26
INDERA RASA KULIT Penyusun : 1. Rega Maurischa 021211131057 2. Setian Fitri Sayekti 021211131058 3. Viviana Saputra 021211131059 4. Risky Anita Oktaviani 021211131060 5. Cynthia Nur Malikfa N. 021211131061 6. Ardista Rani Lestari 021211131062 7. Belgiz Anasis 021211131063 8. Arvia Diva Firstiana 021211131066 9. Putrinadia Farisqaghina P. 021211131067 10. Yeni Puspitasari 021211131072 11. Felicia Lesmana 021211132001 12. Imam Rananda 021211132016 13. Rois Kholilullah 021211132018 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS AIRLANGGA 2013

indera perasa - praktikum faal

Embed Size (px)

DESCRIPTION

praktikum faal indera perasa

Citation preview

  • INDERA RASA KULIT

    Penyusun :

    1. Rega Maurischa 021211131057

    2. Setian Fitri Sayekti 021211131058

    3. Viviana Saputra 021211131059

    4. Risky Anita Oktaviani 021211131060

    5. Cynthia Nur Malikfa N. 021211131061

    6. Ardista Rani Lestari 021211131062

    7. Belgiz Anasis 021211131063

    8. Arvia Diva Firstiana 021211131066

    9. Putrinadia Farisqaghina P. 021211131067

    10. Yeni Puspitasari 021211131072

    11. Felicia Lesmana 021211132001

    12. Imam Rananda 021211132016

    13. Rois Kholilullah 021211132018

    FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS AIRLANGGA

    2013

  • 1

    1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teori Mekanisme sensoris yang dapat dirasakan dibagi menjadi dua golongan

    menurut phylogenesisnya, jalur-jalur saraf spinalnya, dan daerah cortex cerebri di

    mana mereka diintegrasikan.

    Golongan pertama adalah paleo-sensibilities, yang meliputi rasa primitif,

    atau rasa-rasa yang vital, yaitu rasa raba, tekan, nyeri, dingin, dan panas. Saraf-

    saraf afferen dari rasa-rasa ini bersinap dengan interneuron-interneuron yang

    bersinap lagi dengan motor-motor neuron dari medulla spinalis dan juga dengan

    thalamus dan cortex cerebri melalui tractus spinothalmicus.

    Golongan kedua adalah Gnostic atau neo-sensibilities, yang meliputi rasa-

    rasa yang sangat didiferensiasikan. Saraf-saraf afferen dari rasa-rasa ini

    menghantarkan impuls-impuls yang terutama dialirkan melalui tractus

    dorsospinalis ke daerah sensoris di dalam cortex cerebri setelah diintegrasikan

    seperlunya.

    1.2 Masalah a. Apakah rasa panas dan dingin ditentukan oleh suhu suatu benda atau hal

    yang lain?

    b. Apakah reaksi di setiap bagian kulit sama untuk perangsang yang sama?

    c. Apakah lokasi rasa tekan dapat ditentukan dengan tepat walaupun dengan

    mata yang tertutup?

    d. Sejauh berapakah dua titik dapat didiferensiasikan?

    e. Bagaimana membedakan kekuatan rangsangan suatu benda?

    f. Bagaimana membedakan bentuk benda dengan mata tertutup?

    g. Seberapa kuat suatu rangsangan supaya seseorang dapat mulai merasakan

    nyeri?

    h. Apakah pengalihan perhatian dapat meningkatkan nilai ambang nyeri?

    i. Apakah pengaruh hiperaemia dan anestesi tropikal?

  • 2

    1.3 Tujuan

    Tujuan dari dilakukannya percobaan ini adalah unutk mengetahui bagaimana

    suatu rangsangan dapat dipersepsikan melalui kulit, dan juga bagaimana rasa

    nyeri dapat dirasakan.

    2. METODE KERJA 2.1 Alat

    A. I. Rasa-Rasa Panas dan Dingin

    a. Bak (3 buah) untuk tempat air

    b. Termometer

    A. II. Reaksi-Reaksi di Kulit

    a. Spidol

    b. Kerucut Kuningan

    c. Pensil yang ujungnya tumpul

    B. I. Lokalisasi Rasa Tekan a. Pensil

    B. II. Diskriminasi Rasa Tekan (Two Points Discrimination)

    a. Jangka

    b. Penggaris

    B. III. Diskriminasi Kekuatan Rangsangan (Hukum Weber-

    Fechner)

    a. Kotak timbangan

    b. Beban 5 gr, 10 gr, 50 gr, dan 100 gr

    B. IV. Kemampuan Diskriminasi

    B. IV. (1) Kemampuan Diskriminasi Kekasaran

    a. Kertas Penggosok

  • 3

    B. IV. (2) Kemampuan Diskriminasi Bentuk

    a. Benda kecil yang tersedia dalam bentuk lingkaran, persegi

    panjang, bulat, dan lain-lain)

    C. I. Rasa Nyeri Kulit dan Otot

    a. Hardy-Wolff

    b. Stopwatch

    c. Spidol

    C. I. (2) Pengaruh Hiperaemia

    a. Balsem

    C. I. (3) Pengaruh Anestesi Topikal

    a. Anestesi topical (benzokain)

