Upload
sheilla-giusti
View
23
Download
7
Embed Size (px)
DESCRIPTION
paratiroid
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Hormon paratiroid (HPT) berfungsi meningkatkan kadar kalsium plasma
apabila kadar elektrolit ini mulai turun sehingga hipokalasemia (penurunan kadar
kalsium darah) dan berbagai efeknya secara normal dapat dihindari.
Pada keadaan hipokalsemia kronik, misalnya pada defisiensi kalsium dalam
makanan, HPT mempengaruhi pertukaran lambat kalsium antara tulang sendiri dan
CES. Hormon tersebut melakukannya dengan merangsang osteoklas untuk memakan
tulang, meningkatkan pembentukan osteoklas dan secara sementara menghambat
aktivitas osteoblas membentuk tulang. Tulang mengandung kalsium dalam jumlah
yang jauh lebih besar daripada plasma sehingga walaupun HPT meningkatkan
resorpsi tulang, tidak akan terlihat efek yang segera pada kerangka karena sedikitnya
jumlah tulang yang terkena. Namun walaupun jumlahnya sedikit, kalsium
yang "dipinjam" dari bank tulang tersebut dapat menyelamatkan jiwa dalam
kaitannya dengan pemulihan kadar kalsium bebas dalam plasma ke normal.
Kalsium yang dipinjam kemudian dapat kembali diendapkan di tulang dilain waktu
ketika pasokan kalsium kembali meningkat. Namun, sekresi HPT dalam jumlah
besar yang berkepanjangan selama beberapa bulan atau tahun akhimya akan
menyebabkan terbentuknya rongga-rongga di seluruh tulang yang terisi oleh
osteoklas-osteoklas besar yang akan mempengaruhi kekompakan tulang.
2. Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh hormon paratiroid dan metabolisme kalsium
dan posfat pada tulang.
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Tulang
Tulang merupakan salah satu jaringan terkeras di dalam tubuh manusia.
Fungsi tulang, yaitu:1-2
- Memberi kekuatan pada kerangka tubuh (menyokong tubuh)
- Melindungi organ-organ penting seperti yang terdapat di dalam rongga
tengkorak dan dada
- Tempat melekatnya otot
- Tempat pembuatan sel darah karena mengandung sumsum tulang
- Tempat penyimpanan garam mineral
A. Struktur makroskopik
Secara makroskopik tulang terdiri dari substantia compacta dan substantia
spongiosa. Pada os longum substantia compacta berada di bagian tengah dan
makin ke ujung tulang menjadi semakin tipis. Pada ujung tulang terdapat
substantia spongiosa, yang pada pertumbuhan memanjang tulang membentuk
cavitis medullaris. Lapisan superficialis tulang disebut periosteum berupa
jaringan ikat padat tidak teratur dan endosteum yang mempunyai komponen-
komponen yang sama dengan periosteum hanya saja lebih tipis. Bagain tengah
os longum disebut corpus, ujung tulang berbentuk konveks atau konkaf,
membesar, membentuk persendiaan dengan tulang lainnya. Dari aspek
pertumbuhan, bagian tengah tulang disebut diaphysis, ujung tulang disebut
epiphysis dibentuk oleh cartilago, dan bagian diantara keduanya disebut
metaphysis, tempat pertumbuhan memanjang dari tulang, (Gambar 2.1.).
