42
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perkembangannya, pengawas satuan pendidikan lebih diarahkan untuk memiliki serta memahami bahkan dituntut untuk dapat mengamalkan apa yang tertuang dalam peraturan menteri tentang kepengawasan. Tuntutan tersebut salah satunya tentang kompetensi dalam memahami metode dan teknik dalam supervisi. Seorang supervisor adalah orang yang profesional ketika menjalankan tugasnya, ia bertindak atas dasar kaidah-kaidah ilmiah untuk meningkatkan mutu pendidikan. Untuk menjalankan supervisi diperlukan kelebihan yang dapat melihat dengan tajam terhadap permasalahan dalam peningkatan mutu pendidikan, menggunakan kepekaan untuk memahaminya dan tidak hanya sekedar menggunakan penglihatan mata biasa, sebab yang diamatinya bukan masalah kongkrit yang tampak, melainkan memerlukan insight dan kepekaan mata batin. Seorang supervisor membina peningkatan mutu akademik yang berhubungan dengan usaha-usaha menciptakan kondisi belajar yang lebih baik berupa aspek akademis, bukan masalah fisik material semata. Ketika supervisi dihadapkan pada kinerja dan pengawasan mutu pendidikan oleh pengawas satuan pendidikan, tentu memiliki misi yang berbeda dengan supervisi oleh kepala sekolah. Hal ini bertujuan untuk 1

MAKALAH SUPERVISI PENDIDIKAN

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MAKALAH SUPERVISI PENDIDIKAN

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam perkembangannya, pengawas satuan pendidikan lebih diarahkan untuk

memiliki serta memahami bahkan dituntut untuk dapat mengamalkan apa yang tertuang

dalam peraturan menteri tentang kepengawasan. Tuntutan tersebut salah satunya tentang

kompetensi dalam memahami metode dan teknik dalam supervisi. Seorang supervisor

adalah orang yang profesional ketika menjalankan tugasnya, ia bertindak atas dasar

kaidah-kaidah ilmiah untuk meningkatkan mutu pendidikan. Untuk menjalankan supervisi

diperlukan kelebihan yang dapat melihat dengan tajam terhadap permasalahan dalam

peningkatan mutu pendidikan, menggunakan kepekaan untuk memahaminya dan tidak

hanya sekedar menggunakan penglihatan mata biasa, sebab yang diamatinya bukan

masalah kongkrit yang tampak, melainkan memerlukan insight dan kepekaan mata batin.

Seorang supervisor membina peningkatan mutu akademik yang berhubungan

dengan usaha-usaha menciptakan kondisi belajar yang lebih baik berupa aspek akademis,

bukan masalah fisik material semata. Ketika supervisi dihadapkan pada kinerja dan

pengawasan mutu pendidikan oleh pengawas satuan pendidikan, tentu memiliki misi yang

berbeda dengan supervisi oleh kepala sekolah. Hal ini bertujuan untuk memberikan

pelayanan kepada kepala sekolah dalam mengembangkan mutu kelembagaan pendidikan

dan memfasilitasi kepala sekolah agar dapat melakukan pengelolaan kelembagaan secara

efektif dan efisien.

Dalam konteks pengawasan mutu pendidikan, maka supervisi oleh pengawas

satuan pendidikan antara lain kegiatannya untuk melakukan suatu pengamatan secara

intensif terhadap kegiatan utama dalam sebuah organisasi dan kelembagaan pendidikan

dan kemudian ditindak lanjuti dengan pemberian feed back, sebagaimana diadaptasi dari

Razik (1995: 559). Hal ini sejalan pula dengan adaptasi dari L. Drake (1980: 278) yang

menyebutkan bahwa supervisi adalah sebagai suatu peristilahan yang sophisticated, sebab

memiliki arti yang luas, yakni identik dengan proses manajemen, administrasi, evaluasi

dan akuntabilitas atau berbagai aktivitas serta kreatifitas yang berhubungan dengan

pengelolaan kelembagaan pada lingkungan kelembagaan setingkat sekolah.

1

Page 2: MAKALAH SUPERVISI PENDIDIKAN

Mengacu pada pemikiran di atas, maka bantuan berupa pengawasan profesional

oleh pengawas satuan tenaga kependidikan tentunya diarahkan pada upaya untuk

meningkatkan pelaksanaan kegiatan kepala sekolah dalam menetralisir, mengidentifikasi

serta menemukan peluang-peluang yang dapat diciptakan guna meningkatkan mutu

kelembagaan secara menyeluruh.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulisan makalah ini dapat

dirumuskan ke dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1. Teknik dan metode apa yang digunakan dalam supervisi pendidikan?

2. Bagaimana pengembangan model yang digunakan dalam supervisi pendidikan?

3. Pendekatan apa yang digunakan dalam supervisi pendidikan?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan makalah ini

adalah sebagai berikut:

1. Untuk menjelaskan teknik dan metode yang digunakan dalam supervisi

pendidikan.

2. Untuk menjelaskan pengembangan model yang digunakan dalam supervisi

pendidikan.

3. Untuk menjelaskan pendekatan yang digunakan dalam supervisi pendidikan?

2

Page 3: MAKALAH SUPERVISI PENDIDIKAN

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Definisi Supervisi Pendidikan

Definisi atau pengertian supervisi dapat dijelaskan dari berbagai sudut, baik

menurut asal-usul (etimologi), bentuk perkataannya (morfologi), maupun isi yang

terkandung di dalam perkataanya itu (semantik). Istilah supervisi berasal dari dua kata

yaitu “super” dan “vision”. Dalam Webstr’s New World Dictionari istilah super berarti

“Higher in rank or position than, superior to (superintendent), a greater or better than

others” (1991:1343), sedangkan kata vision berarti “The ability to perceive something not

actually visible, as through mental acutness or keen foresight” (1991:1492).

Secara etimologis, supervisi menurut S. Wajowasito dan W.J.S Poerwadarminta

yang dikutip oleh Ametembun (1993: 1): “Supervisi yang dialih bahasakan dari perkataan

Inggris Supervision yang artinya pengawasan”.

Pengertian supervisi secara morfologis menurut Ametembun (1993:2)

menyebutkan bahwa dilihat dari bentuk perkataannya, supervisi terdiri dari dua buah kata

“super” artinya atas, lebih dan “vision” artinya: lihat, tilik, awasi. Jadi makna yang

terkandung dari pengertian tersebut, bahwa seorang supervisor mempunyai kedudukan

atau posisi lebih dari orang yang disupervisi, tugasnya adalah melihat, menilik atau

mengawasi orang-orang yang disupervisi.

Pengertian supervisi secara semantik adalah pengertian yang dirumuskan oleh para

ahli, untuk memperoleh suatu gambaran komparatif. Supervisi adalah pengawasan

profesional dalam bidang akademik yang dijalankan berdasarkan kaidah-kaidah keilmuan

tentang bidang kerjanya, memahami tentang pembelajaran lebih mendalam dari sekedar

pengawas biasa.

Istilah supervisi atau pengawasan dalam kelembagaan pendidikan diidentikkan

dengan supervisi pengawasan profesional, hal ini tentu dihadapkan pada berbagai

peristiwa dan kegiatan, contoh jika pengawasan dilakukan oleh kepala sekolah, maka

pengawasan dilakukan untuk melihat kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran

terhadap siswa, namun jika supervisi dilaksanakan oleh pengawas satuan pendidikan,

maka kepala sekolah dalam konteks kelembagaan jelas menjadi tujuan utama dalam

meningkatkan mutu pendidikan secara menyeluruh.

