87
PARTISIPASI SANTRI DALAM UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI PESANTREN PERTANIAN DARUL FALLAH, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT YANA SEPTIANA DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

Partisipasi Santri dalam Upaya Pengelolaan Lingkungan ... · partisipasi dalam upaya pengelolaan lingkungan hidup (pemilahan sampah dan ... panduan pertanyaan dan juga ... yang lebih

Embed Size (px)

Citation preview

PARTISIPASI SANTRI DALAM UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

DI PESANTREN PERTANIAN DARUL FALLAH,

KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

YANA SEPTIANA

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

RINGKASAN

YANA SEPTIANA. Partisipasi Santri dalam Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup di Pesantren Pertanian Darul Fallah, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. (Di bawah bimbingan ARIF SATRIA)

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui partisipasi santri dalam upaya pengelolaan lingkungan hidup di Pesantren Pertanian Darul Fallah, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lebih lengkapnya, tujuan penelitian ini adalah: 1) Mengetahui persepsi santri yang berhubungan dengan partisipasi dalam upaya pengelolaan lingkungan hidup (pemilahan sampah dan pembuatan pupuk kompos), dan 2) Menganalisis partisipasi santri dalam upaya pengelolaan lingkungan hidup (kegiatan pemilahan sampah dan pembuatan pupuk kompos).

Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive. Alasan pemilihan lokasi adalah karena selain mengajarkan nilai-nilai agama, Pesantren Pertanian Darul Fallah juga melakukan kegiatan agribisnis yang memperhatikan keseimbangan lingkungan, seperti contoh penggunaan pupuk kompos dengan menggunakan sistem bokasi ataupun melalui kegiatan pemilahan sampah. Kemudian diteliti 30 orang responden yang terpilih secara acak dan 3 orang informan yang dipilih menggunakan metode snowball untuk kemudian dianalisis. Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara mendalam dengan menggunakan alat bantu panduan pertanyaan dan juga menggunakan kuesioner. Sementara itu, data sekunder dikumpulkan dari pesantren terkait dan juga dari situs website pesantren terkait. Data yang dikumpulkan meliputi data kuantitatif dan data kualitatif.

Persepsi responden terhadap upaya pengelolaan lingkungan hidup di Pesantren Pertanian Darul Fallah sudah termasuk ke dalam kategori tinggi. Ini menunjukkan bahwa sebagian responden memiliki persepsi yang positif terhadap upaya pengelolaan lingkungan hidup yang berkaitan dengan pemilahan sampah dan pembuatan pupuk kompos. Sebaliknya, partisipasi santri dalam upaya pengelolaan lingkungan hidup di Pesantren Pertanian Darul Fallah secara keseluruhan, yang terdiri dari tahap perencanaan sampai tahap menikmati hasil tergolong ke dalam kategori rendah. Hal ini disebabkan kurangnya kesadaran dan kepekaan responden terhadap isu lingkungan yang berkembang. Sebagian juga dapat disebabkan oleh kurang aksesnya santri terhadap informasi yang tersedia di pesantren, atau juga bisa disebabkan kekurangminatan santri terhadap sumber informasi yang tersedia (koran dan majalah) di pesantren. Nilai-nilai agama dan penanaman moral yang diberikan juga belum menjadikan individu santri sadar secara perilaku untuk berpartisipasi dalam upaya pengelolaan lingkungan hidup.

Disamping itu, pada penerapannya yang terjadi adalah partisipasi semu (pseudo participation) dimana responden kurang terlibat dalam tahap perencanaan (tabel 7), pelaksanaan (tabel 8) dan evaluasi (tabel 9), serta yang ada hanya partisipasi terpaksa (sebagian) responden dalam pelaksanaan program tersebut. Hal Ini diduga dikarenakan prasyarat dalam berpartisipasi (adanya kesempatan, kemauan dan kemampuan) tidak terpenuhi.

Dari hasil uji korelasi didapatkan nilai hubungan (r) secara keseluruhan yaitu r (sig) = 0.271 (0.147). Nilai tersebut menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara persepsi santri dalam upaya pengelolaan lingkungan hidup terhadap partisipasi santri dalam upaya pengelolaan lingkungan hidup tersebut. Hal ini tidak membuktikan bahwa semakin positif persepsi santri terhadap upaya pengelolaan lingkungan, maka akan semakin tinggi partisipasi santri dalam upaya pengelolaan lingkungan hidup tersebut.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan secara keseluruhan partisipasi santri dalam upaya pengelolaan lingkungan hidup termasuk kedalam kategori rendah (53.3%). Selain itu, tidak ditemukan adanya kesadaran kritis dari responden terhadap partisipasi dalam upaya pengelolaan lingkungan hidup di pesantren.

Kata kunci: Persepsi, Partisipasi

PARTISIPASI SANTRI DALAM UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

DI PESANTREN PERTANIAN DARUL FALLAH,

KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

YANA SEPTIANA I34052310

Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Fakultas Ekologi Manusia INSTITUT PERTANIAN BOGOR

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

Judul : PARTISIPASI SANTRI DALAM UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN

HIDUP DI PESANTREN PERTANIAN DARUL FALLAH, KECAMATAN

CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

Nama : Yana Septiana

NRP : I34052310

Disetujui,

Dosen Pembimbing

Dr. Arif Satria, SP. M.Si NIP. 19710917 199702 1 003

Diketahui,

Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat,

Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, M.Si NIP. 19550610 198103 1 003

Tanggal Lulus:

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT, karena atas

Rahmat dan Hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Pada

kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang

begitu besar kepada semua pihak yang turut membantu penulis selama kuliah

hingga selesainya skripsi ini, yaitu kepada:

1 Bapak Dr. Arif Satria, SP. M.Si sebagai dosen pembimbing skripsi yang

telah memberikan bimbingan dan saran selama penulisan skripsi ini, serta

nasihat-nasihat yang dapat membuka wawasan serta menjadi motivator

untuk menghadapi masa depan.

2 Ibu Dr. Ir. Titik Sumarti, MC. MS sebagai dosen penguji utama dan Ibu

Heru Purwandari, SP. M.Si, sebagai dosen penguji wakil departemen

KPM yang telah memberi masukan, koreksi, kritik dan saran-saran yang

membangun yang mendedah wawasan penulis dalam proses akhir

penulisan.

3 Emak, Bapak, Ceu Heri dan Adikku Nanang atas semua doa, dorongan,

nasihat, semangat, dan kasih sayang yang begitu berlimpah selalu

diberikan kepada penulis. Serta kepada seluruh keluarga besar di

Cirebon, dan di Kuningan, atas doa dan dukungannya untuk memberikan

dan menjadi yang terbaik.

4 Istriku (Chandriyani, S. IKK) atas cinta dan kasih sayang yang tak terkira,

motivasi, doa, nasihat, ide, dan banyak hal lagi yang telah banyak

membantu penulis, dan juga kepada anakku (Mizan Ziyad Al-haq) tercinta

yang memotivasi penulis untuk segera menyelesaikan tulisan ini.

5 Pesantren Pertanian Darul Fallah yang telah bersedia menjadi objek

penelitian penulis mengenai partisipasi santri dalam upaya pengelolaan

lingkungan hidup.

6 Pesantren Modern Tarbiyyatu-l-Mu’alimin Al-Islamiyyah (TMI) Al-Ikhlash,

Ciawilor, Kuningan, Jawa Barat yang telah membantu membuka jalan

masuk untuk studi di IPB, dan pelajaran yang sangat berharga lainnya

yang banyak membantu membangun karakter penulis.

7 Departemen Agama (DEPAG) yang telah membantu, memberikan

pengalaman, yang sangat berharga kepada penulis selama studi di IPB

baik dalam hal materi, kegiatan akademik dan motivasi-motivasinya serta

peduli pada masa depan santri dalam melanjutkan studi ke perguruan

tinggi untuk memberi warna lain dalam pendidikannya dengan

menggabung IMTAQ dan IPTEK, semoga dimudahkan oleh Allah, amin.

8 CSS MoRA IPB 42 (Uzer, Nailul, Asro, Dauz, Lalu, Yahman, Priwan,

Habibi, Hanif, Illa, Sofi, Ame, Isna, Anci, Rezi, Suci, Mirza, Eva, Firoh,

Niar, Ridwan dan Anhar) atas suka-duka dan canda-tawa selama studi.

Kalian semua sahabat-sahabat pertamaku di IPB. I’ll miss you all.

9 Seluruh Staf Pengajar KPM yang telah memberikan banyak bekal ilmu

yang sangat berharga bagi penulis untuk menatap masa depan yang

lebih baik.

10 Teman-teman KPM 42 yang telah memberikan warna pada penulis

selama studi di KPM.

11 Kepada semua pihak yang tidak disebutkan namanya yang telah

memberikan kontribusi dalam penulisan skripsi ini, penulis mengucapkan

banyak terima kasih.

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cirebon, pada tanggal 29 September 1986. Penulis

merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, dan merupakan anak dari

pasangan Bapak Sanudin dan Ibu Sumiti. Tahun 2005 penulis lulus dari TMI

(Tarbiyatu-l-Mu’alimin Al-Islamiyah) Al-Ikhlash, Kuningan, Jawa Barat, dan pada

tahun yang sama penulis diterima menjadi Mahasiswa Institut Pertanian Bogor

melalui jalur BUD-DEPAG. Penulis tercatat sebagai mahasiswa pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (KPM), Fakultas

Ekologi Manusia (FEMA), setahun setelah masuk di Institut Pertanian Bogor.

Selama di IPB penulis aktif mengikuti kegiatan organisasi kampus dan

beberapa turnamen futsal. Penulis merupakan anggota DPM FEMA tahun

2006/2007, dan menjadi ketua PPR pada PEMIRA FEMA 2007/2008 untuk

pemilihan ketua perdana BEM FEMA. Penulis pernah menjadi ketua panitia

upgrading untuk mahasiswa CSS-IPB 43. Penulis pernah menjuarai turnamen

futsal, diantaranya: Juara I Futsal Espent FEMA tahun 2008 dan Juara III Futsal

Espent FEMA tahun 2009.

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ........................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... viii

1 PENDAHULUAN .................................................................................... 1 1. 1 Latar Belakang .............................................................................. 1 1. 2 Perumusan Masalah ..................................................................... 4 1. 3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 5 1. 4 Kegunaan Penelitian ..................................................................... 5

2 PENDEKATAN TEORITIS ..................................................................... 6 2. 1 Tinjauan Pustaka .......................................................................... 6

2. 1. 1 Upaya pengelolaan Lingkungan Hidup ................................ 6 2. 1. 2 Persepsi .............................................................................. 8 2. 1. 3 Partisipasi ............................................................................ 9 2. 1. 4 Nilai-nilai Agama tentang Manusia dan Lingkungan ............. 15 2. 1. 5 Isu-isu Lingkungan saat Ini .................................................. 18 2. 1. 6 Penelitian terdahulu tentang Partisipasi ............................... 19

2. 2 Kerangka Pemikiran ...................................................................... 20 2. 3 Hipotesis Penelitian ...................................................................... 22 2. 4 Definisi Operasional ...................................................................... 22

3 PENDEKATAN PENELITIAN ................................................................. 24 3. 1 Metode Penelitian ......................................................................... 24 3. 2 Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 24 3. 3 Teknik Pemilihan Responden ....................................................... 25

3. 3. 1 Karakteristik Responden ........................................................ 26 3. 3. 2 Karakteristik Informan .......................................................... 27

3. 4 Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data .................................. 29 3. 5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ........................................... 29

4 KARAKTERISTIK LOKASI PENELITIAN ............................................... 33 4. 1 Sejarah Pesantren ........................................................................ 33 4. 2 Visi, Misi dan Tujuan Pesantren .................................................... 33 4. 3 Denah Lokasi dan Keadaan Geografis Pesantren ........................ 35 4. 4 Profil Pendidikan ........................................................................... 35 4. 5 Kurikulum Terpadu dan Kegiatan Pertanian ................................... 37

Halaman

5 HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 38 5. 1 Persepsi Santri terhadap Upaya Pengelolaan Lingkungan

Hidup ............................................................................................ 38 5. 2 Partisipasi Santri dalam Upaya Pengelolaan Lingkungan

Hidup ............................................................................................ 47 5. 3 Hubungan Persepsi dengan Partisipasi Responden dalam Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup ............................... 54

6 KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 60 6. 1 Kesimpulan ................................................................................... 60 6. 2 Saran ............................................................................................ 61

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 62

LAMPIRAN ................................................................................................... 65

vi

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Sebaran Responden berdasarkan Usia ................................................. 26

2 Sebaran Responden berdasarkan Data Responden yang Menetap

di Pondok ............................................................................................... 27

3 Sebaran Responden berdasarkan Keikutsertaan Santri dalam

Organisasi Pondok ................................................................................. 27

4 Sebaran Responden berdasarkan Rata-Rata Pencapaian Skor

Persepsi Santri ...................................................................................... 39

5 Sebaran Responden berdasarkan Total Skor Persepsi Santri ................ 46

6 Sebaran Responden berdasarkan Persentase Partisipasi Santri

pada Tahap Perencanaan ...................................................................... 49

7 Sebaran Responden berdasarkan Persentase Partisipasi santri

pada Tahap Pelaksanaan ...................................................................... 51

8 Sebaran Responden berdasarkan Persentase Partisipasi Santri

pada Tahap Evaluasi ............................................................................. 52

9 Sebaran Responden berdasarkan Persentase Partisipasi Santri

pada Tahap Menikmati Hasil .................................................................. 52

10 Sebaran Responden berdasarkan Total Skor Partisipasi Santri ............. 54

11 Nilai Frekuensi Tabulasi Silang Hubungan Persepsi dengan

Partisipasi dalam Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup ........................ 55

12 Pengendalian Organisasi dan Ciri Kepatuhan Anggota .......................... 58

vii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Kerangka Pemikiran ............................................................................... 21

2 Cara Pemilihan Responden .................................................................... 26

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Lembar kuesioner .................................................................................. 65

2 Uji Reliabilitas Kuesioner ....................................................................... 67

3 Panduan pertanyaan .............................................................................. 68

4 Agenda Pendidikan Pesantren pertanian Darul Fallah ........................... 69

5 Kurikulum Terpadu Pesantren Pertanian Darul Fallah ........................... 70

6 Nilai Total Skor Persepsi dan Penentuan Kategorinya ........................... 71

7 Nilai Total Skor Partisipasi dan Penentuan Kategorinya ........................ 72

8 Output Hasil Uji Korelasi (Pearson) dan Tabulasi Silang

Persepsi-Partisipasi ................................................................................. 73

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Dewasa ini isu lingkungan merupakan salah satu topik hangat yang

diperbincangkan di dunia internasional seiring semakin menurunnya kualitas

lingkungan. Penurunan kualitas lingkungan diantaranya disebabkan peningkatan

emisi gas rumah kaca (GHG emission) akibat deforestasi, konversi lahan/alih

fungsi lahan tanah, sektor energi, pertanian dan peternakan, dan lain-lain yang

pada akhirnya menyebabkan pemanasan global (global warming). Indonesia

merupakan penyumbang gas emisi ketiga terbesar dunia setelah Amerika dan

China yang diantaranya lebih banyak disebabkan buangan karbondioksida (CO2)

akibat deforestasi (Sari et al 2007). Menurunnya kualitas lingkungan merupakan

suatu masalah yang harus segera ditanggulangi demi keberlangsungan

kehidupan masa yang akan datang.

Menurunnya kualitas lingkungan mulai mengarah pada kerusakan

lingkungan yang terjadi akibat eksploitasi sumberdaya alam untuk memenuhi

kebutuhan manusia tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan. Kerusakan

lingkungan ini telah mengganggu proses alam, sehingga banyak fungsi ekologi

alam terganggu. Permasalahan lingkungan yang dihadapi pada dasarnya adalah

masalah ekologi manusia (Soemarwoto 1997). Timbulnya masalah lingkungan

hidup bukan semata-mata tanggung jawab beberapa individu atau golongan

tertentu saja, melainkan merupakan tanggung jawab berbagai pihak. Pihak yang

terlibat tersebut antara lain meliputi pemerintah, masyarakat dan lembaga

(lembaga pendidikan, LSM, perusahaan).

2

Kerusakan lingkungan dalam Al-Qur‟an disebutkan sebagai akibat dari

sifat manusia yang rakus dan tamak. Dijelaskan secara tersirat dalam Al-Qur‟an

bahwa kerusakan lingkungan yang terjadi disebabkan akibat ulah tangan-tangan

manusia yang tidak bertanggung jawab (Q.S. Ar-Ruum/30: 41). Dijelaskan dalam

ayat lain secara implisit bahwa Allah menciptakan manusia sebagai kholifah

(pemimpin) di muka bumi dengan diberikan pengetahuan yang lebih baik tentang

alam dibandingkan makhluk lainnya (Q.S. Al-baqarah/2: 30-33). Ayat yang lain

menjelaskan bahwa manusia diperintahkan oleh Allah untuk berbuat baik kepada

makhluk lain, serta melarang manusia berbuat kerusakan di (muka) bumi (Q.S.

Al-Qashas/28: 77).

Kerusakan lingkungan berakibat pada krisis lingkungan. Krisis lingkungan

global yang terjadi dewasa ini merupakan kesalahan fundamental-filosofis dalam

pemahaman atau cara pandang manusia mengenai dirinya, alam dan tempat

manusia dalam keseluruhan ekosistem. Kesalahan cara pandang ini bersumber

dari prinsip etika antroposentrisme. Etika ini memandang manusia sebagai pusat

dari alam semesta, dan hanya manusia yang mempunyai nilai, sementara alam

dan segala isinya sekedar alat bagi pemuasan kepentingan dan kebutuhan hidup

manusia (Keraf 2002).

Selanjutnya etika biosentrisme dan etika ekosentrisme berkembang untuk

mengkritisi kesalahan cara pandang etika antoposentrisme. Etika ini lebih

memperhatikan pada kepentingan makhluk hidup lainnya dan keseimbangan

ekologi. Manusia hanya bisa hidup dan berkembang sebagai manusia yang utuh

dan penuh, tidak hanya dalam komunitas sosial, tetapi juga dalam komunitas

ekologis, yaitu makhluk yang kehidupannya tergantung dari dan terkait erat

dengan semua kehidupan lain di alam semesta (Keraf 2002).

