22
ONTOLOGI, EPISTIMOLOGI DAN AKSIOLOGI DALAM PENDIDIKAN ISLAM Oleh: Nurfarhanah 1. ONTOLOGI PENDIDIKAN ISLAM A. Pendahuluan Pendidikan pada bangsa kita telah terjadi dikotomi, yakni antara pendidikan umum dan pendidikan Islam. Dua hal ini telah menjadikan suatu problem tersendiri dalam dunia pendidikan. Karena salah satu sisi yang mengatasnamakan pendidikan Islam adalah sebuah pendidikan yang dilakukan oleh sekelompok orang yang beragama Islam, nama lembaganya adalah lembaga Islam, dan materinya di dominasi oleh ajaran-ajaran Islam dari Al Qur'an dan Hadits yang merupakan landasan Islam. Jika demikian akan bermunculan pula yang dinamakan pendidikan Kristen, pendidikan Hindu dan lain-lain, bahkan bisa saja terjadi pendidikan Komunis, pendidikan Atheis dan lain sebagainya. Kemudian bagaimana dengan pendidikan umum, apakah yang dinamakan umum yang menyelenggarakan orang umum, tidak terdapat simbol-simbol apapun, baik itu Islam, Kristen, Hindu dan lain sebagainya. Apakah yang dinamakan pendidikan umum atau pendidikan saja itu selama ini seperti yang diselenggarakan oleh pemerintah yang berada dibawah naungan Diknas? Selanjutnya apa bedanya antara pendidikan atau pendidikan umum dengan pendidikan Islam. Tetapi dalam kajian kita saat ini lebih menekankan kepada hakikat pendidikan Islam (ontologi pendidikan Islam). Adapun sebagaimana dalam pertanyaan tersebut hanya membedakan wilayah umum ataukah wilayah Islam. Dalam kajian tentang Filsafat Pendidikan Islam yang difokuskan kepada Ontologi Pendidikan Islam ini berusaha untuk mengupas tentang hakikat pendidikan Islam dan pola organisasi pendidikan Islam. Sementara itu, ontologi sendiri memiliki arti ilmu hakikat.[1] Kalau kita membicarakan ilmu hakikat ini sangat luas, apakah hakikat dibalik alam nyata ini, menyelidiki hakikat dari segala sesuatu dari alam nyata yang terbatas oleh panca indera kita. Hakikat ialah realitas, realitas ialah ke-real-an, real yakni kenyataan yang sebenarnya, kenyataan yang sesungguhnya, keadaan sebenarnya sesuatu, bukanlah keadaan yang sementara atau keadaan yang menipu, bukan pula keadaan yang berubah dan bukan sesuatu yang fatamorgana. Jadi, ontologi pendidikan adalah menyelami hakikat dari pendidikan Islam, kenyataan dalam pendidikan Islam dengan segala pola organisasi yang melingkupinya, meliputi hakikat pendidikan Islam dan ilmu pendidikan Islam, hakikat tujuan pendidikan Islam, hakikat manusia sebagai subjek pendidikan yang ditekankan kepada pendidik dan peserta didik, dan hakikat kurikulum pendidikan Islam. Walaupun sebenarnya kajian yang penulis lakukan kali ini belum mampu mengupas secara mendalam tentang hakikat pendidikan Islam dan

ONTOLOGI, EPISTIMOLOGI DAN AKSIOLOGI DALAM ......Ontologi,Epistimilogi dan Aksiologi Dalam Pendidikan Islam Halaman 2 pola organisasi di dalamnya. Oleh karena itu, penting rasanya

  • Upload
    others

  • View
    59

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ONTOLOGI, EPISTIMOLOGI DAN AKSIOLOGI DALAM ......Ontologi,Epistimilogi dan Aksiologi Dalam Pendidikan Islam Halaman 2 pola organisasi di dalamnya. Oleh karena itu, penting rasanya

ONTOLOGI, EPISTIMOLOGI DAN AKSIOLOGI DALAM PENDIDIKAN ISLAM

Oleh: Nurfarhanah

1. ONTOLOGI PENDIDIKAN ISLAM A. Pendahuluan

Pendidikan pada bangsa kita telah terjadi dikotomi, yakni antara pendidikan umum dan pendidikan Islam. Dua hal ini telah menjadikan suatu problem tersendiri dalam dunia pendidikan. Karena salah satu sisi yang mengatasnamakan pendidikan Islam adalah sebuah pendidikan yang dilakukan oleh sekelompok orang yang beragama Islam, nama lembaganya adalah lembaga Islam, dan materinya di dominasi oleh ajaran-ajaran Islam dari Al Qur'an dan Hadits yang merupakan landasan Islam. Jika demikian akan bermunculan pula yang dinamakan pendidikan Kristen, pendidikan Hindu dan lain-lain, bahkan bisa saja terjadi pendidikan Komunis, pendidikan Atheis dan lain sebagainya. Kemudian bagaimana dengan pendidikan umum, apakah yang dinamakan umum yang menyelenggarakan orang umum, tidak terdapat simbol-simbol apapun, baik itu Islam, Kristen, Hindu dan lain sebagainya. Apakah yang dinamakan pendidikan umum atau pendidikan saja itu selama ini seperti yang diselenggarakan oleh pemerintah yang berada dibawah naungan Diknas? Selanjutnya apa bedanya antara pendidikan atau pendidikan umum dengan pendidikan Islam. Tetapi dalam kajian kita saat ini lebih menekankan kepada hakikat pendidikan Islam (ontologi pendidikan Islam). Adapun sebagaimana dalam pertanyaan tersebut hanya membedakan wilayah umum ataukah wilayah Islam.

Dalam kajian tentang Filsafat Pendidikan Islam yang difokuskan kepada Ontologi Pendidikan Islam ini berusaha untuk mengupas tentang hakikat pendidikan Islam dan pola organisasi pendidikan Islam. Sementara itu, ontologi sendiri memiliki arti ilmu hakikat.[1] Kalau kita membicarakan ilmu hakikat ini sangat luas, apakah hakikat dibalik alam nyata ini, menyelidiki hakikat dari segala sesuatu dari alam nyata yang terbatas oleh panca indera kita. Hakikat ialah realitas, realitas ialah ke-real-an, real yakni kenyataan yang sebenarnya, kenyataan yang sesungguhnya, keadaan sebenarnya sesuatu, bukanlah keadaan yang sementara atau keadaan yang menipu, bukan pula keadaan yang berubah dan bukan sesuatu yang fatamorgana. Jadi, ontologi pendidikan adalah menyelami hakikat dari pendidikan Islam, kenyataan dalam pendidikan Islam dengan segala pola organisasi yang melingkupinya, meliputi hakikat pendidikan Islam dan ilmu pendidikan Islam, hakikat tujuan pendidikan Islam, hakikat manusia sebagai subjek pendidikan yang ditekankan kepada pendidik dan peserta didik, dan hakikat kurikulum pendidikan Islam.

Walaupun sebenarnya kajian yang penulis lakukan kali ini belum mampu mengupas secara mendalam tentang hakikat pendidikan Islam dan

Page 2: ONTOLOGI, EPISTIMOLOGI DAN AKSIOLOGI DALAM ......Ontologi,Epistimilogi dan Aksiologi Dalam Pendidikan Islam Halaman 2 pola organisasi di dalamnya. Oleh karena itu, penting rasanya

Ontologi,Epistimilogi dan Aksiologi Dalam Pendidikan Islam Halaman 2

pola organisasi di dalamnya. Oleh karena itu, penting rasanya untuk diutarakan bahwa masukan, kritik, dari hasil diskusi akan sekiranya membantu dalam penyempurnaan dari tulisan ini dan akan lebih menyenangkan apabila dalam kritik dan saran tersebut disertai rujukan yang jelas, yang akan mempermudah dalam pelacakan.

B. Hakikat Pendidikan Islam dan Ilmu Pendidikan Islam

Berbicara masalah pendidikan merupakan suatu kajian yang cukup menarik, karena pemahaman makna tentang pendidikan sendiri pun juga beragam. Perlu diktehui bahwa banyak sekali istilah-istilah dalam pendidikan itu sendiri, seperti pengajaran, pembelajaran, paedagogi, pendidikan, pelatihan, dan lain sebagainya. Semua itu dapat kita jumpai dalam buku-buku yang mengkaji tentang pendidikan. Pendidikan menurut Marimba adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.[2] Dalam pendidikan yang dijelaskan tersebut di atas, bahwa dalam pendidikan terdapat beberapa unsur: 1. Usaha (kegiatan) yang bersifat bimbingan dilakukan secara sadar. 2. Ada pendidik, pemimpin atau penolong. 3. Ada peserta didik, anak didik. 4. Bimbingan itu mempunyai dasar dan tujuan. 5. Dalam usaha itu terdapat alat-alat yang dipergunakan.

Dari pemaknaan tersebut, dinyatakan bahwa pendidikan terbatas kepada pengembangan anak didik oleh pendidik, jadi terdapat pengaruh dari orang per orang atau manusia lain secara sadar. Kemudian, bagaimana dengan pendidikan yang dilakukan secara pribadi, dilakukan oleh alam, dilakukan oleh alam gaib dan lain sebagainya? apakah seperti itu tidak termasuk pendidikan? Dan pemaknaan pendidikan menurut Marimba ini yang dikatakan terbatas, karena pemahaman arti tersebut hanya bersifat kelembagaan saja, baik di keluarga, sekolah maupun masyarakat. Kenyataanya bahwa dalam proses menuju perkembangan yang sempurna itu seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh orang lain, tetapi ia juga menerima pengaruh(entah itu bimbingan atau bukan, tidak menjadi soal) dari selain manusia.