3

Page 4: MAKALAH SUPERVISI PENDIDIKAN

Para ahli dalam bidang administrasi pendidikan memberikan kesepakatan bahwa

supervisi pendidikan merupakan disiplin ilmu yang memfokuskan diri pada pengkajian

peningkatan situasi belajar-mengajar, seperti yang diungkapkan oleh ( Gregorio, 1966,

Glickman Carl D, 1990, Sergiovanni, 1993 dan Gregg Miller, 2003). Hal ini diungkapkan

pula dalam Association for Supervision and Curriculum Development, 1987:129) yang

menyebutkan sebagai berikut: Almost all writers agree that the primery focus in

educational supervision is-and should be-the improvement of teaching and learning. The

term instructional supervision is widely used in the literatur of embody all effort to those

ends. Some writers use the term instructional supervison synonymously with general

supervision.

Rifa’i (1992: 20) merumuskan istilah supervisi merupakan pengawasan

profesional, sebab hal ini disamping bersifat lebih spesifik juga melakukan pengamatan

terhadap pengawasan akademik yang mendasarkan pada kemampuan ilmiah, dan

pendekatannya pun bukan lagi pengawasan manajemen biasa yang bersifat human, tetapi

lebih bersifat menuntut kemampuan profesional yang demokratis dan humanistik oleh para

pengawas pendidikan.

Supervisi pada dasarnya diarahkan pada tiga kegiatan besar yang masing-masing

memiliki garapan serta wilayah tersendiri, antara lain:

1. Supervisi Akademis

Menitikberatkan pada pengamatan supervisor tentang masalah-masalah

yang berhubungan dengan kegiatan akademis, diantaranya hal-hal yang langung

berada dalam lingkungan kegiatan pembelajaran pada waktu siswa sedang

mempelajari sesuatu.

2. Supervisi Administrasi

Menitikberatkan pada pengamatan supervisor pada aspek-aspek

administrasi yang berfungsi sebagai pendukung dan pelancar terlaksananya proses

pembelajaran.

3. Supervisi Lembaga

Diarahkan pada kegiatan dalam rangka menyebarkan objek pengamatan

supervisor tentang aspek-aspek yang berada di seantero sekolah dan berperan

dalam meningkatkan nama baik sekolah atau kinerja sekolah secara keseluruhan.

4

Page 5: MAKALAH SUPERVISI PENDIDIKAN

Sasaran pengawasan di lingkungan kelembagaan pendidikan selama ini

menunjukkan kesan seolah-olah segi fisik material yang tampak merupakan saaran yang

sangat penting, namun pengolahan dana, sistem kepegawaian, perlengkapan serta sistem

informasi yang dipergunakan oleh lembaga nyaris merupakan sesuatu yang terabaikan.

Supervisi kelembagaan menebarkan objek pengamatan supervisor pada aspe-aspek yang

berada d lingkungan sekolah, artinya lebih bertumpu pada citra dan kualitas sekolah, sebab

dapat dimaklumi bahwa sekolah yang memiliki popularitas akan menjadi lembaga

pendidikan yang secara otomatis dapat menarik perhatian masyarakat yang pada

gilirannya akan menyekolahkan anak-anak mereka ke sekolah dimaksud.

Citra sekolah selain digambarkan oleh sarana dan fasilitas yang memadai, juga

dibuktikan dengan kualitas proses pembelajaran serta kualitas lulusan yang dapat diakui

oleh masyarakat keberadaan lulusan lembaga terkait, selain itu juga tampak sekolah yang

baik dilihat dari sisi ketertiban, pengelolaan, kesejahteraan serta situasi dan kondisi

lingkungan yang memang kondusif untuk belajar.

B. Misi, Visi, Orientasi dan Strategi Supervisi Pendidikan

Visi dalam supervisi pendidikan adalah pandangan jauh ke depan yang dapat

diciptakan oleh supervisor dalam melihat kebutuhan-kebutuhan baik bagi pengembangan

kelembagaan maupun pengembangan personal yang sekaligus menjadi pelaksana

kelembagaan terkait. Sedangkan misi dalam supervisi pendidikan adalah untuk

mengoptimalkan pencapaian sasaran akademik, yang berupa penguasaan murid atas mata

pelajaran yang diajarkan.

Orientasi diartikan sebagai salah satu wacana yang ingin dikembangkan terkait

dengan tindakan-tindakan nyata yang dilakukan oleh supervisor dalam rangka

pengembangan diri. Sedangkan strategi merupakan seperangkat tindakan yang seharusnya

dilakukan untuk memcapai tujuan dengan mengakomodasi segenap kemampuan sekolah

yang dimiliki. Setiap tindakan yang dilakukan ditujukan untuk mencapai tujuan. Usaha

yang dijalankan merupakan tindakan merealisasikan tujuan agar tercapai dengan cara yang

terbaik. Semua tindakan diambil karena mengerti dan memahami dengan baik bagaimana

semestinya meningkatkan mutu pembelajaran dilakukan. Oleh karena itu, perlu dilakukan

pelipat gandaan usaha, memaksimalkan aktivitas termasuk di dalamnya membuat

keputusan, merumuskan tujuan, membuat kebijakan, meyusun program, menggunakan

sumber daya agar usahanya meningkatkan mutu pendidikan berhasil.

5

Page 6: MAKALAH SUPERVISI PENDIDIKAN

Pengertian strategi dimaknai sebagai proses kegiatan yang dipilih karena cocok

digunakan untuk mengimplementasikan keputusan peningkatan mutu pembelajaran di

lingkungan sekolahnya. Strategi yang dijalankan akan mengantarkannya pada efektivitas

dalam melaksanakan bantuan profesional, hal ini dikarenakan:

1. Guru ditempatkan sebagai sentral kegiatan pembelajaran yang mempunyai

kedaulatan penuh.

2. Urusan mengajar merupakan urusan guru sepenuhnya. Kegiatan akademik yang

dilaksanakan guru merupakan tanggung jawab profesional guru. Guru memperoleh

kepercayaan penuh dalam menjalankan tugas mengajarkan.

3. Persahabatan, keakraban dan pergaulan yang saling menghargai merupakan

kondisi yang diciptakan oleh gaya kepemimpinannya sebagai pemimpin

pembelajaran. Faktor ini memjadi kunci keberhasilan dalam melaksanakan

peningkatan mutu pembelajaran, sebab terciptanya kultur sekolah yang

menyenangkan karena semua guru merasa dihargai dan dihormati.

4. Kebebasan berbicara dalam pergaulan yang bersahabat merupakan kondisi awal

memperoleh informasi dari guru tentang masalah apa sebenarnya yang sedang

dihadapi guru. Banyak masalah terungkap dari pergaulan yang wajar diantara

mereka. Masalah dikemukakan dalam kemasan obrolan yang tidak memerlukan

situasi formal. Dalam pergaulan seperti ini penyampaian masalah dari guru tidak

dirasakan sebagai beban berat untuk disampaikan karena situasinya yang wajar.

Keterbukaan menjadi pemecahan masalah menjadi mudah.

5. Guru diperlakukan sebagai teman yang dapat diajak kerjasama memperbaiki mutu

pembelajaran dalam keadaan setara. Pemecahan masalah belajar dan mengajar

dibicarakan dengan guru ketika guru dalam keadaan penuh kesadaran, tanpa stress,

dalam keadaan bisa tidak dalam keadaan sibuk.

6. Tutor kolega merupakan forum diantara sesama guru dalam lingkungan sekolah,

yang bertujuan untuk saling bertukar pengalaman dan pengetahuan dalam

memperbaiki mutu mengajar, saling mengimbas pengetahuan dari guru yang satu

keguru lain atau kepada sekelompok guru.

