43
Mengenalkan Sains Pada Anak Pra Sekolah ABSTRAK Pembelajaran pada anak pra sekolah sebaiknya bersifat terpadu atau terintegrasi. Pengenalan sains pada anak pra sekolah hendaknya terintegrasi dengan bidang lain seperti matematika, ataupun aktivitas sosial lainnya. Mengenalkan sains pada anak berarti membantu anak untuk melakukan percobaan sederhana sehingga dapat menghubungkan sebab dan akibat suatu perlakuan. Percobaan tersebut juga akan membantu anak untuk mulai berfikir logis. Mengenalkan sains pada anak prasekolah dapat melalui permainan yang menyenangkan dengan bahan yang ada disekitar anak. Pengenalan sains pada anak prasekolah lebih ditekankan pada proses daripada produk. Oleh sebab itu dalam bermain sains anak diajarkan untuk menggunakan seluruh pancaindranya sebaik mungkin, agar dalam proses bermain tersbut anak dapat menemukan jawaban-jawaban dari suatu kegiatan bermain. PENDAHULUAN Kehidupan anak tidak dapat lepas dari sains, kreativitas dan aktivitas sosial. Makan, minum, menggunakan berbagai benda yang ada di rumah seperti radio, TV, dan kalkulator tidak lepas dari sains dan teknologi. Oleh sebab itu, guru hendaknya dapat menstimulasi anak dengan berbagai kegiatan yang terkait dengan sains dan teknologi. Untuk itu, seorang guru perlu mempelajari konsep-konsep keilmuan dan cara pengajarannya. Pengenalan sains untuk anak pra sekolah lebih ditekankan pada proses daripada produk. Untuk anak prasekolah keterampilan proses sains hendaknya dilakukan secara sederhana sambil bermain. Kegiatan sains memungkinkan anak melakukan eksplorasi terhadap berbagai benda, baik benda hidup maupun benda tak hidup yang ada disekitarnya. Anak belajar menemukan gejala benda dan gejala peristiwa dari benda-benda tersebut. Sains juga melatih anak menggunakan lima inderanya untuk mengenal berbagai gejala benda dan gejala peristiwa. Anak dilatih untuk melihat, meraba, membau, merasakan dan mendengar. Semakin banyak keterlibatan indera dalam belajar, anak semakin memahami apa yang dipelajari. Anak memperoleh pengetahuan baru hasil penginderaanya dengan berbagai benda yang ada disekitarnya. Pengetahuan yang diperolehnya akan berguna sebagai modal berpikir lanjut. Melalui proses sains, anak dapat melakukan percobaan sederhana. Percobaan tersebut melatih anak menghubungkan sebab dan akibat dari suatu perlakuan sehingga melatih anak berpikir logis. Dalam pembelajaran sains, anak juga berlatih menggunakan alat ukur untuk melakukan pengukuran. Alat ukur tersebut dimulai dari alat ukur nonstandar, seperti jengkal, depa atau kaki. Selanjutnya anak berlatih menggunakan alat ukur standar. Anak secara bertahap berlatih menggunakan stuan yang akan memudahkan mereka untuk berfikir secara logis dan rasional. Dengan demikian sains juga mengembangkan kemampuan intelektual anak. SAINS DAN APLIKASINYA Produk sains meliputi fakta, konsep, teori, prinsip dan hukum. Untuk anak prasekolah fakta dan konsep sederhana dapat dipelajari melalui kegiatan

Mengenalkan sains pada anak pra sekolah

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Mengenalkan sains pada anak pra sekolah

Mengenalkan Sains Pada Anak Pra Sekolah

ABSTRAK

Pembelajaran pada anak pra sekolah sebaiknya bersifat terpadu atau terintegrasi. Pengenalan sains pada anak pra sekolah hendaknya terintegrasi dengan bidang lain seperti matematika, ataupun aktivitas sosial lainnya. Mengenalkan sains pada anak berarti membantu anak untuk melakukan percobaan sederhana sehingga dapat menghubungkan sebab dan akibat suatu perlakuan. Percobaan tersebut juga akan membantu anak untuk mulai berfikir logis. Mengenalkan sains pada anak prasekolah dapat melalui permainan yang menyenangkan dengan bahan yang ada disekitar anak. Pengenalan sains pada anak prasekolah lebih ditekankan pada proses daripada produk. Oleh sebab itu dalam bermain sains anak diajarkan untuk menggunakan seluruh pancaindranya sebaik mungkin, agar dalam proses bermain tersbut anak dapat menemukan jawaban-jawaban dari suatu kegiatan bermain.

PENDAHULUAN

Kehidupan anak tidak dapat lepas dari sains, kreativitas dan aktivitas sosial. Makan, minum, menggunakan berbagai benda yang ada di rumah seperti radio, TV, dan kalkulator tidak lepas dari sains dan teknologi. Oleh sebab itu, guru hendaknya dapat menstimulasi anak dengan berbagai kegiatan yang terkait dengan sains dan teknologi. Untuk itu, seorang guru perlu mempelajari konsep-konsep keilmuan dan cara pengajarannya.

Pengenalan sains untuk anak pra sekolah lebih ditekankan pada proses daripada produk. Untuk anak prasekolah keterampilan proses sains hendaknya dilakukan secara sederhana sambil bermain. Kegiatan sains memungkinkan anak melakukan eksplorasi terhadap berbagai benda, baik benda hidup maupun benda tak hidup yang ada disekitarnya. Anak belajar menemukan gejala benda dan gejala peristiwa dari benda-benda tersebut.

Sains juga melatih anak menggunakan lima inderanya untuk mengenal berbagai gejala benda dan gejala peristiwa. Anak dilatih untuk melihat, meraba, membau, merasakan dan mendengar. Semakin banyak keterlibatan indera dalam belajar, anak semakin memahami apa yang dipelajari. Anak memperoleh pengetahuan baru hasil penginderaanya dengan berbagai benda yang ada disekitarnya. Pengetahuan yang diperolehnya akan berguna sebagai modal berpikir lanjut. Melalui proses sains, anak dapat melakukan percobaan sederhana. Percobaan tersebut melatih anak menghubungkan sebab dan akibat dari suatu perlakuan sehingga melatih anak berpikir logis.

Dalam pembelajaran sains, anak juga berlatih menggunakan alat ukur untuk melakukan pengukuran. Alat ukur tersebut dimulai dari alat ukur nonstandar, seperti jengkal, depa atau kaki. Selanjutnya anak berlatih menggunakan alat ukur standar. Anak secara bertahap berlatih menggunakan stuan yang akan memudahkan mereka untuk berfikir secara logis dan rasional. Dengan demikian sains juga mengembangkan kemampuan intelektual anak.

SAINS DAN APLIKASINYA

Produk sains meliputi fakta, konsep, teori, prinsip dan hukum. Untuk anak prasekolah fakta dan konsep sederhana dapat dipelajari melalui kegiatan bermain. Sebagai contoh, melalui bermain air, anak mengamati air dan melakukan berbagai percobaan terhadap air seperti melempar, menuang, memasukkan benda dan mengambil dengan berbagai cara. Dari kegiatan tersebut anak belajar sifat-sifat air. Anak mungkin akan mengetahui bahwa air dapat mengalir dari satu tempat ke tempat lain. Air dapat dituang dari satu tempat ke tempat lain. Anak mengetahui benda tenggelam dan yang lain terapung.

Aplikasi sains dalam kehidupan sehari-hari diwujudkan dalam bentuk karya teknoloi. Radio, mesin cuci, TV, komputer, lampu dan HP adalah contoh-contoh karya teknologi yang sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Anak pra sekolah selalu ingin tahu bagaimana benda-benda tersebut bekerja. Anak ingin sekali mengetahui isi radio. Mereka berfikir di dalam radio ada orang yang bisa berbicara atau bernyanyi. Begitupula dengan televisi. Anak akan terkejut jika melihat radio yang yang dibongkar dan melihat isinya bukan orang. Itulah sebabnya di panti pendidikan untuk anak usia dini di luar negeri selalu memajang radio, televisi atau mesin sederhana lainnya yang dibuka agar anak mengenal isinya. Banyak pula perusahaan mobil dan motor yang menyediakan mesin yang telah dibelah dua agar anak-anak dapat mengenal karya teknologi.

Pengetahuan yang diperoleh anak akan berguna sebagai modal berfikir. Melalui sains, anak dapat melakukan percobaan sederhana. Percobaan tersebut melatih anak menghubungkan sebab dan akibat dari suatu perlakuan sehingga melatih anak berfikir logis.

Page 2: Mengenalkan sains pada anak pra sekolah

RAMBU-RAMBU KEGIATAN SAINS UNTUK ANAK

Kegiatan pengenalan sains untuk anak prasekolah sebaiknya disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak. Guru/pendidik hendaknya tidak menjejalkan konsep sains kepada anak, tetapi memberikan kegiatan pembelajaran yang memungkinkan anak menemukan sendiri fakta dan konsep sederhana tersebut. Teori Experimental Learning dari Carl Rogermengisyaratkan pentingnya pembelajaran yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan anak. Menurutnya anak secara alamiah dengan kapasitas dan kemauan untuk belajar. Fungsi pendidik hanyalah memfasilitasi dan membantu agar anak dapat belajar secara optimal. Menurut Piaget (1972) anak prasekolah usia 4-6 tahun berada pada fase perkembangan pra operasional dan menuju konkret operasional. Untuk itu kegiatan sains sebaiknya disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan karakterstik anak tersebut.Berikut ini merupakan rambu-rambu yang dapat menjadi acuan dalam pembelajaran sains :

1. Bersifat konkritBenda-benda yang digunakan bermain dalam kegiatan pembelajaran adalah benda yang konkrit (nyata). Pendidik tidak dianjurkan untuk menjejali anak dengan konsep-konsep       abstrak. Pendidik sebaiknya menyediakan berbagai benda dan fasilitas lainnya yang diperlukan agar anak dapat menemukan sendirri konsep tersebut.

2. Hubungan sebab akibat terlihat secara langsungAnak usia 5-6 tahun masih sulit menghubungkan sebab akibat yang tidak terlihat secara langsung karena pikiran mereka yang bersifat transduktif. Anak tidak dapat menghubungkan sebab-akibat yang tidak terlihat secara langsung. Jika anak melihat peristiwa secara langsung, membuat anak mampu mengetahui hubungan sebab akibat yang terjadi. Sains kaya akan kegiatan yang melatih anak menghubungkan sebab akibat.

3. Memungkinkan anak melakukan eksplorasiKegiatan sains sebaiknya memungkinkan anak melakukan eksplorasi terhadap berbagai benda yang ada disekitarnya. Pendidik dapat menghadirkan objek dan fenomena yang menarik ke dalam kelas. Misalnya guru menghadirkan induk kucing dengan anaknya, atau ulat yang akan menjadi kepompong. Anak akn merasa senang memperhatikan perilaku dan perubahan yang terjadi terhadap binatang tersebut. Bermain dengan air, magnet, balon, suara atau bayang-bayang akan membuat anak sangat senang. Anak juga akan dapat menggunakan hampir semua panca indranya untuk melakukan eksplorasi atau penyelidikan.

4. Memungkinkan anak menkonstruksi pengetahuan sendiri.Sains tidak melatih anak untuk mengingat berbagai objek, tetapi melatih anak mengkonstruksi pengetahuan berdasarkan objek tersebut. Oleh karena itu kegiatan pengenalan sains tidak cukup dengan memberitahu definisi atau nama-nama objek, tetapi memungkinkan anak berinteraksi langsung dengan objek dan memperoleh pengetahuan dengan berbagai inderanya dari objek tersebut. Oleh sebab itu sangat tidak tepat jika memperkenalkan anak berbagai objek melalui gambar atau model. Anak membutuhkan objek yang sesungguhnya.

5. Memungkinkan anak menjawab persoalan ”apa” dari pada ”mengapa”Keterbatasan anak menghubungkan sebab akibat menyebabkan anak sulit menjawab pertanyan ”mengapa”. Pertanyaan tersebut harus dijawab dengan logika berfikir sebab akibat. Jika anak bermain dengan air di pipal lalu anak ditanya ”apa yang akan terjadi jika ujung pipa dinaikkan?”. Anak dapat menjawab, ”air akan mengalir melalui ujung yang lain yang lebih rendah.” tidak perlu anak ditanya ”mengapa jika ujung ini dinaikkan, air akan mengali ke ujung yang lebih rendah”? Hal itu tidak akan dapat dijawab oleh anak. Sering anak menerjemahkan pertanyaan ’mengapa” dengan ”untuk apa”, sehingga pertanyaan mengapa akan dijawab ”agar” atau ”supaya” .

6. Lebih menekankan proses daripada produkMelakukan kegiatan eksplorasi dengan benda-benda akan sangat menyenangkan bagi anak. Anak tidak brfikir apa hasilnya. Oleh sebab itu guru tidak perlu menjejali nak dengan berbagai konsep sains atau mengharuskan anak untuk menghasilkan sesuatu dari kegiatan anak. Biarkan anak secara alami menemukan berbagai pengertian dari interaksinya bermain dengan berbagai benda. Dengan kata lain proses lebih penting daripada produk.

7. Memungkinkan anak mengunakan bahasa dan matematikaPengenalan sains hendaknya terpadu ddengan disiplin ilmu yang lain, seperti bahasa, matematika, seni dan atau budi pekerti. Melalui sains anak melakukan eksplorasi terhadap objek. Anak dapat menceritakan hasil eksplorasinya kepada temannya (bahasa). Anak melakukan pengukuran, menggunakan bilangan, dan membaca angka (matematika). Anak dapat juga menggambarkan objek yang diamati dan meawarnai gambarnya (seni).

Page 3: Mengenalkan sains pada anak pra sekolah

Anak juga diajarkan mencintai lingkungan atau benda disekitarnya (budipekerti).

8. Menyajikan kegiatan yang menarik (the wondwer of science)Sains menyajikan berbagai percobaan yang menarik seperti sulap. Anak-anak yang masih memiliki pikiran magis (/imagical reasoning) akan sangat tertarik dengan keajaiban tersebut. Misalnya air susu dicampur air sabun dan diberi tiga macam pewarna makanan, lalu diaduk. Dengan manmbahkan sedikit air soda, anak akan melihat air berbuih dan mengeluarkan gelembung seperti mendidih, menampilkan air warna warni yang menarik.

