Upload
adrianharsono
View
59
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
Sakit perut pada bayi dan anak, baik akut maupun kronik, sering dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari. Rasa sakit dapat bervariasi, dari yang paling ringan sampai yang
paling berat. Rasa sakit dapat terlokalisir di suatu tempat, tetapi dapat pula diseluruh
perut, bahkan dapat menjalar ke tempat lain. Rasa sakit dapat pula hanya berupa nyeri
tumpul (dull pain), bagaikan ditusuk-tusuk atau disayat-sayat, dapat pula seperti dililit
(kolik), yang tidak jarang menyebabkan penderita sampai berguling-guling. Penyebab
sakit perut dapat bermacam-macam, mulai yang berasal dari dalam perut sendiri atau di
luar perut, bahkan ada pula yang di luar tubuh.
Sakit perut yang berulang sering terjadi pada anak. Anak perempuan cenderung
lebih sering menderita sakit ini dibandingkan anak laki-laki. Delapan puluh persen
kasus sakit perut berulang disebabkan kelainan fungsional saluran cerna. Dan sekitar 5 –
15,6 % Sakit perut berulang disebabkan oleh kelainan organik. Pada anak dibawah 4
tahun sebagian besar penyebabnya adalah organik, sedangkan pada anak yang lebih
besar kelainan fungsional saluran cerna merupakan penyebab terbanyak.
Pendekatan diagnosis nyeri perut berulang dimulai dari anamnesis yang teliti dan
lengkap, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dasar. Hanya kasus yang diduga
disebabkan kelainan organik yang memerlukan pemeriksaan penunjang lanjutan.
Apapun penyebabnya, suatu hal yang pasti adalah bahwa hanya sebagian kecil
dari sakit perut ini baik yang akut maupun yang kronik, yang memerlukan tindakan
bedah. Sebagian besar sakit perut tidak memerlukan tindakan bedah, cukup dengan
pengobatan medikamentosa.
BAB II
KASUS
Sesi 1
Seorang anak wanita umur 10 tahun diantar ibunya datang ke dokter keluarga dengan
keluhan sakit perut berulang sejak 1 tahun terakhir ini. Sakit dirasakan sekitar pusar
terutama sebelah kanan. Kadang disertai mual dan muntah. Buang air besar normal.
Tidak ada hubungannya dengan faktor strees. Pernah dilakukan pemeriksaan EMG dan
hasilnya normal.
Pertanyaan :
1. Apa hubungannya antara sakit perut dengan kebiasaan buang air besar.
2. Sebutkan kelainan organis apa dalam rongga perut yang seriing menyebabkan
sakit perut diregio peri-umbilikal dan khususnya diperi-umbilikal kanan.
3. Khusus pada anak wanita umur diatas 10 tahun, faktor apa saja yang sering
menimbulkan sakit perut.
4. Jelaskan pengertian apa itu sakit perut berulang dan jelaskan macam-macam
sakit perut berdasarkan kuasa.
5. apa maksud pemeriksaan EMG dilakukan pada pasien dengan sakit perut
berulang? Dan bilamana ada kelainan ini bagaimana patofisiologinya dan cara
mengatasinya?
6. Mengapa dokter mengemukakan hubungan sakit perut dengan faktor
psikis/stees? Apakah faktor strees dapat menimbulkan sakit perut? Bagaimana
patofisiologinya? Jelaskan
7. Dengan anamnesa diatas apakah anda sudah dapat memprediksi kemungkinan
sakit perut ini disebabkan oleh apa? Untuk prediksi anda tersebut, apa nasehat
anda untuk pasien tersebut
8. Pemeriksaan penunjang apa saja yang dapat dilakukan untuk mendeteksi
kemungkinan penyebab sakit perut berdasarkan anamnesa diatas?
Sesi II
Ternyata satu minggu kemudian ini datang kembali ke dokter keluarga tersebut karena
demam dan merasakan sakit lebih terfokus di perut kanan bawah yang didahului nyeri
di daerah ulu hati. Oleh dokter, ditanyakan mengenai keadaan kesehatan lingkungan
rumahnya, termasuk apakah ada yang sakit panas dan dirawat di rumah sakit. Karena
obat-obatan yang diberikan di puskesmas yang dia kunjungi sebelumnya tak banyak
menolong walau sudah diberi suntikan penghilang rasa sakit, dokter tersebut merujuk ke
Rumah Sakit dan oleh dokter IGD dilakukan pemeriksaan laboratorium darah lengkap ,
dengan hasil lab: leukosit 16.000/mm, segmen netrofil lebih dari normal. Yang lain-lain
dalam batas normal.
