27
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah masyarakat adalah himpunan dari individu yang membentuk suatu kelompok sosial budaya. Pengalaman individu tak dipungkiri, itu adalah ahsil dari sebuah interaksi antar sesama dalam sebuah masyarakat. Interaksi ini melahirkan sebuah kebudayaansebagai icon dari masyarakat tersebut. Tak ada sebuah masyarakat manapun di dunia ini yang tidak memiliki budaya karena manusia adalah makhuk sosial. Kata Aristoteles, manusia adalah zoon politicon (manusia adalah binatang berpolitik), atau menurut istilah ilmu mantiq, (manusia adalah hewan – makhluk hidup- yang berakal).Oleh karena kehidupan sosial budaya selalu melekat dan berpengaruh serta menjadi pedoman bagi setiap prilaku individu, maka tanpa masyarakat ia tidak dapat berkembang menjadi pribadi karena ikatan dalam kelompoknya merupakan urat nadi dalam hidupnya. Ibarat sampan tak berdayung atau sepeda tak berantai. Lebih konkret lagi diumpamakan sesosok manusia yang berkaki satu, bertangan satu, bertelinga satu, bermata satu, berlubang hidung satu, begitulah sebuah

Makalah sosiontropologi kebudayaan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah sosiontropologi kebudayaan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebuah masyarakat adalah himpunan dari individu yang membentuk suatu

kelompok sosial budaya. Pengalaman individu tak dipungkiri, itu adalah ahsil dari

sebuah interaksi antar sesama dalam sebuah masyarakat. Interaksi ini melahirkan

sebuah kebudayaansebagai icon dari masyarakat tersebut. Tak ada sebuah masyarakat

manapun di dunia ini yang tidak memiliki budaya karena manusia adalah makhuk

sosial. Kata Aristoteles, manusia adalah zoon politicon (manusia adalah binatang

berpolitik), atau menurut istilah ilmu mantiq, (manusia adalah hewan –makhluk

hidup- yang berakal).Oleh karena kehidupan sosial budaya selalu melekat dan

berpengaruh serta menjadi pedoman bagi setiap prilaku individu, maka tanpa

masyarakat ia tidak dapat berkembang menjadi pribadi karena ikatan dalam

kelompoknya merupakan urat nadi dalam hidupnya. Ibarat sampan tak berdayung

atau sepeda tak berantai. Lebih konkret lagi diumpamakan sesosok manusia yang

berkaki satu, bertangan satu, bertelinga satu, bermata satu, berlubang hidung satu,

begitulah sebuah masyarakat terbentuk dari beberapa idividu dan satu individu tidak

membentuk sebuah masyarakat.

Pada pembahasan berikut ini akan mengetengahkan apa itu kebudayaan, unsur-

unsurnya, sifat hakikatnya, dan proses akulturasi budaya asing, serta perbedaannya

dengan peradaban dan peradaban Islam. Yang kesemuanya dikolerasikan dengan

pendidikan supaya para pendidik memandang perlu terhadap pemahaman sebuah

kebudayaan yang tidak bisa diceraikan dari sebuah proses pendidikan untuk mencapai

tujuan pendidikan yaitu kaderisasi generasi berbudaya dan beradab.

Page 2: Makalah sosiontropologi kebudayaan

1.2. Rumusan Masalah

      Berdasarkan pada latar belakang yang telas dijelaskan, maka dapat dibuat perumusan

masalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan Kebudayaan?

2. Seperti apakah Unsur-Unsur Kebudayaan?

3. Bagaimanakah Peradaban Islam Melalui Kebudayaan?

1.3. Tujuan 

Adapun tujuan yang dari penulisan makalah ini yaitu dapat mengetahui masalah-

masalah yang terjadi pada kebudayaan serta upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi

masalah tersebut:

            Pada pembuatan makalah ini metode yang digunakan dalam mengumpulkan data

yaitu dari buku-buku mengenai kebudayaan dan data dari internet. Sehingga apabila dalam

penulisan makalah ini ada kata-kata atau kalimat yang hampir sama dari sumber atau penulis

lain harap dimaklumi dan merupakan unsur ketidaksengajaan.

