264
i

Model Corporate Social Responsibility Bidang Lingkungan Hidup

Embed Size (px)

Citation preview

i

223Daftar Isi

TIM PENYUSUN

Pelindung : Prof. Dr. Bathasar Kambuaya, MBAMenteri Negara Lingkungan Hidup

Pembina : Ir. Ilyas Asaad, MP, MHDeputi Bidang Komunikasi Lingkungan dan PemberdayaanMasyarakat

Penanggung : Tri Bangun LaksonoJawab Asisten Deputi Peningkatan Peran Organisasi Kemasyarakatan

Tim TeknisKetua : Jo Kumala DewiAnggota : Widodo Sambodo

Wistinoviani Adnin Dadang Kusbiantoro Dian Andryanto Andryansyah Rachmawaty Putri Antono Haryoto Kusnoputranto

Tim Penulis : Suyud W. Utomo Latipah Hendarti Hoetomo Ario Tranggono Chandra Wirman Nastiti Karliansyah Peter Chen

Penyunting : Latipah Hendarti, Jo Kumala Dewi, Wistinoviani Adnin

Kontributor : PT. Adaro Indonesia, PT. Astra Internasional Tbk, PT. Arutmin Indonesia, PT. Badak NGL, PT. Banyan Tree, PT. Bio Farma, PT. Bukit Asam, PT. Chandra Asri Petrochemical Tbk, PT. Cheil Jedang Indonesia, Chevron Geothermal Salak, Ltd., CIMB Niaga, Coca ColaAmatil Indonesia, PT. Energy Equity Epic Sengkang Pty, Ltd., PT.Epson Batam, PT. Holcim Indonesia, PT. Indonesia Power UBPKamojang, PT. Indonesia Power UBP Bali, PT. Jababeka, PT. KaltimPrima Coal, PT. Letawa, PT. Medco E&P Indonesia, PT. NipponShokubai Indonesia, PT. Pertamina Asset 5 Field Tarakan, PT.Pertamina Hulu Energi ONWJ, PT. Pupuk Kujang, PT. PupukSriwidjaya, PT. Sebuku Iron Lateritic Ores, PT. Sukses Tani NusaSubur, PT. Sumi Rubber Indonesia, PT. Tidar Kerinci Agung, PT.Total E&P Indonesia, PT. Unilever Indonesia

ii Tim Penyusuni

Model Corporate Social Responsibility Bidang Lingkungan

ISBN : 978-602-8358-69-9

hal revisi 29032014

iii

MODEL CSR BIDANG LINGKUNGAN

MENTERI LINGKUNGAN HIDUP

KATA SAMBUTAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP

Corporate Social Responsibility (CSR) adalah wujud nyata dari penggiat pembangunan untuk mewujudkan keadilan bagi masyarakat dan lingkungan.

Dunia usaha harus berkontribusi dalam memperbaiki kualitas lingkungan dengan melibatkan masyarakat untuk ikut berperan dalam pembangunan.

Apresiasi kami sampaikan pada berbagai perusahaan yang telah melaksanakan CSR bidang lingkungan sehingga upaya perusahaan melibatkan masyarakat akan menjadi contoh bagi perusahaan lainnya dalam rangka mewujudkan pembangunan berkelanjutan.

iiKata Sambutan

iv

v

vi

vii

SELAYANG PANDANGSELAYANG PANDANG

viii

SELAYANG PANDANG

Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Sosial Responsibility (CSR)merupakan komitmen perusahaan atau dunia usaha untuk berkontribusi dalampembangunan ekonomi yang berkelanjutan dengan menitikberatkan padakeseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomi, sosial dan lingkungan.Prof. Emil Salim ahli lingkungan Indonesia menekankan bahwa CSR haruslahbenar-benar menjadi cara berbisnis yang menyeimbangkan antara ketiga aspekyaitu sosial, ekonomi dan lingkungan. Dengan demikian, CSR menjadi proporsikerja perusahaan terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan, bisnis suatuperusahaan bisa saja berhenti, namun pembangunan harus terus berlanjut untukmemenuhi kebutuhan generasi masa kini dan masa mendatang1.

Perusahaan memang tidak hanya dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijakpada perolehan keuntungan atau laba perusahaan semata, namun harusmemperhatikan tanggung jawab sosial dan lingkungannya. Dalam upayamenyeimbangkan tujuan ekonomi, sosial dan lingkungan tersebut, perusahaanmemfokuskan perhatiannya kepada tiga hal yaitu (profit), masyarakat (people), danlingkungan (planet). Perusahaan harus memiliki tingkat profitabilitas yangmemadai sebab laba merupakan fondasi bagi perusahaan untuk dapatberkembang dalam mempertahankan eksistensinya. Dengan perolehan laba yangmemadai, perusahaan membagi deviden kepada pemegang saham, memberiimbalan yang layak kepada karyawan, mengalokasikan sebagian laba yangdiperoleh untuk pertumbuhan dan pengembangan usaha di masa depan,membayar pajak kepada pemerintah, dan memberikan multiplier effect yangdiharapkan kepada masyarakat. Sementara itu dengan memperhatikanmasyarakat, perusahaan dapat berkontribusi terhadap peningkatan kualitas hidupmasyarakat khususnya masyarakat sekitar. Upaya yang dilakukan perusahaanuntuk mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat umumnya sudahbanyak dilakukan melalui kegiatan ComDev (Community Development) dankewirausahaan lainnya. Selain itu yang terpenting adalah perusahaanmemperhatikan kondisi lingkungan baik di dalam maupun di sekitarnya, upaya inimasih sedikit sekali yang bersifat voluntary (sukarela), bahkan untuk memenuhikewajibanpun umumnya masih ada yang melanggar, misalkan saja ambang bataspencemar yang diperkenankan dibuang ke saluran pembuangan masih banyakyang melanggar. Peran perusahaan dalam pembangunan berkelanjutan melaluiCSR tentunya harus meliputi ketiga aspek yang sosial, ekonomi dan lingkungan.

Sebagai upaya mewujudkan harmonisasi antara perusahaan dengan lingkungan,sejak tahun 2011, Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) telah mendorong CSRbidang lingkungan. CSR bidang lingkungan yang dikembangkan terdiri dari tujuhbidang kegiatan yaitu Produksi Bersih, Kantor Ramah Lingkungan (eco office),Pengelolaan Limbah dengan 3R (Reduce, Reuse, Recycle), Konservasi SumberdayaAlam dan Energi, Energi Terbaharukan, Adaptasi Perubahan Iklim danPendidikan Lingkungan Hidup (PLH).

MODEL CSR BIDANG LINGKUNGAN DI INDONESIA

1 ://swa.co.id/headline/emil-salim-prinsip-green-company-harus-menyatu-dalam-pola-manajemen-perusahaan

Selayang Pandang iv

v

Meskipun tujuh kegiatan CSR bidang lingkungan, belum banyak dipahamiperusahaan karena selama ini kecenderungan perusahaan dalam penyelenggaraanCSR adalah mengatasi dampak sosial dan ekonomi, serta menyelaraskan programdengan prioritas pembangunan daerah dimana perusahaan beroperasi lebih padadukungan infrastruktur serta program di luar pengelolaan dan perbaikan kualitaslingkungan. Proses penggalian yang dilakukan melalui serangkaian pertemuandengan perusahaan khususnya yang telah mendapatkan proper biru, hijau danemas dari Kementerian Lingkungan Hidup, ternyata cukup banyak praktik CSRbidang lingkungan yang telah dilakukan secara sistematis dan terintegrasi dalambisnis perusahaan, meskipun beberapa belum menyadari bahwa kegiatan yangdilakukan adalah bagian dari CSR bidang lingkungan.

Sebagai upaya untuk mendorong penerapan CSR bidang lingkungan, buku yangdisusun dari pengalaman program-program CSR yang dilakukan perusahaan iniditerbitkan untuk menjadi bahan rujukan bagi pihak-pihak yang akan mengikutijejak melakukan CSR bidang lingkungan di kemudian hari.

Buku yang terdiri dari 7 bagian (bab) diurut berdasarkan bidang lingkungan yangdiangkat dari perusahaan yang bersedia dan terpilih berdasarkan kriteria yangtelah disepakati Tim Penyusun. Kriteria untuk menapis tulisan yang telahdisepakati oleh Tim Penulis dan Tim Teknis KLH, sebagai berikut:

1) Perusahaan pelaksana CSR bidang lingkungan merupakan perusahaanyang sudah masuk dalam kategori Proper biru, hijau dan emas. Kriteria inimenjadi kriteria pertama dalam proses penapisan.

2) Program CSR bidang lingkungan harus merupakan program di antara 7(tujuh) alternatif kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Buku Pedomanmaupun Buku Petunjuk Pelaksanaan CSR bidang lingkungan yangditerbitkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) pada tahun 2011dan 2012.

3) Pelaksanaan program dilakukan secara Sistematis, Terintegrasi, danBerkelanjutana. Sistematis. Dalam melaksanakan program CSR bidang lingkungan

perusahaan menerapkan metoda Plan-Do-Check-Action (PDCA) yangmeliputi tahap Perencanaan (Plan), Penerapan (Do), Pemantauan danEvaluasai (Check), dan Action.

b. Terintegrasi. Aspek lingkungan hidup telah terintegrasi secara eksplisitmaupun implisit di dalam Visi, Misi, Kebijakan, dan StrategiPerusahaan.

c. Berkelanjutan. Kegiatan sudah dijalankan lebih dari satu tahun dansudah terdapat manfaat/hasil nyata, atau kegiatan serta manfaatnyatetap berlanjut meskipun perusahaan sudah tidak terlibat lagi dalamprogram CSR bidang lingkungan atau bahkan perusahaan sudah tidakberoperasi.

Disamping menggunakan metodologi PDCA, perusahaan dapat pulamelaksanakan program dengan metoda lain sepanjang mengandung unsurSistematis, Terintegrasi dan Berkelanjutan.

4) Terukur. Sebagai salah satu kriteria permodelan CSR bidang lingkungan,program harus terukur adanya indikator keberhasilan yang dapat diukursecara kuantitatif dan/atau kualitatif. Data kuantitatif ini dapat beruparatio/perbandingan kuantitatif, data time series, atau pernyataan/testimonipihak lain. Keberhasilan suatu program CSR bidang lingkungan dapatdinyatakan dalam ratio/perbandingan antara kondisi sebelum dan sesudahpelaksanaan program CSR bidang lingkungan. Beberapa contoh misalnyaratio:

Selayang Pandang

vi

pemakaian bahan baku terpakai per unit produksi dalam programProduksi Bersih.penggunaan listrik per jam operasional dalam program KantorRamah Lingkungan.penggunaan bahan bakar dalam program Konservasi SumberdayaAlam dan Energi.volume sampah yang digunakan kembali (reuse), dikurangi (reduce),atau didaur ulang (recycle) dalam program Pengelolaan Sampahmelalui 3R.penggunaan energi terbarukan menggantikan energi fosil dalamprogram energi terbarukan.Mengingat beragamnya kegiatan dalam suatu program CSR bidanglingkungan, maka unit satuan yang digunakan dalam mengukur jugaberagam mengikuti satuan ukuran yang lazim digunakan, misalnyameter/m2/m3/ liter/ ton, dan sebagainya.Data time seri. Data time series misalnya dapat berupa buktipembayaran tagihan listrik yang menunjukkan penurunan besarnyatagihan listrik dibanding dengan tagihan sebelum dilaksanakannyaprogram Kantor Ramah Lingkungan atau program Konservasi Energidan Sumberdaya Alam.Testimoni adalah pernyataan dari pihak yang telah merasakanmanfaat (beneficiaries) dari suatu program CSR bidang lingkungandengan disertai bukti/dokumentasi yang memadai. Sangatdisarankan testimoni ini bukan berasal dari pihak perusahaan.

5) Kriteria Tambahan. Apabila jumlah naskah yang diterima KLH melebihitarget yang ditentukan, maka disamping empat kriteria diatas, dilakukanpenapisan berdasarkan :

Keunikan, yaitu bersifat unik, mempunyai ciri khas.Innovatif, yaitu mengandung ide dan/atau cara baru dalammelakukan sesuatu.Inspiratif, yaitu mampu memberikan inspirasi kepada pihak lainsehingga terdorong melaksanakan program CSR bidang lingkungan.Terpublikasi, naskah telah didokumentasikan dan dipublikasikansecara luas lewat berbagai media.

Disamping lima kriteria tersebut di atas, Tim Penulis telah berusahamenyeimbangkan distribusi tulisan pada setiap program CSR bidanglingkungan, sehingga pengalaman yang tertuang dalam buku yang diterbitkanini “terbagi” relatif merata pada 7 (tujuh) kegiatan CSR bidang lingkungan.

Dari proses lokakarya dan pertemuan yang telah dilakukan, ternyata cukupbanyak perusahaan yang menyampaikan minat dan menuliskan sertamengirimkan pengalaman program CSR yang telah dilakukan perusahaan masing-masing. Umumnya perusahaan banyak melakukan di bidang KonservasiSumberdaya Alam dan Energi, kegiatan CSR ini memang sudah banyak dikenalsebagai salah satu upaya kontribusi perusahaan terhadap lingkungan. KegiatanCSR lingkungan lain yaitu Energi Terbarukan dan Adaptasi Perubahan Iklimmerupakan kegiatan yang belum banyak menjadi perhatian perusahaan, disadaribahwa isu perubahan iklim memang isu lingkungan yang relatif baru di Indonesiayang muncul di era akhir awal 2000-an, beberapa program CSR bidang lingkungandi kegiatan konservasi sumberdaya alam seperti konservasi mangrove melaluipenanaman sebetulnya berpotensi untuk berkontribusi dalam upaya adaptasi danmitigasi perubahan iklim, penerapan kajian untuk menghitung penyerapan karbonoleh jenis tumbuhan yang ditanam sebagai upaya penghijauan perlu dilakukan ke

Selayang Pandang

vii

depan. Demikian juga dengan isu energi baru dan terbarukan, ketergantunganakan energi fosil selama ini, sedikit menumpulkan inisiasi masyarakat Indonesiatermasuk perusahaan untuk menggali lebih banyak potensi energi baru danterbarukan yang sebetulnya sangat besar di Indonesia baik dari tumbuhan,sampah, maupun sumberdaya alam lain seperti air, angin, matahari, dan yanglainnya. Kegiatan 3R dan Produksi Bersih serta Kantor Ramah Lingkungan cukupmenjadi perhatian perusahaan karena sebelumnya sudah menjadi bagian darikeseharian yang mencoba melakukan efisiensi dalam produksinya. Komposisi darinaskah program CSR yang terkumpul, disepakati ada 44 naskah yang menjadicontoh atau model CSR bidang lingkungan.

Empat puluh empat model CSR bidang lingkungan yang terhimpun dalam bukuini disusun ke dalam tujuh bab yang dikelompokan berdasarkan bidanglingkungan, dengan rangkaian sebagai berikut:

Bagian pertama buku ini, menampilkan CSR bidang lingkungan Produksi Bersih,yang diwakili oleh 7 (tujuh) perusahaan berlokasi di Batam, Banten, Jawa Barat,Jawa Timur dan Kalimantan Timur. Produksi bersih yang merupakan strategipengelolaan yang bersifat pencegahan, terpadu dan diterapkan secara terusmenerus dalam kegiatan produksi dari hulu sampai hilir, yang ditujukan untukmeningkatkan efisiensi penggunaan bahan baku atau sumberdaya alam danmencegah pencemaran lingkungan serta mengurangi terjadinya limbah padasumbernya. Kegiatan ini diharapkan dapat meminimalisir risiko terhadapkesehatan dan keselamatan manusia dan kerusakan lingkungan. Dari tujuhperusahaan, empat diantaranya yaitu PT. Adaro Indonesia, PT. Bio Farma, PT.Epson Batam dan PT. Nippon Shokubai telah melakukan upaya mengolah airlimbah dan air hujan yang selama ini belum termanfaatkan menjadi sumber airyang digunakan kembali untuk proses kegiatan lain di industri yang sesuaidengan standard yang diizinkan. Sebagian perusahaan, air yang dihasilkan adayang didistribusikan ke masyarakat sekitar untuk memenuhi kebutuhan air bersihsesuai dengan syarat yang ditentukan. PT. Chandra Asih melakukan penghematanenergi dan bahan baku, PT. Cheil Jedang Indonesia mengolah limbah cair menjadipupuk cair dan pakan ikan serta menurunkan kadar COD. Sementara PT.Chevron Geothermal Gunung Salak telah mengolah limbah bor menjadi bahanbatako ringan.

Bagian kedua buku ini, menampilkan model pelaksanaan CSR yang dilakukanperusahaan dengan menerapkan Kantor Ramah Lingkungan (eco office), meskipunmodel CSR yang ditampilkan ini belum semuanya menerapkan kriteria yangtercantum dalam konsep kantor ramah lingkungan, namun empat perusahaanyang bersedia berkontribusi dan penulisan ini menunjukan beberapa upayamenuju ke arah penerapan kantor ramah lingkungan. Tiga dari empat tulisanyang ada dalam buku ini yaitu PT. Bio Farma, PT. Nippon Shokubai Indonesia danPT. Pupuk Kujang telah menerapkan program kantor ramah lingkungan melaluipenerapan hemat energi di seluruh aktivitas kantor dan produksi. sementara PT.Kaltim Prima Coal mengajak karyawan dan kontraktor perusahaan untukmenerapkan kantor ramah lingkungan melalui kegiatan kompetisi eco office.

Di bagian ketiga buku, menampilkan model pelaksanaan CSR bidang lingkungan3R (Reduce-Reuse-Recycle) yang dilakukan oleh tujuh perusahaan. Peloporgerakan 3R di perusahaan selama ini adalah PT. Unilever yang memaparkanpengelolaan bank sampah melalui koperasi masyarakat. Lima perusahaan lainnyayaitu PT. Bukit Asam, PT. Kaltim Prima Coal, PT. Pertamina Ep Asset 5 FieldTarakan, PT. Pupuk Sriwidjaja dan PT. Sumi Rubber Indonesia mengolah sampah

Selayang Pandang

viii

dari perusahaan dan perumahan karyawan serta masyarakat sekitar perusahaandengan pembuatan pupuk organik dan daur ulang dengan pemberdayaanmasyarakat. Dari 6 contoh tersebut memperlihatkan pengelolaan sampah dengansistem 3R yang melibatkan masyarakat sebagai pengelola merupakan salah satulangkah yang selaras dengan upaya green job karena rata-rata kegiatan CSR inisudah langsung dapat menyerap tenaga kerja. Sementara PT. Coca Cola AmatilIndonesia pelaksanaan 3R yang difokuskan pada membangun kemitraan denganberbagai pihak untuk membersihkan tepi pantai.

Di bidang Konservasi Sumberdaya Alam dan Energi, yang merupakan bagiankeempat buku, menampilkan paling beragam model CSR yang dikembangkanperusahaan. Lima belas perusahaan berkontribusi dalam tulisan praktek CSR,empat diantaranya melakukan kegiatan CSR lingkungan dengan melakukan upayakonservasi melalui penanaman dan rehabilitasi kawasan mangrove diwakili olehPT. Arutmin Indonesia dan PT. SILO di wilayah Kalimantan Selatan, PT. Letawa diSulawesi Barat, dan PT. Total E&P Indonesia di Kalimantan Timur. Konservasikeanekaragaman hayati baik jenis maupun ekosistem juga menjadi banyak pilihanseperti dilakukan oleh PT. Astra International Tbk dengan mengembangkan kebunraya, PT. Bank CIMB Niaga dengan konservasi bambu, PT. Angsana Banyan Treemelakukan konservasi penyu hijau dan sisik, PT. Chevron Geothermal Salak Ltd.berupaya menyelamatkan koridor satwa termasuk Elang Jawa dan Owa Jawa, danPT. Pupuk Kujang mengembangkan taman keanekaragaman hayati, serta PT.Sukses Tani Nusa Subur dan PT. Tidar Kerinci Agung menyisakan sebagian areaHak Guna Lahan (HGU) perkebunan mereka untuk dipertahankan dan dilindungisebagai kawasan hutan konservasi. Sementara PT. Adaro Indonesia menghijaukanlahan kritis dengan menjadikannya kebun karet yang memberikan nilai ekonomidan lingkungan bagi masyarakat, PT. Medco E&P Indonesia mendorong penerapanpertanian organik dengan sistem System of Rice Intensification (SRI). Duaperusahaan lainnya yaitu PT. Indonesia Power Unit Pembangkitan Bali dan PT.Badak NGL di Bontang, menfokuskan kegiatannya pada pemulihan ekosistemterumbu karang melalui transplantasi dan budidaya biota laut.

Bagian selanjutnya buku ini, memaparkan kegiatan CSR perusahaan di bidangenergi terbarukan, di bidang ini memang masih terbilang jarang di lakukan olehperusahaan dan belum terlalu banyak inovasi yang dilakukan untuk menggalipotensi energi baru dan terbarukan yang ada. Pengalaman dari tiga perusahaanyang berkontribusi cerita dalam buku ini adalah PT. Bukit Asam (Pesero), Tbk danPT. Tidar Kerinci Agung yang memanfaatkan sumberdaya air untuk digunakansebagai energi listrik dengan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro(PLTMH). PT. Energy Equity Epic Sengkang Pty.Ltd. telah memperkenalkan panelsurya kepada masyarakat yang belum mendapatkan akses listrik.

Kegiatan adaptasi perubahan iklim yang dilakukan perusahaan rupanya memangbelum terlalu banyak, dari hasil proses seleksi kegiatan yang dilakukanperusahaan, pada buku ini hanya ada tiga cerita yang dapat dijadikan model. PT.Holcim Indonesia di Cilacap melalui hutan kota yang dibangun di areal industrinyasejak tahun 1996 turut berkontribusi menjadi area serapan karbon, demikian jugadengan PT. Jababeka yang membangun kebun raya di di areal industrinya sejaktahun 2007. PT. Indonesia Power UBP Kamojang melalui program kampung bibitmenghijaukan kembali area gunung kamojang sebagai salah upaya adaptasiperubahan iklim.

Kegiatan terakhir dalam CSR lingkungan yang dikembangkan KementerianLingkungan Hidup adalah Pendidikan Lingkungan Hidup atau PLH, selama ini

Selayang Pandang

ix

perusahaan banyak bergerak dibidang pendidikan umum, untuk program PLHbagaimana upaya perusahaan mengajak karyawannya, masyarakat sekitar,termasuk sekolah untuk agar memiliki kesadaran dan kepedulian terhadaplingkungan serta mengubah pola tindak mereka. Upaya ini sudah mulai dilakukanoleh perusahaan, dalam buku ini ada lima perusahaan yang bersedia berbagaicerita dan memenuhi kriteria, yaitu tiga perusahaan seperti PT. Adaro Indonesia,PT. Astra Internasional Tbk dan PT. Cheil Jedang Indonesia memaparkan kegiatanCSR mereka untuk mendorong sekolah dalam menerapkan PLH sebagai landasanuntuk melaksanakan program Adiwiyata yaitu sekolah berbudaya dan pedulilingkungan. Melalui proses pendampingan perusahaan yang dilakukan denganmitra pendampingnya baik dari Badan Lingkungan Hidup, LSM dan DinasPendidikan setempat berhasil membawa sekolah yang didampingi menuju sekolahAdiwiyata. Sementara PT. Chevron Geothernal Gunung Salak Ltd. untukmeningkatkan kepedulian lingkungan khususnya satwa raptor, bersama-samadengan para pihak terkait membangun Pusat Suaka Elang salah satunya menjadimedia pendidikan lingkungan bagi masyarakat. PT. Pertamina Hulu Energi ONWJbersama dengan masyarakat dan LSM mengembangkan hutan pendidikan iklimsebagai media PLH yang diawali dengan serangkaian pelatihan bagi para pendidikdan siswa sekolah.

Buku Model CSR Bidang Lingkungan ini tentu bukan merupakan satu satunyacontoh perusahaan yang telah menerapkan kegiatan CSR mereka di bidanglingkungan. Namun demikian, dengan membaca buku ini diharapkan menjadiinspirasi berbagai pihak untuk berbuat lebih baik dalam memperbaiki danmengelola lingkungan. Tanpa peran serta dunia usaha dalam menjaga lingkunganmaka lingkungan akan semakin rusak. Pengarusutamaan perlindungan danpengelolaan lingkungan hidup dalam setiap kegiatan produksi dan di luarproduksi diharapkan menjadi bagian yang terintegrasi dengan proses bisnisperusahaan.

Jakarta, Desember 2013Tim Penyunting dan Tim Penulis

Selayang Pandang

xv

DAFTAR ISIDAFTAR ISI

xvi

xiDaftar Isi

DAFTAR ISI

TIM PENYUSUN ............................................................................................KATA SAMBUTAN ........................................................................................PETA LOKASI PERUSAHAAN .........................................................................SELAYANG PANDANG: MODEL CSR BIDANG LINGKUNGAN ............................DAFTAR ISI ..................................................................................................

BAB IPRODUKSI BERSIH ....................................................................................... xv1.1 PT. Adaro Indonesia Peningkatan Akses Air Bersih untuk

Masyarakat1.2 PT. Bio Farma (Persero) Penghematan Air di Perusahaan

1.3 PT. Chandra Asri Petrochemical Tbk

Hemat Energi dan Bahan Baku, Upaya Kurangi Emisi

1.4 PT. Cheil Jedang Indonesia-Jombang

Pemanfaatan Sisa Produksi Asam Amino sebagai Pupuk Cair

1.5 Chevron Geothermal Salak, Ltd Pemanfaatan Serpih Bor1.6 PT. Epson Batam Mengolah Limbah Tinta, Atasi

Pemborosan Air Tanah

1.7 PT. Nippon Shokubai Indonesia Minimalisasi Buangan Air Limbah Produksi

BAB II KANTOR RAMAH LINGKUNGAN .................................................................... 372.1 PT. Bio Farma (Persero) Satu Peluru, Dua Sasaran: Penerapan

Kantor Ramah Lingkungan Melalui Program Penghematan Energi Listrik

39

2.2 PT. Kaltim Prima Coal Dari Kompetisi Lingkungan Menuju Kantor Ramah Lingkungan

43

2.3 PT. Nippon Shokubai Indonesia Go Green Office : Menuju Kantor Ramah Lingkungan

48

2.4 PT. Pupuk Kujang Perilaku Hemat Listrik, Menurunkan Beban Perusahaan dan Lingkungan

53

BAB III3 R (REDUCE, REUSE, RECYCLE) .................................................................. 573.1 PT. Bukit Asam (Persero), Tbk Bokashi Berbasis Masyarakat 593.2 Coca Cola Amatil Indonesia

(CCAI)Bali Beach Clean Up 64

96imesreB kareGlaoC amirP mitlaK .TP3.33.4 PT. Pertamina Ep Asset 5 Field

TarakanPengelolaan Sampah Skala Lingkungan dengan Sistem 3R

73

3.5 PT. Pupuk Sriwidjaja Pengolahan Sampah Perumahan Karyawan

79

xii Daftar Isi

3.6 PT. Sumi Rubber Indonesia, Perfect Zero Emission Melalui Gerakan3R untuk Lingkungan Lebih Baik

83

3.7 PT. Unilever Indonesia Tbk., 3R Melalui Koperasi Bank Sampah 88

BAB IVKONSERVASI ENERGI DAN SUMBERDAYA ALAM .......................................... 934.1 PT. Adaro Indonesia Kebun Karet: Menyelamatkan Lahan

Kritis dan Ekonomi Keluarga95

4.2 PT. Arutmin Indonesia Rehabilitasi Pesisir Tanah BumbuKalimantan Selatan

100

4.3 PT. Astra International Tbk Go Green with 01artsA 4isavresnoKnadupareKayadiduBLGNkadaB.TP4.4

Terumbu Karang : Secercah HarapanNelayan Teluk Bontang

108

4.5 PT. Banyan tree Menebar Tukik di Pantai Lagoi, UpayaKonservasi Penyu Hijau dan Sisik DiKabupaten Bintan

112

4.6 PT. Chevron Geothermal SalakTbk.

Green Corridor Initiative: Ketika HabitatSatwa Menjadi Perhatian Para PihakDi Lintasan Hijau Di Taman NasionalGunung Halimun Salak

117

Lestarikan Bambu melalui Aksi 123Penanaman 10.000 Bambu

4.7 PT. CIMB Niaga

Di Jawa Barat dan Bali4.8 PT. Indonesia Power UBP Bali Konservasi Terumbu Karang Di Pesisir

Desa Pemaron128

nairatselePkutnuevorgnaMisarotseRawateL.TP9.4Keanekaragaman Hayati di BumiManakara

133

4.10 PT. Medco E&P Indonesia Masyarakat Mandiri, LingkunganLestari berkat System of RiceIntensification (SRI)

138

4.11 PT. Pupuk Kujang Taman Keanekaragaman Hayati diTengah Harapan

144

4.12 PT. Sebuku Iron Lateritic Ores(PT. SILO)

Sabuk Hijau Pulau Sebuku PenyanggaKehidupan

149

4.13 PT. Sukses Tani Nusa Subur Model Hutan Konservasi DiPerkebunan Sawit: Melindungi Hutan,Melestarikan Peradaban

154

4.14 PT. Tidar Kerinci Agung Hutan Konservasi SumitroDjojojadikusumo (HKSD)

159

4.15 PT. Total E&P Indonesia Save Delta Mahakam Melalui TanamMangrove dan Kembangkan TambakTradisional

164

xiiiDaftar Isi

BAB V

ENERGI TERBARUKAN ................................................................................. 1695.1 PT. Bukit Asam (Pesero), Tbk. Teranglah Desaku : Pemanfaatan Air

Untuk Energi Listrik di Desa Pelakat171

5.2 PT. Energy Equity Epic Sengkang, Pty. Ltd.

Pemanfaatan Tenaga Surya untuk Listrik Di Daerah Terpencil

176

5.3 PT. Tidar Kerinci Agung Tenaga Air Menerangi Nagari Talao 181

BAB VIADAPTASI DAN MITIGASI PERUBAHAN IKLIM ............................................... 1876.1 PT. Holcim Indonesia Menikmati Udara Bersih Hutan Kota 981

pacaliC

6.2 PT. Indonesia Power UBP Kamojang

Kampung Bibit Kamojang, Inisiasi 193 Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim

6.3 PT. Jababeka Tbk Jababeka Botanic Garden : Upaya Adaptasi Perubahan Iklim Perkotaan

198

BAB VIIPENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP ................................................................ 2057.1 PT. Adaro Indonesia Pendidikan Lingkungan Hidup Di

Sekolah : Pendampingan SMPN 4 Paringin, Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan, Menuju Sekolah Adiwiyata

207

7.2 PT. Astra International Tbk Kisah Sukses Mendampingi Sekolah Menuju Sekolah Adiwiyata Di Tanjung Priuk Jakarta

212

7.3 PT. Cheil Jedang Indonesia Menggapai Visi “Beyond Bio Renew The Earth” Melalui Pendidikan Lingkungan Hidup

216

7.4 PT. Chevron Geothermal Salak Tbk.

Pendidikan Konsevasi Raptor Di Suaka Elang Elang

220

2267.5 PT. Pertamina Hulu Energi ONWJ.

Hutan Pendidikan Iklim, Blanakan, Subang sebagai Media Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH)

PENUTUP ………………………………………………………………………………………….. 231KOSA KATA .................................................................................................. 225

xiv

BAB I.PRODUK BERSIHBAB I.PRODUK BERSIH

1PT. ADARO INDONESIA - Produksi Bersih

PT. ADARO INDONESIA, KABUPATEN TABALONG DAN BALANGAN,KALIMANTAN SELATAN

Peningkatan Akses Air Bersih untuk Masyarakat

Masyarakat di delapan (8) desa yaitu Desa Dahai, Padang Panjang, Laburan, Cakung,Tamiyang, Dahur, Warukin dan Maburai di Kabupaten Tabalong dan KabupatenBalangan, Kalimantan Selatan sudah tak khawatir lagi pada saat kemaraukekurangan air bersih. PT. Adaro Indonesia, Kalimantan Selatan, sejak tahun 2010telah memproduksi air bersih sebesar 20 liter/detik atau 72 m3/jam dari pengolahanair yang dikelola dengan Water Treatment Plant (WTP) T-300 melalui dua tangkipenampungan berkapasitas 450m3 dan 72m3.

Kemarau Tak Lagi Terasa Berat Bagi Sebagian Masyarakat di Tabalong danBalangan. Daerah ini dikenal memiliki cuaca yang cukup ekstrem dengan memilikicurah hujan tertinggi saat musim penghujan, hingga mencapai 2.400 mm-3.000 mmpertahun, sedangkan pada saat musim kemarau yang terjadi sebaliknya. Data BMKGmenunjukkan suhu udara pada saat musim kemarau mencapai 32°C–35°C. Kondisigeografis dan cuaca menyebabkan kekeringan di musim kemarau sehingga menjadiancaman serius bagi masyarakat di wilayah dua kabupaten tersebut. Volume airsumur berkurang, volume sungaipun berkurang drastis, sehingga menimbulkankesulitan bagi masyarakat untuk mengakses air bersih.1

Hasil survey Geolistrik2 yang dilakukan Adaro terhadap wilayah-wilayah yangmengalami kekeringan menunjukkan bahwa kedalaman air tanah di wilayah tersebutbervariasi, dapat mencapai 20 m–80 m. Kedalaman air tanah di beberapa wilayahmencapai 175 m-250 m, misalnya di wilayah Warukin Kabupaten Tabalong.Alternatif sumur bor bukan merupakan pilihan mengingat biaya yang dikeluarkancukup mahal, masyarakat tidak mampu membuat sumur bor meskipun dilakukansecara swadaya. Disisi lain, pipa Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) belummenjangkau pedesaan di wilayah kabupaten ini, sehingga sebagian besarmenggantungkan sumber air mereka dari air sungai. Namun kualitas air sungaibelum sesuai dengan standard air bersih yang ditetapkan pemerintah. Hal inidikarenakan sungai dipakai untuk keperluan membuang sampah maupun jambanyang dapat mengancam kesehatan masyarakat.

Tantangan yang dihadapi masyarakat mendorong Adaro Indonesia, salah satu anakperusahaan Adaro Energy yang bergerak di bidang pertambangan batubara, untukmemfasilitasi masyarakat agar dapat memiliki akses air bersih sekaligusmeningkatkan partisipasi aktif masyarakat dalam mewujudkan akses air bersihtersebut. Setelah dilakukan proses pemetaan penilaian prioritas pembangunan, dapatdilihat bahwa fasilitas air bersih menjadi kebutuhan utama masyarakat di desa-desayang berada di wilayah kerja (ring 1) PT. Adaro di Kabupaten Tabalong.

1sumber : data survey PT. Jasa Air Bersih Indonesia2 Survey Geolistrik adalah survey untuk koordinat k sumur bor dan kedalaman air tanah

2

Gambar 1. Penilaian prioritas Kabupaten Tabalong

Berdasarkan hasil pemetaan tersebut, Adaro Indonesia mengembangkan program “Peningkatan Akses Air Bersih” dengan tujuan, yaitu:

1) Memfasilitasi masyarakat termasuk masyarakat kurang mampu untuk memiliki akses air bersih

2) Meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat3) Meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan melalui pemanfaatan air

tambang menjadi air bersih untuk dijadikan sumber air bersih bagi masyarakat desa

4) Mengubah paradigma di masyarakat bahwa air tambang aman dikonsumsi;5) Meningkatkan pengetahuan, keahlian dan teknologi sebagai bekal

kemandirian masyarakat6) Meningkatkan peran aktif perusahaan dalam upaya pencapaian Millenium

Development Goals (MDG’s) yang dicanangkan pemerintah7) Menjadi mitra pemerintah daerah dalam membantu memenuhi kebutuhan

masyarakat akan air bersih8) Memberdayakan para kontraktor lokal dalam pengelolaan air bersih

1. Proses Olah Air Limbah Menjadi Air Bersih

Berbekal pengalaman mengolah air limbah dari operasi penambangan seperti hauling road (jalur khusus angkut batubara), pengolahan batubara di Kelanis, Kalimantan Tengah yang menggunakan teknologi ramah lingkungan, air limbah diolah agar kualitasnya sesuai baku mutu yang ditetapkan pemerintah. Melalui sistem tersebut, air tambang dimanfaatkan kembali untuk mendukung operasional tambang seperti misalnya: perawatan crushing plant (mesin peremuk batubara) maupun penyiraman conveyor serta aplikasi prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) yang diterapkan di perusahaan dalam kegiatan operasionalnya, maka inisiasi program akses air bersih bagi masyarakat dikembangkan.

Program diawali dengan pembangunan unit pengolahan air tambang menjadi air bersih atau yang diberi Water Treatment Plant (WTP) T-300 dilakukan dengan serangkaian uji coba sehingga air layak untuk dikonsumsi. Operasional WTP ini sejalan dengan UN Global Compact Principle 9: Business should encourage the development and diffusion of environmentally friendly technologies. Penggunaan bahan kimia dalam proses pengolahan air tidak banyak dosisnya dan telah memenuhi kriteria aman bagi lingkungan serta penggunaan dosis treatment sesuai dengan yang dibutuhkan.

PT. ADARO INDONESIA - Produksi Bersih

3PT. ADARO INDONESIA - Produksi Bersih

WTP T-300 yang dikembangkan Adaro sejak tahun 2010, mampu memproduksi air bersih sebesar 20 liter/detik atau 72 m3/jam, dengan 2 tangki penampungan hasil olahan berkapasitas 450 m3 dan 72 m3. Saat ini air telah dimanfaatkan oleh internal Adaro, mitra kerja, dan masyarakat di 8 desa di wilayah Adaro.

2. Manfaat Berbagi Air Bersih

Komitmen Adaro untuk meningkatkan kesehatan masyarakat diwujudkan antara lain melalui peningkatan akses air bersih untuk masyarakat. Kondisi dan struktur tanah yang berbeda menyebabkan Adaro menempuh berbagai cara untuk menyalurkan air bersih ke masyarakat. Beberapa sarana pendistribusian air bersih yang dilakukan Adaro sejak tahun 1997 mulai dari:

(1) Distribusi air bersih melalui trucking. Awalnya pendistribusian air bersih dilakukan melalui trucking di Kabupaten Tabalong dengan mengambil air dari Danau Marido dan Sungai Tabalong yang diperuntukkan bagi kegiatan rumah tangga dan fasilitas umum seperti sekolah, masjid atau mushalla, dan lainnya. Namun, saat ini lebih diprioritaskan rumah tangga. Pendistribusian ini dilakukan secara gratis. Seiring waktu sistem distribusi seperti ini dirasakan kurang efisien, oleh karena itu dikembangkan sistem distribusi air bersih yang lain.

(2) Distribusi air bersih melalui sistem pipa. Untuk memberikan nilai tambah bagi lingkungan dan masyarakat, Adaro meningkatkan mutu air bersih agar layak konsumsi melalui WTP T-300. Pipanisasi yang dibangun Adaro sejak pertengahan 2010 dengan menghabiskan dana sebesar Rp. 5,4 milyar. Tujuan pipanisasi untuk distribusi air bersih dari perusahaan langsung ke rumah–rumah masyarakat dan membuktikan bahwa air tambang dapat dikonsumsi. Pipanisasi air WTP mendorong pemberdayaan masyarakat melalui berdirinya BAPEL AB (Badan Pengelola Air Bersih) yang merupakancikal Badan Usaha Milik Desa (Bumdes). Anggota Bapel AB merupakan anggota masyarakat yang diberikan pelatihan dan pembinaan agar mampu mengelola pipanisasi layaknya perusahaan air minum skala desa. Bapel AB akan memungut iuran setiap bulan sesuai jumlah air bersih yang dipakai anggota masyarakat. Iuran ini akan dipergunakan untuk keperluan pembangunan desa. Dengan adanya BAPEL AB, masyarakat dapat mengelola distribusi air bersih secara mandiri dan ikut memberikan sumbangsih bagi pembangunan desa. Uji coba pelaksanaan BAPEL AB sudah dilaksanakan selama 3 bulan. Kedepan partisipasi aktif masyarakat dalam program ini akan lebih ditingkatkan lagi agar kemandirian masyarakat dapat tercipta.

(3) Distribusi air WTP melalui trucking. Beberapa desa yang dinilai tidak memiliki potensi air tanah, dibangun sumur gali, sumur bor, atau yang belum mendapatkan jaringan pipa induk dari PDAM, diberikan pasokan air bersih yang berasal dari WTP T-300. Total pemenuhan kebutuhan air mencapai 182.844 liter di tahun 2012. Berikut data pasokan air bersih dari WTP-300 melalui pipa trucking secara rinci disajikan pada Tabel 1.

4

Tabel 1. Supply air bersih dari WTP T-300 untuk masyarakat dan internal

Gambar 2. Jumlah masyarakat Tabalong yang mendapatkan air bersih tahun 2012.

Gambar 3. Jumlah KK penerima fasilitas air bersih di Tabalong dan Balangan tahun 2012.

TAHUN PASOKAN AIR (M3)

KETERANGAN DAERAH YANG DIPASOK

2008 12.650 trucking Desa Dahai, Desa Padang Panjang (Padang Panjang and Laburan), PT. Adaro Indonesia (all offices and camps), PT. PAMA (office and camps), PT. BUMA (office and camps), dan PT. SIS (office and camps)

2009 82.297 trucking and pipe

Desa Dahai, Desa Padang Panjang (Padang Panjang and Laburan), PT. Adaro Indonesia (all offices and camps), PT. PAMA (office and camps), PT. BUMA (office and camps), PT. SIS (office and camps), dan PT. Wasco (Office and camps)

2010 114.572 trucking and pipe

Desa Dahai, Desa Padang Panjang, PT. Adaro Indonesia (all offices and camps), PT. PAMA (office and camps), PT. BUMA (office and camps), dan PT. SIS (office and camps)

2011 257.509 trucking and pipe

Desa Dahai, Desa Padang Panjang, Desa Cakung, Desa Tamiyang, Desa Dahur, Desa Tamiyang, Desa Warukin, SMPN 2 Maburai, SDN Manduin, PT. Adaro Indonesia (all offices, nursery, and camps), PT. PAMA (office and camps), PT. BUMA (office and camps), PT. SIS (office and camps), PT. DKP, Brimob (office and camps), PT. RMI (office and camps), PT. RA (office and camps), dan Warukin Airport.

2012 182.844 trucking and pipe Desa Dahai, Desa Padang Panjang, Desa Cakung, Desa Tamiyang, Desa Dahur, Desa Warukin, SMPN 2 Maburai, SDN Manduin, PT. Adaro Indonesia (all offices, nursery, view point and camps), PT. PAMA (office and camps), PT. BUMA (office and camps), PT.SIS (office and camps), PT. DKP, Brimob (office and camps), PT. RMI (office and camps), PT. RA (office and camps), Warukin Airport, PT. WIKA (Office and camps), dan PT. United Tractor (office and camps).

PT. ADARO INDONESIA - Produksi Bersih

5

Berdasarkan pada tabel diatas dapat dilihat bahwa rata-rata trucking per hari sebanyak 83.626,5 liter/hari dengan sasaran sebanyak 1.110 kepala keluarga (KK), sehingga setiap KK akan mendapatkan sekitar 75,3 liter. Jika asumsi setiap kepala keluarga terdiri dari 3 orang, maka setiap orang akan mendapatkan air bersih sebanyak 25,1 liter/hari. Hal ini telah melebihi dari standard konsumsi air bersih sesuai MDG’s per orang per hari sebanyak 20 liter.

Untuk keberlanjutan program, pembentukan dan penguatan organisasi masyarakat BAPEL AB (Badan Pengelola Air Bersih) selain diperkuat melalui pelatihan juga didampingi diawal untuk dapat mengelola secara mandiri air bersih, serta monitoring dan evaluasi terhadap program.

3. Kunci Keberhasilan Program

Gambar 4. Pemanfaatan air bersih PT. Adaro Indonesia di masyarakat

Tabel 2. Desa sasaran Supply Trucking air bersih WTP-300

No Village Vendor Target Trucking per

Day (ltr)

Jumlah KK*

Supply Sumber Air

1 Bata RT. 3 BPM, CV 10.000 27 Daily WTP-300

2 Trans Laburan BPM, CV 30.000 170 Daily WTP-300

3 Tamiyang BPM, CV 20.000 168 Daily WTP-300

4 Simpang Wara (Warukin)

BPM, CV 10.000 40 Daily WTP-300

5 Dahur (Barimbun) BPM, CV 10.000 25 Daily WTP-300

6 Kasiau (KM 82)/Lok Batu

BPM, CV 2.857 20 Twice a week10.000

WTP-300

7 Padang Panjang Pipanisasasi 769,5 660 Daily WTP-300

8 Dahai

Jumlah 83.626,5 1.110

Supply per KK/hr 7.533.918.919 liter

Supply per orang/hr 2.511.306.306 liter

PT. ADARO INDONESIA - Produksi Bersih

6

Petikan pembelajaran yang didapat :(1) Kerjasama dan kolaborasi berbagai pihak merupakan salah satu kunci

keberhasilan. Adaro bekerjasama dengan kontraktor lokal yang menyediakan sarana pengangkut air dan mendistribusikan air bersih dengan truk ke desa-desa di lokasi yang ditentukan, antara lain CV. Balangan Putera Mandiri yang memasok air 77,857 liter/hari untuk Kabupaten Balangan dan CV. Lembah Annur, memasok 7.143 liter/hari untuk Kabupaten Tabalong.

(2) Proses pemberdayaan masyarakat, melalui pelatihan dan pendampingan telah mendorong kepedulian dan kerjasama yang baik antara perusahaan dan masyarakat serta mendorong masyarakat untuk lebih peduli dengan air.

(3) Monitoring dan evaluasi yang secara berkala, menjadi bagian penting dalam program.

PT. ADARO INDONESIA - Produksi Bersih

7

PT. BIO FARMA, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT

Penghematan Air di Perusahaan

Program produksi bersih menjadi salah satu upaya Bio Farma untuk mengatasipersoalan kelangkaan sumber daya alam khususnya air yang dari tahun ke tahunsemakin nyata. Inisiasi program penghematan air melalui pengelolaan air limbah danefisiensi sumber daya air yang dilakukan secara konsisten sejak tahun 2008. Rangkaian kegiatan penelitian, pengembangan produk, penghematan air pada prosesproduksi dan fasilitas lainnya, serta instalasi pengolahan air limbah, telah berhasilmenghemat air 24.932 m3/tahun pada tahun 2012. Persentase jumlah penghematanair terhadap jumlah pengambilan air PDAM dan air tanah meningkat setiap tahunnyayaitu 7,8% (2009), 7,8% (2010), 10,3% (2011), dan 14,0% (2012). Substitusiconventional mixed bed ke CEDI yang dimulai pada Januari 2013 hingga April 2013berhasil mengurangi penggunaan air 94.680 liter menjadi hanya 1.400 liter saja,sebuah penghematan yang luar biasa. Kapasitas infiltrasi air di perusahaan jugameningkat karena adanya pembuatan lubang biopori. Lubang yang telah dibuatsebanyak 850 buah dengan luas total bidang resapan sebesar 2.735.725 cm2.

Gambar 1. Lokasi Perusahaan

Bio Farma dalam mempraktekkan industri bersih, bermula dari kekhawatiranterhadap dampak lingkungan yang disebabkan proses produksi perusahaan yangakan menggangu masyarakat sekitar. Sebagai salah satu perusahaan vaksin yangberdiri sejak tahun 1890 di Jl. Pasteur No. 28 Bandung, Jawa Barat, awalnya lokasitersebut jauh dari pemukiman. Namun seiring waktu wilayah Pasteur menjadi salahsatu area kota dengan jumlah penduduk yang terus berkembang. Perkembanganpenduduk tentunya akan semakin membutuhkan air bersih, dan mengurangipasokannya, mengingat sebagian besar wilayah resapan digunakan untukpemukiman. Mempertimbangkan kondisi tersebut, Bio Farma berkomitmen untukmelakukan pengendalian pencemaran dan penghematan sumber daya alam termasuksumber daya air sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan kepada masyarakat danlingkungan.

Seiring dengan keberhasilan dalam bisnis yang menghasilkan profit, Bio Farmamemiliki cita-cita untuk mewujudkan industri hijau (green industry) yang efisien dan

ramah lingkungan. Wujud green industry ini telah dibuktikan tidak hanya dengan kepatuhan terhadap peraturan perundangan khususnya di bidang lingkungan yang merupakan salah satu dari sembilan kebijakan perusahaan, namun perusahaan telah melangkah lebih jauh melalui penerapan standard kepatuhan melebihi kewajiban yang tertuang dalam peraturan perundangan (beyond compliance) dalam pengelolaan lingkungan.

PT. BIO FARMA - Produksi Bersih

8

Upaya beyond compliance merupakan refleksi dari komitmen Bio Farma untuk mencapai environmental excellency dalam setiap tahap kegiatan operasional. Bio Farma percaya bahwa output produk bermutu tinggi dan ramah lingkungan yang menjadi andalan perusahaan hanya dapat terwujud melalui kegiatan produksi yang ramah lingkungan. Seluruh kegiatan produksi tersebut dapat dilakukan dengan menerapkan secara komprehensif dari mulai tahap perencanaan, implementasi, pemantauan, tinjauan dan perbaikan berkelanjutan.

Efisien dan ramah lingkungan adalah sebuah nilai tambah (added value) dalam bersaing di pasar global. Kepuasan para pemangku kepentingan (stakeholder) menjadi target yang secara terus menerus ingin dicapai oleh Bio Farma. Bagi Bio Farma, stakeholder tidak hanya beberapa orang yang menggunakan produk Bio Farma, namun beberapa pihak yang berpengaruh dan terpengaruh oleh kegiatan operasional termasuk karyawan, konsumen, masyarakat sekitar, dan pemerintah.

Praktek green industry menjadi salah satu bukti komitmen perusahaan untuk mencapai kepuasan bagi stakeholder. Secara internal, praktek green industry terwujud dalam menciptakan lingkungan kerja yang sehat aman bagi para karyawan dengan melakukan pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Sedangkan secara eksternal, kegiatan operasional yang ramah lingkungan wujud tanggung jawab dan kepatuhan Bio Farma terhadap peraturan perundangan dan persyaratan, bahkan melampauinya.

1. Minimalisasi dan Olah Air Limbah

Dalam kegiatan operasional sehari-hari, Bio Farma senantiasa melakukan beberapa upaya pengendalian pencemaran baik pencemaran air, udara, limbah padat, maupun limbah B3. Perusahaan mengoperasikan beberapa fasilitas pengendalian pencemaran dan melaksanakan pemantauan hasil pengendalian pencemaran. Bio Farma tidak hanya melakukan langkah kuratif tapi juga langkah preventif, seperti penghematan energi dan sumber daya alam. Hal ini dilakukan dengan melaksanakan prinsip produksi bersih dan minimalisasi limbah dalam kegiatan operasional. Hal tersebut salah satu wujud nyata dari Bio Farma untuk menjadi sustainable green industryyang berdaya saing global.

Prinsip produksi bersih adalah salah satu implementasi perbaikan berkesinambungan yang dilakukan perusahaan dalam rangka penghematan energi dan sumber daya alam. Hal ini bermanfaat dalam meningkatkan efisiensi dan mencapai keunggulan lingkungan yang lebih baik daripada standar pengelolaan lingkungan yang diwajibkan oleh regulasi. Sejalan dengan perubahan paradigma dari end-of-pipe treatmentmenjadi cleaner production, limbah tidak sekedar merupakan hasil samping produksi yang wajib diolah agar dapat dibuang dengan aman ke lingkungan namun dapat dikurangi sejak awal tahap proses produksi dan bahkan memiliki nilai guna karena dapat digunakan kembali dalam proses produksi.

Salah satu implementasi CSR bidang lingkungan yang dilakukan Bio Farma adalah penerapan produksi bersih melalui program penghematan air. Penerapan produksi bersih ini disusun melalui konsep PDCA (Plan-Do-Check-Act). Program ini di inisiasi oleh Top Manajemen dan Tim Teknis Bio Farma yaitu Tim Energy Saving, Tim ISO dan Tim Proper serta proses penyusunan kajian dan rencana program dilakukan oleh Divisi Umum dan CSR. Perencanaan program ini disusun untuk program tahunan dan program jangka panjang 5 Tahun. Hasil Identifikasi aspek dan dampak penting dari tiap unit kerja dianalisis kemudian di buat klasifikasi dan prioritas program. Sasaran programnya adalah efisiensi penggunaan air agar dampak lanjutan pada lingkungan eksternal perusahaan tidak terganggu yaitu ketersediaan air untuk masyarakat. Indikator keberhasilan programnya adalah pengurangan jumlah pemakaian air baik pengambilan air melalui PDAM dan air tanah.

PT. BIO FARMA - Produksi Bersih

9

Program penghematan air di Bio Farma dimulai sejak tahun 2008 dan terus berlanjut hingga saat ini. Penghematan air dilakukan dengan cara recovery air buangan menjadi air baku (raw water), daur pakai air pendingin pada otoklaf, penggantian proses dalam instalasi pengolahan air (water treatment plant) dan daur ulang (recycle)air bilasan akhir sehingga menghilangkan kebutuhan akan air bilasan. Berikut ini adalah hasil penghematan air per tahun yang telah berhasil dilakukan oleh Bio Farma melalui program penghematan air, seperti yang ditampilkan dalam Tabel 1.

Recovery effluent olahan IPAL dan air dari saluran drainase dilakukan dengan teknologi ultrafiltrasi seperti yang ditampilkan dalam gambar berikut:

Gambar 2. Proses dan Tempat Pengolahan Air Limbah

Tabel 1. Hasil Program Penghematan Air

Program Lokasi Tahun Pelaksanaan

Hasil (m3/tahun)

1Daur ulang air reject Reverse Osmosis (osmosis balik) ke tangki air baku

Bagian Produksi Vaksin Tetanus

2008 -sekarang 576

2 Daur ulang air pendingin pada otoklaf

Bagian Produksi Vaksin Tetanus (1 unit) 2008 -

sekarang 2.880Bagian Produksi Vaksin Disteri (2 unit)

3

Daur ulang air bilasan terakhir dari mesin pencuci vial dan ampul ke tangki air baku

Bagian Formulasi Pengisian Vaksin & Pelarut

2009 -sekarang 4.320

4

Daur ulang air buangan mesin washing gilowy dan condensate PSG ke tangki raw water

Bagian Produksi Vaksin Campak

2009 -sekarang 3.888

5Daur ulang air buangan mesin washing gilowy ke tangki air baku

Bagian Produksi Vaksin Polio

2010 -sekarang 2.592

6Daur ulang air limbah effluent IPAL dan air hujan untuk menjadi air baku

Outlet IPAL dan saluran drainase

2012 -sekarang 7008

PT. BIO FARMA - Produksi Bersih

10

Hasil beberapa program penghematan air yang telah dilakukan Bio Farma berupa daur pakai (reuse) dan daur ulang (recycle) air limbah ditampilkan dalam Gambar 3.

Gambar 3. Hasil Pencapaian Program Penghematan Air PT. Bio Farma

Tahun 2013 program penghematan air telah dimulai dengan program baru dengan mengganti deionisasi pada Water Treatment Plant (WTP) dari resin based conventional mixed bed ke Continuous Electro De-Ionization (CEDI). Air hasil reverse osmosis diolah lebih lanjut untuk memperoleh air yang berkualitas standar air produksi. CEDI menyisihkan ion–ion yang masih tertinggal pada pengolahan reverse osmosis. Dengan CEDI, penggunaan air yang digunakan dalam WTP dapat ditekan secara sangat signifikan. Dengan conventional mixed bed, kebutuhan air per minggu adalah sebesar 11.835 liter/regenerasi yang dilakukan setiap 2 minggu atau setara dengan 284.040 liter/tahun. Dengan CEDI, penggunaan air hanya sebesar 350 liter/bulan atau setara 4200 liter/tahun.

Penghematan air telah terbukti berhasil meningkatkan efisiensi kegiatan operasional Bio Farma dan hasil telaahan menunjukkan bahwa penghematan air dan penggunaan air hasil recycle tidak memiliki dampak buruk terhadap proses produksi dan kualitas output produksi. Menyadari hal tersebut, Bio Farma berkomitmen untuk melanjutkan dan mengembangkan program penghematan air yang ditampilkan dalam Tabel 2.

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

8000

2009 2010 2011 20122013 (sampai Agustus)

Hasil Pencapaian Program Penghematan AirPT Bio Farma (Persero)

Jum

lah

Peng

hem

atan

AIr

(m3)

Recycle air reject Reverse Osmosis ke tangki raw water

Reuse Cooling Water pada Otoklaf 2880

Recycle air bilasan terakhir dari mesin pencuci vial dan ampul ke tangki raw waterRecycle air buangan mesin washing gilowy dan condensate PSG ke tangki raw waterRecycle air buangan mesin washing gilowy ke tangki raw

Tabel 2. Pengembangan Program Penghematan Air

No Program Lokasi Realisasi

1 Recylce air Reject Reverse Osmosis

Gedung Litbang dan Gedung IHU 2013

2 Sirkulasi Cooling Water Otoklaf

Gedung Baru Bagian HIB dan Pertusis 2013

3 Reuse air buangan mesin washing

Gedung Litbang dan Gedung IHU 2013

4 Penggantian Deionisasi ke CEDI

Bagian Formulasi, QC dan Pengemasan 2014

Bagian Polio, Campak dan Media 2015

5Penambahan Jumlah Lubang Biopori menjadi 900 buah

Bio Farma Pasteur 2013

Bio Farma terus berkomitmen untuk mengurangi jumlah pengambilan air dari sumber air dan jumlah produksi air buangan sekaligus meningkatkan jumlah kapasitas air bersih yang tersimpan di akuifer lingkungan. Prinsip yang terus secara

PT. BIO FARMA - Produksi Bersih

11

konsisten dipegang teguh oleh perusahaan adalah Bio Farma sebagai entitas bisnisyang ramah lingkungan dan bertanggung jawab, tidak mewariskan air matamelainkan mata air bagi generasi berikutnya.

2. Manfaat dan Petikan Pembelajaran

Total penghematan air dari proses recycle dan reuse air meningkat dari 10.296m3/tahun pada tahun 2009, 11.664 m3/tahun pada tahun 2010, 14.256 m3/tahunpada tahun 2011, menjadi 24.932 m3/tahun pada tahun 2012. Persentase jumlahpenghematan air terhadap jumlah pengambilan air PDAM dan air tanah meningkatpada setiap tahun yaitu 7,8% (2009), 7,8% (2010), 10,3% (2011), dan 14,0% (2012)seperti yang tergambar dalam Gambar 4.

Gambar 4. Persentase Penghematan Air

Substitusi conventional mixed bed ke CEDI berhasil menekan konsumsi air menjadi2.100 liter per 6 bulan atau setara dengan 4.200 liter/tahun. Jika ditinjau dari titikawal penggunaan CEDI mulai Januari 2013 hingga April 2013 (4 bulan) maka dapat

2009 2010 2011 2012

ProsentasePenghematan Air

terhadapPengambilan Air T…

7.8% 7.8% 10.3%14.0%

2009 2010 2011 2012

Jumlah PenggunaanAir/Kegiatan (m3)

PT Bio Farma (Persero)88.13 83.14

70.53 67.24

dihitung bahwa penggunaan air berhasil ditekan dari 94.680 liter menjadi hanya1.400 liter hanya dalam 4 bulan. Dengan demikian, penghematan air yang berhasildicapai dengan substitusi conventional mixed bed ke CEDI adalah sebesar 98,52 %dalam 4 bulan ini.

Program penghematan air yang telah dilakukan di Bio Farma tidak hanyaminimalisasi air limbah dan penghematan konsumsi air, tetapi juga mencakuppeningkatan kapasitas infiltrasi air hujan. Hal tersebut dilakukan dengan pembuatanlubang biopori di lingkungan perusahaan dimana lubang biopori meningkatkan luasbidang resapan air sebesar 3.218,5 cm2 (biopori berdiameter 10 cm dan tinggi 100cm). Program biopori telah diinisiasi pada tahun 2010 dan hingga saat ini jumlahlubang biopori terus meningkat mulai dari 250 lubang-850 lubang pada tahun 2012sehingga luas bidang resapan menjadi 2.735.725 cm2.

Proses efisiensi bahan baku air melalui pengolahaan limbah air, berhasil membawaperusahaan mendapatkan pengakuan dari berbagai kalangan. Keberhasilan ini takluput dari komitmen pimpinan pertinggi perusahaan untuk melaksanakan kebijakanyang sudah dikeluarkan, seperti yang disampaikan :

“Bio Farma berkomitmen untuk mewujudkan standar operasional bisnis yangramah lingkungan dan melangkah lebih jauh dengan menerapkan standarbeyond compliance dalam rangka mencapai standar kinerja yang efisiendengan tetap menjaga kualitas produk sehingga mampu berkompetisi di pasarinternasional. Alhamdulillah pada tahun 2012 Bio Farma berhasil meraihpenghargaan Indonesia Green Office Award (IGOA) 2012 dan pada tahun 2013,Bio Farma kembali terpilih menjadi The First Rank Indonesia Green OfficeAward dari Yayasan KEHATI dan Majalah SWA. Bio Farma dianggap telahberkomitmen dan mengimplementasikan seluruh aktivitas yang meliputi

PT. BIO FARMA - Produksi Bersih

12

seluruh aspek kriteria green industry, sehingga tidak memberikan dampakyang negatif untuk lingkungan lokal maupun global dan terhadap komunitasekonomi secara keseluruhan”. (Bandung, 24 September 2013; Drs. Iskandar,MM; Direktur Utama PT. Bio Farma).

PT. BIO FARMA - Produksi Bersih

13

PT. CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL TBK, CILEGON, BANTEN

Hemat Energi dan Bahan Baku, Upaya Kurangi Emisi

Sebagai salah satu perusahaan podusen petrokimia terintegrasi terbesar diIndonesia, PT. Chandra Asri Petrochemical Tbk. berupaya berkontribusi padaperbaikan lingkungan, salah satunya melalui efisiensi energi dan penghematanenergi. Upaya yang dilakukan sejak 2007 cukup membuahkan hasil, dimanaperusahaan dapat menekan emisi CO2 dari proses penghematan bahan bakarsampai tahun 2012 senilai 61.886,7 ton CO2 dan penurunan energi indekssebesar 8,46%. Sementara bahan baku yang dapat dihemat sejak tahun 2007sampai 2012 sebesar 6.606.425 US$ per tahun.

PT. Chandra Asri Petrochemical (CAP) berlokasi di Ciwandan, Cilegon, ProvinsiBanten, merupakan industri yang mengoperasikan naphtha cracker danpolypropylene untuk memproduksi Olefins (Ethylene, Propylene dan produkturunannya seperti Pygas dan Mixed C4), dengan kapasitas produksi seperti yangtersaji pada Tabel 1.

Tabel 1. Kapasitas pabrik CAP

Sebagai Perusahaan yang memiliki etika bisnis yang baik dan dapat diterima olehberbagai kalangan, terutama masyarakat di sekitar pabrik, perusahaan telahberkomitmen untuk meningkatkan efisiensi energi, optimasi penggunaan bahanbaku, mencegah dan meminimalkan pencemaran udara, tanah dan air, sebagaiupaya untuk menjadi salah satu perusahaan ramah lingkungan. Untukmewujudkan komitmen tersebut, CAP mengembangkan program hemat energi danbahan baku.

Selama ini, produk-produk CAP telah menaati secara ketat standard kualitasinternasional dan juga standard lingkungan yang berlaku. Seluruh produk bijihplastik Polyethylene dan Polypropylene dengan merek dagang Asrene dan Trilenesudah mendapatkan sertifikasi Halal dari Majelis Ulama Indonesia Pusat.

CAP juga telah mengembangkan produk bijih plastik “ramah lingkungan” yangdipasarkan menggunakan merk Grene. Produk ini dibuat menggunakan bahanbaku yang relatif lebih cepat dan mudah terurai oleh sinar UV dan panas. Produkplastik yang terbuat dari Asrene SF5008E yang terurai melalui prosesfotodegradasi menggunakan ultraviolet. Ketika plastik telah menjadi limbah danberada di luar ruangan, plastik SF5008E akan terkena radiasi ultraviolet matahari,oksigen, panas dan air untuk kemudian secara bertahap plastik SF5008E akanmembusuk sampai seluruhnya hancur dalam waktu 2 tahun.

No. Produk Kapasitas1. Ethylene 600.000 ton/thn2. Propylene 320.000 ton/thn3. Pyrolysis Gasoline 280.000 ton/thn4. Crude C4 220.000 ton/thn5. Polyethylene 336.000 ton/thn6. Polypropylene 480.000 ton/thn.

PT. CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL - Produksi Bersih

14 PT. CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL - Produksi Bersih

Physical Disintegration (Outdoor testing)

Minggu 14

1. Efisiensi Energi dan Bahan Baku Membantu Mengurangi Emisi CO2

Penggunaan energi merupakan faktor penting dalam pengendalian kelestarian lingkungan. Perusahaan menyadari penggunaan energi yang besar akan berpengaruh terhadap lingkungan terutama pemanasan global (global warming). Penggunaan energi secara efisien terus dilakukan dengan tujuan menurunkan konsumsi energi dan mengurangi emisi CO2.

Tim manajemen efisiensi energi & konservasi air dibentuk untuk melaksanakan manajemen energi dan konservasi air. Dipimpin oleh Manufacturing Director dan dikoordinir oleh Departemen Manager yang memiliki sertifikat efisiensi energi dan latar belakang pendidikan yang sesuai. Rencana strategi efisiensi energi diterapkan melalui tujuan tahunan (key performance indicator) dari bagian ini. Audit energi dilakukan secara internal dan eksternal, dan dilaporkan ke manajemen setiap bulan.

Benchmarking dilakukan dengan sesama anggota Regional Olefin Producer Technical Committee yaitu sesama penghasil produk ethylene di Asia Tenggara yaitu Thailand, Singapura, Malaysia dan Indonesia setiap tahun sekali.

Kegiatan konservasi energi sejalan dengan program untuk menghasilkan jumlah produk yang sama dengan jumlah bahan baku yang lebih sedikit di Furnace, Ethylene plant, sebagai pengguna energi terbesar. Upaya yang dilakukan adalah:

Optimalisasi penggunaan bahan bakar gas.Pemanfaatan exhaust gas dari Gas Turbine Generator (GTG) untuk mengurangi fuel.Penyesuaian kondisi operasi furnace diantaranya Coil Outlet Temperature.Mengurangi bahan baku Naphtha dengan penggunaan C3 LPG recycle.Meningkatkan efisiensi menara distillasi (ethylene tower, propylene tower dan debutanizer C4 tower).Mengganti insulasi panas (fire brick) Furnace.

Minggu 0

15PT. CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL - Produksi Bersih

Efisiensi listrik dilakukan secara optimal di HDPE plant yaitu dengan mematikan sejumlah alat (Nitrogen compressor, blower etc) pada saat shutdown dan optimasi pelleter dengan pengaturan suction pressure melt pump. Keberhasilan program ini dapat dilihat berikut ini:

Tabel. 2. Keberhasilan Efisiensi Listrik di HDPEKeterangan HDPE plantPenurunan konsumsi listrik (kW.h/T prod)

46.24

Penghematan biaya energi (US$) 532.397

Ton Emisi CO2 35.685

Program penghematan bahan baku berhasil melakukan penghematan sebesar 6,6Juta US$, lebih lengkapnya disampaikan pada tabel berikut ini:

Tabel 3. Program Penghematan Bahan BakuKeterangan Furnace

Efisiensi Energi (selama 2007 – 2012)Penurunan energy index (%) 8.46Penghematan konsumsi bahan bakar (US$/tahun)

2.805.583

Jumlah Emisi CO2/T dari proses penghematan bahan bakar (Ton CO2/tahun)

61.886,7

Mengurangi bahan bakuPenghematan konsumsi bahan baku (US$/tahun)

6.606.425

Penghematan energi sejumlah bahan baku yang tidak digunakan (6700 T)

67.139.388 MJoule/tahun= 0,7juta US$= 12.964 T eCO2

Upaya untuk menghemat energi dan bahan baku salah satunya dilakukan dengan menggunakan exhaust gas turbine generator (Gambar 1.). Upaya tersebut telah berhasil menghemat biaya sekaligus mampu menurunkan beban pencemar kelingkungan. Dari upaya penghematan energi saja telah dihemat sebesar USD 532.397 dan penurunan emisi CO2 sebanyak 35.685 ton pertahun.

Naptha1.8 juta T/thnNapth

COT = 810 – 850

C

C

C

C

CC

CC C

C

C

C

C

Bahan

Udara Ambient (N2 = 79% & O2 = 21%)Udara

Ethylene (C2) = 600.000 T/thn

Propylene (C3) = 320.000 T/thn

Crude C4 = 220.000 T/thn

Pygas = 280.000 T/thnEthylene (C2) = 600.000 T/thn

Gambar 1. Proses di Furnace

16

Upaya penghematan dilakukan dengan menggunakan teknologi bersih untuk beberapa proses berikut :

a. Recovery gas buang ethylene ke flare Dengan pemasangan BOG Compressor, sehingga gas ethylene dari tangki penyimpanan selama pabrik tidak beroperasi (setiap lima tahun sekali, pabrik dimatikan untuk perbaikan alat), yang biasanya dibuang ke cerobong pembakaran (flare), dengan pemasangan Boil Off Gas Compressor dijadikan fasa cair dan dikembalikan ke tangki penyimpanan. Hal ini berdampak pada pengurangan pencemaran udara dan juga penghematan sebesar 2.194 T Ethylene, 2,9 juta US$ dan setara dengan 21.309 T Emisi CO2 di tahun 2009 & 2011.

Gambar 2. BOG Compressor dan Propylene Refrigerant

Grafik 3. Jumlah Ethylene Recovery oleh BOG Compressor

b. Recovery Raw C4 Selama Proses PengapalanSalah satu aspek penting dari kegiatan operasional CAP adalah pembuangan gas buang ke flare, perusahaan berupaya memanfaatkan secara optimal gas buang ke flare dengan mengembalikan sisa gas di perpipaan setelah proses pengapalan kembali ke tangki Raw C4 atau ke proses Ethylene plant. Sejak 2009 hingga pertengahan 2013 berhasil mengembalikan Raw C4 sebanyak 3402 T, dan setara dengan 170.100 US$. Seperti ditunjukkan pada grafik berikut ini:

Jumlah Ethylene recovery oleh BOG Compressor

0.000

20.000

40.000

60.000

80.000

100.000

120.000

140.000

160.000

180.000

200.000

2/5

2/6

2/7

2/8

2/9

2/10

2/11

2/12

2/13

2/14

2/15

2/16

2/17

2/18

2/19

2/20

2/21

2/22

2/23

2/24

2/25

2/26

2/27

2/28 3/1

3/2

3/3

3/4

3/5

3/6

3/7

3/8

3/9

3/10

3/11

3/12

3/13

3/14

3/15

3/16

3/17

3/18

3/19

3/20

3/21

10/6

10/7

10/8

2009 & 2011

Ethy

lene

(Ton

)

Ethylene recovery

Grafik 1. Penghematan Konsumsi Grafik 2. Rasio Energi terhadap Bahan baku Bahan Baku (Naphtha)

PENGHEMATAN BAHAN BAKU DI FURNACE

Standar = 1.65

1.4

1.45

1.5

1.55

1.6

1.65

1.7

1.75

1.8

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013Tahun

T-Na

ptha

/T p

rodu

k (C

2+C3

+C4)

Energy Index (Energi/Naphta)

2.25

2.30

2.35

2.40

2.45

2.50

2.55

2.60

2007 2008 2009 2010 2011 2012Tahun

En

erg

y in

dex

(M

MK

cal/T

N

aph

tha)

PT. CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL - Produksi Bersih

17

Grafik 4. Recovery Raw C4 ke tangki/proses

b. Recovery Gas Buang (Bleed Gas) Dari HDPE PlantGas buang (bleed gas) dari HDPE plant disalurkan kembali ke Ethylene plant berkontribusi pada penurunan fugitive emission, sehingga jumlah emisi CO2 tidak dihasilkan lagi. Total recovery bleed gas 19.793 T, setara dengan 21,4 juta US$.

Grafik 5. Recovery Bleed gas dari HDPE

c. Recovery Propane Gas dari PP plant ke Ethylene plantRecovery propane gas PP plant kembali ke Ethylene untuk diolah kembali menjadi produk, dengan melakukan pemasangan perpipaan dari Polypropylene plant ke Ethylene plant.Kegiatan ini berkonstribusi juga pada penurunan fugitive emission, sehingga jumlah emisi CO2 tidak dihasilkan lagi. Total recovery gas propane 5.546 T, setara dengan 2,9 juta US$, 52.954 eq CO2/Ton.

Grafik 6. Efisiensi Listrik di HDPE plant

Efisiensi Listrik HDPE plant

400

410

420

430

440

450

460

470

2008 2009 2010 2011 2012Tahun

kWh.h

/T pro

d

0100200300400500600700800900

1000

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013Fu

gitiv

e emi

ssio

n &

Reco

very

(T)

010002000300040005000600070008000900010000

e CO2

/T

recovery

FugitiveEmissione CO2

Recovery Bleed gas from HDPE to Ethylene Plant

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

2007 2008 2009 2010 2011 2012Tahun

Bleed

gas (

T)

Bleed gas from HDPE

PT. CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL - Produksi Bersih

18

2. Manfaat

Perusahaan berupaya melakukan efisiensi energi, antara lain dengan optimasi bahan baku, recovery gas buang ethylene ke flare, recovery raw C4 selama proses pengapalan, recovery gas buang (bleed gas) dari HDPE plant, recovery propane gas dari polypropylene plant ke Ethylene plant, efisiensi listrik, yang berarti peningkatan efisiensi biaya, dan pada akhirnya menciptakan nilai tambah bagi pelanggan dan meningkatkan daya saing perusahaan.

3. Petikan Pembelajaran Keberhasilan perusahaan dalam efisiensi bahan baku dan energi tidak terlepas dari komitmen top manajemen untuk melaksanakan produksi bersih dan melakukan pengawasan terus menerus yang dituangkan dalam bentuk aturan tertulis. Kebijakan tersebut ditunjang oleh teknologi tepat guna yang dapat membantu meminimalisasi bahan baku dan sumber energi yang digunakan. Meskipun perusahaan menyadari keandalan alat, sebagai penunjang kelangsungan produksi yang berkesinambungan sangatlah penting untuk terus ditingkatkan, namun membutuhkan sumberdaya manusia yang bukan hanya handal tapi juga memiliki kedisiplinan untuk menghindari risiko.

PT. CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL - Produksi Bersih

19PT. CHEIL JEDANG INDONESIA - Produksi Bersih

PT. CHEIL JEDANG INDONESIA, JOMBANG, JAWA TIMUR

Pemanfaatan Sisa Produksi Asam Amino sebagai Pupuk Cair

Limbah dari proses industri biofactory dengan produk utama IMP, GMP dan MSG PT.Cheil Jedang Indonesia (CJI) sejak tahun 2012 telah berhasil diolah menjadi pakanikan Promate dan pupuk cair Bagitani. Melalui upaya pengolahan limbah sisaproduksi tersebut telah menurunkan kadar COD perhari sebesar 33.125 Kg (82%)dari total 72.000 Kg COD per hari. Sebelumnya kadar COD yang dihasilkan dariretended GMP sebesar 5.625 Kg/hari dan PL MSG sebesar 27.500 Kg/hari namunberkat upaya tersebut kadar COD dari limbah tersebut berhasil diturunkan menjadi 0Kg per hari.

Upaya menurunkan kadar limbah COD dilandasi dengan visi perusahaan yaituBeyond Bio, Renew The Earth yang berarti perusahaan yang selalu berupayamenciptakan semua produk dengan konsep produksi bersih dan berwawasanlingkungan. Dalam komitmennya untuk mewujudkan visi maka CJI telah melakukankegiatan pemanfaatan sisa produksi asam amino sebagai produk samping pupuk cairBagitani dan pakan ikan Promate di lokasi pabrik seluas ± 70 Ha dengan statusPenanaman Modal Asing (PMA) Korea Selatan, yang berlokasi di Jl. Raya Brantas KM3,5 Desa Jatigedong, Kecamatan Ploso, Kabupaten Jombang, Jawa Timur.

Kadar COD yang dihasilkan dari proses pembuatan produk meskipun masih di dalambatas peraturan lingkungan, namun perusahaan terus mengupayakan penguranganlimbah terutama limbah cair yang dapat membahayakan sumber air sekitar.Berdasarkan hasil kajian menunjukkan bahwa dari proses sisa produksi asam aminoPL MSG dapat dibuat pupuk cair.

1. Mengurangi Kadar COD, Menjadi Pupuk Cair

Pupuk cair adalah hasil samping proses asam amino (haspramin) yang merupakanpupuk organik sesuai dengan SNI 02-4958-2006. Pupuk cair Bagitani secara kualitassudah mendapatkan sertifikasi SNI tanggal 16 Januari 2013 dengan nomor02/S/SA/I.1/2013. dari Lembaga Sertifikasi Produk, Pusat Standarisasi KementerianPerindustrian.

Dalam prosesnya, sisa produksi asam amino berupa PL MSG merupakan sisaproduksi yang berasal dari proses refinery (pemurnian), tahap kristalisasi. Larutanjenuh yang mengandung produk (campuran antara asam glutamate, media/tempattumbuh bakteri, dan biomassa) didinginkan sampai suhu 20� dan pH 3.2 sehinggaterbentuk kristal. Kristal yang bercampur larutan induk kemudian dipisahkan dalamseparator. Kristal dialirkan ke tangki netralisasi dengan menambahkan NaOHsehingga membentuk Monosodium Glutamate (MSG) dalam bentuk cair. Larutaninduk yang dihasilkan dipekatkan dalam evaporator sehingga membentuk PL MSG,yang kemudian dimanfaatkan sebagai bahan baku pupuk cair karena memilikikandungan nitrogen yang cukup tinggi sekitar 4-5%.

