40
SOSIOLOGI

Makalah sosiologi "KEBUDAYAAN NUSA TENGGARA"

Embed Size (px)

DESCRIPTION

NUSA TENGGARA MEMILIKI BERBAGAI MACAM SUKU BANGSA MARI KITA TELUSURI

Citation preview

Page 1: Makalah sosiologi "KEBUDAYAAN NUSA TENGGARA"

SOSIOLOGI

Page 2: Makalah sosiologi "KEBUDAYAAN NUSA TENGGARA"

PRESENTASI SOSIOLOGIADAT DAN KEBIASAAN SUKU BANGSA DI

NUSA TENGGARA

OLEH:

DAMAR SASI ELSZA PUSPITA

SMA NEGERI 1 SUMBERREJO

Tahun Pelajaran 2012/2013

Page 3: Makalah sosiologi "KEBUDAYAAN NUSA TENGGARA"

KEPULAUAN NUSA TENGGARA

Nusa Tenggara terbagi atas 2 provinsi. Yakni provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT).Di sini kami akan membahaskebudayaan berbagai suku yang mendiami Kepulauan Nusa Tenggara.

Page 4: Makalah sosiologi "KEBUDAYAAN NUSA TENGGARA"

Indonesia sangat kaya akan kesenian dankebudayaan. Hampir di setiap wilayah memiliki adatdan kebiasaan yang berbeda satu dengan yang lainnya. Di sini kami akan membahas suku bangsa beserta adatdan kebiasaannya yang terdapat di Kepulauan Nusa Tenggara. Suku terbesar yang mendiami KepulauanNusa Tenggara adalah suku Sasak dan suku Bima.

Nusa Tenggara memiliki kekayaan alamberupa laut yang menakjubkan serta keanekaragamanseni budaya. Latar belakang dari kebudayaanmasyarakat yang ada di NTB dan NTB hampirsebagian besar sudah terbiasa dengan yang namanyamenari atau melantunkan lagu-lagu pada saatmelaksanakan upacara adat.

Page 5: Makalah sosiologi "KEBUDAYAAN NUSA TENGGARA"

DALAM LOKA SAMAWA SAO ATA MOSA LAKITANA

Page 7: Makalah sosiologi "KEBUDAYAAN NUSA TENGGARA"

1. SASANDO

2. HEO

Sasando ini adalah alat musik jenispetik yang memiliki senar sejumlah 28. Cara memainkannya hampir sama dengan bermaingitar atau kecapi. Hanya saja bentuk Sasandosedikit lebih unik dari alat musik petik lainnya.

seperti alat musik biola dalam versiyang masih sangat tradisional. Heo biasanyaterbuat dari kayu. Namun alat penggeseknyaagak unik karena terbuat dari ekor kuda.

3. FOY DOA

Berasal dari Ngada sepertiseruling kecil rangkap dua.

4. FOY PAY

Untuk mengiringi tairan layaknya Foy Doa

5. KNOBE KHABETAS DAN KNOBE OH

Alat music yang terbuatdari bamboo yang biasa di gunakanmasyarakat Nusa Tenggara untukmenggembala ternak.

6. PRERE

Alat music tiup yang terbuat dari bambu yang masihmuda.

7. KETADU MARA

Alat musik dua dawaiyang di gunakan untuk menggodahati wanita dan memanggil roh halus

8. SOWITO dan MENDUT

alat musik yang terbuatdari bamboo seperti seruling

Page 8: Makalah sosiologi "KEBUDAYAAN NUSA TENGGARA"

Jumlah Bahasa Daerah

Jumlah bahasa yang dimiliki cukup banyak dan tersebar

pada pulau-pulau yang ada yaitu:

Pengguna Bahasa di Nusa Tenggara Timur, Timor, Rote,

Sabu, dan pulau-pulau kecil disekitarnya: Bahasanya

menggunakan bahasa Kupang, Melayu Kupang, Dawan

Amarasi, Helong Rote, Sabu, Tetun, Bural:

1. Alor dan pulau-pulau disekitarnya: Bahasanya

menggunakan Tewo kedebang, Blagar, Lamuan Abui,

Adeng, Katola, Taangla, Pui, Kolana, Kui, Pura Kang

Samila, Kule, Aluru, Kayu Kaileso

2. Flores dan pulau-pulau disekitarnya: Bahasanya

menggunakan melayu, Laratuka, Lamaholot, Kedang,

Krawe, Palue, Sikka, lio, Lio Ende, Naga Keo, Ngada,

Ramba, Ruteng, Manggarai, bajo, Komodo

3. Sumba dan pualu-ulau kecil disekitarnya: Bahasanya

menggunakan Kambera, Wewewa, Anakalang, Lamboya,

Mamboro, Wanokaka, Loli, Kodi

Seni dan Budaya Nusa Tenggara :

Lagu daerah yang berasal dari propinsi NTT :

1. Anak Kambing Saya

2. Oras Loro Malirin

3. Sonbilo

4.Tebe Onana

5. Ofalangga

6. Do Hawu

7. Bolelebo

8. Lewo Ro Piring Sina

9. Bengu Re Le Kaju

10. Aku Retang

11. Gaila Ruma Radha

11. Desaku

12. Flobamora

13. Potong Bebek Angsa

Page 9: Makalah sosiologi "KEBUDAYAAN NUSA TENGGARA"

SUKU BANGSA YANG MENDIAMI KEPULAUAN NUSA TENGGARA

Page 10: Makalah sosiologi "KEBUDAYAAN NUSA TENGGARA"

SUKU DI NUSA

TENGGARA

SASAK

BIMA

KUI

TETUN

MANGGARAI

SUMBA

ENDE

ALOR

KEMAK

DAWAN

NGADA

ROTE

DEING

KEDANG

LAMAWOHONG

SABU

ABUI

Page 11: Makalah sosiologi "KEBUDAYAAN NUSA TENGGARA"

SUKU BANGSA DI NUSA

TENGGARA1. SUKU SASAK

Suku Sasak adalah suku bangsa yang mendiami pulau Lombok dan menggunakan bahasa Sasak. Sebagian besar suku Sasak beragama Islam. Uniknya pada sebagian kecil masyarakat suku Sasak, terdapat praktik agama Islam yang agak berbeda dengan Islam pada umumnya yakni Islam Wetu Telu, namun hanya berjumlah sekitar 1% yang melakukan praktek ibadah seperti itu. Ada pula sedikit warga suku Sasak yang menganut kepercayaan pra-Islam yang disebut dengan nama "sasak Boda".

