Upload
others
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
MAKNA NASIONALISME PADA FILM
2014 SIAPA DI ATAS PRESIDEN?
(Sebuah Kajian Semiotika)
SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu Persyaratan Memperolah Gelar Sarjana
Strata Satu (S.1) dalam Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam
Konsentrasi Ilmu Jurnalistik
Fakultas Dakwah
Oleh:
SUNARDI UK150274
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
KONSENTRASI ILMU JURNALISTIK
FAKULTAS DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2019
ii
iii
iv
v
MOTTO
“[H]ai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (QS.Al-
Hujarat: 13).1
1Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah Al-Hamid (Jakarta: CV.Al-Fath, 2014),
517.
vi
ABSTRAK
Penelitian ini dilatar belakangi atas pemahaman tentang makna-makna yang
tersembunyi di dalam sebuah film. Untuk mengetahui makna apa yang terdapat
film tersebut hal ini mendorong penulis untuk mengemukakan makna dari film
tersebut yang dikhususkan untuk mengemukakan makna nasionalisme dalam Film
2014, Siapa di Atas Presiden?. Dari masalah tersebut maka, pokok masalah yang
diangkat dalam penelitian ini adalah: Bagaimana Makna Nasionalisme pada Film
2014, Siapa di Atas Presiden? peneliti mengidentifikasi masalah menjadi beberapa
rumusan sebagai berikut: Pertama, bagaimana hubungan Film 2014, Siapa di Atas
Presiden dengan Nasionalisme?, Kedua, bagaimana representasi makna
Nasionalisme dalam Film 2014, Siapa di Atas Presiden?, dan Ketiga, bagaimana
nilai Nasionalisme yang direpresentasikan dalam Film 2014, Siapa di Atas
Presiden?
Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah analisis isi kualitatif
dengan pendekatan penelitian yang penulis gunakan adalah pendekatan analisis
semiotik dengan model yang dikembangkan oleh semiotika Roland Barthes.
Dalam prosesnya peneliti akan mengarahkan penelitian analisis yang bersifat
analisis isi kualitatif dengan menggunakan pendekatan interpretatif untuk
menjelaskan makna nasionalisme yang dilihat melalui makna denotasi, konotasi
dan mitos, nilai-nilai nasionalisme serta pesan yang terkandung di dalam pesan
tersebut.
Hasilnya, penulis menemukan bahwa Pertama, Hubungan Film 2014, Siapa
di Atas Presiden? dengan Nasionalisme sangat erat sekali kaitannya film 2014,
Siapa di Atas Presiden dengan Nasionalisme Indonesia, yang mana banyak hal-hal
yang bersifat mencerminkan Nasionalisme. Serta dalam film tersebut banyak
makna-makna yang dapat dipahami dan diambil sebagai pendidikan nasionalisme
yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, Representasi
makna nasionalisme yang terdapat dalam film 2014, Siapa di Atas Presiden?
terlihat dalam setiap dialog dan aksi serta lingkungan yang dilakukan oleh setiap
tokoh yang berperan dalam film ini. Dan dari setiap dialog dan aksi yang
dilakukan oleh setiap tokoh memiliki makna-makna nasionalisme yang
direpresentasikan didalamnya terlihat dari Makna yang direpresentasikan dengan
Makna Denotatif, Konotatif dan Mitos. Ketiga, Nilai-nilai nasionalisme
terdapat dalam setiap perilaku yang dilakukan serta setiap kalimat yang diucapkan
oleh tokoh-tokoh dalm film tersebut. Pesan moral dalam film tersebut dapat
dipetik bahwa sebagai warga negara Indonesia kita harus mencintai negeri ini
dalam segi apapun dan dengan cara apapun. Akhirnya penulis merekomendasikan
kepada seluruh warga negara Indonesia untuk dapat mencintai negeri ini dengan
setulus hati tanpa memandang siapa diri kita, tingkatan, dan apapun yang menjadi
pembatas.
vii
PERSEMBAHAN
Bismillahrirahmanirrahim
Alhamdulillahirabbil’alamin, sembah sujud serta ribuan syukurku
kepada Allah SWT. Atas sebuah keberhasilan yang telah engkau
hadiahkan kepadaku ya Allah, tak henti-hentinya bibir ini mengucap
syukur atas sebuah keberhasilan yang sangat istimewa ini yang mana
atas Karunia-Mu serta kemudahan yang Engkau hadirkan sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya
Usaha dari tiap detik, menit, jam, hari, bulan hingga tahun ynag telah
ku lalui atas dasar berusaha menunaikan kewajiban Engkau untuk
menuntut ilmu dan tak lain dan tak bukan semata-mata mendapatkan
Ridho dari Mu Ya Allah
Sholawatku tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW
Skripsi ini kupersembahkan kepada sang pahlawan hidupku yang ku
kasihi dan aku sayangi, yang mana telah memberikan semangat moril
maupun materil yang tanpa lelah dan mengeluh demi terwujudnya
cita-cita dan harapanku, serta selalu memotivasi seluruh keputusanku
yang selalu dinilai baik
Untuk kedua orangtua, Bapakku yang tercinta (Suparman) serta
Mamakku yang tersayang (Ade Mulyati) serta Aa’ku yang sangat aku
hargai (Muhammad Mukmin) yang turut membantu disetiap langkah
dengan tetesan air mata dalam sepertiga malammu
Tak lupa pula untuk kalian semua teman-teman senasib dan
seperjuanganku Ilmu Jurnalistik B tempat berbagi kisah suka maupun
duka amat mendalam di bangku kuliah, semangat terus buat kalian
semua dan sukses buat kita semua
Kupersembahkan semua ini untuk kalian
Akhir kata, semoga skripsi ini membawa manfat bagi kita semua,
Amin Ya Robbal ‘Alamin
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahnya sehingga
terselesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “Makna Nasionalisme pada Film
2014 Siapa di Atas Presiden? (Sebuah Kajian Semiotika)” dapat diselesaikan
dengan baik. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW sang suri teladan umat, yang telah membawa umat manusia
kealam yang terang benderang dengan cahaya iman, taqwa dan ilmu
pengetahuan.
Dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari berbagai ujian dan
cobaan. Namun, semua itu patut disyukuri, karena banyak sekali pengalaman dan
pelajaran yang penulis dapatkan dari penyelesaian skripsi ini. Dukungan dan
motivasi dari berbagai pihak juga penulis dapatkan sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapakan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Hadri Hasan, MA selaku Rektor UIN Sultan Thaha Saifuddin
Jambi.
2. Bapak Prof. Dr. H.Su’aidi, MA., Ph.D, Bapak Dr. H.Hidayat, M.Pd, dan Ibu
Dr. Fadhlillah, M.Pd selaku Wakil Rektor I, II, dan III UIN Sultan Thaha
Saifuddin Jambi.
3. Bapak Samsu, S.Ag, M.Pd.I, Ph.D Selaku Dekan Fakultas Dakwah UIN
Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
4. Bapak Dr. Ruslan Abdul Gani, SH., M.Hum selaku Wakil Dekan 1 Fakultas
Dakwah UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
5. Bapak Drs. Sururuddin M.Pd. I selaku Ketua Prodi Komunikasi dan Penyiaran
Islam dan Ibu Mardalina S.Ag, M.Ud selaku sekretaris prodi Komunikasi Dan
Penyiaran Islam.
6. Bapak Drs.Sururuddin, M.Pd selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak M. Beni
Saputra, S.Hum., MA selaku Dosen Pembimbing II, yang selalu meluangkan
waktu dalam membimbing dan memotivasi demi kesempurnaan penyusunan
skripsi ini.
7. Bapak M. led Al-Munir, M.Ag., M.Hum selaku Dosen Pembimbing
Akademik.
8. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
Terimakasih banyak atas ilmu yang telah diberikan semoga dapat menjadi
bekal bagi penulis untuk mengaplikasikan ilmu tersebut menjadi suatuk
bermanfaatan.
9. Seluruh karyawan dan karyawati dilingkungan akademik Fakultas Dakwah
UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
10. Kepala perpustakaan UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi beserta stafnya serta
kepala perpustakaan wilayah Jambi.
ix
11. Teman-teman jurusan KPI Konsentrasi Ilmu Jurnalistik, teman-teman
seperjuangan di kampus tercinta dan terimakasih sedalam-dalamnya atas
semangat dan dukungan kalian, sehingga peneliti dapat terus optimis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Peneliti ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah berpartisipasi dalam penyusunan skripsi ini. Semoga Allah SWT
melimpahkan ridha dan keberkahan-Nya dalam kehidupan kita.
Jambi, Mei 2019
Penulis
Sunardi
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
NOTA DINAS ........................................................................................................ ii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ...................................... iii
PENGESAHAN .................................................................................................... iv
MOTTO .................................................................................................................. v
ABSTRAK ............................................................................................................ vi
PERSEMBAHAN ................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Permasalahan ............................................................................. 5
C. Batasan Masalah ........................................................................ 5
D. Tujuan dan Kegunaann Penelitian ............................................. 5
E. Kerangka Teori .......................................................................... 6
F. Metode Penelitian ................................................................... 20
G. Pemeriksaan Keabsahan Data ................................................. 23
H. Studi Relevan .......................................................................... 23
BAB II PROFIL FILM 2014 SIAPA DI ATAS PRESIDEN?
A. Tim Produksi Film 2014, Siapa di Atas Presiden? .................. 25
B. Penokohan dalam Film 2014, Siapa di Atas Presiden? ........... 27
C. Sinopsis Film 2014, Siapa di Atas Presiden? .......................... 33
BAB III HUBUNGAN FILM 2014 SIAPA DI ATAS PRESIDEN?
DENGAN NASIONALISME
A. Film dan Nasionalisme ............................................................ 35
B. Hubungan Film 2014, Siapa di Atas Presiden? dengan
Nasionalisme ........................................................................... 36
BAB IV REPRESENTASI MAKNA DAN NILAI-NILAI
NASIONALISME DALM FILM 2014, SIAPA DI ATAS
PRESIDEN?
A. Representasi Makna Nasionalisme dalam Film 2014, Siapa
di Atas Presiden? ..................................................................... 44
B. Nilai-nilai Nasionalisme yang direpresentasikan dalam Film
2014, Siapa di Atas Presiden? ................................................. 68
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 78
B. Saran ........................................................................................ 79
xi
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Peta tanda Roland Barthes................................................................. 18
Gambar 1.2 Signifikasi 2 tahap Roland Barthes ................................................... 20
Gambar 2.1 Bagas Notolegowo ............................................................................. 27
Gambar 2.2 Faisal Abdul Hamid ........................................................................... 28
Gambar 2.3 H. Syamsul Triadi .............................................................................. 28
Gambar 2.4 Ricky Bagaskoro ................................................................................ 29
Gambar 2.5 Krishna Darojatun .............................................................................. 29
Gambar 2.6 Laras ................................................................................................... 30
Gambar 2.7 Iptu Astri ............................................................................................ 30
Gambar 2.8 Satria................................................................................................... 31
Gambar 2.9 Ningrum ............................................................................................. 31
Gambar 2.10 Akbp Yudiman ................................................................................. 32
Gambar 2.11 Kanit Barbuk .................................................................................... 32
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Istilah Nasionalisme tidak lah menjadi suatu hal yang tabu bagi seluruh
masyarakat yang ada dalam suatu negara, karenanya nasionalisme ada sejak
sebelum suatu negara merdeka. Indonesia merupakan negara yang memiliki
ribuan pulau yang terdiri dari berbagai suku, bahasa, dan ras serta keyakinan yang
bisa dikatakan sulit untuk bisa memiliki satu kesamaan. Namun Nasionalisme
muncul ketika, di wilayah fisik tertentu, jika penduduk mulai merasa bahwa
mereka memiliki nasib yang sama, masa depan yang sama, dan tujuan yang sama,
maka akan terbentuklah rasa nasionalisme dan mengedapankan persatuan demi
suatu kemerdekaan.
[M]ereka tidak memedulikan fakta bahwa raja-raja Aceh pernah “menjajah”
wilayah pesisir Minangkabau, bahwa raja-raja Bugis telah memperbudak
orang-orang pegunungan Toraja, bahwa para bangsawan Jawa telah mencoba
menaklukkan dataran tinggi Sunda, atau bahwa penguasa Bali telah berhasil
menaklukkan pulau itu. Sasak. 2
Meski nasionalisme terbentuk jauh sebelum Indonesia ada, namun
Nasionalisme Indonesia itu terlihat setelah Deklarasi Kemerdekaan Sukarno dan
Hatta terjadi pada 17 Agustus 1945. Untuk itu perlu adanya kesadaran dalam diri
suatu bangsa untuk mempertahankan rasa nasionalisme terhadap negaranya.
Perlu adanya penanaman nilai-nilai nasionalisme indonesia dari generasi ke
genarasi, karena rasa nasionalisme tidak dapat terbentuk begitu saja. Pendidikan
merupakan salah satu faktor pembentuk rasa nasionalisme pada generasi muda
saat ini dan yang akan datang. Pendidikan nasionalisme mesti diterapkan pada
tiap-tiap jenjang pendidikan sejak SD hingga ke perguruan tinggi.
Seiring berkembangnya teknologi, pendidikan nasionalisme tidak hanya
diterapkan di ruang lingkup sekolah, namun bisa diterapkan ke ruang lingkup
yang lebih luas lagi, sehingga semua orang dapat terbentuk rasa nasionalisme
meski tidak mengenyam jenjang pendidikan.
2Benedict R. O'G. Anderson, “Indonesian Nationalism Today and in the Future”, diakses
melalui alamat http://www.jstor.org/stable/3351374, tanggal 22 Desember 2018.
2
Film merupakan sarana yang dapat dinikmati oleh siapapun tanpa ada
batasan usia maupun jenjang pendidikan. Karenanya film sangat cepat
memberikan pengaruh terhadap para penontonnya. Film berperan sebagai sebuah
sarana baru yang digunakan untuk menyebarkan hiburan, pendidikan serta
informasi. “[F]ilm juga menurut Effendy adalah medium komunikasi massa yang
ampuh sekali, bukan saja untuk hiburan, tetapi juga untuk penerangan dan
pendidikan”.3
Seiring perkembangan waktu dengan perannya film sebagai medium untuk
pendidikan, maka dari itu sangat relevan sekali jika film digunakan sebagai sarana
pendidikan penanaman nasionalisme kepada para penontonnya. Sebagai fungsi
pendidikan, industri perfilman Indonesia telah banyak memproduksi film yang
bersifat menanamkan nilai-nilai nasionalisme pada setiap konten yang
ditayangkan dalam setiap adegan film tersebut seperti film Sang Pencerah, Darah
Garuda, Tendangan Dari Langit, Soegija, Soekarno: Indonesia Merdeka, 5cm,
Habibie&Ainun, Alif Lam Mim dan banyak lagi film-film yang sejenisnya.
Dari beberapa film di atas, film 2014, Siapa di Atas Presiden? yang di
produksi oleh Mahaka Pictures dan Dapur Film dan di Sutradarai oleh Hanung
Bramantyo dan Rahabi Mndra merupakan salah satu film yang banyak menyita
perhatian publik. Karenanya film tersebut mampu berkontribusi dalam
memberikan nilai-nilai pendidikan nasionalisme meskipun banyak mendapatkan
kendala dalam proses penayangannya.
Menurut Hanung Bramantyo ketika diwawancarai oleh wartawan Tribun,
menjelaskan bahwa ia membuat film ini untuk tujuan baik. Film ini akan tayang
pada tahun 2013, tapi banyak kritikan. Jadinya di bulan Februari 2014, berhubung
situasi politik sedang panas maka jadwalnya di undur. Pada akhirnya setelah
mendapatkan jadwal pasti, rilis pada 26 Februari 2015.4
3Handi Oktavianus, “Penerimaan Penonton terhadap Praktek Eksorsis di dalam Film
Conjuring”, Jurnal E-Komunikasi, III, No.2 (2015), 3. 4Tribunnews.com, “Panasnya Situasi Politik Sempat Tunda Pemutaran Film 2014: Siapa di
Atas Presiden?”, diakses melalui http://www.tribunnews.com/seleb/2015/02/17/panasnya-situasi-
politik-sempat-tunda-pemutaran-film-2014-siapa-di-atas-presiden, tanggal22 Juni 2019.
3
Dasar dari diproduksinya film 2014, Siapa di Atas Presiden? ialah
mengangkat cerita film dengan latar belakang konflik politik dengan mengangkat
latar belakang pemilihan presiden pada tahun 2014. Hanya saja karakter, alur
cerita dalam film tersbut murni fiksi, sehingga tidak menyudutkan salah satu
pihak serta pencemaran nama baik.
Pemilu merupakan suatu konten menarik untuk dijadikan sebuah topik yang
jika dikemas menjadi sebuah karya film. Dalam kehidupan berpolitik begitu besar
peran media yang akan diwarnai oleh dunia politik yang akan banyak
mempengaruhi khalayak dengan sangat efektif dan cepat. “[B]udaya, sosial, dan
politik dipengaruhi oleh media. Media massa yang menjadi agen sosialisasi
(penyebaran nilai-nilai) memainkan peranan penting dalam transmisi sikap,
persepsi dan kepercayaan”.5 Inilah alasan mengapa peneliti tertarik untuk
menganalisis film 2014, Siapa di Atas Presiden?.
Film 2014, Siapa di Atas Presiden? terbentuk dari berbagai tanda yang
berupa teks, suara, maupun gambar yang banyak memberikan makna-makna
nasionalisme. Analisis semiotik dapat digunakan untuk menafsirkan makna-
makna yang terkandung dalam film, misalnya, sebuah film yang scanenya
menggambarkan sebuah tata cara melakukan sesuatu, maka penonton akan dengan
sendirinya menafsirkan film tersebut hingga memberikan pengaruh yang sangat
cepat.
Istilah semiotika komunikasi, Barthes mejelaskan dalam Alex Sobur yang
dimaksud semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda.
Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari
jalan di dunia ini, ditengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia.
Memaknai (to sinify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan
mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti bahwa objek-objek
tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak
berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda.6
5Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar (Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2004), 57. 6Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), 15.
4
Dalam proses komunikasi, film juga bisa menjadi sebuah komunikator atau
sebagai perantara dalam proses berlangsungnya komunikasi, ini dikarenakan
sebuah film dapat berhubungan secara langsung dengan masyarakat ataupun para
penontonnya. Bahkan sekarang ini film bisa diproduksi untuk segala macam
tujuan, terlebih lagi dengan teknologi yang ada membuat film menjadi media yang
menarik dan mudah dipahami.
Film adalah teknik audio-visual yang sangat efektif dalam mempengaruhi
penonton-penontonnya. Ini merupakan kombinasi dari drama dengan paduan
suara dan musik, serta drama dengan paduan dari tingkah laku dan emosi, dapat
dinikmati benar-benar oleh penontonnya, sekaligus denga mata, telinga dan di
ruang yang remang-remang, antara gelap dan terang.7
Film juga merupakan sarana komunikasi yang mampu mempengaruhi nilai
dan perilaku masyarakat fikiran maupun batinnya dengan mengandalkan kekuatan
visual gambar yang menarik untuk disimak sehingga dapat memberikan efek yang
sangat luar biasa. “[P]engaruh bisa terjadi dalam bentuk perubahan pengetahuan
(knowledge), sikap (attitude), dan perilaku (behaviour)”.8 Maka dari itu ada
batasana-batasan umur terhadap konten-konten yang ditampilkan dalam sebuah
film yang akan ditayangkan.
Setelah beberapa kali menonton dan melakukan pengamatan, peneliti
menemukan beberapa indikasi yang pada akhirnya memutuskan untuk melakukan
penelitian terhadap film 2014, Siapa di atas Presiden?. Karena film memiliki
hubungan dengan kajian analisis semiotik, sangat relevan untuk dianalisis oleh
mahasiswa yang berlatar belakang Jurnalistik dan setelah menelususri literatur
kepustakaan terdapat banyak hasil penelitian yang membahas analisis semiotika
film. Namun objek yang dibahas belum pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya.
Dari latar belakang diatas peneliti tertarik untuk menganalisis tanda-tanda
yang terdapat dalam film tersebut dan mengkajinya lebih dalam lagi. Untuk itu
peneliti memberikan judul dalam penelitiannya tenang “Makna Nasionalisme
pada Film 2014 Siapa di Atas Presiden? (Sebuah Kajian Semiotika)”.
7Widjaja, Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyarakat (Jakarta: Bumi Aksara,
2010), 84. 8Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), 165.
5
B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka, pokok masalah yang
diangkat dalam penelitian ini adalah: Bagaimana Makna Nasionalisme pada Film
2014, Siapa di Atas Presiden? peneliti mengidentifikasi masalah menjadi
beberapa rumusan sebagai berikut:
1. Bagaimana hubungan Film 2014, Siapa di Atas Presiden? dengan
Nasionalisme?
2. Bagaimana representasi makna Nasionalisme dalam Film 2014, Siapa di
Atas Presiden?
3. Bagaimana nilai Nasionalisme yang direpresentasikan dalam Film 2014,
Siapa di Atas Presiden?
C. Batasan Masalah
Sehubungan dengan banyaknya tanda-tanda yang terdapat dalam film 2014,
Siapa di Atas Presiden?, maka penelitian ini dibatasi pada tanda yang
mengandung makna Nasionalisme kajian Semiotika Roland Barthes.
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini secara umum akan diusahakan untuk mencapai apa yang
menjadi pertanyaan pokok dan menjawabnya sehingga dapat diketahui
Makna Nasionalisme pada Film 2014, Siapa di Atas Presiden?. Lebih khusus
penelitian ini ditujukan pula untuk:
a. Untuk mengetahui hubungan Film 2014, Siapa di Atas Presiden?
dengan Nasionalisme.
b. Untuk mengetahui representasi makna Nasionalisme dalam Film
2014, Siapa di Atas Presiden?
c. Mengetahui nilai Nasionalisme dan pesan moral dalam Film 2014,
Siapa di Atas Presiden?
2. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah:
6
a. Diharapkan mampu meramaikan wacana keilmuan dan dapat
memperkaya khazanah ilmu komunikasi dan media massa melalui
sebuah film.
b. Dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu
komunikasi pada sub analisis semiotika film.
c. Untuk Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi
penelitian diharapkan dapat berguna dalam mengembangkan dan
memajukan citra pendidikan dalam bidang komunikasi.
E. Kerangka Teori
1. Memahami Makna
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia makna merupakan pengertian
yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan.9 Brown mendefinisikan
dalam Alex Sobur makna sebagai kecenderungan (disposisi) total untuk
menggunakan atau bereaksi terhadap suatu bentuk bahasa. Terdapat banyak
komponen dalam makna yang dibangkitkan suatu kata atau kalimat.10
Ada beberapa pandangan yang menjelaskan ihwal teori atau konsep
makna. Model proses makna Wendell Johnsosn menawarkan sejumlah
implikasi bagi komunikasi antarmanusia:
a. Makna ada dalam diri manusia. Makna tidak terletak pada kata-kata
melainkan pada manusia. Kita menggunakan kata-kata untuk
mendekati makna yang ingin kita komunikasikan. Tetapi kata-kata ini
tidak secara sempurna dan lengkap menggambarkan makna yang kita
maksudkan. Demikian pula, makna yang didapat pendengar dari
pesan-pesan kita akan sangat berbeda dengan makna yang ingin kita
komunikasikan. Komunikasi adalah proses yang kita gunakan untuk
mereproduksi, di benak pendengar, apa yang ada dalam benak kita.
Reproduksi ini hanyalah sebuah proses parsial dan selalu bisa salah.
b. Makna berubah. Kata-kata relatif statis. Banyak dari kata-kata yang
kita gunakan 200 atau 300 tahun yang lalu. Tetapi makna dari kata-
9KBBI Daring, “Makna”, diakses melalui alamat https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/makna,
tanggal 14 November 2018. 10
Lihat Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), 256.
7
kata ini terus berubah, dan ini khususnya terjadi pada dimensi
emosional dari makna. Bandingkanlah, misalnya, makna kata-kata
berikut bertahun-tahun yang lalu dan sekarang, hubungan di luar
nikah, obat, agan'za, hiburan, dan perkawinan (Di Amerika Serikat,
kata-kata ini diterima secara berbeda pada saat ini dan di masa-masa
yang lalu).
c. Makna membutuhkan acuan. Walaupun tidak semua komunikasi
mengacu pada dunia nyata, komunikasi hanya masuk akal bilamana
ia mempunyai kaitan dengan dunia atau lingkungan eksternal. Obsesi
seorang paranoid yang Selalu merasa diawasi dan teraniaya
merupakan contoh makna yang tidakmempunyai acuan yang
memadai.
d. Panyingkatan yang berlebihan akan mengubah makna. Berkaitan erat
dengan gagasan bahwa makna membutuhkan acuan adalah masalah
komunikasi yang timbul akibat penyingkatan berlebihan tanpa
mengaitkannya dengan acuan yang konkret dan dapat diamati. Bila
kita berbicara tentang cinta, persahabatan, kebahagiaan, kebaikan,
kejahatan, dan konsep-konsep lain yang serupa tanpa mengaitkannya
dengan sesuatu yang spesifik, kita tidak akan bisa berbagi makna
dengan lawan bicara. Mengatakan kepada seorang anak untuk
“manis” dapat mempunyai banyak makna. Penyingkatan perlu
dikaitkan dengan objek, kejadian, dan perilaku dalam dunia nyata:
“Berlaku manislah dan bermain sendirilah sementara ayah memasak”
Bila Anda telah membuat hubungan seperti ini, Anda akan bisa
membagi apa yang Anda maksudkan dan tidak membiarkan
keseluruhan tindak komunikasi berubah.
e. Makna tidak terbatas jumlahnya. Pada suatu saat tertentu jumlah kata
dalam suatu bahasa terbatas, tetapi maknanya tidak terbatas. Karena
itu, kebanyakan kata mempunyai banya makna. Ini bisa menimbulkan
masalah bila sebuah kata diartikan secara berbeda oleh dua orang
yang sedang berkomunikasi. Bila ada keraguan, sebaiknya Anda
8
bertanya dan bukan membuat asumsi; ketidaksepakatan akan hilang
bisa makna yang diberikan masing-masing pihak diketahui.
f. Makna dikomunikasikan hanya sebagian. Makna yang kita peroleh
dari suatu kejadian (event) bersifat multiaspek dan sangat kompleks,
tetapi hanya sebagian saja dari makna-makna ini yang benr-benar
dapat dijelaskan. Banyak dari makna tersebut tetap tinggal dalam
benak kita. Karenanya, pemahaman yang sebenarnya--pertukaran
makna secara sempurna--barangkali merupakan tujuan ideal yang
ingin kita capai tetapi tidak pernah tercapai.11
2. Nasionalisme
[N]asionalisme berasal dari kata nation yang berarti bangsa, kata bangsa
memiliki arti: (1) kesatuan orang yang bersamaan asal keturunan, adat,
bahasa, dan sejarahnya serta berpemerintahan sendiri; (2) golongan
manusia, binatang, atau tumbuh-tumbuhan yang mempunyai asal-usul
yang sama dan sifat khas yang sama atau bersamaan; dan (3) kumpulan
manusia yang biasanya terikat karena kesatuan bahasa dan kebudayaan
dalam arti umum, dan yang biasanya menempati wilayah tertentu di muka
bumi.12
Nasionalisme adalah sebuah situasi kejiwaan dimana kesetiaaan
sesorang secara total diabdikan langsung kepada negara bangsa atau nama
sebuah bangsa. Semangat nasionalisme dihadapkan secara efektif oleh para
penganutnya dan dipakai sebagai metode perlawanan dan alat identifikasi
untuk mengetahui siapa lawan dan kawan. 13
Jiwa nasionalisme tumbuh secara sadar maupun tidak di dalam diri
seeorang dengan sikap patuh demi keutuhan tanah airnya. Dengan adanya
rasa nasionalisme maka akan terjaganya ikatan persatuan dan kesatuan sebuah
bangsa dan negara.
Secara umum terdapat beberapa unsur yang menjadi komponen
identitas nasional, diantaranya:
11
Lihat Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), 258. 12
M. Husin Affan dan Hafidh Maksum, “Membangun Kembali Sikap Nasionalisme Bangsa
Indonesia dalam Menangkal Budaya Asing di Era Globalisasi”, Jurnal Pesona Dasar, III, No.4
(2016), 66. 13
Lihat Dede Rosyada et. al., Demokrasi, Hak Asasi Manusia, & Masyarakat Madani
(Jakarta: Kencana, 2003), 24.
9
a. Pola perilaku, adalah gambaran pola perilaku yang terwujud dalam
kehidupan sehari-hari, misalnya adat istiadat, budaya dan kebiaasaan,
ramah tamah, hormat kepada orang tua, gotong royong merupakan
salah satu identitas nasional yang bersumber dari adat istiadat dan
budaya.
b. Lambang-lambang, adalah sesuatu yang menggambarkan tujuan dan
fungsi negara. Lambag-lambang ini biasanya dinyatakan dalam
undang-undang, misalnya bendera, bahasa, dan lagu kebangsaan.
c. Alat-alat perlengkapan, adalah sejumlah perangkat atau alat-alat
perlengkapan yang digunakan untuk mencapai tujuan yang berupa
bangunan, peralatan dan teknologi, misalnya bangunan candi, masjid,
gereja, pakaian adat, teknologi, bercocok tanam, dan teknologi seperti
kapal laut, pesawat terbang, dan lainnya.
d. Tujuan yang ingin dicapai, yang bersumber dari tujuan yang bersifat
dinamis dan tidak tetap, seperti budaya unggul, prestasi dalam bidang
tertenetu. Sebagai sebuah bangsa yang mendiami sebuah negara,
tujuan bersama bangsa Indonesia telah tertuang dalam pembukaan
UUD 1945, yakni kecerdasan dan kesejahteraan bersama bangsa
Indonesia.14
Identitas nasional Indonesia merujuk pada suatu bangsa yang majemuk.
Kemajemukan itu merupakan gabungan dari unsur-unsur pembentuk identitas
yaitu suku bangsa, agama kebudayaan dan bahasa.15
3. Film
Film merupakan sebuah bentuk media massa yang berupa media audio
visual yang mampu menampilkan gambar dan suara.
Film berperan sebagai sebuah sarana baru yang digunakan untuk
menyebarkan hiburan, pendidikan serta informasi. “[F]ilm juga menurut
14
Lihat A. Ubaedillah dan Abdul Rozak, Pendidikan Kewarga[negara]an (Civic Education)
Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani (Jakarta: Kencana, 2016), 52. 15
Lihat Dede Rosyada et. al., Demokrasi, Hak Asasi Manusia, & Masyarakat Madani
(Jakarta: Kencana, 2003), 29.
10
Effendy adalah medium komunikasi massa yang ampuh sekali, bukan saja
untuk hiburan, tetapi juga untuk penerangan dan pendidikan”.16
Di Perancis terdapat perbedaan antara film dan sinema. “Filmis” berarti
berhubungan dengan film dan dunia sekitarnya, misalkan social politik dan
kebudayaan. Kalau Yunani, film dikenal dengan istilah cinema , yang
merupakan singkatan cinematograph (nama kamera dari lumiere bersaudara).
Cinematographie secara harfiah berarti cinema (gerak). Tho atau phytos
adalah cahaya, sedangkan graphie berarti tulisan atau gambar. Jadi, yang
dimaksud cinematographie adalah melukis gerak dengan cahaya. Ada juga
istilah lain dari bahasa inggris, yaitu Movies berasal dari kata Move, artinya
gambar bergerak atau gambar hidup Tekhnologi film (motion picture)
didasarkan pada proses kimia seperti fotografi. Medium ini dikembangkan
pada 1880-an dan 1890-an. Pada 1930-an bioskop sudah ada dimana-mana
sekarang.17
a. Karakteristik film
Karakteristik film yang spesifik, yaitu layar lebar, pengambilan
gambar, konsentrasi penih, dan identifikasi psikologis.
1) Layar yang luas. Kelebihan media film dibandingkan dengan
televise adalah layar yang digunakan untuk pemutaran film lebih
berukuran besar atau luas. Dengan layar film yang luas, telah
memberikan keleluasaan penontonnya untuk melihat adegan-
adegan yang disajikan film.
2) Pengambilan gambar. Dengan kelebihan film, yaitu layar yang
besar, maka tekhnik pengambilan gambarnya pun dapat dilakukan
atau dapat memungkinkan dari jarak jauh atau extreme long shot.
Pengambilan gambar yang seperti ini dapat memunculkan kesan
yang sesungguhnya.
