Upload
felicialesmanaa
View
284
Download
20
Tags:
Embed Size (px)
DESCRIPTION
praktikum faal indera perasa
Citation preview
INDERA RASA KULIT
Penyusun :
1. Rega Maurischa 021211131057
2. Setian Fitri Sayekti 021211131058
3. Viviana Saputra 021211131059
4. Risky Anita Oktaviani 021211131060
5. Cynthia Nur Malikfa N. 021211131061
6. Ardista Rani Lestari 021211131062
7. Belgiz Anasis 021211131063
8. Arvia Diva Firstiana 021211131066
9. Putrinadia Farisqaghina P. 021211131067
10. Yeni Puspitasari 021211131072
11. Felicia Lesmana 021211132001
12. Imam Rananda 021211132016
13. Rois Kholilullah 021211132018
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS AIRLANGGA
2013
1
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teori Mekanisme sensoris yang dapat dirasakan dibagi menjadi dua golongan
menurut phylogenesisnya, jalur-jalur saraf spinalnya, dan daerah cortex cerebri di
mana mereka diintegrasikan.
Golongan pertama adalah paleo-sensibilities, yang meliputi rasa primitif,
atau rasa-rasa yang vital, yaitu rasa raba, tekan, nyeri, dingin, dan panas. Saraf-
saraf afferen dari rasa-rasa ini bersinap dengan interneuron-interneuron yang
bersinap lagi dengan motor-motor neuron dari medulla spinalis dan juga dengan
thalamus dan cortex cerebri melalui tractus spinothalmicus.
Golongan kedua adalah Gnostic atau neo-sensibilities, yang meliputi rasa-
rasa yang sangat didiferensiasikan. Saraf-saraf afferen dari rasa-rasa ini
menghantarkan impuls-impuls yang terutama dialirkan melalui tractus
dorsospinalis ke daerah sensoris di dalam cortex cerebri setelah diintegrasikan
seperlunya.
1.2 Masalah a. Apakah rasa panas dan dingin ditentukan oleh suhu suatu benda atau hal
yang lain?
b. Apakah reaksi di setiap bagian kulit sama untuk perangsang yang sama?
c. Apakah lokasi rasa tekan dapat ditentukan dengan tepat walaupun dengan
mata yang tertutup?
d. Sejauh berapakah dua titik dapat didiferensiasikan?
e. Bagaimana membedakan kekuatan rangsangan suatu benda?
f. Bagaimana membedakan bentuk benda dengan mata tertutup?
g. Seberapa kuat suatu rangsangan supaya seseorang dapat mulai merasakan
nyeri?
h. Apakah pengalihan perhatian dapat meningkatkan nilai ambang nyeri?
i. Apakah pengaruh hiperaemia dan anestesi tropikal?
2
1.3 Tujuan
Tujuan dari dilakukannya percobaan ini adalah unutk mengetahui bagaimana
suatu rangsangan dapat dipersepsikan melalui kulit, dan juga bagaimana rasa
nyeri dapat dirasakan.
2. METODE KERJA 2.1 Alat
A. I. Rasa-Rasa Panas dan Dingin
a. Bak (3 buah) untuk tempat air
b. Termometer
A. II. Reaksi-Reaksi di Kulit
a. Spidol
b. Kerucut Kuningan
c. Pensil yang ujungnya tumpul
B. I. Lokalisasi Rasa Tekan a. Pensil
B. II. Diskriminasi Rasa Tekan (Two Points Discrimination)
a. Jangka
b. Penggaris
B. III. Diskriminasi Kekuatan Rangsangan (Hukum Weber-
Fechner)
a. Kotak timbangan
b. Beban 5 gr, 10 gr, 50 gr, dan 100 gr
B. IV. Kemampuan Diskriminasi
B. IV. (1) Kemampuan Diskriminasi Kekasaran
a. Kertas Penggosok
3
B. IV. (2) Kemampuan Diskriminasi Bentuk
a. Benda kecil yang tersedia dalam bentuk lingkaran, persegi
panjang, bulat, dan lain-lain)
C. I. Rasa Nyeri Kulit dan Otot
a. Hardy-Wolff
b. Stopwatch
c. Spidol
C. I. (2) Pengaruh Hiperaemia
a. Balsem
C. I. (3) Pengaruh Anestesi Topikal
a. Anestesi topical (benzokain)
2.2 Bahan A. I. Rasa-Rasa Panas dan Dingin
a. Air es; Air panas 40o C; Air dengan suhu kamar (air PDAM)
b. Alkohol atau eter
A. II. Reaksi-Reaksi di Kulit a. Air dingin dan air 400 C
2.3 Tata Kerja PALEO-SENSIBILITIES
A. I. Rasa-Rasa Panas dan Dingin Percobaan Pertama
a. 3 buah bak yang masing-masing telah berisi air es, air panas
400 C, dan air dengan suhu kamar disediakan.
b. Telunjuk kanan dimasukkan ke dalam air es dan telunjuk kiri
ke dalam air 400 C.
c. Kemudian dengan segera kedua telunjuk dimasukkan ke dalam
bak ketiga yang berisi air dengan suhu kamar.
