18
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Kulon Progo merupakan wilayah paling barat dari Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dimana di bagian selatan berbatasan langsung dengan Samudera Hindia yang memiliki potensi besar berupa ikan terutama tuna dan lobster yang banyak terdapat di laut lepasnya (offshore). Potensi tersebut hingga sekarang belum terakomodir secara maksimal dikarenakan keterbatasan sarana dan prasarana perikanan yang dimiliki oleh nelayan. Di antara keterbatasan tersebut adalah tidak tersedianya pelabuhan dan kapal penangkap ikan yang canggih. Gambaran potensi ikan di perairan laut selatan DIY tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 1.1. Tabel 1.1 Potensi Ikan di Sebagian Wilayah Perairan Indonesia No. Wilayah Jumlah Ikan (ton/th) 1. Samudera Hindia (perairan Indonesia) 905.300 2. Sepanjang Pantai Selatan Pulau Jawa 332.600 3. Sepanjang Pantai Daerah Istimewa Yogyakarta 3.400 Sumber : http://www.kulonprogokab.go.id Daerah Istimewa Yogyakarta dengan panjang garis pantai sekitar 110 Km memiliki sembilan belas titik lokasi pendaratan ikan yang lima diantaranya berlokasi di Kabupaten Kulon Progo yakni Desa Trisik, Bugel, Karangwuni, Glagah dan Congot. Lokasi yang paling besar dan berkembang adalah Desa Trisik karena merupakan tempat pendaratan ikan yang paling awal di Kulon Progo. Dengan demikian mayoritas desa pantai di Kabupaten Kulon Progo merupakan desa nelayan namun konsumsi ikan pada masyarakatnya tergolong rendah (Laporan Akhir Studi Kelayakan, 2001). Dari kesembilan belas lokasi pendaratan ikan tersebut hanya Desa Karangwuni yang paling memenuhi syarat untuk dibuat pelabuhan dikarenakan faktor bathimetri pantainya yang landai, lahan kosong di

offshore). Potensi tersebut hingga sekarang belum terakomodiretd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68288/potongan/S2-2012... · dermaga di pinggir Pantai Glagah karena tidak aman

  • Upload
    builien

  • View
    224

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: offshore). Potensi tersebut hingga sekarang belum terakomodiretd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68288/potongan/S2-2012... · dermaga di pinggir Pantai Glagah karena tidak aman

1  

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kabupaten Kulon Progo merupakan wilayah paling barat dari

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dimana di bagian selatan

berbatasan langsung dengan Samudera Hindia yang memiliki potensi besar

berupa ikan terutama tuna dan lobster yang banyak terdapat di laut

lepasnya (offshore). Potensi tersebut hingga sekarang belum terakomodir

secara maksimal dikarenakan keterbatasan sarana dan prasarana perikanan

yang dimiliki oleh nelayan. Di antara keterbatasan tersebut adalah tidak

tersedianya pelabuhan dan kapal penangkap ikan yang canggih. Gambaran

potensi ikan di perairan laut selatan DIY tahun 2009 dapat dilihat pada

Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Potensi Ikan di Sebagian Wilayah Perairan Indonesia

No. Wilayah Jumlah Ikan (ton/th)

1. Samudera Hindia (perairan Indonesia) 905.300

2. Sepanjang Pantai Selatan Pulau Jawa 332.600

3. Sepanjang Pantai Daerah Istimewa Yogyakarta 3.400

Sumber : http://www.kulonprogokab.go.id

Daerah Istimewa Yogyakarta dengan panjang garis pantai sekitar

110 Km memiliki sembilan belas titik lokasi pendaratan ikan yang lima

diantaranya berlokasi di Kabupaten Kulon Progo yakni Desa Trisik, Bugel,

Karangwuni, Glagah dan Congot. Lokasi yang paling besar dan

berkembang adalah Desa Trisik karena merupakan tempat pendaratan ikan

yang paling awal di Kulon Progo. Dengan demikian mayoritas desa pantai

di Kabupaten Kulon Progo merupakan desa nelayan namun konsumsi ikan

pada masyarakatnya tergolong rendah (Laporan Akhir Studi Kelayakan,

2001). Dari kesembilan belas lokasi pendaratan ikan tersebut hanya Desa

Karangwuni yang paling memenuhi syarat untuk dibuat pelabuhan

dikarenakan faktor bathimetri pantainya yang landai, lahan kosong di

Page 2: offshore). Potensi tersebut hingga sekarang belum terakomodiretd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68288/potongan/S2-2012... · dermaga di pinggir Pantai Glagah karena tidak aman

2  

sekitar pantai yang tersedia cukup luas serta aksesibilitasnya mudah

karena dekat dengan jalur transportasi darat.

Sejak tahun 2006 telah dibangun pelabuhan perikanan yang diberi

nama Tanjung Adikarta seluas 50 Ha dengan kapasitas 200 perahu dan 200

kapal dengan total berat kapal 100 Giga Ton (GT) yang diharapkan dapat

mengakomodir potensi laut khususnya di wilayah Kabupaten Kulon Progo.

Lokasi pelabuhan sebagian besar terletak di Desa Karangwuni, Kecamatan

Wates dan sebagian kecil berada di Desa Glagah, Kecamatan Temon atau

lebih tepatnya di sebelah timur Sungai Serang. Pelabuhan ini direncanakan

sudah dapat beroperasi sejak akhir tahun 2010 silam, namun sampai

sekarang belum digunakan selain oleh nelayan lokal.