7. Guru yang telah mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan, lokakarya, dan

pengembangan berkewajiban menularkan ilmu yang diperolehnya kepada guru

lain, dalam berbagai cara, dalam pertemuan yang mereka adakan sendiri.

6

Page 7: MAKALAH SUPERVISI PENDIDIKAN

8. Guru yang sedang mencobakan strategi pembelajaran baru d kelas harus

memberikan kesempatan kepada guru lain untuk melihat dan bertanya tentang

kegiatan yang dijalankan, mereka mengkomunikasikannya diantara mereka sendiri.

Diantara mereka saling bertukar pengalaman dalam menemukan cara terbaik

berdasarkan iuran pemikiran berkontribusi salling melengkapi.

9. Guru yang memiliki pengalaman dan mengetahui bagaimana cara melaksanakan

sebuah medote atau cara mengajar yang layak diketahui oleh sesama teman guru,

diminta atau tidak diminta pada suatu ketika dalam

10. Pertemuan informal atau diminta oleh kepala sekolah berkewajiban untuk

menginformasikan kepada guru lain agar diketahui dan dicontoh bila perlu.

11. Tutor kolega juga merupakan forum untuk menyamakan persepsi sekolah dalam

berhadapan dengan lingkungannya. Terutama mempersamakan usaha-usaha

meningkatkan mutu dalam memberi kepuasan kepada masyarakat dan orang tua.

Oleh kepala sekolah tutor sebaya juga digunakan sebagai forum yang sewajarnya

untuk bisa mengetahui guru yang dijadikan kader sekolah untuk kegiatan-kegiatan

sekolah.

12. Kegiatan kelompok kerja dalam gugus dijadikan sebagai media untuk bertukar

pengalaman dalam memecahkan berbagai masalah pembelajaran. Maslah diungkap

baik dari pengalaman kesaharian, temuan dari buku teks, ketidakpuasan belaj

murid, kebijakan sekolah masing-masing untuk diterjemahkan dalam proses

belajar maupun yang datang dari dinas. Proses diskusi dalam gugus dipandu secara

bergantian sesuai dengan permasalahan.

Perubahan lingkungan eksternal dan internal. Penelitian yang mendalam

menemukan juga bahwa latar belakang kegiatan supervisi bantuan profesional didorong

oleh banyak faktor yaitu : perubahan lingkungan sekolah yang bergerak maju kearah

keleluasaan dalam mengelola sekolah, persaingan yang tumbuh sebagai akibat otonomi

sekolah dan keterlibatkan masyarakat dalam Manajemen Berbasis Sekolah yang menuntut

diperbaikinya pelayanan belajar kearah yang lebih memuaskan, serta tumbuhnya

kerjasama yang harmonis dalam bentuk “bersanding, berjalan sering tetapi tetap ketat

bersaing”.

7

Page 8: MAKALAH SUPERVISI PENDIDIKAN

C. Langkah-Langkah Pembinaan Kemampuan Guru

Melalui supervisi akademik, ada lima langkah dalam pembinaan kemampuan guru

antara lain:

1. Menciptakan Hubungan yang Harmonis.

Langkah pertama dalam pembinaan keterampilan pembelajaran guru adalah

menciptakan hubungan yang harmonis antara pengawas dan guru,serta semua pihak yang

terkait dengan program pembinaan keterampilan pembelajaran guru. Dalam upaya

melaksanakan supervisi akademik memang diperlukan kejelasan informasi antar personil

yang terkait. Tanpa kejelasan informasi, guru akan kebingungan, tidak tahu yang

diharapkan kepala sekolah, dan meyakini bahwa tujuan pokok dalam pengukuran

kemampuan guru, sebagai langkah awal setiap pembinaan keterampilan pembelajaran

melalui supervisi akademik, adalah hanya untuk mengidentifikasi guru yang baik dan yang

kurang terampil dalam mengajar. Padahal seandainya ada kejelasan informasi, tentu tidak

akan terjadi guru yang demikian.

Komunikasi antara kepala sekolah dan guru dikatakan efektif apabila guru benar-

benar menerima supervisi akademik sebagai upaya pembinaan kemampuannya. Dalam

upaya ini, diperlukan kejelasan informasi mengenai hakikat dan tujuan supervisi

akademik. Dalam upaya memperjelas program supervisi akademik, tentu diperlukan suatu

cara dan prinsip-prinsip tertentu dalam berkomunikasi. Bagaimanakah berkomunikasi

secara efektif.

Ada sejumlah prinsip komunikasi yang harus diterapkan oleh kepala sekolah,

sebagaimana dikemukakan oleh Marks, Stoops dan Stoops, sebagai berikut:

a. Berbicaralah sebijaksana dan sebaik mungkin.

b. Ikutilah pembicaraan orang lain secara saksama.

c. Ciptakan hubungan interpersonal antar personil.

d. Berpikirlah sebelum berbicara.

e. Ikutilah norma-norma yang berlaku pada latar sekolah.

f. Usahakanlah untuk memahami pendapat orang lain.

g. Konsentrasikan pada pesanmu, bukan pada dirimu sendiri.

h. Kumpulkan materi untuk mengadakan diskusi bila perlu.

i. Persingkat pembicaraan.

j. Ciptakan ketidaksanggupan.

8

Page 9: MAKALAH SUPERVISI PENDIDIKAN

k. Bersemangatlah.

l. Raihlah sikap orang lain untuk membantu program.

m. Berkomunikasilah dengan “eye communication”.

n. Selalu mencoba.

o. Jadilah pendengar yang baik.

p. Ketahuilah kapan sebaiknya berhenti berkomunikasi.

2. Analisis Kebutuhan

Sebagai langkah kedua dalam pembinaan keterampilan pengajaran guru adalah

analisis kebutuhan (needs assessment). Secara hakiki, analisis kebutuhan merupakan

upaya menentukan perbedaan antara pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang

dipersyaratkan dan yang secara nyata dimiliki. Prinsip supervisi pengajaran yang ketujuh,

sebagaimana telah dikemukakan di muka, adalah obyektif, artinya dalam penyusunan

program supervisi pengajaran harus didasarkan pada kebutuhan nyata pengembangan

profesional guru. Dalam upaya memenuhi prinsip ini diperlukan analisis kebutuhan

tentang keterampilan pengajaran guru yang harus dikembangkan melalui supervisi

pengajaran.

Adapun langkah-langkah dalam menganalisis kebutuhan adalah sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi perbedaan (gap) apa saja yang ada antara pengetahuan,

keterampilan, serta sikap yang nyata dan yang seharusnya dimiliki guru?

Perbedaan dikelompokkan , disintesiskan, dan diklasifikasikan.

b. Mengidentifikasi lingkungan dan hambatan-hambatannya.

c. Menetapkan tujuan umum jangka panjang.

d. Mengidentifikasi tugas-tugas manajemen yang dibutuhkan pada fase ini, seperti

keuangan, sumber-sumber, perlengkapan dan media.

e. Mencatat prosedur-prosedur untuk mengumpulkan informasi tambahan tentang

pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dimiliki guru. Pergunakanlah teknik-

teknik tertentu, seperti mengundang konsultan dari luar sekolah, wawancara, dan

quesioner.

f. Mengidentifikasi dan mencatat kebutuhan-kebutuhan khusus pembinaan

keterampilan pembelajaran guru. Pergunakanlah kata-kata perilaku atau

performansi.

9

Page 10: MAKALAH SUPERVISI PENDIDIKAN

g. Menetapkan kebutuhan-kebutuhan pembinaan keterampilan pembelajaran guru

yang bisa dibina melalui teknik dan media selain pendidikan.

h. Mencatat dan memberi kode kebutuhan-kebutuhan pembinaan keterampilan

pembelajaran guru yang akan dibina melalui cara-cara lainnya.