Konsep yang telah dipaparkan tersebut menuntut adanya partisipasi atau

keterlibatan langsung manusia sebagai makhluk sosial dalam menjaga dan

3

melestarikan lingkungan. Hal ini bertujuan untuk keberlanjutan kehidupan

manusia itu sendiri dan juga lingkungannya. Menurut pengertian, suatu sistem

terdiri atas komponen yang bekerja secara teratur sebagai suatu kesatuan.

Ekosistem terbentuk oleh komponen hidup dan tak hidup di suatu tempat yang

berinteraksi membentuk suatu kesatuan yang teratur (Soemarwoto 1997).

Salah satu contoh bentuk dari kehidupan manusia adalah kehidupan

santri. Kehidupan santri di pondok pesantren lazimnya terdapat penanaman nilai-

nilai agama untuk senantiasa mencintai sesama mahluk Tuhan termasuk

lingkungan. Selaras dengan hal tersebut, tujuan pendidikan pesantren adalah

menciptakan dan mengembangkan kepribadian muslim, kepribadian beriman dan

bertakwa kepada Tuhan, berakhlak mulila, bermanfaat bagi masyarakat dengan

jalan menjadi abdi masyarakat, yaitu sebagai pelayan masyarakat sebagaimana

kepribadian Nabi Muhammad (mengikuti sunnah Rasul), mampu berdiri sendiri,

bebas dan teguh dalam kepribadian, menyebarkan agama atau menegakkan

Islam dan kejayaan umat Islam di tengah-tengah masyarakat („izzul Islam wal

muslimin) (Mastuhu 1994). Disamping itu, menurut Alim (2007) masalah

lingkungan hidup untuk seorang muslim sifatnya inheren sebagai bagian dari

kepribadian, namun banyak yang secara tidak sengaja memisahkan masalah

lingkungan hidup dari urusan agama. Urusan lingkungan hidup adalah bagian

integral dari ajaran Islam. Seorang Muslim/Muslimah justru menempati

kedudukan strategis dalam lingkungan hidup.

Upaya yang dilakukan dalam menyelaraskan kedudukan penting manusia

adalah partisipasi. Partisipasi santri dalam upaya pengelolaan lingkungan hidup

dibutuhkan, dimana menurut Nasdian (2006) bahwa dengan partisipasi

mendukung masyarakat untuk mulai “sadar” akan situasi dan masalah yang

dihadapinya dan berupaya mencari jalan keluar yang dapat dipakai untuk

mengatasi masalah mereka, dengan kata lain, memunculkan kesadaran kritis

4

mereka akan pemecahan masalah yang dihadapi. Partisipasi santri dalam upaya

pengelolaan lingkugan hidup di Pesantren Pertanian Darul Fallah erat kaitannya

dengan bagaimana mereka mempersepsikan upaya pengelolaan lingkungan

hidup tersebut. Mulyana (2002) mendefinisikan bahwa persepsi adalah proses

internal yang memungkinkan seseorang memilih, mengorganisasikan, dan

menafsirkan rangsangan dari lingkungannya, dan proses tersebut mempengaruhi

perilakunya.

Kesadaran personal dan atau lingkungan yang mendukung dibutuhkan

guna menumbuhkan partisipasi santri dalam menjaga dan melestarikan

lingkungan. Kesadaran personal bisa berasal lingkungan pesantren yang

mendukung serta akses informasi yang mengenai isu-isu lingkungan yang

kemudian dapat mempengaruhi persepsinya. Oleh karena itu, perlu adanya

penelaahan yang lebih untuk mengetahui partisipasi santri dalam upaya

pengelolaan lingkungan hidup.

1. 2 Perumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, terkait dengan isu

lingkungan hidup yang berkembang dewasa ini, masalah yang dikaji dalam

penelitian ini adalah bagaimana partisipasi santri di Pesantren Pertanian Darul

Fallah terhadap upaya pengelolaan lingkungan hidup yang ada di pesantren

Darul Fallah? Contoh upaya pengelolaan lingkungan hidup yang diteliti adalah

program kegiatan pemilahan sampah dan pembuatan pupuk kompos. Hal

tersebut dikaitkan dengan persepsi santri terhadap upaya pengelolaan

lingkungan hidup yang dapat mempengaruhi partisipasinya dalam upaya

pengelolaan lingkungan hidup tersebut.

5

1. 3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ditelaah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Mengetahui persepsi santri yang berhubungan dengan partisipasi dalam

upaya pengelolaan lingkungan hidup (kegiatan pemilahan sampah dan

pembuatan pupuk kompos).

2) Menganalisis partisipasi santri dalam upaya pengelolaan lingkungan

hidup (kegiatan pemilahan sampah dan pembuatan pupuk kompos).

1. 4 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai

pihak yang berminat maupun yang terkait dengan masalah tingkat partisipasi

dalam upaya pengelolaan lingkungan hidup berbasis pesantren.

1) Bagi peneliti, ingin melihat lebih jauh tentang partisipasi santri dalam

upaya pengelolaan lingkungan hidup dan melihat hubungan persepsi dan

partisipasinya.

2) Bagi kalangan akademisi, dapat menambah wawasan dan literatur dalam

mengkaji partisipasi dalam upaya pengelolaan lingkungan lingkungan

hidup dan pesantren.

3) Bagi kalangan non-akademisi, pemerintah dan swasta diharapkan dapat

berpartisipasi aktif dalam pemanfaatan dan pengelolaan lingkungan hidup

baik dalam berbagai unit dan ruang lingkup.

BAB II

PENDEKATAN TEORITIS

2. 1 Tinjauan Pustaka

2. 1. 1 Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup

Lingkungan hidup adalah semua benda, daya dan kondisi yang terdapat

dalam suatu tempat atau ruang tempat manusia atau makhluk hidup berada dan

dapat mempengaruhi hidupnya. McNaughton dan Wolf (1998) dalam Siahaan

(2004) mengartikan lingkungan hidup dengan semua faktor eksternal yang

bersifat biologis dan fisika yang langsung mempengaruhi kehidupan,

pertumbuhan, perkembangan dan reproduksi organisme. Danusaputro (1980)

dalam Siahaan (2004) mengartikan lingkungan hidup sebagai semua benda dan

kondisi, termasuk di dalamnya manusia dan tingkah perbuatannya, yang terdapat

dalam ruang tempat manusia berada dan mempengaruhi hidup serta

kesejahteraan manusia dan jasad hidup lainnya.

Soemarwoto (1997) mendefinisikan lingkungan sebagai satu kesatuan

dari semua makhluk hidup (manusia, tumbuhan, hewan, dan jasad renik) yang

saling mempengaruhi. Ia berpendapat bahwa manusia bahkan tidak dapat hidup

tanpa adanya makhluk hidup lainnya (tumbuhan, hewan, dan jasad renik).

Sebaliknya, tumbuhan, hewan dan jasad renik tetap dapat melangsungkan

kehidupannya tanpa kehadiran manusia, seperti terlihat dari sejarah bumi

sebelum ada manusia. Mengacu pada Undang-undang RI No. 23 tahun 1997,

Lingkungan hidup merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya,

keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang

7

mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta

makhluk hidup lain.

Menurut Soemarwoto (1997) permasalahan lingkungan yang dihadapi

pada dasarnya merupakan masalah ekologi manusia yakni hubungan makhluk

hidup, khususnya manusia dengan lingkungan hidupnya. Masalah-masalah

lingkungan pada manusia karena manusia mempunyai kedudukan-kedudukan

tersendiri di tengah-tengah lingkungannya. Sarwono (1995) menjelaskan bahwa

manusia adalah komponen lingkungan yang dominan. Kedudukan manusia

sebagai komponen yang dominan itu, memungkinkan menjadi perusak

lingkungan, yaitu jika manusia mengusahakan sumber daya alam untuk jangka

waktu pendek dengan cara menghasilkan produk sebanyak mungkin pada waktu

sesingkat mungkin dengan modal sesedikit mungkin.

Menurut Naess (1993) dalam Keraf (2002), krisis lingkungan dewasa ini

hanya bisa diatasi dengan melakukan perubahan cara pandang dan perilaku

manusia terhadap alam yang fundamental dan radikal. Kesalahan cara pandang

ini bersumber dari etika antoposentrisme, yang memandang manusia sebagai

pusat dari alam semesta, dan hanya manusia yang mepunyai nilai, sementara

alam dan segala isinya sekedar alat bagi pemuasan kepentingan dan kebutuhan

hidup manusia. Manusia dianggap berada di luar, di atas dan terpisah dari alam.

Bahkan, manusia dipahami sebagai penguasa atas alam yang boleh melakukan

apa saja. Cara pandang seperti ini melahirkan sikap dan perilaku eksploitatif

tanpa kepedulian sama sekali terhadap alam dan segala isinya yang dianggap

tidak mempunyai nilai pada diri sendiri.

Dibutuhkan sebuah pola hidup atau gaya hidup yang baru yang tidak

hanya menyangkut orang per orang, tetapi juga budaya masyarakat secara

keseluruhan. Artinya, dibutuhkan pengelolaan lingkungan hidup yang menuntun

8

manusia untuk berinteraksi dalam alam semesta (Keraf 2002). Pengelolaan

lingkungan hidup didefinisikan dalam Undang-Undang No. 23 RI. Tahun 1997

sebagai upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi

kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan,

pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup.

Slamet (1994) menerangkan bahwa pengetahuan tentang hubungan

antar jenis lingkungan ini sangat penting agar dapat menanggulangi

permasalahan lingkungan secara terpadu dan tuntas. Sebagai contoh, apabila

terdapat permasalahan menumpuknya sampah di kota-kota, dan diselesaikan

dengan mengangkut dan membuangnya di suatu lembah yang jauh dari pusat

kota, maka permasalahan tidak diselesaikan, tetapi hanya dipindahkan dan

timbul masalah lain seperti pencemaran air tanah, udara, bertambahnya jumlah

lalat, tikus, bau, pemandangan menjadi tidak nyaman, dan lain sebagainya. Hal

tersebut terjadi karena orang tidak memahami bahwa ada hubungan antara

sampah, air, udara, benda hidup dan sebagainya. Sebagai akibatnya,

masyarakat akan menderita kerugian yang besar dalam bentuk gangguan

kesehatan.

2. 1. 2 Persepsi

Persepsi berhubungan erat dengan stimuli (informasi) tentang sesuatu hal

yang menyebabkan seseorang sadar kemudian pengetahuan dan

pemahamannya meningkat. Menurut Sarwono (1999) persepsi dalam pengertian

psikologi adalah proses pencarian informasi untuk dipahami. Alat untuk

memperoleh informasi tersebut adalah penginderaan (penglihatan, pendengaran,

peraba, dan sebagainya). Sebaliknya, alat untuk memahaminya adalah

kesadaran atau kognisi.

9

Senada dengan itu, Van den Ban dan Hawkins (1999) mengatakan

bahwa persepsi adalah proses menerima informasi atau stimuli dari lingkungan

dan mengubahnya ke dalam kesadaran psikologis. Mulyana (2002)

mendefinisikan bahwa persepsi adalah proses internal yang memungkinkan

seseorang memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari

lingkungannya, dan proses tersebut dapat mempengaruhi perilakunya.

Pendapat Rakhmat (2001) mengungkapkan bahwa persepsi adalah

pengalaman belajar tentang objek peristiwa atau hubungan-hubungan yang

diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi juga

merupakan bentuk komunikasi intrapersonal yaitu komunikasi yang terjadi dalam

diri seseorang. Oleh karena itu, persepsi akan mempengaruhi seseorang dalam

berpikir, bertindak, dan berkomunikasi dengan pihak lain.

Asngari (1984) menekankan mekanisme proses pembentukan persepsi,

yaitu proses dimana informasi yang diterima seseorang melalui seleksi,

kemudian disusun menjadi satu kesatuan yang bermakna, dan terakhir

diinterpretasikan. Sugiyanto (1996) memberi batasan tentang persepsi yaitu

persepsi merupakan proses kognitif dan afektif yang dialami setiap orang dalam

memahami informasi tentang lingkungannya melalui indera penglihatan,

pendengaran, penghayatan perasaan, dan penciuman yang diinformasikan

kepada dirinya dari lingkungan tempat orang tersebut berada, sehingga dapat

mempengaruhi keragaan perilakunya.

2. 1. 3 Partisipasi

Menurut Nasdian (2006), selama ini konsep partisipasi dipandang hanya

“terbatas” pada impelementasi atau penerapan program, masyarakat tidak

dikembangkan dayanya menjadi kreatif dan harus menerima keputusan yang

sudah diambil “pihak luar”, sehingga partisipasi disini lebih bersifat pasif dan tidak

10

memiliki kesadaran “kritis”. Disamping itu, konsep baru menurut Paul (1987)

dalam Nasdian (2006) bahwa partisipasi berkenaan dengan sebuah proses aktif

dimana penerima keuntungan mempengaruhi arah dan pelaksanaan proyek

pembangunan ketimbang melulu hanya menerima hasil keuntungan proyek.

Pengertian tersebut melihat keterlibatan masyarakat mulai dari tahap

pembuatan keputusan, penetapan keputusan, penikmatan hasil, dan evaluasi

(Cohen and Uphoff 1980 dalam Nasdian 2006). Serupa dengan hal tersebut,

menurut Sumardjo (2009) menjelaskan bahwa partisipasi dalam pembangunan

dapat dilakukan beberapa tahapan sebagai berikut: (1) partisipasi dalam

pengambilan keputusan, (2) partisipasi dalam implementasi program, (3)

partisipasi dalam monitoring dan evaluasi dalam program pembangunan, dan (4)

partisipasi dalam pembagian manfaat dari pembangunan (participation in sharing

the bennefits of development). Sedangkan mengabaikan partisipasi masyarakat

pada tahap perencanaan dan pengambilan keputusan pembangunan

menyebabkan partisipasi semu (pseudo participation) atau partisipasi terpaksa

dari warga masyarkat dalam pelaksanaan pembangunan.

Partisipasi mendukung masyarakat untuk mulai “sadar” akan situasi dan

masalah yang dihadapinya dan berupaya mencari jalan keluar yang dapat

dipakai untuk mengatasi masalah mereka (memiliki kesadaran kritis) (Nasdian

2006). Sejalan dengan itu, Utomo (1984) memaparkan pengertian

mengembangkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa paling

sedikit mencakup dua aspek yang penting yaitu bahwa peserta partisipasi

seyogyanya turut menentukan dalam pengambilan keputusan dan turut

melaksanakannya.

Menurut Nasdian (2006) partisipasi adalah proses aktif, inisiatif, diambil

oleh warga komunitas sendiri, dibimbing oleh cara berfikir mereka sendiri,

11

dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) dimana

mereka dapat menegaskan kontrol secara efektif. Kemudian partisipasi tersebut

dikategorikan menjadi: (1) warga komunitas dilibatkan dalam tindakan yang telah

dipikirkan atau dirancang oleh orang lain dan dikontrol oleh orang lain. (2)

partisipasi merupakan proses pembentukan kekuatan untuk keluar dari masalah

mereka sendiri. Titik tolak partisipasi adalah memutuskan, bertindak, kemudian

mereka merefleksikan tindakan tersebut sebagai subyek yang sadar. Sedangkan,

menurut Sumardjo (2009) pengertian partisipasi mencakup empat poin penting,

yaitu: (1) keikutsertaan yang meliputi pengambilan keputusan, pelaksanaan,

penilaian, dan pemanfaatan hasil, (2) kesadaran atas kebutuhan, motivasi

intrinsik, dan manfaat, (3) kontribusi (energi, informasi, dana), dan (4) inisiatif.

Cohen, Uphoff dan Goldsmith (1979) memaparkan proses bagaimana

partisipasi itu dapat terjadi, (1) apakah inisiatif untuk berpartisipasi lebih sering

datang dari administrator (pemimpin) atau komunitas lokal, atau (2) apakah

rangsangan untuk berpartisipasi itu merupakan kesukarelaan atau terpaksa. Ini

menjadi relevan untuk dianalisis dan dibandingkan melalui (3) struktur dan (4)

alur-alur/saluran (channels) partisipasi, baik itu terjadi atas dasar individual atau

kolektif, dengan organisasi formal atau informal, dan ataukah partisipasi

dilakukan secara langsung atau dilakukan secara representasi tidak langsung.

Lebih lanjut, perhatian akan lebih banyak diberikan kepada (5) durasi dan (6)

keleluasaan berpartisipasi, apakah itu sekali dan untuk semua, sesekali/sebentar

(intermittent) atau secara terus menerus (continuous). Pada akhirnya, ini akan

sangat berguna untuk mempertimbangkan (7) pemberdayaan (empowerment), ini

menjadikannya sangat efektif dalam kaitannya dengan keterlibatan masyarakat

dalam pembuatan keputusan (decision-making) atau impelementasi yang

membawa mereka pada hasil yang mereka harapkan.

12

Beberapa prasyarat yang perlu diperhatikan dalam berpartisipasi

(Sumardjo 2009), yaitu: (1) kesempatan (pengetahuan/kesadaran adanya

kesempatan, peluang berpartisipasi), (2) kemauan (sikap positif terhadap

sasaran partisipasi), dan (3) kemampuan (inisiatif untuk bertindak dengan

komitmen dan menikmati hasilnya). Selain itu, Pretty dalam Hobley (1996) dalam

Sumardjo (2009) memaparkan ada tujuh tipologi partisipasi, antara lain:

a) Partisipasi manipulatif

Beberapa karakteristik partisipasi manipulatif diantaranya (1) masyarakat

menerima pemberitahuan apa yang sedang dan telah terjadi, (2) pengumuman

sepihak oleh pelaksana proyek tanpa memperhatikan tanggapan masyarakat

(sasaran program), dan (3) informasi yang dipertukarkan terbatas pada kalangan

profesional di luar kelompok sasaran.

b) Partisipasi informatif

Beberapa karakteristik partisipasi informatif diantaranya (1) masyarakat

menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian untuk proyek, (2) masyarakat tidak

mendapatkan kesempatan untuk terlibat dan mempengaruhi proses penelitian,

dan (3) akurasi hasil penelitian tidak dibatasi bersama masyarakat.

c) Partisipasi konsultatif

Beberapa karakteristik partisipasi konsultatif diantaranya (1) masyarakat

berpartisipasi dengan cara berkonsultasi, (2) orang luar mendengarkan,

menganalisis masalah, dan pemecahannya, (3) tidak ada peluang untuk

pembuatan keputusan bersama, dan (4) para profesional tidak berkewajiban

untuk mengajukan pandangan masyarakat (sebagai masukan) untuk

ditindaklanjuti.