4
d. Perasaan yang dialami dicatat dan diceritakan.
Percobaan Kedua
a. Punggung tangan ditempelkan +/- 10 cm di depan mulut dan
kulit tangan tersebut ditiup secara perlahan-lahan. Rasa yang
dialami dicatat.
b. Punggung tangan tersebut dibasahi terlebih dahulu, kemudian
ditiup seperti percobaan diatas. Rasa yang dialami juga dicatat.
c. Punggung tersebut diolesi dengan alkohol atau eter terlebih
dahulu, kemudian ditiup lagi. Rasa yang dialami dicatat.
A. II. Reaksi-Reaksi di Kulit Rasa-rasa panas, dingin, raba/tekan dan nyeri dihantarkan oleh
serat saraf yang terpisah yang menghubungkan titik di kulit.
Kepadatan titik-titik reseptor rasa di berbagai tempat di kulit
tidaklah sama.
a. Telapak tangan kiri diletakkan di atas meja dan suatu daerah
3x3 cm ditandai dengan stempel yang telah tersedia. Mata
orang coba ditutup.
b. Secara teratur, garis-garis sejajar titik-titik panas diselidiki
dengan menggunakan kerucut kuningan yang telah direndam di
dalam air panas 500 C (Sebelum diletakkan pada telapak
tangan, kerucut tersebut dikeringkan dulu dengan handuk).
Titik-titik tersebut diberi tanda dengan tinta hitam.
c. Percobaan di atas dilakukan untuk menentukan titik-titik dingin
dengan menggunakan kerucut kuningan yang telah direndam di
dalam air es.
d. Percobaan tersebut dilakukan untuk menentukan titik tekan
dengan menggunakan pensil yang tumpul.
e. Gambar tangan dibuat diatas kertas putih dan titik-titik rasa
dituliskan ke dalamnya.
f. Percobaan tersebut (b sampai d) dilakukan untuk daerah-daerah
lengan bawah, kuduk, dan pipi.
5
NEO-SENSIBILITIES
B. I. Lokalisasi Rasa Tekan a. Mata orang percobaan ditutup, kemudian ujung pensil
ditekankan dengan kuat pada ujung jarinya.
b. Orang percobaan disuruh menunjukkan dengan pensil tempat
yang telah dirangsang tersebut. Jarak antara titik rangsangan
dengan titik yang ditunjuk oleh orang coba ditentukan dalam
millimeter.
c. Percobaan tersebut diulangi tiga kali dan jarak rata-ratanya
ditentukan.
d. Percobaan tersebut dilakukan untuk daerah-daerah telapak
tangan, lengan bawah, lengan atas, pipi, dan kuduk.
B. II. Diskriminasi Rasa Tekan (Two Points Discrimination) a. Mata orang percobaan ditutup, kemudian kedua ujung jangka
secara serentak (simultant) diletakkan pada ujung jarinya.
b. Mula-mula jarak ujung jangka yang kecil diambil sehingga
orang percobaan belum dapat membedakan dua titik; kemudian
jarak kedua ujung jangka diperbesar setiap kali sebesar 2 mm,
sehingga tepat dapat dibedakan dua titik oleh orang percobaan.
c. Percobaan ini diulangi dengan jarak ujung jangka yang besar
dahulu, kemudian dikecilkan setiap kali dengan 2 mm sampai
ambang diskriminasi. Jarak rata-rata diambil dari tindakan b
dan c.
d. Percobaan a sampai c dilakukan, tetapi sekarang dengan
menekankan kedua ujung jangka secara berturut-turut
(successif).
e. Cara-cara tersebut dapat menentukan nilai ambang diskriminasi
dua titik untuk daerah-daerah kuduk, bibir, dan pipi.
6
B. III. Diskriminasi Kekuatan Rangsangan (Hukum Weber-
Fechner)
a. Mata orang percobaan ditutup dan tangannya diletakkan di atas
meja dengan telapak tangan menghadap ke atas.
b. Kotak timbangan dengan berat 5 gr di dalamnya diletakkan
pada ujung-ujung jarinya.
c. Suatu beban ditambahkan setiap kali ke dalam kotak timbangan
sampai orang percobaan tepat dapat membedakan tambahan
berat. Berat permulaan (+kotak timbangan) dicatat beserta
berat terakhir itu.
d. Percobaan no.2 dan 3 dilakukan dengan beban mula-mula di
dalam kotak berturut-turut 10 gr, 50 gr, dan 100 gr.
B. IV. Kemampuan Diskriminasi
B. IV. (1) Kemampuan Diskriminasi Kekasaran
a. Orang percobaan disuruh meraba kertas penggosok yang
berbeda derajat kekasarannya dengan ujung jarinya dalam
keadaan mata tertutup.
b. Tentukan daya pembedaannya.
c. Percobaan diulangi dengan lengan bawahnya.