3. Pelaksanaan Supervisi Akademik

Setelah tujuan-tujuan pembinaan keterampilan pengajaran berdasarkan kebutuhan-

kebutuhan pembinaan yang diperoleh melalui analisis kebutuhan di atas, kepala sekolah

menganalisis setiap tujuan untuk menentukan bentuk-bentuk teknik dan media supervisi

akademik yang akan digunakan.

Menurut Gwynn (1961), teknik-teknik supervisi bila dikelompokkan menjadi dua

kelompok, yaitu teknik supervisi individual dan teknik supervisi kelompok.

Tujuan pengembangan strategi dan media supervisi akademik ini adalah sebagai

berikut:

a. Mendaftar pembinaan-pembinaan keterampilan pengajaran yang akan dilakukan

dengan menggunakan teknik supervisi individual.

b. Mendaftar pembinaan keterampilan pengajaran yang akan dilakukan melalui

teknik supervisi kelompok.

c. Mendaftar mengidentifikasi dan memilih teknik dan media supervisi yang siap

digunakan untuk membina keterampilan pengajaran guru yang diperlukan.

Setelah mengembangkan teknik dan media supervisi akademik, mulailah dilakukan

pembinaan keterampilan pembelajaran guru dengan menggunakan teknik dan media

tertentu sebagaimana yang telah dikembangkan.

4. Penilaian Keberhasilan Supervisi Akademik

Penilaian merupakan proses sistematik untuk menentukan tingkat keberhasilan

yang dicapai. Dalam konteks supervisi akademik, penilaian merupakan proses sistematik

untuk menentukan tingkat keberhasilan yang dicapai dalam pembinaan keterampilan

pembelajaran guru.

Tujuan penilaian pembinaan keterampilan pembelajaran yaitu:

a. Menentukan apakah pengajar/guru telah mencapai kriteria pengukuran

sebagaimana dinyatakan dalam tujuan pembinaan.

10

Page 11: MAKALAH SUPERVISI PENDIDIKAN

b. Menentukan validitas teknik pembinaan dan komponen-komponennya dalam

rangka perbaikan proses pembinaan berikutnya.

Prinsip dasar dalam merancang dan melaksanakan program penilaian adalah

bahwa penilaian harus mengukur performansi atau perilaku yang dispesifikasi pada tujuan

supervisi akademik guru. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

a. Katakan dengan jelas teknik-teknik penilaian.

b. Tulislah masing-masing tujuan.

c. Pilihlah atau kembangkan instrumen-instrumen pengukuran yang secara efektif

bisa menilai hasil yang telah dispesifikasi.

d. Uji lapangan untuk mengetahui validitasnya.

e. Organisasikan, analisis, dan rangkumlah hasilnya.

5. Perbaikan Program Supervisi Akademik

Sebagai langkah terakhir dalam pembinaan keterampilan pengajaran guru adalah

merevisi program pembinaan. Revisi ini dilakukan seperlunya, sesuai dengan hasil

penilaian yang telah dilakukan. Langkah-langkahnya, sebagai berikut:

a. Me-review rangkuman hasil penilaian.

b. Apabila ternyata tujuan pembinaan keterampilan pengajaran guru tidak dicapai,

maka sebaiknya dilakukan penilaian ulang terhadap pengetahuan, keterampilan

dan sikap guru yang menjadi tujuan pembinaan.

c. Apabila ternyata memang tujuannya belum tercapaim maka mulailah merancang

kembali program supervisi akademik guru untuk masa berikutnya.

d. Mengimplementasikan program pembinaan yang telah dirancangkembali pada

masa berikutnya.

11

Page 12: MAKALAH SUPERVISI PENDIDIKAN

BAB III

PEMBAHASAN / HASIL ANALISIS

A. Teknik dan Metode dalam Supervisi Pendidikan

Metode dalam konteks pengawasan merupakan suatu cara yang ditempuh oleh

pengawas pendidikan guna merumuskan tujuan yang hendak dicapai baik oleh sistem

perorangan maupun kelembagaan pendidikan itu sendiri, sedangkan teknik adalah

langkah-langkah kongkrit yang dilaksankan oleh seorang supervisor, dan teknik yang

dilaksanakan dalam supervisi dapat ditempuh melalui berbagai cara, yakni pada prinsifnya

berusaha merumuskan harapan-harapan menjadi sebuah kenyataan.

Teknik supervisi merupakan cara-cara yang ditempuh dalam mencapai tujuan

tertentu, baik yang berhubungan dengan penyelesaian masalah guru-guru dalam mengajar,

masalah kepala sekolah dalam mengembangkan kelembagaan serta masalah-masalah lain

yang berhubungan serta berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan.

Tugas pengawas satuan pendidikan ketika melaksanakan tugas pengawasaannya,

haruslah memahami metode dan teknik supervisi akademik agar kegiatan supervisi dapat

dilaksanakan dengan baik dan hasil pembinaanya mencapai tujuan pembinaan. Ada

beberapa metode dan teknik supervise yang dapat dilakukan pengawas, antara lain:

1. Teknik Supervisi

a. Teknik kelompok adalah teknik dalam pelaksanaan supervisi yang dilakukan

terhadap sekelompok orang yang di supervisi.

b. Teknik perorangan adalah teknik dalam pelaksanaan supervisi yang dilakukan

terhadap individu yang memiliki masalah khusus.

2. Metode Supervisi

a. Metode langsung adalah metode supervisi yang digunakan untuk mengenai sasaran

pihak yang di supervisi.

b. Metode tidak langsung adalah metode supervisi yang mempergunakan berbagai

macam media atau alat perantara.

12

Page 13: MAKALAH SUPERVISI PENDIDIKAN

3. Tekhnik dan Metode Supervisi yang lain

a. Kunjungan Kelas (Class Visit)

Kunjungan kelas adalah teknik pembinaan guru oleh kepala sekolah,

pengawas, dan pembina lainnya dalam rangka mengamati pelaksanaan proses

belajar mengajar, sehingga memperoleh data yang diperlukan dalam rangka

pembinaan guru. Kunjungan kelas merupakan suatu metode supervisi yang “to the

point” kena sasaran. Tujuan kunjungan kelas ini adalah untuk menolong guru

dalam mengatasi kesulitan atau masalah guru di dalam kelas. Melalui kunjungan

kelas, pengawas akan membantu permasalahan yang dialaminya. Kunjungan kelas

dapat dilakukan dengan pemberitahuan atau tanpa pemberitahuan terlebih dahulu,

dan biasa juga atas dasar undangan dari guru itu sendiri.

Dalam melaksanakan kunjungan kelas, terdapat tiga tahapan. Tahap

persiapan, pada tahap ini pengawas merencanakan waktu, sasaran, dan cara

mengobservasi selama kunjungan kelas. Tahap pengamatan, pada tahap ini

mengamati jalannya proses pembelajaran berlangsung. Tahap akhir, pada tahap ini

pengawas bersama guru mengadakan perjanjian untuk membicarakan hasil-hasil

observasi, setelah itu dilakukan tindak lanjut.

Ada beberapa kriteria kunjungan kelas yang baik, yaitu;

1) Memiliki tujuan-tujuan tertentu.

2) Mengungkapkan aspek-aspek yang dapat memperbaiki kemampuan guru.

3) Menggunakan instrument observasi tertentu untuk mendapatkan daya yang

obyektif.

4) Terjadi interaksi antara Pembina dan yang dibina sehingga menimbulkan sikap

saling pengertian.

5) Pelaksanaan kunjungan kelas tidak menganggu proses belajar mengajar.