    2.2 Bahan A. I. Rasa-Rasa Panas dan Dingin

    a. Air es; Air panas 40o C; Air dengan suhu kamar (air PDAM)

    b. Alkohol atau eter

    A. II. Reaksi-Reaksi di Kulit a. Air dingin dan air 400 C

    2.3 Tata Kerja PALEO-SENSIBILITIES

    A. I. Rasa-Rasa Panas dan Dingin Percobaan Pertama

    a. 3 buah bak yang masing-masing telah berisi air es, air panas

    400 C, dan air dengan suhu kamar disediakan.

    b. Telunjuk kanan dimasukkan ke dalam air es dan telunjuk kiri

    ke dalam air 400 C.

    c. Kemudian dengan segera kedua telunjuk dimasukkan ke dalam

    bak ketiga yang berisi air dengan suhu kamar.

  • 4

    d. Perasaan yang dialami dicatat dan diceritakan.

    Percobaan Kedua

    a. Punggung tangan ditempelkan +/- 10 cm di depan mulut dan

    kulit tangan tersebut ditiup secara perlahan-lahan. Rasa yang

    dialami dicatat.

    b. Punggung tangan tersebut dibasahi terlebih dahulu, kemudian

    ditiup seperti percobaan diatas. Rasa yang dialami juga dicatat.

    c. Punggung tersebut diolesi dengan alkohol atau eter terlebih

    dahulu, kemudian ditiup lagi. Rasa yang dialami dicatat.

    A. II. Reaksi-Reaksi di Kulit Rasa-rasa panas, dingin, raba/tekan dan nyeri dihantarkan oleh

    serat saraf yang terpisah yang menghubungkan titik di kulit.

    Kepadatan titik-titik reseptor rasa di berbagai tempat di kulit

    tidaklah sama.

    a. Telapak tangan kiri diletakkan di atas meja dan suatu daerah

    3x3 cm ditandai dengan stempel yang telah tersedia. Mata

    orang coba ditutup.

    b. Secara teratur, garis-garis sejajar titik-titik panas diselidiki

    dengan menggunakan kerucut kuningan yang telah direndam di

    dalam air panas 500 C (Sebelum diletakkan pada telapak

    tangan, kerucut tersebut dikeringkan dulu dengan handuk).

    Titik-titik tersebut diberi tanda dengan tinta hitam.

    c. Percobaan di atas dilakukan untuk menentukan titik-titik dingin

    dengan menggunakan kerucut kuningan yang telah direndam di

    dalam air es.

    d. Percobaan tersebut dilakukan untuk menentukan titik tekan

    dengan menggunakan pensil yang tumpul.

    e. Gambar tangan dibuat diatas kertas putih dan titik-titik rasa

    dituliskan ke dalamnya.

    f. Percobaan tersebut (b sampai d) dilakukan untuk daerah-daerah

    lengan bawah, kuduk, dan pipi.

  • 5

    NEO-SENSIBILITIES

    B. I. Lokalisasi Rasa Tekan a. Mata orang percobaan ditutup, kemudian ujung pensil

    ditekankan dengan kuat pada ujung jarinya.

    b. Orang percobaan disuruh menunjukkan dengan pensil tempat

    yang telah dirangsang tersebut. Jarak antara titik rangsangan

    dengan titik yang ditunjuk oleh orang coba ditentukan dalam

    millimeter.

    c. Percobaan tersebut diulangi tiga kali dan jarak rata-ratanya

    ditentukan.

    d. Percobaan tersebut dilakukan untuk daerah-daerah telapak

    tangan, lengan bawah, lengan atas, pipi, dan kuduk.

    B. II. Diskriminasi Rasa Tekan (Two Points Discrimination) a. Mata orang percobaan ditutup, kemudian kedua ujung jangka

    secara serentak (simultant) diletakkan pada ujung jarinya.

    b. Mula-mula jarak ujung jangka yang kecil diambil sehingga

    orang percobaan belum dapat membedakan dua titik; kemudian

    jarak kedua ujung jangka diperbesar setiap kali sebesar 2 mm,

    sehingga tepat dapat dibedakan dua titik oleh orang percobaan.

    c. Percobaan ini diulangi dengan jarak ujung jangka yang besar

    dahulu, kemudian dikecilkan setiap kali dengan 2 mm sampai

    ambang diskriminasi. Jarak rata-rata diambil dari tindakan b

    dan c.

    d. Percobaan a sampai c dilakukan, tetapi sekarang dengan

    menekankan kedua ujung jangka secara berturut-turut

    (successif).

    e. Cara-cara tersebut dapat menentukan nilai ambang diskriminasi

    dua titik untuk daerah-daerah kuduk, bibir, dan pipi.

  • 6

    B. III. Diskriminasi Kekuatan Rangsangan (Hukum Weber-

    Fechner)

    a. Mata orang percobaan ditutup dan tangannya diletakkan di atas

    meja dengan telapak tangan menghadap ke atas.

    b. Kotak timbangan dengan berat 5 gr di dalamnya diletakkan

    pada ujung-ujung jarinya.

    c. Suatu beban ditambahkan setiap kali ke dalam kotak timbangan

    sampai orang percobaan tepat dapat membedakan tambahan

    berat. Berat permulaan (+kotak timbangan) dicatat beserta

    berat terakhir itu.

    d. Percobaan no.2 dan 3 dilakukan dengan beban mula-mula di

    dalam kotak berturut-turut 10 gr, 50 gr, dan 100 gr.

