33
MAKALAH STRATEGI PEMBELAJARAN “ PENDEKATAN SAINTIFIK ” Disusun Oleh Kelompok II : Hasmawati Wahab (12-231-018) Nurul Fauziah (12-231-040) Asmawati (12-231-013) Yuli Sartika (12-231-049) Irfan Agusdi (12-231-004) JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS PENDIDIDKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FP-MIPA)

MAKALAH STRATEGI PEMBELAJARAN.docx

Embed Size (px)

Citation preview

MAKALAH STRATEGI PEMBELAJARAN PENDEKATAN SAINTIFIK

Disusun Oleh Kelompok II :Hasmawati Wahab(12-231-018)Nurul Fauziah(12-231-040)Asmawati(12-231-013)Yuli Sartika(12-231-049)Irfan Agusdi(12-231-004)

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIAFAKULTAS PENDIDIDKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FP-MIPA)INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP)MATARAM2014

11

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdullilah, dengan kerendahan hati dan kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat karunia dan hidayahNya, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan judul Pendekatan SaintifikShalawat serta salam tak lupa pula kapada Rasul kita Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan pencerahan kepada kita dengan agama rahmatan lilalamin agama islam. Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik dalam penulisan maupun materi, mengingat akan keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi menyempurnakan makalah ini.Penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan serta dukungan dari semua pihak baik moril ataupun materil sehingga makalah ini dapat terselesai dengan baik. Dan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua terlebih lebih bagi penulis yang mengerjakan makalah ini.

Mataram, Januari 2015

Penulis

DAFTAR ISIKATA PENGANTARiiDAFTAR ISIiiiKOMPETENSI1INDIKATOR PEMBELAJARAN1BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang1B. Rumusan Masalah2C. Tujuan2BAB IIURAIAN MATERI I. Pengantar3II. Definisi dan Karakteristik Pendekatan Saintifik7III. Tujuan Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik9IV. Kelebihan Dan Kekurangan Pendekatan Saintifik9V. Dasar pertimbangan pemilihan strategi pembelajar10VI. Langkah-Langkah Pendekatan Saintifik11VII. Teknik Penilaian Dalam Pembelajaran Dengan Pendekatan Saintifik14VIII. Contoh Kegiatan Pendekatan Saintifik Dalam Materi Kimia15Daftar Pustaka

A. KOMPETENSI Memahami pendekatan saintifik dalam pembelajaran

B. INDIKATOR PEMBELAJARAN1. Menjelaskan konsep dasar pendekatan saintifik 2. Merancang langkah-langkah pendekatan saintifik dalam pembelajaran

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangKurikulum 2013 mengamanatkan pendekatan saintifik (ilmiah) dalam pembelajaran. Hal ini didasarkan atas asumsi bahwa pada prinsipnya proses pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah. Pendekatan saintifik diyakini dapat menjadi titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah lebih mengedepankan pelararan induktif (inductive reasoning) ketimbang penalaran deduktif (deductivereasoning).Pendekatan Saintifik adalah konsep dasar yang mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari pemikiran tentang bagaimana metode pembelajaran diterapkan berdasarkan teori tertentu. Kemendikbud (2013) memberikan konsepsi tersendiri bahwa pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran didalamnya mencakup komponen: mengamati, menanya, menalar, mencoba/mencipta menyajikan/mengkomunikasikan. Metode ilmiah merujuk pada teknik-teknik investigasi atas suatu atau beberapa fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya. Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian (method of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik. Karena itu, metode ilmiah umumnya memuat serangkaian aktivitas pengumpulan data melalui observasi atau ekperimen, mengolah informasi atau data, menganalisis, kemudian memformulasi, dan menguji hipotesis.

B. Rumusan Masalah1. Apa Pengertian Dan Karakteristik Pendekatan Saintifik ?2. Apa Tujuan Pembelajaran Dengan Pendekatan Saintifik ?3. Apa Kelebihan Dan Kekurangan Pendekatan Saintifik ?4. Apa Dasar Pertimbangan Pemilihan Strategi ?5. Apa Langkah-Langkah Umum Pembelajaran Dengan Pendekatan Saintifik ?6. Apa Teknik Penilaian Dalam Pembelajaran Dengan Pendekatan Saintifik ?7. Apa Contoh Kegiatan Pembelajaran Pendekatan Saintifik Dalam Materi Kimia ?