1.4. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan makalah ini adalah :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang, tujuan, rumusan masalah, serta sistematika penulisan.

BAB II TINAJAUN PUSTAKA

Dalam bab ibi berisi tentang pengertian kebudayaan

BAB III PEMBAHASAN

Page 3: Makalah sosiontropologi kebudayaan

Dalam bab ini berisi tentang kebudayaan, unsur-unsur kebudayaan,

Sifat hakikat kebudayaan akulturasi,Kebudayaan, Peradaban, Peradaban Islam,

Komponen-Komponen Pendidikan

BAB IV PENUTUP

dalam bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: Makalah sosiontropologi kebudayaan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kebudayaan

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J.

Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang

terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh

masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.

Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari

satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut

sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung

keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan

struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan

intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.

Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang

kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,

hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang

sebagai anggota masyarakat.Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi,

kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.Dari berbagai

definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu

yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan

yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari,

kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-

benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa

perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa,

peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya

ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

Page 5: Makalah sosiontropologi kebudayaan

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Kebudayaan

Dilihat dari pengertian dari “Kebudayaan” dan “Peradaban” secara umum maka

keduanya adalah hampir mirip akan tetapi sebenarnya memiliki makna yang berbeda.

Kebudayaan melahirkan peradaban dan peradaban lahir dari kebudayaan, dan tidak

ada manusia yang tidak berbudaya karena tidak ada manusia yang hidup sendirian.

Dari karena itulah maka sekelompok manusia yang membentuk masyarakat pasti

melahirkan sebuah kebudayaan yang berkembang menjadi peradaban.

Kata ”kebudayaan” berasal dari (bahasa Sansekerta) buddayah yang merupakan

bentuk jamak dari kata “budhi” yang berarti budi atau akal. Kebudayaan diartikan

sebagai “hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal”. Menurut

Koentjaraningrat, kebudayaan adalah keseluruhan manusia dari kelakuan dan hasil

yang harus didapatkannya dengan belajar, dan semua itu tersusun dalam kehidupan

masyarakat.

Senada dengan Koentjaraningrat adalah apa yang didefinisikan oleh Selo

Soemardjan dan Soelaeman Soenardi, dalam bukunya Setangkai Bunga Sosiologi

(Jakarta:Yayasan Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1964), hal

113, merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil karya, cipta, dan rasa masyarakat.

Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau

kebudayaan jasmaniah (material culture) yang diperlukan oleh manusia untuk

menguasai alam sekitarnya agar kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan untuk

keperluan masyarakat.

“Kebudayaan” dalam bahasa Inggris disebut culture. Sebuah istilah yang relatif

baru karena istilah ‘culture’ sendiri dalam bahasa Inggris baru muncul pada

Page 6: Makalah sosiontropologi kebudayaan

pertengahan abad ke-19. Sebelum tahun 1843 para ahli anthropologi memberi arti

kebudayaan sebagai cara mengolah tanah, usaha bercocok tanam, sebagaimana

tercermin dalam istilah agriculture dan holticulture.

Hal ini dapat dimengerti karena istilah culture berasal dari bahasa Latin colere

yang berarti pemeliharaan, pengolahan tanah pertanian. Dalam arti kiasan kata itu

juga diberi arti “pembentukan dan pemurnian jiwa”.

Seorang antropolog lain, E.B. Tylor (1871), dalam bukunya yang berjudul Primitive

Culture (New York; Brentano’s, 1924), hal 1, pernah mencoba memberikan definisi

mengenai kebudayaan sebagai yaitu; “Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup

pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan lain

kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia

sebagai anggot masyarakat”.

3.2 Unsur-Unsur Kebudayaan

Unsur-unsur kebudayaan digolongkan kepada unsur besar dan unsur kecil yang

lazimnya disebut dengan istilah culture universal karena di setiap penjuru dunia

manapun kebudayaan tersebut dapat ditemukan seperti pakaian, tempat tinggal dan

lain sebagainya. Beberapa orang sarjana telah mencoba merumuskan unsur-unsur

pokok kebudayaan. Seperti Melville J. Herskovits, Bronislaw Malinowski, C.