    B. IV. Kemampuan Diskriminasi

    B. IV. (1) Kemampuan Diskriminasi Kekasaran

    a. Orang percobaan disuruh meraba kertas penggosok yang

    berbeda derajat kekasarannya dengan ujung jarinya dalam

    keadaan mata tertutup.

    b. Tentukan daya pembedaannya.

    c. Percobaan diulangi dengan lengan bawahnya.

    B. IV. (2) Kemampuan Diskriminasi Bentuk

    a. Dengan mata tertutup, orang percobaan disuruh untuk

    memegang benda-benda kecil yang tersedia dalam berbagai

    bentuk dan benda-benda tersebut harus disebutkan (lingkaran,

    persegi panjang, segitiga, bulat, lonjong, dan lain-lain).

    b. Percobaan tersebut diulangi dengan lengan bawahnya.

    C. I. Rasa Nyeri Kulit dan Otot

    Untuk percobaan ini dipakai alat dari Hardy-Wolff, yaitu terdiri

    dari lampu proyeksi yang dapat memusatkan sinar-sinarnya untuk

    menembus suatu lubang (diafragma). Kekuatan radiasi sinar

  • 7

    ditentukan dengan sebuah rheostat yang disusun seri dengan lampu.

    Lama penyinaran diukur dengan stopwatch.

    a. Penyinaran dilakukan dengan kekuatan radiasi yang rendah

    selama 10 detik (pada tiap tingkat radiasi). Untuk itu haruslah

    diatur dengan rheostat.

    b. Tindakan (b) dilakukan dengan setiap kali menggeser tombol

    rheostat, sampai orang percobaan merasa nyeri seperti ditusuk-

    tusuk.

    c. Angka yang ditunjuk rheostat dan lama penyinarannya dalam

    detik dicatat. Ini merupakan nilai ambang rasa nyeri orang

    percobaan.

    C. I. (1) Pengaruh Mengalihkan Perhatian

    a. Tindakan a sampai c diulangi, tetapi sekarang dengan

    mengalihkan perhatian orang percobaan. Hal ini dapat

    dilaksanakan dengan menyuruh orang percobaan menggaruk-

    garuk kepalanya, mengajak bicara, menggelitik, atau cara-cara

    pengalihan perhatian lain yang serupa.

    b. Besarnya radiasi dan waktu radiasi yang didapat dicatat.

    C. I. (2) Pengaruh Hiperaemia

    a. Kulit yang telah dihitamkan digosok dengan balsem yang telah

    tersedia, kemudian tindakan diulangi dari a sampai c.

    b. Hasil yang didapat dicatat.

    C. I. (3) Pengaruh Anestesi Topikal

    a. Kulit yang telah dihitamkan dioleskan dengan anestetika topical

    (benzokain) yang telah tersedia, kemudian tindakan a sampai c

    diulangi.

    b. Hasil yang didapat dicatat.

  • 8

    3. HASIL A. PALEO-SENSIBILITIES

    A.I.I. Rasa-Rasa Panas dan Dingin

    Mahasiswa coba : Risky Anita Octaviani

    Telunjuk kanan : biasa

    Telunjuk kiri : dingin

    2. Mahasiswa coba : Felicia Lesmana

    a. Biasa

    b. Dingin

    c. Paling dingin, kemudian berubah menjadi agak hangat

    A.II. Reaksi-reaksi di Kulit

    Mahasiswa coba : Imam Rananda

    Gambar 1: Gambar tabel percobaan reaksi-reaksi di kulit

  • 9

    Gambar 2 : Hasil percobaan disusun secara rapi dengan diketik

    Keterangan:

    - Air Panas : - Air Dingin

    Punggung tangan : 8 Punggung tangan : 20

    Lengan bawah : 8 Lengan Bawah : 17

    Pipi : 3 Pipi : 27

    Kuduk : 7 Kuduk : 18

    - Tekan (menggunakan pensil) :

    Punggung tangan : 13 Pipi : 17

    Lengan bawah : 18 Kuduk : 23

  • 10

    B. NEO-SENSIBILITIES

    B.I. Lokalisasi Rasa Tekan

    Mahasiswa Coba : Ardista Rani Lestari

    Lokasi/

    Percobaan

    Ujung Jari Telapak

    Tangan

    Lengan

    Bawah

    Lengan

    Atas

    Kuduk Pipi

    1 1 mm 3 mm 30 mm 18 mm 3 mm 3 mm

    2 2 mm 0 mm 19 mm 8 mm 6 mm 0 mm

    3 4 mm 12 mm 4 mm 6 mm 3 mm 4 mm

    Rata-Rata 2,3 mm 5 mm 17,7 mm 10,7 mm 4 mm 2,3 mm Tabel 1. Lokalisasi rasa tekan

    B.II. Diskriminasi Rasa Tekan (Two Points Discrimination)

