Upload
doanhanh
View
255
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
MANAGEMENT OF CHANGE PADA RADIO REPUBLIK INDONESIA
SEJAK BERUBAH MENJADI LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK
RINGKASAN SKRIPSI
Disusun Oleh:
Christina Sitorus
NIM 09417144050
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2014
MANAGEMENT OF CHANGE PADA RADIO REPUBLIK INDONESIASEJAK
BERUBAH MENJADI LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK
Oleh
Christina Sitorus dan Yanuardi
NIM 09417144050
ABSTRAK
Tujuan yang hendak dicapai dengan adanya penelitian ini adalah untuk menggambarkan Management of Change yang dilakukan oleh Radio Republik Indonesia serta mengidentifikasi hambatan atau kendala yang dialami. Kajian yang dipakai dalam penelitian ini adalah Perubahan, Konsep Pelayanan Publik, Management of Change, dan RRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik.
Desain Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian Deskriptif. Subyek penelitian ini adalah Direktur Utama Radio Republik Indonesia, Direktur Program dan Produksi Radio Republik Indonesia, dan Kepala sub bagian SDM RRI stasiun Yogyakarta. Instrumen penelitian adalah peneliti sendiri. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi. Kemudian teknik pemeriksaan keabsahan data menggunakan teknik triangulasi. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis interaktif yang memiliki tiga tahap yaitu pengumpulan data, reduksi data, display data dan penarikan kesimpulan.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa RRI belum mampu menyesuaikan diri dengan perubahan yang ada, hal ini berdasarkan dari hasil yang diperoleh dalam Management of Change yang dilakukan oleh RRI. Management of change RRI sejak menjadi LPP dapat dilihat dari implementasi strategi dengan melakukan pendekatan langsung dengan masyarakat demi memperbaiki citra RRI yang semula corong pemerintah, perubahan pola komunikasi dari top-down menjadi top-down dan buttom-up, melakukan pelatihan dan perbaikan secara terus menerus dalam SDM, bertambahnya program penyiaran perluasan jangkauan demi mewujudkan visi RRI yang bertujuan menjadikan RRI mendunia.
Kata Kunci: RRI, Management Of Change, LPP
1. PENDAHULUAN
Radio Republik Indonesia (RRI) adalah satu-satunya stasiun radio yang dimiliki oleh
Negara Kesatua Republik Indonesia (NKRI). Radio ini memiliki slogan “sekali mengudara,
tetap mengudara “, slogan dari radio ini dapat terwujud hingga saat ini, dimana sekarang
RRI masih tetap mengudara. RRI merupakan radio yang mempunyai posisi yang strategis,
sebab realitasnya RRI masih merupakan satu-satunya jaringan nasional dan mampu
menjangkau hampir seluruh wilayah Indonesia. Eksistensi RRI berawal pada saat awal
kemerdekaan, pada saat itu RRI berfungsi sebagai penghubung pemerintah dengan rakyat
dalam menghadapi perjuangan bangsa, serta bekerja sebagai organisasi yang cenderung
berfungsi untuk kepentingan pemerintah. Peran RRI sampai saat ini sangat jelas selain
membantu menyampaikan program-program pemerintah kepada masyarakat, RRI tentunya
sangat berperan membantu menjaga stabilitas NKRI dengan memberikan informasi yang
mendidik dan cerdas mengenai tema-tema kebangsaan, nasionalisme, pendidikan, dan
kebudayaan.
Reformasi di Indonesia yang memunculkan perubahan pada sistem pemerintahan juga
berpengaruh terhadap perubahan status RRI. Tuntutan perubahan untuk pembaharuan
organisasi RRI sebagai media massa yang dapat mengakomodir semua pihak, golongan dan
kepentingan secara independen, telah membuat sebagian besar pemimpin RRI yang masih
memiliki hati dan idealisme untuk bersama-sama berani membuat penetapan diri tentang
bagaimana eksistensi RRI di masa mendatang. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 37 Tahun 2000, tentang pendirian Perusahaan Jawatan (Perjan) menjadikan
status RRI sebagai Perjan. Perjan adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yang
berkarakteristik ; tidak mencari keuntungan, memberikan pelayanan kepada publik,
merupakan bagian dari suatu departemen pemerintah, dipimpin oleh seorang kepala yang
bertanggung jawab langsung kepada Menteri atau Direktur Jenderal departemen yang
bersangkutan dan status karyawannya adalah pegawai negeri. Sedangkan maksud dan tujuan
Perjan adalah menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa barang dan jasa yang bermutu
dan menandai bagi pemenuhan hajat orang banyak.
Dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran, RRI
saat ini berstatus Lembaga Penyiaran Publik (LPP). Pasal 14 Undang Undang Nomor
32/2002 menegaskan bahwa RRI adalah LPP yang bersifat independen, netral, tidak komersil
dan berfungsi melayani kebutuhan masyarakat. Perubahan ini menyebabkan pergeseran peran
RRI, dari yang semula government oriented menjadi public oriented. RRI sebagai LPP juga
dituangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 11 dan 12 Tahun 2005 penjabaran lebih
lanjut dari Undang Undang Nomor 32/2002. Perubahan RRI menjadi LPP telah melampaui
proses yang cukup panjang, dimulai dari semangat perubahan yang berawal dari internal RRI
yang menganggap bahwa sudah tidak masanya lagi sebuah radio sebagai corong pemerintah,
sosialisasi perubahan ke pihak eksternal, mengadakan kajian-kajian bersama dengan pakar
hukum dan komunikasi, dan dengan pemantapan status RRI agar disahkan dalam Undang-
undang, sampai akhirnya RRI saat ini menyandang status sebagai LPP .
Dalam suatu organisasi/perusahaan tentunya memiliki keinginan yang kuat untuk
maju dan berkembang lebih baik lagi, untuk itu dalam mempersiapkan menuju organisasi
yang lebih maju, maka dibutuhkan strategi untuk melakukan perubahan. Organisasi dalam
melakukan perubahan tentunya memperhatikan berbagai aspek yang mendorong mereka
untuk melakukan perubahan, mulai dari aspek permodalan yang mereka miliki, aspek
penguasaan teknologi informasi, aspek globalisasi ekonomi, aspek persaingan usaha hingga
aspek kebijakan pemerintah ditempat mereka beroperasi. Strategi perubahan yang dibuat oleh
suatu organisasi tentunya memperhatikan berbagai faktor-faktor yang menjadi alasan bagi
suatu organisasi dalam melakukan perubahan, baik dari segi eksternal maupun internal, hal
tersebut bisa berupa peluang, kekuatan, kelemahan dan ancaman..
Perjalanannya perubahan RRI dalam status maupun peran sudah beberapa kali
berubah, tidak dapat dipugkiri bahwa hal ini terjadi karena imbas dari perubahan sistem
pemerintahan yang terjadi di Negara Indonesia. Pada awal kemerdekaan hingga jaman
Presiden Soeharto RRI adalah radio yang dipakai sebagai alat pemerintah, yang menyiarkan
hal-hal positif dari pemerintah, setelah itu RRI berubah menjadi Perjan dibawah Kementerian
Penerangan, dan saat ini RRI menjadi LPP yang merupakan lembaga independen dan
bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Perubahan status kedudukan inilah yang
merupakan fenomena menarik untuk diteliti mengingat RRI yang sebelumnya merupakan
radio pemerintah yang menggunakan manajemen versi pemerintah harus berubah menjadi
radio publik yang independen, netral dan mandiri. Untuk mengetahui proses perubahan yang
dilakukan RRI dalam menyesuaikan diri dengan statusnya sebagai LPP, maka peneliti akan
menganalisis dengan Manajemen Perubahan (Management of Change), yang merupakan
sebuah proses peyejajaran berkelanjutan sebuah organisasi dengan pasarnya. Management of
Change adalah upaya yang dilakukan untuk mengelola akibat-akibat yang ditimbulkan
karena terjadinya perubahan dalam organisasi, artinya memahami dan menerapkan strategi
yang diperlukan dalam menghadapi perubahan dan perkembangan kehidupan baik dari sisi
kultur, sosial maupun lingkungan sebagai tempat sebuah organisasi hidup dan berinteraksi.