3) Konsentrasi penuh. Karena kita menonton film bioskop, tempat
yang memiliki ruangan kedap suara, maka pada saat kita
16
Handi Oktavianus, “Penerimaan Penonton terhadap Praktek Eksorsis di dalam Film
Conjuring”, Jurnal E-Komunikasi, III, No.2 (2015), 3. 17
Lihat John Vivian, Teori Komunikasi Massa (Jakarta: Kencana, 2008), 161.
11
menonton film, kita akan fokus pada alur cerita yang ada didalam
film tersebut. Tanpa adanya gangguan dari luar.
4) Identifikasi psikologis. Konsentrasi penuh saat kita menonton
dibioskop, tanpa kita sadari dapat membuat kita benar-benar
menghayati apa yang ada didalam film tersebut. Penghayatan
dalam itu membuat kita secara tidak sadar menyamakan diri kita
sebagai salah seorang pemeran dalam film tersebut. Menurut ilmu
jiwa social, gejala seperti ini disebut sebagai identitikasi
psikologi.
b. Jenis-jenis film
Pada dasarnya film dikategorikan menjadi 2 jenis utama, yaitu film
cerita atau disebut juga fiksi dan non cerita disebut juga nonfiksi. Film
cerita atau fiksi adalah film yang dibuat berdasarkan kisah fiktif. Film
fiktif dibagi menjadi dua yaitu film cerita pendek dan cerita panjang.
Perbedaan yang paling spesifik dari keduanya adalah durasi. Film
cerita pendek berdurasi dibawah 60 menit, sedangkan film cerita panjang
pada umumnya berdurasi 90-100 menit, ada juga yang sampai 120 menit
bahkan lebih.
Film nonfiksi contohnya adalah film documenter, yaitu film yang
menampilkan tentang dokumentasi sebuah kejadian, baik alam, flora,
fauna ataupun manusia.
Genre adalah klasifikasi tertentu pada sebuah film yang memiliki
ciri tersendiri, diantaranya sebagai berikut
1) Film drama Biasa menggambarkan karakter realistis, pengaturan,
situasi kehidupan , dan cerita yang melibatkan pengembangan
karakter yang kuat dan interaktif. Biasanya, mereka tidak fokus
pada efek khusus, komedi atau tindakan.
2) Film Action Memiliki energy yang tinggi, cenderung, memiliki
budget yang besar, biasanya memiliki pengejaran, penyelamatan,
perkelahian, dan sebuah krisis.
12
3) Film komedi Memiliki plot yang light, didesain untuk membuat
audiens tertawa dan terhibur.
4) Film horror Film horror dirancang untuk menakut-nakuti dan
untuk memanggil ketakutan terburuk kita yang tersembunyi.
Dibuat untuk menakutkan, final yang mengejutkan dan
menghibur kita pada saat yang sama dalam pengalaman yang
bersifat horror.
5) Film musical Musical tarian adalah bentuk sinematik yang
menekankan nilai skala penuh atau lagu dan tarian rutin secara
signifikan (biasanya dengan pertunjukan musik dan tari
terintegrasi bagian dari narasi film).18
4. Semiotika
Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda.
Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari
jalan di dunia ini, ditengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia.
Semiotika, atau dalam istilah Barthes, semiologi, pada dasarnya tidak
mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things).
Memaknai (to sinify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan
mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti bahwa objek-objek
tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak
berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda.19
“[K]ata semiotik (semiotics) berasal dari bahasa Yunani semeion yang
lazim diartikan sebagai a sign by which something is known (suatu tanda
dimana sesuatu dapat diketahui).”20
Secara terminologis, semiotika dapat
didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek,
peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda. Pada dasarnya,
analisis semiotika merupakan sebuah ikhtiar untuk merasakan sesuatu yang
18
Lihat Nawiroh Vera, Semiotika Dalam Riset Penelitian (Bogor: Ghalia Indonesia, 2015),
92. 19
Lihat Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), 15. 20
Pawito, Penelitian Komuniaksi Kualitatif (Yogyakarta: PT.LkiS Pelangi Aksara, 2007),
156.
13
aneh, sesuatu yang perlu dipertanyakan ketika kita melihat dan membaca
sesuatu.21
Anaisis semiotika berupaya menemukan makna tanda termasuk hal-hal
yang tersembunyi dibalik sebuah tanda (teks, iklan, berita). Karena sistem
tanda sifatnya amat kontekstual dan bergantung pada pengguna tanda
tersebut. Pemikiran pengguna tanda merupakan hasil pengaruh dari berbagai
konstruksi sosial dimana pengguna tanda tersebut berada.22
Sekurang-kurangnya terdapat sembilan macam semiotik yang kita kenal
sekarang ini, yaitu :
a. Semiotik analitik, yakni semiotika yang menganalisis sistem tanda.
Charles Sanders Pierce menyatakan bahwa semiotik berobjekkan
tanda dan menganalisis nya menjadu ide, objek, dan makna. Ide dapat
dikatakan secara lambang, sedangkan makna adalah beban yang
terdapat dalam lambang yang mengacu kepada objek tertentu.
b. Semiotik deskriftif, yakni semiotik yang memperhatikan sistem tanda
yang dapat kita alami sekarang, meskipun ada tanda yang sejak
dahulu tetap seperti yang disaksikan sekarang. Misalnya, langit yang
mendung menandakan bahwa hujan tidak lama lagi akan turun, dari
dahulu hingga sekarang tetap saja seperti itu. Namun, dengan
majunya ilmu pengetahuan, tekhnologi, dan seni, telah banyak tanda
yang diciptakan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhannya.
c. Semiotik faunal (zoosemiotic), yakni semiotik yang khusus
memperhatikan sistem tanda yang dihasilkan oleh hewan. Hewan
biasanya menghasilkan tanda untuk berkomunikasi antara sesamanya,
tetapi juga sering menghasilkan tanda yang dapat ditafsirkan oleh
manusia. Contoh seorang akan berangkat terpaksa mengurungkan
waktu untuk keberangkatannya beberapa saat, sebab mendengar
bunyi cecak yang ada dihadapannya. Tanda-tanda yang dihasilkan
21
Lihat Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi (Jakarta: Mitra Wacana
Media, 2013), 7. 22
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana, 2007), 266.
14
hewan seperti ini, menjadi perhatian orang yang bergerak dalam
bidang semiotik faunal.
d. Semiotik kultural, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda
yang berlaku dalam kebudayaan masyarakat tertentu. Telah diketahui
bahwa masyarakat sebagai mahkluk sosial memiliki sistem budaya
tertentu yang secara turun temurun dipertahankan dan dihormati.
Budaya yang terdapat dalam masyarakat juga merupakan sistem itu,
menggunakan tanda-tanda tertentu yang membedakannya dengan
masyarakat lainnya.
e. Semiotik naratif, yakni semiotik yang menelaah sistem tanda dalam
narasi yang berwujud mitos dan cerita lisan. Telah diketahui bahwa
mitos dan cerita secara lisan, ada diantaranya memiliki nilai kultural
tinggi.
f. Semiotik natural, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda
yang dihasilkan oleh alam. Air sungai keruh menandakan di hulu
telah turun hujan, dan daun pepohonan yang menguning lalu gugur.
Alam yang tidak bersahabat dengan manusia misalnya banjir atau
tanah longsor, sebenarnya memberikan tanda kepada manusia bahwa
manusia telah merusak alam.
g. Semiotik normatif, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem
tanda yang dibuat oleh manusia berwujud norma-norma, misalnya
rambu-rambu lalu-lintas. Diruang kereta api sering dijumpai tanda
yang bermakna dilarang merokok.
h. Semiotik sosial, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda
yang dihasilkan pleh manusia berwujud lambang, baik lambang
berwujud kata maupun lambang berwujud kata dalam satuan yang
disebut dengan kalimat. Dengan kata lain, semiotik sosisal menelaah
sistem tanda yang terdapat dalam bahasa.
15
i. Semiotik struktural, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem
tanda yang dimanifestasikan melalui struktur bahasa.23
Penelitian ini menggunakan semiotika analitik yang mana peneliti akan
menganalisis sistem tanda dan menganalisisnya menjadi makna, dan dalam
penelitian ini akan mengangkat makna Nasionalisme.
5. Film dan Semiotika
Film merupakan bidang kajian yang amat relevan bagi analisis
struktural atau semiotika. Seperti dikemukakan oleh Van Zoest dalam Alex
Sobur, film dibangun dengan tanda semata-mata. Tanda-tanda itu termasuk
berbagai sistem tanda yang bekerja sama dengan baik untuk mencapai efek
yang diharapkan. Berbeda dengan fotografi statis, rangkaian gambar dalam
film menciptakan imaji dan sistem penandaan. Karena itu, menurut Van
Zoest, bersamaan dengan tanda-tanda arsitektur, terutama indeksikal, pada
film terutama digunakan tanda-tanda ikonis, yakni tanda-tanda yang
menggambarkan sesuatu.24
Film bisa dikatakan sebuah realitas yang dikemas menggunakan sebuah
media dan dibuat menjadi sebuah gambar yang bergerak dan bersuara atau
audio visual yang mana banyak sekali tanda-tanda yang memiliki multitafsir.
Film umumnya dibangun dengan banyak tanda. Tanda-tanda itu
termasuk berbagai sistem tanda yang bekerja Sama dengan baik dalam upaya
mencapai efek yang diharapkan. Yang paling penting dalam film adalah
gambar dan suara: kata yang diucapkan (ditambah dengan suara-suara lain
yang serentak mengiringi gambar-gambar) dan musik film. Sistem semiotika
yang lebih penting lagi dalam film adalah digunakannya tanda-tanda ikonis,
yakni tanda-tanda yang menggambarkan sesuatu.
Sebenarnya, tanda-tanda film itu melakukan sesuatu yang tidak jauh
berbeda dengan roman atau novel. Film tersebut-jika tidak merupakan film
dokumenter-menyajikan ‘teks’ fiksional yang memunculkan dunia (fiktif
global) yang mungkin ada. Permasalahan mengenai ketegangan antara fiksi
23
Lihat Alex Sobur, Analisis teks media (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), 100. 24
Sobur, Analisis teks media, 128.
16
dan nonfiksi yang muncul dalam sastra pada dasarnya juga muncul dalam
film. Karena itu, hal serupa berlaku khusus bagi film-film yang menuturkan
cerita-jadi bagi hampir semua film. Jika kita hendak menganalisis
penyusunan struktur dan aktivitas semiotika film-film ini, konsep-konsepnya
dapat kita pinjam dari teori bercerita dan berkisah yang berorientasikan
semiotika.25
6. Semiotika Roland Barthes
Roland Barthes lahir tahun 1915 dari keluarga kelas menengah
Protestan di Cherbourg dan dibesarkan di Bayonne, kota kecil dekat pantai
Atlantik di sebelah barat daya Prancis. Ayah, seorang perwira angkatan laut,
meninggal dalam sebuah pertempuran di Laut Utara sebelum usia Barthes
genap mencapai satu tuhan. Sepeninggal ayahnya, ia kemudian diasuh oleh
ibu, kakek dan neneknya.
Ketika berusia sembilan tahun, dia pindah ke Paris bersama ibunya
yang bergaji kecil sebagai penjilid buku. Antara tahun 1943 dan 1947, ia
menderita penyakit tuberkulosa (TBC). Masa-masa istirahatnya di Pyenes itu
dimanfaatkan untuk membaca banyak hal, sehingga kemudian ia berhasil
menerbitkan artikel pertamanya tentang Andre Gide. Setahun kemudian, ia
kembali ke Paris dan masuk Universitas Sorbonne dengan mengambil studi
bahasa Latin, Sastra Prancis dan Klasik (Yunani dan Romawi). Selama
kuliah, ia sempat menampilkan drama-drama klasik bersama kelompok yang
dibentuknya. Pada saat perang dimulai tahun 1939, Barthes dibebas tugaskan
bekerja di Lycees di Biaritz dan Paris. Di tahun itu, TBC-nya kumat lagi,
sehingga memaksa dia untuk tinggal di Sanatorium Alps. Selama itu, dia
mengaku menjadi seorang Marxian dan Sartrean.
Setelah mengajar bahasa dan sastra Prancis di Bukarest (Rumania) dan
kairo (Mesir), tempat pertemuannya dengan Algirdas Julien Greimas, ia
mengajar di Ecole des Hautes Etudes en Sciences Sociales. Setelah kembali
ke Prancis, ia bekerja untuk Centre National de Recherche Scientifique (Pusat
Nasional untuk Penelitian Ilmiah). Melalui lembaga penelitian ini, ia banyak
25
Ibid., 129.
17
mengabdikan dirinya dalam pelbagai penelitian di bidang sosiologi dan
leksikologi.
Disini ia banyak menulis tentang sastra. Dari tahun 1960, ia menjadi
asisten dan kemudian menjadi direktur studi (Directeur d’Etudes) dari seksi
ke enam Ecole Pratique des Hautes Etudes, sambil mengajar tentang sosiologi
tanda, simbol, dan representsi kolektif serta kritik semiotika.
Pada 1976, Barthes diangkat menjadi profesor untuk “semiologi literer”
di Collage de France. Tahun 1980 ia meninggal pada usia 64 tahun, akibat
ditabrak mobil di jalanan Paris sebulan sebelumnya.26
Roland Barthes merupakan pengikut pemikiran Saussure. Ia membuat
sebuah model sistematis dalam menganalisis makna dari tanda-tanda. Fokus
penelitian Barthes lebih tertuju kepada gagasan tentang signiikasi dua tahap
(tuo order of signification).27
Sebagaimana pandangan Saussure, Barthes juga meyakini bahwa
hubungan antara penanda dan pertanda tidak terbentuk secara alamiah,
melainkan bersifat arbiter (disepakati). Bila Saussure hanya menekankan
pada penandaan dalam tataran denotatif, maka Roland Barthes
menyempurnakan semiologi Saussure dengan mengembangkan sistem
penandaan pada tingkat konotatif. Barthes juga melihat aspek lain dari
penandaan, yaitu “mitos” yang menandai suatu masyarakat.
1.
Signifier
(Penanda)
2.
Signified
(Pertanda)
3.
Denotative Sign (Tanda Denotatif)
2. Connotative Signifier
(Penanda Konotatif)
3. Connotative Signified
(Pertanda Konotatif)
4. Connotative Sign
(Tanda Konotatif)
26
Lihat Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), 63. 27
Lihat Alex Sobur, Analisis teks media, 127.
18
Gambar 1.1 Peta tanda Roland Barthes
Dari peta Barthes di atas terlihat bahwa tanda denotatif (3) terdiri atas
penanda (1) dan pertanda (2). Akan tetapi, pada saat bersamaan, tanda
denotatif adalah juga penanda konotatif (4). Denotasi dalam pandangan
Barthes merupakan tataran pertama yang maknanya bersifat tertutup Tataran
denotasi menghasilkan makna yang eksplisit, langsung dan pasti Denotasi
merupakan makna yang sebenar-benarnya, yang disepakati bersama secara
sosial, yang rujukannya pada realitas.
Tanda konotatif merupakan tanda yang penandanya mempunyai
keterbukaan makna atau makna yang implisit, tidak langsung, dan tidak pasti,
artinya terbuka kemungkinan terhadap penafsiran-penafsiran baru. Dalam
semiologi Barthes, denotasi merupakan sistem signifikansi tingkat pertama,
sedangkan konotasi merupakan sistem signifikansi tingkat kedua. Denotasi
dapat dikatakan merupakan makna objektif yang tetap, sedangkan konotasi
merupakan makna subjektif dan bervariasi. Contohnya jika kita membaca
kalimat seperti 'Mawar sebagai Bunga Desa', secara denotasi orang akan
memaknai bahwa mawar adalah bunga yang tumbuh di desa, tetapi secara
konotasi maknanya berubah, bunga berarti seorang gadis dan Mawar adalah
nama gadis tersebut. Bunga dan gadis awalnya tidak ada hubungannya sama
sekali, tetapi dapat diinterpretasikan memiliki sifat kesamaan, yaitu cantik
atau indah. Contoh lainnya, yaitu penjahat itu dibawa ke meja hijau. Secara
konotatif, meja hijau berarti “pengadilan”.
Dalam kerangka Barthes, konotasi identik dengan operasi ideologi,
yang disebutnya sebagai ‘mitos’, dan berfungsi untuk mengungkapkan dan
memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu
periode tertentu. Di dalam mitos juga terdapat pola tiga dimensi penanda,
pertanda, dan tanda. Namun, sebagai suatu sistem yang unik, mitos dibangun
oleh suatu rantai pemaknaan yang telah ada sebelumnya atau dengan kata
lain, mitos adalah juga suatu sistem pemaknaan tataran kedua. Di dalam
mitos pula, sebuah pertanda dapat memiliki beberapa penanda.
19
Apa yang menjadi alasan atau pertimbangan Barthes
memampatkanideologi dengan mitos? Ia memampatkan ideologi dengan
mitos karena, baik di dalam mitos maupun ideologi, hubungan antara penanda
konotatif dan petanda konotatif terjadi secara termotivasi. Seperti Marx,
Barthes juga memahami ideologi sebagai kesadaran palsu yang membuat
orang hidup di dalam dunia yang imainer dan ideal, meski realitas hidupnya
yang sesungguhnya tidaklah demikian. Ideologi ada selama kebudayaan ada,
dan itulah sebabnya di dalam S/Z Barthes berbicara tentang konotasi sebagai
suatu ekspresi budaya. Kebudayaan mewujudkan dirinya di dalam teks-teks
dan, dengan demikian, ideologi pun mewujudkan dirinya di dalam teks dalam
bentuk penanda-penanda penting, seperti tokoh, latar, sudut pandang, dan
lain-lain.28
Peneliti menggunakan teori mitologi Roland Barthes dan menjadi ciri
khasnya, yang sesuai dengan kriteria dalam menganalisis Film 2014, Siapa di
Atas Presiden?. Dengan menggunakan teori ini peneliti ingin melihat
bagaimana nilai-nilai nasionalisme yang tertanam di dalam film tersebut yang
dikonstruksikan oleh para pekerja film. Karena teori Roland Barthes sesuai
untuk digunakan dalam merepresentasikan makna dari sebuah karya film.
Mitos dalam pandangan Barthes berbeda dengan konsep mitos dalam
arti umum. Barthes mengemukakan mitos adalah bahasa, maka mitos adalah
sebuah sistem komunikasi dan mitos adalah sebuah pesan. Dalam uraiannya,
ia mengemukakan bahwa mitos dalam pengertian khusus ini merupakan
perkembangan dari konotasi. Konotasi yang sudah terbentuk lama di
masyarakat itulah mitos. Barthes juga mengatakan bahwa mitos merupakan
sistem semiologis, yakni sistem tanda-tanda yang dimaknai manusia. Mitos
dapat dikatakan sebagai produk kelas sosial yang sudah memiliki suatu
dominasi. Mitos Barthes dengan sendirinya berbeda dengan mitos yang kita
anggap tahayul, tidak masuk akal, ahistoris, dan lain-lain, tetapi mitos
menurut Barthes sebagai type of speech (gaya bicara) seseorang.
28
Ibid., 63.
20
Rumusan tentang siginifikasi dan mitos dapat dilihat pada gambar
berikut ini.
First Order Second Order
Reality Sign Culture
Frm
Gambar 1.2 Signifikasi 2 tahap Roland Barthes
Dari gambar di atas, dapat dijelaskan bahwa signifikansi tahap pertama
merupakan hubungan antara signifier dan signified yang disebut denotasi,
yaitu makna sebenarnya dari tanda. Sedangkan signifikansi tahap kedua,
digunakan istilah konotasi, yaitu makna yang subjektif atau paling tidak,
intersubjektif; yang berhubungan dengan isi, tanda bekerja melalui mitos.
Mitos merupakan lapisan pertanda dan makna yang paling dalam.29
F. Metode Penelitian
Dalam penelitin ini, peneliti menggunakan metode penelitian analisis isi
kualitatif. Menurut Denis Mc Quail dalam Burhan Bungin metode penelitian
analisis isi kualitatif yaitu metode yang aliran filosofinya antipositivistik,
menggunakan pendekatan interpretatif, atau sering dikenal dengan struktualisme
dan semiologi. Menurut David L. Altheide analisis isi kualitatif adalah wujud dari
representasi simbolik yang dapat direkam/ didokumentasikan atau disimpan untuk
dianalisis.30
29
Lihat Nawiroh Vera, Semiotika Dalam Riset Penelitian (Bogor: Ghalia Indonesia, 2015),
28. 30
Lihat Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif Aktualisasi Metodologis ke Arah
Ragam Varian Kontemporer (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006), 173-191.
Denotasi Signifier
Signified
Mitos
Konotasi
Conten
t
21
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis semiotik dengan model
yang dikembangkan oleh semiotika Roland Barthes. Dalam prosesnya
peneliti akan mengarahkan penelitian analisis yang bersifat analisis isi
kualitatif dengan menggunakan pendekatan interpretatif untuk menjelaskan
makna nasionalisme yang dilihat melalui makna denotasi, konotasi dan mitos,
nilai-nilai nasionalisme serta pesan yang terkandung di dalam pesan
tersebut.31
2. Sumber dan Jenis Data
Sumber dan jenis data yang digunakan pada penelitian ini terbagi
menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer yakni data
yang diperoleh dari rekaman video film “2014, Siapa di Atas Presiden?”,
yang akan dipilih adalah potongan gambar atau adegan yang berkaitan
dengan penelitian. Sedangkan data sekunder yakni data yang diperoleh dari
literatur yang mendukung data primer, seperti internet dan buku-buku yang
berhubungan dengan penelitian.
3. Metode Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini
dilakukan peneliti berdasarkan kebutuhan analisis dan pengkajian. Metode
pengumpulan data yang dilakukan adalah:
a. Obsesrvasi, adalah “[P]roses yang kompleks, suatu proses yang
tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis. Dua
diantaranya terpenting adalah proses-proses pengamatan dan
ingatan”.32
Pengamatan pada penelitian ini yaitu dengan cara
menonton dan mengamati secara teliti dialog-dialog, serta adegan-
adegan dalam film “2014, Siapa di Atas Presiden?”. Kemudian
mencatat, memilih dan menganalisa sesuai dengan model penelitian
yang digunakan.
3131
Lihat Nawiroh Vera, Semiotika Dalam Riset Penelitian (Bogor: Ghalia Indonesia,
2015), 27. 32
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung: Alfabeta,
2017), 145.
22
b. Studi komunikasi atau document research, yakni menulis,
mengungkapkan data-data melalui telaah dan mengkaji berbagai
literatur yang sesuai dengan materi penelitian untuk dijadikan bahan
argumentasi, seperti file film 2014, Siapa di Atas Presiden, arsip,
buku, internet dan lainnya.
4. Metode/ Tehnik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini dimulai dengan mengklarifikasikan
adegan-adegan dalam film “ 2014, Siapa di Atas Presieden?” yang sesuai
dengan rumusan masalah penelitian. Kemudian data dianalisis dengan
menggunakan model analisis semiotika Roland Barthes, yaitu dengan
mencari makna denotasi, konotasi, dan mitos dalam setiap masing-masing
adegan. Indikator masing-masingnya adalah:
a. Denotasi merujuk pada apa yang diyakini akal sehat/orang banyak,
makna yang teramati dari sebuah tanda.
b. Konotasi, menjelaskan interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu
dengan perasan atau emosi dari pengguna dan nilai-nilai dalam
budaya.
c. Mitos, merupakan sebuah budaya cara berpikir tentang sesuatu, cara
mengonseptualisasikan atau memahami hal tersebut.
Adapun tahapan-tahapan riset semiotik antara lain:
a. Cari topik yang menarik
b. Buat pernyataan riset yang menarik (mengapa, bagaimana, dimana,
apa)
c. Tentukan alasan/rasionalitas penelitian
d. Tentukan metode pengolahan data (model semiotiknya)
e. Klarifikasi data
f. Analisis data
g. kesimpulan33
33
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana, 2007), 273.
23
G. Pemeriksaan Keabsahan Data
Untuk data yang terpercaya dan dapat dipercaya, maka peneliti melakukan
teknik pemeriksaan keabsahan data yang didasarkan atas sejumlah kriteria. Dalam
upaya penelitian kualitatif anlisis interpretatif kritis, upaya pemeriksahan
keabsahan data dapat dilakukan dengan cara ketekunan pengamat. Ketekunan
pengamatan dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti, rinci,
dan berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol dalam penelitian.
Ketekunan pengamatan dilakukan dalam upaya mendapatkan karakteristik data
yang benar-benar relevan dan terfokus pada objek penelitian, permasalahn
penelitian dan fokus penelitian.
H. Studi Relevan
Analisis semiotika telah banyak menarik perhatian oleh peneliti-peneliti
sebelumnya. Berdasarkan penelusuran penulis, terdapat beberapa karya yang
membicarakan analisis semiotika.
Karya Ariska, “Makna Nasionalisme pada Film Soekarno Karya Hanung
Bramantyo (Analisis Semiotika Komunikasi)”. Karya ini membicarakan makna
nasionalisme yang terdapat pada setiap adegan-adegan film “Soekarno”
menggunaan Semiotika Roland Barthes.34
Karya lain oleh Christina Ineke Widhiastuti, “Representasi Nasionalisme
dalam Film Merah Putih (Analisis Semiotika Roland Barthes)”. Karya ini
membahas tentang bagaimana representasi nasionalisme dalam film merah
putih.35
Selain karya-karya di atas terdapat pula beberapa karya akademik yang telah
membicarakan nasionalisme dalam film. Diantaranya, Skripsi Hasim Ashari,
mahasiswa Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang yang berjudul
“Representasi Nasionalisme Dalam Film Rudy Habibie Karya Hanung
Bramantyo”. Ada juga skripsi Asrhawi Muin, Mahasiswa Universitas
34
Ariska, “Makna Nasionalisme pada Film Soekarni Karya Hanung Bramantyo (Analisis
Semiotika Komunikasi)”, Skripsi (Jambi: Program Sarjana UIN Sultan Thaha saifuddin Jambi,
2018). 35
Christina Ineke Widhiastuti, “Representasi Nasionalisme dalam Film Merah Putih
(Analisis Semiotika Roland Barthes)”, Skripsi (Serang: Program Sarjana Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa, 2012).
24
Hasanuddin Makassar, dengan judul “Nilai Nasionalisme Dalam Film Tanah
Surga Katanya (Analisis Semiotika)”
Sebagaimana terlihat dari Studi relevan ini bahwa belum ada yang
membahas Film 2014, Siapa di Atas Presiden. Dari karya diatas terdapat
persamaan dalam makna yang dicari, yaitu makna nasionalisme. Meskipun
terdapat persamaan namun dari karya di atas peneliti belum menemui penelitian
yang membahas secara khusus tentang, Film 2014, Siapa di Atas Presiden?.
Dalam penelitian ini penulis membahas Makna Nasionalisme yang ditinjau dari
model semiotika Roland Barthes. Sehingga dapat ditegaskan bahwa akan ada
perbedaan yang terjadi dari penelitian sebelumnya dengan penelitian ini. Melihat
adanya perbedaan dalam mengambil film, tentu saja penelitian yang dihasilkan
akan berbeda.
25
BAB II
PROFIL FILM 2014 SIAPA DI ATAS PRESIDEN?
Agar mendapatkan hasil film yang baik tentunya dalam proses produksinya
memiliki cara pembuatan yang baik pula dan sesuai kaidah. Proses pembuatan
film sering disebut sebagai filmmaking. Filmmaking melibatkan bebarapa tahap,
antara lain ide, naskah, casting, shooting, editing, dan screening sebelum film
dirilis secara besar-besaran. Proses filmmaking dilakukan di banyak tempat di
seluruh dunia dengan berbagai konteks ekonomi, sosial, politik, serta
menggunakan teknologi dan teknik yang sistematik. cara pembuatan film yang
satu dengan lain pada dasarnya sama, yang membedakan adalah tantangan untuk
mewujudkan step by step pembuatan tersebut.1
Adapun secara garis besar tahap-tahap yang dilakukan dalam proses
produksi Film ialah: Pra-produksi, persiapan perekaman dilakukan, yaitu ketika
pemeran dan crew film dipekerjakan, lokasi dipilih, dan latar dibangun. Ini juga
tahapan ketika ide film diciptakan, hak buku/naskah dibeli, dll. Produksi, Elemen
mentah untuk film akhir direkam. Pasca-produksi Film disunting: suara (dialog)
produksi sekaligus disunting (namun terpisah), runut musik (dan lagu) diubah,
dipentaskan dan direkam, jika film tersebut butuh musik efek suara dirancang dan
direkam efek visual grafis komputer lainnya ditambahkan secara digital, semua
elemen suara dicampurkan menjadi stem, kemudian sistem dicampurkan dan
disejajarkan dengan gambar dan film tersebut akhirnya selesai. (“terkunci”).2
Disamping terdapat beberapa tahap yang harus dilakukan serta lokasi dan
tekhnik yang yang dipakai, perlu adanya sumber daya manusia yang mengerjakan
sesuai dengan bidang yang dibutuhkan dan memiliki skill yang mumpuni.
A. Tim Produksi Film 2014, Siapa di Atas Presiden?
Produksi : Mahaka Pictures
Pendukung Produksi : Dapur Film
1International Design School, “Dasar-Dasar Cara Pembuatan Film”, diakses melalui alamat
https://idseducation.com/articles/dasar-dasar-cara-pembuatan-film/, tanggal 25 Juni 2019. 2Markaz Production, “Tahap Produksi Film”, diakses melalui alamat https://markaz-
production.com/tahap-produksi-film/, tanggal 25 Juni 2019.
26
Director : Rahabi Mandra dan Hanung Bramantyo
Executive Producer : Erick Tohir
Producer : Hanung Bramantyo dan Celerina Judisari
Script Writer : Ben Sihombing dan Rahabi Mandra
Line Producer : Syaiful Wathan
Production Coordinator : Talita Amilia
Director of Photography : Faozan Rizal
Art Director : Ezra Tampubolon
Casting Director : Widhi Susila Utama dan Zaskia Adya Mecca
Sound Designer : Satrio Budiono dan Yusuf Andi Patawari
Music Director : Hariopati
Post Production Manager: Andi A.Manoppo
Editor : Cesa David Lukmansyah
Poster Design : Michael Tju
Graphic & Visual Effect : Hery Kuntoro
Cast : Ray Sahetapy sebagai Bagas Notolegowo
Rizky Nazar sebagai Ricky Bagaskoro
Donny Damara sebagai Krishna Darojatun
Maudy Ayunda sebagai Laras
Rudy Salam sebagai Faisal Abdul Hamid
Atiqah Hasiholan sebagai Iptu Astri
Rio Dewanto sebagai Satrio
Donna Harun sebagai Ningrum
Akri Patrio sebagai Syamsul Triadi
Asha Thohir sebagai Vina
Deddy Sutomo sebagai Jusuf Sahrir
Fadikar sebagai Bripka Wisnu
Dirgantara Wiwing sebagai Akbp Yudiman
Arief Rivan sebagai Kanit Barbuk1
1Dokumentasi Film 2014 Siapa di Atas Presiden, 26 Februari 2015.
27
B. Penokohan dalam Film 2014, Siapa di Atas Presiden?
Tokoh merupakan orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya drama
oleh pembaca, kualitas moral dan kecenderungan-kecenderungan tertentu seperti
yang diekspresikan dalam ucapan dan dilakukan dalam tindakan. Dari pengertian
di atas dapat dikatakan bahwa tokoh adalah individu rekaan yang diberikan
rekayasa perwatakan dan perilaku tertentu sebagai pelaku yang berperan dalam
suatu drama atau plot yang telah dirancang.2
Penokohan, penokohan dan perwatakan adalah pelukisan mengenai tokoh
cerita, baik keadaan lahirnya maupun batinnya yang dapat berubah, pandangan
hidupnya, sikapnya, keyakinannya, adat istiadatnya, dan sebagainya. Berdasarkan
pengertian di atas berbeda dengan tokoh yang dijelaskan bahwa individu yang
memerankan suatu drama. Adapun penokohan ialah penggambaran yang watak
yang diperankan oleh tokoh itu sendiri.
Dalam film 2014, siapa di Atas Presiden? terdapat beberapa tokoh yang
penokohan yang diperankan oleh beberapa aktor dan aktris yeng menjiwai serta
mendalami watak ynag diperankannya antara lain:
1. Ray Sahatepy (Bagas Notolegowo)
Gambar 2.1 Bagas Notolegowo
Ray Sahatepy memerankan tokoh Bagas Notolegowo, dalam perannya
yaitu sesorang yang sangat berwibawa, tabah, optimis, nasionalis, serta
agamis. Sikapnya yang tegas, adil, serta merakyat membuatnya yakin untuk
2Rama Pratama, “Tokoh dan Penokohan”, http://blog.isi-dps.ac.id/ramapratama/tokoh-dan-
penokohan, tanggal 25 Juni 2019.
