Upload
m-dimas-agung-azhari
View
7
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
ondan
Citation preview
Ondansetron Oral Untuk Gastroenteritis di Bagian Kegawat Daruratan Anak
Latar Belakang
Muntah dapat membatasi keberhasilan dari rehidrasi pada anak dengan
gastroenteritis. Kami melakukan uji coba secara double-blind untuk menentukan
apakah dosis oral tunggal dari ondansetron, sebuah anti emesis, dapat meningkatkan
hasil rehidrasi dari anak dengan gastroenteritis.
Metode
Kami memasukkan 215 anak berusia 6 bulan sampai 10 tahun yang dirawat di
bagian Kegawat daruratan pediatrik untuk gastroenteritis dan dehidrasi. Setelah
didapatkan secara acak mereka diberikan pengobatan secara oral yang terintergrasi
yaitu ondansetron tablet atau placebo, anak-anak menerima terapi rehidrasi oral
sesuai dengan standar protokol. Hasil utama adalah proporsi anak yang muntah saat
menerima rehidrasi oral. Hasil sekundernya adalah jumlah episode muntah dan
proporsi yang diobati dengan rehidrasi intravena atau dirawat di rumah sakit.
Hasil
Dibandingkan dengan anak-anak yang menerima plasebo, anak-anak yang
menerima ondansetron memiliki kemungkinan yang lebih kecil untuk muntah (14
persen vs 35 persen, risiko relatif, 0,40; 95 persen interval kepercayaan, 0,26-0,61),
muntah yang lebih jarang (rata-rata jumlah episode per anak, 0,18 vs 0,65; P <0,001),
memiliki asupan oral yang lebih besar (239 ml vs 196 ml, P = 0,001), dan
kemungkinan yang lebih kecil untuk dirawat dan direhidrasi secara intravena (14
persen vs 31 persen;risiko relatif, 0,46; 95 persen interval kepercayaan, 0,26-0,79).
Meskipun berarti lama perawatan di bagian Kegawat daruratan berkurang 12 persen
dalam kelompok ondansetron, dibandingkan dengan kelompok plasebo (P = 0,02),
tingkat rawat inap (4 persen dan 5 persen, masing-masing; P = 1,00) dan kunjungan
kembali kebagian Kegawat daruratan (19 persen dan 22 persen, P = 0,73) tidak
memiliki perbedaan secara signifikan antar kelompok.
Kesimpulan
Pada anak-anak dengan gastroenteritis dan dehidrasi, dosis tunggal
ondansetron oral mengurangi muntah dan memfasilitasi rehidrasi oral dan dengan
demikian kemungkinan cocok untuk digunakan di bagian Kegawat daruratan.
Kegunaan Ondansetron Oral Pada Gastroenteritis Anak
Di amerika, jumlah gastroenteritis lebih dari 1,5 juta kunjungan rawat jalan
dan 200.000 yang dirawat dirunah sakit setiap tahunnya. Meskipun terapi rehidrasi
oral direkomendasikan untuk anak dengan dehidrasi ringan hingga sedang, dirasakan
masih kurang manfaatnya. Dokter yang menangani bagian Kegawat daruratan lebih
memilih rehidrasi intravena dibandingkan rehidrasi oral ketika muntah menjadi gejala
utama. Pada satu survei, 36 persen dokter anak melaporkan bahwa muntah adalah
kontraindikasi dari rehidrasi oral. Dengan demikian, sebuah metode yang aman dan
efektif mengatasi muntah adalah dengan meningkatkan penggunaan dan tingkat
kesuksesan rehidrasi oral.
Dalam sebuah penelitian sebelumnya dari ondansetron oral (Zofran,
GlaxoSmithKline) pada anak dengan gastroenteritis, enam dosis obat oral atau
plasebo diberikanselama 48 jam. Meskipun muntah berkurang antara anak-anak yang
menerima ondansetron di bagian Kegawat daruratan, tingkat diare dan kunjungan
kembali ke bagian Kegawat daruratan meningkat. Kami melakukan penelitian untuk
menentukan apakah pemberian dari disintergrasi ondansetron tablet oral untuk anak-
anak dengan muntah dan dehidrasi akibat gastroenteritis akan dapat mengontrol
muntah dengan efek samping yang minimal.