13

d) Partisipasi insentif

Beberapa karakteristik partisipasi insentif diantaranya (1) masyarakat

memberikan korbanan/jasanya untuk memperoleh imbalan berupa insentif/upah,

(2) masyarakat tidak dilibatkan dalam proses pembelajaran atau eksperimen-

eksperimen yang dilakukan, dan (3) masyarakat tidak memiliki andil untuk

melanjutkan kegiatan-kegiatan setelah insentif diberikan.

e) Partisipasi fungsional

Beberapa karakteristik partisipasi fungsional diantaranya (1) masyarakat

membentuk kelompok untuk tujuan proyek, (2) pembentukan kelompok

(biasanya) setelah ada keputusan utama yang disepakati, dan (3) pada tahap

awal, masyarakat tergantung kepada pihak luar, tetapi secara bertahap

menunjukkan kemandiriannya.

f) Partisipasi interaktif

Beberapa karakteristik partisipasi interaktif diantaranya (1) masyarakat

berperan dalam analisis untuk perencanaan kegiatan dan pembentukan atau

penguatan kelembagaan, (2) cenderung melibatkan metoda interdisipliner yang

mencari keragaman perspektif dalam proses belajar yang terstruktur dan

sistematis, dan (3) masyarakat memiliki peran untuk mengontrol atas

(pelaksanaan) keputusan-keputusan mereka, sehingga memiliki andil dalam

keseluruhan proses kegiatan.

g) Partisipasi mandiri

Beberapa karakteristik partisipasi mandiri (self mobilization) diantaranya

(1) masyarakat mengambil inisiatif sendiri secara bebas (tidak dipengaruhi pihak

luar) untuk mengubah sistem atau nilai-nilai yang mereka junjung, (2) masyarakat

mengembangkan kontak dengan lembaga-lembaga lain untuk mendapatkan

bantuan-bantuan/dukungan-dukungan teknis dan sumberdaya yang diperlukan,

14

dan (3) masyarakat memegang kendali atas pemanfaatan sumberdaya yang ada

dan atau digunakan.

Khan dalam Sumardjo (2009) mengatakan bahwa masalah partisipasi

sebenarnya adalah masalah desentralisasi kekuasaan. Sedangkan menurut

Goldsmith dan Blustain dalam Sumardjo (2009) menjelakan bahwa masyarakat

akan bergerak untuk berpartisipasi jika partisipasi itu: 1) melalui organisasi yang

sudah dikenal atau yang sudah di tengah-tengah masyarakat yang

bersangkutan, 2) memberikan manfaat langsung kepada masyarakat yang

bersangkutan, 3) memenuhi kepentingan masyarakat setempat, dalam proses

partisipasi itu terjamin adanya kontrol oleh masyarakat dan masyarakat berperan

dalam pengambilan keputusan.

Menurut Nasdian (2006) ada tiga kategori kemandirian yang diharapkan

dapat dicapai warga komunitas dalam berpartisipasi, yakni “kemandirian

material”, “kemandirian intelektual”, dan “kemandirian manajemen”. Kemandirian

material adalah kemampuan produktif guna memenuhi kebutuhan materi dasar

dan cadangan dan mekanisme untuk dapat bertahan pada waktu krisis.

Kemandirian intelektual merupakan pembentukan dasar pengetahuan otonom

oleh komunitas yang memungkinkan mereka menanggulangi bentuk-bentuk

dominasi yang lebih halus yang muncul di luar kontrol terhadap pengetahuan itu.

Sedangkan kemandirian manajemen adalah kemampuan otonom untuk membina

diri dan menjalani serta mengelola kegiatan kolektif agar ada perubahan dalam

situasi kehidupan mereka.

Pendapat Etzioni (1982) dalam Kolopaking dalam Sosiologi Umum (2003)

memaparkan bahwa ada tiga macam kepatuhan atau bentuk partisipasi yang

ditimbulkan oleh suatu organisasi tertentu dalam suatu kondisi tertentu pula,

yaitu: (1) partisipasi dengan ciri kepatuhan alienatif (keterlibatan terpaksa) yang

15

dapat ditimbulkan oleh tipe pengendalian koersif, (2) partisipasi dengan ciri

kepatuhan kalkulatif (keterlibatan dengan pertimbangan balas jasa setimpal

dengan tawaran kegiatan yang disediakan oleh organisasi) yang dapat

ditimbulkan oleh tipe pengendalian utilitarian, dan (3) partisipasi dengan ciri

kepatuhan moral (keterlibatan dengan dasar mengemban dan menghargai atau

rela membantu organisasi) yang dapat ditimbulkan oleh tipe pengendalian

normatif.

2. 1. 4 Nilai-nilai Agama tentang Manusia dan Lingkungan

Lingkungan hidup dalam Al-Qur’an banyak disebut dengan istilah alam

atau bumi, langit dan seluruh isinya diciptakan untuk memenuhi kebutuhan hidup

manusia dalam hal berbuat baik yang semata-mata karena hanya untuk

beribadah sebagai bentuk kepatuhan kepada Allah.

“Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah Arasy-Nya (singgasana-Nya) di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya*...” (Q.S. Huud/11: 7) *Maksudnya: Allah menjadikan langit dan bumi untuk tempat berdiam makhluk-Nya serta tempat berusaha dan beramal, agar nyata di antara mereka siapa yang taat dan patuh kepada Allah.

Allah telah mengatur kehidupan semua makhluk-Nya dimana tidak ada

makhluk Allah yang diciptakan tidak mempunyai tujuan. Alam dan seluruh isinya

memiliki tujuan dan kehidupan makhluk-makhluk Allah yang ada di alam ini saling

terkait. Bila terjadi gangguan yang luar biasa terhadap salah satunya, maka

makhluk yang berada dalam lingkungan hidup tersebut ikut terganggu pula. Allah

telah menciptakan segala sesuatu dalam keseimbangan dan keserasian

(Santoso et al 2004).

Hubungan manusia dengan alam atau hubungan manusia dengan

sesamanya, bukan merupakan hubungan antara penakluk dan yang ditaklukkan

16

atau antara tuan dengan hamba, tetapi hubungan kebersamaan dalam

ketundukan kepada Allah. Kemampuan manusia dalam mengelola bukanlah

akibat kekuatan yang dimilikinya, tetapi akibat anugerah Allah (Santoso et al

2004). Selain itu, sebagai khalifah di bumi, manusia diberi kelebihan berupa

pikiran dan akal manusia yang tidak dimiliki oleh mahluk lainnya.

“Dan Dia (Allah) mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang benar!" (31) Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." (32) Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?" (33) (Q. S. Al-Baqarah/2: 31-33)

Dengan keistimewaan yang dimiliki manusia tersebut, manusia

diperintahkan untuk memikirkan tentang kelestarian dan keseimbangan

alam/lingkungan. Bahkan dari alam tersebut Allah tak segan melimpahkan

banyak Rahmat dan Nikmat untuk manusia.

“Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir”. (Q. S. Al-Jatsiyah/45: 13)

Senada dengan hal tersebut, manusia diperintahkan untuk berbuat baik

terhadap sesamanya maupaun terhadap terhadap mahluk lain termasuk

lingkungan, dan manusia dilarang berbuat kerusakan di muka bumi. Karena

sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.

17

“….Dan berbuat baiklah kepada (orang/makhluk lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan” (Q. S. Al-Qashas/28: 77)

Perintah Allah tersebut bukan tanpa tujuan melainkan penciptaan alam

tersebut adalah untuk kebaikan manusia itu sendiri. Perintah tersebut tidak lain

adalah untuk melihat seberapa besar manusia itu bersyukur atas nikmat yang

diberikan Allah kepadanya. Terjaganya keselarasan dan keseimbangan

lingkungan/alam menjadikan bumi sebagai sumber penghidupan manusia.

Namun hanya sedikit manusia yang bersyukur atas anugerah dan nikmat yang

telah diberikan Allah kepada mereka.

“Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur”. (Q. S. Al-A’raaf/7: 10)

Kekurangmampuan dan kelalaian manusia dalam mensyukuri nikmat

yang telah diberikan, serta sifat tamak dan rakus manusia, menjadikan manusia

cenderung berbuat kerusakan dan mengeksploitasi sumberdaya alam hanya

demi kepentingan pribadi dengan tanpa memperhatikan dan menjaga

keseimbangan lingkungan. Kerusakan lingkungan yang terjadi tidak lain

disebabkan oleh perbuatan manusia yang tidak bertanggung jawab.

“Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan”. (Q. S. Luqman/31: 30) “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (Q. S. Ar-Ruum/30: 41)

18

2. 1. 5 Isu-isu Lingkungan Saat Ini

Fitrihani (2006) menuturkan bahwa persoalan lingkungan hidup saat ini

diidentikkan dengan kemiskinan, keterbelakangan, tingkat pembangunan yang

masih rendah dan pendidikan rendah. Intinya faktor kemiskinan yang menjadi

penyebab utama kerusakan lingkungan hidup di dunia. Sampah longsor, kabut

asap di Kalimantan dan Sumatera, lumpur panas di Sidoarjo, tumpahan minyak

di lautan dan menipisnya lapisan ozon merupakan beberapa contoh

permasalahan lingkungan hidup yang bersumber dari tingkah laku manusia

sendiri yang terjadi di Indonesia beberapa tahun terakhir ini.

Keraf (2002) berpendapat bahwa berbagai kasus lingkungan hidup yang

terjadi sekarang ini, baik pada lingkup global maupun lingkup nasional, sebagian

besar bersumber dari perilaku manusia. Kasus-kasus pencemaran dan

kerusakan, seperti di laut, hutan, atmosfer, air, tanah, dan seterusnya bersumber

pada perilaku manusia yang tidak bertanggung jawab, tidak peduli dan hanya

mementingkan diri sendiri. Manusia adalah penyebab utama dari kersakan dan

pencemaran lingkungan.

Adiwibowo (2006) menjelaskan kerusakan dan pencemaran lingkungan

yang terus berlangsung lebih dari empat dekade ini berakumulasi sedemikian

luas, sehingga kini kita berhadapan dengan masalah lingkungan yang kompleks.

Sungai, danau, laut yang rusak dan tercemar semakin luas sebagai akumulasi

dari intensifikasi pertanian yang berlebihan, aktivitas penambangan dan industri,

serta permukiman. Perubahan iklim global timbul sebagai resultante dari

buangan CO2 yang massive dan meluasnya kerusakan hutan. Degradasi hutan

atau kepunahan keanekaragaman hayati melonjak secara eksponensial sebagai

akibat dari intensifikasi pertanian, kerusakan hutan dan permukiman penduduk.

Disamping itu, Sari et al (2007) berpendapat bahwa perubahan lingkungan telah

19

mengancam sendi-sendi kehidupan manusia di planet bumi. Deforestasi

(penebangan hutan), degradasi lahan, dan kebakaran hutan telah menempatkan

Indonesia pada urutan teratas ketiga dunia penyumbang gas emisi (emitter) gas

rumah kaca. Emisi-emisi tersebut dihasilkan dari deforestasi dan kebakaran

hutan yang lima kali lebih banyak dibandingkan dengan emisi dari non-forestri.

Emisi-emisi dari sektor energi dan industri relatif lebih kecil namun tumbuh

dengan sangat cepat.

2. 1. 6 Penelitian terdahulu tentang Partisipasi

Partisipasi pada beberapa hasil penelitian diukur melalui beberapa

tahapan, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi. Hasil

penelitian partisipasi masyarakat yang dilakukan oleh Kurniawan (2008) pada

gerakan nasional rehabilitasi hutan dan lahan di Sukabumi, Jawa Barat

melaporkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat dipengaruhi oleh beberapa

faktor-faktor pendukung yang mendorong seseorang untuk ikut berpartisipasi

diantaranya adalah tingkat pemahaman, kesempatan, dan sikap masyarakat

pada setiap tahapan partisipasi mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan

evaluasi.

Pada tahap perencanaan, faktor pendorong yang menjadi motivasi

mayarakat adalah pengetahuan masyarakat. Luasnya pengetahuan seseorang

akan mempengaruhi seseorang untuk ikut berpartisipasi dalam suatu kegiatan

termasuk dalam tahap perencanaan. Sementara itu, pada tahap pelaksanaan

dan evaluasi faktor pendorong masyarakat untuk ikut berpartisipasi adalah

kesempatan. Hal ini dikarenakan masyarakat merasa bahwa posisi mereka

adalah sebagai pelaksana bukan sebagai perencana, sehingga kesempatan

untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan dan evaluasi menjadi pusat perhatian

mereka.

20

Hasil penelitian lain mengenai tingkat partisipasi masyarakat yang

dilakukan oleh Ramadyanti (2009) dalam program Jakarta Green and Clean

(JGC) tahun 2007 melaporkan bahwa secara keseluruhan masyarakat Ciracas

dan Cipinang Melayu memiliki tingkat partisipasi yang sudah cukup baik. Ini

terlihat dari masyarakat berperan aktif dalam mensukseskan program JGC baik

pada tahap perencanaan, pelaksanaan, menikmati hasil, maupun pada tahap

evaluasi. Hasil ini didukung oleh karakteristik internal dan eksternal

masyarakatnya, sehingga akhirnya masyarakat sadar dan mengembangkan

program tersebut.

2. 2 Kerangka Pemikiran

Isu lingkungan yang terjadi dewasa ini itu semakin meluas merambah

setiap golongan masyarakat tidak terkecuali santri. Kehidupan santri tidak

terlepas dari nilai-nilai agama. Hal tersebut tidak terlepas dari kegiatan belajar

agama yang diperolehnya di pesantren. Salah satu nilai yang dijunjung di

pesantren adalah berbuat baik terhadap sesamanya dan atau terhadap makhluk

lain termasuk lingkungan. Lazimnya nilai-nilai agama yang diperoleh santri

bersifat inheren dan diterapkan dalam kehidupan kesehariannya sebagai bentuk

ibadah kepada Allah termasuk dalam upaya pengelolaan lingkungan.

Mulai dari pengetahuan santri tentang isu lingkungan yang berkembang,

kemudian faktor eksternal yang dapat mempengaruhi persepsi santri dalam

upaya pengelolaan lingkungan hidup di Pesantren Pertanian Darul Fallah.

Kemudian persepsi tersebut dapat mempengaruhi partisipasi santri dalam upaya

pengelolaan lingkungan hidup di pesantren Darul Fallah tersebut. Contoh upaya

pengelolaan lingkungan hidup yang diteliti adalah program pemilahan sampah

dan pembuatan pupuk kompos. Faktor-faktor eksternal dalam penelitian ini yaitu

lingkungan pesantren dan akses informasi. Lingkungan pesantren meliputi

21

pengajian nilai-nilai agama, kurikulum pesantren, peraturan pesantren, tentang

perintah melestarikan lingkungan, kurikulum dan peraturan pesantren, pengaruh

kepemimpiinan Kyai/Ustadz, dan intensitas komunikasi santri dengan mereka

terkait pengelolaan lingkungan yang ada di pesantren. Akses informasi santri

terhadap media yang ada di pesantren meliputi surat kabar, majalah, televisi,

dan internet.

Pengetahuan tentang Isu lingkungan

Faktor eksternal: Lingkungan pesantren: pengajian

tentang nilai-nilai agama, kurikulum, peraturan, pengaruh kepemimpinan Kyai/Ustadz, intensitas komunikasi

Akses informasi media: TV, koran, majalah, internet, radio dan sebagainya

Partisipasi dalam upaya pengelolaan lingkungan

hidup di Darul Fallah (pemilahan sampah,

dan pembuatan pupuk kompos)

Persepsi santri terhadap

pengelolaan lingkungan hidup

Gambar 1 Kerangka pemikiran

keterangan : variabel yang diteliti : variabel yang tidak

diteliti

22

2. 3 Hipotesis penelitian

Semakin positif persepsi santri terhadap upaya pengelolaan lingkungan

hidup, maka akan semakin tinggi partisipasi santri dalam upaya pengelolaan

lingkungan hidup tersebut.

2. 4 Definisi Operasional

a. Santri adalah orang yang menuntut ilmu di pesantren.

b. Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan

diduga

c. Responden adalah individu yang menjadi salah satu bagian unit analisa dari

penelitian.

d. Faktor eksternal adalah faktor yang dapat mempengaruhi santri dari luar

atau dari lingkungan sekitar santri. Faktor eksternal disini meliputi lingkungan

pesantren dan akses informasi santri terhadap media.

e. Nilai-nilai agama adalah nilai-nilai agama Islam tentang kepedulian terhadap

lingkungan yang bersumber pada Al-Qur’an.

f. Lingkungan adalah lingkungan pesantren tempat santri menuntut ilmu.

g. Lingkungan hidup adalah semua benda, daya dan kondisi yang terdapat

dalam pesantren tempat santri atau makhluk hidup lainnya berada dan dapat

mempengaruhi hidupnya.

h. Isu lingkungan adalah kejadian terhadap lingkungan yang berkaitan dengan

permasalahan lingkungan yang banyak terjadi dewasa ini.

i. Persepsi santri adalah pandangan atau pemahaman santri terhadap upaya

pengelolaan lingkungan hidup yang dapat mempengaruhi perilaku

berpartisipasi. Pemberian skor persepsi untuk kalimat positif adalah skor 0

untuk jawaban “tidak setuju”, skor 1 untuk jawaban “ragu-ragu”, dan skor 2

untuk jawaban “setuju”. Sedangkan untuk kalimat negatif adalah

23

kebalikannya. Pengkategorian persentase persepsi berdasarkan total skor

keseluruhan responden dengan mengunaan interval untuk menentukan

selang kelas (Slamet 1993). Meliputi kategori rendah, sedang, dan tinggi.

j. Partisipasi santri adalah proses aktif, inisiatif, yang dilakukan oleh santri

dalam upaya pengelolaan lingkungan hidup. Partisipasi disini merupakan

keikusertaan santri dalam kegiatan pemilahan sampah dan pembuatan pupuk

kompos yang terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan

menikmati hasil. Pemberian skor partisipasi adalah skor 0 untuk jawaban

“tidak”, dan skor 1 untuk jawaban “ya”. Pengkategorian partisipasi santri

berdasarkan total skor seluruhan responden dengan mengunaan interval

untuk menentukan selang kelas (Slamet 1993). Meliputi kategori rendah,

sedang, dan tinggi.

k. Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya yang dilakukan santri untuk

melestarikan fungsi lingkungan dalam bentuk kegiatan pemilahan sampah

organik dan anorganik serta pembuatan pupuk kompos.

