Upload
nguyentram
View
244
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
PARTISIPASI SANTRI DALAM UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
DI PESANTREN PERTANIAN DARUL FALLAH,
KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
YANA SEPTIANA
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
RINGKASAN
YANA SEPTIANA. Partisipasi Santri dalam Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup di Pesantren Pertanian Darul Fallah, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. (Di bawah bimbingan ARIF SATRIA)
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui partisipasi santri dalam upaya pengelolaan lingkungan hidup di Pesantren Pertanian Darul Fallah, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lebih lengkapnya, tujuan penelitian ini adalah: 1) Mengetahui persepsi santri yang berhubungan dengan partisipasi dalam upaya pengelolaan lingkungan hidup (pemilahan sampah dan pembuatan pupuk kompos), dan 2) Menganalisis partisipasi santri dalam upaya pengelolaan lingkungan hidup (kegiatan pemilahan sampah dan pembuatan pupuk kompos).
Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive. Alasan pemilihan lokasi adalah karena selain mengajarkan nilai-nilai agama, Pesantren Pertanian Darul Fallah juga melakukan kegiatan agribisnis yang memperhatikan keseimbangan lingkungan, seperti contoh penggunaan pupuk kompos dengan menggunakan sistem bokasi ataupun melalui kegiatan pemilahan sampah. Kemudian diteliti 30 orang responden yang terpilih secara acak dan 3 orang informan yang dipilih menggunakan metode snowball untuk kemudian dianalisis. Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara mendalam dengan menggunakan alat bantu panduan pertanyaan dan juga menggunakan kuesioner. Sementara itu, data sekunder dikumpulkan dari pesantren terkait dan juga dari situs website pesantren terkait. Data yang dikumpulkan meliputi data kuantitatif dan data kualitatif.
Persepsi responden terhadap upaya pengelolaan lingkungan hidup di Pesantren Pertanian Darul Fallah sudah termasuk ke dalam kategori tinggi. Ini menunjukkan bahwa sebagian responden memiliki persepsi yang positif terhadap upaya pengelolaan lingkungan hidup yang berkaitan dengan pemilahan sampah dan pembuatan pupuk kompos. Sebaliknya, partisipasi santri dalam upaya pengelolaan lingkungan hidup di Pesantren Pertanian Darul Fallah secara keseluruhan, yang terdiri dari tahap perencanaan sampai tahap menikmati hasil tergolong ke dalam kategori rendah. Hal ini disebabkan kurangnya kesadaran dan kepekaan responden terhadap isu lingkungan yang berkembang. Sebagian juga dapat disebabkan oleh kurang aksesnya santri terhadap informasi yang tersedia di pesantren, atau juga bisa disebabkan kekurangminatan santri terhadap sumber informasi yang tersedia (koran dan majalah) di pesantren. Nilai-nilai agama dan penanaman moral yang diberikan juga belum menjadikan individu santri sadar secara perilaku untuk berpartisipasi dalam upaya pengelolaan lingkungan hidup.
Disamping itu, pada penerapannya yang terjadi adalah partisipasi semu (pseudo participation) dimana responden kurang terlibat dalam tahap perencanaan (tabel 7), pelaksanaan (tabel 8) dan evaluasi (tabel 9), serta yang ada hanya partisipasi terpaksa (sebagian) responden dalam pelaksanaan program tersebut. Hal Ini diduga dikarenakan prasyarat dalam berpartisipasi (adanya kesempatan, kemauan dan kemampuan) tidak terpenuhi.
Dari hasil uji korelasi didapatkan nilai hubungan (r) secara keseluruhan yaitu r (sig) = 0.271 (0.147). Nilai tersebut menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara persepsi santri dalam upaya pengelolaan lingkungan hidup terhadap partisipasi santri dalam upaya pengelolaan lingkungan hidup tersebut. Hal ini tidak membuktikan bahwa semakin positif persepsi santri terhadap upaya pengelolaan lingkungan, maka akan semakin tinggi partisipasi santri dalam upaya pengelolaan lingkungan hidup tersebut.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan secara keseluruhan partisipasi santri dalam upaya pengelolaan lingkungan hidup termasuk kedalam kategori rendah (53.3%). Selain itu, tidak ditemukan adanya kesadaran kritis dari responden terhadap partisipasi dalam upaya pengelolaan lingkungan hidup di pesantren.
Kata kunci: Persepsi, Partisipasi
PARTISIPASI SANTRI DALAM UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
DI PESANTREN PERTANIAN DARUL FALLAH,
KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
YANA SEPTIANA I34052310
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Fakultas Ekologi Manusia INSTITUT PERTANIAN BOGOR
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
Judul : PARTISIPASI SANTRI DALAM UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN
HIDUP DI PESANTREN PERTANIAN DARUL FALLAH, KECAMATAN
CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
Nama : Yana Septiana
NRP : I34052310
Disetujui,
Dosen Pembimbing
Dr. Arif Satria, SP. M.Si NIP. 19710917 199702 1 003
Diketahui,
Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat,
Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, M.Si NIP. 19550610 198103 1 003
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT, karena atas
Rahmat dan Hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Pada
kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang
begitu besar kepada semua pihak yang turut membantu penulis selama kuliah
hingga selesainya skripsi ini, yaitu kepada:
1 Bapak Dr. Arif Satria, SP. M.Si sebagai dosen pembimbing skripsi yang
telah memberikan bimbingan dan saran selama penulisan skripsi ini, serta
nasihat-nasihat yang dapat membuka wawasan serta menjadi motivator
untuk menghadapi masa depan.
2 Ibu Dr. Ir. Titik Sumarti, MC. MS sebagai dosen penguji utama dan Ibu
Heru Purwandari, SP. M.Si, sebagai dosen penguji wakil departemen
KPM yang telah memberi masukan, koreksi, kritik dan saran-saran yang
membangun yang mendedah wawasan penulis dalam proses akhir
penulisan.
3 Emak, Bapak, Ceu Heri dan Adikku Nanang atas semua doa, dorongan,
nasihat, semangat, dan kasih sayang yang begitu berlimpah selalu
diberikan kepada penulis. Serta kepada seluruh keluarga besar di
Cirebon, dan di Kuningan, atas doa dan dukungannya untuk memberikan
dan menjadi yang terbaik.
4 Istriku (Chandriyani, S. IKK) atas cinta dan kasih sayang yang tak terkira,
motivasi, doa, nasihat, ide, dan banyak hal lagi yang telah banyak
membantu penulis, dan juga kepada anakku (Mizan Ziyad Al-haq) tercinta
yang memotivasi penulis untuk segera menyelesaikan tulisan ini.
5 Pesantren Pertanian Darul Fallah yang telah bersedia menjadi objek
penelitian penulis mengenai partisipasi santri dalam upaya pengelolaan
lingkungan hidup.
6 Pesantren Modern Tarbiyyatu-l-Mu’alimin Al-Islamiyyah (TMI) Al-Ikhlash,
Ciawilor, Kuningan, Jawa Barat yang telah membantu membuka jalan
masuk untuk studi di IPB, dan pelajaran yang sangat berharga lainnya
yang banyak membantu membangun karakter penulis.
7 Departemen Agama (DEPAG) yang telah membantu, memberikan
pengalaman, yang sangat berharga kepada penulis selama studi di IPB
baik dalam hal materi, kegiatan akademik dan motivasi-motivasinya serta
peduli pada masa depan santri dalam melanjutkan studi ke perguruan
tinggi untuk memberi warna lain dalam pendidikannya dengan
menggabung IMTAQ dan IPTEK, semoga dimudahkan oleh Allah, amin.
8 CSS MoRA IPB 42 (Uzer, Nailul, Asro, Dauz, Lalu, Yahman, Priwan,
Habibi, Hanif, Illa, Sofi, Ame, Isna, Anci, Rezi, Suci, Mirza, Eva, Firoh,
Niar, Ridwan dan Anhar) atas suka-duka dan canda-tawa selama studi.
Kalian semua sahabat-sahabat pertamaku di IPB. I’ll miss you all.
9 Seluruh Staf Pengajar KPM yang telah memberikan banyak bekal ilmu
yang sangat berharga bagi penulis untuk menatap masa depan yang
lebih baik.
10 Teman-teman KPM 42 yang telah memberikan warna pada penulis
selama studi di KPM.
11 Kepada semua pihak yang tidak disebutkan namanya yang telah
memberikan kontribusi dalam penulisan skripsi ini, penulis mengucapkan
banyak terima kasih.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Cirebon, pada tanggal 29 September 1986. Penulis
merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, dan merupakan anak dari
pasangan Bapak Sanudin dan Ibu Sumiti. Tahun 2005 penulis lulus dari TMI
(Tarbiyatu-l-Mu’alimin Al-Islamiyah) Al-Ikhlash, Kuningan, Jawa Barat, dan pada
tahun yang sama penulis diterima menjadi Mahasiswa Institut Pertanian Bogor
melalui jalur BUD-DEPAG. Penulis tercatat sebagai mahasiswa pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (KPM), Fakultas
Ekologi Manusia (FEMA), setahun setelah masuk di Institut Pertanian Bogor.
Selama di IPB penulis aktif mengikuti kegiatan organisasi kampus dan
beberapa turnamen futsal. Penulis merupakan anggota DPM FEMA tahun
2006/2007, dan menjadi ketua PPR pada PEMIRA FEMA 2007/2008 untuk
pemilihan ketua perdana BEM FEMA. Penulis pernah menjadi ketua panitia
upgrading untuk mahasiswa CSS-IPB 43. Penulis pernah menjuarai turnamen
futsal, diantaranya: Juara I Futsal Espent FEMA tahun 2008 dan Juara III Futsal
Espent FEMA tahun 2009.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ........................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... viii
1 PENDAHULUAN .................................................................................... 1 1. 1 Latar Belakang .............................................................................. 1 1. 2 Perumusan Masalah ..................................................................... 4 1. 3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 5 1. 4 Kegunaan Penelitian ..................................................................... 5
2 PENDEKATAN TEORITIS ..................................................................... 6 2. 1 Tinjauan Pustaka .......................................................................... 6
2. 1. 1 Upaya pengelolaan Lingkungan Hidup ................................ 6 2. 1. 2 Persepsi .............................................................................. 8 2. 1. 3 Partisipasi ............................................................................ 9 2. 1. 4 Nilai-nilai Agama tentang Manusia dan Lingkungan ............. 15 2. 1. 5 Isu-isu Lingkungan saat Ini .................................................. 18 2. 1. 6 Penelitian terdahulu tentang Partisipasi ............................... 19
2. 2 Kerangka Pemikiran ...................................................................... 20 2. 3 Hipotesis Penelitian ...................................................................... 22 2. 4 Definisi Operasional ...................................................................... 22
3 PENDEKATAN PENELITIAN ................................................................. 24 3. 1 Metode Penelitian ......................................................................... 24 3. 2 Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 24 3. 3 Teknik Pemilihan Responden ....................................................... 25
3. 3. 1 Karakteristik Responden ........................................................ 26 3. 3. 2 Karakteristik Informan .......................................................... 27
3. 4 Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data .................................. 29 3. 5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ........................................... 29
4 KARAKTERISTIK LOKASI PENELITIAN ............................................... 33 4. 1 Sejarah Pesantren ........................................................................ 33 4. 2 Visi, Misi dan Tujuan Pesantren .................................................... 33 4. 3 Denah Lokasi dan Keadaan Geografis Pesantren ........................ 35 4. 4 Profil Pendidikan ........................................................................... 35 4. 5 Kurikulum Terpadu dan Kegiatan Pertanian ................................... 37
Halaman
5 HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 38 5. 1 Persepsi Santri terhadap Upaya Pengelolaan Lingkungan
Hidup ............................................................................................ 38 5. 2 Partisipasi Santri dalam Upaya Pengelolaan Lingkungan
Hidup ............................................................................................ 47 5. 3 Hubungan Persepsi dengan Partisipasi Responden dalam Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup ............................... 54
6 KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 60 6. 1 Kesimpulan ................................................................................... 60 6. 2 Saran ............................................................................................ 61
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 62
LAMPIRAN ................................................................................................... 65
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Sebaran Responden berdasarkan Usia ................................................. 26
2 Sebaran Responden berdasarkan Data Responden yang Menetap
di Pondok ............................................................................................... 27
3 Sebaran Responden berdasarkan Keikutsertaan Santri dalam
Organisasi Pondok ................................................................................. 27
4 Sebaran Responden berdasarkan Rata-Rata Pencapaian Skor
Persepsi Santri ...................................................................................... 39
5 Sebaran Responden berdasarkan Total Skor Persepsi Santri ................ 46
6 Sebaran Responden berdasarkan Persentase Partisipasi Santri
pada Tahap Perencanaan ...................................................................... 49
7 Sebaran Responden berdasarkan Persentase Partisipasi santri
pada Tahap Pelaksanaan ...................................................................... 51
8 Sebaran Responden berdasarkan Persentase Partisipasi Santri
pada Tahap Evaluasi ............................................................................. 52
9 Sebaran Responden berdasarkan Persentase Partisipasi Santri
pada Tahap Menikmati Hasil .................................................................. 52
10 Sebaran Responden berdasarkan Total Skor Partisipasi Santri ............. 54
11 Nilai Frekuensi Tabulasi Silang Hubungan Persepsi dengan
Partisipasi dalam Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup ........................ 55
12 Pengendalian Organisasi dan Ciri Kepatuhan Anggota .......................... 58
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Kerangka Pemikiran ............................................................................... 21
2 Cara Pemilihan Responden .................................................................... 26
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Lembar kuesioner .................................................................................. 65
2 Uji Reliabilitas Kuesioner ....................................................................... 67
3 Panduan pertanyaan .............................................................................. 68
4 Agenda Pendidikan Pesantren pertanian Darul Fallah ........................... 69
5 Kurikulum Terpadu Pesantren Pertanian Darul Fallah ........................... 70
6 Nilai Total Skor Persepsi dan Penentuan Kategorinya ........................... 71
7 Nilai Total Skor Partisipasi dan Penentuan Kategorinya ........................ 72
8 Output Hasil Uji Korelasi (Pearson) dan Tabulasi Silang
Persepsi-Partisipasi ................................................................................. 73
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Dewasa ini isu lingkungan merupakan salah satu topik hangat yang
diperbincangkan di dunia internasional seiring semakin menurunnya kualitas
lingkungan. Penurunan kualitas lingkungan diantaranya disebabkan peningkatan
emisi gas rumah kaca (GHG emission) akibat deforestasi, konversi lahan/alih
fungsi lahan tanah, sektor energi, pertanian dan peternakan, dan lain-lain yang
pada akhirnya menyebabkan pemanasan global (global warming). Indonesia
merupakan penyumbang gas emisi ketiga terbesar dunia setelah Amerika dan
China yang diantaranya lebih banyak disebabkan buangan karbondioksida (CO2)
akibat deforestasi (Sari et al 2007). Menurunnya kualitas lingkungan merupakan
suatu masalah yang harus segera ditanggulangi demi keberlangsungan
kehidupan masa yang akan datang.
Menurunnya kualitas lingkungan mulai mengarah pada kerusakan
lingkungan yang terjadi akibat eksploitasi sumberdaya alam untuk memenuhi
kebutuhan manusia tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan. Kerusakan
lingkungan ini telah mengganggu proses alam, sehingga banyak fungsi ekologi
alam terganggu. Permasalahan lingkungan yang dihadapi pada dasarnya adalah
masalah ekologi manusia (Soemarwoto 1997). Timbulnya masalah lingkungan
hidup bukan semata-mata tanggung jawab beberapa individu atau golongan
tertentu saja, melainkan merupakan tanggung jawab berbagai pihak. Pihak yang
terlibat tersebut antara lain meliputi pemerintah, masyarakat dan lembaga
(lembaga pendidikan, LSM, perusahaan).
2
Kerusakan lingkungan dalam Al-Qur‟an disebutkan sebagai akibat dari
sifat manusia yang rakus dan tamak. Dijelaskan secara tersirat dalam Al-Qur‟an
bahwa kerusakan lingkungan yang terjadi disebabkan akibat ulah tangan-tangan
manusia yang tidak bertanggung jawab (Q.S. Ar-Ruum/30: 41). Dijelaskan dalam
ayat lain secara implisit bahwa Allah menciptakan manusia sebagai kholifah
(pemimpin) di muka bumi dengan diberikan pengetahuan yang lebih baik tentang
alam dibandingkan makhluk lainnya (Q.S. Al-baqarah/2: 30-33). Ayat yang lain
menjelaskan bahwa manusia diperintahkan oleh Allah untuk berbuat baik kepada
makhluk lain, serta melarang manusia berbuat kerusakan di (muka) bumi (Q.S.
Al-Qashas/28: 77).
Kerusakan lingkungan berakibat pada krisis lingkungan. Krisis lingkungan
global yang terjadi dewasa ini merupakan kesalahan fundamental-filosofis dalam
pemahaman atau cara pandang manusia mengenai dirinya, alam dan tempat
manusia dalam keseluruhan ekosistem. Kesalahan cara pandang ini bersumber
dari prinsip etika antroposentrisme. Etika ini memandang manusia sebagai pusat
dari alam semesta, dan hanya manusia yang mempunyai nilai, sementara alam
dan segala isinya sekedar alat bagi pemuasan kepentingan dan kebutuhan hidup
manusia (Keraf 2002).
Selanjutnya etika biosentrisme dan etika ekosentrisme berkembang untuk
mengkritisi kesalahan cara pandang etika antoposentrisme. Etika ini lebih
memperhatikan pada kepentingan makhluk hidup lainnya dan keseimbangan
ekologi. Manusia hanya bisa hidup dan berkembang sebagai manusia yang utuh
dan penuh, tidak hanya dalam komunitas sosial, tetapi juga dalam komunitas
ekologis, yaitu makhluk yang kehidupannya tergantung dari dan terkait erat
dengan semua kehidupan lain di alam semesta (Keraf 2002).
Konsep yang telah dipaparkan tersebut menuntut adanya partisipasi atau
keterlibatan langsung manusia sebagai makhluk sosial dalam menjaga dan
3
melestarikan lingkungan. Hal ini bertujuan untuk keberlanjutan kehidupan
manusia itu sendiri dan juga lingkungannya. Menurut pengertian, suatu sistem
terdiri atas komponen yang bekerja secara teratur sebagai suatu kesatuan.
