25
PANDUAN PENGENALAN BURUNG DI TAMAN NASIONAL BALURAN YANG DILINDUNGI UNDANG – UNDANG I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang “Hutan bukan merupakan warisan nenek moyang kita, tetapi titipan dan pinjaman anak cucu yang wajib untuk dikelola dan dimanfaatkan secara bijaksana”. Ungkapan tersebut tepat kiranya untuk terus dideklarasikan agar membahana di seluruh tanah air maupun dunia internasional. Indonesia adalah Negara kepulauan yang kaya akan sumber daya alam baik flora maupun fauna serta ekosistemnya. Sehingga sebutan Indonesia sebagai “megabiodiversity” bukanlah kata kiasan semata. Fatwa pujangga menyebutnya sebagai “negeri gemah ripah loh jinawi” karena setiap yang ditanam pasti akan hidup. Dari keseluruhan asset Negara yang wajib dilestarikan dan dilindungi, salah satunya adalah dunia burung. Burung merupakan salah satu kelompok terbesar vertebrata yang banyak dikenal. Diperkirakan ada sekitar 8.600 jenis yang tersebar di dunia. Taman Nasional Baluran mempunyai ±55 jenis burung baik yang dilindungi Undang – Undang maupun yang tidak, dimana keberadaannya tersebar dan hidup bebas di seluruh kawasan. Ada beberapa jenis yang endemic dan hanya dapat dijumpai di Taman Nasional Baluran. Keanekaragaman hayati satwa burung yang ada di Taman Nasional Baluran bila tidak dilestarikan besar kemungkinan akan mengalami kepunahan. Hal ini disebabkan karena burung merupakan salah satu satwa yang memiliki keindahan warna dan dapat dinikmati suaranya, sehingga satwa ini banyak dicari dan ditangkap manusia. Berbagai kondisi ini mengakibatkan banyaknya kegiatan perburuan liar serta usaha perdagangan dan penyelundupan terhadap satwa tersebut. Bagi kawasan pelestarian alam seperti Taman Nasional Baluran, pengenalan petugas di lapangan terhadap berbagai jenis burung yang hidup bebas dalam kawasan Taman Nasional Baluran sangat penting dalam menunjang konservasi sumber daya alam hayati terutama terhadap satwa burung. Namun terbatasnya sarana dan prasarana petugas di lapangan seperti terbatasnya buku panduan dan pedoman untuk identifikasi satwa menjadi salah satu sebab utama kurangnya kemampuan petugas dalam mengenal atau mengidentifikasi jenis – jenis burung. Oleh karena itu melalui buku panduan ini diharapkan dapat membantu dan mempermudah untuk mengetahui jenis – jenis burung yang ada di Taman Nasional Baluran terutama jenis – jenis yang dilindungi Undang – Undang serta deskripsi dan sebarannya di kawasan Taman Nasional Baluran. B. Maksud dan Tujuan 1. Sebagai bahan panduan atau acuan dan sarana penunjang bagi petugas lapangan dalam menyampaikan informasi ke pengunjung, pelajar dan mahasiswa bahkan masyarakat sekitar maupun luas guna mengenal dan mempelajari jenis – jenis burung di Taman Nasional Baluran yang dilindungi

PANDUAN PENGENALAN BURUNG DI TAMAN · PDF fileSebagai media peraga bagi kegiatan penyuluhan konservasi sumber daya ... sebagai alat perasa ... vertebrata, kadang – kadang mamalia

  • Upload
    dinhnga

  • View
    225

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PANDUAN PENGENALAN BURUNG DI TAMAN · PDF fileSebagai media peraga bagi kegiatan penyuluhan konservasi sumber daya ... sebagai alat perasa ... vertebrata, kadang – kadang mamalia

PANDUAN PENGENALAN BURUNG DI TAMAN NASIONAL BALURAN YANG DILINDUNGI UNDANG – UNDANG

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

“Hutan bukan merupakan warisan nenek moyang kita, tetapi titipan dan pinjaman anak cucu yang wajib untuk dikelola dan dimanfaatkan secara bijaksana”. Ungkapan tersebut tepat kiranya untuk terus dideklarasikan agar membahana di seluruh tanah air maupun dunia internasional.

Indonesia adalah Negara kepulauan yang kaya akan sumber daya alam baik flora maupun fauna serta ekosistemnya. Sehingga sebutan Indonesia sebagai “megabiodiversity” bukanlah kata kiasan semata. Fatwa pujangga menyebutnya sebagai “negeri gemah ripah loh jinawi” karena setiap yang ditanam pasti akan hidup. Dari keseluruhan asset Negara yang wajib dilestarikan dan dilindungi, salah satunya adalah dunia burung.

Burung merupakan salah satu kelompok terbesar vertebrata yang banyak dikenal. Diperkirakan ada sekitar 8.600 jenis yang tersebar di dunia. Taman Nasional Baluran mempunyai ±55 jenis burung baik yang dilindungi Undang – Undang maupun yang tidak, dimana keberadaannya tersebar dan hidup bebas di seluruh kawasan. Ada beberapa jenis yang endemic dan hanya dapat dijumpai di Taman Nasional Baluran.

Keanekaragaman hayati satwa burung yang ada di Taman Nasional Baluran bila tidak dilestarikan besar kemungkinan akan mengalami kepunahan. Hal ini disebabkan karena burung merupakan salah satu satwa yang memiliki keindahan warna dan dapat dinikmati suaranya, sehingga satwa ini banyak dicari dan ditangkap manusia. Berbagai kondisi ini mengakibatkan banyaknya kegiatan perburuan liar serta usaha perdagangan dan penyelundupan terhadap satwa tersebut.

Bagi kawasan pelestarian alam seperti Taman Nasional Baluran, pengenalan petugas di lapangan terhadap berbagai jenis burung yang hidup bebas dalam kawasan Taman Nasional Baluran sangat penting dalam menunjang konservasi sumber daya alam hayati terutama terhadap satwa burung. Namun terbatasnya sarana dan prasarana petugas di lapangan seperti terbatasnya buku panduan dan pedoman untuk identifikasi satwa menjadi salah satu sebab utama kurangnya kemampuan petugas dalam mengenal atau mengidentifikasi jenis – jenis burung.

Oleh karena itu melalui buku panduan ini diharapkan dapat membantu dan mempermudah untuk mengetahui jenis – jenis burung yang ada di Taman Nasional Baluran terutama jenis – jenis yang dilindungi Undang – Undang serta deskripsi dan sebarannya di kawasan Taman Nasional Baluran.

B. Maksud dan Tujuan

1. Sebagai bahan panduan atau acuan dan sarana penunjang bagi petugas lapangan dalam menyampaikan informasi ke pengunjung, pelajar dan mahasiswa bahkan masyarakat sekitar maupun luas guna mengenal dan mempelajari jenis – jenis burung di Taman Nasional Baluran yang dilindungi

Page 2: PANDUAN PENGENALAN BURUNG DI TAMAN · PDF fileSebagai media peraga bagi kegiatan penyuluhan konservasi sumber daya ... sebagai alat perasa ... vertebrata, kadang – kadang mamalia

Undang – Undang dan lokasi penyebarannya di kawasan Taman Nasional Baluran.

2. Media informasi untuk dunia pendidikan, latihan dan obyek penelitian serta sarana promosi wisata.

3. Sebagai media peraga bagi kegiatan penyuluhan konservasi sumber daya hutan dan ekosistemnya serta upaya meningkatkan pengawasan dan pengamanan terhadap satwa tersebut.

4. Sebagai wahana untuk memperkaya kaidah ilmu pengetahuan khususnya burung – burung yang ada di Taman Nasional Baluran.

II. TINJAUAN PUSTAKA

a. Sejarah

Nama burung berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata ornis. Sedangkan dalam bahasa Latin disebut aves. Ornithologi adalah ilmu yang mempelajari tentang burung.

Burung merupakan binatang berdarah panas seperti binatang menyusui, tetapi sebenarnya burung lebih berkerabat dekat dengan reptile, yang mulai berevolusi sekitar 135 juta tahun yang lalu. Semua jenis burung dianggap berasal dari sesuatu yang mirip dengan fosil burung yang pertama yaitu Archaeopteryc.

Burung masa kini berbeda dengan reptile karena berkembangnya bulu yang mempengaruhi daya terbang. Reptil seperti Pterosaurus sudah mempunyai data terbang yang kuat tetapi hanya mengandalkan bentuk sayapnya yang panjang dan berselaput. Mulanya sayap burung yang lebar hanya untuk melayang dan baru digunakan untuk terbang yang sebenarnya setelah bulu sayapnya berkembang semakin lebar, ringan dan tersusun rapat. Bulu merupakan rahasia keberhasilan burung, tidak hanya memberikan daya terbang, melainkan juga memberikan kehangatan dalam memelihara suhu badan. Modifikasi bulu burung masa kini ada yang berubah fungsi menjadi lapisan yang kedap air, sebagai alat perasa, berwarna cerah atau berburik – burik untuk memikat atau menyamar. Karena sayap dipakai untuk terbang burung kehilangan fungsi tangan dan menjadi makhluk berkaki dua. Selain itu tulang burung berevolusi menjadi berongga berisi udara dan lebih ringan; tulang punggungnya menjadi lebih pendek dan menyatu; paruhnya terbentuk dari zat tanduk yang ringan dan tidak bergigi; dibandingkan dengan rahang bergigi dari tulang yang berat pada reptil nenek moyang mereka.

b. Pola Sebaran Burung Faktor – faktor yang mempengaruhi distribusi burung (Berger, 1961 dalam

Sukmantoro, 1995) yaitu : 1. Waktu dan Geologi 2. Penghalang fisik 3. Mobilitas 4. Kebutuhan akan lingkungan 5. Toleransi ekologi 6. Faktor – faktor psikologis.

Page 3: PANDUAN PENGENALAN BURUNG DI TAMAN · PDF fileSebagai media peraga bagi kegiatan penyuluhan konservasi sumber daya ... sebagai alat perasa ... vertebrata, kadang – kadang mamalia

Burung tersebar di semuabenua, lautan dan hamper seluruh kepulauan. Penetrasi burung – burung tersebut mencapai artik dan antartika termasuk meliputi daerah permukaan laut sampai pegunungan. Dengan mempertimbangkan kemampuan terbang, mereka mempunyai kemampuan penyebarab geografi dan habitat yang luas (Storer, 1961).

Di seluruh kawasan Jawa, jumlah total dari jenis burung yang tercatat adalah 494 jenis, 366 diantaranya adalah jenis penetap dan 128 lainnya sebagai pengunjung / pengembara (migran). Daerah Jawa dan bali mempunyai avifauna yang kaya, terdapat hampir 500 jenis yang mewakili setengah dari suku burung di dunia (MacKinnon, 1993). Sebanyak 24 jenis merupakan endemik Jawa, 16 jenis terbatas di Jawa, 1 jenis terdapat di Bali dan 7 jenis terdapat di kedua pulau tersebut.

Burung menempati setiap habitat dari khatulistiwa sampai daerah kutub. Ada burung yang hidup di daerah hutan, padang terbuka, daerah gunung, burung air, burung yang menjelajahi samudra dan ada yang hidup di gua. Burung ditemukan dimana – mana antara lain hutan serta kolam – kolam yang terdapat ikan, serangngga dan invertebrate (MacKinnon, 1993).

