Upload
others
View
26
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
OPTIMASI PENJADWALAN PROYEK PEMBANGUNAN
DENGAN METODE PERT DAN CPM
(Studi Kasus: PT. Karya Muda
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
OPTIMASI PENJADWALAN PROYEK PEMBANGUNAN
DENGAN METODE PERT DAN CPM
(Studi Kasus: PT. Karya Muda Nasional)
SKRIPSI
AWALUDDIN
130803013
DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
OPTIMASI PENJADWALAN PROYEK PEMBANGUNAN JALAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
OPTIMASI PENJADWALAN PROYEK PEMBANGUNAN
DENGAN METODE PERT DAN CPM
(Studi Kasus: PT. Karya Muda
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
OPTIMASI PENJADWALAN PROYEK PEMBANGUNAN
DENGAN METODE PERT DAN CPM
(Studi Kasus: PT. Karya Muda Nasional)
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar
Sarjana Sains
AWALUDDIN
130803013
DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
OPTIMASI PENJADWALAN PROYEK PEMBANGUNAN JALAN
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
i
PERSETUJUAN
Judul : Optimasi Penjadwalan Proyek Pembangunan Jalan Dengan Metode PERT dan CPM
Kategori : Skripsi Nama : Awaluddin Nomor Induk Mahasiswa : 130803013 Program Studi : Sarjana (S1) Matematika Departemen : Matematika Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Disetujui di
Medan, September 2017
Pembimbing Drs. Rosman Siregar, M.Si NIP.19610107 198601 1 001
Disetujui Oleh, Departemen Matematika FMIPA USU Ketua, Dr. Suyanto, M. Kom NIP.19590813 198601 1 002
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ii
PERNYATAAN
OPTIMASI PENJADWALAN PROYEK PEMBANGUNAN JALAN DENGAN METODE PERT DAN CPM
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri. Kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya. Medan, September 2017 Awaluddin 130803013
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
iii
PENGHARGAAN
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi dengan judul “Optimasi Penjadwalan Proyek Pembangunan Jalan Dengan Metode PERT dan CPM”. Solawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan contoh teladan sebagai pedoman hidup bagi seluruh umat manusia.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, banyak pihak yang telah membantu penulis. Untuk itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak Drs. Rosman Siregar M.Si selaku dosen pembimbing yang senantiasa membantu dan mengarahkan saya dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Drs. Marihat Situmorang, M.Kom dan Ibu Dra. Normalina Napitupulu, M.Sc selaku dosen pembanding yang memberikan kritik dan saran yang membangun dalam menyelesaikan skripsi penulis.
3. Bapak Dr. Kerista Sebayang, M.S selaku Dekan FMIPA serta seluruh Staf pegawai di Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam USU.
4. Bapak Dr. Suyanto, M.Kom dan Bapak Drs. Rosman Siregar M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Matematika, serta seluruh Bapak dan Ibu dosen yang telah mendidik penulis selama menjalani pendidikan di Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam USU.
5. Yang teristimewa kepada kedua orang tua tercinta, ayahanda Mihron, dan Ibunda Masdalilah, yang selalu mendoakan anaknya.
6. Abanganda Ali Husin dan abanganda Muksin selaku karyawan Karya Muda Nasional yang bersedia membantu saya dalam memperoleh data yang diperlukan.
7. Yang tak terlupakan seluruh rekan-rekan kuliah Matematika stambuk 2013. Kepada semua saudara-saudari seiman atas semua dukungan dan do’a nya, kepada rekan-rekan pemuda mesjid Al-Muslimun dan kepada abang dan kakak di Ulil Albab serta para peserta sahabat pendidikan yang saling menguatkan dan saling memotivasi dalam kebaikan. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang tak terhingga. Amin. Terima kasih penulis ucapkan kepada seluruh pihak yang telah membantu
dalam proses pembuatan skripsi.
Medan, September 2017 Awaluddin 130803013
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
iv
OPTIMASI PENJADWALAN PROYEK PEMBANGUNAN JALAN DENGAN METODE PERT DAN CPM
ABSTRAK
Pembangunan ekonomi negara tidak terlepas dari kegiatan-kegiatan berupa proyek, karena proyek merupakan unit pembangunan yang paling kecil. Demikian pula dalam ruang lingkup perusahaan, pengembangan perusahaan juga dimulai dari kegiatan-kegiatan proyek, misalnya proyek pembangunan pabrik, proyek pengembangan produk baru atau proyek lainnya. Dalam tulisan ini Penulis meggunakan teknik perencanaan dengan jaringan kerja (network planning) sebagai salah satu model yang akan digunakan dalam penyelenggaraan proyek pembangunan jalan di PT. Karya Muda Nasional. Dua teknik perencanaan yang dipakai Penulis adalah PERT dan CPM. Kedua teknik ini digunakan Penulis untuk mengoptimalkan proyek konstruksi pembangunan jalan, dimana Penulis mengkaji masalah yang berkaitan dengan waktu. PERT dan CPM dipakai secara bersamaan untuk saling melengkapi. Dengan membandingkan antara keadaan nyata dan rencana, dapat diketahui apakah progres dari proyek yang bersangkutan sesuai jadwal atau mengalami keterlambatan.
Kata Kunci : Jaringan kerja, PERT, CPM.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
v
OPTIMIZE OF SCHEDULE PROJECK STREET BUILDING WITH PERT AND CPM METHOD
ABSTRACT
The country's economic development can not be separated from the activities of the project, because the project is the smallest developmental unit. Similarly within the scope of the company, the development of the company also starts from the project activities, such as plant construction projects, new product development projects or other projects. In this paper the author can planning techniques with network work (network planning) as one of the models that will be used in the implementation of road construction projects in PT. Karya Muda Nasional. The two planning techniques used by the author are PERT and CPM. Both of these techniques are used by the Author to optimize the construction of road construction projects, where the author examines issues related to time. PERT and CPM used to complement each other. By comparing the actual situation and the plan, it can be seen whether the progress of the project is on schedule or delayed.
Keywords: Network planning, PERT, CPM.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
vi
DAFTAR ISI
Halaman PERSETUJUAN i PERNYATAAN ii PENGHARGAAN iii ABSTRAK iv ABSTRACT v DAFTAR ISI vi DAFTAR TABEL viii DAFTAR GAMBAR ix DAFTAR LAMPIRAN x
BAB 1. PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Perumusan Masalah 2 1.3. Batasan masalah 2 1.4. Tujuan Penelitian 2 1.5. Manfaat Penelitian 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 4 2.1. Penjadwalan 4 2.2. Proyek 4 Perencanaan Proyek 6 2.3. Sistematika Menyusun Jaringan Kerja 7 2.4. Bagan Balok 8 2.5. Analisis Jaringan Kerja
2.5.1. Diagram Jaringan Kerja 2.5.2. Lingkaran Kejadian 2.5.3. Hambatan Aktivitas dan Jalur Krirtis (Critical Path) 2.5.4. Metode PERT 2.5.5. Metode CPM
Langkah Langkah Pembuatan CPM 2.5.6. AON (activity on node) Dalam Network Planning
9 10 12 14 14 17 18 18
BAB 3. METODE PENELITIAN 19 3.1. Objek Penelitian 19
3.2.
3.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan 3.1.2. Rencana Acuan Kerja dan Tugas 3.1.3. Panduan Pelaksanaan 3.1.4. Struktur Organisasi Perusahaan Metode Penelitian 3.2.1. Populasi dan Sampel 3.2.2. Tipe Penelitian 3.2.3. Sumber Data
19 20 24 37 39 39 39 39
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
vii
3.2.4. Metode Pengumpulan Data 3.2.5. Operasional Variabel 3.2.6. Metode Analisis Data
40 41 41
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 42 4.1. Bentuk Permasalahan 42 4.2. Analisis Teknis Satuan Kerja 44 4.3. Langkah-langkah Penyusunan Network Planning 66 4.3.1. Menginventarisasi Kegiatan 66 4.3.2. Menentukan Perkiraan Kurun Waktu 68 4.3.3. Menyusun Hubungan Antar Kegiatan 70 4.3.4. Menganalisis Data Menggunakan Metode PERT dan
CPM 4.3.4.1. Diagram Jaringan 4.3.4.2. Metode CPM
4.3.4.2.1. Jadwal Aktivitas 4.3.4.2.2. Hambatan Aktivitas
4.3.4.2.3. Jalur Kritis 4.3.4.3. Metode PERT
Menghitung Nilai Harapan dan Variansi
71
71 73 73 74 75 75 77
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN 81 5.1. Kesimpulan 81 5.2. Saran 81
DAFTAR PUSTAKA 83
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
viii
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman Tabel Tabel 2.1. Contoh penggunaan gantt chart 8 Tabel 2.2. Proyek rumah sakit 13 Tabel 4.1. Daftar kegiatan proyek pembangunan jalan 42 Tabel 4.2. Daftar kegiatan dan kode proyek 67 Tabel 4.3. Daftar waktu setiap kegiatan 68 Tabel 4.4. Daftar urutan kegiatan dan kegiatan pendahulunya 70 Tabel 4.5. Jadwal aktivitas 73 Tabel 4.6. Hambatan aktivitas (slack activity) dan kegiatan kritis 74 Tabel 4.7. Data waktu pesimis, realistis dan optimis 76 Tabel 4.8. Waktu rata-rata (te) 77 Tabel 4.9. Standar deviasi dan varians. 78
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ix
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman Gambar 2.1. Contoh gantt chart dalam penjadwalan proyek 9 Gambar 2.2. Hubungan antara simbol 1 11 Gambar 2.3. Hubungan antara simbol 2 11 Gambar 2.4. Hubungan antara simbol 3 12 Gambar 2.5. Lingkaran kejadian 12 Gambar 2.6. Lingkaran kegiatan maju (forward pass) proyek rumah sakit 14 Gambar 2.7. Lingkaran kegiatan mundur (backward pass) proyek rumah
sakit 14
Gambar 2.8. Jaringan AON 18 Gambar 3.1. Diagram struktur organisasi perusahaan 38 Gambar 4.1. Jaringan AON proyek pembangunan jalan 72 Gambar 4.2. Kurva peluang 80
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
x
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman Lampiran 1. Lingkaran Kejadian Proyek 84 Lampiran 2. Tabel Distribusi Normal Z 85 Lampiran 3. Surat Riset PT. Karya Muda Nasional 86
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam suatu perusahaan diperlukan adanya suatu manajemen yang baik untuk
menciptakan pekerjaan yang terstruktur. PERT (Program Evaluation and Review
Technique) dan CPM (Critical Path Method) adalah prosedur yang dapat
digunakan untuk mengkoordinasikan dan mengurutkan kegiatan-kegiatan
perusahaan yang kompleks, yang saling berhubungan dan saling bergantung satu
sama lain.
Manajemen proyek seringkali dijumpai proyek-proyek berbentuk jaringan
atau network yang berskala besar. Untuk mengadakan perencanaan dan
pengendalian proyek yang berjenis jaringan tersebut, seorang manajer
menentukan kegiatan-kegiatan kritis yang sangat mempengaruhi penyelesaian
suatu proyek. Perencanaan adalah penentuan mengenai apa yang harus dicapai,
kapan dan bagaimana hal tersebut dapat dilaksanakan.
Penjadwalan merupakan alokasi dari sumber daya terhadap waktu untuk
menghasilkan sebuah kumpulan pekerjaan. Penjadwalan dibutuhkan untuk
mengalokasikan sumber daya yang tepat seperti urutan pengerjaan dan kebutuhan
material. Pengaturan penjadwalan yang efektif dan efisien dapat memenuhi order
tepat waktu serta kualitas yang telah ditentukan. Penjadwalan yang baik akan
memaksimumkan efektivitas pemanfaatan setiap sumber daya.
Penjadwalan sebuah proyek dapat dilakukan dengan menguraikan
tahapan-tahapan kegiatan yang akan dilaksanakan. Dalam membuat suatu jadwal
kegiatan dibutuhkan sebuah perkiraan waktu yang akurat. Penjadwalan juga dapat
digunakan sebagai indikator keberhasilan suatu pelaksaan proyek, apabila proyek
tesebut terlaksana tepat waktu maka dapat dikatakan proyek tersebut berhasil.
Dalam menentukan penjadwalan yang akurat dibutuhkan sebuah metode. Jaringan
kerja merupakan sebuah metode yang dianggap mampu menyuguhkan teknik
dasar dalam menentukan urutan dan kurun waktu kegiatan unsur proyek, dan pada
giliran selanjutnya dapat dipakai untuk memperkirakan waktu penyelesaian
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2
proyek secara keseluruhan, diantara berbagai versi analisis jaringan penjadwalan
adalah proses menentukan waktu yang digunakan dalam menyelesaikan suatu
kegiatan. Dalam Prosesnya penjadwalan sering digunakan untuk memaksimalkan
penggunaan waktu yang tersedia dalam menyelesaikan suatu masalah sehingga
memaksimalkan penggunaan sumber daya yang tersedia.
Metode penjadwalan yang sering dipakai yaitu PERT dan CPM. Pada
konsepnya kedua metode ini adalah sama, perbedaannya adalah CPM
menggunakan satu taksiran waktu, sementara PERT menggunakan tiga taksiran
waktu.
Dengan dua teknik dalam network planning ini dapat diperoleh suatu
jaringan kerja yang memiliki jadwal kerja yang membutuhkan percepatan yang
logis untuk mencapai waktu penyelesaian proyek yang optimal.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang penelitian ini, maka rumusan masalah yang
akan penulis teliti adalah bagaimana mengoptimalkan waktu proses konstruksi
pengaspalan jalan.
1.3. Batasan Masalah
Batasan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Metode perencanaan yang dipakai adalah metode PERT dan CPM.
2. Waktu dibatasi mulai dari perencanaan proyek sampai pembangunan proyek
Selesai.
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mengoptimalkan penjadwalan proyek pembangunan
jalan dengan metode PERT dan CPM.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3
1.5. Manfaat Penelitian
Tulisan ini diharapkan dapat digunakan untuk
a. Bahan referensi dalam perencanaan, penjadwalan dan pengambilan keputusan
dalam pembuatan proyek.
b. Menyelesaikan proyek tepat waktu sehingga penggunanan anggaran jadi lebih
efisien dan tidak terjadi pemborosan.
c. Mengetahui kegiatan mana yang harus bekerja keras diselesaikan agar jadwal
proyek terpenuhi.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penjadwalan
Penjadwalan (sceduling) merupakan salah satu kegiatan penting dalam
perusahaan. Dalam suatu perusahaan industri, penjadwalan diperlukan dalam
mengalokasikan operator, mesin, peralatan produksi, urutan proses, jenis produk,
pembelian material dan sebagainya.
Penjadwalan adalah pengaturan waktu dari suatu kegiatan operasi.
Penjadwalan mencakup kegiatan mengalokasikan fasilitas, peralatan ataupun
tenaga kerja bagi suatu kegiatan operasi dan menentukan urutan pelaksanaan
kegiatan operasi. Secara umum, penjadwalan dalam sistem volume rendah
diarahkan untuk menentukan bagaimana pembagian beban pekerjaan pada pusat-
pusat kerja (loading) dan bagaimana urutan dari pekerjaannya (squencing).
Pembebanan dapat diartikan sebagai penugasan pekerjaan kepada pusat-pusat
kerja tertentu sehingga biaya proses, waktu kosong, pemenuhan waktu dapat
dilakukan seminimal mungkin. Sementara pengurutan mencakup penentuan
urutan pekerjaan yang diproses sesuai dengan aturan prioritas yang digunakan.
2.2. Proyek
Proyek adalah suatu usaha atau aktivitas yang kompleks, tidak rutin, dibatasi oleh
waktu, anggaran, resources dan spesifikasi performansi yang dirancang untuk
memenuhi kebutuhan konsumen. Menurut Iman Soeharto (2002) bahwa Proyek
memiliki beberapa ciri-ciri khusus yaitu:
1. Memiliki tujuan yang berupa produk akhir atau hasil kerja akhir
2. Dalam prosesnya ditentukan jumlah biaya, jadwal serta kriteria mutu yang
harus ditetapkan
3. Bersifat sementara, dalam arti mempunyai umur yang dibatasi oleh selesainya
tugas atau kegiatan dalam proyek
4. Bersifat nonrutin, dalam arti tidak berulang-ulang.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5
Kompleksitas suatu proyek dinilai dari jumlah jenis kegiatan yang
terdapat dalam pengerjaan sebuah proyek, hubungan ketergantungan antar
kegiatan dan hubungan ketergantungan setiap kegiatan dengan pihak luar.
Berdasarkan aktivitas yang terdapat dalam suatu proyek, maka proyek dapat
dibagi menjadi beberapa jenis, yakni :
1. Proyek konstruksi proyek ini mencakup kegiatan yang berhubungan dengan
pembangunan konstruksi.
2. Proyek manufaktur proyek ini mencakup kegiatan yang bertujuan untuk
menghasilkan produk baru.