Ekosistem terbentuk oleh komponen hidup dan tak hidup di suatu tempat yang
berinteraksi membentuk suatu kesatuan yang teratur (Soemarwoto 1997).
Salah satu contoh bentuk dari kehidupan manusia adalah kehidupan
santri. Kehidupan santri di pondok pesantren lazimnya terdapat penanaman nilai-
nilai agama untuk senantiasa mencintai sesama mahluk Tuhan termasuk
lingkungan. Selaras dengan hal tersebut, tujuan pendidikan pesantren adalah
menciptakan dan mengembangkan kepribadian muslim, kepribadian beriman dan
bertakwa kepada Tuhan, berakhlak mulila, bermanfaat bagi masyarakat dengan
jalan menjadi abdi masyarakat, yaitu sebagai pelayan masyarakat sebagaimana
kepribadian Nabi Muhammad (mengikuti sunnah Rasul), mampu berdiri sendiri,
bebas dan teguh dalam kepribadian, menyebarkan agama atau menegakkan
Islam dan kejayaan umat Islam di tengah-tengah masyarakat („izzul Islam wal
muslimin) (Mastuhu 1994). Disamping itu, menurut Alim (2007) masalah
lingkungan hidup untuk seorang muslim sifatnya inheren sebagai bagian dari
kepribadian, namun banyak yang secara tidak sengaja memisahkan masalah
lingkungan hidup dari urusan agama. Urusan lingkungan hidup adalah bagian
integral dari ajaran Islam. Seorang Muslim/Muslimah justru menempati
kedudukan strategis dalam lingkungan hidup.
Upaya yang dilakukan dalam menyelaraskan kedudukan penting manusia
adalah partisipasi. Partisipasi santri dalam upaya pengelolaan lingkungan hidup
dibutuhkan, dimana menurut Nasdian (2006) bahwa dengan partisipasi
mendukung masyarakat untuk mulai “sadar” akan situasi dan masalah yang
dihadapinya dan berupaya mencari jalan keluar yang dapat dipakai untuk
mengatasi masalah mereka, dengan kata lain, memunculkan kesadaran kritis
4
mereka akan pemecahan masalah yang dihadapi. Partisipasi santri dalam upaya
pengelolaan lingkugan hidup di Pesantren Pertanian Darul Fallah erat kaitannya
dengan bagaimana mereka mempersepsikan upaya pengelolaan lingkungan
hidup tersebut. Mulyana (2002) mendefinisikan bahwa persepsi adalah proses
internal yang memungkinkan seseorang memilih, mengorganisasikan, dan
menafsirkan rangsangan dari lingkungannya, dan proses tersebut mempengaruhi
perilakunya.
Kesadaran personal dan atau lingkungan yang mendukung dibutuhkan
guna menumbuhkan partisipasi santri dalam menjaga dan melestarikan
lingkungan. Kesadaran personal bisa berasal lingkungan pesantren yang
mendukung serta akses informasi yang mengenai isu-isu lingkungan yang
kemudian dapat mempengaruhi persepsinya. Oleh karena itu, perlu adanya
penelaahan yang lebih untuk mengetahui partisipasi santri dalam upaya
pengelolaan lingkungan hidup.
1. 2 Perumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, terkait dengan isu
lingkungan hidup yang berkembang dewasa ini, masalah yang dikaji dalam
penelitian ini adalah bagaimana partisipasi santri di Pesantren Pertanian Darul
Fallah terhadap upaya pengelolaan lingkungan hidup yang ada di pesantren
Darul Fallah? Contoh upaya pengelolaan lingkungan hidup yang diteliti adalah
program kegiatan pemilahan sampah dan pembuatan pupuk kompos. Hal
tersebut dikaitkan dengan persepsi santri terhadap upaya pengelolaan
lingkungan hidup yang dapat mempengaruhi partisipasinya dalam upaya
pengelolaan lingkungan hidup tersebut.
5
1. 3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ditelaah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Mengetahui persepsi santri yang berhubungan dengan partisipasi dalam
upaya pengelolaan lingkungan hidup (kegiatan pemilahan sampah dan
pembuatan pupuk kompos).
2) Menganalisis partisipasi santri dalam upaya pengelolaan lingkungan
hidup (kegiatan pemilahan sampah dan pembuatan pupuk kompos).
1. 4 Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai
pihak yang berminat maupun yang terkait dengan masalah tingkat partisipasi
dalam upaya pengelolaan lingkungan hidup berbasis pesantren.
1) Bagi peneliti, ingin melihat lebih jauh tentang partisipasi santri dalam
upaya pengelolaan lingkungan hidup dan melihat hubungan persepsi dan
partisipasinya.
2) Bagi kalangan akademisi, dapat menambah wawasan dan literatur dalam
mengkaji partisipasi dalam upaya pengelolaan lingkungan lingkungan
hidup dan pesantren.
3) Bagi kalangan non-akademisi, pemerintah dan swasta diharapkan dapat
berpartisipasi aktif dalam pemanfaatan dan pengelolaan lingkungan hidup
baik dalam berbagai unit dan ruang lingkup.
BAB II
PENDEKATAN TEORITIS
2. 1 Tinjauan Pustaka
2. 1. 1 Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
Lingkungan hidup adalah semua benda, daya dan kondisi yang terdapat
dalam suatu tempat atau ruang tempat manusia atau makhluk hidup berada dan
dapat mempengaruhi hidupnya. McNaughton dan Wolf (1998) dalam Siahaan
(2004) mengartikan lingkungan hidup dengan semua faktor eksternal yang
bersifat biologis dan fisika yang langsung mempengaruhi kehidupan,
pertumbuhan, perkembangan dan reproduksi organisme. Danusaputro (1980)
dalam Siahaan (2004) mengartikan lingkungan hidup sebagai semua benda dan
kondisi, termasuk di dalamnya manusia dan tingkah perbuatannya, yang terdapat
dalam ruang tempat manusia berada dan mempengaruhi hidup serta
kesejahteraan manusia dan jasad hidup lainnya.
Soemarwoto (1997) mendefinisikan lingkungan sebagai satu kesatuan
dari semua makhluk hidup (manusia, tumbuhan, hewan, dan jasad renik) yang
saling mempengaruhi. Ia berpendapat bahwa manusia bahkan tidak dapat hidup
tanpa adanya makhluk hidup lainnya (tumbuhan, hewan, dan jasad renik).
Sebaliknya, tumbuhan, hewan dan jasad renik tetap dapat melangsungkan
kehidupannya tanpa kehadiran manusia, seperti terlihat dari sejarah bumi
sebelum ada manusia. Mengacu pada Undang-undang RI No. 23 tahun 1997,
Lingkungan hidup merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang
7
mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta
makhluk hidup lain.
Menurut Soemarwoto (1997) permasalahan lingkungan yang dihadapi
pada dasarnya merupakan masalah ekologi manusia yakni hubungan makhluk
hidup, khususnya manusia dengan lingkungan hidupnya. Masalah-masalah
lingkungan pada manusia karena manusia mempunyai kedudukan-kedudukan
tersendiri di tengah-tengah lingkungannya. Sarwono (1995) menjelaskan bahwa
manusia adalah komponen lingkungan yang dominan. Kedudukan manusia
sebagai komponen yang dominan itu, memungkinkan menjadi perusak
lingkungan, yaitu jika manusia mengusahakan sumber daya alam untuk jangka
waktu pendek dengan cara menghasilkan produk sebanyak mungkin pada waktu
sesingkat mungkin dengan modal sesedikit mungkin.
Menurut Naess (1993) dalam Keraf (2002), krisis lingkungan dewasa ini
hanya bisa diatasi dengan melakukan perubahan cara pandang dan perilaku
manusia terhadap alam yang fundamental dan radikal. Kesalahan cara pandang
ini bersumber dari etika antoposentrisme, yang memandang manusia sebagai
pusat dari alam semesta, dan hanya manusia yang mepunyai nilai, sementara
alam dan segala isinya sekedar alat bagi pemuasan kepentingan dan kebutuhan
hidup manusia. Manusia dianggap berada di luar, di atas dan terpisah dari alam.
Bahkan, manusia dipahami sebagai penguasa atas alam yang boleh melakukan
apa saja. Cara pandang seperti ini melahirkan sikap dan perilaku eksploitatif
tanpa kepedulian sama sekali terhadap alam dan segala isinya yang dianggap
tidak mempunyai nilai pada diri sendiri.
Dibutuhkan sebuah pola hidup atau gaya hidup yang baru yang tidak
hanya menyangkut orang per orang, tetapi juga budaya masyarakat secara
keseluruhan. Artinya, dibutuhkan pengelolaan lingkungan hidup yang menuntun
8
manusia untuk berinteraksi dalam alam semesta (Keraf 2002). Pengelolaan
lingkungan hidup didefinisikan dalam Undang-Undang No. 23 RI. Tahun 1997
sebagai upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi
kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan,
pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup.
Slamet (1994) menerangkan bahwa pengetahuan tentang hubungan
antar jenis lingkungan ini sangat penting agar dapat menanggulangi
permasalahan lingkungan secara terpadu dan tuntas. Sebagai contoh, apabila
terdapat permasalahan menumpuknya sampah di kota-kota, dan diselesaikan
dengan mengangkut dan membuangnya di suatu lembah yang jauh dari pusat
kota, maka permasalahan tidak diselesaikan, tetapi hanya dipindahkan dan
timbul masalah lain seperti pencemaran air tanah, udara, bertambahnya jumlah
lalat, tikus, bau, pemandangan menjadi tidak nyaman, dan lain sebagainya. Hal
tersebut terjadi karena orang tidak memahami bahwa ada hubungan antara
sampah, air, udara, benda hidup dan sebagainya. Sebagai akibatnya,
masyarakat akan menderita kerugian yang besar dalam bentuk gangguan
kesehatan.
2. 1. 2 Persepsi
Persepsi berhubungan erat dengan stimuli (informasi) tentang sesuatu hal
yang menyebabkan seseorang sadar kemudian pengetahuan dan
pemahamannya meningkat. Menurut Sarwono (1999) persepsi dalam pengertian
psikologi adalah proses pencarian informasi untuk dipahami. Alat untuk
memperoleh informasi tersebut adalah penginderaan (penglihatan, pendengaran,
peraba, dan sebagainya). Sebaliknya, alat untuk memahaminya adalah
kesadaran atau kognisi.
9
Senada dengan itu, Van den Ban dan Hawkins (1999) mengatakan
bahwa persepsi adalah proses menerima informasi atau stimuli dari lingkungan
dan mengubahnya ke dalam kesadaran psikologis. Mulyana (2002)
mendefinisikan bahwa persepsi adalah proses internal yang memungkinkan
seseorang memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari
lingkungannya, dan proses tersebut dapat mempengaruhi perilakunya.
Pendapat Rakhmat (2001) mengungkapkan bahwa persepsi adalah
pengalaman belajar tentang objek peristiwa atau hubungan-hubungan yang
diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi juga
merupakan bentuk komunikasi intrapersonal yaitu komunikasi yang terjadi dalam
diri seseorang. Oleh karena itu, persepsi akan mempengaruhi seseorang dalam
berpikir, bertindak, dan berkomunikasi dengan pihak lain.
Asngari (1984) menekankan mekanisme proses pembentukan persepsi,
yaitu proses dimana informasi yang diterima seseorang melalui seleksi,
kemudian disusun menjadi satu kesatuan yang bermakna, dan terakhir
diinterpretasikan. Sugiyanto (1996) memberi batasan tentang persepsi yaitu
persepsi merupakan proses kognitif dan afektif yang dialami setiap orang dalam
memahami informasi tentang lingkungannya melalui indera penglihatan,
pendengaran, penghayatan perasaan, dan penciuman yang diinformasikan
kepada dirinya dari lingkungan tempat orang tersebut berada, sehingga dapat
mempengaruhi keragaan perilakunya.
2. 1. 3 Partisipasi
Menurut Nasdian (2006), selama ini konsep partisipasi dipandang hanya
“terbatas” pada impelementasi atau penerapan program, masyarakat tidak
dikembangkan dayanya menjadi kreatif dan harus menerima keputusan yang
sudah diambil “pihak luar”, sehingga partisipasi disini lebih bersifat pasif dan tidak
10
memiliki kesadaran “kritis”. Disamping itu, konsep baru menurut Paul (1987)
dalam Nasdian (2006) bahwa partisipasi berkenaan dengan sebuah proses aktif
dimana penerima keuntungan mempengaruhi arah dan pelaksanaan proyek
pembangunan ketimbang melulu hanya menerima hasil keuntungan proyek.
Pengertian tersebut melihat keterlibatan masyarakat mulai dari tahap
pembuatan keputusan, penetapan keputusan, penikmatan hasil, dan evaluasi
(Cohen and Uphoff 1980 dalam Nasdian 2006). Serupa dengan hal tersebut,
menurut Sumardjo (2009) menjelaskan bahwa partisipasi dalam pembangunan
dapat dilakukan beberapa tahapan sebagai berikut: (1) partisipasi dalam
pengambilan keputusan, (2) partisipasi dalam implementasi program, (3)
partisipasi dalam monitoring dan evaluasi dalam program pembangunan, dan (4)
partisipasi dalam pembagian manfaat dari pembangunan (participation in sharing
the bennefits of development). Sedangkan mengabaikan partisipasi masyarakat
pada tahap perencanaan dan pengambilan keputusan pembangunan
menyebabkan partisipasi semu (pseudo participation) atau partisipasi terpaksa
dari warga masyarkat dalam pelaksanaan pembangunan.
Partisipasi mendukung masyarakat untuk mulai “sadar” akan situasi dan
masalah yang dihadapinya dan berupaya mencari jalan keluar yang dapat
dipakai untuk mengatasi masalah mereka (memiliki kesadaran kritis) (Nasdian
2006). Sejalan dengan itu, Utomo (1984) memaparkan pengertian
mengembangkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa paling
sedikit mencakup dua aspek yang penting yaitu bahwa peserta partisipasi
seyogyanya turut menentukan dalam pengambilan keputusan dan turut
melaksanakannya.
Menurut Nasdian (2006) partisipasi adalah proses aktif, inisiatif, diambil
oleh warga komunitas sendiri, dibimbing oleh cara berfikir mereka sendiri,
11
dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) dimana
mereka dapat menegaskan kontrol secara efektif. Kemudian partisipasi tersebut
dikategorikan menjadi: (1) warga komunitas dilibatkan dalam tindakan yang telah
dipikirkan atau dirancang oleh orang lain dan dikontrol oleh orang lain. (2)
partisipasi merupakan proses pembentukan kekuatan untuk keluar dari masalah
mereka sendiri. Titik tolak partisipasi adalah memutuskan, bertindak, kemudian
mereka merefleksikan tindakan tersebut sebagai subyek yang sadar. Sedangkan,
menurut Sumardjo (2009) pengertian partisipasi mencakup empat poin penting,
yaitu: (1) keikutsertaan yang meliputi pengambilan keputusan, pelaksanaan,
penilaian, dan pemanfaatan hasil, (2) kesadaran atas kebutuhan, motivasi
intrinsik, dan manfaat, (3) kontribusi (energi, informasi, dana), dan (4) inisiatif.
Cohen, Uphoff dan Goldsmith (1979) memaparkan proses bagaimana
partisipasi itu dapat terjadi, (1) apakah inisiatif untuk berpartisipasi lebih sering
datang dari administrator (pemimpin) atau komunitas lokal, atau (2) apakah
rangsangan untuk berpartisipasi itu merupakan kesukarelaan atau terpaksa. Ini
menjadi relevan untuk dianalisis dan dibandingkan melalui (3) struktur dan (4)
alur-alur/saluran (channels) partisipasi, baik itu terjadi atas dasar individual atau
kolektif, dengan organisasi formal atau informal, dan ataukah partisipasi
dilakukan secara langsung atau dilakukan secara representasi tidak langsung.
Lebih lanjut, perhatian akan lebih banyak diberikan kepada (5) durasi dan (6)
keleluasaan berpartisipasi, apakah itu sekali dan untuk semua, sesekali/sebentar
(intermittent) atau secara terus menerus (continuous). Pada akhirnya, ini akan
sangat berguna untuk mempertimbangkan (7) pemberdayaan (empowerment), ini
menjadikannya sangat efektif dalam kaitannya dengan keterlibatan masyarakat
dalam pembuatan keputusan (decision-making) atau impelementasi yang
membawa mereka pada hasil yang mereka harapkan.
12
Beberapa prasyarat yang perlu diperhatikan dalam berpartisipasi
(Sumardjo 2009), yaitu: (1) kesempatan (pengetahuan/kesadaran adanya
kesempatan, peluang berpartisipasi), (2) kemauan (sikap positif terhadap
sasaran partisipasi), dan (3) kemampuan (inisiatif untuk bertindak dengan
komitmen dan menikmati hasilnya). Selain itu, Pretty dalam Hobley (1996) dalam
Sumardjo (2009) memaparkan ada tujuh tipologi partisipasi, antara lain:
a) Partisipasi manipulatif
Beberapa karakteristik partisipasi manipulatif diantaranya (1) masyarakat
menerima pemberitahuan apa yang sedang dan telah terjadi, (2) pengumuman
sepihak oleh pelaksana proyek tanpa memperhatikan tanggapan masyarakat
(sasaran program), dan (3) informasi yang dipertukarkan terbatas pada kalangan
profesional di luar kelompok sasaran.
b) Partisipasi informatif
Beberapa karakteristik partisipasi informatif diantaranya (1) masyarakat
menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian untuk proyek, (2) masyarakat tidak
mendapatkan kesempatan untuk terlibat dan mempengaruhi proses penelitian,
dan (3) akurasi hasil penelitian tidak dibatasi bersama masyarakat.
c) Partisipasi konsultatif
Beberapa karakteristik partisipasi konsultatif diantaranya (1) masyarakat
berpartisipasi dengan cara berkonsultasi, (2) orang luar mendengarkan,
menganalisis masalah, dan pemecahannya, (3) tidak ada peluang untuk
pembuatan keputusan bersama, dan (4) para profesional tidak berkewajiban
untuk mengajukan pandangan masyarakat (sebagai masukan) untuk
ditindaklanjuti.
