11
ACARA II ANALISIS KUANTITATIF DATA WIRELINE LOG Analisa log secara kuantitatif meliputi analisa porositas, tahanan jenis air formasi, tahanan air formasi, saturasi, permeabilitas, dan ketebalan lapisan produktif. 1.7 Porositas Porositas dapat ditentukan dari beberapa macam log, diantaranya dari log densitas, neutron, sonik dan kombinasi dua macam log (Harsono, 1997). 1. Log densitas, harga densitas yang kita peroleh dari pembacaan dapat diubah menjadi harga porositas dengan menggunakan rumus : Ф D = .................................................. ...........................(3.1) Keterangan : ρma : densitas matriks batuan (gr/cc) batupasir 2.65; batugamping 2.71 ρlog : densitas matriks batuan dari pembacaaan log (gr/cc) ρfluida : densitas fluida batuan (gr/cc) 1

MATERI

  • Upload
    dons

  • View
    163

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MATERI

ACARA II

ANALISIS KUANTITATIF DATA WIRELINE LOG

Analisa log secara kuantitatif meliputi analisa porositas, tahanan jenis air

formasi, tahanan air formasi, saturasi, permeabilitas, dan ketebalan lapisan

produktif.

1.7 Porositas

Porositas dapat ditentukan dari beberapa macam log, diantaranya dari log

densitas, neutron, sonik dan kombinasi dua macam log (Harsono, 1997).

1. Log densitas, harga densitas yang kita peroleh dari pembacaan dapat

diubah menjadi harga porositas dengan menggunakan rumus :

Ф D = .............................................................................

(3.1)

Keterangan :

ρma : densitas matriks batuan (gr/cc) batupasir 2.65; batugamping 2.71

ρlog : densitas matriks batuan dari pembacaaan log (gr/cc)

ρfluida : densitas fluida batuan (gr/cc)

2. Log neutron, hasil pembacaan dari log neutron adalah standar pengukuran

batugamping, untuk mengkonversikan kepada batupasir kita ubah dengan

menggunakan chart Por-13b (Gambar 1.14).

3. Kombinasi log densitas dan neutron, harga yang diperoleh dari pembacaan

log densitas dan neutron dengan menggunakan persamaan :

Ф gab = ................................................................ (3.2)

D : nilai porositas densitas

N : nilai porositas neutron

1

Page 2: MATERI

Gambar 1.14 Chart Por-13b (Harsono, 1997)

1.8 Faktor Formasi (F)

Faktor formasi merupakan faktor keras lunaknya batuan rata-rata yang

tergantung dari mineral pembentuk batuan. Harga faktor formasi rata-rata

diperoleh sebagai berikut (Harsono, 1997) :

.............................................................................................. (3.3)

Catatan :

Untuk batupasir a = 0,62; m = 2,15

Untuk batugamping a = 1; m = 2

1.9 Resistivitas Air (Rw)

Determinasi Harga Rw dapat ditentukan dengan berbagai metode

diantaranya dengan menggunakan metode cross-plot resistivitas-neutron,

2

Page 3: MATERI

resistivitas-sonic dan resistivitas-densitas. Harga RW juga dapat dihitung dengan

menggunakan rumus SSP (statik Sp) dan rumus Archie, serta dari percobaan di

laboratorium.

Rumus SSP dipakai jika terdapat lapisan mengandung air (water-bearing)

cukup tebal dan bersih, serta defleksi kurfa SP yang baik. Keakuratan dari

penentuan harga Rw dengan metode ini dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai

berikut :

1. komponen elekrokinetik dari Sp diabaikan.

2. Rmf kadang-kadang jelek (filtrasi Lumpur tidak baik).

3. hubungan antara Rwe-Rw dan Rmfe-Rmf, khususnya pada Rw yang

tinggi.

Berdasarkan hal tersebut diatas serta rekaman penampang mekanik pada

daerah penelitian tidak mempunyai kurva defleksi Sp yang cukup baik, maka

dalam penelitian ini penulis cenderung menggunakan rumus Archie.