    Mahasiswa coba : Yeni Puspitasari

    Lokasi/Jarak

    ujung jangka

    Ujung jari Kuduk Pipi Bibir

    1 - - - -

    3 - - - -

    5 - - - -

    7 + - + +

    9 -

    11 -

    13 +

    15 Tabel 2. Percobaan secara simulltant, dari jarak kedua ujung jangka terkecil terbesar

    Keterangan : Tanda (-) terasa 1 titik

    Tanda (+) terasa 2 titik

  • 11

    Lokasi/

    Jarak kedua

    ujung jangka

    Ujung jari Kuduk Pipi Bibir

    15 mm - + - -

    13 mm - - -

    11 mm - + -

    9 mm - -

    7 mm - -

    5 mm + -

    3 mm +

    Tabel 3. Percobaan secara simultant, dari jarak kedua ujung jangka terbesar terkecil

    Keterangan : Tanda (-) terasa 2 titik

    Tanda (+) terasa 1 titik

    Lokasi/

    Jarak kedua

    ujung jangka

    Ujung jari Kuduk Pipi Bibir

    1 mm - - - -

    3 mm - - - -

    5 mm - - - -

    7 mm + - - -

    9 mm - - +

    11 mm - -

    13 mm + -

    15 mm -

    17 mm +

    Tabel 4. Percobaan secara successif, dari jarak kedua ujung jangka terkecil terbesar

    Keterangan : Tanda (-) terasa 1 titik

    Tanda (+) terasa 2 titik

  • 12

    Lokasi/

    Jarak kedua

    ujung jangka

    Ujung jari Kuduk Pipi Bibir

    15 mm - - - -

    13 mm - - + -

    11 mm - + -

    9 mm - -

    7 mm - -

    5 mm + -

    3 mm +

    Tabel 5. Percobaan secara successif, dari jarak kedua ujung jangka terbesar terkecil

    Keterangan : Tanda (-) terasa 2 titik

    Tanda (+) terasa 1 titik

    Lokasi/

    Percobaan

    Ujung jari Kuduk Pipi Bibir

    Simultant I 7 mm 13 mm 7 mm 7 mm

    Simultant II 5 mm 15 mm 11 mm 3 mm

    Successif I 7 mm 13 mm 17 mm 9 mm

    Successif II 5 mm 11 mm 13 mm 7 mm

    Rata-rata 6 mm 13 mm 12 mm 6,5 mm

    Tabel 6. Rata-rata dari keempat percobaan

  • 13

    B.III. Diskriminasi Kekuatan Rangsangan (Hukum Weber-Fechner)

    Mahasiswa coba : Rois Kholilullah

    Tabel 7. Diskriminasi Kekuatan Rangsangan

    B.IV. Kemampuan Diskriminasi

    B.IV.a. Kemampuan Diskriminasi Kekasaran

    Mahasiswa coba : Arvia Diva

    Tabel 8. Kemampuan Diskriminasi Kekasaran

    Ket: + Terasa adanya penambahan beban Tidak terasa adanya penambahan beban

    Massa beban Penambahan 5 gr 10 gr 50 gr 100 gr

    +10 - + - - +10 + - - + +10 + + + - +10 + - + - +10 + + + + +10 + + + + +10 + + - + +10 + + - - +10 + + - - +10 + + - -

    LOKASI

    NO.

    KERTAS GOSOK

    Ujung Jari Lengan Bawah

    1. I. Halus + +

    2. II. Sedang + +

    3. III. Kasar + +

  • 14

    B.IV.b. Kemampuan Diskriminasi Bentuk

    Mahasiswa coba : Cyntia Malikfa

    LOKASI

    NO.

    JENIS BENTUK

    Telapak Tangan Lengan Bawah

    1. ( PERSEGI ) + +

    2. ( SEGIENAM ) - +

    3. ( OVAL ) - +

    Tabel 9. Kemampuan Diskriminasi Bentuk

    C. RASA NYERI KULIT DAN OTOT

    Mahasiswa coba : Rois Kholilullah

    Nilai ambang

    rasa nyeri

    C.I. Kondisi

    normal

    C.II. Pengaruh

    mengalihkan

    perhatian

    C.III.

    Pengaruh

    hiperaemia

    C.IV.

    Pengaruh

    anestetika

    topical

    Besar radiasi 120 V 140 V 140 V 180+ V

    Waktu

    radiasi

    1 menit 3

    detik

    1 menit 16

    detik

    1 menit 14

    detik

    1 menit 45

    detik

    Tabel 10. Rasa nyeri kulit dan otot

  • 15

    4. PEMBAHASAN 4.1 Diskusi Hasil

    A. PALEO-SENSIBILITIES A.I. Rasa-Rasa Panas dan Dingin

    Percobaan untuk mendeteksi rasa panas dan dingin dilakukan dengan

    memasukkan telunjuk ke dalam air es, air panas 40oC, dan air pada suhu kamar

    (air PDAM). Jari telunjuk yang dimasukkan ke dalam air es lalu dimasukkan ke

    dalam air dengan suhu kamar (air PDAM) terasa lebih hangat, sedangkan jari

    telunjuk yang dimasukkan ke dalam air panas 400 C terasa lebih dingin saat

    dimasukkan ke dalam air dengan suhu kamar (air PDAM). Hal ini disebabkan

    karena adanya perbandingan atau perbedaan relatif indera rasa kita saat merasakan

    panas atau dingin, bukan kekuatan mutlak dari suhu suatu benda. Hal ini

    memperlihatkan adanya gradasi termal yaitu gradasi panas dan dingin, mula-mula

    dari dingin menjadi sejuk sampai biasa lalu hangat kemudian biasa. Organ indera

    suhu merupakan ujung saraf bebas yang berespon terhadap suhu absolut. Afferen

    hangat dan dingin akan menyiarkan informasi ke gyrus post centralis melalui

    tractus spinothalmicus lateralis dan radiation thalamica. Rasa panas dan dingin

    dapat dirasakan dari daerah tubuh yang mengandung ujung saraf bebas.

