30
MASA NIFAS MASA NIFAS Definisi Masa nifas atau masa puerperium adalah masa pulih kembali, mulai setelah partus selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil. dan berakhir sesudah kira-kira 6 minggu. Nifas dibagi dalam 3 periode: 1. Puerperium dini yaitu kepulihan di mana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. 2. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang lamanya 6-8 minggu. 3. Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Involusi alat-alat kandungan 1. Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil. Involusi Tinggi fundus uterus Berat uterus Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram Uri lahir 2 jari bawah pusat 750 gram 1 minggu Pertengahan pusat simfisis 500 gram 2 minggu Tidak teraba diatas simfisis 350 gram 6 minggu Bertambah kecil 50 gram 8 minggu Sebesar normal 30 gram 2. Bekas implantasi uri : plasental bed mengecil karena kontraksi dan menonjol ke kavum uteri dengan Robby Mulyadi (11-2007-099) 1

Masa Nifas.docx

Embed Size (px)

Citation preview

INFEKSI NIFAS

MASA NIFASMASA NIFASDefinisiMasa nifas atau masa puerperium adalah masa pulih kembali, mulai setelah partus selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil. dan berakhir sesudah kira-kira 6 minggu. Nifas dibagi dalam 3 periode:1. Puerperium dini yaitu kepulihan di mana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. 2. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang lamanya 6-8 minggu.3. Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.

Involusi alat-alat kandungan1. Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil.Involusi Tinggi fundus uterusBerat uterus

Bayi lahirSetinggi pusat1000 gram

Uri lahir 2 jari bawah pusat750 gram

1 mingguPertengahan pusat simfisis500 gram

2 mingguTidak teraba diatas simfisis350 gram

6 mingguBertambah kecil50 gram

8 mingguSebesar normal30 gram

2. Bekas implantasi uri : plasental bed mengecil karena kontraksi dan menonjol ke kavum uteri dengan diameter 7,5 cm. sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm, pada minggu keenam 2,4 cm, dan akhirnya pulih.3. Luka-luka pada jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6-7 hari.4. Rasa sakit, yang disebut after pains, (merian atau mules-mules) disebabkan kontraksi rahim, biasanya berlangsung 2-4 hari pasca persalinan. Perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai hal ini dan bila terlalu mengganggu dapat diberikan obat-obat antisakit dan antimules.5. Lochia adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas.a. Lochia rubra (cruenta) : berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekoneum, selama 2 hari pasca persalinan.b. Lochia sanguinolenta : berwarna merah kuning berisi darah dan lender, hari ke 3-7 pasca persalinan.c. Lochia serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 pasca persalinan.d. Lochia alba : cairan putih, setelah 2 minggu.e. Lochia purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanh berbau busuk.f. Lochiostasis : lochia tidak lancer keluarnya.6. Serviks : setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga seperti corong berwarna merah kehitaman. Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat perlukaan-perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim; setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari. 7. Ligamen-ligamen: Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi, karena ligamentum rotundum menjadi kendor. Setelah melahirkan, kebiasaan wanita Indonesia melakukan, berkusuk atau berurut, dimana sewaktu dikusuk tekanan intra abdomen bertambah tinggi. Karena setelah melahirkan ligament, fasia, dan jaringan penunjang menjadi kendor, jika dilakukan kusuk atau urut, banyak wanita akan mengeluh kandungannya turun atau terbalik. Untuk memulihkan kembali sebaiknya dengan latihan dan gymnastic pasca persalinan.

Perawatan Pasca Persalinan1. Mobilisasi : karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring-miring ke kanan dan ke kiri untuk mencegah terjadinya thrombosis dan trombo emboli. Pada hari kedua diperbolehkan duduk, hari ketiga jalan-jalan, dan hari keempat atau kelima sudah diperbolehkan pulang. Mobilisasi diatas mempunyai variasi, bergantung pada komplikasi persalinan, nifas, dan sembuhnya luka-luka.2. Diet : Makanan harus bermutu, bergizi, dan cukup kalori sebaiknya makan makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-buahan.3. Miksi : Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya. Kadang-kadang wanita mengalami sulit kencing, Karena spinchter uretrae ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi muskulo spincter ani selama persalinan, juga oleh karena adanya edema kandung kemih yang terjadi selama persalinan. Bila kandung kemih penuh dan wanita sulit kencing, sebaiknya dilakukan kateterisasi.4. Defekasi : Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila masih sulit buang air besar dan terjadi obstipasi apalagi berak keras dapat diberikan obat laksan per oral atau per rectal. Jika masih belum bisa dilakukan klisma.5. Perawatan payudara atau mamae : Perawatan mamae telah dimulai sejak wanita hamil supaya putting susu lemas, tidak keras, dan kering sebagai persiapan untuk menyusi bayinya. Bila bayi meninggal, laktasi harus dihentikan dengan cara pembalutan mamae sampai tertekan, dan pemberian obat estrogen untuk supresi LH seperti tablet Lynoral dan Parlodel. Dianjurkan sekali supaya ibu menyusukan bayinya karena sangat penting untuk kesehatan bayinya.6. Laktasi : Untuk menghadapi masa laktasi sejak dari kehamilan telah terjadi perubahan-perubahan pada kelenjar mamae : Proliferasi jaringan pada kelenjar-kelenjar, alveoli, dan jaringan lemak bertambah. Keluarnya cairan susu dari duktus laktiferus disebut colostrum, berwarna kuning putih susu Hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam, dimana vena-vena berdilatasi sehingga tampak jelas. Setelah persalinan pengaruh supresi estrogen dan progesterone hilang. Maka timbul pengaruh hormone laktogenik (LH) atau prolaktin yang akan merangsang air susu. Disamping itu, pengaruh oksitosin menyebabkan mioepitel kelenjar susu berkontraksi sehingga air susu keluar. Produksi akan banyak setelah 2-3 hari pasca persalinan.