Haspramin terutama dibuat dari sisa produksi asam amino, terutama asam aminoglutamate dengan bahan baku yaitu tetes tebu (cane molases). Haspramin dapatdigunakan untuk menggantikan pupuk ammonium sulfat (ZA). Haspramin telah digunakan sebagai pupuk pada berbagai tanaman seperti tebu, padi, palawija, dan nanas. Dari hasil survei lapangan, dilaporkan bahwa Haspramin tidak mengganggu produksi pertanian dan harganya lebih murah daripada pupuk N lainnya seperti Urea dan ZA. Hasil Penelitian juga menunjukkan bahwa penggunaan Haspramin pada

20 PT. CHEIL JEDANG INDONESIA - Produksi Bersih

j g j p gg p ptanaman pangan padi dan jagung, serta tanaman perkebunan dengan takaran 2500-5000 l/ha dapat mensubstitusi kebutuhan N dan memberikan kenaikan hasil panen (Soeparmono et al., 1999; Sofyan et al., 1999). Unsur hara dalam Haspramin yang paling penting adalah unsur Nitrogen, karena penting untuk pertumbuhan tanaman. Nitrogen adalah mineral dalam pupuk yang diperlukan tanaman yang berfungsi untuk: 1) pembentukan atau pertumbuhan daun, batang, dan akar; 2) mempengaruhi warna daun menjadi hijau gelap; 3) membentuk protein, lemak, dan berbagai persenyawaan organik; 4) meningkatkan mutu tanaman penghasil daun-daunan; 5) meningkatkan perkembangbiakan mikroorganisme di dalam tanah.

Gambar 1. Diagram Air Proses Produksi Pupuk Cair

Gambar 2. Gambaran Pengurangan Kadar COD di Perusahaan

Reduce beban Limbah ke IPAL 82%

21PT. CHEIL JEDANG INDONESIA - Produksi Bersih

2. Manfaat dan Petikan Pembelajaran

Keberhasilan perusahaan dalam mengolah limbah menjadi pupuk cair bukan hanya bermanfaat bagi perusahaan dan lingkungan, namun juga pupuk yang dihasilkan perusahaan bermanfaat bagi masyarakat di empat desa yaitu Desa Manduro dan Sumberingin (Kec. Kecamatan Kabuh), Desa Katemas (Kec. Kudu) dan Desa Pulosari (Kec. Bareng). Melalui program kerjasama dengan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Jombang seperti tertuang dalam Surat Perjanjian Kerjasama CJI, Jombang Nomor : 01/CJI/GA ENV-CSR/V/2013 dengan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Jombang Nomor : 522/353.A/415.32/2013 tentang pelaksanakan kegiatan Program CSR berupa Bantuan Pupuk Cair Bagitani untuk tanaman kehutanan pada hutan rakyat/hutan hak, dengan harapan dapat memotivasi kelompok tani/petani hutan dalam rangka meningkatkan tertib penata usahaan hasil hutan kayu secara lestari.

Sejak bulan Mei 2013, pupuk cair Bagitani yang diproduksi telah dimanfaatkan untuk program penghijauan hutan rakyat seluas 500 Ha, dengan jumlah pupuk cair yang disumbangkan sebanyak 3.562 Kl. Tabel 1 berikut luasan hutan rakyat dan jumlah pupuk yang diberikan di empat desa.

Tabel 1. Dukungan Pupuk Cair Bagitani yang Dialokasikan di Empat Desa untuk Pengembangan Hutan Rakyat

No Kecamatan/DesaAreal (Ha) Volume (Kl) %

Target Realisasi Target Realisasi1 Kec. Kabuh

- Ds. Manduro- Ds. Sumberingin

150150

109,50113,50

1.5001.500

1.0951.135

73,0075,67

2 Kec. Kudu- Ds. Katemas 120 91,50 1.200 915 76,25

3 Kec. Bareng- Ds. Pulosari 80 41,70 800 417 52,13

J U M L A H 500 356,2 5.000 3.562 71,24

Seiring dengan pengembangan program CSR CJI dalam bidang lingkungan dan sebagai bentuk kepedulian nyata terhadap kelestarian lingkungan dalam bentuk kegiatan hutan rakyat yang ada di Kabupaten Jombang, maka kegiatan pemupukan pada tanaman hutan seperti jati, sengon, mahoni dan lain-lain sangat dibutuhkan oleh kelompok tani hutan. Hal ini berdampak positif untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat hutan serta sekaligus meningkatkan kelestarian hutan yang sangat berguna dalam keseimbangan alam dan lingkungan.

Dari data aplikasi tersebut diatas, maka dapat dilihat bahwa dari target areal hutan rakyat seluas 500 Ha terealisasi seluas 356,20 Ha (71,24%) atau dengan jumlah pohon (tanaman hutan) yang terpupuk sebanyak 427.440 pohon (356,20 Kl pupuk cair).

22

Sosisalisasi CSR Bantuan Pupuk cair

Bagitani di desa Menduro

Simbolis pemupukan tanaman Jati oleh

Kadishutbun Jombang

Simbolis pemupukan tanaman Jati oleh GM

PT. CJI Jombang

Gambar 3. Sosialisasi Bantuan Pupuk Cair untuk Hutan Rakyat

Keberhasilan perusahaan untuk mengurangi limbah cair dengan menggunakan teknologi telah berhasil memanfaatkan menjadi pupuk cair. Hal ini tidak terlepas dari komitmen pimpinan serta pemilihan teknologi yang digunakan. Pengembangan kerjasama dengan berbagai pihak merupakan langkah tepat dalam mendukung distribusi dan pemanfaatan tepat guna pupuk cair yang dihasilkan. Berdasarkan data yang ada, program ini terlihat sekuen dari program yang tadinya untuk produksi bersih ternyata mampu memberikan hasil ikutan yang optimal dengan tertanami lahan seluas 500 Ha sebagai Hutan Rakyat.

Bapak Jamilun, Kepala Desa Menduro: ”Terimakasih kepada PT. CJI Jombang karena dengan program CSR bantuan pupuk cair ini sangat membantu masyarakat petani hutan rakyat khususnya beban biaya pupuk dan meningkatkan produktifitas pohon jati yaitu ukuran diameter batang pohon semakin besar dan pertumbuhan tanaman lebih cepat. Program seperti ini perlu dilakukan secara berkesinambungan karena program ini sangat bermanfaat bagi kami”.

Petikan Pembelajaran

Semua limbah (sisa produksi) pada dasarnya mempunyai potensi untuk dilakukan perubahan manfaat dan nilai ekonomis tergantung bagaimana kita memanfaatkannya. Kepedulian lingkungan merupakan tanggung jawab semua pihak termasuk pelaku industri. CJI membuktikan komitmennya sesuai dengan visi “Beyond Bio Renew The Earth” dengan melakukan penghijauan hutan yang merupakan sumber alam yang terpenting untuk menjaga keseimbangan dan kelestarian lingkungan.

PT. CHEIL JEDANG INDONESIA - Produksi Bersih

23

CHEVRON GHEOTHERMAL SALAK LTD (CGS), KABUPATEN SUKABUMI DANBOGOR, JAWA BARAT

Pemanfaatan Serpih Bor

Serpih bor yang dihasilkan dari pengeboran sumur uap panas bumi telah berhasildiolah menjadi konstruksi beton ringan, salah satunya oleh Chevron GeothermalSalak Ltd, di Kabupaten Sukabumi dan Bogor, Jawa Barat. Pemanfaatan dilakukansejak tahun 2010 dengan Ijin Pemanfaatan Serpih Bor Keputusan KementerianLingkungan Hidup (Kep MENLH) No. 178/2010. Pada periode 2012-2013, limbahserpih bor yang sudah dimanfaatkan sebagai bahan batako sebanyak 3.940 m3.

Pemanfaatan serpih bor merupakan upaya CGS untuk mengurangi limbah B3 daripengeboran uap panas bumi khususnya yang berlokasi di kaki Gunung Salak,Jawa Barat. Sebagai perusahaan swasta non–pemerintah pertama yang turut sertadalam mengembangkan dan memanfaatkan panas bumi di Indonesia, CGS sebagaisalah satu bagian dari Chevron terus berupaya melakukan kegiatan yangbertanggung jawab sosial dan selalu mematuhi hukum di wilayah setempat.Sebagai perusahaan yang memiliki visi "Menjadi perusahaan energi global yangdiakui karena Karyawannya, Kemitraannya dan Kinerjanya”.

CGS telah mengoperasikan sumur uap panas bumi sejak tahun 1994 danPembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) sejak tahun 1997 di Gunung Salak,Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor, Jawa Barat, menyadari bahwa pentinguntuk mengolah serpih bor yang jumlahnya terus bertambah dengan konseppemberdayaan masyarakat.

Program pemanfaatan serpih bor memiliki tujuan untuk memanfaatkan serpih boryang berasal dari kegiatan pengeboran menjadi bahan konstruksi denganmemberdayakan masyarakat sebagai kontraktor yang terlibat dalam kegiatan ini,melalui program pelatihan pengembangan potensi bisnis lokal (Local BusinessDevelopment). Selain itu, program juga bertujuan untuk mengembangkan potensibisnis di lokasi sekitar perusahaan yaitu di Desa Kabandungan, KecamatanKabandungan, Kabupaten Sukabumi; Desa Purwabakti, Kecamatan Pamijahan,Kabupaten Bogor.

1. Batako dari Serpih Bor, Mengurangi Limbah, Menambah PendapatanMasyarakat

Program pengelolaan limbah B3 CGS dilaksanakan melalui kerjasama denganLaboratorium Struktur dan Bahan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB danPuslitbang PU Cileunyi Bandung. Berdasarkan hasil uji laboratorium, serpih boryang dihasilkan dapat dijadikan bahan pengganti agregat halus untuk kontruksibeton ringan (struktural dan non struktural) sesuai dengan Standar NasionalIndonesia (SNI).

Proyek pemanfaatan serpih bor yang dijalankan sudah melalui proses ChevronPlanning Development and Execution Project (CPDEP) yang meliputi tahap

perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan kaji ulang secara berkesinambungan,atau secara umum disebut proses Plan-Do-Check-Act (PDCA). Pada tahap awal perencanaan, proyek ini melibatkan tim dari Operasi, Pemeliharaan, Enginering, Drilling dan K3LL untuk mencari solusi yang tepat. Tahap pelaksanaan

PT. CHEIL JEDANG INDONESIA - Produksi Bersih

24

pemanfaatan serpih bor didukung oleh tim dari Policy Government and Public Affairs(PGPA) dan Supply Chain Management (SCM). Intinya, CGS berupaya untuk melibatkan semua pihak yang berkepentingan yang dapat mendukung tercapainya sasaran program.

Proses tersebut di dukung dengan perizinan dari Kementerian Lingkungan Hidup untuk mengolah limbah B3 melalui surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup (MENLH) dengan No. 178 tahun 2010. Setelah ijin ini dikeluarkan, proses selanjutnya adalah persiapan di tingkat masyarakat dan pelatihan, serta pemantauan. Masyarakat yang terlibat dalam pemanfaatan serpih bor selain didampingi dalam proses pengorganisasian oleh Tim Community Developmentperusahaan, juga didorong untuk membentuk tim usaha yang kemudian dalam pelaksanaan pengolahan serpih bor disebut kontraktor.

Kontraktor yang terlibat dalam kegiatan pemanfaatan serpih bor ini diberi pembekalan ilmu mengenai karakteristik serpih bor, komposisi campuran bahan, prosedur K3, alat pelindung diri (APD), penanganan bahan kimia dan pengelolaan limbah. Program pelatihan pengembangan potensi bisnis perusahaan kecil dan program kemitraan usaha ini sudah berjalan sejak tahun 2008 dan berkesinambungan dengan visi menciptakan masyarakat lokal yang mandiri.

Proses pembuatan batako dilakukan bersama dengan kelompok unit usaha masyarakat di desa-desa yang didampingi oleh perusahaan yaitu Desa Kabandungan dan Purwabakti. Pada periode 2012, CGS telah memanfaatkan sebanyak 3.940 m3 limbah serpih bor yang di buat batako oleh kelompok masyarakat. Batako yang dihasilkan dibeli oleh perusahaan untuk membuat bangunan, jalan, dan lainnya.

Dalam hal pembuatan batako, kegiatan ini terintegrasi dengan program pengembangan masyarakat dan Local Business Development (LBD), dimana batako dari pemanfaatan serpih bor ini diproduksi oleh salah satu vendor hasil binaan LBD program. Vendor LBD tersebut telah memperoleh pelatihan terlebih dahulu dari supplier agar mampu menghasilkan produk yang memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan.

Gambar 1. Pemanfaatan Serpih Bor di Chevron Geothermal Salak Ltd.

PT. CHEIL JEDANG INDONESIA - Produksi Bersih

25

2. Manfaat dan Petikan Pembelajaran

CGS telah berhasil mengelola dan memanfaatkan serpih bor menjadi batako yang dimanfaatkan untuk dinding penahan tanah, saluran drainase, bangunan gedung tempat tinggal karyawan dan dimanfaatkan untuk pengerasan jalan. Dan menjadi salah satu sumber penghasilan masyarakat di dua desa di sekitar lokasi yaitu Desa Kabandungan dan Desa Purwabakti. Program ini juga sudah berhasil mengurangi limbah perusahaan, sekaligus dapat menambah pendapatan masyarakat dengan berhasil dimanfaatkan 3.940 m3 serpih di periode 2012-2013.

Keberhasilan program tidak terlepas dari rangkaian persiapan program termasuk perizinan pengelolaan limbah B3 dari Kementerian Lingkungan Hidup yang ditandai dengan Keputusan MENLH 178/2010. Selain itu, pelibatan masyarakat menjadi kunci utama program, yang melahirkan keahlian dan dukungan untuk pengeloaan selanjutnya.

PT. CHEIL JEDANG INDONESIA - Produksi Bersih

26

PT. EPSON BATAM, KEPULAUAN RIAU

Mengolah Limbah Tinta, Atasi Pemborosan Air Tanah

Sejak tahun 2008, PT. EPSON Batam (EB) berupaya menerapkan penghematan airmelalui pengolahan tinta sebagai upaya perusahaan mengatasi persoalanketerbatasan air bersih di Batam selain untuk mengatasi pencemaran. Daripengolahan air tinta yang telah dilakukan selama periode 2008-Juni 2013,perusahaan mampu mengurangi buangan limbah tinta hingga 2.412.435 liter danbiaya hingga Rp. 7.852.475.925, serta pengurangan pemakaian air tanah2.412.435 liter atau senilai Rp. 44.871.291. Penghematan tersebut digunakan jugauntuk membantu mengatasi kesulitan air di masyarakat sekitar.

Kebutuhan akan air cenderung semakin meningkat dari waktu ke waktu. Samahalnya di pulau Batam dimana sampai saat ini kebutuhan air mengandalkansumber air danau untuk keperluan hidup masyarakat sehari-hari dan jugakebutuhan industri. Ketersediaan sumber daya air danau dikhawatirkan tidakakan mencukupi seiring bertambahnya jumlah penduduk serta jumlah pabrikindustri yang beroperasi di pulau Batam. Berdasarkan data Dinas Kependudukandan Pencatatan Sipil kota Batam, diketahui jumlah penduduk kota Batam hinggaMaret 2013 mencapai 1.249.650 jiwa. Oleh karena itu perlu adanya upaya danpartisipasi aktif dari semua pihak dalam menjaga keberadaan dankeberlangsungan sumber daya air yang ada di pulau tersebut. Salah satu upayayang dapat dilakukan adalah dengan menghemat penggunaan air untukkebutuhan sehari-hari serta melaksanakan program-program berbasis lingkunganterutama bagi pelaku industri.

EPSON Batam (EB) sebagai salah satu perusahaan di bidang perakitan komponenelektronika, selalu berupaya menyelaraskan kegiatan industri dengan lingkungansekitar. Perusahaan yang berdiri pada tahun 1991 dan tergabung dalam afiliasiEpson Singapore Group (SEPG) hingga saat ini menghasilkan produk berupaScanner, IC module, Catridge Mold serta tinta cartridge. Seluruh kegiatanoperasional dan produksi PT. EPSON Batam dilaksanakan di Kawasan IndustrialBatamindo, Kepulauan Riau, kebutuhan perusahaan akan air dan listrikdisediakan oleh pihak kawasan. Produksi cartridge dimulai sejak tahun 2005,dimana EB hanya merakit cartridge dengan tinta yang di-supply dari SEC.Tingginya tingkat produksi tinta cartridge membuat perusahaan melakukanekspansi. Pada tahun 2009, EB mengembangkan produksi cartridge-nya denganmenambah satu section di dalam Departmen IK Produksi. Section tersebutbernama Ink Blending, Hal ini berarti EB akan mengolah dan memprodiksi tintasendiri yang kemudian dirakit menjadi Ink Cartridge.

Penambahan Kegiatan pengolahan tinta yang dilakukan sendiri oleh perusahaanakan memberikan manfaat yang besar bagi proses produksi ink cartridge, namunakan berbanding terbalik terhadap besar buangan limbah dan volume pemakaianair. Dalam proses pengolahan tinta ini perusahaan membutuhkan pasokan airbersih yang cukup banyak untuk proses pembuatan tinta, pencucian alat-alat danwadah yang digunakan untuk mengolah tinta, proses pengecekan kualitas dilaboratorium, dan lain sebagainya. Tingginya aktivitas tersebut sebanding dengantingginya angka buangan limbah cair tinta yang dihasilkan. Berdasarkan datarekaman jumlah limbah B3 FFD Department, di ketahui bahwa perusahaanmenghasilkan limbah tinta rata-rata sebanyak 53.000 liter setiap bulannya (Data

PT. EPSON BATAM - Produksi Bersih

27PT. EPSON BATAM - Produksi Bersih

pengolahan limbah IWWTP FFD Department). Tingginya angka buangan limbah tinta tersebut akan berimbas kepada tingginya biaya untuk pembuangan limbahke pihak pengolah akhir.

1. Olah limbah Cair Atasi Pemborosan Air

Dengan hanya mengandalkan satu sumber, yaitu air danau di kawasan industri Batamindo, tentunya akan menjadi kendala bila EB menambah section-nya.Berawal dari pertimbangan tingginya penggunaan air, pihak manajemen EBberupaya untuk mengurangi meningkatnya pemakaian air bersih serta menekan tingginya buangan limbah cair dengan cara mengolah buangan limbah cair tintayang dihasilkan. Upaya tersebut diimplementasi dengan pengadaan mesin pengolah limbah tinta pada tahun 2008. Mesin dirancang dan dibangun menjadi suatu rangkaian sistem pengolah limbah tinta yang selanjutnya memisahkan limbah tinta dengan air. Limbah tinta yang dihasilkan membentuk lumpur tinta dan air yang telah dipisahkan akan diolah sehingga dapat digunakan kembali.Kehadiran mesin tersebut dapat memberi dua manfaat sekaligus bagi perusahaan, yaitu: penekanan jumlah buangan limbah tinta, dan penekanan pemakaian air bersih. Rangkaian sistem pengolah limbah cair tinta ini disebut dengan Ink Waste Water Treatment Plant (IWWTP).

Prinsip dasar dari sistem pengolahan limbah cair tinta ini menggunakan prinsippenguapan (evaporasi). Seluruh proses pengolahannya melewati tiga tahapan. (1) Tahap pertama, semua limbah cair tinta hasil produksi dikumpulkan dan

dialirkan ke dalam sebuah bak penampungan (underground tank). Bak penampung tersebut memiliki kapasitas untuk menampung limbah cair tinta hingga 4 m3. Limbah cair tinta tersebut berasal dari berbagai ruang produki seperti Ink Blending, IK Production, LFP Production, CISS Production, dan IK QA Lab. Setiap ruang produksi yang menghasilkan limbah cair tersebut akan dibuatkan tempat pencucian khusus limbah cair tinta, selanjutnya limbah cair tersebut akan ditampung di dalam bak penampungan sementara yang telah dilengkapi dengan pompa air. Pompa air dilengkapi dengan sensor tingkatvolume, jika volume telah mencapai batas, secara otomatis limbah cair tersebut akan dialirkan ke underground tank. Setiap bak penampung tersebut akan memiliki pipa saluran masing-masing menuju underground tank yang telah dilengkapi dengan flowmeter, sehingga jumlah limbah yang dihasilkan setiap harinya dapat dikontrol dengan baik. Diketahui bahwa rata-rata limbah tinta yang dihasilkan mencapai 55.000 L setiap bulannya (Data Pengolahan IWWTP tahun 2008-2013). Dari underground tank limbah cair tinta akan dialirkan dan ditampung di tangki penampungan (sump tank). Sump tank memiliki kapasitas volume sebanyak 7,5 m3 dan dilengkapi dengan sensor volume maksimal, secara otomatis limbah cair tinta akan mengalir dari underground tank ke sump tank.

(2) Tahap kedua adalah proses penguapan (evaporasi). Pada tahap ini limbah cair akan dipanaskan untuk memisahkan antara air dan endapan tintanya. Limbah cair tinta tersebut akan dipanaskan didalam boiler (ketel uap) yang dilengkapi dengan heat exchanger sebagai pengontrol suhu. Ketel uap ini dikondisikan pada suhu 20°C-35°C dengan tekanan 50 mBar. Uap air yang dihasilkan akan mengalir melewati kondensor sehingga mengembun membentuk air yang kemudian dialirkan ke aeration tank. Satu siklus penguapan membutuhkan waktu 106 jam, dimana 96 jam untuk proses penguapan serta pengisian (boiling & loading) dan 10 jam untuk proses pendinginan.

28

(3) Tahap ketiga adalah proses aerasi yang bertujuan untuk meningkatkan konsentrasi oksigen di dalam air limbah untuk memperoleh air yang bersih. Kadar oksigen yang cukup akan menurunkan konsentrasi zat organik yang terkandung didalam air limbah dan juga bermanfaat untuk proses oksidasi senyawa-senyawa kimia yang terkandung dalam limbah tersebut serta dapat mengurangi bau. Uap air hasil proses penguapan limbah cair tinta dialirkan ke aeration tank. Disana terdapat alat digital untuk mengontrol kadar oksigen (D/O) dan pH, pH air tersebut dikontrol agar mendapatkan air yang pH nya netral (6-8). Air olahan yang diperoleh dari hasil pengolahan limbah cair tintatersebut ditampung di dalam tangki penampungan akhir (Dillution Tank) dan dialirkan bak penampungan air yang kemudian dimanfaatkan untuk bilasan toilet. Sebelum air tersebut digunakan kembali, air tersebut diuji oleh badan yang sudah tersertifikasi dalam laboratorium untuk memastikan bahwa kandungan air tersebut aman untuk digunakan dan buangannya tidak mencemari lingkungan. Pengecekan tersebut dilaksanakan setiap 6 bulan sekali. Selain itu FFD Department juga melakukan control pH terhadap air tersebut setiap harinya.

Pada saat proses penguapan limbah cair tinta, di dalam ruang uap dikondisikan suhu dan tekanannya sesuai dengan titik didih air. Sehingga akan menyisakan endapan lumpur tinta. Lumpur tinta tersebut dialirkan melalui keran dan ditampung di dalam drum-drum penampung limbah. Drum tersebut kemudian dikemas untuk dibuang ke pihak ketiga. Seluruh proses pengolahan limbah cair tinta tersebut tergambar dalam diagram alir proses pengolahan limbah tinta pada Gambar 1.

Gambar 1. Diagram Alir Proses Pengolahan Limbah Tinta

Berdasarkan data rekaman hasil pengolahan limbah cair tinta dari tahun 2008hingga tahun 2013 (bulan Juni), mesin pengolah limbah ini telah mengolah limbah cair tinta sebanyak 2.578.018 L. Dari 2.578.018 L limbah cair tinta yang diolah menghasilkan air olahan sebanyak 2.412.435 L dan buangan limbah menjadi hanya 165.583 L. Sehingga diketahui bahwa efisiensi dari sistem pengolahan limbah cair tinta ini mampu menekan jumlah hasil limbah tinta hingga 93% setiap tahunnya (Data bulanan pengolahan IWWTP 2008-2013). Efek nyata yang dapat

PT. EPSON BATAM - Produksi Bersih

29

dirasakan oleh perusahaan dari tahun 2008 hingga Juni 2013 adalah perusahaan mampu mengurangi buangan limbah tinta hingga 2.412.435 L dan biaya hingga Rp. 7.852.475.925. Sebuah angka yang sangat besar mengingat biaya pembuangan limbah yang sangat tinggi dan juga mampu menurunkan bebanpencemaran terhadap lingkungan. Efisiensi pengolahan limbah cair tinta terhadap buangan limbah tinta digambarkan pada Gambar 2.

Selain mengurangi buangan limbah tinta, manfaat lain yang dirasakan oleh perusahaan adalah perusahaan mampu mengurangi pemakaian air bersih. Dari hasil pengolahan limbah cair tinta dari tahun 2008 hingga Juni 2013, perusahaan mampu mengurangi pemakaian air sebanyak 2.412.435 L atau senilai Rp. 44.871.291 (Data Bulanan Pengolahan Limbah tahun 2008-Juni 2013) Angka tersebut akan sangat berarti jika hasil penghematan air yang telah dilakukan perusahaan diperuntukkan untuk pemakaian air di masyarakat sekitar.

Gambar 2. Grafik Efisiensi Pengolahan Limbah Tinta terhadap Buangan Limbah Tinta

Disamping memberikan banyak manfaat terhadap perusahaan, mesin ini juga memiliki kelebihan dalam proses pengoperasiannya. Dalam setiap prosesnya mesin ini tidak membutuhkan perlakuan dan perhatian khusus sehingga tidak membutuhkan banyak tenaga kerja, selain itu mesin ini tidak membutuhkan pengawasan khusus dan terus menerus. Dengan perawatan dan pengecekan secara berkala terhadap mesin evaporator serta sensor level volume dalam ketel uap akan membuat mesin tetap terjaga dan mempertahankan kondisi mesin dalam jangka waktu yang lama. Penggunaan air olahan limbah cair tinta ini untuk bilasan toilet hingga saat ini tidak mengalami kendala yang berarti. Tidak ada keluhan dari para karyawan yang menggunakan toilet tersebut. Mereka tetap dapat menggunakan toilet tersebut dengan nyaman tanpa terganggu dengan penggunaan air olahan.

Upaya penekanan jumlah buangan limbah dan pemakaian air bersih yang telah dilakukan merupakan salah satu bentuk kepedulian EB terhadap keberadaan dan keberlangsungan sumber daya air di pulau Batam. Selain pemanfaatan mesin

PT. EPSON BATAM - Produksi Bersih

30

IWWTP untuk kegiatan penghematan penggunaan air, perusahaan juga melakukan beberapa kegiatan lain diantaranya: perusahaan menerapkan pemakaian keran air sensor manusia (human sensor) di ruang-ruang produksi, mengganti keran air yang ada di tempat-tempat umum seperti mushola dengan keran spray dan mengatur debit airnya, untuk penggunaan flushing toilet,perusahaan menerapkan tanki air dengan tuas otomatis, di beberapa ruang produksi untuk membersihkan tangan dari debu tidak disediakan keran air melainkan menggunakan stikimat, sehingga air dapat dimanfaatkan secara hematdan tepat. Penghematan sumber daya alam air melalui efisiensi merupakan tujuan jangka panjang perusahaan dalam upaya menjaga keberlangsungan sumber daya air.

Seluruh program dilaksanakan dengan menggunakan metode Plan Do Check Act (PDCA). Pencapaian target yang telah diperoleh perusahaan di evaluasi per semester setiap tahunnya sehingga target yang akan ditetapkan di tahun berikutnya dapat meningkat. Kegiatan CSR lingkungan yang telah dilaksanakan oleh perusahaan, mendapat respon positif dari berbagai kalangan, baik dari instansi pemerintah, swasta serta masyarakat sekitar. Sebagai bentuk apresiasi Pemerintah Kota Batam memberikan penghargaan sebagai perusahaan pengelola lingkungan terbaik untuk kategori industri elektronik se kota Batam. Penghargaan ini diraih oleh EB selama empat tahun berturut-turut (2008-2012). Selain itu, perusahaan juga mendapatkan peringkat biru selama 3 tahun berturut-turutuntuk program PROPER yang diadakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan telah berhasil memenuhi tingkat kepatuhan terhadap Undang-Undang Lingkungan Hidup yang berlaku. Pada tahun 2013, perusahaan juga memperoleh penghargaan sebagai pengelola lingkungan terbaik kategori industri elektronika dari Gubernur Kepulauan Riau. Sedangkan di tingkat afiliasi Epson, EB juga telah meraih penghargaan empat kali berturut-turut (2005-2008), dalam ajang penghargaan Environmental Management Award (EMA) yang diadakan oleh Epson pusat di Jepang.

2. Manfaat dan Petikan Pembelajaran

Penggunaan mesin dengan teknologi yang baik serta pelibatan karyawan dalam menerapkan penghematan air serta penyadaran tentang penting nya menyelamatkan air di Batam menjadi salah satu faktor sukses keberhasilan program CSR Produksi Bersih dari EB. Bahkan para karyawan dari EB sendiri turut merasakan dampak yang ditimbulkan dari upaya pengelolaan limbah tinta dan penghematan air yang dilakukan perusahaan,

(1) “Dulu seluruh limbah berbahaya hasil produksi langsung dikirim ke pihak ketiga. Biaya yang dibutuhkan untuk sekali pengangkutan sangat besar, apalagi dalam sebulan bisa mengirim 2-3 kali. Namun, setelah menggunakan mesin ini, kami sanggup mengurangi buangan limbahnya, serta biaya pengirimannya pun dapat kami kurangi sampai 95% dibanding sebelumnya. Sebuah pencapaian yang besar bagi perusahaan” (Novi Ardi-FFD Department)

(2) Dengan adanya mesin ini perusahaan bisa mengurangi jumlah pemakaian air bersih yang bersumber dari danau sehingga akan menambah jumlah cadangan air yang bisa digunakan oleh masyarakat Batam (Slamet Harijayadi – Karyawan Epson)

(3) Program ini sangat bagus, selain bisa bermanfaat untuk perusahaan, juga bermanfaat untuk masyarakat Batam. Disamping itu kualitas air yang dihasilkan dari proses pengolahan ini tidak jauh berbeda dengan air bersih,

PT. EPSON BATAM - Produksi Bersih

31

sehingga karyawan merasa aman dan nyaman untuk menggunakannya. Diharapkan ke depannya bisa memenuhi seluruh kebutuhan domestik perusahaan sehingga perusahaan bisa mengurangi konsumsi air bersih(Ikhtiyar Wicaksono – Karyawan Epson).

PT. EPSON BATAM - Produksi Bersih

32

PT. NIPPON SHOKUBAI INDONESIA, KECAMATAN CIWADENCILEGON, BANTEN

Minimalisasi Buangan Air Limbah Produksi

Sejak tahun 2008, Nippon Shokubai Indonesia (NSI) telah mengembangkanbeberapa teknologi untuk memproses limbah cair yang dihasilkan pada setiaptahapan produksinya. Minimalisasi buangan air limbah dilakukan pada prosesabsorbsi gas Acrylic Acid sebesar 1.628 m3/tahun, pada proses absorbsi gas HCl dikolom deodorisasi sebesar 8.688 m3/tahun dan proses backwash (pencucian balik)sebesar 3.009 m3/tahun.

NSI merupakan perusahaan Petrokimia yang memproduksi Acrylic Acid AcrylicEster & Super Absorbent Polymer, berlokasi di Kecamatan Ciwaden, Cilegon,Provinsi Banten. Komitmen perusahaan terhadap lingkungan tercantum dalamcorporate philosophy “Techno Amenity” yang salah satunya dilaksanakan dalambentuk upaya meminimalisasi air limbah yang dihasilkan dari proses produksi danmengolahnya kembali menjadi air yang dapat digunakan dalam proses produksiberikutnya.

1. Tiga Proses Meminimalisasi Air Limbah

a. Daur Ulang Air Proses sebagai Air Pengabsorbsi (Recycled Process WasteWater As Absorbing Water).

Proses meminimalisasi limbah air dilakukan dengan menggunakan kolomabsorbs yang berfungsi untuk mengabsorbsi gas Acrylic Acid hasil ataukeluaran reaktor oksidasi. Proses tersebut menggunakan air sebagai mediaabsorbsinya, komponen air absorbsi terdiri atas air hasil proses demineralisasi(polished water) dan air limbah hasil proses pemurnian. Di tahap prosespemurnian, air yang terkandung dalam cairan Acrylic Acid akan dipisahkan,dimana nantinya sebagian air limbah hasil pemurnian tersebut akan dipakaikembali sebagai air absorbsi.

Persentase air limbah yang bisa di pakai ulang untuk proses absorbsi di kolomabsorbsi dinaikkan sekitar 5% dari sebelumnya. Adanya program ini telahmengurangi jumlah air limbah kurang lebih sebesar 1.628 m3/tahun.

Tabel 1. Kondisi Rasio Pengurangan Air Limbah Pada Kondisi Sebelum danSesudah

KondisiAspek Satuan Sebelum Sesudah

R/C rasio daur ulang % 57 63Total air pengabsorbsi m3/jam 4.6 4.7R/C rasio air pengabsorbsi m3/jam 2.6 3.0Air yang diperlukan m3/jam 2.0 1.8Reduksi m3/jam - 0.2

m3/ tahun 1628

PT. NIPPON SHOKUBAI INDONESIA - Produksi Bersih

33PT. NIPPON SHOKUBAI INDONESIA - Produksi Bersih

Gambar 1. Kolom Absorbs Gas Acrylic Acid

b. Pengurangan Air Industri Di Tangki Deodorasi HCL (Industrial Water Reduction In Hcl Tank Deodorization)

Tangki deodorasi HCL merupakan tangki penampungan HCl (Asam Klorida) dilengkapi dengan kolom deodorisasi. Kolom tersebut menggunakan air sebagai media untuk proses absorbsi gas HCl. Pada mulanya air sebanyak 1 m3/jam dipasok secara terus menerus pada kolom tersebut. Bagian ini ditujukan untuk mengurangi jumlah limbah air hasil proses absorbsi gas HCl di kolom deodorisasi.

Tim produksi bekerjasama dengan tim dari Keselamatan dan Lingkungan melakukan identifikasi dan tes terhadap kolom absorbsi gas HCl. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pada kondisi normal, emisi gas HCl ke atmosfer masih jauh dibawah nilai ambang batas. Dengan kata lain, air tersebut dapat digunakan hanya pada saat pengisian HCl dari lorry ke tangki penampungan sehingga tidak perlu menambah air secara kontinyu ke kolom absorbsi.

Kegiatan yang telah dilakukan sejak tahun 2009 berhasil mengurangi jumlah limbah sebesar 8.688 m3/ tahun.

Tabel 2. Pengurangan Konsumsi Air dari Proses Tangki Deodorisasi HCL

KondisiAspek satuan sebelum sesudah

Konsumsi Air Rata-rata laju alir m3/jam 1

Total m3/tahun 8700 12

Reduksi m3/tahun 8.688

34

c. Peningkatan Waktu Kerja Dual Filter (Increasing Of Dual Filter Service)

Sejak tahun 2010, perusahaan melakukan proses peningkatan teknologi dengan memaksimalkan kinerja Dual Filter unit dan mengurangi air limbah yang dihasilkan pada saat proses backwash(pencucian balik).

Dual Filter adalah salah satu bagian dari unit pengolahan air yang berfungsi untuk menyaring (filtrasi) padatan tersuspensi yang terdapat pada air baku. Setelah beberapa kali beroperasi dalam kurun waktu tertentu, unit ini membutuhkan proses backwash untukmengoptimalkan kembali kinerjanya. Satu kali proses backwashmembutuhkan air dalam jumlah yang cukup banyak yang selanjutnya air tersebut akan dibuang sebagai limbah.

Tim produksi telah melakukan identifikasi dan tes untuk mengurangi jumlah air limbah pada waktu proses backwash dengan jalan menambah waktu kerja unit dual filter dari 11 jam menjadi 15 jam. Kegiatan ini dapat mengurangi jumlah air limbah kurang lebih sebesar 3.009 m3/tahun.

Tabel 3. Pengurangan Air Limbah dengan Dual Filter

Gambar 2. Dual Filter Gambar 3. PembangkitListrik Co Gen

Selain itu, ada beberapa hal lain yang juga menjadi bahasan mengenai program pengurangan air limbah, diantaranya:(1) Mengurangi down time/shutdown proses produksi karena

Emergency Shutdown.(2) Mengubah metode cleaning/ pencucian alat produksi.

kondisiAspek satuan sebelum sesudah

Service timer Jam 11 15Frekuensi pencucian kali/hari 2.0 2.8Pencucian total kali/tahun 161 118Konsumsi air m3/tahun 11285 8276Reduksi m3/tahun 3009

PT. NIPPON SHOKUBAI INDONESIA - Produksi Bersih

35

Tim produksi telah melakukan beberapa perubahan mengenai metode pembersihan. Namun, air limbah yang dihasilkan tidak terlalu jauh berbeda dengan sebelumnya. Bahasan selanjutnya adalah bagaimana mengurangi frekuensi emergency shutdown. Pasokan listrik yang cenderung kurang stabil menyebabkan terjadinya plant emergency shutdown.

Untuk itu, perusahaan telah berinvestasi membangun pembangkit listrik-Co-Gen (GTG- HRSG) plant sebagai upaya untuk mengatasi ketidakstabilan pasokan listrik sekaligus menyumbang tambahan supply steam ke area proses. Co-gen ini telah beroperasi sejak tahun 2008. Dengan adanya Co-Gen plant diharapkan kestabilan proses produksi akan terjaga dan sebagai dampak tidak langsungnya adalah mengurangi jumlah air limbah hasil pencucian.

2. Manfaat dan Petikan Pembelajaran

Bagi perusahaan kepedulian terhadap limbah memberikan manfaat lain, yaitu ketersediaan air untuk produksi lebih terjaga, para karyawan mendapatkan informasi dan pengetahuan dengan dijalankannya sistem produksi bersih terutama penghematan air.

Petikan pembelajaran yang didapat dari penerapan program ini antara lain:Diperlukan sumberdaya manusia yang memiliki keahlian dan ketrampilan dalam mengoperasikan alat berteknologi tinggi. Disiplin yang tinggi dari semua karyawan bukan hanya tim produksi namun juga tim lainMonitoring yang dilakukan perusahaan membantu pelaksanaan program dengan lebih baik.

PT. NIPPON SHOKUBAI INDONESIA - Produksi Bersih

36

37

BAB II. KANTOR RAMAH LINGKUNGANBAB II.KANTOR RAMAH LINGKUNGAN

38

39PT. BIO FARMA - Kantor Ramah Lingkungan

PT. BIO FARMA (PERSERO), BANDUNG, JAWA BARAT

Satu Peluru, Dua Sasaran: Penerapan Kantor Ramah Lingkungan MelaluiProgram Penghematan Energi Listrik

Penerapan kantor ramah lingkungan di PT. Bio Farma yang berlokasi di Jl PasteurBandung, Jawa Barat ternyata mampu berkontribusi secara signifikan terhadappenghematan listrik perusahaan, pada tahun 2011 total penghematan sebesar202,88 Mwh dan pada tahun Juni 2013 meningkat menjadi 205,99 Mwh. Seiringdengan makin meningkatnya jumlah pencapaian penghematan energi, makasemakin tinggi pula jumlah emisi gas rumah kaca yang berhasil diminimalisasioleh Bio Farma, yakni dari 147,09 ton CO2 ekuivalen menjadi 149,34 tonCO2ekuivalen per bulan.

Energi listrik dibutuhkan dalam kegiatan operasional industri manufaktur,termasuk Bio Farma yang merupakan Badan Usaha Milik Negara produsen vaksindan antisera satu–satunya di Indonesia. Kebutuhan listrik digunakan untukkegiatan utama yang menghasilkan produk dan kegiatan– kegiatan penunjangproduksi seperti administrasi dll. Bio Farma menyadari bahwa penggunaan energisecara efisien adalah salah satu indikator baiknya kinerja kegiatan operasionalperusahaan. Bio Farma berkomitmen untuk melaksanakan proram–programpenghematan energi listrik, selain dalam rangka peningkatan efisiensi produksi,penghematan biaya listrik, juga sebagai bentuk tanggungjawab sosial perusahaanuntuk berkontribusi dalam upaya mitigasi perubahan iklim. Program ini selarasdengan visi perusahaan “Menjadi Produsen Vaksin dan Anti Sera Kelas Dunia yangBerdaya Saing Global”, Bio Farma percaya bahwa sebagai pelaku bisnis yangproduknya melayani kebutuhan kesehatan dunia di pasar internasional, harusmemiliki perhatian terhadap dampak lingkungan dari kegiatan operasionalnyatermasuk isu–isu lingkungan skala internasional di antaranya perubahan iklim.

1. Merancang Penghematan Energi Listrik

Bio Farma menganut konsep green industry sehingga semua aspek kegiatanoperasional perusahaan dirancang dan dilakukan agar menghasilkan dampaklingkungan seminimal mungkin. Standard pengelolaan lingkungan yang dianutoleh Bio Farma adalah beyond compliance, yang artinya Bio Farma tidak cukuphanya patuh terhadap persyaratan dan regulasi lingkungan, namun juga aktifmelakukan program–program lingkungan untuk mencapai best practicepengelolaan lingkungan. Komitmen dari manajemen puncak yang berlaku bagiseluruh bagian perusahaan dituangkan dalam 9 Kebijakan Perusahaan yang salahsatunya berbunyi “Penghematan Energi dan Sumber Daya Alam”. Dengan dasarkebijakan tersebut, disusunlah program penghematan energi dengan mengacukepada siklus P (Plan), D (Do), C (Check), A (Act) sesuai dengan standar sistemmanajemen lingkungan ISO 14001:2004.

Perencanaan penghematan energi dilakukan secara jangka panjang. Hingga saatini Bio Farma telah memiliki rencana penghematan energi hingga tahun 2015.Program penghematan energi dilaksanakan oleh suatu tim teknis yang dibentukoleh Direksi yakni Team Energy Saving dengan Divisi Umum dan CSR, serta DivisiTeknik dan Pemeliharaaan sebagai penunjang program penghematan energi.Implementasi program penghematan energi dilaporkan oleh tim teknis kepada

40

direksi untuk kemudian disusun program berikutnya sebagai continual improvement program penghematan energi.

Kegiatan-kegiatan penghematan energi Bio Farma telah berhasil mencapai efisiensipenggunaan energi seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 1. Kegiatan Penghematan Energi Listrik di PT. Bio Farma

No Program Mwh/Bulan

1 Timer control AHU 176,64

2 Inverter pompa chiller gedung pengemasan 4,10

3 Inverter pompa chiller gedung PGPC 4,50

4 Inverter dan night mode LAFU 7,30

5 Refrigerant musicool 1,18

6 Lampu LED 0,31

7 Penerangan taman dengan solar cell 1,19

Program penghematan listrik tidak hanya berkontribusi pada penghematan energi, namun juga berkontribusi pada mitigasi perubahan iklim. Kegiatan pembangkitanlistrik dilakukan dengan pembakaran bahan bakar fosil. Dengan demikian, keberhasilan penghematan listrik juga berkontribusi mengurangi emisi gas rumahkaca keatmosfer. Berdasarkan data faktor emisi bahwa emisi sebesar 0,725 ton CO2 ekuivalen untuk setiap pembangkitan 1 Megawatt listrik di jaringanpembangkitan listrik Jawa-Madura-Bali1, maka minimalisasi emisi gas rumahkaca yang dicapai oleh Bio Farma per bulan dapat dikalkulasi dan hasilnyaditampilkan pada Tabel 2. berikut.

Tabel 2. Penghitungan Pengurangan Emisi Karbon dari Kegiatan Penghematan Listrik

No Program Ton CO2equivalent

1 Timer control AHU 128,06

2 Inverter pompa chiller gedung pengemasan 2,98

3 Inverter pompa chiller gedung PGPC 3,26

4 Inverter dan night mode LAFU 5,30

5 Refrigerant musicool 0,86

6 Lampu LED 0,22

7 Penerangan taman dengan solar cell 0,86

1Anonim, 2012, Draft Petunjuk Teknis Penghitungan Emisi GRK di Sektor Industri, http://apki.net/wp-content/uploads/2013/05/Draft-Petunjuk-Teknis-Penghitungan-Emisi-GRK-di-Sektor-industri.pdf diaksestanggal 22 September 2013

PT. BIO FARMA - Kantor Ramah Lingkungan

41PT. BIO FARMA - Kantor Ramah Lingkungan

Program penghematan listrik ditunjang pula dengan promosi kesadaran danperilaku karyawan untuk mematikan alat–alat listrik seperti AC, komputer, lampupenerangan ruangan, dan lain–lain yang tidak diperlukan saat selesai bekerja.Selain itu, telah dipasang pula timer dispenser yang secara otomatis akanmemutus aliran listrik ke dispenser air minum selama 8 jam di malam hari. Program penghematan listrik Bio Farma terus dikembangkan, baik penambahanjumlah alat pada program yang sama, maupun penambahan program–program baru. Hasilnya, pencapaian penghematan energi pun terus meningkat. Pada bulanJuni 2013, total penghematan listrik Bio Farma tercatat sebesar 205,99Mwh, naikdari sebesar 202,88 Mwh pada awal tahun 2011.

Gambar 1. Grafik Pencapaian Efisiensi Energi

Seiring dengan makin meningkatnya jumlah pencapaian penghematan energi, maka semakin tinggi pula jumlah emisi gas rumah kaca yang berhasildiminimalisasi oleh Bio Farma, yakni dari 147,09 ton CO2 ekuivalen menjadi 149,34 ton CO2 ekuivalen per bulan.

Gambar 2. Grafik Minimalisasi Gas Rumah Kaca dari Penghematan Energi

42 PT. BIO FARMA - Kantor Ramah Lingkungan

2. Manfaat dan Petikan Pembelajaran

Manfaat yang paling dirasakan dari penghematan listrik adalah perusahaan dapat mengurangi biaya pembayaran listrik sebesar kira-kira Rp 269.846.900. selain itu juga proses upaya penghematan yang melibatkan semua karyawan dalam pelaksanaannya mendorong disiplin karyawan, seperti mematikan listrik bila tidak diperlukan, sehingga menjadi kebiasaan.

Keberhasilan program didukung kebijakan dari manajemen puncak yang dituangkan dalam 9 poin budaya perusahaan yang mengikat dan berlaku bagiseluruh bagian perusahaan, bahkan mengalokasikan anggaran untuk mendukung proses penghematan listrik tahun 2012 anggaran yang dialokasikan sebesar Rp. 1.756.750.000,00 sementara pada Tahun 2013, anggaran penghematan energimeningkat dua kali lipat menjadi sebesar Rp. 3.637.500.000,00.

Proses audit energi secara eksternal menjadi kunci keberhasilan lainnya, mengingat perusahaan dapat merancang strategi untuk melakukan penghematan di setiap unit dengan mengacu pada audit energi. Audit yang dilakukan secara periodik setiap tiga tahunan memberi gambaran untuk memutuskan Actberikutnya yakni perencanaan penghematan energi jangka panjang, dalam rangkacontinual improvement.

Pada akhirnya, Bio Farma percaya bahwa program penghematan energisebenarnya adalah “Satu Peluru untuk Dua Sasaran”. Penghematan energi tidakhanya berkontribusi pada penghematan beban pembiayaan listrik tetapi jugaminimalisasi emisi gas rumah kaca keatmosfer. Penghematan energi tidak hanyadidasari pada satu poin kebijakan perusahaan yakni Penghematan Energi danSumber Daya Alam, namun juga merefleksikan poin lain kebijakan perusahaanyakni Pengendalian Pencemaran. Bio Farma sebagai perusahaan yang bertanggungjawab secara sosial dan lingkungan dan tanggap terhadap isu-isulingkungan global tidak hanya secara aktif melakukan mitigasi perubahan iklimdengan meningkatkan sekuestrasi karbon melalui program penghijauan, namun di sisi lain juga terus berupaya untuk mengurangi emisi gas rumahkaca di atmosfer. Demikian adalah wujud komitmen Bio Farma sebagai perusahaan yang menujuWorld Class Company yang tidak hanya bertanggungjawab terhadap negara, lingkungan masyarakat lokal dan nasional, namun juga berpartisipasi aktifmencegah katastrofi perubahan iklim yang bersifat global.

43PT. KALTIM PRIMA COAL - Kantor Ramah Lingkungan

PT. KALTIM PRIMA COAL, KABUPATEN KUTAI TIMUR,KALIMANTAN TIMUR

Dari Kompetisi Lingkungan Menuju Kantor Ramah Lingkungan

Penerapan program kompetisi green office (kantor ramah lingkungan) di Kaltim PrimaCoal (KPC) di Sangatta dan Bengalon, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan telahberkontribusi menurunkan penggunaan energi listrik sebesar 2.320.106 kWh selamaperiode 2011-2013. KPC juga telah mengolah sampah domestik menjadi kompossebesar 10 ton, memanfaatkan limbah toner sebesar 70% dari total penggunaansebanyak 925,64 Kg, pemanfaatan kemasan makanan sebesar 41,27% dari total25,921 pak selama periode enam bulan di tahun 2013.

Sebagai perusahaan pertambangan yang dalam proses produksinya melibatkan unitkerja baik dibawah langsung perusahaan maupun para kontraktor, tahun 2013,tercatat memiliki sekitar 5.131 karyawan perusahaan dan 20.821 karyawankontraktor. Sejak tahun 2004 perusahaan telah mengembangkan program “Kompetisigreen office” dalam mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan serta mendorongterciptanya kantor yang ramah lingkungan. Program dilatarbelakangi pentingnyaefisiensi sumber daya dan energi serta peningkatan kondisi lingkungan kerja yangsehat untuk para karyawan. Pertimbangan tersebut mendorong munculnya inisiatifkompetisi green-office (kantor ramah lingkungan) yang diselenggarakan oleh KPC.Kegiatan Kompetisi green office menjadi bagian kebijakan perusahaan danditandatangani langsung Presiden Direktur dan Chief Executive Officer pada tahun2004.

Dalam lingkup organisasi perusahaan, penanggung jawab kegiatan tersebut adalahDivisi Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan (K3L), PembangunanBerkelanjutan dan Keamanan. Kompetisi kantor ramah lingkungan sekaligus menjadibagian dari komitmen KPC terhadap pengelolaan lingkungan hidup, untuk mencapaimisi perusahaan, yaitu memupuk budaya yang mengutamakan keselamatan,kesehatan, dan lingkungan dalam segala tindakan. Di sisi yang lain, programkompetisi green office juga diharapkan dapat mendorong unit-unit kerja untukberinovasi dalam pengelolaan lingkungan di area perkantoran yang ada, sehinggamemberikan manfaat yang optimal bagi kelestarian lingkungan dan keekonomianperusahaan. Keteladanan perilaku ramah lingkungan ini diharapkan dapatterduplikasi di unit kerja yang lain di KPC dan Kontraktor sehingga dapat menjadibenchmark bagi perusahaan tambang lainnya di Indonesia.

1. Proses Kompetisi Green Office

Proses penilaian lomba green office di KPC dilaksanakan dalam kurun waktu 5–6minggu yang diawali dengan kegiatan sosialisasi kepada unit-unit kerja untukmenjelaskan kriteria lomba dan jadwal pelaksanaan. Penilaian kompetisi green officedilakukan dalam dua tahap oleh departemen lingkungan perusahaan: pertama,penilaian terhadap isian kuesioner yang telah diisi oleh unit-unit kantor. Pesertadiberi waktu 2 (dua) minggu untuk proses pengisian kuesioner kompetisi ; tahapkedua yaitu verifikasi lapangan. Verifikasi lapangan dilakukan terhadap shortlist yangdihasilkan dari penilaian tahap pertama. Aspek-aspek yang dipertimbangkan dalam penilaian untuk memilih pemenang kompetisi green office antara lain:(1) Aspek pengelolaan sampah (pemilahan sampah, pengelolaan limbah kategori

limbah B3, penerapan konsep reuse-reduce-recycle).(2) Aspek kebersihan dan kerapihan (kebersihan areal kerja, pengaturan areal kerja,

dan kebersihan fasilitas pendukung).( )

44 PT. KALTIM PRIMA COAL - Kantor Ramah Lingkungan

Gambar 2. Komposisi Peserta Green Office

0102030

2012 2013

Kontraktor

KPC

Tahun 2011 kompetisi diikuti 9 peserta, tahun 2012 jumlah peserta meningkat menjadi 47 unit kerja dan 22 unit masuk seleksi berdasarkan penilaian kuesioner Sebanyak 11 unit kerja secara konsisten masuk dalam shortlist kandidat kompetisi selama dua tahun berturut-turut, meskipun secara jumlah peserta belum menunjukkan penambahan, namun hasil penilaian menunjukkan peningkatan nilai rata-rata yang cukup signifikan, seperti disajikan pada Tabel 1. Berikut.

p g)(3) Aspek perilaku karyawan yang ramah lingkungan, seperti pemanfaatan dan

penghematan listrik dan air.(4) Aspek keanekaragaman hayati, berupa kegiatan penghijauan pada masing-masing

kantor, keanekaragaman jenis tanaman.(5) Aspek menerapkan program-program peduli lingkungan yang dicanangkan KPC,

yaitu efisiensi energi (listrik).

Kerangka waktu dan gambaran komposisi peserta kompetisi green office

Sosialisasi Kritiea Penilaian &

Kerangka Waktu

Batas Akhir Penyampaian

Kuesioner

2 -3 minggu verifikasi lapangan & penjurian

2 minggu

Batas Akhir Verifikasi Lapangan

1 mingguEvaluasi Kuesioner & Hasil Verifikasi

PenentuanPemenang

PengumumanPemenang

Gambar 1. Kerangka Waktu Penilaian Program Green Office

45PT. KALTIM PRIMA COAL - Kantor Ramah Lingkungan

Tabel 1. Perbandingan Nilai Tahun 2011, 2012 dan 2013

No Deskripsi Tahun

2011 2012 2013

1. Jumlah kuesioner yang disebarkan

0 47 47

2. Jumlah peserta kompetisi 9 22 223. Rata-rata nilai 64.4 58,78 69,654. Jumlah unit kerja dengan

nilai di atas >703 3 12

3.c. Turut Mengkampanyekan Program Penghemantan Energi

3.d. Pengurangan Sampah dari Kemasan Makanan

Gambar 3. Perubahan Kondisi dan Perilaku di Unit Kerja/Kantor

Kriteria penilaian di susun oleh tim gabungan sementara tim penilai berasal dari tim lingkungan dan pimpinan.

2. Manfaat dan Petikan Pembelajaran

Gambar 3 berikut menunjukkan kondisi ruangan kantor di PT. KPC kontraktor.

Program kompetisi green office yang dikembangkan sejak tahun 2004, rupanya mulai menunjukkan keberhasilan serta manfaat yang dirasakan langsung oleh perusahaan, manfaat tersebut antara lain:

a. Perubahan Perilaku Karyawan Di Kantor Karyawan perusahaan dan kontraktor sudah mulai terbiasa memilah sampah, mematikan lampu dan AC pada saat tidak diperlukan, ke luar ruangan dalam waktu lama, membawa tempat makan dan botol minum untuk mengurangi kemasan makanan, meminimalisir penggunaan kertas dan tinta dengan mencetak di dua sisi dan tidak dengan banyak huruf tebal, menanam jenis-jenis lokal di sekitar kantor, dll.

46 PT. KALTIM PRIMA COAL - Kantor Ramah Lingkungan

b. Penurunan Dan Pengolahan LimbahSelain kebersihan dan kerapihan, program green office ini juga telah meningkatkan jumlah pemanfaatan limbah. Secara detail pencapaian kinerja pengelolaan limbah tahun 2012 dan 2013 dapat dilihat pada Tabel 2. Penghitungan keekonomian dari kegiatan pemanfaatan tersebut secara khusus belum dilakukan dan akan menjadi wacana untuk tahap berikutnya.

Tabel 2. Pencapaian Kinerja Pengelolaan Limbah Tahun 2012 dan 2013

untuk mengelola sampah di wilayah pemukiman di Sangatta, khususnya di wilayah Sangatta Utara. Dari penjualan di tahun 2012 dan 2013 (sampai bulan Juli), RKPL mendapatkan dana tambahan sebesar Rp. 12.032.000,- dan Rp. 5.880.000,-.

c. Penghematan Energi ListrikProgram green office ini juga turut mempercepat proses implementasi program hemat energi listrik yang dicanangkan oleh perusahan. Program penghematan listrik dalam rangka konservasi energi telah dimulai pada Triwulan II-2010 dengan tujuan untuk mengurangi pemakaian listrik yang tidak sesuai peruntukannya dan berlebihan. Program yang terkait dengan penghematan listrik di kantor adalah: pemasangan timer AC pada beberapa gedung kantor, secara bertahap mengganti lampu penerangan dengan lampu hemat energi, mengganti AC Window dengan AC Split, mengurangi jumlah lampu di areal parkir yang memiliki penerangan berlebihan, dan kampanye hemat energi listrik.

Dari berbagai upaya penghematan listrik di kantor dan workshop, jumlah energi listrik yang dapat dihemat dari Q4 2011 – Q2 2013 mencapai 2.320.106 kWh.

No Deskripsi 2012 s/d Juli 2013

Realisasi Realisasi 1. Limbah Toner Dihasilkan 1.828,03 Kg 925,64 Kg

Dimanfaatkan 821,03 Kg 645,14 Kg

% 45% 70%

2. Limbah Domestik Dihasilkan 20.593,20 m3 11.859,4 m3Dimanfaatkan 150,40 m3 73,5 m3

% 0,73% 0,62%

3. Substitusi Kemasan Makanan

Dihasilkan 114.227 pak 62.815 pak

Dimanfaatkan 25.690 pak 25.921 pak

% 22,49% 41,27%

4. Optimalisasi sampah domestik untuk kompos

5 Ton per bulan - 10 ton

Melalui program pengurangan limbah domestik, khususnya limbah kardus, perusahaan berhasil menyalurkan 15.040 kg dan 7.350 kg limbah kardus pada tahuan 2012 dan 2013 (sampai bulan Juli) kepada organisasi pemuda di Sangatta, yaitu RKPL (Remaja Kreatif Peduli Lingkungan). Limbah kardus ini dijual dengan harga Rp. 800/kg dan dari hasil penjualannya digunakan sebagai dana operasional

47PT. KALTIM PRIMA COAL - Kantor Ramah Lingkungan

Gambar 4. Penghematan kWh per Kuartal

d. Petikan Pembelajaran

Keberhasilan program kompetisi green office tidak terlepas dari keterlibatan dan kebijakan tertulis dari pimpinan perusahaan untuk pelaksanaan program. Strategi menarik yang digunakan yaitu berupa kompetisi meskipun insentif yang diberikan tidak mahal, namun pada saat acara pengumuman berhasil mendorong rasa memiliki unit dan menjadi kebanggaan bila berhasil masuk seleksi dan menjadi pemenang. Strategi ini secara perlahan dan tanpa terasa menjadi bagian keseharian karyawan, hal ini merupakan proses mendorong perubahan perilaku karyawan yang ramah lingkungan, seperti beberapa pernyataan mereka :

“Menjadi pemenang Green Office adalah pengalaman pertama bagi Tim 3C.Awalnya hanya sekedar ingin jadi pemenang, tetapi ternyata manfaat yang dirasakan dengan berperilaku ramah lingkungan cukup besar. Tidak hanya kantor yang lebih rapi dan teratur, kantor juga menjadi asri dan indah dengan adanya beraneka ragam tanaman hias dan tanaman lain yang bermanfaat seperti lidah mertua yang berfungsi menghirup udara kotor sehingga udara tetap bersih dan segar. Jumlah sampah plastik sangat berkurang. Selain itu, penghematan kertas dan listrik juga semakin giat dilakukan. Green Office tidak hanya menciptakan keadaan kantor yang nyaman, bersih, dan indah tetapi

0500000

1000000

Q4 -2011

Q1 -2012

Q2 -2012

Q3 -2012

Q4 -2012

Q1 -2013

Q2 -2013

juga menjadikan kami sebuah tim yang solid dalam menjaga dan mempertahankan predikat tersebut. Semua terlibat dalam hal ini termasuk CEO, COO, dan CFO. Bukti tim 3C berkomitmen terhadap implementasi Green Office (Meyanti Djoko – pemenang lomba green office)”.

Melalui program green office kami melakukan pemanfaatan limbah/sampah seperti penggunaan jerry can bekas sebagai pot tanaman, membuang sampah pada tempatnya dan berdasarkan jenisnya dan memanfaatkan barang-barang bekas sebagai penghias taman dan kolam ikan. Selain itu karyawan selalu mematikan lampu di ruangan saat tidak di perlukan, tidak membuang sampah sembarangan dan merokok hanya di tempat-tempat yang sudah ditentukan(Prapanca Gunawan – pemenang lomba green office)”.

48

PT. NIPPON SHOKUBAI INDONESIA, KABUPATEN CILEGON, BANTEN

Go Green Office : Menuju Kantor Ramah Lingkungan

Program untuk menciptakan kantor ramah lingkungan yang selaras dengan filosoficorporate yaitu “Techno Amenity” yang memiliki makna memberikankemakmuran dan kenyamanan bagi setiap orang dan masyarakat dengankeunikan teknologi yang dilakukan oleh Nippon Shokubai Indonesia (NSI),Kabupaten Cilegon, Provinsi Banten telah menjadi salah satu bagian penting diperusahaan yang turut berkontribusi terhadap lingkungan dan karyawanperusahaan. Penanaman 1000 pohon di lingkungan perusahaan dan di sekolahSMPN 9 Ciwanden, Cilegon dirasakan memberikan kenyamanan bagi perusahaandan juga masyarakat sekitar. Pengelolaan limbah sampah dengan sistem 3R salahsatunya limbah kemasan dari perbaikan industri sebanyak 4,7 ton dengan labellimbah berizin di kelola ke penampung dan sejak ke 2 tahun 2013 sebagian kecildiolah untuk tempat sampah dan pot tanaman hias. Penggunaan lampu LED danprogram mematikan listrik selama satu jam per hari pada pukul 12.00-13.00 saatjam istirahat kecuali di tempat kantin dan ruang kontrol produksi diprakirakantelah menghemat penggunaan energi listrik sekitar 60% per hari.

Sebagai salah satu perusahaan yang memiliki tingkat kepedulian yang tinggiterhadap lingkungan NSI, 8 kali berturut-turut memperoleh predikat peringkatHijau PROPER (Program Penilaian Kinerja Perusahaan) dari Kementerian NegaraLingkungan Hidup. Dua Kali Platinum Award, diberikan oleh KN-RCI (KomiteResponsible Care Indonesia), suatu asosiasi dimana anggotanya terdiri dariindustri kimia. Tahun 2012, NSI juga memperoleh sertifikat Industri Hijau levellima dari Kementerian Perindustrian, penghargaan ini diberikan kepada industriyang telah menerapkan pola-pola penghematan sumber daya dan penggunaanbahan baku dan energi ramah lingkungan serta terbarukan.

1. Partisipasi Karyawan dalam Menciptakan Lingkungan yang Lebih Baik

Pengembangan program untuk mendorong menciptakan lingkungan yang lebihbaik di perusahaan, NSI meluncukan program “NSI Go Green Office” yangbertujuan untuk :

(1) Menciptakan suasana kerja yang nyaman dan kondusif.(2) Meningkatkan kepedulian karyawan dan manajemen berkaitan dengan

lingkungan kerja(3) Terciptanya perilaku individu yang perduli terhadap lingkungan(4) Meningkatkan hubungan sosial kemasyarakatan dibidang lingkungan

Dalam mencapai tujuan tersebut perusahaan berupaya melibatkan karyawansecara aktif, berikut beberapa kegiatan yang sudah dilakukan perusahaan dalamupaya mendorong kantor ramah lingkungan dibawah program “NSI Go GreenOffice” :

a. Green lighting – Penggunaan Lampu Ramah Lingkungan

Penggunaan lampu ramah lingkungan, menggantikan lampu Neon TL denganlampu LED (Light Emitting Diode), merupakan lampu hemat energi yang dapatmenekan pemanasan global dan mengurangi emisi karbon dunia. Lampu ini

PT. NIPPON SHOKUBAI INDONESIA - Kantor Ramah Lingkungan

49PT. NIPPON SHOKUBAI INDONESIA - Kantor Ramah Lingkungan

berasal dari bahan semi konduktor, jadi tidak diproduksi dari bahan karbon.Departement General Affairs selaku pelaksana program menargetkan 100 buahlampu LED terpasang di gedung perkantoran hingga akhir tahun 2013. Selamakurun waktu 17 tahun gedung perkantoran di NSI menggunakan Lampu Neon TLdimana setiap cover lamp, menggunakan 2 buah lampu dengan total daya 460watt, sehingga dalam satu hari daya yang digunakan adalah sekitar 1104 watt.Penggunaan lampu LED dapat mengurangi sekitar 60% daya yang digunakandimana 1 buah lampu LED memiliki daya 18 watt dengan asumsi daya yangdigunakan setiap harinya adalah 432 watt. Sampai kurun waktu Juni 2013 sudahsekitar 50 Lampu LED terpasang 3 gedung perkantoran NSI.

Gambar 1. Penggunaan Lampu LED

b. Green Office Campaign – Mematikan Lampu di Area Perkantoran selama JamWaktu Istirahat Berlangsung dan tentang Penggunaan Air

Program ini dimulai sejak tahun 2012, sebagai salah satu bentuk kepedulianuntuk mengurangi pemakaian energi listrik yang berimbas pula pada penurunanCO2 di udara. Program ini berlangsung selama jam istirahat yaitu pukul 12:00–13:00 siang. Semua lampu di gedung perkantoran harus dimatikan kecualiruangan kontrol proses dan kantin. Kampanye sosialisasi program ini dilaksanakan oleh Departemen Safety Environment dengan memasang stiker di areasaklar lampu. Dari kegiatan ini diasumsikan bahwa dari total 3 gedungperkantoran yang ada di NSI yaitu Gedung Control Building, Gedung AdminBuilding dan Gedung Business Building, dengan mematikan lampu selama kurunwaktu 1 jam dapat mengurangi sekitar 1,05 ton CO2, yang teremisikan ke udarabebas.

Gambar 2. Stiker Pengingat Program Hemat Listrik dan Grafik Reduksi CO2melalui Hemat Listrik

50 PT. NIPPON SHOKUBAI INDONESIA - Kantor Ramah Lingkungan

c. Penghematan AirProgram penghematan air domestik dilakukan dengan cara memasang stiker disekitar kran air sehingga dapat mengingatkan karyawan akan pentingnyamenghemat air. Program ini berguna untuk mengurangi konsumsi air domestiksehingga tidak ada air yang dibuang secara percuma. Dengan program ini NSIsecara tidak langsung ikut serta dalam efisiensi penggunaan air domestik yangsemakin lama semakin mengalami krisis air domestik.

Gambar 3. Informasi Sebagai Pengingat Hemat Air

d. Pengelolaan Sampah Perkantoran

NSI telah melakukan pemilahan sampah berdasarkan jenis dan sumber sampahyang dihasilkan, tujuan dari pemilahan sampah ini adalah untuk memudahkanpada saat pengelolaan akhir. NSI memiliki 5 Jenis tempat sampah yaitu ; 1.Tempatsampah untuk menampung limbah umum dengan label berwarna kuning, 2.Tempat sampah untuk menampung limbah plastik dengan label berwarna putih,3. Tempat Sampah untuk menampung limbah logam, 4. Tempat untukmenampung limbah kertas, 5. Tempat sampah untuk menampung limbahkontaminasi. Setiap bulan diadakan inspeksi tempat sampah yang dilakukan olehDepartement Safety Environment yang bertujuan agar tempat sampah tetap terjagakondisinya dengan baik. Setiap toilet di gedung perkantoran telah dilengkapidengan bak sampah tertutup.

Berikut ini adalah tabel hasil pengolahan sampah di NSI tahun 2012 dan semester1 tahun 2013 menunjukan trend kenaikan untuk limbah umum dan limbah logamdari aktivitas perluasan pabrik baru.

Gambar 4. Grafik Pengelolaan Limbah Padat Non B3 dan 5 Macam TempatSampah

51PT. NIPPON SHOKUBAI INDONESIA - Kantor Ramah Lingkungan

Perluasan pabrik NSI mengakibatkan makin meningkatnya produksi limbah bekaskemasan yang dihasilkan, dapat dilihat pada grafik berikut sampai dengansemester 1 di tahun 2013, sudah lebih dari 4,7 ton limbah kemasan yangdihasilkan dan dibuang pengumpul limbah berizin. Dimulai pada semester ke 2tahun 2013 ini, telah dilakukan penggunaan limbah bekas kemasan untukpembuatan tempat sampah dan pot tanaman hias.

Gambar 5. Grafik Limbah Kemasan dan Pot dari Limbah Kemasan

e. Program Penghijauan (NSI Plantation Program)

Program penghijauan ini telah dilakukan semenjak tahun 2007, dan menjadiprogram berkelanjutan dari Departemen General Affairs. Dimana sudah lebih dari1000 tanaman dengan berbagai jenis seperti tanaman buah, tanaman obat, umbi-umbian, yang ditanam di beberapa lokasi. Sekitar lokasi area TempatPenyimpanan Sementara Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (TPS B3), areasekitar gudang penyimpanan bahan kimia, area tanki penyimpanan bahan bakudan produk, serta di sekitar area proses produksi. Proses pembibitan atau NurseryPlantation Project yang merupakan salah satu program andalan dari DepartemenGeneral Affairs yang telah dilakukan semenjak tahun 2009 mengambil lokasi disalah satu sudut area pembuangan air limbah domestik dari aktivitasperkantoran.

Hasil dari Nursery Plantation Project dijadikan sebagai tanaman hias untukperkantoran NSI, yang sebelumnya melakukan jasa sewa tanaman hias, makasemenjak tahun 2012 digunakan tanaman hasil dari Nursery Plantation Project.Selain itu hasil Nursery juga diberikan kepada sekolah yang diundang dalam acaraNSI Community Open day yang diadakan setiap 1 tahun sekali bertempat di NSI.

Gambar 6. Hijaunya Kondisi Pabrik dan Penyerahan Bibit Pohon Ke Sekolah

52 PT. NIPPON SHOKUBAI INDONESIA - Kantor Ramah Lingkungan

2. Manfaat dan Petikan Pembelajaran

Karyawan merasakan manfaat dari program kantor ramah lingkungan yangdilaksanakan perusahaan dan merasa betah berada di lingkungan perusahaan. Selain itu dampak positif terhadap lingkungan sosial kemasyarakatan, yaitu ikutberperan serta membantu pemerintah setempat dalam hal ini Badan LingkunganHidup dan Dinas Kebersihan Kota Cilegon melalui pengadaan infrastruktur tempatsampah dalam program adiwiyata dan adipura dari hasil penggunaan kembalilimbah bekas kemasan untuk dijadikan tempat sampah. Sebagian pohon yang ditanam di area ring 1 SMPN 9 Ciwandan Cilegon, merupakan hasil dari NSI NurseryPlantation Project.

Menurut salah satu pemangku kepentingan Ketua Rukun Tetangga (RT)Pengabuan Kelurahan Gunung Sugih, Bapak Rusnaidi menyatakan bahwaProgram NSI Green Office juga memberikan kontribusi positif terhadap wargamasyarakat khususnya di daerah sekitar Gunung Sugih. Pada saat matamemandang ke arah pabrik, dimana tata letak lokasi pabrik lebih rendah darilokasi tempat tinggal kami, hijaunya pabrik memberikan kesan ketenangan dankenyamanan. “Pada saat kami di undang ke dalam pabrik, suasana yang dirasatidak seperti pabrik-pabrik pada umumnya, nuansa hijau dari pepohonan danpenataan yang apik pabrik memberikan kenyamanan sehingga kami merasa betahdi dalam pabrik ( Bapak Rusnaidi Ketua RT Pangabuan).”

Selain itu, tanaman herbal hasil Nursery Plantation Project berhasil dimanfaatkanoleh masyarakat sekitar pabrik sebagai tanaman obat. Bapak Subli salah seorangkontraktor yang bekerja di NSI yang berdomisili di Pasir Sereh Kelurahan GunungSugih, sekitar 800 meter dari lokasi pabrik berhasil dimanfaatkan campuranPecah Beling, Tempuyang dan Daun Kumis Kucing untuk membantumenghilangkan Kristal yang terdapat dalam kandung kemihnya.

Gambar 7. Manfaat Program NSI Go Green Office Bagi Masyarakat Sekitar

Keberhasilan NSI menjalankan program kantor ramah lingkungan tidak terlepasdari peran aktif karyawan dan juga kebijakan perusahaan yang diiringi komitmen. Program ini telah memberikan manfaat kepada masyarakat sekitar, salah satunyake Sekolah SMPN 9 Ciwanden serta masyarakat Pengabuan Kelurahan GunungSugih. Diharapkan ke depan upaya ini dapat lebih menyebar ke masyarakat yanglebih luas karena perbaikan lingkungan menjadi tanggungjawab bersama.

53PT. PUPUK KUJANG - Kantor Ramah Lingkungan

PT. PUPUK KUJANG, CIKAMPEK, JAWA BARAT

Perilaku Hemat Listrik, Menurunkan Beban Perusahaan dan Lingkungan

Kebiasaan untuk melakukan hemat listrik di perusahaan Pupuk Kujang,Cikampek, Jawa Barat sudah membuahkan hasil, jumlah penurunan konsumsienergi listrik selama periode tahun 2010-2012 tercatat sebesar 283.148 Kwhatau setara dengan pengurangan emisi CO2 sebesar 195 ton.

Pupuk Kujang yang memproduksi pupuk urea dalam proses produksinya,termasuk industri yang mengkonsumsi energi dalam jumlah yang besar.Pasokan energi terbesar diperoleh dari gas alam yang digunakan sebagai bahanbaku proses produksi dan bahan bakar untuk menghasilkan steam dan listrik.Pupuk Kujang memiliki dua pembangkit listrik dengan bahan bakar gas/GasTurbin Generator (GTG) yang menghasilkan listrik untuk keperluan prosesproduksi, perkantoran, penerangan, dan perumahan. Selain GTG, digunakanjuga listrik dari PLN sebagai back-up apabila terjadi gangguan pada GTG. Dengansemakin menipisnya cadangan gas alam di Jawa Barat, mutlak diperlukanupaya-upaya konservasi energi salah satunya adalah konservasi energi listrikyang bertujuan untuk menurunkan tingkat konsumsi energi listrik.

Dimulai pada tahun 2011, berdasarkan evaluasi yang dilakukan oleh BiroPengawasan Proses, Divisi Pemeliharaan Listrik, Biro Pelayanan Jasa, dan BiroK3 dan Lingkungan Hidup (K3LH), disusunlah program konservasi energi listrikyang dilakukan di lingkungan perusahaan. Program konservasi energi listrikditujukan untuk mengurangi pemakaian listrik dari sumber gas yang berasaldari penggunaan listrik di gedung pusat administrasi (GPA) serta mengurangikonsumsi listrik untuk penerangan dan AC serta mendorong perilaku hematlistrik bagi karyawan.

1. Menggalang Strategi Mewujudkan Hemat Listrik

Program yang dikembangkan sejak tahun 2011 melalui berbagai divisi di PupukKujang difokuskan pada beberapa kegiatan agar tercapai upaya penghematannamun tidak mengganggu proses produksi. Strategi awal untuk mengurangipenggunaan energi listrik dilakukan mulai dari proses penyadaran kepada parakaryawan untuk melakukan gerakan hemat listrik dengan berbagai cara. Tabel 1berikut merupakan ragam strategi dan capaian dari kegiatan yag telah dilakukanPupuk Kujang untuk melakukan konservasi energi listrik dari gas.

Tabel 1. Daftar Kegiatan Konservasi Energi Listrik

No Kegiatan Tujuan Hasil

1 Mematikan AC central diGedung Pusat Administrasi(GPA) pada hari Jum'at pukul

Mengurangipemakaian listrik diGPA

Penghematan energilistrik setara 25.297Kwh/bulan.

54 PT. PUPUK KUJANG - Kantor Ramah Lingkungan

Secara manajemen, kegiatan konservasi energi listrik secara langsung dikoordinasi oleh Divisi Pemeliharaan Listrik dan Biro Pelayanan Jasa, dimana secara periodik setiap 3 bulan, selalu diterbitkan laporan hasil pelaksanaan program konservasi energi listrik yang ditujukan kepada pimpinan perusahaan sehingga dapat dilakukan review terhadap program yang telah dilaksanakan.

Dari program tersebut diperoleh hasil yang cukup baik dari sisi penghematan konsumsi energi listrik yang digunakan untuk penerangan di area perkantoran dimana secara bertahap terlihat penurunan konsumsi energi listrik sebagaimana grafik Gambar 1.

16.00 sampai dengan hari Senin pukul 08.00

2 Penggantian lampu TL menjadi LED di switch gear 2002-K dan MCC 3-4.

Mengurangi konsumsi listrik untuk penerangan

Total penghematan energi listrik 1.236 kwh/bulan

3 Penggantian lampu pijar dengan lampu SL

Mengurangi konsumsi listrik untuk penerangan

Total penghematan energi listrik 16.598 kwh/bulan

4 Penggantian lampu taman PJU HPLN dengan lampu SL

Mengurangi konsumsi listrik untuk penerangan

Total penghematan energi listrik 4.423 kwh/bulan

5 Penggantian lampu PJU HPLN dengan lampu SL

Mengurangi konsumsi listrik untuk penerangan

Total penghematan energi listrik 5.377 kwh/bulan

6 Penggantian lampu PJU sebanyak 10 titik dengan solar cell

Mengurangi konsumsi listrik untuk penerangan

Total penghematan energi listrik 443 kwh/ bulan

7 Pemasangan solar cell di gudang laydown sebanyak 8 titik.

Mengurangi konsumsi listrik untuk penerangan

Total penghematan energi listrik setara dengan 920 Kwh/bulan

8 Retrofit sistem kontrol AC central GPA dan penambahan MOV untuk pengaturan flow water chiller menuju air handling unit lantai I s/d IV

Mengurangi konsumsi energi listrik karena AC central yang awalnya dioperasikan dengan 2 kompressor sekarang dapat dioperasikan dengan 1 kompressor

Total penghematanlistrik setara dengan 45.014 kwh/bulan

9 Penggantian ballast lampu TL dari ballast magnetik menjadi ballast elektronik.

Mengurangi rugi daya listrik.

-

10 Pemasangan stiker himbauan hemat listrik di lingkungan pabrik, perkantoran, dan perumahan.

Membentuk kesadaran berperilaku ramah lingkungan

-

55PT. PUPUK KUJANG - Kantor Ramah Lingkungan

Program konservasi energi listrik yang dilakukan oleh perusahaan juga berdampak pada pengurangan emisi CO2 dimana berdasarkan standar USEPA, 1 Kwh listrik yang dihasilkan dari bahan bakar fosil akan menghasilkan emisi sebesar 0,00068956 ton CO2. Jumlah penurunan konsumsi energi listrik selama periode tahun 2010-2012 tercatat sebesar 283.148 Kwh atau setara dengan pengurangan emisi CO2 sebesar 195 ton.

