, op.cit., hlm. 130. 72 Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi Mixed Methods, (Bandung: Alfabeta, 2016),
hlm. 297.
49
1. Pelaku (actors), merupakan pelaku atau orang-orang yang sedang
memainkan peran. Adapun pelaku dalam penelitian ini ialah kepala
sekolah, guru dan peserta didik.
2. Tempat ( Place ), merupakan tempat kejadian di mana kegiatan
dilakukan. Adapun tempat dalam penelitian ini ialah Sekolah Citra
Alam.
3. Aktivitas ( activities ), merupakan segalam aktivitas yang dilakukan
pelaku di tempat tersebut dalam konteks yang sesungguhnya. Adapun
aktivitas dalam penelitian ini adalah kegiatan pembelajaran baik di
kelas maupun diluar kelas.73
Adapun teknik sampling yang digunakan adalah purposive
sampling yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan
pertimbangan tertentu. Yang dimaksud dengan pertimbangan di sini adalah
mempertimbangkan siapa saja yang akan dijadikan informan yang dapat
memberikan informasi dan data yang baik sehingga akan memudahkan
peneliti menemukan objek atau situasi sosial yang di teliti. Kriteria yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu guru IPS dan siswa sekolah Citra
Alam Ciganjur yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran IPS.
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data penelitian menggunakan teknik yang
diperlukan dalam penelitian yaitu:
1. Wawancara
Metode wawancara juga biasa disebut dengan metode
interview atau disebut sebagai metode wawancara. Metode wawancara
adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan
cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan
responden atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa
73 Ibid., hlm. 313.
50
menggunakan pedoman (guide) wawancara.74
Dalam penelitian ini
penulis menggunakan pedoman wawancara atau wawancara
terstruktur, yaitu wawancara yang dilaksanakan secara terencana
dengan berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan.
Dalam melakukan penelitian ini peneliti akan melakukan
wawancara dengan kepala sekolah untuk memperoleh data sekolah
Citra Alam dan guru mata pelajaran IPS untuk memperoleh data
bagaimana atau apa model yang digunakan pada mata pelajaran IPS
dan bagaimana implementasi penerapannya. Selain kepada guru mata
pelajaran IPS dan kepala sekolah wawancara juga dilakukan kepada
siswa yang mengikuti pembelajaran IPS, untuk memperoleh informasi
atau data mengenai bagaimana respon siswa terhadap model
pembelajaran IPS yang diterapkan oleh guru mata pelajaran IPS dan
apa kelebihan/kekurangan metode pembelajaran tersebut.
2. Observasi
Observasi adalah cara pengambilan data dengan cara
menggunakan pancaindera mata sebagai alat bantu utamanya selain
pancaindera lainnya seperti telinga, penciuman, mulut, dan kulit.75
Dengan cara pengambilan data melalui observasi peneliti akan
mengamati langsung terhadap objek penelitian, bagiamana model
pembelajaran IPS di Sekolah Citra Alam dan bagaimana implementasi
model pembelajaran tersebut. Peneliti akan mengamati secara langsung
dan terjun dalam pembelajaran IPS bersama guru mata pelajaran IPS
untuk melihat bagaimana model pembelajaran tersebut diterapkan.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan observasi non
partisipan, yaitu observasi yang menjadikan peneliti sebagai penonton
atau penyaksi terhadap gejala atau kejadian yang menjadi topik
74 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi: Format-format
Kuantitatif dan Kualitatif untuk Studi Sosiologi, Kebijakan Publik, Komunikasi, Manajemen, dan
Pemasaran, (Jakarta: Prenada Media Group, 2013), hlm. 133. 75 Ibid., hlm. 142.
51
penelitian.76
Jadi dalam observasi non partisipan observer (peneliti)
tidak ikut dalam kehidupan orang yang akan di observasi, dan secara
terpisah berkedudukan selaku pengamat. Dalam hal ini peneliti
mengamati bagaimana kegiatan pembelajaran di sekolah alam
berlangsung.
3. Dokumentasi
Pada intinya metode documenter adalah metode yang
digunakan untuk menelusuri data historis. Sebagian besar data yang
tersedia bisa berbentuk, catatan harian, kenang-kenangan, laporan, dan
sebagainya. Kumpulan data bentuk tulisan ini disebut dokumen dalam
arti luas termasuk monumen, artefak, foto, tape, microfilm, disc,
sdrom, hard-disk, dan sebagainya. 77
E. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
76 Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analsiis Data, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2011), hlm. 40. 77 Burhan Bungin, op.cit., hlm. 153-154.
Variabel Sub Variabel Indikator Teknik
Pengambilan
data
Instrumen dan
alat
Sasaran
Objek
1. Sekolah
Alam
a. Profil
Sekolah
1) Visi
sekolah
2) Misi
sekolah
3) Filosofi
sekolah
4) Kurikulum
sekolah
5) Sarana dan
Prasarana
sekolah
6) Program
dan
1. Observasi
2. Wawancara
3. Dokumentasi
1. Lembar
wawancara
2. Lembar
observasi
3. Lembar ceklis
dokumentasi
1. Kepala
sekolah
2. Guru
52
F. Pemeriksaan Keabsahan Data
Pada penelitian kualitatif, tingkat keabsahan lebih ditekankan pada
data yang diperoleh. Melihat hal tersebut maka kepercayaan data hasil
penelitian dapat dikatakan memiliki pengaruh signifikan terhadap
keberhasilan sebuah penelitian. Data yang valid dapat diperoleh dengan
melakukan uji kredibilitas (validitas internal) terhadap data hasil penelitian
sesuai dengan prosedur uji kredibilitas data dalam penelitian kualitatif.
Pengujian kredibilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik
kegiatan
sekolah
b. Status
Sekolah
Status Sekolah di
DEPDIKNAS
Wawancara
Lembar wawancara
Kepala
sekolah
Citra
Alam
2. Proses
Pembelaja
ran IPS
a. Perencanaan
Pembelajaran
1) Kurikulum IPS
2) Rencana
Perangkat
Pembelajaran
(RPP)
1. Wawancara
2. Dokumentasi
1. Lembar
observasi
2. Lembar
wawancara
3. Lembar ceklis
dokumentasi
Guru IPS
b. Pelaksanaan
Pembelajaran
1) Materi
Pembelajaran
2) Sumber
Pembelajaran
3) Metode
Pembelajaran
4) Media
Pembelajaran
5) Proses
Pembelajaran
6) Aktifitas Siswa
1. Observasi
2. Wawancara
3. Dokumentasi
c. Evalusasi
Pembelajaran
Evaluasi
Pembelajaran
1. Observasi
2. Wawancara
53
triangulasi. Triangulation adalah proses penguatan bukti dari individu-
individu yang berbeda dalam deskripsi dan tema-tema dalam penelitian
kualitatif. Peneliti menguji setiap sumber informasi dan bukti-bukti
temuan untuk mendukung sebuah tema.78
1. Triangulasi Sumber. Menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Data
yang diperoleh kemudian dideskripsikan dan dikategorisasikan sesuai
dengan apa yang diperoleh dari berbagai sumber tersebut. Peneliti akan
melakukan pemilahan data yang sama dan data yang berbeda untuk
dianalisis lebih lanjut.
2. Triangulasi Teknik. Pengujian ini dilakukan dengan cara mengecek
data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda, misalnya
dengan melakukan observasi, wawancara, atau dokumentasi. Apabila
terdapat hasil yang berbeda maka peneliti melakukan konfirmasi
kepada sumber data guna memperoleh data yang dianggap benar.
3. Triangulasi Waktu. Narasumber yang ditemui pada pertemuan awal
dapat memberikan informasi yang berbeda pada pertemuan
selanjutnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengecekan berulang-
ulang agar ditemukan kepastian data yang kredibel.79
G. Teknik Analisis Data
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang
terkumpul dari berbagai sumber yang diperoleh dari wawancara,
pengamatan lokasi, dan dokumentasi, kemudian data yang terkumpul,
dianalisis, ditafsirkan, dan disimpulkan ke dalam bahasa yang mudah
dipahami dan logis sesuai dengan penelitian yang dibahas.
78 Emzir, op.cit, hlm. 82. 79 Simbah Wuri, Uji Keabsahan Data dalam Penelitian Kualitatif, diakses dari
http://raraswurimiswandaru.blogspot.co.id/2016/04/uji-keabsahan-data-dalam-penelitian.html,
pada 20 Mei 2018. Pukul 10.17.
54
Proses pengumpulan dan penganalisaan data peneliti ini
berpedoman kepada langkah-langkah analisis data penelitian kualitatif,
yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Pertama, reduksi data meliputi proses pemilihan, pemfokusan,
penyederhanaan, pengabstraksian, dan pengkatagorian data untuk
memudahkan pengorganisasian data.
Kedua, penyajian data merupakan rakitan organisasi informasi
ataupemaparan data yang tersusun secara sistematis dengan
memperlihatkan kaitan alur data dan menggambarkan apa yang
sebenarnya terjadi sehingga memudahkan peneliti menarik kesimpulan.
Secara umum penyajian dalam penelitian ini ditampilkan dalam bentuk
teks naratif.
Ketiga, penarikan kesimpulan yang dilakukan sejak tahap
pengumpulan data dengan cara mencatat dan memaknai fenomena
menunjukan keteraturan, kondisi yang berulang-ulang, serta pola-pola
yang dominan. Pada tahapan ini kesimpulan yang diperoleh biasanya
kurang jelas, menyeluruh, bersifat sementara, tetapi selanjutnya akan
semakin tegas dan memiliki dasar yang kuat setelah makna teruji
kebenaran dan keabsahan. Verifikasi data yang dimaksud dengan
perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, pengecekan sejawat,
kecukupan referensial, dan pengecekan keanggotaan.80
80 Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006).
55
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Sekolah Citra Alam
1. Profil Sekolah Citra Alam
Sekolah Citra Alam merupakan sekolah yang berada di bawah
naungan yayasan Citra Nurul Falah Khaled Azmi dimana tidak hanya
terdapat Sekolah Dasar (SD) melainkan juga terdapat beberapa jenjang
pendidikan yaitu Play Group (PG), Taman Kanak-kanak (TK),
Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas
(SMA). Latar belakang pendirian Sekolah Citra Alam berawal dari
kepedulian seorang pengamat pendidikan Ir. Lendo Novo yang
memiliki latar belakang ADHD. Beliau ingin mendirikan sekolah yang
ramah terhadap anak yang tidak bisa duduk diam manis di dalam kelas.
Sehingga Ir. Lendo Novo memutuskan untuk bekerjasama dengan
pemilik yayasan Citra Nurul Falah mendirikan sekolah alam. Berawal
dari 3 orang siswa di Play Group kemudian bertambah menjadi 7
orang siswa. Hingga sekarang sekolah Citra Alam terus berkembang
dan membuka beberapa jenjang dari PG-TK sampai jenjang SMA.
Pendiri sekolah berpandangan bahwa setiap anak terlahir dengan
keunikannya dan mereka berhak untuk mendapatkan pendidikan yang
layak sesuai dengan Undang-Undang yang ada. Adapun pandangan
tersebut diwujudkan dalam bentuk visi, misi, serta tujuan sekolah.81
Sekolah Citra Alam beralamat di Jalan Damai II No. 54
Ciganjur Jagakarsa Jakarta Selatan, didirikan pada tahun 2000 dengan
menerapkan kurikulum karakter yang berlandaskan Asmaul Husna,
integrated study pada pelajaran agama dengan pelajaran lainnya yang
dapat mengasah kepekaan siswa terhadap keberadaan Allah SWT.
Keinginan yang kuat dari Ir. Lendo Novo bersama ketua yayasan yang
menginginkan sekolah alternatif dengan konsep sekolah yang
81 Transkip Wawancara Kepala Sekolah (Ratu Meylani)
56
menyenangkan tetapi tetap mempunyai kekuatan di karakter. Sehingga
munculnya Sekolah Citra Alam yang bertujuan untuk mewadahi anak-
anak yang sulit untuk mengikuti kegiatan di sekolah yang formal.
Menurutnya sekolah adalah tempat yang menyenangkan.
Dalam perkembannya sekolah alam tidak hanya menawarkan
sekolah berbasis alam, tetapi juga menawarkan pendidikan inklusi dan
pendidikan karakter dimana karakter ini nantinya akan membentuk jati
diri pribadi, lalu jati diri keluarga, dan berkembang membentuk jati
diri bangsa. Sistem pendidikan di sekolah Citra Alam adalah
kolaborasi antara sistem pendidikan nasional dan sistem pendidikan
Sekolah Citra Alam itu sendiri. Kurikulum pada sekolah ini merupakan
kurikulum yang bermuatan pengetahuan, sikap, dan keterampilan
dengan pendekatan riset, inovasi dan aplikasi. Sekolah Citra Alam
dipercaya sebagai sekolah induk bagi beberapa sekolah dan menjadi
sekolah model bagi sekolah alam yang terjaring dalam Jaringan
Sekolah Alam Nasional (JSAN).
Gambar 4.1
Peta Adminitrasi Kelurahan Ciganjur
Pada saat ini Sekolah Citra Alam tingkat SMP memiliki sekitar
83 peserta didik. 14 siswa kelas 7A, 14 siswa kelas 7B dan 14 siswa
57
kelas 8A, 13 siswa kelas 8B, 13 siswa kelas 9A dan 14 Siswa kelas 9B.
Masing-masing kelas memiliki sekitar 1-4 anak berkebutuhan khusus.
2. Visi Sekolah Citra Alam
Visi Sekolah Citra Alam tingkat SMP sama dengan semua
jenjang pendidikan lainnya yaitu: “Mempersiapkan khalifah yang
berakhlak karimah, jujur bertanggung jawab, serta menebar kasih
sayang melalui pendidikan yang berkualitas berbasis alam dan
budaya”.82
Visi tersebut memberikan kesan bahwa sekolah citra alam
memiliki tujuan yang komprehensif. Dimana penekanan visi ini lebih
kepada penumbuhan karakter yang positif agar peserta didik menjadi
manusia yang berguna sebagai khalifah fil ard di muka bumi.
3. Misi Sekolah Citra Alam
Untuk mewujudkan visi sekolah, berikut adalah upaya-upaya
yang dilakukan sekolah dan dituangkan dalam misi:
a. Membentuk dan mempersiapkan pribadi yang mencintai dan
mengamalkan Al-Qur‟an dan As-Sunnah.
b. Pendidikan diarahkan agar anak didik dapat menjadi anak yang
produktif (dalam ibadah dan bekerja), mandiri (dalam hidup dan
berusaha) dan berakhlak mulia pada alam dan manusia.
c. Membentuk pribadi yang diarahkan agar dapat mencintai belajar,
mencintai sesama makhluk Allah, berempati, berfikir kritis, dapat
memecahkan masalah
d. Membentuk pribadi yang dapat mengapresiasi budaya dan
kesenian.
e. Menyelenggarakan pendidikan yang menumbukan kepedulian dan
kecintaan terhadap alam.
82 Transkip Wawancara dengan Kepala Sekolah, Ratu Meylani. ( 24 Mei 2018).
58
f. Menyelenggarakan pendidikan untuk mengembangkan potensi
intelektual, psikologi, fisik dan sosial yang diseimbangkan oleh
aspek spiritual, penanaman dan pengembangan karakter positif,
untuk menjadi masyarakat pembelajar yang bertanggung jawab.
Misi yang diusungkan sekolah adalah langkah untuk
mewujudkan visi yang telah ditetapkan. Misi tersebut secara
keseluruhan menggambarkan program dan rangkaian kegiatan
yang di jalankan oleh sekolah Citra Alam. Program tersebut
meliputi penyelenggaraan ibadah. Pembentukan karakter dan
pengembangan bakat, selain itu yang terkandung dalam misi
tersebut adalah menumbuhkan kecintaan kepada sesama makhluk
Allah (sesama manusia dan alam sekitarnya). Misi tersebut
direalisasikan dengan rangkaian kegiatan yang di jalankan oleh
pembelajaran di sekolah Citra Alam. Dalam penyelenggaraan
ibadah siswa diarahkan untuk terbiasa melakukan kewajiban-
kewajiban ibadah seperti pada jam sholat seluruh siswa wajib
mengikuti shalat berjamaah di masjid, sebelum kegiatan belajar
mengajar dimulai, seluruh siswa wajib melakukan sholat dhuha.
Dalam proses pembelajaran juga dikaitkan dengan nilai-nilai
keagamaan seperti membaca doa, membaca Al-Qur‟an. Selain itu
siswa juga dibiasakan untuk hormat kepada guru-guru sebagai
orang tua di sekolah.
4. Filosofi Sekolah
a. Al-I’tibar
Mengambil pelajaran, memikirkan, mensyukuri nikmat dan
menggali rahasia alam ciptaan allah.
b. Al-Intifa’
Mengambil manfaat dan mendayagunakan sebaik-baiknya.
c. Al-Ishlah
Memperbaiki, menjaga kelestarian alam dan memelihara sesuai
dengan maksud penciptaan-nya.83
83 Brosur Sekolah Citra Alam Ciganjur.
59
Filosofi ini berkaitan dengan dasar-dasar pemikiran yang
menjadi acuan terselenggaranya sekolah Citra Alam dan kemudian
direalisasikan pada suluruh visi-misi, program, hingga seluruh
rangkaian kegiatan pembelajaran di sekolah Citra Alam.
5. Kurikulum Sekolah Citra Alam.
Kurikulum yang diterapkan di sekolah Citra Alam merupakan
kurkulum nasional yaitu kurikuum 2013 dan diperkaya dengan
kurikulum internasional.84
Kurikulum 2013 yang di terapkan dalam
sekolah Citra Alam sama dengan sekolah pada umumnya yaitu
bermuatan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Pada prosesnya
pembelajaran tidak hanya mengacu pada kurikulum nasional saja tetapi
diperkaya dengan kurikulum internasional yang bermuatan riset,
inovasi, dan aplikasi.
Anak-anak tidak hanya mendapat pelajaran akademik seperti
sekolah-sekolah lain pada umumnya, namun juga mendapat
pengetahuan dan pengalaman melalui lingkungan hidup, kesenian,
outbond, sosialisasi dan lain-lain
6. Sarana dan Prasarana Sekolah Citra Alam
Sarana prasarana merupakan komponen penting dalam
pendidikan. Di sekolah sarana prasarana menjadi penunjang
terselanggaranya proses belajar mengajar yang efektif. Maka sekolah
Citra Alam berupaya semaksimal mungkin memenuhi kebutuhan
sekolah. Adapun data mengenai sarana dan prasarana sekolah Citra
Alam Ciganjur adalah sebagai berikut:
84 Transkip Wawancara Kepala Sekolah (Ratu Meylani)
60
Tabel 4.1
Tabel Sarana dan Prasarana Sekolah Citra Alam Tingkat SMP
No. Nama Fasilitas Fungsi
1 Ruang kelas 7 – 9 Ruang belajar
2 Kantor dan TU Ruang adminitrasi sekolah
3 Lab computer Praktik Komputer
4 Perpustakaan Ruang belajar, membaca, dll.
5 Kantin sehat Ruang makan warga sekolah
6 Masjid Tempat ibadah, sholat
berjamaah.
7 Green House Tempat praktik menanam,
beternak
8 Lapangan Lapangan bola, basket
9 Ruang Art Tempat membuat kesenian,
menyimpan projek kesenian
siswa
10 Ruang serba guna Ruang belajar, kumpulan
oraganisasi dll.