Tulang menurut bentuknya dibedakan menjadi:2
1) Ossa longa (tulang panjang): tulang yg ukuran panjangnya terbesar, cth:
os humerus
2
2) Ossa brevia (tulang pendek): tulang yg ketiga ukurannya kira-kira sama
besar, cth: ossa carpi
3) Ossa plana (tulang gepeng/pipih): tulang yg ukuran lebarnya terbesar,
cth: os parietale
4) Ossa irregular (tulang tak beraturan), cth: os sphenoidale
5) Ossa pneumatica (tulang berongga udara), cth: os maxilla
Gambar 2.1. Tulang
B. Struktur mikroskopik
Permukaan dalam dan luar dari tulang dilapisi oleh lapisan jaringan
penyambung yang disebut endosteum dan periosteum. Permukaan tulang yang
3
tidak dilapisi oleh jaringan penyambung atau oleh osteblas akan diresorpsi oleh
osteoklas yang segera muncul didaerah tersebut. Periosteum merupakan suatu
lapisan jaringan penyambung padat yang dibagian luar mengandung serabut
dalam jumlah banyak sekali tetapi lebih seluler dan vaskuler dekat permukaan
matriks tulang. Sel periosteum dengan morfologi fibroblast dapat berproliferasi
melalui mitosis dan dapat berdiferensiasi menjadi osteoblas. Sel-sel ini
memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan perbaikan tulang.1-2
Endosteum mempunyai komponen-komponen yang sama seperti
periosteum dan strukturnya pun hampir sama, tetapi jauh lebih tipis dan tidak
memperlihatkan dua lapisan yang jelas seperti periosteum. Di dalam jaringan
penyambung periosteum dan endosteum adalah nutrisi jaringan tulang dan
menyediakan suplai sel osteoblas baru untuk perbaikan dan pertumbuhan
tulang. Tulang terdiri dari sel-sel, yaitu:1-2
1) Sel osteoprogenitor / osteogenik
Merupakan populasi sel induk
Sel berbentuk gelondong, inti pucat
Terdapat di lapisan dalam perikondrium, endosteum dan di saluran
vascular tulang kompak
2) Osteblas
Bertanggung jawab untuk sintesa komponen organik matriks tulang
Berbentuk kuboid-piramid dan lembaran seperti epitel
Terdapat pada permukaan tulang tempat matriks ditambahkan
3) Osteosit
Sel matur yang ditemukan terbungkus di lapisan-lapisan matriks tulang
yang telah mengalami mineralisasiSel berbentuk pipih
4) Osteoklas
Merupakan sel raksasa berinti besar dengan banyak anak inti yang
jumlahnya bervariasi
Terdapat di permukaan tulang, serind dalam lekukan dangkal yang
disebut lacuna howship.
4
Gambar 2.2. Organisasi Tulang Menjadi Osteon
2. Organ paratiroid
A. Struktur makroskopik
Pada manusia kelenjar paratiroid biasanya terdiri dari empat buah kelenjar,
yaitu masing-masing berbentuk oval dan berukuran:
- Panjang : 3 - 8 mm
- Lebar : 2 - 5 mm
- Tebal : 0,5 – 2 mm
Kelenjar ini erat hubungannya dengan kelenjar tiroid dan sebagian
menempel pada sepertiga tengah permukaan belakang kelenjar tiroid
sedangkan sedangkan sebagian kecil pada sepertiga bawah permukaan
5
belakang kelenjar tersebut. Sebagian kecil berhubungan dengan kelenjar timus.
Letaknya di dalam kelenjar tiroid mungkin di dalam kapsul kelenjar
tiroid atau terserak di dalam kelenjar tersebut, akan tetapi selalu dipisahkan
dari kelenjar tersebut oleh anyaman penyambung. Anyaman penyambung ini
membentuk perluasan-perluasan ke kelenjar paratiroid dan merupakan
trabekula. Trabekula ini banyak menegandung pembuluh-pembuluh darah dan
getah bening serta serat saraf.1-2
1) Vascularisasi
Kelenjar paratiroid divaskularisasi oleh a. tiroid inferior atau dari
anastomosis antara pembuluh darah superior dan inferior.
2) System limfatik
Pembuluh limfe ada banyak yang diasosiakan dengan kelenjar tiroid
dan timus.
3) Innervasi
a. Simpatis, dari ganglia cervical superior atau medial atau oleh
plexus pada fascia lobus posterior.
b. Aktivitas paratiroid dikontrol oleh level kalsium dalam darah.
Gambar 2.3. Kelenjar Paratiroid
6
B. Stuktur mikroskopik
Kelenjar paratiroid memiliki dua jenis sel, yaitu sel principal dan oksifil. Sel-
sel principal lebih banyak dan mungkin lebih penting daripada sel-sel oksifil.
Walaupun sel peinsipal lebih kecil tapi mempunyai inti yang lebih besar
dibandingkan dengan sel oksifil. Intinya terletak ditengah sitoplasma dan
bersifat homogen.
Pada fiksasi biasanya sel ini mengerut. Didalam sitoplasmanya
mengandung mitokondria yang berbentuk benang. Aparatus golgi yang
berbentuk batang disamping itu mengandung butir-butir lemak serta glikogen.
Sel-sel oksifil, sel ini lebih besar tetapi intinya lebih kecil dan lebih
gelap daripada sel principal. Sitoplasmanya lebih gelap dan mengandung
granula yang bersifat asidofil, sahingga sitoplasmanya terlihat berwarna merah.
Sitoplasmanya tidak atau mengandung butir-butir glikogen.3
Gambar 2.4. Kelenjar Paratiroid
C. Mekanisme kerja dan inhibisi
Hormon paratiroid (HPT) berfungsi meningkatkan kadar kalsium plasma
apabila kadar elektrolit ini mulai turun sehingga hipokalasemia (penurunan
kadar kalsium darah) dan berbagai efeknya secara normal dapat dihindari. HPT
7
ini dapat melaksanakan fungsinya melalui efeknya pada tulang, ginjal dan usus.