B. IV. (2) Kemampuan Diskriminasi Bentuk
a. Dengan mata tertutup, orang percobaan disuruh untuk
memegang benda-benda kecil yang tersedia dalam berbagai
bentuk dan benda-benda tersebut harus disebutkan (lingkaran,
persegi panjang, segitiga, bulat, lonjong, dan lain-lain).
b. Percobaan tersebut diulangi dengan lengan bawahnya.
C. I. Rasa Nyeri Kulit dan Otot
Untuk percobaan ini dipakai alat dari Hardy-Wolff, yaitu terdiri
dari lampu proyeksi yang dapat memusatkan sinar-sinarnya untuk
menembus suatu lubang (diafragma). Kekuatan radiasi sinar
7
ditentukan dengan sebuah rheostat yang disusun seri dengan lampu.
Lama penyinaran diukur dengan stopwatch.
a. Penyinaran dilakukan dengan kekuatan radiasi yang rendah
selama 10 detik (pada tiap tingkat radiasi). Untuk itu haruslah
diatur dengan rheostat.
b. Tindakan (b) dilakukan dengan setiap kali menggeser tombol
rheostat, sampai orang percobaan merasa nyeri seperti ditusuk-
tusuk.
c. Angka yang ditunjuk rheostat dan lama penyinarannya dalam
detik dicatat. Ini merupakan nilai ambang rasa nyeri orang
percobaan.
C. I. (1) Pengaruh Mengalihkan Perhatian
a. Tindakan a sampai c diulangi, tetapi sekarang dengan
mengalihkan perhatian orang percobaan. Hal ini dapat
dilaksanakan dengan menyuruh orang percobaan menggaruk-
garuk kepalanya, mengajak bicara, menggelitik, atau cara-cara
pengalihan perhatian lain yang serupa.
b. Besarnya radiasi dan waktu radiasi yang didapat dicatat.
C. I. (2) Pengaruh Hiperaemia
a. Kulit yang telah dihitamkan digosok dengan balsem yang telah
tersedia, kemudian tindakan diulangi dari a sampai c.
b. Hasil yang didapat dicatat.
C. I. (3) Pengaruh Anestesi Topikal
a. Kulit yang telah dihitamkan dioleskan dengan anestetika topical
(benzokain) yang telah tersedia, kemudian tindakan a sampai c
diulangi.
b. Hasil yang didapat dicatat.
8
3. HASIL A. PALEO-SENSIBILITIES
A.I.I. Rasa-Rasa Panas dan Dingin
Mahasiswa coba : Risky Anita Octaviani
Telunjuk kanan : biasa
Telunjuk kiri : dingin
2. Mahasiswa coba : Felicia Lesmana
a. Biasa
b. Dingin
c. Paling dingin, kemudian berubah menjadi agak hangat
A.II. Reaksi-reaksi di Kulit
Mahasiswa coba : Imam Rananda
Gambar 1: Gambar tabel percobaan reaksi-reaksi di kulit
9
Gambar 2 : Hasil percobaan disusun secara rapi dengan diketik
Keterangan:
- Air Panas : - Air Dingin
Punggung tangan : 8 Punggung tangan : 20
Lengan bawah : 8 Lengan Bawah : 17
Pipi : 3 Pipi : 27
Kuduk : 7 Kuduk : 18
- Tekan (menggunakan pensil) :
Punggung tangan : 13 Pipi : 17
Lengan bawah : 18 Kuduk : 23
10
B. NEO-SENSIBILITIES
B.I. Lokalisasi Rasa Tekan
Mahasiswa Coba : Ardista Rani Lestari
Lokasi/
Percobaan
Ujung Jari Telapak
Tangan
Lengan
Bawah
Lengan
Atas
Kuduk Pipi
1 1 mm 3 mm 30 mm 18 mm 3 mm 3 mm
2 2 mm 0 mm 19 mm 8 mm 6 mm 0 mm
3 4 mm 12 mm 4 mm 6 mm 3 mm 4 mm
Rata-Rata 2,3 mm 5 mm 17,7 mm 10,7 mm 4 mm 2,3 mm Tabel 1. Lokalisasi rasa tekan
B.II. Diskriminasi Rasa Tekan (Two Points Discrimination)
Mahasiswa coba : Yeni Puspitasari
Lokasi/Jarak
ujung jangka
Ujung jari Kuduk Pipi Bibir
1 - - - -
3 - - - -
5 - - - -
7 + - + +
9 -
11 -
13 +
15 Tabel 2. Percobaan secara simulltant, dari jarak kedua ujung jangka terkecil terbesar
Keterangan : Tanda (-) terasa 1 titik
Tanda (+) terasa 2 titik
11
Lokasi/
Jarak kedua
ujung jangka
Ujung jari Kuduk Pipi Bibir
15 mm - + - -
13 mm - - -
11 mm - + -
9 mm - -
7 mm - -
5 mm + -
3 mm +