Kluckhohn dan Prof. Koentjaraningrat.

Melville J. Herskovitz menyebutkan ada empat unsur pokok kebudayaan, yaitu:

a. Alat-alat teknologi

b. Sistem ekonomi

c. Keluarga

d. Kekuasaan politik.

Page 7: Makalah sosiontropologi kebudayaan

Bronislaw Malinowski menyatakan ada empat unsur pokok kebudayaan yang

meliputi:

Sistem normma-norma yang memungkinkan kerja sama antar para anggota

masyarakat agar menyesuaikan dengan alam sekelilingnya,

3.2.1 Organisasi ekonomi

Alat dan lembaga atau petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga

pendidikan utama), dan Organisasi kekuatan (politik).

Kliucckhohn menyebutkan ada tujuh unsur kebudayan, yaitu:

a. Sistem mata pencaharian hidup,

b. Sistem peralatan dan teknologi,

c. Sistem organisasi kemasyarakatan,

d. Sistem pengetahuan,

e. Bahasa,

f. Kesenian, dan

g. Sistem religi dan upacara keagamaan.

3.3 Sifat Hakikat Kebudayaan

Sifat hakikat kebudayaan adalah ciri-ciri khusus dari sebuah kebudayaan yang

masing-masing masyarakat berbeda. Bagi masyarakat Barat makan sambil berjalan

bahkan setengah berlari adalah biasa karena bagi mereka the time is money, berbeda

dengan masyarakat Timur, jangankan makan sambil berjalan, makan berdiri saja

sudah melanggar etika. ????? ????? ????? ?? (janganlah salah seorang dari kamu

minum dalam keadaan berdiri). Namun, secara garis besar, seluruh kebudayaan yang

ada di dunia ini memiliki sifat-sifat hakikat yang sama.

Sifat-sifat hakikat kebudayaan adalah sebagai berikut:

Page 8: Makalah sosiontropologi kebudayaan

a. Kebudayaan terwujud dan tersalurkan lewat prilaku manusia.

b. Kebudayaan telah ada terlebih dahulu mendahului lahirnya suatu generasi

tertentu dan tidak akan mati dengan habisnya usia generasi yang

bersangkutan.

c. Kebudayaan diperlukan oleh manusia dan diwujudkan tingkah lakunya.

d. Kebudayaan mencakup aturan-aturan yang berisikan kewajiban-kewajiban,

tindakan-tindakan yang diterima dan ditolak, tindakan-tindakan yang dilarang

dan tindakan-tindakan yang diizinkan.

3.4 Akulturasi Kebudayaan

Semua kebudayaan senantiasa bergerak karena ia dinamis karena sebaenarnya

gerak kebudayaan adalah gerak manusia itu sendiri. Gerak atau dinamika manusia

sesama manusia, atau dari satu daerah kebudayaan ke daerah lain, baik disengaja atau

tidak seperti migrasi atau pengungsian dengan sebab-sebab tertentu. Dinamika ini

membawa kebudayaan dari suatu masyarakat ke masyarakat lain yang menyebabkan

terjadinya akulturasi.

Proses akulturasi kebudayaan dalam sejarah umat manusia telah terjadi pada

umat atau bangsa-bangsa terdahulu. Adakalanya kebudayaan yang dibawa dapat

dengan mudah diterima oleh masyarakat setempat dan adakalanya ditolak, bahkan

ada sekelompok individu yang tetap tidak menerima kebudayaan asing walaupun

mayoritas kelompok individu di sekelilingnya sudah menjadikan kebudayaan tersebut

bagian dari kebudayaannya.

