34
A. Latar belakang Burung adalah salah satu kekayaan hayati yang dimiliki oleh Indonesia. Struktur vegetasi merupakan salah satu faktor kunci yang mempengaruhi kekayaan spesies burung pada tingkat lokal. Burung dijumpai hampir di setiap tempat dan mempunyai posisi penting sebagai salah satu kekayaan satwa Indonesia. Jenisnya sangat beranekaragam dan masing-masing jenis memiliki nilai keindahan tersendiri. Hidupnya memerlukan syarat- syarat tertentu yaitu adanya kondisi habitat yang cocok dan aman dari segala macam gangguan (Hernowo, 1985). Sebagai salah satu komponen ekosistem, burung mempunyai hubungan timbal balik dan saling tergantung dengan lingkungannya. Atas dasar peran dan manfaat ini maka kehadiran burung dalam suatu ekosistem perlu dipertahankan (Arumasari, 1989). Sebagai salah satu komponen lingkungan, burung dapat dimanfaatkan langsung atau tidak langsung sebagai bioindikator lingkungan. Beberapa peneliti (seperti Hardy et al., 1987; Peakall dan Boyd, 1987; Rutschke, 1987) menyimpulkan bahwa burung dapat digunakan untuk mendeteksi perubahan lingkungan serta dapat mencerminkan stabilitas habitat Perbedaan jenis-jenis burung pada masing-masing tempat pengamatan menurut Hernowo (1988), apabila kondisi habitatnya kurang baik dalam mendukung

Ornito Imma

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Ornito Imma

A. Latar belakang

Burung adalah salah satu kekayaan hayati yang dimiliki oleh Indonesia.

Struktur vegetasi merupakan salah satu faktor kunci yang mempengaruhi

kekayaan spesies burung pada tingkat lokal. Burung dijumpai hampir di setiap

tempat dan mempunyai posisi penting sebagai salah satu kekayaan satwa

Indonesia. Jenisnya sangat beranekaragam dan masing-masing jenis memiliki nilai

keindahan tersendiri. Hidupnya memerlukan syarat-syarat tertentu yaitu adanya

kondisi habitat yang cocok dan aman dari segala macam gangguan (Hernowo,

1985).

Sebagai salah satu komponen ekosistem, burung mempunyai hubungan

timbal balik dan saling tergantung dengan lingkungannya. Atas dasar peran dan

manfaat ini maka kehadiran burung dalam suatu ekosistem perlu dipertahankan

(Arumasari, 1989). Sebagai salah satu komponen lingkungan, burung dapat

dimanfaatkan langsung atau tidak langsung sebagai bioindikator lingkungan.

Beberapa peneliti (seperti Hardy et al., 1987; Peakall dan Boyd, 1987; Rutschke,

1987) menyimpulkan bahwa burung dapat digunakan untuk mendeteksi

perubahan lingkungan serta dapat mencerminkan stabilitas habitat

Perbedaan jenis-jenis burung pada masing-masing tempat pengamatan

menurut Hernowo (1988), apabila kondisi habitatnya kurang baik dalam

mendukung kehidupan burung seperti kurangnya sumber pakan atau faktor lain

(luas area dan iklim) dapat mempengaruhi keberadaan jenis burung. Lack (1971),

menyatakan bahwa jumlah jenis burung sangat bergantung pada karakteristik

habitat, jumlah jenis burung juga dipengaruhi oleh tingkat penggunaan sumber

daya yang ada.

Berbagai macam aktivitas manusia telah, sedang dan akan terus

belangsung mengiringi perkembangan pembangunan. Selama itu telah banyak

perubahan terjadi dan salah satunya adalah hilang atau berkurangnya habitat alami

burung. Pada berbagai tempat, habitat alami telah disisipi dan bercampur dengan

Page 2: Ornito Imma

habitat buatan seperti pemukiman, kebun dan persawahan. Sementara habitat

alami yang tersisapun jumlahnya sudah menurun.

Terjadinya perubahan habitat alami tersebut dianggap telah mempengaruhi

kondisi satwa liar yang hidup di dalamnya, termasuk burung. Salah satu aspek

satwa liar yang terpengaruh adalah keanekaragaman (komposisi dan kelimpahan)

burung (Balen, 1984:1), sehingga diduga setiap macam habitat (baik yang alami

maupun buatan) yang ada di Tenggarong memiliki keanekaragaman burungnya

masing-masing sesuai dengan kondisi fisik dan biotik yang ada di dalamnya.

Untuk mengetahui apakah ada perbedaan keanekaragaman jenis

burung pada habitat-habitat yang berbeda dan melihat jenis-jenis apa saja yang

dominan pada masing-masing habitat tersebut, maka dilakukanlah pengamatan.

