4
Pembahasan Pada praktikum kali ini telah dilakukan percobaan mengenai uji ketelitian  pipetasi yang bertujuan untuk mengetahui cara menggunakan pipet piston (clinipette), kemudian membandingkan ketelitiannya dengan pipet gelas serta mengetahui cara mengukur konsentrasi sampel dengan menggunakan alat spektrofotometer. Pada prinsipnya uji ketelitian pipetasi merujuk kepada Hukum Lambert-Beer, dimana konsentrasi suatu zat berbanding lurus dengan jumlah cahaya yang diabsopsi atau berbanding terbalik dengan logaritma cahaya yang ditransmisikan. Selain itu, suatu senyawa bila dikenai energi Radiasi Elektro Magnetik (REM) pada gelombang tertentu akan mengalami eksitasi ke keadaan yang lebih tinggi. Pada saat terjadi eksitasi molekul menyerap energi yang disebut sebagai nilai absorbansi. Pipet digunakan untuk memindahkan sejumlah larutan secara akurat dari suatu wadah ke wadah lain. Jenis-jenis pipet beragam dimana setiap masing- masing memiliki ketelitian yang berbeda. Ketelitian dalam menggunakan pipet sangat penting dalam bidang kimia klinik karena perbedaan volume yang sedikit saja dapat memberikan hasil yang berbeda sehingga akan salah dalam menginterpretasikan hasil yang diperoleh. Oleh karana itu, dilakukan percobaan untuk membandingkan ketelitian dari pipet gelas dan pipet piston. Dalam percobaan ini alat-alat yang digunakan adalah pipet gelas, pipet  piston dan spektrofotometer. Pipet gelas merupakan suatu pipet yang memiliki skala lebih besar di bandingkan pipet piston. Spektrofotometer digunakan untuk membandingkan ketelitian dari pipet gelas dan pipet piston. Keuntungan  pengukuran dengan menggunakaan spektrofotometer adalah: mempunyai senditivitas relatif tinggi, pengerjaannya mudah sehingga pengukuran yang dilakukan cepat dan mempunyai spesifisitas yang relatif tinggi. Spesifisitas diperoleh dengan mereaksikan sampel yang diperiksa dengan pereaksi yang sesuai, kemudian membentuk warna yang berbeda atau dengan pemisahan analitis menjadi reaksi pembentukan warna. Bahan yang digunakan adalah Kalium Permanganat (KMnO 4 ). . Penggunaan larutan KMnO4 tidaklah mutlak digunakan  pada percobaan kali ini, bahan lain dapat digunakan pada percobaan kali ini,

Pembahasan biokLin

Embed Size (px)