Untuk keperluan program penghematan energi ini, kebutuhan pembiayaan investasi alat ataupun kegiatan modifikasi memang cukup mahal, namun perusahaan mulai menganggarkan melalui RKAP Biro Pelayanan Jasa, Divisi Pemeliharaan Listrik, dan Biro K3LH.

Himbauan penghematan energi listrik yang dilakukan oleh perusahaan pada awalnya kurang mendapat dukungan dari karyawan sehingga hanya sedikit saja karyawan yang berpartisipasi. Namun seiring berjalannya waktu dan dengan sosialisasi terus menerus, partisipasi karyawan dalam kegiatan penghematan energi ini semakin bertambah. Dari kegiatan ini diharapkan di tahun mendatang PT. Pupuk Kujang dapat menerapkan Eco Office sebagai kelanjutan program

konservasi energi listrik.

Program hemat listrik di PT. Pupuk Kujang dapat berhasil berkat pelaksanaan program yang melibatkan seluruh karyawan selain pimpinan yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan. Tahapan proses penyadaran melalui informasi dan pertemuan langsung di tiap unit merupakan pendekatan yang efektif dalam proses ini. Dan yang terpenting, kebijakan perusahaan hemat listrik ditunjang dengan alokasi anggaran untuk mengganti peralatan menjadi lebih ramah lingkungan.

Gambar 1. Konsumsi listrik untuk penerangan dan kantor selama tahun 2010-2012

Pupuk Kujang juga aktif dalam kegiatan Earth Hour yang merupakan salah satu kampanye penghematan listrik di lingkungan perusahaan. Kegiatan Earth hourdilakukan dengan mematikan lampu penerangan di lingkungan perumahan dan penerangan jalan umum selama satu jam pada pukul 20.30-21.30. Dari kegiatan Earth Hour ini diperoleh penghematan listrik sebesar 250 Kwh dan merupakan salah satu dasar program penggantian lampu penerangan jalan umum menjadi berbasis solar cell.

56

57

BAB III.3 R (Reduce, Reuse, Recycle)BAB III.3 R (Reduce, Reuse, Recycle)

58

59PT. BUKIT ASAM - 3R

PT. BUKIT ASAM (PERSERO) TBK, SUMATERA BARAT

Bokashi Berbasis Masyarakat

Lima kelompok masyarakat di Desa Bukit Munggu Kecamatan Lawangkidul yangdidampingi PT. Bukit Asam, telah berhasil memproduksi bokashi dari hasilmemanfaatkan kotoran ternak dan sampah organik. Hasil produksi bokashiberkisar 30-50 ton perbulan, berkualitas bagus dipasok ke perusahan seharga Rp1.200 per kg dan sebagian keluar perusahaan. Setiap bulan, pendapatan kelompokdari pupuk Bokashi berkisar Rp 36-60 juta/bulan setiap kelompok. Bukit Asammemerlukan Bokahsi secara rutin untuk dalam melakukan reklamasi lahan bekastambang secara intensif sebagai bahan pemulihan tanah, dengan kebutuhankebutuhan pertahun sekitar 2.000 ton.

Sebagai salah satu badan usaha milik Negara (BUMN) Bukit Asam selalumelaksanakan upaya pelestarian alam sesuai dengan visi perusahaan menjadiperusahan energi kelas dunia yang peduli lingkungan. Dalam upaya tersebutsalah satunya adalah reklamasi lahan bekas tambang. Bukit Asam melalui SentraIndustri Bukit Asam (SIBA) bidang agrobinis melakukan pemberdayaanmasyarakat sekitar perusahaan, dalam hal penyediaan bahan pupuk organik yanglebih dikenal Bokashi berbasis masyarakat.

Dalam beberapa tahun terakhir ini, kompos telah dianggap sebagai jantung darisistem pertanian organik (Hoitink & Keener, 1993). Dalam hal peningkatan dayadukung tanah komposisi jelas lebih unggul dari pupuk kimia sintetik. Masalah-masalah yang terkait dengan lamanya waktu pengomposan dan rendahnya mutukompos yang dihasilkan dengan sistem tradisional telah dapat diatasi melaluipenggunaan mikroba pembusuk (MOL) pada bahan baku kompos. Penggunananmikroba yang tepat untuk jenis bahan organik mentah tertentu dapatmemperpendek masa pematangan kompos dan menghasilkan kompos yangbernilai plus. Bokashi merupakan bahan kompos yang mempunyai keunggulan,karena dalam proses pembuatannya menggunakan mikroorganisme yang terpilih,salah satunya adalah EM4 atau MOL (micro organism local). Pada saat ini bokashisangat digemari konsumen mengingat pupuk organik tersebut memiliki kelebihanyaitu dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah disamping sebagaiunsur hara bagi tanaman, menghasilkan koloid-koloid organik bermuatan negatifyang mempunyai kompleks serapan dan kapasitas tukar kation yang tinggi.

Bukit Asam dalam melakukan reklamasi lahan bekas tambang secara intensifmenggunakan Bokashi sebagai bahan pemulihan tanah, dan kebutuhan pertahunsekitar 2.000 ton yang dipasok oleh masyarakat sekitar binaan CSR Bukit Asam,dimana sebelum tahun 2010 dipasok dari luar ring satu perusahaan bahkan dariLampung.

Sebagai salah satu upaya untuk mendorong pengembangan masyarakat danmeningkatkan kesejahteraan masyarakat, perusahaan menggagas inisiasipemanfaatan kotoran ternak sebagai pupuk. Program ini bertujuan untuk :(1) Mendukung program pemerintah untuk meningkatkan taraf ekonomi

masyarakat, melalui pemberdayaan masyarakat dengan pembuatan Bokashi(2) Memberdayakan potensi lokal dan memperluas pasar untuk perluasan

kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar Perusahaan

60 PT. BUKIT ASAM - 3R

(3) Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mendukung rencana jangka panjang perusahaan dan pengembangan lokasi pasca tambang salah satunya pupuk organik untuk reklamasi.

(4) Mengurangi beban sampah, menghemat lahan timbun, pemanfaatan bahan alami sebagai pupuk yang ramah lingkungan dan upaya preventive polusi udara akibat pembakaran sampah (CO2).

(5) Mengurangi biaya landfill, menciptakan lapangan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat dan penyediaan bahan reklamasi secara lokal.

1. Memanfaatkan Potensi Lokal Mengubah Sampah Menjadi Bokashi

Program dilaksanakan berdasarkan hasil kajian pemetaan sosial yang di lakukan perusahaan bersama masyarakat dan pihak ketiga. Berdasarkan hasil kajian serta peran masyarakat, dan pihak ketiga, salah satu potensi yang perlu segera dikembangkan salah satunya adalah pembuatan Bokashi sebagai sumber utama dalam penyokong kegiatan reklamasi pasca tambang. Dari hasil kajian bahwa selama ini sampah rumput, sampah kotoran ternak temasuk sampah sayuran di pasar belum dimanfaatkan dan merupakan potensi untuk bahan pupuk organik.

Langkah selanjutnya dalam program adalah pengorganisasian masyarakat, dimana target utama adalah terbentuknya kelompok tani yang bersedia untuk mengembangkan program Bokashi. Dari proses ini terbentuk 13 kelompok, didampingi dan fasilitasi untuk mengikuti pelatihan pembuatan bokashi. Perusahaan mendatangkan ahli Bokashi dari Ganesha Bandung, yaitu Bapak Utju, dalam waktu enam bulan beliau melatih dan mendampingi kelompok. Dari 13kelompok yang eksis, sampai saat ini secara 8 kelompok yang terus menerus melakukan pembuatan Bokashi dari berbagai bahan organik, dari sampah rumah tangga, potongan rumpuh, sampah pasar yang diolah menjadi Bokashi.

Persiapan sarana dan prasarana yang didukung oleh perusahaan dengan komitmen dari kelompok. Alur pelaksanaan program Bokashi ini disusun berdasarkan mekanisme pelaksanaan program pemberdayaan yang disusun perusahaan (Gambar 1.).

Gambar 1. Mekanisme Pelaksanaan Program Pemberdayaan Masyarakat

61PT. BUKIT ASAM - 3R

Proses pembuatan pupuk Bokashi mengikuti proses yang diajarkan oleh Bapak Utju seperti disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Alur Pembuatan Bokashi

Sampai bulan Oktober 2013 telah terbentuk sentra industri dengan 13 kelompok pupuk bokashi yang merupakan bagian bidang agrobinis dari Sentra Industri Bukit Asam (SIBA), dimana 5 kelompok (1 kelompok 4-8 orang) yang berhasil memproduksi bokashi berkisar 30-50 ton per bulan, dengan kualitas yang bagus. Bokashi tersebut selanjutnya dibeli oleh perusahan seharga Rp 1.200,-/kg dan sebagian keluar perusahaan sehingga setiap kelompok mendapatkan pemasukan sebesar kurang lebih Rp. 36-60 juta/bulan. Salah satu kelompok yang berkembang yaitu Kelompok Pupuk Bokashi BA Trayama 1 Bedeng Kresek.

Pupuk Bokashi oleh perusahaan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan reklamasi tambang.

2. Manfaat dan Petikan Pembelajaran

Program pemberdayaan masyarakat pupuk organik dengan berbasis masyarakat memberi banyak manfaat bagi masyarakat pembuat pupuk Bokashi, maupun peternak sapi/kambing/alam karena limbah kotoran sekarang dibeli oleh pembuat Bokashi. Demikian juga dengan para pengumpul sampah di pasar, pemotong rumput yang awalnya hasil potong rumput sekarang dikumpulkan dan dibeli oleh pembuat Bokashi.

62 PT. BUKIT ASAM - 3R

Bagi Bukit Asam, program pembuatan pupuk Bokashi memotong jalur pembelian pupuk organik yang diperlukan bagi reklamasi tambang. Sekarang seluruh kebutuhan pupuk organik terpenuhi langsung dari kelompok, dengan harga Rp.1.200,-/Kg. Selain harga yang terjangkau, kualitas pupuk yang dihasilkan kelompok sangat bagus, dan yang terpenting ada pengurangan beban angkut yang selama ini harus membeli dari Lampung. Pengurangan beban angkut bukan saja menghemat dari sisi biaya, namun juga dapat mengurangi energi bahan bakar minyak dan emisi yang dihasilkan dari proses pengangkutan. Manfaat bagi setiap target program diuraikan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Manfaat Yang Dirasakan oleh Berbagai Pihak dari Program Bokashi

Bagi kelompok pupuk Bokashi, manfaat adanya program pembuatan pupuk bokashi merupakan berkah seperti yang disampaikan oleh Ketua Kelompok BA_TRAYAMA I, Bapak Liabdan:

“Dulu saya sebagai vokalis Bara band, kerja sering malam hari tidak menentu, dengan adanya program Bokashi, pembuatan pupuk organik oleh CSR Bukit Asam, saya dan kelompok saya BA Trayama membuat pupuk atas binaan Bukit Asam yang dilatih oleh Pak Utju serta ada pendampingan sekaligus dibantu tempat pembuatan Bokashi sangat membantu kelompok kami yang kerja tidak menentu, sekarang bisa lumayan hasilnya. Harapan, semoga hasil pupuk Bokashi saya bisa tetap bagus dan selain Bukit Asam, kedepan perusahaan lain atau kebutuhan pupuk masyarakat bisa terpenuhi dari hasil pupuk Bokashi saya….amin terima kasih CSR Bukit Asam”.

Uraian Sebelum ada program Sesudah ada programMasyarakat peternak sapi/kambing ayam

Jarang dikumpulkan karena dijual harga murah

Sudah dipesan dan dikumpulkan karena dibutuhkan oleh pembuat Bokashi

Masyarakat pengumpul sampah pasar/pemotong rumput

Sampah selama ini hanya dibuang kadang dibakar (tidak ada nilainya)

Dikumpulkan bahkan mencari karena kelompok siap membeli sampah yang terkumpul

Kelompok Masyarakat pembuat Bokashi

Dulu saya hanya kerja serabutan dengan pendapatan tidak menentu

Sekarang dengan adanya membuat Bokashi pendapatan diterima secara rutin dari penjualan pupuk Bokashi

Perusahaan Bukit Asam

Mendatangkan Bokashi dari luar daerah (Lampung, Palembang) sebanyak kurang lebih 1.000 ton per tahunKualitas & kuantitas tidak terpenuhi

Sudah terpenuhi dari kelompok binaan perusahaanKualitas & kuantitas bokasi sangat bagus dan memenuhi standar yang dibutuhkan.Kebutuhan 2011 1.500 ton dipenuhi oleh kelompok binaan perusahaan Kebutuhan 2012 sebanyak 2.000 ton dipenuhi oleh kelompok binaan perusahaan

Pemerintah Banyak pengganguran Menciptakan pekerjaan baru, mengurangi penganguran sehingga menuju membantu target MDGs.

63PT. BUKIT ASAM - 3R

Untuk kelanjutan program, akan dilakukan pembinaan pembuatan pupuk organik ini menuju pupuk dengan model granule sehingga bisa dipasarkan ke petani sayuran maupun padi, dan ada satu kelompok yang telah mencoba hal tersebut.

Gambar 3. Lokasi Kegiatan Kelompok Pupuk Bokashi

64

COCA COLA AMATIL INDONESIA (CCAI), JAKARTA

Bali Beach Clean Up

Keindahan pantai di Bali harus selalu dijaga kebersihan dan kenyamanananya,sejak tahun 2008, Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI) menginisiasi programpembersihan pantai setiap hari yang diawali di Pantai Kuta dengan Jarak bersih3,8 Km yang diikuti pantai lainnya. Sampai 2012, Bali Beach Clean Up telahberkembang melibatkan 78 kru pembersih pantai, dan menginvestasikan 4 traktor,3 truk sampah, dan lebih dari 300 tong sampah. Program ini juga telahmenghasilkan program lain yaitu Kuta Beach Sea Turtle Conservation (KBSTC) yangbertujuan melestarikan populasi penyu di Pantai Kuta. Program ini juga berhasilmenarik perusahaan lain untuk turut berpartisipasi membangun kemitraan untukmendorong pengembangan upaya pelestarian pantai, antara lain PT. GarudaIndonesia dan Quiksilver Indonesia.

Keindahan pantai-pantai di Bali memang telah menjadi daya tarik utama pulau iniyang menjadikannya ikon utama pariwisata di Indonesia. Sepanjang tahun 2012,sebanyak 2,9 juta wisatawan mancanegara mengunjungi Bali, memberikankontribusi ekonomi baik secara lokal maupun nasional. Meski berdampak positif,kehadiran wisatawan juga menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan di Bali.Salah satunya adalah timbunan sampah. Sebagai contoh, sampah yang berhasildikumpulkan dari lima pantai di Kabupaten Badung mencapai 14 juta kilogram,setara dengan berat 325 pesawat jumbo jet. Timbunan sampah di pantaiumumnya merupakan sampah sisa kemasan makanan minuman dan sisa barangbawaan pengunjung.

Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI), bekerja sama dengan Quiksilver Indonesia danGaruda Indonesia melakukan upaya mendukung program pemerintah daerah Balidalam mencapai “Bali yang Bersih dan Hijau”, melalui program Bali Beach CleanUp di Pantai Kuta, Pantai Legian, Pantai Seminyak, Pantai Jimbaran, dan PantaiKedonganan. Program ini merupakan aksi membersihkan garis pantai sepanjang9,7 km agar pantai senantiasa bersih dan nyaman bagi wisatawan.

Pesisir merupakan ekosistem yang khas yang merupakan pertemuan ekosistemdarat dan ekosistem laut. Secara alamiah pesisir menjadi tempat bagi hewan lautseperti penyu untuk meletakkan telur-telurnya di.pantai yang dapat memberikanmanfaat sebagai sumber penghidupan bagi nelayan, sedangkan pantai denganpemandangan eksotis menjadi potensi wisata pantai. Pantai-pantai di Pulau Balimemiliki daya tarik bagi wisatawan mancanegara dan domestik karena selainindah, juga didukung oleh fasilitas wisata penginapan, restoran, pusat belanja,hingga kegiatan budaya yang menjadikan pantai-pantai ini semakin menarikuntuk dinikmati.

Walau begitu, ekosistem ini juga memiliki tantangan tersendiri yaitu timbunansampah yang ditinggalkan pengunjung. Timbunan sampah berserak di garis pantaisepanjang 9,7 km, tidak sepenuhnya terkelola, sehingga mengganggupemandangan, kenyamanan, dan menimbulkan masalah kesehatan serta merusakhabitat. Jenis sampah yang dibuang umumnya kemasan makanan minuman dariplastik, kertas, dan kaleng minuman ringan. Selain pengunjung, sampah jugadatang dari laut terutama pada musim angin barat, termasuk sampah batangkayu dan lain-lainnya.

COCA COLA AMATIL INDONESIA - 3R

65COCA COLA AMATIL INDONESIA - 3R

Hal inilah yang menjadi salah satu tantangan bagi program yang dicanangkan Provinsi Bali yaitu ‘Bali yang Bersih dan Hijau’ karena tidak semua sampah dapat dikelola oleh dinas terkait. Mencermati tantangan ini, CCAI mengembangkan inisiatif Bali Beach Clean Up sebagai salah satu program unggulan dalam pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) CCAI. Program ini dimulai sejak tahun 2008 di Pantai Kuta yang diperkaya dengan berbagai manfaat dan diperluas dengan mengikutsertakan lebih banyak Pemangku Kepentingan. CCAI memilih Bali sebagai tempat pelaksanaan program karena tingginya nilai pariwisata Bali di Indonesia.

CCAI melakukan program Bali Beach Clean Up (BBCU) sebagai salah satu bentuk kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan terhadap tantangan lingkungan yang terjadi di Pantai Wisata Bali. Tujuan BBCU adalah:

(1) Mendatangkan perubahan yang signifikan sekaligus mendukung program pemerintah daerah untuk mewujudkan visi Bali yang Bersih dan Hijau.

(2) Melindungi dan melestarikan alam Bali dengan menciptakan pantai yang bersih dari sampah sehingga memperkuat industri pariwisata di Indonesia

(3) Memberdayakan pemangku kepentingan untuk bersama-sama memperoleh manfaat dari pantai yang bersih dengan menjalin kerjasama bersamamasyarakat setempat yang lebih luas, dengan demikian menciptakan peluang kerja bagi masyarakat.

(4) Memperbaiki kondisi lingkungan untuk mendukung kehidupan satwa dan fauna.

Bali Beach Clean Up merupakan salah satu program dalam pilar CSR Lingkungan yang telah diinisiasi sejak 2008, dan setiap tahun dikembangkan oleh CCAI. BBCU merupakan sebuah program kolaborasi antara Quiksilver Indonesia dan CCAI dengan visi mencapai program berkelanjutan yang dapat memberdayakan masyarakat di area operasi kami. Dalam kemitraan ini, CCAI, Quiksilver dan Garuda Indonesia memberikan kontribusi yang sama dalam kinerja operasionalkegiatan pembersihan pantai setiap hari.

1. Bebaskan Pantai dari Sampah

Program Bali Beach Clean Up dilaksanakan secara rutin setiap hari, sepanjang 9,7 km garis pantai dengan melibatkan 74 anggota tim untuk membersihkan pantai di Kuta, Legian, Seminyak, Jimbaran dan Kedonganan. Tabel 1. menunjukan panjang garis pantai dan lokasi pembersihan sampah sejak tahun 2008.

Tabel 1. Lokasi dan Panjang Garis Pantai tempat Dilaksanakan Bali Beach Clean Up, Periode 2008-2010

Tahun dimulai

Lokasi Panjang garis pantai (km)

Jumlah kru

2008 Pantai Kuta 3.8 172009 Pantai Legian 1 172009 Pantai Seminyak 1.9 72010 Pantai Jimbaran 1.5 162010 Pantai Kedonganan 1.5 17

9.7 74

66 COCA COLA AMATIL INDONESIA - 3R

Dalam pelaksanaan program, CCAI melibatkan para pemangku kepentingan di Bali yang sangat penting berperan, yaitu :

a. Pemerintah Daerah Bali, dukungan pemerintah dibutuhkan untuk kesuksesan program dan memberikan dorongan keterlibatan perangkat pemerintahan di tingkat lokal. Program Bali Beach Clean Up ini sejalan dengan program pemerintah daerah Bali yaitu ‘Bali yang Bersih dan Hijau’

b. Kepala Adat. Dalam program BBCU, Kepala Adat merupakan Pemangku Kepentingan yang memiliki arti penting agar kegiatan yang dilaksanakan dapat selaras dengan tata aturan yang berlaku. BBCU melibatkan semua Kepala Adat dari kelima pantai.

c. Regu Penyelamat Pantai. Regu Penyelamat Pantai (lifeguards) bertanggung jawab atas keselamatan pengunjung pantai. Dalam program ini CCAI dan Quiksilver Indonesia memberikan apresiasi bagi Satuan Penjaga Pantai Badung Bali berupa sarana berkualitas tinggi untuk mendukung tugas mereka.

a. Kru Pembersih Pantai. Kru Pembersih Pantai adalah anggota masyarakat sekitar yang dipekerjakan dalam BBCU, terdapat 74 orang kru pembersih pantai yang dipekerjakan sejak 2008.

b. Yayasan Non Profit. Program ini bekerjasama dengan Rivers, Oceans, Lands and Ecology (R.O.L.E) Foundation untuk memberikan pelatihan kepada kru pembersih pantai yang tergabung dalam program BBCU. Selain ROLE Foundation, BBCU juga mengikutsertakan organisasi Kuta Beach Sea Turtle Society (KBSTS) dalam kegiatan pengembangan konservasi penyu di pantai Kuta.

c. Kementerian Lingkungan Hidup. Untuk memperluas dan memperoleh dukungan yang lebih kuat, CCAI menyelenggarakan forum diskusi untuk solusi nyata yang berkelanjutan bagi permasalah lingkungan di Bali (2011). Forum ini dibuka oleh Menteri Lingkungan Hidup saat itu Ir. Dr. Ir. Gusti Muhammad Hatta dan Gubernur Bali Made Mangku Pastika.

d. Pengunjung Pantai. Sebagai pemangku kepentingan utama yang perlu dididik dan dibiasakan untuk ikut serta melestarikan dan menjaga kebersihan pantai.

Sejak tahun 2008, BBCU memulai kegiatan di satu lokasi yaitu Pantai Kuta dengan garis pantai sepanjang 3,8 km, secara bertahap diperluas hingga lima daerah pantai yang diikuti dengan kegiatan-kegiatan pengembangan kepentingan.

BBCU merekrut anggota masyarakat lokal untuk dipekerjakan sebagai Kru Pembersih Pantai dengan wilayah kerja di masing-masing Pantai. Kru Pembersih Pantai tidak hanya ditugaskan untuk memungut dan mengumpulkan sampah di pantai, tetapi juga memperoleh pendidikan dan pengembangan keterampilan. Saat ini terdapat 74 Kru Pembersih Pantai dari masyarakat setempat yang memiliki motivasi dan semangat tinggi untuk menjalankan program BBCU.

Program ini melibatkan ROLE Foundation untuk memberikan pelatihan khusus bagi Kru Pembersih Pantai.. Bentuk pelatihan yang diberikan meliputi pengelolaan sampah, pentingnya kehidupan yang berkelanjutan (Sustainable Living),keterampilan membaca, dan keterampilan teknis untuk melestarikan pantai. Hal ini dilakukan agar para kru pembersih pantai tidak hanya memungut sampah namun juga mengerti sepenuhnya tentang jenis dan nilai sampah yang mereka kumpulkan.

Untuk mendukung kinerja Kru Pembersih Pantai, BBCU menyediakan sarana dan prasarana kerja yang sangat memadai. Peralatan yang diberikan adalah peralatan

67COCA COLA AMATIL INDONESIA - 3R

kerja bagi kru pembersih sampah meliputi 4 traktor dan 3 truk sampah yang dioperasikan setiap hari untuk mengumpulkan dan mentransportasikan sampah dari pantai ke tempat pembuangan akhir.

Program BBCU juga menyediakan sarana tempat sampah di sepanjang 5 titik pantai.. Dengan tersedianya tempat sampah yang memadai dan dengan jumlah yang cukup, tidak ada lagi alasan bagi pengunjung maupun masyarakat untuk membuang sampah berceceran di pantai. Penyediaan tempat sampah dengan warna mencolok ini juga merupakan kampanye bagi pengunjung dan masyarakat untuk turut serta menjaga kebersihan.

Dalam pelaksanaan program, BBCU juga menyediakan rangkaian kegiatan antara lain :

(1) Kuta Beach Sea Turtle Conservation, dibentuk pada tahun 2010 sebagai upaya konservasi penyu laut. Tahun 2011, BBCU menyelenggarakan forum diskusi ‘Bali Clean and Green Multistakeholder Group’ yang mengumpulkan pemerintah lokal, nasional, LSM lokal dan internasional, tokoh masyarakat dan pemangku kepentingan untuk menyatukan sumberdaya dan tenaga dalam memberikan solusi nyata bagi tantangan keberlanjutan lingkungan di Bali.

(2) ‘Bali’s Big Eco Weekend’ (BBEW) yang diselenggarakan pertama kali tahun 2011, merupakan festival lingkungan dengan tujuan meningkatkan kesadaran akan kebersihan lingkungan kepada masyaraka demi menjaga pariwisata di Bali agar senantiasa bersih. Dalam kegiatan BBEW, lebih dari 1.000 masyarakat turut berpartisipasi dalam aksi bersih yang mengumpulkan hingga 1,6 ton sampah dalam sehari.

(3) BBEW kedua yang diselenggarakan pada 2012 mengundang partner baru dalam program BBCU yang memiliki visi sama untuk menjaga kelestarian Pulau Bali yaitu Garuda Indonesia. Garuda Indonesia menyumbangkan dua unit pembersih pantai Barber Surf Rake, sebuah mesin canggih yang disambungkan ke bagian belakang traktor untuk membersihkan pantai dengan lebih cepat dan maksimal, serta mampu memungut sampah kecil seperti puntung rokok.

Bukan hanya kebersihan yang tercipta, pantai yang lebih bersih tidak hanya baik bagi wisatawan dan pengunjung wisata. BBCU juga menciptakan kondisi yang mendukung kehidupan satwa penyu laut. Kuta Beach Sea Turtle Society (KBSTS) dan masyarakat mencermati bahwa semakin banyak telur penyu yang menetas di wilayah pantaisejak dimulainya program BBCU ini. Karena itulah, CCAI mendukung upaya kolaboratif KBSTS bersama Desa Adat Kuta untuk melakukan kegiatan pelestarian penyu laut.

CCAI dan Quiksilver Indonesia mendirikan fasilitas Penangkaran di Pantai Kuta dengan nama ‘Kuta Beach Sea Turtle Conservation’ (KBSTC) pada tahun 2010. KBSTC bertujuan melindungi penyu laut dan memastikan semua telur penyu yang menetas di konservasi dilepaskan ke habitat alami mereka. KBSTC juga menjadi wahana bagi masyarakat lokal dan wisatawan untuk memahami dan melindungi satwa liar di ekosistem pantai.

2. Manfaat dan Petikan Pembelajaran

Program BBCU merupakan program yang mendorong terbukanya lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar dimana sebanyak 74 orang bekerja sebagai tim

68 COCA COLA AMATIL INDONESIA - 3R

dari BBCU. Bagi lingkungan pantai dengan adanya program kebersihan pantai lebih terjaga dan proses edukasi bagi pengunjung minimal dengan mengingatkan membuang sampah pada tempatnya.

Pelibatan para pihak pemangku kepentingan merupakan langkah yang tepat dalam pelaksanaan program, selain kombinasi kegiatan yang dikembangkan salah satunya adalah konservasi penyu. Program juga dilakukan secara berkelanjutan untuk menjaga kawasan pantai tetap bersih.

69PT. KALTIM PRIMA COAL - 3R

PT. KALTIM PRIMA COAL, KABUPATEN KUTAI TIMUR, KALIMANTAN TIMUR

Gerak Bersemi

Gerakan Komunitas Bersih, Sehat, dan Mandiri atau Gerak Bersemi merupakanprogram yang diinisiasi oleh PT. Kaltim Prima Coal (KPC) di Kabupaten Sangatta,Kalimantan Timur sejak tahun 2007 melalui pengelolaan sampah. Volume komposyang dihasilan melalui program ini sebanyak 401,5 ton atau setara dengan Rp.521.950.000,- per tahun. Sebanyak 205 Rumah Tangga terlibat aktif dalam GerakBersemi.

Program Gerak Bersemi digagas pada tahun 2007 melalui lokakarya yang melibatkanDepartement Community Empowerment KPC, Dinas Lingkungan Hidup KabupatenKutai Timur, dan PKK Kabupaten Kutai Timur yang mewakili komponen masyarakat.Pertemuan tersebut difasilitasi oleh Pusat Pemberdayaan Komunitas Perkotaan(Pusdakota) Universitas Surabaya (Ubaya). Program ini merupakan programpemberdayaan masyarakat untuk mendorong lahirnya eco-waste management model,eco-health community model, dan eco enterprise business model di Kota Sangatta,Kabupaten Kutai Timur. Gerak Bersemi menjadi bagian program corporate socialresponsibility (CSR) KPC yang mengkombinasikan aspek lingkungan, sosial, danekonomi dalam satu platform pemberdayaan masyarakat. Hal itu merupakan salahsatu wujud komitmen KPC terhadap masyarakat di sekitar perusahaan dan upayauntuk mengimplementasikan pembangunan berkelanjutan.

Gerak Bersemi merupakan perpaduan dari 5 program Utama CSR KPC yaitu (1)Pengembangan Agribisnis (2) Peningkatan Kesehatan Masyarakat (3) PengembanganKoperasi, Usaha Kecil dan Menengah (4) Pelestarian Alam dan Budaya, dan (5)Penguatan Kapasitas Kelembagaan Masyarakat dan Pemerintah.

1. Mendorong Masyarakarat Mengelola Sampah

Implementasi Gerak Bersemi dimulai dengan melakukan Analisa Sosial Terpadu padabulan Desember 2007 yang dilakukan di 2 kecamatan, Sengatta Utara dan SengattaSelatan, terpilih 3 wilayah yang akan dijadikan model untuk implementasi ModelTriple E (Eco-waste Management Model; Eco-Health Community Model; Eco-EnterpriseBusiness Model) yaitu Gang Mushola, Margo Santoso dan Gunung Tehnik.

Dalam implementasinya, KPC memfasilitasi pelatihan-pelatihan, pengembanganfasilitas atau sarana pendukung yang terkait, dan aktif mengkampanyekan perilakupeduli sampah, khususnya di Kota Sangatta.

Kegiatan pelatihan dalam perogram Gerak Bersemi yang berkaitan langsung denganpemanfaatan sampah, antara lain:

(1) Pembuatan kompos dari sampah organik, serta kegunaannya dalammeningkatkan kesuburan tanah yang secara langsung memberikan hasilpanen yang lebih sehat dan aman untuk dikonsumsi.

(2) Pemanfaatan berbagai sampai non organik yang masih mempunyai nilaiguna dan jual.

(3) Pemanfaatan berbagai tanaman obat keluarga sebagai alternatifpenanganan sederhana sebelum harus pergi ke dokter. Hal ini juga merupakan pelestarian berbagai kearifan lokal yang telah banyak dilupakan.

70 PT. KALTIM PRIMA COAL - 3R

Gambar 1. Rancangan Perencanaan ProgramG b 1 R P P

Sejak tahun 2008, sudah ada 250 warga Kota Sangatta yang mendapatkan pelatihan dalam program Gerak Bersemi ini. Di samping mendapatkan pelatihan teknis mereka juga mendapatkan pelatihan kepemimpinan, yang diharapkan dapat menjadi agen-agen penggerak di komunitasnya masing-masing.

Untuk Mendukung Gerak Bersemi, sejumlah fasilitas pendukung dikembangkan antara lain:

(1) Pusat Pelatihan Kompos (Composting Training Center atau CTC), tahun 2009, CTC dibangun sebagai fasilitas percontohan pengolahan sampah bagi komunitas.Pengelolaan CTC dilakukan oleh Remaja Kreatif Peduli Lingkungan (RKPL) dengan dukungan operasional dari KPC selama jangka waktu tertentu sampai siap untuk mandiri. Kegiatan utama di CTC meliputi pelatihan, pemilahan sampah organik dan non organik, serta pengomposan. Setiap bulannya, CTC bisa mengolah sekitar 2 ton sampah organik per bulan atau 24 ton per tahun, dan sekitar 700 kg/bulan atau 8,4 ton/tahun sampah non-organik yang digunakan untuk kegiatan reuse dan recycle.Pemasaran produk pupuk kompos CTC dilakukan oleh RKPL dan hasilnya sebagian untuk mendukung kegiatan operasional.

(2) Bumi Pelatihan dan Percontohan Usaha Tani Konservasi (BPP UTK) Fasilitas ini merupakan sebuah sarana pelatihan dan percontohan usaha tani yang berwawasan lingkungan yang dimiliki oleh KPC sejak tahun 1996 yang kemudian pemanfaatannya diperkaya menjadi “rumah pengembangan karakter komunitas” dimana proses reproduksi pengembangan karakter dan kompetensi para agen gerakan dilengkapi dengan sarana prasarana pendukung pendidikan lingkungan didalam dan diluar kelas, modul pembelajaran serta tim fasilitator.

Untuk memperluas keterlibatan warga Kota Sangatta dalam program Gerak Bersemi,dengan diiringi kegiatan kampanye untuk mendorong perilaku ramah lingkungan,dalam bentuk Lomba Kampung Bersemi. Dalam penyelenggaraanya lomba tersebutmelibatkan pemerintah daerah dan LSM, setiap kampung yang ada di Kota Sangatta

71PT. KALTIM PRIMA COAL - 3R

dapat menjadi peserta lomba. Penilaian dilakukan dalam beberapa tahap untuk mengukur komitmen dan kebersamaan komunitas dalam meningkatkan kebersihan, kesehatan dan keswadayaan melalui berbagai kegiatan. Penilaian dilakukan oleh tim juri yang terdiri dari berbagai pihak seperti LSM, media, akademisi, PMI, SKPD dan dinas terkait. Pada 2010, partisipan yang terlibat sebanyak 59 peserta, tahun 2011 sebanyak 52 peserta, dan di 2012 sebanyak 47 peserta. Walaupun jumlah pendaftar di 2012 lebih sedikit dibandingkan dua tahun sebelumnya, namun dari hasil penilaian, tingkat kesadaran dan kemandirian masyarakat lebih meningkat.

2. Manfaat dan Petikan Pembelajaran

Sejak program ini digulirkan pada tahun 2007, hasil-hasil yang diperoleh (2008-2012) antara lain:

(1) Volume kompos yang dihasilkan per tahun rata-rata sebanyak 401,5 ton, yang setara dengan Rp. 521.950.000,-

(2) Sebanyak 205 rumah tangga ikut berpartisipasi aktif dalam kegiatan Bank Sampah, secara ekonomi per bulan menghasilkan Rp. 2.150.000,-

(3) Sebanyak 3.500 anggota masyarakat terlibat dalam kegiatan Gerak Bersemi (Rumah Kompos, CTC, Haviera, Grebek RT dan lain-lain)

(4) Saat ini ada 55 agen penggerak yang aktif berkontribusi melalui Proyek Gerak Bersemi (RKPL, FKPL, Pendamping RT dan Volunteer)

Metoda kegiatan dan juga pelibatan keluarga dari para pegawai KPC menjadi salah satu pendukung program, bentuk kampanye, perlombaan menjadi penarik untuk berpartisipasi dalam program. Sementara pelibatan pihak pemuda dan pemerintahan setempat menjadi bagian penting dalam program. Bahkan program mendapatkan pengakuan dari pemerintah setempat seperti disampaikan oleh Kepala BLH, Bapak Didi Suryadi : “Saya mengapresiasi bentuk kerjasama yang telah terjalin selama ini dalam penanganan sampah di Kota Sangatta, peran KPC sangat penting dalam memotivasi masyarakat agar terlibat aktif dalam masalah sampah dan masalah lingkungan lainnya, sangat nyata dirasakan”. Dalam Tribun Kaltim, 11 Maret 2010.

Asisten Deputi Kajian Kebijakan Wilayah dan Sektor, Kementerian Lingkungan Hidup RI Heri Waluyo mengatakan, CTC yang dibangun KPC memiliki manfaat yang tinggi. Tempat itu berdampak terhadap pengurangan timbunan sampah di TPA dan lebihpenting lagi sebagai wadah belajar bagi warga dalam pengelolaan sampah. Karena itu Waluyo mengharapkan, apa yang dilakukan KPC bisa ditiru lembaga lain, karena semakin banyak rumah kompos akan semakin banyak pula sampah yang bisa dikelola. “Saya berharap, apa yang dilakukan KPC bisa ditiru oleh lembaga lain. Sebab ke depannya, kita ingin terus mendorong pengelolaan sampah melalui konsep3R (Reduce, Reuse, Recycle)”, dalam Warta Prima, edisi Januari-April 2011

72 PT. KALTIM PRIMA COAL - 3R

Gambar 2. Lomba Kampung dalam Gerak Bersemi

Program Gerak Bersemi telah membuka kesempatan interaksi dan kolaborasi antara perusahaan, pemerintah daerah, dan LSM terkait upaya peduli terhadap sampah, antara lain:

Bersama dengan pemerintah dan masyarakat menyusun draft Rencana Strategis Pengelolaan Sampah mengacu kepada UU 18 tahun 2008 dan Peraturan Bupati Kutai Timur.Pemerintah memberikan sejumlah stimulant berupa kendaraan Roda 3 untuk pengangkutan dan mesin composter.Pondok Bekas (PONKAS) untuk menampung dan menjual barang-barang bekas yang masih layak pakai, sebagai bagian dari implementasi reuse. Pada tahun 2012, PONKAS juga dimanfaatkan sebagai pusat informasi kegiatan Gerak Bersemi dengan nama Pojok BERSEMI. Pengunjung bisa mendapatkan gambaran umum konsep, kemajuan dan berbagai pihak yang terlibat dalam program Gerak Bersemi. PONKAS juga bisa diakses melalui facebook, twitter dan BBM.Beberapa Minimarket memberikan hadiah kecil kepada pelanggan yang membawa sendiri tas belanja, sehingga dapat mengurangi pemakaian tas plastik.FKPL (Forum Komunitas Peduli Lingkungan) terus mensosialisasikan semangat 3R dalam berbagai kesempatan.RKPL (Remaja Kreatif Peduli Lingkungan) dengan Bank Sampah memberikan pelayanan pengambilan pada 700 rumah. Kepada pelanggan yang bersedia memilah, untuk jenis sampah yang masih punya nilai ekonomi akan dicatat. Pada akhir bulan, nilai ekonomi yang tercatat dapat dipakai sebagai pembayar pelayanan yang telah diberikan. Kelebihan nilai tercatat dianggap sebagai tabungan. Jumlah sampah yang terlayani angkutannya rata-rata sekitar 22 ton/bulan.Sejumlah kader yang sudah pernah menerima pelatihan terus melakukan kegiatannya secara individu maupun kelompok dan secara nyata turut berkontribusi dalam pengurangan sampah dengan memproduksi produk daur ulang yang mempunyai nilai ekonomi.

Gerak Bersemi juga telah diakui oleh pemerintah Kabupaten Kutai Timur sebagai program yang dapat diaplikasikan di tempat lain.

73PT. PERTAMINA EP ASSET 5 FIELD TARAKAN - 3R

PT. PERTAMINA EP ASSET 5 FIELD TARAKAN, KALIMANTAN TIMUR

Pengelolaan Sampah Skala Lingkungan dengan Sistem 3R

Program Pengelolaan Sampah Skala Lingkungan dengan Sistem 3R merupakanintegrasi aktivitas pelestarian lingkungan dan usaha peningkatan pendapatanmasyarakat sekitar kawasan pengelolaan sampah di dua kelurahan yaitu Kampung1/Skip dan Kampung Enam Kecamatan Tarakan Timur, Tarakan, ProvinsiKalimantan Timur di dukung oleh PT. Pertamina EP Asset 5 Filed Tarakan sejaktahun 2010. Sebanyak 1.112 Kepala Keluarga terlibat aktif dalam program dari keduadesa tersebut, dan berhasil mengurangi timbunan sampah hampir 33% dari totalawal sebanyak 294.46 ton. Program juga berhasil mengolah sampah organik 11.9 tonselama periode 2013, serta menyerap tenaga kerja sebanyak 14 orang.

PT. Pertamina EP Asset 5 Field Tarakan (PEP Tarakan) adalah salah satu unit usahaPT. Pertamina EP yang bergerak di bidang eksplorasi dan eksploitasi migas di WilayahKerja Tarakan–Kalimantan Timur. PEP Tarakan mewujudkan kegiatan tanggungjawab sosial dan lingkungan berdasarkan visi program CSR PEP Tarakan yaitumewujudkan komitmen perusahaan untuk memberikan nilai tambah bagistakeholders yang bertumpu pada strategi pengembangan masyarakat yang inovatif,spesifik, berbasis potensi lokal dan kemitraan secara berkelanjutan untuk mencapaikemandirian dan kesejahteraan.

Pengelolaan sampah di Kota Tarakan telah dilaksanakan oleh Dinas Kebersihan,Pertamanan dan Pemakaman (DKPP) Kota Tarakan, termasuk pembinaan kepadaempat Depo Kompos. Termasuk di dalamnya Depo Kompos yang dikelola olehKelompok Swadaya masyarakat (KSM) “NIBUNG” di kelurahan Kampung 1/SkipKecamatan Tarakan Tengah dan KSM “Ramah lingkungan” di kelurahan KampungEnam Kecamatan Tarakan Timur. PEP Tarakan berkeinginan agar kegiatan iniditingkatkan nilai tambahnya dengan memperhatikan:

Pelayanan dan pengelolaan sampah belum menjangkau ke seluruh wilayahkota Tarakan mengingat kondisi permukiman yang jauh dan berkelompokserta keterbatasan peralatan dan personil.Sampah yang dihasilkan Kota Tarakan mencapai 70 ton/hari dimana 54persen diantaranya adalah sampah rumah tangga. Karakteristik sampah darikegiatan domestik (rumah tangga) dan non domestik (pasar, pertokoan,industri) terdiri dari sampah organik (70%-80%), plastik (10%), kertas (8%),dan sisanya jenis lainnya (pecahan gelas/kaca, kain, dll), umumnya dibuangbegitu saja (open dumping), buang bakar (dengan incinerator atau dibakarbegitu saja), gali tutup (sanitary landfill). Masih terdapat kemungkinan untukmengolah sampah menjadi produk daur ulang, cacahan plastik maupunkompos yang memiliki nilai ekonomi.Sumberdaya manusia, dalam hal ini kaum wanita yang tergabung dalamkelompok ibu-ibu PKK yang belum optimal.

Program yang dikembangkan bertujuan untuk:(1) Mendukung Kegiatan Pemerintah Kota Tarakan dalam pengelolaan sampah dan

menciptakan lingkungan yang bersih.(2) Meminimalisasi timbunan sampah di tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Kota

Tarakan dengan memaksimalkan pengelolaan sampah di lingkungan.(3) Meningkatkan jumlah tenaga kerja terampil sehingga menciptakan lapangan kerja

khususnya untuk perempuan, pada gilirannya meningkatkan pendapatan rumahtangga.

74 PT. PERTAMINA EP ASSET 5 FIELD TARAKAN - 3R

1. Membangun Perencanaan Bersama untuk Mengolah Sampah

Program Pengelolaan Sampah Skala Lingkungan dengan Sistem 3R dilakukanberdasarkan pada kesepakatan perencanaan kerja yang disusun secara kolektif olehseluruh anggota dan pelaku yang terlibat di dalam program, dibagi berdasarkan subprogram dengan alur sebagai berikut:

Pembentukan Kelembagaan yang meliputi menyusun struktur organisasi,membangun kesepakatan, dll.Perencanaan yang meliputi pemetaan lokasi, penentuan kelompok sasaran,alokasi dan sumber dana, target produksi.Sosialisasi program yang dilakukan kepada para pemangku kepentingantermasuk pemerintah setempah, perusahaan, LSM dll. Monitoring dan Evaluasi

Selengkapnya tersaji pada Gambar 1.

Gambar 1. Tahapan Program

PEMBENTUKAN KELEMBAGAAN:1. Pembuatan Nota

Kesepakatan kemitraan.2. Pembentukan struktur

kelembagaan & keanggotaan3. Penentuan pihak-pihak yang

terlibat (InstansiPemerintahan, Perusahaan,LSM, Masy. Sekitar)

PENYUSUNAN PERENCANAANPROGRAM:1. Alokasi & Sumber Pendanaan2. Pemetaan Lokasi pengelolaan3. Penentuan target

pengelolaan4. Penentuan target produksi

SOSIALISASI PROGRAM (InstansiPemerintahan, Perusahaan, LSM,

Masy. Sekitar)

PELAKSANAAN PROGRAM:1. Pela han dan

pengembangan kapasitas2. Penyediaan Sarana &

prasarana Pengelolaansampah

3. Mendapatkan standarisasikompos yang dihasilkan

4. Melakukan proses produksidan penjualan

MONITORING PROGRAM :1. Dilakukan untuk menguji

kesesuaian antara target &realisasi pengelolaan

2. Pengawasan mutu produksi3. Pengawasan kelembagaan

EVALUASI PROGRAM :

PEP Tarakan mendesain kegiatan ini dalam jangka panjang yaitu periode 2010-2015,jumlah dana yang dianggarkan untuk kegiatan ini di tahun 2013 adalah sebesar Rp.161.000.000,-. Program Pengelolaan Sampah Skala lingkungan dengan Sistem 3Rmerupakan integrasi aktivitas pelestarian lingkungan dan usaha peningkatanpendapatan masyarakat sekitar kawasan pengelolaan sampah di dua kelurahan yaituKampung 1/Skip dan kampung 6 yang merupakan ring 1 perusahaan. Pemangkukepentingan yang juga menjadi sasaran program ini adalah:

75PT. PERTAMINA EP ASSET 5 FIELD TARAKAN - 3R

Penyusunan Perencanaan Program dilakukan secara bersama-sama di antarapemangku kepentingan termasuk untuk menentukan peran masing-masingpemangku kepentingan serta target pencapaian produksi, terutama KSM Nibung danKSM Ramah Lingkungan. Kegiatan ini diikuti dengan Sosialiasi kepada komponeninstansi pemerintah, perusahaan, LSM, dan masyarakat sekitar untukmempublikasikan rencana kegiatan sekaligus memperoleh dukungan darimasyarakat.

Pelaksanaan Program dilakukan di Depo Kompos di KSM Nibung dan KSM RamahLingkungan di kedua desa sasaran. Program yang dilaksanakan meliputipengangkutan dan pemilahan dan pemanfaatan sampah. Sampah organik dijadikankompos, sampah anorganik dipilah untuk membuat pelet (cacahan plastik) danbahan baku produk daur ulang. Proses pencacahan dilakukan di masing-masingDepo, sedangkan pembuatan produk daur ulang dilakukan di kelompok PKK yangdilibatkan dalam program ini. Para pelaku pengolahan sampah juga memperolehpelatihan keterampilan yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk yang baik. Sisasampah yang tidak bisa dimanfaatkan (residu) dikirim ke TPA Aki Babu milik KotaTarakan.

Selain dilakukan di Depo, kegiatan ini juga dilaksanakan di skala rumah tanggaseperti yang diinisiasi oleh anggota KSM Nibung, Ibu Wahidah–Kelurahan KampungSatu, Ibu Wahidah memilah sampah berdasarkan jenisya, sampah organik dijadikankompos dengan Takakura dan sampah plastik dijadikan souvenir daur ulang. Selainmemperoleh manfaat ekonomis, Ibu Wahidah kini hanya membuang sampahseminggu sekali dari semula yang setiap hari, langkah ini kemudian diikuti oleh ibu-ibu PKK lainnya.

Gambar 2. Para Pemangku Kepentingan Program Pengelolaan Sampah SkalaLingkungan dengan Sistem 3R

Tabel 1. Jumlah Anggota KSM Pengelola Sampah Per Periode

PemangkuKepen ngan

di 2 Kelurahan(sasaran

pengelolaan)

KSM Nibungdan KSMS

RamahLingkungan

Anak Sekolah

Pihak-pihakterkait

pelestarian dankesejahteraan

Perempuanyang tergabungdalam kegiatan

PKK

sasaran pelaksanaanpengelolaan sampah

sebagai pihak yang ikut berperandalam meningkatkan par sipasimasyarakat dalam mengelolalingkungan

sasaran untuk meningkatkankesadaran meningkatkan

kualitas lingkungan sebagaigenerasi penerus

pelaksanaanpemberdayaanperempuan

Nama KSM Cakupan 2012 2013KSM Nibung 8 dari 21 RT di Kampung 1

/Skip240 282

KSM RamahLingkungan

13 dari 15 RT di KampungEnam

650 830

76

Selama program ini berjalan, kegiatan monitoring dilakukan oleh pemangkukepentingan yang ditunjuk sesuai dengan rencana program. Monev telah dilakukandengan melibatkan pemerintah lokal oleh Kasie Pemberdayaan Kelurahan, LSM olehInstitut Pemberdayaan Masyarakat, dan PEP Tarakan sendiri. Evaluasi akhir programini direncanakan pada 2015 mendatang.

Dengan berkurangnya volume sampah yang dibuang masyarakat, pencemaranlingkungan dapat dikurangi, sehingga kebersihan lingkungan dapat terjaga. Upayayang baik ini mengantar Kota Tarakan memperoleh penghargaan Adipura pada 2012.

PT. PERTAMINA EP ASSET 5 FIELD TARAKAN - 3R

77PT. PERTAMINA EP ASSET 5 FIELD TARAKAN - 3R

Des

kri

psi

KS

MA

ngk

ut

Pilah

Kom

pos

(org

an

ik)

Pro

du

kD

au

rU

lan

g(a

nor

gan

ik)

TPA

AkiB

abu

(sam

pah

resi

du

)2012

2013

2012

2013*

2012

2013*

2012

2013*

2012

2013*

Tim

bu

lan

Sam

pah

(ton

)

Nib

un

g66,1

627,2

6*

15,1

36,1

2,3

0,9

78

48,7

320,1

8R

am

ah

Lin

gku

nga

n228,3

99,5

*17,5

5,8

4,8

1,7

206

92

Ser

apan

Ten

aga

Ker

ja(o

ran

g)

Nib

un

g1

12

24

4R

am

ah

Lin

gku

nga

n2

41

11

11

1

Nilai

Ekon

omi

(Rp)

Nib

un

g+R

am

ah

Lin

gku

nga

n

5.3

01.0

00

1.6

00.0

00

5.4

00.0

00

1.8

00.0

00

*Apri

l2013

data

lapor

an

dip

erol

ehdari

masi

ng-

masi

ng

KS

Mpada

3M

ei2013

Gam

bar

3.

Data

Hasi

lPen

gelo

laan

Sam

pah

Skala

Lin

gku

nga

nD

enga

nS

iste

m3R

Tota

lTim

buna

nSa

mpa

hpe

rtah

un:

2012

: 29

4,46

ton

dari

890

KK,0

,9kg

/ora

ngha

ri20

13*:

126,

76to

nda

ri1.

112

KK,0

,3kg

/ora

ngha

ri

78

2.Manfaat dan Petikan Pembelajaran

Dampak Lingkungan, Pengelolaan Sampah Skala lingkungan dengan Sistem 3R diKota Tarakan sesuai dengan mottonya sebagai Kota BAIS (Bersih, Aman, Indahdan Sejahtera), sehingga dapat menjadi investasi jangka panjang untukkeberlanjutan masyarakat kota Tarakan pada umumnya dengan diperolehnya lagipenghargaan Adipura tahun 2012.

Program juga memberikan manfaat ekonomi dengan adanya penyerapan tenagakerja yang dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat secara ekonomi denganmemanfaatkan potensi lokal yang tersedia. Jumlah tenaga kerja yang dapatdiserap dalam pengelolaan sampah di kedua KSM sejumlah 14 orang sertapeningkatan pendapatan ibu-ibu PKK dalam pengelolaan produk daur ulangsampah.

Program juga sudah berhasil membiasakan masyarakat untuk mengembangkanbudaya kolektik dan melembagakan kerja sama yang organisasional danterencana, dilaksanakan dan diawasi secara bersama melalui lembaga-lembagayang terbentuk berdasarkan desakan kebutuhan kolektif.

Program berhasil dengan adanya kerjasama dengan berbagai pihak danperencanaan yang disusun bersama-sama. Penghargaan Adipura menjadipendorong bagi kelompok dan masyarakat untuk lebih bergiat dalam pelaksanaanprogram.

PT. PERTAMINA EP ASSET 5 FIELD TARAKAN - 3R

79PT. PUPUK SRIWIDJAJA - 3R

PT. PUPUK SRIWIDJAJA, PALEMBANG, SUMATERA SELATAN

Pengolahan Sampah Perumahan Karyawan

Sebanyak 434 Kepala Keluarga, Kelurahan Sungai Selayur, Kecamatan Kalidoni,Kota Palembang telah mengolah sampah rumah tangga organik dengan total yangdiolah adalah kurang lebih 0,7 ton per hari ditambah sampah rumput dan daunsebanyak 1,3 ton per hari. Kegiatan yang diinisiasi oleh PT. Pupuk SriwidjajaPalembang ini, bukan hanya mengurangi jumlah sampah yang harus dikelolasebanyak 2 ton perhari, namun mengurangi biaya angkutan sebesar Rp. 564.000,-per hari dan menciptakan lapangan pekerjaan bagi 15 orang warga.

PT. Pupuk Sriwidjaja – Palembang (Pusri Palembang) adalah sebuah pabrik pupukyang memproduksi pupuk urea di Sumatera Selatan. Untuk mendukung operasiperusahaan, Pusri Palembang menyediakan kompleks perumahan bagi karyawan.Kompleks Perumahan Pusri Palembang menyediakan rumah bagi 434 KepalaKeluarga di atas lahan 245 hektar di Kelurahan Sungai Selayur, KecamatanKalidoni, Kota Palembang, selain itu, di sini juga menyediakan saranapersekolahan, pasar, dan prasarana umum lainnya.

Sampah rumah tangga dan sampah domestik dari Kantor dan Pabrik dulu dikelolasecara konvensional dengan dikumpulkan oleh Dinas Kebersihan untuk kemudiandibuang ke Tempat Pembuangan Akhir Sampah Sukawinatan. Sejalan denganperkembangan Kota dan Kompleks Industri ini, timbulan sampah rumah tanggaini semakin hari semakin menjadi perhatian, hal inilah yang menggerakkan PusriPalembang untuk melakukan inisiatif pengelolaan sampah rumah tangga darikegiatan operasi dan Kompleks Perumahan Pusri Palembang.

Sampah adalah salah satu masalah perkotaan, timbulan sampah rumah tanggadari Kompleks Perumahan dan sampah domestik dari kantor dan lingkunganpabrik merupakan tantangan tersendiri sewaktu inisiatif ini akan dilakukan pada2004. Berton-ton sampah yang ditimbulkan setiap hari hanya dikumpulkan dandibuang, atau dibakar, tanpa ada pengolahan maupun upaya untuk mengurangitimbulan sampah tersebut. Jenis-jenis sampah yang ditimbulkan berupa sampahorganik yaitu sampah rumput, daun, rumah tangga/dapur, sampah buah-buahandan sampah organik lainnya.

Sampah tidak saja menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan di TempatPembuangan Akhir (TPA) saja, tetapi juga menciptakan masalah kesehatan,tumpukan-tumpukan sampah di Tempat Pembuangan Sementara (TPS) di Kantor,Pabrik, dan Pemukiman menjadi tempat berbiaknya lalat yang merupakan faktorpenyakit. Sampah juga menjadi pemandangan yang tidak menyenangkan karenasemakin hari timbulan sampah semakin bertambah. TPA yang menampungsampah dan sarana pengangkutan jumlahnya terbatas sehingga pengelolaansampah tidak bias lagi menggunakan cara-cara konvensional.

Menyadari bahwa dampak timbulan sampah kian serius dan terinspirasi olehkomitmen dalam Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Pusri Palembang untukmeminimalkan dan memanfaatkan limbah non B3 (sampah domestik bukanlahsampah bahan beracun dan berbahaya) serta semangat untuk menciptakankeharmonisan antara perusahaan dengan warga sekitar, maka Pusri Palembang

80 PT. PUPUK SRIWIDJAJA - 3R

memulai inisiatif untuk mengelola sampah domestik baik dari Kantor, Pabrik, dan Kompleks Perumahan Pusri Palembang pada tahun 2005. Inisiatif yang dilakukan adalah pengelolaan sampah organik menjadi kompos dengan pabrik pupuk organik Pusri.

Inisiatif Pupuk Organik Pusri memiliki tujuan:(1)Menyempurnakan pengelolaan sampah di Komplek Pusri Palembang yang

berwawasan lingkungan.(2)Memanfaatkan sampah organik (sampah rumput, daun, pertamanan dan

dapur/rumah tangga).(3)Mengurangi tumpukan sampah pada tempat pembuangan sementara (TPS)

dan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sehingga tidak terjadi perluasan lahan TPA.

(4)Menghemat biaya angkutan sampah yang selama ini dibuang ke TPA dan dialihkan/diangkut ke tempat pengomposan (jaraknya lebih dekat).

(5)Menghemat biaya pembelian pupuk kandang untuk taman dan Green Barrier.

(6)Membantu menghindari tumpukan sampah khususnya di TPS yang terlantar sebagai pembiakan lalat yang menularkan penyakit.

(7)Mengurangi pencemaran lingkungan, karena sampah yang dibuang/dibakar menjadi berkurang.

(8)Penggunaan kompos pada lahan pertanian berarti mencegah pencemaran karena berkurangnya kebutuhan kompos pada lahan pertanian berarti mencegah pencemaran karena berkurangnya kebutuhan pemakaian pupuk buatan dan obat-obatan yang berlebihan.

(9)Membantu melestarikan sumber daya alami karena pemakaian kompos pada kebun/lahan akan menghemat kemampuan lahan kebun dalam menahan air, sehingga menghemat kandungan air.

(10) Pengomposan juga berarti menghasilkan sumber daya baru dari sampah dan dalam jangka panjang kompos akan menjadi tanah.

(11)Diharapkan Pusri Palembang dapat menjadi percontohan dalam hal pengelolaan sampah Unit Daur Ulang dan Produksi Kompos di Sumatera Selatan.

1. Mengolah Sampah Menjadi Pupuk Organik

Pusri Palembang menginisiasi kegiatan ini dengan melakukan Peresmian Proyek Pabrik Pupuk Organik Pusri pada 14 April 2005, setelahnya Pusri Palembang membuat perencanaan Proyek yaitu:

(1)Pembentukan Tim Proyek Pupuk Organik, sebagaimana dijelaskan dalam bagan berikut, penugasan ini ditetapkan secara formal melalui Penugasan Direktur Utama Surat No. 014/A00.UM/2005 tanggal 25 April 2005

(2)Perencanaan Pembangunan Proyek Pabrik Pupuk Organik dengan didasarkan pada Izin Prinsip Pelaksanaan Proyek oleh Direktur Teknik & Pengembangan dalam Surat No. 046/03010.LB/2005

(3)Penyediaan anggaran dengan Persetujuan Rencana Anggaran Biaya (RAB) Proyek Pupuk Organik dalam Surat No.058/PKOR.03010/2005 tanggal 17 Mei 2005

(4)Keseluruhan anggaran yang dipergunakan untuk pembangunan pabrik pupuk ini adalah sebesar sebesar Rp. 2.968.018.307,- yang seluruhnya disediakan oleh Pusri Palembang.

81PT. PUPUK SRIWIDJAJA - 3R

Tahapan pekerjaan yang dilakukan untuk Proyek Pupuk Organik Pusri adalah sebagai berikut:

NO TAHAPAN PROYEK JADWAL1 Sosialisasi di Perumahan Komplek PT. Pusri

Palembang15 Maret – 15 April 2005

2 Pekerjaan Sipil 7 Mei – 15 September 20053 Procurement 1 Mei – 30 Agustus 20054 Instalasi Peralatan 3 – 10 Desember 20055 Pekerjaan Elektrikal 25 Nopember – 16 Desember

20066 Commisioning, Start Up & Performance Test 17 Desember 2005 – 17 Maret

20067 Close Out Report 30 April 2006

Setelah Pabrik terbangun dan diserahterimakan, Pabrik Pupuk Organik mulai beroperasi untuk menerima dan mengolah sampak domestik dari Kompleks Perumahan, Kantor, dan Pabrik Pusri Palembang. Tenaga kerja yang dipekerjakan di Pabrik Pupuk Organik ini sebanyak 15 orang dididik dari penduduk sekitar.

Proses pengolahan sampah yang dilakukan di Pabrik Pupuk Organik Pusri adalah:a. Bahan Baku sampah hasil pilahan dari rumah tangga diterima di area

penerimaan bahan baku, kemudian dilakukan pemilahan lagi, karena proses pemilahan dari rumah tangga belum bersih, selanjutnya dimasukkan mesin pencacah dengan menggunakan belt conveyor-1.

b. Bahan yang telah dicacah ukuran 2–4 cm diangkut dengan lorry masuk bak fermentasi dengan menambahkan larutan dekomposer sebanyak 1 liter/ton bahan, didiamkan selama 3–5 hari, dengan menjaga temperatur dengan cara dibalik dan penyemprotan larutan dekomposer.

c. Bahan yang telah selesai proses fermentasi dapat dilihat dengan stabil temperatur yaitu sama dengan temperatur ruang, dalam bentuk gumpalan diangkut dengan lorry ke beltconveyor -2 untuk dikeringkan sampai kelembaban ± 25% untuk memudahkan dalam proses penggilingan di hammer mill.

d. Produk dari hammer mill merupakan produk halus dan produk yang sedikit kasar sebagai produk curah dan produk yang harus dijadikan pupuk organik granul.

e. Pembuatan pupuk organik granul dengan menggunakan Fan Granulatordengan putaran dan kemiringan tertentu, bahan pupuk halus ditambahzeolite dan larutan gula/tetes tebu untuk pengekat agar granul terjadi dengan baik.

f. Pupuk Granul yang dihasilkan melalui belt conveyor -3 menuju unit pengering -2 untuk mengeringkan sampai kadar air tetap ± 25%, keluar belt conveyor -4 dan diayak untuk mendapatkan granul ukuran 2–4 cm, produk lain berupa serbuk hasil ayakan.

g. Produk granul dan serbuk ditampung dalam hopper ayakan untuk dimasukkan dalam kemasan karung 50 kg untuk pupuk organik granul dan 30 kg untuk pupuk organik serbuk/curah. Karung dengan timbangan yang cukup disusun dengan maksimal 3 tumpukan.

h. Produk organik baik dalam curah dan granul siap dipasarkan dengan diutamakan kebutuhan dalam komplek untuk penghijauan/taman dan memenuhi kebutuhan konsumen.

Jumlah sampah rumah tangga (organik) yang diolah menjadi pupuk organik adalah ± 0,7 ton per hari dengan ditambah sampah rumput dan daun sebanyak 1,3 ton per hari akan dihasilkan pupuk organik 0,5 ton per hari.

82 PT. PUPUK SRIWIDJAJA - 3R

Gambar 1. Lokasi dan Hasil Produksi Pupuk Organik

2. Manfaat dan Petikan Pembelajaran

Keberadaan pabrik pupuk organik yang dikembangkan oleh Pusri dirasakan telah memberikan manfaat yaitu:

a. Mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke TPA.Jumlah sampah rumah tangga (organik) yang diolah menjadi pupuk organik adalah ± 0,7 ton/hari dengan ditambah sampah rumput dan daun sebanyak 1,3 ton/hari berarti mengurangi jumlah sampah yang harus dikelola sebanyak 2 ton per hari.

b. Mengurangi biaya pengangkutan sampah organik. c. Biaya pengangkutan sampah untuk 1 Rite @ 2 m3 (1 m3 = 250 kg sampah)

adalah Rp. 70.500,-. Dengan adanya pengolahan sampah menjadi pupuk organik sebanyak 2 ton/hari, berarti dapat mengurangi biaya pengangkutan sebesar Rp. 564.000,-/hari.

d. Memberikan peluang pekerjaan bagi masyarakat sekitar.Dengan adanya pabrik pupuk organik ini juga memberikan peluang kerja untuk masyarakat sekitar sebanyak 15 orang.

e. Menyediakan pasokan pupuk untuk memelihara lingkungan. Kompos yang dihasilkan dipergunakan untuk pemupukan di Green Barrier Kompleks Pusri Palembang dan dipergunakan untuk kegiatan pertanian, dengan menggunakan kompos, penggunaan pupuk kimia dapat dikurangi dan membantu serapan air di lahan pertanian.

f. Apresiasi, sebagai penghargaan atas upaya me-recycle sampah organik, Pusri Palembang mendapat penghargaan Kalpataru Kategori Perintis Lingkungan Provinsi Sumatera Selatan yang diberikan oleh Gubernur Sumatera Selatan pada saat Peringatan Hari Lingkungan Hidup Se-dunia Tingkat Provinsi Sumatera Selatan tahun 2006 di Teluk Gelam Kabupaten Ogan Komering Ilir.

83PT. SUMI RUBBER INDONESIA - 3R

PT. SUMI RUBBER INDONESIA, KABUPATEN CIKAMPEK, JAWA BARAT

Perfect Zero Emission Melalui Gerakan 3R untuk Lingkungan Lebih Baik

Sejak tahun 2007, upaya pengelolaan sampah dari perusahaan PT. Sumi RubberIndonesia, dilakukan bukan hanya dengan penyadaran untuk melakukan upayaReduce, Reuse dan Recycle, akan tetapi dikembangkan melalui kerjasama denganpihak ketiga, yaitu CV. Karang Mukti yang berlokasi di Desa Kalihurip. Setiap bulansebanyak 30 ton sampah dapat dikelola dan diolah, CV. Karang Muktipunberkembang dari awal hanya ada 3 pekerja saat memiliki 30 pekerja.

Melalui program Perfect Zero Emission, Sumi Rubber Indonesia berupaya untukmeminimalkan sampah yang dibuang ke lahan urug (landfill) sekaligusmemberdayakan masyarakat. Melalui pemilahan sampah yang sistematis dankomprehensif, perusahaan telah mampu memberdayakan masyarakat untukmemanfaatkan sampah sampai sebanyak 30 ton setiap bulannya. Secara formal,program dimulai pada tahun 2007 dan terus dilaksanakan dan ditingkatkansampai saat ini.

PT. Sumi Rubber Indonesia (SURINDO) berlokasi di Cikampek, Provinsi JawaBarat. SURINDO telah memperoleh sertifikat Sistem Manajemen Lingkungan ISO14001 pada tahun 2008. Perusahaan memproduksi berbagai jenis ban untukkendaraan bermotor mulai dari ban untuk bus, truk, mobil, sampai ban motor.Terus berkembangnya perusahaan yang ditandai dengan meningkatnya kapasitasproduksi menuntut perusahaan memperluas pabrik. Pada saat yang bersamaan,juga memerlukan penambahan mesin dan pekerja. Konsekuensi dari hal-haltersebut adalah meningkatnya jumlah sampah yang ditimbulkan dari prosesproduksi dan non produksi.

Persoalan terbesar masalah sampah di SURINDO adalah:Belum tumbuhnya kesadaran dari seluruh karyawan tentang tertib membuangsampah pada tempat dan sesuai jenisnya.Sampah yang dihasilkan belum memberikan nilai secara ekonomis kepadaperusahaan maupun masyarakat di sekitar perusahaan.

Kedua persoalan inilah yang akan diatasi dan menjadi awal perusahaanmelakukan pengelolaan sampah dengan cara lebih baik.

Gambar 1. Pembuangan Sampah di Kantor sebelum Adanya Program

84 PT. SUMI RUBBER INDONESIA - 3R

1. Pelaksanaan Pengelolaan Sampah

Salah satu butir kebijakan perusahaan SURINDO adalah “Pelaksanaan 5S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, Shitsuke) atau 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) sebagai dasar, Mari kita ciptakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman di dalam pabrik“ maka dilakukanlah kegiatan pengelolaan sampah secara terpadu di seluruh area perusahaan. Upaya ini adalah untuk mewujudkan kebijakan perusahaan untuk menciptakan lingkungan kerja yang bersih, sehat dan nyaman dapat terwujud. Kegiatan ini diberi nama “Perfect zero Emission“.

Sasaran program “Perfect Zero Emission “ ini adalah para pemangku kepentingan yang relevan, terutama para karyawan yang berjumlah sekitar 3.500 orang. Kelompok karyawan ini menjadi sasaran utama karena merupakan mayoritas pihak yang akan berhubungan langsung dengan program tersebut. SURINDOmenyadari bahwa berhasil atau tidaknya program ini sangat bergantung kepada semua karyawan yang berada di dalam perusahaan serta beberapa pihak luar yang secara langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan perusahaan seperti para pemasok, tamu, maupun masyarakat di sekitar perusahaan.

Tujuan dari program adalah meniadakan dampak dari emisi ataupun timbulan limbah sehingga betul-betul menjadi nol atau tidak ada sama sekali. Hasil lain yang akan dicapai adalah menciptakan lingkungan kerja yang bersih, sehat, dan nyaman. Disisi lain sampah atau emisi yang ditimbulkan dapat memberikan nilai ekonomi bagi perusahaan maupun bagi masyarakat di lingkungan sekitar perusahaan. Program Perfect Zero Emission dikembangkan dengan proses berikut (Gambar 2.)

Gambar 2. Alur Program Perfect Zero Emission

Target dari program adalah tumbuhnya kesadaran dari seluruh karyawan untuk mengelola sampah hingga tercipta kerja yang bersih, sehat dan nyaman, sampah terpilah dengan baik dan sampah yang dipilah masih memiliki nilai ekonomi.

Pada proses pelaksanaan, di perusahaan sampah yang ada dipilah menjadi delapan bagian yaitu: kertas, plastik, besi dan kaleng, botol kaca dan gelas, sarung

85PT. SUMI RUBBER INDONESIA - 3R

tangan dan majun, sampah daur-debu dan sapuan, puntung rokok, bahan berbahaya beracun (B3).

Pemilahan secara komprehensif ini, salah satu tujuannya adalah untuk mengoptimalkan nilai ekonomis sampah yang ditimbulkan perusahaan. Sebagai perbandingan, sebelum adanya program, pemilahan sampah hanya dilakukan berdasarkan dua kategori, yaitu organik dan anorganik. Pemilahan sederhana ini dirasa belum mampu memberikan nilai tambah optimal terhadap pemanfaatan sampah.

Untuk memfasilitasi pemilahan, perusahaan membuat sebuah sistem pengelolaan sampah yang komprehensif, yang mencakup:

60 stasiun pemilahan (central station);12 stasiun tempat sampah untuk tempat umum (masing-masing 6 jenis tong sampah)Kendaraan (motor roda tiga) pengumpul dan pengangkut sampah di perusahaan;Stasiun penimbunan akhir di perusahaan.

Penyediaan fasilitas tersebut disertai dengan sosialisasi dan pelatihan yang komprehensi yang mampu menjangkau seluruh karyawan dan orang yang berada di dalam perusahaan.

Gambar 3. Tempah Sampah yang Disediakan Perusahaan Terbagi 6 Jenis

Agar sampah yang telah dipilah dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar, SURINDO bekerjasama dengan pengelola sampah dari masyarakat sekitar. Perusahaan yang diajak bekerja sama adalah CV. Karang Mukti yang dimiliki penduduk desa sekitar, yaitu desa Kalihurip. Perusahaan ini mempekerjakan tenaga kerja dari desa setempat. Kerjasama ini telah diformalkan ke dalam sebuah kontrak kerjasama yang mengatur peran, hak, dan kewajiban dari masing-masing pihak.

Pada kerja sama tersebut, SURINDO akan menyerahkan sampah perusahaan yang telah terpilah kepada CV. Karang Mukti. Perusahaan juga mendanai biaya transportasi sampah. Sementara CV. Karang Mukti akan memanfaatkan sampah yang telah terpilah tersebut untuk dijual ke pihak lain. Mitra perusahaan ini dilarang melakukan penimbunan sampah ke lahan urug (landfill). Sampai saat ini, kuantitas sampah yang telah dipilah akan dimanfaatkan oleh mitra perusahaan tersebut yang mencapai jumlah 30 ton setiap bulannya.

86

Pelatihan juga telah diberikan kepada mitra perusahaan untuk dapat mengelola dan memanfaatkan sampah secara baik dan benar. Sebuah sistem audit juga disepakati bersama untuk memeriksa pengelolaan sampah secara berkala. Audit dilaksanakan secara berkala satu kali setahun, maksimum dua kali setahun. Aspek-aspek yang diperiksa dalam audit antara lain mencakup:

Aspek perizinan,Penanganan sampah,Kebersihan, danPemenuhan persyaratan pada kontrak kerjasama.

SURINDO berupaya untuk memastikan agar program “Perfect Zero Emission” dapat terus berjalan dan dapat terus ditingkatkan, untuk itu perusahaan telah menginternalisasi program tersebut ke dalam Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001. Wujudnya adalah tertuangnya program dalam kebijakan lingkungan perusahaan, formalisasi prosedur pengelolaan sampah ke dalam sistem manajemen lingkungan, dan adanya reward dan punishment terhadap kinerja pengelolaan sampah.

2. Manfaat dan Petikan Pembelajaran

Program telah berhasil memberikan berbagai manfaat kepada perusahaan maupun kepada masyarakat sekitar, diantaranya adalah:

Kesadaran karyawan dengan membuang sampah sesuai tempat dan jenisnya telah meningkat. Kesadaran ini tidak terlepas dari sosialisasi yang intensif baik melalui berbagai pelatihan dalam skala besar maupun melalui berbagai briefing di masing-masing seksi kerja yang dilaksanakan secara terus menerus.Termanfaatkannya 30 ton sampah setiap bulannya. Sebelum program dimulai, sampah yang ada diserahkan kepada penyedia jasa pengelolaan sampah yang bersifat komersial, dimana perusahaan tersebut masih menimbun sampah yang tidak dapat dimanfaatkan. Saat itu biaya yang dikeluarkan cukup besar dan tidak memberikan manfaat kepada masyarakat sekitar.Terhindarnya sampah dari ditimbun pada lahan urug (landfill), hal ini telah sesuai dengan rencana jangka panjang perusahaan untuk meminimalkan dampak terhadap lingkungan sekitar.Pemberdayaan mitra perusahaan. Pada saat program dimulai, jumlah karyawan di CV. Karang Mukti hanya berjumlah 3 orang, saat ini karyawan di perusahaan tersebut mencapai 30 orang, sebuah peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini sangat dirasakan oleh pemilik maupun karyawan seperti disampai berikut ini:

“Dengan adanya sampah dari PT. Sumi Rubber Indonesia ini saya bisa membuka lapangan pekerjaan kepada penduduk sekitar yang rata-rata bekerja sebagai petani penggarap atau buruh tani”. (Bapak Anda Suhanda- Pemilik CV. Karang Mukti)

“Saya senang bisa kerja disini, karena ada penghasilan tiap hari yang bisa saya peroleh. Tadinya saya cuma buruh tani yang tidak tentu pendapatan/penghasilannya. Ya lumayan bisa buat bantu-bantu dapur tetap ngebul, dan buat meringankan biaya sekolah anak-anak, biar mereka bisa lebih baiklah masa depannya dibanding saya". (Ibu Ano -Pekerja di CV. Karang Mukti)

PT. SUMI RUBBER INDONESIA - 3R

87PT. SUMI RUBBER INDONESIA - 3R

Keberhasilan program tidak terlepas dari upaya perusahaan untuk melakukan edukasi kepada karyawan meskipun pada tahap awal banyak karyawan yangbelum memahami manfaat dari program “Perfect Zero Emission”. Sosialisasi secara terus-menerus disertai dengan berbagai pelatihan dan himbauan (poster, brosur, lomba, dan sejenisnya) dan diserta dengan sistem reward dan punishment telah mampu membangkitkan kesadaran seluruh karyawan.

Program juga dapat dilaksanakan karena dukungan penuh dari manajemen puncak terhadap program, keterlibatan seluruh karyawan dan penyelenggaraan kegiatan peningkatan kepedulian yang inovatif, misalnya memasukkan progam kedalam event-event perusahaan seperti safety month, energy month, atau quality month.

88

PT. UNILEVER INDONESIA TBK, JAKARTA

3R Melalui Koperasi Bank Sampah

Program Koperasi Bank Sampah yang dikembangkan oleh Unilever Indonesia sejaktahun 2001 telah berhasil mengelola sampah di 10 kota besar di Indonesia yaituSurabaya, Jakarta, Bandung, DIY, Bali, Medan, Makasar, Manado, Balikpapan,dan Banjarmasin, dengan total reduksi sampah kering di tahun 2012 adalah 350ton. Sedangkan total penjualan mencapai Rp 600.000.000,-. Tahun 2012, banksampah sudah berjumlah 390 bank sampah, sementara yang sudah berubahmenjadi unit bisnis berbentuk koperasi berjumlah 40 unit. Koperasi ini sudahmulai memberikan keuntungan bagi 20.000 KK yang menjadi anggota, sementarapenerima manfaat program sebanyak 100.000 jiwa.

Unilever Indonesia adalah perusahaan produk konsumen dan makan minumanyang telah beroperasi di Indonesia lebih dari 80 tahun dengan menyediakan 43merek produk di Indonesia. Unilever Indonesia menyelenggarakan upaya tanggungjawab sosial dan lingkungan (CSR) melalui organisasi yang dibentuknya yaituYayasan Unilever Indonesia. Salah satu program unggulan CSR Unilever adalah 3Rdengan Koperasi Sampah yang dimulai sejak 2001 di sepuluh kota besar diIndonesia, yaitu Surabaya, Jakarta, Bandung, DIY, Bali, Medan, Makasar,Manado, Balikpapan, dan Banjarmasin.

Unilever Indonesia menjawab tantangan global dengan mencanangkan UnileverSustainable Living Plan (USLP) pada 2010. Rencana ini merupakan sebuah rencana10 tahun untuk menumbuhkan bisnis kami dengan cara membantumeningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, mengurangi dampaklingkungan dan meningkatkan taraf kehidupan.