Bila bayi mulai disusui, isapan pada puting susu merupakan rangsangan psikis yang secara retroflektoris mengakibatkan oksitosin dikeluarkan oleh hipofise. Produksi ASI akan lebih banyak. Sebaagai efek positif adalah involusi uteri akan lebih sempurna. Disamping ASI merupakan makanan utama bayi yang tidak ada bandingannya, menyusukan bayi sangat baik untuk menjelmakan rasa kasih saying antara ibu dan anaknya. Air susu ibu adalah untuk anak ibu. Ibu dan bayi dapat ditempatkan pada satu kamar (rooming in) atau pada tempat yang terpisah.

Keuntungan rooming in : Mudah menyusukan bayi Setiap saat selalu ada kontak antara ibu dan bayi. Sedini mungkin ibu telah belajar mengurus bayinya

7. Cuti hamil dan bersalin : menurut undang-undang, bagi wanita pekerja berhak mengambil cuti hamil dan bersalin selama 3 bulan, yaitu 1 bulan sebelum bersalin ditambah 2 bulan setelah persalinan.8. Persalinan pascapersalinan : Di Indonesia, ada kebiasaan atau kepercayaan bahwa wanita bersalin baru boleh keluar rumah setelah habis nifas yaitu 40 hari. Bagi wanita dengan persalinan normal hal ini baik dan dilakukan pemeriksaan kembali 6 minggu setelah persalinan. Namun, bagi wanita dengan persalinan luar biasa harus kembali untuk control seminggu kemudian.

Pemeriksaan postnatal antara lain meliputi : 1. Pemeriksaan umum : tekanan darah, nadi, keluhan, dan sebagainya.2. Keadaan umum : suhu badan, selera makan, dan lain-lain.3. Payudara : ASI, puting susu4. Dinding perut, perineum, kandung kemih, rectum.5. Sekret yang keluar, misalnya lochia, flour albus6. Keadaan alat-alat kandungan

9. Nasehat untuk ibu postnatal : Fisioterapi postnatal sangat baik bila diberikan. Sebaiknya bayi disusui Kerjakan gimnastik sehabis bersalin. Untuk kesehatan ibu, bayi, dan keluarga sebaiknya melakukan KB untuk menjarangkan anak. Bawalah bayi anda untuk memperoleh imunisasi.

PERAWATAN BAYI (NEONATUS)Bayi baru lahir dapat dibagi menjadi 2 :1. Bayi normal (sehat) memerluka perawatan biasa2. Bayi gawat (high risk baby) memerlukan penanggulan khusus seperti adanya asfiksia dan perdarahan.

Pada umumnya, kelahiran bayi normal cukup ditolong oleh bidan dengan tanggung jawab penuh terhadap keselamatan ibu dan bayi. Pada kelahiran abnormal, yang memerlukan pertolongan spesialis, bayi baru lahir diurus oleh bidan dan, bila di rumah sakit yang dilengkapi dengan unit kesehatan bayi, hendaknya ditangani oleh dokter anak.

