39
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Salah satu kebijakan pendidikan yang dituangkan dalam Propenas 1999- 2004 adalah peningkatan mutu pendidikan nasional. Berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan telah dan akan terus dilakukan, di antaranya dengan melengkapi sekolah- sekolah dengan berbagai sarana dan sumber belajar di sekolah. Hal itu sejalan dengan undang-undang No.2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang mensyaratkan agar setiap satuan pendidikan jalur sekolah menyediakan sarana belajar yang memadai sebagai pendukung pelaksanaan pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar dan terrencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Metologi Penelitian

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Metologi Penelitian

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH.

Salah satu kebijakan pendidikan yang dituangkan dalam Propenas

1999- 2004 adalah peningkatan mutu pendidikan nasional. Berbagai upaya

untuk meningkatkan mutu pendidikan telah dan akan terus dilakukan, di

antaranya dengan melengkapi sekolah-sekolah dengan berbagai sarana dan

sumber belajar di sekolah. Hal itu sejalan dengan undang-undang No.2 tahun

1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang mensyaratkan agar setiap

satuan pendidikan jalur sekolah menyediakan sarana belajar yang memadai

sebagai pendukung pelaksanaan pendidikan.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terrencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan sebagai suatu proses, baik berupa pemindahan maupun

penyempurnaan akan melibatkan dan dan mengikut sertakan bermacam-

macam komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.

Pendidikan dilakukan seumur hidup sejak usia dini sampai akhir hayat,

pentingnya pendidikan diberikan pada anak usia dini terdapat didalam

Page 2: Metologi Penelitian

Undang-undang Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003 Peraturan Pemerintah

tentang Pendidikan Anak Usia Dini pasal 1 ayat 1, dinyatakan bahwa:

“Pendidikan anak usia dini yang selanjutnya disebut PAUD adalah suatu

upaya pembinaan yang ditunjukan kepada anak sejak lahir samapai berusia

enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk

membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak

memiliki kesiapan daam memasuki pendidikan lebih lanjut”.

Pendidikan TK merupakan salah satu bentuk pendidikan formal

pendidian anak usia dini, didalam Undang-undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun

2003 Peraturan Pemerintah tentang PAUD pasal 1 ayat 7 dijelaskan:

“Taman Kanak-kanak yang selanjutnya disingkat TK adalah salah satu bentuk

kesatuan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang

menyelenggarakan program pendidikan bagi anak berusia empat tahun sampai

enam tahun”.

Pendidikan adalah suatu upaya pembinaan sejak lahir sampai dengan

usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan untuk

membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta rohani, agar anak

memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Pendidikan anak usia dini diselenggarakan dengan tujuan untuk

memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh.

Mendukung pernyataan tersebut, Anderson (Masitoh et al, 2003: 2)

mengemukakan, “ Early childhood education is based on a number of

methodical didactic consideration the aim of which is provide opportunities

Page 3: Metologi Penelitian

for development of children personality”. Penjelasan kalimat diatas adalah

pendidikan anak usia dini didasarkan pada sejumlah pertimbangan didaktik

metodik bertujuan memberi kesempatan untuk mengembangkan kepribadian

anak, oleh karena itu pendidikan anak usia dini khususnya di TK, perlu

menyediakan beragam kegiatan dalam mengembangkan berbagai aspek

perkembangan yang meliputi aspek kognitif, bahasa, sosial, emosi,

kemandirian, dan motorik.

Sebagai bagian dari pendidikan anak usia dini, kegiatan pembelajaran

di TK yang meliputi semua aspek perkembangan dilakukan secara integrasi.

Mendukung pernyataan tersebut, Dianawati, A (2006: 28) mengatakan bahwa

kemampuan-kemampuan akademik dapat dikembangkan dengan cara-cara

yang tidak memaksa, bahkan harus bersifat menyenangkan bagi anak. Cara-

cara yang dimaksud adalah melalui bermain, bercerita dan bernyanyi.