Upaya untuk menurunkan dampak lingkungan dilakukan salah satunya denganinisiatif mengurangi sampah. Unilever mengelola timbulan sampah dari aktifitaspabrik dan sampah dari kemasan produk konsumen (post consumer packagingwaste) dengan program ‘Koperasi Bank Sampah’ dan program ‘Trashion’, dalambentuk edukasi dan pendampingan kepada masyarakat untuk mengelola sampahdengan prinsip 3R dalam program besar, Green and Clean. Unilever tidak sajamewujudkan tanggungjawab terhadap dampak kegiatan dan produknya tetapi jugamelaksanakan kewajiban extended producer responsibility dengan melakukanupaya pengelolaan sampah bekas kemasan produk dengan meningkatkan nilaiekonomis dari sampah itu sendiri.

Bank Sampah bukanlah hal yang sama sekali baru di Indonesia, namun untukmemastikan keberlanjutan inisiatif ini secara mandiri. Program bank sampah yangdilaksanakan Unilever Indonesia telah mengalami beberapa dinamika selamaproses perkembangannya. Pada rentang tahun 2008-2010, program bank sampahmenjadi bagian dari Program Green and Clean sebagai salah satu kriteriaperlombaan pengelolaan lingkungan di tiap wilayah (RW).

Mulai 2012, Unilever mendesain program ini secara holistik dengan melibatkanlebih banyak pemangku kepentingan di mana masyarakat menjadi ujungtombaknya, terintegrasi dalam rantai pasokan mulai dari pengumpulan hinggapenjualan kepada pengepul, dan membuat institusi formal di masyarakatberbentuk badan hukum koperasi, sehingga program ini dikelola oleh masyarakatdengan bertanggung jawab dan akuntabel. Selain memastikan kemandirian

PT. UNILEVER INDONESIA TBK - 3R

89PT. UNILEVER INDONESIA TBK - 3R

masyarakat, program Bank Sampah Unilever lebih difokuskan pada pengembangan keterampilan sumberdaya manusia.

1. Koperasi untuk Mengelola Sampah

Koperasi Bank Sampah merupakan salah satu program untuk mengurangi dampak lingkungan dari kemasan bekas pakai produk Unilever di tingkat konsumen dengan semangat kolektif dan berkelanjutan. Misi dari program Koperasi Bank Sampah adalah menciptakan komunitas mandiri yang secara aktif berkontribusi dalam:

(1) Mengurangi timbulan sampah domestik skala komunal, (2) Menciptakan lingkungan yang hijau dan bersih, (3) Meningkatkan sektor ekonomi berbasis masyarakat.

Program Bank Sampah sendiri merupakan salah satu strategi untuk menciptakan kehidupan yang berkelanjutan melalui pengelolaan sampah domestik secara kolektif dengan prinsip Reduce-Reuse-Recycle (3R).

Proses pengelolaan sampah yang dilakukan oleh Unilever diawali dengan perencanaan strategis yang sejalan dengan visi Unilever Indonesia yaitu:

(1) bekerja untuk membangun masa depan yang lebih baik setiap hari(2) membantu orang-orang merasa nyaman, berpenampilan baik dan lebih

menikmati kehidupan dengan brand dan pelayanan yang baik bagi mereka dan bagi orang lain

(3) menjadi sumber inspirasi orang-orang untuk melakukan hal kecil setiap hari yang dapat membuat perbedaan besar bagi dunia

(4) mengembangkan cara baru dalam melakukan bisnis dengan tujuan membesarkan perusahaan kami dua kali lipat sambil mengurangi dampak lingkungan.

Untuk mencapai visi Perusahaan, Unilever Indonesia menetapkan inisiatif strategis Unilever Sustainable Living Plan (USLP) pada 2010 dengan target pencapaian jangka panjang pada 2020. Tiga sasaran utama yang akan dicapai pada tahun 2020 adalah:

(1) meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan, (2) mengurangi dampak lingkungan, dan (3) memasok 100% bahan baku pertanian secara berkelanjutan dan

meningkatkan penghidupan karyawan ke rantai nilai bisnis Unilever Indonesia.

Ketiga sasaran utama USLP dilaksanakan pada tujuh komitmen dengan target spesifik yang ditetapkan oleh Unilever Indonesia. Ketujuh target tersebut meliputi kinerja sosial, lingkungan dan ekonomi di sepanjang ke rantai nilai bisnis Unilever Indonesia – sejak dari pembelian bahan baku hingga penggunaan produk di rumah tangga.

Selanjutnya pelaksanaan program dilakukan melalui beberapa tahapan yang mengacu pada prinsip strategis yang telah disusun, tahapan tersebut adalah:

(1) Tahap pertama – Ujung tombak dari implementasi program bank sampah terletak pada fasilitator yang berasal dari masyarakat dan/atau mitra LSM yang akan melakukan pendampingan intensif pada masyarakat. Kolaborasi dengan beberapa pemangku kepentingan dengan fungsi yang berbeda-beda yaitu pemerintah, LSM, dan media masa dilakukan untuk mengembangkan potensi yang ada di masyarakat. Unilever Indonesia melakukan dua

90 PT. UNILEVER INDONESIA TBK - 3R

pendekatan untuk pelibatan Pemangku Kepentingan dalam program ini. Pendekatan pertama adalah sosialisasi program pada pemangku kepentingan dilanjutkan dengan sosialisasi ke masyarakat.

(2) Tahap kedua – Unilever melakukan pengembangan masyarakat baik dari sisi technical skill dan capacity building dibangun dari training dan workshop. Edukasi masyarakat dimulai dari pemilahan sampah darisumber dilanjutkan dengan prinsip reuse dan recycle dengan memanfaatkan kembali sampah bernilai ekonomis. Tenaga-tenaga terampil dari pelatihan mulai melakukan aktivitas Bank Sampah sesuai dengan perencanaan. Selama pelaksanaan sistem bank sampah, perlu dilakukan pertemuan lanjutan dengan tujuan memberikan penjelasan detail tentang standardisasi bank sampah, mekanisme kerja bank sampah, dan keuntungan sistem bank sampah. Forum ini juga dimanfaatkan untuk musyawarah penentuan struktur organisasi bank sampah, lokasi kantor dan penimbangan, koordinasi dengan pengepul/industri daur ulang hingga jadwal penyetoran sampah. Dengan pengembangan masyarakat secara intensif, program bank sampah juga memotivasi para ibu rumah tangga untuk mengaktifkan kegiatan recycle sampah plastik menjadi barang-barang bernilai ekonomi (tas, dompet, tikar, dll).

Selama pelaksanaan ini Unilever melakukan pendampingan secara intensif, penyediaan aset modal, dan mengembangkan akses ke pasar dalam hal ini dapat berupa pengepul atau sektor industri daur ulang sehingga menjamin bahwa sistem yang terbangun berjalan secara berkelanjutan. Pendampingan intensif kepada masyarakat komunitas bank sampah dilakukan oleh mitra LSM dengan fokus pengembangan masyarakat dan pengembangan bank sampah baik dari segi bisnis, sosial, dan aspek pengelolaan lingkungan,.

(3) Tahap ketiga – monitoring dan evaluasi berkelanjutan dilakukan melalui tahap pendampingan secara intensif oleh mitra LSM dan fasilitator demi keberhasilan program. Perkembangan bank sampah dari level terendah (white) menuju level tertinggi (platinum) akan dipantau dan dievaluasi termasuk konsolidasi antar pemangku kepentingan yang terlibat, demi menjamin keberlanjutan sistem.

Inisiatif Strategis Jangka PanjangUnilever Sustainable Living Plan

Program CSR

Visi Keberlanjutan Unilever

Koperasi Bank

Sampah

PengelolaanSampah Pabrik

Trashion

Gambar 1. Inisiatif Strategi Jangka Panjang Unilever Indonesia

91PT. UNILEVER INDONESIA TBK - 3R

Pelaksanaan program bank sampah pertama kali dilakukan di Kota Surabaya, pada tahun 2001, melalui pelatihanan untuk membentuk agen perubahan. Awalnya di Surabaya hanya ada dua orang agen perubahan, seiring waktu tahun 2011, jumlah agen perubahan atau saat ini disebut penggerak atau kader telah mencapai 150.000 orang, mereka mendapat pelatihan kepemimpinan dan pengelolaan sampah.

Tahun 2012, bank sampah sudah berhasil mereduksi sampah kering sebanyak 350 ton, dengan total penjualan mencapai Rp 600.000.000,-. Total dampingan bank sampah unilever sendiri berjumlah 390 bank sampah.

Untuk memberikan keuntungan lebih pada nasabah, sistem bank sampah Unilever Indonesia dikembangkan menjadi unit bisnis yang berbentuk koperasi. Tahun 2012, bank sampah sudah berjumlah 390 bank sampah, sementara yang sudah berubah menjadi unit bisnis berbentuk koperasi berjumlah 40 unit. Koperasi ini sudah mulai memberikan keuntungan bagi 20.000 KK yang menjadi anggota, sementara penerima manfaat program sebanyak 100.000 jiwa.

Untuk mengukur keberhasilan dan keberlanjutan program Koperasi Bank Sampah, pada 2012 Unilever Indonesia menetapkan Indikator Kinerja Utama (Key Performance Indikator) yang menjadi acuan untuk menentukan target program dan evaluasi keberhasilan program. KPI dari program bank sampah adalah:

1. Jumlah Nasabah2. Berat Sampah3. Durasi4. Struktur Organisasi5. Infrastruktur6. Peralatan7. Badan hukum, dan8. Hubungan ke Pengepul

Perpaduan dari berbagai KPI di masing-masing Koperasi Bank Sampah menjadi dasar untuk mengklasifikasikan Bank Sampah yang dibina, terdapat 5 level Bank Sampah berdasarkan klasifikasi ini. Dengan sistem klasifikasi berdasarkan KPI yang jelas, pelaksanaan program dapat terpantau dengan baik dan dapat dilakukan evaluasi keberhasilan program dalam pencapaian target per kuartal. Dengan penerapan sistem ini, program bank sampah berjalan dan berkembang lebih berkelanjutan.

2. Manfaat dan Petikan Pembelajaran

Program Koperasi Bank Sampah yang dikembangkan oleh Unilever telah memberikan manfaat bagi masyarakat dan lingkungan, antara lain dengan berkurangnya sampah kering plastik yang dimanfaatkan, paling tidak 350 ton bisa direduksi pada tahun 2012. Program ini juga memberikan manfaat secara ekonomi, dari sampah yang dikumpulkan pada tahun 2012 mencapai total Rp.600.000.000,-, yang terdistrubsi ke 20.000 KK sebagai anggota koperasi.

Keberhasilan program Koperasi Bank Sampah juga ditunjukan dengan adanya penghargaan yang diterima perusahaan diantaranya AREA (Asian Responsible Entrepreneurship Award) untuk kategori Green Leadership Program dan STEVIE Awards untuk kategori Corporate Social Responsibility Program of The Year untuk Social Economic and Environment Innovation of Waste Bank.

92

Bank Sampah yang dikembangkan oleh PT. Unilever Indonesia berhasil dikembangkan ditunjang oleh berbagai faktor, salah satunya adalah koperasi bank sampah yang dikembangkan ini memiliki keunikan

(1) KPI (Key Performance Indicators). Pada program ini ditetapkan KPI (Key Performance Indicators) tertentu yang menjadi acuan dalam penentuan target dan keberhasilan sebuah bank sampah. KPI juga memberi kejelasan pada pemangku kepentingan dimana proses bisnis bank sampah harus ditingkatkan.

(2) Sistem level Bank Sampah. Sistem Level yang ditetapkan berdasarkan pencapaian KPI pada bank sampah yang memacu pada peningkatan bank sampah secara berkesinambungan.

Gambar 2. Beberapa Koperasi Bank Sampah Binaan Unilever Indonesia

(3) Fokus pada Sumber Daya Manusia. Program ini memusatkan kekuatan inovasi dan sumber daya manusia. Berbeda dari bank sampah lain, program bank sampah Unilever berinvestasi pada pengembangan Sumber Daya Manusia, bukan hanya pada infrastruktur.

(4) Pengembangan menjadi unit bisnis. Beberapa bank sampah dengan sistem yang sudah kuat berkembang menjadi sector bisnis berbasis masyarakat. Diantaranya berbentuk koperasi sembako, koperasi simpan pinjam, dll. Selain itu, perluasan area pelayanan merupakan salah bentuk inovasi program bank sampah, diantaranya integrasi bank sampah sebagai pelayanan pembayaran listrik.

PT. UNILEVER INDONESIA TBK - 3R

89

BAB IV.Konversi Energi dan Sumberdaya Alam

BAB IV.Konversi Energi dan Sumberdaya Alam

90

95

PT. ADARO INDONESIA,KABUPATEN TABALONG, BALANGAN DAN BARITO TIMUR

KALIMANTAN SELATAN

Kebun Karet: Menyelamatkan Lahan Kritis dan Ekonomi Keluarga

Sejak periode 1997/1998 sampai tahun 2012 sekitar 7.510 petaniberpartisipasi aktif dalam menanggulangi lahan kritis dengan menanami karet,dengan luas lahan yang sudah ditanami 6.396,35 ha, dan tersebar di 121 desadi tiga kabupaten yaitu Kabupaten Tabalong, Balangan dan Baritu Timur,Provinsi Kalimantan Selatan. Program yang diinisiasi oleh PT. Adaro Indonesiauntuk mengatasi persoalan lahan kritis dan meningkatkan pendapatanmasyarakat sekitar yang berada di lokasi kerja perusahaan. Keberhasilanprogram ini tidak terlepas dari kerjasama dengan Dinas Perkebunan diKabupaten dan partisipasi aktif petani.

Salah satu potensi terbesar di wilayah sekitar operasional PT. Adaro Indonesiadi Kabupaten Tabalong, Balangan dan Barito Timur adalah perkebunan karet.Sayangnya di tahun 1990-an perkebunan karet milik masyarakat belumdikelola dengan baik. Umumnya tanaman karet yang ditanam bukanmerupakan bibit unggul, saat itu, masyarakat belum memiliki informasi danpengetahuan tentang bibit unggul. Bahkan umur tanaman karet yang ada dikebun masyarakat sudah melebihi batas produktif, dan masih banyak lahankritis dan produktif belum dikelola dengan baik.

Melihat kondisi tersebut, PT. Adaro Indonesia yang mulai beroperasi di wilayahtersebut, tergerak untuk mengangkat potensi kebun karet serta mencegah lebihmeluasnya lahan kritis di wilayah Tabalong, Balangan dan Barito Timur.Program Community Development yang direncanakan untuk mengatasipersoalan lahan kritis, ternyata sejalan dengan program kerja DinasPerkebunan setempat untuk mengatasi lahan kritis .

Tahun 1997, perusahaan dan Dinas Perkebunan mulai mendata kebun-kebuntua, lahan kritis, lahan yang belum tertanami, serta petani yang menggaraplahan tersebut. Tahapan ini merupakan tahapan perencanaan program untukrevitalisasi lahan yang produktif dan kritis. Hasil perencanaan digabungkandengan kajian sosial masyarakat sekitar, dan menjadi landasan PT. AdaroIndonesia untuk melaksanakan program kebun karet unggulan mengatasikritis lahan dan lemahnya ekonomi.

Awalnya tidak semua petani karet atau masyarakat langsung tertarik dan maumelakukan kerjasama tersebut. Tahun 1997 kegiatan diprioritaskan pada desa-desa yang terletak dengan wilayah operasional PT. Adaro Indonesia, hal inimemudahkan proses untuk melakukan pendekatan dengan masyarakat.

1. Membangun Kemitraan dengan Dinas Perkebunan

Langkah kerjasama PT. Adaro Indonesia dengan Dinas Perkebunan Kabupaten,merupakan langkah strategis dalam mendorong perbaikan kondisi lahan dankebun karet di 3 kabupaten, kerjasama yang saling melengkapi ini dituangkandalam Kesepakatan Kerjasama (MOU-Memorandum of Understanding) PT. Adaro

PT. ADARO INDONESIA - KSDA

96

Indonesia dan Dinas Perkebunan sejak tahun 1997. PT. Adaro sepakatmenyediakan dukungan material, antara lain bertanggungjawab menyediakan bibit, herbisida, polybag, pupuk dan dana sosialisasi/penyuluhan pada tahun pertama, sementara Dinas Perkebunan Kabupaten bertanggung jawab mensosialisasikan program, melakukan inventarisasi lahan dan petani yang bersedia mengikuti program, melakukan pendampingan dan penyuluhan, memberikan pelatihan yang dibutuhkan, memberikan rekomendasi pada petani yang akan mengajukan bantuan bibit, serta mendampingi secara teknis di lapangan.

Seiring dengan waktu, PT. Adaro Indonesia dibawah Tim ComDev (Community Development) dalam Nota Kesepakatan dengan Dinas Perkebunan berkomitmen untuk terus meningkatkan kapasitas petani, membangun komitmen dengan pihak terkait dan mengembangkan pemasaran hasil produksi. Komitmen program ini diwujudkan oleh perusahaan dengan mengalokasikan anggaran tahunan CSR untuk kegiatan tersebut.

Secara teknis di lapangan, pada tahap awal tim PT. Adaro Indonesia dan Dinas Perkebunan, menfokuskan program bagi petani yang memiliki lahan kurang dari 1 ha atau minimal 8 borong (1 ha = 35 borong), memiliki kebun karet tua atau tidak berproduksi dan harus diremajakan, serta bersedia menyiapkan lahan pada batas waktu yang disepakati. Pengecekan kondisi lahan tidak hanya dilakukan di lapangan langsung, namun juga dengan para pihak berwenang terkait yaitu Dinas Kehutanan dan Badan Lingkungan Hidup setempat. Perlu diketahui bahwa penanganan lahan kritis saat itu pengelolaannya berada dibawah kewenangan Dinas Kehutanan, sehingga koordinasi sangat diperlukan terutama untuk mengolah lahan kritis menjadi perkebunan karet.

Tahun 1997/1998, jumlah petani yang bersedia untuk terlibat dalam program masih sangat terbatas, hal ini disebabkan belum terbangun rasa percaya tentang keberhasilan program yang diusung.

2. Kebun Karet Unggul – Upaya dan Harapan Hari Esok Lebih Baik

Dinas Perkebunan dan PT. Adaro terus melakukan upaya agar persoalan lahankritis dan ekonomi keluarga warga di tiga kabupaten wilayah kerjanya, agarlebih meningkat kesejahteraan hidupnya. Serangkaian pelatihan tentangbertanam karet dengan bibit unggul RRIM dan PB260 dilakukan agar hasilkebun karet ke depan dapat menjadi andalan para petani. Pemakaian bibitRRIM dan PB260 dipromosikan karena memiliki keunggulan antara lain pohonkaret lebih cepat disadap, menghasilkan getah sadapan yang lebih banyak.

Sistem pendampingan yang diterapkan ke petani dalam pengelolaan lahankaret dengan bibit unggul terdiri dari dua macam :1) Pola 1 Tahunan, bantuan yang diberikan kepada petani berupa bibit karet

unggul, saprotan (herbisida, pupuk, hand sprayer, dll.) yang diberikanhanya pada tahun pertama. Pemeliharaan lanjutan kebun karet, diserahkansepenuhnya kepada petani. Petani dapat melakukan swadaya murniataupun mencari dukungan dana dari pihak lain, seperti modal bergulirdari pihak perbankan atau lainnya sesuai dengan kemampuan dankeputusan masing-masing petani.

2) Pola 5 Tahunan, bantuan yang disediakan bagi petani berupa pelatihan dan bibit karet pada tahun pertama. Tahun kedua sampai tahun kelima

PT. ADARO INDONESIA - KSDA

97

bantuan berupa pembinaan/penyuluhan, pupuk dan herbisida. Saat tanaman karet memasuki masa sadap, petani akan mendapatkan bantuan berupa seluruh peralatan sadap (mangkok sadap, talang sadap, ember, pisau sadap dan juga alat penggilingan karet / hand mangel).

Pilihan sistem tersebut diterapkan berdasarkan pertimbangan kondisi ekonomi dan juga lokasi lahan yang ada. Tabel 1, memperlihatkan luasan lahan di tiga kabupaten dengan sistem bantuan yang diterapkan.

Tabel 1. Luasan Tanaman Karet Tahun 2012, Berdasarkan Sistem Bantuanyang Diterapkan

Kabupaten Pola Tahun 1 (Ha) Pola Tahun 2 (Ha)Balangan 2.777,57 351,01Tabalong 2.304,38 332,00Barito 631,35 0

3. Manfaat dan Petikan Pembelajaran

Sejak periode 1997/1998 sampai tahun 2012 sudah sekitar 7.510 petaniberpartisipasi aktif dalam program, dengan luas lahan yang sudah ditanami6.396,35 ha, tersebar di 121 desa di tiga kabupaten. Tabel 2 menunjukkansebaran desa dan luasan lahan serta jumlah petani yang mengikuti program.

Tabel 2. Jumlah Desa, Luasan Lahan dan Petani yang Mengikuti ProgramKebun Karet Unggulan di Kabupaten Barito Timur, Tabalong, dan Balangan

Kalimantan Selatan Tahun 2012.

Kabupaten Jumlah Desa

Luas Lahan Jumlah Petani

Barito Timur 16 631,35 Ha 944 petaniTabalong 38 2.636,38 Ha 3.112 petaniBalangan 40 3.128,62 Ha 3.454 petaniTotal 94 6.396,35 Ha 7.510 petani

Berdasarkan perhitungan yang dillakukan bersama petani, ternyata dengan menanami karet unggul dan melaksanakan program yang ditawarkan PT. Adaro Indonesia dan Dinas Perkebunan, penghasilan yang didapat per bulan meningkat menjadi 3 kali lipat.

Keberhasilan program sudah mulai dirasakan oleh petani sebetulnya sejaktahun 2004, ketika tanaman karet sudah mulai dapat disadap. Hal ini jugaditunjukan dari mulai meningkatnya jumlah petani yang berpartisipasi dalam

Apabila dilakukan perkalian penghasilan karet per ½ hektar dengan harga jual rata-rata Rp. 9.000,00/kg maka penghasilan dengan karet lokal (sebelum mendapat program kebun karet unggul) sebesar Rp. 1.800.000,- dan setelah menjadi kebun karet unggul penghasilan per bulan menjadi Rp. 4.500.000,- (satu bulan 20 hari sadap).

PT. ADARO INDONESIA - KSDA

98

program serta luasan lahan yang digarap. Gambar 1, menunjukkan kondisitersebut.

Gambar 1.Grafik Capaian Kegiatan Kebun Karet Unggul

Secara rutin, PT. Adaro Indonesia melakukan pemantauan dan evaluasiprogram yang dilaksanakan oleh Tim ComDev bekerjasama dengan DinasPerkebunan, proses ini dilakukan untuk melihat sejauh mana keberhasilanprogram, melalui pemantauan secara fisik kondisi kebun dan komitmen darikelompok. Berdasarkan hasil evaluasi internal dilakukan perbaikan programtersebut secara terus-menerus. Misalkan evaluasi tahun 2012, menunjukanbahwa luas lahan riil per kepala keluarga (KK) rata-rata 23 borong, jarak tanam yang dipakai rata-rata 4 x 5, kondisi kebun 95% terawat dengan baik.

Sudah hampir lima belas tahun program tersebut dilaksanakan, tentunya banyak pembelajaran dan keberhasilan serta kekurangan yang dirasakan. Dari sisi lingkungan, program memang cukup dirasakan telah mengatasi persoalan lahan kritis yang saat itu banyak terdapat di desa-desa dimana lokasi PT. Adaro Indonesia beroperasi, lahan yang juga kurang produktif dengan karet sudah lebih masak tebang, saat ini sudah terus diperbaharui.

Dari sisi sosial, perusahaan merasakan sejak program berjalan dengan baik, tekanan masyarakat terhadap perusahaan berkurang. Program tersebut juga telah menciptakan lapangan kerja baru bagi 7.271 KK dari 331 kelompok tani. Citra perusahaan juga meningkat di masyarakat dan publik melalui program ini melalui liputan media.

Di sisi masyarakat, lapangan pekerjaan baru seperti menyadap karet merupakan salah satu alternatif pekerjaan, sementara bagi yang memiliki lahan sudah merasakan hasil dari program tersebut yaitu meningkatnya pendapatan dari kebun karet sekitar 250% dari pendapatan sebelumnya. Peningkatan pendapatan sekaligus berdampak pada kesempatan untuk menyekolahkan anak, serta menumbukan usaha-usaha baru seperti pengolahan karet dll.Program ini juga telah berhasil mengentaskan kemiskinan 2.400 KK dari 7.271 KK yang ada di desa sekitar PT. Adaro Indonesia.

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

1997

/199

8

1998

/199

9

1999

1999

/200

0

2001

2002

2001

/200

2

2002

/200

3

2003

2004

2007

2008

2009

2010

2011

Jlh. Desa

Jlh. Kelompok

Jlh. Peserta

Ha

PT. ADARO INDONESIA - KSDA

99

Selama program dilaksanakan, tentunya banyak faktor yang menjadi pendukung program. Pertama, yang paling dirasakan adalah terbangunnya kerjasama yang baik antara Dinas Perkebunan dan PT. Adaro Indonesia yang menjadi salah satu kunci keberhasilan program. Kedua, penerapan sistem pola tanam yang disesuaikan dengan kondisi lahan dan kondisi petani turut menjadi kunci keberhasilan program selain dari jenis bibit unggul yang digunakan.Ketiga, faktor yang tak kalah penting adalah kejelasan status lahan. Hal ini dikarenakan faktor tersebut menjadi faktor penentu program yang memerlukan proses koordinasi dengan berbagai pihak termasuk pihak Dinas Kehutanan. Keempat, pendampingan intensif dari PT. Adaro Indonesia dan Dinas Perkebunan membangun kepercayaan masyarakat terhadap komitmen perusahaan menjadi penentu keberhasilan program. Proses yang lama tidaklah penting, ketika proses tersebut membawa suatu perubahan yang berarti dan berdampak luas.

PT. ADARO INDONESIA - KSDA

100 PT. ARUTMIN INDONESIA - Rehabilitasi Mangrove - KSDA

PT. ARUTMIN INDONESIA, KABUPATEN TANAH BUMBU DAN KOTA BARU,KALIMANTAN SELATAN

Rehabilitasi Pesisir Tanah Bumbu Kalimantan Selatan

Inisiasi menyelamatkan Pesisir Tanah Bumbu dilakukan oleh PT. Arutmin Indonesiasejak tahun 2006 untuk mengatasi kerusakan kawasan hutan mangrove di PesisirKalimantan Selatan. Sekitar 45 ha sudah ditanami mangrove sebanyak 124.000 bibit,melibatkan berbagai pihak termasuk 300 siswa sekolah. Untuk memenuhi kebutuhanbibit mangrove perusahaan juga telah mengembangkan pembibitan yang berlokasi diPulau Burung, dengan melibatkan 67 KK.

Perjalanan dari lokasi tambang Arutmin Batu Licin menuju Banjarmasin sangatmemprihatinkan, sepanjang pesisir pantai tumbuhan tak lagi hijau seperti beberapatahun silam. Gersang dan hawa semakin panas menjadi bagian pemandangan yangharus dinikmati selama perjalanan. Menurut data Balai Pengelolaan DAS KalimantanSelatan tahun 2006, memang ekosistem pesisir Kalimantan Selatan termasuk dikawasan Kabupaten Tanah Bumbu sejak tahun 1990-an mengalami kerusakan yangcukup parah. Berdasarkan data tahun 2006 kawasan hutan Mangrove yangmengalami kerusakan berat seluas 4.697 ha (32%), rusak 9.593 ha (66%) dan hanyaseluas 215 ha (1%) yang masih dalam kondisi baik. Kerusakan ekosistem mangroveumumya disebabkan oleh perubahan fungsi kawasan hutan mangrove menjadi arealtambak, serta pemanfaatan tanaman mangrove menjadi bahan bangunan tanpaadanya upaya penanaman kembali.

Kondisi tersebut menggugah Arutmin melakukan tindakan nyata untukmenyelamatkan pesisir pantai Tanah Bumbu, meski areal tersebut bukan areal kerjaArutmin, namun inisiasi merehabilitasi kawasan pesisir telah dimulai tahun 2006.Secara bertahap dan berkesinambungan upaya rehabilitasi dan pencegahan abrasiterus dilakukan di sepanjang pantai Kusan Hilir, Sungai Loban, Pulau Burung danjuga Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Tanah Bumbu, Kal-sel. Komitmen danInisiasi kemudian diperkuat dengan Memorandum CEO Arutmin no 290/ AI/VII/2008 untuk berkomitmen terhadap pelaksanaan CSR bagi masyarakat gunamemberikan dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat.

Dibawah naungan Divisi SHE dan Community Development Arutmin, inisiasikonservasi mangrove dikembangkan dalam satu program dengan nama RehabilitasiKawasan Pesisir dengan tujuan utama berpartisipasi aktif dalam upaya mencegahkerusakan pesisir dan meningkatkan kualitas lingkungan. Tujuan program secararinci adalah:

(1) Merehabilitasi kawasan hutan mangrove di Kabupaten Tanah Bumbu,Kalimantan Selatan.

(2) Meningkatkan kesadaran masyarakat pentingnya kawasan mangrove di pesisirKabupaten Tanah Bumbu

(3) Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam melestarikan ekosistemmangrove di Kabupaten Tanah Bumbu

Masyarakat di pesisir pantai wilayah Kabupaten Tanah Bumbu dan karyawan perusahaan menjadi sasaran utama program ini. Serangkaian kegiatan dilakukan oleh Tim dari Arutmin untuk membuktikan komitmennya, dilandasi konsep logical framework analysis ditahap awal pemetaan sosial menjadi bagian terpenting untuk memetakan kondisi masyarakat dan interaksi terhadap lingkungan sekitar. Hasil pemetaan sosial semakin membuktikan kondisi mangrove di pesisir Tanah Bumbu terdegradasi sehingga upaya penyelamatan harus segera dilakukan.

101PT. ARUTMIN INDONESIA - Rehabilitasi Mangrove - KSDA

2. Bertanam Mangrove Bersama

Bertanam mangrove dilakukan Arutmin dengan melibatkan berbagai pihak, termasuk penyediaan bibit tanaman mangrove, melalui serangkaian pelatihan, penyuluhan, dan belajar bersama dilakukan di berbagai tempat. Salah satu yang cukup konsisten dan memiliki komitmen tinggi adalah Kelompok Usaha Bersama yaitu kelompok pencinta mangrove yang mengembangkan demplot pembibitan di Pulau Burung. Pulau seluas 4 Km2 ini dihuni kurang lebih 67 KK. Awalnya, masyarakat secara rutin mengikuti pelatihan melalui penyuluhan dan belajar untuk melakukan pembibitan dan penanaman mangrove, sedikit demi sedikit, masyarakat dapat melakukan pembibitan secara mandiri. Setelah dilakukan pembibitan, bibit mangrove siap panen ini lalu didistribusikan ke lahan-lahan pesisir yang akan ditanami mangrove secara berkala dan pada waktu-waktu khusus, seperti misalnya dalam memperingati Hari Lingkungan Hidup. Pulau Burung inilah yang kemudian dikenal dengan Pusat Pembibitan Mangrove Pulau Burung.

Gambar 1. Areal Penanaman Mangrove dan Pembibitan Mangrove di Pulau Burung

Proses penanaman sendiri dilakukan dengan melibatkan banyak pihak termasuk sekolah, salah satu upaya yang dilakukan Arutmin adalah dengan mendorong penerapan nilai-nilai pelestarian lingkungan secara integrasi pada kurikulum di salah satu SD yang kebetulan di bangun dengan bantuan dari Arutmin yaitu SD Tunas Nelayan. Salah satu kegiatan penting di SD Tunas Nelayan adalah mengajak siswa dan guru untuk menanam mangrove di pesisir pantai, sekitar 300 orang siswa dan guru aktif melakukan penanaman dan turut melakukan pemeliharaan. Para guru mulai membiasakan muridnya sejak awal untuk menanam mangrove dan memberikan penjelasan tentang pentingnya mangrove bagi ekosistem pulau tersebut.

Bukan hanya siswa SD, Arutmin juga melibatkan mahasiswa penerima beasiswa di wilayah Kabupaten Tanah Bumbu secara rutin untuk melestarikan lingkungan termasuk menanam mangrove. Kegiatan pembinaan ini dilakukan melalui aktivitas-aktivitas mahasiswa yang berkaitan langsung dengan lingkungan dan pendidikan karakter. Dengan adanya partisipasi pelajar dan mahasiswa, maka secara tidak langsung akan terbangun kesadaran secara mandiri untuk melestarikan lingkungan yang sangat penting bagi keberlanjutan program.

Dalam proses pelaksanaaan program, Arutmin melakukan sinergi dengan berbagai organisasi seperti Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), pelajar dan mahasiswa, Dinas Kehutanan, Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tanah Bumbu yang memiliki konsen dan komitmen yang sama dalam melestarikan kawasan pesisir. Berbagai kegiatan dilakukan dalam upaya melestarikan ekosistem mangrove antara lain advokasi, pembentukan kelompok pembibitan dan pencinta mangrove yang diberi nama Kelompok Usaha Bersama pada tahun 2006 yang merupakan restrukturisasi dari kelompok Swarga yang telah berdiri pada tahun 2005.

102 PT. ARUTMIN INDONESIA - Rehabilitasi Mangrove - KSDA

Setiap tahunnya, Arutmin melakukan evaluasi internal dan eksternal terhadap implementasi pelaksanaan CSR, salah satunya adalah penanaman mangrove di Tanah Bumbu. Hasil evaluasi ini dijadikan dasar untuk melakukan intensifikasi maupun modifikasi pada program-program CSR yang dilakukan Arutmin sehingga mendapatkan hasil yang lebih optimal dan dapat memberikan lebih banyak dampak positif.

Dari tahun 2006 sampai 2012, total bibit mangrove yang sudah ditanam mencapai 124.000 (Seratus dua puluh empat ribu) batang mangrove dari jenis Api-api (Avicennia sp) dan Bakau (Rhizophora sp.), dengan luasan lahan yang direhabilitasi mencapai kurang lebih 45 Ha. Gambar 2. berikut merupakan grafik penanaman mangrove pertahun oleh Arutmin. Sementara kelompok yang sudah dibina melalui program ini juga berkembang mencapai 40 orang, serta para pihak yang telah turut menanam mangrove bersama Arutmin mencapai lebih dari 1.000 orang.

Upaya Arutmin dirasakan langsung oleh masyarakat, seperti disampaikan oleh Ibu Hermawati (Guru Honorer dan Ketua Kelompok Pencinta Mangrove):

”Lahan kritis di Pulau Burung yang ditanami mangrove di tahun 2010 kondisinya sekarang sudah membaik dan banyak diketemukan kepiting, ikandan juga sarang burung. Saat ini kami kelompok masyarakat yang dibantu PT.Arutmin Indonesia, sedang mengembangkan pewarna kain dari mangrove untuk kain Sasirangan, Alhamdulillah kain Sasirangan dengan pewarna mangrove sudah digunakan untuk seragam SD di Pulau Burung dan dipesan oleh Ibu Bupati Tanah Bumbu.”

Gambar 2. Grafik pertambahan penanaman mangrove tahun 2006-2012

Selain yang disampaikan oleh Ibu Hermawati, keberhasilan penanaman mangrove di lokasi rehabilitasi pesisir Tanah Bumbu juga sudah memperlihatkan hasil dan berdampak positif antara lain:

(1) Abrasi pantai mulai berkurang;(2) Dengan berhasil dikuranginya dampak abrasi pantai, secara tidak langsung

juga memberikan manfaat bagi masyarakat, misalnya terlindunginya jalan akses masyarakat dari kerusakan akibat abrasi sehingga mobilitas masyarakat dapat tetap terjaga;

(3) Manfaat lainnya bagi masyarakat adalah timbulnya potensi ekonomi dengan mengembangkan produk-produk berbasis mangrove seperti misalnya bahan pewarna tekstil yang ramah lingkungan, sirup mangrove dan lain lain;

(4) Tumbuh dan meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat pesisir terhadap pentingnya ekosistem mangrove bagi lingkungan dan juga kualitas hidup masyarakat; dan

0

10000

20000

30000

40000

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

103PT. ARUTMIN INDONESIA - Rehabilitasi Mangrove - KSDA

(5) Masyarakat mengenal Arutmin sebagai perusahaan yang punya perhatian khusus terhadap kelestarian ekosistem pesisir khususnya mangrove. Ketika Arutmin mengadakan kegiatan-kegiatan terkait program mangrove senantiasa disambut dan didukung dengan antusias oleh masyarakat dan pihak terkait lainnya

Gambar 3. Pusat Pembibitan Mangrove di Pulau Burung dan Lokasi Penanaman

Untuk memastikan program berjalan dengan baik, Arutmin setiap tahun melakukan evaluasi internal dan eksternal secara rutin dan melakukan perbaikan program.

3. Pembelajaran Berdasarkan pengalaman program ini, perusahaan mendapatkan pelajaran bahwapada dasarnya program-program CSR dapat disinergikan dan mendapatkandukungan dari masyarakat secara langsung. Program rehabilitasi mangrove menjadisalah satu contoh adanya partisipasi aktif masyarakat dan masyarakat secara tidaklangsung juga mendapatkan manfaat dengan semakin membaiknya kondisilingkungan.

Program rehabilitasi mangrove ternyata memiliki potensi meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar, meskipun belum dikaji lebih lanjut namun sudah mulai ada produk-produk dari mangrove yang bernilai ekonomi selain berfungsi lingkungan seperti mangrove untuk pewarna kain, juga mulai kembali banyak biota pesisir yang bernilai ekonomis seperti udang, kepiting yang menjadi sumber ekonomi masyarakat.

y

Pusat pembibitan mangrove Arutmin di Pulau Burung Kab. Tanah Bumbu, Kalsel

Salah satu plot lokasi penanaman mangrove di pantai Pagatan, Tanah Bumbu Kalsel

104 PT. ARUTMIN INDONESIA - Rehabilitasi Mangrove - KSDA

PT. ASTRA INTERNATIONAL TBK, JAKARTA

Go Green with Astra

Rangkaian penanaman pohon yang dilakukan PT. Astra Internasional Tbk untukmendukung upaya penghijauan di Indonesia, turut menjaga keanekaragamanhayati dan mengatasi persoalan perubahan iklim. Sejak tahun 2008, Program GoGreen with Astra tercatat sudah menanam 1.624.000 pohon di berbagai tempat diIndonesia. Salah satunya adalah di daerah Babakan Madang Sentul, Jawa Baratsedang di buat “Astra Bogor Eco-Edu Forest” yang dikembangkan di lahan seluas500 hektar sebagai media hutan edukasi.

Pohon adalah tumpuan bagi keberlangsungan hidup manusia dan mahluk lainnya,menyadari pentingnya pohon bagi kehidupan, Astra International pada tahun 2008memulai inisiasi menanam pohon lewat program Sakasapo (Satu Karyawan, SatuPohon) yang melibatkan 116.867 karyawan Astra International.

Inisiasi tersebut adalah perwujudan komitmen perusahaan mendukungpembangunan berkelanjutan sebagai perusahaan yang bergerak dibidang otomotif,agrobisnis, alat berat dan pertambangan, infrastruktur, jasa keuangan danteknologi informasi. Filosofi “Catur Dharma’” menjadi nilai penggerak dalamkegiatan perusahaan. Dalam pelaksanaan CSR dan EHS, Astra Internationalmengacu kepada filosofi Dharma-1 yakni “Menjadi milik yang bermanfaat bagibangsa”. Filosofi tersebut menjadi pedoman dalam operasional bisnis sehari-hari.Hal ini tercermin dari penetapan salah satu visi perusahaan, yaitu pernyataan:“Menjadi perusahaan yang memiliki tanggung jawab sosial dan lingkungan”.

Dalam implementasinya, secara rutin setiap tahun Astra Internasional menyusundan menetapkan kebijakan dan target pencapaian khusus, yang disampaikanmelalui President Letter dan Kebijakan Korporat bidang Security, Environment &Social Responsibility (SESR) dan menjadi arahan dalam tahap pelaksaan LK3, CSR,dan Security. Kebijakan tersebut juga menjadi landasan dalam menetapkan PublicContribution Roadmap 2020 yang di dalamnya secara detail menjelaskan 4 PilarFokus Program CSR yaitu: Pilar Sosial Ekonomi / IGA (Income Generating Activity),Pilar Lingkungan, Pilar Pendidikan, dan Pilar Kesehatan.

Kegiatan penanaman pohon atau “Go Green with Astra” merupakan salah satubentuk Public Contribution Roadmap yang termasuk dalam Pilar Lingkungandengan tujuan konservasi sumber daya air dan air tanah, keanekaragaman hayati,sekaligus miniatur hutan yang berfungsi sebagai media edukasi yang dapatmeningkatkan wawasan dan pemahaman tentang hutan tropis di Indonesia.Program dilaksanakan sejalan dengan program pemerintah “Penanaman SatuMiliar Pohon” (One Billion Indonesia Trees-OBIT) yang digagas oleh KementerianKehutanan dengan menanam di lokasi-lokasi di PT. Astra.

Harapannya, dengan dilaksanakan program penanaman pohon ini, Astra turutmendukung pencapaian salah satu aspek dalam ‘Tujuan Pembangunan Milenium’(Millenium Development Goals-MDG’s) yaitu menjamin daya dukung lingkunganhidup. Menanam pohon juga akan memberikan manfaat untuk penyerapan karbonyang dapat mengurangi risiko perubahan iklim yang diakibatkan dari emisi gasrumah kaca. Ini juga menjadi salah satu wujud nyata komitmen Astra dalammendukung program pemerintah untuk menurunkan emisi karbon sebanyak 26%pada 2020.

105PT. ARUTMIN INDONESIA - Rehabilitasi Mangrove - KSDA

1. Taman Astra Paru-paru Kota Kita

Tahun 2009, Astra membangun taman terbuka hijau untuk paru-paru kota dan area terbuka umum di Jl. Yos Sudarso (Perempatan Coca-Cola-ITC Cempaka Mas), Jakarta Utara, yang disebut dengan Taman Astra-Yos Sudarso). Taman ini resmi dibuka pada pertengahan tahun 2010. Ditahun yang sama, Astra menetapkan tujuan jangka panjang “Astra 2020”, yaitu “Perusahaan dengan pengelolaan yang terbaik di sisi ekonomi; dihormati dan dicintai oleh seluruh pemangku kepentingan karena menjunjung “Good Corporate Governance”. Untuk mencapai cita-cita itu, Astra merumuskan “Strategic Triple Roadmap”, yakni Portfolio Roadmap, People Roadmap, dan Public Contribution Roadmap. Catur Dharma dan Strategic Triple Roadmap adalah komitmen dasar bagi seluruh entitas dalam lingkup bisnis Astra dalam upaya keberlanjutan bisnis Astra.

Rangkaian kegiatan penanaman mulai gencar dilakukan di 2010, penanaman Mangrove di seluruh wilayah Indonesia berkerja sama dengan instansi daerah.Total wilayah (per Desember 2011) adalah 10 wilayah termasuk Makasar, Samarinda, Semarang, Bali dan Jakarta. Tahun berikutnya, Astra menggelar program Go Green at Ciliwung Jakarta dimana lebih 200 karyawan bersama beberapa tokoh masyarakat turut berpartisipasi menanam 500 pohon.

Dalam memperingati 55 tahun PT. Astra International Tbk, program “550.000 Pohon untuk Lingkungan” diselenggarakan pada tahun 2012. Penanaman pohon pada program ini dilakukan di seluruh Indonesia di sekitar instalasi Grup Astra. Jenis bibit pohon yang ditanam di antaranya pohon langka khas daerah, memiliki daya serap CO2 baik, pohon berkayu bukan palem, tanaman hias, paku-pakuan. Untuk program ini Astra bekerja sama dengan Kementerian Kehutanan, Perum Perhutani, Pemerintah Daerah serta instansi-instansi lain yang terkait.

Sepanjang tahun 2012, Grup Astra secara bertahap melakukan penanaman pohon di seluruh wilayah Indonesia. Realisasi program yang dicapai antara lain:

(1) Penanaman pohon di hutan Wanagama Universitas Gadjah Mada, Gunung Kidul, Yogyakarta sebanyak 110.000 pohon.

(2) Penanaman pohon di Gunung Halimun, Sukabumi sebanyak 55.000 pohon;(3) Penanaman pohon di lima kota tempat pelaksanaan program “Jelajahi

Dunia Astra” yaitu Jakarta mencapai 55.000 pohon, Medan sebanyak 15.000 pohon, Balikpapan sebanyak 15.000 pohon, Makassar sebanyak 15.000 pohon dan Surabaya sebanyak 15.000 pohon.

(4) Penanaman pohon Mangrove di Sulawesi Barat mencapai 140.000 pohon.(5) Penanaman pohon Mangrove di Muara Tawar, Marunda sebanyak 78.300

pohon.(6) Penanaman pohon di hutan kota Witana Harja, kota Tangerang Selatan

sebanyak 10.000 pohon terdiri 9.900 pohon pelindung dan 100 pohon yaitu pohon Sawo Kecik, Jamblang, Buah Nona, Gandaria, Lobi-lobi, Rukem, Rambutan Rapiah, Srikaya, Kweni dan Mengkudu.

(7) Penanaman pohon di bumi perkemahan Cikundul, Sukabumi sebanyak 1.100 pohon.

(8) Adopsi 1.000 pohon (@Rp108.000) melanjutkan adopsi tahun 2011 sebanyak yang sama di Sarongge, Jawa Barat.

Hingga akhir tahun 2012, tercatat lebih dari 1.600.000 pohon berbagai jenis telah ditanam oleh Astra.

106 PT. ARUTMIN INDONESIA - Rehabilitasi Mangrove - KSDA

Di tahun 2013 ini, Program lanjutan dari Go Green with Astra adalah pembuatan: “Astra Bogor Eco-Edu Forest”. Ini adalah program Astra di tahun 2013 yaitumenanami pohon di sebuah area seluas 500 hektar di Babakan Madang, Sentul, Jawa Barat. Lahan tersebut akan ditanam 100 hektar terlebih dahulu dan sebagai arahan rekomendasi dari Perum Perhutani dimana program ini dapat memaksimalkan potensi kawasan Hutan Lindung. Kegiatan penanaman antara lain lubang tanam, pemupukan, angkut bibit, penanaman pohon pokok dan pohon pengisi. Tanggal 24 Januari 2013, penanaman pohon telah mencapai 32.18% (24.400 pohon dari target 75.850 pohon). Fasilitas penunjang seperti area rekreasi (jogging track, cycling routes), area konservasi alam, dan area pendidikan lingkungan hidup (sekolah dan LSM), berada dalam tahap pembangunan dan selesai pada bulan Oktober 2013.

Area penanaman dibagi menjadi enam blok dan setiap blok akan ditanami sesuai dengan jenis pohon seperti bagan berikut :

Untuk mendukung program ini, Astra menyerahkan bantuan satu unit mobil operasional kepada Bina Pengelola Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Citarum Ciliwung. Bantuan juga diberikan untuk pengembangan Kebun Bibit Rakyat (KBR) bagi Kelompok Tani Arayan Santoso yang merupakan binaan Dharma Wanita Kementerian Kehutanan dengan Astra. Program ini merupakan pembinaan masyarakat desa hutan di area Babakan Madang, Sentul dengan bentuk sosialisasi cara menanam, pembibitan dan perawatan tanaman yang baik.

2. Keberhasilan kegiatan

Sebagai apresiasi atas upaya yang telah dilakukan, Astra memperoleh Penghargaan Penanaman Satu Miliar Pohon pada Bulan Menanam Nasional tahun 2012 tanggal 28 November 2012. Penghargaan ini diberikan langsung oleh Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan kepada Direktur Astra International Angky Tisnadisastra, disaksikan langsung oleh Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono.

Penghargaan terkini yang diberikan kepada Astra International adalah Indonesia Green Award 2013 kategori Pelestari Hutan oleh La Tofi School, Menteri Kehutanan Indonesia, Menteri Perindustrian. Keberhasilan program ini turut disampaikan oleh para pihak yang bekerjasama dan merasakan manfaat langsung, menurut Kepala Biro RUPHR Kantor Pusat Departemen Perhutani mengutarakan bahwa Astra Bogor Eco-Eduforest merupakan pembangunan infrastruktur yang strategis dan berdampak positif terhadap pemantapan kawasan.

Pada acara penanaman Astra Bogor Eco Edu Forest yang diresmikan oleh Menteri Kehutanan Zulfkifli Hasan, 18 Juli 2012. Beliau juga menyampaikan rencana agar kawasan yang memiliki total luas 3.000 hektar ini dapat dikembangkan menjadi taman nasional di masa mendatang. Selain menjadi kawasan hutan, Eco Edu Forest juga diharapkan untuk dapat membantu sosial ekonomi masyarakat

Blok 1 Blok 2 Blok 3 Blok 4 Blok 5 Blok 6Pohon Pokok

Damar Puspa Pinus Pinus Rasamala Puspa

Pohon Pengisi

Rasamala Rasamala Mahoni Khaya Puspa Khaya

107PT. ARUTMIN INDONESIA - Rehabilitasi Mangrove - KSDA

melalui pelibatan masyarakat untuk memanfaatkan kawasan yang ditanam untuk pertanian tumpang sari, sehingga masyarakat juga turut merawat kawasan hutan ini.

Zulkifli Hasan juga mengutarakan pendapatnya bahwa peran Astra International sangat besar dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional. Beliau juga yakin bahwa Astra International masih bisa memberi sumbangsih yang lebih besar bagi kelestarian lingkungan alam terutama penghijauan alam. Beliau berharap perusahaan yang memiliki enam lini bisnis ini menjadi andalan dalam menerapkan program-program kepedulian hidup.

3. Petikan Pembelajaran

Seiring pelaksanaan program, banyak sekali pelajaran yang dapat dipetik baik oleh Astra sendiri dan juga pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. Perbedaan prosedur, sistem kerja dan cara kerja pihak lain merupakan salah satu yang menjadi pelajaran berharga bagi Astra. Terkadang ada beberapa hal yang tidak dapat Astra ikuti, dikarenakan prosedur Astra tidak memperbolehkannya. Walau di beberapa hal lainnya, Astra lebih flexible dalam menyiasati dan mencari solusi untuk pemecahan masalah.

Selain itu, pelajaran lainnya yang juga sangat berharga adalah dalam menjalin hubungan dengan masyarakat sekitar yang berlatar belakang pendidikan, ekonomi, bermata pencaharian, budaya dan kebiasaannya juga berbeda. Astra harus dapat flexibel, menyesuaikan diri akan tetapi harus tetap dapat membawa dirinya berada di jalur yang sesuai prosedur. Ditambah lagi beradaptasi dengan aparat pemerintah setempat, bahkan berhubungan dengan vendor/subkontraktor sebagai mitra Astra dalam melaksanakan program di lapangan.

Terkait dengan pemilihan mitra, dalam hal ini Astra tetap berpegang teguh pada prinsip bahwa program–program yang dilakukan oleh Astra harus tetap mendukung program pemerintah. Oleh karena itu, Astra berupaya agar dapat bermitra dengan pemerintah ketika proses pemilihan lokasi dan pemilihan mitra kerja. Pengetahuan mengenai tumbuh-tumbuhan beserta proses perawatannya juga menjadi pengetahuan yang cukup menarik untuk dipelajari.

108

PT. BADAK NGL, KOTA BONTANG, KALIMANTAN TIMUR

Budidaya Kerapu dan Konservasi Terumbu Karang : Secercah HarapanNelayan Teluk Bontang

Mengubah kebiasaan mencari ikan dengan sistem eksploitatif tidaklah semudahmembalikkan telapak tangan, namun Kelompok Nelayan Kedo-kedo berhasilmelakukannya berkat dukungan dan pendampingan PT. Badak. Keberhasilanmengubah kebiasaan tersebut dibarengi dengan upaya ekonomi yaitu budidayaikan kerapu dan penanaman bioreeftek sejak tahun 2012. Denganmengkombinasikan dua kegiatan tersebut, anggota kelompok nelayan sudahberhasil menanam terumbu karang beton dan bioreeftek masing-masing sebanyak600 unit, sementara budidaya ikan kerapu, ikan putih dan kakap merah sebanyak1000 bibit. Meskipun baru akan panen di tahun 2014, ikan kerapu sudahmenunjukkan potensi keberhasilan, sementara sambil menunggu Ikan Kerapu,kelompok ini mendapatkan penghasilan dari kegiatan penanaman bioreeftek yangtelah dilakukan tiga kali di tahun 2013 membantu penghasilan kelompok nelayandari omset penjualan bioreeftek sebesar Rp. 138.125.000,- atau rata-rata Rp.3.069.444,-/orang per sekali penanaman.

1. Laut Bontang Kuala yang Mulai Rapuh

Sekelompok nelayan sedang menyiapkan drum plastik di sekitar pantai diKelurahan Bontang Kuala, Kecamatan Bontang Utara, Bontang, KalimantanTimur, drum tersebut merupakan salah satu media untuk budidaya ikan kerapu.Ikan kerapu menurut para nelayan saat ini sudah jarang keberadaannya.Pengalaman menjadi nelayan selama 20 tahun lebih, mengalir dari cerita PakMahmuddin, menurutnya mencari ikan saat ini semakin jauh meninggalkanpantai. Bukan hanya mengakibatkan tangkapan ikan semakin sedikit namun jugamenambah biaya bahan bakar perahu yang kian hari kian mahal. Sebelum tahun2008, para nelayan dengan mudah mendapatkan ikan, termasuk ikan kerapu,tetapi cara menangkap ikan yang terlalu eksploitatif terlambat disadari oleh paranelayan. Kebiasaan menggunakan bahan peledak untuk mencari ikan merupakankeseharian mereka, penghasilan sekitar 10-15 juta rupiah per tangkapan, begitumudah didapat dengan sistem penangkapan menggunakan bom.

Sayangnya, sejak 2008 tangkapan ikan mulai berkurang serta banyak dari nelayanmenjadi korban bahan peledak yang digunakan untuk mencari ikan tersebut. PakMahmuddin terpaksa harus kehilangan beberapa jarinya. Kondisi tersebut mulaimembuka kesadaran dari para nelayan melalui pembentukan Kelompok BudidayaIkan Kedo-Kedo Sunu Abadi yang berupaya mencari solusi mengatasipermasalahan sekaligus memperbaiki lingkungan laut Bontang, seperti yangdiungkapkan oleh salah satu dari nelayan :

“Kami yang dulu merusak biota laut dalam memenuhi kebutuhan hidupkeluarga mencari ikan, baru sadar setelah lebih 20 tahun mencari ikan dilaut sekarang ini sulit karena sudah sangat rusaknya biota laut KotaBontang diakibatkan terjadinya penyempitan dan pengurangan kualitasekosistem yang mempunyai nilai konservasi karena perbuatan kami sendiri”

PT. BADAK NGL - KSDA

109

Membangkitkan kesadaran dan memulai inisiasi baru tidaklah mudah bagi Kelompok Budidaya Ikan Kedo-Kedo Sunu Abadi di Bontang. Perjalanan panjang dimulai ketika kelompok ini mencari mitra yang dapat membantu mereka memulai inisiasi budidaya ikan, ternyata hal yang tidak mudah karena secara administrasi umumnya untuk bermitra dan mendapatkan bantuan diperlukan prosedur administrasi antara lain Surat Keterangan Domisili Kelompok yang baru diperoleh pada tanggal 8 Juli 2011. Dengan dikeluarkannya Surat Keterangan Domisili oleh Kelurahan Bontang Kuala Nomor : 470/23/Kel-BK serta disahkan AD/ART notaris Noorsamsir.SH dan tanggal 18 Juli 2011 kelompok pembudidaya ikan kedo-kedo sunu abadi telah terdaftar di Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat Pemerintah Kota Bontang Nomor : 200/429/B-KLMS pada tanggal 18 Juli 2011. Sekitar akhir November 2011, Kelompok Kedo-Kedo Sunu Abadi mendapatkan pembinaan pengembangan usaha kelompok dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Nomor : 5954/DPB/PB-340-D3/XI/2011serta pelatihan/magang dari Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung Nomor: 232.3/BBPBL/TU.212/XII/2011tanggal 7 Desember 2011. Mengingat besarnya biaya yang harus dikeluarkan terutama untuk transportasi dari Bontang menuju Lampung, hampir menyurutkan niat beberapa anggota kelompok, namun dengan tekad yang kuat, mereka mencoba melakukan penggalangan dana untuk memenuhi biaya pelatihan. Tiga orang anggota kelompok yakni Mahmuddin, Talib dan M.H.Arief mengikuti pelatihan selama 3 minggu di Lampung. Pengetahuan, keahlian dan jaringan yang diperoleh selama pelatihan menjadi bekal menerapkan upaya budidaya ikan dan memperbaiki kondisi terumbu karang yang rusak parah di sekitar Kuala Bontang, dimana mereka bermukim.

Budidaya ikan kerapu, merupakan jenis usaha yang cukup menjanjikan, termasuk pangsa pasarnya, namun untuk membudidayakan ikan kerapu, diperlukan modal yang cukup besar. Untuk 1 unit keramba jaring apung (KJA) dengan ukuran 8 meter x 8 meter membutuhkan biaya sekitar Rp.150.000.000,-. Untuk satu unit keramba jaring apung (KJA) sanggup menampung 1.200 ekor ikan kerapu. Modal Rp.150.000.000,- tersebut belum termasuk drum plastik untuk ponton, jaring serta kayu. Untuk kebutuhan pakan ikan dalam satu bulan bisa menghabiskan biaya sekitar Rp.4.000.000,- berupa pelet namun juga bisa diberikan ikan ruca atau ikan sisa hasil tangkapan nelayan. Ikan kerapu memasuki usia panen ketika sudah berumur 9 (sembilan) bulan dengan berat berkisar 6 hingga 7 ons/ekor. Sedangkan harga jual ikan jenis kerapu macan berkisar Rp. 250.000/kg sampai dengan Rp. 350.000/kg tergantung kualitas ikan kerapu tersebut. Ada tiga jenis ikan kerapu yang umumnya dibudidayakan antara lain Ikan Kerapu Macan(Epinephelus fuscogutattus), Sunu atau Sunuk (coral trout) dengan nama Latin Plectrocopomus leopardus yang sering ditemukan di perairan berkarang, serta ikan kerapu bebek (Chromile PT. es altivelis). Jenis-jenis ikan tersebut yang berpotensi dikembangkan di Teluk Bontang.

Kendala modal yang cukup besar untuk memulai budidaya kerapu menjadi tantangan bagi kelompok nelayan, namun rupanya selalu ada jalan ketika niat baik kelompok nelayan untuk memperbaiki lingkungan pesisir dan mencari penghidupan yang berkelanjutan. Gayung bersambut dengan adanya upaya dari PT. Badak salah satu perusahaan gas yang beroperasi di Bontang Kalimantan Timur sejak tahun 1977 ini yang beberapa tahun terakhir memusatkan program CSR untuk memperbaiki ekosistem pesisir Teluk Bontang. Selain melakukan budidaya mangrove karyawan PT. Badak juga memiliki kelompok selam yang memiliki keprihatinan terhadap kerusakan terumbu karang serta nelayan di Teluk Bontang. PT. Badak yang merupakan perusahan gas yang memiliki kepedulian

PT. BADAK NGL - KSDA

110

terhadap lingkungan dan dibuktikan dengan terlebih dahulu menjaga kualitas lingkungan di dalam area perusahaan, hal ini dibuktikan dengan mendapatkan penghargaan Proper Emas dari Kementerian Lingkungan Hidup, tiga kali berturut-turut sejak tahun 2011, 2012, 2013.

2. Mengurai Asa melalui Budidaya Kerapu

Dalam mengembangkan program di Teluk Bontang, terkait dengan penyelamatan terumbu karang melalui usaha budidaya ikan kerapu, PT. Badak rupanya sudah memiliki program perencanaan dengan konsep PDCA-Plan Do Check Act. Program Konservasi Kawasan Laut Melalui Budidaya Ikan Kerapu dirancang dalam kurun waktu lima (5) tahun. Program tersebut ditujukan untuk:

1) Mengurangi jumlah kerusakan ekosistem laut akibat penggunaan bahan peledak oleh nelayan

2) Menciptakan lapangan kerja bagi mantan nelayan pengguna bahan peledak.3) Meningkatkan pendapatan rumah tangga kelompok kedo – kedo.

Kelompok utama program ini adalah para nelayan, dan masyarakat sekitar serta pemerintah terkait yang diharapkan dapat berpartisipasi aktif dalam program. Periode waktu yang dialokasikan adalah 2012-2016 dengan anggaran pada tahun 2012 ebesar Rp. 299.298.100. Kegiatan dari program ini bukan hanya mengembangkan budidaya Ikan Kerapu, namun melakukan perbaikan terumbu karang yang rusak.

Untuk mendorong pengembangan pelaksanaan program PT. Badak dan kelompok nelayan telah menjalin kerjasama dengan berbagai pihak, khususnya dengan Dinas Perikanan Kota Bontang, Kementrian Kelautan dan Pesisir, Fakultas Perikanan IPB untuk menimba pengetahuan dan keahlian serta konsultasi teknis terkait budidaya ikan kerapu dan perbaikan terumbu karang. Upaya memperbaiki kondisi terumbu karang dilakukan dengan memasang media dari batok/sabut kelapa di tengah laut yang rusak terumbu karangnya agar mulai tumbuh kembali.

Dalam budidaya Ikan Kerapu, selain dukungan untuk pelatihan di Lampung, perusahaan memberikan bantuan sarana dan prasaran berupa keramba apung yang dilengkapi dengan rumah jaga serta memfasilitasi proses pengembangan program. Di akhir tahun 2012 PT. Badak memberikan bantuan 1.000 bibit ikan kerapu yang saat ini masih dalam tahap penggemukan dan akan dipanen pada bulan Februari 2014. Program ini diharapkan dapat memberikan keuntungan yang signifikan bagi kelompok nelayan Kedo-Kedo Sunu Abadi dan menjadi contoh sertamotivasi kelompok nelayan lain agar tertarik untuk ikut serta menjadi bagian dari program ini. Perkembangan kenaikan berat ikan sangat signifikan karena kondisi perairan Bontang cocok dengan persyaratan yang diperlukan oleh ikan jenis ini.

Selain kegiatan penggemukan ikan kerapu, sebagai bentuk tanggungjawab para nelayan atas pengrusakan perairan laut yang pernah mereka lakukan sebelumnya saat menjadi nelayan pengebom, kelompok ini juga berinisiatif melakukan kegiatan rehabilitasi kawasan laut. Dengan bentuk pembuatan dan transplantasi Terumbu Karang buatan baik yang terbuat dari bahan solid (beton) bahkan dari bahan organik yang ramah lingkungan yang disebut bioreeftek dengan menggunakan bahan batok kelapa yang tersedia di beberapa kawasan pesisir Kota Bontang. Kegiatan ini menjadi salah satu alternatif aktivitas untuk mendapatkan tambahan pemasukan selama proses penggemukan ikan kerapu berlangsung.

PT. BADAK NGL - KSDA

111

Kegiatan penanaman bioreeftek telah dilakukan tiga kali di tahun 2013 dengan jumlah bioreeftek dan terumbu karang beton yang dibuat masing-masing 600 unit. Sampai tahun 2013, baru sebanyak 425 buah yang ditanam di laut. Dari hasil kegiatan penanaman ini, kelompok nelayan mendapatkan omset penjualan bioreeftek sebesar Rp.138.125.000,- dan para nelayan rata-rata mendapatkan pemasukan sebesar Rp. 3.069.444,- per-orang di setiap kegiatan penanaman.

Kegiatan penanaman tersebut merupakan gerakan yang sedang digalakkan oleh PT. Badak sebagai dukungan terhadap program pemerintah dalam merehabilitasi terumbu karang di perairan Bontang. PT. Badak juga berperan aktif mengajak perusahaan-perusahaan yang ada di Kota Bontang untuk turut serta melakukan kegiatan penanaman biroeeftek.

Meskipun upaya penanam terumbu beton dan bioreeftek berjalan baik, namun sejauh ini para nelayan dan perusahaan kesulitan mendapatkan sumber data yang valid mengenai keberadaan terumbu karang yang memang memerlukan rehabilitasi. Hal ini berakibat pada kurang akuratnya tindakan yang akan di lakukan terkait dengan kegiatan transplantasi terumbu karang, maupun pelepasan terumbu karang buatan agar tepat sasaran dan bermanfaat bagi kelangsungan ekosistem yang bermukim diareal terumbu karang tersebut.

Tak semua nelayan turut berpartisipasi dalam penanaman terumbu karang, masih ada yang belum muncul kesadaran akan pentingnya melestarikan terumbu karang di perairan Kota Bontang, sehingga upaya-upaya transplantasi maupun pelepasan terumbu karang buatan tidak bisa dilakukan dengan optimal. Namun kelompok Kedo-Kedo Sunu dan PT. Badak terus berupaya untuk melakukan yang terbaik,baik melalui riset yang dilakukan bersama pihak lain untuk mendukung data terumbu karang, maupun kampanye penyelamatan terumbu karang ke berbagai pihak.

Meskipun belum genap dua tahun kerjasama dengan PT. Badak, program kerjasama kelompok nelayan telah memberikan harapan baru, bukan hanya dengan adanya sumber penghasilan namun juga harapan bagi masa depan anak cucu mereka untuk kembali menikmati terumbu karang yang sehat untuk menciptakan ekosistem yang baik di sekitar terumbu karang tersebut.

Program konservasi kawasan laut dapat berjalan berkat motivasi kuat yang dimiliki oleh kelompok nelayan untuk memperbaiki diri. PT. Badak turut bangga atas perubahan perilaku yang didapatkan oleh kelompok penerima program setelah menjadi mitra binaan PT. Badak. Nelayan yang dulunya menjadi pelaku pengrusakaan ekosistem laut, kini justru aktif dalam mempelopori berbagai kegiatan pelestarian kawasan laut di wilayah Bontang.

FOTO KEGIATAN

Kegiatan Budidaya Kerapu Dan Konservasi Terumbu Karang Oleh PT. Badak NGL

PT. BADAK NGL - KSDA

112 BANYAN TREE - KSDA

PT. BANYAN TREE, KABUPATEN BINTAN, KEPULAUAN RIAU

Menebar Tukik di Pantai Lagoi, Upaya Konservasi Penyu Hijau dan SisikDi Kabupaten Bintan

Sebanyak 1.359 tukik atau anak penyu dari jenis penyu hijau (Chelonia mydas) danpenyu sisik (Eretmocheylis imbricata) yang merupakan jenis yang dilindungi, berhasildilepaskan di pantai Angsana dan Banyan Tree Bintan sejak 2008 sampai 3 Oktober2013. Kegiatan pelepasan tukik merupakan kegiatan rutin PT. Angsana dan BanyanTree sebagai upaya mendukung konservasi keanekaragaman hayati di kawasanBintan.

1. Pantai Bintan Kawasan Wisata dan Konservasi

Barisan pepohonan kelapa yang berada di tepi pantai, udara bersih, deburan ombakmengalun menentramkan hati melingkupi kawasan Pantai Lagoi, salah satu tempatwisata kebanggaan Provinsi Kepulauan Riau, yang terletak di Kabupaten Bintan.

Pantai Lagoi, Bintan ternyata bukan hanya menyimpan keindahan, namun jugamenyimpan kekayaan hayati yang luar biasa, salah satu kekayaan hayati tersebutadalah jenis penyu hijau (Chelonia mydas) dan penyu sisik (Eretmocheylis imbricata)yang hidup di perairan Bintan. Kedua jenis penyu tersebut merupakan jenis hewanyang termasuk ke dalam daftar hewan yang dilindungi oleh undang-undang nasionalmaupun internasional karena dikhawatirkan akan punah disebabkan oleh jumlahnyamakin sedikit. Penyu sisik dan penyu hijau (Chelonia mydas) diklasifikasikan sebagaisatwa yang terancam punah oleh The World Conservation Union (IUCN. Selain penyu,di Pantai Lagoi juga menyimpan kekayaan hayati lainnya, yang dilindungi undang-undang baik secara nasional atau pun internasional, seperti Pelanduk (Tragulusnapu), Kerka (Presbitys sp.), Kantung Semar (Nepenthes sp.), dan juga pohon Meranti(Shorea sp.).

Pantai-pantai di Pulau Bintan merupakan rumah bertelur bagi penyu-penyu tersebut,Arief Pratomo dkk (2010) mencatat ada sekitar 357 sarang penyu yang terdiri atas320 sarang penyu hijau dan 37 sarang penyu sisik di Kabupaten Bintan pada saatdilakukan pengamatan dan penelusuran penyu di tahun 2010. Data tersebutmenunjukkan meski sarang cukup banyak ditemukan, namun menurut hasilpenelitian kondisi tersebut cukup rentan bagi keberlanjutan hidup penyu di wilayahtersebut. Ancaman utama adalah ketidaktahuan mengenai status keterlindunganpenyu. Masyarakat umumnya memanfaatkan penyu di alam dengan mengambil danmemperdagangkan telur, daging dan cangkang/karapas penyu. Ancaman lain datangseiring dengan pesatnya kegiatan industri yang memerlukan pengembangan pantai,sedimentasi perairan akibat pertambangan bauksit serta kegiatan manusia lainnyayang secara langsung dan tak langsung semakin berdampak negatif baik terhadaphabitat peneluran maupun habitat pakan penyu (Dony Apdillah, dkk. 2010).

2. Si Imut Penyu Hijau dan Sisik yang Menggugah Angsana dan Banyan TreeBintan Resort

Angsana dan Banyan Tree Bintan merupakan salah satu resort yang berada di lokasiLaguna Bintan, luasnya sekitar 240 ha. Lebih dari 60% wilayahnya merupakan areaterbuka, hutan dataran rendah dan pantainya menghadap Laut China selatan.Perusahaan ini rupanya menyadari betul bahwa tanpa keindahan dan kekayaan alam

113BANYAN TREE - KSDA

p y y p yyang terpelihara dan terjaga, kawasan resort tidaklah terlalu menarik pengunjung.Disamping tetap memenuhi kewajiban lingkungan yang disyaratkan, perusahaanmelalui program CSR berupaya menjaga dan melestarikan lingkungan sekitar, salahsatunya adalah melalui “Program Konservasi Penyu Hijau (Chelonia mydas) danPenyu Sisik (Eretmochelys imbricata)”.

Rupanya bentuk tubuh dan daur hidup yang unik dari satwa yang termasuk kelasreptilia ini terlihat “imut” saat masih kecil, dan untuk dapat mencapai usia dewasa,20 tahun–30 tahun, penyu harus berjuang keras menghadapi banyak tantangan yangbegitu besar di lautan lepas. Berbagai sumber ilmiah menyebutkan bahwa, hanya 1dari 100 tukik (1%) yang bisa selamat bertahan hidup untuk mencapai usia dewasa.Untuk melindungi si Imut ini, Banyan Tree dan Angsana Bintan tak segan-seganmengawali upaya perlindungannya dengan membangun media konservasi dan belajaryang diberi nama Conservation Lab Banyan Tree Bintan pada tahun 2007.

Pendirian Conservation Lab Banyan Tree Bintan merupakan salah satu strategi untukmemperkuat CSR perusahaan yang berlandaskan tiga pilar yaitu efesiensi energi,pelestarian alam, dan pemberdayaan masyarakat. Fasilitas yang dibangun dandikembangkan di Lab tersebut terdiri dari perlengkapan untuk penetasan telur penyudan persiapan sebelum anak penyu (tukik) dilepas ke pantai, serta fasilitas untukkegiatan penelitian dan pendidikan konservasi bagi pelajar, masyarakat, karyarwan,staf pemerintah, mahasiswa serta para tamu hotel.

Kegiatan yang dianggap berhasil di Lab tentunya kegiatan utama konservasi penyu.Satu tahun setelah pembangunan Conservation Lab, tahun 2008 tim CSR mulaimelakukan upaya konservasi penyu secara sederhana, yaitu dengan melindungi telur-telur penyu yang ada di pantai sekitar hotel, serta dari para nelayan yang biasamengambil telur penyu untuk dimakan atau dijual ke pasar. Seiring berjalannyawaktu, telur-telur penyu yang berhasil didapat ini, kemudian dipindahkan kedalamtempat penetasan (hatchery) yang berlokasi tidak jauh dari tempat asal telur penyu, dipantai Tanjung Said Angsana, Lagoi.

Relokasi telur penyu ke dalam tempat penetasan (hatchery) semi alamiahdimaksudkan untuk melindungi telur-telur tersebut dari para nelayan pengumpultelur dari wilayah lain dan satwa pemakan telur penyu seperti biawak (Varanussalvator) dan babi liar (Sus vittatus). Setelah aman dalam tempat penetasan(hatchery), telur-telur tersebut perlu waktu 50–70 hari untuk menetas. Tukik akandilepaskan dengan segera, setelah 3-4 hari hari telur menetas, agar insting liarnyamasih terjaga saat berenang di lautan lepas. Sebanyak 1.359 tukik berhasildilepaskan di pantai Angsana dan Banyan Tree Bintan sejak 2008 sampai 3 Oktober2013. Umumnya kegiatan pelepasan tukik dihadiri peserta 50–150 orang, baik tamuhotel, masyarakat sekitar, pemerintah, karyawan, dan media.

Konservasi penyu tentunya tidak hanya dilakukan dengan pelepasan Tukik, namunjuga upaya penyadaran masyarakat nelayan Kampung Baru, Lagoi untuk lebih pedulipada pelestarian penyu dengan tidak mengkonsumsi telur penyu dan tidakmenjualnya ke pasar. Tentunya upaya tersebut tidak akan berhasil bila tidak diiringialternatif ekonomi. Keberhasilan yang cukup signifikan dari program CSR BanyanTree dan Angsana adalah terbangunnya saling percaya dan membangun solusibersama melalui penandatangan surat perjanjian kerja sama yang ditandatanganipada 10 Agustus 2010. Salah satu butir kesepahaman yang tertuang dalamperjanjian kerjasama tersebut adalah masyarakat nelayan Kampung Baru, Lagoi,bersepakat untuk tidak lagi menjual telur penyu ke pasar. Mereka akan menitipkantelur yang ditemukan di pantai ke Conservation Lab Banyan Tree untuk direlokasidalam tempat penetasan. Saat pelepasan, masyarakat juga dapat menyaksikannya

114 BANYAN TREE - KSDA

Conservation Lab Banyan Tree Bintan, selain menjadi media untuk pemeliharaanTukik, tempat ini kerap dijadikan tempat untuk diskusi konservasi sekaligus menjaditempat pelatihan bagi karyawan maupun peneliti, LSM, pelajar dan mahasiswa sertamasyarakat sekitar. Pelatihan karyawan hotel ditujukan untuk meningkatkanpengetahuan dan membangkitkan kesadaran karyawan tentang pentingnyakonservasi kawasan termasuk pengelolaan lingkungan sekitar. Sementara bagi tamuhotel, Conservation Lab merupakan complementary dari Perusahaan dalam upayameningkatkan kesadaran para tamu tentang pentingnya konservasi alam, khususnyapenyu. Kegiatan tamu hotel lainnya berupa Nature Walk, Bird Watching, Tree Track,Coral Safari, dll yang ditujukan untuk mengenal lebih dekat kekayaan dan keindahanalam Pantai Lagoi.

Selain tamu hotel, Conservation Lab juga memfasilitasi pelajar dan mahasiswa untukmendapatkan pendidikan konservasi penyu. Kegiatan yang dilakukan secara terusmenerus sejak tahun 2007 melibatkan sekitar 250 siswa SD-SMA setiap tahunnya.Kegiatan ini tidak hanya dilakukan oleh Angsana dan Banyan Tree namunbekerjasama dengan Bintan Resort Cakrawala (BRC). Fasilitas lainnya yangdisediakan adalah membantu mahasiswa untuk melakukan penelitian baik diConservation lab maupun di sekitar kawasan Pantai Lagoi, salah satunya terkaitdengan skripsi S1 tentang “Tingkat Keberhasilan Penetasan Telur Penyu Pulau WieTambelan Di Pantai Angsana dan Banyan Tree Bintan” oleh mahasiswa UniversitasRaja Ali Haji (UMRAH).

Kegiatan rutin lainnya yang dilakukan di Conservation Lab adalah menyebarluaskand k k k k d bl k d l k k l l bl kberbagai media yang dilakukan secara regular, presentasi, pemutaran film pendekdan dialog interaktif melalui radio.

Upaya konservasi tidak hanya dilakukan melalui media cetak, Banyan Tree danAngsana Bintan bahkan telah menjadikan penyu sebagai satwa paling dibanggakandengan membuat miniatur penyu untuk souvenir, mainan kecil, boneka besar penyu,serta kaos bergambar penyu.

Secara manajemen pengelolaan program CSR untuk konservasi penyu melibatkan tigastaf perusahaan di bagian Conservation Lab dan tertuang dalam kebijakanperusahaan yang ditetapkan dalam policy dan prosedur sejak 2007. Dalammelakukan kegiatannya, Conservation lab bekerjasama dengan berbagai pihak sepertiresort lain yaitu Bintan Resort Cakrawala (BRC) Lagoi sebagai salah satu pengelolakawasan wisata Lagoi, Kelompok Nelayan Kampung Baru-Lagoi, Dinas Kelautan danPerikanan Kabupaten Bintan, dan Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH). Dalammenggunakan fasilitas di Lab umumnya para pihak yang telah bekerjasama tidakdikenakan biaya apapun, hanya yang terpenting memelihara fasilitas yang ada.

bersama-sama dengan tamu hotel. Sebagai kompensasi CSR perusahaan memberisumbangan berupa solar minimal 100 liter perbulan, serta 50 liter untuk setiappenemuan sarang penyu. Solar digunakan sebagai bahan bakar generator untukkebutuhan listrik desa.

“Anak-anak sekarang berkesempatan melihat langsung tukik dilepas kelautan.Mudah-mudahan generasi mendatang bisa terus melihat satwa yang menjadikebanggaan pulau Bintan ini. Kedepan saya mengharapkan akan ada pelatihankhusus dari Banyan Tree agar penanganan telur penyu bisa dilakukan lebih baik”.(Sabri, tokoh nelayan Kampung Baru, Lagoi 3 Oktober 2013).

115

Keberhasilan program CSR Banyan Tree dan Angsana Bintan dalam Konservasi Penyudirasakan bukan hanya oleh masyarakat yang ada di Lagoi, namun juga pemerintah, dengan dilibatkannya dalam penentuan dan pembentukan Konservasi Laut Daerah (KKLD) untuk program konservasi laut yang lebih luas oleh Dinas Kelautan dan Perikanan setempat, yang tertuang dalam Peraturan Bupati Bintan No. 25 tahun 2010. Tahun 2013 Conservation Lab Banyan Tree Bintan juga diminta kerjasamanya oleh Departemen Kelautan dan Perikanan untuk upaya konservasi mencakup wilayah lebih luas yaitu Pulau Bintan dan Pulau Tambelan.