13
d) Partisipasi insentif
Beberapa karakteristik partisipasi insentif diantaranya (1) masyarakat
memberikan korbanan/jasanya untuk memperoleh imbalan berupa insentif/upah,
(2) masyarakat tidak dilibatkan dalam proses pembelajaran atau eksperimen-
eksperimen yang dilakukan, dan (3) masyarakat tidak memiliki andil untuk
melanjutkan kegiatan-kegiatan setelah insentif diberikan.
e) Partisipasi fungsional
Beberapa karakteristik partisipasi fungsional diantaranya (1) masyarakat
membentuk kelompok untuk tujuan proyek, (2) pembentukan kelompok
(biasanya) setelah ada keputusan utama yang disepakati, dan (3) pada tahap
awal, masyarakat tergantung kepada pihak luar, tetapi secara bertahap
menunjukkan kemandiriannya.
f) Partisipasi interaktif
Beberapa karakteristik partisipasi interaktif diantaranya (1) masyarakat
berperan dalam analisis untuk perencanaan kegiatan dan pembentukan atau
penguatan kelembagaan, (2) cenderung melibatkan metoda interdisipliner yang
mencari keragaman perspektif dalam proses belajar yang terstruktur dan
sistematis, dan (3) masyarakat memiliki peran untuk mengontrol atas
(pelaksanaan) keputusan-keputusan mereka, sehingga memiliki andil dalam
keseluruhan proses kegiatan.
g) Partisipasi mandiri
Beberapa karakteristik partisipasi mandiri (self mobilization) diantaranya
(1) masyarakat mengambil inisiatif sendiri secara bebas (tidak dipengaruhi pihak
luar) untuk mengubah sistem atau nilai-nilai yang mereka junjung, (2) masyarakat
mengembangkan kontak dengan lembaga-lembaga lain untuk mendapatkan
bantuan-bantuan/dukungan-dukungan teknis dan sumberdaya yang diperlukan,
14
dan (3) masyarakat memegang kendali atas pemanfaatan sumberdaya yang ada
dan atau digunakan.
Khan dalam Sumardjo (2009) mengatakan bahwa masalah partisipasi
sebenarnya adalah masalah desentralisasi kekuasaan. Sedangkan menurut
Goldsmith dan Blustain dalam Sumardjo (2009) menjelakan bahwa masyarakat
akan bergerak untuk berpartisipasi jika partisipasi itu: 1) melalui organisasi yang
sudah dikenal atau yang sudah di tengah-tengah masyarakat yang
bersangkutan, 2) memberikan manfaat langsung kepada masyarakat yang
bersangkutan, 3) memenuhi kepentingan masyarakat setempat, dalam proses
partisipasi itu terjamin adanya kontrol oleh masyarakat dan masyarakat berperan
dalam pengambilan keputusan.
Menurut Nasdian (2006) ada tiga kategori kemandirian yang diharapkan
dapat dicapai warga komunitas dalam berpartisipasi, yakni “kemandirian
material”, “kemandirian intelektual”, dan “kemandirian manajemen”. Kemandirian
material adalah kemampuan produktif guna memenuhi kebutuhan materi dasar
dan cadangan dan mekanisme untuk dapat bertahan pada waktu krisis.
Kemandirian intelektual merupakan pembentukan dasar pengetahuan otonom
oleh komunitas yang memungkinkan mereka menanggulangi bentuk-bentuk
dominasi yang lebih halus yang muncul di luar kontrol terhadap pengetahuan itu.
Sedangkan kemandirian manajemen adalah kemampuan otonom untuk membina
diri dan menjalani serta mengelola kegiatan kolektif agar ada perubahan dalam
situasi kehidupan mereka.
Pendapat Etzioni (1982) dalam Kolopaking dalam Sosiologi Umum (2003)
memaparkan bahwa ada tiga macam kepatuhan atau bentuk partisipasi yang
ditimbulkan oleh suatu organisasi tertentu dalam suatu kondisi tertentu pula,
yaitu: (1) partisipasi dengan ciri kepatuhan alienatif (keterlibatan terpaksa) yang
15
dapat ditimbulkan oleh tipe pengendalian koersif, (2) partisipasi dengan ciri
kepatuhan kalkulatif (keterlibatan dengan pertimbangan balas jasa setimpal
dengan tawaran kegiatan yang disediakan oleh organisasi) yang dapat
ditimbulkan oleh tipe pengendalian utilitarian, dan (3) partisipasi dengan ciri
kepatuhan moral (keterlibatan dengan dasar mengemban dan menghargai atau
rela membantu organisasi) yang dapat ditimbulkan oleh tipe pengendalian
normatif.
2. 1. 4 Nilai-nilai Agama tentang Manusia dan Lingkungan
Lingkungan hidup dalam Al-Qur’an banyak disebut dengan istilah alam
atau bumi, langit dan seluruh isinya diciptakan untuk memenuhi kebutuhan hidup
manusia dalam hal berbuat baik yang semata-mata karena hanya untuk
beribadah sebagai bentuk kepatuhan kepada Allah.
“Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah Arasy-Nya (singgasana-Nya) di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya*...” (Q.S. Huud/11: 7) *Maksudnya: Allah menjadikan langit dan bumi untuk tempat berdiam makhluk-Nya serta tempat berusaha dan beramal, agar nyata di antara mereka siapa yang taat dan patuh kepada Allah.
Allah telah mengatur kehidupan semua makhluk-Nya dimana tidak ada
makhluk Allah yang diciptakan tidak mempunyai tujuan. Alam dan seluruh isinya
memiliki tujuan dan kehidupan makhluk-makhluk Allah yang ada di alam ini saling
terkait. Bila terjadi gangguan yang luar biasa terhadap salah satunya, maka
makhluk yang berada dalam lingkungan hidup tersebut ikut terganggu pula. Allah
telah menciptakan segala sesuatu dalam keseimbangan dan keserasian
(Santoso et al 2004).
Hubungan manusia dengan alam atau hubungan manusia dengan
sesamanya, bukan merupakan hubungan antara penakluk dan yang ditaklukkan
16
atau antara tuan dengan hamba, tetapi hubungan kebersamaan dalam
ketundukan kepada Allah. Kemampuan manusia dalam mengelola bukanlah
akibat kekuatan yang dimilikinya, tetapi akibat anugerah Allah (Santoso et al
2004). Selain itu, sebagai khalifah di bumi, manusia diberi kelebihan berupa
pikiran dan akal manusia yang tidak dimiliki oleh mahluk lainnya.
“Dan Dia (Allah) mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang benar!" (31) Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." (32) Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?" (33) (Q. S. Al-Baqarah/2: 31-33)
Dengan keistimewaan yang dimiliki manusia tersebut, manusia
diperintahkan untuk memikirkan tentang kelestarian dan keseimbangan
alam/lingkungan. Bahkan dari alam tersebut Allah tak segan melimpahkan
banyak Rahmat dan Nikmat untuk manusia.
“Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir”. (Q. S. Al-Jatsiyah/45: 13)
Senada dengan hal tersebut, manusia diperintahkan untuk berbuat baik
terhadap sesamanya maupaun terhadap terhadap mahluk lain termasuk
lingkungan, dan manusia dilarang berbuat kerusakan di muka bumi. Karena
sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
17
“….Dan berbuat baiklah kepada (orang/makhluk lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan” (Q. S. Al-Qashas/28: 77)
Perintah Allah tersebut bukan tanpa tujuan melainkan penciptaan alam
tersebut adalah untuk kebaikan manusia itu sendiri. Perintah tersebut tidak lain
adalah untuk melihat seberapa besar manusia itu bersyukur atas nikmat yang
diberikan Allah kepadanya. Terjaganya keselarasan dan keseimbangan
lingkungan/alam menjadikan bumi sebagai sumber penghidupan manusia.
Namun hanya sedikit manusia yang bersyukur atas anugerah dan nikmat yang
telah diberikan Allah kepada mereka.
“Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur”. (Q. S. Al-A’raaf/7: 10)
Kekurangmampuan dan kelalaian manusia dalam mensyukuri nikmat
yang telah diberikan, serta sifat tamak dan rakus manusia, menjadikan manusia
cenderung berbuat kerusakan dan mengeksploitasi sumberdaya alam hanya
demi kepentingan pribadi dengan tanpa memperhatikan dan menjaga
keseimbangan lingkungan. Kerusakan lingkungan yang terjadi tidak lain
disebabkan oleh perbuatan manusia yang tidak bertanggung jawab.
“Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan”. (Q. S. Luqman/31: 30) “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (Q. S. Ar-Ruum/30: 41)
18
2. 1. 5 Isu-isu Lingkungan Saat Ini
Fitrihani (2006) menuturkan bahwa persoalan lingkungan hidup saat ini
diidentikkan dengan kemiskinan, keterbelakangan, tingkat pembangunan yang
masih rendah dan pendidikan rendah. Intinya faktor kemiskinan yang menjadi
penyebab utama kerusakan lingkungan hidup di dunia. Sampah longsor, kabut
asap di Kalimantan dan Sumatera, lumpur panas di Sidoarjo, tumpahan minyak
di lautan dan menipisnya lapisan ozon merupakan beberapa contoh
permasalahan lingkungan hidup yang bersumber dari tingkah laku manusia
sendiri yang terjadi di Indonesia beberapa tahun terakhir ini.
Keraf (2002) berpendapat bahwa berbagai kasus lingkungan hidup yang
terjadi sekarang ini, baik pada lingkup global maupun lingkup nasional, sebagian
besar bersumber dari perilaku manusia. Kasus-kasus pencemaran dan
kerusakan, seperti di laut, hutan, atmosfer, air, tanah, dan seterusnya bersumber
pada perilaku manusia yang tidak bertanggung jawab, tidak peduli dan hanya
mementingkan diri sendiri. Manusia adalah penyebab utama dari kersakan dan
pencemaran lingkungan.
Adiwibowo (2006) menjelaskan kerusakan dan pencemaran lingkungan
yang terus berlangsung lebih dari empat dekade ini berakumulasi sedemikian
luas, sehingga kini kita berhadapan dengan masalah lingkungan yang kompleks.
Sungai, danau, laut yang rusak dan tercemar semakin luas sebagai akumulasi
dari intensifikasi pertanian yang berlebihan, aktivitas penambangan dan industri,
serta permukiman. Perubahan iklim global timbul sebagai resultante dari
buangan CO2 yang massive dan meluasnya kerusakan hutan. Degradasi hutan
atau kepunahan keanekaragaman hayati melonjak secara eksponensial sebagai
akibat dari intensifikasi pertanian, kerusakan hutan dan permukiman penduduk.
Disamping itu, Sari et al (2007) berpendapat bahwa perubahan lingkungan telah
19
mengancam sendi-sendi kehidupan manusia di planet bumi. Deforestasi
(penebangan hutan), degradasi lahan, dan kebakaran hutan telah menempatkan
Indonesia pada urutan teratas ketiga dunia penyumbang gas emisi (emitter) gas
rumah kaca. Emisi-emisi tersebut dihasilkan dari deforestasi dan kebakaran
hutan yang lima kali lebih banyak dibandingkan dengan emisi dari non-forestri.
Emisi-emisi dari sektor energi dan industri relatif lebih kecil namun tumbuh
dengan sangat cepat.
2. 1. 6 Penelitian terdahulu tentang Partisipasi
Partisipasi pada beberapa hasil penelitian diukur melalui beberapa
tahapan, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi. Hasil
penelitian partisipasi masyarakat yang dilakukan oleh Kurniawan (2008) pada
gerakan nasional rehabilitasi hutan dan lahan di Sukabumi, Jawa Barat
melaporkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat dipengaruhi oleh beberapa
faktor-faktor pendukung yang mendorong seseorang untuk ikut berpartisipasi
diantaranya adalah tingkat pemahaman, kesempatan, dan sikap masyarakat
pada setiap tahapan partisipasi mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi.
Pada tahap perencanaan, faktor pendorong yang menjadi motivasi
mayarakat adalah pengetahuan masyarakat. Luasnya pengetahuan seseorang
akan mempengaruhi seseorang untuk ikut berpartisipasi dalam suatu kegiatan
termasuk dalam tahap perencanaan. Sementara itu, pada tahap pelaksanaan
dan evaluasi faktor pendorong masyarakat untuk ikut berpartisipasi adalah
kesempatan. Hal ini dikarenakan masyarakat merasa bahwa posisi mereka
adalah sebagai pelaksana bukan sebagai perencana, sehingga kesempatan
untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan dan evaluasi menjadi pusat perhatian
mereka.
20
Hasil penelitian lain mengenai tingkat partisipasi masyarakat yang
dilakukan oleh Ramadyanti (2009) dalam program Jakarta Green and Clean
(JGC) tahun 2007 melaporkan bahwa secara keseluruhan masyarakat Ciracas
dan Cipinang Melayu memiliki tingkat partisipasi yang sudah cukup baik. Ini
terlihat dari masyarakat berperan aktif dalam mensukseskan program JGC baik
pada tahap perencanaan, pelaksanaan, menikmati hasil, maupun pada tahap
evaluasi. Hasil ini didukung oleh karakteristik internal dan eksternal
masyarakatnya, sehingga akhirnya masyarakat sadar dan mengembangkan
program tersebut.
2. 2 Kerangka Pemikiran
Isu lingkungan yang terjadi dewasa ini itu semakin meluas merambah
setiap golongan masyarakat tidak terkecuali santri. Kehidupan santri tidak
terlepas dari nilai-nilai agama. Hal tersebut tidak terlepas dari kegiatan belajar
agama yang diperolehnya di pesantren. Salah satu nilai yang dijunjung di
pesantren adalah berbuat baik terhadap sesamanya dan atau terhadap makhluk
lain termasuk lingkungan. Lazimnya nilai-nilai agama yang diperoleh santri
bersifat inheren dan diterapkan dalam kehidupan kesehariannya sebagai bentuk
ibadah kepada Allah termasuk dalam upaya pengelolaan lingkungan.
Mulai dari pengetahuan santri tentang isu lingkungan yang berkembang,
kemudian faktor eksternal yang dapat mempengaruhi persepsi santri dalam
upaya pengelolaan lingkungan hidup di Pesantren Pertanian Darul Fallah.
Kemudian persepsi tersebut dapat mempengaruhi partisipasi santri dalam upaya
pengelolaan lingkungan hidup di pesantren Darul Fallah tersebut. Contoh upaya
pengelolaan lingkungan hidup yang diteliti adalah program pemilahan sampah
dan pembuatan pupuk kompos. Faktor-faktor eksternal dalam penelitian ini yaitu
lingkungan pesantren dan akses informasi. Lingkungan pesantren meliputi
21
pengajian nilai-nilai agama, kurikulum pesantren, peraturan pesantren, tentang
perintah melestarikan lingkungan, kurikulum dan peraturan pesantren, pengaruh
kepemimpiinan Kyai/Ustadz, dan intensitas komunikasi santri dengan mereka
terkait pengelolaan lingkungan yang ada di pesantren. Akses informasi santri
terhadap media yang ada di pesantren meliputi surat kabar, majalah, televisi,
dan internet.
Pengetahuan tentang Isu lingkungan
Faktor eksternal: Lingkungan pesantren: pengajian
tentang nilai-nilai agama, kurikulum, peraturan, pengaruh kepemimpinan Kyai/Ustadz, intensitas komunikasi
Akses informasi media: TV, koran, majalah, internet, radio dan sebagainya
Partisipasi dalam upaya pengelolaan lingkungan
hidup di Darul Fallah (pemilahan sampah,
dan pembuatan pupuk kompos)
Persepsi santri terhadap
pengelolaan lingkungan hidup
Gambar 1 Kerangka pemikiran
keterangan : variabel yang diteliti : variabel yang tidak
diteliti
22
2. 3 Hipotesis penelitian
Semakin positif persepsi santri terhadap upaya pengelolaan lingkungan
hidup, maka akan semakin tinggi partisipasi santri dalam upaya pengelolaan
lingkungan hidup tersebut.
2. 4 Definisi Operasional
a. Santri adalah orang yang menuntut ilmu di pesantren.
b. Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan
diduga
c. Responden adalah individu yang menjadi salah satu bagian unit analisa dari
penelitian.
d. Faktor eksternal adalah faktor yang dapat mempengaruhi santri dari luar
atau dari lingkungan sekitar santri. Faktor eksternal disini meliputi lingkungan
pesantren dan akses informasi santri terhadap media.
e. Nilai-nilai agama adalah nilai-nilai agama Islam tentang kepedulian terhadap
lingkungan yang bersumber pada Al-Qur’an.
f. Lingkungan adalah lingkungan pesantren tempat santri menuntut ilmu.
g. Lingkungan hidup adalah semua benda, daya dan kondisi yang terdapat
dalam pesantren tempat santri atau makhluk hidup lainnya berada dan dapat
mempengaruhi hidupnya.
h. Isu lingkungan adalah kejadian terhadap lingkungan yang berkaitan dengan
permasalahan lingkungan yang banyak terjadi dewasa ini.
i. Persepsi santri adalah pandangan atau pemahaman santri terhadap upaya
pengelolaan lingkungan hidup yang dapat mempengaruhi perilaku
berpartisipasi. Pemberian skor persepsi untuk kalimat positif adalah skor 0
untuk jawaban “tidak setuju”, skor 1 untuk jawaban “ragu-ragu”, dan skor 2
untuk jawaban “setuju”. Sedangkan untuk kalimat negatif adalah
23
kebalikannya. Pengkategorian persentase persepsi berdasarkan total skor
keseluruhan responden dengan mengunaan interval untuk menentukan
selang kelas (Slamet 1993). Meliputi kategori rendah, sedang, dan tinggi.
j. Partisipasi santri adalah proses aktif, inisiatif, yang dilakukan oleh santri
dalam upaya pengelolaan lingkungan hidup. Partisipasi disini merupakan
keikusertaan santri dalam kegiatan pemilahan sampah dan pembuatan pupuk
kompos yang terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan
menikmati hasil. Pemberian skor partisipasi adalah skor 0 untuk jawaban
“tidak”, dan skor 1 untuk jawaban “ya”. Pengkategorian partisipasi santri
berdasarkan total skor seluruhan responden dengan mengunaan interval
untuk menentukan selang kelas (Slamet 1993). Meliputi kategori rendah,
sedang, dan tinggi.
k. Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya yang dilakukan santri untuk
melestarikan fungsi lingkungan dalam bentuk kegiatan pemilahan sampah
organik dan anorganik serta pembuatan pupuk kompos.
BAB III
PENDEKATAN PENELITIAN
3. 1 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional study untuk
mengetahui partisipasi santri dalam pengelolaan lingkungan hidup. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Pendekatan
kuantitatif yang dilakukan berjenis penelitian survei. Penelitian survei adalah
penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan
kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Menjelaskan bahwa
penelitian deskriptif dimaksudkan untuk pengukuran yang cermat terhadap
fenomena sosial tertentu (Singarimbun dan Effendi 1989).