11 Area Parkir Parkir motor, mobil post satpam
12 Saung guru Istirahat guru
13 Koperasi Koperasi alat-alat tulis dll.
Seluruh bangunan di sekolah Citra Alam dibuat lebih terbuka
seperti sekolah alam pada umumnya. Fasilitas yang banyak terlihat
pada saat observasi adalah bangunan saung atau panggung yang
merupakan ruang tata usaha, ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang
perpustakaan, dan ruang serbaguna. Di bawah panggung ruang TU
terdapat kantin, koperasi serta tempat makan yang terbuka. Di sekitar
kantin sekolah juga terdapat ruang tunggu untuk orang tua siswa,
ruang tunggu ini dibuat lesehan di bawah rumah panggung. Fasilitas
lain sebagai ciri khas dari sekolah alam adalah outbond dan fasilitas
bermain seperti sepeda, ayunan, dan lain-lain. Pada jam istirahat siswa-
siswi bermain di area sekolah menggunakan fasilitas permainan yang
ada.
61
Gambar 4.2
Saung kantor dan Ruang guru
Gambar 4.3
Ruang Kantin dan Mini Outbond
Fasilitas sekolah Citra Alam yang lain sebagai penunjang
proses pembelajaran adalah lab komputer, green house yang digunakan
sebagai tempat belajar menanam, dan kolam kecil untuk tempat belajar
ternak ikan. Di depan halaman sekolah terdapat lapangan basket, selain
untuk bermain basket lapangan ini digunakan untuk upacara pada hari
senin. Selain itu ada pula lapangan serbaguna yang terbuat dari rumput
halus, biasanya digunakan untuk aktivitas organisasi sekolah.
Gambar 4.4
Green House dan Kolam Ternak
62
Selain bangunan panggung ada pula bangunan lain yang
terbuat dari tembok yaitu ruangan kelas SMP dan masjid. Pada ruang
kelas SMP meskipun terbuat dari tembok namun tetap memberikan
unsur alami karena tembok tidak diwarnai dengan cat, yang terlihat
adalah tembok batu bata yang telah dihaluskan. Sehingga suasana
kelas sangat sejuk dan nyaman. Di dalam ruangan kelas sebagian
besar adalah jendela terbuka yang menghadap langsung ke pepohonan
tinggi di luar kelas. Sama seperti ruangan kelas, ruangan masjid yang
terdapat di sekolah Citra Alam juga bersifat terbuka tidak ada pintu
dan jendala pada masjid, keadaan masjid dapat terlihat jelas dari luar.
Selain itu, tempat wudhu masjid tersebut dibuat lebih terbuka, dan
toilet yang dibuat dari batu kali
7. Program dan Kegiatan Belajar Sekolah Citra Alam85
Tabel 4.2
Program dan Kegiatan Belajar
Regular Activity
Sholat Dhuha,
Asma‟ul Husna,
dan Dhuhur
berjamaah
1. Melatih siswa dalam
beribadah secara benar
dengan penghayatan
2. Membangun kebersamaan
dalam berjama‟ah
3. Membangun nilai-nilai
positif, tanggung jawab dan
kedisiplinan siswa
Pembiasaan,
reflesksi
(penghayatan),
kultum
Snack Time dan
Lunch
4. Menanamkan nilai dan etika
makan yang tepat dan baik
kepada siswa
5. Menumbuhkan rasa syukur
dan menghargai terhadap
pemberian Allah.
6. Menumbuhkan suasana
keakraban dan rasa peduli
diantara sesama teman
Bersama-sama
di bawah
pengamatan
dan
pengarahan
dari guru kelas
85 Brosur Sekolah Citra Alam PG/TK, SD, SMP dan SMA.
63
Circle Time 1. Menanamkan nilai-nilai
karakter, kebersamaan,
teamwork, dan persahabatan
2. Proses edukasi dan
pembelajaran
3. Menguatkan ikrar diri sebagai
hamba dan makhluk Allah
Dilakukan
pada setiap
hari senin,
antara lain
dalam bentuk
game, refleksi
dan juga
upacara.
Kegiatan Belajar
Mengajar sesuai
kurikulum sekolah
1. Menumbuhkan kemauan dan
semangat pembelajar dalam
diri setiap siswa
2. Membangun kemandirian dan
keterampilan belajar siswa
3. Mengoptimalkan potensi dan
kecerdasan siswa
Active
Learning,
eksplorasi,
game,
collaborative
learning, CTL,
SCAM, Home
Visit, dan
lainnya.
Peak Activity
Fieldtrip 1. Mengamati dan mempelajari
media atau objek
pembelajaran yang tidak bisa
dihadirkan di kelas/ sekolah
2. Mengkontekstualkan
pembelajaran di
kelas/sekolah ke dalam realita
atau praktik yang lebih
konkrit.
3. Belajar “real word”, sesuai
konteksnya, dan menjadikan
siswa memiliki learning
experience yang sesuai
dengan fakta dan kenyataan
yang sebenarnya.
Outing ke
tempat/objek
yang
memenuhi
tujuan
pembelajaran
Assembly dan
Exhibisi
1. Aktualisasi dan ekspresi
pembelajaran siswa dalam
bentuk performance
2. Mengkomunikasikan pesan-
pesan pembelajaran dalam
karya dan penampilan
Hasil karya,
drama, music,
dan presentasi
Special Activity
MOS (Masa
Orientasi Siswa
1. Mempersiapkan siswa belajar
di sekolah dengan melakukan
pengenalan kepada guru,
Kolaborasi
kegiatan di
dalam dan di
64
lingkungan, fasilitas, dan
program.
2. Memberikan beberapa
kegiatan warming up seperti
parade, art, workshop, dan
lain-lain.
luar kelas
ParAde (Pekan
Ramadhan
Edukatif)
1. Menanamkan esensi nilai-
nilai keagamaan dalam
kehidupan siswa
2. Menerapkan praktif
keagamaan secara
menyeluruh dan
berkesinambungan
3. Menumbuhkan kepekaan dan
kepeduliaan sosial terhadap
sesama.
Pendalaman
agama Iqro,
dzikir,
eksplorasi
karya diri,
serta mengkaji
pengetahuan
ramadhan atau
topik lain yang
dapat
meningkatkan
keimanan
siswa
bakti atau aksi
sosial.
Camping (SD dan
SMP)
1. Mengasah keberanian,
kemandirian, kerja sama,
inovasi, dan kepedulian
siswa.
2. Membentuk karakter yang
kuat dan solutif dalam
kebutuhan survive hidupnya
Pembiasaan
diri
Game dan
Timework
Interaksi dan
Eksplorasi
Alam
Environment Day 1. Menanamkan nilai-nilai
kecintaan dan kepeduliaan
terhadap alam dan
lingkungan
2. Menumbuhkan pribadi yang
bijak dan arif dalam
membangun hubungan
dengan alam
Peringatan
hari-hari besar
lingkungan
Workshop,
pameran dan
performance
lainnya
Islamic Day 1. Menanamkan esensi nilai-
nilai keagamaan dalam
kehidupan siswa
2. Memahami sejarah Islam dan
pentingnya bagi kehidupan
saat ini dan masa depan
Peringatan
hari-hari besar
Islam
Refleksi,
lomba,
pameran, dan
performance
lainnya
National Day 1. Menanamkan esensi nilai- Peringatan
65
nilai ke-Indonesia-an dalam
kehidupan siswa
2. Memahami sejarah bangsa
dan negara serta pentingnya
bagi kehidupan saat ini dan
ke depan
hari-hari besar
Nasional
Refleksi,
lomba,
pameran dan
performance
lainnya.
PAT (Perayaan
Akhir Tahun)
1. Mengapresiasi hasil karya
siswa dan pertunjukan siswa
2. Membangun kerja sama yang
sinergis antar guru, siswa dan
juga orang tua siswa
Sesuai dengan
ide, gagasan
serta konsep
acara.
B. Hasil Penelitian
1. Perencanaan Pembelajaran IPS
a. Rencana Perangkat Pembelajaran (RPP)
Pada awal tahun pelajaran Sekolah Citra Alam melakukan rapat
koordinasi. Rapat koordinasi berisi pemaparan dari setiap guru kelas
mengenai penentuan tema belajar dan persiapan guru kelas membuat
RPP sesuai silabus.
Penentuan tema belajar setiap tahunnya, dengan
menggabungkan setiap mata pelajaran dalam satu tema. Tema belajar
ditentuntukan dengan melihat keseluruhan materi pada masing-masing
mata pelajaran. Biasanya beberapa mata pelajaran digabungkan dalam
satu tema belajar.
Namun pada semester ini, tema belajar berbeda-beda pada
masing-masing mata pelajaran. Tema belajar Mata pelajaran IPS pada
semester ganjil adalah “Cintai Negeri, Isi Kemerdekaanya!”. Tema ini
melihat secara keseluruhan isi materi IPS yang dipelajari pada
semester itu. Sebagian besar adalah mata pelajaran sejarah yang juga di
dalamnya berisi materi pemaparan proses kemerdekaan Indonesia dan
pasca kemerdekaan. Sehingga dipilih satu tema besar yang tepat dan
menggambarkan isi materi secara keseluruhan.
Hasil wawancara menunjukan di sekolah Citra Alam Rencana
Perangkat Pembelajaran atau RPP disebut dengan weekly plan.
66
Sedangkan silabus disebut dengan lesson plan. Namun hasil observasi
weekly plan untuk perencanaan pembelajaran IPS ditulis dalam format
yang sama dengan RPP yang membedakan hanya terdapat tema yaitu
“Cintai Negeri, Isi Kemerdekaanya dan sub tema yaitu“
Mempertahankan Kemerdekaan”. Menurut konfirmasi bahwa weekly
plan yang dibuat dengan format RPP bersifat sementara karena masih
pada awal materi. Penyususnan RPP atau disebut dengan weekly plan
dilakukan oleh seluruh guru mata pelajaran dengan tetap mengacu
pada kurikulum nasional. Hasil observasi dan wawancara menunjukan
bahwa guru-guru sekolah Citra Alam khususnya guru IPS
mempersiapkan weekly plan sebelum pembelajaran.
Unsur-unsur yang tertulis dalam Rencana Perangkat
Pembelajaran atau RPP IPS di sekolah Citra Alam meliputi
kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator hasil belajar, tujuan
pembelajaran, rincian materi yang akan disampaikan, metode
pembelajaran yang digunakan, media, alat dan sumber belajar,
langkah-langkah kegiatan pembelajaran dan terakhir penilaian
pembelajaran.
b. Kurikulum dan Kompetensi Guru
Sama seperti sekolah lain kurikulum mata pelajaran IPS di
sekolah Citra Alam mengikuti kurikulum nasional yaitu kurikulum
2013, yang memuat kompetensi inti dan kompetensi dasar sebagai
berikut:
1) Kompetensi Inti
a) K-1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya
b) K-2. Menunjukan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
santun, peduli dan percaya diri dalam berinteraksi dengan
keluarga, teman, guru dan tetangga.
c) K-3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati
(mendengar, melihat, membaca, dan menanya berdasarkan rasa
ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan
67
kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan
disekolah.
d) K-4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas,
sistematis, dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan
yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang
mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.
2) Kompetensi Dasar
a) Menghargai karunia Tuhan YME yang telah menciptakan
waktu dengan segala perubahannya.
b) Menunjukkan perilaku rasa ingin tahu, peduli, menghargai dan
tanggung jawab terhadap kelembagaan sosial, budaya,
ekonomi, dan politik
c) Memahami usaha mempertahankan kemerdekaan
d) Menyajikan hasil pemahaman usaha mempertahankan
kemerdekaan.
Kurikulum 2013 diterapkan di Sekolah Citra Alam pada tahun
2015.
Terkait kompetensi guru, guru IPS sekolah Citra Alam
mengembangkan silabus sendiri. Selain itu guru IPS melakukan
pemetaan stadndar kompetensi dasar pada mata pelajaran IPS. Tujuan
pemetaan standar kompetensi dasar ini untuk mengidentifikasi materi
pembelajaran, melakukan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran
dan memperkirakan alokasi waktu yang diperlukan.86
Pelaksanaan
pembelajaran yang dilakukan guru IPS sesuai dengan isi kurikulum
dan mengkaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari peserta didik.
86 Jakiatin Nisa, dkk, Identifikasi Pembelajaran IPS Berbasis Literasi Geografi Dalam
Menumbuhkan Karakter Peduli Lingkungan Peserta Didik, (FITK UIN Jakarta: Sosio Didaktika,
2017), hlm.6.
68
2. Pelaksanaan Pembelajaran IPS
Pelaksanaan di sekolah Citra Alam dimulai dari pukul 07.30 WIB
sampai dengan pukul 15.00, pada jam 07.30-08.00 adalah persiapan kelas.
Dimana pada jam ini kegiatan siswa sebelum pembelajaran adalah sholat
dhuha berjamaah, dilanjut dengan membaca Al-Quran dan membersihkan
kelas. Kegiatan ini adalah rutinitas sebelum pembelajaran dimulai selama
30 menit. Proses pembelajaran di dalam kelas dimulai dengan sesi enjoy
moment yaitu perbincangan hangat antara siswa dengan guru kelas. Enjoy
moment sebelum pembelajaran ini memiliki tujuan mempersiapkan
kondisi siswa dalam menerima pelajaran dengan memberikan pemanasan
berupa perbincangan santai dan terbuka.
Pemberian materi per-mata pelajaran dimulai pukul 08.00 sampai
pukul 09.20 kurang lebih 1 jam 20 menit untuk jam pertama. Setelah jam
pertama selesai dilanjutkan dengan istirahat pertama yaitu dari pukul
09.20-09.50 kurang lebih 30 menit untuk waktu istirahat. Proses
pembelajaran dilanjutkan kembali pada pukul 09.50-11.40 dalam waktu ini
siswa dapat menerima 2 mata pelajaran. Kegiatan siswa selajutnya yaitu
ISHOMA, dimana pada jam ini siswa melakukan kegiatan sholat
berjamaah di masjid bersama seluruh siswa dan guru. Setelah selesai
sholat berjamaah adalah waktu free play dan snack time. Pada waktu ini
siswa biasanya membeli makanan di kantin sekolah, setelah makan selesai
beberapa siswa memilih bermain di sekitar sekolah dengan fasilitas yang
ada seperti outbond, bermain sepeda dan permainan lain. Pembelajaran di
lanjutkan kembali pada pukul 13.00-14.30. Pada jam ini siswa mendapat 2
mata pelajaran. Kemudian pada pukul 14.30-14.40 adalah penutup
kegiatan pembelajaran berupa doa dan refleksi.
Penelitian dilakukan di kelas 9B yang memiliki jadwal pelajaran
hari senin meliputi mata pelajaran matematika, setelah enjoy moment,
PKN, dan bahasa Indonesia. Pada hari selasa, setelah dhuha atau gym
adalah peajaran PAI, sosial, dan bimbingan konseling, biologi dan
matematika. Untuk hari rabu diisi dengan mata pelajaran BBQ (belajar
69
baca Qur‟an), Bahasa Indonesia, fisika, dan musik. Sedangkan untuk hari
kamis pembelajaran diisi dengan English, outbond, mata pelajaran ART
dan biologi. Kemudian hari aktif terakhir siswa atau hari jumat diisi
dengan sosial, English, Drama, dan uji coba ujian nasional, yaitu khusus
untuk kelas 9.
Secara garis besar mata pelajaran yang didapat di sekolah Citra
Alam seperti sekolah konvensional pada umumnya di sekolah Citra Alam
siswa mendapat mata pelajara umum seperti matematika, Bahasa
Indonesia, IPS/Sosial, B. Inggris, IPA, PAI dan bimbingan konseling,
namun ada beberapa mata pelajaran yang berbeda dikarenakan selain
mengacu pada kurikulum nasional sekolah Citra Alam juga memiliki
kurikulum lokal. Maka selain mata pelajaran umum seperti biasanya,
sekolah Citra Alam memiliki mata pelajaran khusus seperti musik,
ART/kesenian, BBQ, drama dan outbond, selain yang tergabung dalam
mata pelajaran ada pula program khusus sekolah seperti kegiatan gym
setiap hari kamis atau menanam tanaman dan kegiatan outing atau
kunjungan ke suatu tempat. Hal ini sejalan dengan tujuan dari sekolah
alam itu sendiri yaitu selain memiliki kemampuan bidang akademis
sekolah alam juga mengasah kemampuan siswa dalam bidang lain melalui
pengalaman-pengalaman atau life skill.
Proses pembelajaran di sekolah Citra Alam secara umum dapat
berbentuk pembelajaran di dalam kelas dan di luar kelas namum masih di
sekitar lingkungan sekolah. Selain itu juga setiap satu tahun pembelajaran
terdapat kegiatan outing atau kunjungan ke suatu tempat yang
berhubungan dengan seluruh materi pelajaran secara terorganisir dalam
waktu. 70% pembelajaran IPS di sekolah Citra Alam dilakukan di luar
kelas menggunakan fasilitas yang ada di area sekolah, atau sekedar belajar
di luar untuk variasi pembelajaran seperti di halaman sekolah.
Pada pelaksanan pembelajaran IPS diperoleh data mengeanai proses
pembelajaran IPS meliputi:
70
a. Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran dikembangkan sendiri oleh guru IPS
melihat pada silabus. Materi yang disampaikan guru IPS pada saat
observasi dibagi menjadi dua, observasi pertama yaitu
“mempertahankan kemerdekaan” materi ini disampaikan di dalam
kelas atau disebut dengan pembelajaran indoor, dan materi yang
kedua yaitu perubahan sosial, materi yang kedua ini dilakukan dengan
pembelajaran di luar kelas. Hasil wawawancara terkait dengan
pembelajaran di luar kelas dan bagaimana mengkaitkan antara materi
dengan lingkungan sekitar.
Hasil wawancara tersebut menyebutkan bahwa tidak semua
materi IPS dilakukan di luar kelas, hal ini karena guru IPS melihat
pada karakteristik materi pelajaran dan kondisi siswa. Jika sekiranya
lebih efektif dilakukan di dalam kelas, maka pembelajaran akan
dilakukan di dalam kelas, pun sebaliknya. Namun pembelajaran di
dalam kelas juga dilakukan dengan situasi yang aktif. Kemudian tidak
semua materi pembelajaran IPS dikaitkan dengan lingkungan sekitar.
materi yang biasa dikaitkan dengan lingkungan sekitar adalah
sosiologi, geografi dan ekonomi. Misalnya tentang perubahan sosial.
siswa dihadapkan dengan masyarakat langsung untuk menanyakan
perubahan sosial yang dirasakan selama beberapa tahun. Pertanyaan
yang di tanyakan meliputi apa yang berubah dan dampaknya terhadap
masyarakat itu sendiri sendiri.
b. Sumber Pembelajaran
Sumber belajar yang digunakan guru IPS sekolah Citra Alam
tidak hanya mengandalkan bahan ajar dalam buku paket, tetapi juga
memanfaatkan lingkungan sekitar sekolah. Hasil wawancara
menyebutkan bahwa guru IPS mengandalkan lingkungan sekitar
sebagai sumber belajar. Yang biasa dijadikan sumber belajar oleh guru
IPS adalah area sekolah, koperasi, museum, dan beberapa lembaga
71
ekonomi sekitar sekolah. Cara penerapannya misalnya pada mata
pelajaran geografi yaitu pada materi pengetahuan peta, siswa-siswa
ditugaskan membuat peta yang simbol-simbol nya dibuat dari ranting
pohon, daun atau lainnya.