Pada penelitian, seoran asisten peneliti telah dihubungi. Asisten penelitian
menerima panggilan dari 08:00 sampaitengah malam, dan cakupan semalam
diberikan oleh peneliti utama.Data dari semua anak disimpan dan diminta untuk
mendaftarkan diri dalam penelitian, dan setiap alasan penolakan dicatat. Informasi
persetujuan diperoleh dari orang tua atau wali dari semua anak. Semua 33 dokter
yang bekerja di departemen darurat mengawasi dan berpartisipasi dalam skrining, dan
terdapat 10 asisten peneliti yang terlibat dalam penelitian ini.
Sebuah skor dasar dehidrasi (Tabel 1) dicatat untuk semua anak. Skor tersebut
bisa berkisar 6-21, dengan skor yang lebih tinggi menunjukkan dehidrasi yang lebih
berat. Anak di bawah 24 bulan usia dievaluasi semua tujuh indikator yang digunakan
untuk menentukan skor, dan semua anak usia 24 bulan atau lebih dievaluasi sebanyak
enam kali (kemampuan mereka untuk memproduksi air mata tidak dievaluasi). Hal
itu ditentukan secara priotitas bahwa anak-anak di bawah 24 bulan dengan nilai 10-17
dan semua anak berusia 24 bulan atau lebih dengan nilai 8-15 dianggap memiliki
dehidrasi ringan hingga sedang dan membutuhkan rehidrasi. Untuk analisa, nilai
dehidrasi untuk anak usia 24 bulan atau lebih telah di standarisasi sehingga mereka
memiliki skala yang sama untuk dengan anak dibawah usia 24 bulan.
Randomisasi
Pasien ditempatkan secara acak di enam blok untuk menerima ondansetron
atau plasebo dan dikelompokkan berdasarkan dosis obat pengobatan . Sebuah statistik
independen menyediakan kode kepada farmasi, yang dibagikan dalam kantong
buram ,jumlah berat sesuai dosis obat aktif atau placebo dan rasa yang sama mau
penampilannya . Berat dasar dosis adalah 2 mg untuk anak dengan berat badan 8
sampai 15 kg, 4 mg untuk anak dengan berat badan lebih dari 15 kg dan sampai 30
kg, dan 8 mg untuk anak-anak beratnya lebih dari 30 kg. GlaxoSmithKline disediakan
dalam bentuk tablet tapi tidak memiliki peran dalam konsepsi, desain, atau
melakukan penelitian atau analisis atau interpretasi data.
Intervensi Penelitian
Perawat pendamping memberikan obat sedangkan asisten peneliti berada di
luar ruangan untuk memastikan bahwa asisten peneliti, dokter, anak, dan pengasuh
tetap menyadari tugas pengobatan. Sebuah tablet ditempatkan diatas lidah masing-
masing anak, dan anak itu diperintahkan menelan lima detik kemudian.
anak-anak yang tidak dapat mengikuti instruksi ini dibantu oleh perawat
sampai mereka bisa menelan. Karena tablet larut dalam hitungan detik dan tidak
memerlukan bantuan cairan, aspirasi tidak dianggap menjadi risiko.
Anak-anak yang muntah dalam waktu 15 menit setelah menerima obat
diberikan dosis kedua. Periode 1 jam dari rehidrasi oral intens dimulai 15 menit
setelah pemberian obat; Periode rehidrasi oral kemudian dilanjutkan sampai disposisi
ditentukan (yaitu, apakah anak menerima atau dikirim pulang)
Sesuai dengan Organisai Kesehatan Dunia (WHO) rekomendasi pada
rehidrasi oral, pengasuh diperintahkan untuk membatasi jumlah cairan yang diberikan
yaitu 30 ml larutan elektrolit oral (Enfalyte, Nutrisi Mead Johnson) setiap lima menit.
