9

Click here to load reader

Mengenalkan Laras Slendro Dan Pelog

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ISSN : 1693 - 3261Bende Edisi 114 April 2013Hal : 31 - 38Mengenalkan Laras Slendro dan Pelog Di SekolahOleh: Suwarmin

Citation preview

  • ISSN : 1693 - 3261 Bende Edisi 114

    April 2013 Hal : 31 - 38

    Mengenalkan Laras Slendro dan Pelog Di Sekolah

    Oleh: Suwarmin

    Pendahuluan

    Realitas dalam kehidupan masyarakat utamanya anak-anak sudah tidak akrab bahkan tidak

    kenal apa itu laras Slendro dan Pelog. Meskipun istilah Slendro dan Pelog sudah menjadi

    kosa kata dalam wacana musik internasional, namun sangat jarang guru-guru music di

    Indonesia yang mengenal dan paham dengan baik. Lagu anak-anak yang ada cenderung

    menggunakan tangga nada Diatonik. Lagu-lagu anak tradisi yang disebut Tembang

    Dolanan sudah jarang diajarkan di Sekolah. Bila ada anak yang mengenal dan bisa

    melagukan Tembang Dolanan karena mendengarkan siaran radio atau diajarkan oleh orang

    tua di rumah.

    Dalam mata pelajaran atau pembelajaran musik maupun kesenian dari tingkat Sekolah Dasar

    (SD) hingga tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas sudah dikenalkan jenis tangga nada

    Diatonik dan Pentatonik. Namun tangga Pentatonik hanya dikenal istilahnya saja termasuk

    istilah Slendro dan Pelog. Sedangkan pelajaran music yang diajarkan teori music Barat. Ada

    materi Tembang Dolanan yang dimasukkan dalam pelajaran Bahasa Jawa. Kondisi semacam

    ini tentu merupakan fenomena yang tidak menarik, karena laras Slendro dan Pelog justru

    sisten tangga nada yang dimiliki oleh music tradisi Indonesia.

    Di sisi lain dari pengalaman beberapa teman guru yang mengajar tembang di Sekolah Dasar

    maupun Sekoplah Lanjutan merasa agak kesulitan, karena hampir semua anak-anak tidak

    mengenal Laras Slendro maupun Laras Pelog. Bahkan ada yang malu-malu diberi pelajaran

    Tembang dan membaca notasi Kepatihan. Berikut akan membahas bangaimana

    memperkenalkan laras Slendro dan Pelog baik untuk guru maupun siswa di Sekolah.

    Sistem Tangga Nada Musik Beberapa Bangsa

    Menurut Dr. G. Revesz, bahwasanya musik suatu bangsa ataupun kelompok masyarakat

    manapun yang bentuknya sangat sederhana sekalipun tentu memiliki nada-nada dengan

    perbandingan interval atau swarantara tertentu dalam satu nada ulangan (oktaf). Hal tersebut

    dapat dikatakan bahwa semua bangsa mempunyai musiknya sendiri yang khas tentang sistem

    1

  • tangga nandanya. Persamaan musik bangsa-bangsa diseluruh dunia adalah adanya dan

    besarnya nada ulangan. Yang membedakan adalah pembagian nada ulangan itu dalam

    jumlah nada serta perbandingan interval-intervalnya yang disebut tangga nada atau laras.

    Suatu misal musik bangsa Thailand sistem tangga nadanya alam satu oktav atau nada ulangan

    dibagi tuju nada dengan tata interval sama rata: 1-1-1-1-1-1-1 ditandai dengan notasi

    berbentuk huruf: A-B-C-D-E-F-G. Musik India sistem tangga nadanya terdapat 32 cruti atau

    interval dengan perbandingan: 4-3-2-4-4-3-2 dan nama-nama nadanya: Sa-Re-Ga-Ma-Pa-

    Dha-Ni-Sa. Musik bangsa Barat memiliki sistem tangga nada Diatonik dimana satu oktav

    terdapat tuju nada dengan tata interval 1-1-1/2-1-1-1-1/2 dan nada-nadanya ditandai dengan

    huruf C-D-E-F-G-A-B. Karena sistem ini dipelajari hampir seluruh dunia termasuk Indonesia

    maka sering disebut musik internasional.

