Strategi Pembelajaran Ips

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips

    1/64

    STRATEGI PEMBELAJARAN IPS

    STRATEGI PEMBELAJARAN IPS DENGAN

    PENDEKATAN KOMPREHENSHIF

    Oleh: Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd

    A.Pendahuluan

    Berbicara tentang pendidikan, maka akan berbicara tentang dua aspek

    penting, yaitu praktek pendidikan dan teori pendidikan. Praktek pendidikan

    dapat diartikan sebagai seperangkat kegiatan bersama yang bertujuan

    membantu pihak lain agar mengalami perubahan tingkah laku yang

    diharapkan (Sadulloh,2003:1-2). Praktek pendidikan dapat dilihat dari tiga

    aspek, yaitu aspek tujuan, aspek proses kegiatan dan aspek dorongan atau

    motivasi. Adapun teori pendidikan dapat diartikan seperangkat konsep yang

    sudah tersusun secara sistematis dan teruji secara empirik yang dapat

    dijadikan sebagai pedoman dalam praktek pendidikan.

    Dalam paradigma baru tentang pendidikan, baik dalam konteks teori

    maupun praktek, istilah pembelajaran lebih banyak dikembangkan. Menurut

    Djahiri (2007:1) pembelajaran itu sendiri dapat dimaknai secara prosedural

    maupun programatik. Secara programatik pembelajaran dimaknai sebagai

    seperangkat komponen rancangan pelajaran yang memuat hasil pilihan dan

    ramuan profesional perancang/guru untuk dibelajarkan kepada peserta

    didiknya. Rancangan tersebut meliputi 5 komponen (M3SE) yakni; (1) Materi

    atau bahan pelajaran, (2) Metode atau kegiatan belajar-mengajar, (3) Media

    pelajaran atau alat bantu, (4) Sumber sub 1-2-3, (5) Pola Evaluasi atau

    penilaian perolehan belajar. Adapun secara prosedural, pembelajaran adalah

    proses interaksi/interadiasi antara kegiatan belajar siswa dengan kegiatan

    mengajar guru serta dengan lingkungan belajarnya (learning environment).

    Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai bagian integral dari kurikulum

    pembelajaran di persekolahan, selayaknya disampaikan secara menarik dan

  • 7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips

    2/64

    penuh makna dengan memadukan seluruh komponen pemebalajaran secara

    efektif. Selain itu, IPS sebagai disiplin ilmu yang memiliki sensitivitas tinggi

    terhadap dinamika perkembangan masyarakat. Dalam praktek

    pembelajarannya harus senantiasa memperhatikan konteks yang berkembang.

    Pendekatan-pendekatan pembelajaran efektif yang di ramu dari teori

    pendidikan modern menjadi salah satu intrumen penting untuk diperhatikan

    agar pembelajaran tetap menarik bagi peserta didik serta senantiasa relevan

    dengan konteks yang berkembang.

    Tujuan utama IPS adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik

    agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikapmental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan

    terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari, baik yang

    menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat secara umum.

    Untuk mencapai tujuan di atas, diperlukan strategi yang memadukan

    setiap komponen pembelajaran secara integrated dan koheren. Penentuan

    materi yang tepat, metode yang efektif, media dan sumber pembelajaran yang

    relevan serta proses evaluasi yang dapat mengukur tingkat pencapaian proses

    dan hasil terhadap tujuan pembelajaran menjadi pekerjaan utama para aktor

    pembelajaran agar kegiatan belajar mengajar dapat mencapai tujuan yang

    diharapkan.

    Peran pendidik yang kini mengalami pergeseran dari teacher centered

    menuju student centered merupakan suatu fenomena yang memiliki makna

    filosofis terhadap praktek pembelajaran di persekolahan. Oleh karenanya, guruabad sekarang harus mampu meningkatkan profesionalismenya serta

    senantiasa beradaptasi dengan dinamika perkembangan dunia pendidikan pada

    khususnya dan dinamika global pada umumnya.

    Berangkat dari uraian di atas, dalam makalah ini penulis akan

    mendeskprisikan tentang konsep pembelajaran IPS beserta beberapa

    pendekatan yang dinilai cukup efektif untuk diterapkan. Selain itu,

    dihubungkan pula dengan konteks pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan

  • 7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips

    3/64

    Pendidikan (KTSP) sebagai trend terbaru dalam kebijakan pengembangan

    kurikulum pada tingkat persekolahan.

    B.Konsep Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.

    1.Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

    Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang

    ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan

    budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena

    sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-

    cabang ilmu-ilmu sosial (sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum,

    dan budaya).

    Geografi, sejarah, dan antropologi merupakan disiplin ilmu yang memiliki

    keterpaduan yang tinggi. Pembelajaran geografi memberikan kebulatan wawasan

    yang berkenaan dengan wilayah-wilayah, sedangkan sejarah memberikan

    wawasan berkenaan dengan peristiwa-peristiwa dari berbagai periode.

    Antropologi meliputi studi-studi komparatif yang berkenaan dengan nilai-nilai,

    kepercayaan, struktur sosial, aktivitas-aktivitas ekonomi, organisasi politik,

    ekspresi-ekspresi dan spiritual, teknologi, dan benda-benda budaya dari budaya-

    budaya terpilih. Ilmu politik dan ekonomi tergolong ke dalam ilmu-ilmu tentang

    kebijakan pada aktivitas-aktivitas yang berkenaan dengan pembuatan keputusan.

    Sosiologi dan psikologi sosial merupakan ilmu-ilmu tentang perilaku seperti

    konsep peran, kelompok, institusi, proses interaksi dan kontrol sosial.

  • 7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips

    4/64

    Gambar 1: Keterpaduan Cabang Ilmu Pengetahuan Sosial

    2.Karakteristik Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

    Karateristik mata pelajaran IPS antara lain sebagai berikut:

    a. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur

    geografi, sejarah, ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan,

    sosiologi, bahkan juga bidang humaniora, pendidikan dan agama.

    b. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur

    keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi, yang dikemas

    sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (tema)

    tertentu.

    c. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut

    berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan

    interdisipliner dan multidisipliner.

    d.Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menyangkut peristiwadan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat,

    kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan, struktur, proses

    dan masalah sosial serta upaya-upaya perjuangan hidup agarsurvive

    seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan dan jaminan

    keamanan.

    e. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS menggunakan tiga

    dimensi dalam mengkaji dan memahami fenomena sosial serta

  • 7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips

    5/64

    kehidupan manusia secara keseluruhan. Ketiga dimensi tersebut

    terlihat pada tabel berikut.

    Tabel 1. Dimensi IPS Dalam Kehidupan Manusia

    Dimensi

    dalam

    kehidupan

    manusia

    Ruang Waktu Norma/Nilai

    Area dan

    substansi

    pembelajaran

    Alam sebagai

    tempat dan

    penyedia

    potensi sumber

    daya

    Alam dan

    kehidupan yang

    selalu

    berproses,

    masa lalu, saatini, dan yang

    akan datang

    Kaidah atau aturan yang

    menjadi perekat dan

    penjamin keharmonisan

    kehidupan manusia dan

    alam

    Contoh

    Kompetensi

    Dasar yang

    dikembang-

    kan

    Adaptasi

    spasial dan

    eksploratif

    Berpikir

    kronologis,

    prospektif,

    antisipatif

    Konsisten dengan aturan

    yang disepakati dan

    kaidah alamiah masing-

    masing disiplin ilmu

    Alternatif

    penyajian

    dalam mata

    pelajaran

    Geografi Sejarah Ekonomi,

    Sosiologi/Antropologi

    3.Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

    Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial adalah untuk

    mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial

    yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap

    perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap

    masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri

    maupun yang menimpa masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai

    manakala program-program pelajaran IPS di sekolah diorganisasikan

    secara baik. Menurut Awan Mutakin (1998), berdasarkan rumusan tujuan

    umum tersebut dapat dirinci sebagai berikut:

    a. Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau

    lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan

    kebudayaan masyarakat.

  • 7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips

    6/64

    b. Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan

    metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat

    digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial.

    c.Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat

    keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di

    masyarakat.

    d. Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta

    mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil

    tindakan yang tepat.

    e. Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampumembangun diri sendiri agarsurvive yang kemudian bertanggung

    jawab membangun masyarakat.

    4.Nilai-nilai yang dikembangkan dalam IPS

    Nilai-nilai yang dikembangkan dalam Ilmu Pengetahuan Sosial

    diantaranya adalah sebagai berikut:

    a.Nilai Ketuhanan

    Materi pembelajaran apapun dalam pendidikan IPS wajib berlandaskan

    kepada nilai ketuhanan. Nilai ketuhanan merupakan nilai transendental

    yang menjadi core value dari sistem nilai yang ada.

    b.Nilai Edukatif

    Salah satu tolak ukur keberhasilan pelaksanaan pendidikan IPS adalah

    adanya perubahan tingkah laku sosial peserta didik kearah yang lebih

    baik. Proses pembelajaran IPS tiidak hanya terbatas di kelas dansekolah pada umumnya melainkan lebih jauh dari itu dilaksanakan

    dalam kekhidupan sehari-hari

    c.Nilai Praktis

    Pembelajaran tidak memiliki makna yang dalam jika tidak memiliki

    nilai praktis. Pokok bahasan IPS tidak hanya konsep teoritis belaka,

    melainkan digali dari kehidupan sehari-hari yang bersifat kontekstual.

    d.Nilai Teoritis

  • 7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips

    7/64

    Pembelajaran IPS tidak hanya menyajikan fakta dan data yang terlepas

    dari kerangka teoritis, melainkan dibina dan dikembangkan

    kemampuan nalar kearah sense of rality, sense of discovery, sense of

    inquiry, serta kemampuan mengajukan hipotesis terhadap suatu

    masalah.

    e.Nilai Filsafat

    Menumbuhkan kemampuan merenung tentang eksistensi dan

    pernannya di tengah masyarakat, sehingga tumbuh kesadaran mereka

    selaku anggota masyarakat dan sebagai makhluk sosial

    f.Nilai Kemanusiaan.Nilai-nilai kemanusiaan seperti kasih sayang, tanggung jawab,

    kejujuran, kedamaian, tanpa kekerasan, dan sebagainya perlu

    disaampaikan secara terpadu dalam pembelajaran IPS, sehingga

    dihasilkan kualitas lulusan yang unggul (human excellence) atau

    manusia utuh/kaffah sesuai dengan cita-cita pendidikan nasional.

    5. Konsep Pembelajaran Terpadu dalam Ilmu Pengetahuan Sosial

    (IPS)

    Pendekatan pembelajaran terpadu dalam IPS sering disebut

    dengan pendekatan interdisipliner. Model pembelajaran terpadu pada

    hakikatnya merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan

    peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif mencari,

    menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara holistik

    dan otentik (Depdikbud, 1996:3). Salah satu di antaranya adalah

    memadukan Kompetensi Dasar.

    Dengan pembelajaran terpadu peserta didik dapat memperoleh

    pengalaman langsung, sehingga dapat menambah kekuatan untuk

    menerima, menyimpan, dan memproduksi kesan-kesan tentang hal-hal

    yang dipelajarinya. Dengan demikian, peserta didik terlatih untuk

    dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari.