Tujuan adanya proses Management of Change dalam organisasi itu meliputi
serangkaian kegiatan yang cukup kompleks, secara garis besar terdiri dari kegiatan fase
pencarian (unfreezing), fase mengubah (changing), dan fase pembekuan kembali
(refreezing). Penggunaan Management of Change dimaksudkan agar arus kebijakan dan
berbagai bentuk keputusan serta tindakan yang akan dilaksanakan dalam suatu organisasi
dapat dikelolah dengan baik.
II. KAJIAN PUSTAKA
A. Perubahan
Menurut Pasmore (1994 ; 3) dalam Wibowo (2011 : 104), memyatakan bahwa
perubahan dapat terjadi pada diri kita maupun disekeliling kita, bahkan kadang-kadang
kita tidak sadari bahwa hal tersebut berlangsung. Perubahan berarti bahwa kita harus
berubah dalam cara mengerjakan atau berfikir tentang sesuatu, yang dapat menjadi mahal
dan sulit. Perubahan adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari karena dorongan eksternal
dan karena adanya kebutuhan internal. Semua organisasi menghadapi lingkungan yang
dinamis dan berubah, lingkungan eksternal organisasi cenderung merukapan kekuatan
yang mendorong untuk terjadinya perubahan, ada banyak faktor yang bisa membuat
dibutuhkannya tindakan perubahan. Disisi lain bagi oganisasi secara internal merasakan
adanya kebutuhan akan perubahan. Oleh karena itu, setiap organisasi menghadapi pilhan
antara berubah atau mati tertekan oleh kekuatan perubahan.
Perubahan juga berpeluang menghadapi resistensi (penolakan), baik individual
maupun organisasional, karena merupakan hal yang paling sulit untuk dapat
meninggalkan kebiasaan lama yang sudah melekat dengan kuat. Istilah untuk hal ini
dalam manajemen dikenal dengan resistensi perubahan (resistance of change). Sikap
menolak atas perubahan bisa terjadi karena informasi mengenai perlunya dan dampak
bila tidak melakukan perubahan sangat kurang. Bentuk dari penolakan atas perubahan
tidak selalu tampak secara langsung dalam bentuk yang standar. Penolakan bisa dengan
jelas terlihat (eksplisit) dan segera misalnya mengajukan protes, mengancam mogok,
demonstrasi, dan sejenisnya, atau bisa juga tersirat (implisit) dan lambat laun misalnya
loyalitas pada organisasi berkurang, motivasi kerja menurun, kesalahan kerja meningkat,
dan tingkat absensi meningkat. Hal yang lain juga bisa menjadi masalah seperti tidak
tersedianya informasi konfigurasi pada infrakstruktur yang up to date.
Resistensi sering terjadi karena eksekutif dan pekerjaan, karena eksekutif dan
pekerja melihat perubahan dari sudut pandang yang berbeda. Bagi manajer senior,
perubahan berarti peluang, baik untuk bisnis maupun dirinya sendiri. Akan tetapi banyak
pekerja yang memandang perubahan sebagai kekacauan dan gangguan. Peter Scholres
berpandangan bahwa pada dasarnya karyawan tidak menolak berubahan, tetapi mereka
menolak di ubah (Stettner, 2003:61) dalam (Wibowo 2005 : 152). Sementara itu, Robbins
(2001 : 545) dalam Wibowo (2005: 157), Menyebutkan ada dua kategori penolakan, yaitu
resistensi individual dan resistensi organisasi
Kurt Lewin menggambarkan ada Tiga tahap model perubahan terencana yang
menjelaskan bagaimana mengambil inisiatif, mengelolah dan menstabilisasi proses
perubahan. Ketiga tahapan tersebut oleh Robbins (2001 : 551) dalam Wibowo (2005 :
199) dinyatakan dalam unfreezing, movement, dan refreezing.
Setelah memahami tahapan-tahapan dalam perubahan, maka hal yang tidak kalah
penting adalah mengenai kekuatan perubahan. Green dan Baron (1997 : 550) dalam
Wibowo (2005 : 118), berpendapat bahwa terdapat beberapa fakor yang merupakan
kekuatan dibelakang kebutuhan akan perubahan, mereka memisahkan antara perubahan
yang terencana dan tidak terencana.
Perubahan Organisasi adalah suatu proses dimana organisasi tersebut berpindah
dari keadaannya yang sekarang menuju ke masa depan yang diinginkan untuk
meningkatkan efektifitas organisasinya. Tujuan perubahan adalah untuk mencari cara
baru atau memperbaiki dalam menggunakan resources dan capabilities dengan tujuan
untuk meningkatkan kemampuan organisasi dalam menciptakan nilai dan meningkatkan
hasil yang diinginkan kepada stakeholders. Perubahan adalah transformasi dari keadaan
yang sekarang menuju keadaan yang diharapkan di masa yang akan datang. Winardi
(2005: 2) menyatakan, bahwa perubahan organisasi adalah tindakan beralihnya sesuatu
organisasi dari kondisi yang berlaku kini menuju ke kondisi masa yang akan datang
menurut yang di inginkan guna meningkatkan efektivitasnya. Mengingat begitu
pentingnya perubahan dalam lingkungan yang bergerak cepat sudah saatnya organisasi
tidak menunda perubahan, penundaan berarti akan menghadapkan organisasi pada proses
kemunduran
B. Management of Change
Manajemen perubahan (Management of Change) adalah suatu proses secara
sistematis dalam menerapkan pengetahuan sarana dan sumberdaya yang diperlukan untuk
mempengaruhi perubahan pada orang yang terkena dampak proses tersebut (Potts dan
LaMarsh 2004 : 16) dalam (Wibowo 2005 : 241). Management of Change adalah upaya
yang dilakukan untuk mengelola akibat-akibat yang ditimbulkan karena terjadinya
perubahan dalam organisasi. Perubahan dapat terjadi karena sebab-sebab yang berasal
dari dalam maupun dari luar organisasi tersebut. Management of Change adalah suatu
proses yang sistematis dengan menerapkan pengetahuan, sarana dan sumber daya yang
diperlukan organisasi untuk bergeser dari kondisi sekarang menuju kondisi yang
diinginkan, yaitu menuju ke arah kinerja yang lebih baik dan untuk mengelola individu
yang akan terkena dampak dari proses perubahan tersebut. Manajemen perubahan
ditunjuukan untuk memberikan solusi bisnis yang diperlukan dengan sukses dengan cara
yang terorganisasi dan denga metode melalui pengelolaan dampak perubahan pada orang
yang terlibat didalamnya. Sementara itu perubahan selalu dimulai dengan inisiatif
pandangan pada hasil positif. Hambatan paling umum untuk keberhasilan perubahan
adalah resistensi manusia.