Setelah periode rehidrasi oral selesai, dokter melanjutkan manajemennya. Jika dokter
memilih untuk memasukkan cairan secara intravena, protocol spesifiknya adalah 20
ml secara bolus dari 0,9 persen normal salin perkilogram berat badan, diberikan tiap
periode 30 menit.
Follow Up
Pada hari 3 dan 7 setelah pengacakan, asisten penelitian menelepon keluarga anak
dan bertanya, menggunakan naskah standar, apakah anak kembali ke bagian Kegawat
daruratan, telah menerima pengobatan cairan intravena, mempunyai tambahan gejala,
atau dirawat di rumah sakit. Catatan dari Rumah Sakit Anak Memorial merupakan
catatan untuk mengkonfirmasi laporan pengasuh . Jika asisten penelitian tidak mampu
menghubungi pengasuh dihari yang telah ditentukan, upaya dilanjutkan setiap hari
selama dua minggu setelah pendaftaran anak.
Hasil Pengobatan
Hasil utamanya adalah proporsi anak-anakdalam setiap kelompok yang
muntah saat menerima terapi rehidrasi oral . Setiap episode muntah dicatat oleh
asisten peneliti ketika pengluaran isi perut terjadi. Episode muntah dipisahkan oleh
tidak lebih dari dua menit dihitung sebagai satu episode. Muntah yang tidak
produktif, mengeluarkan isi mulut, dan air liur tidak dianggap muntah. Hasil
sekundernya adalah jumlah episode muntah selama terapi rehidrasi oral, tingkat
rehidrasi intravena dan rawat inap.
Efek Samping
Asisten peneliti, dokter yang merawat, dan perawat memantau pasien untuk
efek samping dari pendaftaran menjadi disposisi dari bagian Kegawat daruratan.
Sebuah efek samping terkait pengobatan dianggap oleh setidaknya dua dari tiga
dokter peneliti menjadi mungkin, mungkin(lebih pasti) , atau pasti terkait dengan
penelitian obat . Meskipunpeningkatan signifikan frekuensi diare pada bagian
Kegawat daruratan dianggap sebagai efek samping, gejala umum yang terkait dengan
penyakit yang mendasari (demam, muntah setelah debit, diare, atau kelelahan) tidak
dianggap menjadi efek samping. Sebuah data pemantauan dan keamanan mendapat
hasil yang merugikan dalam sebuah penelitian blinded.
Analisis Statistik
Kami memperkirakan bahwa pendaftaran 214 anak akan memberikan
penelitian dengan kekuatan statistic 90 persen untuk mendeteksi perubahan dari 35
persen pada grup control hingga 15 persen pada grup pengobatan pada proporsi anak
yang muntah selama rehidrasi oral. Diberikan dua sisi kesalahan tipe 1 sebesar 0,5.
Perhitungan termasuk 10 persen sebagai penyesuaian kesalahan dari pengasuh
terhadap terapi.
Karakteristik dasar dari kedua kelompokdibandingkan dengan chi-square atau
uji Fisher untuk proporsi dan t-test untuk variabel kontinyu. Kami menggunakan
perkiraan persamaan umum untuk memperhitungkan efek acak dari keputusan -
keputusan dokter secara individu yang mungkin memiliki ketertarikan terhadap
hasilnya, karena asumsi kebebasan mungkin belum berlaku terhadap semua hasilnya
Model logistik digunakan untuk hasil dikotomis dari muntah dan hidrasi
secara intravena . Sebuah model logit kumulatif digunakan untuk hasil ordinal dari
jumlah episode muntah, dengan jumlah episode didefinisikan sebagai nol, satu, dua,
atau lebih besar dari atau sama dengan tiga. Karena hanya sembilan anak yang
dirawat di rumah sakit, Fisher test digunakan untuk membandingkan proporsi antar
kelompok.