Dari sisi perusahaan sendiri untuk terus meningkatkan kualitas layanan dan pemenuhan aturan-aturan standar pengelolaan lingkungan, sejak tahun 2010 Banyan Tree dan Angsana Bintan telah bergabung dengan program Earth Check yang didukung oleh EC3 (Evaluate Communicate Evolve) global dan STCRC (Sustainable Tourism Cooperative Research Centre). Status bronze level sudah dicapai dalam empat tahun berturut-turut. Tahun 2013, sudah masuk pada proses sertifikasi untuk mendapatkan silver level. Selain itu, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia telah memberikan penghargaan Green Hotel Award tingkat nasional untuk Angsana–Banyan Tree periode 2011–2013. Angsana kembali mendapatkan Asean Green Hotel Award untuk periode 2012–2014.

3. Belajar Konservasi Penyu dari Banyan Tree dan Angsana Bintan

Selama hampir enam tahun program CSR konservasi penyu dilaksanakan oleh perusahaan, semakin terlihat bahwa pentingnya merangkul berbagai pihak dalam pelaksanaan program, seperti yang dicontohkan dalam program konservasi penyu di Pantai Lagoi, dimana pihak masyarakat termasuk kelompok masyarakat, pemerintah setempat, sekolah, perguruan tinggi adalah kunci yang mendorong keberhasilan program. Selain itu diawal perusahan melakukan proses kajian lingkungan dan sosial yang menghasilkan analisa cukup tajam terkait ancaman terhadap kekayaan alam di lokasi termasuk penyu, hal ini menjadi salah satu modal utama dalam merumuskan program dengan rangkaian kegiatannya. Salah satu yang menjadi kunci suksesnya adalah adanya upaya membangun kesepakatan dengan masyakarat nelayan yang memiliki ketergantungan pada telur penyu sebagai salah satu sumber penghidupan mereka. Dengan memberikan alternatif penggantian berupa bahan bakar untuk penerangan merupakan satu contoh kesepakatan yang menghasilkan win-win solution, meskipun perlu dilakukan lagi pengembangan dan alternatif lain seperti membangun panel surya untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil sebagai bahan baku penerangan di masyarakat atau yang lainnya.

Upaya memadukan ragam kegiatan konservasi yang tidak hanya melindungi jenis penyu saja, tapi juga melakukan proses pendidikan konservasi, publikasi dan penelitian dengan sarana Conservation Lab sebagai pusat pembelajaran merupakan strategi program yang turut mempercepat proses penyadaran masyarakat dan mendapatkan dukungan dari berbagai pihak.

Proses evaluasi dan monitoring untuk perbaikan program juga menjadi kunci berjalannya program secara berkelanjutan selain komitmen dari pimpinan perusahaan tentunya. Upaya konservasi penyu di Lagoi ke depan diharapkan dapat menjadi salah satu upaya gerakan bersama di Kabupaten Bintan dan menjadi contoh bagi kegiatan konservasi lainnya di Indonesia.

BANYAN TREE - KSDA

116 BANYAN TREE - KSDA

FOTO KEGIATAN

Pelepasan Tukik secara resmi di Angsana dan Banyan Tree Bintan pada 12 September 2013

Dua anak tamu hotel sedang mengamati tukik yang sedang bergerak menuju lautan lepas pada 12 September 2013.

Fasilitas Conservation Lab yang didirikan pada 25 September 2007

Pendidikan konservasi sumber daya alam untuk para siswa sekolah Bintan Utara di Conservation Lab

Perwakilan siswa dari beberapa sekolah dasar Bintan Utara sebelum mengikuti pelatihan konservasi di Conservation Lab

Beberapa institusi dan para peneliti dalam dan luar negri yang pernah melakukan kegiatan dan kerja sama dengan Conservation Lab.

117CHEVRON - Lintas Hijau Halimun Salak - KSDA

PT. CHEVRON GEOTHERMAL SALAK LTD., KABUPATEN BOGOR DANSUKABUMI, JAWA BARAT

Green Corridor Initiative: Ketika Habitat Satwa Menjadi Perhatian Para PihakDi Lintasan Hijau Di Taman Nasional Gunung Halimun Salak

Inisiatif Lintasan Hijau atau Green Corridor Initiative, merupakan upaya dari PT.Chevron Geothermal Salak Ltd salah satunya untuk memperbaiki fungsi ekologishutan koridor satwa khususnya jenis Owa Jawa (Hylobates moloch), Surili (Presbytiscommata), Lutung Jawa (Trachypithecus auratus), Elang Jawa (Spizateus bartelsi),dan Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas) di kawasan Taman NasionalGunung Halimun Salak. Upaya restorasi dengan menanam bibit pohon lokaldilakukan sejak tahun 2011, hampir 40,000 bibit di lahan seluas 80 ha atau 16%dari target program keseluruhan. Program sudah mulai dirasakan oleh masyarakatsekitar, hampir 58 warga yang bermukim di sekitar kawasan ini mendapatkanmanfaat berupa pelatihan dan pelaksanaan peningkatan pertanian organik danagroforestry.

1. Selimut Kabut Kekayaan Hayati Halimun

Halimun yang berarti kabut bagi masyarakat Sunda merupakan kawasan yangpenuh dengan kehidupan yang menarik, kawasan ini dikenal baik oleh para penelitimaupun masyarakat sebagai kawasan yang menyimpan ragam kekayaan alamIndonesia di bagian barat Pulau Jawa. Pemerintah Indonesia pada tahun 1992melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 282/Kpts-II/1992 tanggal 26Februari 1992 menetapkan kawasan ini menjadi kawasan konservasi TamanNasional Gunung Halimun seluas 40,000. Ha dan diperluas menjadi 113,357 Hamelalui SK 175/Kpts-II/2003 pada tahun 2003. (Latipah Hendarti, 2007).

Sebagai kawasan Taman Nasional, kawasan ini memiliki keunikan khusus yaitumenjadi tempat hidup atau habitat bagi beberapa jenis satwa endemik dan langkayaitu jenis Owa Jawa (Hylobates moloch), Surili (Presbytis commata), Lutung Jawa(Trachypithecus auratus), Elang Jawa (Spizateus bartelsi), dan Macan Tutul Jawa(Panthera pardus melas).

Tidak hanya kekayaan hayati yang tersimpan di kawasan Halimun Salak, namunjuga sumberdaya alam lainnya seperti sumber air, mineral, emas, termasuk gasbumi, di satu sisi populasi masyarakat yang mendiami kawasan ini juga dari tahunke tahun meningkat, ada 250,000 jiwa jumlah penduduk (M. Taufik Wahab, 2010).Kompleksitas kawasan Halimun Salak menjadi tantangan bagi para pihak dalampengelolaan kawasan konservasi ini. Menurut data dari Taman Nasional GunungHalimun Salak (TNGHS) tahun 2009, sekitar 30% dari luasan taman nasional inimerupakan lahan kritis.

Lahan kritis yang semakin bertambah terutama di wilayah penting koridor yaituareal memanjang dari Barat ke arah Timur yang menghubungkan Gunung Halimundengan Gunung Salak, yang berfungsi sebagai penghubung dua ekosistem terutamatempat terjadinya aliran genetik dalam pelestarian keanekaragaman hayati maupun

118 CHEVRON - Lintas Hijau Halimun Salak - KSDA

fungsinya sebagai sistem penyangga kehidupan (Rinaldi et al. 2008 dalam M. Taufik Wahab, 2010).

Sebagai salah satu perusahaan swasta non–pemerintah yang turut serta dalam mengembangkan panas bumi di Indonesia, salah satunya beroperasi di lereng Selatan kompleks pegunungan Salak sejak tahun 1980, Chevron Geothermal Salak, memiliki tanggungjawab untuk tetap menjaga dan mempertahankan kawasan Halimun Salak sesuai dengan fungsinya, karena Chevron juga peduli dengan masyarakat yang tinggal di kawasan ini. Tahun 2011, sebagai bukti komitmen Chevron Geothermal Salak terhadap kawasan Halimun Salak, bersama dengan TNGHS dan LSM serta mitra lainnya yang sudah sejak lama peduli dan berkomitmen dalam konservasi di TNGHS, meluncurkan program Prakarsa Lintasan Hijau Halimun-Salak atau dikenal dengan Green Corridor Initiative.

2. Lintasan Hijau sebagai Angin Segar Bagi Lahan Kritis dan Keberlanjutan Flora –Fauna Halimun Salak

Sejak tahun 2002, Chevron Geothermal Salak sudah aktif menjaga kualitas sumberdaya alam yang ada di Kawasan Halimun Salak, melalui kerjasama dengan berbagai pihak seperti JICA, PEKA Indonesia, Wildlife Trust melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang mendukung konservasi secara berkelanjutan termasuk bagaimana hubungan manusia dan lingkungan di wilayah Halimun-Salak.

Beberapa lembaga seperti BCI dan PEKA Indonesia malah bahkan sebelumnya sudah berhasil mendorong masyarakat meningkatkan ekonomi lokal sekaligus menjaga kawasan Halimun Salak agar tetap lestari, melalui pemberdayaan masyarakat dan kegiatan penyadaran. Salah satu keberhasilan mereka adalah terbentuknya kelompok masyarakat dan Jaringan Masyarakat Koridor (Jamaskor).

Sementara, gagasan lintasan hijau Halimun-Salak diawali sejak tahun 2009, melalui serangkaian kegiatan dan penelitian yang dilakukan oleh para mitra TNGHS dan tahun 2011 Program Lintasan Hijau Halimun Salak (Green Corrdior Initiative (GCI)diluncurkan di Jawa Barat, Indonesia. Program ini bertujuan untuk:

(1) Meningkatkan dan melibatkan partisipasi masyarakat dalam pendidikanlingkungan dan perbaikan fungsi ekologi hutan koridor untuk penghidupanberkelanjutan.

(2) Memperbaiki fungsi ekologis hutan koridor melalui program restorasi didaerah seluas 500 hektar sebagai habitat Owa Jawa, Macan Jawa dan Elang Jawa.

(3) Meningkatkan kualitas hidup masyarakat di daerah sekitar operasi ChevronGeothermal Salak, terutama yang berada di dekat lintasan koridor TamanNasional Gunung Halimun-Salak melalui program pemberdayaan ekonomi yang mendukung konservasi.

Mengingat kawasan Halimun-Salak merupakan kawasan yang luas, program fokus pada ;

(1) Masyarakat dan Kelompok Tani di kampung Garehong kecamatan Pamijahan (Bogor).

119CHEVRON - Lintas Hijau Halimun Salak - KSDA

(2) Masyarakat Kelompok Tani di kampung Cisarua desa Cipeuteuy kecamatan

(3) Kabandungan (Sukabumi).(4) Stakeholder yang terkait dalam pelestarian lingkungan, pendidikan

lingkungan dan usaha peningkatan pemberdayaan masyarakat di wilayah Halimun – Salak.

(5) Target restorasi adalah zona kritis seluas 500 Ha dengan durasi waktu lima tahun dan target masyarakat yang terlibat adalah 250 KK.

Pelaksanaan program Lintasan Hijau diperkuat dengan kesepakatan kerjasama (MoU) antara Chevron Geothermal Salak. dengan Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak (BTNGHS) yang ditandatangani pada tanggal 16 Juli 2013mendasari penyusunan rencana teknik restorasi. Tabel 1, merupakan perencanaan kegiatan dan target selama program berjalan dalam kurun waktu lima tahun periode 2010-2016.

Dalam pelaksanaan kegiatan, Chevron menggandeng Yayasan KEHATI dan kelompok tani Jamaskor untuk melakukan pemetaan lokasi penanaman periode pertama yaitu tahun 2012-2013 sekaligus mengidentifikasi jenis-jenis tanaman keras yang menjadi pakan Owa Jawa. Langkah berikutnya adalah melakukan kegiatan sosialisasi atas pentingnya lintasan hijau, kampanye, dan pendidikan lingkungan terkait restorasi serta pemberdayaan masyarakat.

Bersama dengan Yayasan KEHATI, Chevron mengkomunikasikan program kepada dua kelompok tani di Kampung Cisarua, Desa Cipeuteuy, Kecamatan Kabandungan,Kabupaten Sukabumi dan Kampung Gaherong, Desa Purwabakti, KecamatanPamijahan, Kabupaten Bogor. Proses sosialisasi membutuhkan waktu dan pendekatan untuk membangun kepercayaan dari masyarakat. Setelah terbangun saling percaya dan atas kepentingan yang sama dalam menyelamatkan kawasan Halimun, dimana masyarakat juga akan mendapatkan dampak positif dari kegiatan restorasi, kegiatan dilanjutkan dengan persiapan lahan penanaman seluas 80 Ha dan areal pembibitan.

Tabel 1. Perencanaan Kegiatan Periode 2010-2016

Target PertahunKegiatan

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Konservasi BerbasiskanMasyarakatProyekPercontohan

2 Ha

Penanaman(Ha/Tahun)

10 40 55 60 55 40

Publikasi 1 3 5 5 5 5

Penerima Manfaat (orang)

50 100 155 210 250

Luas Lahan (Ha/ tahun)

80 110 120 110 80

120 CHEVRON - Lintas Hijau Halimun Salak - KSDA

Adanya kelompok petani/masyarakat yang sudah diorganisir oleh kawan-kawan LSM yang selama ini fokus di Halimun khususnya PEKA dan BCI yang bekerja dan belajar bersama masyarakat di Desa Cipeteuy dan Purwabakti mempermudah proses pengorganisasian di tingkat masyarakat, terlebih dengan adanya JaringanMasyarakat Koridor maka proses saling membangun kepercayaan dengan masyarakat menjadi lebih mudah dan cepat. Untuk mendukung proses program ini memerlukan juga aktivitas penunjang antara lain;

(1) Penyediaan data dasar (baseline data) yang mendukung kegiatan restorasi dan pemberdayaan masyarakat, melalui Yayasan KEHATI program ditingkat lapangan dilakukan oleh LSM Rimbawan Muda Indonesia (RMI) dan Biodiversity Conservation Indonesia (BCI)

(2) Ditingkat penelitian kelembagaan dilakukan bekerjasama dengan Laboratorium Kehutanan IPB

(3) Pemetaan partisipatif langsung dilaksanakan oleh dua kelompok tani di Kampung Cisarua dan Kampung Garehong.

(4) Rangkaian pertemuan dengan para pemangku kepentingan dalam upaya menyusun rencana pemberdayaan masyarakat untuk memperkuat Jaringan Masyarakat Koridor (Jarmaskor), salah satu yang sudah dilakukan adalah memperkuat Koperasi Jarmaskor dengan fokus kegiatan pertanian terpadu diantaranya penggemukan, pembibitan, pengelolaan kandang, pengelolaan kompos serta pemupukan dan pertanian.

Peningkatan Kelompok Tani Pembentukan(kelompok/tahun)

3 5 10 16 21 25

Sosialisasi Lokakarya& FGD

Lokakarya& FGD

Lokakarya& FGDPameran, site visit & sosialmedia

Lokakarya& FGDPameran, site visit & sosialmedia

Lokakarya& FGDPameran, site visit & sosialmedia

Lokakarya& FGDPameran, site visit & sosial media

Lokakarya& Pelatihan

Pelatihan danPendampingan

Pelatihan danPendampingan

Pelatihan danPendampingan

Pembangunan Pusat Pembelajaran

PusatPembelajaran

PusatPembelajaran

PenguatanOrganisasi

Kelompok Masyarakat (KSM)

Pendirian Koperasi

Operasional Koperasi

PenguatanKoperasi

PengembanganKoperasi

KemandirianKoperasi

Monitoring & Evaluasi

Internal Internal & Eksternal

Internal & Eksternal

Internal & Eksternal

Internal&Eksternal

Peningkatan Tambahan Pendapatan

PeternakanKambing

Pertanian Organik

Pertanian Terpadu

Pertanian Terpadu

Pertanian Terpadu

Pertanian TerpadudanTanamanObat

121CHEVRON - Lintas Hijau Halimun Salak - KSDA

Proses penanaman mulai dilakukan pertengahan 2012 di areal kritis yang sudah ditentukan bersama dengan BTNGHS, sejumlah 40,000 pohon ditanam, pemeliharaan, penyulaman dilakukan dengan kerjasama masyarakat. Langkah selanjutnya, mulai November 2012 Chevron mendukung patroli partisipatif bersama TNGHS dan masyarakat PAMSwakarsa.

Sejak 2010 sampai akhir 2012, program telah membawa titik terang baik ditingkat ekosistem halimun, masyarakat maupun perusahaan, apa yang direncanakan sudah mulai membuahkan hasil, hal ini dapat dilihat dari target yang terpenuhidalam program, yaitu :

Tingkat tumbuh bibit dipersemaian mencapai 80% yaitu 40,000 bibit Jumlah bibit yang ditanam mencapai 40,000 bibit pohon di areal kritisseluas 80 Ha. Program secara langsung telah dirasakan oleh sekitar 58 warga yangbermukim di Kampung Cisarua dan Garehong Pelatihan peningkatan kapasitas masyarakat telah dilakukan dan dirasakan mampu meningkatkan keahliaan masyarakat, bahkan modul pelatihan dapatjuga digunakan oleh masyarakat lain, temasuk modul pendirian koperasi; modul operasional koperasi; modul pertanian terpadu dan modul pendidikan lingkungan. Publikasi media yang mengakui bahwa Lintas Hijau di Halimun Salak merupakan program yang memberikan harapan bagi masyarakat dan perbaikan pengelolaan ekosistem di Halimun-Salak. Selama 2012 sekitar 13media cetak dan online serta televisi telah meliput program Lintas Hijau ini.Publikasi dan sosialisasi juga dilakukan di tingkat nasional dan internasional melalui partisipasi dalam pameran nasional serta satu pameran internasional (IUCN,Korea). Keberhasilan lain yang dapat menjadi contoh baik adalah membangunjaringan sosial media Greenweb Indonesia yang mendorong prakarsa hijau di Indonesia, kegiatan dapat diakses di : http://www.green.web.id/pageitem/GreenCorridor.

Keberhasilan program tidak dapat terlepas dari kemitraan dengan berbagai pihak,terutama dengan BTNGHS dan LSM yang sudah mememiliki pengalaman pendampingan dan berkegiatan di Halimun Salak. Peran serta dan inisiatifmasyarakat yang sudah terorganisir merupakan kunci keberhasilan program, dukungan dana yang disediakan hampir 1 milyar rupiah per tahun adalah bukti komitmen untuk keberlanjutan program. Perencanaan yang terstruktur dimana tahapan perencanaan jelas tersusun menjadi bagian penting pelaksanaan dandengan mudah dipantau keberhasilan dan kekurangan program baik oleh pihak perusahaan, mitra, masyarakat maupun pihak lain.

Foto Kegiatan

Penandatanganan Kerjasasama Chevron dan Yayasan Kehati

Diskusi Chevron dan Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak

122

Pelatihan dan Lokarya Penguatan Masyarakat

Menteri Lingkungan mendengarkan Kepala TamanNasional Halimun Salak

tentang GCI

Pembibitan Pohon yang akan ditanam Penanaman Bibit Pohon di Areal Kritis

CHEVRON - Lintas Hijau Halimun Salak - KSDA

123CIMB NIAGA - Konservasi Bambu - KSDA

PT. BANK CIMB NIAGA TBK, JAKARTA

Lestarikan Bambu melalui Aksi Penanaman 10.000 BambuDi Jawa Barat dan Bali

Bambu menjadi perhatian PT. Bank CIMB Niaga Tbk. Karena memiliki banyakmanfaat dari berbagai aspek baik sosial budaya, ekonomi dan lingkungan. Sejaktahun 2011, melalui kerjasama berbagai pihak baik lembaga penelitian, LSM,kelompok masyarakat di Jawa Barat dan Bali, CIMB Niaga telah menanam 10,000bambu sebagai bagian dari upaya konservasi.

1. Bambu Dalam Keseharian Masyarakat Indonesia

Bambu bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Balidan Sunda merupakan tumbuhan yang tak dapat dipisahkan dalam keseharianmereka. Sepanjang hidup, masyarakat Indonesia sangat tergantung padapemanfaatan bambu untuk berbagai keperluan hidup seperti keperluan upacaraadat (pernikahan, kematian, sunatan, alat pemotong tali pusar, alat bantu anakuntuk belajar berjalan) dan sebagai bahan untuk membuat mainan anak-anakyaitu layang-layang, engrang dan lain sebagainya.

Bagi masyarakat Bali, bambu menjadi bagian dari hampir setiap upacarakeagamaan, bahkan masyarakat Bali memiliki filosofi yang sangat mendalamtentang bambu terutama bagi penganut agama Hindu. Semasa kecil bambutumbuh tegak, saat tua semakin merunduk yang diartikan salah satunya adalahmenjaga sopan santun (Ida Bagus Ketut Arinase, 2010). Dalam keseharianmasyarakat Bali juga memanfaatkan bambu untuk usaha seperti industri meubelyang sudah terkenal ke manca negara, perkakas lain dan juga rumah termasukatap bambu atau sirap bambu, di salah satu Desa Adat Penglipuran bahkan atapsirap bambu dapat bertahan lebih dari duapuluh tahun, sementara gedek bambudikenal dengan corak yang khasnya1.

Sementara masyarakat Jawa Barat, banyak memanfaatkan bambu untukkeseharian dari mulai peralatan kerajinan rumah tangga seperti boboko (tempatnasi), tampah/nyiru, aseupan untuk mengukus nasi dan mencetak tumpeng,tudung saji, keranjang, pengki untuk meniriskan gorengan atau mengambilsampah, dll. Selain itu di masyarakat Sunda memanfaatkan bambu untuk alatmusik dari mulai Angklung, Dogdog Lojor dan Seruling.

Secara Botanis bambu tergolong famili Gramineae (rumput), termasuk jenistumbuhan yang mudah menyesuaikan diri dengan kondisi tanah dan cuaca yangada, serta dapat tumbuh pada ketinggian sampai dengan 3.800 m di ataspermukaan laut dan menyebar hampir diseluruh pelosok nusantara. Bahkandiprakirakan ada sekitar 154 jenis bambu, tersebar di seluruh wilayah nusantaradari total 1.250 jenis bambu yang ada dengan penyebaran di Jawa sekitar 56 jenis,44 jenis di Bali, 31 jenis di Papua, 25 jenis di Sulawesi, 23 jenis di Kalimantan, 17jenis dan 14 jenis di Maluku, sementara jenis bambu yang paling sering digunakanoleh masyarakat Indonesia adalah bambu Tali, bambu, Andong, bambu Petung,bambu Tabah dan bambu Hitam.

1Catatan La pah Hendar , saat ga minggu nggal di Desa Adat Penglipuran.

124 CIMB NIAGA - Konservasi Bambu - KSDA

Keistimewaan lainnya bambu juga dapat tumbuh dengan cepat, dipanen pada usia 3-5 tahun, dengan akar rimpang yang sangat kuat, tumbuhan bambu mampumengikat air tanah dengan baik dibandingkan dengan pepohonan yang hanya menyerap 35%-40% air, bambu dapat menyerap air hujan hingga 90 % (Herawari Kumbang, 2010). Menurut Prof. Dr. Elizabeth Widjaya ahli bambu Indonesia dan Sudharto P Hadi, bambu merupakan salah satu solusi dalam persoalan lingkungan global, dimana akar rimpang bambu mampu mengingat tanah sehingga dapat mencegah erosi, sementara daun bambu merupakan penghasil oksigen yang tinggi sekaligus menyerap CO2.

Bertambahnya jumlah penduduk, alih fungsi lahan dan industrialisasi, tentunya menggeser sebagian besar hutan termasuk termasuk hutan bambu yang selama ini tersebar di pelosok pedesaan di Indonesia telah berubah menjadi wilayah pemukiman atau lainnya. Sementara disatu sisi kebutuhan bambu terus meningkat, untuk industri seperti sumpit, rebung, dan bahan dasar industri kerajinan bambu, bahan konstruksi bangunan rumah dan untuk peralatan musik.

Bukan hanya pasokan untuk kebutuhan industri, namun keragaman jenis bambu juga mengalami ancaman yang cukup serius, alih fungsi lahan dan penyadartahuan pada generasi muda tentang pentingnya bambu menjadi salah satu faktor penyebabnya.

Berbagai inisiasi tentunya sudah banyak dilakukan oleh berbagai pihak baik oleh para peneliti, pengrajin, pemerintah dan pengusaha, LSM, dll. Termasuk salah satunya adalah CIMB Niaga yang sejak tahun 2011 memiliki perhatian khusus terhadap bambu.

Bagi CIMB Niaga, tantangan umat manusia yang harus dihadapi adalah keselarasan dan keharmonisan hidup berdampingan dengan alam lingkungan sekitarnya, merupakan wujud salah satu pilar CIMB Niaga Peduli, khususnya peduli lingkungan yang dilaksanakan melalui salah satu program yang dirancang secara sistematis dan bertahap dimana salah satunya adalah melakukan kegiatan yang dikenal dengan nama “

Kegiatan tersebut, mulai dijalankan pada tahun 2011, saat itu CIMB Niaga mendukung Gerakan Masyarakat Bambu Pertiwi yang diprakarsai Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), Yayasan Kehati, Saung Angklung Mang Udjo, dan Komunitas Cinta Bambu, yang diluncurkan akhir November 2011, sebagai komitmen CIMB Niaga untuk berpartisipasi pada upaya pelestarian lingkungan. Gerakan Tanam 10,000 Bambu ditujukan untuk mendorong peningkatan pemahaman pentingnya bambu dan peningkatan kapasitas masyarakat khsusunya petani dan pengrajin bambu agar dapat mengoptimalkan pemanfaatkan bambu sebagai sumber daya hayati yang bernilai ekonomis tinggi.

Dalam pelaksanaan kegiatan, CIMB Niaga membangun kemitraan dengan berbagai pihak, dibawah Divisi Hubungan Masyarakat ( ) yang diberi tanggung jawab oleh perusahaan untuk menjadi motor penggerak kegiatan

125CIMB NIAGA - Konservasi Bambu - KSDA

Secara ipada akdi daerapenanamCommunpelatihawilayah masyarasehinggasepertiBarat, d

Secara diwujud(tujuh ra

2.a. Pe

2Dire

Lingkun

4. Mew

Setelah tentunypendamdan pensatu lemmulaikelompo

Di Desaoleh kPadanga

internal, CIksi penanamah Tabanaman bambnity Develoan pemanfa

Jawa Barakat teredua menghasrebung di

dimana CIM

finansial kdkan dengaatus lima p

Genanaman b

b. Ibu L. Wectorberbinngan Hidup

wujudkan M

berlangsa, proses y

mpingan danndampinga

mbaga yaitudirasakan

ok perempu

a Padangankelompok, an menyata

IMB Niaga man bambuan, Bali mu kemudiaopment anfaatan bamrat dan Bukasi dengasilkan nilai

daerah BMB Niaga be

komitmen an dukungpuluh juta)

Gambar 2. bambu oleh

Wulan Tumcang bersap dan MS. Seremoni G

Masyarakat

sungnyayang pentinn monitorinan secara u Yayasan K

oleh muan.

n, rupanya Ketua

akan :

mengajaku yang dila

melalui aksan dikelola

nd Empowembu sekaliBali. Melaluan baik teni ekonomisali atau uekerja sam

untuk Gegan anggar

yang dituju

Kegiatan Ph Karyawan

Employembelaka – Cama Prof. D

Sembiring Gerakan Ma

t yang Man

kegiatan ng lainnya ang, Kegiataintensif mKEHATI, ru

masyarakat,

sudah muKelompok

60 karyawaaksanakansi CIMB Na oleh masyerment, dimigus pendaui pembekntang pengs baik digu

untuk keraja dengan Y

erakan Tanran/pendanukan khus

Penanamann CIMB Niaer Voluntee

Compliance,Dr. Balthasa

– Director asyarakat B

ndiri dan B

penanamadalah pro

an penanammelalui saupanya sud, khususn

ulai dirasakPerempu

an untuk bpada tang

Niaga Empyarakat semana CIMampingan

kalan ini, Cgolahan danunakan un

ajinan angkYayasan Sa

nam Sepulnaan sebessus penana

n 10,000 Baaga melaluier. ,Corporate ar KambuaExecutive YBambu Per

Berdaya sa

manses

manalah dahnya

kanuan

berpartisipaggal 24 Novloyee Volu

ekitar melaMB Niaga m

kepada 6CIMB Niagn pemanfaantuk olahaklung di daung Udjo.

luh Ribu sar Rp 750aman.

ambu i Aktivitas C

Affairs & aya, MBA –Yayasan KE

rtiwi.

ing Tinggi

asi langsunvember 201unteer. Hasalui programmemberika0 warga dga berharaatan bamb

an makanadaerah Jaw

Pohon jug0,000,000

CIMB Niaga

Legal– Menteri EHATI pad

i

ng12sil mandiapbuanwa

ga,-

a

da

126 CIMB NIAGA - Konservasi Bambu - KSDA

“ Sebagai ketua kolompok tani wanita di desa Padangan, saya merasasangat terbantu terutama bagi ibu-ibu yang awalnya tidak memilikipekerjaan hingga mampu memiliki ketrampilan dan penghasilan sendiri.Kami mendapat pengalaman dalam mengolah bambu terutama rebungnya,yang pada awalnya, bambu hanya kami jual dalam bentuk batangan.rebung yang kami olah juga dapat kami kemas untuk dijual disupermarket-supermarket hingga ke hotel-hotel di Bali. Dengan mengetahuicara membuat packaging rebung yang baik kami berharap rebung yangkami hasilkan mampu bertahan dalam jangka waktu yang cukup panjang.Semoga kedepan CIMB Niaga terus memberikan bantuannya untuk dapatmenyokong perkembangan kami, baik bantuan untuk mesin-mesinmaupun dalam bentuk yang lain, sehingga kami dapat mengekspor hasilrebung kami”.

Dari perhitungan yang dilakukan, dengan melihat percepatan tumbuh bambu,maka diprakirakan panen dapat dilakukan setiap 3 tahun dengan target luasansetiap satu hektar yang telah ditanami sekitar 500 batang bambu, maka panenpertama akan terjadi dilakukan setelah umur 3 atau 5 tahun, selanjutnya setiaptahun akan dilakukan dua kali panen. Sementara di awal-awal juga dapat mulaidilakukan panen rebung, dimana perhitungan dari kelompok menunjukkan setiaplima hektar lahan yang sudah ditanami bambu dapat menghasilkan 1,5 tonrebung. Untuk setiap satu hektar lahan akan menghasilkan 15.000 rebung denganharga jual Rp 2.500/per rebung. Sehingga total penjualan panen rebung dalamsetahun untuk setiap 1 hektar luas tanam akan mencapai Rp 37.500.000,-. Nilaitersebut tentunya dapat membantu peningkatan pendapatan kelompok sekaligusmeningkatkan perekonomian masyarakat sekitar.

Selain nilai ekonomis, tentunya nilai lingkungan yang dapat langsung dirasakanoleh masyarakat adalah meningkatkan serapan air hujan diwilayah tersebut,berkurangnya erosi, serta kesejukan dan tentunya dengan semakin rimbunnyarumpun bambu maka kekayaan hayati lainnya seperti hewan dari jenis burungkhususnya akan semakin meningkat.

Gerakan tanam bambu, tentunya juga turut meningkatkan keahlian masyarakatdalam budidaya tanaman bambu, sehingga ke depan kelompok yang sudahmengikuti pelatihan diharapkan dapat membantu kelompok lain yangmemerlukan.

Keberhasilan program Gerakan Tanam 10,000 Bambu tentunya memerlukanproses pendampingan dan monitoring dalam jangka panjang, sehingga kerjasamadengan pemerintah setempat seperti Dinas Pertanian, kelompok merupakan kuncidari berlanjutnya program ini.

127CIMB NIAGA - Konservasi Bambu - KSDA

peduli lingkungan. CIMB Niaga menjalin kemitraan salah satunya adalah yayasan Kehati yang memiliki fokus sama dalam konservasi bambu. Rangkaian kegiatan dilakukan dari mulai survey awal penentuan lokasi; dan sosialisasi tanaman bambu; pelaksanaan penanamanan di Jawa Barat dan Bali; pelatihan petani dan pengrajin untuk penanganan pasca panen, pendampingan pasca pelatihan dan proses evaluasi; serta evaluasi dan monitoring. Hal ini selaras dengan budaya pelaksanaan program CSR CIMB Niaga yang senantiasa menitikberatkan pada yaitu melakukan persiapan dari awal hingga akhir pelaksanaan program yang kemudian dilanjutkan dengan proses pendampingan dan sehingga kebermanfaatan dan keberlanjutannya bagi CIMB Niaga dan khususnya kepada masyarakat. Gambar 1. Alur pelaksanaan program dengan sistem .

Dalam rangkaian kegiatan tanam bambu, kegiatan penanaman di Bali, mulai dilakukan di Tabanan dan Gianyar, sekitar 4,000 pohon. Di Gianyar, pemerintah Gianyar dalam gerakan ini menyediakan lahan seluas 500 Ha untuk ditanami. Proses penanaman yang dilakukan di di Tabanan dan Gianyar dilakukan pada bulan Januari 2013, selain bekerjasama dengan Pemda Tabanan, Dinas Pertanian Tabanan, sekitar 50 -100 anggota Koperasi Kelompok Wanita Tunas Bambu dan akedemisi dari Universitas Udayana.

Sementara di Jawa Barat proses penanaman melibatkan pemerintahan daerah dari Kabupaten Bandung, Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Majalengka yang masing-masing telah ditanam sekitar 1.500 bambu, dengan total penanaman di Jawa Barat sebanyak 6.000 pohon bambu. Proses penanaman selain dengan Yayasan Kehati, CIMB Niaga juga bekerjasama dengan Yayasan Wanadri, Kelompok Tani Desa Mandala Mekar Tasikmalaya dan Majalengka, serta ayasan Saung Udjo.

Alur Penanaman Sepuluh Ribu Bambu

128 CIMB NIAGA - Konservasi Bambu - KSDA

PT. INDONESIA POWER UNIT BISNIS PEMBANGKITAN BALI, DENPASAR,BALI

Konservasi Terumbu Karang Di Pesisir Desa Pemaron

PT. Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan Bali melakukan upayapenanaman terumbu karang atau transpalantasi, untuk memperbaiki kondisiterumbu karang yang mengalami kerusakan di pantai Desa Pemaron. Upayayang dilakukan sejak tahun 2010, dilakukan dengan memfasilitasi kelompoknelayan mengikuti pelatihan transplantasi terumbu karang dan penanamanserta upaya penyadaran bahwa keberadan terumbu karang dapat mendatangkankembali ikan-ikan yang selama ini terus berkurang. Sejak 2010, kelompoknelayan sebanyak 36 orang telah menanam stek terumbu karang dengan jenisPocilophora sp, Montiphora sp, Hypnophora rigida, sebanyak 4.000 stek yangdibagi dalam empat tahapan. Selama tiga tahun ditanami, kini hampir 30 jenisbiota laut sudah mulai banyak kembali Pantai Pemaron.

1. Pemaron, Rumah Kehidupan Darat dan Laut yang Terancam

Bali dengan segala potensi dan perkembangannya, membawa dinamikatersendiri bagi pembangunannya yang menyertai. Tidak hanya dengan “jualan”pariwisata dan pertumbuhan ekonomi yang mampu mengantarkan Bali beradadalam posisi dan kondisi seperti sekarang, namun kandungan potensi alam jugatidak kalah potensial untuk dikaji. Salah satunya adalah potensi keragamanhayati laut Bali khususnya Terumbu karang.

Terumbu karang merupakan ekosistem dan habitat berbagai biota laut untuktumbuh dan berkembang biak dalam siklus kehidupan. Dari segi ekologisterumbu karang memegang peranan sangat penting untuk suatu kawasanpesisir dan laut. Terumbu karang juga berfungsi sebagai tempat perlindungandan berkembang biak bagi larva dan juvenile ikan atau biota laut serta sebagaitanda atau zona pergerakan spesies. Terumbu karang juga memberikan nilaisangat penting dalam melindungi daerah pesisir dan laut dari tekanan arus,pasang surut air laut, gelombang, dan dapat juga meminimalisasi abrasi sertabencana alam tsunami. Keindahan alam bawah laut dengan berbagaikeanekaragaman ekosistem terumbu karang dapat memberi nilai lebih bagipelaku usaha pariwisata, seperti wisata diving dan snorkeling. Kekayaanekosistem terumbu karang juga merupakan penghasil ikan atau biota laut yangdapat memberikan nilai ekonomis bagi para nelayan untuk menyandarkankehidupan dan masa depan.

PLTGU Pemaron berlokasi di Desa Pemaron, Kecamatan Buleleng, KabupatenBuleleng. Desa ini berada dibagian Barat Kota Singaraja yang merupakan jalurtransportasi antar Kabupaten. PLTG Pemaron merupakan proyek relokasi,rekondisi dari PLTG Unit 4 dan 5 Priok ke Pemaron Bali dan dilanjutkan dengantahap combine Cycle.

Saat ini sepanjang jalan Pemaron sudah dipenuhi oleh prasarana/saranaekonomi seperti warung, restoran, ruko, Hotel, stasiun pengisian bahan bakar

129CIMB NIAGA - Konservasi Bambu - KSDA

dan permukiman penduduk. Luas wilayah Desa Pemaron adalah 146 Ha, denganjumlah penduduk 3.783 jiwa yang tergabung menjadi 1.097 KK. Bagaimanakehidupan masyarakat nelayan pesisir jika lokasi mencari nafkah terganggu olehaktivitas lain, sedangkan lokasi menangkap ikan tidak bisa berfungsi denganbaik akibat rusaknya tempat kehidupan biota laut. Demikian juga denganKelompok Nelayan Pesisir Segara Gunung, Desa Pemaron yang selama ini hidupdari menangkap ikan konsumsi, ikan hias dan jasa pariwisata untuk melihatLumba–lumba, menjadi terganggu dengan keberadaan dermaga dan rencana airlaut sebagai pendingin PLTGU Pemaron.

Untuk memulihkan dan menciptakan mata pencaharian bagi masyarakat pesisirdi Desa Pemaron salah satunya dapat dilakukan dengan menjaga kelestarianterumbu karang Pantai Pemaron. PT. Indonesia Power Unit Bisnis PembangkitanBali melalui program CSR, sejak tahun 2010 mendorong upaya pelestarianhabitat terumbu karang pantai Pemaron sebagai salah satu cara membantumasyarakat pesisir dalam mendukung keberlangsungan kehidupan yang lebihbaik, melalui berbagai kegiatan baik pemulihan terumbu karang, peningkatankapasitas untuk menjadi pramuwisata dengan obyek pelestarian terumbukarang buatan serta pengembangan ecotourism laut.

2. Transpalansi Terumbu Karang

Sejak tahun 2010, PT. Indonesia UBP Bali melalui program CSR mulai fokus diDesa Pameron dengan tujuan untuk meningkatkan perekonomian masyarakatmelalui upaya pelestarian sumber daya alam secara optimal guna menekan biayahidup sehari-hari, melalui strategi membangun dan berbagi semangatkebersamaan dalam kelompok dan jaringan antar kelompok. Bentuk kegiatanyang dilakukan terdiri dari penguatan manajemen kelompok, melaluipendampingan yang intensif serta lebih terbuka dalam pemanfaatan teknologibudidaya bidang kelautan.

Sebelum proses pendampingan masyarakat, perusahaan dibawah unit CSRperusahaan melakukan tahap-tahap sebagai berikut :

(1) Penilaian awal bertujuan untuk mengetahui komitmen dan kesungguhanmasyarakat Desa Pemaron khususnya Kelompok Nelayan Segara Gununguntuk mendukung program konservasi terumbu karang. Prosesassessment yang dilaksanakan di bulan November 2010 ini melibatkanKelompok Nelayan, Kelompok Wanita Tani, Masyarakat Pesisir, PelakuUsaha di sekitar Pantai Pemaron, dan Aparatur Pemerintah Desa. Metodaassesment dilakukan dengan pengisian blanko kuesioner dan wawancara.Kuesioner diberikan kepada semua anggota kelompok nelayan untukmengetahui kesungguhan dan komitmen mereka dalam menjalankanprogram konservasi terumbu karang. Sedangkan wawancara dilakukankepada Aparatur Pemerintah Desa dan tokoh masyarakat untukmengetahui dukungan dalam program konservasi terumbu karang.

130 CIMB NIAGA - Konservasi Bambu - KSDA

Gambar 1. Diskusi Awal Bersama Masyarakat Nelayan Pameron

Antusias dari semua masyarakat nelayan dan kesanggupan untukmendukung program konservasi terumbu karang ditunjukan dengankomitmen dari Kabupaten Buleleng yang siap mendukung danmempublikasikan Kawasan Konservasi Terumbu Karang di Pameron,membentuk Badan Usaha Milik Desa dalam pengelolaannya, sertakomitmen untuk mensosialisasikan upaya pelestarian ke media danmasyarakat lainnya.

(2) Studi Banding, dilaksanakan pada bulan Desember 2010 ke PulauSerangan, Denpasar untuk melihat langsung proses yang dilakukan diSerangan dalam upaya konservasi terumbu karang dan transplantasi.Dengan diskusi dan melihat langsung upaya yang dilakukan kelompoknelayan di Serangan, telah memotivasi kelompok nelayan dan masyakat diPameron.

(3) Pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan keahlian kelompok dilakukansejak Desember 2010, antara lainpelatihan transplantasi terumbukarang yang diikuti oleh sekitar 36peserta. Beberapa materi pelatihanyang diberikan oleh berbagai pihakdari pemerintah terkait, LSM, danpraktisi meliputi : konservasikelautan, pengenalan Terumbukarang, konsep konservasi Terumbukarang, pembuatan transplantasiterumbu karang (media, caramembuat, praktek langsung).Tindak lanjut dari pelatihan-pelatihan tersebut adalah kegiatanlangsung di lapangan. Selain itujuga dilakukan pelatihan menyelamuntuk memudahkan prosesmonitoring terumbu karang. Gambar 2. Pelatihan Transpalasi

131CIMB NIAGA - Konservasi Bambu - KSDA

(4) Penanaman terumbu karang dilakukan sejak Maret 2011, melaluipenyediaan induk terumbu karang untuk bibit dari perusahaan yangsudah memiliki legalitas penangkaran cites karang sesuai undang-undangyang berlaku, serta langkah-langkah yang sudah diberikan dalampelatihan. Jenis-jenis terumbu karang yang ditanam adalah Pocilophorasp, Montiphora sp, Hypnophora rigida, dll. Penanaman dilakukan secarabertahap, sampai periode 2013 sudah empat tahap penanaman denganjumlah stek lebih dari 4,000 stek.

Gambar 3. Penyediaan Induk Terumbu Karang

(5) Pemeliharaan dan Pengawasan, pemeliharaan Terumbu karang di pantaipesisir Desa Pemaron dilaksanakan setiap minggu pada bulan pertama,pemeliharaan bulan kedua sampai pemeliharaan bulan ke enam setelahpenanaman terumbu karang. Untuk bibit yang baru taman memerlukanperawatan rutin dalam tiga bulan.

Gambar 4. Pemeliharaan dan Pengawasan Terumbu Karang dari ProsesTransplantasi

Pertumbuhan terumbu karang yang ditransplantasi sejak Maret 2011 telahmenunjukkan perkembangan, hampir 80% tumbuh kurang lebih satu cm perbulan. Dalam kurun waktu sembilan bulan karang hasil perkawinan alamsudah banyak tumbuh di media beton, ini menandakan pertumbuhan Terumbukarang di pesisir Pantai Pemaron sangat baik, hanya saja media untuktumbuhnya terbatas maka dari itu sangatlah tepat dibuatkan Terumbu Karang

132 CIMB NIAGA - Konservasi Bambu - KSDA

Buatan (TKB) apabila pengembangan pembuatan media tanam untuk kedepanperlu diteruskan.

Kegagalan kurang lebih 20% diakibatkan beberapa hal : Masih adanyamasyarakat membuang sampah plastik atau kain bekas ke kali yang bermuarake laut, dimakan binatang laut seperti mahkota berduri, ikan odang odang dll.,terumbu karang patah tersangkut tali pancing.

3. Manfaat dan Pembelajaran Program

(1) Setelah kurang lebih 3 tahun program berjalan, selain tingkat hidupterumbu karang yang ditanam cukup berhasil yaitu berkisar 80% tingkathidupnya, masyarakat juga mulai merasakan dan melihat kembalinya danberkembangnya biota laut yang selama ini hidup di terumbu karang,hampir 30 jenis biota laut kembali ke lokasi tersebut.

(2) Kelompok Nelayan Segara Gunung mulai menyadari pentingnyapelestarian lingkungan melaluikonservasi Terumbu karang, yangditunjukan dengan upaya monitoringoleh kelompok khususnya anggotayang sudah memiliki sertifikatmenyelam.

(3) Kemampuan nelayan dalam membuatTerumbu Karang Buatan (TBK) sudahmeningkat yang ditunjukan denganpembuatan TBK sendiri.

(4) Mulai ada pendapatan kelompok,melalui keahliaan membuat TBK,sehingga biaya dikembalikan ke kelompok.

(5) Program juga melibatkan kelompok perempuan yang juga memilikikontribusi terhadap perbaikan terumbu karang.

(6) Keberhasilan dari program Konservasi Terumbu Karang di Pameron, tidakterlepas dari beberapa faktor penting yaitu ; adanya perencanaan yangmatang dari tim CSR PT Indonesia Power UPB Bali, proses yang dibangunsecara partisipatif diawal melalui penilaian awal dan keterlibatan parapihak menimbulkan rasa memiliki dalam program karena kepentinganbersama dan untuk masa mendatang yang lebih baik, Kerjasama antaraunit ComDev dan CSR di perusahaan turut mempercepat prosesterlaksananya program melalui penyiapan bersama di masyarakat.

133

PT. LETAWA, KABUPATEN MAMUJU, SULAWESI BARAT

Astra Mangrove Conservation-ACM“Restorasi Mangrove untuk Pelestarian Keanekaragaman Hayati di Bumi

Manakarra”

Pantai Mamuju telah kembali ditanami mangrove sebanyak 147.147 bibit sejaktahun 2011, dan kembali terlihat 32 jenis burung di lokasi penanaman mangrove(Tanjung Bakau). Berkat upaya program Astra Mangrove Conservation (ACM) yangdiinisiasi oleh PT. Letawa bersama dengan masyarakat melakukan penanamanmangrove di sepanjang Pantai Mamuju yang dilaksanakan sejak tahun 2011.

Kawasan mangrove di bagian Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat merupakankawasan yang secara geografis menjadi bagian dari Kawasan Wallacea yaitumerupakan salah satu kawasan yang dijadikan tempat tujuan bagi spesies burungmigran dari daerah Palaeartik (Utara) maupun Australo-Papua (Selatan) disaatmusim dingin di daerahnya (Utara dan Selatan daerah Tropis). Tercatat 194spesies burung migran memanfaatkan kawasan ini sebagai tempat mencari pakandan berbiak serta untuk menghabiskan musim dingin (Coates et al. 2000).

Kawasan ini harus dipertahankan, melihat kondisi ini PT. Letawa yangmendapatkan izin HGU perkebunan sawit di Desa Makmur Jaya, Kecamatan TikkeRaya-Pasangkayu, Kabupaten Mamuju Utara, Provinsi Sulawesi Barat dengan luas10.297 Ha. Perusahaan memiliki inisiasi melakukan restorasi hutan mangrove disekitar areal ijin usahanya, sebagai bentuk manifestasi kesungguhan perusahaanuntuk mewujudkan tata kelola kebun sawit berkelanjutan. Langkah ini seiringdengan kondisi lingkungan (habitat) yang dibutuhkan spesies burung migran diKawasan Wallacea. Ekosistem mangrove/bakau merupakan ekosistem langka yangsaat ini banyak mengalami kerusakan, sehingga kehilangan fungsinya sebagairumah bagi banyak spesies serta daya dukungnya dalam melindungi pantai dariabrasi.

Sejalan dengan misi perusahaan yaitu “Menjadi panutan dan berkontribusi padapembangunan dan kesejahteraan bangsa”, komitmen ini diwujudan denganpengembangan program CSR dengan berpegang pada pirinsip : Berbasiskebutuhan, spesifik, berorientasi pada kemandirian dan partisipatif.

Program AMC ini dilakukan oleh PT. Letawa dengan tim pelaksana adalah TimSHE (Environment); Community Development; Research & Development ; timkonservasi dan koordinasi seluruh departemen di PT. Letawa. Komitmenperusahaan juga di tunjukan dengan alokasi anggaran program yang meliputianggaran pembelian bibit sebesar Rp. 30.322.500,-, tanam mangrove : Rp.38.302.000,- dan perawatan rutin sebesar Rp. 54.000.000,-.

1. Road Map Astra Mangrove Conservation

Dibawah Tim CSR PT Letawa, program di mulai dengan menyusun roadmapprogram Astra Mangrove Conservation yang disusun pada tahun 2009, dengantujuan untuk :

(1) Melakukan pengkayaan mangrove di areal konservasi PT. Letawa.(2) Mengidentifikasi spesies burung yang ada di areal AMC PT. Letawa terutama

b

PT LETAWA – KSDA

134

(3) Mengetahui status keanekaragaman hayati terkini di areal AMC PT. Letawa.(4) Menjadikan kegiatan AMC sebagai tempat wisata dan media pendidikan

tentang mangrove (role model) bagi masyarakat dan siswa di Kabupaten Mamuju Utara, Sulawesi Barat.

(5) Melakukan upaya-upaya pencegahan terhadap pembalakan mangrove di area AMC PT. Letawa.

(6) Mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam gerakan penanaman dan perlindungan manggrove.

Tahap awal yaitu tahun 2009 dilakukan uji coba penanaman mangrove dengan sistem propagul dan bibit untuk melihat prosentasi tumbuh dan jenis penanaman yang tepat. Tahun 2010 pelaksanaan penanaman dengan target di Muara Jengeng dan Pantai Tanjung Bakau dengan target tanam 660.000 mangrove. Tahun 2011-2012 pemeliharaan dengan pengayaan 147.000 mangrove dan pemantauan keanekaragaman hayati di lokasi tanam, tahun 2013-2016 adalah fase dimana proses pengembangan lokasi tanam menjadi media pendidikan, ekowisata dan konservasi keanekaragaman hayati, tahun 2016 lokasi diharapkan menjadi model contoh pusat edukasi dan konservasi mangrove di Sulawesi Barat.

Melalui tahapan yang sesuai dengan roadmap, dalam proses pelaksanaannya perusahaan bekerjasama dengan masyarakat di Kecamatan Tikke Raya, siswa sekolah, aparat pemerintah dan TNI. Proses bekerjasama dengan masyarakat dalam menanam mangrove dimulai pada tahun 2009 melalui proses penilaian awal. Selengkapnya ringkasan tahapan roadmap dijabarkan pada Gambar 1. dan perencanaan lima tahunan yang disajikan pada Tabel 1.

Gambar 1. Road Map Program AMC PT Letawa

PT LETAWA – KSDA

135

Tabel 1. Rencana 5 Tahun Kedepan AMC Menuju Pusat Konservasi dan Ekowisaran Mangrove Sulawesi Barat.

Program penanaman mangrove yang dilakukan sejak tahun 2010, mengalami kendala besarnya terjangan ombak di sepanjang Pantai Mamuju telah merusakbibit-bibit muda mangrove yang telah ditanam bersama masyarakat. Namun masyarakat dan PT. Letawa masih semangat untuk mencoba membuat kembali program penghijauan di areal pesisir Pantai Tanjung Bakau dan pesisir Muara Pantai Jenggeng. Awal tahun 2010 Tim PT. Letawa melakukan survei dan studi banding tentang mangrove ke tongke-tongke (desa-desa), salah satu daerah konservasi bakau di Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan pada tanggal 27 –31 Maret 2010 dan dipandu oleh bapak Sainuddin (penerima kalpataru pada Tahun 2005) selaku ketua kelompok pelestarian Sumber Daya Alam Aku Cinta Indonesia (KPSDA-ACI). Di tahun 2010 ini muncullah nama program yaitu “Konservasi Bakau di Perairan Mamuju Utara” yang kemudian lebih populer dengan sebutan Astra Mangrove Conservation (AMC).

Untuk mendorong semangat masyarakat serta memperkuat kapasitas masyarakat dengan belajar dari Pak Sainuddin, perusahaan meminta bapak Sainuddin menjadi tenaga teknis dan narasumber bagi penanaman khususnya dalam hal pembibitan antara lain pemilihan bibit bakau dan teknik penanaman. Keberadaan bapak Sainuddin mendorong masyarakat lebih bersemangat dan belajar banyak tentang teknik menanam mangrove. Metoda penyuluhan dan praktek langsung dilakukan kepada tim dari PT. Letawa kepada kelompok masyarakat di Muara Jono tentang budidaya bakau. Seri lokakarya (workshop) dilakukan di tingkat internal perusahaan dan juga di masyarakat di Kabupaten Mamuju, seperti lokakarya tentang pengelolaan dan pemanfaatan mangrove dengan mengundang nara sumber lain MIC (Mangrove Information Center) Bali.

Rangkaian kegiatan lain yang dilakukan sebanyak 66.000 bibit mangrove ditanam di pesisir Pantai Jenggeng dan Tanjung Bakau, Mamuju Utara dengan harapan

PT LETAWA – KSDA

136

bahwa pengembangan mangrove ini dapat menjaga keutuhan keanekaragaman hayati tumbuhan mangrove dan terbentuknya sebuah ekosistem hutan mangrove. Upaya penyadaran dan peningkatan kepedulian tentang pentingnya hutan mangrove juga dilakukan melalui kegiatan peringatan Hari Lingkungan Hidup yang berlangsung pada tanggal 5 Juni 2010, dipusatkan di Pelabuhan Tanjung Bakau, Kecamatan Pasangkayu, Kabupaten Mamuju Utara. Kegiatan peringatan hari lingkungan melibatkan berbagai pihak yaitu tokoh masyarakat, sekolah, kepala desa, aparat kepolisian, TNI, aparat pemerintah daerah seperti Badan Lingkungan Hidup dan seluruh karyawan anak perusahaan Astra Agro Lestari Tbk yang ada di wilayah Sulawesi Barat yang berjumlah lebih dari 1000 peserta.

Pameran mangrove menjelaskan detail semua informasi tentang mangrove, mulaimengenal asal-usul, fungsi, jenis-jenis mangrove dan buahnya, fauna mangrove, makanan olahan yang berasal dari buah mangrove (seperti sirup, selai, kue, keripik). Produk hasil olahan lainnya seperti sabun, batik mangrove, arangmerupakan upaya memperkenalkan mangrove kepada masyarakat luas, serta pembagian buku-buku bacaan dan komik yang bertema mangrove sebagai kenang-kenangan yang disediakan panita. Acara peringatan Hari Lingkungan yang dilakukan di tahun 2010 rupanya telah mendorong banyak pihak untuk terlibat dalam program, bahkan masyarakat bersedia untuk ikut menanam lagi mangrove tahun berikutnya.

2. Manfaat dan Petikan PembelajaranSelama hampir lima tahun, program AMC sudah mulai dirasakan oleh masyarakat, seperti disampaikan oleh Fajar (Ketua Kelompok Tani/Nelayan Muara Jono Tikke) dan Fitri (Petambak) dari Desa Jengeng

“Tanaman bakau atau mangrove membawa berkah bagi kami, abrasi pantai berkurang, jumlah ikan di sekitar pantai yang ada bakaunya pun meningkat”.

Sementara bagi karyawan PT Letawa, menyatakan:”Tanaman bakau di pesisir pantai dan tanggul, telah mengundang ikan dan kepiting, ini membuat masyarakat menyadari perlunya menanam bakau di pinggir tanggul tambak ikan mereka”.

Keberhasilan lainnya ditunjukan dengan :(1) Jumlah mangrove yang telah ditanam dan tumbuh dengan baik sejumlah

147.147 bibit(2) Meningkatnya keanekaragaman jenis burung di lokasi penanaman

mangrove (Tanjung Bakau) mencapai 32 Jenis(3) Berkurangnya abrasi pantai, yang ditunjukan dengan berkurangnya tanah

sekitar yang tidak lagi tergerus ombak(4) Terjalin hubungan harmonis dengan masyarakat sekitar dengan tetap

terpeliharanya kondisi pesisir pantai ataupun mangrove yang ada atau jenis flora dan fauna yang dimanfaatkan hasilnya.

Dari program CSR yang telah dilakukan melalui program AMC, beberapa penghargaan yang terkait dengan keberhasilan program antara lain. (1) Piagam Penghargaan dari Kepala Desa Jengeng Raya, Terkait Program

Penghijauan Mangrove Letawa tahun 2011(2) Penghargaan dari Dinas Kehutanan Kab. Matra, terkait Program

Penghijauan Mangrove Letawa Tahun 2011

PT LETAWA – KSDA

137

(3) Penghargaan Penyelamat Lingkungan dari Gubernur Sulawesi Barat-Tahun 2011

(4) Penghargaan dari BLH Kabupaten Matra, terkait Program Konservasi Mangrove untuk Kelestarian Keanekaragaman Hayati tahun 2012

(5) Penghargaan Partisipasi Hari Menanam Pohon Indonesia dan Bulan menanam Nasional dari Gubernur Sulawesi Barat – Tahun 2012

(6) Penghargaan Program Kepedulian Lingkungan Konservasi Mangrove di Pesisir Pantai Matra dari Wakil Gubernur Sulawesi Barat – Tahun 2012

(7) Penghargaan Pengelolaan Lingkungan dan PROPER Hijau dari Gubernur Sulawesi Barat - Tahun 2012

(8) Meraih Predikat PROPER HIJAU dari Kementrian Lingkungan Hidup tahun 2011 & 2012

Beberapa petikan pembelajaran dari program adalah:(1) Keberhasilan program tidak terlepas dari kerja tim di perusahaan yang

menggabungkan tim HSE, Comdev, kerjasama dengan berbagai pihak yang saling menunjang termasuk dengan dinas-dinas terkait seperti Pendidikan, Lingkungan, dll. serta masyarakat adalah kunci dari keberhasilan program.

(2) Roadmap yang dirancang perusahan dari awal program dan disetujui pimpinan merupakan bagian penting dari unsur keberhasilan dan keberlanjutan program karena ada panduan untuk melaksanakan program.

(3) Keputusan untuk melibatkan ahli mangrove lokal seperti bapak Sainuddin merupakan strategi program yang turut berkontribusi terhadap keberhasilan program, masyarakat umumnya lebih mudah belajar dari masyarakat lain yang sudah berhasil.

PT LETAWA – KSDA

138

PT. MEDCO E&P INDONESIA, KABUPATEN MUARA ENIM, SUMATERASELATAN

Masyarakat Mandiri, Lingkungan Lestari Berkat System of RiceIntensification (SRI)

Penerapan System of Rice Intensification (SRI) Desa Embawang, Kabupaten MuaraEnim berhasil menurunkan biaya produksi dengan tidak perlu membeli pupukdan pestisida kimia lagi, bahkan produksi panen meningkat dari 0,5 ton-2 ton/hektar menjadi hampir tiga kali lipatnya yaitu 6,04 ton/hektar. Program yangdikembangkan oleh PT. Medco E&P Indonesia di Kabupaten Muara Enim ini telahberhasil menggugah kesadaran para petani bahwa bertani dengan sistem SRIbukan hanya meningkatkan produksi dan menurunkan biaya tapi juga menjagakondisi kesuburan tanah.

Kegembiraan para petani di Desa Embawang, Kecamatan Tanjung Agung,Kabupaten Muara Enim Sumatera Selatan tak terkira ketika panen padi awalMaret 2011 menumbuhkan kembali harapan para petani akan kemakmuranmendatang. Kegembiraan para petani bukan hanya di Desa Embawang yang jugamengalami hasil panen raya. Rupanya, keberhasilan panen raya tersebut, takdapat dilepaskan dari keberhasilan para petani menerapkan satu sistem pertanianyang dikenal dengan SRI atau System of Rice Intensification organik. Sistempertanian SRI merupakan teknik budidaya tanaman padi yang mampumeningkatkan produktivitas padi dengan cara mengubah pengelolaan tanaman,tanah, air dan unsur hara, yang sudah terbukti berhasil meningkatkanproduktivitas padi sebesar 50% bahkan dibeberapa tempat mencapai lebih dari100% (Mutakin, 2007).

Dari manakah masyarakat Desa Embawang mengenal metoda SRI, rupanya sejaktahun 2007 MEDCO E&P telah mendampingi masyarakat desa di sekitaroperasionalnya, melalui program CSR nya MEDCO E&P memfokuskan salah satukegiatannya pada bidang pertanian. Penurunan tingkat kesuburan tanah ataulahan di Kabupaten Muara Enim menjadi perhatian perusahaan ini. Gejala-gejalapenurunan kesuburan tanah terlihat di Kabupaten Muara Enim yang ditunjukanoleh tanah menjadi cepat kering, retak-retak bila kurang air dan lengket bila diolah, kondisi ini semakin buruk karena petani menggunakan pupukanorganik/kimia secara terus-menerus serta penggunaan pestisida untukmengendalikan organisme pengganggu tumbuhan. Perilaku usaha tani lebihtertuju pada cara memupuk tanaman, bukan cara memupuk tanah agar tanahmenjadi subur, sehingga dapat menyediakan sekaligus memberikan banyak nutrisipada tanaman menjadi keseharian dari sistem pertanian saat ini. Dampak daripenurunan kualitas lahan adalah menurunkan produktivitas hasil pertanian danpendapatan petani, sehingga dikhawatirkan dengan kondisi ekonomi masyarakatyang memburuk akan berdampak pada kondisi sosial yang tentunya dapatmempengaruhi kondisi di sekitar operasional perusahaan. Mencermati kondisitersebut, MEDCO E&P tergerak untuk mencari solusi jangka panjang untukmendorong perbaikan sistem pertanian sekaligus mendorong perbaikan kondisilingkungan sekitar di desa-desa operasional perusahaan. Melalui penelitian sertakajian sistem pertanian organik, sejak 2008 MEDCO E&P mulai memperkenalkanSRI kepada kelompok tani.

PT. MEDCO E&P INDONESIA – KSDA

139

1. SRI Metoda Optimal Atasi Penurunan Produksi Padi

Komitmen MEDCO E&P Indonesia untuk terus berinovasi dan menjalankan program pengembangan ekonomi lokal baru yang ramah lingkungan mulaidilaksanakan sejak tahun 2008. Program CSR yang dikembangkan bertujuan :

Meningkatkan produksi pertanian dan pendapatan petaniMenghasilkan pangan berkualitas tinggi untuk meningkatkan kesehatanMelindungi dan melestarikan keragaman hayatiMeningkatkan produktivitas dan kekuatan pangan di daerah

Program diawali dengan rangkaian pelatihan dan pendampingan intensif kepada kelompok tani di Desa Embawang Kabupaten Muara Enim. Tahapan pelatihan untuk SRI dilakukan sebagai berikut:

(1) Survei Lokasi. Dilakukan perusahaan bersama dengan perwakilan petani untuk mengetahui tingkat keparahan lahan yang diakibatkan olehpenggunaan bahan-bahan kimia, jumlah produksi yang diperoleh daripetani, pertumbuhan padi dan melihat kondisi nyata di lapangan.

Gambar 1. Survey Lokasi

(2) Musyawarah Warga dan Sosialisasi Program. Melalui diskusi denganmasyarakat sekaligus untuk motivasi dan mengajak kelompok petani untuk untuk mengubah pertanian yang menggunakan kimiawi menjadipertanian dengan metode SRI Organik yang ramah lingkungan.

Gambar 2. Musyawarah Warga dan Sosialisasi SRI

PT. MEDCO E&P INDONESIA – KSDA

140

(3) Pembelajaran SRI Organik. Proses ini merupakan bagian dari pembelajaran bagi kelompok petani dengan melakukan analisis kondisitanah dan membandingkan dengan metode SRI Organik, sehinggamasyarakat dan lingkungan menjadi guru bagi mereka sendiri.

Gambar 3. Pelatihan SRI

(4) Perbaikan Ekosistem Tanah dan Mengelola Akar Tanaman. Tahap berikut ini merupakan proses implementasi untuk memperbaiki kondisi lahan salah satunya mengembalikan kondisi tanah seperti awal melalui berbagai upaya seperti pengapuran lahan bagi lahan yang terlalu asam serta pengomposan.

Gambar 4. Perbaikan Lahan dengan Menebarkan Kompos, Pengapuran

(5) Pembuatan Kompos. Kegiatan ini merupakan upaya untuk menyediakan bahan bagi perbaikan lahan, salah satunya kompos dijadikan sebagai bahan dasar pembuatan Mikro Organisme Lokal (MOL).

Gambar 5. Praktek Pembuatan Kompos

(6) Pendampingan dan Monitoring terdiri dari pelaksanaan SRI di lokasi masing-masing petani dari mulai penyiapan lahan, persemaian, penanaman hingga panen.

PT. MEDCO E&P INDONESIA – KSDA

141

Gambar 6. Monitoring dan Pendampingan

Rangkain proses diatas tidak hanya di lakukan di Kabupaten Muara Enim namun juga di 7 Kabupaten lain di 3 provinsi tersebar di area kerja MEDCO E&P di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Tabel 1 merupakan data tahun 2011 yang menunjukkan luasan dan jumlah petani yang terlibat dalam pelaksanaan metoda SRI, serta frekuensi panen padi.

Tabel 1. Luasan dan Jumlah Petani yang Menerapkan Pola SRI

No Provinsi/Kabupaten Luasan (Ha)

Jumlah Petani

Jumlah Panen

I RIAU1 Indragiri Hulu 31.5 113 22 Pelalawan 4.5 8 1

II SUMATERA SELATAN1 Musi Rawas 40 38 42 Muara Enim 32 80 13 Banyuasin 23.3 23 2

III KALIMANTAN TIMUR 1 Tarakan 3.25 20 22 Nunukan 12 30 1

Proses yang dilakukan oleh MEDCO E&P dalam mendampingi para petani dilakukan oleh tim CSR perusahaan secara intensif dengan tahapan proses di atas, serta diterapkan monitoring untuk memantau keberhasilannya. Keberhasilan penerapan panen padi dengan metoda SRI tidak hanya di Kabupaten Muara Enim, namun juga di Nunukan, keunggulan dirasakan langsung olehpetani SRI organik di Desa Binusan, Kecamatan Nunukan, bahkan panen pertama dihadiri oleh Wakil Bupati Kabupaten Nunukan pada tanggal 4 Desember 2011. Pengalaman langsung dari petani dari Desa Binusan menyatakan

“Meskipun agak menyulitkan, tapi hasilnya rumpun padi SRI organikjumlah malai 50-an, konvensional hanya 13 malai. Masalah bibit pun lahansaya setengah hektar, dulu siapkan bibit 8 kaleng, per kaleng 12 kilo.Semenjak SRI bibitnya hanya 3 kilo. Bahkan tidak habis semua ditanam” (Kahar kepada harian Radar Tarakan).

Di Kabupaten Musirawas, keberhasilan metoda SRI juga dirasakan oleh para petani binaan MEDCO E&P, panen yang dihadiri oleh Menteri Pertanian Republik Indonesia pada tahun 2011.

PT. MEDCO E&P INDONESIA – KSDA

142

2. Manfaat dan Petikan Pembelajaran

Seperti disampaikan diawal, keberhasilan program SRI organik, rupanya dilirik oleh Pemerintah Daerah di Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan, dengan mengalokasikan APBD sebesar Rp 1.7 Milyar. Sementara di Kabupaten Indragiri Hulu, Riau Pemerintah Daerah setempat mengucurkan dana sebesar Rp 5,4 Milyar. Dana tersebut digunakan untuk :

Paket Pengembangan SRI Organik bagi 8 kelompok tani di Muara Enim dan 11 Kelompok di Indragiri Hulu dengan luas lahan masing-masing kelompok 20 hektar.Kandang sapi2 buah hand tractorRumah Kompos (35 ekorsapi, kendaraan roda 2 dan alat pengolah bahanorganik)Rice Milling Unit (RMU)Bangunan Lumbung PanganJaringan Irigasi Desa (Jides)

Para petani selain merasakan hasil panen meningkat, ternyata ada keuntungan lain yang diperoleh petani, antara lain:

Mengurangi penggunaan air.Meningkatkan pendapatanpetani dengan menurunkanbiaya produksi (tidak perlumembeli pupuk dan pestisidaanorganik) dan meningkatkanproduksi (dari 0,5 - 2 ton/hektar menjadi 6,04 ton/hektar).Penggunaan pupuk organik dan pestisida alami juga mampu menjaga organisme dalam tanah yang mampu memulihkan kondisi fisik dan kimia tanah.Mengurangi produksi CO dan CO2 yang dihasilkan dari proses pembakaran batang padi kering (jerami), karena jerami tersebut dijadikan kompos.

Gambar 7. Panen Raya Di Embawang

Dalam proses pelaksanaan program, perusahaan juga tak lepas dari kendala dan tantangan, antara lain :

(1) Program juga menghadapi tantangan, dengan sistem padi organik SRI ini, para petani tidak menggunakan pupuk maupun pemberantas hama kimia. Mereka mengandalkan kompos, sejenis nutrisi tanaman organik yang disebut MOL (mikro-organisme lokal), dan kerja keras. Untuk setiap hektar sawah, dibutuhkan tujuh ton pupuk kompos yang didapat dengan mengolah kotoran hewan dan sampah organik.

(2) Para petani memang harus bekerja lebih keras. Dengan pupuk kimia, sistem pemupukan cukup ringkas. Namun dengan pupuk kompos, para petani harus mau bersusah payah mengumpulkan kotoran hewan, mencacah sampah organik, dan membawanya tujuh ton pupuk kompos

PT. MEDCO E&P INDONESIA – KSDA

143

ke sawah. Kesulitan utama muncul karena mereka kesulitan memperoleh kotoran hewan sehingga harus membeli dari desa tetangga. Di Desa Embawang sendiri, tak banyak penduduk memiliki ternak.

(3) Selain itu, para petani juga harus telaten membuat MOL yang dihasilkan dari fermentasi alami bahan-bahan organik seperti bonggol pisang, rebung, sisa nasi, maupun sampah daun-daunan. Selain itu, sawah sistem SRI pun harus lebih sering disiangi dari gulma.

(4) Kendala lain yang dihadapi adalah terbatasnya saluran air irigasi teknisuntuk mengatasi air pada musim kering; membangun minat danpemahaman pelaku usaha tani; adanya anggapan petani bahwapertanian organik identik dengan pertanian primitif/subsisten tidakmenggunakan teknologi; terbatasnya sarana produksi pertanian dan membangun pasar serta kemitraan dalam memasarkan produk yang mulai meningkat hasilnya.

Untuk meminimalisir kendala-kendala tersebut, Medco E&P Indonesia melaksanakan Training of Trainers pada para petani binaan pelaku SRI Organik.Program ini bertujuan untuk meningkatkan peran petani sebagai fasilitatorsehingga dapat mentransfer ilmunya kepada masyarakat sekitar sehinggamenambah luasan lahan.

PT. MEDCO E&P INDONESIA – KSDA

144

PT. PUPUK KUJANG, CIKAMPEK, JAWA BARAT

Taman Keanekaragaman Hayati Di Tengah Harapan

Hampir 27% atau 510 ha dari areal PT. Pupuk Kujang, tetap dipertahankan sejaktahun 1975 sebagai area hutan dengan didominasi jati dan kayu putih. Denganupaya perusahaan sampai saat ini jenis pohon yang ada di areal ini sudahbertambah menjadi 63 jenis, bahkan jenis satwapun bertambah menjadi 56jenis. Dari 56 jenis hewan yang telah teridentifikasi, ditemukan ada beberapahewan yang dilindungi antara lain rusa (dilindungi berdasarkan undang-undangRI) dan monyet ekor panjang (dilindungi berdasarkan status CITES). Pada tahun2011 Pemerintah Jawa Barat, mencanangkan kawasan hutan Pupuk Kujangmenjadi kawasan Taman Keanekaragaman Hayati.

1. Mempertahankan Hutan Di Areal Industri

Lingkungan industri yang hijau, ternyata turut berkontribusi terhadap motivasikaryawan bekerja, hal ini dibuktikan oleh Pupuk Kujang, yang beroperasi dikawasan industri Cikampek, salah satu kawasan industri di Jawa Barat. PupukKujang yang bergerak di industri pupuk, khususnya pupuk urea ini merupakanperusahaan BUMN yang telah beroperasi sejak tahun 1975 ini memiliki kawasanhutan di areal industrinya. Areal industri seluas 510 Ha ini, hampir 27%arealnya tetap dipertahankan sebagai area hutan dengan jati dan kayu putihmendominasi ekosistem ini.

Pupuk Kujang menyadari bahwa dalam pelaksanaan proses produksipembuatan pupuk urea juga berdampak pada lingkungan. Oleh karena ituuntuk menjaga dan mempertahankan kualitas lingkungan hidup yang ada,berbagai usaha dilakukan untuk meminimalkan dampak negatif aktifitasperusahaan terhadap lingkungan. Diharapkan dengan menyisakan 27% dariareal industri untuk kawasan hutan, dapat membantu berkontribusi untukmenjaga kualitas lingkungan termasuk udara dan tanah serta meredamkebisingan, mengingat industri yang berlokasi di Desa Dawuan Barat,Kecamatan Cikampek ini memproduksi 1.140 ton urea/tahun dan NPK granularsebesar 100,00 ton/tahun.

Tahun 1975, pada saat Pupuk Kujang akan memulai beroperasi di DesaDawuan, Kecamatan Cikampek, di areal yang sudah dialokasikan untuk industriini masih didominasi oleh hutan jati. Salah satu kegiatan yang dilakukan untukmempertahankan kualitas lingkungan hidup yang ada di sekitar perusahaanadalah dengan senatiasa menjaga dan memelihara hutan yang berada di sekitarkegiatan operasi pabrik. Sebelumnya hutan yang ada merupakan hutanhomogen yang hanya terdiri dari pohon jati. Seiring waktu, kawasan seluas 140Ha selama lebih dari 30 tahun, secara alamiah hutan menjadi hutan alamsehingga menjadikan habitat yang nyaman bagi binatang-binatang hutan dandiharapkan siklus kehidupan berjalan dengan baik. Hutan tersebut tidak hanyaberfungsi sebagai penghijauan, hutan juga merupakan salah satu sarana untukmeredam kebisingan dan mengurangi emisi CO2 yang timbul akibat prosesproduksi pabrik. Selain itu, hutan yang terjaga kelestariannya juga merupakansarana konservasi sumber daya air karena hutan mampu menyimpan air hujan sehingga dapat memunculkan mata air yang dapat dimanfaatkan untuk

PT. PUPUK KUJANG – KSDA

145

kepentingan manusia. Di dalam hutan Pupuk Kujang terdapat mata air yang senantiasa mengalir yang oleh masyarakat sekitar diberi nama mata air Kahuripan. Mata air ini dinamakan Kahuripan karena senantiasa mengalirkan air yang bersih dan segar meskipun di musim kemarau dan dipercaya oleh masyarakat sebagai air yang menyehatkan. Terdapat pula sebuah sungai kecil yang mengalir ke kolam tadah hujan.

Dalam rangka mempertahankan kelestarian hutan yang ada di area perusahaan, secara rutin dilakukan penanaman pohon untuk memperkaya jenis-jenis pohon yang ada di hutan. Kegiatan penanaman pohon ini melibatkan karyawan dari tingkat Direksi sampai pelaksana serta melibatkan pula masyarakat sekitar yaitu dari perwakilan masyarakat dan siswa-siswi SD/SMP Pupuk Kujang.

Kegiatan pemeliharaan hutan dilaksanakan di bawah koordinasi Biro Umum dan Biro Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan Lingkungan Hidup (K3LH). Tugas Biro Umum adalah menyediakan sumber daya manusia dan melaksanakan pekerjaan pemeliharaan secara rutin sedangkan tugas Biro K3LH adalah membuat evaluasi kondisi hutan serta rekomendasi pemeliharaannya dan melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pemeliharaan hutan bekerja sama dengan Biro Umum. Biro K3LH juga memberikan rekomendasi jenis tanaman yang akan ditanam serta jenis burung atau ikan yang akan dilepas di hutan ataupun kolam tadah hujan. Perusahaan setiap tahun mengalokasikan dana untuk pemeliharaan hutan, penanaman pohon, penebaran bibit ikan, maupun pelepasan burung melalui RKAP Biro K3LH. Besarnya anggaran pemeliharaan hutan disesuaikan dengan rencana kerja tahunan.

Melihat potensi hutan yang masih terpelihara dan menjadi alternatif wisata masyarakat sekitar, terbersit satu cita-cita untuk menjadikan hutan Pupuk Kujang sebagai Taman Keanekaragaman Hayati (Taman Kehati). Adapun luas lahan hutan yang dikembangkan menjadi taman kehati adalah 40 Ha. Pembuatan taman kehati ini antara lain bertujuan :

1. Sebagai bentuk pelaksanaan komitmen perusahaan terhadap perlindungan keanekaragaman hayati yang berada di kawasan Pupuk Kujang sebagaimana tercantum dalam kebijakan perusahaan.

2. Menjaga kelestarian hutan dan mempertahankan kualitas lingkungan hidupnya sehingga ekosistem dapat dipertahankan.

3. Mendukung pencapaian PROPER Hijau dan Emas.4. Menjadi media pendidikan lingkungan hidup bagi karyawan maupun

masyarakat sekitar perusahaan yang merupakan bagian dari CSR bidang lingkungan.

5. Menjadi sumber genetik tumbuhan dan tanaman lokal Jawa Barat sehingga dapat mendorong kegiatan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan.

6. Sebagai sarana ekowisata yang mendukung program pembinaan wilayah terpadu.

Dengan adanya cita-cita Taman Kehati ini, kegiatan pemeliharaan hutan tidak hanya berorientasi pada kegiatan penanaman dan pemeliharaan tanaman semata. Ketentuan-ketentuan pembangunan Taman Kehati juga harus dipenuhi sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 03 tahun 2012 tentang Taman Keanekaragaman Hayati.

PT. PUPUK KUJANG – KSDA

146

Target jangka pendek pengembangan Taman Kehati Pupuk Kujang adalah penyelesaian identifikasi flora dan fauna, pembuatan name tag untuk jenis tanaman yang telah teridentifikasi, dan pengkayaan jenis tanaman di hutan Pupuk Kujang dengan target minimal 20 tanaman endemik lokal pada tahun 2012.

