Upload
rani-dwi-n
View
226
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7/21/2019 MPT sk2
1/17
Rani Dwi Ningtias
1102014220
Mandiri MPT scenario 2
LO 1. Memahami dan Menjelaskan Reaksi i!ersensiti"itas
1.1 Menjelaskan De#inisi i!ersensiti"itas
Suatu keadaan dengan respons sistem imun yang menyebabkan reaksi berlebihan atau
tidak sesuai yang membahayakan hospesnya sendiri. Pada orang tertentu, reaksi-reaksi
tersebut secara khas terjadi setelah kontak kedua dengan antigen spesifik (alergen). Kontak
pertama adalah kejadian pendahulu yang diperlukan yang dapat menginduksi sensitasi
terhadap antigen spesifik tersebut. (Jaet! et al. "##$. %ikrobiologi Kedokteran)
1.2 Menjelaskan $lasi#ikasi i!ersensiti"itas
a. %enurut aktu timbulnya reaksi
- &eaksi cepat
&eaksi cepat terjadi dalam hitungan detik, menghilang dalam " jam. 'katan
silang antara alergen dan 'g pada permukaan sel mast menginduksipenglepasan mediator asoaktif. %anifestasi reaksi cepat berupa anafilaksis
sistemik atau anafilaksis berat.
- &eaksi intermediet
&eaksi intermediet terjadi setelah beberapa jam dan menghilang dalam "*jam. &eaksi intermediet diaali oleh 'g+ dan kerusakan jaringan pejamu
yang disebabkan oleh sel neutrofil atau sel K. %anifestasi reaksi
intermediet berupa &eaksi transfusi darah (eritroblastosis, fetalis, dan anemia
hemolitik autoimun).
&eaksi rthus lokal dan reaksi sistemik (serum sickness,
askulitis nekrotis, glomerulonefritis, artritis reumatoid dan/S).
- &eaksi lambat
&eaksi lambat terlihat sekitar *$ jam setalah terjadi pajanan dengan antigen
yang terjadi oleh aktiasi oleh sel 0h. Pada 102, sitokin yang dilepas sel 0
mengaktifkan sel efektor makrofag yang menimbulkan kerusakan jaringan.3ontoh reaksi lambat adalah dermatitis kontak, reaksi %. 0uberkulosis dan
reaksi penolakan tandur.
Perbedaan &eaksi cepat &eaksi intermediet &eaksi lambat
4aktu timbulreaksi
2itungan detik0erjadi setelahbeberapa jam terpajan
0erjadi setelah *$jam terpajan
1
7/21/2019 MPT sk2
2/17
b. %enurut +ell dan 3oombs
- &eaksi hipersensitiitas tipe ' atau reaksi cepat atau reaksi alergi.
- &eaksi hipersensitiitas tipe '' atau reaksi sitotoksik.
- &eaksi hipersensitiitas tipe ''' atau reaksi kompleks imun.
- &eaksi hipersensitiitas tipe '5 atau reaksi lambat.
0abel 6. Klasifikasi +ell dan 3oombs yang telah dimodifikasi
Ti!e%mekanisme &ejala 'ontoh
' 7 'g
nafilaksis, urtikaria,
angioedema, mengi,hipotensi, nausea, muntah,
sakit abdomen, diare
Penisilin dan 8-laktam
lainnya, en!im, antiserum,
protamin, heparin antibodimonoklonal, ekstrak
alergen, insulin
'' 7 sitotoksik ('g+ dan
'g%)
granulositosis
nemia hemolitik
0rombositopenia
%etami!ol, fenotia!in
Penisilin, sefalosporin, 8-
laktam, kinidin, metildopa
Karbama!epin, fenotia!in,
tiourasil, sulfonamid,antikonulsan, kinin,
kinidin, parasetol,
sulfonamid, propil,tiourasil, preparat emas
''' 7 kompleks imun ('g+
dan 'g%)
Panas, urtikaria, atralgia,limfadenopati
Serum sickness
8-laktam, sulfonamid,
fenotia!in, streptomisin
serum 9enogenik,
penisilin, globulin anti-timosit
'5 7 hipersensitiitas
selular
ksim (juga sistemik)
eritema, lepuh, pruritus
:otoalergi
:i9ed drug eruption
/esi makulopapular
Penisilin, anestetik lokal,antihistamin topikal,
neomisin, pengaet,
eksipien (lanolin, paraben),desinfekstan
Salislanilid (halogeneted),asam nalidilik
;arbiturat, kinin
Penisilin, emas, barbiturat,
8-blocker
5 7 reaksi granuloma +ranuloma kstrak alergen, kolagen
2
7/21/2019 MPT sk2
3/17
larut
5' 7 hipersensitiitas
stimulasi
(/ yang diinduksi obat
kedua yang berlangsung selama beberapa hari dan melibatkan infiltrasi
neutrofil, monosit, dan leukosit-leukosit lain ke dalam jaringan.