• Adat Suku SASAK

Adat istiadat suku sasak dapat anda saksikan pada saat resepsi perkawinan, dimana perempuan apabila mereka mau dinikahkan oleh seorang lelaki maka yang perempuan harus dilarikan dulu kerumah keluarganya dari pihak laki laki, ini yang dikenal dengan sebutan merarik atau selarian. Sehari setelah dilarikan maka akan diutus salah seorang untuk memberitahukan kepada pihak keluarga perempuan bahwa anaknya akan dinikahkan oleh seseorang, ini yang disebut dengan mesejati atau semacam pemberitahuan kepada keluarga perempuan. Setalah selesai makan akan diadakan yang disebut dengan nyelabar atau kesepakatan mengenai biaya resepsi.

Page 12: Makalah sosiologi "KEBUDAYAAN NUSA TENGGARA"

Asal nama SASAK berasal dari kata SAK-SAK yang artinya

sampan. Dalam kitab negara kertagama kata sasak disebut menjadi satu

dengan pulau lombok. Yakni lombok sasak mirah adhi. Dalam tradisi

lisan warga setempat kata sasak dipercaya berasal dari kata "sa'-saq"

yang artinya yang satu. Kemudian lombok berasal dari kata lomboq

yang artinya lurus. Maka jika digabung kata sa' saq lomboq artinya

sesuatu yang lurus. Banyak juga yang menerjemahkannya sebagai jalan

yang lurus. Lombo mirah sasak adi adalah salah satu kutipan dari

kakawin nagarakretagama ( desawarnana ), sebuah kitab yang memuat

tentang kekuasaan dan kepemerintahaan kerajaan majapahit, gubanan

mpu prapanca. Kata "lombok" dalam bahasa kawi berarti lurus atau

jujur, "mirah" berarti permata, "sasak" berarti kenyataan dan "adi"

artinya yang baik atau yang utama. Maka lombok mirah sasak adi

berarti kejujuran adalah permata kenyataan yang baik atau utama.

ASAL NAMA SASAK

Page 13: Makalah sosiologi "KEBUDAYAAN NUSA TENGGARA"

Suku Bima merupakan suku yang mendiamiKabupaten Bima dan Kota Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat. Suku ini telah ada sejak zaman

Kerajaan Majapahit. Pemukiman orang Bima biasa

2. SUKU BIMA (DOU MBOJO) ASAL USUL BIMA

Pada masa pemberontakan di Majapahit,

salah satu dari Pandawa Lima, Bima,

melarikan diri ke Bima melalui jalur

selatan agar tidak ketahuan oleh para

pemberontak dan langsung diangkat oleh

para Ncuhi sebagai Raja Bima pertama.

Namun Sang Bima langsung mengangkat

anaknya sebagai raja dan beliau kembali

lagi ke Jawa dan menyuruh 2 anaknya

untuk memerintah di Kerajaan Bima.

Oleh karena itu, sebagian bahasa Jawa

Kuna kadang-kadang masih digunakan

sebagai bahasa halus di Bima. Bima

memiliki bahasa khas yang di sebut

dengan Nggahi Mbojo.

Page 14: Makalah sosiologi "KEBUDAYAAN NUSA TENGGARA"

Saat ini, mayoritas suku Bima menganut agama Islam yang kini mencapai 95% lebih, di samping sebagian kecil juga menganut agama Kristen dan Hindu. Tetapi, ada satukepercayaan yang masih dianut oleh suku Bima yang disebut dengan Pare No Bongi,

yaitu kepercayaan terhadap roh nenek moyang. Pare No Bongi merupakankepercayaan asli orang Bima. Dunia roh yang ditakuti adalah Batara Gangga sebagai

dewa yang memiliki kekuatan yang sangat besar sebagai penguasa.

• Dalam seni tradisional khas Bima, mereka memiliki tarian khas buja kadanda yang saat

ini hampir punah. Namun kini telah mendapatkan perhatian dari pemerintah daerah.

Selain itu juga ada tari perang khas suku bima. Ada lagi tarian kalero yang berasal dari

daerah Donggo lama. Kalero adalah tarian dan nyanyian yang berisi ratapan, pujian,

pengharapan dan penghormatan terhadap arwah. Perlombaan balap kuda juga

merupakan wujud kesenian lainya dari suku bima.

Adapun bahasa yang digunakan suku Bima adalah Bahasa Bima atau Nggahi Mbojo.

Bahasa ini terdiri atas berbagai dialek, yaitu dialek Bima, Bima Dongo dan Sangiang. Bahasa

yang mereka pakai ini termasuk rumpun Bahasa Melayu Polinesia. Dalam dialek bahasanya,

mereka sering menggunakan huruf hidup dalam akhiran katanya, jarang menggunakan

huruf hidup. Misalnya kata “jangang” diucapkan menjadi “janga”.

Page 15: Makalah sosiologi "KEBUDAYAAN NUSA TENGGARA"

3. SUKU KUI

A. BAHASA

Orang Kui berdiam didaerah kolona dan daerah Pureman

sebgai bagian dari wilayah administratif kabupaten Alor,

Provinsi Nusa Tenggara Timur. Orang kui Merupakan satu

kelompok yang jumlah anggotanya relative kecil, namun

mereka memiliki bahasa sendiri yaitu Bahasa Kui.

Pada tahun 2010, Shiohara menulis penggunaan bahasa

oleh orang kui berdasar konsep multibahasa dan

membandingkannya dengan penggunaan bahasa Sumbawa

di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Shiohara juga

membahas upaya pemerintah daerah dan masyarakat

dalam hal penggunaan bahasa Kui. Dia menyatakan bahwa

gerakan mendorong penggunaan bahasa daerah hampir

sama sekali tidak ada.

B. Sistem Pengetahuan

Tradisi Lisan orang Kui,

terutama mitologi dan lego-lego, merupakan medium

penjaga struktur social orang

Kui. Dengan tradisi lisan itu,

orang Kui memiliki memori

kolektif tentang siapa diri

mereka sebagai orang Kui dan

siapa diri mereka sebagai

sebuah klan atau suku.

Page 16: Makalah sosiologi "KEBUDAYAAN NUSA TENGGARA"

KEBUDAYAAN SUKU KUIC. Organisasi Sosial

Suku Kui merupakan

kelompok masyarakat yang

dalam kesehariannya

memproduksi ujaran dan

menciptakan serta produksi,

resepsi, dan penggunaan

berbagai bentuk material

dapat diklaim memiliki dasar

ontologis. Dalam melakukan

hal tersebut masyarakat Kui

selalu bekerja bersama-sama

untuk tujuan dapat tercapai

dan selesai tepat waktu,

selain itu juga untuk

memper erat tali

persaudaraan antar

masyarakat suku Kui.