28
maju di pilpres demi tercapainya indonesia yang bersih dari korupsi, serta
transparasnsi hukum demi tercapainya kesejahteraan rakyat.
2. Rudy Salam (Faisal Abdul Hamid)
Gambar 2.2 Faisal Abdul Hamid
Dalam Film ini Rudy Salam merupakan sesorang yang memiliki 2
kriteria penokohan, diawal hingga pertengahan durasi Rudy Salam
memerankan seseorang dengan tokoh antagonis, berada di dalam rencana
busuk yang didalangi atau dikendalikan oleh orang-orang dibelakangnya,
namun setelah mendekati akhir durasi Rudy Salam berubah menjadi tokoh
protagonis yakni yang membela kebenaran sehingga keluar dari alur rencana
yang telah dibuat oleh orang-orang dibelakangnya, sehingga tokoh yang
berperan sebagai Faisal Abdul Hamid ini dibunuh oleh pembunuh bayaran.
3. Akrie Patrio (Syamsul Triadi)
Gambar 2.3 H. Syamsul Triadi
Akrie Patrio berperan sebagai Cawapres dengan nama Syamsul Triadi,
dalam film ini Akrie Patrio tidak banyak tampil di dalam setiap adegan film.
29
Akrie Patrio memiliki penokohan yang religius, agamis menjunjung tinggi
nilai-nilai keislaman.
4. Rizky Nazar (Ricky Bagaskoro)
Gambar 2.4 Ricky Bagaskoro
Rizky Nazar berperan sebagai Ricky Bagaskoro yakni anak dari Bagas
Notolegowo. Dia adalah seorang anak pemuda yang duduk di bangku
Sekolah Menengah Atas (SMA) yang memiliki cita-cita mulia yakni menjadi
seorang pengajar di Indonesia bagian Timur atau Papua. Namun setelah
terjadinya konflik yang menimpa ayahnya, sehingga rasa keingintahuan serta
jiwa nasionalismenya mulai tumbuh untuk menumpas segala kesalahan dan
keburukan serta ingin menegakkan kebenaran, dengan prinsip harus berani.
5. Donny Damara (Krishna Darojatun)
Gambar 2.5 Krishna Darojatun
Donny Damara berperan sebagai Krishna Darojatun. Yakni seorang
mantan pengacara yang memilih untuk pensiun dini dan kemudian mengajar
di kampus. Dia adalah seorang pengacara yang bersih dan tidak pernah
menggunakan segala cara untuk memenangkan client nya. Itu dikarenakan
30
Krishna Darojatun dalam memilih clientnya selalu menguji terlebih dahulu
apakah benar untuk mengungkap kebenaran atau ada Rebus di dalamnya atau
rencana busuk. Untuk itu Krishna Darojatun tidak mau menolong orang yang
salah.
6. Maudy Ayunda (Laras)
Gambar 2.6 Laras
Maudy Ayunda memainkan peran menjadi seorang anak Pengacara
Krishna Darojatun, yaitu dengan nama Laras. Laras merupakan seorang anak
yang baik dan penurut yang taat kepada ayahnya, itu dikarenakan ibunya
Laras sudah tidak ada. Laras selalu melakukan apa yang ayahnya katakan,
setelah ayahnya terbunuh, laras merasa kehilangan dan tidak memiliki siapa-
siapa. Kemudian dia menuntut Ricky untuk menyelesaikan apa yang ayahnya
lakukan. Karena laras berharap agar ayahnya tidak mati sia-sia.
7. Atiqah Hasiholan (Iptu Astri)
Gambar 2.7 Iptu Astri
Atiqah Hasiholah berperan sebagai seorang polisi dengan nama Iptu
Astri. Dia merupakan sosok yang sangat pemberani dan tanggung jawab demi
mengungkapkan suatu kebenaran. Meski dihadapi berbagai rintangan dari
31
internal maupun eksternal dia berusaha untuk tetap melaksanakan tugasnya
sebagi seorang polisi, walaupun ada yayng ingin memperburuk citra
kepolisian, namun Iptu Astri tetap mengharumkan citra baik kepolisian.
8. Rio Dewanto (Satria)
Gambar 2.8 Satria
Rio Dewanto berperan sebagai Satria, pria yang pada kenyataannya
berstatus sebagai suami dari Atiqah Hasiholan ini justru menjadi biang
konflik dalam film ini yang secara langsung berhadapan dengan kepolisian.
Dengan tokoh antagonisnya, Satria berperan sebagai pembunuh bayaran yang
tak pandang bulu untuk membunuh siapapun demi berjalannya suatu rencana
yang sudah diperintahkan kepadanya.
9. Donna Harun (Ningrum)
Gambar 2.9 Ningrum
Donna Harun memerankan seseorang yang selalu patuh dan taat kepada
suami, yang selalu mendukung dan setia mendampingi sosok suami yang
memiliki niat baik. Disamping itu dia menjadi sosok ibu yang sangat
32
menyayangi anak-anaknya. Dengan berperannya sebagai Ningrum yaitu istri
dari Bagas Notolegowo, Donna Harun lebih banyak menjadi pemain
pendukung dalam film film ini.
10. Dirgantara Wiwing (Akbp Yudiman)
Gambar 2.10 Akbp Yudiman
Dirgantara Wiwing berberan sebagai Akbp Yudiman. Dia merupakan
sosok yang sangat tegas, bertanggung jawab dan menjunjung tinggi
kebenaran. Meski atasannya berlaku diluar jalur sehingga memindahkan
tugaasnya, namun Akbp Yudiman tidak membantah dan tetap megikuti
perintah, meski dengan cara-cara diluar jalur kepolisian Akbp Yudiman tetap
ingin mengungkapkan suatu kebenaran.
11. Arief Rivan (Kanit Barbuk)
Gambar 2.11 Kanit Barbuk
Arief Rivan berperan sebagai Kanit Barbuk. Dia adalah dalang dari
semua kejadian yang terjadi di setiap alur ceritanya, dan dialah pusat dari
seluruh konflik yang terjadi. Dalam film ini orang yang bertugas sebagai
33
Kepala Unit Barbuk justru memanfaatkan jabatannya untuk meluncurkan
rencana busuknya, dengan mengendalikan berbagai elemen, serta
menyingkirkan segala sesuau yang sekiranya menghambat serta menghalangi
demi berjalannya rencana busuk mereka. Karena baginya kekuasaan adalah
Tuhan mereka.3
C. Sinopsis Film 2014, Siapa di Atas Presiden?
Film garapan sutradara Hanung Bramantyo dan Rahabi Mandra itu segar
sekaligus berani. Berani bertaruh secara finansial, sekaligus berani mengambil
tema yang cukup sensitif. Dengan biaya produksi sekitar Rp7 miliar, "2014"
mengisahkan drama pertarungan tiga kandidat calon presiden Indonesia.Meski
secara situasi dan latar belakang waktu serupa dengan pemilihan presiden tahun
lalu, karakter dan alur cerita dalam film ini murni fiksi.
Bagas Notolegowo (Ray Sahetapy), seorang politikus yang berambisi
membereskan kasus korupsi di Indonesia harus menerima getahnya. Sikapnya
yang vokal sekaligus dicintai rakyat membuat dia dijebak dalam sebuah
konspirasi jahat. Presiden Jusuf Syahrir (Deddy Sutomo) yang sedang menjabat
tidak bisa banyak bertindak, dia nyatanya tidak memiliki kuasa penuh untuk
mengendalikan kisruh politik di Indonesia.
Hal itu dimanfaatkan oleh calon presiden lain, Faisal Abdul Hamid (Rudy
Salam). Dengan mengatur strategi jitu, Faisal melakukan lobi politik untuk bisa
merebut suara Bagas yang terpecah akibat kasus kriminalisasi. Keluarga Bagas
tidak tinggal diam. Anak Bagas, Ricky Bagaskoro (Rizky Nazar) menyiapkan
taktik untuk menyelamatkan ayahnya yang berada dalam perangkap. Hal ini lantas
mempertemukan dua ujung tombak, Iptu Astri (Atiqah Hasiholan) di pihak
kebajikan, dan Satria (Rio Dewanto) di pihak antagonis.Dua pemeran yang di
kehidupan nyata berstatus suami-istri itu pun harus berduel dalam film ini.
"2014" mencoba memancing penonton untuk berpikir bahwa apakah dalam
kehidupan bernegara dan berpolitik, semua tokoh yang terlibat hanya yang
tampak? Jauh lebih dalam dari itu film ini menyinggung adanya sosok "gelap"
yang bahkan mampu mengendalikan presiden. Hanung terbilang pandai dalam
3Dokumentasi Film 2014 Siapa di Atas Presiden, 26 Februari 2015.
34
menggali isu yang cukup 'seksi' untuk diangkat di ranah film tanah air. Terlebih,
cerita yang terjadi dekat dengan apa yang terjadi di masyarakat.
Dengan naskah yang bagus, "2014" menjadi film laga drama yang sukses.
Memberi harapan akan film laga di masa depan mengingat yang ada selama ini
kurang memiliki naskah yang apik. Keseriusan dalam menggarap film ini juga
tampak dari adegan-adegan pertarungannya. Seorang ahli bela diri dari Thailand
didatangkan guna membuat koreografi laga dalam film ini tampil memukau.
Meski penonton disuguhi adegan tembak menembak dan baku hantam,
"2014" tetap menghadirkan cerita yang kuat. Tiap karakter dalam film ini
memiliki porsi dan peran yang tepat. Terlebih, hampir semua pemeran telah
berpengalaman. Donny Damara, Rudy Salam, Donna Harun, dan Maudy Ayunda
adalah nama-nama yang akan Anda saksikan di film ini.
Film ini sebenarnya digarap sejak tahun 2013. Namun ada pembenahan dari
segi teknis yang mengharuskan proses editing lebih lama. Saat akan dirilis
pertengahan 2014, Hanung dan produser merasa situasi politik Indonesia yang
sedang ramai oleh pemilihan presiden kurang tepat. Akhirnya "2014" baru benar-
benar rilis bulan ini. Berkat dukungan kualitas akting yang baik plus naskah yang
cakap, film ini sangat nyaman ditonton. Jauh di atas itu semua, "2014" membuat
Anda pulang dengan pertanyaan di kepala, "Siapa di Atas Presiden?"4
4Medcom.id, “Film "2014", Siapa di Atas Presiden?”, diakses melalui alamat
https://www.medcom.id/hiburan/film/9K5YReBK-film-2014-siapa-di-atas-presiden, tanggal 01
April 2019.
35
BAB III
HUBUNGAN FILM 2014 SIAPA DI ATAS PRESIDEN? DENGAN
NASIONALISME
A. Film dan Nasionalisme
Film merupakan sebuah bentuk media massa yang berupa media audio
visual yang mampu menampilkan gambar dan suara.
Film berperan sebagai sebuah sarana baru yang digunakan untuk
menyebarkan hiburan, pendidikan serta informasi. “[F]ilm juga menurut Effendy
adalah medium komunikasi massa yang ampuh sekali, bukan saja untuk hiburan,
tetapi juga untuk penerangan dan pendidikan”.1
Nasionalisme adalah sebuah situasi kejiwaan dimana kesetiaaan sesorang
secara total diabdikan langsung kepada negara bangsa atau nama sebuah bangsa.
Jiwa nasionalisme tumbuh secara sadar maupun tidak di dalam diri seeorang
dengan sikap patuh demi keutuhan tanah airnya.2 Dengan adanya rasa
nasionalisme maka akan terjaganya ikatan persatuan dan kesatuan sebuah bangsa
dan negara.
Nasionalisme terbentuk bagaikan sebuah komunitas yang terbayang, yang
mana seluruh masyarakat yang berada disebuah negara, sebagai contoh Negara
Kesatuan Republik Indonesia dari sabang sampai merauke yang mana seluruh
rakyat yang tidak pernah bertemu yang terpisahkan oleh 34 provinsi dan 5 pulau
besar serta ribuan pulau kecil beragam suku dan budaya serta agama memiliki
satu impian dan satu tujuan yang sama yaitu mencintai negara ini, memiliki
semangat nasionalisme yang sama dalam jiwa dari tiap-tiap individu, bagaikan
sesuatu yang hanya di dalam imajinasi atau terbayang.3
1Handi Oktavianus, “Penerimaan Penonton terhadap Praktek Eksorsis di dalam Film
Conjuring”, Jurnal E-Komunikasi, III, No.2 (2015), 3. 2Lihat Dede Rosyada et. al., Demokrasi, Hak Asasi Manusia, & Masyarakat Madani
(Jakarta: Kencana, 2003), 24. 3Omi Intan Naomi, Imagined Communities Komunitas-komunitas Terbayang,
Diterjemahkan dari buku aslinya yang berjudul “Imagined Communities: Reflections on the Origin
and Spread of Nationalism” oleh Benedict Anderson (Yogyakarta: INSIST dan Pustaka Pelajar,
2008), 6.
36
Nasionalisme ada sejak sebelum suatu negara merdeka. Indonesia
merupakan negara yang memiliki ribuan pulau yang terdiri dari berbagai suku,
bahasa, dan ras serta keyakinan yang bisa dikatakan sulit untuk bisa memiliki satu
kesamaan. Namun Nasionalisme muncul ketika, di wilayah fisik tertentu, jika
penduduk mulai merasa bahwa mereka memiliki nasib yang sama, masa depan
yang sama, dan tujuan yang sama, maka akan terbentuklah rasa nasionalisme dan
mengedapankan persatuan demi suatu kemerdekaan.
B. Hubungan Film 2014, Siapa di Atas Presiden? dengan Nasionalisme
Film merupakan sarana yang dapat dinikmati oleh siapapun tanpa ada
batasan usia maupun jenjang pendidikan. Karenanya film sangat cepat
memberikan pengaruh terhadap para penontonnya.
Seiring perkembangan waktu dengan perannya film sebagai medium untuk
pendidikan, maka dari itu sangat relevan sekali jika film digunakan sebagai sarana
pendidikan penanaman nasionalisme kepada para penontonnya. film 2014, Siapa
di Atas Presiden? yang di produksi oleh Mahaka Pictures dan Dapur Film dan di
Sutradarai oleh Hanung Bramantyo dan Rahabi Mandra merupakan salah satu
film yang banyak menyita perhatian publik. Karenanya film tersebut mampu
berkontribusi dalam memberikan nilai-nilai pendidikan nasionalisme.
Film “2014, Siapa di Atas Presiden?” yang disutradarai oleh Rahabi
Mandra dan Hanung Bramantyo pada tahun 2015 ini menguak tentang suasana
hangat politik menjelang pemilu presiden. 3 orang kandidat presiden yang saling
bersaing sangat ketat untuk merebut hati dan suara rakyat dengan caranya masing
masing. Dan dari ketiga kendidat memiliki jalan politik yang berbeda-beda.
Suasana politik semakin tegang dengan semakin dekatnya hari H. Peristiwa yang
terhitung di dalam film sejak menjelang 60 hari terus menjelang 30 hari serta
menjelang 3 hari sungguh merupakan waktu yang sangat memberikan ketegangan
bagi penonton sehingga membangunkan rasa nasionalisme yang bersifat idealis.1
Dalam film “2014, Siapa di Atas Presiden?” mampu menampilkan konflik
batin yang dirasakan olah tiap-tiap pemeran dan memiliki karakter yang yang
1Lihat Thamrin Dahlan, “Sinopsis Film 2014 Siapa di Atas Presiden?” diakses melalui
alamat https://www.kompasiana.com/thamrindahlan/sinopsis-film-2014-siapa-di-atas-
presiden_54f33b9e7455139f2b6c6cf6, tanggal 07 Juli 2018.
37
berbeda-beda. Karakter dalam film ini seolah-olah dapat membangkitkan rasa
nasionalisme seseorang dan nalar sangat idealis bagi para penontonnya.
Dalam film 2014, Siapa di Atas Presidan sangat banyak nilai-nilai
nasionalisme yang tercakup dalam setiap dialog maupun adegan terfokus dalam
hal penagakkan kebenaran di Indonesia, penegakkan hukum yang transparan,
pemberantasan penjahat-penjahat berdasi yakni koruptor, serta penegakkan
keadilan. Semangat nasionalisme ditampilkan oleh beberapa tokoh utama serta
tokoh pendukung.
Adapun Semangat Nasionalisme yang dimiliki Syamsul Triadi ialah ingin
membersihkan negara ini dari para koruptor dengan memusnahkan dengan
hukuman mati.
Karena terdapat dalam UUD Tindak pidana korupsi merupakan istilah yang
tidak asing bagi masyarakat Indonesia. Pada prinsipnya pengertian yuridis tentang
tindak pidana korupsi tertuang sebagaimana ditegaskan Undang-undang nomor 31
Tahun 1999 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi dikatakan bahwa, korupsi adalah: Pasal 2 Setiap orang
yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau
suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara. Pasal 3 Setiap orang
yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada
padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara
atau perekonomian negara. Pada Pasal 2 Undang-undang nomor 31 Tahun 1999 jo
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi, terdapat beberapa unsur penting yaitu: (1) Setiap Orang; (2) Melawan
Hukum; (3) Memperkaya diri sendiri/orang lain/korporasi; (4) Dapat merugikan
keuangan Negara atau perekonomian negara Setiap orang adalah perseorangan
termasuk koorporasi (Pasal 1 angka 3 Undang-undang nomor 31 Tahun 1999 jo
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi), setiap orang juga dapat berkenaan dengan jabatan atau pegawai negeri.2
2Ridwan, “Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi Melalui Peran Serta Masyarakat”,
Jurnal Ilmu Hukum, XVI, No. 64, (2014),
38
Rasa cinta Bagas Notolegowo terhadap rakyat Indonesia memperhatikan
perekonomian rakyat agar tetap sejahtera dengan melihat kestabilan keuntungan
pedagang dan petani agar tidak ada yang dirugikan. Dan ia berharap kesejahteraan
sosial bisa ditegakkan di negeri ini.
Berdasarkan Undang-Undang No.11 Tahun 2009 Pasal 1 Ayat 1,
kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuh-an material, spiritual,
dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu
mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosial. Perserikatan
Bangsa-bangsa memberikan batasan kesejahteraan sosial sebagai kegiatan-
kegiatan yang terorganisasi yang bertujuan untuk membantu individu atau
masyarakat guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya dan meningkatkan
kesejahteraan selaras dengan kepentingan keluarga dan masyarakat.3
Semangat Nasionalisme Ricky Bagaskoro dengan cara mengkritisi, ia
menolak kalau kebebasan berpendapat hanya bisa dimiliki oleh para para
penguasa dan yang memiliki uang dan aksi mahasiswa terhadap putusan hakim
yang tidak sesuai dengan kejadian sebenarnya. Sikap Ricky Bagaskoro dan
mahasiswa aksi layaknya Oposisi yang sedang mengkritisi sikap penguasa di
negeri ini yang merugikan orang-orang kecil dan yang tidak sejalan dengannya.
Oposisi adalah sebuah fenomena yang terjadi dalam berbagai bidang.
Oposisi dalam makna umum kerap diartikan sebagai “berseberangan” atau
“sesuatu yang memiliki posisi yang tidak sama pada sesuatu yang lain”. Oposisi
juga diartikan sebagai lawan atau perlawanan terhadap sesuatu. Dalam konteks
politik, sebagian kalangan mengartikan oposisi sebagai bentuk informal dari
ketidakbersetujuan atau kontestasi di antara lembaga-lembaga pemangku
kekuasaan, sementara oposisi politik adalah bentuk kontestasi yang terkait atau
dijamin dalam konstitusi.4
3Ateng Wesa dan Yoyon Suryono, “Kesejahteraan Ekonomi Masyarakat Peserta Pelatihan
Kelompok Prakoperasi Di Kecamatan Namlea Kabupaten Buru”, Jurnal Pendidikan dan
Pemberdayaan Masyarakat, I, No. 2, 2014, 151. 4Firman Noor, “Oposisi Dalam Kehidupan Demokrasi: Arti Penting Keberadaan Oposisi
Sebagai Bagian Penguatan Demokrasi Di Indonesia”, Jurnal Masyarakat Indonesia, XLII, No. 1,
2016, 5.
39
Semangat Nasionalisme yang dimiliki Ricky Bagaskoro, memiliki niat
untuk mengajar di Papua. Dengan sikap ynag sangat peduli terhadap masa depan
putra-putri bangsa ia memiliki cita-cita yang luhur yang sama dengan cita-cita
para pendiri bangsa yang mencerminkan pembukaan UUD 1945 pada Alinea ke 4
cita-cita luhur para pendiri bangsa tertera dalam pembukaan UUD 1945 ynag
berbunyi “Kemudian ari pada itu untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan
Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang
terbentuk dalam susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat
dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan
beradad, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”
Undang-Undang Republik Indonesia (RI) No. 20 Tahun 2003 Tentang
SISDIKNAS, Pasal 1 ayat (2) mengartikan bahwa: “Pendidikan nasional adalah
pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan
nasional Indonesia, dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman”. Fungsi dan
tujuan pendidikan nasional dinyatakan dalam Pasal 3 yang berbunyi: “Pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab”. Fungsi dan tujuan pendidikan nasional
tersebut secara umum jelas mengarah pada peningkatan kualitas bangsa. Kualitas
bangsa tiada lain mencerminkan kualitas sumber daya manusia suatu negara.
Dengan pendidikan yang sungguh-sungguh diarahkan pada pencapaian fungsi dan
40
tujuan pendidikan nasional tersebut, maka bangsa Indonesia akan menjadi bangsa
yang terhormat, unggul, dan diperhitungkan dalam pergaulan dan persaingan
dunia.5
Semangat Nasionalisme Akbp Yudiman dan bawahannya yaitu Iptu Astri
disamping tugasnya sebagai anggota kepolisian ia bertekad untuk menjaga
keamanan di negeri ini apapun yang terjadi dan dengan cara apapun dengan tidak
menyalahgunakan jabatan. Karenanya sikap yang diambil oleh kedua tokoh
tersebut termaktub dalam Pasal 30 Ayat 2 yang berbunyi: “usaha pertahanan dan
keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat
semesta oleh TNI dan POLRI sebagai kekuatan utama, dan rakyat sebagai
kekuatan pendukung”. Oleh karenanya bela negara wajib dilakukan oleh setiap
lapisan warga negara yang masih memiliki kemampuan untuk mempertahankan
bangsa dan negara.6
Membangun jiwa Nasionalisme yang dilakukan Krishna Darojatun dalam
materinya di hadapan mahasiswa seputar politisi dan negarawan.
Membangun jiwa Nasionalisme yang dilakukan Krishna Darojatn dalam
dengan memberikan materi sejarah Lambang Negara Kesatuan Republik
Indonesia serta memperhatikan dan mencatat seluruh peritiwa yang terjadi di
negeri ini. Karena sesuai dengan pesan yang telah disampaikan oleh Presiden
Pertama Ir. Soekarno. Dalam pidatonya Bung Karno pada perayaan HUT RI 1966
bertema “Jangan sekali-kali melupakan Sejarah!” yang kemudian dikenal dengan
sebutan “Jas Merah”.7
Krishna Darojatun memberikan pemahaman seputar hukum dan keadilan
kepada Ricky Bagaskoro sebagai bentuk pemahaman tentang menegakkan
keadilan di negeri ini.
5Muhardi, “Kontribusi Pendidikan Dalam Meningkatkan Kualitas Bangsa Indonesia”,
Jurnal, XX No. 4, 2004, 480. 6Denik Iswardani Witarti dan Semmy Tyar Armandha, “Tinjauan Teoretis Konsepsi
Pertahanan Dan Keamanan Di Era Globalisasi Industri Pertahanan”, Jurnal Pertahanan, V, No. 3,
2015, 88. 7Rudy Gunawan, “Pembelajaran Nilai-Nilai Pahlawan Kemerdekaan Soekarno Dalam
Rangka Mengembalikan Karakter Bangsa Indonesia”, Jurnal WIDYA Non-Eksakta, I, No. 1, 2013,
5.
41
Hukum ditegakkan agar keadilan terwujud dan suasana saling percaya
dalam masyarakat dapat tetap terjaga. Masyarakat yang memiliki kesadaran
hukum yang tinggi adalah masyarakat yang efisien ynag dengan mudah mampu
menuju cita-cita bersama, yaitu mewujudkan negeri yang aman, indah adil, dan
makmur. Hukum merupakan sarana untuk pencapaian keadilan, yang selanjutnya
akan tetap mempertahankan rasa saling percaya di dalam masyarakat. Bila hukum
kurang lengkap akan segera dilengkapi, dan bila tidak sesuai akan diubah.
Kepentingan untuk mensejahterakan manusia di atas segala-galanya. Tidak ada
kejahatan yang boleh lewat tanpa terhukum hanya karena beum ada
peraturannya.8
Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 sudah dasar dan ideologi final
dan tidak dapat dirubah dengan apapun. Namun yang jadi permasalahkan sudah
diterapkan atau belum. Dengan semangat nasionalisme yang tinggi, Bagas
Notologowo ingin melaksanakan Undang-undang yang sudah ada untuk
memperbaiki bobroknya sistem hukum yang diterapkan oleh oknum-oknum yang
tidak bertangung jawab. Namun niat dan hajat terhalangi oleh jebakan yang telah
dirancang secara terstruktur sehingga menghalangi Bagas Notolegowo untuk terus
memperjuangkan kebenaran dan keadilan di Indonesia. Dengan bantuan Krishna
darojatun ia yakin mampu melakukannya.
Seorang politisi yang maju atas dasar rasa cintanya terhadap negeri ini,
maka dia tidak akan melakukan hal-hal yang justru merugikan negaranya, justru ia
akan mengharumkan bumi pertiwi dan memprioritaskan negaranya dibanding
kepentingan pribadinya.
Dalam situasi korupsi yang kian meningkat Bagas Notolegowo mencoba
menerapkan UUD tentang pembuaktian terbalik kepada pada koruptor, pada
dasarnya, pembalikan beban pembuktian adalah peletakan beban pembuktian yang
tidak lagi pada diri Penuntut Umum, tetapi kepada terdakwa.
Di Indonesia, sistem pembalikan beban pembuktian dapat dilihat antara lain
dalam Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah oleh Undang-
Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (“UU
8Mustafa H. Baabad, Negeri Cita-citaku (Yayasan New Age, 1999), 186.
42
Tipikor”), tetapi yang diterapkan dalam UU Tipikor adalah sistem pembalikan
beban pembuktian yang bersifat terbatas atau berimbang. Sistem pembalikan
beban pembuktian yang bersifat terbatas atau berimbang ini dijelaskan dalam
penjelasan UU Tipikor tersebut, yaitu terdakwa mempunyai hak untuk
membuktikan bahwa ia tidak melakukan tindak pidana korupsi dan wajib
memberikan keterangan tentang seluruh harta bendanya dan harta benda istri atau
suami, anak, dan harta benda setiap orang atau korporasi yang diduga mempunyai
hubungan dengan perkara yang bersangkutan, dan penuntut umum tetap
berkewajiban membuktikan dakwaannya.
Mengenai sistem pembalikan beban pembuktian yang bersifat terbatas atau
berimbang ini dapat kita lihat dalam Pasal 37 ayat (1) UU Tipikor dan Pasal 37A
ayat (3) UU Tipikor:
Pasal 37 ayat (1) UU Tipikor:
“Terdakwa mempunyai hak untuk membuktikan bahwa ia tidak melakukan
tindak pidana korupsi.”
Pasal 37A ayat (3) UU Tipikor:
“Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) merupakan
tindak pidana atau perkara pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Pasal 3,
Pasal 4, Pasal 13, Pasal 14, Pasal 15, dan Pasal 16 Undang-undang Nomor 31
Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan Pasal 5 sampai
dengan Pasal 12 Undang-undang ini, sehingga penuntut umum tetap berkewajiban
untuk membuktikan dakwaannya.”
Selain di dalam UU Tipikor, sistem pembalikan beban pembuktian juga
diatur dalam UU No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Tindak Pidana Pencucian Uang.9
Membangun semangat Nasionalisme dengan pidato kebangsaan oleh Bagas
Notolegowo. Perasaan Nasionalisme harus diimbangi dengan rasa kepercayaan
(empati) antaretnis yang ada di Indonesia. Jika tidak, menurut Guru Besar
Sosiologi Hukum Universitas Diponegoro Prof. Satjipto Rahardjo dalam Abdul
9Letezia Tobing, “Tentang Sistem Pembalikan Beban Pembuktian”, diakses melalui alamat
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt513ff99d6eedf/tentang-sistem-pembalikan-
beban-pembuktian, tanggal 19 Mei 2019.
43
Rozak dkk., yang muncul adalah rasa ingin menonjolkan kelebihan etnis masing-
masing, jika ini dibiarkan, yang muncul adalah semangat kedaerahan
(ethnosentrisme) yang berujung pada separatisme. Silahkan saja masing-masing
etnik bersaing memajukan etniknya, namun harus ada sebuah pengikat yang kuat.
Jika tidak, maka yang muncul adalah semangat politik kedaerahan yang sangat
sempit seperti keinginan memisahkan diri dari republik ini.10
Dari beberapa adegan yang diperagakan oleh beberapa tokoh tersebut,
sangat erat sekali kaitannya film 2014, Siapa di Atas Presiden dengan
Nasionalisme Indonesia, yang mana banyak hal-hal yang bersifat mencerminkan
Nasionalisme. Serta dalam film tersebut banyak makna-makna yang dapat
dipahami dan diambil sebagai pendidikan nasionalisme yang dapat diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari.
10
Abdul Rozak et. al., Buku Suplemen Pendidikan Kewargaan (civic education) Demokrasi,
Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani (Jakarta: Prenada Media, 2004), 15.
44
BAB IV
REPRESENTASI DAN NILAI-NILAI NASIONALISME DALAM FILM
2014 SIAPA DI ATAS PRESIDEN?
A. Representasi Makna Nasionalisme dilihat dalam Film 2014, Siapa di
Atas Presiden?
1. Pemberantasan Korupsi
a. Makna Denotasi
Syamsul Triadi yang merupakan salah satu calon kandidat Presiden
2014 sedang berbicara dihadapan publik dengan mengatakan bahwa ia
ingin memberantas korupsi di negara Indonesia ini seperti yag dilakukan
oleh negara Cina dengan menyiapkan peti mati untuk menghukum mati
para koruptor. Karena menurutnya tidak dihukum mati para koruptor
sama saja memberikan kesempatan kedua untuk para koruptor. Dan
tindakan tersebut agar dapat memberikan efek jera kepada para koruptor.
b. Makna Konotasi dan Mitos
Syamsul Triadi berbicara dihadapan publik bahwa ia akan
membersihkan para koruptor di negara Indonesia ini sampai ke akar-
akarnya bahkan dimusnahkan dari muka bumi ini agar ditakuti oleh para
koruptor, dan dapat memberikan efek jera pada koruptor dan calon
koruptor lainnya. Bahkan dia menyatakan dirinya rela dipancung,
disembelih dan dibuka dadanya meyakinkan bahwa dirinya bersih dari
dari korupsi dan dengan sangat yakin dia akan menyelamatkan negeri ini
dari rayap-rayap negara.
Inilah bukti rasa nasionalisme yang tinggi yang dimiliki oleh
Syamsul Triadi, dengan sikapnya yang sangat meyakinkan ia ingin
menyelamatkan negara ini dari korupsi dengan menghukum mati dan
menindak tegas para koruptor, sebagai bentuk rasa cintanya terhadap
negara Indonesia.
45
2. Kesejahteraan Rakyat
a. Makna Denotatif
Bagas Notolegowo bertanya kepada salah satu pedagang yang ada
di pasar seputar pertumbuhan perekonomiannya dengan menanyakan
harga kebutuhan rumah tangga serta pendapatan yang diperolah oleh
pedagang tersebut.
b. Makna Konotatif dan Mitos
Bagas Notolegowo dalam percakapannya menanyakan harga
kebutuhan rumah tangga dan pendapatan yang diperoleh oleh pedagang.