Sementara itu, Al Syaibany memaknai pendidikan adalah suatu proses pertumbuhan membentuk pengalaman dan perubahan yang dikehendaki dalam tingkah laku individu dan kelompok hanya akan berhasil melalui interaksi seseorang dengan perwujudan dan benda sekitar serta dengan alam sekelilingnya, tempat ia hidup, benda dan persekitaran adalah sebagian alam luas tempat insan itu sendiri dianggap sebagai bagian dari padanya.[3] Dari pengertian tersebut dinyatakan bahwa al Syaibany memahami bahwa pendidikan tidak hanya dipengaruhi dari individu lain, akan tetapi adanya interaksi dengan alam sekelilingnya dimana ia berada dan ia menjadi bagian di dalamnya. Menurut Ali Ashraf, bahwa pendidikan adalah sebuah aktivitas tertentu yang memiliki maksud tertentu, yang diarahkan untuk mengembangkan individu sepenuhnya.[4] Berbeda pula

Page 3: ONTOLOGI, EPISTIMOLOGI DAN AKSIOLOGI DALAM ......Ontologi,Epistimilogi dan Aksiologi Dalam Pendidikan Islam Halaman 2 pola organisasi di dalamnya. Oleh karena itu, penting rasanya

Ontologi,Epistimilogi dan Aksiologi Dalam Pendidikan Islam Halaman 3

dengan apa yang diungkapkan oleh Ali Ashraf, bahwa dalam memaknai pendidikan bisa memerlukan suatu pengaruh, bimbingan ataupun panduan, namun bisa juga tidak, yang terpenting jelas adanya aktifitas tertentu dalam rangka mengembangkan individu secara penuh. Di sisi lain, Azyumardi Azra menyatakan bahwa pendidikan lebih daripada sekedar pengajaran, yang dapat dikatakan sebagai suatu proses transfer ilmu belaka, bukan transformasi nilai dan pembentukan kepribadian dengan segala aspek yang dicakupnya.[5] Jelas bahwa apa yang dinyatakan Azra, pengajaran lebih berorientasi pada pembentukan tukang-tukang atau para spesialis yang terkurung dalam ruang spesialisasinya yang sempit, karena itu perhatian dan minatnya pun lebih bersifat teknis. Adapun istilah manapun yang akan diambil terserah kita akan berpijak kemana, karena penulis tidak membatasi makna pendidikan secara sebenarnya.

Dari penjelasan tentang pendidikan, maka bagaimana pula dengan pendidikan Islam? Bagaimana pula dengan ilmu pendidikan Islam? Apakah keduanya sama atau kah terdapat perbedaan? Kata Islam dalam pendidikan Islam menunjukkan warna pendidikan tertentu, yaitu pendidikan yang berwarna Islam, pendidikan yang islami, yaitu pendidikan yang berdasarkan ajaran Islam, namun apakah itu yang dinamakan pendidikan Islam? Menurut Azra, bahwa pendidikan yang dilekatkan dengan kata Islam telah didefinisakan secara berbeda-beda oleh berbagai kalangan, yang banyak dipengaruhi oleh pandangan dunia(weltanschauung) masing-masing. Namun, pada dasarnya, semua pandang yang berbeda itu bertemu dalam suatu pemahaman bahwa pendidikan merupakan suatu proses penyiapan generasi muda untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien.[6]Dalam Islam dapat kita jumpai beberapa istilah tentang pendidikan, yaitu al Ta’lim, al Ta’dib, al Riyadhat, al Tarbiyyahdan lain sebagainya. Al Ta’lim dapat diartikan dengan pengajaran.[7]Tetapi menurut Sayid Muhammad al Naquib al Attas, bahwa istilah al Ta’dib adalah istilah yang paling tepat digunakan untuk menggambarkan pengertian pendidikan,sementara istilah tarbiyah terlalu luas karena pendidikan dalam istilah ini mencakup juga pendidikan untuk hewan.[8] Al Attas menjelaskan bahwa Ta’dib berasal dari masdar Addaba yang diturunkan menjadi kata Adabun, berarti pengenalan dan pengakuan tentang hakikat bahwa pengetahuan dan wujud bersifat teratur secara hierarkis sesuai dengan berbagai tingkat dan derajat tingkatan mereka dan tentang tempat seseorang yang tepat dalam hubungannyadengan hakikat itu serta dengan kapasitas dan potensi jasmaniah, intelektual, maupun rohaniah seseorang.[9] Definisi ini berbau filsafat, sehingga intinya adalah pendidikan menurut Islam sebagai usaha agar orang mengenali dan mengakui tempat Tuhan dalam kehidupan ini. Sebaliknya, Abdurrahman al Nahlawi merumuskan definisi pendidikan dari kata al Tarbiyyah, yaitu pertama kata raba-yarbu yang berarti bertambah, bertumbuh, seperti yang terdapat dalam Al Qur'an surat al Rum ayat 39; kedua, rabiya-yarba yang berarti menjadi besar; ketiga, dari kata rabba-yarubbu yang berarti memperbaiki, menguasai urusan, menuntun, menjaga, memelihara. Menurut Imam al

Page 4: ONTOLOGI, EPISTIMOLOGI DAN AKSIOLOGI DALAM ......Ontologi,Epistimilogi dan Aksiologi Dalam Pendidikan Islam Halaman 2 pola organisasi di dalamnya. Oleh karena itu, penting rasanya

Ontologi,Epistimilogi dan Aksiologi Dalam Pendidikan Islam Halaman 4

Baidlawi, di dalam tafsirnya arti asal al rabb adalah al Tarbiyah, yaitu menyampaikan sesuatu sedikit demi sedikit sehingga sempurna. Berdasarkan ketiga kata itu, Abdurrahman al Bani menyimpulkan bahwa pendidikan terdiri atas empat unsur, yaitu pertama, menjaga dan memelihara fitrah anak menjelang dewasa; kedua,mengembangkan seluruh potensi; ketiga, mengarahkan seluruh fitrah dan potensi menuju kesempurnaan; keempat, dilaksanakan secara bertahap.[10] Dari sini, jelas bahwa pendidikan menurut Islam adalah pengembangan seluruh potensi anak didik secara bertahap menurut ajaran Islam.

Adapun pendidikan Islam, menurut M. Yusuf al Qardhawi adalah pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan ketrampilannya. Karenanya pendidikan Islam berupaya menyiapkan manusia untuk hidup baik dalam keadaan damai maupun perang, dan menyiapkannya untuk menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan dan kejahatannya, manis dan pahitnya.[11] Sementara itu, Hasan Langgulung merumuskan pendidikan Islam sebagai suatu proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan, memindahkan kemampuan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal dan memetik hasilnya kelak di akhirat.[12] Dengan demikian pendidikan Islam adalah suatu proses pembentukan individu berdasarkan ajaran-ajaran Islam yang diwahyukan Allah SWT Kepada Muhammad SAW.

Selain pendidikan Islam juga terdapat ilmu pendidikan Islam. Ilmu pendidikan Islam adalah ilmu pendidikan yang berdasarkan Islam. Isinya ilmu adalah teori, seperti ilmu bumi adalah teori tentang bumi, ilmu dagang adalah teori tentang dagang dan lain sebagainya. Sehingga ilmu pendidikan Islam adalah teori-teori tentang pendidikan berdasarkan Islam. Sebenarnya apakah isi ilmu itu hanya teori? Secara esensialnya berupa teori, tetapi secara lengkap isi suatu ilmu bukan saja teori, akan tetapi juga penjelasan-penjelasan tentang teori itu serta kadang-kadang terdapat data-data yang mendukung penjelasan itu.[13] Sehingga isi ilmu terdapat tiga hal, yaitu teori, penjelasan dan data. Jadi, jika kita menemukan buku ilmu pendidikan Islam, maka sudah sewajarnya berisi ketiga komponen tersebut.

Pemahaman tentang ilmu pendidikan Islam, menurut Ahmad Tafsir ilmu adalah sejenis pengetahuan manusia yang diperoleh dengan riset terhadap obyek-obyek yang empiris, benar tidaknya suatu teori ilmu ditentukan oleh logis tidaknya dan ada tidaknya bukti empiris. Bila teori itu logis dan ada bukti empiris, maka teori ilmu itu benar.[14] Oleh karena itu, dalam ilmu pendidikan Islam harus terdapat teori-teori yang dapat diuji secara logis dan sekaligus empiris. Apabila tidak bisa, maka bukan suatu ilmu pendidikan Islam, bahkan mungkin ilmu pendidikan Islam adalah mistis (khayalan). Tafsir dalam bukunya menjelaskan definisi ilmu pendidikan Islam sebatas untuk membedakan antara ilmu pendidikan Islam dan filsafat pendidikan Islam. Filsafat pendidikan Islam merupakan kumpulan teori pendidikan Islam yang hanya dapat dipertanggungjawabkan secara logis dan tidak akan dapat dibuktikan secara empiris.[15] Masih menurut Tafsir

Page 5: ONTOLOGI, EPISTIMOLOGI DAN AKSIOLOGI DALAM ......Ontologi,Epistimilogi dan Aksiologi Dalam Pendidikan Islam Halaman 2 pola organisasi di dalamnya. Oleh karena itu, penting rasanya

Ontologi,Epistimilogi dan Aksiologi Dalam Pendidikan Islam Halaman 5

bahwa untuk memahami tentang ilmu pendidikan Islam dapat dilakukan dengan cara merumuskan lebih dahulu definisi ilmu, definisi pendidikan dan definisi Islam, setelah itu disusun rumusan tentang ilmu pendidikan Islam.[16] C. Hakikat Tujuan Pendidikan Islam

Bahwa setiap kegiatan apapun tentunya memiliki suatu tujuan, terdapat sesuatu yang ingin dicapai. Karena dengan tujuan itu dapat ditentukan kemana arah suatu kegiatan. Ibarat orang berjalan, maka ada sesuatu tempat yang akan dituju. Sehingga orang itu tidak mengalami kebingungungan dalam berjalan, andaikata kebingungan pun sudah jelas kemana ia akan sampai. Serupa dengan hal itu, tak ubahnya dalam dunia pendidikan, apakah pendidikan Islam maupun non Islam. Maka sudah dapat dipastikan akan memiliki suatu tujuan.