D. Sistem

peralatan Hidup

atau Teknologi

Suku Kui

memiliki alat

tenun yang

berfungsi untuk

membedakan

motif tenun

songket laki-laki

dan perempuan.

E. Sistem Mata

pencaharian Hidup

Suku Kui merupakan

salah satu kelompok

penduduk asal di

wilayah Kabupaten

Alor. Orang Kui ini

hidup dari pertanian

lading. Tanaman utama

adalah jagung, yang

sekaligus sebagai

makanan pokok

mereka.

F. Sistem religi dan Kesenian

Sampai saat ini Suku Kui percaya

akan dongeng, kosmologi, dan juga

ritual. Hal tersebut menandakan

bahwa Suku Kui masih menganut

kepercayaan nenek moyang.

Seni orang Kui tampak dalam motif

tenun songketnya. Tenun songket

orang Kui menyimbolkan

perbedaan jender dan juga

perbedaan struktur social orang

Kui. Perbedaan jender itu tampak

pada dua jenis kain yang diproduksi

orang Kui, yaitu sarung untuk

perempuan, dan selimut untuk laki-

laki.

Page 17: Makalah sosiologi "KEBUDAYAAN NUSA TENGGARA"

SUKU TETUN

A. Bahasa

Tetun adalah

bahasa yang

lembut, karena

kurangnya suara

parau kasar. Stres

biasanya pada suku

kata kedua dari

belakang dengan

beberapa

pengecualian.

C. Sistem pengetahuan

Pengetahuan Suku tetun ditujukan

kepada sifat-sifat khusus badani dan

cara produksi, tradisi dan nilai-nilai

yang membuat pergaulan hidup yang

satu berbeda dari pergaulan hidup

yang lainnya. Masyarakat dibentuk

oleh berkumpulnya individu-

individu. Salah satu cara

terbentuknya masyarakat adalah

melalui perkawinan. Dalam tulisan

ini saya mencoba menunjukkans

secara khusus masyarakat Belu

dalam kaitannya dengan perkawinan

adat patrilineal.

B. Kekerabatan

dan Organisasi

Sosial

Suku tetun adalah

suku yang hidup

dalam keselarasan.

Suku ini sangat

menjaga tali

persaudaraan antar

manusia terutama

antar orang tetun

sendiri.

D. Sistem peralatan hidup

Suku tetun termasuk suku

yang kaya. Kenapa bisa

dibilang begitu? Karena

dilihat dari adat

pernikahannya, suku tetun

mempunyai banyak syarat

yang harus dijalani, salah

astunya adalah mahar yang

harus diberikan berupa uang

perak, uang emas, selimut

tenun ikat dan sulam, hewan

besar, bahkan sampai tanah.

Page 18: Makalah sosiologi "KEBUDAYAAN NUSA TENGGARA"

F. SYSTEM MATA PENCAHARIAN

HIDUP

Suku tetun hidup dengan berkerja sebagai

petani, entah itu petani padi, jagung, ubi

jalar, ubi kayu, kacang tanah, kacang

kedelai, dll

E. SISTEM RELIGI

Suku bangsa Tetun masih mempercayai

hal-hal mistis yang di pengaruhi oleh

roh nenek moyang atau yang biasa di

sebut Animisme.

G. KESENIAN

Bibliku/Tihar, merupakan alat kesenian

tradisional Suku tetun sebagai lambang

pelestarian kebudayaan suku dan Bangsa

Indonesia.

Page 19: Makalah sosiologi "KEBUDAYAAN NUSA TENGGARA"

SUKU MANGGARAI

RIUNG

1. Religi

Secara umum, sistem religi asli orang Manggarai adalah menyembah

Tuhan Maha Pencipta dan Maha Kuasa (mori jadi dedek – Ema pu’un

kuasa), meski masih terdapat cara-cara dan tempat persembahan

misalnya, compang (mesbah) juga terkadang di bawah pohon-pohon besar

yang dipandang angker dan suci. Compang (Mesbah) yang didirikan di

tengah kampung karena menurut kepercayaan orang Manggarai di sana

berdiamlah Sang Naga Beo (kekuatan pelindung) yang menjaga

ketentraman warga kampung setiap waktu. Compang itu berbentuk bulat

maksudnya atau mengandung makna kekerabatan, sehingga dalam

upacara adat Manggarai sering diungkapkan kalimat sebagai berikut:

a. Muku ca pu’u toe woleng curup (kesatuan kata)

b. Ipung ca tiwu neka woleng wintuk (kesatuan tindakan)

c. Teu ca ambong neka woleng lako (kesatuan langkah)

Di dalam masyarakat Manggarai,

khususnya berkaitan dengan religius tumbuh

dan berkembangnya upacara-upacara adat yang

berkaitan untuk menyebut nama Tuhan atau

wujud tertinggi misalnya :

* Dalam acara penti, ucapan untuk menyebut

nama Tuhan atau wujud tertinggi:

- Lawang morin agu ngaran

Artinya untuk minta pengukuhan

dari Tuhan sebagai pemilik atau pemberi atas

benih atau tumbuh-tumbuhan yang digunakan

oleh manusia. sehingga dalam adat Manggarai,

diadakannya pesta penti (syukuran) kepada

Tuhan atas pemberiannya itu.

* Dalam upacara kematian, ucapan untuk

menyebut nama Tuhan atau wujud tertinggi :

- Kamping morin agu ngaran

Page 20: Makalah sosiologi "KEBUDAYAAN NUSA TENGGARA"

2. SISTEM ORGANISASI SOCIAL

DAN KEMASYARAKATAN

* Gendang

adalah lembaga kekuasaan

dari suatu masyarakat hokum

adat. Sehingga secara umum

Gendang adalah nenek

moyang dari masyarakat

hukum adat tertentu beserta

keturunannya yang berkuasa

untuk memerintah seluruh

masyarakat hukum adat

tertentu dan berkuasa atas

wilayahnya. Suku Manggarai

memiliki kebiasaan

melakukan perkawinan dalam

suku yang disebut Cako.

3. ILMU PENGETAHUAN

Sejak dulu, orang Manggarai memiliki pengetahuan tentang alam sekitarnya, baik fauna

maupun flora dengan seluruh ekosistemnya. Sistem dan pola hidup masyarakat

Manggarai yang agraris mengharuskan mereka memiliki pengetahuan yang cukup tentang

flora, tentang tanaman atau tumbuh-tumbuhan yang bermanfaat bagi kehidupannya.