Penerapan cara-cara ini akan lebih menarik bila didukung dengan

menggunakan media pembelajaran yang relevan seperti media balok, flash

card, maze dan puzzle.

Menurut Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial

DNIKS) mengatakan bahwa puzzle merupakan alat permainan edukatif yang

dapat meningkatkan perkembangan anak.

Berdasarkan hasil observasi awal di kelas B, TK Bunga Rampai

Kecamatan Waled Kabupaten Cirebon, ditemukan adanya opini bahwa belajar

matematika itu sulit, pemahaman guru tentang pembelajaran logika

matematika masih rendah, peran guru dalam proses pembelajaran logika

Page 4: Metologi Penelitian

matematika masih abstrak serta masih adanya guru yang belum memanfaatkan

media belajar secara maksimal hanya dijadikan alat permainan saja, padahal

dalam kenyataannya media puzzle tersebut dapat digunakan untuk proses

pembelajaran logic mathematic, yaitu mngenalkan pola, mengenal warna,

mengenal konsep bilangan, serta dapat memecahkan masalah.

B. RUMUSAN MASALAH.

Rumusan masalah dalam penelitian ini dituangkan dalam pertanyaan

penelitian sebagai berikut:

1. Apakah media puzzle dapat meningkatkan kecerdasan logic mathematic

anak Taman Kanak-kanak di kelas B, TK Bunga Rampai Kecamatan Waled

Kabupaten Cirebon, Tahun Ajaran 2011-2012.

2. Bagaimana pengaruh media puzzle dalam meningkatkan kecerdasan logic

mathematic Taman Kanak-kanak di kelas B, TK Bunga Rampai Kecamatan

Waled Kabupaten Cirebon, Tahun Ajaran 2011-2012.

3. Seberapa besar peningkatan kecerdasan logic mathematic anak Taman

Kanak-kanak setelah dterapkan penggunaan media puzzle di kelas B, TK

Bunga Rampai Kecamatan Waled Kabupaten Cirebon, Tahun Ajaran 2011-

2012.

Page 5: Metologi Penelitian

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui penerapan media puzzle dalam meingkatkan kecerdasan

logic mathematic anak Taman Kanak-kanak di kelas B, TK Bunga Rampai

Kecamatan Waled Kabupaten Cirebon, Tahun Ajaran 2011-2012.

2. Untuk mengetahui proses penerapan media puzzle terhadap peningkatan

logic mathematic anak Taman Kanak-kanak di kelas B, TK Bunga Rampai

Kecamatan Waled Kabupaten Cirebon, Tahun Ajaran 2011-2012.

3. Untuk mengetahui peningkatan logic mathematic anak Taman Kanak-kanak

setelah diterapkan penggunaan media puzzle di kelas B, TK Bunga Rampai

Kecamatan Waled Kabupaten Cirebon, Tahun Ajaran 2011-2012.

D. DEVINISI OPERASIONAL VARIABEL.

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Media Puzzle

Menurut Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial

(DNIKS) (Sudono, 1995:25) mengatakan bahwa “,,,puzzle merupakan alat

permainan edukatif yang dapat meningkatkan perkembangan anak”. Media

puzzle dalam penelitian ini adalah suatu media pembelajaran atau

permainanyang diperuntukan untuk mengasah kemampuan dasar yang

dimiliki oleh setiap anak usia dini, sehingga mereka bisa lebih memahami

proses pembelajaranmatematikadengan praktis, efisien dan efektif.

Page 6: Metologi Penelitian

2. Kecerdasan Logic Mathematic

Kecerdasan Logic mathematic dalam penelitian ini adalah seperti

yang diungkapkan Moleong (2004 : 1) “…seperangkat kemampuan anak

dalam mengenal bentuk, mengenal warna, mengenal benda,

mengelompokkan benda yang sama (klasifikasi), mengelompokkan dua

bentuk yang sama, mengenal ukuran, mengulang bilangan, dan membuat

pola”.