Tabel 3. Percobaan secara simultant, dari jarak kedua ujung jangka terbesar terkecil
Keterangan : Tanda (-) terasa 2 titik
Tanda (+) terasa 1 titik
Lokasi/
Jarak kedua
ujung jangka
Ujung jari Kuduk Pipi Bibir
1 mm - - - -
3 mm - - - -
5 mm - - - -
7 mm + - - -
9 mm - - +
11 mm - -
13 mm + -
15 mm -
17 mm +
Tabel 4. Percobaan secara successif, dari jarak kedua ujung jangka terkecil terbesar
Keterangan : Tanda (-) terasa 1 titik
Tanda (+) terasa 2 titik
12
Lokasi/
Jarak kedua
ujung jangka
Ujung jari Kuduk Pipi Bibir
15 mm - - - -
13 mm - - + -
11 mm - + -
9 mm - -
7 mm - -
5 mm + -
3 mm +
Tabel 5. Percobaan secara successif, dari jarak kedua ujung jangka terbesar terkecil
Keterangan : Tanda (-) terasa 2 titik
Tanda (+) terasa 1 titik
Lokasi/
Percobaan
Ujung jari Kuduk Pipi Bibir
Simultant I 7 mm 13 mm 7 mm 7 mm
Simultant II 5 mm 15 mm 11 mm 3 mm
Successif I 7 mm 13 mm 17 mm 9 mm
Successif II 5 mm 11 mm 13 mm 7 mm
Rata-rata 6 mm 13 mm 12 mm 6,5 mm
Tabel 6. Rata-rata dari keempat percobaan
13
B.III. Diskriminasi Kekuatan Rangsangan (Hukum Weber-Fechner)
Mahasiswa coba : Rois Kholilullah
Tabel 7. Diskriminasi Kekuatan Rangsangan
B.IV. Kemampuan Diskriminasi
B.IV.a. Kemampuan Diskriminasi Kekasaran
Mahasiswa coba : Arvia Diva
Tabel 8. Kemampuan Diskriminasi Kekasaran
Ket: + Terasa adanya penambahan beban Tidak terasa adanya penambahan beban
Massa beban Penambahan 5 gr 10 gr 50 gr 100 gr
+10 - + - - +10 + - - + +10 + + + - +10 + - + - +10 + + + + +10 + + + + +10 + + - + +10 + + - - +10 + + - - +10 + + - -
LOKASI
NO.
KERTAS GOSOK
Ujung Jari Lengan Bawah
1. I. Halus + +
2. II. Sedang + +
3. III. Kasar + +
14
B.IV.b. Kemampuan Diskriminasi Bentuk
Mahasiswa coba : Cyntia Malikfa
LOKASI
NO.
JENIS BENTUK
Telapak Tangan Lengan Bawah
1. ( PERSEGI ) + +
2. ( SEGIENAM ) - +
3. ( OVAL ) - +
Tabel 9. Kemampuan Diskriminasi Bentuk
C. RASA NYERI KULIT DAN OTOT
Mahasiswa coba : Rois Kholilullah
Nilai ambang
rasa nyeri
C.I. Kondisi
normal
C.II. Pengaruh
mengalihkan
perhatian
C.III.
Pengaruh
hiperaemia
C.IV.
Pengaruh
anestetika
topical
Besar radiasi 120 V 140 V 140 V 180+ V
Waktu
radiasi
1 menit 3
detik
1 menit 16
detik
1 menit 14
detik
1 menit 45
detik
Tabel 10. Rasa nyeri kulit dan otot
15
4. PEMBAHASAN 4.1 Diskusi Hasil
A. PALEO-SENSIBILITIES A.I. Rasa-Rasa Panas dan Dingin
Percobaan untuk mendeteksi rasa panas dan dingin dilakukan dengan
memasukkan telunjuk ke dalam air es, air panas 40oC, dan air pada suhu kamar
(air PDAM). Jari telunjuk yang dimasukkan ke dalam air es lalu dimasukkan ke
dalam air dengan suhu kamar (air PDAM) terasa lebih hangat, sedangkan jari
telunjuk yang dimasukkan ke dalam air panas 400 C terasa lebih dingin saat
dimasukkan ke dalam air dengan suhu kamar (air PDAM). Hal ini disebabkan
karena adanya perbandingan atau perbedaan relatif indera rasa kita saat merasakan
panas atau dingin, bukan kekuatan mutlak dari suhu suatu benda. Hal ini
memperlihatkan adanya gradasi termal yaitu gradasi panas dan dingin, mula-mula
dari dingin menjadi sejuk sampai biasa lalu hangat kemudian biasa. Organ indera
suhu merupakan ujung saraf bebas yang berespon terhadap suhu absolut. Afferen
hangat dan dingin akan menyiarkan informasi ke gyrus post centralis melalui
tractus spinothalmicus lateralis dan radiation thalamica. Rasa panas dan dingin
dapat dirasakan dari daerah tubuh yang mengandung ujung saraf bebas.
