79
U s u l a n T e k n i s PT BERMUDA KONSULTAN E-1 PERENCANAAN TEKNIK/DED LONGSORAN TERSEBAR PROVINSI GORONTALO TAHUN ANGGARAN 2014 BAB E DATA ORGANISASI PERUSAHAAN E.1 PENDEKATAN dan METODOLOGI Perencanaan Teknik/DED Longsoran Tersebar di Provinsi Gorontalo”merupakan pekerjaan perencanaan teknis penanggulangan longsoran, yang akan dijadikan sebagai Acuan untuk tahapan penanganan longsoran yang diharapkan mampu menghindari terjadinya longsoran pada badan jalan yang akan mengakibatkan terputusnya badan jalan secara tiba-tiba dan membuat pelayanan transportasi menjadi lumpuh. Keberhasilan dalam penanggulangan longsoran tergantung kepada banyak hal, di antaranya keakuratan data hasil penyelidikan, ketajaman dalam mengidentifikasi penyebab longsoran dan menemukan pola bidang gelincir, pemilihan analisis kestabilan lereng serta opsi penanggulangan yang tepat. Acuan Teknis yang digunakan dalam kegiatan perencanaan ini adalah : a. Petunjuk Teknis Perencanaan Penanganan Longsoran (Tahun 2000) b. Tata Cara Identifikasi Awal di Daerah Longsoran (Pedoman Tahun 2002) c. Manual Penanganan Lereng Jalan No. 02/BM/2005 d. Standar Penguatan Tebing No. 011/T/BNKT/1991 e. Pedoman Perencanaan Drainase Jalan Pd.T.02-2006-B (Pedoman Tahun 2006) f. Rujukan dan Literatur Teknis lainnya yang disetujui penggunaannya oleh Pengguna Jasa. Metodologi perencanaan penanganan longsoran yang diuraikan di sini adalahSurvei pendahuluan, Surveidetail (survei topografi, survei hidrologi, surveigeoteknik, penyaringan lingkungan, survei untilitas), Pengujian di Laboratorium dan perencanaan detail(perencanaan penanggulangan longsoran, perncanaan drainase dan utilitas, perncanaan bangunan pelengkap) dengantahapan kegiatan sebagaimana ditunjukkan pada gambar di bawah ini. PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA

Metodologi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

contoh metodologi

Citation preview

Page 1: Metodologi

U s u l a n T e k n i s

PT BERMUDA KONSULTAN

E-1

PERENCANAAN TEKNIK/DED LONGSORAN TERSEBAR

PROVINSI GORONTALO

TAHUN ANGGARAN 2014

BAB E DATA ORGANISASI PERUSAHAAN

E.1 PENDEKATAN dan METODOLOGI

“Perencanaan Teknik/DED Longsoran Tersebar di Provinsi Gorontalo”merupakan

pekerjaan perencanaan teknis penanggulangan longsoran, yang akan dijadikan

sebagai Acuan untuk tahapan penanganan longsoran yang diharapkan mampu

menghindari terjadinya longsoran pada badan jalan yang akan mengakibatkan

terputusnya badan jalan secara tiba-tiba dan membuat pelayanan transportasi

menjadi lumpuh.

Keberhasilan dalam penanggulangan longsoran tergantung kepada banyak hal, di

antaranya keakuratan data hasil penyelidikan, ketajaman dalam mengidentifikasi

penyebab longsoran dan menemukan pola bidang gelincir, pemilihan analisis

kestabilan lereng serta opsi penanggulangan yang tepat.

Acuan Teknis yang digunakan dalam kegiatan perencanaan ini adalah :

a. Petunjuk Teknis Perencanaan Penanganan Longsoran (Tahun 2000)

b. Tata Cara Identifikasi Awal di Daerah Longsoran (Pedoman Tahun 2002)

c. Manual Penanganan Lereng Jalan No. 02/BM/2005

d. Standar Penguatan Tebing No. 011/T/BNKT/1991

e. Pedoman Perencanaan Drainase Jalan Pd.T.02-2006-B (Pedoman Tahun 2006)

f. Rujukan dan Literatur Teknis lainnya yang disetujui penggunaannya oleh

Pengguna Jasa.

Metodologi perencanaan penanganan longsoran yang diuraikan di sini adalahSurvei

pendahuluan, Surveidetail (survei topografi, survei hidrologi, surveigeoteknik,

penyaringan lingkungan, survei untilitas), Pengujian di Laboratorium dan

perencanaan detail(perencanaan penanggulangan longsoran, perncanaan drainase

dan utilitas, perncanaan bangunan pelengkap) dengantahapan kegiatan

sebagaimana ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA

ExDeath
Line
Page 2: Metodologi

U s u l a n T e k n i s

PT BERMUDA KONSULTAN

E-2

PERENCANAAN TEKNIK/DED LONGSORAN TERSEBAR

PROVINSI GORONTALO

TAHUN ANGGARAN 2014

Gambar E.1 Kerangka Kegiatan Perencanaan Teknik/DED Longsoran Tersebar di Provinsi Gorontalo

2. TAHAP ANTARA1. TAHAP PENDAHULUAN

3.3 PERHITUNGAN KUANTITAS DAN ANALISA HARGA SATUAN

3.1 ANALISIS3.2 PENYIAPAN

GAMBAR RENCANADAN SPESIFIKASI TEKNIS

3. TAHAP AKHIR

3.4. PENYIAPAN DOKUMEN LELANG

DAN LAPORAN-LAPORAN• Mobilisasi• Koordinasi & Konfirmasi• Inventarisasi Data Awal• Peta Topografi• Peta Geologi

LAPORAN PENDAHULUAN LAPORAN SURVEI DOKUMEN LELANG

PERENCANAAN TEKNISDRAINASE & UTILITAS

PENYIAPAN DOKUMEN LELANG

PERHITUNGAN PERKIRAAN

BIAYA PROYEK(ENGINEER'S ESTIMATE)

CHECK

BENAR

SALAH

YA

PERSETUJUAN OLEH PIHAK PENGGUNA JASA

PENYIAPAN GAMBAR RENCANA

PERHITUNGANKUANTITASPEKERJAAN

YA

TIDAK

PER

BA

IKI G

AM

BA

R

PERBAIKI TIDAK

PENYIAPAN DAFTAR KUANTITAS DAN

HARGA (BOQ)

LAPORAN AKHIR, CD & EXECUTIVE REPORT

CHECK, Disetujui ?

PENGUKURAN TOPOGRAFIDAERAH LONGSORAN

YA

TIDAK

Disetujui Pengguna

Jasa ?

CHECK. Disetuji ?

YA

TIDAKCHECK.

Disetuji ?

2.2 PENYUSUNAN KONSEP PERENCANAANPENANGANAN LONGSORAN

1. LAPORAN AKHIR

2. RINGKASAN EKSEKUTIF

GAMBAR PERENCANAAN PERHITUNGAN KUANTITAS DAN PERKIRAAN BIAYA (EE)

PERENCANAAN PENANGANAN/

PENANGGULANGAN LONGSORAN

SURVEI HIDROLOGI & HIDROGEOLOGI

PENYARINAGANLINGKUNGAN

PENYELIDIKAN TANAH &GEOLISTRIK

SURVEI INVENTARISASI KONDISI EKSISTING

DRAFT LAPORAN PENDAHULUAN

PRESENTASI

DRAFT GAMBARRENCANA

DRAFT KUANTITAS DANPERKIRAAN BIAYA

KONSEP LAPORAN AKHIR

3. GAMBAR RENCANA

PENYUSUNANSPESIFIKASI TEKNIS

PERHITUNGAN / ANALISA HARGA SATUAN

PERB

AIK

I

DRAFT LAPORAN ANTARA

PRESENTASI

LAPORAN ANTARA

1.1 PERSIAPAN

1.2 SURVEY PENDAHULUAN

2.1 SURVEI DETAIL

4. CD/BACKUP DATA

PRESENTASI

LAPORAN BULANAN

PERENCANAANBANGUNAN PELENGKAP

• Koordinasi dengan Instansi Terkait

• Pengumpulan Data Sekunder• Pengamatan Visual• Menentukan Instrumen-

instrumen Penyelidikan Tanah• Menentukan Awal & Akhir

Rencana Pekerjaan• Diskusi Perencanaan di Lapangan• Dokumentasi foto dan video

2.3 PENYUSUNAN PRA-RANCANGAN

PENANGANAN LONGSORAN

SURVEI UTILITAS

ExDeath
Line
Page 3: Metodologi

U s u l a n T e k n i s

PT BERMUDA KONSULTAN

E-3

PERENCANAAN TEKNIK/DED LONGSORAN TERSEBAR

PROVINSI GORONTALO

TAHUN ANGGARAN 2014

a. Persiapan

Data-data yang disiapkan oleh penyedia jasa pada tahap persiapan, adalah data-

data yang merepresentasikan kondisi kawasan obyek lokasi penyelidikan

mencakup:

1. Peta topografi, skala 1 : 50.000 atau skala yang lebih besar

2. Peta geologi, skala 1 : 50.000 atau skala yang lebih besar

3. Peta tata guna lahan

4. Peta kerentanan tanah

5. Peta kegempaaan

6. Data curah hujan

7. Laporan terdahulu dan data-data lain yang terkait atau relevan dengan obyek

lokasi penyelidikan.

Data-data tersebut diperlukan sebagai bahan masukan untuk mengetahui

gambaran umum kondisi yang ada (existing) disekitar kawasan obyek lokasi

penyelidikan lapangan, dan dapat juga difungsikan sebagai data pembanding pada

Survei Pendahuluan dan penyelidikan terinci.

b. Survei Pendahuluan

Survei pendahuluan yang harus dilaksanakan oleh Konsultan sebagai

penyedia jasa adalah dalam rangka menentukan penyelidikan tanah dan

penelitian lainnya yang perlu dilakukan melalui pengamatan visual dan

rencana investigasi lapangan dengan tujuan untuk mengkonfirmasikan

kondisi lapangan dengan data-data pendukung yang ada, serta

menentukan jenis, lokasi dan jumlah sampel penyelidikan terinci yang

akan dilaksanakan.

Dalam tahap ini kegiatan-kegiatan yang dilakukan antara lain :

1. Pengamatan visual (lokasi, ciri, jenis, penyebab longsoran),

2. Menentukan instrumen-instrumen penyelidikan tanah yang diperlukan.

ExDeath
Line
Page 4: Metodologi

U s u l a n T e k n i s

PT BERMUDA KONSULTAN

E-4

PERENCANAAN TEKNIK/DED LONGSORAN TERSEBAR

PROVINSI GORONTALO

TAHUN ANGGARAN 2014

Arahan kebutuhan instrumen penyelidikan tanah tersebut, dan relevansi

penggunaannya terhadap jenis material yang menjadi obyek penyelidikan,

dapat mengacu pada tabel berikut ini.

Tujuan Pengamatan Instrumen Material

Tanah Batu

Gerakan di Permukaan 1. Patok Geser ya ya

2. Stainmeter ya ya

Gerakan di Bawah

Permukaan

1. Inklinometer ya ya

2. Deflektometer tidak ya

3. Shear Strip Indicator ya ya

4. Acoustical Emission ya ya

Beban dan Tekanan 1. Pisometer ya ya

2. Strainmeter tidak ya Keterangan : ya = diperlukan

Tidak = tidak diperlukan

c. Survei Penyelidikan Tanah

1. Persiapan

Data-data yang disiapkan oleh Konsultan/penyedia jasa pada tahap

persiapan,adalah data-data yang dihasilkan dari kegiatan penyelidikan

pendahuluan, antara lain berupa :

a) Sketsa dan detail lokasi

b) Karakteristik geologi teknik

c) Karakteristik umum tanah

d) Sampel kondisi terganggu (disturb sample)

e) Rencana penyelidikan terinci (jenis, lokasi, jumlah sampel dan instrumentasi

f) Potensi longsor (penyebab, arah, kedalaman, intensitas keaktifan) Penanganan

lereng di sekitarnya

Data-data tersebut dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan Pertimbangan

dalam menentukan arahan penanganan lereng/longsoran dalam proses

perencanaan.

ExDeath
Line
Page 5: Metodologi

U s u l a n T e k n i s

PT BERMUDA KONSULTAN

E-5

PERENCANAAN TEKNIK/DED LONGSORAN TERSEBAR

PROVINSI GORONTALO

TAHUN ANGGARAN 2014

2. Penyelidikan tanah terinci

Penyelidikan terinci terhadap kondisi, sifat fisik dan sifat teknis

tanah, dimaksudkan untuk mendapatkan rincian data kuantitatif dari

lapangan dan laboratorium, sehingga dapat dibuat pemetaan geologi

dan pendugaan geofisika di daerah longsoran atau yang berpotensi

longsor, untuk dijadikan sebagai salah satu bahan masukan, dan

atau parameter perencanaan (engineering properties) lereng jalan

yang bersangkutan.

a) Penyelidikan Lapangan

Jenis Penyelidikan

Jenis penyelidikan lapangan yang diperlukan dalam rangka penyelidikan

tanah terinci, antara lain :

1) Pengeboran mesin dan pengambilan sampel/contoh

2) Standard Penetration Test (SPT)

3) Geolistrik

Standar Rujukan

Standar rujukan untuk pelaksanaan penyelidikan tanah di

lapangan, mencakup metode, prosedur dan instrumentasi, harus merujuk pada

Standar Nasional Indonesia atau Standar lainnya yang disetujui oleh pengguna

jasa

Data hasil penyelidikan

Data yang diharapkan dari hasil penyelidikan tanah rinci di lapangan, antara

lain :

1) Sampel tanah tidak terganggu (undisturb sample)

2) Sampel tanah terganggu (disturb sample)

3) Kondisi fisik lapisan tanah

4) Karakteristik tanah

5) Kuat Geser Tanah

6) Kompresibilitas Tanah

7) Permeabilitas Tanah

ExDeath
Line
Page 6: Metodologi

U s u l a n T e k n i s

PT BERMUDA KONSULTAN

E-6

PERENCANAAN TEKNIK/DED LONGSORAN TERSEBAR

PROVINSI GORONTALO

TAHUN ANGGARAN 2014

Syarat-syarat pelaksanaan pengeboran mesin dan cara-cara pengambilan

contoh di lapangan, adalah sebagai berikut :

1) Setiap lokasi longsoran/yang berpotensi longsor, pengeboran yang

digerakan dengan mesin (bor mesin) harus dilaksanakan paling sedikit pada

3 (tiga) titik/lokasi yang berbeda, dan dianggap mewakili kondisi di

lapangan untuk keperluan pekerjaan perencanaan ini.

2) Boring dengan alat bor yang digerakan dengan mesin, harus mampu

mencapai kedalaman yang ditentukan atau setelah didapat informasi yang

cukup mengenai letak lapisan tanah keras, jenis batuan dan tebalnya.

3) Jika sebelum mencapai kedalaman yang ditentukan telah ditemukan lapisan

tanah keras/batu; boring harus diteruskan menembus lapisan keras ini

sedalam kurang lebih 5 meter lagi (tergantung jenis batuannya dan

perkiraan beban bangunan sub strukturnya).

4) Mata bor harus mempunyai diameter cukup besar sehingga undisturbed

sample yang diinginkan dapat diambil dengan baik.

5) Untuk tanah lempung (clay), lanau (silt) atau tanah lainnya yang tidak

terlalu padat, dapat dipakai “steel bit” sebagai mata bor.

6) Untuk lapisan yang keras (batuan) atau cemented harus dipakai

“double tube core barrel” sehingga dapat diambil undisturbed samplenya

(contoh inti batuan) dari lapisan keras tersebut.

7) Setelah diambil dari lubang bor, contoh inti batuan harus dibungkus dulu

dengan plastik, kertas semen dan ditempatkan pada kotak kayu yang

diberi penyekat, diberi label serta disusun secara berurutan sesuai dengan

urutan pengambilan contoh dari dalam lubang bor.

8) Kemudian contoh inti batuan disiram parafin cair sampai penuh agar jangan

sampai rusak dalam pengangkutan. Apabila ada bagian contoh yang tidak

terambil maka harus diberi tanda, sehingga urutan-urutan secara

keseluruhan tidak terputus. Pada bagian luar dan dalam tutup peti

contoh harus diberi keterangan mengenai lokasi, nomor pemboran,

kedalaman, instansi pemilik dan lain-lain. Kotak contoh dibuat dari kayu

Page 7: Metodologi

U s u l a n T e k n i s

PT BERMUDA KONSULTAN

E-7

PERENCANAAN TEKNIK/DED LONGSORAN TERSEBAR

PROVINSI GORONTALO

TAHUN ANGGARAN 2014

yang diketam setebal 12,5 mm, ukuran kotak 1,00 m x 0,50 m x 0,10 m dan

berisi satu lapis contoh. Penyekat harus dari kayu setebal - 10 mm.

9) Pada setiap interval kedalaman 1,50 meter harus dilakukan Standard

Penetration Test (SPT) menurut acuan teknis Standar Nasional

Indonesia atau standar lainnya yang disetujui oleh Pengguna Jasa

dan harus diambil contoh tanahnya (Split Spoon Sampler), disimpan

dalam tempat yang dapat menjaga kadar air aslinya. Contoh tanah tersebut

diperlukan untuk menyusun lithologie description lapisan tanah.

10) Pada setiap interval kedalaman yang ditentukan (bila tidak ditentukan lain

maka rata-rata diambil kurang lebih 3,00 meter) pada tanah lunak harus

diambil undisturbed sample untuk test di laboratorium guna mendapat

harga index dan struktural properties lapisan tanah.

11) Undisturbed sample harus diambil dengan cara sebagaiberikut :

Tabung sample (yang dibuat dari baja tipis tetapi keras dan

berbentuk silinder dengan diameter rata-rata 7 cm, panjang 70 cm)

dimasukkan ke dalam tanah pada kedalaman dimana undisturbed sample

akan diambil kemudian ditekan perlahan-lahan sehingga tabung tersebut

dapat penuh terisi tanah.

12) Setelah dikeluarkan dari dalam lubang bor, tabung yang berisi contoh

tanah undisturbed tersebut harus segera ditutup dengan parafin.

13) Tanah dimaksud harus tetap berada dalam tabung sample tersebut sampai

saatnya ditest di laboratorium. Hasil boring harus dibuat bor log paling

sedikit dilengkapi dengan lithologi (geological description), harga SPT, letak

muka air tanah dan sebagainya beserta letak kedalaman lapisan tanah yang

bersangkutan.

14) Penamaan dari masing-masing jenis tanah harus dilakukan pada saat itu

juga, sesuai dengan kedalaman maupun sifatsifat tanah tersebut yang

dapat dilihat secara visual.