3. Proyek pelayanan manajemen.
4. Proyek penelitian dan pengembangan.
5. Proyek kapital.
Dalam pelaksanaanya proyek mempunyai tiga sasaran utama yang menjadi
parameter keberhasilan suatu proyek yaitu:
1. Jadwal
Jadwal adalah salah satu faktor penentu apakah proyek yang sedang
dilaksanakan berhasil. Dalam hal ini jadwal mengandung nilai waktu yang
dibatasi oleh selesainya pekerjaan yang telah disepakati. Penjadwalan adalah
hal yang penting dalam menyusun rencana pelaksanaan sebuah proyek karena
penjadwalan merupakan salah satu alat untuk mengawasi kinerja produksi
sebuah proyek.
2. Biaya
Setiap perencanaan pembuatan sebuah proyek harus memiliki anggaran biaya.
Anggara biaya diperkirakan berdasarkan ongkos produksi baik biaya materil
maupun tenaga kerja dan harus membuat cadangan biaya atau biaya untuk
kegiatan-kegiatan yang tidak terduga seperti biaya yang timbul akibat
keterlambatan produksi. Keberhasilan proyek juga ditentukan oleh biaya
minimum yang dalam pelaksaaannya tidak melebihi anggaran.
3. Mutu
Hasil kegiatan proyek harus memenuhi spesifikasi dan kriteria yang telah
disepakati. Memenuhi persyaratan mutu berarti mampu memenuhi tugas yang
dimaksud, sebagai contoh proyek pembangunan gedung sekolah maka kriteria
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6
yang harus dipenuhi adalah gedung sekolah harus bisa dipakai dalam kurun
waktu yang telah ditentukan dalam perencanaan.
Perencanaan Proyek
Unsur-unsur dalam perencanaan proyek sekurang-kurangnya meliputi sasaran,
organisasi, jadwal dan anggaran.
a) Sasaran
Sasaran merupakan target dimana semua kegiatan diarahkan dan diusahakan
untuk mencapainya. Pada umumnya sasaran proyek dinyatakan dalam bentuk
waktu, biaya dan mutu. Disamping sasaran proyek secara keseluruhan, sasaran
dari masing-masing tugas sebaiknya juga dibuat, sehingga memudahkan dalam
proyek.
b) Organisasi
Organisasi merupakan sarana dimana para anggota bekerja sama untuk
mencapai tujuan proyek. Organisasi proyek diusahakan efisien serta memiliki
pembagian tugas dan wewenang yang jelas. Terdapat beberapa macam struktur
organisasi proyek, yang pemilihannya disesuaikan dengan keadaan atau situasi
yang dihadapi oleh organisasi yang bersangkutan.
c) Jadwal
Jadwal merupakan salah satu perencanaan proyek penting yang mencakup
urutan langkah-langkah kegiatan yang sistematis untuk mencapai sasaran.
Penjadwalan digunakan sebagai sarana koordinasi dan integrasi bagi para
peserta proyek menjadi satu rangkaian yang berurutan serta digunakan untuk
mengungkapkan adanya kegiatan yang mendapatkan prioritas supaya
penyelesaian proyek sesuai dengan waktu yang ditentukan. Pendekatan yang
sering dipakai adalah melalui pembentukan jaringan kerja, yang
menghubungkan urutan pekerjaan proyek dalam satu grafik.
d) Anggaran
Anggaran merupakan salah satu bentuk perencanaan yang harus ditentukan
sejak awal. Anggaran menunjukkan perencanaan penggunaan dana untuk
melaksanaan pekerjaan tertentu. Manager proyek harus mempunyai
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
7
kemampuan untuk menjaga agar perkembangan proyek berada pada batas-
batas anggaran yang telah ditetapkan. Namun, penganggaran proyek juga tidak
boleh kaku, sering kali penyesuaian anggaran dilakukan karena adanya faktor-
faktor yang tidak bisa dihindari, seperti berubahnya kondisi ekonomi makro,
kendala alamiah yang tak terduga, atau dilakukannya percepatan proyek untuk
mencapai jadwal tertentu.
2.3. Sistematika Menyusun Jaringan Kerja
Sistematika lengkap dari proses menyusun jaringan kerja adalah sebagai berikut:
a) Langkah pertama
Mengkaji dan mengidentifikasi lingkup proyek, menguraikan atau
memecahkannya menjadi kegiatan-kegiatan atau kelompok kegiatan yang
merupakan komponen proyek. Pengkajian yang dimaksud adalah untuk
mengetahui kegiatan-kegiatan apa yang merupakan bagian atau komponen dari
proyek yang bisa dibedakan satu sama lain.
b) Langkah kedua
Menyusun kembali komponen-komponen tersebut pada butir pertama, menjadi
mata rantai dengan urutan yang sesuai dengan logika ketergantungan. Urutan
ini dapat berbentuk pararel atau seri. Menyusun urutan ketergantungan dituntut
berpikir secara analisis, sehingga akan diperoleh urutan yang benar-benar dapat
mempermudah permasalahan.
c) Langkah ketiga
Memberikan perkiraan kurun waktu bagi masing-masing kegiatan yang
dihasilkan dari penguraian lingkup proyek, dengan memasukkan unsur kurun
waktu ke analisis jaringan kerja, berarti perencanaan telah memasuki taraf yang
lebih spesifik, yaitu membuat jadwal kegiatan proyek.
d) Langkah keempat
Mengidentifikasi jalur kritis (critical path) pada jaringan kerja. Jalur kritis
adalah jalur yang terdiri dari rangkaian kegiatan dari lingkup proyek, yang bila
terlambat akan menyebabkan keterlambatan proyek secara keseluruhan.
e) langkah kelima
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
8
Bila semua langkah-langkah diatas diselesaikan, dilanjutkan dengan usaha-
usaha meningkatkan daya guna dan hasil guna pemakaian sumber daya.
Setelah tersusun rencana dan jadwal proyek yang cukup realistik, kemudian
dapat dipakai diantaranya sebagai tolak ukur atau alat pembanding dalam
kegiatan pengendalian pada tahap inplementasi fisik, yaitu dengan
memperbandingkan antara perencanaan atau jadwal dengan hasil pelaksanaan
nyata dilapangan.
2.4. Bagan Balok
Metode bagan balok yang umum dipakai adalah Gantt chart, yang diperkenalkan
oleh Henry L.Gantt pada tahun 1916. Penggunaan Gantt chart dalam penjadwalan
proyek diberikan dalam contoh berikut. Misalnya, suatu perusahaan akan
memindahkan kantor pemasarannya ke suatu lokasi yang baru. Elemen kegiatan
proyek beserta estimasi waktunya sebagai berikut:
Tabel 2.1 Contoh penggunaan gantt chart
Elemen Kegiatan Kegiatan
Pendahulu
Estimasi Waktu
(Hari)
A. Menyusun rencana tata letak - 4
B. Memilih dan memesan Furniture A 12
C. Memasang sistem komunikasi A 8
D. Menata Furniture B 4
E. Mengangkut barang-banrang C 4
F. Menata barang-barang D,E 6
G. Pemindahan personel F 2
Dalam bentuk Gantt chart, jadwal kegiatan proyek tersebut dapat digambarkan
sebagai berikut:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
9
Hari ke 0 4 8 12 16 20 24 28
A. Menyusun rencana
tata letak
B. Memilih dan
memesan Furniture
C. Memasang sistem
komikasi
D. Menata Furniture
E. Mengangkut
barang-banrang
F. Menata barang-
barang
G. Pemindahan
personel
Gambar 2.1 Contoh gantt chart dalam penjadwalan proyek
Metode ini relatif sederhana, mudah dimengerti mudah pembuatannya dan
mudah untuk digunakan memantau perkembangan proyek. Namun metode ini
memiliki bebrapa kelemahan, antara lain tidak secara langsung dapat
menunjukkan hubungan antara kegiatan, sehingga apabila kegiatan mengalami
penundaan maka akan sulit untuk mengetahui kegiatan apa yang terpengaruh dan
bagai mana dampaknya terhadap waktu selesainya proyek. Kelemahan lainnya
adalah tidak dapat menunjukkan kegiatan apa saja yang merupakan kegiatan
kritis.
2.5. Analisis Jaringan Kerja
Jaringan kerja (network) adalah jaringan kerja yang dipergunakan untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan. Dalam suatu proyek sangat penting melaksanakan
aktivitas perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan. Proyek
sendiri diartikan sebagai suatu sistem yang kompleks yang melibatkan koordinasi
dari sejumlah bagian yang terpisah dari organisasi dan didalamnya terdapat
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
10
scedule dan syara-syarat yang harus dipenuhi dalam bekerja. Dalam penanganan
suatu proyek harus benar-benar direncanakan secara matang, sehingga ketepatan
waktu dan biaya dapat tercapai.
Konsep network pertama kali disusun oleh perusahaan jasa konsultan
manajemen Boaz, Allen, dan Hamilton atas permintaan perusahaan pesawat
terbang Lockheed dengan nama PERT. Keberhasilan network mengakibatkan
banyak perusahaan-perusahaan lain menggunakan metode ini. Pada saat yang
hampir bersamaan muncul metode CPM yang disusun oleh Du Pont Company
untuk pengawasan proyek konstruksi pada tahun 1951.
2.5.1. Diagram Jaringan Kerja
Diagram jaringan kerja merupakan logika model yang menggambarkan hubungan
antara masing-masing kegiatan dan menjelaskan arus dari operasi sejak awal
hingga selesainya kegiatan-kegiatan proyek.
Diagram jaringan kerja mempunyai dua peranan, yaitu pertama sebagai
alat perencanaan proyek dan yang kedua sebagai ilustrasi secara grafik dari
kegiatan-kegiatan suatu proyek, oleh karena itu diagram suatu jaringan kerja harus
mampu memberi gambaran tentang dimulainya dari awal kegiatan sampai
diselesaikannya kegiatan tersebut.
Untuk itu diagram jaringan kerja memerlukan beberapa lambang khusus
untuk memberikan keterangan yang jelas tentang suatu proyek, yaitu :
1. Anak panah (arrow) menyatakan kegiatan dengan ketentuan bahwa
panjang dan arah panah tidak mempunyai arti khusus. Pangkal dan
ujung panah menerangkan kegiatan mulai dan berakhir dengan arah
kekanan (positif). Kegiatan harus berlangsung terus dalam jangka
waktu tertentu (duration) dengan pemakaian sejumlah sumber
seperti manusia, alat, bahan dan dana. Pada umumnya kegiatan
diberikan huruf kode huruf besar A, B, C, dan seterusnya.
2. Lingkaran kecil atau node menyatakan suatu kejadian atau
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
11
peristiwa.
3. -------► Anak panah terputus-putus menyatakan kegiatan semu atau dummy.
Dummy sebagai pemberitahuan bahwa terjadi perpindahan dari
satu kejadian ke kejadian yang lain pada saat yang sama, oleh
karena itu dummy tidak memerlukan waktu dan tidak
menghabiskan sumber. Panjang dan arah dummy tidak mempunyai
arti khusus.
Untuk menyatakan saling ketergantungan logika dari kegiatan-kegiatan berikut ini
dijelaskan beberapa ketentuan sebagai berikut:
a. Setelah kegiatan ABC selesai, baru dimulai dengan kegiatan D.
Gambar 2.2 Hubungan antara simbol 1
b. Aktivitas AB selesai, kemudian dilanjutkan ke kegiatan C, kemudian ke
kegiatan DE
Gambar 2.3 Hubungan antara simbol 2
A
E B D
C
A
B
C
D
E
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
12
c. Aktivitas BE merupakan kegiatan dummy
Gambar 2.4 Hubungan antara simbol 3
2.5.2. Lingkaran Kejadian
Lingkaran kejadian digambarkan sebagai berikut:
Nama kegiatan Earliest Finish
Atau simbol
Latest Finish
Earliest Start
Latest Start Lamanya kegiatan
Gambar 2.5 Lingkaran kejadian
Perhitungan waktu proyek dilakukan dengan dua tahap (two-pass). Tahap
pertama menghitung ES dan EF atau perhitungan maju (forward pass), dan Tahap
kedua menghitung LS dan LF atau perhitungan mundur (bacward pass). Forward
pass merupakan identifikasi waktu-waktu terdahulu. Aturan mulai terdahulu
adalah:
a. Sebelum suatu kegiatan dapat dimulai, kegiatan pendahulu langsungnya harus
selesai.
b. Jika suatu kegiatan hanya mempunyai satu pendahulu langsung, ES nya sama
dengan EF pendahulunya.
c. Jika satu kegiatan mempunyai satu pendahulu langsung, ES nya adalah nilai
A
D
B
E
C
F
ES A EF
LS 2 LF
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
13
maximum dari semua EF pendahulunya, yaitu ES = max [EF semua pendahulu
langsung].
1. Aturan selesai terdahulu
Waktu selesai terdahulu (EF) dari suatu kegiatan adalah jumlah dari waktu
mulai terdahulu (ES) dan waktu kegiatannya, EF = ES + waktu kegiatan.
Bacward pass merupakan identifikasi waktu-waktu terakhir.
2. Aturan waktu selesai terakhir
a) Jika suatu kegiatan adalah pendahulu langsung bagi hanya satu kegiatan, LF
nya sama dengan LS dari kegiatan yang secara langsung mengikutinya.
b) Jika suatu kegiatan adalah pendahulu langsung bagi lebih dari satu kegiatan,
maka LF adalah minimum dari seluruh nilai LS dari kegiatan-kegiatan yang
secara langsung mengikutinya, yaitu LF = Min [LS dari seluruh kegiatan
langsung yang mengikutinya].
3. Aturan waktu mulai terakhir
Waktu mulai terakhir (LS) dari suatu kegiatan adalah perbedaan antar waktu
selesai terakhir (LF) dan waktu kegiatannya, yaitu LS = LF – waktu kegiatan.
Contoh: Hitunglah waktu mulai dan selesai terdahulu, untuk proyek rumah sakit
berstandar internasional yang di bangun pemerintah dan berikut
menunjukan jaringan proyek lengkap untuk proyek rumah sakit tersebut,
bersama dengan nilai ES dan EF untuk semua kegiatan.
Tabel 2.2 Proyek rumah sakit
Kegiatan Penjelasan Waktu
(minggu) A Membangun komponen internal 2 B Memodifikasi atap dan lantai 3 C Membangun tumpukan 2 D Menuangkan beton dan memasang rangka 4 E Membangun pembakar temperatur tinggi 4 F Memasang sistem kendali polusi 3 G Membangun alat pencegah polusi udara 5 H Pemerikasaan dan pengujian 2
TOTAL (minggu) 25
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 2.6 Lingkaran kegiatan maju (
Gambar 2.7 Lingkaran kegiatan mundur (
2.5.3 Hambatan Aktivitas
Hambatan aktivitas (
setiap kegiatan untuk bisa diundur tanpa menyebabkan keterlambatan proyek
keseluruhan.
Kegiatan kritis adalah kegiatan yang tidak mempunyai waktu tenggang
(Slack = 0), artinya kegiatan tersebut harus dimulai tepat pada ES agar tidak
mengakibatkan bertambahnya waktu penyelesaian proyek.
2.5.4. Metode PERT
Pada prosedur penjadwalan dengan metode CPM diasumsikan bahwa durasi suatu
kegiatan proyek dianggap telah diketahui secara pasti. Dalam kenyataannya
Lingkaran kegiatan maju (forward pass) proyek rumah sakit
Lingkaran kegiatan mundur (backward pass) proyek rumah sakit
ktivitas dan Jalur Krirtis (Critical Path)
Hambatan aktivitas (slack activity) merupakan waktu bebas yang dimiliki oleh
setiap kegiatan untuk bisa diundur tanpa menyebabkan keterlambatan proyek
kritis adalah kegiatan yang tidak mempunyai waktu tenggang
0), artinya kegiatan tersebut harus dimulai tepat pada ES agar tidak
mengakibatkan bertambahnya waktu penyelesaian proyek.
Metode PERT
Pada prosedur penjadwalan dengan metode CPM diasumsikan bahwa durasi suatu
kegiatan proyek dianggap telah diketahui secara pasti. Dalam kenyataannya
14
) proyek rumah sakit
) proyek rumah sakit
waktu bebas yang dimiliki oleh
setiap kegiatan untuk bisa diundur tanpa menyebabkan keterlambatan proyek
kritis adalah kegiatan yang tidak mempunyai waktu tenggang
0), artinya kegiatan tersebut harus dimulai tepat pada ES agar tidak
Pada prosedur penjadwalan dengan metode CPM diasumsikan bahwa durasi suatu
kegiatan proyek dianggap telah diketahui secara pasti. Dalam kenyataannya
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
15
prosedur penjadwalan melalui proses yang dinamakan estimasi. Ciri utama dari
estimasi adalah mengandung unsur ketidakpastian. Hal ini sesuai dengan
karakteristik proyek konstruksi yaitu tingkat resiko yang tinggi terhadap setiap
perubahan yang terjadi. Cara yang formal untuk memasukkan ketidakpastian pada
penjadwalan adalah dengan menganalisis penjadwalannya secara probalistik.