    Pada saat telunjuk kanan dicelupkan ke air panas, ada rasa seperti tertursuk

    karena air berada di atas suhu tubuh. Saat telunjuk dipindahkan ke air suhu

    ruangan, secara normal kulit akan mempertahankan keseimbangan suhunya

    dengan cara menstabilkan pemasukan dan pengeluaran panas. Cara

    menyeimbangkannya dengan mengalirkan suhu yang lebih tinggi ke suhu yang

    lebih rendah. Tentu telunjuk yang tercelup oleh air suhu 400 C yang lebih cepat

    kembali ke suhu normal, karena rentang suhunya ke suhu normal tubuh (370 C)

    lebih dekat dibandingkan dengan air es.

    A.II. Reaksi-Reaksi di Kulit

    Telapak tangan merupakan tempat dimana terdapat paling banyak titik

    rasa. Hal ini disebabkan oleh karena indera rasa di bagian ini paling sering

    mendapatkan rangsangan. Hal yang sama terjadi pada kuduk, yang tingkat

    kepekaannya hampir sama dengan telapak tangan. Sementara bagian lengan

  • 16

    bawah dan pipi kurang peka karena jarang diberikan rangsangan pada tempat

    tersebut.

    Pada percobaan meniup punggung tangan, mahasiswa coba merasa dingin

    karena terjadi penguapan pada permukaan punggung tangan dengan mengambil

    panas dari kulit. Saat punggung tangan dibasahi oleh air kemudia ditiup, air akan

    menyerap kalor untuk menguap, tetapi proses penguapan air lebih lama

    dibandingkan dengan proses penguapan alkohol. Maka dari itu, saat mahasiswa

    coba mengoleskan alkohol terlebih dahulu, tiupan akan terasa lebih dingin

    dibanding saat diberi air. Hal ini disebabkan karena titik penguapan alkohol lebih

    rendah dari air sehingga mengambil kalor lebih banyak dari permukaan kulit dan

    mahasiswa coba merasa lebih dingin.

    Pada percobaan dengan alkohol pada kulit, mula-mula timbul rasa dingin

    disusul rasa panas. Rasa dingin ini disebabkan oleh penguapan alkohol, tetapi

    karena proses penguapan alkohol berlangsung cepat, maka lama-kelamaan

    alkohol menguap habis dan suhu permukaan kulit kembali normal. Saat

    permukaan kulit kembali ke suhu normal, mahasiswa coba merasakan panas

    karena kulit mengalami kenaikan suhu.

    Dari hasil percobaan tersebut dapat disimpulkan :

    Bila suatu rangsang tetap diberikan secara terus-menerus pada suatu

    reseptor, frekuensi potensial aksi di saraf sensorik lama-kelamaan akan

    menurun.

    Informasi mengenai lingkungan internal dan eksternal dapat mengaktifkan

    SSP melalui berbagai reseptor sensorik. Reseptor-reseptor itu adalah

    transduser yang mengubah berbagai bentuk energi di dalam lingkungan

    menjadi potensial aksi di neuron. Reseptor sensorik dapat merupakan

    bagian dari neuron atau sel khusus yang membangkitkan potensial aksi di

    neuron.

    Reseptor sensorik sering kali bersatu dengan sel non saraf yang

    melingkupinya dan membentuk alat indera. Bentuk energi tertentu ketika

    reseptor ini paling sensitif dinamakan rangsangan yang adekuat.

  • 17

    B.I. Lokalisasi Rasa Tekan

    Pada percobaan ini, orang percobaan diberikan rangsangan berupa tekanan

    menggunakan ujung pensil pada daerah-daerah berbeda seperti ujung jari, telapak

    tangaj, lengan bawah, lengan atas, kuduk, dan pipi. Lokalisasi rasa tekan

    dipengaruhi oleh reseptor badan meissner (corpuscle meissner). Badan meissner

    ini banyak terdapat pada ujung jari dan pipi, hal ini dibuktikan pada percobaan

    tersebut jarak rata-rata antara titik penekanan ujung pensil dengan yang ditunjuk

    orang percobaan pada ujung jari adalah 2,3 mm, pada telapak tangan 5 mm, pada

    lengan atas 17, 67 mm, pada lengan bawah 10,67 mm, pada kuduk 4 mm, dan

    pada pipi 2,3 mm.

    Jarak yang paling kecil menunjukkan banyaknya reseptor badan meissner

    yang terdapat pada daerah tersebut, sehingga semakin banyak reseptor pada

    meissner pada suatu daerah tubuh maka semakin sensitif/ peka daerah tubuh

    tersebut terhadap rangsangan.