%ediator 2ipersensitiitas 0ipe '
6. 2istamin
1alam trombosit, ada dalam bentuk prekursor. 2istamin juga ditemukan di
dalam granula sel mast dan eosinofil. Pelepasan histamin d
apat menyebabkan asodilatasi, peningkatan permeabilitas kapiler, dan
kontraksi otot polos (misal bronkospasme). ?bat-obat antihistamin dapat
menghalangi tempat reseptor histamin dan relatif efektif dalam
pengobatan rinitis alergika. 2istamin adalah salah satu mediator primer
pada reaksi tipe '. (Jaet! et al. "##$. %ikrobiologi Kedokteran)
". Prostaglandin dan 0romboksan
0erkait dengan leukotrien, prostaglandin, dan tromboksan dibentuk dari
asam arakidonat melalui jalur siklooksigenase. Prostaglandinmenyebabkan bronkokontriksi dan dilatasi serta peningkatan permeabilitas
kapiler. 0romboksan menyebabkan agregasi trombosit. %ediator-mediator
tersebut beserta sitokin seperti 0:-@ 1 '/-*, disebut sebagai
mediator sekunder pada reaksi tipe '. (Jaet! et al. "##$. %ikrobiologi
Kedokteran)
3
7/21/2019 MPT sk2
4/17
2.2 Menjelaskan Mani#estasi !ada i!ersensiti"itas ti!e 1
a. &eaksi lokal
2anya terbatas pada jaringan atau organ spesifik yang biasanya
melibatkan permukaan epitel tempat alergen masuk. Kecenderungan
untuk menunjukkan reaksi tipe ' adalah diturunkan dan disebut atopi.Sekitar "#A populasi terkena rinitis alergi, asma, dan dermatitis atopi.
B#A-C#A dari populasi membentuk 'g terhadap antigen yang masuk
ke dalam tubuh melalui mukosa seperti selaput lender hidung, paru,
dan konjungtia, tetapi hanya 6#A-"#A dai populasi itu menderita
rinitis alergi dan sekitar DA-6#A dari populasi itu juga menderita asma
bronkial
4
7/21/2019 MPT sk2
5/17
b. &eaksi sistemik E anafilaksis
nafilaksis dapat fatal dan terjadi dalam beberapa menit saja. &eaksi
dapat dipacu oleh berbagai alergen seperti makanan (asal laut, kacang-
kacangan), obat atau sengatan serangga.
c. &eaksi pseudoalergi atau anakfilaktoid
&eaksi sistemik umum yang menyebabkan pelepasan mediator oleh sel
mast tanpa diperantarai oleh 'g. (;arataidjaja, K. +. dan &engganis,
'. "##F. 'munologi 1asar)
LO (. Memahami dan Menjelaskan i!ersensiti"itas ti!e 2
(.1 Menjelaskan Mekanisme i!ersensiti"itas ti!e 2
2ipersensitiitas tipe '' melibatkan pengikatan antibodi ('g+ atau 'g%) ke
antigen permukaan sel atau molekul matriks selular. ntibodi yang ditujukan
pada antigen permukaan sel dapat mengaktifkan komplemen (atau efektor
lain) untuk merusak sel. ntibodi ('g+ atau 'g%) melekat pada antigen
melalui region :ab dan bekerja sebagai jembatan terhadap komplemen
melalui region :c. 2asilnya dapat terjadi lisis yang diperantarai komplemen,
seperti yang terjadi pada anemia hemolitik, reaksi transfusi ;?, dan
penyakit hemolitik &h. (Jaet! et al. "##$. %ikrobiologi Kedokteran)
(.2 Menjelaskan Mani#estasi !ada i!ersensiti"itas ti!e 2
%anifestasi khas reaksi transfusi, eritroblastosis fetalis, anemia hemolitikautoimun .
