17
OPEN REDUCTION EKTERNAL FIXATION 1. Pengertian OREF adalah reduksi terbuka dengan Fiksasi eksterna . Fiksasi eksterna adalah alat yang diletakkan diluar kulit untuk menstabilisasikan fragmen tulang dengan memasukkan dua atau tiga pin metal perkutaneus menembus tulang pada bagian proksimal dan distal dari tempat fraktur dan pin tersebut dihubungkan satu sama lain dengan menggunakan eksternal bars. Teknik ini terutama atau kebanyakan digunakan untuk fraktur pada tulang tibia, tetapi juga dapat dilakukan pada tulang femur, humerus dan pelvis (Mansjoer, 2000). . Fiksasi eksternal digunakan untuk mengobati fraktur terbuka dengan kerusakan jaringan lunak . Alat ini memberikan dukungan yang stabil untuk fraktur kominutif ( hancur atau remuk ). Pin yang telah terpasang dijaga agar tetap terjaga posisinya , kemudian dikaitkan pada kerangkanya. Fiksasi ini memberikan rasa nyaman bagi pasien yang mengalami kerusakan fragmen tulang. Adapun definisi lainnya adalah bahwa Fiksasi eksterna adalah alat yang diletakkan diluar kulit untuk menstabilisasikan fragmen tulang dengan memasukkan dua atau tiga pin metal perkutaneus menembus tulang pada bagian proksimal dan distal dari tempat fraktur dan pin tersebut dihubungkan satu sama lain dengan menggunakan eksternal bars. Teknik ini terutama atau kebanyakan digunakan untuk fraktur pada tulang tibia, tetapi juga

oref adek

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Open Reduction Eksternal fixation

Citation preview

OPEN REDUCTION EKTERNAL FIXATION1. Pengertian OREF adalah reduksi terbuka dengan Fiksasi eksterna . Fiksasi eksterna adalah alat yang diletakkan diluar kulit untuk menstabilisasikan fragmen tulang dengan memasukkan dua atau tiga pin metal perkutaneus menembus tulang pada bagian proksimal dan distal dari tempat fraktur dan pin tersebut dihubungkan satu sama lain dengan menggunakan eksternal bars. Teknik ini terutama atau kebanyakan digunakan untuk fraktur pada tulang tibia, tetapi juga dapat dilakukan pada tulang femur, humerus dan pelvis (Mansjoer, 2000).. Fiksasi eksternal digunakan untuk mengobati fraktur terbuka dengan kerusakan jaringan lunak . Alat ini memberikan dukungan yang stabil untuk fraktur kominutif ( hancur atau remuk ). Pin yang telah terpasang dijaga agar tetap terjaga posisinya , kemudian dikaitkan pada kerangkanya. Fiksasi ini memberikan rasa nyaman bagi pasien yang mengalami kerusakan fragmen tulang.Adapun definisi lainnya adalah bahwa Fiksasi eksterna adalah alat yang diletakkan diluar kulit untuk menstabilisasikan fragmen tulang dengan memasukkan dua atau tiga pin metal perkutaneus menembus tulang pada bagian proksimal dan distal dari tempat fraktur dan pin tersebut dihubungkan satu sama lain dengan menggunakan eksternal bars. Teknik ini terutama atau kebanyakan digunakan untuk fraktur pada tulang tibia, tetapi juga dapat dilakukan pada tulang femur, humerus dan pelvis. Prinsip dasar dari teknik ini adalah dengan menggunakan pin yang diletakkan pada bagian proksimal dan distal terhadap daerah atau zona trauma, kemudian pin-pin tersebut dihubungkan satu sama lain dengan rangka luar atau eksternal frame atau rigid bars yang berfungsi untuk menstabilisasikan fraktur. Alat ini dapat digunakan sebagai temporary treatment untuk trauma muskuloskeletal atau sebagai definitive treatment berdasarkan lokasi dan tipe trauma yang terjadi pada tulang dan jaringan lunak.Pada pelvis, kompresi oleh fiksasi eksterna dapat menstabilisasikan pelvis, mengurangi perdarahan, sebagai penatalaksanaan resusitasi awal dan sebagai definitive treatment pada beberapa trauma . Fiksasi eksterna terutama digunakan ketika terdapat luka dan trauma pada jaringan lunak yang merupakan kontraindikasi langsung untuk dilakukan pembedahan terhadap fraktur.Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar berikut ini :

2. Indikasia. Fraktur terbuka grade II dan III b. Fraktur terbuka yang disertai hilangnya jaringan atau tulang yang parah. c. Fraktur yang sangat kominutif ( remuk ) dan tidak stabil. d. Fraktur yang disertai dengan kerusakan pembuluh darah dan saraf. e. Fraktur pelvis yang tidak bisa diatasi dengan cara lain. f. Fraktur yang terinfeksi di mana fiksasi internal mungkin tidak cocok. Misal : infeksi pseudoartrosis ( sendi palsu ). g. Non union yang memerlukan kompresi dan perpanjangan. h. Kadang kadang pada fraktur tungkai bawah diabetes melitus.