Menurut Wibowo (2005 : 242) pendekatan dalam management of change adalah,
pertama : mengidentifikasi siapa, di antara mereka yang terkrna dampak perubahan, yang
mungkin menolak perubahan; kedua, menelusuri sumber, tipe dan tingkat resistensi
perubahan yang mungkin ditemukan; ketiga, mendesain strategi yang efektif untuk
mengurangi resistensi tersebut. Dengan manajemen perubahan, dapat memperkirakan
jumlah resistensi yang mungkin terjadi dan waktu serta uang yang diperlukan berkaitan
dengan resistensi. Hal ini memungkinkan orang yang harus melakukan perubahan
mengukur faktor penting, sperti apakah perubahan berharga utuk dilakukan dan seberapa
kemungkinan keberhasilan yang diperoleh. Memahami mengapa orang menolak
perubahan dan bagaimana mengatasi resistensi itu merupakan inti dari manajemen
perubahan. Terdapat dua pedekatan utama untuk manajemen perubahan, yang dinamakan
planned change (perubahan terncana) dan emergent change (perubahan darurat).
Management of Change dalam organisasi publik merupakan suatu proses untuk
mengubah proses dan prosedur birokrasi publik, dan sikap serta tingkah laku birokrat
untuk mencapai efektivitas birokrasi dan tujuan pembangunan nasional atau bisa
dikatakan pengelolaan sumber daya dalam rangka mencapai tujuan organisasi dengan
kinerja yang lebih baik. Dengan demikian Management of Change akan menjadi panduan
dasar bagi organisasi dalam menjalani masa transisi dari kondisi saat ini menjadi kondisi
yang diharapkan. Management of Change ini juga akan mengenali persoalan yang
berpotensi muncul dalam setiap proses perubahan tersebut, serta akan menyediakan
alternatif penyelesaiannya.
Perubahan yang terjadi dalam suatu organisasi biasanya seringkali direncanakan
oleh para stakeholder yang terdapat dalam organisasi tersebut yang bertujuan untuk
mengembangkan organisasi seperti yang dikemukakan oleh J. Winardi (2005:82) bahwa
suatu organisasi yang menginginkan keberhasilan harus terus-menerus melakukan
perubahan sabagai bentuk reaksi dari perkembangan-perkembangan yang sifatnya
penting, seperti kebutuhan para pelanggan, penemuan teknologikal baru dan peraturan-
peraturan pemerintah. Selain itu masih menurut J.Winardi (2005:93) yang mengutip
pernyataan Sweeney, McFarlin bahwa terdapat tipe perubahan yang berguna bagi
perkembangan suatu organaisasi, yaitu berupa perubahan strategik yang mencakup pada
postur pertumbuhan, pendekatan berbalik arah, penarikan diri dan stabilisasi.
Dalam rangka proses perubahan tersebut, maka disusunlah strategi perubahan
yang memuat rencana dan alokasi sumber daya berdasarkan kebutuhan untuk setiap
proses perubahan. Program Management of Change menjadi salah satu faktor suksesnya
pelaksanaan reformasi birokrasi, dan dimaksudkan untuk membantu meningkatkan
capaian keberhasilan pelaksanaan reformasi birokrasi secara efektif dan efisien. Menurut
Wibowo (2005 :36) manajemen perubahan merupakan suatu proses secara sistematis
dalam menerapkan pengetahuan, sarana dan sumber daya yang diperlukan untuk
mempengaruhi perubahan pada orang yang akan terkena dampak dari perubahan tesebut.
Dapat disimpulkan bahwa Management of Change adalah proses penyejajaran
dengan perubahan, adapun tiga kondisi yang diperlukan dalam mewujudkan perubahan
yang efektif adalah :
1. Kesadaran : para stakeholders memahami dan meyakini visi, strategi dan rencana
implementasi.
2. Kapabilitas : para stakeholders meyakini bahwa mereka mampu meraih
ketrampilan yang dibutuhkan serta mampu menangani dan mengambil
keuntungan dari perubahan tersebut.
3. Keikutsertaan : para stakeholders bisa menghargai tugas dan pekerjaan baru serta
peluang untuk berperilaku dengan cara-cara baru ( sikap, ketrampilan, dan cara
kerja baru).
Dalam Management of Change terdapat pula tahapan yang dapat digambarkan
sebagai berikut, pada awalnya organisasi harus mampu mengidentifikasikan perubahan
yang terjadi, setelah itu membuat perencanaan strategis dalam menghadapi perubahan
yang selanjutanya dari perencanaan strategis yang ada dimplementasikan oleh organisasi
perusahaan, setelah itu organisasi harus melakukan evaluasi dari strategi yang telah
diimplementasikan dan melakukan perbaikan untuk menjalankan langkah selanjutnya.
1. Identifikasi Perubahan
Pada awalnya suatu organisasi harus mampu mengidentifikasikan faktor-faktor
yang menyebabkan suatu organisasi melakukan sebuah perubahan. Seperti kita
ketahui sebelumnya dalam pembahasan pengertian perubahan bahwa ada beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi organisasi dalam melakukan perubahan seperti
masalah teknologi, konsumen, persaingan global dan kebijakan pemerintah. Untuk itu
dalam tahapan ini stakeholder dalam suatu organisasi harus mampu melakukan
identifikasi terhadap faktor-faktor yang ada.
2. Perencanaan Stratejik Dalam Menghadapi Perubahan
Sebuah organisasi baik organisasi profit maupun organisasi non profit untuk
mencapai suatu yang menjadi tujuan yang diinginkan organisasi maka perlu untuk
dibentuk adanya suatu strategi. Adanya strategi sangat penting, mengingat makin
pesatnya kemajuan teknologi informasi dan tingginya persaingan dan ancaman baik
dari internal maupun eksternal organisasi. Adanya persaingan menuntut organisasi
untuk memiliki strategi yang tepat yang dapat diandalkan untuk mengatasi ancaman
yang ada. Ancaman yang ada tersebut dapat berupa sumber daya organisasi yang
terbatas, ketidakpastian dari daya saing yang dimiliki organisasi, keputusan-
keputusan yang dibuat dan tidak adanya kepastian mengenai pengendalian inisiatif.
Dari ancaman-ancaman tersebut itulah (baik dari internal maupun eksternal
organisasi) nantinya akan dapat dirumuskan suatu strategi untuk mengatasi ancaman
yag dihadapi.
Dalam studi kepustakaan ada beberapa pakar yang mengemukakan konsep
tentang strategi. Menurut Kuncoro (2006:1) yang mengutip pernyataan Chandler ,
strategi adalah penentuan tujuan dan sasaran jangka panjang perusahaan,
diterapkannya aksi dan alokasi sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Berdasarkan definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa
strategi adalah suatu cara atau teknik yang digunakan dan diterapkan pada sebuah
organisasi atau perusahaan untuk mencapai tujuan dan sasaran jangka panjang yang
telah ditetapkan menjadi visi dan misi dari organisasi tersebut. Strategi dapat
digunakan sebagai alat untuk mencapai suatu tujuan organisasi dan perluasan dari
misi yang ingin dicapai oleh sebuah organisasi maupun perusahaan. Strategi dapat
dilakukan dengan menyesuaikan apa yang menjadi tujuan atau mandat dari suatu
organisasi dengan lingkungan dimana strategi itu akan diterapkan atau
diimplementasikan. Penyesuaian dengan lingkungan yang ada disekitar tersebut
sekaligus untuk mengetahui ancaman maupun peluang dari faktor-faktor lingkungan
baik faktor internal maupun eksternal dari organisasi.
Analisis SWOT adalah analisis yang dirasa cocok untuk menganalisis strategi
perubanah, dengan melihat kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang
dimiliki organisasi. Menurut Freddy Rangkuti (1997:18) analisis SWOT adalah
indentifikasi dari berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi
perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan
(Strength) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat juga
meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threats). Merujuk pada
pendapat Freddy Rangkuti (1997:19) yang menyatakanbahwa proses pengambilan
keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan
kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencana strategis (strategic planner) harus
menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang
danancaman) dalam kondisi yang ada saat ini.