Pendekatan kualitatif digunakan sebagai pendukung pendekatan
kuantitatif yang dilakukan untuk menelusuri lebih jauh seberapa besar pengaruh
terhadap tingkat partisipasi santri. Menurut Moleong (2006), pendekatan
penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami fenomena sosial tertentu melalui
gambaran holistik dan memperbanyak pemahaman mendalam.
3. 2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Pesantren Pertanian Darul Fallah Kecamatan
Ciampea Kabupaten Bogor Jawa Barat. Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan
secara sengaja (purposive). Alasan pemilihan lokasi adalah karena pesantren
tersebut disamping melakukan kegiatan belajar mengajar yang utama yaitu
mengajarkan nilai-nilai agama dan penanaman moral seperti pesantren pada
umumnya, Pesantren Pertanian Darul Fallah melakukan kegiatan agribisnis yang
memperhatikan keseimbangan lingkungan. Hal tersebut juga dapat dilihat dari
sejarah denah lokasi Pesantren Pertanian Darul Fallah yang awalnya kering dan
25
gersang, sekarang menjadi hijau dan rindang penuh dengan pepohonan. Selain
itu, sebagai Pesantren yang bergerak di bidang pertanian yang peduli terhadap
lingkungan adalah dari program upaya penggunaan pupuk kompos dengan
menggunakan sistem bokashi ataupun melalui kegiatan memilah sampah. Akan
tetapi, terlepas dari kegiatan tersebut penelitian ini ingin mengetahui secara
deskriptif mengenai partisipasi santri Pesantren Pertanian Darul Fallah dalam
upaya pengelolaan lingkungan hidup yang ada di pesantren tersebut.
Waktu penelitian termasuk persiapan, pengumpulan data, pengolahan,
dan analisis data serta penulisan laporan direncanakan dilaksanakan dalam
jangka enam bulan terhitung mulai September 2009 hingga Februari 2010.
Khusus untuk pengumpulan data primer berupa wawancara dan pengamatan
dilakukan selama satu bulan mulai bulan November 2009.
3. 3 Teknik Pemilihan Responden dan Informan
Populasi penelitian ini adalah seluruh santri yang berada di dalam wilayah
Pesantren Pertanian Darul Fallah Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor.
Pemilihan responden dilakukan dengan cara simple random sampling. Teknis
pemilihan yang dilakukan yaitu, pertama dilakukan pengacakan berdasarkan
level status kelas yang terbagi menjadi dua yaitu Madrasah Tsanawiyah (MTs)
dan Madrasah Aliyah (MA) (terpilih MA). Kedua, dilakukan pengacakan
berdasarkan tingkatan kelas (satu, dua, dan tiga) MA (terpilih kelas tiga MA). Dan
terakhir, dilakukan pengacakan untuk pemilihan responden sebanyak tiga puluh
orang dalam kelas tiga MA. Untuk lebih jelas, cara pemilihan responden dapat
dilihat pada Gambar 2.
26
Disamping itu, jumlah informan yang diambil dalam penelitian ini
berjumlah tiga orang. Pemilihan infoman ini dilakukan dengan menggunakan
teknik snowball.
3. 3. 1 Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini adalah santri di Pesantren Pertanian
Darul Fallah yang berusia antara 16-19 tahun dan duduk dibangku kelas tiga.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata usia responden adalah berusia
17.4 tahun. Proporsi terbesar (50%) responden berusia 18 tahun (Tabel 1).
Disamping itu, jenis kelamin responden dalam penelitian ini didapatkan proporsi
yang seimbang antara laki-laki dan perempuan yaitu 50 persen. Hasil ini
didapatkan berdasarkan pengacakan yang dilakukan pada waktu penelitian.
Tabel 1 Sebaran Responden berdasarkan Usia
Kategori usia (Tahun) Total
n % 16 4 13.3 17 10 33.3 18 15 50.0 19 1 3.4
Total 30 100.0 Rata-rata (tahun) ± SD 17.4 ± 0.8
Berdasarkan Tabel 2, lebih dari separuh responden (86.7%) tinggal di
pondok pesantren dan sisanya tidak tinggal di pondok. Hal ini terjadi karena
30
Kelas 3 Kelas 1 Kelas 2
Pesantren Darul Fallah
MTs MA
acak
acak
acak
Gambar 2 Cara Pemilihan Responden
27
faktor kedekatan rumah dengan lokasi pondok pesantren dan tidak ada paksaan
dari pihak pondok pesantren untuk tinggal. Sementara itu, rata-rata lama tinggal
responden di pondok pesantren adalah 3.8 tahun. Hal ini dikarenakan jalur
masuk santri ke Pesantren Pertanian Darul Fallah ada dua (2) jalur, ada santri
yang masuk ke pondok mulai dari sejak lulus SD dan ada yang masuk setelah
lulus SMP.
Tabel 2 Sebaran Responden berdasarkan Data Responden yang Menetap di Pondok
Keikutsertaan tinggal di pondok Total n %
Ya 26 86.7 Tidak 4 13.3 Total 30 100.0
Rata-rata (tahun) ± SD 3.8 ± 4.1
Sementara itu, Tabel 3 menunjukkan sebesar 76.7 persen responden
mengikuti organisasi yang ada di pondok pesantren yaitu HISDAF (Himpunan
Santri Darul Fallah). Mayoritas yang mengikuti keorganisasian di pesantren
adalah responden yang tinggal dan menetap di asrama pondok. Hal ini diduga
karena hampir semua kegiatan organisasi dilakukan di pondok. Organisasi itu
sendiri diantaranya mencakup kegiatan administrasi, olahraga, bahasa sampai
masalah peribadatan, sehingga membutuhkan lebih banyak waktu anggotanya
untuk selalu siap (stand by) di pondok.
Tabel 3 Sebaran Responden berdasarkan Keikutsertaan Santri dalam Organisasi Pondok
Keikutsertaan dalam organisasi Total n %
Ya 23 76.7 Tidak 7 23.3 Total 30 100.0
3. 3. 2 Karakteristik Informan
Karakteristik informan yang dikaji dalam penelitian meliputi nama, tempat
tanggal lahir, jabatan di pondok dan peranannya dalam kehidupan santri.
Jabatan informan di pondok yakni yang terkait dengan topik penelitian terutama
28
di bidang kepesantrenan dan pengembangan masyarakat, kesehatan dan
kebersihan lingkungan, dan bagian pembinaan santri.
Informan yang pertama adalah bapak BW yang merupakan Direktur
Bagian Kepesantrenan dan Pengembangan Masyarakat. Perannya di Pesantren
Pertanian Darul Fallah adalah di bidang pertanian (agribisnis), kepesantrenan,
juga pengembangan masyarakat sekitar pesantren. Beliau merupakan ustadz
senior, dan mengetahui banyak informasi tentang sejarah kepesantrenan, sistem
pendidikan santri dan pertanian Darul Fallah. Beliau mempunyai pengaruh
terhadap kegiatan santri, baik dalam pendidikan maupun luar pendidikan,
termasuk juga kegiatan agribisnis santri disana. Hal ini penting untuk dikaji
karena berhubungan dengan bagaimana partisipasi responden di pesantren.
Informan yang kedua adalah bapak MH yang merupakan Kepala Bagian
Bina Santri yang cukup berperan dan terlibat banyak dalam kegiatan santri, juga
dalam bidang keorganisasian santri di Pesantren Pertanian Darul Fallah.
Informasi dari beliau melengkapi dan menguatkan hasil informasi dari bapak BW.
Informan tersebut penting untuk digali informasinya karena lebih berfokus pada
masalah kegiatan santri dan pembinaannya. Pembinaan yang dilakukan
termasuk dalam penanaman moral dan nilai-nilai agama kepada santri.
Kemudian, Informan ketiga adalah bapak AL yang merupakan Kepala
Bidang Kebersihan dan Kesehatan. Beliau fokus di bidang kesehatan dan
kebersihan lingkungan pondok dan mempunyai peran yang penting dalam
beberapa kegiatan atau rutinitas yang ada di Pesantren Pertanian Darul Fallah.
Interaksi dan kedekatannya dengan kegiatan santri relatif sering terutama dalam
masalah kebersihan pondok. Informasi dari beliau memaparkan tentang rutinitas
kegiatan pemilahan sampah dan pembuatan pupuk kompos.
29
3. 4 Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan
data sekunder. Pengumpulan data primer melalui wawancara menggunakan
kuesioner dan pengamatan langsung. Jenis data primer yang dikumpulkan:
1) Pengetahuan santri mengenai isu-isu lingkungan saat ini dengan
menggunakan kuesioner.
2) Persepsi santri mengenai upaya pengelolaan lingkungan hidup yang
diukur dengan menggunakan kuesioner.
3) Tingkat partisipasi santri yang akan diukur dengan menggunakan
kuesioner.
4) Pengaruh lingkungan pesantren yang menggunakan panduan
pertanyaan.
Data sekunder diperoleh dari pesantren setempat berupa data jumlah
santri, dan data keadaan umum karakteristik lokasi penelitian (baik secara
langsung ataupun lewat situs resmi website Darul Fallah1)
3. 5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Data yang didapatkan dari hasil penelitian mendapatkan perlakuan yang
berbeda antara data yang didapatkan dari pendekatan kualitatif dan pendekatan
kuantitatif. Data kuantitatif yang diperoleh dari panduan pertanyaan kuesioner
yang diperoleh di lapangan terlebih dahulu dilakukan editing, selanjutnya
dilakukan pemindahan dari daftar pertanyaan ke lembar tabulasi yang sudah
disiapkan. Pengolahan data meliputi editing, coding, scoring, entrying, cleaning,
serta analyzing dengan menggunakan program komputer Microsoft Excel dan
SPSS 13.0 for Windows.
1 Diakses dari Website Yayasan Pesantren Pertanian Darul Fallah: darulfallah.org tanggal 10 Januari 2010
30
Panduan pertanyaan pada kuesioner meliputi aspek persepsi santri
terhadap upaya pengelolaan lingkungan hidup, dan aspek partisipasi santri
dalam upaya pengelolaan lingkungan hidup. Panduan pertanyaan pada
kuesioener terlebih dahulu telah diuji nilai reliabilitasnya (Terlampir). Aspek
persepsi terdiri dari enam pertanyaan (Terlampir). Nilai reliabilitas pada aspek
persepsi santri tersebut adalah sebesar 0.59. Nilai ini menunjukkan bahwa
panduan pertanyaan yang digunakan dapat digunakan untuk penelitian yang
memiliki karakteristik hampir sama.
Pengkategorian pada aspek persepsi santri terhadap pengelolaan upaya
lingkungan hidup berdasarkan total skor keseluruhan responden dengan
mengunaan interval untuk menentukan selang kelas (Slamet 1993). Meliputi
kategori rendah, sedang, dan tinggi.
Pengukuran nilai kategori persepsi (Slamet 1993)
Nilai terendah = 5
Nilai tertinggi = 10
Jumlah kelas = 3 (rendah, sedang, tinggi)
Range = nilai tertinggi – nilai terendah = 5
Interval kelas =
Interval kelas = = 2
Selanjutnya, untuk mengukur aspek partisipasi santri digunakan tujuh
belas buah pertanyaan (Terlampir) yang mencakup empat tahapan partisipasi
(perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan menikmati hasil). Nilai realibilitas yang
didapatkan dari hasil uji adalah sebesar 0.87. Pengkategorian pada aspek
partisipasi santri dalam upaya pengelolaan upaya lingkungan hidup berdasarkan
total skor keseluruhan responden dengan mengunaan interval untuk menentukan
selang kelas (Slamet 1993). Meliputi kategori rendah, sedang, dan tinggi.
31
Pengukuran nilai kategori partisipasi (Slamet 1993)
Nilai terendah = 0
Nilai tertinggi = 13
Jumlah kelas = 3 (rendah, sedang, tinggi)
Range = nilai tertinggi – nilai terendah = 13
Interval kelas =
Interval kelas = = 4.66
Miles dan Huberman (1992) dalam Sitorus (1998) memaparkan untuk
data yang didapat dari pendekatan kualitatif diolah melalui tiga jalur analisis data
kualitatif yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Penjabaran tahapan analisis data kualitatif tersebut adalah sebagai berikut: (1)
reduksi data, merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data ”kasar” yang muncul dari
beberapa catatan tertulis di lapangan. Reduksi dalam proses pengumpulan data
mencakup kegiatan meringkas data yang ada di dalam catatan lapangan,
mengkode hasil catatan lapang dikaitkan dengan pertanyaan penelitian,
membuat gugus-gugus pembahasan dalam matriks kasar untuk mempermudah
analisis, membuat partisi dan menulisi memo di dalam catatan lapang. Reduksi
ditujukan untuk menajamkan, menggolongkan, mengeliminasi yang tidak
diperlukan serta mengorganisir data untuk memperoleh kesimpulan akhir, (2)
penyajian data, data yang telah direduksi kemudian disajikan dengan
penyusunan sekumpulan informasi sehingga memungkinkan untuk penarikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data dilakukan dalam bentuk:
tabel, gambar, serta berbagai kutipan penjelasan dari subyek penelitian, (3)
penarikan kesimpulan, dalam hal ini juga meliputi verifikasi atas kesimpulan
tersebut. Artinya, selama proses pengumpulan data dengan tetap meninjau data-
32
data yang telah dikumpulkan sebelumnya untuk memastikan bahwa data yang
dibutuhkan sudah lengkap, sehingga penarikan kesimpulan dapat dilakukan
dengan tepat berdasarkan data-data yang sudah terkumpul.
Data yang dihasilkan baik dari data kuantitaif maupun kualitatif kemudian
dilakukan analisis. Data-data tersebut dianalisis secara deskriptif dan statistik
inferensia. Hasil analisis kemudian diinterpretasikan untuk memperoleh suatu
kesimpulan.
BAB IV
KARAKTERISTIK LOKASI PENELITIAN
4. 1 Sejarah Pesantren
Yayasan Pesantren Pertanian Darul Fallah didirikan berdasarkan Akta
Notaris J.L.L Wenas di Bogor pada tanggal 09 April 1960, dengan nomor 12.
Yayasan Pesantren Pertanian Darul Fallah terdaftar dalam buku regristrasi di
Kepaniteraan Pengadilan Negeri Bogor pada tanggal 16 Maret 1969 di bawah
no. 25/1969 AN. Perkampungan Pesantren dibangun mulai bulan Juni 1960 di
atas lahan tanah wakaf dari R.H.O. Djunaedi seluas 26,6 Ha. Pengesahan
terhadap pengwakafan areal lahan itu disahkan oleh Kepala Pengawas Agraria
Keresidenan Bogor pada tanggal 20 Juni 1961, dengan piagam No. 114/1961.
Areal itu terletak di dua blok yaitu blok Lemahduhur dan Blok Gunung Leutik,
(sekarang disebut Bukit Darul Fallah) Desa Benteng. Pada tanggal 02 Agustus
1966, oleh Pengurus Yayasan telah dilakukan perubahan Anggaran Dasar
Yayasan di hadapan Notaris Ny. Nurhayati Yunus, SH. di Bogor dengan Nomor 1
(satu).
Darul Fallah secara harfiah dapat diartikan sebagai “rumah petani” atau
”kampung pertanian”. Pesantren Pertanian Darul Fallah merupakan lembaga
Islam yang diperuntukkan untuk semua lapisan masyarakat agar dapat
menambah pengetahuan dan keterampilan dalam bidang pertanian dan
kewirausahaan.
4. 2 Visi, Misi dan Tujuan Pesantren
Visi PP Darul Fallah adalah Mewujudkan Darul Fallah sebagai lembaga
pendidikan, dakwah dan pengembangan masyarakat dengan memiliki
34
keunggulan tersendiri dan menghasilkan SDM yang memiliki ruhul jihad, kreatif,
inovatif dan mandiri. Peningkatan pendidikan pertanian di Darul Fallah tidak
hanya yang bersifat budidaya (on farm) akan tetapi juga diarahkan pada
pengolahan hasil pertanian dan pemasarannya yang mempunyai nilai tambah
yang tinggi.
Beberapa misi yang diusung PP Darul Fallah diantaranya: (1)
Pendidikan, menyelenggarakan dan mengembangkan sistem pendidikan yang
unggul dengan kurikulum yang memadukan materi ajaran Islam IMTAQ dan
IPTEK dalam jenjang pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan bangsa. (2)
Pelatihan dan Dakwah, Menyelengarakan kegiatan keterampilan dan keahlian
yang berbasis kemandirian dengan mengaplikasikan ajaran Islam dalam
kehidupan sehari-hari. Dakwah difokuskan dalam bentuk dakwah bilhal. (3)
Agribisnis, Mengembangkan proyek unit usaha agribisnis sebagai salah satu
komitmen dalam pengembangan lembaga dengan mendifusikan IPTEK dalam
usaha-usaha produktif. (4) Pengembangan Masyarakat, Mengembangkan
proyek-proyek percontohan qoryah thoyyibah di daerah pedesaan dengan
pendekatan dan pengabdian serta menjalin kerjasama dengan instansi atau
lembaga terkait.
Tujuan PP Darul Fallah adalah membentuk pribadi beriman, berilmu,
berakhlaq Islam yang mandiri dan berdakwah menegakkan agama
(Iqomatuddin). Kemudian dapat membina peningkatan harkat kehidupan diri
pribadi, keluarga dan masyarakat melalui dakwah dan berwiraswasta yang
diridhoi Allah SWT, Memajukan pendidikan dan dakwah Islam dalam rangka
membentuk generasi baru yang berilmu dan bertakwa, sehingga berperan aktif
dalam pembangunan agama, bangsa dan Negara.
35
4. 3 Denah Lokasi dan Keadaan Geografis Pesantren
Yayasan Pesantren Pertanian Darul Fallah (YPPDF) memiliki luas 26.5
Ha, terletak pada km 12 jalan raya Bogor-Ciampea, atau 2 km dari kampus IPB
Darmaga. Lahan memanjang sekitar 1 km dari tepi jalan raya kampung Kebon
Eurih masuk ke dalam ke arah kampung Gunung Leutik. Kondisi lahan berbukit,
90 % miring dan 10 % datar. Hanya sebagian kecil (5%) berupa lahan sawah dan
sebagian besar berupa lahan kering. Tanah lahan kering termasuk jenis latosol,
dengan pH antara 5-7. Curah hujan rata-rata per tahun > 3.000 mm, 9-12 bulan
basah serta 0-1 bulan kering.
