22
MEMAHAMI PERILAKU INDIVIDU DALAM ORGANISASI Tulisan Ini Dibuat Sebagai Tugas Bidang Pengantar Manajemen Semester Ganjil Tahun Akademik 2010-2011 Disusun oleh: Stephani Sentosa ( 125100718 ) Kelas : PY Dosen Pembimbing: Drs. Agoes Inarto, MM

MEMAHAMI PERILAKU INDIVIDU DALAM ORGANISASI

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MEMAHAMI PERILAKU INDIVIDU DALAM ORGANISASI

MEMAHAMI PERILAKU INDIVIDU DALAM ORGANISASI

Tulisan Ini Dibuat Sebagai Tugas Bidang Pengantar Manajemen Semester Ganjil

Tahun Akademik 2010-2011

Disusun oleh:

Stephani Sentosa ( 125100718 )

Kelas : PY

Dosen Pembimbing: Drs. Agoes Inarto, MM

Fakultas Ekonomi

Universitas Tarumanagara

Jalan Tanjung Duren Utara No. 1, Jakarta Barat

Page 2: MEMAHAMI PERILAKU INDIVIDU DALAM ORGANISASI

LATAR BELAKANG

Manusia adalah makhluk yang rumit. Karena tidak serupa, membaca karakter

manusia tidak bisa disamakan layaknya membaca buku. Bahkan dua orang yang

memiliki perilaku sama dapat berubah dalam situasi yang berbeda dan dua orang

yang berbeda dapat bertindak dalam situasi yang sama. Tentu saja tidak sembarangan

kita menilai seseorang karena setiap orang bisa saja berubah dan ada pula variabel

lain yang menentukan. Dalam menilai karakter seseorang hendaknya dapat diterapkan

dalam segala situasi baik kehidupan sehari-hari ataupun dunia kerja. Biasanya dalam

perusahaan seorang manager ataupun pemimpin harus bisa mengerti sifat dan

perilaku karyawan.

Seorang manajer hendaknya memiliki pengetahuan untuk mengenali perilaku

karyawannya untuk dapat bekerja sama dengan secara baik. Dalam mengenali

karyawannya, manajer yang sudah berpengalaman dalam sebuah organisasi akan

lebih mudah mengambil keputusan dalam mengenali sikap, presepsi, dan kemampuan

mental apa yang dimiliki karyawannya dan aspek-aspek lainnya yang dapat

mempengaruhi kinerja karyawan.

Dalam karya ini penulis akan lebih fokus pada cara untuk memahami perilaku

individu dalam organisasi. Apa yang bersangkutan dengan manajer dalam

menjelaskan, memprediksi, dan mempengaruhi karyawan. Dan bagaimana perilaku

organisasi mempengaruhi produktivitas karyawan, absensi, pergantian, perilaku

anggota organisasi, kepuasan kerja, dan perilaku kerja.

Page 3: MEMAHAMI PERILAKU INDIVIDU DALAM ORGANISASI

PEMBAHASAN

A. Pengertian Perilaku Organisasi

Perilaku organisasi merupakan bidang studi yang menyelidiki pengaruh yang

dimiliki oleh individu, kelompok dan struktur terhadap perilaku dalam organisasi

yang bertujuan menerapkan ilmu pengetahuan semacam ini guna meningkatkan

keefektifan suatu organisasi.

B. Disiplin Ilmu yang Mendukung Organisasi

Dalam menganalisa perilaku suatu organisasi juga diperlukan keahlian khusus

yang mempunyai pokok ilmu pengetahuan umum, yaitu:

1. Antropologi, merupakan studi kemasyarakatan untuk mempelajari manusia

dan aktivitas-aktivitas mereka.

2. Psikologi, merupakan ilmu pengetahuan yang berusaha mengukur,

menjelaskan dan terkadang mengubah perilaku manusia dan makhluk lain.

3. Psikologi sosial, merupakan studi yang memandukan konsep psikologi dan

sosiologi serta berfokus pada pengaruh seseorang terhadap orang lain.

4. Sosiologi, merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang manusia

dalam kaitannya dengan lingkungan sosial dan kultur (budaya) mereka.

5. Ilmu politik, merupakan studi tentang perilaku individu dan kelompok dalam

lingkungan politik.