6). &eaksi transfusi
a. Sejumlah besar protein dan glikoprotein pada membran S1% disandi
oleh berbagai gen.
b. 'ndiidu golongan darah mendapat transfusi golongan ; terjadi reaksi
transfusi, karena anti ; isohemaglutinin berikatan dengan sel darah ;
yang menimbulkan kerusakan darah direk oleh hemolisis masif
intraascular. &eaksi dapat cepat atau lambat .
-&eaksi cepat
1isebabkan oleh inkompatibilitas golongan darah ;? yang dipacu
oleh 'g%. 1alam beberapa jam hemoglobin bebas dapat ditemukan
dalam plasma dan disaring melalui ginjal dan menimbulkan
5
7/21/2019 MPT sk2
6/17
hemaglobinuria. ;eberapa hemaglobin diubah menjadi bilirubin yang
pada kadar tinggi bersifat toksik.
+ejala khas 1emam, menggigil, nausea, bekuan dalam pembuluh
darah, nyeri pinggang baah, dan hemoglobinuria.
-&eaksi lambat
0erjadi pada orang yang mendapat transfusi berulang dengan darah
yang kompatibel ;? namun inkompatibel dengan golongan darah
yang lain. 0erjadi "-G hari setelah transfusi. 1arah yang
ditransfusikan memacu pembentukan 'g+ terhadap berbagai antigen
membran golongan darah, tersering adalah golongan resus, Kidd,
Kell, dan 1uffy
"). Penyakit hemolitik pada bayi baru lahir
1itimbulkan oleh inkompatibilitas &h dalam kehamilan, yaitu pada ibu
dengan golongan darah rhesus E dan janin dengan rhesus (H).
D). nemia hemolitik
a) ntibiotika tertentu seperti penisilin, sefalosporin, dan streptomisin
dapat diabsorbsi non spesifik pada protein membran S1% yang
membentuk kompleks serupa kompleks molekul hapten pembaa
b) Pada beberapa penderita, kompleks membentuk ab yang selanjutnya
mengikat obat pada S1% dan dengan bantuan komplemenmenimbulkan lisis dengan dan anemia progresif.
LO 4. Memahami dan Menjelaskan i!ersensiti"itas ti!e (
4.1 Menjelaskan Mekanisme i!ersensiti"itas ti!e (
1alam keadaan normal, kompleks imun yang terbentuk akan diikat dan
diangkut oleh eritrosit ke hati, limpa dan paru untuk dimusnahkan oleh sel
fagosit dan P%. Kompleks imun yang besar akan mudah untuk di
musnahkan oleh makrofag hati. amun, yang menjadi masalah pada reaksi
hipersensitiitas tipe ''' adalah kompleks imun kecil yang tidak bisa atau sulit
dimusnahkan yang kemudian mengendap di pembuluh darah atau jaringan.
6. Kompleks 'mun %engendap di 1inding Pembuluh 1arah
%akrofag yang diaktifkan kadang belum dapat menyingkirkan kompleks
imun sehingga makrofag dirangsang terus menerus untuk melepas
6
7/21/2019 MPT sk2
7/17
berbagai bahan yang dapat merusak jaringan. Kompleks yang terjadi dapat
menimbulkan
- gregasi trombosit
- ktiasi makrofag
- Perubahan permeabilitas askuler
- ktiasi sel mast
- Produksi dan pelepasan mediator inflamasi
- Pelepasan bahan kemotaksis
- 'nfluks neutrofil
". Kompleks 'mun %engendap di Jaringan
2al yang memungkinkan kompleks imun mengendap di jaringan adalah
ukuran kompleks imun yang kecil dan permeabilitas askuler yang
meningkat. 2al tersebut terjadi karena histamin yang dilepas oleh sel mast.
4.2 Menjelaskan Mani#estasi !ada i!ersensiti"itas ti!e (
%anifestasi khas reaksi lokal seperti rthus dan sistemik seperti serum
sickness, askulitis dengan nekrosis, glomerulonefritis, & dan /S .