Pada umumnya unsur-unsur kebudayaan asing yang mudah diterima adalah:

a. Unsur kebudayaan kebendaan seperti alat-peralatan yang terutama sangat

mudah dipakai dan dirasakan sangat bermanfaat bagi masyarakat yang

menerimanya, contohnya adalah alat tulis-menulis yang banyak

Page 9: Makalah sosiontropologi kebudayaan

dipergunakan orang Indonesia yang diambil dari unsur-unsur kebudayaan

Barat,

b. Unsur-unsur yang terbukti membawa manfaat besar misalnya radio

transistor yang banyak membawa kegunaan terutama sebagai alat mass-

media,

c. Unsur-unsur yang dengan mudah disesuaikan dengan keadaan masyarakat

yang menerima unsur-unsur tersebut, seperti mesin penggiling padi yang

dengan biaya murah serta pengetahuan teknis yang sederhana, dapat

digunakan untuk melengkapi pabrik-pabrik penggilingan.

Unsur-unsur kebudayaan yang sulit diterima oleh suatu masyarakat adalah

misalnya:

Unsur yang menyangkut sistem kepercayaan seperti ideologi, falsafah hidup dan lain-

lain,Unsur-unsur yang dipelajari pada taraf pertama proses sosialisasi. Contoh yang

paling mudah adalah soal makanan pokok suatu masyarakat. Nasi sebagai makanan

pokok sebagian besar msayarakat Indonesia sukar sekali diubah dengan makanan

pokok yang lain.

3.5 Peradaban

Adapun istilah “peradaban” dalam bahasa Inggris disebut civilization. Istilah

peradaban ini sering dipakai untuk menunjukkan pendapat dan penilaian kita terhadap

perkembangan kebudayaan. Pada waktu perkembangan kebudayaan mencapai

puncaknya yang berwujud unsur-unsur budaya yang halus, indah, tinggi, sopan,

luhur, dan sebagainya, maka masyarakat pemilik kebudayaan tersebut dikatakan telah

memiliki peradaban yang tinggi.

Seperti yang diungkapkan Arnold Toynbee “The Disintegrations of Civilization”

dalam Theories of Society, (New York, The Free Press, 1965), hal. 1355, peradaban

adalah kebudayaan yang telah mencapai taraf perkembangan teknologi yang sudah

Page 10: Makalah sosiontropologi kebudayaan

lebih tinggi.Pengertian yang lain menyebutkan bahwa peradaban adalah kumpulan

seluruh hasil budi daya manusia, yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia,

baik fisik (misalnya bangunan, jalan), maupun non-fisik (nilai-nilai, tatanan, seni

budaya, maupun iptek).

Huntington memberi definisi bahwa peradaban adalah sebuah identitas terluas

dari budaya, yang teridentifikasi melalui unsur-unsur obyektif umum, seperti bahasa,

sejarah, agama, kebiasaan, institusi, maupun melalui identifikasi diri yang subyektif.

Berangkat dari definisi ini, maka masyarakat Amerika –khususnya Amerika Serikat-

dan Eropa yang sejauh ini disatukan oleh bahas, budaya dan agama dapat

diklasifikasikan sebagai satu peradaban, yakni peradaban barat.

Lebih lanjut Huntington menyatakan bahwa term “Barat”, secara universal,

digunakan untuk menunjuk pada apa yang disebut dunia Kristen Barat. Dengan

demikian, “Barat” merupakan sebuah peradaban yang dipandang sebagai “penunjuk

arah” dan tidak diidentikkan dengan nama orang-orang tertentu, agama, atau wilayah

geografis. Akan tetapi pengidentifikasian ini mengangkat peradaban dari historitas,

wilayah geografis, dan konteks kulturalnya. Secra historis, peradaban Barat adalah

peradaban Eropa, namun di era modern ini yang dimaksud dengan peradaban Barat

adalah peradaban Eroamerika (Euroamerican) atau Atlantik Utara.

Mengenai pertentangan antara budaya Barat dan budaya Timur, Kun Maryati dan

Juju Suryawaty menagatakan: “Dalam masyarakat dunia, ada pandangan yang

menganggap budaya Barat sebagai budaya progresif atau maju yang sarat dengan

kedinamisan (hot culture). Sebaliknya, budaya Timur diidentikkan dengan budaya

yang dingin dan kurang dinamis (cold culture). Pertentangan ini cenderung Eropa-

sentris sehingga mengakibatkan westernisasi di berbagai bidang kehidupan”.