MATERI DAN KEGIATAN SAINS

Ada beberapa materi sains yang sesuai untuk anak prasekolah terutama usia 5-6 tahun. Pembelajaran topik-topik sains hendaknya lebih bersifat memberikan pengalaman tangan pertama (first-hand experience) kepada anak, bukan mempelajari konsep saians yang abstrak. Selain itu pembelajaran sains hendaknya mengembangkan kemampuana observasi, klasifikasi, pengukuran, mengunakan bilangan dan mengidentifikasi hubungan sebab akibat. Materi tersebut antara lain:

1. Mengenal gerakAnak sangat senang bermain dengan benda-benda yang dapat bergrak, memutar, menggelinding, melenting, atau melorot. Ada beberpa kegiatan untuk mengenalkan anak dengan gerakan, antara lain:          a. Menggelinding dan bentuk benda            Materi ini menyadarkan anak akan sebab-sebab timbulnya gerakan pada benda. Kemiringan papan, bentuk benda slilidris dan kotak, halus kasarnya permukaan benda ikut mempengaruhi kecepatan gerakan. Materi ini juga dapat melatih kemampuan observasi.         b. Menggelinding dan ukuran benda            Bermain dengan cara menggelindingkan benda-benda dengan berbagai ukuran akan membantu siswa untuk mengenal bahwa besar kecil, berat ringannya suatu benda akan mempengaruhi gerak benda tersebut. Meteri ini juga melatih kemampuan observasi pada anak.

2. Mengenal benda cairBermain dengan air merupakan salah satu kesenangan anak. Pendidik dapat mengarahkan permainan tersebut agar anak dapat memiliki berbagai pengalaman tentang air. Air senantiasa menyesuaikan bentuknya dengan bentuk wadahnya. Air mengalir dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yng lebih rendah atau dari tempat yang bertekanan tinggi ke tempat yang bertekanan rendah. Berbagai kegiatan n dengn air, antara lain:         a. Konservasi volume            Kegiatan ini merupakan cara untuk melatih anak memahami isi atau volume benda cair. Anak Pra operasional belum dapat memahami konservasi volume (Piaget 1972). Oleh karena itu memperkenalkan anak dengan bejana yang dapat diisi akan membantu anak memahami konservasi volume. Sambil mengisi botol besar, lalu memindahkan ke botol yang lebih kecil dan sebalaiknya, anak belajar mengunakan bilangan untuk menghitung banyaknya air yang dimasukkan ke botol tersebut. Anak juga akan berlatih memahami pengertian lebih banyak dan lebih sedikit. Kegiatan ini sebaiknya dilakukan di luar kelas. Agar tidak basah, sebaiknya anak diminta memakai rompi plastik.         b. Tenggelam dan terapung         Kegiatan ini dapat dilakukan di kelas atau di luar kelas. Jika di kelas, beri alas plastik dan koran agar air tidak mmbasahi tempat. Tujuan kegiatan ini adalah agar anak diberi pengalaman bahwa ada benda yang tenggelam an ada yang terapung. Anak sering mengira benda yang berukuran kecil terapung dan yang besar tenggelam. Tenggelam atau terapung tidak ditentukan oleh ukuran benda melainkan oleh berat jenis benda. .         c. Membuat benda terapung        Tujuan kegiatan ini addalah untuk mengenalkan pada anak bahwa benda yang tenggelam dapat dibuat terapung. Dari kegiatan ini pula anak akan memahami, mengapa perahu yang berat dapat terapung.        d. Larut dan tidak larut.        Sebagian benda larut ke dalam air dan sebagian lagi tidak. Gula, garam dan warna pada teh larut dalam air sehingga akan membentuk larutan. Jika larutan dibiarkan, maka akan membentuk endapan, kecuali jika airnya diuapkan semua. Benda lain tidak larut dalam air, seperti tepung, pasir dan minyak. Jika benda tersebut dicampur dengan air maka tidak akan membentuk larutan, tetapi membentuk campuran. Campuran kelihatan tidak homogen dan jika diendapkan, maka akan terlihat adanya endapan.        e. Air mengalir        Air mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah karena gravitasi bumi. Air dari tempat yang lebih rendah dapat dialirkan ke tempat yang lebih tingi dengan menambah tekanan, misalnya dengan pompa air. Anak sangat senang bermain dengan air mengalir dan memperoleh pengalaman langsung yang kelak akan berguna untuk mempelajari sains.        f. Mengenal sifat berbagai benda cair

Page 4: Mengenalkan sains pada anak pra sekolah

        Melalui kegiatan ini anak diperkenalkan bahwa benda cair itu bermacam-macam, tidak hanya air. Benda-benda cair itu juga memiliki sifat yang berbeda.

3. Mengenal timbangan (neraca)Neraca sangat baik untuk melatih anakmenghubungkan sebab akibat karena hasilnya akan nampak secara langsung.jika beban di satu lengan timbangan di tambah, maka beban akan turun. Demikian pula jika beban di geser menjauhi sumbu. Berbagai benda memiliki massa jenis berbeda. Kapas dan spon memiliki massa jenis yang lebih kecil dibanding besi dan batu, meskipun batu dan besi ukurannya kecil tetapi akan lebih berat dari kapas atau spon.

4. Bermain gelembung sabunAnak sangat menyukai bermain dengan gelembung sabun. Dengan menambahkan satu sendok gliserin pada dua liter air, larutan sabun, akan diperoleeh larutan yang sabun yang menakjubkan yang dapat digunakan untuk membentuk gelembung raksasa, jendela kaca, atau bentuknya lainnya dari busa..

5. Mengenal benda-benda lentingBenda-benda dari karet pada umumnya memuliki kelenturan sehingga mampu melenting jika dijatuhkan. Demikian pulla benda dari kare yang diisi udara , seperi bola basket, bola voli dan bola plastik. Anak sangat senang bermin dengan benda-benda tersebut.

6. Mengenal BinatangBinatang merupakan mahluk yang menarik bagi anak-anak karena mampu merespon rangsang. Anjing, misalnya mampu mengembalikan bnda-benda yang dilemparkan pemiliknya. Anak kucing akan mengejar dan menerkam benda-benda yang bergerak. Meskipun masih diperdebatkan dari segi sanaitasi dan higienisnya, memelihara hewan peliharaan dapat mengembangkan rasa kasih dan sayang pada anak. Melalui binatang anak akan belajar banyak tentang mahluk tersebut. Oleh karena itu di nagara-negara maju, kebun binatang dilengkapi dengan pojok sains (sains center) dimana anak dapat berinteraksi dengan bintang yang jinak dan bersih sambil memperlajarinya. Ada beberapa keuntungan yang diperoleh anak jika berinteraksi dengan binatang. Pertama, anak belajar mengenal dan menghargai mahluk hidup, ia belajar bahwa mahluk hidup memerlukan makanan, papan dan kasih sayang. Kedua, anak belajar untuk menyayangi binatang yang pada akhirnya akan menumuhkan rasa kasih sayang pada mahluk hidup.

Masih banyak materi yang dapat membantu anak mengenal sains termasuk mengenal tubuh mereka sendiri. Guru dapat mengembangkan sendiri fenomena-fenomena yang ada dan yang terjadi di sekitar anak. Termasuk tumbuhan yang ada di sekitar mereka.

DAFTAR PUSTAKA

Appleton, K (1993). Using theory to guide practice: Teaching science from a constrictivist perspective. School Science and Mathematics. Washington DC.Bybee, R.W. & Sund, R.B. (1982). Piaget for educators. Colombus, OH: Charles Merrill.Djohar (2001). Konsep Dasar Pendidikan Biologi.  Jurusan Pendidikan Biologi, UNY.Gagne, R.M. (1985). The Conditions of Learning (4th ed). New York: Holt, Rinehart & Winston.Piaget, J.(1970). The Science of Education and The Psichology of The Child. New York: Grossman.Suyanto, Slamet. (2005). Pembelajaran untuk Anak TK. Jakarta: Depdiknas Direktorat Pendidikan Tinggi, Direktorat Pembinaan PTK dan ketenagaan Perguruan Tinggi.

Penulis: Dra. Kartini Marzuki, M.SiDosen Jurusan PLS FIP Universitas Negeri Makassar

Page 5: Mengenalkan sains pada anak pra sekolah

BAB I

PENDAHULUAN

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami kemajuan yang sangat pesat seiring dengan

perubahan zaman. Begitu pula perkembangan ilmu pengetahuan pada dunia pendidikan  menuntut perubahan

sistem pendidikan nasional, supaya masyarakat khususnya anak mampu bersaing dan menyesuaikan diri dengan

perubahan dan perkembangan zaman saat ini dan yang akan datang.

Peningkatan kualitas pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan termasuk taman kanak-kanak dan

sekolah dasar merupakan titik berat pembangunan pendidikan  pada saat ini dan pada kurun waktu yang akan

datang. Pendidikan anak usia dini adalah upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia

enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan

perkembangan jasmani dan rohani agar memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan

anak usia dini dilaksanakan melalui jalur pendidikan formal, non formal atau informal.

Secara spesifik pada Kurikulum 2004 untuk Pendidikan Anak Usia Dini (selanjutnya disingkat PAUD)

dinyatakan tujuan pendidikan anak usia dini pada Taman Kanak-kanak adalah membantu anak didik

mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial, emosional,

kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian dan seni untuk siap memasuki pendidikan dasar. Untuk mencapai

tujuan tersebut ruang lingkup kurikulum dipadukan dalam dua bidang pengembangan yaitu bidang

pengembangan pembentukan perilaku dan bidang pengembangan kemampuan dasar.

Bidang pengembangan kemampuan dasar merupakan kegiatan yang dipersiapkan oleh guru untuk

meningkatkan kemampuan dan kreativitas sesuai dengan tahap perkembangan anak, meliputi : berbahasa,

kognitif, fisik / motorik dan seni. Kognitif sendiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir anak untuk

dapat mengolah perolehan belajarnya, sehingga dapat menemukan bermacam-macam alternatif pemecahan

masalah, membantu anak untuk mengembangkan kemampuan logika matematika dan kemampuan sains.

Berdasarkan kurikulum 1994 yang disempurnakan tujuan pengajaran sains di SD adalah untuk

menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai ilmiah pada siswa serta rasa

mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. Adapun ketrampilan-ketrampilan proses yang

harus dimiliki siswa diantaranya adalah mengamati, mengklasifikasikan, menafsirkan hasil pengamatan,

melakukan percobaan, menyimpulkan, mengkomunikasikan, menerapkan perolehan yang semuanya tercermin

dalam setiap tujuan pembelajaran umum .

Kenyataan di lapangan menunjukkan dalam proses pembelajaran sains hanya mendengar ceramah dari

guru saja atau membaca buku teks  yang dilanjutkan dengan pembahasan secara verbal hal ini mengakibatkan

siswa tidak mempunyai kesempatan untuk menemukan sendiri fakta dan konsep dan siswa tidak mempunyai

kesempatan untuk mengembangkan ketrampilan memproseskan perolehan. Pembelajaran  sains harus

melibatkan aspek pengetahuan, afektif dan psikomotor sehingga pengetahuan untuk memahami konsep

diperoleh melalui proses berpikir dengan memiliki ketrampilan proses dan sikap ilmiah. Pemahaman ini

Page 6: Mengenalkan sains pada anak pra sekolah

bermanfaat bagi anak untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat menanggapi secara

kritis perkembangan sains.

Tujuan pengembangan pembelajaran sains untuk anak  adalah agar anak memiliki kemampuan

memecahkan masalah yang dihadapinya melalui melalui metode sains proses, meningkatkan kemampuan sains

pada anak ,  diharapkan anak memiliki sikap ilmiah dan diharapkan anak lebih berminat untuk menghayati

sains. Tetapi kenyataannya di lapangan, anak-anak sekarang kurang berminat pada sains.

Pembelajaran sains di taman kanak-kanak pada umumnya masih berupa konsep dan hafalan yang sebatas pada

sains produk seperti mengajarkan tentang tata surya: bulan, bintang, dll, bukan mengajarkan pada sains proses.

Hal itu akan membuat anak-anak menjadi takut pada sains . Selain itu dari hasil wawancara dengan guru di

taman kanak-kanak pembelajaran sains yang ada masih berpusat pada guru sehingga perhatian anak menjadi

tidak fokus, karena anak tidak diajak terlibat langsung dalam proses sains tersebut. Anak-anak harus diajarkan

bagaimana merasakan, mengalami, dan mencoba berbagai fenomena alam. Karena kegiatan yang berhubungan

dengan eksperimen ini akan memacu kreativitas anak. Anak juga akan belajar untuk berani mencoba. Suatu

sifat mental yang kini amat berharga dan langka di dunia orang dewasa.

Selain itu, melakukan eksperimen sains adalah pintu untuk memasuki dunia sains. Kalau dilakukan di

masa kanak-kanak, maka ia  akan berpotensi besar untuk menjadi memori masa kecil yang menyenangkan.

Konsekuensi pembelajaran sains melalui hafalan saja atau anak tidak terlibat langsung pada proses sains

menyebabkan anak-anak belum menunjukkan kemampuannya menguasai kemampuan dasar kognitif khususnya

kemampuan sains, seperti yang telah ditetapkan dalam kurikulum 2004. Indikasi yang paling sering terjadi 

bahwa murid-murid TK tidak menguasai kemampuan sains adalah anak  tidak dapat berpikir kritis , padahal

dengan kemampuan sains dapat membantu anak menjadi membuat keputusan yang tepat berdasarkan usaha

yang cermat, sistematis, logis dan mempertimbangkan berbagai sudut pandang.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Sains atau IPA secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam atau yang mempelajari peristiwa-

peristiwa yang terjadi di alam. Sains adalah sistem tentang alam semesta yang diperoleh melalui pengumpulan

data dengan observasi dan eksperimen terkontrol. Sains adalah produk atau hasil dari proses penyelidikan

ilmiah yang dilandasi oleh sikap dan nilai-nilai tertentu.