    Dalam pendekatan pembelajaran terpadu, program

    pembelajaran disusun dari berbagai cabang ilmu dalam rumpun ilmu

    sosial. Pengembangan pembelajaran terpadu, dalam hal ini, dapat

  • 7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips

    8/64

    mengambil suatu topik dari suatu cabang ilmu tertentu, kemudian

    dilengkapi, dibahas, diperluas, dan diperdalam dengan cabang-cabang

    ilmu yang lain. Topik/tema dapat dikembangkan dari isu, peristiwa,

    dan permasalahan yang berkembang. Bisa membentuk permasalahan

    yang dapat dilihat dan dipecahkan dari berbagai disiplin atau sudut

    pandang, contohnya banjir, pemukiman kumuh, potensi pariwisata,

    IPTEK, mobilitas sosial, modernisasi, revolusi yang dibahas dari

    berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial.

    6.Model-model Pembelajaran IPS Terpadu

    a.Model Integrasi Berdasarkan Topik

    Dalam pembelajaran IPS, keterpaduan dapat dilakukan

    berdasarkan topik yang terkait, misalnya Kegiatan Ekonomi

    penduduk. Kegiatan ekonomi penduduk dapat ditinjau dari berbagai

    disiplin ilmu yang tercakup dalam IPS. Kegiatan ekonomi penduduk

    dapat dalam hal ini ditinjau dari persebaran dan kondisi fisis-geografis

    yang tercakup dalam disiplin Geografi.

    Secara sosiologi, kegiatan ekonomi penduduk dapat

    mempengaruhi interaksi sosial di masyarakat atau sebaliknya. Secara

    historis dari waktu ke waktu kegiatan ekonomi penduduk selalu

    mengalami perubahan. Selanjutnya penguasaan konsep tentang jenis-

    jenis kegiatan ekonomi sampai pada taraf mampu menumbuhkan

    krteatifitas dan kemandirian dalam melakukan tindakan ekonomi dapat

    dikembangkan melalui kompetensi yang berkaitan dengan ekonomi.

    b. Model Integrasi Berdasarkan Potensi Utama

    Keterpaduan IPS dapat dikembangkan melalui topik yangdidasarkan pada potensi utama yang ada di wilayah setempat; sebagai

    contoh, Potensi Bali Sebagai Daerah Tujuan Wisata. Dalam

    pembelajaran yang dikembangkan dalam Kebudayaan Bali dikaji dan

    ditinjau dari faktor alam, historis kronologis dan kausalitas, serta

    perilaku masyarakat terhadap aturan. Melalui kajian potensi utama

    yang terdapat di daerahnya, maka peserta didik selain dapat memahami

  • 7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips

    9/64

    kondisi daerahnya juga sekaligus memahami Kompetensi Dasar yang

    terdapat pada beberapa disiplin yang tergabung dalam IPS .

    c. Model Integrasi Berdasarkan Permasalahan

    Model pembelajaran terpadu pada IPS yang lainnya adalah

    berdasarkan permasalahan yang ada, contohnya adalah Tenaga Kerja

    Indonesia. Pada pembelajaran terpadu, Tenaga Kerja Indonesia

    ditinjau dari beberapa faktor sosial yang mempengaruhinya. Di

    antaranya adalah faktor geografi, ekonomi, sosiologi, dan historis.

    C.Pendekatan-Pendekatan yang Efektif dalam Pembelajaran IPS

    1.Pendekatan Kontekstual

    a.Mengapa Pendekatan Kontekstual

    Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami sendiri apa yang

    dialaminya, bukan sekedar mengetahui-nya. Pembelajaran yang

    berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dari kompetensi

    mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak

    memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang, pendekatan

    kontekstual (contextual teaching and learning/CTL) adalah suatu

    pendekatan pengajaran yang diharapkan dapat memenuhi harapan bahwa

    anak sampai pada fase mampu mengalami dan mampu menanggapi

    fenomena-fenomena kotekstual dalam kehidupan sehari-harinya.

    Terdapat beberapa alasan mengapa pembelajaran kontekstualdikembangkan dewasa ini:

    1) Penerapan kontek budaya dalam pengembangan silabus, penyusunan

    buku pedoman guru, dan buku teks akan mendorong sebagian siswa

    untuk tetap tertarik dan terlibat dalam kegiatan pendidikan.

    2) Penerapan konteks sosial dalam pembangunan silabus, penyusunan

    buku pedoman, dan buku teks yang dapat meningkatkan kekuatan

  • 7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips

    10/64

    masyarakat memungkinkan banyak anggota masyarakat untuk

    mendiskusikan berbagai isu yang dapat berpengaruh terhadap

    perkembangan masyarakat.

    3) Penerapan konteks personal yang dapat meningkatkan keterampilan

    komunikasi, akan membantu lebih banyak siswa untuk secara penuh

    terlibat dalam kegiatan pendidikan dan masyarakat.

    4) Penerapan konteks ekonomi akan berpengaruh terhadap peningkatan

    kesejahteraan sosial politik serta dapat meningkatkan kesejahteraan

    sosial.

    5) Penerapan konteks politik dapat meningkatkan pemahaman siswa

    tentang berbagai isu yang dapat berpengaruh terhadap masyarakat.

    6) Kontekstual dikembangkan dengan tujuan agar pembelajaran berjalan

    lebih produktif dan bermakna. Pendekatan konstektual dapat

    dijalankan tanpa harus mengubah kurikulum dan tatanan yang ada.

    IPS merupakan ilmu yang berangkat dari fenomena keseharian, dan tidak bisa

    dilepaskan dari dinamika perkembangan masyarakat yang senantiasa berubah,

    dinamika dan perubahan tersebut memiliki kekhasan sesuai dengan

    lingkungan masyarakat berada. Oleh karenanya, pembelajaran IPS bagi anak

    menjadi keniscayaan untuk selalu dihubungkan dengan konteksnya, sehingga

    apa yang diperoleh anak tidak hanya berada dalam wilayah kognisi, melainkan

    sampai kepada tataran dunia nyata yang ia jalani sehari-hari. Apa yang ia

    dapatkan di sekolah merupakan apa yang ia jalani dan butuhkan dalam

    kehidupan sehari-hari. Jika tidak demikian, maka apa yang diperolehnya di

    sekolah hanya akan menjadi barang kadaluarsa yang tidak bernilai guna.

    b.Pengertian Pendekatan Kontekstual

  • 7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips

    11/64

    Pendekatan kontekstual merupakan suatu konsep belajar dimana guru

    menghadirkan situasi dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa

    membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan

    penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan

    masyarakat. Bagi disiplin ilmu sosial, pendekatan ini sangat cocok karena

    fenomena sosial senantiasa mengalami perubahan sehingga apa yang siswa

    pelajari betul-betul selalu up to date dan relevan dengan apa yang ia alami

    sehari-hari.

    Definisi yang mendasar tentang pembelajaran kontekstual (Contextual

    Teaching and Learning) adalah konsep belajar dimana guru menghadirkandunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara

    pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka

    sehari-hari.

    Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan proses

    pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami

    makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka

    sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki

    pengetahuan/ ketrampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi

    sendiri secara aktif pemahamannya.

    Dalam CTL diperlukan sebuah pendekatan yang lebih memberdayakan

    siswa dengan harapan siswa mampu mengkonstruksikan pengetahuan dalam

    benak mereka, bukan menghafalkan fakta. Disamping itu, siswa belajar

    melalui mengalami bukan menghafal, mengingat pengetahuan bukan sebuah

    perangkat fakta dan konsep yang siap diterima akan tetapi sesuatu yang harus

    dikonstruksi oleh siswa.

    Ilmu pengetahuan selalu berubah sesuai dengan perkembangan zaman.

    Oleh karenanya, pendekatan ini menjadi pendekatan yang sangat cocok dan

    menjadi keniscayaan dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

    (IPS).

    c.Kunci Dasar Pembelajaran Kontekstual

  • 7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips

    12/64

    The Northwest Regional Education Laboratory USA mengungkapkan bahwa

    terdapat enam kunci dasar dari pembelajaran kontekstual, sebagai berikut:

    1. Pembelajaran bermakna; pemahaman, dan penalaran pribadi sangat terkait

    dengan kepentingan siswa dalam mempelajari isi materi pelajaran.

    2. Penerapan pengetahuan; adalah kemampuan siswa untuk memahami apa yang

    dipelajari dan diterapkan dalam tataran kehidupan dan fungsi dimasa sekarang

    atau dimasa yang akan datang.

    3. Berfikir tingkat tinggi; siswa diwajibkan untuk memanfaatkan berfikir

    kreatifnya dalam pengumpulan data, pemahaman suatu isu dan pemecahan

    suatu masalah.

    4. Kurikulum yang dikembangkan berdasarkan standar; isi pembelajaran harus

    dikaitkan dengan standar lokal, provinsi, nasional, perkembangan IPTEK serta

    dunia kerja.

    5. Responsif terhadap budaya; guru harus memahami dan menghargai nilai,

    kepercayaan, dan kebiasaan siswa, teman, pendidik dan masyarakat tempat ia

    mendidik

    6. Penilaian autentik; penggunaan berbagai strategi penalarannya yang akan

    merefleksikan hasil belajar sesungguhnya.

    d.Penerapan CTL dalam Pembelajaran IPS

    Siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri,

    menemukan sendiri dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan

    baru. Lakukan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik. Kembangkan

    sifat keingintahuan siswa dengan cara bertanya. Ciptakan masyarakat belajar

    (belajar dalam kelompok-kelompok). Hadirkan model sebagai contoh dalam

    pembelajaran. Lakukan refleksi pada akhir pertemuan. Lakukan penilaian otentik

    yang betul-betul menunjukkan kemampuan siswa.

  • 7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips

    13/64

    Praktek pendidikan dewasa ini, masih didominasi oleh kelas yang berfokus

    pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, sehingga ceramah menjadi pilihan

    utama dalam menentukan strategi belajar dan sering mengabaikan potensi siswa.

    Untuk itu, diperlukan suatau pendekatan belajar yang memberdayakan siswa.

    Salah satu pendekatan yang memberdayakan siswa adalah pendekatan kontekstual

    (CTL) sebagaimana yang sudah diuraikan di atas.

    CTL dikembangkan oleh The Washington State Concortium for

    Contextual Teaching and Learning, melibatkan 11 perguruan tinggi, 20 sekolah

    dan lembaga-lembaga yang bergerak dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat.

    Salah satu kegiatannya adalah melatih dan memberi kesempatan kepada guru-gurudari enam propinsi di Indonesia untuk belajar pendekatan kontekstual di Amerika

    Serikat, melalui Direktorat SLTP Depdiknas

    Pendekatan Kontekstual atau CTL merupakan konsep belajar yang

    membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia

    nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang

    dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota

    keluarga dan masyarakat (US Departement of Education, 2001). Dalam konteks

    ini siswa perlu mengerti apa makna belajar, manfaatnya, dalam status apa mereka

    dan bagaimana mencapainya. Dengan ini siswa akan menhadari bahwa apa yang

    mereka pelajari berguna sebagai bekal hidupnya nanti. Sehingga, akan membuat

    mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal yang

    bermanfaat untuk hidupnya nanti dan siswa akan berusaha untuk meggapainya.