Beberpa jenis burung tinggal di daerah – daerah tertentu, tetapi banyak jenis yang bermigrasi secara teratur dari suatu daerah ke daerah yang lain sesuai dengan perubahan musim. Migrasi umunya antara bagian Utara dan Selatan bumi yang disebut Latitudinal. Pada musism panas burung – burung bergerak atau tinggal di daerah sedang dan daerah – daerah sub artik dimana terdapat fasilitas – fasilitas untuk makan dan bersarang, serta kembali ke daerah tropik untuk beristirahat selama musim salju. Beberapa spesies burung melakukan migrasi altitudinal yaitu ke daerah – daerah pegunungan selama musim salju dan ini terdapat di Amerika Utara bagian Barat (Murad, 1993).

Luas pergerakan dan jarak tempuh burung berbeda pada setiap jenis. Beberpa jenis menempati teritori yang kecil serta tetap dan lambat berpencar untuk menempati daerah baru. Jenis lain mempunyai ruang lingkup pergerakan yang lebih luas.

c. Identifikasi Burung

Beberapa hal yang menjadi perhatian penting dalam pengenalan maupun

identifikasi burung di lapangan tidak semudah apa yang dibayangkan. Faktor – factor yang menjadi kendala secara non teknis seringkali muncul setiap saat, missal : kondisi medan yang slit, umumnya burung tersebut susah untuk diamati karena tempatnya yang tinggi di atas dahan serta factor cuaca.

Hal – hal pokok yang harus diperhatikan dlam identifikasi burung : 1. Membuat catatan lapangan 2. Membuata daftar jenis burung 3. Merekam suara burung

Tiga uraian tersebut hanya untuk mempermudah dalam identifikasinya dan membantu pelaksanaan di lapangan.

d. Kriteria Kepunahan

Menurut IUCN tahun 1994 tentang kriteria suatu spesies yaitu :

1. Punah (Extinct) : tidak ada lagi spesies yang hidup di alam atau dianggap telah musnah / hilang dari permukaan bumi.

2. Genting (Endangered) : jenis yang terancam punah dan tidak dapat bertahan tanpa perlindungan yang ketat untuk menyelamatkan kelangsungan hidupnya.

Page 4: PANDUAN PENGENALAN BURUNG DI TAMAN · PDF fileSebagai media peraga bagi kegiatan penyuluhan konservasi sumber daya ... sebagai alat perasa ... vertebrata, kadang – kadang mamalia

3. Kritis (Critically) atau Terkikis (Indeterminite) : jika taxon / spesies tersebut menghadapi resiko kepunahan sangat tinggi di alam sehingga mengalami proses kelangkaan tetapi informasi keadaan sebenarnya belum mencukupi.

4. Rentan (Vulnerable) : kategori untuk jenis yang tidak terancam punah tetapi terdapat dalam jumlah yang sedikit dan eksploitasinya terus – menerus sehingga perlu dilindungi.

5. Jarang (rare) : jenis yang populasinya besar tetapi tersebar secara local atau daerah penyebarannya luas tetapi tidak sering dijumpai serta mengalami erosi berat.

III. AVES YANG DILINDUNGI UNDANG – UNDANG

1. PECUK ULAR (Anhinga melanogaster) Famili : Phalacrocoracidae Status : dilindungi Undang – Undang berdasarkan :

• SK Mentan No. 66/Kpts/Um/2/1973 tanggal 14 Februari 1973 • SK Menhut No. 301/KPTS-II/1991 tanggal 10 Juni 1991.

Bentuk fisik : burung pecuk ular yang khas berukuran panjang (84 cm) dengan

leher panjang dan meliuk – liuk seperti ular dan kepala kecil. Kepala dan leher coklat dengan dagu bergaris putih. Garis pada dagu memanjang ke arah bawah pada sisi leher. Bulu lainnya kehitam – hitaman dengan bulu penutup berwrna putih dengan tepi hitam. Iris : Coklat; paruh : coklat kekuning – kuningan dengan bagian atas bergaris hitam; kaki : abu – abu.

Ciri Khas : leher panjang dan ramping. Suara : Bergemerincing dan berdeklik, menjerit ketika sedang bercumbuan. Kebiasaan : hidup pada genangan air yang luas dan jernih di danau dan sungai –

sungai besar dimana mereka menyelam dengan menakjubkan dan menghabiskan waktu di bawah air. Dapat memperkecil daya mengapung sehingga hanya kepalanya saja yang keluar dari air, tetapi tubuhnya yang menyerap air mempersulit untuk mengepak – ngepak dan berjalan di atas air dalam persiapan sebelum terbang, juga menghabiskan waktu berjam – jam untuk mengeringkan bulunya di tempat bertengger dengan cara membentangkan sayapnya ; tidur dan beristirahat dalam kelompok pada pohon – pohon yang terbuka.

Makanan : ikan Perkembangbiakan : berbiak dalam koloni bersama dengan burung air lainnya.

Sarang berupa tumpukan ranting yang sederhana, diletakkan pada pohon yang tinggi dekat pantai. Telur dua sampai empat butir berwarna keputih – putihan. Di Jawa Timur tercatat bersarang dari bulan Desember – Maret dan di Jawa Barat dari bulan Maret – Juni.

Penyebaran : India, Asia Tenggara, Kalimantan, Sumatera, Jawa, Bali, Filipina, Sulawesi dan sebagai pengunjung di Sumbawa dan Timor. Dulu jenis ini umum dijumpai di Jawa dan Bali, tetapi sekarang mungkin tidak

Page 5: PANDUAN PENGENALAN BURUNG DI TAMAN · PDF fileSebagai media peraga bagi kegiatan penyuluhan konservasi sumber daya ... sebagai alat perasa ... vertebrata, kadang – kadang mamalia

ada lagi di Bali dan agak jarang di Jawa sampai ketinggian 2.000 meter.

Sebaran di Taman Nasional Baluran : ……………………. 2. ELANG JAMBUL HITAM (Ichtinaetus malayensis) Famili : Accipitridae Status : Dilindungi Undang – Undang berdasarkan :

• SK Mentan No. 421/Kpts/Um/8/1970 tanggal 26 Agustus 1970 • SK Menhut No. 301/Kpts-II/1991 tanggal 10 Juni 1991

Bentuk fisik : elang berukuran besar (70 cm) berwarna hitam, ekor dan sayap

panjang sehingga jika terbang terlihat sangat besar. Pada bulu – bulu primer bagian dasarnya terdapat bercak yang agak pucat dan sedikit bergaris – garis pada ekornya, tetapi penampilan umum pada waktu terbang atau istirahat seluruhnya hitam. Burung yang belum dewasa berwarna lebih pucat dengan coretan serta bulu – bulu bagian ujung berwarna kuning kecoklatan dan paha berwarna pucat. Iris : kuning; paruh : hitam berujung abu – abu; sera : kuning; kaki : kuning.

Ciri khas : bulu berwarna hitam, garis – garis pucat pada ekor. Suara : seperti ratapan berulang – ulang “klii – ki” atau “hi – li – liiw” Kebiasaan : mendiami hutan, biasanya berputar – putar rendah di atas tajuk

hutan. Meluncur dengan mudah dan indah di bukit – bukit berhutan dan sering berpasangan. Sering merampas sarang burung lainnya tetapi takut kepada manusia.

Makanan : wallet dan burung – urung lainnya, kelelawar, tikus, kadal tetapi makanan utamanya adalah telur burung.

Perkembangbiakan : sarang berupa tumpukan tebal dari tangkai – tangkai dan ranting – ranting berlapis dedaunan di pohon yang tinggi pada hutan yang lebat. Telur satu utir, berwarna kuning tua bernoda coklat kemerah – merahan. Tercatat berbiak pada bulan Mei.

Penyebaran : India, China, Asia Tenggara, Kalimantan, Sumatera, jawa, bali, Sulawesi dan Maluku. Di Jawa dan Bali burung ini tersebar agak jarang pada hutan – hutan di semua ketinggian akan tetapi sering terlihat.

Sebaran di Taman Nasional Baluran : ……………………… 4. ELANG ULAR / ELANG BIDO (Spilornis cheela) Famili : Pandonidae Status : Dilindungi Undang – Undang berdasarkan :

• SK Mentan No. 421/Kpts/Um/8/1970 tanggal 26 Agustus 1970 • SK Menhut No. 301/Kpts-II/1991 tanggal 10 Juni 1991 • Peraturan Pemerintah No. 7 tanggal 27 Januari 1999

Bentuk fisik : Elang berukuran sedang (60 cm). Berwarna gelap. Dewasa : tubuh bagian atas coklat gelap / abu – abu, tubuh bagian bawah ke arah posterior berbintik – bintik putih. Ekor mempunyai garis abu – abu

Page 6: PANDUAN PENGENALAN BURUNG DI TAMAN · PDF fileSebagai media peraga bagi kegiatan penyuluhan konservasi sumber daya ... sebagai alat perasa ... vertebrata, kadang – kadang mamalia

keputih – putihan yang lebar di antara garis – garis hitam. Mahkota berupa jambul pendek, gembung tetapi lebar yang terdiri dari bulu – bulu putih dan hitam. Kulit yang tidak berbulu di antara mata dan paruh khas berwarna kuning. Pada waktu terbang ciri khasnya adalah garis melintang yang putih dan lebar serta garis sayap putih di tepi belakang. Yang belum dewasa : mirip dengan dewasa tetapi lebih coklat dengan bulu – bulu dan penutup telinga putih. Iris : kuning; paruh : coklat keabu – abuan; kaki : kuning.

Ciri khas : berjambul; bergaris pucat pada ekor; tubuh bagian bawah berbintik – bintik.

Suara : berbunyi keras berisik “kwi – kwi” atau “kwi – kwi, kwi – kwi, kwi – kwi – kwi” sewaktu terbang.

Kebiasaan : hidup berpasang – pasangan. Sering terlihat berputar – putar di atas hutan dan kebun, sering memanggil. Pada waktu musim kawin pasangan – pasangan elang ini memperlihatkan akrobat yang hebat di udara tetapi terbangnya lamban. Jika tidak terbang mereka hinggap pada dahan – dahan besar di tempat yang teduh dalam hutan sambil mengawasi ke bawah.

Makanan : ular, kadal, katak, vertebrata, kadang – kadang mamalia kecil. Perkembangbiakan : sarang merupakan tumpukan ranting berlapis daun – daunan

di hutan yang rapat. Telur satu atau kadang – kadang dua butir, warna putih suram dengan bercak kemerah – merahan. Berbiak setiap waktu sepanjang tahun.

Penyebaran : India, China Selatan, Asia Tenggara, Kalimantan, Palawan, Sumatera, Jawa, dan Bali. Merupakan burung elang yang paling umum terdapat di bukit berhutan di Jawa dan Bali.

Sebaran di Taman Nasional Baluran : …………………….. 4. MERAK HIJAU (Pavo muticus) Famili : Phasianidae Status : dilindungi Undang – Undang berdasarkan :

• SK Mentan No. 66/Kpts/Um/2/1973 tanggal 14 Februari 1973 • SK Menhut No. 301/KPTS-II/1991 tanggal 10 Juni 1991.