Tujuan, menurut Zakiah Darajat adalah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah suatu usaha atau kegiatan selesai.[17] Sementara itu, Arifin mengemukakan bahwa tujuan itu bisa jadi menunjukkan kepada futuritas (masa depan) yang terletak suatu jarak tertentu yang tidak dapat dicapai kecuali dengan usaha melalui proses tertentu.[18] Meskipun banyak pendapat tentang pengertian tujuan, akan tetapi pada umumnya pengertian itu berpusat pada usaha atau perbuatan yang dilaksanakan untuk suatu maksud tertentu. Upaya untuk memformulasikan suatu bentuk tujuan, tidak terlepas dari pandangan masyarakat dan nilai yang dianut pelaku aktifitas itu. Sehingga tidak mengherankan apabila terdapat perbedaan tujuan yang ingin dicapai oleh masing-masing manusia, baik dalam suatu masyarakat, bangsa maupun negara, karena perbedaan kepentingan yang ingin dicapai.

Dalam dunia pendidikan, khususnya pendidikan Islam, Ahmad Tafsir menyatakan bahwa suatu tujuan harus diambilkan dari pandangan hidup. Jika pandangan hidupnya (philosophy oflife) adalah Islam, maka tujuan pendidikan menurutnya haruslah diambil dari ajaran Islam.[19] Azra menyatakan bahwa pendidikan Islam merupakan salah satu aspek saja dari ajaran Islam secara keseluruhan. Karenanya tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuan hidup manusia dalam Islam, yaitu untuk menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah yang selalu bertaqwa kepada-Nya dan dapat mencapai kehidupan yang berbahagia di dunia dan akhirat.[20] Dalam konteks sosial-masyarakat, bangsa dan negara –maka pribadi yang bertaqwa ini menjadi rahmatan lil’alamin, baik dalam sekala kecil maupun besar. Tujuan hidup manusia dalam Islam inilah yang dapat disebut juga sebagai tujuan akhir pendidikan Islam (ultimate aims of islamic education).

Selain tujuan umum itu, tentu terdapat pula tujuan khusus yang lebih spesifik menjelaskan apa yang ingin dicapai melalui pendidikan Islam. Tujuan khusus ini lebih praxis sifatnya, sehingga konsep pendidikan Islam jadinya tidak sekedar idealisasi ajaran-ajaran Islam dalam bidang pendidikan. Dengan kerangka tujuan yang lebih praxis itu dapat dirumuskan harapan-harapan yang ingin dicapai dalam tahap-tahap tertentu proses pendidikan, sekaligus dapat dinilai hasil-hasil yang telah dicapai.[21]

Menurut Mohammad ’Athiyah al Abrasy, pendidikan budi pekerti adalah jiwa dari pendidikan Islam dan Islam telah menyimpulkan bahwa

Page 6: ONTOLOGI, EPISTIMOLOGI DAN AKSIOLOGI DALAM ......Ontologi,Epistimilogi dan Aksiologi Dalam Pendidikan Islam Halaman 2 pola organisasi di dalamnya. Oleh karena itu, penting rasanya

Ontologi,Epistimilogi dan Aksiologi Dalam Pendidikan Islam Halaman 6

pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam. Mencapai suatu akhlak yang sempurna adalah tujuan sebenarnya sebenarnya dari pendidikan Islam.[22]Definisi ini menggambarkan bahwa manusia yang ideal harus dicapai melalui kegiatan pendidikan adalah manusia yang sempurna akhlaknya. Hal ini sejalan dengan misi kerasulan Nabi Muhammad SAW, yaitu untuk menyempurnakan akhlak yang mulia (لاتمما مكرم الاخلاق)

Sementara itu, Muhammad Quthb, berpendapat bahwa Islam melakukan pendidikan dengan pendekatan yang menyeluruh terhadap wujud manusia, sehingga tidak ada yang tertinggal dan terabaikan sedikit pun, baik segi jasmani maupun rohani, baik kehidupannya secara mental dan segala kegiatannya di bumi ini. Islam memandang manusia secara totalitas, mendekatinya atas dasar apa yang terdapat dalam dirinya, atas dasar fitrah yang diberikan Allah kepadanya, tidak ada sedikit pun yang diabaikan dan tidak memaksa apa pun selain apa yang dijadikannya sesuai dengan fitrahnya.[23] Pendekatan ini menunjukkan bahwa dalam rangka mencapai pendidikan, Islam mengupayakan pembinaan seluruh potensi manusia secara serasi dan seimbang. Dengan terbinanya potensi manusia secara sempurna diharapkan ia dapat melaksanakan fungsi pengabdiannya sebagai khalifa di muka bumi ini.

Selain itu, Ali Ashraf menyatakan bahwa pendidikan bertujuan menimbulkan pertumbuhan yang seimbang dari kepribadian total manusia melalui latihan spiritual, intelek, rasional diri, perasaan dan kepekaan tubuh manusia. Karena itu pendidikan seharusnya menyediakan jalan bagi pertumbuhan manusia dalam segala aspek spiritual, intelektual, imaginatif, fisikal, ilmiah, linguistik, baik secara individual maupun secara kolektif dan memotivasi semua aspek untuk mencapai kebaikan dan kesempurnaan. Tujuan akhir pendidikan muslim adalah perwujudan penyerahan mutlak kepada Allah, pada tingkat individual, masyarakat dan kemanusiaan pada umumnya.[24]Pemahaman ini terkesan bahwa tujuan utama pendidika Islam tiada lain adalah perwujudan pengabdian secara optimal kepada Allah SWT. Untuk dapat melaksanakan pengabdian tersebut, harus dibina seluruh potensi yang dimilikinya, baik potensi spiritual, intelektual, perasaan, kepekaan dan sebagainya.

Dengan demikian, melihat berbagai tujuan yang telah dikemukakan bahwa tujuan pendidikan Islam tiada lain adalah untuk mewujudkan insan yang berakhlakul karimah yang senantiasa mengabdikan dirinya kepada Allah SWT.

D. Hakikat Manusia Sebagai Subjek Pendidikan (Pendidik dan Peserta Didik)

Kajian tentang manusia sejak zaman dahulu sampai zaman sekarang belum juga berakhir dan tidak akan berakhir. Manusia merupakan makhluk yang sangat unik dengan segala kesempurnaannya. Manusia dapat dikaji dari berbagai sudut pandang, baik secara historis, antropologi, sosiologi dan lain sebagainya. Pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang spesial dari pada makhluk-makhluk ciptaan Allah yang lain. Sebagaimana firman Allah dalam Al Qur'an Surat Al Baqarah, ayat 30:

Page 7: ONTOLOGI, EPISTIMOLOGI DAN AKSIOLOGI DALAM ......Ontologi,Epistimilogi dan Aksiologi Dalam Pendidikan Islam Halaman 2 pola organisasi di dalamnya. Oleh karena itu, penting rasanya

Ontologi,Epistimilogi dan Aksiologi Dalam Pendidikan Islam Halaman 7

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

Manusia dalam kajian kali ini lebih difokuskan kepada subjek pendidikan, bahwa dalam dunia pendidikan manusialah yang banyak berperan. Karena dilakukannya pendidikan itu tidak lain diperuntukan bagi manusia, agar tidak timbul kerusakan di bumi ini. Dalam pendidikan bahwa manusia dibagi menjadi dua kelompok, yaitu sebagai pendidik dan peserta didik.

Manusia sebagai pendidik, sebagaimana pemahaman Marimba tentang pendidikan, bahwa salah satu unsur pendidikan adalah adanya pembimbing (pendidik). Pendidik adalah orang yang memikul pertanggunganjawab untuk mendidik.[25] Kita sudah dapat membayangkan bahwa seorang pendidik adalah seorang manusia dewasa yang bertanggungjawab atas hak dan kewajiban pendidikan anak didik, tidak hanya membimbing dan menolong, akan tetapi lebih dari itu dengan segala pertanggunganjawab yang dipikulnya. Sementara itu, Tafsir mengatakan bahwa pendidik dalam Islam ialah siapa saja yang bertanggungjawab terhadap perkembangan anak didik. Dalam Islam, orang yang paling bertanggungjawab tersebut adalah orang tua (ayah dan ibu) anak didik, yang disebabkan oleh 2 faktor, yaitu pertama, karena kodrat, yaitu karena orang tua ditakdirkan menjadi orang tua anaknya, dan karena itu ia ditakdirkan pula bertanggungjawab mendidik anaknya. Kedua, karena kepentingan kedua orang tua, yaitu orang tua berkepentingan terhadap kemajuan perkembangan anaknya, sukses anaknya adalah sukses orang tua juga.[26] Adapun guru yang kita pahami adalah seorang pendidik yang memberikan pelajaran kepada anak didik (murid), berupa mata pelajaran di sekolah.[27] Walaupun demikian, pendidik yang utama terhadap anak didik adalah kedua orang tua.