PERT dikembangkan sejak tahun 1958 oleh US Navy dalam proyek
pengembangan Polaris Missile System. Teknik ini mampu mereduksi waktu
selama dua tahun dalam pengembangan sistem senjata tersebut dan sejak itu mulai
digunakan secara luas. PERT memakai pendekatan yang menganggap bahwa
kurun waktu kegiatan tergantung pada banyak faktor dan variasi, sehingga lebih
baik perkiraan diberi rentang (range), yaitu memakai tiga angka estimasi. PERT
juga memperkenalkan parameter lain yang mencoba mengukur ketidakpastian
tersebut secara kuantitatif seperti deviasi standar dan varians, dengan demikian,
metode ini memiliki cara yang spesifik untuk menghadapi ketikdakpastian yang
memang hampir selalu terjadi pada kenyataannya dan mengakomodasikannya
dalam bentuk perhitungan.
Dalam metode PERT, diketahui ada tiga buah estimasi durasi setiap
kegiatan, sedangkan dalam CPM hanya diperoleh satu estimasi durasi. Ketiga
estimasi durasi tersebut adalah:
1. a = kurun waktu optimis (optimistic duration time) Merupakan waktu
tersingkat untuk menyelesaikan kegiatan bila segala sesuatu berjalan mulus.
Waktu demikian diungguli hanya sekali dalam seratus kali bila kegiatan
tersebut dilakukan berulang-ulang dengan kondisi yang hampir sama.
2. m = kurun waktu paling mungkin (most likely time) merupakan kurun waktu
paling sering terjadi dibandingkan dengan yang lain bila kegiatan dilakukan
berulang-ulang dengan kondisi yang hampir sama.
3. b = kurun waktu pesimis (pessimistic duration time) Merupakan waktu yang
paling lama untuk menyelesaikan kegiatan.
i. Kurun Waktu Yang Diharapkan
�� =(� + 4� + �)
6
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
16
ii. Standart Deviasi Kegiatan (S)
Rentang waktu ini menandai derajat ketidakpastian yang berkaitan dengan
estimasi kurun waktu kegiatan. Berapa besarnya ketidakpastian ini
tergantung pada besarnya angka yang diperkirakan untuk a dan b. Pada
PERT parameter yang menjelaskan masalah ini dikenal sebagai standart
deviasi. Berdasarkan ilmu statistik, angka standart deviasi sebesar 1/6 dari
rentang distribusi (� − �) atau dapat ditulis dengan rumus menjadi
sebagai berikut :
� = (� − �)
6
iii. Varians Kegiatan
Varians, yaitu hasil kuatrat standart deviasi. Digunakan untuk mengetahui
rentang waktu selesainya proyek. Dirumuskan sebagai berikut:
�(��) = �� = �� − �
6��
iv. Target Jadwal Penyelesaian ( TD )
Pada penyelenggaraan proyek sering dijumpai sejumlah tonggak kemajuan
(milestone) dengan masing-masing target atau tanggal penyelesaian yang
telah ditentukan. Pimpinan proyek atau pemilik seringkali menginginkan
suatu analisis untuk mengetahui kemungkinan atau kepastian mencapai
target jadwal tersebut. Hubungan antara waktu yang diharapkan (te)
dengan target T(d) pada metode PERT dinyatakan dengan z dan
dirumuskan sebagai berikut:
� =�(�) − ��
�
Angka z merupakan angka probabilitas yang persentasenya dapat dicari
dengan menggunakan tabel distribusi normal kumulatif z.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
17
2.5.5. Metode CPM
Metode jalur kritis (critical path method) ini diperkenalkan menjelang akhir
dekade 1950 oleh suatu tim engineer dan ahli matematika dari perusahaan Du
Pont Company Amerika bekerja sama dengan Rand Corporation dalam usaha
mengembangkan sistem kontrol manajemen. Sistem ini dimaksudkan untuk
merencanakan dan mengendalikan sejumlah besar kegiatan yang memiliki
hubungan ketergantungan yang kompleks dalam masalah desain engineering,
konstruksi dan pemeliharaan.
Dalam metode CPM dikenal dengan adanya jalur kritis, yaitu jalur yang
memiliki rangkaian komponen-komponen kegiatan dengan total jumlah waktu
terlama. Jalur kritis terdiri dari rangkaian kegiatan kritis, dimulai dari
kegiatan pertama sampai pada kegiatan terakhir proyek (Soeharto, 1999). Lintasan
kritis (Critical Path) melalui aktivitas-aktivitas yang jumlah waktu
pelaksanaannya paling lama. Menurut Badri (1997), manfaat yang didapat jika
mengetahui lintasan kritis adalah sebagai berikut:
1. Penundaan pekerjaan pada lintasan kritis menyebabkan seluruh
pekerjaan proyek tertunda penyelesaiannya.
2. Proyek dapat dipercepat penyelesaiannya, bila pekerjaan-pekerjaan yang
ada pada lintasan kritis dapat dipercepat.
3. Pengawasan atau kontrol dapat dikontrol melalui penyelesaian jalur kritis yang
tepat dalam penyelesaiannya dan kemungkinan di trade off (pertukaran waktu
dengan biaya yang efisien) dan crash program (diselesaikan dengan waktu
yang optimum dipercepat dengan biaya yang bertambah pula) atau dipersingkat
waktunya dengan tambahan biaya lembur.
4. Time slack atau kelonggaran waktu terdapat pada pekerjaan yang tidak melalui
lintasan kritis. Ini memungkinkan bagi manajer/pimpro untuk memindahkan
tenaga kerja, alat, dan biaya ke pekerjaan-pekerjaan di lintasan kritis agar
efektif dan efisien.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
18
Langkah-langkah Pembuatan CPM
Langkah-langkah dalam pembuatan CPM adalah:
a) Pahami urutan dari masing-masing kegiatan atau pekerjaan tersebut dan
ketergantungannya (interdependensinya) antara masing-masing kegiatan atau
pekerjaan yang bersangkutan.
b) Rangkaikan satu jaringan aturan atau persyaratan seperti yang telah
dijelaskan. Ingat kegiatan mana yang harus mendahului kegiatan lain dan
mana yang merupakan lanjutan dari kegiatan sebelumnya.
c) Kalau jumlah macam kegiatan atau work items-nya sedekian banyak
jumlahnya sampai ratusan maka untuk memudahkannya penyusunan CPM
bisa digunakan dengan mengikuti urutan pekerjaan dari masing-masing
kelompok pekerjaannya (work items group)
d) CPM dari work items group yang sudah jadi lantas digabungkan dengan CPM
detail work items yang juga dibuat tersendiri.
2.5.6. AON (activity on node) Dalam Network Planning
Pendekatan ini digunakan pada PERT yang menggunakan lingkaran (node)
sebagai simbol kegiatan. Setiap kegiatan ditunjukkan dengan satu titik atau atau
satu lingkaran sedangkan tanda panah menunjukkan hubungan prasyarat untuk
setip kegiatan.
Gambar 2.8 Jaringan AON
B
C
A
D
E
F
G
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Objek Penelitian
Perusahaan yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah PT. Karya Muda
Nasional. Pusat perusahaan ini berada di Desa Laru Baringin Kecamatan
Tambangan Kabupaten Mandailing Natal, Jl. Lintas Sumatera
Desa Tamiang, Kec. Kotanopan Kab. Mandailing Natal, dengan nomor
Telp. (0636) 41038. Perusahaan ini telah membuka 3 cabang yaitu:
a) Cabang AMP dan KRASERDI di Desa Lancat Kecamatan Lingga Bayu
Kabupaten Mandailing Natal.
b) Cabang AMP dan KRASERDI di Desa Sihiuk Sibuhuan Gunung Tua.
c) Kantor cabang di kota Medan beralamat di Jalan STM Gang Suka Ramai.
PT. Karya Muda Nasional adalah perusahaan yang bergerak di bidang jasa
pelaksanaan konstruksi gedung, jalan, jembatan dan saluran air. PT. Karya Muda
Nasional memiliki izin untuk melakukan kegiatan usaha jasa pelaksanaan
konstruksi di seluruh wilayah Republik Indonesia. Selain usaha jasa pelaksanaan
konsruksi, PT. Karya Muda Nasional juga menyewakan peralatan berat /
bangunan dan menjual produk-produk material pembuatan jalan seperti aspal,
minyak hitam, semen dan lain-lain.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, penulis memberikan
gambaran secara umum tentang perusahaan.
3.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan
PT. Karya Muda Nasional adalah perusahaan swasta Nasional yang didirikan pada
hari Rabu tanggal 04 Januari 2006. Perusahaan ini didirikan oleh tuan Aswin,
Nyonya Nuraini dan tuan Supardi.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
20
3.1.2. Rencana Acuan Kerja dan Tugas
1. General Superitendent.
Tugas dan wewenang general superitendent adalah sebagai berikut:
a) Sebagai wakil dari penyedia jasa dilapangan dan bertanggung jawab
terhadap pelaksanaan kegiatan.
b) Sebagai pengelola kegiatan yang bekerjasama dengan pihak pengguna jasa
dan konsultan supervisi (direksi teknik) untuk mencapai hasil yang
maksimal sesuai spesifikasi teknik yang diterapkan.
c) Bekerjasama dengan pengguna jasa dan konsultan supervisi dalam periode
kontrak untuk mencapai target waktu yang ditetapkan / direncanakan.
d) Memimpin semua divisi yang tertera dalam struktur organisasi kontraktor
dalam rangka terlaksananya pekerjaan sesuai rencana dan ketentuan.
e) Menjelaskan metode dan pelaksanaan konstruksi kepada unit-unit
pelaksana lapangan.
f) Membuat rencana pelaksanaan pekerjaan, rencana pemakaian bahan dan
alat.
g) Membuat jadwal mobilisasi dan demobilisasi.
h) Melaksanakan survey rekayasa lapangan bersama pengguna jasa dan
konsultan untuk mendapatkan data-data yang akurat terhadap lokasi,
volume dan mengusulkan perubahan (bila ada).
i) Membuat justifikasi teknik (bila ada) bersama dengan pengguna jasa dan
konsultan agar perubahan yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan dan
dapat dipertanggungjawabkan.
j) Bertanggungjawab atas terselenggaranya proses pengadministrasian data-
data pelaksanaan meliputi quantity dan quality dan data administrasi
lainnya yang dibutuhkan.
2. Highway Enginering
Tugas dan wewenang highway engineer adalah sebagai berikut:
a) Sebagai wakil/pembantu General Superitendent dalam pelaksanaan
kegiatan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
21
b) Sebagai pengelola kegiatan yang bekerjasama dengan pihak pengguna jasa
dan konsultan supervisi (direksi teknik) untuk mencapai hasil yang
maksimal sesuai spesifikasi teknik yang diterapkan.
c) Bekerjasama dengan pengguna jasa dan konsultan supervisi dalam periode
kontrak untuk mencapai target waktu yang ditetapkan atau direncanakan.
d) Memimpin semua divisi yang tertera dalam struktur organisasi kontraktor
dalam rangka terlaksananya pekerjaan sesuai rencana dan ketentuan.
e) Menjelaskan metode dan pelaksanaan konstruksi kepada unit-unit
pelaksana lapangan.
f) Membuat rencana pelaksanaan pekerjaan, rencana pemakaian bahan dan
alat.
g) Membuat jadwal mobilisasi dan demobilisasi.
h) Melaksanakan survey rekayasa lapangan bersama pengguna jasa dan
konsultan untuk memperoleh data-data yang akurat terhadap lokasi,
volume dan mengusulkan perubahan (bila ada).
i) Membuat justifikasi teknik (bila ada) bersama dengan pengguna jasa dan
konsultan agar perubahan yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan dan
dapat dipertanggungjawabkan.
j) Bertanggungjawab atas terselenggaranya proses pengadministrasian data-
data pelaksanaan meliputi quantity dan quality dan data administrasi
lainnya yang dibutuhkan.
3. Quality Enginer
Tugas dan wewenang Quality Engineer adalah sebagai berikut:
a) Sebagai pembantu General Superitendent dalam pelaksanaan kegiatan
terutama yang berhubungan dengan kualitas pekerjaan.
b) Bekerjasama dengan pengguna jasa dan konsultan supervisi dalam periode
kontrak untuk memperoleh mutu kerja yang diharapkan dan sesuai dengan
spesifikasi teknis.
c) Mengkordinir laboratorium dilapangan agar melaksanakan segala jenis
pengujian yang diperlukan termasuk membuat laporan pengujian.
d) Bersama dengan pengguna jasa dan konsultan melaksanakan Job Mix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
22
Formula (JMF) untuk memperoleh mutu kerja yang maksimal.
e) Saling membantu pekerjaan dilapangan dengan divisi lainnya sesuai
kebutuhan dan tidak terbatas hanya dalam bidang quality ataupun
laboratorium.
4. Quantity Enginer
Tugas dan wewenang Quantity Engineer adalah sebagai berikut:
f) Sebagai pembantu General Superitendent dalam pelaksanaan kegiatan,
terutama yang berhubungan dengan kuantitas pekerjaan.
g) Bekerjasama dengan pengguna jasa dan konsultan supervisi dalam periode
kontrak agar diperoleh keakuratan volume pekerjaan sesuai dengan
kontrak.
h) Mengkordinir surveyor dilapangan dan melaksanakan pengukuran
pekerjaan dan dituangkan dalam laporan quantity.
i) Bersama dengan pengguna jasa dan konsultan melaksanakan pengukuran
hasil pekerjaan.
j) Saling membantu pekerjaan dilapangan dengan divisi lainnya sesuai
kebutuhan dan tidak terbatas hanya dalam bidang quantity.
5. Laboratory Technician
Tugas dan wewenang Laboratory Technician adalah sebagai berikut:
a) Sebagai pembantu quality engineer bertanggung jawab kepada Quality
Engineer dan General Superitendent dalam kegiatan lapangan terutama
yang berkaitan dengan quality.
b) Bekerjasama dengan pengguna jasa dan konsultan supervisi dalam periode
kontrak agar diperoleh mutu pekerjaan sesuai dengan spesifikasi teknis.
c) Melaksanakan pengujian-pengujian laboratorium sesuai dengan item-item
pekerjaan dan volume pekerjaan yang ada dalam kontrak.
d) Bersama dengan pengguna jasa dan konsultan melaksanakan pengujian
lapangan untuk mengetahui apakah pekerjaan telah memenuhi spesifikasi
teknis dan bila diperlukan dapat melakukan percobaan-percobaan.
e) Saling membantu pekerjaan dilapangan dengan divisi lainnya sesuai
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
23
kebutuhan dan tidak terbatas hanya dalam bidang quality.
6. Surveyor
Tugas dan wewenang Surveyor adalah sebagai berikut:
a) Sebagai pembantu Quantity Engineer bertanggung jawab kepada Quantity
Engineer dan General Superitendent dalam kegiatan lapangan terutama
yang berkaitan dengan kuantitas pekerjaan.
b) Bekerjasama dengan pengguna jasa dan konsultan supervisi dalam
melaksanakan pengukuran-pengukuran lapangan baik pada awal
pelaksanaan (survey) maupun pengukuran terhadap pekerjaan yang telah
selesai.
c) Saling membantu pekerjaan dilapangan dengan divisi lainnya sesuai
kebutuhan dan tidak terbatas hanya dalam bidang survey.
7. Pelaksana Pekerjaan Base
a) Sebagai pelaksana pekerjaan base bertanggung jawab kepada quantity,
quality dan General Superitendent dalam kegiatan lapangan terutama yang
berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan aggregat base.
b) Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan petunjuk dan tata cara pelaksanaan
pekerjaan agar memperoleh hasil sesuai dengan spesifikasi.
c) Melaksanakan kontrol terhadap metode pelaksanaan serta kebutuhan kerja
lainnya.
d) Saling membantu pekerjaan dilapangan dengan divisi lainnya sesuai
kebutuhan dan tidak terbatas hanya dalam bidang pekerjaan base.
8. Pelaksana Pekerjaan Pengaspalan
a) Sebagai pelaksana pekerjaan pengaspalan bertanggung jawab kepada
quantity , quality dan General Superitendent dalam kegiatan lapangan
terutama yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan pengaspalan.
b) Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan petunjuk dan tata cara pelaksanaan
pekerjaan agar memperoleh hasil sesuai dengan spesifikasi.
c) Melaksanakan kontrol terhadap metode pelaksanaan serta kebutuhan kerja
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
24
lainnya.
d) Saling membantu pekerjaan dilapangan dengan divisi lainnya sesuai
kebutuhan dan tidak terbatas hanya dalam bidang pekerjaan pengaspalan.
9. Pelaksana Pekerjaan Struktur
a) Pelaksana pekerjaan struktur bertanggungjawab kepada petugas Quantity,
Quality dan General Superitendent dalam kegiatan lapangan yang
menyangkut pekerjaan struktur (pasangan batu, bronjong , pasangan batu
mortar dan pekerjaan beton lainnya.
b) Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan petunjuk dan tata cara pelaksanaan
pekerjaan agar memperoleh hasil sesuai dengan spesifikasi.
c) Melaksanakan kontrol terhadap metode pelaksanaan serta kebutuhan kerja
lainnya.
d) Saling membantu pekerjaan dilapangan dengan divisi lainnya sesuai
kebutuhan dan tidak terbatas hanya dalam bidang pekerjaan struktur.