    Tugas guru dalam pembelajaran kontekstual adalah membantu siswadalam mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih berurusan dengan strategi

    daripada memberi informasi. Guru hanya megelola kelas sebagai sebuah tim yang

    bekerja sama untuk menemukan suatu yang baru bagi siswa. Proses belajar

    mengajar lebih diwarnai Student Centereddaripada Teacher Centered.

    Menurut Depdiknas guru harus melaksanakan beberapa hal sebagai

    berikut: 1) Mengkaji konsep atau teori yang akan dipelajari oleh siswa. 2)

    Memahami latar belakang dan pengalaman hidup siswa melalui proses pengkajian

  • 7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips

    14/64

    secara seksama. 3) Mempelajari lingkungan sekolah dan tempat tinggal siswa

    yang selanjutnya memilih dan mengkaitkan dengan konsep atau teori yang akan

    dibahas dalam pembelajaran kontekstual. 4) Merancang pengajaran dengan

    mengkaitkan konsep atau teori yang dipelajari dengan mempertimbangkan

    pengalaman yang dimiliki siswa dan lingkungan hidup mereka. 5) Melaksanakan

    penilaian terhadap pemahaman siswa, dimana hasilnya nanti dijadikan bahan

    refleksi terhadap rencana pemebelajaran dan pelaksanaannya.

    Dalam pengajaran kontekstual memungkinkan terjadinya lima bentuk

    belajar yang penting, yaitu mengaitkan (relating), mengalami (experiencing),

    menerapkan (applying), bekerjasama (cooperating) dan mentransfer(transferring).

    1) Mengaitkan adalah strategi yang paling hebat dan merupakan inti

    konstruktivisme. Guru menggunakan strategi ini ketika ia mengkaitkan konsep

    baru dengan sesuatu yang sudah dikenal siswa. Dengan demikian, mengaitkan

    apa yang sudah diketahui siswa dengan informasi baru.

    2) Mengalami merupakan inti belajar kontekstual dimana mengaitkan berarti

    menghubungkan informasi baru dengan pengalaman maupun pengetahuan

    sebelumnya. Belajar dapat terjadi lebih cepat ketika siswa dapat memanipulasi

    peralatan dan bahan serta melakukan bentuk-bentuk penelitian yang aktif.

    3) Menerapkan. Siswa menerapkan suatu konsep ketika ia malakukan kegiatan

    pemecahan masalah. Guru dapat memotivasi siswa dengan memberikam

    latihan yang realistic dan relevan.

    4) Kerjasama. Siswa yang bekerja secara individu sering tidak membantu

    kemajuan yang signifikan. Sebaliknya, siswa yang bekerja secara kelompok

    sering dapat mengatasi masalah yang kompleks dengan sedikit bantuan.

    Pengalaman kerjasama tidak hanya membanti siswa mempelajari bahan ajar,

    tetapi konsisten dengan dunia nyata.

    5) Mentransfer. Peran guru membuat bermacam-macam pengelaman belajar

    dengan focus pada pemahaman bukan hapalan.

    Menurut Blanchard, ciri-ciri kontekstual adalah sebagai berikut 1)

    Menekankan pada pentingnya pemecahan masalah. 2) Kegiatan belajar dilakukan

  • 7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips

    15/64

    dalam berbagai konteks 3) Kegiatan belajar dipantau dan diarahkan agar siswa

    dapat belajar mandiri. 4) Mendorong siswa untuk belajar dengan temannya dalam

    kelompok atau secara mandiri. 5) Pelajaran menekankan pada konteks kehidupan

    siswa yang berbeda-beda. 6) Menggunakan penilaian otentik

    Adapun menurut Depdiknas untuk penerapannya, pendekatan kontektual

    (CTL) memiliki tujuah komponen utama, yaitu konstruktivisme (Constructivism),

    menemukan (Inquiry), bertanya (Questioning), masyarakat-belajar (Learning

    Community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian yang

    sebenarnya (Authentic). Ketujuh komponen tersebut dapat dijelaskan sebagai

    berikut:1)Konstruktivisme (Constructivism)

    Kontruktivisme merupakan landasan berpikir CTL, yang menekankan bahwa

    belajar tidak hanya sekedar menghafal, mengingat pengetahuan tetapi

    merupakan suatu proses belajar mengajar dimana siswa sendiri aktif secara

    mental membangun pengetahuannya, dilandasi oleh struktur pengetahuan

    yang dimilikinya.

    2)Menemukan (Inquiry)

    Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis

    kontekstual Karena pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa

    diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari

    menemukan sendiri. Kegiatan menemukan (inquiry) merupakan sebuah siklus

    yang terdiri dari observasi (observation), bertanya (questioning), mengajukan

    dugaan (hipotesis), pengumpulan data (data gathering), penyimpulan

    (conclusion).

    3)Bertanya (Questioning)

    Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu dimulai dari bertanya. Bertanya

    merupakan strategi utama pembelajaan berbasis kontekstual. Kegiatan

    bertanya berguna untuk: 1) menggali informasi, 2) menggali pemahaman

    siswa, 3) membangkitkan respon kepada siswa, 4) mengetahui sejauh mana

    keingintahuan siswa, 5) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa, 6)

    memfokuskan perhatian pada sesuatu yang dikehendaki guru, 7)

  • 7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips

    16/64

    membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa, 8) untuk

    menyegarkan kembali pengetahuan siswa.

    4)Masyarakat Belajar (Learning Community)

    Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil pembelajaran diperoleh dari

    hasil kerjasama dari orang lain. Hasil belajar diperolah dari sharing antar

    teman, antar kelompok, dan antar yang tau ke yang belum tau. Masyarakat

    belajar tejadi apabila ada komunikasi dua arah, dua kelompok atau lebih yang

    terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar.

    5)Pemodelan (Modeling)

    Pemodelan pada dasarnya membahasakan yang dipikirkan, mendemonstrasi

    bagaimana guru menginginkan siswanya untuk belajar dan malakukan apa

    yang guru inginkan agar siswanya melakukan. Dalam pembelajaran

    kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan

    melibatkan siswa dan juga mendatangkan dari luar.

    6)Refleksi (Reflection)

    Refleksi merupakan cara berpikir atau respon tentang apa yang baru dipelajari

    aau berpikir kebelakang tentang apa yang sudah dilakukan dimasa lalu.

    Realisasinya dalam pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa

    melakukan refleksi berupa pernyataan langsung tentang apa yang diperoleh

    hari itu.

    7)Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment)

    Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberi

    gambaran mengenai perkembangan belajar siswa. Dalam pembelajaran

    berbasis CTL, gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui guru

    agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami pembelajaran yang benar.

    Fokus penilaian adalah pada penyelesaian tugas yang relevan dan kontekstual,

    penilaian dilakukan terhadap proses maupun hasil.

    2.Pendekatan Kompetensi

    Kompetensi menunjukkan kepada kemampuan melakukan sesuatu yang

    diperoleh melalui pembelajaran dan latihan. Dalam hubungannya dengan

  • 7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips

    17/64

    proses pembelajaran, kompetensi merujuk kepada perbuatan (performance)

    yang bersifat rasional dan memenuhi spesifikasi tertentu dalam proses belajar.

    Kompetensi merupakan indikator yang menunjuk kepada perbuatan yang

    dapat diamati, dan sebagai konsep yang mencakup aspek-aspek pengetahuan,

    keterampilan, nilai, dan sikap serta tahapa-tahap pelaksanaannya secara utuh.

    Terdapat dua landasan teoretis yang mendasari pendidikan berdasarkan

    pendekatan kompetensi.

    a. Adanya pergeseran dari pembelajaran kelompok kearah pembelajaran

    individual. Melalui pembelajaran individual peserta didik diharapkan

    dapat belajar sendiri, tidak bergantung pada orang lain. Setiap peserta

    didik dapat belajar dengan cara dan berdasarkan kemampuan masing-

    masing. Hal ini membutuhkan pengaturan kelas yang fleksibel, baik sarana

    maupun waktu, karena dimungkinkan peserta didik belajar dengan

    kecepatan yang berbeda, penggunaan alat yang berbeda, serta mempelajari

    bahan ajar yang berbeda pula.

    b.Pengembangan konsep belajar tuntas (mastery learning) atau belajar sebagai

    penugasan (learning for mastery) adalah suatu filsafat tentang

    pembelajaran yang mengatakan bahwa dengan sistem pembelajaran yang

    tepat semua peserta didik akan dapat belajar dengan hasil baik dari seluruh

    bahan yang diberikan.

    Menurut Mulyasa (2007:97), implikasi pendekatan kompetensi dalam

    pembelajaran adalah sebagai berikut:

    a. Pembelajaran perlu lebih menekankan pada pembelajaran individual,

    meskipun dilaksanakan secara klasikal, dalam pembelajaran perlu

    diperhatikan perbedaan peserta didik.

    b. Perlu diupayakan lingkungan belajar yang kondusif, dengan metode dan

    media bervariasi yang memungkinkan setiap peserta didik mengikuti

    kegiatan belajar tenang dan menyenangkan.

  • 7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips

    18/64

    c. Dalam pembelajaran pelu diberikan waktu yang cukup, terutama dalam

    penyelesaian tugas/praktek pembelajaran agar setiap peserta didik dapat

    mengerjakan tugas belajar dengan baik. Apabila waktu yang tersedia di

    sekolah tidak mencukupi, berilah kebebasan kepada peserta didik untuk

    menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan di luar kelas.

    Adapun menurut Ashan dalam Mulyasa (2007:97) bahwa terdapat tiga hal

    yang perlu diperhatikan dalam pengembangan pembelajaran dengan

    pendekatan kompetensi, yaitu menetapkan kompetensi yang ingin dicapai,

    mengembangkan strategi untuk mencapai kompetensi, dan evaluasi.

    3.Pendekatan Lingkungan

    Pendekatan lingkungan merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang

    berusaha untuk meningkatkan keterlibatan peserta didik melalui

    pemberdayagunaan lingkungan sebagai sumber belajar. Pendekatan ini

    berasumsi bahwa kegiatan pembelajaran akan menarik perhatian peserta didik

    jika apa yang dipelajari diangkat dari lingkungan, sehingga apa yang dipelajari

    berhubungan dengan kehidupan dan berfaidah bagi lingkungannya.

    Dalam pendekatan lingkungan, pelajaran disusun sekitar hubungan dan faidah

    lingkungan. Isi dan prosedur disusun hingga mempunyai makna dan ada

    hubungannya antara peserta didik dengan lingkungannya. Pengetahuan yang

    diberikan harus memberi jalan ke luar bagi peserta didik dalam menanggapi

    lingkungannya. Pemilihan tema seyogyanya ditentukan oleh kebutuhan

    lingkungan peserta didik.

    UNISCO (1980) mengemukakan jenis-jenis lingkungan yang dapat

    didayagunakan oleh peserta didik untuk kepentingan pembelajaran sebagai

    berikut:

    a. Lingkungan yang meliputi fator-faktor fisik, biologi, sosiao-ekonomi, dan

    budaya yang berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung, dan

    berinteraksi dengan kehidupan peserta didik.