Di bawah ini akan dibahas masing-masing dari efek dari HPT.1-2,4-5
1) Efek pada tulang
Sekitar 99% kalsium dalam tubuh terdapat di kerangka. Tulang adalah
suatu jaringan hidup yang terutama terdiri dari matriks ekstrasel
organik yang diresapi oleh kristal hidroksiapatit, yang sebagian besar
terdiri dari endapan garam-garam kalsium fosfat. Dalam keadaan
normal, garam-garam kalsium posfat berada dalam larutar di CES,
tetapi keadaan di dalam tulang cocok bagi garam- garam ini untuk
mengendap (mengkristal) di sekeliling serat kolagen di matriks. Dengan
memobilisasi simpanan kalsium di tulang ini, HPT meningkatkan
konsentrasi kalsium plasma apabila konsentrasi elektrolit ini mulai
turun.
Walaupun sifat tulang tampak "mati", sebenarnya konstituen-
konstituen tulang secara terus menerus diperbaharui. Dalam keadaan
normal, pengendapan (deposisi, pembentukan) tulang dan penyerapan
(resorpsi, pembuangan) tulang berlangsung bersamaan sehingga tulang
secara terus menerus mengalami remodeling. Pembaruan tulang
tersebut memiliki dua tujuan, yaitu menjaga agar tulang belulang
"direkayasa" dengan semestinya supaya dapat digunakan untuk
keperluan mekanis dengan keefektifan maksimum dan membantu
mempertahankan kadar kalsium plasma
Kecepatan relatif resorpsi dan pengendapan tulang juga
dipengaruhi oleh hormon. Selama masa kanak-kanak, hormon
pertumbuhan mendorong pengendapan tulang untuk melaksanakan
pertumbuhan tulang. Selama hidup, hormon paratiroid menggunakan
tulang sebagai "bank" untuk menarik kalsium sesuai keperluan
untuk mempertahankan kadar kalsium plasma.
Ingatlah bahwa di tulang terdapat tiga jenis sel tulang. Osteoblas
mengeluarkan matriks organik ekstrasel tempat kristal kalsium
fosfat mengendap. Osteosit adalah osteoblas yang sudah "pensiun"
8
dan terperangkap di dalam dinding tulang yang mereka endapkan di
sekeliling mereka sendiri. Osteoklas menyerap tulang yang terdapat
di sekitarnya dengan mengeluarkan asam-asam yang melarutkan kristal
kalsium fosfat dan enzim-enzim yang menguraikan matriks organik.
Hormon paratiroid memiliki dua efek utama pada tulang
yang meningkatkan konsentrasi kalsium plasma. Pertama,
hormon ini menginduksi efluks cepat kalsium ke dalam plasma dari
labile pool (simpanan labil) kalsium yang jumlahnya kecil di cairan
tulang. Kedua, dengan merangsang pelarutan tulang, hormon ini
meningkatkan transfer lambat kalsium dan posfat dari stable pool
(simpanan stabil) mineral tulang di dalam tulang itu sendiri ke dalam
plasma Akibatnya, remodeling tulang yang terjadi lebih condong ke
arah resorpsi tulang daripada pengendapan tulang.
Sebagian besar tulang tersusun menjadi satuan-satuan osteon,
yang masing-masing terdiri dari kanalis sentralis yang dikelilingi
oleh lamela yang tersusun konsentrik. Lamela adalah lapisan-lapisan
osteosit yang terbenam di dalam tulang yang mereka endapkan di
sekitar mereka sendiri, (Gambar 2.2.). Osteon biasanya berjalan sejajar
dengan sumbu panjang tulang. Pembuluh darah menembus tulang
baik dari permukaan luar atau rongga sumsum dan berjalan di dalam
kanalis sentralis. Osteoblas terdapat di sepanjang permukaan luar
tulang dan permukaan dalam yang melapisi kanalis sentralis.
Osteoblas-osteoblas permukaan dan osteosit yang terbenam tersebut
dihubungkan oleh jaringan luas berupa saluran-saluran kecil berisi
cairan yang disebut sebagai kanalikulus. Adanya kanalikulus ini
memungkinkan pertukaran bahan antara osteosit yang terperangkap dan
sirkulasi. Saluran-saluran halus ini juga berisi perluasan sitoplasma
osteosit dan osteoblas yang memanjang yang dihubungkan satu dengan
yang lain, seolah sel-sel ini saling "berpegangan tangan". Jaringan sel
yang saling berhubungan, yang disebut membran tulang osteositik-
osteoblastik, memisahkan tulang yang mengalami `mineralisasi itu
9
sendiri dengan plasma yang terdapat di dalam kanalis sentralis,
(Gambar 2.5a.).