10. Administrasi
a) Sebagai petugas administrasi (teknis, logistic dan keuangan) bertanggung
jawab kepada General Superitendent dalam kegiatan sehari-hari terutama
yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan perlaksanaan pekerjaan
dilapangan.
b) Mengkordinir dan melaksanakan proses administrasi sesuai dengan
petunjuk dan tata cara yang telah ditentukan .
3.1.3. Panduan Pelaksanaan
a. Umum
Sosialisasi dan hubungannya dengan pelaksanaan pekerjaan. Informasi
keseluruhan tentang lingkup dan cakupan proyek harus disosialisasikan kepada
Pemerintah dan masyarakat dilokasi proyek. Sosialisasi dilakukan secara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
25
transparan agar pengaturan pekerjaan dapat dilakukan tanpa mengakibatkan
kerugian dilain pihak.
b. Teknisi
1) Pengukuran, Penggambaran dan Perhitungan Volume
Penggukuran lokasi pekerjaan akan menghasilkan suatu gambar yang dapat
memperlihatkan situasi lapangan serta tinggi rendahnya permukaan tanah.
Referensi ketinggian akan dicari dan apabila tidak tersedia maka akan
ditetapkan secara lokal dan ditempatkan pada bangunan yang kokoh dan
permanen. Gambar dibuat dengan menggunakan skala yang sesuai syarat
penggambaran. Gambar rencana dibuat mengacu pada gambar dokumen
lelang dan diajukan kepada direksi untuk mendapat persetujuan. Gambar-
gambar akan diperbaiki sesuai dengan petunjuk direksi. Gambar-gambar
yang telah disetujui direksi akan dihitung volumenya. Hasil perhitungan
akan diserahkan kepada direksi guna dijadikan dasar perubahan kontrak.
2) Jalan masuk, pengadaan bahan, mobilisasi alat dan personil
Semua jalan masuk ke daerah kerja, jalan masuk yang dibuat sendiri akan
dipelihara. Jembatan yang ada maupun jembatan darurat yang dibuat sendiri
harus juga dipelihara termasuk akan memperkuat apabila diperlukan.
Penggunaan jalan umum mengacu pada ketentuan arah angkutan yang
berangsur atau secara terus menerus atau sesuai dengan daya tampung
lokasi penumpukan bahan.
2.1) Pengadaan bahan akan dilakukan dengan kendaraan yang sesuai
dengan jalan masuk. Bahan yang dimasukkan adalah bahan yang
sudah sesuai dengan spesifikasi. Pemasukan bahan dilakukan dengan
berangsur atau secara terus menerus atau sesuai dengan daya tampung
lokasi penumpukan bahan.
2.2) Peralatan yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan dimobilisasi
bersama personil inti atau pelaksana, antara lain (termasuk waktu
untuk masa pakai utuk proses proses produksi yang dihitung dalam
satuan jam). Khusus untuk peralatan produksi seperti stone crusher
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
26
dan asphalt mixing plant (AMP), untuk alat ini tidak dilakukan
mobilisasi kelokasi pekerjaan.
2.3) Personil yang ditugaskan dilapangan adalah yang sudah
berpengalaman dalam mengerjakan proyek-proyek jalan.
3) Pembuatan barak pekerja, kantor lapangan, bengkel dan lain-lain
Pemondokan pekerja dilapangan dibuat dengan ukuran yang cukup luas
untuk menampung para pekerja. Barak pekerja akan dilengkapi dengan
tempat penyimpanan bahan dan alat kerja. Tempat penyimpanan semen
akan dibuat lebih tinggi dari lantai lebih kurang 30 cm.
4) Pembersihan lokasi pekerjaan
Sesuai dengan hasil pengukuran dan perencanaan akan didapat detail lokasi
pembersihan dilakukan pada permukaan yang terlihat. Semua sampah hasil
pembersihan ataupun hasil pembongkaran disingkirkan dan dibuang keluar
lokasi. Setelah lokasi pekerjaan bersih dilakukan pembuatan atau
pemasangan profil jalan dan ditentukan bersama-sama dengan wakil direksi
dilapangan. Profil dibuat dari kayu broti ukuran 1,5 x 2 Inchi, ditancapkan
kedalam tanah pada sisi jalan.
5) Manajemen mutu
Menempatkan seorang ahli dan sisten managemen mutu dilapangan yang
membuat laporan mutu pelaksanaan pekerjaan dilapangan setiap bulan.
6) Lingkup Pekerjaan.
a. Pekerjaan Drainase
Penggalian saluran drainase pada beberapa tempat pada parit badan jalan
yang akan dikerjakan sangat diperlukan, karena saluran atau parit yang
ada telah tertutup oleh tanah atau sama sekali belum ada saluran air.
Setelah galian saluran dilaksanakan maka selanjutnya agar saluran stabil
maka dipasanglah pasangan batu dengan mortar, dengan terlebih dahulu
merapikan galian saluran agar bahan seperti batu kali, pasir dan semen
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
27
dapat terpakai secara optimal sehingga tidak terjadi pemborosan bahan,
diusahakan penumpukan batu kali dan pasir tidak menutupi badan jalan
sehingga memacetkan arus lalu lintas, setelah bahan-bahan tersebut telah
siap dilapangan maka segera dilakukan pemasangan batu, dengan terlebih
mencampur pasir dengan semen dengan perbandingan yang telah
ditentukan, sebelum batu dipasang terlebih dahulu batu dicuci dengan air
baru dilekatkan dengan mortar semen satu dengan batu yang lain, setelah
selesai pemasangan batu kemudian pasangan batu yang telah selesai
diplester dengan rapi.
Pada beberapa tempat pada ruas jalan dipasang gorong-gorong
diameter dalam 95 cm - 105 cm pakai tulangan, yang dicetak di base
camp dan dibawa ketempat yang membutuhkan pemasangan gorong-
gorong dan kemudian dipasang setelah tanah tempat pemasangan
gorong-gorong digali dan diberi pasir urug dipadatkan kemudian gorong-
gorong tersebut dipasang dan kemudian ditimbun kembali dengan
material pililihan dan poros dan dipadatkan.
b. Pekerjaan Tanah
Pada badan jalan ada yang perlu diperlebar sehingga diperlukan
penggalian tanah biasa untuk pondasi konstruksi dan dilaksanakan pada
bahu jalan, pekerjaan ini dilakukan dengan excavator , ataupun dengan
cara manual (memakai tenaga manusia) .
Setelah ditentukan ukuran yang akan digali dan telah dipasang
acuan atau Bow Plank penggalian dgn memakai excavator menggali
sampai batas yang ditentukan, kemudian sekelompok pekerja akan
merapikan bekas galian dari excavator sehingga didapatkan bentuk yang
sesuai dengan pondasi yang telah ditentukan dalam gambar kerja dan
dapat disetujui oleh direksi.
Galian batu adalah galian untuk perletakan kontruksi pada lokasi
pekerjaan dengan alat jack hammer yang mengambil tenaga dari
compresor dan dibantu dengan excavator untuk menggali batu yang
terdapat dalam lokasi pekerjaan, setelah ditentukan luas dan ukuran yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
28
akan digali dan telah dipasang acuan maka penggalian dilakukan hingga
kedalaman yang telah ditentukan dalam gambar kerja yang telah disetujui
oleh direksi kemudian hasil galian diangkut kedalam DT 3 ton dengan
batuan loader dan dibuang ketempat yang telah ditentukan oleh
pengawas.
Galian perkerasan beraspal tanpa cold milling machine adalah
galian pada lapisan aspal pada lokasi pekerjaan dengan alat compressor,
jack hammer, motor grader, setelah ditentukan luas dan ukuran yang
akan digali dan telah dipasang acuan maka penggalian dilakukan hingga
kedalaman yang telah ditentukan dalam gambar kerja yang telah disetujui
oleh direksi kemudian hasil galian diangkut kedalam DT 3 ton dan
dibuang ketempat yang telah ditentukan oleh Pengawas. Pada pekerjaan
ini material timbunan biasa digunakan sebagai timbunan pada konstruksi
yang telah selesai dikerjakan atau pada bahu jalan dan material
didatangkan dengan memakai DT dari quarry dan diletakkan material
tersebut pada tempat yang telah ditentukan dan ditumpuk secara
sistematis sehingga motor grader mudah menyerak (menghampar)
material tersebut dan kemudian dipadatkan dengan tandem (vibro)
sehingga mencapai kepadatan yang telah disyaratkan .
Material pilihan digunakan sebagai timbunan pada bahu jalan
dan konstruksi yang telah digali dan material didatangkan dengan
memakai DT dari quarry dan meletakkan material pilihan tersebut pada
tempat yang telah ditentukan dan ditumpuk secara sistematis sehingga
motor grader mudah menyerak (menghampar) material tersebut dan
kemudian dipadatkan dengan tandem hingga mencapai kepadatan yang
telah ditentukan.
c. Perkerasan Berbutir
Proses pelaksanaan lapis pondasi agregat kelas A, kelas B. Pekerjaan
lapis pondasi dilaksanakan dengan prosedur sebagai berikut.
Pengangkutan Material.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
29
Pengangkutan material base ke lokasi pekerjaan menggunakan dump
truck dan loadingnya dilakukan dengan menggunakan whell loader.
Pengecekan dan pencatatan volume material dilakukan pada saat tiba
dilokasi pekerjaan sebelum material di stok.
Penghamparan Material.
Penghamparan material dilakukan dengan menggunakan motor grader.
Tahap penghamparan ini harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Kondisi cuaca yang memungkinkan.
2) Panjang hamparan pada setiap bagian yang akan dipadatkan sesuai
dengan kondisi lapangan, lebar penghamparan sesuai dengan kondisi
lapangan dan tebal penghamparan sesuai spesifikasi.
3) Material yang tidak terpakai dipisahkan dan ditempatkan pada lokasi
yang telah ditetapkan.
Pemadatan Material
Pemadatan dilakukan dengan menggunakan tandem roller, dimulai dari
bagian tepi kebagian tengah, setelah pemadatan selesai alat pemadat
dipindahkan ke jalur sebelahnya dengan over lapping 1/8 panjang drum
dan seterusnya hingga mencapai seluruh area pemadatan. Pemadatan
dilakukan dengan jumlah lintasan (passing).
Hal- hal yang perlu diperhatikan pada tahap ini adalah:
1) Lapis base course yang paling atas diselesaikan dimana tiap bagian
pemadatan harus dibuat sedemikian rupa sehingga memiliki
kemiringan sesuai spesifikasi. Hal ini dimaksud agar air hujan cepat
dapat dialirkan keluar area timbunan dan tidak meninggalkan
genangan yang dapat mengganggu pekerjaan selanjutnya.
2) Apabila kadar air kurang dari batas toleransi, maka harus ditambahkan
air dengan cara menyemprotkan air dari water tank. Banyaknya air
yang disemprotkan harus diperhitungkan sehingga tidak berlebihan.
3) Patok reverensi elevasi timbunan, center line, batas-batas timbunan
dan patok kemiringan harus dibuat dengan jelas.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
30
4) Untuk lokasi base course yang tidak bisa dijangkau dengan tandem
roller (tepi-tepi timbunan yang berbatasan dengan bangunan drainase),
digunakan stamper yang disesuaikan dengan kondisi lapangan dengan
tetap mengacu kepadatan sesuai spesifikasi.
5) Pekerjaan base course yang telah diselesaikan pada hari yang
bersangkutan harus diamankan dari pengaruh cuaca yang tidak
menguntungkan.
6) Pada kondisi dimana pemadatan harus dihentikan sebelum pemadatan
itu sendiri selesai akibat pengaruh cuaca, maka area pemadatan harus
diproteksi dengan menutup base course yang telah terpasang dengan
memakai terpal atau plastik.
7) Pada lokasi base course harus dibuat temporary drain sedemikian rupa
sehingga setiap terjadi hujan saluran tersebut dapat menampung air
dan berfungsi dengan baik, sehingga tidak mengakibatkan genangan
air atau kelongsoran yang dapat menghambat proses pekerjaan
selanjutnya.
d. Pekerjaan Aspal
1. Lapis Resap Pengikat
Pekerjaan ini mencakup penyediaan dan penghamparan campuran
aspal cair pada permukaan jalan yang telah selesai dikerjakan lapis
pondasi (agregat base course kelas A) dan dilaksanakan dengan
menggunakan peralatan asphalt sprayer (penyemprot aspal) yang
ditarik dengan dump truck dan sebelum dilakukan penyemprotan
terlebih dahulu permukaan jalan harus dibersihkan dari kotoran dan
debu.
Lapis resap pengikat hanya dikerjakan pada suatu permukaan
jalan yang kering atau sedikit lembab. Lapisan yang telah selesai
dikerjakan harus menutup seluruh permukaan jalan secara merata.
Setelah proses pengeringan selama 4 sampai 6 jam, bahkan pengikat
harus telah meresap kedalam lapisan pondasi dan meninggallkan
sebagian bahan pengikat diatas permukaan terlihat dengan warna
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
31
hitam atau abu-abu secara merata.
Peralatan yang digunakan untuk pekerjaan ini adalah asphalt
sprayer, dump truck, compressor dan alat bantu lainnya. Untuk lokasi
pekerjaan dengan lapis pondasi agregat kelas A pada permukaan jalan:
a) Lapis resap pengikat dihampar sebelum pekerjaan pengaspalan.
b) Lokasi pekerjaan tersebut tidak boleh dilintasi kendaraan selama
pekerjaan tersebut sedang dikerjakan.
c) Tanda pengamanan lalu lintas harus diletakkan sepanjang lokasi
pekerjaan.
Setelah dilaksanakan penyemprotan campuran aspal cair keatas
permukaan jalan, maka dilaksanakan penghamparan AC-BC.
2. Pekerjaan lapis pondasi AC-BC
Pekerjaan ini mencakup pengadaan lapis perata, pondasi atas yang
terdiri dari material aspal yang dicampur dipusat pencampuran,
penghamparan pemadatan diatas jalan yang telah disiapkan sesuai
dengan persyaratan. AC-BC dihampar pada permukaan jalan yang
telah selesai dilabur dengan lapis perekat pada kondisi kering atau
tidak sedang hujan atau akan hujan. Aggregat yang digunakan sesuai
dengan hasil pengujian laboratorium (sesuai dengan job mix design /
job mix formula) yang dikeluarkan oleh laboratorium. Pekerjaan ini
dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a) AC-BC dari AMP diangkut dengan DT kelokasi pekerjaan, pada
saat pengangkutan harus dijaga tempraturnya dengan cara menutup
material tersebut dengan terpal selama perjalanan menuju lokasi
pekerjaan.
b) Perkerasan existing sudah dibersihkan dari kotoran dengan
menggunakan air kompresor.
c) Permukaan jalan telah dilapisi dengan lapis perekat.
d) AC-BC diatas DT sebelum di drop harus di cek tempraturnya.
e) Penghamparan dilakukan dengan cara menuangkan dari DT ke
asphalt finisher kemudian dari asphalt finisher baru dihampar pada
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
32
badan jalan. Ketebalan dan tempatur material pada saat
penghamparan harus sesuai dengan spesifikasi, apabila cuaca tidak
memungkinkan maka penghamparan harus dihentikan dan
dilanjutkan kembali setelah cuaca dan permukaan badan jalan
memungkinkan untuk dikerjakan.
f) Ada tiga tahap pemadatan yaitu break down (awal), intermediate
(antara) dan finishing (akhir) yaitu penggilasan awal 0 - 10 menit,
penggilasan secunder anatara 10 - 20 menit dan penggilasan ahkir
20 - 45 menit. Tiap jenis operasi penggilasan menggunakan mesin
gilas yang sesuai .
g) Direksi teknis mempunyai akses lansung ke AMP untuk memeriksa
komposisi campuran yang telah disetujui.
3. Lapis Perekat
Lapis perekat dilaksanakan diatas permukaan perkerasan aspal AC-
BC. Tata cara pelaksanaannya mencakup penyediaan dan penghaparan
campuran aspal cair pada permukaan jalan yang telah dihampar
dengan AC-BC sebelum dilaksanakan pelapisan AC-WC sebagai
overlay. Penyemprotan aspal menggunakan asphlat sprayer
(penyemprot aspal). Lapis perekat dikerjakan pada permukaan jalan
yang kering atau sedikit lembab, sebelum lapis perekat disemprotkan
dengan asphlat sprayer yang ditarik dengan truck permukaan jalan
harus terlebih dahulu dibersihkan dari segala kotoran dan debu.
Penyemprotan dilakukan dengan mempertimbangkan kelancaran arus
lalulintas, oleh sebab itu penyemprotan direncanakan setengah lebar
badan jalan. Lapisan yang telah selesai dikerjakan harus menutup
seluruh permukaan jalan secara merata.