BAB III

PENDEKATAN PENELITIAN

3. 1 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional study untuk

mengetahui partisipasi santri dalam pengelolaan lingkungan hidup. Penelitian ini

menggunakan pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Pendekatan

kuantitatif yang dilakukan berjenis penelitian survei. Penelitian survei adalah

penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan

kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Menjelaskan bahwa

penelitian deskriptif dimaksudkan untuk pengukuran yang cermat terhadap

fenomena sosial tertentu (Singarimbun dan Effendi 1989).

Pendekatan kualitatif digunakan sebagai pendukung pendekatan

kuantitatif yang dilakukan untuk menelusuri lebih jauh seberapa besar pengaruh

terhadap tingkat partisipasi santri. Menurut Moleong (2006), pendekatan

penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami fenomena sosial tertentu melalui

gambaran holistik dan memperbanyak pemahaman mendalam.

3. 2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Pesantren Pertanian Darul Fallah Kecamatan

Ciampea Kabupaten Bogor Jawa Barat. Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan

secara sengaja (purposive). Alasan pemilihan lokasi adalah karena pesantren

tersebut disamping melakukan kegiatan belajar mengajar yang utama yaitu

mengajarkan nilai-nilai agama dan penanaman moral seperti pesantren pada

umumnya, Pesantren Pertanian Darul Fallah melakukan kegiatan agribisnis yang

memperhatikan keseimbangan lingkungan. Hal tersebut juga dapat dilihat dari

sejarah denah lokasi Pesantren Pertanian Darul Fallah yang awalnya kering dan

25

gersang, sekarang menjadi hijau dan rindang penuh dengan pepohonan. Selain

itu, sebagai Pesantren yang bergerak di bidang pertanian yang peduli terhadap

lingkungan adalah dari program upaya penggunaan pupuk kompos dengan

menggunakan sistem bokashi ataupun melalui kegiatan memilah sampah. Akan

tetapi, terlepas dari kegiatan tersebut penelitian ini ingin mengetahui secara

deskriptif mengenai partisipasi santri Pesantren Pertanian Darul Fallah dalam

upaya pengelolaan lingkungan hidup yang ada di pesantren tersebut.

Waktu penelitian termasuk persiapan, pengumpulan data, pengolahan,

dan analisis data serta penulisan laporan direncanakan dilaksanakan dalam

jangka enam bulan terhitung mulai September 2009 hingga Februari 2010.

Khusus untuk pengumpulan data primer berupa wawancara dan pengamatan

dilakukan selama satu bulan mulai bulan November 2009.

3. 3 Teknik Pemilihan Responden dan Informan

Populasi penelitian ini adalah seluruh santri yang berada di dalam wilayah

Pesantren Pertanian Darul Fallah Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor.

Pemilihan responden dilakukan dengan cara simple random sampling. Teknis

pemilihan yang dilakukan yaitu, pertama dilakukan pengacakan berdasarkan

level status kelas yang terbagi menjadi dua yaitu Madrasah Tsanawiyah (MTs)

dan Madrasah Aliyah (MA) (terpilih MA). Kedua, dilakukan pengacakan

berdasarkan tingkatan kelas (satu, dua, dan tiga) MA (terpilih kelas tiga MA). Dan

terakhir, dilakukan pengacakan untuk pemilihan responden sebanyak tiga puluh

orang dalam kelas tiga MA. Untuk lebih jelas, cara pemilihan responden dapat

dilihat pada Gambar 2.

26

Disamping itu, jumlah informan yang diambil dalam penelitian ini

berjumlah tiga orang. Pemilihan infoman ini dilakukan dengan menggunakan

teknik snowball.

3. 3. 1 Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah santri di Pesantren Pertanian

Darul Fallah yang berusia antara 16-19 tahun dan duduk dibangku kelas tiga.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata usia responden adalah berusia

17.4 tahun. Proporsi terbesar (50%) responden berusia 18 tahun (Tabel 1).

Disamping itu, jenis kelamin responden dalam penelitian ini didapatkan proporsi

yang seimbang antara laki-laki dan perempuan yaitu 50 persen. Hasil ini

didapatkan berdasarkan pengacakan yang dilakukan pada waktu penelitian.

Tabel 1 Sebaran Responden berdasarkan Usia

Kategori usia (Tahun) Total

n % 16 4 13.3 17 10 33.3 18 15 50.0 19 1 3.4

Total 30 100.0 Rata-rata (tahun) ± SD 17.4 ± 0.8

Berdasarkan Tabel 2, lebih dari separuh responden (86.7%) tinggal di

pondok pesantren dan sisanya tidak tinggal di pondok. Hal ini terjadi karena

30

Kelas 3 Kelas 1 Kelas 2

Pesantren Darul Fallah

MTs MA

acak

acak

acak

Gambar 2 Cara Pemilihan Responden

27

faktor kedekatan rumah dengan lokasi pondok pesantren dan tidak ada paksaan

dari pihak pondok pesantren untuk tinggal. Sementara itu, rata-rata lama tinggal

responden di pondok pesantren adalah 3.8 tahun. Hal ini dikarenakan jalur

masuk santri ke Pesantren Pertanian Darul Fallah ada dua (2) jalur, ada santri

yang masuk ke pondok mulai dari sejak lulus SD dan ada yang masuk setelah

lulus SMP.

Tabel 2 Sebaran Responden berdasarkan Data Responden yang Menetap di Pondok

Keikutsertaan tinggal di pondok Total n %

Ya 26 86.7 Tidak 4 13.3 Total 30 100.0

Rata-rata (tahun) ± SD 3.8 ± 4.1

Sementara itu, Tabel 3 menunjukkan sebesar 76.7 persen responden

mengikuti organisasi yang ada di pondok pesantren yaitu HISDAF (Himpunan

Santri Darul Fallah). Mayoritas yang mengikuti keorganisasian di pesantren

adalah responden yang tinggal dan menetap di asrama pondok. Hal ini diduga

karena hampir semua kegiatan organisasi dilakukan di pondok. Organisasi itu

sendiri diantaranya mencakup kegiatan administrasi, olahraga, bahasa sampai

masalah peribadatan, sehingga membutuhkan lebih banyak waktu anggotanya

untuk selalu siap (stand by) di pondok.

Tabel 3 Sebaran Responden berdasarkan Keikutsertaan Santri dalam Organisasi Pondok

Keikutsertaan dalam organisasi Total n %

Ya 23 76.7 Tidak 7 23.3 Total 30 100.0

3. 3. 2 Karakteristik Informan

Karakteristik informan yang dikaji dalam penelitian meliputi nama, tempat

tanggal lahir, jabatan di pondok dan peranannya dalam kehidupan santri.

Jabatan informan di pondok yakni yang terkait dengan topik penelitian terutama

28

di bidang kepesantrenan dan pengembangan masyarakat, kesehatan dan

kebersihan lingkungan, dan bagian pembinaan santri.

Informan yang pertama adalah bapak BW yang merupakan Direktur

Bagian Kepesantrenan dan Pengembangan Masyarakat. Perannya di Pesantren

Pertanian Darul Fallah adalah di bidang pertanian (agribisnis), kepesantrenan,

juga pengembangan masyarakat sekitar pesantren. Beliau merupakan ustadz

senior, dan mengetahui banyak informasi tentang sejarah kepesantrenan, sistem

pendidikan santri dan pertanian Darul Fallah. Beliau mempunyai pengaruh

terhadap kegiatan santri, baik dalam pendidikan maupun luar pendidikan,

termasuk juga kegiatan agribisnis santri disana. Hal ini penting untuk dikaji

karena berhubungan dengan bagaimana partisipasi responden di pesantren.

Informan yang kedua adalah bapak MH yang merupakan Kepala Bagian

Bina Santri yang cukup berperan dan terlibat banyak dalam kegiatan santri, juga

dalam bidang keorganisasian santri di Pesantren Pertanian Darul Fallah.

Informasi dari beliau melengkapi dan menguatkan hasil informasi dari bapak BW.

Informan tersebut penting untuk digali informasinya karena lebih berfokus pada

masalah kegiatan santri dan pembinaannya. Pembinaan yang dilakukan

termasuk dalam penanaman moral dan nilai-nilai agama kepada santri.

Kemudian, Informan ketiga adalah bapak AL yang merupakan Kepala

Bidang Kebersihan dan Kesehatan. Beliau fokus di bidang kesehatan dan

kebersihan lingkungan pondok dan mempunyai peran yang penting dalam

beberapa kegiatan atau rutinitas yang ada di Pesantren Pertanian Darul Fallah.

Interaksi dan kedekatannya dengan kegiatan santri relatif sering terutama dalam

masalah kebersihan pondok. Informasi dari beliau memaparkan tentang rutinitas

kegiatan pemilahan sampah dan pembuatan pupuk kompos.

29

3. 4 Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan

data sekunder. Pengumpulan data primer melalui wawancara menggunakan

kuesioner dan pengamatan langsung. Jenis data primer yang dikumpulkan:

1) Pengetahuan santri mengenai isu-isu lingkungan saat ini dengan

menggunakan kuesioner.

2) Persepsi santri mengenai upaya pengelolaan lingkungan hidup yang

diukur dengan menggunakan kuesioner.

3) Tingkat partisipasi santri yang akan diukur dengan menggunakan

kuesioner.

4) Pengaruh lingkungan pesantren yang menggunakan panduan

pertanyaan.

Data sekunder diperoleh dari pesantren setempat berupa data jumlah

santri, dan data keadaan umum karakteristik lokasi penelitian (baik secara

langsung ataupun lewat situs resmi website Darul Fallah1)

3. 5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data yang didapatkan dari hasil penelitian mendapatkan perlakuan yang

berbeda antara data yang didapatkan dari pendekatan kualitatif dan pendekatan

kuantitatif. Data kuantitatif yang diperoleh dari panduan pertanyaan kuesioner

yang diperoleh di lapangan terlebih dahulu dilakukan editing, selanjutnya

dilakukan pemindahan dari daftar pertanyaan ke lembar tabulasi yang sudah

disiapkan. Pengolahan data meliputi editing, coding, scoring, entrying, cleaning,

serta analyzing dengan menggunakan program komputer Microsoft Excel dan

SPSS 13.0 for Windows.

1 Diakses dari Website Yayasan Pesantren Pertanian Darul Fallah: darulfallah.org tanggal 10 Januari 2010

30

Panduan pertanyaan pada kuesioner meliputi aspek persepsi santri

terhadap upaya pengelolaan lingkungan hidup, dan aspek partisipasi santri

dalam upaya pengelolaan lingkungan hidup. Panduan pertanyaan pada

kuesioener terlebih dahulu telah diuji nilai reliabilitasnya (Terlampir). Aspek

persepsi terdiri dari enam pertanyaan (Terlampir). Nilai reliabilitas pada aspek

persepsi santri tersebut adalah sebesar 0.59. Nilai ini menunjukkan bahwa

panduan pertanyaan yang digunakan dapat digunakan untuk penelitian yang

memiliki karakteristik hampir sama.

Pengkategorian pada aspek persepsi santri terhadap pengelolaan upaya

lingkungan hidup berdasarkan total skor keseluruhan responden dengan

mengunaan interval untuk menentukan selang kelas (Slamet 1993). Meliputi

kategori rendah, sedang, dan tinggi.

Pengukuran nilai kategori persepsi (Slamet 1993)

Nilai terendah = 5

Nilai tertinggi = 10

Jumlah kelas = 3 (rendah, sedang, tinggi)

Range = nilai tertinggi – nilai terendah = 5

Interval kelas =

Interval kelas = = 2

Selanjutnya, untuk mengukur aspek partisipasi santri digunakan tujuh

belas buah pertanyaan (Terlampir) yang mencakup empat tahapan partisipasi

(perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan menikmati hasil). Nilai realibilitas yang

didapatkan dari hasil uji adalah sebesar 0.87. Pengkategorian pada aspek

partisipasi santri dalam upaya pengelolaan upaya lingkungan hidup berdasarkan

total skor keseluruhan responden dengan mengunaan interval untuk menentukan

selang kelas (Slamet 1993). Meliputi kategori rendah, sedang, dan tinggi.

31

Pengukuran nilai kategori partisipasi (Slamet 1993)

Nilai terendah = 0

Nilai tertinggi = 13

Jumlah kelas = 3 (rendah, sedang, tinggi)

Range = nilai tertinggi – nilai terendah = 13

Interval kelas =

Interval kelas = = 4.66

Miles dan Huberman (1992) dalam Sitorus (1998) memaparkan untuk

data yang didapat dari pendekatan kualitatif diolah melalui tiga jalur analisis data

kualitatif yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Penjabaran tahapan analisis data kualitatif tersebut adalah sebagai berikut: (1)

reduksi data, merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data ”kasar” yang muncul dari

beberapa catatan tertulis di lapangan. Reduksi dalam proses pengumpulan data

mencakup kegiatan meringkas data yang ada di dalam catatan lapangan,

mengkode hasil catatan lapang dikaitkan dengan pertanyaan penelitian,

membuat gugus-gugus pembahasan dalam matriks kasar untuk mempermudah

analisis, membuat partisi dan menulisi memo di dalam catatan lapang. Reduksi

ditujukan untuk menajamkan, menggolongkan, mengeliminasi yang tidak

diperlukan serta mengorganisir data untuk memperoleh kesimpulan akhir, (2)

penyajian data, data yang telah direduksi kemudian disajikan dengan

penyusunan sekumpulan informasi sehingga memungkinkan untuk penarikan

kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data dilakukan dalam bentuk:

tabel, gambar, serta berbagai kutipan penjelasan dari subyek penelitian, (3)

penarikan kesimpulan, dalam hal ini juga meliputi verifikasi atas kesimpulan

tersebut. Artinya, selama proses pengumpulan data dengan tetap meninjau data-

32

data yang telah dikumpulkan sebelumnya untuk memastikan bahwa data yang

dibutuhkan sudah lengkap, sehingga penarikan kesimpulan dapat dilakukan

dengan tepat berdasarkan data-data yang sudah terkumpul.

Data yang dihasilkan baik dari data kuantitaif maupun kualitatif kemudian

dilakukan analisis. Data-data tersebut dianalisis secara deskriptif dan statistik

inferensia. Hasil analisis kemudian diinterpretasikan untuk memperoleh suatu

kesimpulan.

BAB IV

KARAKTERISTIK LOKASI PENELITIAN

4. 1 Sejarah Pesantren

Yayasan Pesantren Pertanian Darul Fallah didirikan berdasarkan Akta

Notaris J.L.L Wenas di Bogor pada tanggal 09 April 1960, dengan nomor 12.

Yayasan Pesantren Pertanian Darul Fallah terdaftar dalam buku regristrasi di

Kepaniteraan Pengadilan Negeri Bogor pada tanggal 16 Maret 1969 di bawah

no. 25/1969 AN. Perkampungan Pesantren dibangun mulai bulan Juni 1960 di

atas lahan tanah wakaf dari R.H.O. Djunaedi seluas 26,6 Ha. Pengesahan

terhadap pengwakafan areal lahan itu disahkan oleh Kepala Pengawas Agraria

Keresidenan Bogor pada tanggal 20 Juni 1961, dengan piagam No. 114/1961.

Areal itu terletak di dua blok yaitu blok Lemahduhur dan Blok Gunung Leutik,

(sekarang disebut Bukit Darul Fallah) Desa Benteng. Pada tanggal 02 Agustus

1966, oleh Pengurus Yayasan telah dilakukan perubahan Anggaran Dasar

Yayasan di hadapan Notaris Ny. Nurhayati Yunus, SH. di Bogor dengan Nomor 1

(satu).

Darul Fallah secara harfiah dapat diartikan sebagai “rumah petani” atau

”kampung pertanian”. Pesantren Pertanian Darul Fallah merupakan lembaga

Islam yang diperuntukkan untuk semua lapisan masyarakat agar dapat

menambah pengetahuan dan keterampilan dalam bidang pertanian dan

kewirausahaan.

4. 2 Visi, Misi dan Tujuan Pesantren

Visi PP Darul Fallah adalah Mewujudkan Darul Fallah sebagai lembaga

pendidikan, dakwah dan pengembangan masyarakat dengan memiliki

34

keunggulan tersendiri dan menghasilkan SDM yang memiliki ruhul jihad, kreatif,

inovatif dan mandiri. Peningkatan pendidikan pertanian di Darul Fallah tidak

hanya yang bersifat budidaya (on farm) akan tetapi juga diarahkan pada

pengolahan hasil pertanian dan pemasarannya yang mempunyai nilai tambah

yang tinggi.

Beberapa misi yang diusung PP Darul Fallah diantaranya: (1)

Pendidikan, menyelenggarakan dan mengembangkan sistem pendidikan yang

unggul dengan kurikulum yang memadukan materi ajaran Islam IMTAQ dan

IPTEK dalam jenjang pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan bangsa. (2)

Pelatihan dan Dakwah, Menyelengarakan kegiatan keterampilan dan keahlian

yang berbasis kemandirian dengan mengaplikasikan ajaran Islam dalam

kehidupan sehari-hari. Dakwah difokuskan dalam bentuk dakwah bilhal. (3)

Agribisnis, Mengembangkan proyek unit usaha agribisnis sebagai salah satu

komitmen dalam pengembangan lembaga dengan mendifusikan IPTEK dalam

usaha-usaha produktif. (4) Pengembangan Masyarakat, Mengembangkan

proyek-proyek percontohan qoryah thoyyibah di daerah pedesaan dengan

pendekatan dan pengabdian serta menjalin kerjasama dengan instansi atau

lembaga terkait.

Tujuan PP Darul Fallah adalah membentuk pribadi beriman, berilmu,

berakhlaq Islam yang mandiri dan berdakwah menegakkan agama

(Iqomatuddin). Kemudian dapat membina peningkatan harkat kehidupan diri

pribadi, keluarga dan masyarakat melalui dakwah dan berwiraswasta yang

diridhoi Allah SWT, Memajukan pendidikan dan dakwah Islam dalam rangka

membentuk generasi baru yang berilmu dan bertakwa, sehingga berperan aktif

dalam pembangunan agama, bangsa dan Negara.

35

4. 3 Denah Lokasi dan Keadaan Geografis Pesantren

Yayasan Pesantren Pertanian Darul Fallah (YPPDF) memiliki luas 26.5

Ha, terletak pada km 12 jalan raya Bogor-Ciampea, atau 2 km dari kampus IPB

Darmaga. Lahan memanjang sekitar 1 km dari tepi jalan raya kampung Kebon

Eurih masuk ke dalam ke arah kampung Gunung Leutik. Kondisi lahan berbukit,

90 % miring dan 10 % datar. Hanya sebagian kecil (5%) berupa lahan sawah dan

sebagian besar berupa lahan kering. Tanah lahan kering termasuk jenis latosol,

dengan pH antara 5-7. Curah hujan rata-rata per tahun > 3.000 mm, 9-12 bulan

basah serta 0-1 bulan kering.