Karena usia anak , ras, dan jenis kelamin, waktu, ada atau tidak adanya
demam, skor hidrasi, dan jumlah cairan yang diberikan dapat mempengaruhi respon
terhadap penelitian obat, faktor-faktor ini termasuk dalam semua model. Variabel lain
yang disertakan saat diperlukan adalah jumlah episode muntah dan diare selama
terapi rehidrasi oral dan dalam 24 jam sebelum triase, perubahan berat badan,
lamanya dirawat di ruangan Kegawat daruratan dan tipe dokter yang menangani anak
tersebut ( dokter Kegawat daruratan pediatric vs dokter umum Kegawat
daruratan).Karena keterbatasan ukuran sampel, pengaruh masing-masing variabel
tersebut ditentukan secara individual. Mereka dengan efek yang signifikan berlaku
pada tingkat 0,2 dimasukkan dalam model multiple predictor . Kelompok perlakuan
(ondansetron atau plasebo) termasuk dalam semua model. Untuk hasil utama adalah
muntah, empat prediksi terbaik berdasarkan statistik penyimpangan pada model yang
telah ditentukan.Model Poisson digunakan untuk lamanya dirawat dibagian Kegawat
daruratan dan jumlah episode diare selama dibagian Kegawat daruratan. Sebuah efek
campuran dari model regresi linear digunakan untuk hasil jumlah volume cairan
rehidrasi oral dan volume cairan intravena yang diberikan, dengan dokter sebagai
random efek. Variabel dengan interaksi yang signifikan ditentukan bersama-sama.
Model statistik yang digunakan untuk hasil primer dari muntah, hasil dari efek
model campuran berdasarkan pengambilan keputusan dokter dan termasuk aturan
untuk beberapa prediktor pada model regresi yang ditentukan di awal. Untuk jumlah
episode muntah , kami awalnya mengusulkan menggunakan model Poisson, namun
dari analisis data mengungkapkan bahwa distribusi Poisson tidak memberikan hasil
yang cocok dan penggunaan model logit kumulatif lebih tepat.
Resiko related dan 95 persen interval konfiden muncul disemua hasil. Analisa
dilakukan dengan software SAS(versi 9.1). Berdasarkan tujuan dari pengobatan.
Semua P values memiliki dua sisi, dengan P values kurang dari 0,06 digunakan
sebagai indikasi secara signifikan dalam statistic, tanpa pengaturan dari pembanding
lainnya.
Hasil
Peserta
Selama masa penelitian, 243 pasien diidentifikasi berpotensi memenuhi syarat
oleh dokter supervisi Seorang anak tidak memenuhi kriteria untuk dehidrasi setelah
dievaluasi oleh asisten penelitian, dan satu anak yang ditarik oleh dokter karena
dehidrasi berat.Para pengasuh dari 26 anak menolak untuk berpartisipasi. Sebanyak
215 anak-anak secara acak dimasukkan untuk pengobatan, 108 dengan ondansetron
dan 107 dengan plasebo. Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam karakteristik
awal antara tiap kelompok.
Tiga anak dalam kelompok ondansetron yang dikeluarkan sebelum menerima
pengobatan dalam penelitian. Analisis database mengungkapkan bahwa salah satu
anak di kelompok plasebo tidak memenuhi kriteria kelayakan. Satu-satunya pasien
yang datanya tidak dianalisis adalah seorang anak yang sengaja dimasukkan ke
bagian ondansetron sebelum persetujuan orang tua diperoleh dan keluarga yang
memilih untuk tidak berpartisipasi.
Lima anak yang menerima ondansetron muntah dalam waktu 15 menit.
Masing-masing anak-anak ini diberikan dosis kedua, yang dapat ditoleransi. Tiga
anak yang menerima plasebo muntah dalam 15 menit. Orang tua dari dua anak ini
menolak untuk mengizinkan dosis kedua yang diberikan; Anak tersisa diberikan dosis
kedua, yang mana dapat ditoleransi.