  • 7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips

    19/64

    b.Sumber masyarakat yang meliputi setiap unsur atau fasilitas yang ada dalam

    suatu kelompok masyarakat.

    c. Ahli-ahli setempat yang meliputi tokoh-tokoh masyarakat yang memiliki

    pengetahuan khusus dan berkaitan dengan kepentingan pembelajaran.

    Pembelajaran berdasarkan pendekatan lingkungan dapat dilakukan dengan

    dua cara sebagai berikut:

    a. Membawa peserta didik ke lingkungan untuk kepentingan pembelajaran.

    Hal ini bisa dilakukan dengan metode-metode karyawisata, metode

    pemberian tugas, dan lain-lain

    b. Membawa sumber-sumber dari lingkungan ke sekolah (kelas) untuk

    kepentingan pembelajaran. Sumber tersebut bisa sumber asli, seperti

    narasumber, bisa juga sumber tiruan, seperti model dan gambar.

    4.Pendekatan Keterampilan Proses

    Pendekatan keterampilan proses merupakan pendekatan pembelajaran

    yang menekankan pada proses belajar, aktivitas dan kreativitas peserta didik

    dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap serta

    menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pengertian tersebut,

    termasuk diantaranya keterlibatan fisik, mental, dan sosial peserta didik dalam

    proses pembelajaran untuk mencapai tujuan.

    Indikator-indikator pendekatan keterampilan proses anatara lain

    kemampuan mengidentifikasi, mengklasifikasi, menghitung, mengukur,

    mengamati, mencari hubungan, menafsirkan, menyimpulkan, menerapkan,

    mengkomunikasikan, dan mengekspresikan diri dalam suatu kegiatan untuk

    menghasilkan suatu karya.

    Menurut Mulyasa (2007:100), kemampuan yang menunjukkan

    keterlibatan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran tersebut dapat dilihat

    melalui partisipasinya dalam kegiatan pembelajaran sebagai berikut:

  • 7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips

    20/64

    a.Kemampuan bertanya

    b.Kemampuan melakukan pengamatan

    c.Kemampuan mengidentifikasi dan mengklasifikasikan hasil pengamatan

    d.Kemampuan menafsirkan hasil identifikasi dan klasifikasi

    e.Kemampuan menggunakan alat dan bahan untuk memperoleh pengalamana

    secara langsung.

    f.Kemampuan merencanakan suatu kegiatan penelitian

    g. Kemampuan menggunakan dan menerapkan konsep yang sudah dikuasai

    dalam situasi baru.

    h.Kemampuan menyajikan suatu hasil pengamatan dan atau hasil penelitian.

    D.Pembelajaran IPS dengan Memadukan Komponen-Komponen Pedagogik

    1.Pedagogik sebagai ilmu murni menelaah fenomena pendidikan

    Kajian tentang tindakan manusia dalam fenomena pendidikan

    memerlukan kajian ilmiah dan analisis yang mendalam atas data

    pedagogik (pendidikan anak) dan data andragogi (pendidikan orang

    dewasa). Adapun data itu mencakup fakta (das sein) dan nilai (das sollen)

    serta jalinan antara keduanya. Data faktual tidak berasal dari ilmu lain

    tetapi dari objek yang dihadapi (fenomena) yang ditelaah ilmuwan

    (pedagogi dan andragogi) secara empiris. Begitu pula data nilai (yangnormative) tidak berasal dari filsafat tertentu melainkan dari pengalaman

    atas manusia secara hakiki. Itu sebabnya pedagogi dan andragogi

    memerlukan jalinan antara telaah ilmiah dan telaah filsafah.

    Sebaliknya ilmu pendidikan khususnya pedagogik (teoritis) adalah

    ilmu yang menysusun teori dan konsep yang praktis serta positif, sebab

    setiap pendidik tidak boleh ragu-ragu atau menyerah kepada keragu-

    raguan prinsipil. Hal ini serupa dengan ilmu praktis lainnya yang mikro

  • 7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips

    21/64

    dan makro. Seperti kedokteran, ekonomi, politik dan hukum. Oleh karena

    itu, pedagogik (dan telaah pendidikan mikro) serta pedagogik praktis dan

    andragogi (telaah pendidikan makro) bukanlah filsafat pendidikan yang

    terbatas menggunakan atau menerapkan telaah aliran filsafat normative

    yang bersumber dari filsafat tertentu. Yang lebih diperlukan ialah

    penerapan metode filsafah yang radikal dalam menelaah hakikat peserta

    didik sebagai manusia seutuhnya.

    Implikasinya jelas bahwa batang tubuh (body of knowledge) ilmu

    pendidikan haruslah sekurang-kurangnya secara mikro mencakup:

    Relasi sesama manusia sebagai pendidik dengan terdidik (person to

    person relationship)

    Pentingnya ilmu pendidikan mempergunakan metode fenomenologi

    secara kualitatif.

    Orang dewasa yang berperan sebagai pendidik (educator)

    Keberadaan anak manusia sebagai terdidik (learner,student)

    Tujuan pendidikan (educational aims and objectives)

    Tindakan dan proses pendidikan (educative process), dan

    Lingkungan dan lembaga pendidikan (educational institution)

    Dalam pedagogic, terdapat kajian tentang faktor-faktor pendidikan yang

    meliputi: (a) tujuan hidup, (b) landasan falsafah dan yuridis pendidikan, (c)

    pengelolaan pendidikan, (d) teori dan pengembangan kurikulum, (e) pengajaran

    dalam arti pembelajaran (instruction) yaitu pelaksanaan kurikulum dalam arti luas

    di lembaga formal dan non formal terkait.

    2.Komponen-Komponen Pedagogik dalam Praktek Pembelajaran IPS

    a.Pengertian Pembelajaran

    Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan berasal dari

    kata dasar didik (mendidik), yang bermakna memelihara dan memberi

    latihan (ajaran, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.

    Pendidikan mempunyai pengertian proses pengubahan sikap dan tata laku

  • 7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips

    22/64

    seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia

    melalui upaya pengajaran dan latihan, proses perbuatan, cara mendidik.

    Adapun Djahiri (1980:3) mengungkapkan bahwa pendidikan merupakan

    upaya yang terorganisir, berencana dan berlangsung kontinu (terus

    menerus sepanjang hayat) ke arah membina manusia/anak didik menjadi

    insan paripurna, dewasa dan berbudaya (civilized).

    Pendidikan merupakan upaya yang terorganisir memiliki makna

    bahwa pendidikan tersebut dilakukan oleh usaha sadar manusia dengan

    dasar dan tujuan yang jelas, ada tahapannya dan ada komitmen bersama

    dalam proses pendidikan itu. Berencana mengandung arti bahwapendidikan itu direncanakan sebelumnya, dengan suatu proses perhitungan

    yang matang dan berbagai sistem pendukung yang disiapkan. Adapun

    berlangsung kontinu artinya pendidikan itu terus menerus sepanjang hayat,

    yaitu selama manusia hidup proses pendidikan itu akan tetap dibutuhkan,

    kecuali apabila manusia sudah mati.

    Adapun pembelajaran menurut Hamalik (1995:57) adalah suatu

    kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material,

    fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai

    tujuan pembelajaran. Manusia yang terlibat dalam sistem pembelajaran

    adalah siswa, guru, dan tenaga lainnya. Material meliputi buku-buku,

    papan tulis, kapur, fotografi, slide dan film, audio, serta video tape.

    Fasilitas dan perlengkapan terdiri atas ruangan kelas, perlengkapan audio

    visual, dan komputer. Sementara prosedur terdiri atas jadwal dan metode

    penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian dan sebagainya.

    Sementara Djahiri (2007:1) mengartikan pembelajaran secara

    programatik dan prosedural. Secara programatik pembelajaran dimaknai

    seperangkat komponen rancangan pelajaran yang memuat hasil pilihan dan

    ramuan profesional perancang/guru untuk dibelajarkan kepada peserta

    didiknya. Rancangan ini meliputi 5 komponen (M3SE) yakni; (1) Materi

    atau bahan pelajaran, (2) Metode atau kegiatan belajar-mengajar, (3)

  • 7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips

    23/64

    Media pelajaran atau alat bantu, (4) Sumber sub 1-2-3, (5) Pola Evaluasi

    atau penilaian perolehan belajar. Secara prosedural, pembelajaran adalah

    proses interaksi/interadiasi antara kegiatan belajar siswa (KBS) dengan

    kegiatan mengajar guru (KMG) serta dengan lingkungan belajarnya

    (learning environment).

    b.Komponen-Komponen Pembelajaran IPS

    Komponen minimal yang harus ada dalam setiap proses pembelajaran

    adalah tujuan, materi, metode, media, sumber dan evaluasi, guru, peserta didik,

    serta sarana dan prasarana.

    1.Tujuan Pendidikan dan Pembelajaran

    Tujuan pendidikan menurut Hamalik (1995:3) adalah seperangkat hasil

    pendidikan yang tercapai oleh peserta didik setelah diselenggarakannya

    kegiatan pendidikan. Seluruh kegiatan pendidikan, yaitu bimbingan,

    pengajaran dan atau latihan diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan.

    Dalam konteks ini, tujuan pendidikan merupakan suatu komponen sistem

    pendidikan yang menempati kedudukan dan fungsi sentral. Tujuan pendidikan

    disusun secara bertingkat, mulai dari tujuan pendidikan yang sangat luas dan

    umum sampai ke tujuan pendidikan yang spesifik dan operasional. Tingkat-

    tingkat tujuan pendidikan itu meliputi tujuan pendidikan nasional, tujuan

    institusional, tujuan kurikulum dan tujuan pembelajaran (instruksional)

    Dalam konsep tujuan pendidikan, dikenal pula taksonomi tujuan

    pendidikan yakni suatu kategorisasi tujuan pendidikan yang umumnya

    digunakan sebagai dasar untuk merumuskan tujuan kurikulum dan tujuan

    pembelajaran. Taksonomi tujuan terdiri atas domain-domain berikut ini.

    a.Matra Kognitif

    Matra kognitif menitikberatkan pada proses intelektual. Bloom dalam

    Hamalik (1995:80) mengemukakan jenjang-jenjang tujuan kognitif sebagai

    berikut:

  • 7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips

    24/64

    1)Pengetahuan; Pengetahuan merupakan pengingatan bahan-bahan yang telah

    dipelajari, mulai dari fakta sampai ke teori yang menyangkut informasi

    yang bermanfaat.

    2) Pemahaman;Pemahaman adalah abilitet untuk menguasai pengertian.

    Pemahaman tampak pada alih bahan dari satu bentuk ke bentuk lainnya,

    penafsiran, dan memperkirakan.

    3) Penerapan (aplikasi); Penerapan adalah abilitet untuk menggunakan bahan

    yang telah dipelajari ke dalam situasi baru yang nyata, meliputi aturan,

    metode, konsep, prinsip, hukum, dan teori.

    4)Analisis (pengkajian); Analisis adalah abilitet untuk merinci bahan menjadi

    bagian-bagian supaya struktur organisasinya mudah dipahami yang

    meliputi identifikasi bagian-bagian, mengkaji hubungan antara bagian-

    bagian, dan mengenali prinsip-prinsip organisasi.

    5)Sintesis; Sintesis adalah abilitet mengkombinasikan bagian-bagian menjadi

    suatu keseluruhan yang baru, yang menitikberatkan pada tingkah laku

    kreatif dengan cara memformulasikan pola dan struktur baru.