Pengamatan terhadap burung sangatlah penting, karena burung adalah petunjuk

atas terjadinya perubahan dalam ekosistem (Balen, 1984). Hal ini dikarenakan

burung peka terhadap perubahan lingkungan (Sujatnika, dkk, 1995).

1. Deskripsi lokasi pengamatan secara umum

Pengamatan burung kali ini dilakukan pada 7 lokasi pengamatan yang berbeda

yang ada di wilayah Surakarta. Lokasi-lokasi pengamatan beserta diskripsinya

adalah sebagai berikut.

A. Lokasi di sekitar persawahan tepatnya di persawahan sekitar Perum UNS

IV Triyagan Sukoharjo. Kawasan ini merupakan daerah persawahan yang

ditanami padi, dan sebagian tanaman padi sedang menguning dan siap

panen. Pengamatan dilokasi ini dilakukan dari tepian sawah. Tepian sawah

terdapat pepohonan yang cukup rindang dan semak-semak belukar. Kira-

kira seperti gambar berikut diskripsi lokasi pengamatan yang dilakukan

pada lokasi ini.

Page 3: Ornito Imma

B. Lokasi di wilayah Keraton Solo (sekitar alun-alun Solo dan Kraton Siti

Inggil).

Kraton Solo berada di pusat keramaian karena Kraton Solo merupaka

salah satu tempat wisata favorit. Setiap harinya tempat ini dikunjungi oleh

wisatawan baik dalam kota maupun luar kota. Disekitar pintu masuk selalu

ramai, terutama dibawah pohon beringin digunakan sebagai tempat jualan

pernak pernik kraton solo. Pengamatan di Kraton Solo terbagi menjadi 2

kawasan yaitu, alun-alun kraton dan kraton Siti Inggil. Di alun-alun utara

banyak dinaungi pohon besar terutama pohon beringin yang berumur tua.

Pohon beringin ini terdapat pada pintu masuk kraton dan di tengah-tengah

alun-alun. Sedangkan alun-alun sendiri berupa lapangan luas yang ditutupi

rumput. Sedangkan alun-alun selatan hanya terdapat pohon beringin di

tengahnya. Setiap sore hari banyak dilakukan aktivitas di alun-alun seperti

olahraga, rekreasi, ataupun sekedar nongkrong disana.

Page 4: Ornito Imma

Foto kiri merupakan gerbang masuk kraton, tengah merupakan foto

alun-alun, dan foto kanan merupakan bagian kraton siti inggil.

C. Jl. Ir. Sutami (Depan UNS)

Lokasi tersebut sangat ramai oleh kendaraan bermotor dan juga terdapat

pohon peneduh di pinggiran jalan.

D. Perumahan Ngoresan Jebres Surakarta

Perumahan tersebut meskipun padat dengan rumah-rumah penduduk tetapi

jumlah pepohonan yang ada cukup banyak dan juga terdapat jalan raya

yang cukup ramai dengan kendaraan bermotor

E. Taman Kota Balekambang

Lokasi ini merupakan taman kota yang terdapat di Surakarta, disana

banyak pepohonan rindang, rerumputan dan danau buatan, serta terdapat

burung-burung yang ditangkarkan. Pohon pohon di tempat ini menjulang

tinggi sehingga masih banyak burung yang terlihat tanpa terganggu

aktivitas manusia yang ada dibawahnya

F. Bekonang dan Tebon, Baki – Pandean, Gemolong-Sragen

Page 5: Ornito Imma

Wilayah pengamatan inimemiliki vegetasi yang masih asri dengan banyak

pepohonan dan sawah yang terhampar sehingga masih mudah menemukan

burung pada habitatnya

G. Terminal Tirtonadi

Kawasan ini merupakan wilayah yang jarang terdapat pepohonan dan

sangat dipadati oleh kendaraan bermotor.

2. Hasil Pengamatan

Nama Spesies Lokasi Pengamatan

1 2 3 4 5 6 7

2a 2b

Bondol jawa (Lonchura

leucogastroides)

- -

Bondol peking (Lonchura punctulata) - - - - - - -

Bentet kelabu (Lanius schach) - - - - - -

Cucak kutilang (Pycnonotus

aurigaster)

- - - - -

Burung Merbah cerucuk (Pycnonotus

sp.)