Hasil
Dari 107 anak di masing-masing kelompok yang datanya dianalisis, 15 yang
menerima ondansetron muntah saat menerima terapi rehidrasi oral , dibandingkan
dengan 37 yang menerima plasebo (14 persen vs. 35 persen, P <0,001) (Tabel 3).
setelah penyesuaian untuk jenis dokter memberikan perawatan, risiko relatifnya
adalah 0,40 (95 persen Interval kepercayaan, 0,26-0,61). Jumlah rata-rata episode
muntah secara signifikan lebih rendah di antara anak-anak yang menerima
ondansetron dibandingkan dari mereka yang menerima plasebo (0,18 vs 0,65, P
<0,001).Perbedaan ini tetap signifikan setelah penyesuaian untuk jenis dokter
memberikan perawatan(risiko relatif, 0,30; interval kepercayaan 95 persen,0,18-0,50).
Lima belas anak dalam kelompok ondansetron (14 persen) dan 33 pada
kelompok plasebo (31 persen) menerima rehidrasi intravena (P = 0,003). Efek
interaksi antara kelompok perlakuan dan apakah seorang anak muntah didapatkan
signifikan (P = 0,009); dengan demikian, model terpisah digunakan untuk anak-anak
yang muntah dan mereka yang tidak. Di antara 92 anak dalam kelompok ondansetron
dan 70 anak-anakpada kelompok plasebo yang tidak muntah, hidrasi intravena lebih
sedikit diberikan pada grup ondansetron( 5 persen vs 17 persen; P=0,01; resiko
relative 0,32, 95 persen interval kepercayaan. 0,13 hingga 0,77).
Meskipun, secara keseluruhan, anak-anak dikelompok ondansetron menerima
volume yang lebih besar cairan rehidrasi oral dan volume yang lebih kecil dengan
cairan intravena dan memiliki masa rawat yang pendek di bagian Kegawat daruratan,
tarif rumah sakit sama pada kedua kelompok.
Efek Samping
Tidak ada efek pada kardiovaskular atau pernapasan yang terjadi. Urtikaria
muncul dalam satu anak dikelompok placebo. Anak-anak yang menerima
ondansetron memiliki episode diare lagi saat menjalani rehidrasi oral dibandingkan
mereka yang menerima plasebo (1,4vs 0,5, P <0,001), bahkan setelah penyesuaian
untuk jumlah episode yang terjadi sebelum kedatangan. Follow up, yang telah selesai
pada 96 persen anak-anak (Tabel 4), tidak ditemukan adanya tambahan efek samping.
Penyakit Kawasaki didiagnosa di satu anak pada kelompok ondansetron enam hari
setelah proses pengacakan. Penyakit ini tidak disebabkan oleh pengobatan.
Diskusi
Kami menemukan bahwa satu dosis dari ondansetron meningkatkan
keberhasilan rehidrasi oral pada anak dengan gastroenteritis. Dosis oral ditoleransi
dengan baik dan memiliki hasil penurunan dari lebih 50 persen anak dari kedua
kelompok dari anak yang muntah selama rehidrasi oral dan proporsi diobati dengan
cairan intravena. Sebagai perbandingan dengan anak yang mendapatkan placebo,
anak yang mendapatkan ondansetron memiliki episode muntah yang lebih sedikit,
pemasukan cairan secara oral yang lebih banyak dan perawatan di bagian Kegawat
daruratan lebih singkat.