Simpanan labil kalsium yang jumlahnya kecil berada di cairan
tulang yang terletak di antara membran tulang dan tulang di sekitarnya
baik di dalam kanalikulus maupun di sepanjang permukaan kanalis
sentralis. Efek paling dini hormon paratiroid adalah mengaktifkan
pompa kalsium di membran untuk meningkatkan pemindahan kalsium
tanpa disertai pemindahan posfat dari cairan tulang, menembus
membran tulang osteositik-osteoblastik, ke dalam plasma. Proses
pemindahan ini disebut osteolisis. Perpindahan kalsium keluar dari
simpanan labil menembus membran tulang menyebabkan terjadinya
pertukaran cepat antara tulang dan plasma, (Gambar 2.5b.). Karena
besarnva luas permukaan membran osteolitikosteoblastik,
pergerakan kecil kalsium menembus setiap sel diperbesar menjadi fluks
besar kalsium antara tulang dan plasma. Setelah kalsium dipompa
keluar, cairan tulang diperkirakan memperoleh kembali kalsium dari
tulang yang mengalami mineralisasi parsial di sepanjang permukaan
tulang di dekatnya. Dengan demikian, pertukaran cepat kalsium tidak
melibatkan resorpsi tulang yang mengalami mineralisasi sempurna,
dan massa tulang tidak berkurang. Melalui cara ini, HPT menarik
kalsium keluar dari “ATM bank” tulang tanpa benar-benar masuk
dalam bank (yaitu tanpa menguraikan tulang yang mengalami
mineralisasi itu sendiri). Pada keadaan normal, pertukaran ini jauh lebih
penting untuk mempertahankan konsentrasi kalsium plasma
dibandingkan dengan pertukaran lambat.
Pada keadaan hipokalsemia kronik, misalnya pada
defisiensi kalsium dalam makanan, HPT mempengaruhi pertukaran
lambat kalsium antara tulang sendiri dan CES dengan mendorong
disolusi lokal tulang. Hormon tersebut melakukannya dengan
merangsang osteoklas untuk memakan tulang, meningkatkan pembentukan
osteoklas dan secara sementara menghambat aktivitas osteoblas
10
membentuk tulang. Tulang mengandung kalsium dalam jumlah yang
jauh lebih besar daripada plasma (lebih dari seribu kali lipat) sehingga
walaupun HPT meningkatkan resorpsi tulang, tidak akan terlihat efek
yang segera pada kerangka karena sedikitnya jumlah tulang yang terkena.
Namun walaupun jumlahnya sedikit, kalsium yang "dipinjam"
dari bank tulang tersebut dapat menyelamatkan jiwa dalam kaitannya
dengan pemulihan kadar kalsium bebas dalam plasma ke normal.
Kalsium yang dipinjam kemudian dapat kembali diendapkan di tulang
dilain waktu ketika pasokan kalsium kembali meningkat. Sementara itu,
kadar kalsium dapat dipertahankan, tanpa mengorbankan integritas
tulang. Namun, sekresi HPT dalam jumlah besar yang
berkepanjangan selama beberapa bulan atau tahun akhimya akan
menyebabkan terbentuknya rongga-rongga di seluruh tulang yang terisi
oleh osteoklas-osteoklas besar. Saat HPT meningkatkan disolusi
kristal kalsium fosfat di tulang untuk memanen isi kalsium mereka,
terjadi pelepasan kalsium dan posfat ke dalam plasma. Peningkatan
posfat plasma adalah hal yang tidak diperlukan, tetapi HPT
mengatasi dilema ini melalui efeknya pada ginjal.1-2,4-5
11
Gambar 2.5. Hubungan Antara Tulang yang Mengalami Mineralisasi,
Sel Tulang dan Darah
2) Efek pada ginjal
Hormon paratiroid merangsang penghematan kalsium dan
mendorong pengeluaran posfat oleh ginjal selama pembentukan urin.
Di bawah pengaruh HPT, ginjal mampu mereabsorpsi lebih
banyak kalsium yang difiltrasi, sehingga kalsium yang keluar melalui
urin berkurang. Efek ini meningkatkan kadar kalsium plasma dan
menurunkan pengeluaran kalsium melalui urin.
Sewaktu merangsang reabsorpsi kalsium oleh ginjal, HPT juga
meningkatkan ekskresi posfat urin melalui penurunan reabsorpsi
posfat. Akibatnya, HPT menurunkan kadar posfat plasma
bersamaan dengan saat hormon tersebut meningkatkan konsentrasi
kalsium.