Bentuk fisik : burung darat yang khas dan sangat besar (jantan : 210 cm;

betina : 120 cm), dengan ekor panjang (jantan) dan jambul tegak di kepala. Jantan berbulu hijau berkilau pada leher dan dada serta mempunyai ekor kipas yang panjang. Bulu ekor mempunyai pola bulatan seperti mata yang berkilau. Betina tidak berekor panjang dan berwarna kurang bagus dengan tubuh bagian bawah keputih – putihan. Iris : coklat; paruh : coklat; kaki : hitam keabu – abuan.

Ciri khas : jantan : ekor kipas yang panjang dan bercorak mata : mempunyai bulu – bulu halus pada mahkota. Betina : tak berekor kipas.

Suara : keras seperti terompet “kay-yaw, kay – yaw” pada senja dan pagi hari.

Kebiasaan : sering mengunjungi hutan terbuka dengan daerah berumput juga perkebunan teh dan kopi. Jalan – jalan di atas tanah. Jantan memperlihatkan ekor kipas yang diangkat kepada betina atau mengejar – ngejar jantan lainnya pada masa kawin. Pada malam hari bertengger di pohon – pohon tinggi yang tak berdaun.

Page 7: PANDUAN PENGENALAN BURUNG DI TAMAN · PDF fileSebagai media peraga bagi kegiatan penyuluhan konservasi sumber daya ... sebagai alat perasa ... vertebrata, kadang – kadang mamalia

Makanan : biji – biji rumput, padi, daun – daunan, rayap, belalang dan reptilia kecil.

Perkembangbiakan : sarang dibuat dalam lekukan yang dikelilingi rumput yang tinggi, di atas tumpukan rumput atau herba lainnya. Telur tiga atau empat butir berwarna kuning tua kotor. Masa berbiak di jawa Barat dan Jawa Timur dari bulan Agustus – Desember.

Penyebaran : China Barat Daya, Burma, Thailand dan Jawa. Di Jawa sekarang penyebarannya terbatas tetapi umumnya secara lokaldi tempat – tempat sampai ketinggian 1.500 meter.

Sebaran di Taman Nasional Baluran : daerah hutan evergreen, bekol, Bama, Kramat, Curah Oling dan Asem Sabuk.

5. CEKAKAK SUNGAI (Halcyon chloris) Famili : Alcedinidae Status : Dilindungi Undang – Undang berdasarkan :

• Peraturan Perlindungan Binatang Liar No. 266 Tahun 1931 • SK Menhut No. 301/Kpts-II/1991 tanggal 10 Juni 1991

Bentuk Fisik : burung udang berukuran sedang (24 cm), warna putih dan biru bersih. Mahkota, sayap, punggung dan ekor biru kehijau – hijauan berkilau terang; garis hitam melalui mata; terdapat bintik putih di atas paruh; kerah leher putih terang dan bagian bawah berwarna putih kotor. Iris : coklat; paruh : abu – abu gelap bagian atas dan lebih pucat pada bagian bawah; kaki : abu – abu.

Ciri Khas : dada dan kerah berwarna putih. Suara : memekik keras “cew – cew- cew – cew - cew “ atau nada ganda “cek

– cek… cek – cek … cek – cek, dan variasi lain masa berbiak. Kebiasaan : umum terdapat di pedesaan terbuka terutama di daerah tepi pantai.

Hinggap di sepanjang pantai dan tempat terbuka lainnya dekat air yang termasuk taman dan kebun. Mangsa yang besar dipukul berulang – ulang di tempat bertengger. Sebelum dimakan. Selama masa berbiak burung ini berani menyerang anjing dan kucing untuk mengusir mereka dari sarangnya.

Makanan : kadal, serangga besar, katak, ulat kecil dan cacing. Perkembangbiakan : bertelur dua atau tiga butir, berwarna putih diletakkan pada

lubang yang digali pada bagian bawah pohon atau tepi sungai. Di Jawa musim berbiak pada bulan Maret – Juni dan September – Desember.

Penyebaran : Asia, Asia Tenggara, Indonesia sampai Papua Nugini dan Australia. Di Jawa dan Bali paling umum terdapat di permukaan laut sampai ketinggian 1.200 meter.

Sebaran di Taman Nasional Baluran : pesisir pantai, hutan pantai, dan hutan mangrove, antara lain di : Bama, Batu Sampan, Manting.

Page 8: PANDUAN PENGENALAN BURUNG DI TAMAN · PDF fileSebagai media peraga bagi kegiatan penyuluhan konservasi sumber daya ... sebagai alat perasa ... vertebrata, kadang – kadang mamalia

6. CEKAKAK GUNUNG (Halcyon cyanoventris) Famili : Alcedinidae Status : Dilindungi Undang – Undang berdasarkan :

• Peraturan Perlindungan Binatang Liar No. 266 Tahun 1931 • SK Menhut No. 301/Kpts-II/1991 tanggal 10 Juni 1991

Bentuk Fisik : berukuran sedang (25 cm) dengan warna sangat gelap. Kepala burung dewasa abu – abu gelap, kerongkongan dan kerah leher coklat, perut dan punggung biru ungu penutup sayap hitam dan bulu terbang biru terang, bercak putih pada sayap jelas terlihat waktu terbang. Yang belum dewasa kerongkongannya keputih – putihan. Iris : coklat gelap; paruh : merah tua; kaki : merah.

Ciri khas : kerongkongan coklat; perut biru. Suara : “cii – rii - rii - rii – rii” atau “ceriicerii – cerii” yang jelas. Kebiasaan : bertengger pada dahan yang rendah pada dahan terpisah atau pada

tonggak pada daerah berumput terbuka, menukik ke atas mencari serangga dan mangsa lainnya. Jarang berburu di atas air.

Makanan : serangga dan binatang kecil lainnya termasuk larva kumbang air. Perkembangbiakan : telur tiga atau empat butir berwarna putih yang diletakkan

pada sarang berbentuk terowongan pada tepi sungai di tempat terbuka. Bersarang antara bulan Maret dan September.

Penyebaran : endemik di Jawa dan bali dimana mereka tersebar luas, umumnya burung ini terdapat di tempat terbuka dekat air bersih sampai ketinggian 1.000 meter.

Sebaran di Taman Nasional Baluran : …………………….. 7. RANGKONG (Buceros rhinoceros) Famili : Bucerotidae Status : Dilindungi Undang – Undang berdasarkan :

• Peraturan Pemerintah No. 7 tanggal 27 Januari 1999 • Peraturan Perlindungan Binatang Liar No. 266 Tahun 1931 • SK Menhut No. 301/Kpts-II/1991 tanggal 10 Juni 1991

Bentuk Fisik : burung yang berukuran sangat besar (110 cm). Kepala, punggung, sayap dan dada hitam; perut dan paha putih. Iris : betina berwarna biru sedangkan jantan berwarna merah, daerah yang tidak berbulu di sekeliling mata berwarna biru; paruh : kuning dengan bagian dasar merah, juga mata berwarna biru; paruh : kuning dengan bagian dasar merah, juga casque yang tergulung ke atas; kaki : abu – abu hijau.

Ciri Khas : paruh putih dengan garis hitam, “casque” merah mencuat ke atas. Suara : meraung keras “kronnk” yang diulang – ulang oleh jantan dan betina

dan sering merupakan paduan suara dimana pasangan yang satu lebih lambat dari pada yang lain.

Kebiasaan : tinggal di tajuk pohon – pohon yang tertinggi. Hidup berpasang – pasangan. Pada waktu terbang mengeluarkan suara kepakan sayap yang menderu.

Makanan : kadang – kadang serangga besar (jengkerik) tetapi kebanyakan buah – buahan termasuk buah pala liar.

Perkembangbiakan : menggunakan lubang pohon untuk bersarang dimana betina terkurung karena lubang masuk ditutupi dengan lumpur.

Page 9: PANDUAN PENGENALAN BURUNG DI TAMAN · PDF fileSebagai media peraga bagi kegiatan penyuluhan konservasi sumber daya ... sebagai alat perasa ... vertebrata, kadang – kadang mamalia

Telur satu atau dua butir, warna putih dengan bintik – bintik halus coklat.

Penyebaran : Asia Tenggara, Sumatera, Kalimantan dan Jawa pada hutan dataran rendah. Di Jawa ditemukan di kawasan hutan yang luas, dataran rendah dan perbukitan.

Sebaran di Taman Nasional Baluran : Bekol, Kacip, Widuri 8. KIPASAN (Rhipidura javanica) Famili : Muscicapidae Status : Dilindungi Undang – Undang berdasarkan :

• SK Mentan No. 757/Kpts/Um/12/1979 tanggal 5 Desember 1979 • SK Menhut No. 301/Kpts-II/1991 tanggal 10 Juni 1991

Bentuk Fisik : berukuran sedang (19 cm), berwarna hitam dan putih dengan ekor berbentuk kipas yang panjang. Dewasa : tubuh bagian atas abu – abu hitam dengan alis mata putih tidak jelas; dagu dan bagian depan dari leher putih; dada berpalang khas hitam; perut dan bawah ekor putih; bagian dari bulu ekor putih. Yang belum dewasa : tungging dan bagian penutup atas ekor kemerah – merahan dan palang dada kurang nyata. Iris : coklat; paruh : hitam; kaki : hitam.

Ciri Khas : kerongkongan putih; bergaris hitam melintang pada dada. Suara : bernada tinggi “cii – cii – wii – wiit”. Kebiasaan : sering mengunjungi daerah terbuka termasuk hutan sekunder, kebun

dan hutan bakau. Burung ini sangat aktif pada tajuk yang rendah, sering bergerak pada tempat bertengger dan membuka ekor kipasnya sambil bersuara terus – menerus. Terbang berguling – guling untuk menangkap serangga terbang. Hidup sendirian, berpasangan atau dalam kelompok.

Makanan : bermacam – macam serangga dan sisa – sisa hewan lainnya. Perkembangbiakan : sarang berbentuk cawan dari bahan tumbuh – tumbuhan yang

halus bercampur dengan jaring laba – laba dan diletakkan pada dahan ramping atau tumbuhan merambat, biasanya tidak jauh dari permukaan tanah. Telur dua butir berwarna kuning tua dengan bintik abu – abu mengelilingi kutub yang lebar. Berbiak setiap bulan sepanjang tahun tetapi mencapai puncaknya di Jawa Timur bulan Maret – Mei sedangkan di Jawa Barat bulan April – Juni.

Penyebaran : Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara serta Filipina. Di Jawa dan Bali burung ini tersebar luas dan umum dari dataran rendah sampai ketinggian 1.500 meter.

