6
MAKALAH SOSIAL PENDIDIKAN TENTANG AGAMA DAN GOLONGAN Author : Edy Santoso Publish : 25-09-2011 09:18:40 MAKALAH SOSIAL PENDIDIKAN TENTANG AGAMA DAN GOLONGAN MASYARAKAT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan bermasyarakat agama sangat berperan penting dalam masyarakat, untuk mengatasi persoalan-persoalan yang timbul di masyarakat yang tidak dapat dipecahkan secara empiris karena adanya keterbatasan kemampuan dan ketidakpastian. B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian Agama, golongan masyarakat, dan fungsi agama? 2. Bagaimana peran agama dalam kehidupan? 3. Apa pengaruh agama dalam kehidupan? 4. Bagaimana peran pemimpin dalam pembangunan? BAB II PEMBAHASAN AGAMA DAN GOLONGAN MASYARAKAT A. Pengertian Agama, Golongan Masyarakat, dan Fungsi Agama Menurut Hendropuspito, agama adalah suatu jenis system social yang dibuat oleh penganut-penganutnya yang berproses pada kekuatan-kekuatan non-empiris yang dipercayai dan didayagunakan untuk mencapai keselamatan bagi mereka dan masyarakat luas umumnya. Dalam kamus sosiologi, pengertian agama ada tiga macam, yaitu (1) kepercayaan pada hal-hal yang spiritual; (2) perangkat kepercayaan dan praktik-praktik spiritual yang dianggap sebagai tujuan tersendiri; (3) ideology mengenai hal-hal yang bersifat supranatural. Sementara itu, Thomas F.O’Dea mengatakan bahwa agama adalah pendayagunaan sarana-sarana supra-empiris untuk maksud-maksud non-empiris atau supra-empiris. E..B. Tylor dalam buku perintisnya, primitive culture, yang diterbitkan pada tahun 1871. Dia mendefinisikan agama sebagai “ kepercayaan terhadap adanya wujud-wujud spiritual”, definisi dari tylor itu dikritik lebih jauh karena tampaknya definisi itu berimplikasi bahwa sasaran sikap keagamaan selalu berupa wujud personal, padahal bukti antropologik yang semakin banyak jumlahnya menunjukan bahwa wujud spiritual pun sering dipahami sebagai kekuatan impersonal. Selanjutnya, golongan masyarakat dapat diartikan sebagai penggolongan anggota-anggota masyarakat ke dalam suatu kelompok yang mempunyai karakteristik yang sama atau sejenis. Dalam kamus sosiologi dinyatakan sebagai kategori orang-orang tertentu, dalam suatu masyarakat yang didasarkan pada cirri-ciri mental tertentu. Berdasarkan definisi di atas, penggolongan masyarakat dapat dibuat berdasarkan ciri yang sama. Misalnya, (1) penggolongan berdasarkan jenis kelamin adalah pria dan wanita; (2) penggolongan berdasarkan usia adalah tua dan muda; (3) penggolongan berdasarkan pendidikan adalah cendekia dan buta huruf; (4) penggolongan berdasarkan pekerjaan adalah petani, nelayan, golongan buruh, pengrajin, pegawai negeri, eksekutif, dan lain-lain. Menurut Hendropuspito, meskipun tidak dapat dibuat berdasarkan kedudukan social yang sama, seperti pada lapisan social, penggolongan ini pada dasarnya untuk kepentingan pengamat social alam penelitian-penelitian terhadap masyarakat. Adapun yang dimaksud dengan fungsi agama adalah peranan agama dalam mengatasi persoalan-persoalan yang timbul di masyarakat yang tidak dapat dipecahkan secara empiris karena adanya keterbatasan kemampuan dan ketidakpastian. Thomas F. O’Dea menuliskan enam fungsi agama, yaitu (1) sebagai pendukung, pelipur lara, dan perekonsiliasi, (2) sarana hubungan transcendental melalui pemujaan dan pacara ibadat, (3) penguat Page 1