Pendidik dalam pengertian lain, ada beberapa istilah, seperti ustadz, mu’alim, mu’adib, murabi dan lain sebagainya. Dari istilah-istilah itu pada dasarnya mempunyai makna yang sama, yakni sama-sama pendidik (guru). Pada hakikatnya pendidik dalam Islam adalah orang-orang yang bertanggungjawab terhadap perkembangan peserta didik dengan mengupayakan seluruh potensi anak didik, baik afektif, kognitif dan psikomotor.[28]

Senada dengan ini Moh. Fadhil al Jamali menyebutkan bahwa pendidik adalah orang yang mengarahkan manusia kepada kehidupan yang baik sehingga terangkat derajat kemanusiaannya sesuai dengan kemampuan dasar yang dimiliki oleh manusia.[29] Sedangkan menurut al Aziz, bahwa pendidik adalah orang yang bertanggungjawab dalam

Page 8: ONTOLOGI, EPISTIMOLOGI DAN AKSIOLOGI DALAM ......Ontologi,Epistimilogi dan Aksiologi Dalam Pendidikan Islam Halaman 2 pola organisasi di dalamnya. Oleh karena itu, penting rasanya

Ontologi,Epistimilogi dan Aksiologi Dalam Pendidikan Islam Halaman 8

menginternalisasikan nilai-nilai religious dan berupaya menciptakan individu yang memiliki pola pikir ilmiah dan pribadi yang sempurna.[30]Masing-masing definisi tersebut, mengisyaratkan bahwa peran, tugas dan tanggungjawab sebagai seorang pendidik tidaklah gampang, karena dalam diri anak didik harus terjadi perkembangan baik secara afektif, kognitif maupun psikomotor. Dalam setiap individu terdidik harus terdapat perubahan ke arah yang lebih baik. Jika dalam ajaran Islam anak didik harus mampu menginternalisasikan ajaran-ajaran dalam dirinya, sehingga mampu menjadi pribadi yang bertaqwa dan berakhlakul karimah yang akan bahagia baik di dunia dan di akhirat.

Sedangkan anak didik (peserta didik) adalah makhluk yang sedang berada dalam proses perkembangan dan pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing.[31] Mereka memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju ke arah titik optimal kemampuan fitrahnya. Pengertian tersebut berbeda apabila anak didik (peserta didik) sudah bukan lagi anak-anak, maka usaha untuk menumbuhkembangkannya sesuai kebutuhan peserta didik, tentu saja hal ini tidak bisa diperlakukan sebagaimana perlakuan pendidik kepada peserta didik (anak didik) yang masih anak-anak. Maka dalam hal ini dibutuhkan pendidik yang benar-benar dewasa dalam sikap maupun kemampuannya.

Dalam pandangan modern, anak didik tidak hanya dianggap sebagai obyek atau sasaran pendidikan, melainkan juga harus diperlakukan sebagai subyek pendidikan, dengan cara melibatkan mereka dalam memecahkan masalah dalam proses belajar mengajar.[32] Dengan demikian bahwa peserta didik adalah orang yang memerlukan pengetahuan, ilmu, bimbingan dan pengarahan. Islam berpandangan bahwa hakikat ilmu berasal dari Allah, sedangkan proses memperolehnya dilakukan melalui belajar kepada guru. Karena ilmu itu berasal dari Allah, maka membawa konsekuensi perlunya seorang peserta didik mendekatkan diri kepada Allah atau menghiasi diri dengan akhlak yang mulai yang disukai Allah, dan sedapat mungkin menjauhi perbuatan yang tidak disukai Allah.[33] Bertolak dari hal itu, sehingga muncul suatu aturan normatif tentang perlunya kesucian jiwa sebagai seorang yang menuntut ilmu, karena ia sedang mengharapkan ilmu yang merupakan anugerah Allah. Ini menunjukkan pentingnya akhlak dalam proses pendidikan, di samping pendidikan sendiri adalah upaya untuk membina manusia agar menjadi manusia yang berakhlakul karimah dan bermanfaat bagi seluruh alam. E. Hakikat Kurikulum Pendidikan Islam

Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam suatu sistem pendidikan, karena kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan dan sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pengajaran pada semua jenis dan tingkat pendidikan. Tujuan pendidikan di suatu bangsa atau negara ditentukan oleh falsafah dan pandangan hidup bangsa atau negara tersebut. Berbedanya falsafah dan pandangan hidup suatu bangsa atau negera menyebabkan berbeda pula tujuan yang hendak dicapai dalam pendidikan tersebut. Begitu pula

Page 9: ONTOLOGI, EPISTIMOLOGI DAN AKSIOLOGI DALAM ......Ontologi,Epistimilogi dan Aksiologi Dalam Pendidikan Islam Halaman 2 pola organisasi di dalamnya. Oleh karena itu, penting rasanya

Ontologi,Epistimilogi dan Aksiologi Dalam Pendidikan Islam Halaman 9

perubahan politik pemerintahan suatu negara mempengaruhi pula bidang pendidikan, yang sering membawa akibat terjadinya perubahan kurikulum yang berlaku. Oleh karena itu, kurikulum bersifat dinamis guna lebih menyesuaikan dengan berbagai perkembangan yang terjadi.

Kurikulum secara harfiah berasal dari kata curriculum yang berarti bahan pengajaran. Ada pula yang mengatakan berasal dari bahasa Perancis courier yang berarti berlari.[34]Kata kurikulum selanjutnya menjadi suatu istilah yang digunakan untuk menunjukkan kepada sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh untuk mencapai suatu gelar atau ijazah. Pengertian ini sejalan dengan Crow and Crow, bahwa kurikulum adalah rancangan pengajaran yang isinya sejumlah mata pelajaran yang disusun secara sistematis yang diperlukan sebagai syarat untuk menyelesaikan suatu program pendidikan tertentu.[35] Selain itu, ada pula yang berpendapat bahwa kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang disiapkan berdasarkan rancangan yang sistematis dan koordinatif dalam rangka mencapai suatu tujuan pendidikan yang ditetapkan.[36] Dari beberapa definisi tersebut, bahwa kurikulum pada hakikatnya adalah rancangan mata pelajaran bagi suatu kegiatan jenjang pendidikan tertentu dan dengan menguasainya seseorang dapat dinyatakan lulus dan berhak memperoleh ijazah.

Sementara itu, kurikulum dalam pendidikan Islam, yaitu kata manhaj, yang bermakna jalan yang terang, atau jalan terang yang dilalui oleh manusia pada bidang kehidupannya.[37] Jadi, kurikulum yang dimaksud adalah jalan terang yang dilalui oleh pendidik atau guru latih dengan orang yang dididik atau dilatihnya untuk mengembangkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap mereka.[38] Keberadaan kurikulum dalam pendidikan Islam sebagai alat untuk mendidik generasi muda dengan baik dan menolong mereka untuk membuka dan mengembangkan kesediaan-kesediaan, bakat-bakat, kekuatan-kekuatan, dan ketrampilan mereka yang bermacam-macam dan menyiapkan mereka dengan baik untuk menjalankan hak-hak dan kewajiban, memikul tanggungjawab terhadap diri, keluarga, masyarakat, bangsanya dan turut serta secara aktif untuk kemajuan masyarakat dan bangsanya.[39] Dengan demikian, kurikulum hanya sebatas sarana untuk mendidik generasi muda dengan segala potensi yang dimilikinya sehingga mampu memikul tanggungjawab bagi dirinya, keluarga, masyarakat maupun bangsanya.

Ahmad Tafsir, merinci kurikulum dalam beberapa komponen, yaitu tujuan, isi, metode atau proses belajar mengajar dan evaluasi. Setiap komponen dalam kurikulum sebenarnya saling berkaitan bahkan masing-masing merupakan bagian integral dari kulum tersebut. Komponen tujuan mengarahkan atau menunjukkan suatu yang hendak dituju dalam proses belajar mengajar. Dalam operasinya tujuan ini dibagi menjadi bagian-bagian yang kecil. Bagian-bagian itu dicapai hari demi hari dalam proses belajar mengajar, yang dirumuskan dalam rencana pengajaran (lesson plan), disebut juga persiapan mengajar. Kemudian komponen isi menunjukkan materi proses belajar mengajar tersebut. Materi (isi) ini harus relevan dengan tujuan pengajaran yang telah dirumuskan.