2. Manfaat dan Petikan Pembelajaran

Dari hasil identifikasi awal di hutan Pupuk Kujang yang dilakukan secara mandiri telah ditemukan sebanyak 63 jenis tanaman dan 56 jenis hewan. Diantara 63 jenis tanaman yang telah teridentifikasi tersebut, ada 19 jenis tanaman yang merupakan tanaman lokal Jawa Barat. Sedangkan dari 56 jenis hewan yang telah teridentifikasi, ditemukan ada beberapa hewan yang dilindungi antara lain rusa (dilindungi berdasarkan undang-undang RI) dan monyet ekor panjang (dilindungi berdasarkan status CITES). Pada awalnya rusa yang ada di Pupuk Kujang sebanyak 2 ekor/sepasang yang merupakan hibah dari Istana Bogor. Rusa ini kemudian dipelihara dan dikembangbiakkan hingga sekarang berjumlah 78 ekor.

Tabel 1. Daftar tanaman lokal Jawa Barat yang ditemukan di hutan Pupuk Kujang

No Nama lokal Nama latin Status1 Glodogan rumah Polyaltea longifolia Lokal 2 Glodogan tiang Polyalthia longifolia Lokal 3 Kecapi Sandoricum koetjape Lokal 4 Kosambi Schleichera oleosa Lokal, langka5 Gandaria Bouea macrophylla Lokal, langka 6 Kahaya - Lokal 7 Anyang-anyang Elaeocarpus grandiflorus

J.SmLokal

8 Dadap cangkring Erythrina lithosperma Lokal 9 Jamuju Podocarpus imbricatus Lokal 10 Ki hujan Samanea caman Lokal 11 Bisoro (F. hispida) Lokal 12 Bungur Lagerstroemia Lokal 13 Jeunjing Paraserianthes falcataria Lokal 14 Nyamplung Calophyllum insularum Lokal, langka15 Kepundung Baccaurea racemosa Muell.

ArgLokal

16 Jamblang Syzygium cumini Lokal 17 Kendal Cordia Bantamensis Lokal 18 Damar Agathis dammara Lokal 19 Bintaro Cerbera Odollam Gaerth Lokal

Dari sejumlah tanaman yang telah teridentifikasi, sebagian telah diberi name taguntuk memperkenalkan jenis tanaman kepada masyarakat, menginventarisir, dan monitoring kondisi tanaman tersebut secara kontinyu. Kegiatan identifikasi jenis flora dan fauna yang ada di hutan Pupuk Kujang masih berlanjut dan ditargetkan selesai pada awal 2014.

PT. PUPUK KUJANG – KSDA

147

Gambar 1. Kondisi Taman Keanekaragaman Hayati di Perusahaan Pupuk Kujang

Selain tanaman lokal dan beberapa hewan dilindungi, ditemukan pula tiga jenis burung migran diantaranya elang bondol yang beberapa kali terlihat di area hutan Pupuk Kujang. Ekosistem yang terbentuk di dalam hutan Pupuk Kujang telah menarik kedatangan hewan dan burung untuk tinggal dan berkembang biak di dalamnya.

Selain melakukan kegiatan identifikasi flora dan fauna yang ada di hutan Pupuk Kujang, kegiatan penanaman pohon masih dilakukan secara rutin setiap tahun. Selama tahun 2011-2012 telah ditanam sebanyak 4.928 pohon yang tersebar di area hutan Pupuk Kujang. Penebaran bibit ikan dan pelepasan burung juga masih rutin dilakukan oleh Pupuk Kujang. Setiap tahunnya ditanam 150.000 bibit ikan di kolam tadah hujan dan 100 ekor burung yang dilepas di hutan Pupuk Kujang. Jenis ikan yang ditanam antara lain ikan grasscap. Sedangkan burung yang biasa dilepas adalah burung cucak kutilang dan burung tekukur.

Kelestarian hutan Pupuk Kujang telah menarik minat BPLHD Provinsi Jawa Barat untuk berkunjung dan menyaksikan hutan Pupuk Kujang. Dari kunjungan tersebut, kegiatan pengembangan taman kehati ini mendapat dukungan penuh dari BPLHD Propinsi Jawa Barat yang pada akhirnya mengusulkan hutan Pupuk Kujang sebagai salah satu taman kehati propinsi Jawa Barat. Berdasarkan daftar yang dibuat oleh BPLHD Jawa Barat, setidaknya ada 89 jenis tanaman endemik lokal Jawa Barat yang dapat dikembangbiakkan di taman kehati tentunya dengan mempertimbangkan kecocokan tanah dan iklim tempat taman kehati tersebut dibangun.

Usulan tersebut ditindaklanjuti oleh BPLH Kabupaten Karawang yang juga telah mengunjungi hutan Pupuk Kujang dan melakukan verifikasi persyaratan teknis agar dapat menjadi Taman Kehati dan dikukuhkan dengan pembuatan Surat Keputusan Bupati Karawang.

Komitmen pengembangan Taman Kehati ini bukan berarti tanpa halangan. Lokasi hutan yang luas dan dekat dengan perkampungan warga menjadikan ancaman tersendiri karena kesadaran masyarakat yang masih rendah terhadap arti penting hutan sehingga masyarakat masih dengan mudah mengambil kayu dari dalam hutan. Dalam hal ini pendidikan lingkungan hidup bagi masyarakat

PT. PUPUK KUJANG – KSDA

148

mutlak diperlukan agar masyarakat juga berperan dalam pemeliharaan hutan. Pendidikan lingkungan untuk masyarakat diawali dengan pembentukan Tim Peduli Lingkungan Ciparage Green yang beranggotakan masyarakat Desa Dawuan di bawah pembinaan Biro Komunikasi.

Keterbatasan sumber daya manusia yang memegang fungsi monitoring juga merupakan hambatan karena dengan luas hutan yang ada diperlukan sumber daya manusia yang cukup banyak sehingga monitoring kondisi hutan dapat dilakukan secara menyeluruh.

Namun kondisi tersebut tidak mengurangi semangat Pupuk Kujang dalam mewujudkan cita-citanya membuat taman kehati. Dari pengembangan taman kehati tersebut selanjutnya akan dijadikan sarana pendidikan lingkungan hidup untuk karyawan, keluarga karyawan, dan masyarakat sekitar.

DOKUMENTASI

Kondisi Taman Kehati PT. Pupuk Kujang

PT. PUPUK KUJANG – KSDA

149PT. SEBUKU IRON LATERITIC ORES – KSDA

PT. SEBUKU IRON LATERITIC ORES, KECAMATAN PULAU SEBUKU, KABUPATENKOTABARU, PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Sabuk Hijau Pulau Sebuku Penyangga Kehidupan

Program Kolaborasi PT. Sebuku Iron Lateritic Ores (PT. SILO) bersama dengan Dinas Kehutanandan Balai Konservasi Sumberdaya Alam bersama-sama melakukan upaya perlindungan CagarAlam Selat Sebuku. Salah satu upaya yang dilakukan adalah restorasi hutan mangrove, daritahun 2010 lahan seluas 90 ha telah ditanami mangrove sebanyak 187.500 bibit yang meliputiarea Sungai Sekoci, Tanjung Mangkok,Seblimbingan dan Tanjung Nusantara.Selain penanamanmangrove upaya perlindungan satwa seperti Bekantan dilakukan di kawasan seluas 80 ha.Untuk meningkatkan ekonomi masyarakat program yang dilakukan PT. SILOyaitubudidayakepiting cangkang lunak dimana sudah berhasil panen sebanyak 104 kg atau 416 ekor yangdikelola oleh satu kelompok tani.

1. Sekilas Cagar Alam Selat Sebuku

Cagar Alam Selat Sebuku (CASS) seluas kurang lebih 8.949,48 Ha merupakan salah satu tipeekosistem Hutan Mangrove yang masih tersisa di Provinsi Kalimantan Selatan, yang mempunyaifungsi sebagai penyambung darat dan laut, peredam gejala-gejala alam yang ditimbulkan olehperairan seperti abrasi, intrusi air laut, gelombang besar dan badai serta merupakan habitatbiota laut yang merupakan sumber penghidupan masyarakat sekitar. Sedangkan secara ekologisberfungsi sebagai daerah perawatan (nursery ground), daerah mencari makan (feeding ground),daerah pemijahan (spawning ground). Bermacam-macam biota perairan baik yang hidup diperairan pantai maupun lepas pantai, sehingga kawasan ini perlu dipertahankan dan patutmendapat perhatian yang serius dari berbagai pihak.

Krisis moneter tahun 1980-an membuat produk perikanan melesat drastis hingga membuatmasyarakat membuka tambak seluas-luasnya untuk meningkatkan produksi secara fantastishingga merambah dan merusak hutan mangrove yang ada dan tidak terkecuali CASS jugamenerima dampak gejolak ekonomi tersebut. Akibat kerusakan hutan mangrove tersebut sangatberdampak pada kerusakan fungsi ekologis CASS dan juga terganggunya penyangga kehidupanmasyarakat sekitar. Berdasarkan penelitian di beberapa bagian Pulau Sebuku tidak lagi terdapatmangrove disebabkan adanya bekas tambak yang menghalangi lalulintas pasang surut air laut,menyebabkan kondisi tanah kering dan tidak ada lagi mangrove yang tumbuh selain tidak adapermudaaan karena dari air pasang yang diharapkan dapat membawa biji alami terhalang(Hendra Ambo Basiang dan Eko Priyanto, 2010).

Kerusakan hutan mangrove di Sebuku menjadi perhatian dari PT. SILO salah satu perusahaanpertambangan bijih besi, yang secara administratif terletak di wilayah Kecamatan Pulau Sebuku,Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan. Terlebih lagi, Wilayah Izin UsahaPertambangan (WIUP) PT. SILO berbatasan langsung dengan Cagar Alam Selat Sebuku terutamadaerah penyangga.Kondisi tersebut telah menggugah hati pimpinan perusahaan untukmemperbaiki kondisi CASS. Hal ini, selaras dengan visi perusahaan yaitu memenuhi good miningpractice, yang diterjemahkan dalam suatu kebijakan lingkungan serta CSR perusahaan berupaProgram SILO Go Green, salah satu programnya adalah Kolaborasi Pengeloaan CASS.

Program Kolaborasi Pengelolaan CASS ditujukan untuk memperbaiki kondisi CASS yang telahrusak agar dapat kembali berfungsi sebagai penyangga kehidupan baik secara ekologis maupunekonomi bagi masyarakat, melalui pengelolaan yang terpadu dan berkelanjutan.

2. Rangkul Berbagai Pihak Rawat Mangrove Sebuku

Gagasan untuk turut melestarikan mangrove di kawasan Sebuku, tentunya diawali dengankomunikasi melalui pihak pengelola kawasan Cagar Alam, dalam hal ini Balai KonservasiSumberdaya Alam (BKSDA) Kalimantan Selatan, Dinas Kehutanan Kabupaten Kota Baru,sekaligus membangun pemahaman bersama tentang upaya pengelolaan, termasuk perlindungandan pengamanan kawasan CASS. Proses ini tentunya memerlukan pendekatan membangunsaling percaya, rupanya niat baik dari pihak perusahaan mendapat tanggapan baik dari

150 PT. SEBUKU IRON LATERITIC ORES – KSDA

pemerintah setempat yang mengelola kawasan CASS, dan di tahun 2008, tercapailah Nota Kesepakatan Kolaborasi Pengelolaan CASS antara Balai Konservasi Sumberdaya Alam Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Kehutanan Kabupaten Kotabaru dan PT. Sebuku Iron Lateritic Ores. Nota bernomor SKB.2133/IV-K.23/2008, No. : 522/543/TGHK/2008 dan Nomor : 047/SILO/Dir EFT/X/2008 tanggal 15 Oktober 2008. Selanjutnya ditindaklanjuti dengan perjanjian kerjasama pada tanggal 20 Desember 2008 yang diketahui oleh Bapak Ir. Darori, MM., selaku Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA), Kementerian Kehutanan RI yang membina pelaksanaan teknis kolaborasi tersebut. Dalam pelaksanaannya, program ini dikembangkan dengan bekerjasama dengan berbagai pihak termasuk kecamatan, desa, kelompok masyarakat di lokasi sekitar perusahaan, kelompok mahasiswa, dan perguruan tinggi.

Model kolaborasi pengelolaan CASS dikembangkan melalui beberapa pendekatan yang holistik.Diawali dengan perencanaan bersama termasuk di dalamnya proses inventarisasi dan identifikasi daerah kritis di wilayah CASS, terutama yang berada di daerah penyangga yang selanjutnya dituangkan dalam Rencana Pengelolaan Lima Tahun dan setiap tahunnya dibuat RKL (Rencana Kerja Lima Tahun) dan RKT (Rencana Kerja Tahunan). Dalam perencanaan yang dibangun bersama tersebut rangkaian kegiatan disusun dengan titik masuk pemberdayaan masyarakat sebagai kunci untuk mendukung peningkatan pengelolaan kawasan CASS sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman hayati, peningkatan kegiatan pengamanan kawasan dan penyuluhan serta pendidikan dan pelatihan keterampilankepada masyarakat. Pemberdayaan masyarakat menjadi kunci masuk, dengan harapan ketika masyarakat lebih kritis dalam menghadapi persoalan lingkungan dan mencari solusi yang strategis, dengan menyeimbangkan kebutuhan ekonomi, sosial dan lingkungan, maka perllindungan dan pengawetan sumberdaya hayati yang ada di CASS.

PT. SILO menyadari bahwa pemberdayaan masyarakat sangat penting bagi masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan hutan dan kawasan cagar alam, program pemberdayaan masyarakat yang dijalankan tentunya bertujuan meningkatkan ekonomi masyarakat. Upaya pemberdayaan masyarakat yang akandilakukan dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat antara lain melalui kegiatan bimbingan dan penyuluhan serta praktek dalam prioritas kegiatan yang memberikan dampak secara nyata dan signifikan dalam peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat. Sebuah ungkapan “ketika cagar alam dikelola, masyarakat sekitar cagar alam juga harus menjadi terberdayakan secara sosial dan ekonomi”.

Agar program lebih fokus dan terukur dengan jelas,target program dirumuskan dengan jelas sesuai dengan hasil kajian pemetaan sosial yang dilakukan oleh perusahan dengan menggandeng perguruan tinggi UNLAM. Kelompok sasaran yang ditentukan dalam program Kolaborasi Pengelolaan CASS adalah kelompok masyarakat nelayan yang hidup dibawah tingkat kesejahteraan dan umumnya masih secara tradisional dalam menangkap ikan maupun pengelolaan pasca panen. Mereka perlu didampingi untuk meningkatkan keterampilan dan diversifikasi baik dalam budidaya maupun produk olahan yang diharapkan dapat membantu peningkatan ekonomi sekaligus tidak melakukan penangkapan berlebihan sehingga harus masuk ke wilayah cagar alam. Dengan pertimbangan tersebut,empat desa dipilih sebagai desa target yaitu Desa Sungai Bali, Desa Ujung, Desa Rampa dan Desa Sarakaman yang berbatasan langsung dengan Kawasan Cagar Alam, dan secara umum masyarakat di Kecamatan Pulau Sebuku, Kabupaten Kotabaru.

3. Restorasi Mangrove

Seperti umumnya program koservasi, program yang digagas PT. SILO, tentunya juga secara fisik melakukan upaya perbaikan di lokasi CASS yang dilakukan secara paralel dengan kegiatan lainnya.Melalui kegiatan restorasi mangrove yang dilakukan sejak tahun 2010 berada di area Sungai Sekoci seluas 25 Ha dengan jumlah tanaman 187.500bibit mangrove. Tahun 2011 kegiatan penanaman dilakukan di area Sungai Sekoci selain 25 Ha juga ditambah 16 Ha dan 9 Ha di area Tanjung Mangkok. Pada tahun 2012 penanaman mangrove dilakukan di area Seblimbingan seluas 25 Ha, dan tahun 2013 di Tanjung Nusantara seluas 25 Ha. Selain penanaman mangrove, upaya pemulihan keanekaragaman hayati di CASS juga dilakukan dengan perlindungan Bekantan di hutan mangrove dengan menjaga kawasan seluas 23 Ha di Tanjung Nusantara, tahun 2012 ditambah menjadi 50 Ha, dan tahun 2013 diperluas lagi menjadi 80 Ha. Selain menanami lahan yang kritis dengan mangrove dan

, di kawasan perusahan juga dilakukan budidaya anggrek lokal, penangkaran rusa sambar, serta transpalantasi terumbu karang.

151PT. SEBUKU IRON LATERITIC ORES – KSDA

Tabel 1. Kegiatan Perlindungan Keanekaragaman Hayati di Kawasan CASS

No Kegiatan PerlindunganKeanekaraga

man Hayati

Tahun Program

2009 2010 2011 2012 2013

1.

Penangkaran Rusa Sambar (Konservasi Eksitu)

6 ekor (Induk : 2

jantang dan 4 betina)

9 ekor 12 ekor 15 ekor 23 ekor

2.

Penanaman Mangrove (Restorasi bekas tambak)

- 25 ha(Area Sunga

iSekoc

i)

25 ha (Area

SungaiSekoci

16 ha & Area Tj.

Mangkok9 ha)

25 ha (Area

Seblimbingan)

25 ha * (Area Tj.

Nusantara)

3.

Budidaya Anggrek Lokal (Konservasi Eksitu)

- - 7 spesies 21 spesies 27 spesies

4.

Perlindungan Bekantan dan Habitatnya di hutan mangrove perusahaan (Konservasi Insitu)

- - 23 ha (Area Tj. Nusanta

ra)

50 ha (Penambahan Area di

Tj. Nusantara)

80 ha (Penambahan

Area di Tj. Nusantara)

5.

Transpalantasi Terumbu Karang

- - - - 400 fragmen karang *

Kegiatan restorasi kawasan CASS tidak dapat dilepaskan dari keterlibatan masyarakat di sekitar kawasan, salah satunya adalah Pak Nanang yang diminta oleh Dinas Kehutanan Kotabaru untuk terlibat dalam kegiatan konservasi CASS, karena keahlian beliau dalam menanam mangrove dengan tingkat tumbuh maksimal. Proses penanaman mangrove di kawasan CASS dilakukan dengan mengikutsertakan anggota masyarakat lainnya. Berkat keahlian dari Pak Nanang, program restorasi yang dilakukan sejak 2010 sudah mulai memperlihatkan hasil, salah satunya adalah prosentase tumbuh mangrove yang ditanam memiliki tingkat tumbuh diatas 70%.Berdasarkan penelitian bahwa bila prosentase tumbuh mangrove diatas 70% maka pertumbuhan mangrove dianggap baik.Selain itu bertambahnya luasan areal mangrove di kawasan terutama di wilayah yang selama ini cukup kritis.

Selain Pak Nanang, Pak Sudirman atau biasa dipanggil Pak Sudi yang tinggal di Desa Tanjung Mangkok, Kecamatan Pulau Sebuku, beliau memiliki lahan seluas 5 hektar yang sebagian ditumbuhi pohon mangrove. Maret tahun 2012, Pak Sudi, bersama tim CSR mulai terlibat dalam diskusi bagaimana ikut serta dalam konservasi hutan mangrove di Pulau Sebuku. Dari rangkaian diskusi yang dilakukan disadari bahwa masalah utama konservasi hutan mangrove memerlukan program yang mampu memutus mata rantai masalah yaitu menghentikan penurunan jumlah hutan mangrove, mengembalikan lahan yang terus mengalami bukaan dan peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya hutan mangrove. Pertanyaan yang selalu muncul di kalangan masyarakat adalah “jika kami dilarang memanfaatkan kawasan hutan mangrove, lalu kami makan apa”. Pertanyaan tersebut menjadi tantangan bagi tim CSR PT. SILO, dan setelah musyawarah dengan kelompok komunitas yang dipimpin Pak Sudi, salah satu alternatif solusi adalah pemanfaatan lahan 5 hektar miliki Pak Sudi. Agar memberikan , bulan Juli 2012, Tim CSR PT. SILO mengundang konsultan dari Fakultas Perikanan Universitas Lambung Mangkurat untuk (Unlam)melakukan studi kelayakan lahan dan program, salinitas air serta keberadaan tumbuhan bakaunya. Bersamaan dengan studi ada kunjungan lapang dari Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) Kementerian Kehutanan, salah satu solusi yang ditawarkan yaitu merehabilitasi lahan bekas tambak untuk memulihkan fungsi hutan mangrove dalam menjaga ekosistem pantai. Bulan Agustus 2012, Tim konsultan Unlam menetapkan pilihan lahan bakas tambak udang milik Pak Sudi dinilai layak untuk

152 PT. SEBUKU IRON LATERITIC ORES – KSDA

dijadikan tempat model budidaya kepiting cangkang lunak dengan tumpang sari ikan Bandeng ( ). Keberadaan kelompok dipersiapkan pula untuk mendukung dan sebagai motor penggerak program. Agustus - Desember 2012 dilakukan tahapan konstruksi dan Januari 2013 dilakukan penebaran benih perdana sebanyak 73,5 kg atau 751 ekor kepiting dalam untuk dibudidayakan menjadi kepiting soka. Di Bulan Februari-April 2013 jumlah bibit menjadi 492 kg atau 3.244 ekor, telah terjadi proses atau panen sebanyak 104 kg atau 416 ekor. Dengan harga jual lokal berkisar Rp 60.000/kg, maka Pak Sudi telah mendapatkan nilai penjualan Rp 60.000/kg x 104 kg = Rp 6.240.000,- Pak Sudi bersama kelompoknya masih memproyeksikan unit usaha budidaya kepiting soka sampai bulan Agustus 2013 sebanyak 900 kg atau 6300 ekor. Pada tahapan berikutnya Pak Sudi dan kelompoknya terus mengembangkan program ini menjadi unit usaha ekonomi mandiri.

Program konservasi dengan kondisi tingkat kerusakan yang tinggi sebelumnya serta ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya alam secara langsungdi wilayah CASS tentunya memerlukan multi kegiatan dalam berkolaborasi menjaga kawasan. Selain sisi ekonomi, maka upaya pengamanan juga perlu dilakukan terhadap lokasi yang masih alami, oleh karena itu salah satu kegiatan dalam model kolaborasi kawasan CASS adalah pengamanan melalui patroli bersamamelalui tim patroli terdiri dari PT. SILO, Dinas Kehutanan dan masyarakat.

Kegiatan penguatan ekonomi melalui peningkatan keahlian masyarakat memberikan manfaat khususnya untuk model pengelolaan di sekitar kawasan.Keberhasilan yang dirasakan langsung adalah berkurangnya penduduk yang melalukan penebangan hutan dikawasan ini, meski secara data kuantitatif belum dilakukan penghitungan, namun observasi awal sudah memperlihatkan kawasan yang ada tidak terjadi penebangan lagi. Tingkat kebakaran semak dan hutan juga tidak sering terjadi lagi di musim kemarau, serta kebakaran kecil dapat diatasi dengan cepat berkat patroli bersama.Tambahan pendapatan dari budidaya kepiting cangkang lunak di luar kawasan, sudah mulai dirasakan menjadi alternatif sumber penghasilan masyarakat.

4. Petikan Pembalajaran dari CASS

Program kolaborasi konservasi CASS yang diinisiasi oleh PT.SILO dengan mengintegrasikan berbagai kegiatan pemberdayaan termasuk penguatan ekonomi sebagai kegiatan tak terpisahkan menjadi salah satu kunci keberhasilan program ini.Rasa saling percaya yang terbangun dari berbagai pihak turut mendorong keberhasilan pelaksanaan program kolaborasi yang didukung oleh para pimpinan masing-masing pihak menjadi pendorong keberlanjutan program.

Pelibatan masyarakat sejak awal, turut menjadi kunci keberhasilan program, terutama melalui upaya alternatif ekonomi di luar kawasan seperti yang dilakukan oleh Kelompok Pak Sudi di Tanjung Mangkok.

KekompakkanTim CSR PT. SILO turut mendukung keberhasilan program, pembagian peran dan juga adanya keahlian dari staf yang memahami konsep program CSR lingkungan, serta dukungan dari pimpinan PT. SILO yang bersedia turun langsung ke lapangan menjadi pendorong keberhasilan program. Hal ini ditunjukkan dari kegiatan di lapangan antara tim penguatan ekonomi dan tim lingkungan yang bekerjasama dalam setiap kegiatan.

153PT. SEBUKU IRON LATERITIC ORES – KSDA

Gambar 1. Budidaya Taman PT. SILO

Gambar 2. Restorasi Mangrove

Dokumentasi

Gambar 3. Penangkaran Rusa dan Silvofishery Kepiting Cangkang Lunak

154

PT. SUKSES TANI NUSA SUBUR, KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA,KALIMANTAN TIMUR

Model Hutan Konservasi Di Perkebunan Sawit:Melindungi Hutan, Melestarikan Peradaban

Hampir 2.017,85 hektar atau 25% dari lahan Hak Guna Usaha (HGU) perkebunankelapa sawit Sukses Tani Nusa Subur (STNS) di Desa Labangka, KecamatanBabulu, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, dialokasikanperusahaan untuk mengembangkan dan melestarikan ekosistem hutan sebagairumah bagi keanekaragaman hayati jenis flora dan fauna. Meskipun upayamempertahankan dan mengalokasikan lahan tersebut diluar kewajibanperusahaan, namun STNS menyadari bahwa areal HGU tersebut adalah rumahbagi hampir 12 jenis satwa langka dan satwa terancam punah yang terdaftardalam daftar merah IUCN, yaitu Owa-owa atau Kelempiau (Hylobates muelleri),Kucing Hutan Kepala Datar (Prionailurus planiceps), Gibbon Kalimantan (Hylobatesagilis), Bekantan (Nasalis larvatus), Trenggiling (Manis javanica), Beruk (Macacanemestrina), Beruang Madu (Helarctos malayanus), Rusa Sambar (Cervus unicolor),Tikus Akar(Niviventer cremoriventer), Babi Hutan (Sus barbatus), Ular Kobra(Ophiophagus hannah), Punai Besar (Treron capellei), Burung Paruh Kait (Setorniscriniger). Jenis flora yang ditemukan dan dipelihara serta dilindungi oleh STNSadalah jenis tumbuhan langka yaitu Edelweiss jawa (Leptoptilos javanica), KruingGajah (Dipterocarpus cornutus) dan Meranti Mengarawan (Hopea mengarawan)yang tergolong jenis kritis menurut IUCN Redlist CR serta 152 flora lainnya.

Sebagai upaya tetap menjaga kelestarian ekosistem beserta fungsinya STNS adalahsalah satu anak perusahaan PT. Astra Agro Lestari Tbk yang bergerak di bidang –perkebunan kelapa sawit, berlokasi di Desa Labangka, Kecamatan BabuluKabupaten Penajam Paser Utara Provinsi Kalimantan Timur dengan luas HakGuna Usaha (HGU) 7,936.93 ha, telah mengalokasikan areal konservasi hutanseluas 2.017,85 ha atau 25% dari luas HGU yang diberikan oleh negara.

Melalui program “Melindungi Hutan, Melestarikan Peradaban” dibawah DivisiConservation Management yang dibentuk khusus dengan tanggungjawabmenangani konservasi sumber daya alam dan membina mayarakat sekitar untukpeduli pentingnya pelestarian lingkungan. Perusahaan berupaya menjaga 25% darikawasan HGU yang diberikan untuk mengembangkan dan melestarikan ekosistemhutan sebagai rumah bagi keanekaragaman hayati jenis flora dan fauna. Dalammelaksanakan program Divisi Conservation Management bekerjasama denganDepartemen Community Development, SHE (Safety Health Environment) dandepartemen lainnya yang ada di STNS.

1. Pengembangan Model Konservasi Hutan di Perkebunan Sawit

Program yang dikembangkan sejak tahun 2009, fokus dengan prinsip konservasiyaitu: perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan secara lestari menghasilkanhutan yang lestari dengan keseimbangan ekosistem. Model konservasi hutan yangdikembangkan di perkebunan STNS dirancang dengan :

(1) Membuat status kualitas hutan dan keanekaragaman hayati(2) Perencanaan tata ruang(3) Pengembangan infrastruktur pendukung(4) Pengelolaan spesies(5) Pendidikan konservasi dan ekowisata

PT. SUKSES TANI NUSA SUBUR – KSDA

155

Gambar 1. Rancangan Alur Model Konservasi Hutan Di Perkebunan PT. STN

Kegiatan awal program dimulai dengan survei potensi ekosistem hutan dilanjutkan dengan persiapan pendukung pengelolaan hutan konservasi meliputi pengadaan kamera monitoring untuk memantau satwa yang ada di kawasan hutan konservasi STNS. Program juga dirancang untuk menyiapkan media pembelajaran sehingga dibangun rambu-rambu agar pengunjung tidak melewati batas yang dapat mengganggu kenyamanan satwa, Sementara ruang untuk display keanekaragaman hayati juga dibangun dilengkapi dengan informasi berupa leaflet sebagai salah satu media pendidikan, anggaran yang dialokasikan untuk persiapan dan pemeliharaan tercantum pada Tabel 1.

Tabel 1. Alokasi Anggaran Pembangunan Model Hutan Konservasi PT. STN

No Kegiatan Nilai 1 Sarana Pendukung (Kamera, GIS,

Perlengkapan SurveyRp 35.000.000

2 Biaya Pengelolaan (Monitoring, pengamanan, pelaporan)

Rp 15.000.000 per tahun

3 Pembangunan showcase biodiversity conservation

Rp 80.000.000

4 Pembuatan rambu-rambu, leaflet , poster konservasi

Rp 33.000.000

5 Pembibitan Tanaman Endemik Rp 15.000.000

PT. SUKSES TANI NUSA SUBUR – KSDA

156

Selanjutnya STNS juga mengembangkan enam program untuk hutan konservasi ini, yaitu:

(1) Invenventarisasi potensi kawasan. Dilakukan dengan cara delineasi areal hutan dan pemantapan hutan konservasi, dan atlas keanekaragaman hayati.

(2) Pembinaan habitat dan populasinya. Kegiatan berupa penghijauan “One Man Five Tree” dengan realisasi s/d 2012 sebanyak 4021 pohon, serta pembibitan tanaman endemi (Ulin, gaharu, kapur dan meranti.

(3) Perlindungan dan pengamanan kawasan. Berupa delineasi kawasan dan pemasangan rambu-rambu konservasi.

(4) Penelitian. Ditujukan untuk memonitoring perkembangan satwa yang ada di hutan konservasi. Kegiatan penelian dilakukan secara internal dan juga bekerjasama dengan IPB (Institut Pertanian Bogor), salah satu teknik yang dilakukan untuk memonitoring satwa adalah dengan pemasangan kamera.

(5) Pendidikan konservasi. Pendidikan konservasi dilakukan kepada anak sekolah, karyawan dan masyarakat sekitar dengan cara : mengikuti acara Penajaman Fair 2013, Silaturahim dan sosialisasi ke masyarakat dan karyawan, kegiatan penghijauan, melukis tempat sampah, Pembuatan infrastruktur dan pusat informasi sebagai penunjang kegiatan pendidikan konservasi dan ekowisata (Pembuatan pintu masuk hutan pendidikan, pembuatan jalan setapak, pembuatan saung pusat informasi dll.) Ada sekitar 2 sekolah yang sudah mengikuti kegiatan ini dengan hampir 200 siswa.

(6) Pemanfaatan kawasan berbasis konservasi berupa pemanfaatan ekosistem karst, riparian dan hutan sebagai wilayah tangkapan air pemanfaatan goa oleh fauna yang ada seperti wallet

Dari hasil survey dan monitoring yang dilakukan terdapat ragam kekayaan ekosistem paling tidak ada tiga yaitu, hutan hujan tropis dataran rendah, ekosistem karst dan riparian. Terdapat 154 jenis flora, diantaranya terdapat 2 jenis kritis (IUCN Redlist CR) yaitu : Kruing Gajah (Dipterocarpus cornutus) dan Meranti Mengaran (Hopea mengarawan). Jenis satwa yang terancam punah dan langka yaitu Owa-owa atau Kelempiau (Hylobates muelleri), Kucing Hutan Kepala Datar (Prionailurus planiceps), Gibbon Kalimantan (Hylobates agilis), Bekantan(Nasalis larvatus), Trenggiling (Manis javanica), Beruk (Macaca nemestrina),Beruang Madu (Helarctos malayanus), Rusa Sambar (Cervus unicolor), Tikus Akar(Niviventer cremoriventer), Babi Hutan (Sus barbatus), Ular Kobra (Ophiophagus hannah), Punai Besar (Treron capellei), Burung Paruh Kait (Setornis criniger).

Tabel 2. berikut adalah kondisi flora dan fauna dari mamalia, burung, reptil dan ampibi, yang terdata serta statusnya menurut IUCN yaitu salah satu badan konservasi internasional.

PT. SUKSES TANI NUSA SUBUR – KSDA

157

Tabel 2. Keragaman Hayati Flora dan Fauna dan Status nya menurut CITES, IUCN

Program juga melakukan pemantauan secara berkala, dan hasilnya menunjukan jumlah spesies yang terus meningkat yang mengindikasikan bahwa hutan yang dilestarikan dapat menjadi rumah bagi banyak spesies. Gambar 1. hasil monitoring yang memperlihatkan penambahan populasi jenis burung, mamalia dan juga pohon di hutan konservasi. Gambar 2. Populasi Rangkong di PT. STN dibandingkan lokasi lainnya (individu/km2)

Gambar 2. Gambaran Penambahan Populasi Burung, Mamalia dan Pohon Berdasarkan Hasil Monitoring Di Hutan Konservasi PT. STN.

Selain peningkatan jumlah jenis satwa dan pohon, hutan konservasi STNSmenjadi media edukasi yang dimana masyarakat luas sudah mencoba melihat dan memprakteknya di wilayah sekitar. Berikut adalah beberapa pihak luar yang sudah melakukan kunjungan ke showcase biodiversity conservation STNS :

a. Media Visit (Agrofarm, Agro Asia, Majalah Tropis, TV One) : 12-13/Nov/2011, Balikpapan TV.

b. Wakil Bupati Panajam Paser Utara : 17 Februari 2012c. Jardin Treasury : 3 Juli 2012d. Wildlife Photography Balikpapan : Juli 2012e. Dinas Perkebunan PPU : 18 Oktober 2012f. Siswa SMAN 4 PPU : 23 Maret 2013

PT. SUKSES TANI NUSA SUBUR – KSDA

158

Tabel 3. Jenis Rangkong yang ada di hutan konservasi PT. STN

2. Manfaat dan Petikan Pembelajaran

Model Hutan Konservasi yang dikembangkan di perkebunan kelapa sawit memang merupakan satu model yang diperlukan untuk tetap menjaga keanekaragaman hayati setempat baik dalam bentuk ekosistem, jenis maupun genetik. Upaya STNSuntuk mengembangkan Hutan Konservasi di kawasan perkebunan sawit meskipun diliputi kekhawatiran benturan aturan dengan peruntukan lahan yaitu dengan ijin HGU maka bila ada kawasan hutan di perkebunan harus dikelola dibawah Dinas Kehutanan setempat. Namun upaya ini tetap dilakukan mengingat pentingnya menjaga keanekaragaman hayati yang menyimpan 12 jenis satwa langka dan terancam punah, serta satu jenis flora terancam punah dan 2 jenis flora langka lainnya. Hutan konservasi juga dapat bermanfaat untuk mencegah dampak erosi sehingga membantu mempertahankan kesuburan tanah; mencegah kerusakan sumber air dengan mempertahankan catchment area.

Manfaat dengan adanya model hutan konservasi sudah mulai dirasakan oleh karyawan maupun masyarakat setempat, sering terlihat ragam jenis burung termasuk burung paruh kait yang mulai melintas di perkebunan menuju kawasan hutan tersebut. Manfaat edukasi juga sudah mulai dirasakan oleh siswa dari sekolah menengah atas yang telah menggunakan hutan konservasi sebagai media belajar. Sebanyak kurang lebih 50 siswa mulai dikenalkan kekayaan hayati flora dan fauna yang ada di lokasi.

Dengan adanya hutan konservasi juga menjalin hubungan yang lebih baik antara perusahaan dan masyarakat sekitar dengan tetap terpeliharanya situs budaya atau jenis pohon yang dikeramatkan /dimanfaatkan hasilnya oleh masyarakat.

Program Hutan Konservasi di perkebunan sawit dapat terlaksana dan berjalan baik dengan dukungan dari kebijakan pimpinan yang peduli dengan isu lingkungan. Kemitraan dengan perguruan tinggi penting dilakukan untuk mengisi kekurangan perusahaan dibidang keanekaragaman hayati, termasuk memonitoring dan memasang kamera pemantau. Pelibatan siswa dan juga masyarakat setempat dalam memperkenalkan ekosistem hutan menjadi salah satu model yang menumbuhkan kesadaran pentingnya ekosistem hutan merupakan salah satu bagian penting dari program ini ke depan.

PT. SUKSES TANI NUSA SUBUR – KSDA

159

PT. TIDAR KERINCI AGUNG, KABUPATEN SOLOK, DAN KABUPATENDHARMASRAYA, SUMATERA BARAT DAN KABUPATEN BUNGO, JAMBI

Hutan Konservasi Sumitro Djojohadikusumo (HKSD)

Sembilan persen (9%) atau seluas 2,400 hektar dari luas Hak Guna Usaha (HGU)Tidar Kerinci Agung (TKA) yang berbatasan langsung dengan Taman NasionalKerinci Seblat (TNKS) dialokasikan untuk hutan konservasi. Kawasan hutankonservasi dengan nama Hutan Konservasi Soemitro Djojohadikusumo (HKDS)ditujukan untuk studi dan penelitian, pengembangan, pemeliharaan sumberdayaalam temasuk tumbuhan dan satwa. Salah satu satwa yang dilindungi adalahHarimau Sumatera. Proses menjadikan hutan konservasi tidaklah mudah, melaluibeberapa tahapan baik intenal maupun eksternal. Secara internal melalui SuratKeputusan Direktur Utama yang ditindaklanjuti oleh General Manager TidarKerinci Agung melalui pelaksanaan konkrit di lapangan serta berupa penyampaianperihal pendirian Kawasan Hutan Konservasi seluas ± 1.100 ha di KabupatenDharmasraya dan ± 1.300 ha di Kabupaten Solok Selatan kepada GubernurProvinsi Sumatera Barat, tertanggal 26 Agustus 2008 dengan surat No. : 621/GM-TKA/VIII/2008. Keberhasilan mewujudkan kawasan konservasi ini adalah padatahun 2012, di kawasan HKDS dijadikan Pusat Rehabilitas Satwa Di SumateraBarat sebagai upaya penyelamatan dan perlindungan satwa liar, terutamaHarimau Sumatera dan satwa jenis asli Sumatera lainnya melaluipenandatanganan perjanjian kerjasama dengan Balai Konservasi SumberdayaAlam (BKSDA) Sumatera Barat, Bapak Sahdin Zunaidi sebagai Kepala BKSDASumbar dan Hashim Djojohadikusumo, Dirut TKA.

Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan sawit, TKA yang mulaidibuka pada tahun 1986 dan penanaman pertama tahun 1987, menyadaripentingnya areal konservasi ekosistem hutan yang harus dipertahankan meskipunareal tersebut sudah diberikan ijin perkebunan dengan adanya Hak Guna Usaha(HGU). HGU seluas 28.029 ha, hingga tahun 2006, areal yang baru ditanamiperusahaan baru mencapai +/- 17.000 ha, dimana areal kebun yang berada dalamsatu hamparan terletak di Kabupaten Dharmasraya (80 %) dan Kabupaten SolokSelatan (10 %) Provinsi Sumatera Barat dan Kabupaten Bungo (10%) ProvinsiJambi.

Pada bagian selatan kebun berbatasan langsung dengan Taman Nasional KerinciSeblat (TNKS). Sisa areal yang belum dibuka inilah yang berbatasan langsungdengan TNKS. Di dalam areal ini terdapat 4 hulu sungai yang mengaliri kebun kearah Utara, yakni Sungai Jujuhan, Sungai Asam, Sungai Suir & Sungai Kemarau.Sampai di dalam kebun yang telah tertanam, sungai ini memiliki cabang anaksungai sebanyak 5 sungai. Selain itu didalam kawasan ini terdapat satwa yangdilindungi seperti harimau sumatra, beruang, tapir, rusa, trenggiling, dan lain-lainserta berbagai jenis flora, salah satunya Raflesia arnoldi.

Salah satu cabang sungai yang mengalir didalam perkebunan, yakni sungaiMangun (cabang dari Sungai Asam) merupakan sumber air proses PabrikPengolahan Kelapa Sawit.

Mengingat begitu pentingnya berbagai sumber yang terdapat dalam kawasan arealtersebut, serta untuk menjaga Taman Nasional Kerinci Seblat, maka pemilikperusahaan melalui menajemen di lapangan memutuskan untuk tidak

PT. TIDAR KERINCI AGUNG – KSDA

160

melanjutkan pembukaan kebun dan menjadikan sisa areal sebagai kawasan konservasi.

1. Hutan Konservasi Sumitro Djojohadikusumo (HKDS)

Ide awal berdirinya Hutan Konservasi Soemitro Djojohadikusumo bermula dari kunjungan Direktur Utama di areal TKA, pada Juli 2008. Pada kunjungan tersebut, pemiliki perusahaan Bapak Hashim S. Djojohadikusumo mempunyai pemikiran untuk menjadikan sisa areal seluas ± 2.400 ha dijadikan sebagai areal konservasi. Diawali dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Direktur Utama Tidar Kerinci Agung dengan Nomor : K-01/DIRUT/TKA/HK/VIII/08 ditetapkan di Jakarta, pada tanggal 17 Agustus 2008, areal seluas 2.400 hektar didalam HGU Tidar Kerinci Agung No. : 4/HGU/1986 menjadi Kawasan Hutan Konservasi untuk pengembangan dan pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup.

Kawasan hutan konservasi yang diberi nama “Kawasan Hutan Konservasi Prof. Dr. Soemitro Djojohadikusumo (HKSD)”, dipergunakan khusus untuk studi dan penelitian, pengembangan, pemeliharaan sumberdaya alam dan tanaman serta semua binatang yang hidup didalam habitat HKDS.

Untuk menjaga kawasan HKSD dibentuk Satuan Tugas Khusus (Satgassus) Penjaga Hutan dengan Surat Tugas No. 033/KOMUT/TKA/IX/2008 tertanggal 12 September 2008. Tim ini dipimpin seorang koordinator yang secara keseluruhan beranggotakan 25 orang. Surat Tugas tersebut pada tahun 2010 diperkuat dengan Surat Keputusan Direktur Utama TKA No. 089/DIRUT/TKA/I/2010 yang berupa Pengangkatan karyawan Satuan Tugas Penjaga Kawasan Hutan Konservasi “Prof. Soemitro Djojohadikusumo” dengan dipimpin seorang Koordinator dibantu seorang wakil dengan total anggota sebanyak 27 orang.

Beberapa kegiatan pokok Satgas PH adalah :(1) Menjaga dan melindungi kawasan hutan konservasi beserta flora dan fauna

yang ada di dalamnya.(2) Melakukan sosialisasi keberadaan hutan konservasi kepada masyarakat

serta pemerhati lingkungan.(3) Koordinasi pengamanan dengan instansi terkait.

Dari tahun 2008–2012 biaya operasional Satgas mencapai Rp. 1.997.389.985.

Selain itu terdapat juga Bidang Konservasi dan Pemeliharaan dengan 10 orang tenaga kerja yang bertugas :

(1) Pembibitan tanaman hutan dan buah-buahan(2) Melakukan penanaman di areal Hutan Konservasi(3) Perawatan tanaman yang telah ada di areal konservasi(4) Mengamati dan memelihara Fauna yang ada

Untuk pengamatan fauna yang ada, dipasang 2 (dua) camera trap sejak pertengahan tahun 2012 dan Februari 2013 sebanyak 4 (empat) unit tambahan. Dari pemasangan camera trap ini, pada November 2012 terekam 2 (dua) ekor harimau dan pada Januari 2013, ditempat yang berbeda terekam kembali pergerakan Harimau Sumatera. Selain Harimau Sumatera (Panthera tigrissumatrae), juga terekam Beruang (Helarctosmalayanus), Rusa (Cervus spp), Siamang (Hylobatidae), Landak (Hystrixbrachyura), Trenggiling (Manis javanica),Kijang (Muntiacusmuntjak), Tapir (Tapirusindicus), Kancil (Tragulus spp), Harimau

PT. SUKSES TANI NUSA SUBUR – KSDA

161

melanjutkan pembukaan kebun dan menjadikan sisa areal sebagai kawasan konservasi.

1. Hutan Konservasi Sumitro Djojohadikusumo (HKDS)

Ide awal berdirinya Hutan Konservasi Soemitro Djojohadikusumo bermula dari kunjungan Direktur Utama di areal TKA, pada Juli 2008. Pada kunjungan tersebut, pemiliki perusahaan Bapak Hashim S. Djojohadikusumo mempunyai pemikiran untuk menjadikan sisa areal seluas ± 2.400 ha dijadikan sebagai areal konservasi. Diawali dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Direktur Utama Tidar Kerinci Agung dengan Nomor : K-01/DIRUT/TKA/HK/VIII/08 ditetapkan di Jakarta, pada tanggal 17 Agustus 2008, areal seluas 2.400 hektar didalam HGU Tidar Kerinci Agung No. : 4/HGU/1986 menjadi Kawasan Hutan Konservasi untuk pengembangan dan pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup.

Kawasan hutan konservasi yang diberi nama “Kawasan Hutan Konservasi Prof. Dr. Soemitro Djojohadikusumo (HKSD)”, dipergunakan khusus untuk studi dan penelitian, pengembangan, pemeliharaan sumberdaya alam dan tanaman serta semua binatang yang hidup didalam habitat HKDS.

Untuk menjaga kawasan HKSD dibentuk Satuan Tugas Khusus (Satgassus) Penjaga Hutan dengan Surat Tugas No. 033/KOMUT/TKA/IX/2008 tertanggal 12 September 2008. Tim ini dipimpin seorang koordinator yang secara keseluruhan beranggotakan 25 orang. Surat Tugas tersebut pada tahun 2010 diperkuat dengan Surat Keputusan Direktur Utama TKA No. 089/DIRUT/TKA/I/2010 yang berupa Pengangkatan karyawan Satuan Tugas Penjaga Kawasan Hutan Konservasi “Prof. Soemitro Djojohadikusumo” dengan dipimpin seorang Koordinator dibantu seorang wakil dengan total anggota sebanyak 27 orang.

Beberapa kegiatan pokok Satgas PH adalah :(1) Menjaga dan melindungi kawasan hutan konservasi beserta flora dan fauna

yang ada di dalamnya.(2) Melakukan sosialisasi keberadaan hutan konservasi kepada masyarakat

serta pemerhati lingkungan.(3) Koordinasi pengamanan dengan instansi terkait.

Dari tahun 2008–2012 biaya operasional Satgas mencapai Rp. 1.997.389.985.

Selain itu terdapat juga Bidang Konservasi dan Pemeliharaan dengan 10 orang tenaga kerja yang bertugas :

(1) Pembibitan tanaman hutan dan buah-buahan(2) Melakukan penanaman di areal Hutan Konservasi(3) Perawatan tanaman yang telah ada di areal konservasi(4) Mengamati dan memelihara Fauna yang ada

Untuk pengamatan fauna yang ada, dipasang 2 (dua) camera trap sejak pertengahan tahun 2012 dan Februari 2013 sebanyak 4 (empat) unit tambahan. Dari pemasangan camera trap ini, pada November 2012 terekam 2 (dua) ekor harimau dan pada Januari 2013, ditempat yang berbeda terekam kembali pergerakan Harimau Sumatera. Selain Harimau Sumatera (Panthera tigrissumatrae), juga terekam Beruang (Helarctosmalayanus), Rusa (Cervus spp), Siamang (Hylobatidae), Landak (Hystrixbrachyura), Trenggiling (Manis javanica),Kijang (Muntiacusmuntjak), Tapir (Tapirusindicus), Kancil (Tragulus spp), Harimau

PT. TIDAR KERINCI AGUNG – KSDA

162

Selain itu bagian konservasi flora ini juga telah menyerahkan bantuan bibit tanaman hutan dan buah-buahan kepada masyarakat Nagari Talao Sungai Kunyit, Kabupaten Solok Selatan, Nagari Lubuk Besar & Alahan Nan Tigo, KecamatanAsam Jujuhan, Kabupaten Dharmasraya dengan total bibit yang telah diserahkan mencapai 65.386 batang bibit dengan jenis yang sama seperti yang ditanam di kawasan HKSD.

Gambar 3. Bunga Ralesia yang Mekar Tahun 2012 di HKSD

Gambar 4. Jenis Meranti yang masih Ditemui Di HKSD

Tahun 2012, dengan tertangkapnya Harimau Sumatera dan juga jenis lain yang dilindungi, demikian juga tumbuhan yang terancam punah masih terdapat di kawasan HKSD. Hal ini mendorong pemilik dan jajaran pengambil keputusan untuk mengembangkan HKSD sebagai salah satu Pusat Rehabilitasi Satwa Harimau Sumatera.

Pembangunan Pusat Rehabilitasi Satwa Harimau Sumatera menelan biaya 7 milyar rupiah yang akan dilengkapi fasiltas lengkap dan petugas terlatih dengan 2 orang Dokter Hewan. Biaya operasional Pusat Rehabilitasi Satwa Harimau Sumatera ini diperkirakan mencapai Rp. 6 Milyar per tahun.

2. Manfaat dan Petikan Pembelajaran

Manfaat bagi masyarakat sekitar untuk kegiatan ini memang tidak dapat dirasakan langsung. Secara nasional kawasan HKSD turut menjadi salah bagian pendukung dari Taman Nasional Kerinci Seblat yang merupakan salah satu pusat keanekaragaman hayati ekosistem di Pulau Sumatera.

HKSD turut melestarikan keberadaan Harimau Sumatera yang saat ini keberadaanya terancam, demikian juga dengan jenis satwa lain dan juga flora termasuk Raflesia Arnoldi (Bunga Bangkai) dan Meranti.

PT. SUKSES TANI NUSA SUBUR – KSDA

163

Usaha keras dan komitmen yang kuat dari Pemilik, Jajaran Manajemen TKA serta para pelaksana yang telah ditunjuk dalam mengelola kawasan HKSD telah memberikan hasil yang memuaskan berupa Piagam Penghargaan Sebagai Pelaku Usaha Peduli Pembangunan Kehutanan dalam Lomba Penghijauan dan Konservasi Alam Wana Lestari tahun 2010 dari Menteri Kehutanan, Zulkifli Hasan dengan Surat Keputusan No. SK 608/MENHUT – IX /2010 tertanggal 28 Oktober 2010. Selain menerima Piagam, juga Plakat dan Lencana Emas Wana Lestari dan satu-satunya perusahaan yang bergerak di bidang usaha Perkebunan dan Pengolahan Kelapa Sawit di Tingkat Nasional.

Sebelumnya PT. TKA juga memperoleh Piagam Penghargaan dari Gubernur Sumatera Barat, Marlis Rahman atas prestasi Pemenang I Kategori Dunia Usaha dalam rangka Lomba Penghijauan dan Konservasi Alam, Tingkat Provinsi Sumatera Barat tahun 2010, dengan nomor 552-203-2010 tertanggal 7 Juni 2010.

PT. TIDAR KERINCI AGUNG – KSDA

164

PT. TOTAL EP INDONESIA, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA,KALIMANTAN TIMUR

Save Delta Mahakam Melalui Tanam Mangrove dan Kembangkan TambakTradisional

Kerusakan hutan mangrove di kawasan Delta Mahakam, Kabupaten KutaiKartanegara, Kalimantan Timur sangat parah, mencapai 85% dari areal seluas108.125 hektar, yang disebabkan oleh aktivitas manusia terutama pembukaantambak. Kondisi tersebut menggugah inisiasi Total EP Indonesia, KalimantanTimur untuk menyelamatkan Delta Mahakam sekaligus mendorong penghidupanmasyarakat sekitar yang lebih baik dengan menanam mangrove hampir 12 jutabibit sejak tahun 2000. Untuk mendorong perekonomian masyarakat danmeningkatkan perbaikan kualitas lingkungan kawasan Delta Mahakam, Total EPtelah membantu memberikan pelatihan para petani tambak untukmembudidayakan udang salah satunya udang windu dan menanam mangrove disela-sela areal pertambakannya. Pelatihan tersebut menunjukkan hasil panenudang di tambak meningkat 10 kali lipat dan mulai ditemukan kembali biota-biotapesisir seperti kepiting bakau, udang. Rupanya mangrove yang ditanam menjadiperkembangbiakan dan rumah bagi ragam biota Delta Mahakam.

Delta Mahakam terletak di bagian hilir dari Sungai Mahakam yang membentukarea setengah lingkaran layaknya sebuah kipas. Walaupun letaknya yang beradadi Kabupaten Kutai Kartanegara, sebenarnya ada 2 kota yang secara geografislebih dekat ke Delta Mahakam, yaitu Samarinda (25 km) dan Balikpapan (115 km).Kawasan ini sejak tahun 2000 mengalami kerusakan sangat parah yangdisebabkan pembukaan tambak.

Masyarakat di Delta Mahakam hampir sebagian besar bermata pencahariansebagai nelayan, baik itu nelayan budidaya (udang atau kepiting) atau sebagainelayan tangkap. Hasil industri perikanan ini memenuhi tidak hanya pasardomestik, tapi juga pasar mancanegara dengan komoditi Udang Windu nya yangsangat terkenal. Di dalam menjalankan mata pencahariannya, masyarakatmengandalkan jasa para punggawa untuk pembiayaannya. Punggawa yangmemberikan modal kemudian mendapatkan prioritas sebagai pembeli hasil denganharga yang mereka tentukan. Pembiayaan seperti ini tidak memberikan hasil yangmaksimal bagi para nelayan.

Cara budidaya “nelayan budidaya” di Delta Mahakam dilakukan secarakonvensional dengan melakukan pembukaan lahan mangrove secara besar-besaran. Tata cara yang hanya didasarkan pada kebiasaan dan penggunaan bahankimia yang secara jumlah maupun jenis mengakibatkan penurunan jumlahproduksi. Pembukaan lahan mangrove secara besar-besaran ini jugamengakibatkan menurunnya daya dukung lingkungan karena berkurangnyaekosistem alamiah sebagai tempat perkembangbiakkan udang maupun ikan.

Total EP sebagai bagian dari salah satu perusahaan energi terbesar dunia,menyadari ada kontribusi kerusakan hutan mangrove di Delta Mahakam,terutama pada saat pemasangan pipa-pipa kilang, yang terpaksa harus menebangpohon-pohon mangrove. Selain untuk memenuhi kewajiban perusahaan,memulihkan areal yang sudah digunakan, perusahaan juga terus melakukanupaya perbaikan lingkungan melalui program CSR di kawasan ini dengan nama

PT. TOTAL EP INDONESIA – KSDA

165PT. TOTAL EP INDONESIA - KSDA

Save Delta Mahakam. Salah satu program di bawah Save Delta Mahakam adalah penanaman kembali mangrove dan pengembangan tambak dengan sistem silvofisheries yaitu menggabungkan atau tumpang sari tanaman hutan dengan perikanan dalam hal ini hutan mangrove dan tambak ikan. Hal ini sejalan dengan visi dan misi perusahaan yang dituangkan dalam Acuan Sosial – “Societal Directive”. Societal Directive ini mengarahkan seluruh anak perusahaan dimanapun beroperasi untuk melakukan komunikasi, mendengarkan, berdialog dan berkonsultasi dengan para pemangku kepentingan pada setiap tahapan pendekatan Sosial.

1. Tanam Mangrove Sepanjang Delta Mahakam

Program penanaman mangrove di Delta Mahakam diawali dengan studi sosial dan lingkungan yang mengacu pada hasil studi Analisa Dampak Lingkungan (AMDAL) serta Rencana Kelola Pemantauan Lingkungan (RKPL). Studi yang lebih fokus pada analisa para pihak (Stakeholder Analysis) yang ditindaklanjuti dengan komunikasi dan dialog dengan para pemangku kepentingan di lokasi pelaksanaan program, kegiatan ini dikenal dengan Stakeholder Relationship Management (SRM) –Manajemen Hubungan Pemangku Kepentingan. Unsur pemerintah juga menjadi bagian yang penting sebagai pemangku kepentingan yang diajak berdiskusi dalam program sehingga terbina komunikasi dengan para pihak untuk melaksanakan program.

Gambar 1. Delta Mahakam

Selanjutnya disusun Rencana Aksi yang sudah diidentifikasi sebelumnya melalui studi sosial dan lingkungan. Setelah melalui serangkaian tahapan-tahapan ini, disusunlah tujuan, sasaran dan indikator dari Program Save Delta Mahakam sebagai berikut :

166 PT. TOTAL EP INDONESIA - KSDA

Program Save Delta Mahakam ini dilaksanakan dengan kerjasama berbagai timinternal Total EP Indonesia. Berbagai tim ini diperkuat oleh karyawan-karyawanyang memiliki kompetensi dalam bidangnya masing-masing.

Tim Studi Sosial, terdiri dari satu orang Kepala Tim dan 4 orang anggota timyang bekerja untuk melakukan analisa dampak sosial dan identifikasi awalrencana aksi program yang disesuaikan dengan hasil analisa dampaktersebut.Tim Hubungan Pemangku Kepentingan, terdiri dari satu orang Kepala dantim lapangan yang melakukan dialog-dialog konstruktif bersama denganunsur pemangku kepentingan dari masyarakat dan unsur pemerintahanuntuk mematangkan rencana aksi yang diusulkan oleh Tim Studi Sosial.Tim Pelaksana Program, terdiri dari satu orang Kepala dan 2 orang anggotatim yang bekerja untuk melaksanakan program dengan menjalin kerjasamadengan pihak-pihak lain dan penyiapan pengadaan barang dan jasa yangdiperlukan untuk terlaksananya program ini. Tim ini juga melakukanmonitoring terhadap hasil pelaksanaan program secara periodik.Kerjasama dan koordinasi yang baik antara berbagai tim ini mendukungterlaksananya program agar tercapainya tujuan kemanfaatan yangberkelanjutan bagi masyarakat. Koordinasi dan hubungan kerjasama antarberbagai tim ini dituangkan dalam dokumen Alur Pelaksanaan Kerja -Business Process Flow.

Program penanaman mangrove yang menjadi bagian dari Program Save DeltaMahakam ini telah dilaksanakan sejak tahun 2000 dengan melibatkan berbagaipihak terutama masyarakat di desa-desa di Delta Mahakam, seperti Desa Sepatin,Muara Pantuan, Tani Baru dan Muara Pegah. Program diawali dengan prosespeningkatan penyadaran masyarakat tentang pentingnya mangrove dan kegiatanunit usaha untuk pembibitan mangrove. Tahapan program secara lengkap meliputi :

Identifikasi lokasi penanaman, terdiri dari lokasi didalam wilayah yang adadidalam pengelolaan Total EP Indonesia dan wilayah yang masih berada dalamwilayah pengelolaan masyarakat.

Tabel 1. Rancangan Rencana Aksi Program Save Delta Mahakam

PROGRAM SAVE DELTA MAHAKAMTujuan Utama

Pemberdayaan masyarakat Delta Mahakam dalam kegiatan ekonomi perikanan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.

Sub-Program PenanamanMangrove

Produksi Perikanan Listrik TenagaSurya.

SasaranProgram

Rehabilitasiekosistem mangrove

Produksi perikanantambak ramahlingkungan dengankonservasi mangrove

Pemanfaatan energimatahari untukpemenuhankebutuhan energilistrik

Penerimamanfaat

Nelayan budidaya didesa Sepatin, MuaraPantuan, Tani Barudan Muara Pegah

Nelayan budidaya didesa Sepatin, MuaraPantuan dan TaniBaru.

Nelayan budidaya didesa Muara Pantuandan Tani Baru.

Indikator Jumlah bibitmangrove.

Jumlah petambakterlatih.Luasan area tambakramah lingkungan.

Jumlah unitterpasang.Kelancaran kreditusaha.

167PT. TOTAL EP INDONESIA - KSDA

Pembuatan kerjasama administratif dengan pihak-pihak yang akan melakukan penanaman. Penyulaman yaitu penanaman kembali untuk bibit yang gagal tumbuh pada saat monitoring selama 6 bulan setelah penanaman.

Selama kurun waktu hampir 12 tahun jumlah tanaman mangrove yang telah di tanam sebanyak hampir 12 juta bibit, dan saat ini sebagain besar sudah tumbuh subur melindungi Delta Mahakam. Pelaksanaan penanaman baik yang dilaksanakan bersama-sama secara ceremonial dengan melibatkan banyak pihak termasuk pemerintah setempat dan pimpinan pemerintah setempat yaitu Gubernur Kalimantan Timur, dan Bupati Kutai Kartanegara, juga penanaman yang langsung dilakukan oleh masyarakat secara rutin bersama-sama karyawanPT. Total E & P.

Kegiatan yang terintegrasi dengan penanaman mangrove adalah pertambakan udang, yang dilakukan sejak tahun 2007 meliputi kegiatan :a. Identifikasi nelayan budidaya yang menjadi penerima manfaat dengan

mengutamakan nelayan yang berada didekat lokasi operasional migaskhususnya di empat desa yaitu Desa Sepatin, Muara Pantuan, Tani Baru dan Muara Pegah

b. Pelatihan pertambakan ramah lingkungan di tingkat Kabupaten sampai dengan tingkat kelompok-kelompok nelayan yang mulai dilakukan sejak tahun 2007dan dikembangkan lagi pada tahun 2012 sejumlah pelatihan telah dilakukan pada tahun 2012 melibatkan 740 petani/nelayan dan pada tahun 2013 melibatkan 340 petani tambak.

c. Studi banding pengelolaan perikanan budidaya yang ramah lingkungan ke Sidoarjo yang merupakan Kelompok budidaya terbaik tingkat nasional.

d. Pembuatan tambak-tambak percontohan dengan bekerjasama dengan pihak-pihak yang berperanan penting dalam sistem perikanan di Delta Mahakam, seperti : Punggawa-punggawa, pemilik usaha pembenihan. Tahun 2013 percontohan tambak dibuat di lahan seluas 14 hektar.

Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan dan pencapaian sasaran dilaksanaan secara periodik pada masing-masing sub-program dengan berbagai metodologi dan melibatkan banyak pihak. Untuk program penanaman mangrove dievaluasi dengan melakukan pengumpulan data lapangan berupa jumlah penanaman bibit, lokasi dan jenis mangrove yang ditanam. Data-data penanaman dijadikan sebagai data awal yang kemudian menjadi dasar evaluasi dengan menggunakan survey udara dan survey satelit yang didukung oleh Pusat Penelitian TOTAL di Perancis(Biodiversity Study 2011-2013). Hasil evaluasi dipergunakan sebagai acuan dalam perbaikan program penanaman di tahun 2013 dengan penambahan jumlah spesies/jenis mangrove yang ditanam. Sampai tahun 2013 menunjukkan keberhasilan penanaman yang dilakukan sejak tahun 2000, lebih dari 70% mangrove yang ditanam tumbuh di Delta Mahakam.

Evaluasi tambak ikan dievaluasi ketika telah berakhirnya tahapan aktivitas studi banding Banding. Evaluasi dilakukan dengan metode Focus Group Discussion di akhir aktivitas. Hasil evaluasi dipergunakan sebagai acuan dalam kelanjutan program di tahun 2013 dengan pembuatan tambak-tambak percontohan bagi kelompok-kelompok nelayan di Delta Mahakam.

Pengadaan bibit mangrove dilakukan melalui sistem pengadaan yang berlakustandard untuk operasional migas di Indonesia dengan memperhatikan tingkatkomponen lokal (local content).

168

Gambar 2. Evaluasi Hasil Studi Banding Tambak Ikan dan Perencanaan Pelaksanaan

2. Manfaat dan Petikan Pembelajaran

Upaya penyelamatan kerusakan Delta Mahakam di wilayah kabupaten Kutai Kartanegara, Kaltim, berangsur-angsur mulai berhasil. Setidaknya, kepedulian K3S (Kontraktor Kontrak Kerja Sama) Migas, Total EP Indonesia yang menanam satu juta mangrove per tahun sejak tahun 2000, telah menghijaukan sekitar 24 persen dari 85 persen (91.906) hektar total luas kerusakan Delta Mahakam yang mencapai 108.125 hektar. Keberhasilan pemananaman ini sudah mulai dirasakan oleh masyarakat sekitar terutama para nelayan, antara lain:

Tanaman mangrove yang sudah tumbuh, mengembalikan biota hutan mangrove seperti udang, kepiting, ikan kembali lagi di Delta Mahakam, sehingga nelayan lebih mudah mendapatkan ikanDelta Mahakam yang selama ini panas dan gersang, sekarang sudah mulai terlihat hijau dan teduh. Bahkan udara pun dirasakan lebih sejuk.Sementara untuk tambak tradisional, petani tambak sudah mulai merasakan hasil tambak mereka dengan sistem yang diperoleh dari studi banding di Sidoarjo Jawa Timur, tambak merekapun mulai ditanami mangrove di beberapa titik untuk mengurangi panas dan membantu pembiakan beberapa jenis biota laut terutama udang.

Program yang dikembangkan dengan sistem pendekatan para pemangku kepentingan dirasakan cukup efektif dan berdampak positif bukan hanya bagi masyarakat namun juga bagi lingkungan. Bahkah program Save Delta Mahakam, telah mendorong pemerintah setempat dalam hal ini provinsi untuk mengembangkan areal hutan mangrove yang telah dihijaukan kembali menjadi Pusat Informasi Mangrove dengan rencana alokasi lahan 16 hektar.

PT. TOTAL EP INDONESIA – KSDA

169

BAB V.ENERGI TERBARUKANBAB V.ENERGI TERBARUKAN

170

171 PT. TOTAL EP INDONESIA - Energi Terbarukan

PT. BUKIT ASAM (PESERO), TBK, KABUPATEN MUARA ENIMSUMATERA SELATAN

Teranglah Desaku : Pemanfaatan Air Untuk Energi Listrik di Desa Pelakat

Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) yang menghasilkan listrik 35 kilowatt merupakan dukungan dari PT. Bukit Asam (BA). Listrik yang dihasilkan telahmembantu menerangi 124 Kepala Keluarga di tiga dusun, Desa Pelakat,Kecamatan Semende Darat Ulu, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan, sejaktahun 2011. Pembangunan PLTMH juga telah mengurangi beban penggunaanbahan bakar minyak tanah yang selama ini digunakan untuk penerangan darisebulan Rp 70.000,- per Kepala Keluarga (KK), sekarang hanya membayar iuranpengelolaan dan pemeliharaan sebesar Rp 12.000,- per bulan. Berarti bahan bakarminyak yang dihemat adalah sekitar 5 liter per bulan per KK.

Pada malam hari, suasana Desa Pelakat Kecamatan Semende Darat UluKabupaten Muara Enim sangat sunyi dan senyap. Penerangan berupa lampuminyak sudah menjadi sahabat sejati masyarakat dalam melaksanakan kegiatan,seperti pengajian, anak-anak, belajar dan lain-lain.

Desa yang dihuni oleh 124 Kepala Keluarga ini merupakan salah satu desapenghasil beras dan kopi, namun sayangnya sebelum 2011, penduduk di desaPelakat belum memiliki penerangan. Sementara di satu sisi, sumber air dikawasan ini cukup melimpah.

Melihat potensi ini, mendorong BA yang bergerak di bidang pertambangan danberlokasi di Kecamatan Semende Darat Ulu, tergerak untuk mendukung programpemerintah Kabupaten Muara Enim dalam pembangunan Pembangkit ListrikTenaga Mikro Hidro (PLTMH).

Melalui Nota Kesepahaman PT. Bukit Asam dengan Bupati Kabupaten Muara Enimbulan Desember tahun 2011 dalam kegiatan Musrenbang, didalamnya termasukperencanaan pembangunan PLTMH, salah satunya untuk Desa Pelakat.Kesepatakan ini sejalan dengan visi perusahaan yaitu menjadi perusahaan energikelas dunia yang peduli lingkungan. Pembangunan PLTMH tersebut jugamerupakan implementasi nyata rencana strategis CSR Tahun 2011-2015 dalamprogram Teranglah Desaku.

Gambar 1. Kondisi Desa Pelekat, Kec. Semende Darat Ulu, Kab. Muara Enim

172 PT. TOTAL EP INDONESIA - Energi Terbarukan

1. Menuju Cahaya Terang dengan Mikro Hidro

Program Teranglah Desaku merupakan program jangka panjang yang dikembangkan Bukit Asam dengan tujuan :

(1) menurunkan biaya pengeluaran rumah tangga sehingga meningkatan kesejahteraan masyarakat karena telah mengkonversi penggunaan bahan bakar minyak tanah ke energi mikro hidro.

(2) meningkatan produktifitas dan kualitas masyarakat untuk berkarya dengan aktivitas malam hari.

(3) meningkatan pemberdayaan masyarakat melalui pemanfaatan energi listrik terbarukan sebagai program tindak lanjut pembangunan PLTMH dalam bidang ekonomi, kualitas pendidikan, kesehatan serta keagamaan.

Dalam pelaksanaan pembangunan PLTMH ini, unit CSR Bukit Asam, bekerja sama dengan salah satu mitra perusahaan yaitu Al-Azhar Peduli Ummat yang bertugas sebagai pendamping langsung di lapangan. Pelaksanaan program dititikberatkan bukan hanya dalam hal pembangunan fisik PLTMH saja, namun mendorong partisipasi aktif masyarakat agar tumbuh rasa memiliki dan ikut bertanggung jawab untuk kesuksesan dan kelancaran program. Tim ahli pembangunan PLTMH yang diminta oleh Bukit Asam, berperan sebagai fasilitator atau pendamping dan pelaksana inti adalah masyarakat sendiri.

Alur dari perencanaan program yang disusun disajikan pada Gambar 2. berikut:

Gambar 2. Skema Perencanaan Program

Kegiatan pembangunan PLTMH, diawali dengan proses sosialisasi dan pengorganisasian masyarakat, dilakukan melalui musyawarah di Kantor Desa Pelakat yang dihadiri oleh seluruh masyarakat, aparat desa, serta tokoh masyarakat. Dalam musyawarah tersebut disepakati berbagai aturan dan kelompok kerja yang terdiri dari 18 – 20KK per kelompok.

Gambar 3. Kegiatan Musyawarah

173 PT. TOTAL EP INDONESIA - Energi Terbarukan

Proses berikutnya adalah penyiapan lahan dan pengumpulan material berupa pasir, batukali, kerikil, dll. PLTMH dibangun di lahan seluas 300 M2 . Kerja gotong royong dilakukan berdasarkan kesepakatan kelompok kerja yang telah direncanakan.

Gambar 4. Pembangunan Bak Penenang, Pipa Penstock, Rumah Turbin dan Generator

Kerja gotong royong dilakukan selain untuk menyediakan material juga untuk membangun bak penenang yang berukuran 1,8 x 2 x 7 meter. Bak tersebut berfungsi sebagai penampungan air dan menstabilkan volume air serta penyaring kotoran sebelum diterjunkan melalui pipa penstock ke mesin turbin. Pipa penstockmemiliki ukuran diameter 20 inchi dengan panjang 184 meter.

Gambar 5. Pemasangan Jaringan Utama, Perumahan, Fasilitas Umum dan Pelatihan Dasar Listrik serta Prinsip Kerja PLTMH

Pembangunan tersebut dilakukan kurang lebih selama1 bulan, sedangkan untuk pembangunan rumah turbin yang berukuran 3 x 3 meter dan kelengkapannya dilakukan kurang lebih selama 1 bulan.

Pemasangan jaringan listrik sepanjang kurang lebih 1 Km yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:Jumlah Daya saat ini : 35 KWJumlah Rumah : 124 Unit @ 250 wattFasilitas Umum :

a. SekolahSD : 450 wattb. Sekolah SMP : 450 wattc. Rumah Ibadah : 450 wattd. Kantor Kades : 450 watte. Saung Ilmu : ± 3.900 wattf. Rumah Kopi : ± 3.900 watt

Pengelolaan dan pemeliharaan listrik di Desa Pelakat dilakukan oleh masyarakat melalui Koperasi Harapan Bersama yang dibentuk berdasarkan musyawarah mufakat seluruh masyarakat dengan tujuan untuk mengelola dan memelihara PLTMH. Koperasi yang diketuai oleh Bapak Kurung Ikhlas tersebut dibentuk pada tanggal 24 Desember 2012 berdasarkan Surat Keputusan Kepala Desa Pelakat.

174 PT. TOTAL EP INDONESIA - Energi Terbarukan

Anggota koperasi adalah seluruh warga masyarakat penerima manfaat PLTMH dan wajib membayar iuran Rp. 12.000,- per bulan (sebelumnya masyarakat mengeluarkan ± Rp. 70.000,- per bulan untuk minyak tanah guna penerangan).Uniknya, bila ada masyarakat yang tidak mempunyai dana tunai maka iuran tersebut diganti dengan 1 liter kopi hasil panen.

2. Manfaat dan Petikan Pembelajaran

Keberadaan listrik sangat membantu masyarakat di Desa Pelakat, antara lain mengkonversi biaya pembelian bahan bakar minyak dari Rp 70.000,- per bulan menjadi iuran listrik Rp 12.000 per bulan atau mengkonversi energi bahan bakar minyak tanah hampir 5 liter per bulan per KK. Hal ini mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar minyak.

PLTMH juga membantu masyarakat dalam mengembangkan pengolahan kopi masyarakat, karena malam hari masyarakat masih dapat bekerja mengolah kopi.PLTMH sangat membantu untuk kegiatan pengajian, musyawarah, belajar komputer, menonton televisi, dan seluruh kegiatan yang selama ini mustahil danhanya mimpi untuk dilaksanakan. Saat ini dengan senyum ceria mereka siap menyongsong masa depan terutama generasi penerus untuk ikut berpartisipasi dalam membangun Indonesia yang tercinta.

Gambar 6. Suasana Desa Pelakat di Malam Hari Setelah Ada Listrik, Kopi Bukit Asam yang Diproduksi Masyarakat

Menurut Kepala Desa Pelakat, keberadaan PLTMH juga menjadi pendorong untuk pengembangan desa seperti yang diungkapkan berikut:

“Setelah listrik ini terbangun, saya akan bangun desa ini dengan membuat koperasi sebagai wadah pemeliharaan pembangkit listrik dan meningkatkan kualitas kopi dengan membangun industri kopi rumahan yang bersumber dari energi listrik yang tersedia ”.

Gambar 7. Kepala Desa Pelakat

Pembelajaran yang didapat dari Program Teranglah Desaku antara lain:a. Kerjasama berbagai pihak dalam mewujudkan satu gagasan sangat penting,

seperti dalam program ini adanya kerjasama dengan Al Azhar, kelompok masyarakat serta pemerintah desa

175 PT. TOTAL EP INDONESIA - Energi Terbarukan

b. Partisipasi masyarakat adalah kunci keberhasilan program, tanpa adanyapartisipasi masyarakat bukan hanya mempercepat pelaksanaan programnamun juga mendorong keberlanjutan program ke depan.

c. Komitmen dan perencanaan program dari perusahaan yang mendukungpenyediaan listrik di Desa Pelakat turut menunjang keberhasilan program.

d. Adanya koperasi yang mengelola dan memelihara PLTMH merupakan salahsatu kunci yang mendorong keberlanjutan program Teranglah Desaku.

Sebagai tindaklanjut dari program Teranglah Desaku, Bukit Asam telahmempersiapkan program Saung Ilmu yang akan menjadi pusat pembelajaran daripengembangan masyarakat di Desa Pelakat menjadi Desa Gemilang.

176 PT. ENERGY EQUITY EPIC SENGKANG – Energi Terbarukan

PT. ENERGY EQUITY EPIC SENGKANG PTY. LTD. KABUPATEN WAJO,SULAWESI SELATAN

Pemanfaatan Tenaga Surya untuk Listrik di Daerah Terpencil

Anak-anak di Dusun Loae Desa Mamminasae dan Desa AlausaloKecamatan Gilireng, Kabupaten Wajo, Provinsi Sulawesi Selatan sudahmulai bisa membaca dan belajar meski malam hari, setelah adanyapenerangan listrik dari tenaga surya. Meskipun baru 57 rumah tanggayang dapat diterangi dengan total daya 2,85 Kwp, paling tidak upayaprogram CSR dari Energi Equity Epic (EEES) yang dilakukan sejak tahun2011 ini, menjadi pendorong bagi pemerintah Kabupaten Wajo untukmengembangkan hal serupa bagi wilayah terpencil yang belum dapat disentuh oleh PT. PLN.

Lokasi EEES melakukan kegiatan operasi eksploitasi gas alam di Desa Poleonro,Kecamatan Gilireng, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan merupakan lokasi yangjauh dari jangkauan (terpencil), termasuk desa sekitarnya yaitu Desa Mamminasaedan Alausalo. Berdasarkan informasi PLN, kedua desa tersebut belummemungkinkan untuk pemasangan listrik karena sangat terpencil, jarak yangjauh, dan jumlah rumah tangga sedikit (hanya 29 rumah dan 34 rumah). Kondisiini menjadi tantangan bagi pemangku kepentingan untuk menyediakan listrik bagidesa-desa tersebut, termasuk EEES.

Kedua desa tersebut dan juga desa lain di Kecamatan Gilireng merupakan desaterpencil dengan rumah-rumah penduduk yang lokasinya saling berjauhan. Matapencaharian penduduk umumnya adalah petani dan peladang dengan pendapatanyang tidak seberapa. Sementara anak-anak usia sekolah umumnya di malam haritidak ada kegiatan, kegiatan belajar terbatas pada siang hari.

Mempertimbangkan kondisi tersebut, EEES mengembangkan program CSR yangsejalan dengan visi perusahaan, yaitu tercapainya kemandirian dan kesejahteraanmasyarakat dalam kerangka pembangunan berkelanjutan. Misi perusahaan yaitumengusahakan sektor hulu minyak dan gas dengan efisien, sehat dan berwawasanlingkungan, serta memberikan nilai tambah bagi pembangunan daerah, denganmengedepankan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat. Mengacu pada visidan misi perusahaan dan juga sejalan dengan program BP MIGAS saat itu (kiniSKK Migas) yaitu “Green & Bright”, salah satunya dalam bentuk programpenyediaan penerangan bagi desa-desa terdekat perusahaan.