MAKALAH SOSIAL PENDIDIKAN TENTANG AGAMA …skp.unair.ac.id/.../Guru-Indonesia/MAKALAHSOSIALPENDI_EdySantos… · MAKALAH SOSIAL PENDIDIKAN TENTANG AGAMA DAN GOLONGAN MASYARAKAT

Embed Size (px)

Citation preview

MAKALAH SOSIAL PENDIDIKAN TENTANG AGAMA DAN GOLONGAN

Author : Edy Santoso

Publish : 25-09-2011 09:18:40

MAKALAH SOSIAL PENDIDIKAN TENTANG AGAMA DAN GOLONGAN MASYARAKAT BAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang MasalahDalam kehidupan bermasyarakat agama sangat berperan penting dalam masyarakat, untuk mengatasipersoalan-persoalan yang timbul di masyarakat yang tidak dapat dipecahkan secara empiris karena adanyaketerbatasan kemampuan dan ketidakpastian.B. Rumusan Masalah1. Apa pengertian Agama, golongan masyarakat, dan fungsi agama?2. Bagaimana peran agama dalam kehidupan?3. Apa pengaruh agama dalam kehidupan?4. Bagaimana peran pemimpin dalam pembangunan? BAB IIPEMBAHASANAGAMA DAN GOLONGAN MASYARAKATA. Pengertian Agama, Golongan Masyarakat, dan Fungsi AgamaMenurut Hendropuspito, agama adalah suatu jenis system social yang dibuat oleh penganut-penganutnya yangberproses pada kekuatan-kekuatan non-empiris yang dipercayai dan didayagunakan untuk mencapaikeselamatan bagi mereka dan masyarakat luas umumnya. Dalam kamus sosiologi, pengertian agama ada tigamacam, yaitu (1) kepercayaan pada hal-hal yang spiritual; (2) perangkat kepercayaan dan praktik-praktikspiritual yang dianggap sebagai tujuan tersendiri; (3) ideology mengenai hal-hal yang bersifat supranatural.Sementara itu, Thomas F.O’Dea mengatakan bahwa agama adalah pendayagunaan sarana-saranasupra-empiris untuk maksud-maksud non-empiris atau supra-empiris.E..B. Tylor dalam buku perintisnya, primitive culture, yang diterbitkan pada tahun 1871. Dia mendefinisikanagama sebagai “ kepercayaan terhadap adanya wujud-wujud spiritual”, definisi dari tylor itudikritik lebih jauh karena tampaknya definisi itu berimplikasi bahwa sasaran sikap keagamaan selalu berupawujud personal, padahal bukti antropologik yang semakin banyak jumlahnya menunjukan bahwa wujudspiritual pun sering dipahami sebagai kekuatan impersonal.Selanjutnya, golongan masyarakat dapat diartikan sebagai penggolongan anggota-anggota masyarakat kedalam suatu kelompok yang mempunyai karakteristik yang sama atau sejenis. Dalam kamus sosiologidinyatakan sebagai kategori orang-orang tertentu, dalam suatu masyarakat yang didasarkan pada cirri-cirimental tertentu.Berdasarkan definisi di atas, penggolongan masyarakat dapat dibuat berdasarkan ciri yang sama. Misalnya, (1)penggolongan berdasarkan jenis kelamin adalah pria dan wanita; (2) penggolongan berdasarkan usia adalahtua dan muda; (3) penggolongan berdasarkan pendidikan adalah cendekia dan buta huruf; (4) penggolonganberdasarkan pekerjaan adalah petani, nelayan, golongan buruh, pengrajin, pegawai negeri, eksekutif, danlain-lain. Menurut Hendropuspito, meskipun tidak dapat dibuat berdasarkan kedudukan social yang sama,seperti pada lapisan social, penggolongan ini pada dasarnya untuk kepentingan pengamat social alampenelitian-penelitian terhadap masyarakat.Adapun yang dimaksud dengan fungsi agama adalah peranan agama dalam mengatasi persoalan-persoalanyang timbul di masyarakat yang tidak dapat dipecahkan secara empiris karena adanya keterbatasankemampuan dan ketidakpastian.Thomas F. O’Dea menuliskan enam fungsi agama, yaitu (1) sebagai pendukung, pelipur lara, danperekonsiliasi, (2) sarana hubungan transcendental melalui pemujaan dan pacara ibadat, (3) penguat