3. Implementasi Strategi Perubahan
Dalam sebuah organisasi setelah mampu mengidentifikasikan faktor-faktor
penyebab perubahan dan membuat perencanaan stratejik dalam menghadapi
perubahan tentunya tahapan selanjutnya adalah menjalankan atau
mengimplementasikan perencanaan stratejik yang ada dalam menghadapi perubahan.
Dalam proses implementasi strategi perubahan semua stakeholder menjalankan
strategi yang telah dibuat secara terstruktur agar strategi perubahan yang telah
dirancang oleh sebuah organisasi dapat tepat sasaran. Pada tahapan ini menurut
J.Winardi (2005:97) agen perubahan harus mampu mengidentifikasikan tingkatan
dimaana mereka akan diarahkan, sehingga mereka mamapu memberikan target
tingkatan agar mampu mengubah individu-individu, kelompok-keleompok dan atau
seluruh organisasi.
4. Evaluasi dan Umpan balik Strategi Perubahan
Suatu evaluasi dan umpan balik strategi perubahan sangatlah penting untuk
dianalisis, hal ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana pencapaian capai visi dan
misi atau tujuan dari sebuah organsisasi. Evaluasi merupakan tindakan akhir dari
sebuah strategi, namun evaluasi adalah tahap awal dari strategi selanjutnya. Dengan
menganalisis kesesuaian antara penyebab perubahan, strategi perubahan dan
implementasi perubahan , maka penulis menarik kesimpulan bahwa dalam sebuah
evaluasi dapat menyangkut hal-hal sebagai berikut:
a. Tujuan dan sasaran perubahan, tujuan merupakan keinginan yang ingin
dicapai dalam jangka waktu yang akan datang dan relatif panjang serta tidak
terbatas waktu. Sedangkan sasaran lebih menekankan pada kegiatan untuk
mencapai tujuan dalam jangka waktu yang relatif singkat dan dapat diukur
atau dihitung.
b. Lingkungan, suatu organisasi pasti berinteraksi dengan lingkungan
disekitarnya dan menjadikan organisasi tidak dapat tertutup dari lingkungan.
Sehingga penyesuaian perlu dilakukan.
c. Kemampuan internal, berupa kekuatan dan kelemahan yang dimiliki
organisasi untuk menghadapi lingkungannya.
d. Kompetisi, dalam pembuatan strategi tentu tidak terlepas dari adanya
kompetisi.
C. Konsep Pelayanan Publik
Administrasi adalah kegiatan pelayanan, salah satu fungsinya dalam
pembangunan adalah menyelenggarakan pelayanan publik. Sondan P Siagian
mengatakan, teori klasik administrasi Negara mengajarkan bahwa pemerintah Negara
pada hakikatnya menyelenggarakn dua jenis fungsi utama yaitu fungsi pengaturan dan
fungsi pelayanan. Fungsi pengaturan biasanya dikaitkan dengan hakikat Negara modern
sebagai suatu Negara hukum (legal state), sedangkan fungsi pelayanan dikaitkan dengan
hakikat Negara sebagai suatu Negara kesatuan (welfare state), baik kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pelaksanaannya dipercayakan kepada aparatur
pemerintah tertentu yang secara fungsional bertanggung jawab atas bidang tertentu kedua
fungsi tersebut (Siagian 1992 : 128).
Pelayanan merupakan suatu kinerja tidak berwujud dan dapat cepat hilang, lebih
dapat dirasakan dari pada dimiliki, serta penguna layanan lebih dapat berpartisipasi aktif
dalam mengkonsumsi pelayanan tersebut. Istilah lain yang sama artinya dengan
pelayanan yaitu pengabdian atau pengayoman dari seorang administrator diharapkan
akan tercermin dari sifat-sifat memberikan pelayanan publik. Pengabdian kepada
kepentingan umum dan memberikan pengayoman kepada masyarakat yang lemah dan
kecil, administrator lebih mendahulukan kepentingan masyarakat ketimbang kepentingan
sendiri. Mifta thoha menyebutkan pelayanan publik sebagai pelayanan sosial, meurutnya
pelayanan sosial meruapakan suatu usaha yang dilakukan seseorang atau kelompok orang
atau institusi tertentu untuk memberikan kemudahan dan bantuan pada masyarakat dalam
rangka mencapai suatu tujuan tertentu (Thoha, 1991 : 176-177).
Pelaksanaan pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah bertujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan sosial warga Negara. Siagian (1972, 45) mengatakan
bahwa salah satu fungsi pemerintah dalam pembangunan adalah sebagai innovator
terutama dalam administrasi Negara itu sendiri, yang bererti bahwa produktifitas aparat
pemerintah sendiri meningkat dan pelayanan kepada masyarakat menjadi lebih baik dan
lebih cepat.
Mifta Thoha (1991 : 39) mengatakan pelayanan publik atau pelayanan sosial
menjadi penting karena senantiasa berhubungan dengan khalayak masyarakat
menyangkut kepentingan orang banyak oleh karena itu maka pelayanan sosial menjadi
sangat rentan apabila kurang sedikit saja pemberian pelayanan, maka akan dapat
menyiggung komentar orang yang merasakan pelayanan sosial tersebut.
Melihat pengertian dan tujuan dari pelayanan publik dapat disimpulkan bahwa
pelayanan publik sangat dibutuhkan dalam kehidupan masyarakat lebih-lebih pada masa
sekarang ini dengan bergulirnya reformasi telah membawa suatu perubahan di segala
bidang seiring dengan pertumbuhan IPTEK, yang diikuti dengan tuntutan peningkatan
kesejahteraan secara umum, telah mengikuti kesadaran manusia atas martabat dan makna
kehidupan. Kesadaran ini kemudian telah menghadirkan berbagai tuntutan yang semakin
tinggi lagi akan peran organisasi terutama pemerintah untuk mewujudkan kehidupam
masa depan dengan lebih baik. Pelayanan publik mendapat tuntutan dari masyarakat
seiring dengan semakin banyaknya kebutuhan di samping keinginan masyarakat untuk
mendapatkan suatu pelayanan publik yang baik menjadi dambaan.
Komunikasi adalah suatu proses dimana seseorang atau beberapa orang,
kelompok, organisasi dan masyarakat menciptakan dan menggunakan informasi agar
terhubung dengan lingkungan dan orang lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan
secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak
ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat
dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu,
misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. cara seperti ini disebut
komunikasi dengan bahasa nonverbal. Pelayanan dibidang komunikasi merupaka salah
satu pelayanan yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat sebab dalam kehidupan sehari-
hari komunikasi memegang peranan yang penting. Komunikasi bertujuan untuk
menyampaikan suatu pikiran atau pesan dari seseorang kepada yang lain. Komunikasi
merupakan segala upaya untuk mempengaruhi orang lain, yaitu mekanisme yang
menimbulkan dan mengembangkan hubungan manusia, dengan menggunakan lambang
dan pikiran bersama melalui sarana-sarana dan alat-alat untuk menyiarkan lambang
dalam ruang dan waktu.