C. Tujuan 1. Mengetahui Pengertian Dan Karakteristik Pendekatan Saintifik.2. MengetahuiTujuan Pembelajaran Dengan Pendekatan Saintifik.3. Mengetahui Kelebihan Dan Kekurangan Pendekatan Saintifik.4. Mengetahui Dasar Pertimbangan Pemilihan Strategi.5. Mengetahui Langkah-Langkah Umum Pembelajaran Dengan Pendekatan Saintifik.6. Mengetahui Teknik Penilaian Dalam Pembelajaran Dengan Pendekatan Saintifik.7. Mengetahui Contoh Kegiatan Pembelajaran Pendekatan Saintifik Dalam Materi Kimia.

BAB IIURAIAN MATERI

I. PengantarA. Literasi SainsSecara harfiah literasi berasal dari Literacy (dari bahasa inggris) yang berarti melek huruf atau gerakan pemberantasan buta huruf. Kata sains berasal dari Science (dari bahasa inggris) yang berarti ilmu pengetahuan. Salah satu indikator keberhasilan siswa menguasai berpikir logis, berpikir kreatif, dan teknologi dapat dilihat dari penguasaan Literasi Sains siswa dari Program PISA. PISA (Programme for International Student Assesment) mendefinisikan literasi sains sebagai kemampuan menggunakan pengetahuan sains, mengidentifikasi permasalahan dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti, dalam rangka mengerti serta membuat keputusan tentang alam dan perubahan yang terjadi pada alam sebagai akibat manusia (Witte, 2003). Literasi sains atau scientific literacy didefinisikan PISA sebagai kapasitas untuk menggunakan pengetahuan ilmiah, mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan dan untuk menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti agar dapat memahami dan membantu membuat keputusan tentang dunia alami dan interaksi manusia dengan alam. Literasi sains dianggap suatu hasil belajar kunci dalam pendidikan pada usia 15 tahun bagi semua siswa, apakah meneruskan mempelajari sains atau tidak setelah itu. Berpikir ilmiah merupakan tuntutan warganegara, bukan hanya ilmuwan. Keinklusifan literasi sains sebagai suatu kompetensi umum bagi kehidupan merefleksikan kecenderungan yang berkembang pada pertanyaan-pertanyaan ilmiah dan teknologis.

Komponen dan Aspek-aspek dalam Literasi SainProses sains merujuk pada proses mental yang terlibat ketika menjawab suatu pertanyaan atau memecahkan masalah, seperti mengidentifikasi dan menginterpretasi bukti serta menerangkan kesimpulan (Rustaman et al., 2004). PISA (2000) menetapkan lima komponen proses sains dalam penilaian literasi sains,yaitu:a. Mengenal pertanyaan ilmiah, yaitu pertanyaan yang dapat diselidiki secara ilmiah, seperti mengidentifikasi pertanyaan yang dapat dijawab oleh sains.b. Mengidentifikasi bukti yang diperlukan dalam penyelidikan ilmiah. Proses ini melibatkan identifikasi atau pengajuan bukti yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan dalam suatu penyelidikan sains, atau prosedur yang diperlukan untuk memperoleh bukti itu.c. Menarik dan mengevaluasi kesimpulan. Proses ini melibatkan kemampuan menghubungkan kesimpulan dengan bukti yang mendasari atau seharusnya mendasari kesimpulan itu.d. Mengkomunikasikan kesimpulan yang valid, yakni mengungkapkan secara tepat kesimpulan yang dapat ditarik dari bukti yang tersedia.e. Mendemonstrasikan pemahaman terhadap konsep-konsep sains, yakni kemampuan menggunakan konsep-konsep dalam situasi yang berbeda dari apa yang telah dipelajarinya.