1. Pemanfaatan Energi Surya untuk Penerangan

Selain mendapatkan informasi dari PLN tentang ketidakterjangkauan penyediaanlistrik bagi desa-desa di sekitar PT. EEES, perusahaan juga menerima proposalmasyarakat dimana salah satunya adalah dari Dusun Loae, Desa MamminasaeKecamatan Gilireng untuk bantuan penerangan listrik.

177PT. ENERGY EQUITY EPIC SENGKANG – Energi Terbarukan

Gambar 1. Kondisi Desa Mamminasae dan Desa Alausalo

Langkah awal yang dilakukan perusahaaan adalah melakukan studi awal bantuan penerangan listrik yang akan diberikan kepada masyarakat setempat dengan bentuk pengadaan genset berbahan bakar minyak, namun terdapat kendala dari beberapa hal menjadi pertimbangan yaitu:

(1) Biaya akan lebih mahal baik penggunaan bahan bakar, biaya operasional, biaya pemasangan, biaya pemeliharaan dll.

(2) Emisi genset kurang ramah lingkungan karena menimbulkan gas rumah kaca.

(3) Kondisi jarak antar rumah yang cukup berjauhan, sehingga sulit menetapkan lokasi dan distribusi.

(4) SDM untuk melakukan pemeliharaan dan organisasi manajemen operasional tidak tersedia mengingat masyarakat setempat memiliki latar belakang pendidikan yang minim dan mata pencahariannya adalah pembajak sawah/kebun.

(5) Kondisi ekonomi masyarakat yang kurang mampu, jika kemudian harus menanggung biaya-biaya pengadaan listrik.

Berdasarkan pertimbangan di atas, EEES memilih alternatif pengadaan listrik dengan menggunakan sel surya atau pembangkit listrik tenaga surya. Listrik tenaga surya lebih fleksibel untuk dipasang di lokasi yang berjauhan dan tentunya lebih ramah lingkungan. Berikut Tabel 1. adalah perbandingan antara pengadaan listrik dengan sel surya dan genset BBM hasil dari kajian yang dilakukan.

Tabel 1. Perbandingan Pengadaan Listrik dengan Tenaga Surya dan Genset BBM

Sel Surya Genset BBM

Menggunakan bahan bakar sumber terbarukan (tenaga surya)

Menggunakan solar, untuk minimal 6 liter per hari (pemakaian 12 jam/hari). Diperlukan minimal 4 genset untuk men-supply listrik untuk jumlah unit yang telah terpasang.

Paket yang dipasang menggunakan lampu LED dengan daya tahan 50.000 –100.000 jam (10 – 20 thn)

Umumnya menggunakan lampu pijar : 500 – 1.000 jam = 0,11 – 0,22 thn, lampu neon : 5.000 – 10.000 jam = 1-2thn.

178

Selanjutnya pemerintah desa menyiapkan proposal dilengkapi data-data warga dan jumlah rumah yang akan mendapatkan listrik. Pihak perusahaan memproses pengadaan dan pemasangan listrik tenaga surya sebanyak 29 unit (sesuai data dari pemerintah desa) untuk dipasang di rumah-rumah yang membutuhkan.Pemasangan listrik tenaga surya di rumah-rumah ini diikuti dengan kegiatan sosialisasi cara perawatan dan pemeliharaan sel surya sehingga dapat dimanfaatkan secara optimal. Program ini sukses diterima masyarakat Dusun Loae pada tahun 2011 dan kemudian direplikasi di Desa Alausalo pada 2012.

Listrik yang berasal dari energi terbarukan ini dinilai baik oleh warga maupun pemerintah setempat. Sebagai bentuk apresiasi dari Pemerintah Kabupaten Wajo, Wakil Bupati berkesempatan meninjau lokasi pemasangan sel surya didampingi perwakilan dari BP MIGAS pada tanggal 22 Februari 2012.

Penggunaan listrik tenaga surya ini pada umumnya adalah untuk keperluan penerangan dalam rumah dan menghidupkan peralatan listrik lain berdaya kecil. Kini dusun-dusun di Gilireng tidak lagi kelam di waktu malam dan anak-anak usia sekolah tetap bisa belajar dengan lampu LED yang terpasang di rumahnya. Hingga Desember 2012, telah terdapat 57 rumah tangga yang memiliki penerangan. Alokasi dana yang dikeluarkan perusahaan untuk penerangan ini memang tidak banyak, secara rinci disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Rincian Dana Pengadaan Listrik Tenaga Surya di Dua Desa

PT. ENERGY EQUITY EPIC SENGKANG – Energi Terbarukan

Untuk pemeliharan cukup mudah, hanya dengan sering membersihkan panel surya, tanpa biaya dan limbah yang timbul.

Untuk pemeliharaan dibutuhkan penggantian oli mesin 2 ltr/bln, filter oli 1x/bln, filter solar 1x/bln, saringan udara 1x/6bln.

Tidak ada emisi gas ke udara saat operasi

Menimbulkan emisi gas buang berupa CO, SO2, NO2, NOx dll

Lebih ramah lingkungan Kurang ramah lingkungan

Lebih mudah dibangun dalam skala kecil misalnya untuk skala rumah tangga/ penduduk pelosok

Memerlukan infrastruktur jaringan kabel dan fasilitas pendukung lainnya

Tidak memerlukan tenaga operator khusus yang harus bersiaga setiap waktu

Diperlukan tenaga operator yang harus bersiaga setiap saat untuk mengontrol dan mengoperasikan pembangkit

Tidak ada biaya rutin kecuali penggantian bola lampu sekitar 10-20 tahun.

Biaya rutin cukup besar

Tahun Jumlah Pengadaan

Dana Lokasi

2011 25 unit Rp. 197.200.000,- Dusun Lowae Desa Mamminasae Kec. Gilireng

2012 32 unit Rp. 229.600.000,- Desa Alausalo Kec. Gilireng

179

Gambar 2. Panel Energi Listrik Tenaga Surya

2. Manfaat dan Petikan Pembelajaran

Program listrik tenaga surya di Desa Dusun Loae dan Dusun Alausalo di Kecamatan Gilireng kini sudah dapat menikmati listrik dengan daya masing-masing 1,25 kWp yang dihasilkan dari 25 unit tenaga surya untuk 25 rumah tangga, di Dusun Loae, Dea Mamminasae. Di Desa Alausalo sebanyak 32 unit dengan daya 1,60 kWp untuk 32 rumah tangga. Masyarakat mendapatkan manfaat berupa;

(1) Peningkatan kualitas sosial masyarakat, warga dapat melakukan aktivitas di malam hari seperti makan malam bersama dan aktivitas sosial dengan tetangga, acara-acara sosial lainnya yang dulunya hanya dapat menggunakan penerangan terbatas dengan lampu minyak, kini diselenggarakan lebih baik dengan lampu listrik.

(2) Menunjang peningkatan pendidikan. Penerangan yang baik di malam hari dapat menunjang anak-anak untuk belajar dan mengerjakan tugas sekolah dengan lebih panjang dan lebih baik.

(3) Menunjang kebutuhan telekomunikasi. Listrik tenaga surya dapat dipakai untuk mengisi daya telepon seluler sehingga warga dapat menikmati komunikasi nirkabel dengan baik. Akses komunikasi juga dapat membantu warga mengakses informasi harga komoditas ataupun melakukan urusan bisnis dengan pihak luar.

(4) Menunjang efisiensi energi dan waktu. Dengan tersedianya akses komunikasi maka urusan-urusan warga dapat dilakukan lebih mudah dengan telepon seluler, tidak harus menempuh jarak yang jauh dengan transportasi yang sangat terbatas.

(5) Menunjang peningkatan ekonomi. Dengan penerangan yang cukup warga dapat melakukan kegiatan ekonomi di malam hari seperti mengurus ternak, mengolah hasil pertanian, kerajinan rumah tangga dan sebagainya.

Berikut apa yang dirasakan oleh masyarakat dengan adanya penerangan listrik dengan tenaga surya.

“Kami sudah tidak perlu lagi minyak tanah yang sudah semakin langka –tinggal tekan tombol saja lampu di rumah sudah menyala, lampu tenaga surya dari Energy Equity sangat membantu kami”. (Abdullah – Warga Dusun Lowae)

PT. ENERGY EQUITY EPIC SENGKANG – Energi Terbarukan

180

“Kami tidak lagi memakai lampu minyak tanah, Senang rasanya melihat anak-anak sudah bisa belajar dengan nyaman di malam hari”.(Bungawati -Warga Ds Mamminasae)“Listrik solar cell ini adalah anugerah bagi kami, bayangkan berapa banyak uang yang harus kami bayar untuk pemasangan listrik PLN, sekarang kami bisa mendapatkan penerangan gratis tanpa biaya bulanan.”(Anwar – Warga Dusul Lowae)“Alhamdulillah, kami sudah tidak perlu ke kampung hanya untuk mengisi ulang batterai handphone, sekarang komunikasi lebih nyaman dan lancer”.(Hamzah – Warga Mamminasae)“Sejak jaman nenek moyang, kami belum pernah menikmati fasilitas listrik, saya sepertinya tidak percaya kalau warga bisa menikmati penerangan listrik di dusun Lowae ini.” (Ir. Mattuppuang – Kades Mamminasae)

Pembelajaran yang didapatkan dari program yang dikembangkan adalah dalam mengembangkan program CSR penting sekali untuk memperhatikan kebutuhan masyarakat, memperhatikan keterjangkauan dan tentunya untuk menentukan program yang tepat dan bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan dengan melakukan kajian awal.

Pelatihan untuk perawatan dan juga penyampaian informasi menjadi salah satu kegiatan yang penting agar membiasakan masyarakat merawat dan melakukan perbaikan untuk panel surya yang diberikan.

PT. ENERGY EQUITY EPIC SENGKANG – Energi Terbarukan

181PT. TIDAR KERINCI AGUNG – Energi Terbarukan

PT. TIDAR KERINCI AGUNG, KABUPATEN SOLOK SELATAN,SUMATERA BARAT

Tenaga Air Menerangi Nagari Talao

Saluran air yang berasal dari Sungai Jujuhan sepanjang kurang lebih 4 km danlebar sekitar 1 meter serta kedalaman 1-1,5 m di Jorong Talao yang dibuat TidarKerinci Agung pada tahun 1989, mulai dimanfaatkan sebagai Pembangkit ListrikTenaga Mikro Hidro (PLTMH) pada tahun 2009. Dengan dukungan dari TidarKerinci Agung (TKA) berupa peralatan dan masyarakat dalam bentuk tenaga dansebagian dana maka PLTHM pertama telah menghasilkan daya sebesar 50 kilowatt yang mampu menerangi 110 unit rumah, dengan jadwal beroperasi dari jam15.00 sore hingga jam 07.00 pagi hari berikutnya. PLTMH kedua yang dibangunpada tahun 2011, dapat menerangi 70 rumah di Sei Keruh dengan kapasitas 40kilo watt. Program pemanfaatan tenaga air untuk listrik ini juga telah mendorongmasyarakat untuk berkontribusi.

Pemanfaatan sumberdaya air yang baik dapat bermanfaat bukan hanya sebagaisumber air sehari-hari, namun juga sumber penerangan. TKA, sebagai salah satuperusahaan yang bergerak dalam bidang perkebunan kelapa sawit, menyadaripentingnya sumberdaya air bagi keberlanjutan kehidupan baik bagi perusahaanmaupun masyarakat sekitar. Perusahaan yang berlokasi di Kecamatan SangirBalai Janggo, Kabupaten Solok Selatan, Provinsi Sumatera Barat, dengan luasHGU 28.029 hektar, merupakan areal HGU yang dilalui 4 sungai besar, yakniJujuhan, Asam, Suir dan Kemarau serta 5 sungai kecil yang bermuara ke empatsungai besar tersebut yakni, Mangun, Sako Kiri, Sako Kanan, Kemarau Hitam danKemarau Putih. Hulu sungai-sungai tersebut berasal dari Taman Nasional KerinciSeblat (TNKS) dan Kawasan Hutan Konservasi Prof. Sumitro Djojohadikusumo(HKSD).

Gambar 1. Areal PT. TKA dilembah jajaran Bukit Barisan (kiri) & Gn.Kerinci(kanan)

Salah satu desa yang dekat areal TKA adalah Nagari Talao. Nagari ini terletaksebelah Barat areal perusahaan dengan jarak 3 km dari pusat kebun TKA, SeiTalang, yang dilalui oleh salah satu sungai yang berhulu di Kawasan HKSD TKA,yakni Sungai Jujuhan dengan 2 cabang anak sungai kecil, yakni Sungai Sako Kiridan Sako Kanan. Nagari Talao Sei Kunyit, terdiri atas beberapa Jorong (setingkatdusun), yakni Jorong Sei Talang, Sungai Keruh, Talao, dan Sungai Jerinjing.Jumlah penduduk Nagari ini sebanyak 5.013 jiwa dengan 1.166 KK (Data Nagariper Juni 2013) yang selengkapnya ditampilkan pada Tabel 1.

182 PT. TIDAR KERINCI AGUNG – Energi Terbarukan

Tabel 1. Data Jumlah Penduduk Nagari Talao tahun 2013

Sumber : Wali Nagari Talao Sei Kunyit

Penduduk yang tergolong usia kerja dalam warga Jorong Sei Talang 90% merupakan staf/karyawan/pekerja yang bekerja di TKA, sisanya wiraswasta yang berusaha di Pasar Sei Talang (Los yang dibangun perusahaan). Sedangkan penduduk 3 jorong lainnya 90% bekerja sebagai petani di kebun sendiri, kebun plasma kelapa sawit serta pada kebun karet dan kulit manis. Sepuluh persen (10%) merupakan masyarakat yang berusaha di bidang wiraswasta seperti warung barang kebutuhan sehari-hari, bengkel, tukang kayu dan batu, sopir, dan lain-lain.

Tahun 2009, masyarakat di Nagari Talao Sei Kunyit, masih belum banyak memiliki penerangan listrik, sekitar 95% rumah penduduk tidak memiliki prasarana penerangan listrik. Nagari Talao memang termasuk salah satu desa terpencil menurut kriteria pemerintah, penerangan listrik menjadi salah satu hal yang penting, selama ini baru warga yang mampu membeli genset untuk penerangan.TKA sendiri pada awalnya memberikan bantuan genset dan solar sebanyak 400 liter per bulan. Baru pada pertengahan 2009, tercetus gagasan untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) karena adanya sumberdaya alam berupa air yang berlimpah semenjak perusahaan membuat saluran air non permanen sepanjang ± 4 km pada tahun 1989 yang pada awalnya berfungsi untuk mengairi sawah penduduk.

2. Sumberdaya Air Sebagai Sumber Energi Listrik

Pada tahun 1989 TKA membuatkan untuk masyarakat saluran air non permanen dengan cara membendung air Sungai Jujuhan dan membelokkannya sebagian ke arah pintu masuk saluran. Panjang saluran menuju pemukiman warga di Jorong Talao ± 4 km dengan lebar saluran 0,8 m - 1 m dengan kedalaman 1 m-1,5 m. Pada awalnya tujuan dari pembuatan saluran air ini adalah untuk membantu masyarakat agar dapat bertanam padi sawah dua kali musim tanam per tahun, dengan bera (istirahat tanam padi) selama 4 bulan yang dimanfaatkan untuk bertanam palawija. Masyarakat juga memanfaatkan sumber air yang dialirkan tersebut untuk kebutuhan mandi dan mencuci.

Gambar 2. Pintu masuk air (kiri) dan saluran air menuju desa (kanan)

No. Jorong Jumlah (jiwa) KK1. Sei Talang 1.553 3332. Talao 557 1423. Sungai Keruh 1.349 1974. Sungai Jerinjing 1.554 494

Total Nagari Talao Sei Kunyit 5.013 1.166

183PT. TIDAR KERINCI AGUNG – Energi Terbarukan

Gambar 3. Kondisi air Sungai Jujuhan Pada Saat Musim Hujan November 2012

Dengan mempertimbangkan faktor ketersediaan air, kebutuhan masyarakat akan listrik, biaya yang harus dikeluarkan maka disepakati untuk membuat pembangkit listrik tenaga mikro hidro dengan tahapan persiapan sebagai berikut:

Diskusi dengan masyarakat, dilakukan untuk menyusun kesepakatan terkait persiapan pembangunan termasuk didalamnya adalah biaya, serta pemeliharaan ke selanjutnya. Akhirnya disepakati bahwa perusahaan akan memberikan modalalat mikrohidro, sementara masyarakat menyumbang tenaga. Pembangungan PLTMH 1 yang direncanakan tahap awal untuk menerangi perumahan masyarakat di Jorong Talao yang berjumlah 142 KK. Proses pembangunan yang membutuhkan waktu hampir satu tahun awal tahun 2010 PLTMH 1 mulai berfungsi. Pembangunan tersebut menghabiskan dana sebesar 250 juta rupiah dimana 200 juta rupiah berasal dari perusahaan dan 50 juta rupiah dari dana nagari dan masyarakat.

PLTMH 1 memiliki output 50 kilowatt yang mampu menerangi 110 unit rumah yang beroperasi dari jam 15.00 sore hingga jam 07.00 pagi keesokan harinya. Pemadaman dari jam 07.00 pagi hingga jam 15.00 bertujuan untuk memberi waktu istirahat kepada dinamo dan turbin agar tidak terlalu panas (over heating).

Peran perusahaan selain dari membangun unit juga membantu pemasangan jaringan induk dan jaringan menuju rumah-rumah penduduk yang dikomandoi teknisi listrik perusahaan beserta warga masyarakat. Untuk tiang beton Nagari

Menurut data Stasiun Meteorologi, curah hujan yang turun selama enam tahun terakhir, periode 2007-2012 menunjukan rata-rata 3.922 mm/tahun atau 327mm/bulan, dengan rata-rata jumlah hari hujan 151 hari hujan/tahun atau rata-rata 13 hari hujan per bulan. Tabel 2, menyajikan data curah hujan di lokasi sekitar TKA, berdasarkan hasil pengamatan di lima titik lokasi pengamatan dengan menggunakan alat pengamatan curah hujan (Ombrometer) dipasang dilokasi HGU. Khusus pada 1 lokasi dilengkapi dengan alat pengamatan Suhu Udara, Kelembaban Udara, Lama Penyinaran, dan Evaporasi. Tabel 2 menunjukkan curah hujan di kawasan TKA yang berpotensi landasan untuk membangun pembangkit listrik tenaga air.

Tabel 2. Curah Hujan Kawasan PT. TKA tahun 2007-2012

2007 2008 2009 2010 2011 2012Curah Hujan (mm) 4.357 3.551 3.385 3.977 4.341 3.922 3.922Hari Hujan 194 163 139 166 127 119 151

Deskripsi Tahun Rerata

184

dibantu sebanyak 40 batang oleh perusahaan tetangga lainnya yakni PT. KSI(Willmar Group). Setelah unit berfungsi, pengelolaan sepenuhnya diserahkankepada masyarakat, perusahaan hanya bersifat memantau dan membantumasalah teknis jika terjadi kerusakan.

Untuk dana operasional pengelola listrik selanjutnya, Nagari memungut iuranberkisar Rp. 50.000–100.000/bulan/unit rumah, tergantung perkiraan besarpemakaian. Perkiraan dilakukan dengan cara menghitung jumlah titik lampu danjenis alat elektronik yang dipakai, misal seperti televisi dan kulkas, mengingatmeteran listrik yang belum ada.

Iuran yang dipungut atas kesepakatan bersama internal Nagari digunakan untuk :a. Biaya pemeliharaan ringan saluran airb. Biaya pemeliharaan jaringan cabang menuju rumah jika ada kerusakanc. Biaya operator PLTMH 2 orang, Bendahara, Administrasi & Kepala Teknisi

yang semuanya merupakan warga masyarakat setempat.d. Pembelian meteran listrik secara bertahap

Gambar 4. Saluran permanen menuju bak penampung (kiri) dan bakpenampung (kanan)

Setelah PLTMH 1 beroperasi hampir 1,5 tahun, pertengahan tahun 2011, PLTMHini ditinjau oleh tim pemerintah terutama dari Kantor Dinas ESDM KabupatenSolok Selatan. Dari tinjauan tersebut, tim ahli dari Dinas ESDM menilai bahwadebit air yang ada masih memadai untuk dibuat satu saluran lagi sebagaipenggerak turbin yang akan memutar dinamo penghasil energi listrik.

Atas analisis lapangan tim dari Dinas ESDM serta adanya dana PNPM untukNagari Talao sebesar Rp. 300 juta, akhir tahun 2011 dimulai pembangunanPLTMH 2 dengan membuat saluran output ke-2 disamping output pertama.Ditambah bantuan TKA senilai Rp. 200 juta rupiah, proyek yang bernilai total Rp.500 juta rupiah dapat selesai dalam waktu 6 bulan sehingga diawal tahun 2012PLTMH 2 ini telah beroperasi dengan output energi sebesar 40 kilowatt yangmenerangi 70 rumah di Jorong Sei Keruh.

PT. TIDAR KERINCI AGUNG – Energi Terbarukan

185

Gambar 5. Saluran Output 1 (kanan) Output 2 (kiri) diameter 18 inch

Gambar 6. Turbin & Dinamo PLTMH 1 (kiri) PLTMH 2 (kanan)

Turbin dan dinamo PLTMH 2 ini merupakan tipe yang lebih bagus dari yang pertama. Unit ini dilengkapi radiator cooler, sehingga unit bisa beroperasi selama 24 jam nonstop, sehingga kegiatan usaha di Jorong Sungai Keruh dapat berlangsung disiang hari. Disini terdapat usaha bengkel, perabot, warung-warung yang memiliki lemari pendingin dan alat-alat listrik lainnya. Selain itu seluruh rumah pelanggan sudah dipasangi meteran listrik.

Gambar 7. Rumah Warga Permanen & Non Permanen yang telah dialiri listrik dengan meteran

PT. TIDAR KERINCI AGUNG – Energi Terbarukan

186

2. Manfaat dan Petikan Pembelajaran

Adanya listrik dengan tenaga mikrohidro memberikan banyak manfaat bagi masyarakat, antara lain anak-anak sekolah sudah dapat belajar di malam hari dan sudah dapat menonton tayangan televisi sebagai sumber berita, hiburan, pendidikan dan lain sebagainya.

Program yang dilaksanakan yang pada awalnya lebih untuk mendukung pertanian masyarakat melalui penyediaan sumberdaya air yang berkecukupan bagi masyarakat dengan menjaga kawasan hulu sungai, ternyata menjadi sebuahprogram yang saling terkait. Keberhasilan perusahaan mengembangkan program berdasarkan kebutuhan masyarakat dan kebutuhan menjaga lingkungan menjadi bagian pembelajaran yang penting bagi pengembangan program CSR lingkungan.

Keterlibatan masyarakat dan pemerintahan desa atau nagari dalam perencanaan dan pelaksanaan program menjadi bagian penting untuk mendorong keberlanjutan program yang ditunjukan dari kontribusi masyarakat pada saat pembangunan, dan sistem pengelolaan listrik yang dilakukan oleh nagari dengan adanya iuran bulanan.

PT. TIDAR KERINCI AGUNG – Energi Terbarukan

187

BAB VI.PERUBAHAN IKLIMBAB VI.PERUBAHAN IKLIM

188

189

PT. HOLCIM INDONESIA PABRIK CILACAP, JAWA TENGAH

Menikmati Udara Bersih Hutan Kota Cilacap

Hutan Kota yang dibangun PT. Holcim Indonesia di Cilacap seluas 46 hektar telahmemberikan kontribusi positif sebagai salah satu fungsi hutan yaitu menyerapkarbon dioksida (CO2) di udara. Berdasarkan perhitungan, pada tahun 2013 denganjumlah pohon sebanyak 39.932 pohon, diprakirakan dapat menyerap 66.267 tonCO2, jumlah ini naik 30 % dari tahun 2012 yang hanya menyerap 50,521 ton CO2.Upaya ini merupakan bagian dari mengatasi perubahan iklim yang dilakukan olehperusahaan, sekaligus mendukung program pemerintah Indonesia.

1. Satu Karyawan Satu Pohon

Angin berhembus pelan menyusuri area yang tampak asri dan teduh, ribuandedaunan bergoyang mengikuti irama hembusan angin, udara begitu terasa sejuk,sejauh mata memandang terlihat hamparan hijau berbagai pohon yang tumbuhsubur, seakan mereka menyapa selamat datang di Hutan Kota yang terawat danbermanfaat. Pemandangan ini akan dirasakan oleh siapa saja saat mereka memasukipabrik Holcim Indonesia Cilacap.

Keteduhan dan asrinya lingkungan pabrik Holcim Indonesia bukan datang secaratiba- tiba. Perjalanan untuk mencapai ini ditempuh dengan penuh kesungguhan dankomitmen yang tinggi dari semua pihak yakni manajemen, karyawan, kontraktor danpara stakeholders lain. Budaya cinta lingkungan terus ditanamkan dan dipupuk agarsemakin tumbuh dan berkembang yang pada akhirnya semua akan menikmatinyasebagai sebuah perilaku yang membudaya. Lingkungan adalah sahabat semua danHutan Kota Holcim Indonesia bagian dari kita untuk di jaga kelestariannya.

Awal inisiasi adanya Hutan Kota dimulai sejak pabrik Holcim Indonesia dalam tahappembangunan pada tahun 1996-1999. Saat itu, manajemen bersama seluruhkaryawan bahu-membahu merealisasikan sebuah impian hijau, menjadikan sebagianlahan yang tidak dipakai untuk proyek pabrik menjadi lahan terbuka hijau yangnantinya akan memberikan manfaat bagi alam dan lingkungannya. Berangkat dariimpian hijau, tercetuslah ide kreatif, sebuah gerakan menanam pohon “SatuKaryawan Tanam Satu Pohon“ gerakan ini telah memberi magnet yang kuat, dengankesadaran yang tinggi, semua karyawan terlibat aktif untuk membawa dan menanampohon di area yang sudah disediakan. Satu hal yang mengagumkan, begitu kuatnyasemangat menanam mendorong karyawan melakukan tanam pohon lebih dari yangdiharuskan, mereka menanam lebih dari satu pohon.

Waktu terus berjalan, bibit pohon yang ditanam terus berkembang dan tumbuhalami, asupan pupuk dan siraman air membesarkan mereka dengan sempurna.Rimbun dedaunan terus menutupi setiap jengkal tanah dimana mereka tumbuh,tumbuh dan terus tumbuh menjadi besar. Dari sinilah cikal bakal Hutan Kota HolcimIndonesia.

“Terimakasih atas peran serta PT.Holcim Indonesia Pabrik Cilacap dalam mendukung penyediaan hutan kota jenis privat, sebagai bagian ruang terbuka hijau kawasan perkotaan yang merupakan salah satu tanggung jawab perusahaan dalam rangka mempertahankan kinerja pengelolaan lingkungan hidup serta meningkatkan kualitas lingkungan kota Cilacap yang sehat, bersih hijau dan teduh”, ( Adjar Mugiono, Kepala Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Cilacap)

HOLCIM - Hutan Kota Cilacap - PI

190 HOLCIM - Hutan Kota Cilacap - PI

Ungkapan Kepala BLH tidaklah berlebihan, namun penuh makna yang sangat dalam.Pemeliharaan untuk kelestariannya adalah amanat yang harus dipenuhi, dan memastikan Hutan Kota ini tetap lestari serta memberikan makna bagi perbaikan lingkungan adalah tanggungjawab yang harus diemban oleh Holcim Indonesia. Untuk lebih fokus dalam mengemban tanggungjawab ini, Hutan Kota menjadi bagian dari tanggung jawab Departemen Technical, Environment & Quality Management System Section, dengan dukungan karyawan yang sesuai keahliannya, berbagai perubahan kearah yang lebih baik telah menunjukan hasil yang menggembirakan.

Bentuk tanggungjawab untuk menjaga kelestariannya terus diupayakan seiring dengan pentingnya arti sebuah hutan bagi kehidupan. Salah satu upaya yang terus dibina adalah menjadikan Hutan Kota ini sebagai Hutan Kota yang ideal dengan memenuhi berbagai parameter. Holcim bekerjasama untuk merancang ulang (re design) Hutan Kota sudah dilakukan, untuk ini Holcim Indonesia bekerjasama dengan Balai Penelitian Teknologi Agroforestry (BPTA) Kementerian Kehutanan.

Hasil dari kerjasama akan menghasilkan Hutan Kota yang lebih ramah lingkungan dan memberikan manfaat positif bagi lingkungan sekitarnya seperti adanya arena jogging track untuk kegiatan olah raga, jalan setapak yang bisa dilalui saat masuk hutan,adanya informasi terbuka bagi masyarakat tentang aneka tumbuhan yang ada. Lebih dari itu, Hutan Kota ini dirancang memiliki keanekaragaman hayati dengan menanam berbagai jenis pohon langka.

Upaya lain untuk terus memperbaiki Hutan Kota adalah dengan memperkaya hutan dengan berbagai jenis tumbuhan. Saat ini ada 53 jenis pohon dan akan terus ditambah dengan berbagai jenis. Dari tahun ke tahun jumlah pohon terus mengalami penambahan.

Tabel 1. Jumlah Pohon yang Ada di Hutan Kota Holcim dan Kemampuan Serapan Karbon Dioksida

Tahun 2010 2011 2012 2013Jumlah Pohon 24.256 27.586 39.812 56.164 Penyerapan CO2 /Tahun 11.494 39.462 50.521 66.046

Luas Hutan Kota mencapai 46 hektar atau 39% dari total luas area pabrik yang mencapai 118,5 hektar, hutan ini telah memberikan kontribusi positif sebagai salah satu fungsi hutan yaitu menyerap CO2 di udara. Berdasarkan perhitungan, pada tahun 2013 dengan jumlah pohon sebanyak 39.932, Hutan Kota Holcim Indonesia telah menyerap 66.267 ton CO2, jumlah ini naik 30 % dari tahun 2012 yang hanya menyerap 50.521 ton CO2.

Jumlah CO2 yang diserap adalah berdasarkan perhitungan jumlah pohon yang ada dan perkalian dari daya serap masing-masing pohon berdasarkan tabel yang telah teruji. Sebagai contoh Pohon Trembesi (Samanea saman) memiliki daya serap CO2 sebesar 28.448 kg CO2/pohon/tahun, Beringin (Ficus benyamina) 536 kg CO2/pohon/tahun dan Mahoni (Swettiana mahagoni), 296 kg CO2/pohon/tahun.

191HOLCIM - Hutan Kota Cilacap - PI

Gambar 1. Grafik Jumlah Pohon dan Penyerapan CO2/tahun di Hutan Kota Holcim

Belum cukup untuk mengatakan Hutan Kota ini termasuk kategori terbaik meskipun sudah meraih penghargaan Hutan Kota Terbaik Tingkat Jawa Tengah tahun 2011, Juara III Tingkat Nasional tahun 2012 serta Juara 1 One Billion Indonesian Trees (OBIT) Tingkat Provinsi Jawa Tengah dan mewakili Jawa Tengah untuk OBIT Tingkat Nasional 2013.

Selain fungsi pendidikan, keberadaan Hutan Kota telah memberikan manfaat lain yakni mendukung terciptanya lingkungan yang sesuai untuk pengembangan program keanekaragaman hayati (Biodiversity) dan konservasi dalam bentuk budidaya lebah madu. Pada tahun 2013, Holcim Indonesia membudidayakan lebah madu jenis Malivera, tahap pertama awal tahun ditempatkan 5 sarang dan terus dikembangkan menjadi 8 sarang.

Jenis lebah madu Malivera ini sangat potensial dan bernilai ekonomis, dalam waktu 4-6 bulan masing masing sarang sudah bisa diambil madunya. Keberadaan dan populasi lebah terus berkembang dan tidak mengalami penurunan populasi, hal ini menunjukan bahwa lingkungan disekitarnya sangat mendukung. Hal ini juga mengindikasikan bahwa lingkungan disekitar operasional pabrik ramah lingkungan dengan kata lain bahwa Lebah merupakan salah satu indikator hidup (Bioindicator)yang di gunakan oleh Holcim Indonesia untuk mengukur salah satu kinerjalingkungan.

Pengembangan atau budidaya Lebah Madu disekitar pabrik telah menjadi contoh sukses kelola lingkungan, keberadaan Hutan Kota dan banyaknya bunga dari tanaman buah disekitar pabrik yang menjadi sumber makanan Lebah turut mendukung berkembangnya populasi Lebah.

Selain Lebah Madu, ada pula Rusa Timor (Cervus timorensis) yang menjadi bioindicator lainnya yang ada di Holcim Indonesia, mereka berkembang biak secara alami, hal ini ditandai dengan bertambahnya populasi Rusa Timor menjadi 17 ekor dimana awalnya hanya 12 ekor. Keberhasilan ini merupakan salah satu indikasi bahwa area pabrik merupakan area yang ramah lingkungan.

Lebih dari sekedar Hutan Kota, keberadaan Hutan Kota Holcim Indonesia yang berjarak kurang lebih 5 kilometer dari pusat pemerintahan (Kabupaten) dan berada di lokasi yang padat pemukiman, tidaklah berlebihan kalau dikatakan Hutan Kota Holcim Indonesia adalah paru–paru Cilacap, dari pohon di Hutan Kota ini, ribuan ton oksigen dari sebuah proses alami fotosintesis dilepas ke udara bebas dan memberi kehidupan bagi ekosistem di sekitarnya, termasuk manusia.

192

Keberhasilan pengembangan hutan kota di Cilacap, dikembangkan di wilayah lainnya, diantaranya melakukan kerjasama proyek pengembangan Hutan Kota antara Holcim Indonesia dan Kementerian Kehutanan melalui Balai Penelitian Teknologi Agroforestry (BPTA) di Cigarendeng Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat. Salah satu bentuk kerjasama yaitu melakukan pengkayaan Hutan Kota dengan 3.000 tanaman langka. Tanaman langka yang sedang dikembangkan diantaranya Meranti Kalimantan, Meranti Sulawesi dan Meranti Maluku.

Pengayaan ini akan menjadikan Hutan Kota ini sebagai Pusat Penelitian Tanaman Langka atau Holcim Educational Forest bagi masyarakat luas. Masyarakat bisa memanfaatkan Hutan Kota ini untuk keperluan penelitian atau observasi, ini bagian dari CSR Holcim Indonesia dalam membantu dunia pendidikan khususnya mereka yang berkecimpung dengan dunia tumbuhan (Flora) dan kehutanan. Sebagai contoh, Meranti Kalimantan adalah pohon yang sangat istimewa dikarenakan pohon ini sudah sangat sulit di temukan di daerah asalnya, di Kalimantan. Kedepan diharapkan para pemerhati atau peneliti yang akan belajar tentang Meranti Kalimantan tidak perlu ke Kalimantan, mereka cukup datang ke Hutan Kota Holcim Indonesia.

HOLCIM - Hutan Kota Cilacap - PI

193193

PT. INDONESIA POWER UBP KAMOJANG, KABUPATEN BANDUNGJAWA BARAT

Kampung Bibit Kamojang, Inisiasi Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim

Sebanyak 35.000 bibit pohon telah ditanam di lahan seluas 10 Ha di lokasiGunung Kamojang untuk menjaga fungsi kawasan hutan sebagai penyimpancadangan air, pencegah erosi, penjaga keanekaragaman hayati, dan sekaliguspenyerap karbon dioksida. Bagi PT. Indonesia Power UBP Kamojang, KabupatenBandung, Jawa Barat, menanam pohon untuk menghijaukan areal hutanKamojang merupakan bagian penting untuk mengatasi masalah perubahan iklim.Bahkan untuk mendukung kegiatan penghijauan kawasan, perusahaanmendampingi masyarakat untuk membentuk kelompok tani yaitu Kelompok TaniBina Karya Mandiri dengan salah satu kegiatannya adalah pembibitan pohon.Sampai tahun 2013, kelompok tani ini sudah mengembangkan bibit pohon lokalseperti Puspa (Schima walicii), Manglid (Magnolia blumei), Kibeureum (Saurauiacauliflora), Kihejo, Huru (Machilus sp.) dan Kayu Manis (Cinnamomum zaylanicum)sebanyak 70.000 bibit dan mampu menyerap 16 tenaga kerja dari kelompok tani.

1. Mimpi Bersama Masyarakat atasi Perubahan Iklim

Kehidupan masyarakat di Kampung Kamojang, Jawa Barat mulai kembali bersemiketika tunas-tunas hijau bibit pohon yang dikembangkan sudah berubah menjadipohon. Upaya warga masyarakat Kampung Kamojang yang didukung program CSRPT. Indonesia Power UBP Kamojang, sejak tahun 2011 rupanya sudah mulaimemperlihatkan hasil.

Sebagai salah Badan Usaha Milik Negara, perusahaan yang beroperasi di UnitPLTP Kamojang-Darajat dan Unit PLTP Gunung Salak, mengusahakan energipanas bumi dengan kapasitas pembangkitan total sebesar 375 MW, produksitersebut bila dihitung menghasilkan emisi rata-rata 90 gr-100 gr. CO2/KWhdibandingkan sumber energi lainnya memang cukup kecil. Namun perusahaanmenyadari usaha sumber panas bumi di sekitar hutan menyebabkanberkurangnya area hijau pada hutan sehingga berpotensi mengurangi kapasitaspenyerapan Gas Rumah Kaca (GRK) di atmosfer. Sebagai langkah mengatasi halini, UBP Kamojang dibawah menfokuskan upaya konservasi kawasan hutansebagai kawasan penyerap emisi, salah satu program yang dikembangkan adalahKampung Bibit. Inisiasi ini sejalan dengan visi perusahaan yaitu, “menjadiperusahaan publik dengan kinerja kelas dunia dan bersahabat denganlingkungan”.

Kampung Bibit adalah program mengatasi isu perubahan iklim yang terjadi melauiprogram pemberdayaan masyarakat yang difokuskan pada usaha penyediaan danpengelolaan bibit pohon untuk penghijauan, berlokasi di Desa Laksana,Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung. Program ditujukan untuk:(1) Mendukung kegiatan pemerintah dalam mengatasi dampak pemanasan global,

melalui penghijauan di hulu Citarum (Hutan Kamojang).(2) Mengembalikan fungsi hutan lindung Kamojang, melalui pembibitan dan

penghijauan pohon endemik.(3) Mendukung kegiatan penghijauan di wilayah lainnya.(4) Melakukan pendampingan masyarakat sebagai upaya menjaga zona

perlindungan hutan.

INDONESI POWER UBP KAMOJANG - Kampung Bibit - PI

194194

(5) Melakukan pemberdayaan masyarakat desa di sekitar hutan berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan dan lingkungan.

Kegiatan yang dimulai dengan penilaian awal oleh tim perusahaan untuk mengetahui kondisi sosial masyarakat dilanjutkan dengan proses pembentukan kelompok tani dari ring 1 perusahaan, yang terbentuk pada tanggal 7 Juli 2011 dengan nama Kelompok Tani Bina Karya Mandiri. Kelompok terdiri dari para petani di Kampung Kamojang, dengan total anggota 66 petani, yang diketuai oleh Bapak Ade Juhana, secara kelembagaan selain disusun aturan juga disusun para pengurus yang terdiri dari Ketua, dan koordinator untuk pembibitan, peralatan, lapangan dan pemasaran.

Kelompok tani memulai pembuatan kebun bibit di lahan seluas 1 Ha dengan jenis-jenis endemik antara lan ; Puspa (Schima walicii), Manglid (Magnolia blumei),Kibeureum (Saurauia cauliflora), Kihejo, Huru (Machilus sp.) dan Kayu Manis(Cinnamomum zaylanicum). Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya untuk menghijaukan dan menjaga kawasan sumber air Desa Laksana agar tetap terjaga sebagai bagian dari upaya adaptasi perubahan iklim di kawasan ini sekaligus berfungsi untuk melestarikan kekayaan hayati jenis pohon juga menjadi kawasan penyerap emisi. Penyediaan kebun bibit sarana dan prasarana mendapatkan bantuan dari perusahaan.

Kemampuan petani dalam membibitkan jenis-jenis endemik pohon yang digunakan untuk penghijauan tidak terlepas dari proses penguatan kapasitas dan keahlian yang dilakukan oleh perusahaan, serangkaian pelatihan mulai dari penyemaian, pemeliharaan sampai penanaman telah dilakukan, seperti pelatihan penyemaian model mikrodas yang didampingi oleh DPKLTS.

Pada tahap awal tepatnya periode 2012, sebanyak 30.000 benih di semaikan di lokasi pembibitan dengan beragam jenis. Periode berikutnya tahun 2013 benih yang dikembangkan menjadi 40.000 bibit dan mulai dilakukan sertifikasi bibit pohon oleh BPTH.

Kebun bibit yang dikembangkan, digunakan untuk melakukan penghijauan di areal hulu Sungai Citarum dan sekitarnya tepatnya di Kawasan Gunung Kamojang yang merupakan kawasan dibawah pengelolaan Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) dan Perhutani. Wilayah Hutan Kamojang yang telah dihijaukan sampai dengan Tahun 2013 adalah seluas 10 Ha dengan target awal yaitu 5 Ha, dengan total bibit yang ditanam adalah 35,000 bibit pohon. Pada tahun 2012 sebanyak 28.000 bibit dan tahun 2013 hanya 7.000 bibit pohon karena musim kemarau pada saat penanaman.

Kebun bibit dan penghijuaan bukan hanya sekedar untuk mengatasi dampak perubahan iklim, namun juga untuk meningkatkan alternatif pendapatan masyarakat yang berada di lokasi perusahaan. Kebun bibit telah berhasil meningkatkan pendapatan kelompok tani, Gambar 1., menunjukkan perkembangan pendapatan kelompok tani yang terlihat meningkat di tahun 2012 pada bulan sejak program dikembangkan. Penjualan bibit yang dikembangkan di kebun bibit, merupakan sumber pendapatan karena dijual untuk penghijauan.Semula bibit memang di jual ke perusahaan PT. Indonesia Power UBP Kamojang, namun juga permintaan dari pihak lain sudah mulai berdatangan.

INDONESI POWER UBP KAMOJANG - Kampung Bibit - PI

195195

Gambar 1. Gambaran Pendapatan Kelompok Sejak Kebun Bibit Dimulai Tahun 2012

Keberhasilan masyarakat dalam mengembangkan pembibitan pohon untuk penghijauan membawa dampak positif terhadap pendapatan masyarakat. Dari bibit yang ditanam mereka mendapatkan tambahan pendapatan, tidak heran kemudian masyarakat mendengungkan kembali slogan lama yang kerap di sampaikan orang tua mereka dulu yaitu “Leweung hejo, masyarakat ngejo” (Hutan hijau, masyarakat makan, bila hutan hijau maka masyarakat pasti dapat memenuhi kebutuhan hidupnya). Dari program yang dilaksanakan selama 3 tahun, masyarakat merasakan manfaat lainnya, yaitu :

Peningkatan pengetahuan tentang penanaman pohon dan jenis pohon endemik di sekitar mereka.Peningkatan kesadaran dan munculnya kepedulian masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan sekitar demi kelangsungan kehidupan anak cucu bangsa.Gotong royong diantara masyarakat lebih aktif lagi sejak program dilaksanakan, sehingga rasa kekeluargaan semakin terjaga.Munculnya kelompok tani Bina Tani Mekar Abadi pada tahun 2013 yang termotivasi dari Kelompok Tani Bina Karya Mandri. Terciptanya lapangan kerja bagi masyarakat, dengan pengembangan kebun bibit sampai dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 16 orang (pengelola kebun bibit).

Monitoring dan Evaluasi perusahaan dilakukan setiap setahun sekali untuk menguji kesesuaian antara target & realisasi pengelolaan, ditingkat kelompok untuk melakukan pengawasan mutu produksi benih serta kelembagaan kelompok.

2. Manfaat dan Petikan Pembelajaran

Kampung bibit yang dikembangkan dari program CSR PT Indonesia Power UBP Kamojang, merupakan salah satu contoh dari upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, terutama untuk mempertahankan kondisi kawasan resapan air sekaligus hulu Sungai Citarum. Kebun Bibit yang dikembangkan masyarakat telah menjadi sumber bibit bagi penghijauan kawasan Kamojang, sekaligus menjadi contoh dalam mitigasi antara lain :

Dengan keberadaan kebun bibit yang dekat dengan lokasi kawasan untuk penghijauan maka energi yang digunakan untuk pengangkutan bibit dapat dihemat, sekaligus mengurangi emisi dari proses pengangkutan.

Rp 354.000 Rp 564.000 Rp 425.000

Rp 8.792.000

Rp 12.500.000

April Mei Juni Nopember Desembet

Pendapatan Kelompok Selama Tahun 2012

INDONESI POWER UBP KAMOJANG - Kampung Bibit - PI

196196

Penghijauan yang dilakukan merupakan upaya mitigasi perubahan iklim dengan meningkatkan daya serap karbon oleh pohon yang ditanam.Keberadaan kebun bibit dan penghijauan menjadi salah satu pendukung konservasi bagi flora dan fauna endemik yang ada di lokasi Kamojang yang selama ini mulai berkurang dan hilang karena kegiatan manusia (pembangunan, pengembangan areal operasi panas bumi PT. Indonesia Power UBP Kamojang, dll).

Program CSR Kampung Bibit untuk Adaptasi Perubahan Iklim cukup berhasil dalam pelaksanaannya, karena di dukung oleh beberapa faktor :

(1) Komitmen dari perusahaan, khususnya UBP Kamojang.(2) Model kegiatan yang dikembangkan dengan melibatkan kelompok tani yang

turut meningkatkan pendapatan kelompok merupakan kunci keberhasilan. Menggabungkan faktor lingkungan dan ekonomi dalam program biasanya cukup sulit untuk diterapkan, namun dengan kebun bibit jangka waktu untuk meningkatkan pendapatan rupanya tidak memerlukan waktu cukup lama.

(3) Kerjasama dengan pihak lain, seperti Perhutani dan BKSDA untuk lokasi penanaman merupakan menjadi bentuk kolaborasi untuk menjaga kawasan hutan sumber air di lokasi kegiatan.

(4) Pembentaukan kelompok dan pelatihan yang dilakukan secara terencana berhasil mendorong motivasi dan kemandirian kelompok, seperti diungkapkan oleh Ketua Kelompok Tani Bina Karya Mandiri, Ade Juhana:

“Pada awalnya masyarakat di sekitar Kamojang tidak banyak memahami tentang pentingnya penanaman pohon endemik guna pelestarian lingkungan, sejak bekerjasama dengan UBP Kamojang, kami mendapatkan banyak manfaat terutama dari Kebun Bibit yang dikembangkan untuk penghijauan hutan bukan hanya membuat hutan hijau tapi juga ada pendapatan.”

Dokumentasi

Foto 1. Kegiatan Persemaian Bibit Kelompok Tani Bina Karya Mandiri

INDONESI POWER UBP KAMOJANG - Kampung Bibit - PI

197197

a. Kegiatan Persemaian Kelompok Tani Bina Karya Mandiri dengan Masyarakat

b. Kegiatan Penanaman Pohon Bersama Masyarakat Sebanyak 7.000 Pohon diArea Kamojang

INDONESI POWER UBP KAMOJANG - Kampung Bibit - PI

198

PT. JABABEKA TBK, CIKAMPEK, JAWA BARAT

Jababeka Botanic Garden Upaya Adaptasi Perubahan Iklim Perkotaan

Pengembangan Kebun Raya (Botanic Garden) seluas 70 Ha di areal kawasanindustri dengan 5.600 Ha, merupakan salah satu upaya untuk mengatasiperubahan iklim. Hampir 163 jenis tumbuhan yang ditanam diantaranya adalahpohon yang diharapkan mampu menyerap karbon dioksida, dengan usia pohon 6tahun lebih dari jenis-jenis antara lain asam jawa (Tamarindus indica), randuagung (Bombax malabarica) trembesi (Samanea saman) karet anting (Ficuselastica), turi (Sesbania Gandiflora) yang ditanam sejak 2007, diprakirakan dengantotal 125.372 pohon mampu menyerap karbon dioksida sebesar 129.404 pertahun.

1. Program Botanic Garden

PT. Jababeka Tbk. merupakan perusahaan pengembangan kawasan industriswasta pertama di Indonesia dengan kualitas pelayanan yang terbaik. Berlokasi diCikarang-Kabupaten Bekasi, di wilayah timur Kota Jakarta, tepatnya di gerbangtol keluar Cikarang Barat km.31 ruas jalan tol Jakarta-Cikampek. KawasanIndustri Jababeka dikembangkan secara bertahap seluas 5.600 Ha. Selanjutnyaakan dibuka gerbang tol km. 27 dan km. 34 sebagai akses langsung menujuJababeka.

Dengan Visi : “Menjadi pengembang kota terbaik yang ramah lingkungan danterpercaya”, dan Misi : "Terpercaya, profesional dan selalu berjuang melampauiharapan", pada awalnya PT. Jababeka hanya mengembangkan kawasanindustri,tetapi seiring dengan pesatnya perkembangan industri di kawasan timurKota Jakarta, maka PT. Jababeka merasa perlu membangun sarana-saranapendukung lingkungan industri, diantaranya adalah : perumahan, sarana olahraga/entertainment, area komersial/bisnis, tempat pendidikan, tempatrekreasi/hotel, perkantoran, dan pusat niaga yang disediakan untuk memberikanpelayanan terbaik bagi dunia industri yang tumbuh dengan harmonis di dalamKota Jababeka yang asri.

Botanic Garden sebagai upaya adaptasi terhadap perubahan iklim, paru-paru kota,edukasi lingkungan, wisata dan perlindungan keanekaragaman hayati.Perencanaan adaptasi terhadap perubahan iklim di Jababeka pada awalnyadidasarkan atas hasil identifikasi data dan informasi rona lingkungan awal yangmenggambarkan keanekaragaman hayati pada saat kawasan Jababeka akandikembangkan. Jababeka pada masa lampau merupakan suatu wilayah hunianyang berdiri diatas hamparan lahan yang berupa lahan pertanian tadah hujan,sawah, rawa dan pertanian dengan irigasi teknis. Dari hasil pengukuran terdapatkeanekaragaman jenis vegetasi sebanyak 2.082, maka dapat dikategorikanJababeka memiliki keanekarakaman jenis vegetasi rendah.

Jababeka yang dikembangkan sebagai pelopor kawasan industri, kawasanperumahan dan didukung sarana perkotaan modern maka perlu didukung olehkondisi lingkungan yang nyaman dan terjaga baik. Adanya perubahan iklim jugamendorong Jababeka untuk beradaptasi dengan perubahan yang ada. Untuk itudalam beradaptasi dengan perubahan iklim, Jababeka melakukan pengelolaankeanekaragaman hayati yang dimaksudkan untuk mendukung fungsi perkotaanyaitu terjaganya keseimbangan ekosistem industri, perumahan dan sarana

JABABEKA - Botanic Garden - PI

199

pendukung lainnya. Oleh karena itu kebijakan perlindungan keanekaragaman hayati di Jababeka pada dasarnya bertujuan untuk : 1) Pengelolaan lingkungan hijau untuk meningkatkan adaptasi perubahan iklim

dan peningkatan keanekaragaman hayati.2) Menyelamatkan dan melindungi keanekaragaman hayati yang masih dapat

ditemui di dalam ekosistem setelah terjadi alih fungsi lahan. (SAVE).3) Memperkaya keanekaragaman hayati secara signifikan sebagai cadangan

plasma nutfah (DEVELOPE).4) Memanfaatkan keanekaragaman hayati sebagai sarana pendidikan,

penelitian, cadangan pangan dan energi alternatif (USE).

Untuk mencapai tujuan meningkatkan adaptasi perubahan iklim melalui pengelolaan keanekaragaman hayati terpadu di Jababeka telah ditetapkan sasaran dan rencana kerja secara rinci baik jangka pendek (1-2 tahun) maupun jangka panjang (5-10 tahun). Masyarakat yang menjadi sasaran dari program ini adalah masyarakat di dalam dan diluar kawasan. Masyarakat di dalam adalah tenant-tenant industri dan perumahan sedangkan masyarakat diluar kawasan industri adalah pihak-pihak yang ada diluar kawasan tetapi memiliki kepentingan terhadap kawasan yang hijau.

Selain itu untuk memperkaya pengetahuan dalam mengimplementasikan pengelolaan kanekaragaman hayati, Jababeka melakukan kemitraan untuk saling tukar informasi, diskusi bersama (FGD), dan bantuan lainnya dengan 11 mitra kerjasama dari berbagai lembaga atau asosiasi diantaranya : Taman Burung Taman Mini Indonesia Indah, The Indonesian Bonsay Society, President University Botanist Club, Kebun Raya Bogor, Graha Asri Bird Club, Kampoeng Djamu Marta Tilaar, Asbindo, Yayasan Kehati, dan Trubus (majalah).

2. Penyerapan Emisi CO2

Jababeka Botanic Garden tidak dapat dipisahkan dengan Jababeka, karena apabila kita bicara Jababeka Botanic Garden maka yang dimaksud adalah seluruh Kawasan Jababeka yang terdiri dari berbagai macam spesies tanaman yang terdapat didalamnya. Pencapaian program yang sudah dapat direalisasikan dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2012 tercatat bahwa sebaran populasi pohon sudah mencapai 125.372 pohon. Pohon utama yang tumbuh di ekosistem awal yakni ekosistem pekarangan/kebun hanya tercatat 18 spesies. Pengkayaan spesies pohon yang dapat tumbuh subur di Jababeka telah mencapai kurang lebih 163 spesies.

Tabel 1. Prakiraan Serapan Karbon dari Pohon yang Ditanam Botanic Garden di Jababeka

Jumlah Pohon di Jababeka dan Penyerapan CO2/tahun

2007 2008 2009 2010 2011 2012

Jumlah Pohon 105.409 106.704 109.311 110.772 123.949 125.372

Penyerapan CO2/thn 76.688 80.627 104.234 112.492 113.208 129.404

JABABEKA - Botanic Garden - PI

200

Gambar 1. Grafik Serapan CO2 dari Pohon yang Ditanam di Botanic Garden Jababeka

3. Monitoring dan Evaluasi

Implementasi dan realisasi adaptasi perubahan iklim dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2012 adalah sebagai berikut:

, melakukan adaptasi perubahan iklim dengan penyelamatan keanekaragaman hayati sebagai lingkup konservasi in-situ yaitu penyelamatanpohon-pohon tua yang merupakan vegetasi asli, yang tersisa dan berhasil diselamatkan. Ada empat jenis pohon yang menjadi “pohon terindah” di Jababeka yaitu : asam jawa (Tamarindus indica) terdistribusi di 10 lokasi, randu agung (Bombax malabarica) merupakan maskot pohon Kota Jababeka, trembesi (Samanea saman) pohon ini menghiasi landmark boulevard Jababeka, dan karet anting (Ficus elastica).

melakukan adaptasi perubahan iklim dengan memperkayakeanekaragaman hayati yang merupakan lingkup konservasi ex–situ (diluar kawasan aslinya) yaitu pengembangan botanic garden sekitar 70 Ha. Botanic Garden Jababeka mulai dibuka pada hari Kamis, 8 Maret 2007, Menteri Negara Lingkungan Hidup, Ir. Rachmat Witoelar didaulat untuk menanam pohon salam (Syzygium polyantum). Setelah itu diikuti oleh Mantan Duta Besar Singapura, Edward Lee menanam kayu manis (Cinamomun burnamii), dan Presdir Jababeka, S.D. Darmono menanam sawo kecik (Manikara kauki). Rektor Presiden University, Prof.Dr. Muliawati G. Siswanto menanam pohon kola (Cola nitida). Itulah awal dibukanya Jababeka Botanic Gardens yang saat ini di area tersebut telah berhasil dihijaukan 30 Ha.

Jababeka Botanic Garden disiapkan Jababeka sebagai paru-paru kota yang juga memiliki fungsi penyelamatan, pengembangan keanekaragaman hayati dan penyeimbang ekosistem mupun sosiosistem. Sampai Tahun 2013 Jababeka Botanic Garden berisi banyak spesies flora fauna baik itu asli maupun spesies tambahan yang bertujuan untuk memperkaya ekosistem botanic garden. Fungsi penyeimbang sosiosistem karena botanic garden memberi kemanfaatan sosial budaya bagi masyarakat luas. Pencapaian kinerja Jababeka Botanic Gardenmemperoleh pengakuan CSR Award Nasional bidang Lingkungan oleh Menteri Sosial pada tahun 2009.

Koleksi tanaman di botanic garden dapat diklasifikasikan : 1) Pohon spritual (bodi, kurma, cemara aucaria, tin, sintok, dll); 2) Pohon Langka (baobab, gaharu,

020,00040,00060,00080,000

100,000120,000140,000

2007 2008 2009 2010 2011 2012

Jumlah PohonPenyerapan CO2/tahun

Jumlah Pohon di Jababeka Botanic Garden dan Penyerapan CO2/tahun

JABABEKA - Botanic Garden - PI

201

menteng, gandaria, jamblang kraton, kepel, dll); 3 ) Pohon Habitat (bintaro, beringin, bambu, jarak, salam, dll); 4) Pohon buah yaitu mangga, jeruk, kecapi, matoa, sukun, dll); 5) Pohon industri yaitu : jati, sengon, kapuk, merbau, meranti merah, kedaung, dll); dan 6) Tanaman Hias (flamboyan, akasia golden, tiara payung, dadap merah, dll).

Kekayaan vegetasi di botanic garden baik pohon, semak, rumput, badan air, telah menciptakan mata rantai makanan yang sempurna. Saat ini dapat dijumpai lebih 75 spesies burung (ket : hasil survei tim Taman Burung TMII Th. 2010) di botanic garden. Sangat kaya dibandingkan sebelum kawasan Jababeka dibangun, hasil identifikasi rona awal tercatat tidak lebih dari 11 spesies. Bahkan peneliti dari taman burung TMII menyatakan secara hipotetik, sebagian burung-burung di Kepulauan Seribu Jakarta ada yang bermigrasi ke Jababeka Botanic Garden.

Saat ini pun telah dilakukan pertanian organik dengan membuat demplot 5000 m2 di dalam botanic garden. Sumber daya manusia yang mengelola diambil dari pemuda putus sekolah dan dilatih di Karang Widya Foundation Cianjur selama 4 bulan. Dengan adanya pertanian organik ini tanaman koleksi Jababeka Botanic Garden telah bertambah, yaitu jenis tanaman komoditi organik yang membawa manfaat ekonomis seperti pakchoi, caisim, kacang kapri, jagung muda, bayam merah, ikan patin, apotek hidup dan lainnya yang sesuai dengan kondisi di botanic garden. Upaya yang dilakukan untuk adaptasi terhadap perubahan iklim dalam organic farm adalah melalui upaya penggunaan mulsa plastik, penggunaan bibit unggul dan penggunaan greenhouse. Penggunaan mulsa plastik diharapkan mampu mengurangi penguapan air dan mengurangi penyiraman.

Nursery Jababeka yang berlokasi di area Jababeka Botanical Garden mulai beroperasi pada akhir tahun 2011 dan merupakan nursery yang dikelola langsung oleh Jababeka. Tanaman yang ada di nursery ini berasal dari tanaman yang ada di Kawasan Jababeka dengan metode perbanyakan semai biji, stek dan cangkok. Nursery ini menempati lahan seluas 4.5 ha selain berfungsi sebagai bank tanaman untuk keperluan upgrade maupun pembuatan landscape di kawasan (Industri, perumahan dan golf), juga berfungsi sebagai pusat penyelamatan dan pemberdayaan keanekaragaman hayati. Nusery Jababeka adalah salah satu upaya mitigasi terhadap perubahan iklim karena dengan nursery, perbanyakan pohon dapat dilakukan dengan cepat dan efisien yang diharapkan kedepannya dapat mengurangi efek rumah kaca.

Untuk melaksanakan dan menangani pengelolaan keanekaragaman hayati maka didukung tim lintas departemen di Jababeka dalam organisasi matrix yang terdiri dari departemen perencanaan (prodev), estate management (pemeliharaan dan regulasi), customer service (hubungan ke tenant/pelanggan) dan community development/corporate social responsibility (hubungan dengan pemerintah pusat/daerah serta masyarakat di dalam dan diluar kawasan). Partisipasi stakeholders juga terlibat aktif memberikan masukan dan melakukan kerja bersama dalam program-program keanekaragaman hayati.

dalam rangka adaptasi terhadap perubahan iklim yang memanfaatkan keanekaragaman hayati sebagai sarana pendidikan, penelitian, cadangan pangan dan energi alternatif (Use Program). Potensi keanekaragaman hayati di botanic garden ternyata mampu mendorong sekolah-sekolah, perguruan tinggi, lembaga penelitian, kelompok sosial, para pencinta tanaman baik lingkup lokal, regional, dan nasional untuk berkunjung, belajar, saling diskusi, maupun penelitian yang bermanfaat. Botanic garden juga menjadi pusat untuk menebarkan semangat dan

JJABABEKA - Botanic Garden - PI

202

memberi inspirasi untuk melibatkan partisipasi stakeholders (pelaku industri, pebisnis, warga perumahan, warga sekitar, pemerintahan, pelajar dan mahasiswa). Beberapa kegiatan yang dilakukan adalah kunjungan dari berbagai sekolah untuk mengenal bercocok tanam organik, gerakan mencintai tanaman sejak usia dini bersama Kak Seto, penggalakan biopori bersama Prof. Kamir dari IPB.

Keberhasilan Jababeka dalam melakukan adaptasi perubahan iklim melalui pengembangan keanekaragaman hayati juga tidak terlepas dari partisipasi masyarakat. Salah satunya adalah Komunitas Pecinta Burung yang ada di Wilayah Jababeka dan sekitarnya. Berdasarkan data yang didapat, ada sekitar 85 orang pecinta burung dan 4 buah penangkaran burung yang bernaung dibawah organisasi pecinta burung “Jababeka Bird Club” (Jababeka BC). Bahkan dari hasil sharing dan tukar pendapat, Jababeka Botanic Garden dan Jababeka BC telah menghasilkan sebuah panduan dan tata cara menangkar burung love bird.

Partisipasi stakeholders juga berperan penting dalam pengelolaan keanekaragaman hayati seperti terlihat dalam peran stakeholders dalam ikut serta mengembangkan botanic garden. Keterlibatan stakeholders diyakini menjadi unsur paling penting untuk pengelolaan keanekaragaman hayati yang berkelanjutan. Partisipasi masyarakat bukan untuk menanam pohon, tetapi lebih “menanam orang” agar tiap individu berkesadaran untuk mengenali, mencintai, dan menanam pohon serta mengajak orang lain untuk melakukan hal yang sama. Agak sulit untuk membuat masyarakat berpartisipasi aktif peduli terhadap lingkungannya, maka upaya yang dilakukan untuk membangun partisipasi masyarakat adalah mengadakan lomba lingkungan (antar warga) pada tahun 2009 dengan tema “Lingkunganku Sehat dan Nyaman”, Tahun 2010 dengan tema “Biopori Menyelamatkan Lingkunganku”.

Keterlibatan partisipasi aktif masyarakat, jejaring sosial, komunitas blogger Indonesia, maupun media cetak dan elektronik juga memuat dalam publikasi online tentang Jababeka Botanic Garden. Terakhir dapat dilihat dalam berita, Komunitas Amprokan Blogger Indonesia melepas ratusan burung merpati, tekukur, gelatik di Jababeka Botanic Gardens pada Hari Minggu 18 September 2011. Testimoni dari seorang blogger mengenai keindahan dan kenyamanan berada di botanic garden ada di Gowes Pagi di Jababeka Botanical Garden -Oktober 24, 20121,d an testimoni mengenai kesejukan di Botanic Garden2. Pada tahun 2012, sebagai upaya untuk mengurangi pemanasan global, CSR Jababeka bekerja sama dengan Allianz menanam pohon trembesi di dalam botanic garden dan fasos-fasum di dalam lingkungan Jababeka.

Sangat sulit menciptakan lingkungan hijau seperti yang ada saat ini. Akan tetapi Jababeka yang peduli terhadap lingkungan berhasil membentuk lingkungan ini menjadi lebih hijau dengan memberikan lebih banyak ruang hijau dan mengajak masyarakat berpatisipasi aktif dalam menciptakan, merawat dan memanfaatkan area Botanic Garden. Dampak positif yang dirasakan oleh perusahaan setelah melakukan kegiatan CSR lingkungan ini adalah adanya lingkungan perusahaan yang hijau sehingga mendorong peningkatan nilai investasi properti baik industri maupun perumahan, dimana saat ini kepedulian masyarakat global terhadap kebutuhan akan lingkungan hijau sudah tinggi.

1Sumber bisa dilihat di: https://hapesurya.wordpress.com/2012/10/24/gowes-pagi-di-jababeka-botanical-garden/2Sumber bisa dilihat di: http://amriltg.wordpress.com/2011/11/14/meniti-kesejukan-pagi-di-botanical-garden-kota-jababeka/

JABABEKA - Botanic Garden - PI

203

DOKUMENTASI

Koridor pohon turi di Jababeka Botanic Jogging track di Jababeka Botanic Garden Garden

Garden

Jababeka Botanic Garden Pelepasan Merpati di Jababeka Botanic Garden

Penanaman pohon Jababeka bersama Belajar bercocok tanam organikAllianz

JABABEKA - Botanic Garden - PI

204

205

BAB VII.PENDIDIKAN LINGKUNGANHIDUP

BAB VII.PENDIDIKAN LINGKUNGANHIDUP

207

PT. ADARO INDONESIA, KABUPATEN BALANGAN, KALIMANTAN SELATAN

Pendidikan Lingkungan Hidup Di Sekolah : Pendampingan SMPN 4 Paringin,Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan, Menuju Sekolah Adiwiyata

Sekolah menjadi bagian penting dalam mengubah pola pikir dan pola tindak atauperilaku siswa terhadap lingkungan sekitar dan global. PT. Adaro Indonesia danBadan Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan sejak tahun 2010 mendampingisekolah SMPN 4 Paringin di Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan untukmenerapkan sekolah berbudaya dan peduli lingkungan dengan serangkaiankegiatan termasuk diskusi bulanan tentang lingkungan yang diikuti guru dansiswa, kegiatan berkebun, dll. Penerapan sekolah peduli dan berbudayalingkungan dibuktikan dengan mendapatkan penghargaan Adiwiyata yaitupenghargaan bagi sekolah yang sudah memenuhi kriteria berbudaya dan pedulilingkungan yang dikembangkan oleh Kementrian Lingkungan Hidup (KLH). Kriteriatersebut antara lain adanya perubahan prilaku dari seluruh elemen sekolah baiksiswa, guru, komite, petugas administrasi, kantin, penjaga sekolah sertamasyarakat di sekitar sekolah dalam mengelola lingkungan antara lain mengelolasampah, kebun dan kantin sekolah, dll. Keberhasilan SMPN 4 Paringin telahmenginspirasi sekolah lain dan Dinas Pendidikan Kabupaten Balangan mendorongsekolah lain untuk menajdi sekolah Adiwiyata.

1. Pelibatan Sekolah dalam Program CSR Lingkungan Perusahaan

Sumberdaya manusia memegang peranan penting dalam mendorong perbaikanlingkungan. Upaya yang dilakukan oleh Adaro menjadikan sekolah sebagai salahsatu kelompok sasaran program CSR memang cukup strategis. Mengingat saat inidi Kabupaten Tabalong dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk, makasekolah menjadi salah satu lembaga yang penting dalam mencetak sumberdayamanusia yang lebih berkualitas dan memiliki kepedulian lingkungan. Tahun 2010jumlah penduduk kabupaten Balangan berjumlah sekitar 102.192 jiwa, denganjumlah anak sekolah mencapai 20.831 murid atau 20% dari jumlah penduduk.Hal ini menjadi potensi penting daerah bagi masa mendatang.

Selaras dengan visi, misi, dan komitmen perusahaan yang mengintegrasikan aspeklingkungan hidup dalam kebijakan dan kegiatan perusahaan, memperkuat peransekolah di bidang lingkungan dilakukan dengan mendorong sekolah mengikutiprogram Sekolah Adiwiyata. Program Sekolah Adiwiyata merupakan programPendidikan Lingkungan Hidup (PLH) yang dikembangkan oleh KementerianLingkungan Hidup (KLH) bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan danKebudayaan sejak tahun 2006. Program ini berupaya mendorong terciptanyapengetahuan dan kesadaran warga sekolah dalam upaya pelestarian lingkunganhidup melalui serangkaian kurikulum yang diajarkan di sekolah. Dalam programini diharapkan setiap warga sekolah dapat ikut terlibat dalam kegiatan sekolahmenuju lingkungan hidup yang layak dan berupaya menghindari dampaklingkungan hidup negatif. Melalui program ini, para peserta didik di tingkatSekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah MenengahAtas (SMA) diharapkan dapat memahami pentingnya aspek lingkungan hidupdalam kehidupan mereka sehari-hari. Dengan memahami pentingnya artilingkungan hidup, diharapkan dapat menjadi bekal bagi anak didik untuk dapat

PT. ADARO INDONESIA - PLH

208

lebih berperan dalam melindungi dan mengelola lingkungan hidup pada saat mereka kelak terjun ke masyarakat.

Program CSR yang dikembangkan Adaro untuk meningkatkan kapasitas sumberdaya manusia yang lebih peduli lingkungan adalah dengan mendukung munculnya sekolah-sekolah yang memiliki kepedulian dan berbudaya lingkungan, bersama dengan Badan Lingkungan Hidup dan Kebersihan setempat. Perusahaanmemulai program rintisan mendampingi sekolah SMPN 4 Tabalong pada tahun 2010 yang menjadi cikal bakal Sekolah Adiwiyata pertama di Kabupaten Balangan.

2. Proses Pendampingan

Sebagai bagian dari program CSR Adaro Indonesia, program pendampingan sekolah peduli dan berbudaya lingkungan tidak terlepas dari proses Plan-Do-Act-Check (PDCA) yang meliputi perencanaan, sosialisasi, dan monitoring dan evaluasi.

(1) Perencanaan, pada tahap awal program Unit CSR, Adaro, bersama dengan Pemerintah Kabupaten Tabalong, Badan Lingkungan Hidup danKebersihan, melakukan proses perencanaan bersama. Salah satu keputusan penting yang diambil dalam proses perencanaan ini adalah menentukan sekolah yang akan didampingi. Kedekatan lokasi sekolah dengan perusahaan dan kesiapan sekolah menjadi landasan keputusan untuk memilih SMPN 4 Paringin menjadi sekolah contoh yang akan didampingi periode tahun 2010-2011. Perusahaan berkomitmen untuk membiayai pelaksanaan program Adiwiyata untuk tahun ajaran tersebut.

(2) Pelaksanaan, tahap penting dalam pelaksanaan program adalah melakukan sosialisasi agar sekolah mengetahui dan memahami program Adiwiyata. Dengan difasilitasi Adaro Indonesia, kegiatan sosialisasi ini dilakukan kepada warga sekolah, guru, karyawan dan siswa. Rangkaian kegiatan penguatan sekolah dalam rangka menjalankan program Adiwiayata dilakukan melalui serangkaian lokakarya, seminar, dan ceramah dengan menghadirkan narasumber yang kompeten di bidangnya. Seri lokakarya mengupas tentang :a. Integrasi pendidikan lingkungan hidup dalam Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP).b. Pengelolaan lingkungan hidup;c. Ceramah bulanan yang meliputi materi tentang:

Cara bercocok tanam, berkebun, dan pemupukan tanaman oleh Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Tabalong dilaksanakan 2 kali.Perilaku Hidup Bersih dan Sehat oleh Puskesmas Paringin dan Paringin Selatan dilakukan selama periode 2010-2012 sebanyak 2 kali.Kebersihan dilihat dari Perspektif Agama Islam oleh Kantor Kementerian Agama Kabupaten Tabalong dilakukan 1 kali.Narkoba dan Bahayanya oleh Badan Narkoba Kabupaten Tabalongdilakukan 1 kali.

Isu penting lain terkait dengan isu lokal adalah tentang sumberdaya alam sekitar, dalam rangkaian pertemuan dengan pihak sekolah, Adaro tak lupa memberikan informasi dan wawasan mengenai kegiatannya, dampak kegiatannya terhadap lingkungan, serta kegiatan pengelolaan lingkungan yang telah dilakukan. Guru-guru dan siswa juga diberi kesempatan untuk

PT. ADARO INDONESIA - PLH

209

melihat langsung kegiatan operasional perusahaan di lokasi penambangan (mine visit). Kesempatan semacam ini dapat menjadi media komunikasi yang sehat dan terbuka antara perusahaan dan masyarakat sehingga dapat meminimalisasi persepsi negatif diantara kedua pihak.

(3) Monitoring dan Evaluasi. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi (Monev) program dilakukan secara berkala setiap triwulan. Seluruh kegiatan ditelaah oleh pengelola program di sekolah untuk melihat sejauh mana rencana kegiatan yang dibuat dapat terlaksana. Di samping itu, kegiatan konsultasi dilakukan dengan meminta saran dan pendapat dari para pemangku kepentingan sekolah dan pihak-pihak terkait.

Sebagai bentuk akuntabilitas dari para pelaksana program, setiap triwulan seluruh kegiatan program dilaporkan secara tertulis, disertai dengan dokumentasi berupa foto, catatan kegiatan, dan rincian penggunaan dana bantuan. Laporan ini disampaikan kepada Bupati Balangan, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Balangan, Kepala Badan Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Tabalong, Ketua Komite Sekolah, dan CSR Department Head Adaro. Berdasarkan laporan tersebut, kemudian dilakukan evaluasi terhadap sasaran yang telah, belum, atau tidak tercapai, kendala yang ditemui, upaya /solusi yang dilakukan dan langkah penyempurnaan jika diperlukan.

2. SMPN 4 Paringin Menuju Sekolah Adiwiyata Di Provinsi Kalimantan Selatan

Rupanya program CSR PT. Adaro untuk melibatkan sekolah, mulai terlihat nyata ketika sekolah yang didukung dan didampingi melalui program CSR selama 2010-2011 menunjukkan perubahan yang terukur menurut penilaian progam Adiwiyata, antara lain :

(1) Kebijakan, sudah memperlihatkan adanya visi dan misi yang memiliki perspektif lingkungan seperti tercantum dalam visi sekolah yang direvisi yaitu: “Menjadi sekolah yang terpercaya di masyarakat untuk mencerdaskan bangsa dalam rangka mensukseskan wajib belajar, dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup dalam menghadapi era globalisasi” dan Misi yaitu :

Menyiapkan generasi unggul yang memiliki potensi di bidang Imtaq dan IPTEKMembentuk sumber daya manusia yang kreatif dan lnovatif yang sesuai dengan perkembangan zamanMembekali peserta didik memiliki kesadaran, kepedulian, dan berbudaya lingkunganMembekali peserta didik memiliki kemampuan mulai dari sarana dan prasarana yang sudah mencerminkan adanya pengelolaan lingkungan yang lebih baik.

Masih dari kebijakan, untuk keberlanjutan program Adiwiyata, sekolah juga sudah mengalokasikan anggaran untuk kegiatan program Adiwiyata dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Sementara (RAPBS) Kabupaten Balangan.

(2) Kurikulum Berbasis Lingkungan. Penerapan kurikulum berbasis lingkungan yaitu dengan mengintegrasikan PLH dalam beberapa mata

PT. ADARO INDONESIA - PLH

210

pelajaran tertentu serta mendukung guru/pendidik untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang kondisi lingkungan sekitar danpersoalannya serta kontribusi seluruh elemen sekolah dalam pengelolaannya. Hal ini dicontohkan dengan mulai munculnya kesadaran dari seluruh anggota sekolah (siswa, guru, staf sekolah,orang tua), serta adanya perubahan perilaku siswa yang cukup nyata. Salah satunya adalah siswa, guru dan seluruh sekolah mulai mengurangi sampah, menempatkan sampah pada tempat yang disediakan baik organik dan anorganik. Dengan termuatnya PLH dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMPN 4 Paringin siswa mulai memanfaatkan sampah plastik kayu dan kertas untuk dijadikan bahan seni kriya.

(3) Sarana dan Prasarana. Penerapan program lingkungan di sekolah juga turut membawa perubahan dalam pengelolaan sarana dan prasarana sekolah, menjadi lebih hijau dengan ragam tanaman yang ditanam dan dipelihara bersama siswa, serta menjadi media pembelajaran siswa. Pemasangan listrik tenaga surya (solar cell), tersedianya fasilitas sanitasi untuk menunjang kesehatan dan kebersihan sekolah melalui pemisahan sampah organik dan anorganik, tersedianya Tempat Pengelolaan Sampah (TPS) dan tersedianya kantin yang bersih dan sehat.

(4) Kegiatan Partisipatif, salah satu kegiatan partisipatif yang berhasil dikembangkan sekolah adalah dilakukannya Aksi Jumat Bersih, dimana sekolah melakukan aksi membersihkan lingkungan sekitar bersama-sama. Kegiatan ini bukan hanya membuat bersih lingkungan sekolah, melainkanjuga mendekatkan sekolah dengan lingkungan sekitar.

Perubahan yang terjadi di sekolah tersebut, telah membawa sekolah mendapatkan penghargaan Adiwiyata pada tahun 2011, bahkan menjadi sekolah Adiwiyata terbaik di Kalimantan Selatan. Keberhasilan program CSR Adaro melalui kerjasama dengan BLH dan Dinas Pendidikan menghasilkan model sekolah peduli dan berbudaya lingkungan pertama di Kabupaten Balangan.

Keberhasilan dari program tidak hanya dirasakan oleh sekolah tapi juga oleh berbagai pihak, antara lain:

(1) Bagi masyarakat:melalui “Kegiatan Berbasis Partisipatif” seperti “Aksi Jumat Bersih”, masyarakat dapat menikmati lingkungan yang lebih bersih yang pada akhirnya akan meningkatkan kesehatan bagi masyarakat pada umumnya.

(2) Bagi internal PT. Adaro Indonesia:berkurangnya potensi konflik dengan masyarakat sekitar berkaitan dengan kegiatan perusahaan, antara lain disebabkan oleh adanya forum komunikasi antara perusahaan dan masyarakat yang dapat meningkatkan saling pengertian di antara kedua pihak.meningkatnya persepsi positif dari masyarakat terhadap perusahaan karena sudah memperhatikan aspek lingkungan yang berkaitan erat dengan kebersihan dan kesehatan. Pada akhirnya dengan meningkatnya kesehatan bagi masyarakat sekitar yang sebagian bekerja di perusahaan, maka akan mengurangi tingkat absensi pekerja yang selanjutnya dapat meningkatkan produktifitas perusahaan.meningkatnya profil perusahaan sebagai perusahaan yang telah melaksanakan Corporate Social Responsibility khususnya di bidang lingkungan hidup.