Alat-alat untuk perawatan bayi Pengisap lender (mukus ekstraktor aspirator) Tabung oksigen beserta alatnya untuk membantu pernapasan bayi. Alat resusitasi untuk pernapasan Obat-obatan : glukosa 40%, larutan bikarbonas natrikus 7,5 %, nalorfin sebagai antidotum morfin dan petidin Alat pemotong, pengikat, dan antiseptik tali pusat Tanda pengenal bayi (identifikasi) yang sama dengan ibu Tempat tidur bayi dan incubator bayi Stop-watch dan thermometerPertolongan pada waktu bayi lahir Mulai melakukan pembersihan lendir pada saat kepala keluar dengan pembersihan mulut, hidung, dan mata dengan kapas atau kasa steril Jam lahir dicatat dengan stop-watch Lendir diisap sebersih mungkin sambil bayi ditidurkan dengan kepala lebih rendah dari kaki dalam posisi sedikit ekstensi, supaya lendir mudah keluar. Tali pusat diikat dengan baik dan bekas luka diberi antiseptic kemudian dijepit dengan klem jepit plastik atau diikat dengan pita atau benang tali pusat. Segera setelah lahir, bayi yang sehat akan menangis kuat, bernapas, serta menggerakkan tangan dan kakinya; kulit akan berwarna kemerahan. Bayi dimandikan dan dibersihkan dengan air hangat-hangat kuku dari lumuran darah, air ketuban, mekoneum, dan verniks karseosa. Ada pula yang membersihkannya dengan minyak kelapa atau minyak zaitun Jangan lupa menilai bayi dengan nilai Apgar Bayi ditimbang berat badannya dan diukur panjang badan lahirnya kemudian dicatat dalam status. Perawatan mata bayi : mata bayi dibersihkan, kemudian diberikan obat untuk mencegah blenorrhoe : Metode Crede : dengan tetesan nitras argenti 1-2% sebanyak 2 tetes pada masing-masing mata. Penisilin salep atau garamycin salep mata. Diperiksa juga anus, genitalia eksterna, dan jenis kelamin pada bayi. Pada bayi laki-laki, periksa apakah ada fimosis dan apakah descensus testikulorum telah lengkap. Di beberapa Negara Barat,pada bayi laki-laki segera dilakukan sirkumsisi, apalagi jika terdapat fimosis. Bayi akhirnya diperlihatkan kepada ibu, ayah, dan keluarga yang mendampingi.

Klasifikasi Klinik: Nilai 7-10 : bayi normalNilai 4-6 : bayi asfiksia ringan sedangNilai 0-3 : bayi asfiksi berat

Table nilai APGAR SKOR012

A: Appearance color (warna kulit)PucatBadan merah, ekstrimitas biruSeluruh tubuh kemerah-merahan

P : Pulse (heart rate) (frekuensi jantung)Tidak adaDibawah 100Diatas 100

G : Grimace (reaksi terhadap rangsangan )Tidak adaSedikit gerakan mimic

Menangis, batuk bersin

A: Activity (tonus otot)LumpuhEkstremitas dalam fleksi sedikitGerakan aktif

R : Respiration (usaha nafas)Tidak adaLemah, tidak teraturMenangis kuat

Perawatan bayi 2 pekan pertama Kebersihan : Kencing dan berak harus dijaga dan selalu dibersihkan, popok diganti. Tempat tidur dan pakaian bayi harus bersih dan hangat Menyusukan bayi : Pada 12 jam pertama bayi puasa kemudian baru disusui Makanan tambahan, kalau ASI kurang Cara memandikan bayi dan merawat tali pusat

INFEKSI NIFAS

DefinisiInfeksi nifas (infeksi puerperium, puerperal infection) adalah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan setiap infeksi bakteri di traktus genitalia setelah pelahiran.Dahulu merupakan penyebab kematian maternal yang paling penting, namun sekarang berkat kemajuan ilmu kebidanan, di negara maju sudah berkurang angka kematian yang disebabkan infeksi nifas ini. Di negara-negara berkembang dengan pelayanan kebidanan masih jauh dari sempurna, peranan infeksi nifas masih besar.

Demam nifas atau dengan kata lain morbiditas puerperalis meliputi demam dalam masa nifas oleh sebab apapun. The Joint Committee on Martenal Welfare mendefinisikan morbiditas nifas sebagai berikut : Suhu sampai 38 0C atau lebih pada 2 diantara 10 hari pertama postpartum, kecuali pada 24 jam pertama, dan diperoleh melalui pengukuran di mulut dengan teknik standar paling tidak 4 kali sehari. Definisi ini mengisyaratkan semua infeksi yang diakibatkan dari infeksi panggul.

Diagnosis banding demamPeningkatan suhu harus dievaluasi terhadap kemungkinan infeksi serta kausa demam di luar panggul. Filker dan Monif (1979) melaporkan bahwa hanya sekitar 20% di antara wanita yang mengalami demam (24 jam pertama) setelah melahirkan pervaginam kemudian didiagnosis mengidap infeksi panggul, berbeda dengan 70% pada mereka yang mengalami seksio sesarea. Demam tinggi 390C atau lebih yang timbul 24 jam pertama setelah melahirkan mungkin disebabkan oleh infeksi panggul yang sangat virulen oleh steptokokus grup A atau grup B.Kausa demam di luar traktus genitalis diantaranya : Pembengkakan payudara. Keadaan ini sering menyebabkan peningkatan suhu sesaat. Sekitar 15% wanita postpartum mengalami demam akibat pembengkakan payudara, yang jarang melebihi 390C dalam beberapa hari pertama postpartum. Demam biasanya berlangsung tidak lebih dari 24 jam, sebaliknya demam pada mastitis bakteralis timbul belakangan dan biasanya menetap. Penyakit ini disertai oleh gejala dan tanda lain infeksi payudara yang menjadi jelas dalam 24 jam. Penyulit pernapasan. Masalah ini paling sering terjadi dalam 24 jam pertama setelah melahirkan dan hampir selalu mengenai wanita yang menjalani seksio sesarea. Penyulit antara lain atelektasis, pneumonia aspirasi, atau kadang-kadang, pneumonia bakteralis. Demam yang menyertai atelektasis mungkin disebabkan oleh infeksi flora normal yang berproliferasi di sebelah distal obstruksi. Wanita yang mengalami pneumoni aspirasi sering mengalami demam tinggi, mengi dengan derajat bervariasi, dan pada sebagian besar kasus,hipoksemia yang nyata. Pielonefritis. Infeksi giinjal akut mungkin sulit dibedakan dari infeksi panggul. Pada kasus tipikal, bakteriuria, piuria, nyeri ketok sudut kostovertebra, dan suhu yang tinggi jelas menunjukkan infeksi ginjal. Gambaran klinis dapat bervariasi. Tromboflebitis. Trombosis vena superfisial atau dalam di tungkai dapat menyebabkan peningkatan ringan suhu pada masa nifas.