Pembangunan Pelabuhan Tanjung Adikarta direncanakan melalui

tiga tahap, yakni tahap pra konstruksi, konstruksi, serta operasional. Pada

tahap pra konstruksi telah dilakukan pembebasan lahan yang mayoritas

adalah milik Paku Alam atau Paku Alam Ground (PAG) seluas 40 Ha,

kemudian seluas 7,4 Ha milik penduduk dan seluas 2 Ha milik Paku Alam

yang diberikan pada BPPT dan swasta untuk tambak udang namun sejak

tahun 2006 sudah berpindah milik ke Pemerintah Daerah Kulon Progo.

(AMDAL, 2006). Saat ini Tanjung Adikarta berada pada tahap konstruksi

dimana kegiatan dominan yang telah dan sedang dilakukan adalah

penggalian kolam pelabuhan seluas 5,4 hektar, kantor operasional, Tempat

Pelelangan Ikan dan pemasangan pemecah gelombang berupa dua buah

Jetty dan dua buah Groin. Kondisi tahap pembangunan pelabuhan terkini

dapat dilihat pada Gambar 1.1.

Pelabuhan Tanjung Adikarta selain dapat memberikan dampak

positif berupa penyerapan tenaga kerja juga dipastikan menimbulkan

dampak negatif diantaranya berupa pencemaran lingkungan, berkurangnya

lahan pertanian pantai, vektor penyakit, kriminalitas dan perubahan nilai

sosial serta budaya. Sebagai contoh dampak positif adalah pada proses

pengerukan kolam pelabuhan sebagian besar dilakukan oleh masyarakat

serta dibukanya wisata pelabuhan berupa wisata perahu yang dapat

Page 3: offshore). Potensi tersebut hingga sekarang belum terakomodiretd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68288/potongan/S2-2012... · dermaga di pinggir Pantai Glagah karena tidak aman

3  

membuka peluang usaha dan jasa bagi masyarakat sekitar. Pada skala

lebih luas, keberadaan pelabuhan ini juga diharapkan akan memicu

investasi diantaranya di bidang pengalengan ikan, pembuatan tepung ikan,

Cool Storage, SPBU, dok perbaikan kapal, pabrik alat penangkapan ikan

dan transportasi.

Gambar 1.1 Kondisi di Pelabuhan Tanjung Adikarta

(a). Pengerukan pasir untuk kolam pelabuhan secara manual di

sebelah timur muara. (b). Pengerukan kolam pelabuhan di muara

menggunakan kapal. (c). Kondisi muara Sungai Serang. (d).

Bangunan Jetty di mulut Sungai Serang sebelah timur.

Pembebasan lahan yang telah dilakukan sebagian digali untuk

dibuat kolam pelabuhan dan sebagian lagi ditanami vegetasi. Hasil dari

penggalian kolam pelabuhan ini memberikan dampak ekologis berupa

hilangnya keanekaragaman hayati beberapa ekosistem yang terdapat di

kawasan pantai. Di kawasan pembangunan pelabuhan ada empat macam

Page 4: offshore). Potensi tersebut hingga sekarang belum terakomodiretd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68288/potongan/S2-2012... · dermaga di pinggir Pantai Glagah karena tidak aman

4  

ekositem yang ada dan kemungkinan terancam rusak yakni Ekosistem

Pantai (28 Ha), Ekosistem Tepi Sungai (0,875 Ha), dan Ekosistem Tegalan

(4,8 Ha) (AMDAL, 2006).

Pelabuhan Tanjung Adikarta ini memiliki nilai lebih tersendiri

dikarenakan dekat dengan rencana bandar udara internasional dan

pangkalan militer yang juga berlokasi tidak jauh dari pantai. Selain itu

keuntungan lain adalah dekat dengan jalan jalur lingkar selatan yang

berjarak 1 Km, stasiun kereta api yang berjarak 3 Km, dekat dengan gardu

PLN serta ketersediaan air yang cukup melimpah dari Waduk Sermo.

(http://www.kulonprogokab.go.id). Desain dan lokasi Pelabuhan Tanjung

Adikarta dapat dilihat pada Gambar 1.2.

Ditinjau dari letak geografisnya Pelabuhan Tanjung Adikarta

termasuk ke dalam pelabuhan semi alam dimana biasanya terletak di

muara sungai dengan kedua sisinya dilindungi oleh Jetty. Kondisi

gelombang yang besar di Samudera Hindia tidak memungkinkan dibangun

dermaga di pinggir Pantai Glagah karena tidak aman untuk bertambat

kapal. Pelabuhan jenis ini relatif membutuhkan biaya yang lebih sedikit

dibanding dengan pelabuhan yang memiliki dermaga berbatasan langsung

dengan laut lepas karena breakingwater yang dibutuhkan lebih panjang

dan banyak. Pelabuhan ini memiliki beberapa macam breakwater yakni

dua buah Jetty di mulut sungai sisi barat dan timur, tetrapod di sebelah

barat muara sungai, tanggul pelindung barat dan timur muara sungai serta

batu bronjong di pinggir muara sungai. Pembangunan Jetties di mulut

sungai akan mengakibatkan sedimentasi pada sisi timur dan abrasi pada

sisi barat dari muara Sungai Serang.

Muara Sungai Serang terletak di wilayah Pantai Selatan Jawa

dimana kondisi perairan lautnya dipengaruhi oleh Angin Muson Tenggara

yang bertiup pada bulan Juni-September dan Angin Muson Barat yang

bertiup pada bulan November-April. Pada musim kemarau Sungai Serang

sering tertutup pasir hasil proses sedimentasi longshore drift yakni

pengendapan sedimen pasir oleh arus menyusur sepanjang pantai.