Mulanya keadaan lahan kurus dari unsur-unsur hara karena proses

pencucian oleh air hujan (perkolasi). Kondisi itu telah berubah setelah sebagian

besar lahan tertutup oleh budidaya tanaman tahunan serta kebun rumput. Lahan

Pesantren sebagian besar dibatasi secara alami oleh sungai-sungai besar

(Cinangneng, Ciampea) serta selokan-selokan. Perkampungan dibangun pada

blok Lemahduhur, sedangkan kandang-kandang ternak sapi, kambing dan

domba pada blok Bukit Darul Fallah. Sarana jalan di perkampungan Yayasan

Pesantren Pertanian Darul Fallah (YPPDF) telah 60% diaspal, 20% telah

mengalami pengerasan batu dan 20% pengerasan tanah. Pemasangan fasilitas

listrik oleh PLN sudah sejak 10 tahun lalu, demikian pula fasilitas komunikasi

yaitu telepon.

4. 4 Profil Pendidikan

Madrasah Aliyah dan Madrasah Tsanawiyah Darul Fallah merupakan

lembaga pendidikan pada Yayasan Pesantren Pertanian Darul Fallah yang telah

berdiri sejak tahun 1960, menyediakan inovasi pendidikan dengan

mengintegrasikan nilai-nilai ajaran Islam (IMTAQ) serta ilmu pengetahuan dan

teknologi (IPTEK). Dalam proses pendidikannya dikembangkan juga leadership,

life skill dan enterpreneurship.

36

Metode pendidikan yang diterapkan PP Darul Fallah yaitu proses

pendidikan secara holistik melalui seluruh aktifitas selama 24 jam. Metode

penyampaian melalui keteladanan, belajar di kelas dan alam terbuka, praktek

dan belajar mandiri. Selain itu disana juga diterapkan penggunaan metode

accelerated learning yang merupakan teknik membaca cepat, penyeimbangan

penggunaan otak kanan dan kiri.

Fokus penyelenggaraan pendidikan diarahkan pada tiga (3) Dimensi

Keunggulan yaitu: TAQWA: Aqidah yang benar, ibadah yang baik, akhlak yang

mulia. CERDAS: Kemampuan intelektual, kemampuan berkomunikasi,

kemampuan teknologi dan informasi. MANDIRI: Jiwa kepemimpinan, jiwa

kewirausahaan, kemampuan manajerial. menerapkan suatu sistem pendidikan

terpadu dari berbagai sisi seperti keterpaduan:

1. Pendidikan agama dengan teknologi/ keterampilan (terutama Agribisnis).

2. Pendidikan formal dengan non formal pesantren serta informal komunitas

pesantren.

3. Pendidikan intelektual (teori) dengan praktek penerapan usaha

(kewirausahaan).

4. Pendidikan pencapaian prestasi individual dengan semangat pelayanan.

Visi madrasah yaitu menjadikan Sekolah Unggul yang mampu

menghasilkan kader-kader generasi muda terbaik bagi bangsa dan umat Islam

Indonesia. Sedangkan misi madrasah yaitu mendidik generasi taqwa, cerdas dan

mandiri, mengembangkan sistem pendidikan unggul yang senantiasa relevan

dengan perkembangan jaman, serta mendorong pemerataan hak dalam

pendidikan bagi seluruh lapisan ekonomi masyarakat terutama pada masyarakat

dhuafa.

37

4. 5 Kurikulum Terpadu dan Kegiatan Pertanian

Madrasah Aliyah dan Madrasah Tsanawiyah Darul Fallah menggunakan

Kurikulum yang merujuk pada Kurikulum Nasional Departemen Agama dan

Departemen Pendidikan Nasional yang disempurnakan dengan muatan lokal

terutama Jiwa Kemandirian, MIPA dan Agama. Selain menggunakan dua

kurikulum tersebut, MTs dan MA Darul Fallah juga memasukkan kurikulum

kepesantrenan dalam kegiatan balajar dan mengajarnya (KBM). (Terlampir)

Santri dikelompokkan sesuai dengan minat dan kemampuannya dalam

kegiatan pertanian secara menyeluruh. Hal ini dimaksudkan untuk menanamkan

pengetahuan dan ketrampilan dalam mengelola proyek pertanian dalam skala

kecil. Kegiatan ini meliputi perencanaan, budidaya, pemanenan dan pemasaran

dalam bidang holtikultura, palawija, peternakan, perikanan, perkebunan dan

kehutanan serta pengolahan hasil pertanian. Santri harus mampu

memperkirakan biaya, waktu, luas areal, sarana dan prasarana yang dibutuhkan,

teknik budidaya yang akan diterapkan, pengolahan pasca panen, perkiraan hasil

dan harga jual serta tingkat keuntungannya. Adapun teknologi pupuk bokashi

(fermentasi pupuk organik) mulai pula dipraktekkan sejak tahun 1996, dan pada

tahun 1999 diproduksi secara besar-besaran walaupun sementara untuk

memenuhi kebutuhan sendiri.

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5. 1 Persepsi Santri terhadap Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup

Sugiyanto (1996) memberikan batasan tentang persepsi yaitu persepsi

merupakan proses kognitif dan afektif yang dialami setiap orang dalam

memahami informasi tentang lingkungannya melalui indera penglihatan,

pendengaran, penghayatan perasaan, dan penciuman yang diinformasikan

kepada dirinya dari lingkungan tempat orang tersebut berada. Sehingga,

persepsi tersebut dapat mempengaruhi keragaan perilakunya.

Persepsi dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan panduan

pertanyaan yang terdiri dari enam pertanyaan, yaitu (a) apakah kyai dan ustadz

menganjurkan santrinya untuk menjaga lingkungan, (b) apakah pembuatan

pupuk kompos dirasa tidak berpengaruh banyak terhadap lingkungan, (c) apakah

sampah yang sudah dikumpulkan lebih baik dibakar atau ditimbun, (d) apakah

santri memilah sampah karena rutinitas kegiatan di pondok, (e) apakah santri

boleh tidak mengikuti kegiatan pembuatan pupuk kompos, (f) apakah pemilahan

sampah yang dilakukan merupakan upaya yang sia-sia dalam menjaga

lingkungan. (Terlampir)

Dari tabel 4 jawaban hampir seluruh responden (96.7 %) menyatakan

setuju dan 3.3 persen menyatakan tidak setuju untuk pernyataan pertama

persepsi dalam kuesioner bahwa Kyai dan Ustadz di Pesantren Pertanian Darul

Fallah perlu menganjurkan santrinya untuk menjaga lingkungan. Ini

mengindikasikan bahwa secara kognitif, responden menyadari bahwa peran kyai

dan ustadz itu dirasa penting untuk selalu menganjurkan kepada santri untuk

39

menjaga lingkungan. Hal tersebut diduga karena Kyai dan Ustadz di Pesantren

Pertanian Darul Fallah mempunyai posisi dan peran penting terhadap kegiatan

santri di pondok dalam menjaga lingkungan. Artinya, dengan cara tersebut (Kyai

dan Ustadz menganjurkan santri menjaga lingkungan) diharapkan dapat

mempengaruhi persepsi responden tentang arti pentingnya menjaga lingkungan.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Van den Ban dan Hawkins (1999) yang

mengatakan bahwa persepsi adalah proses menerima informasi atau stimuli dari

lingkungan dan mengubahnya ke dalam kesadaran psikologis.

Tabel 4 Sebaran Responden berdasarkan Rata-Rata Pencapaian Skor Persepsi Santri

No. Pernyataan persepsi Rata-rata pencapaian skor

% setuju % ragu-ragu

% tidak setuju

1 Kyai dan Ustadz perlu menganjurkan santrinya untuk menjaga lingkungan. 96.7 0.0 3.3

2 Pupuk kompos tidak berpengaruh terhadap lingkungan. 40.0 20.0 40.0

3 Sampah yang sudah dikumpulkan, lebih baik dibakar daripada ditimbun 23.3 0.0 76.7

4 Santri memilah sampah hanya karena rutinitas kegiatan di pondok 66.7 23.3 10.0

5 Santri boleh tidak mengikuti kegiatan pembuatan pupuk kompos. 40.0 6.7 53.3

6 Pemilahan sampah merupakan upaya yang sia-sia untuk menjaga lingkungan. 93.3 3.4 3.3

Rata-rata ± SD 64.4 ± 13.3

Jawaban responden sebesar 40 persen menyatakan setuju, 20 persen

menyatakan ragu-ragu, dan 40 persen menyatakan tidak setuju untuk pernyataan

kedua persepsi dalam kuesioner yaitu pembuatan pupuk kompos dirasa tidak

banyak berpengaruh terhadap lingkungan. Jawaban responden tersebut

membuktikan bahwa hampir separuh responden (40%) yang menyatakan setuju

diduga karena responden tidak banyak mengetahui informasi tentang manfaat

(jangka panjang) dari pembuatan pupuk kompos terhadap lingkungan. Hal ini

diduga karena masih terbatasnya akses informasi yang didapatkan responden

mengenai kegunaan pupuk kompos dan manfaatnya terhadap lingkungan.

Karena pada dasarnya persepsi berhubungan erat dengan stimuli (informasi)

40

tentang sesuatu hal yang menyebabkan seseorang sadar kemudian

pengetahuan dan pemahamannya meningkat. Hal tersebut diperkuat oleh

penjelasan Sarwono (1999) yang mengatakan bahwa persepsi dalam pengertian

psikologi adalah proses pencarian informasi untuk dipahami, dimana alat untuk

memperoleh informasi tersebut adalah penginderaan. Sebaliknya, alat untuk

memahaminya adalah kesadaran atau kognisi.

Berbeda dengan dua jawaban responden pada dua pernyataan persepsi

di atas, sebesar 76.7 persen jawaban responden menyatakan tidak setuju dan

sisanya sebesar 23.3 persen responen menyatakan setuju untuk pernyataan

kuesioner ketiga. Adapun pernyataannya yaitu sampah yang sudah dikumpulkan,

lebih baik dibakar daripada ditimbun. Hal ini setidaknya menunjukkan

pengetahuan yang lebih baik dari mayoritas responden (76.7 %) mengenai efek

negatif dari sampah yang dibakar. Preferensi responden terhadap kegiatan

penanganan sampah tersebut secara kognitif lebih memilih sampah yang telah

dikumpulkan untuk ditimbun daripada dibakar. Ini diduga, informasi mengenai

efek negatif dari pembakaran sampah lebih banyak dan mudah didapatkan dan

diketauhi karena cenderung terkait dengan kehidupan sehari-hari.

Prakteknya di lapangan terkait dengan perlakuan terhadap sampah yang

telah dikumpulkan terdapat dua cara. Pertama, untuk sampah organik yang telah

dikumpulkan kemudian ditimbun untuk dijadikan pupuk kompos, dan yang kedua

untuk sampah plastik atau sampah anorganik lainnya adalah dibakar. Sesuai

dengan penuturan bapak BW yang menyebutkan bahwa sampah organik seperti

dedaunan dan sampah organik lainnya dijadikan pupuk kompos (ditimbun),

sedangkan sampah plastik dan sampah anorganik lainnya masih dibakar.

Menurut beliau hal ini dilakukan karena ketiadaannya alat untuk mengolah limbah

plastik. Lebih lanjut, menurut beliau kalaupun sampah plastik dan sejenisnya

41

ditimbun, itu juga akan memakan waktu lama bisa sampai ratusan tahun untuk

dapat terurai. Jadi, untuk hal ini dan untuk sekarang ini sampah plastik lebih baik

dibakar walaupun itu merupakan tindakan yang tidak benar.

Pendapat Rakhmat (2001) mengungkapkan bahwa persepsi adalah

pengalaman belajar tentang objek peristiwa atau hubungan-hubungan yang

diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi juga

merupakan bentuk komunikasi intrapersonal yaitu komunikasi yang terjadi dalam

diri seseorang. Oleh karena itu, persepsi akan mempengaruhi seseorang dalam

berpikir, bertindak, dan berkomunikasi dengan pihak lain.

Pernyataan kuesioner keempat menyebutkan bahwa menurut santri,

apakah santri memilah sampah hanya karena rutinitas kegiatan di pondok?

Jawaban yang didapatkan adalah sebesar 66.7 persen responden menyatakan

setuju, 23.3 persen responden menyatakan ragu-ragu, dan 10.0 persen

responden menyatakan tidak setuju. Persepsi responden tersebut

menggambarkan bahwa pemilahan sampah yang pernah dilakukan responden

(66.7%) hanya karena rutinitas di pesantren yang memang di Pesantren

Pertanian Darul Fallah ada jadwal kegiatan kebersihan (Terlampir), dan hanya

sedikit (10%) responden yang secara afektif tidak setuju bahwa kegiatan sampah

dipandang sekedar rutinitas di pondok, diduga responden tersebut memandang

kegiatan pemilahan sampah tersebut tidak hanya merupakan rutinitas, melainkan

pembelajaran yang baik untuk santri dalam upaya pengelolaan lingkungan hidup

di pesantren. Sebagaimana diketahui kecenderungan responden terhadap

kegiatan pemilahan sampah masih dianggap oleh separuh responden (66.7%)

hanya sebagai rutinitas. Kecenderungan ini menunjukkan kurangnya apresiasi

dan kognisi para responden terhadap kegiatan tersebut. Disamping itu juga,

diduga responden kurang sadar dan kurang menangkap makna dari kegiatan

42

pemilahan sampah yang dilakukan pesantren terhadap upaya pengelolaan

lingkungan.

Perubahan yang terjadi terhadap kurikulum pendidikan pesantren telah

membuat kegiatan agribisnis termasuk pembuatan pupuk kompos sebagai

kurikulum pesantren yang dimasukkan dalam kegiatan belajar dan mengajar di

kelas. Kegiatan pembuatan pupuk kompos tersebut lebih cenderung di

perkenalkan di kegiatan praktikum kelas yang rentang dan jangka waktu kegiatan

praktikumnya terbatas. Hal ini menjadi tidak heran, ketika diajukan pernyataan

bahwa responden boleh tidak mengikuti kegiatan pembuatan pupuk kompos.

Didapatkan dari hasil uji persepsi responden mengenai hal itu, hampir separuh

responden (40.0%) menyatakan setuju untuk pernyataan tersebut. Ini

menggambarkan afeksi responden yang merasa tidak masalah dan boleh untuk

tidak mengikuti kegiatan pupuk kompos di pesantren tersebut. Sebaliknya,

sebesar 53.3 persen responden menayatakan tidak setuju jika santri tidak

mengikuti kegiatan pembuatan pupuk kompos. Hal tersebut diantaranya karena

secara afeksi, responden merasa pembuatan pupuk kompos yang telah menjadi

kurikulum mata ajaran dalam kegiatan belajar mengajar, memang harus diikuti

semua santrinya karena termasuk kedalam tugas praktikum. Disamping itu,

diduga secara kognitif responden merasa kegiatan tersebut perlu diketahui dan

dipelajari santri Pesantren Pertanian Darul Fallah karena terkait salah satu

kegiatan agribisnis unggulan di sana dan juga salah satu upaya pengelolan

lingkungan hidup di pesantren. Dan sisanya, sebesar 6.7 persen responden

menjawab ragu-ragu.

Hasil jawaban responden pada pernyataan kuesioner keempat yang

menunjukkan lebih banyak pernyataan responden yang setuju (66.7 %) bahwa

pemilahan sampah yang dilakukan di pesanten merupakan kegiatan rutinitas di

43

pondok. Hasil tersebut akan terasa sesuai jika kemudian melihat pada hasil

jawaban responden pada pertanyaan kuesioner yang terakhir tentang persepsi

responden dalam pengelolaan lingkungan hidup yang isi pernyataannya yaitu

pemilahan sampah yang dilakukan di pesantren merupakan upaya yang sia-sia

untuk menjaga lingkungan. Terbukti secara empiris dari pernyataan tersebut

yaitu sebanyak 93.3 persen responden menyatakan setuju. Jika dilihat secara

afektif, diduga responden merasa kegiatan pemilahan sampah yang dilakukan itu

tidak ada pengaruhnya sama sekali terhadap lingkungan. Kemudian, jika dilihat

dari aspek kognitif, diduga responden masih sangat kurang mengerti manfaat

dari pemilahan sampah yang dilakukannya tersebut. Secara teknis, diduga

bahwa memang responden mengetahui hasil dari pemilahan sampah yang

dilakukan di pesantren yaitu untuk dijadikan pupuk kompos, dan pupuk kompos

berguna untuk menyuburkan tanaman. Sedangkan, diduga responden merasa

kegiatan pemilahan sampah tersebut seolah tidak mempunyai manfaat sama

sekali terhadap perbaikan lingkungan.

Dilihat dari hasil dua jawaban pernyataan persepsi responden mengenai

pemilahan sampah (pernyataan keempat dan pernyataan keenam), diduga

secara kognitif dan secara afektif responden masih kurang menyadari dan

memahami dan masih kurangnya akses informasi tentang kegunaan dan

manfaat pemilahan sampah yang dilakukan di pesantren. Terutama dalam

masalah menjaga lingkungan, diduga responden merasa kegiatan tersebut sama

sekali tidak berpengaruh terhadap lingkungan dan sia-sia. Selain itu, diduga

responden juga merasa kegiatan pemilahan sampah di pesantren hanya sebagai

rutinitas kegiatan pondok biasa yang sudah terjadwal setiap minggunya.