Sebelum adanya peradaban Eroamerika yang menguasai dunia peradaban

sekarang ini sudah barang tentu terlebih dahulu sudah ada peradaban yang disebut

Page 11: Makalah sosiontropologi kebudayaan

dengan peradaban dunia; kuno atau klasik pra-Islam. Di antara peradaban-peradaban

itu adalah:

a. Peradaban Irak, di antara peradaban yang terpenting adalah Sumeria, Akkadia,

Ayalamiyah, Babilonia, Asyuriah, dan Kaldaniah

b. Peradaban Syam, di antara peradaban yang terpenting adalah Amuriyah,

Vinikia, Kan’an,. Aramiyah, Anbath, Tadmur, Ghassan, dan Munazarah

c. Peradaban Mesir, peradaban yang terpenting adalah peradabaan Fir’aun dan

peradaban Heksus

d. Peradaban Yaman, di antaranya Ma’in, Saba’, Himyar, dan Qatban.

e. Peradaban Persia

f. Peradaban Yunani dan Romawi

Peradaban Fir’aun dan Sumeria adalah dua peradaban paling awal yang ada dalam

sejarah manusia. Demikian yang dikatakan H.J Wills dalam Short History of the

World halaman 62.Dari beberapa pengertian “kebudayaan” dan “peradaban” tersebut

di atas tampak sekali terdapat perbedaan di antara keduanya. Di sini pemikiran yang

lebih jelas tentang perbedaan “kebudayaan” dan “peradaban” dapat dijumpai dalam

filosof mazhab Jerman, seperti Edward Spranger yang mengartikan “kebudayaan”

sebagai segala bentuk atau ekspresi dari kehidupan batin masyarakat. Sedangkan

peradaban ialah perwujudan kemajuan teknologi dan pola material kehidupannya.

Dengan demikian, maka sebuah bangunan yang indah sebagai karya arsitektur

mempunyai dua dimensi yang saling melengkapi: dimensi seni dan falsafahnya

berakar pada kebudayaan, sedangkan kecanggihan penggunaan material dan

pengolahannya merupakan hasil peradaban. Dengan kata lain, kebudayaan ialah apa

yang kita dambakan, sedangkan peradaban ialah apa yang kita pergunakan.

Kebudayaan tercermin dalam seni, bahasa, sastra, aliran pemikiran, falsafah dan

agama, bentuk-bentuk spritualitas dan moral yang dicita-citakan, falsafah dan ilmu-

ilmu teoritis. Peradaban tercermin dalam politik praktis, ekonomi, teknologi, ilmu-

Page 12: Makalah sosiontropologi kebudayaan

ilmu terapan, sopan santun pergaulan, pelaksanaan hukum dan undang-

undang.Sejalan dengan pemikiran Spranger ini adalah Effat al-Syarqawi yanhg

mengartikan “kebudayaan” sebagai khazanah sejarah suatu bangsa/masyarakat yang

tercermin dalam pengakuan/kesaksiannya dan nilai-nilainya, yaitu kesaksian dan

nilai-nilai yang menggariskan bagi kehidupan suatu tujuan ideal dan makna rohaniah

yang dalaam, bebas dari kontradiksi ruang dan waktu. Dengan kata lain,

“kebudayaan” adalah struktur intuitif yang mengandung nilai-nilai rohaniah tertinggi,

yang menggerakkan suatu masyarakat melalui falsafah hidup, wawasan moral,

citarasa estetik, cara berpikir, pandangan dunia (weltanschaung) dan sistem nilai-

nilai.

Adapun “peradaban” ialah khazanah pengetahuan terapan yang dimaksudkan

untuk mengangkat dan meninggikan manusia agar tidak menyerah terhadap kondisi-

kondisi di sekitarnya. Di sini ‘peradaban’ meliputi semua pengalaman praktis yang

diwarisi dari satu generasi ke generasi lain. Peradaban tampak dalam bidang fisika,

kimia, kedokteran, astronomi, ekonomi, politik praktis, fiqih mu’amalah, dan semua

yang berkaitan dengan penggunaan ilmu terapan dan teknologi.