Hasil observasi menunjukan bahwa guru IPS sekolah Citra
Alam telah memanfaatkan lingkungan masyarakat sebagai sumber
belajar yaitu pada mata pelajaran sosiologi, terkait materi perubahan
sosial. Dimana siswa menanyakan secara langsung kepada masyarakat
sebagai sumber atau saksi mata terkait perubahan sosial yang terjadi.
Hasil observasi juga menunjukan meskipun menggunakan
lingkungan sekitar sebagai sumber belajar tetapi sumber pembelajaran
pada buku paket tetap sebagai sumber utama dalam pembelajaran IPS.
c. Metode Pembelajaran
Berdasarkan hasil konfrimasi dari berbagai sumber wawancara
pembelajaran IPS di sekolah Citra Alam banyak menggunakan metode
pembelajaran discovery learning, problem solving, dan project based
learning. Pada kegiatan observasi, metode pembelajaran IPS yang
digunakan oleh guru IPS pada materi sejarah adalah discovery
learning, pada prosesnya pembelajaran discovery learning ini
dipadukan dengan metode pembelajaran menarik yaitu half stay-half
stray. Pembelajaran ini secara sistematis dijabarkan dalam langkah-
langkah sebagai berikut:
1) Guru meminta siswa untuk duduk sesuai anggota kelompoknya
2) Guru menjelaskan awal kedatangan sekutu setelah kemerdekaan
dan sikap yang saat itu diambil Indonesia (mengamati) siswa
bertanya tentang hasil pengamatannya (menanya)
3) Siswa lain dibolehkan untuk menjawab
4) Guru memberikan dan meluruskan materi yang tepat
72
5) Guru memberikan lembar kerja siswa kepada setiap kelompok
dan masing-masing kelompok memilih 3 amplop yang berisi
materi yang berbeda (perjuangan bersenjata di berbagai daerah
dan berbagai diplomasi)
6) Siswa melakukan diskusi untuk menuliskan ringkasan dari materi
yang didapat (mengolah informasi)
7) Dalam kelompok tersebut sebagian diam di tempat untuk menjadi
pemateri sebagian lagi berkeliling mencari materi (menalar)
8) Siswa kembali berdiskusi untuk menentukan mana yang benar
dan mana yang salah kemudian menuliskannya (literasi)
9) Perwakilan kelompok memprsentasikan kronologi yang paling
tepat tentang perjuangan mempertahankan kemerdekaan
(mengkomunikasikan)87
Dalam proses mengaplikasikannya metode pembelajaran ini
dikemas dalam teknik pembelajaran ceramah singkat (menjeskan
materi), kerja kelompok, diskusi, presentasi dan game.
d. Media dan Alat Pembelajaran
Guru IPS sekolah Citra Alam memahami bahwa media
pembelajaran adalah faktor penting untuk mencapai hasil belajar yang
diharapkan. Media pembelajaran yang digunakan guru IPS sekolah
Citra Alam beragam namun cenderung konvensional. Yang paling
sering digunakan dalam pembelajaran IPS adalah media pembelajaran
jenis audio-visual salah satunya adalah proyektor. 88
Persepsi guru IPS menyatakan bahwa media pembelajaran
yang digunakan harus bersifat mengaktifkan siswa. Namun
kenyataannya guru IPS juga banyak menggunakan media konvensional
dalam proses pembelajaran IPS seperti media gambar yang ditulis di
papan tulis, kertas karton dll.
87 RPP IPS Kelas 9 Semester 1 Sekolah Citra Alam. 88 Transkip Wawancara Guru IPS (Bani Jamaludin)
73
Adapun alat belajar yang digunakan dalam pembelajaran IPS
berdasarkan hasil pengamatan dan dokumentasi yaitu alat-alat tulis dan
white board. Pada materi sejarah guru IPS biasa menggunakan amplop
sebagai alat belajar yang berisi ringkasan materi, dinamakan amplop
perjuangan . Dari amplop yang diberikan, masing-masing kelompok
menulis kembali materi dalam amplop, ditulis pada lembaran kertas
yang tersedia, kemudian mencari materi yang berbeda dari kelompok
lainnya.
e. Proses dan Interaksi Pembelajaran
Proses pembelajaran IPS di sekolah Citra Alam secara umum
dapat berbentuk pembelajaran di dalam kelas dan di luar kelas namum
masih di sekitar lingkungan sekolah. Selain itu juga setiap satu tahun
pembelajaran terdapat kegiatan outing atau kunjungan ke suatu tempat
yang berhubungan dengan seluruh materi pelajaran secara terorganisir
dalam waktu tertentu.
1) Pembelajaran di dalam kelas
Pembelajaran di dalam kelas meliputi kegiatan pembuka,
kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Pada kegiatan pembuka setelah
kegiatan enjoy moment, guru menkondusifkan kelas, mengucapkan
salam berdoa melakukan absensi, dan menyampaikan tujuan
pembelajaran. Materi yang dipelajari saat penulis melakukan
penelitian adalah “mempertahankan kemerdekaan”. Dalam
kegiatan pembuka guru bersama dengan siswa menyanyikan lagu
maju tak gentar dengan suara yang lantang agar membangkitkan
semangat siswa di awal pembelajaran. Sambil menyanyikan lagu,
juga diiringi dengan mengoper benda. Siswa yang mendapat
bendanya di saat lagu berhenti harus maju ke depan dan
memberikan kata-kata mutiara. Setelah kegiatan ice breaking
tersebut, guru menyampaikan apersepsi menanyakan bagaimana
nasib Indonesia setelah Jepang kalah pada perang dunia 2? Disini
74
siswa berlomba-lomba mengemukakan pendapat dan bertanya
kepada guru di kelas. Apersepsi ini sekaligus sebagai kegiatan
review mata pelajaran sebelumnya yaitu tentang perang dunia
kedua. Setelah berbincang-bincang dan saling memgemukakan
pendapat, guru membagi siswa ke dalam 4 kelompok. Masing-
masing kelompok diberi nama pahlawan-pahlawan Indonesia.
Selanjutnya adalah kegiatan inti. Setiap pembelajaran
biasanya guru akan menanyakan apakah akan belajar indoor atau
outdoor. Pada materi saat itu kelas 9B memilih untuk indoor atau
di dalam kelas. Kegiatan inti pembelajaran dimulai dengan
mengerjakan tugas kelompok. Metode yang digunakan guru saat
belajar di dalam kelas adalah half stay-half stray. Guru
memberikan lembar kerja siswa yang dinamakan amplop
perjuangan, kepada setiap kelompok dan masing-masing kelompok
memilih 3 amplop yang berisi materi yang berbeda (perjuangan
bersenjata diberbagai daerah dan berbagai diplomasi). Siswa
melakukan diskusi untuk menuliskan ringkasan materi yang
didapat. Setelah selesai menuliskan ringkasan sebagian anggota
berkeliling mencari materi lain pada kelompok yang lainnya. Disini
setiap kelompok berlomba-lomba mencari sebanyak-banyaknya
informasi dari kelompok lain dan menuliskannya pada lembar kerja
siswa. Pada kegiatan ini pula pembelajaran terlihat sangat aktif dan
bersemangat.
Gambar 4.5
Proses Belajar Mengajar di Dalam Kelas
75
Guru sekolah Citra Alam dalam mengajar memang
diharuskan untuk aktif mengiringi siswa. Dalam aktivitasnya guru
memandu siswa yang kurang dan lambat dalam bekerja. di kelas
9B ada sekitar 2 anak yang berkebutuhan khusus (ABK) yang
harus mendapat panduan khusus dari guru kelas saat mengerjakan
tugas. Selain itu guru juga turut aktif menyemangati dan
memotivasi siswa saat belajar. Guru akan memberikan kejutan
hadiah untuk kelompok yang baik dalam bekerja sama dan banyak
mengumpulkan informasi. Di dalam kelas guru hampir tidak duduk
di kursi. Aktivitas guru sangat aktif dalam memotivasi, mengecek
tugas, dan memandu tugas siswa.
Pada prosesnya meskipun belajar di dalam kelas siswa dan
guru tetap terlihat aktif. Jarak antara peserta didik dan guru sangat
dekat dan hangat hampir seluruh siswa terlihat banyak bertanya
kepada guru dan diiringi candaan-candaan saat belajar. Mereka
juga dibebaskan untuk duduk lesehan atau dikursi. Mengingat
kebanyakan siswa-siswi di sekolah Citra Alam memang memiliki
gaya belajar yang kinestetik. mereka tidak bisa berlama-lama
duduk diam. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari guru IPS yang
berpendapat bahwa:
Di sekolah alam mereka senang pembelajaran yang aktif dan
terlibat. seperti diskusi dengan teman-temannya. Kalau
sekolah konvensional mereka lebih cenderung senang jika
guru nya saja yang menjelaskan. mereka tinggal
mendengarkan dan menulis.”89
89 Transkip Wawancara dengan Guru IPS. ( 24 Agustus 2018).
76
Setelah proses diskusi dan mencari informasi selesai guru
mengumumkan pemenang kelompok yang mendapatkan hadiah.
Pemenang kelompok adalah kelompok 4 dan mendapatkan reward
berupa tolak angin dengan alasan dari guru orang pintar minum
tolak angin. Kegiatan selanjutnya adalah menulis rangkuman
masing-masing siswa secara bergiliran mengisi kolom di papan
tulis berupa tanggal dan peristiwa sejarahnya. Misalnya peristiwa
Bandung lautan api beserta tanggalnya. Siswa yang belum
mendapat giliran menulis di papan tulis, mencatat di buku tulisnya.
Setelah proses kegiatan inti selesai selanjutnya adalah
kegiatan penutup. Sebelum menyimpulkan bersama-sama, guru
meminta salah satu siswa untuk menyimpulkan materi yang
didapat serta kesan dan pesan pembelajarannya, apakah senang
atau bosan. Setelah itu, guru memberikan pesan mengenai
pentingnya kerjasama dalam kelompok serta menghargai pendapat
teman dan peduli terhadap lingkungan. Terakhir ditutup dengan
penjelasan materi pembelajaran selanjutnya dan doa bersama.
Pada prosedurnya kegiatan pembelajaran di sekolah Citra
Alam sama dengan sekolah pada umumnya meliputi kegiatan
pembuka, kegiatan inti, dan penutup secara sistematis. Pada
kegiatan inti pembelajaran juga merujuk pada proses belajar K13
yaitu mengamati, menanya mengolah informasi, menalar, literasi
dan mengkomunikasikan kemudian dijabarkan pada langkah-
langkah pembelajaran/kegiatan inti.
Yang membedakan secara garis besar adalah suasana kelas
yang lebih santai dan lebih menyenangkan pada sekolah alam.
Pembelajaran juga dipengaruhi atas kemauan siswa. Namun guru
juga tetap berperan penting dalam pencapaian proses pembelajaran
di kelas. Karena tetap pada prinsip dasarnya bahwa sekolah alam di
buat oleh Ir. Lendo Novo sebagai alternatif sekolah yang lebih
menyenangkan dan pro terhadap anak, sesuai dengan apa yang
77
menjadi latar belakang didirikannya sekolah alam oleh Ir. Lendo
Novo. Hal ini juga di ungkapkan oleh kepala sekolah Citra Alam:
”Yang melatarbelakangi adanya sekolah alam adalah
berawal dari kepedulian seorang pengamat pendidikan
yaitu Ir. Lendo Novo yang mempunyai sifat ADHD,
semacam hiperaktif, beliau ingin membuat sekolah yang
ramah dan pro terhadap anak-anak yang tidak bisa diam
dan duduk manis di sekolah”.90
2) Pembelajaran di luar kelas
Pembelajaran di luar kelas adalah pembelajaran peserta
didik di luar kelas (outdoor learning), namun masih mencakup
lingkungan sekolah. Pembelajaran di luar ini biasanya dilakukan
di kawasan sekolah itu sendiri mengandalkan fasilitas yang ada
dan di luar kawasan sekolah namun tidak jauh jaraknya dengan
sekolah. Misalnya di masyarakat atau di pemukiman sekitar
sekolah Citra Alam.
Untuk pembelajaran IPS itu sendiri, pada semester ganjil,
guru kelas memilih untuk melakukan pembelajaran di luar kelas
mengandalkan masyarakat sekitar sekolah. Materi yang dipelajari
saat penulis melakukan kegiatan penelitian adalah “Perubahan
Sosial” yang merupakan bagian dari mata pelajaran sosiologi.
Secara sistematis pembelajaran di luar kelas juga mencakup
kegiatan pembuka, kegiatan inti dan kegiatan penutup.
Pada kegiatan pembuka guru mengucap salam, melakukan
absensi kelas dan kemudian menjelaskan cara pengerjaan
kegiatan pembelajaran di luar kelas. Guru membagikan siswa ke
dalam beberapa kelompok. satu kelompok beranggotakan 2
orang, masing-masing kelompok diberi nama tokoh-tokoh
sosiologi seperti Selo Soemardjan. Dalam satu kelompok satu
anggota bertugas sebagai reporter dan satu anggota lain bertugas
sebagai dokumenter. Setelah itu guru memberikan instrumen
90 Wawancara Pribadi dengan Kepala Sekolah, Ratu Meylani. ( 24 Mei 2018).
78
pertanyaan yang akan ditanyakan siswa kepada masyarakat yang
berumur lebih dari 18 tahun. Guru memberikan waktu satu jam
kepada siswa untuk mencari narasumber dan menanyakan terkait
perubahan sosial di masyarakat secara sistematis berdasarkan
pertanyaan yang ada dalam pedoman wawancara yang diberikan
guru. Isi dari pedoman wawancara meliputi 3 pertanyaan untuk
narasumber dan satu pertanyaan dijawab oleh kelompok sendiri.
Tabel 4.3
Instrumen Pertanyaan Siswa
Pertanyaan Sumber
Bagaimana kondisi masyarakat 10
tahun yang lalu
Masyarakat
Apa perbedaan kondisi
masyarakakat 10 tahun lalu dengan
kondisi masyarakat saat ini
Masyarakat
Bagaimana sikap ibu/bapak
menghadapi perbedaan-perbedaan
tersebut
Masyarakat
Apa itu perubahan sosial-budaya
menurut para ahli yang menjadi
nama kelompok mu (misal menurut
Kingsley Davis)
Siswa
Dalam prosesnya beberapa siswa ada yang memlilih untuk
melakukan wawancara pada para guru dan staff sekolah, adapula
yang memilih wawancara ke masyarakat di luar kawasan sekolah.
Setelah kegiatan wawancara selesai, selanjutnya adalah
pengumpulan tugas. Teks pedoman wawancara yang sudah diisi
diperiksa oleh guru kelas. Kemudian guru menyuruh semua
kelompok untuk mempresentasikan hasil wawancara di depan
teman-teman kelas, berikut juga siswa menjelaskan kesan-kesan
pembelajaran.
79
Gambar 4.6
Proses Pembelajaran di Luar Kelas
Kegiatan penutup pembelajaran diakhiri dengan guru
memberikan kesimpulan pembelajaran dengan singkat terkait
dengan materi perubahan sosial budaya. Setelah itu guru bersama
siswa menonton hasil dokumentasi siswa-siswi saat malakukan
wawancara. Seperti biasaanya setiap pembelajaran terdapat sesi
enjoy moment antara guru dan siswa. Enjoy moment dilakukan
dengan melihat hasil dokumentasi masing-masing kelimpok secara
bergiliran. Disini siswa dan guru berbincang-bincang sambil
bercanda. Secara tidak langsung guru juga sesekali melemparkan
pertanyaan terkait dengan materi dan secara spontan siswa juga
memberikan jawaban.
Pada intinya pembelajara di luar kelas secara prosedur sama
dengan pembelajaran indoor. Meliputi kegiatan pembuka, kegiatan
inti dan penutup. Pada pembelajaran di luar kelas guru hanya
sedikit menyampaikan gambaran materi. Peserta didik langsung ke
lapangan untuk melakukan wawancara. Sebelumnya guru hanya
menjelaskan intruksi terkait kegiatan wawancara serta gambaran
materi secara singkat sekitar 15 menit. Pendekatan pembelajaran
80
yang di tekankan oleh guru IPS adalah student center 60%
pembelajaran berpusat pada siswa.
70% proses pembelajaran di sekolah Citra Alam adalah
pembelajaran di luar kelas (otdoor learning). Untuk mata pelajaran
IPS itu sendiri pemilihan pembelajaran indoor atau outdoor
disesuaikan dengan jenis materinya. Jika pembelajaran lebih efektif
dilakukan di dalam kelas seperti mata pelajaran jenis hitungan,
maka pembelajaran akan dilakukan di dalam kelas. Namun jika
materi pembelajaran bisa memanfaatkan sarana lingkungan sekitar
sekolah, pembelajaran akan dilakukan di luar kelas. Menurut guru
IPS sendiri bahwa konsep pembelajaran di luar kelas adalah
bagaimana caranya menggunakan sarana lingkungan sekolah Citra
Alam beserta lingkungan di luarnya atau warga masyarakat sebagai
media pembelajaran.
Pendekatannya lebih kepada active learning dan
integrative dalam artian memadukan berbagai konsep
maksudnya adalah IPS itu bukan hanya belajar di kelas
dan mendengarkan tetapi bagaimana caranya
menggunakan sarana lingkungan sekolah Citra Alam
beserta lingkungan di luarnya atau warga masyarakat
sebagai media pembelajaran. Jadi siswa-siswa di sekolah
Citra Alam 80% belajar diluar. Karena kecenderungan
siswa sekolah Citra Alam jika kebanyakan di kelas tidak
bisa, standar anak disana maksimal 20 Menit adalah
materi selebihnya eksplor di luar tergantung dengan materi
pelajaran. Jika sejarah biasanya pembelajaran berbentuk
projek dengan menggunakan metode role playing. Siswa
siswi membuat projek berupa film yang menggarap
semacam produser, sutradara dan propertinya adalah anak-
anak. Jika ekonomi anak-anak di arahkan kedunia nyata
misalnya ke warung, koperasi bahkan mereka belajar
entrepreneur. Jika Sosiologi misalnya tentang perubahan
sosial biasaya siswa di tugaskan ke masyarakat untuk
menanyakan secara langsung.”91
91 Transkip Wawancara Guru IPS, ibid.
81
3) Pembelajaran di luar area sekolah (outing)
Outing merupakan bagian dari proses pembelajaran yang
memberikan kesempatan kepada siswa mengaplikasikan ilmu-ilmu
yang telah di pelajari di sekolah. Kegiatan outing direncanakan
oleh guru kelas pada awal tahun ajaran yang kemudian
didiskusikan dengan para orang tua siswa. Setelah itu guru dengan
beberapa orang tua siswa melakukan survei awal ke tempat-tempat
yang akan di tuju.
Sebelum kegiatan outing ke tempat tujuan seluruh
siswa dan guru melakukan simulasi yaitu 3 hari sebelum
keberangkatan, agar tujuan kegiatan outing bisa tercapai terkait
waktu, dan kegiatan yang akan di lakukan di tempat berjalan
dengan baik.
Tempat tujuan untuk pembelajaran outing adalah
Gunung Salak yang berada di Kabupaten Bogor. Pembelajaran
outing ini diikuti oleh guru dan siswa SMP sekolah Citra Alam.