Pertanyaan:
1. Apa maksud dokter puskesmas menanyakan keadaan lingkungan rumahnya?
Apa relevansinya?
2. Apakah setiap sakit perut dapat diberikan obat suntikan penghilang rasa sakit
(spasmolitika) walau kepastian penyebab belum jelas? Kalau tidak boleh apa
alasannya. Untuk mengurangi rasa sakit, obat apa saja yang dapat diberikan?
Apakah dapat diberikan antibiotika dan bila boleh, berikan alasannya.
3. Apa yang anda pikirkan dengan lekosit dan segmen neutrofil (STL) yang tinggi
pada pasien ini, berikan alasannya.
4. Karena sakitnya diperut kanan bawah apa penyebab yang anda perkirakan
sebagai penyebab sakit perut ini. Berikan alasan-alasannya. Bila ada beberapa
penyebab yang mungkin sebagai penyebab bilamana membedakan satu sama
lain (DD)
5. Dari hasil pemeriksaan fisik diagnostik apa saja yang anda harapkan dapat
ditemukan berdasarkan hasil anamnese dan pemeriksaan laboratorium diatas.
6. Dari kesimpulan yang anda pastikan sebagai penyebab sakit perutnya; apa
rencana yang anda akan lakukan selanjutnya (penatalaksanaanya)
7. Bagaimana prognosis dari pasien ini berdasarkan diagnosa yang anda pastikan?
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA KASUS
Definisi
Nyeri perut adalah nyeri yang dirasakan di antara dada dan region inguinalis. Nyeri
perut bukanlah suatu diagnosis, tapi merupakan gejala dari suatu penyakit. Akut
abdomen didefinisikan sebagai serangan nyeri perut berat dan persisten, yang terjadi
tiba-tiba serta membutuhkan tindakan bedah untuk mengatasi penyebabnya. Appley
mendefinisikan sakit perut berulang sebagai serangan sakit perut yang berlangsung
minimal 3 kali selama paling sedikit 3 bulan dalam kurun waktu 1 tahun terakhir dan
mengganggu aktivitas sehari-hari.
Epidemiologi
Sakit perut biasanya terjadi pada anak usia 5 hingga 14 tahun, sementara frekuensi
tertinggi pada usia 5-10 tahun. Apley menemukan bahwa nyeri perut terjadi pada 10-
12% anak laki-laki usia 5-10 tahun dan menurun setelah usia itu. Anak perempuan
cenderung lebih sering menderita sakit ini dibandingkan anak laki-laki (Perempuan :
Laki-laki = 5:3). Sakit perut ini jarang terjadi pada anak di bawah usia 5 tahun dan di
atas 15 tahun.
Klasifikasi
Pada garis besarnya sakit perut dapat dibagi menurut datangnya serangan dan lamanya
serangan, yaitu akut atau kronik (berulang), yang kemudian dibagi lagi atas kasus bedah
dan non bedah (pediatrik). Selanjutnya dapat dibagi lagi berdasarkan umur penderita,
yang di bawah 2 tahun dan di atas 2 tahun, yang masing-masing dapat dikelompokkan
menjadi penyebab gastrointestinal dan luar gastrointestinal.
Konsep yang klasik membagi sakit perut berulang ke dalam 2 golongan: organik
(fungsional) dan psikogenik (psikosomatik). Biasanya harus dicari dulu penyebab
organik, bila tidak ditemukan bisa dipikirkan kemungkinan penyebab psikogenik . Cara
pendekatan seperti ini tentu akan banyak memakan waktu dan biaya.
Barr mengajukan konsep yang agak berbeda. Sakit perut berulang digolongkan atas 3
kelompok, yaitu: organik, disfungsional, dan psikogenik. Nyeri organik disebabkan oleh
suatu penyakit, misalnya infeksi saluran kemih . Nyeri disfungsional disebabkan oleh
berbagai variasi fisiologi normal dan dibagi dalam dua kategori, yaitu sindrom nyeri
spesifik (yang mekanisme penyebab nyerinya diketahui, misalnya defisiensi laktase dan
konstipasi) dan sindrom nyeri nonspesifik (mekanisme penyebab nyeri tidak jelas atau
tidak diketahui). Nyeri psikogenik disebabkan oleh tekanan emosional atau psikososial
tanpa adanya kelainan organik atau disfungsi.