3.6 Peradaban Islam

Kaitannya dengan pengertian-pengertian tersebut di atas, maka yang dimaksud

dengan “peradaban Islam”, menurut Muhammad Husein Abdullah, adalah

“sekumpulan pandangan tentang kehidupan menurut sudut pandang Islam”.

Pengertian yang lain menyebutkan bahwa “peradaban Islam” adalah peradaban

orang-orang Muslim atau peradaban manusia yang diilhami, dilandasi oleh keyakinan

Islam. Atau dengan pengertian yang lain, “peradaban Islam” adalah pencapaian hasil

budi kaum muslimin dalam sejarah.

Adapun yang menjadi orientasi kebudayaan di dunia Islam adalah perbedaan

antara alam kosmis, transendental, tatanan keduniaan, serta kemungkinan untuk

Page 13: Makalah sosiontropologi kebudayaan

mengatasi ketegangan yang inheren dalam perbedaan ini berdasarkan ketaatan

sepenuhnya pada Tuhan dan kegiatan keduniaan –terutama sekali, kegiatan politik

dan militer; unsur universirtas yang kuat dalam definisi tentang komunitas Islam;

pemberian akses otonom bagi seluruh warga komunitas untuk memperoleh atribut-

atribut tatanan transendental dean keselamatan (salvation) melaljui ketaatan terhadap

Tuhan; cita-cita ummah, komunitas politik-keagamaan dari setiap pemeluknya, dan

gambaran mengenai penguasa sebagai penegak cita-cita Islam, mengenai kemurnian

ummah, dan kehidupan komunitas.

Berangkat dari pengertian “peradaban Islam” di atas maka berbeda dengan Islam

yang skaral, tetap dan abadi, peradaban Islam betapapun besar dan hebatnya, adalah

bersifat profan, berkembang dan tidaklah suci. Peradaban Islam, tetaplah seperti

peradaban lain, yakni tidak bebas dari kelemahan.

Hal tersebut dapat dibuktikan ketika kita flashback ke masa lalu, di mana Nabi

Muhammad saw. Mampu menyusun kekuatan baru untuk melakukan reformasi

peradaban secara total mulai dari ideologi, teologi, sampai kepada kultural dan

hasilnya sangat mengesankan. Kemudian usaha Beliau itu dilanjutkan oleh para

penguasa Muslim melalui fondasi banguan teologi yang kokoh, penguasaan dan

pengembangan sains atas dasar semangat iqra’ dan amal shaleh. Atas dasar itu,

sejarah dan khazanah kita di masa lampau –terutama sejak pemerintahan Nabi

Muhammad saw.di Madinah hingga tahun 1250 M yang ditandai dengan berakhirnya

masa kejayaan Spanyol Islam di daratan Eropa- umat Islam mampu mewujudkan

suatu tatanan masyarakat yang berperadaban tinggi.

Namun demikian, seiring dengan pasang surutnya sebuah peradaban, peradaban

Islam pun pernah mengalami masa-masa kejayaan meskipun kemudian mengalami

masa kemunduran. Jika pada zaman Abbasiyah umat Islam mampu menjadi sumber

ilmu pengetahuan serta menjadi kiblat dunia , termasuk Barat, maka saat ini umat

Islam hanya menjadi konsumen dari ilmu pengetahuan dan teknologi yang

Page 14: Makalah sosiontropologi kebudayaan

dikembangkan masyarakat Barat. Peradaban Baratlah yang saat ini memberikan

kontribusi besar bagi kehidupan manusia secara umum dan bahkan cenderung

menghegemoni peradaban lainnya, termasuk Islam.

3.7 Pendidikan Islam

Wahyu pertama yang turun kepada Nabi Muhammad saw. adalah surah Al-‘Alaq

1-5 dan wahyu yang kedua adalah surah Al-Muddatsir 1-7. Menurut Prof. Dr. H.