Peralatan yang digunakan untuk pekerjaan ini adalah asphlat
sprayer, dump truck, compressor, dan alat bantu lainnya. Setelah
penyemprotan dikerjakan pengeturan lalulintas dibuat dengan tanda-
tanda lalulintas agar permukaan yang baru selesai disemprot tidak
dilalui oleh kenderaan, selanjutnya penghamparan AC-WC.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
33
4. Pengetesan
Pengetesan hasil pekerjaan dilakukan dengan beberapa tes. Tes yang
dilaksanakan adalah tes untuk mengetahui ketebalan AC-BC dan AC-
WC, kadar Aspal, kekuatan (marshal test) dari core drill dan AMP
dan pengujian campuran aggregat. Hal-hal yang perlu diperhatikan
adalah :
a) Qualitiy control harus memastikan peralatan tes memenuhi
standart dan personil yang bertugas dilapangan menguasai
permasalahan yang timbul.
b) Apabila hasil tes tidak sesuai dengan persyaratan maka harus
dilaksanakan perbaikan pekerjaan.
5. Pekerjaan Bahu Jalan
Pekerjaan lapis base S dilaksanakan dengan prosedur sebagai berikut.
pengangkutan material
Pengangkutan material base ke lokasi pekerjaan menggunakan dump
truck dan loadingnya dilakukan dengan menggunakan whell loader.
Penghamparan Material.
Penghamparan material dilakukan dengan menggunakan motor grader
dalam tahap penghamparan ini harus diperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
1) Kondisi cuaca yang memungkinkan.
2) Panjang hamparan pada setiap section yang akan dipadatkan sesuai
dengan kondisi lapangan, lebar penghamparan sesuai dengan
kondisi lapangan dan tebal penghamparan sesuai spesifikasi.
3) Material yang tidak terpakai dipisahkan dan ditempatkan pada
lokasi yang telah ditetapkan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
34
6. Pemadatan Material
Pemadatan dilakukan dengan menggunakan tandem roller, dimulai
dari bagian tepi kebagian tengah, setelah pemadatan selesai alat
pemadat dipindahkan ke jalur sebelahnya dengan overlapping 1/8
panjang drum dan seterusnya hingga mencapai seluruh area
pemadatan. Pemadatan dilakukan dengan jumlah lintasan (passing)
sesuai dengan hasil trial compaction.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada tahap ini adalah:
a) Lapis base course yang paling atas diselesaikan dimana tiap section
pemadatan harus dibuat sedemikian rupa sehingga memiliki
kemiringan sesuai spesifikasi. Hal ini dimaksud agar air hujan
cepat dapat dialirkan keluar area timbunan dan tidak meninggalkan
genangan yang dapat mengganggu pekerjaan selanjutnya.
b) Apabila kadar air kurang dari batas toleransi, maka harus
ditambahkan air dengan cara menyemprotkan air dari water tank.
Banyaknya air yang disemprotkan harus diperhitungkan sehingga
tidak berlebihan. Penyemprotan air dilakukan pada saat jumlah
passing mencapai 2/3 dari yang direncanakan. Hal ini dimaksudkan
agar ikatan antara material tidak lepas sehingga kepadatan yang
dicapai bisa maksimum.
c) Patok reverensi elevasi timbunan, center line, batas-batas timbunan
dan patok kemiringan harus dibuat dengan jelas sesuai dengan
elevasi base course yang telah diselesaikan dan dijaga
keberadaannya untuk memudahkan pemeriksaan dan pengontrolan
pekerjaan.
d) Untuk lokasi base course yang tidak bisa dijangkau dengan
vibrator roller (tepi-tepi timbunan yang berbatasan dengan
bangunan drainase), digunakan stamper yang disesuaikan dengan
kondisi lapangan dengan tetap mengacu kepadatan sesuai
spesifikasi.
e) Pekerjaan base course yang telah diselesaikan pada hari yang
bersangkutan harus diamankan dari pengaruh cuaca yang tidak
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
35
menguntungkan.
f) Pada kondisi dimana pemadatan harus dihentikan sebelum
pemadatan itu sendiri selesai akibat pengaruh cuaca, maka area
pemadatan harus diproteksi dengan menutup base course yang
telah terpasang dengan memakai terpal atau plastik.
g) Pada lokasi base course harus dibuat temporary drain sedemikian
rupa sehingga setiap terjadi hujan, saluran tersebut dapat
menampung air dan berfungsi dengan baik, sehingga tidak
mengakibatkan genangan air atau kelongsoran yang dapat
menghambat proses pekerjaan selanjutnya.
7. Lapis Resap Pengikat
Pekerjaan ini mencakup penyedian dan penghamparan campuran aspal
cair pada permukaan jalan yang telah selesai dikerjakan lapis pondasi
(agregat base course) dan dilaksanakan dengan menggunakan
peralatan asphalt sprayer (penyemprot aspal) yang ditarik dengan
dump truck dan sebelum dilakukan penyemprotan terlebih dahulu
permukaan jalan harus dibersihkan dari kotoran dan debu.
Lapis resap pengikat hanya dikerjakan pada suatu permukaan
yang kering atau sedikit lembab. Lapisan yang telah selesai dikerjakan
harus menutup seluruh permukaan jalan secara merata. Setelah proses
pengeringan selama 4 sampai 6 jam, bahkan pengikat harus telah
meresap kedalam lapisan pondasi dan meninggallkan sebagian bahan
pengikat diatas permukaan terlihat dengan warna hitam atau abu-abu
secara merata.
Peralatan yang digunakan untuk pekerjaan ini adalah asphalt
sprayer, dump truck, compressor dan alat bantu lainnya. Untuk lokasi
pekerjaan dengan lapis pondasi agregat kelas A pada permukaan
Jalan:
1) Lapis resap pengikat dihampar sebelum pekerjaan base dihampar.
Lokasi pekerjaan tersebut tidak boleh dilintasi kendaraan selama
pekerjaan tersebut sedang dikerjakan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
36
2) Tanda pengamanan lalu lintas harus diletakkan sepanjang lokasi
Pekerjaan.
Setelah dilaksanakan penyemprotan campuran aspal cair keatas
permukaan, maka dilaksanakan penghamparan base.
e. Pekerjaan Minor
Pekerjaan campuran aspal panas adalah pekerjaan penambalan lapisan
aspal yang telah rusak, pada beberapa tempat pada lokasi pekerjaan.
Lubang-lubang pada badan jalan terlebih dahulu dipetak-petak kemudian
dibersihkan, lalu ditimbun dengan agregat kelas A dan campuran aspal
panas kemudian dipadatkan kembali dengan memakai pedestrian roller .
Pemasangan marka jalan yang dikerjakan setelah pekerjaan
lapisan aspal yang teratas selesai dikerjakan dan marka jalan tersebut
terbuat dari cat thermoplastik yang dipasang pada lapisan teratas lapisan
aspal.
Penanaman pohon pada beberapa tempat dan jenis pohon yang
akan ditanam sesuai dengan petunjuk direksi pekerjaan. Pemasangan
rambu jalan tunggal dengan permukaan pemantul engineer rade dan
patok pengarah dan patok kilometer, rel pengaman yang dikerjakan di
base camp dan kemudian dibawa ketempat pemasangan untuk dipasang
sesuai petunjuk dan Gambar sehingga disetujui oleh pengawas.
f. Pekerjaan Harian
Pekerjaan ini adalah pekerjaan penyediaan tenaga kerja dan alat yang
tersedia setiap saat dibutuhkan pada lokasi pekerjaan yang digunakan
untuk memperlancar pekerjaan tenaga kerja yang terdiri dari mandor,
pekerja biasa, truk bak datar 3-4 ton dan alat penggali (excavator).
Pelaksanaan dan Pengaturan Lalu Lintas
Lokasi pekerjaan merupakan jalur lintas kenderan pada siang hari, maka
direncanakan bahwa pekerjaan akan dilakukan pada saat lalu lintas
senggang jika memungkinkan akan dilkukan pada malam hari. Apabila
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
37
dimungkinkan pada saat siang hari maka jalur jalan dikerjakan sebagian
saja, agar tidak menghambat lalu lintas yang lewat. Untuk item pekerjaan
ini sekelompok pekerja akan ditugaskan untuk mengatur kenderaan
lintas.
Pembuatan Photo Dokumentasi Proyek.
Pelaksanaan pekerjaan akan didokumentasikan sejak dari sebelum
dikerjakan, sedang dikerjakan dan selesai dikerjakan.
3.1.4. Struktur Organisasi Perusahaan
Pengorganisasian merupakan suatu langkah terpenting untuk diterapkan dalam
perusahaan agar setiap kegiatan yang dilakukan dapat disiapkan, disusun,
dialokasikan pada anggota organisasi sehingga tujuan organisasi dapat dicapai
secara efektif dan efisien. Struktur organisasi PT. Karya Muda Nasional adalah:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
38
Gambar 3.1 Diagram struktur organisasi perusahaan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
39
3.2. Metode Penelitian
3.2.1. Populasi dan Sampel
Populasi yang akan penulis gunakan pada penelititan ini adalah keseluruhan objek
yang ada dalam proyek pembangunan jalan pada PT. Karya Muda Nasional
yang sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian yang telah ditetapkan.
3.2.2. Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang dilakukan guna menunjang tercapainya tujuan penelitian
adalah berupa survey lapangan dan wawancara langsung dengan pihak
perusahaan. Survey dilakukan untuk mengetahui kondisi pada proyek
pembangunan jalan pada PT. Karya Muda Nasional, sedangkan wawancara
dimaksudkan untuk melengkapi data yang tidak bisa diperoleh melalui survey.
3.2.3. Sumber Data
Sumber data yang penulis peroleh pada penelitian ini berasal dari
1. Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh dengan peninjauan secara langsung ke
perusahaan yang menjadi objek penelitian dan wawancara dengan pihak
perusahaan baik pimpinan maupun karyawan, serta dengan cara
mengumpulkan dokumen-dokumen perusahaan untuk dijadikan penelitian.
Data primer yang diperlukan pada penelitian ini antara lain meliputi struktur
organisai perusahaan, logika ketergantungan antar kegiatan, waktu
pelaksanaan, dan data lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.
2. Data Skunder
Data skunder diperoleh melalui studi kepustakaan dengan mempelajari buku-
buku dan berbagai literatur lainnya yang berhubungan dengan topik yang
dibahas atau data yang diperoleh dari instansi atau lembaga yang berkaitan
dengan tujuan penelitian ini.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
40
3.2.4. Metode Pengumpulan Data
Penulis menggunakan metode ataupun teknik agar didapat data yang dapat diuji
kebenarannya, relevan dan lengkap, maka penulis menggunakan metode atau
teknik dalam pengumpulan data tersebut. Metode pengumpulan data yang penulis
gunakan dalam penelitian ini adalah:
a) Field Research (Penelitian Lapangan)
Studi lapangan dilakukan untuk memperoleh data primer dengan melakukan
survey langsung pada perusahaan yang menjadi objek penelitian, yaitu melalui
wawancara, pengamatan langsung dan mempelajari dokumen catatan-catatan
Perusahaan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti
1) Survey Langsung
Yaitu cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada
pertolongan alat skunder lain untuk keperluan tersebut. Lokasiyang
menjadi tempat survey lapangan penelitian ini adalah bertempat di pusat
perusahaan Karya Muda Nasional di daerah Laru Kabupaten mandailing
Natal.
2) Wawancara
Yaitu suatu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan
cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan
responden dengan menggunakan alat atau tanpa alat yang dinamakan
panduan wawancara (interview guide), dengan wawancara ini diharapkan
dikumpulkan data tentang pengerjaan proyek yang dilakukan oleh
perusahaan. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan kepada Bang
Muksin dan Bang Usin selaku kepala baian dan wakil kepala bagian
perusahaan cabang Laru.
3) Studi Dokumen
Yaitu mempelajari dokumen perusahaan yang berhubungan dengan
masalah yang diteliti.
b) Library Research (Penelitian Kepustakaan)
Studi kepustakaan dilakukan untuk memperoleh data skunder guna mendukung
data primer yang diperoleh. Pengumpulan data skunder ini dilakukan dengan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
41
cara membaca dan mempelajari buku-buku referensi yang berhubungan dengan
masalah yang diteliti. Metode ini digunakan oleh penulis untuk mendapatkan
konsep-kkonsep teoritis mengenai perencanaan jaringan kerja khususnya
mengenai CPM dan PERT agar diperoleh gambaran yang lebih jelas
dalammelakukan pembahasan masalah.
3.2.5. Operasional Variabel
Berdasarkan skripsi ini, maka indikator yang menjadi variabel operasional adalah
Waktu dalam hari. Waktu yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah
pelaksanaan proyek dilapangan. Dalam hal ini penulis menggunakan waktu
pelaksanaan proyek lapangan untuk dibuat suatu analisis mengenai percepatan
waktu proyeknya.
3.2.6. Metode Analisis Data
Dalam usaha pencapaian tujuan penelitian, maka untuk menganalisis data
digunakan metode deskriptip analisis. Penelitian deskriptip analisis adalah
penelititan yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada
berdasarkan data. Penelitian ini menyajikan data, menganalisis dan
menginterpretasi.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1. Bentuk Permasalahan
Pada bagian ini penulis akan menyajikan permasalahan yang akan diselesaikan
dengan menggunakan metode penyelesaian yang telah dijelaskan pada bab
sebelumnya. Data yang digunakan penulis adalah data dari PT.Karya Muda
Nasional, dari peningkatan struktur jalan Muara Pungkut-Simpang Banyak
Kabupaten Mandailing Natal pada tahun 2013. Kegiatan-kegiatan yang terdapat
pada proyek ini adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1. Daftar kegiatan proyek pembangunan jalan
No Nama Kegiatan Waktu (Hari)
1 Umum
1.1 Mobilisasi 21
1.2 Demobilisasi 7
1.3 Relokasi tiang listrik yang ada 7
2 Drainase
2.1 Galian untuk Selokan Drainase dan Saluran Air
14
2.2 Pasangan Batu dengan Mortar 49
2.3 Gorong-gorong Pipa Beton Bertulang, diameter dalam 75 - 85 cm
7
2.4 Gorong-gorong Pipa Beton Tanpa Tulangan diameter dalam 20 cm
7
2.5 Gorong-gorong Pipa Beton Tanpa Tulangan diameter dalam 30 cm
7
3 Pekerjaan Tanah
3.1 Galian Biasa 21
3.2 Galian Struktur dengan kedalaman 0 - 2 meter
7
3.3 Penyiapan Badan Jalan 7
4 Pelebaran Perkerasan dan Bahu Jalan
4.1 Lapis Pondasi Agregat Kelas S 7
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
43
5 Perkerasan Berbutir
5.1 Lapis Pondasi Agregat Kelas A 28
5.2 Lapis Pondasi Agregat Kelas B 21
6 Perkerasan Aspal
6.1 Lapis Resap Pengikat 42
6.2 Lapis Perekat 42
6.3 Laston Lapis Aus (AC-WC)(gradasi halus)
21
6.4 Laston Lapis Antara (AC-BC)(gradasi Kasar)
21
6.5 Aspal Keras 35
6.6 Aditif Anti Pengelupasan 35
6.7 Bahan Pengisi (filer) Tambahan (semen)
35
7 Struktur
7.1 Pasangan Batu 42
7.2 Bronjong 49
8 Pengembangan Kondisi & pekerjaan Minor
8.1 Lapis Pondasi Agregat Kelas A untuk pekerjaan minor
7
8.2 Campuran Aspal Panas Untuk Pekerjaan Minor
7
8.3 Residu Bitumen Untuk Pekerjaan Minor
7
8.4 Marka Jalan Termoplastik 7
Total waktu 560
Sumber : Data Perusahaan
Dalam proyek ini sudah terlihat adanya kegiatan beserta waktu untuk
setiap kegiatan. Berdasarkan informasi pada tabel 4.1 maka penulis akan meneliti
bagaimana untuk mengoptimalkan penjadwalan proyek pembangunan jalan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
44
dengan metode PERT dan CPM. Menggunakan kedua metode ini penulis akan
meneliti beberapa hal berikut:
1. Berapa total waktu penyelesaian proyek tersebut?
2. Manakah jadwal waktu awal dan waktu akhir waktu penyelesaian untuk setiap
kegiatan?
3. Aktivitas manakah yang kritis yang harus diselesaikan tepat waktu untuk
menjaga agar proyek tersebut tetap pada jadwal?