Page 10: ONTOLOGI, EPISTIMOLOGI DAN AKSIOLOGI DALAM ......Ontologi,Epistimilogi dan Aksiologi Dalam Pendidikan Islam Halaman 2 pola organisasi di dalamnya. Oleh karena itu, penting rasanya

Ontologi,Epistimilogi dan Aksiologi Dalam Pendidikan Islam Halaman 10

Relevansi antara tujuan yang dingin dicapai dan isi proses belajar mengajar tidak gampang dalam operasionalnya. Karena untuk merelevansikan diperlukan pakar yang benar-benar ahli dalam merencanakan isi proses tersebut. Komponen berikutnya adalah proses belajar mengajar, mempertimbangkan kegiatan anak dan guru dalam proses belajar mengajar, yakni dengan tidak membiarkan anak belajar sendirian, karena hasil belajarnya kurang maksimal. Karena itu para ahli menyebutnya dengan proses belajar mengajar sebab memang terdapat gabungan antara anak didik belajar dan guru mengajar yang tidak dapat dipisahkan. Komponen berikutnya evaluasiyakni kegiatan kurikuler berupa penilaian untuk mengetahui berapa persen suatu tujuan dapat dicapai. Maka ada ilmu khusus yang mempelajari tentang ini, yaitu teknik evaluasi. Dari hasil evaluasi ini biasanya dinyatakan dengan angka-angka yang dicapai siswa.[40]

Dari uraian tersebut di atas, jelas bahwa kurikulum mempunyai peran penting dalam upaya untuk mencapai tujuan pendidikan. Apalagi ini tujuan pendidikan Islam yang begitu kompleks, seorang anak didik tidak hanya memiliki kemampuan secara afektif, kognitif maupun psikomotor, tetapi dalam dirinya harus tertanam sikap dan pribadi yang berakhlakul karimah. 2. EPISTEMOLOGI DALAM PENDIDIKAN ISLAM Pendidikan Islam sebagai suatu proses pengembangan potensi kreatifitas peserta didik,bertujuan untuk mewujudkan manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah swt.,cerdas,terampil,memiliki etos kerja yang tinggi,berbudi pekerti luhur, mandiri dan bertanggung jawab terhadap dirinya,bangsa dan negara serta agama.Proses itu sendiri sudah berlangsung sepanjang sejarah kehidupan manusia. Ilmu pendidikan islam merupakan prinsip,struktur,metodologi,dan objek yang memiliki karakteristik epistemologi ilmu islam.Pengembangan pendidikan islam adalah upaya memperjuangkan sebuah sistem pendidikan alternatif yang lebih baik dan relatif dapat memenuhi kebutuhan umat islam dalam menyelesaikan semua problematika kehidupan yang mereka hadapi sehari-hari. A. Pengertian Epistemologi Secara etimologi,kata “Epistemologi” berasal dari bahasa Yunani;”Episteme” dan “Logos”.” Episteme” berarti pengetahuan,sedangkan “Logos” berarti teori,uraian atau alasan.Jadi Epistemologi berarti sebuah teori tentang pengetahuan.Dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah “Theori of Knowledge”. Secara Terminologi,ada beberapa pendapat yaitu: 1. Dagobert D.Runes dalam bukunya “Dictionary of Philisophy”,mengatakan Epistemologi sebagai cabang filsafat yang menyelidiki tentang keaslian pengertian,struktur,mode,dan validitas pengetahuan. 2. Harun Nasution dalam bukunya “Filsafat Agama”,mengatakan bahwa Epistemologi adalah ilmu yang membahas apa pengetahuan itu dan bagaimana memperolehnya.

Page 11: ONTOLOGI, EPISTIMOLOGI DAN AKSIOLOGI DALAM ......Ontologi,Epistimilogi dan Aksiologi Dalam Pendidikan Islam Halaman 2 pola organisasi di dalamnya. Oleh karena itu, penting rasanya

Ontologi,Epistimilogi dan Aksiologi Dalam Pendidikan Islam Halaman 11

3. Fudyartanto,mengatakan bahwa Epistemologi adalah ilmu filsafat tentang pengetahuan atau dengan kata lain filsafat pengetahuan. 4. Anton Suhono, Epistemologi adalah teori mengenai refleksi manusia atas kenyataan. 5. The Liang Gie, Epistemologi adalah sebagai cabang filsafat yang bersangkutan dengan sifat dasar dan ruang lingkup pengetahuan,pra anggapan-pra anggapan dan dasar-dasarnya serta reabilitas umum dari tuntutan akan pengetatuan. Dari definisi diatas dapat dipahami bahwa Epistemologi adalah sebuah ilmu yang mempelajari hal-hal yang bersangkutan dengan pengetahuan dan dipelajari secara substantif.Hal ini selaras dengan definisi Epistemologi yang terdapat didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Epistemologi adalah cabang ilmu filsafat tentang dasar-dasar dan batas-batas pengetahuan. Oleh karena itu, Epistemologi bersangkutan dengan masalah-masalah yang meliputi : 1. Filsafat,yaitu cabang ilmu dalam mencari hakikat dan kebenaran pengetahuan. 2. Metode,memiliki tujuan untuk mengantarkan manusia mencapai pengetahuan. 3. Sistem,bertujuan memperoleh realitas kebenaran pengetahuan. B. Teori Tentang Epistemologi Dalam teori Epistemologi terdapat beberapa aliran.Aliran-aliran tersebut mencoba menjawab pertanyaan bagaimana manusia memperoleh pengetahuan. Pertama,golongan yang mengemukakan asal atau sumber pengetahuan yaitu aliran : 1. Rasionalisme,yaitu aliran yang mengemukakan,bahwa sumber pengetahuan manusia ialah pikiran,rasio,dan jiwa. 2. Empirisme,yaitu aliran yang mengemukakan,bahwa sumber pengetahuan manusia berasal dari pengalaman manusia itu sendiri,melalui dunia luar yang ditangkap oleh panca indranya. 3. Kritisme ( Transendentalisme), yaitu aliran yang mengemukakan ,bahwa sumber pengetahuan manusia itu berasal dari dunia luar dan dari jiwa atau pikiran manusia sendiri. Kedua,golongan yang mengemukakan hakikat pengetahuan manusia inklusif didalamnya aliran-aliran: 1. Realisme,yaitu aliran yang berpendirian bahwa pengetahuan manusia adalah gambaran yang baik dan tepat tentang kebenaran.Dalam pengetahuan yang baik tergambar kebenaran seperti sesungguhnya. 2. Idealisme, yaitu aliran yang berpendapat,bahwa pengetahuan hanyalah kejadian dalam jiwa manusia,sedangkan kenyataan yang diketahui manusia semuanya terletak diluar dirinya. C. Teori Tentang Pendidikan

Page 12: ONTOLOGI, EPISTIMOLOGI DAN AKSIOLOGI DALAM ......Ontologi,Epistimilogi dan Aksiologi Dalam Pendidikan Islam Halaman 2 pola organisasi di dalamnya. Oleh karena itu, penting rasanya

Ontologi,Epistimilogi dan Aksiologi Dalam Pendidikan Islam Halaman 12

Pembahasan mengenai teori pendidikan,dikenal ada tiga macam aliran: 1. Aliran nativisme yang dipelopori oleh Schopenhauer,Ia mengatakan bahwa bakat mempunyai peranan yang penting.Tidak ada gunanya orang mendidik kalau bakat anak memang jelek. 2. Aliran empirisme yang dipelopori Jhon Lock.Ia mengatakan bahwa pendidikan itu perlu sekali.Teorinya terkenal dengan istilah “Teori Tabularasa”.Ini artinya bahwa kelahiran anak diumpamakan sebagai kertas putih-bersih yang dapat diwarnai setiap orang.Dalam konteks pendidikan,pendidik adalah orang yang mampu memberi “warna” terhadap anak didik. 3. Aliran convergensi yang dipelopori Wiliam Stern.Aliran ini mengakui kedua aliran sebelumnya.Oleh karena itu,menurut aliran ini,pendidikan sangat perlu,namun bakat(pembawaan) yang ada pada anak didik juga mempengaruhi keberhasilan pendidikan. Aliran convergensi adalah aliran yang banyak dianut oleh para pendidik dewasa ini.Sementara aliran nativesme dan emperisme telah mulai usang dan mulai banyak ditinggalkan oleh penganutnya. Dalam pandangan islam, kemampuan dasar atau pembawaan disebut dengan fitrah.Secara etimologis, fitrah berarti sifat asal, kesucian, bakat dan pembawaan. Secara terminologi, Muhammad al-Jurjani menyebutkan, bahwa fitrah adalah tabiat yang siap untuk menerima agama islam. Kata fitrah disebutkan dalam al-Quran pada surat al-Rum ayat 30 sebagai berikut:

ذلك التي فطر الناس علیھا لا تبدیل لخلق الله ین حنیفا فطرة الله ین القیم ولكن أكثر الناس لا یعلمون فأقم وجھك للد الد

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. Bila diinterpretasikan lebih jauh,kata fitrah bisa berarti bermacam-macam, sebagaimana yang telah diterjemahkan dan didefenisikan oleh banyak pakar.Diantara arti-arti yang dimaksud adalah : 1. Fitrah berarti thuhr (suci) 2. Fitrah berarti islam(agama islam) 3. Fitrah berarti tauhid (mengakui keesaan Allah) 4. Fitrah berarti ikhlas (murni) 5. Fitrah berarti kecenderungan manusia untuk menerima dan berbuat kebenaran 6. Fitrah berarti al-Gharizah(insting) 7. Fitrah berarti potensi dasar untuk mengabdi kepada Allah 8. Fitrah berarti ketetapan atas manusia baik kebahagiaan maupun kesengsaraan. Timbulnya berbagai interpretasi kata fitrah diatas tidak terlepas dari sudut pandang masing-masing pakar dalam melihat kata fitrah

Page 13: ONTOLOGI, EPISTIMOLOGI DAN AKSIOLOGI DALAM ......Ontologi,Epistimilogi dan Aksiologi Dalam Pendidikan Islam Halaman 2 pola organisasi di dalamnya. Oleh karena itu, penting rasanya