E. MANFAAT PENELITIAN.

Setelah penelitian ini dilakukan, diharapkan dapat memperoleh

manfaat, khususnya bagi guru TK, bagi peneliti dan umumnya bagi semua

pihak yang memerlukan hasil penelitian ini.

Manfaat penelitian adalah sebagai berikut:

1. Bagi guru

Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat dalam menambah

pengetahuan serta wawasan, terutama mengenai:

a. Pengertian pembelajaran logic mathematic, ciri-ciri pembelajaran logic

mathematic, serta proses pembelajaran logic mathematic di TK.

b. Pengertian Media puzzle, Fungsi Puzzle, serta Macam-macam Puzlle

c. Peran guru dalam memanfaatkan media, memilih media, menciptakan

lingkungan belajar yang menyenangkan serta memfasilitasi anak dalam

pembelajaran, terutama pembelajaran logic mathematic di kelas.

Page 7: Metologi Penelitian

2. Bagi Sekolah

a. Dapat digunakan sebagai masuka baik materi maupun bahan bagi guru-

guru lainnya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

b. Dapat meningkatkan profesionalisme guru, terutama dalam pemilihan

materi, metode, serta media dalam sistem pembelajaran.

3. Bagi siswa

a. Anak dapat mengembangkan kecerdasan logic mathematic melalui

penggunaan media puzzle

b. Anak dapat mengetahui manfaat dari media puzzle terhadap

perkembangan aspek kognitifnya.

F. ASUMSI.

Penggunaan media puzzle sangat berpengaruh terhadap peningkatan

kemampuan logic mathematic anak kelas B TK Bunga Rampai Kecamatan

Waled Kabupaten Cirebon, Tahun Ajaran 2011-2012. Kemampuan

peningkatan kecerdasan logic mathematic meningkat setelah menggunakan

media puzzle.

G. HIPOTESIS TINDAKAN.

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang

diajukan peneliti dan masih harus di uji kebenarannya.

Menurut Cholid Narbuko (2008: 28) menyatakan bahwa “…hipotesis

yang berasal dari kata hipo berarti kurang atau lemah dan tesis atau thesis yang

Page 8: Metologi Penelitian

berarti teori yang disajikan sebagai bukti”.Dalam pembicaraan ini hipo

diartikan lemah dan tesis diartikan teori, proposisi atau pernyataan.Jadi

hipotesis adalah pernyataan yang masih lemah kebenarannya dan masih perlu

dibuktikan kenyataannya.

Berdasarkan masalah dan rumusan masalah, maka dapat disusun

hipotesis sebagai berikut:

Ho : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam kemampuan

peningkatan kecerdasan logic mathematic antara TK B di TK Bunga

Rampai Kecamatan Waled Kabupaten Cirebon sebelum menggunakan

media puzzle, dengan setelah menggunakan media puzzle

Ha : Terdapat perbedaan yang signifikan dalam kemampuan peningkatan

kecerdasan logic mathematic antara TK B di TK Bunga Rampai

Kecamatan Waled Kabupaten Cirebon sebelum menggunakan media

puzzle, dengan setelah menggunakan media puzzle

Page 9: Metologi Penelitian

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. KONSEP MEDIA PUZZLE.

1. Pengertian Media

Menurut Heinich, Molenda dan Russell (Eliyawati, 2005: 104)

media merupakan “…alat saluran kmunikasi”. Istilah media itu sendiri

berasal dari bahasa latindan merupakan bentuk jamak dari kata “medium”

yang secara harfiah berarti “perantara” yaitu perantara sumber pesan (a

receiver).

Mendukung pernyataan diatas, Gagne (Sadiman, Arief S

(dkk),2007: 6) menyatakan bahwa “…media adalah berbagai jenis

komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk

belajar”. Sementara itu, Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan

(association of Education and Communication Technology/AECT)

(Sadiman, Arief S (dkk),2007: 6) di Amerika Serikat berpendapat bahwa

“…media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk

menyalurkan pesan atau informasi”.