4. Berapa peluang perusahaan meneyelesaikan proyek dalam waktu 550 hari?
4.2. Analisa Teknis Satuan Kerja
1. Mobilisasi
Mobilisasi merupakan persiapan untuk mengerjakan suatu proyek, meliputi
pengadaan peralatan, pengadaan personil, pengadaan material dan penyiapan
lokasi proyek. Beberapa jenis mobilisasi yang diperlukan adalah sebagai
berikut:
a) Izin pemasukan barang
b) Izin mengoperasikan peralatan
c) Izin menggunakan jalan/jembatan
d) Komposisi peralatan
e) Mendatangkan peralatan
2. Galian untuk Selokan untuk Drainase dan Saluran Air
Asumsi
a) Menggunakan alat berat
b) Lokasi pekerjaan sepanjang jalan
c) Kondisi jalan baik
d) Jam kerja efektif perhari yaitu 7 jam
Urutan kerja
a) Penggalian dilakukan dengan menggunakan exavator
b) Selanjutnya exavator menuangkan material hasil galian kedalam dump truck
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
45
c) Dump truck membuang material hasil galian keluar lokasi jalan
d) Sekelompok pekerja akan merapikan hasil galian
Pemakaian bahan, alat dan tenaga
i. Bahan
Tidak ada bahan yang digunakan.
ii. Alat
a) Exavator, digunakan untuk menggali, memuat dan berputar.
b) Dump truck
Kapasitas bak : 3,5 ton
Kecepatan rata-rata bermuatan : 20 km/jam
Kecepatan rata-rata kosong : 30 km/jam
c) Waktu siklus
Muat : 1,41 menit
Waktu tempuh isi : 6 menit
Waktu tempuh kosong : 4 menit
Lain-lain : 8 menit
Total : 19,41 menit
iii. Alat bantu
Sekop
Keranjang + sapu
iv. Tenaga
Pekerja : 4 orang
Mandor : 1 orang
3. Pasangan batu dengan mortar
Asumsi
a) Mengguanakan alat mekanik
b) Lokasi pekerjaan sepanjang jalan
c) Bahan dasar (batu, pasir, semen) diterima seluruhnya dilokasi pekerjaan
d) Jam kerja efektif per-hari 7 jam
e) Perbandingan pasir dan semen
1. Volume semen : 20%
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
46
2. Volume pasir : 80%
f) Perbandingan batu dengan mortar
1. Batu : 60%
2. Mortar : 40 %
g) Berat jenis bahan
1. Pasangan batu dengan mortar : 2,4 ton/��
2. Batu : 16 ton/��
3. Adukan (mortar) : 1,8 ton/��
4. Pasir : 1,67 ton/��
5. Semen portland : 1,44 ton/��
Urutan kerja
1. Semen, pasir dan air dicampur dan diaduk menjadi mortar dengan
menggunakan alat bantu.
2. Batu dibersihkan dan dibasahi seluruh permukaannya sbelum dipasang
3. Penyelesaian dan perapihan setelah dipasang.
4. Pemakaina bahan, alat dan tenaga kerja
Bahan
Batu : 1,1 ��
Semen : 161 kg
Pasir : 0,4829 ��
Alat
A. Concrete Mixer
Kapasitas alat : 500 liter
Waktu siklus:
1. Memuat : 16 menit
2. Mengaduk : 15 menit
3. Menuang : 10 menit
4. Menunggu, dll : 10 menit
5. Total : 51 menit
B. Alat bantu
Sekop : 4 buah
Pacul : 4 buah
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
47
Sendok semen : 4 buah
Embercor : 8 buah
Grobak dorong : 3 buah
Tenaga
Pekerja : 10 orang
Tukang : 3 orang
Mandor : 1 orang
4. Gorong–gorong Pipa Beton Bertulang diameter dalam 95-105 cm
Asumsi
a) Pekerjaan dilakukan secara manual
b) Lokasi pekerjaan sepanjang jalan
c) Jam kerja efektif perhari 7 jam
d) Tebal gorong-gorong 10 Cm
Urutan kerja
a) Gorong-gorong dicetak di base camp
b) Flat Bed Truck mengangkut gorong-gorong jadi ke lapangan
c) Dasar gorong-gorong digali sesuai kebutuhan dan material backfill
dipadatkan dengan Tamper
d) Tebal lapis porus pada dasar gorong-gorong pipa
e) Material pilihan untuk penimbunan kembali (padat)
f) Sekelompok pekerja akan melaksanakan pekerjaan dengan cara manual
dengan menggunakan alat bantu
Pemakaian bahan, alat dan tenaga
a) Bahan
Beton K-300 : 0,4084 ��
Baja tulangan : 44,9248 ��
Timbunan porus : 0,4158 ��
Material pilihan : 2,31 ��
b) Alat
i. Tamper (pemadatan lapis dasar)
1. Kecepatan : 1 km/jam
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
48
2. Lebar pemadatan : 0,5 m
3. Banyak lintasan : 10 lintasan
4. Tebal lapis hamparan : 0,1 m
ii. Flatbed truck
Kapasitas bak sekali muat : 4 ��
Kecepatanrata-rata bermuatan : 20 km/jam
Kecepatan rata-rata kosong : 30 km/jam
Waktu siklus
Waktu tempuh isi : 150 menit
Waktutempuh kosong : 100 menit
Muat, bongkar dan lain-lain : 150 menit
Total : 265 menit
Kapasitas produksi/jam : 0634 ��/jam
c) Alat bantu
1. Sekop : 3 buah
2. Pacul : 3 buah
3. Alat kecil lainnya : 2 buah
d) Tenaga
1. Mandor : 1 orang
2. Tukang batu : 1 orang
3. Pekerja : 8 orang
5. Galian biasa
Asumsi
a) Pekerjaan dilakukan secara mekanis
b) Lokasi pekerjaan sepanjang jalan
c) Kondisi Jalan baik
d) Jam kerja efektif per-hari 7 jam
e) Faktor pengembangan bahan
f) Tebal hamparan padat 0,15m
g) Berat volume bahan (lepas) 1,6 Ton/��
Urutan kerja
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
49
a) Excavator menggali dan memuat ke dalam dump truck
b) Dump truck mengangkut ke lapangan
c) Material diratakan dengan menggunakan motor grader
d) Material dipadatkan menggunakan vibratory roller
e) Selama pemadatan sekelompok pekerja akan merapikan tepi hamparan dan
level permukaan dengan menggunakan alat bantu
Pemakaian bahan, alat dan tenaga
1. Bahan
Material Timbunan
2. Alat
A. Exavator
Kapasitas Bucket : 0,93 ��
Waktu sklus
Menggali, memuat : 0,32 menit
Lain lain : 0,10 menit
Kapasitas Produksi / Jam : 77,5 ��
B. Dump truck
Kapasitas bak : 3,5 ton
Kecepatan rata-rata bermuatan : 25 km/jam
Kecepatan rata-rata kosong : 40 km/jam
Waktu siklus
Waktu muat : 1,41 menit
Waktu tempuh isi : 60 menit
Waktu tempuh kosong : 37,5 menit
Lain-lain : 2 menit
Total : 100,91 menit
C. Motor grader
Panjang hamparan : 50 m
Lebar overlap : 0,3 m
Kecepatan rata-rata alat : 4 km/jam
Jumlah lintasan : 2 lintasan
Jumlah lajur lintasan : 1 lajur
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
50
Lebar pisau efektif : 2,6 m
Waktu siklus
Perataan 1 kali lintasan : 0,75 menit
Lain-lain : 1 menit
Kapasitas Produksi/jam : 234 ��
D. Vibrator roller
Kecepatan rata-rata alat : 4 km/jam
Lebar efektif pemadatan : 1,48 m
Jumlah lintasan : 8 lintasan
Lajur lintasan : 3 lajur
Lebar overlap : 0,3 m
Kapasitas produksi/jam : 201,6 m
E. Water tank truck
Volume tangki air : 5 ��
Kapasitas pompa air : 200 liter/menit
Kapasitas produksi/jam : 120 ��
3. Alat bantu
Sekop 3 buah
4. Tenaga
Pekerja : 4 orang
Mandor : 1 orang
6. Penyiapan badan jalan
Asumsi
a) Pekerjaan dilakukan hanya pada tanah galian
b) Pekerjaan dilakukan secara mekanis
c) Lokasi pekerjaan sepanjang jalan
d) Kondisi jalan jelek/belum padat
e) Jam kerja efektif perhari 7 jam
Urutan kerja
a) Motor grader meratakan permukaan hasil galian
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
51
b) Vibro roller memadatkan permukaan yang telah dipotong atau diratakan
oleh motor grader
c) Sekelompok pekerja akan membantu meratakan badan jalan dengan alat
bantu
Pemakaian bahan alat dan tenaga
1. Alat
A. Motor grader
Panjang operasi grader sekali jalan : 50 m
Lebar Efektif kerja Blade : 26 m
Kecepatan rata-rata alat : 1 km/jam
Jumlah lintasan : 4 lintasan
Jumlah lajur lintasan : 2 lajur
Waktu siklus
Perataan 1 kali lintasan : 2 menit
Lain-lain : 4 menit
Total : 6 menit
Kapasitas produksi/jam : 428,75 ��
B. Vibrator roller
Kecepatan rata-rata alat : 1 km/jam
Lebar efektif pemadatan : 1,48 m
Jumlah lintasan : 6 lintasan
Lajur lintasan : 3 lajur
Lebar overlap : 0,3 m
Kapasitas produksi/jam : 448 m
2. Tenaga
Pekerja : 4 orang
Mandor : 1 orang
7. Lapis pondasi agrerat kelas S
Asumsi
a) Menggunakan alat berat
b) Lokasi pekerjaan sepanjang jalan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
52
c) Kondisi Jalan sedang
d) Jarak rata-rata base camp ke lokasi pekerjaan 14 km
e) Tebal lapis agrerat padat 0,2 m
f) Jam kerja efektif per-hari 7 jam
g) Proporsi campuran
Agrerat pecah mesin 20-3 mm : 18%
Agrerat pecah mesin 5-10 mm dan 10-20 mm : 18%
Sirtu : 64%
Urutan kerja
a) Wheel loader mencampur dan memuat agregat ke dalam dump truck di base
camp
b) Dump truck mengangkut agregat ke lokasi pekerjaan dan dihampar dengan
motor grader
c) Hamparan agregat dibasahi dengan water tank truck sebelum dipadatkan
dengan tandem roller
d) Selama pemadatan, sekelompok pekerja akan merapikan tepi hamparan dan
level permukaan dengan menggunakan alat bantu
Pemakaian bahan, alat dan tenaga
1. Bahan
Agrerat Alat
A. Wheel loader
a) Kapasitas bucket : 1,50 ��
b) Waktu siklus:
Memuat dan lain-lain : 0,45 menit
c) Kapasitas Produksi/jam : 119 ��
B. Dump truck
Kapasitas bak 10 ton
Kecepatan rata-rata bermuatan : 10 km/jam
Kecepatan rata-rata kosong : 16,5 km/jam
Waktu siklus:
Waktu muat : 7,61 menit
Waktu tempuh isi : 84 menit
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
53
Waktu tempuh kosong : 50,91 menit
Lain-lain : 2 menit
Total : 136,91 menit
C. Motor grader
Panjang hamparan : 50 m
Lebar efektif kerja blade : 2,40 m
Kecepatan rata-rata alat : 4 km/jam
Jumlah lintasan : 6 lintasan
Lebar pisau effektif : 2,6 m
Waktu siklus
Perataan 1 kali lintasan : 0,75 menit
Lain-lain : 1 menit
Kapasitas Produksi/jam : 264 ��
D. Tandem roller
Kecepatan rata-rata alat : 1,5 km/jam
Lebar efektif pemadatan : 1,20 m
Jumlah lintasan : 6 lintasan
Lajur lintasan : 3 lajur
Lebar overlap : 0,3 m
Kapasitas produksi/jam : 84 ��
E. Water tank truck
Volume tangki air : 4 ��
Kebutuhan air/�� : 007 ��
Kapasitas pompa air : 100 liter/menit
Kapasitas produksi/jam : 60 ��
2. Alat bantu
Kereta dorong : 2 buah
Garpu : 2 buah
Sekop : 3 buah
3. Tenaga
Pekerja : 7 orang
Mandor : 1 orang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
54
8. Lapis pondasi agrerat kelas A
Asumsi
a) Menggunakan alat berat
b) Lokasi pekerjaan sepanjang jalan
c) Kondisi Jalan sedang
d) Jarak rata-rata base camp ke lokasi pekerjaan 14 km
e) Tebal lapis agrerat padat 0,15 m
f) Jam kerja efektif per-hari 7 jam
g) Proporsi campuran
Agrerat pecah mesin 20-3 mm : 18%
Agrerat pecah mesin 5-10 mm dan 10-20 mm : 52%
Sirtu : 30%
Urutan kerja
a) Wheel loader mencampur dan memuat agregat ke dalam dump truck di base
camp
b) Dump truck mengangkut agregat ke lokasi pekerjaan dan dihampar dengan
motor grader
c) Hamparan agregat dibasahi dengan water tank truck sebelum dipadatkan
dengan tandem roller
d) Selama pemadatan, sekelompok pekerja akan merapikan tepi hamparan dan
level permukaan dengan menggunakan alat bantu
Pemakaian bahan, alat dan tenaga
1. Bahan
Agrerat A 1,2586 ��
2. Alat
A. Wheel loader
Kapasitas Bucket : 1,50 ��
Waktu siklus:
Memuat dan lain-lain : 0,45 menit
Kapasitas Produksi/jam : 119 ��
B. Dump truck
Kapasitas bak : 10 ton
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
55
Kecepatan rata-rata bermuatan : 9 km/jam
Kecepatan rata-rata kosong : 15 km/jam
Waktu siklus
Waktu muat : 3,34 menit
Waktu tempuh isi : 93,33 menit
Waktu tempuh kosong : 56 menit
Lain-lain : 2 menit
Total : 154,67menit
C. Motor grader
Panjang hamparan : 50 m
Lebar efektif : 2,40 m
Kecepatan rata-rata alat : 4 km/jam
Jumlah lintasan : 6 lintasan
Lebar pisau effektif : 2,6 m
Waktu siklus
Perataan 1 kali lintasan : 0,75 menit
Lain-lain : 1 menit
Kapasitas Produksi/jam : 264 ��
D. Tandem roller
Kecepatan rata-rata alat : 1,5 km/jam
Lebar efektif pemadatan : 1,20 m
Jumlah lintasan : 6 lintasan
Lebar overlap : 0,3 m
Kapasitas produksi/jam : 63 ��
E. Water tank truck
Volume tangki air : 4 ��
Kebutuhan air/�� : 007 ��
Kapasitas pompa air : 100 liter/menit
Kapasitas produksi/jam : 600 ��
3. Alat bantu
Kereta dorong : 2 buah
Garpu : 2 buah
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
56
Sekop : 3 buah
4. Tenaga
Pekerja : 7 orang
Mandor : 1 orang
9. Lapis resap pengikat – aspal cair
Asumsi
a) Menggunakan alat berat
b) Lokasi pekerjaan sepanjang jalan
c) Jarak rata-rata base camp ke lokasi pekerjaan 14 km
d) Jam kerja efektif per-hari 7 jam
e) Proporsi campuran
Aspal : 64%
Minyak flux/pencair : 36%
Berat jenis bahan
Aspal : 1,03 kg/liter
Kerosene : 0,8 kg/liter
Urutan kerja
a) Aspal dan minyak flux dicampur dan dipanaskan sehingga menjadi
campuran aspal cair.
b) Permukaan yang akan dilapis dibersihkan dari debu dan kotoran dengan
air compressor.
c) Campuran aspal cair disemprotkan dengan asphalt sprayer ke atas
permukaan yang akan dilapis.
d) Angkutan aspal dan minyak flux menggunakan dump truck.
Pemakaian bahan, alat dan tenaga
1. Bahan
Aspal : 0,679
Kerosene : 0,3708
2. Alat
A. Aspalt ditributor
Lebar penyemprotan : 3 m
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
57
Kecepatan penyemprotan : 30 m/menit
Kapasitas pompa aspal : 100 liter/menit
Kapasitas Produksi/jam : 4.200 liter
B. Air compressor
Kapasitas Produksi/jam : 4.200 liter
3. Tenaga
Pekerja : 10 orang
Mandor : 2 orang
10. Lapis perekat – aspal cair
Asumsi
a) Menggunakan alat berat
b) Lokasi pekerjaan sepanjang jalan
c) Jarak rata-rata base camp ke lokasi pekerjaan 14 km
d) Jam kerja efektif per-hari 7 jam
e) Proporsi campuran
1. Aspal : 80%
2. Minyak flux/pencair : 20%
f) Berat jenis bahan:
1. Aspal : 1,03 kg/liter
2. Kerosene : 0,8 kg/liter
g) Bahan dasar (aspal dan minyak pencair) semuanya diterima di lokasi
pekerjaan.
Urutan kerja
a) Aspal dan minyak flux dicampur dan dipanaskan sehingga menjadi
campuran aspal cair.
b) Permukaan yang akan dilapis dibersihkan dari debu dan kotoran dengan
air compressor.
c) Campuran aspal cair disemprotkan dengan asphalt sprayer ke atas
permukaan yang akan dilapis.
d) Angkutan aspal dan minyak flux menggunakan dump truck.