Pengeluaran kelebihan posfat dari cairan tubuh yang
dipicu oleh HPT ini penting untuk mencegah pengendapan ulang
12
kalsium yang dibebaskan dari tulang. Karena sifat kelarutan garam
kalsium fosfat, hasil kali konsentrasi kalsium plasma dan
konsentrasi posfat plasma harus berada dalam nilai yang relatif
konstan. Dengan demikian, terdapat hubungan terbalik antara
konsentrasi kalsium dan posfat dalam plasma, sebagai contoh, saat
kadar posfat plasma meningkat, sebagian dari kalsium plasma
dipaksa kembali ke dalam tulang melalui pembentukan Kristal
hidroksiapatit, sehingga kadar kalsium plasma berkurang dan
kalsium fosfat tetap. Hubungan terbalik ini terjadi Karena ion-ion
bebas dalam CES berada dalam keseimbangan dengan kristal-kristal
tulang.
Ingatlah bahwa kalsium dan posfat dibebaskan dari tulang
saat HPT meningkatkan disolusi tulang. Karena HPT disekresikan
hanya saat kadar kalsium plasma turun dibawah normal, kalsium
yang dibebaskan diperlukan untuk memulihkan kalsium plasma ke
normal, namun posfat yang dibebaskan cenderung meningkatkan kadar
posfat plasma diatas normal. Apabila kadar posfat plasma
dibiarkan meningkat melebihi normal, sebagian kalsium plasma akan
terus mengendap kembali ke tulang bersama dengan posfat agar
produk kalsium fosfat tetap konstan. Pengendapan kembali kalsium
ini akan menurunkan kadar kalsium plasma, bertentangan dengan
efek yang diinginkan. Dengan demikian, HPT bekerja pada
ginjal untuk mengurangi reabsorpsi posfat oleh tubulus
ginjal. Keadaan ini meningkatkan ekskresi posfat melalui urin dan
menurunkan konsentrasi elektrolit ini di dalam plasma, walaupun
terjadi pelepasan tambahan posfat dari tulang ke dalam darah.
Tindakan semacam ini mencegah redeposisi kalsium yang dibebaskan
kembali ke tulang.
Efek penting ketiga HPT pada ginjal selain meningkatkan
reabsorpsi kalsium dan menurunkan reabsorpsi posfat adalah
meningkatkan pengaktifan vitamin D oleh ginjal.1-2,4-5
13
3) Efek pada usus
Walaupun HPT tidak memiliki efek langsung pada usus, hormon
ini secara tidak langsung, meningkatkan reabsorpsi kalsium dan
posfat dari usus halus, melalui perannya dalam pengaktifan vitamin
D. Vitamin ini, pada gilirannya, secara langsung meningkatkan
penyerapan kalsium dan posfat oleh usus.
Semua efek HPT ditunjukan untuk meningkatkan kadar kalsium
plasma. Dengan demikian, sekresi HPT meningkat sebagai respon
terhadap penurunan konsentrasi kalsium plasma dan menurun apabila
kadar kalsium plasma meningkat. Sel-sel sekretorik kelenjar paratiroid
sangat peka terhadap perubahan kalsium plasma bebas. Karena HPT
mengatur konsentrasi kalsium plasma, hubungan iini membentuk
lengkung umpan-balik negative sederhana untuk mengontrol sekresi
HPT tanpa melibatkan intervensi saraf atau hormon lain, (Gambar
2.6.).1-2,4-5
Gambar 2.6. Lengkung Umpan-Balik Negatif yang Mengontrol
Sekresi hormon Paratiroid dan Kalsitonin
Kalsitonin merupakan hormon yang dihasilkan oleh sel-sel c kelenjar
14
tiroid, juga memiliki pengaruh pada kadar kalsium plasma. Kalsitonin memiliki
dua efek pada tulang, tetapi dalam hal ini, kedua efek tersebut menurunkan
kadar kalsium plasma, pertama, secara jangka pendek, kalsitonin menurunkan
perpindahan kalsium dari cairan tulang ke dalam plasma. Kedua, secara jangka
panjang, kalsitonin menurunkan resorpsi tulang dengan menghambat aktivitas
osteoklas. Seperti pada HPT, pengatur utama sekresi kalsitonin adalah kadar
kalsium bebas dalam plasma, tetapi berbeda dengan efeknya pada pengeluaran
HPT, peningkatan kalsium plasma merangsang sekresi kalsitonin dan
penurunan kalsium plasma menghambat sekresi kalsitonin (Gambar 2.6.).