    Berbagai lagu termasuk lagu-lagu nasional dan Kebangsaan Indonesia mengadopsi sistem

    tangga nada Diatonik. Musik Bangsa Indonesia sendiri secara tradisi turun temurun memiliki

    sistem tangga nada pentatonik Slendro dan Pelog yang sudah dikenal dikalangan dunia, tetapi

    tidak populer di negaranya sendiri. Kalau berbicara tentang sistem tangga nada musik

    bangsa-bangsa, sistem tangga nada musik bangsa Indonesia adalah pentatonik Slendro dan

    Pelog. Tentang sistem Laras Slendro dan Pelog akan dibahas dala uraian berikut ini.

    Laras dan Titi Laras

    Kata Laras dan Titi Laras berasal dari bahasa Jawa. Kata laras dalam dunia musik

    atau karawitan memiliki dua arti, pertama laras berarti nada dan kedua: laras berarti tangga

    nada. Selanjutnya dalam pembahasan berikut mengacu pada pengertian kedua yaitu tangga

    nada. Kata Titi Laras, berarti tanda nada atau notasi, atau not. Dalam dunia Karawitan

    tangga nada disebut laras sedangkan sistem notasi disebut titi laras. Untuk mengenal Laras

    perlu memahami titi laras karena laras bersifat abstrak atau auditif maka perlu tanda atau

    simbol atau notasi. Sebagai perbandingan dalam musik Barat yang memiliki tuju nada pokok

    dikenal notasi Balok atau para nada dan notasi angka atau cheve ( 1 = do, 2 = re, 3 = mi, 4 =

    fa, 5 = so, 6 = la, 7 = si).

    Tangga nada atau laras yang terdapat dalam Karawitan menggunakan sistem pentatonik yang

    berarti sistem tangga nada dimana dalam satu nada ulangan terdapat lima nada. Terdapat dua

    macam laras yaitu Slendro dan Pelog. Keduanya menggunakan titi laras yang sama yaitu titi

    laras Kepatihan. Titi laras ini yang digunakan utnuk penulisan gending maupun tembang

    sampai terutama di wilayah Jawa Tengah hingga Tawa Timur. Di wilayah Jawa Barat

    2

  • menggunakan bentuk titi laras yang berbeda yaitu titi laras Damina, sedangkan di wilayah

    Bali menggunakan titi laras Dong-ding.

    Titi laras Kepatihan baik untuk laras Slendro maupun Pelog menggunakan bentuk yang sama

    yaitu angka 1 hingga 7 (1 2 3 4 5 6 7) dengan cara baca 1 = ji, 2 = ro, 3 = lu, 4 =

    pat, 5 = ma, 6 = nem dan 7 = pi dengan menambahkan titik atas untuk nada tinggi dan titik

    bawah untuk nada rendah. Titi laras untuk laras Slendro menggunakan 1, 2, 3, 5 dan 6 tanpa

    4 dan 7. Untuk dapat membaca notasi tembang maupun gending pertama kali yang perlu

    dipahami adalah menghafalkan titi laras terlebih dahulu. Laras Slendro: ji, ro, lu, ma, nem

    dan laras Pelog; ji, ro, lu, pat, ma, nem, pi.

    Di dalam Gamelan, masing-masing nada mempunyai nama dan tanda atau titi laras sebagai

    berikut:

    Gb: Bilah Saron Slendro

    Notasi : 1 2 3 5 6 i Cara baca : ji ro lu ma nem ji Nama nada : penunggul gulu dada lima nem barang

    Gb: Bilah Saron Pelog

    . Notasi : 1 2 3 4 5 6 7 Cara baca : ji ro lu pat ma nem pi Nama nada : penunggul gulu dada pelog lima nem barang

    Bila melihat gamelan atau instrumen Saron dan terdapat notasi atau titi larasnya seperti

    gambar tersebut di atas, belum memberi gambaran larasnya. Memang ada tingkatan angka

    3

  • makin ke kanan makin tinggi, sebaliknya makin ke kiri makin menurun, kalau tidak

    mendengar suaranya. Tingkatan angka-angka saja tidak dapat memberi gambaran tinggi

    rendah nada serta jarak nada atau interval nada satu ke nada yang lain. Maka untuk mengenal

    laras harus sering mendengar suaranya atau nadnya serta hafal titi larasnya. Orang bisa

    membaca titi laras sebuah tembang atau gending apabila sudah akrab dengan larasnya.