15) Apabila tanah yang dibor, dalam hal ini cenderung mudah runtuh, maka

harus segera diikuti dengan pemasangan casing.

Page 8: Metodologi

U s u l a n T e k n i s

PT BERMUDA KONSULTAN

E-8

PERENCANAAN TEKNIK/DED LONGSORAN TERSEBAR

PROVINSI GORONTALO

TAHUN ANGGARAN 2014

16) Pekerjaan pengambilan contoh tanah bertujuan untuk penelitian lebih

lanjut di laboratorium.

17) Pengambilan contoh tanah ini harus diatur sedemikian rupa hingga setiap

jenis lapisan tanah harus terwakili.

18) Bilamana lokasi dan kondisinya tidak dapat dilakukan pemboran dengan

bor mesin, maka pemboran dapat diganti dengan cara enyelidikan yang

lain setelah mendapat persetujuan dari Pengguna Jasa/Pejabat

Pembuat Komitmen.

19) Untuk tanda telah dilaksanakannya pekerjaan bor ini, maka pada setiap

bekas lubang bor harus dimasukkan pipa paralon sepanjang 1,00 m yang

tertutup pada bagian atasnya. Ukuran pipa tersebut disesuaikan dengan

ukuran lubang bor sedemikian rupa agar pipa tersebut tidak meluncur ke

awah lubang dan tertanam ± 0,80 m di bawah permukaan tanah sekitar

lubang bor dan difoto.

Penyelidikan Geolistrik

1) Metoda penyelidikan Geolistrik

Penyelidikan yang dilakukan dengan metoda Vertical Elektric

Sounding. Ketentuan yang diterapkan dalam penyelidikan Geolistrik

bahwa nilai tahanan jenis tertentu menunjukkan batuan atau lapisan

batuan tertentu pula, baik dipermukaan maupun di bawah permukaan.

2) Bidang gelincir (batas antara daerah yang stabil dan daerah yang

bergerak) ditandai oleh berbagai kondisi geologi yang dijumpai disekitar

lokasi, misalnya sliken slide, milonite dan kadang-kadang rembesan air.

3) Untuk mendapatkan kondisi geologi di atas akan lebih mudah

dibandingkan menentukan kedalaman bidang gelincir, hal ini

disebabkan besaran yang terjadi pada bidang tersebut sangat kecil

(tipis) sehingga diperlukan interval deteksi yang teliti pada setiap titik

duga.

Page 9: Metodologi

U s u l a n T e k n i s

PT BERMUDA KONSULTAN

E-9

PERENCANAAN TEKNIK/DED LONGSORAN TERSEBAR

PROVINSI GORONTALO

TAHUN ANGGARAN 2014

4) Interval deteksi dapat dilakukan antara 20 cm, 50 cm, sampai

maksimum 100 cm, secara menerus tergantungkondisi penyebaran

tanah dan batuannya.

5) Metode Penempatan Elektroda

Penempatan elektoda bebas dilakukan, dapat menggunakan metode

Wenner, Slumberger dan sebagainya.

Penyelidikan yang dilakukan dilapangan dengan menggunakan

cara Wenner yaitu dengan penempatan elektroda sebagai berikut :

Letakkan posisi elektroda Potensial (P) pada jarak setengah kedalaman

deteksi yang direncanakan, kemudian letakkan elektroda arus (C) pada

jarak 3 x 0,5 kedalaman deteksi, semua dihitung dan pusat (0) titik duga

(R).

Untuk lebih jelasnya elektroda dipasang di atas tanah dengan jarak

d (lihat gambar di bawah). Pasangan yang kedua ditempatkan pada garis

yang sama dan juga berjarak d dari pasangan elektroda yang pertama.

Penurunan voltase diukur bersama dengan arus (i) yang dibangkitkan

oleh catu daya.

Asumsi yang dibuat adalah bahwa penurunan voltase berada

di dalam suatu volume tanah berbentuk bola dengan jari-jari

sehingga tahanannya dapat dihitung (Graffis dan King,1965),

yaitu:

𝑅 = 2.𝜋.𝑑.𝑉

𝑖

Dimana:

R = Resistivitas, W D (yaitu satuan d, misalnya W m, W

feet dan sebagainya).

d = Jarak antara elektroda, m atau feet.

V = Voltase dari catu daya

i = Arus, Ampere (atau biasanya miliampere)

Page 10: Metodologi

U s u l a n T e k n i s

PT BERMUDA KONSULTAN

E-10

PERENCANAAN TEKNIK/DED LONGSORAN TERSEBAR

PROVINSI GORONTALO

TAHUN ANGGARAN 2014

Gambar E.2 Skema Umum Pengukuran Resistivitas

Voltase baterai (atau lainnya) harus diubah menjadi arus

bolak-balik, kecuali kalau suatu cara untuk menghindarkan

polarisasi (ion-ion H + yang tertarik kepada katoda) elektroda

diadakan. Dalampenentuanlokasilapisanvertikal, jarak antara elektroda

diperpanjang dan jarak awal dengan pertambahan panjang yang konstan

(misalnya 0.5 :1.0 atau 1.50 m) seperti diperlihatkan gambar di atas.

Untuk menentukan lokasi batuan yang dangkal atau muka air

tanah, jarak antara elektroda dipertahankan dan keempat

elektroda dipasang pada beberapa titik yang membentuk kisi-kisi

permukaan. Hasilnya dibentuk dalam peta kontur resistivitas untuk

mengindentifikasi areal yang diinginkan.

6) Peralatan yang digunakan

Untuk cara Wenner alat yang praktis pengoperasiannya

adalah ''Specific Earth Resistivity Yokogawa" dengan

menggunakan sumber arus baterai 12 volt dan 4 (empat)

elektroda baja aluminium dengan ukuran tertentu sesuai

spesifikasi Yokogawa. Ini dapat dilakukan mengingat pada umumnya

penyelidikan longsoran tidak memerlukan deteksi yang dalam yaitu

berkisar antara 20 - 30 meter dari muka tanah setempat.

Page 11: Metodologi

U s u l a n T e k n i s

PT BERMUDA KONSULTAN

E-11

PERENCANAAN TEKNIK/DED LONGSORAN TERSEBAR

PROVINSI GORONTALO

TAHUN ANGGARAN 2014

7) Metode Interpretasi

Pengolahan data lapangan dilakukan berdasarkan metode

yaitu:

i. Curva Matching Method

Dengan menggunakan susunan elektroda aturan Wenner, maka

didapat nilai tahanan jenis berdasarkan rumus sebagai berikut:

𝜌𝑎 = 2𝜋.𝐴.𝑅

Dimana :

ρa = Hambatan jenis semu

2π = Konstanta

R = Hambatan yang terbaca pada alat

A = Jarak elektroda

Data pengamatan lapangan setelah dihitung menjadi Pa. Dibuat

lengkung pada lembar log ganda.

Untuk selanjutnya lengkung duga lapangan tersebut ditafsirkan

dengan menggunakan "Standar Curva" dan "Auxelery Curva".

Hasil penafsiran ini mencerminkan batas-batas lapisan tanah/

batuan di bawah permukaan.

ii. More Commulative Method

Sebagai pendekatan dalam melakukan penentuan batas-

batas perubahan lapisan tanah dan batuan di daerah ini digunakan

suatu grafik kumulatif dari tahanan jenis semu untuk setiap

interval yang sama.

Dengan dasar ini menunjukkan bahwa setiap perubahan media di

bawah permukaan akan berubah pula nilai tahanan Jenisnya, dengan

prinsip bahwa setiap benda atau satuan batuan mempunyai nilai

tahanan Jenis sendiri (Spesific resistivity).

Page 12: Metodologi

U s u l a n T e k n i s

PT BERMUDA KONSULTAN

E-12

PERENCANAAN TEKNIK/DED LONGSORAN TERSEBAR

PROVINSI GORONTALO

TAHUN ANGGARAN 2014

iii. More Commulative Method

Dalam melakukan identifikasi perilaku macam/ jenis tanah atau

batuan yang digunakan parameter pendukung dalam menelusuri letak

dan penyebaran bidang gelincir dalam titik duga dimanfaatkan

grafik linier dari nilai tahanan jenis kelistrikan yang sebenarnya.

8) Hasil Pendugaan Geolistrik

Beberapa metode interpolasi tersebut di atas ditambah data yang

memperlihatkan keadaan geologi serta paradigma konfiguran

stratigrafi daerah sekitarnya, maka diperoleh jenis susunan lapisan

tanah (batuan, muka air tanah dan kedalaman bidang gelincir pada zona

longsoran.

9) Kuantitas Penelitian Geolistrik

Untuk setiap lokasi longsoran yang diselidiki, penelitian

geolistrik minimal 5 (lima) titik tergantung panjang pendeknya

longsoran yang ada. Dengan uraian 3 (tiga) titik pada poros longsoran

dan 2 (dua) titik sejajar sumbu jalan sekitar zona longsoran.

b) Pengujian Laboratorium

Jenis Pengujian

Jenis pengujian laboratorium yang diperlukan dalam rangka penyelidikan

tanah terinci, antara lain :

1) Indeks properties tanah

2) Uji Triaxial UU, CU, CD (Disesuaikan dengan kebutuhananalisis)

3) Uji kuat tekan bebas (Unconfined Compression Test)

4) Uji geser langsung

5) Uji konsolidasi

Arahan jenis pengujian laboratorium yang dibutuhkan dalam penyelidikan

tanah pada suatu jenis tanah tertentu, serta kesesuaian aplikasi terhadap

kebutuhan data, dapat mengacu pada tabel berikut :

Page 13: Metodologi

U s u l a n T e k n i s

PT BERMUDA KONSULTAN

E-13

PERENCANAAN TEKNIK/DED LONGSORAN TERSEBAR

PROVINSI GORONTALO

TAHUN ANGGARAN 2014

Tabel E.1Macam pengujian laboratorium dan aplikasinya

Macam Pengujian Tanah Batuan Aplikasi

Berkohesi Tak

Berkohesi

1. Berat isi

2. Kadar air

3. Batas – batas

Atterberg

4. Batas susut

5. Kepadatan

relatip

6. Analisis butir

7. Mineralogi

8. Kelekangan

(Durability)

o

o

o

o

-

o

o

-

o

o

-

-

o

o

-

-

o

o

-

-

-

-

o

o

S

I

F

A

T

F

I

S

I

K

Perhitungan tekanan

Klasifikasi dan

konsistensi

Klasifikasi dan korelasi

sifat – sifat tanah

Potensi pengembangan

Pemadatan

Klasifikasi, taksiran

kelulusan disain filter

dll

Identifikasi

Identifikasi

1. Geser

Langsung

2. Triaksial

3. Ring Shear

4. kelulusan air

5. pemadatan

o

o

o

o

o

o

o

-

o

o

o

o

o

-

S

I

F

A

T

M

E

K

A

N

I

K

Analisis kemantapan

lereng

Sda

Sda

Analisis drainase

penentuan lapisan

pembawa air/lapisan

porous

Kontrol pemadatan,

analisis kematapan

lereng

Keterangan : o = perlu diuji - = tidak perlu

Page 14: Metodologi

U s u l a n T e k n i s

PT BERMUDA KONSULTAN

E-14

PERENCANAAN TEKNIK/DED LONGSORAN TERSEBAR

PROVINSI GORONTALO

TAHUN ANGGARAN 2014

Standar Rujukan

Standar rujukan untuk pelaksanaan pengujian tanah di laboratorium,

mencakup metode, prosedur dan instrumentasi pengujian laboratorium, antara

lain :

SNI 03-3422-1944 Metoda Pengujian Analisis Ukuran Butir Tanah dengan

(AASHTO T88-90) Alat hidrometer

SNI 03-1967-1990 Metoda Pengujian Batas Cair dengan Alat Casagrande

(AASHTO T89-90)

SNI 03-1966-1990 Metoda Pengujian Batas Plastis

(AASHTO T90-87)

SNI 03-1742-1989 Metoda Pengujian Kepadatan Ringan untuk Tanah

(AASHTO T99-90)

SNI 03-1742-1989 Metoda Pengujian Kepadatan Berat untuk Tanah

(AASHTO T99-90)

SNI 03-1744-1989 Metode Pengujian CBR Laboratorium

(AASHTO T193-81)

Data Hasil Pengujian

Data hasil pengujian tanah di laboratorium, berupa data tanah (soil properties)

dan data perencanaan (engineering properties), antara lain :

1) Tegangan Geser

2) Sifat fisik dan teknis tanah

3) Kadar air

4) Permeabilitas

5) Batas Cair, Batas Plastis dan Index Plastisitas

6) CBR Laboratorium

7) Spesific Gravity

8) Berat jenis tanah

Page 15: Metodologi

U s u l a n T e k n i s

PT BERMUDA KONSULTAN

E-15

PERENCANAAN TEKNIK/DED LONGSORAN TERSEBAR

PROVINSI GORONTALO

TAHUN ANGGARAN 2014

d. Survei Topografi Daerah Longsoran

Tujuan pengukuran topografi dalam pekerjaan ini adalahmengumpulkan

data koordinat dan ketinggian permukaan tanah pada daerah longsoran/yang

berpotensi longsor untuk penyiapan/pembuatan peta topografi.

Pengukuran tersebut meliputi:

- Pengukuran titik kontrol horizontal dan vertikal (koordinat & elevasi)

- Pengukuran situasi longsoran dan sekitarnya / daerah investigasi.

- Pengukuran penampang memanjang dan melintang

- Perhitungan dan penggambaran peta situasi dengan Auto Cad.

1. Daerah yang diukur

Disesuaikan dengan dimensi longsorannya, sebagai arahan sementaradapat

digunakan hal-hal sebagai berikut :

- 100 meter masing-masing ke arah kiri dan kanan sejajar sumbu jalan

dihitung dari perkiraan titik pusat lokasi longsoran/berpotensi

longsor.

- 250 meter masing-masing ke arah kiri dan kanan jalan/arah melintang dari

sumbu jalan dihitung dari perkiraan titik pusat lokasi longsoran/

berpotensi longsor.

2. Pengukuran titik kontrol horizontal dan vertikal

Titik kontrol horizontal

Pengukuran ini yaitu berupa jaringan poligon, dengan jarak masing-masing

titik/patok 10 s.d. 20 meter atau disesuaikan kondisi lapangan.

Patok-patok untuk titik poligon digunakan patok kayu, sedangkan

patok-patok untuk titik ikat (Benmark/BM) digunakan patok dari beton.

Alat yang digunakan Theodolit Total station atau yang setingkat.

Penggambaran poligon dengan skala 1:500.

Page 16: Metodologi

U s u l a n T e k n i s

PT BERMUDA KONSULTAN

E-16

PERENCANAAN TEKNIK/DED LONGSORAN TERSEBAR

PROVINSI GORONTALO

TAHUN ANGGARAN 2014

Titik kontrol Vertikal

Pengukuran ini dimaksudkan untuk mendapatkan ketinggian/elevasi permukaan

tanah atau obyek yang diukur. Pengukuran ketinggian dilakukan dengan double

stand atau 2 kali berdiri alat. Alat yang digunakan adalah Waterpas orde II.

3. Pengukuran penampang memanjang

Pengukuran penampang memanjang adalah pengukuran sejajar sumbu jalan

yang ada, diukur setiap jarak 10 meter.

Alat yang digunakan Theodolit Total station atau setingkat. Penggambaran di

atas kertas ukuran A3 dengan skala horizontal 1:500, vertikal 1:50.

4. Pengukuran penampang melintang

Pengukuran penampang melintang adalah pengukuran tegak lurus

sumbu jalan, diukur setiap jarak 10 meter. Titik yang perlu

diperhatikan adalah tepi perkerasan, tepi bahu, bagian atas dan

dasar selokan, saluran irigasi (jika ada) dan lain-lain yang dianggap

perlu.

Alat yang digunakan Theodolit Total Station atau setingkat.

Penggambaran di atas kertas dengan skala horizontal 1:100, vertikal

1: 50.

5. Pengukuran situasi dan penggambaran

Pengukuran situasi digunakan alat Theodolit Total Station atau setingkat.

Gambar ukur yang berupa peta detail/peta situasi memuat semua yang ada,

misalkan: bangunan-bangunan, goronggorong, tiang listrik, tiang telepon, dan

sebagainya.

Skala peta 1:500 dengan interval kontur 0,50 meter digambar pada kertas

biasa ukuran A3.

Dalam peta situasi tersebut, Penyedia Jasa mencantumkan titik ikat beserta

koordinatnya dan elevasinya (X, Y, Z).

Pemasangan patok beton (BM) diupayakan untuk ditempatkan pada lokasi yang

aman dari pengaruh longsoran dan pekerjaan konstruksi dikemudian hari.

Page 17: Metodologi

U s u l a n T e k n i s

PT BERMUDA KONSULTAN

E-17

PERENCANAAN TEKNIK/DED LONGSORAN TERSEBAR

PROVINSI GORONTALO

TAHUN ANGGARAN 2014

Setiap BM harus memiliki koordinat (X, Y, Z) yang diperoleh dengan

menggunakan alat GPS (Geografic Position System).

Jumlah patok beton (BM) minimal 2 (dua) buah untuk setiap lokasi yang

ditangani.

6. Koreksi alat

Sebelum alat ukur tersebut digunakan harus dikoreksi terlebih dahulu:

- sumbu I vertikal, dengan koreksi nivo kotak & nivo tabung.

- sumbu II tegak lurus sumbu I

- garis bidik tegak lurus sumbu II

- kesalahan kolimasi horizontal = 0

- kesalahan index vertikal = 0

Dari kegiatan-kegiatan pengukuran tersebut di atas, penyedia jasa harus

menyerahkan kepada pengguna jasa sebagai berikut:

- Buku ukur asli

- Opdrag (ploting)

- Negatif film & foto dokumentasi

- Foto BM & deskripsinya.

e. Survei Hidrologidan Hidrogeologi

untuk mengumpulkan data hidrologi dan karakter/perilaku aliran air

pada bangunan air yang ada (sekitar jalan), guna keperluan analisis

hidrologi, penentuan debit banjir rencana (elevasi muka air banjir),

perencanaan drainase dan bangunan pengaman terhadap gerusan, dan

bangunan pengarah arus yang diperlukan. Sedangkan hidrogeologi adalah

melakukan analisa aliran air di bawah permukaan tanah berdasarkan

hasil survei geoteknik. Lingkup pekerjaan ini meliputi:

1. Mengumpulkan data curah hujan harian maksimum (mm/hr) paling sedikit

dalam jangka 10 tahun pada daerah tangkapan (catchment area) atau

pada daerah yang berpengaruh terhadap lokasi pekerjaan. Data tersebut

Page 18: Metodologi

U s u l a n T e k n i s

PT BERMUDA KONSULTAN

E-18

PERENCANAAN TEKNIK/DED LONGSORAN TERSEBAR

PROVINSI GORONTALO

TAHUN ANGGARAN 2014

bisa diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika dan/atau instansi

terkait di kota terdekat dari lokasi pekerjaan perencanaan ini.