Selain itu, masih ada beberapa pengertian mengenai media yang

dikemukakan oleh beberapa ahli, diantaranya sebagai berikut:

a. Schramm (Eliyawati, 2005: 105) mengemukakan bahwa “…media

merupakan teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk

keperluan pendidikan”.

Page 10: Metologi Penelitian

b. Briggs (Eliyawati, 2005: 105) mengemukakan bahwa ”…media

merupakan sarana fisik untuk menyampaikan isi atau materi pendidikan

seperti buku, film, video, slide, dan sebagainya”.

c. NEA (Eliyawati, 2005: 105) mengemukakan bahwa “…media

merupakan sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-

dengar, termasuk teknologi perangkat kerasnya”.

Menurut Tn, 2008 (http://alfarabydane.blogspot.com)

menyebutkan bahwa “…media adalah segala sesuatu yang dapat

menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi”.

Pada hakikatnya proses belajar-mengajar merupakan suatu bentuk

komunikasi dimana siswa tidak hanya terpaku pada penjelasan guru, tetapi

siswa juga dapat menggunakan media-media penunjang pembelajaran.

2. Jenis-jenis media

Tn, 2008 (http://alfarabydane.blogspot.com) menyebutkan bahwa

ada berbagai jenis media belajar, diantaranya :

a. Media Visual : grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik

b. Media Audial : radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya

c. Projected still media : slide; over head projektor (OHP), in focus dan

sejenisnya

d. Projected motion media : film, televisi, video (VCD, DVD, VTR),

computer

dan sejenisnya.

Page 11: Metologi Penelitian

3. Manfaat Media

Kemp dan Dayton, 1985 (http://alfarabydane.blogspot.com)

mengemukakan manfaat penggunaan media dalam pembelajaran adalah:

a. penyampaian materi dapat diseragamkan;

b. proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik;

c. proses pembelajaran menjadi lebih interaktif;

d. efisiensi waktu dan tenaga;

e. meningkatkan kualitas hasil belajar siswa;

f. media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan dimana saja dan

kapan saja;

g. media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan

proses belajar; danmengubah peran guru kearah yang lebih positif dan

produktif.

4. Peran Media

Menurut Eliyawati (2004:137) mengatakan bahwa peran media

dalam kegiatan pendidikan untuk anak usia dini semakin penting artinya

mengingat perkembangan anak pada saat itu berada pada masa berfikir

konkrit. Oleh karena itu salah satu prinsip pendidikan untuk anak usia dini

harus berdasarkan realita artinya bahwa anak diharapkan dapat mempelajari

sesuatu secara nyata. Dengan demikian, dalam pendidikan untuk anak usia

dini harus menggunakan sesuatu yang memungkinkan anak dapat belajar

Page 12: Metologi Penelitian

secara konkrit. Prinsip tersebut mengisyaratkan perlunya digunakan media

sebagai saluran penyampai pesan-pesan pendidikan untuk anak usia dini.

5. Fungsi Media

Menurut Rahardjo (Andriani, Dwi 200 :14) mengemukakan bahwa

media memiliki fungsi yang jelas yaitu memperjelas, memudahkan dan

membuat menarik pesan kurikulum yang akan disampaikan oleh guru

kepada peserta didik sehingga dapat memotivasi belajarnya dan

mengefisienkan proses belajar.

Selain itu, Wibawa (Andriani, Dwi 200 :14)mengemukakan bahwa

fungsi media dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:

Media mampu memperlihatkan gerakan cepat yang sulit diamati dengan

cermat oleh mata biasa.

a. Media dapat memperbesar benda-benda kecil yang tidak dapat dilihat

oleh mata telanjang. Dengan menggunakan peralatan yang canggih dan

proyektor mikro orang dapat membuat film menayangkan kuman-kuman

yang sangat kecil.

b. Sebuah obyek yang terlalu besartentu saja tidak dapat dibawa ke kelas,

dengan menggunakan media maka obyek tersebut dapat diamati oleh

anak didik.

c. Obyek yang komplek dapat menjadi lebih sederhana dengan

menggunakan media.