Page 1

MAKALAH SOSIAL PENDIDIKAN TENTANG AGAMA DAN GOLONGAN

norma-norma dan nilai-nilai yang sudah ada, (4) pengkoreksi fungsi yang ada, (5) pemberi identitas diri, dan(6) pendewasaan agama. Fungsi agama yang dijelaskan hendrapuspito lebih ringkas lagi, tetapi intinya hampirsama. Menurutnya, fungsi agama itu adalah edukatif, penyelamatan, pengawasan social, memupukpersaudaraan dan transformatif.B. Agama dan KehidupanKehidupan beragama pada dasarnya merupakan kepercayaan terhadap keyakinan adanya kekuatan ghaib, luarbiasa atau supranatural yang berpengaruh terhadap kehidupan individu dan masyarakat, bahkan terhadapsegala gejala alam. Kepercayaan beragama yang bertolak dari kekuatan ghaib ini tampak aneh, tidak alamiahdan tidak rasional dalam pandangan individu dan masyarakat modern yang terlalu dipengaruhi oleh pandanganbahwa sesuatu diyakini kalau konkret, rasional, alamiah atau terbukti secara empiric dan ilmiah.Ketergantungan masyarakat dan individu pada keuatan ghaib ditemukan dari zaman purba sampai ke zamanmoden ini, kepercayaan itu diyakini kebenarannya sehingga ia menjadi kepercayaan keagamaan ataukepercayaan religius. Kepercayaan terhadap sucinya sesuatu itu dinamakan dalam antropologi dan sosiologiagama dengan mempercayai sifat sacral pada sesuatu itu, mempercayai sesuatu sebagai yang suci atau sacraljuga cirri khas kehidupan beragama, adanya aturan kehidupan yang dipercayai berasal dari Tuhan jugatermasuk kehidupan beragama. Semuanya ini menunjukan bahwa kehidupan beragama aneh tapi nyata, danmerupakan gejala universal, ditemukan di mana dan kapan pun dalam kehidupan individu dan masyarakat.Beragama sebagai gejala universal masyarakat manusia juga diakui oleh Begrson (1859-1941), pemikirprancis. Ia menulis bahwa kita menemukan masyarakat manusia tanpa sains, seni dan filsafat, tetapi tidakpernah ada masyarakat tanpa agama (El-Ehwani dalam sharif, 1963:556).Di samping universal, kehidupan beragama di zaman modern ini sudah demikian kompleks. Banyak macamagama yang dianut mamusia dewasa ini. Aliran kepercayaan,aliran kebatinan, aliran pemujaan atau yangdikenal dalam ilmu social dengan istilah occultisme juga banyak ditemukan di kalangan masyarakat modern.Kehidupan beragama dewasa ini ada yang dijadikan tempat penyejuk jiwa dan