PT. ADARO INDONESIA - PLH

211

Selain itu keberhasilan sekolah SMPN 4 Paringin rupanya menjadi acuan bagi Dinas Pendidikan Kabupaten Balangan dalam mengembangkan model sekolah peduli dan berbudaya lingkungan, bahkan Kepala Dinas Pendidikan Balangan, Bapak Edy Yulianto dalam salah satu pernyataannya di media online (Metro7 news), menyampaikan bahwa :

“Keberhasilan dan prestasi yang telah diperoleh SMPN 4 Paringin hendaknya menjadi motivasi bagi sekolah lain. Dalam program yang telah di susun juga termasuk peningkatan motivasi guru dan murid untuk lebih tertarik serta ikut serta menerapkan Adiwiyata dilingkungan sekolah mereka,” (Edy Yulianto, Kepala Dinas Pendidikan Balangan dalam Metro7 Online 13 Desember 2013).

3. Petikan Pembelajaran

Keberhasilan program tidak terlepas dari upaya merangkul pihak terkait dalam pelaksanaan program, yaitu Dinas Pendidikan dan Badan Lingkungan Hidup Daerah. Selain pelaksanaan di lapangan, Adaro melakukan pendekatan pada pengambil keputusan, dalam hal ini DPRD untuk mendorong adanya keberlanjutan program di sekolah, mengingat jumlah sekolah yang ada di Kabupaten Balangan sekitar 274 sekolah (Sekolah Dasar sampai Menengah Atas/Kejuruan). Tentunya, untuk menjadikan semua sekolah berbudaya dan peduli lingkungan akan membutuhkan dukungan pembiyaan yang besar, dan tidak semua dapat diakomodir oleh perusahaan. Strategi melibatkan pengambil keputusan untuk mengalokasikan anggaran penerapan pendidikan lingkungan hidup melakui sekolah Adiwiyata dalam RAPBS dan disetujui DPRD menjadi kunci keberlanjutan program ini.

Dengan dialokasikannya anggaran untuk pelaksanaan program Adiwiyata dalam RAPBS Kabupaten Tabalong, hal ini menunjukkan bahwa pihak legislatif yaitu DPRD telah menyadari arti pentingnya lingkungan hidup. Pengalokasian anggaran ini dapat menjadi indikator akan keberlanjutan (sustainability) dan kemandirian program ini jika kelak Adaro tidak lagi memberikan bantuan kepada pelaksanaan program Adiwiyata.

PT. ADARO INDONESIA - PLH

212

PT. ASTRA INTERNATIONAL TBK, JAKARTA

Kisah Sukses Mendampingi Sekolah Menuju Sekolah Adiwiyata Di TanjungPriuk Jakarta

Motivasi dan upaya sekolah khususnya SD Sungai Bambu 05 dan 06 menjadikansekolah peduli lingkungan mendorong PT. Astra Internasional Tbk untukmendukung sekolah tersebut dalam mewujudkannya. SDN Sungai Bambu 5 padatahun 2013 telah masuk dalam kategori Sekolah Adiwiyata Nasional danbermaksud mencapai kategori Adiwiyata Mandiri. Perubahan yang signifikandengan penerapan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) sebagai dasar programAdiwiyata, dapat dilihat dari berkembangnya keragaman tanaman obat sekolahmenjadi 85 jenis, beberapa mata pelajaran sudah mengintegrasikan isulingkungan. Siswa, guru dan seluruh elemen sekolah sudah mulai membuangsampah pada tempatnya, bahkan siswa sudah melakukan daur ulang berbagailimbah baik anorganik seperti plastik maupun organik. Sekolah SDN SungaiBambu 5 juga telah menularkan program ini kepada 15 sekolah lainnya yang adadi sekitar sekolah untuk menerapkan program Adiwiyata.

1. Sekolah sebagai Pendukung Perbaikan Lingkungan

Dukungan pendidikan untuk sekolah yang berada di Kelurahan Sungai Bambu,Warakas, Papanggo dan Kebon Bawang, atau dikenal dengan areal CSR Ring 1perusahaan, sudah menjadi prioritas perusahaan. Motivasi dan upaya sekolahkhususnya SD Sungai Bambu 05 dan 06 menjadikan sekolah peduli lingkunganmendorong perusahaan untuk lebih mendukung sekolah tersebut. Meski diawal,perusahaan kurang memahami model sekolah Adiwiyata yang dikembangkan,namun dari penjelasan dan juga kegiatan di sekolah menjadi dasar untukmendukung upaya sekolah menjadi sekolah peduli lingkungan yang mampubersaing dalam hal mutu pendidikan dengan sekolah lain.

Dukungan untuk meningkatkan kepedulian sekolah terhadap lingkungan sejalandengan visi perusahaan yaitu “menjadi perusahaan yang memiliki tanggung jawabsosial dan lingkungan serta bisnis yang berkelanjutan” yang diwujudkan dalamCatur Dharma Astra yang pertama yaitu : “Menjadi milik yang bermanfaat bagibangsa dan Negara” dan sejalan pula dengan program pemerintah dalam TujuanPembangunan Milenium (Millennium Development Goals) di bidang PendidikanDasar. Visi dan Catur Darma Astra itulah yang kemudian melahirkan kebijakanAstra untuk memberi perhatian dan bantuan kepada pengembangan pendidikan,dan menjadi landasan pula bagi pelaksanaan kegiatan Corporate SocialResponsibility (CSR) dan Environment, Health, and Safety (EHS). Programdilakukan sebagai upaya peningkatan pendidikan anak bangsa agar tumbuhcerdas, mandiri, berkarakter baik, serta memiliki kepedulian untuk turut sertamembangun Indonesia.

Kebijakan di bidang pendidikan lebih lanjut di dalam Public Contribution Road MapAstra 2020 yang telah ditetapkan sesuai dengan kebijakan dari President Letterdan Security, Environment & Social Responsibility (SESR) Corporate Policy, memuattarget keberlanjutan dan pencapaian Sekolah Hijau (Adiwiyata) selama periodetahun 2009 sampai 2020. Selanjutnya program mengembangkan Sekolah Hijauoleh Astra terus dilakukan.

PT. ASTRA INTERNATIONAL TBK - PLH

213

2. Berproses Bersama Perbaiki Lingkungan

Di Jakarta Utara, perusahaan Astra bertetangga dengan kelurahan sekitar seperti Sungai Bambu, Warakas, Papanggo dan Kebon Bawang, atau dikenal dengan CSR Ring 1. Sejak tahun 2009, SDN 05/06 Sungai Bambu telah menunjukkan komitmen dan motivasi untuk menjadi sekolah yang mempunyai ciri berwawasan lingkungan sehingga mampu bersaing dalam hal mutu pendidikan dengan sekolah lain. Komitmen ini disambut baik oleh perusahaan melalui dukungan kegiatan yang dilakukan dengan tujuan untuk mendorong sekolah Hijau dengan terlibat dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang sehat serta tidak melakukan kegiatan yang dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, meningkatkan kualitas mutu pendidikan, serta meningkatkan pengetahuan sekolah tentang lingkungan. Bagi perusahaan program ditujukan untuk menekan potensi dampak negatif dari kegiatan bisnis perusahaan terhadap lingkungan hidup sehingga dapat menunjang upaya peningkatan social protection.

Program dikembangkan melalui tiga tahapan yaitu: (1) Tahap Pengembangan Pendidikan, (2) Tahap Konsolidasi, dan (3) Rencana Keberlanjutan. Dalam tahapan pelaksanaan tersebut Astra bekerjasama dengan berbagai pihak yaitu Semut Merah dan Lembaga ARA (Arief Rachman Associate) untuk kerjasama mengembangkan Sekolah Hijau di SDN 05/ 06 Sungai Bambu. Sedangkan di SD Percontohan Meulaboh diselenggarakan dengan Lembaga ARA (Arief Rachman Associate).

Proses pendampingan sekolah melalui pihak ketiga, dilakukan dalam rancangan perencanaan bersama dimana ada target yang harus dicapai yaitu sekolah yang didampingi diharapkan mendapatkan penghargaan Adiwiyata dari Pemerintah baik tingkat Kota/Kabupaten, Nasional dan Mandiri.

Rangkaian kegiatan yang dilakukan bekerjasama dengan Semut Merah dan Lembaga ARA di Jakarta Utara dilakukan melalui pengembangan Brainware, Software, dan Hardware.

(1) Pengembangan Brainware:a. Pelatihan dan workshop sesuai dengan Program Kerja, salah satunya

dengan di fasilitasi lembaga ARA telah dilakukan pelatihan peningkatan kapasitas guru melalui penataran guru untuk peningkatan mutu pendidikan dan peningkatan nilai akreditasi SDN 05 (pagi) dan SDN 06 (siang). Serta pelatihan untuk membuat perencanaan.

b. Kesadaran (Awareness) seputar lingkungan hidup pada guru dan siswa, salah satunya melalui pengelolaan dan pengolahan sampah salah satunya dengan daur ulang kertas, serta pengelolaan sampah cair dan padat. Siswa dan guru juga diperkenalkan dengan pembuatan lubang biopori untuk konservasi air.

c. Pemilihan siswa duta lingkungan & kesehatan setiap tahun masing-masing satu siswa perempuan dan satu siswa laki-laki.

(2) Pengembangan Software :a. Penyusunan kurikulum berbasis lingkungan. Kegiatan dilakukan secara

terencana, bekerjasama dengan Semut Merah, melalui rangkaian kegiatan baik dilakukan langsung di sekolah maupun pelatihan di perusahaan. Salah satu penyusunan kurikulum berbasis lingkungan dilakukan dengan mengundang 15 (lima belas) sekolah lain yang berdekatan dengan SDN 05/06 Sungai Bambu, sehingga mulai penyebaran upaya perbaikan lingkungan kepada sekolah lain, disamping

PT. ASTRA INTERNATIONAL TBK - PLH

214

memperkuat sekolah SDN 05/06 Sungai Bambu. Narasumber/pemateri yang dari berbagai kalangan mulai dari praktisi PLH, pengambil kebijakan dan Dinas Pendidikan. Salah satu kurikulum berbasis lingkungan yang disusun adalah mengintegrasikan isu lingkungan dalam mata pelajaran IPS dan dikaitkan dengan pembentukan karakter peduli lingkungan yang cukup berhasil dilaksanakan di sekolah dampingan.

b. Pengembangan ekstrakurikuler berbasis lingkunganc. Implementasi Kurikulum & Ekstrakurikuler berbasis lingkungan

(3) Pengembangan Hardware :a. Penghijauan. Kegiatan ini salah satunya dengan tanaman obat, ada

sekitar 84 jenis tanaman obat keluarga yang telah di tanam di sekolah.b. Perbaikan sarana UKSc. Perbaikan sarana sanitasi sekolah, termasuk pengelolaan limbah air dari

keran yang digunakan untuk menyiram tanamand. Perbaikan sarana ruang guru

Dalam waktu 4 (empat) tahun sejak tahun 2009, siswa SDN 05 dan SDN 06 Sungai Bambu memahami nilai kebersihan dengan baik. Contoh aksi kepedulian mereka yakni mengingatkan kepada warga sekolah untuk tidak membuang sampah pada tempatnya. Nilai tersebut juga terbawa kedalam kehidupan sehari-hari dalam keluarga seperti memberitahu orang tua mereka untuk tidak membuang puntung rokok sembarangan.

Tidak hanya kepedulian mereka, kompetensi pendidikan juga meningkat secara drastis. nilai ujian semakin membaik berkat bantuan Astra melalui kerjasama dengan Lembaga Semut Merah dan Lembaga ARA. Kompetensi guru juga meningkat hasil pelatihan oleh Lembaga ARA dimana guru dapat membuat rencana pembelajaran yang baik dengan program yang terukur. Agar guru termotivasi, pihak sekolah memberikan reward atas prestasi yang baik kepada siswa maupun guru, bukan dalam bentuk materiil, tetapi dengan pengumuman ke seluruh pihak sekolah.

Capaian hasil sementara dari program adalah SDN 05 Sungai Bambu telah mendapatkan penghargaan Adiwiyata Nasional pada tahun 2012, dan saat ini sedang mempersiapkan untuk menuju sekolah Adiwiyata Mandiri. Disamping itu nilai Akreditasi guru di sekolah SDN 05/06 juga meningkat dalam proses akreditasi.

Sementara di Aceh, sejak tahun 2005, Astra International, memiliki program CSR untuk merehabilitasi dan rekonstruski bangunan sekolah di Meulaboh, yaitu SD Percontohan Meulaboh, tahun 2009 SD Percontohan ini telah berhasil menjadi menjadi Sekolah Standar Nasional (SSN), dan tahun 2012 telah menjadi sekolah Adiwiyata Nasional. Pencapaian tersebut telah melampaui target yang sebelumnya direncanakan diraih pada akhir tahun 2016. Pencapaian penting lainnya adalah komitmen sekolah peserta program Adiwiyata baik dari siswa maupun guru untuk terus mengembangkan program Sekolah Adiwiyata.

Dalam pelaksanaan program Astra juga melakukan sinergi dengan Grup Astra yang berada di wilayah Jakarta Utara, diantaranya : PT Astra International Tbk (AI), AI – Toyota Sales Operation (TSO), AI – Daihatsu Sales Operation (DSO), AI –BMW dan Peugeot Sales Operation(BPSO), PT Gaya Motor , PT Astra Daihatsu Motor (ADM), AI – Isuzu Sales Operation (ISO), PT Astra Honda Motor (AHM), PT Toyota Astra Motor (TAM), PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), PT

PT. ASTRA INTERNATIONAL TBK - PLH

215

Denso Indonesia, PT GS Battery, PT Tjahja Sakti Motor dan PT Astra Multi Trucks Indonesia, total dukungan dana yang dialokasikan untuk mendorong sekolah hijau sebesar Rp 1.5 miliar. Alokasi ini diharapkan dapat mendukung sekolah-sekolah, minimal 15 sekolah lain yang menjadi lingkar belajar sekolah SDN 05/06 Sungai Bambu dan juga di Meulaboh, Aceh. Upaya mendorong keberlanjutan program juga dilakukan melalui kerjasama dengan Pemerintah Daerah Aceh melalui penyediaan anggaran untuk mendorong peningkatan standar sekolah. Komitmen keberlanjutan program Adiwiyata SDN 05 Sungai Bambu juga tercermin dalam tekad pihak sekolah untuk berupaya mencapai penghargaan Adiwiyata Mandiri. Untuk mencapai itu, SDN 05 Sungai Bambu harus memiliki 15 (lima belas) sekolah imbas Adiwiyata diantaranya kepada SDN 04 Tanjung Priok yang telah melakukan studi banding ke SDN 05 Sungai Bambu.

3. Keberhasilan dan Petikan Pembelajaran

Program CSR melalui Pengembangan Sekolah Hijau Astra, telah mendorongsekolah untuk melakukan tiga hal yaitu mengubah pengelolaan lingkungan sekolah menjadi lebih baik melalui perubahan pengelolaan sampah, pengelolaan air, kantin sekolah yang lebih sehat, serta perubahan perilaku seluruh elemen sekolah yang berdampak positif bagi masyarakat sekitar. Upaya untuk mengajak masyarakat sekitar tidak membuang sampah ke sungai yang dilakukan SDN 05/06 Sungai Bambu merupakan satu gerakan lingkungan.

Kerjasama Astra Internasional dengan berbagai pihak yang memiliki keahlian di bidangnya seperti dengan Lembaga ARA merupakan satu langkah yang tepat menyerahkan pada ahlinya dalam bidang pendidikan, sementara kerjasama dengan PEMDA setempat menjadi langkah untuk mendorong keberlanjutan program.

Proses pendampingan yang dilakukan dengan tiga langkah (Brainware, Software dan Hardware) menjadi model yang dapat dicontoh, karena sudah memberikan motivasi kepada sekolah. Seperti diutarakan Kepala Sekolah SDN 05 Sungai Bambu, Bapak Sutanto yang melihat pendidikan bukan hanya dari sisi mutu,namun juga mengangkat kepedulian lingkungan sekolah termasuk siswanya akan menjadi cara untuk lebih dari sekedar meningkatkan mutu sekolah, namun juga menanamkan nilai-nilai kepedulian lingkungan mulai dari air bersih, penghijauan, mengolah sampah yang bagian dari pendidikan karakter.

Konsistensi dan kerja sama dengan para pihak terkait agar program dapat terlaksana secara optimal dan keberlanjutan, juga menjadi salah satukeberhasilan dari pelaksanaan program yang dilakukan secara bertahap, sertamonitoring oleh pihak perusahaan juga menjadi salah satu kunci keberhasilan program. Insentif berupa penghargaan turut memotivasi semua pihak untuk melakukan kegiatan dengan baik.

PT. ASTRA INTERNATIONAL TBK - PLH

216

PT. CHEIL JEDANG INDONESIA, KABUPATEN JOMBANG, JAWA TIMUR

Menggapai Visi Beyond Bio Renew the Earthmelalui Pendidikan Lingkungan Hidup Di Sekolah

Program CSR PT. Cheil Jedang Indonesia, Jombang di Jawa Timur, memilikiinisiatif u tn uk mendukung pendidikan yang dapat meningkatkan wawasan,pemahaman dan cara pandang terhadap lingkungan bagi siswa-siswi baikditingkat sekolah dasar maupun menengah atas, sekaligus meningkatkankepedulian mereka terhadap lingkungan, sehingga mereka dapat ikut serta secaraaktif menjaga kelestarian lingkungan hidup. Pendampingan intensif melaluipelatihan dan penyediaan fasilitas seperti tempat sampah sebanyak 100 unituntuk sepuluh sekolah, program menanam sebanyak 500.000 bibit bersamasekitar 3.016 siwa sekolah di sekitar lingkungan Kecamatan Ploso berhasilmendorong dua sekolah yaitu SMPN 2 Ploso dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) JatiGedong Ploso meraih penghargaan sekolah Adiwiyata Nasional pada tahun 2012.

1. Potret Lingkungan

Saat ini, siapapun sepakat bahwa tingkat kerusakan lingkungan hidup semakintinggi namun sebaliknya, tingkat kesadaran masyarakat masih rendah tidakterkecuali kurangnya pemahaman dan kepedulian siswa sekolah tentangpelestarian lingkungan. Di sekeliling kita tidaklah sulit menemui lingkungansekolah yang kotor, tandus, dan gersang. Banjirpun sering melanda wilayahkecamatan Ploso, Kabupaten Jombang dalam 2-3 tahun terakhir ini.

Bila sejak usia dini generasi muda penerus tidak memahami dan memilikikepedulian terhadap kelestarian lingkungan sekitar, bisa dibayangkan bagaimanakerusakan termasuk pencemaran lingkungan yang timbul di masa yang akandatang. PT. Cheil Jedang Indonesia-Jombang (CJI) memiliki Visi “Beyond BioRenew The Earth” diterjemahkan menjadi visi perusahaan untuk berproses danmempunyai produk yang ramah lingkungan. Sebagai konsekuensinya, perusahaanterus berupaya menjadi perusahaan berkelas dunia dan terpercaya denganmenciptakan gaya hidup yang sehat, bahagia, nyaman, dan ramah lingkungan.Bertolak dari Visi tersebut, penting bagi perusahaan untuk melaksanakantanggung jawab sosial, yang dilakukan melalui berbagai pilihan program, salahsatunya adalah program Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH). PLH dipilih sebagaiwahana untuk mewujudkan visi perusahaan, dengan mempertimbangkan bahwakonsepsi PLH adalah “upaya mengubah perilaku dan sikap yang dilakukan olehberbagai pihak atau elemen masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkanpengetahuan, keterampilan, dan kesadaran masyarakat tentang nilai-nilailingkungan dan isu permasalahan lingkungan, yang pada akhirnya dapatmenggerakkan masyarakat untuk berperan aktif dalam upaya pelestarian dankeselamatan lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan yang akandatang.”

2. Merajut Kepedulian Generasi Muda akan Lingkungan dari Tingkat Sekolah

Lokasi perusahaan tidak jauh dari lingkungan sekitar dimana sekolah menjadiperhatian perusahaan dalam mengembangkan program CSR untuk mendukungpendidikan yang dapat meningkatkan wawasan, pemahaman dan cara pandangsiswa-siswi baik ditingkat SD/MI, SMP/MTs, SMA/MAN/SMKA terhadap

PT. CHEIL JEDANG INDONESIA - PLH

217

lingkungan. Sekaligus meningkatkan kepedulian mereka terhadap lingkungan, sehingga mereka dapat ikut serta secara aktif menjaga kelestarian lingkungan hidup.

Tahap awal program Desa Ploso dan Desa Pagertanjung, Kecamatan Ploso,Kabupaten Jombang, Jawa Timur diawali dengan melakukan penelitian dan observasi lingkungan di sekolah-sekolah yang dilakukan oleh Tim CSR selama kurang lebih 3 bulan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan kurangnya kesadaran siswa tentang pentingnya menjaga kelestarian lingkungan khususnya di area sekolah mereka yang ditunjukkan oleh banyak sampah di sekitar lokasi sekolah, di sungai-sungai yang mengalir sekitar sekolah.

Setelah melakukan prioritas isu, yang ditemui dan menjadi masalah utama salah satunya adalah sampah. Tim CSR selanjutnya menyusun langkah-langkah mendorong peningkatan kesadaran siswa untuk melakukan penerapan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) di 10 (sepuluh) sekolah dengan jumlah total siswa 3016 siswa. Kegiatan PLH yang dikembangkan di sekolah melalui kegiatan langsung dengan siswa dan pelatihan baik dengan siswa maupun dengan guru serta bentuk perlombaan lingkungan, diuraikan sebagai berikut:

(1) Pendidikan tentang cara pemilahan sampah sesuai prinsip 3R, Untuk kegiatan pemilahan sampah dengan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle)dilakukan dengan mendampingi sekolah melalui kegiatan:

Pilah sampah (organik dan anorganik) di lingkungan sekolah, dilakukan di 10 (sepuluh) sekolah.Penyediaan tempat sampah di sekolah dengan bantuan dari perusahaan sebanyak 10 unit per sekolah.Penyediaan masing-masing dua unit komposter untuk setiap sekolah, untuk mengolah sampah organik.

Gambar 1. Pemberian Komposter ke Sekolah untuk mengolah sampah organik

(2) Pelatihan peningkatan kapasitas siswa dan guru. Pelatihan bagi siswa dan guru tentang cara menggunakan komposter pemanfaatan pupuk komposdari sampah organik, salah satunya dengan menggunakan cairan EM4 untuk mempercepat proses pembuatan pupuk kompos. Pelatihan bertujuan agar sampah yang selama ini banyak terdapat di sekolah dapat diolah dan dimanfaatkan

PT. CHEIL JEDANG INDONESIA - PLH

218

(3) Penghijauan di lingkungan sekitar sekolah. Penghijauan di lingkungan sekitar sekolah dilakukan melalui kegiatan penyediaan bibit dan penanaman bibit tanaman sengon, trembesi dan mahoni bersama siswa sekolah di sekitar lokasi di Desa Ploso dan Desa Pagertanjung dengan total sebanyak 50.000 bibit.

Gambar 3. Kegiatan Penanaman Bibit Pohon di Sekolah

(4) Lomba dan Penghargaan. Perusahaan juga memfasilitasi lomba bagi sekolah tingkat SD/MI ,SMP/MTs, dan SMA/MA/SMK tentang pemilahan sampah dan pembuatan pupuk kompos, juga memberikan penghargaan kepada sekolah yang telah berhasil membuat lingkungan menjadi lebih baik antara lain telah menghijaukan area masing-masing, dan menciptakan lingkungan yang bersih, hijau, dan asri yang merupakan lomba tahunan bagi sekolah.

Selama kurun waktu hampir dua tahun (2010-2012), program CSR melalui PLH sudah mulai memperlihatkan keberhasilan, dimana dari 10 sekolah yang mengikuti pembinaan dua diantaranya yaitu SMPN 2 Ploso dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Ploso meraih penghargaan sekolah Adiwiyata Nasional. Dengan diraihnya penghargaan Adiwiyata menjadi salah satu indikator adanya perubahan baik dari perilaku siswa maupun sekolah dalam pengelolaan lingkungan yang lebih baik, dan sekolah lebih termotivasi untuk melakukan perbaikan pengelolaan lingkungan serta menjadi contoh bagi sekolah lain.

Perubahan lain yang terjadi adalah siswa mulai memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan. Hal ini ditunjukan dengan sikap menjaga lingkungan sekolah yang saat ini menjadi lebih bersih dan bebas sampah, dan pengolahan sampah dengan konsep 3R menjadi bagian kegiatan sekolah. Sekolah menjadi

Gambar 2. Kegiatan Pelatihan Guru dan Siswa

PT. CHEIL JEDANG INDONESIA - PLH

219

lebih hijau dan teduh dengan pepohonan yang dirawat dengan baik oleh siswa dan guru serta petugas sekolah, seperti disampaikan oleh Kepala Sekolah Kepala Sekolah MI Jatigedong, Suharno, yang menyampaikan rasa terima kasih kepada CJI atas kegiatan yang dilakukan kepada para siswa terkait pendidikan lingkungan.

“Hal ini bisa dirasakan dengan semakin meningkatnya kesadaran semua siswa di sekolah kami untuk menjaga kelestarian lingkungan mulai dari hal yang sederhana seperti: membuang sampah pada tempatnya, memilah sampah, membuat pupuk kompos dari sampah organik yang banyak terdapat di area sekolah serta melakukan penghijauan di taman sekolah. Sehingga suasana belajar mengajar menjadi lebih nyaman.” (Suharno, Kepala Sekolah MI Jatigedong)

Dampak lain dari kegiatan adalah masyarakat di sekitar lingkungan perusahaan sudah mulai lebih perhatian terhadap lingkungan sekitar, antara lain ditunjukkan dengan perilaku memelihara tanaman yang ditanam bersama siswa. Beberapa sekolah lain juga mulai tertarik untuk melakukan hal yang sama. Bagi perusahaan dampak positif ini dapat memudahkan pelaksanaan program sesuai dengan rencana yang telah disusun untuk mendukung keberlanjutan program.

3. Petikan Pembelajaran

(1) PLH menjadi sangat penting untuk menjadi bagian dalam program CSR perusahaan karena dapat membantu mengubah pola pikir/mind setmasyarakat khususnya generasi muda tentang pelestarian lingkungan. Kerjasama dan kepercayaan diawal dari sekolah yang dibangun mulai dari kajian lingkungan turut menjadi kunci keberhasilan program pelaksanaan PLH di 10 (sepuluh) sekolah yang didampingi.

(2) Proses kajian awal untuk menentukan isu lingkungan yang akan ditangani menjadi kunci dalam pelaksanaan program .

(3) Visi, misi, kebijakan, rencana, dan program perusahaan yang memperhatikan aspek lingkungan hidup dalam menjalankan usahanya merupakan dasar bagi perusahaan dalam menjalankan CSR bidang lingkungan yang sistemik, terintegrasi dan berkelanjutan. Komitmen yang dimulai dari pucuk pimpinan perusahaan, penanggung jawab, sampai pada tingkat pelaksana di lapangan merupakan kunci yang mengantarkan keberhasilan, yang bermanfaat tidak saja untuk lingkungan hidup tetapi juga untuk pertumbuhan ekonomi dan kepentingan sosial.

(4) Dalam banyak contoh, penerima manfaat program CSR tidak saja bagi eksternal perusahaan khususnya masyarakat sekitar, tetapi juga bagi internal perusahaan dalam bentuk pengakuan masyarakat dan mitra usaha atas kepedulian perusahaan terhadap lingkungan. Pihak internal ataukaryawan perusahaan dalam menjalankan kegiatan perusahaan akan lebih memperhatikan aspek lingkungan hidup.

(5) Manfaat lain dari pelaksanaan kegiatan CSR bidang lingkungan ini adalah terwujudnya forum komunikasi antara perusahaan dengan masyarakat dan para pemangku kepentingan lainnya. Melalui komunikasi yang baik dapat terjamin keterbukaan sehingga mengurangi pendapat negatif dari masing-masing pihak, sekaligus merupakan safety net dalam interaksi perusahaan dengan masyarakat sekitar.

(6) Dalam pengembangan program, kerjasama dengan Badan Lingkungan Hidup (BLH) di Jombang dan juga instansi lain perlu dilakukan.

PT. CHEIL JEDANG INDONESIA - PLH

220

PT. CHEVRON GEOTHERMAL GUNUNG SALAK TBK, KABUPATEN SUKABUMIDAN BOGOR, JAWA BARAT

Pendidikan Konsevasi Raptor di Suaka Elang,Provinsi Jawa Barat dan Riau

Pendidikan untuk mengenalkan satwa langka seperti Elang Jawa (Nisaetusbartelsi), Elang Brontok (Nisaetus cirrhatus) sangat penting dilakukan sejak usiadini dan juga kepada masyarakat umum, mengingat satwa tersebut merupakansalah satu indikator kunci bagi suatu ekosistem yang berpengaruh terhadapkehidupan manusia. Pusat Pendidikan Konservasi Raptor Suaka Elang yangdibangun dan diinisiasi oleh Chevron bukan hanya telah menyelamatkan jenissatwa elang, namun juga menjadi media Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) bagisiswa sekolah maupun masyarakat umum. Di lokasi Suaka Elang di Cijeruk,Bogor, Jawa Barat, serangkaian pelatihan pendidikan lingkungan hidup dilakukanuntuk anak muda sebagai fasilitator lingkungan dan juga penerapan PLH dengantopik Konservasi Elang menjadi bagian kegiatan rutin sejak tahun 2010. Selama 3tahun (periode 2010-2012), minimal ada 18 sekolah dengan total siswa 900 siswayang secara rutin mengikuti program pendidikan lingkungan hidup, jumlah inibelum termasuk pengunjung dan sekolah yang datang langsung ke Suaka Elang diCijeruk untuk mengikuti kegiatan PLH.

1. Bermitra untuk Konservasi Raptor

Kawasan-kawasan dimana Chevron beroperasi baik di Jawa Barat maupun diRiau, merupakan kawasan yang kaya keanekaragaman hayati baik jenis maupunekosistem. Salah satu keanekaragaman hayati jenis yang sekaligus berfungsisebagai penyeimbang ekosistem adalah burung pemangsa atau raptor, karenaposisinya sebagai pemangsa puncak dalam piramida makanan. Indonesia memilikisekitar 75 jenis raptor. Jumlah yang luar biasa, mengingat raptor yang menghunibenua Asia sekitar 90 jenis. Sekitar 15 raptor Indonesia termasuk jenis endemik,bahkan beberapa jenis adalah endemik pulau, seperti Elang Jawa (Nisaetusbartelsi) merupakan jenis endemik Jawa Barat, dimana Taman Nasional GunungHalimun Salak (TNGHS) merupakan salah satu habitat jenis ini. Sementara jenisElang Brontok (Nisaetus cirrhatus) merupakan jenis raptor ditemukan di daerahRiau, sebagai pintu gerbang jalur migrasi raptor Asia menuju dan/atau keluarkawasan Indonesia.

Keberadaan raptor tersebut tentunya harus selalu dijaga demi keberlangsungandan kestabilan ekosistem, yang diwujudkan salah satunya dengan kawasankonservasi seperti Taman Nasional. Upaya spesifik perlu dilakukan mengingat saatini tingkat kerusakan sumberdaya alam di Indonesia dan di berbagai belahan bumisemakin meningkat, yang disebabkan kurang informasi, pengetahuan dankesadaran untuk menjaga lingkungan sekitar termasuk raptor.

Kondisi tersebut, mendorong Chevron yang selama ini sudah memiliki kepedulianterhadap lingkungan, berinisiatif merangkul sejumlah lembaga yang mempunyaikesamaan Visi dan Misi tentang lingkungan hidup. Pada tahun 2008 dibentuklahLembaga Suaka Elang yang merupakan sebuah lembaga yang mendukungkonservasi dan restorasi habitat raptor yang terancam punah, salah satunyamelalui kegiatan penyadaran masyarakat melalui pendidikan lingkungan.

PT. CHEVRON GEOTHERMAL GUNUNG SALAK TBK - PLH

221

Suaka Elang dibangun dengan model kemitraan yang terdiri dari Pemerintah (Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Balai Besar Konservasi dan Sumber Daya Alam Jawa Barat, Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, LIPI dan PusLitBangHut Konservasi Alam), LSM (International Animal Rescue, Raptor Indonesia, Raptor Conservation Society, PILI-Green Network, PPS Cikananga dan mata ELANG, serta swasta yaitu Chevron Geotermal Gunung Salak) dan Kelompok Swadaya Masyarakat sebagai bentuk pelaksanaan kerjasama kolaborasi sebagaimana yang diamanatkan pemerintah dalam Permenhut P.19/Menhut-II/2006, yang saling menguntungkan untuk pelestarian habitat dan konservasi spesies serta organisasi-organisasi yang terlibat, dan diresmikan pada tanggal 25 November 2008. Pengelolaannya dilakukan secara kolaboratif dengan melibatkan peran masyarakat. Suaka Elang berlokasi di Kampung Loji kawasan TNGHS Jawa Barat dan di Riau berlokasi di hutan adat Buluh Cina, Kecamatan Siak Hulu, Kabupaten Kampar, Riau. Kawasan tersebut masing-masing ditetapkan sebagai tempat rehabilitasi dan pendidikan lingkungan berbasis raptor serta lokasi pelepasliaran raptor atau yang dikenal Pendidikan Konservasi Raptor, selanjutnya menjadi salah satu program andalan CSR Chevron.

2. Meningkatkan Kesadaran dan Kepedulian dengan Penerapan Pendidikan Lingkungan Hidup di lokasi Suaka Elang

Proses membangun Suaka Elang yang melibatkan berbagai pihak tentunya memerlukan komitmen dari setiap lembaga yang terlibat termasuk Chevron. Komitmen dilandasi dengan kebijakan berupa Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 390/KPTS -II/2003 serta Nota Kesepahaman Kemitraan Suaka Elang tahun 2007, dimana Suaka Elang merupakan salah satu bentuk usaha menjaga dan melindungi keanekaragaman hayati yang ada. Tujuannya untuk memperkenalkan masyarakat kepada alam dan meningkatkan kesadaran akan nilai penting sumber daya alam yang beragam dalam sebuah ekosistem kehidupan. Pengembangan Suaka elang ini juga merupakan sebuah cara dalam menyebarluaskan informasi tentang usaha pelestarian dan perlindungan raptor pada suatu kawasan yang dilindungi atau kawasan-kawasan yang perlu dilindungi dengan menggunakan pendekatan pendidikan lingkungan dan wisata terbatas yang terintegrasi. Pendidikan lingkungan di Suaka Elang merupakan proses pembelajaran yang langsung dan berbasis pengalaman sehingga diharapkan dapat :

mendukung kepedulian dan perhatian terhadap ekonomi, sosial dan keterkaitannya terhadap lingkungan ekologisbelajar dan mendapatkan pengetahuan, nilai, perilaku, komitmen, dan kemampuan yang diperlukan untuk menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan hidupmendorong sikap hidup positif baik dari tingkat individu, kelompok, dan masyarakat secara keseluruhan terhadap lingkungan sekitarnya.

Pada tahap persiapan, dilakukan kegiatan Assessment & Study melalui forum workshop dan Focused Group Discussion (FGD) dengan para pemangku kepentingan yang terdiri dari masyarakat, lembaga non-pemerintah, dan berbagai unit kerja pemerintah. Dari hasil workshop dan FGD tersebut, dapat dirancang bentuk kelembagaan yang akan menangani pelaksanaan program. Setelah terbentuk kelembagaan yang akan menangani pelaksanaan program, disusunlah perencanaan program yang meliputi : alokasi & sumber pendanaan, pemetaan lokasi pengelolaan, dan penentuan target pengelolaan.

PT. CHEVRON GEOTHERMAL GUNUNG SALAK TBK - PLH

222

Pada tahun 2010, untuk wilayah Jawa Barat, mulai dibangun fasilitas permanen antara lain: 1. Visitor Center (Pusat Pengunjung) seluas 70 m2, dukungan dari TNGHS2. Kandang-kandang raptor sebanyak 4 unit, dukungan dari Chevron3. Jembatan Gantung sepanjang kurang lebih 75 m, dukungan PT. Antam

Agar semua pihak yang berkepentingan mengetahui tentang program Suaka Elang, Tim melakukan sosialisasi program dimulai dengan internal perusahaan, instansi pemerintah, LSM, masyarakat sekitar lokasi kegiatan program, dan media massa. Khusus kegiatan sosialisasi dilaksanakan secara masif pada tahun 2010-2012melalui serangkaian kegiatan berupa:(1) Pelatihan kader konservasi 30 untuk lebih mengoptimalkan wahana

pendidikan lingkungan di Suaka Elang, dibutuhkan peningkatan kapasitas generasi muda dalam kaitannya dengan usaha konservasi raptor dan habitatnya. Pada bulan Juni sampai bulan Juli 2010, Suaka Elang mengadakan pelatihan kader konservasi dengan peserta yang terdiri dari pelajar, mahasiswa dan masyarakat umum. Kegiatan ini terlaksana atas dukungan dari Chevron dan Subdit Bina Cinta Alam, Direktorat Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan Wisata Alam.

(2) Lokakarya pada tahun 2011 dengan topik “Mengenai Migrasi Raptor Indonesia”.

(3) Pelatihan pada tahun 2011 berupa “Indonesian Bird Banding Scheme” dan pada tahun 2011-20121 dilaksanakan “Training of the Trainers untuk Kader”.

(4) Penyelenggaraan event pada tahun 2011 bertajuk “Rehabilitasi Elang” dan launching buku “Garuda” dan pada tahun 2012 dilaksanakan lagi “Rehabilitasi Elang”.

(5) Pemutaran film dokumenter berjudul “Pelepasan Elang”, pada tahun 2011.(6) Grand Launching Suaka Elang pada Desember 2012 dan pemasangan board

sign oleh PSE pada Mei 2012.(7) Pameran & Konferensi pada tahun 2011 dengan topik “Festival Migrasi

Raptor di Malaysia” dan pada tahun 2012 diselenggarakan Pameran IUCN di Korea.

(8) Kegiatan Program Suaka Elang Goes to Campuss yang dilaksanakan pada tahun 2012 di kampus-kampus Jakarta, Bogor, Bandung, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Jawa Timur.

Setelah semua persiapan tersebut dianggap cukup, dilaksanakanlah program Suaka Elang dalam rentang waktu 3 (tiga) tahun yaitu dari tahun 2010-2012 yang meliputi kegiatan penguatan kelembagaan, pendidikan lingkungan, dan pelepasliaran elang. Kegiatan penguatan kelembagaan untuk Pendidikan Suaka Elang dilakukan melalui pertemuan tahunan dan studi banding lokal ke Taman Rekreasi Edukasi dan ke Korea.

Pelaksanaan program terdiri dari Penguatan Kelembagaan, Pelepasliaran elang dan Pendidikan Lingkungan.

(1) Penguatan Kelembagaan. Dilakukan melalui serangkaian forum pertemuan Program Suaka Elang yang diikuti oleh pihak-pihak yang terlibat yang secara formal dilakukan setiap tahun.

(2) Pelepasliaran elang. Dilaksanakan setelah program Suaka Elang berjalan setahun. Pada tahun 2011 program Suaka Elang telah melepasliarkan 3 (tiga) ekor elang antara lain jenis Ular Bido yang dilakukan oleh Gubernur Jawa Barat dan 4 (empat) ekor Elang Brontok di Hutan Adat Buluh Cina, Riau pada tahun 2012.

PT. CHEVRON GEOTHERMAL GUNUNG SALAK TBK - PLH

223

(3) Pendidikan Lingkungan. Kegiatan Pendidikan Lingkungan terdiri dari school visit dan pengembangan modul untuk sekolah dasar. School visit, dilakukan mulai tahun 2010 sosialisasi ke Dinas Pendidikan dan sekolah setempat. Pada tahun 2011 dan 2012 dilakukan School Visit masing-masing sebanyak 18 kali dalam kegiatan yang diberi nama Suaka Elang Goes to Elementary School/SEGC) yang melibatkan lebih dari 50 siswa/kegiatan. Dalam kesempatan tersebut, Tim SEGC menjelaskan kepada para siswa antara lain mengenai fungsi ekosistem, pentingnya pelestarian lingkungan khususnya pelestarian keberadaan raptor dan fungsinya sebagai penjaga keseimbangan ekosistem di TNGHS. Pengembangan modul pendidikan lingkungan dimulai pada tahun 2010 dengan melakukan inisiasi penyusunan modul/kurikulum pada tahun 2011 dilanjutkan dengan pelaksanaan pendidikan lingkungan mengenai raptor kepada murid sekolah dasar. Sementara itu untuk program konservasi, pada tahun 2011 dan 2012 dilaksanakan Konservasi Elang& fasilitas rekreasional. Program tersebut berisi tentang pentingnya konservasi dan bagaimana konservasi tersebut dilakukan terutama konservasi elang dan pengembangan fasilitas rekreasional yang sekaligus juga merupakan forum pendidikan lingkungan hidup.

Untuk dapat menilai apakah pelaksanaan program telah sesuai dengan perencanaan awal, maka dilakukan Monitoring dan Evaluasi terhadap program dan kegiatan pelepasliaran elang. Pembahasan hasil monitoring dilakukan secara berkala antara lain melalui rapat tahunan sekaligus melakukan evaluasi terhadapjalannya program dan kegiatan. Dari hasil evaluasi terungkap beberapa keberhasilan dan hambatan yang dialami selama pelaksanaan program dan sekaligus diidentifikasi alternatif jalan keluar dari hambatan yang ditemui. Hasil evaluasi inilah yang kemudian dijadikan bahan untuk melakukan koreksi dan menyempurnakan program.

Kegiatan pendidikan lingkungan yang terus menerus dilakukan di Suaka Elang, mulai membuahkan hasil. Selama ini upaya gencar dilakukan oleh Suaka Elang melalui ragam media cetak dan online (Leaflet, booklet, website, dan lainnya), mendorong masyarakat luas tertarik untuk turut mempelajari dan melindungi raptor. Hal ini dibuktikan dengan mulai seringnya sekolah, universitas datang ke

PT. CHEVRON GEOTHERMAL GUNUNG SALAK TBK - PLH

224

Suaka Elang untuk belajar mengenal raptor dan lingkungan sekitar. Dimuatnya Suaka Elang di berbagai media juga menjadi salah satu sisi keberhasilan program,dikenalnya Chevron oleh masyarakat sekitar sebagai salah satu perusahaan yang peduli alam sekitar, termasuk liputan media seperti yang diberitakan Riau Post pada 15 Juli 2012 dimana Manajer PGPA Chevron Pacific Indonesia, Imamul Ashuri yang menjadi Koordinator Pelepasliaran Elang menyampaikan pernyataan yang pro lingkungan bahwa :

“komitmen perusahaan dalam menjaga lingkungan tak sebatas elang. Pihaknya bahkan menggambarkan bahwa saat ini, perusahaanlah yang tinggal di hutan, jadi bukan satwa yang harus menghindar, namun manusia”

Sebagai salah pusat perlindungan raptor, sejak didirikan, Suaka Elang sudah berhasil melakukan penangkaran dan pelepasliaran 7 (tujuh) ekor elang yang terdiri dari 3 (tiga) ekor Elang Jawa, satu ekor Elang Alap Jambul, dan 3 (tiga) ekor Elang Ular Bido. Selain itu terdapat 12 (dua belas) ekor elang di tempat rehabilitasi Suaka Elang, dimana 2 diantaranya adalah Elang Brontok (Nisaetus cirrhatus).dan satu telah dilepaskan di Riau.

Keberhasilan lain yang dapat dilihat adalah dari sisi kemitraan sudah mulai terlihat sejak tahun 2010, perusahaan yang bergabung bukan hanya Chevron namun juga PT. Antam yang beroperasi di kawasan TNGHS. Gambar diagram berikut menunjukkan sumber pendanaan Suaka Elang pada tahun 2010. Dimana Chevron berkontribusi sekitar 53%.

Gambar 1. Sumber Pendanaan Suaka Elang Periode 2010 (Sumber: Laporan Tahunan Suaka Elang)

3. Manfaat dan Petikan Pembelajaran

Program ini bermanfaat baik terhadap lingkungan hidup, khususnya ekosistem di kawasan TNGHS dan di Hutan Adat Buluh Cina, Riau dengan terjaganya keseimbangan jumlah dan kondisi jenis raptor di lokasi tersebut. Melalui program pendidikan konservasi raptor maupun habitatnya, manfaat terhadap lingkungan hidup adalah berkurangnya ancaman terhadap ekosistem sejalan dengan makin

Chevron53%

Aneka Tambang

3%

Bina Cinta Alam2%

IAR Indonesia

1%

MBZ Species Conservation

14%

Yayasan Bina Usaha

Lingkungan26%

Other1%

PT. CHEVRON GEOTHERMAL GUNUNG SALAK TBK - PLH

225

bertambahnya populasi raptor yang berfungsi sebagai pemangsa puncak dalam piramida makanan, sekaligus sebagai penjaga keseimbangan ekosistem. Dengan pemilihan kawasan TNGHS dan Hutan Buluh Cina, Riau sebagai tempat untuk pelepasliaran raptor, diharapkan dapat memberikan rumah baru dan daerah sebaran yang alami bagi spesies Elang Jawa dan Elang Brontok.

Masyarakat sekitar lokasi program dapat lebih memahami pentingnya konservasi dan penjagaan terhadap ekosistem hutan. Bagi masyarakat di sekitar Hutan Adat Buluh Cina yang telah turun temurun mengelola hutan secara otonom, program ini tidak saja menambah pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang kekayaan ekosistem hutan Riau yang menjadi rumah bagi berbagai jenis satwa termasuk elang, tetapi juga dapat memanfaatkan kawasan hutan dan keragaman satwa yang dimilikinya sebagai potensi wisata edukasi berbasiskan lingkungan.

Bagi perusahaan, melalui program ini Chevron memperoleh pengakuan sebagai suatu perusahaan yang mempunyai komitmen menjaga kelestarian lingkungan dan menjaga fauna jenis raptor yang terancam punah (endanger species). Komitmen tersebut diwujudkan dalam kebijakan maupun operasionalisasi perusahaan yang berkaitan dengan penanganan permasalahan lingkungan. Secara tidak langsung, hal ini merupakan pengakuan terhadap nilai etika yang dianut Chevron dalam melakukan kegiatan operasinya yang disebut sebagai the Chevron way, dimana salah satunya adalah melindungi lingkungan, termasuk keanekaragaman hayati di sekitar lokasi Chevron beroperasi.

Foto/Dokumentasi Program

PT. CHEVRON GEOTHERMAL GUNUNG SALAK TBK - PLH

226 PHE ONWJ – Hutan Pendidikan Iklim - PLH

PT. PERTAMINA HULU ENERGI ONWJ, SUBANG, JAWA BARAT

Hutan Pendidikan Iklim, Blanakan, Subang sebagai Media PendidikanLingkungan Hidup (PLH)

Proses penyadaran dan perubahan perilaku harus ditanamkan sejak dini denganalam sebagai medianya. Pembuatan Hutan Pendidikan Iklim Blanakan yang diinisiasimasyarakat Kecamatan Blanakan dan Pertamina Hulu Energi ONWJ (PHE ONWJ)menjadi media yang tepat untuk pembelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH).Meskipun secara fisik hutan masih dalam tahap penanaman, serangkaian kegiatanPLH sudah dilakukan melalui program 2 kali seri pelatihan PLH bagi guru yangmelibatkan 15 sekolah tingkatan sekolah dasar sampai menengah atas yang diikutisekitar 50 guru dan kepala sekolah. Sejak tahun 2013 sekolah sedikit demi sedikitmempraktekkan penerapan PLH melalui praktek pembutan lubang biopori sekitar 30lubang, 3 sekolah membuat kebun sekolah, penanaman pohon bersama di hutanpendidikan sebanyak 1.500 bibit pohon di areal seluas 2.5 ha. Penerapan PLH padasaat kemah pramuka melibatkan 300 pramuka siaga, penggalang dan penegakmelalui kegiatan pengenalan sampah organik dan anorganik, monitoring sungaiCilamaya dengan indikator biologi, indentifikasi tumbuhan, praktek daur ulangsampah plastik dan kampanye memilah sampah dengan menggambar tong sampah.

1. Mengurai Kondisi Lingkungan Kecamatan Blanakan

Hamparan padi hijau meliuk tertiup angin pagi menjadi panorama yang menemanikemunculan matahari pagi di Blanakan, yang memiliki luas 7.839,37 Ha, terletak diKabupaten Subang, Jawa Barat. Kawasan ini menjadi salah satu kecamatan yangmemiliki ragam kekayaan alam hayati yang cukup kaya, ekosistem mangrove, pesisir,sungai Cilamaya, termasuk ekosistem buatan berupa sawah dan kebun turutmelengkapi kekayaan tersebut.

Sayangnya sebagai salah satu penghasil beras, ikan, dan juga sabuk hijau pantaiutara dengan hutan mangrovenya ini, mulai banyak mengalami penurunan kualitaslingkungan, menurut hasil pengamatan dan identifikasi bersama masyarakat1 yangpaling dirasakan adalah kualitas air sungai Cilamaya mengalami penurunan darimulai warna, bau, dan banjir rob mulai meluas ke wilayah yang selama ini cukupaman. Endapan di muara semakin meluas sehingga sungai sulit dilalui kapalnelayan, sawah-sawah sering terkena hama, dan tanah sawah semakin keras. Kebuncampuran mulai berkurang baik dari luasan maupun keragaman jenisnya, anak-anaksudah tidak banyak mengenal flora maupun fauna yang menjadi sumber penopangkehidupan sebagian besar masyarakat Blanakan. Ragam jenis ikan dan biota lautsudah kurang dikenali lagi oleh anak-anak dan remaja, keanekaragaman jenismangga yang banyak terdapat di Blanakan kurang dikenali generasi muda. Sebagianbesar kondisi penurunan kualitas lingkungan tersebut ditimbulkan oleh dua hal yaitukurangnya kesadaran dan kepedulian serta adanya dampak perubahan iklim yangmemang sudah mulai dirasakan di banyak tempat di Indonesia termasuk Blanakan.

1Hasil diskusi kelompok Pelatihan PLH bagi Guru April 2013 di Kec. Blanakan yang diselenggarakan oleh PHE ONWJ dan DetaraFoundation dan observasi lingkungan

Kondisi yang paling dirasakan oleh masyarakat pada Januari 2012, hampir 150 ha sawah siap tanam terendam banjir penyebabnya tidak hanya tingginya curah hujan, namun sejumlah saluran yang melintasi persawahan di wilayah tersebut dangkal dan menyempit di daerah hilir.

227PHE ONWJ – Hutan Pendidikan Iklim - PLH

Gagasan hutan pendidikan yang kemudian dikembangkan menjadi hutan pendidikan iklim adalah upaya untuk mengatasi persoalan lingkungan melalui pendidikan dengan mengembangkan media pembelajaran lingkungan khsusunya terkait isu perubahan iklim di lahan seluas kurang lebih 2,5 hektar.

PHE ONWJ merupakan salah satu Kontraktor Kontrak Kerja Sama MIGAS di Indonesia dengan salah satu wilayah operasi di Cilamaya Girang Kabupaten Subang, Jawa Barat. Sebagai salah satu perusahaan yang memiliki tema besar dalam pelaksanaan CSR lingkungan yaitu “Melangkah dalam Keselarasan menuju Keberlanjutan (Journey in Harmony toward Sustainability)” yang diturunkan dalam empat bidang program yaitu program ekonomi, pendidikan, lingkungan dan kesehatan dengan target utama masyarakat wilayah pesisir, sejak tahun 2009 telah berupaya mendorong munculnya media berupa hutan pendidikan iklim di Blanakan. Meskipun secara fisik areal seluas 2.5 Ha belum dapat dikategorikan sebagai hutan,mengingat vegetasi yang ada masih dalam status pancang dan tiang, namun upaya menjadikan media pendidikan lingkungan sudah dirintis sejak awal dengan melibatkan masyarakat termasuk sekolah-sekolah di Kecamatan Blanakan.

2. Hutan Pendidikan Iklim Blanakan – Inisiasi Mewujudkan Media Pendidikan Perubahan Iklim bagi Masyarakat

Prakarsa Hutan Pendidikan Iklim Blanakan, digagas oleh para tokoh dan kelompok masyarakat yang peduli terhadap lingkungan terutama kerusakan kawasan hutan mangrove, pencemaran sungai dan muara Cilamaya, serta harapan adanya media edukasi bagi generasi muda. Gagasan ini sejalan dengan rencana perusahaan dalam pengembangan masyarakat di bidang lingkungan, agar inisiasi dapat diwujudkan, PHE ONWJ berinisiasi merangkul para tokoh dan kelompok masyarakat dalam sebuah wadah yaitu Komite Pembangunan Masyarakat (KPM). KPM disepakati beranggotakan relawan yang terdiri dari berbagai unsur, mulai dari tokoh masyarakat, Pengurus Koperasi, LSM, Pemerintah daerah (kecamatan-desa) dan anggota DRRD. KPM sampai saat ini berperan aktif dalam menjembatani program yang ada di masyarakat, pemerintah setempat dan perusahaan. Ditingkat PHE ONWJ sendiri, penanganan kegiatan di masyarakat terkait lingkungan dan pengembangan masyarakat dilaksanakan dibawah divisi CSR dan HSE.

Dalam upaya mewujudkan gagasan Hutan Pendidikan Iklim Blanakan, KPM berinisiatif menyediakan areal berupa lahan 2.5 Ha sebagai media percontohan, lahan tersebut adalah areal dibawah pengelolaan Perum Perhutani salah satu perusahan BUMN yang mengelola hutan produksi. Melalui Kesepakatan KPM dengan Perhutani, pada tahun 2010, lahan seluas 2.5 Ha dijadikan kawasan hutan pendidikan. Sebelumnya lahan seluas 2.5 Ha tersebut merupakan lahan Perhutani yang digarap oleh warga, untuk tujuan hutan pendidikan, lahan tersebut dibebaskan melalui proses ganti rugi dengan penggarap yang diketahui Perhutani. Dana penggantian lahan garapan berasal dari dana iuran masyarakat yang dikumpulkan melalui Komite. Setelah pembebasan lahan, kelompok mulai menanami areal dengan beberapa jenis pohon Setelah kesepakatan tercapai, kegiatan program dilapangan diawali dengan penanaman pohon sebanyak 1.500 pohon yang melibatkan pihak kecamatan, DPRD, sekolah dan tokoh masyarakat, organisasi kepemudaan yang ada di Kecamatan Blanakan.

Selain persiapan fisik di areal seluas 2.5 Ha, perusahaan menyadari bahwa perlu adanya perubahan pola pikir dan peningkatan kesadaran masyarakat agar kondisi lingkungan di Blanakan mengalami perbaikan dan peningkatan kualitas. Hal ini tidak bisa berjalan dalam waktu cepat namun membutuhkan proses, menyadari hal tersebut perusahan bermitra dengan salah satu LSM lingkungan, mengembangkan konsep Hutan Pendidikan Iklim melalui kegiatan Pendidikan Lingkungan Hidup

228

(PLH). Konsep desain hutan pendidikan iklim yang akan menjadi media belajar dirancang dengan menerapkan sistem-sistem pengelolaan hutan yang dibutuhkan untuk media pembelajaran perubahan iklim terkait dengan pembelajaran mitigasi dan adaptasi perubahan iklim yang berbasis konteks lokal, salah satunya sistem tumpangsari, pertanian organik, pembibitan mangrove, serta pengembangan fasilitas pendukung ramah lingkungan, tempat pertemuan, area kemah lingkungan, tanaman obat, dll. Gambar 1. Merupakan desain Hutan Pendidikan Iklim Blanakan.

pertama diikuti oleh 50 peserta yang terdiri dari 11 perempuan dan 39 laki-laki, dari 11 sekolah tingkat dasar (SD/MI), 1 SMP/MTs, 3 SMA/MA/SMK dan Kwartir Cabang (Kwarcab), wakil Komite Masyarakat di Kecamatan Blanakan, Kabupaten Subang. Lokalatih difasilitasi oleh Tim LSM Lingkungan. Para peserta sangat puas dengan adanya pelatihan,hasil evaluasi pelatihan menunjukan peserta menyatakan pelatihan sangat bagus (sebanyak 64% dan sisanya menyatakan bagus 36%).

Gambar 2. Proses Seri Lokalatih Pertama tentang Konsep PLH, Penggalian Isu Lingkungan Lokal

Dalam upaya peningkatan kesadaran serta kepedulian masyarakat terhadap perbaikan dan pengelolaan lingkungan sekitar, pendekatan kelompok strategis yaitu sekolah dari mulai tingkatan Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), SMP/MTs, SMA/SMK/MA dan kelompok Pramuka menjadi kelompok utama. Serangkain kegiatan untuk mendukung penerapan PLH di sekolah dilakukan melalui rangkaian seri lokakarya dan pelatihan (lokalatih) PLH bagi guru/pendidik yang difasilitasi oleh LSM Lingkungan dan penerapan PLH bagi pramuka dan sekolah.

Gambar 1. Desain Hutan Pendidikan Iklim Blanakan dan Kondisi Pertumbuhan Pohon

Rangkaian seri lokalatih dan kegiatan PLH yang dilakukan yaitu:(1) Seri Lokalatih Guru/Pendidik dalam Menerapkan PLH di Blanakan : “Hutan

Pendidikan Iklim Blanakan : Menjawab Tantangan Masa Depan bagi Generasi Sekarang dan Mendatang”, seri pertama dilaksanakan pada 29-30 April 2013 bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran guru/pendidik tentang persoalan lingkungan, mengenal konsep PLH, meningkatkan pengetahuan tentang keanekaragaman hayati, serta metoda pendekatan ke alam melalui permainan alam dan interpretasi lingkungan. Seri lokalatih

PHE ONWJ – Hutan Pendidikan Iklim - PLH

229

(2) Seri Lokalatih Kedua dilaksanakan pada tanggal 13-14 September 2013, dengan jumlah peserta adalah empat puluh (40) orang terdiri dari 11 (sebelas) peserta perempuan dan 29 (dua puluh sembilan). Dengan materi : (a) Garis-garis Besar Isi Materi PLH; (b) Teknik Komunikasi dan Fasilitasi; (c) Praktek Biodiversity: Indikator Biologi sebagai Pemantau Lingkungan; (d) Perubahan Iklim; (e) Agen Perubahan dalam Pengelolaan Lingkungan; (f) Pengelolaan Sampah dengan 3R dan Bank Sampah; (g) Perencanaan dan Kelembagaan Hutan Pendidikan Iklim Blanakan.

Gambar 3. Praktek untuk Garis-garis Besar Materi PLH

(3) Pendampingan ke sekolah, selama tahun 2013 dilakukan pendampingan kesepuluh sekolah pada bulan September 2013 dan baru dilaksanakan satu kali, terutama untuk menindaklanjuti lokalatih yaitu kegiatan lingkungan di sekolah, salah satunya adalah penerapan perbaikan pengelolaan sarana dan prasana antara lain tempat sampah dan pemilahan sampah, penghijauan di sekolah, pembuatan TOS-Tanaman Obat Sekolah.

(4) Pembuatan Lubang Biopori untuk meningkatkan area resapan air di sekolah dan sekitarnya. Sampai akhir 2013, sekitar 30 lubang biopori sudah dibuat.

Gambar 4. Praktek pembuatan lubang resapan biopori

(5) Pemberian materi lingkungan kepada peserta Kemah Gema Pramuka Blanakan yang diselenggarakan di areal Hutan Pendidikan Iklim Blanakan pada tanggal 2-3 Oktober 2013, sekitar 300 pramuka Siaga-Penggalang dan Penegak difasilitasi materi lingkungan dengan mengacu pada materi Saka Kalpataru atau Saka Lingkungan yang dikembangkan oleh Kementrian Lingkungan Hidup (KLH), materi tersebut antara lain Krida 3R dan Krida Konservasi Keanekaragaman Hayati. Untuk Krida Keanekaragaman Hayati, peserta difasilitasi melakukan kegiatan pemantauan sungai Cilamaya melalui cara biological monitoring (biomonitoring) pemantauan kualitas air dengan melihat indikator makro invertebrata, dan mengidentifikasi jenis-jenis tumbuhan yang saat ini ada di lokasi Hutan Pendidikan Iklim Blanakan dan sekitarnya. Sementara Krida 3R diisi dengan kegiatan pengenalan jenis sampah dan cara mengolah sampah plastik melalui kerajinan daur ulang plastik kemasan menjadi barang yang bermanfaat.

PHE ONWJ – Hutan Pendidikan Iklim - PLH

230

Gambar 5. Penerapan PLH dalam Kemah Pramuka

3. Keberhasilan dan Petikan Pembelajaran Program

Program CSR lingkungan melalui Hutan Pendidikan Iklim Blanakan, meskipun masih dalam proses, namun dalam proses penerapan PLH sudah mulai memperlihatkan perkembangan terutama inisiasi para peserta lokalatih yang mulai menyebarkan kepedulian lingkungan, antara lain di sekolah sudah mulai terjadi pengurangan penggunaan plastik kemasan meski masih terbatas dikalangan guru dengan membawa botol minum, sampah plastik tidak terlalu berserakan. Rangkaian lokalatih dan kegiatan PLH yang dikembangkan di Kec. Blanakan juga mendapat apresiasi dari Dinas Pendidikan Kecamatan dan seluruh sekolah, umumnya mereka membutuhkan pendampingan dari PHE ONWJ untuk menerapkan peduli lingkungan, dan meminta proses lokalatih dilakukan lagi untuk sekolah-sekolah yang dalam seri pertama dan kedua belum mengikuti. Berikut pernyataan dari sekolah (Kepala Sekolah, Guru):

“Perbanyak pelatihan seperti ini dengan merata karena masih banyak saudara kita yang belum sadar manfaat lingkungan sekitar” (Sakim, SMPN 2 Blanakan

Kebutuhan untuk kegiatan PLH di sekolah juga disampaikan antara lain:

“PHE ONWJ dan LSM Lingkungan diharapkan lebih banyak lagi memberikan motivasi dan kunjungan ke sekolah agar anak dan pendidik lain dapat memahami dan melakukan aksi bersama untuk lingkungan” (Wakim Hamzah, Guru SDN Wanajaya)

Sementara penggunaan Hutan Pendidikan Iklim Blanakan sebagai media pendidikan sudah dimulai dengan digunakan sebagai lokasi penanaman sekolah dan kegiatan pramuka sekecamatan Blanakan, meski dalam kegiatan pramuka masih sangat kurang perspektif lingkungan, namun upaya untuk menanami lokasi dengan bibit pohon menjadi salah satu upaya yang harus terus dilakukan. Keberadaan Hutan Pendidikan Iklim betul-betul menjadi kebutuhan masyarakat dan terlihat dari upaya masyarakat untuk segera mewujudkannya dengan dibentuknya “Forum Komunikasi Hutan Pendidikan Iklim Blanakan(FKHPIB) ditingkat masyarakat”.

Proses kemitraan perusahaan dengan masyarakat dan sekolah yang terbangun dengan landasan kepercayaan menjadi kunci keberhasilan program. Untuk membangun Hutan Pendidikan Perubahan Iklim Blanakan, secara fisik mungkin mudah diwujudkan oleh perusahaan, namun perusahaan yang memilih berproses bersama untuk mendorong rasa kepemilikan bersama di masyarakat Blanakan, serta proses merubah pola pikir dan tindak masyarakat untuk peduli lingkungan sehingga menjadi aset untuk pengelolaan Hutan Pendidikan Iklim Blanakan ke depan terutama aset sumberdaya manusia.

PHE ONWJ – Hutan Pendidikan Iklim - PLH

231

PENUTUPPENUTUP

200

223Daftar Isi

PENUTUP

Peran dunia usaha dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidupsecara nyata telah ditunjukkan dalam pemodelan pelaksanaan tujuh kegiatanCorporate Social Responsibility bidang lingkungan yang dilakukan oleh 32perusahaan yang terangkum dalam 44 cerita dalam buku ini.

Berdasarkan 44 cerita program CSR bidang lingkungan, terlihat visi, misi,kebijakan, rencana, dan program perusahaan yang memperhatikan aspeklingkungan dalam menjalankan usahanya merupakan dasar bagi perusahaanuntuk menjalankan CSR bidang lingkungan yang sistemik, terintegrasi danberkelanjutan. Komitmen yang dimulai dari pucuk pimpinan perusahaan,penanggung jawab, sampai tingkat pelaksana di lapangan merupakan kunciyang mengantarkan keberhasilan suatu program yang bermanfaat tidak sajauntuk lingkungan hidup tetapi juga untuk pertumbuhan ekonomi dankepentingan sosial.

Empat puluh empat (44) model CSR bidang lingkungan yang dilakukanperusahaan menunjukkan bahwa penerima manfaat tidak saja bagi eksternalperusahaan khususnya masyarakat sekitar, yang umumnya perusahaanmenyebutnya masyarakat, tetapi juga bagi internal perusahaan dalam bentukpengakuan masyarakat dan mitra usaha atas kepedulian perusahaan terhadaplingkungan. Pihak internal seperti staf, kontraktor perusahaan dan lainnyadalam menjalankan kegiatan perusahaan akan lebih memperhatikan aspeklingkungan hidup.

Manfaat lain dari pelaksanaan CSR bidang lingkungan yang sistemik,terintegrasi dan berkelanjutan adalah dapat mewujudkan forum komunikasiantar perusahaan dengan masyarakat dan para pemangku kepentinganlainnya. Melalui komunikasi yang baik dapat terjamin keterbukaan sehinggadapat mengurangi pendapat negatif dari masing-masing pihak. Kondisi inidapat merupakan safety net dalam interaksi perusahaan dengan berbagaipihak terutama masyarakat sekitar.

Empat puluh empat (44) cerita model CSR bidang lingkungan yangdipublikasikan ini memang belum sepenuhnya sempurna, namun dapatdijadikan contoh dalam mendorong dunia usaha lainnya untuk semakinmemperhatikan aspek lingkungan hidup dalam melaksanakan CSR-nya.Diharapkan pula terdapat dampak positif, semakin banyak kalangan duniausaha yang lebih peduli terhadap lingkungan hidup dan berupaya untukmelakukan aksi nyata bagi perbaikan dan pemeliharaannya.

Mengingat masih banyak perusahaan yang juga ingin berpartisipasimenerapkan CSR bidang lingkungan, namun keterbatasan pemahaman sertapengalaman dalam melaksanakannya menjadi kendala bagi perusahaan. Olehkarenanya selain buku yang telah diterbitkan ini, perusahaan juga berharapadanya peran aktif dari Kementerian Lingkungan Hidup untuk mendampingiperusahaan. Proses pendampingan diharapkan dilakukan mulai dari prosespenyiapan sampai evaluasi pelaksanaan CSR bidang lingkungan sesuai dengantugas dan fungsi KLH dalam program perlindungan dan pengelolaanlingkungan hidup khususnya yang berkaitan dengan kegiatan dunia usaha.

224Daftar Isi

225Daftar Isi

KOSAKATA

A

Adaptasi perubahan iklim : Merupakan proses penyesuaian apapun yang terjadi secara alamiah di dalam ekosistem atau dalam sistem manusia sebagai reaksi terhadap perubahan iklim, baik dengan meminimalkan tingkat perusakan maupun mengembangkan peluang-peluang yang menguntungkan sebagai reaksi terhadap iklim yang sedang berubah atau bencana yang akan terjadi yang terkait dengan perubahan-perubahan lingkungan.

Aerobik atau areob : Adalah organisme yang melakukan metabolisme dengan bantuan oksigen. Aerob, dalam proses dikenal sebagai respirasi sel, menggunakan oksigen untuk mengoksidasi substrat (sebagai contoh gula dan lemak) untuk memperoleh energi.

Anaerob : Adalah setiap organisme yang tidak memerlukan oksigen untuk tumbuh

B

Bank Sampah : Adalah tempat pemilahan dan pengumpulan sampah yang dapat didaur ulang dan/atau diguna ulang yang memiliki nilai

Lingkungan Hidup No. 13/2012 tentang Reduce, Reuse, Recycle

Berwawasan lingkungan : Upaya sadar dan berencana menggunakan dan mengelola sumber daya secara bijaksana yang terencana dan berkesinambungan untuk meningkatkan mutu hidup.

Biodiversity : Keanekaragaman hayati

Bokashi : Metode pengomposan yang dapat menggunakan starter aerobik maupun anaerobik untuk mengkomposkan bahan organik, yang biasanya berupa campuran molasses, air, starter mikroorganisme, dan sekam padi. Kompos yang sudah jadi dapat digunakan sebagian untuk proses pengomposan berikutnya, sehingga proses ini

Starter yang digunakan amat bervariasi, dapat diinokulasikan dari material sederhana seperti kotoran hewan, jamur, spora jamur, cacing, ragi, acar, sake, miso, natto, anggur, bahkan bir, sepanjang material tersebut mengandung organisme yang mampu melakukan proses pengomposan.

226Daftar Isi

Botanic garden : Kebun raya atau kebun botani adalah suatu lahan yang ditanami berbagai jenis tumbuhanyang ditujukan untuk keperluan koleksi, penelitian, dan konservasi ex-situ (di luar habitat) dan dapat berfungsi sebagai sarana wisata dan pendidikan bagi pengunjung

C

Cleaner productionair dan energi, dan pencegahan pencemaran, dengan sasaran peningkatan produktivitas dan minimisasi timbulan limbah

Community development

Corporate social responsibility

Cover lamp : Lampu penutup

D

Delineasi : Suatu bagian lanskap yang ditunjukkan oleh suatu batas yang tertutup pada suatu peta tanah yang menentukan suatu areal tertentu, suatu bentuk tertentu, dan suatu lokasi tertentu dari satu atau lebih komponen tanah ditambah inklusi, dan atau areal sis.

E

mutu lingkungan yang sesuai dengan standar internasional

Ekosistem : Suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya

Emisi : Emisi adalah zat, energi dan/atau komponen lain yang dihasilkan dari suatu kegiatan yang masuk dan/atau dimasukkannya ke dalam udara ambien yang mempunyai dan/atau tidak mempunyai potensi sebagai unsur pencemar.

Energi terbarukan : Energi yang berasal dari proses alam yang berkelanjutan, seperti tenaga surya, tenaga angin, arus air proses biologi, dan panas bumi

Environment, Health, and Safety : Lingkungan, Kesehatan,dan Keamanan

atau menilai kegunaan, keefektifan sesuatu yang didasarkan pada kriteria tertentu dari program. Evaluasi harus memiliki tujuan yang jelas, sesuai dengan tujuan yang ditetapkan dalam program

227Daftar Isi

F

dioksida (CO2) dan air (H2O) dengan bantuan sinar matahari.

G

Greenhouse : Sebuah rumah yang dinding dan atapnya dibuat dari kaca atau plastik digunakan untuk pengembangbiakkan tumbuhan

Green house effect : Efek Gas Rumah Kacadisebabkan karena naiknya konsentrasi gas karbon dioksida (CO2) dan gas-gas lainnya di atmosfer. Kenaikan konsentrasi gas CO2 ini disebabkan oleh kenaikan pembakaran bahan bakar minyak, batu bara dan bahan bakar organik lainnya yang melampaui kemampuan tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk menyerapnya.

Green lightingatau penggunaan zat berbahaya sehubungan dengan perubahan cuaca (climate change).

H

HGU : Hak Guna Usaha adalah hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai langsung oleh Negara, dalam jangka waktu paling lama 25 atau 35 tahun , yang bila diperlukan masih dapat diperpanjang lagi 25 tahun, guna usaha pertanian, perkebunan, perikanan atau peternakan, dengan luas paling sedikit 5 ha

pemanfatannya, serta pengendaliannya.

Hutan Kota : Hutan kota merupakan salah satu ekosistem buatan memiliki manfaat dan fungsi penting diwilayah perkotaan. Hutan kota merupakan komunitas tumbuh-tumbuhan berupa pohon dan asosiasinya yang tumbuh di lahan kota atau sekitar kota, berbentuk jalur, menyebar atau bergerombol (menumpuk) dengan struktur meniru (menyerupai) hutan alam, membentuk habitat yang memungkinkan kehidupan bagi satwa dan menimbulkan lingkungan sehat, nyaman, dan estetis

Hutan lindung : Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah

228Daftar Isi

I

pelaksanaan peraturan, tugas, dsb.

KKeanekaragaman hayati : Adalah istilah yang digunakan untuk

menggambarkan keanekaan bentuk kehidupan di bumi, interaksi antara berbagai mahluk hidup serta antara mereka dengan lingkungannya. Keanekaan sistem pengetahuan dan kebudayaan masyarakat terkait erat dengan keanekaragaman hayati, dengan demikian keanekaragaman hayati mencakup semua bentuk kehidupan di bumi, mulai dari mahluk sederhana seperti jamur, bakteri, hingga mahluk yang mampu berpikir seperti manusia, mulai dari satu tegakan pohon di pekarangan rumah hingga ribuan tegakan pohon yang membentuk sistem jejaring kehidupan yang rumit dalam sebuah

Klimatologis : Ilmu yang mempelajari iklim, dan merupakan sebuah cabang dari ilmu atmosfer.

Konservasi :Undang-undang No. 5/1990 Konservasi adalah pengelolaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya.

L

Lahan kritis : Merupakan suatu lahan yang kondisi tanahnya telah mengalami atau dalam proses

akhirnya membahayakan fungsi hidrologi, orologi, produksi pertanian, pemukiman dan kehidupan sosial ekonomi di sekitar daerah pengaruhnya

Landmark boulevard

Lubang Biopori : Metode resapan air yang ditujukan untuk mengatasi banjir dengan cara meningkatkan daya resap air pada tanah

M

Mata pencaharian : Sumber pendapatan penduduk berupa pekerjaan yang dilakukan secara rutin untuk memenuhi kebutuhan.

229Daftar Isi

Mitigasi Perubahan Iklim : Sebuah intervensi antropogenik untukmenurunkan tekanan antropogenik terhadapsistem iklim, termasuk didalamnya strategiuntuk mengurangi sumber-sumber penghasilgas-gas rumah kaca dan meningkatkanpenyerapan karbon. Terdapat beberapapendekatan yang dapat digunakan, seperti darisisi sosial, ekonomi, politik, dan teknologi yangsemuanya dapat mendukung penurunan emisiyang berkontribusi terhadap perubahan iklim.

Monitoring : Suatu proses pemantauan untukmendapatkan informasi tentang pelaksanaanmanajemen

O

Open dumping : Teknik open dumping adalah cara pembuangansampah yang sederhana, yaitu sampahdihamparkan disuatu lokasi dan dibiarkanterbuka begitu saja

Organic farm : Pertanian Organik

P

Parsial : Berhubungan atau merupakan bagian drkeseluruhan

Paru-paru kota : Ruang terbuka hijau di tengah-tengahkota yang berfungsi menjadi penyerapkarbondioksida dan menyerap pencemarudara lainnya

Partisipasi : Pengambilan bagian atau pengikutsertaan

Penangkaran :(tempat aslinya), dengan campur tangan(budidaya) manusia

R

Recycle : Daur ulang

Reduce : Pengurangan/memperkecil

Rehabilitasi lahan : Merupakan suatu usaha memperbaiki,memulihkan kembali dan meningkatkankondisi lahan yang rusak agar dapat berfungsisecara optimal baik sebagai unsur produksi,media pengatur tata air, maupun sebagaiunsur perlindungan alam dan lingkungannya

Rekonstruksi : Pengembalian seperti semula

Relokasi : Pemindahan suatu tempat menuju tempatyang baru.

Reservoir : Tempat/daerah/wadah yang memilikikemampuan untuk menampung air.

230Daftar Isi

Reuse : Digunakan kembali

S

: Sampah dikumpulkan dan ditimbun dilahan yang sebelumnya telah dilapisi oleh plastik kemudian ditambahkan tanah lempung lalu sampah dimasukan kemudian dipadatkan dan yang terakhir adalalah pada permukaan atas sampah ditaburi tanah tiap harinya

: Teknik budidaya padi yang mampu meningkatkan produktivitas padi dengan cara mengubah pengelolaan tanaman, tanah, air, dan unsur hara.

Sekuestrasipemencilan

Sekolah Adiwiyata : Sekolah peduli dan berbudaya lingkungan

Sinergi : Berkomitmen untuk membangun dan memastikan hubungan kerjasama internal yang produktif serta kemitraan yang harmonis dengan para pemangku kepentingan untuk menghasilkan karya yang bermanfaat.

Sosiosistem : Lingkungan yang di dalamnya manusia berinteraksi dengan sesamanya baik berdasarkan polahubungan struktural maupun fungsional

Spesies Endemik : Spesies endemik adalah jenis makhluk hidup, baik tumbuhan maupun hewan, yang hanya

saja

Suaka Alam : Adalah perlindungan suatu kawasan berupa kekayaan alam dan isinya, meliputi pemeliharaan, penelitian, pendidikan, wisata, rehabilitasi kawasan, dan pengamanan segala aset yang berada dalam kawasan perlindungan.

T

Takakura (Keranjang Takakura) : Merupakan proses pengomposan aeraob di mana udara dibutuhkan sebagai asupan penting dalam proses pertumbuhan mikroorganisme yang menguraikan sampah menjadi kompos. Media yang dibutuhkan dalam proses pengomposan yaitu dengan menggunakan keranjang berlubang, diisi dengan bahan-bahan yang dapat memberikan

pengomposan metode ini dilakukan dengan cara memasukkan sampah organik idealnya sampah organik tercacah ke dalam keranjang setiap harinya dan kemudian dilakukan

231Daftar Isi

kontrol suhu dengan cara pengadukan dan penyiraman air.

Terumbu karang : Merupakan ekosistem khas yang terdapat di wilayah pesisir daerah tropis. Terumbu karang adalah struktur di dasar laut berupa

dihasilkan terutama oleh hewan karang. Karang adalah hewan tak bertulang belakang

(hewan berongga) atau Cnidaria yang dapat

laut maka akan membentuk endapan kapur

Testimoni : Adalah beberapa pendapat, usulan, masukan dari orang per orang yang sifatnya mendukung, pembenaran, menambah nilai suatu produk tertentu (hasil karya, terbitan buku, produk pasar, dll) yang dituangkan dalam bentuk tulisan yg tidak terlalu panjang, namun tepat sasaran. Diharapkan dari testimoni beberapa orang tersebut produk atau program menjadi lebih bernilai

Tukik : Bayi penyu

W

Water consumption

224Daftar Isi