Sebaran di Taman Nasional Baluran : …………………….. 9. BURUNG MADU KELAPA (Anthreptes malacensis) Famili : Nectarinidae Status : Dilindungi Undang – Undang berdasarkan :

• Peraturan Perlindungan Binatang Liar No. 266 Tahun 1931 • SK Menhut No. 301/Kpts-II/1991 tanggal 10 Juni 1991 • Peraturan Pemerintah No. 7 tanggal 27 Januari 1999

Page 10: PANDUAN PENGENALAN BURUNG DI TAMAN · PDF fileSebagai media peraga bagi kegiatan penyuluhan konservasi sumber daya ... sebagai alat perasa ... vertebrata, kadang – kadang mamalia

Bentuk Fisik : berukuran sedang (13 cm), berwarna – warni. Jantan : mahkota dan punggung hijau pelangi berkilau; tungging , sayap , ekor dan pipi bergaris ungu berwarna seperti pelangi; dada coklat perunggu; perut kuning. Betina : coklat bagian atas, kuning pucat pada bagian bawah. Iris : merah; paruh : hitam; kaki : hitam abu – abu.

Ciri Khas : jantan : perut kuning keunguan; mahkota hijau mengkilap seperti logam. Betina : suram dengan kepala hijau lumut.

Suara : bersiul dengan nada tinggi “twiit – twiit – twiit” atau irama sederhana “wii – ciiw, wii – ciiw”.

Kebiasaan : umum dijumpai di taman – taman terbuka, perkebunan kelapa, semak – semak tepi pantai dan rawa bakau.

Makanan : nektar bunga – bunga, serangga, ulat, laba – laba dan buah yang lembut.

Perkembangbiakan : telur dua butir diletakkan dalam sarang yang tergantung, berbentuk kantung terbuat dari serat rumput yang dijalin dengan sarang laba – laba dan dilapisi dengan kapas rumput. Berbiak sepanjang tahun.

Penyebaran : Asia Tenggara, Filipina, Sulawesi, Kalimantan, Sumatera, Bali Jawa dan Nusa Tenggara. Di Jawa dan Bali tersebar luas dan umum terdapat di dataran rendah.

Sebaran di Taman Nasional Baluran : …………………….. 10. BURUNG MADU KUNING / SRIGANTI (Nectarina jugularis) Famili : Nectarinidae Status : Dilindungi Undang – Undang berdasarkan :

• Peraturan Perlindungan Binatang Liar No. 266 Tahun 1931 • SK Menhut No. 301/Kpts-II/1991 tanggal 10 Juni 1991 • Peraturan Pemerintah No. 7 tanggal 27 Januari 1999

Bentuk Fisik : berukuran kecil (10 cm) dengan perut berwarna kuning terang. Jantan : bagian dagu dan dada berwarna ungu hitam metalik dan bagian punggung hijau. Betina : tidak mempunyai bagian warna hitam dan bagian atas hijau sedangkan bagian bawah kuning. Iris : coklat gelap; paruh : hitam; kaki : hitam.

Ciri Khas : Jantan : mahkota hijau lumut; perut kuning; kerongkongan hitam kebiru – biruan mengkilap; terdapat warna putih pada ekor. Betina : warna suram dengan mahkota kecoklat – coklatan.

Suara : bersiul “ciip, ciip, ciiwiit; lagu pendek yang berakhir dengan bunyi getar yang nyaring.

Kebiasaan : burung yang terbang ribut dari satu pohon atau semak berbunga ke tempat yang lain dalam kelompok kecil. Kadang – kadang si jantan berkejaran mondar – mandir dengan agresif. Menyukai daerah taman, semak tepi pantai dan rawa bakau serta mengunjungi bunga benalu, pepaya dan lain – lain.

Makanan : terutama makan nektar, serangga kecil dan laba – laba. Perkembangbiakan : sarang berbentuk kantung dari rumput yang tergantung pada

dahan yang rendah dan terjalin dengan kapas alang – alang. Telur dua butir warna keputih – putihan berbintik abu – abu putih. Berbiak sepanjang tahun.

Penyebaran : China, Asia Tenggara, Indonesia ke Papua Nugini dan Australia. Di Jawa dan Bali merupakan burung madu paliang umum, dari yang

Page 11: PANDUAN PENGENALAN BURUNG DI TAMAN · PDF fileSebagai media peraga bagi kegiatan penyuluhan konservasi sumber daya ... sebagai alat perasa ... vertebrata, kadang – kadang mamalia

terdapat di daerah terbuka dataran rendah kadang – kadang sampai ketinggian 1.300 meter.

Sebaran di Taman Nasional Baluran : …………………….. 11. BURUNG MADU PIPI MERAH (Anthreptes singalensis) Famili : Nectarinidae Status : Dilindungi Undang – Undang berdasarkan :

• Peraturan Perlindungan Binatang Liar No. 266 Tahun 1931 • SK Menhut No. 301/Kpts-II/1991 tanggal 10 Juni 1991 • Peraturan Pemerintah No. 7 tanggal 27 Januari 1999

Bentuk Fisik : berukuran kecil (10 cm), berwarna – warni. Jantan : mahkota dan tubuh bagian atas gelap dengan hijau pelangi berkilau, pipi merah padam; kerongkongan jingga; perut kuning. Betina : kepala abu – abu; pungung : warna zaitun. Kerongkongan merah jambu dan perut kuning pucat. Iris : coklat kemerahan; paruh : hitam; kaki : hitam agak hijau.

Ciri Khas : jantan : pipi merah, kerongkongan oranye; mahkota warna metalik (seperti logam).

Suara : bersiul “siit – siit” Kebiasaan : hidup sendiri atau berpasangan, kadang – kadang bercampur dengan

jenis lain. Memilih hidup di tepi hutan dan di bawah hutan yang terang. Menetap di hutan cemara dan memakan tepung sarinya.

Makanan : tepung sari, madu, buah kecil, serangga kecil dan ulat. Perkembangbiakan : telur dua butir diletakkan pada sarang yang tergantung pada

vegetasi yang lebat. Berbiak pada bulan Maret. Penyebaran : Nepal, China, Asia Tenggara, Kalimantan, Sumatera dan Jawa. Di

Jawa tersebar luas tetapi tidak umum. Terdapat di dataran rendah. Sebaran di Taman Nasional Baluran : …………………….. 12. GANGSA BATU / BURUNG TOPENG COKLAT (Sula leucogaster) Famili : Sulidae Status : Dilindungi Undang – Undang berdasarkan :

• SK Mentan No. 66/Kpts/Um/2/1973 tanggal 14 Februari 1973 • SK Menhut No. 301/Kpts-II/1991 tanggal 10 Juni 1991 • Peraturan Pemerintah No. 7 tanggal 27 Januari 1999

Bentuk Fisik : berukuran besar (72 cm), warna coklat gelap dan putih dengan kepala dan ekor warna gelap. Burung dewasa : berwarna ciklat hitam gelap dengan perut putih. Burung yang belum dewasa : berwarna abu – abu coklat yang menggantikan warna putih pada burung dewasa. Beberapa burung dewasa bagian kepalanya berwarna keabu – abuan. Kulit yang tidak berbulu bagian muka mempunyai macam – macam warna merah, kuning atau kebiru – biruan. Iris : kuning; paruh : kuning; kaki : kuning.

Ciri Khas : Kepala dan dada bagian atas kehitam – hitaman. Suara : di laut mereka tidak berbunyi dan mengeluarkan suara panggilan

hanya pada masa bersarang. Kebiasaan : seperti jenis burung laut lainnya. Makanan : ikan

Page 12: PANDUAN PENGENALAN BURUNG DI TAMAN · PDF fileSebagai media peraga bagi kegiatan penyuluhan konservasi sumber daya ... sebagai alat perasa ... vertebrata, kadang – kadang mamalia

Perkembangbiakan : bersarang di atas tanah pad pulau – pulau karang pada daerah cekungan, dibatasi oleh batu – batu kecil dan kayu – kayu lapuk.

Penyebaran : lautan di daerah tropika dan subtropika termasuk hampir di seluruh Indonesia. Sering datang ke pantai Jawa. Tempat berbiak yang paling dekat yang diketahui ialah pulau Christmas dan laut Banda, tapi sejumlah besar kadang – kadang berkumpul pada tonggak – tonggak karang di lepas pantai ujung Jawa Barat dan juga di lepas pantai Utara dan Selatan Jawa.

Sebaran di Taman Nasional Baluran : …………………….. 13. ALAP – ALAP BURUNG / ELANG GARIS DAGU (Accipiter virgatus) Famili : Accipitridae Status : Dilindungi Undang – Undang berdasarkan :

• SK Mentan No. 421/Kpts/Um/8/1970 tanggal 26 Agustus 1970 • SK Menhut No. 301/Kpts-II/1991 tanggal 10 Juni 1991 • Peraturan Pemerintah No. 7 tanggal 27 Januari 1999

Bentuk Fisik : elang berukuran sedang (33 cm) berwarna gelap. Jantan dewasa : tubuh bagian atas abu – abu gelap dengan ekor garis – garis tebal, tubuh bagian bawah putih dengan bagian sisi kemerah – merahan dan garis coklat; kerongkongan putih dengan garis tengah vertikal hitam dan garis kumis hitam. Betina dan yang belum dewasa : sisi tidak terlampau kemerah – merahan, bergaris coklat merah tebal di bagian bawah, punggung coklat, ekor coklat dengan garis gelap. Iris : kuning; paruh : hitam dengan sera abu – abu; kaki : kuning.

Ciri Khas : garis berwarna gelap pada kerongkongan; dada burik; perut bergaris – garis.

Suara : anak – anak yang lapar berteriak berulang – ulang “syiiw – syiiw – syiiw”.

Kebiasaan : duduk diam dalam hutan mencari mangsanya, reptilia atau burung. Makanan : kadal dan burung – burung kecil. Perkembangbiakan : sarang berupa tumpukan ranting yang tidak rapih di pohon

yang tinggi dalam hutan. Telur dua sampai empat berwarna putih kebiru – biruan pucat dengan tanda coklat kemerah – merahan. Di Jawa Barat masa berbiak bulan Maret – Mei.

Penyebaran : daerah tropika Asia, Sumatera, Jawa, Kalimantan, Bali sampai Filipina. Di Jawa dan Bali tersebar di hutan – hutan dataran rendah sampai pegunungan yang tinggi.

Sebaran di Taman Nasional Baluran : …………………….. 14. ALAP – ALAP TIKUS / ELANG TIKUS (Elanus caeruleus) Famili : Pandionidae Status : Dilindungi Undang – Undang berdasarkan :

• SK Mentan No. 421/Kpts/Um/8/1970 tanggal 26 Agustus 1970 • SK Menhut No. 301/Kpts-II/1991 tanggal 10 Juni 1991 • Peraturan Pemerintah No. 7 tanggal 27 Januari 1999

Bentuk Fisik : berukuran kecil (30 cm), warna putih, abu – abu dan hitam. Dewasa : mahkota, punggung, penutup sayap dan bagian pangkal ekor abu – abu. Bercak bahu (lekukan sayap) dan bulu primer

Page 13: PANDUAN PENGENALAN BURUNG DI TAMAN · PDF fileSebagai media peraga bagi kegiatan penyuluhan konservasi sumber daya ... sebagai alat perasa ... vertebrata, kadang – kadang mamalia

panjang warna hitam. Merupakan satu – satunya elang putih yang diam di udara sambil mengibas – ngibaskan sayap dengan sangat cepat mondar – mandir untuk mencari mangsa. Yang muda : serupa dengan dewasa tetapi bercampur warna coklat. Iris : merah; paruh : hitam dengan sera yang kuning; kaki : kuning.