B. Kemampuan Generik SainsKeterampilan generik merupakan kemampuan intelektual hasil perpaduan atau interaksi kompleks antara pengetahuan dan keterampilan. Keterampilan generik adalah strategi kognitif yang dapat berkaitan dengan aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor yang dapat dipelajari dan tertinggal dalam diri siswa. Sehingga keterampilan generik dapat diterapkan pada berbagai bidang. Keterampilan generik juga sebagai kemampuan dan atribut untuk hidup dan bekerja. Keterampilan generik dapat digunakan untuk semua jenis pekerjaan, termasuk kompetensi dasar atau kemampuan kunci yang mencakup kemampuan kognitif, personal, dan interpersonal yang berhubungan dengan kepegawaian. Keterampilan generik sangat berguna untuk melanjutkan pendidikan dan kesuksesan karier.

Indikator Keterampilan Generik Sains Menurut Gagne jenis-jenis utama dari keterampilan generik adalah keterampilan berpikir, strategi pembelajaran, dan keterampilan metakognitif. Sedikitnya ada tiga bagian utama keterampilan generik. Komponen yang paling lazim adalah prosedur, prinsip, dan mengingat. Adapun indikator Keterampilan Generik Sains meliputi:

a. Pengamatan langsungPengamatan langsung Sains merupakan ilmu tentang fenomena dan perilaku alam sepanjang masih dapat diamati oleh manusia. Hal ini menuntut adanya kemampuan adanya kemampuan manusia untuk melakukan pengamatan langsung dan mencari keterkaitan-keterkaitan sebab akibat dari pengamatan tersebut. b. Pengamatan tidak langsung Dalam pengamatan tak langsung, alat indera yang digunakan manusia memiliki keterbatasan. Untuk mengamati keterbatasan tersebut manusia melengkapi diri dengan berbagai peralatan. Beberapa gejala alam lain juga terlalu berbahaya jika kontak langsung dengan tubuh manusia seperti arus listrik, zat-zat kimia beracun, untuk mengenalnya diperlukan alat bantu seperti ampermeter, indikator, dan lain-lain. Cara ini dikenal dengan pengamatan tak langsung. c. Kesadaran tentang skala besaran (sense of scala) Dari hasil pengamatan yang dilakukan maka seseorang yang belajar sains akan memiliki kesadaran akan skala besaran dari berbagai obyek yang dipelajarinya. Dengan demikian ia dapat membayangkan bahwa yang dipelajarinya itu tentang dari ukuran yang sangat besar seperti jagad raya sampai yang sangat kecil seperti keberadaan pasangan elektron. Ukuran jumlah juga sangat mencengangkan, misalnya penduduk dunia lebih dari 5 milyar, maka jumlah molekul dalam 1 mol zat mencapai 6.02 x 1023 buah.d. Bahasa simbolik Untuk memperjelas gejala alam yang dipelajari oleh setiap rumpun ilmu diperlukan bahasa simbolik, agar terjadi komunikasi dalam bidang ilmu tersebut. Dalam sains misalnya bidang kimia mengenal adanya lambang unsur, persamaan reaksi, simbol-simbol untuk reaksi searah, reaksi kesetimbangan, resonansi dan banyak lagi bahasa simbolik yang telah disepakati dalam bidang ilmu tersebut.

e. Kerangka logika taat azas dari hukum alam Pada pengamatan panjang tentang gejala alam yang dijelaskan melalui banyak hukum-hukum, orang akan menyadari keganjilan dari sifat taat asasnya secara logika. Untuk membuat hubungan hukum-hukum itu agar taat asas, maka perlu ditemukan teori baru yang menunjukkan kerangka logika taat asas. Misalnya keganjilan antara hukum mekanika Newton dan elektrodinamika Maxwell, yang akhirnya dibuat taat asas dengan lahirnya teori relativitas Enstein. f. Inferensi atau konsistensi logika Logika sangat berperan dalam melahirkan hukum-hukum sains. Banyak fakta yang tak dapat diamati langsung dapat ditemukan melalui inferensia logika dari konsekuensi-konsekuensi logis hasil pemikiran dalam belajar sains. Misalnya titik nol derajat Kelvin sampai saat ini belum dapat direalisasikan keberadaannya, tetapi orang yakin bahwa itu benar. g. Hukum sebab akibat Rangkaian hubungan antara berbagai faktor dari gejala yang diamati diyakini sains selalu membentuk hubungan yang dikenal sebagai hukum sebab akibat. h. Pemodelan matematis Untuk menjelaskan hubungan-hubungan yang diamati diperlukan bantuan pemodelan matematik agar dapat diprediksikan dengan tepat bagaimana kecendrungan hubungan atau perubahan suatu fenomena alam.i. Membangun konsep Tidak semua fenomena alam dapat dipahami dengan bahasa sehari-hari, karena itu diperlukan bahasa khusus ini yang dapat disebut konsep. Jadi belajar sains memerlukan kemampuan untuk membangun konsep , agar bisa ditelaah lebih lanjut untuk memerlukan pemahaman yang lebih lanjut, konsep-konsep inilah diuji keterapannya. j. AbstraksiTerdapat beberapa materi kimia yang bersifat abstrak, sehingga perlu menggambarkan atau menganalogikan konsep atau peristiwa yang abstrak ke dalam bentuk kehidupan nyata sehari-hari. Seperti dengan membuat visual animasi-animasi dari peristiwa mikroskopik yang bersifat abstrak tersebut.(Haryono. 2006).