    B. II. Diskriminasi Rasa Tekan

    Pada percobaan ini orang percobaan diberi penekanan dengan ujung

    jangka pada ujung jari, kuduk, pipi dan bibir secara simultant (serentak) maupun

    successif (berturut-turut). Hasil rata-rata pada hasil percobaan menunjukkan

    bahwa daerah ujung jari memiliki tingkat sensitivitas/kepekaan paling tinggi

    dengan rata-rata sebesar 6 mm, sedangkan kuduk memiliki rata-rata 13 mm, pipi

    12 mm, dan bibir 6,5 mm.

    B.III. Diskriminasi Kekuatan Rangsangan (Hukum Weber-Fechner)

    Pada percobaan ini, mahasiswa coba sudah dapat merasakan penambahan

    beban ketika penambahan bebannya belum terlalu besar, contohnya pada saat

    massa beban awal yang diberikan adalah 5 gr, dengan penambahan 10 gr saja

    mahasiswa sudah dapat merasakan adanya penambahan beban. Mahasiswa coba

    paling banyak merasakan penambahan beban saat massa beban awal 5 gr.

    Percobaan ini adalah untuk membuktikan hukum Weber-Fechner yang berbunyi,

    kemampuan membedakan kekuatan rangsangan rasa-rasa pada umumnya tidak

  • 18

    tergantung pada kekuatan mutlak rangsangan tersebut, tetapi pada perbedaan

    relatifnya.

    B.IV. Kemampuan Diskriminasi

    Pada percobaan kemampuan diskriminasi bentuk, orang coba tidak dapat

    membedakan dengan tepat bentuk yang diletakkan pada telapak tangannya,

    kecuali bentuk persegi. Tetapi, mahasiswa coba dapat membedakan bentuk saat

    diletakkan pada lengan bawahnya. Hal ini agak bertentangan dengan teori bahwa

    lebih banyak reseptor yang terdapat pada telapak tangan, sehingga seharusnya

    telapak tangan dapat mendiskriminasikan benda secara lebih baik. Pada percobaan

    kemampuan diskriminasi kekasaran, mahasiswa coba dapat membedakan derajat

    kekasaran dari bahan yang dicobakan, baik pada telapak tangan maupun pada

    lengan bawah.

    C. RASA NYERI KULIT DAN OTOT

    C.I. Normal

    Pada keadaan pertama, mahasiswa coba tidak diberikan gangguan apapun

    dan berkonsentrasi terhadap percobaan. Suatu daerah di lengan bawah diberi

    tanda dengan spidol hitam dan disinari oleh sinar Hardy-Wolfer, dengan jarak

    sekitar 1 cm. Mahasiswa merasa nyeri pada saat intensitas radiasi mencapai 120

    Volt pada detik ke 123. Percobaan pertama ini bertujuan sebagai kontrol.

    C.II. Pengaruh Mengalihkan Perhatian

    Pada percobaan kedua, pengkondisian mahasiswa coba kurang lebih sama

    seperti percobaan pertama, hanya bedanya konsentrasi mahasiswa dialihkan

    dengan diajak berbicara tentang hal-hal yang ia senangi. Didapati mahasiswa coba

    merasakan nyeri pada 140 Volt pada detik ke 136. Hasil yang didapat sesuai

    dengan teori. Penyebab proses pengalihan mahasiswa coba menyebabkan naiknya

    nilai ambang rasa nyeri. Hal ini disebabkan banyaknya impuls yang diterima

    gyrus post sentralis atau SSA 1 sehingga impuls nyeri yang seharusnya dikirim ke

    SSP teralihkan. Kemungkinan lain, manusia dapat menghasilkan beta-endorphin

  • 19

    yang dapat berfungsi sebagai anestesi alami pada saat manusia mengalami

    perasaan senang.

    C.III. Pengaruh Hiperaemia

    Pada percobaan ketiga, situasi yang berbeda adalah bagian yang disinari

    diolesi balsem. Hasilnya kurang lebih sama dengan percobaan kedua, yaitu

    mahasiswa coba mulai merasakan nyeri pada intensitas radiasi 140 V pada detik

    ke 134. Percobaan dengan balsem menunjukkan suatu respon pada kulit yaitu

    terjadi peningkatan jumlah daerah yang terpapar. Hal ini disebabkan oleh

    vasodilatasi pada pembuluh darah yang sebelumnya tertusuk. Kondisi ini diawali

    dengan pengolesan balsem yang tergolong panas, sehingga nilai ambang rasa

    nyeri akan turun dan diikuti kenaikan kepekaan syaraf.

    C.IV. Pengaruh Anestesi Topikal

    Pada percobaan terakhir, daerah yang dihitamkan diolesi oleh anestesi

    topikal dan dibiarkan selama 10-15 menit sebelum dilakukan percobaan. Pada

    percobaan ini, didapatkan hasil bahwa mahasiswa percobaan tidak merasakan

    nyeri hingga intensitas radiasi sebesar 180 Volt pada detik ke 165, tetapi

    percobaan dihentikan untuk menjaga alat untuk tidak over heat. Mahasiswa coba

    merasakan nyeri lebih lambat karena anestesi topikal bersifat anastetik yaitu

    dingin dan menghambat reseptor nyeri termosensitif sesuai dengan fungsinya

    sebagai pain-reliever.