Riwayat Infeksi nifas sudah dikenal zaman Hippocrates dan Galenius. Zaman dahulu penyakit ini diduga diduga disebabkan oleh tidak mengeluarkan lokia keluar dan untuk berabad-abad lamanya teori tersebut diterima; kemudian banyak teori lain dikemukakan untuk menerangkan sebab-sebabnya. Dalam tahun 1849 Semmelweis untuk pertama kali, berdasarkan pengalamannya pada Wiener Gebaranstalt, menyatakan bahwa penyakit dalam nifas ini, yang meminta korban demikian banyak, disebabkan oleh infeksi pada luka-luka di jalan lahir, yang untuk sebagian besar datang dari luar. Pendapat Semmelweis mendapat tantangan hebat dan baru setelah lama kemudian lister melaksanakan antisepsis pada pembedahan dengan hasil baik, dan penemuan sebab-sebab infeksi masa nifas berkat kemajuan mikrobiologi, pendapat Semmelweis memperoleh pengakuan yang wajar. Cara pencegahan infeksi pun mulai digunakan.

BakteriologiOrganisme yang menginvasi tempat implantasi plasenta, insisi, atau laserasi akibat pelahiran biasanya adalah organisme yang normalnya berkoloni di serviks, vagina, dan perineum. Sebagian besar bakteri ini memiliki virulensi yang relatif rendah dan jarang menimbulkan infeksi pada jaringan yang sehat.Dalam obstetri modern, sepsis puerperalis yang gawat jarang terjadi. Infeksi nifas umumnya disebabkan bakteri yang dalam keadaan berada dalam usus dan jalan lahir. Gorback mendapatkan 70% biakan serviks normal dapat pula ditemukan bakteri aerob atau anaerob yang patogen. Walupun darii serviks dan jalan lahir ditemukan kuman-kuman tersebut, kavum uteri adalah steril sebelum ketuban pecah. Kuman anaerob adalah kokus gram positif (Peptostreptokokus, Peptokokus, Bakteroides dan Clostridium). Kuman aerob adalah bermacam gram positif dan E. Coli.Mikoplasma pada laporan terakhir mungkin memegang peranan penting dalam etiologi infeksi nifas. Kosasih dalam penelitian di bagian obstetri dan Ginekologi FKUI/RSCM dapat mengisolir 322 kuman gram positif dan gram negatif dari 90 kasus persalian tanpa infeksi, ketuban pecah dini, dan infeksi intrapartum. E. Coli dapat diisoler sebanyak 61,6% dari orofarings neonatus yang partus pervaginam, sedang dari seksio sesarea tidak ditemukan. Ditemukan 6 kasus febris puerperalis dari kasus infeksi intrapartum dan ketuban pecah dini yang dilakukan seksio sesarea.

Selain itu infeksi nifas dapat pula disebabkan antara lain :1. Streptococcus Haemolytikus aerobicus. Streptokokus ini merupakan sebab infeksi yang berat, khususnya golongan A. Infeksi ini biasanya eksogen (dari penderita lain, alat atau kain yang tidak steril, infeksi tenggorokan orang lain).2. Staphylococcus aureus. Kuman ini biasanya menyebabkan infeksi terbatas, walupun kadang-kadang menjadi sebab infeksi umum. Stafilokokkus sering ditemukan di rumah sakit dan dalam tenggorokan orang yang nampaknya sehat.3. Escherichia coli. Kuman ini biasanya berasal dari rektum atau kantung kencing dan dapat menyebabkan infeksi terbatas pada perineum, vulva, dan endometrium. Kuman ini merupakan sebab penting dari infeksi traktus urinarius.4. Clostridium welchiii. Infeksi dengan kuman ini, jarang ditemukan, namun sangat berbahaya. Infeksi lebih sering terjadi pada abortus kriminalis.