2. Mengumpulkan data bangunan pengaman yang ada, seperti gorong- gorong,

jembatan, selokan yang meliputi: lokasi, dimensi, kondisi,tinggi muka air

banjir.

3. Mengidentifikasi dan menganalisis perilaku air bawah tanah dan pelapisan

tanah hubungannya dengan aliran air tanah.

4. Menganalisis data curah hujan dan menentukan curah hujan

rencana, debit dan tinggi muka air banjir rencana dengan periode ulang 25

tahunan untuk jalan arteri, dan 10 tahun untuk jalan kolektor.

5. Menganalisa pola aliran air pada daerah rencana untuk memberikan

masukan dalam proses perencanaan yang aman.

6. Menghitung dimensi dan jenis bangunan pengaman yang diperlukan.

7. Menentukan rencana elevasi aman untuk jalan/bangunan

penanggulangan longsor termasuk pengaruhnya akibat adanya

bangunan air (aflux).

8. Merencanakan bangunan pengaman jalan/longsoran terhadap

gerusan samping atau horisontal dan vertikal.

f. Penyaringan Lingkungan

Tujuan penyaringan lingkungan ini adalah untuk:

1. Menentukan kemungkinan adanya dampak penting dari setiap

kegiatan/pekerjaan konstruksi yang akan dilaksanakan;

2. Menentukan pendekatan pengelolaan lingkungan yang sesuai :

apakah dengan UKL/UPL atau sepenuhnya dengan ANDAL berikut RKL/RPL;

3. Menentukan apakah suatu kegiatan/proyek memerlukan LARAP (Land

Ecquisition and Resettlement Action Plan) dan/atau Tracer Study.

Untuk menentukan pilihan pengelolaan lingkungan harus sesuai dengan

peraturan/ketentuan yang berlaku.

Hasil penyaringan lingkungan ini harus menjadi salah satu aspek masukan

dalam perencanaan teknis penanganan longsoran ini.

Page 19: Metodologi

U s u l a n T e k n i s

PT BERMUDA KONSULTAN

E-19

PERENCANAAN TEKNIK/DED LONGSORAN TERSEBAR

PROVINSI GORONTALO

TAHUN ANGGARAN 2014

g. Perencanaan Teknis Penanganan/Penanggulangan Longsoran

1. Dasar Perencanaan

Perencanaan teknis penanganan/penanggulangan longsoran pada/terhadap

badan jalanmerupakanupayauntukmemperbaiki/menstabilkan lereng yang

umumnya dapat ditinjau terhadap parameter-parameter stabilitas lereng,

Stabilitas kemiringan lereng ditentukan berdasarkan batasan angka

keamanan minimal yang menjamin kestabilan terhadap potensi longsor

pada bidang gelincirnya.

2. Aspek yang Harus dipertimbangkan

penanggulangan longsoran badan jalan, mencakup aspek-aspek sebagai

berikut :

a) Kondisi Geometrik Jalan.

b) Kondisi Topografi

c) Kondisi Geologi

d) Kondisi Geoteknik

e) Kondisi Hidrologi danHidrogeologi

f) Kondisi Lingkungan

g) Ketersediaan Bahan/Material Konstruksi

Kriteria perencanaan dan pembebanan

Kriteria perencanaan untuk pekerjaan penanggulangan longsoran meliputi

faktor keamanan dan pembebanan. Penentuan nilai faktor kemanan yang

direkomendasikan dijelaskan pada sub pasal faktor keamanan. Pembebanan

yang diperhitungan dalam perencanaan adalah beban lalu lintas dan beban

gempa. Beban lalu lintas ditambahkan pada seluruh lebar permukaan jalan

sedangkan besarnya ditentukan berdasarkan kelas jalan berdasarkan Tabel

E.2 berikut.

Tabel E.2Beban Lalu Lintas Untuk Analisis Stabilitas

Page 20: Metodologi

U s u l a n T e k n i s

PT BERMUDA KONSULTAN

E-20

PERENCANAAN TEKNIK/DED LONGSORAN TERSEBAR

PROVINSI GORONTALO

TAHUN ANGGARAN 2014

Kelas Jalan Beban lalulintas

(kPa)

Beban diluar jalan (*)

(kPa)

I 15 10

II 12 10

III 12 10

Keterangan :(*) Beban dari bangunan rumah-rumah sekitar lereng

Pengaruh beban gempa diikutsertakan jika lereng longsoran berada pada

area bangunan dengan kepentingan yang strategis. Penentuan data zona

gempa terbaru yang digunakan dalam perencanaan di Indonesia dapat

mengacu pada SNI-T14-1990-03. Dalam standar tersebut disebutkan

bahwa percepatan gempa diperoleh dengan menghubungkan zona gempa

dengan tipe tanahnya serta frekuensi dasar (fundamental frequency)

bangunan. Dalam hal ini, beban siklis yang ditimbulkan oleh beban gempa

akan mengurangi kuat geser tanah residual.

Faktor Keamanan

Secara umum faktor keamanan suatu lereng merupakan perbandingan nilai

rata-rata kuat geser tanah/batuan di sepanjang bidang keruntuhan

kritisnya terhadap beban yang diterima lereng di sepanjang bidang

keruntuhannya.

Nilai faktor keamanan yang sesuai dengan bidang keruntuhannya juga perlu

mempertimbangkan akibat yang ditimbulkannya, yaitu korban jiwa atau

kehilangan secara ekonomi. Tabel E.3 memperlihatkan nilai faktor

keamanan yang direkomendasikan dengan memperhitungkan adanya korban

jiwa maupun kehilangan secara ekonomi.

Pada tabel tersebut terdapat tiga kategori resiko untuk masing-masing

kasus, yaitu dapat diabaikan, rendah dan tinggi. Ketiga kategori

merefleksikan perkiraan kehilangan/kerugian yang mungkin timbul pada

setiap peristiwa keruntuhan lereng. Kategori resiko ekonomi merefleksikan

perkiraan besaran kehilangan secara ekonomi pada saat terjadinya

keruntuhan. Contoh tipikal situasi keruntuhan lereng untuk masing-masing

Page 21: Metodologi

U s u l a n T e k n i s

PT BERMUDA KONSULTAN

E-21

PERENCANAAN TEKNIK/DED LONGSORAN TERSEBAR

PROVINSI GORONTALO

TAHUN ANGGARAN 2014

kategori diperlihatkan di dalamTabel E.4Perlu ditekankan bahwa faktor

keamanan terhadap resiko kehilangan secara ekonomi dan contoh tipikal

dari keruntuhan lereng dalam setiap resiko kehilangan secara ekonomi

hanyalah sebagai tuntunan belaka. Peristiwa keruntuhan ini hanya

merupakan pernyataan umum dan tidak mencakup setiap peristiwa

keruntuhan lereng. Sangatlah penting bahwa seorang perencana memilih

suatu suatu keseimbangan yang dapat diterima antara kehilangan secara

ekonomi yang berpotensi terjadi pada setiap kejadian keruntuhan lereng

dan jumlah biaya konstruksi yang akan bertambah untuk memperoleh nilai

faktor keamanan yang lebih besar.

Keruntuhan lereng yang termasuk ke dalam kategori „beresiko tinggi

terhadap kehidupan‟ tidak dapat ditoleransi meskipun kondisi kritis muka

airnya jarang terjadi. Meskipun nilai faktor keamanan lerengnya 1,4, jika

beresiko tinggi terhadap keselamatan orang-orang disekitarnya maka harus

diubah menjadi 1.1 berdasarkan hasil prediksi kondisi air tanah terburuk.

Pada area kuari atau proyek „site formation‟ atau proyek bahan tambang,

nilai faktor keamanan yang diadopsi untuk desain suatu lereng juga harus

mempertimbangkan penggunaan area tersebut di massa depan, serta

keleluasan yang dilakukan pada saat menghitung beban-beban tambahan

yang timbul akibat adanya proyek tersebut. Jika penggunaan area di massa

yang akan datang tidak dapat diperkirakan, maka dapat diasumsikan bahwa

lahan tersebut akan digunakan sebagai area permukiman penduduk.

Tabel E.3Rekomendasi Nilai Faktor Keamanan untuk Lereng

Page 22: Metodologi

U s u l a n T e k n i s

PT BERMUDA KONSULTAN

E-22

PERENCANAAN TEKNIK/DED LONGSORAN TERSEBAR

PROVINSI GORONTALO

TAHUN ANGGARAN 2014

Resiko terhadap

nyawa manusia

Resiko Ekonomis

Rekomendasi nilai faktor keamanan terhadap resiko kehilangan

nyawa manusia

Diabaikan

Rendah

Tinggi

R

eko

mend

asi ni

lai fa

ktor

keam

anan

terh

adap

resi

ko k

ehilan

gan

seca

ra

eko

nom

is

Diabaikan

1.1 1.2 1.5

Rendah

1.2 1.2 1.5

Tinggi

1.4 1.4 1.5

Catatan :

1. Meskipun nilai faktor keamanan lerengnya 1,4, jika beresiko tinggi terhadap keselamatan orang-orang

disekitarnya maka harus diubah menjadi 1.1 berdasarkan hasil prediksi kondisi air tanah terburuk.

2. Faktor keamanan yang tercantum di dalam tabel ini adalah nilai-nilai yang direkomendasikan. Faktor

keamanan yang lebih tinggi atau lebih rendah mungkin saja terjamin keamanannya pada situasi-situasi

khusus dalam hubungannya dengan resiko kehilangan secara ekonomis.

Tabel E.4Contoh-contoh Tipikal Keruntuhan Lereng untuk Masing-masing Kategori yang Beresiko

Terhadap Nyawa Manusia

Contoh-contoh kondisi Resiko terhadap nyawa manusia

Diabaikan Rendah Tinggi

(1) Keruntuhan berpengaruh pada suatu

taman-taman rekreasi udara terbuka

dengan intensitas pemakaian yang

jarang

(2) Keruntuhan berpengaruh pada jalan

raya dengan kepadatan lalulintas

rendah.

(3) Keruntuhan berpengaruh pada gudang

penyimpanan (bahan-bahan tidak

berbahaya)

(4) Keruntuhan berpengaruh pada area

terbuka yang sering digunakan,

fasilitas-fasilitas rekreasi (misalnya

area untuk berkumpulnya massa, area

bermain anak-anak, area parkir

kendaraan)

(5) Keruntuhan berpengaruh pada jalanan

dengan intensitas penggunaan tinggi

atau dengan kepadatan lalulintas yang

tinggi.

(6) Keruntuhan berpengaruh pada area

publik sebagai tempat menunggu

(semacam stasiun kecil untuk

mengunggu kereta api, pemberhentian

Page 23: Metodologi

U s u l a n T e k n i s

PT BERMUDA KONSULTAN

E-23

PERENCANAAN TEKNIK/DED LONGSORAN TERSEBAR

PROVINSI GORONTALO

TAHUN ANGGARAN 2014

bis, stasion pengisian bahan bakar).

(7) Keruntuhan berpengaruh pada

bangunan-bangunan yang sedang

digunakan (misalnya area permukiman,

area pendidikan, area komersial, area

perindustrian).

(8) Keruntuhan berpengaruh pada

bangunan-bangunan yang menyimpan

bahan-bahan berbahaya.

Pada kasus keruntuhan atau lereng yang rusak dan akan runtuh, penyebab

keruntuhan atau kerusakan lereng tersebut harus diidentifikasi secara

detail dan dijadikan acuan dalam desain pekerjaan perbaikan.

Tabel E.5Contoh-contoh Tipikal Keruntuhan Lereng untuk Masing-masing Kategori yang Beresiko

Secara Ekonomis

Contoh-contoh kondisi

Resiko Ekonomi

Diabaikan

Rendah

Tinggi

(1) Keruntuhan berpengaruh pada suatu taman-taman rekreasi yang besar.

(2) Keruntuhan berpengaruh pada jalan penghubung antar kota (B), jalan untuk distribusi distrik dan distribusi lokal dan bukan merupakan akses satu-satunya.

(3) Keruntuhan berpengaruh pada area terbuka tempat parkir kendaraan.

(4) Keruntuhan berpengaruh jalan penghubung antar kota (A) atau jalan distribusi utama yang bukan merupakan akses satu-satunya.

(5) Keruntuhan berpengaruh pada pusat-pusat servis utama yang dapat menyebabkan untuk sementara waktu kehilangan fungsi layannya.

(6) Keruntuhan berpengaruh pada jalan-jalan penghubung antara kota atau dalam kota dengan kepentingan yang strategis.

(7) Keruntuhan berpengaruh pada pusat-pusat servis utama yang menyebabkan hilangnya fungsi layan untuk waktu yang panjang.

(8) Keruntuhan berpengaruh pada bangunan-bangunan yang dapat mengakibatkan kerusakan struktural yang parah.

Analisis kestabilan lereng

Page 24: Metodologi

U s u l a n T e k n i s

PT BERMUDA KONSULTAN

E-24

PERENCANAAN TEKNIK/DED LONGSORAN TERSEBAR

PROVINSI GORONTALO

TAHUN ANGGARAN 2014

Secara umum tahapan analisis kestabilan lereng adalah evaluasi dan

interpretasi parameter hasil investigasi, penentuan stratifikasi lereng,

penentuan tipe bidang gelincir dan pemilihan metode analisis, penentuan

parameter desain/analisis, serta analisis stabilitas kondisi lereng dengan

dan tanpa penanganan. Untuk lebih jelasnya lihat gambar dibawah ini.

Gambar E.3Diagram Tahapan Analisis Kestabilan Lereng

Evaluasi dan interpretasi parameter

Page 25: Metodologi

U s u l a n T e k n i s

PT BERMUDA KONSULTAN

E-25

PERENCANAAN TEKNIK/DED LONGSORAN TERSEBAR

PROVINSI GORONTALO

TAHUN ANGGARAN 2014

Tahapan ini menjelaskan evaluasi kondisi detail topografi, geologi, kekuatan

geser, kondisi muka air dan beban-beban eksternal yang dibutuhkan untuk

analisis stabilitas lereng.

a) Topografi

Data „site plan‟ yang akurat harus memperlihatkan posisi dari titik uji

(bor, sondir, geolistrik dll.), area retakan, area lokasi kekar, juga lokasi

dari potongan melintang lereng yang akan dianalisis. Pada potongan

melintang, Survei harus dilakukan sedetail mungkin sehingga

memungkinkan penggambaran pada skala yang cukup besar dan terbaca

dimensinya dengan akurasi sekitar 1 meter, umumnya cukup digunakan

skala 1:100. Skala yang lebih besar yaitu 1:50 atau 1:20, kemungkinan

diperlukan untuk mendapatkan dimensi yang lebih akurat pada analisis

stabilitas lereng dengan ketinggian kurang dari 10 meter.

Gambar E.4Contoh Peta Situasi Kasus Longsoran

b) Geologi

Page 26: Metodologi

U s u l a n T e k n i s

PT BERMUDA KONSULTAN

E-26

PERENCANAAN TEKNIK/DED LONGSORAN TERSEBAR

PROVINSI GORONTALO

TAHUN ANGGARAN 2014

Kedalaman pelapukan, adanya lapisan colluvium atau timbunan serta

adanya struktur yang segar dan batuan yang mengalami pelapukan harus

diketahui dari hasil penyelidikan pada permukaan dan dalam tanah.

Untuk kebutuhan analisis, data geologi harus diinterpretasikan secara

normal pada kondisi pelapisan atau per-zona material dengan

karakteristik teknis yang memiliki kemiripan dalam bentuk peta geolgi

lokal. Detail kondisi geologi pada lokasi yang tersedia untuk analisis

biasanya didasarkan pada jumlah data yang sedikit, dimana seringkali

terbuka untuk hasil interpretasi yang lebih dari satu, dan suatu area

yang mungkin terjadi harus dipertimbangkan ketika analisis stabilitas

dilakukan. Struktur geologi yang diasumsikan untuk desain ditampilkan

pada potongan melintang lereng.

c) Kuat Geser

Untuk lereng yang belum mengalami keruntuhan, kekuatan geser

material pembentuk lereng digambarkan pada kondisi parameter

efektifnya (c‟ dan ‟). Parameter efektif tersebut ditentukan dari hasil

tes triaksial CU pada sampel tanah yang mewakili material matriknya

(tanah residual dan batuan yang mengalami pelapukan) serta pada bidang

lemahnya (kekar). Sampel tersebut harus diuji pada tegangan yang

besarnya mendekati tegangan lapangannya, serta harus berada pada

kondisi jenuh.

Sedangkan untuk lereng yang sudah mengalami keruntuhan, kekuatan

geser material pembentuk lereng menggunakan parameter kondisi

residualnya atau kuat geser sisanya. Cara mendapatkan parameter yaitu

dengan alat ring-shear,atau dapat pula menggunakan alat uji geser

langsung (direct shear) pada sampel remoldednya, dimana nilai kuat

geser diambil saat kondisi sampel tanah digeser untuk kedua kalinya

setelah mengalami pergeseran pertama.

Kekuatan geser material tidak jenuh secara substansial umumnya lebih

besar daripada material tersebut ada pada kondisi jenuh. Meskipun

Page 27: Metodologi

U s u l a n T e k n i s

PT BERMUDA KONSULTAN

E-27

PERENCANAAN TEKNIK/DED LONGSORAN TERSEBAR

PROVINSI GORONTALO

TAHUN ANGGARAN 2014

demikian, kondisi yang mendekati jenuh dapat dicapai pada kondisi

lereng yang bervegetasi serta pada permukaan yang dilindungi, kecuali

jika lereng secara efektif telah terlindung sedemikian rupa baik dari

efek infiltrasi secara langsung maupun tidak langsung. Karena itu

adanya hisapan tanah (soil suction) tidak harus secara umum diandalkan

dalam desain sebagai faktor yang mengkontribusi stabilitas lereng

untuk jangka waktu yang lama.

d) Kondisi Air Tanah

Tinggi muka air selama periode observasi tidak sepenuhnya

memperlihatkan level puncak yang akan terjadi selama periode hujan

rencana. Karena itu, estimasi harus dibuat pada area yang lebih lebar

daripada tinggi muka air tanah dalam lereng yang akan meningkat

sebagai respon terhadap kejadian hujan dan faktor-faktor lain.