Ontologi,Epistimilogi dan Aksiologi Dalam Pendidikan Islam Halaman 13

tersebut.Namun,yang jelas dari berbagai interpretasi tentang kata fitrah semua memiliki persamaan yaitu adanya hubungan manusia dengan sang pencipta. Dalam kaitannya dengan teori kependidikan dapat dikatakan,bahwa fitrah mengandung implikasi kependidikan yang berkonotasi kepada paham converagent.Karena,fitrah mengandung makna kejadian yang didalamnya mengandung potensi dasar beragama yang benar dan lurus(al-Din al-Qayyim) yaitu islam.Namun potensi dasar ini bisa diubah oleh lingkungan sekitarnya. Kalau melihat hadits Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah berbunyi : اوینصرانھ یھودانھ ف�������ابواه الفط������رة یول�������دعلى ماالمولودالا “Tidak ada anak manusia dilahirkan kecuali atas dasar fitrah,maka kedua orang tuanya mendidiknya menjadi yahudi atau nasrani”(HR.Abu Hurairah) Dapat dipahami bahwa fitrah sebagai pembawaan sejak lahir bisa dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya,bahkan ia tak akan dapat berkembang sama sekali tanpa adanya pengaruh lingkungan tersebut.Sementara lingkungan itu sendiri dapat diubah bila tidak favorable(tidak menyenangkan karena tidak sesuai cita-cita manusia). Namun demikian,meskipun fitrah dapat dipengaruhi lingkungan,tetapi kondisinya tidaklah netral.Ia memiliki sifat yang dinamis,reaktif dan responsif terhadap pengaruh dari luar.Dengan istilah lain,dalam proses perkembangannya, terjadi interaksi (saling mempengaruhi) antara fitrah dan lingkungan sekitarnya,sampai akhir hayat manusia. D. Hubungan Epistemologi dengan Pendidikan Adapun Hubungan Epistemologi dengan Pendidikan antara lain : 1. Sama-sama memiliki perkembangan yang menyebabkan timbulnya ilmu- ilmu baru, 2. Sama-sama berlangsung secara kontinyu dari satu generasi ke generasi berikutnya dan juga melakukan inovasi yang tiada henti, 3. Sama-sama berlangsung dalam dunia yang disengaja dan tidak disengaja, 4. Sama-sama dalam bentuk proses yang akan membawa seseorang memperoleh kecakapan baik fisik maupun mental. E. Teori Pengembangan Ilmu Pendidikan Islam Berbicara mengenai epistemologi ilmu pendidikan islam akan timbul pertanyaan,bagaimana cara mengembangkan ilmu pendidikan islam sendiri?.Dalam mengembangkan sebuah disiplin ilmu dapat dilakukan dengan cara mengembangkan teori-teori tersebut,begitu pula dalam mengembangkan ilmu pendidikan islam.Mengembangkan teori berarti merevisi teori-teori yang ada,memahami teori yang lama dan atau membuat teori yang baru.

Page 14: ONTOLOGI, EPISTIMOLOGI DAN AKSIOLOGI DALAM ......Ontologi,Epistimilogi dan Aksiologi Dalam Pendidikan Islam Halaman 2 pola organisasi di dalamnya. Oleh karena itu, penting rasanya

Ontologi,Epistimilogi dan Aksiologi Dalam Pendidikan Islam Halaman 14

Merevisi teori yang ada dalam pendidikan islam berarti menyempurnakan teori yang ada agar sesuai dengan kebutuhan.Sedangkan membuat teori berarti merancang teori yang sama sekali baru. Secara teori pendidikan islam sebagai disiplin ilmu merupakan konsep pendidikan yang mengandung berbagai teori yang dapat dikembangkan dari hipotesa-hipotesa yang bersumber dari al-Quran maupun hadits baik dari segi sistem,proses dan produk yang diharapkan mampu membudayakan umat manusia agar bahagia dan sejahtera dalam hidupnya. Dari segi teori,pendidikan islam dapat diartikan sebagai studi tentang proses kependidikan yang bersifat progresif menuju kearah kemampuan optimal anak didik yang berlangsung diatas landasan nilai-nilai ajaran islam. F. Pengembangan Ilmu Pendidikan Islam Dalam mengembangkan ilmu pendidikan islam diperlukan beberapa hal,antara lain : 1. Landasan atau basis filsafat yang akan dijadikan dasar pengembangan ilmu pendidikan islam. 2. Paradigma bagi penyusunan metodologi pengembangan ilmu pendidikan islam. 3. Metodologi pengembangan ilmu pendidikan islam. 4. Model-model penelitian untuk digunakan dalam penelitian pendidikan islam. 5. Organisasi yang bersekala nasional. kelima hal diatas merupakan landasan atau orientasi kerja dalam mengembangkan ilmu pendidikan islam.Filsafat yang dapat digunakan sebagai landasan dalam pengembangan ilmu pendidikan islam ialah filsafat yang mampu mengakomodir pendapat bahwa: 1. Sumber pengetahuan ialah Allah. 2. Teori ilmu pendidikan islam tidak boleh bertentangan dengan wahyu. 3. AKSIOLOGI DALAM PERSPEKTIF ISLAM DAN UMUM A. Aksiologi Dalam Perspektif Islam Kata “ilmu” secara etimologis dalam berasal dari bahasa Arab (عل���م)

mengandung arti mengetahui, mengenal memberi tanda dan petunjuk yang berantonim dari makna naqid al-jahl (tidak tahu). Karena itu, dipahami bahwa ilmu adalah sebagai suatu pengetahuan secara praktis yang dipakai untuk menunjuk pada pengetahuan sistematis tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan subyek tertentu. Untuk lebih jelasnya, perlu pula dikemukakan beberapa pendapat tentang pengertian ilmu secara terminologi. Dalam hal ini menurut John Ziman menyatakan bahwa ilmu adalah kajian tentang dunia material yang memiliki obyek tertentu. Pengertian ini mengindikasikan bahwa ilmu memiliki

Page 15: ONTOLOGI, EPISTIMOLOGI DAN AKSIOLOGI DALAM ......Ontologi,Epistimilogi dan Aksiologi Dalam Pendidikan Islam Halaman 2 pola organisasi di dalamnya. Oleh karena itu, penting rasanya

Ontologi,Epistimilogi dan Aksiologi Dalam Pendidikan Islam Halaman 15

batasan tertentu yang harus dikelolah sehingga bermuara pada suatu pengetahuan tentang sesuatu. Selanjutnya menurut Al-Qadhi ‘Abd. al-Jabbar bahwa ماتناول�������ھ ال���ى الع������الم س����كون یقتض������������ى العل������م (ilmu adalah suatu makna

yang dapat menentramkan hati bagi seorang alim terhadap apa yang telah dicapainya). Pengertian ini mengindikasikan adanya ketentraman dan ketenangan jiwa apabila berhasil dalam pencariannya. Walaupun demikian, pengertian ini (menurut penulis) hanya berlaku kepada mereka yang bergelut dalam ilmu-ilmu yang bermanfaat. Dalam pandangan Imam al-Gazali bahwa القل�������ب ف�����ى المث������ال حص���ول ھو العل������م (ilmu itu adalah tejadinya

gambaran di dalam hati). Pengertian ini mengindikasikan bahwa gambaran esensi sesuatu itu ada di dalam hati, bukan berarti yang dimaksud di sini hanya semata-semata hati saja.

Al-Gazali menganggap bahwa hati adalah bagian dariبص���������یرة yang di

dalamnya tercakup akal. Berdasarkan hal ini maka ia mengembalikan pengertian ilmu ke dalam dua komponen yaitu البطنی�����������ة البص�����������یرة yaitu akal

dan hati, hakikat atau esensi sesuatu sebagai obyek pokok dan cara terjadinya gambaran sesuatu itu. Dalam Kamus Bahasa Indonesia dikatakan bahwa pengertian ilmu adalah pengetahuan secara mutlak tentang sesuatu yang disusun secara sistematis menurut metode-metode tertentu dan dapat digunakan untuk merenungkan gejala-gejala tertentu di bidang pengetahuan. Pengertian ini megindikasikan bahwa ilmu itu memiliki corak tersendiri menurut suatu ketentuan yang terwujud dari hasil analisis-analisis secara konprehensif. Dari beberapa pengertian ilmu yang telah disebutkan di atas, maka dapat dipahami bahwa batasan ilmu merujuk pada hasil interaksi manusia dengan obyek tertentu yang akan menghasilkan sesuatu pengetahuan dan itulah yang disebut ilmu. Dalam pandangan Nurcholish Madjid salah seorang pemikir Muslim di Indonesia juga bahwa ilmu pengetahuan itu netral. Lebih lanjutnya menurutnya bahwa, Ilmu pengetahuan baik yang alamiah maupun yang sosial adalah netral. Artinya tidak mengandung nilai (bebas nilai) kebaikan atau kejahatan pada dirinya sendiri. Nilainya diberikan oleh manusia yang memiliki dan menguasainya. Apa yang dikemukakan Nurcholish Madjid di atas mengindikasikan ilmu pengetahuan berkaitan dengan aksiologi. Dalam hal ini, Aksiologi menurut bahasa berasal dari bahasa yunani “axios” yang berarti bermanfaat dan ‘logos’ berarti ilmu pengetahuan atau ajaran. Secara istilah, aksiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai yang ditinjau dari sudut kefilsafatan. Sejalan dengan itu, Sarwan menyatakan bahwa aksiologi adalah studi tentang hakikat tertinggi, realitas, dan arti dari nilai-nilai (kebaikan, keindahan, dan kebenaran). Dengan demikian aksiologi adalah studi tentang hakikat tertinggi dari nilai-nilai etika dan estetika. Dengan kata lain, apakah yang baik atau bagus itu. Definisi lain mengatakan bahwa aksiologi adalah suatu pendidikan yang menguji dan mengintegrasikan semua nilai tersebut dalam kehidupan manusia dan menjaganya, membinanya di dalam kepribadian peserta didik. Dengan demikian aksiologi adalah salah satu cabang filsafat yang