Untuk memastikan diagnosis kelompok nyeri psikogenik maka ada tiga kriteria yang
harus dipenuhi yaitu:
• Ada bukti yang cukup kuat untuk menghilangkan penyebab kelainan organik
• Ada bukti positif bahwa ada gangguan emosional dan ada kaitan waktu antara
timbulnya sakit perut dengan periode meningkatnya stress yang dialami anak
• Sakit perut ini akan bereaksi langsung dengan hilangnya ketegangan emosional
meskipun kemungkinan hal ini tidak selalu terjadi
Konsep ketiga diajukan oleh Levine dan Rappaport (1984) yang menekankan adanya
penyebab multifaktor. Sakit perut berulang merupakan perpaduan dari empat faktor,
yaitu:
1. Predisposisi somatik, disfungsi, atau penyakit
2. Kebiasaan dan cara hidup
3. Watak dan pola respons
4. Lingkungan dan peristiwa pencetus
Faktor-faktor tersebut berperan meningkatkan atau meredakan rasa sakit. Dengan
demikian dapat diterangkan mengapa beberapa anak menderita konstipasi tanpa sakit
perut berulang. Demikian pula halnya dengan kondisi psikososial yang buruk akan
menimbulkan sakit perut berulang pada anak tertentu, tetapi tidak pada anak lain.
Etiologi
Dari penelitian terdahulu hanya 7 % kasus yang disebabkan oleh kelainan organik yang
akan menimbulkan sakit perut, hal ini meningkat terhadap berbagai kondisi seperti
konstipasi, abdominal migrain, gastritis, ulkus peptikum dihubungkan dengan
Helycobacter pylori dan irritable bowel syndrome.
Penyebab intra-abdominal dapat diklasifikasikan lagi menurut penyebab dari dalam
saluran cerna, ginjal, dan lain-lain. Penyebab sakit perut berulang yang terbesar adalah
factor psikofisiologi.
Tabel 1. Beberapa penyebab organik sakit perut berulang
EXTRA – ABDOMINAL
INTRA – ABDOMINAL
GASTROINTESTINAL
GINJAL LAIN-LAIN
Keracunan TimbalPorfiriaEpilepsiDiabetesAsmaDemam Rematik"Sickle-cell anemia"HiperparathyroidismHipertrigliseridPeritonitisTumor/Cysta Medulla spinalisPerinkotritis
MalrotasiDuplikasiStenosisGastritisHiatus herniaHernia inguinalisVolvulusIntususepsiColitis ulseratifKonstipasi kronikIntoleransi laktosaAskariasisUlkus peptikumPenyakit CrohnApendisitis kronikHiperplasia limfoid-nodulerLimfoma
PielonefritisHidronefrosisBatu ginjalObstruksi ureteropelvik
HepatomegaliSplenomegaliKolesistitisKolelitiasisPankreatitis kronikKista ovariumEndometriosis
Tabel 2. Penyebab organik sakit perut berulang
SALURANUROGENITAL
GASTRO-INTESTINAL
HEMATOLOGI LAIN-LAIN
PielonefritisHidronefrosisBatu ginjalInfeksi di daerah pelvisDismenoreCysta ovariumEndometriosisKehamilan ektopik
KonstipasiCoeliacIntoleransi laktosaRefluks gastroesofagalH. pyloriPankreatitis kronikIBDMalrotasiDivertikulum MeckelKolelitiasisHepatitisUlkus peptikum
LeukemiaLimfomaThalasemia
Keracunan timbalPorfiriaDiabetes melitusPurpura Henoch-SchonleinEpilepsi perutMigrainHiperlipidemiaEdema angioneurotik
Kelainan organik yang menyebabkan sakit perut pada kuadran kanan bawah
pada kasus ini adalah apendiksitis
Apendisitis adalah peradangan pada apendix vermiformis. Apendisitis merupakan
kasus laporotomi tersering pada anak dan juga pada orang dewasa. Hampir 7%
orang barat mengalami apendisitis dan sekitar 200.000 apendiktomi dilakukan di
Amerika Serikat tiap tahunnya. Insidens semakin menurun pada 25 tahun terakhir,
namun di negara berkembang justru semakin meningkat, kemungkinan disebabkan
perubahan ekonomi dan gaya hidup.