Media massa berfungsi sebagai alat yang memungkinkan komunikasi berlangsung
jarak jauh. Media tersebut adalah alat-alat yang terdapat didalam proses komunikasi guna
melipatgandakan tulisan (surat kabar) atau menerjemahkan pemandangan dan
pendengaran ( TV dan film) atau pendengaran saja (radio). Saluran media masa adalah
semua alat penyampaian pesan yang melibatkan mekanisme untuk mencapai sasaran
yang luas dan tak dikenal. Radio merupakan sarana yang memungkinkan sumber
informasi sampai ke audience yang banyak dan tersebar. Setiap program radio dibuat
tentunya untuk memenuhi selera khalayak agar tujuan tercapai dengan baik secara efektif
dan efisien maka diperlukan mekanisme penyelenggaraan siaran melalui mekanisme
yang telah ditetapkan. Diharapkan proses siaran dapat bekerja secara optimal,
mendukung dan mengarah pada tercapainya tujuan siaran tersebut. Mekanisme
penyelengaraan penyiaran dapat dikatakan baik apabila semua sumber daya yang ada
dapat bekerja secara optimal sehingga proses siaran dapat berjalan dengan lancar dan
baik agar tujuan program siaran dapat tercapai. Tujuan diadakannya program siaran,
adalah untuk memenuhi kebutuhan khalayak pendengar, jika mekanisme kerja dapat
dilaksanakan dengan baik maka dapat diharapkan tujuan siaran dapat tercapai, dengan
demikian dapat diharapkan pula perhatian dari khalayak terhadap penyiaran tersebut.
D. RRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik
Lembaga Penyiaran Publik adalah lembaga penyiaran yang berbentuk badan
hukum yang didirikan oleh negara, bersifat independen, netral, tidak komersial, dan
berfungsi memberikan layanan untuk kepentingan masyarakat. Radio Republik
Indonesia (RRI) adalah stasiun radio milik Negara Indonesia. Sebagai Lembaga
Penyiaran Publik, RRI terdiri dari Dewan Pengawas dan Dewan Direksi. Dewan
Pengawas yang berjumlah 5 orang terdiri dari unsur publik, pemerintah dan RRI. Dewan
Pengawas yang merupakan wujud representasi dan supervisi publik memilih Dewan
Direksi yang berjumlah 5 orang yang bertugas melaksanakan kebijakan penyiaran dan
bertanggung jawab atas penyelenggaraan penyiaran. Status sebagai Lembaga Penyiaran
Publik juga ditegaskan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 11 dan 12 tahun 2005 yang
merupakan penjabaran lebih lanjut dari Undang-Undang Nomor 32/2002.
Sebelum menjadi Lembaga Penyiaran Publik selama hampir 5 tahun sejak tahun
2000, RRI berstatus sebagai Perusahaan Jawatan(Perjan) yaitu Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) yang tidak mencari untung. Dalam status Perusahaan Jawatan, RRI
telah menjalankan prinsip-prinsip radio publik yang independen. Perusahaan
Jawatan dapat dikatakan sebagai status transisi dari Lembaga Penyiaran
Pemerintah menuju Lembaga Penyiaran Publik pada masa reformasi.
Likuidasi Departemen Penerangan oleh Pemerintah Presiden Abdurahman
Wahid dijadikan momentum dari sebuah proses perubahan Government Owned Radio ke
arah Public Service Broadcasting dengan didasari Peraturan Pemerintah Nomor 37 tahun
2000 yang ditandatangani Presiden RI tanggal 7 Juni 2000. Kedudukan Status Radio
Republik Indonesia yang semula sebagai Perusahaan Jawatan berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 37 Tahun 2000 secara dinamis dengan proses yang cukup panjang
berganti status sejak tahun 2005 berdasarkan Peraturan Pemerintahnomor 11 Tahun 2005
sebagai Lembaga Penyiaran Publik. Dewasa ini RRI mempunyai 67 stasiun penyiaran
dan stasiun penyiaran khusus yang ditujukan ke Luar Negeri, "Suara Indonesia". Konsep
penyiaran RRI yang sebelum menjadi Lembaga Penyiaran Publik lebih banyak
prosentasenya pada produk tergolong “broadcasting”, namun sejak tahun 2005 menjadi
lebih cenderung bervariatif karena RRI juga mampu membuat program siarannya dalam
kategori “narrow-casting” seperti program siaran pendidikan untuk memperkuat
pembentukan karakter bangsa (nation building) dan mendorong persatuan dan kesatuan
bangsa. Lembaga penyiaran publik yang memiliki cakupan luas secara nasional dan
berbentuk badan hukum yang dibuat oleh negara yang memiliki sifat independen, netral,
tidak komersial dan berfungsi untuk memberikan layanan bagi kepentingan masyarakat,
sehingga tolak ukur keberhasilannya dinilai dari kepuasan publik dan dibiayai oleh
APBN ditingkat nasional dan APBD ditingkat lokal.
RRI juga memiliki tugas pokok sebagai LPP, Memberikan pelayanan informasi,
pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial, serta melestarikan budaya
bangsa untuk kepentingan seluruh lapisan masyarakat melalui penyelenggaraan penyiaran
radio yang mengjangkau seluruh wilayah NKRI sesuai dengan Peraturan Pemerintah
no.12 Tahun 2005. Tugas LPP RRI dalam melayani seluruh lapisan masyarakat di
seluruh wilayah NKRI tidak bisa dilayani dengan satu programa saja, oleh karena itu RRI
menyelenggarakan siaran dengan 4 programa:
1. Pro 1 Pusat siaran pemberdayaan masyarakat
2. Pro 2 Pusat siaran kreatifitas anak muda
3. Pro 3 Pusat siaran jaringan berita nasional dan kantor berita radio
4. Pro 4 Pusat siaran budaya dan pendidikan
III. Metode Penelitian
A. Desain Penelitian
Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian deskriptif. Sugiyono (2010:11),
penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel
mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan atau
menghubungkan antara variabel satu dengan variabel yang lain. Jenis penelitian
deskriptif akan menghasilkan data yang berupa kata-kata dan bukan angka-angka
sehingga data ini termasuk dalam data kualitatif.
B. Tempat dan Waktu Penelitian.
Dalam penelitian ini lembaga yang menjadi tempat penelitian adalah Radio
Republik Indonesia, yang terletak di Jalan Merdeka Barat No. 4-5 Jakarta pusat. Alasan
mengapa Radio Republik Indonesia menjadi objek penelitian, karena Radio Republik
Indonesia adalah instansi yang melakukan Management of Change untuk merespon
perubahan status menjadi Lembaga Penyiaran Publik. Waktu penelitian yaitu 12
Desember – 12 Februari 2014.
C. Sumber data
Lofland dan Lofland (1984 : 47) dalam Moleong (2010:157) menyebutkan bahwa
sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya
adalah data tambahan seperti dokumen, dan lain-lain. Data-data tersebut yaitu data
primer dan data sekunder.
D. Informan Penelitian
Informan penelitian ini adalah orang-orang yang dapat memberikan informasi
mengenai latar belakang dan keadaan yang sebenarnya dari objek penelitian sehingga
data yang dihasilkan akurat. Penentuan informan penelitian ini dilakukan dengan cara
peneliti menetapkan informan berdasarkan anggapan bahwa informan dapat
memberikan informasi yang diinginkan dalam penelitian ini sesuai dengan
permaslahan penelitian. Informan dalam penelitian ini diantaranya Direktur Utama
Radio Republik Indonesia, Direktur Program dan Produksi Radio Republik Indonesia,
dan Kepala Sub. Bagian SDM Radio Republik Indonesia satasiun Yogyakarta.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri yang
terlibat langsung dalam penelitian. Menurut Sugiyono (2010:8), dalam penelitian
kualitatif, peneliti merupakan instrumen kunci. Dalam penelitian ini, yang menjadi
instrumen penelitian yaitu peneliti sendiri (penulis) yang terlibat langsung dalam
penelitian. Peneliti sebagai instrument utama yaitu peneliti yang merencanakan,
mengumpulkan, dan menginterpretasikan data. Dalam menginterpretasikan data,
peneliti perlu untuk melakukan validasi terhadap diri instrumen (dalam hal ini penulis
sendiri) yang dilakukan dengan validasi kemampuan yang dimiliki, dengan
meningkatkan pemahaman atas materi yang berkaitan dengan penelitian yaitu tentang
Management of Change. Peningkatan pemahaman ini dilakukan dengan membaca
referensi buku-buku yang berkaitan dengan Management of Change. Upaya lain yang
dilakukan dengan diskusi bersama teman sejawat. Selain melakukan validasi terhadap
instrumen penelitian, penulis juga perlu melakukan validasi terhadap metodologi
penelitian. validasi terhadap metodologi penelitian dilakukan dengan meningkatkan
pemahaman atas metode yang digunakan dengan membaca referensi dan
mempersiapkan segala sesuatu sebelum terjun ke lapangan maupun memperbaiki
metode yang digunakan selama penelitian berlangsung dilapangan. Perbaiikan yang
dilakukan peneliti yaitu dengan memperbaiki pedoman wawancara yang akan
diajukan kepada narasumber.