Mulanya keadaan lahan kurus dari unsur-unsur hara karena proses
pencucian oleh air hujan (perkolasi). Kondisi itu telah berubah setelah sebagian
besar lahan tertutup oleh budidaya tanaman tahunan serta kebun rumput. Lahan
Pesantren sebagian besar dibatasi secara alami oleh sungai-sungai besar
(Cinangneng, Ciampea) serta selokan-selokan. Perkampungan dibangun pada
blok Lemahduhur, sedangkan kandang-kandang ternak sapi, kambing dan
domba pada blok Bukit Darul Fallah. Sarana jalan di perkampungan Yayasan
Pesantren Pertanian Darul Fallah (YPPDF) telah 60% diaspal, 20% telah
mengalami pengerasan batu dan 20% pengerasan tanah. Pemasangan fasilitas
listrik oleh PLN sudah sejak 10 tahun lalu, demikian pula fasilitas komunikasi
yaitu telepon.
4. 4 Profil Pendidikan
Madrasah Aliyah dan Madrasah Tsanawiyah Darul Fallah merupakan
lembaga pendidikan pada Yayasan Pesantren Pertanian Darul Fallah yang telah
berdiri sejak tahun 1960, menyediakan inovasi pendidikan dengan
mengintegrasikan nilai-nilai ajaran Islam (IMTAQ) serta ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK). Dalam proses pendidikannya dikembangkan juga leadership,
life skill dan enterpreneurship.
36
Metode pendidikan yang diterapkan PP Darul Fallah yaitu proses
pendidikan secara holistik melalui seluruh aktifitas selama 24 jam. Metode
penyampaian melalui keteladanan, belajar di kelas dan alam terbuka, praktek
dan belajar mandiri. Selain itu disana juga diterapkan penggunaan metode
accelerated learning yang merupakan teknik membaca cepat, penyeimbangan
penggunaan otak kanan dan kiri.
Fokus penyelenggaraan pendidikan diarahkan pada tiga (3) Dimensi
Keunggulan yaitu: TAQWA: Aqidah yang benar, ibadah yang baik, akhlak yang
mulia. CERDAS: Kemampuan intelektual, kemampuan berkomunikasi,
kemampuan teknologi dan informasi. MANDIRI: Jiwa kepemimpinan, jiwa
kewirausahaan, kemampuan manajerial. menerapkan suatu sistem pendidikan
terpadu dari berbagai sisi seperti keterpaduan:
1. Pendidikan agama dengan teknologi/ keterampilan (terutama Agribisnis).
2. Pendidikan formal dengan non formal pesantren serta informal komunitas
pesantren.
3. Pendidikan intelektual (teori) dengan praktek penerapan usaha
(kewirausahaan).
4. Pendidikan pencapaian prestasi individual dengan semangat pelayanan.
Visi madrasah yaitu menjadikan Sekolah Unggul yang mampu
menghasilkan kader-kader generasi muda terbaik bagi bangsa dan umat Islam
Indonesia. Sedangkan misi madrasah yaitu mendidik generasi taqwa, cerdas dan
mandiri, mengembangkan sistem pendidikan unggul yang senantiasa relevan
dengan perkembangan jaman, serta mendorong pemerataan hak dalam
pendidikan bagi seluruh lapisan ekonomi masyarakat terutama pada masyarakat
dhuafa.
37
4. 5 Kurikulum Terpadu dan Kegiatan Pertanian
Madrasah Aliyah dan Madrasah Tsanawiyah Darul Fallah menggunakan
Kurikulum yang merujuk pada Kurikulum Nasional Departemen Agama dan
Departemen Pendidikan Nasional yang disempurnakan dengan muatan lokal
terutama Jiwa Kemandirian, MIPA dan Agama. Selain menggunakan dua
kurikulum tersebut, MTs dan MA Darul Fallah juga memasukkan kurikulum
kepesantrenan dalam kegiatan balajar dan mengajarnya (KBM). (Terlampir)
Santri dikelompokkan sesuai dengan minat dan kemampuannya dalam
kegiatan pertanian secara menyeluruh. Hal ini dimaksudkan untuk menanamkan
pengetahuan dan ketrampilan dalam mengelola proyek pertanian dalam skala
kecil. Kegiatan ini meliputi perencanaan, budidaya, pemanenan dan pemasaran
dalam bidang holtikultura, palawija, peternakan, perikanan, perkebunan dan
kehutanan serta pengolahan hasil pertanian. Santri harus mampu
memperkirakan biaya, waktu, luas areal, sarana dan prasarana yang dibutuhkan,
teknik budidaya yang akan diterapkan, pengolahan pasca panen, perkiraan hasil
dan harga jual serta tingkat keuntungannya. Adapun teknologi pupuk bokashi
(fermentasi pupuk organik) mulai pula dipraktekkan sejak tahun 1996, dan pada
tahun 1999 diproduksi secara besar-besaran walaupun sementara untuk
memenuhi kebutuhan sendiri.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5. 1 Persepsi Santri terhadap Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
Sugiyanto (1996) memberikan batasan tentang persepsi yaitu persepsi
merupakan proses kognitif dan afektif yang dialami setiap orang dalam
memahami informasi tentang lingkungannya melalui indera penglihatan,
pendengaran, penghayatan perasaan, dan penciuman yang diinformasikan
kepada dirinya dari lingkungan tempat orang tersebut berada. Sehingga,
persepsi tersebut dapat mempengaruhi keragaan perilakunya.
Persepsi dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan panduan
pertanyaan yang terdiri dari enam pertanyaan, yaitu (a) apakah kyai dan ustadz
menganjurkan santrinya untuk menjaga lingkungan, (b) apakah pembuatan
pupuk kompos dirasa tidak berpengaruh banyak terhadap lingkungan, (c) apakah
sampah yang sudah dikumpulkan lebih baik dibakar atau ditimbun, (d) apakah
santri memilah sampah karena rutinitas kegiatan di pondok, (e) apakah santri
boleh tidak mengikuti kegiatan pembuatan pupuk kompos, (f) apakah pemilahan
sampah yang dilakukan merupakan upaya yang sia-sia dalam menjaga
lingkungan. (Terlampir)
Dari tabel 4 jawaban hampir seluruh responden (96.7 %) menyatakan
setuju dan 3.3 persen menyatakan tidak setuju untuk pernyataan pertama
persepsi dalam kuesioner bahwa Kyai dan Ustadz di Pesantren Pertanian Darul
Fallah perlu menganjurkan santrinya untuk menjaga lingkungan. Ini
mengindikasikan bahwa secara kognitif, responden menyadari bahwa peran kyai
dan ustadz itu dirasa penting untuk selalu menganjurkan kepada santri untuk
39
menjaga lingkungan. Hal tersebut diduga karena Kyai dan Ustadz di Pesantren
Pertanian Darul Fallah mempunyai posisi dan peran penting terhadap kegiatan
santri di pondok dalam menjaga lingkungan. Artinya, dengan cara tersebut (Kyai
dan Ustadz menganjurkan santri menjaga lingkungan) diharapkan dapat
mempengaruhi persepsi responden tentang arti pentingnya menjaga lingkungan.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Van den Ban dan Hawkins (1999) yang
mengatakan bahwa persepsi adalah proses menerima informasi atau stimuli dari
lingkungan dan mengubahnya ke dalam kesadaran psikologis.
Tabel 4 Sebaran Responden berdasarkan Rata-Rata Pencapaian Skor Persepsi Santri
No. Pernyataan persepsi Rata-rata pencapaian skor
% setuju % ragu-ragu
% tidak setuju
1 Kyai dan Ustadz perlu menganjurkan santrinya untuk menjaga lingkungan. 96.7 0.0 3.3
2 Pupuk kompos tidak berpengaruh terhadap lingkungan. 40.0 20.0 40.0
3 Sampah yang sudah dikumpulkan, lebih baik dibakar daripada ditimbun 23.3 0.0 76.7
4 Santri memilah sampah hanya karena rutinitas kegiatan di pondok 66.7 23.3 10.0
5 Santri boleh tidak mengikuti kegiatan pembuatan pupuk kompos. 40.0 6.7 53.3
6 Pemilahan sampah merupakan upaya yang sia-sia untuk menjaga lingkungan. 93.3 3.4 3.3
Rata-rata ± SD 64.4 ± 13.3
Jawaban responden sebesar 40 persen menyatakan setuju, 20 persen
menyatakan ragu-ragu, dan 40 persen menyatakan tidak setuju untuk pernyataan
kedua persepsi dalam kuesioner yaitu pembuatan pupuk kompos dirasa tidak
banyak berpengaruh terhadap lingkungan. Jawaban responden tersebut
membuktikan bahwa hampir separuh responden (40%) yang menyatakan setuju
diduga karena responden tidak banyak mengetahui informasi tentang manfaat
(jangka panjang) dari pembuatan pupuk kompos terhadap lingkungan. Hal ini
diduga karena masih terbatasnya akses informasi yang didapatkan responden
mengenai kegunaan pupuk kompos dan manfaatnya terhadap lingkungan.
Karena pada dasarnya persepsi berhubungan erat dengan stimuli (informasi)
40
tentang sesuatu hal yang menyebabkan seseorang sadar kemudian
pengetahuan dan pemahamannya meningkat. Hal tersebut diperkuat oleh
penjelasan Sarwono (1999) yang mengatakan bahwa persepsi dalam pengertian
psikologi adalah proses pencarian informasi untuk dipahami, dimana alat untuk
memperoleh informasi tersebut adalah penginderaan. Sebaliknya, alat untuk
memahaminya adalah kesadaran atau kognisi.
Berbeda dengan dua jawaban responden pada dua pernyataan persepsi
di atas, sebesar 76.7 persen jawaban responden menyatakan tidak setuju dan
sisanya sebesar 23.3 persen responen menyatakan setuju untuk pernyataan
kuesioner ketiga. Adapun pernyataannya yaitu sampah yang sudah dikumpulkan,
lebih baik dibakar daripada ditimbun. Hal ini setidaknya menunjukkan
pengetahuan yang lebih baik dari mayoritas responden (76.7 %) mengenai efek
negatif dari sampah yang dibakar. Preferensi responden terhadap kegiatan
penanganan sampah tersebut secara kognitif lebih memilih sampah yang telah
dikumpulkan untuk ditimbun daripada dibakar. Ini diduga, informasi mengenai
efek negatif dari pembakaran sampah lebih banyak dan mudah didapatkan dan
diketauhi karena cenderung terkait dengan kehidupan sehari-hari.
Prakteknya di lapangan terkait dengan perlakuan terhadap sampah yang
telah dikumpulkan terdapat dua cara. Pertama, untuk sampah organik yang telah
dikumpulkan kemudian ditimbun untuk dijadikan pupuk kompos, dan yang kedua
untuk sampah plastik atau sampah anorganik lainnya adalah dibakar. Sesuai
dengan penuturan bapak BW yang menyebutkan bahwa sampah organik seperti
dedaunan dan sampah organik lainnya dijadikan pupuk kompos (ditimbun),
sedangkan sampah plastik dan sampah anorganik lainnya masih dibakar.
Menurut beliau hal ini dilakukan karena ketiadaannya alat untuk mengolah limbah
plastik. Lebih lanjut, menurut beliau kalaupun sampah plastik dan sejenisnya
41
ditimbun, itu juga akan memakan waktu lama bisa sampai ratusan tahun untuk
dapat terurai. Jadi, untuk hal ini dan untuk sekarang ini sampah plastik lebih baik
dibakar walaupun itu merupakan tindakan yang tidak benar.
Pendapat Rakhmat (2001) mengungkapkan bahwa persepsi adalah
pengalaman belajar tentang objek peristiwa atau hubungan-hubungan yang
diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi juga
merupakan bentuk komunikasi intrapersonal yaitu komunikasi yang terjadi dalam
diri seseorang. Oleh karena itu, persepsi akan mempengaruhi seseorang dalam
berpikir, bertindak, dan berkomunikasi dengan pihak lain.
Pernyataan kuesioner keempat menyebutkan bahwa menurut santri,
apakah santri memilah sampah hanya karena rutinitas kegiatan di pondok?
Jawaban yang didapatkan adalah sebesar 66.7 persen responden menyatakan
setuju, 23.3 persen responden menyatakan ragu-ragu, dan 10.0 persen
responden menyatakan tidak setuju. Persepsi responden tersebut
menggambarkan bahwa pemilahan sampah yang pernah dilakukan responden
(66.7%) hanya karena rutinitas di pesantren yang memang di Pesantren
Pertanian Darul Fallah ada jadwal kegiatan kebersihan (Terlampir), dan hanya
sedikit (10%) responden yang secara afektif tidak setuju bahwa kegiatan sampah
dipandang sekedar rutinitas di pondok, diduga responden tersebut memandang
kegiatan pemilahan sampah tersebut tidak hanya merupakan rutinitas, melainkan
pembelajaran yang baik untuk santri dalam upaya pengelolaan lingkungan hidup
di pesantren. Sebagaimana diketahui kecenderungan responden terhadap
kegiatan pemilahan sampah masih dianggap oleh separuh responden (66.7%)
hanya sebagai rutinitas. Kecenderungan ini menunjukkan kurangnya apresiasi
dan kognisi para responden terhadap kegiatan tersebut. Disamping itu juga,
diduga responden kurang sadar dan kurang menangkap makna dari kegiatan
42
pemilahan sampah yang dilakukan pesantren terhadap upaya pengelolaan
lingkungan.
Perubahan yang terjadi terhadap kurikulum pendidikan pesantren telah
membuat kegiatan agribisnis termasuk pembuatan pupuk kompos sebagai
kurikulum pesantren yang dimasukkan dalam kegiatan belajar dan mengajar di
kelas. Kegiatan pembuatan pupuk kompos tersebut lebih cenderung di
perkenalkan di kegiatan praktikum kelas yang rentang dan jangka waktu kegiatan
praktikumnya terbatas. Hal ini menjadi tidak heran, ketika diajukan pernyataan
bahwa responden boleh tidak mengikuti kegiatan pembuatan pupuk kompos.
Didapatkan dari hasil uji persepsi responden mengenai hal itu, hampir separuh
responden (40.0%) menyatakan setuju untuk pernyataan tersebut. Ini
menggambarkan afeksi responden yang merasa tidak masalah dan boleh untuk
tidak mengikuti kegiatan pupuk kompos di pesantren tersebut. Sebaliknya,
sebesar 53.3 persen responden menayatakan tidak setuju jika santri tidak
mengikuti kegiatan pembuatan pupuk kompos. Hal tersebut diantaranya karena
secara afeksi, responden merasa pembuatan pupuk kompos yang telah menjadi
kurikulum mata ajaran dalam kegiatan belajar mengajar, memang harus diikuti
semua santrinya karena termasuk kedalam tugas praktikum. Disamping itu,
diduga secara kognitif responden merasa kegiatan tersebut perlu diketahui dan
dipelajari santri Pesantren Pertanian Darul Fallah karena terkait salah satu
kegiatan agribisnis unggulan di sana dan juga salah satu upaya pengelolan
lingkungan hidup di pesantren. Dan sisanya, sebesar 6.7 persen responden
menjawab ragu-ragu.
Hasil jawaban responden pada pernyataan kuesioner keempat yang
menunjukkan lebih banyak pernyataan responden yang setuju (66.7 %) bahwa
pemilahan sampah yang dilakukan di pesanten merupakan kegiatan rutinitas di
43
pondok. Hasil tersebut akan terasa sesuai jika kemudian melihat pada hasil
jawaban responden pada pertanyaan kuesioner yang terakhir tentang persepsi
responden dalam pengelolaan lingkungan hidup yang isi pernyataannya yaitu
pemilahan sampah yang dilakukan di pesantren merupakan upaya yang sia-sia
untuk menjaga lingkungan. Terbukti secara empiris dari pernyataan tersebut
yaitu sebanyak 93.3 persen responden menyatakan setuju. Jika dilihat secara
afektif, diduga responden merasa kegiatan pemilahan sampah yang dilakukan itu
tidak ada pengaruhnya sama sekali terhadap lingkungan. Kemudian, jika dilihat
dari aspek kognitif, diduga responden masih sangat kurang mengerti manfaat
dari pemilahan sampah yang dilakukannya tersebut. Secara teknis, diduga
bahwa memang responden mengetahui hasil dari pemilahan sampah yang
dilakukan di pesantren yaitu untuk dijadikan pupuk kompos, dan pupuk kompos
berguna untuk menyuburkan tanaman. Sedangkan, diduga responden merasa
kegiatan pemilahan sampah tersebut seolah tidak mempunyai manfaat sama
sekali terhadap perbaikan lingkungan.
Dilihat dari hasil dua jawaban pernyataan persepsi responden mengenai
pemilahan sampah (pernyataan keempat dan pernyataan keenam), diduga
secara kognitif dan secara afektif responden masih kurang menyadari dan
memahami dan masih kurangnya akses informasi tentang kegunaan dan
manfaat pemilahan sampah yang dilakukan di pesantren. Terutama dalam
masalah menjaga lingkungan, diduga responden merasa kegiatan tersebut sama
sekali tidak berpengaruh terhadap lingkungan dan sia-sia. Selain itu, diduga
responden juga merasa kegiatan pemilahan sampah di pesantren hanya sebagai
rutinitas kegiatan pondok biasa yang sudah terjadwal setiap minggunya.