Insidens pada laki-laki dan perempuan umumnya sebanding kecuali pada umur 20-
30 tahun, insidens laki-laki lebih tinggi, sedangkan pada bayi dan anak sampai
berumur 1-2 tahun jarang ditemukan.
Diagnosis harus ditegakkan dini dan tindakan harus segera dilakukam,
keterlambatan penanganan menyebabkan penyulit perforasi dan berbagai
akibatnya.
Anatomi dan Fisiologi Appendix
Pada neonatus, apendix vermiformis (umbai cacing) adalah sebuah tonjolan dari
apex caecum, tetapi seiring pertumbuhan dan distensi caecum, appendix
berkembang di sebelah kiri dan belakang kira-kira 2,5 cm di bawah valva
ileocaecal. Istilah usus buntu yang sering dipakai di masyarakat awan adalah
kurang tepat karena usus buntu sebenarnya adalah caecum. Appendix merupakan
organ berbentuk tabung, panjangnya sekitar 10 cm (3-15 cm). Lumennya sempit di
bagian proximal dan melebar di bagian distal. Namun, pada bayi, appendix
berbentuk kerucut, lebar di pangkal, dan sempit di ujung. Ontogenitas berasal dari
mesogastrium dorsale. Kebanyakan terletak intraperitoneal dan dapat
digerakkan.Macam-macam letak appendix : retrocaecalis, retroilealis, pelvicum,
postcaecalis, dan descendentis.
Pangkal appendix dapat ditentukan dengan cara pengukuran garis Monroe-Pichter.
Garis diukur dari SIAS dextra ke umbilicus, lalu garis dibagi 3. Pangkal appendix
terletak 1/3 lateral dari garis tersebut dan dinamakan titik Mc Burney. Ujung
appendix juga dapat ditentukan dengan pengukuran garis Lanz. Garis diukur dari
SIAS dextra ke SIAS sinistra, lalu garis dibagi 6. Ujung appendix terletak pada 1/6
lateral dexter garis tersebut.
Appendix menghasilkan lendir 1-2 ml perhari. Lendir tersebut secara normal
dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke caecum. Imunoglobulin
sekretoar yang dihasilkan oleh GULT yang terdapat disepanjang saluran cerna
termasuk appendix adalah IgA. Imunoglobulin ini sangat efektif sebagai pelindung
terhadap infeksi.
Etiologi Apendisitis
Penyebabnya hampir selalu akibat obstruksi lumen appendix oleh apendikolit,
fekalomas (tinja yang mengeras), parasit (biasanya cacing ascaris), benda asing,
karsinoid, jaringan parut, mukus, dan lain-lain.
Patofisiologi
Setelah terjadi obstruksi lumen appendix maka tekanan di dalam lumen akan
meningkat karena sel mukosa mengeluarkan lendir. Peningkatan tekanan ini akan
menekan pembuluh darah sehingga perfusinya menurun akhirnya mengakibatkan
iskemia dan nekrosis. Invasi bakteri dan infeksi dinding appendix segera terjadi
setelah dinding tersebut mengalami ulserasi. Infiltrat-infiltrat peradangan tampak
di semua lapisan dan exudat fibrin tertimbun di dalam lapisan serosa. Meskipun
perforasi belum terjadi, organisme-organisme biasanya dapt dibiakan dari mukosa
appendix. Nekrosis dinding appendix mengakibatkan perforasi dan pencemaran
abdomen oleh tinja.
Gambaran Klinis
Nyeri di sekitar umbilikus dan epigastrium disertai anoreksia (nafsu makan
menurun), nausea, dan sebagian dengan muntah. Beberapa jam kemudian nyeri
berpindah ke kanan bawah ke titik Mc Burney disertai kenaikan suhu tubuh ringan.
Bila appendix terletak retrokolik, rasa nyeri terasa di daerah pinggang bagian
bawah, bila terletak pelvical rasa nyeri dirasakan di hipogastrium atau di dalam
pelvis, dan bila terletak retrocaecal bisa mengiritasi m. psoas. Pada pemeriksaan
fisik, pasien terlihat pucat, adanya nyeri tekan, nyeri ketok, nyeri lepas, dan
tahanan otot (defans muskuler). Iritasi pada psoas dan obturator menimbulkan
nyeri panggul. Peristaltik di daerah appendix menurun. Pada rectal toucher, ada
nyeri pada arah jam 10-11 merupakan petunjuk adanya perforasi.