F. Teknik Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan endapatkan data yang
memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono, 2010: 224). Teknik-teknik
pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara, teknik
dokumentasi dan teknik observasi.
G. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Dalam penelitian ini teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan adalah
Teknik Tringulasi. Tringulasi adalah teknik pemerikasaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data itu (Lexy J. Moleong, 2010:330). Langkah yang
digunakan dalam teknik tringulasi data ini adalah dengan menggunakan metode.
Tringulasi dengan menggunakan metode dapat dilakukan dengan membandingkan
data hasil pengamatan dengan wawancara, membandingkan hasil wawancara antara
informan satu dengan informan lain, membandingkan hasil wawancara dengan isi
suatu dokumen yang berkaitan. Teknik tringulasi dengan metode dilakukan untuk
mengecek derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik
pengumpulan data. Hal ini dilakukan dengan pengecekan terhadap beberapa sumber
data dengan metode yang sama, selain itu untuk teknik tringulasi dengan metode
dapat dilakukan dengan mengecek balik hasil wawancara dan observasi. Dengan
demikian data yang diperoleh bersifat valid dan diakui kebenarannya. Data dapat
dikategorikan absah apabila telah didapat konsistensi atau kesamaan jawaban antara
informan yang satu dengan informan lain
.
H.Teknik Analisis Data
Miles dan Hubermen (1984) dalam buku Sugiyono (2010:91) mengemukakan
aktivitas dalam data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus
menerus sampai tuntas, sehingga data yang di peroleh sudah jenuh. Adapun langkah-
angkah analisis data yang diterapkan dalam penelitian ini, yaitu reduksi data, display
data dan verifikasi atau menarik kesimpulan.
IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Deskripsi Lokasi Penelitian
RRI adalah satu-satunya radio yang menyandang nama Negara yang siarannya
ditujukan untuk kepentingan bangsa dan Negara. RRI terletak di Jalan Merdeka Barat
no.4-5 jakarta pusat. RRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik yang independen, netral dan
tidak komersial yang berfungsi memberikan pelayanan siaran informasi, pendidikan,
hiburan yang sehat, kontrol sosial, serta menjaga citra positif bangsa di dunia
internasional.
Besarnya tugas dan fungsi RRI yang diberikan oleh negara melalui UU no 32
tahun 2002 tentang Penyiaran, PP 11 tahun 2005 tentang Lembaga Penyiaran Publik,
serta PP 12 tahun 2005, RRI dikukuhkan sebagai satu-satunya lembaga penyiaran yang
dapat berjaringan secara nasional dan dapat bekerja sama dalam siaran dengan lembaga
penyiaran Asing. Dengan kekuatan 67 stasiun penyiaran termasuk Siaran Luar Negeri
dan 5 (lima) satuan kerja (satker) lainnya yaitu Pusat Pemberitaan, Pusat Penelitian dan
Pengembangan (Puslitbangdiklat) Satuan Pengawasan Intern, serta diperkuat 16 studio
produksi serta 11 perwakilan RRI di Luar negeri RRI memiliki 61 (enampuluh satu)
programa 1, 61 programa 2, 61 programa 3, 14 programa 4 dan 7 studio produksi maka
RRI setara dengan 205 stasiun radio.
2. Deskripsi Data Penelitian
Usia RRI hampir sama tuanya dengan umur NKRI, umur RRI dan NKRI hanya
berbeda 24 hari. Suatu usia sebuah organisasi RRI yang telah cukup lanjut seiring dengan
perjalanan sejarah dan dinamika negerinya. Dalam kurun waktu selama itu jugalah RRI
ikut serta dalam pasang surutnya negeri ini tanpa pernah absen dan selalu menyertai
panggilan tugas sejarahnya dari masa ke masa sejak masa menegakkan kemerdekaan
NKRI, mempertahankankan kedaulatan NKRI, dan mengarungi masa Orde Lama (Orla)
masa pemerintahan Presiden Soekarno, RRI juga senantiasa menemani perjalanan Orde
Baru (Orba) dibawah kepemimpinan Presiden Soeharto, dan masa Reformasi ,masa yang
merupakan masa kebangkitan RRI, dan hingga saat ini RRI senantiasa mengudara
sebagai sarana penyampaian berita dan penyebar luasan informasi yang mendidik dan
berkualitas. Dalam menjalani statusnya sebagai LPP , RRI memiliki strategi untuk
menyesuaikan diri dengan perubahan. Strategi dalam menyesuaikan diri dengan
perubahan tentunya memikirkan faktor-faktor penghambat dan pendorong organisasi,
faktor-faktor tersebut adalah :
1. Kekuatan (strength)
a) Memiliki visi dan misi, serta fungsi yang jelas
b) RRI adalah aset Negara yang paling strategis
c) Sebagai media Penjaga NKRI
d) Media pelayanan terluas
e) Bela Negara seperti TNI dan Polri
f) Proteksi budaya lokal nusantaraCek and Balances
g) Diplomat Indonesia
h) Dipilih langsung DPR. Pimpinan tertinggi RRI, yaitu Dewan Pengawas sejak
tahun 2005 dipilih dan langsung melalui fit and proper test secara terbuka
oleh DPR.
i) Independen dan Netral
Selama ini lingkungan internal yang dimiliki RRI yang berupa kekuatan dapat
mendukung dan membawa RRI dalam melaksanakan perubahannya, ada banyak sekali
terobosan dan dapat dilakukan RRI. Selain ada kekuatan tentunya RRI juga memiliki
kelemahan, kelemahan RRI adalah SDM RRI.
2. Kelemahan (weakness)
Kelemahan yang dimiliki RRI adalah kualitas dari Sumber Daya Manusia (SDM)
yang dimiliki RRI belum dapat menyesuaikan diri dengan perubahan. SDM merupakan
hal yang paling penting yang dimiliki oleh sebuah lembaga penyiaran, memiliki
sumberdaya yang berkualitas merupakan asset yang sangat berharga menujang jalannya
keberhasilan dalam implementasi strategi yang akan dilakukan oleh RRI. Namun hingga
saat ini RRI sebagai lembaga penyiaran sebagai pelaksana strategi mengalami kelemahan
dalam kualitas SDM yang dimiliki. Sesuai dengan hasil dari wawancara, Direktur
Program dan Produksi yang megakui bahwasanya pegawai RRI sejak dahulu kala sudah
biasa dibimbing oleh pemerintah, mengingat RRI cukup lama menjadi corong pemerintah
yang mengikuti apa kata pemerintah, hal ini membuat sebagian SDM dalam tubuh RRI
menjadi kurang kreatif dan inisiatif. Oleh karena itu sampai dengan saat ini RRI masih
selalu memperbaiki kualitas SDM mereka dengan mengadakan pelatihan dengan
menyelenggarakan pelatihan penyiaran, pemasaran, pemberitaan dan ketatausahaan baik
di dalam maupun di luar negeri dan hal ini dilakukan RRI secara terus menerus.