Sebagai tambahan, lereng dengan kategori beresiko tinggi terhadap

jiwa manusia di sekitarnya, harus dicek untuk memperkirakan

sensitivitas kestabilannya pada level muka air di atas posisi yang

diprediksi sebelumnya. Hal ini mengharuskan perencana untuk

mempertimbangkan prediksi kondisi muka air tanah terburuk karena

kondisi terburuk merupakan penyebab utama kegagalan kemampuan

layan, seperti tersumbatnya filter atau saluran drainase, terutama pada

kondisi hujan yang sangat deras serta terisinya „tension crack’ dan

kekar. Tinggi prediksi muka air tanah yang akan diguankan dalam analisis

stabilitas kondisi terburuk harus diperlihatkan pada gambar potongan

melintangnya.

Pada lereng batuan, tekanan air maksimum kemungkinan terbentuk

selama terjadinya hujan yang sangat lebat sebagai akibat dari adanya

„tension crack’ atau kekar terbuka yang terisi penuh dengan air.

Tekanan air pada celah-celah kekar harus diperhitungkan menjadi

maksimum pada dasar dari „tension crack‟, kemudian menurun mendekati

nilai nol pada kekar di permukaan lereng. Tekanan air pada tiap kekar

Page 28: Metodologi

U s u l a n T e k n i s

PT BERMUDA KONSULTAN

E-28

PERENCANAAN TEKNIK/DED LONGSORAN TERSEBAR

PROVINSI GORONTALO

TAHUN ANGGARAN 2014

pada massa batuan akan bervariasi, tekanan yang terukur oleh

piezometer hanya akan relevan bila adanya perpotongan dari letak kekar

dengan filter yang mengelilingi ujung piezometer. Hal ini ditentukan

jika letak filter berpotongan pada kekar tunggal.

Kebocoran pada fasilitas pengairan seperti saluran pembuangan air

kotor, air hujan dan saluran-saluran utama dari suatu jaringan drainase,

yang dapat menyebabkan terjadinya penjenuhan dan meningkatnya

tinggi muka air tanah. Hal-hal seperti ini harus diperhitungkan dalam

desain.

e) Kondisi Air Tanah

Beban-beban lalu lintas, pondasi bangunan, dinding penahan tanah,

pekerjaan peledakan (lereng batuan), pemancangan tiang dan lain-lain.

Kegiatan-kegiatan yang mempengaruhi stabilitas suatu lereng harus

disertakan pengaruhnya pada proses analisis, dengan nilai faktor

keamanan yang mencukupi yang telah memasukkan faktor-faktor beban

tersebut. Jika beban luar akan dipertimbangkan pada analisis, gunakan

metode analisis yang sesuai dengan kondisi ini.

Stratifikasi penampang lereng

Stratifikasi penampang lereng adalah suatu penampang yang menunjukkan

urutan lapisan tanah/batuan sepanjang yang dikehendaki dari muka tanah

sampai batas kedalaman penyelidikkan berdasarkan jenis, sifat fisik dan

teknik lapisan tanah/batuan. Penampang ini dihasilkan dari korelasi lapisan

yang didapat dari bebrapa penyelidikan berdasarkan jenis, sifat fisik dan

teknik lapisan tanah/batuan. Penampang ini dihasilkan dari korelasi lapisan

yang didapat dari beberapa penyelidikan pemboran mesian atau pemboran

tangan. Gambaran dan bentuk lapisan tanah hasil korelasi dari titik – titik

pemboran, sangat ditentukan oleh kondisi geologi setempat, jarak titik

penyelidikan, metode penyelidikan, cara dan kecermatan pelaksanaan

penyelidikan.

Page 29: Metodologi

U s u l a n T e k n i s

PT BERMUDA KONSULTAN

E-29

PERENCANAAN TEKNIK/DED LONGSORAN TERSEBAR

PROVINSI GORONTALO

TAHUN ANGGARAN 2014

Stratifikasi penampang lereng dibuat pada sepanjang as longsoran atau

penampang lain yang dikehendaki dengan menggunakan peta geoteknik, peta

topografi dan profil bor. Dalam mengkorelasi hasil penyelidikkan terinci

diperlukan latar belakang geologi daerah longsoran. Penampang ini dapat

ditentukan dengan cara sebagai berikut :

- Menarik garis penampang pada peta geoteknik atau peta situasi

daerah longsor, terutama garis penampang sepanjang as longsoran

yang memotong titik–titik penyelidikan maupun pengamatan.

- Mencantumkan profil bor yang telah dikoreksi dengan hasil pengujian

laboratorium pada titik penyelidikan.

- Dari korelasi ketiga profil bor akan didapat penampang geoteknik

daerah longsoran yang didasarkan pada jenis dan sifat fisiknya.

- Kedalaman muka air tanah, baik muka air tanah bebas maupun muka

air tanah artesis digambarkan pada penampang tersebut.

Struktur batuan seperti kekar dan sebagainya digambarkan pada

penampang tersebut.

Gambar E.5Contoh Potongan Melintang Stratifikasi As Longsoran

Penentuan tipe bidang gelincir dan pemilihan metode analisis

Page 30: Metodologi

U s u l a n T e k n i s

PT BERMUDA KONSULTAN

E-30

PERENCANAAN TEKNIK/DED LONGSORAN TERSEBAR

PROVINSI GORONTALO

TAHUN ANGGARAN 2014

Penentuan tipe bidang gelincir sangat penting sekali dalam tahapan analisis

kestabilan lereng karena akan menjadi patokan dalam pemilihan metode

analisis.

a) Penentuan tipe bidang gelincir

Penentuan tipe bidang gelincir dapat diperoleh melalui metode langsung

dan tak langsung. Metode langsung dilakukan dengan memasang

instrumen di lapangan dengan pipa PVC/unting-unting ataupun dengan

inklinometer, lalu diamati pergerakannya. Sedangkan metode tak

langsung dilakukan dengan melakukan analisis balik lereng yang

dimodelkan.

Untuk menentukan tipe bidang gelincir dengan metode langsung pada

penampang sepanjang as longsoran, diperlukan minimal tiga titik

instrumen yang menunjukkan letak atau kedalamannya. Salah satu dari

ketiga titik tersebut biasanya diambil sebagai titik potong antara as

longsoran dengan retakan yang ada pada mahkota longsoran. Dua titik

lainnya didapat dari hasil pengamatan inklinometer atau pipa

PVC/unting–unting. Untuk membantu penentuan bidang longsoran di

atas, perlu dievaluasi juga hal–hal sebagai berikut:

- Data penampang geologi teknik lengkap, antara lain letak lapisan

tanah yang terlemah.

- Data pengujian laboratorium misalnya hubungan antara kadar air dan

batas – batas Atterberg.

- Data penyelidikan detail lainnya, misalnya Uji Penetrasi Standar.

- Gejala–gejala lainnya yang terjadi di lapangan misalnya adanya

tonjolan, mata air, patahan, vegetasi, rembesan dan sebagainya.

Letak/kedalaman bidang longsoran diambil pada kedalaman dimana pipa

PVC patah (tertahannya unting – unting tersebut) atau kedalaman

pembacaan dengan perpindahan maksimum pada pembacaan dengan

inklinometer. Setelah letak/kedalaman bidang longsoran dari titik – titik

penyelidikan diperoleh, selanjutnya dapat digambarkan bentuk bidang

Page 31: Metodologi

U s u l a n T e k n i s

PT BERMUDA KONSULTAN

E-31

PERENCANAAN TEKNIK/DED LONGSORAN TERSEBAR

PROVINSI GORONTALO

TAHUN ANGGARAN 2014

longsoran dari titik – titik penyelidikan diperoleh. Dengan demikian,

dapat digambarkan bentuk bidang longsoran dan titik pusat serta sumbu

putar bidang longsoran (khusus untuk longsoran rotasi), sebagai contoh

lihat gambar dibawah ini.

Gambar E.6Penentuan Bidang Longsoran dengan Jenis Gerakan Gelincir Rotasi

Gambar E.7Penentuan Bidang Longsoran dengan Jenis Gerakan Gelincir Translasi

Page 32: Metodologi

U s u l a n T e k n i s

PT BERMUDA KONSULTAN

E-32

PERENCANAAN TEKNIK/DED LONGSORAN TERSEBAR

PROVINSI GORONTALO

TAHUN ANGGARAN 2014

Selain mengikiuti cara – cara di atas, penentuan letak/kedalaman bidang

gelincir dapat dilakukan pula dengan cara grafis (metode HRB) sebagai

berikut (lihat Gambar E.8):

A dan A‟ = titik – titik yang diketahui sebelum longsor

C dan C = titik – tititk yang diketahui setelah longsor

O = mahkota longsor

Menentukan titik pusat rotasi O :

- Hubungkan A dengan C

- Hubungkan A‟dengan C

- Titik B adalah titik tengah AC

- Titik B‟adalah titik tengah AÇ

- Tarik garis BOAC

- Tarik garis B‟OA‟C‟

- Titik potong BO dan BÓ merupakan titik pusat rotasi O

- Kedalaman bidang longsoran dapat ditentukan dengan cara memutar

jari–jari lingkaran (OD=R).

Gambar E.8Penentuan Letak Pusat Rotasi dengan Metode HRB

Cara grafis lainnya untuk menentukan letak/kedalaman bidang longsoran

adalah metode Ritchie, sebagai berikut (lihat Gambar E.9):

Perkiraan kedalaman maksimum bidang longsoran sangat penting sebagai

petunjuk menentukan kedalaman pemboran.

Titik pusat rotasi dapat ditentukan dengan dua cara, sebagai berikut :

Cara A :

Page 33: Metodologi

U s u l a n T e k n i s

PT BERMUDA KONSULTAN

E-33

PERENCANAAN TEKNIK/DED LONGSORAN TERSEBAR

PROVINSI GORONTALO

TAHUN ANGGARAN 2014

- Titik A dan B di lapangan.

- Jika titik B sudah tidak tampak karena terkubur, maka dapat

diperkirakan dari tonjolan maksimum.

- Tarik garis tegak lurus pada titik C (C adalah tengah –tengah AB)

dari tarik garis mendatar dari titik A.

- Perpotongan kedua garis tersbut merupakan titik pusart rotasi O.

Cara B :

- Titik A dan B diukur di lapangan.

- Jika titik B sudah tidak tampak karena terkubur, maka dapat

diperkirakan dari tonjolan maksimum.

- Tarik garis tegak lurus pada titik C (C adalah tengah – tengah AB)

dan tarik garis tegak lurus pada titik F (F adalah tengah – tengah

DE).

- Perpotongan kedua garis tersebut merupakan titik pusat rotasi O.

Gambar E.9Penentuan Titik Pusat Rotasi dengan Metode Ritchie

Sedangkan metode tak langsung dapat dilakukan jika data yang tersedia

jumlahnya terbatas, misalnya hanya terdapat satu titik pemboran atau

penanganan longsoran yang harus dilakukan sesegera mungkin. Jika hal

tersebut terjadi, maka kedalaman dan bentuk bidang gelincir dapat

diperkirakan dengan membuat pemodelan lereng, kemudian dilakukan

Page 34: Metodologi

U s u l a n T e k n i s

PT BERMUDA KONSULTAN

E-34

PERENCANAAN TEKNIK/DED LONGSORAN TERSEBAR

PROVINSI GORONTALO

TAHUN ANGGARAN 2014

analisis balik dengan menggunakan program-program komersial seperti

X-Stable, Plaxis, PC Slope dll.

Analisis balik dilakukan dengan trial and error sampai lereng tersebut

mempunyai nilai SF ~ 1, dengan variabel bebasnya nilai parameter sudut

geser dalam efektif untuk lapisan yang terdapat pada bidang lemah.

Metode tak langsung ini hasilnya akan memuaskan jika didukung input

data yang akurat, di antaranya stratifikasi dan parameter kuat geser

material. Gambar berikut merupakan contoh lereng yang mengalami

longsor lalu dilakukan analisis balik :

Gambar E.10Contoh Model Hasil Analisis Balik untuk Kasus Longsoran

b) Pemilihan metode analisis

Ketika memilih metode yang akan digunakan untuk analisis stabilitas

lereng, tipe keruntuhan dari lereng harus diperhitungkan. Metode yang

dipilih harus mensimulasikan model keruntuhan.

Banyak metode yang dapat dipergunakan untuk analisis lereng

tanah/batuan. Dasar dari semua perhitungan ini disebut sebagai kondisi

keseimbangan batas (limit equilibrium), walaupun metode ini didasarkan

pada teori batas plastis dan beberapa didasarkan pada deformasi.

Beberapa metode yang tersedia untuk analisis lereng batuan, sebagian

besar dihitung pada kondisi keseimbangan batasnya juga. Metode-

metode yang telah dikenal baik untuk analisis lereng tanah, batuan dan

analisis yang digunakan dengan memperhitungkan efek dari tekanan air

dapat dilihat pada Tabel E.6.

Page 35: Metodologi

U s u l a n T e k n i s

PT BERMUDA KONSULTAN

E-35

PERENCANAAN TEKNIK/DED LONGSORAN TERSEBAR

PROVINSI GORONTALO

TAHUN ANGGARAN 2014

Keuntungan-keuntungan dan keterbatasan masing-masing metode telah

tercantum juga pada tabel tersebut, rekomendasi diberikan tergantung

pada kondisi yang dihadapi di lapangan. Penjelasan mendetail dapat

dilihat pada buku-buku dan jurnal-jurnal teknik sipil.

c) Metode analisis yang direkomendasikan

Beberapa pertimbangan memilihan metode analisis berdasarkan tipe

keruntuhan, ketersedian data, lamanya ketersediaan waktu untuk

analisis dan pertimbangan resiko :

- Desain awal dan resiko-resiko pada lereng yang diabaikan.

- Untuk lereng tak terbatas (infinitife slope) dengan permukaan

keruntuhan garis lurus dan kedalaman keruntuhan dangkal dapat

dipergunakan metode Lambe & Whitman (1969).

Metode analisis non circular, seperti yang diperkenalkan oleh Janbu

(1972) direkomendasikan untuk menganalisis sebagian besar lereng

tanah yang berada di Indonesia. Untuk jenis keruntuhan blok atau

lingkaran, analisis circular Bishop (1955) akan lebih sesuai.

Ada beberapa metode yang tersedia untuk melakukan analisis

stabilitas pada lereng batuan (lihat Tabel E.6 dan Tabel E.7). Secara

prinsip tipe keruntuhan dari lereng batuan adalah gelincir, bidang, baji

dan guling, serta kombinasi dari beberapa moda ini, yang mungkin saja

terjadi. Keruntuhan gelincir rotasi, baik lingkaran mapun non-lingkaran,

dapat terjadi pada lereng yang banyak terdapat kekar-kekar atau

lereng yang terdiri dari batu-batuan yang hancur. Pada kasus-kasus ini,

analisis dapat dilakukan dengan metode potongan, seperti yang dilakukan

untuk analisis lereng tanah. Detail metode analisis lereng batuan

diberikan oleh Hoek & Bray (1981).

Page 36: Metodologi

U s u l a n T e k n i s

PT BERMUDA KONSULTAN

E-36

PERENCANAAN TEKNIK/DED LONGSORAN TERSEBAR

PROVINSI GORONTALO

TAHUN ANGGARAN 2014

Tabel E.6Metode-metode untuk Analisis Stabilitas pada Lereng Tanah

Metode Permukaan

Keruntuhan Asumsi-asumsi

Keuntungan-

keuntungan Keterbatasan-keterbatasan Referensi Rekomendasi

Lereng

tak

terbatas

(Infinite

slope)

Garis lurus Setiap potongan vertikal

merupakan perwakilan yang

representatif dari lereng

secara keseluruhan.

Metode

perhitungan

secara manual

yang sederhana

Asumsi bidang keruntuhan

selalu hanyalah perkiraan.

Metode ini mungkin saja

digunakan untuk suatu

bidang runtuh dimana

perbandingan panjang

terhadap kedalaman sangat

besar dan efek akhir dapat

diabaikan.

Lambe &

Whitman

(1969)

Cocok untuk lereng

yang panjang,

terutama pada lereng

dengan lapisan

pelapukan yang tipis

terhadap lapisan

batuannya.

Blok

keruntuha

n

(Sliding

block)

Dua atau

lebih garis

lurus

Massa keruntuhan dapat

dibagi ke dalam dua atau

lebih blok, keseimbangan

tiap blok dipertimbangkan

secara terpisah dengan

menggunakan gaya-gaya

antar blok.

Cocok untuk

perhitungan

dengan tangan

ketika

menggunakan dua

atau tiga blok.

Tidak mempertimbangkan

deformasi dari blok. Hasil

yang didapat sensitif

terhadap sudut horisontal

yang dipilih untuk gaya-gaya

antar blok dan inklinasi dari

permukaan di antara blok.

Lambe &

Whitman

(1969)

Sangat berguna

terutama jika stratum

yang lemah diantara

atau di bawah lereng

dan ketika lereng ada

di atas stratum yang

sangat kuat.

Bishop Lingkaran

(Circular)

Mempertimbangkan

pengaruh keseimbangan

gaya-gaya dan momen untuk

masing-masing potongan.

Metode asumsi yang sangat

teliti untuk gaya-gaya

vertikal pada sisi masing-

masing potongan hingga

menghasilkan persamaan

Hasil yang baik

diperoleh jika

membandingkan

metode yang

disederhanakan

dengan metode

elemen hingga

(rata-rata

perbedaan faktor

Permukaan keruntuhan

lingkaran tidak selalu sesuai

untuk lereng-lereng di

Indonesia, jika radius

lingkaran besar, kadang-

kadang bisa digunakan.

Bishop

(1955)

Berguna jika

permukaan keruntuhan

lingkaran dapat

diasumsikan.

Page 37: Metodologi

U s u l a n T e k n i s

PT BERMUDA KONSULTAN

E-37

PERENCANAAN TEKNIK/DED LONGSORAN TERSEBAR

PROVINSI GORONTALO

TAHUN ANGGARAN 2014

yang memuaskan. Metode-

metode yang

disederhanakan

mengasumsikan resultan

gaya-gaya vertikal adalah

nol untuk masing-masing

potongan.

keamanan sekitar

8%). Banyak

program

komputer yang

tersedia.

Grafik

Bishop &

Morgenst

ern

Lingkaran

(Circular)

Menggunakan metode

Bishop yang disederhanakan

dengan nilai ru rata-rata.

Penggunaannya

sangat

sederhana. Lebih

akurat daripada

grafik Hoek.

Terbatas hanya untuk tanah

homogen dan lereng lebih

landai dari 27o.

Bishop &

Morgenste

rn

(1960)

Kegunaannya terbatas.