Ciri Khas : tubuh bagian bawah putih; mata merah, bahu / lekukan sayap hitam. Suara : bersiul lembut “whiip,whiip”. Kebiasaan : duduk di tempat bertengger yang terbuka, misal : pohon yang mati,

tiang telepon atau berayun – ayun di udara sambil mengibas – ngibaskan sayap.

Makanan : belalang, kadal, ular dan kadang – kadang tikus atau burung yang masih muda.

Perkembangbiakan : sarang merupakan tumpukan ranting yang tidak rapih terletak di puncak pohon di daerah terbuka. Telur dua atau tiga butir berwarna putih kotor dengan bintik coklat kemerahan. Di Jawa Barat berbiak bulan Juni, tetapi juga berlangsung terus sampai bulan Desember.

Penyebaran : India, Filipina, Indonesia dan Papua Nugini. Di Jawa dan Bali kadang – kadang terdapat di dataran rendah terbuka dengan pohon – pohon yang tumbuh terpencar.

Sebaran di Taman Nasional Baluran : …………………….. 15. ELANG LAUT PERUT PUTIH / ELANG SIPUT (Haliaetus leucogaster) Famili : Pandionidae Status : Dilindungi Undang – Undang berdasarkan :

• SK Mentan No. 421/Kpts/Um/8/1970 tanggal 26 Agustus 1970 • SK Menhut No. 301/Kpts-II/1991 tanggal 10 Juni 1991 • Peraturan Pemerintah No. 7 tanggal 27 Januari 1999

Bentuk Fisik : Elang yang duduk tegak, berukuran besar (70 cm), warna putih, abu

– abu dan hitam. Dewasa : kepala, leher dan bagian bawah putih, punggung, sayap dan ekor abu – abu kecuali bulu primer hitam. Yang belum dewasa : daerah yang putih pada burung dewasa diganti coklat kuning tua dan daerah abu – abu diganti coklat gelap. Mempunyai ciri khas bentuk ekor seperti baji dan terbang pelan. Iris : coklat; paruh : abu – abu; dan kaki : kuning.

Ciri Khas : tubuh bagian bawah putih; ekor berbentuk baji dengan dasar hitam. Suara : berteriak keras seperti bunyi tuter “ah-ah-ah-ah”. Kebiasaan : sering terlihat duduk tegak di pohon – pohon dekat air dan batu –

batu karang. Selebihnya terbang membumbung tinggi dan melayang dengan indah sambil terbang dengan kepakan sayap pelan tetapi kuat. Menangkap ikan di permukaan air dengan gaya menyelam yang sedikit membasahi tubuhnya sambil mencengkeram ikan.

Makanan : ikan dan ular laut. Perkembangbiakan : sarang yang besar terbuat dari ranting – ranting dan dahan –

dahan pada pohon yang tinggi, sering digunakan setiap tahun. Telur 2 butir berwarna putih. Di Jawa berbiak bulan April – Juni.

Penyebaran : tersebar dari India, Asia Tenggara, Filipina dan Indonesia ke Australia. Sering dijumpai di sepanjang tepi pantai, danau besar dan sungai dekat pantai Jawa dan Bali.

Page 14: PANDUAN PENGENALAN BURUNG DI TAMAN · PDF fileSebagai media peraga bagi kegiatan penyuluhan konservasi sumber daya ... sebagai alat perasa ... vertebrata, kadang – kadang mamalia

Sebaran di Taman Nasional Baluran : …………………….. 16. ELANG BRONTOK (Spizaetus cirrhatus) Famili : Accipitridae Status : Dilindungi Undang – Undang berdasarkan :

• SK Mentan No. 421/Kpts/Um/8/1970 tanggal 26 Agustus 1970 • SK Menhut No. 301/Kpts-II/1991 tanggal 10 Juni 1991 • Peraturan Pemerintah No. 7 tanggal 27 Januari 1999

Bentuk Fisik : Elang berukuran besar (70 cm), bertubuh ramping, warna gelap,

tanpa jambul dan memiliki sayap yang sangat lebar serta ekor panjang berujung bulat. Terdapat fase terang, gelap dan normal. Fase gelap seluruhnya coklat gelap dengan garis hitam pada bagian ujung ekor yang kontras dengan bagian lain dari ekor yang lebih pucat. Fase normal coklat bercoret dan berbintik hitam serta putih pada bagian tubuh atas. Ekor coklat kemerahan dengan beberapa garis hitam. Dagu, kerongkongan dan dada putih dengan garis – garis jelas warna hitam; perut bagian bawah, paha dan ekor bagian bawah bergaris merah sawo matang. Burung muda : pada bagian atas tubuh coklat keabu – abuan sedangkan bagian bawah keputih – putihan dengan garis mata dan kumis agak gelap. Iris : kuning sampai coklat; paruh : kehitam – hitaman; kaki : kuning kehijauan.

Ciri Khas : jambul pendek yang tegak; dada burik; ekor bergaris – garis seragam. Suara : berteriak berkepanjangan “yiip – yip – yip – yip, yiip – yip – yip –

yip – yip” meninggi “kwip – kwip – wip – kwii” atau teriakan menembus “klii – liliuw”.

Kebiasaan : sering mengunjungi hutan, daerah terbuka dan bahkan menyerang kawanan ayam di desa. Berburu dari tempat bertengger pada dahan pohon yang telah mati dan juga dari udara. Umumnya berburu di tempat terbuka.

Perkembangbiakan : Telur 1 atau 2 butir berwarna putih dengan bintik kemerah – merahan yang diletakkan di sarang yang besar terbuat dari ranting – ranting pada pohon yang tinggi. Di Jawa bersarang pada bulan April – Oktober.

Penyebaran : India, Asia Tenggara, Filipina, Kalimantan, Sumatera, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara. Di Jawa dan Bali terdapat pada semua ketinggian.

Sebaran di Taman Nasional Baluran : …………………….. 17. ELANG IKAN / ELANG LAUT BURIK (Pandion haliaetus) Famili : Pandionidae Status : Dilindungi Undang – Undang berdasarkan :

• SK Mentan No. 421/Kpts/Um/8/1970 tanggal 26 Agustus 1970 • SK Menhut No. 301/Kpts-II/1991 tanggal 10 Juni 1991 • Peraturan Pemerintah No. 7 tanggal 27 Januari 1999

Bentuk Fisik : Elang berukuran sedang (55 cm), warna hitam, coklat dan putih.

Kepala dan bagian bawah putih dengan garis hitam melalui mata

Page 15: PANDUAN PENGENALAN BURUNG DI TAMAN · PDF fileSebagai media peraga bagi kegiatan penyuluhan konservasi sumber daya ... sebagai alat perasa ... vertebrata, kadang – kadang mamalia

yang merupakan ciri khas. Bagian atas hampir seluruhnya coklat suram. Jambul pendek berwarna gelap. Iris : kuning; paruh : hitam; kaki : tidak berbulu warna abu – abu.

Ciri Khas : tubuh bagian bawah keputih – putihan; garis hitam melalui mata. Suara : selama masa berbiak siulan meratap yang keras, yang belum dewasa

berteriak keras bila melihat induknya. Kebiasaan : elang yang menangkap ikan dengan cepat, menyelam dalam untuk

menangkap mangsanya, kadang – kadang sampai beberapa detik. Berburu dari pohon tempat bertengger di pinggir laut atau danau. Kadang – kadang ikan yang tertangkap (dengan cengkeraman jari kaki) dibawa ke tempat bertengger.

Makanan : ikan dan ular laut. Perkembangbiakan : telur 2 butir warna putih dengan tanda coklat kemerahan,

sarang berukuran besar terbuat dari tumpukan ranting pada pohon yang tinggi digunakan bertahun – tahun.

Penyebaran : Amerika Utara, Afrika, Eurasia daerah tropik Asia, Asia Tenggara sampai Australia. Di Jawa dan Bali merupakan penghuni yang kadang – kadang terdapat di daerah pantai.

Sebaran di Taman Nasional Baluran : …………………….. 18. ALAP – ALAP MACAN (Falco severus) Famili : Pandionidae Status : Dilindungi Undang – Undang berdasarkan :

• SK Mentan No. 421/Kpts/Um/8/1970 tanggal 26 Agustus 1970 • SK Menhut No. 301/Kpts-II/1991 tanggal 10 Juni 1991 • Peraturan Pemerintah No. 7 tanggal 27 Januari 1999

Bentuk Fisik : Berukuran kecil (25 cm), warna merah dan hitam yang indah, bersayap panjang. Kepala dan tubuh bagian atas berwarna abu – abu gelap atau hitam dengan corak kebiru – biruan, bagian bawah merah coklat dan di bawah dagu kuning tua. Yang belum dewasa : mempunyai garis – garis hitam pada dada yang merah. Iris : coklat; paruh : abu – abu: kaki dan betis : kuning.

Ciri Khas : berukuran kecil, tubuh bagian bawah kemerah – merahan. Suara : Berteriak seperti alap – alap lainnya “kekekeke”. Kebiasaan : terbang sangat cepat di atas hutan menangkap serangga. Menyerupai

burung walet yang besar. Lebih sering beristirahat di pohon – pohon. Makanan : serangga, kadang – kadng juga burung. Perkembangbiakan : telur 4 butir warna putih susu (krem) dengan bintik – bintik

hijau dan coklat. Bersarang pada pohon besar kadang – kadang menggunakan bekas sarang pohon lain. Di Jawa Barat berbiak bulan Juni.

Penyebaran : tersebar luas melalui Asia ke Indonesia, Papua Nugini dan Kepulauan Solomon. Di Jawa dan Bali spesies ini agak jarang terdapat.

Sebaran di Taman Nasional Baluran : ……………………..

Page 16: PANDUAN PENGENALAN BURUNG DI TAMAN · PDF fileSebagai media peraga bagi kegiatan penyuluhan konservasi sumber daya ... sebagai alat perasa ... vertebrata, kadang – kadang mamalia

19. ALAP – ALAP SAPI (Falco moluccensis) Famili : Pandionidae Status : Dilindungi Undang – Undang berdasarkan :

• SK Mentan No. 421/Kpts/Um/8/1970 tanggal 26 Agustus 1970 • SK Menhut No. 301/Kpts-II/1991 tanggal 10 Juni 1991 • Peraturan Pemerintah No. 7 tanggal 27 Januari 1999

Bentuk Fisik : Alap –alap berukuran kecil (30 cm) berwarna coklat, duduk tegak, ekor panjang. Jantan : mahkota dan bagian atas coklat kekuning – kuningan, bergaris dan berbintik hitam tebal. Ekor abu – abu kebiru – biruan dengan garis lebar pada bagian sub-terminal dan ujung putih. Betina : mirip dengan coretan di pungung dan di ekor kebiru – biruan. Yang belum dewasa : mirip dengan yang dewasa tetapi lebih pucat dan ekor coklat dengan coretan gelap. Iris : coklat; paruh : abu – abu biru dengan ujung hitam dan kaki kuning.

Ciri Khas : jantan : ekor abu – abu biru bergaris – garis; bulu berwarna coklat tua berbintik – bintik.