Kegiatan yang dilakukan adalah camping selama 3 hari. Seperti
yang tercantum pada program dan kegiatan sekolah Citra Alam
bahwa tujuan dari pada program outing berupa kegiatan camping
bertujuan untuk mengasah keberanian, kemandirian, kerjasama,
inovasi, dan kepedulian siswa. Tujuan lain yang tertulis dalam
program adalah membentuk karakter yang kuat dan solutif dalam
kebutuhan survive hidupnya.
Setiap guru mata pelajaran disini memandu siswa dan
siswi untuk mengaplikasikan materi yang sudah dipelajari di kelas.
Misalnya untuk mata pelajaran IPS sendiri siswa-siswi
mengkaitkan kegiatan dengan bagaimana kenampakan alam di
tempat kegiatan, ekosistem, hidrosfer, geosfer, lithosfer yang
tergabung dalam mata pelajaran geografi. Sedangkan untuk mata
pelajaran sejarah dan sosiologi siswa-siswa mengkaitkan dengan
nilai norma sosial dan sejarah lokal. Untuk mata pelajaran ekonomi
82
siswa-siswi dapat mengkaitkan dengan aktivitas ekonomi
penduduk, proses ekonomi dan keuangan.
Tidak ada prosedur yang jelas mengenai jalannya
pembelajaran IPS pada kegiatan outing. Guru hanya memberikan
intruksi kepada siswa-siswi agar bisa menghubungkan apa saja
yang ditemui, dirasakan, dan dilaksanakan dengan beberapa materi
IPS yang telah di pelajari, termasuk beberapa materi yang telah di
sebutkan di atas. Hal ini sesuai dengan pertnyataan dari guru IPS
bahwa materi IPS bertujuan untuk mengenalkan sebuah materi
dasar terkait dengan ilmu sosial untuk di terapkan pada dunia
nyata. Mengenalkan bahwa IPS bukan hanya sekedar materi, tetapi
IPS adalah kehidupan sehari-hari.
“Menurut saya tujuan pembelajaran IPS secara umum
mengenalkan sebuah materi dasar terkait dengan ilmu
sosial maupun yang ada di dalam nya. Terkait dengan
masyarakat dan bagaimana caranya menerapkan dunia
nyata kepada mereka. mengenalkan bahwa IPS bukan
hanya sekedar materi, IPS adalah kehidupan sehari-hari.
dari seputar masalah sosial, masalah lingkungan,
masalah alam sekitar, berbicara masa lalu, masa yang
akan datang dan saat ini.”92
f. Aktivitas Siswa
Pembelajaran di sekolah Citra Alam selalu
mengusahakan pembelajaran yang aktif, menarik dan nyaman,
namun tetap memperhatikan penguasaan materi pada siswa. Hal
ini dapat dilihat pada hasil observasi yang menitik beratkan
pada bagaimana guru membuat siswa tertarik pada materi
pelajaran dan bagaiamana respon siswa terhadap proses
pembelajaran di kelas. Hal ini dapat terlihat pada observasi
harian meliputi kehadiran siswa, perhatian siswa, keaktifan
siswa dan proses mengerjakan tugas.
92 Transkip Wawancara Guru IPS, Ibid.
83
1) Kehadiran Siswa
Mengenai kehadiaran siswa di kelas, penulis
mengkategorikan menjadi menjadi siswa yang datang tepat
waktu, datang tepat waktu tetapi tidak serius atau
menunjukan ketidaksiapan untuk mengikuti pelajaran dan
siswa yang datang terlambat. Hasil observasi menunjukan
bahwa ada sekitar 9 orang dari 14 siswa kelas 9B yang
datang tepat waktu dan mengikuti pembelajaran dengan
baik. Sisanya yaitu siswa yang datang terlambat sekitar 5
orang. Siswa yang datang tepat waktu tetapi tidak serius
mengikuti pelajaran tidak ada. Mereka yang datang
terlambat dengan alasan rumah yang jaraknya jauh dengan
sekolah sehingga mebutuhkan waktu yang lama untuk
sampai di sekolah pagi hari. Salah satu siswa berkata bahwa
memang selalu ada siswa yang datang terlambat, namun
lebih banyak siswa yang datang tepat waktu.
2) Perhatian Siswa
Perhatian siswa di kelas meliputi siswa yang
memperhatikan penjelasan materi pelajaran IPS dengan fokus,
siswa yang cukup sekedar memperhatikan, tetapi tidak fokus,
dan siswa yang benar-benar tidak memperhatikan penjelasan
materi pelajaran. Hasil observasi penulis menemukan bahwa
siswa yang memperhatikan dengan fokus sebanyak 10 orang
dari 14 siswa di kelas 9B. Siswa yang memperhatikan tapi tidak
fokus sebanyak 4 orang, siswa yang tidak fokus ini ditunjukan
dengan tidak bisa menjawabnya siswa terhadap pertanyaan
guru, siswa yang tidak fokus ini biasanya melamun saat guru
menjelaskan meskipun perhatiannya kepada guru yang sedang
mengajar di depan kelas. Indikator yang ketiga dari perhatian
siswa yaitu siswa yang tidak memperhatikan sama sekali. Di
84
kelas 9B tidak ada siswa yang tidak memperhatikan sama
sekali, misalnya sambil main-main atau sambil mengobrol.
Kebanyakan dari siswa adalah memperhatikan dengan fokus
penjelasan gurunya. Karena guru hanya menyampaikan materi
singkat. ada waktu dimana siswa bergerak aktif dan ada waktu
enjoy moment untuk bersantai.
3) Keaktifan Siswa
Perhatian peneliti selanjutnya adalah mengenai keaktifan
siswa. Untuk keaktifan siswa di kelas peneliti membagi ke
dalam dua, yaitu keaktifan bertanya dan keaktifan
mengemukakan pendapat. Terkait keaktifan bertanya terbagi
lagi menjadi aktif bertanya dan pertanyaan sesuai dengan
materi yang dipelajari atau bertanya mengenai tugas, aktif
bertanya namun dengan pertanyaan yang lebih luas atau di luar
materi pelajaran yang sedang dipelajari, dan terakhir siswa
yang tidak aktif bertanya atau hanya mendengarkan penjelasan
materi tanpa mengajukan pertanyaan. Hasil Penelitian
menunjukan bahwa siswa yang banyak bertanya dari 14 siswa
di kelas 9B sebanyak 6 orang. Siswa yang aktif bertanya tetapi
di luar materi sekitar 2 orang. dan siswa yang tidak aktif
bertanya atau tidak bertanya sama sekali selama pembelajaran
sebanyak 6 orang siswa.
Sedangkan mengenai keaktifan mengemukakan
pendapat, terbagi menjadi siswa yang mengemukakan
pendapatnya dengan aktif, siswa yang mengemukakan pendapat
sesekali waktu, dan siswa yang tidak mengemukakan
pendapatnya sama sekali. Hasil observasi peneliti
mengemukakan bahwa siswa yang aktif mengemukakan
pendapat sebanyak 5 orang. Siswa yang hanya sesekali
mengemukakan pendapat sebanyak 7 orang. dan 7 orang siswa
85
yang sama sekali tidak mengemukakan pendapat dan hanya
diam saat berdiskusi dengan teman atau guru. Keaktifan siswa
saat pembelajaran tidak terlepas dari strategi mengajar guru
yang harus membuat daya tarik siswa untuk lebih aktif.
4) Pengerjaan Tugas Siswa
Pengamatan terakhir adalah mengenai proses pengerjaan
tugas atau latihan yang diberikan guru IPS pada saat
pembelajaran. Proses pengerjaan latihan atau worksheet yang
diberikan guru setiap akhir penjelasan materi pelajaran IPS
dilakukan oleh seluruh siswa yang hadir pada hari tersebut.
Tugas dikerjakan berkelompok. Dalam pengerjaan tugas atau
latihan terbagi menjadi siswa mengerjakan tugas kelompok
dengan aktif, siswa yang mengerjakan tugas kelompok tetapi
tidak serius atau hanya sekedar gabung dalam kelompok, dan
siswa yang tidak mengerjakan tugas kelompok sama sekali.
Hasil observasi peneliti menunjukan bahwa siswa yang
mengerjakan tugas kelompok dengan aktif 10 orang. Siswa
yang mengerjakan tugas kelompok tetapi tidak serius atau
hanya mengerjakan sekedarnya sebanyak 3 orang. dan 0 siswa
yang tidak mengerjakan tugas latihan sama sekali. Secara
keseluruhan hampir semua siswa ikut andil dalam
menyelesaikan tugas kelompoknya. Pada prosedurnya guru
selalu mengawasi siswa, siswa yang tidak mengerjakan tugas
akan diberikan sanksi yaitu menjelaskan materi secara pribadi.
3. Evaluasi Pembelajaran
Selain melakukan perencanaan pembelajaran setiap guru harus
melakukan penilaian atau evaluasi. Penilaian dilakukan untuk melihat
sejauh mana perkembangan siswa dan pemahaman siswa pada materi
pelajaran selama pross belajar. Penilaian belajar siswa di sekolah Citra
Alam dapat mencakup perkembangan siswa secara kuantitatif maupun
86
kualitatif. Penilaian kuantitatif yaitu peniliaian pengukuran berbentuk
nilai angka terhadap hasil tugas siswa dan ulangan-ulangan. Sedangkan
penilaian kualitatif mencakup nilai keseharian siswa di sekolah.
Penilaian/evaluasi selalu dilakukan oleh guru kelas setiap
kegiatan pembelajaran. Penilaian sehari-hari biasaya dalam bentuk
nilai-nilai tugas yang diberikan oleh guru, biasanya tugas diberikan
untuk dikerjakan secara kelompok. Karena pembelajaran dalam bentuk
kelompok maka selain nilai angka, guru IPS juga memberikan nilai
masing-masing individu, apakah bekerja sama dengan baik, apakah
melakukan tugas dengan baik, Nilai tersebut akan di akumulasikan
dalam bentuk nilai angka pula.
Guru IPS juga melakukan evaluasi terkait perkembangan-
perkembangan siswa dengan menjadi komentator secara langsung
meskipun kebanyakan bersifat subjektif. Dalam Rencana Perangkat
Pembelajaran Penilaian mencakup penilaian sikap, pengetahuan dan
keterampilan. Pada penilaian sikap guru IPS menilai setiap tingkah
laku siswa sehari hari yang kemudian akan ditulis dalam catatan
perilaku siswa. Format penulisan penilian sikap berisi catatan prilaku
siswa dan butir-butir perilaku siswa yang ditulis oleh guru kelas,
kemudian akan dilaporkan kepada pihak orang tua siswa. Tabel
penilaian sikap dapat dilihat pada lampiran 9.
Pada penilaian pengetahuan guru IPS melakukan observasi
pengetahuan peserta peserta didik dalam bentuk mengamati diskusi
dan presentasi siswa dari hasil tugas kelompok. Penskoran aktivitas
diberi skor rentang 1-4 dan nilai maksimal adalah 100. Adapun kriteria
skor diantaranya yaitu Skor 1 jika jawaban siswa hanya berupa
menjawab saja, skor 2 jika jawaban berupa mendefinisikan, skor 3 jika
jawaban berupa mendefinsikan dan sedikit uraian, skor 4 jika jawaban
berupa mendefinisikan dan penjelasan logis. Nilai siswa adalah skor
perolehan dikali 25. Contoh tabel penilaian pengetahuan dapat dilihat
pada tabel 9.
87
Untuk Penilaian keterampilan dilakukan dengan mengetahui
kemampuan siswa dalam menerapkan pengetahuan melakukan tugas
tertentu di dalam berbagai macam konteks sesuai dengan indikator
pencapaian kompetensi. Penilaian keterampilan dilakukan dengan
berbagai teknik, antara lain penilaian kinerja, penilaian proyek dan
penilaian portofolio. Tabel penskoran kinerja siswa dapat dilihat pada
lampiran
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Sekolah Citra Alam Ciganjur Jakarta Selatan tidak terlepas dari unsur-
unsur sekolah alam pada umumnya yang menampilkan pembelajaran berbasis
lingkungan. Hal ini terlihat pada seluruh rangkaian program dan kegiatan
belajar sekolah Citra Alam yang mengarah pada eksistensi alam. Seperti
fieldtrip, camping, eksplorasi, assembly dan exhibisi, Sehingga benar adanya
bahwa sekolah Citra Alam merupakan pilihan dimana siswa dapat
bereksplorasi di alam dan menjadikan alam sebagai sumber belajar yang tidak
akan ada habisnya. Pada kelebihan ini sekolah alam menjadi salah satu
sekolah alternatif yang cocok untuk anak yang memiliki perilaku hipper aktif.
Selain dari mengarah pada eksistensi alam, sekolah Citra Alam juga
menanamkan pendidikan karakter dimana study skill dan soft skill merupakan
bagian yang tidak dapat dipisahkan dari proses belajar siswa sehari-hari.93
Keterampilan tersebut merupakan wujud “connection” antara materi belajar
dengan kehidupan kongkrit sehari-hari. Di sekolah Citra Alam siswa
diarahkan untuk menerapkan belajar mandiri, bertanggung jawab mengenal
dirinya (masa remajanya) dengan baik. Program sekolah yang sudah ditulis
pada pembahasan sebelumnya, dirancang untuk mengembangkan berfikir
kritis, berfikir maju, tanggung jawab, disiplin dan values lainnya pada diri
siswa dengan kegiatan belajar yang menantang.
Selain mengarah kepada pendidikan karakter positif dan eksistensi
alam, yang ditekankan di sekolah Citra Alam yaitu mengasah keterampilan
93 Brosur Sekolah Citra Alam PG/TK, SD, SMP, SMA.
88
siswa sesuai dengan bakat dan minatnya. Maka di sekolah Citra Alam selain
mengasah potensi akademik berupa mata pelajaran umum seperti matematika,
IPS, IPA, bahasa Indonesia, English, ada pula kegiatan atau mata pelajaran
lain seperti music, drama, outbound, project yang dipresentasikan dalam
bentuk hasil karya dan performance. Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan
dengan tujuan selain daripada potensi akademik, potensi lainnya juga dapat
dikembangkan.
Dari ketiga hal yang telah di sebutkan tadi, penjelasan penulis tersebut
sesuai dan sejalan dengan visi dan misi dari sekolah Citra Alam itu sendiri
yang secara garis besar menekankan pada pendidikan karakter, pendidikan
lingkungan dan mengasah potensi siswa selain dari pada potensi akademik
yang dimilikinya.
Proses pembelajaran di sekolah Citra Alam secara keseluruhan sama
dengan sekolah formal pada umumnya, karena sekolah Citra Alam juga
mengacu pada kurikulum nasional, namun pembelajaran sekolah Citra Alam
mengemas pembelajaran yang ada di sekolah formal dengan pembelajaran
yang lebih menyenangkan. Terutama dengan lingkungan sekolah dan fasilitas
yang memadai.
Proses pembelajaran di sekolah Citra Alam penulis membagi ke dalam
tiga bagian yaitu pembelajaran di dalam kelas, pembelajaran di luar kelas
namun masih berada pada lingkungan sekolah dan pembelajaran outing. 70%
pembelajaran IPS di sekolah Citra Alam adalah pembelajaran di luar kelas
dengan mengandalkan lingkungan sekitar sebagai media belajar baik itu
lingkungan alam dan sosial. Pada prosedurnya proses belajar mengajar di
sekolah Citra Alam sama dengan pembelajaran di sekolah lain meliputi
kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup dengan sistem
mengacu pada kurikulum nasional.
Metode yang digunakan dalam proses pembelajaran IPS bermacam-
macam disesuaikan dengan karakteristik siswa dan karakteristik materi yang
dipelajari. Jenis-jenis metode yang biasa digunakan oleh guru IPS adalah
discovery learning, problem solving atau project based learning. Dari ketiga
89
metode ini pembelajaran dilakukan dengan teknik ceramah singkat, presentasi,
diskusi kelompok, game, role play, proyek mandiri, penemuan terbimbing
atau eksperimen.94
Metode juga teknik yang digunakan pada proses pembelajaran IPS di
kelas menunjukan respon yang positif hal ini dibuktikan dengan hasil
wawancara beberapa siswa sekolah Citra Alam yang menunjukan perasaan
senang. Prinsip yang perlu diperhatikan pula pada pemilihan metode dan
teknik mengajar oleh guru sekolah alam adalah hangat, antusias, tertantang,
variatif, luwes, positif, dan disiplin diri. Sedangkan perannya adalah guru
sebagai motivasi ekstrinsik (alat perangsang dari luar), sebagai strategi
pengajar, dan sebagai alat mencapai tujuan pembelajaran.
1. Model Pembelajaran IPS di Sekolah Citra Alam
Pada awal tahun pelajaran sekolah Citra Alam melakukan rapat
koordinasi mengenai rencana kerja untuk setiap departemen di sekolah
Citra Alam temasuk didalamnya guru mata pelajaran. Dalam rapat kerja,
para guru kelas mendapatkan tugas untuk merancang lesson plan atau
program tahunan yang kemudian diterjemahkan ke dalam weekly plan atau
rencana mingguan kemudian di buatkan uraian pembelajaran.
Sekolah Citra Alam mewajibkan setiap guru mata pelajaran
membuat tema belajar dalam satu semester. Tema belajar dibuat bersama
guru mata pelajaran lain. Namun pada semester ini mata pelajaran IPS
tidak diintegrasikan dengan mata pembelajaran lain. Sehingga mata
pelajaran IPS memiliki tema sendiri yang berbeda dengan mata pelajaran
lain, yaitu “Cintai negeri mu, isi kemerdekaanya!”. Pembuatan tema
diharapkan dapat memudahkan siswa dalam memahami isi materi yang
sedang dipelajari.
Tema yang diangkat harus berkaitan dan menggambarkan seluruh
materi-materi yang akan dipelajari pada setiap mata pelajaran di kelas
yang bersangkutan dan bersifat problematik namun menarik serta memiliki
94 Wawancara Pribadi dengan Guru IPS, Bani Jamaludin, ( 29 Agustus 2018).
90
pesan positif bagi kehidupan siswa. Seperti tema pada mata pelajaran IPS
yang dibuat secara pribadi oleh guru IPS mengangkat tema “Cintailah
negerimu isi kemerdekaanya!” tema ini mengandung nilai positif
mengenai ajakan cinta kepada negeri dan menjadi warga negara yang
seutuhnya.
Untuk menentukan model pembelajaran yang digunakan pada
sebuah pembelajaran penulis melihat secara keseluruhan pada strategi
pembelajaran yang dikemas oleh guru IPS. Strategi pembelajaran yang
dilihat meliputi pendekatan pembelajaran, metode yang digunakan dan
teknik mengajar yang digunakan oleh guru IPS.
Berdasarkan karakteristik yang ditemukan dari pendeskripsian
data hasil penelitian, terkait bagaimana pelaksanaan pembelajran IPS yang
dijabarkan dalam kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan
penutup. Maka mengacu pada teori dan penjabaran langkah-langkah model
pembelajaran yang dibahas pada bab 2, pembelajaran IPS di sekolah Citra
Alam telah menerapkan model pembelajaran Cooperative Learning.
Karena hampir dari setiap metode pembelajaran yang di gunakan di
sekolah Citra Alam semuanya dikemas dalam pembelajaran kooperatif
atau kerja kelompok baik itu kelompok kecil atau kelompok besar.