Grafik

Hoek

Lingkaran

(Circular)

Massa keruntuhan

dipertimbangkan sebagai

satu keseluruhan.

Pemecahan ikatan

terbawah, diasumsikan

tegangan-tegangan normal

terkonsentrasi pada satu

titik.

Derajat

kemiringan lereng

dari 10o sampai

dengan 90o, telah

diantisipasi pada

grafik.

Penggunaannya

sangat

sederhana.

Terbatas hanya untuk tanah

homogen dengan lima kondisi

muka air tanah yang

spesifik.

Hoek &

Bray

(1981)

Sangat berguna

sebagai perhitungan

awal atau untuk lereng

beresiko rendah.

Janbu Non

Lingkaran

(Non

Circular)

Prosedur digeneralisasikan

dengan pertimbangan

keseimbangan gaya dan

momen untuk masing-masng

potongan. Asumsi-asumsi

pada garis dari aksi antar

potongan tidak termasuk

Permukaan geser

yang realistis

dapat

dipergunakan.

Analisis rutin

dapat dengan

mudah ditangani

Memperkenalkan suatu

faktor untuk material

homogen dan prosedur

routine dapat memberikan

kesalahan yang cukup besar

pada lereng-lereng yang

terdiri dari material yang

Janbu

(1972)

Metode

rutin

diberikan

oleh Hoek

& Bray

Sangat berguna untuk

sebagian besar lereng

tanah residual.

Page 38: Metodologi

U s u l a n T e k n i s

PT BERMUDA KONSULTAN

E-38

PERENCANAAN TEKNIK/DED LONGSORAN TERSEBAR

PROVINSI GORONTALO

TAHUN ANGGARAN 2014

dalam prosedur rutin dan

hasil faktor keamanan yang

dihitung dikoreksi karena

adanya pertimbangan gaya-

gaya vertikal.

dengan bantuan

kalkulator yang

berprogram atau

dengan

perhitungan

tangan biasa.

lebih dari satu. Faktor

keamanan yang dihasilkan

biasanya ada di bawah nilai

perkiraan pada kasus-kasus

seperti ini. Metode umum

tidak memiliki

keterbatasan-keterbatasan

yang sama.

( 1981)

Tabel E.7Metode Analisis Stabilitas untuk Lereng Batuan

Metode Permukaan

Keruntuhan Asumsi - Asumsi

Keuntungan-

Keuntungan

Keterbatasan-

Keterbatasan Referensi Rekomendasi

Keruntuhan

bidang

(plane

failure)

Bidang tunggal

dengan

pemunculan

tension crack.

Kedua permukaan

keruntuhan dan

tension crack,strike

secara paralel

terhadap permukaan

lereng. Permukaan-

permukaan yang lepas

muncul karena itu

tidak ada ketahanan

terhadap batas-batas

lateral.

Tekanan-tekanan air

pada tension crack

dan pada bidang

keruntuhan juga

termasuk metode

analisis yang

sederhana.

Momen-momen tidak

dipertimbangkan

dalam analisis.

Dapat memberikan

hasil yang lebih dari

estimasi pada nilai

faktor keamanannya

pada lereng curam

dimana toppling bisa

terjadi.

Hoek & Bray

(1981)

Berguna bila

bidang

keruntuhan bisa

diasumsikan

seperti pada

lembaran joint.

Keruntuhan

baji (wedge

failure)

Dua bidang kekar

membentuk baji

tiga dimensi.

Garis dari

perpotongan joint-dip

kurang curam

dibandingkan muka

Tension crack dan

tegangan-tegangan

air dapat disertakan

dalam analisis.

Momen tidak

dipertimbangkan.

Hoek & Bray

(1981)

Berguna. Grafik-

grafik bisa

digunakan

sebagai penilaian

Page 39: Metodologi

U s u l a n T e k n i s

PT BERMUDA KONSULTAN

E-39

PERENCANAAN TEKNIK/DED LONGSORAN TERSEBAR

PROVINSI GORONTALO

TAHUN ANGGARAN 2014

batu dan celah di

antaranya. Kedua

bidang joint tetap

kontak selama

keruntuhan terjadi.

Grafik-grafik yang

hanya

mempetimbangkan

friksi juga tersedia.

awal terhadap

suatu kasus.

Keruntuhan

guling

(toppling

failure)

Kekar-kekar

bersilangan

secara curam.

Analisis dilakukan

dengan asumsi-asumsi

bahwa beberapa blok

akan runtuh dan

sebagian lainnya akan

rebah. Tekanan-

tekanan air tidak

dimasukkan dalam

analisis.

- Terbatas untuk

beberapa kasus

sederhana dengan

geometri yang

sesuai.

Hoek & Bray

(1981)

Belum ada alat

bantu desain

lereng batuan

yang tersedia

tapi metode ini

kadang-kadang

berguna.

Page 40: Metodologi

U s u l a n T e k n i s

PT BERMUDA KONSULTAN

E-40

PERENCANAAN TEKNIK/DED LONGSORAN TERSEBAR

PROVINSI GORONTALO

TAHUN ANGGARAN 2014

Penentuan parameter desain

Penentuan parameter desain dilakukan dengan metode langsung dan tak

langsung. Metode langsung mengacu pada hasil-hasil tes lapangan,

laboratorium, data-data sekunder, korelasi-korelasi dari literatur terhadap

jenis tanah/batuan yang relatif sama. Pada tanah pembentuk lereng yang

pernah mengalami longsoran sebelumnya, tipe parameter kuat geser yang

representatif adalah kuat geser residual dikarenakan elemen tanah telah

mengalami deformasi yang besar jauh melewati tegangan puncak (peak

stress) sehingga tegangan yang tersisa adalah tegangan sisa (residual

stress).

Korelasi sangat diperlukan untuk dapat memperkirakan rentang nilai suatu

parameter (batas bawah dan batas atas), sehingga nilai yang didapat hasil

investigasi lapangan ataupun pengujian laboratorium dapat terkontrol.

Sedangkan metode tak langsung mengacu pada analisis balik (back-analysis)

dan pertimbangan rekayasa (engineering judgement). Dalam analisis balik,

parameter awal yang diambil dari parameter kuat geser hasil korelasi

seperti yang tercantum dalam grafik diatas. Pada analisis balik stabilitas

lereng cara pertama, parameter yang akan dicari adalah parameter sudut

geser dalam material lunak yang merupakan representasi dari posisi lapisan

gelincirnya, sedangkan parameter lainnya dibuat konstan. Langkah pertama

analisis balik ini adalah dengan memberikan nilai tertentu parameter sudut

geser dalam lempung lunak, lalu dicari nilai faktor keamanannya. Proses trial

and error (sampai SF ~ 1) dilakukan dengan variabel bebasnya adalah sudut

geser dalam, lempung lunak, sedangkan parameter lainnya termasuk muka

air tanah (MAT) atau dalam bentuk ru dibuat konstan.

Page 41: Metodologi

U s u l a n T e k n i s

PT BERMUDA KONSULTAN

E-41

PERENCANAAN TEKNIK/DED LONGSORAN TERSEBAR

PROVINSI GORONTALO

TAHUN ANGGARAN 2014

Gambar E.11Contoh Proses Penentuan Parameter Desain

Kondisi stabilitas lereng tanpa perkuatan dan dengan perkuatan

Setelah seluruh parameter yang digunakan dalam analisis ditentukan,

lakukan perhitungan kondisi stabilitas lereng untuk berbagai variasi

penambahan tegangan air pori/tinggi muka air tanah. Kondisi stabilitas

lereng yang harus dihitung adalah lereng tanpa perkuatan dan lereng

dengan perkuatan. Disarankan agar mengajukan beberapa opsi perkuatan

sebagai bahan pertimbangan pemilik proyek yang hasilnya dapat dijadikan

bahan pemilik proyek untuk melakukan analisis komparasi secara teknis.,

Berikut ini merupakan contoh hasil analisis yang disajikan dalam bentuk

grafis kondisi stabilitas lereng :

Page 42: Metodologi

U s u l a n T e k n i s

PT BERMUDA KONSULTAN

E-42

PERENCANAAN TEKNIK/DED LONGSORAN TERSEBAR

PROVINSI GORONTALO

TAHUN ANGGARAN 2014

Gambar E.12 Contoh Hasil Analisis Perbandingan Kondisi Stabilitas Lereng VSRasio Tekanan Air

Pori untuk Kondisi Tanpa Perkuatan/Eksisting dengan Perkuatan (Counterweight)

3. Pemilihan dan Perencanaan Konstruksi Penanganan Longsoran

Berdasarkan pada data-data hasil penyelidikan tanah terinci seperti

tersebut di atas, baik penyelidikan lapangan maupun pengujian di

laboratorium, penyedia jasa berkewajiban untuk menentukan/mengusulkan

beberapa alternatif-alternatif jenis/tipe konstruksi permanen

penanganan longsoran yang dapat dilaksanakan, setelah mempertimbangkan

berbagai macam aspek tersebut pada butir 2) di atas.

Dalam usulan alternatif dimaksud, penyedia jasa harus sudah

menyampaikan kekurangan dan kelebihan dari pada setiap alternatif yang

diusulkan, sebelum diasistensikan dan dipersentasikan kepada Pengguna

Jasa.

Usulan dan hasil asistensi atau persentasi perencanaan dengan

Pengguna Jasa atau yang mewakili agar dimasukan pada laporan akhir

pekerjaan ini.

Dalam menentukan tipe, dimensi struktur bangunan, dan lokasi

penempatannya, penyedia jasa juga harus mempertimbangkan

klasifikasi gerakan longsoran (rotasi batuan/tanah, translansi

0.000

0.500

1.000

1.500

2.000

2.500

0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6

SF

ru

tanpa perkuatan/eksisting

dengan perkuatan

Page 43: Metodologi

U s u l a n T e k n i s

PT BERMUDA KONSULTAN

E-43

PERENCANAAN TEKNIK/DED LONGSORAN TERSEBAR

PROVINSI GORONTALO

TAHUN ANGGARAN 2014

batuan/tanah), dan lokasi bidang gelincirnya berdasarkan pada hasil

penyelidikan di lapangan.

Pembuatan perhitungan stabilitas konstruksi, perencanaan struktur, detail

struktur, gambar struktur, perkiraaan kuantitas dan harga, serta analisa

data lainnya yang dibuat oleh penyedia jasa, hanya untuk tipe bangunan

yang telah mendapat persetujuan/kesepakatan dengan pengguna jasa.

Pemilihan metode penangulangan longsoran tergantung dari beberapa

faktor yaitu:

- Identifikasi penyebab (penggerusan pada kaki lereng, penimbunan pada

kepala longsoran, pemotongan pada kaki lereng dan sebagainya)

- Faktor teknik (luas daerah longsoran), jenis deposit material lereng dan

sebagainya.

- Kemungkinan pelaksanaan (biaya, teknik pelaksanaan, kemampuan

pelaksana dan sebagainya)

- Faktor ekonomi (material setempat dan sebagainya)

Prinsip dasar metode penanggulangan longsoran

Pada suatu lereng bekerja gaya pendorong dan gaya penahan. Gaya

pendorong adalah gaya tangensial dari berat massa tanah, sedangkan gaya

penahan berupa tahanan geser tanah. Analisis kemantapan suatu lereng

harus dilakukan dengan memperhitungkan besarnya gaya pendorong dan

gaya penahan. Suatu lereng akan longsor bila keseimbangan gaya – gaya

yang bekerja terganggu, yaitu gaya pendorong lebih besar dari gaya

penahan. Oleh karena itu prinsip penaggulanagan longsoran adalah

mengurangi gaya pendorong atau menambah gaya penahan.

Penanggulangan yang baik adalah penanggulangan yang dapat mengatasi

masalah secara tuntas dengan biaya yang relatif murah dan mudah

pelaksanaannya. Penanggulangan sangat tergantung pada tipe dan sifat

longsoran, kondisi lapangan serta kondisi geologi. Penanggulangan yang

hanya didasarkan pada metode coba–coba umumnya kurang berhasil. Kurang

Page 44: Metodologi

U s u l a n T e k n i s

PT BERMUDA KONSULTAN

E-44

PERENCANAAN TEKNIK/DED LONGSORAN TERSEBAR

PROVINSI GORONTALO

TAHUN ANGGARAN 2014

berhasil karena penanggulangan tidak tepat dan belum memadai. Untuk

jenis longsoran yang kompleks, penanggulangannya memerlukan analisis yang

lebih teliti berdasarkan data yang lebih lengkap.

Penanggulangan longsoran dengan mengurangi gaya pendorong dilakukan

antara lain dengan cara pemotongan dan pengendalian air permukaan.

Sedangkan penanggulangan dengan menambah gaya penahan antara lain

dengan cara pengendalian air rembesan, penambatan dan penimbunan pada

kaki lereng.

Pendekatan penanggulangan

Pendekatan penanggulangan berdasarkan umur kestabilan lereng dapat

digolongkan kedalam dua kategori, yaitu penanggulangan darurat dan

penanggulangan permanen.

Penanggulangan darurat adalah tindakan penanggulangan yang sifatnya

sementara dan umumnya dilakukan sebelum penanggulangan permanen

dilaksanakan.

Penanggulangan darurat dilakukan dengan cara sederhana seperti:

- Mencegah masuknya air permukaan ke dalam daerah longsoran dengan

membuat saluran terbuka.

- Mengeringkan kolam–kolam yang ada di bagian atas daerah longsoran.

- Mengalirkan genangan air dan mata air yang tertimbun maupun yang

terbuka.

- Menutup rekahan dengan tanah liat.

- Membuat pasangan bronjong pada kaki longsoran.

- Penimbunan kembali bagian yang rusak akibat longsoran.

- Pelebaran ke arah tebing.

- Membuang runtuhan tebing ke bagian kaki lereng.

- Membuat bangunan penahan dari karung diisi tanah.

- Pemotongan bagian kepala longsoran.

Page 45: Metodologi

U s u l a n T e k n i s

PT BERMUDA KONSULTAN

E-45

PERENCANAAN TEKNIK/DED LONGSORAN TERSEBAR

PROVINSI GORONTALO

TAHUN ANGGARAN 2014

Penanggulangan permanen memerlukan waktu untuk penyelidikan, analisis

dan perencanaan yang matang. Metode penanggulangan longsoran dibedakan

dalam tiga kategori yaitu :

- Mengurangi gaya–gaya yang menimbulkan gerakan tanah dengan cara:

Pengendalian air permukaan

Mengubah geometri lereng

- Menambah gaya–gaya yang menahan gerakan dengan cara:

Pengendalian air rembesan

Penambatan

Penimbunan pada kaki lereng (beban kontra).

Jika kedua metode di atas tidak dapat mengatasi longsoran yang terjadi

maka lakukan penanggulangan dengan tindakan lain (stabilisasi, relokasi,

bangunan silang dan penggunaan bahan ringan).

Pencegahan kelongsoran

Pencegahan adalah tindakan pengamanan untuk mencegah kemungkinan

terjadinya kerusakan yang lebih berat pada lokasi-lokasi yang menunjukkan

adanya gejala longsoran atau pada daerah yang berpotensi longsor.

Pencegahan ini dapat dilakukan dengan tindakan – tindakan antara lain :

- Menghindari penimbunan di atas lereng dan pemotongan pada bagian

kaki lereng

- Mencegah terjadinya penggerusan sungai yang akan mengganggu

kemantapan lereng antara lain dengan “check dam” (penggerusan

vertikal) dan krib (penggerusan lateral).

- Mengeringkan genangan air (kolam, kubangan dan sebagainya) pada

bagian atas lereng.

- Menutup/merekatkan lekukan – lekukan yang memungkinkan terjadinya

genangan.

- Penghijaunan daerah gunduk dengan tanaman tertentu (lamtorogung,

sedakeling, bambu dan lain sebagainya).

Page 46: Metodologi

U s u l a n T e k n i s

PT BERMUDA KONSULTAN

E-46

PERENCANAAN TEKNIK/DED LONGSORAN TERSEBAR

PROVINSI GORONTALO

TAHUN ANGGARAN 2014

- Mengendalikan air permukaan pada lereng sehingga tidak terjadi erosi

yang menimbulkan alur semakin dalam (gully).

- Penggunaan bangunan penambat (tiang, tembok penhan dan sebaginya),

pengatur tata guna tanah.

- Untuk lereng atau tebing tanah yang berpotensi longsor, pemotongan

dapat pula digunakan sebagai pencegahan. Longsoran tebing batuan

dapat dicegah dengan cara penyemprotan, pengangkeran batu, melapis

dengan pasangan tipis, tumpuan beton, baut batuan, pengikat beton, jala

kawat dan dinding penahan batu.

Pemilihan tipe penanggulangan

Pemilihan tipe penanggulangan gerakan tanah&batuan disesuaikan dengan

tipe gerakan, faktor penyebab dan metode yang telah diuraikan di muka.

Selanjutnya disusun kemungkinan penanggulangan untuk tipe gerakan

jatuhan, gelincir dan aliran.

Dalam penentuan metode penanggulangan perlu juga memperhatikan faktor

– faktor lainnya yang berkaitan dengan pelaksanaan, antara lain tingkat

kepentingan dan aspek sosial.

Pengubahan geometri lereng

Pengubahan geometri lereng dapat dilakukan dengan pemotongan dan

penimbunan. Bagian yang dipotong disesuaikan dengan geometri daerah

longsoran, sedangkan penimbunan dilakukan pada bagian kaki lereng.

Pemotongan geometri terdiri dari pemotongan kepala, pelandaian tebing,

penanggaan, pemotongan habis, pengupasan tebing dan pengupasan lereng.

Perlu diingat bahwa keuntungan pemotongan adalah untuk mengurangi

tegangan. Hal ini dapat dicapai dengan pemotongan di bagian yang lebih

banyak menimbulkan tegangan tangensial daripada tahanan geser. Sebagai

contoh, pemotongan di ujung kaki lereng dapat mengurangi tahanan geser.

Cara pemotongan ini hanya dapat dilakukan untuk longsoran yang mempunyai

massa relatif kecil baik sebagai penanggulangan maupun pencegahan dan

Page 47: Metodologi

U s u l a n T e k n i s

PT BERMUDA KONSULTAN

E-47

PERENCANAAN TEKNIK/DED LONGSORAN TERSEBAR

PROVINSI GORONTALO

TAHUN ANGGARAN 2014

juga harus diperhitungkan kemungkinan yang akan memicu longsoran baru di

bagian atas.