pelarian dari hiruk pikukekonomi dan social politik sehari-hari, ada pula yang dijadikan sumber motivasi untuk mencapai kehidupanekonomi dan social politik, di samping itu kehidupan beragama punya pengaruh terhadap aspek kehidupanyang lain. Anne Marie Malefijt mengungkapkan bahwa agama adalah tipe the most important aspects ofculture yang dipelajari oleh ahli antropologi dan ilmuwan social lainnya. Aspek kehidupan beragama tidakhanya ditemukan dalam setiap masyarakat, tetapi juga berinteraksi secara signifikan dengan instutusi budayayang lain. Ekspresi religius ditemukan dalam budaya material, perilaku manusia,nilai, moral,system keluarga,ekonomi, hokum, politik, pengobatan,sains, teknologi,seni, pemberontakan, perang, dll. Dari apa yangdikemukakan oleh Malefitj adalah bahwa agama mewarnai dan membentuk suatu budaya.Agama atau minimal pendekatan keagamaan adalah cara yang efektif dalam membentuk kepribadian dankebudayaan, baik beragama sebagai system social budaya atau sebagai subsistem yang universal sebagai tipepenampilan serta penghayatannya dikalangan kelompok-kelompok masyarakat, dari yang sekedar untukmencapai kesejukan sampai kepada tidak merasa bersalah tidak melakukan tindakan terror terhadapmasyarakat yang tidak berdosa, menjadikannya sangat penting dipahami oleh setiap individu dan lembagayang berurusan dengan masyarakat.Terdapat perbedaan kehidupan beragama di kalangan masyarakat primitive dan masyarakat modern. Dalammasyarakat primitive, kehidupan beragama tidak dapat dipisahkan dari aspek kehidupan lain; beragama dankegiatan sehari-hari menyatu. Beragama merupakan sistam social budaya. Dalam masyarakat modern,kehidupan beragama hanya salah satu aspek dari kehidupan beragama hanya salah satu aspek dari kehidupansehari-hari.Geertz mengungkap betapa kompleks dan mendalamnya kehidupan beragama. Agama tampak tumpang tindihdengan kebudayaan (Geertz 1992).Kemudian kompleksitas dan luasnya ruang lingkup ajaran agama dapatdilihat dalam ajaran islam. Sebagai agama wahyu yang terakhir, islam adalah ajaran yang komprehensif danterpadu, yaitu mencakup bidang ibadat, perkawinan, waris, ekonomi, politik, hubungan internasional, danseterusnya.Namun dalam fenomena social budaya, dalam kehidupan umat islam di zaman modern ini, kehidupan