Page 4: MEMAHAMI PERILAKU INDIVIDU DALAM ORGANISASI

C. Dasar-dasar Perilaku Individual

Setiap individu memiliki kekuatan dan kelemahan dalam kemampuan yang

membuatnya relatif lebih unggul atau kurang unggul dibandingkan individu

laindalam melakukan tugas atau aktivitas tertentu. Dari sudut pandang

manajemen, masalahnya bukanlah pada kemampuan yang berbeda tetapi

bagaimana setiap individu bisa memiliki kemampuan yang berbeda dan

memanfaatkan pengetahuan tersebut untuk meningkatkan kemungkinan

seseorang melakukan pekerjaannya dengan baik. Kemampuan adalah

penilaian terkini atas apa yang dapat dilakukan seseorang yang terdiri atas

kemampuan intelektual (aktivitas mental–berpikir, menalar, dan memecahkan

masalah) dan kemampuan fisik (stamina, ketangkasan fisik, kekuatan, dan

karakteristik serupa). Kemampuan fisik atau intelektual tertentu sangat

dibutuhkan dalam melakukan pekerjaan dengan bergantung pada persyaratan

kemampuan dari pekerjaan tersebut.

Selain kemampuatn diperluakan juga pengetahuan tentang karakteristik

pribadi seseorang atau dapat disebut karakteristik biografis. Karakteristik

biografis merupakan karakteristik perseorangan (seperti: usia, gender, ras,

status perkawinan, dan masa jabatan) dapat menjadi salah satu objek penilaian

individu secara nyata melalui arsip pribadi.

Page 5: MEMAHAMI PERILAKU INDIVIDU DALAM ORGANISASI

D. Sikap

Sikap merupakan pernyataan evaluasi (menguntungkan atau tidak

menguntungkan) mengenai objek, individu, atau peristiwa. Sikap dapat dibagi

menjadi 3 unsur, yaitu: kognitif (opini), afektif (emosional), dan perilaku (tata

kelakuan)

E. Kepribadian

Kepribadian merupakan keseluruhan cara di mana seorang individu bereaksi dan

berinteraksi dengan individu lain. Kepribadian seseorang juga diperngaruhi oleh

faktor-faktor penentu kepribadian: keturunan dan lingkungan. Ada 2 model yang

terkenal dalam mempelajari sifat kepribadian yaitu MBTI dan Big-Five Model.

Sifat-sifat kepribadian menurut MBTI (Myers-Briggs Type Indicator):

1. Interaksi sosial, apakah individu itu lebih terikat dunia eksternal atau internal

(extrovert or introvert / ekstrover atau introver)

2. Preferensi untuk mengumpulkan data, bagaimana kecenderungan orang itu

dalam menyerap atau menangkap infomasi (sensing or intuition / mengindera

atau mengikuti kata hati)

3. Preferensi untuk pengambilan keputusan, bagaimana kecenderungan orang

itu dalam mengevaluasi dan mengambil keputusan (thinking or feeling /

menggunakan pikiran atau perasaan)

Page 6: MEMAHAMI PERILAKU INDIVIDU DALAM ORGANISASI

4. Gaya pengambilan keputusan, bagaimana orang itu menjalani hidup: apakah

terencana dan menutup diri atau spontan dan terbuka (judging or preceiving /

penilai atau pemersepsi)

Sifat-sifat kepribadian menurut Big-Five Model:

1. Ekstraversi; sejauh mana seseorang itu bergaul, banyak bicara (ceramah dan

tanya jawab), dan tegas.

2. Keramahan; sejauh mana seseorang itu baik secara natural, koperasi, dan

percaya.

3. Kesadaran; sejauh mana seseorang itu memiliki hati bertanggung jawab,

dapat diandalkan, gigih, dan berorientasi pada prestasi.

4. Stabilitas emotional; sejauh mana seseorang dapat tenang, antusias, dan aman

(positif) atau tegang, gugup, depresi, dan tidak aman (negatif).

5. Pengalaman; sejauh mana seseorang dapat berimajinatif, artistik sensitif, dan

intelektual.