3. Keuntungan , Kerugian dan Komplikasi Eksternal FiksasiA. Keuntungan eksternal fiksasiadalah : Fiksator ini memberikan kenyamanan bagi pasien , mobilisasi awal da latihan

awal untuk sendi di sekitarnya sehingga komplikasi karena disuse dan imobilisasi dapat diminimalkan.B. Kerugian eksternal fiksasi adalah :a. Pin dan wires dapat menembus jaringan lunakb. Membatasi pergerakan sendi.c. Terdapat komplikasi pin-track pada penggunaan fiksasi eksterna yang lama.d. Secara mekanis pemasangan pin dan rangka fiksasi sulit dilakukan dan mudah terjadi infeksi jika teknik pemasangannya tidak benar.e. Alat-alat pada fiksasi eksterna sangat mahal.f. Rangka fiksasi dapat terdiri dari beberapa rangkaian sehingga pasien merasa tidak nyaman dan dengan alasan estetika.C. Sedangkankomplikasinyaadalah :a. Infeksi di tempat pen ( osteomyelitis ). b. Kekakuan pembuluh darah dan saraf. c. Kerusakan periostium yang parah sehingga terjadidelayed unionataunonunion .d. Emboli lemak. e. Overdistraksi fragmen.

4. Hal hal yang Harus Diperhatikan pada Klien dengan Pemasangan Eksternal Fiksasia.Persiapan psikologisPenting sekali mempersiapkan pasien secara psikologis sebelum dipasang fiksator eksternal Alat ini sangat mengerikan dan terlihat asing bagi pasien. Harus diyakinkan bahwa ketidaknyamanan karena alat ini sangat ringan dan bahwa mobilisasi awal dapat diantisipasi untuk menambah penerimaan alat ini, begitu juga keterlibatan pasien pada perawatan terhadap perawatan fiksator ini.b.Pemantauan terhadap kulit, darah, atau pembuluh saraf.Setelah pemasangan fiksator eksternal , bagian tajam dari fiksator atau pin harus ditutupi untuk mencegah adanya cedera akibat alat ini. Tiap tempat pemasangan pin dikaji mengenai adanya kemerahan , keluarnya cairan, nyeri tekan, nyeri dan longgarnya pin.Perawat harus waspada terhadap potensial masalah karena tekanan terhadap alat ini terhadap kulit, saraf, atau pembuluh darah.

c.Pencegahan infeksiPerawatan pin untuk mencegah infeksi lubang pin harus dilakukan secara rutin. Tidak boleh ada kerak pada tempat penusukan pin, fiksator harus dijaga kebersihannya. Bila pin atau klem mengalami pelonggaran , dokter harus diberitahu. Klem pada fiksator eksternal tidak boleh diubah posisi dan ukurannya.d.Latihan isometrikLatihan isometrik dan aktif dianjurkan dalam batas kerusakan jaringan bisa menahan. Bila bengkak sudah hilang, pasien dapat dimobilisasi sampai batas cedera di tempat lain. Pembatasan pembebanan berat badan diberikan untuk meminimalkan pelonggaran puin ketika terjadi tekanan antara interface pin dan tulang.5. Terdapat beberapa tipe fiksasi eksterna yaituada 4 :

1. Pin fixators: unilateral, bilateral frame, V-shaped dan triangular.Ring (Wire fixator)2. Hybrid fixators (wire and pin), adalah tipe fiksasi eksternal yang digunakan untuk fraktur tertutup pada sendi. Dinamakan hybrid karena terdiri dari wire fixation (3/4 ring fixator) dengan pin fixator (fiksasi unilateral pada bagian diafisis).3. Pinless external fixators , tujuan utama desain dari pinless fixator adalah untuk menghindari tembusnya pin kedalam kanalis medularis.4. Mefisto, merupakan teknik fiksasi eksterna yang baru diperkenalkan dan dirancang untuk limb lengthening dan bone transport.6. Metode dan Teknik Pemasangan A. Metode