II. Pengertian dan Karakteristik Pendekatan SaintifikA. Pengertian Pendekatan SaintifikPembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu. Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan. Dalam melaksanakan proses-proses tersebut, bantuan guru diperlukan. Akan tetapi bantuan guru tersebut harus semakin berkurang dengan semakin bertambah dewasanya siswa atau semakin tingginya kelas siswa.Metode saintifik sangat relevan dengan tiga teori belajar yaitu teori Bruner, teori Piaget, dan teori Vygotsky. Teori belajar Bruner disebut juga teori belajar penemuan. Ada empat hal pokok berkaitan dengan teori belajar Bruner (dalam Carin & Sund, 1975). Pertama, individu hanya belajar dan mengembangkan pikirannya apabila ia menggunakan pikirannya. Kedua, dengan melakukan proses-proses kognitif dalam proses penemuan, siswa akan memperoleh sensasi dan kepuasan intelektual yang merupakan suatau penghargaan intrinsik. Ketiga, satu-satunya cara agar seseorang dapat mempelajari teknik-teknik dalam melakukan penemuan adalah ia memiliki kesempatan untuk melakukan penemuan. Keempat, dengan melakukan penemuan maka akan memperkuat retensi ingatan. Empat hal di atas adalah bersesuaian dengan proses kognitif yang diperlukan dalam pembelajaran menggunakan metode saintifik.Teori Piaget, menyatakan bahwa belajar berkaitan dengan pembentukan dan perkembangan skema (jamak skemata). Skema adalah suatu struktur mental atau struktur kognitif yang dengannya seseorang secara intelektual beradaptasi dan mengkoordinasi lingkungan sekitarnya (Baldwin, 1967). Skema tidak pernah berhenti berubah, skemata seorang anak akan berkembang menjadi skemata orang dewasa. Proses yang menyebabkan terjadinya perubahan skemata disebut dengan adaptasi. Proses terbentuknya adaptasi ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi merupakan proses kognitif yang dengannya seseorang mengintegrasikan stimulus yang dapat berupa persepsi, konsep, hukum, prinsip ataupun pengalaman baru ke dalam skema yang sudah ada didalam pikirannya. Akomodasi dapat berupa pembentukan skema baru yang dapat cocok dengan ciri-ciri rangsangan yang ada atau memodifikasi skema yang telah ada sehingga cocok dengan ciri-ciri stimulus yang ada. Dalam pembelajaran diperlukan adanya penyeimbangan atau ekuilibrasi antara asimilasi dan akomodasi.Dalam teorinya, Vygotsky menyatakan bahwa pembelajaran terjadi apabila peserta didik bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas itu masih berada dalam jangkauan kemampuan atau tugas itu berada dalam zone of proximal development daerah terletak antara tingkat perkembangan anak saat ini yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu. (Nur dan Wikandari, 2000:4).

B. Karakteristik Pendekatan SaintifikPembelajaran dengan metode saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut: Berpusat pada siswa. Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip. Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa. Dapat mengembangkan karakter siswa. III. Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan pada keunggulan pendekatan tersebut. Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah: Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik. Terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan. Diperolehnya hasil belajar yang tinggi. Untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah. Untuk mengembangkan karakter siswa.