Suara : yang masih muda berteriak berulang – ulang bila melihat induknya “kiri – kiri – kiri” atau bila sedang marah “kekekeke” yang kuat.

Kebiasaan : Duduk dengan tenang di tempat bertengger yang terbuka, sering pada tonggak yang vertikal. Selain itu terbang berputar – putar atau melayang – layang di tempat yang sama pada daerah rumput untuk mencari mangsa sambil terbang membungkuk. Memakan mangsanya di tanah atau membawanya ke tempat bertengger..

Makanan : mamalia kecil, burung, kadal dan serangga. Perkembangbiakan : bersarang pada lubang pohon atau membangun sarang yang

besar dari ranting pada pohon – pohon yang terisolir. Sarang berlapis lumut, daun atau epifit dan telur 4 butir warna kemerahan berbintik coklat. Di Jawa bersarang antara bulan April dan Agustus.

Penyebaran : Jawa, Sulawesi, Maluku, dan Nusa Tenggara. Di Jawa dan Bali sering terdapat di habitat terbuka di semua ketinggian.

Sebaran di Taman Nasional Baluran : …………………….. 20. SIKEP MADU ASIA/ ULUNG - ULUNG (Pernis apivorus / ptilorhynchus) Famili : Accipitridae Status : Dilindungi Undang – Undang berdasarkan :

• SK Mentan No. 421/Kpts/Um/8/1970 tanggal 26 Agustus 1970 • SK Menhut No. 301/Kpts-II/1991 tanggal 10 Juni 1991 • Peraturan Pemerintah No. 7 tanggal 27 Januari 1999

Bentuk Fisik : Elang berukuran sedang (50 cm), warna gelap dengan jambul kecil.

Tubuh bagian atas coklat, bagian bawah putih sampai merah sawo matang. Dan coklat gelap, berbintik – bintik dan bergaris – garis banyak. Pada ekor terdapat garis – garis yang tidak teratur. Setiap ras mempunyai bercak di kerongkongan yang umumnya berwarna pucat dan dibatasi coretan hitam, sering mempunyai garis tengah berwarna hitam. Iris : jingga; paruh : abu – abu; kaki : kuning.

Ciri Khas : Dua buah garis besar di dasar ekor. Suara : keras, bernada tinggi dengan 4 nada suku kata “wi – wey – who” atau

“wihey – wihey”.

Page 17: PANDUAN PENGENALAN BURUNG DI TAMAN · PDF fileSebagai media peraga bagi kegiatan penyuluhan konservasi sumber daya ... sebagai alat perasa ... vertebrata, kadang – kadang mamalia

Kebiasaan : sering mengunjungi bukit berhutan, terbang dengan khas yaitu beberapa kepakan sayap yang diikuti oleh gerakan melayang yang lama, serta suka merebut sarang lebah.

Makanan : tawon, madu dan buah – buahan. Perkembangbiakan : telur satu atau dua butir warna putih atau kuning tua ngan

banyak bercak merah / coklat. Sarang terbuat dari ranting – ranting bercampur daun – daunan hijau, diletakkan pada pohon – pohon di hutan.

Penyebaran : tersebar di Afrika dan Eurasia sampai Filipina, Kalimantan, Sumatera dan Jawa. Di Jawa Barat terdapat ras penetap yang berjambul panjang sedangkan di pulau Jawa lainnya dan Bali berjambul pendek.

Sebaran di Taman Nasional Baluran : …………………….. 21. KUNTUL KARANG / BANGAU AIR (Egretta sacra) Famili : Ardeidae Status : Dilindungi Undang – Undang berdasarkan :

• Peraturan Perlindungan Binatang Liar No. 134 dan 266 Tahun 1931 • SK Mentan No. 757/Kpts/Um/12/1979 tanggal 5 Desember 1979 • SK Menhut No. 301/Kpts-II/1991 tanggal 10 Juni 1991 • Peraturan Pemerintah No. 7 tanggal 27 Januari 1999

Bentuk Fisik : Berukuran besar (57 cm), warna putih atau abu – abu arang. Dapat dijumpai dalam dua macam warna, abu – abu dan putih. Kuntul warna gelap lebih sering terlihat, dibedakan dari warna bulu abu – abu rata dengan jambul pendek dan dagu warna putih. Kuntul karang warna putih dibedakan dari kuntul kerbau dan kuntul lainnya oleh kakinya yang berwarna kehijauan dan paruhnya yang pucat. Iris : kuning; paruh : kuning pucat; kaki : hijau.

Ciri Khas : fase gelap : jambul kecil, bulu berwarna abu – abu gelap merata. Fase terang : bulu berwarna putih, jambul kecil, kaki kehijau – hijauan.

Suara : kuak yang parau. Kebiasaan : dapat dijumpai di tepi pantai, beristirahat pada batu – batuan atau

tebing karang atau berburu di tepi air berdiri menunggu makanan yang terhempas air atau aktif mengejar ikan – ikan kecil di tempat dangkal.

Makanan : ikan, udang dan kerang. Perkembangbiakan : sarang dibuat di atas tumpukan batu di laut, kadangkala

hanya berupa garukan / sarang sederhana yang terbuat dari ranting pohon yang diletakkan di atas tanah. Telur tiga sampai empat butir berwarna hijau pucat kebiruan.

Penyebaran : pantai Asia Timur, Pasifik Barat, Asia Tenggara, Filipina, Indonesia sampai ke Papua Nugini, Australia dan Selandia Baru. Di Jawa dan Bali burung ini jarang terdapat di sepanjang pantai.

Sebaran di Taman Nasional Baluran : …………………….. 22. BANGAU PUTIH KECIL / KUNTUL PERAK KECIL (Egretta garzetta ) Famili : Ardeidae Status : Dilindungi Undang – Undang berdasarkan :

• Peraturan Perlindungan Binatang Liar No. 134 dan 266 Tahun 1931

Page 18: PANDUAN PENGENALAN BURUNG DI TAMAN · PDF fileSebagai media peraga bagi kegiatan penyuluhan konservasi sumber daya ... sebagai alat perasa ... vertebrata, kadang – kadang mamalia

• SK Menhut No. 301/Kpts-II/1991 tanggal 10 Juni 1991 • Peraturan Pemerintah No. 7 tanggal 27 Januari 1999

Bentuk Fisik : Berukuran sedang (60 cm), dibedakan dari kuntul kerbau yang berukuran lebih besar dan bentuknya lebih ramping. Pada musim berbiak warna putih murni, di tengkuk leher terdapat bulu berbentuk pita panjang dan bulu yang berjumbai pada bagian punggung dan dada. Iris : kuning; kulit muka : kuning kehijauan tapi masa berbiak kemerah – jambuan; paruh : hitam; betis dan kaki : hitam dengan jari kuning.

Ciri Khas : bulu berwarna putih bersih; terdapat bulu – bulu halus pada dada dan punggung di musim berbiak.

Suara : tidak bersuara selain panggilan yang parau pada koloni berbiak. Kebiasaan : sering terdapat di sawah, sungai, pasir dan lumpur serta sungai kecil

di pantai. Mencari makan dalam kelompok terpencar – pencar. Makanan : ikan, serangga air, crustaceae, kodok dan belalang. Perkembangbiakan : telur tiga sampai empat butir berwarna biru pucat, sarang

berupa tumpukan ranting yang mendatar seperti punggung dibuat dari pucuk – pucuk pohon, bersarang dalam koloni dengan burung air lainnya dan menggunakan pohon – pohon yang tergenang sebagai tempat bersarang. Di Jawa Timur berbiak dari bulan Desember – Maret sedangkan di Jawa Barat bulan Februari – Juli.

Penyebaran : Asia, Asia Tenggara, Indonesia, Papua Nugini dan Australia. Di Jawa dan Bali jarang terdapat di pantai.

Sebaran di Taman Nasional Baluran : …………………….. 23. TULUNG TUMPUK/BULTOK JAWA /BENTELUK (Megalaima javanensis ) Famili : Capitonidae Status : Dilindungi Undang – Undang berdasarkan :

• SK Mentan No. 757/Kpts/Um/12/1979 tanggal 5 Desember 1979 • SK Menhut No. 301/Kpts-II/1991 tanggal 10 Juni 1991 • Peraturan Pemerintah No. 7 tanggal 27 Januari 1999

Bentuk Fisik : berukuran lebih besar (26 cm) berwarna – warni. Dewasa : umumnya warna bulu hijau dengan mahkota kuning dan bintik kuning di bawah mata, kerongkongan merah dan bercak merah pada bagian sisi dada, dengan lengkung leher yang hitam dan lebar melalui dada dan sisi kepala sampai mata daris hitam. Iris : coklat; paruh : hitam; kaki : kuning.

Ciri Khas : mahkota kuning; perut tidak bercorat – coret. Suara : berulang – ulang “tulung – tumpuk” sesuai dengan nama

Indonesianya. Kebiasaan : umumnya ditemukan di daerah terbuka yang agak terang di hutan. Makanan : serangga dan buah – buahan hutan. Perkembangbiakan : bersarang pada lubang pohon, telur dua butir berwarna putih.

Di Jawa Barat berbiak pada bulan April, Mei dan Desember. Penyebaran : endemik Jawa dan Bali serta tersebar di hutan dataran rendah dan

pegunungan sampai ketinggian 1.500 meter. Sebaran di Taman Nasional Baluran : ……………………..

Page 19: PANDUAN PENGENALAN BURUNG DI TAMAN · PDF fileSebagai media peraga bagi kegiatan penyuluhan konservasi sumber daya ... sebagai alat perasa ... vertebrata, kadang – kadang mamalia

24. JALAK PUTIH / JALAK BODAS (Sturnus melanopterus ) Famili : Sturnidae Status : Dilindungi Undang – Undang berdasarkan :

• Peraturan Perlindungan Binatang Liar No. 134 dan 266 Tahun 1931 • SK Menhut No. 301/Kpts-II/1991 tanggal 10 Juni 1991 • Peraturan Pemerintah No. 7 tanggal 27 Januari 1999

Bentuk Fisik : berukuran sedang (23 cm). Bulu seluruhnya berwarna hitam dan putih kecuali bagian sayap dan ekor hitam. Dewasa : menpunyai jambul yang pendek. Kulit yang tak berbulu di sekitar mata kuning kemerahan. Iris : coklat gelap; paruh : agak kuning; Kaki : coklat terang.

Ciri Khas : bulu – bulu sekunder hitam; kulit di sekitar mata kuning. Suara : siulan parau yang keras. Kebiasaan : hidup berpasangan atau dalam kelompok kecil, mencari makan di

daerah terbuka, bertengger di atas pohon. Makanan : buah, biji, termasuk juga benih padi, serangga dan ulat. Perkembangbiakan : telur dua butir, warna putih, bersarang dalam lubang pohon

sekitar bulan Januari dan Juni. Penyebaran : terbatas di Jawa, Bali dan Lombok Utara. Agak umum terdapat di

dataran rendah terbuka, ditemukan juga dalam kota dan taman terutama di daerah timur.