Dari sudut bahasa, sains atau Science (Bahasa Inggris), berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata Scientia

artinya pengetahuan. Tetapi pernyataan tersebut terlalu luas dalam penggunaan sehari-hari, untuk itu perlu

dimunculkan kajian etimologi lainnya. Para ahli memandang batasan etimologi lainnya. Para ahli memandang

batasan etimologis tentang sains yaitu dari bahasa Jerman, hal itu merujuk pada kata Wissenschaft, yang

memiliki pengertian pengetahuan yang tersusun atau terorganisasikan secara sistematis.

Secara konseptual terdapat sejumlah pengertian dan batasan sains yang dikemukakan para ahli. James

Conant yang dikutip oleh Ali Nugraha mendefinisikan sains sebagai suatu deretan konsep serta skema

konseptual yang berhubungan satu sama lain, yang tumbuh sebagai hasil serangkaian percobaan dan

pengamatan serta dapat diamati dan diuji lebih lanjut. Senada dengan Conant, Ahmadi   memberikan pengertian

Page 7: Mengenalkan sains pada anak pra sekolah

sains sebagai ilmu teoritis yang didasarkan atas pengamatan, percobaan-percobaan terhadap gejala alam berupa

makrokosmos (alam semesta) dan mikrokosmos (isi alam semesta yang lebih terbatas, khususnya tentang

manusia dan sifat-sifatnya), sedangkan menurut Dodge mengartikan sains sebagai suatu kumpulan pengetahuan

yang diperoleh dengan menggunakan metode-metode yang berdasarkan pada pengamatan dengan penuh

ketelitian.

Secara analitis, beberapa ahli mencoba memberikan batasan sains dengan membagi sains berdasarkan

dimensi pengkajiannya. Sumaji  menyatakan bahwa secara sempit sains adalah Ilmu Pengetahuan alam (IPA),

terdiri atas physical sciences dan life sciences. Termasuk physical sciences adalah ilmu-ilmu astronomi, kimia,

geologi, minerologi, metereologi dan fisika, sedangkan life sciences meliputi biologi, zoologi dan fisiologi. Hal

yang sama juga dijelaskan oleh Dodge bahwa sains terdiri dari physical science, ilfe science dan bumi dan

sekitarnya. Dimana physical science terdiri dari objek –objek yang dapat dieksplor , karena anak dapat belajar

tentang berat, bentuk, ukuran, warna dan suhu. Life science menceritakan tentang prosesnya. Anak dapat

mempelajari tentang proses pertumbuhan tanaman dan kehidupan binatang. Sedangkan Ernest Hagel seperti

dikutip oleh Indrawati memandang sains dari tiga aspek ; pertama, dari aspek tujuan, sains adalah sebagai alat

untuk menguasai alam dan untuk memberikan sumbangan kepada kesejahteraan manusia. Kedua, sains sebagai

suatu pengetahuan yang sistematis dan tangguh dalam arti merupakan suatu kesimpulan yang didapat dari

berbagai peristiwa. Ketiga, sains sebagai metode, yaitu merupakan suatu perangkat aturan untuk memecahkan

masalah, untuk mendapatkan atau mengetahui penyebab dari suatu kejadian, dan untuk mendapatkan hukum-

hukum atau teori dari obyek yang diamati.

Berdasarkan definisi diatas, bahwa sains dapat dipandang sebagai suatu dimensi yang terdiri suatu

proses, maupun produk atau hasil serta sebagai sikap. Apabila pembelajaran sains yang dapat dikembangkan

meliputi tiga substansi mendasar, yaitu  pendidikan dan pembelajaran sains berisi program yang memfasilitasi

penguasaan proses sains, penguasaan produk sains serta program yang memfasilitasi pengembangan-

pengembangan sikap sains.

1.Sains sebagai suatu proses adalah cara untuk memperoleh pengetahuan. Gambaran sains

berhubungan erat dengan kegiatan penelusuran gejala dan fakta-fakta alam yang dilakukan melalui kegiatan

laboratorium beserta perangkatnya. Kebenaran sains akan diakui jika penelusurannya berdasar pada kegiatan

pengamatan, hipotesis (dugaan), percobaan-percobaan yang ketat dan obyektif, meskipun kadang berseberangan

dengan nilai yang ada. Jadi, sains menuntut proses yang dinamis dalam berfikir, pengamatan, eksperimen,

menemukan konsep maupun merumuskan berbagai teori. Rangkaian proses yang dilakukan dalam kegiatan

sains tersebut, saat ini dikenal dengan sebutan metode keilmuan atau metode ilmiah.

2.Sains sebagai produk terdiri atas berbagai fakta, konsep prinsip, hukum dan teori . Fakta adalah

sesuatu yang telah terjadi yang dapat berupa keadaan, sifat atau peristiwa; sedangkan konsep adalah suatu ide

yang merupakan generalisasi dari berbagai peristiwa atau pengalaman khusus, yang dinyatakan dalam istilah

atau simbol tertentu yang dapat diterima. Konsep mengacu pada benda-benda atau obyek, peristiwa, keadaan,

sifat, kondisi, ciri dan atribut yang melekatnya. Sedangkan teori adalah komposisi yang dihasilkan dari

pengembangan sejumlah proposisi (pernyataan berarti) yang dianggap memiliki keterhubungan secara

sistematis dan kebenarannya sudah teruji secara empirik serta dianggap berlaku secara universal .

3.Sains sebagai suatu sikap, atau dikenal dengan istilah sikap keilmuan, maksudnya berbagai

keyakinan, opini dan nilai-nilai yang harus dipertahankan oleh seorang ilmuan khususnya ketika mencari atau

Page 8: Mengenalkan sains pada anak pra sekolah

mengembangkan pengetahuan baru. Diantara sikap tersebut adalah rasa tanggung jawab yang tinggi, rasa ingin

tahu, disiplin, tekun, jujur, dan terbuka terhadap pendapat orang lain.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa sains adalah ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan fakta dan

gejala alam yang tersusun secara sistematis yang didapatkan melalui pengamatan dan eksperimen.

BAB III

PEMBAHASAN

Sebagaimana definisi-definisi sains yang teah dijelaskan pada BAB II ,dapat diktahui bahwa definisi

sains untuk anak usia dini adalah sains yang sasarannya ditujukan pada anak-anak usia dini,baik pada jenjang

Taman Kanak-kanak maupun Sekolah Dasar. Sains,saat ini menjadi hal yang penting untuk diterapkan atau

dikenalkan pada anak-anak usia dini karena sains  dapat mengajak anak untuk berpikir kritis, dengan sains anak 

tidak begitu saja menerima atau menolak sesuatu. Mereka mengamati, menganalisis dan mengevaluasi

informasi yang ada sebelum menentukan keputusannya.  Dengan melalui percobaan-percobaan sains melalui

ketrampilan proses, anak-anak dapat ditingkatkan kemampuan sainsnya. Dengan media observasi,  anak yang

mempunyai kemampuan sains yang tinggi dapat menemukan dan mempertanyakan objek-objek yang

dipahaminya. Anak usia 4-6 tahun dapat dilatih untuk mempunyai kemampuan sains . Anak dapat mulai

diajarkan ketrampilan observasi dasar  seperti pengamatan.Lewat cara ini anak dapat diajak untuk memahami

apa itu bunyi, udara, air, cahaya, suhu, tanah serta berbagai kayu dan logam. Mendidik anak mempunyai

kemampuan sains dapat membantu orang tua untuk menghindarkan anak dari kemungkinan menggunakan

informasi yang tidak tepat. Mendidik anak mempunyai kemampuan sains akan membantu anak untuk secara

aktif membangun pertahanan diri terhadap serangan informasi disekelilingnya

Melatih anak dengan percobaan  sains  akan membuat anak menjadi berpikir kreatif, inovatif, dan

mandiri, Dimensi lain dari sains juga yang teramat penting adalah dimensi “proses” yaitu proses mendapatkan

sains itu sendiri. Sains diperoleh melalui suatu penelitian dan percobaan yang disebut dengan metode ilmiah.

Anak usia dini atau usia prasekolah berada dalam masa emas perkembangan otaknya, salah satu hasil

penelitian menyebutkan, kapasitas kecerdasan anak pada usia empat tahun sudah mencapai 50 persen. Kapasitas

itu akan meningkat hingga 80 persen pada usia delapan tahun. Ini menunjukkan pentingnya memberikan

rangsangan pada anak usia dini. Mengenalkan sains pada anak bukan berarti mengenalkan rumus-rumus.

Suasana harus dalam keadaan bermain. Mengenalkan sains pada anak harus sesuai dengan tahapan umur dan

perkembangannya.

Hal ini menjadi penting bahwa pembelajaran hendaknya dihubungkan dengan apa yang telah diketahui

anak dan relevan dengan mereka.Mempertimbangkan karakteristik anak yang sejak dalam kandungan telah siap

untuk belajar dan terlahir sebagai peneliti alamiah yang meiliki dorongan kuat untuk mengadakan eksplorasi

dan investigasi, maka implikasi bagi orang dewasa khususnya guru, haruslah bertindak sebagai fasilitator bagi

setiap anak dalam menunjang minat dan keingintahuan mereka. Memberikan kesempatan, tantangan serta

melibatkan anak dalam beragam kegiatan untuk memperoleh pengalaman langsung yang seluas-luasnya

merupakan inti proses sains. Dan, tidak kalah penting pula bagi pembelajaran sains di tingkat TK, bila

Page 9: Mengenalkan sains pada anak pra sekolah

dilakukan secara terintegrasi melaui bermain karena bermain selain menghilangkan stress pada anak juga

merupakan cara anak belajar tentang kehidupan.

Sains yang diperkenalkan kepada anak usia dini, akan mendorong mereka menjadi anak yang kaya akan

inspirasi. Melatih anak dengan eksperimen sains bisa membuat anak bersikap kreatif dan kaya akan inisiatif.

Permainan sains juga bisa menumbuhkan  pola berpikir logis pada anak. Mereka akan terbiasa untuk mengikuti

tahap-tahap eksperimen sains. Eksperimen gagal tidak boleh disembunyikan, gagal harus disampaikan. Disini

akan muncul juga sikap sportiftivitas pada anak.Karena dengan bekal sains, sejak kecil anak-anak akan bisa

memecahkan masalahnya sendiri.

Pendidikan sains menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung. Dengan demikian, anak perlu

dibantu untuk mengembangkan sejumlah ketrampilan proses sains agar mampu menjelajahi serta memahami

alam sekitarnya.

Dengan memberikan pembelajaran sains sejak usia dini dapat melatih anak dalam menggunakan

pikirannya, kekuatannya, kejujurannya serta teknik-teknik yang dimilikinya dengan penuh kepercayaan diri,

sehingga tugas guru adalah mengembangkan program pembelajaran sains yang dapat mengeksplorasi dan

berorientasi sains secara optimal. Program pembelajaran sains yang diberikan pada anak usia dini hendaklah

telah melalui proses analisa tugas dan kemampuan anak, atas pertimbangan pilihan dan variasi kegiatan yang

diminati dan merangsang anak serta sesuai dengan aspek yang melekat pada anak sebagai individu yang unik.

Pembelajaran pada anak pra sekolah sebaiknya bersifat terpadu atau terintegrasi yaitu terintegrasi

dengan bidang lain seperti matematika, ataupun aktivitas sosial lainnya. Mengenalkan sains pada anak berarti

membantu anak untuk melakukan percobaan sederhana sehingga dapat menghubungkan sebab dan akibat suatu

perlakuan. Percobaan tersebut juga akan membantu anak untuk mulai berfikir logis. Mengenalkan sains pada

anak prasekolah dapat melalui permainan yang menyenangkan dengan bahan yang ada disekitar anak.

Pengenalan sains pada anak prasekolah lebih ditekankan pada proses daripada produk. Oleh sebab itu dalam

bermain sains anak diajarkan untuk menggunakan seluruh panca indranya sebaik mungkin, agar dalam proses

bermain tersbut anak dapat menemukan jawaban-jawaban dari suatu kegiatan bermain.

SAINS UNTUK ANAK USIA DINI

Pengertian sains untuk anak usia dini adalah bagaimana memahami sains berdasarkan sudut pandang

anak . Karena jika kita memandang dimensi sains dari kacamata anak, maka akan berimplikasi  pada

kekeliruan-kekeliruan dalam menentukan hakikat sains bagi anak usia dini yang berdampak cukup signifikan

terhadap pengembangan pembelajaran sains itu sendiri kepada mereka. Hal tersebut tentunya secara langsung

maupun tidak langsung akan berdampak pula pada proses dan produknya yaitu anak-anak itu sendiri.

Kehidupan anak tidak dapat lepas dari sains, kreativitas dan aktivitas sosial. Makan, minum,

menggunakan berbagai benda yang ada di rumah seperti radio, TV, dan kalkulator tidak lepas dari sains dan

teknologi. Oleh sebab itu, guru hendaknya dapat menstimulasi anak dengan berbagai kegiatan yang terkait

dengan sains dan teknologi. Untuk itu, seorang guru perlu mempelajari konsep-konsep keilmuan dan cara

pengajarannya. Pengenalan sains untuk anak pra sekolah lebih ditekankan pada proses daripada produk. Untuk

Page 10: Mengenalkan sains pada anak pra sekolah

anak prasekolah keterampilan proses sains hendaknya dilakukan secara sederhana sambil bermain. Kegiatan

sains memungkinkan anak melakukan eksplorasi terhadap berbagai benda, baik benda hidup maupun benda tak

hidup yang ada disekitarnya. Anak belajar menemukan gejala benda dan gejala peristiwa dari benda-benda

tersebut.

Sains juga melatih anak menggunakan lima inderanya untuk mengenal berbagai gejala benda dan gejala

peristiwa. Anak dilatih untuk melihat, meraba, membau, merasakan dan mendengar. Semakin banyak

keterlibatan indera dalam belajar, anak semakin memahami apa yang dipelajari. Anak memperoleh pengetahuan

baru hasil penginderaanya dengan berbagai benda yang ada disekitarnya. Pengetahuan yang diperolehnya akan

berguna sebagai modal berpikir lanjut. Melalui proses sains, anak dapat melakukan percobaan sederhana.

Percobaan tersebut melatih anak menghubungkan sebab dan akibat dari suatu perlakuan sehingga melatih anak

berpikir logis.