Pemakaian bahan, alat dan tenaga
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
58
1. Bahan
Untuk mendapatkan 1 liter lapis resap pengikat diperlukan 1 liter x Fh
Aspal : 8487 kg
Kerosene : 0,2060 liter
2. Alat
A. Aspalt ditributor
Lebar penyemprotan : 3 m
Kecepatan penyemprotan : 30 m/menit
Kapasitas pompa aspal : 150 liter/menit
Kapasitas Produksi/jam : 630 liter
B. Air compressor
Kapasitas Produksi/jam : 630 liter
3. Tenaga
Pekerja : 10 orang
Mandor : 2 orang
11. Laston Lapis Aus (AC – WC) (gradasi halus)
Asumsi
a) Menggunakan alat berat
b) Lokasi pekerjaan sepanjang jalan
c) Kondisi existing jalan sedang
d) Jarak rata-rata base camp ke lokasi pekerjaan 14 km
e) Tebal lapis (AC-WC ) padat 0,04 m
f) Jam kerja efektif per-hari 7 jam
g) Berat isi Agregat (padat) 1,81ton/��
h) Berat Isi Agregat (lepas) 1,51 ton/��
i) Komposisi campuran AC-WC:
Agr Pch Mesin 5 - 10 & 10 - 15 mm : 32,5 %
Agregat Pecah Mesin 0 - 5 mm : 59,6%
Semen : 1,9%
Asphalt : 6%
Anti Stripping Agent : 0,3%
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
59
Berat isi bahan :
AC-WC : 2,32 ton/��
Agr Pch Mesin 5 - 10 & 10 - 15 mm : 1,42 ton/��
Agr Pch Mesin 0 - 5 mm : 1,57 ton/��
Jarak Stock pile ke Cold Bin : 0,05 km
Urutan kerja
a) Wheel loader memuat agregat dan asphalt ke dalam cold bin AMP
b) Agregat dan aspal dicampur dan dipanaskan dengan AMP untuk dimuat
langsung ke dalam dump truck dan diangkut ke lokasi pekerjaan
c) Campuran panas AC-BC dihampar dengan finisher dan dipadatkan dengan
tandem dan pneumatic tire roller
d) Selama pemadatan, sekelompok pekerja akan merapikan tepi hamparaan
Pemakaian bahan, alat dan tenaga
1. Bahan
Agr 5-10 dan 10-15 : 0,2403 ��
Agr 0-5 : 0,3986 ��
2. Alat
A. Wheel loader
Waktu siklus:
Kecepatan maju rata-rata : 20 km/jam
Kecepatan kembali rata-rata : 30 km/jam
Muat ke bin : 0,15 menit
Kembali ke stock pile : 0,1 menit
Lain-lain : 0,75 menit
Kapasitas Produksi/jam : 96,93 ton
B. Asphalt Mixing Plant (AMP)
Kapasitas Produksi/jam : 50 ton/jam
C. Generator set (Genset)
Kapasitas Produksi/jam : 35 ton
D. Dump truck
Kapasitas bak : 10 ton
Kecepatan rata-rata bermuatan : 5,4 km/jam
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
60
Kecepatan rata-rata kosong : 14 km/jam
Waktu siklus
Megisi bak : 50 menit
Angkut : 155,56 menit
Tunggu+dump+putar : 56 menit
Kembali : 40 menit
Total : 305,56 menit
Kapasitas produksi/jam : 1,37 ton
E. Asphalt Finisher
Kapasitas Produksi/jam : 20 ton/jam
F. Tandem roller
Kecepatan rata-rata alat : 2,5 km/jam
Lebar efektif pemadatan : 1,20 m
Jumlah lintasan : 6 lintasan
Kapasitas produksi/jam : 4,87 ton
3. Alat bantu
Kereta dorong 2 buah
Garpu 2 buah
Sekop 3 buah
Tongkat kontrol ketebalan hamparan
4. Tenaga
Pekerja : 10 orang
Mandor : 1 orang
12. Pasangan Batu
Asumsi
a) Menggunakan alat berat
b) Lokasi pekerjaan sepanjang jalan
c) Bahan dasar batu pasir semen diterima seluruhnya dilokasi pekerjaan
d) Jarak rata-rata base camp ke lokasi pekerjaan 2 km
e) Jam kerja efektif per-hari 7 jam
f) Perbandingan pasir dan semen
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
61
Volume pasir : 25%
Volume semen : 75%
Perbandingan batu dengan mortar
Batu : 65%
Mortar : 35%
Berat jenis bahan
Pasangan batu dengan mortar : 2,4 ton/�3
Batu : 1,6 ton/�3
Adukan (mortar) : 1,8 ton/�3
Pasir : 1,3 ton/�3
Semen portland : 1,44 ton/�3
Urutan kerja
a) Semen, pasir dan air dicampur dan diaduk menjadi mortar dengan
menggunakan concrete mixer
b) Batu dibersihkan dan dibasahi seluruh permukaannya sebelum dipasang
c) Penyelesaian dan perapihan setelah pemasangan
Pemakaian bahan, alat dan tenaga
1. Bahan
Batu : 1,17 �3
Semen : 0,1225�3
Pasir : 0,5088�3
2. Alat
A. Concrete Mixer
Kapasitas Alat : 500 liter
Waktu siklus:
Memuat : 15 menit
Mengaduk : 15 menit
Menuang : 10 menit
Tunggu, dll. : 5 menit
Kapasitas Produksi/jam : 0,467�3
B. Water tank truck
Volume tangki air : 4 �3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
62
Kebutuhan air/�3 : 007 �3
Kapasitas pompa air : 100 liter/menit
Kapasitas produksi/jam : 600 �3
3. Alat bantu
Gerobak dorong : 1 buah
Pacul : 2 buah
Sendok semen : 2 buah
Ember cor : 1 buah
Sekop : 2 buah
4. Tenaga
Pekerja : 8 orang
Tukang : 2 orang
Mandor : 1 orang
13. Marka Jalan Termoplastik
Asumsi
a) Pekerjaan dilakukan secara manual
b) Lokasi pekerjaan sepanjang jalan
c) Bahan dasar (besi dan kawat) diterima seluruhnya di lokasi pekerjaan
d) Jarak rata-rata base camp ke lokasi pekerjaan 14 km
e) Jam kerja efektif per-hari
f) Tebal lapisan cat secara manual 0,015
g) Berat jenis bahan cat 1 kg/liter
h) Perbandingan pemakaian bahan
Cat : 65%
Thinner : 35%
Urutan kerja
a) Permukaan jalan dibersihkan dari debu/kotoran
b) Cat disemprotkan dengan Compressor di atas maal tripleks
c) Glass Bit diberikan segera setelah cat marka selesai disemprotkan
Pemakaian alat, bahan dan tenaga
1. Bahan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
63
Cat Marka Thermoplastic : 1,95 kg
Minyak Pencair (Thinner) : 1,05 liter
Blass Bead : 0,45 kg
2. Alat
A. Compressor
Kapasitas penyemprotan : 40 liter/jam
Jumlah cat cair : 3 liter/�2
Kapasitas produksi/jam : 13,333 �2/jam
B. Dump Truck
Alat ini digunakan bersama-sama dengan kompressor
3. Alat bantu
Sapu lidi : 3 buah
Sikat ijuk : 3 buah
Rambu-rambu pengaman : 2 buah
Maal tripleks : 4 buah
4. Tenaga
Pekerja : 8 orang
Tukang : 3 orang
Mandor : 1 orang
14. Marka Jalan
Asumsi
a) Menggunakan cara manual
b) Lokasi pekerjaan sepanjang jalan
c) Bahan dasar (plat rambu jadi, pipa dan beton cetak) diangkut dengan truk
ke lokasi pekerjaan
d) Jarak rata-rata base camp ke lokasi pekerjaan 14 km
e) Jam kerja efektif per-hari 7 jam
Urutan kerja
Kesatuan pondasi, pelat dan tiang rambu disiapkan dan dipasang ditempat
yang telah ditentukan
Pemakaian alat, bahan dan tenaga
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
64
1. Bahan
Pelat rambu jadi (engineering grade)
Pipa galvanis diameter 1,6 : 1 batang
Beton K-175 : 0,016 �3
Cat, dan bahan lainnya
2. Alat
A. Dump truck
Kapasitas 1 kali angkat : 15 buah
Waktu siklus
Waktu muat : 30 menit
Angkut : 67,2 menit
Menurunkan : 37,5 menit
Lain-lain : 30 menit
Total : 164,7 menit
Kapasitas produksi/jam : ±5 �3
3. Tenaga
Pekerja : 5 orang
Tukang : 3 orang
Mandor : 1 orang
15. Agrerat Kelas A
Asumsi
a) Menggunakan alat berat (cara mekanik)
b) Tebal lapis agregat padat 0,15 m
c) Jam kerja efektif per-hari 7 jam
d) Proporsi Campuran:
Agr pecah mesin 20 - 30 mm : 28%
Agr pecah mesin 5 - 10 & 10 - 20 mm : 42%
Pasir urug : 30%
Berat isi agregat : 1,51 ton/�3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
65
Urutan kerja
a) Wheel loader memuat material bahan campuran dari stockpile ke alat
blending
b) Blending equipment melakukan pencampuran (blending) aggregat kasar,
aggregat halus dan pasir alam menjadi aggregat A
Pemakaian bahan, alat dan tenaga
1. Bahan
Agr 20-30 : 0,2940 �3
Agr 5 - 10 & 10 – 20 : 0,4410�3
Pasir Urug : 0,3150 �3
2. Alat
A. Wheel Loader
Kapasitas bucket : 25 �3/ jam
Waktu Siklus :
Waktu pemuatan alat blending : 2 menit
Kapasitas produksi/jam : 26,48 �3
B. Blending Equipment
Kapasitas : 25 �3/jam
Kapasitas produksi/jam : 20,75 �3
3. Tenaga
Pekerja : 2 orang
Mandor : 1 orang
16. Agrerat Kelas B
Asumsi
a) Bahan agregat halus dan kasar diterima di lokasi base camp
b) Jam kerja effektif perhari 7 jam
c) Kegiatan dilakukan di dalam lokasi base camp
d) Proporsi campuran
Agregat pecah mesin 20 - 30 mm : 1,05 ton/�3
Agregat pecah mesin 5 - 10 & 10 - 20 mm : 1,05 ton/�3
Sirtu : 1,05 ton/�3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
66
Urutan kerja
a) Wheel loader memuat material bahan campuran dari stockpile ke alat
blending
b) Blending equipment melakukan pencampuran (blending) aggregat kasar,
aggregat halus dan pasir alam menjadi aggregat B
Pemakaian bahan, alat dan tenaga
1. Bahan
Agr 20-30 : 0,1890 �3
Agr 5 - 10 & 10 – 20 : 0,1890 �3
Sirtu : 0,6720 �3
2. Alat
A. Wheel Loader
Kapasitas bucket : 1,50 �3
Waktu Siklus
Waktu pemuatan alat blending : 2 menit
Kapasitas produksi/jam : 26,49 �3
B. Blending Equipment
Kapasitas bucket : 25 �3/jam
Kapasitas produksi/jam : 20,75��
3. Tenaga
Pekerja : 2 orang
Mandor : 1 orang
4.3. Langkah-langkah Penyusunan Network Planning
4.3.1. Menginventarisasi Kegiatan
Langkah pertama yang dilakukan dalam menyusun network planning adalah
menginventarisasi kegiatan, yaitu dengan cara melakukan pengkajian dan
pengidentifikasian lingkup proyek, menguraikan dan memecahkannya menjadi
kegiatan-kegiatan pada proyek. Kegiatan-kegiatan proyek pembangunan jalan
pada PT. Karya Muda Nasional dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
67
Tabel 4.2. Daftar kegiatan dan kode proyek
No Nama Kegiatan Kode
1 Umum
1.1 Mobilisasi A
1.2 Demobilisasi @
1.3 Relokasi tiang listrik yang ada B
2 Drainase
2.1 Galian untuk selokan drainase dan saluran air
C
2.2 Pasangan batu dengan mortar D
2.3 Gorong-gorong pipa beton bertulang, diameter dalam 75 - 85 cm
E
2.4 Gorong-gorong pipa beton tanpa tulangan diameter dalam 20 cm
F
2.5 Gorong-gorong pipa beton tanpa tulangan diameter dalam 30 cm
G
3 Pekerjaan Tanah
3.1 Galian biasa H
3.2 Galian struktur dengan kedalaman 0 - 2 meter
I
3.3 Penyiapan badan jalan J
4 Pelebaran Perkerasan dan Bahu Jalan
4.1 Lapis pondasi agregat kelas S K
5 Perkerasan Berbutir
5.1 Lapis pondasi agregat kelas A L
5.2 Lapis pondasi agregat kelas B M
6 Perkerasan Aspal
6.1 Lapis resap pengikat N
6.2 Lapis perekat O
6.3 Laston lapis aus (AC-WC)(gradasi halus)
P
6.4 Laston lapis antara (AC-BC)(gradasi Kasar)
Q
6.5 Aspal keras R
6.6 Aditif anti pengelupasan S
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
68
6.7 Bahan pengisi (filer) tambahan (semen) T
7 Struktur
7.1 Pasangan batu U
7.2 Bronjong V
8 Pengembangan Kondisi dan Pekerjaan Minor
8.1 Lapis pondasi agregat kelas A untuk pekerjaan minor
W
8.2 Campuran aspal panas untuk pekerjaan minor
X
8.3 Residu bitumen untuk pekerjaan minor Y
8.4 Marka jalan termoplastik Z
Sumber : hasil penelitian
Kegiatan-kegiatan diuraikan menjadi kode guna untuk memudahkan
penyusunan network planning, karena jika menggunakan nama kegiatan aslinya
akan menyulitkan penamaan kegiatan karena namanya kepanjangan.
4.3.2. Menentukan Perkiraan Kurun Waktu
Langkah ini adalah menentukan perkiraan kurun waktu bagi setiap kegiatan
seperti terlihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.3 Daftar waktu setiap kegiatan
Kode Nama kegiatan Waktu
(hari)
A Mobilisasi 21
@ Demobilisasi 7
B Relokasi tiang listrik yang ada 7
C Galian untuk selokan drainase dan saluran air 14
D Pasangan batu dengan mortar 49
E Gorong-gorong pipa beton bertulang, diameter
dalam 75 - 85 cm 7
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
69
F Gorong-gorong pipa beton tanpa tulangan
diameter dalam 20 cm 7
G Gorong-gorong pipa beton tanpa tulangan
diameter dalam 30 cm 7
H Galian biasa 21
I Galian struktur dengan kedalaman 0 - 2 meter 7
J Penyiapan badan jalan 7
K Lapis pondasi agregat kelas S 7
L Lapis pondasi agregat kelas A 28
M Lapis pondasi agregat kelas B 21
N Lapis resap pengikat 42
O Lapis perekat 42
P Laston lapis aus (AC-WC)(gradasi halus) 21
Q Laston lapis antara (AC-BC)(gradasi Kasar) 21
R Aspal keras 35
S Aditif anti pengelupasan 35
T Bahan pengisi (filer) tambahan (semen) 35
U Pasangan batu 42
V Bronjong 49
W Lapis pondasi agregat kelas A untuk pekerjaan
minor 7
X Campuran aspal panas untuk pekerjaan minor 7
Y Residu bitumen untuk pekerjaan minor 7
Z Marka jalan termoplastik 7
Sumber : Data Perusahaan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
70
4.3.3. Menyusun Hubungan Antar Kegiatan
Menyusun komponen-komponen sesuai urutan logika ketergantungannya
merupakan dasar pembuatan jaringan kerja, sehingga diketahui urutan kegiatan
dari awalmulainya proyek sampai dengan selesainya proyek secara keseluruhan.
Network planning memiliki beberapa kemungkinan yang dapat terjadi dari
hubungan antar kegiatan yang disusun menjadi mata rantai urutan kegiatan yang
sesuai dengan logika ketergantungan, yaitu:
1) Suatu kegiatan dapat dikerjakan secara bersamaan dengan kegiatan lainnya.
2) Suatu kegiatan hanya dapat dikerjakan apabila kegiatan sebelumnya sudah
selesai dikerjakan.