6) Pelaksanaannya diikuti dengan program tindak lanjut.

b. Pembicaraan Individual

Setelah suatu kunjungan berakhir, hendaklah diadakan pembicaraan

langsung secara pribadi tentang hasil kunjungan dengan orang yang dikunjungi.

Pembicaraan individual adalah satu percakapan, pertemuan, dialog, dan tukar

pikiran antara supervisor dengan guru, guru dengan guru, mengenai usaha

meningkatkan kemampuan professional guru.

13

Page 14: MAKALAH SUPERVISI PENDIDIKAN

Dalam melaksanakan pembicaraan individual, ada beberapa tujuan yaitu:

1) Memberikan kemungkinan pertumbuhan jabatan guru melalui pemecahan

masalah yang dihadapi.

2) Mengembangkan hal mengajar yang lebih baik.

3) Memperbaiki segala kelemahan dan kekurangan pada diri sendiri.

4) Menghilangkan atau menghindari segala prasangka yang bukan-bukan.

Prinsip dasar supervisi pembicaraan individual adalah pelaksanaannya

dilakukan setelah observasi, sehingga terjalin hubungan yang akrab antara guru

dengan supervisor. Tujuan dari tenik pembicaraan individual yaitu untuk

menganalisa kesulitan-kesulitan dalam belajar, baik yang ditimbulkan oleh guru

maupun oleh komponen pembelajaran yang lain. Teknik ini hendaknya dilakukan

oleh supervisor yang sudah memiliki tingkat kompetensi yang tinggi.

c. Rapat Sekolah

Seorang kepala sekolah menjalankan tugas dan peranannya berdasarkan

Rencana Strategis (Renstra) dan Rencana Operasional (Renops) yang telah

disusun setiap awal tahun pelajaran. Pertemuan atau rapat sekolah (meeting) yang

diagendakan oleh kepala sekolah untuk membicarakan kepentingan siswa dan

sekolah serta hal-hal yang berhubungan dengan sekolah, termasuk mengadakan

rapat-rapat secara periodik dengan guru-guru, staf tata usaha, dan komite sekolah

dalam rangka kegiatan supervisi.

Prinsip dasar supervisi dari tenik rapat sekolah adalah merencanakan

bersama-sama visi, misi, orientasi dan strategi sekolah. Teknik ini bertujuan untuk

memperbaiki kualitas personil staf pengajar dan tata usaha serta program sekolah.

Pelaksanaan rapat sekolah dilakukan secara berjenjang dengan memperhatikan

kualitas efektifitas dan efisiensi.

d. In-Service Training

Untuk kepentingan peningkatan kualitas mengajar, maka seorang guru

perlu mengembangkan pengetahuan sesuai dengan profesinya dengan berbagai

macam cara. Salah satunya dengan mengadakan penataran-penataran (in-service

training). Teknik ini dilakukan melalui penataran-penataran untuk guru mata

pelajaran tertentu persektor atau gugus, perkabupaten, atau perwilayah. Mengingat

bahwa penataran pada umumnya diselenggarakan oleh pusat atau wilayah, maka

14

Page 15: MAKALAH SUPERVISI PENDIDIKAN

tugas kepala sekolah adalah mengelola dan membimbing pelaksanaan tindak lanjut

(follow-up) dari hasil penataran tersebut.

Prinsip dasar supervisi teknik in-service training mengacu pada asas

pendidikan seumur hidup yang bertujuan untuk pemenuhan kebutuhan tenaga

profesional, sehingga diperlukan strategi yang memadai dalam pengembangan ini.

e. Workshop/Lokakarya

Workshop atau Lokakarya merupakan salah satu metode yang dapat

ditempuh pengawas dalam melakukan supervisi manajerial yang bertujuan untuk

mengembangkan professional guru/karyawan. Metode ini tentunya bersifat

kelompok dan dapat melibatkan beberapa kepala sekolah, wakil kepala sekolah

dan perwakilan komite sekolah.

Penyelenggaraan workshop ini tentunya disesuaikan dengan tujuan atau

urgensinya. Workshop dapat diselenggarakan bersama dengan Kelompok Kerja

Kepala Sekolah atau organisasi sejenis lainnya. Sebagai contoh, pengawas dapat

mengambil inisiatif untuk mengadakan workshop tentang pengembangan KTSP,

sistem administrasi, peran serta masyarakat, sistem penilaian, dan sebagainya.

Prinsip dasar supervisi teknik workshop atau lokakarya menghidupkan

kerjasama antar komponen pendidikan yang memadai. Teknik ini bertujuan untuk

memecahkan situasi dan permasalahan yang muncul di bidang pendidikan dan

pengajaran yang dalam kehidupan sehari-hari. Pengunaan teknik ini sangat

membutuhkan biaya yang cukup besar.

f. Intervisitasi

Intervisitasi merupakan teknik supervisi dengan cara saling mengunjungi

antara sesama guru yang sedang mengajar untuk mengobservasi situasi dalam

proses pembelajaran masing-masing. Kunjungan antarkelas dapat juga

digolongkan sebagai teknik supervisi secara perorangan. Kegiatan ini dilakukan

guru yang satu berkunjung ke kelas yang lain dalam lingkungan sekolah itu

sendiri. Melalui kunjungan antarkelas ini diharapkan guru akan memperoleh

pengalaman baru dari teman sejawatnya mengenai pelaksanaan proses

pembelajaran, pengelolaan kelas, dan sebagainya.

15

Page 16: MAKALAH SUPERVISI PENDIDIKAN

Agar kunjungan antarkelas ini dapat berhasil dengan baik dan bermanfaat,

maka harus ada beberapa hal yang diperhatikan antara lain:

1) Guru-guru yang akan dikunjungi harus diseleksi dengan sebaik-baiknya.

2) Diupayakan agar mencari guru yang berpengalaman sehingga mampu

memberikan pengalaman baru bagi guru-guru yang akan mengunjungi.

3) Tentukan guru-guru yang akan mengunjungi.

4) Sediakan segala fasilitas yang diperlukan dalam kunjungan kelas.

5) Supervisor/pengawas hendaknya mengikuti acara ini denbgan cermat.

6) Amatilah apa-apa yang ditampilakn secara cermat, dan mencatatnya pada

format-format tertentu.

7) Adakan tindak lanjut setelah kunjungan antarkelas selesai. Missal, dengan

percakapan pribadi, penegasan, dan pemberian tugas-tugas tertentu.

8) Segera aplikasikan ke sekolah atau ke kelas guru bersangkutan, yaitu

dengan menyesuaikan pada situasi dan kondisi yang dihadapi.

9) Adakan perjanjian-perjanjian untuk mengadakan kunjungan antar kelas

berikutnya.

g. Demonstrasi Mengajar

Metode ini dapat dilakukan oleh supervisor sendiri atau oleh guru yang ahli

untuk memperkenalkan metode mengajar yang efektif. Prinsip dasar supervisi

teknik demonstrasi mengajar adalah peningkatan didaktik dan metodik guru

sebagai tenaga pendidik.

Demonstrasi mengajar bertujuan membantu guru dalam mengembangkan

pengajaran yang efektif. Namun dalam kenyataannya jarang sekali dilaksanakan,

selain dikarenakan kurang adanya rasa percaya diri, juga tingkat pemotivasian

kepada guru yang masih rendah.

h. Bulletin Supervisi

Bulletin supervisi yang dibuat secara berkala dapat dimanfaatkan untuk

perbaikan program pendidikan dan pengajaran, bisa bulletin mingguan maupun

bulletin bulanan. Prinsip dasar supervisi bulletin adalah pemusatan hasil belajar

berdasarkan secara menyeluruh Teknik ini bertujuan untuk menciptakan

komunikasi secara internal dan bersifat pengembangan staf. Pelaksanaan Bulletin

supervisi dengan mengoptimalisasikan media cetak bagi dunian pendidikan.