Begitupun pengetahuan tentang fauna dimiliki secara turun temurun karena orang

Manggarai pada dasarnya senang beternak dan berburu.

4. BAHASA

Di Manggarai terdapat enam bahasa, yaitu bahasa Komodo di pulau Komodo, bahasa

Werana di Manggarai Tenggara, bahasa Rembong di Rembong yang wilayahnya meluas

ke Ngada Utara, bahasa Kempo di wilayah Kempo, bahasa Rajong di wilayah Rajong

dan bahasa Manggarai Kuku yang termasuk atas lima kelompok dialeg, termasuk bahasa

Manggarai Timur Jauh.

Pengelompokkan bahasa tersebut sekaligus mengisyaratkan secara umum kelompok

budaya di Manggarai yang erat kaitannya dengan corak kesatuan genealogis, sebab

kesatuan genealogis yang lebih besar di Manggarai adalah Wa’u (klen patrilineal) dan

perkawinan pun patrilokal. Dalam kesatuan genealogis inilah bahasa terpelihara baik

secara turun temurun.

Page 21: Makalah sosiologi "KEBUDAYAAN NUSA TENGGARA"

5. Kesenian

Di Manggarai juga tumbuh dan berkembang berbagai jenis kesenian

khas daerah ini seperti seni sastra, musik, tari, lukis, disain dan kriya.

Dari berbagai jenis kesenian itu, ada dua jenis yang sudah mencapai

tingkat sebuah peradaban dan sudah dikenal luas, yakni seni

pertunjukan caci dan seni rupa (kriya), songke.

Caci sudah merupakan puncak kebudayaan Manggarai yang unik

dan sarat makna: seni gerak (lomes), nilai etika (sopan santun), nilai

estektika, muatan nilai persatuan, ekspresi suka cita, nilai sportifitas,

serta penanaman percaya diri.

Beberapa macam kesenian di Manggarai :

- Seni Musik

* Alat-alat musi tradisional : sunding, gong, gendang,

tambor, tinding.

- Seni Tenun

* Tenun SongkeGambar Tenun Songke

Page 22: Makalah sosiologi "KEBUDAYAAN NUSA TENGGARA"

- Seni Sastra

Cerita-cerita rakyat.

- Seni Tari

* Ronda

Ronda adalah sebuah nyanyian yang dipakai sebagai nyanyian perarakan, misalnya

menjemput tamu baru.

* Sae

Sebuah tarian adat Manggarai untuk memeriahkan sebuah pesta. Misalnya dalam upacara

adat masyarakat yaitu upacara paki kaba dalam rangka congko lokap atau menempatkan

kampung baru.

* Sanda

Sebuah nyanyian, yang dinyanyikan oleh banyak orang dalam bentuk lingkaran. Sanda

sering dipakai dalam upacara menjelang pesta penti dan pesta adat lainnya.

* Danding

* Wera

6. Sistem Mata Pencaharian atau Ekonomi

masyarakat Manggarai mayoritas adalah masyarakat agraris. Mereka selalu melakukan suatu perayaan saatmenjelang panen padi dan jagung yang di sebut pesta kebun. Selain bertani, masyarakat manggarai juga seorangpeternak Kuda, sapi, babi, anjing dan sebagian kecil melaut.

Page 23: Makalah sosiologi "KEBUDAYAAN NUSA TENGGARA"

Suku Sumba berada di Pulau Sumba yang menduduki wilayah Kabupaten Sumba Barat dan Sumba Timur.

Berdasarkan cerita yang turun temurun, konon Sumba lahir dari empat pendaratan para leluhur. Menurut Wohangara dan

Ratoebandjoe dalam Woha (2008:40) menyatakan bahwa: pendaratan para leluhur itu diatur strategi seakan-akan mau

melakukan pengepungan terhadap tana Humba sebagai berikut:

a. Rombongan I mendarat di Haharu Malai Kataka Linndi Watu

b. Rombongan II mendarat di La Panda Wai Mananga Bokulu.

c. Rombongan III mendarat di Wula Waijilu-Hongga Hillimata.

d. Rombongan IV mendarat di Mbajiku Padua Kambata Kundurawa.

Kepercayaan mereka adalah kepercayaan khas daerah Marapu, setengah leluhur, setengah dewa, masihamat hidup ditengah-tengah masyarakat Sumba ash. Mereka menganut paham Dinamisme. Marapu menjadifalsafah dasar bagi berbagai ungkapan budaya Sumba mulai dari upacara-upacara adat, rumah-rumah ibadat(umaratu) rumah-rumah adat dan tata cara rancang bangunnya, ragam-ragam hias ukiran-ukiran dan tekstilsampai dengan pembuatan perangkat busana seperti kain-kain hinggi dan lau serta perlengkapan perhiasan dansenjata.

SUKU SUMBA

KEPERCAYAAN SUKU SUMBA

Page 24: Makalah sosiologi "KEBUDAYAAN NUSA TENGGARA"

Di Sumba stratifikasi sosial masih diterapkan. strata sosial antara kaum bangsawan (maramba), pemuka agama (kabisu) dan

rakyat jelata (ata) masih berlaku, walaupun tidak setajam dimasa lalu dan jelas juga tidak pula tampak lagi secara nyata pada tata

rias dan busananya. Sehingga pakaian pada rakyat Sumba itu mejadi penting karena akan menentukan berada di strata sosial

mana ia. Hal ini ditunjukkan oleh kain yang berlembar-lembar menumpuk badan mereka. Masyarakat suku Sumba menganut pola

kekerabatan yang patrilineal. Pola kekerabatan dimana ayah atau kakek mereka yang akan menjadi identitas orang-orang suku

Sumba.

Di Sumba Timur strata sosial antara kaum bangsawan (maramba), pemuka agama (kabisu) dan rakyat jelata (ata) masih berlaku,

walaupun tidak setajam dimasa lalu dan jelas juga tidak pula tampak lagi secara nyata pada tata rias dan busananya. Dewasa ini

perbedaan pada busana lebih ditunjukkan oleh tingkat kepentingan peristiwa seperti pada pesta-pesta adat, upacara-upacara

perkawinan dan kematian dimana komponen-komponen busana yang dipakai adalah buatan baru. Sedangkan busana lama atau

usang biasanya dipakai di rumah atau untuk bekerja sehari-hari. Bagian terpenting dari perangkat pakaian adat Sumba terletak

pada penutup badan berupa lembar-lembar besar kain hinggi untuk pria dan lau untuk wanita. Dari kain-kain hinggi dan lau

tersebut, yang terbuat dalam teknik tenun ikat dan pahikung serta aplikasi muti dan hada terungkap berbagai perlambangan dalam

konteks sosial, ekonomi

SISTEM SOSIAL

KEBUDAYAAN SUMBA

Page 25: Makalah sosiologi "KEBUDAYAAN NUSA TENGGARA"

Ende merupakan Kota Kabupaten yang terletak di tengah-tengah pulau Flores, Propinsi Nusa Tenggara

Timur (NTT), Indonesia. Di wilayah Kabupaten Ende terdapat dua (2) suku yang mendiami daerah tersebut, yakni

suku Ende dan Suku Lio. Pada umumnya suku Lio bermukim di daerah pegunungan. Lokasinya sekitar wilayah

utara Kabupaten Ende. Dan suku Ende bermukim di daerah pesisir yakni bagian selatan Kabupaten Ende.