Cara terjadinya infeksi Infeksi dapat terjadi sebagai berikut.1. Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan pada pemeriksaan dalam atau operasi membawa bakteri yang sudah ada dalam vagina ke dalam uterus. Kemungkinan lain ialah bahwa sarung tangan atau alat-alat yang dimasukkan ke dalam jalan lahir tidak sepenuhnya bebas dari kuman-kuman.2. Droplet infection. Sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi bakteri yang berasal dari hidung atau tenggorokan dokter atau pembantu-pembantunya. Oleh karena itu, hidung dan mulut petugas yang bekerja di kamar bersalin harus ditutup dengan masker dan penderita infeksi saluran pernapasan dilarang memasuki kamar bersalin.3. Dalam rumah sakit selalu banyak kuman-kuman patogen, berasal dari penderita-penderita dengan berbagai jenis infeksi. Kuman-kuman ini bisa dibawa oleh aliran udara kemana-mana, antara lain ke handdoek, kain-kain, alat-alat yang suci hama, dan yang digunakan untuk merawat wanita dalam persalinan atau pada waktu nifas.4. Koitus pada akhir kehamilan tidak merupakan sebab infeksi penting, kecuali apabila mengakibatkan pecahnya ketuban.5. Infeksi intrapartum sudah dapat memperlihatkan gejala-gejala pada waktu berlangsungnya persalinan. Infeksi intrapartum biasanya terjadi pada partus lama, apalagi jika ketuban sudah lama pecah dan beberapa kali dilakukan pemeriksaan dalam. Gejala-gejala ialah kenaikan suhu, biasanya disertai dengan leukositosis dan takikardia, denyut jantung janin dapat meningkat juga. Air ketuban biasanya menjadi keruh dan bau. Pada infeksi intrapartum kuman-kuman memasuki dinding uterus pada waktu persalinan, dan dengan melewati amnion dapat menimbulkan infeksi pula pada janin.

Faktor predisposisi Faktor predisposisi yang terpenting pada infeksi nifas adalah :1. semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan penderita, seperti perdarahan banyak, pre-eklamsia, juga infeksi lain, seperti pneumonia, penyakit jantung dan sebagainya.2. Partus lama, terutama dengan ketuban pecah lama.3. Tindakan bedah vaginal, yang menyebabkan perlukaan jalan lahir.4. Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban, dan bekuan darah.

PatologiSetelah kala III, daerah bekas insertio plasenta merupakan sebuah luka dengan diameter kira-kira 4 cm. Permukaannya tidak rata, berbenjol-benjol karena banyaknya vena yang ditutupi trombus. Daerah ini merupakan tempat yang baik untuk tumbuhnya kuman-kuman dan masuknya jenis-jenis yang patogen dalam tubuh wanita. Serviks sering mengalami perlukaan pada persalinan, demikian juga vulva, vagina dan perineum, yang semuanya merupakan tempat masuknya kuman-kuman patogen. Proses radang dapat terbatas pada luka-luka tersebut atau dapat menyebar di luar luka asalnya.Infeksi nifas dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu :1. infeksi yang terbatas pada perineum , vulva, vagina, serviks, dan endometrium.2. penyebaran dari tempat-tempat tersebut melalui vena-vena, melalui jalan limfe, dan melalui permukaan endometrium.

Infeksi pada perineum, vulva, vagina, serviks dan endometriumVulvitis Pada infeksi bekas sayatan episiotomi atau luka perineum jaringan sekitarnya membengkak, tepi luka menjadi merah dan bengkak, jahitan mudah terlepas, dan luka yang terbuka menjadi ulkus dan mengeluarkan pus.

VaginitisInfeksi vagina dapat terjadi secara langsung pada luka vagina atau melalui perineum. Permukaan mukosa mmbengkak dan kemerahan, terjadi ulkus, dan getah mengandung nanah yang keluar dari daerah ulkus. Penyebaran dapat terjadi, tetapi pada umumnya infeksi tinggal terbatas.

ServisitisInfeksi serviks sering juga terjadi, akan tetapi biasanya tidak menimbulkan banyak gejala. Luka serviks yang dalam dan meluas dan langsung ke dasar ligamentum latum dapat menyebabkan infeksi yang menjalar ke parametrium.EndometritisJenis infeksi yang paling sering ialah endometritis. Kuman-kuman memasuki endometrium, biasanya pada luka bekas insersio plasenta, dan dalam waktu singkat mengikutsertakan seluruh endometrium. Pada infeksi dengan kuman yang tidak seberapa patogen, radang terbatas pada endometrium. Jaringan desidua bersama-sama dengan bekuan darah menjadi nekrosis dan mengeluarkan getah berbau dan terdiri atas keping-keping nekrotis serta cairan. Pada batas antara daerah yang meradang dan daerah sehat terdapat lapisan terdiri atas leukosit-leukosit.Pada infeksi yang lebih berat batas endometrium dapat dilampaui dan terjadilah penjalaran.