Dalam pembelajaran sains, anak juga berlatih menggunakan alat ukur untuk melakukan pengukuran. Alat ukur

tersebut dimulai dari alat ukur nonstandar, seperti jengkal, depa atau kaki. Selanjutnya anak berlatih

menggunakan alat ukur standar. Anak secara bertahap berlatih menggunakan stuan yang akan memudahkan

mereka untuk berfikir secara logis dan rasional. Dengan demikian sains juga mengembangkan kemampuan

intelektual anak.

PENTINGNYA SAINS

Anak pada usia dini sudah dikenalkankan dengan sains, hal ini tentu saja mempertimbangkan

pentingnya sains bagi anak. Di sini ada beberapa hal yang membuktikan pentingnya pengenalan sains pada anak

usia dini.

 

Leeper ( 1994 ) menyampaikan bahwa :

1.         Pengembangan pembelajaran sains ditujukan agar anak memiliki kemampuan memecahkan masalah yang

dihadapinya melalui pengguanaan metode sains, sehingga anak – anak terbantu dan menjadi terampil dalam

menyelesaikan berbagai hal yang dihadapi.

2.         Pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini ditujukan agar anak – anak memiliki sikap ilmiah.

Hal ini mendasar misalkan ; tidak cepat – cepat dalam mengmabil keputusan, dapat melihat segala sesuatu dari

berbagai sudut pandang, berhati – hati terhadapa informasi – informasi yang diterimanya serta bersifat terbuka.

3.         Pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini ditujukan agar anak – anak mendapatkan

pengetahuan dan informasi ilmiah.

4.         Pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini ditujukan agar anak – nak menjadi lebih berminat

dan tertarik untuk menghayati sains yang berada dan ditemukan di lingkungan dan alam sekitarnya.

Dari uraian – uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pentingnya sains adalah :

-          Membantu pemahaman anak tentang konsep sains dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari – sehari.

-          Membantu melekatkan aspek – aspek yang terkait dengan keterampilan proses sains, sehingga

pengetahuan dan gagasan tenatang alam sekitar dalam diri anak menjadi berkembang.

-          Membantu menumbuhkan minat pada anak untuk mengenal dan mempelajari benda – benda serta

kejadiandi luar lingkungannya.

Page 11: Mengenalkan sains pada anak pra sekolah

-          Memfasilitasi dan mengemabngkan sikap ingin tahu, tekun, terbuka, kritis, mawas diri, bertanggung jawab,

bekerja sama, dan mandiri dalam kehidupan.

-          Membantu anak agar mampu menerapkan berbagai konsep sains untuk menjelaskan gejala – gejala alam

dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari – hari.

-          Membantu anak agar mampu mengguanakan teknologi sederhana yang dapat digunakan untuk

memecahkan masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari – hari.

-          Membantu anak untuk dapat mengenal dan memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar, sehingga menyadari

kebesaran dan keagungan Tuhan YME.

KEMAMPUAN SAINS ANAK USIA DINI

Pada dasarnya sejak anak usia dini,  manusia sudah memiliki kecenderungan dan kemampuan berpikir

kritis. Hal itu dijelaskan oleh Brewer Sebagai mahluk rasional dan pemberi makna, manusia selalu terdorong

untuk memikirkan hal-hal yang ada di sekelilingnya. Kecenderungan manusia memberi arti pada berbagai hal

dan kejadian di sekitarnya merupakan indikasi dari kemampuan berpikirnya. Kecenderungan ini dapat kita

temukan pada seorang anak  yang memandang berbagai benda di sekitarnya dengan penuh rasa ingin tahu.

Kemampuan kognitif anak usia 5 – 6 tahun adalah :

(1) sudah dapat memahami jumlah dan ukuran,

(2) tertarik dengan huruf dan angka. Ada yang sudah mampu menulisnya atau menyalinnya, serta menghitungnya,

(3) telah mengenal sebagian warna,

(4) mulai mengerti tentang waktu, kapan harus pergi sekolah dan pulang dari sekolah, nama-nama hari dalam satu

minggu,

(5) mengenal bidang dan bergerak sesuai dengan bidang yang dimilikinya,

(6) pada akhir usia 6 tahun, anak sudah mulai mampu membaca, menulis dan berhitung.

 Dengan pemahaman terhadap kondisi kognitif anak dan kemampuan belajar yang tinggi yakni rasa ingin tahu 

tersebut, Pembelajaran sains yang kondusif akan membuat anak mengenali lebih baik obyek atau lingkungan

yang dipelajarinya. Pembelajaran seperti itu akan membantu anak mengenali secara langsung berbagai hal.

Anak akan mengenal tantangan hidup dan peluang-peluangnya. Dengan penyediaan pengalaman langsung

melalui pembelajaran sains, kekuatan intelektual anak menjadi terlatih secara simultan dan terus menerus.

Dengan sering mengamati, maka ketrampilan sains anak  akan berkembang.

Anak usia taman kanak-kanak telah memiliki kemampuan dasar tentang matematika dan pengetahuan tentang

alam sekitar , yang dikenal dengan pengetahuan alam. Kemampuan dasar matematika ini dapat dilihat dari

kemampuan anak tersebut dalam konsep bilangan, menghitung pada batas tertentu dan bahkan ada yang telah

dapat melakukan operasi hitung secara sederhana. Perkembangan pengetahuan alam sekitar (sains) pada anak

ini, dapat dilihat dari kemampuannya dalam menyebutkan nama objek yang ada disekitarnya, menjelaskan

tentang peristiwa yang terjadi dan yang akan terjadi, serta hal-hal lainnya.

Maka, dapat disimpulkan bahwa kemampuan sains anak usia dini adalah kegiatan pada anak usia dini,

diantaranya: kemampuan mengamati, mengklasifikasikan, menarik kesimpulan , mengkomunikasikan dan

mengaplikasikannya berdasarkan pengalaman sains yang diperolehnya. 

PEMBELAJARAN SAINS PADA ANAK USIA DINI

Page 12: Mengenalkan sains pada anak pra sekolah

Setiap anak berpotensi untuk menjadi seorang saintis, karena anak-anak yang mengadakan kegiatan

sains seringkali  dapat melakukannya secara mengejutkan. Tetapi kemampuan anak dalam penguasaan sains

tergantung pada fasilitator dalam hal ini orang tua, guru dan lingkungan. Pengembangan pembelajaran sains

akan menjadi pendidikan yang baik jika kita mampu mengindividualisasikan sains pada anak secara baik, yaitu

menjadi bersifat pribadi, melekat pada kehidupannya, berkembang sesuai karakteristiknya serta sesuai dengan

kesanggupan anak.

Pembelajaran dalam area sains pada awalnya melibatkan pengetahuan fisik dan pengetahuan logika

matematika. Dimana anak-anak menjelajahi sifat-sifat materi, mereka mencapai pengetahuan dari materi

tersebut melalui pengetahuan fisik. Kemudian mereka menciptakan hubungan antar benda-benda tersebut ,

seperti pada saat  mengelompokkan daun-daun, mereka pada saat itu belajar logika matematika.

Proses saintifik adalah sebuah siklus dari pembentukan hipotesis, mengumpulkan data,

mengkonfirmasikan atau menolak berbagai hipotesis, membuat generalisasi, kemudian mengulangi siklus.

Ketrampilan dasar yang digunakan dalam proses saintifik mencakup pengamatan, mengelompokkan dan

membandingkan, mengukur, mengkomunikasikan, melakukan eksperimen, menghubungkan, menyimpulkan

dan mengaplikasikan. Karena menyimpulkan dan mengaplikasikan mensyaratkan berpikir yang lebih abstrak.

Setiap ketrampilan ini, pada saat diaplikasikan ke dalam program sains untuk anak usia dini akan didiskusikan

pada bagian berikut. Bagaimanapun harus benar belajar diingat bahwa semua ketrampilan tersebut penting

dalam pembelajaran secara umum. Semua ketrampilan tersebut bahkan tidak hanya diaplikasikan dalam belajar

sains.

Anak-anak harus dapat berpikir dalam tema-tema konkrit operasional sebelum mereka dapat berpikir

tentang berbagai objek yang memiliki berbagai kategori sekaligus. Mayoritas anak-anak tidak dapat berpikir

konkrit pada usia dini. Guru dapat mendorong anak-anak untuk mengelompokkan berbagai objek dan

menjelaskan bagaimana berbagai objek tersebut dapat dikelompokkan. Anak dapat mengelompokkan berbagai

balok berdasarkan bentuk, kelompok benda-benda tersebut dapat dimasukkan dalam area seni atau macam-

macam tombol, daun-daun, biji-bijian atau koleksi lainnya.

Anak yang duduk di taman kanak-kanak berada dalam fase praoperasional. Suatu fase perkembangan

kognitif yang ditandai dengan berfungsinya kemampuan simbolis, kemampuan berpikir secara intuitif dan

berpusat pada cara pandang anak itu sendiri atau egosentris. Fase ini juga meletakkan dasar bagi kemampuan

matematika dan pengetahuan alam atau sains. Kemampuan bahasa pada fase ini sudah cukup baik.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan sains anak usia dini khususnya TK B

meliputi kemampuan untuk mengamati, mengklasifikasi, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan

masalah  yang dihadapinya melalui ketrampilan proses,  Selain itu juga sikap  rasa ingin tahu juga dapat

meningkatkan kemampuan sains anak usia anak TK B. Pembelajaran sains di TK B tidak hanya diharapkan

dapat membantu anak untuk memperoleh sejumlah informasi, ide-ide, ketrampilan, nilai-nilai dan cara berpikir

juga cara mengekspresi dan mengkomunikasikannya.

KETERAMPILAN PROSES

Page 13: Mengenalkan sains pada anak pra sekolah

Sains (IPA) hakikatnya terdiri dari dua komponen penting yang satu sama lain saling menunjang yaitu

komponen produk dan komponen proses. Produk sains berupa  pengetahuan, fakta, konsep dan hukum.

Sedangkan proses berupa ketrampilan dan sikap yang berhubungan dengan penyelidikan dan penemuan.

Kata ketrampilan berasal dari kata terampil yang berarti kepandaian melakukan sesuatu dengan cepat

dan benar, seorang yang dapat melakukan sesuatu dengan cepat tetapi tidak benar tidak dapat dikatakan trampil

demikian pula apabila seseorang melakukannya dengan benar tetapi lambat belum dapat dikatakan trampil.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa seseorang yang trampil dalam suatu bidang tidak ragu-ragu melakukan pekerjaan

tersebut seakan-akan tidak pernah lagi dipikirkan bagaimana melaksanakannya, tidak ada lagi kesulitan yang

menghambat. Dalam ruang lingkup yang lebih luas, ketrampilan meliputi kegiatan berupa perbuatan, berpikir,

berbicara, melihat, mendengarkan dan sebagainya sedangkan dalam pengertian yang sempit biasanya

ketrampilan lebih ditujukan berupa perbuatan. Beberapa ahli lain menjelaskan pengertian ketrampilan

merupakan perilaku yang tampak sebagai akibat perbuatan otot yang digerakkan oleh sistem saraf dan disertai

koordinasi yang memadai antara kerja otot dan proses psikologi    yang mengatur gerak itu.

Ketrampilan proses ini tidak tumbuh dan bekerja secara otomatis, tetapi perlu dilatih agar tumbuh dan

berkembang baik. Melalui kegiatan-kegiatan sains yang dilakukan, anak akan menghayati proses ilmiah.

Sehingga dapat dikatakan, ketrampilan proses anak akan lebih berkembang dan terlatih.Guru dapat

merencanakan berbagai kegiatan aktif, yang dapat mengembangkan ketrampilan proses. Hasilnya anak akan

lebih mampu menerapkan ketrampilan proses itu dalam kehidupan serhari-hari. Para ilmuwan dalam

menemukan suatu fakta atau teori tersebut melalui tahapan-tahapan kegiatan tertentu yang disebut proses ilmiah

yang menumbuh kemabangkan sikap ilmih, sehingga terbentuk produk ilmiah yaitu ilmu pengetahuan alam

(sains) yang menjadi dasar dan melahirkan kemajuan-kemajuan teknologi yang bermanfaat bagi kelangsungan

hidup manusia .

Ketrampilan proses bukalah sesuatu yang khusus dalam sains, karena ketrampilan tersebut merupakan

ketrampilan biasa yang lazim dilakuakan para ilmuwan atau orang-orang yang bergelut dalam sains, demikian

juga dalam pembelajaran sains hampir 75% dari pokok bahasan memerlukan ketrampilan proses, walaupun ada

juga pendekatan lain yang menunjang dan saling terkait dengan pendekatan ini, tetapi semua itu selalu

berorientasi pada cara belajar siswa aktif yang mengembangkan ketrampilan proses suatu perolehan dengan isi,

pesan, rancangan dan arah yag jelas.

Langkah-langkah yang dilakukan para ilmuwan dalam usaha mendapatkan pengetahuan tentang alam

biasa dikenal dengan metode ilmiah.  Nuryani menyatakan bahwa ketrampilan-ketrampilan dasar yang dimiliki

ilmuan dalam melakukan kegiatan ilmiah dikenal dengan ketrampilan proses sains. Harlen mendeskripsikan

ketrampilan proses sebagai kegiatan-kegiatan siswa yang dilakukan dalam belajar untuk mencapai tujuan

tertentu, dan seluruh kegiatan menjadi kesatuan yang tidak terpisah-pisah, misalnya dalam kegiatan

penyelidikan mulai dari melakukan pengamatan, menafsirkan hasil pengamatan dann ketrampilan-ketrampilan

selajutnya secara keseluruhan masing-masing ketrampilan proses yang terlibat menjadi bagian dari keseluruhan

ketrampilan dalam proses penyelidikan tersebut. Menurut Conny Semiawan ketrampilan proses adalah

ketrampilan fisik dan mental yang dimiliki , dikuasai dan diterapkan oleh ilmuwan.Ketrampilan proses adalah

ketrampilan ilmiah yang mencakup ketrampilan kognitif, ketrampilan psikomotor dan afektif.

Ketrampilan-ketrampilan ini dapat digunakan untuk menemukan dan mengembangkan konsep serta

menanamkan sikap ilmiah.

Page 14: Mengenalkan sains pada anak pra sekolah

Aspek-aspek ketrampilan proses meliputi :

1.      Observasi, mencakup ketrampilan melibatkan semua alat indra untuk meyatakan sifat yang dimiliki oleh

suatu benda atau objek

2.      Menafsirkan hasil pengamatan, melibatkan ketrampilan mencari hubungan antara pengamatan dengan

pernyataan ciri-ciri atau sifat suatu benda atau peristiwa yang mudah diberi arti oleh orang lain.