Untuk mencegah muntah pada 1 anak , 5 anak-anak mendapatkan
ondansetron ( 95 persen Interval kepercayaan , 3,2-10,6); untuk mencegah 1 anak
mendapatkan rehidrasi intravena, 6 orang menerima ondansetron (95 persen Interval
kepercayaan, 3,6-17,0). Manfaat ini juga dilaporkan dalam penelitian sebelumnya,
yang menemukan bahwa pemberian cairan ondansetron tiga kali sehari selama dua
hari mengurangi muntah saat dibagian Kegawat daruratan, penggunaan cairan infus,
dan kebutuhan untuk rawat inap pada anak-anak. Namun, penelitian itu tidak
melaporkan pengurangan muntah setelah pemberian obat, dan anak-anak yang
diberikan ondansetron memiliki hasil yang signifikan pada episode diare dan
kunjungan kembali ke bagianKegawat daruratan. Kami menemukan bahwa dosis
tunggal ondansetron oral mengurangi muntah dan kebutuhan cairan infus tanpa efek
samping yang signifikan secara klinis.
Meskipun tidak ada kriteria indikatif yang ditetapkan dari kebutuhan untuk
rehidrasi intravena, kami menemukan bahwa anak-anak pada kelompok ondansetron
memerlukan cairan intravena lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok placebo.
Karena keputusan untuk pemberian cairan intravena dibuat oleh dokter supervisi,
yang tidak mengawasi pengobatan pasien, kami meyakini perbedaan ini merupakan
efek yang sebenarnya dari pengobatan.
Ondansetron tidak mengurangi masa rawat inap (4 persen secara
keseluruhan). Kegagalan untuk menemukan penurunan tingkat rawat inap mungkin
karena kurangnya kekuatan statistik. Penelitian kami memiliki kekuatan , berdasarkan
data sebelumnya, untuk mendeteksi pengurangan dari 15 persen menjadi 3 persen.
Dengan demikian, deteksi dampak yang signifikan dari ondansetron pada tingkat
rawat inap mungkin akan lebihsesuai yang mana pada tingkat ini memiliki nilai yang
lebih tinggi.
Total biaya ondansetron yang digunakan dalam penelitian ini, didasarkan pada
biaya aktual $ 35,75 per 4-mg tablet oral disintegrasi di Rumah Sakit Anak
Memorial, akan menjadi $ 3.825. pengurangan biaya yang dihasilkan dari
menghindari pemasangan kateter intravena ($ 124,74 per anak) dan rawat inap ($
1.900 per masuk) adalah $4.145. Dengan demikian, penggunaan ondansetron dapat
mengurangi total biaya sambil memberikan keuntungan individu.
Sebanyak 19 persen anak-anak pada kelompok ondansetron yang dan 22
persen dari mereka yang berada di kelompok plasebo kembali ke bagian Kegawat
daruratan. Meskipun angka ini lebih tinggi dari sebelumnya
hanya sekitar setengah dari mereka yang kembali menerima cairan intravena. Kami
memilih untuk menganalisa data dari anak-anak yang menjadi dehidrasi dan masuk
ke bagian Kegawat daruratan untuk perawatan dan tidak fokus pada anak-anak yang
mencari perawatan tambahan dari penyedia perawatan primer.
Agen antiemetik yang lain telah digunakan dalam pengobatan gastroenteritis
anak, meskipun sering diresepkan, yang mana memiliki efek samping yang cukup
besar atau belum diteliti dengan baik. Sebuah tinjauan data dasar farmasi
mengungkapkan bahwa promethazine menyumbang 92 persen dari semua resep
antiemetic yang diberikan untuk gastroenteritis. Efek samping yang terkait dengan
prometazin termasuk mengantuk (71 persen) dan depresi pernapasan, dystonia, dan
sindrom neuroleptik ganas. Baik prometazin atau proklorperazin belum diteliti pada
anak-anak dengan gastroenteritis. Akan Tetapi, pada orang dewasa, prometazin
kurang efektif dibandingkan proklorperazin.
Data dari orang dewasa menunjukkan bahwamengantuk (38 persen) dan 24
akatisia (44 persen) adalah efek samping yang umum. Agen lain, seperti
trimethobenzamide, metoclopramide, dan dimenhydrinate, telah terbukti tidak efektif
atau tidak pernah dievaluasi pada anak-anak dengan gastroenteritis.