    Laras Slendro

    Sudah dijelaskan di atas bahwa Laras Slendro adalah laras yang digunakan dalam Karawitan

    (Gamelan dan Tembang) yaitu tangga nada dalam satu nada ulangan dibagi lima nada dengan

    tata interval atau swarantara sama rata atau. Untuk memberi gambaran laras tersebut tidak

    cukup dengan notasi, tetapi perlu adanya visualisasi sebagai berikut:

    Visualisasi: Laras Slendro

    a). 1 2 3 5 6 i

    b). i

    6

    5

    3

    2

    1

    Visualisasi seperti ini untuk memberi gambaran bahwasanya pembagian jarak nada atau

    interval masing-masing nada dalam Laras Slendro satu nada ulangan dibagi lima sama rata.

    Gambar seperti tersebut di atas dapat digunakan sebagai alat peraga untuk membantu

    mengenalkan Laras Slendro di Sekolah tidak ada Gamelan. Gambar alat-alat gamelan seperti

    di atas juga dapat digunakan alat peraga, namun belum memberi gambaran tentang laras

    dengan sistem pembagian nada dan tata intervalnya.

    Penggunaan alat peraga ini, guru dituntut menguasai Laras Slendro serta Titi Laras dengan

    baik. Langkah-langkah dalam pembelajaran pertama: membaca laras dari nada rendah

    berturut-turut ke nada atas dan sebaliknya dari nada atas berturut-turut ke bawah (1-2-3-5-6-i,

    4

  • i-6-5-3-2-1). Demikian dilakukan berulang-ulang hingga anak betul-betul bisa. Kedua;

    membaca dengan meloncat satu nada naik-turun naik turun dari nada bawah ke atas dan

    sebaliknya dari nada atas ke bawah (1-3-2-5-3-6-5-i ; i-5-6-3-5-2-3-1), demikian dikakukan

    berulang-ulang hingga anak mampu. Selanjutnya bisa meloncat dua nada, diacak dan

    akhirnya anak diberi notasi Tembang Laras Slendro yang pola melodinya sederhana. Anak

    akan maupun melagukan atau mebaca notasi Tembang atau lagu laras Slendro dengan baik.

    Contoh lagu sederhana:

    // . 6 . 3 . 6 . 5 i 6 5 3 6 5 3 2 //

    Laras Pelog dan Gamelan Pelog

    Mengapa Gamelan Pelog dan Laras Pelog? Kalau melihat seperangkat Gamelan Pelog dapat

    dilihat ada dua macam instrumen yaitu yang instrumen bernada lima (Gender dan Gambang)

    dan bernada tujuh (contohnya Saron dan Slentem). Hal ini perlu dipahami terlebih dahulu

    supaya belajar Laras Pelog dapat memilih nada-nada dalam instrumen tersebut. Laras Pelog

    itu mempunyai lima nada pokok sedangkan Gamelan Pelog terdapat tujuh nada.

    Tujuh nada yang terdapat pada Gamelan itu merupakan gabungan dari tiga Pathet atau sub

    laras dalam Laras Pelog yaitu: Pathet Barang, Pathet Nem dan pathet Lima sebagai berikut:

    Pathet Barang: 2 3 . . . 5 6 7

    Pathet Nem : 1 2 3 . . . 5 6

    Pathet Lima : 1 2 . . . 4 5 6

    Saron Pelog : 1 2 3 . . 4 5 6 7

    Di atas tampak masing-masing Pathet memiliki lima nada dengan interval tertentu dan

    diturunkan menjadi tujuh nada pada Saron Pelog, sehingga satu Gamelan dapat menyajikan

    ketiga Pathet. Lima Pathet tersebut pada dasarnya satu mode tangga nada yang sama, jadi

    dapat dikatakan pada dasarnya satu laras yang disajikan dalam wilayah ambitus yang berbeda

    sebagai berikut:

    Pelog Barang : 7 . . . 2 3 . . . 5 6 7

    5

  • Pelog Lima : 6 . . . 1 2 . . . 4 5 6

    Pelog Nem :

    3 . . . 5 6 . . . 1 2 3

    Dalam Laras Slendro juga terdapat tiga Pathet: Slendro Manyura, Slendro Sanga dan Slendro

    Nem. Karena Laras Slendro mempunyai tata interval yang sama rata, maka Gamelan Slendro

    tetap bernada lima.