- - - - - - -

Gereja erasia (Passer montanus) - -

Burung Tekukur (Sterptopelia

chinensis)

- - - - - - -

Wallet sapi (Collocalia esculenta)

Prenjak padi (Prinia inornata) - - - - - - -

Prenjak jawa (Prinia familiaris) - - - - - -

Page 6: Ornito Imma

Kipasan Belang (Rhipidura javanica) - - - - - - -

Merpati (Columba livia) - - - -

Ayam (Gallus gallus) - - - - - -

Kalkun (Meleagris) - - - - - - -

Angsa (Cygnus sp.) - - - - - - -

Puyuh (Turnix sylvatica) - - - - - - -

Cici padi (Cistitola juncidis) - - - - - - -

Emprit gantil (Cacomantis merulinus) - - - - - - -

Gagak (Corvus enca) - - - - - - -

Burung pelatuk - - - - - - -

Burung cabe (Dicaeum trochileum) - - - - - - -

Burung kacamata (Zosterops sp.) - - - - - - -

Dederuk jawa - - - - - -

Bondol sawah ( Ardeola spesiosa ) - - - - - - -

Page 7: Ornito Imma

Keterangan :

: ditemukan

- : tidak ditemukan

1. lokasi di persawahan (persawahan di sekitar perum UNS Triyagan

Sukoharjo)

2. lokasi di tempat ramai yang banyak dinaungi pohon besar (Keraton Solo)

2a. alun-alun utara

2b. kraton siti inggil

3. lokasi di dekat jalan raya (Boelevard UNS, Jl. Ir Soetami)

4. lokasi di sekitar perumahan (perumahan Ngoresan , Jebres, Surakarta)

5. lokasi di taman kota (Taman Kota Balekambang)

6. lokasi di pedesaan yang vegetasinya masih banyak (Bekonang dan

Pandean, Gemolong)

7. lokasi di tempat yang banyak pencemaran (Terminal Tortonadi)

3. Deskripsi tiap spesies

Nama Spesies KETERANGAN

Bondol jawa

(Lonchura leucogastroides)

Makanan : biji – bijian

Habitat : di areal persawahan, daerah aliran sungai

dan pohon yang rimbun

Ciri – ciri: coklat tua di punggung, sayap dan sisi

atas tubuhnya, tanpa coretan-coretan. Muka, leher

dan dada atas berwarna hitam; dada bawah, perut

dan sisi tubuh putih bersih, nampak kontras

dengan bagian atasnya. Sisi bawah ekor

kecoklatan. Burung ini biasanya bersarang di

pohon rimbun seperti: cemara, pohon mangga, dan

Page 8: Ornito Imma

di pohon bambu buluh yang ada di daerah aliran

air. Burung iji biasanya menghasilkan anak 2 – 4

ekor.

Bondol peking

(Lonchura punctulata)

Makanan : biji-bijian

Habitat : Bondol peking sering ditemui di

lingkungan pedesaan dan kota, terutama di dekat

persawahan atau tegalan. Makanan utama burung

ini adalah aneka biji rumput-rumputan termasuk

padi. Oleh sebab itu bondol peking kerap

mengunjungi sawah, padang rumput, lapangan

terbuka bervegetasi dan kebun

Ciri-ciri : Burung yang berukuran kecil, dari paruh

hingga ujung ekor sekitar 11 cm. Burung dewasa

berwarna coklat kemerahan di leher dan sisi atas

tubuhnya, dengan coretan-coretan agak samar

berwarna muda. Sisi bawah putih, dengan lukisan

serupa sisik berwarna coklat pada dada dan sisi

tubuh. Perut bagian bawah sampai pantat putih.

Burung muda dengan dada dan perut kuning tua

sampai agak coklat kotor. Jantan tidak berbeda

dengan betina dalam penampakannya. Hidup

berpasangan atau dalam kelompok kecil, bondol

peking sering teramati bergerombol memakan

bulir biji-bijian di semak rerumputan atau bahkan

turun ke atas tanah. Kelompok ini umumnya

lincah dan bergerak bersama-sama, sambil terus

berbunyi-bunyi saling memanggil.

Bentet kelabu

(Lanius schach)

Makanan: belalang, kumbang, tonggeret, serangga

besar.

Habitat : Daerah terbuka, padang rumput,

Page 9: Ornito Imma

perkebunan, tegalan. Tersebar sampai ketinggian

1.600 m dpl.

Ciri-ciri : Tubuh berukuran agak besar (25 cm).

Warna hitam, coklat, putih. Ekor panjang.

Dewasa: Dahi, topeng, ekor hitam. Sayap hitam

berbintik putih. Mahkota dan tengkuk abu-abu.

Punggung, tunggir, sisi tubuh coklat kemerahan.

Dagu, tenggorokan, dada, perut tengah putih.