Page 2

MAKALAH SOSIAL PENDIDIKAN TENTANG AGAMA DAN GOLONGAN

beragama menjadi menciut dalam aspek kecil dan kehidupan sehari-hari, yaitu yang berhubungan dengan yangghaib dan ritual saja. Kehidupan beragama umat islam dewasa ini menjadi subsistem social budayanya.Fenomena penciutan beragama ini karena pengaruh budaya modernism dan sekularisme. Walaupun pengaruhmodernism dan sekularisme demikian kuat, ia juga menimbulkan gerakan dan aliran keagamaan dalam rangkamelawan dominasi modernism dan sekularisme tersebut, seperti aliran skripturalis dan gerakan terror.Maraknya aliran kebatinan, occultism, aliran ekslusif lainnya menjadikan fenomena kehidupan beragamamakin kompleks. Semua ekslusivitas dan kompleksitas kehidupan beragama ini menjadikannya menarik untukditeliti secara antropologis. Kajian antropologi terhadap berbagai aliran ekslusif juga akan menjelaskanakar-akar budaya dari objek yang dikaji, secara mencoba memahami gejala tesebut dalam konteks budayayang bersangkutan.C. Pengaruh Agama Terhadap Golongan MasyarakatUntuk mengetahui pengaruh agama terhadap masyarakat, ada tiga aspek yang perlu dipelajari, yaitukebudayaan, system social, dan kepribadian ketiga aspek itu merupakan fenomena social yang prilakumanusia. Maka timbul pertanyaan : sejauh mana fungsi lembaga agama dalam memelihara sistem, apakahlembaga agama terhadap kebudayaan sebagai suatu system? Dan sejauh mana fungsi agama dalammempertahankan keseimbangan pribadi.Berkaitan dengan hal ini, Nottingham menjelaskan secara umum tentang hubungan agama dengan masyarakatyang menurutnya, terbagi tipe-tipe. Tampaknya pembagia ini mengikutui konsep August Comte tentangproses tahapan pembentukan masyarakat. Adapun tipe-tipe yang di maksud Nottingham itu adalah sebagaiberikut :1. Masyarakat yang terbelakang dan nilai-nilai sacral. Tipe masyarakat ini kecil, terisolasi dan terbelakang.Anggota masyarakatnya menganut agama yang sama. Tidak ada lembaga lain yang relative berkembang selainlembaga keluarga, agama menjadi focus utama bagi pengintegrasian dan persatuan masyarakat darimasyatakat secara keseluruhan. Oleh karena itu, kemungkinan agama memasukan pengaruh yang sacral kedalam system nilai-nilai masyarakat sangat mutlak.2. Masyarakat praindustri yang sedang berkembang. Keadaan masyarakatnya tidak terisolasi, adaperkembangan teknologi yang lebih tinggi daripada tipe pertama. Agama memberikan arti dan ikatan kepadasystem nilai dalam tipe masyarakat ini. Tetapi, pada saat yang sama, lingkungan yang sacral dan yang sekulersedikit-banyak masih dapat dibedakan. Misalnya, pada fase-fase kehidupan social masih diisi olehupacara-upacara keagamaan, tetapi pada sisi kehidupan lain, pada aktivitas sehari-hari, agama kurangmendukung. Agama hanya mendukung masalah adat-istiadat saja.Nilai-nilai keagamaan dalam masyarakatmenempatkan focus utamanya pada pengintegrasian tingkah laku perseorangan, dan pembentukan citra pribadimempunyai konsekuensi penting bagi agama.Salah satu akibatnya,anggota masyarakat semakin terbiasadengan penggunaan metode empiris yang berdasarkan penalaran dan efesiensi dalam menanggapi masalah-masalah kemanusiaan sehingga lingkungan yang bersifat sekuler semakin meluas.Memiliki karakter-karakter yang dikemukakan Nottingham tersebut, tampaknya pengaruh agama terhadapgolongan masyarakat pun, jika dilihat dari karakter masing-masing golongan pekerjaan, tidak akan berbedajauh dengan pengaruh agama terhadap masyarakat yang digambarkan Notting ham secara umum, karenasystem masyarakat akan mencerminkan budaya masyarakatnya. Diantara karakter masing-masing golonganpekerjaan antara lain :1. Golongan petani. Pada umumnya, golongan petani termasuk masyarakat yang terbelakang.Lokasinya beradadidaerah terisolasi system masyarakatnya masih sederhana, lembaga-lembaga sosialnyapun belum banyakberkembang. Mata pencaharian utamanya bergantung pada alam yang tidak bisa dipercepat, diperlambat, ataudiperhitungkan secara cermat sesuai dengan keinginan petani.Faktor subur tidaknya tanah,dan sebagainyamerupakan faktor-faktor yang brada di luar jangkauan petani oleh sebab itu,mereka mencari kekuatan dankemampuan di luar dirinya yang dipandang mampu dandapat mengatasi semua persoalan yang telah atau akanmenimpa dirinya.Maka,diadakanlah upacara-upacara atau ritus-ritus yang dianggap sebagai tolak bala ataumenghormati dewa.Menyediakan sesajen bagi Dewi Sri, yang dipercayai sebagai pelindung sawah dan ladang.Dengan pengamatan selintas pengaruh agama tehadap golongan petani cukup besar.Jiwa keagamaan mereka