Bagas Notolegowo memastikan bahwa masyarakat Indonesia hidup
dalam kesejahteraan dan kenyamanan dalam aktivitas sehari-harinya. Ia
memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi di Indonesia berjalan dengan
baik dan stabil, tidak ada yang dirugikan, pedagangnya dapat untung dan
petaninya diuntungkan, tidak ada yang dirugikan salah satunya. Meski
pendapatan pedagang stabil, namun pedagang merasa tidak nyaman
dengan adanya pungutan liar yang dilakukan oleh preman. Bagas
Notololegowo memastikan para pedagangan merasa nyaman dengan
memerintahkan salah satu orang kepercayaannya untuk membereskan
kepala premannya. Dengan memastikan rakyatnya sejahtera dan nyaman,
itulah bentuk rasa nasionalime yang dimiliki oleh Bagas Notolegowo, dia
ingin Negara Indonesia ini rakyatnya sejahtera dan nyaman dalam
melakukan aktivitas sehari-harinya.
3. Mengkritik Implementasi Kebebasan Berpendapat
a. Makna Denotasi
Ricky Bagaskoro menjelaskan kepada teman-temannya di depan
kelas, dia mengatakan bahwa kita tidak pernah percaya dengan adanya
kebebasan berpendapat. Menurutnya di Indonesia telah mencoba
menerapkan, namun tidak bisa diterapkan. Menurut Ricky di Indoneisa
yang bisa dipercaya adalah hanya uang dan kekuasaan. Dan dengan
modal itu baru kita bisa mengeluarkan pendapat. Menurutnya kekuasaan
cenderung terkorupsi. Kekuasaan yang mutlak, mutlak terkorupsi.
46
b. Makna Konotasi dan Mitos
Ricky Bagaskoro yang merupakan siswa Sekolah Menengah Atas.
Diumurnya yang segitu, sangat jarang sekali seorang siswa yang berani
menyatakan pendapat yang terkesan mengkritisi sebuah negara. Karena
pada umumnya di umur seorang siswa yang berseragam putih abu-abu itu
lebih sering terekesan dilanda asmara.
Dalam pernyataannya Ricky sangat prihatin dengan apa yang
terjadi di Indonesia, sampai ia mengatakan bahwa di Indoneisa yang bisa
dipercaya adalah hanya uang dan kekuasaan. Karena dengan itu baru kita
bisa mengeluarkan pendapat. Menurutnya kekuasaan cenderung
terkorupsi. Kekuasaan yang mutlak, mutlak terkorupsi.
Rasa cinta tanah air Indonesia sudah tumbuh di dalam jiwa seorang
anak SMA, dia sangat menyayangkan dengan apa yang terjadi di
Indonesia, dengan rasa Nasionalismenya itu, Ricky sangat berharap
kebebasan berpendat memang benar-benar terealisasikan di Indonesia
tanpa harus memandang siapa yang punya uang dan siapa yang memiliki
kekuasaan. Karena sebagai bangsa Indonesia, seluruh warga negaranya
memiliki hak yang sama yaitu kebebasan dalam berpendapat.
4. Mencerdaskan Kehidupan Bangsa
a. Makna Denotasi
Perbincangan dimulai oleh Ningrum istri dari Bagas Notolegowo,
kemudian ditanya oleh Bagas Notolegowo. Ia bertanya bahwa setelah
Ricky lulus SMA mau dilanjutkan kemana. Ricky memilih jalannya
sendiri, ia menjawab untuk tidak melanjutkan kuliah seperti yang papah
nya inginkan. Ricky berencana mau pergi ke Papua untuk mengajar
disana bersama teman-temannya.
b. Makna Konotasi dan Mitos
Dalam aktivitas makan malamnya, keluarga Bagas Notolegowo di
kejutkan oleh keputusan anaknya yang tidak mau menuruti keinginan
ayahnya. Ricky memilih jalan hidupnya sendiri. Sang ayah
menginginkan setelah lulus SMA anaknya melanjutkan kuliah. Namun
47
Ricky tidak memiliki keputusan yang sama dengan ayahnya, ia ingin
pergi ke Papua untuk mengajar disana bersama teman-temannya.
Keputusan yang Ricky ambil bisa dikatakan keputusan yang luar
biasa, karena meski hanya lulusan SMA ia mampu berbuat terhadap
tanah airnya, dia memiliki cita-cita yang sangat mulia, yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsa.
Dengan rasa nasionalismenya itu ia ingin sekali putra-putri
Indonesia bisa mendapatkan haknya, yaitu mengenyam pendidikan.
Sampai ia rela setelah lulus SMA nanti pergi ke Indonesia bagian Timur
untuk mengajar anak-anak di Papua sana.
5. Jiwa Patriotisme
a. Makna Denotasi
Akbp Yudiman sangat antusias terhadap kasus yang terjadi, ia
sangat khawatir atas penyebaran pemberitaan yang faktanya belum
terungkap, hingga memerintahkan bawahannya Iptu Astri untuk siap
siaga mengahadapi awak media dan mengawasi kegiatan forensik.
b. Makna Konotasi dan Mitos
Disamping tugasnya sebagai kepolisisan tertanam juga semangat
nasionalisme dalam jiwa anggota kepolisisan tersebut, Akbp Yudiman
sangat serius sekali dalam menangani kasus pembunuhan yang terjadi,
yang sesungguhnya fakta dari pembunuhan tersebut sangat
dipertanyakan. Maka dari itu dia sangat bertanggung jawab sekali. Dia
tidak ingin salah dalam bertindak dan mengambil keputusan. Prioritas
utama yang dilakukan olehnya yaitu mengungkap siapa pelaku
sesungguhnya dan menjaga keamanan negara. Karena jika tidak tertanam
jiwa nasionalisme, maka seorang anggota kepolisian dalam menjalankan
tugasnya tidak akan serius dan tidak mengabdikan diriya pada kedaulatan
negara.
48
6. Jiwa Patriotisme
a. Makna Denotasi
Iptu Astri sangat mencurigakan kasus pembunuhan Ramadhan
Hasyim, namun Akbp Yudiman mengingatkan untuk tetap serius dalam
menangani kasus tersebut, karena menurutnya kasus tersebut sama-sama
tidak diketahui apa motif dan tujuan kasus tersebut. Untuk itu Akbp
Yudiman memerintahkan bawahannya untuk tetap mengawasi semua
informasi yang sudah dan tidak tersebar dan harus dipastikan tidak
mengganggu keamanan negara.
b. Makna Konotasi dan Mitos
Disamping Ajun Komisiaris besar Polisi ada sorang bawahan yang
terus ikut mentaati atasannya yaitu Iptu Astri, karena rasa cintanya
terhadap negeri ini dia tidak ingin keamanan negara terancam, dia sangat
ingin menegakkan kebenaran di atas muka bumi negara Indonesia ini.
Maka dari itu dari kasus yang terjadi Iptu Astri merasa ada kejanggalan
dalam kasus pembunuhan tersebut sehingga langsung menanyakan
kepada atasannya. Sebagai sesorang yang juga memiliki jiwa
nasionalisme seperti atasannya maka dari itu Iptu Astri selalu
melaksanakan tugas yang diperintahkan Akbp Yudiman demi terjaganya
keamanan negara dari ancaman apapun.
7. Menjaga Perdamaian
a. Makna Denotasi
Bagas Notolegowo melarang keras kepada istri dan anaknya agar
menjauhi media, karena baginya hal tersebut sangat berbahaya dan dapat
memberikan efek yang boomerang karena bisa saja ada orang-orang yang
memanfaatkan situasi tersebut dan memamnipulasinya. Karena bagi
media bad news is good news kata Bagas Notolegowo
b. Makna Konotasi dan Mitos
Meski sudah terjebak didalam perangkap orang yang memiliki
rencana busuk, Bagas Notolegowo tetap memberi nasihat kepada istri
dan anaknya agar menjahu media, agar tidak salah memberikan
49
informasi. Dan aktivitas sehari-hari agar berjalan seperti biasanya, jangan
sampai ada yang mencari siapa pelakuya. Karena Bagas Notolego yakin
kasus tersebut akan cepat selesai dan mempercayakan semuanya kepada
kepolisian.
Bagas Notolegowo tidak ingin ada media yang menyebarluaskan
berita yang sifatnaya provokatif, berita yang dikemas secara fakta yang
telah direkam dan dimanipulasi. Untuk itu ia menekankan kepada
anggota keluarganya untuk menjauhi media agar semua itu tidak terjadi.
Itu semua demi kedamaian dan ketentraman warga negara
indonesia agar tidak termakan informasi yang telah di manipulasi.
Sikap tersebut sangat bijaksana dan rasa cintanya terhadap negeri
ini.
8. Mencerdaskan Kehidupan Bangsa
a. Makna Denotasi
Seperti yang dikatakan Ricky kepada ayahnya di durasi awal, stelah
lulus SMA ia akan mengikut temannya pergi mengajar di Papua. Dalam
scane ini Kang Jaja memberikan formulir pendaftaran kepada Ricky
untuk menjadi relawan mengajar di Papua.
b. Makna Konotasi dan Mitos
Ricky tidak sendirian, bersama teman-temannya memiliki niat yang
sangat mulia untuk pergi mengajar ke Papua, terlihat dari gambar
tersebut bahwa Kang jaja disibukkan menyusun beberap buku-buku
untuk persiaan ynag dibutuhkan. Menuntut ilmu memang suatu perbuatan
yang sangat baik karena dapat mencerdaskan diri sendiri agar tidak
mudah dibodohi oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Disisi
lain menuntut ilmu merupakan sebuah perjuangan untuk mengisi
kemerdekaan Indonesia. Dengan menuntut ilmu kita bisa memajukan
negara yang sangat kita cintai ini. Namun setelah kita memiliki apa yang
semstinya kita perbuat. Yaitu mengamalkannya, membagikan ilmu yang
kita miliki kepad orang lain. Agar orang lain mendapatkan haknya yang
sama seperti kita.
50
Itulah bentuk kontribusi kita sebagai anak bangsa untuk mencintai
negeri ini.
9. Menjaga Keamanan Negara
a. Makna Denotasi
Sebagai kepala penyidik kasus Bagas Notolegowo, Akbp Yudiman
merasa bersalah atas insiden yang menimpa Bagas Notolegowo. Ia tidak
mengetahui tiba-tiba ada seseorang yang tidak bertanggung jawab
menyerang dan hendak membunuh Bagas Notolegowo.
b. Makna Konotasi dan Mitos
Akbp Yudiman sangat bertanggung jawab sekali atas insiden
penyerangan di dalam sel. Agar ia tidak kecolongan untuk yang kedua
kalinya, ia menambah pasukan khusus untuk melindungi Bagas
Notolegowo supaya tidak ada insiden berikutnya. Akbp Yudiman dalam
hal ini bukan melindungi seorang narapidana asli, kemungkinan ia mulai
menyadari bahwa Bagas Notolegowo adalah seorang narapidana yang
disetting. Maka dari itu sebagai anggota kepolisian ia tidak ingin ada
orang yang tidak bersalah menjadi seorang narapidana dan terbunuh.
Maka dari itu ia sangat mencintai negeri ini, ia tidak ingin menjadi orang
yang membiarkan kejahatan dibiarkan merajalela sedangkan orang yang
tidak bersalah menjadi korbannya. Sebagai satuan keamanan kepolisian,
ia sangat ingin menegakkan kebenaran, yang benar itu benar dan tidak
membiarkan kejahatan bertebaran, yang salah itu salah.
10. Mengakkan Kebenaran di Indonesia
a. Makna Denotasi
Iptu Astri memperingati Ricky Bagaskoro agar berhati-hati dalam
menulis dan memposting tulisan di dalam sosial media. Itu karena
dikhawatirkan menjadi boomerang bagi dirinya bahkan keluarganya.
Karena insiden yang dialami ayahnya bukan main-main, ini masalah
serius dan sensitif. Namun jawban Ricky Bagaskoro sangat tidak
disangka, ia justru balik bertanya kenapa kantor polisi yang semestinya
menjaga kemanan negara justru kecolongan dan berifikir ada ada pihak
51
yang memanfaatkan kepolisian. Iptu Astri dan Ricky sam-sama tidak
tahu siapa dibalik semua ini, namun ia mengingatkan Ricky bahwa ada
pihak yang ingin merusak citra kepolisian dan menganggap bahwa ini
masalah besar. Namun Ricky Tetap dengan pendiriannya, ia mengatakan
bahwa mau besar atupun kecilnya lawan yang jelas kita berani atau tidak
untuk melawan.
b. Makna Konotasi dan Mitos
Sebagai pihak kepolisian Iptu Astri tetap bertanggung jawab
dengan insiden yang menimpa Bagas Notolegowo. Namun sebagai anak
dari Bagas notolegowo, Ricky merasa tidak terima kalau ayahnya hendak
dibunuh di dalam sel yang semestinya kantor polisi itu tempat yang
paling aman, namun justru nyawanya terancam. Meski Iptu Astri sudah
mengingatkan bahwa musuh Bagas Notolegowo adalah musuh Polisi
juga dan harus hati-hati dalam bertindak dan bersosial media sekalipun,
karena kasus ini sangat sensistif dan lawannya bukan orang biasa bisa
dikatakan lawan besar. Ricky Bagaskoro tetap bersikeras bahwa kita
berni melawan atau tidak.
Disamping kekhawatiran dirinya terhadap ayahnya semangat
nasionalisme dalam diri Ricky semakin membara dan berupaya untuk
ikut mengungkap siapa pelakunya. Ia mnginginkan kebenaran ditegakkan
di Indonesia, karena ia yakin ayahnya dijebak dan tidak bersalah.
11. Mengabdi Kepada Negara
a. Makna Denotasi
Bagas Notolegowo berbicara kepada Ricky Bagaskoro tentang
niatan untuk tetap maju di Pilpres 2014. Sama dengan Ricky yang tetap
kuat niatnya tidak ingin kuliah dan tetap ingin pergi ke Papua unntuk
mengajar. Sambil meyakinkan diri kepada Ricky ia mengatakan bahwa
yang bikin kita nggak mati itu yang bikin kita tambah kuat. Agar tidak
ada perseteruan antara ayah dan anak dikarenakan sang anak yang terlalu
khawatir terhadap ayahnya.
52
Ricky bertanya secara gamblang, kenapa sih, papah dah kayak gini
sambil melihat wajah ayahnya yang memar.
Dengan santai Bagas Notolegowo kemudian mengiaskannya
dengan mengatakan Kenapa kamu ngotot nggak mau kuliah.
b. Makna Konotasi dan Mitos
Mangga jatuh memang tak akan pernah jauh dari pohonnya. Meski
memiliki jalan hidup masing-masing. Seorang ayah dan anak ini memang
memiliki niat yang sangat mulia, sang ayah yang berniat maju sebagai
capres dan ingin megabdi kepada negara dan seorang anak anak yang
tetap berniat tidak ingin kuliah dan ingin langsung mengajar setelah lulus
SMA di Papua.
Jiwa Nasionalisme yang dimiliki kedua tokoh ini membuktikan
bahwa cinta tanah air tidak mesti harus terjun ke medan perang, namun
mengabdikan diri kepada negara pun sudah termasuk kontribusi dalam
mengisi kemerdekaan.
12. Pemahaman Perbedaan Negarawan dan Poitikus
a. Makna Denotasi
Krishna Darojatun sedang memberikan materi seputar seorang
pemimpin yang baik. Ia menjelaskan bahwa tips untuk membedakan
seorang politisi buruk dan baik. Namun Krishna Darojatun
mengistilahkannya dalam dua kata yaitu politisi dan negarawan.
Menurutnya kalau politisi cuma memikirkan Pemilu berikutnya kalau
negarawan dia memikirkan generasi berikutnya.
b. Makna Konotasi dan Mitos
Jika pembahasannya sudah mengenai politik, maka akan erat
kaitannya dengan mencintai negara ataupun mengkhianati negara. Seperti
yang istilah yang dikatakan Krishna Darojatun terdapat perbedaan antara
Politisi dan negarawan. Jika seorang negarawan dia akan memikirkan
generasi berikutnya, yakni memikirkan masa depan anak bangsa dan
memajukan putra putri bangsa golongan tersebutlah yang yanyg akan
menyelamatkan negara ini dari kekacauan lain halnya seorang politisi
53
yang justru hanya memikirkan pemilu berikutnya dari periode ke periode.
Dan kadangkala ada pula oknum yang memanfaatkan jalur politisi untuk
mengkhianati negara yakni dengan perilaku yang terlaknat seperti
korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Hal itulah yang ingin disampaikan oleh Krishna Darojatun dalam
penyampaiannya, ia ingin membuat anak bangsa agar memahami
perbedaan seorang politikus dan negarawan. Perilakunya tersebut
sangatlah mulia, karena ia menyelamatkan putra putri bangsa dari
kebodohan.
13. Mengenal Sejarah
a. Makna Denotasi
Krishna Darojatun menceritakan sejarah Abdul Hamid di
Indonesia, ia menjelaskan bahwa Syarif Abdul Hamid Alkadri atau
Sulthan kedua dari Pontianak merupakan pencetus lambang negara
Republik Indonesia yaitu Garuda Pancasila.
b. Makna Konotasi dan Mitos
Bagi Krishna Darojatun pemahaman tentang sejarah keIndonesiaan
sangatlah perlu ditanamkan dalam jiwa anak muda, dikarenakan anak
muda akan menerima bebean ataupun amanat untuk menentukan masa
depan negara Indonesia ini, jika tidak ditanamkan maka perlahan akan
hilang. Seperti yagn dikatakan Presiden RI pertama yaitu Jas Merah,
jangan sesekali melupakan sejarah. Kalimat tersebut memiliki makna
yang mendalam. Untuk itu sangat tepat sekali jika Krishna Darojatun
memiliki pemikiran seperti itu agar anak muda tidak buta akan hal
sejarah lambang Negara Indonesia ini.
14. Pemahaman mengenai Hukum dan Keadilan
a. Makna Denotasi
Krishna Darojatun setelah menangani beberapa kasus memutuskan
untuk pensiun dini menjadi seorang penggacara dan menjadi dosen
disalah satu Universitas di Indonesia. Namun dengan adanya kasus
pembunuhan yang melibatkan salah satu Capres yakni Bagas
54
Notologowo ia dipaksa kembali untuk menjadi seorang pengacara oleh
anaknya Bagas Notolegowo.
Namun sebelum Krishna Darojatun menuruti keinginan Ricky
Bagaskoro ia ingin melihat sejauh mana pemahaman tentang hukum dan
keadilan, menurutnya jika ia memahami hal itu maka ayahnya berhak
untuk dibela. Kemudian Krishna melakukan sebuah analogi untuk
menentukan keputusan keingininan dari Ricky Bagaskoro.
b. Makna Konotasi dan Mitos
Krishna Darojatun menganalogikan sebuah cerita untuk menguji
pemahaman Ricky Bagaskoro tentang hukum dan keadilan. Namun yang
Ricky jawab bisa menentukan keputusan Krishna Darojatun untuk
membantu ayahnya menjaadi pengacara.
Apa yang dilakukan oleh Krishna Darojatun dan Ricky Bagaskoro
merupakan suatu ide cemerlang yang sangat kreatif untuk mengasah
kemampuan intelek anak muda saat ini yang mulai jarang memahami
hukum dan keadilan di negeri ini. Karena sangat di sayangkan sekali
sebagai kaum intelek namun tak memahami seputar hukum dan keadilan
di negeri ini yang sangat dikhawatirkan lagi ketika ada penerapan hukum
yang tajam ke bawah dan tumpul ke atas kaum intelek merasa acuh-tak
acuh bahkan tidak memperdulika karena tidak tahu.
Jiwa nasionalisme yang dimiliki oleh kedua tokoh tersebut memang
sangat menginspirasi bagi kaum intelek saat ini.
15. Mejaga Keamanan Negara
a. Makna Denotasi
Setelah kasusnya hampir terbongkar Akbp Yudiman dipindah tugas
oleh atasannya ke Makassar agar tidak bisa mengungkap pelaku
sebenarnya. Namun sebelum ia pergi memberikan tugas terakhirnya
kepada Iptu Astri agar turun langsung ke lapangan utuk melindungi
keluarga Bagas Notolegowo dan melacak pelakunya, serta tidak usah
peduli dengan segala macam Intern, tegasnya laporan tidak harus sama
dengan lapangan.
55
b. Makna Konotasi dan Mitos
Sebagai anggota kepolisian ia sangat taat dan patuh kepada
atasannya untuk menuruti karena dipindahkan tugas, namun sebagai
negarawan ia sadar apa yang mesti ia lakukan. Meski ia dijauhkan dari
penanganan kasus Bagas Notolegowo, namun ia sudah menemukan
indikasi dari kejadian yang menimpa Bagas Notolegowo dan hampir bisa
mengungkap kebenarannya. Namun terhalang oleh oindah tugas, ia
sangat yakin kebenaran bisa ditegakkan, dengan sangat yakin ia
melimpahkan tanggung jawabnya kepada bawahannya. Karena ia
percaya bahwa bawahannya bisa mengungkap kebenaran dibalik semua
kesalahan terstruktur yang dianggap benar.
Berkat rasa nasionalisme yang ia miliki ia yakin kebenaran pasti
akan terungkap.
16. Menerapkan Undang-undang
a. Makna Denotasi
Kedua tokoh yang sangat berpengaruh tersebut sedang
membicarakan suatu hal luar biasa, Bagas Notolegowo seorang
Nasionalis yang sangat berambisi ingin melaksanakan undang-undang,
memberantas korupsi dengan tidak merubah sistem dan ideologi tapi
menggunakan sistem dan ideologi yang sudah ada.
b. Makna Konotasi dan Mitos
Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 sudah dasar dan ideologi
final dan tidak dapat dirubah dengan apapun. Namun yang jadi
permasalahkan sudah diterapkan atau belum.
Dengan semangat nasionalisme yang tinggi, Bagas Notologowo
ingin melaksanakan Undang-undang yang sudah ada untuk memperbaiki
bobroknya sistem hukum yang diterapkan oleh oknum-oknum yang tidak
bertangung jawab.
Namun niat dan hajat terhalangi oleh jebakan yang telah dirancang
secara terstruktur sehingga menghalangi Bagas Notolegowo untuk terus
memperjuangkan kebenaran dan keadilan di Indonesia.
56
Dengan bantuan Krishna darojatun ia yakin mampu melakukannya.
Seorang politisi yang maju atas dasar rasa cintanya terhadap negeri
ini, maka dia tidak akan melakukan hal-hal yang justru merugikan
negaranya, justru ia akan mengharumkan bumi pertiwi dan
memprioritaskan negaranya dibanding kepentingan pribadinya.
Tidak ada kata pantang menyerah dan takut ketika hendak
menegakkan kebenaran. Hanya saja ada orang-orang yang merasa
ketakutan dan menghalangi jalan kebaikan tersebut.
Karena menurutnya ia mampu melakukan itu, sehingga
menegaskan Krishna Darojatun untuk mengeluarkannya dari penjara.
17. Menjaga Nama Baik Lembaga Keamanan Negara
a. Makna Denotasi
Bripka Wisnu ketika bertarung melawan orang yang berada di atas
motor, ia yakin bahwa orang tersebut adalah Satria, orang yang sama
yang mencoba membunuh Bagas Notolegowo di dalam sel. Kemudian ia
berbicara kepada Iptu Astri dan meyakinkannya.
Iptu Astri sangat menyayangkan sekali kejadian tersebut, sampai ia
berkata siapapun dia yang pasti dia sudah memberburuk citra Kepolisian
dan dia harus dikejar.
b. Makna Konotasi dan Mitos
Setelah mengetahui pelaku penyerangan Bagas Notolegowo di
dalam sel. Iptu Astri merasa bahwa Lembaga Aparat keamanan Negara
Kepolisian merasa diperburuk citra dan nama baiknya. Itu disebabkan
Bagas Notolegowo diserang oleh Satria yang menyamar sebagai anggota
Polisi dengan menggunakan seragam Polisi.
Setelah mendapat jawaban dari Bripka Wisnu, Iptu Astri dengan
rasa penuh tanggung jawabnya terhadap tugas negara dan rasa cintanya
terhadap negeri ini, ia tidak ingin Lembaga Kepolisian namanya
tercoreng. Ia akan terus mengejar pelaku tersebut.
18. Berani menegakkan Kebenaran
a. Makna Denotasi
57
Ricky Bagaskoro sangat berani untuk menelusururi TKP
pembunuhan Ramadhan Hasyim, karena ia merasa yakin bahwa ia akan
menemukan suatu barang bukti yang bisa menyelamatkan ayahnya.
Setelah apa yang dilakukannya ternyata ia benar, ia menemukan apa yang
ia fikirkan. Setelah menemukan itu, dengan tergesa-gesa ia mendatangi
rumah Krishna Darojatun untuk memberitahu segala sesuatunya.
Mendapati barang bukti tersebut, ia tahu bahwa yang menjadi
pelaku pembunuhan misterius itu ialah Satria Panutan, dan dalang dari
semua ini ialah terindikasi Faisal Abdul Hamid, namun Krihna Darojatun
meragukan, karena Faisal Abdul Hamid tentunya tidak sendirian, pasti
ada lagi orang yang mengaturnya.
b. Makna Konotasi dan Mitos
Sikap Ricky yang sangat berani untuk mencari barang bukti dan
mengungkap siapa pelakunya demi tegaknya kebearan dan keadilan di
negeri ini merupakan bukti sikap nasionalisme yang memang benar-
benar tertanam di dalam jiwanya. Dan di tokoh lain Krishna Darojatun
setelah mendapati barang bukti dan menebak pelaku dan dalangnya ia
mulai merasa bingung dan penasaran atas apa yang terjadi di negeri ini
karena ia selalu mencatat semua peristiwa yang terjadi di negeri ini aksi
mahasiswa, demonstrasi buruh, pembangkangan, sampai ke pembunuhan
misterius yang tidak pernah diketahui siapa pembunuhnya.
Menurutnya negeri ini memiliki kemampuan pendek untuk
mengingat seluruh peristiwa. Semua peristiwa yang terjadi Selalu
dilupakan atau dibuat lupa ia yakin pasti ada orang-orang yang
menungganginya dibalik semua peristiwa itu.
Sikap cintanya terhadap tanah air ini ia mulai merasa ada yang
tidak beres di dalam negeri ini, sebagai dosen hukun dan pengacara
Bagas Notolegowo ia mulai merasa negeri ini sudah mulai tidak beres
maka dari itu ia ingin menyelamatkan negeri ini.
58
19. Peduli terhadap Kondisi Negara
a. Makna Denotasi
Faisal Abdul Hamid berbicara kepada Bagas Notolegowo ia
mengatakan bahwa negara ini kan sedang carut marut demo di mana-
mana, harga semuanya pada naik, para pemimpin sibuk dengan partai
nya masing-masing kasian rakyat mau dibawa kemana rakyat ini.
b. Makna Konotasi dan Mitos
Apa yang dikatakan Faisal Abdul Hamid merupakan suatu kalimat
yang membuktikan cinta terhadap negeri ini. Kalimat yang memiliki rasa
peduli, memperhatikan keadaan yang terjadi di negeri ini. Apa yang
dikatakannya sebagai bukti bahwa negeri ini perlu ada seorang pemimpin
yang bisa membenahi itu semua. Agar rakyat bisa hidup sejahtera.
20. Mengedepankan kebutuhan Bangsa
a. Makna Denotasi
Bagas Notolegowo mulai mencurigai gerak-gerik Faisal Abdul
Hamid, ia mengatakan bahwa Faisal Abdul Hamid selalu bicara tentang
rakyat kepentingan rakyat, rakyat, rakyat. Sesungguhnya semua ini untuk
kepentingan pribadi.
Bagas Notolegowo menganggapnya sebaagai benalu negara
seharusnya sudah digantung.
Kemudian Bagas Notolegowo berpesan kepada Faisal Abdul
Hamid baik itu kepentingan Faisal Abdul Hamid atau orang-orang di
belakang nya, Bagas Notolegowo mengatakan bahwa dirinya harus
berpihak kepada bangsa ini, rakyat.
b. Makna Konotasi dan Mitos
Bagas Notolegowo sudah mengetahui rencana busuk yang
dilakukan oleh Faisal abdul Hamid beserta orang-orang di belakanya.
Bagas Notolegowo menganggap bawa Faisal Abdul Hamid hanya
memanfaatkan topeng sebagai pecinta rakyat. Namun dibalik topeng
rakyat itu justru terselubung rencana busuk dengan tujuan tertentu.
59
Dengan rasa cintanya terhadap negeri ini, Bagas Notolegowo
membentak Faisal Abdul Hamid kalau dirinya hanya memanfaatkan
identitas rakyat untuk melancarkan rencana busuknya.
Dengan kondisi Bagas Notolegowo yang tidak dapat berbuat
banyak terhadap negeri ini karena dikurung dalam sel, ia pun hanya bisa
berharap Faisal Abdul Hamid dapat berubah, sehingga ia menaruh
harapan dengan memberinya nasihat ia mengataan bahwa baik itu
kepentingan Faisal Abdul Hamid atau orang-orang di belakang nya,
Bagas Notolegowo mengatakan bahwa dirinya harus berpihak kepada
bangsa ini, rakyat.
21. Berani Menegakkan Kebenaran
a. Makna Denotasi
Setelah menemui barang bukti rencana busuk Faisal Abdul Hamid,
Ricky Bagaskoro sangat yakin bahwa ia bisa membebaskan ayahnya dan
menjebloskan Faisal Abdul hamid ke dalam penjara.
Dengan nada yang sangat tinggi serta membentak Faisal Abdul
Hamid dengan kalimat saya punya yang anda mau tapi anda tidak akan
mendapatkan apapun, jauhi ayah saya, sekarang anda bisa pulang kasih
tahu seluruh keluarga anda, kasih tahu partai anda kasih tahu seluruh
pendukung anda bahwa anda sudah siap menghabiskan sisa hidup anda di
penjara.
b. Makna Konotasi dan Mitos
Disamping rasa sayang kepada ayahnya, Ricky Bagaskoro
memiliki tekad yang kuat yakni seorang yang sangat berani dalam hal
bertindak. Dengan semangatnya ingin menegakkan kebenaran dan
keadilan di negeri ini ia sampai lupa bahkan gegabah dalam bertindak. Ia
mengambil barang bukti dari tangan pembunuh bayaran kemudian ia
mengancam Faisal Abdul Hamid.
Semangat dan jiwa pemberaninya demi menegakkan kebenaran
yang di negeri ini sangat luar biasa, tapi disamping itu harus ada hal-hal
60
yang perlu diperhatikan agar tidak menjadi boomerang yang justru
menjadi salah langkah dan merugikan diri sendiri.
22. Menjaga Nasib Masa Depan Anak Bangsa
a. Makna Denotasi
Krishna Darojatun sangat menyayangkan apa yang sudah dilakukan
oleh Ricky Bagaskoro, tidak berfikir sebelum bertindak. Apa yang telah
dilakukannya justru mengancam nyawa dirinya bahkan orang-orang
terdekanya.
Sampai ia berkata lawan mereka itu bukan preman kampung
Seharusnya Ricky Bagaskoro tidak berbicara seperti itu, menurut Krishna
Darojatun buat politikus Tuhan mereka cuman satu kekuasaan dan
mereka akan melakukan apapun supaya jalannya lancar.
b. Makna Konotasi dan Mitos
Krishna Darojatun memberikan nasihat kepada Ricky Bagaskoro
agar berhati-hati dalam menghadapi politisi.
Menurutnya Politisi hanyalah seseorang yang bertujuan hanya
untuk mencapai kekuasaan. Prilaku Ricky Bagaskoro memang bagus,
untuk mengehntikan politisi yang dimaksud. Namun yang Krsihna
Darojatun harapkan cara ynag dilakukan harus berdasarkan hukum dan
UU yang berlaku di Indonesia.
Nasihat seperti itu, bentuk pengetahuan yang harus dimiliki
generasi muda yang bertekad melakukan penyelamatan negeri ini agar
anak muda tidak salah dalam bertindak dalam menyelamatkan negeri ini
dari para politisi-politisi kotor.
23. Penegakkan Hukum
a. Makna Denotaasi
Jaksa penuntut sangat meragukan atas hasil foto forensik, dimana
kematian Krishna Darojatun sesungguhnya adalah mati karena ditembak
oleh seseorang, namun hasil foto forensiknya dimanipulasi dan dijadikan
sebagai bukti kuat bahwa kematian Krishna Darojatun disebabkan oleh
kecelakaan maut.
61
Namun penasihat hukum meggunakan barang bukti foto forensik
untuk membuktikan bahwa kematian Krishna Darojatun benar memang
kecelakaan. Memang Jaksa penuntut tidak menerima bahwa Krishna
Darojatun mati karena kecelakaan dan mati karena ditembak, namun
tidak ada barang bukti untuk memperkuat argumen itu.