    6) Evaluasi;Evaluasi adalah abilitet untuk mempertimbangkan nilai bahan

    untuk maksud tertentu berdasarkan kriteria internal dan kriteria eksternal.

    b.Matra Afektif

    Matra afektif adalah sikap, perasaan, emosi, dan karakteristik moral

    yang merupakan aspek aspek penting perkembangan siswa. Krathwohl,

    Bloom, dan Masia dalam Hamalik (1995:81) mengembangkan hirarki matra

    afektif yang terdiri atas:

    1) Penerimaan (receiving), yaitu suatu keadaan sadar, kemauan untuk

    menerima, dan perhatian terpilih.

    2) Sambutan (responding), yaitu suatu sikap terbuka ke arah sambutan,

    kemauan merespon, dan kepuasan yang timbul karena sambutan.

    3) Menilai (valuing), yaitu penerimaan nilai-nilai, preferensi terhadap suatu

    nilai, dan membuat kesepakatan dan komitmen sehubungan dengan nilai.

  • 7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips

    25/64

    4) Organisasi (organization), yaitu suatu konseptualisasi tentang suatu nilai

    dan suatu organisasi dari suatu sistem nilai.

    5) Karakterisasi dengan suatu kompleks nilai, yaitu suatu formasi mengenai

    perangkat umum, suatu manifestasi dari kompleks nilai.

    c.Matra Psikomotor

    Matra psikomotorik adalah kategori ketiga tujuan pendidikan yang

    menunjuk pada gerakan-gerakan jasmaniah dan kontrol jasmaniah.

    Kecakapan-kecakapan fisik dapat berupa pola-pola gerakan atau keterampilan

    fisik yang khusus.

    Dalam konteks pembelajaran IPS, tujuan utamanya adalah untuk

    mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang

    terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala

    ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi

    sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa

    masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program

    pelajaran IPS di sekolah diorganisasikan secara baik.

    Terkait dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang

    diberlakukan dewasa ini, dimana kewenangan satuan pendidikan lebih besar

    dalam merumuskan dan mengembangkan tujuan dan kurikulum yang menjadi

    pegangannya. Pemerintah menentapkan Standar Kompetensi (SK) dan

    Kompetensi Dasar (KD) bagi semua mata pelajaran yang diajarkan di sekolah.

    SK dan KD tersebut menjadi acuan sekolah dan guru dalam merumuskan

    tujuan kurikulum dan tujuan pembelajaran (instruksional), secara operasional,

    hal tersebut dituangkan dalam Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

    (RPP). Termasuk di dalamnya Silabus dan RPP Ilmu Pengetahuan Sosial

    (IPS).

    2.Materi Pembelajaran

    Bahan ajar atau materi pembelajaran merupakan informasi, alat dan teks

    yang diperlukan guru/instruktur untuk perencanaan dan penelaahan

  • 7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips

    26/64

    implementasi pembelajaran. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang

    digunakan untuk membantu guru/ instruktor dalam melaksanakan kegiatan

    belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis

    maupun bahan tidak tertulis. (National Center for Vocational Education

    Research Ltd/National Center for Competency Based Training).

    Bahan ajar atau materi pembelajaran pada hakikatnya adalah isi

    kurikulum. Dalam Undang-Undang Pendidikan tentang Sistem Pendidikan

    Nasional telah ditetapkan bahwa Isi kurikulum merupakan bahan kajian dan

    pelajaran untuk mencapai tujuan penyelenggaraan satuan pendidikan yang

    bersangkutan dalam rangka upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional.Sesuai dengan rumusan tersebut, isi kurikulum dikembangkan dan disusun

    berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:

    a.Materi kurikulum berupa bahan pembelajaran yang terdiri atas bahan kajian

    atau topik-topik pelajaran yang dapat dikaji oleh siswa dalam proses

    belajar dan pembelajaran.

    b. Materi kurikulum mengacu pada pencapaian tujuan masing-masing satuan

    pendidikan. Perbedaan dalam ruang lingkup dan urutan bahan pelajaran

    disebabkan oleh perbedaan tujuan satuan pendidikan tersebut.

    c. Materi kurikulum diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

    Dalam hal ini, tujuan pendidikan nasional merupakan target tertinggi yang

    hendak dicapai melalui penyampaian materi kurikulum.

    Selain itu, materi kurikulum juga mengandung aspek-aspek tertentu

    yang sesuai dengan tujuan kurikulum. Aspek-aspek tersebut menurut Hamalik(1995:25-26) meliputi:

    a. Teori, yaitu seperangkat konstruk atau konsep, definisi dan preposisi yang

    saling berhubungan, menyajikan pendapat sistematik tentang gejala

    dengan menspesifikasi hubungan-hubungan antara variabel-variabel

    dengan maksud menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut.

  • 7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips

    27/64

    b. Konsep, yaitu suatu abstraksi yang dibentuk oleh generalisasi dari

    kekhususan-kekhususan. Konsep adalah definisi singkat dari sekelompok

    fakta atau gejala.

    c. Generalisasi, yaitu kesimpulan umum berdasarkan hal-hal yang khusus,

    bersumber dari analisis, pendapat, atau pembuktian dalam penelitian.

    d. Prinsip, yaitu ide utama, pola skema yang ada dalam materi yang

    mengembangkan hubungan antara beberapa konsep.

    e. Prosedur, yaitu suatu seri langkah-langkah yang berurutan dalam materi

    pelajaran yang harus dilakukan oleh siswa.

    f. Fakta, yaitu sejumlah informasi khusus dalam materi yang dianggap

    penting, terdiri atas terminologi, orang dan tempat, serta kejadian.

    g. Istilah, yaitu kata-kata perbendaharaan yang baru dan khusus yang

    diperkenalkan dalam materi.

    h. Contoh atau ilustrasi, yaitu suatu hal atau tindakan atau proses yang

    bertujuan untuk memperjelas suatu uraian atau pendapat.

    i. Definisi, yaitu penjelasan tentang makna atau pengertian tentang suatu hal

    atau suatu kata dalam garis besarnya.

    j. Preposisi, yaitu suatu pernyataan atau theorm, atau pendapat yang tidak

    perlu diberi argumentasi. Preposisi hampir sama dengan paradigma.

    Dalam konteks pendidikan IPS, materi yang dirumuskan dalam kurikulum

    merupakan realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan

    interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial yakni sosiologi,

    sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya). Cabang-cabang tersebut

    diintegrasikan sehingga melahirkan bahan ajar IPS secara terpadu.

    Bahan ajar memiliki peran yang penting dalam pembelajaran termasuk

    dalam pembelajaran terpadu. Oleh karena pembelajaran terpadu pada dasarnya

    merupakan perpaduan dari berbagai disiplin ilmu yang tercakup dalam ilmu-ilmu

    sosial, maka dalam pembelajaran ini memerlukan bahan ajar yang lebih lengkap

    dan komprehensif dibandingkan dengan pembelajaran monolitik. Dalam satu

    topik pembelajaran, dalam hal ini, diperlukan sejumlah sumber belajar yang

    sesuai dengan jumlah Standar Kompetensi yang merupakan jumlah bidang studi

  • 7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips

    28/64

    yang tercakup di dalamnya. Jika pembelajaran dalam satu topik tersebut

    mencakup seluruh SK (Standar Kompetensi), maka ia akan memerlukan bahan

    ajar yang mencakup empat bidang studi yakni Sosiologi/Antroplogi, Geografi,

    Sejarah, dan Ekonomi secara terpadu.

    Selain bahan ajar IPS secara terpadu, materi pembelajaran IPS hendakanya

    juga diintegrasikan dengan muatan pendidikan nilai, Mulyana (2004:119)

    mengartikan pendidikan nilai sebagai penanaman dan pengembangan nilai-nilai

    pada diri seseorang. Dalam pengertian yang hampir sama, Mardiatmadja dalam

    Mulyana (2004:119) mendefinisikan pendidikan nilai sebagai bantuan terhadap

    peserta didik agar menyadari dan mengalami nilai-nilai serta menempatkannyasecara integral dalam keseluruhan hidupnya. Pendidikan nilai tidak hanya

    merupakan program khusus yang diajarkan melalui sejumlah mata pelajaran, akan

    tetapi mencakup keseluruhan program pendidikan.Sasaran yang hendak dituju

    dalam pendidikan nilai adalah penanaman nilai-nilai luhur ke dalam diri peserta

    didik.

    Tabel

    Materi Esensial IPS dan Humaniora dalam Konteks Pendidikan Nilai

    Nilai dalam Cakupan Luas Tujuan Kurikulum

    Persamaan dan Keadilan Untuk menanamkan rasa kejujuran dan

    persamaan kesempatan

    Tanggung jawab sebagai warga dan

    komitmen sosial

    Untuk mengembangkan kemampuan

    mengenal kehidupan suatu masyarakat

    dan menyadari saling ketergantungan

    kehidupan sosial

    Penghargaan terhadap warisan bahasa

    nasional

    Untuk mengembangkan kemampuan

    berbahasa dan kebanggan terhadap aspek-

    aspek bangsa yang unggul

    Tanggung jawab lingkungan Untuk mengembangkan pemahaman

    tentang saling ketergantungan manusia

    dengan lingkungan dan kebutuhan untuk

    melindungi warisan bangsa

    Kesehatan Untuk mengembangkan kebiasaan hidup

    sehat dan pencegahan terhadap penyakit

    Kecermatan dalam menggunakan uang Untuk mengembangkan kepedulian

  • 7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips

    29/64

    terhadap urusan dan pengetahuan tentang

    penggunaan uang secara bijaksana

    Sumber : Mulyana (2004:193

    3.Metode Pembelajaran

    Metode merupakan cara yang digunakan untuk menyampaikan materi

    pelajaran dalam upaya mencapai tujuan kurikulum. Metode dilaksanakan melalui

    prosedur tertentu. Dewasa ini, keaktifan siswa belajar mendapat tekanan utama

    dibandingkan dengan keaktifan guru, guru lebih berperan sebagai fasilitator dan

    pembimbing bagi siswa. Karena itu, istilah metode yang digunakan lebih

    menekankan pada kegiatan guru diganti dengan istilah strategi pembelajaran yang

    menekankan pada kegiatan siswa. Beberapa metode pengajaran yang dikenal

    secara umum, antara lain sebagai berikut.

    a.Metode ceramah, memberikan pengertian dan uaraian suatu masalah.

    b.Metode diskusi, memecahkan masalah dengan berbagai tanggapan.

    c.Metode eksperimen, mengetahui proses terjadinya suatu masalah.

    d.