Data kami menunjukkan bahwa aman untuk memberikan ondansetron oral
pada anak-anak dengan gastroenteritis, dengan diare menjadi efek samping yang
paling sering.Karena kultur spesimen untuk virus dan bakteri penyebab tidak rutin
dilakukan pada anak-anak dengan gastroenteritis, kita tidak bisa mengesampingkan
kemungkinan bahwa virus atau bakteri dapat menjelaskan perbedaan frekuensi diare
antara tiap kelompok. Namun, ini tidak mungkin, mengingat karakteristik dasar yang
serupa dari kedua kelompok dan fakta bahwa Ramsook dan kawan-kawan juga
mencatat peningkatan diare pada anak-anak yang diberikan ondansetron.
Kami menggunakan skala yang tidak divalidasi untuk dehidrasi karena
kurangnya skala eksternal yang divalidasi dan kesimpulan dari meta-analisis terbaru
dari tanda dehidrasi individual tidak tepat dan tidak akurat. Jadi, kami
mengelompokkan menggunakan tanda gan gejala umum. untuk meningkatkan
karakteristik diagnostik
dalam rangka untuk mengidentifikasi anak-anak dengan bukti terdapat
dehidrasi. Nilai dehidrasi berhasil dalam hal ini, karena rasio nitrogen urea dalam
darah untuk kreatinin melebihi 20 pada 96 persen anak-anak yang menjalani
venipuncture. Hasil serupa diperoleh dalam penelitian rehidrasi intravena
sebelumnya, 82 persen anak-anak memiliki rasio nitrogen urea dalam darah untuk
kreatinin lebih dari 20.
Kami memilih untuk tidak menggunakan klasifikasi dehidrasi WHO (tidak
dehidrasi, dehidrasi ringan sedang, dan dehidrasi berat), karena tidak bekerja dengan
baik sebagai alat penelitian yang mana sangat sedikit anak yang mengalami dehidrasi
berat. Ini tidak akan memungkinkan kita untuk membedakan anak-anak dengan
dehidrasi ringan sedang yang mana hanya diperlukan rehidrasi minimal dari anak-
anakdengan dehidrasi ringan sedang yang memerlukan rehidrasi.
Periode rehidrasi oral di bagian Kegawat daruratan terbatas hingga 1 jam
untuk meniru latihan klinis rutin, yang mana periode yang berkepanjangan membuat
tidak praktis. Terapi rehidrasi oralmungkin telah dianggap berhasil pada beberapa
anak-anak yang di antaranya dianggap telah gagal jika mereka telah diamati
selamaempat jam, seperti yang direkomendasikan oleh WHO.
Kami menemukan pengobatan yang dengan tablet ondansetron oral yang
disintegrasi bermanfaat terhadap anak-anak dengan muntah dan dehidrasi karena
gastroenteritis. Tablet ondansetron mudah untuk diberikan, memiliki beberapa efek
samping,aman dan efektif. Oleh karena itu, mungkin terapi yang berguna dibagian
Kegawat daruratan bagi anak-anak dengan muntah dan dehidrasi ringan sampai
sedang akibat dari gastroenteritis.
Daftar Pustaka
1. King CK, Glass R, Bresee JS, Duggan C. Managing acute gastroenteritis
among children: oral rehydration, maintenance, and nutritional therapy.
MMWR Recomm Rep 2003;52(RR-16):1-16.
2. Ozuah PO, Avner JR, Stein RE. Oral rehydration, emergency physicians, and
practice parameters: a national survey. Pediatrics2002;109:259-61.
3. Reis EC, Goepp JG, Katz S, SantoshamM. Barriers to use of oral rehydration
therapy.Pediatrics 1994;93:708-11.
4. Ramsook C, Sahagun-Carreon I, KozinetzCA, Moro-Sutherland D. A
randomizedclinical trial comparing oral ondansetronwith placebo in children
with vomitingfrom acute gastroenteritis. Ann Emerg Med 2002;39:397-403.
