25
Permasalahan Pokok dalam Aksiologi Filsafat Ilmu

Permasalahan Pokok Dalam Aksiologi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Permasalahan Pokok Dalam Aksiologi

Permasalahan Pokok dalam Aksiologi

Filsafat Ilmu

Page 2: Permasalahan Pokok Dalam Aksiologi

1. Persoalan Aksiologis dalam Kehidupan Sehari-hari.Pengantar:Apakah Nilai itu?Kita telah melihat tiga sektor besar realitas:

benda, esensi, dan keadaan psikologis.Menurut sementara orang, nilai sama dengan

sesuatu yg menyenangkan kita. Kelompok lain menambahkan, nilai identik dengan apa yang diinginkan; kelompok ketiga, nilai merupakan sasaran perhatian kita.

Page 3: Permasalahan Pokok Dalam Aksiologi

• Ket: Kondisi psikologis: kenikmatan, keinginan (merupakan suasana kejiawaan).

• Nicolai Hartmann: bahwa nilai adalah esensi.• Nilai tidak ada dalam dirinya sendiri, namun

tergantung pada pengemban atau penopangnya, yang umumnya adalah substansi yang berbadan.

• Sebagai contoh: ‘keindahan’ tidak ada oleh dirinya sendiri, seolah-olah mengawang di udara, namun ia mewujud di dalam obyek fisik: semisal, baju, batu, tubuh manusia, dsb.

Page 4: Permasalahan Pokok Dalam Aksiologi

• Kebutuhan akan pengemban untuk tinggal memberi sifat khusus pada nilai, membuatnya menjadi eksistensi yang bersifat ‘parasitis’, namun kekhasan tsb tdk dapat membenarkan pengacauan antara pendukung dengan yang didukungnya.

• Untuk menghindarkan pengacauan. Marilah kita contohkan beda ‘nilai’ dengan ‘benda’. Benda adalah sama dengan sesuatu yg bernilai, yaitu sesuatu yg ditambah nilai didalamnya.

Page 5: Permasalahan Pokok Dalam Aksiologi

• Contoh: sepotong pualam merupakan benda semata-mata; tangan pemahat menambahkan keindahan kepadanya dengan ‘membawakan segala sesuatu yg tidak semestinya’, sesuai dengan saran ironik dari seorang pemahat, dan benda yg berwujud pualam diubah bentuknya menjadi sebuah patung, menjadi sesuatu yang ‘baik’.

Page 6: Permasalahan Pokok Dalam Aksiologi

• Patung tsb terus-menerus menyimpan semua ciri khas pualam pada umumnya –beratnya, kerasnya, dan sebagainya; sekalipun demikian, sesuatu yang ditambahkanlah yang mengubahnya menjadi sebuah patung. Oleh karena itu, nilai bukan merupakan benda atau pengalaman, juga bukan merupakan esensi; nilai adalah nilai.

Page 7: Permasalahan Pokok Dalam Aksiologi

• Bahwa ‘nilai’ itu bukan merupakan benda atau unsur dari benda, melainkan sifat, kualitas, sui generis, yang dimiliki objek tertentu yang dikatakan ‘baik’.

Page 8: Permasalahan Pokok Dalam Aksiologi

Permasalahan Pokok dalam Aksiologi

1. Persoalan Aksiologis dalam Kehidupan Sehari-hari.

Tidak ada diskusi atau perbedaan pendapat yg berkaitan dengan perilaku seseorang, keluwesan seorang gadis, keadilan sebuah hukuman, atau kelezatan makanan yg tidak mengundang persoalan ttg nilai.

Page 9: Permasalahan Pokok Dalam Aksiologi

• ‘selera tidak dapat diperdebatkan (de gustibus non disputandum). Semisal, apakah benar bahwa orang tidak dapat mendiskusikan tentang citarasa?

• Apa yang akan menjadi dunia etis dan estetis jika kita menerima subyektivitas selera, masing-masing di antara kita akan patuh pada cara melihat segala sesuatu yg kita miliki.

Page 10: Permasalahan Pokok Dalam Aksiologi

• Estetika dan pendidikan moral akan menjadi mustahil, hidup santun tidak akan dipahami, penyesalan dosa akan nampak absurd. “santun” untuk siapa? “dosa” bagi siapa?

Page 11: Permasalahan Pokok Dalam Aksiologi

2. Nilai itu Obyektif atau Subyektif:

• Apakah objek itu memiliki nilai karena kita mendambakannya karena objek tsb memiliki nilai? Apakah hasrat, kenikmatan atau perhatian yg memberikan nilai kpd suatu objek, ataukah sebaliknya, kita mengalami preferensi ini karena kenyataan bahwa objek tsb memiliki nilai yg mendahului dan asing bagi reaksi psikologis badan organis kita? (apakah nilai itu objektif atau subjektif?)

Page 12: Permasalahan Pokok Dalam Aksiologi

• Nilai itu ‘objektif’ jika ia tidak tergantung pada subjek atau kesadaran yg menilai; sebaliknya nilai itu ‘subjektif’ jika eksistensinya, maknanya, dan validitasnya tergantung pada reaksi subjek yg melakukan penilaian, tanpa mempertimbangkan apakah ini bersifat psikis ataupun fisis.

Page 13: Permasalahan Pokok Dalam Aksiologi

• Apakah nilai itu sangat dekat dengan kualitas seperti, panjang, yang melekat di dalam objek sekalipun tanpa hadirnya subjek?