Pembelajaran kooperatif diterapkan pada pembelajaran di dalam kelas, di
luar kelas, maupun pembelajaran outing. Hasil temuan tersebut peneliti
mengakaitkan dengan teori yang dikemukakan oleh Tom. V. Savage yang
dikutip oleh Rusman dalam bukunya, bahwa “cooperative learning adalah
suatu pendekatan yang menekankan kerja sama dalam kelompok”.95
Menurut Rusman tidak hanya sebatas belajar dalam kelompok, siswa dapat
saling membelajarkan sesama siswa lainnya. Pembelajaran oleh rekan
sebaya (peerteaching) lebih efektif daripada pembelajaran oleh guru.96
Pembelajaran IPS kolaboratif di sekolah Citra Alam minimal terdiri dari 2
orang siswa setiap kelompok. Sesuai dengan pernyataan dari Rusman
95 Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), Cet.5. hlm. 203. 96 Ibid., hlm. 203-204.
91
bahwa pembelajaran oleh rekan sebaya lebih efektif. Pembelajaran IPS di
sekolah alam pula menerapkan prinsip dasar tersebut dimana peserta didik
mencari informasi dan penjelasan dari teman kelompok lainnya. Strategi
semacam ini diterapkan dalam metode half stay half stray yang digunakan
guru IPS terlihat pada saat observasi penelitian. Secara keseluruhan
pembelajaran kooperatif pada pembelajaran IPS di sekolah Citra Alam
memenuhi ciri-ciri atau karakteristik pembelajaran kooperatif yang
dikemukakan oleh Stahl (1994) telah dibahas pada bab 2. Yaitu:
a. Belajar bersama dengan teman
b. Selama proses belajar terdiri tatap muka antar teman
c. Saling mendengarkan pendapat di antara anggota kelompok
d. Belajar dari teman sendiri dalam kelompok
e. Belajar dalam kelompok kecil
f. Produktif berbicara atau saling mengemukakan pendapat
g. Keputusan tergantung pada siswa sendiri
h. Siswa aktif 97
Pada intinya model pembelajaran kooperatif harus
memungkinkan adanya interaksi sosial setiap pembelajaran baik itu
interaksi antar sesama siswa atau interaksi siswa dengan guru. (multi way
traffic communication).
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya
yang ditulis oleh Zulfah Fikriah. Dalam penelitiannya disebutkan bahwa
model pembelajaran di Sekolah Alam Indonesia menerapkan model
pembelajaran tematik/terpadu dengan jenis jejaring laba-laba.98
Perbedaan
ini karena dikarenakan perbedaan fokus penelitian. Pada penelitian
sebelumnya yang ditulis oleh Zulfah Fikriah, fokus penelitian pada kelas
4 dan 5 Sekolah Dasar. Selain itu, fokus penelitian juga terkait dengan
97 Tukiran Taniredja, Dkk, Model-Model Pembelajaran Inovatif dan Efektif, (Bandung:
Alfabeta, 2013), hlm. 59. 98 Zulfah Fikriah, Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Alam Indonesia ,
(Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syatrif Hidayatullah Jakarta, 2013), hlm. 78.
92
mata pelajaran matematika. Sehingga tentu akan memiliki perbedaan
dengan penelitian saat ini yang memilih fokus penelitian pada kelas SMP
dengan mata pelajaran IPS. Maka model pembelajaran disesuaikan
dengan tingkat kelas dan mata pelajaran. Model pembelajaran tematik
belum tentu cocok untuk mata pelajaran IPS dan model pembelajaran
tematik yang di terapkan pada tingkat sekolah dasar belum tentu cocok
untuk tingkat kelas SMP.
Secara garis besar tujuan dari pada pembelajaran kooperatif
terebut adalah membangun interaksi antara siswa satu dengan siswa
lainnya atau siswa dengan guru. Sehingga dengan interaksi tersebut dapat
membangun kerja sama, kepekaan, kepedulian, menghargai, menghormati
terhadap sesama.
2. Respon Siswa Terhadap Pembelajaran IPS
Respon siswa sekolah Citra Alam terhadap pembelajaran IPS
diperoleh dari hasil wawancara dengan siswa kelas 9B. Dari 14 orang
siswa di temukan hasil wawancara mengenai respon siswa terhadap
pembelajaran IPS. Dari 14 siswa sebanyak 9 orang siswa menyatakan
respon positif. dan sebanyak 5 orang siswa yang menyatakan respon netral.
Dari hasil wawancara siswa mengenai komentar positif menyatakan
kelebihan dari model pembelajaran IPS adalah santai dan seru. Komentar
positif juga di nyatakan oleh guru IPS itu sendiri bahwa dengan model
pembelajaran yang digunakan secara keseluruhan siswa antusias selama
proses kegiatan. Namun terdapat hambatan selama proses kegiatan
pembelajaran yaitu sulit mengkondusifkan siswa. Adapun kekurangannya
adalah materi yang diberikan tidak sebanyak model yang biasa. Jadi
biasanya materi pembelajaran dalam satu bab harus disampaikan sekitar 2-
3 pertemuan.
Respon positif, netral dan negatif tersebut dipengaruhi beberapa
faktor. Faktor tersebut diantaranya adalah tingkat kesulitan materi
pelajaran, kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran, hubungan
93
siswa dengan guru di dalam maupun di luar kelas, serta model
pembelajaran yang dikembangkan oleh guru. Lebih dominannya respon
positif diberikan oleh siswa kelas 9B dipengaruhi oleh interaksi para siswa
dengan guru dan model pembelajaran yang digunakan oleh guru. Maka
pada prosesnya kak Bani selaku guru IPS mencoba mengembangkan
berbagai metode dan teknik belajar yang menarik dan membangun minat
belajar siswanya.
Dalam proses pembelajaran IPS di kelas 9B menunjukan bahwa
rata-rata siswa yang datang tepat waktu dan siap untuk mengikuti pelajaran
adalah 9 siswa, untuk siswa yang sekedar memperhatikan 4 dan siswa
yang memperhatikan dengan fokus 10 siswa, untuk keaktifan bertanya 7
siswa, keaktifan mengemukakan pendapat 5 siswa, sedangkan siswa yang
aktif mengerjakan tugas IPS adalah 10 siswa.
Presentase tersebut menunjukan bahwa siswa dapat memperhatikan
dengan fokus maupun sekedar mendengarkan namun siswa tetap dapat
menerima materi pelajaran dengan baik. Hal ini menunjukan perbedaan
sekolah alam dengan sekolah konvensional. Pada sekolah konvesnional
lebih banyak menekankan perhatian penuh pada penjelasan guru, namun di
sekolah alam lebih memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih
bagaimana mereka menerima pelajaran di kelas, namun tetap dalam
koridor yang baik.
D. Keterbatasan Penelitian
Terdapat keterbatasan dalam penulisan ini. Keterbatasan yang pertama
adalah mengenai kurangnya informasi dalam penulisan terkait jumlah siswa,
jumlah guru, struktur organisasi sekolah, jumlah ruangan di sekolah maupun
jumlah sarana dan prasarana di sekolah Citra Alam. Keterbatasan ini karena
dalam kegiatan penelitian selama 4 kali, penelitian tidak mendapatkan data
atau dokumen mengenai informasi tersebut, karena pegawai tata usaha yang
ada di sekolah Citra Alam saat itu adalah karyawan baru. Data yang bisa
didapatkan adalah jumlah guru dan jumlah siswa namun tidak update dengan
94
tahun ajaran baru saat ini. Hasil penelitian hanya mendapatkan data terkait
jumlah siswa dengan wawancara. Sehingga dapat dipastikan bahwa informasi
profil sekolah dalam penulisan ini kurang lengkap.
Dokumen yang kurang lengkap lainnya data lesson plan (RPP). Pada
sekolah alam RPP disebut dengan lesson plan, format dari lesson plan agak
berbeda dengan RPP. Namun peneliti tidak mendapatkan data dari lesson
plan. Guru yang diobservasi memberikan rencana pembelajaran dengan RPP.
Menurut guru IPS karena masih pada awal tahun ajaran baru sementara format
lesson plan di ganti dengan RPP. Maka dalam penelitian ini, tidak
mendapatkan informasi yang jelas mengenai penggambaran lesson plan yang
merupakan ciri khas dari sekolah alam.
Keterbatasan lainnya adalah mengenai informasi pembelajaran outing
yang kurang lengkap bagaimana prosedur yang terjadi di tempat
pembelajaran. penelitian hanya terbatas pada saat simulasi atau persiapan
pemberangkatan, penelitian tidak masuk ke dalam serangkaian kegiatan outing
selama 3 hari di Bogor. Sehingga kegaiatan lain pada saat outing di tempat
hanya didapatkan dengan wawancara kepada guru kelas.
95
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian melalui observasi, wawancara dan studi dokumen
dapat ditemukan kesimpulan yaitu, proses pembelajaran sekolah Citra Alam
mencakup perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi
pembelajaran. Model pembelajaran IPS yang diterapkan adalah cooperative
learning, karena berbagai metode atau strategi pembelajaran yang digunakan
di padukan dengan pembelajaran kelompok. Proses dan interaksi
pembelajaran, guru IPS sekolah Citra Alam menggunakan metode
pembelajaran discovery learning kemudian dipadukan dengan metode
pembelajaran menarik half stay-half stray. Dalam prosesnya guru
memanfaatkan lingkungan sekitar sekolah, yaitu lingkungan alam dan sosial
sebagai sumber belajar, namun sumber belajar dalam buku paket tetap menjadi
sumber utama dalam pembelajaran IPS. Media pembelajaran yang digunakan
guru IPS sekolah Citra Alam beragam namun cenderung konvensional. Yang
paling sering digunakan dalam pembelajaran IPS adalah media pembelajaran
jenis audio-visual salah satunya adalah proyektor.
B. Implikasi
Hasil penelitian menyebutkan bahwa respon yang diberikan siswa
terhadap mata pelajaran IPS dipengaruhi oleh bagaimana hubungan atau
interaksi siswa dengan guru serta model pembelajaran yang digunakan guru
IPS. Hal ini juga menjadi salah satu indikator keberhasilan proses
pembelajaran IPS. Maka hal tersebut mengandung implikasi bahwa setiap
guru harus mengembangkan model pembelajaran yang menarik dan
membangun minat siswa dalam belajar. Serta merancang pengelolaan kelas
yang baik termasuk menjaga hubungan dalam berinteraksi dengan siswa,
memotivasi, dan memandu siswa dalam bekerja.
96
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dapat ditemukan saran untuk disampaikan
kepada beberapa pihak yaitu:
1. Bagi Guru
a. Guru diharapkan tidak hanya menguasai metode pembelajaran yang
menarik tetapi juga dapat menguasai pengelolaan kelas dan
pengelolaan waktu yang baik, agar seluruh materi dapat tersampaiakan
sesuai dengan waktu yang telah ada.
b. Guru diharapkan dapat lebih memperhatikan terkait perencanaan
pembelajaran/lesson plan yang update setiap akan mengajar. Agar
pembelajaran dapat dilaksanakan dengan prosedur yang jelas sesuai
dengan lesson plan.
2. Bagi Pihak Sekolah
a. Bagi pihak sekolah diharapkan lebih memperbanyak fasilitas
pembelajaran IPS yang dibutuhkan. Terutama buku-buku sumber
belajar, lab IPS, dan alat peraga. Hal ini sebagai penunjang
pembelajaran IPS yang lebih efektif dan efisien.
b. Sekolah diharapkan dapat lebih meng-update terkait profil sekolah
setiap tahunnya. Mencakup struktur organisasi sekolah, jumlah guru,
jumlah siswa dan jumlah sarana prasana yang tersedia.
3. Bagi Penelitian Selanjutnya
a. Bagi penelitian selanjutnya dapat lebih memperhatikan dalam
menggunakan waktu yang telah diberikan pihak sekolah untuk
mengikuti seluruh serangkaian kegiatan sekolah, maupun terkait
deadline waktu pengerjaan skripsi, agar seluruh kebutuhan data
penelitian didapat dengan baik dan lengkap.
b. Dapat menjalin hubungan komunikasi yang baik dengan pihak sekolah
agar penelitian lebih terstruktur dan berjalan lancar sesuai dengan
kebutuhan.
97
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Budi Santoso, Satmoko. 2010. Sekolah Alternatif Mengapa Tidak. Yogyakarta:
Diva Press.
Bungin, Burhan. 2013. Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi: Format-
Format Kuantitatif dan Kualitatif untuk Studi Sosiologi, Kebijakan
Publik, Komunikasi, Manajemen, dan Pemasaran. Jakarta: Predana
Media Group.
Emzir. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Gunawan, Rudy. 2013. Pendidikan IPS: Filosofi Konsep dan Aplikasi. Bandung:
Alfabeta.
Hasbullah. 2006. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada..
Nurochim. 2013. Perencanaan Pembelajaran Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Raja
Grafindo Persada
Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik, (Jakarta: Indeks, 2008),
hlm. 168.
Rusman. 2014. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sadia, Wayan. 2014. Model-Model Pembelajaran Sains Konstruktivistik.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sagala, Syaiful. 2013. Etika dan Moralitas Pendidikan: Peluang dan Tantangan.
Jakarta: Predana Media Group.
Samiaji. Dkk, 2017. Penelitian Kualitatif Dasar-Dasar. Jakarta: Indeks.
Sapriya, Dkk. 2006. P embelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS. Bandung:
UPI Press
Sapriya, Dkk. 2006. Konsep Dasar IPS. Bandung: UPI Press.
Siberman, Mel. 2013. Pembelajaran Aktif 101 Strategi untuk Mengajar Secara
Aktif. Jakarta: Permata Puri Media.
98
Susanto, 2014. Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. Jakarta:
Prenada Media Group
Taniredja, Tukiran. 2013. Model-Model Pembelajaran Inovatif dan Efektif.
Bandung: Alfabeta
Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta:
Prestasi Pusataka.
Trianto. 2009. Pengembangan Model Pembelajaran Tematik. Jakarta: Prestasi
Pusataka Raya.
Usaman, Husaini, Dkk. 2014. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi
Akasara.
Undang-Undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan
pelaksanaannya. 1992. Jakarta: Sinar Gafika.
UU SISDAKNAS. 2004. SISDIKNAS dan Peraturan Pelaksanaannya 2004-2005.
Jakarta: CV. Tamita Utama.
Jurnal
Maryati. 2011. Sekolah Alam, Alternatif Pendidikan Sains yang Membebaskan
dan Menyenangkan. Yogyakarta: Jurnal Fakultas MIPA Universitas
Negeri Yogyakarta
Maulana, Heri. Pelaksanaan Pendidikan Karakter di Sekolah Alam. Yogyakarta:
Jurnal Khasanah Ilmu.
Nisa, Jakiatin, Dkk. Identifikasi Pembelajaran IPS Berbasis Literasi Geografi
Dalam Menumbuhkan Karakter Peduli Lingkungan. FITK UIN Jakarta:
Sosio Didaktika. 2017.
Nur Citra. Annisa., DKK. Perbedaan Kecerdasan Emosi Siswa Sekolah Dasar
Ditinjau dari Model Pembelajaran Sekolah Reguler, Sekolah Alam,
Home Schooling. Surakarta: Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret.
Skripsi
Fikriah, Zulfah. 2013. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Alam
Indonesia. Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syatrif
Hidayatullah Jakarta.
99
Khafidhatul Khasanah, Konsep dan Implementasi Sekolah Berbasis Alam di SD
Alam Smart Kids Dusun Pewarakan Bawang Banjarnegara Jawa
Tengah ( Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan
Kalijaga, 2012).
Santoso, Puji. 2011. Pelaksanaan Pembelajaran Tingkat SMP pada Sekolah Alam
Indonesia Ciganjur Jakarta Selatan. Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Thohir, Agus. 2010. Implementasi Model Sekolah Alam di Pendidikan Anak Usia
Dini Ar-Ridho Semarang dalam Tinjauan Pendidikan Islam. Semarang:
Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo.
Internet
Sugeng, Model Pembelajaran Konvensional, diakses dari
http://jendelainformasi15.blogspot.co.id/2015/10/model-pembelajaran-
konvensional.html?m=1, pada tanggal 5 November pukul 12.07.
http://sekoahsip.blogspot.co.id/2015/04/definisi-dan-contoh-sekolah-
alam.html?m=1, Diakses Pada Tanggal 13 November 2107, Pukul 06.27.
Wuri, Simbah. Uji Keabsahan Data dalam Penelitian Kualitatif, diakses dari
http://raraswurimiswandaru.blogspot.co.id/2016/04/uji-keabsahan-data-
dalam-penelitian.html, pada 20 Mei 2018. Pukul 10.17.
Abdi Madrasah, Definisi dan Tujuan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS), diakses dari
http://googleweblight.com/i?u=http://www.abdimadrasah.com/2014/05/
definisi-dan-tujuan-mata-pelajaran-ips.html?m%3D1&hl=en-ID, pada
tanggal 28 Maret 2018 pukul 13.12.
101
LAMPIRAN 1
PEDOMAN OBSERVASI
Rumusan
Masalah
Indikator Sasaran Sumber
Analisis Model
Pembelajaran
IPS di Sekolah
Citra Alam
1. Lingkungan
Sekolah
1. Mengmati tempat /
lokasi penelitian
meliputi:
a. Kondisi geografi
b. Lingkungan
sekolah
c. Fasilitas sekolah
dan kegunaanya
d. Suasana belajar
di SMP Citra
Alam
Sekolah
Analisis Model
Pembelajaran
IPS di Sekolah
Citra Alam
2. Pelaksanaan
Pembelajaran
1. Kegiatan Pembelajaran
a. Pembuka
b. Kegiatan Inti
c. Penutup/Refleksi
2. Aktivitas siswa
a. Kehadiran siswa
b. Perhatian siswa
c. Keaktifan siswa di
kelas
d. Pengerjaan tugas
siswa
3. Penggunaan metode
pembelajaran
a. metode
pembelajaran yang
di gunakan
b. langkah-langkah
metode
pembelajaran yang
di gunakan
Kelas
Analisis Model
Pembelajaran
IPS di Sekolah
Citra Alam
3. Penilaian
(Evaluasi
Pembelajaran)
1.Proses Penilaian
Kelas
102
LAMPIRAN 2
PEDOMAN WAWANCARA KEPALA SEKOLAH
Objek Tujuan Kepala Sekolah Citra Alam Ciganjur
I. Responden
1. Hari/Tgl :
2. Waktu :
3. Tempat :
4. Nama/Inisial :
II. Butir Pertanyaan
No. INDIKATOR PERTANYAAN
1 Sejarah berdirinya sekolah 1. Apa yang melatarbelakangi
berdirinya sekolah Citra Alam
ciganjur?
2. Bagaimana Sejarah sekolah Citra
Alam didirikan?
2 Visi-Misi Sekolah Citra Alam 1. Bagaimana visi-misi sekolah
Citra Alam Ciganjur?
2. Menurut bapak/ibu apa makna
yang terkandung didalam visi
misi tersebut?
3 Tujuan Sekolah Citra Alam
Ciganjur
1. Tujuan apa yang ingin dicapai
oleh Sekolah Citra Alam
Ciganjur?
2. Apakah sejauh ini tujuan
103
tersebut sudah tercapai?
4 Status sekolah di DEPDIKNAS 1. Bagaimana status sekolah Citra
Alam Ciganjur di Depdiknas?
5 Kurikulum sekolah 1. Kurikulum Apa yang digunakan
sekolah Citra Alam?
6. Perbedaan sekolah Citra Alam
dengan sekolah alam lainnya.
1. Menurut bapak/ibu apa
perbedaan sekolah Citra Alam
Ciganjur dengan sekolah alam
yang lain?