    Metode demonstrasi, menggunakan praga untuk memperjelas sebuah masalah.e.Metode pemberian tugas, dengan cara memberi tugas tertentu secara bebas dan

    bertanggung jawab.

    f.Metode sosiodrama, menunjukkan tingkah laku kehidupan.

    g.Metode drill, mengukur daya serap terhadap pelajaran.

    h. Metode kerja kelompok, metode yang mendorong peserta didik untuk

    mengembangkan nilai-nilai kerjasama dalam menyelasaikan suatu pekerjaan.

    i. Metode tanya jawab, metode yang melatih peserta didik untuk berani

    menyampaikan ide atau gagasan serta apa yang dia belum pahami.

    j. Metode proyek, memecahkan masalah dengan langkah-langkah ilmiah, logis,

    dan sistematis.

    k. Metode Inquiri, metode ini merupakan metode yang mempersiapkan peserta

    didik pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar

    melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-

  • 7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips

    30/64

    pertanyaan, dan mencari jawabannya sendiri, serta menghubungkan penemuan

    yang satu dengan penemuan lainnya.

    l.Metode Karyawisata, merupakan metode yang melibatkan suatu perjalanan atau

    pesiar yang dilakukan oleh peserta didik untuk memperoleh pengalaman

    belajar, terutama pengalaman langsung dan merupakan bagian integral dari

    kurikulum sekolah.

    Adapun Arifin dalam Arief (2002:46) mengungkapkan beberapa metode

    modern ahli pendidikan dewasa ini, yaitu sebagai berikut.

    a.Metode situasional dan kondisional dalam pembelajaran.

    b. Metode tarhib dan targhib, untuk mendorong minat belajar anak didik agar

    terlepas dari paksaan atau tekanan.

    c. Metode kebermaknaan, yaitu menjadikan anak bergairah belajar dengan

    menyadarkan bahwa pengetahuan itu bermakna dalam hidupnya.

    d.Metode dialog, melahirkan sikap saling terbuka antara guru dan murid.

    e. Metode pemberian contoh keteladanan yang baik, yang akan mempengaruhi

    tingkah laku dan sikap mental anak didik.

    f. Metode diskusi, memantapkan pengertian dan sikap anak terhadap suatu

    masalah.

    g.Meode induktif dan deduktif.

    h.Metode demonstrasi.

    i.Metode eksperimen.

    j.Metode hadiah dan hukuman.

    Prinsip-prinsip pelaksanaan metodologi pendidikan menurut Al-Saibany

    dalam Arief (2002:93), yaitu sebagai berikut:

    1.Mengetahui motivasi, minat, dan kebutuhan anak didiknya.

    2.Mengetahui pendidikan.

    3.Mengetahui tahap kematangan, perkembangan, serta perubahan anak didik.

    4.Mengetahui perbedaan-perbedaan individu di dalam anak didik.

  • 7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips

    31/64

    5. Memperhatikan kepahaman dan mengetahui hubungan-hubungan, integrasi

    pengalaman dan kelanjutannya, keaslian, pembaharuan, dan kebebasan

    berfikir.

    6.Menjadikan proses pendidikan sebagai pengalaman yang menggembirakan bagi

    anak didik.

    7.Menegakkan uswah hasanah.

    Metode-metode tersebut di atas dapat menjadi metode pilihan yang dapat

    diterapkan dalam proses pembelajaran IPS secara variatif. Tentunya tidak ada

    metode yang terbaik bagi semua situasi pembelajaran, melainkan setiap situasi

    dan bahan ajar memiliki pilihan metode terbaik masing-masing.

    Selain metode di atas, terdapat beberapa model pembelajaran kontemporer

    yang dapat membuat proses belajar mengajar lebih variatif dan menyenangkan

    bagi anak. Model tersebut diantarannya sebagai berikut:

    a. Examples Non Examples. Langkah-langkah yang dapat dilakukan sebagai

    berikut:

    1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP

    3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk

    memperhatikan/menganalisa gambar

    4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa

    gambar tersebut dicatat pada kertas

    5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya

    6. Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi

    sesuai tujuan yang ingin dicapai

    7. Kesimpulan

    b.Picture and Picture: Langkah-langkah yang dapat dilakukan sebagai berikut:

    1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai

    2. Menyajikan materi sebagai pengantar

    3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan

    dengan materi

    4. Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian

    memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis

    5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut

  • 7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips

    32/64

    6. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menamkan

    konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai

    7. Kesimpulan/rangkuman

    c. Numbered Heads Together: Langkah-langkah yang dapat dilakukan sebagaiberikut:

    1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok

    mendapat nomor

    2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya

    3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap

    anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya

    4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil

    melaporkan hasil kerjasama mereka

    5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang

    lain6. Kesimpulan

    d.Cooperatove Script: Langkah-langkah yang dapat dilakukan sebagai berikut:

    1.Guru membagi siswa untuk berpasangan

    2.Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan

    3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan

    siapa yang berperan sebagai pendengar

    4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan

    ide-ide pokok dalam ringkasannya.

    5.Sementara pendengar :

    Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap

    Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan

    materi sebelumnya atau dengan materi lainnya

    6. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan

    sebaliknya. Serta lakukan seperti diatas.

    7.Kesimpulan Siswa bersama-sama dengan Guru

  • 7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips

    33/64

    8.Penutup

    e. Student Teams-Achievment Division: Langkah-langkah yang dapat dilakukan

    sebagai berikut:

    1. Membentuk kelompok yang anggotanya = 4 orang secara heterogen (campuran

    menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll)

    2.Guru menyajikan pelajaran

    3. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota

    kelompok. Anggotanya tahu menjelaskan pada anggota lainnya sampai semuaanggota dalam kelompok itu mengerti.

    4. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis

    tidak boleh saling membantu

    5.Memberi evaluasi

    6.Kesimpulan

    4.Media Pembelajaran

    Media menurut Djamarah dan Zain (2002:137) adalah alat bantu apa saja yang

    dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pengajaran. Adapun

    Hamalik (1995:69) berpendapat bahwa pengadaan media pembelajarandilakukan

    oleh guru, siswa sendiri, dan bantuan orangtua. Prosedur yang dapat ditempuhnya,

    yaitu sebagai berikut:

    a.Memilih dan menggunakan alat bantuan yang tersedia di sekolah sesuai dengan

    rencana pembelajaran.

    b. Siswa memilih dan membuat sendiri alat bantuan yang diperlukannya

    berdasarkan petunjuk dan bantuan guru.

    c. Membeli di pasaran bebas seandainya alat-alat yang diperlukan itu ada di

    pasaran dan cocok untuk kegiatan belajar yang akan dilakukan

  • 7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips

    34/64

    Sudjana dalam Djamarah dan Zain (2002:152-153) merumuskan fungsi

    media pengajaran menjadi enam kategori sebagai berikut:

    a. Penggunaan media dalam proses belajar mengajar bukan merupakan fungsi

    tambahan, tetapi mempunyai fungsi sendiri sebagai alat bantu untuk

    mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif.

    b. Penggunaan media pengajaran merupakan bagian yang integral dari

    keseluruhan situasi mengajar. Ini berarti bahwa media pengajaran merupakan

    salah satu unsur yang harus dikembangkan guru.

    c.Media pengajaran dalam pengajaran, penggunaanya integral dengan tujuan dan

    isi pelajaran. Fungsi ini mengandung pengertian bahwa penggunaan(pemanfaatan) media harus melihat kepada tujuan dan bahan pelajaran.

    d. Penggunaan media dalam pengajaran bukan semata-mata alat hiburan, dalam

    arti dapat digunakan hanya sekedar melengkapi proses belajar supaya lebih

    menarik perhatian siswa.

    e. Penggunaan media dalam pengajaran lebih diutamakan untuk mempercepat

    proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap pengertian

    yang diberikan guru.

    f. Penggunaan media dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu

    belajar mengajar. Dengan perkataan lain, menggunakan media, hasil belajar

    yang dicapai siswa akan tahan lama diingat siswa sehingga mempunyani nilai

    tinggi.

    Ketika fungsi-fungsi media pelajaran itu diaplikasikan kedalam proses

    belajar mengajar, maka terlihatlah perannya sebagai berikut:

    a. Media yang digunakan guru sebagai penjelas terhadap suatu bahan yang guru

    sampaikan.

    b. Media dapat memunculkan permasalahan untuk dikaji lebih lanjut dan

    dipecahkan oleh para siswa dalam proses belajarnya. Paling tidak guru dapat

    memperoleh media sebagai sumber pertanyaan atau stimulasi belajar siswa.

    c. Media sebagai sumber belajar bagi siswa. Media sebagai bahan konkret

    berisikan bahan-bahan yang harus dipelajari para siswa, baik individual

  • 7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips

    35/64

    maupun kelompok. Kekonkretan sifat media itulah akan banyak membantu

    tugas guru dalam kegiatan belajar mengajar.

    Seiring dengan semakin berkembangnya dunia pendidikan, perkembangan

    ilmu pengetahuan dan teknologi, bentuk media yang dapat dimanfaatkan sangat

    beragam Djamarah dan Zain (2002:140-142) berpendapat bahwa sangat banyak

    macam-macam media dan dapat dikategorisasikan menjadi sebagai berikut:

    1. Dilihat dari jenisnya, media dibagi menjadi sebagai berikut:

    a) Media Auditif, yaitu media yang hanya mengandalkan kemampuan suara

    saja, seperti radio cassette recorderdan piringan hitam. Media ini tidak

    cocok untuk orang tuli atau mempunyai kelainan dalam pendengaran.

    b) Media Visual, yaitu media yang hanya mengandalkan indra penglihatan.

    Media visual ini ada yang menampilkan gambar diam seperti film strip

    (film rangkai), slides (film bingkai) foto, gambar atau lukisan, dan

    cetakan. Ada pula media visual yang menampilkan gambar atau simbol

    yang bergerk seperti film kartun.

    c) Media Audiovisual, yaitu media yang mempunyai unsur suara dan unsur

    gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik karena

    meliputi kedua jenis media yang pertama dan kedua. Media ini dibagi lagi

    kedalam:

    1)Audiovisual diam, yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam

    seperti film bingkai suara (sound slides), film rangkai suara, dan cetak

    suara.

    2)Audiovisual gerak, yaitu media yang menampilkan unsur suara dan gambar

    yang bergerak seperti film suara dan video-cassette.

    3) Audiovisual murni yaitu baik unsur suara maupun unsur gambar berasal

    dari suatu sumber seperti film gambarvideo-cassette.

    4) Audiovisual tidak murni yaitu yang unsur suara dan unsur gambarnya

    berasal dari sumber yang berbeda, misalnya film bingkai suara yang unsur

    gambarnya bersumber darislides proyektordan unsur suaranya bersumber

    dari tape recorder

  • 7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips

    36/64

    2. Dilihat dari daya liputnya, media dibagi menjadi sebagai berikut:

    a) Media dengan daya liput luas dan serentak. Penggunaan media ini tidak

    terbatas oleh tempat dan ruang serta dapat menjangkau jumlah anak didik

    yang banyak dalam waktu yang sama. Contoh radio dan televisi

    b) Media dengan daya liput yang terbatas oleh runag dan waktu. Media ini

    penggunaannya membutuhkan ruang dan tempat yang khusus seperti film,

    sound slides, film rangkai yang harus menggunakan tempat yang tertutup

    dan gelap.

    c)Media untuk pengajaran individual. Media ini penggunaannya hanya untuk

    seorang diri. Media yang termasuk kategori ini adalah modul berprogramdan pengajaran melalui komputer.