3) Suatu kegiatan dapat dikerjakan secara tersendiri tanpa harus menunggu
kegiatan sebelumnya (dummy). Urutan kegiatan yang sesuai dengan logika
ketergantungan pada proyek pembangunan penambahan ruang kelas urutan
kegiatan-kegiatan dan kegiatan sebelumnya dapat dilihat pada tabel dibawah
ini:
Tabel 4.4 Daftar urutan kegiatan dan kegiatan pendahulunya
Kode Nama kegiatan Pendahulu Langsung
Umum A Mobilisasi - @ Demobilisasi Y-Z B Relokasi tiang listrik yang ada G Drainase
C Galian untuk selokan drainase dan saluran air
V
D Pasangan batu dengan mortar C
E Gorong-gorong pipa beton bertulang, diameter dalam 75 - 85 cm
A
F Gorong-gorong pipa beton tanpa tulangan diameter dalam 20 cm
E
G Gorong-gorong pipa beton tanpa tulangan diameter dalam 30 cm
F
Pekerjaan Tanah H Galian biasa U
I Galian struktur dengan kedalaman 0 - 2 meter
H
J Penyiapan badan jalan I
Pelebaran Perkerasan dan Bahu Jalan
K Lapis pondasi agregat kelas S P
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
71
Perkerasan Berbutir L Lapis pondasi agregat kelas A M M Lapis pondasi agregat kelas B T Perkerasan Aspal
N Lapis resap pengikat L O Lapis perekat Q
P Laston lapis aus (AC-WC)(gradasi halus)
O
Q Laston lapis antara (AC-BC)(gradasi Kasar)
N
R Aspal keras J
S Aditif anti pengelupasan R
T Bahan pengisi (filer) tambahan (semen)
S
Struktur
U Pasangan batu D
V Bronjong B
Pengembangan Kondisi dan Pekerjaan Minor
W Lapis pondasi agregat kelas A untuk pekerjaan minor
J
X Campuran aspal panas untuk pekerjaan minor
W
Y Residu bitumen untuk pekerjaan minor
X
Z Marka jalan termoplastik K
Sumber : Hasil survey dengan pihak kontraktor
4.3.4. Menganalisis Data Menggunakan Metode PERT dan CPM
4.3.4.1. Diagram Jaringan
Jaringan CPM atau PERT menunjukkan saling berhubungnya antara satu kegiatan
dengan kegiatan lainnya dalam suatu proyek. Ada dua pendekatan untuk
menggambarkan jaringan proyek yakni kegiatan pada titik (activity on node –
AON) dan kegiatan pada panah (activity on arrow – AOA). Pada skripsi ini akan
digambarkan dengan jaringan AON, sebagai berikut:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
72
Gambar 4.1 Jaringan AON proyek pembangunan jalan
start A
F
E
G V B C
U I
D
H J
W M
X
Y
L N O Q
P
@
K Z
R S T
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
73
4.3.4.2. Metode CPM
CPM atau metode jalur kritis adalah metode menyusun pekerjaan yang
merupakan komponen lingkup proyek menjadi jaringan kerja.
4.3.4.2.1. Jadwal Aktivitas
Menentukan jadwal proyek atau jadwal aktivitas artinya mengidentifikasi waktu
mulai dan waktu selesai untuk setiap kegiatan. Menggunakan proses two-pass,
terdiri atas forward pass dan backward pass untuk menentukan jadwal waktu
untuk tiap kegiatan. ES (earlist start) dan EF (earlist finish) ditentukan selama
forward pass. LS (latest start) dan LF (latest finish) ditentukan selama backward
pass.
Jadwal aktivitas disajikan dalam lingkaran kejadian pada lampiran 1, dari
lampiran 1 diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.5 Jadwal aktivitas
Kode Waktu ES EF LS LF
A 21 0 21 0 21
B 7 42 49 42 49
C 14 98 112 98 112
D 49 112 161 112 161
E 7 21 28 21 28
F 7 28 35 28 35
G 7 35 42 35 42
H 21 203 224 203 224
I 7 224 231 224 231
J 7 231 238 231 238
K 7 518 525 518 525
L 28 364 392 364 392
M 21 343 364 343 364
N 42 392 434 392 434
O 42 455 497 455 497
P 21 497 518 497 518
Q 21 434 455 434 455
R 35 238 273 238 273 S 35 273 308 273 308 T 35 308 343 308 343
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
74
U 42 161 203 161 203 V 49 49 98 49 98 W 7 238 245 511 518 X 7 245 252 518 525 Y 7 252 259 525 532 Z 7 525 532 525 532 @ 7 532 539 532 539
Sumber : Hasil Penelitian
Perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan lingkaran kegiatan
diperoleh bahwa waktu untuk penyelesaian proyek adalah 539 hari.
4.3.4.2.2. Hambatan Aktivitas
Waktu slack (slack time) yaitu waktu bebas yang dimiliki oleh setiap kegiatan
untuk bisa diundur tanpa menyebabkan keterlambatan proyek keseluruhan.
Kegiatan kritis adalah kegiatan yang tidak mempunyai waktu tenggang (slack
= 0), artinya kegiatan tersebut harus dimulai tepat pada ES agar tidak
mengakibatkan bertambahnya waktu penyelesaian proyek.
Tabel 4.6 Hambatan aktivitas (slack activity) dan kegiatan kritis
Kode ES EF LS LF Slack (LS – ES) Kegiatan
kritis A 0 21 0 21 0 Ya
B 42 49 42 49 0 Ya
C 98 112 98 112 0 Ya
D 112 161 112 161 0 Ya
E 21 28 21 28 0 Ya
F 28 35 28 35 0 Ya
G 35 42 35 42 0 Ya
H 203 224 203 224 0 Ya
I 224 231 224 231 0 Ya
J 231 238 231 238 0 Ya
K 518 525 518 525 0 Ya
L 364 392 364 392 0 Ya
M 343 364 343 364 0 Ya
N 392 434 392 434 0 Ya
O 455 497 455 497 0 Ya
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
75
P 497 518 497 518 0 Ya
Q 434 455 434 455 0 Ya
R 238 273 238 273 0 Ya S 273 308 273 308 0 Ya T 308 343 308 343 0 Ya U 161 203 161 203 0 Ya V 49 98 49 98 0 Ya W 238 245 511 518 273 - X 245 252 518 525 273 - Y 252 259 525 532 273 - Z 525 532 525 532 0 Ya @ 532 539 532 539 0 Ya
Sumber : Hasil Peneitian
Kegiatan-kegiatan kritis pada rangkaian ini terdapat pada kegiatan A,
B, C, D, E, F, G, H, I, J, K, L, M, N, O, P, Q, R, S, T, U, V, Z, @ dengan total
waktu kritis 483 hari. Peristiwa pada bagian kritis tidak memiliki waktu yang
longgar dalam pengerjaannya atau dengan kata lain harus tepat waktu agar
kegiatan lain tidak terganggu.
4.3.4.2.3. Jalur Kritis
Jalur kegiatan yang terdapat pada proyek ini terdiri dari dua yaitu:
1. A-E-F-G-B-V-C-D-U-H-I-J-R-S-T-M-L-N-Q-O-P-K-Z-@ dengan total waktu
483 hari.
2. A-E-F-G-B-V-C-D-U-H-I-J-W-X-Y-@ dengan total waktu 294 hari.
Jalur Kritis merupakan jalur dengan waktu terpanjang maka jalur kritis pada
proyek ini adalah A-E-F-G-B-V-C-D-U-H-I-J-R-S-T-M-L-N-Q-O-P-K-Z-@.
4.3.4.3. Metode PERT
Setelah mendapatkan durasi pesimis dari masing-masing kegiatan kemudian
menentukan waktu realistis dan optimis. Dalam hal ini penulis melakukan
interview kepada abanganda Usin selaku kepala bagian dari Karya Muda Nasional
di daerah Laru. Dalam interview itu diperoleh data sebagai berikut:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
76
Tabel 4.7 Data waktu pesimis, realistis dan optimis.
Kode Waktu Pesimis
(hari) Waktu Realistis
(hari) Waktu Optimis
(hari)
A 22 21 14
B 7 7 5
C 15 14 7
D 50 49 42
E 7 7 5
F 7 7 5
G 7 7 5
H 22 21 1
I 7 7 5
J 7 7 5
K 7 7 5
L 29 28 21
M 22 21 14
N 43 42 35
O 43 42 35
P 22 21 14
Q 22 21 20
R 36 35 14
S 36 35 28
T 36 35 28
U 43 42 35
V 50 49 40
W 7 7 5
X 7 7 5
Y 7 7 5
Z 7 7 5
@ 7 7 5
Sumber : Hasil interview dengan pihak kontraktor
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
77
Menghitung Nilai Harapan dan Variansi
a. Menentukan rata-rata atau waktu yang diharapkan dari ketiga durasi aktivitas
Rata-rata dari ketiga aktivitas inilah yang nanti akan digunakan dalam
penyusunan jaringan kerja. Formula yang digunakan dalam menghitung rata-
rata durasi aktivitas tersebut adalah:
Rata-rata durasi (te) = ������
�
Dari persamaan diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.8 Waktu rata-rata (te)
Kode (b) (m) (a) Rata-rata durasi (te)
A 22 21 14 20
B 7 7 5 6,666666667
C 15 14 7 13
D 50 49 42 48
E 7 7 5 6,666666667
F 7 7 5 6,666666667
G 7 7 5 6,666666667
H 22 21 14 20
I 7 7 5 6,666666667
J 7 7 5 6,666666667
K 7 7 5 6,666666667
L 29 28 21 27
M 22 21 14 20
N 43 42 35 41
O 43 42 35 41
P 22 21 14 20
Q 22 21 20 21 R 36 35 14 31,66666667 S 36 35 28 34 T 36 35 28 34 U 43 42 35 41 V 50 49 40 47,66666667 W 7 7 5 6,666666667 X 7 7 5 6,666666667 Y 7 7 5 6,666666667 Z 7 7 5 6,666666667 @ 7 7 5 6,666666667
Total 575 560 421 539,3333333 Sumber : Hasil Penelitian
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
78
b. Menghitung standart deviasi (se) dan varians (ve)
Setelah menghitung rata-rata durasi aktivitas, dilanjutkan dengan perhitungan
standar deviasi dan varians. Formula yang digunakan adalah:
Standar deviasi (se) = ���
6
Varians (ve) = ��2
Dari formula diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.9 Standar deviasi dan varians
Kode (b) (m) (a) Kegiatan
kritis Standar
deviasi (se) Varians
(ve) A 22 21 14 Ya 1,33333 1,77778
B 7 7 5 Ya 0,33333 0,11111
C 15 14 7 Ya 1,33333 1,77778
D 50 49 42 Ya 1,33333 1,77778
E 7 7 5 Ya 0,33333 0,11111
F 7 7 5 Ya 0,33333 0,11111
G 7 7 5 Ya 0,33333 0,11111
H 22 21 14 Ya 1,33333 1,77778
I 7 7 5 - 0,33333 0,11111
J 7 7 5 Ya 0,33333 0,11111
K 7 7 5 - 0,33333 0,11111
L 29 28 21 Ya 1,33333 1,77778
M 22 21 14 Ya 1,33333 1,77778
N 43 42 35 Ya 1,33333 1,77778
O 43 42 35 Ya 1,33333 1,77778
P 22 21 14 Ya 1,33333 1,77778
Q 22 21 20 Ya 0,33333 0,11111 R 36 35 14 Ya 3,66667 13,4444 S 36 35 28 Ya 1,33333 1,77778 T 36 35 28 Ya 1,33333 1,77778 U 43 42 35 Ya 1,33333 1,77778 V 50 49 40 Ya 1,66667 2,77778 W 7 7 5 Ya 0,33333 0,11111 X 7 7 5 - 0,33333 0,11111 Y 7 7 5 - 0,33333 0,11111 Z 7 7 5 - 0,33333 0,11111 @ 7 7 5 Ya 0,33333 0,11111
Total 575 560 421 25,6667 39 Sumber : Hasil Penelitian
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
79
Varians proyek = ∑(������� �������� ���� �������� ������)
= ������� � + ������� � + ������� � + ������� � +
������� � + ������� � + ������� � + ������� � +
������� � + ������� � + ������� � + ������� � +
������� � + ������� � + ������� � + ������� � +
������� � + ������� � + ������� � + ������� � +
������� � + ������� � + ������� � + �������@
Varians proyek = 1,7778 + 0,1111 +1,7778 + 1,7778 + 0,1111 + 0,1111 +
0,1111 + 1,7778 + 0,1111 + 0,1111 + 0,1111 + 1,7778 +
1,7778 + 1,7778 + 1,7778 + 1,7778 + 0,1111 +
13,444 + 1,7778 + 1,7778 + 1,7778 + 0,1111 + 0,1111
= 38,6667
Standar deviasi proyek (S) = �varians proyek
= √38,6667
Standar deviasi proyek (S) = 6,22 hari.
Kemudian perusahaan ingin mengetahui berapa peluangnya untuk selesai dalam
waktu 545 hari, maka:
Nilai deviasi normal (Z) = [batas waktu - waktu penyelesaian yang
diharapkan] / S
= (545 – 539) / 6,22
= 6 / 6,22
= 0,96
Kemudian merujuk pada tabel normal, kita dapat mendapat peluang 0.8315,
artinya ada peluang sebesar 83.15% untuk perusahaan menyelesaikan proyek
tersebut dalam kurun waktu 545 hari.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
80
a b Waktu
Peluang (T = 545Hari) adalah83,15%
560 545Hari
Gambar 4.2 Kurva peluang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah diuraiakan dan dibahas pada bab IV, maka penulis
memberikan kesimpulan sebagai berikut:
1. Melalui perhitungan menggunakan lingkaran kegiatan pada CPM dan PERT didapat
bahwa waktu optimal untuk penyelesaian proyek pembangunan jalan oleh Karya Muda
Nasional dari peningkatan struktur jalan Muara Pungkut-Simpang Banyak Kabupaten
Mandailing Natal pada tahun 2013 adalah 539 hari. Waktu ini lebih singkat 11 hari jika
dibandingkan dengan waktu tempuh perusahaan sebesar 550 hari
2. Dengan Critical Path Method (CPM) maka diperoleh jalur kritis yang dapat dioptimalkan
adalah A-E-F-G-B-V-C-D-U-H-I-J-R-S-T-M-L-N-Q-O-P-K-Z-@, dengan total waktu
kritis 480 hari. Peristiwa pada bagian kritis tidak memiliki waktu yang longgar dalam
pengerjaannya atau dengan kata lain harus tepat waktu agar kegiatan lain tidak
terganggu.
3. Perhitungan dengan menggunakan metode PERT diperoleh peluang untuk
menyelesaikan proyek dalam jangka waktu 545 hari adalah 83,15%.
5.2. Saran
Dari hasil analisis yang diperoleh dari penyusunan skripsi ini, diberikan saran-saran sebagai
berikut:
1. Perusahaan saat ini telah menggunakan bagan balok untuk menggambarkan kegiatan-
kegiatan yang terdapat pada perusahaan. Bagan ini memudahakan manager untuk
mengetahui kegiatan yang sedang berlangsung dan mengetahui waktu untuk setiap
kegiatan, namun bagan balok memiliki kelemahan yaitu tidak dapat menunjukkan
hubungan kegiatan yang satu dengan yang lain sehingga jika satu kegiatan tertunda tidak
diketahui kegiatan mana yang terkena dampaknya. Perusahaan sebaiknya menggunakan
lingkaran kegiatan pada CPM dan PERT sehingga manager perusahaan lebih mudah
mengetahui rangkaian keseluruhan kegiatan, manager juga dapat mengetahuihubungan
antar kegiatan-kegiatan, dan mengetahui waktu mulai dan selesai untuk setiap kegiatan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
82
2. Perusahaan sebaiknya menggunakan metode CPM yang dapat mempersingkat waktu
pelaksanaan proyek sehingga proyek pengaspalan jalan jadi lebih efisien dan dapat
mencapai hasil yang optimal. Perusahaan sebaiknya menggunakan metode PERT untuk
mengetahui peluang selesainya suatu proyek dalam waktu tertentu.
3. Bagi peneliti selanjutnya yang akan menggunakan metode PERT dan CPM dalam
sebaiknya menggunakan software yang dapat digunakan untuk menggambarkan
lingkaran kegiatan, jaringan AON dan jaringan AOA sehingga hasil penelitian jadi lebih
rapi.
4. Bagi peneliti selajutnya yang akan menggunakan metode PERT agar lebih kritis pada
waktu optimis, waktu realistis, dan waktu pesimis. Tiga waktu ini biasanya tidak dapat
diperoleh dari berkas-berkas perusahaan melainkan harus dengan wawancara dengan
pihak karyawan, dari Pengalaman penulis, data ketiga waktu ini yang paling sulit untuk
didapat dan harus lebih teliti untuk setiap waktu yang diperoleh, karna data ini bisa tidak
valid.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR PUSTAKA Charles, Kirkpatrick, dkk. 1972. Perentjanaan dan pengawasan dengan PERT
dan CPM. Bhatara: Jakarta Dannyanti, Eka. 2010. Optimalisasi Pelaksanaan Proyek Dengan Metode PERT
dan CPM. Semarang: Universitas Diponegoro Herjanto, Eddy. 1999. Manajemen Produksi dan Operasi. PT. Grasindo: Jakarta Husein, Abrar. 1992. Manajemen Proyek. Penerbit Andi: Serpong Perangin-angin, Betharina Theresia. 2012. Studi Aplikasi CPM dengan Program
Linier Untuk Optimasi Biaya Jaringan Kerja. Medan: Universitas Sumatera Utara
Siswojo.1981. Pokok-Pokok Project Management PERT & CPM. Erlangga:
Jakarta Soeharto, Iman. 2002. Studi Kelayakan Proyek Industri. Erlangga: Jakarta Somantri, Agus. 2005. Studi Tentang Perencanaan Waktu dan Biaya Proyek
Penambahan Ruang Kelas di Politeknik Manufaktur Pada PT. Haryang Kuning. Bandung: Universitas Widyatama
Subagyo, Pangestu, dkk. 1983. Dasar-dasar Operation Research. BPFE:
Yogyakarta Zulfikarizah, Fien. 2004. Operation Research. Bayumedia Publishing: Jakarta
Timur
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LAMPIRAN
Lampiran 1.
Lingkaran Kejadian Proyek
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
85
Lampiran 2.
Tabel Distribusi Normal Z
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
86
Lampiran 3.
Surat Riset PT. Karya Muda Nasional
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA