15
B. Obat Injeksi 1. Pengertian Obat Injeksi Pemberian obat secara parenteral (berarti “di luar usus”) biasanya dipilih bila diinginkan efek yang cepat, kuat dan lengkap atau untuk obat yang merangsang atau dirusak oleh getah lambung (hormon), atau tidak diresorpsi usus (streptomisin). Begitu pula pasien yang tidak sadar atau tidak mau kerja sama. Keberatannya adalah cara ini lebih mahal dan nyeri serta sukar digunakan oleh pasien sendiri. selain itu ada pula bahaya terkena infeksi kuman (harus steril) dan bahaya merusak pembuluh atau saraf jika tempat suntikan tidak dipilih dengan tepat. Memberikan injeksi merupaka prosedur invasif yang harus dilakukandengan menggunakan teknik steril. Setelah jarum menembus kulit, muncul resiko infeksi. Perawat memberi obat secara parenteral melalui rute SC, IM, IC, dan IV. Setiap tipe injeksi membutuhkan keterampilan yang tertentu untuk menjamin obat mencapai lokasi yang tepat. Efek obat yang diberikan secara parenteral dapat berkembang dengan cepat, bergantung pada kecepatan absorbsi obat. Perawat mengobservasi respons klien dengan ketat. Setiap rute injeksi unik berdasarkan tipe jaringan yang akan diinjeksi obat. Karakteristik

Obat Injeksijkjkj

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppooooooooooooooooooooooooooiuytrewqasdfgh

Citation preview

B. Obat Injeksi1. Pengertian Obat InjeksiPemberian obat secara parenteral (berarti di luar usus) biasanya dipilih bila diinginkan efek yang cepat, kuat dan lengkap atau untuk obat yang merangsang atau dirusak oleh getah lambung (hormon), atau tidak diresorpsi usus (streptomisin). Begitu pula pasien yang tidak sadar atau tidak mau kerja sama. Keberatannya adalah cara ini lebih mahal dan nyeri serta sukar digunakan oleh pasien sendiri. selain itu ada pula bahaya terkena infeksi kuman (harus steril) dan bahaya merusak pembuluh atau saraf jika tempat suntikan tidak dipilih dengan tepat. Memberikan injeksi merupaka prosedur invasif yang harus dilakukandengan menggunakan teknik steril. Setelah jarum menembus kulit, muncul resiko infeksi. Perawat memberi obat secara parenteral melalui rute SC, IM, IC, dan IV. Setiap tipe injeksi membutuhkan keterampilan yang tertentu untuk menjamin obat mencapai lokasi yang tepat. Efek obat yang diberikan secara parenteral dapat berkembang dengan cepat, bergantung pada kecepatan absorbsi obat. Perawat mengobservasi respons klien dengan ketat.Setiap rute injeksi unik berdasarkan tipe jaringan yang akan diinjeksi obat. Karakteristik jaringan mempengaruhi absorbsi obat dan awitan kerja obat. Sebelum menyuntikkan sebuah obat, perawat harus mengetahui volume obat yang diberikan, karaktersitik dan viskositas obat, dan lokasi struktur anatomi tubuh yang berada di bawah tempat injeksi.Konsekuensi yang serius dapat terjadi, jika injeksi tidak diberikan secara tepat. Kegagalan dalam memilih tempat unjeksi yang tepat, sehubungan dengan penanda anatomis tubuh, dapat menyebabkan timbulnya kerusakan saraf atau tulang selama insersi jarum. Apabila perawat gagal mengaspirasi spuit sebelum menginjeksi sebiah obat, obat dapat tanpa sengaja langsung di injkesi ke dalam arteri atau vena. Menginjeksi obat dalam volume yang terlalu besar di tempat yang dipilih dapat menimbulkan nyeri hebat dan dapat mengakibatkan jaringan setempat rusak. Banyak klien, khususnya anak-anak takut terhadap injeksi. Klien yang menderita penyakit serius atau kronik seringkali diberi banyak injeksi setiap hari. Subkutan (hipodermal)Injeksi dibawah kulit dapat dilakukan hanya dengan obat yang tidak merangsang dan melarut baik dalam air atau minyak. Efeknya tidak secepat injeksi intramuscular atau intravena. Mudah dilakukan sendiri, misalnya insulin pada pasien penyakit gula.Injeksi subkutan (SC) dilakukan dengan menempatkan obat ke dalam jaringan ikat longgar di bawah dermis. Karena jaringan SC tidak dialiri darah sebanyak darah yang mengaliri otot, absorpsi di jaringan subkutan sedikit lebih lambat daripada absorpsi pada injeksi IM. Namun, obat diabsorpsi secara lengkap jika status sirkulasi normal. Karena jaringan subkutan tersusun atas reseptor nyeri, klien dapat mengalami rasa tidak nyaman.Tempat terbaik untuk injeksi subkutan meliputi area vaskular di sekitar bagian luar lengan atas, abdomen dari batas bawah kosta sampai Krista iliaka, dan bagian anterior paha. Area ini dapat dengan mudah diakses, khususnya pada klien diabetes yang melakukan injeksi insulin secara mandiri. Tempat yang paling direkomendasikan untuk injeksi heparin ialah abdomen. Tempat yang lain meliputi daerah skapula di punggung atas dan daerah ventral atas atau gluteus dorsal. Tempat injeksi yang dipilih harus bebas dari infeksi, lesi kulit, jaringan parut, tonjolan tulang, dan otot atau saraf besar di bawahnya. Klien penderita diabetes secara teratur merotasi tempat injeksi setiap hari untuk mencegah hipertrofi (penebalan) kulit dan lipodistrofi (atrofi jaringan). Tempat injeksi tidak boleh digunakan lebih dari setiap enam-tujuh minggu.Obat yang diberikan melalui rute SC hanya obat dosis kecil yang larut dalam air (0.5-1 ml). Jaringan SC sensitif terhadap larutan yang mengiritasi dan obat dalam volume besar. Kumpulan obat dalam jaringan dapat menimbulkan abses steril yang tampak seperti gumpalan yang mengeras dan nyeri di bawah kulit.Prinsip injeksi subkutan : bukan pada area yang nyeri, merah, dan pruritis tau edema area kulit yang akan diinjeksi diregangkan sudut 45 aspirasi tidak boleh ada darah IntrakutanAbsorpsi sangat lambat, mislanya injeksi tuberculin dari Mantoux. IntramuscularDengan injeksi di dalam otot, obat yang terlarut bekerja dalam waktu 10-30 menit. Guna memperlambat resorpsi dengan maksud memperpanjang kerja obat, sering kali digunakan larutan atau suspensi dalam minyak, misalnya suspensi penisilin dan hormone kelamin. Tempat injeksi umumnya dipilih pada otot bokong yang tidak memiliki banyak pembuluh dan saraf. Perawat mengkaji integritas otot sebelum memberikan injeksi. Otot harus bebas dari nyeri tekan. Injeksi berulang di otot yang sama menyebabkan timbulnya rasa tidak nyaman yang berat. Dengan meminta klien untuk rileks perawat dapat mempalpasi otot untuk menyingkirkan kemungkinan adanya lesi yang mengeras. Umumnya, otot teraba lunak saat rileks dan padat saat kontraksi. Perawat dapat meminimalkan rasa tidak nyaman selama injeksi dengan membantunya mengambil posisi yang dapat mengurangi ketegangan otot. IntravenaInjeksi ke dalam pembuluh darah menghasilkan efek tercepat: dalam waktu 18 detik, yaitu waktu satu peredaran darah, obat sudah tersebar ke seluruh jaringan. Tetapi lama kerja obat