Page 13: Metologi Penelitian

6. Pengertian Media Puzzle

Media puzzle dalam adalah suatu media pembelajaran atau

permainanyang diperuntukan untuk mengasah kemampuan dasar yang

dimiliki oleh setiap anak usia dini, sehingga mereka bisa lebih memahami

proses pembelajaranmatematikadengan praktis, efisien dan efektif.

Menurut Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial

(DNIKS) (Sudono, 1995:25) mengatakan bahwa “…puzzle merupakan alat

permainan edukatif yang dapat meningkatkan perkembangan anak”.

7. Macam-macam Puzzle

Tn, 2009(http://www.plazaanak.com) menyatakan beberapabentuk

puzzle, yaitu:

1. Puzzle konstruksi,

2. Puzzle batang (stick),

3. Puzzle lantai,

4. Puzzle angka,

5. Puzzle transport,

6. Puzzle gambar,

7. Puzzle logika,

8. Puzzle mekanik, dan lain-lain.

Page 14: Metologi Penelitian

8. Fungsi Puzzle

Tn, 2009 (http://adekaedutoysandcraft.com), mengemukakan bahwa

pada umumnya, sisi edukasi permainan puzzle ini berfungsi untuk:

1. Melatih konsentrasi, ketelitian dan kesabaran

2. Memperkuat daya ingat

3. Mengenalkan anak pada konsep ‘hubungan’

4. Dengan memilih gambar/bentuk, dapat melatih anak untuk berfikir

matematis (menggunakan otak kiri)

B. KONSEP KECERDASAN LOGIC MATHEMATIC.

1. Pengertian Kecerdasan

Profesor Gardner, 2007 (http://nuritaputranti.wordpress.com)yang

telah menemukan teori kecerdasan majemuk atau Multiple Intelligences

mengemukakan bahwa “…kecerdasan merupakan salah satu faktor utama

yang menentukan sukses gagalnya peserta didik belajar di sekolah”.Peserta

didik yang mempunyai taraf kecerdasan rendah atau di bawah normal sukar

diharapkan berprestasi tinggi. Tetapi tidak ada jaminan bahwa dengan taraf

kecerdasan tinggi seseorang secara otomatis akan sukses belajar di sekolah.

2. Pengertian Logic Mathematic

Gardner dalam Jamaris (2005: 31) mengatakan bahwa pembelajaran

logika matematika sebagian dari kecerdasan jamak yang berkaitan dengan

kepekaan dalam mencari dan menemukan pola yang digunakan untuk

Page 15: Metologi Penelitian

melakukan kalkulasi hitung, berfikir abstrak serta berfikir logis dan berfikir

ilmiah.Jenis kegiatan dalam pembelajaran logika matematika mencakup

kategorisasi, klasifikasi, inferensi, generalisasi, kalkulasi dan tes hipotesis.

Dalam buku konsep dan makna pembelajaran Sagala, 2005 : 84

(http://nuritaputranti.wordpress.com)mengemukakan bentuk kecerdasan ini

termasuk yang paling mudah distandarisasikan dan diukur. Kecerdasan ini

sebagai pikiran analitik dan sainstifik, dan bisa melihatnya dalam diri ahli

sains, programmer komputer, akuntan, banker dan tentu saja ahli

matematika.Berkaitan dengan pelajaran matematika. Tokoh2 yang terkenal

antara lain Madame Currie, Blaise Pascal, B.J. Habibie

Tn, 2007 (http://episentrum.com) mengemukakan bahwa ada

beberapacara merangsang kecerdasan logika-matematik dengan

mengelompokkan, menyusun, merangkai, menghitung mainan, bermain

angka, halma, congklak, sempoa, catur, kartu, teka-teki, puzzle, monopoli,

permainan komputer dll.

