Upload
syahrial-ramadan
View
26
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
tugas Psikologi
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Teori Belajar dan Pembelajaran
Dalam rangka meningkatkan kemampuan pendidik, maka para pendidik harus
memiliki dasar empiris yang kuat untuk mendukung profesi mereka sebagai pengajar.
Kenyataan yang ada, kurikulum yang selama ini diajarkan di sekolah menengah kurang
mampu mempersiapkan siswa untuk masuk ke perguruan tinggi. Kemudian kurangnya
pemahaman akan pentingnya relevansi pendidikan untuk mengatasi masalah-masalah
sosial dan budaya, serta bagaimana bentuk pengajaran untuk siswa dengan beragam
kemampuan intelektual.
Jerome S. Bruner, seorang peneliti terkemuka, memberikan beberapa gambaran
tentang perlunya teori pembelajaran untuk mendukung proses pembelajaran di dalam kelas,
serta beberapa contoh praktis untuk dapat menjadi bekal persiapan profesionalitas para
guru.
Berdasarkan penelitian Jerome S.Bruner, menjelaskan bahwa dari segi psikologis
dan dari desain kurikulum pembalajaran sangatlah minim dibahas tentang teori
pembelajaran. Teori pembelajaran yang sudah ada selama ini, hanya terfokus pada
kepentingan teoritis semata. Sebagai contoh, pada saat membahas tentang teori
perkembangan, seorang anak tidak diajarkan pengaruhnya terhadap tantangan sosial dan
bagaimana pengalaman nyata yang nantinya akan dialami anak ketika berada di
masyarakat. Masih banyak contoh-contoh lain, bagaimana sebuah teori pembelajaran tidak
menyentuh aspek sosial dari murud, dan hal ini merupakan bentuk pembodohan secara
intelektual dan tidak memiliki tangungjawab moral.
Dari permasalahan di atas, kita menyadari bahwa, sebuah teori pembelajaran
sebaiknya juga menyangkut suatu praktek untuk membimbing seseorang bagaimana
caranya siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan, pandangan hidup, serta
pengetahuan akan kebudayaan masyarakat sekitarnya. Akan hal itu, perlu adanya
penjelasan dan pembahasan terkait dengan teori pembelajaran. Agar lebih spesifik dan
terfokus, dalam makalah ini akan hanya akan menguraikan dan menjelaskan tiga
pembelajaran yaitu humanis,behavioris dan psikoanalisis. Dan dari penjelasan ini nantinya
diharapkan bisa memberikan pemahaman yang utuh dan dapat diterabelajaran yang
dijadikan sebagai pemahaman dasar dalam pembelajaran diharapkan siswa dapat
menerima pembelajaran yang akan kita sampaikan dengan baik.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari Teori Pembelajaran?
2. Apa pengertian Teori Humanis,Behavioristik,dan psikoanalisis dalam Pembelajaran?
3 Apa tujuan teori Humanis, behavioristik dan psikoanalisis?
1.3 Tujuan Masalah
1. Mampu mengerti Teori Pembelajaran.
2. Mampu mengerti Teori Humanis,Behavioristik,dan Psikoanalisis dalam
3. pembelajaran.
4. Mampu mengetahui tujuan dari teori Humanis,Behavioristik,dan Psikoanalisis.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Teori Pembelajaran
Teori pembelajaran harus mampu menghubungkan antara hal yang ada sekarang
dengan bagaimana menghasilkan hal tersebut. Teori belajar menjelaskan dengan pasti apa
yang terjadi, namun teori pembelajaran ’hanya’ membimbing apa yang harus dilakukan
untuk menghasilkan hal tersebut.
Ada 4 hal yang terkait dengan teori pembelajaran:
1. teori pembelajaran harus memperhatikan bahwa terdapat banyak kecenderungan cara
belajar siswa, dan kecenderungan ini sudah dimiliki siswa jauh sebelum ia masuk ke
sekolah.
2. teori ini juga terkait dengan adanya struktur pengetahuan. Ada 3 hal yang terkait
dengan struktur pengetahuan:
a. struktur pengetahuan harus mampu menyederhanakan suatu informasi yang sangat
luas.
b. struktur pengetahuan tersebut harus mampu membawa siswa kepada hal-hal
baru,yang melebihi informasi yang telah dijelaskan.
c. struktur pengetahuan harus mampu meluaskan cakrawala berpikir siswa,
mengkombinasikannya dengan ilmu-ilmu lain.
3. teori pembelajaran juga terkait dengan hubungan yang optimal. Seorang guru harus
mampu mencari hubungan yang mudah tentang sesuatu yang akan diajarkan agar
murid lebih mudah menangkap informasi tersebut.