Diketahui bahwa lebih dari separuh responden (96.7%) menyatakan

setuju bahwa Kyai dan Ustadz masih perlu menganjurkan santrinya untuk

44

senantiasa menjaga lingkungan. Hasil ini kurang sesuai dengan pernyataan

bapak BW yang memaparkan bahwa Ustadz dan staf pesantren lainnya

melakukan penanaman moral kepada santrinya, termasuk dalam hal menjaga

kelestarian lingkungan, dengan demikian diharapkan menumbuhkan kemandirian

pada santri (sesuai dengan fokus penyelenggaraan pendidikan Pesantren

Pertanian Darul Fallah). Harapan dari timbulnya kemandirian adalah kemudian

santri dapat menyebarluaskan kepada lingkungan masyarakat tempat tinggal

mereka. Penanaman moral dan nilai-nilai agama oleh Kyai dan Ustadz dilakukan

dengan beberapa cara, diantaranya dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar

(KBM) di dalam kelas formal, kegiatan di asrama (kurikulum pesantren), maupun

aplikasi langsung dari kegiatan sehari-hari di pesantren. Akan tetapi dari hasil

tersebut di atas, santri merasa masih perlu masukan-masukan dan anjuran-

anjuran dari Kyai dan Ustadz dalam menjaga lingkungan. Hal ini diduga, hasil

tersebut juga bisa dikarenakan masih kurang intensifnya pemberian penanaman

moral dan nilai-nilai agama yang dilakukan oleh Kyai dan Ustadz. Diduga juga

bahwa responden merasa dengan penanaman moral yang dilakukan oleh Kyai

dan Ustadz dapat diingat oleh responden terkait peran Kyai dan Ustadz di mata

santri.

Disamping itu, melihat pada pernyataan ketiga informan yang

memaparkan bahwa di pesantren ada kegiatan memilah sampah yang dilakukan

setiap seminggu sekali. Kegiatan tersebut termasuk di dalamnya pembuatan

pupuk kompos dari sampah organik yang dikumpulkan oleh santri. Setiap santri

setidaknya harus mengumpulkan sampah organik dan anorganik masing-masing

satu kantong plastik sampah (trash bag). Pernyataan ketiga informan tersebut

bisa jadi mendukung pernyataan lebih dari separuh responden (66.7%) yang

menyatakan setuju bahwa kegiatan memilah sampah hanya merupakan kegiatan

45

rutinitas pondok. Hal ini diduga responden masih kurang sadar dengan stimulus

(kegiatan memilah sampah tersebut) yang diadakan pesantren untuk

pengelolaan lingkungan hidup, sehingga responden hanya merasa sebatas

kegiatan pondok yang harus diikuti.

Fenomena lain yang ditemukan adalah hampir seluruh responden

(93.3%) menyatakan setuju bahwa kegiatan pemilahan sampah yang dilakukan

merupakan kegiatan yang sia-sia dalam menjaga lingkungan. Hal ini diduga

terkait dengan pengetahuan responden tentang menjaga lingkungan yang

disampaikan oleh Kyai dan Ustadz di Pondok masih kurang mengena kedalam

perilaku keseharian mereka. Bapak BW memaparkan bahwa untuk merubah

perilaku per individu santri itu memang tidak mudah. Salah satu hal yang

menyebabkan itu menjadi susah dalam merubah perilaku individu santri adalah

bagaimana lingkungan keluarga dan lingkungan di tempat tinggal mereka

mempengaruhinya. Jika perilaku keseharian keluarga jorok atau tidak terbiasa

mengajarkan untuk menjaga lingkungan dalam keseharian mereka, maka tidak

heran kebiasaan anak-anaknya pun akan ikut jorok dan kurang peduli terhadap

lingkungan serta tidak terbiasa untuk menjaga lingkungan. Jadi, menurut beliau

untuk mencapai pada tahap perubahan perilaku individu itu kembali pada pribadi

santri masing-masing, dengan kata lain, dibutuhkan kesadaran dari santri itu

sendiri.

Dari pernyataan-pernyataan persepsi pada tabel 5 di atas kemudian

dilakukan pemberian skor (scoring) untuk setiap pernyataan seluruh responden

sesuai dengan jenis kalimat pernyataannya. Setelah pemberian skornya

diseragamkan, kemudian dijumlahkan total skor yang diperoleh masing-masing

responden secara keseluruhan pada semua pernyataan persepsi tersebut.

(Untuk lebih jelas, dapat dilihat dalam Metode Penelitian dan Lampiran)

46

Secara keseluruhan sebaran responden pada aspek persepsi mengenai

upaya pengelolaan lingkungan hidup di Pesantren Pertanian Darul Fallah

menyebar hampir merata (Tabel 5). Sebanyak sebelas responden atau 36.7

persen persepsi responden sudah termasuk kategori tinggi menurut metode

penentuan selang dan nilai interval kelas (Slamet 1993). Sebanyak 33.3 persen

persepsi responden termasuk kedalam kategori sedang dan sebanyak 30 persen

responden termasuk kedalam kategori rendah. Dilihat dari perolehan nilai rata-

rata juga menunjukkan bahwa persepsi santri terhadap upaya pengelolaan

lingkungan hidup termasuk kedalam kategori tinggi yaitu sebesar 9.4 (dari jumlah

keseluruhan total skor dibagi jumlah responden). Hal tersebut menunjukkan

bahwa secara kognitif dan secara afektif, sebagian responden mengetahui dan

merasa akan pentingnya pengadaan upaya pengeloaan lingkungan hidup di

Pesantren Pertanian Darul Fallah. Hal ini juga diduga tidak terlepas dari peranan

Kyai dan Ustadz dalam kehidupan dan keseharian santri dan intensitas interaksi

yang terjadi antara keduanya, ditambah lagi dari pengajian agama yang

dilakukan rutin di pesantren. Hal ini juga dapat terlihat dari pernyataan hampir

seluruh responden (96.7%) masih merasa perlu anjuran dan masukan dari Kyai

dan Ustadz.

Tabel 5 Sebaran Responden berdasarkan Total Skor Persepsi Santri Total Skor Frekuensi (n) Persentase (%)

Rendah (5 – 6) 9 30.0

Sedang (7 – 8) 10 33.3

Tinggi (9 – 10) 11 36.7 Jumlah 30 100.0

Rata-rata 9.4

Seperti yang telah didefinisikan Mulyana (2002) mengenai persepsi yang

merupakan proses internal yang memungkinkan seseorang memilih,

mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungannya, dan

47

proses tersebut mempengaruhi perilaku orang tersebut. Begitupun dengan

pendapat Rakhmat (2001) yang mengungkapkan bahwa persepsi akan

mempengaruhi seseorang dalam berpikir, bertindak, dan berkomunikasi dengan

pihak lain.

5. 2 Partisipasi Santri dalam Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup

Menurut Nasdian (2006), selama ini konsep partisipasi dipandang hanya

“terbatas” pada implementasi atau penerapan program, masyarakat tidak

dikembangkan dayanya menjadi kreatif dan harus menerima keputusan yang

sudah diambil “pihak luar”, sehingga partisipasi disini lebih bersifat pasif dan tidak

memiliki kesadaran “kritis”. Disamping itu, Paul (1987) dalam Nasdian (2006)

menjelaskan bahwa partisipasi berkenaan dengan sebuah proses aktif dimana

penerima keuntungan mempengaruhi arah dan pelaksanaan proyek

pembangunan ketimbang melulu hanya menerima hasil keuntungan proyek.

Sebagaimana diketahui bahwa partisipasi diartikan tidak hanya sebatas

kewujudan raga dan keikutsertaan seseorang atau komunitas dalam suatu

kegiatan atau program tertentu. Lebih jauh lagi, partisipasi melihat kepada

pembangunan kesadaran kritis melalui proses aktif seseorang atau komunitas,

sehingga dengan sendirinya kemudian dapat mengerti arti dari keterlibatannya

tersebut. Untuk mencapai pada kesadaran kritis dalam proses partisipasi,

diperlukan pengetahuan bagi setiap orang atau komunitas tentang apa yang

akan akan dilakukan dalam suatu kegiatan atau program. Pengetahuan tersebut

minimal meliputi tujuan, hasil (output), dan manfaat dari kegiatan yang akan

dilaksanakan dimana orang atau komunitas yang terlibat turut menentukan dalam

pengambilan keputusan dan turut melaksanakannya.

Berkaitan dengan itu, dalam penelitian ini dibahas tentang partisipasi

responden dalam upaya pengelolaan lingkungan hidup di Pesantren Pertanian

48

Darul Fallah. Contoh kegiatan pengelolaan lingkungan hidup yang diteliti disana

adalah kegiatan pemilahan sampah dan kegiatan pembuatan pupuk kompos

yang terintegrasi dengan kurikulum pertanian Pesantren Pertanian Darul Fallah.

Hasil penelitian menunjukkan partisipasi yang rendah pada masing-

masing kegiatan pengelolaan lingkungan hidup tersebut, baik dalam kegiatan

pemilahan sampah, maupun dalam kegiatan pembuatan pupuk kompos. Total

persentase partisipasi responden secara keseluruhan adalah sebesar 46.7

persen termasuk dalam kategori rendah, 33.3 persen termasuk kedalam kategori

sedang dan 20 persen termasuk kedalam kategori tinggi (Tabel 10).

Hal ini diduga karena responden merasa kegiatan pemilahan sampah dan

pembuatan pupuk kompos bukan masalah utama yang perlu diperhatikan,

sehingga menganggap kegiatan tersebut hanya sebagai kegiatan rutinitas

pondok pesantren (Tabel 5). Keterlibatan aktif mereka dalam pemilahan sampah

tidak disertai dengan rasa kebutuhan, sehingga tidak muncul kesadaran kritis.

Seperti yang telah dipaparkan oleh Nasdian (2006) bahwa partisipasi merupakan

proses aktif, inisiatif, diambil oleh warga komunitas sendiri, dibimbing oleh cara

berfikir mereka sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan

mekanisme) dimana mereka dapat menegaskan kontrol secara efektif.

Partisipasi terdiri dari beberapa tahapan yaitu tahap perencanaan, tahap

pelaksanaan, tahap evaluasi dan tahap menikmati hasil. Seperti yang diutarakan

Cohen and Uphoff (1980) dalam Nasdian (2006) bahwa partisipasi melihat pada

keterlibatan masyarakat mulai dari tahap pembuatan keputusan, penetapan

keputusan (pelaksanaan), penikmatan hasil, dan evaluasi.

5. 5. 1 Tahap Perencanaan

Pada tahap perencanaan diukur dengan menggunakan panduan

pertanyaan yang terdiri dari lima buah pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan

49

tersebut menunjukkan persentase pencapaian skor. Hampir seluruh responden

menjawab tidak untuk pernyataan responden ikut dalam setiap rapat penyusunan

program (86.7%), apakah responden ikut rapat dalam mementukan mekanisme

yang akan dilakukan (73.3%), apakah responden selalu mengikuti rapat (96.7%),

apakah responden aktif dalam memberikan saran dan masukan setiap rapat

(83.3%). Sementara itu, lebih dari separuh responden menjawab “ya” untuk

pernyataan sebelum pelaksanaan kegiatan sebelumnya diadakan penyusunan

program kegiatan (73.3%). Dari lima pertanyaan kuesioner tersebut sebagian

besar responden hanya aktif dalam rapat penyusunan program, dan kurang

terlibat aktif dalam tahap perencanaan lainnya dalam tahap perencanaan

tersebut. Secara keseluruhan nilai rata-rata dari tahap perencanaan adalah

sebesar 26.7 (Tabel 6). Hal ini menunjukkan bahwa dalam partisipasi pada tahap

perencanaan, responden kurang berperan. Ini diduga karena minimnya

kesadaran yang dimiliki responden dalam upaya pengelolaan lingkungan hidup.

Tabel 6 Sebaran Responden berdasarkan Persentase Partisipasi Santri pada Tahap Perencanaan

No. Pernyataan partisipasi Pencapaian skor

% tidak % ya 1 Diadakan penyusunan program kegiatan sebelum pelaksanaan

kegiatan pemilahan sampah dan pembuatan pupuk kompos 26.7 73.3

2 Ikut dalam setiap rapat penyusunan program kegiatan tersebut 86.7 13.3 3 Rapat dalam menentukan mekanisme yang akan dilakukan sebelum

pelaksanaan program tersebut. 73.3 26.7

4 Selalu mengikuti rapat tersebut. 96.7 3.3 5 Aktif memberikan saran dan masukan setiap kali rapat tersebut 83.3 16.7 Rata-rata ± SD 26.7 ± 18.4

5. 5. 2 Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan diukur dengan menggunakan empat buah

pernyataan yang sudah cukup spesifik. Pernyataan tersebut meliputi apakah

responden selalu hadir dalam setiap pelaksanaan kegiatan memilah sampah,

apakah responden selalu hadir dalam setiap pelaksanaan kegiatan pembuatan

pupuk kompos, apakah responden ikut aktif dalam setiap pelaksanaan kegiatan

50

memilah sampah, apakah responden ikut aktif dalam setiap pelaksanaan

kegiatan pembuatan pupuk kompos. Secara keseluruhan jawaban yang diberikan

oleh responden menunjukkan bahwa lebih dari separuh responden menjawab

tidak untuk setiap pernyataan (Tabel 7). Ini menunjukkan bahwa responden

kurang terlibat secara penuh dalam kegiatan pemilahan sampah maupun

kegiatan pembuatan pupuk kompos. Fenomena ini diduga karena kurangnya

rasa kesadaran yang dimiliki responden untuk mengikuti setiap kegiatan

pemilahan sampah dan pembuatan pupuk kompos.

Disamping itu, menurut penuturan bapak BW mengenai hal tersebut

adalah dikarenakan jadwal kegiatan santri yang lebih banyak di gunakan untuk

kegiatan belajar mengajar (KBM) di dalam kelas formal. Lanjutnya, pada awalnya

pesantren didirikan secara independen, tidak terkait dengan departemen atau

instansi manapun, sehingga pesantren bisa fokus secara penuh terhadap bidang

pertanian (kegiatan agribisnis). Oleh karena itu, santri dapat terlibat sepenuhnya

dalam kegiatan pertanian. Akan tetapi, setelah melakukan akreditasi yang

mengacu pada kurikulum pendidikan dari Departemen Agama (DEPAG), hanya

sebagian kecil kegiatan pertanian (agribisnis) yang dilakukan santri, dan

selebihnya dilakukan oleh karyawan pesantren.

Terkait dengan hal tersebut, diperkuat oleh penuturan Bapak AL bahwa

kegiatan pertanian (agribisnis) pesantren terutama terkait pembuatan pupuk

kompos memang sebagian dilakukan oleh santri. Akan tetapi sekarang ada yang

lebih fokus menangani kegiatan pembuatan pupuk kompos tersebut (selain

pembuatan pupuk kompos dari hasil pemilahan sampah) yaitu karyawan

pesantren. Tugas santri sekarang lebih fokus pada pelajaran sekolah, dan

sekarang pembuatan pupuk kompos diterapkan dalam praktikum di kelas formal

yang menjadi kurikulum kepesantrenan. Kurikulum kepesantrenan diterapkan

51

setelah melakukan akreditasi. Beliau menambahkan, sebenarnya responden bisa

melakukan kegiatan pupuk kompos di luar praktikum di kelas.

Tabel 7 Sebaran Responden berdasarkan Persentase Partisipasi santri pada Tahap Pelaksanaan

No. Pernyataan partisipasi Pencapaian skor

% tidak % ya 6 Selalu hadir dalam setiap pelaksanaan kegiatan memilah

sampah 56.7 43.3

7 Selalu hadir dalam setiap pelaksanaan kegiatan pembuatan pupuk kompos 80.0 20.0

8 Ikut aktif dalam setiap kali hadir dalam pelaksanaan kegiatan memilah sampah 63.3 36.7

9 Ikut aktif dalam setiap kali hadir dalam pelaksanaan kegiatan pembuatan pupuk kompos 76.7 23.3

Rata-rata ± SD 30.8 ± 32.0

5. 5. 3 Tahap Evaluasi

Pada tahapan evaluasi diukur dengan pernyataan yang lebih

menunjukkan keikutsertaan responden dalam penyusunan pedomanan

pengendalian dan penilaian hasil perencanaan dan pelaksanaan. Tabel 8

menunjukkan bahwa separuh responden menjawab “tidak” untuk pernyataan

apakah responden ikut serta dalam pelaksanaan evaluasi kegiatan pemilihan

sampah (60.0%), dan pembuatan pupuk kompos (50.0%). Sementara itu, hampir

seluruh responden menjawab “tidak” untuk pernyataan apakah responden ikut

dalam penyusunan pedoman pengendalian evaluasi kegiatan pemilahan sampah

(83.3%) dan kegiatan pembuatan pupuk kompos (86.7%), apakah santri ikut

dalam mengumpulkan data guna penilaian perencanaan dan pelaksanaan dalam

kegiatan pemilahan sampah (86.7%) dan pembuatan pupuk kompos (90.0%).

Hasil ini menunjukkan kurangnya keikutsertaan responden dalam evaluasi

kegiatan yang dilakukan baik dalam pemilahan sampah maupun dalam

pembuatan pupuk kompos. Hal ini diduga karena minimnya pengetahuan dan

kesadaran responden mengenai pentingnya evaluasi dalam setiap kegiatan yang

dilakukan.

52

Tabel 8 Sebaran Responden berdasarkan Persentase Partisipasi Santri pada Tahap Evaluasi

No. Pernyataan partisipasi Pencapaian skor

% tidak % ya 10 Ikut serta dalam pelaksanaan evaluasi kegiatan pemilahan

sampah 60.0 40.0

11 Ikut serta dalam pelaksanaan evaluasi kegiatan pembuatan pupuk kompos 50.0 50.0

12 Ikut menyusun pedoman pengendalian dalam evaluasi kegiatan pemilahan sampah 83.3 16.7

13 Ikut menyusun pedoman pengendalian dalam evaluasi pelaksanaan pembuatan pupuk kompos 86.7 13.3

14 Ikut mengumpulkan data guna penilaian, perencanaan dan pelaksanaan pemilahan sampah. 86.7 13.3

15 Ikut mengumpulkan data guna penilaian, perencanaan dan pelaksanaan pembuatan pupuk kompos. 90.0 10.0

Rata-rata ± SD 23.9 ± 29.3

5. 5. 4 Tahap Menikmati Hasil

Pada tahap ini, rata-rata pencapaian skor yang dicapai oleh responden

adalah 36.7 (Tabel 9). Hasil ini menunjukkan bahwa pada tahap menikmati

hasilpun, responden kurang ikut serta. Hal ini kurang sesuai dengan penuturan

bapak BW dan diperkuat kedua informan lainnya bahwa pada penikmatan hasil

dari pemilahan sampah dan pembuatan pupuk kompos oleh santri digunakan

sepenuhnya untuk kepentingan program berkebun santri. Hal ini diduga, karena

hanya sebagian kecil dari responden saja yang turut aktif mengerjakan kegiatan

berkebun (termasuk masalah penggunaan pupuk kompos dari hasil pemilahan

sampah dan pembuatan pupuk kompos).