    4.2 Diskusi Jawaban Pertanyaan A. PALEO-SENSIBILITIES A.I. Rasa-Rasa Panas dan Dingin

    1. Pertanyaan : Pada percobaan dengan alkohol atau eter pada kulit, mula-mula

    ditimbulkan perasaan dingin dahulu kemudian disusul dengan perasaan panas.

    Terangkan!

    Jawab : Alkohol atau CH3COOH merupakan nama dari asam asetat yaitu larutan

    senyawa yang bersifat asam. Alkohol atau asam asetat dalam suhu ruangan

    berwujud cair dan memiliki titik didih yang cukup tinggi dibandingkan eter.

  • 20

    Ketika alkohol atau asam asetat bersentuhan dengan kulit dan kemudian diberikan

    tiupan akan timbul sensasi dingin akibat reaksi oksidasi alkohol yaitu reaksi

    pengikatan oksigen. Pada saat alkohol atau eter pertama bersentuhan dengan kulit,

    mula-mula timbul rasa dingin dahulu, kemudian disusul dengan perasaan panas.

    Hal inii dikarenakan oleh reaksi endoterm yang memerlukan panas untuk dapat

    menguap, dimana panas diambil dari tubuh kita saat alkohol dioleskan di tangan.

    Oleh karena itu, kita merasakan dingin saat alkohol menguap. Setelah alkohol

    telah menguap seluruhnya, tubuh akan kembali melakukan keseimbangan suhu

    dengan mengalirkan panas dari lingkungan menuju kulit, dalam hal ini adalah

    punggung tangan sehingga terasa panas dan kembali normal.

    2. Pertanyaan : Apakah rasa panas atau dingin itu dirasakan terus menerus?

    Terangkan!

    Jawab : Rasa panas atau dingin tidak dirasakan terus menerus karena pada

    percobaan yang menggunakan alcohol, alcohol terus menguap sehingga rasa

    dingin lama kelamaan akan hilang. Setelah alkohol menguap, tubuh akan

    menyesuaikan dengan suhu tubuh normal (homeostasis). Rasa dingin dari air es

    lebih cepat terasa daripada rasa panas, karena tubuh melepaskan kalor dan

    merasakan perubahan suhu yang cukup drastis, yaitu dari 37 Derajat Celcius

    (suhu normal tubuh) ke 0 derajat Celcius. Sedangkan rasa panas lebih cepat hilang

    karena tubuh melakukan kesetimbangan panas dengan menyerap panas dan air

    bersuhu lingkungan kurang lebih 37 derajat Celcius, dengan kata lain, perubahan

    suhu tidak terlalu besar.

    A.II. Reaksi-Reaksi di Kulit

    1. Pertanyaan : Di bagian manakah dari masing-masing rasa itu yang terpadat?

    Jawab : Dari percobaan diatas, untuk reaksi kulit yang menggunakan air panas,

    rasa yang terpadat adalah di bagian punggung tangan dan lengan bawah. Untuk

    reaksi kulit yang menggunakan air dingin, rasa yang terpadat ada pada bagian

    pipi, dan untuk reaksi kulit yang menggunakan pensil (sentuhan), rasa yang

    terpadat terdapat pada bagian kuduk. Jumlah ujung dingin atau hangat dalam

    setiap daerah permukaan tubuh sangat kecil, sehingga sulit untuk menilai

  • 21

    degradasi suhu bila daerah kecil dirangsang. Tetapi, apabila daerah tubuh yang

    luas dirangsang, isyarat suhu dari seluruh daerah tersebut dijumlahkan. Sejatinya

    seseorang dapat mencapai kemampuan maksimum untuk membedakan varian

    suhu yang kecil bila seluruh tubuh mengalami perubahan suhu secara serentak.

    Tetapi untuk percobaan ini, tentunya akan didapatkan hasil yang bervariasi,

    karena tergantung juga dengan ketebalan kulit, dan faktor-faktor lainnya. Untuk

    mahasiswa coba ini, bagian pipi merupakan bagian yang paling peka, sementara

    punggung tangan merupakan bagian yang kurang peka.

    B. NEO-SENSIBILITIES

    B.I. Lokalisasi Rasa Tekan (Tidak ada Pertanyaan)

    B.II. Diskriminasi Rasa Tekan (Two Points Discrimination)

    1. Pertanyaan : Adakah perbedaan diskriminasi bila ujung-uung jangka

    ditekankan secara simultant dan succesif?

    Jawab : Ada. Perbedaan yang terjadi saat percobaan di tempat tersebut

    menunjukkan bahwa di setiap bagian tubuh memiliki nilai ambang diskriminasi

    rasa tekan yang berbeda, tergantung pada kepadatan dari saraf reseptor raba. Dua

    rangsangan pada ujung jangka dapat dirasakan sebagai satu rangsangan bila kedua

    ujung jangka mengenai dua reseptor yang berbeda namun hanya dilayani oleh satu

    unit sensorik (simultant), dan akan terasa sebagai dua rangsangan bila dilayani

    oleh unit sensorik yang berbeda. Jarak minimum antara dua rangsangan yang

    masih bisa dirasakan terpisah disebut nilai ambang dua titik.