Remaja: Warna lebih suram. Garis di sisi tubuh

dan punggung. Kepala dan tengkuk lebih abu-abu.

Iris coklat, paruh dan kaki hitam. Duduk pada

tenggeran, mendadak menyambar serangga

terbang atau di atas tanah. Sarang berbentuk

cawan kuat, agak tidak rapih, dari batang rumput,

serat dan akar halus.Telur berwarna putih,

berbercak abu-abu dan coklat, jumlah 2-3 butir.

Berbiak bulan Mei-Agustus, Mei-Juli.

Cucak kutilang

(Pycnonotus aurigaster)

Makanan : buah-buahan dan serangga

Habitat : ladang, kebun, hutan.

Ciri-ciri : Kepal hitam, perut putuh keabuan, ekor

hitam, Punggung abu – abu, sayap hitam, paruh

hitam, Pantat warna kuning terang.

Burung ini memiliki suara yang khas. Burung ini

biasa menghasilkan anak 2 – 3 ekor. Burung ini

termasuk jenis yang aktif. Mereka biasanya

bersarang dipohon yang rimbun dan tenang.

Makanannya meliputi buah seperti : papaya,

pisang, jambu biji dll.

Burung Merbah cerucuk

(Pycnonotus sp.)

Makanan : buah – buahan, serangga, ulat

Habitat    : pohon, hutan, perkebunan

Ciri-ciri    : kepala putih kecoklatan, dada putih

Page 10: Ornito Imma

keabuan, sayap hingga ekor coklat, pantat kuning

keputihan. Paruh hitam dan ada garis hitam hingga

mata. Burung ini biasa ditemui di pepohonan

rimbun, mereka jg memiliki suara yang khas pada

waktu pagi, biasanya berkicau di ujung pohon.

Burung ini biasanya bersarang di pohon yang

rimbun dan menghasilkan anak 2 ekor dengan

jumlah telur 2 butir.

Gereja erasia

(Passer montanus)

Makanan : pemakan segala 

Habitat    : sawah, ladang, dirumah-rumah

Ciri-ciri    : atas kepala coklat, dada hingga ujung

ekor coklat keputihan, pipi berwarna putih dan ada

lingkaran hitam, bulu di tenggorokan berwarna

hitam, paruh hitam. Sayap berwarna coklat dengan

garis hitam dan putih. Burung ini lebih banyak

tingggal di rumah-rumah dan biasanya bersarang

di lubang genting. Burung ini biasanya bertelur 2

– 4 butir. Lingkaran hitam di pipi burung ini

seakan – akan itu adalah mata dari burung ini.

Burung Tekukur

(Sterptopelia chinensis)

Makanan : biji – bijian 

Habitat     : sawah, ladang, kebun, padang rumput,

hutan.

Ciri-ciri   : badan berwarna coklat, sayap berna

coklat dengan garis hitam dan putih, di leher atas

ada ada titik hitam putih dan warna ekor coklat, di

bola mata ada lingkaran merah. Bila musim panen

burung ini sanagt gampang ditemui, burung ini jg

sering hinggap di atas genting rumah, sambil

megeluarkan suaranya yang khas. Burung ini biasa

bersarang di pohon yang tinggi. Burung ini

menghasilkan telur cuma 2 butir tiap sarang, tapi

Page 11: Ornito Imma

tidak jarang jumlah anak yang lahir cuma 1 ekor

saja

Wallet sapi

(Collocalia esculenta)

Makanan : serangga kecil

Habitat : sawah yang berair, goa

Ciri-ciri : atas kepala-sayap-punggung-hingga

ekor betwarana hitam kebiruan, pangkal paruh dan

daerah leher berwarna coklat kemerahan, dada

hingga bawah perut putih, diujung – ujung ekor

ada titik putih di masing-masing bulu ekor bagian

atas. Burung ini sering diamanfaatkan sarangnya

oleh manusia sebagai makanan dan obat. Burung

ini biasa tinggal di rumah yang lama tidak

berpenghuni, mereka membuat sarangnya dari air

liur atau ludahnya, sarang mereka biasanya

menenpel di tembok atau kayu. Burung ini

bertelur 2 buitr tiap sarang. Burung ini biasa

terlihat di sawah yang sedang berair untuk

mencari makan, dengan menyambar serangga

yang ada di permukaan air.