. &eaksi /okal atau :enomena rthus
Pada mulanya, rthus menyuntikkan serum kuda ke kelinci secara
berulang di tempat yang sama. 1alam aktu "-* jam, terdapat eritema ringan
dan edem pada kelinci. /alu setelah sekitar B-G suntikan, terdapat perdarahan
dan nekrosis di tempat suntikan. 2al tersebut adalah fenomena rthus yang
merupakan bentuk reaksi kompleks imun. ntibodi yang ditemukan adalah
presipitin. &eaksi rthus dalam kilinis dapat berupa askulitis dengan
nekrosis.
%ekanisme pada reaksi arthus adalah sebaga berikut
6. eutrofil menempel pada endotel askular kemudian bermigrasi ke
jaringan tempat kompleks imun diendapkan. &eaksi yang timbul yaitu
berupa pengumpulan cairan di jaringan (edema) dan sel darah merah
(eritema) sampai nekrosis.
7
7/21/2019 MPT sk2
8/17
". 3Da dan 3Ba yag terbentuk saat aktiasi komplemen meningkatkan
permeabilitas pembuluh darah sehingga memperparah edema. 3Da dan
3Ba juga bekerja sebagai faktor kemotaktik sehingga menarik neutrofil
dan trombosit ke tempat reaksi. eutrofil dan trombosit ini kemudian
menimbulkan statis dan obstruksi total aliran darah.
D. eutrofil akan memakan kompleks imun kemudian akan melepas
bahan-bahan seperti protease, kolagenase dan bahan-bahan asoaktif
bersama trombosit sehingga akan menyebabkan perdarahan yang
disertai nekrosis jaringan setempat.
;. &eaksi Sistemik atau Serum Sickness
ntibodi yang berperan dalam reaksi ini adalah 'g+ atau 'g% dengan
mekanisme sebagai berikut
6. Komplemen yang telah teraktiasi melepaskan anafilatoksin (3Da dan
3Ba) yang memacu sel mast dan basofil melepas histamin.
". Kompleks imun lebih mudah diendapkan di daerah dengan tekanan
darah yang tinggi dengan putaran arus (contoh kapiler glomerulus,
bifurkasi pembuluh darah, ple9us koroid, dan korpus silier mata)
D. Komplemen juga menimbulkan agregasi trombosit yang membentuk
mkrotrombi kemudian melepas amin asoaktif. ;ahan-bahan
asoakti tersebut mengakibatkan asodilatasi, peningkatan
permeabilitas pembuluh darah dan inflamasi.
*. eutrofil deikerahkan untuk menghancurkan kompleks imun.
eutrofil yang terperangkap di jaringan akan sulit untuk memakan
kompleks tetapi akan tetap melepaskan granulnya (angry cell)
sehingga menyebabkan lebih banyak kerusakan jaringan.
B. %akrofag yang dikerahkan ke tempat tersebut juga meleaskan
mediator-mediator antara lain en!im-en!im yang dapat merusak
jaringan
1ari mekanisme diatas, beberapa hari E minggu setelah pemberian serumasing akan mulai terlihat manifestasi panas, gatal, bengkak-bengkak,
kemerahan dan rasa sakit di beberapa bagian tubuh sendi dan kelenjar getah
bening yang dapat berupa askulitis sistemik (arteritis), glomerulonefritis, dan
artiritis. &eaksi tersebut dinamakan reaksi PirIuet dan Schick.
LO ). Memahami dan Menjelaskan i!ersensiti"itas ti!e 4
8
7/21/2019 MPT sk2
9/17
).1 Menjelaskan Mekanisme i!ersensiti"itas ti!e 4
2ipersensitiitas selular bukanlah suatu fungsi antibodi, tetapi limfosit 0
yang tersensitasi secara spesifik sehingga mengaktifkan makrofag dan
menimbulkan respons radang. &espons lambat yaitu biasanya dimulai "-D hari
setelah kontak dengan antigen dan sering sering berlangsung selama berhari-hari. (Jaet! et al. "##$. %ikrobiologi Kedokteran)
1easa ini, reaksi hipersensitiitas tipe '5 telah dibagi dalam 102 yang
terjadi melalui sel 31* 0 3ell %ediated 3ytolysis yang terjadi melalui sel
31$.