IV. Kelebihan Dan Kekurangan Pendekatan SaintifikA. Kelebihan pendekatan saintifik Kelebihan pendekatan saintifik yaitu : Siswa hars aktif dan kreatifTak seperti kurikulum sebelumya materi di kurikulum terbaru ini lebih ke pemecahan masalah. Jadi siswa untuk aktif mencari informasi agar tidak ketinggalan materi pembelajar. Penilaian di dapat dari semua aspekPengambilan nilai siswa bukan hanya di dapat dari nilai ujianya saja tetapi juga di dapat dari nilai kesopanan, religi, praktek, sikap dan lain lain.

B. Kelemahan pendekatan saintifik Kelebihan pendekatan saintifik antara lain : Guru jarang menjelaskanGuru banyak yang beranggapan bahwa dengan kurikulum terbaru ini guru tidak perlu menjelaskan materinya. Padahal kita tahu bahwa belajar matematika, fisika, dll tidak cukup hanya membaca sajaV. Dasar pertimbangan pemilihan strategi pembelajarPada penerapan kurikulum 2013 di sekolah, guru harus menggunakan pendekatan scientific (pendekatan ilmiah) karena dengan pendekatan ini hasil belajar peserta didik lebih efektif dibandingkan dengan pendekatan tradisional. Pendekatan scientific ini disebut juga pendekatan 5M, yaitu mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan menyajikan (mempublikasikan). Ada tiga model pembelajaran yang digunakan dalam metode pendekatan scientific, yaitu:a. Discovery Learning(penemuan)b. Project Based Learning (Pembelajaran berbasis proyek)c. Problem Based Learning (Pembelajaran berbasis masalah).

Proses pembelajaran yang mengimplementasikan pendekatan scientific akan menyentuh tiga ranah, yaitu:1) Pengetahuan (kognitif)Pada ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu apa.2) Sikap (afektif)Pada ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu mengapa.3) Keterampilan (psikomotor). Pada ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu bagaimana. Dengan proses pembelajaran yang demikian, maka diharapkan hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Jadi, dengan adanya pendekatan scientific ini peserta didik dapat berpikir kritis, logis, sistematis dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, serta mengaplikasikan materi pembelajaran.

VI. Langkah-langkah umum pembelajaran dengan pendekatan saintifik Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik). Langkah-langkah pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam proses pembelajaran meliputi menggali informasi melaui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah. Pendekatan saintifik dalam pembelajaran disajikan sebagai berikut:a. Mengamati (observasi) Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a, hendaklah guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi. b. Menanya Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat. Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan: pertanyaan tentang yang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang abstra berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik. Dari situasi di mana peserta didik dilatih menggunakan pertanyaan dari guru, masih memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat di mana peserta didik mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri. Dari kegiatan kedua dihasilkan sejumlah pertanyaan. Melalui kegiatan bertanya dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik. Semakin terlatih dalam bertanya maka rasa ingin tahu semakin dapat dikembangkan. Pertanyaan terebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan peserta didik, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam.Kegiatan menanya dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik). Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.c. Mengumpulkan Informasi Kegiatan mengumpulkan informasi merupakan tindak lanjut dari bertanya. Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi. Dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, aktivitas mengumpulkan informasi dilakukan melalui eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek/ kejadian/, aktivitas wawancara dengan nara sumber dan sebagainya. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap teliti, jujur,sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.d. Mengasosiasikan/ Mengolah Informasi/Menalar Kegiatan mengasosiasi/ mengolah informasi/ menalar dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan. Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainya, menemukan pola dari keterkaitan informasi tersebut. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.Aktivitas ini juga diistilahkan sebagai kegiatan menalar, yaitu proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemampuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan memori. Selama mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam referensi dengan peristiwa lain. Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan di memori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia.e. Menarik kesimpulan Kegiatan menyimpulkan dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik merupakan kelanjutan dari kegiatan mengolah data atau informasi. Setelah menemukan keterkaitan antar informasi dan menemukan berbagai pola dari keterkaitan tersebut, selanjutnya secara bersama-sama dalam satu kesatuan kelompok, atau secara individual membuat kesimpulan. f. Mengkomunikasikan Pada pendekatan scientific guru diharapkan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut. Kegiatan mengkomunikasikan dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar. (Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013).