Prenjak padi

(Prinia inornata)

Makanan : serangga dan ulat

Habitat    : semak, rumput, pohon 

Ciri-ciri : Agak sedang (15 cm), berwarna

kecoklatan. Ekor panjang, alis-mata keputih-

putihan. Tubuh bagian atas coklat keabu-abuan

suram, tubuh baian bawah kuning-tua sampai

merah-karat.Iris coklat muda; paruh atas coklat,

paruh bawah kemerahjambuan pucat; kaki

kekuningan. Mirip Perenjak coklat, perbedaan

terletak pada warna punggung yang lebih pucat

dan lebih seragam. Hidup dalam kelompok

kecil. Sering berkicau sambil bertengger secara

Page 12: Ornito Imma

mencolok di pohon, batang rumput, atau sewaktu

terbang. Menghuni daerah berumput panjang,

gelagah, paya-paya, kebun jagung dan sawah

sampai ketinggian 1500 mdpl.

Prenjak jawa

(Prinia familiaris)

Makanan : serangga dan ulat

Habitat    : semak, rumput, pohon 

Ciri-ciri    : kepala sampai punggung berwarna

abu-abu, leher berwarna putih keabuan, perut

berwarna kuning, ekor berwarna abu-abu dengan

putih di ujung ekor, kaki dan mata berwarna

merah, sayap berwarna abu-abu dengan stripe

putih. Burung ini sering menghabiskan waktunya

bermain di semak. Suara burung ini nyaring dan

beragam. Mereka umumnya bersarang di semak-

semak dan menghasilkan 2 – 3 butir telur.

Kipasan Belang

(Rhipidura javanica)

Makanan : serangga-serangga kecil, ulat

Habitat : Daerah terbuka, hutan sekunder, hutan

mangrove, pekarangan. Tersebar sampai

ketinggian 1.500 m dpl.

Ciri-ciri :

Tubuh berukuran sedang (19 cm).

Dewasa: Tubuh bagian atas abu-abu jelaga. Alis,

dagu, dan tenggorokan putih. Garis hitam khas

pada dada. Tubuh bagian bawah putih. Ujung

bulu ekor putih lebar.Remaja: tunggir dan

penutup ekor atas kemerahan. Pita dada kurang

terlihat. Iris coklat, paruh hitam, kaki hitam.

Bersifat aktif, berpindah dari satu tenggeran ke

yang lain. Kadang sendirian, berpasangan, atau

kelompok keluarga. Kadang bergabung dalam

Page 13: Ornito Imma

kelompok campuran.

Sarang berbentuk cawan, dari tumbuhan halus

direkatkan dengan jaring lab-laba, pada dahan

ramping atau tumbuhan merambat, dekat

permukaan tanah. Telur berwarna kuning

tua,berbintik abu-abu, jumlah 2 butir. Berbiak

bulan Maret-Mei, April-Juni.

Merpati

(Columba livia)

Makanan : biji-bijian

Habitat :

Ciri-ciri : Merpati dan dara adalah burung

berbadan gempal dengan leher pendek dan paruh

ramping pendek dengan cere berair. Spesies yang

umumnya dikenal sebagai "merpati"

adalah merpati karang liar, umum digunakan di

banyak kota. Dara dan merpati mebangun

sangkarnya dari ranting dan sisa-sisa lainnya, yang

ditempatkan di pepohonan, birai, atau tanah,

tergantung spesiesnya. Mereka mengerami satu

atau dua telur, dan kedua induknya sangat

memedulikan anaknya, yang akan meninggalkan

sangkarnya setelah 7 hingga 28 hari

Ayam

(Gallus gallus)

Makanan: buah, biji-bijian, serangga, binatang

kecil.

Habitat : Lebih menyukai habitat semak setengah

terbuka. Dapat tinggal di hutan lebat.

Tersebar sampai ketinggian 1.500 m dpl.

Ciri-ciri : Tubuh berukuran agak besar (jantan 70

cm, betina 42 cm). Jantan: Jengger bergerigi,

gelambir, muka merah. Bulu tengkuk, penutup

ekor, bulu primer biru perunggu. Mantel coklat

berangan. Bulu ekor panjang. Penutup sayap

Page 14: Ornito Imma

hitam kehijauan. Bagian bawah hijau gelap.

Betina: Coklat suram. Coretan hitam pada leher

dan tengkuk. Iris merah, paruh warna tanduk, kaki

abu-abu kebiruan. Jantan cenderung soliter,

kadang bersama beberapa betina atau jantan lain.

Mencari makan di tanah tapi memiliki

kemampuan terbang yang cukup baik. Kadang

juga bertengger di pepohonan. Sarang berupa

gundukan kasar pada semak yang lebat.

Telur berwarna kuning pucat kemerahan, jumlah

4-5 butir. Berbiak sepanjang waktu

Kalkun

(Meleagris)

Makanan : biji-bijian

Habitat : lahan lapang, semak

Ciri-ciri : spesies burung berukuran besar dari

ordo Galliformes genus Meleagris.