Sampai-sampai penasihat hukum berkata anda jangan ngomong
sembarangan ya anda sudah disumpah sebagai penegak hukum.
b. Makna Konotasi dan Mitos
Jaksa penuuntut merasa ada yang janggal dengan barang bukti yang
ditunjukkan oleh penasihat hukum, namun karena tidak memiliki bukti
yang kuat ia kalah dalam adu argumen. Penasihat hukum berkata Anda
jangan ngomong sembarangan ya anda sudah disumpah sebagai penegak
hukum.
Sebenarnya kalimat itu sangatlah benar adanya, penegak hukum
semestinya bekerja untuk mengadili siapa benar dan siapa salah, hukum
harus ditegakkan di negeri ini secara transparan. Itulah bentuk
nasioanlisme.
Namun apa yang dikatakan penasihat hukum hanya untuk
melakukan pembelaan atas kejahatan yang terselubung.
Yang benar menjadi salah dan yang salah menjadi benar. Kejahatan
yang terstruktur memang sangat sulit untuk terbantahkan.
24. Mahasiswa Agen of Change
a. Makna Denotasi
Puluhan mahasiswa menggelar aksi atas keputusan yang yang
ditetapkan oleh majelis hakim dan informasi yang telah beredar di media
bahwa kematian Krishna Darojatun disebabkan oleh kecelakan. Yang
menurutnya fakta dari kematian tersebut ialah pembunuhan.
b. Makna Konotasi dan Mitos
Perguruan tinggi merupakan salah satu pilar penegak masyarakat
madani, untuk itu mahasiswa memiliki hak untuk bergerak dan
62
mengkritisi kebijakan pemerintah. Dan dalam pelaksanaannya harus
sesuai jalur yang benar.
Dalam kasus kematian Krishna Darojatun mahasiswa tidak terima
dengan keputusan hakim dan informasi yang beredar di media, bahwa
kematiannya ialah disebabkan oleh kecelakaan. Untuk itu mahasiswa
menggelar aksi dengan menyatakan bahwa kematian Krishna Darojatun
adalah sebuah rekayasa sebuah manipulasi mengkritisi pemerintah bahwa
penegakan hukum di negeri ini sudah bobrok.
Sikap yang dilakukan oleh puluhan mahasiswa tersebut sebagai
bukti rasa cinta mereka terhadap negeri ini, tidak terima atas perlakuan
penegak hukum yang ada di negeri ini.
25. Menyusun Strategi Menegakkan Kebenaran
a. Makna Denotasi
Ricky Bagaskoro dan Laras sudah mengetahui siapa pelaku dan
dalang dari setiap peristiwa, namun tinggal mencari cara untuk
mengungkapkan pelakunya ke hadapan publik. Untuk itu Ricky
Bagaskoro memiliki rencana untuk bisa tampil di televisi agar terlihat
oleh semua orang dan ia mulai menyusun rencana bersama Laras dan
memulainya dari sosial media yang mereka tahu, kemudian membuat
trending topik selama berhari-hari sampai semua orang membicarakan
mereka, semua sosial media membicarakan mereka Twitter Facebook
semuanya selama itu provokatif pasti masyarakat akan suka. Dengan
membangun opini publik itulah rencana mereka.
b. Makna Konotasi dan Mitos
Setelah kematian Krishna Darojatun, langkah Bagas Notolegowo
terhenti dan tidak dapat berbuat apa-apa. Namun ia memiliki anak yang
cerdas dan pemberani serta mewarisi sifatnya yang cinta terhadap negeri
ini.
Dengan kemampuan yang dimiliki Ricky Bagaskoro meski hanya
sebatas sosial media, ia mencoba untuk mampu mengungkap kebenaran
63
dan menyelamatkan negara ini dari kekacauan yang telah dibuat oleh
orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
26. Mempercayakan Kebenaran kepada putra bangsa
a. Makna Denotasi
Dalam sidangnya yang kedua Bagas Notolegowo telah kehilangan
penasihat hukumnya, dikarenakan telah terbunuh oleh pembunuh yang
sama dengan Ramadhan Hasyim.
Untuk itu di sidang keduanya ini ia pasrah dan menyampaikan
pledoi, ia mengatakan bahwa dirinya kalah tapi tidak bersalah ia
mengaku tidak melakukan apapun yang dituduhkan kepadanya
menurutnya apakah kita berani berdiri di samping kebenaran itu apakah
kita berani menjunjung tinggi keadilan ia percaya anak-anak Nusantara
mampu membedakan mana yang batil mana yang benar ia yakin kita
mampu.
b. Makna Konotasi dan Mitos
Kalimat yang keluar di lisan
Bagas Notolegowo memang benar apa adanya yang terfikirkan di
benak dan tersimpan dari lubuk hatinya.
Ia tak mampu berbuat banyak lagi, hanya berserah diri dan pasrah
atas apa yang telah menimpanya saat ini.
Ia mempercayakan semuanya kepada putra putri nusantara, ia
menyerahkan masa depan negara kepada generasi selanjutnya.
Ia sangat mencintai negeri ini, ia ingin menyelamatkannya dari
kekacauan yang terjadi, namun situasi dan kondisional yang membuatnya
tak mampu berbuat banyak.
27. Mementingkan Kebutuhan Rakyat
a. Makna Denotasi
Dalam Dialog Khusus tersebut Presenter memulai acara dengan
mempertanyakan setiap kandidat untuk menyetujui terselenggaranya
acara tersebut.
64
Faisal Abdul Hamid mengatakan hanya ikut saja, kemudian
Syamsul Triadi mengatakan bahwa konsepnya menarik Insya Allah
Barokah buat anak-anak muda, dan yang terakhir Ricky mengatakan
bahwa dia bukan wakil dari kandidat Bagas Notolegowo, melainkan
rakyat.
b. Makna Konotasi dan Mitos
Setelah menjalankan strateginya akhirnya sampai juga di puncak
yang diharapkan, Ricky Bagaskoro bisa sampai dihadapan publik dan
bisa tampil di televisi, dalam kata pembukanya ia tidak mengatakan
bahwa dirinya perwakilan dari kandidat Bagas Notolegowo yang
semestinya yang berada disitu ialah ayahnya, namun dengan tegas ia
mengatkan bahwa dirinya wakil dari rakyat.
Ia sangat peduli terhadap rakyat Indonesia, sehingga mengatakan
bahwa dirinya perwakilan mereka.
Ia sangat mencintai negeri ini, ia ingin menegakkan kebenaran
dengan tidak membawa identitas pribadi yang terkesan untuk
memuaskan kepentingan pribadi, namun ia sangat bijaksana dengan
memakai identitas rakyat.
28. Penanaman Moral terhadap Anak Bangsa
a. Makna Denotasi
Syamsul Triadi mengatakan bahwa Indonesia memerlukan
pedoaman moral dan agama karena seringkali terjadi bahkan di negara
maju sekalipun sarjana sarjana menjadi penjahat bahkan yang lebih parah
lagi penjahat berdasi maling pun berpangkat kan kebangetan itu jadi
pendalaman moral dan agama menjadi sangat penting
b. Makna Konotasi dan Mitos
Bagi Syamsul Triadi bentuk penyelamat negeri ini ialah dengan
lebih mendalami pemahaman tentang moral dan agama, karena
menurutnya moral dan agama sangat penting untuk menyelamatkan
negara ini dari para penjahat berdasi dan maling berpangkat. Dalam
artian ketika sesorang telah memahami moral dan agama InsyaAllah
65
perbuatan tersebut tidak akan pernah terjadi dan Indonesia akan semakin
aman, damai, dan sejahtera tanpa adanya penjahat berdasi dan maling
berpangkat yang dimaksud ialah koruptor.
Perbuatan tersebutlah yang perlu ditingkatkan sebagai bentuk rasa
cinta terhadap negeri ini.
29. Mementingkan Kesejahteraan Rakyat
a. Makna Denotasi
Faisal Abdul hamid mengatakan bahwa Indonesia memerlukan
kesejahteraan rakyat. Kesejahteraan yang dimaksud ialah rakyat tidak
boleh lapar dan rakyat harus berhenti memikirkan makan apa besok kalau
pikiran-pikiran seperti itu sudah tidak ada lagi pasti akan timbul pikiran-
pikiran baru ngerjain apa besok berkarya apa besok supaya bisa bergerak
dan berkembang
b. Makna Konotasi dan Mitos
Bagi Faisal Abdul Hamid yang perlu ditingkatkan Indonesia ialah
kesejahteraan, Faisal Abdul Hamid menginginkan rakyat Indonesia bisa
berkarya dan berkembang tanpa harus memikirkan makan apa besok. Ia
ingin rakyat Indoesia bisa maju.
Bentuk cintanya terhadap negeri ini ialah dengan mensejahterakan
sumber daya manusianya agar bisa berkembang dan berkarya serta
negara Indonesia pun bisa maju.
30. Penegakkan Keadilan
a. Makna Denotasi
Ricky Bagaskoro mengatakan bahwa Indonesia kurang berani,
maksudnya ialah keberanian itu bukan cuma berani untuk menyatakan
pendapat tapi juga berani bertindak saya lihat dunia ini sederhana yang
kuat yang menang di saat kita merasa ada kekuatan diatas kita yang
menekan kita tidak lagi berani untuk berpendapat apalagi bertindak dan
di saat kita melihat ketidakadilan dipraktekkan oleh orang-orang yang
berkuasa kita hanya terdiam
66
b. Makna Konotasi dan Mitos
Bagi Ricky Bagaskoro ia ingin keadilan ditegakkan di Indonesia. Ia
tidak ingin ada orang-orang penguasa memberi tekanan kepada orang-
orang kecil dalam artian rakyat. Dan dia berharap agar rakyat berani
untuk melakukan sesuatu. Yang dimaksud ialah tidak hanya berani
mengeluarkan pendapat, namun berani untuk bertindak.
Ia sangat peduli dan cinta terhadap negeri ini, sampai ia harus
mengkritisi ketidak adilan yang terjadi di negeri ini.
Ia menginginkan para penguasa di negeri ini tidak memberlakukan
seperti hukum rimba, yaitu yang kuat yang menang. Namun itu terjadi,
maka orang-orang kecil harus berani untuk melawan.
Maka dari itu dengan memilki rasa cinta terhadap negeri ini,
keadilan akan ditegakkan tanpa memandang siapa penguasa dan siapa
orang kecil.
31. Presiden yang Cintta Pada Rakyatnya
a. Makna Denotasi
Jusuf Syahrir yang sedang menjabat sebagai Presiden
memperingati Faisal Abdul Hamid pada saat ia mengunjunginya di Istana
dengan tujuan agar Presiden dapat mempengaruhi pemilu.
Namun dengan gamblang Presiden mengatakan bahwa kalau Faisal
Abdul Hmid masih mengira bahwa seorang presiden bisa mempengaruhi
pemilu ia Salah alamat kalau ia ingin maju jadi presiden is harus jujur
dan tegas
b. Makna Konotasi dan Mitos
Sebagai orang nomer 1 di Indonesia, pada akhirnya Jusuf Syahrir
angkat bicara soal pemilu yang mulai dikotori oleh Faisal Abdul Hamid.
Namun ia hanya memperingatinya bahwa kalau ia ingin maju jadi
presiden is harus jujur dan tegas.
Karena sebuah negara bisa maju atau hancur, tergantung
pemimpinnya, maka dari itu Presiden mengatkan demikian agar negara
67
Indonesia menjadi negara yang bersih dan maju, karena seorang
pemimpin yang jujur dan tegas.
Ia mengatakan demikian karena ia sebagai seorang presiden dan
sangat mencintai negarnya.Sudah mengetahui apa yang perlu dilakukan.
32. Lagu Nasional
a. Makna Denotasi
Sidang menyatakan bahwa Bagas Notolegowo terbukti tidak
bersalah.
Masyarakat sangat antusias baik yang menonton persidangan
secara langsung maupun melalui televisi, sangat bahagia atas putusan
hakim bebasnya Bagas Notolegowo.
b. Makna Konotasi dan Mitos
Musik yang diputar dalam adegan suasana yang sangat berbahagia
itu ialah lagu Indonesia Pusaka Karya Ismail Marzuki.
Lagu tersebut mengisahkan betapa jayanya Indonesia, dengan
bebasnya Bagas Notolegowo rakyat sangat berbahagia, rakyat menaruh
harapan besar kepadanya untuk masa depan Indonesia, untuk rakyat serta
putra-putri bangsa kedepannya.
Lagu tersebut merupakan salah satu lagu Nasional yang memiliki
makna yang sangat mendalam.
Sehingga menggugah rasa semangat nasionalisme kita.
33. Membangkitkan Jiwa-jiwa Nasionalisme
a. Makna Denotasi
Bagas Notolegowo menyampaikan Pidato kebangsaan dihadapan
masyarakat Indonesia.
Pidato yang berisi semangat nasionalisme. Yang mana pemimpin
terdahulu memeperjuangkan satu kemenangan yaitu kemerdekaan.
Dan ia berharap seluruh masyarakat Indonesia berfikir bahwa
pemimpin saat ini tetap memiliki itu, kemerdekaan dalam hal apapun.
Ia berkata bahwa pemerintah adalah pelayan sedangkan rakyat
adalah raja.
68
b. Makna Konotasi dan Mitos
Dalam pidatonya yang tegas Bagas Notolegowo membangkitkan
semangat Nasionalisme kepada rakyatnya, ia berharap masyarakat
Indonesia memiliki pemimpin yang sama seperti pemimpin-pemimpin
sebelumnya yang selalu memperjuangkan kemerdekaan rakyatnya.
Pemimpin yang selalu melayani rakyatnya, pemimpin yang
mencintai rakyat dan negaranya.
Jiwa nasionalisme tertanam dilubuk hati Bagas Notolegowo serta
ditanamkan juga kepada masyarakat Indonesia melalui pidato
kebangsaannya.
B. Nilai-nilai Nasionalisme yang Terkandung dalam Film 2014, Siapa di
Atas Presiden?
Dictionary of sosciology and Related sciences mengemukakan, definisi nilai
adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk memuaskan
manusia, sifat dari suatu benda yang menyebabkan menarik minat seseorang atau
kelompok. Pada dasarnya nilai merupakan sifat atau kualitas yang melekat pada
sesuatu obyek, bukan obyek itu sendiri. Sesuatu yang mengandung nilai berarti
ada sifat atau kualitas yang melekat pada sesuatu tersebut. Dengan demikian, nilai
itu sebenarnya adalah suatu kenyataan yang tersembunyi di balik kenyataan-
kenyataan lainnya. Adanya nilai karena adanya kenyataan-kenyataan lain sebagai
pembawa nilai (wastranger).55
Senada dengan pendapat diatas, Milton Receach dan James Bank
mengemukakan bahwa definisi nilai adalah suatu tipe kepercayaan yang berada
dalam ruang lingkup sistem kepercayaan, dimana seseorang harus bertindak atau
menghindari suatu tindakan mengenai sesuatu yang pantas atau sesuatu yang tidak
pantas dikerjakan, dimiliki dan dipercayai. Pandangan ini juga berarti nilai
merupakan sifat yang melekat pada sesuatu yang telah berhubungan dengan
subyek (manusia pemberi nilai). Sementara itu, definisi nilai menurut Frankel
adalah standar tingkah laku, keindahan, keadilan, kebenaran, dan efisiensi yang
55
Lihin, “Definisi Nilai Menurut Pakar”, diakses melalui alamat
https://www.referensimakalah.com/2012/11/definisi-nilai-menurut-pakar.html, tanggal24 Juni
2019.
69
mengikat manusia dan sepatutnya dijalankan serta dipertahankan. Pengertian ini
menunjukkan bahwa hubungan antar subyek dengan obyek memiliki arti yang
penting dalam kehidupan subyek.56
Yvon Ambriose mengaitkan nilai dengan kebudayaan dan menganggap nilai
merupakan inti dari kebudayaan tersebut. Nilai merupakan realitas abstrak,
dirasakan dalam pribadi masing-massing sebagai prinsip dan pedoman dalam
hidup. Nilai merupakan suatu daya dorong dalam kehidupan seseorang baik
pribadi maupun kelompok. Oleh karena itu nilai berperan penting dalam proses
perubahan sosial. Sedangkan Sidi Gazalba mengartikan nilai dengan sesuatu yang
bersifat abstrak dan ideal. Nilai bukan benda kongkrit, bukan fakta, tidak hanya
soal penghayatan yang dikehendaki dan tidak dikehendaki, disenangi dan tidak
disenangi. Nilai itu terletak antara hubungan subyek penilai dengan obyek.
Berdasarkan beberapa definisi nilai, terdapat suatu konvergensi bahwa nilai
merupakan esensi yang melekat pada sesuatu yang sangat berarti bagi kehidupan
manusia, esensi itu merupakan rujukan dan keyakinan dalam menentukan
pilihan.57
Kepribadian nasional atau jatidiri nasional adalah jatidiri yang dimiliki oleh
suatu bangsa. Kepribadian atau jatidiri bangsa Indonesia akan berbeda dengan
kepribadian atau jatidiri bangsa Australia, bangsa Amerika dan lain-lain.
Kepribadian atau jatidiri nasional itu kita adopsi dari nilai-nilai budaya dan nilai-
nilai agama yang kita yakini kebenarannya. Jika ada orang mengatakan bahwa
bangsa Indonesia adalah bangsa yang beradab, bangsa yang berbudaya, bangsa
yang beretika, maka itulah yang kita katakan kepribadian atau jatidiri nasional
bangsa Indonesia.58
Berdasarkan kerangka teori yang ada maka nilai-nilai Nasionalisme yang
terkandung dalam film 2014, Siapa di Atas Presiden dapat himpun menjadi empat
bentuk:
56
Ibid,. 57
Ibid,. 58
A. Ubaidillah et. al., Pendidikan Kewargaan (Civic Education) Demokrasi, Ham &
Masyarakat Madani (Jakarta: IAIN Jakarta Pers, 2000), 9.
70
1. Pola perilaku
Pertama, Ricky Bagaskoro yang merupakan siswa Sekolah Menengah
Atas. Diumurnya yang segitu, sangat jarang sekali seorang siswa yang berani
menyatakan pendapat yang terkesan mengkritisi sebuah negara. Karena pada
umumnya di umur seorang siswa yang berseragam putih abu-abu itu lebih
sering terekesan dilanda asmara. Dalam pernyataannya Ricky sangat prihatin
dengan apa yang terjadi di Indonesia, sampai ia mengatakan bahwa di
Indoneisa yang bisa dipercaya adalah hanya uang dan kekuasaan. Karena
dengan itu baru kita bisa mengeluarkan pendapat. Menurutnya kekuasaan
cenderung terkorupsi. Kekuasaan yang mutlak, mutlak terkorupsi. Rasa cinta
tanah air Indonesia sudah tumbuh di dalam jiwa seorang anak SMA, dia
sangat menyayangkan dengan apa yang terjadi di Indonesia, dengan rasa
Nasionalismenya itu, Ricky sangat berharap kebebasan berpendat memang
benar-benar terealisasikan di Indonesia tanpa harus memandang siapa yang
punya uang dan siapa yang memiliki kekuasaan. Karena sebagai bangsa
Indonesia, seluruh warga negaranya memiliki hak yang sama yaitu kebebasan
dalam berpendapat.
Kedua, Bagas Notolegowo sudah mengetahui rencana busuk yang
dilakukan oleh Faisal abdul Hamid beserta orang-orang di belakanya. Bagas
Notolegowo menganggap bawa Faisal Abdul Hamid hanya memanfaatkan
topeng sebagai pecinta rakyat. Namun dibalik topeng rakyat itu justru
terselubung rencana busuk dengan tujuan tertentu. Dengan rasa cintanya
terhadap negeri ini, Bagas Notolegowo membentak Faisal Abdul Hamid
kalau dirinya hanya memanfaatkan identitas rakyat untuk melancarkan
rencana busuknya.
Ketiga, Dengan kondisi Bagas Notolegowo yang tidak dapat berbuat
banyak terhadap negeri ini karena dikurung dalam sel, ia pun hanya bisa
berharap Faisal Abdul Hamid dapat berubah, sehingga ia menaruh harapan
dengan memberinya nasihat ia mengataan bahwa baik itu kepentingan Faisal
Abdul Hamid atau orang-orang di belakang nya, Bagas Notolegowo
mengatakan bahwa dirinya harus berpihak kepada bangsa ini, rakyat.
71
Keempat, Perguruan tinggi merupakan salah satu pilar penegak
masyarakat madani, untuk itu mahasiswa memiliki hak untuk bergerak dan
mengkritisi kebijakan pemerintah. Dan dalam pelaksanaannya harus sesuai
jalur yang benar. Dalam kasus kematian Krishna Darojatun mahasiswa tidak
terima dengan keputusan hakim dan informasi yang beredar di media, bahwa
kematiannya ialah disebabkan oleh kecelakaan. Untuk itu mahasiswa
menggelar aksi dengan menyatakan bahwa kematian Krishna Darojatun
adalah sebuah rekayasa sebuah manipulasi mengkritisi pemerintah bahwa
penegakan hukum di negeri ini sudah bobrok.
Kelima, Sikap aksi yang dilakukan oleh puluhan mahasiswa tersebut
sebagai bukti rasa cinta mereka terhadap negeri ini, tidak terima atas
perlakuan penegak hukum yang tidak adil dan transparan yang ada di negeri
ini.
Keenam, Kalimat yang keluar di lisan Bagas Notolegowo memang
benar apa adanya yang terfikirkan di benak dan tersimpan dari lubuk hatinya.
Ia tak mampu berbuat banyak lagi, hanya berserah diri dan pasrah atas apa
yang telah menimpanya saat ini. Ia mempercayakan semuanya kepada putra
putri nusantara, ia menyerahkan masa depan negara kepada generasi
selanjutnya. Ia sangat mencintai negeri ini, ia ingin menyelamatkannya dari
kekacauan yang terjadi, namun situasi dan kondisional yang membuatnya tak
mampu berbuat banyak.
Ketujuh, Bagi Syamsul Triadi bentuk penyelamat negeri ini ialah
dengan lebih mendalami pemahaman tentang moral dan agama, karena
menurutnya moral dan agama sangat penting untuk menyelamatkan negara ini
dari para penjahat berdasi dan maling berpangkat. Dalam artian ketika
sesorang telah memahami moral dan agama InsyaAllah perbuatan tersebut
tidak akan pernah terjadi dan Indonesia akan semakin aman, damai, dan
sejahtera tanpa adanya penjahat berdasi dan maling berpangkat yang
dimaksud ialah koruptor. Perbuatan tersebutlah yang perlu ditingkatkan
sebagai bentuk rasa cinta terhadap negeri ini.
72
Kedelapan, Bagi Ricky Bagaskoro ia ingin keadilan ditegakkan di
Indonesia. Ia tidak ingin ada orang-orang penguasa memberi tekanan kepada
orang-orang kecil dalam artian rakyat. Dan dia berharap agar rakyat berani
untuk melakukan sesuatu. Yang dimaksud ialah tidak hanya berani
mengeluarkan pendapat, namun berani untuk bertindak. Ia sangat peduli dan
cinta terhadap negeri ini, sampai ia harus mengkritisi ketidak adilan yang
terjadi di negeri ini. Ia menginginkan para penguasa di negeri ini tidak
memberlakukan seperti hukum rimba, yaitu yang kuat yang menang. Namun
itu terjadi, maka orang-orang kecil harus berani untuk melawan. Maka dari itu
dengan memilki rasa cinta terhadap negeri ini, keadilan akan ditegakkan
tanpa memandang siapa penguasa dan siapa orang kecil.
Kesembilan, Dalam pidatonya yang tegas Bagas Notolegowo
membangkitkan semangat Nasionalisme kepada rakyatnya, ia berharap
masyarakat Indonesia memiliki pemimpin yang sama seperti pemimpin-
pemimpin sebelumnya yang selalu memperjuangkan kemerdekaan rakyatnya.
Pemimpin yang selalu melayani rakyatnya, pemimpin yang mencintai rakyat
dan negaranya. Jiwa nasionalisme tertanam dilubuk hati Bagas Notolegowo
serta ditanamkan juga kepada masyarakat Indonesia melalui pidato
kebangsaannya.
2. Lambang-lambang
Pertama, Bagi Krishna Darojatun pemahaman tentang sejarah
keIndonesiaan sangatlah perlu ditanamkan dalam jiwa anak muda,
dikarenakan anak muda akan menerima bebean ataupun amanat untuk
menentukan masa depan negara Indonesia ini, jika tidak ditanamkan maka
perlahan akan hilang. Seperti yagn dikatakan Presiden RI pertama yaitu Jas
Merah, jangan sesekali melupakan sejarah. Kalimat tersebut memiliki makna
yang mendalam. Untuk itu sangat tepat sekali jika Krishna Darojatun
memiliki pemikiran seperti itu agar anak muda tidak buta akan hal sejarah
lambang Negara Indonesia ini.
Kedua, Musik yang diputar dalam adegan suasana yang sangat
berbahagia itu ialah lagu Indonesia Pusaka Karya Ismail Marzuki. Lagu
73
tersebut mengisahkan betapa jayanya Indonesia, dengan bebasnya Bagas
Notolegowo rakyat sangat berbahagia, rakyat menaruh harapan besar
kepadanya untuk masa depan Indonesia, untuk rakyat serta putra-putri bangsa
kedepannya. Lagu tersebut merupakan salah satu lagu Nasional yang
memiliki makna yang sangat mendalam. Sehingga menggugah rasa semangat
nasionalisme kita.
Ketiga, Sebagai orang nomer 1 di Indonesia, pada akhirnya Jusuf
Syahrir angkat bicara soal pemilu yang mulai dikotori oleh Faisal Abdul
Hamid. Namun ia hanya memperingatinya bahwa kalau ia ingin maju jadi
presiden is harus jujur dan tegas. Karena sebuah negara bisa maju atau
hancur, tergantung pemimpinnya, maka dari itu Presiden mengatkan
demikian agar negara Indonesia menjadi negara yang bersih dan maju, karena
seorang pemimpin yang jujur dan tegas. Ia mengatakan demikian karena ia
sebagai seorang presiden dan sangat mencintai negarnya. Sudah mengetahui
apa yang perlu dilakukan.
3. Alat-alat perlengkapan
Pertama, Jaksa penuuntut merasa ada yang janggal dengan barang
bukti yang ditunjukkan oleh penasihat hukum, namun karena tidak memiliki
bukti yang kuat ia kalah dalam adu argumen. Penasihat hukum berkata Anda
jangan ngomong sembarangan ya anda sudah disumpah sebagai penegak
hukum. Sebenarnya kalimat itu sangatlah benar adanya, penegak hukum
semestinya bekerja untuk mengadili siapa benar dan siapa salah, hukum harus
ditegakkan di negeri ini secara transparan. Itulah bentuk nasioanlisme.
Namun apa yang dikatakan penasihat hukum hanya untuk melakukan
pembelaan atas kejahatan yang terselubung. Yang benar menjadi salah dan
yang salah menjadi benar. Kejahatan yang terstruktur memang sangat sulit
untuk terbantahkan.
Kedua, Setelah menjalankan strateginya akhirnya sampai juga di
puncak yang diharapkan, Ricky Bagaskoro bisa sampai dihadapan publik dan
bisa tampil di televisi, dalam kata pembukanya ia tidak mengatakan bahwa
dirinya perwakilan dari kandidat Bagas Notolegowo yang semestinya yang
74
berada disitu ialah ayahnya, namun dengan tegas ia mengatkan bahwa dirinya
wakil dari rakyat. Ia sangat peduli terhadap rakyat Indonesia, sehingga
mengatakan bahwa dirinya perwakilan mereka. Ia sangat mencintai negeri ini,
ia ingin menegakkan kebenaran dengan tidak membawa identitas pribadi
yang terkesan untuk memuaskan kepentingan pribadi, namun ia sangat
bijaksana dengan memakai identitas rakyat.
4. Tujuan yang Ingin Dicapai
Pertama, Syamsul Triadi berbicara dihadapan publik bahwa ia akan
membersihkan para koruptor di negara Indonesia ini sampai ke akar-akarnya
bahkan dimusnahkan dari muka bumi ini agar ditakuti oleh para koruptor, dan
dapat memberikan efek jera pada koruptor dan calon koruptor lainnya.
Bahkan dia menyatakan dirinya rela dipancung, disembelih dan dibuka
dadanya meyakinkan bahwa dirinya bersih dari dari korupsi dan dengan
sangat yakin dia akan menyelamatkan negeri ini dari rayap-rayap negara.
Inilah nilai-nilai nasionalisme yang tinggi yang dimiliki oleh Syamsul Triadi,
dengan sikapnya yang sangat meyakinkan ia ingin menyelamatkan negara ini
dari korupsi dengan menghukum mati dan menindak tegas para koruptor,
sebagai bentuk rasa cintanya terhadap negara Indonesia.
Kedua, Bagas Notolegowo dalam percakapannya menanyakan harga
kebutuhan rumah tangga dan pendapatan yang diperoleh oleh pedagang.
Bagas Notolegowo memastikan bahwa masyarakat Indonesia hidup dalam
kesejahteraan dan kenyamanan dalam aktivitas sehari-harinya. Ia memastikan
bahwa pertumbuhan ekonomi di Indonesia berjalan dengan baik dan stabil,
tidak ada yang dirugikan, pedagangnya dapat untung dan petaninya
diuntungkan, tidak ada yang dirugikan salah satunya. Meski pendapatan
pedagang stabil, namun pedagang merasa tidak nyaman dengan adanya
pungutan liar yang dilakukan oleh preman. Bagas Notololegowo memastikan
para pedagangan merasa nyaman dengan memerintahkan salah satu orang
kepercayaannya untuk membereskan kepala premannya. Dengan memastikan
rakyatnya sejahtera dan nyaman, itulah bentuk rasa nasionalime yang dimiliki
75
oleh Bagas Notolegowo, dia ingin Negara Indonesia ini rakyatnya sejahtera
dan nyaman dalam melakukan aktivitas sehari-harinya.
Ketiga, Dalam aktivitas makan malamnya, keluarga Bagas Notolegowo
di kejutkan oleh keputusan anaknya yang tidak mau menuruti keinginan
ayahnya. Ricky memilih jalan hidupnya sendiri. Sang ayah menginginkan
setelah lulus SMA anaknya melanjutkan kuliah. Namun Ricky tidak memiliki
keputusan yang sama dengan ayahnya, ia ingin pergi ke Papua untuk
mengajar disana bersama teman-temannya. Keputusan yang Ricky ambil bisa
dikatakan keputusan yang luar biasa, karena meski hanya lulusan SMA ia
mampu berbuat terhadap tanah airnya, dia memiliki cita-cita yang sangat
mulia, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan rasa nasionalismenya
itu ia ingin sekali putra-putri Indonesia bisa mendapatkan haknya, yaitu
mengenyam pendidikan. Sampai ia rela setelah lulus SMA nanti pergi ke
Indonesia bagian Timur untuk mengajar anak-anak di Papua sana.
Keempat, Disamping tugasnya sebagai kepolisisan tertanam juga
semangat nasionalisme dalam jiwa anggota kepolisisan tersebut, Akbp
Yudiman sangat serius sekali dalam menangani kasus pembunuhan yang
terjadi, yang sesungguhnya fakta dari pembunuhan tersebut sangat
dipertanyakan. Maka dari itu dia sangat bertanggung jawab sekali. Dia tidak
ingin salah dalam bertindak dan mengambil keputusan. Prioritas utama yang
dilakukan olehnya yaitu mengungkap siapa pelaku sesungguhnya dan
menjaga keamanan negara. Karena jika tidak tertanam jiwa nasionalisme,
maka seorang anggota kepolisian dalam menjalankan tugasnya tidak akan
serius dan tidak mengabdikan diriya pada kedaulatan negara.
Kelima, Disamping Ajun Komisiaris besar Polisi ada sorang bawahan
yang terus ikut mentaati atasannya yaitu Iptu Astri, karena rasa cintanya
terhadap negeri ini dia tidak ingin keamanan negara terancam, dia sangat
ingin menegakkan kebenaran di atas muka bumi negara Indonesia ini. Maka
dari itu dari kasus yang terjadi Iptu Astri merasa ada kejanggalan dalam kasus
pembunuhan tersebut sehingga langsung menanyakan kepada atasannya.
Sebagai sesorang yang juga memiliki jiwa nasionalisme seperti atasannya
76
maka dari itu Iptu Astri selalu melaksanakan tugas yang diperintahkan Akbp
Yudiman demi terjaganya keamanan negara dari ancaman apapun.