DESCRIPTION

task

Citation preview

PembahasanPada praktikum kali ini telah dilakukan percobaan mengenai uji ketelitian pipetasi yang bertujuan untuk mengetahui cara menggunakan pipet piston (clinipette), kemudian membandingkan ketelitiannya dengan pipet gelas serta mengetahui cara mengukur konsentrasi sampel dengan menggunakan alat spektrofotometer. Pada prinsipnya uji ketelitian pipetasi merujuk kepada Hukum Lambert-Beer, dimana konsentrasi suatu zat berbanding lurus dengan jumlah cahaya yang diabsopsi atau berbanding terbalik dengan logaritma cahaya yang ditransmisikan. Selain itu, suatu senyawa bila dikenai energi Radiasi Elektro Magnetik (REM) pada gelombang tertentu akan mengalami eksitasi ke keadaan yang lebih tinggi. Pada saat terjadi eksitasi molekul menyerap energi yang disebut sebagai nilai absorbansi.Pipet digunakan untuk memindahkan sejumlah larutan secara akurat dari suatu wadah ke wadah lain. Jenis-jenis pipet beragam dimana setiap masing-masing memiliki ketelitian yang berbeda. Ketelitian dalam menggunakan pipet sangat penting dalam bidang kimia klinik karena perbedaan volume yang sedikit saja dapat memberikan hasil yang berbeda sehingga akan salah dalam menginterpretasikan hasil yang diperoleh. Oleh karana itu, dilakukan percobaan untuk membandingkan ketelitian dari pipet gelas dan pipet piston. Dalam percobaan ini alat-alat yang digunakan adalah pipet gelas, pipet piston dan spektrofotometer. Pipet gelas merupakan suatu pipet yang memiliki skala lebih besar di bandingkan pipet piston. Spektrofotometer digunakan untuk membandingkan ketelitian dari pipet gelas dan pipet piston. Keuntungan pengukuran dengan menggunakaan spektrofotometer adalah: mempunyai senditivitas relatif tinggi, pengerjaannya mudah sehingga pengukuran yang dilakukan cepat dan mempunyai spesifisitas yang relatif tinggi. Spesifisitas diperoleh dengan mereaksikan sampel yang diperiksa dengan pereaksi yang sesuai, kemudian membentuk warna yang berbeda atau dengan pemisahan analitis menjadi reaksi pembentukan warna. Bahan yang digunakan adalah Kalium Permanganat (KMnO4). . Penggunaan larutan KMnO4 tidaklah mutlak digunakan pada percobaan kali ini, bahan lain dapat digunakan pada percobaan kali ini, asalkan memenuhi persyaratan dapat diserap/diukur oleh alat spektrofotometri Uv-Vis. Seperti diketahui bahwa alat spektrofotometri dapat menyerap pada panjang gelombang Ultraviolet/Uv untuk zat-zat kromofor dan Sinar tampak/Visibel untuk zat-zat bewarna. Penggunaan KMnO4 mungkin dimaksudkan karena bahannya termasuk mudah larut dalam air, sebagai bahan pelarutnya, air mudah didapat, murahdan tidak toksik. KMnO4 juga relatif lebih murah, dan stabil pada kondisi larutan. Larutan baku induk kalium permanganat dibuat dengan konsentrasi tertentu sehingga memiliki absorbansi pada range 0,8-1,0 nm. Kemudian dibuat variasi dari larutan baku tersebut dengan pengenceran 1 (100L), pengenceran 2 (200L), pengenceran 3 (300L), pengenceran 4 (400L) dan pengenceran 5 (500L). Pengenceran ini dibuat dengan tujuan untuk membandingkan pengukuruan absorbansi untuk setiap cara pemipetan pipet gelas dan pipet piston sehingga dapat dibandingkan pula ketelitian dari pipet gelas dan pipet piston tersebut. Pengenceran dilakukan dengan menambahkan aquadest sebagai pelarutnya. Ada beberapa syarat pelarut dalam menggunakan Spektrofotometri Uv-Vis ini, yaitu dapat melarutkan cuplikan, inert (tidak memberikan serapan atau radiasi), meneruskan radiasi dalam daerah panjang gelombang yang diukur, serta harus memiliki tingkat kepolaran yang hampir sama dengan sampelPengenceran ini dilakukan dengan menggunakan 2 pipet yaitu pipet gelas dan pipet piston. Pengenceran dilakukan langsung dalam kuvet, masing-masing pengenceran menggunakan 2 kuvet sehingga akan didapat 2 absorbansi untuk setiap pengenceran. Penggunaan kuvet yang berbeda untuk setiap pengujian dilakukan agar tidak terjadi kontaminasi dari larutan KMnO4 dengan konsentrasi yang berbeda yang akan mempengaruhi nilai absorbansinya.Dilakukan 2 kali pengukuran absorbansi agar hasil yang didapatkan lebih akurat. Larutan pada tiap pengenceran diukur pada panjang gelombang maksimum 546nm. Panjang gelombang yang digunakan dalam percobaan ini berdasarkan atas larutan induk yang digunakan. Dalam percobaan ini digunakan larutan induk yang memiliki sifat fisik berwarna ungu. Oleh karena itu, pengukuran dilakukan pada panjang gelombang visible tepat pada 546nm. Salah satuhal yang penting diingatadalahuntukmenganalisis secara spektrofotometri UV-VIS diperlukanpanjanggelombangmaksimal.Alasan panjang gelombang harus maksimal,yaitu :1.Padapanjanggelombangmaksimaltersebutperubahanabsorbansiuntuksetiapkonsentrasiadalah yang paling besar.2.Di sekitarpanjanggelombangmaksimal,bentukkurvaabsorbansi datardan padakondisitersebut hukum Lambert beer akanterpenuhi.Setelah mendapatkan nilai absorbansi dari setiap pengenceran dan setiap pipet, lalu menghitung nilai rata-rata, nilai standar deviasi dan nilai koefisien variasi. Nilai rata-rata diperoleh dari penjumlahan seluruh data setiap pengenceran dan setiap masing-masing pipet. Nilai standar deviasi (SD) didapat dari perhitungan setiap pengenceran dan setiap pipet dengan menggunakan rumus: Nilai koefisien variasi (KV) didapat dari perhitungan setiap data pengenceran dan setiap pipet dengan menggunakan rumus: Nilai standar deviasi digunakan untuk mengetahui presisi dan akurasi yang didapatkan. Akurasi adalah ukuran seberapa dekat suatu angka hasil pengukuran terhadap angka sebenarnya (true value atau reference value). Presisi adalah ukuran seberapa dekat suatu hasil pengukuran satu dengan yang lainnya. Makin kecil nilai SD dan KV yang didapatkan, maka ketelitian makin baik.Setelah menghitung nilai Standar Deviasi (SD) dan Koefisien Variasi (KV), praktikan menghitung nilai batas peringatan dengan menggunakan rumus: X + 2SD dan menghitung nilai batas kontrolnya dengan menggunakan rumus X + 3SD untuk menentukan apakah alat yang digunakan masih baik digunakan dalam praktikum biokimia analitik yang lain.