Page 3

MAKALAH SOSIAL PENDIDIKAN TENTANG AGAMA DAN GOLONGAN

relaitf lebih besar karena kedekatannya dengan alam.2. Golongan nelayan.Karakter pekerja golongan nelayan hampir sama dengan karakter golongan petani.Matapencahariannya berganyung pada keramahan alam.Jika musimnya sedang bagus,tidak ada badai,boleh jaditangkapan ikannya melimpah.Biasanya pada waktu-waktu tertentu ada semacam upacara untuk menghormatipenguasa laut,yang pada masyarakat Indonesia dikenal sebagai Nyi Roro Kidul.Berdasarkan faktatersebut,pengaruh agama pada kehidupan nelayan dapat dikatakan signifikan.3. Golongan pengrajin dan pedagang kecil.Golongan pengrajin dan pedagang kecil hidup dalam situasi yangberbeda dengan golongan petani.Kehidupan golongan ini tidak terlalu berkutat dengan situasi alam dan tidakterlalu bergantung pada alam.Hidup mereka didasarkan atas landasan ekonomi yang memerlukan perhitunganrasional.Mereka tidak menyadarkan diri pada keramahan alam yang tidak bisa dipastikan,tetapi lebihmempercayai perencanaan yang teliti dan pengarahan yang pasti.Menurut Weber yang mempelajari sejarah agama-agama dengan cara yang berlaku pada zamannya, yaituagama Kristen, Yahudi, Islam, Hindu, Budha, dan konfusianisme, Taoisme golongan pengrajin dan pedagangkecil suka menerima pandangan hidup yang mencakup etika pembalasan. Mereka menaati kaidah moral danpola sopan santun dan percaya bahwa pekerjaan yang baik dilakukan dengan tekun dan teliti akan membawabalas jasa yang setimpal.4. Golongan pedagang besar. Kategori yang paling menonjol dari golongan pedagang besar adalah memilikisikapnya yang lain terhadap agama. Pada umumnya kelompok ini mempunyai jiwa yang jauh dari gagasantentang imbalan jasa (compensation) moral,seperti yang dimiliki golongan tingkat menengah bawah.merekalebih berorientasi pada kehidupan nyata (mundane) dan cenderung menutup agama profetis dan etis. Perasaankeagamaannya lebih bersifat fungsional, kemampuan yang mereka miliki terletak pada kekuatan ekonominya.5. Golongan kariyawan.Weber menyebut golongan karyawan sebagai kaum birokrat. Hal ini dilihat daripembagian fungsi-fungsi kerja yang ada sudah jelas dan adanya penyelesaian suatu masalah kemanusiaanberdasarkan penalaran dan efisiensi.6. Golongan buruh. Yang dimaksud dengan golongan buruh adalah mereka yang bekerja dalamindustri-industri atau perusahan-perusahaan modern. Golongan buruh termasuk kelas proletar yang tidakdiikutsertakan dalam kehidupan masyarakat, disingkirkan dari system social yang berlaju.Kelas ini merupakangolongan yang dijadikan sapi perahan untuk meraup keuntungan yang sangat besar oleh kaum borjuis.Agamayang dibutuhkan oleh golongan buruh tampaknya agama yang bisa membebaskan dirinya dari penghisapantenaga kerja segara berlebihan.7. Golongan tua-muda. Meskipun secara social penggolongan tua muda ini ada, tetapi susah ditentukanbatasannya secara praktis. Berdasarkan pengamatan sepintas tersebut, dapat dikatakan bahwa agama padagolongan tua lebih kental dibandingkan dengan golongan muda. Nanun, bila asumsi ini diterapkan pada zamansekarang, ternyata mengalami kesulitan juga, karena tidak jarang banyak orang yang berumur 40 ke atasberlaku seperti anak muda.8. Golongan pria-wanita. Secara psikologis, watak umum pria dan wanita berbeda. Dalam menghadapi suatukeadaan, watak pria lebih dominan menggunakan pertimbangan rasional, sedangkan wanita lebih rasa /emosinya.Jika dlihat secara keseluruhan, tujuan beragama seseorang itu rata-rata untuk nencari ketenangan bathin.Dalammasalah penghayatan keagamaan, tampaknya golongan wanita lebih dominan, karena faktor pembawaanmereka umumnya cenderung emosional.D. Peranan Pemimpin Dalam PembangunanTujuan pembangunan pada mulanya sederhana saja, yakni memberantas kemiskinan dan menjembatanikesenjangan. Ketika decade pembangunan dicanangkan oleh perserikatan bangsa-bangsa (PBB), segerasetelah perang dunia kedua, masalah yang dihadapi saat itu adalah kehancuran ekonomi dan prasarana dariNegara-negara yang kalah atau menjadi korban peperangan. Oleh karena itu,perhatian ulama pembangunanditekankan pada rehabilitasi dan rekonstruksi sarana-sarana ekonomi.Membahas peranan para pemimpin agama dalam kegiatan pembangunan memang sangat menarik, bukan sajalantaran para pemimpin agama merupakan salah satu komponen itu sendiri, melainkan juga pada umumnya