VII. Teknik penilaian dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik Penilaian pada pembelajaran dengan pendekatan saintifik meliputi penilaian proses, penilaian produk, dan penilaian sikap. Penilaian pada 3 aspek tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :a. Penilaian proses atau keterampilan, dilakukan melalui observasi saat siswa bekerja kelompok, bekerja individu, berdiskusi, maupun saat presentasi dengan menggunakan lembar observasi kinerja. b. Penilaian produk berupa pemahaman konsep, prinsip, dan hukum dilakukan dengan tes tertulis. c. Penilaian sikap, melalui observasi saat siswa bekerja kelompok, bekerja individu, berdiskusi, maupun saat presentasi dengan menggunakan lembar observasi sikap.

VIII. Contoh Kegiatan Pendekatan Saintifik Dalam Materi KimiaSekolah : SMA N.Mata Pelajaran: KIMIAKelas/Semester : X/1Materi Pokok : IKATAN KIMIAAlokasi Waktu: 2JPA. Kompetensi Dasar dan Indikator NOKOMPETENSI DASARINDIKATOR

1. Membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan koordinasi, dan ikatan logam serta hubunganya dengan sifat fisika senyawa yang terbentuk.

1.1Menjelaskan Kestabilan unsur gas mulia

1.2Menjelaskan proses pembentukan ikatan ion

B. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran KegiatanDeskripsiAlokasi waktu

PENDAHULUAN Guru memberikan salam. Guru menciptakan suasana religius, yaitu memulai pelajaran dengan berdoa terlebih dahulu. Guru memeriksa kehadiran siswa. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru memotivasi siswa dengan mengajukan pertanyaan untuk merangsang pengetahuan siswa mengenai materi yang akan diajarkan.

15 Menit

INTI Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok kecil yang anggotanya terdiri dari 4-5 orang. Mengamati Guru memberikan suatu permasalahan mengenai kestabilan unsur, struktur lewis, serta ikatan ion dan kovalen dalam LKS Kimia atau buku paket Kimia, kemudian meminta siswanya untuk memahami maksud dari permasalahan tersebut. Menanya Guru memberikan sebuah pertanyaan terkait masalah yang telah diberikannya. Pengumpulan Data Guru meminta kepada siswanya untuk mengumpulkan data terkait dengan permasalahan yang telah diberikan. Siswa dapat mencari tahu jawabannya dengan cara membaca buku paket Kimia, LKS, atau mencarinya di internet. Mengasosiasikan Guru meminta siswa untuk menyimpulkan jawaban terkait dari masalah yang diberikannya dengan cara menunjuk salah seorang dari masing-masing kelompok yang ada untuk mengemukakan jawabannya. Mengkomunikasikan Dari jawaban yang dikemukakan setiap kelompok, guru meminta salah satu kelompok yang memiliki jawaban yang paling benar untuk mempresentasikan hasil pengamatannya agar teman-teman yang lainnya dapat lebih mengerti.

60 menit

PENUTUP Guru menyimpulkan secara keseluruhan mengenai kestabilan unsure, struktur lewis, serta ikatan ion dan ikatan kovalen. Kemudian guru menanyakan kepada siswanya apakah mereka merasa senang dan sudah mengerti dengan materi hari ini. Guru memberikan tugas latihan untuk dikerjakan dirumah sebagai nilai tugas dan meminta siswanya untuk membaca buku paket Kimia atau LKS-nya tentang materi selanjutnya.

15 Menit

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan Dan Kebudayaan Dan Penjaminan Mutu Pendidikan. 2013. Konsep Pendekatan Scientific.PPT-2.1

Haryono. 2006. Model Pembelajaran Berbasis Peningkatan Keterampilan Proses SAINS. Jurnal Pendidikan Dasar VOL.7, NO.1, 2006: 1-13.Lampiran. Pendekatan Saintifik. Kegiatan Belajar-1.

Lazim, M. 2013.Penerapan Pendekatan Saintifik Dalam Pembelajaran Kurikulum 2013. Tinjauan Pustaka : Artikel.

Osman, Kamisah, dkk. 2007. Sikap terhadap Sains dan Sikap Saintifik di kalanganPelajar Sains. Jurnal pendidikan 32 (2007) 39-60 39Widodo, Widodo. Keterampilan Generik. PPT & Tinjauan Pustaka : Artikel.