Page 5: offshore). Potensi tersebut hingga sekarang belum terakomodiretd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68288/potongan/S2-2012... · dermaga di pinggir Pantai Glagah karena tidak aman

5  

Sedimen pasir tersebut dominan berasal dari arah tenggara sehingga aliran

muara sungai membelok ke barat dan terbentuklah Laguna dan Spit di

sebelah barat Sungai Serang. Penutupan muara sungai oleh sedimen

menyebabkan banjir limpasan di sekitar muara. Pada musim penghujan

daerah sekitar muara sungai mengalami banjir berkala 25 tahunan

dikarenakan pada musim kemarau tertutup sedimen sedangkan musim

penghujan debitnya besar sehingga ketinggian air sungainya meningkat.

Kerugian yang disebabkan oleh banjir tersebut mencapai miliaran rupiah

akibat terendamnya lahan persawahan dan permukiman.

Gambar 1.2 Rencana Pengembangan Pelabuhan Tanjung Adikarta dan Sekitarnya

(Sumber : Laporan Akhir Studi Kelayakan Tahun 2001)

Setiap pekerjaan infrastruktur harus memenuhi syarat

geomorfologi dan syarat sosial. Syarat geomorfologi yang dimaksud

adalah berkaitan dengan kondisi bentanglahan diantaranya adalah relief

dan genetik bentuk lahan, proses dan bencana alam, kondisi tanah dan sub

Page 6: offshore). Potensi tersebut hingga sekarang belum terakomodiretd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68288/potongan/S2-2012... · dermaga di pinggir Pantai Glagah karena tidak aman

6  

tanah, material konstruksi. (Verstappen, 1983). Maksud dari syarat

geomorfologi adalah dengan mengintepretasi dan memahami situasi

bentuk lahan serta prosesnya dalam kaitannya dengan kondisi lingkungan.

Selain itu diperlukan pengenalan terhadap potensi masalah teknis seperti

tanah longsor, pemotongan atau runtuhan batuan, dan pemotongan sungai.

Syarat sosial berupa kondisi sosial dan budaya masyarakat yang

mendukung pekerjaan tersebut atau setidaknya tidak ada pertentangan dari

masyarakat. Pemenuhan syarat sosial dapat diketahui salah satunya

menggunakan pengukuran terhadap tingkat persepsi masyarakat di sekitar

lokasi.

Persyaratan pelabuhan menurut www.wikipedia adalah peluang

usaha yang besar dan jaringan jalan, kedalaman air yang terlindungi,

jaringan transportasi untuk barang lokal dan antar wilayah. Pelabuhan

Tanjung Adikarta sendiri secara geologi dan hidroceanografi sudah

memenuhi persyaratan namun faktor tanah tidak sepenuhnya memenuhi

syarat dikarenakan tekstur tanahnya pasir sehingga hanya layak didirikan

bangunan ringan dengan fondasi sederhana atau dangkal sedangkan untuk

bangunan berat atau besar perlu dilakukan penelitian lebih lanjut (Studi

Kelayakan, 2001).

1.2. Rumusan Masalah

Potensi ikan yang besar di Pantai Selatan Daerah Istimewa

Yogyakarta membutuhkan sarana dan prasarana yang memadai

diantaranya adalah pelabuhan perikanan. Ditinjau dari faktor topografi,

lahan dan aksesibilitas maka daerah yang memenuhi syarat untuk

dibangun pelabuhan adalah Desa Karangwuni, tepatnya di muara Sungai

Serang. Pembangunan pelabuhan yang diberi nama Tanjung Adikarta

tersebut tentunya membutuhkan berbagai infrastruktur pendukung seperti

breakwater yang berfungsi untuk melindungi pelabuhan dari hempasan

gelombang. Breakwater yang berada di Pelabuhan Tanjung Adikarta salah

Page 7: offshore). Potensi tersebut hingga sekarang belum terakomodiretd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68288/potongan/S2-2012... · dermaga di pinggir Pantai Glagah karena tidak aman

7  

satunya adalah dua buah Jetty yang diletakkan di ujung muara Sungai

Serang.

Pantai Selatan Jawa memiliki arah datang gelombang dominan dari

selatan sehingga arah sedimentasinya membelok ke barat. Peletakkan

Jetties tersebut memungkinkan adanya perubahan pola sedimentasi yang

pada awalnya mengarah ke barat hingga membelokkan muara Sungai

Serang menjadi relatif lurus alirannya. Perubahan pola tersebut berupa

terjadinya sedimentasi di sebelah timur Jetty dan abrasi di sebelah barat

Jetty.

Aktivitas di Pelabuhan Tanjung Adikarta membutuhkan adanya

ketersediaan air dalam jumlah yang cukup untuk menunjang kegiatan

operasional kapal, hasil tangkapan serta aktivitas pribadi para ABK.

Kebutuhan tersebut dapat terpenuhi menggunakan dua alternatif yaitu

airtanah yang tersedia di Desa Karangwuni dan Glagah atau disediakan

oleh PDAM dari Waduk Sermo yang jaraknya lebih jauh. Airtanah yang

tersedia di daerah penelitian berada dalam akuifer yang terdapat pada

beberapa bentuklahan yang ada. Bentuklahan di daerah penelitian berupa

Gumuk Pasir, Swale, dan Beting Gisik dimana semuanya memiliki

karakteristik menyimpan airtanah yang dangkal. Bahkan pada bentuklahan

Swale merupakan ledok pengumpul air sehingga memiliki simpanan

airtanah yang banyak. Namun apakah potensi airtanah yang banyak

tersebut masih mampu memenuhi kebutuhan air bersih untuk aktivitas

pelabuhan dan penduduk di Desa Karangwuni dan Glagah harus dilakukan

penelitian lebih lanjut.