Tebing yang rawan longsor dan mempunyai sudut kemiringan lebih besar

dari sudut geser dalam tanahnya dapat pula dilandaikan dengan sudut

lereng yang cukup aman. Penetapan metode ini perlu mempertimbangkan

mekanisme longsoran yang terjadi. Pemotongan untuk tipe longsoran

berantai yang gerakannya dimulai dari kaki menjadi tidak efektif. Cara

pemotongan ini tidak disarankan untuk tipe aliran, kecuali jika disertai

dengan tata salir (drainase).

Pengubahan geometri dengan cara penimbunan dilakukan dengan

memberikan beban berupa timbunan pada daerah kaki yang berfungsi untuk

menambah momen perlawanan. Penanggulangan ini hanya tepat untuk

longsoran rotasi tunggal yang massa tanahnya relatif utuh dimana bidang

putarnya terletak di dalam daerah longsoran.

Dalam pemilihan metode penimbunan harus diperhatikan hal–hal berikut :

- Tidak mengganggu kemantapan lereng di bawahnya

- Tidak mengganggu drainase permukaan (pembentukan cekungan/tangga)

- Letaknya di antara bidang netral dan ujung kaki longsoran.

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai cara mengubah

geometri lereng dapat dilihat pada Gambar E.13.

Di samping itu letak bangunan di sekitar daerah longsoran merupakan

faktor-faktor yang menentukan dalam penanggulangan ini.

Hal – hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :

- Potongan di kepala longsoran umumnya tidak dilakukan bila terdapat

bangunan di dekatnya.

- Pelandaian dapat diterapkan bila bangunan terletak pada kaki longsoran.

- Pemotongan seluruhnya hanya dapat diterapkan bila bangunan terletak

pada ujung kaki longsoran.

- Penanganan umumnya dapat diterapkan bila letak bangunan baik di

dekat kepala, di tengah maupun pada kaki longsoran.

Page 48: Metodologi

U s u l a n T e k n i s

PT BERMUDA KONSULTAN

E-48

PERENCANAAN TEKNIK/DED LONGSORAN TERSEBAR

PROVINSI GORONTALO

TAHUN ANGGARAN 2014

- Penimbunan tidak dapat diterapkan bila bangunan terletak pada kaki

longsoran.

Gambar E.13Tipikal Penanggulangan dengan Cara Mengubah Geometri Lereng

Page 49: Metodologi

U s u l a n T e k n i s

PT BERMUDA KONSULTAN

E-49

PERENCANAAN TEKNIK/DED LONGSORAN TERSEBAR

PROVINSI GORONTALO

TAHUN ANGGARAN 2014

Mengendalikan air permukaan

Mengendalikan air pemukaan merupakan langkah awal dalam setiap rencana

penanggulangan longsoran. Pengendalian air permukaan akan mengurangi

berat massa tanah yang bergerak dan menambah kekuatan material

pembentuk lereng. Dua hal yang harus diperhatikan adalah air permukaan

yang akan mengalir pada permukaan lereng dan air permukaan yang akan

meresap/masuk ke dalam tanah. Setiap upaya harus dilakukan untuk

mencegah air permukaan yang menuju daerah longsoran, sedangkan mata

air, rembesan dan genangan di daerah longsoran dialirkan ke luar melalui

lereng. Mengendalikan air permukaan (drainase permukaan) dapat dilakukan

dengan cara menanam tumbuhan tata salir, menutup rekahan dan perbaikan

permukaan lereng (lihatGambar E.14.)

- Menanam tumbuhan

Penanaman tumbuhan dimaksudkan untuk mencegah erosi tanah

permukaan, mengurangi peresapan air permukaan dan pengaruh cuaca.

Penanaman tumbuhan dapat dilakukan antara lain dengan penaburan biji

rerumputan atau lempengan rumput. Untuk mempercepat air limpasan

permukaan, lereng juga dapat disemprot aspal.

- Tata salir

Tata salir/saluran permukaaan sebaiknya dibuat pada bagian luar

longsoran dan mengelilingi longsoran sehingga dapat mencegah aliran

limpasan yang datang dari lokasi yang lebih tinggi. Untuk saluran

terbuka yang dipasang pada daerah longsoran harus diberi kemiringan

sedemikian rupa sehingga dapat mengalirkan air secara cepat agar air

tidak meresap ke dalam daerah longsoran.

Alas saluran terbuka dilapis dengan material yang kedap. Dimensi dan

kemiringan saluran terbuka harus pula diperhitungkan terhadap debit

dan kecepatan pengaliran yang dikehendaki. Bila melewati daerah

dengan material lepas, sebaiknya dibuat saluran tertutup.

Page 50: Metodologi

U s u l a n T e k n i s

PT BERMUDA KONSULTAN

E-50

PERENCANAAN TEKNIK/DED LONGSORAN TERSEBAR

PROVINSI GORONTALO

TAHUN ANGGARAN 2014

- Menutup rekahan

Penutupan rekahan dapat memperbaiki kondisi pengaliran air permukaan

pada lereng. Rekahan dapat ditutup dengan tanah lempung, aspal atau

semen yang disesuaikan dengan jenis tanahnya. Penutupan rekahan akan

mencegah masuknya air permukaan, sehingga tidak akan menimbulkan

naiknya tekanan hidrostatik atau lembeknya massa tanah yang

bergerak.

- Perbaikan permukaan lereng

Perbaikan permukaan lereng dapat dilakukan dengan merapatkan

permukaannya (adanya tonjolan, cekungan) sehingga dapat

mempercepat aliran limpasan dan memperkecil rembesan air.

Metode pengendalian air permukaan dapat digunakan baik secara

terpisah maupun bersamaan. Metode ini dapat pula dikombinasikan

dengan metode penanggulangan lainnya.

Gambar E.14Macam-macam Penanganan Longsoran dengancara Mengendalikan Air

Permukaan

Page 51: Metodologi

U s u l a n T e k n i s

PT BERMUDA KONSULTAN

E-51

PERENCANAAN TEKNIK/DED LONGSORAN TERSEBAR

PROVINSI GORONTALO

TAHUN ANGGARAN 2014

Mengendalikan air rembesan (drainase bawah permukaan)

Usaha mengeringkan atau menurunkan muka air tanah dalam lereng dengan

mengendalikan air rembesan biasanya cukup sulit dan memerlukan

penyelidikan yang cermat.

Metode pengendalian air rembesan yang dapat digunakan adalah sumur

dalam, penyalir tegak, penyalir mendatar, pelantar, sumur pelega, penyalir

parit pencegat, penyalir liput dan elektro osmosis.

- Sumur dalam

Sumur dalam telah banyak digunakan untuk menanggulangi longsoran

yang bidang longsornya dalam. Cara ini dinilai mahal karena harus

dilakukan pemompaan terus menerus. Pada sumur ini biasanya dipasang

indikator muka air tanah sehingga dapat diketahui kapan pemompaan

mulai dilakukan. Cara ini efektif untuk daerah longsoran yang

mempunyai material sifat penyimpan air.

- Penyalir tegak (saluran tegak)

Metode ini dilakukan dengan mengalirkan air tanah sementara ke lapisan

lulus air di bawahnya, sehingga dapat menurunkan tekanan hidrostatik.

Efektifitas metode ini tergantung dari kondisi air tanah dan

perlapisannya.

- Penyalir mendatar/saluran mendatar

Penyalir mendatar dibuat untuk mengalirkan air atau menurunkan muka

air tanah pada daerah longsoran. Metode ini dapat digunakan pada

longsoran besar yang bidang longsornya dalam dengan membuat lubang

setengah mendatar hingga mencapai sumber airnya. Air dialirkan

melalui pipa dengan diameter 5 cm atau lebih yang berlubang pada

dindingnya.

Penempatan pipa penyalir tergantung dari jenis material yang akan

diturunkan muka air tanahnya. Untuk material yang berbutir halus jarak

masing – masing pipa antara 3-8 meter, sedangkan untuk material

berbutir kasar dengan jarak antara 8-15 meter. Efektifitas cara ini

Page 52: Metodologi

U s u l a n T e k n i s

PT BERMUDA KONSULTAN

E-52

PERENCANAAN TEKNIK/DED LONGSORAN TERSEBAR

PROVINSI GORONTALO

TAHUN ANGGARAN 2014

tergantung dari permeabilitas tanah yang akan menentukan banyaknya

air yang dapat dialirkan keluar.

Gambar E.15Contoh Drainase Bawah Permukaan

- Pelantar

Pelantar sangat efektif untuk menurunkan muka air di daerah longsoran

yang besar, tetapi pemasangannya sulit dan mahal. Cara ini lebih banyak

dilakukan pada lapisan batu, karena umumnya memerlukan penyangga

yang relatif sedikit daripada bila dilakukan pada tanah. Agar dapat

berfungsi secara efektif, pelantar ini digali di bawah bidang longsor.

Kemudian dari atas dibuat lubang yang berhubungan dengan pelantar

untuk mempercepat aliran air dalam material yang longsor.

- Sumur pelega

Pada umumnya sumur pelega efektif untuk menanggulangi longsoran

berukuran kecil yang disebabkan oleh rembesan. Sumur tersebut dibuat

dengan menggali bagian kaki longsoran, dan galian ini harus segera diisi

dengan batu. Hal ini untuk menjaga agar tidak kehilangan gaya penahan

yang dapat mengakibatkan terjadinya longsoran lebih besar.

- Penyalir parit pencegat (saluran pemotong)

Penyalir parit pencegat dibuat untuk memotong aliran air tanah yang

masuk ke daerah longsoaran. Parit ini digali di bagian atas mahkota

sampai ke lapisan kedap air., sehingga air tanah terpotong oleh parit

Page 53: Metodologi

U s u l a n T e k n i s

PT BERMUDA KONSULTAN

E-53

PERENCANAAN TEKNIK/DED LONGSORAN TERSEBAR

PROVINSI GORONTALO

TAHUN ANGGARAN 2014

tersebut. Pada dasar galian dipasang pipa dengan dinding berlubang

untuk mengalirkan air tanah. Pipa ini kemudian ditimbun dengan material

yang dapat berfungsi sebagai penyalir filter. Cara ini dapat digunakan

bila kedalaman lapisan kedap tidak lebih 3-5 meter. Efektifitas cara ini

tergantung dari kondisi air tanah dan perlapiannya.

- Penyalir liput

Penyalir liput dipasang di antara lereng alam dan timbunan yang

sebaiknya dilakukan pengupasan pada lereng alam sampai mencapai

tanah keras. Sebelum penyalir liput dipasang, material berbutir dari

penyalir ini dihamparkan menutupi seluruh lereng alam yang akan

ditimbun. Air yang mengalir melalui penyalir liput ini ditampung pada

penyalir terbuka yang digali di bawah kaki timbunan.

- Elekto osmosis

Elektro osmosis merupakan salah satu cara penanggulangan longsoran

khususnya untuk lanau dan lempung lanauan. Cara ini relatif mahal dan

jarang digunakan, karena tidak dapat menyelesaikan masalah secara

tuntas jika proses elektro osmosis tidak berjalan dengan baik.

Metode ini dilakukan dengan menempatkan dua elektroda sampai

kedalamam lapisan jenuh air yang akan dikeringkan, untuk kemudian

dialiri arus listrik searah. Arus listrik terimbas menyebabkan air pori

mengalir dari anoda ke katoda. Elektroda diatur agar tekanan air

menjauhi lereng yang berfungsi mengurangi kadar air dan tekanan air

pori sehingga meningkatkan kemantapan lereng.

- Macam – macam cara penanggulangan untuk pengendalian air rembesan

dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Page 54: Metodologi

U s u l a n T e k n i s

PT BERMUDA KONSULTAN

E-54

PERENCANAAN TEKNIK/DED LONGSORAN TERSEBAR

PROVINSI GORONTALO

TAHUN ANGGARAN 2014

Gambar E.16Cara Pengendalian Air Rembesan

Penambatan

Penambatan atau penempatan struktur perkuatan adalah tindakan yang

merupakan cara penanggulangan bersifat mengikat atau menahan massa

tanah dan batuan yang bergerak.

- Penambatan Tanah

Penambatan untuk menanggulangi longsoran tanah dapat dilakukan

dengan menggunakan bangunan penambat antara lain bronjong, tembok

penahan, sumuran, tiang, teknik penguatan tanah dan dinding penopang

isian batu. Berikut akan dijelaskan satu per satu.

Page 55: Metodologi

U s u l a n T e k n i s

PT BERMUDA KONSULTAN

E-55

PERENCANAAN TEKNIK/DED LONGSORAN TERSEBAR

PROVINSI GORONTALO

TAHUN ANGGARAN 2014

Bronjong

Bronjong merupakan bangunan penambat tanah dengan struktur

bangunan berupa anyaman kawat yang diisi batu belah. Struktur

bangunan berbentuk persegi dan disusun secara bertangga yang

umumnya berukuran 2x1x0,5 m.

Bangunan bronjong adalah struktur yang tidak kaku sehingga dapat

menahan gerakan baik vertikal maupun horizontal dan bila runtuh

masih bisa dimanfaatkan lagi. Di samping itu bronjong mempunyai

sifat lulus air, sehingga tidak akan menyebabkan terbendungnya air

permukaaan.

Bronjong umumnya dipasang pada kaki lereng yang disamping pada

kaki lereng yang diasamping sebagai penahan longsoran, juga

berfungsi untuk mencegah penggerusan. Keberhasilan penggunaan

bronjong sangat tergantung dari kemampuan bangunan ini untuk

menahan geseran pada tanah di bawah alasnya. Oleh karena itu

bronjong harus diletakan pada lapisan yang mantap di bawah bidang

longsoran.

Bronjong akan efektif untuk longsoran yang relatif dangkal tetapi

tidak efektif untuk longsoran berantai. Bronjong banyak digunakan

karena material yang digunakan tidak sulit diperoleh,

pelaksanaannya mudah dan biayanya relatif murah.

Tembok penahan

Tembok penahan merupakan bangunan penambat tanah dari

pasangan batu, beton atau beton bertulang. Tipe tembok penahan

terdiri dari dinding gaya berat, semi gaya berat dan dinding

pertebalan.

Sama halnya dengan bronjong, keberhasilan tembok penahan

tergantung dari kemampuan menahan geseran, tetapi perlu pula

ditinjau stabilitas terhadap guling. Selain digunakan untuk menahan

Page 56: Metodologi

U s u l a n T e k n i s

PT BERMUDA KONSULTAN

E-56

PERENCANAAN TEKNIK/DED LONGSORAN TERSEBAR

PROVINSI GORONTALO

TAHUN ANGGARAN 2014

pergerakan tanah, tembok penahan juga digunakan juga untuk

melindungi bangunan dari keruntuhan.

Tembok penahan harus diberi fasilitas drainase seperti lubang

penetes dan pipa salir yang diberi bahan filter supaya tidak

tersumbat, sehingga tidak menimbulkan tekanan hidrostatis yang

besar.

Gambar E.17Penambatan Tanah dengan Tembok Penahan

Sumuran

Sumuran (dengan diameter 0,5-2 m) dapat digunakan untuk

menahan gerakan tanah dengan tipe longsoran yang relatif tidak

aktif, sumuran ini terdiri dari cincin-cincin beton pracetak dan

dimasukkan pada sumuran yang digali sampai mencapai kedalaman di

bawah bidang longsornya. Cincin ini kemudian diisi dengan beton

tumbuk, beton cyclop atau material berbutir tergantung dari kuat

geser yang dikehendaki.

Pelaksanaan cara penanggulangan ini sebaiknya dilakukan dalam

musim kemarau pada waktu tidak terjadi gerakan. Cara ini cocok

untuk longsoran dalam, karena dapat dibuat sampai kedalaman 15

meter.

Gambar E.18 Penambatan Tanah dengan Sumuran

Page 57: Metodologi

U s u l a n T e k n i s

PT BERMUDA KONSULTAN

E-57

PERENCANAAN TEKNIK/DED LONGSORAN TERSEBAR

PROVINSI GORONTALO

TAHUN ANGGARAN 2014

Tiang

Tiang dapat digunakan baik untuk pencegahan maupun

penanggulangan longsoran. Cara ini cocok untuk longsoran yang tidak

terlalu dalam, tetapi penggunaan tiang ini terbatas oleh kemampuan

tiang untuk menembus lapisan keras atau material yang mengandung

bongkah – bongkah. Cara ini tidak cocok untuk gerakan tipe aliran,

karena sifat tanahnya sangat lembek yang dapat lolos melalui sela

tiang. Penanggulangan longsoran dapat menggunakan tiang pancang,

tiang bor, turap baja.

Untuk lapisan keras disarankan menggunakan tiang baja terbuka

pada ujungnya atau tiang bor, walaupun demikian tiang bor

mempunyai keterbatasan yang hanya dapat diterapkan pada

longsoran yang relatif diam. Tiang pipa baja dapat pula diisi beton

atau komposit beton dengan baja profil untuk memperbesar

modulus perlawanannya. Tiang pancang tidak disarankan untuk jenis

tanah yang sensitif, karena dapat menimbulkan pencairan massa

tanah sebagai akibat getaran pada saat pemancangan.

Bidang gelincir

Tiang

Gambar 3.5.b Contoh Penanggulangan longsoran dengan tiang

Gambar E.19 Penanggulangan Longsoran dengan Tiang

Teknik penguatan tanah

Tanah bertulang mempunyai fungsi untuk menambah tahanan geser

yang prinsipnya hampir serupa dengan dinding penopang isian batu

atau bronjong. Konstruksi ini terdiri dari timbunan tanah berbutir

yang diberi tulangan berupa pelat – pelat yang berbentuk strip dan

panel untuk menahan material berbutir. Bangunan ini umumnya

Page 58: Metodologi

U s u l a n T e k n i s

PT BERMUDA KONSULTAN

E-58

PERENCANAAN TEKNIK/DED LONGSORAN TERSEBAR

PROVINSI GORONTALO

TAHUN ANGGARAN 2014

ditempatkan di ujung kaki lereng dan dipasang pada dasar yang kuat

di bawah bidang longsoran.

Dinding penopang isian batu

Cara penanggulangan dengan dinding penopang isian batu dilakukan

dengan penimbunan pada bagian kaki longsoran dengan material

berbutir kasar yang dipadatkan dan berfungsi menambah tahananan

geser. Penanggulangan ini dapat digunakan untuk longsoran rotasi

dan translasi.

Dalam pemilihan metode ini harus memperhatikan hal – hal sebagai

berikut :

Tidak mengganggu kemantapan lereng di bawahnya

Alas isian batu diletakkan di bawah bidang longsoran sedalam 1,5

– 3,0 meter.

- Penambatan batuan

Sebagian besar lereng batuan setelah mengalami ekskavasi materialnya,

memerlukan beberapa bentuk perbaikan untuk memastikan stabilitas

selanjutnya. Gambar E.20 memberikan rentang penerapan atau variasi

dari perhitungan stabilitas, dan Gambar E.20memperlihatkan situasi

tipikal, dimana metode-metode di bawah ini dapat digunakan.