Diagnosis Banding
Beberapa penyakit perlu dipertimbangkan sebagai diagnosis banding:
1. limfadenitis mesenterica terutama pada anak-anak.2. penyakit pelvis pada wanita : inflamasi pelvis, ISK, kehamilan ektopik, ruptur
kista korpus luteum, endometriosis externa.
3. lebih jarang : penyakit Crohn, kolesistitis, perforasi ulkus duodenum, pneumonia kanan bawah.
4. jarang : perforasi karsinoma caecum, diverkulitis sigmoid
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan bila memenuhi:
1. gambaran klinis yang mengarah ke appendisitis.
2. laboratorium : lekositosis ringan, lekosit > 13.000 /dl biasanya pada perforasi, terdapat pergeseran ke kiri (netrofil segmen meningkat).
3. USG untuk massa appendix dan jika masih ada keraguan untuk menyingkirkan kelainan pelvis lainnya.
4. laporoskopi biasanya digunakan untuk menyingkirkan kelainan ovarium sebelum dilakukan apendiktomi pada wanita muda.
5. CT scan pada usia lanjut atau dimana penyebab lain masih mungkin.
Penatalaksanaan
Bila diagnosis klinis sudah jelas maka tindakan paling tepat adalah apendiktomi
dan merupakan satu-satunya pilihan yang baik. Penundaan tindak bedah sambil
pemberian antibiotik dapat mengakibatkan abses atau perforasi. Apendiktomi bisa
dilakukan secara terbuka atau pun dengan cara laporoskopi. Pada apendisitis tanpa
komplikasi biasanya tidak perlu diberikan antibiotik, kecuali pada apendisitis
gangrenosa atau apendisitis perforata.
Komplikasi
Beberpa komplikasi yang dapat terjadi :
1. Perforasi
Keterlambatan penanganan merupakan alasan penting terjadinya perforasi.
Perforasi appendix akan mengakibatkan peritonitis purulenta yang ditandai
dengan demam tinggi, nyeri makin hebat meliputi seluruh perut dan perut
menjadi tegang dan kembung. Nyeri tekan dan defans muskuler di seluruh
perut, peristaltik usus menurun sampai menghilang karena ileus paralitik.
1. Peritonitis
Peradangan peritoneum merupakan penyulit berbahaya yang dapat terjadi
dalam bentuk akut maupun kronis. Keadaan ini biasanya terjadi akibat
penyebaran infeksi dari apendisitis. Bila bahan yang menginfeksi tersebar luas
pada permukaan peritoneum menyebabkan timbulnya peritonitis generalisata.
Dengan begitu, aktivitas peristaltik berkurang sampai timbul ileus paralitik,
usus kemudian menjadi atoni dan meregang. Cairan dan elektrolit hilang ke
dalam lumen usus menyebabkan dehidrasi, gangguan sirkulasi, oligouria, dan
mungkin syok. Gejala : demam, lekositosis, nyeri abdomen, muntah,
Abdomen tegang, kaku, nyeri tekan, dan bunyi usus menghilang.
1. Massa Periapendikuler
Hal ini terjadi bila apendisitis gangrenosa atau mikroperforasi ditutupi
pendindingan oleh omentum. Umumnya massa apendix terbentuk pada hari
ke-4 sejak peradangan mulai apabila tidak terjadi peritonitis generalisata.
Massa apendix dengan proses radang yang masih aktif ditandai dengan
keadaan umum masih terlihat sakit, suhu masih tinggi, terdapat tanda-tanda
peritonitis, lekositosis, dan pergeseran ke kiri. Massa apendix dengan proses
meradang telah mereda ditandai dengan keadaan umum telah membaik, suhu
tidak tinggi lagi, tidak ada tanda peritonitis, teraba massa berbatas tegas
dengan nyeri tekan ringan, lekosit dan netrofil normal.
Prognosis
Apendiktomi yang dilakukan sebelum perforasi prognosisnya baik. Kematian dapat
terjadi pada beberapa kasus. Setelah operasi masih dapat terjadi infeksi pada 30%
kasus apendix perforasi atau apendix gangrenosa.
Pencegahan
Sering makan makanan berserat dan menjaga kebersihan.
DAFTAR PUSTAKA