Apabila pihak stakeholder memutuskan untuk menggunakan

airtanah yang berada di sekitar pelabuhan maka prosedur pengambilannya

harus memperhatikan batas maksimal kuantitas penurapannya agar tidak

terjadi intrusi air laut dikarenakan airtanah di daerah tersebut juga

dimanfaatkan untuk kebutuhan domestik penduduknya. Batas pengambilan

airtanah tidak boleh melebihi hasil amannya. Hasil aman tersebut

Page 8: offshore). Potensi tersebut hingga sekarang belum terakomodiretd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68288/potongan/S2-2012... · dermaga di pinggir Pantai Glagah karena tidak aman

8  

ditentukan oleh variabel kuantitas volume airtanah yang tersedia, nilai

kesarangan batuan serta fluktuasi airtanah tahunan.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui dinamika sedimen di sebelah barat dan timur muara Sungai

Serang selama proses pembangunan Pelabuhan Tanjung Adikarta

yakni dari tahun 1981 hingga tahun 2006.

2. Mengetahui ketersediaan airtanah untuk kebutuhan operasional

pelabuhan dan kapal.

3. Mendeteksi kerentanan terhadap terjadinya intrusi air laut akibat dari

pengambilan airtanah yang melebihi ketersediaannya.

1.4. Keaslian Penelitian

Setiap kegiatan yang berkaitan dengan kepentingan umum pasti

memiliki dampak bagi lingkungannya. Penelitian ini mengkaji mengenai

dampak fisik dan sosial yakni persepsi masyarakat selama berlangsungnya

proses pembangunan Pelabuhan Tanjung Adikarta. Sebagian besar dari

inspirasi, tema dan informasi mengenai Pembangunan Pelabuhan Tanjung

Adikarta peneliti peroleh dari Laporan Akhir Studi Kelayakan

Pembangunan Pelabuhan dan Laporan AMDAL Tanjung Adikarta.

Penelitian terdahulu sebagai referensi penelitian ini dapat dilihat pada

Tabel 1.2. Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu

adalah penelitian ini menekankan dinamika sedimen di sekitar muara

Sungai Serang, namun hasil dari deleniasi luasan sedimen dapat diketahui

pula perubahan garis pantainya. Secara metode ada kesamaan dalam

proses deleniasi yakni secara visual (Digitasi on Screen) kemudian overlay

luasan sedimen beberapa tahun belakangan namun tidak untuk prediksi

beberapa tahun mendatang. Selain itu penelitian ini tidak membahas

panjang lebar mengenai faktor sosial masyarakat serta kualitas air dalam

analisisny

Page 9: offshore). Potensi tersebut hingga sekarang belum terakomodiretd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68288/potongan/S2-2012... · dermaga di pinggir Pantai Glagah karena tidak aman

9  

Kakhim pada tahun 1998 meneliti mengenai potensi sumber daya

airtanah bebas di Kotamadya Salatiga. Tujuan dari penelitian tersebut

adalah memperkirakan potensi sumberdaya airtanah bebas dengan satuan

bentuklahan sebagai satuan analisis dan mencoba mengevaluasi potensi

sumberdaya airtanah bebas kaitannya dengan lokasi permukiman yang ada

dan rencana lokasi permukiman yang dituangkan dalam RUTRK tahun

1991-2010 kotamadya Salatiga. Metode yang digunakan meliputi dua

tahap yakni tahap lapangan yakni perolehan data sekunder, pengukuran

kedalaman dan fluktuasi muka airtanah, uji pompa, pengukuran geolistrik,

serta pengambilan sampel airtnahah bebas. Sedangkan tahap laboratorium

melakukan analisa sampel airtanah bebas, analisis data lapangan dan

pembuatan peta.

Hasil dari penelitian tersebut adalah satuan bentuklahan yang ada

yaitu volkan yakni dataran fluvio volkanik, kaki volkan bergelombang dan

kaki volkan berombak. Pada bentuklahan denudasional terdapat tiga

satuan bentuklahan yakni bukit terisolasi, perbukitan denudasional, dan

lereng kaki perbukitan. Potensi airtanah yang ada ada dua yakni potensi

sedang dan rendah. Potensi sedang disebabkan kedalaman airtanah dalam,

fluktuasi besar dan koefisien permukaan lambat. Potensi sedang

dikarenakan kedalaman airtanah dangkal dan fluktuasi kecil. Kualitas

airtanah di daerah penelitian termasuk dalam golongan B yakni memiliki

unsur-unsur tertentu yaitu NO2, NO3, dan Cl yang melebihi standar

sehingga harus diolah terlebih dahulu agar bisa diminum. Perencanaan

permukiman sudah cukup mempertimbangkan potensi airtanah yang

terdapat di daerah penelitian yaitu di satuan lahan kaki volkan berombak

yang memiliki potensi sedang.