Pada saat telunjuk kanan dicelupkan ke air panas, ada rasa seperti tertursuk
karena air berada di atas suhu tubuh. Saat telunjuk dipindahkan ke air suhu
ruangan, secara normal kulit akan mempertahankan keseimbangan suhunya
dengan cara menstabilkan pemasukan dan pengeluaran panas. Cara
menyeimbangkannya dengan mengalirkan suhu yang lebih tinggi ke suhu yang
lebih rendah. Tentu telunjuk yang tercelup oleh air suhu 400 C yang lebih cepat
kembali ke suhu normal, karena rentang suhunya ke suhu normal tubuh (370 C)
lebih dekat dibandingkan dengan air es.
A.II. Reaksi-Reaksi di Kulit
Telapak tangan merupakan tempat dimana terdapat paling banyak titik
rasa. Hal ini disebabkan oleh karena indera rasa di bagian ini paling sering
mendapatkan rangsangan. Hal yang sama terjadi pada kuduk, yang tingkat
kepekaannya hampir sama dengan telapak tangan. Sementara bagian lengan
16
bawah dan pipi kurang peka karena jarang diberikan rangsangan pada tempat
tersebut.
Pada percobaan meniup punggung tangan, mahasiswa coba merasa dingin
karena terjadi penguapan pada permukaan punggung tangan dengan mengambil
panas dari kulit. Saat punggung tangan dibasahi oleh air kemudia ditiup, air akan
menyerap kalor untuk menguap, tetapi proses penguapan air lebih lama
dibandingkan dengan proses penguapan alkohol. Maka dari itu, saat mahasiswa
coba mengoleskan alkohol terlebih dahulu, tiupan akan terasa lebih dingin
dibanding saat diberi air. Hal ini disebabkan karena titik penguapan alkohol lebih
rendah dari air sehingga mengambil kalor lebih banyak dari permukaan kulit dan
mahasiswa coba merasa lebih dingin.
Pada percobaan dengan alkohol pada kulit, mula-mula timbul rasa dingin
disusul rasa panas. Rasa dingin ini disebabkan oleh penguapan alkohol, tetapi
karena proses penguapan alkohol berlangsung cepat, maka lama-kelamaan
alkohol menguap habis dan suhu permukaan kulit kembali normal. Saat
permukaan kulit kembali ke suhu normal, mahasiswa coba merasakan panas
karena kulit mengalami kenaikan suhu.
Dari hasil percobaan tersebut dapat disimpulkan :
Bila suatu rangsang tetap diberikan secara terus-menerus pada suatu
reseptor, frekuensi potensial aksi di saraf sensorik lama-kelamaan akan
menurun.
Informasi mengenai lingkungan internal dan eksternal dapat mengaktifkan
SSP melalui berbagai reseptor sensorik. Reseptor-reseptor itu adalah
transduser yang mengubah berbagai bentuk energi di dalam lingkungan
menjadi potensial aksi di neuron. Reseptor sensorik dapat merupakan
bagian dari neuron atau sel khusus yang membangkitkan potensial aksi di
neuron.
Reseptor sensorik sering kali bersatu dengan sel non saraf yang
melingkupinya dan membentuk alat indera. Bentuk energi tertentu ketika
reseptor ini paling sensitif dinamakan rangsangan yang adekuat.
17
B.I. Lokalisasi Rasa Tekan
Pada percobaan ini, orang percobaan diberikan rangsangan berupa tekanan
menggunakan ujung pensil pada daerah-daerah berbeda seperti ujung jari, telapak
tangaj, lengan bawah, lengan atas, kuduk, dan pipi. Lokalisasi rasa tekan
dipengaruhi oleh reseptor badan meissner (corpuscle meissner). Badan meissner
ini banyak terdapat pada ujung jari dan pipi, hal ini dibuktikan pada percobaan
tersebut jarak rata-rata antara titik penekanan ujung pensil dengan yang ditunjuk
orang percobaan pada ujung jari adalah 2,3 mm, pada telapak tangan 5 mm, pada
lengan atas 17, 67 mm, pada lengan bawah 10,67 mm, pada kuduk 4 mm, dan
pada pipi 2,3 mm.
Jarak yang paling kecil menunjukkan banyaknya reseptor badan meissner
yang terdapat pada daerah tersebut, sehingga semakin banyak reseptor pada
meissner pada suatu daerah tubuh maka semakin sensitif/ peka daerah tubuh
tersebut terhadap rangsangan.
B. II. Diskriminasi Rasa Tekan
Pada percobaan ini orang percobaan diberi penekanan dengan ujung
jangka pada ujung jari, kuduk, pipi dan bibir secara simultant (serentak) maupun
successif (berturut-turut). Hasil rata-rata pada hasil percobaan menunjukkan
bahwa daerah ujung jari memiliki tingkat sensitivitas/kepekaan paling tinggi
dengan rata-rata sebesar 6 mm, sedangkan kuduk memiliki rata-rata 13 mm, pipi
12 mm, dan bibir 6,5 mm.