    3. Dilihat dari bahan pembuatannya, media dibagi menjadi sebagai berikut:

    a) Media sederhana. Media ini bahan dasarnya mudah diperoleh, harganya

    murah, cara pembuatannya mudah, dan penggunaannya tidak sulit.

    a. Media kompleks. Media ini adalah media yang bahan dan alat

    pembuatannya sulit diperoleh, mahal harganya, sulit membuatnya, dan

    penggunaanya memerlukan keterampilan yang memadai.

    Terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam memilih

    media pembelajaran, diantaranya dikemukakan oleh Djamarah dan Zain

    (2002:145-147) sebagai berikut:

    1.Objektivitas

    2.Program pengajaran

    3.Sasaran program

    4.Situasi dan kondisi

    5.Kualitas teknik

    6.Keefektifan dan afisiensi penggunaan

    5.Sumber Pembelajaran

  • 7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips

    37/64

    Menurut Hamalik (1995:68) sumber-sumber yang dapat digunakan

    sebagai bahan belajar terdapat pada hal-hal berikut ini.

    a. Buku pelajaran yang sengaja disiapkan dan berkenaan dengan mata ajaran

    tertentu.

    b. Pribadi guru sendiri pada dasarnya merupakan sumber tidak tertulis dan

    sangat kaya serta luas, yang perlu dimanfaatkan secara maksimal.

    c. Sumber masyarakat juga merupakan sumber yang paling kaya bagi bahan

    ajar siswa. Hal-hal yang tidak tertulis dalam buku dan belum terkuasai

    oleh guru, ternyata ada dalam masyarakat, yaitu berupa objek, kejadian,

    dan peninggalan sejarah.

    Udin Saripudin dalam Djamarah dan Zain (2002:139)

    mengelompokkan sumber-sumber belajar menjadi tiga kategori yaitu manusia,

    alam lingkungan dan media pendidikan, karena itu sumber belajar adalah

    segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat dimana bahan

    pengajaran terdapat atau untuk belajar seseorang.

    Sumber belajar utama yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPS

    dapat berbentuk teks tertulis seperti buku, majalah, brosur, surat kabar, poster

    dan informasi lepas, atau berupa lingkungan sekitar seperti: lingkungan alam,

    lingkungan sosial sehari-hari. Seorang guru yang akan menyusun materi perlu

    mengumpulkan dan mempersiapkan bahan kepustakaan atau rujukan (buku

    dan pedoman yang berkaitan dan sesuai) untuk menyusun dan

    mengembangkan silabus. Pencarian informasi ini, sebenarnya dapat pula

    memanfaatkan perangkat teknologi informasi mutakhir seperti multimedia dan

    internet.

    Bahan yang akan digunakan dapat berbentuk buku sumber utama

    Sosiologi/Antropologi, Geografi, Sejarah, dan Ekonomi maupun buku

    penunjang lainnya. Di samping itu, bahan bacaan penunjang seperti jurnal,

    hasil penelitian, majalah, koran, brosur, serta alat pembelajaran yang terkait

    dengan indikator dan Kompetensi Dasar ditetapkan. Sebagai bahan penunjang,

  • 7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips

    38/64

    dapat juga digunakan disket, kaset, atau CD yang berisi cerita atau tayangan

    yang berkaitan dengan bahan yang akan dipadukan. Guru, dalam hal ini,

    dituntut untuk rajin dan kreatif mencari dan mengumpulkan bahan-bahan yang

    diperlukan dalam pembelajaran. Keberhasilan seorang guru dalam

    melaksanakan pembelajaran terpadu tergantung pada wawasan, pengetahuan,

    pemahaman, dan tingkat kreativitasnya dalam mengelola bahan ajar. Semakin

    lengkap bahan yang terkumpulkan dan semakin luas wawasan dan

    pemahaman guru terhadap materi tersebut maka berkecenderungan akan

    semakin baik pembelajaran yang dilaksanakan.

    Bahan yang sudah terkumpul selanjutnya dipilah, dikelompokkan, dan

    disusun ke dalam indikator dari Kompetensi Dasar. Setelah bahan-bahan yang

    diperlukan terkumpul secara memadai, seorang guru selanjutnya perlu

    mempelajari secara cermat dan mendalam tentang isi bahan ajar yang

    berkaitan dengan langkah kegiatan berikutnya.

    6.Evaluasi Pembelajaran

    Evaluasi terdiri atas evaluasi pembelajaran dan evaluasi hasil belajar.

    Evaluasi hasil belajar menurut Hamalik (1995:159) adalah keseluruhan

    kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi), pengolahan,

    penafsiran, dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil

    belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam

    upaya mencapai pembelajaran yang telah ditetapkan. Adapun evaluasi

    pembelajaran menurut Hamalik (1995: 171) adalah evaluasi terhadap proses

    belajar mengajar. Secara sistematik, evaluasi pembelajaran diarahkan pada

    komponen sistem pembelajaran yang meliputi komponen input, yaitu perilaku

    awal (entry behavior) siswa, komponen input instrumental, yaitu kemampuan

    profesional guru/tenaga kependidikan, komponen kurikulun (program studi,

    metode, dan media), komponen administratif (alat, waktu, dan dana);

    komponen proses, yaitu prosedur pelaksanaan pembelajaran; dan komponen

    output, yaitu hasil pembelajaran yang menandai ketercapaian tujuan

    pembelajaran.

    Menurut Hamalik (1995:159) fungsi evaluasi hasil belajar meliputi:

  • 7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips

    39/64

    1) Untuk diagnostik dan pengembangan. Hasil evaluasi menggambarkan

    kemajuan, kegagalan, dan kesulitan masing-masing siswa.

    2) Untuk seleksi. Hasil evaluasi dapat digunakan dalam rangka menyeleksi

    calon siswa dalam penerimaan siswa baru dan atau melanjutkan ke

    pendidikan berikutnya.

    3) Untuk kenaikan kelas. Hasil evaluasi digunakan untuk menetapkan siswa

    mana yang memenuhi ranking atau ukuran yang ditetapkan dalam rangka

    kenaikan kelas.

    4)Untuk penempatan. Para lulusan yang ingin bekerja pada suatu instansi atau

    perusahaan perlu menyiapkan transkip program studi yang telah

    ditempuhnya, yang juga memuat nilai-nilai hasil evaluasi belajar.

    Adapun tujuan evaluasi hasil belajar menurut Hamalik (1995:160)

    meliputi:

    1) Memberikan informasi tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai

    tujuan-tujuan belajar melalui berbagai kegiatan belajar.

    2) Memberikan informasi yang dapat digunakan untuk membina kegiatan-

    kegiatan belajar siswa lebih lanjut, baik keseluruhan kelas maupun

    masing-masing individu.

    3) Memberikan informasi yang dapat digunakan untuk mengetahui

    kemampuan siswa, mnetapkan kesulitan-kesulitannya, dan menyarankan

    kegiatan remedial (perbaikan).

    4) Memberikan informasi yang dapat digunakan sebagai dasar untuk

    mendorong motivasi belajar siswa dengan cara mengenal kemajuannya

    sendiri dan merangsangnya untuk melakukan upaya perbaikan.

    5) Memberikan informasi tentang semua aspek tingkah laku siswa sehingga

    guru dapat membantu perkembangannya menjadi warga masyarakat dan

    pribadi yang berkualitas.

    6) Memberikan informasi yang tepat untuk membimbing siswa memilih

    sekolah atau jabatan yang sesuai dengan kecakapan, minat, dan bakatnya.

  • 7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips

    40/64

    Sasaran evaluasi pembelajaran adalah untuk menjawab pertanyaan

    tentang apa yang dinilai dalam sistem pembelajaran. Terdapat empat hal

    pokok yang dijadikan sebagai sasaran evaluasi pembelajaran, yaitu sebagai

    berikut.

    a.Evaluasi tujuan pembelajaran.

    Menurut Hamalik (1995:173) evaluasi terhadap tujuan pembelajaran

    bertitik tolak dari tiga pertanyaan yang dapat dianggap sebagai kriteria

    evaluasi tujuan, yaitu sebagai berikut:

    1)Apakah tujuan pembelajaran menggambarkan perilaku yang diharapkan

    tercapai oleh siswa setelah mengalami proses pembelajaran? Perilaku

    yang dimaksud adalah perilaku yang dapat tampak, dapat diamati, dan

    dapat diukur maupun perilaku yang tidak tampak.

    2) Apakah tujuan pembelajaran menggambarkan kondisi tertentu dimana

    siswa diharapkan mempertunjukkan kemampuannya setelah

    mengalami proses pembelajaran?

    3) Apakah dalam rumusan tujuan pembelajaran menggambarkan batas

    minimal (paling rendah) perilaku yang dapat diterima?

    b.Evaluasi unsur dinamis pembelajaran

    Unsur-unsur pembelajaran pada hakikatnya merupakan unsur

    penunjang dalam proses pembelajaran. Evaluasi unsur dinamis

    pembelajaran meliputi:

    1) Evaluasi terhadap motivasi belajar siswa dengan tujuan untuk

    mengetahui apakah dorongan belajar siswa memadai dan apakah upaya

    yang dilakukan guru untuk menggerakkan motivasi belajar itu sudah

    sesuai dengan prinsip-prinsip yang disarankan;

    2) Evaluasi terhadap bahan pelajaran, bertujuan untuk memperoleh

    gambaran mengenai ruang lingkup, urutan, kedalaman, dan kesesuaian

    bahan pelajaran;

  • 7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips

    41/64

    3) Evaluasi terhadap alat bantu belajar, bertujuan untuk memperoleh

    gambaran tentang tingkat ketepatan, kesesuaian, kedayagunaan, dan

    keampuhan alat bantu yang digunakan dalam proses pembelajaran;

    4) Evaluasi terhadap suasana belajar, bertujuan untuk memperoleh

    gambaran tentang keadaan dan dukungan suasana belajar (khususnya

    lingkungan kelas) terhadap proses pembelajaran;

    5) Evaluasi terhadap keadaan subjek didik, bertujuan untuk mengetahui

    keadaan diri subjek peserta didik yang berperan dalam peoses

    pembelajaran;

    c.Evaluasi pelaksanaan pembelajaran

    Aspek-aspek yang perlu dinilai terdiri atas:

    1) Tahap permulaan pembelajaran yang meliputi aspek metode yang

    digunakan (ketepatan dan sistematika), penyampaian materi pelajaran,

    kegiatan siswa, kegiatan guru, dan penggunaan unsur penunjang.

    2) Tahap inti pembelajaran, meliputi metode yang digunakan (ketepatan

    dan sistematika), materi yang disajikan, kegiatan siswa, kegiatan guru,

    dan penggunaan unsur penunjang.

    3) Tahap akhir pembelajaran, meliputi kesimpulan yang dibuat mengenai

    materi, kegiatan siswa, kegiatan guru, dan prosedur/teknik penilaian.

    4)Tahap tindak lanjut, meliputi kegiatan siswa, kegiatan guru, dan produk

    yang dihasilkan.

    d.Evaluasi kurikulum

    Dalam hubungan ini, evaluasi berpijak pada pertanyaan-pertanyaan

    sebagai berikut:

    1) Berapa banyak dan berapa luas/kedalaman tingkat ketercapaian tujuan

    yang telah ditentukan dalam GBPP?

    2) Sejauh mana ruang lingkup dan urutan pokok bahasan/sub-sub

    pokok/topik telah disampaikan dan diserap oleh siswa?