    Untuk berlatih laras Pelog merujuk pada Pelog lima nada (Pentatonik) tersebut. Kalau salah

    satu Pathet sudah dikuasai berarti menguasai semuanya atau menguasai Laras Pelog. Titik-

    titik pada notasi tersebut di atas menggambarkan tata interval dan perbandingannya. Bila

    didefinisikan Laras Pelog yaitu tangga nada dimana satu nada ulangan terdapat lima nada

    dengan tata interval: dua interval besar dan tiga interval kecil, interval besar dibanding

    interval kecil sama dengan 3: 1 (tiga banding satu). Istilah untuk nada ulangan tidak

    menggunakan oktav yang berarti nada ke-delapan, karena nada ulangan tidak selalu nada

    yang ke-delapan. Istilah nada ulangan dalam dunia Karawitan disebut Gembyang, di Bali

    menyebut Angkep. Berikut skema visualisasi Laras Pelog sesuai dengan ambitus suara

    manusia:

    . . . Pelog Nem : 5 6 . . . 1 2 3 . . . 5 6 . . . 1 2 3 . . Pelog Barang : 5 6 7 . . . 2 3 . . . 5 6 7 . . . 2 3 . . Pelog Lima : 4 5 6 . . . 1 2 . . . 4 5 6 . . . 1 2

    Langkah-langkah dalam pembelajaran seperti langkah-langkah tersebut di atas, pertama:

    membaca laras dari nada rendah berturut-turut ke nada atas dan sebaliknya dari nada atas

    berturut-turut ke bawah untuk masing-masing pathet, misalnya Pelog Barang (6-7-2-3-5-6-7-

    2-3, 3-2-7-6-5-3-2-7-6). Demikian dilakukan berulang-ulang hingga anak betul-betul bisa.

    Kedua; membaca dengan meloncat satu nada naik-turun naik turun dari nada bawah ke atas

    dan sebaliknya dari nada atas ke bawah (6-7-6-2-7-3-2-5-3- i-5-6-3-5-2-3-1), demikian

    6

  • dikakukan berulang-ulang hingga anak mampu. Selanjutnya bisa meloncat dua nada, diacak

    dan akhirnya anak diberi notasi Tembang Laras Pelog Barang atau Pelog Nem yang pola

    melodinya sederhana. Anak akan maupun melagukan atau mebaca notasi Tembang atau

    lagu laras Pelog dengan baik. Penguasaan dilakukan satu persatu Pathet, satu Pathet sudah

    dikuasai baru beralih pada Pathet yang lain.

    Contoh lagu sederhana:

    . . . Pelog Barang : // . . 3 5 3 5 6 7 6 7 2 3 2 5 6 7 . . 3 5 . 7 . 6 6 7 6 5 7 6 5 3 //

    . Pelog Nem : // . 3 . 1 2 3 1 2 3 5 6 1 6 5 3 2 . 3 . 1 2 3 1 2 2 3 2 1 3 2 1 6 //

    Laras Slendro, Pelog dan Diatonik

    Sering ada pertanyaan bagaimana kalau lagu Slendro atau Pelog diiringi dengan alat

    Diatonik? Hal ini sudah sering dilakukan, lagu-lagu etnik Madura, Banyuwangi, Jawa, Bali

    diaransir dan diiringi dengan ensambel Diatonik. Untuk itu perlu memahami bagaimana

    ketiga tangga nada tersebut. Di atas sudah dijelaskan masing-masing bahwa: Laras Slendro

    adalah tangga nada dalam satu nada ulangan dibagi lima dengan tata interval sama rata; Laras

    Pelog satu nada ulangan dibagi lima nada dengan interval 2 besar dan 3 kecil, besar dan kecil

    berbanding 3:1; Diatonis satu nada ulangan atau oktav dibagi tujuh nada dengan interval 5

    besar dan 2 kecil, besar dan kecil berbanding 2:1.