Di dalam formasi Komposisi air, kejenuhan air adalah 1 di daerah murni dan

terkontaminasi Sw = Sxo = 1, sehingga rumus Archie menjadi :

.....................................................................(3.4)

Keterangan :

Rwa = resistivitas formasi (apparent resistivity)

Rt = resistivitas dalam formasi Komposisi air

F = faktor formasi

Pada lapisan yang mengandung air dengan kondisi yang bersih dan

menunjukkan harga Rwa paling kecil serta mendekati harga Rw sumur terdekat,

merupakan harga Rw pada interval yang dievaluasi (Sclumberger, 1986).

Di dalam daerah terinvasi Rw digantikan oleh Rmf, karena air formasi

didesak keluar oleh fluida yang tersaring dari lumpur pada saat pemboran, yang

disebut mud filtrate. Untuk mendapatkan harga Rmf maka harus diketahui suhu

formasi dengan rumus (Harsono, 1997) :

3

Page 4: MATERI

................................................................ (3.5)

Keterangan :

Tf : temperatur formasi

Df : kedalaman formasi

Ts : temperatur permukaan

Dt : kedalaman total

BHT : temperatur dasar sumur

Penentuan Rmf(F) pada suhu formasi dengan menggunakan rumus

persamaan :

.................................................................(3.6)

1.10 Komposisi Serpih

Komposisi serpih penting untuk dihitung, karena akan mempengaruhi

parameter yang lain. Biasanya Komposisi serpih dihitung berdasarkan rumus

(Harsono, 1997) :

..............................................................(3.7)

Keterangan :

GR log = GR hasil pembacaan log Gamma Ray

GR max = GR tertinggi

GR min = GR terendah

Hasil perhitungan V-shale dipakai untuk mengkoreksi Ф N dan Ф D yaitu

dengan menggunakan persamaan :

Ф D kor = Ф D - Ф D shale x V shale.............................................(3.8)

Ф N kor = Ф N - Ф N shale x V shale ............................................(3.9)

Setelah dikoreksi kedua harga porositas tersebut digabung dengan

menggunakan persamaan :

Ф kor-gab = (7 x Ф D kor + 2 x Ф N kor)/9 .....................................(3.10)

4

Page 5: MATERI

1.11 Saturasi Air (Sw)

Determinasi harga kejenuhan air (Sw) dari log resistivitas dalam formasi

yang bersih (non-shaly), berdasarkan pada rumus Archie (Harsono, 1997) :

............................................................................(3.11)

Sw : nilai kejenuhan air pada zona tidak terbilas

F : nilai faktor formasi

Rw: nilai resistivitas air

Rt : nilai resistivitas zona tidak terbilas

Sedangkan harga kejenuhan air dalam zona terbilas (Sxo), menggunakan

rumus :

.................................................................................(3.12)

Sxo : nilai kejenuhan air pada zona terbilas

F : nilai faktor formasi

Rmf : nilai resistivitas mud filtrate

Rxo : nilai resistivitas zona terbilas

Rxo diperoleh dari short normal, Rt dari Induction atau laterolog, sedangkan

Rmf/Rw dari harga yang diukur.

Dari harga Sw dan Sxo dapat diketahui Shr (saturasi hidrokarbon tersisa)

Shr = 1 - Sxo ..........................................................................................(3.13)

Harga Shr dipakai untuk menentukan porositas batuan

Ф bat = Ф kor-gab (1 – 0,1 Shr) ..............................................................(3.14)

1.12 Saturasi Hidrokarbon (Sh)

Saturasi Hidrokarbon (Sh) adalah suatu kejenuhan hidrokarbon yang dapat

bergerak dari formasi dikurangi dengan harga kejenuhan sisa (Shr) atau sama

dengan harga kejenuhan air pada zona terusir (Sxo) dikurangi harga kejenuhan

formasi (Sw).

Shr = 1 – Sxo

Sh = 1 – Shr

5

Page 6: MATERI

LATIHAN III

Lakukan analisis kuantitatif pada log di bawah ini

Composite log 11

6

Page 7: MATERI

Gambar 1.15 Diagram Alir Interpretasi Kualitatif dan Kuantitatif Data Well Log.

1

46

Page 8: MATERI

47