1elayed 0ype 2yperensitiity 0ipe '5
&eaksi tipe '5 merupakan hipersensitiitas granulomatosis. ;iasanya
terhadi terhadap bahan yang tidak dapat sdisingkirkan dari rongga tubuh
seperti talku dalam rongga peritoneum dan kolagen sapi dari baah kulit. da
beberapa fase pada respons 0ipe '5 yang dimulai dengan fase sensitasi yang
membutuhkan 6-" minggu setelah kontak primer dengan antigen. 1engan fase
itu, 0h diaktifkan oleh P3 melalui %23-''. &eaksi khas 102 seperti
respons imun lainnya mempunyai dua fase yang dapat dibedakan yaitu fase
sensitasi dan fase efektor.
9
7/21/2019 MPT sk2
10/17
;erbagai P3 seperti sel /angerhans dan makrofag yang menangkap
antigen dan membaanya ke kelenjar limfoid regional untuk dipresentasikan
ke sel 0. Sel 0 yang diaktifkan pada umumnya adalah sel 31* terutama 0h6,
tetapi pada beberapa hal sel 31$ dapat juga diaktifkan. Pajanan ulang denganantigen menginduksi sel efektor. Pada fase efektor, sel 0h6 melepas berbagai
sitokin yang mengerahkan dan mengaktifkan makrofag dan sel inflamasi
nonspesifik lain. +ejala biasanya baru nampak "* jam sesudah kontak kedua
dengan antigen. %akrofag merupakan efektor utama respons 102. Sitokin
yang dilepas sel 0h6 menginduksi monosit menempel ke endotel askular,
bermigrasi dari sirkulasi darah ke jaringan sekitar.
'nfluks makrofag yang diaktifkan berperan pada 102 terhadap parasite
dan bakteri intraselular yang tidak dapat ditemukan oleh antibodi. n!im litik
yang dilepas makrofag menimbulkan destruksi nonspesifik patogenintraselular yang hanya menimbulkan sedikit kerusakan jaringan. Pada
beberapa hal, antige tidak mudah dibersihkan sehingga proses 102
memanjang dan dapat merusak jaringan hospes dan menimbulkan reaksi
granuloma. +ranuloma terbentuk bila makrofag terus menerus diaktifkan dan
menempel satu dengan yang lainnya yang kada berfusi membentuk sel datia
multinuklear yang disebut sel datia. Sel datia tersebut mendorong jaringan
normal dari tempatnya, memebentuk nodul yang dapat diraba dan melepas
sejumlah besar en!im litik yang merusak jarigan sekitar pembuluh darah dapat
dirusak dan menimbulkan nekrosis jaringan. (;arataidjaja, K. +. dan
&engganis, '. "##F. 'munologi 1asar)
).2 Menjelaskan Mani#estasi !ada i!ersensiti"itas ti!e 4
a. 1ermatitis kontak
1ermatitis kontak adalah penyakit 31* yang dapat terjadi akibat kontak
dengan bahan yang tidak berbahaya, merupakan contoh reaksi 102.
Kontak dengan bahan formaldehid, nikel, terpenting dan berbagai bahan
aktif dalam cat rambut yang menimbulkan dermatitis kontak terjadi
melalui sel 0h6.
b. 2ipersensitiitas tuberculin
dalah bentuk alergi bacterial spesifik terhadap produk filtrate biakan %.
tuberculosis yang bila disuntikkan ke kulit, akan menimbulkan reaksi
hipersensitiitas lambat tipe '5. ang berperan dalam reaksi ini adalah sel
limfosit 31* 0. Setelah suntikan intrakutan ekstrak tuberkulin atau deriat
10
7/21/2019 MPT sk2
11/17
protein yang dimurnikan, daerah kemerahan dan indurasi timbul di tempat
suntikkan dalam 6"-"* jam. Pada indiidu yang pernah kontak dengan %.
tuberculosis, kulit bengkak terjadi pada hari ke C-6# pasca induksi. &eaksi
dapat dipindahkan melalui sel 0.
LO *. Memahami dan Menjelaskan +armakologi ,nti ,lergi
*.1 Menjelaskan tentang ,ntihistamin
ntihistamin atau antagonis histamin adalah !at yang mampu mencegah
pelepasan atau kerja histamin. da banyak golongan obat yang termasuk
dalam antihistamin, yaitu antergan, neontergan, difenhidramin, dan
tripelenamin yang efektif untuk mengobati edema, eritem, dan pruritus, dan
yang baru ini ditemukan adalah burinamid, metiamid, dan simetidin untuk
menghambat sekresi asam lambung akibat histamin. da " jenis antihistamin,
yaitu ntagonis reseptor 26 (26) dan ntagonis reseptor 2" (2").