3.      Mengelompokkan, memerlukan ketrampilan observasi

4.      Berkomunikasi, mencatat hasil pengamatan yang relevan dengan penyelidikan.

5.      Mengajukan pertanyaan, memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan apa yang ingin

diketahuinya.

6.      Menyimpulkan (inferensi), merupakan ketrampilan memberikan penjelasan atau interprestasi terhadap

suatu data yang didasarkan atas pengetahuan dan pengalaman awal.

Pembelajaran sains berbasis ketrampilan proses adalah bentuk pembelajaran yang mengintegrasikan

ketrampilan proses ke dalam rangkaian aktivitas belajar guna mengarahkan siswa pada proses pengetahuan

secara mandiri.

RAMBU-RAMBU KEGIATAN SAINS UNTUK ANAK

Kegiatan pengenalan sains untuk anak prasekolah sebaiknya disesuaikan dengan tingkat perkembangan

anak. Guru/pendidik hendaknya tidak menjejalkan konsep sains kepada anak, tetapi memberikan kegiatan

pembelajaran yang memungkinkan anak menemukan sendiri fakta dan konsep sederhana tersebut. Teori

Experimental Learning dari Carl Rogermengisyaratkan pentingnya pembelajaran yang sesuai dengan keinginan

dan kebutuhan anak. Menurutnya anak secara alamiah dengan kapasitas dan kemauan untuk belajar. Fungsi

pendidik hanyalah memfasilitasi dan membantu agar anak dapat belajar secara optimal. Menurut Piaget (1972)

anak prasekolah usia 4-6 tahun berada pada fase perkembangan pra operasional dan menuju konkret

operasional. Untuk itu kegiatan sains sebaiknya disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan karakterstik

anak tersebut.

Berikut ini merupakan rambu-rambu yang dapat menjadi acuan dalam pembelajaran sains :

1. Bersifat konkrit

Benda-benda yang digunakan bermain dalam kegiatan pembelajaran adalah benda yang konkrit (nyata).

Pendidik tidak dianjurkan untuk menjejali anak dengan konsep-konsep       abstrak. Pendidik sebaiknya

menyediakan berbagai benda dan fasilitas lainnya yang diperlukan agar anak dapat menemukan sendirri konsep

tersebut.

2. Hubungan sebab akibat terlihat secara langsung

Anak usia 5-6 tahun masih sulit menghubungkan sebab akibat yang tidak terlihat secara langsung karena pikiran

mereka yang bersifat transduktif. Anak tidak dapat menghubungkan sebab-akibat yang tidak terlihat secara

langsung. Jika anak melihat peristiwa secara langsung, membuat anak mampu mengetahui hubungan sebab

akibat yang terjadi. Sains kaya akan kegiatan yang melatih anak menghubungkan sebab akibat.

3. Memungkinkan anak melakukan eksplorasi

Kegiatan sains sebaiknya memungkinkan anak melakukan eksplorasi terhadap berbagai benda yang ada

disekitarnya. Pendidik dapat menghadirkan objek dan fenomena yang menarik ke dalam kelas. Misalnya guru

Page 15: Mengenalkan sains pada anak pra sekolah

menghadirkan induk kucing dengan anaknya, atau ulat yang akan menjadi kepompong. Anak akn merasa

senang memperhatikan perilaku dan perubahan yang terjadi terhadap binatang tersebut. Bermain dengan air,

magnet, balon, suara atau bayang-bayang akan membuat anak sangat senang. Anak juga akan dapat

menggunakan hampir semua panca indranya untuk melakukan eksplorasi atau penyelidikan.

4. Memungkinkan anak menkonstruksi pengetahuan sendiri.

Sains tidak melatih anak untuk mengingat berbagai objek, tetapi melatih anak mengkonstruksi pengetahuan

berdasarkan objek tersebut. Oleh karena itu kegiatan pengenalan sains tidak cukup dengan memberitahu definisi

atau nama-nama objek, tetapi memungkinkan anak berinteraksi langsung dengan objek dan memperoleh

pengetahuan dengan berbagai inderanya dari objek tersebut. Oleh sebab itu sangat tidak tepat jika

memperkenalkan anak berbagai objek melalui gambar atau model. Anak membutuhkan objek yang

sesungguhnya.

5. Memungkinkan anak menjawab persoalan ”apa” dari pada ”mengapa”

Keterbatasan anak menghubungkan sebab akibat menyebabkan anak sulit menjawab pertanyan ”mengapa”.

Pertanyaan tersebut harus dijawab dengan logika berfikir sebab akibat. Jika anak bermain dengan air di pipal

lalu anak ditanya ”apa yang akan terjadi jika ujung pipa dinaikkan?”. Anak dapat menjawab, ”air akan mengalir

melalui ujung yang lain yang lebih rendah.” tidak perlu anak ditanya ”mengapa jika ujung ini dinaikkan, air

akan mengali ke ujung yang lebih rendah”? Hal itu tidak akan dapat dijawab oleh anak. Sering anak

menerjemahkan pertanyaan ’mengapa” dengan ”untuk apa”, sehingga pertanyaan mengapa akan dijawab ”agar”

atau ”supaya” .

6. Lebih menekankan proses daripada produk

Melakukan kegiatan eksplorasi dengan benda-benda akan sangat menyenangkan bagi anak. Anak tidak brfikir

apa hasilnya. Oleh sebab itu guru tidak perlu menjejali nak dengan berbagai konsep sains atau mengharuskan

anak untuk menghasilkan sesuatu dari kegiatan anak. Biarkan anak secara alami menemukan berbagai

pengertian dari interaksinya bermain dengan berbagai benda. Dengan kata lain proses lebih penting daripada

produk.

7. Memungkinkan anak mengunakan bahasa dan matematika

Pengenalan sains hendaknya terpadu ddengan disiplin ilmu yang lain, seperti bahasa, matematika, seni dan atau

budi pekerti. Melalui sains anak melakukan eksplorasi terhadap objek. Anak dapat menceritakan hasil

eksplorasinya kepada temannya (bahasa). Anak melakukan pengukuran, menggunakan bilangan, dan membaca

angka (matematika). Anak dapat juga menggambarkan objek yang diamati dan meawarnai gambarnya (seni).

Anak juga diajarkan mencintai lingkungan atau benda disekitarnya (budipekerti).

8. Menyajikan kegiatan yang menarik (the wondwer of science)

Sains menyajikan berbagai percobaan yang menarik seperti sulap. Anak-anak yang masih memiliki pikiran

magis (/imagical reasoning) akan sangat tertarik dengan keajaiban tersebut. Misalnya air susu dicampur air

sabun dan diberi tiga macam pewarna makanan, lalu diaduk. Dengan manmbahkan sedikit air soda, anak akan

melihat air berbuih dan mengeluarkan gelembung seperti mendidih, menampilkan air warna warni yang

menarik

MATERI DAN KEGIATAN SAINS

Page 16: Mengenalkan sains pada anak pra sekolah

Ada beberapa materi sains yang sesuai untuk anak prasekolah terutama usia 5-6 tahun. Pembelajaran

topik-topik sains hendaknya lebih bersifat memberikan pengalaman tangan pertama (first-hand experience)

kepada anak, bukan mempelajari konsep saians yang abstrak. Selain itu pembelajaran sains hendaknya

mengembangkan kemampuana observasi, klasifikasi, pengukuran, mengunakan bilangan dan mengidentifikasi

hubungan sebab akibat. Materi tersebut antara lain:

1. Mengenal gerak

Anak sangat senang bermain dengan benda-benda yang dapat bergrak, memutar, menggelinding, melenting,

atau melorot. Ada beberpa kegiatan untuk mengenalkan anak dengan gerakan, antara lain:

         a. Menggelinding dan bentuk benda

            Materi ini menyadarkan anak akan sebab-sebab timbulnya gerakan pada benda. Kemiringan papan,

bentuk benda slilidris dan kotak, halus kasarnya permukaan benda ikut mempengaruhi kecepatan gerakan.

Materi ini juga dapat melatih kemampuan observasi.

         b. Menggelinding dan ukuran benda

            Bermain dengan cara menggelindingkan benda-benda dengan berbagai ukuran akan membantu siswa

untuk mengenal bahwa besar kecil, berat ringannya suatu benda akan mempengaruhi gerak benda tersebut.

Meteri ini juga melatih kemampuan observasi pada anak.

2. Mengenal benda cair

Bermain dengan air merupakan salah satu kesenangan anak. Pendidik dapat mengarahkan permainan tersebut

agar anak dapat memiliki berbagai pengalaman tentang air. Air senantiasa menyesuaikan bentuknya dengan

bentuk wadahnya. Air mengalir dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yng lebih rendah atau dari tempat yang

bertekanan tinggi ke tempat yang bertekanan rendah. Berbagai kegiatan n dengn air, antara lain:

         a. Konservasi volume

            Kegiatan ini merupakan cara untuk melatih anak memahami isi atau volume benda cair. Anak Pra

operasional belum dapat memahami konservasi volume (Piaget 1972). Oleh karena itu memperkenalkan anak

dengan bejana yang dapat diisi akan membantu anak memahami konservasi volume. Sambil mengisi botol

besar, lalu memindahkan ke botol yang lebih kecil dan sebalaiknya, anak belajar mengunakan bilangan untuk

menghitung banyaknya air yang dimasukkan ke botol tersebut. Anak juga akan berlatih memahami pengertian

lebih banyak dan lebih sedikit. Kegiatan ini sebaiknya dilakukan di luar kelas. Agar tidak basah, sebaiknya anak

diminta memakai rompi plastik.

         b. Tenggelam dan terapung

         Kegiatan ini dapat dilakukan di kelas atau di luar kelas. Jika di kelas, beri alas plastik dan koran agar air

tidak mmbasahi tempat. Tujuan kegiatan ini adalah agar anak diberi pengalaman bahwa ada benda yang

tenggelam an ada yang terapung. Anak sering mengira benda yang berukuran kecil terapung dan yang besar

tenggelam. Tenggelam atau terapung tidak ditentukan oleh ukuran benda melainkan oleh berat jenis benda. .

         c. Membuat benda terapung

        Tujuan kegiatan ini addalah untuk mengenalkan pada anak bahwa benda yang tenggelam dapat dibuat

terapung. Dari kegiatan ini pula anak akan memahami, mengapa perahu yang berat dapat terapung.

        d. Larut dan tidak larut.

        Sebagian benda larut ke dalam air dan sebagian lagi tidak. Gula, garam dan warna pada teh larut dalam air

Page 17: Mengenalkan sains pada anak pra sekolah

sehingga akan membentuk larutan. Jika larutan dibiarkan, maka akan membentuk endapan, kecuali jika airnya

diuapkan semua. Benda lain tidak larut dalam air, seperti tepung, pasir dan minyak. Jika benda tersebut

dicampur dengan air maka tidak akan membentuk larutan, tetapi membentuk campuran. Campuran kelihatan

tidak homogen dan jika diendapkan, maka akan terlihat adanya endapan.

        e. Air mengalir

        Air mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah karena gravitasi bumi. Air dari tempat

yang lebih rendah dapat dialirkan ke tempat yang lebih tingi dengan menambah tekanan, misalnya dengan

pompa air. Anak sangat senang bermain dengan air mengalir dan memperoleh pengalaman langsung yang kelak

akan berguna untuk mempelajari sains.

        f. Mengenal sifat berbagai benda cair

        Melalui kegiatan ini anak diperkenalkan bahwa benda cair itu bermacam-macam, tidak hanya air. Benda-

benda cair itu juga memiliki sifat yang berbeda.

3. Mengenal timbangan (neraca)

Neraca sangat baik untuk melatih anakmenghubungkan sebab akibat karena hasilnya akan nampak secara

langsung.jika beban di satu lengan timbangan di tambah, maka beban akan turun. Demikian pula jika beban di

geser menjauhi sumbu. Berbagai benda memiliki massa jenis berbeda. Kapas dan spon memiliki massa jenis

yang lebih kecil dibanding besi dan batu, meskipun batu dan besi ukurannya kecil tetapi akan lebih berat dari

kapas atau spon.

4. Bermain gelembung sabun

Anak sangat menyukai bermain dengan gelembung sabun. Dengan menambahkan satu sendok gliserin pada dua

liter air, larutan sabun, akan diperoleeh larutan yang sabun yang menakjubkan yang dapat digunakan untuk

membentuk gelembung raksasa, jendela kaca, atau bentuknya lainnya dari busa..

5. Mengenal benda-benda lenting

Benda-benda dari karet pada umumnya memuliki kelenturan sehingga mampu melenting jika dijatuhkan.

Demikian pulla benda dari kare yang diisi udara , seperi bola basket, bola voli dan bola plastik. Anak sangat

senang bermin dengan benda-benda tersebut.

6. Mengenal Binatang

Binatang merupakan mahluk yang menarik bagi anak-anak karena mampu merespon rangsang. Anjing,

misalnya mampu mengembalikan bnda-benda yang dilemparkan pemiliknya. Anak kucing akan mengejar dan

menerkam benda-benda yang bergerak. Meskipun masih diperdebatkan dari segi sanaitasi dan higienisnya,

memelihara hewan peliharaan dapat mengembangkan rasa kasih dan sayang pada anak. Melalui binatang anak

akan belajar banyak tentang mahluk tersebut. Oleh karena itu di nagara-negara maju, kebun binatang dilengkapi

dengan pojok sains (sains center) dimana anak dapat berinteraksi dengan bintang yang jinak dan bersih sambil

memperlajarinya. Ada beberapa keuntungan yang diperoleh anak jika berinteraksi dengan binatang. Pertama,

anak belajar mengenal dan menghargai mahluk hidup, ia belajar bahwa mahluk hidup memerlukan makanan,

papan dan kasih sayang. Kedua, anak belajar untuk menyayangi binatang yang pada akhirnya akan

menumuhkan rasa kasih sayang pada mahluk hidup.

Masih banyak materi yang dapat membantu anak mengenal sains termasuk mengenal tubuh mereka sendiri.