Page 16: ONTOLOGI, EPISTIMOLOGI DAN AKSIOLOGI DALAM ......Ontologi,Epistimilogi dan Aksiologi Dalam Pendidikan Islam Halaman 2 pola organisasi di dalamnya. Oleh karena itu, penting rasanya

Ontologi,Epistimilogi dan Aksiologi Dalam Pendidikan Islam Halaman 16

mempelajari tentang nilai-nilai atau norma-norma terhadap sesuatu ilmu. Berbicara mengenai nilai itu sendiri dapat kia jumpai dalam kehidupan seperti kata-kata adil dan tidak adil, jujur dan curang. Hal itu semua mengandung penilaian karena manusia yang dengan perbuatannya berhasrat mencapai atau merealisasikan nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Secara singkat dapat dikatakan, perkataan “nilai” kiranya mempunyai macam-macam makna seperti (1) mengandung nilai, artinya berguna; (2) merupakan nilai, artinya baik atau benar, atau indah; (3) mempunyai nilai artinya merypakan obyek keinginan, mempunyai kualitas yang dapat menyebab-kan orang mengambil sikap menyetujui, atau mempunyai sifat nilai tertentu; (4) memberi nilai artinya, menanggapi sesuatu sebagai hal yang diinginkan atau sebagai hal yang menggambarkan nilai tertentu. Nilai ini terkait juga dengan etika dan nilai estetika. Nilai etika adalah teori perbuatan manusia yang ditimbang menurut baik atau buruk dan tentang hak dan kewajiban moral. Sedangkan nilai estika adalah telaah filsafat tentang keindahan serta keindahan, dan tanggapan manusia terhadapnya.

Di dalam etika, nilai kebaikan dari tingkah laku manusia menjadi sentral persoalan karena menyangkut tanggung jawab, baik tanggung jawab pada diri sendiri, masyarakat, alam maupun terhadap Tuhan. Ilmu pengetahuan pun mendapatkan pedoman untuk bersikap penuh tanggung jawab, baik tanggungjawab ilmiah maupun tanggungjawab moral. Tanggungjawab ilmiah adalah sejauhmana ilmu pengetahuan melalui pendekatan metode dan sistem yang dipergunakan untuk memperoleh pendekatan metode dan sistem yang dipergunakan untuk memperoleh kebenaran obyektif, baik secara korehen-idealistik, koresponden realistis maupun secara pragmatis-empirik. Jadi berdasarkan tanggungjawab ini, ilmu pengetahuan tidak dibenarkan untuk mengejarkan kebohongan, dna hal-hal negatif lainnya. Berdasar dari apa yang telah diuraikan dipahami ilmu pengetahuan mengandung nilai, dan kebenaran nilai ilmu pengetahuan yang dikandungnya bukan untuk kebesaran ilmu pengetahuan semata yang berdiri hanya mengejar kebenaran obyektif yang bebas nilai melainkan selalu terikat dengan kemungkinan terwujudnya kesejahteraan dan kebahagiaan umat manusia. Sejak awal kehadirannya, Islam sudah memberikan penghargaan yang begitu besar kepada ilmu. Wahyu pertama yang diturunkan pada Rasulullah Muhammad adalah “iqra’” atau perintah untuk membaca. Jibril memerintah Muhammad untuk membaca dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Jadi, dari kata iqra’ inilah, umat Islam diperintah untuk membaca yang kemudian lahir makna untuk memahami, mendalami, menelaah, menyampaikan, maupun mengetahui dengan dilandasi “bismi rabbik”, dalam arti, hasil-hasil bacaan dan pemahaman itu nantinya dapat bermanfaat untuk kemanusiaan (Shihab, 2001:433). Al Qur’an dan hadits kemudian dijadikan sebagai sumber ilmu yang dikembangkan oleh umat Islam dalam spectrum yang seluas-luasnya

Page 17: ONTOLOGI, EPISTIMOLOGI DAN AKSIOLOGI DALAM ......Ontologi,Epistimilogi dan Aksiologi Dalam Pendidikan Islam Halaman 2 pola organisasi di dalamnya. Oleh karena itu, penting rasanya

Ontologi,Epistimilogi dan Aksiologi Dalam Pendidikan Islam Halaman 17

(Achmadi, 2005:33) Ilmu pengetahuan dalam sejarah tradisi Islam tidaklah berkembang pada arah yang tak terkendali, melainkan pada arah maknawi dan umat berkuasa untuk mengendalikannya.Kekuasaan manusia atas ilmu pengetahuan harus mendapat tempat yang utuh. Eksistensi ilmu pengetahuan bukan saja untuk mendesak pengetahuan, melainkan kemanusiaanlah yang menggenggam ilmu pengetahuan untuk kepentingan dirinya dalam rangka penghambaan diri kepada Yang Maha Pencipta.

Ilmu pengetahuan harus terbuka pada konteknya, dan agama yang menjadi konteksnya itu. Agama mengarahkan ilmu pengetahuan pada tujuan hakikinya, yaitu memahami realitas alam dan memahami eksistensi Allah, agar manusia menjadi sadar akan hakikat penciptaan dirinya, dan tidak mengarahkan ilmu pengetahuan hanya pada praksisnya atau kemudahan-kemudahan pada material duniawi. Solusi yang diberikan Al Qur’an terhadap ilmu pengetahuan yang terikan dengan nilai adalah dengan cara mengembalikan ilmu pengetahuan pada jalur semestinya, sehingga ia menjadi berkah dan rahmat bagi manusia dan alam, bukan sebaliknya membawa mudharat atau penderitaan (Tafsir, 1997:173). Ilmu tidaklah bebas nilai, karena antara logika dan etika harus berdialektika, jadi bukan hanya penggabungan ilmu dan agama saja. Akal digunakan dengan mengoperasionalkan otak, berusaha mencari kebenaran sesuai dengan kemampuan ilmu pengetahuan masing-masing. Hal ini akan menimbulkan logika yang menjadikan manusia sebagai seorang intelektual atau ilmuwan.

Dalam Islam, ilmu senantiasa didasarkan pada Al Qur’an agar tidak bebas nilai. Nilai dalam Islam tidak berdasarkan sesuatu adat dan budaya tetapi berdasarkan wahyu dan kehendak Allah. Melakukan yg wajib adalah diperintah oleh Allah dan disukaiNya sehingga mendapat ganjaran kebajikan. adapun jika melakukan yang haram dan dibenci oleh Allah maka pantas baginya balasan yang buruk. Seorang ilmuwan muslim tidak hanya diharapkan berkata benar,namun juga baik,indah dan bernilai, misalnya jika seorang ilmuwan sekuler berkata bahwa untuk bebas dari penyakit kelamin harus memakai kondom jika berhubungan dengan pelacur, maka ilmuwan muslim berkata bahwa berhubungan dengan pelacur itu dilarang dalam islam. Contoh lain dari kebenaran akal yang tidak beretika moral misalnya menceraikan istri yang tidak dapat memberi anak, sistem perang atau jihad yang tidak berperikemanusiaan, menampar murid yang tidak bisa menjawab soal, dan lainnya. Prinsip-prinsip semua ilmu dipandang oleh kaum muslimin berada dalam Al Qur’an, dan Al Qur’an dan hadits menciptakan iklim yang kondusif bagi pengembangan ilmu dengan menekankan keutamaan menuntut ilmu, dan pencarian ilmu apapun pada akhirnya bermuara pada penegasan tauhid. Dalam perjalanan ilmu dalam dunia Islam, para ilmuwan Muslim berangkat dari membaca Al Qur’an dalam proses penemuannya, misalnya Abu Musa al Jabir ibn Hayyan (721-815), Muhammad ibn Musa al Khawarizmi (780-850), Tsabit ibn Qurrah (9100), Ibn Sina (926), Al Farabi (950), Ibn Batutah

Page 18: ONTOLOGI, EPISTIMOLOGI DAN AKSIOLOGI DALAM ......Ontologi,Epistimilogi dan Aksiologi Dalam Pendidikan Islam Halaman 2 pola organisasi di dalamnya. Oleh karena itu, penting rasanya

Ontologi,Epistimilogi dan Aksiologi Dalam Pendidikan Islam Halaman 18

(1304-1377), Ibn Khaldun (1332-1406), dan masih banyak tokoh lainnya (Achmadi, 2005:12). AKSIOLOGI: hendak menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti menjawab: 1. untuk mempelajari apa nilai ilmu tersebut, 2. untuk apa kegunaan ilmu tersebut, 3. Keberadaan ilmu pengetahuan tersebut secara fungsional atas manfaat bagi kehidupan Manusia / MASYARAKAT banyak. CONTOH AKSIOLOGI: seperti ILMU Komputer: 1. untuk mempelajari apa nilai ilmu tersebut, Misal: negatif atau positif untuk kehidupan manusia Baik atau buruk untuk kehidupan manusia 2. untuk apa kegunaan ilmu tersebut, Misal: Membuat program di perusahaan (positif) Menyebarkan informasi secara cepat (positif) Untuk meng hack/mencuri data (negatif) 3. Keberadaan ilmu pengetahuan tersebut secara fungsional atas manfaat bagi kehidupan Manusia banyak. Misal; internet dapat membuat jarak dan waktu tidak berarti lagi Masyarakat cepat mendapat informasi

ALUR PENGUJIAN:

INDUKTIF / DEDUKTIF

Penyusun kerangka fikir

Pengujian Hipotesis

Perumusan hipotesis

Analisis metodologi

Hasil Pengujian

Ditolak

Diterima

Fakta / fenomena / kejadian alam / kejadian

buatan

Kebenaran

Page 19: ONTOLOGI, EPISTIMOLOGI DAN AKSIOLOGI DALAM ......Ontologi,Epistimilogi dan Aksiologi Dalam Pendidikan Islam Halaman 2 pola organisasi di dalamnya. Oleh karena itu, penting rasanya

Ontologi,Epistimilogi dan Aksiologi Dalam Pendidikan Islam Halaman 19

KEBENARAN

Pd kenyataan ilmu yg berkembang tdk bisa menanggulangi bbp

masalah yg dihadapi manusia, adanya sifat pengrusa kan oleh ilmu thdp

alam semsta, dan sifat kebenaran ilmunya yg relatif, yg diakibatkan

kesalahan pemanduan dlm pola fikir, rasional yg termengerti oleh suatu

faham ttt, atau terlepasnya ilmu dr agama. Ini mengakibatkan arah

perkembangan ilmu semakin keliru.