  • 7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips

    42/64

    3)Bagaimana tingkat pelaksanaan/penggunaan strategi pembelajaran yang

    telah digariskan dalam GBPP?

    4)Hingga mana ketercapaian hasil belajar siswa?

    Sasaran dari proses evaluasi hasil balajar meliputi:

    1)Ranah Kognitif

    Penilaian terhadap pengetahuan pada tingkat satuan pelajaran menuntut

    perumusan secara lebih khusus setiap aspek pengetahuan, yang

    dikatagorikan sebagai konsep, prosedur, fakta, dan prinsip. MenurutHamalik (1995:162), untuk menilai pengetahuan dapat digunakan

    pengujian sebagai berikut:

    a)Sasaran penilaian aspek pengenalan (recognition).

    b)Sasaran penilaian aspek mengingat kembali (recal).

    c)Sasaran penilaian aspek pemahaman (komprehension).

    2)Ranah Afektif

    Sasaran ranah afektif (sikap dan nilai) meliputi aspek-aspek sebagai

    berikut:

    a) Aspek penerimaan, yaitu kesadaran peka terhadap gejala dan stimulus

    serta menerima atau menyelesaikan stimulus atau gejala tersebut.

    b)Sambutan, yaitu aktif mengikuti dan melaksanakan sendiri suatu gejala

    di samping menyadari/menerimanya.

    c)Aspek penilaian, yaitu perilaku yang konsisten, stabil, dan mengandung

    kesungguhan kata hati dan kontrol secara aktif terhadap perilakunya.

    d)Aspek organisasi, yaitu perilaku menginternalisasi, mengorganisasi, dan

    memantapkan interaksi antara nilai-nilai dan menjadikannya sebagai

    suatu pendirian yang teguh.

    e) Aspek karakteristik diri dengan suatu nilai atau kompleks nilai, yaitu

    menginternalisasi suatu nilai ke dalam sistem nilai dalam diri individu

    yang berperilaku konsisten dengan sistem nilai tersebut.

  • 7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips

    43/64

    3)Ranah Keterampilan

    Sasaran evaluasi keterampilan meliputi:

    a) Aspek keterampilan kognitif. Evaluasi dilakukan dengan metode-

    metode objektif tertutup.

    b) Aspek keterampilan psikomotorik dengan tes tindakan terdapat

    pelaksanaan tugas yang nyata atau yang disimulasikan, dan

    berdasarkan kriteria ketepatan, kecepatan, dan kualitas penerapan

    secara objektif.

    c) Aspek keterampilan reaktif yang dilaksanakan secara langsung dengan

    pengamatan objektif terhadap tingkah laku pendekatan atau

    penghindaran; secara tidak langsung dengan kuesioner sikap.

    d) Aspek keterampilan interaktif, secara langsung dengan menghitung

    frekuensi kebiasaan dan cara-cara baik yang dipertunjukkan pada

    kondisi tertentu.

    Prosedur yang dapat ditempuh dalam melakukan evaluasi hasil belajar

    adalah sebagai berikut:

    1)Persiapan

    Pada tahap ini guru menyusun kisi-kisi (blue print). Blue print ini

    dianggap sebagai guide dalam pengembangan pola belajar lebih lanjut,

    melalui instrumen evaluasi yang direvisi terus sesuai dengan kebutuhan

    dalam proses belajar mengajar. Melalui cara ini, tes evaluasi dapat

    berfungsi sebagai bagian integral dalam sistem mengajar dan bersifat

    langsung. Bentuk item yang disusun dapat berupa pilihan berganda, essay,

    atau bentuk lainnya.

    2)Penyusunan alat ukur

    Pada tahap ini, guru menentukan jenis alat ukur yang akan digunakan

    berdasarkan tujuan dari pengukuran tersebut dan aspek/ranah apa yang

    hendak diukur. Alat evaluasinya dapat berupa penilaian dengan tes dan

  • 7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips

    44/64

    penilaian bukan dengan tes. Penilaian dengan tes terdapat tiga macam,

    yaitu a) educational test, untuk mengukur kemampuan siswa di sekolah

    atau prestasi belajar; b) mental testatau tes intelegensi seseorang; dan c)

    aptitude testuntuk mengetahui bakat seseorang.

    Tes lisan dan tertulis. Bentuk tes ini digunakan untuk mengukur

    ketercapaian tujuan-tujuan pembelajaran. Keuntungan penggunaan tes lisan

    (oral tes) menurut Hamalik (1995:166), yaitu sebagai berikut:

    a) memberikan pengalaman kepada siswa untuk melakukan ekspresi secara

    lisan;

    b) siswa mendapat manfaat tertentu dengan mendengarkan respon/jawaban

    dari siswa lainnya;

    c) pertanyaan yang dijawab oleh siswa lebih banyak dan lebih luas

    dibandingkan dengan yang ditulis;

    d)kesalahan yang dibuat siswa segera dapat diketahui dan diperbaiki pada saat

    itu juga;

    e) tes tertulis banyak menggunakan penglihatan yang sewaktu membaca dan

    menulis sesuatu jawaban; dan

    f)pengaruh faktor dari luar pada waktu ujian, misalnya sulit menyatakan

    pendapat secara lisan dapat dihindari.

    7.Guru

    Oleh karena pembelajaran IPS Terpadu merupakan gabungan antara

    berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial, maka dalam pelaksanaannya tidak lagi

    terpisah-pisah melainkan menjadi satu kesatuan. Hal ini memberikan

    implikasi terhadap guru yang mengajar di kelas. Seyogianya guru dalam

    pembelajaran IPS dilakukan oleh seorang guru mata pelajaran, yakni Guru

    Mata Pelajaran IPS.

    Di sekolah pada umumnya guru-guru yang tersedia terdiri atas guru-

    guru disiplin ilmu seperti guru Geografi, Sosiologi/Antropologi, Ekonomi, dan

    Sejarah. Guru dengan latar belakang tersebut tentunya sulit untuk beradaptasi

    ke dalam pengintegrasian disiplin ilmu-ilmu sosial, karena mereka yang

    memiliki latar belakang Geografi tidak memiliki kemampuan yang optimal

  • 7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips

    45/64

    pada Ekonomi dan Sejarah, begitu pula sebaliknya. Di samping itu,

    pembelajaran IPS Terpadu juga menimbulkan konsekuensi terhadap

    berkurangnya beban jam pelajaran yang diemban guru-guru yang tercakup ke

    dalam IPS, sementara ketentuan yang berkaitan dengan kewajiban atas beban

    jam mengajar untuk setiap guru masih tetap.

    Untuk itu, dalam pembelajaran IPS dapat dilakukan dengan dua cara,

    yakni: (1) team teaching, dan (2) guru tunggal. Hal tersebut disesuaikan

    dengan keadaan guru dan kebijakan sekolah masing-masing.

    1. Team Teaching

    Pembelajaran terpadu dalam hal ini diajarkan dengan cara team; satu

    topik pembelajaran dilakukan oleh lebih dari seorang guru. Setiap guru

    memiliki tugas masing-masing sesuai dengan keahlian dan kesepakatan.

    Kelebihan sistem ini antara lain adalah: (1) pencapaian KD pada setiap topik

    efektif karena dalam tim terdiri atas beberapa yang ahli dalam ilmu-ilmu

    sosial, (2) pengalaman dan pemahaman peserta didik lebih kaya daripada

    dilakukan oleh seorang guru karena dalam satu tim dapat mengungkapkan

    berbagai konsep dan pengalaman, dan (3) peserta didik akan lebih cepat

    memahami karena diskusi akan berjalan dengan narasumber dari berbagai

    disiplin ilmu.

    Kelemahan dari sistem ini antara lain adalah jika tidak ada koordinasi,

    maka setiap guru dalam tim akan saling mengandalkan sehingga pencapaian

    KD tidak akan terpenuhi. Selanjutnya, jika kurang persiapan, penampilan di

    kelas akan tersendat-sendat karena skenario tidak berjalan dengan semestinya,

    sehingga para guru tidak tahu apa yang akan dilakukan di dalam kelas.

    Untuk itu maka diperlukan beberapa langkah seperti berikut.

    a. Dilakukan penelaahan untuk memastikan berapa KD dan SK yang harus dicapai

    dalam satu topik pembelajaran. Hal ini berkaitan dengan berapa guru bidang studi

    IPS yang dapat dilibatkan dalam pembelajaran pada topik tersebut.

    b.Setiap guru bertanggung jawab atas tercapainya KD yang termasuk dalam SK yang

    ia mampu, seperti misalnya SK-1 oleh guru dengan latar belakang

  • 7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips

    46/64

    Sosiologi/Antropologi, SK-2 oleh guru dengan latar belakang Geografi, dan

    seterusnya.

    c. Disusun skenario pembelajaran dengan melibatkan semua guru yang termasuk ke

    dalam topik yang bersangkutan, sehingga setiap anggota memahami apa yang

    harus dikerjakan dalam pembelajaran tersebut.

    d.Sebaiknya dilakukan simulasi terlebih dahulu jika pembelajaran dengan sistem ini

    merupakan hal yang baru, sehingga tidak terjadi kecanggungan di dalam kelas.

    e.Evaluasi dan remedial menjadi tanggung jawab masing-masing guru sesuai dengan

    Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, sehingga akumulasi nilai gabungan

    dari setiap Kompetensi Dasar dan Standar Kompetensi menjadi nilai mata

    pelajaran IPS.

    2. Guru Tunggal

    Pembelajaran IPS dengan seorang guru merupakan hal yang ideal

    dilakukan. Hal ini disebabkan: (1) IPS merupakan satu mata pelajaran, (2)

    guru dapat merancang skenario pembelajaran sesuai dengan topik yang ia

    kembangkan tanpa konsolidasi terlebih dahulu dengan guru yang lain, dan (3)

    oleh karena tanggung jawab dipikul oleh seorang diri, maka potensi untuk

    saling mengandalkan tidak akan muncul.

    Namun demikian, terdapat beberapa kelemahan dalam pembelajaran

    IPS terpadu yang dilakukan oleh guru tunggal, yakni: (1) oleh karena mata

    pelajaran IPS terpadu merupakan hal yang baru, sedangkan guru-guru yang

    tersedia merupakan guru bidang studi sehingga sangat sulit untuk melakukan

    penggabungan terhadap berbagai bidang studi tersebut, (2) seorang gurubidang studi geografi tidak menguasai secara mendalam tentang sejarah dan

    ekonomi sehingga dalam pembelajaran IPS terpadu akan didominasi oleh

    bidang studi geografi, serta (3) jika skenario pembelajaran tidak menggunakan

    metode yang inovatif maka pencapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi

    Dasar tidak akan tercapai karena akan menjadi sebuah narasi yang kering

    tanpa makna.

  • 7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips

    47/64

    Untuk tercapainya pembelajaran IPS Terpadu yang dilakukan oleh

    guru tunggal tersebut, maka dapat dilakukan beberapa hal sebagai berikut.

    a.Guru-guru yang tercakup ke dalam mata pelajaran IPS diberikan pelatihan bidang-

    bidang studi di luar bidang keahliannya, seperti guru bidang studi Sejarah

    diberikan pelatihan tentang bidang studi Geografi dan Ekonomi.

    b. Koordinasi antarbidang studi yang tercakup dalam mata p