Sebaran di Taman Nasional Baluran : …………………….. 25. BURUNG RAJA UDANG BIRU KECIL (Alcedo caerulescens) Famili : Alcedinidae Status : Dilindungi Undang – Undang berdasarkan :

• Peraturan Perlindungan Binatang Liar No. 134 dan 266 Tahun 1931 • SK Menhut No. 301/Kpts-II/1991 tanggal 10 Juni 1991 • Peraturan Pemerintah No. 7 tanggal 27 Januari 1999

Bentuk Fisik : burung udang berukuran sangat kecil (14 cm), berwarna biru dan putih. Tubuh bagian atas dan dada bergaris berkilat biru kehijauan; mahkota dan penutup sayap bergaris – garis hitam kebiru – biruan; kekang, kerongkongan dan perut putih. Iris : coklat; paruh : hitam; kaki : merah.

Ciri Khas : garis lebar melintang pada dada berwarna biru; punggung biru pucat. Suara : cuitan agak tinggi dengan dua nada beraturan “tyiiw – tyiiw”

terdengar ketika terbang. Kebiasaan : bertengger pada pohon di tepi sungai, kolam ikan payau dan hutan

bakau. Makanan : ikan – ikan kecil, serangga kecil, crustaceae. Perkembangbiakan : telur tiga hingga lima butir warna keputih – putihan. Di Jawa

berbiak bulan Mei dan Agustus. Penyebaran : terbatas di Sumatera, Jawa, Bali, Lombok dan Sumbawa. Umum

terdapat di tepi pantai. Sebaran di Taman Nasional Baluran : ……………………..

Page 20: PANDUAN PENGENALAN BURUNG DI TAMAN · PDF fileSebagai media peraga bagi kegiatan penyuluhan konservasi sumber daya ... sebagai alat perasa ... vertebrata, kadang – kadang mamalia

26. BURUNG RAJA UDANG (Pelargopsis / Halcyon capensis) Famili : Alcedinidae Status : Dilindungi Undang – Undang berdasarkan :

• Peraturan Perlindungan Binatang Liar No. 134 dan 266 Tahun 1931 • SK Menhut No. 301/Kpts-II/1991 tanggal 10 Juni 1991 • Peraturan Pemerintah No. 7 tanggal 27 Januari 1999

Bentuk Fisik : burung udang berukuran sangat besar (35 cm), punggung warna biru dengan paruh yang sangat besar warna merah tua yang khas. Bagian mahkota : sisi muka dan belakang leher abu – abu atau coklat bagian bawah jingga kemerahjambuan. Iris : coklat; paruh : merah; kaki : merah.

Ciri Khas : ukuran besar, paruh merah dan mahkota keabu – abuan. Suara : panggilan antara anggota pasangan; suara bahaya “kii – iik, kii – iik,

kii – iik” serta suara yang lain “kak – kak - kak – kak….”. Kebiasaan : hidup berpasangan tapi bila berburu menyendiri, sering dijumpai di

sungai, hutan bakau dan tepi pantai. Bertengger pada dahan – dahan mati di atas air dan menyelam untuk menagkap ikan.

Makanan : ikan, katak, serangga, kepiting dan kadal. Perkembangbiakan : telur tiga butir warna putih yang diletakkan dalam luabng

pada sarang rayap, di bawah pohon atau dalam gundukan tanah. Di Jawa Barat berbiak bulan Maret.

Penyebaran : India, Asia Tenggara, Filipina, Kalimantan, Sumatera, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara Barat. Kadang – kadang terdapat di sepanjang pantai Jawa dan sungai – sungai besar di dataran rendah.

Sebaran di Taman Nasional Baluran : …………………….. 27. CEKAKAK HUTAN / TENGKE WATU (Lacedo pulchella) Famili : Alcedinidae Status : Dilindungi Undang – Undang berdasarkan :

• Peraturan Perlindungan Binatang Liar No. 134 dan 266 Tahun 1931 • SK Menhut No. 301/Kpts-II/1991 tanggal 10 Juni 1991 • Peraturan Pemerintah No. 7 tanggal 27 Januari 1999

Bentuk Fisik : burung udang berukuran sedang (20 cm), bergaris mencolok. Jantan : kepala kemerahan dengan mahkota biru; tubuh bagian atas hitam dengan garis biru dan putih; tubuh bagian bawah keputih – putihan dengan bercak kemerah – merahan. Betina : tubuh bagian atas bergaris hitam dan kemerah – merahan; bagian bawah putih dengan garis – garis hitam pad dada dan bagian sisi. Iris : abu – abu keunguan; paruh : merah tua; kaki : hijau pucat.

Ciri Khas : jantan : bagian atas bergaris melintang biru. Betina : bagian atas bergaris – garis melintang coklat.

Suara : nada cuitan tinggi yang berulang – ulang “taweo”. Kebiasaan : burung udang yang aktif hidup di hutan bukit dan bahkan hutan

pegunungan rendah. Mencari makan dari tempat bertengger yang rendah kadang – kadang agak jauh dari air.

Makanan : serangga termasuk jengkerik, kumbang dan tonggeret.

Page 21: PANDUAN PENGENALAN BURUNG DI TAMAN · PDF fileSebagai media peraga bagi kegiatan penyuluhan konservasi sumber daya ... sebagai alat perasa ... vertebrata, kadang – kadang mamalia

Perkembangbiakan : telur dua butir warna putih yang diletakkan pada batang pohon yang busuk atau di tepi tanah. Di Jawa tengah tercatat berbiak pada bulan Maret.

Penyebaran : terbatas di Asia Tenggara, Kalimantan, Sumatera dan Jawa. Di Jawa jarang dijumpai dan tidak terdapat di Bali.

Sebaran di Taman Nasional Baluran : …………………….. 28. BLUWOK / WALANG KADAK / BANGAU PUTIH (Ibis / Mycteria cinereus) Famili : Ciconidae Status : Dilindungi Undang – Undang berdasarkan :

• Peraturan Perlindungan Binatang Liar No. 134 dan 266 Tahun 1931 • SK Menhut No. 301/Kpts-II/1991 tanggal 10 Juni 1991 • Peraturan Pemerintah No. 7 tanggal 27 Januari 1999

Bentuk Fisik : bangau yang berukuran sangat besar (92 cm), warna putih dan sayap hitam. Bulu – bulu putih kecuali bulu terbang yang terbang; bagian muka yang tidak berbulu merah jambu sampai merah. Burung yang belum dewasa : coklat keabu – abuan dengan tungging putih dan bulu terbang hitam. Iris : coklat; paruh : panjang bengkok warna kuning; kaki : abu – abu.

Ciri Khas : bulu – bulu putih kecuali sayapnya; paruh melengkung, kulit muka merah.

Suara : umumnya diam kecuali burung – burung muda yang bersuara serak. Kebiasaan : sering mengunjungi daerah berlumpur yang tergenang air, rawa,

dataran berlumpur di tepi pantai dan sawah. Umumnya sediri, kadang – kadang dalam kelompok kecil. Bergabung dengan cangak dan bangau lainnya, kadangkala membumbung tinggi berputar – putar di udara.

Makanan : ikan, katak, moluska, serangga, crustacea dan reptilia. Perkembangbiakan : bersarang bersama – sama dengan burung air lainnya. Telur tiga sampai 4 butir warnanya hijau kebiru – biruan pucat. Sarang terbuat dari tumpukan ranting yang tidak rapih. Bersarang dari bulan April – Juni. Penyebaran : Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa dan Sulawesi. Dahulu umum terdapat di Jawa tetapi sekarang semakin jarang. Sebaran di Taman Nasional Baluran : …………………….. 29. BANGAU TONG - TONG (Leptoptilos javanicus) Famili : Ciconidae Status : Dilindungi Undang – Undang berdasarkan :

• Peraturan Perlindungan Binatang Liar No. 134 dan 266 Tahun 1931 • SK Menhut No. 301/Kpts-II/1991 tanggal 10 Juni 1991 • Peraturan Pemerintah No. 7 tanggal 27 Januari 1999

Bentuk Fisik : bangau berukuran sangat besar (110 cm) yang mudah dikenali, warna hitam dan putih dengan paruh besar dan menyolok. Sayap, punggung dan ekor hitam; bagian bawah dan tengkuk putih; kepala, leher dan bagian kerongkongan yang tidak berbulu warna merah muda, pada mahkota terdapat bulu – bulu halus warna putih. Iris : abu – abu kebiru – biruan; paruh : abu – abu; kaki : coklat gelap. Ciri Khas : kepala tak berbulu, paruh sangat besar. Suara : diam selain suara mendengkung dan kepakan sayap serta bunyi paruh mengatup di tempat bersarang.

Page 22: PANDUAN PENGENALAN BURUNG DI TAMAN · PDF fileSebagai media peraga bagi kegiatan penyuluhan konservasi sumber daya ... sebagai alat perasa ... vertebrata, kadang – kadang mamalia

Kebiasaan : sering mengunjungi sawah, daerah berumput terbuka atau genangan tepi sungai yang berlumpur serta hutan – hutan bakau. Sering sendiri atau dalam kelompok kecil, jarang 10 – 20 ekor. Makanan : ikan, katak, kepiting, mamalia kecil, reptil dan serangga. Perkembangbiakan : telur tiga butir warna putih kebiruan. Bersarang dalam koloni di daerah cukup berhutan. Sarang merupakan tumpukan ranting yang padat. Di Jawa Timur berbiak pada bulan Februari dan Maret sedangkan di Jawa Barat bulan Mei – Agustus. Penyebaran : tersebar luas dari India, China, Asia tenggara, kalimantan, Sumatera, Jawa dan Bali. Dulu umumnya terdapat di Jawa dan Bali di Daerah dataran rendah yang terbuka, tapi sekarang jarang. Sebaran di Taman Nasional Baluran : …………………….. 30. KANGKARENG SELATAN / KANGKARENG PERUT PUTIH

(Anthracoceros convexus) Famili : Bucerotidae Status : Dilindungi Undang – Undang berdasarkan :

• Peraturan Perlindungan Binatang Liar No. 134 dan 266 Tahun 1931 • SK Menhut No. 301/Kpts-II/1991 tanggal 10 Juni 1991 • Peraturan Pemerintah No. 7 tanggal 27 Januari 1999

Bentuk Fisik : burung rangkong berukuran sedang (75 cm), warna hitam dan putih dengan casque besar warna kuning / putih pada paruh. Bulu semuanya hitam kecuali bercak putih di bawah mata, bagian bawah perut , paha dan ekor penutup bawah putih; bulu terbang pada sayap berujung putih dan bulu – bulu terluar dari ekor putih. Iris : coklat gelap; kulit kerongkongan dan sekeliling mata putih; paruh dan casque : kuning atau putih dengan bercak hitam pada pangkal rahang bawah dan bagian depan dari casque; kaki : hitam. Ciri Khas : ekor putih dengan bagian tengah hitam casque kuning dan hitam. Suara : lengkingan yang tak terputus terus – menerus “ayak – yak - yak - yak - yak “. Kebiasaan : menyukai habitat yang terbuka seperti tepi hutan, bekas ladang dan hutan sekunder, hidup berpasang – pasangan, bertengger di tengah cabang pohon sambil memutar kepalanya dengan aneh. Makanan : jengkerik, buah – buahan dan reptilia kecil. Perkembangbiakan : telur dua butir warna putih dengan bercak keunguan, diletakkan dalam lubang pohon. Di Jawa Tengah berbiak pada bulan Nopember. Penyebaran : Kalimantan, Sumatera, Jawa dan Bali. Sebaran di Taman Nasional Baluran : Widuri, Kacip, Bekol. 31. BEBEK LAUT / WILI – WILI BESAR (Esacus magnirostris) Famili : Burhinidae Status : Dilindungi Undang – Undang berdasarkan :