4. yang terakhir, macam dari teori pembelajaran yang sudah ada, diantaranya :
a) Teori Pembelajaran Humanistik.
b) Teori Pembelajaran Behavioristik ,dan
c) Teori Pembelajaran Psikoanalisis.
2.1 Pengertian teori Humanistik,Behavioristik dan Psikoanalisis dalam pembelajaran.
2.1.a Pengertian teori Humanistic.
Pada era reformasi, dunia membutuhkan tenaga kerja yang mampu tumbuh
dan berkembang, mendidik diri sendiri, dan mencapai puncak prestasi. Ketika itu pula guru
ditantang untuk meransang pemikiran baru, khususnya pada diri pribadi dan siswanya.
Humanisme merupakan teori pertumbuhan dan pengembangan individu,menawarkan teknik
untuk berpikir baru,cara-cara kreatif. Asumsi pendekatan ini sangat mewarnai dunia
pembelajaran dan pengajaran. Humanism menekankan konsep bahwa belajar itu terjadi
terutama karena kemampuan siswa mereflesikan pengalaman pribadinya. Peran
pembelajaran tidak menempatkan otak siswa sebagai bak penampung air melainkan
mengambil pelajaran dari wawasan dan pengalaman pelajar itu sendiri,selayaknya menimba
air disumur. Siswa dapat mengelaborasi wawasan baru kedalam pengalaman-pengalaman
sebelumnya jika mereka memiliki kesempatan dan alat-alat untuk melakukannya. Peran
guru disini adalah untuk membantu peserta didik melengkapi pengalaman dengan peluang-
peluang baru. Pada pendekatan humanistic, aktivitas pembelajaran harus mampu
memunculkan pertanyaan yang membantu siswa membuat koneksi baru dan mengungkap
apa yng sudah diketahuinya. Siswa harus belajar dari dunia nyata yaitu dengan cara
menemukan sesuatu untuk dirinya sendiri,bukan sesuatu yang diperoleh melalui apa yang
diberitahu atau yang diarahkan oleh orang lain. Teknik berakar dalam metode sokrates dan
plato yang meyakini bahwa semua pengetahuan dan keyakinan itu melekat pada diri
manusia. Oleh Carl Rogers hal ini dikembangkan dengan metode terapi diri. Disamping itu
implementasi pendekatan humanistic menjelma dalam aneka teknik pembelajaran seperti:
1. diskusi induktif’
2. metode proyek untuk masing-masing kelompok,
3. sesi Tanya jawab,
4. perencanaan tindakan,
5. visualisai,dan
6. petunjuk refleksi.
(Sudarwan Danim dan H.Khairil,2011:101-102)
Psikologi humanistic lebih menekankan pada individual dan keunikannya daripada aturan
penemuan secara umum yang menjelaskan respon individu. Kaum humanism lebih focus
pada perkembangan emosional daripada pemrosesan informasi atau stimulus respon.
Ketiga pendekatan tersebut memiliki karakteristik tersendiri yang saling membedakan satu
sama yang lainnya. Begitu juga dengan para ahli dan pengembangan teorinya masing-
masing.(http://jerobudy.blogspot.com)
Aliran psikologi humanistic sangat terkenal dengan konsepsi bahwa esensinya manusia
itu baik menjadi dasar keyakinan dan menghormati sisi kemanusiaan. Psikologi humanistic
utamanya didasari atas atau merupakan realisasi dari eksistensial dan pemahaman akan
keberadaan dan tanggung jawab social seseorang. Dua psikologi yang ternama, Carl
Rogers dan Abraham Maslow, memulai gerakan psikologi humanistic perspektif baru
mengenai pemahaman kepribadian seseorang dan meningkatkan kepuasaan hidup mereka
secara keseluruhan. Ketika perang pecah di tahun 1960-an, dunia merasa terdorong untuk
memahami sifat kemanusiaan. Pandangan humanistic menginisiasi sebuah mekanisme
untuk memahami apa memang individu lebih cenderung ingin melibatkan diri dalam konflik
atau mewujudkan perdamaian. Kemudian muncul pemikiran bagaimana secara humanis
dibangun mekanisme untuk mereduksi semangat memancing konflik ke menciptakan
perdamaian. Teori ini dipandang sebagai teori sederhana dan telah menjadi populer, serta
topic favorit di dalam keseluruhan seni membantu diri sendiri atau self-help. Selain itu
perjuangan umat manusia untuk memperoleh pemahaman yang lebih besar akan arti hidup
serta eksistensinya merupakan landasan konflik abadi dalam panggung dan seni kehidupan.
Premis psikologi humanistic sesungguhnya humanistic sederhana. Pemikiran yang
sederhana atau menyederhanakan pikiran tentang esensi kesadaran manusia ini pulalah
yang menjadi sumber penentangan aliran ini. Penganut humanis mematuhi keyakinan ini
sebagai aspek yang paling signifikan mengenai seseorang seperti berikut:
1. Humanis menekankan kondisi di sini dan sekarang, bukan memeriksa masa lalu atau
mencoba untuk memprediksi masa depan.