B.III. Diskriminasi Kekuatan Rangsangan (Hukum Weber-Fechner)
Pada percobaan ini, mahasiswa coba sudah dapat merasakan penambahan
beban ketika penambahan bebannya belum terlalu besar, contohnya pada saat
massa beban awal yang diberikan adalah 5 gr, dengan penambahan 10 gr saja
mahasiswa sudah dapat merasakan adanya penambahan beban. Mahasiswa coba
paling banyak merasakan penambahan beban saat massa beban awal 5 gr.
Percobaan ini adalah untuk membuktikan hukum Weber-Fechner yang berbunyi,
kemampuan membedakan kekuatan rangsangan rasa-rasa pada umumnya tidak
18
tergantung pada kekuatan mutlak rangsangan tersebut, tetapi pada perbedaan
relatifnya.
B.IV. Kemampuan Diskriminasi
Pada percobaan kemampuan diskriminasi bentuk, orang coba tidak dapat
membedakan dengan tepat bentuk yang diletakkan pada telapak tangannya,
kecuali bentuk persegi. Tetapi, mahasiswa coba dapat membedakan bentuk saat
diletakkan pada lengan bawahnya. Hal ini agak bertentangan dengan teori bahwa
lebih banyak reseptor yang terdapat pada telapak tangan, sehingga seharusnya
telapak tangan dapat mendiskriminasikan benda secara lebih baik. Pada percobaan
kemampuan diskriminasi kekasaran, mahasiswa coba dapat membedakan derajat
kekasaran dari bahan yang dicobakan, baik pada telapak tangan maupun pada
lengan bawah.
C. RASA NYERI KULIT DAN OTOT
C.I. Normal
Pada keadaan pertama, mahasiswa coba tidak diberikan gangguan apapun
dan berkonsentrasi terhadap percobaan. Suatu daerah di lengan bawah diberi
tanda dengan spidol hitam dan disinari oleh sinar Hardy-Wolfer, dengan jarak
sekitar 1 cm. Mahasiswa merasa nyeri pada saat intensitas radiasi mencapai 120
Volt pada detik ke 123. Percobaan pertama ini bertujuan sebagai kontrol.
C.II. Pengaruh Mengalihkan Perhatian
Pada percobaan kedua, pengkondisian mahasiswa coba kurang lebih sama
seperti percobaan pertama, hanya bedanya konsentrasi mahasiswa dialihkan
dengan diajak berbicara tentang hal-hal yang ia senangi. Didapati mahasiswa coba
merasakan nyeri pada 140 Volt pada detik ke 136. Hasil yang didapat sesuai
dengan teori. Penyebab proses pengalihan mahasiswa coba menyebabkan naiknya
nilai ambang rasa nyeri. Hal ini disebabkan banyaknya impuls yang diterima
gyrus post sentralis atau SSA 1 sehingga impuls nyeri yang seharusnya dikirim ke
SSP teralihkan. Kemungkinan lain, manusia dapat menghasilkan beta-endorphin
19
yang dapat berfungsi sebagai anestesi alami pada saat manusia mengalami
perasaan senang.
C.III. Pengaruh Hiperaemia
Pada percobaan ketiga, situasi yang berbeda adalah bagian yang disinari
diolesi balsem. Hasilnya kurang lebih sama dengan percobaan kedua, yaitu
mahasiswa coba mulai merasakan nyeri pada intensitas radiasi 140 V pada detik
ke 134. Percobaan dengan balsem menunjukkan suatu respon pada kulit yaitu
terjadi peningkatan jumlah daerah yang terpapar. Hal ini disebabkan oleh
vasodilatasi pada pembuluh darah yang sebelumnya tertusuk. Kondisi ini diawali
dengan pengolesan balsem yang tergolong panas, sehingga nilai ambang rasa
nyeri akan turun dan diikuti kenaikan kepekaan syaraf.
C.IV. Pengaruh Anestesi Topikal
Pada percobaan terakhir, daerah yang dihitamkan diolesi oleh anestesi
topikal dan dibiarkan selama 10-15 menit sebelum dilakukan percobaan. Pada
percobaan ini, didapatkan hasil bahwa mahasiswa percobaan tidak merasakan
nyeri hingga intensitas radiasi sebesar 180 Volt pada detik ke 165, tetapi
percobaan dihentikan untuk menjaga alat untuk tidak over heat. Mahasiswa coba
merasakan nyeri lebih lambat karena anestesi topikal bersifat anastetik yaitu
dingin dan menghambat reseptor nyeri termosensitif sesuai dengan fungsinya
sebagai pain-reliever.