Page 18: Mengenalkan sains pada anak pra sekolah

Guru dapat mengembangkan sendiri fenomena-fenomena yang ada dan yang terjadi di sekitar anak. Termasuk

tumbuhan yang ada di sekitar mereka.

MENUMBUHKAN JIWA SAINS ANAK USIA DINI

Terkadang orang tua melupakan satu hal, bahwa anak adalah pribadi yang unik. Anak bukanlah miniatur orang

dewasa. Anak memiliki hak untuk tumbuh, berkembang dan dihargai. Setiap anak memiliki pengalaman masing

– masing, dan pasti pengalaman anak yang satu berbeda dengan anak yang lain. Setiap anak pasti mendapatkan

pengalaman melihat, meraba, merasa, mendengar dan lain sebagainya, sehingga terjalin suatu hubungan antar

sel otak, yang semakin lama semakin berkembang akan terjadi komunikasi yang lebih banyak, maka

kemampuan belajar juga semakin baik.                           

Tidak hanya makanan, nutrisi dan gizi, yang mempengaruhi bagaimana perkembangan atau kelanjutan

perkembangan anak kelak, akan tetapi juga ditentukan oleh stimulasi dari lingkungan yang kondusif akan

membuat anak semakin berkembang dan semakin “kaya”. Setiap anak memiliki bakat tersendiri, salah satunya

adalah sains. Sains bisa diberikan pada anak sejak usia 2 tahun. Karena pada dasarnya setiap anak memiliki jiwa

sains.Hal ini terbukti dari jiwa dasar sains anak seperti  :

Senang mengamati

Terkadang kita sering mendapati anak senang mengamati sesuatu, seperti benda dengan berbagai bentuk, warna

yang mencolok atau sesuatu yang bergerak . Misalnya, anak suka mengamati mainan kicir angin dari kertas

yang berwarna-warni.

Senang bertanya

Terkadang sebagai orang tua kita dibuat jengah dengan berbagai pertanyaan anak. Apapun yang ditemui, anak

sering banyak bertanya. Tak jarang orang tua dibuat kewalahan mendapat pertanyaan “nyleneh” anak. –

anaknya. Beberapa orang tua tidak sabar, lalu menjawab seadanya saja.

Memiliki rasa ingin tahu yang besar

Anak pada dasarnya memiliki keingintahuan yang besar. Misalnya, ia ingin tahu kenapa baling – baling bisa

berputar, air bisa mengalir dan sebagainya.

Senang mencoba hal – hal baru

Karena memiliki keingintahuan yang besar, seringkali anak mencoba sesuatu yang baru, bahkan ia tidak

menyadari bahwa “percobaan baru”nya cukup membahayakan keselamatan dirinya.Para orang tua hendaknya

mendampingi anak dan memfasilitasi sifat dasarnya. Selain agar dapat memperluas wawasan, hal ini juga akan

mengembangkan kecerdasan logis matematis , alam dan kreativitas anak – anak. Kegiatan sains pada anak usia

dini pastilah berbeda dengan kegiatan sains orang dewasa. Kegiatan sains pada anak usia dini sangatlah

sederhana, tetapi cukup menstimulasi daya pikir kritis dan kreativitas anak.

BAB IV

PENUTUP

KESIMPULAN

Page 19: Mengenalkan sains pada anak pra sekolah

Anak-anak usia dini berada dalam tahap keemasan perkembangan otaknya.Mereka mempunyai daya

ingat yang lebih tajam dibanding orang dewasa,ini merupakan sebuah momentum terpenting dalam hidupnya

untuk membangun memori-memori berharga dimasa kecil yang akan diingat dalam waktu yang lama.

Seperti diketahui bahwa setiap anak yang terlahir telah mempuyai jiwa-jiwa sains,untuk kemudian

mengembangkannya adalah tugas dari orang tua,para guru,dan lingkungannya.Pada dasarnya setiap anak

mempunyai rasa ingin tahu yang besar,suka melakukan pengamatan,selalu ingin mencoba hal-hal yang baru,dan

hal-hal lainnya yang kadang tidak disadari oleh para orang tua.Dengan dasar inilah,orang tua atau guru sebagai

fasilitator sekaligus pembimbing sangat dibutuhkan kehadirannya dalam mendampingi masa keemasan anak ini.

Memperkenalkan sains pada anak sejak dini,merupakan pilihan yang tepat untuk menumbuhkan

berbagai sikap ilmiah yang akan sangat membantunya kelak dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi di

masa mendatang,terlebih untuk menghadapi tantangan globalisasi yang luar biasa saat ini.Secara tidak langsung

pembelajaran sains pada anak usia dini akan membentuk mental anak untuk menjadi pribadi yang tangguh

sekaligus siap dalam menghadapi tantangan globalisasi dengan berbagai kemajuan-kemajuan teknologi yang

pesat.

SARAN

  Dengan berbagai kemajuan teknologi yang ada saat ini,penerapan atau pengenalan sains untuk anak usia dini

sangat penting,dalam rangka membekali mereka untuk mempersiapkan diri sejak dini menghadapi tantangan

globalisasi,sekaligus mempersiapkan mental mereka sebagai generasi pengganti yang intelek dan mumpuni

untuk merubah wajah zaman kearah yang lebih baik dari saat ini.

  Orang tua maupun guru selain berperan sebagai fasilitator,juga harus menjadi pembimbing sekaligus pendamping

anak dalam pembelajaran sains,oleh karena itu,mereka harus terlebih dahulu menguasai sains,agar penerapan

pembelajaran sains pada anak dapat dilakukan secara maksimal tanpa harus ada kesalahan penerapan konsep

sains.

  Komitmen yang kuat disertai kesabaran dalam membimbing anak belajar sains menjadi kunci keberlangsungan

pembelajaran sains pada anak usia dini.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 1991.  Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Rineka Cipta.

Carin, Sund. 1989.  Teaching Science Throught Discovery. Colombus, Ohio :  Charles Merril Publishing.

Hadis, Fawzia Aswin. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Depdiknas-        UI.

Nugraha, A.  Pengembangan Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini. JILSI Foundation.

Nugraha, A. Tumbuh dan Belajar Anak Usia Dini. Bogor: KKB-Bakat.

Piaget, J.(1970). The Science of Education and The Psichology of The Child. New York: Grossman.

Suyanto, Slamet. (2005). Pembelajaran untuk Anak TK. Jakarta: Depdiknas

Page 20: Mengenalkan sains pada anak pra sekolah

MEMANFAATKAN BAHAN ALAM DAN BAHAN SISA SEBAGAI MEDIA BERMAIN

MEMANFAATKAN BAHAN ALAM DAN BAHAN SISA SEBAGAI MEDIA BERMAINDalam dunia pendidikan, belajar merupakan salah satu hal pokok yang dilaksanakan untuk mencapai

tujuan.Belajar dalam pelaksanaannya haruslah menarik minat dan dianggap menyenangkan bagi peserta didik.Kegiatan belajar yang menyenangkan tersebut sebisa mungkin disamarkan dan melebur dalam kegiatan terpadu, yang menurut mereka (peserta didik), disebut dengan bermain.

Bermain adalah aktivitas yang dipilih sendiri oleh anak, karena menyenangkan, bukan karena akan memperoleh hadiah atau pujian. Tetapi bagi anak, bermain adalah suatu kegiatan yang serius, namun mengasyikkan.Melalui aktivitas bermain, berbagai fantasinya, tujuannya dan pekerjaannya terujud.Dan tentu saja, sebagai guru, tujuan pembelajaran pun tercapai.Saat anak bermain, semua indera anak bekerja aktif.Semua informasi ditangkap oleh indera anak, disampaikan ke otak sebagai rangsangan, sehingga sel-sel otak aktif dan berkembang.

Media belajar dan bermain yang baik adalah media yang dapat memberi kesempatan untuk mendapatkan dan memperkaya pengetahuan anak secara langsung. Pun dapat meningkatkan kemampuan berbahasa, berpikir kritis dan positif, membantu mengenal lingkungan dan kemampuan dirinya, menumbuhkan motivasi dan meningkatkan perhatian belajar anak.

Media tersebut harus memperhatikan hal-hal berikut :

Menjaga keamanan dan keselamatan.

Menjaga kesehatan / kebersihan.

Pembuatan sesuai ukuran.

Bisa untuk bereksplorasi anak.

Dapat untuk bereksperimen anak.

Mengembangkan imajinasi anak.

Memotivasi anak untuk kreatif.

Mengembangkan kemampuan sosial anak.

Sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan anak.

Berorientasi pada prinsip-prinsip perkembangan anak

1. Pengertian bahan alam dan bahan sisa

Bahan sisa adalah bahan-bahan yang berasal dari barang-barang yang sudah tidak terpakai lagi dan dapat didaur ulang kembali menjadi sesuatu yang bisa dimanfaatkan. Seperti : kertas bekas, koran, majalah, kardus,karton,kain, plastik, kaleng, styrofoam, busa, tali, tutup botol, sedotan, sendok es krim, botol plastik, keranjang buah dan karet. Sedangkan,

Bahan alam adalah bahan-bahan yang berasal dari alam yang dapat diolah menjadi barang-barang yang bermanfaat bagi penggunanya.Seperti : batu-batuan, kayu, ranting, biji-bijian, daun-daun kering, pelepah, bambu, bunga, batang padi,dll.

Tujuan dalam memanfaatkan bahan sisa dan bahan alam sebagai media bermain yaitu :

a. Memperkaya / menambah alat bermain/ sebagai sumber belajar.b. Memotivasi guru untuk lebih peka dalam mengoptimalkan lingkungan sekitar untuk dijadikan sebagai media bermain.c. Murah, mudah dan tersedia.

2. Macam Bahan Sisa dan Bahan Alam di Sekitar TKBeberapa bahan sisa dan bahan alam yang dapat kita manfaatkan untuk media bermain diantaranya sebagai

berikut:

Page 21: Mengenalkan sains pada anak pra sekolah

a.      Bahan-bahan Sisa

Kerta bekas (Koran, majalah, kantong beras dll.) Kardus/karton. Bahan/kain. Plastik dan kaleng. Styrofoam dan busa. Tali. Tutup botol dan karet.

b.      Bahan-bahan Alam

Batu-batuan. Kayu dan ranting. Biji-bijian. Daun-daun kering. Pelepah. Bambu.

3. Kriteria keamanan yang harus dipertimbangkan dalam membuat media bermainHal-hal yang harus diperhatikan dalam membuat alat bermain dengan bahan-bahan sisa atau bahan-bahan alam

adalah sebagai berikut:

1. Kayu tidak berserat.2. Bulu bambu yang gatal3. Jangan tajam4. Cat nontoksid (bebas racun)5. Menjaga kebersihan6. Paku yang menonjol7. Pembuatan dengan ukuran yang sesuai

4. Contoh Bahan Sisa dan Bahan Alam Sebagai Media Bermain di TKBerikut ini beberapa contoh media bermain dengan menggunakan bahan sisa atau bahan alam:

1) Puppets … puppets …Puppets adalah sejenis boneka yang dipakai seperti sarung tangan, biasanya bahannya kebanyakan terbuat dari kaos kaki.

2) Engrang Kaleng/BatokEngrang adalah permainan yang berasal dari berbagai daerah di jawa, permainan ini dapat melatih

keseimbangan anak didik, cara memainkannya anak menaiki engrang yang terbuat dari batok/tempurung kelapa atau bisa juga dibuat dengan kaleng bekas yang diberi lubang di tengahnya dan diberi tali yang panjang. Pada saat anak menaiki engrang anak memegang tali dan berjalan dengan berpegangan pada tali tersebut

3) Topeng-topeng LucuBermain topeng adalah hal yang menyenangkan bagi anak.Dengan leluasa anak dapat bergerak memainkan

tokoh sesuai dengan tokoh yang digunakannya. Topeng-topeng dapat dibuat sesuai dengan tokoh cerita yang akan dimainkan seperti:

4) Buah dan sayuranTerkadang ada beberapa anak sulit makan buah atau sayuran, ada cara lain yang kreatif agar anak mau makan

buah atau sayuran, dengan menggunakan bahan tersebut sebelum dimakan oleh anak-anak, guru dapat berkreasi bersama anak dengan bahan tersebut, buah atau sayuran dapat dibentuk menjadi binatang, wajah lucu, mobil-mobilan dll.

5) tempat bersembunyiKardus-kardus berukuran besar sangat efektif dan menyenangkan bagi anak untuk bermain rumah-rumahan atau

istana ataupun toko-tokoan dan tempat bersembunyi.

6) Pohon/ranting

Page 22: Mengenalkan sains pada anak pra sekolah

Pohon/ranting dapat digunakan untuk meletakkan hasil karya anak ataupun untuk bermain seperti:

Mencari bentuk yang sama Mencari harta karun Menggantungkan pesan untuk teman/anak Menggantungkan nama teman-teman yang sakit atau tidak masuk pada hari itu Kartu janji pada diri sendiri

7) Bermain musikYaitu alat musik yang menghasilkan suara karena dipukul-pukul atau diketuk-ketuk. Bahan yang digunakan bisa dari

bahan apa saja yang menghasilkan suara yang ada di sekitar anak

8) Alat cetak bergulingAlat cetak berguling dapat dibuat dengan menggunakan bahan-bahan yang ada di sekitar anak-anak yang

menghasilkan berbagai motif, sehingga dapat dijadikan hiasan kelas hasil karya anak-anak.

9) Alat IPAAnak-ank adalah ilmuan alami yang sangat aktif mencari informasi mengenai apa saja yang ada disekelilingnya,

mereka mencoba memahami melalui pengamatan dan percobaan, keingintahuan alami akhirnya menuju ke belajar.

10) Kegiatan MatematikaMatematika adalah sebuah sistem abstrak untuk pengalaman dalam mengorganisasikan serta mengurutkan

Contoh bentuk konsep matematika :

Menyusun dari yang tertinggi dan terendah.

Membuat perbandingan besar-kecil.

Mengumpulkan daun ditaman (macam-macam bentuk dan ukuran)

Kartu bentuk.

Kartu jumlah (banyak sedikit)

Kartu bentuk dan warna.

Pasang benda sesuai jumlah.

Memanfaatkan bahan alam dan bahan sisa sebagai media bermain tak luput dari memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar dan tempat bermain aud. Sebab bahan alam dan bahan sisa tersebut diperoleh dan didapat dari lingkungan.