16

Page 17: MAKALAH SUPERVISI PENDIDIKAN

i. Bulletin Bord

Pengumuman administratif, pengunguman supervisi, pengumuman untuk murid,

dan sebagainya.

j. Kunjungan Rumah

Kunjungan rumah adalah teknik pembinaan guru oleh kepala sekolah atau

pengawas dalam rangka mengamati pelaksanaan tugas dan tanggungjawab sebagai

seorang pendidik, sehingga memperoleh data yang lebih akurat dalam rangka

pembinaan guru. Kunjungan rumah merupakan suatu metode supervisi yang “door

to door” dengan cara jemput bola kepada guru yang akan di supervisi.

Tujuannya untuk mempelajari bagaimana situasi dan kondisi kehidupan

orang yang disupervisi di rumah, terutama meneliti masalah-masalah yang secara

langsung maupun tak langsung mempengaruhi tugas dan kewajiban dari orang

yang disupervisi itu. Melalui kunjungan rumah, kepala sekolah atau pengawas

akan membantu dan meringankan permasalahan di rumah yang dialami guru.

Kunjungan rumah dapat dilakukan dengan pemberitahuan atau tanpa

pemberitahuan terlebih dahulu, dan biasa juga atas dasar undangan dari guru itu

sendiri.

B. Pengembangan Model Dalam Supervisi Pendidikan

Yang dimaksud dengan model dalam uraian ini adalah suatu pola, contoh, acuan

dari supervisi yang akan diterapkan. Menurut Piet A. Sahertian (2008: 34-44), ada empat

model yang berkembang dalam supervisi pendidikan yaitu:

1. Model Supervisi yang Konvensional (Tradisional)

Model supervisi yang konvensional ini tidak lain dari refleksi kondisi masyarakat

pada saat kekuasaan yang otoriter dan feodal akan berpengaruh pada sikap pemimpin yang

otokrat dan korektif. Pemimpin biasanya cenderung mencari-cari kesalahan yang ada pada

orang lain. Perilaku supervisi yang dilakukan dengan cara mengadakan inspeksi untuk

mencari kesalahan dan menemukan kesalahan orang lain. Bahkan terkadang bersifat

memata-matai, sehingga sering disebut supervisi yang korektif. Memang sangat mudah

untuk mengoreksi kesalahan orang lain, tetapi lebih sulit lagi untuk melihat segi-segi

positif dalam hubungan dengan hal-hal yang baik.

17

Page 18: MAKALAH SUPERVISI PENDIDIKAN

Pekerjaan seorang supervisor yang bermaksud hanya untuk mencari kesalahan

adalah suatu permulaan yang tidak berhasil. Mencari-cari kesalahan dalam membimbing

sangat bertentangan dengan prinsip dan tujuan supervisi pendidikan. Akibatnya guru-guru

merasa tidak puas dan ada dua sikap yang tampak dalam kinerja guru yaitu sikap acuh tak

acuh (masa bodoh) dan sikap menantang (agresif).

Praktek mencari kesalahan dan menekan bawahan ini masih tampak sampai

sekarang. Bukan berarti tidak boleh menunjukkan kesalahan, masalahnya bagaimana cara

kita mengkomunikasikan apa yang dimaksudkan sehingga para guru menyadari bahwa dia

harus memperbaiki kesalahan. Para guru akan dengan senang hati melihat dan menerima

bahwa ada yang harus diperbaiki dari dirinya. Jadi, caranya harus taktis paedagogis atau

memakai bahasa penerimaan bukan bahasa penolakan.

2. Model Supervisi yang Bersifat Ilmiah

Model supervisi yang bersifat ilmiah memiliki ciri-ciri yang pertama, dilaksanakan

secara bersamaan dan kontinyu. Kedua, sistematis dan menggunakan prosedur serta teknik

tertentu. Ketiga, menggunakan instrumen pengumpulan data. Dan keempat, ada data yang

obyektif diperoleh dari keadaan yang riil.

Dengan menggunakan merit ratting, check list, atau skala penilaian, para siswa

atau mahasiswa menilai proses kegiatan pembelajaran atau perkuliahan guru/dosen di

dalam ruang kelas. Hasil penelitian diberikan kepada guru-guru sebagai umpan balik

terhadap penampilan mengajar guru pada semester yang lalu. Data ini tidak berbicara

kepada guru, tapi dari data tersebut diharapkan guru kemudian mengadakan perbaikan

dalam dirinya. Penggunaan alat perekam data ini berhubungan erat dengan penelitian.

Namun demikian, hasil perekam data secara ilmiah belum merupakan jaminan untuk

melaksanakan supervisi yang lebih manusiawi.

3. Model Supervisi Klinis

Model supervisi klinis merupakan bentuk supervisi yang difokuskan pada

peningkatan mengajar melalui siklus yang sistematik, dalam perencanaan, pengamatan,

serta analisis yang intensif dan cermat tentang penampilan mengajar yang nyata serta

bertujuan mengadakan perubahan dengan cara yang rasional. Supervisi klinis dapat

membantu guru-guru memperkecil kesenjangan antara tingkah laku mengajar yang nyata

dengan tingkah laku mengajar yang ideal.

18

Page 19: MAKALAH SUPERVISI PENDIDIKAN

Supervisi klinis adalah suatu proses pembimbingan dalam pendidikan yang

bertujuan membantu pengembangan profesional guru dalam pengenalan mengajar melalui

observasi dan analisis data secara obyektif serta teliti sebagai dasar untuk mengubah

perilaku mengajar guru. Tekanan dalam pendekatan yang diterapkan bersifat khusus

melalui tatap muka dengan guru pengajar. Inti bantuan terpusat pada perbaikan

penampilan dan perilaku mengajar guru.

Ada beberapa ciri dalam supervisi klinis yaitu:

a. Bantuan yang diberikan bukan bersifat instruksi atau memerintah.

b. Harapan dan dorongan supervisi timbul dari guru itu sendiri.

c. Guru memiliki satuan tingkah laku mengajar yang terintegrasi.

d. Suasana dalam pemberian supervisi penuh kehangatan, kedekatan, dan

keterbukaan.

e. Supervisi yang diberikan tidak saja pada keterampilan mengajar saja, tapi juga

mengenai aspek-aspek kepribadian guru.

f. Instrumen yang digunakan untuk observasi disusun atas dasar kesepakatan antara

supervisor dan guru.

g. Balikan yang diberikan harus secepat mungkin dan bersifat obyektif.

h. Dalam percakapan balikan seharusnya datang dari pihak guru lebih dulu, bukan

dari supervisor.

Prinsip-prinsip dalam supervisi klinis antar lain:

a. Pelaksanaan supervisi harus berdasarkan inisiatif dari guru lebih dahulu.

b. Menciptakan hubungan manusiawi yang bersifat interaktif dan rasa kesejawatan.

c. Menciptakan suasana bebas untuk mengemukakan apa yang dialaminya.

d. Objek kajiannya adalah kebutuhan profesional guru yang riil dan alami.

e. Perhatian dipusatkan pada unsur-unsur yang spesifik yang harus diangkat untuk

diperbaiki.

4. Model Supervisi Artistik

Mengajar adalah suatu pengetahuan (knowledge), mengajar itu suatu keterampilan

(skill), tapi mengajar juga suatu kiat (Art). Sejalan dengan tugas mengajar, supervisi juga

sebagai kegiatan mendidik. Dapat dikatakan bahwa supervisi adalah suatu pengetahuan,

suatu keterampilan, dan juga suatu kiat.