Pada dasarnya, bentuk kebudayaan kedua suku ini hampir sama, yang membedakannya adalah hasil

pencampuran kebudayaan atau akulturasi. Budaya suku Lio merupakan perpaduan suku asli daerah Lio dengan

ajaran Kristen Katolik yang dibawah oleh bangsa Belanda. Sedangkan budaya suku Ende merupakan perpaduan

budaya asli daerah Ende dengan budaya Islam yang dibawah oleh pedagang-pedagang dari Sulawesi, yakni

Makasar.

Kedua suku ini mempunyai gaya bahasa yang berbeda baik dalam kata-kata maupun dialek/logatnya; sehingga

dari segi bahasanya suku Ende disebut ata jaő dan suku Lio disebut ata ina. Selain bahasa sehari-hari atau bahasa

pasar, ada pula bahasa adat dalam ungkapan kata-kata adat maupun berbentuk lagu mengandung seni sastra yang

sangat tinggi yang dipertahankan secara turun temurun hingga kini. Ungkapan kata-kata adat hanya digunakan

pada saat berbagai acara adat maupun acara ritual/seremonial adat dan acara-acara lainnya yang berkaitan dengan

adat.

SUKU ENDE LIO

Page 26: Makalah sosiologi "KEBUDAYAAN NUSA TENGGARA"

a. Sua : ungkapan kata-kata adat yang mengandung arti dan makna

pada suatu benda untuk memperoleh kekuatan pada benda tersebut.

b. Sua Sasa :Ungkapan kata-kata adat yang bersifat kutukan atau

membalas/mengembalikan kejahatan yang dibuat oleh orang lain.

c. Soa Somba: Ungkapan kata-kata adat yang bersifat permohonan

agar dalam kegiatan/usaha memperoleh hasil yang berlimpah atau yang

memuaskan.

d. Soa Sola: Ungkapan kata-kata adat yang bersifat permohonan agar

dalam kegiatan/usaha memperoleh hasil yang berlimpah atau yang

memuaskan.

e. Bhea: Ungkapan kata-kata adat yang merupakan syair kebanggaan

dari suku-suku/kaum keluarga secara turun-temurun

f. Nijo : Ungkapan kata-kata adat/doa dengan kata kunci atau Ine yang

dilakukan oleh Ata Bhisa Mali/Dukun dalam proses penyembuhan orang

sakit, seperti Nijo Ru’u atau penyakit lainnya.

SENI SASTRA SUKU ENDE-LIOg. Nunga Nage : Berbagai jenis cerita rakyat seperti mite,

sage, legenda, dll. Diceritakan oleh orang tua pada saat

senggang atau menjelang tidur dan juga pada saat memetik

hasil panen.

h. Lota : Membaca tulisan naskah/syair pada daun

lontar/wunu keli dalam bahasa dan tulisan sansekerta.

i. Sodha : Ungkapan kata-kata adat dengan nada pada

acara Gawi dan susunan kata-katanya disesuaikan dengan

acara pesta adat yang diperuntukan.

j. Doja : Lagu ucapan selamat

k. Jenda :lagu yang berisi kata sindiran

l. Woi Nada : Ratapan yang mengisahkan perjalanan

hidup

m. Peo Oro : Yaitu menyanyikan lagu-lagu tradisional oleh

peo/solo dan dijawab oleh koor/oro.

n. Soka Ke Lai Lowo : Syair lagu untuk menina-bobokan

anak kecil dan lagunya hampir sama dengan sodha, hanya

syairnya merupakan kata-kata jenaka dan Soka Ke ini juga

dipakai dalam acara gawi yang tidak resmi disebut Sodha

Lai Lowo.

Page 27: Makalah sosiologi "KEBUDAYAAN NUSA TENGGARA"

SENI TARI ENDE-LIO

Tarian Ende-Lio adalah sebua tarian daerah yang mengekspresikan rasa

lewat tatanan gerak dalam irama musik dan lagu. Dilihat dari tata gerak dan

bentuknya, tarian Ende-Lio dapat dibagikan beberapa jenis, diantaranya

yaitu:

· Toja: Kelompok penari menarikan sebuah tarian yang telah ditatar dalam

bentuk ragam dan irama musik/lagu untuk suatu penampilan yang resmi

· Wanda : Penari dengan gayanya masin-masing, menari mengikuti irama

musik/lagu dalam suatu kelompok atau perorangan.

· Wedho: Menari dengan gaya bebas dengan mengandalkan gerak kaki

seakan-akan melompat; dengan mengandalkan kelincahan kaki dengan

penuh energi dan dinamis, dilengkapi dengan sarana mbaku dan sau atau

perisai dan pedang/parang.

· Gawi: Gerak tari dengan menyentakan kaki pada tanah.

Rumah adat

Sao Ria

PERAYAAN EKARISTI

Page 28: Makalah sosiologi "KEBUDAYAAN NUSA TENGGARA"

Suku Alor mendiami Kabupaten Alor. Sebelum masuknya agama-agama besar, penduduk Alormenganut paham animisme dan dinamisme. Mereka menyembah matahari (Larra/Lera), bulan(Wulang), sungai (Neda/dewa air), hutan (Addi/dewa hutan), dan laut (Hari/dewa laut). Saat inimayoritas penduduk Alor adalah penganut agama Kristen (Katolik dan Protestan), sementara sisanyaadalah pemeluk agama Islam, Budha dan Hindu.