Keenam, Krishna Darojatun menganalogikan sebuah cerita untuk
menguji pemahaman Ricky Bagaskoro tentang hukum dan keadilan. Namun
yang Ricky jawab bisa menentukan keputusan Krishna Darojatun untuk
membantu ayahnya menjaadi pengacara.Apa yang dilakukan oleh Krishna
Darojatun dan Ricky Bagaskoro merupakan suatu ide cemerlang yang sangat
kreatif untuk mengasah kemampuan intelek anak muda saat ini yang mulai
jarang memahami hukum dan keadilan di negeri ini. Karena sangat di
sayangkan sekali sebagai kaum intelek namun tak memahami seputar hukum
dan keadilan di negeri ini yang sangat dikhawatirkan lagi ketika ada
penerapan hukum yang tajam ke bawah dan tumpul ke atas kaum intelek
merasa acuh-tak acuh bahkan tidak memperdulika karena tidak tahu.Jiwa
nasionalisme yang dimiliki oleh kedua tokoh tersebut memang sangat
menginspirasi bagi kaum intelek saat ini.
Ketujuh, Sikap Ricky yang sangat berani untuk mencari barang bukti
dan mengungkap siapa pelakunya demi tegaknya kebearan dan keadilan di
negeri ini merupakan bukti sikap nasionalisme yang memang benar-benar
tertanam di dalam jiwanya. Dan di tokoh lain Krishna Darojatun setelah
mendapati barang bukti dan menebak pelaku dan dalangnya ia mulai merasa
bingung dan penasaran atas apa yang terjadi di negeri ini karena ia selalu
mencatat semua peristiwa yang terjadi di negeri ini aksi mahasiswa,
demonstrasi buruh, pembangkangan, sampai ke pembunuhan misterius yang
tidak pernah diketahui siapa pembunuhnya. Menurutnya negeri ini memiliki
kemampuan pendek untuk mengingat seluruh peristiwa. Semua peristiwa
yang terjadi Selalu dilupakan atau dibuat lupa ia yakin pasti ada orang-orang
yang menungganginya dibalik semua peristiwa itu. Sikap cintanya terhadap
tanah air ini ia mulai merasa ada yang tidak beres di dalam negeri ini, sebagai
dosen hukun dan pengacara Bagas Notolegowo ia mulai merasa negeri ini
sudah mulai tidak beres maka dari itu ia ingin menyelamatkan negeri ini.
77
Kedelapan, Apa yang dikatakan Faisal Abdul Hamid merupakan suatu
kalimat yang membuktikan cinta terhadap negeri ini. Kalimat yang memiliki
rasa peduli, memperhatikan keadaan yang terjadi di negeri ini. Apa yang
dikatakannya sebagai bukti bahwa negeri ini perlu ada seorang pemimpin
yang bisa membenahi itu semua. Agar rakyat bisa hidup sejahtera.
78
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah peneliti melakukan penelitian terhadap Film 2014, Siapa di Atas
Presiden? menggunakan teori semiotika Roland Barthes maka dapat diambil
kesimpulan bahwa:
1. Hubungan Film 2014, Siapa di Atas Presiden? dengan Nasionalisme
sangat erat sekali kaitannya film 2014, Siapa di Atas Presiden dengan
Nasionalisme Indonesia, yang mana banyak hal-hal yang bersifat
mencerminkan Nasionalisme. Serta dalam film tersebut banyak makna-
makna yang dapat dipahami dan diambil sebagai pendidikan
nasionalisme yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari..
2. Representasi makna nasionalisme yang terdapat dalam film 2014, Siapa
di Atas Presiden? terlihat dalam setiap dialog dan aksi serta lingkungan
yang dilakukan oleh setiap tokoh yang berperan dalam film ini. Dan dari
setiap dialog dan aksi yang dilakukan oleh setiap tokoh memiliki makna-
makna nasionalisme yang direpresentasikan didalamnya terlihat dari
Makna yang direpresentasikan dengan Makna Denotatif, Konotatif dan
Mitos.
3. Nilai-nilai nasionalisme terdapat dalam setiap perilaku yang dilakukan
serta setiap kalimat yang diucapkan oleh tokoh-tokoh dalm film tersebut.
Pesan moral dalam film tersebut dapat dipetik bahwa sebagai warga
negara Indonesia kita harus mencintai negeri ini dalam segi apapun dan
dengan cara apapun.
B. Saran
Setelah menarik kesimpulan dari hasil penelitian ini, saran penelitiannya
ialah kepada masyarakat agar lebih agar lebih mencintai negeri ini, Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Mencintai dengan cara menanamka semangat
nasionalisme serta berkontribusi untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa
serta peduli terhadap negera ini dengan cara yang mampu untuk dilakukan.
79
Pemerintah diharapkan lebih bertanggung jawab dalam melakukan tugas
roda pemerintahan agar berjalan dengan baik. Transparan serta tanamkan jiwa
nasionalisme dalam diri agar tidak menyalahgunakan jabatan untuk kepentingan
pribadi.
Dan untuk Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Syaifuddin Jambi
diharapkan selalu meningkatkan kinerjanya dalam melaksanakan kewajibannya
agar Universitas Islam Negeri STS Jambi bisa lebih berkualitas dibidangnya.
Serta dalam melaksanakan kewajibannya, agar seluruh karyawan Fakultas
Dakwah lebih meningkatkan kedisiplinannya agar sistem kerja berjalan lancar dan
dalam melaksanakan pelayanan terhadap mahasiswa Fakultas Dakwah harus
memiliki aturan sendiri agar berjalan sesuai dengan apa yang kita harapkan.
Di lingkup Jurusan diharapkan tingkatkan tenaga pengajar di jurusan ilmu
jurnalistik agar bisa menciptakan mahasiswa yang berkualitas di bidang jurnalis,
untuk mendapatkan hasil yang maksimal Prodi KPI Konsentrasi Ilmu Jurnalistik
harus melengkapi sarana dan prasarana di dalam kegiatan belajar mengajar.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an
Kementrian Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemah Al-Hamid. Jakarta: CV.Al-Fath,
2014.
Buku
A. Ubaedillah dan Abdul Rozak. Pendidikan Kewarga[negara]an (Civic
Education) Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani.
Jakarta: Kencana, 2016.
Abdul Rozak et. al. Buku Suplemen Pendidikan Kewargaan (civic education)
Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani. Jakarta: Prenada
Media, 2004.
Ardianto, Elvinaro dan Lukiati Komala. Komunikasi Massa: Suatu Pengantar.
Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2004.
Baabad, Mustafa H. Negeri Cita-citaku. Yayasan New Age, 1999.
Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kualitatif Aktualisasi Metodologis ke
Arah Ragam Varian Kontemporer. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006.
Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Rajawali Pers, 2010.
Dede Rosyada et. al. Demokrasi, Hak Asasi Manusia, & Masyarakat Madani.
Jakarta: Kencana, 2003.
Dede Rosyada et. al. Demokrasi, Hak Asasi Manusia, & Masyarakat Madani.
Jakarta: Kencana, 2003.
Kriyantono, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana, 2007.
Naomi, Omi Intan. Imagined Communities Komunitas-komunitas Terbayang.
Diterjemahkan dari buku aslinya yang berjudul “Imagined Communities:
Reflections on the Origin and Spread of Nationalism” oleh Benedict
Anderson. Yogyakarta: INSIST dan Pustaka Pelajar, 2008.
Pawito. Penelitian Komuniaksi Kualitatif. Yogyakarta: PT.LkiS Pelangi Aksara,
2007.
Sobur, Alex. Analisis Teks Media. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012.
Sobur, Alex. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta, 2017.
Vera, Nawiroh. Semiotika Dalam Riset Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia, 2015.
Vivian, John. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Kencana, 2008.
Wibowo, Indiwan Seto Wahyu. Semiotika Komunikasi. Jakarta: Mitra Wacana
Media, 2013.
Widjaja. Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. Jakarta: Bumi
Aksara, 2010.
Skripsi
Ariska, “Makna Nasionalisme pada Film Soekarni Karya Hanung Bramantyo
Ariska. “Makna Nasionalisme pada Film Soekarni Karya Hanung
Bramantyo (Analisis Semiotika Komunikasi)”, Skripsi Jambi: Program
Sarjana UIN Sultan Thaha saifuddin Jambi, 2018.
Widhiastuti, Christina Ineke. “Representasi Nasionalisme dalam Film Merah
Putih (Analisis Semiotika Roland Barthes)”. Skripsi Serang: Program
Sarjana Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, 2012.
Jurnal
Affan, M. Husin dan Hafidh Maksum. “Membangun Kembali Sikap
Nasionalisme Bangsa Indonesia dalam Menangkal Budaya Asing di Era
Globalisasi”. Jurnal Pesona Dasar. III, No.4 (2016), 66.
Gunawan, Rudy. “Pembelajaran Nilai-Nilai Pahlawan Kemerdekaan Soekarno
Dalam Rangka Mengembalikan Karakter Bangsa Indonesia”. Jurnal WIDYA
Non-Eksakta. I, No. 1, (2013), 5.
Muhardi. “Kontribusi Pendidikan Dalam Meningkatkan Kualitas Bangsa
Indonesia”. Jurnal. XX No. 4, (2004), 480.
Noor, Firman. “Oposisi Dalam Kehidupan Demokrasi: Arti Penting Keberadaan
Oposisi Sebagai Bagian Penguatan Demokrasi Di Indonesia”. Jurnal
Masyarakat Indonesia. XLII, No. 1, (2016), 5.
Oktavianus, Handi. “Penerimaan Penonton terhadap Praktek Eksorsis di dalam
Film Conjuring”. Jurnal E-Komunikasi. III, No.2 (2015), 3.
Ridwa. “Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi Melalui Peran Serta
Masyarakat”. Jurnal Ilmu Hukum. XVI, No. 64, (2014).
Wesa, Ateng dan Yoyon Suryono. “Kesejahteraan Ekonomi Masyarakat Peserta
Pelatihan Kelompok Prakoperasi Di Kecamatan Namlea Kabupaten Buru”.
Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat. I, No. 2, (2014), 151.
Witarti, Denik Iswardani dan Semmy Tyar Armandha. “Tinjauan Teoretis
Konsepsi Pertahanan Dan Keamanan Di Era Globalisasi Industri
Pertahanan”. Jurnal Pertahanan. V, No. 3, (2015), 88.
Web-Site
Anderson, Benedict R. O'G. “Indonesian Nationalism Today and in the Future”.
Diakses melalui alamat http://www.jstor.org/stable/3351374. Tanggal 22
Desember 2018.
Dahlan, Thamrin. “Sinopsis Film 2014 Siapa di Atas Presiden?”. Diakses melalui
alamat https://www.kompasiana.com/thamrindahlan/sinopsis-film-2014-
siapa-di-atas-presiden_54f33b9e7455139f2b6c6cf6. Tanggal 07 Juli 2018.
International Design School. “Dasar-Dasar Cara Pembuatan Film”. Diakses
melalui alamat https://idseducation.com/articles/dasar-dasar-cara-
pembuatan-film/. Tanggal 25 Juni 2019.
KBBI Daring. “Makna”. Diakses melalui alamat
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/makna. Tanggal 14 November 2018.
Medcom.id. “Film "2014", Siapa di Atas Presiden?”. Diakses melalui alamat
https://www.medcom.id/hiburan/film/9K5YReBK-film-2014-siapa-di-atas-
presiden. Tanggal 01 April 2019.
Pratama, Rama. “Tokoh dan Penokohan”. http://blog.isi-
dps.ac.id/ramapratama/tokoh-dan-penokohan. Tanggal 25 Juni 2019.
Production, Markaz. “Tahap Produksi Film”. Diakses melalui alamat
https://markaz-production.com/tahap-produksi-film/. Tanggal 25 Juni 2019.
Tobing, Letezia. “Tentang Sistem Pembalikan Beban Pembuktian”. Diakses
melalui alamat
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt513ff99d6eedf/tentang-
sistem-pembalikan-beban-pembuktian. Tanggal 19 Mei 2019.
Tribunnews.com. “Panasnya Situasi Politik Sempat Tunda Pemutaran Film 2014:
Siapa di Atas Presiden?”. Diakses melalui
http://www.tribunnews.com/seleb/2015/02/17/panasnya-situasi-politik-
sempat-tunda-pemutaran-film-2014-siapa-di-atas-presiden. Tanggal 22 Juni
2019.
Tribunnews.com. “Panasnya Situasi Politik Sempat Tunda Pemutaran Film 2014:
Siapa di Atas Presiden?”. Diakses melalui
http://www.tribunnews.com/seleb/2015/02/17/panasnya-situasi-politik-
sempat-tunda-pemutaran-film-2014-siapa-di-atas-presiden. Tanggal 22 Juni
2019.
LAMPIRAN
A. Cover Film 2014 Siapa di Atas Presiden?
B. Analisis Representasi Makna Nasionalisme pada Film 2014 Siapa di Atas
Presiden?
1 Tataran Pertama
Shot Dialog/suara/teks Visual
Medium
Close
Up
Syamsul Triadi: Di Cina itu
hebat Saya pernah baca bukunya
pemimpin itu menyiapkan 100
peti mati untuk menghukum
mati dan memberantas para
koruptor, bahkan sang
pemimpin mendapat satu peti
mati untuk dirinya sendiri, jika
ia terbukti korupsi. Maksud saya
Pak Faisal dan rekan-rekan
mahasiswa ini tidak ada lain
pendapat saya, saya percaya
bahwa hukuman yang pantas
untuk para koruptor adalah
hukuman mati.
Faisal Abdul Hamid:
Hukuman mati adalah hukuman
yang sangat berbahaya itu bisa
membunuh manusia dan
kemanusiaan.
Syamsul Triadi: Saya yakin
pemberantasan korupsi di
Indonesia ini sudah bergulir
baik, tapi untuk membuat efek
Jera para koruptor dengan
hukuman mati. Buat saya tidak
dihukum mati para koruptor itu
memberi berarti memberikan
kesempatan kedua untuk para
koruptor.
Saudara boleh pancung saya
sembelih saya buka dada saya
jika saya terbukti korupsi kalau
saya benar-benar terbukti
melakukan korupsi walaupun
satu perak-walaupun satu perak.
Gambar 2.1 Syamsul Triadi
sedang berorasi
Penanda (Signifier) Pertanda (Signified)
Syamsul Triadi sedang
melakukan pembicaraan dengan
tegas dan sangat yakin dengan
apa yang diucapkannya.
Syamsul Triadi yang merupakan
salah satu calon kandidat Presiden
2014 sedang berbicara dihadapan
publik dengan mengatakan bahwa
ia ingin memberantas korupsi di
negara Indonesia ini seperti yag
dilakukan oleh negara Cina
dengan menyiapkan peti mati
untuk menghukum mati para
koruptor. Karena menurutnya
tidak dihukum mati para koruptor
sama saja memberikan
kesempatan kedua untuk para
koruptor. Dan tindakan tersebut
agar dapat memberikan efek jera
kepada para koruptor.
Tataran Kedua
Penanda (Signifier) Pertanda (Signified)
Gambar 2.1 Syamsul Triadi
sedang berorasi
Syamsul Triadi berbicara
dihadapan publik bahwa ia akan
membersihkan para koruptor di
negara Indonesia ini sampai ke
akar-akarnya bahkan
dimusnahkan dari muka bumi ini
agar ditakuti oleh para koruptor,
dan dapat memberikan efek jera
pada koruptor dan calon koruptor
lainnya. Bahkan dia menyatakan
dirinya rela dipancung,
disembelih dan dibuka dadanya
meyakinkan bahwa dirinya bersih
dari dari korupsi dan dengan
sangat yakin dia akan
menyelamatkan negeri ini dari
rayap-rayap negara.
Inilah bukti rasa nasionalisme
yang tinggi yang dimiliki oleh
Syamsul Triadi, dengan sikapnya
yang sangat meyakinkan ia ingin
menyelamatkan negara ini dari
korupsi dengan menghukum mati
dan menindak tegas para koruptor,
sebagai bentuk rasa cintanya
terhadap negara Indonesia.
2 Tataran Pertama
Shot Dialog/suara/teks Visual
Medium
Long
Shot
Bagas Notolegowo: Ini semua
hasil kekayaan Bumi Nusantara
kita. Bagaimana Pak, harga
bawang sekarang gimana?
Pedagang: Harga bawang
sekarang naik terus Pak
sekarang Rp60.000 kemarin
baru Rp80.000 per kilonya.
Bagas Notolegowo: Tapi kalau
itu untuk untuk keuntungan
petani nggak papa kan?
Pedagang: Ya nggak apa-apa
Pak yang penting kita diuntung.
Bagas Notolegowo: Bagaimana
pendapat anda sekarang?
Pedagang: Pendapatannya
stabil, tapi ya gitu banyak
pungutan liar Pak banyak
preman di sini.
Bagas Notolegowo: Siapa
preman nya?
Pedagang: Wah saya nggak
berani Pak
Bagas Notolegowo: Steve, cari
tahu siapa kepala preman di sini,
kamu urusin.
Steve: Baik Pak.
Gambar 2.2 Bagas Notolegowo
kampanye blusukan ke Pasar
Penanda (Signifier) Pertanda (Signified)
Bagas Notolegowo sedang
melakukan percakapan dengan
salah satu pedagang di pasar
Bagas Notolegowo bertanya
kepada salah satu pedagang yang
ada di pasar seputar pertumbuhan
perekonomiannya dengan
menanyakan harga kebutuhan
rumah tangga serta pendapatan
yang diperolah oleh pedagang
tersebut.
Tataran Kedua
Penanda (Signifier) Pertanda (Signified)
Bagas Notolegowo dalam
Gambar 2.2 Bagas Notolegowo
kampanye blusukan ke Pasar
percakapannya menanyakan harga
kebutuhan rumah tangga dan
pendapatan yang diperoleh oleh
pedagang. Bagas Notolegowo
memastikan bahwa masyarakat
Indonesia hidup dalam
kesejahteraan dan kenyamanan
dalam aktivitas sehari-harinya. Ia
memastikan bahwa pertumbuhan
ekonomi di Indonesia berjalan
dengan baik dan stabil, tidak ada
yang dirugikan, pedagangnya
dapat untung dan petaninya
diuntungkan, tidak ada yang
dirugikan salah satunya. Meski
pendapatan pedagang stabil,
namun pedagang merasa tidak
nyaman dengan adanya pungutan
liar yang dilakukan oleh preman.
Bagas Notololegowo memastikan
para pedagangan merasa nyaman
dengan memerintahkan salah satu
orang kepercayaannya untuk
membereskan kepala premannya.
Dengan memastikan rakyatnya
sejahtera dan nyaman, itulah
bentuk rasa nasionalime yang
dimiliki oleh Bagas Notolegowo,
dia ingin Negara Indonesia ini
rakyatnya sejahtera dan nyaman
dalam melakukan aktivitas sehari-
harinya.
3 Tataran Pertama
Shot Dialog/suara/teks Visual
Medium
Shot
Guru: Jelaskan pada kami Tuan
Bagaskoro, Mengapa
masyarakat Indonesia Percaya
ada kebebasan berpendapat?
Ricky Bagaskoro: Sebenarnya
kita tidak pernah percaya, kita
telah mencoba tapi tidak pernah
bisa menerapkan. Saya beritahu
apa yang kita percaya di
Indonesia. Kita percaya pada
uang dan kekuasaan itu yang
menentukan apakah kita bisa
mengeluarkan pendapat atau
tidak.
Guru: Apakah kamu yakin
dengan ucapanmu?
Ricky Bagaskoro: Tentu saja,
kekuasaan cenderung terkorupsi
kekuasaan yang mutlak, mutlak
terkorupsi.
Gambar 2.3 Ricky Bagaskoro
menjawab pertanyaan gurunya
Penanda (Signifier) Pertanda (Signified)
Ricky bagaskoro sedang berdiri
di depan kelas sambil
menjelaskan apa yang
ditanyakan oleh gurunya
Ricky Bagaskoro menjelaskan
kepada teman-temannya di depan
kelas, dia mengatakan bahwa kita
tidak pernah percaya dengan
adanya kebebasan berpendapat.
Menurutnya di Indonesia telah
mencoba menerapkan, namun
tidak bisa diterapkan. Menurut
Ricky di Indoneisa yang bisa
dipercaya adalah hanya uang dan
kekuasaan. Dan dengan modal itu
baru kita bisa mengeluarkan
pendapat. Menurutnya kekuasaan
cenderung terkorupsi. Kekuasaan
yang mutlak, mutlak terkorupsi.
Tataran Kedua
Penanda (Signifier) Pertanda (Signified)
Ricky Bagaskoro yang merupakan
siswa Sekolah Menengah Atas.
Diumurnya yang segitu, sangat
jarang sekali seorang siswa yang
berani menyatakan pendapat yang
terkesan mengkritisi sebuah
Gambar 2.3 Ricky Bagaskoro
menjawab pertanyaan gurunya
negara. Karena pada umumnya di
umur seorang siswa yang
berseragam putih abu-abu itu
lebih sering terekesan dilanda
asmara.
Dalam pernyataannya Ricky
sangat prihatin dengan apa yang
terjadi di Indonesia, sampai ia
mengatakan bahwa di Indoneisa
yang bisa dipercaya adalah hanya
uang dan kekuasaan. Karena
dengan itu baru kita bisa
mengeluarkan pendapat.
Menurutnya kekuasaan cenderung
terkorupsi. Kekuasaan yang
mutlak, mutlak terkorupsi.
Rasa cinta tanah air Indonesia
sudah tumbuh di dalam jiwa
seorang anak SMA, dia sangat
menyayangkan dengan apa yang
terjadi di Indonesia, dengan rasa
Nasionalismenya itu, Ricky
sangat berharap kebebasan
berpendat memang benar-benar
terealisasikan di Indonesia tanpa
harus memandang siapa yang
punya uang dan siapa yang
memiliki kekuasaan. Karena
sebagai bangsa Indonesia, seluruh
warga negaranya memiliki hak
yang sama yaitu kebebasan dalam
berpendapat.
4 Tataran Pertama
Shot Dialog/suara/teks Visual
Medium
Long
Shot
Ningrum: Ricky sebentar lagi
sekolahnya selesai lo pah
Bagas Notolegowo: Terus mau
dilanjutkan ke mana Rick?
Ricky Bagaskoro: Kuliah nanti
aja Pah
Bagas Notolegowo: Terus mau
ngapain?
Ricky Bagaskoro: Ada teman
Ricky yang mau pergi ke Papua
Setelah dia lulus SMA nanti, dia
mau ngajar di sana dan Ricky
mau ikut sama mereka.
Gambar 2.4 Keluarga Bagas
Notolegowo sedang membahas
kelulusan Ricky Bagaskoro
Penanda (Signifier) Pertanda (Signified)
Keluarga Bagas Notolegowo
sedang makan malam, ditengah
makan malamnya keluarga
tersebut sekalian berbincang-
bincang masalah kelulusan
Ricky bagaskoro
Perbincangan dimulai oleh
Ningrum istri dari Bagas
Notolegowo, kemudian ditanya
oleh Bagas Notolegowo. Ia
bertanya bahwa setelah Ricky
lulus SMA mau dilanjutkan
kemana. Ricky memilih jalannya
sendiri, ia menjawab untuk tidak
melanjutkan kuliah seperti yang
papah nya inginkan. Ricky
berencana mau pergi ke Papua
untuk mengajar disana bersama
teman-temannya.
Tataran Kedua
Penanda (Signifier) Pertanda (Signified)
Gambar 2.4 Keluarga Bagas
Notolegowo sedang membahas
kelulusan Ricky Bagaskoro
Dalam aktivitas makan
malamnya, keluarga Bagas
Notolegowo di kejutkan oleh
keputusan anaknya yang tidak
mau menuruti keinginan ayahnya.
Ricky memilih jalan hidupnya
sendiri. Sang ayah menginginkan
setelah lulus SMA anaknya
melanjutkan kuliah. Namun Ricky
tidak memiliki keputusan yang
sama dengan ayahnya, ia ingin
pergi ke Papua untuk mengajar
disana bersama teman-temannya.
Keputusan yang Ricky ambil bisa
dikatakan keputusan yang luar
biasa, karena meski hanya lulusan
SMA ia mampu berbuat terhadap
tanah airnya, dia memiliki cita-
cita yang sangat mulia, yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsa.
Dengan rasa nasionalismenya itu
ia ingin sekali putra-putri
Indonesia bisa mendapatkan
haknya, yaitu mengenyam
pendidikan. Sampai ia rela setelah
lulus SMA nanti pergi ke
Indonesia bagian Timur untuk
mengajar anak-anak di Papua
sana.
5 Tataran Pertama
Shot Dialog/suara/teks Visual
Medium
Long
Shot
Akbp Yudiman: Berita ini
belum tersebar kan?
Anggota Polisi: Sudah
komandan, media zaman
sekarang ndan semua bisa
masuk.
Akbp Yudiman: Saya harus
ketemu Kapolri secepatnya.
Astri kamu awasi kegiatan
forensik.
Iptu Astri: Siap
Akbp Yudiman: Kamu juga
yang menghadapi awak media
ya.
Iptu Astri: Siap ndan
Akbp Yudiman: Saya mau
kurang dari 3 jam sudah ada
laporan di meja kerja saya.
Gambar 2.5 Akbp Yudiman
memberikan perintah kepada
bawahannya
Penanda (Signifier) Pertanda (Signified)
Akbp Yudiman sedang berjalan
tergesa-gesa bersama Iptu Astri
dan anggota kepolisian lainnya
sambil membahas kasus
Akbp Yudiman sangat antusias
terhadap kasus yang terjadi, ia
sangat khawatir atas penyebaran
pemberitaan yang faktanya belum
pembunuhan Ramadhan Hasyim terungkap, hingga memerintahkan
bawahannya Iptu Astri untuk siap
siaga mengahadapi awak media
dan mengawasi kegiatan forensik.
Tataran Kedua
Penanda (Signifier) Pertanda (Signified)
Gambar 2.5 Akbp Yudiman
memberikan perintah kepada
bawahannya
Disamping tugasnya sebagai
kepolisisan tertanam juga
semangat nasionalisme dalam
jiwa anggota kepolisisan tersebut,
Akbp Yudiman sangat serius
sekali dalam menangani kasus
pembunuhan yang terjadi, yang
sesungguhnya fakta dari
pembunuhan tersebut sangat
dipertanyakan. Maka dari itu dia
sangat bertanggung jawab sekali.
Dia tidak ingin salah dalam
bertindak dan mengambil
keputusan. Prioritas utama yang
dilakukan olehnya yaitu
mengungkap siapa pelaku
sesungguhnya dan menjaga
keamanan negara. Karena jika
tidak tertanam jiwa nasionalisme,
maka seorang anggota kepolisian
dalam menjalankan tugasnya tidak
akan serius dan tidak
mengabdikan diriya pada
kedaulatan negara.
6 Tataran Pertama
Shot Dialog/suara/teks Visual
Close
Up
Iptu Astri: Mohon izin bicara
sebentar ndan
Akbp Yudiman: Ya
Iptu Astri: Ini bukan
pembunuhan biasa Ndan ada
kepentingan di sini.
Akbp Yudiman: Kita sama-
sama tidak tahu selalu ada
kepentingan dalam kasus seperti
ini yang ingin beritanya
disebarkan dan yang ingin
dirahasiakan sampai ada
instruksi tugasmu adalah
mengawasi semua informasi
apapun yang sudah tersebar dan
yang tidak disebar tidak
mengganggu keamanan negara
mengerti
Iptu Astri: Siap mengerti
Akbp Yudiman: Laksanakan
Iptu Astri: Siap laksanakan
Gambar 2.6 Akbp Yudiman
memberikan tanggung jawab
kepada Iptu Astri
Penanda (Signifier) Pertanda (Signified)
Iptu Astri berbicara kepada
atasannya, Akbp Yudiman
Iptu Astri sangat mencurigakan
kasus pembunuhan Ramadhan
Hasyim, namun Akbp Yudiman
mengingatkan untuk tetap serius
dalam menangani kasus tersebut,
karena menurutnya kasus tersebut
sama-sama tidak diketahui apa
motif dan tujuan kasus tersebut.
Untuk itu Akbp Yudiman
memerintahkan bawahannya
untuk tetap mengawasi semua
informasi yang sudah dan tidak
tersebar dan harus dipastikan
tidak mengganggu keamanan
negara.
Tataran Kedua
Penanda (Signifier) Pertanda (Signified)
Gambar 2.6 Akbp Yudiman
Disamping Ajun Komisiaris besar
Polisi ada sorang bawahan yang
terus ikut mentaati atasannya
yaitu Iptu Astri, karena rasa
cintanya terhadap negeri ini dia
tidak ingin keamanan negara
terancam, dia sangat ingin
memberikan tanggung jawab
kepada Iptu Astri
menegakkan kebenaran di atas
muka bumi negara Indonesia ini.
Maka dari itu dari kasus yang
terjadi Iptu Astri merasa ada
kejanggalan dalam kasus
pembunuhan tersebut sehingga
langsung menanyakan kepada
atasannya. Sebagai sesorang yang
juga memiliki jiwa nasionalisme
seperti atasannya maka dari itu
Iptu Astri selalu melaksanakan
tugas yang diperintahkan Akbp
Yudiman demi terjaganya
keamanan negara dari ancaman
apapun.
7 Tataran Pertama
Shot Dialog/suara/teks Visual
Medium
Close
Up
Bagas Notolegowo: Jauh-jauh
dari media karena berita bisa
merekam manipuasi bad news is
good news
Gambar 2.7 Bagas Notolegowo
menasihati anaknya Ricky
Bagaskoro
Penanda (Signifier) Pertanda (Signified)
Bagas Notolegowo sedang
duduk bersama istri dan
anaknya di kantor polisi
Bagas Notolegowo melarang
keras kepada istri dan anaknya
agar menjauhi media, karena
baginya hal tersebut sangat
berbahaya dan dapat memberikan
efek yang boomerang karena bisa
saja ada orang-orang yang
memanfaatkan situasi tersebut dan
memamnipulasinya. Karena bagi
media bad news is good news kata
Bagas Notolegowo
Tataran Kedua
Penanda (Signifier) Pertanda (Signified)
Gambar 2.7 Bagas Notolegowo
menasihati anaknya Ricky
Bagaskoro
Meski sudah terjebak didalam
perangkap orang yang memiliki
rencana busuk, Bagas
Notolegowo tetap memberi
nasihat kepada istri dan anaknya
agar menjahu media, agar tidak
salah memberikan informasi. Dan
aktivitas sehari-hari agar berjalan
seperti biasanya, jangan sampai
ada yang mencari siapa pelakuya.
Karena Bagas Notolego yakin
kasus tersebut akan cepat selesai
dan mempercayakan semuanya
kepada kepolisian.
Bagas Notolegowo tidak ingin ada
media yang menyebarluaskan
berita yang sifatnaya provokatif,
berita yang dikemas secara fakta
yang telah direkam dan
dimanipulasi. Untuk itu ia
menekankan kepada anggota
keluarganya untuk menjauhi
media agar semua itu tidak terjadi.
Itu semua demi kedamaian dan
ketentraman warga negara
indonesia agar tidak termakan
informasi yang telah di
manipulasi.
Sikap tersebut sangat bijaksana
dan rasa cintanya terhadap negeri
ini.
8 Tataran Pertama
Shot Dialog/suara/teks Visual
Medium
Long
Shot
Kang Jaja:Yeuh isi
Ricky: Apaan nih
Kang Jaja: Eeeehhh katanya
setelah selesai sekolah mau ikut
ngajar ke Indonesia Timur
Ricky: owh iyah
Gambar 2.8 Kang Jaja
memberikan formulir aplikasi
relawan love for Papua
Penanda (Signifier) Pertanda (Signified)
Kang Jaja memberikan formulir
relawan love for Papua kepada
Ricky Bagaskoro sambil
menyusun buku-bukunya
Seperti yang dikatakan Ricky
kepada ayahnya di durasi awal,
stelah lulus SMA ia akan
mengikut temannya pergi
mengajar di Papua. Dalam scane
ini Kang Jaja memberikan
formulir pendaftaran kepada
Ricky untuk menjadi relawan
mengajar di Papua.
Tataran Kedua
Penanda (Signifier) Pertanda (Signified)
Gambar 2.8 Kang Jaja
memberikan formulir aplikasi
relawan love for Papua
Ricky tidak sendirian, bersama
teman-temannya memiliki niat
yang sangat mulia untuk pergi
mengajar ke Papua, terlohat dari
gambar tersebut bahwa Kang jaja
disibukkan menyusun beberap
buku-buku untuk persiaan ynag
dibutuhkan. Menuntut ilmu
memang suatu perbuatan yang
sangat baik karena dapat
mencerdaskan diri sendiri agar
tidak mudah dibodohi oleh orang-
orang yang tidak bertanggung
jawab. Disisi lain menuntut ilmu
merupakan sebuah perjuangan
untuk mengisi kemerdekaan
Indonesia. Dengan menuntut ilmu
kita bisa memajukan negara yang
sangat kita cintai ini. Namun
setelah kita memiliki apa yang
semstinya kita perbuat. Yaitu
mengamalkannya, membagikan
ilmu yang kita miliki kepad orang
lain. Agar orang lain mendapatkan
haknya yang sama seperti kita.