Kalkun betina lebih kecil dan warna bulu kurang

berwarna-warni dibandingkan kalkun jantan.

Sewaktu berada di alam bebas, kalkun mudah

dikenali dari rentang sayapnya yang mencapai 1,5-

1,8 meter. Mempunyai gelambir pada bagian

depan paruhnya. Kalkun diketahui mempunyai

kemampuan unik dalam melakukan reproduksi

aseksual. Walaupun tidak ada kalkun pejantan,

kalkun betina bisa menghasilkan telur yang fertil.

Angsa

(Cygnus sp.)

Makanan : hewan kecil,biji-bijian, kebanyakan

herbivore.

Habitat : di lahan basah, dekat perairan seperti

sungai danau, rawa.

Ciri-ciri : mempunyai leher yang panjang, dapat

mencapai panjang 60 inci dan berat 50 pound.

Bentangan sayap mereka dapat mencapai panjang

Page 15: Ornito Imma

tiga meter. Dibandingkan dengan saudaranya,

angsa berleher pendek, angsa berukuran lebih

besar dalam ukuran dan secara proporsional

memiliki kaki dan leher yang lebih besar. Pada

angsa dewasa, mereka mempunyai tanda berupa

kulit yang tidak ditutupi bulu di antara mata dan

paruh. Angsa jantan dan betina mirip, tidak

menunjukkan sifat dimorfisme seksual. Namun

ukuran angsa jantan umumnya lebih besar dan

lebih berat.

Angsa membentuk ikatan monogami yang dapat

berlangsung selama bertahun-tahun. Dalam

beberapa kasus, ikatan ini dapat berlangsung

seumur hidup. Sarang mereka berada di daratan

dekat perairan, dan jaraknya sekitar satu meter.

Tidak seperti bebek dan angsa berleher pendek,

angsa jantan membantu pembangunan sarang.

Ukuran rata-rata telur angsa adalah (tinggi x

diameter) 113 x 74 mm dan berat 340

g. Inkubasi berlangsung selama 34-45 hari.

Puyuh

(Turnix sylvatica)

Makanan : biji-bijian,serangga

Habitat : Padang rumput, semak belukar.

Ciri-ciri : Tubuh berukuran sangat kecil (14 cm).

Berwarna merah karat, mirip Puyuh.

Perbedaan: Dada merah karat tanpa garis. Ada

coretan putih pada tubuh bagian atas. Warna

kemerahan dan bintik-bintik hitam pada sisi tubuh.

Betina: Tubuh lebih besar. Warna lebih gelap dan

lebih merah. Iris kuning, paruh abu-abu, kaki

keputih-putihan. Kebiasaan hidup mirip dengan

Gemak loreng. Sarang mirip Gemak loreng

Page 16: Ornito Imma

Cici padi

(Cistitola juncidis)

Makanan: serangga kecil.

Habitat : Padang rumput, sawah, kebun tebu.

Habitat lebih basah daripada Cici merah. Tersebar

sampai ketinggian 1.200 m dpl.

Ciri-ciri :

Tubuh berukuran kecil (10 cm).

Bercoret coklat. Tunggir merah karat kekuningan.

Ujung ekor putih mencolok.

Perbedaan dengan Cici merah: alis mata putih, sisi

leher dan tengkuk lebih pucat.

Iris coklat, paruh coklat, kaki putih sampai

kemerahan.

Pada waktu terbang bercumbu, jantan

mengelilingi dan melayang tinggi di atas

pasangan sambil bersuara. Masa tak berbiak

bersembunyi dan tidak mencolok.

Sarang berbentuk botol bulat berongga dengan

lubang masuk pada ujung atas, dari serat rumput,

ditenun dengan rumput disekeliling. Telur

berwarna biru pucat, kadang berbintik agak

merah, jumlah 3-5 butir. Berbiak bulan

November, Februari-September.

Emprit gantil

(Cacomantis merulinus)

Makanan: serangga, ulat

Habitat   : hutan, daerah aliran sungai, sabana,

pohon-pohon besar

Ciri-ciri   : seluruh badan berwarna coklat denagn

garis hitam, paruh hitam

Burung ini sering dijumpai di pohon tinggi dan

sering bertengger di ujung cabang pohon. Burung

Page 17: Ornito Imma

jni mempunya kebiasaan unik yaitu dia tidak

membangun sarang tetapi menempatkan telurnya

di sarang burung lain, dan menyerahkan semuanya

kepada burung lain. Burung ini hanya bertelur 1

butir. Burung ini suka berada di tempat yang

sangat sepi, jarang ada manusia yang berlalu

lalang di daerah tersebut.