2. Individu secara mental sehat, dia mengambil tanggung jawab pribadi atas tindakannya
tersebut positif atau negative.
3. Setiap orang secara inheren ingin dan berniat untuk berbuat baik. Kalaupun tindakannya
tertentu yang dilakukannya mungkin atau ditafsirkan negatif, tindakan itu tidak
membatalkan nilai mereka sebagai pribadi.
4. Tujuan akhir hidup adalah untuk mencapai pertumbuhan dan pemahaman pribadi yang
bahagia. Individu secara konstan berusaha memahami dan memperbaiki diri menuju
kondisi terbaiknya.
Psikologi humanistic dikembangkan sebagai respon terhadap psikoanalisis dan
behaviorisme. Psikologi humanistic bukan semata-mata berfokus pada kehendak bebas
individu,pertumbuhan pribadi, dan aktualisasi diri. Pemikir humanis kenamaan antara lain
Abraham Maslow dan Carl Rogers. Sejak tahun 1950-an psikologi humanistic muncul
sebagai reaksi terhadap psikoanalisis dan behaviorisme, yang mendominasi aliran psikologi
pada itu. Psikoanalisis difokuskan pada pemahaman motivasi bawah sadar yang mendorong
perilaku, sementara behaviorisme mempelajari tentang proses pengkondisian yang
menghasilkan perilaku. Ajaran Abraham Maslow paling terkenal dan kebanyakan dipahami
secara luas dalam psikologi humanistic.
Psikologi humanistic bukan difokuskan pada potensi masing-masing individu dan
menekankan pentingnya pertumbuhan dan aktualisasi diri. Kepercayaan dasar psikologi
Humanistic adalah bahwa bawaan orang-orang itu sejatinya baik, kondisi social dan
lingkungan alamlah yang mendorong lahirnya penyimpangan. Pada tahun 1962, Abraham
Maslow menulis tentang Toward psychology of being, dimana ia menggambarkan psikologi
humanistic sebagai generasi ketiga dalam psikologi. Generasi pertama dan kedua adalah
behaviorisme dan psikoanalisis. Namun tulisan ini tidak memposisikan ketiga aliran
pemikiran itu sebagai elemen yang bersaing. Setiap cabang psikologi telah memberikan
kontribusi terhadap pemahaman tentang pikiran dan perilaku manusia. Psikologi humanistic
menambahkan dimensi lain yang telah mengambil pandangan yang lebih holistic tentang
individu.
Psikologi humanistic adalah perspektif psikologis yang menekankan studi tentang
seseorang secara utuh. Psikologi humanistic melihat perilaku manusia tidak hanya melalui
penglihatan pengamat, melainkan juga melalui pengamatan atas perilaku orang dalam
bekerja. Psikologi humanistic percaya bahwa perilaku individu mengintegral dengan
perasaan batin dan citra dirinya. Tidak seperti behavioristik, psikologis humanistic percaya
bahwa manusia bukan semata-mata produk dari lingkungan mereka. Studi psikologi
humanistic melihat manusia, pemahaman ,dan pengalaman mentintegral dalam diri
manusia, termasuk dalam kerangka mengajar dan belajar. Meraka menekankan karateristik
yang dimiliki oleh makhluk manusia seutuhnya seperti cinta, kesedihan, peduli dan harga
diri. Psikologi humanistic mempelajari bagaimana orang-orang dipengaruhi oleh persepsi
dan makna yang melekat pada pengalaman pribadi mereka. Psikolog humanistic tidak
terutama yang berkaitan dengan insting drive,tanggapan terhadap rangsangan
eksternal,atau pengalaman masa lalu. Sebaliknya aliran ini menekankan pada pilihan
kesadaran, respon terhadap kebutuhan internal, dan keadaan saat ini yang menjadi sangat
penting dalam membentuk perilaku manusia.
Berikut ini adalah daftar dari beberapa sudut pandang paling mendasar dari psikologi
humanistic.
1. Seseorang lebih dari sekedar jumlah bagian tubuhnya. Seseorang harus dilihaat secara
holistic.
2. Sesorang tidak hidup sendirian. Manusia secara social dibentuk oleh alam dan interaksi
antarasesama.
3. Seseorang itu memiliki kesadaran. Orang memiliki kesadaran akan eksistensi dan diri
sendiri. Bagaimana seseoarang bereaksi terhadap suatu situasi untuk sebagian
dipengaruhi oleh peristiwa sebelumnya. Tanggapan berikutnya akan dipengaruhi oleh
pengalaman masa lalu dan sekarang.