Karena kalsitonin menurunkan kadar kalsium plasma, system ini membentuk
kontrol umpan balik negatif sederhana kedua atas konsentrasi kalsium plasma
yang bertentangan dengan system HPT.1-2,4-5
D. Fungsi kelenjar paratiroid
Fungsi kelenjar ini adalah menghasilkan hormon paratiroid (HPT), hormon ini
berfungsi dalam mengontrol homeostasis kalsium dengan cara merangsang
reabsorpsi kalsium oleh ginjal sehingga pengeluaran kalsium berkurang dan
hormon ini mengaktifkan vitamin D, yang meningkatkan efisiensi reabsorpsi
kalsium dari makanan. Karena HPT juga meningkatkan resorpsi tulang, terjadi
pengurangan substansial mineral-mineral tulang jika asupan kalsium dari
makanan kurang adekuat untuk jangka waktu lama, walaupun tulang tidak
secara langsung terlibat dalam pemeliharaan keseimbangan pemasukan dan
pengeluaran kalsium.1-2,4-5
3. Metabolisme kalsium dan posfat
Ada tiga hormon yang mengontrol metabolism kalsium dan posfat, taitu
hormon paratiroid, kalsitonin dan vitamin D. Zat-zat hormonal ini terutama
mengatur kalsium plasma dan dalam prosesnya juga mempertahankan posfat
plasma. Konsentrasi kalsium plasma adalah salah satu variabel tubuh yang diatur
sangat cermat. Perlunya kalsium plasma diatur secara ketat disebabkan oleh
pengaruh ion ini yang penting pada banyak aktivitas tubuh.
15
Sekitar 99% kalsium dalam tubuh berada dalam bentuk Kristal di dalam
tulang dan gigi. Dari sisa 1%, sekitar 0,9% ditemukan di dalam sel-sel jaringan
lunak dan kurang dari 0,1% terdapat di cairan ekstrasesuler (CES). Sekitar separuh
dari kalsium plasma terikat keprotein plasma, sehingga terbatas di plasma atau
berikatan dengan posfat dan tidak bebas ikut serta dalam reaksi-reaksi kimia.
Separuh lainnya dari kalsium plasma dapat berdifusi secara bebas dan mudah
masuk ke cairan interstisium serta berinteraksi dengan sel. Kalsium bebas dalam
plasma dan cairan interstisium dianggap sebagai satu kesatuan simpanan. Hanya
bebas inilah yang secara biologis aktif serta berada dibawah kontrol, kalsium bebas
ini hanya membentuk kurang dari seperseribu kalsium total dalam tubuh.1-2,4-5
Fraksi kalsium CES yang bebes berdifusi dan jumlahnya sedikit ini
berperan penting dalam sejumlah aktivitas, termasuk yang berikut:1-2,4-5
A. Eksibalitas neuromuskulus
Variasi ringan konsentrasi kalsium bebas dalam CES dapat menimbulkan
dampak yang besar dan segera pada kepekaan kedua jaringan tersebut.
Penurunan kalsium bebas menyebabkan eksitabilitas berlebihan saraf
dan otot sebaliknya, peningkatan kalsium bebas menekan eksitabilitas neuro-
muskulus. Efek-efek ini timbul akibat pengaruh kalsium pada permeabilitas
membran terhadap natrium. Penurunan kalsium bebas meningkatkan
permeabilitas natrium, yang menyebabkan influks natrium sehingga potensial
istirahat mendekati ambang. Akibatnya, apabila terjadi hipokalsemia (kadar
kalsium darah rendah), jaringan-jaringan yang excitable dapat mencapai
ambang oleh rangsangan yang secara normal tidak efektif, sehingga otot
rangka membentuk potensial aksi dan berkontraksi (mengalami spasme)
"secara spontan" (tanpa adanva rangsangan normal). Apabila cukup parah,
kontraksi spastik otot-otot pernapasan dapat menyebabkan kematian akibat
asfiksia. Di pihak lain, hiperkalsemia (peningkatan kalsium darah) juga
dapat mengancam nyawa karena dapat menyebabkan aritmia jantung
yang disertai penekanan menyeluruh eksitabilitas saraf-otot.