Gagak

(Corvus enca)

Makanan : buah-buahan, daging 

Habitat    : hutan

Ciri-ciri    : seluruh badan berwarna hitam.

Burung ini dimasyarakat sering dibagi menjadi

dua jenis yaitu: gagak bunga atau buah dan gagak

bangkai. Gagak buah biasa dipelihara karena dari

segi perawatan lebih mudah dibandingkan gagak

bangkai. Burung gagak biasa bertelur di pohon

tinbggi dan biasa membangun sendiri sarangnya.

Burung gagak biasa bertelur 2 – 3 butir.

Burung pelatuk Makanan : serangga, ulat

Habitat    : hutan

Ciri-ciri    : Pelatuk biasa : kepala putih dengan

stripe hitam, sayap hitam dengan titik putih

sepajang sayap, punggung – dada hingga perut

berwarna putih, ekor hitam, kepala ada bulu

berwarna merah mirip jambul.

Pelatuk besi : badan lebih besar dari pelatuk biasa,

badan coklat kehitaman, ada jambul di kepala

berwarna merah, paruh hitam, kaki hitam

Burung ini suka mencari makan batang – bantang

pohon, mereka biasanya melubangi pohon

menggunankan paruh mereka yang panjang dan

runcing untuk menangkap ulat yang ada di batang

Page 18: Ornito Imma

pohon. Burung ini biasa ditemui di pinggiran

hutan atau dalam hitam. Mereka bersarang di

lubang – lubang pohon yang mereka lubangi

sendiri. Mereka biasanya mengeluarkan telur 2 – 3

butir, tp biasanya yang menetas hanya 2 ekor tiap

sarang.

Burung cabe

(Dicaeum trochileum)

Makanan : buah – buahan, serangga

Habitat    : di pohon yang banyak benalu, hutan

Ciri-ciri    : kepala, punggung, sayap, hingga ekor

berwarna hitam, dada putih, leher bawah berwarna

merah, paruh hitam, ada juga yang berparuh

merah.Burung ini suka berada di pohon yang

tinggi dan kadang juga di pohon yang rendah,

untuk mencari makan. Kadang burung ini

memakan buah dari pohon benalu. Ukuran dari

burung ini kecil. Burung ini suka bersarang di

pohon yang tinggi dan menghasilkan 2 – 3 butir

telur.

Burung kacamata

(Zosterops sp.)

Makanan : buah – buahan, serangga kecil

Habitat    : hutan, kebun,

Ciri-ciri    : kepala punggung sayap hingga ekor

berwarna hijau kekuningan, leher hingga perut

berwarna abu – abu, kaki hitam, dan lingkaran

mata berwarna putih. 

Burung ini biasa terbang berkelompok atau

berpasangan. Lingkaran putih di mata yang secara

tidak langsung memberikan nam untuk buurng

tersebut. Buurng ini biasa bertelur 2 – 3 butir tipa

sarang.

Dederuk jawa (Streptopelia

bitorquata / Streptopelia

Makanan : biji – bijian

Page 19: Ornito Imma

cinensis) Habitat   : sawah, ladang, hutan, kebun

Ciri-ciri  : badan hingga ekor berwarna putih

kecoklatan, dan ada juga yang berwarna putih,

dengan garis hitam yang berbentuk setengah

lingkaran di leher.

Burung ini juga sama persis kehidupannya dengan

burung tekukur atau kukur yaitu menghasilkan

telur 2 butir dan bersarang di pohon yang rimbun.

Bondol sawah

( Ardeola spesiosa )

Makanan : Di alam burung blekok berburu

mangsa berupa katak, ikan. Kadang dijumpai

burung ini menadapatkan pakan berupa ular atau

belalang, serta avertebrata air

Habitat : Di hutan tropika basah, lahan basah,

lahan terbuka dekat perkebunan. Tersebar di

semenanjung Malaysia, Indochina, Indonesia. Di

daerah makam Mojo - perumahan Ngoresan –

daerah RSJ Surakarta burung ini diduga hidup di

anak sungai bengawan Solo yang memanjang di

sepanjang utara kuburan Mojo hingga muara

sungai ini yaitu di sungai Bengawan Solo

Ciri-ciri : panjang tubuh 45 cm. Burung ini

mempunyai kaki, jari-jari berukuran panjang dan

paruh juga panjang yang berujung lancip. Warna

bulu kepala dan leher coklat-kuning kehijauan,

bagian punggung abu-abu kehitaman, bagian

sayap dan perut, serta ekor berwarna putih. Mata

berbentuk bulat, warna kuning dengan kulit sekitar

mata berwarna kehijauan.  Warna kaki, jari-jari

kaki, dan paruh putih-kehijauan

Page 20: Ornito Imma

4. Mengapa secara umum habitat yang berbeda kondisi jenis populasi juga berbeda

Habitat adalah suatu lingkungan dengan kondisi tertentu dimana suatu

spesies atau komunitas hidup. Habitat yang baik akan mendukung perkembang

biakan organisme yang hidup di dalamnya secara normal. Habitat memiliki

kapasitas tertentu untuk mendukung pertumbuhan populasi suatu organisme.