4. Seseorang memiliki kehendak bebas. Orang-orang sadar akan dirinya sendiri, sehingga
mereka membuat pilihan yang sadar. Hewan ,tidak seperti manusia, hanya dipandu oleh
naluri dan tidak mencapai tingkat pilihan sadar.
5. Kesadaran seseorang itu bersifat disengaja. Seseorang mencari hal-hal tertentu untuk
dirinya sendiri yang bernilai atau bermakna dalam hidupnya. Bagaimana pun seseorang
mencari makna atau hasil yang bernilai bagi dirinya sendiri dalam sebuah identitas
pribadi. Identitas pribadi itu berbeda antara orang yang satu dengan yang lainnya.
Disisi lain, psikologi humanistic memusatkan perhatian pada untuk apa menjadi
manusia. Pemikiran ini mencakup, tetapi tidak terbatas pad ide-ide seperti berikut ini:
1. Hidup harus berarti bagi individu;
2. Manusia berusaha mencapai keutuhan;
3. Harapan diperlukan untuk kehidupan;
4. Kreativitas adalah penting, namun tetap dengan keteraturan tinggi;
5. Kesehatan manusia mencakup komponen psikologis dan fisiologis;
6. Pada intinys setiap orang adalah baik;
7. Setiap individu adalah unik;
8. Setiap orang ingin menjadi dirinya sendiri dan;
9. Setiap manusia selalu dalam proses pertumbuhan.
Psikologi humanistic memiliki pengaruh kuat di bidang pendidikan dan pembelajaran.
Pendekatan pengajaran humanistic didasarkan pada premis bahwa siswa telah memiliki
kebutuhan untuk menjadi orang dewasa yang mampu mengaktualisasikan diri, sebuah
istilah yang digunakan oleh Maslow (1954). Aktualisasi diri orang dewasa yang mandiri,
percaya diri, realistis tentang tujuan dirinya dan fleksibel. Mereka mampu menerima
dirinya sendiri, persaan mereka dan lain-lain disekitarnya. Untuk menjadi dewasa dengan
aktualisasi dirinya, siswa perlu ruang kelas yang bebas yang memungkinkan mereka
menjadi kreatif.(Sudarwan Danim dan H.Khairil,2011:23-26).
2.1.b pengertian teori Behavioristik
Behaviorisme adalah suatu studi tentang kelakuan manusia. Timbulnya aliran
ini disebabkan rasa tidak puas terhadap teori psikologi daya dan teori mental state.
Sebabnya ialah karena aliran-aliran terdahulu hanya menekankan pada segi kesadaran
saja. Berkat pandangan dalam psikologi dan naturalism science maka timbullah aliran
baru ini. Jiwa atau sensasi atau image tak dapat diterapkan melalui jiwa itu sendiri karena
sesungguhnya jiwa itu adalah respon-respon fisiologis. Aliran lama memandang badan
adalah sekunder,padahal sebenarnya justru menjadi titik pangkal bertolak.
(Hamalik,Omar,2009:38).
Aliran behavioris atau behaviorisme menjadi dominan mewarnai pemikiran
selama tahun 1950-an. Berdasarkan hasil karya para ahli dan pemikir seperti John
B.Watson, Ivan Pavlov, dan B.F.Skinner aliran behavioris berpendapat bahwa semua
perilaku dapat dijelaskan oleh sebab-sebab lingkungan, bukan oleh kekuatan internal.
Behaviorisme berfokus pada perilaku yang diamati. Teori-teori pembelajaran termasuk
pengkondisian klasik dan pengkondisian operan(operant conditioning) tindakan fisik
adalah perilaku. Behaviorisme merupakan suatu filsafat psikologi didasarkan pada prosisi
semua hal yang dilakukan termasuk organism bertindak, berpikir, perasaan dapat dan
harus di anggap sebagai perilaku. Psikologi perilaku juga dikenal sebagai behaviorisme,
adalah teori belajar yang didasarkan pada gagasan bahwa semua perilaku diperoleh dari
pengkondisian. Hal itu terjadi melalui interaksi dengan lingkungan. Menurut behaviorisme
perilaku dapat dipelajari secara sistematis dan di amati dengan tanpa mempertimbangkan
keadaan mental. (Sudarwan Danim dan H.Khairil,2011:28).
Aliran behaviorisme dimulai oleh John B. Watson yang berpendapat bahwa studi
psikologi hendaknya mempelajari respon organisme terhadap stimuli. Watson mula-mula
belajar filsafat tetapi kemudian pindah ke dalam lapangan psikologi. Sejak tahun 1912
watson menjadi terkenal karena penyelidikan-penyelidikannya mengenai proses belajar
pada hewan. Sehingga munculah formula ”S-R” (Stimulus Respon). Pengaruh Watson
dalam bidang pendidikan cukup penting. Ia percaya bahwa dengan memberikan
kondisioning tertentu dalam proses pendidikan, dapat membuat anak didik mempunyai
sifat-sifat tertentu.