Pembersihan

Segera sesudah proses ekskavasi (bulk excavation), blok-blok

batuan atau boulder harus dipindahkan dari permukaan lereng

batuan yang terekspos. Blok-blok yang berpotensi untuk menjadi

tidak stabil diangkat dan dipindahkan secara hati-hati, tidak dengan

cara peledakan untuk mencegah lebih banyaknya batuan yang

terlepas dari permukaan.

Buttresses

Buttresses dibangun untuk menahan massa batuan yang tidak stabil,

terbuat dari beton atau struktur gravitasi pasangan batu, yang

dapat diperkuat lagi dengan angker untuk meningkatkan stabilitas.

Page 59: Metodologi

U s u l a n T e k n i s

PT BERMUDA KONSULTAN

E-59

PERENCANAAN TEKNIK/DED LONGSORAN TERSEBAR

PROVINSI GORONTALO

TAHUN ANGGARAN 2014

Drainase harus disediakan di belakang struktur buttresses

tersebut untuk mencegah terjadi tekanan air yang terbentuk pada

celah-celah batuan yang tertutup.

Dentisi

Ikatan material yang lembut yang terekspos pada permukaan

batuan harus diangkat dari permukaan tersebut. Kemudian bagian-

bagian tersebut diisi dengan material filter yang sesuai, dilindungi

oleh pasangan batu atau beton dengan perkuatan untuk mencegah

erosi dari material lembut tersebut. Pada batuan umumnya, material

yang lembut seperti ini hanya akan terjadi bila pelapukan terjadi di

sepanjang kekar, patahan atau pada saluran yang terbentuk pada

batuan. Pelapukan yang menembus hingga ke dalam mengindikasikan

adanya aliran air.

Dengan demikian, weepholes harus tersedia di bagian depan

struktur penahan untuk memastikan bagian yang lembut tersebut

teralirkan hingga tekanan air tinggi tidak terbentuk. Rongga-

rongga, batuan yang menggantung dan kekar yang terbuka dapat di

atas dengan cara yang sama seperti yang berhadapan dengan batuan

dengan beton atau pasangan batu dapat dipakukan ke dalam batuan

yang lebih kuat dan keras, dimana jalinan lembut terjadi.

Page 60: Metodologi

U s u l a n T e k n i s

PT BERMUDA KONSULTAN

E-60

PERENCANAAN TEKNIK/DED LONGSORAN TERSEBAR

PROVINSI GORONTALO

TAHUN ANGGARAN 2014

Gambar E.20Berbagai Macam Metode yang dapat digunakan untuk Menstabilkan Lereng Batuan

Penyemprotan beton

Penyemprotan beton dapat digunakan untuk menyediakan

perlindungan pada permukaan untuk zona yang terdiri dari retakan

batuan yang lemah hingga berintensitas tinggi. Pada lokasi dimana

beton yang diperlukan direntangkan di antara baut batuan atau

struktur penunjang lainnya, lebih baik lagi jika diperkuat dengan

baja fabrikasi yang diletakkan pada permukaan batuan dengan

bantuan pasak baja dan baut (bolt) sebelum penyemprotan

dilakukan. Sediakan weepholes yang mencukupi ditempat-tempat

yang diperlukan untuk mencegah terbentuknya tekanan air di

belakang dari permukaan.

Page 61: Metodologi

U s u l a n T e k n i s

PT BERMUDA KONSULTAN

E-61

PERENCANAAN TEKNIK/DED LONGSORAN TERSEBAR

PROVINSI GORONTALO

TAHUN ANGGARAN 2014

Beton semprot

batuan yangbersifat meluruh

(a) (b)

batuan lapuk

Gambar E.21Beton Semprot

Pasak baja (dowel)

Pasak-pasak yang terbuat dari baja, biasanya dengan diameter 25

mm hingga 32 mm, dengan panjang 1 meter hingga 3 meter, dengan

pola ulir di sepanjang permukaannya yang kemudian dibor ke dalam

batuan. Pasak baja digunakan untuk memperkuat lereng batuan yang

memiliki kekar yang berdekatan dan sebagai perkuatan dari angker,

beton atau pasangan batu dan blok-blok kecil batuan. jangkar kabel

Gambar E.22Pasak Baja

Prinsip desain pasak baja, tekanan akan berpengaruh pada pasak

ketika terjadi pergerakan di sepanjang diskontinuitas yang akan

distabilkan. Pada batuan yang keras, perluasan terjadi sebagai

perpindahan di sepanjang diskontinuitas. Persiapkan suatu panjang

pengikatan yang mencukupi pada masing-masing sisi diskontinuitas,

Page 62: Metodologi

U s u l a n T e k n i s

PT BERMUDA KONSULTAN

E-62

PERENCANAAN TEKNIK/DED LONGSORAN TERSEBAR

PROVINSI GORONTALO

TAHUN ANGGARAN 2014

terhadap tarik dan geser yang terjadi yang akan mempengaruhi

pasak.

Besaran dari gaya-gaya ini tergantung dari kekasaran pada bidang

diskontinuitas, orientasi dari pasak terhadap diskontinuitas dan

momen relatif, diperlukan untuk membentuk kekuatan geser puncak

dan perluasan puncak. Simplifikasi metode desain pasak baja

diberikan oleh Sage (1977) dan Bjurstrom (1974).

Untuk pasak baja dengan tingkat kelelehan sedang dan tinggi,

tegangan maksimum harus dibatasi hingga 50% dari kekuatan

regang batas yang digaransikan. Kelebihan ketebalan hingga 2 mm

diijinkan untuk mengantisipasi efek korosi, penambahan grouting

hingga 6 mm harus tersedia di sekeliling batang baja tersebut.

Tidak diharuskan untuk menggunakan baja prestress untuk pasak

kecuali bila telah tersedia perlindungan ganda terhadap korosi.

Baut batuan (rock bolt)

Baut batuan sangat cocok untuk menstabilkan area tertentu tapi

tidak digunakan sebagai sistem penahan utama. Secara umum

terdiri dari batangan baja berkekuatan tarik yang terdiri dari zona

pengangkeran yang pendek ke dalam batuan yang aman dan zona

yang tidak terikat dimana gaya tarik akan terbentuk yang

diaplikasikan pada suatu sistem seperti dongkrak.

Beban yang terbentuk diterapkan pada bagian muka oleh pendukung

pelat baja menuju permukaan batuan, walaupun untuk batuan yang

lemah atau batuan yang memiliki banyak celah yang sangat parah

maka diperlukan juga tambahan dudukan beton. Baut batuan secara

tipikal berukuran diameter 25 mm hingga 40 mm dan panjang 3

meter hingga 6 meter serta memiliki kemampuan menahan tarik

hingga beban 100 kN.

Page 63: Metodologi

U s u l a n T e k n i s

PT BERMUDA KONSULTAN

E-63

PERENCANAAN TEKNIK/DED LONGSORAN TERSEBAR

PROVINSI GORONTALO

TAHUN ANGGARAN 2014

Tumpuan beton

Gambar tumpuan beton

Baut batuan

Gambar Baut Batuan

Gambar E.23Aplikasi Baut Batuan

Baut batuan menyediakan daya dukung positif terhadap bidang

kontinuitas yang akan distabilisasi dengan cara meningkatkan

tegangan normal dan juga dengan memobilisasi kekuatan geser.

Baut diangkerkan ke dalam batuan yang kuat, dengan suatu

pengikatan atau dengan menggunakan peralatan mekanis seperti

„torque-set bolt‟. Panjang pengikatan harus didesain dengan nilai

faktor keamanan terhadap tarik (pullout) sebesar 2. Pengangkeran

secara mekanis, biasa digunakan untuk baut permanen, harus di

grouting setelah instalasi awal untuk menyediakan panjang

pengikatan yang sesuai. Tekanan hingga 50% dari daya regang

batas yang digaransikan,boleh digunakan, dan baut harus tahan

terhadap pembebanan hingga 1,5 kali beban kerja, untuk

memperlihatkan perfomance yang mencukupi pada saat memasang

baut.

Jika baja prestressed digunakan sebagai baut batuan, maka baja

tersebut harus dilengkapi perlindungan ganda terhadap efek korosi.

Perlindungan korosi tunggal dipertimbangkan akan mencukupi untuk

dengan tingkat kelelehan tinggi (high yield) atau tingkat kelelehan

sedang, tambahkan ketebalan sekitar 2 mm terhadap diameternya

untuk mengaktisipasi efek korosi. Untuk baut permanen,

perlindungan korosi tunggal pada panjang yang bebas harus terdiri

Page 64: Metodologi

U s u l a n T e k n i s

PT BERMUDA KONSULTAN

E-64

PERENCANAAN TEKNIK/DED LONGSORAN TERSEBAR

PROVINSI GORONTALO

TAHUN ANGGARAN 2014

dari grout dengan semacam pembungkus berpelumas atau metode

perlindungan lain yang sesuai.

Perlindungan terhadap korosi pada bagian kepala baut harus

dipertimbangkan dengan hati-hati dan kualitas dari pelindung yang

tersedia harus tetap konsisten dengan bagian lainnya dari baut

tersebut. Perhatian khusus harus diterapkan pada detail sistem

perlindungan korosi dan lakukan supervisi di lokasi pekerjaan untuk

memastikan bahwa resiko timbul akibat korosi telah diminimalkan.

Jika metode grouting yang digunakan, sediakan penutup tambahan

sekitar minimal 6 mm pada baut tersebut.

Pada lokasi dimana terjadi diskontinuitas secara terus menerus,

semacam pengikat mungkin dibutuhkan diantara tiap baut batuan

untuk mencegah keruntuhan. Pengikat ini dapat berupa saluran-

saluran struktural dengan menempatkan lubang yang dipotong untuk

mengakomodasi variasi dari jarak antara setiap baut atau alternatif

lain bisa berupa balok beton yang dicor di tempat.

Beban yang diperlukan dalam baut batuan untuk mencegah

longsornya blok pada bidang yang cenderung mendaki dapat dihitung

berdasarkan referensi dari Appendiks 3 dari Hoek & Bray (1981).

Kekuatan geser yang digunakan dalam perhitungan beban dari baut

harus sesuai dengan joint yang akan distabilkan.

Kontrol terhadap boulder dan reruntuhan bebatuan

Ketika boulder yang tidak stabil teridentifikasi, yang menjadi

ancaman terhadap pembangunan dilakukan pada bagian bawah

lereng, ada beberapa perbaikan yang dilakukan untuk memperbaiki

stabilitas sebagai berikut :

Pindahkan boulder

Sebelum pembangunan dilaksanakan pada dasar dari lereng yang

memiliki banyak boulder, boulder yang tidak stabil harus

Page 65: Metodologi

U s u l a n T e k n i s

PT BERMUDA KONSULTAN

E-65

PERENCANAAN TEKNIK/DED LONGSORAN TERSEBAR

PROVINSI GORONTALO

TAHUN ANGGARAN 2014

dipindahkan atau jika terlalu besar, boulder dipecahkan dengan

cara diledakkan atau cara mekanis lain yang menyertainya.

Pecahkan boulder dan relokasikan ke tempat lain

Jika memindahkan boulder ke tempat lain menjadi tidak

ekonomis, pecahkan boulder menjadi ukuran yang lebih kecil di

tempat, dan sebarkan di sekitar lereng, hal ini bisa menjadi

pemecahan dari masalah ini.

Stabilisasi boulder insitu

Berbagai macam teknik tersedia termasuk metode „concrete

underpinning‟, penyuntikan grouting, pasak baja dan baut

batuan, pengikatan balik dengan kombinasi penggunaan jaring

baja dan penyemprotan beton atau dengan semacam kabel baja,

dan perlindungan permukaan yang dikombinasikan dengan sistem

drainase untuk mencegah erosi pada tanah penahan di sekitar

boulder.

Akan menjadi tidak praktis secara ekonomis untuk

menghilangkan semua batuan dan boulder yang jatuh dari lereng

galian atau lereng alami yang curam. Pada situasi seperti ini,

perhatian harus lebih seksama untuk menurunkan bahaya dari

keruntuhan yang muncul terhadap jiwa manusia dan properti di

sekitar lereng. Gambar E.24 memperlihatkan metode untuk

mengontrol runtuhan batuan yang disarankan oleh Fookes &

Sweeney (1976).

Page 66: Metodologi

U s u l a n T e k n i s

PT BERMUDA KONSULTAN

E-66

PERENCANAAN TEKNIK/DED LONGSORAN TERSEBAR

PROVINSI GORONTALO

TAHUN ANGGARAN 2014

Gambar E.24Tindakan yang dapat dilakukan Sebagai Kontrol Terhadap Batuan yang Runtuh

Relokasi

Cara ini dilakukan dengan memindahkan bangunan misalnya jalan,

saluran air dan pemukiman ke tempat yang lebih aman.

Penanggulangan dengan cara ini baru digunakan bila cara–cara lain

tidak memungkinkan lagi. Penanganan cara ini hanya boleh digunakan

bila dapat merupakan penangulangan permanen. Relokasi ini dapat

dilakukan ke arah mendatar atau tegak (lihatGambar E.25).

Penanggulangan ini harus memperhatikan hal – hal berikut :

Lokasi yang disarankan tidak akan menimbulkan problema baru

dari sudut ketinggian, drainase dan sebagainya.

Lokasi di atas atau di bawah lokasi yang direncanakan cukup

mantap, atau tidak akan menimbulkan masalah ketidakmantapan

baru.

Jaring-jaring kawat yang tergantung

bebas ditahan pada bagian atasnya

Bench yang

berfungsi

sebagai

pengumpul

reruntuhan

batuan

Jaring-jaring kawat yang

tergantung atau rantai untuk

menahan blok batuan dari atas

Penahan berupa

angker pada batuan

atau berupa dearen

Blok-blok batu lepas yang akan

dilepaskan dari permukaan tanpa

dipasang jaring.

Saluran penangkap batuan Pagar atau semacam

dinding penahan

Tanda/rambu

peringatan

Pindahkan struktur

bangunan pada

suatu jarak yang

aman

Alas yang merupakan

lapisan kerikil

Page 67: Metodologi

U s u l a n T e k n i s

PT BERMUDA KONSULTAN

E-67

PERENCANAAN TEKNIK/DED LONGSORAN TERSEBAR

PROVINSI GORONTALO

TAHUN ANGGARAN 2014

Bila cara penanggulangan lainnya sudah tidak mungkin secara

teknik atau terlalu mahal dan tidak dijamin keberhasilannya.

Tergantung kondisi lapangan.

Alternatif A

Longsorjalan yang ada

Alternatif B

a. Relokasi arah mendatarA

B

b. Relokasi arah tegak

Batuan

dasar

Gambar E.25 Contoh Relokasi Jalan

E.2 JENIS KELUARAN

Jenis Keluaran yang dihasilkan dari pelaksanaan pekerjaan ini, adalah :

a. Dokumen lelang berdasarkan pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No. 43/PRT/M/2007 tanggal 27 Desember 2007, Buku 1 tentang : Standar

Dokumen Pelelangan Nasional Pekerjaan Jasa Pelaksanaan Konstruksi

(Pemborongan) untuk Kontrak Harga Satuan.

Susunan dan isi dokumen tersebut diatur sebagai berikut :

BAB I Instruksi Kepada Peserta Lelang

BAB II Data Lelang

BAB III Bentuk Surat Penawaran, Lampiran, Surat Penunjukan, Surat

perjanjian

BAB IV Syarat-Syarat Umum Kontrak

BAB V Syarat-Syarat Khusus Kontrak

BAB VI Spesifikasi Teknis

BAB VII Gambar - Gambar

BAB VIII Daftar Kuantitas

BAB IX Bentuk-Bentuk Jaminan

Page 68: Metodologi

U s u l a n T e k n i s

PT BERMUDA KONSULTAN

E-68

PERENCANAAN TEKNIK/DED LONGSORAN TERSEBAR

PROVINSI GORONTALO

TAHUN ANGGARAN 2014

Kecuali BAB VII (Gambar-Gambar), dokumen lelang tersebut dibuat 5(lima)

set yang terdiri dari 1 (satu) set Asli, dan 4 (empat) setcopy/salinan.

Ukuran kertas A4.

b. Gambar rencana atau gambar-gambar (BAB VII) yang merupakan bagiandari

dokumen lelang tersebut di atas, berisi antara lain :

- Sampul Luar dan Sampul Dalam

- Daftar Isi

- Peta Lokasi Longsoran

- Peta Lokasi Sumber Bahan/Material (Quarry)

- Daftar Simbol dan Singkatan

- Daftar Bangunan Pelengkap (bila ada)

- Daftar Kuantitas Item Pekerjaan

- Lembar Peta Topografi detail disekitar daerah longsoran, skalayang

memadai

- Gambar Rencana Penanggulangan Longsoran, mencakup bentuk

struktur, dimensi struktur, detail struktur yang dilengkapi dengan bor

log/grafik hasil bor mesin dan geolistrik (data stratigrafi, bidang gelincir

dll yang dianggap penting)

- Gambar penampang melintang jalan setiap 20 meter & memanjangjalan

didaerah longsoran dan sekitarnya yang dianggap penting.

Gambar rencana tersebut dibuat 5(lima) set yang terdiri dari 1(satu) set

Asli, dan 4 (empat) setcopy/salinan. Ukuran kertas A3.

c. Foto-foto dokumentasi

E.3 PELAPORAN

Jenis laporan yang harus diserahkan kepada Pejabat Pembuat Komitmen:

a. Laporan Pendahuluan, berisi :

- Rencana kerja penyedia jasa secara menyeluruh;

- Mobilisasi tenaga ahli dan tenaga pendukung lainnya;

- Jadwal kegiatan penyedia jasa.

Page 69: Metodologi

U s u l a n T e k n i s

PT BERMUDA KONSULTAN

E-69

PERENCANAAN TEKNIK/DED LONGSORAN TERSEBAR

PROVINSI GORONTALO

TAHUN ANGGARAN 2014

- Data-data hasil investigasi secara visual dari kegiatan survai

pendahuluan, antara lain berupa :

Sketsa dan detail lokasi

Karakteristik umum geologi teknik

Karakteristik umum tanah

Rencana penyelidikan terinci (jenis, lokasi, jumlah sample

daninstrumentasi)

Informasi badan jalan yang berpotensi longsor (penyebab,

arah,kedalaman, intensitas keaktifan)

Prakiraan penanganan badan jalan/lereng disekitarnya, dan lain-lain

yang dianggap perlu.