Li Jing, dkk. (2009) meneliti mengenai pola konsentrasi sedimen

tersuspensi pada air permukaan di estuari Sungai Changjiang, China

menggunakan analisis penginderaan jauh. Sumber data yang digunakan

adalah citra Landsat TM dengan waktu perekaman data tanggal 18 mei

1987, 4 agustus 1998 dan 28 juli 2007 untuk mengidentifikasi variasi

Page 10: offshore). Potensi tersebut hingga sekarang belum terakomodiretd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68288/potongan/S2-2012... · dermaga di pinggir Pantai Glagah karena tidak aman

10  

spasial dan temporal konsentrasi sedimen tersusupensi. Metode yang

digunakan adalah koreksi atmosferik untuk menentukan refleksi

penguapan air menggunakan modul FLAASH (Fast Line of Sight

Atmospheric Analysis of Spectral Hypercubes) yang diterapkan dalam

software ENVI yang memiliki cara kerja: FLAASH bersama program

koreksi atmosferik berbasis radioaktif dan transfer pengkodean radiasi

mengkoreksi hamburan uap udara atmosfer, oksigen, karbondioksida,

ozon, dan aerosol. Koreksi atmosferik bertujuan mengubah nilai kecerahan

dalam bentuk digital untuk menskalakan nilai refleksi permukaan air yang

akan dikorelasikan dengan pengukuran spektral radiometer in situ untuk

memperluas kenampakan spektral dalam ruang dan waktu. Persamaan

regresi konsentrasi sedimen tersuspensi tersurvey dengan indeks sedimen

tersuspensi dari citra Landsat TM. Sebagai tambahan dalam analisisnya

adalah dengan analisis harmoni pasang surut air laut untuk menghitung

kondisi korespondensi pasang surut terhadap perolehan data citra satelit.

Penelitian tersebut memberikan hasil pola spasial konsentrasi sedimen

tersuspensi serupa dengan hasil observasi in situ di sekitar lokasi, dimana

konsentrasi konsentrasi sedimen tersuspensi tertinggi berada pada area

dengan kekeruhan tertinggi di estuari Sungai Changjiang. Selama periode

1987 hingga 2007 pola sedimen tersuspensi dikontrol lebih dikontrol oleh

dinamika kondisi pasang surut dan kecepatan angin daripada pelepasan

sedimen dari sungai (daratan).

Santosa (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh

Genesis Bentuklahan terhadap Hidrostratigrafi Akuifer dan Hidrogeokimia

dalam Evolusi Airtanah Bebas Kasus pada Bentanglahan Kepesisiran

Kabupaten Kulon Progo Daerah Istimewa Yogyakarta”. Tujuan dari

penelitian tersebut adalah (1). Mengkaji pengaruh genesis bentuklahan

terhadap hidrostratigrafi akuifer, (2). Mengkaji evolusi airtanah bebas pada

berbagai satuan bentuklahan dengan hidrogeokimia sebagai geoindikator

dan mengkaji faktor-faktor yang menyebabkan variasi karakteristik

airtanah bebas, (3). Merekontruksi pola spasiotemporal hidrostratigrafi

Page 11: offshore). Potensi tersebut hingga sekarang belum terakomodiretd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68288/potongan/S2-2012... · dermaga di pinggir Pantai Glagah karena tidak aman

11  

akuifer dan hidrogeokimia airtanah bebas sejalan dengan genesis

bentuklahan di daerah penelitian.

Metode yang digunakan adalah survey pada pengukuran aspek

genesis bentuklahan, hidrostratigrafi akuifer dan hidrogeokimia airtanah

bebas sedangkan kerangka analisisnya adalah bentuklahan (landform).

Data diukur dan dipilih secara area purposive sampling dan stratified

sampling pada pola satuan bentuklahan dan karakteristik airtanah bebas

kemudian diolah dan dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif tentang

sebaran keruangan dari obyek kajian. Hasilnya yaitu : 1. Genesis

bentuklahan berpengaruh terhadap pembentukan hidrostratigrafi akuifer di

daerah penelitian. 2. Genesis bentuklahan berpengaruh terhadap evolusi

airtanah bebas yang ditunjukkan oleh variasi proses hidrogeokimia

airtanah bebas yang spesifik pada setiap satuan bentuklahan di daerah

penelitian. 3. Secara spasio temporal genesis bentuklahan berpengaruh

terhadap pembentukan hidrostratigrafi akuifer dan hidrogeokimia airtanah

bebas secara kronologis dalam tiga tahap atau periode yaitu periode akhir

zaman tersier (akhir kala pliosen), periode kala pleistosen dan periode kala

holosen. Faktor-faktor yang menyebabkan variasi karakteristik airtanah

bebas adalah proses penurapan air laut pada zona litoral serta pelarutan

kristal garam oleh air hujan kemudian masuk ke dalam airtanah bebas.

Maulia (2010) melakukan penelitian dengan judul “Analisis

Perubahan Garis Pantai” menggunakan aplikasi penginderaan jauh dan

Sistrem Informasi Geografi dengan studi kasus di Kabupaten Demak.

Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui metode terbaik untuk

ekstraksi garis pantai pada Citra Landsat Multitemporal dan untuk

mengetahui prediksi garis pantai dengan menggunakan Digital Shoreline

Analyzis System (DSAS). Ekstraksi garis pantai dari citra Landsat

dilakukan menggunakan maximum likelihood, density slice, dan region

growing segmentation untuk kemudian dibandingkan menggunakan

skoring beberapa kriteria perubahan garis pantai. Laju perubahan garis

pantai dihitung menggunakan Weighted Linear Regression Rate (WLR),

Page 12: offshore). Potensi tersebut hingga sekarang belum terakomodiretd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68288/potongan/S2-2012... · dermaga di pinggir Pantai Glagah karena tidak aman

12  

Linear Regeression Rate (LRR), Least Median of Squares (LMS) dan End

Point Rate (EPR). Selain dilakukan analisis digital, observasi dan

wawancara juga dilakukan untuk menambah ketajaman dalam analisisnya.