6). ntagonis reseptor 26 (26)
a. :armakodinamik
26 menghambat efek histamin pada pembuluh darah, bronkus,
bermacam otot polos, selain itu 26 bermanfaat untuk mengobati
reaksi hipersensitiitas atau keadaan lain yang disertai penglepasan
histamin endogen berlebihan.
b. :armakokinetik
fek yang ditimbulkan dari antihistamin 6B-D# menit setelah pemberian
oral dan maksimal setelah 6-" jam. /ama kerja 26 umumnya *-G jam.
Kadar tertinggi terdapat pada paru-paru sedangkan pada limpa, ginjal,
otak, otot, dan kulit kadarnya lebih rendah. 0empat utama
biotransformasi 26 ialah hati. 26 disekresi melalui urin setelah "*
jam, terutama dalam bentuk metabolitnya
c. 'ndikasi
26 berguna untuk pengobatan simtomatik berbagai penyakit alergidan mencegah atau mengobati mabuk perjalanan.
d. fek samping
fek samping yang paling sering adalah sedasi. fek samping yang
berhubungan dengan 26 adalah ertigo, tinitus, lelah, penat,
inkoordinasi, penglihatan kabur, diplopia, euforia, gelisah, insomnia,
11
7/21/2019 MPT sk2
12/17
tremor, nafsu makan berkurang, mual, muntah, keluhan pada
epigastrium, konstipasi atau diare,mulut kering, disuria, palpitasi,
hipotensi, sakit kepala, rasa berat, dan lemah pada tangan.
"). ntagonis reseptor 2" (2")
ntagonis reseptor 2" bekerja menghambat sekresi asam lambung.
ntagonis reseptor 2" yang ada deasa ini adalah simetidin, ranitidin,
famotidine, dan ni!atidin.
6. Simetidin dan &anitidin
a. :armakodinamik
Simetadin dan ranitidin menghambat reseptor 2" secara selektif dan
reersible. Kerjanya menghambat sekresi asam lambung. Simetadin dan
ranitidin juga mengganggu olume dan kadar pepsin cairan lambung.
b. :armakokinetik
bsorpsi simetidin diperlambat oleh makan, sehingga simetidin
diberikan bersama atau segera setelah makan dengan maksud untuk
memperanjang efek pada periode pasca makan. &anitidin mengalami
metabolisme lintas pertama di hati dalam jumlah cukup besar setelah
pemberian oral. &anitidin dan metabolitnya diekskresi terutama melalui
ginjal, sisanya melalui tinja.
c. 'ndikasi
fektif untuk mengtasi gejala akut tukak duodenum dan mempercepat
penyembuhannya. Selain itu, juga efektif untuk mengatasi gejala dan
mempercepat penyembuhan tukak lambung. 1apat pula untuk
gangguan refluks lambung-esofagus.
d. fek samping
fek sampingnya rendah, yaitu penghambatan terhadap resptor 2",
seperti nyeri kepala, pusing, malaise, mialgia, mual, diare, konstipasi,
ruam, kulit, pruritus, kehilangan libido dan impoten.
". :amotidin
a. :armakodinamik
:amotidin merupakan 2"sehingga dapat menghambat sekresi asam
lambung pada keadaan basal, malam, dan akibat distimulasi oleh
12
7/21/2019 MPT sk2
13/17
pentagastrin. :amotidin D kali lebih poten daripada ramitidin dan "#
kali lebih poten daripada simetidin.
b. :armakokinetik
:amotidin mencapai kadarpuncak di plasma kira kira dalam " jamsetelah penggunaan secara oral, masa paruh eliminasi D-$ jam.
%etabolit utama adalah famotidin-S-oksida. Pada pasien gagal ginjal
berat masa paruh eliminasi dapat melibihi "# jam.
c. 'ndikasi
fektifitas pbat ini untuk tukak duodenum dan tukak lambung, refluks
esofagitis, dan untuk pasiendengan sindrom ollinger-llison.
d. fek samping
fek samping ringan dan jarang terjadi, seperti sakit kepala, pusing,
konstipasi dan diare, dan tidak menimbulkan efek antiandrogenik.