Tabel 9 Sebaran Responden berdasarkan Persentase Partisipasi Santri pada Tahap Menikmati Hasil

No. Pernyataan partisipasi Rata-rata pencapaian skor % tidak % ya

16 Menikmati hasil dari kegiatan pemilahan sampah 63.3 36.7 17 Menikmati hasil dari kegiatan pembuatan pupuk kompos 63.3 36.7 Rata-rata ± SD 36.7 ± 47.2

Berdasarkan Tabel 10 nilai skor secara keseluruhan yang diperoleh

responden pada semua tahapan partisipasi dalam upaya pengelolaan lingkungan

hidup di pesantren Pertanian Darul Fallah termasuk ke dalam kategori rendah

53

(53.3%). Akan tetapi sudah ada yang termasuk kedalam kategori sedang (30.0%)

dan tinggi (16.7%). Dilihat dari nilai rata-rata skor yang didapatkan yaitu 4 (dari

jumlah total skor yang didapatkan seluruh responden dibagi jumlah responden)

yang menunjukkan bahwa partisipasi responden dalam upaya pengelolaan

lingkunga hidup di Pesantren Pertanian Darul Fallah tersebut termasuk ke dalam

kategori rendah (0 - 4.66). Hal ini diduga karena tidak ada proses aktif dan insiatif

dari responden menanggapi upaya pengelolaan lingkungan hidup yang diadakan

pesantren. Diduga baik kegiatan pemilahan sampah maupun kegiatan

pembuatan pupuk kompos dianggap bukan sebagai masalah utama yang harus

diperhatikan, dan atau karena rendahnya rendahnya akses informasi responden

mengenai isu lingkungan hidup, sehingga responden kurang terlibat dalam

partisipasi pengelolaan lingkungan hidup di pesantren.

Fenomena ini juga diduga dipengaruhi oleh perubahan status pondok

pesantren yang awalnya independen dan fokus pendidikan pesantren yaitu

pendidikan moral, nilai-nilai agama dan bidang agribisnis, kemudian berubah

menjadi sekolah formal seperti pada umumnya. Sekolah formal yang

diselenggarakan di Pesantren Pertanian Darul Fallah mengakreditasi pada

kurikulum pendidikan Departemen Agama (DEPAG) dan Pendidikan Nasional

(DIKNAS), sehingga lebih banyak waktu para santrinya yang dihabiskan untuk

kegiatan belajar mengajar (KBM) di kelas formal. Sementara itu, masalah

agribisnis hanya menjadi kurikulum kepesantrenan yang diterapkan pada

sebagian pelajaran di luar pelajaran sekolah pada umumnya. Selanjutnya, praktik

agribisnis, termasuk pembuatan pupuk kompos hanya dilakukan sekedar kerja

kelompok pada kegiatan praktikum. Selain itu, pemilahan sampah yang dilakukan

di pesantren hanya dilakukan seminggu sekali sesuai dengan kegiatan rutin

pondok Pesantren Pertanian Darul Fallah. (Terlampir)

54

Tabel 10 Sebaran Responden berdasarkan Total Skor Partisipasi Santri Total Skor Frekuensi (n) Persentase (%)

Rendah (0 – 4.66) 16 53.3 Sedang (4.67 – 9.33) 9 30.0

Tinggi (9.34 – 13) 5 16.7 Jumlah 30 100.0

Rata-rata 4

5. 3 Hubungan Persepsi dengan Partisipasi Responden dalam Upaya

Pengelolaan Lingkungan Hidup

Asngari (1984) menekankan mekanisme proses pembentukan persepsi,

yaitu proses dimana informasi yang diterima seseorang melalui seleksi,

kemudian disusun menjadi satu kesatuan yang bermakna, dan terakhir

diinterpretasikan. Sugiyanto (1996) memberi batasan tentang persepsi bahwa

persepsi merupakan proses kognitif dan afektif yang dialami setiap orang dalam

memahami informasi tentang lingkungannya melalui indera penglihatan,

pendenganaran, penghayatan perasaan, dan penciuman yang diinformasikan

kepada dirinya dari lingkungan tempat orang tersebut berada, sehingga dapat

mempengaruhi keragaan perilakunya.

Pengertian tersebut di atas menekankan bahwa persepsi dapat

mempengaruhi keragaan perilaku seseorang yang pada akhirnya

menginterpretasikan informasi yang ia peroleh, dengan kata lain, partisipasi.

Serupa dengan konsep tersebut, Nasdian (2006) menjelaskan bahwa titik tolak

partisipasi adalah memutuskan, bertindak, kemudian mereka merefleksikan

tindakan tersebut sebagai subyek yang sadar.

Hipotesis penelitian menyebutkan bahwa semakin positif persepsi santri

terhadap upaya pengelolaan lingkungan hidup, maka akan semakin tinggi

partisipasi santri dalam upaya pengelolaan lingkungan hidup tersebut. Hubungan

antara persepsi santri dan partisipasi santri dalam upaya pengelolaan lingkungan

55

hidup diuji menggunakan metode uji korelasi pearson. Dari hasil uji korelasi

didapatkan nilai hubungan (r) secara keseluruhan yaitu r (sig) = 0.271 (0.147).

Nilai p pada uji korelasi pearson (0.147) lebih besar dari taraf nyata yang

ditentukan (0.05) sehingga dapat dikatakan bahwa secara statistik, tidak ada

hubungan yang nyata antara persepsi santri dalam upaya pengelolaan

lingkungan hidup terhadap partisipasi santri dalam upaya pengelolaan

lingkungan hidup tersebut (Tabel 11).

Tabel 11 Nilai Frekuensi Tabulasi Silang Hubungan Persepsi dengan Partisipasi dalam Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup

Kategori partisipasi Total Rendah Sedang Tinggi

Kategori persepsi

Rendah 7 6 0 13 Sedang 2 1 3 6 Tinggi 5 3 3 11

Total 14 10 6 30 r (sig) 0.271 (0.14)

Hal tersebut tidak membuktikan bahwa semakin positif persepsi santri

terhadap upaya pengelolaan lingkungan hidup, maka akan semankin tinggi

partisipasi santri dalam upaya pengelolaan lingkungan hidup tersebut. Disamping

itu, hal ini diduga karena minimnya akses informasi responden terhadap isu

lingkungan hidup, minimnya pengetahuan responden tentang manfaat dari upaya

pengelolaan lingkungan yang dilakukan di pesantren, serta tidak timbulnya

kesadaran kritis dari responden atas program upaya pengelolaan lingkungan

hidup di Pesantren Pertanian Darul Fallah.

Selain itu, upaya yang dilakukan pesantren untuk membentuk

kemandirian santri melalui kegiatan pengelolaan lingkungan hidup, belum

menjadikan responden sebagai subyek yang sadar untuk turut berperan serta

aktif dalam kegiatan pemilahan sampah dan pembuatan pupuk kompos yang

dilakukan di pesantren. Responden menganggap pemilahan sampah dan

56

pembuatan pupuk kompos yang dilakukan di pondok hanya sekedar rutinitas

kegiatan pondok, serta upaya yang sia-sia dalam menjaga lingkungan

(pemilahan sampah), dan tidak berpengaruh terhadap perbaikan lingkungan

(pembuatan pupuk kompos) (Tabel 5).

Berlawanan dengan hasil tersebut, bapak BW menuturkan bahwa untuk

pengelolaan lingkungan hidup, santri selalu diberi wejangan dan arahan untuk

senantiasa mencintai dan menjaga lingkungan. Cara-cara yang dilakukan adalah

dengan cara tidak langsung atau implisit. Seperti contoh, jika santri membuang

sampah sembarangan, pernyataan Beliau ataupun Ustadz lainnya terhadap

santri akan serupa yakni jika semua orang di bumi ini berpikir seperti kamu

(santri tersebut), maka tidak lama, bumi ini akan cepat rusak. Dengan pernyataan

seperti itu diharapkan kesadaran santri untuk memikirkan cara untuk mencintai

dan menjaga lingkungan dengan sendirinya (mandiri). Selain itu, masalah

penanaman nilai-nilai agama untuk mencintai lingkungan hidup, tidak hanya

dilakukan pada pengajian kitab-kitab, melainkan juga disetiap materi pelajaran

biasanya ustadz yang mengajar sebisa mungkin untuk selalu mengaitkan dengan

nilai-nilai yang terdapat dalam Al-Qur’an.

Jika diperhatikan dari tipologi partisipasinya, partisipasi yang terjadi di

pesantren adalah tipe partisipasi interaktif. Hal ini sesuai dengan penuturan

ketiga informan, bahwa sebenarnya santri memiliki peran untuk mengontrol atas

(pelaksanaan) keputusan-keputusan mereka, dan mempunyai hak dalam

keseluruhan proses kegiatan pengelolaan lingkungan hidup di lingkungan

pesantren, termasuk pemilahan sampah dan pembuatan pupuk kompos, diluar

waktu yang telah dijadwalkan Pondok Pesantren Pertanian Darul Fallah. Hal

yang perlu diperhatikan dalam kegiatan tersebut utamanya tidak menggangu

kegiatan akademik. Hal ini sesuai dengan karakteristik partisipasi interaktif yang

57

dipaparkan oleh Sumardjo (2009) bahwa (1) masyarakat berperan dalam analisis

untuk perencanaan kegiatan dan pembentukan atau penguatan kelembagaan,

(2) cenderung melibatkan metoda interdisipliner yang mencari keragaman

perspektif dalam proses belajar yang terstruktur dan sistematis, dan (3)

masyarakat memiliki peran untuk mengontrol atas (pelaksanaan) keputusan-

keputusan mereka, sehingga memiliki andil dalam keseluruhan proses kegiatan.

Akan tetapi, yang terjadi adalah diduga responden kurang menyadari

dengan stimulus (program pemilahan sampah dan pembuatan pupuk kompos)

yang telah diadakan pesantren sebagai sesuatu/program yang bermanfaat bagi

pengelolaan lingkungan. Selanjutnya, kemudian yang terjadi adalah partisipasi

semu (pseudo participation) dimana responden kurang terlibat dalam tahap

perencanaan (Tabel 6), pelaksanaan (Tabel 7) dan evaluasi (Tabel 8) dalam

pelaksanaan kedua program tersebut. Sesuai dengan pendapat Sumardjo (2009)

bahwa mengabaikan partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan

pengambilan keputusan pembangunan menyebabkan partisipasi semu (pseudo

participation) atau partisipasi terpaksa dari warga masyarakat dalam

pelaksanaan pembangunan.

Fenomena ini bisa terjadi dikarenakan prasyarat dalam berpartisipasi

yang menurut Sumardjo (2009) itu sendiri tidak terpenuhi. Adalah responden

tidak sadar dengan kesempatan (termasuk didalamnya pengetahuan tentang

manfaat pengelolaan sampah dan pembuatan pupuk kompos terhadap

lingkungan), kemauan (sikap positif terhadap program pemilahan sampah dan

pengelolaan lingkungan hidup) dari responden itu sendiri dirasa sangat kurang

dengan hasil persepsi mereka terhadap pemilahan sampah dan pembuatan

pupuk kompos (Tabel 6), dan terakhir kemampuan (inisiatif) responden untuk

58

turut berpartisipasi dalam program pemilahan sampah dan pembuatan pupuk

kompos sangat kurang.

Jika dilihat dari ciri kepatuhannya, Tabel 12 menjelaskan ciri kepatuhan

responden yang seakan terpaksa mengikuti kedua kegiatan tersebut (pemilahan

sampah dan pembuatan pupuk kompos). Dari hasil jawaban kuesioner yang

termasuk kedalam kategori rendah, diduga, responden memandang hanya

sebuah keharusan untuk mengikuti kedua kegiatan tersebut karena merupakan

kegiatan rutinitas pondok dan kurikulum pesantren yang harus diikuti.

Tabel 12 Pengendalian Organisasi dan Ciri Kepatuhan Anggota

Sistem Pengendalian Ciri Kepatuhan Alienatif Kalkulatif Moral

Koersif Kongruen Utilitarian Kongruen Normatif Kongruen

Sumber: Etzioni (1982) dalam Kolopaking dalam Sosilogi Umum (2003)

Melihat pada pernyataan bapak BW di atas yang menginginkan

tumbuhnya kesadaran dari santri itu sendiri, tipe pengendalian yang dilakukan

pesantren dengan diadakannya program pemilahan sampah dan pembuatan

pupuk kompos adalah normatif yang harapan kongruensinya adalah moral santri.

Hal ini kurang sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan secara

keseluruhan partisipasi santri dalam upaya pengelolaan lingkungan hidup

termasuk kedalam kategori rendah (53.3%) dengan nilai rata-rata skor yang

didapatkan yaitu 4 (dari jumlah total skor yang didapatkan seluruh responden

dibagi jumlah responden). Hal tersebut sejalan dengan pendapat Etzioni (1982)

dalam Kolopaking dalam Sosiologi Umum (2003) memaparkan bahwa ada tiga

macam kepatuhan atau bentuk partisipasi yang ditimbulkan oleh suatu organisasi

tertentu dalam suatu kondisi tertentu pula, yaitu: (1) partisipasi dengan ciri

kepatuhan alienatif (keterlibatan terpaksa) yang dapat ditimbulkan oleh tipe

pengendalian koersif, (2) partisipasi dengan ciri kepatuhan kalkulatif (keterlibatan

dengan pertimbangan balas jasa setimpal dengan tawaran kegiatan yang

59

disediakan oleh organisasi) yang dapat ditimbulkan oleh tipe pengendalian

utilitarian, dan (3) partisipasi dengan ciri kepatuhan moral (keterlibatan dengan

dasar mengemban dan menghargai atau rela membantu organisasi) yang dapat

ditimbulkan oleh tipe pengendalian normatif.

Sementara itu, hasil di lapangan tidak membuktikan adanya proses aktif

dan inisiatif yang dilakukan responden yang mengindikasikan kesadaran

responden, terlebih kemandirian responden menanggapi kegiatan pemilahan

sampah dan pembuatan pupuk kompos di pesantren sebagai bentuk dari upaya

pengelolaan lingkungan hidup. Jadi, dapat disimpulkan bahwa partisipasi

responden tersebut tidak sesuai dengan konsep dari pengertian partisipasi yang

telah dikemukakan di awal. Partisipasi yang terjadi melainkan cenderung pada

konsep dari pengertian yang lama, yang menurut Nasdian (2006) masih

dipandang hanya “terbatas” pada implementasi atau kegiatan program.

Partisipasi disini lebih bersifat pasif dan tidak memiliki kesadaran “kritis”, atau

partisipasi masih dalam bentuk mobilisasi yang dilakukan pesantren untuk

menumbuhkan kesadaran santri dan membentuk moral santri.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6. 1 Kesimpulan

Persepsi responden terhadap upaya pengelolaan lingkungan hidup di

Pesantren Pertanian Darul Fallah sudah termasuk ke dalam kategori tinggi. Ini

menunjukkan bahwa sebagian responden memiliki persepsi yang positif terhadap

upaya pengelolaan lingkungan hidup yang berkaitan dengan pemilahan sampah

dan pembuatan pupuk kompos. Sebaliknya, partisipasi santri dalam upaya

pengelolaan lingkungan hidup di Pesantren Pertanian Darul Fallah secara

keseluruhan, yang terdiri dari tahap perencanaan sampai tahap menikmati hasil

tergolong ke dalam kategori rendah. Hal ini disebabkan kurangnya kesadaran

dan kepekaan responden terhadap isu lingkungan yang berkembang. Sebagian

juga dapat disebabkan oleh kurang aksesnya santri terhadap informasi yang

tersedia di pesantren, atau juga bisa disebabkan kekurangminatan santri

terhadap sumber informasi yang tersedia (koran dan majalah) di pesantren. Nilai-

nilai agama dan penanaman moral yang diberikan juga belum menjadikan

individu santri sadar secara perilaku untuk berpartisipasi dalam upaya

pengelolaan lingkungan hidup.

Disamping itu, pada penerapan partisipasi yang terjadi adalah partisipasi

semu (pseudo participation) dimana responden kurang terlibat dalam tahap

perencanaan (tabel 7), pelaksanaan (tabel 8) dan evaluasi (tabel 9), serta yang

ada hanya partisipasi terpaksa (sebagian) responden dalam pelaksanaan

program tersebut. Hal Ini diduga dikarenakan prasyarat dalam berpartisipasi

(adanya kesempatan, kemauan dan kemampuan) tidak terpenuhi.

61

Dari hasil uji korelasi didapatkan nilai hubungan (r) secara keseluruhan

yaitu r (sig) = 0.271 (0.147). Nilai tersebut menunjukkan bahwa tidak ada

hubungan antara persepsi santri dalam upaya pengelolaan lingkungan hidup

terhadap partisipasi santri dalam upaya pengelolaan lingkungan hidup tersebut.

Hal ini tidak membuktikan bahwa semakin positif persepsi santri terhadap upaya

pengelolaan lingkungan, maka akan semankin tinggi partisipasi santri dalam

upaya pengelolaan lingkungan hidup tersebut.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan secara

keseluruhan partisipasi santri dalam upaya pengelolaan lingkungan hidup

termasuk kedalam kategori rendah (53.3%). Selain itu, tidak ditemukan adanya

kesadaran kritis dari responden terhadap partisipasi dalam upaya pengelolaan

lingkungan hidup di pesantren.

6. 2 Saran

Beberapa saran yang mungkin bisa dijadikan bahan pertimbangan,

diantaranya: (1) agar kyai dan ustadz di pesantren Darul Fallah lebih

mengintensifkan penanaman moral kepada santri, karena santri merasa perlu

adanya masukan-masukan dari Kyai dan atau Ustadz, (2) agar santri diberi

pengetahuan dan atau penyadaran yang lebih intensif tentang isu lingkungan

hidup yang berkembang, dan (3) agar santri lebih dilibatkan lagi dalam kegiatan

pengelolaan lingkungan, diluar yang telah diprogramkan oleh Pesantren dimana

santri masih merasa kurang sadar akan kepentingan dan manfaat dari kegiatan

tersebut.

BAB VII

DAFTAR PUSTAKA

Adiwibowo, Soeryo. 2006. Paradigma, Etika dan Perspektif Ekologi: Landasan Filosofis Ekologi Manusia. Diktat Kuliah. Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor.