Oleh sebab itu , dituntut kreativitas guru dalam memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar dan bermain bagi aud dengan menemukan media pembelajaran dari bahan sisa dan bahan alam yang telah ada dilingkungan.

Adapun kiat-Kiat memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar dan bermain anak usia dini yaitu :

1. Mengolah dan memanfaat lingkungan menjadi alat permainan yang mendidik Contoh :

Membuat mobil-mobilan dari kulit jeruk bali, batang pisang dll Membuat rumah-rumahan dari kardus bekas Membuat ayunan dipohon dari tali yang kuat Membuat kolam/akuarium ikan atau kandang hewan piaraan (kucing,kelinci, dll) Membuat kuda-kudaan dari pelepah pisang Membuat bola dari kertas koran Dan sebagainya 2. Memanfaat lingkungan secara langsung, seperti mengamati binatang, tumbuhan, batu-batuan, kejadian , kejadian alam

(hujan, gerakan angin, air dan sebagainya)

Page 23: Mengenalkan sains pada anak pra sekolah

Misalnya : Biasanya anak usia dini serius jika menemukan serangga, misalnya seekor laba-laba kecil yang menarik baginya. Bila kita melihat hal ini, berilah bimbingan kepadanya dengan cara menanyakan apa yang sedang diamatinya.

Manfaat yang bisa diambil dari kegiatan ini adalah anak usia dini dapat mengembangkan kecerdasannya dengan mengetahui berbagai benda yang diamatinya. Selain itu juga anak akan dapat mengembangkan keterampilan sosialnya yaitu dengan mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang tua.

Upaya kita dengan mengamati apa yang meraik bagi anak juga akan dapat mengembangkan emosi anak. Misalnya pada saat ia mengungkapkan hal-hal yang menarik baginya, ia menunjukkn ekspresi yang serius dan pandangan mata yang tajam. Kemampuan berbahasa anak juga akan semakin meningkat jika kita mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya menggugah kemampuan berbahsa anak, kosakatanya akan berkembang.

3. Bertanya dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan terbuka Memberikan pertanyaan kepada anak usia dini mendorong mereka untuk menjelaskan mengenai berbagai hal

yang mereka alami dan mereka lihat. “coba ada berapa kaki laba-laba itu nak?”

Pertanyaan yang bersift terbuka akan memacu anak kita untuk mengungkapkan berbagai hal yang diamatinya secara bebas sesuai dengan kemampuan berbahasanya.

4. Perhatikan dan gunakan saat yang tepat untuk mengajak bermain Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar sebenarnya memberikan berbagai pilihan dalam

pembelajaran anak usia dini. Hal tersebut disebabkan ragam dan pilihan sumber belajarnya sangat banyak. Dengan memanfaatkan lingkungan kegiatan belajar akan lebih berpusat pada anak.

5. Gunakan kosa kata yang beragam untuk menjelaskan hal-hal baru Anak usia dini terkadang mengalami kekurangan perbendaharaan kata untuk menjelaskan apa yang mereka

lihat. Keterbatasan kosa kata yang terjadi pada anak harus kita bantu, sehingga tahap demi tahap kemampuan berbahasa dan perbendaharaan kosa katanya akan semakin bertambah.

6. Cobalah bersikap lebih ingin tahu Sebagai orang tua , kita tidak selamanya mengetahui jawaban-jawaban atas pertanyaan anak kita. Namun orang

tua yang mengetahui berbagai hal akan menumbuhkan kepercayaan anak kepada kita. Anak usia dini merasa memilki orang yang dapat yang dapat dijadikannya temat bertanya mengenai hal-hal yang tidak dapat mereka pecahkan. Sebaliknya jika kita tidak mengetahui banyak hal , akan menimbulkan ketidak nyamanan kepada anak kita, karena setiap ia menanyakan sesuatu , ia tidak mendapatkan jawaban yang jelas dan tidak memuaskan. Jadi sebagi orang tua, sebaiknya kita juga selalu belajar , sehingga kita memiliki pengetahuan, kemampuan dan keterampilan dalam ngembangkan pembelajaran anak usia dini dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajarnya.

Catatan bagi guru dan orang tua :Para orangtua dan guru yang tercinta , tahukah berapa lama benda-benda berikut dapat terurai didalam tanah ?

Kertas : 2,5 bulan Kain katun : 1, 5 tahu Kardua/karton : 5 bulan Filter rokok : 10-12 tahun Kantung plastic : 10-20 tahun Sepatu kulit : 25-43 tahun Baju/kaos berbahan nilon : 30-40 tahun Plastic keras (botol plastic, dll) : 50-80 tahun Aluminium : 80-100 tahun Kaleng timah : 200-400 tahun Styrofoam : tidak bisa terurai

Padahal jika kita amati benda-benda tersebut setiap hari bertambah dilingkungan kita .Mari kita manfaatkan berbagai jenis sumber belajar itu menjdai alat-alat permainan yang mendidik, dan bermanfaat untuk anak kita. Semoga kita bisa membantu menyelamatkan bumi kita, dengan cara yang sederhana namun bermakna.

REFERENSI :

Page 24: Mengenalkan sains pada anak pra sekolah

Adrianto, dedy . 2011. Memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar aanak usia dini. Direktorat pembinaan pendidikan anak usia dini : Jakarta

http://paudaisyiyahkrapyaklor.blogspot.com/2013/04/artikel-media-bermain-anak-paud.html

http://oksipaud.wordpress.com/2011/12/17/manfaat-bahan-sisa-dan-bahan-alam-sebagai-media-bermain/

http://green.kompasiana.com/penghijauan/2012/07/06/menyulap-sampah-menjadi-alat-peraga-edukatif-474934.html

http://sdn3bojonglopang.wordpress.com/2010/06/13/bahan-alam-dan-bahan-sisa-sebagai-media-belajar/

http://andra-kirana.blogspot.com/2010/06/bahan-alam-dan-bahan-sisa-sebagai-media.html

PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENGENAL KONSEP BILANGAN DAN LAMBANG BILANGAN 1-10 PADA SISWA KELOMPOK A TK KRISNAMURTI III SURABAYARatings: (0)|Views: 321|Likes: 0Published by Alim SumarnoJurnal Online Universitas Negeri Surabaya, author : Siti Sadidah, http://ejournal.unesa.ac.idSee more   PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENGENAL KONSEP BILANGAN DAN LAMBANG BILANGAN 1-10 PADA SISWA KELOMPOK A TK KRISNAMURTI III SURABAYA Siti Sadidah Program Studi PG-PAUD, FIP, UNESA (e-mail: [email protected]) Drs. M. Nursalim, M.Si.  NIP. 19680503 199403 1 003 Abstrak Hasil observasi yang dilakukan di TK Krisnamurti III Surabaya, menunjukkan adanya kekurangan dalam menyediakan media yang menarik untuk pembelajaran mengenal konsep bilangan dan lambang bilangan, yang berakibat anak kurang bersemangat dalam belajar. Padahal media  pembelajaran merupakan bagian dari metode yang sangat efektif untuk membantu pemahaman anak dalam mengenal konsep bilangan dan lambang bilangan, salah satunya dalam hal ini adalah dengan media kartu bergambar. Berdasarkan kondisi tersebut maka dilakukan penelitian tindakan kelas (PTK) dikelompok A TK Krisnamurti III Surabaya dengan jumlah 22 anak. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa kartu bergambar benar-benar dapat digunakan sebagai media untuk meningkatkan kemampuan anak dalam mengenal konsep bilangan dan lambang bilangan. Hasil  pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dari pembelajaran yang tidak memakai kartu bergambar dengan pembelajaran yang menggunakan media kartu bergambar, diketahui bahwa tingkat pemahaman anak dalam mengenal konsep bilangan dan lambang bilangan lebih baik setelah proses pembelajaran menggunakan bantuan kartu bergambar. Dalam tahapan penelitian, penggunaan media kartu bergambar seperti : gambar piring, sendok, garpu, gelas, dan pohon angka, pada siklus I dapat mencapai ketuntasan pembelajaran sampai 41 %. Dan pada siklus II ketuntasan pembelajaran bisa meningkat sampai 86 %. Berdasarkan dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan, bahwa penggunaan kartu  bergambar merupakan media yang efektif dalam mengenalkan konsep bilangan dan lambang bilangan  pada anak. karena dengan menggunakan kartu bergambar akan lebih menarik perhatian anak, sehingga anak lebih termotivasi untuk mengikuti pelajaran. Kata kunci : kartu bergambar, konsep bilangan dan lambang bilangan  Abstract The result of observation held in TK Krisnamurti III Surabaya showed that there is a lack of giving an interesting media for learning the concept and the symbol of number which causes the children not spirited enough in learning. Whereas, learning media is a part of effective method to help children's understanding about the concept and symbol of number, one of the media aimed in this case is illustrated card. Based on that condition, it was carried out the Classroom Action Research in group  A TK Krisnamurti III Surabaya with 22 children. This research aimed to prove that illustrated card can really used as a media to increase the children's ability in recognizing the concept and the symbol of number. The result showed that children's understanding about the concept and the symbol of number is better

Page 25: Mengenalkan sains pada anak pra sekolah

after using illustrated card media. In research, the use of illustrated card media as the picture of plate, spoon, fork, glass and number tree, in the cycle I get the completeness up to 41% and increase to be 86% in cycle II. Based on those results, it can be concluded that illustrated card is an effective media in recognizing the concept and the symbol of number to the children. Because by using illustrated card, the children will be interested so that they are more motivated to join in learning  process. Key words: illustrated card, the concept of number and the symbol of number   PENDAHULUAN Konsep bilangan paling awal yang bisa diajarkan pada anak adalah banyak sedikit. Sebab mengajarkan konsep ini pada anak tidak harus didahului dengan penguasaan kemampuan  berhitung. Berapa pun bisa menjadi banyak, sekaligus bisa juga menjadi sedikit, tergantung  pembandingnya. Paling mudah adalah saat anak makan, jelaskan padanya kalau makannya tidak habis maka ia hanya makan sedikit dan bisa sakit. Saat mengajak anak bermain ke pantai bisa juga dimanfaatkan untuk mengenalkan konsep bilangan, minta anak mengambil pasir sesekop dan dimasukkan ke dalam embernya. Pasir sesekop itu sedikit tapi kalau terus ditambah sampai embernya penuh akan menjadi banyak. Begitu juga dengan siswa kelompok A TK Krisnamurti III yang berjumlah 22 anak ini bisa  juga dikenalkan konsep bilangan seperti contoh diatas. Untuk itu peneliti mengemukakan bahwa  pengenalan berhitung pada anak usia dini sangatlah penting sebagai dasar utama anak dalam mempelajari ilmu matematika pada tingkat sekolah dasar di kemudian hari. Agar anak dengan muda menerima konsep bilangan dan lambang bilangan dalam berhitung, maka peneliti dalam melaksanakan pembelajaran dengan tema mengenal konsep bilangan dan lambang bilangan, menggunakan alat peraga yang menarik, karena sebelunnya hanya menggunakan alat peraga  papan tulis dan spidol saja. Dengan adanya  permasalahan yang ada pada sebagaian siswa tersebut, maka sebagai pendidik terus  berinstropeksi terhadap metode yang harus disampaikan kepada siswa sehingga nantinya akan berhasil dengan baik. Guru sebagai pendidik harus merancang pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan, sehingga nantinya anak tidak merasa bosan dan jenuh selama dalam melaksanakan pembelajaran. Dalam menanamkan konsep bilangan pada anak haruslah memahami karakteristik anak terutama anak usia dini, yaitu : a.  bahwa anak masih belum mampu berfikir realis, tetapi masih berada dalam tingkat  berfikir verbalis atau global.  b. Anak pada usia dini masih sangat menyukai  permainan dan bergerak bebas tanpa banyak dibatasi oleh aturan yang membatasi ruang gerak perkembangan social, inisiatif pikiran, dan emosionalnya. Oleh sebab itu dalam menanamkan konsep bilangan janganlah terlalu membebani anak dengan konsep pembelajaran yang non verbal dan terlalu terperinci sehingga membuat anak mudah  jenuh. Tetapi akan lebih menarik jika dalam  penanaman konsep bilangan pada anak usaia dini tersebut divariasi dengan metode  bermain, karena mengembangkan potensi emosional, metode bermain merupakan cara yang baik untuk mengembangkan potensi anak, karena dalam bermain anak akan mengenal lingkungan dan menemukan  banyak pengalaman. Dengan pengalaman yang diperoleh pada saat bermain, anak dapat potensi kemandirian, maupun potensi sosialnya. Untuk mengacu pemahaman di atas, maka hasil studi awal yang peneliti lakukan pada 22 siswa kelompok A TK Krisnamurti III Surabaya ditemukan sejumlah bukti, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Siswa yang belum mengenal konsep bilangan 2. Siswa yang belum mengenal lambang  bilangan 3. Siswa yang belum bisa menyebutkan lambang bilangan. Rendahnya kemampuan siswa dalam mengenal konsep dan lambang bilangan disebabkan antara lain : 1. siswa yang kurang memperhatikan 2. Media pembelajaran yang kurang menarik 3. Latar belakang orang tua yang sibuk, sehingga anak kurang perhatian. Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mengenal konsep bilangan dan lambang  bilangan , salah satu alternatif yang dapat dilakukan oleh guru adalah mengajar dengan menggunakan alat peraga media kartu bergambar. Alasan digunakan media adalah agar proses  pembelajaran lebih menarik dan anak-anak lebih termotivasi dalam belajarnya. Dulu sebelum menggunakan alat peraga media kartu bergambar, guru hanya menggunakan jari-jari tangan, spidol dan papan tulis sebagai media pembelajaran. Kemampuan Mengenal Konsep dan Lambang Bilangan Sebagaimana yang sudah kami paparkan di atas bahwa menurut kamus bahasa konsep adalah rencana yang dituangkan dalam kertas, rancangan dan sebagainya. Lambang adalah sesuatu sebagai tanda, huruf atau benda yang digunakan untuk menyampaikan maksud atau pesan. Dan bilangan adalah jumlah yang menunjukkan banyaknya  benda dan sebagainya. Jadi konsep lambang  bilangan adalah rancangan sesuatu sebagai tanda   yang di gunakan untuk menyampaikan maksud /  pesan melalui jumlah / banyaknya benda. Agar anak mampu memahami konsep lambang bilangan maka harus memperoleh  banyak pengalaman berhitung sejak dini, dengan demikian anak akan mampu mengenal konsep lambang bilangan dengan baik. Beri