Dalam melakukan analisis strategi menggunakan analisis SWOT tidak hanya
lingkungan internal yang di analisis melainkan lingkunagn eksternal juga merupakan hal
yang sangat penting. Lingkungan eksternal adalah lingkungan yang ada diluar sebuah
organisasi. Lingkungan tersebut dapat berupa peluang dan ancaman dari pihak luar yang
dapat berpengaruh terhadap strategi penyesuaian diri dengan perubahan, dimana
lingkungan ekaternal terdiri dari :
a. Peluang (opporutunities)
Peluang yang dimiliki RRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik ialah dari segi
financial aau dari segi permodalan dimana RRI menggunakan APBN ditingkat
nasional dan APBD ditingkat Lokal. Hal ini adalah efek dari RRI sebagai lembaga
publik yang tidak komersial atau yang tidak mengambil keuntungan. Hal ini
merupakan keuntungan terbesar RRI dimana RRI tidak perlu repot-repot menikirkan
bagaimana tentang keuangan mereka, namun hal ini justru tanggung jawab terberat
RRI, mengingat APBN dan APBD adalah uang yang berasal dari rakyat, maka dari
situ RRI haruslah benar-benar melayani masyarakat secara umum dengan
meningkatkan kualitas secara berkala.
b. Ancaman (threats)
Ancaman yang dimiliki oleh RRI adalah, RRI saat ini memiliki pendengar yang
cukup sedikit jika dibandingkan dengan radio swasta, dapat dianggap bahwa RRI
kurang menarik bagi pendengar, hal ini memang tidak berpengaruh banyak terhadap
keuangan RRI, namun akan menjadi sia-sia jika suatu hal yang sangat bagus dan
dirasa bermanfaat tetapi tidak terlalu dihiraukan oleh masyarakat.
3. Pembahasan
Dalam tahapan Management of Change digambarkan bahwa pada awalnya
organisasi harus mempu mengidentifikasikan perubahan yang terjadi, setelah itu
membuat perencanaan strategis dalam menghadapi perubahan perencanaan strategis yang
dianalisis menggunakan analisa SWOT yang kemudian perencanaan strategis yang ada
dimplementasikan oleh organisasi , setelah itu organisasi harus melakukan evaluasi yang
dapat digunakan untuk melakukan perbaikan selanjutnya. Maka Management of Change
pada RRI sejak berubah menjadi LPP adalah sebagai berikut:
1. Analisa Perubahan
RRI adalah lembaga yang mengalami perubahan, perubahan tersebut
adalah peralihan dari Perusahaan Jawatan menjadi Lembaga Penyiaran Publik
yang merupakan salah satu badan hukum yang didirikan oleh negara dan
berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 12 tahun 2005, dan berkedudukan
langsung di bawah Presiden Republik Indonesia, dengan begitu dapat
disimpulkan pula bahwa RRI bertanggung jawab langsung kepada Presiden atas
segala aktivitasnya. Perubahan status RRI dari Perjan menjadi LPP dikarenakan
tuntutan reformasi, keinginan internal dan tuntutan eksternal
2. Analisis Visi dan Misi
RRI sebagai LPP Indonesia telah memiliki visi, misi dalam menjalankan
fungsinya sesuai dengan yang dijabarkan diatas. Visi dan misi yang ditetapkan
oleh RRI menunjukan satu arah atau tujuan yang ingin dicapai secara jelas. Visi
RRI adalah menjadikan LPP RRI radio berjaringan terluas, pembangunan karakter
bangsa, berkelas dunia, dapat memberi makna bahwa RRI berupaya untuk
menjadi salah satu media massa dalam bidang penyiaran yang memiliki jaringan
terluas hingga mencapai pelosok negeri, sehingga informasi yang diberikan dapat
sampai keseluruh masyarakat Indonesia bahkan diluar negeri, karena RRI
memiliki siaran yang juga dapat didengarkan diluar negeri. RRI adalah radio yang
berusaha untuk membangun karater bangsa, hal ini diwujudkan lewat siaran RRI
yang berisi informasi pendidikan, siaran kebudayaan dan hiburan yang sehat.
Dari visi tersebut kemudian dirumuskan misi yang akan dituju agar terwujud
peningkatan pelayanan, dan merupakan upaya yang dilakukan oleh RRI untuk
mewujudkan visi yang menjadi tujuan besar organisasi yang ingin dicapai.
3. Management of Change
Peningkatan konten RRI terlihat jelas dengan pembagian 4 segmen yang
berbeda-beda. Pro 1 yang bergerak pada pemberdayaan masyarakat, yang
melingkupi masyarakat secara umum. Isi dari siaran Pro 1 adalah membantu
masyarakat memecahkan atau mencari solusi dari masalah yang dihadapi, agar
masyarakat bisa mengatasinya sendiri, lebih mandiri dan bisa lebih menolong
dirinya sendiri. Pro 2 atau biasa disebut pusat kreatifitas anak muda, yang bisa
memacu kreatifitas remaja dengan semboyan dari, untuk dan oleh anak muda.
Kegiatan kegiatan yang biasa dilakukan dalam Pro 2 adalah, Pekan kreatif remaja,
festival band, lomba desain, cipta lagu, band indi , lomba handy craft, segala
macam lomba untuk memacu kreatifitas anak muda. Jaringan berita nasional atau
Pro 3, siaran pemberitaan yang menganut sistem top down dan bottom up. Adanya
dialog tentang ideology, politik, hankam, dan mencari solusi dari berbagai
permasalahan.
Pro 4 yang merupakan pusat siaran budaya dan pendidikan. Beraneka
ragam budaya yang ada di Indonesia dan disiarkan di pro 4, dimaksudkan sebagai
jembatan gap budaya (kesenjangan/jurang pemisah). Tidak semua RRI di
Indonesia mempunyai 4 programa, RRI yang terletak didaerah perbatasan hanya
satu programa, yang sifatnya hanya untuk information safety belt. Perubahan
yang sangat menonjol dalam bidang SDM berupa perubahan sikap dan mental.
Dapat dilihat dari PRO 3 sebagai bagian terpenting dari pusat pemberitaan, PRO 3
lebih berani berkreasi, walau belum seluruhnya melakukan tindakan yang
mungkin dulu ditabukan. Perubahan pola pikir dan kinerja juga menghasilkan
bobot siaran yang berbeda, reporter dan penyiar RRI tidak lagi takut untuk
menyampaikan kritik yang dating dari masyarakat dan juga analisa-analisanya.
Keberanian tampil beda, tapi tidak gegabah.
Dalam melakukan perbaikan SDM, dimana dalam melakukan hal ini RRI
menjalin kerjasama dengan radio Swedia, RRI melakukan beberapa cara
diantaranya yaitu memberikan pelatihan kepada pegawai terkait dengan
penyiaran, manajemen perubahan, kultur organisasi serta memberikan motivasi
tentang pentingnya perubahan bagi RRI dimasa depan. Pelatihan dalam bidang
penyiaran, penguasaan teknologi, serta budaya organisasi yang layak untuk LPP,
dilakukan dalam perbaikan SDM di RRI sampai saat ini masih dalam tahapan
proses, hal ini karena begitu melekatnya pola pikir pegawai yang masih
menggunakan pola pikir lama. Perubahan dalam cara berhubungan dengan
masyarakat ditempuh oleh RRI dengan berbagai cara yaitu diantaranya adalah
dengan program interaktif untuk komunikasi langsung dengan masyarakat,
melakukan seminar dikampus agar lebih dekat dengan generasi muda.