D. i!atidin
a. :armakodinamik
Potensi ni!atin daam menghambat sekresi asam lambung.
b. :armakokinetik
Kadar puncak dalam serum setelah pemberian oral dicapai dalam 6 jam,
masa paruh plasma sekitar 6,B jam dan lama kerja sampai dengn 6#
jam, disekresi melalui ginjal.
c. 'ndikasi
fektifitas untuk tukak duodenum diberikan satu atau dua kali sehari
selama $ minggu, tukak lambung, refluks esofagitis, sindrom ollinger-
llion.
d. fek samping
fek samping ringan saluran cerna dapat terjadi, dan tidak memiliki
efek antiandrogenik
*.2 Menjelaskan tentang $ortikosteroid
13
7/21/2019 MPT sk2
14/17
a. %ekanisme kerja
Kortikosteroid bekerja dengan mempengaruhi kecepatan sintesis protein.
%olekul hormon memasuki sel meleati membran plasma secara difusi
pasif.
b. :armakodinamik
- Kortikosteroid mempengaruhi metabolisme karbohidrat, protein, dan
lemak.selain itu juga mempengaruhi fungsi sistem kardioaskular,
ginjal, otot lurik, sistem saraf dan organ lain.
- 1alam klinik umumnya kortikosteroid dibedakan menjadi dua
golongan besar yaitu glukokortikoid dan mineralokortikoid.
fek utama glukokortikoid ialah pada penyimpanan glikogen hepar
dan efek anti-inflamasi, sedangkan pengaruhnya padakeseimbangan air dan elektrolit kecil.
fek pada mineralokortikoid ialah terhadap keseimbangan air dan
elektrolit, sedangkan pengaruhnya pada penyimpanan glikogen
hepar sangat kecil.
- Sediaan kortikosteroid dapat dibedakan menjadi D golongan
berdasarkan massa kerjanya.
Sediaan kerja singkat mempunyai masa paruh biologis kurang dari
6" jam.
Sediaan kerja sedang mempunyai masa paruh biologis antara 6"-DG
jam.
Sediaan kerja lama mempunyai masa paruh biologis lebih dari DG
jam.
c. :armakokinetik
Perubahan struktur kimia sangat mempengaruhi kecepatan absorpsi, mulaikerja dan lama kerja karena juga mempengaruhi afinitas terhadap reseptor
dan ikatan protein.
+lukokortikoid dapat di absorpsi melalui kulit, sakus konjungtia dan
ruang sinoial. Penggunaan jangka panjang atau pada daerah kulit yang
luas dapat menyebabkan efek sistematik, antara lain supresi korteks
adrenal.
14
7/21/2019 MPT sk2
15/17
d. 'ndikasi
1ari pengalaman klinis diajukan G prinsip yang harus diperhatikan
sebelum obat ini digunakan
- Lntuk tiap penyakit pada tiap pasien, dosis efektif harus ditetapkandengan trial dan error dan harus di ealuasi dari aktu ke aktu sesuai
dengan perubahan penyakit.
- Suatu dosis tunggal besar kortikosteroid umumnya tidak berbahaya.
- Penggunaan kortikosteroid untuk beberapa hari tanpa adanya
kontraindikasi spesifik, tidak membahayakan kecuali dengan dosis
sangat besar.
- ;ila pengobatan diperpanjang sampai " minggu atau lebih dari hingga
dosis melebihi dosis substisusi, insidens efek samping dan efek letalpotensial akan bertambah.
- Kecuali untuk insufisiensi adrenal, penggunaan kortikosteroid bukan
merupakan terapi kausal ataupun kuratif tetapi hanya bersifat paliatif
karena efek anti-inflamasinya.
- Penghentian pengobatan tiba-tiba pada terapi jangka panjang dengan
dosis besar, mempunyai risiko insufisiensi adrenal yang hebat dan
dapat mengancam jia pasien.
e. Kontraindikasi
Sebenarnya sampai sekarang tidak ada kontraindikasi absolut
kortikosteroid. Pemberian dosis tunggal besar bila diperlukan selalu dapat
dibenarkan, keadaan yang mungkin dapat merupakan kontraindikasi relatif
dapat dilupakan, terutama pada keadaan yang mengancam jia pasien.