- Foto dokumentasi

Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak SPMK

diterbitkan, sebanyak 5 (lima) buku laporan.

b. Laporan Bulanan, berisi :

- Semua kegiatan yang telah dilaksanakan oleh penyedia jasa sesuaikontrak

pada/selama periode bulan yang bersangkutan;

- Ringkasan kemajuan (progress) pekerjaan yang dilaksanakan setiap bulan,

dan total kumulatif kemajuannya dibandingkan denganrencana;

- Bila terjadi keterlambatan harus dikemukakan kendala

ataupenyebabnya dilengkapi dengan tindakan yang telah/akan dilakukan

untuk mengatasi keadaan/kendala tersebut; dan

- Rencana kerja bulan berikutnya.

Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya pada setiap tanggal 5 pada

bulan berikutnya, dibuat sebanyak 3 (tiga) buku laporan.

c. Konsep Laporan Akhir, berisi :

Laporan-laporan seluruh kegiatan yang telah dilakukan selama

pelaksanaan pekerjaan, baik yang sudah mendapat persetujuan maupun

yang masih bersifat laporan sementara/konsep yang belum pernah

Page 70: Metodologi

U s u l a n T e k n i s

PT BERMUDA KONSULTAN

E-70

PERENCANAAN TEKNIK/DED LONGSORAN TERSEBAR

PROVINSI GORONTALO

TAHUN ANGGARAN 2014

dilaporkan sebelumnya/belum dipresentasikan, dibuat sebanyak 5 (lima)

set laporan

Laporan-laporan dimaksud, antara lain berisi:

- Laporan Hasil Perencanaan Teknis

- Laporan Survai Topografi

- Laporan Penyelidikan Tanah dan Hasil Pengujian Laboratoriumnya

- Laporan Survai Hidrologi, Hidrogeologi dan Hasil Analisanya

- Laporan Hasil Penyaringan Lingkungan

- Laporan Perhitungan Kuantitas dan Perkiraan Biaya (Engineer’s Estimated)

- Gambar-Gambar Rencana

d. Laporan Akhir, berisi :

- Ringkasan laporan (Summary report) yang merangkum semua

kegiatan, mulai dari survai pendahuluan sampai selesainya

pekerjaan dilaksanakan.

- Laporan-laporan hasil koreksi/penyempurnaan dari konsep Laporan Akhir

tersebut di atas.

Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya 4 (empat) bulan sejak

SPMK diterbitkan sebanyak 5 (lima) buku laporan, dan soft copy kedalam

Compact Disk (CD) yang berisi seluruh laporan termasuk gambar-gambar

rencana, summary report dan foto-foto dokumentasi sebanyak 5 (lima)

buah.

E.4 ORGANISASI PELAKSANAAN PEKERJAAN

Untuk dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik, efektif dan efisien, diperlukan

organisasi pelaksana pekerjaan yang kuat, kompak dan teratur. Dengan demikian

semua aktivitas dan alur pekerjaan dapat terkoordinir secara baik dan lancar.

Struktur organisasi dibuat sedemikian rupa sehingga alur perintah dan alur

koordinasi kerja antar komponen dapat mengalir dengan lancar, tidak saling

menghambat dan menghalangi satu sama lain.

Page 71: Metodologi

U s u l a n T e k n i s

PT BERMUDA KONSULTAN

E-71

PERENCANAAN TEKNIK/DED LONGSORAN TERSEBAR

PROVINSI GORONTALO

TAHUN ANGGARAN 2014

Konsultan akan menyiapkan suatu tim yang terpadu yang terdiri dari para ahli

profesional dalam bidangnya. Susunan organisasi proyek yang secara lengkap

dapat dilihat pada Struktur Organisasi Personil Konsultan.

Page 72: Metodologi

U s u l a n T e k n i s

PT BERMUDA KONSULTAN

E-72

PERENCANAAN TEKNIK/DED LONGSORAN TERSEBAR

PROVINSI GORONTALO

TAHUN ANGGARAN 2014

Gambar E.26 Struktur Organisasi Pelaksanaan Pekerjaan PT. Bermuda Konsultan

Page 73: Metodologi

U s u l a n T e k n i s

PT BERMUDA KONSULTAN

E-73

PERENCANAAN TEKNIK/DED LONGSORAN TERSEBAR

PROVINSI GORONTALO

TAHUN ANGGARAN 2014

Konsultan akan membuat uraian mengenai tugas dan tanggung jawab dari masing-

masing tenaga ahli, serta menyiapkan jadwal penugasan tim Konsultan. Hal ini

dimaksudkan agar tenaga ahli yang terlibat dapat memahami tugas dan tanggung

jawabnya, serta tidak terjadi tumpang tindih penugasan. Uraian tugas dan lingkup

dari masing-masing tenaga ahli yang akan dilibatkan pada pekerjaan akan

diuraikan pada bagian berikut.

a. Ketua Tim

Mempunyai Sertifikat Keahlian (SKA) dibidang

PerencanaanJalan/Jembatan/Transportasi yang dikeluarkan oleh Asosiasi

Profesi dan telah diregistrasi oleh LPJK. Ketua Tim disyaratkan minimal

seorang Sarjana Teknik Strata satu (S1) Jurusan Sipil lulusan

universitas/perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah

diakreditasi atau yang telah lulus ujian Negara atau perguruan tinggi luar

negeri yang telahdiakreditasi, dan berpengalaman dalam melaksanakan

pekerjaanperencanaan teknis jalan/jembatan/ penanganan longsoran lebih

diutamakan/disukaiselama8(delapan) tahun setelah lulus. Diutamakanyang

telahmempunyai pengalaman sebagai ketua tim 2 (dua) paket pekerjaan,

diutamakan yang telah mengikuti pelatihan tenaga ahli konsultansi bidang

ke-PU-an dari LPJK. Sebagai ketua tim, tugas utamanya adalah memimpin dan

mengkoordinir seluruh kegiatan anggota tim kerja dalam pelaksanaan

pekerjaan sampai dengan pekerjaan dinyatakan selesai.

b. Ahli Teknik Jalan Raya

Mempunyai Sertifikat Keahlian (SKA) dibidang

PerencanaanJalan/Transportasi yang dikeluarkan oleh Asosiasi Profesi

dan telah diregistrasi oleh LPJK.Tenaga ahli yang disyaratkan minimal adalah

Sarjana Teknik Strata satu (S1) Jurusan Sipil lulusan

universitas/perguruan tinggi negeriatau perguruan tinggi swasta yang telah

diakreditasi atau yang telah lulus ujian negara atau perguruan tinggi luar

negeri yang telah diakreditasi

yang berpengalaman melaksanakan pekerjaan perencanaan teknis jalan

Page 74: Metodologi

U s u l a n T e k n i s

PT BERMUDA KONSULTAN

E-74

PERENCANAAN TEKNIK/DED LONGSORAN TERSEBAR

PROVINSI GORONTALO

TAHUN ANGGARAN 2014

lebih diutamakan/disukai selama 6 (enam) tahun setelah lulus, diutamakan

yang telah mengikuti pelatihan tenaga ahli konsultansi bidang ke-PU-an

dari LPJK. Tenaga ahli tersebut tugas utamanya meliputi:

- Mengkoordinir dan mengendalikan semua personil yang terlibat dalam

pengumpulan data dari jenis pekerjaan yang ditanganinya, antara lain

survei penentuan lokasi penyelidikan geoteknik yang paling tepat,bangunan

pelengkap yang diperlukan; dan lain-lainyang berhubungan dengan

pekerjaan ini sesuai KAK.

- Memeriksa dan menganalisa data lapangan serta membuat

perhitungan perencanaan geometrik jalan, perencanaan perkerasan dan

gambar-gambar yang diperlukan sesuai ketentuan;

- Menjamin bahwa perencanaan jalan untuk penanggulangan longsoran

yang dihasilkan adalah pilihan yang terbaik, ekonomis dan sesuai dengan

standar yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga.

- Membuat laporan hasil pekerjaannya secara detail dan lengkap.

c. Ahli Teknik Pengukuran (Geodesi)

Mempunyai Sertifikat Keahlian (SKA) dibidang Survei Topografi yang

dikeluarkan oleh Asosiasi Profesi dan telah diregistrasi oleh LPJK. Tenaga

ahli yang disyaratkan minimal adalah Sarjana Teknik Strata satu (S1) Jurusan

Sipil/Geodesi lulusan universitas/perguruan tinggi negeri

atau perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi atau yang telah

lulus ujian negara atau perguruan tinggi luar negeri yang telah

diakreditasi yang berpengalaman melaksanakan pekerjaan dibidangnya

lebih diutamakan/disukai selama 6 (enam) tahun setelah lulus, diutamakan

yang telah mengikuti pelatihan tenaga ahli konsultansi bidang ke-PU-an

dari LPJK. Tenaga ahli tersebut tugas utamanya meliputi:

- Mengkoordinir dan mengendalikan semua personil yang yang terlibat

dalampelaksanaan jenis pekerjaan yang ditanganinya, antara lain Survei

pengukuran topografi, dan pengolahan datanya.

Page 75: Metodologi

U s u l a n T e k n i s

PT BERMUDA KONSULTAN

E-75

PERENCANAAN TEKNIK/DED LONGSORAN TERSEBAR

PROVINSI GORONTALO

TAHUN ANGGARAN 2014

- Membuat perhitungan dan gambar-gambar hasil

pengukurantopografi, dan menjamin bahwa gambar topografi yang

dihasilkan benar-benar akurat dan siap digunakan untuk tahap

perencanaanteknis secara tepat waktu.

- Membuat laporan hasil pekerjaannya secara detail dan lengkap.

d. Ahli Geoteknik

Mempunyai Sertifikat Keahlian(SKA) dibidang Geoteknik yang

dikeluarkan oleh Asosiasi Profesi dan telah diregistrasi oleh LPJK.Tenaga ahli

yang disyaratkan minimal adalah Sarjana Teknik Strata satu (S1) Jurusan

Sipil/Geologi lulusan niversitas/perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi

swasta yang telah diakreditasi atau yang telah lulus ujian negara atau

perguruan tinggi luar negeri yang telah diakreditasi yang berpengalaman

melaksanakan pekerjaan dibidangnya lebih diutamakan/disukai selama 6

(enam) tahun setelah lulus, diutamakan yang telah mengikuti pelatihan

tenaga ahli konsultansi bidang ke-PU-an dari LPJK. Tenaga ahli tersebut

tugas utamanya meliputi:

- Merencanakan dan melaksanakan semua kegiatan yang mencakup

pelaksanaan penyelidikan tanah di lapangan dan di laboratorium,

pengolahan dan analisis data tanah, dan perhitungan-perhitungan mekanika

tanah.

- Menjamin bahwa data, analisis dan perhitungan mekanika tanah yang

dihasilkan adalah benar, akurat, siap digunakan, dapat memberikan

masukan yang rinci mengenai kondisi, sifat-sifat dan stabilitas disekitar

badan jalan/lereng jalan.

e. Ahli Hidrologi

Mempunyai Sertifikat Keahlian (SKA) dibidang Perencanaan

Jalan/Jembatan yang dikeluarkan oleh Asosiasi Profesi dan telah

diregistrasi oleh LPJK. Tenaga ahli yang disyaratkan minimal adalah Sarjana

Teknik Strata satu (S1) Jurusan Sipil/Pengairan/Hidrologi lulusan

universitas/perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah

Page 76: Metodologi

U s u l a n T e k n i s

PT BERMUDA KONSULTAN

E-76

PERENCANAAN TEKNIK/DED LONGSORAN TERSEBAR

PROVINSI GORONTALO

TAHUN ANGGARAN 2014

diakreditasi atau yang telah lulus ujian negara atau perguruan tinggi luar

negeri yang telah diakreditasi yang berpengalaman melaksanakan

pekerjaan dibidangnya lebih diutamakan/disukai selama 6 (enam) tahun

setelah lulus, diutamakan yang telah mengikuti pelatihan tenaga ahli

konsultansi bidang ke-PU-an dari LPJK. Tenaga ahli tersebut tugas utamanya

meliputi:

- Mengkoordinir dan mengendalikan semua personil yang terlibat dalam

pelaksanaan jenis pekerjaan yang ditanganinya.

- Mengadakan penelitian di lapangan mengenai aliran dibawah

permukaan tanah (hidrogeologi) dan data curah hujan yang

diperlukan sehingga menghasilkan data yang diperlukan untuk

merencanakan dimensi-dimensi drainase dan bangunan pelengkap jalan

lainnya.

- Menjamin bahwa data, analisis dan perhitungan hidrologi dan

hidrogeologi yang dihasilkan adalah benar, akurat, siap digunakan, dan

dapat memberikan masukan yang rinci mengenai curah hujan dan pola

aliran air permukaan serta di bawah permukaan tanah untuk keperluan

perencanaan teknis penanggulangan longsoran ini

- Membuat laporan hasil pekerjaannya secara detail dan lengkap.

f. Ahli Perhitungan Kuantitas & Biaya

Mempunyai Sertifikat Keahlian (SKA) dibidang Perencanaan

Jalan/Jembatan yang dikeluarkan oleh Asosiasi Profesi dan telah

diregistrasi oleh LPJK. Tenaga ahli yang disyaratkan minimal adalah Sarjana

Teknik Strata satu (S1) Jurusan Sipil lulusan universitas/perguruan tinggi

negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi atau yang telah

lulus ujian negara atau perguruan tinggi luar negeri yang telah diakreditasi

yang berpengalaman melaksanakan pekerjaan dibidangnya lebih

diutamakan/disukai selama 5 (lima) tahun setelah lulus, diutamakan yang

telah mengikuti pelatihan tenaga ahli konsultansi bidang ke-PU-an dari

LPJK. Tenaga ahli tersebut tugas utamanya meliputi:

Page 77: Metodologi

U s u l a n T e k n i s

PT BERMUDA KONSULTAN

E-77

PERENCANAAN TEKNIK/DED LONGSORAN TERSEBAR

PROVINSI GORONTALO

TAHUN ANGGARAN 2014

- Mengadakan pengumpulan informasi harga dasar upah, bahan, dan

peralatan serta data kontrak sejenis dari instansi-instansi yang

terkait dengan pekerjaan konstruksinya.

- Membuat perhitungan kuantitas semua pekerjaan yang diperlukan untuk

melaksanakan pekerjaan konstruksinya berdasarkan hasil perencanaan

ini, dan dikelompokan sesuai mata pembayaran yang tercantum pada buku

Spesifikasi yang berlaku.

- Membuat analisa harga satuan untuk setiap pekerjaan yang ada,sesuai

dengan datayangdiperolehdenganmenggunakan perangkat/pedoman

sebagaimana tercantum pada KAK ini.

- Menjamin bahwa data, hasil perhitungan kuantitas, analisa harga satuan

yang dihasilkan/dibuat, adalah benar dan akurat.

- Membuat laporan (EE) hasil pekerjaannya secara detail dan lengkap.

Untuk membantu kelancaran pekerjaan, Tenaga-Tenaga Ahli tersebut di

atas, masing-masing dibantu oleh Asisten Muda, pendidikan S1 jurusan

sebagaimana tercantum pada persyaratan tenaga ahli yang bersangkutan.

Selain tenaga-tenaga tersebut di atas, juga diperlukan tenaga-tenaga

pendukung/tenaga lainnya untuk membantu kelancaran kegiatan yang terdiri

dari : Surveior, Sekretaris, Operator Komputer, Operator CAD,Pesuruh.

E.5 KESELAMATAN dan KESEHATAN KERJA

E.5.1 Kebijakan K3 Perusahaan

Untuk melindungi keselamatan dan Kesehatan karyawan kami telah menerapkan

system manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam melaksanakan

kegiatan konstruksi. Lihat tabel Pra Rencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Kontrak (Pra-RK3K).

Page 78: Metodologi

U s u l a n T e k n i s

PT BERMUDA KONSULTAN

E-78

PERENCANAAN TEKNIK/DED LONGSORAN TERSEBAR

PROVINSI GORONTALO

TAHUN ANGGARAN 2014

E.5.2 Perencanaan K3

a. Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Resiko Bahaya

No. JENIS/TIPE

PEKERJAAN

IDENTIFIKASI JENIS

BAHAYA DAN RESIKO K3 PENGENDALIAN RESIKO K3

a b c d

1. Survei Pengukuran

Topografi

JenisBahaya :

- Tertabrak Kendaraan

- Jatuh

- Digigit Ular

Resiko :

- Luka Berat

- Meninggal

- Memasang Rambu Secukupnya

- Memakai Sepatu Boot

- Memakai APD

3. Survei Geologi dan

Geoteknik

Jenis Bahaya :

- Tertimbun Tanah

- DigigitUlar

Resiko :

- Luka Berat

- Meninggal

- Memasang Sheet pile

- Memasang Rambu Secukupnya

- Memakai APD

4. Survei Drainase /

Hidrologi

JenisBahaya :

- Hanyut

- Jatuh

Resiko :

- Luka Berat

- Meninggal

- Memasang Safety belt

- Memakai APD

b. Pemenuhan Perundang-undangan dan Persyaratan lainnya.

Daftar perundang – undangan dan Persyaratan K3 yang wajib dipunyai dan

dipenuhi dalam melaksanakan paket pekerjaan ini adalah :

1. Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

2. Undang-undang No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi

3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 09/PRT/M/2008 tentang

Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum.

4. Undang-undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja

5. Undang-undang No. 11 Tahun 1975 tentang Keselamatan Kerja Terhadap

Radiasi

6. Undang-undang No. Tahun 1982 tentang Lingkungan Hidup.

Page 79: Metodologi

U s u l a n T e k n i s

PT BERMUDA KONSULTAN

E-79

PERENCANAAN TEKNIK/DED LONGSORAN TERSEBAR

PROVINSI GORONTALO

TAHUN ANGGARAN 2014

E.5.3 Sasaran dan Program K3

a. Sasaran K3.

1. Tidak ada kecelakaan kerja yang berdampak korban jiwa ( Zero Fatal

Accident)

2. Tingkat penerapan elemen SMK3 minimal 80 %

3. Semua pekerja wajib memakai APD yang sesuai bahaya dan resiko

pekerjaannya masing-masing.

b. Program K3

1. Melaksanakan Rencana K3 dengan menyediakan sumber daya K3 (APD,

Rambu-rambu, Spanduk, Poster, pagar pengaman, dsb) secara konsisten

2. Melakukan inspeksi secara rutin terhadap kondisi dan cara kerja

berbahaya

3. Memastikan semua pekerja untuk mematuhi peraturan yang telah

ditetapkan.

c. Organisasi K3

Menyediakan Petugas K3 sesuai dengan Struktur Organisasi yang diusulkan