Page 26: Mengenalkan sains pada anak pra sekolah

kesempatan  pada anak untuk menghitung apapun yang ditemukan di mana saja, kancing pada sebuah baju , palang-palang jendela, permen dalam kotak, kelopak bunga, kacang dalam kulitnya , orang-orang dalam antrean . Bantu mereka menghitung sampai sepuluh secara akurat sebelum mulai mencoba keterampilan yang lain . Dalam menjumlah, berhitung dapat  berjalan seiring dengan pengenalan angka 1 sampai 10. Sekarang anak mulai tahu bahwa  jumlah kancing atau buku yang dihitungnya tidak hanya bernama dua, tetapi juga dapat diwujudkan dengan bentuk 2, yang dikenal dengan angka. Jumlah adalah konsep keduaan, angka adalah symbol untuk konsep tersebut. Bagi anak-anak  pada usia awal, symbol masih akan tetap abstrak dan tidak bermakna apa-apa kalau tidak dikaitkan dengan benda – benda nyata. Kemampuan Mengenal Konsep dan Lambang Bilangan pada Anak Taman Kanak-kanak Orang tua dan guru sangat berperan aktif dalam membantu siswa untuk dapat memahami konsep suatu bilangan. Hal ini dapat dilakukan oleh orang tua dan guru melalui kegiatan yang menyenangkan bagi anak, misalnya melalui  berbagai permainan yang berkaitan dengan  bilangan. Orang tua atau guru dapat menciptakan  berbagai permainan yang dapat mendorong anak untuk belajar menguasai bilangan. Pembelajaran dapat dilakukan bukan hanya di dalam kelas, tapi  juga dapat dilakukan di luar kelas, yang penting anak merasa senang dan tertarik dengan kegiatan yang dilaksanakannya yang di dalamnya memuat kemampuan untuk menguasai konsep bilangan. Selain itu orang tua atau guru harus mempertimbangkan tingkat kemampuan atau  pemahaman anak terhadap materi yang diberikan. Menurut psikologi Piaget dalam (Sujiono, 2009: 60) dua macam perkembangan dapat terjadi sebagai hasil dari beraktivitas, yaitu asimilasi dan akomodasi. Suatu perkembangan disebut asimilasi jika aktivitas terjadi tanpa menghasilkan  perubahan pada anak, sedangkan akomodasi terjadi jika anak menyesuaikan diri terhadap hal-hal yang ada di lingkungannya. Pendapat Piaget yang penting, yaitu anak sebagai pembelajar dan pemikir yang aktif, yang membangun pengetahuannya dengan ‘bergulat’ dengan benda-benda atau gagasan-gagasan. Jika kita mengambil gagasan Piaget bahwa anak  beradaptasi dengan lingkungannya, kita dapat melihat bagaimana lingkungan dapat menjadi setting untuk perkembangan. Lingkungan menawarkan berbagai kesempatan kepada anak untuk bertindak. Oleh karenanya, lingkungan kelas, misalnya, dapat menjadi ajang kegiatan dan kreativitas yang menyebabkan pembelajaran terjadi. Berkenaan dengan teori kognitif Piaget mengemukakan tiga cara bagaimana anak sampai  pada mengetahui sesuatu. Pertama adalah melalui interaksi sosial, kedua melalui pengetahuan fisik, dan ketiga yang disebut dengan logical mathematical. Kategori ini meliputi pengertian tentang angka, seriasi, klasifikasi, waktu, ruang, dan konservasi. Tipe pengetahuan ini menunjukkan adanya proses mental yang dikaitkan dengan hadirnya benda secara fisik. Dalam pandangan Piaget, untuk mempelajari sesuatu termasuk konsep bilangan digunakan pendekatan konstruktif. Menurut  pandangan konstruktivistik belajar merupakan  proses pembentukan pengetahuan ini harus dibentuk oleh si belajar (siswa sendiri). Ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif berfikir, menyusun konsep, dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Dari teori Piaget dapat disimpulkan bahwa  pembelajaran memang terjadi bertahap, tetapi ini  bukan berarti bahwa pembelajaran yang holistik tidak dapat terjadi jika tahap-tahap pembelajaran tersebut tidak dilalui secara sistematis. Dengan kata lain, dalam merencanakan kegiatan belajar mengajar guru bisa saja menyusun materi dari yang paling mudah hingga yang paling sulit menurut versi atau pandangan guru. Cara Meningkatkan Kemampuan Mengenal Konsep dan Lambang Bilangan Dunia Taman Kanak-kanak adalah dunia yang identik dengan bermain, terutama di usia dini. Pengenalan matematika pada anak usia dini dapat dilakukan dengan memperkenalkan bentuk, warna, cara berhitung, menyusun benda dan sebagainya. Melalui permainan, anak dapat meningkatkan aspek kognitif mengenai konsep  bilangan. Permainan konsep bilangan merupakan  bagian dari matematika. Hal ini diperlukan untuk menumbuh kembangkan keterampilan berhitung yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari . Konsep bilangan merupakan dasar bagi  pengembangan kemampuan matematika maupun kesiapan anak untuk mengikuti pendidikan Sekolah Dasar. Permainan konsep bilangan melatih anak untuk bekerja sendiri, tabah, percaya diri, tidak  putus asah dan pantang menyerah. Melalui permainan, anak tidak hanya senang bermain tetapi dapat mengenal konsep bilangan tanpa adanya paksaan misalnya: melompat sesuai dengan angka yang didapat, menyusun benda sesuai urutan, mengambil benda sesuai angka dan   lain-lain. Selain melalui permainan tersebut di atas, maka anak juga perlu diberi beberapa latihan untuk meningkatksn kemampuan anak dalam mengenal konsep bilangan dan lambang bilangan yaitu antara lain : 1. Latihan membilang / menyebut urutan  bilangan 1-10 2. Latihan membuat urutan bilangan 1-10 dengan benda-benda 3. Latihan menghubungkan / memasangkan lambang bilangan dengan benda-benda sampai 10 4.

Page 27: Mengenalkan sains pada anak pra sekolah

 Latihan membedakan dan membuat 2 kumpulan benda yang sama jumlahnya dan tidak sama jumlanya 5. Latihan menyebut hasil penambahan dan  pengurangan dengan benda sampai 10 Untuk mengimplementasikan bantuan kesulitan anak pada PAUD dapat menerapkan  beberapa prinsip-prinsip di bawah ini yang perlu diperhatikan oleh pendidik, yaitu : 1. Rencanakan pengalaman yang nyata sehingga anak dapat terlibat secara aktif. 2. Observasi anak agar memahami kebutuhan dan minatnya. 3. Berikan kesempatan anak belajar sesuai dengan tahapan mereka. 4. Pendidik sebagai fasilitator, bukan sekedar  pemberi pengetahuan. Beberapa area  pengetahuan tidak dapat diajarkan tetapi harus dialami anak agar anak bisa mempelajarinya. 5. Berikan anak permasalahan dan konflik untuk memunculkan kemampuan  berpikir, akomodasi dan adaptasi. 6. Merancang aktivitas yang sesuai dengan area perkembangan anak. Orang dew asa atau anak yang lebih pintar harus menolong anak agar dapat menjembatani kesenjangan antara sesuatu yang telah dipelajari anak dan sesuatu yang potensial yang bisa dimunculkan. 7. Membuat bermain menjadi kegiatan  bermakna. Hubungkan matematika dengan  pengalaman sehari-hari. 8. Bertanyalah kepada anak hal-hal yang menarik. 9. Doronglah anak untuk dapat menjelaskan  pikirannya melalui kata-kata, gambar, tulisan dan symbol. 10. Dorong anak untuk berbicara, baik kepada guru maupun anak lain. 11. Pelajaran berurutan mulai dari enactive (konkrit) sampai pada simbolik. 12. Bangunlah pembelajaran matematika  berdasarkan pembelajaran sebelumnya. 13. Gunakan model dan benda-benda manipulatif yang berbeda untuk membantu anak mempelajari matematika. Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa Latin yang adalah bentuk jamak dari medium batasan mengenai pengertian media sangat luas, namun kita membatasi pada media pendidikan saja yakni media yang digunakan sebagai alat dan  bahan kegiatan pembelajaran. Media memiliki multi makna, baik dilihat secara terbatas maupun secara luas. Munculnya berbagai macam definisi disebabkan adanya perbedaan dalam sudut  pandang, maksud, dan tujuannya. AECT (Association for Education and Communicatian Technology) dalam Sadiman (2008: 6) memaknai media sebagai segala bentuk yang dimanfaatkan dalam proses penyaluran informasi. NEA (National Education Association) memaknai media sebagai segala benda yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca, atau dibincangkan beserta instrumen yang digunakan untuk kegiatan tersebut. Gagne dalam (Sadiman, 2008: 6) menyimpulkan beberapa pandangan tentang media, yang menempatkan media sebagai komponen sumber, mendefinisikan media sebagai “komponen sumber belajar di lingkungan peserta didik yang dapat merangsangnya untuk belajar.” Briggs berpendapat bahwa media harus didukung sesuatu untuk mengkomunikasikan materi (pesan kurikuler) supaya terjadi proses belajar, yang mendefinisikan media sebagai wahana fisik yang mengandung materi instruksional. Wilbur Schramm dalam (Sadiman, 2008: 27) mencermati pemanfaatan media sebagai suatu teknik untuk menyampaikan pesan, di mana ia mendefinisikan media sebagai teknologi pembawa informasi /  pesan instruksional. Yusuf hadi Miarso memandang media secara luas/makro dalam sistem pendidikan sehingga mendefinisikan media adalah segala sesuatu yang dapat merangsang terjadinya proses belajar pada diri  peserta didik. Manfaat Media Kartu Bergambar Secara umum media mempunyai kegunaan (Sadiman, 2008: 17) a. memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis.  b. mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indra. c. menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber  belajar. d. memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori & kinestetiknya. Activity (1)FiltersAdd to collection Review Add Note Like 1 hundred readsMore From This User

PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT PADA KELOMPOK PEMBUDIDAYA IKAN (POKDAKAN) MINO TIRTOREJO DI DESA TUNJUNGREJO KECAMATAN YOSOWILANGUN KABUPATEN LUMAJANG

Page 28: Mengenalkan sains pada anak pra sekolah

PROSES PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM KEMITRAAN PENGELOLAAN HASIL LAUT ( STUDI PADA PELAKSANAAN CSR PT.PETROKIMIA GRESIK DI KELURAHAN LUMPUR, KECAMATAN GRESIK, KABUPATEN GRESIK)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PERMULAAN MELALUI MEDIA PASIR PADA ANAK KELOMPOK A TK KYAI HASYIM

Untitled

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MULTIMEDIA DENGAN MENGGUNAKAN ADOBE FLASH CS3 UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN TEKNOLOGI MEKANIK (Study Pada Siswa Kelas X Teknik Permesinan SMK Negeri 3 Surabaya)

analisis pemetaan daerAH RAWAN PETIR DENGAN MENGGUNAKAN METODE KRIGING DI WILAYAH KOTA/KABUPATEN PASURUAN

PENGEMBANGAN SOFTWARE SOCIAL SKILLS (SOSIS) UNTUK MENGUKUR TINGKAT KETERAMPILAN SOSIAL SISWA KELAS VII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

rancang bangun alat ukur kecepatan dan arah angin berbasis arduino uno atmega 328p

PERBANDINGAN  HASIL PEMETAAN SAMBARAN PETIR MENGGUNAKAN LD2000 DENGAN METODE KRIGING DAN IDW KOTA SURABAYA TAHUN 2013

studi HUBUNGAN POSISI jarak bumi TERHADAP bulan DENGAN kejadian gempa bumi dan pola sebaran episenternya Di wilayah sumatera utara

STUDI SIFAT ANTI-KOROSI MATERIAL COATING CAT-PANi/SiO2 DENGAN METODE POLARISASI LINIER

Pengukuran volume paru-paru dengan memanfaatkan sensor tekanan

Studi tentang SUDUT AZIMUT STASIUN dan hubungannya DENGAN DURASI RUPTURE GEMPA BUMI Pada masing-masing stasiun

RANCANG BANGUN BANDUL BALISTIK MENGGUNAKAN HUKUM KEKEKALAN MOMENTUM PADA TUMBUKAN TIDAK ELASTIS

FABRIKASI BATA RINGAN TIPE CELLULER LIGHTWEIGHT CONCRETE DENGAN BAHAN DASAR PASIR VULKANIK GUNUNG KELUD SEBAGAI PENGGANTI  FLY ASH

ANALISIS SIFAT KOROSI MATERIAL PELAPIS PANi-SiO2/cat PADA MEDIUM NaCl 1M DENGAN METODE EIS

RANCANG BANGUN ALAT ELEKTROKARDIOGRAF LEAD 1 BERBASIS SOUNDCARD PADA KOMPUTER

Page 29: Mengenalkan sains pada anak pra sekolah

RANCANG BANGUN APLIKASI LUX METER BH1750 SEBAGAI ALAT UKUR KEKERUHAN AIR BERBASIS MIKROKONTROLER

PERANCANGAN KIT PERCOBAAN GERAK LURUS BERUBAH BERATURAN PADA BIDANG MIRING

Perancangan kit percobaan untuk pengukuran sudut deviasi dan indeks bias prisma

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN PENAKAR HUJAN TIPE TIPPING BUCKET DENGAN SENSOR PHOTO – INTERRUPTER BERBASIS ARDUINO

korelasi ANTARA AZIMUT STASIUN DENGAN DURASI RUPTURE GEMPA BUMI DI PULAU SUMATERA

PENGARUH VARIASI TiO2 DALAM KOMPOSIT PANi-TiO2/CAT SEBAGAI PELAPIS ANTI KOROSI PADA BAJA KARBON ASTM A36

Penentuan percepatan gravitasi bumi lokal dengan Bantuan sistem pegas-massa dan sensor ultrasonik

PERANCANGAN ALAT UKUR KECEPATAN MENGGUNAKAN SENSOR ULTRASONIK DAN PRINSIP EFEK DOPPLER