Penyebaran melalui pembuluh-pembuluh darahSeptikemia dan piemiaIni merupakan infeksi umum yang disebabkan oleh kuman-kuman yang sangat patogen biasanya Streptococcus haemolyticus golongan A. Infeksi ini sangat berbahaya dan merupakan 50% dari semua kematian karena infeksi nifas.Pada septikemia kuman-kuman dari sarangnya di uterus, langsung masuk ke dalam peredaran darah umum dan menyebabkan infeksi umum. Adanya septikemia dapat dibuktikan dengan jalan pembiakan kuman-kuman dari darah. Pada piemia terdapat dahulu tromboflebitis pada vena-vena di uterus serta sinus-sinus pada bekas tempat plasenta. Tromboflebitis ini menjalar ke vena uterina, vena hipogastrika, dan /atau vena ovarii (tromboflebitis pelvika). Dari tempat-tempat trombus itu embolus kecil yang mengandung kuman-kuman dilepaskan. Tiap kali dilepaskan, embolus masul ke dalam peredaran darah umum dan dibawa oleh aliran darah ke tempat-tempat lain, antaranya ke paru-paru, ginjal, otak, jantung, dan sebagainya, dan mengakibatkan terjadinya abses-abses di tempat tempat tersebut. Keadaan ini dinamakan piemia.

Penyebaran melalui jalan limfe dan jalan lainPeritonitisInfeksi nifas dapat menyebar melalui pembuluh limfe di dalam uterus langsung mencapai peritoneum dan menyebabkan peritonitis, atau melalui jaringan di antara kedua lembar ligamentum latum yang menyebabkan parametritis(selulitis pelvika)

Parametritis (Sellulitis pelvika)Peritonitis dapat pula terjadi melalui salpingo-ooforitis atau sellulitis pelvika. Peritonitis mungkin terbatas pada rongga pelvis saja(pelvioperitonitis) atau menjadi peritonitis umum. Peritonitis umum merupakan komplikasi yang berbahaya dan merupakan sepertigga dari sebab kematian kasus infeksi.

Infeksi jaringan ikat pelvis dapat terjadi melalui tiga jalan yakni :1. Penyebaran melalui limfe dari luka serviks yang terinfeksi attau dari endometritis.2. Penyebaran langsung dari luka pada serviks yang meluas sampai dasar ligamentum.3. Penyebaran sekunder dari tromboflebitis pelvika. Proses ini dapat tinggal terbatas pada dasar ligamentum latum atau menyebar ekstraperitoneal ke semua jurusan. Jika menjalar ke atas, dapat diraba pada dinding perut sebelah lateral di atas ligamentum inguinalis, atau pada fossa iliaka.

Penyebaran melalui permukaan endometriumSalpingitis, ooforitisKadang-kadang walaupun jarang infeksi menjalar ke tuba Fallopii, malahan ke ovarium. Di sini terjadi salpingitis dan/atau ooforitis yang sukar dipisahkan darri pelvioperitonitis.

Gambaran klinikInfeksi pada peritoneum, vulva, vagina dan serviksGejalanya beruupa rasa nyeri serta panas pada tempat infeksi, dan kadang-kadang perih bila kencing. Bilamana getah radang bisa keluar, biasanya keadaannya tidak berat suhu sekitar 380C, dan nadi di bawah 100 kali per menit. Bila luka terinfeksi tertutup oleh jahitan dan getah radang tidak dapat keluar, demam bisa naik sampai 39-400C dengan kadang-kadang disertai menggigil.

EndometritisGambaran klinik tergantung jenis dan virulensi kuman, daya tahan penderita, dan derajat trauma pada jalan lahir. Kadang-kadang lokia tertahan oleh darah, sisa-sisa plasenta, dan selaput ketuban. Keadaan ini dinamakan lokiometra dan dapat menyebabkan kenaikan suhu yang segera hilang setelah rintangan diatasi. Uterus pada endometrium agak membesar, serta nyeri pada perabaan, dan lembek. Pada endometritis yang tidak meluas penderita pada hari-hari perrtama merasa kurang sehat dan perut nyeri. Mulai hari ke-3 suhu meningkat, nadi menjadi cepat, akan tetapi dalam beberapa hari suhu dan nadi menurun dan dalam kurang lebih satu minggu keadaan sudah normal kembali. Lokia pada endometritis, biasanya bertambah dan kadang-kadang berbau. Hal yang terakhir ini tidak boleh menimbulkan anggapan bahwa infeksinya berat. Malahan infeksi berat kadang-kadang disertai oleh lokia yang sedikit dan tidak berbau.