;ila obat akan diberikan untuk beberapa hari atu beberapa minggu,
kontraindikasi relatif yaitu diabetes melitustukak peptik7duodenum,
infeksi berat, hipertensi atau gangguan sistem kardioaskular lainnya.
f. fek samping
- fek samping dapat timbul karena peenghentian pemberian secara
tiba-tiba atau pemberian terus-menerus terutama dengan dosis besar.
15
7/21/2019 MPT sk2
16/17
- Pemberian kortikosteroid jangka lama yang dihentikan tiba-tiba dapat
menimbulkan insifisiensi adrenalm akut dengan gejala demam, malgia,
artralgia dan malaise.
- Komplikasi yang timbul akibat pengobatan lama ialah gangguan cairan
dan elektrolit , hiperglikemia dan glikosuria, mudah mendapat infeksiterutama tuberkulosis, pasien tukak peptik mungkin dapat mengalami
pendarahan atau perforasi, osteoporosis dll.
- lkalosis hipokalemik jarang terjadi pada pasien dengan pengobatan
deriat kortikosteroid sintetik.
- 0ukak peptik ialah komplikasi yang kadang-kadang terjadi pada
pengobatan dengan kortikosteroid. Sebab itu bila bila ada kecurigaan
dianjurkan untuk melaakukan pemeriksaan radiologik terhadap saluran
cerna bagian atas sebelum obat diberikan.
LO -. Memahami dan Menjelaskan Pandangan slam Tentang Memilih O/at
-.1 Menjelaskan ,at Dan adist
abi Shallallahu Malaihi a sallam mengaitkan kesembuhan dengan
ketepatan (kecocokan) obat dengan penyakit. Sebab, tidak ada satu
makhlukpun melainkan memiliki laannya. 1an setiap penyakit pasti
memiliki obat yang menjadi penaarnya, yang dengannya penyakit itu
diobati. abi Shallallahu Malaihi a sallam mengaitkan kesembuhan dengan
ketepatan dalam pengobatan. Ketepatan ini merupakan hal yang lebih darisekedar ada atau tidak adanya obat (bagi suatu penyakit, pen) karena obat
suatu penyakit bila melebihi kadar penyakit, baik pada metode penggunaan
atau dosis yang semestinya akan berubah menjadi penyakit baru. ;ila metode
penggunaan atau dosis kurang dari yang semestinya, maka tidak akan mampu
melaan penyakit, sehingga penyembuhannya pun tidak sempurna. ;ila
seorang dokter salah dalam memilih obat, atau obat yang ia gunakan tidak
tepat sasaran, maka kesembuhan tak Mkan kunjung tiba. ;ila aktu
pengobatan dilakukan tidak tepat dengan obat tersebut, niscaya obat tidak
akan berguna. ;ila badan pasien tidak cocok dengan obat tersebut atau
fisiknya tidak mampu menerima obat tersebut atau ada penghalang yang
menghalangi kerja obat tersebut, niscaya kesembuhan tak kan kunjung tiba.
Semua itu dikarenakan ketidaktepatan dalam pengobatan. ;ila pengobatan
tepat dalam segala aspeknya, pasti Edengan i!in llah- kesembuhan akan
diperoleh.
16
7/21/2019 MPT sk2
17/17
abi bersabda,>Setiap penyakit pasti ada obatnya. Jika obat tepat pada
penyakitnya maka ia akan sembuh dengan i!in llah.> (2& %uslim '76F6)
bu 2urairah meriayatkan secara marfuN, =0idaklah llah menurunkan
panyakit kecuali menurunkan obatnya.>(2& ;ukhari 5''76B$)
1ari 'bnu bbas, abi bersabda, =Kesembuhan ada pada tiga hal, minum
madu, pisau bekam, dan sengatan api. ku melarang umatku menyengatkan
api.> (2& ;ukhari dan %uslim)
1ari firman llah disini dapat dipahami bahasanya agama islam di
bagun untuk kemaslahatan artinya semua syariNat dalam perintah dan
larangannya serta hukum-hukumnya adalah untuk mashoolihi (manfaat-
manfaat) dan makna masholihi adalah jamak dari maslahat artinya manfaat
dan kebaikan.
%isal llah melarang minuman keras dan judi karena mudharat
(bahayanya) lebih besar dari pada manfaatnya, sebagaimana dikatakan dalam
OS l-;aIorah "6F
'&!%$#!"
""6F. =%ereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah
=Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia,
tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya>.
17