Terdapat dua metode yang pada umumnya digunakan untuk meletakkan pin yang digunakan pada fiksasi eksterna yaitu: 1. Through-and-through, yaitu masing-masing pin dimasukkan melalui kulit dan menembus fragmen tulang kemudian keluar menembus kulit pada sisi sebelahnya.2. One-side (Cantilever system), yaitu pin dimasukkan melewati fragmen tulang tetapi tidak sampai menembus sampai pada sisi sebelah dan menonjol hanya pada salah satu sisi tubuh.B. Teknik Pemasangan1. Teknik pin insertionSebelum dilakukan fiksasi, berikan tanda silang pada tempat atau daerah safe Zone sebagai tempat untuk memasukkan pin dan meminimalkan resiko trauma pada sistem saraf, pembuluh darah dan tendo.

a) Diafisisi. Untuk pemasangan pin pada bagian diafisis sangat penting bagi kita untuk menghindari terjadinya kerusakan pada tulang akibat rasa panas yang ditimbulkan pada saat memasukkan pin atau schanz screws.

ii. Untuk memasukkan pin atau schanz screws secara tepat, maka pin tersebut harus mencapai korteks pada bagian ujungnya tetapi tidak sampai menembus terlalu jauh. Dan untuk mencapai sasaran yang tepat maka kita bisa menggunakan ukuran atau dibantu dengan intraoperative x-ray.

iii. Jika pin yang dimasukkan tidak mencapai ujung korteks maka kemungkinan pin yang digunakan agak pendek atau pin yang dimasukkan menembus bagian lain. Dan dari gambaran x-ray kontrol akan tampak empty hole pada bagian ujung korteks yang berarti skrup yang dimasukkan tidak mencapai ujung korteks.

b) Metafisisi. Untuk pemasangan pada bagian metafisis terdapat hal-hal penting yangharus diperhatikan pada saat akan memasukkan pin atau schanz screw yaitu:

Tidak membuat trauma pada pembuluh darah dan nadi. Tidak meletakkan pin pada sendi. Menghindari fracture lines. Menggunakan self-drilling screws pada tulang metafisis.

2. Frame constructiona. Tampak gambaran ilustrasi penatalaksanaan fixator first untuk complex open fracture.

b. Pada setiap fragment tulang, pin dipasang berdasarkan kondisi jaringan lunak.

c. Hubungkan pin pada rangka atau bar yang memiliki dua pengait untuk mereposisi.

d. Setelah direposisi, kedua bars dihubungkan dengan tube ketiga dan dilakukan tube-to-tube clamps.

e. Tampak pada tulang fibula juga difiksasi untuk menjaga stabilisasi.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

1.Pengkajiana.Pre operasiData subyektifData ObyektifMasalah

a. Mengeluh takut menjalani operasib. Mengeluh takut dipasang alat-alat yang banyak pada tubuhc. Menyatakan kekhawatiran kaki/tangan tidak berfungsi lagi.a. Klien tampak gelisah, murungb. Peningkatan denyut nadi

Kecemasan

a. Mengeluh sakit dan sulit bergerak pada tubuh yang cederaa. Tampak meringis dan memegangi tubuh yang cederaNyeri

b.Post OperasiData subyektifData obyektifMasalah

- Ada luka post operasi,terpasang alat fiksasi eksterna ( pin, kerangka portable )1). Resti infeksi

- Mengeluh malu dengan keadaan tubuh penuh alat2) Gangguan citra diri

- Mengeluh tidak bisa bergerak bebas- Klien tampak kesulitan dalam bergerak.3) Hambatan mobilitas fisik

- Klien mengatakan tidak tahu cara perawatan alat yang dipasang- Klien selalu menanyakan kapan alat bisa dibuka.4) Defisit pengetahuan5) Resiko penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif

- Terpasang pin logam dan fiksator dengan ujung tajam6) Resiko cedera

2.Diagnosa Keperawatana.Pre operasi1)Kecemasan b/d ancaman integritas biologis sekunder akibat operasi d/d mengeluh takut operasi, takut dipasang alat, khawatir tangan dan kaki tidak berfungsi, tampak gelisah dan murung , tachicardi.2)Nyeri b/d trauma jaringan dan refleks spasme otot sekunder akibat fraktur ditandai dengan mengeluh sakit, sulit bergerak, tampak meringis dan memegangi tubuh yang cedera.b.Post operasi1)Resti infeksi b/d tempat masuknya organisme sekunder akibat adanya jalur invasif (pin ).2)Gangguan citra tubuh b/d perubahan dalam penampilan sekunder akibat pemasangan eksternal fiksasi.3)Hambatan mobilitas fisik b/d alat eksternal fiksasi.4)Defisit pengetahuan b/d kurangnya informasi.5)Resiko penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif b/d ketidaktahuan tentang perawatan eksternal fiksasi.6)Resiko cedera b/d terpasang alat berujung tajam.