    Skema: Perbandingan

    Slendro : 1 2 3 5 6 i

    Pelog : 1 2 3 . . 5 6 . . i

    Diatonis : 1 . 2 . 3 4 . 5 . 6 . 7 i (not cheve)

    Dalam skema tersebut disengaja nada 1 (ji) Slendro 1 (ji) Pelog dan 1 (do) Diatonis

    disejajarkan untuk mengetahui perbedaan interval masing-masing. Tampak jelas bahwa

    masing-masing tangga nada memiliki sistem yang berbeda. Secara teoritik interval satu nada

    ulangan sebesar 1200 Cents maka, Laras Slendro 1200:5, masing-masing interval 240 Cents.

    Laras Pelog yang terdiri 5 interval, 2 besar 3 kecil, besar dindang kecil 3:1 maka interval

    besar 400 Cents dan interval kecil 133 1/3 Cents. Laras Diatonis terdiri 7 interval, 5 besar dan

    7

  • 2 kecil, besar dibangding kecil 2:1 makan interval besar 200 Cents dan kecil 100 Cents. Jadi

    secara teoritik ketiga tangga tersebut tidak mungkin dipadukan karena masing-masing

    memiliki sistem yang berbeda.

    Berbagai kasus memadukan laras Pentatonik Slendro, Pelog dan Diatonik atau alat Gamelan

    dan alat musik Diatonik ada dua cara. Pertama; alat Diatonik mengikuti Gamelan dengan

    alasan bahwa steming alat Gamelan sulit (tak mungkin) dirubah setiap saat. Untuk itu

    mencari nada yang sama (misalnya nada A sama dengan nada 6 (Nem) Laras Pelog dan nada-

    nada lain menyesuaikan. Penyesuaian tidak selalu tepat, tetapi mirip atau dekat dengan

    ukuran batas toleransi auditif pendengaran manusia. Bagi orang yang memiliki kepekaan

    pendengaran biasanya merasa tidak nyaman (risi di telinga). Sebaliknya bagi orang tertentu

    menganggap positif sesuatu yang baru, silang budaya dan sebagainya.

    Kedua; yang Pentatonik Sledro dan Pelog mengikuti Diatonik. Yang ekstrim membuat

    Gamelan dengan steming Diatonis sepertyi dalam beberapa kasus Gamelan Campursari.

    Dalam musik Kroncong yaitu Langgam Kroncong Laras Pelog diterjemahkan dengan nada

    do-si-sol-fa-mi do dengan tata interval 100-400-200-100-400 dekat dengan interval Laras

    Pelog 133 1/3-400-133 1/3-133 1/3-400. Kasus lagu Madura (lagu Ngapote) yang berlaras

    Slendro diterjemahkan dengan nada: do-re-mi-so-la-do dengan tata interval; 200-200-300-

    200-300 yang mirip dengan interval Slendro: 240-240-240-240-240.

    Kasus-kasus tersebut terasa luwes karena di dalam laras Gamelan terdapat embat yaitu tinggi-

    rendah serta tata interval Gamelan satu dengan yang lain tidak sama. Tata interval Laras

    Slendro dan Pelog secara teoritik tersebut bersifat general atau generalisasi, namun dalam

    kenyataan laras Gamelan tidak ada (jarang) yang sama. Dalam wilayah budaya etnik me-

    miliki embat sendiri-sendiri. Slendro Madura tidak sama dengan Slendro Banyuwangi. Lagu-

    lagu Banyuwangi yang berlaras Slendro lebih dekat dengan la-do-re-mi-so-la dengan tata

    interval: 300-200-200-300-200. Dapat dikatakan bahwa Slendro Madura adalah Slendro

    Mayor dan Slendro Banyuwangi adalah Slendro Minor

    Penutup

    Sangat perlu anak didik dikenalkan Laras Slendro dan Pelog sebagai sistem musik tradisi di

    Indonesia. Dengan mengenal Laras Slendro dan Pelog berarti dapat membaca notasi berbagai

    Tembang, Gending budaya musik Indonesia. Budaya Wayang suatu pertunjukan yang multi-

    media di dalamnya terdapat Karawitan, Tembang, Tari, Seni Rupa, Sastra diakui sebagai

    salah satu masterpeis dunia, sebagai bangsa Indonesia perlu berbangga. Menjaga budaya

    8

  • 9

    tradisi berarti ikut menjaga Warisan Dunia yang meliputi alam dan budaya tradisi yang

    semakin tidak dipedulikan.

    Buduran, 27 Pebruari 2013