Hasil dari penelitian tersebut adalah (1). Region growing segementation

adalah metode terbaik untuk mengekstraksi garis pantai dibanding metode

lainnya. (1). Rata-rata laju perubahan garis pantai menggunakan metode

WLR, LRR, LMS, dan EPR adalah 6,849 m/tahun dengan laju

kemunduran 18,18 m/tahun dan penambahan 19,515 m/tahun. (3). Metode

WLR merupakan metode terbaik yang digunakan untuk input prediksi. (4).

Penyimpangan terkecil menggunakan input citra tahun 2008 adalah 19,22

meter menggunakan metode WLR. (5). Tahun 2032 diprediksi bahwa

panjang garis pantai adalah 55,69 m dan luas daratan 24,66 m2.

Poro (2011) melakukan penelitian yang berjudul “Analisis

Pengaruh Gelombang terhadap Perubahan Garis Pantai untuk Optimalisasi

Pantai Wisata Kabupaten Jepara Jawa Tengah”. Lokasi penelitian berada

di beberapa pantai yakni : Pantai Tanggultlare, Pantai Kartini, Pantai

Teluk Awur dan Pantai Tirta Samudra dimana pantai tersebut merupakan

Daerah Objek Tujuan Wisata (DOTW) di Kabupaten Jepara. Pantai

wisata tersebut berhadapan langsung dengan Laut Jawa, sehingga

mengakibatkan rentan terhadap perubahan garis pantai yang diakibatkan

oleh gelombang. Penelitian tersebut bertujuan untuk menganalisis

perubahan garis pantai dari analisis parameter gelombang yang

dibangkitkan oleh angin permukaan dan penentuan perlindungan pantai

yang tepat dalam meminimalkan perubahan garis pantai dalam kurun

waktu 20 tahun mendatang. Perubahan garis pantai yang terjadi di pantai

wisata Jepara, dianalisis melalui metode Penginderaan Jauh dan GIS serta

metode kontinyuitas sedimen pada Software GENESIS. Analisis

perubahan garis pantai yang terjadi dengan Penginderaan jauh dan GIS

menggunakan teknik atau cara Digitasi on Screen, tumpang susun

(overlay) serta program Digital Shoreline Analysis System (DSAS).

Analisa Oseanografi mengunakan bantuan software GENESIS. Analisis

Page 13: offshore). Potensi tersebut hingga sekarang belum terakomodiretd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68288/potongan/S2-2012... · dermaga di pinggir Pantai Glagah karena tidak aman

13  

oseanografi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah peramalan

gelombang dengan masukan berupa data angin jam – jaman selama 10

tahun untuk menganalisis karakteristik angin permukaan (kecepatan dan

arah angin), mendapatkan karakteristik gelombang (tinggi, periode, arah,

sifat, tipe, dan energi fluks gelombang), arus, pasang surut, serta transport

sedimen khususnya pada musim angin barat. Pemodelan dengan

GENESIS juga dilakukan untuk mensimulasikan perubahan garis pantai

2010 - 2030 dengan kondisi eksisting dan tambahan struktur pelindung

pantai.

Hasil overlay citra QuickBird Tahun 2001, 2007 dan 2010 serta

pendekatan empiris terhadap perubahan garis pantai berdasarkan

parameter Oseanografi menunjukan, telah terjadi erosi dan sedimentasi di

pantai – pantai wisata tersebut. Jarak rata - rata perubahan garis pantai

2001 – 2010, Pantai Tirta Samudra (4,37 m, tererosi dan 6,27 m,

tersedimentasi), Pantai Teluk Awur (4,66 m, tererosi dan 4,48 m,

tersedimentasi), Pantai Tanggultlare (35,7 m, tererosi) dan Pantai Kartini

(1,56 m, tererosi dan 1,92 m, tersedimentasi). Gelombang besar

berlangsung dominan dari arah barat, barat laut dan utara, pada musim

angin barat. Nilai faktor penentu potensi erosi dan sedimentasi di pantai

wisata, berkisar antara 0,073 – 0.102, yang menunjukan pantai wisata

cenderung berada dalam kondisi seimbang.

Prediksi perubahan garis pantai 2010 – 2030 dengan kondisi

eksisting dilakukan melalui pemodelan GENESIS. Pantai Tirta Samudra

(32,54 m, tererosi dan 19,24 m, tersedimentasi), Pantai Teluk Awur (28,82

m, tererosi dan 0,7 m, tersedimentasi), Pantai Tanggultlare (17,38 m,

tersedimentasi) dan Pantai Kartini (14,84 m, tersedimentasi). Pantai wisata

yang dilindungi adalah pantai yang akan mengalami erosi pantai dimasa

mendatang (2030), berdasarkan hasil pemodelan yaitu Pantai Teluk Awur

dan Tirta Samudra. Dengan menggunakan alternatif struktur Seawall dan

breakwater, perubahan yang terjadi dapat diminimalkan. Rekomendasi

akhir pelindung struktural adalah berupa struktur breakwater.