Kaum Behaviorisme:
1. Pavlov (Classicil conditioning)
Ivan Pavlov seorang ahli psikologi asal Rusia merupakan salah satu ahli yang namanya
selalu dikaitkan dengan pengkondisian kelas (Conditioning Classical). Pada suatu saat,
dia meneliti pencernaan pada anjing. Apa yang dinyatakan oleh Pavlov dalam
pelatihannya bahwa anjing yang ada di laboratoriumnya mulai mengeluarkan air ludah
ketika melihat makanan, bahkan sebelum melihatnya. Lebih jauh lagi, mereka terlihat
mengeluarkan air ludah ketika melihat para penjaganya dan bahkan ketika baru
mendengar hentakan sepatu. Hal ini memberikan inspirasi kepada Pavlov untuk membuat
serangkaian penelitian untuk mengetahui dengan lebih baik. Dia harus membunyikan bel
atau sumber bunyi-atau sumber bunyi lain yang dapat memancing anjing dan kemudian
dengan cepat menunjukkan makanan kepada anjing, sehingga stimulus yang diberikan
menyebabkan anjing mengeluarkan air ludah. Pavlov memperhatikan bahwa jika prosedur
tersebut diulangi cukup sering, bel dengan sendirinya akan menimbulkan respon anjing
berupa mengeluarkan air ludahnya. Dalam penelitian Pavlov, bel dianggap sebagai
Conditioned stimulus (CS); makanan sebagai Unconditioned Stimulus (US); Keluarnya
ludah anjing sebagai respon terhadap makanan dianggap sebagai unconditioned
Response (UR), dimana salivation sebagi respon terhadap makanan sebagai conditioned
response. Dalam bentuk umum, stimulus atau situasi yang disediakan sebagai respon
dapat dipasangkan dengan stimulus netral untuk membawanya ke dalam situasi yang
telah dikondisikan. Belajar dengan cara ini sebenarnya merupakan tipe belajar yang tanpa
disadari, yang mana pebelajar tidak memberikan respon terhadap stimulus yang telah
dikondisikan karena mereka menjadi sadar bahwa terdapat hubungan antara dia dan
stimulus yang tidak dikondisikan. Pada kenyataannya, kondisi kelas dapat diukur bahkan
untuk respon yang berlebihan yang mana subjek biasanya tidak terkontrol.
2. Watson(Environmentalisme)
Menurut J.B Watson (1913-1916) yang mana kinerjanya banyak dipengaruhi oleh
pemikiran Pavlov, menyatakan bahwa orang lahir dengan banyak refleks yang terbatas.
Menurut penjelasan Watson, Belajar hanyalah sebuah persoalan yang dipengaruhi oleh
pengkondisian kelas. Oleh sebab itu, perbedaan diantara individu seluruhnya merupakan
fungsi dari pengalamannya. Implikasi Teori Pendekatan Behaviorisme Pavlov’s dan
Watson dalam Bidang Pendidikan. Teori behavioristrik dengan karakteristiknya yaitu
berpusat pada guru, pendekatan instruksi langsung dalam pengajaran, bertentangan
dengan pendekatan teori konstrukstivisme. Dimana, pendekatan ini menekankan peran
guru dalam mengatur situasi belajar dan memberikan/menyampaikan informasi melebihi
peran siswa dalam menemukan dan memahami materi.
Secara ringkasnya, beberapa implikasi dari teori pengkondisian kelas meliputi
beberapa hal berikut ini:
a. Guru harus mengetahui apa yang dapat mereka maksimalkan, apa yang perlu
ditekankan, dan potensi menyenangkan yang dapat dikondisikan di dalam kelas.
b. Guru harus mencoba untuk meminimalisasi aspek-aspek yang tidak menyenangkan
bagi siswa, oleh karena itu harus dihilangkan beberapa potensi negatif yang tidak dapat
dikondisikan di dalam kelas.
c. Guru harus mengetahui apa yang harus dipasangkan dengan apa di dalam kelas.
Dengan kata lain apa yang saling berhubungan di dalam kelas.
(http://judibudy.blogspot.com)
2.1.c. Pengertian teori psikoanalisis.