• Peraturan Perlindungan Binatang Liar No. 134 dan 266 Tahun 1931 • SK Menhut No. 301/Kpts-II/1991 tanggal 10 Juni 1991 • Peraturan Pemerintah No. 7 tanggal 27 Januari 1999

Bentuk Fisik : burung perancah yang khas, berukuran besar (55 cm), dengan paruh kekar yang sedikit melengkung ke atas. Mahkota dan tubuh bagian atas coklat abu – abu; bagian sisi kepala ditandai garis putih dan hitam; ada garis – garis putih dan hitam yang mencolok pada sayap yang tertutup; garis putih lebar pada bulu sayap

Page 23: PANDUAN PENGENALAN BURUNG DI TAMAN · PDF fileSebagai media peraga bagi kegiatan penyuluhan konservasi sumber daya ... sebagai alat perasa ... vertebrata, kadang – kadang mamalia

ketika terbang; tubuh bagian bawah agak putih ada coretan abu – abu di dadanya. Iris : kuning; paruh : hitam dengan pangkal kuning; kaki : kuning. Ciri Khas : garis sayap warna hitam dan putih; garis pada muka hitam dan putih; paruh besar warna kuning. Suara : siulan rendah “wu – ii”. Kebiasaan : hidup di pantai berpasir dan kerikil, umumnya berpasangan, memburu kepiting atau mangsa lainnya. Perkembangbiakan : telur satu atau dua butir warna krem, bertotol abu – abu dan coklat. Sarang merupakan garukan pasir di atas bagian pasang tertinggi. Di Jawa Barat berbiak pada bulan Agustus – Oktober. Penyebaran : Asia Tenggara, Filipina, Brunei, Sumatera, Jawa, Bali, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara sampai Papua Nugini dan Australia. Merupakan burung penetap dalam jumlah kecil di sepanjang pesisir Jawa dan Bali. Sebaran di Taman Nasional Baluran : …………………….. 32. DARA LAUT TENGKUK HITAM (Sterna sumatrana) Famili : Burhinidae Status : Dilindungi Undang – Undang berdasarkan :

• Peraturan Perlindungan Binatang Liar No. 134 dan 266 Tahun 1931 • SK Menhut No. 301/Kpts-II/1991 tanggal 10 Juni 1991 • Peraturan Pemerintah No. 7 tanggal 27 Januari 1999

Bentuk Fisik : berukuran sedang (35 cm), warna putih dengan ekor bercabang yang sangat panjang dan tengkuk bergaris hitam yang khas. Tubuh bagian atas abu – abu pucat; tubuh bagian bawah putih; kepala putih kecuali bintik hitam di depan mata dan garis hitam di tengkuk. Burung muda berbintik – bintik coklat pada mahkota dan kehitaman – hitaman di punggung. Iris : coklat; paruh : hitam dengan ujung kuning (waktu masih muda kuning); kaki : hitam atau coklat kuning ketika masih muda. Ciri Khas : bulu warna pucat, garis melintang hitam di tengkuk. Suara : tajam “tsii – cii – ci – cip” atau dalam keadaan bahaya “ cit – cit – citrer”. Kebiasaan : hidup berkelompok dengan burung dara laut lainnya di sepanjang pantai pasir dan karang, jarang di atas lumpur. Makanan : kebanyakan ikan. Perkembangbiakan : telur dua atau tiga butir agak putih bercak abu – abu dan coklat gelap diletakkan pada cekungan di atas pasir. Berbiak pada bulan Maret – Agustus. Penyebaran : pulau – pulau daerah tropika dan tepi pantai samudera, India dan Pasifik sampai Australia. Di Jawa dan Bali dijumpai di pantai karang dan pulau kecil lepas pantai. Sebaran di Taman Nasional Baluran : …………………….. 33. DARA LAUT JAMBUL / DARA LAUT DOUGALLI (Sterna bergii) Famili : Burhinidae Status : Dilindungi Undang – Undang berdasarkan :

• Peraturan Perlindungan Binatang Liar No. 134 dan 266 Tahun 1931 • SK Menhut No. 301/Kpts-II/1991 tanggal 10 Juni 1991 • Peraturan Pemerintah No. 7 tanggal 27 Januari 1999

Bentuk Fisik : berukuran lebih besar (47 cm) dan berjambul. Pada musim kemarau mahkota dan jambul warna hitam menjadi berbintik putih dan jambul berbintik abu –

Page 24: PANDUAN PENGENALAN BURUNG DI TAMAN · PDF fileSebagai media peraga bagi kegiatan penyuluhan konservasi sumber daya ... sebagai alat perasa ... vertebrata, kadang – kadang mamalia

abu serta mahkota putih pada musim penghujan. Tubuh bagian atas abu – abu; tubuh bagian bawah putih. Burung muda serupa dengan dewasa pada musim penghujan tetapi berbintik putih kuning tua. Iris : coklat; paruh : kuning agak hijau; kaki : hitam. Ciri Khas : Berbiak : jambul warna hitam, paruh warna hijau kekuningan. Musim penghujan : paruh kuning, dahi putih. Suara : “kirriik” atau “chew” jernih. Kebiasaan : mencari ikan dalam kelompok kecil berdua atau bertiga bahkan sering merupakan hewan pengembara. Makanan : ikan dan kepiting Perkembangbiakan : telur satu atau dua butir warna kuning tua berbintik abu – abu, coklat dan hitam. Bersarang pada cekungan dangkal di pasir dan berbiak pada bulan Mei dan Juni. Penyebaran : tersebar sepanjang pantai dan pulau di India, Teluk Persia, laut daerah tropika dari Samudera Pasifik dan tepi Pantai Australia serta Afrika Selatan. Di Jawa dan bali terdapat di perairan dekat pantai dan pulau kecil berkarang. Sebaran di Taman Nasional Baluran : …………………….. 34. BURUNG BEO / BURUNG TIONG (Gracula religiosa) Famili : Sturnidae Status : Dilindungi Undang – Undang berdasarkan :

• SK Mentan No. 421/Kpts/Um/8/1970 tanggal 26 Agustus 1970 • SK Menhut No. 301/Kpts-II/1991 tanggal 10 Juni 1991 • Peraturan Pemerintah No. 7 tanggal 27 Januari 1999

Bentuk Fisik : burung jalak hitam mengkilap, berukuran agak besar (32 cm) dengan bercak putih pada bulu terbang. Semacam cuping warna jingga pada kedua sisi belakang kepalanya. Iris : coklat tua; paruh : jingga; kaki : kuning. Ciri Khas : pial kuning, bercak sayap putih. Suara : “tiong” yang keras serta dan menirukan suara jenis burung lain bahkan suara manusia. Kebiasaan : selalu pada pohon yang tinggi dan hidup berpasangan, kadang – kadang berkumpul dalam kelompok. Makanan : buah – buahan, biji, serangga besar. Perkembangbiakan : telur dua atau tiga butir warna biru pucat yang diletakkan dalam sarangnya dalam lubang pohon. Di daerah Sumatera dan Kalimantan berbiak pada bulan Februari dan Maret. Penyebaran : India, China, Asia Tenggara, Kalimantan, Sumatera, Jawa dan Bali. Dulu di Jawa dan Bali agak umum terdapat sekarang agak jarang dan sering ditemui di bagian selatan Jawa. Sebaran di Taman Nasional Baluran : …………………….. 35. PIJANTUNG KECIL (Arachnotera longirostra) Famili : Burhinidae Status : Dilindungi Undang – Undang berdasarkan :

• Peraturan Perlindungan Binatang Liar No. 134 dan 266 Tahun 1931 • SK Menhut No. 301/Kpts-II/1991 tanggal 10 Juni 1991 • Peraturan Pemerintah No. 7 tanggal 27 Januari 1999

Bentuk Fisik : berukuran lebih kecil (15 cm), warna hijau dan kuning. Bagian atas hijau; bagian bawah kuning terang. Kerongkongan abu – abu putih. Iris : coklat; paruh : bagian atas hitam, bagian bawah abu – abu; kaki : kebiruan.

Page 25: PANDUAN PENGENALAN BURUNG DI TAMAN · PDF fileSebagai media peraga bagi kegiatan penyuluhan konservasi sumber daya ... sebagai alat perasa ... vertebrata, kadang – kadang mamalia

Ciri Khas : perut kuning; kerongkongan keputih – putihan. Suara : tajam “ciih” atau “ciik – ciik – ciik” di waktu terbang atau bernyanyi dengan nada tinggi sederhana “wey – ce – ce – ce”. Kebiasaan : mencari makan menyendiri berada di daerah lebat dan gelap. Paling sering terbang cepat melintasi hutan. Makanan : nektar yang diambil dari bunga pisang, jahe, serangga, ulat dan laba – laba. Perkembangbiakan : telur dua butir warna putih berbintik merah, dengan bintik merah di bagian telur yang terlebar. Sarang merupakan kantung yang melekat pada bagian bawah daun pisang. Kantung terbuat dari potongan serta serat – serat daun bercampur dengan sarang laba – laba. Di Jawa berbiak dari bulan Januari – Oktober. Penyebaran : India, China,Asia Tenggara, Filipina, Kalimantan, Sumatera, Jawa dan Bali. Di Jawa dan Bali umum terdapat di hutan dataran rendah. Sebaran di Taman Nasional Baluran : …………………….. 36. GAJAHAN BESAR (Numenius arquata) Famili : Scolopacidae Status : Dilindungi Undang – Undang berdasarkan :

• SK Mentan No. 421/Kpts/Um/8/1970 tanggal 26 Agustus 1970 • SK Menhut No. 301/Kpts-II/1991 tanggal 10 Juni 1991 • Peraturan Pemerintah No. 7 tanggal 27 Januari 1999

Bentuk Fisik : berukuran sangat besar (57 cm), bergaris – garis coklat di sekeliling tubuh, dengan kaki yang panjang serta paruh sangat panjang dan bengkok. Tungging putih menyatu dengan ekor bergaris – garis putih dan coklat. Iris : coklat; paruh : coklat; kaki : hitam biru. Ciri Khas : paruh melengkung sangat panjang; tungging dan ekor lebih pucat. Suara : berteriak keras meratap tinggi “ker - luw”. Kebiasaan : sering mengunjungi daerah pasang surut dan daratan berlumpur, jarang jauh dari laut. Kadang – kadang dalam kelompok kecil atau bercampur dengan burung gajahan lain tetapi lebih menyendiri. Makanan : cacing, moluska, crustacea dan organisme laut lainnya. Perkembangbiakan : Penyebaran : Eurasia utara tapi musim dingin bermigrasi ke Selatan sampai ke Indonesia dan Australia. Di Jawa dan Bali merupakan pengunjung yang tetap. Sebaran di Taman Nasional Baluran : ……………………..