3. Pengertian Kecerdasan Logic Mathematic

Tn, 2007 (http://kecerdasanmajemuk.blogspot.com) mengemukakan

bahwa “…kecerdasan logic mathematic atau kecerdasan logika adalah

kecerdasan yang dimiliki oleh seseorang, yang memiliki cirri-ciri sebagai

berikut: biasanya unggul dalam pelajaran-pelajaran IPA, seperti fisika dan

matematika”. Orang dengan kecerdasan ini memiliki kemampuan analisis

yang kuat dan dapat berpikir secara teratur, bahkan pola pikirnya cenderung

Page 16: Metologi Penelitian

kaku. Seseorang yang memiliki kecerdasan logic mathematic adalah orang

yang realistis dan selalu mencari jawaban atas berbagai pertanyaan.

4. Kemampuan Kecerdasan Logic Mathematic.

Ciri-ciri seseorang yang memiliki kemampuan dalam kecerdasan

logic mathematic menurut Tn, 2009 (http://ruangpikir.multiply.com) adalah

sebagai berikut:

a. Suka berpikir abstrak, penjelasan logis, mengerjakan teka-teki, berhitung,

computer

b. Suka pada ketepatan, teratur, langkah demi langkah

c. Menggunakan struktur logis

d. Sangat suka memecahkan masalah

e. Sangat suka bereksperimen secara logis

f. Suka mencatat secara teratur

g. Mencatat sesuatu dengan teratur

h. Mencari pola dari segala sesuatu

Selain ciri-ciri yang telah disebutkan tadi, ada juga ciri-ciri lainnya

yang diperlihatkan oleh seseorang yang memiliki kemampuan dalam

Kecerdasan logic mathematic yang dikemukakan oleh Tn, 2007

(http://kecerdasanmajemuk.blogspot.com)yaitu:

a. Unggul dalam matematika dan fisika,

b. Suka bertanya ‘kenapa’ terhadap segala sesuatu,

c. Mudah menghafal angka, suka menganalisis sesuatu,

Page 17: Metologi Penelitian

d. Yakin bahwa segala sesuatu ada sebab/alasannya,

e. Tertarik pada teknologi dan berbagai penemuan terbaru,

f. Suka cerita detektif/misteri,

g. Bertindak secara kronologis/teratur/berurutan, suka berandai-andai,

h. Suka berdebat; senang melakukan penelitian, eksperimen, atau survei;

menyukai film-film fiksi ilmiah (science fiction).

5. Ciri-ciri Pembelajaran Logic Mathematic pada Anak

Setiap anak dilahirkan dengan memiliki karakteristik yang berbeda,

baik itu secara fisik maupun berbagai kecerdasan yang dimilikinta. Adapun

cirri-ciri pembelajaran logic mathematic pada anak menurut Howard

Gardner (An-an, 2009) adalah:

a. Kemampuan dalam mengolah angka atau kemahiran menggunakan

logika

b. Memanipulasi benda dilingkungannya serta cenderung suka

menerapkan strategi coba-ralat

c. Rasa ingin tahu yang besar terhadap suatu peristiwa atau pengalaman

yang dialaminya

d. Suka menyusun permainan yang sifatnya kategori dan hirarki aturan.

Dari uraian diatas, disimpulakan bahwa anak yang memiliki

kecerdasan logic mathematic yang tinggi memperlihatkan minat yang besar

pada kegiatan pembelajaran logic mathematic yang mencakup kegiatan

Page 18: Metologi Penelitian

bereksplorasi, rasa ingin tahu yang tinggi terhadap fenomena dan banyak

menuntut penjelasan yang logis dari setiap pertanyaan yang diajukan.

Page 19: Metologi Penelitian

BAB III

METODE

A. METODE PENELITIAN.

“…metode penelitian adalah suatu cara yang di tempuh untuk

memperoleh data, menganalisis data dan menyimpulkan hasil penelitian”.

Penggunaan metode dalam melakukan suatu penelitian adalah hal yang sangat

penting, sebab dengan menggunakan metode yang tepat diharapkan dapat

mencapai tujuan yang diinginkan. Menurut Sugiyono (2009:2) bahwa “…

metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan

data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.”