Psikoanalisis diciptakan oleh Freud pada tahun 1986. Psikoanalisis terdiri dua
kata yaitu psiko dan anlisis, secara etimologis psiko artinya psikis atau disebut juga
dengan jiwa. Berarti Psikoanalisis dapat diartikan dengan analisa jiwa. Hal yang ditinjau
dari Psikoanalisis klasik secara mendalam adalah psikis manusia, dimana tidak hanya
meninjau tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari-hari, melainkan juga melihat
dasar-dasar atau latar belakang munculnya tingkah laku tersebut. Psikoanlisis klasik
sering juga disebut dengan psikologi dalam (dept psychology). Psikoanalisis merupakan
suatu tinjauan tentang manusia, dimana ketidak sadaran memiliki peranan penting
dakam memahami kepribadian dan tingkah laku manusia.
Asumsi tentang manusia dari psikoanalisis antara lain :
1. Manusia tidak memegang nasibnya sendiri, tingkah laku manusia ditunjukan untuk
memenuhi kebutuhan biologis dan instink-instinknya.
2. Tingkah laku manusia dikendalikan oleh pengalaman masa lampau.
3. Tingkah laku individu ditentukan oleh factor interpersonal dan intrapsikis---psikis
determinisme.
Model konseling psikoanalisis memandang tingkah laku manusia didasarkan tiga asumsi
dasar yang dapat mempengaruhi perkembangan pribadi manusia, Hansen, 1977 dalam
taufik, 2009:
1. Lima tahun pertama merupakan saat yang menentukan perkembangan manusia.
Pengalaman yang diterima anak pada masa umurnya dibawah lima tahun adalah hal
penentu kepribadian dan tingkah laku anak pada dewasanya. Bila anak menerima kesan
dari orang tua yang baik maka anak akan mengalami perkembangan yang normal pada
masa dewasanya. Hal ini terjadi karena dalam diri mereka tinggal kesan tentang dunia
yang menyenangkan, sedangkan bila sebaliknya maka akan dapat menghambat
perkembangan fisik dan psikisnya setelah mencapai dewasa dan bila trauma psikis
maka dapat menyebabkan neurotis.
2. Dorongan seksual merupakan kunci dalam menentukan tingkah individu. Menurut
freud tingnkah laku individu didasarkan oleh dorongan seksual. Dorongan seksual disini
bukanlah hanya sebatas pemenuhan kebutuhan seks, namun lebih pada kebutuhan
perwujudan kepriaan atau kewanitaan dari manusia. Contohnya seorang pria bernafsu
untuk mencari pekerjaan yang layak agar dapa membangun rumah sehingga dapat
melindungi istri dan anaknya, atau wanita berdandan karena adanya dorongan
kewanitaannya. Namun dorongan tersebut biasanya dipengaruhi oleh kebudayaan
dimana manusia itu berada.
3. Tingkah laku individu banyak dikontrol oleh factor ketidaksadaran. Tingkah laku
individu banyak dipengaruhi oleh ketidak sadarannya, misalnya berbicara, cara duduk
ataupun cara berjalan. Tingkah laku yang ditampilkan tersebut tidak disadari oleh yang
bersangkutan dari mana diperolehnya.
Freud merumuskan kepribadian menjadi tiga unsur yang terdapat pada diri
individu yaitu id, ego dan super ego.
a. Id Struktur Kepribadian
Tiga tingkat kesadaran yang mempengaruhi perkembangan kepribadian, Id merupakan
system dasar dari kepribadian yang disebut juga sebagai dorongan dari dalam diri yang
berupa kebutuhan-kebutuhan, keinginan kehendak.libidonya meliputi instink-instink
manusia: seks dan agresi. Dalam id terdapat naluri dalam bentuk dorongan seksual, sifat
agresif dan keinginan yang direpresi. Fungsi id ini adalah menyenangkan organisme
dengan prinsip kesenangan atau pemuasan diri, dimana kecendrungan untuk
menghindari ketidaksenangan dan sebanyak-banyaknya mendapatkan kesenangan.
b. Ego.
Ego muncul atau terbentuk dengan diferensiasi dari id karena kontaknya dengan
lingkungan. Ego tidak dibawa semenjak lahir namun berkembang seiring dengan
hubungan individu dengan lingkungan. Ego menghubungkan individu dengan
lingkungannya dengan prinsip realitas. Aktifitas ego bersifat sadar, prasadar dan tidak
sadar. Sebagian besar ego bersifat sadar, contohnya persepsi lahiriah dan batiniah,
sedangkan prasadar contohnya fungsi ingatan dan tidak sadar contohnya ekanisme
pertahanan diri. Ego dikuasai oleh prisip realitas, dalam arti ego lebih menekankan
bagaimana sesuatu yang dibutuhkan dapat terpenuhi dalam dunia nyata. Dalam
perwujudannya, prinsip realitas ini tidak boleh dianggap bertentangan dengan prinsip
kesenangan yang disesuaikan dengan kenyataan.
c. Super ego.