104
LAMPIRAN 3
PEDOMAN WAWANCARA GURU IPS
Objek Tujuan Guru IPS Sekolah Citra Alam (SMP)
I. Responden
1. Hari/Tgl :
2. Waktu :
3. Tempat :
4. Nama/Inisial :
II. Butir Pertanyaan
No. INDIKATOR PERTANYAAN
1 Pembelajaran di luar kelas
(outdoor learning)
3. Bagaimana konsep pembelajaran
di luar kelas yang diterapkan di
Sekolah Citra Alam?
4. Apakah setiap mata pelajaran
IPS dilakukan di luar kelas?
5. Apa hambatan yang biasa
didapatkan dalam menerapkan
pembelajaran di luar kelas?
6. Fasilitas apa yang digunakan
dalam pembelajaran di luar
kelas/outdoor learning?
7. Apa kelebihan dan kekurangan
pembelajaran di luar kelas?
2 Pembelajaran dengan
lingkungan atau alam sekitar
3. Bagaimana konsep pembelajaran
dengan lingkungan alam sekitar?
4. Bagaimana cara mengkaitkan
materi IPS dengan lingkungan
alam sekitar?
5. Apakah semua materi pelajaran
dikaitkan dengan lingkungan
alam sekitar?
3 Materi IPS (Ilmu Pengetahuan
Sosial)
1. Secara umum apa tujuan dari
pembelajaran IPS?
2. Menurut anda, apa peran
pendidikan IPS dalam
105
perkembangan peserta didik?
3. Apa target yang ingin dicapai
dalam pemebelajaran IPS?
4. Materi IPS seperti apa yang
paling diminati oleh siswa-siswi
sekolah Citra Alam.
5. Apakah perbedaan proses
pembelajaran IPS di sekolah
alam dengan sekolah formal?
4 Model pembelajaran IPS di
sekolah alam
2. Model pembelajaran apa yang
biasa digunakan dalam proses
pembelajaran IPS di Sekolah
Citra Alam
3. Bagaimana penerapan/langkah-
langkah model pembelajaran IPS
yang digunakan?
4. Media pembelajaran apa yang
biasa digunakan untuk
mendukung proses
pembelajaran?
5. Bagaimana respon siswa dalam
proses pembelajaran
menggunakan model
pembelajaran tersebut?
5 Kelebihan dan kekurangan
model pembelajaran yang
digunakan
2. Menurut bapak/ibu apa kelebihan
dan kekurangan model
pembelajaran yang diterapkan.
6 Hambatan dalam penerapan
model pembelajaran.
1. Apa hambatan yang didapatkan
dalam menerapkan model
pembelajaran IPS?
2. Apa solusi bapak/ibu dalam
mengangani hambatan yang
didapatkan?
7 Harapan untuk perkembangan
peserta didik.
1. Apa harapan bapak/ibu untuk
perkembangan peserta didik
selama mengikuti serangkaian
pembelajaran IPS?
106
LAMPIRAN 4
PEDOMAN WAWANCARA SISWA
Objek Tujuan Siswa/Siswi Sekolah Citra Alam Ciganjur
I. Responden
1. Hari/Tgl :
2. Waktu :
3. Tempat :
4. Nama/Inisial :
II. Butir Pertanyaan
No. INDIKATOR PERTANYAAN
1 Pembelajaran di luar kelas
(outdoor learning)
8. Bagaimana pembelajaran di luar
kelas/outdoor learning yang
biasa diterapkan guru IPS?
9. Apakah tanggapan anda
mengenai pembelajaran diluar
kelas?
10. Apakah setiap mata pelajaran
IPS dilakukan dengan outdoor
learing?
3 Materi IPS (Ilmu Pengetahuan
Sosial)
6. Apa yang anda pelajari mengenai
materi IPS?
7. Matari IPS yang mana yang
paling diminati oleh siswa?
8. Kesulitan apa yang kamu
107
dapatkan dalam proses
pembelajaran IPS?
4 Strategi mengajar guru IPS
6. Strategi belajar atau model
pembelajaran apa yang biasa
diterapkan oleh guru IPS dalam
proses pembelajaran?
7. Bagimana langkah-langkah atau
cara guru IPS mengajar?
5 Respon siswa terhadap
pembelajaran IPS
3. Apa yang kamu rasakan saat
pembelajaran IPS senang, atau
biasa saja. Menarik atau biasa
saja.
108
LAMPIRAN 5
PEDOMAN DOKUMENTASI
Rumusan
Masalah
Indikator Sasaran Sumber
Analisis Model
Pembelajaran
IPS di Sekolah
Citra Alam
1. Profil Sekolah 1.Visi sekolah
2. Misi sekolah
3. Filosofi sekolah
4. Kurikulum
Sekolah
5. Jumlah siswa dan
guru
6. Program dan
Kegiatan sekolah
Brosur dan
Dokumen TU
2. Fasilitas
Sekolah
Sarana prasarana
sekolah dan
kegunaanya.
Brosur sekolah
dan foto
dokumentasi
3. Perencanaan
Pembelajaran
1. RPP
2. Silabus
Dokumentasi
dan foto
4. Pelaksanaan
Pembelajaran IPS
1. Proses
pembelajaran
a. aktivitas
siswa
b. aktivitas guru
Foto kegiatan
pembelajara di
kelas
109
LAMPIRAN 6
HASIL WAWANCARA
Objek Tujuan: Kepala Sekolah Citra Alam.
I. Responden
1. Hari/Tanggal : Kamis, 24 Mei 2018
2. Waktu : 10.00 s/d 12.00 WIB
3. Tempat : Ruang Kepala Sekolah Citra Alam Ciganjur
4. Nama Inisial : Kak Jamil
II. Item Pertanyaan
1. Apa yang melatarbelakangi berdirinya sekolah Citra Alam Ciganjur?
Jawaban: yang melatar belakangi adalah berawal dari kepedulian seorang
pengamat pendidikan yaitu Ir. Lendo Novo yang mempunyai sifat ADHD,
semacam hiperaktif, beliau ingin membuat sekolah yang ramah dan pro
terhadap anak-anak yang tidak bisa diam dan duduk manis di sekolah.
Beliau membanyangkan ingin membuat sekolah yang sejuk banyak pohon.
Akhirnya belian bekerja sama dengan ketua yayasan citra nurul falah
untuk mewujudkan keinginannya
2. Bagaimana Sejarah sekolah Citra Alam didirikan?
Jawaban: Sekolah Citra Alam didirikan oleh Ir. Lendo Novo bekerja sama
dengan yayasan citra nurul falah. berawal dari tingkat play group yang
hanya memiliki murid 3 orang, kemudian berkembang juga mendirikan
tingkat SD yang jumlah muridnya sekitar 5, 7, 10 dan terus berkembang
sampai sekarang menjadi 2 kelas untuk SD dan bertambah lagi SMP SMA
juga membuka untuk anak berkebutuhan khusus.
110
3. Bagaimana visi-misi sekolah Citra Alam Ciganjur?
Jawaban:
4. Menurut bapak/ibu apa makna yang terkandung didalam visi misi
tersebut?
Jawaban: visi misi tersebut mengandung arti menurut saya secara
keseluruhan ingin menjadikan anak-anak khalifah fil ardh.yang cinta
kepada dirinya sendiri, agamanya, kepada bumi, kepada orang tuanya
sehingga menjadi kaffah.
5. Tujuan apa yang ingin dicapai oleh Sekolah Citra Alam Ciganjur?
Jawaban: anak-anak tidak hanya memiliki kemampuan akademis saja
tetapi juga pendidikan karakter dan kemampuan masing-masing individu.
Kita ingin membuat paradigma baru bahwa sekolah itu tidak menakutkan.
Sekolah adalah tempat yang menyenangkan.
6. Apakah sejauh ini tujuan tersebut sudah tercapai?
Jawaban: Itu bisa ditanyakan langsung kepada anak-anaknya. Tapi saya
rasa sejauh ini anak-anak senang belajar. dan minimal mereka tau
kelebihan mereka itu saja sudah cukup.
7. Bagaimana status sekolah Citra Alam Ciganjur di Depdiknas?
Jawaban: sama seperti sekolah formal
8. Kurikulum Apa yang digunakan sekolah Citra Alam?
Jawaban: kurikulumnya sama seperti sekolah pada umumnya, mungkin
hanya ada tambahan kurikulum lokal
9. Menurut bapak/ibu apa perbedaan sekolah Citra Alam Ciganjur dengan
sekolah alam yang lain?
Jawaban: nafasnya sama, tidak ada perbedaan.
111
HASIL WAWANCARA
Objek Tujuan: Guru IPS
I. Responden
1. Hari/Tanggal : Selasa, 7 Agustus 2018
2. Waktu : 10.00 s/d 12.00 WIB
3. Tempat : Ruang Guru Sekolah Citra Alam Ciganjur
4. Nama.Inisial : Bani Jamaludin, S.Hum.
II. Item Pertanyaan
1. Bagaimana konsep pembelajaran di luar kelas yang diterapkan di
Sekolah Citra Alam?
Jawaban:
Pendekatan nya lebih ke active learning dan integrative dalam artian
memadukan berbagai konsep maksudnya adalah IPS itu bukan hanya
belajar di kelas dan mendengarkan tetapi bagaimana caranya
menggunakan sarana lingkungan sekolah Citra Alam beserta lingkungan di
luarnya atau warga masyarakat sebagai media pembelajaran. Jadi siswa-
siswa di sekolah Citra Alam 90% belajar diluar. Karena kecenderungan
siswa sekolah citra alam jika kebanyakan dikelas tidak bisa.standar anak
disana Maksimal 20 Menit adalah materi selebihnya eksplor di luar
tergantung dengan mata pelajaran, Jika sejarah biasanya pembelajaran
berbentuk projek dengan menggunakan metode role playing. siswa siswi
membuat projek berupa film yang menggarap semacam produsers
utradara dan propertinya adalah anak-anak. Jika ekonomi anak-anak di
112
arahkan kedunia nyata misalnya ke warung, koperasi bahkan mereka
belajar entrepreneur. Jika Sosiologi misalnya tentang perubahan.
2. Apakah setiap mata pelajaran IPS dilakukan di luar kelas?
Jawaban: 80% pembelajaran dilakukan di luar kelas. Namun pada awalnya
guru tetap menyampaikan materi dan memberikan pengarahan maksimal
20 menit. Sehingga mereka tau konsep dasarnya dan apa yang harus
mereka lakukan.
3. Apa hambatan yang biasa didapatkan dalam menerapkan
pembelajaran di luar kelas?
Jawaban: Hamabatan yang dirasakan lebih kepada sulit untuk
mengkondusipkan siswa. Mengkondusifkan anak SMP tidak semudah
mengkondusifkan anak SMA. Namun hambatan itu tergantung juga pada
kreativitas dari seorang guru itu sendiri.
4. Fasilitas apa yang digunakan dalam pembelajaran di luar
kelas/outdoor learning?
Jawaban: Sarana atau fasilitas yang di gunakan adalah alam sekitar dan
lingkungan masyarakat.
5. Apa kelebihan dan kekurangan pembelajaran di luar kelas?
Jawaban: Kelebihanya banyak. salah satunya adalah membuka wawasan
untuk lebih peka terhadap lingkungan. dengan gaya belajar yang bebas
siswa cenderung lebih inisiatif. Karena di sekoah citra alam demokrasi
anak-anak bebas untuk berfikir. Kekurangan pembelajaran di luar kelas
adalah susah mengkondusifkan anak-anak. Misalnya keteteran jika
membawa anak-anak ke masyarakat, mereka belum mengerti sepenuhnya
terkait etika dan tatakrama yang baik.
6. Bagaimana konsep pembelajaran dengan lingkungan alam sekitar?
Jawaban: pembelajaran yang baik itu adalah siswa belajar mendengar,
mengamati, merasakan dari ketiga hal tersebut maka akan ada timbul
proses berfikir setelah berfikir akan ada proses untuk melakukan. secara
keseluruhan proses pembelajaran di sekolah alam yaitu belajar dalam
kehidupan nyata. Guru mengarahkan siswa untuk melakukan sesuatu.
113
7. Bagaimana cara mengkaitkan materi IPS dengan lingkungan alam
sekitar?
Jawaban: Misalnya materi pajak siswa di tugaskan untuk membawa resi
belanja yang sudah tertera pajaknya. Jadi jangan biarkan IPS itu berada di
dunia angan-angan. tarik IPS itu ke dunia nyata. Jika materinya geogerafi
tentunya memnfaatkan linkungan yang ada misalnya membuat peta.
kemudian pembuatan legendanya terbuat dari ranting-ranting pohon atau
daun.
8. Apakah semua materi pelajaran dikaitkan dengan lingkungan alam
sekitar?
Jawaban: Tidak semua. Hanya terkadang. ada beberapa yang tidak selalu
dikaitkan dengan alam misalnya siswa tetap membuat projek dan
dikerjakan di luar kelas, atau siswa membuat mid mapping di dalam kelas,
atau pembelajaran dengan game.
9. Secara umum apa tujuan dari pembelajaran IPS?
Jawaban: menurut saya tujuan pembelajaran IPS secara umum
mengenalkan sebuah materi dasar terkait dengan ilmu sosial maupun yang
ada di dalam nya. Terkait dengan masyarakat dan bagaimana caranya
menerapkan dunia nyata kepada mereka. mengenalkan bahwa IPS bukan
hanya sekedar materi, IPS adalah kehidupan sehari-hari. dari seputar
masalah sosial, masalah lingkungan, masalah alam sekitar, berbicara masa
lalu, masa yang akan datang dan saat ini.
10. Menurut anda, apa peran pendidikan IPS untuk perkembangan
peserta didik?
Jawaban: Peserta didik pada awalnya masih menganggap IPS itu sebuah
materi hapalan, maka dari itu dalam kesempatan belajar bersama mereka,
saya memberikan momentum kepada mereka bahwa IPS itu bukan hapalah
loh, IPS itu dipelajari dan ada disekitar kita. Jadi dibuat semenarik
mungkin agar hilang stigma tentang IPS itu hapalan.
11. Apa target yang ingin dicapai dalam pemebelajaran IPS?
114
Jawaban: Minimal di semester 1 saya membuat tema besar untuk semua
pelajaran Geografi, sejarah, sosiologi itu adalah cintai negeri mu isilah
kemerdekaannya!. Misal dalam pembelajaran Geografi kita harus
mengenal kenampakan alam negara kita, potensi sumber daya nya, Untuk
sejarah dikenang kemudian di hargai. Masih nyambung dengan tema besar
tersebut.
12. Materi IPS seperti apa yang paling diminati oleh siswa-siswi sekolah
Citra Alam.
Jawaban: Sejauh ini yang paling di minati adalah sejarah. Karena mereka
senang cerita. kalau geografi mereka mempunyai stigma dengan
hapalannya, kemudian kalau ekonomi di sinonimkan dengan hitungan.
Jadi untuk hal ini kita menyesuaikan siswa, kalau misalnya siswa saat itu
ingin membahasa sejarah atau sosiologi kita sampaikan materi itu, sesuai
dengan keinginanan siswa.
13. Apakah perbedaan proses pembelajaran IPS di sekolah alam dengan
sekolah formal?
Jawaban: Di sekolah alam anak-anak jika sudah dalam kondisi siap belajar
mereka mudah untuk di arahkan, karena lingkungannya juga mendukung
untuk proses pembelajaran. Kalau yang saya rasain di sekolah formal kita
harus mengarahkan dahulu mereka untuk masuk kelas, kemudian belajar.
Di sekolah alam mereka senang pembelajaran yang aktif dan terlibat.
seperti diskusi dengan teman-temannya. Kalau sekolah formal mereka
lebih cenderung senang jika guru nya saja yang menjelaskan. mereka
tinggal mendengarkan dan menulis.
14. Model pembelajaran apa yang biasa digunakan dalam proses
pembelajaran IPS di Sekolah Citra Alam/
Jawaban: biasaya tergantung materi jika materinya abstrak itu
menggunakan discovey learning, kalau semacam pengetahuan yang
konkret saya biasanya menggunakan problem solving.
15. Bagaimana penerapan/langkah-langkah model pembelajaran IPS
yang digunakan?
115
Jawaban: Tergantung kebutuhan. untuk penerapan nya seperti biasa.
Kegiatan pendahuluan. menyampaikan salam, menyampaikan tujuan
pembelajaran, apersepsi. biasanya disini juga menjelaskan perjanjian
kepda siswa untuk wajib mendengarkan materi sekitar 20 menit tidak ada
yang ngobrol atau berbicara setelahnya baru akan ada projek dll. setelah
kegiatan pendahuluan biasanya tidak langsung masuk kepada kegiatan inti,
guru biasanya menggunakan enjoy moment, seperti cerita-cerita, games
kecil, ketawa-ketawa dan semacamnya. Kemudian kegiatan inti
menyampaikan materi sekitar 20 menit untuk pengenalan materi
dilanjutkan dengan membuat projek bersama kelompok atau individu.
Untuk kegiatan penutupan guru menyampaikan kesimpulan. setelah itu
guru meminta pendapat kepada siswa tentang bembelajaran IPS, terkait
dengan kesan-kesan, kemudian beberapa anak-anak di suruh
menyampaikan kesimpulan. Jika materi sudah di rasa di mengerti oleh
siswa, kegiatan belajar di akhiri. Jika materi belum sepenuhnya
tersampaikan biasanya dilanjutkan pekan depan dan siswa diberi tugas
terkait dengan materi. Untuk prosedur hampir semua sama seperti sekolah
pada umumnya.
16. Media pembelajaran apa yang biasa digunakan untuk mendukung
proses pembelajaran?
Jawaban: biasanya menggunakan proyektor dan tentunya media yang ada
disekolah ini. Selain itu tentunya mediakonvensional seperti ppan tulis,
kertas karton, dll.
17. Bagaimana respon siswa dalam proses pembelajaran menggunakan
model pembelajaran tersebut? Mereka antusias.
18. Menurut bapak/ibu apa kelebihan dan kekurangan model
pembelajaran yang diterapkan.
Jawaban: Kelebihan nya semua anak ikut terlibat dalam proses
pembelajaran. Kekurangannya materi yang diberikan tidak sebanyak
model yang biasa, karena kita disini fokus agar anak ikut aktif dan
116
terlibat,. Jadi biasanya materi pembelajaran dalam satu bab harus di
sampaikan sekitar 1-3 pertemuan.
19. Apa hambatan yang didapatkan dalam menerapkan model
pembelajaran IPS
Jawaban: tetap di stigma pada siswanya bahwa IPS itu materi hapalan dan
membosankan
20. Apa solusi bapak/ibu dalam mengangani hambatan yang didapatkan?
Jawaban : Solusinya Metode dan media pembelajarannya kreatif, inovatif
dan tentunya bervariasi tidak itu-itu terus.
21. Apa harapan bapak/ibu untuk peserta didik selama mengikuti
serangkaian pembelajaran IPS?
Jawaban: Bisa mencintai negerinya.
117
HASIL WAWANCARA
Objek Tujuan: Guru IPS
I. Responden
1. Hari/Tanggal : Kamis, 24 Mei 2018
2. Waktu : 10.00 s/d 12.00 WIB
3. Tempat : Ruang Guru Sekolah Citra Alam Ciganjur
4. Nama.Inisial : Riska
II. Item Pertanyaan
1. Bagaimana konsep pembelajaran di luar kelas yang diterapkan di
Sekolah Citra Alam?