    B.III. Diskriminasi Kekuatan Rangsangan (Hukum Weber Frechner)

    1. Pertanyaan : Bagaimanakah hukum Weber-Fechner? Dapatkah hukum ini

    diperlihatkan dengan percobaan tersebut diatas?

    Jawab : Hukum Weber Frechner berbunyi Kemampuan untuk membedakan

    kekuatan rangsangan rasa-rasa pada umumnya tidak tergantung pada kekuatan

    mutlak dari rangsangan tersebut, tetapi pada perbedaan relatifnya.

    Hukum ini dapat diperlihatkan pada percobaan ini karena menurut hukum

    tersebut didapatkan bahwa sebuah rangsang yang didapatkan akan lebih rendah

    daripada stimulus yang diberikan sehingga beban akan terasa lebih ringan dari

  • 22

    beban asalnya. Hasil yang didapat adalah bahwa pada beban mula-mula yang

    lebih kecil, penambahan bebannya lebih segera terasa daripada beban mula-mula

    yang lebih besar.

    B.IV. Kemampuan Diskriminasi

    B.IV.A. Kemampuan Diskriminasi Kekasaran

    Apabila yang digosokkan tipe kertas gosok yang halus maka tidak akan

    terasa sakit, apabila yang digosokkan tipe kertas yang sedang maka akan terasa

    sedikit sakit, apabila yang digosokkan tipe kertas yang kasar maka akan terasa

    sakit karena permukaannya yang kasar yang apabila digosokkan di ujung jari

    maupun lengan bawah akan terasa sakit.

    B.IV.B. Kemampuan Diskriminasi Bentuk

    Gambar 3 : Jalur persyarafan

  • 23

    Terdapat berbagai macam reseptor, spesifik untuk beberapa rasa tertentu,

    diantaranya adalah :

    a. mechanoreceptors

    Reseptor ini mencakup kelompok yang paling besar dari reseptor sensorik.

    Reseptor ini dapat ditemukan pada kulit, otot, persedian, dan organ visceral, dan

    reseptor ini sensitif terhadap deformasi mekanis dari jaringan dan membran sel.

    Ada beberapa pendapat tentang tipe mekanoreseptor kulit yang membawakan

    berbagai sensasi pada kulit. Sentuhan yang ringan (light touch) dapat dideteksi

    oleh reseptor yang terletak superficial, seperti Meissners Corpuscle, Merkels

    disk, dan plexus saraf yang ditemukan pada akar dari rambut kulit, yaitu hair root

    plexi. Crude touch atau sentuhan yang kasar dan tekanan dideteksi oleh reseptor

    yang lebih dalam, seperti Krauses endbulb, Ruffinis ending, dan Pacinian

    corpuscle.

    b. Thermoreceptors dan nociceptors

    Sensasi panas dan dingin disampaikan oleh thermoreceptors, yang

    merupakan free nerve ending pada kulit. Sementara free nerve ending

    terspesialisasi yang lain, yaitu nociceptor, merespon pada rangsangan yang

    menyebabkan rasa nyeri.

    c. Chemoreceptors (untuk rangsangan kimiawi)

    d. Photoceptors (untuk rangsangan pada mata)

    C. RASA NYERI KULIT DAN OTOT

    1. Pertanyaan : Terangkan hasil-hasil yang saudara dapatkan dari ketiga

    percobaan tersebut di atas.

    Jawab :

    a. Normal

    Pada keadaan normal mahasiswa coba merasakan rasa nyeri dimana rasa

    tersebut menusuk dengan ukuran 120 volt dan rasa panas dan nyeri tersebut

    terjadi pada 2 menit 3 detik.

  • 24

    b. Percobaan pengaruh mengalihkan perhatian

    Mahasiswa coba tidak merasakan rasa nyeri yang menusuk sehingga

    voltase yang dicapai 140 volt dan waktu yang dicapai yakni 2 menit 16 detik. Ini

    sesuai dengan teori yakni nilai ambang rasa nyeri yang dihasilkan meningkat

    (naik).

    c. Pengaruh hiperaemia

    Untuk percobaan ini (pengaruh hiperaemia) menggunakan balsam

    sehingga hasilnya mahasiswa coba merasakan nyeri pada waktu 2 menit 14 detik,

    dengan intensitas radiasi sebesar 140 volt, yakni sama dengan percobaan

    pengaruh pengalihan perhatian.

    d. Pengaruh anestetika topical

    Mahasiswa coba memiliki toleransi nyeri yang paling tinggi setelah diolesi

    oleh anestestika topikal, yaitu lebih dari 180 volt pada menit ke 2 lebih 45

    detik. Hal ini dapat disebabkan oleh karena pengaruh anestesi yang

    meredakan rasa nyeri dan menyebabkan nilai ambang nyeri lebih tinggi.

  • 25

    5. DAFTAR PUSTAKA

    Kapit, W., Macey, R. I., Meisami, E. 1987. The Physiology Coloring Book. 1st

    edition. New York : HarperCollins Publisher

    Guyton, A.C., Hall, J. E. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta

    : EGC

    Ganong, W. F. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. Jakarta : EGC