Page 4

MAKALAH SOSIAL PENDIDIKAN TENTANG AGAMA DAN GOLONGAN

pembangunan diorientasikan pada upaya-upaya manusia yang bersifat utuh dan serasi antara kemajuaan aspeklahiriah dan kepuasan aspek bathiniah. Corak pembangunan seperti ini didasarkan pemikiran bahwakeberadaan manusia yang akan dibangun, pada dasarnya, terdiri atas unsure jasmaniah dan unsure ruhaniah.Kedua unsure ini tentu harus terisi dalam proses pembangunan.Pentingnya keterlibatan para pemimpin agama dalam kegiatan pembangunan ini adalah dalam aspekpembangunan unsure ruhaniahnya, para pemimpin agama dalam kegiatan pembangunan tidak bersifatsuplementer (pelengkap penderita), tetapi benar-benar menjadi salah satu komponen inti dalam seluruh prosespembangunan. Dalam pelaksanaanya, bahkan para pemimpin agama dapat berperan lebih luas; bukan hanyaterbatas pada pembangunan ruhani masyarakat, tetapi juga dapat berperan sebagai motivator, pembimbing,dan pemberi landasan etis dan moral, serta menjadi mediator dalam seluruh aspek kegiatan pembangunan.1. Pemimpin Agama Sebagai MotivatorTidak dapat di sangkal bahwa peran para pemimpin agama sebagai motivator pembangunan sudah banyak diakui dan terbukti di masyarakat.Terlibatnya para pemimpin agama dalam kancah kegiatan pembangunan ini, terutama di dorong olehkesadaran untuk ikut secara aktif memikirkan permasalahan-permasalahan duniawi yang sangat kompleksyang dihadapi umat manusia.Begitu kompleksnya permasalahan yang dihadapi manusia di dunia ini sampaipemerintahan sekuler tidak dapat lagi memecahkannya tanpa bantuan dari pihak pemimpin agama, sepertipemberantasan kemiskinan, mengatasu kesenjangan, mencegah kerusakan lingkungan, dan mencegahterjadinya pelanggaran terhadap hak asasi manusia.Tentu para pemimpin agama tidak dapat diam berpangkutangan dengan mengatakan bahwa agama tidak mengurusi permasalahan umat yang bersifat fisik, Agamahanya mengurusi aspek spiritual damn kehidupan manusia, pemikiran seperti ini akan mengakibatkanagama-agama di dunia ini dijauhioleh umat manusia.Selain itu, para pemimpin agama juga diharapkan mampu merangsang masyarakat agar berani melakukanperubahan-perubahan kehidupan ke arah yang lebih maju dan sejahtera. Para pemimpin agama dapatmemberikan semangat kepada masyarakat untuk selalu giat berusaha, jangan sekali-kali untuk bersifat fatalis.Para pemimpin agama seyogianya memberikan wawasan kepada masyarakat bahwa takdir hanyalah batasakhir dari upaya manusia dalam meraih prestasi.Dengan demikian para pemimpin agama telah mampumembuktikan kemampuannya untuk berbicara secara rasional dan tetap membangkitkan gairah serta aksimasyarakat dalam meraih sesuatu yang dicita-citakannya.2. Pemimpin Agama Sebagai Pembimbing MoralPeran kedua yang dimainkan para pemimpin agama di masyarakat dalam kaitannya dengan kegiatanpembangunan adalah peran yang berkaitan dengan upaya-upaya menanamkan prinsip-prinsip etik dan moralmasyarakat. Dalam kaitannya, kegiatan pembangunan umumnya selalu menuntut peran aktif para pemimpinagama dalam meletakkan landasan moral, etis, dan spiritual serta peningkatan pengalaman agama, baikdalamkehiduan pribadi maupun social.Berangkat dari landasan etis dan moral inilah, kegiatan pembangunan lalu diarahkan pada upaya pemulihanharkat dan martabat manusia, harga diri dan kehormatan individu, serta pengakuan atas kedaulatan seseorangatau kelompok untuk mengembangkan diri sesuai dengan keyakinan dan jati diri serta bisikan nuraninya. Disinilah kemudian nilai-nilai religius yang ditanamkan para pemimpin agama memainkan peranan pentingdalam kegiatan pembangunan.Tuntutan dan patokan yang tertuang dalam kitab suci, teladan para nabi, dan hukum-hukum agama yangmerupakan elaborasi dari sabda Tuhan menurut hasil pemikiran para pemuka, pemimpin dan pemikir agamapada masa lalu, mereka jadikan bahan untk membimbing arah kegiatan pembangunan secara menyeluruh.3. Pemimpin Agama Sebagai MediatorPeran lain para pemimpin agama yang tidak kalah pentingnya, juga dalam kaitannya dengan kegiatanpembangunan di masyarakat adalah sebagai wakil masyarakat dan seagai pengantar dalam menjalin kerjasama yang harmonis di antara banyak pihak dalam rangka melindungi kepentingan-kepentingannya dimasyarakat dan lembaga-lembaga keagamaan yang dipimpinnya.Untuk membela kepentingan-kepentingan ini, para pemimpin agama biasanya memposisikan diri sebagai