Diketahui bahwa lebih dari separuh responden (96.7%) menyatakan
setuju bahwa Kyai dan Ustadz masih perlu menganjurkan santrinya untuk
44
senantiasa menjaga lingkungan. Hasil ini kurang sesuai dengan pernyataan
bapak BW yang memaparkan bahwa Ustadz dan staf pesantren lainnya
melakukan penanaman moral kepada santrinya, termasuk dalam hal menjaga
kelestarian lingkungan, dengan demikian diharapkan menumbuhkan kemandirian
pada santri (sesuai dengan fokus penyelenggaraan pendidikan Pesantren
Pertanian Darul Fallah). Harapan dari timbulnya kemandirian adalah kemudian
santri dapat menyebarluaskan kepada lingkungan masyarakat tempat tinggal
mereka. Penanaman moral dan nilai-nilai agama oleh Kyai dan Ustadz dilakukan
dengan beberapa cara, diantaranya dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar
(KBM) di dalam kelas formal, kegiatan di asrama (kurikulum pesantren), maupun
aplikasi langsung dari kegiatan sehari-hari di pesantren. Akan tetapi dari hasil
tersebut di atas, santri merasa masih perlu masukan-masukan dan anjuran-
anjuran dari Kyai dan Ustadz dalam menjaga lingkungan. Hal ini diduga, hasil
tersebut juga bisa dikarenakan masih kurang intensifnya pemberian penanaman
moral dan nilai-nilai agama yang dilakukan oleh Kyai dan Ustadz. Diduga juga
bahwa responden merasa dengan penanaman moral yang dilakukan oleh Kyai
dan Ustadz dapat diingat oleh responden terkait peran Kyai dan Ustadz di mata
santri.
Disamping itu, melihat pada pernyataan ketiga informan yang
memaparkan bahwa di pesantren ada kegiatan memilah sampah yang dilakukan
setiap seminggu sekali. Kegiatan tersebut termasuk di dalamnya pembuatan
pupuk kompos dari sampah organik yang dikumpulkan oleh santri. Setiap santri
setidaknya harus mengumpulkan sampah organik dan anorganik masing-masing
satu kantong plastik sampah (trash bag). Pernyataan ketiga informan tersebut
bisa jadi mendukung pernyataan lebih dari separuh responden (66.7%) yang
menyatakan setuju bahwa kegiatan memilah sampah hanya merupakan kegiatan
45
rutinitas pondok. Hal ini diduga responden masih kurang sadar dengan stimulus
(kegiatan memilah sampah tersebut) yang diadakan pesantren untuk
pengelolaan lingkungan hidup, sehingga responden hanya merasa sebatas
kegiatan pondok yang harus diikuti.
Fenomena lain yang ditemukan adalah hampir seluruh responden
(93.3%) menyatakan setuju bahwa kegiatan pemilahan sampah yang dilakukan
merupakan kegiatan yang sia-sia dalam menjaga lingkungan. Hal ini diduga
terkait dengan pengetahuan responden tentang menjaga lingkungan yang
disampaikan oleh Kyai dan Ustadz di Pondok masih kurang mengena kedalam
perilaku keseharian mereka. Bapak BW memaparkan bahwa untuk merubah
perilaku per individu santri itu memang tidak mudah. Salah satu hal yang
menyebabkan itu menjadi susah dalam merubah perilaku individu santri adalah
bagaimana lingkungan keluarga dan lingkungan di tempat tinggal mereka
mempengaruhinya. Jika perilaku keseharian keluarga jorok atau tidak terbiasa
mengajarkan untuk menjaga lingkungan dalam keseharian mereka, maka tidak
heran kebiasaan anak-anaknya pun akan ikut jorok dan kurang peduli terhadap
lingkungan serta tidak terbiasa untuk menjaga lingkungan. Jadi, menurut beliau
untuk mencapai pada tahap perubahan perilaku individu itu kembali pada pribadi
santri masing-masing, dengan kata lain, dibutuhkan kesadaran dari santri itu
sendiri.
Dari pernyataan-pernyataan persepsi pada tabel 5 di atas kemudian
dilakukan pemberian skor (scoring) untuk setiap pernyataan seluruh responden
sesuai dengan jenis kalimat pernyataannya. Setelah pemberian skornya
diseragamkan, kemudian dijumlahkan total skor yang diperoleh masing-masing
responden secara keseluruhan pada semua pernyataan persepsi tersebut.
(Untuk lebih jelas, dapat dilihat dalam Metode Penelitian dan Lampiran)
46
Secara keseluruhan sebaran responden pada aspek persepsi mengenai
upaya pengelolaan lingkungan hidup di Pesantren Pertanian Darul Fallah
menyebar hampir merata (Tabel 5). Sebanyak sebelas responden atau 36.7
persen persepsi responden sudah termasuk kategori tinggi menurut metode
penentuan selang dan nilai interval kelas (Slamet 1993). Sebanyak 33.3 persen
persepsi responden termasuk kedalam kategori sedang dan sebanyak 30 persen
responden termasuk kedalam kategori rendah. Dilihat dari perolehan nilai rata-
rata juga menunjukkan bahwa persepsi santri terhadap upaya pengelolaan
lingkungan hidup termasuk kedalam kategori tinggi yaitu sebesar 9.4 (dari jumlah
keseluruhan total skor dibagi jumlah responden). Hal tersebut menunjukkan
bahwa secara kognitif dan secara afektif, sebagian responden mengetahui dan
merasa akan pentingnya pengadaan upaya pengeloaan lingkungan hidup di
Pesantren Pertanian Darul Fallah. Hal ini juga diduga tidak terlepas dari peranan
Kyai dan Ustadz dalam kehidupan dan keseharian santri dan intensitas interaksi
yang terjadi antara keduanya, ditambah lagi dari pengajian agama yang
dilakukan rutin di pesantren. Hal ini juga dapat terlihat dari pernyataan hampir
seluruh responden (96.7%) masih merasa perlu anjuran dan masukan dari Kyai
dan Ustadz.
Tabel 5 Sebaran Responden berdasarkan Total Skor Persepsi Santri Total Skor Frekuensi (n) Persentase (%)
Rendah (5 – 6) 9 30.0
Sedang (7 – 8) 10 33.3
Tinggi (9 – 10) 11 36.7 Jumlah 30 100.0
Rata-rata 9.4
Seperti yang telah didefinisikan Mulyana (2002) mengenai persepsi yang
merupakan proses internal yang memungkinkan seseorang memilih,
mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungannya, dan
47
proses tersebut mempengaruhi perilaku orang tersebut. Begitupun dengan
pendapat Rakhmat (2001) yang mengungkapkan bahwa persepsi akan
mempengaruhi seseorang dalam berpikir, bertindak, dan berkomunikasi dengan
pihak lain.
5. 2 Partisipasi Santri dalam Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
Menurut Nasdian (2006), selama ini konsep partisipasi dipandang hanya
“terbatas” pada implementasi atau penerapan program, masyarakat tidak
dikembangkan dayanya menjadi kreatif dan harus menerima keputusan yang
sudah diambil “pihak luar”, sehingga partisipasi disini lebih bersifat pasif dan tidak
memiliki kesadaran “kritis”. Disamping itu, Paul (1987) dalam Nasdian (2006)
menjelaskan bahwa partisipasi berkenaan dengan sebuah proses aktif dimana
penerima keuntungan mempengaruhi arah dan pelaksanaan proyek
pembangunan ketimbang melulu hanya menerima hasil keuntungan proyek.
Sebagaimana diketahui bahwa partisipasi diartikan tidak hanya sebatas
kewujudan raga dan keikutsertaan seseorang atau komunitas dalam suatu
kegiatan atau program tertentu. Lebih jauh lagi, partisipasi melihat kepada
pembangunan kesadaran kritis melalui proses aktif seseorang atau komunitas,
sehingga dengan sendirinya kemudian dapat mengerti arti dari keterlibatannya
tersebut. Untuk mencapai pada kesadaran kritis dalam proses partisipasi,
diperlukan pengetahuan bagi setiap orang atau komunitas tentang apa yang
akan akan dilakukan dalam suatu kegiatan atau program. Pengetahuan tersebut
minimal meliputi tujuan, hasil (output), dan manfaat dari kegiatan yang akan
dilaksanakan dimana orang atau komunitas yang terlibat turut menentukan dalam
pengambilan keputusan dan turut melaksanakannya.
Berkaitan dengan itu, dalam penelitian ini dibahas tentang partisipasi
responden dalam upaya pengelolaan lingkungan hidup di Pesantren Pertanian
48
Darul Fallah. Contoh kegiatan pengelolaan lingkungan hidup yang diteliti disana
adalah kegiatan pemilahan sampah dan kegiatan pembuatan pupuk kompos
yang terintegrasi dengan kurikulum pertanian Pesantren Pertanian Darul Fallah.
Hasil penelitian menunjukkan partisipasi yang rendah pada masing-
masing kegiatan pengelolaan lingkungan hidup tersebut, baik dalam kegiatan
pemilahan sampah, maupun dalam kegiatan pembuatan pupuk kompos. Total
persentase partisipasi responden secara keseluruhan adalah sebesar 46.7
persen termasuk dalam kategori rendah, 33.3 persen termasuk kedalam kategori
sedang dan 20 persen termasuk kedalam kategori tinggi (Tabel 10).
Hal ini diduga karena responden merasa kegiatan pemilahan sampah dan
pembuatan pupuk kompos bukan masalah utama yang perlu diperhatikan,
sehingga menganggap kegiatan tersebut hanya sebagai kegiatan rutinitas
pondok pesantren (Tabel 5). Keterlibatan aktif mereka dalam pemilahan sampah
tidak disertai dengan rasa kebutuhan, sehingga tidak muncul kesadaran kritis.
Seperti yang telah dipaparkan oleh Nasdian (2006) bahwa partisipasi merupakan
proses aktif, inisiatif, diambil oleh warga komunitas sendiri, dibimbing oleh cara
berfikir mereka sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan
mekanisme) dimana mereka dapat menegaskan kontrol secara efektif.
Partisipasi terdiri dari beberapa tahapan yaitu tahap perencanaan, tahap
pelaksanaan, tahap evaluasi dan tahap menikmati hasil. Seperti yang diutarakan
Cohen and Uphoff (1980) dalam Nasdian (2006) bahwa partisipasi melihat pada
keterlibatan masyarakat mulai dari tahap pembuatan keputusan, penetapan
keputusan (pelaksanaan), penikmatan hasil, dan evaluasi.
5. 5. 1 Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan diukur dengan menggunakan panduan
pertanyaan yang terdiri dari lima buah pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan
49
tersebut menunjukkan persentase pencapaian skor. Hampir seluruh responden
menjawab tidak untuk pernyataan responden ikut dalam setiap rapat penyusunan
program (86.7%), apakah responden ikut rapat dalam mementukan mekanisme
yang akan dilakukan (73.3%), apakah responden selalu mengikuti rapat (96.7%),
apakah responden aktif dalam memberikan saran dan masukan setiap rapat
(83.3%). Sementara itu, lebih dari separuh responden menjawab “ya” untuk
pernyataan sebelum pelaksanaan kegiatan sebelumnya diadakan penyusunan
program kegiatan (73.3%). Dari lima pertanyaan kuesioner tersebut sebagian
besar responden hanya aktif dalam rapat penyusunan program, dan kurang
terlibat aktif dalam tahap perencanaan lainnya dalam tahap perencanaan
tersebut. Secara keseluruhan nilai rata-rata dari tahap perencanaan adalah
sebesar 26.7 (Tabel 6). Hal ini menunjukkan bahwa dalam partisipasi pada tahap
perencanaan, responden kurang berperan. Ini diduga karena minimnya
kesadaran yang dimiliki responden dalam upaya pengelolaan lingkungan hidup.
Tabel 6 Sebaran Responden berdasarkan Persentase Partisipasi Santri pada Tahap Perencanaan
No. Pernyataan partisipasi Pencapaian skor
% tidak % ya 1 Diadakan penyusunan program kegiatan sebelum pelaksanaan
kegiatan pemilahan sampah dan pembuatan pupuk kompos 26.7 73.3
2 Ikut dalam setiap rapat penyusunan program kegiatan tersebut 86.7 13.3 3 Rapat dalam menentukan mekanisme yang akan dilakukan sebelum
pelaksanaan program tersebut. 73.3 26.7
4 Selalu mengikuti rapat tersebut. 96.7 3.3 5 Aktif memberikan saran dan masukan setiap kali rapat tersebut 83.3 16.7 Rata-rata ± SD 26.7 ± 18.4
5. 5. 2 Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan diukur dengan menggunakan empat buah
pernyataan yang sudah cukup spesifik. Pernyataan tersebut meliputi apakah
responden selalu hadir dalam setiap pelaksanaan kegiatan memilah sampah,
apakah responden selalu hadir dalam setiap pelaksanaan kegiatan pembuatan
pupuk kompos, apakah responden ikut aktif dalam setiap pelaksanaan kegiatan
50
memilah sampah, apakah responden ikut aktif dalam setiap pelaksanaan
kegiatan pembuatan pupuk kompos. Secara keseluruhan jawaban yang diberikan
oleh responden menunjukkan bahwa lebih dari separuh responden menjawab
tidak untuk setiap pernyataan (Tabel 7). Ini menunjukkan bahwa responden
kurang terlibat secara penuh dalam kegiatan pemilahan sampah maupun
kegiatan pembuatan pupuk kompos. Fenomena ini diduga karena kurangnya
rasa kesadaran yang dimiliki responden untuk mengikuti setiap kegiatan
pemilahan sampah dan pembuatan pupuk kompos.
Disamping itu, menurut penuturan bapak BW mengenai hal tersebut
adalah dikarenakan jadwal kegiatan santri yang lebih banyak di gunakan untuk
kegiatan belajar mengajar (KBM) di dalam kelas formal. Lanjutnya, pada awalnya
pesantren didirikan secara independen, tidak terkait dengan departemen atau
instansi manapun, sehingga pesantren bisa fokus secara penuh terhadap bidang
pertanian (kegiatan agribisnis). Oleh karena itu, santri dapat terlibat sepenuhnya
dalam kegiatan pertanian. Akan tetapi, setelah melakukan akreditasi yang
mengacu pada kurikulum pendidikan dari Departemen Agama (DEPAG), hanya
sebagian kecil kegiatan pertanian (agribisnis) yang dilakukan santri, dan
selebihnya dilakukan oleh karyawan pesantren.
Terkait dengan hal tersebut, diperkuat oleh penuturan Bapak AL bahwa
kegiatan pertanian (agribisnis) pesantren terutama terkait pembuatan pupuk
kompos memang sebagian dilakukan oleh santri. Akan tetapi sekarang ada yang
lebih fokus menangani kegiatan pembuatan pupuk kompos tersebut (selain
pembuatan pupuk kompos dari hasil pemilahan sampah) yaitu karyawan
pesantren. Tugas santri sekarang lebih fokus pada pelajaran sekolah, dan
sekarang pembuatan pupuk kompos diterapkan dalam praktikum di kelas formal
yang menjadi kurikulum kepesantrenan. Kurikulum kepesantrenan diterapkan
51
setelah melakukan akreditasi. Beliau menambahkan, sebenarnya responden bisa
melakukan kegiatan pupuk kompos di luar praktikum di kelas.
Tabel 7 Sebaran Responden berdasarkan Persentase Partisipasi santri pada Tahap Pelaksanaan
No. Pernyataan partisipasi Pencapaian skor
% tidak % ya 6 Selalu hadir dalam setiap pelaksanaan kegiatan memilah
sampah 56.7 43.3
7 Selalu hadir dalam setiap pelaksanaan kegiatan pembuatan pupuk kompos 80.0 20.0
8 Ikut aktif dalam setiap kali hadir dalam pelaksanaan kegiatan memilah sampah 63.3 36.7
9 Ikut aktif dalam setiap kali hadir dalam pelaksanaan kegiatan pembuatan pupuk kompos 76.7 23.3
Rata-rata ± SD 30.8 ± 32.0
5. 5. 3 Tahap Evaluasi
Pada tahapan evaluasi diukur dengan pernyataan yang lebih
menunjukkan keikutsertaan responden dalam penyusunan pedomanan
pengendalian dan penilaian hasil perencanaan dan pelaksanaan. Tabel 8
menunjukkan bahwa separuh responden menjawab “tidak” untuk pernyataan
apakah responden ikut serta dalam pelaksanaan evaluasi kegiatan pemilihan
sampah (60.0%), dan pembuatan pupuk kompos (50.0%). Sementara itu, hampir
seluruh responden menjawab “tidak” untuk pernyataan apakah responden ikut
dalam penyusunan pedoman pengendalian evaluasi kegiatan pemilahan sampah
(83.3%) dan kegiatan pembuatan pupuk kompos (86.7%), apakah santri ikut
dalam mengumpulkan data guna penilaian perencanaan dan pelaksanaan dalam
kegiatan pemilahan sampah (86.7%) dan pembuatan pupuk kompos (90.0%).
Hasil ini menunjukkan kurangnya keikutsertaan responden dalam evaluasi
kegiatan yang dilakukan baik dalam pemilahan sampah maupun dalam
pembuatan pupuk kompos. Hal ini diduga karena minimnya pengetahuan dan
kesadaran responden mengenai pentingnya evaluasi dalam setiap kegiatan yang
dilakukan.
52
Tabel 8 Sebaran Responden berdasarkan Persentase Partisipasi Santri pada Tahap Evaluasi
No. Pernyataan partisipasi Pencapaian skor
% tidak % ya 10 Ikut serta dalam pelaksanaan evaluasi kegiatan pemilahan
sampah 60.0 40.0
11 Ikut serta dalam pelaksanaan evaluasi kegiatan pembuatan pupuk kompos 50.0 50.0
12 Ikut menyusun pedoman pengendalian dalam evaluasi kegiatan pemilahan sampah 83.3 16.7
13 Ikut menyusun pedoman pengendalian dalam evaluasi pelaksanaan pembuatan pupuk kompos 86.7 13.3
14 Ikut mengumpulkan data guna penilaian, perencanaan dan pelaksanaan pemilahan sampah. 86.7 13.3
15 Ikut mengumpulkan data guna penilaian, perencanaan dan pelaksanaan pembuatan pupuk kompos. 90.0 10.0
Rata-rata ± SD 23.9 ± 29.3
5. 5. 4 Tahap Menikmati Hasil
Pada tahap ini, rata-rata pencapaian skor yang dicapai oleh responden
adalah 36.7 (Tabel 9). Hasil ini menunjukkan bahwa pada tahap menikmati
hasilpun, responden kurang ikut serta. Hal ini kurang sesuai dengan penuturan
bapak BW dan diperkuat kedua informan lainnya bahwa pada penikmatan hasil
dari pemilahan sampah dan pembuatan pupuk kompos oleh santri digunakan
sepenuhnya untuk kepentingan program berkebun santri. Hal ini diduga, karena
hanya sebagian kecil dari responden saja yang turut aktif mengerjakan kegiatan
berkebun (termasuk masalah penggunaan pupuk kompos dari hasil pemilahan
sampah dan pembuatan pupuk kompos).