Dari kelima pengenceran dapat diketahui bahwa hasil pengukuran keseluruhan dapat diterima karena tidak ada nilai absorbansi pengenceran yang berada pada rentang X+3SD ( batas kontrol ). Seluruh hasil juga tidak melebihi batas peringatan sehingga data yang didapatkan cukup baik.Semakin kecil standar deviasi maka akan semakin kecil pula koefisien variasinya yang dimana semakin kecil koefisien variasi maka akan semakin baik pengukurannya karena memiliki ketelitian tinggi. Berdasarkan hasil pengamatan, ketelitian pipet gelas lebih baik dibandingkan dengan pipet piston untuk setiap pengenceran. Hal ini dapat terlihat dari nilai SD dan KV. Nilai SD dan KV yang didapatkan untuk pipet gelas, lebih kecil dibandingkan nilai SD dan KV untuk pipet piston. Hasil pengamatan ini menunjukkan beberapa hal yang tidak sesuai dengan teori mengenai pipet piston dan pipet gelas. Pada pipet piston sudah terdapat pengaturan volume yang akan diambil sehingga sudah terkalibrasi dengan baik, sehingga seharusnya pada pipet piston ketelitiannya lebih akurat dibandingkan dengan pipet gelas karena pipet piston memiliki ketelitian L. Pipet gelas memiliki ketelitian mL dan pengambilan volume dengan pipet gelas tergantung pada pembacaan skala, sehingga ketelitian pipet gelas kurang akurat bila dibandingkan dengan pipet piston karena kemungkinan kesalahan lebih mudah terjadi pada pembacaan pipet gelas.Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan bahwa ketelitian pipet piston kurang akurat dibandingkan dengan pipet gelas dimana seharusnya pipet piston lah yang lebih teliti dibandingkan dengan pipet gelas, hal ini disebabkan oleh beberapa hal diantaranya praktikan lebih terbiasa menggunakan pipet gelas dibandingkan dengan menggunakan pipet piston yang asing bagi praktikan sehingga penggunaan pipet gelas lebih optimum. Dalam penggunaan pipet piston ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar penggunaan pipet piston ini lebih optimal, yaitu: Konsisten speed dan kelancaran saatmenekan dan melepaskan tombolnya Konsisten tekanan pada plunger pada pertama Konsisten dan cukup saat memasukkan tip ke dalam cairan Posisi tip pada cairan Posisinya Hampir Vertikal dari pipet Menghindari semua gelembung udara