Agama Islam masuk ke Alor melalui desa Gelubala (sekarang Baranusa) di Pulau Pantar, melaluikehadiran seorang mubaligh dari Kesultanan Ternate bernama Mukhtar Likur pada tahun 1522. Data ini diperkuat oleh catatan seorang anak buah penjelajah dunia Ferdinand Magellan dari Portugalbernama Fegafetta yang singgah di Alor pada tahun 1522 dalam pelayarannya kembali ke Eropa. Diamencatat bahwa di Kepulauan Alor, tepatnya di Pulau Pantar, mereka telah menemukan suatukomunitas Islam yang tinggal di kampung bernama Maloku, Baranusa. Dari tempat ini Islam mulaimenyebar ke arah timur dan masuk ke desa-desa di Alor lainnya seperti Bungabali (sekarang AlorBesar), Alor Kecil, Dulolong dan lainnya

SUKU ALOR

Page 29: Makalah sosiologi "KEBUDAYAAN NUSA TENGGARA"

Kemak adalah suku bangsa yang sebagian berdiam di daerah utara Pulau Timur, di dalam

wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur, sebagian lagi di wilayah negara Timor Leste. Wilayah asal

orang Kemak sekarang merupakan wilayah Kecamatan Tasifeto Barat dan Kecamatan Tasifeto

Timur, yang termasuk wilayah Kabupaten Belu. Orang yang berdiam di kota Kupang menyebut

orang Kemak dan dua suku bangsa di sekitarnya, yaitu orang Tetun dan orang Merae, dengan satu

nama, yaitu orang Belu.

Orang Kemak menggunakan bahasa kemak, dengan ciri-ciri yang berbeda dengan dialek

bahasa lain di sekitarnya. Pada tahun 1984, jumlah orang Kemak sekitar 35.000 jiwa, yang

sebagian besar berdiam di Kecamatan Tasifeto Barat dan selebihnya di Kecamatan Tasifeto Timur

dan Kecamatan Lamaknen. Ciri-ciri fisik orang Kemak terlihat dari bentuk kepala delichosephal,

kulit cokelat kehitam-hitaman, rambut keriting, dan tubuh lebih tinggi dari rata-rata suku bangsa

lain di Pulau Timor.

SUKU KEMAK

Page 30: Makalah sosiologi "KEBUDAYAAN NUSA TENGGARA"

Mata pencaharian pokoknya bercocok tanam di ladang dan beternak. Tanaman utama di

ladang adalah padi dan jagung, yang sekaligus menjadi makanan pokok. Mereka juga menanam

keladi, ubi kayu, labu, sayur-sayuran. Hewan peliharaan yang terpenting adalah sapi, kerbau,

kuda, dan kambing. Ternak perliharaan itu digunakan untuk konsumsi sendiri, kepentingan

upacara, dan keperluan mempertahankan gengsi. Mata pencaharian tambahan adalah berburu,

bertenun, dan membuat anyaman. Berburu dilakukan pada waktu senggang sesuah pasa panen.

Struktur pemerintahan menurut adat yang pernah berlaku pada masyarakat Kemak, seperti

halnya pada suku bangsa lainnya di Pulau Timor, dikuasai oleh kelompok kerabat tertentu.

Kelompok kerabat ini menganggap dirinya sebagai keturunan pembuka pertama daerah yang

didudukinya. Mitologi mereka menggambarkan golongan itu sebagai keturunan dewa yang

turun dari langit dan kemudian mendirikan kerajaan. Penguasa adat yang tertinggi adalah loro

(raja). Stratifikasi sosial dalam masyarakat didasarkan pada dekat atau jauhnya hubungan

darah dengan raja, yaitu keturunan raja, kaum bangsawan, golongan tua-tua adat, dan rakyat

biasa.

Page 31: Makalah sosiologi "KEBUDAYAAN NUSA TENGGARA"

Suku Dawan, merupakan suku yang berada di pulau Timor. Suku Dawanini menempati seluruh wilayahTimor Barat, tersebar di 3 kabupatenyaitu kabupaten Kupang, kabupatenTimor Tengah Selatan dankabupaten Timor Tengah Utara provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Populasi suku Dawandiperkirakan sekitar 600.000 orang.

Suku Dawan sering disebut jugasebagai orang Atoni Pah Meto. Orang Atoni ini kebanyakan hidupdi daerah pedalaman. Mereka hidupsebagai petani. Selain itu kehidupanmereka sangat tergantung dari alam. Menurut mereka alam memberikankesejahteraan bagi manusia, tapi bisajuga mendatangkan malapetaka.

SUKU DAWAN

Masyarakat suku Dawan hidup dalam kelompok-kelompok berdasarkan kanaf

(marga). Setiap kanaf memiliki adat istiadatnya masing-masing.

Dalam menjaga keharmonisan dengan alam, masyarakat Dawan meiliki berbagai

tradisi lisan. Beberapa tradisi lisan tersebut umumnya menggunakan bahasa ritual

dan upacara formal dalam masyarakat tersebut. Kehidupan masyarakat Dawan

memiliki hubungan yang erat antara ritus dan mitos pertanian, yang juga

berhubungan erat dengan keyakinan religius tradisional. Kehidupan masyarakat

dawan selalu berhubungan dengan berbagai ritus primitif dalam setiap kegiatan

hidup mereka. Salah satu ritus tetap dipraktekkan oleh masyarakat Dawan

primitif itu yakni Fua Pah. Suatu ritus untuk menyiasati alam yang gersang dan

iklim yang kurang bersahabat. Fua pah adalah salah satu ritus dalam sistem

kepercayaan masyarakat Dawan mengenai (Tuhan, Roh, Alam Semesta, Bumi dan

Kerja). Fua pah merupakan penyembahan terhadap wujud tertinggi yang tidak

diketahui dan dijangkau oleh daya nalar manusia.

Page 32: Makalah sosiologi "KEBUDAYAAN NUSA TENGGARA"

Sistem Sosial Masyarakat

Arti keluarga dalam masyarakat Bajawa umumnya selain terdekat dalam bentuk keluarga inti

“Sa‟o”(rumah), maka keluarga yang lebih luas ialah se pendukung satu simbol pemersatu

(Satupeo,Satu ngadhu,Satu bhaga). Ikatan nama membawa hak-hak dan kewajiban tertentu,sebagaicontoh sebagai

anggota kekerabatan dari kesatuan adat istiadat harus taat pada kepala sukuterutama atas tanah.

SUKU NGADA (BAJAWA)

Masing-masing kesatuan adat istiadat diBajawa (Ngada) mempunyai pranata ekonomi yang berbeda satu dengan

yang lainnya antaralain:

1. Masyarakat di Kecamatan So‟a merupakan pendukung kebudayaan parawitu (kebudayaan

berburu)

2. Masyarakat dibajawa khususnya Naru,Watujaji,Mangulewa,Aimere,Bou-bou, Boripo,Nualima

zua,Langa,merupakan pendukung kebudayaan Reba (kebudayaan tahun baru danpanen)

3. Pendukung kebudayaan bertani dalam arti luas ialah pendukung Ngadhu/Peo, yang terjadipada sebagian adat

Bajawa (Ngada) dan Kecamatan Riung.Secara tradisional pola bercocok tanam sejak dahulu berkebudayaan kea kala

(tebasbakar),yang di tandai dengan menebas hutan dengan pohon-pohon besar yang rindang dan tinggi.