Supervisi itu menyangkut bekerja untuk orang lain (working for the others),

bekerja dengan orang lain (working with the others), bekerja melalui orang lain (working

19

Page 20: MAKALAH SUPERVISI PENDIDIKAN

through the others). Hubungan antara manusia dapat tercipta apabila ada kerelaan untuk

menerima orang lain apa adanya dan adanya unsur kepercayaan. Hubungan tampak

melalui pengungkapan bahasa, dalam supervisi lebih banyak menggunakan bahasa

penerimaan dari pada bahasa penolakan.

Supervisor yang mengembangkan model artistik akan menampakkan dirinya dalam

relasi dengan guru-guru yang dibimbingnya, sehingga guru-guru merasa dirinya diterima.

Adanya perasaan aman dan dorongan positif dalam berusaha untuk maju. Sikap seperti

mau belajar mendengarkan perasaan orang lain, mengerti orang lain dengan masalah-

masalah yang dikemukakan, menerima orang lain apa adanya, sehingga orang dapat

menjadi dirinya sendiri.

Beberapa ciri yang khas dari model supervisi artistik, antara lain:

a. Memerlukan perhatian khusus agar lebih banyak mendengarkan dari pada banyak

bicara.

b. Memerlukan tingkat perhatian yang cukup dan keahlian yang khusus untuk

memahami apa yang dibutuhkan oleh orang lain.

c. Mengutamakan sumbangan yang unik dari guru-guru dalam rangka

mengembangkan pendidikan bagi generasi muda.

d. Menuntut untuk memberi perhatian yang lebih banyak terhadap proses

pembelajaran di kelas dan diobservasi pada waktu-waktu tertentu.

e. Memerlukan laporan yang menunjukkan bahwa dialog antara supervisor dan yang

di supervisi dilaksanakan atas dasar kepemimpinan dari kedua belah pihak.

f. Memerlukan kemampuan berbahasa tentang cara mengungkapkan apa yang

dimilikinya terhadap orang lain.

g. Memerlukan kemampuan untuk menafsirkan makna dari peristiwa yang

diungkapkan sehingga memperoleh pengalaman dan mengapresiasi dari apa yang

dipelajarinya.

h. Menunjukkan fakta bahwa sensivitas dan pengalaman merupakan instrumen utama

yang digunakan sehingga situasi pendidikan itu diterima dan bermakna bagi orang

yang disupervisi.

20

Page 21: MAKALAH SUPERVISI PENDIDIKAN

C. Pendekatan dalam Supervisi Pendidikan

Pendekatan yang digunakan dalam menerapkan supervisi modern didasarkan pada

prinsip-prinsip psikologis. Suatu pendekatan supervisi sangat bergantung pada prototipe

guru. Ada satu paradigma yang dikemukakan oleh Glickman (1981) dalam Piet A.

Sahertian (2008: 44-52) untuk memilah-milah guru dalam empat prototipe guru. Ia

mengemukakan setiap guru memiliki dua kemampuan dasar yaitu berfikir abstrak dan

komitmen.

Kalau kedua kemampuan itu digambarkan secara silang, maka akan terdapat empat

kuadran (sisi). Tiap sisinya terdapat dua kemampuan yang disingkat A (daya abstrak) dan

K (komitmen). Tiap sisi yang terdapat di sebelah kanan garis abstrak (garis tegak

lurus/vertikal), maka komitmennya tinggi (K+). Setiap sisi yang terdapat di atas garis

komitmen (garis horizontal) daya abstraknya tinggi (A+). Sisa semuanya rendah (-),

dengan demikian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

a. Pada sisi I daya abstrak tinggi (A+) dan komitmen tinggi (K+), guru yang

semacam ini disebut guru yang profesional.

b. Pada sisi II daya abstrak tinggi (A+) tetapi komitmen rendah (K-), guru yang

semacam ini disebut guru yang tukang kritik.

c. Pada sisi III daya abstrak rendah (A-) tetapi komitmen tinggi (K+), guru yang

semacam ini disebut guru yang terlalu sibuk.

d. Pada sisi IV daya abstrak rendah (A-) dan juga komitmennya rendah (K-), guru

yang semacam ini disebut guru yang tidak bermutu.

Pendekatan dan teknik yang diterapkan dalam memberikan supervisi kepada guru-

guru berdasarkan prototipe guru tersebut berbeda-beda, antara lain:

a. Apabila guru yang profesional, maka pendekatan yang digunakan adalah

pendekatan non-direktif. Teknik yang diterapkan berdialog dan mendengarkan

secara aktif.

b. Apabila guru yang tukang kritik atau terlalu sibuk, maka pendekatan yang

digunakan adalah pendekatan kolaboratif. Teknik yang diterapkan percakapan

pribadi, dialog, dan menjelaskan.

c. Apabila guru yang tidak bermutu, maka pendekatan yang digunakan adalah

pendekatan direktif. Teknik yang diterapkan menjelaskan, berdialog, percakapan

pribadi, dan mendengarkan secara aktif.

21

Page 22: MAKALAH SUPERVISI PENDIDIKAN

Berdasarkan kategori paradigma tersebut, maka dapat diterapkan berbagai

pendekatan dan perilaku supervisor berdasarkan data mengenai guru yang sebenarnya

memerlukan pelayanan supervisi. Berikut ini akan disajikan beberapa pendekatan dan

perilaku supervisor dalam pelaksanaan supervisi pendidikan yaitu:

1. Pendekatan Langsung (Direktif)

Pendekatan direktif adalah cara pendekatan terhadap permasalahan yang bersifat

langsung. Supervisor memberikan arahan secara langsung kepada guru-guru yang di

supervisi, sehingga perilaku supervisor lebih dominan. Pendekatan direktif ini berdasarkan

pada pemahaman terhadap psikologi behaviorisme yang dalam prinsipnya menyatakan

bahwa segala perbuatan berasal dari refleks yaitu respon terhadap rangsangan atau

stimulus. Oleh karena itu guru yang mengalami kekurangan, perlu diberikan rangsangan

agar dia dapat bereaksi. Seorang supervisor dapat menggunakan penguatan

(reinforcement) atau hukuman (punishment).

Perilaku supervisor dalam pendekatan direktif adalah sebagai berikut:

menjelaskan, menyajikan, mengarahkan, memberikan contoh, menetapkan tolak ukur, dan

menguatkan. Perilaku supervisor dilakukan secara bertahap, mulai dari percakapan awal

sampai dengan percakapan akhir setelah dikemukakan permasalahan yang diperoleh

melalui observasi dan interview dengan guru. Biasanya pendekatan ini diterapkan pada

guru-guru yang tidak bermutu atau acuh tak acuh.

2. Pendekatan Tidak Langsung (Non-Direktif)

Pendekatan non-direktif adalah cara pendekatan terhadap permasalahan yang

sifatnya tidak langsung. Supervisor tidak secara langsung menunjukkan permasalahan,

tapi ia terlebih dahulu mendengarkan secara aktif apa yang dikemukakan guru-guru.

Supervisor memberikan kesempatan yang sebanyak mungkin kepada guru untuk

mengemukakan permasalahan yang mereka alami. Pendekatan non-direktif ini

berdasarkan pada pemahaman psikologi humanistik yang dalam prinsipnya menyatakan

bahwa orang yang akan dibantu itu sangat dihargai. Oleh karena itu pribadi guru yang

dibina begitu dihormati, sehingga supervisor lebih banyak mendengarkan permasalahan

yang dihadapi oleh guru dan mencoba mendengarkan serta memahami apa yang di alami

guru-guru.