Tabel 9 Sebaran Responden berdasarkan Persentase Partisipasi Santri pada Tahap Menikmati Hasil
No. Pernyataan partisipasi Rata-rata pencapaian skor % tidak % ya
16 Menikmati hasil dari kegiatan pemilahan sampah 63.3 36.7 17 Menikmati hasil dari kegiatan pembuatan pupuk kompos 63.3 36.7 Rata-rata ± SD 36.7 ± 47.2
Berdasarkan Tabel 10 nilai skor secara keseluruhan yang diperoleh
responden pada semua tahapan partisipasi dalam upaya pengelolaan lingkungan
hidup di pesantren Pertanian Darul Fallah termasuk ke dalam kategori rendah
53
(53.3%). Akan tetapi sudah ada yang termasuk kedalam kategori sedang (30.0%)
dan tinggi (16.7%). Dilihat dari nilai rata-rata skor yang didapatkan yaitu 4 (dari
jumlah total skor yang didapatkan seluruh responden dibagi jumlah responden)
yang menunjukkan bahwa partisipasi responden dalam upaya pengelolaan
lingkunga hidup di Pesantren Pertanian Darul Fallah tersebut termasuk ke dalam
kategori rendah (0 - 4.66). Hal ini diduga karena tidak ada proses aktif dan insiatif
dari responden menanggapi upaya pengelolaan lingkungan hidup yang diadakan
pesantren. Diduga baik kegiatan pemilahan sampah maupun kegiatan
pembuatan pupuk kompos dianggap bukan sebagai masalah utama yang harus
diperhatikan, dan atau karena rendahnya rendahnya akses informasi responden
mengenai isu lingkungan hidup, sehingga responden kurang terlibat dalam
partisipasi pengelolaan lingkungan hidup di pesantren.
Fenomena ini juga diduga dipengaruhi oleh perubahan status pondok
pesantren yang awalnya independen dan fokus pendidikan pesantren yaitu
pendidikan moral, nilai-nilai agama dan bidang agribisnis, kemudian berubah
menjadi sekolah formal seperti pada umumnya. Sekolah formal yang
diselenggarakan di Pesantren Pertanian Darul Fallah mengakreditasi pada
kurikulum pendidikan Departemen Agama (DEPAG) dan Pendidikan Nasional
(DIKNAS), sehingga lebih banyak waktu para santrinya yang dihabiskan untuk
kegiatan belajar mengajar (KBM) di kelas formal. Sementara itu, masalah
agribisnis hanya menjadi kurikulum kepesantrenan yang diterapkan pada
sebagian pelajaran di luar pelajaran sekolah pada umumnya. Selanjutnya, praktik
agribisnis, termasuk pembuatan pupuk kompos hanya dilakukan sekedar kerja
kelompok pada kegiatan praktikum. Selain itu, pemilahan sampah yang dilakukan
di pesantren hanya dilakukan seminggu sekali sesuai dengan kegiatan rutin
pondok Pesantren Pertanian Darul Fallah. (Terlampir)
54
Tabel 10 Sebaran Responden berdasarkan Total Skor Partisipasi Santri Total Skor Frekuensi (n) Persentase (%)
Rendah (0 – 4.66) 16 53.3 Sedang (4.67 – 9.33) 9 30.0
Tinggi (9.34 – 13) 5 16.7 Jumlah 30 100.0
Rata-rata 4
5. 3 Hubungan Persepsi dengan Partisipasi Responden dalam Upaya
Pengelolaan Lingkungan Hidup
Asngari (1984) menekankan mekanisme proses pembentukan persepsi,
yaitu proses dimana informasi yang diterima seseorang melalui seleksi,
kemudian disusun menjadi satu kesatuan yang bermakna, dan terakhir
diinterpretasikan. Sugiyanto (1996) memberi batasan tentang persepsi bahwa
persepsi merupakan proses kognitif dan afektif yang dialami setiap orang dalam
memahami informasi tentang lingkungannya melalui indera penglihatan,
pendenganaran, penghayatan perasaan, dan penciuman yang diinformasikan
kepada dirinya dari lingkungan tempat orang tersebut berada, sehingga dapat
mempengaruhi keragaan perilakunya.
Pengertian tersebut di atas menekankan bahwa persepsi dapat
mempengaruhi keragaan perilaku seseorang yang pada akhirnya
menginterpretasikan informasi yang ia peroleh, dengan kata lain, partisipasi.
Serupa dengan konsep tersebut, Nasdian (2006) menjelaskan bahwa titik tolak
partisipasi adalah memutuskan, bertindak, kemudian mereka merefleksikan
tindakan tersebut sebagai subyek yang sadar.
Hipotesis penelitian menyebutkan bahwa semakin positif persepsi santri
terhadap upaya pengelolaan lingkungan hidup, maka akan semakin tinggi
partisipasi santri dalam upaya pengelolaan lingkungan hidup tersebut. Hubungan
antara persepsi santri dan partisipasi santri dalam upaya pengelolaan lingkungan
55
hidup diuji menggunakan metode uji korelasi pearson. Dari hasil uji korelasi
didapatkan nilai hubungan (r) secara keseluruhan yaitu r (sig) = 0.271 (0.147).
Nilai p pada uji korelasi pearson (0.147) lebih besar dari taraf nyata yang
ditentukan (0.05) sehingga dapat dikatakan bahwa secara statistik, tidak ada
hubungan yang nyata antara persepsi santri dalam upaya pengelolaan
lingkungan hidup terhadap partisipasi santri dalam upaya pengelolaan
lingkungan hidup tersebut (Tabel 11).
Tabel 11 Nilai Frekuensi Tabulasi Silang Hubungan Persepsi dengan Partisipasi dalam Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
Kategori partisipasi Total Rendah Sedang Tinggi
Kategori persepsi
Rendah 7 6 0 13 Sedang 2 1 3 6 Tinggi 5 3 3 11
Total 14 10 6 30 r (sig) 0.271 (0.14)
Hal tersebut tidak membuktikan bahwa semakin positif persepsi santri
terhadap upaya pengelolaan lingkungan hidup, maka akan semankin tinggi
partisipasi santri dalam upaya pengelolaan lingkungan hidup tersebut. Disamping
itu, hal ini diduga karena minimnya akses informasi responden terhadap isu
lingkungan hidup, minimnya pengetahuan responden tentang manfaat dari upaya
pengelolaan lingkungan yang dilakukan di pesantren, serta tidak timbulnya
kesadaran kritis dari responden atas program upaya pengelolaan lingkungan
hidup di Pesantren Pertanian Darul Fallah.
Selain itu, upaya yang dilakukan pesantren untuk membentuk
kemandirian santri melalui kegiatan pengelolaan lingkungan hidup, belum
menjadikan responden sebagai subyek yang sadar untuk turut berperan serta
aktif dalam kegiatan pemilahan sampah dan pembuatan pupuk kompos yang
dilakukan di pesantren. Responden menganggap pemilahan sampah dan
56
pembuatan pupuk kompos yang dilakukan di pondok hanya sekedar rutinitas
kegiatan pondok, serta upaya yang sia-sia dalam menjaga lingkungan
(pemilahan sampah), dan tidak berpengaruh terhadap perbaikan lingkungan
(pembuatan pupuk kompos) (Tabel 5).
Berlawanan dengan hasil tersebut, bapak BW menuturkan bahwa untuk
pengelolaan lingkungan hidup, santri selalu diberi wejangan dan arahan untuk
senantiasa mencintai dan menjaga lingkungan. Cara-cara yang dilakukan adalah
dengan cara tidak langsung atau implisit. Seperti contoh, jika santri membuang
sampah sembarangan, pernyataan Beliau ataupun Ustadz lainnya terhadap
santri akan serupa yakni jika semua orang di bumi ini berpikir seperti kamu
(santri tersebut), maka tidak lama, bumi ini akan cepat rusak. Dengan pernyataan
seperti itu diharapkan kesadaran santri untuk memikirkan cara untuk mencintai
dan menjaga lingkungan dengan sendirinya (mandiri). Selain itu, masalah
penanaman nilai-nilai agama untuk mencintai lingkungan hidup, tidak hanya
dilakukan pada pengajian kitab-kitab, melainkan juga disetiap materi pelajaran
biasanya ustadz yang mengajar sebisa mungkin untuk selalu mengaitkan dengan
nilai-nilai yang terdapat dalam Al-Qur’an.
Jika diperhatikan dari tipologi partisipasinya, partisipasi yang terjadi di
pesantren adalah tipe partisipasi interaktif. Hal ini sesuai dengan penuturan
ketiga informan, bahwa sebenarnya santri memiliki peran untuk mengontrol atas
(pelaksanaan) keputusan-keputusan mereka, dan mempunyai hak dalam
keseluruhan proses kegiatan pengelolaan lingkungan hidup di lingkungan
pesantren, termasuk pemilahan sampah dan pembuatan pupuk kompos, diluar
waktu yang telah dijadwalkan Pondok Pesantren Pertanian Darul Fallah. Hal
yang perlu diperhatikan dalam kegiatan tersebut utamanya tidak menggangu
kegiatan akademik. Hal ini sesuai dengan karakteristik partisipasi interaktif yang
57
dipaparkan oleh Sumardjo (2009) bahwa (1) masyarakat berperan dalam analisis
untuk perencanaan kegiatan dan pembentukan atau penguatan kelembagaan,
(2) cenderung melibatkan metoda interdisipliner yang mencari keragaman
perspektif dalam proses belajar yang terstruktur dan sistematis, dan (3)
masyarakat memiliki peran untuk mengontrol atas (pelaksanaan) keputusan-
keputusan mereka, sehingga memiliki andil dalam keseluruhan proses kegiatan.
Akan tetapi, yang terjadi adalah diduga responden kurang menyadari
dengan stimulus (program pemilahan sampah dan pembuatan pupuk kompos)
yang telah diadakan pesantren sebagai sesuatu/program yang bermanfaat bagi
pengelolaan lingkungan. Selanjutnya, kemudian yang terjadi adalah partisipasi
semu (pseudo participation) dimana responden kurang terlibat dalam tahap
perencanaan (Tabel 6), pelaksanaan (Tabel 7) dan evaluasi (Tabel 8) dalam
pelaksanaan kedua program tersebut. Sesuai dengan pendapat Sumardjo (2009)
bahwa mengabaikan partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan
pengambilan keputusan pembangunan menyebabkan partisipasi semu (pseudo
participation) atau partisipasi terpaksa dari warga masyarakat dalam
pelaksanaan pembangunan.
Fenomena ini bisa terjadi dikarenakan prasyarat dalam berpartisipasi
yang menurut Sumardjo (2009) itu sendiri tidak terpenuhi. Adalah responden
tidak sadar dengan kesempatan (termasuk didalamnya pengetahuan tentang
manfaat pengelolaan sampah dan pembuatan pupuk kompos terhadap
lingkungan), kemauan (sikap positif terhadap program pemilahan sampah dan
pengelolaan lingkungan hidup) dari responden itu sendiri dirasa sangat kurang
dengan hasil persepsi mereka terhadap pemilahan sampah dan pembuatan
pupuk kompos (Tabel 6), dan terakhir kemampuan (inisiatif) responden untuk
58
turut berpartisipasi dalam program pemilahan sampah dan pembuatan pupuk
kompos sangat kurang.
Jika dilihat dari ciri kepatuhannya, Tabel 12 menjelaskan ciri kepatuhan
responden yang seakan terpaksa mengikuti kedua kegiatan tersebut (pemilahan
sampah dan pembuatan pupuk kompos). Dari hasil jawaban kuesioner yang
termasuk kedalam kategori rendah, diduga, responden memandang hanya
sebuah keharusan untuk mengikuti kedua kegiatan tersebut karena merupakan
kegiatan rutinitas pondok dan kurikulum pesantren yang harus diikuti.
Tabel 12 Pengendalian Organisasi dan Ciri Kepatuhan Anggota
Sistem Pengendalian Ciri Kepatuhan Alienatif Kalkulatif Moral
Koersif Kongruen Utilitarian Kongruen Normatif Kongruen
Sumber: Etzioni (1982) dalam Kolopaking dalam Sosilogi Umum (2003)
Melihat pada pernyataan bapak BW di atas yang menginginkan
tumbuhnya kesadaran dari santri itu sendiri, tipe pengendalian yang dilakukan
pesantren dengan diadakannya program pemilahan sampah dan pembuatan
pupuk kompos adalah normatif yang harapan kongruensinya adalah moral santri.
Hal ini kurang sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan secara
keseluruhan partisipasi santri dalam upaya pengelolaan lingkungan hidup
termasuk kedalam kategori rendah (53.3%) dengan nilai rata-rata skor yang
didapatkan yaitu 4 (dari jumlah total skor yang didapatkan seluruh responden
dibagi jumlah responden). Hal tersebut sejalan dengan pendapat Etzioni (1982)
dalam Kolopaking dalam Sosiologi Umum (2003) memaparkan bahwa ada tiga
macam kepatuhan atau bentuk partisipasi yang ditimbulkan oleh suatu organisasi
tertentu dalam suatu kondisi tertentu pula, yaitu: (1) partisipasi dengan ciri
kepatuhan alienatif (keterlibatan terpaksa) yang dapat ditimbulkan oleh tipe
pengendalian koersif, (2) partisipasi dengan ciri kepatuhan kalkulatif (keterlibatan
dengan pertimbangan balas jasa setimpal dengan tawaran kegiatan yang
59
disediakan oleh organisasi) yang dapat ditimbulkan oleh tipe pengendalian
utilitarian, dan (3) partisipasi dengan ciri kepatuhan moral (keterlibatan dengan
dasar mengemban dan menghargai atau rela membantu organisasi) yang dapat
ditimbulkan oleh tipe pengendalian normatif.
Sementara itu, hasil di lapangan tidak membuktikan adanya proses aktif
dan inisiatif yang dilakukan responden yang mengindikasikan kesadaran
responden, terlebih kemandirian responden menanggapi kegiatan pemilahan
sampah dan pembuatan pupuk kompos di pesantren sebagai bentuk dari upaya
pengelolaan lingkungan hidup. Jadi, dapat disimpulkan bahwa partisipasi
responden tersebut tidak sesuai dengan konsep dari pengertian partisipasi yang
telah dikemukakan di awal. Partisipasi yang terjadi melainkan cenderung pada
konsep dari pengertian yang lama, yang menurut Nasdian (2006) masih
dipandang hanya “terbatas” pada implementasi atau kegiatan program.
Partisipasi disini lebih bersifat pasif dan tidak memiliki kesadaran “kritis”, atau
partisipasi masih dalam bentuk mobilisasi yang dilakukan pesantren untuk
menumbuhkan kesadaran santri dan membentuk moral santri.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6. 1 Kesimpulan
Persepsi responden terhadap upaya pengelolaan lingkungan hidup di
Pesantren Pertanian Darul Fallah sudah termasuk ke dalam kategori tinggi. Ini
menunjukkan bahwa sebagian responden memiliki persepsi yang positif terhadap
upaya pengelolaan lingkungan hidup yang berkaitan dengan pemilahan sampah
dan pembuatan pupuk kompos. Sebaliknya, partisipasi santri dalam upaya
pengelolaan lingkungan hidup di Pesantren Pertanian Darul Fallah secara
keseluruhan, yang terdiri dari tahap perencanaan sampai tahap menikmati hasil
tergolong ke dalam kategori rendah. Hal ini disebabkan kurangnya kesadaran
dan kepekaan responden terhadap isu lingkungan yang berkembang. Sebagian
juga dapat disebabkan oleh kurang aksesnya santri terhadap informasi yang
tersedia di pesantren, atau juga bisa disebabkan kekurangminatan santri
terhadap sumber informasi yang tersedia (koran dan majalah) di pesantren. Nilai-
nilai agama dan penanaman moral yang diberikan juga belum menjadikan
individu santri sadar secara perilaku untuk berpartisipasi dalam upaya
pengelolaan lingkungan hidup.
Disamping itu, pada penerapan partisipasi yang terjadi adalah partisipasi
semu (pseudo participation) dimana responden kurang terlibat dalam tahap
perencanaan (tabel 7), pelaksanaan (tabel 8) dan evaluasi (tabel 9), serta yang
ada hanya partisipasi terpaksa (sebagian) responden dalam pelaksanaan
program tersebut. Hal Ini diduga dikarenakan prasyarat dalam berpartisipasi
(adanya kesempatan, kemauan dan kemampuan) tidak terpenuhi.
61
Dari hasil uji korelasi didapatkan nilai hubungan (r) secara keseluruhan
yaitu r (sig) = 0.271 (0.147). Nilai tersebut menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan antara persepsi santri dalam upaya pengelolaan lingkungan hidup
terhadap partisipasi santri dalam upaya pengelolaan lingkungan hidup tersebut.
Hal ini tidak membuktikan bahwa semakin positif persepsi santri terhadap upaya
pengelolaan lingkungan, maka akan semankin tinggi partisipasi santri dalam
upaya pengelolaan lingkungan hidup tersebut.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan secara
keseluruhan partisipasi santri dalam upaya pengelolaan lingkungan hidup
termasuk kedalam kategori rendah (53.3%). Selain itu, tidak ditemukan adanya
kesadaran kritis dari responden terhadap partisipasi dalam upaya pengelolaan
lingkungan hidup di pesantren.
6. 2 Saran
Beberapa saran yang mungkin bisa dijadikan bahan pertimbangan,
diantaranya: (1) agar kyai dan ustadz di pesantren Darul Fallah lebih
mengintensifkan penanaman moral kepada santri, karena santri merasa perlu
adanya masukan-masukan dari Kyai dan atau Ustadz, (2) agar santri diberi
pengetahuan dan atau penyadaran yang lebih intensif tentang isu lingkungan
hidup yang berkembang, dan (3) agar santri lebih dilibatkan lagi dalam kegiatan
pengelolaan lingkungan, diluar yang telah diprogramkan oleh Pesantren dimana
santri masih merasa kurang sadar akan kepentingan dan manfaat dari kegiatan
tersebut.
BAB VII
DAFTAR PUSTAKA
Adiwibowo, Soeryo. 2006. Paradigma, Etika dan Perspektif Ekologi: Landasan Filosofis Ekologi Manusia. Diktat Kuliah. Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor.
Alim, Yusmin. 2007. Lingkungan dan Kadar Iman Kita. Artikel. www.hidayatullah.com. [20 Desember 2008]
Asngari, PS. 1984. Persepsi Direktur Penyuluhan Tingkat Keresidenan dan Kepala Penyuluhan Pertanian terhadap Peranan dan Fungsi Lembaga Penyuluhan Pertanian di Negara Bagian Texas A.S. Majalah. Media Pertanian, Vol. 9 (2). Institut Pertanian Bogor.