Septikemia dan PiemiaKedua-duanya merupakan infeksi berat. Gejala-gejala septikemia lebih mendadak daripada piemia. Pada septikemia dari permulaan penderita sudah sakit dan lemah. Sampai hari tiga hari postpartum suhu meningkat dengan cepat, biasanya disertai menggigil. Selanjutnya, suhu berkisar antara 39-400C, keadaan umum cepat memburuk, nadi menjadi cepat (140-160/menit atau lebih). Penderita dapat meninggal 6-7 hari postpartum. Jika hidup terus, gejala-gejala menjadi seperti piemia. Untung dengan tindakan-tindakan pencegahan terhadap infeksi nifas dan adanya antibiotika, septikemia lbih jarang ditemukan. Pada piemia penderita tidak lama postpartum sudah merasa sakit, perut nyeri, suhu agak meningkat. Akan tetapi, gejala-gejala infeksi umum dengan suhu tinggi serta menggigil terjadi setelah kuman-kuman dengan embolus memasuki peeredaran darah umum. Suatu ciri khusus pada piemia ialah bahwa berulang-ulang suhu meningkat dengan cepat disertai menggigil, kemudian diikuti oleh turunnya suhu. Kenaikan suhu disertai oleh menggigil terjadi pada saat dilepaskannya embolus dari tromboflebitis pelvika. Lambat laun timbul gejala-gejala abses pada paru, pneumonia, dan pleuritis. Embolus dapat pula menyebabkan abses-abses di beberapa tempat lain.

PeritonitisPeritonitis nifas bisa terjadi karena meluasnya endometritis, tetapi dapat juga ditemukan bersama-sama dengan salpingo-ooforitis dan sellulitis pelvika. Selanjutnya, ada kemungkinan bahwa abses pada sellulitis pelvika mengeluarkan nanahnya ke rongga peritoneum dan menyebabkan peritonitis.Peritonitis yang tidak menjadi peritonitis umum, terbatas pada daerah pelvis. Gejala-gejalanya tidak seberapa berat seperti pada peritonitis umum. Penderita demam, perut bawah nyeri, tetapi keadaan umum tetap baik. Pada pelvioperitonitis bisa terdapat pertumbuhan abses. Nanah yang biasanya terkumpul dalam kavum Douglas harus dikeluarkan dengan kolpotomia posterior untuk mencegah keluarnya melalui rektum atau kantung kencing.Peritonitis umum disebabkan oleh kuman yang sangat patogen dan merupakan pnyakit berat. Suhu meningkat menjadi tinggi, nadi cepat dan kecil, perut kembung dan nyeri, ada defence musculaire. Muka penderita, mula-mula kemerahan-merahan menjadi pucat, mata cekung, kulit muka dingin, terdapat apa yang dinamakan facies hippocratia. Mortalitas peritonitis uumum tinggi.

Sellulitis pelvikaSellulitis pelvika ringan dapat menyebabkan suhu yang meninggi dalam nifas. Bila suhu tinggi menetap lebih dari satu minggu disertai dengan rasa nyeri di kiri atau kanan dan nyeeri pada pemeriksaan dalam, hal ini patut dicurigai terhadap kemungkinan sellulitis pellvika menjadi jelas. Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri di sebelah uterus dan tahanan ini yang berhubungan erat dengan tulang panggul, dapat meluas ke berbagai jurusan. Di tengah-tengah jaringan yang meradang itu bisa tumbuh abses. Dalam hal ini, suhu yang mula-mula tinggi secara menetap menjadi naik turun disertai menggigil. Penderita tampak sakit, nadi cepat dan perut nyeri. Dalam 2/3 kasus tidak terjadi pembentukan abses, dan suhu menurun dalam beberapa minggu. Tumor di sebelah uterus mengecil sedikit demi sedikit, dan akhirnya terdapat parametrium yang kaku. Jika terjadi abses, nanah harus dikeluarkan karena selalu ada bahaya bahwa abses mencari jalan ke rongga perut yang menyebabkan peritonitis, ke rektum, atau ke kandung kencing.

Salpingitis dan ooforitisGejalanya tidak dapat dipisahkan dari pelvio-peritonitisDiagnosisKebanyakan demam setelah persalinan disebabkan infeksi nifas, akan tetapi kemungkinan sebab-sebab di luar alat genital harus dipertimbangkan juga. Dalam hal yang terakhir ini yang paling sering ditemukan ialah radang saluran pernapasan (brokitis, pneumonia, dan sebagainya), pielonefritis, dan mastitis. Oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan yang seksama terhadap penyakit-penyakit di atas.

Penderita dengan infeksi nifas perlu diketahui apakah infeksi terbatas pada tempat-tempat masuknya kuman-kuman ke dalam badan(porte dentree) atau menjalar ke luar tempat-tempat itu. Dalam minggu-minggu pertama biasanya gejala-gejala setempat belum menunjukkan dengan nyata adanya perluasan infeksi, yang lebih penting ialah gejala-gejala umum. Seorang penderita dengan infeksi yang meluas di luar port dentree tampaknya sakit, suhu meningkat dengan kadang-kadang disertai menggigil, nadi cepat, keluhannya juga lebih banyak.