Alim, Yusmin. 2007. Lingkungan dan Kadar Iman Kita. Artikel. www.hidayatullah.com. [20 Desember 2008]

Asngari, PS. 1984. Persepsi Direktur Penyuluhan Tingkat Keresidenan dan Kepala Penyuluhan Pertanian terhadap Peranan dan Fungsi Lembaga Penyuluhan Pertanian di Negara Bagian Texas A.S. Majalah. Media Pertanian, Vol. 9 (2). Institut Pertanian Bogor.

Departemen Agama RI. 2005. Al-Quran dan Terjemahannya. Bandung: cv Penerbit Diponegoro.

Fitrihani, Arin. 2006. Isu Lingkungan Hidup: Potensi Ancaman Perdagangan Internasional Negara Berkembang. Artikel. mukhyi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/9123/Trans-v1-n2-artikel6-agust2006.pdf isu lingkungan hidup. [23 Nopember 2009]

Keraf, A. Sonny. 2002. Etika Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

Kurniawan, E. 2008. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat pada Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan. Skripsi. Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Mastuhu. 1994. Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren – Suatu Kajian tentang Unsur dan Nilai Sistem Pendidikan Pesantren. Seri INIS XX. Jakarta: INIS.

Mulyana, D. 2002. Ilmu Komunikasi. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Moleong, LJ. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nasdian, FT. 2006. Pengembangan Masyarakat (Community Development). Modul Kuliah. Bagian Sosiologi Pedesaan dan Pengembangan Masyarakat. Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor.

Rakhmat, J. 2001. Psikologi Komunikasi. Rosdakarya Group. Bandung.

63

Ramadyanti, MN. 2009. Tingkat Pertisipasi Masyarakat dalam Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Unilever Indonesia. Skripsi. Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Santoso, AMAF. et. al. 2004. Studi Islam 3. Lembaga Studi Islam (LSI). Seri Buku Pegangan Kuliah Al-Islam dan Kemuhammadiyahan. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Sari, Agus P. et al. 2007. Indonesia and Climate Change: Current Status and Policies. Jurnal. www.peace.co.id. PT. Pelangi Energi Abadi Citra Enviro (PEACE). [10 Juni 2009]

Sarwono, SW. 1995. Psikologi Lingkungan. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

___________. 1999. Psikologi Sosial Individu dan Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta: Penerbit Balai Pustaka.

Siahaan, NHT. 2004. Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan. Ed-2. Jakarta: Erlangga.

Singarimbun, M dan Effendi, S. 1989. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES.

Sitorus, MT Felix. 1998. Penelitian Kualitatif: Suatu Perkenalan. Kelompok Dokumentasi Ilmu Sosial. Institut Pertanian Bogor.

Slamet, Juli Soemirat. 1994. Kesehatan Lingkungan. Jurusan Teknik Lingkungan. Institut Teknologi Bandung. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Slamet Y. 1993. Analisis Kuantitatif untuk Data Sosial. Solo: Dabar Publisher.

Soemarwoto, Otto. 1997. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Ed.rev, cet. 7. Jakarta: Djambatan.

Sugiyanto. 1996. Persepsi Masyarakat tentang Penyuluhan Pembangunan dalam Pembangunan Masyarakat Pedesaan Bogor. Disertasi. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

Sumardjo. 2009. Teknologi Partisipatif Pengembangan Masyarakat. Modul Kuliah. Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor.

Tim Editor. 2003. Sosiologi Umum. Bagian Ilmu-ilmu Sosial, Komunikasi dan Ekologi Manusia. Jurusan Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta: Navindo Pustaka Mandiri.

64

Uphoff, NT; Cohen, JM; & Goldsmith, AA. 1979. Feasibility and Application of Rural Development Participation: A State-of-the-Art Paper. Rural Development Committee. Center for International Studies. Cornell University.

Utomo, Bambang S. 1984. Masalah partisipasi Masyarakat Desa dalam Usaha-usaha Pembangunan Masyarakat Desa (Kasus di Dua Desa di Banjarnegara, Jawa Tengah). Lembaga Penelitian Sosiologi Pedesaan IPB. Institut Pertanian Bogor.

Van den Ban, AW dan Hawkins, HS. 1999. Penyuluhan Pertanian. Yogyakarta: Cetakan Pertama. Kanisius.

Lampiran 1 Lembar kuesioner

No kode sampel :

Partisipasi Santri dalam Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup di Pesantren Darul Fallah, Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor

RAHASIA

Kuesioner ini merupakan tugas akhir YANA SEPTIANA (I34052310) yang merupakan mahasiswa Departemen Sains Komunikasi dan

Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Mohon kesediaan saudara untuk mengisi kuesioner ini dengan

jawaban yang sebenar-benarnya. Terimakasih.

KARAKTERISTIK INDIVIDU Nama :

Jenis Kelamin :

Usia :

Kelas :

Tinggal di Pondok : 1. Ya 2. Tidak

Lama Tinggal :

Keikutsertaan organisasi : 1.Ya, sebutkan…..

2. Tidak

ISU-ISU LINGKUNGAN

No Pernyataan Ya Tidak 1 Apakah santri mengetahui isu lingkungan yang terjadi saat ini? 2 Apakah santri mengetahui isu lingkungan saat ini berasal dari

media cetak, misalnya koran, majalah?

3 Apakah santri mengetahui isu lingkungan saat ini berasal dari media elektronik, misalnya televisi, radio?

4 Apakah santri mengetahui isu lingkungan saat ini berasal dari informasi di pondok?

5 Apakah santri memiliki pemecahan atas permasalahan lingkungan tersebut?

PERSEPSI

No Pernyataan Setuju Ragu-ragu

Tidak setuju

1 Kyai dan Ustadz di Darul Fallah perlu menganjurkan santrinya untuk menjaga lingkungan.

2 Pembuatan pupuk kompos dirasa tidak banyak berpengaruh terhadap lingkungan.

3 Sampah yang sudah dikumpulkan, lebih baik dibakar daripada ditimbun

4 Menurut santri, apakah Santri memilah sampah hanya karena rutinitas kegiatan di pondok?

66

No Pernyataan Setuju Ragu-ragu

Tidak setuju

5 Santri boleh tidak mengikuti kegiatan pembuatan pupuk kompos.

6 Pemilahan sampah yang dilakukan di pesantren merupakan upaya yang sia-sia untuk menjaga lingkungan.

TINGKAT PARTISIPASI

No Pernyataan Ya Tidak 1 Sebelum pelaksanaan kegiatan pemilahan sampah dan

pembuatan pupuk kompos apakah sebelumnya diadakan penyusunan program kegiatan?

2 Apakah santri ikut dalam setiap rapat penyusunan program kegiatan tersebut?

3 Sebelum pelaksanaan program apakah ada rapat dalam menentukan mekanisme yang akan dilakukan?

4 Apakah santri selalu mengikuti rapat tersebut? 5 Apakah santri aktif memberikan saran dan masukan setiap kali

rapat tersebut?

6 Apakah santri selalu hadir dalam setiap pelaksanaan kegiatan memilah sampah?

7 Apakah santri selalu hadir dalam setiap pelaksanaan kegiatan pembuatan pupuk kompos?

8 Apakah santri ikut aktif dalam setiap kali hadir dalam pelaksanaan kegiatan memilah sampah?

9 Apakah santri ikut aktif dalam setiap kali hadir dalam pelaksanaan kegiatan pembuatan pupuk kompos?

10 Apakah santri ikut serta dalam pelaksanaan evaluasi kegiatan pemilahan sampah?

11 Apakah santri ikut serta dalam pelaksanaan evaluasi kegiatan pembuatan pupuk kompos?

12 Dalam evaluasi pelaksanaan kegiatan pemilahan sampah, apakah santri ikut dalam menyusun pedoman pengendalian?

13 Dalam evaluasi pelaksanaan kegiatan pupuk kompos, apakah santri ikut dalam menyusun pedoman pengendalian?

14 Dalam evaluasi pelaksanaan kegiatan pmilahan sampah, apakah saudara ikut mengumpulkan data guna penilaian, perencanaan dan pelaksanaan?

15 Dalam evaluasi pelaksanaan kegiatan pembuatan pupuk kompos, apakah saudara ikut mengumpulkan data guna penilaian, perencanaan dan pelaksanaan?

16 Apakah santri ikut menikmati hasil dari kegiatan pemilahan sampah?

17 Apakah santri ikut menikmati hasil dari kegiatan pembuatan pupuk kompos?

67

Lampiran 2 Uji Reliabilitas Kuesioner 1) Persepsi Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.592 6

Scale Mean if Item

Deleted Scale Variance if

Item Deleted Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

pers_1 4.64 3.478 .717 .407

pers_2 5.57 3.187 .356 .547

pers_3 5.14 3.363 .467 .478

pers_4 4.86 3.824 .390 .521

pers_5 6.36 5.016 .027 .627

pers_6 5.93 4.533 .088 .639

2) Partisipasi Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.865 17

Scale Mean if Item

Deleted Scale Variance if

Item Deleted Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

tpar_1 6.84 17.140 .108 .873

tpar_2 7.42 16.257 .372 .862

tpar_3 7.05 15.053 .605 .852

tpar_4 7.47 15.708 .620 .853

tpar_5 7.37 15.690 .501 .857

tpar_6 7.16 15.140 .573 .853

tpar_7 7.32 14.784 .729 .846

tpar_8 7.05 15.386 .514 .856

tpar_9 7.11 14.877 .644 .849

tpar_10 7.11 14.433 .768 .843

tpar_11 7.16 14.140 .852 .838

tpar_12 7.47 16.596 .312 .864

tpar_13 7.42 16.813 .204 .869

tpar_14 7.42 16.368 .338 .864

tpar_15 7.37 15.246 .634 .851

tpar_16 6.68 17.895 -.133 .874

tpar_17 6.68 17.117 .274 .865

68

Lampiran 3 Panduan pertanyaan

PANDUAN PERTANYAAN PARTISIPASI SANTRI DALAM UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

DI PESANTREN DARUL FALLAH

Panduan pertanyaan yang ditujukan kepada informan: 1. Biodata informan 2. Bagaimana pandangan mereka terkait isu lingkungan? 3. Keterkaitan isu lingkungan dengan nilai-nilai agama 4. Upaya apa yang dilakukan untuk mengatasi isu lingkungan tersebut? 5. Keterlibatan terhadap program yang ada di pesantren Darul Fallah terkait

dengan upaya pengelolaan lingkungan? 6. Upaya dan masukan apa yang dilakukan mereka untuk meningkatkan

partisipasi santri mencintai lingkungan. 7. Harapan dari pengadaan program yang berwawasan lingkungan yang

ada di pesantren Darul Fallah

69

Lampiran 4 Agenda Pendidikan Pesantren pertanian Darul Fallah

JADWAL KEGIATAN HARIAN SANTRI

NO WAKTU URAIAN KEGIATAN 1 03.30 - 04,30 BangunTidur, Qiyamul Lail/ Sholat Tahajjud 2 04.30 - 05.00 Sholat Subuh Berjamaah Di Masjid 3 05.00 - 06.00 Pengajian Kitab 4 06.00 - 07.00 Mandi Pagi, Piket Kebersihan Asrama, Sarapan 5 07.00 - 07.10 Apel Pagi Rutin Persiapan Masuk Kelas 6 07.10 - 11.30 Kegiatan Belajar-Mengajar Di Kelas 7 11.30 - 12.30 Istirahat, Persiapan Sholat Dzuhur Berjamaah 8 12.30 - 13.00 Makan Siang 9 13.00 - 15.00 Kegiatan Belajar-Mengajar Di Kelas

10 15.00 - 16.00 Sholat Ashar dan Taddarus Al Qur'an 11 16.00 - 16.40 Kegiatan Proyek Pertanian (Masing-masing Kelas) 12 16.40 - 18.00 Kegiatan Extrakulikuler, Mandi, Makan Malam 13 18.00 - 18.20 Shalat Maghrib Berjamaah, Taddarus Al Qur'an 14 18.20 - 19.30 Shalat Isya Berjamaah 15 19.30 - 21.30 Belajar Mandiri/ Les, Mengerjakan Tugas/PR 16 21.30 - 22.00 Mempersiapkan Perlengkapan Belajar Esok 17 22.00 - 03.30 Istirahat Tidur Malam

Catatan :

1). Kegiatan Jum'at Bersih Dimulai Jam 06.00 - 07.00

2). Hari Senin Apel Pagi Dimulai Jam 07.00 - 07.50

3). Jadwal Dapat Berubah Mengikuti Jadwal Waktu Sholat

70

Lampiran 5 Kurikulum Terpadu Pesantren Pertanian Darul Fallah

KURIKULUM MADRASAH TSANAWIYAH (MTS)

Mata Pelajaran Depag: Quran Hadits, Aqidah Akhlaq, Fiqih, Bahasa Arab, Sejarah

Kebudayaan Islam.

Mata Pelajaran Diknas: PPKn, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika,

Fisika, Biologi, Kimia, Sejarah, Ekonomi, Georafi, Olah Raga dan Kesehatan, Seni

Budaya, Teknologi Dan Informasi Komunikasi.

Mata Pelajaran Keterampilan: Tata Busana/ Tata Boga, Budi Daya Tanaman,

Proyek Pertanian, Bimbingan dan Penyuluhan (BP).

Mata Pelajaran Kepesantrenan: Tauhid, Akhlaq LilBanin/Banat, Hafalan Do’a,

Hafalan Hadits, Hafalan Al-Qur’an, Mahfudzot, Mutholaah, Imla, Khot, Kuliah Umum,

Bimbingan Tadarrus Al-Qur’an.

KURIKULUM MADRASAH ALIYAH TERPADU (MAT)

Mata Pelajaran Depag: Quran Hadits, Aqidah Akhlaq, Fiqih, Bahasa Arab, Sejarah

Kebudayaan Islam.

Mata Pelajaran Diknas: PPKn, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika,

Fisika, Biologi, Kimia, Sejarah, Ekonomi, Georafi, Sosiologi, Akuntansi, Olah Raga

Dan Kesehatan, Seni Budaya, Teknologi Dan Informasi Komunikasi.

Mata Pelajaran Keterampilan: Tata Busana, Budi Daya Tanaman, Proyek Pertanian,

Tekh. Peng. Magang Kewirausahaan, Pengelolaan Hasil Pertanian, Budidaya,

Perikanan, Pertukangan, Koperasi, Bimbingan dan Penyuluhan.

Mata Pelajaran Kepesantrenan: Ilmu Tafsir, Fiqh Da’wah, Fiqh Muqarin, Ushul Fiqh,

Ilmu Hadits, Mahfudzat, Imla, Khat, Bulughul Maram, Ilmu Tauhid, Tafsir Jalalain,

Adabu At Thalib, Tarjamah Lafziyah, Al-Mufradat, Mukhtarul Hadits, Muhadatsah,

Nahwu & Sharaf, Kuliah Umum, Ilmu Tajwid, Bimbingan Tadarrus Al-Qur’an.

71

Lampiran 6 Nilai Total Skor Persepsi dan Penentuan Kategorinya

nores pers_1 pers_2 pers_3 pers_4 pers_5 pers_6 ts_pers p_pers

1 2 0 2 2 0 2 8 67

4 2 0 0 2 0 2 6 50

6 2 1 0 2 0 2 7 58

8 2 1 0 2 0 2 7 58

9 2 0 0 2 0 2 6 50

11 2 0 0 1 1 2 6 50

12 2 0 0 0 2 2 6 50

13 2 2 0 0 0 2 6 50

14 2 2 2 2 0 2 10 83

15 2 2 2 2 0 2 10 83

16 2 1 0 2 0 2 7 58

18 2 2 0 2 0 2 8 67

21 2 1 0 2 2 2 9 75

22 2 1 0 2 2 2 9 75

23 2 2 0 2 2 2 10 83

24 2 0 2 2 0 2 8 67

25 2 0 0 1 0 2 5 42

26 0 2 2 2 2 2 10 83

27 2 2 0 2 2 2 10 83

29 2 0 0 2 0 2 6 50

31 2 1 2 2 0 2 9 75

33 2 0 0 2 1 2 7 58

34 2 2 0 2 2 0 8 67

35 2 0 2 1 2 2 9 75

36 2 2 0 1 2 1 8 67

37 2 0 0 1 0 2 5 42

39 2 2 0 0 2 2 8 67

40 2 0 0 2 0 2 6 50

41 2 2 0 1 2 2 9 75

42 2 2 0 1 2 2 9 75

Penentuan Kategori Persepsi (Slamet 1993) Nilai terendah = 5 Nilai tertinggi = 10 Jumlah kelas = 3 (rendah, sedang, tinggi) Range = nilai tertinggi – nilai terendah = 5

Interval kelas =

Interval kelas = = 2

Jumlah Frekuensi Persentase

Rendah (5 – 6) 9 30.0

Sedang (7 – 8) 10 33.3

Tinggi (9 – 10) 11 36.7

Jumlah 30 100.0

72

Lampiran 7 nilai Total Skor Partisipasi dan Pencarian Kategorinya

Penentuan Kategori Partisipasi (Slamet 1993) Nilai terendah = 0 Nilai tertinggi = 13 Jumlah kelas = 3 (rendah, sedang, tinggi) Range = nilai tertinggi – nilai terendah = 13

Interval kelas =

Interval kelas = = 4.66

nores 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 ts_par p_par

1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 2 12

4 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 7 41

6 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 6

8 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 4 24

9 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

11 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 2 12

12 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

13 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 24

14 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 2 12

15 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 2 12

16 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 2 12

18 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 13 76

21 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

22 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

23 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 5 29

24 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 6 35

25 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 6

26 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 18

27 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 10 59

29 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 6 35

31 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 10 59

33 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 5 29

34 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 10 59

35 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 9 53

36 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 71

37 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 2 12

39 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 18

40 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 5 29

41 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 8 47

42 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 8 47

Jumlah Frekuensi Persentase

Rendah (0 – 4.66) 16 53.3

Sedang (4.67 – 9.33) 9 30.0

Tinggi (9.34 – 13) 5 26.7

Jumlah 30 100.0

73

Lampiran 8 Output Hasil Uji Korelasi (Pearson) dan Tabulasi Silang Persepsi-Partisipasi

Output Korelasi berdasarkan total skor Total skor persepsi Total skor partisipasi Total skor persepsi

Pearson Correlation 1 .271 Sig. (2-tailed) .147 N 30 30

Total skor partisipasi

Pearson Correlation .271 1

Sig. (2-tailed) .147 N 30 30

Tabulasi silang persepsi - partisipasi

Kategori partisipasi Total Rendah Sedang tinggi

kategoripersepsi

rendah 7 6 0 13 sedang 2 1 3 6 tinggi 5 3 3 11

Total 14 10 6 30