Page 33: Makalah sosiologi "KEBUDAYAAN NUSA TENGGARA"

Sebagian besar penduduk yang mendiami pulau/kabupaten Rote Ndao menurut tradisi tertua adalah suku-suku kecil Rote Nes, Bara Nes, Keo Nes, Pilo Nes, dan Fole Nes. Suku-suku tersebut mendiami wilayah kestuanadat yang disebut Nusak.

Strata sosial terdapat pada setiap leo. Lapisan paling atas yaitu mane leo (leo mane). Yang menjadipemimpin suatu klein didampingi leo fetor (wakil raja) yang merupakan jabatan kehormatan untuk keluarga istrimane leo. Fungsi mane leo untuk urusan yang sifatnya spiritual, sedangkan fetor untuk urusan duniawi.

Filosofi kehidupan orang Rote yakni mao tua do lefe bafi yang artinya kehidupan dapat bersumber cukupdari mengiris tuak dan memelihara babi. Dan memang secara tradisonal orang-orang Rote memulaiperkampungan melalui pengelompokan keluarga dari pekerjaan mengiris tuak. Dengan demikian pada mulanyaketika ada sekelompok tanaman lontar yang berada pada suatu kawasan tertentu, maka tempat itu jugalahmenjadi pusat pemukiman pertama orang-orang Rote.

Secara tradisional pekerjaan menyadap nira lontar tugas kaum dewasa samapi tua. Tetapi perkerjaan ituhanya sampai diatas pohon, setelah nira sampai ke bawah seluruh pekerjaan dibebankan kepada wanita. Kaumpria bangun pagi hari kira-kira jam 03.30, suatu suasana yang dalam bahasa Rote diungkap sebagai; Fua FanuTapa Deik Malelo afe take tuk (bangun hampir siang dan berdiri tegak,sadar dan cepat duduk).

SUKU ROTE

Page 34: Makalah sosiologi "KEBUDAYAAN NUSA TENGGARA"

Orang Deing berdiam di daerah Nadar, Lebang Beengada, Mariabang, dan Bagang yang termasuk wilayahadministratif Kabupaten Alor, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Orang Deing merupakan satu kelompok yang jumlahnya relatif kecil, namun mereka mempunyai bahasa sendiri yaitu bahasa Deing. Kelompok ini merupakansalah satu dari puluhan kelompok kecil penduduk asal Kabupaten Alor.

Suku Deing, adalah suatu kelompok masyarkat yang mendiami daerah Lebang Beengada, Mariabang, Nadar dan Bagang, yang berada di kabupaten Alor provinsi Nusa Tenggara Timur.

Suku Deing, adalah salah satu dari puluhan suku-suku kecil yang berada di kabupaten Alor. Populasi sukuDeing termasuk kecil, tapi mereka eksis sebagai suatu kelompok masyarakat yang memiliki adat-istiadat, budayadan bahasa sendiri. Suku Deing berbicara dalam bahasa Deing, yang merupakan suatu bahasa cabang bahasaAustronesia.

Masyarakat suku Deing pada umumnya telah mengenal pertanian. Sebagian besar dari merekabercocoktanam pada bebera jenis tanaman, seperti jagung, pisang, cabe, ubi kayu dan kelapa. Sedangkan jagungmenjadi tanaman pokok bagi masyarakat suku Deing.

SUKU DEING

Page 35: Makalah sosiologi "KEBUDAYAAN NUSA TENGGARA"

Orang Kedang adalah salah satu kelompok sosial yang merupakan penduduk asal di daerah Kabupaten Flores Timur, Propinsi

Nusa Tenggara Timur. Sebagian besar orang Kedang bermukim dalam wilayah Kecamatan Omesuri dan Kecamatan Bayusuri.

Kehidupan mereka tergantung pada pertanian tanah kering, dengan tanaman utama jagung dan palawija lainnya. Peralatan yang

digunakan masih sederhana seperti tofa dan parang. Musim tanam hanya sekali dalam setahun, karena itu waktu antar musim itu

umumnya diisi dengan kegiatan menangkap ikan.

Kedang di kenal sebagai wilayah kesatuan adat dan Budayah Kedang yang berbahasa Kedang.dlam kesatuan ini terdapat begitu

banyak suku dan sub-sub suku,kelompok,etnis yang masing-masing mempunyai sejarah dan adat-istiadat yang unik spesifik tetapi

semuanya adalaah satu,yaitu:

Satu Suku yaitu Suku Kedang Suku Bangsa yaitu Bangsa kedang

Satu budaya yaitu budaya kedang Satu bahasa yaitu bahasa edang

Kedang dalam sebutan purba (Nenek Moyang) ditemukan asal -usul Dallam sabuah sejarah yaitu tiimbul dalam perut bumi

ialah”Lama Lean” nama aslinya.sedangkan pada jaman kerajaaninggris di namakan” Lomblen ” karena pengucapan

oarang inggris tersebut sampai kini masih di sebut Lomblen.pada zaman kerajaan inggris, Lomblen pada masa kemerdekaan

banggsa Indonesia 1945 dan berkat mempersatukan wilyah nusantara dari sabang sampai merauke,pulau Lomblen di ganti nam

menjadi LEMBATA.

SUKU KEDANG

Page 36: Makalah sosiologi "KEBUDAYAAN NUSA TENGGARA"

Suku Lamawohong, adalah suatu suku yang terdapat di pulau Solor di desa Lamawalang kecamatan Solor Barat

provinsi Nusa Tenggara Timur.

Suku Lamawohong merupakan Masyarakat Komunitas Adat Terpencil (KAT), yang hidup terisolir dengan tetap

mempertahankan teguh keyakinan, kultur leluhur mereka meskipun silang budaya kian gencar di beberapa dekade ini.

Dalam kehidupan masyarakat Lamawohong, kultur budaya dan adat istiadat tetap terjaga. Sifat jujur dan menghargai

alam, semangat gotong royong dan saling tolong menolong terhadap sesama sangat tinggi. Apabila seseorang mendapatkan

ikan dari hasil melautnya, tanpa diminta, mereka akan membagikan hasil tangkapannya kepada warga yang ada disekitarnya

tanpa meminta bayaran.