Super ego adalah aspek sosiologis dan aspek moral dari kepribadian. Super ego adalah
rambu-rambu yang menjadi petunjuk individu bertingkah laku dalam usaha memenuhi
kebutuhan id-nya. Menurut prayitno, 1998, super ego adalah control internal yang terdiri
dari:
1). Kata hati : berisi hal yang harus dilakukan ataupun hal-hal yang tidak perlu dilakukan.
2). Ego-ideal: apa yang seharusnya saya menjadi Prinsip super ego ini adalah moral dan
kesempurnaan.
Perkembangan Kepribadian Salah Suai Psikoanalisis ini menekankan bahwa
perkembangan kepribadian didasarkan pada bagaimana berlangsungnya kehidupan
individu semasa ballita. Terjadinya penyimpangan karena terjadinya traumatis, frustasi,
konflik dan terancam pada masa balitanya. Teori ini lebih nayak mengemukakan tahap
perkembangan psikoseksual sampai menjadi individu dewasa. Adapu tahap-tahap
perkembangan psikoseksual menurut Freud (dalam Taufik, 2009):
1. Tahap oral.
Oral berarti mulut, dimana kepuasan balita adalah diperoleh melalui mulut. Hal ini akibat
dari menghisap payudara ibu, sehingga anak mendapatkan kepuasan sehingga
menimbulkan kenikmatan. Hal ini terjadi pada umur 0 sampai 1 tahun. Namun bila hal
tersebuut tidak terpenuhi maka akan menimbulkan sifat rakus dan serakah. Akibat lain
adalah tumbuhnya sikap tidak percaya pada orang lain dan menganggap dunia kejam, dan
selanjutnya menjadi takut mencintai dan dicintai orang lain, dan setelah dewasa akan
mengalami kesulitan membangun hubungan yang intim dengan orang dan cendrung
menolak kasih sayang.
2. Tahap anal.
Anal artinya anus. Tahap ini berlangsung pada umur 1 sampai 2 tahun. Pada tahap ini
pemenuhan kenikmatan terletak pada anus melalui buang air besar pada anak. Freud
berpendapat bahwa peranan orang tua pada tahap ini mempunyai akibat yang berarti bagi
perkembangan anak selanjutnya. Orang tua yang amat keras dan menghukum anak pada
masa ini akan dapat menimbulkan sikap ragu-ragu setelah mereka menjadi dewasa.
3. Tahap phallic.
Phallic artinya kelamin. Pada tahap ini pusat perhatian anak adalah pada kelamin. Tahap
ini identitas pribadi anak telah terbentuk. Anak laki-laki telah mengetahui bahwa ia memiliki
penis dan anak perempuan tidak memiliki. Tahap ini phallic ini berlanngsung pada umur 3
sampai 5/6 tahun.
4. Tahap laten.
Laten artinya tersembunyi. Pada tahap perkembangan seksual masih berlanngsung,
namun tidak begitu tampak. Tahap ini berlangsung pada umur 13 tahun. Pada tahap ini
berkurangnya minat terhadap seksualitas dan cendrung berminat pada pergaulan degan
orang lain. Pada masa ini akan terbentuk rasa malu dan aspirasi moril serta estetis.
5. Tahap genital.
Genital artinya organ kelamin, objek seksual anak kembali terarah pada organ kelamin.
Pada tahap ini objek seksualitasnya tidak tertuju lagi pada diri sendiri, namun telah tertuju
pada oranng lain.
3.Tujuan teori humanistic,behavioristik dan psikoanalisis.
a. Tujuan humanistic
Adalah mendorong siswa mandiri dan independen, mengambil tanggungjawab
pembelajaran mereka, menjadi kreatif dan tertarik seni, serta menjadi ingin tahu tentang
dunia disekitar mereka. Sejalan dengan itu, prinsip-prinsip pendidikan humanistic dapat
disajikan sebagai berikut:
1. Pendidik humanistic percaya bahwa baik perasaan maupun pengetahuan sangat
penting dalam proses belajar.
2. Pendidik humanistic menekankan perlunya siswa terhindar dari tekanan lingkungan,
sehingga mereka akan merasa aman untuk belajar. Setelah siswa merasa aman, belajar
mereka menjadi lebih muda dan lebih bermakna.
3. Pendidik humanistic percaya bahwa nilai tidak relevan dan hanya evaluasi diri yang
bermakna. Pemeringkatan mendorong siswa belajar untuk mencapai tingkat tertentu,
bukan untuk kepuasan pribadi. Selain itu pendidik humanistic menentang tes objektif,
karena mereka menguji kemampuan siswa untuk menghafal dan tidak memberikan
umpan balik pendidikan yang cukup kepada guru dan siswa.
4. Tujaun pendidikan harus mendorong keinginan siswa untuk belajar dan mengajar
mereka tentang cara belajar. Siswa harus memotivasi dan merangsang diri pribadi untuk
belajar sendiri.