Page 14: offshore). Potensi tersebut hingga sekarang belum terakomodiretd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68288/potongan/S2-2012... · dermaga di pinggir Pantai Glagah karena tidak aman

14  

Tabel 1.2 Penelitian Terdahulu

No. Peneliti Judul Tahun Tujuan Metode Kesimpulan 1. Khakim,

N “Analisis Potensi Sumberdaya

Airtanah di Kota Madya Salatiga”

1998 a. memperkirakan potensi sumberdaya airtanah bebas dengan satuan bentuklahan sebagai satuan analisis. b. mengevaluasi potensi sumberdaya airtanah bebas kaitannya dengan lokasi permukiman yang ada dan rencana lokasi permukiman yang dituangkan dalam RUTRK tahun 1991-2010 Kotamadya Salatiga.

a. tahap lapangan yakni perolehan data sekunder, pengukuran kedalaman dan fluktuasi muka airtanah, uji pompa, pengukuran geolistrik, serta pengambilan sampel airtnahah bebas. b. tahap laboratorium melakukan analisa sampel airtanah bebas, analisis data lapangan dan pembuatan peta.

a. satuan bentuklahan yang ada yaitu volkan yakni dataran fluvio volkanik, kaki volkan bergelombang dan kaki volkan berombak. Pada bentuklahan denudasional terdapat tiga satuan bentuklahan yakni bukit terisolasi, perbukitan denudasional, dan lereng kaki perbukitan. Potensi airtanah yang ada ada dua yakni potensi sedang dan rendah. b. perencanaan permukiman sudah cukup mempertimbangkan potensi airtanah yang terdapat di daerah penelitian yaitu di satuan lahan kaki volkan berombak yang memiliki potensi sedang.

2. Jing, Li., dkk

“Delineating Suspended Sediment Concentration

Patterns in Surface Waters of Tthe

Changjiang Estuary by Remote

Sensing Analysis”

2009 untuk mengidentifikasi variasi spasial dan temporal konsentrasi sedimen tersuspensi di estuari Sungai Changjiang

a. metode koreksi atmosferik untuk menentukan refleksi penguapan air menggunakan modul FLAASH (Fast Line of Sight Atmospheric Analysis of Spectral Hypercubes). b. Persamaan regresi konsentrasi sedimen tersuspensi tersurvey dengan indeks sedimen tersuspensi dari citra Landsat TM. c. analisis harmoni pasang surut air laut untuk menghitung kondisi korespondensi pasang surut

a. Penelitian tersebut memberikan hasil pola spasial konsentrasi sedimen tersuspensi serupa dengan hasil observasi in situ di sekitar lokasi, dimana konsentrasi konsentrasi sedimen tersuspensi tertinggi berada pada area dengan kekeruhan tertinggi di estuari Sungai Changjiang. b. Selama periode 1987 hingga 2007 pola sedimen tersuspensi dikontrol lebih dikontrol oleh dinamika kondisi pasang surut dan kecepatan angin daripada pelepasan sedimen dari sungai (daratan).

Page 15: offshore). Potensi tersebut hingga sekarang belum terakomodiretd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68288/potongan/S2-2012... · dermaga di pinggir Pantai Glagah karena tidak aman

15  

terhadap perolehan data citra satelit

3. Santosa, L.W

“Pengaruh Genesis Bentuklahan terhadap

Hidrostratigrafi Akuifer dan Hidrogeokimia dalam Evolusi

Airtanah Bebas Kasus pada Bentanglahan Kepesisiran Kabupaten Kulon Progo

Daerah Istimewa Yogyakarta”

2010 a. mengkaji pengaruh genesis bentuklahan terhadap hidrostratigrafi akuifer. b. mengkaji evolusi airtanah bebas pada berbagai satuan bentuklahan dengan hidrogeokimia sebagai geoindikator dan mengkaji faktor-faktor yang menyebabkan variasi karakteristik airtanah bebas. c. merekontruksi pola spasiotemporal hidrostratigrafi akuifer dan hidrogeokimia airtanah bebas sejalan dengan genesis bentuklahan di daerah penelitian

a. survey pada pengukuran aspek genesis bentuklahan, hidrostratigrafi akuifer dan hidrogeokimia airtanah bebas. b. kerangka analisisnya adalah bentuklahan (landform). c. data diukur dan dipilih secara area purposive sampling dan stratified sampling pada pola satuan bentuklahan dan karakteristik airtanah bebas. d. data diolah dan dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif tentang sebaran keruangan dari obyek kajian.

a. genesis bentuklahan berpengaruh terhadap pembentukan hidrostratigrafi akuifer di daerah penelitian. b. genesis bentuklahan berpengaruh terhadap evolusi airtanah bebas yang ditunjukkan oleh variasi proses hidrogeokimia airtanah bebas yang spesifik pada setiap satuan bentuklahan di daerah penelitian. c. secara spasio temporal genesis bentuklahan berpengaruh terhadap pembentukan hidrostratigrafi akuifer dan hidrogeokimia airtanah bebas secara kronologis dalam tiga tahap atau periode yaitu periode akhir zaman tersier (akhir kala pliosen), periode kala pleistosen dan periode kala holosen.

4. Maulia, N

“Shoreline Change Analysis and Prediction;an Application of Remote Sensing and GIS”

Case of Demak Coastal Area.

2010 a. mengetahui metode terbaik untuk ekstraksi garis pantai pada citra landsat multitemporal. b. mengetahui prediksi garis pantai dengan menggunakan Digital Shoreline Analyzis System (DSAS)

a. Ekstraksi garis pantai dari citra Landsat dilakukan menggunakan maximum likelihood, density slice, dan region growing segmentation b. Pembandingan menggunakan skoring beberapa kriteria perubahan garis pantai. c. Laju perubahan garis pantai dihitung

a. Region growing segementation adalah metode terbaik untuk mengekstraksi garis pantai dibanding metode lainnya. b. Rata-rata laju perubahan garis pantai menggunakan metode WLR, LRR, LMS, dan EPR adalah 6,849 m/tahun dengan laju kemunduran 18,18 m/tahun dan penambahan 19,515 m/tahun, Metode WLR merupakan metode terbaik yang digunakan untuk input prediksi, penyimpangan terkecil menggunakan input citra tahun 2008 adalah 19,22 meter menggunakan metode WLR, tahun 2032 diprediksi bahwa panjang garis pantai adalah

Lanjutan Tabel 1.2 Penelitian Terdahulu

Page 16: offshore). Potensi tersebut hingga sekarang belum terakomodiretd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68288/potongan/S2-2012... · dermaga di pinggir Pantai Glagah karena tidak aman

16  

menggunakan Weighted Linear Regression Rate (WLR), Linear Regeression Rate (LRR), Least Median of Squares (LMS) dan End Point Rate (EPR)

55,69 m dan luas daratan 24,66 m2.