biasanya hanya singkat. Cara ini digunakan untuk mencapai pentakaran yang tepat dan dapat dipercaya, atau efek yang sangat cepat dan kuat. Tidak untuk obat yang tak larut air atau menimbulkan endapan dengan protein atau butir darah. Infus tetes intravena dengan obat sering kali dilakukan di rumah sakit pada keadaan darurat atau dengan obat yang cepat metabolisme dan ekskresinya guna mencapai kadar plasma yang tetap tinggi. Intra-arteriInjeksi ke pembuluh nadi adakalanya dilakukan untuk membanjiri suatu organ, misalnya hati, dengan obat yang sangat cepat diinaktifkan atau terikat pada jaringan, misalnya obat kanker nitrogenmustard. IntralumbalIntralumbal (antara ruas tulang belakang), intraperitoneal (ke dalam ruang selaput perut), intrapleural (selaput paru-paru), intracardial (jantung) ddan anti-artikuler (ke celah-celah sendi) adalah beberapa cara injeksi lainnya untuk memasukkan obat langsung ke tempat yang diinginkan. 2. Bahaya/ Efek Samping Obat InjeksiBahaya injeksi i.v. adalah dapat mengakibatkan terganggunya zat-zat kolida darah dengan reaksi hebat, karena dengan cara ini benda asing langsung dimasukkan ke dalam sirkulasi , misalnya tekanan darah mendadak turun dan timbul shock. Bahaya ini lebih besar bila injeksi dilakukan terlalu cepat, sehingga kadar obat setempat dalam darah meningkat terlalu pesat. Oleh karena itu setiap injeksi i.v. sebaiknya dilakukan dengan amat perlahan, antara 50 dan 70 detik lamanya. Efek samping yang paling sering adalah pada sistem susunan saraf dan saluran cerna seperti : pusing/vertigo, mual, konstipasi, sakit kepala, mengantuk, muntah, pruritus, stimulasi susunan saraf pusat, astenia, berkeringat, dispepsia, mulut kering, dan diare. Reaksi ortostatik dapat terjadi meski jarang terutama pada penggunaan tramadol secara IV yang cepat. Selain itu juga bahaya pemberian injeksi yang tidak tepat bisa menyebabkan pasien alergi terhadap obat (misalnya mengigil, urticaria, shock, collaps dll), pada bekas suntikan dapat terjadi apses, nekrose atau hematoma, dan juga dapat menimbulkan kelumpuhan.C. Obat Infus1. Pengertian Obat InfusPemberian melalui infus diartikan sebagai pemberian obat secara perlahan-lahan dengan jangka waktu lama, sehingga didapatkan keseimbangan antara kecepatan masuknya obat ke sirkulasi sistemik dengan kecepatan eliminasi obat. Tujuan dari pemberian obat melalui infus terutama adalah agar didapatkan kadar terapetik yang terpelihara (konstan), yang memang diperlukan pada keadaan keadaan tertentu. Untuk itu, perlu dibedakan pemberian obat bersama infus atau pemberian obat secara perlahan-lahan. Pada saat akan dimulainya pemberian suatu obat secara infus, kadar obat dalam tubuh adalah nol. Kemudian diberikan infus, maka kadar obat akan naik, setelah waktu tertentu proses eliminasi akan seimbang dengan kecepatan masuknya obat, sehingga didapatkan keadaan yang disebut steady state atau plateau. Steady state ini dapat dipertahankan, apabila kecepatan infus diatur sedemikian rupa sehingga seimbang dengan kecepatan eliminasi.Dengan demikian, secara matematis jumlah obat yang berada dalam tubuh (Ass) dan kadar obat dalam darah (Css) pada keadaan steady state (=tunak) dapat diprediksi dengan formula: Roa) Css = atau Ass = Css x Vd Kel Rob) Css = CLKeterangan : Css adalah kadar obat pada keadaan