Pada septikemia gejala-gejala berat, termasuk panas tinggi disertai keadaan umum yang tidak baik sudah tampak segera atau tidak lama setelah persalinan selesai, sedang pada piemia gejala-gejala adanya infeksi berat muali tidak lama sesudah persalinan selesa, dan dalam waktu singkat diikuti tanda-tanda peritonitis yang nyata.

Pada pelviperitonitis dan sellulitis pelvika gejala-gejala umumnya tidak seberat penyakit-penyakit tersebut di atas. Tetapi radang di luar uterus, yang masih terbatas, mulai menjadi jelas. Pada kedua penyakit perlu diawasi kemungkinan tumbuhnya abses.

Diambil getah dan darah untuk pembiakan guna mengetahui penyebabb infeksi nifas, dan memilih antibiotika yang paling tepat untuk pengobatan.

PrognosisMenurut derajatnya septikemia merupakan infeksi yang paling berat dengan mortilitas tinggi, dan yang segera diikuti oleh peritonitis umum. Piemia menyebabkan kematian yang cukup tinggi. Penyakitnya berlangsung lebih lama.Pada pelvioperitonitis dan sellulitis pelvis bahaya kematian diatasi dengan pengobatan yang sesuai. Abses memerlukan tindakan untuk mengeluarkan nanahnya. PencegahanSelama kehamilanOleh karena anemia merupakan predisposisi untuk infeksi nifas, harus diusahakan untuk memperbaikinya. Keadaan gizi juga mrupakan faktor yang penting. Koitus pada hamil tua sebaiknya dilarang karena dapat mengakibatkan pecahnya ketuban dan terjadinya infeksi.

Selama persalinan Usaha-usaha pencegahan terdiri atas membatasi sebanyak mungkin masuknya kuman-kuman dalam jalan lahir, menjaga supaya persalinan tidak berlarut-larut, menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit mungkin, dan mencegah terjadinya perrdarahan banyak. Demikian pula, semua petugas dalam kamar bersalin harus menutup hidung dan mulut dengan masker, yang menderita infeksi pernapasan tidak diperbolehkan masuk kamar bersalin, alat-alat,kain-kain yang dipakai dalam persalinan harus di suci hama. Pemeriksaan dalam hanya boleh dilakukan jika perlu atas indikasi. Terjadi perdarahan harus dicegah sedapat mungkin, Transfusi darah diberikan menurut keperluan.

Selama nifasSetelah partus terdapat luka-luka pada beberapa tempat jalan lahir. Pada hari-hari pertama postpartum harus dijaga agar luka-luka ini tidak dimasuki kuman-kuman dari luar. Oleh sebab itu, semua alat dan kain yang berhubungan dengan alat genital harus suci hama. Pengunjung-pengunjung dari luar hendaknya pada hari-hari pertama dibatasi sedapat mungkin.Tiap penderita dengan tanda-tanda infeksi nifas jangan dirawat bersama dengan wanita yang dalam nifas yang sehat.

PengobatanAntibiotika memegang peranan penting dalam pengobatan infeksi nifas.Penicillin dalam dosis tinggi atau antibiottika dengan spektrum luas (broad spectrum antibiotics), seperti ampicillin, dan lain-lain. Kombinasi tetracyclin dan penicillin G dalam dosis tinggi iv sangat efektif terhadap infeksi nifas, Di bagian FKUI/RSCM dipakai sulbenicillin atau garamicin atau kombinasi penisillin G dengan chloramphenicol dengan hasil cukup memuaskan.Disamping pengobatan dengan antibiotika, tindakan-tindakan untuk mempertinggi daya tahan badan tetap perlu dilakukan. Perawatan baik sangat penting, makanan yang mengandung zat-zat yang diperlukan hendaknya diberikan dengan cara yang cocok dengan keadaan penderita, dan bila perlu transfusi dilakukan.Pada sellulitis pelvika dan pelvioperitonitis perrlu diamat-amati dengan seksama apakah terjadi abses atau tidak. Jika terjadi abses, abses harus dibuka dengan menjaga supaya nanah tidak masuk ke dalam rongga peritoneum dan pembuluh darah yang agak besar tidak sampai dilukai.

DAFTAR PUSTAKA

Cunningham F Gary,dkk:, Obstetri Williams, Ed 21, vol 1,EGC, Jakarta, 2006.

Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T editor: Ilmu Kebidanan Edisi Ketiga, cetakan ketujuh, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta,2006.

Decherney Alan H, MD, Nathan Lauren, MD, Godwin M.T, MD, Laufer Neri, MD, Current Diagnosis and Treatment 10th Edition, McGraw Hill, USA, 2007.

Mochtar R, Lutan. D Sinopsis Obstetri edisi kedua, EGC, Jakarta,1998.

Manuaba I.B.G, Manuaba I.B. Chandranita. Pengantar Kuliah Obstetri, EGC, Jakarta, 2007.

Robby Mulyadi (11-2007-099)19