Mahmud Yunus, dalam kedua wahyu yang mula-mula turun itu dapat diambil

kesimpulan, bahwa pendidikan dalam Islam terdiri dari empat macam:

a. Pendidikan keagamaan, yaitu hendaklah membaca dengan nama Allah

semata-mata, jangan dipersekutukan dengan nama berhala, karena Tuhan itu

Mahabesar dab Mahapemurah; sebab itu hendaklah dienyahkan berhala itu

sejauh-jauhnya.

b. Pendidikan ‘akliyah dan ilmiyah, yaitu mempelajari kejadian manusia dari

segumpal darah dan kejadian alam semesta. Alam akan mengajarkan

demikian itu kepada orang-orang yang mau menyelidiki dan membasnya,

sedangkan mereka dahulu belum mengetahuinya.untuk mempelajari hal-hal

itu haruslah dengan banyak membaca dan menyelidiki serta memakai pena

untuk mencatat

c. Pendidikan akhlak dan budi pekerti, yaitu si pendidik hendaklah suka

memberi/mengajar tanpa mengharapkan balasan dari orang yang menerima

pemberian itu, melainkan karena Allah semata-mata dan mengharapkan

keridaanNya. Bagitu juga si pendidik harus berhati sabar dan tabah dalam

melakukan tugasnya.

d. Pendidikan jasmani (kesehatan), yaitu mementingkan kebersihan, bersih

pakaian, bersih badan dan bersih tempat kediaman. Terutama si pendidik

Page 15: Makalah sosiontropologi kebudayaan

harus bersih pakaian, suci hati dan baik budi pekertinya, supaya menjadi

contoh dan tiru teladan bagi anak-anak didikannya.

3.8 Komponen-Komponen Pendidikan

Ada asumsi yang mengatakan bahwa gurulah yang paling bertanggung jawab

terhadap keberhasilan peserta didik, guru yang profesional akan menelorkan murid

yang profesional juga sebaliknya guru yang bukan profesional akan menjejaskan

keberhasilan anak didik. Sementara asumsi lain mengatakan bahwa peran serta orang

tua sangat dominan, orang tua yang perhatian terhadap pendidikan anaknya dan selalu

memberikan bimbingan sangat besar kemungkinankberhasilan anaknya. Adapula

yang mengatakan miliu sengat berpengaruh terhadap peserta didik, miliu pedagang

mencerdaskan ilmu pasti seperti aritmatika sosial dan ekonomi. Menurut Rosleny

Marliany, ada sembilan komponen yang sangat penting dan wajib ada dalam

pendidikan, yaitu:

a. Para pendidik;

b. Para murid atau anak didik;

c. Materi pendidikan;

d. Perbuatan mendidik;

e. Metode pendidikan;

f. Evaluasi pendidikan;

g. Tujuan pendidikan;

h. Alat-alat pendidikan;

i. Lingkungan pendidikan.

Dari sembilan komponen di atas, komponen yang terakhir adalah objek kita.

Lingkungan kondusif bagi peserta didik adalah lingkungan yang bernuansa

pendidikan seperti sistem pondok pesantren. Keseharian peserta didik diwarnai

dengan proses pendidikan 24 jam. Tidak hanya pendidikan kognitif dan psikomotorik

Page 16: Makalah sosiontropologi kebudayaan

tetapi disempurnakan lagi dengan pendidikan afektif yang lebih menjurus kepada

pendidikan tingkah laku.

Pondok pesantren adalah sebuah kebudayaan dan juga sebuah peradaban, maka

lingkungan pesantren adalah lingkungan yang berbudaya dan beradab. Tetapi tidak

menutup kemungkinan bahwa lembaga-lembaga pendidikan non pesantren juga

menerapkan sistem yang sama hanya saja sebatas jam kurikuler dan jam ekstra

kurikuler.Hanya saja budaya dan peradaban di pesantren sangat dipengaruhi oleh

letak geografis dan para pengasuhnya sehingga kebudayaan dan peradaban yang ada

di pesanten menonjolkan kebudayaan dan peradaban setempat. Tak ayal lagi kalau

alumni pesantren Jawa akan membawa kebudayaan Jawa dan mengasimilasikannya

dengan budaya di tempatnya.