Beberapa Bentuk Desain Eksperimen :

Sugiyono (2009 : 73), terdapat beberapa bentuk desain eksperimen

yang dapat digunakan dalam penelitian, yaitu:

1. Pre-Experimental Design,

2. True Experimental Design,

3. Factorial Design, dan

4. Quasi Experimental Design.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kuantitatif, yaitu pendekatan yang dilakukan dengan pencatatan hasil penelitian

secara eksak atau angka-angka dan untuk menganalisa datanya dengan

menggunakan perhitungan atau statistic.

Page 20: Metologi Penelitian

Desain eksperimen yang digunakan adalah Quasi Eksperimental

Design, yaitu Nonequivalent Control Group Design. Desain ini hampir sama

dengan pretest-posttest control group design, hanya pada desain ini kelompok

eksperimen maupun kelompok control tidak terpilih secara random.

Secara jelas, eksperimen ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1.1

Sugiono (2009: 79)

Keterangan:

0₁ : Nilai pre-test kelompok eksperimen

0₂ : Nilai Post-test kelompok eksperimen

X : Perlakuan

0₃ : Nilai pre-test kelompok kontrol

0₄ : Nilai Post-test kelompok kontrol

Page 21: Metologi Penelitian

Desain penelitian ini akan dipakai untuk meneliti sejauh mana pengaruh

penggunaan media puzzle dalam meningkatkan kecerdasan logic mathematic

anak kelas B di TK Bunga Rampai Kecamatan Waled Kabupaten Cirebon,

Tahun Ajaran 2011-2012.

B. POPULASI DAN SAMPEL.

Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas B ,TK Bunga

Rampai Kecamatan Waled Kabupaten Cirebon, Tahun Ajaran 2011-2012.

Sampel dalam penelitian adalah anak kelas TK B1 sebagai kelas

eksperimen dengan jumlah 15 sampel, serta anak kelas TK B2 sebagai kelas

kontrol dengan jumlah 12 sampel.

C. INSTRUMEN.

Adapun instrument yang digunakan dalam penelitian ini yaitu melalui

wawancara kepada guru kelas serta melakukan observasi secara langsung di

TK Bunga Rampai Kecamatan Waled Kabupaten Cirebon, Tahun Ajaran 2011-

2012, serta study dokumentasi berupa foto kegiatan.

D. PROSEDUR.

Berdasarkan hasil observasi awal di kelas B, TK Bunga Rampai

Kecamatan Waled Kabupaten Cirebon, ditemukan adanya opini bahwa belajar

matematika itu sulit, pemahaman guru tentang pembelajaran logika matematika

masih rendah, peran guru dalam proses pembelajaran logika matematika masih

Page 22: Metologi Penelitian

abstrak serta masih adanya guru yang belum memanfaatkan media belajar

secara maksimal hanya dijadikan alat permainan saja, padahal dalam

kenyataannya media puzzle tersebut dapat digunakan untuk proses

pembelajaran logic mathematic, yaitu mengenalkan pola, mengenal warna,

mengenal konsep bilangan, serta dapat memecahkan masalah.

Untuk menunjang proses pembelajaran yang baik dan benar, maka

peneliti akan melakukan rancangan sebagai berikut:

a. Untuk kelas eksperimen:

b. Untuk kelas control:

Pelaksanaan Pre-test:

Pelaksanaan penelitian di TK Bunga Rampai Kecamatan Waled

Kabupaten Cirebon, dimulai dengan memberikan Pre test terlebih dahulu

dengan cara mengobservasi anak sebelum diberikan perlakuan. Kegiatan ini

dilakukan untuk mengetahui gambaran awal kecerdasan logic-mathematic

anak-anak kelas eksperimen sebagai kelas yang diberikan perlakuan media

puzzle, dan kelas control sebagai kelas tanpa menggunakan media puzzle.