Masyarakat suku Lamawohong bertahan hidup dengan menanam beberapa jenis tanaman yang ditanam di ladang atau

di kebun di sekitar perkampungan mereka. Kehidupan bertani sudah lama dijalani mereka, walaupun masih dengan cara-

cara tradisional. Pagi sekali, mereka telah berangkat ke ladang atau kebun, kegiatan bertani ini dimanfaatkan sebetul-

betulnya hingga sore hari. Kegiatan ini dilakukan oleh hampir semua penduduk Lamawohong, sehingga wilayah pemukiman

mereka terlihat sepi. Kegiatan lain adalah sebagai nelayan penangkap ikan. Selain itu di luar kegiatan berladang dan

berkebun, beberapa dari mereka sering menyadap enau di hutan-hutan sekitar pemukiman mereka. Setiap tanggal 31

desember merupakan musim menyongsong musim tanam, dan pada tanggal tersebut mereka melakukan ritual adat

menyongsong musim tanam dan masa akhir menyadap enau.

SUKU LAMAWOHONG

Page 37: Makalah sosiologi "KEBUDAYAAN NUSA TENGGARA"

Suku Sabu (Sawu, Savu), disebut juga sebagai Do Hawuatau Havunese, adalah suku yang mendiami pulau Sabu (Rai Hawu) di kabupaten Kupang provinsi Nusa Tenggara Timur.

Legenda Sabu mengatakan bahwa nenek moyang orang Sabu datangdari seberang yang disebut "bou dakka ti dara dahi, agati kolo rai ahhu raipanr hu ude kolo robo", yang berarti "orang yang datang dari laut, daritempat jauh sekali, lalu bermukim dipulau Sabu". Orang pertamaadalah Kika Ga dan saudaranya Hawu Ga. Dari Kika Ga inilah yang menurunkan orang Sabu (Do Hawu) yang ada sekarang. Nama RaiHawu atau pulau Sabu berasal dari nama Hawu Ga, saudara Kika Ga, yang juga salah satu leluhur mereka.

Masyarakat suku Sabu berbicara dalam bahasa Sabu. Bahasa Sabusendiri termasuk kelompok bahasa Bima-Sumba dari Nusa Tenggara Barat. Bahasa Sabu mencakup dialek Raijua (di pulau Raijua), Mesara, Timu dan Seba.

SUKU SABU

Page 38: Makalah sosiologi "KEBUDAYAAN NUSA TENGGARA"

JAKET KAIN TENUN IKAT

SUKU SAWU

Sebelum memeluk agama

Kristen, suku Sabu menganut agama

tradisional suku, yaitu Jingitiu. Saat ini

hampir seluruhnya suku Sabu

memeluk agama Kristen Protestan.

Namun, dalam keseharian kebanyakan

orang Sabu masih terpengaruh oleh

tradisi Jingtu. Norma kepercayaan

mereka masih tetap berlaku dengan

kelender adat yang menentukan saat

menanam dan upacara lainnya.

Page 39: Makalah sosiologi "KEBUDAYAAN NUSA TENGGARA"

Dalam tradisi agama tradisional Jingitiu, menerapkan ketentuan hidup adat atau uku, yang konon dipercayai

mengatur seluruh kehidupan manusia dan berasal dari leluhur mereka. Semua yang ada di bumi ini Rai Wawa (tanah

bawah) berasal dari Deo Ama atau Deo moro dee penyi (dewa mengumpulkan membentuk mancipta). Deo Ama sangat

dihormati sekaligus ditakuti, penuh misteri. Menurut kepercayaan mereka di bawah Deo Ama terdapat berbagai roh

yang mengatur kegiatan musim seperti kemarau oleh Pulodo Wadu, musim hujan oleh Deo Rai.

Pembersihan setelah ada pelanggaran harus dilakukan melalui Ruwe, sementara Deo Heleo merupakan dewa

pengawas supervisi. Upacara adat yang dilakukan harus oleh deo Pahami, orang yang dilantik dan diurapi. Upacara

dilakukan dengan sajian pemotongan hewan besar. Kegiatan setiap upacara berpusat pada pokok kehidupan yakni

pertanian, peternakan dan penggarapan laut. Karena itu selalu ada dewa atau tokoh gaib untuk semua kegiatan,

termasuk menyadap nira. Kegiatan pada musim hujan berfungsi pada tokoh dewa wanita “Putri Agung”, Banni Ae,

disamping dewa pemberi kesuburan dan kehijauan Deo manguru. Karena sangat bergantung pada iklim. Mereka

memiliki 3 makluk gaib yakni liru balla(langit), rai balla (bumi) dan dahi balla (laut). Masyarakat Sabu juga memiliki

pembawa hujan yaitu wa lole (angin barat), lou lole (selatan) dan dimu lole (timur). Dalam kepercayaan Jingitiu,

banyak dewa atau tokoh gaib sampai hal yang sekecil-kecilnya seperti petir dan awan. Lalu ada dewa mayang pada

usaha penyadapan nira, dewa penjaga wadah penampung (haik) malah sampai haba hawu dan jiwa hode yang

menjaga kayu bakar agar cukup untuk memasak gula Sabu.

Page 40: Makalah sosiologi "KEBUDAYAAN NUSA TENGGARA"

Kampung masyarakat Sabu memiliki Uli rae, penjaga kampung, kemudi kampung bagian dalamgerbang Timur (maki rae) disebelahnya, serta ajirae dan tiba rae, (penangkiskampung) sama-samamelindungi kampung. Oleh karena itu setiaprumah dibangun harus dengan upacara untukmemberi semangat atau hamanga denganungkapan wie we worara kwebahi (jadikanlahseperti tembaga besi. Dalam setiap rumahdiusahakan tempat upacara yang dilakukan sesuaimusim dan ebutuhan, karena semua warga rumahyang sudah meninggal menjadi deo ama deo apu(dewa bapak dewa leluhur) diundang makansesajen. Demikian juga terhadap ternak, selaluada dewa penjaga, disebut deo pada untukkambing serta dewa mone bala untukgembalanya.

SUKU ABUI

Orang Abui adalah kelompok sosial

yang berdiam di wilayah Kabupaten

Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Mereka ini berdiam dalam wilayah

bernama Likuwatang, Malaikawata,

Kelaisi, Tafuikadeli, Atimelang dan

Motang. Jumlah anggota kelompok ini

relatif kecil, namun mereka

mempunyai bahasa sendiri, yaitu

bahasa Abui. Orang Abui merupakan

salah satu dari puluhan kelompok kecil

lainnya yang tergolong penduduk asal

di wilayah kabupaten ini.

Tempat tinggal Suku

SABU