Jawaban: Pembelajaran di luar kelas yaitu pembelajaran di area sekolah
dengan memanfaatkan fasilitas atau media yang ada di sekitar sekolah.
Baik itu media alam di sekolah atau media sosial, seperti lingkungan
masyarakat.
Apakah setiap mata pelajaran IPS dilakukan di luar kelas?
Jawaban: Tidak semuanya, kita melihat materi dan situasi anak-anak.
Kadang saya akan menanyakan apakah akan belajar indoor atau outdoor .
Jika materi lebih efektif diluar kelas kami bawa siswa untuk belajar di luar
kelas. Atau jika kondisi siswa terlihat bosan, kita juga belajar diluar kelas
misalnya di rumput atau di bawah pohon yang sejuk.
2. Apa hambatan yang biasa didapatkan dalam menerapkan
pembelajaran di luar kelas?
Jawaban: Hambatan pasti ada, yang dirasakan lebih kepada sulit untuk
mengkondusipkan siswa. Membuat mereka bagaimana benar-benar siap
118
belajar sehingga bisa fokus. Kalau yang lainnya tergantung dari kita
sendiri yang mengelola kelas.
3. Fasilitas apa yang digunakan dalam pembelajaran di luar
kelas/outdoor learning?
Jawaban: fasilitas sekolah, atau fasilitas yang ada di lingkungan kita.
fasilitas alam atau fasilitas sosial masyarakat.
4. Apa kelebihan dan kekurangan pembelajaran di luar kelas?
Jawaban: Kelebihanya banyak, yang pasti membuat siswa terlihat lebih
aktif dan tidak mudah bosan. Kalau kekurangannya mungkin lebih sulit
mengkondusifkan siswanya. Karena banyak kegaduhan-kegaduhan kalau
belajar di luar kelas.
5. Bagaimana konsep pembelajaran dengan lingkungan alam sekitar?
Jawaban: pembelajaran dengan memanfaatkan fasilitas yang ada di
lingkungan kita. Bahwa materi IPS bisa di kaitkan dengan yang ada di
depan kita. Sehingga siswa bisa merasa bahwa IPS bukan hanya teori,
tetapi fakta yang terjadi di sekitar kita.
6. Bagaimana cara mengkaitkan materi IPS dengan lingkungan alam
sekitar?
Jawaban: Misalnya seperti tadi, mata pelajaran sosiologi, kita membawa
siswa keluar untuk menanyakan langsung bagaimana perubahan sosial
yang terjadi selama beberapa tahun ini. Apa yang masayarakat rasakan
dampaknya terhadap perubahan sosial. Atau misalnya tentan geografi
dengan membuat peta yang bahan-bahan nya bisa dari alam, dari ranting
pohon, daun atau yang lainnya.
7. Apakah semua materi pelajaran dikaitkan dengan lingkungan alam
sekitar?
Jawaban: Tidak semuanya. tergantung dari materinya. Kita juga tetap
banyak belajar di dalam kelas. Mengerjakan tugas atau game.
8. Secara umum apa tujuan dari pembelajaran IPS?
Jawaban: menurut saya tujuan pembelajaran IPS secara umum
mengenalkan sebuah materi dasar terkait dengan ilmu sosial maupun yang
119
ada di dalam nya. Terkait dengan masyarakat dan bagaimana caranya
menerapkan dunia nyata kepada mereka. mengenalkan bahwa IPS bukan
hanya sekedar materi, IPS adalah kehidupan sehari-hari. dari seputar
masalah sosial, masalah lingkungan, masalah alam sekitar, berbicara masa
lalu, masa yang akan datang dan saat ini.
9. Menurut anda, apa peran pendidikan IPS untuk perkembangan
peserta didik?
Jawaban: Membantu mengembangkan kepekaan bagi peserta didik. Agar
anak-anak tidak antipati. maka salah satu perannya yaitu mengembankan
sikap empati misalnya saat terjadi gempa anak-anak tau dasar
penyebabnya maka disitu yang harus dibangun adalah sikap empati, apa
yang harus mereka lakukan ketika terjadi gempa. Ketika belajar tentang
sejarah kan otomatis berbicara masa lalu misalnya masa demokrasi, berarti
mereka akan bisa menggambar kan demokrasi dahulu seperti apa. Disini
otomatis mereka berfikir dan belajar bagaimana menjalankan kehidupan
yang akan datang.
10. Apa target yang ingin dicapai dalam pemebelajaran IPS?
Jawaban: Bagi saya targetnya adalah, anak-anak sudah mau belajar, sudah
mau membuka diri untuk mengenal IPS itu sudah bersyukur. Target yang
atau harapan yang lebih tinggi membuat mereka sadar tentang lingkungan
mereka sendiri.
11. Materi IPS seperti apa yang paling diminati oleh siswa-siswi sekolah
Citra Alam.
Jawaban: Jika di bilang paling suka, tergantung kreatifitas guru. Jika guru
menggunakan cara belajar yang kreatif peserta didik pasti senang. Tapi
kalau metode nya biasa saja seperti ceramah mau materinya semenarik
apapun materinya mereka bosan. Jadi, kembali kepada strategi guru dalam
mengajar.
12. Apakah perbedaan proses pembelajaran IPS di sekolah alam dengan
sekolah formal?
120
Jawaban: Menurut saya, hampir sama, perbedaanya hanya jika di sekolah
formal materi bisa 80% dan projek 20%, kalau di sekolah alam ini
kebalikannya. Sekolah alam lebih kepada eksplor di luar atau membuat
projek atau permainan. Materi hanya sekitar 30%-50%.
13. Model pembelajaran apa yang biasa digunakan dalam proses
pembelajaran IPS di Sekolah Citra Alam
Jawaban: Tematik (integrative) dan active learning.
14. Bagaimana penerapan/langkah-langkah model pembelajaran IPS
yang digunakan?
Jawaban: Tergantung kebutuhan. untuk penerapan nya seperti biasa.
Kegiatan pendahuluan. menyampaikan salam, menyampaikan tujuan
pembelajaran, apersepsi. biasanya disini juga menjelaskan perjanjian
kepda siswa untuk wajib mendengarkan materi sekitar 20 menit tidak ada
yang ngobrol atau berbicara setelahnya baru akan ada projek dll. setelah
kegiatan pendahuluan biasanya tidak langsung masuk kepada kegiatan inti,
guru biasanya menggunakan enjoy moment, seperti cerita-cerita, games
kecil, ketawa-ketawa dan semacamnya. Kemudian kegiatan inti
menyampaikan materi sekitar 20 menit untuk pengenalan materi
dilanjutkan dengan membuat projek bersama kelompok atau individu.
Untuk kegiatan penutupan guru menyampaikan kesimpulan. setelah itu
guru meminta pendapat kepada siswa tentang bembelajaran IPS, terkait
dengan kesan-kesan, kemudian beberapa anak-anak di suruh
menyampaikan kesimpulan. Jika materi sudah di rasa di mengerti oleh
siswa, kegiatan belajar di akhiri. Jika materi belum sepenuhnya
tersampaikan biasanya dilanjutkan pekan depan dan siswa diberi tugas
terkait dengan materi. Untuk prosedur hampir semua sama seperti sekolah
pada umumnya.
15. Media pembelajaran apa yang biasa digunakan untuk mendukung
proses pembelajaran?
Jawaban: Yang pasti media utama adalah lingkungan. Lingkungan disini
adalah lingkungan alam dan lingkungan sosial terutama lingkungan sekitar
121
sekolah citra alam. Selain itu tiap satu tahun sekolah citra alam
mengadakan feel trip dan LDK camp. Misalnya untuk tahun ini kunjungan
ke Kediri mereka diberikan jurnal terkait bagaimana kondisi sosial,
budaya, ekonomi masyarakat di daerah tersebut. kemudian kan di kaitkan
dengan materi IPS di kelas. Feel trip juga bertujuan untuk mengenalkan
anak-anak terhadap dunia luar, dengan harapan membangun kepekaan
terhadap dunia luar. karena disana mereka merasakan serangkaian
kegiatan-kegiatan masyarakat desa yang mereka kunjungi seperti ikut
kegiatan menanam pohon, kegiatan mendaki dll.
16. Bagaimana respon siswa dalam proses pembelajaran menggunakan
model pembelajaran tersebut?
Jawaban: Yang pasti senang. responsive, dan itu tergantung bagaimana
cara guru membawa suasana kelas.
17. Menurut bapak/ibu apa kelebihan dan kekurangan model
pembelajaran yang diterapkan.
Jawaban: Kelebihan nya pasti banyak, salah satunyas iswa benar-benar
merasa belajar dan gurunya lebih kreatif. kekuarangannya waktu untuk
menyampaikan mata pelajaran yang kurang.
18. Apa hambatan yang didapatkan dalam menerapkan model
pembelajaran IPS
Jawaban: Lebih kepada waktu untuk menyampaikan terhambat karena kita
banyak melakakuan projek dan kegiatan-kegiatan di luar penyampaian
materi. hambatan lainnya kurangnya suasana kondusif di dalam kelas
karena beberapa siswa over aktif.
19. Apa solusi bapak/ibu dalam mengangani hambatan yang didapatkan?
Jawaban : Solusinya guru lebih mempersiapkan dan mengatur prosedur
pembelajaran lebih matang, agar serangkaian kegiatan pembelajaran
berjalan lancar antara materi dan kegiatan di luar materi.
20. Apa harapan bapak/ibu untuk peserta didik selama mengikuti
serangkaian pembelajaran IPS?
122
Jawaban: Anak-anak dapat mengambil nilai dari setiap serangkaian
pembelajaran. baik proses belajarnya kerjasamanya, solidaritas dengan
sesama, nilai tanggung jawab, nilai kedisiplinan, nilai kemandirian, dll.
jadi siswa tidak hanya mendapatkan pelajaran dari segi teori tetapi juga
pengalaman, kemudian dari pengalaman itu bisa mengambil nilai-nilai.
123
HASIL WAWANCARA
Objek Tujuan: Siswa SMP Citra Alam
I. Responden
1. Hari/Tanggal : Kamis, 24 Mei 2018
2. Waktu : 10.00 s/d 12.00 WIB
3. Tempat : Siswa SMP Citra Alam Ciganjur
4. Nama Inisial : Abi
II. Item Pertanyaan
1. Bagaimana pembelajaran diluar kelas/outdoor learning yang biasa
diterapkan guru IPS?
Jawaban:
Pembelajaran selain dikelas, misalnya disekitar sekolah, dilapangan atau di
rumput-rumput menggunakan fasilitas yang ada di sekolah ini.
2. Apakah tanggapan anda mengenai pembelajaran diluar kelas?
Jawaban:
Lebih baik. Karena tidak cepet bosan
3. Apakah setiap mata pelajaran IPS dilakukan dengan outdoor learning?
Jawaban:
Tidak semuanya. Tergantung gurunya juga, atau tergantung siswanya
kalau mau diluar kita belajar diluar kelas.
4. Apa yang anda pelajari pada mengenai materi IPS?
Jawaban:
Banyak. IPS mempelajari ilmu-ilmu sosial.
5. Materi IPS yang mana yang paling diminati oleh siswa?
Jawaban:
Sukanya sejarah karena banyak cerita-cerita.
124
6. Kesulitan apa yang kamu dapatkan dalam proses pembelajaran IPS?
Jawaban:
Saat pembelajaran ada hitungan mungkin.
7. Strategi belajar atau model pembelajaran apa yang biasa diterapkan oleh
guru IPS dalam proses pembelajaran?
Jawaban:
Banyak. Biasanya kerja kelompok, diskusi, permainan.
8. Bagimana langkah-langkah atau cara guru IPS mengajar?
Jawaban:
Menjelaskan materi, tanya jawab, kemudian diberi tugas kelompok,
pembelajaran kelompok bisa diluar atau didalam kelas tergantung gurunya.
9. Apa yang kamu rasakan saat pembelajaran IPS senang, atau biasa saja.
Menarik atau biasa saja.
Jawaban:
Menarik. lebih santai.
125
HASIL WAWANCARA
Objek Tujuan: Siswa SMP Citra Alam
I. Responden
1. Hari/Tanggal : Kamis, 24 Mei 2018
2. Waktu : 10.00 s/d 12.00 WIB
3. Tempat : Siswa SMP Citra Alam Ciganjur
4. Nama Inisial : Rava
II. Item Pertanyaan
1. Bagaimana pembelajaran diluar kelas/outdoor learning yang biasa
diterapkan guru IPS?
Jawaban:
Pembelajaran diluar kelas yaitu pembelajaran dengan lingkungan sekitar
yang ada di sekolah. Atau pembelajaran ke masyarakat sekitar.
2. Apakah tanggapan anda mengenai pembelajaran diluar kelas?
Jawaban:
Tidak jenuh.
3. Apakah setiap mata pelajaran IPS dilakukan dengan outdoor learning?
Jawaban:
Tidak, itu tergantung gurunya atau tergantung dari materinya.
4. Apa yang anda pelajari pada mengenai materi IPS?
Jawaban:
Mempelajari seputar ilmu-ilmu sosial.
5. Materi IPS yang mana yang paling diminati oleh siswa?
Jawaban:
126
Semuanya suka. Karena pelajarannya lebih santai.
6. Kesulitan apa yang kamu dapatkan dalam proses pembelajaran IPS?
Jawaban:
Sulit ketika harus membaca buku. Karena saya agak tidak suka membaca.
7. Strategi belajar atau model pembelajaran apa yang biasa diterapkan oleh
guru IPS dalam proses pembelajaran?
Jawaban:
Kerja kelompok, disukusi, permainan, tebak-tebakan, tanya jawab, dll.
8. Bagimana langkah-langkah atau cara guru IPS mengajar?
Jawaban:
Biasanya menjelaskan materi kesananya tergantung. Bisa mengerjakan
tugas kelompok, atau membuat projek, kadang game-game kecil
9. Apa yang kamu rasakan saat pembelajaran IPS senang, atau biasa saja.
Menarik atau biasa saja.
Jawaban:
lebih santai dan seru, karena pelajarannya mungkin tidak terlalu terkesan
sulit.
127
HASIL WAWANCARA
Objek Tujuan: Siswa SMP Citra Alam
I. Responden
1. Hari/Tanggal : Kamis, 24 Mei 2018
2. Waktu : 10.00 s/d 12.00 WIB
3. Tempat : Siswa SMP Citra Alam Ciganjur
4. Nama Inisial : Tegar
II. Item Pertanyaan
1. Bagaimana pembelajaran diluar kelas/outdoor learning yang biasa
diterapkan guru IPS?
Jawaban:
Pembelajaran di area sekolah. Biasanya didepan kelas, duduk di bawah
pohon atau di lapangan.
2. Apakah tanggapan anda mengenai pembelajaran diluar kelas?
Jawaban:
Lebih suka saja, dibanding belajar di dalam kelas. Tetapi tergantung mood
dari siswa-siswanya, kadang lebih suka belajar di kelas juga kalau
belajarnya pake game.
3. Apakah setiap mata pelajaran IPS dilakukan dengan outdoor learning?
Jawaban:
Tidak, dikelas juga sering.
4. Apa yang anda pelajari pada mengenai materi IPS?
Jawaban:
Banyak, ada pelajaran sejarah, sosiologi, ekonominya dan sosiologi.
5. Materi IPS yang mana yang paling diminati oleh siswa?
Jawaban:
Saya lebih suka ekonomi dan sejarah.
Sukanya sejarah karena banyak cerita-cerita.
128
6. Kesulitan apa yang kamu dapatkan dalam proses pembelajaran IPS?
Jawaban:
Tidak ada kesulitan.
7. Strategi belajar atau model pembelajaran apa yang biasa diterapkan oleh
guru IPS dalam proses pembelajaran?
Jawaban:
Banyak. misalnya ceramah, tugas, atau game, atau membuat projek atau
keterampilan, kebanyakan mengerjakan tugas kelompok.
8. Bagimana langkah-langkah atau cara guru IPS mengajar?
Jawaban:
Menjelaskan materi, kemudian enjoy moment, kadang siswa disuruh
membaca buku IPS, dan terakhir siswa diberi tugas sambil permainan.
9. Apa yang kamu rasakan saat pembelajaran IPS senang, atau biasa saja.
Menarik atau biasa saja.
Jawaban:
senang.
129
LAMPIRAN 7
HASIL OBSERVASI
Objek yang di Amati Hasil Penelitian
Lingkungan Sekolah
1. Mengamati tempat / lokasi
penelitian meliputi:
e. Kondisi geografi
f. Lingkungan
sekolah
g. Fasilitas sekolah
dan kegunaanya
h. Suasana belajar di
SMP Citra Alam
a. Kondisi Geografi: Sekolah Citra Alam
berada di Keluruhan Ciganjur Kecamatan
Jagakarsa dan merupakan bagian dari
Kota Jakarta Selatan. Kecamatan
Jagakarsa berbatasan dengan Kota
Tangerang Selatan di sebeleah barat,
kemudian di sebelah timur berbatasan
dengan Kota Jakarta Timur, dan di
sebelah Selatan berbatasan dengan Kota
Depok Jawa barat. Kelurahan Ciganjur
sendiri berada di bagian selatan
Kecamatan Jagakarsa. Lokasi Sekolah
Citra Alam berada di tengah pemukiman
yang cukup jauh dari jalan raya, yaitu di
Jalan Damai II. Akses untuk menuju
lokasi sekolah bisadi tempuh
menggunakan angkutan kota. Namun
Untuk bisa masuk ke Jalan Damai hanya
bisa menggunakan kendaran pribadi,
tidak ada angkutan umum yang masuk ke
Jalan Damai II.
b. Lingkungan Sekolah: Lingkungan
sekolah Citra Alam sangat membawa
kesan natural. Jika di lihat dari luar pagar
sekolah terlihat seperti kawasan wisata.
Dimana banyak pohon rimbun dan
130
berbatang tinggi di dalamnya. bangunan
sekolah sebagian besar adalah rumah
panggung. Rumah panggung ini adalah
ruang kepala sekolah, tata usaha, ruang
guru, perpustakaan, dan sebagian
ruangan kelas SD. Beberapa bagunan ada
pula seperti bangunan biasa, tetapi masih
membawa kesan natural karena tembok
tersusun dari batuan-batuan alam.
Sekolah Citra alam sendiri terbagi
menjadi 2 wilayah, wilayah atas sekolah
adalah untuk kelas PGTK dan sarana
bermainnya, selain itu di wilayah bagian
atas sekolah terdapat kantor yayasan
sekaligus tempat rapat yayasan dan
sekolah. Kemudian di wilayah bagian
bawah sekolah adalah bangunan kelas
SD, SMP dan SMA serta sarana lainnya.
Jarak antara wilayah atas dan bawah
sekolah cukup jauh, untuk naik ke bagian
atas sekolah harus menaiki tangga batu
yang cukup tinngi. Suasana di Kawasan
sekolah Citra Alam cukup ramai karena
jumlah siswa dari semua jenjang yang
cukup banyak. Diluar jam pelajaran
siswa-siswi bermain di sekitar sekolah
menggunakan fasilitas sekolah, seperti
outbond. bersepeda, ada pula yang
berolahraga di lapangan.
c. Fasilitas Sekolah: Fasiltas sekolah
terdiri dari ruangan kelas, kantor TU,
131
ruang kepala sekolah, ruang guru,
perpustakaan, kantin sekolah, koperasi,
ruang praktek seperti empang untuk
ternaik ikan, ruang praktek menanam
tanaman yang di namakan green house.