Situasi tertentu seperti ini juga harus diperhatikan karena pertumbuhan peserta

didik akan dipengaruhi oleh situasi-situasi di mana dan di waktu mana ia berada.

Lebih lanjut, Rosleny Marliany menyebutkan bahwa: Perubahan menyangkut materiil

dan struktur fisiologis sanga dipengaruhi oleh aspek-aspek tertentu yang saling

berhubungan. Adapaun aspek-aspek yang mempengaruhi pertumbuhan meliputi:

a. Kondisi interaksi kepribadian anak;

b. Usia dan mental anak;

c. Pola-pola pertumbuhan yang dipengaruhi oleh situasi-situasi tertentu;

d. Adaptasi individu dengan lingkungannya.

Page 17: Makalah sosiontropologi kebudayaan

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

a. Kebudayaan adalah hasil cipta, rasa dan karsa manusia dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya yang kompleks yang mencakup pengetahuan,

keyakinan, seni, susila, hukum adat dan setiap kecakapan dan kebiasaan.

b. Peradaban adalah kumpulan sebuah identitas terluas dari seluruh hasil budi

daya manusia, yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, baik fisik

(misalnya bangunan, jalan), maupun non-fisik (nilai-nilai, tatanan, seni

budaya, maupun iptek), yang teridentifikasi melalui unsur-unsur obyektif

umum, seperti bahasa, sejarah, agama, kebiasaan, institusi, maupun melalui

identifikasi diri yang subyektif.

c. Peradaban Islam adalah pencapaian hasil budi kaum Muslimin dalam sejarah

yang diilhami, dilandasi oleh keyakinan Islam.

d. Pendidikan Islam pertama ada empat, yaitu:

1. Pendidikan keagamaan

2. Pendidikan ‘akliyah dan ilmiyah

3. Pendidikan akhlak dan budi pekerti

4. Pendidikan jasmani.

4.2 Saran

Sebagai praktisi pendidikan hendaklah memahami pentingnya kebudayaan dan

peradaban yang positif bagi peserta didik. Pilihlah untuk mereka kebudayaan

peradaban manapun yang menunjang tercapainya tujuan pendidikan. Selain itu,

sebagai pendidik Muslim, tidak cukup memilihkan akan tetapi lebih dari itu adalah

mengaplikasikan dan mengimplementasikannya dalam proses pendidikan.

Page 18: Makalah sosiontropologi kebudayaan

DAFTAR PUSTAKA

Al-Usairy, Ahmad, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX, Penj.

Samson Rahman, Jakarta, Akbar Media, 2010.

Al-Syarqawi, Effat, Filsafat Kebudayaan Islam, Penj. A. Rofi’ Usmani, Bandung,

Pustaka, 1986.

Eisenstadt, S.N, Revolusi Transformasi Masyarakat, Penj. Chandra Johan, Jakarta,

Rajawali, 1986.

Elisanti dan Rostini, Tinitin, Sosiologi untuk SMA dan MA Kelas XII IPS, Jakarta,

Indradjaya, 2007.

Marliany, Rosleny, Psikologi Umum, Bandung, Pustaka Setia, 2010.

Maryati, Kun dan Suryawaty, Juju, Seri Pendalaman Materi Sosiologi SMA dan MA

Siap Tuntas Menghadapi Ujian Nasional, Jakarta, Erlangga, 2008.

Huntington, Samuel P, Benturan Antar Peradaban dan Masa Depan Politik Dunia,

Penj. M. Sadat Ismail, Yogyakarta, Qalam, 2004.

Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta, Raja Grafindo,2007.

Waridah Q, Siti dkk, Sosiologi untuk SMA Kelas II, Jakarta, Bumi Aksara, 2005.

Yunus, Mahmud, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta, Hidakarya Agung, 1989.