tunakRo adalah kecepatan infusCL adalah klirens tubuh totalAss adalah jumlah obat yang berada dalam tubuh pada keadaan tunak.Waktu untuk mencapai keadaan tunak pada pemberian obat melalui infus.Berapa lama waktu yang diperlukan untuk mencapai keadaan tunak? Bila infus diberikan dengan kecepatan yang sama dengan kecepatan eliminasinya, maka keadaan tunak akan tercapai dalam waktu 3,3 x T 1/2. Pada keadaan tertentu, mungkin waktu ini terlalu lama. Untuk itu, pencapaian keadaan tunak dapat dipercepat dengan pemberian bolus, yaitu sejumlah dosis obat yang diberikan secara cepat. Pemberian bisa dilakukan dengan cara mempercepat tetesan infus selama waktu tertentu, bisa dengan memberikan sejumlah dosis per injeksi intravenaApabila kadar obat selama infus dipertahankan supaya tidak berubah, maka setelah infus dihentikan, kadar obat akan menurun, mengikuti pola kinetika eliminasi yang dimiliki oleh obat tersebut.2. Bahaya/Efek Samping Obat InfusUmumnya bahaya dan efek samping obat tidak dipengaruhi oleh cara pemberian. Akan tetapi, awitan efek yang merigukan dapat jauh lebih cepat terjadi saat obat tersebut disuntikkan intravena sehingga diperlukan tindakan penjagaan ekstra.a. Ekstravasasi (kebocoran)Penyuntikan langsung dapat menimbulkan tekanan yang terlalu besar pada pembuluh darah yang rapuh sehingga terjadi thromboemboli atau ekstravasasi.Kebocoran cairan isotonik dalam jumlah yang kecil tidak membahayakan, tetapi kebocoran cairan infus yang mengandung obat mungkin sangat iritan. Necrosis jaringan yang berat dan rupture kulit yang memerlukan pencangkokan kulit (atau bahkan amputasi jika terjadi pada neonatus) dapat mengikuti ekstravasasi nonadrenalin (noepinedrine) atau adrenalin (epineprin). Cairan yang mengandung kalium atau glucose juga sangat iritan.Ekstravasasi atau kebocoran lebih cenderung terjadi jika :- Digunakan jarum baja dan bukan kateter plastic- Pemasangan infus pada tempat didekat persendian- Pembuluh vena harus dipunksi selama lebih dari dua hari- Pemasangan jarum infus kurang dalam.Luasnya ekstravasasi dapat dibatasi dengan melakukan pengecekan yang sering dan pemasangan kasa yang transparan.Ekstravasasi obat merupakan keadaan emergensi.Dalam keadaan ini, infus harus dihentikan, jumlah obat yang sudah masuk kedalam jaringan harus diperikirakan jumlah, tungkai ditinggikan dan dokter diberitahu.Setiap inflamasi yang terjadi dapat diatasi dengan kompres es.Namun, penghangatan tempat ekstravasasi tersebut dapat meningkatkan reabsorpsi cairan dari jaringan disekitarnya.Antidote atau preparat pendispersi yang dapat disuntikkan subkutan dengan dosis kecil disekitar daerah kerusakan sudah tersedia bagi beberapa obat yang mengalami ekstravasasi, misalnya; hialurodinase (Hyalase) digunaka bila terjadi ekstravasasi aminofilin, kalsium, kalium, dekstrose, larutan nutrisi parentral total atau media kontras; preparat ini juga dapat dipakai bila cairan yang berlebihan dalam jaringan tersebut harus diserap. Hialurodinase bekerja dengan cara memecah substansi dasar dermis sehingga cairan bisa terdispersi. Takaran 1500 unit dalam 1 ml water for injection atau dalam 1 ml larutan NaCl 0,9% disuntikkan secara infiltrasi secepat mungkin kedalam daerah yang terkena. Hialorudinase tidak boleh diberikan pada bayi dengan riwayat persalinan