Departemen Agama RI. 2005. Al-Quran dan Terjemahannya. Bandung: cv Penerbit Diponegoro.
Fitrihani, Arin. 2006. Isu Lingkungan Hidup: Potensi Ancaman Perdagangan Internasional Negara Berkembang. Artikel. mukhyi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/9123/Trans-v1-n2-artikel6-agust2006.pdf isu lingkungan hidup. [23 Nopember 2009]
Keraf, A. Sonny. 2002. Etika Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
Kurniawan, E. 2008. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat pada Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan. Skripsi. Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Mastuhu. 1994. Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren – Suatu Kajian tentang Unsur dan Nilai Sistem Pendidikan Pesantren. Seri INIS XX. Jakarta: INIS.
Mulyana, D. 2002. Ilmu Komunikasi. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Moleong, LJ. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nasdian, FT. 2006. Pengembangan Masyarakat (Community Development). Modul Kuliah. Bagian Sosiologi Pedesaan dan Pengembangan Masyarakat. Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor.
Rakhmat, J. 2001. Psikologi Komunikasi. Rosdakarya Group. Bandung.
63
Ramadyanti, MN. 2009. Tingkat Pertisipasi Masyarakat dalam Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Unilever Indonesia. Skripsi. Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Santoso, AMAF. et. al. 2004. Studi Islam 3. Lembaga Studi Islam (LSI). Seri Buku Pegangan Kuliah Al-Islam dan Kemuhammadiyahan. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Sari, Agus P. et al. 2007. Indonesia and Climate Change: Current Status and Policies. Jurnal. www.peace.co.id. PT. Pelangi Energi Abadi Citra Enviro (PEACE). [10 Juni 2009]
Sarwono, SW. 1995. Psikologi Lingkungan. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
___________. 1999. Psikologi Sosial Individu dan Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta: Penerbit Balai Pustaka.
Siahaan, NHT. 2004. Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan. Ed-2. Jakarta: Erlangga.
Singarimbun, M dan Effendi, S. 1989. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES.
Sitorus, MT Felix. 1998. Penelitian Kualitatif: Suatu Perkenalan. Kelompok Dokumentasi Ilmu Sosial. Institut Pertanian Bogor.
Slamet, Juli Soemirat. 1994. Kesehatan Lingkungan. Jurusan Teknik Lingkungan. Institut Teknologi Bandung. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Slamet Y. 1993. Analisis Kuantitatif untuk Data Sosial. Solo: Dabar Publisher.
Soemarwoto, Otto. 1997. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Ed.rev, cet. 7. Jakarta: Djambatan.
Sugiyanto. 1996. Persepsi Masyarakat tentang Penyuluhan Pembangunan dalam Pembangunan Masyarakat Pedesaan Bogor. Disertasi. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Sumardjo. 2009. Teknologi Partisipatif Pengembangan Masyarakat. Modul Kuliah. Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor.
Tim Editor. 2003. Sosiologi Umum. Bagian Ilmu-ilmu Sosial, Komunikasi dan Ekologi Manusia. Jurusan Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta: Navindo Pustaka Mandiri.
64
Uphoff, NT; Cohen, JM; & Goldsmith, AA. 1979. Feasibility and Application of Rural Development Participation: A State-of-the-Art Paper. Rural Development Committee. Center for International Studies. Cornell University.
Utomo, Bambang S. 1984. Masalah partisipasi Masyarakat Desa dalam Usaha-usaha Pembangunan Masyarakat Desa (Kasus di Dua Desa di Banjarnegara, Jawa Tengah). Lembaga Penelitian Sosiologi Pedesaan IPB. Institut Pertanian Bogor.
Van den Ban, AW dan Hawkins, HS. 1999. Penyuluhan Pertanian. Yogyakarta: Cetakan Pertama. Kanisius.
Lampiran 1 Lembar kuesioner
No kode sampel :
Partisipasi Santri dalam Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup di Pesantren Darul Fallah, Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor
RAHASIA
Kuesioner ini merupakan tugas akhir YANA SEPTIANA (I34052310) yang merupakan mahasiswa Departemen Sains Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Mohon kesediaan saudara untuk mengisi kuesioner ini dengan
jawaban yang sebenar-benarnya. Terimakasih.
KARAKTERISTIK INDIVIDU Nama :
Jenis Kelamin :
Usia :
Kelas :
Tinggal di Pondok : 1. Ya 2. Tidak
Lama Tinggal :
Keikutsertaan organisasi : 1.Ya, sebutkan…..
2. Tidak
ISU-ISU LINGKUNGAN
No Pernyataan Ya Tidak 1 Apakah santri mengetahui isu lingkungan yang terjadi saat ini? 2 Apakah santri mengetahui isu lingkungan saat ini berasal dari
media cetak, misalnya koran, majalah?
3 Apakah santri mengetahui isu lingkungan saat ini berasal dari media elektronik, misalnya televisi, radio?
4 Apakah santri mengetahui isu lingkungan saat ini berasal dari informasi di pondok?
5 Apakah santri memiliki pemecahan atas permasalahan lingkungan tersebut?
PERSEPSI
No Pernyataan Setuju Ragu-ragu
Tidak setuju
1 Kyai dan Ustadz di Darul Fallah perlu menganjurkan santrinya untuk menjaga lingkungan.
2 Pembuatan pupuk kompos dirasa tidak banyak berpengaruh terhadap lingkungan.
3 Sampah yang sudah dikumpulkan, lebih baik dibakar daripada ditimbun
4 Menurut santri, apakah Santri memilah sampah hanya karena rutinitas kegiatan di pondok?
66
No Pernyataan Setuju Ragu-ragu
Tidak setuju
5 Santri boleh tidak mengikuti kegiatan pembuatan pupuk kompos.
6 Pemilahan sampah yang dilakukan di pesantren merupakan upaya yang sia-sia untuk menjaga lingkungan.
TINGKAT PARTISIPASI
No Pernyataan Ya Tidak 1 Sebelum pelaksanaan kegiatan pemilahan sampah dan
pembuatan pupuk kompos apakah sebelumnya diadakan penyusunan program kegiatan?
2 Apakah santri ikut dalam setiap rapat penyusunan program kegiatan tersebut?
3 Sebelum pelaksanaan program apakah ada rapat dalam menentukan mekanisme yang akan dilakukan?
4 Apakah santri selalu mengikuti rapat tersebut? 5 Apakah santri aktif memberikan saran dan masukan setiap kali
rapat tersebut?
6 Apakah santri selalu hadir dalam setiap pelaksanaan kegiatan memilah sampah?
7 Apakah santri selalu hadir dalam setiap pelaksanaan kegiatan pembuatan pupuk kompos?
8 Apakah santri ikut aktif dalam setiap kali hadir dalam pelaksanaan kegiatan memilah sampah?
9 Apakah santri ikut aktif dalam setiap kali hadir dalam pelaksanaan kegiatan pembuatan pupuk kompos?
10 Apakah santri ikut serta dalam pelaksanaan evaluasi kegiatan pemilahan sampah?
11 Apakah santri ikut serta dalam pelaksanaan evaluasi kegiatan pembuatan pupuk kompos?
12 Dalam evaluasi pelaksanaan kegiatan pemilahan sampah, apakah santri ikut dalam menyusun pedoman pengendalian?
13 Dalam evaluasi pelaksanaan kegiatan pupuk kompos, apakah santri ikut dalam menyusun pedoman pengendalian?
14 Dalam evaluasi pelaksanaan kegiatan pmilahan sampah, apakah saudara ikut mengumpulkan data guna penilaian, perencanaan dan pelaksanaan?
15 Dalam evaluasi pelaksanaan kegiatan pembuatan pupuk kompos, apakah saudara ikut mengumpulkan data guna penilaian, perencanaan dan pelaksanaan?
16 Apakah santri ikut menikmati hasil dari kegiatan pemilahan sampah?
17 Apakah santri ikut menikmati hasil dari kegiatan pembuatan pupuk kompos?
67
Lampiran 2 Uji Reliabilitas Kuesioner 1) Persepsi Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.592 6
Scale Mean if Item
Deleted Scale Variance if
Item Deleted Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
pers_1 4.64 3.478 .717 .407
pers_2 5.57 3.187 .356 .547
pers_3 5.14 3.363 .467 .478
pers_4 4.86 3.824 .390 .521
pers_5 6.36 5.016 .027 .627
pers_6 5.93 4.533 .088 .639
2) Partisipasi Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.865 17
Scale Mean if Item
Deleted Scale Variance if
Item Deleted Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
tpar_1 6.84 17.140 .108 .873
tpar_2 7.42 16.257 .372 .862
tpar_3 7.05 15.053 .605 .852
tpar_4 7.47 15.708 .620 .853
tpar_5 7.37 15.690 .501 .857
tpar_6 7.16 15.140 .573 .853
tpar_7 7.32 14.784 .729 .846
tpar_8 7.05 15.386 .514 .856
tpar_9 7.11 14.877 .644 .849
tpar_10 7.11 14.433 .768 .843
tpar_11 7.16 14.140 .852 .838
tpar_12 7.47 16.596 .312 .864
tpar_13 7.42 16.813 .204 .869
tpar_14 7.42 16.368 .338 .864
tpar_15 7.37 15.246 .634 .851
tpar_16 6.68 17.895 -.133 .874
tpar_17 6.68 17.117 .274 .865
68
Lampiran 3 Panduan pertanyaan
PANDUAN PERTANYAAN PARTISIPASI SANTRI DALAM UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
DI PESANTREN DARUL FALLAH
Panduan pertanyaan yang ditujukan kepada informan: 1. Biodata informan 2. Bagaimana pandangan mereka terkait isu lingkungan? 3. Keterkaitan isu lingkungan dengan nilai-nilai agama 4. Upaya apa yang dilakukan untuk mengatasi isu lingkungan tersebut? 5. Keterlibatan terhadap program yang ada di pesantren Darul Fallah terkait
dengan upaya pengelolaan lingkungan? 6. Upaya dan masukan apa yang dilakukan mereka untuk meningkatkan
partisipasi santri mencintai lingkungan. 7. Harapan dari pengadaan program yang berwawasan lingkungan yang
ada di pesantren Darul Fallah
69
Lampiran 4 Agenda Pendidikan Pesantren pertanian Darul Fallah
JADWAL KEGIATAN HARIAN SANTRI
NO WAKTU URAIAN KEGIATAN 1 03.30 - 04,30 BangunTidur, Qiyamul Lail/ Sholat Tahajjud 2 04.30 - 05.00 Sholat Subuh Berjamaah Di Masjid 3 05.00 - 06.00 Pengajian Kitab 4 06.00 - 07.00 Mandi Pagi, Piket Kebersihan Asrama, Sarapan 5 07.00 - 07.10 Apel Pagi Rutin Persiapan Masuk Kelas 6 07.10 - 11.30 Kegiatan Belajar-Mengajar Di Kelas 7 11.30 - 12.30 Istirahat, Persiapan Sholat Dzuhur Berjamaah 8 12.30 - 13.00 Makan Siang 9 13.00 - 15.00 Kegiatan Belajar-Mengajar Di Kelas
10 15.00 - 16.00 Sholat Ashar dan Taddarus Al Qur'an 11 16.00 - 16.40 Kegiatan Proyek Pertanian (Masing-masing Kelas) 12 16.40 - 18.00 Kegiatan Extrakulikuler, Mandi, Makan Malam 13 18.00 - 18.20 Shalat Maghrib Berjamaah, Taddarus Al Qur'an 14 18.20 - 19.30 Shalat Isya Berjamaah 15 19.30 - 21.30 Belajar Mandiri/ Les, Mengerjakan Tugas/PR 16 21.30 - 22.00 Mempersiapkan Perlengkapan Belajar Esok 17 22.00 - 03.30 Istirahat Tidur Malam
Catatan :
1). Kegiatan Jum'at Bersih Dimulai Jam 06.00 - 07.00
2). Hari Senin Apel Pagi Dimulai Jam 07.00 - 07.50
3). Jadwal Dapat Berubah Mengikuti Jadwal Waktu Sholat
70
Lampiran 5 Kurikulum Terpadu Pesantren Pertanian Darul Fallah
KURIKULUM MADRASAH TSANAWIYAH (MTS)
Mata Pelajaran Depag: Quran Hadits, Aqidah Akhlaq, Fiqih, Bahasa Arab, Sejarah
Kebudayaan Islam.
Mata Pelajaran Diknas: PPKn, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika,
Fisika, Biologi, Kimia, Sejarah, Ekonomi, Georafi, Olah Raga dan Kesehatan, Seni
Budaya, Teknologi Dan Informasi Komunikasi.
Mata Pelajaran Keterampilan: Tata Busana/ Tata Boga, Budi Daya Tanaman,
Proyek Pertanian, Bimbingan dan Penyuluhan (BP).
Mata Pelajaran Kepesantrenan: Tauhid, Akhlaq LilBanin/Banat, Hafalan Do’a,
Hafalan Hadits, Hafalan Al-Qur’an, Mahfudzot, Mutholaah, Imla, Khot, Kuliah Umum,
Bimbingan Tadarrus Al-Qur’an.
KURIKULUM MADRASAH ALIYAH TERPADU (MAT)
Mata Pelajaran Depag: Quran Hadits, Aqidah Akhlaq, Fiqih, Bahasa Arab, Sejarah
Kebudayaan Islam.
Mata Pelajaran Diknas: PPKn, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika,
Fisika, Biologi, Kimia, Sejarah, Ekonomi, Georafi, Sosiologi, Akuntansi, Olah Raga
Dan Kesehatan, Seni Budaya, Teknologi Dan Informasi Komunikasi.
Mata Pelajaran Keterampilan: Tata Busana, Budi Daya Tanaman, Proyek Pertanian,
Tekh. Peng. Magang Kewirausahaan, Pengelolaan Hasil Pertanian, Budidaya,
Perikanan, Pertukangan, Koperasi, Bimbingan dan Penyuluhan.
Mata Pelajaran Kepesantrenan: Ilmu Tafsir, Fiqh Da’wah, Fiqh Muqarin, Ushul Fiqh,
Ilmu Hadits, Mahfudzat, Imla, Khat, Bulughul Maram, Ilmu Tauhid, Tafsir Jalalain,
Adabu At Thalib, Tarjamah Lafziyah, Al-Mufradat, Mukhtarul Hadits, Muhadatsah,
Nahwu & Sharaf, Kuliah Umum, Ilmu Tajwid, Bimbingan Tadarrus Al-Qur’an.
71
Lampiran 6 Nilai Total Skor Persepsi dan Penentuan Kategorinya
nores pers_1 pers_2 pers_3 pers_4 pers_5 pers_6 ts_pers p_pers
1 2 0 2 2 0 2 8 67
4 2 0 0 2 0 2 6 50
6 2 1 0 2 0 2 7 58
8 2 1 0 2 0 2 7 58
9 2 0 0 2 0 2 6 50
11 2 0 0 1 1 2 6 50
12 2 0 0 0 2 2 6 50
13 2 2 0 0 0 2 6 50
14 2 2 2 2 0 2 10 83
15 2 2 2 2 0 2 10 83
16 2 1 0 2 0 2 7 58
18 2 2 0 2 0 2 8 67
21 2 1 0 2 2 2 9 75
22 2 1 0 2 2 2 9 75
23 2 2 0 2 2 2 10 83
24 2 0 2 2 0 2 8 67
25 2 0 0 1 0 2 5 42
26 0 2 2 2 2 2 10 83
27 2 2 0 2 2 2 10 83
29 2 0 0 2 0 2 6 50
31 2 1 2 2 0 2 9 75
33 2 0 0 2 1 2 7 58
34 2 2 0 2 2 0 8 67
35 2 0 2 1 2 2 9 75
36 2 2 0 1 2 1 8 67
37 2 0 0 1 0 2 5 42
39 2 2 0 0 2 2 8 67
40 2 0 0 2 0 2 6 50
41 2 2 0 1 2 2 9 75
42 2 2 0 1 2 2 9 75
Penentuan Kategori Persepsi (Slamet 1993) Nilai terendah = 5 Nilai tertinggi = 10 Jumlah kelas = 3 (rendah, sedang, tinggi) Range = nilai tertinggi – nilai terendah = 5
Interval kelas =
Interval kelas = = 2
Jumlah Frekuensi Persentase
Rendah (5 – 6) 9 30.0
Sedang (7 – 8) 10 33.3
Tinggi (9 – 10) 11 36.7
Jumlah 30 100.0
72
Lampiran 7 nilai Total Skor Partisipasi dan Pencarian Kategorinya
Penentuan Kategori Partisipasi (Slamet 1993) Nilai terendah = 0 Nilai tertinggi = 13 Jumlah kelas = 3 (rendah, sedang, tinggi) Range = nilai tertinggi – nilai terendah = 13
Interval kelas =
Interval kelas = = 4.66
nores 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 ts_par p_par
1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 2 12
4 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 7 41
6 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 6
8 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 4 24
9 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 2 12
12 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
13 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 24
14 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 2 12
15 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 2 12
16 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 2 12
18 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 13 76
21 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
22 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
23 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 5 29
24 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 6 35
25 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 6
26 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 18
27 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 10 59
29 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 6 35
31 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 10 59
33 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 5 29
34 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 10 59
35 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 9 53
36 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 71
37 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 2 12
39 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 18
40 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 5 29
41 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 8 47
42 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 8 47
Jumlah Frekuensi Persentase
Rendah (0 – 4.66) 16 53.3
Sedang (4.67 – 9.33) 9 30.0
Tinggi (9.34 – 13) 5 26.7
Jumlah 30 100.0
73
Lampiran 8 Output Hasil Uji Korelasi (Pearson) dan Tabulasi Silang Persepsi-Partisipasi
Output Korelasi berdasarkan total skor Total skor persepsi Total skor partisipasi Total skor persepsi
Pearson Correlation 1 .271 Sig. (2-tailed) .147 N 30 30
Total skor partisipasi
Pearson Correlation .271 1
Sig. (2-tailed) .147 N 30 30
Tabulasi silang persepsi - partisipasi
Kategori partisipasi Total Rendah Sedang tinggi
kategoripersepsi
rendah 7 6 0 13 sedang 2 1 3 6 tinggi 5 3 3 11
Total 14 10 6 30