Itulah bentuk kontribusi kita
sebagai anak bangsa untuk
mencintai negeri ini.
9 Tataran Pertama
Shot Dialog/suara/teks Visual
Medium
Close
Up
Akbp Yudiman: Saya
Yudiman kepala penyidik kasus
pak Bagas. Kami turut prihatin
atas kejadian yang menimpa pak
Bagas di sel itu sepenuhnya
kelalaian kami, kami minta
maaf, untuk sekarang kami
sudah menambah pasukan
penjaga khusus untuk pak Bagas
saya yang terjun langsung.
Ningrum: Terimakasih ya pak
Akbp Yudiman: Sama-sama
Gambar 2.9 Akbp Yudiman
mempertanggungjawabkan atas
kejadian teror Bagas Notolegowo
Penanda (Signifier) Pertanda (Signified)
Akbp Yudiman bersama Iptu
Astri berbicara kepada keluarga
Bagas Notolegowo meminta
maaf atas penyerangan Bagas
Notolegowo di dalam sel
Sebagai kepala penyidik kasus
Bagas Notolegowo, Akbp
Yudiman merasa bersalah atas
insiden yang menimpa Bagas
Notolegowo. Ia tidak mengetahui
tiba-tiba ada seseorang yang tidak
bertanggung jawab menyerang
dan hendak membunuh Bagas
Notolegowwo.
Tataran Kedua
Penanda (Signifier) Pertanda (Signified)
Akbp Yudiman sangat
bertanggung jawab sekali atas
insiden penyerangan di dalam sel.
Gambar 2.9 Akbp Yudiman
mempertanggungjawabkan atas
kejadian teror Bagas
Notolegowo
Agar ia tidak kecolongan untuk
yang kedua kalinya, ia menambah
pasukan khusus untuk melindungi
Bagas Notolegowo supaya tidak
ada insiden berikutnya. Akbp
Yudiman dalam hal ini bukan
melindungi seorang narapidana
asli, kemungkinan ia mulai
menyadari bahwa Bagas
Notolegowo adalah seorang
narapidana yang disetting. Maka
dari itu sebagai anggota
kepolisian ia tidak ingin ada orang
yang tidak bersalah menjadi
seorang narapidana dan terbunuh.
Maka dari itu ia sangat mencintai
negeri ini, ia tidak ingin menjadi
orang yang membiarkan kejahatan
dibiarkan merajalela sedangkan
orang yang tidak bersalah menjadi
korbannya. Sebagai satuan
keamanan kepolisian, ia sangat
ingin menegakkan kebenaran,
yang benar itu benar dan tidak
membiarkan kejahatan bertebaran,
yang salah itu salah.
10 Tataran Pertama
Shot Dialog/suara/teks Visual
Close
Up
Iptu Astri: Kamu tuh harus
hati-hati lho kalau nulis apa-apa
di sosial media
Ricky Bagaskoro: Ya saya tahu
Kenapa kantor polisi bisa
kecolongan gitu
Iptu Astri: Emm ada yang mau
memperburuk Citra Kepolisian
dan ini nggak bisa sembarangan
bisa di upload sosial media
Ricky Bagaskoro: Saya nggak
Gambar 2.10 Iptu Astri
memberikan peringatan kepada
Ricky Bagaskoro
akan nulis apa-apa di sosial
media tapi kenapa bisa
kecolongan itu berarti ada pihak
yang memanfaatkan Kepolisian
Iptu Astri: Gini Ricky musuh
Pak Bagas itu musuh Polri juga
dan Ini masalah yang sangat
sensitif sekali dan lawan kita itu
bukan lawan yang kecil
Ricky Bagaskoro: Ini bukan
masalah besar kecilnya lawan
tapi berani nggak kita ngelawan
Penanda (Signifier) Pertanda (Signified)
Iptu Astri menghampiri Ricky
Bagaskoro yang merasa tidak
terima atas insiden penyerangan
ayahnya di sel, Iptu Astri
mengajak bicara agar tidak ada
kesalahpahaman.
Iptu Astri memperingati Ricky
Bagaskoro agar berhati-hati dalam
menulis dan memposting tulisan
di dalam sosial media. Itu karena
dikhawatirkan menjadi
boomerang bagi dirinya bahkan
keluarganya. Karena insiden yang
dialami ayahnya bukan main-
main, ini masalah serius dan
sensitif. Namun jawban Ricky
Bagaskoro sangat tidak disangka,
ia justru balik bertanya kenapa
kantor polisi yang semestinya
menjaga kemanan negara justru
kecolongan dan berifikir ada ada
pihak yang memanfaatkan
kepolisian. Iptu Astri dan Ricky
sam-sama tidak tahu siapa dibalik
semua ini, namun ia
mengingatkan Ricky bahwa ada
pihak yang ingin merusak citra
kepolisian dan menganggap
bahwa ini masalah besar. Namun
Ricky Tetap dengan pendiriannya,
ia mengatakan bahwa mau besar
atupun kecilnya lawan yang jelas
kita berani atau tidak untuk
melawan.
Tataran Kedua
Penanda (Signifier) Pertanda (Signified)
Gambar 2.10 Iptu Astri
memberikan peringatan kepada
Ricky Bagaskoro
Sebagai pihak kepolisian Iptu
Astri tetap bertanggung jawab
dengan insiden yang menimpa
Bagas Notolegowo. Namun
sebagai anak dari Bagas
notolegowo, Ricky merasa tidak
terima kalau ayahnya hendak
dibunuh di dalam sel yang
semestinya kantor polisi itu
tempat yang paling aman, namun
justru nyawanya terancam. Meski
Iptu Astri sudah mengingatkan
bahwa musuh Bagas Notolegowo
adalah musuh Polisi juga dan
harus hati-hati dalam bertindak
dan bersosial media sekalipun,
karena kasus ini sangat sensistif
dan lawannya bukan orang biasa
bisa dikatakan lawan besar. Ricky
Bagaskoro tetap bersikeras bahwa
kita berni melawan atau tidak.
Diasamping kekhawatiran dirinya
terhadap ayahnya semangat
nasionalisme dalam diri Ricky
semakin membara dan berupaya
untuk ikut mengungkap siapa
pelakunya. Ia mnginginkan
kebenaran ditegakkan di
Indonesia, karena ia yakin
ayahnya dijebak dan tidak
bersalah.
11 Tataran Pertama
Shot Dialog/suara/teks Visual
Close
Up
Bagas Notolegoeo: Papa dan
mama sudah sepakat papa akan
maju terus
Ricky Bagaskoro: Pah Pah
Kenapa sih Pah Papa udah
kayak gini sekarang
Bagas Bagaskoro: Yang bikin
kita nggak mati itu yang bikin
kita tambah kuat, nih gapapa
kamu tenang aja oke
Ricky Bagaskoro: Kenapa sih
papah Ngotot banget
Bagas Notolegowo: Kenapa
kamu ngotot nggak mau kuliah
dan kamu harus tetap Jaga
mama dan Vina oke janji.
Gambar 2.11 Bagas Notolegowo
dan Ricky saling bersikeras
dengan keinginannya masing-
masing
Penanda (Signifier) Pertanda (Signified)
Bagas Notolegowo terbaring di
atas tempat tidur rumah sakit
sambil beribicara kepada Ricky
Bagaskoro.
Bagas Notolegowo berbicara
kepada Ricky Bagaskoro tentang
niatan untuk tetap maju di Pilpres
2014. Sama dengan Ricky yang
tetap kuat niatnya tidak ingin
kuliah dan tetap ingin pergi ke
Papua unntuk mengajar. Sambil
meyakinkan diri kepada Ricky ia
mengatakan bahwa yang bikin
kita nggak mati itu yang bikin kita
tambah kuat. Agar tidak ada
perseteruan antara ayah dan anak
dikarenakan sang anak yang
terlalu khawatir terhadap ayahnya.
Ricky bertanya secara gamblang,
kenapa sih, papah dah kayak gini
samnil melihat wajah ayahnya
yang memar.
Dengan santai Bagas Notolegowo
kemudian mengiaskannya dengan
mengatakan Kenapa kamu ngotot
nggak mau kuliah.
Tartaran Kedua
Penanda (Signifier) Pertanda (Signified)
Mangga jatuh memang tak akan
Gambar 2.11 Bagas Notolegowo
dan Ricky saling bersikeras
dengan keinginannya masing-
masing
pernah jauh dari pohonnya. Meski
memiliki jalan hidup masing-
masing. Seorang ayah dan anak
ini memang memiliki niat yang
sangat mulia, sang ayah yang
berniat maju sebagai capres dan
ingin megabdi kepada negara dan
seorang anak anak yang tetap
berniat tidak ingin kuliah dan
ingin langsung mengajar setelah
lulus SMA di Papua.
Jiwa Nasionalisme yang dimiliki
kedua tokoh ini membuktikan
bahwa cinta tanah air tidak mesti
harus terjun ke medan perang,
namun mengabdikan diri kepada
negara pun sudah termasuk
kontribusi dalam mengisi
kemerdekaan.
12 Tataran Pertama
Shot Dialog/suara/teks Visual
Long
Shot
Krishna Darojatun: Pemimpin
yang buruk itu dipilih oleh
orang-orang yang tidak memilih
kalian masih muda jangan jadi
pengecut kalian harus memilih
dan hidup dengan konsekuensi
dari pilihan kalian.
Mahasiswa: Nah bang Ada
nggak tips buat ngebedain
politisi yang baik dan yang
jelek.
Krishna Darojatun: Gampang
mau politisi buruk, kalian boleh
mengikuti istilah saya politisi
atau negarawan kalau politisi
cuma memikirkan Pemilu
berikutnya kalau negarawan dia
memikirkan generasi berikutnya
Gambar 2.12 Krishna Darojatun
memberikan pelajaran kepada
mahasiswa
Mahasiswa: Emang ada apa
negarawan di pemilu nanti
Krsihna Darojatun: Menurut
ente bro, ada gak?
Mahasiswa: Bagas notolegowo
bagus Bang tapi dia lagi kena
kasus pembunuhan Bang
Krishna Darojatun: Calon lain
mungkin
Mahasiswa: Si Faham bang,
Faisal Abdul Hamid tapi nggak
tau juga deh.
Baru-baru ini dia muncul dan
berkoar-koar ya seperti
memikirkan pemilu abng.
Penanda (Signifier) Pertanda (Signified)
Krishna Darojatun, seorang
Dosen dan mantan pengacara
sedang berdiri dihadapan para
mahasiswa sambil memberikan
materi
Krishna Darojatun sedang
memberikan materi seputar
seorang pemimpin yang baik. Ia
menjelaskan bahwa tips untuk
membedakan seorang politisi
buruk dan baik. Namun Krishna
Darojatun mengistilahkannya
dalam dua kata yaitu politisi dan
negarawan. Menurutnya kalau
politisi cuma memikirkan Pemilu
berikutnya kalau negarawan dia
memikirkan generasi berikutnya.
Tataran Kedua
Penanda (Signifier) Pertanda (Signified)
Gambar 2.12 Krishna Darojatun
memberikan pelajaran kepada
mahasiswa
Jika pembahasannya sudah
mengenai politik, maka akan erat
kaitannya dengan mencintai
negara ataupun mengkhianati
negara. Seperti yang istilah yang
dikatakan Krishna Darojatun
terdapat perbedaan antara Politisi
dan negarawan. Jika seorang
negarawan dia akan memikirkan
generasi berikutnya, yakni
memikirkan masa depan anak
bangsa dan memajukan putra putri
bangsa golongan tersebutlah yang
yanyg akan menyelamatkan
negara ini dari kekacauan lain
halnya seorang politisi yang justru
hanya memikirkan pemilu
berikutnya dari periode ke
periode. Dan kadangkala ada pula
oknum yang memanfaatkan jalur
politisi untuk mengkhianati
negara yakni dengan perilaku
yang terlaknat seperti korupsi,
kolusi, dan nepotisme.
Hal itulah yang ingin disampaikan
oleh Krishna Darojatun dalam
penyampaiannya, ia ingin
membuat anak bangsa agar
memahami perbedaan seorang
politikus dan negarawan.
Perilakunya tersebut sangatlah
mulia, karena ia menyelamatkan
putra putri bangsa dari
kebodohan.
13 Tataran Pertama
Shot Dialog/suara/teks Visual
Medium
Shot
Krishna Darojatun: Sebentar-
sebentar Coba kalau dari sejarah
Indonesia nama Abdul Hamid
itu apa?
Ricky Bagaskoro: Enggak
Krishna Darojatun: Trus
sejarah Timur tengah aja tau.
Syarif Abdul Hamid Alkadri
atau Sulthan kedua dari
Pontianak dia yang bikin itu
lambang negara kita yang tiap
hari kalian pelototin dan kalian
Gambar 2.13 Krishna Darojatun
memberikan pelajaran sejarah
lambang Negara
liatin ngerti sekarang.
Penanda (Signifier) Pertanda (Signified)
Krishna Darojatun, seorang
Dosen dan mantan pengacara
sedang berdiri dihadapan para
mahasiswa sambil memberikan
materi
Krishna Darojatun menceritakan
sejarah Abdul Hamid di
Indonesia, ia menjelaskan bahwa
Syarif Abdul Hamid Alkadri atau
Sulthan kedua dari Pontianak
merupakan pencetus lambang
negara Republik Indonesia yaitu
Garuda Pancasila.
Tataran Kedua
Penanda (Signifier) Pertanda (Signified)
Gambar 2.13 Krishna Darojatun
memberikan pelajaran sejarah
lambang Negara
Bagi Krishna Darojatun
pemahaman tentang sejarah
keIndonesiaan sangatlah perlu
ditanamkan dalam jiwa anak
muda, dikarenakan anak muda
akan menerima bebean ataupun
amanat untuk menentukan masa
depan negara Indonesia ini, jika
tidak ditanamkan maka perlahan
akan hilang. Seperti yagn
dikatakan Presiden RI pertama
yaitu Jas Merah, jangan sesekali
melupakan sejarah. Kalimat
tersebut memiliki makna yang
mendalam. Untuk itu sangat tepat
sekali jika Krishna Darojatun
memiliki pemikiran seperti itu
agar anak muda tidak buta akan
hal sejarah lambang Negara
Indonesia ini.
14 Tataran Pertama
Shot Dialog/suara/teks Visual
Krishna Darojatun: Heee oke
ada seorang ibu sehari-hari nya
adalah pencari kayu bakar, suatu
ketika dia dalam perjalanan
pulang melihat singkong
tergeletak di tanah Dia lapar lalu
ia mengambilnya sialnya dia
ketahuan lalu dia membela diri
dia bilang itu sudah jauh
tergeletak lama sebelum ia
mengambilnya menurut kamu?
Jawab Menurut kamu gimana?
Ricky Bagaskoro: Ibu tuh salah
singkongnya punya orang dia
bisa dituduh mencuri
Krishna Darojatun: Ternyata
yang punya kebun itu adalah
anaknya sendiri
Ricky Bagaskoro: Kecuali
anaknya ikhlas tapi Ibu itu tetap
salah
Krishna Darojatun: Okay
anaknya lalu menuntut ibunya
ke pengadilan dengan uang
sebesar 10 juta rupiah, kamu
hakimnya menurut kamu?
Ricky Bagaskoro: Saya akan
kuramgi tuntutannya
Krishna Darojatun: Jadi
berapa?
Ricky Bagaskoro: 1 juta
Krishna Darojatun: Oke 1 juta
Tapi Ibu itu nggak punya uang
sebanyak itu, satu-satunya
keluarga yang bisa dipinjami
uang cuma anaknya yang
sekarang lagi nuntutnya
dipengadilan, dan kamu sebagai
hakimnya menurut kamu?
Ricky Bagaskoro: Sebagai
Hakim saya tetap vonis ibu itu
bersalah.
Gambar 2.14 Krishna Darojatun
memberikan kiasan untuk menguji
Ricky Bagaskoro tentang Hukum
dan Keadilan
Penanda (Signifier) Pertanda (Signified)
Krishna Darojatun dan Laras Krishna Darojatun setelah
anaknya terhenti untuk
melajukan mobilnya karena
Ricky Bagaskoro yang memaksa
untuk menjadikan diri Krishna
Darojatun sebagai pengacara
ayahnya.
menangani beberapa kasus
memutuskan untuk pensiun dini
menjadi seorang penggacara dan
menjadi dosen disalah satu
Universitas di Indonesia. Namun
dengan adanya kasus pembunuhan
yang melibatkan salah satu Capres
yakni Bagas Notologowo ia
dipaksa kembali untuk menjadi
seorang pengacara oleh anaknya
Bagas Notolegowo.
Namun sebelum Krishna
Darojatun menuruti keinginan
Ricky Bagaskoro ia ingin melihat
sejauh mana pemahaman tentang
hukum dan keadilan, menurutnya
jika ia memahami hal itu maka
ayahnya berhak untuk dibela.
Kemudian Krishna melakukan
sebuah analogi untuk menentukan
keputusan keingininan dari Ricky
Bagaskoro.
Tataran Kedua
Penanda (Signifier) Pertanda (Signified)
Gambar 2.14 Krishna Darojatun
memberikan kiasan untuk
menguji Ricky Bagaskoro
tentang Hukum dan Keadilan
Krishna Darojatun
menganalogikan sebuah cerita
untuk menguji pemahaman Ricky
Bagaskoro tentang hukum dan
keadilan. Namun yang Ricky
jawab bisa menentukan keputusan
Krishna Darojatun untuk
membantu ayahnya menjaadi
pengacara.
Apa yang dilakukan oleh Krishna
Darojatun dan Ricky Bagaskoro
merupakan suatu ide cemerlang
yang sangat kreatif untuk
mengasah kemampuan intelek
anak muda saat ini yang mulai
jarang memahami hukum dan
keadilan di negeri ini. Karena
sangat di sayangkan sekali
sebagai kaum intelek namun tak
memahami seputar hukum dan
keadilan di negeri ini yang sangat
dikhawatirkan lagi ketika ada
penerapan hukum yang tajam ke
bawah dan tumpul ke atas kaum
intelek merasa acuh-tak acuh
bahkan tidak memperdulika
karena tidak tahu.
Jiwa nasionalisme yang dimiliki
oleh kedua tokoh tersebut
memang sangat menginspirasi
bagi kaum intelek saat ini.
15 Tataran Pertama
Shot Dialog/suara/teks Visual
Close
Up
Akbp Yudiman: Mereka pikir
kamu hanya boneka pajangan.
Kamu turun langsung ke
lapangan Lindungi keluarga Pak
Bagas lacak pelakunya Gak
usah peduli dengan segala
macam Intern laporan tidak
harus sama dengan lapangan
kasih saya laporan.
Gambar 2.15 Akbp Yudiman
memberikan perintah terakhir
kepada Iptu Astri
Penanda (Signifier) Pertanda (Signified)
Akbp Yudiman menghampiri
Iptu Astri seraya berbisik
Setelah kasusnya hampir
terbongkar Akbp Yudiman
dipindah tugas oleh atasannya ke
Makassar agar tidak bisa
mengungkap pelaku sebenarnya.
Namun sebelum ia pergi
memberikan tugas terakhirnya
kepada Iptu Astri agar turun
langsung ke lapangan utuk
melindungi keluarga Bagas
Notolegowo dan melacak
pelakunya, serta tidak usah peduli
dengan segala macam Intern,
tegasnya laporan tidak harus sama
dengan lapangan.
Tataran Kedua
Penanda (Signifier) Pertanda (Signified)
Gambar 2.15 Akbp Yudiman
memberikan perintah terakhir
kepada Iptu Astri
Sebagai anggota kepolisian ia
sangat taat dan patuh kepada
atasannya untuk menuruti karena
dipindahkan tugas, namun sebagai
negarawan ia sadar apa yang
mesti ia lakukan. Meski ia
dijauhkan dari penanganan kasus
Bagas Notolegowo, namun ia
sudah menemukan indikasi dari
kejadian yang menimpa Bagas
Notolegowo dan hampir bisa
mengungkap kebenarannya.
Namun terhalang oleh oindah
tugas, ia sangat yakin kebenaran
bisa ditegakkan, dengan sangat
yakin ia melimpahkan tanggung
jawabnya kepada bawahannya.
Karena ia percaya bahwa
bawahannya bisa mengungkap
kebenaran dibalik semua
kesalahan terstruktur yang
dianggap benar.
Berkat rasa nasionalisme yang ia
miliki ia yakin kebenaran pasti
akan terungkap.
16 Tataran Pertama
Shot Dialog/suara/teks Visual
Medium
Shot
Krishna Darojatun: Ide pak
Bagas tentang pembuktian
Terbalik itu benar-benar
Cemerlang.
Itu artinya kita bisa Sita semua
harta yang gak bisa dibuktikan
kepemilikannya kan itu beban
pembuktian terbalik.
Bagas Notolegowo: Banyak
anggota DPR kena dong ya
Krishna Darojatun: Mungkin
Bagas Notolegowo: PNS juga
banyak harta-harta yang kemabil
dan kita harus berani melakukan
itu
Krishna Darojatun: Indonesia
belum siap dengan itu
Bagas Notolegowo: Kita harus
berani
Krishna Darojatun: Belum
siap Pak Bagas, perlu
kedisiplinan tinggi, transparansi
total dan komitmen
Bagas Notolegowo: Krishna
undang-undang kita sudah ada,
kita tinggal melaksanakan
seperti yang ku bilang tadi
Krishna Darojatun: Pak Bagas
ini bukan masalah satu atau dua
periode ini masalah puluhan
tahun untuk memperbaiki
bobroknya sistem hukum kita.
Bagas Notolegowo: Kalau kita
sungguh-sungguh memberantas
korupsi ini jalannya.
Siapa lagi yang mau melakukan
ini Kalau bukan kita
Krishna Darojatun: Ini bukan
masalah main-main Pak Bagas
Bagas Notolegowo: Kamu
keluarkan Saya dari sini saya
akan buktikan apa ucapan saya
Krishna
Gambar 2.16 Krishna Darojatun
dan Bagas Notolegowo sedang
berdiskusi
Penanda (Signifier) Pertanda (Signified)
Krishna Darojatun menemui
Bagas Notolegowo di sel,
Kedua tokoh yang sangat
berpengaruh tersebut sedang
sambil menikmati makanannya
Bagas Notolegowo menyusun
strategi untuk bisa menegakkan
keadilan dan memberantas
koruptor
membicarakan suatu hal luar
biasa, Bagas Notolegowo seorang
Nasionalis yang sangat berambisi
ingin melaksanakan undang-
undang, memberantas korupsi
dengan tidak merubah sistem dan
ideologi tapi menggunakan sistem
dan ideologi yang sudah ada.
Tidak ada kata pantang menyerah
dan takut ketika hendak
menegakkan kebenaran. Hanya
saja ada orang-orang yang merasa
ketakutan dan menghalangi jalan
kebaikan tersebut.
Karena menurutnya ia mampu
melakukan itu, sehingga
menegaskan Krishna Darojatun
untuk mengeluarkannya dari
penjara.
Tataran Kedua
Penanda (Signifier) Pertanda (Signified)
Gambar 2.16 Krishna Darojatun
dan Bagas Notolegowo sedang
berdiskusi
Pancasila dan Undang-undang
Dasar 1945 sudah dasar dan
ideologi final dan tidak dapat
dirubah dengan apapun. Namun
yang jadi permasalahkan sudah
diterapkan atau belum.
Dengan semangat nasionalisme
yang tinggi, Bagas Notologowo
ingin melaksanakan Undang-
undang yang sudah ada untuk
memperbaiki bobroknya sistem
hukum yang diterapkan oleh
oknum-oknum yang tidak
bertangung jawab.
Namun niat dan hajat terhalangi
oleh jebakan yang telah dirancang
secara terstruktur sehingga
menghalangi Bagas Notolegowo
untuk terus memperjuangkan
kebenaran dan keadilan di
Indonesia.
Dengan bantuan Krishna
darojatun ia yakin mampu
melakukannya.
Seorang politisi yang maju atas
dasar rasa cintanya terhadap
negeri ini, maka dia tidak akan
melakukan hal-hal yang justru
merugikan negaranya, justru ia
akan mengharumkan bumi pertiwi
dan memprioritaskan negaranya
dibanding kepentingan
pribadinya.
17 Tataran Pertama
Shot Dialog/suara/teks Visual
Medium
Long
Shot
Bripka Wisnu: Ndan, orang
yang di sepeda motor itu
rasanya Dia orang yang sama
dengan orang yang mencoba
membunuh Pak Bagas waktu
diesel
Iptu Astri: Yakin kamu ya
Bripka Wisnu: Ya saya yakin
Iptu Astri: Siapapun dia yang
pasti dia sudah memberburuk
Citra Kepolisian dan dia harus
kita kejar nu
Gambar 2.17 Bripka Wisnu
meyakinkan Iptu Astri
Penanda (Signifier) Pertanda (Signified)
Bripka Wisnu sedang
duduksambil berbicara yakin
kepada Iptu Astri
Bripka Wisnu ketika bertarung
melawan orang yang berada di
atas motor, ia yakin bahwa orang
tersebut adalah Satria, orang yang
sama yang mencoba membunuh
Bagas Notolegowo di dalam sel.
Kemudian ia berbicara kepada
Iptu Astri dan meyakinkannya.
Iptu Astri sangat menyayangkan
sekali kejadian tersebut, sampai ia
berkata siapapun dia yang pasti
dia sudah memberburuk citra
Kepolisian dan dia harus dikejar.
Tataran Kedua
Penanda (Signifier) Pertanda (Signified)
Gambar 2.17 Bripka Wisnu
meyakinkan Iptu Astri
Setelah mengetahui pelaku
penyerangan Bagas Notolegowo
di dalam sel. Iptu Astri merasa
bahwa Lembaga Aparat keamanan
Negara Kepolisian merasa
diperburuk citra dan nama
baiknya. Itu disebabkan Bagas
Notolegowo diserang oleh Satria
yang menyamar sebagai anggota
Polisi dengan menggunakan
seragam Polisi.
Setelah mendapat jawaban dari
Bripka Wisnu, Iptu Astri dengan
rasa penuh tanggung jawabnya
terhadap tugas negara dan rasa
cintanya terhadap negeri ini, ia
tidak ingin Lembaga Kepolisian
namanya tercoreng. Ia akan terus
mengejar pelaku tersebut.
18 Tataran Pertama
Shot Dialog/suara/teks Visual
Medium
Close
Up
Krishna Darojatun: Oh jadi
satria panuntun ini adalah?
Ricky Bagaskoro: Orang yang
nyerang Papa dipenjara
Krishna Darojatun: Dan 2014
ini adalah?
Ricky Bagaskoro: Atasannya
pasti Faham
Krishna Darojatun: Saya pikir
bukan kalaupun iya dia pasti
Ngga sendirian bukti-bukti
mulai hilang begitu saja dari
Gambar 2.18 Krishna Darojatun
dan Ricky menebak ada oknum
dibalik semua peristiwa
kepolisian dan sekarang mulai
terlihat kalau Hakim dan
pengadilan mulai ada
keberpihakan seperti ada yang
mengatur
Ricky Bagaskoro: Pemerintah?
Krishna Darojatun: Maksud
kamu presiden?
saya selalu mencatat semua
peristiwa yang terjadi di negeri
ini aksi mahasiswa demonstrasi
buruh pembangkangan sampai
ke pembunuhan misterius yang
tidak pernah diketahui siapa
pembunuhnya.
Negeri ini memiliki kemampuan
pendek untuk mengingat seluruh
peristiwa
Semua peristiwa yang terjadi
Selalu dilupakan atau dibuat
lupa saya yakin pasti ada orang-
orang yang menungganginya
dibalik semua peristiwa itu
Penanda (Signifier) Pertanda (Signified)
Ricky Bagaskoro tergesa-gesa
mendatangi rumah Krishna
Darojatun dengan membawa
barang bukti
Ricky Bagaskoro sangat berani
untuk menelusururi TKP
pembunuhan Ramadhan Hasyim,
karena ia merasa yakin bahwa ia
akan menemukan suatu barang
bukti yang bisa menyelamatkan
ayahnya. Setelah apa yang
dilakukannya ternyata ia benar, ia
menemukan apa yang ia fikirkan.
Setelah menemukan itu, dengan
tergesa-gesa ia mendatangi rumah
Krishna Darojatun untuk
memberitahu segala sesuatunya.
Mendapati barang bukti tersebut,
ia tahu bahwa yang menjadi
pelaku pembunuhan misterius itu
ialah Satria Panutan, dan dalang
dari semua ini ialah terindikasi
Faisal Abdul Hamid, namun
Krihna Darojatun meragukan,
karena Faisal Abdul Hamid
tentunya tidak sendirian, pasti ada
lagi orang yang mengaturnya.
Tataran Kedua
Penanda (Signifier) Pertanda (Signified)
Gambar 2.18 Krishna Darojatun
dan Ricky menebak ada oknum
dibalik semua peristiwa
Sikap Ricky yang sangat berani
untuk mencari barang bukti dan
mengungkap siapa pelakunya
demi tegaknya kebearan dan
keadilan di negeri ini merupakan
bukti sikap nasionalisme yang
memang benar-benar tertanam di
dalam jiwanya. Dan di tokoh lain
Krishna Darojatun setelah
mendapati barang bukti dan
menebak pelaku dan dalangnya ia
mulai merasa bingung dan
penasaran atas apa yang terjadi di
negeri ini karena ia selalu
mencatat semua peristiwa yang
terjadi di negeri ini aksi
mahasiswa, demonstrasi buruh,
pembangkangan, sampai ke
pembunuhan misterius yang tidak
pernah diketahui siapa
pembunuhnya.
Menurutnya negeri ini memiliki
kemampuan pendek untuk
mengingat seluruh peristiwa
Semua peristiwa yang terjadi
Selalu dilupakan atau dibuat lupa
ia yakin pasti ada orang-orang
yang menungganginya dibalik
semua peristiwa itu.
Sikap cintanya terhadap tanah air
ini ia mulai merasa ada yang tidak
beres di dalam negeri ini, sebagai
dosen hukun dan pengacara Bagas
Notolegowo ia mulai merasa
negeri ini sudah mulai tidak beres
maka dari itu ia ingin
menyelamatkan negeri ini.
19 Tataran Pertama
Shot Dialog/suara/teks Visual
Medium
Shot
Faisal Abdul Hamid: Seperti
bapak tahukan negara kita kan
sedang carut marut demo di
mana-mana, harga semuanya
pada naik, para pemimpin sibuk
dengan partai nya masing-
masing kasian rakyat Pak Mau
Dibawa Kemana rakyat kita ini
pak?
Gambar 2.19 Faisal Abdul Hamid
berbicara kepada Bagas
Notolegowo
Penanda (Signifier) Pertanda (Signified)
Faisal Abdul Hamid
mengunjungi Bagas
Notolegowo di penjara dengan
maksud dan tujuan
Faisal Abdul Hamid berbicara
kepada Bagas Notolegowo ia
mengatakan bahwa negara ini kan
sedang carut marut demo di mana-
mana, harga semuanya pada naik,
para pemimpin sibuk dengan
partai nya masing-masing kasian
rakyat mau dibawa kemana rakyat
ini.
Tataran Kedua
Penanda (Signifier) Pertanda (Signified)
Gambar 2.19 Faisal Abdul
Hamid berbicara kepada Bagas
Apa yang dikatakan Faisal Abdul
Hamid merupakan suatu kalimat
yang membuktikan cinta terhadap
negeri ini. Kalimat yang memiliki
rasa peduli, memperhatikan
keadaan yang terjadi di negeri ini.
Apa yang dikatakannya sebagai
bukti bahwa negeri ini perlu ada
Notolegowo seorang pemimpin yang bisa
membenahi itu semua.
Agar rakyat bisa hidup sejahtera.
20 Tataran Pertama
Shot Dialog/suara/teks Visual
Medium
Shot
Faham Abdul Hamid: Saya
sedang membicarakan anak
bapak Ricky itu anak berani tapi
dia terlalu berani mestinya dia
membiarkan polisi yang bekerja
apapun yang diambil oleh Ricky
tolong kembalikan kepada saya
karena itu kepentingan rakyat
juga
Bagas Notolegowo: Anda
Selalu bicara tentang rakyat
kepentingan rakyat, rakyat,
rakyat Padahal semua ini untuk
kepentingan Anda pribadi.