4.2 Diskusi Jawaban Pertanyaan A. PALEO-SENSIBILITIES A.I. Rasa-Rasa Panas dan Dingin
1. Pertanyaan : Pada percobaan dengan alkohol atau eter pada kulit, mula-mula
ditimbulkan perasaan dingin dahulu kemudian disusul dengan perasaan panas.
Terangkan!
Jawab : Alkohol atau CH3COOH merupakan nama dari asam asetat yaitu larutan
senyawa yang bersifat asam. Alkohol atau asam asetat dalam suhu ruangan
berwujud cair dan memiliki titik didih yang cukup tinggi dibandingkan eter.
20
Ketika alkohol atau asam asetat bersentuhan dengan kulit dan kemudian diberikan
tiupan akan timbul sensasi dingin akibat reaksi oksidasi alkohol yaitu reaksi
pengikatan oksigen. Pada saat alkohol atau eter pertama bersentuhan dengan kulit,
mula-mula timbul rasa dingin dahulu, kemudian disusul dengan perasaan panas.
Hal inii dikarenakan oleh reaksi endoterm yang memerlukan panas untuk dapat
menguap, dimana panas diambil dari tubuh kita saat alkohol dioleskan di tangan.
Oleh karena itu, kita merasakan dingin saat alkohol menguap. Setelah alkohol
telah menguap seluruhnya, tubuh akan kembali melakukan keseimbangan suhu
dengan mengalirkan panas dari lingkungan menuju kulit, dalam hal ini adalah
punggung tangan sehingga terasa panas dan kembali normal.
2. Pertanyaan : Apakah rasa panas atau dingin itu dirasakan terus menerus?
Terangkan!
Jawab : Rasa panas atau dingin tidak dirasakan terus menerus karena pada
percobaan yang menggunakan alcohol, alcohol terus menguap sehingga rasa
dingin lama kelamaan akan hilang. Setelah alkohol menguap, tubuh akan
menyesuaikan dengan suhu tubuh normal (homeostasis). Rasa dingin dari air es
lebih cepat terasa daripada rasa panas, karena tubuh melepaskan kalor dan
merasakan perubahan suhu yang cukup drastis, yaitu dari 37 Derajat Celcius
(suhu normal tubuh) ke 0 derajat Celcius. Sedangkan rasa panas lebih cepat hilang
karena tubuh melakukan kesetimbangan panas dengan menyerap panas dan air
bersuhu lingkungan kurang lebih 37 derajat Celcius, dengan kata lain, perubahan
suhu tidak terlalu besar.
A.II. Reaksi-Reaksi di Kulit
1. Pertanyaan : Di bagian manakah dari masing-masing rasa itu yang terpadat?
Jawab : Dari percobaan diatas, untuk reaksi kulit yang menggunakan air panas,
rasa yang terpadat adalah di bagian punggung tangan dan lengan bawah. Untuk
reaksi kulit yang menggunakan air dingin, rasa yang terpadat ada pada bagian
pipi, dan untuk reaksi kulit yang menggunakan pensil (sentuhan), rasa yang
terpadat terdapat pada bagian kuduk. Jumlah ujung dingin atau hangat dalam
setiap daerah permukaan tubuh sangat kecil, sehingga sulit untuk menilai
21
degradasi suhu bila daerah kecil dirangsang. Tetapi, apabila daerah tubuh yang
luas dirangsang, isyarat suhu dari seluruh daerah tersebut dijumlahkan. Sejatinya
seseorang dapat mencapai kemampuan maksimum untuk membedakan varian
suhu yang kecil bila seluruh tubuh mengalami perubahan suhu secara serentak.
Tetapi untuk percobaan ini, tentunya akan didapatkan hasil yang bervariasi,
karena tergantung juga dengan ketebalan kulit, dan faktor-faktor lainnya. Untuk
mahasiswa coba ini, bagian pipi merupakan bagian yang paling peka, sementara
punggung tangan merupakan bagian yang kurang peka.
B. NEO-SENSIBILITIES
B.I. Lokalisasi Rasa Tekan (Tidak ada Pertanyaan)
B.II. Diskriminasi Rasa Tekan (Two Points Discrimination)
1. Pertanyaan : Adakah perbedaan diskriminasi bila ujung-uung jangka
ditekankan secara simultant dan succesif?
Jawab : Ada. Perbedaan yang terjadi saat percobaan di tempat tersebut
menunjukkan bahwa di setiap bagian tubuh memiliki nilai ambang diskriminasi
rasa tekan yang berbeda, tergantung pada kepadatan dari saraf reseptor raba. Dua
rangsangan pada ujung jangka dapat dirasakan sebagai satu rangsangan bila kedua
ujung jangka mengenai dua reseptor yang berbeda namun hanya dilayani oleh satu
unit sensorik (simultant), dan akan terasa sebagai dua rangsangan bila dilayani
oleh unit sensorik yang berbeda. Jarak minimum antara dua rangsangan yang
masih bisa dirasakan terpisah disebut nilai ambang dua titik.