premature yang tidak bisa dijelaskan sebabnya atau pada daerah terdapatnya infeksi atau malignitas (BNF, 2000).b. Plebitis Merupakan inflamasi pembuluh vena yang biasanya terjadi karena kerusakan dinding vena yang menyebabkan pelepasan mediator inflamasi dan pembentukan bekuan.Gejalanya kemerahan, nyeri serta edema yangbiasanya timbul dalam waktu dua hingga tiga hari sesudah pemasangan jarum infus. Jika selang infusnya tidak lepas, maka akan terjadi infeksi. Fenitoin, erythromisin dan diazepam merupakan preparat iritan, sebagaimana halnya dengan kalium, multivitamin, deksrose dan asam amino yang konsentrasinya tinggi.Phlebitis lebih cenderung terjadi pada cairan infus yang asam atau alkalis atau sangat pekat.Kewaspadaan yang perlu dilakukan untuk mengurangi ekstravasasi dan phlebitis meliputi tindakan : Memastikan agar rute IV tetap paten Menghindari pemasangan infus pada punggung tangan, karena tendon dan saraf dibagian tersebut mudah rusak. Menghindari vena yang sirkulasinya mudah terganggu, misalnya vena yang sudah cedera akibat fungsi vena Menghindari daerah pergelangan tangan dan jari-jari yang sulit diimobilisasi. Memilih tempat yang memudahkan akses proksimal Memeriksa bocoran sabelum memberikan obat lewat infus; pemasangan tornikuet diatas pembuluh vena harus dapat menghentikan aliran infus, jika tidak; berarti terjadi kebocoran Mengobservasi lokasi infus untuk menemukan pembengkakan atau kemerahan Meminta kepada pasien untuk melaporkan setiap rasa terbakar, gatal, atau nyeri Menggunakan kasa yang memungkinkan inspeksi Pembilasan obat dengan beberapa milliliter larutan salinc. InfeksiSaluran infus merupaka sumber infeksi yang sudah dikenal; mikroorganisme yang sering menyebabkan infeksi meliputi candidida sp., Enterobacter sp., staphylococcus epidermis, staphylococcus aureus dan sklebsiella sp. Tindakan asepsis yang ketat selalu diperlukan ketika kita menangani set infus (Perry & Leaper, 1994).Insidens infeksi dapat dikurangi dengan cara : Mengganti kanula intravena setiap 48 jam Melakukan disinfeksi tangan dengan sabun dan air sebelum menanganni selang infus Menggunakan sarung tangan steril Desinfeksi kulit pasien Hanya memakai plaster steril yang mengenai tempat pemasangan infus Mencantolkan tempat infus ditempat yang aman Mengganti kasa jika terlihat penumpukan cairan dibawahnya/basah Memeriksa tempat infus paling sedikit sekali dalam setiap hari untuk menemukan tanda infeksi Meminta pasien untuk memperhatikan bagian tubuhnya yang menjadi tempat pemasangan infus dan memberitahu petugas bila terdapat gejala kemerahan atau sakit pada daerah tersebut. Memeriksa pasien untuk menemukan adanya tanda demam. (Keenlyside, 1992; loeb et al, 1993; Wilson, 1994)

Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. 2007. Obat-Obat Penting, Kasiat, Penggunaan, dan Efek-efek Sampingnya. Jakarta : PT. Elex Media KomputindoSewa, Myland Yee. 2009. Profil Farmakokinetika Pemberian Obat Melalui Infus. (Online). Available : https://yosefw.wordpress.com/2009/03/20/profil-farmakokinetika-pemberian-obat-melalui-infus/Anonim. 2007. Tragestik. (Online). Available : http://www.hexpharmjaya.com/page/Tragesik.aspxNanna. 2010. Pemberian Obat Secara Intravena. (Online). Available : http://x10c.blogspot.com/2010/11/pemberian-obat-secara-intravena.html