Mendekatkan diri dengan komunitas-komunitas kebudayaan mengingat RRI
memiliki programa yang menyiarkan kebudayaan Indonesia, selain itu RRI juga
sering melakukan pertunjukan rakyat yang masih digandrungi oleh masyarakat
ataupun menyediakan program khusus siaran pertunjukan masyarakat. Perluasan
jangkauan yang dilakukan oleh RRI terkait dengan perubahan yang dilakukan
adalah sebagai bagian dari tujuan diadakannya perubahan bagi RRI. Dengan
menjangkau masyarakat secara luas, diharapkan akan berdampak pada tujuan dari
RRI sebagai LPP.
4. Evaluasi Perubahan
Penyesuaian RRI dengan lingkungan adalah dengan cara mengubah pola
interaksi dengan masyarakat. Keterbukaan RRI dalam menjangkau masyarakat
dan sebagai tempat aspirasi adalah cerminan dari penyesuaian dengan
lingkungan. RRI dapat dikatakan bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan yang
dimiliki. Kekuatan internal RRI adalah, RRI memiliki asset dan teknologi yang
mendukung untuk melakukan perubahan, namun saayangnya hal ini tidak sejalan
dengan SDM yang dimiliki RRI. Teknologi yang canggih membutuhkan SDM
yang canggih pula. Selain bermasalah dengan teknologi RRI memiliki SDM yang
kurang inisiatif dan kreatif, maka perlu adanya pelatihan dan penyesuaian dengan
kebutuhan RRI dengan cara perekrutan pegawai yang berkompeten.
V. Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan
Berdasarkan temuan penelitian yang telah diuaraikan pada bab sebelumnya, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Proses Management of Change pada RRI sejak berubah menjadi Lembaga Penyiaran
Publik dengan cara merubah pola hubungan dengan masyarakat, Perubahan dalam
berhubungan langsung dengan masyarakat yang dilakukan RRI adalah dengan
menjadi sarana kreatifitas anak muda dengan mengadakan lomba-lomba yang
memacu kreatifitas anak muda. Perubahan lainnya adalah melalui siaran budaya dan
pendidikan dalam pro 4, membagun kerjasama dengan komunitas-komuitas
kebudayaan.
2. Perubahan Pola top down menjadi bottom up. Sekarang RRI tidak hanya mengangkat
berita yang ada di pusat, tetapi juga menyiarkan berbagai peristiwa dari daerah yang
juga disiarkan oleh RRI atau biasa disebut dengan berita dari daerah yang
dinasionalkan. Dialog interaktif tentang ideology, politis, hankam juga dilakukan
RRI, guna mencari solusi dari berbagai permasalahan.
3. Perubahan konten penyiaran merupakan proses dalam menyesuaikan perubahan,
perluasan jangkauan dan penambahan program siaran dilakukan RRI untuk
menjangkau seluruh masyarakat adalah perubahan yang ditunjukkan RRI sebagai
perwujudan LPP yang benar-benar mejangkau masyarakat, bukan hanya perkotaan
saja melaikan sampai pelosok negeri.
4. Dalam melakukan perubahan, setiap lembaga tentu saja mengalami hambatan atau
kendala, begitu juga dengan RRI. Hambatan bidang SDM dalam tubuh RRI adalah
masalah mainset, pola pikir adalah hambatan yang sangat sulit untuk diubah, karena
pola pikir merupakan dasar dari sikap untuk melaksanakan perubahan. Penyesuaian
pola pikir RRI dilakukan dengan cara bekerjasama dengan radio penyiaran publik di
Swedia.
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa RRI belum cukup mampu
menyesuaikan diri dengan perubahan status sebagai Lembaga Penyiaran Publik dengan
strategi yang dibuat dan implementasi yang sesuai dengan apa yang dicita-citakan RRI,
meskipun dalam pelaksanaan belum semua strategi sesuai dengan lingkungan internal
dan eksternal. Hal ini mengandung implikasi bahwa Management of Change RRI dalam
meyesuaikan diri dengan perubahan belum secara menyeluruh dapat terlaksana, ada
beberapa kendala yang harus tetap diperbaiki, sehingga penting untuk dilakukan
perbaikan dengan melakukan pembenahan secara terus-menerus sampai tercapainya visi
dari RRI sebagai Lembaga Penyiaran publik.
C. Saran
Setiap penelitian yang dilakukan pasti memiliki kekurangan, begitupula dengan
penelitian yang dilakukan dalam rangka mendeskripsikan perubahan RRI menjadi LPP.
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi diatas, maka saran dari penulis untuk perbaikan
Management of Change dalam menyesuaikan diri sebagai Lembaga Penyiaran Publik,
yaitu:
1. RRI dalam melakukan perubahan status perlu memperhitungkan kondisi lingkungan
internal, Salah satunya perlu untuk memperbaiki manajemen Sumber Daya Manusia
yang ada pada RRI.
2. Lingkungan eksternal juga pelu diperbaiki , kalangan pendengar yang relative
sedikit, memang sepertintya jumlah pendengar RRI tidak begitu memberikan efek
yang begitu besar mengingat dana RRI berasal dari APBN dan APBD, tetapi RRI
harus berjuang ekstra agar siaran yang mereka suguhkan diminati masyarakat.
Dengan cara membangun citra positif dimata masyarakat. Hal ini ditunjukan sebagai
wujud nyata dari apa yang telah disumbangkan masyarakat (APBN dan APBD).
3. Siaran yang ditampilkan dikemas lebih menarik, mengikuti tren yang ada, bukan
berubah melainkan meyesuaikan diri dengan apa yang diinginkan masyarakat dan
kalangan umum.
Daftar pustaka
Hunger, J David & Thomas L Wheelen (2003), “Manajemen Strategis”, Yogyakarta : Andi. Moelong, Lexy J. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Mudrajad Kuncoro. (2006). Strategi : Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif. Jakarta :
Erlangga. Mufid, Muhamad. (2007). Komunikasi & Regulasi Penyiaran. Jakarta : Prenada Media Group. Pearce II, John A. & Richard B. Robinson. (2009). Manajemen Strategis : Formulasi,
Impementasi, dan Pengendalian. Jakarta : Salemba empat. Radio Republik Indonesia (1995). 50 Tahun RRI Yogyakarta mengudara. Yogyakarta : Aditya
Media Yogyakarta.
Rangkuti, Freddy. (1997). Analisis SWOT : Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
RRI Story. (2012). Pengembangan wawasan RRI bagi staf Direktorat Program dan Produksi
LPP RRI. Jakarta : Radio Republik Indonesia. Ratminto & Winarsih, Atik Septi. (2006). Manajemen Pelayanan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Siagian P, Sondang. (1992), Kerangka Dasar Ilmu Administrasi. Jakarta : Rieneka Cipta. Sugiyono. (2010). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : CV.Alfabeta _______. (2010). Metode Penelitian Administrasi Dilengkapi Dengan Metode R&D. Bandung :
CV.Alfabeta Suara Publik. (2013). Mendukung LPP. Kompilasi Road Show, diskusi publik RUU penyiaran
2013. Jakarta : Radio Republik Indonesia. Thoha, Miftah, (1991), Prespektif perilaku Birokrasi. Jakarta : CV. Rajawali. Tika, Moh. Pabundu. (2010), Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan. Jakarta
: Bumi Aksara. Wibowo. (2005). Manajemen Perubahan Edisi Ketiga. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada. Winardi, J. (2005). Manajemen perubahan (management of change). Jakarta : Kencana Prenada
Media Group.