Perilaku supervisor dalam pendekatan non-direktif adalah sebagai berikut:

mendengarkan, memberikan penguatan, menjelaskan, menyajikan, dan memecahkan

22

Page 23: MAKALAH SUPERVISI PENDIDIKAN

permasalahan. Perilaku supervisor dilakukan secara berkesinambungan, mulai dari

permasalahan yang di alami oleh para guru di lapangan dan kemudian dicari pemecahan

masalahnya (problem solving). Biasanya pendekatan ini diterapkan pada guru-guru yang

profesional.

3. Pendekatan Kolaboratif

Pendekatan kolaboratif adalah cara pendekatan yang memadukan cara pendekatan

direktif dengan pendekatan non-direktif menjadi cara pendekatan baru. Pada pendekatan

ini, supervisor dan guru bersama-sama dan bersepakat untuk menetapkan struktur, proses

dan kriteria dalam melaksanakan proses percakapan terhadap masalah yang dihadapi oleh

guru. Pendekatan kolaboratif didasarkan pada psikologi kognitif yang dalam prinsipnya

menyatakan bahwa belajar adalah hasil paduan antara kegiatan individu dengan

lingkungan, yang pada gilirannya nanti akan berpengaruh dalam pembentukan aktivitas

individu. Dengan demikian, pendekatan dalam supervisi berhubungan pada dua arah yaitu

dari arah atas ke bawah (top down) dan dari arah bawah ke atas (bottom up).

Perilaku supervisor dalam pendekatan kolaboratif adalah sebagai berikut:

menyajikan, menjelaskan, mendengarkan, memecahkan permasalahan, dan negosiasi.

Perilaku supervisor dilakukan secara bertahap, mulai dari pertanyaan awal sampai dengan

mengemukakan permasalahan yang kemudian dinegosiasi bersama-sama dan dicari

pemecahan permasalahannya. Biasanya pendekatan ini diterapkan pada guru-guru yang

tukang kritik dan guru yang terlalu sibuk.

23

Page 24: MAKALAH SUPERVISI PENDIDIKAN

BAB IV

P E N U T U P

A. Kesimpulan

Supervisi adalah pengawasan profesional dalam bidang akademik yang dijalankan

berdasarkan kaidah-kaidah keilmuan tentang bidang kerjanya, memahami tentang

pembelajaran lebih mendalam dari sekedar pengawas biasa.

Visi supervisi pendidikan adalah pandangan jauh ke depan yang dapat diciptakan

oleh supervisor dalam melihat kebutuhan-kebutuhan baik bagi pengembangan

kelembagaan maupun pengembangan personal. Sedangkan misi supervisi pendidikan

adalah untuk mengoptimalkan pencapaian sasaran akademik, yang berupa penguasaan

murid atas mata pelajaran yang diajarkan. Orientasi diartikan sebagai salah satu wacana

yang ingin dikembangkan terkait dengan tindakan-tindakan nyata yang dilakukan oleh

supervisor dalam rangka pengembangan diri. Sedangkan strategi merupakan seperangkat

tindakan yang seharusnya dilakukan untuk mencapai tujuan dengan mengakomodasi

segenap kemampuan sekolah yang dimiliki.

Melalui supervisi akademik, ada lima langkah dalam pembinaan kemampuan guru

antara lain: menciptakan hubungan yang harmonis, analisa kebutuhan, pelaksanaan

supervisi akademik, penilaian keberhasilan supervisi akademik, dan perbaikan program

supervisi akademik.

Ada beberapa metode dan teknik supervise yang dapat dilakukan pengawas, antara

lain: teknik kelompok dan perorangan, metode langsung dan tidak langsung, kunjungan

sekolah (school visit), kunjungan kelas (class visit), pertemuan individual, rapat sekolah,

in-service training, workshop/lokakarya, intervisitasi, demonstrasi mengajar, bulletin

supervisi, bulletin bord, dan kunjungan rumah.

Ada empat model yang berkembang dalam supervisi pendidikan yaitu: model

supervisi yang konvensional (tradisional), model supervisi yang bersifat ilmiah, model

supervisi klinis, dan model supervisi artistik.

Pendekatan yang diterapkan dalam memberikan supervisi kepada guru-guru

berdasarkan prototipe guru berbeda-beda, antara lain: pendekatan direktif untuk guru yang

tidak bermutu, pendekatan non-direktif untuk guru yang profesional, dan pendekatan

kolaboratif untuk guru yang tukang kritik dan guru yang terlalu sibuk.

24

Page 25: MAKALAH SUPERVISI PENDIDIKAN

B. Saran

Di penghujung abad kedua puluh dan memasuki milenium ketiga yang ditandai

dengan era globalisasi, semua bangsa berusaha untuk meningkatkan sumber daya manusia,

termasuk sumber daya pendidikan. Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas sumber

daya pendidikan melalui proses pembelajaran di sekolah. Dalam usaha meningkatkan

kualitas sumber daya pendidikan, guru merupakan komponen sumber daya manusia yang

harus dibina dan dikembangkan terus-menerus. Pembentukan profesi guru dilaksanakan

melalui program pendidikan prajabatan (pre-service education) maupun program

pendidikan dalam jabatan ( in-service education). Tidak semua guru yang dididik di

lembaga pendidikan terlatih dengan baik dan kualified (well training and well qualified).

Potensi sumber daya guru itu perlu terus-menerus bertumbuh dan berkembang agar

dapat melakukan fungsinya secara profesional. Selain itu, pengaruh perubahan yang serba

cepat mendorong guru-guru untuk terus-menerus belajar menyesuaikan diri dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta mobilitas masyarakat. Itulah

sebabnya ulasan mengenai perlunya supervisi pendidikan, baik dari segi definisi, visi dan

misi, orientasi dan strategi, langkah-langkah pembinaan kemampuan guru, teknik dan

metode, serta model dan pendekatan dalam supervisi pendidikan.

25

Page 26: MAKALAH SUPERVISI PENDIDIKAN

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2004). Dasar-Dasar Supervisi. Jakarta: Rineka Cipta.

Danim, Sudarwan. (2006). Visi Baru Manajemen Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.

Depdikbud. (1982). Pedoman Kerja Pelaksanaan Supervisi, Jakarta: Depdikbud.

--------------. (1982). Pedoman Supervisi Pengajaran. Jakarta: Ditjen Dikdasmen.

--------------. (1996). Pedoman Kerja Pelaksanaan Supervisi. Jakarta: Depdikbud.

--------------. (2003). Pedoman Supervisi Pengajaran. Jakarta: Dikdasmen.

Depdiknas. (2008). Metode dan Teknik Supervisi. Jakarta: Direktorat Tenaga

Kependidikan Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan.

Hariwung, A.J. (1989). Supervisi Pendidikan. Jakarta: Depdikbud.

Pidarta, Made. 1992. Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Purwanto, Ngalim.2003. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.

Sahertian, Piet A. (2008). Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan. Jakarta: Rineka

Cipta.

Sudjana, Nana. (1998). Dasar-Dasar Proses Belajar-Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Suhardan, Dadang. (2007). Supervisi Bantuan Profesional. Bandung: Mutiara Ilmu.

Sutisna, Oteng. N (1993), Administrasi Pendidikan, Dasar Teoritis untuk Praktek

Profesional. Bandung: Angkasa.

http://jeperis.wordpress.com/2010/04/21/metode-dan-teknik-supervisi-pendidikan

http://gojali-pendidikan.blogspot.com/2011/03/metode-dan-teknik-supervisi-pendidikan

26

Page 27: MAKALAH SUPERVISI PENDIDIKAN

27