Di tengah sekolah antara kelas SMP dan
SD terdapat lapangan kecil yang alasnya
adalah rumput halus. Lapangan ini biasa
di gunakan untuk latihan organisasi. Saat
kunjungan kesana lapangan kecil ini
sedangan digunakan untuk latihan baris
berbaris. Di bagian depan sekolah tepat
di balik gerbang masuk terdapat lapangan
basket yang berhadapan dengan masjid.
Di samping kanan lapangan basket
terdapat beberapa toilet sekolah. Selain
itu, beberapa fasilitas bemain yang
disediakan di sekolah adalah outbond,
sepeda keliling, dan fasilitas lain untuk
proses pembelajaran
d. Suasana Belajar: Suasana belajar dalam
prosesnya sangat aktif baik siswa
maunpun guru. Proses belajar hampir
sama karena kurikulum sekolah juga
mengikuti kurikulum nasional dari
kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan
penutupan. yang berbeda disini lebih
aktif antara siswa dengan siswa lain atau
guru dan siswa, pengajar disini adalah
kakak sehingga jarak mereka sangat
dekat seperti kakak dan adik. selain itu
132
terkesan tidak terlalu formal karena siswa
dan guru sendiri memakai pakaian bebas.
Hampir disetiap tembok kelas terdapat
jendela yang terbuka yang menghadap
langsung ke pohon-pohon tinggi yang
ada di luar kelas. Sehingga suasana
belajar terlihat sangat nyaman.
e. Ruang Belajar di Sekolah Citra Alam:
Ruangan belajar di SMP Sekolah Citra
Alam terbuat dari tembok yang tersusun
dari batu alam sehingga masih terkesan
natural. Di dalam kelas terdapat 15 kursi
yang terpisah untuk siswa, 1 kursi dan
meja untuk guru, 1 kursi dan meja untuk
guru pendamping khusus. Di dalam kelas
terdapat fasilitas lemari terbuka yang
terbuat dari kayu untuk menyimpan alat-
alat belajar. selain itu terdapat dispenser,
dan kaca. tempat duduk siswa dibuat
later u menghadap ke papan tulis. Di
depan kelas terdapat tanaman dan tempat
sampah.
f. Kegiatan Belajar Mengajar di Sekolah
Citra Alam: Siswa masuk pukul 07.30
kegiatan pertama adalah sholat dhuha
berjamah dari jam 07.30-08.00. Setelah
itu dilanjutkan pada proses pembelajaran
di kelas atau di luar kelas dari jam 08.00-
09.20. Pada jam 09.20-09.50 istirahat.
Kemudian pada jam 09.50-11.50
melanjutkan pembelajaran. Jam 11.50-
133
13.00 adalah istirahat kedua. diisi dengan
kegiatan sholat berjamaah di masjid
kemudian makan siang bersama
(ISOMA). Pembelajaran di lanjutkan
kembali setelah istirahat pada pukul
13.00-14.30. Kegiatan terakhir sebelum
pulang yaitu doa dan refleksi pada pukul
14.30.
Pelaksanaan Pembelajaran
2. Kegiatan Pembelajaran
d. Pembuka
e. Kegiatan Inti
f. Penutup/Refleksi
a. Pembukaan: Sebelum masuk pada
kegiatan peendahuluan guru menkondusifkan
kelas dengan mengatur meja dan kursi siswa.
Guru mentugaskan siswa untuk membuang
sampah. Proses pendahuluan di lakukan
dengan mengucapkan salam, berdoa
bersama, guru menannyakan kabar,
mereview pembelajaran yang lalu, dan
kemudian ice breaking dengan menyanyikan
lagu maju tak gentar bersama sama dengan
suara yang lantang. Dengan tujuan
menumbuhkan mood dan semngat siswa.
Kegiatan menyanyi juga diiringi dengan
mengoper benda. sampai lagu berhenti siswa
yang memegang barang saat lagu berhenti
maju ke depan membuat kata-kata mutiara
berisi motivasi. Guru menanyakan kepada
siswa apakah ingin belajar di kelas atau di
dalam kelas. (outdoor/indoor). Pada hari itu
siswa memilih untuk belajar di dalam
ruangan kelas. Kemudian dalam kegiatan
pendahulan guru membagi siswa ke dalam
beberapa kelompok. Kelompok yang dibuat
134
saat itu adalah 4 kelompok. Masing-masing
kelompoknya berisi 3-4 anggota.
b. Kegiatan Inti: Pada kegiatan inti, guru
menulis catatan singkat di papan tulis
semacam peta konsep. sekitar 10-15 menit
guru menjelaskan materi pembelajaran dan
siswa mendengarkan. Selesai berbicara
sebelum masuk ke kegiatan kelompok guru
bersama siswa menyanyi kembali lagu-lagu
kebangsan sebagai waktu enjoy moment.
Setelah selesai, siswa melakukan kerja
kelompok dengan tugasnya yaitu membuat
ringkasan peristiwa-peristiwa sejarah seperti
misalnya peristiwa ”bandung lautan api” dari
amplop yang diberikan oleh guru. Masing-
masing kelompok berisi pembahasan yang
berbeda dalam amplop tersebut. yang diberi
nama “amplop perjuangan”. Siswa diberi
waktu 10 menit untuk membuat ringkasan.
Tugas ini dikerjakan bersama-sama engan
masing-masing kelompoknya. Setelah selesai
melakukan ringkasan selama 10 menit,
masing-masing kelompok berkeliling untuk
mencari informasi dari peristiwa sejarah
yang berbeda dari kelompok lain. Kelompok
yang paling banyak mendapatkan informasi
dari kelompok lain (informasi berupa
peristiwa sejarah), akan mendapatkan reward
dari guru. Dalam kegiatan tersebut kelompok
yang paling banyak mendapatkan informasi
adalah kelompok 3 dengan 9 informasi
135
peristiwa sejarah di Indonesia, dan keluar
sebagai pemenang kelompok mendapatkan
hadian berupa 1 buah tolak angin.
c. Penutup/refleksi: Beberapa siswa
ditunjuk untuk membuat rangkuman sendiri
di papan tulis semacam peta konsep berisi
peristiwa-peristiwa sejarah meliputi tanggal
kejadian dan tokoh yang terlibat. Penulisan
adalah pengetahuan siswa sendiri. Kemudian
siswa lain bergelirian untuk menulis di papan
tulis. Setelah itu semua siswa menulis
catatan yang sudah di tulis oleh tema-
temannya di papan tulis. (yaiu rangkuman
mengenai peristiwa sejarah yang di tulis
dalam peta konsep). Setelah selesai satu
orang siswa di tunjuk untuk menyimpulkan
pembelajaran yang di dapat beserta kesan-
kesan dan hikmah-hikmahnya selama proses
pembelajaran berlangsung. Terakhir di tutup
dengan doa dan salam.
3. Aktivitas siswa
a. Kehadiran Siswa
b. Perhatian Siswa
c. Keaktifan Siswa di
Kelas
d. Pengerjaan Tugas
Siswa
a. Kehadiran siswa: Mengenai kehadiaran
siswa di kelas, Penulis mengkategorikan
menjadi menjadi siswa yang datang tepat
waktu, datang tepat waktu tetapi tidak serius
atau menunjukan ketidaksiapan untuk
mengikuti pelajaran dan siswa yang datang
terlambat. Hasil observasi menunjukan
bahwa ada sekitar 9 orang dari 14 siswa
kelas 9B yang datang tepat waktu dan
mengikuti pembelajaran dengan baik.
Sisanya yaitu siswa yang datang terlambat
136
sekitar 5 orang. Siswa yang datang tepat
waktu tetapi tidak serius mengikuti pelajaran
tidak ada. Mereka yang datang terlambat
dengan alasan rumah yang jaraknya jauh
dengan sekolah sehingga mebutuhkan waktu
yang lama untuk sampai di sekolah pagi hari.
Salah satu siswa berkata bahwa memang
selalu ada siswa yang datang terlambat,
namun lebih banyak siswa yang datang tepat
waktu.
b. Perhatian Siswa: Perhatian siswa di kelas
meliputi siswa yang memperhatikan
penjelasan materi pelajaran IPS dengan
fokus, siswa yang cukup sekedar
memperhatikan, tetapi tidak fokus, dan siswa
yang benar-benar tidak memperhatikan
penjelasan materi pelajaran. Hasil observasi
penulis menemukan bahwa siswa yang
memperhatikan dengan fokus sebanyak 10
orang dari 14 siswa di kelas 9B. Siswa yang
memperhatikan tapi tidak fokus sebanyak 4
orang, siswa yang tidak fokus ini ditunjukan
dengan tidak bisa menjawabnya siswa
terhadap pertanyaan guru, siswa yang tidak
fokus ini biasanya melamun saat guru
menjelaskan meskipun perhatian nya kepada
guru yang sedang mengajar di depan kelas.
Indikator yang ketiga dari perhatian siswa
yaitu siswa yang tidak memperhatikan sama
sekali. Di kelas 9B siswa tidak ada siswa
yang tidak memperhatikan sama sekali.
137
Misalnya sambil main-main atau sambil
mengobrol. Kebanyakan dari siswa adalah
memperhatikan dengan fokus penjelasan
gurunya. Karena guru hanya menyampaikan
materi singkat. ada waktu dimana siswa
bergerak aktif dan ada waktu enjoy moment
untuk bersantai.
c. Keaktifan Siswa: Perhatian peneliti
selanjutnya adalah mengenai keaktifan
siswa. Untuk keaktifan siswa di kelas
peneliti membagi ke dalam dua, yaitu
keaktifan bertanya dan keaktifan
mengemukakan pendapat. Terkait keaktifan
bertanya terbagi lagi menjadi aktif bertanya
dan pertanyaan sesuai dengan materi yang
dipelajari atau bertanya mengenai tugas,
aktif bertanya namun dengan pertanyaan
yang lebih luas atau di luar materi pelajaran
yang sedang di pelajari, dan terakhir siswa
yang tidak aktif bertanya atau hanya
mendengarkan penjelasan materi tanpa
mengajukan pertanyaan. Hasil Penelitian
menunjukan bahwa siswa yang banyak
bertanya dari 14 siswa di kelas 9B sebanyak
6 orang. Siswa yang aktif bertanya tetapi di
luar materi sekitar 2 orang. dan siswa yang
tidak aktif bertanya atau tidak bertanya sama
sekali selama pembelajaran sebanyak 6
orang siswa.
Sedangkan mengenai keaktifan
mengemukakan pendapat, terbagi menjadi
138
siswa yang mengemukakan pendapatnya
dengan aktif, siswa yang mengemukakan
pendapat sesekali waktu, dan siswa yang
tidak mengemukakan pendapatnya sama
sekali. Hasil observasi peneliti
mengemukakan bahwa siswa yang aktif
mengemukakan pendapat sebanyak 5 orang.
Siswa yang hanya sesekali mengemukakan
pendapat sebanyak 7 orang. dan 7 orang
siswa yang sama sekali tidak mengemukakan
pendapat dan hanya diam saat berdiskusi
dengan teman atau guru. Keaktifan siswa
saat pembelajaran tidak terlepas dari strategi
mengajar guru yang harus membuat daya
tarik siswa untuk lebih aktif.
d. Pengerjaan Tugas Siswa: Pengamatan
terakhir adalah mengenai proses pengerjaan
tugas atau latihan yang diberikan guru IPS
pada saat pembelajaran. Proses pengerjaan
latihan atau worksheet yang diberikan guru
setiap akhir penjelasan materi pelajaran IPS
dilakukan oleh seluruh siswa yang hadir
pada hari tersebut. Tugas dikerjakan
berkelompok. Dalam pengerjaan tugas atau
latihan terbagi menjadi siswa mengerjakan
tugas kelompok dengan aktif, siswa yang
mengerjakan tugas kelompok tetapi tidak
serius atau hanya sekear gabung dalam
kelompok, dan siswa yang tidak
mengerjakan tugas kelompok sama sekali.
Hasil observasi peneliti menunjukan bahwa
139
siswa yang mengerjakan tugas kelompok
dengan aktif 10 orang. Siswa yang
mengerjakan tugas kelompok tetapi tidak
seius atau hanya mengerjakan sekedar nya
sebanyak 3 orang. dan 0 siswa yang tidak
mengerjakan tugas latihan sama sekali.
Secara keseluruhan hampir semua siswa ikut
andil dalam menyelesaikan tugas
kelompoknya. Pada prosedurnya guru selalu
mengawasi siswa, siswa yang tidak
mengerjakan tugas akan diberikan sanksi
yaitu menjelaskan materi secara pribadi.
4. Penggunaan metode
pembelajaran
a. Metode
Pembelajaran yang
digunakan
b. Langkah-langkah
metode pembelajaran
yang digunakan
a. Metode pembelajaran yang digunakan:
Metode pembelajaran yang di gunakan guru
IPS pada saat kegiatan observasi adalah
Discovery learning dipadukan dengan
pembelajaran menarik yaitu half stay-half
stray. Dalam proses mengaplikasikannya
metode pembelajaran ini dikemas dalam
teknik pembelajaran ceramah singkat
(menjeskan materi), kerja kelompok, diskusi,
presentasi dan game.
b. Langkah-langkah metode
pembelajaran yang digunakan: Guru
meminta siswa untuk duduk sesuai anggota
kelompoknya
10) Guru menjelaskan awal kedatangan
sekutu setelah kemerdekaan dan sikap
yang saat itu diambil Indonesia
(mengamati) siswa bertanya tentang hasil
pengamatannya (menanya)
140
11) Siswa lain dibolehkan untuk menjawab
12) Guru memberikan dan meluruskan
materi yang tepat
13) Guru memberikan lembar kerja siswa
kepada setiap kelompok dan masing-
masing kelompok memilih 3 amplop
yang berisi materi yang berbeda
(perjuangan bersenjata di berbagai
daerah dan berbagai diplomasi)
14) Siswa melakukan diskusi untuk
menuliskan ringkasan dari materi yang
didapat (mengolah informasi)
15) Dalam kelompok tersebut sebagian diam
di tempat untuk menjadi pemateri
sebagian lagi berkeliling mencari materi
(menalar)
16) Siswa kembali berdiskusi untuk
menentukan mana yang benar dan mana
yang salah kemudian menuliskannya
(literasi)
17) Perwakilan kelompok memprsentasikan
kronologi yang paling tepat tentang
perjuangan mempertahankan
kemerdekaan (mengkomunikasikan)
5. Proses Penilian Selain melakukan perencanaan pembelajaran
setiap guru harus melakukan penilaian atau
evaluasi. Penilaian dilakukan untuk melihat
sejauh mana perkembangan siswa dan
pemahaman siswa pada materi pelajaran
selama pross belajar. Penilaian belajar siswa
141
di sekolah citra alam dapat mencakup
perkembangan siswa secara kuantitatif
maupun kualitatif. Penilaian kuantitatif yaitu
peniliaian pengukuran berbentuk nilai angka
terhadap hasil tugas siswa dan ulangan-
ulangan. Sedangkan penilaian kualitatif
mencakup nilai keseharian siswa di sekolah.
Penilaian/evaluasi selalu dilakukan oleh guru
kelas setiap kegiatan pembelajaran. Penilaian
sehari-hari biasaya dalam bentuk nilai-nilai
tugas yang diberikan oleh guru, biasanya
tugas diberikan untuk dikerjakan secara
kelompok. Karena pembelajaran dalam
bentuk kelompok maka selain nilai angka,
guru IPS juga memberikan nilai masing-
masing individu, apakah bekerja sama
dengan baik, apakah melakukan tugas
dengan baik, Nilai tersebut akan di
akumulasikan dalam bentuk nilai angka pula.
Guru IPS juga melakukan evaluasi terkait
perkembangan-perkembangan siswa dengan
menjadi komentator secara langsung
meskipun kebanyakan bersifat subjektif.
Dalam Rencana Perangkat Pembelajaran
Penilaian mencakup penilaian sikap,
pengetahuan dan keterampilan. Pada
penilaian sikap guru IPS menilai setiap
tingkah laku siswa sehari hari yang
kemudian akan ditulis dalam catatan perilaku
siswa. Format penulisan penilian sikap
berisi catatan prilaku siswa dan butir-butir
142
perilaku siswa yang ditulis oleh guru kelas,
kemudian akan dilaporkan kepada pihak
orang tua siswa.
Untuk penilaian pengetahuan guru IPS
melakukan observasi pengetahuan peserta
peserta didik dalam bentuk mengamati
diskusi dan presentasi siswa dari hasil tugas
kelompok. Penskoran aktivitas diberi skor
rentang 1-4 dan nilai maksimal adalah 100.
Adapun kriteria skor diantaranya yaitu Skor
1 jika jawaban siswa hanya berupa
menjawab saja, skor 2 jika jawaban berupa
mendefinisikan, skor 3 jika jawaban berupa
mendefinsikan dan sedikit uraian, skor 4 jika
jawaban berupa mendefinisikan dan
penjelasan logis. Nilai siswa adalah skor
perolehan dikali 25.Untuk Penilaian
keterampilan dilakukan dengan mengetahui
kemampuan siswa dalam menerapkan
pengetahuan melakukan tugas tertentu
didalam berbagai macam konteks sesuai
dengan indikator pencapaian kompetensi.
Penilaian keterampilan dilakukan dengan
berbagai teknik, antara lain penilaian kinerja,
penilaian proyek dan penilaian portofolio.
143
LAMPIRAN 9
CONTOH JURNAL PERKEMBANGAN SIKAP DAN INSTRUMEN
OBSERVASI PENGETAHUAN SISWA
Nama Sekolah : SMP Citra Alam Ciganjur
Kelas/Semester : IX.B
Tahun Ajaran : 2017/2018
No Waktu Nama Siswa Catatan
Perilaku
Butir Sikap
1 Senin, 17-09-
2108
Pukul 13.00
Sami Belajar mentaati
waktu di sekolah,
di rumah dan
dimanapun.
Telat masuk
kelas
2 Rava
3 Ali
4 Zaki
Ahtar
Instrumen Observasi Pengetahuan
Kelas : IX.B
Semester : Ganjil
Pengetahuan yang di Nilai : Presentasi Sejarah Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia
No
Nama Peserta
Didik
Jawaban Peserta Didik
Menjawab Saja Mendefinisikan Mendefinisikan
&
Menguraikan
Mendefinis
ikan &
Penjelasan
Logis
1 Rava 1 2 3 4
2
3
159
BIOGRAFI PENULIS
Lena Fadya, NIM 11140150000014 Jurusan
Pendidikan IPS Konsentrasi Geografi Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Penulis lahir di Bekasi pada 21 Juni 1995
merupakan anak kedua dari pasangan Ahyar dan
Yayah. Penulis bertempat tinggal di Jl. Industri RT
009 RW 003 Kp Tegal Gede Desa Pasir Sari
Kecamatan Cikarang Selatan Kabupaten Bekasi.
Riwayat Pendidikan berawal dari SDN Pasir Sari 01 2002-2008, dilanjutkan di
MTs Assalam Plered Purwakarta 2008-2011 dan MA YPPA Cipulus Wanayasa
Purwakarta 2011-2014. Skripsi ini didedikasikan untuk kedua orang tua, kakak,
adik dan semua yang mendukung sepenuhnya terhadap studi penulis. Semoga
skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi perkemabangan ilmu pengetahuan.
Email: [email protected]. Instagram: @lena_fadya, Facebook: lenafadya