Dilihat dari komposisinya di alam, habitat organisme terdiri dari 3

komponen utama yang satu sama lain saling berkaitan yaitu komponen biotik

meliputi vegetasi, satwaliar, dan organisme mikro. Komponen fisik meliputi air,

tanah, iklim, topografi dll. Komponen kimia meliputi meliputi seluruh unsur

kimia yang terkandung dalam komponen biotik maupun fisik.

Di lingkungan dengan kondisi fisik yang ekstrim, aktivitas biologi relatif

kurang berkembang, sedangkan di lingkungan yang kondisi fisiknya sesuai,

interaksi dalam ekosistem, habitat secara efektif akan membatasi pertumbuhan

populasi satwa. Suatu habitat yang digemari oleh suatu jenis satwa belum tentu

sesuai untuk kehidupan jenis satwa yang lain karena pada dasarnya setiap jenis

satwa memiliki preferensi habitat yang berbeda-beda. Berkurangnya habitat

disebabkan karena beberapa faktor. Ada tiga faktor utama yang dinilai sangat

mempengaruhi terhadap perubahan habitat, yaitu: aktivitas manusia, satwa liar

dan bencana alam seperti gunung meletus. 

Secara fungsional, seluruh komponen habitat di atas menyediakan pakan,

air dan tempat berlindung bagi satwa liar burung. Jumlah dan kualitas ketiga

sumber daya fungsional tersebut akan membatasi kemampuan habitat untuk

mendukung populasi satwa liar. Komponen fisik habitat (iklim, topografi, tanah

dan air) akan menentukan kondisi fisik habitat yang merupakan faktor pembatas

bagi ketersediaan komponen biotic di habitat tersebut.

Setiap burung mempunyai habitat yang berbeda-beda seperti burung

bondol jawa yang banyak ditemukan di area persawaham. Hal ini dikarenakan

burung tersebut merupakan pemakan biji bijian dan area persawahan menyediakan

makanan untuk burung tersebut serta tempat untuk membuat sarang di pohon

Page 21: Ornito Imma

sekitar area persawahan tersebut, begitu pula dengan burung cici padi yang

ditemukan pada Tebon, Baki-Pandean Gemolong-Sragen tidak akan di temukan

pada kawasan Terminal Tirtonadi, karena burung tersebut merupakan pemakan

biji-bijian seperti padi . kedua spesies burung ini hanya akan ditemui pada

habitant yang demikian yang tidak ditemukan di tempat lain seperti Terminal

Tirtonadi. Seperti diketahui terminal adalah tempat yang jarang ditumbuhi

tumbuhan dan tidak menyediakan pakan bagi mereka. Aktivitas manusiapun

mempengaruhi populasi burung seperti asap kendaraan yang akan membuat

burung terganggu dan lebih memilih tinggal di kawasan yang masih asri seperti

pedesaan hal itulah yang membuat populasi burung di pedesaan lebih banyak

dibandingkan di perkotaan.

Burung perlu dilestarikan, mengingat mempunyai manfaat yang tidak kecil artinya

bagi masyarakat, antara lain :

1. Membantu mengendalikan serangga hama,

2. Membantu proses penyerbukan bunga,

3. Burung memiliki suara yang khas yang dapat menimbulkan suasana yang

menyenangkan,

4. Burung dapat dipergunakan untuk berbagai atraksi rekreasi,

5. Sebagai sumber plasma nutfah,

6. Objek untuk pendidikan dan penelitian

5. Kesimpulan

Burung yang ada pada suatu habitat memiliki jenis yang berbeda di setiap

habitatnya. Hal ini bekaitan dengan kebutuhan burung tersebut. Ada tiga faktor

utama yang dinilai sangat mempengaruhi terhadap perubahan habitat, yaitu:

aktivitas manusia, satwa liar dan bencana alam. Aktivitas manusia mempengaruhi

jumlah burung yang ada pada suatu habitat, selain itu burung akan memilih

habitat yang menyediakan makanan dan tempat tinggal untuk berkembang biak

dan bertahan hidup.

Page 22: Ornito Imma