5. Poro, Erlan

“Analisis Pengaruh Gelombang Terhadap

Perubahan Garis Pantai untuk Optimalisasi Pantai Wisata

Kabupaten Jepara Jawa Tengah”

2011 a. menganalisis perubahan garis pantai dari analisis parameter gelombang yang dibangkitkan oleh angin permukaan . b. penentuan perlindungan pantai yang tepat dalam meminimalkan perubahan garis pantai dalam kurun waktu 20 tahun mendatang.

a.penginderaan jauh dan GIS yakni melalui digitasi on screen, overlay, dan program DSAS (Digital Shoreline Analysis System) b. kontinyuitas sedimen pada software GENESIS

a. telah terjadi sedimentasi dan erosi di pantai-pantai wisata dengan jarak rata - rata perubahan garis pantai 2001 – 2010, Pantai Tirta Samudra (4,37 m, tererosi dan 6,27 m, tersedimentasi), Pantai Teluk Awur (4,66 m, tererosi dan 4,48 m, tersedimentasi), Pantai Tanggultlare (35,7 m, tererosi) dan Pantai Kartini (1,56 m, tererosi dan 1,92 m, tersedimentasi). b. prediksi perubahan garis pantai 2010 – 2030 dengan kondisi eksisting dilakukan melalui pemodelan GENESIS. Pantai Tirta Samudra (32,54 m, tererosi dan 19,24 m, tersedimentasi), Pantai Teluk Awur (28,82 m, tererosi dan 0,7 m, tersedimentasi), Pantai Tanggultlare (17,38 m, tersedimentasi) dan Pantai Kartini (14,84 m, tersedimentasi). c. alternatif breakwater yang digunakan adalah struktur Seawall dan breakwater.

6. Pratiwi, M.K

“Potensi Dampak Fisik dan Persepsi Masyarakat terhadap

Pembangunan Pelabuhan Tanjung Adikarta di

Kabupaten Kulon Progo”

2011 a. mengetahui dinamika sedimen di sebelah barat dan timur muara Sungai Serang selama proses pembangunan Pelabuhan Tanjung Adikarta yakni dari tahun 2001 hingga tahun 2011. b. mengetahui ketersediaan airtanah untuk kebutuhan

a. dinamika sedimen dianalisis menggunakan metode digitasi on screen, overlay . b. potensi airtanah diukur menggunakan metode statis. .

Lanjutan Tabel 1.2 Penelitian Terdahulu

Page 17: offshore). Potensi tersebut hingga sekarang belum terakomodiretd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68288/potongan/S2-2012... · dermaga di pinggir Pantai Glagah karena tidak aman

17  

operasional pelabuhan dan kapal. c. mendeteksi kerentanan terhadap terjadinya intrusi air laut akibat dari pengambilan airtanah yang melebihi ketersediaannya.

Lanjutan Tabel 1.2 Penelitian Terdahulu

Page 18: offshore). Potensi tersebut hingga sekarang belum terakomodiretd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68288/potongan/S2-2012... · dermaga di pinggir Pantai Glagah karena tidak aman

18

1.5. Manfaat Penelitian

Dinamika sedimen di sekitar muara Sungai Serang sangat menarik

untuk diteliti mengingat lokasinya memiliki beberapa fenomena yakni

pembelokan arah aliran yang membentuk Laguna serta terjadinya banjir

limpasan pada musim penghujan dan terlebih lagi akan dibangunnya

pelabuhan yang mengharuskan dibuatnya breakwater berupa dua buah

Jetty di sisi kanan-kiri mulut sungai untuk mempermudah bertambatnya

kapal dan mengurangi pendangkalan oleh sedimen di area kolam manuver.

Penelitian mengenai dinamika sedimen dari waktu ke waktu perlu

diadakan karena faktor gelombang, angin, arus, dan pasangsurut dapat

berubah dengan cepat.

Sumber daya air juga merupakan suatu objek kajian yang faktual

salah satunya mengenai eksistensinya. Ketersediaan airtanah untuk

memenuhi kebutuhan aktivitas pelabuhan jangan sampai menimbulkan

masalah bagi ekosistem di sekitarnya dengan adanya intrusi air laut. Oleh

karena itu, penelitian mengenai dinamika sedimen dan kuantitas airtanah

selama pembangunan Pelabuhan Tanjung Adikarta diharapkan dapat

memberikan manfaat sebagai berikut :

a. memberikan informasi kepada masyarakat luas mengenai pelabuhan,

kegiatannya serta sarana-sarana pendukungnya.

b. sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Daerah mengenai dampak

pembangunan Pelabuhan Tanjung Adikarta dari segi sedimentasi-abrasi

dan ketersediaan airtanah kaitannya dalam mengambil kebijakan.

c. memberikan informasi kepada pengelola pelabuhan serta nelayan

mengenai potensi ketersediaan airtanah untuk kebutuhan air guna

kegiatan operasional mereka.

d. mengetahui potensi terjadinya intrusi air laut akibat adanya

pengambilan airtanah yang berlebihan.