Pre test Perlakuan Post test

Pre test Post test

Page 23: Metologi Penelitian

Pelaksanaan Perlakuan:

Pelaksanaan Perlakuan atau treatment yang dilakukan pada kelompok

B1 sebagai kelas eksperimen dengan menggunakan media puzzle dalam

kegiatan pembelajarannya. Peneliti terlibat secara langsung dalam kegiatan

tersebut, karena peneliti sebagai observer, yaitu sebagai guru yang memberikan

penjelasan mengenai materi yang akan disampaikan.

Pelaksanaan Post-test:

Pelaksanaan Pre-test dan Post-test merupakan kegiatan yang sama,

yaitu mengobservasi anak dengan menggunakan pedoman observasi. Hanya

saja yang membedakan adalah tujuan dan waktu pelaksanaanya. Pre-test

dilakukan sebelum perlakuan dan Post-test dilakukan sesudah perlakuan

dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kecerdasan logic-mathematic anak

setelah diberikan pembelajaran dengan menggunakan media puzzle.

Page 24: Metologi Penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Dianawati, A. (2006). Membantu Anak Gemar Matematika. Yogyakarta: Antelo

Press.

Dikti.(2003). Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional.

Tersedia: http: // www. Inherent.Dikti.Net /file/ sisdiknas. Pdf [online] [Jumat, 23

April 2010 19.00 WIB]

Doman, G & Doman, J. (2005).Hoh To Teach Your Baby Math. Alih bahasa Indri,

M. Lumbar Tobing.Jakarta : PT. Tigaraksa Satra Tbk.

Eliyawati, Cucu. (2004). Pemilihan dan Pengembangan Sumber Belajar untuk

Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan

Perguruan Tinggi.

Eliyawati, Cucu. (2005). Pemilihan dan Pengembangan Sumber Belajar untuk

Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan

Perguruan Tinggi.

Page 25: Metologi Penelitian

Masitoh, et al. (2003).Pendekatan Belajar Aktif di Taman Kanak-kanak. Jakarta:

Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Bagian

Proyek Peningkatan Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Narbuko, Cholid dan Achmadi, Abu.(2008). Metodologi Penelitian.Jakarta: Bumi

Aksara.

Sadiman, Arief S, dkk. (2007). Media Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada.

Sudono, Anggani. (1995). Alat Bermain dan Sumber Belajar TK. Jakarta:

Depdikbud.

Sugiono.(2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.Bandung :

Alfabeta.

_____. (2007). Logic Smart. [Online]. Tersedia:

http://kecerdasanmajemuk.blogspot.com. [Minggu, 6 Juni 2010, 13.00 WIB]

_____.(2007). Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligences).[Online].

Tersedia:http://nuritaputranti.wordpress.com[Jumat, 23 April 2010, 19.00 WIB]

Page 26: Metologi Penelitian

_____. (2007).Kecerdasan Matematis – Logis.

[Online].Tersedia:http://ruangpikir.multiply.com/journal/item/29, [online] [Jumat,

23 April 2010, 19.00 WIB]

_______. (2007). Stimulasi Dini untuk Mengembangkan Kecerdasan Jamak dan

Kreativitas Anak[Online].Tersedia:http://episentrum.com. [Jumat, 23 April 2010,

19.00 WIB]

_____Tersedia:http://digilib.petra.ac.id/jiunkpe/s1/jdkv/2006/jiunkpe-ns-s1-2006-

42402052-9946-matematika-chapter3.pdf,[online][Jumat, 23 April 2010, 19.00 WIB]

_____. (2008). Media Puzzle Untuk Mapel Al Quran.[Online]. Tersedia:

http://alfarabydane.blogspot.com[Jumat, 23 April 2010, 19.00 WIB]

_____.(2009).Puzzle.[Online].Tersedia:http://adekaedutoysandcraft.com/?

page_id=337,[Jumat, Minggu, 6 Juni 2010, 13.00 WIB]

_____ . (2009). Puzzle. [Online]. Tersedia: http://www.plazaanak.com[online]

[Minggu, 6 Juni 2010, 13.00 WIB]

Page 27: Metologi Penelitian

PENGARUH MEDIA PUZZLE TERHADAPKECERDASAN

LOGIC-MATHEMATIC ANAK TK

8