B. Penggabungan eksitasi-kontraksi di otot jantung dan otot polos
16
Masuknya kalsium CES ke dalam sel otot jantung dan polos, yang
terjadi akibat peningkatan permeabilitas kalsium sebagai respons terhadap
potensial aksi, memicu mekanisme kontraksi. Kalsium juga penting untuk
penggabungan eksitasi-kontraksi di serat otot rangka, tetapi dalam hal ini
kalsium dikeluarkan dari simpanan kalsium intrasel sebagai respons
terhadap potensial aksi. Sebagian dari kalsium di sitosol di sel otot jantung
juga berasal dari simpanan internal. Perhatikan bahwa peningkatan kalsium
sitosol di dalam sel otot menyebabkan kontraksi, sedangkan peningkatan
kalsium bebas dalam CES menurunkan eksitabilitas neuromuskulus dan
mengurangi kemungkinan terjadinya kontraksi. Dua bentuk simpanan
kalsium yang berbeda, yang menimbulkan efek berbeda.
C. Penggabungan rangsangan sekresi
Masuknya kalsium ke dalam sel sekretorik, yang terjadi akibat peningkatan
permeabilitas terhadap kalsium sebagai respons terhadap rangsangan yang
sesuai, memicu pengeluaran produk-produk sekretorik melalui proses
eksositosis. Proses ini penting untuk sekresi neurotransmiter oleh sel
saraf dan untuk sekresi hormon peptida dan katekolamin oleh sel endokrin.
D. Pemeliharaan taut erat antara sel-sel
Kalsium ikut membentuk perekat (semen) antarsel yang menyebabkan sel-sel
tertentu melekat erat satu sama lain.
E. Pembekuan darah
Kalsium berfungsi sebagai kofaktor di beberapa langkah dalam jenjang reaksi
yang menyebabkan terbentuknya bekuan darah.
Karena efek deviasi kalsium bebas sangat luas dan besar, terutama pada
eksitabilitas neuromuskulus, konsentrasi elektrolit ini dalam plasma diatur
dengan sangat ketat. Selain itu, kalsium intrasel (bukan kalsium CES
bebas) berfungsi sebagai perantara kedua di banyak sel dan ikut serta dalam
motilitas sel dan gerakan silia. Akhirnya, kalsium di tulang dan gigi penting
17
untuk integritas struktural dan fungsional kedua jaringan tersebut.
Pemeliharaan konsentrasi kalsium bebas dalam plasma berbeda dalam dua
aspek penting. Tidak semua kalsium yang dimakan akan diserap dari saluran
pencernaan, yang tingkat penyerapannya diatur oleh hormon dan bergantung pada
status kalsium tubuh. Selain itu, tulang berfungsi sebagai reservoir kalsium dalam
jumlah besar dan dapat dipergunakan untuk mempertahankan kadar kalsium
plasma dalam rentang sempit yang memungkinkan kehidupan apabila asupan dari
makanan terlalu rendah. Pertukaran kalsium antara CES dan tulang juga berada
dibawah kontrol.
Pengaturan metabolisme kalsium bergantung pada kontrol hormon atas
pertukaran antara CES dan tiga kompartemen lainnya, yaitu tulang, ginjal dan usus.
Dengan demikian, kontrol metabolisme kalsium mencakup dua aspek. Pertama,
pengaturan homeostasis kalsium yang melibatkan penyesuaian-penyesuaian segera
yang diperlukan untuk mempertahankan konsentrasi kalsium bebas dalam plasma
yang dilakukan secara terus menerus. Pengaturan homeostasis kalsium ini terutama
dilakukan oleh pertukaran cepat antara tulang dan CES dan dalam tingkat yang
lebih rendah, oleh modifikasi ekskresi kalsium melalui urin. Kedua, pengaturan
keseimbangan kalsium yang melibatkan penyesuaian-penyesuaian penyerapan
kalsium di usus yang berlangsung lebih lambat serta penyesuaian dalam ekskresi
kalsium melalui urin agar jumlah total kalsium dalam tubuh tetap konstan. Kontrol
atas keseimbangan kalsium memastikan bahwa pemasukan kalsium ekivalen
dengan ekskresi kalsium dalam jangka panjang (beberapa minggu sampai bulan).
Metabolisme posfat juga dikontrol oleh mekanisme yang sama dengan
mengatur metabolisme kalsium, tetapi hanya sedikit berbeda, konsentrasi posfat
plasma tidak dikontrol seketat konsentrasi kalsium plasma. Posfat diatur secara
langsung oleh vitamin D dan secara tidak langsung oleh lengkung umpan balik
kalsium plasma, yaitu HPT. Sebagai gambaran, hipofospatemia (penurunan
konsentrasi posfat plasma) menimbulkan efek ganda untuk membantu memulihkan
kadar posfat kenormal dalam darah, (Gambar 2.7.). Pertama, karean hubungan
terbalik antara konsentrasi posfat dan kalsium dalam plasma, penurunan posfat
plasma menyebabkan peningkatan kalsium plasma , yang secara langsung
18
menekan sekresi HPT. Karena HPT berkurang, reabsorpsi posfat meningkat,
sehingga konsentrasi posfat plasma dapat dipulihkan kenormal. Kedua, penurunan
posfat plasma juga menyebabkan peningkatan pengaktifan vitamin D, yang
kemudian meningkatkan penyerapan posfat di usus. Hal ini untuk membantu
menghilangkan hipofospatemia tersebut. 1-2,4-5
Gambar 2.7. Kontrol Posfat Plasma
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
19
Perubahan-perubahan konsentrasi kalsium plasma yang bebas dan
mudah berdifusi, yaitu bentuk ion ini yang aktif secara biologis, menimbulkan
dampak besar dan mengancam nyawa terutama pada eksitabilitas neuromuskulus.