Kamu benalu negara Seharusnya
kamu sudah digantung
Kepentingan kamu atau orang-
orang di belakang kamu, kamu
harus berpihak kepada bangsa
ini, rakyat
Gambar 2.20 Faisal Abdul Hamid
berbicara kepada Bagas
Notolegowo
Penanda (Signifier) Pertanda (Signified)
Bagas Notolegowo membentak
Faisal Abdul Hamid
Bagas Notolegowo mulai
mencurigai gerak-gerik Faisal
Abdul Hamid, ia mengatakan
bahwa Faisal Abdul Hamid selalu
bicara tentang rakyat kepentingan
rakyat, rakyat, rakyat.
Sesungguhnya semua ini untuk
kepentingan pribadi.
Bagas Notolegowo
menganggapnya sebaagai benalu
negara seharusnya sudah
digantung.
Kemudian Bagas Notolegowo
berpesan kepada Faisal Abdul
Hamid baik itu kepentingan Faisal
Abdul Hamid atau orang-orang di
belakang nya, Bagas Notolegowo
mengatakan bahwa dirinya harus
berpihak kepada bangsa ini,
rakyat.
Tataran Kedua
Penanda (Signifier) Pertanda (Signified)
Gambar 2.20 Faisal Abdul
Hamid berbicara kepada Bagas
Notolegowo
Bagas Notolegowo sudah
mengetahui rencana busuk yang
dilakukan oleh Faisal abdul
Hamid beserta orang-orang di
belakanya.
Bagas Notolegowo menganggap
bawa Faisal Abdul Hamid hanya
memanfaatkan topeng sebagai
pecinta rakyat. Namun dibalik
topeng rakyat itu justru
terselubung rencana busuk dengan
tujuan tertentu.
Dengan rasa cintanya terhadap
negeri ini, Bagas Notolegowo
membentak Faisal Abdul Hamid
kalau dirinya hanya
memanfaatkan identitas rakyat
untuk melancarkan rencana
busuknya.
Dengan kondisi Bagas
Notolegowo yang tidak dapat
berbuat banyak terhadap negeri
ini karena dikurung dalam sel, ia
pun hanya bisa berharap Faisal
Abdul Hamid dapat berubah,
sehingga ia menaruh harapan
dengan memberinya nasihat ia
mengataan bahwa baik itu
kepentingan Faisal Abdul Hamid
atau orang-orang di belakang nya,
Bagas Notolegowo mengatakan
bahwa dirinya harus berpihak
kepada bangsa ini, rakyat.
21 Tataran Pertama
Shot Dialog/suara/teks Visual
Medium
Close
Up
Faisal Abdul Hamid: Apa
belum jelas perintah dari Pak
Bagas Krisna?
Ricky Bagaskoro: Saya Ricky
anak Bagas Notolegowo
Faisal Abdul Hamid: Oh Ricky
apa kabar rick hm?
Ricky Bagaskoro: Saya punya
yang anda mau tapi Anda tidak
akan mendapatkan apapun, jauhi
ayah saya, sekarang anda bisa
pulang kasih tahu seluruh
keluarga Anda, kasih tahu partai
Anda kasih tahu seluruh
pendukung anda bahwa anda
sudah siap menghabiskan sisa
hidup anda di penjara
Gambar 2.21 Ricky Bagaskoro
mengancam Faisal Abdul Hamid
Penanda (Signifier) Pertanda (Signified)
Ricky Bagaskoro menelpon
Faisal Abdul hamid berbicara
dengan nada yang tinggi serta
membentaknya
Setelah menemui barang bukti
rencana busuk Faisal Abdul
Hamid, Ricky Bagaskoro sangat
yakin bahwa ia bisa
membebaskan ayahnya dan
menjebloskan Faisal Abdul hamid
ke dalam penjara.
Dengan nada yang sangat tinggi
serta membentak Faisla Abdul
Hamid dengan kalimat saya punya
yang anda mau tapi anda tidak
akan mendapatkan apapun, jauhi
ayah saya, sekarang anda bisa
pulang kasih tahu seluruh
keluarga anda, kasih tahu partai
anda kasih tahu seluruh
pendukung anda bahwa anda
sudah siap menghabiskan sisa
hidup anda di penjara.
Tataran Kedua
Penanda (Signifier) Pertanda (Signified)
Gambar 2.21 Ricky Bagaskoro
mengancam Faisal Abdul
Hamid
Disamping rasa sayang kepada
ayahnya, Ricky Bagaskoro
memiliki tekad yang kuat yakni
seorang yang sangat berani dalam
hal bertindak. Dengan
semangatnya ingin menegakkan
kebenaran dan keadilan di negeri
ini ia sampai lupa bahkan gegabah
dalam bertindak. Ia mengambil
barang bukti dari tangan
pembunuh bayaran kemudian ia
mengancam Faisal Abdul Hamid.
Semangat dan jiwa pemberaninya
demi menegakkan kebenaran yang
di negeri ini sangat luar biasa, tapi
disamping itu harus ada hal-hal
yang perlu diperhatikan agar tidak
menjadi boomerang yang justru
menjadi salah langkah dan
merugikan diri sendiri.
22 Tataran Pertama
Shot Dialog/suara/teks Visual
Krishna Darojatun: Lawan
kita itu bukan preman kampung
Seharusnya kamu nggak
ngomong gitu, kamu tahu buat
politikus Tuhan mereka cuman
satu kekuasaan dan mereka akan
melakukan apapun supaya
jalannya lancar kamu tahu itu
kan?
Gambar 2.22 Krishna Darojatun
menasihati Ricky Bagaskoro
Penanda (Signifier) Pertanda (Signified)
Krishna Darojatun dan Ricky Krishna Darojatun sangat
Bagaskoro di dalam sedang
melakukan perjalanan
menyayangkan apa yang sudah
dilakukan oleh Ricky Bagaskoro,
tidak berfikir sebelum bertindak.
Apa yang telah dilakukannya
justru mengancam nyawa dirinya
bahkan orang-orang terdekanya.
Sampai ia berkata lawan mereka
itu bukan preman kampung
Seharusnya Ricky Bagaskoro
tidak berbicara seperti itu,
menurut Krishna Darojatun buat
politikus Tuhan mereka cuman
satu kekuasaan dan mereka akan
melakukan apapun supaya
jalannya lancar.
Tataran Kedua
Penanda (Signifier) Pertanda (Signified)
Gambar 2.22 Krishna
Darojatun menasihati Ricky
Bagaskoro
Krishna Darojatun memberikan
nasihat kepada Ricky Bagaskoro
agar berhati-hati dalam
menghadapi politisi.
Menurutnya Politisi hanyalah
seseorang yang bertujuan hanya
untuk mencapai kekuasaan. Prilaku
Ricky Bagaskoro memang bagus,
untuk mengehntikan politisi yang
dimaksud. Namun yang Krsihna
Darojatun harapkan cara ynag
dilakukan harus berdasarkan
hukum dan UU yang berlaku di
Indonesia.
Nasihat seperti itu, bentuk
pengetahuan yang harus dimiliki
generasi muda yang bertekad
melakukan penyelamatan negeri ini
agar anak muda tidak salah dalam
bertindak dalam menyelamatkan
negeri ini dari para politisi-politisi
kotor.
23 Tataran Pertama
Shot Dialog/suara/teks Visual
Medium
Long
Shot
Jaksa Penuntut: Lihat gambar
dong seharusnya ada luka
tembak di sana tapi ini semua
dimanipulasi
Jaksa Penuntut: Benar majelis
hakim itu semua manipulasi
Penasihat Hukum: Sudah
jelas-jelas ini ada foto
forensiknya mau bukti Apalagi
Hah?
Jaksa Penuntut: Ini
pengadilan, kalau ribut-ribut di
jalanan aja
Penasihat Hukum: Anda
jangan ngomong sembarangan
ya anda sudah disumpah sebagai
penegak hukum
Gambar 2.23 Jaksa Penuntut dan
Penasihat Hukum adu argumen
Penanda (Signifier) Pertanda (Signified)
Suasana persidangan yang
memanas karena perbedaan
pendapat
Jaksa penuntut sangat meragukan
atas hasil foto forensik, dimana
kematian Krishna Darojatun
sesungguhnya adalah mati karena
ditembak oleh seseorang, namun
hasil foto forensiknya
dimanipulasi dan dijadikan
sebagai bukti kuat bahwa
kematian Krishna Darojatun
disebabkan oleh kecelakaan maut.
Namun penasihat hukum
meggunakan barang bukti foto
forensik untuk membuktikan
bahwa kematian Krishna
Darojatun benar memang
kecelakaan.
Memang Jaksa penuntut tidak
menerima bahwa Krishna
Darojatun mati karena kecelakaan
dan mati karena ditembak, namun
tidak ada barang bukti untuk
memperkuat argumen itu.
Sampai-sampai penasihat hukum
berkata anda jangan ngomong
sembarangan ya anda sudah
disumpah sebagai penegak
hukum.
Tataran Kedua
Penanda (Signifier) Pertanda (Signified)
Gambar 2.23 Jaksa Penuntut dan
Jaksa Penasihat adu argumen
Jaksa penuuntut merasa ada yang
janggal dengan barang bukti yang
ditunjukkan oleh penasihat
hukum, namun karena tidak
memiliki bukti yang kuat ia kalah
dalam adu argumen. Penasihat
hukum berkata Anda jangan
ngomong sembarangan ya anda
sudah disumpah sebagai penegak
hukum.
Sebenarnya kalimat itu sangatlah
benar adanya, penegak hukum
semestinya bekerja untuk
mengadili siapa benar dan siapa
salah, hukum harus ditegakkan di
negeri ini secara transparan. Itulah
bentuk nasioanlisme.
Namun apa yang dikatakan
penasihat hukum hanya untuk
melakukan pembelaan atas
kejahatan yang terselubung.
Yang benar menjadi salah dan
yang salah menjadi benar.
Kejahatan yang terstruktur
memang sangat sulit untuk
terbantahkan.
24 Tataran Pertama
Shot Dialog/suara/teks Visual
Medium
Close
Up
Mahasiswa Orasi: Teman-
teman kita semua tahu kematian
Bang Krishna adalah sebuah
rekayasa sebuah manipulasi
adalah suatu bukti bahwa
bobroknya hukum di negara
kita,
Kita harus melawan teman-
teman
Mahasiswa aksi: Lawaaaannn
Gambar 2.24 Mahasiswa gelar
aksi
Penanda (Signifier) Pertanda (Signified)
Puluhan mahasiswa menggelar
aksi ketidakadilan dan
transparansi hukum
Puluhan mahasiswa menggelar
aksi atas keputusan yang yang
ditetapkan oleh majelis hakim dan
informasi yang telah beredar di
media bahwa kematian Krishna
Darojatun disebabkan oleh
kecelakan. Yang menurutnya
fakta dari kematian tersebut ialah
pembunuhan.
Tataran Kedua
Penanda (Signifier) Pertanda (Signified)
Gambar 2.24 Mahasiswa gelar
aksi
Perguruan tinggi merupakan salah
satu pilar penegak masyarakat
madani, untuk itu mahasiswa
memiliki hak untuk bergerak dan
mengkritisi kebijakan pemerintah.
Dan dalam pelaksanaannya harus
sesuai jalur yang benar.
Dalam kasus kematian Krishna
Darojatun mahasiswa tidak terima
dengan keputusan hakim dan
informasi yang beredar di media,
bahwa kematiannya ialah
disebabkan oleh kecelakaan.
Untuk itu mahasiswa menggelar
aksi dengan menyatakan bahwa
kematian Krishna Darojatun
adalah sebuah rekayasa sebuah
manipulasi mengkritisi
pemerintah bahwa penegakan
hukum di negeri ini sudah bobrok.
Sikap yang dilakukan oleh
puluhan mahasiswa tersebut
sebagai bukti rasa cinta mereka
terhadap negeri ini, tidak terima
atas perlakuan penegak hukum
yang ada di negeri ini.
25 Tataran Pertama
Shot Dialog/suara/teks Visual
Medium
Close
Up
Laras: Terus Ayah ngomong
apa lagi
Ricky Bagaskoro: Kita bisa
ngubah pendapat Hakim dengan
bantuan opini publik
Laras: Berarti harus bawa ke
media ya
Ricky Bagaskoro: Hmm kalau
gua, gua bakal mulai dari sosial
media yang gua tahu kita buat
trending topik selama berhari-
hari sampai semua orang
ngomongin kita semua sosial
media ngomongin kita Twitter
Facebook semuanya selama itu
provokatif mereka pasti akan
suka
Laras: Yang kita serang
Hakim?
Ricky Bagaskoro: Faham
Laras: Gimana bisa ngebebasin
bokap lo?
Ricky Bagaskoro: Pengadilan
Bisa kayak gitu karena ada yang
ngejar kita serang supirnya
Laras: Caranya?
Ricky Bagaskoro: Dengerin,
sosial media emang Nggak
Gambar 2.25 Ricky Bagaskoro
dan Laras merencanakan untuk
bisa tampil di media
cukup tapi itu bisa ngebantu kita
ke tempat di mana kita bisa
dilihat sama semua orang TV
Laras: Habis itu?
Ricky Bagaskoro: Ya yang
kayak bokap lo bilang kita
bangun opini publik
Penanda (Signifier) Pertanda (Signified)
Ricky Bagaskoro dan Laras
menyusun rencana untuk
mengugkap kebenaran
Ricky Bagaskoro dan Laras sudah
mengetahui siapa pelaku dan
dalang dari setiap peristiwa,
namun tinggal mencari cara untuk
mengungkapkan pelakunya ke
hadapan publik. Untuk itu Ricky
Bagaskoro memiliki rencana
untuk bisa tampil di televisi agar
terlihat oleh semua orang dan ia
mulai menyusun rencana bersama
Laras dan memulainya dari sosial
media yang mereka tahu,
kemudian membuat trending topik
selama berhari-hari sampai semua
orang membicarakan mereka,
semua sosial media
membicarakan mereka Twitter
Facebook semuanya selama itu
provokatif pasti masyarakat akan
suka. Dengan membangun opini
publik itulah rencana mereka.
Tataran Kedua
Penanda (Signifier) Pertanda (Signified)
Gambar 2.25 Ricky Bagaskoro
dan Laras merencanakan untuk
Setelah kematian Krishna
Darojatun, langkah Bagas
Notolegowo terhenti dan tidak
dapat berbuat apa-apa. Namun ia
memiliki anak yang cerdas dan
pemberani serta mewarisi sifatnya
yang cinta terhadap negeri ini.
Dengan kemampuan yang dimiliki
bisa tampil di media Ricky Bagaskoro meski hanya
sebatas sosial media, ia mencoba
untuk mampu mengungkap
kebenaran dan menyelamatkan
negara ini dari kekacauan yang
telah dibuat oleh orang-orang
yang tidak bertanggung jawab.
26 Tataran Pertama
Shot Dialog/suara/teks Visual
Medium
Close
Up
Bagas Notolegowo: Saya kalah
tapi tidak bersalah Saya tidak
melakukan apapun yang
dituduhkan kepada saya apakah
kita berani berdiri di samping
kebenaran itu apakah kita berani
menjunjung tinggi keadilan saya
percaya anak-anak Nusantara
mampu membedakan mana
yang batil mana yang benar saya
yakin kita mampu
Gambar 2.26 Bagas Notolegowo
memberikan Pledoi
Penanda (Signifier) Pertanda (Signified)
Bagas Notolegowo
menyampaikan pledoi di ruang
sidang
Dalam sidangnya yang kedua
Bagas Notolegowo telah
kehilangan penasihat hukumnya,
dikarenakan telah terbunuh oleh
pembunuh yang sama dengan
Ramadhan Hasyim.
Untuk itu di sidang keduanya ini
ia pasrah dan menyampaikan
pledoi, ia mengatakan bahwa
dirinya kalah tapi tidak bersalah ia
mengaku tidak melakukan apapun
yang dituduhkan kepadanya
menurutnya apakah kita berani
berdiri di samping kebenaran itu
apakah kita berani menjunjung
tinggi keadilan ia percaya anak-
anak Nusantara mampu
membedakan mana yang batil
mana yang benar ia yakin kita
mampu.
Tataran Kedua
Penanda (Signifier) Pertanda (Signified)
Gambar 2.26 Bagas Notolegowo
memberikan Pledoi
Kalimat yang keluar di lisan
Bagas Notolegowo memang benar
apa adanya yang terfikirkan di
benak dan tersimpan dari lubuk
hatinya.
Ia tak mampu berbuat banyak
lagi, hanya berserah diri dan
pasrah atas apa yang telah
menimpanya saat ini.
Ia mempercayakan semuanya
kepada putra putri nusantara, ia
menyerahkan masa depan negara
kepada generasi selanjutnya.
Ia sangat mencintai negeri ini, ia
ingin menyelamatkannya dari
kekacauan yang terjadi, namun
situasi dan kondisional yang
membuatnya tak mampu berbuat
banyak.
27 Tataran Pertama
Shot Dialog/suara/teks Visual
Long
Shot
Presenter: Setuju ya dengan
acara ini Pak Faisal?
Faisal Abdul Hamid: Ya kalau
saya sih ikut saja
Presenter: Hm baik Bagaimana
Pak Samsul?
Syamsul Triadi: Konsepnya
menarik Insya Allah Barokah
buat anak-anak muda
Presenter: Baik Harapan Kita
juga seperti itu ya
Iya Baik sekarang Ricky
Bagaskoro adalah wakil dari
bapak Bagas notolegowo
Gambar 2.27 Acara Dialog
Khusus di Stasiun TV
Ricky Bagaskoro: Rakyat,
wakil dari rakyat
Presenter: Wakil dari rakyat
Penanda (Signifier) Pertanda (Signified)
Ketiga kadidat calon Presiden
sedang mengikuti Dialog
Khusus di stasiun TV
Dalam Dialog Khusus tersebut
Presenter memulai acara dengan
mempertanyakan setiap kandidat
untuk menyetujui
terselenggaranya acara tersebut.
Faisla Abdul Hamid mengatakan
hanya ikut saja, kemudian
Syamsul Triadi mengatakan
bahwa konsepnya menarik Insya
Allah Barokah buat anak-anak
muda, dan yang terakhir Ricky
mengatakan bahwa dia bukan
wakil dari kandidat Bagas
Notolegowo, melainkan rakyat.
Tataran Kedua
Penanda (Signifier) Pertanda (Signified)
Gambar 2.27 Acara Dialog
Khusus di Stasiun TV
Setelah menjalankan strateginya
akhirnya sampai juga di puncak
yang diharapkan, Ricky
Bagaskoro bisa sampai dihadapan
publik dan bisa tampil di televisi,
dalam kata pembukanya ia tidak
mengatakan bahwa dirinya
perwakilan dari kandidat Bagas
Notolegowo yang semestinya
yang berada disitu ialah ayahnya,
namun dengan tegas ia mengatkan
bahwa dirinya wakil dari rakyat.
Ia sangat peduli terhadap rakyat
Indonesia, sehingga mengatakan
bahwa dirinya perwakilan mereka.
Ia sangat mencintai negeri ini, ia
ingin menegakkan kebenaran
dengan tidak membawa identitas
pribadi yang terkesan untuk
memuaskan kepentingan pribadi,
namun ia sangat bijaksana dengan
memakai identitas rakyat.
28 Tataran Pertama
Shot Dialog/suara/teks Visual
Medium
Close
Up
Presenter: Baik kita mulai ya
Apa yang kurang dari Indonesia
apa yang perlu ditingkatkan
mungkin dari Pak Samsul dulu
silahkan
Syamsul Triadi: Saya pikir
Indonesia memerlukan
pedoaman moral dan agama
karena seringkali terjadi bahkan
di negara maju sekalipun sarjana
sarjana menjadi penjahat bahkan
yang lebih parah lagi penjahat
berdasi maling pun berpangkat
kan kebangetan itu jadi
pendalaman moral dan agama
menjadi sangat penting
InsyaAllah
Presenter: Baik
Gambar 2.28 Syamsul Triadi
menyatakan Pendapat
Penanda (Signifier) Pertanda (Signified)
Syamsul Triadi menjawab
pertanyaan Presenter
Syamsul Triadi mengatakan
bahwa Indonesia memerlukan
pedoaman moral dan agama
karena seringkali terjadi bahkan di
negara maju sekalipun sarjana
sarjana menjadi penjahat bahkan
yang lebih parah lagi penjahat
berdasi maling pun berpangkat
kan kebangetan itu jadi
pendalaman moral dan agama
menjadi sangat penting
Tataran Kedua
Penanda (Signifier) Pertanda (Signified)
Bagi Syamsul Triadi bentuk
Gambar 2.28 Syamsul Triadi
menyatakan Pendapat
penyelamat negeri ini ialah
dengan lebih mendalami
pemahaman tentang moral dan
agama, karena menurutnya moral
dan agama sangat penting untuk
menyelamatkan negara ini dari
para penjahat berdasi dan maling
berpangkat. Dalam artian ketika
sesorang telah memahami moral
dan agama InsyaAllah perbuatan
tersebut tidak akan pernah terjadi
dan Indonesia akan semakin
aman, damai, dan sejahtera tanpa
adanya penjahat berdasi dan
maling berpangkat yang dimaksud
ialah koruptor.
Perbuatan tersebutlah yang perlu
ditingkatkan sebagai bentuk rasa
cinta terhadap negeri ini.
29 Tataran Pertama
Shot Dialog/suara/teks Visual
Medium
Shot
Presenter: Iya baik menurut
anda Pak Faisal Apa yang
kurang dari Indonesia dan apa
yang perlu ditingkatkan?
Faisal Abdul Hamid:
Kesejahteraan rakyat ya
Presenter: Kesejahteraan
Seperti apa maksudnya pak?
Faisal Abdul Hamid: Begini
kalau anda lapar apa Anda bisa
bekerja jadi rakyat tidak boleh
lapar dan rakyat harus berhenti
memikirkan makan apa besok
kalau pikiran-pikiran seperti itu
sudah tidak ada lagi pasti akan
timbul pikiran-pikiran baru
ngerjain apa besok berkarya apa
besok supaya bisa bergerak dan
Gambar 2.29 Faisal Abdul Hamid
menyatakan pendapat
berkembang
Presenter: Baik
Penanda (Signifier) Pertanda (Signified)
Faisal Abdul Hamid menjawab
pertanyaan Presenter
Faisal Abdul hamid mengatakan
bahwa Indonesia memerluksn
kesejahteraan rakyat.
Kesejahteraan yang dimaksud
ialah rakyat tidak boleh lapar dan
rakyat harus berhenti memikirkan
makan apa besok kalau pikiran-
pikiran seperti itu sudah tidak ada
lagi pasti akan timbul pikiran-
pikiran baru ngerjain apa besok
berkarya apa besok supaya bisa
bergerak dan berkembang
Tataran Kedua
Penanda (Signifier) Pertanda (Signified)
Gambar 2.29 Faisal Abdul
Hamid menyatakan pendapat
Bagi Faisal Abdul Hamid yang
perlu ditingkatkan Indonesia ialah
kesejahteraan, Faisal Abdul
Hamid menginginkan rakyat
Indonesia bisa berkarya dan
berkembang tanpa harus
memikirkan makan apa besok. Ia
ingin rakyat Indoesia bisa maju.
Bentuk cintanya terhadap negeri
ini ialah dengan mensejahterakan
sumber daya manusianya agar
bisa berkembang dan berkarya
serta negara Indonesia pun bisa
maju.
30 Tataran Pertama
Shot Dialog/suara/teks Visual
Close
Up
Presenter: Ricky apa yang
kurang dari Indonesia dan apa
yang perlu ditingkatkan?
Ricky Bagaskoro: Kurang
berani
Presenter: Kurang berani
maksudnya?
Ricky Bagaskoro: Keberanian
itu bukan cuma berani untuk
menyatakan pendapat tapi juga
berani bertindak saya lihat dunia
ini sederhana yang kuat yang
menang di saat kita merasa ada
kekuatan diatas kita yang
menekan kita tidak lagi berani
untuk berpendapat apalagi
bertindak dan di saat kita
melihat ketidakadilan
dipraktekkan oleh orang-orang
yang berkuasa kita hanya
terdiam, kurang berani.
Gambar 2.30 Ricky Bagaskoro
menyatakan penadapat
Penanda (Signifier) Pertanda (Signified)
Ricky Bagaskoro menjawab
pertanyaan Presenter
Ricky Bagaskoro mengatakan
bahwa Indonesia kurang berani,
maksudnya ialah keberanian itu
bukan cuma berani untuk
menyatakan pendapat tapi juga
berani bertindak saya lihat dunia
ini sederhana yang kuat yang
menang di saat kita merasa ada
kekuatan diatas kita yang
menekan kita tidak lagi berani
untuk berpendapat apalagi
bertindak dan di saat kita melihat
ketidakadilan dipraktekkan oleh
orang-orang yang berkuasa kita
hanya terdiam
Tataran Kedua
Penanda (Signifier) Pertanda (Signified)
Bagi Ricky Bagaskoro ia ingin
keadilan ditegakkan di Indonesia.
Ia tidak ingin ada orang-orang
penguasa memberi tekanan
kepada orang-orang kecil dalam
Gambar 2.30 Ricky Bagaskoro
menyatakan penadapat
artian rakyat. Dan dia berharap
agar rakyat berani untuk
melakukan sesuatu. Yang
dimaksud ialah tidak hanya berani
mengeluarkan pendapat, namun
berani untuk bertindak.
Ia sangat peduli dan cinta
terhadap negeri ini, sampai ia
harus mengkritisi ketidak adilan
yang terjadi di negeri ini.
Ia menginginkan para penguasa di
negeri ini tidak memberlakukan
seperti hukum rimba, yaitu yang
kuat yang menang.
Namun itu terjadi, maka orang-
orang kecil harus berani untuk
melawan.
Maka dari itu dengan memilki
rasa cinta terhadap negeri ini,
keadilan akan ditegakkan tanpa
memandang siapa penguasa dan
siapa orag kecil.
31 Tataran Pertama
Shot Dialog/suara/teks Visual
Medium
Close
Up
Jusuf Syahrir: Saudara Faisal
saya peringatkan kalau saudara
masih mengira bahwa seorang
presiden bisa mempengaruhi
pemilu saudara Salah alamat
kalau saudara ingin maju jadi
presiden saudara harus jujur dan
tegas
Gambar 2.31 Jusuf Syahrir
memberikan nasihat kepada Faisal
Abdul Hamid
Penanda (Signifier) Pertanda (Signified)
Presiden RI memberikan
peringatan kepada Faisal Abdul
Hamid
Jusuf Syahrir yang sedang
menjabat sebagai Presiden
memperingati Faisal Abdul
Hamid pada saat ia
mengunjunginya di Istana dengan
tujuan agar Presiden dapat
mempengaruhi pemilu.
Namun dengan gamblang
Presiden mengatakan bahwa kalau
Faisal Abdul Hmid masih mengira
bahwa seorang presiden bisa
mempengaruhi pemilu ia Salah
alamat kalau ia ingin maju jadi
presiden is harus jujur dan tegas
Tataran Kedua
Penanda (Signifier) Pertanda (Signified)
Gambar 2.31 Jusuf Syahrir
memberikan nasihat kepada
Faisal Abdul Hamid
Sebagai orang nomer 1 di
Indonesia, pada akhirnya Jusuf
Syahrir angkat bicara soal pemilu
yang mulai dikotori oleh Faisal
Abdul Hamid.
Namun ia hanya memperingatinya
bahwa kalau ia ingin maju jadi
presiden is harus jujur dan tegas.
Karena sebuah negara bisa maju
atau hancur, tergantung
pemimpinnya, maka dari itu
Presiden mengatkan demikian
agar negara Indonesia menjadi
negara yang bersih dan maju,
karena seorang pemimpin yang
jujur dan tegas.
Ia mengatakan demikian karena ia
sebagai seorang presiden dan
sangat mencintai negarnya.
Sudah mengetahui apa yang perlu
dilakukan.
32 Tataran Pertama
Shot Dialog/suara/teks Visual
Long
Shot
Suara backsound musik dan dan
para penonton yang sangat
antusias
Gambar 2.32 Suasana ruang
sidang
Penanda (Signifier) Pertanda (Signified)
Suasana setelah sidang selesai Sidang menyatakan bahwa Bagas
Notolegowo terbukti tidak
bersalah.
Masyarakat sangat antusias baik
yang menonton persidangan
secara langsung maupun melalui
televisi, sangat bahagia atas
putusan hakim bebasnya Bagas
Notolegowo.
Tartaran Kedua
Penanda (Signifier) Pertanda (Signified)
Gambar 2.32 Suasana ruang
sidang
Musik yang diputar dalam adegan
suasana yang sangat berbahagia
itu ialah lagu Indonesia Pusaka
Karya Ismail Marzuki.
Lagu tersebut mengisahkan betapa
jayanya Indonesia, dengan
bebasnya Bagas Notolegowo
rakyat sangat berbahagia, rakyat
menaruh harapan besar kepadanya
untuk masa depan Indonesia,
untuk rakyat serta putra-putri
bangsa kedepannya.
Lagu tersebut merupakan salah
satu lagu Nasional yang memiliki
makna yang sangat mendalam.
Sehingga menggugah rasa
semangat nasionalisme kita.
33 Tataran Pertama
Shot Dialog/suara/teks Visual
Medium
Long
Shot
Bagas Notolegowo:
Indonesiaku Nusantaraku,
Pemilu kali ini mengingatkan
saya pada para pemimpin kita
terdahulu, mereka bertarung
berjuang bertekad satu
kemenangan kemerdekaan
Indonesia. Apakah pemimpin-
pemimpin kita sekarang ini
punya tujuan yang sama?
Jawabannya ada di lubuk hati
saudara-saudara sekalian. Tidak
ada lagi sandiwara, rakyat bukan
penonton rakyat adalah raja,
pemerintah adalah pelayan, saya
adalah pelayan merdeka
merdeka merdeka
Gambar 2.33 Bagas Notolegowo
berpidato dihadapan masyarakat
luas
Penanda (Signifier) Pertanda (Signified)
Bagas Notolowo menyampaikan
Pidato dihadapan masyarakat
Bagas Notolegowo
menyampaikan Pidato kebangsaan
dihadapan masyarakat Indonesia.
Pidato yang berisi semangat
nasionalisme.
Yang mana pemimpin terdahulu
memeperjuangkan satu
kemenangan yaitu kemerdekaan.
Dan ia berharap seluruh
masyarakat Indonesia berfikir
bahwa pemimpin saat ini tetap
memiliki itu, kemerdekaan dalam
hal apapun.
Ia berkata bahwa pemerintah
adalah pelayan sedangkan rakyat
adalah raja.
Tataran Kedua
Penanda (Signifier) Pertanda (Signified)
Dalam pidatonya yang tegas
Bagas Notolegowo
membangkitkan semangat
Gambar 2.33 Bagas Notolegowo
berpidato dihadapan masyarakat
luas
Nasionalisme kepada rakyatnya,
ia berharap masyarakat Indonesia
memiliki pemimpin yang sama
seperti pemimpin-pemimpin
sebelumnya yang selalu
memperjuangkan kemerdekaan
rakyatnya.
Pemimpin yang selalu melayani
rakyatnya, pemimpin yang
mencintai rakyat dan negaranya.
Jiwa nasionalisme tertanam
dilubuk hati Bagas Notolegowo
serta ditanamkan juga kepada
masyarakat Indonesia melalui
pidato kebangsaannya.
CURRICULUM VITAE
A. Informasi Diri
Nama : Sunardi
Tempat & Tgl. Lahir : Palembang, 15 Oktober 1997
Pekerjaan : Pelajar/Mahasiswa
Alamat : RT.03 RW.02 Desa. Ujung Tanjung SP.04
Unit 11, Kec. Bahar Selatan, Kab. Muaro Jambi,
Prov. Jambi
B. Riwayat Pendidikan
1. 2003-2009 : SDN No 182/IX Ujung Tanjung
2. 2009-2012 : SMPN 25 Muaro Jambi
3. 2012-2015 : SMAS Islam Al-Arief Muaro Jambi
4. 2015-Sekarang : UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
C. Karya Tulis
-
D. PenghargaanAkademis
-
E. Riwayat Organisasi
1. 2011 : Anggota Osis Koor. Divisi Agama SMPN 25
Muaro Jambi
2. 2014 : Ketua Osis SMAS Islam Al-Arief Muaro Jambi