Selain MBTI dan Big-Five Model ada juga sifat lainnya yang menjadi indikator

kuat perilaku seseorang di tempat kerja, yaitu:

1. Evaluasi inti diri, merupakan tingkat di mana individu menyukai atau tidak

menyukai dirinya sendiri. Dalam evaluasi inti diri, seorang individu

ditentukan 2 elemen utama: harga diri (anggapan mengenai dirinya berharga

atau tidak) dan lokus kendali (keyakinan untuk menjadi penentu nasib).

Page 7: MEMAHAMI PERILAKU INDIVIDU DALAM ORGANISASI

2. Machiavellianisme, Sejauh mana seorang individu pragmatis, menjaga jarak

emosional, dan berusaha untuk mendapatkan dan memanipulasi daya-tujuan

dapat membenarkan berarti.

3. Narsisme, yaitu kecenderungan menjadi arogan, mempunyai rasa

kepentingan diri yang berlebihan, membutuhkan pengakuan berlebih, dan

mengutamakan diri sendiri.

4. Pemantauan diri, merujuk pada kemampuan seorang individu untuk

menyesuaikan perilakunya dengan faktor-faktor situasional eksternal.

5. Pengambil resiko, kecenderungan untuk mengambil atau menghindari resiko

dapat dilihat dari berapa lama waktu yang dibutuhkan manajer dalam

mengambil keputusan dan berapa banyak informasi yang mereka butuhkan

sebelum membuat pilihan.

6. Kepribadian proaktif, yaitu: sikap yang cenderung oportunis, berinisiatif,

berani bertindak, dan tekun hingga berhasil mencapai perubahan yang berarti.

7. Kepribadian tipe A, seseorang dengan kepribadian ini terlibat secara agresif

dalam perjuangan terus-menerus untuk mencapai lebih banyak waktu yang

lebih sedikit, dan bila perlu, melawan upaya-upaya menentang dari orang

atau hal lain. Karakteristik tipe A: selalu bergerak, berjalan dan makan

dengan cepat; terobsesi pada angka-angka, mengukur keberhasilam dalam

bentuk jumlah yang diperoleh; tidak dapat menikmati waktu luang.

Page 8: MEMAHAMI PERILAKU INDIVIDU DALAM ORGANISASI

F. Presepsi

Presepsi adalah proses di mana individu mengatur dan menginterprestasikan

kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi mereka. Mengapa

presepsi dianggap penting dalam studi perilaku organisasi? Hanya karena

perilaku individu didasarkan pada presepsi mereka tentang kenyataan, bukan

pada kenyataan itu sendiri. Dunia yang dipersepsikan individu merupakan dunia

yang memetingkan perilaku.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi presepsi, yaitu: faktor dalam situasi

(waktu, keadaan kerja dan keadaan sosial), faktor dalam diri sendiri sebagai

pengarti (sikap, motivasi, minat, pengalaman, dan harapan), serta faktor dalam

diri sendiri sebagai target (sesuatu yang baru, gerakan, suara, ukuran, latar

belakang, kedekatan, dan kemiripan).

Presepsi kita tentang individu berbeda dengan presepsi kita tentang benda-benda

mati. Benda mati bergantung pada hukum alam, tetapi tidak memiliki keyaiknan,

motif, atau niat, sementara manusia memiliki semua hal tersebut. Hasilnya kita

akan berusaha untuk mengembangkan berbagai penjelasan mengapa meraka

berperilaku dalam cara-cara tertentu. Apakah perilaku individu tersebut

dipengaruhi secara internal atau eksternal. Namun, sebagian besar penentuan

tersebut bergantung pada 3 faktor: kekhususan, konsensus, dan konsistensi.

Kekhususan merujuk pada apakah seorang individu memperlihatkan perilaku-

perilaku berbeda dalam situasi-situasi yang berbeda. Apabila semua individu

Page 9: MEMAHAMI PERILAKU INDIVIDU DALAM ORGANISASI

menghadapi situasi yang serupa merespon dalam cara yang sama, kita dapat

berkata bahwa perilaku tersebut mengarah pada konsensus. Dari prespektif

hubungan, apabila konsensus tinggi, Anda diharapkan untuk memberikan

hubungan eksternal untuk keterlambatan karyawan tersebut. Akhirnya manajer

akan mencari konsistensi dalam tindakan-tindakan karyawannya.