Page 5

MAKALAH SOSIAL PENDIDIKAN TENTANG AGAMA DAN GOLONGAN

mediator di antara beberapa pihak di masyarakat, seperti antara masyarakat dengan elite pengusaha dan antaramasyarakat miskin dengan kelompok orang-orang kaya. Melalui pemimpin agama, para elite pengusaha dapatmemahami apa yang diinginkan masyarakat, dan sebaliknya elite pengusaha dapat mensosialisasikanprogram-programnya kepada masyarakat luas melalui bantuan para pemimpin agama.Munculnya kerja sama antara para pemimpin agama di satu pihak dengn kalangan kaya dan penguasa di pihaklain merupakan fenomena social yang umum terjadi di kalangan umat beragama. Dari sudut formalkeagamaan, kerja sama para pemimpin keagamaan dengan kalangan hartawan dan dan penguasa ini memangtidak dapat apa-apa. Sebab, sesunggguhnya kerja sama para pemimpin agama dengan kalangan kaya danpenguasa, pada prinsipnya, tidak bisa di nilai buruk. Agama bagaimanapun, merupakan rahmat bagi segenapmanusia, tak peduli miskin atau kaya, penguasa atau rakyat jelata,di sinilah pemimpin agama menyadaribahwakerja sama mereka tidak lain adalah untuk kepentingan menegakkan keadilan social dan untuk membelikepentingan orang-orang kecil. BAB IIIKESIMPULANAgama mempunyai kaitan yang sangat erat dalam kehidupan bermasyarakat, agama mempunyai fungsisebagai peranan agama dalam mengatasi persoalan-persoalan yang timbul di masyarakat yang tidak dapatdipecahkan secara empiris karena keternatasan dan ketidakpastian.Pentingnya keterlibatan pemimpin agama dalam kegiatan pembangunan ini adalah dalam aspek pembangunanunsure ruhaniah. Dalam pelaksanaanya. Bahkan pemimpin agama dalam berperan lebih luas; bukan hanyaterbatas pada pembangunan ruhani masyarakat tetapi juga dapat berperan sebagai motivator, pembimbing.Dan pembei landasan etis dan moral serta menjadi mediator dalam seluruh kegiatan aspek pembangunan. DAFTAR PUSTAKA1. Agus, Bustanuddin, Agama dalam Kehidupan Masyarakat, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006.2. Scharf, R, Betty, Sosilogi Agama, Fajar Interpratama Offset, Jakarta, 2004.3. Kahmad, Dadang, Sosiologi Agama, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002.

Page 6