3.Perencanaana.Prioritas Diagnosa KeperawatanPre operasi:1)Nyeri b/d trauma jaringan dan refleks spasme otot sekunder akibat fraktur ditandai dengan mengeluh sakit, sulit bergerak, tampak meringis dan memegangi tubuh yang cedera2)Kecemasan b/d ancaman integritas biologis sekunder akibat operasi d/d mengeluh takut operasi, takut dipasang alat, khawatir tangan dan kaki tidak berfungsi, tampak gelisah dan murung , tachicardi.Post operasi:1) Resti infeksi b/d tempat masuknya organisme sekunder akibat adanya jalur invasif (pin ).2) Resiko cedera b/d terpasang alat berujung tajam3) Hambatan mobilitas fisik b/d alat eksternal fiksasi 4) Gangguan citra tubuh b/d perubahan dalam penampilan sekunder akibat pemasangan eksternal fiksasi5) Resiko penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif b/d ketidaktahuan tentang perawatan eksternal fiksasi Diagnosa Defisit pengetahuan b/d kurangnya informasi tidak diangkat karena dengan diatasinya diagnosa ke-5 , mak diagnosa ini juga dapat diatasi.

b.Rencana KeperawatanPre operasi1)Diagnosa 1 Rencana tujuan : Setelah diberikan askep selama 124 jam diharapkan keluhan nyeri berkurang.

Rencana tindakanRasionalisasi

a. Kaji tingkat nyeri dan intensitas.b. Ajarkan teknik distraksi selama nyeri akutc. Observasi vital signd. Kolaboratif pemberian obat analgesik dan kaji efektivitasnya.

a. Mengetahui tingkat nyerib. Mengurangi nyeri tanpa tindakan invasifc. Tingkat nyeri dapat diketahui dari vital sign.d. Mengatasi nyeri pasien dan menyusun rencana selanjutnya bila nyeri tidak bisa diatasi dengan analgesik.

2) Diagnosa 2 Rencana tujuan : Setelah diberikan tindakan perawatan selama 2 x 30 menit diharapkan kecemasan klien berkurangRencana tindakanRasionalisasi

a. Kaji tingkat ansietasb. Beri kenyamanan dan ketentraman hati, perlihatkan rasa empati.c. Bila ansietas berkurang , beri penjelasan tentang operasi , pemasangan eksternal fiksasi, serta persiapan yang harus dilakukan.a. Sebagai acuan membuat strategi tindakan.b. Agar pasien lebih tenang menghadapi operasi.c. Bila keadaan klien lebih tenang maka klien akan lebih mudah menerima penjelasan yang diberikan.

Post operasi1)Diagnosa 1Rencana tujuan :Setelah diberikan askep selama 1 minggu diharapkan tidak terjadi infeksiRencana tindakanRasionalisasi

a. Jaga kebersihan di daerah pemasangan eksternal fiksasi.b. Lakukan perawatan luka secara aseptik di daerah pin.c. Observasi vital sign dan tanda-tanda infeksi sistemik maupun lokal ( demam, nyeri, kemerahan, keluar cairan, pelonggaran pin )d. Kolaboratif pemberian antibiotika.a. Mencegah kolonisasi kuman.b. Mencegah infeksi kuman melalui pinc. Menemukan tanda-tanda infeksi secara dini.d. Untuk mencegah atau mengobati infeksi.

2)Diagnosa 2Rencana tujuan : Setelah diberikan askep selama 3 x 24 jam diharapkantidak terjadi cedera /trauma akibat alat yang dipasang. Rencana tindakanRasionalisasi

0. Tutup ujung-ujung pin atau fiksator yang tajam1. Beri penjelasan pada klien agar berhati hati dengan alat yang terpasang0. Mencegah cedera akibat alat yang tajam1. Agar pasien mengantisipasi gerakan untuk mencegah cedera.

3)Diagnosa 3Rencana tujuan :Setelah diberikan asuhan keperawatan selam 3 x 24 jam diharapkan klien mampu memperlihatkan kemampuan mobilitas.Rencana TindakanRasionalisasi

0. Latih bagian tubuh yang sehat dengan latihan ROM b. Bila bengkak pada daerah pemasangan eksternal fiksasi sudah berkurang, latih pasien untuk latihan isometrik di daerah tersebut.2. Latih pasien menggunakan alat bantu jalana. Mencegah terjadinya atrofi disuse .b. Membantu meningkatkan kekuatanc. Mempercepat kemampuan klien untuk mandiri serta meningkatkan rasa percaya diri klien.