Kita sering menggunakan jalan pintas ketika menilai individu lain. Mengartikan

dan menginterprestasikan apa yang dilakukan individu lain sangatlah berat.

Akibatnya, para individu mengembangkan berbagai teknik untuk membuat tugas

tersebut menjadi lebih dapat diatur. Teknik-teknik ini sering kali dianggap

berharga namun teknik tersebut bukan merupakan teknik yang sangat mudah

sehingga dapat dilakukan oleh siapapun atau sebaliknya dapat mempersulit kita.

Pemahaman mengenai hal ini bermanfaat dalam mengenali kapan teknik-teknik

tersebut dapat mengakibatkan penyimpangan yang signifikan. Contoh teknik

yang sering digunakan sebagai jalan pintas: presepsi selektif, efek halo, efek-efek

kontras, proyeksi, dan pembentukan streotip.

Dalam banyak kasus, penilain ketika seseorang akan bergabung dalam sebuah

tim kerja sangatlah penting dan diukur sesegera oleh anggota tim lainnya.

Penilaian ini memiliki konsekuensi penting bagi organisasi tersebut. Ada

beberapa aplikasi yang nyata yaitu: wawancara kerja, harapan kinerja,

pembentukan profil etnis, dan evaluasi kinerja.

Page 10: MEMAHAMI PERILAKU INDIVIDU DALAM ORGANISASI

Pembuatan keputusan yang paling baik adalah keputusan yang rasional (pilihan-

pilihan yang konsisten. Pilihan-pilihan ini dibuat mengikuti enam langkah dari

model pembuatan keputusan yang rasional. Model rasional dimulai dengan

langkah mendefinisikan masalah, mengidentifikasikan kriteria keputusan,

menimbang kriteria yang telah di identifikasikan, membuat berbagai alternattif,

menilai setiap alternatif dan akhirnya memperhitungkan keputusan yang optimal.

Para pembuat keputusan terlibat dalam rasionalitas yang dibatasi dan dapat

menimbulkan penyimpangan yang besar dari rasionalitas: bias kepercayaan diri

yang berlebihan, bias jangkar, bias konfirmasi, bias ketersediaan, bias

representatif, peningkatan komitmen, kesalahan yang tidak disengaja, kutukan

pemenang. Untuk itu para manajer juga dapat melakukan pengambilan keputusan

menurut intuisi. Keputusan ini tidak diambil secara tidak sadar dan biasanya

berdasarkan pengalaman yang dimiliki.

G. Motivasi

Motivasi merupakan proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan

usaha untuk mencapai suatu tujuan. Ada beberapa teori kebutuhan:

1. Hierarki kebutuhan: fisiologis, rasa aman, sosial, penghargaan, aktualisasi

diri.

2. Teori X dan Y, teori ini menyatakan bahwa pandangan manajer mengenai

sifat manusia didasarkan atas kelompok tertemtu. Teori X diasumsikan

Page 11: MEMAHAMI PERILAKU INDIVIDU DALAM ORGANISASI

sebagai anggapan negatif karyawan sedangkan teori Y diasumsikan sebagai

anggapan positif karyawan.

3. Teori dua faktor, teori ini menghubungkan faktor-faktor intrinsik dengan

kepuasan kerja sementara mengkaitkan faktor-faktor ekstrinsik dengan

ketidakpuasan kerja.

4. Teori evaluasi kognitif, teori ini menyatakan bahwa pemberian penghargaan-

penghargaan ekstrinsik untuk perilaku yang sebelumnya memuaskan secara

intrinsik cenderung mengurangi tingkat motivasi secara keseluruhan.

5. Teori penentu tujuan, teori ini menyatakan bahwa tujuan-tujuan yang spesifik

dan sulit dengan umpan balik akan menghasilkan kinerja yang lebih tinggi.

Teori ini kurang memberikan wawasan tentang kepuasan karyawan atau

keputusan untuk berhenti.

6. Teori keadilan, teori ini berhubungan dengan variabel produktivitas,

ketidakhadiran, dan perputaran karyawan.

7. Teori harapan, teori ini berfokus mengenai produktivitas karyawan,

ketidakhadiran, dan perputaran karyawan tetapi karyawan memiliki sedikit

batasan dalam keleluasaan keputusan mereka.