Dg demikian Kebenaran menjadi relatif:

1. Kebenaran ada pd diri masing2

2. Kebenaran yg ditangkap indera jadi diragukan.

3. Kebenaran pd seseorang belum tentu benar bagi yg lainnya.

Dg demikian KEBENARAN HAKIKI / MUTLAK: adalah ada pd sang Kholiq

maha pencipta. Petunjuk2 dr Kholiq tersimpan dlm KITAB SUCI (AL-QURAN

DAN HADIST, ZABUR, TAUROT, INJIL). Hukum normative dari sang kholiq

merupakan yg paling benar (mutlak benar) seperti perintah dan larangan-

Nya. Ini memuat alasan2 kebahagi an manusia di dunia maupun akhirat.

Contoh: perintah sang Kholiq yg jelas:

1. menggunakan akal dlm sebab akibat: (Ali Imran: 190)

Sesungguhnya dlm penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya

malam dan siang terdpt tanda2 bagi orang yg BERAKAL.

2. Akibat menjlnkan perintah sang Kholiq: (Al-Hadid: 11)

Siapakah yg mau meminjamkan kpd Allah pinjaman yg baik, maka

Allah akan melipatgandakan pinjaman itu utknya, dan dia akan

memperoleh pahala yg banyak.

4. Jadi Fungsi Al-quran dan hadist dg ilmu (science) adalah sumber

kebenaran mutlak, sbg pemandu mencari kebenaran, sbg alat ukur

bagi kebenaran rasional, dan kebenaran empirik

Page 20: ONTOLOGI, EPISTIMOLOGI DAN AKSIOLOGI DALAM ......Ontologi,Epistimilogi dan Aksiologi Dalam Pendidikan Islam Halaman 2 pola organisasi di dalamnya. Oleh karena itu, penting rasanya

Ontologi,Epistimilogi dan Aksiologi Dalam Pendidikan Islam Halaman 20

KESIMPULAN

Pendidikan merupakan salah satu bentuk upaya untuk melakukan perubahan, maka penting rasanya untuk memahami ontologi pendidikannya, apalagi ini pendidikan Islam. Islam sebagai suatu agama dan ajaran mempunyai peran penting dalam menentukan arah kebijakan pendidikan dengan segala komponen yang melingkupinya, baik itu makna pendidikan itu sendiri, obyek manusianya, tujuan maupun kurikulumnya. Sehingga dari ini dapat dijadikan tolok ukur keberhasilan yang diinginkan dalam suatu proses pendidikan.

Pendidikan Islam merupakan pendidikan yang berlandaskan atas dasar-dasar ajaran Islam, yakni Al Qur'an dan Hadits sebagai pedoman hidup bagi seluruh umat Islam. Dalam Al Qur'an dan Hadits telah jelas bahwa keberadaan manusia dimuka bumi adalah sebagai khalifah yang mengemban peran penting dalam mengelola bumi dan segala isinya demi kemaslahatan umat. Dan dengan pendidikan diharapkan manusia tidak melakukan hal-hal yang menyebabkan kerusakan di muka bumi ini.

Salah satu sarana yang dibutuhkan dalam melaksanakan pendidikan itu adalah dengan keberadaan kurikulum yang jelas. Sehingga, materi apa yang akan disampaikan dan tujuan apa yang ingin dicapai dalam proses belajar mengajar tersebut dapat diarahkan dan hasil yang diinginkan dapat diukur (dievaluasi). Kemudian nantinya dapat dilakukan perbaikan yang akan mengarah kepada kesempurnaan.

Page 21: ONTOLOGI, EPISTIMOLOGI DAN AKSIOLOGI DALAM ......Ontologi,Epistimilogi dan Aksiologi Dalam Pendidikan Islam Halaman 2 pola organisasi di dalamnya. Oleh karena itu, penting rasanya

Ontologi,Epistimilogi dan Aksiologi Dalam Pendidikan Islam Halaman 21

DAFTAR PUSTAKA

Al Naquib al Attas, Syed Muhammad, Konsep Pendidikan Dalam Islam, terj. Haidar Bagir, Bandung: Mizan, 1984. Al Qardhawi, Yusuf, Pendidikan Islam dan Madrasah Hasan al Banna, terj. Bustami A, Gani et.al, Jakarta: Bulan Bintang, 1980. Al Toumy al Syaibany, Omar Muhammad ,Falsafatut Tarbiyah Islamiyah, terj. Hasan Langgulung, Jakarta: Bulan Bintang, tt. Arifin, HM., Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1991. Ashraf, Ali, Horison Baru Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996. Athiyah al Abrasyi, Mohammad, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, terj. Bustami A. Ghani dan Djohar Bahry, Jakarta: Bulan Bintang, 1974. Azra, Azyumardi, Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999. Crow and Crow, Pengantar Ilmu Pendidikan, Yogyakarta: Rake Sarasin, 1990. D. Marimba, Ahmad, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: al Ma’arif, 1989. Darajat, Zakaiah, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1992. Langgulung, Hasan, Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam, Bandung: al Ma’arif, 1980. Nata, Abudin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997. Quthb, Muhammad, Sistem Pendidikan Islam, terj. Salman Harun, Bandung: al Ma’arif, 1984. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2002. S. Nasution, Pengembangan Kurikulum, Bandung: Citra Adirya Bakti, 1991. Salih Abdullah, Abdurrahman, Educational Theory a Quranic Outlook, Makkah al Mukarramah: Umm al Qura University, tt. Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam,Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994. ____________, Filsafat Umum: Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capr, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000. [1] Ahmad Tafsir, Filsafat Umum: Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), 28. [2] Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: al Ma’arif, 1989}, 19. [3] Omar Muhammad al Toumy al Syaibany, Falsafatut Tarbiyah Islamiyah, terj. Hasan Langgulung, (Jakarta: Bulan Bintang, tt), 57. [4] Ali Ashraf, Horison Baru Pendidikan Islam (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996), 1. [5] Azyumardi Azra, Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), 3. [6] Ibid, 3. [7] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), 2.

Page 22: ONTOLOGI, EPISTIMOLOGI DAN AKSIOLOGI DALAM ......Ontologi,Epistimilogi dan Aksiologi Dalam Pendidikan Islam Halaman 2 pola organisasi di dalamnya. Oleh karena itu, penting rasanya

Ontologi,Epistimilogi dan Aksiologi Dalam Pendidikan Islam Halaman 22

[8] Syed Muhammad al Naquib al Attas, Konsep Pendidikan Dalam Islam, terj. Haidar Bagir, (Bandung: Mizan, 1984), 52. [9] Ibid, 63. [10] Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan......29. [11] Yusuf al Qardhawi, Pendidikan Islam dan Madrasah Hasan al Banna, terj. Bustami A, Gani et.al, Jakarta: Bulan Bintang, 1980), 157. [12] Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam (Bandung: al Ma’arif, 1980), 6. [13] Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan......12 [14] Ibid, 14. [15] Ibid, 15. [16] Ibid, 23. [17] Zakaiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), 29. [18] HM. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), 223. [19] Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam,(Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994), 46. [20] Lihat misalnya surat Al Dzariyat ayat 56: “Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk mengabdi kepadaku” atau surat Al Imran ayat 102: “Wahai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Islam”. [21] Azyumardi Azra, Pendidikan Islam…….8 [22] Mohammad Athiyah al Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, terj. Bustami A. Ghani dan Djohar Bahry, (Jakarta: Bulan Bintang, 1974), 15. [23] Muhammad Quthb, Sistem Pendidikan Islam, terj. Salman Harun, (Bandung: al Ma’arif, 1984), 27. [24] Ali Ashraf, Horison Baru Pendidikan……..2 [25] Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat……..37. [26] Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan………………….74. [27] Ibid, 75. [28] Ramayulis, Ilmu Pendidikan ………..85. [29] Ibid, 85. [30] Ibid, 85. [31] Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), 79. [32] Ibid, 79. [33] Ibid, 80. [34] S. Nasution, Pengembangan Kurikulum (Bandung: Citra Adirya Bakti, 1991), 9. [35] Crow and Crow, Pengantar Ilmu Pendidikan (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1990), 75. [36] Abdurrahman Salih Abdullah, Educational Theory a Quranic Outlook (Makkah al Mukarramah: Umm al Qura University, tt), 123. [37] Omar Mohammad al Toumy al Syaibany, Falsafatut Tarbiyah……….478. [38] Ibid, 478. [39] Ibid, 476 [40] Ahamd Tafsir, Ilmu Pendidikan……54-55.