5. Agar siswa dapat memilih apa yang mereka ingin pelajari. Guru humanistic percaya
bahwa siswa akan termotivasi untuk mengkaji materi bahan ajar jika terkait dengan
kebutuhan dan keinginannya.
b. Tujuan behavioristik
Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan
pengetahuan, sedangkan belajar sebagi aktivitas “mimetic”, yang menuntut pebelajar
untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk
laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi pelajaran menekankan pada ketrampian
yang terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti urutan dari bagian ke keseluruhan.
Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih
banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan
mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib tersebut. Pembelajaran dan evaluasi
menekankan pada hasil belajar.
Evaluasi menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah, dan biasanya
menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntut jawaban yang benar.
Maksudnya bila pebelajar menjawab secara “benar” sesuai dengan keinginan guru, hal
ini menunjukkan bahwa pebelajar telah menyelesaikan tugas belajarnya. Evaluasi belajar
dipandang sebagi bagian yang terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan biasanya
dilakukan setelah selesai kegiatan pembelajaran. Teori ini menekankan evaluasi pada
kemampuan pebelajar secara individual. ( http:/psikologi.or.id )
c. Tujuan psikonalis
Tujuan konseling pendekatan psikoanalisis secara umum merupakan untuk memahami
psikis manusia itu sendiri dimana tidak hanya meninjau tingkah laku manusia itu sendiri
melainkan juga mlihat dasar-dasar atau latarbelakang munculnya tingkah laku tersebut.
Adapun tujuan dari pendakatan psikonalis itu secara lebih terperinci adalah:
1) Menjadikan hal-hal yang tidak disadari klien menjadi disadarinya.
2) Menata kembali struktur watak dan kepribadian klien.
3) Konselor dapat membantu klien untuk menghidupkan kembali pengalaman-
pengalaman masa kanak-kanaknya dengan menembus konflik yang direpresi.
4) Merasionalkan kesan itu sehingga klien menyadari bahwa kesan yang dibawanya
tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
5) Khatarsis, yaitu usaha pelepasan kesan-kesan yang selalu mendesak dari bawah
sadar klien.
6) Membawa ke ksad dorongan yang ditekan yang mengakibatkan kecemasan.
7) Memberikan kesempatan kepada klien menghadapi situasi yang selama ini ia gagal
mengatasinya.
(http://www.blogger.com/profile)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teori pembelajaran harus mampu menghubungkan antara hal yang ada sekarang
dengan bagaimana menghasilkan hal tersebut. Teori belajar menjelaskan dengan pasti apa
yang terjadi, namun teori pembelajaran ’hanya’ membimbing apa yang harus dilakukan
untuk menghasilkan hal tersebut.
Psikologi humanistic adalah perspektif psikologis yang menekankan studi tentang
seseorang secara utuh. Psikologi humanistic melihat perilaku manusia tidak hanya melalui
penglihatan pengamat, melainkan juga melalui pengamatan atas perilaku orang dalam
bekerja. Psikologi humanistic percaya bahwa perilaku individu mengintegral dengan
perasaan batin dan citra dirinya. Tidak seperti behavioristik, psikologis humanistic percaya
bahwa manusia bukan semata-mata produk dari lingkungan mereka.
Behaviorisme adalah suatu studi tentang kelakuan manusia. Timbulnya aliran ini
disebabkan rasa tidak puas terhadap teori psikologi daya dan teori mental state. Sebabnya
ialah karena aliran-aliran terdahulu hanya menekankan pada segi kesadaran saja. Berkat
pandangan dalam psikologi dan naturalism science maka timbullah aliran baru ini. Jiwa atau
sensasi atau image tak dapat diterapkan melalui jiwa itu sendiri karena sesungguhnya jiwa
itu adalah respon-respon fisiologis. Aliran lama memandang badan adalah
sekunder,padahal sebenarnya justru menjadi titik pangkal bertolak.
Psikoanalisis diciptakan oleh Freud pada tahun 1986. Psikoanalisis terdiri dua kata
yaitu psiko dan anlisis, secara etimologis psiko artinya psikis atau disebut juga dengan jiwa.
Berarti Psikoanalisis dapat diartikan dengan analisa jiwa. Hal yang ditinjau dari Psikoanalisis
klasik secara mendalam adalah psikis manusia, dimana tidak hanya meninjau tingkah laku
manusia dalam kehidupan sehari-hari, melainkan juga melihat dasar-dasar atau latar
belakang munculnya tingkah laku tersebut. Psikoanlisis klasik sering juga disebut dengan
psikologi dalam (dept psychology). Psikoanalisis merupakan suatu tinjauan tentang
manusia, dimana ketidak sadaran memiliki peranan penting dakam memahami kepribadian
dan tingkah laku manusia.