B.III. Diskriminasi Kekuatan Rangsangan (Hukum Weber Frechner)
1. Pertanyaan : Bagaimanakah hukum Weber-Fechner? Dapatkah hukum ini
diperlihatkan dengan percobaan tersebut diatas?
Jawab : Hukum Weber Frechner berbunyi Kemampuan untuk membedakan
kekuatan rangsangan rasa-rasa pada umumnya tidak tergantung pada kekuatan
mutlak dari rangsangan tersebut, tetapi pada perbedaan relatifnya.
Hukum ini dapat diperlihatkan pada percobaan ini karena menurut hukum
tersebut didapatkan bahwa sebuah rangsang yang didapatkan akan lebih rendah
daripada stimulus yang diberikan sehingga beban akan terasa lebih ringan dari
22
beban asalnya. Hasil yang didapat adalah bahwa pada beban mula-mula yang
lebih kecil, penambahan bebannya lebih segera terasa daripada beban mula-mula
yang lebih besar.
B.IV. Kemampuan Diskriminasi
B.IV.A. Kemampuan Diskriminasi Kekasaran
Apabila yang digosokkan tipe kertas gosok yang halus maka tidak akan
terasa sakit, apabila yang digosokkan tipe kertas yang sedang maka akan terasa
sedikit sakit, apabila yang digosokkan tipe kertas yang kasar maka akan terasa
sakit karena permukaannya yang kasar yang apabila digosokkan di ujung jari
maupun lengan bawah akan terasa sakit.
B.IV.B. Kemampuan Diskriminasi Bentuk
Gambar 3 : Jalur persyarafan
23
Terdapat berbagai macam reseptor, spesifik untuk beberapa rasa tertentu,
diantaranya adalah :
a. mechanoreceptors
Reseptor ini mencakup kelompok yang paling besar dari reseptor sensorik.
Reseptor ini dapat ditemukan pada kulit, otot, persedian, dan organ visceral, dan
reseptor ini sensitif terhadap deformasi mekanis dari jaringan dan membran sel.
Ada beberapa pendapat tentang tipe mekanoreseptor kulit yang membawakan
berbagai sensasi pada kulit. Sentuhan yang ringan (light touch) dapat dideteksi
oleh reseptor yang terletak superficial, seperti Meissners Corpuscle, Merkels
disk, dan plexus saraf yang ditemukan pada akar dari rambut kulit, yaitu hair root
plexi. Crude touch atau sentuhan yang kasar dan tekanan dideteksi oleh reseptor
yang lebih dalam, seperti Krauses endbulb, Ruffinis ending, dan Pacinian
corpuscle.
b. Thermoreceptors dan nociceptors
Sensasi panas dan dingin disampaikan oleh thermoreceptors, yang
merupakan free nerve ending pada kulit. Sementara free nerve ending
terspesialisasi yang lain, yaitu nociceptor, merespon pada rangsangan yang
menyebabkan rasa nyeri.
c. Chemoreceptors (untuk rangsangan kimiawi)
d. Photoceptors (untuk rangsangan pada mata)
C. RASA NYERI KULIT DAN OTOT
1. Pertanyaan : Terangkan hasil-hasil yang saudara dapatkan dari ketiga
percobaan tersebut di atas.
Jawab :
a. Normal
Pada keadaan normal mahasiswa coba merasakan rasa nyeri dimana rasa
tersebut menusuk dengan ukuran 120 volt dan rasa panas dan nyeri tersebut
terjadi pada 2 menit 3 detik.
24
b. Percobaan pengaruh mengalihkan perhatian
Mahasiswa coba tidak merasakan rasa nyeri yang menusuk sehingga
voltase yang dicapai 140 volt dan waktu yang dicapai yakni 2 menit 16 detik. Ini
sesuai dengan teori yakni nilai ambang rasa nyeri yang dihasilkan meningkat
(naik).
c. Pengaruh hiperaemia
Untuk percobaan ini (pengaruh hiperaemia) menggunakan balsam
sehingga hasilnya mahasiswa coba merasakan nyeri pada waktu 2 menit 14 detik,
dengan intensitas radiasi sebesar 140 volt, yakni sama dengan percobaan
pengaruh pengalihan perhatian.
d. Pengaruh anestetika topical
Mahasiswa coba memiliki toleransi nyeri yang paling tinggi setelah diolesi
oleh anestestika topikal, yaitu lebih dari 180 volt pada menit ke 2 lebih 45
detik. Hal ini dapat disebabkan oleh karena pengaruh anestesi yang
meredakan rasa nyeri dan menyebabkan nilai ambang nyeri lebih tinggi.
25
5. DAFTAR PUSTAKA
Kapit, W., Macey, R. I., Meisami, E. 1987. The Physiology Coloring Book. 1st
edition. New York : HarperCollins Publisher
Guyton, A.C., Hall, J. E. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta
: EGC
Ganong, W. F. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. Jakarta : EGC