Hiperkalsemia menurunkan eksitabilitas, sedangkan hipokalsemia menim-
bulkan eksitabilitas berlebihan pada saraf dan otot. Apabila cukup parah,
dapat terjadi kontraksi spastik otot-otot pernapasan yang berakibat fatal.
Tulang berfungsi sebagai reservoir kalsium dalam jumlah besar dan dapat
dipergunakan untuk mempertahankan kadar kalsium plasma dalam rentang sempit
yang memungkinkan kehidupan apabila asupan dari makanan terlalu rendah.
Pertukaran kalsium antara CES dan tulang juga berada dibawah kontrol.
Terdapat tiga hormon yang mengatur konsentrasi kalsium (dan secara
bersamaan mengatur posfat) dalam plasma, yaitu hormon paratiroid (HPT),
kalsitonin dan vitamin D. HPT yang sekresinya secara langsung
ditingkatkan oleh penurunan konsentrasi kalsium plasma, bekerja pada
tulang, ginjal, dan usus untuk meningkatkan konsentrasi kalsium plasma.
Efek tersebut esensial untuk kehidupan karena mencegah akibat fatal
hipokalsemia. Efek spesifik HPT pada tulang adalah meningkatkan
perpindahan kalsium dari cairan tulang ke dalam plasma dalam jangka-
pendek dan meningkatkan disolusi lokal tulang dengan meningkatkan
aktivitas osteoklas (sel pelarut tulang) dalam jangka panjang. Disolusi
kristal tulang kalsium fosfat akan membebaskan posfat serta kalsium ke
dalam plasma. Hormon paratiroid bekera pada ginjal untuk meningkatkan
reabsorpsi kalsium yang difiltrasi, sehingga mengurangi ekskresi kalsium
melalui urin dan meningkatkan konsentrasinya dalam plasma. Secara
simultan, HPT menurunkan reabsorpsi posfat oleh ginjal, sehingga
meningkatkan ekskresi posat dan menurunkan konsentrasi posfat plasma.
Keadaan ini penting karena peningkatan posfat plasma akan memaksa
pengendapan sebagian kalsium plasma kembali ke dalam tulang. Selain itu,
HPT mempermudah pengaktifan vitamin D, yang kemudian merangsang
penyerapan kalsium dan posfat dari usus.
Vitamin D dapat disintesis dari suatu turunan kolesterol di kulit jika
20
kulit terpajan ke sinar matahari, tetapi umumnya sumber endogen ini tidak adekuat,
sehingga vitamin D harus didatangkan dari luar tubuh melalui makanan. Dari
manapun sumbernya, vitamin D harus diaktifkan terlebih dahulu di hati
dan kemudian di ginjal (tempat pengaturan HPT pada pengaktifan vitamin
D) sebelum vitamin ini dapat menimbulkan efeknya di usus.
Kalsitonin, suatu hormon yang dihasilkan oleh sel-sel c kelenjar tiroid,
adalah faktor ketiga yang mengatur kalsium plasma. Melalui mekanisme
umpan-balik negatif, kalsitonin disekresikan sebagai respons terhadap
peningkatan konsentrasi kalsium plasma dan bekerja menurunkan kadar
kalsium plasma dengan menghambat aktivitas osteoklas tulang.
Terdapat hubungan yang erat antara hormon paratiroid dan
metabolisme kalsium dan posfat pada tulang.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sherwood L. Fisiologi manusia. Edisi ke-2. Jakarta: EGC; 2001. h.677-88.
21
2. Sloane E. Anatomi dan fisiologi. Jakarta: EGC; 2003. h.210.
3. Penuntun Praktikum Histologi. Jakarta: Dian Rakyat; 2003. h.220.
4. Ganong FW. Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-17. Jakarta: EGC; 2002. h.367-80.
5. Guyton AC, John EH. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC; 2010. h.607-14.
22