5. Steiner MJ, DeWalt DA, Byerley JS. Isthis child dehydrated? JAMA
2004;291:2746-54.
6. Davignon A, Rautaharju P, Boisselle E,Soumis F, Megelas M, Choquette A.
NormalECG standards for infants and children.Pediatr Cardiol 1979;1:123-31.
7. McMillan JA, DeAngelis CD, Feigin RD,Warshaw JB, eds. Oski’s pediatrics:
principlesand practice. 3rd ed. Philadelphia:Lippincott-Raven, 1999.
8. Rudolph CD, Rudolph AM, HostetterMK, Lister GE, Siegel NJ, eds.
Rudolph’s pediatrics.21st ed. New York: McGraw-Hill,2002.
9. Behrman RE, Kliegman RM, JensonHB, eds. Nelson textbook of
pediatrics.17th ed. Philadelphia: Saunders, 2004.
10. Gorelick MH, Shaw KN, Murphy KO.Validity and reliability of clinical signs
inthe diagnosis of dehydration in children.Pediatrics 1997;99:E6.
11. Mackenzie A, Barnes G, Shann F. Clinicalsigns of dehydration in children.
Lancet1989;2:605-7.
12. Duggan C, Refat M, Hashem M, WolffM, Fayad I, Santosham M. How valid
areclinical signs of dehydration in infants?J Pediatr Gastroenterol Nutr
1996;22:56-61.
13. Vega RM, Avner JR. A prospective studyof the usefulness of clinical and
laboratoryparameters for predicting percentageof dehydration in children.
Pediatr EmergCare 1997;13:179-82.
14. Friedman JN, Goldman RD, SrivastavaR, Parkin PC. Development of a
clinicaldehydration scale for use in childrenbetween 1 and 36 months of age. J
Pediatr2004;145:201-7.
15. The treatment of diarrhoea: a manualfor physicians and other senior health
careworkers. Geneva: World Health Organization,2005.
16. Friedman LM, Furberg CD, DeMets DL.Fundamentals of clinical trials. 3rd
ed.New York: Springer-Verlag, 1998.
17. McCullagh P, Nelder JA. Generalizedlinear models. 2nd ed. New York:
Chapmanand Hall, 1989.
18. Lang TA, Secic M. How to report statisticsin medicine: annotated
guidelinesfor authors, editors, and reviewers. Philadelphia:American College
of Physicians,1997.
19. Reeves JJ, Shannon MW, Fleisher GR.Ondansetron decreases vomiting
associatedwith acute gastroenteritis: a randomized,controlled trial. Pediatrics
2002;109: e62.
20. Li ST, DiGiuseppe DL, Christakis DA.Antiemetic use for acute
gastroenteritisin children. Arch Pediatr Adolesc Med 2003;157:475-9.
21. DeGrandi T, Simon JE. Promethazineinduceddystonic reaction. Pediatr
EmergCare 1987;3:91-2.
22. Chan-Tack KM. Neuroleptic malignantsyndrome due to promethazine. South
MedJ 1999;92:1017-8.
23. Freedman SB, Fuchs S. Antiemetic therapyin pediatric emergency
departments.Pediatr Emerg Care 2004;20:625-33.
24. Ernst AA, Weiss SJ, Park S, TakakuwaKM, Diercks DB. Prochlorperazine
versuspromethazine for uncomplicated nauseaand vomiting in the emergency
department:a randomized, double-blind clinicaltrial. Ann Emerg Med
2000;36:89-94.
25. Drotts DL, Vinson DR. Prochlorperazineinduces akathisia in emergency
patients.Ann Emerg Med 1999;34:469-75.
26. Ginsburg CM, Clahsen J. Evaluationof trimethobenzamide hydrochloride
(Tigan)suppositories for treatment of nauseaand vomiting in children. J
Pediatr1980;96:767-9.