• Atau, apakah nilai itu seperti bau, yang dalam rangka ada sebagaimana adanya, memerlukan hadirnya subjek untuk menafsirkannya, karena bau yg tidak dapat tercium oleh seseorang akan kehilangan maknanya?

Page 14: Permasalahan Pokok Dalam Aksiologi

• Satu hal yang nampak jelas: kita tidak dapat membicarakan nilai tanpa mempertimbangkan penilaian, baik yg aktual maupun yg mungkin.

• Pada hakikatnya, makna apa yg dimiliki nilai jika ia dapat lepas dari apresiasi manusia? Bagaimana kita mengetahui bahwa nilai seperti itu ada jika nilai dipaksa untuk menopang dirinya sendiri di luar lingkup penilaian manusia. Dalam hal ini, nampaknya subyektivisme memiliki dasar yg kuat; nilai tidak dapat bebas dari penilaian.

Page 15: Permasalahan Pokok Dalam Aksiologi

• Nilai itu mendahului penilaian. Jika tidak ada nilai, apa yg akan kita nilai?

• Jika nilai itu objektif, ia menegaskan, para individu mesti sampai pd satu kesepakatan ttg nilai-nilai tsb.

• Kebenaran tidak tergantung pada pendapat individu, melainkan tergantung pd objektivitas fakta; oleh karena itu, ia tidak diperkuat atau diperlemah oleh prosedur demokratik perhitungan suara.

Page 16: Permasalahan Pokok Dalam Aksiologi

• Demikian juga halnya dengan kasus nilai. Pendapat orang yg berselera rendah tidak mengurangi keindahan sebuah karya seni.

Page 17: Permasalahan Pokok Dalam Aksiologi

3. Aksiologi: Nilai Kegunaan Ilmu.

• Merupakan kenyataan yg tidak bisa dipungkiri, bahwa peradaban manusia sangat berhutang kepada ilmu dan teknologi. Berkat kemajuan dalam bidang ini, maka pemenuhan kebutuhan manusia bisa dilakukan secara lebih cepat dan lebih mudah.

• Apakah ilmu selalu membawa berkah, terbebas dari kutuk, yg membawa malapetaka dan kesengsaraan?

Page 18: Permasalahan Pokok Dalam Aksiologi

• Ilmu untuk menguasai alam.• Ilmu untuk menciptakan berbagai macam senjata,

teknik penyiksaan, cara memperbudak masa• Perkembangan ilmu sering melupakan faktor

manusia.• Teknologi tdk lg berfungsi sebagai sarana yg

memberikan kemudahan manusia, tetapi mengakibatkan manusia kehilangan sebagian arti dari kemanusiaannya.

Page 19: Permasalahan Pokok Dalam Aksiologi

• SECARA METAFISIK ILMU INGIN MEMPELAJARI ALAM SEBAIMANA ADANYA, SEDANGKAN DI PIHAK LAIN, TERDAPAT KEINGINAN AGAR ILMU MENDASARKAN KEPADA PERNYATAAN-PERNYATAAN (NILAI-NILAI) YANG TERDAPAT DALAM AJARAN-AJARAN DI LUAR BIDANG KEILMUAN DI ANTARANYA AGAMA.

• CONTOH: ILMU CLONING.

Page 20: Permasalahan Pokok Dalam Aksiologi

• Contoh: Pengadilan Galileo yang dipaksa mencabut pernyataannya bahwa bumi berputar mengelilingi matahari. Para Ilmuwan berjuang untuk menegakkan ilmu yang berdasarkan penafsiran alam sebagaimana adanya, dengan semboyan : Ilmu yang bebas Nilai.

Page 21: Permasalahan Pokok Dalam Aksiologi

• Konflik ini bukan saja terjadi dalam ilmu-ilmu alam, namun juga dalam ilmu-ilmu sosial di mana ideologi mencoba mempengaruhi metafisik keilmuan.

• ‘Dimana sebagian metafisik keilmuan dipergunakan das sollen dari ajaran moral yang terkandung dalam ideologi tertentu, dan bukan das sein sebagaimana ditutut oleh hakekat keilmuan.

Page 22: Permasalahan Pokok Dalam Aksiologi

• Golongan pertama, ingin melanjutkan tradisi kenetralan ilmu seperti pada era Galileo.

• Golongan Kedua, mencoba menyesuaikan kenetralan ilmu secara pragmatis berdasarkan perkembangan ilmu dan masyarakat.

Page 23: Permasalahan Pokok Dalam Aksiologi

Golongan Kedua mendasarkan pendapatnya pd beberapa hal: ilmu secara faktual telah dipergunakan secara

destruktif oleh manusia yg dibuktikan dengan adanya dua perang dunia yg mempergunakan teknologi-teknologi keilmuan.

Ilmu telah berkembang pesat dan makin esoterik shg kaum ilmuwan lebih mengetahui ttg ekses-ekses yg munkin terjadi bila bila terjadi penyalahgunaan.

Page 24: Permasalahan Pokok Dalam Aksiologi

Ilmu telah berkembang sedemikian rupa, dimana terdapat kemungkinan bahwa ilmu dapat mengubah manusia dan kemanusiaan manusia. (Ilmu secara moral harus ditujukan untuk kebaikan manusia tanpa merendahkan martabat atau megnubah hakekat kemanusiaan).

Page 25: Permasalahan Pokok Dalam Aksiologi

Tanggungjawab Sosial Ilmuwan. Nuklir dan pilihan Moral. Revolusi Genetika.