Perusahaan sering kali memberikan penghargaan bagi karyawannya agar dapat

termotivasi dalam bekerja. Penghargaan itu dapat berupa bayaran berdasarkan

tarif per bagian, bayaran berdasarkan prestasi, bonus, rencana pembagian laba,

dan rencana kepemilikan saham karyawan. Penghargaan juga harus dianggap adil

Page 12: MEMAHAMI PERILAKU INDIVIDU DALAM ORGANISASI

oleh karyawan dengan masukan yang mereka ajukan dalam pekerjaan tersebut.

Hal ini berarti bahwa pengalaman, keterampilan, kemampuan, usaha dan

masukan lainnya juga dapat menjadi pertimbangan dalam memberikan

penghargaan.

H. Emosi dan Suasana Hati

Emosi adalah perasaan intens yang ditunjukan kepada seseorang maupun benda

sedangkan suasana hati adalah persaan yang cenderung berubah-ubah

dibandingkan emosi dan sering kali (meskipun tidak selalu) tanpa ransangan

kontestual. Emosi mencakup rasa marah, jijik, antusias, takut, frustasi, kecewa,

malu, bahagia, gembira, cinta, berharap, cemburu, iri, terkejut, sedih, dan

bangga. Suasana hati dan emosi memilik sumber yang sama, yaitu: kepribadian,

hari dalam seminggu dan waktu dalam sehari, cuaca, stres, tidur, olahraga, usia

dan gender. Dan keduanya juga sama-sama mempengaruhi kinerja seseorang

secara negatif maupun positif. Aplikasi perilaku organisasi terhadap emosi dan

suasana hati terlihat pada seleksi, pengambilan keputusan, kreativitas, motivasi,

kepemimpinan, konflik antar personal, negosiasi, pelayanan pelanggan, sikap

kerja, dan perilaku penyimpang di tempat kerja.

Page 13: MEMAHAMI PERILAKU INDIVIDU DALAM ORGANISASI

REKOMENDASI

Dari berbagai sumber yang ada, perilaku organisasi sangatlah penting diketahui oleh

manajer maupun karyawan. Terlebih pada perilaku individu dalam organisasi. Karena

manusia diciptakan tak serupa maka banyak cara yang dapat digunakan untuk menilai

seperti apa individu yang berada di dekat kita. Kita dapat mempelajari kemampuan

unuk memahami individu tersebut dengan melihat beberapa aspek dan pengetahuan

umum yang kita miliki. Tetapi kemampuan ini juga harus diassah dengan di

praktekan dalam kehidupan sehari-hari. Karena kemampuan ini bisa dipraktekan

secara sederhana dengan dapat menggunakan pengetahuan ini untuk dapat

mengendalikan diri sendiri di masyarakat.

Penulis berharap tulisan ini dapat berguna bagi pembaca terutama mereka yang ingin

lebih memahami individu lain maupun dirinya sendiri. Jika pembaca ingin dapat

menambah pengetahuan lebih tentang perilaku yang terdapat dalam diri sendiri,

pembaca dapat membaca buku yang berjudul Enneagram. Ada pula buku lainnya

yang berkenaan tentang perilaku organisasi dan manajemen organisasi dalam buku

Perilaku dan Manajemen Organisasi.

Page 14: MEMAHAMI PERILAKU INDIVIDU DALAM ORGANISASI

DAFTAR PUSTAKA

Baron, Renee & Wagele, Elizabeth.2007.Enneagram.Jakarta:Serambi

Baron, Renee & Wagele, Elizabeth.2007.Enneagram of Love and

Relationships.Jakarta:Serambi

Muclas, Makmuri.2005.Perilaku Organisasi.Yogyakarta:Gajah Mada

University Press (IKAPI)

Invancevich, John M-Konopaske, Robert-Matteson, Michael

T.2006.Perilaku dan Manajemen Organisasi(edisi ketujuh).Jakarta:Erlangga

Robbins, Stephen P-Coulter, Mary.2009.Management (tenth edition).New

Jersey:Pearson Education,Inc

Robbins, Stephen P-Judge, Timothy A.2008.Organizational Behavior

(twelefth edition). New Jersey:Pearson Education,Inc

Robbins, Stephen P-Judge, Timothy A.2008.Perilaku Organisasi (buku 1

edisi 12).Jakarta:Salemba Empat