Upload
miria-noor-shintawati
View
17
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Dengan Keluhan Keputihan
Citation preview
WANITA DENGAN KELUHAN PERDARAH SPONTAN DARI KEMALUAN
KELOMPOK 3
03007053 Cunengsih S
03008163 Miria Noor Shintawati
03009263 Vania Paramitha W
03010003 Adelita Yuli Hapsari
03010033 Annisa Saraswati
03010053 Benanto
03010063 Chrisendy Hakim
03010073 Denia Mariella Chantika
03010083 Widya Ilmiaty Kamrul
03010093 Endah Wahyu Mentari
03010103 Fefi Oktavia
03010113 Geraldo Tadika Putra
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
Jakarta, 4 Februari 2013
0
BAB I
PENDAHULUAN
Kanker cervix adalah kanker keduaterbanak yang menyebabkan kematian pada
perempuan.Penyakit initelah merenggut lebih dari 250.000 perempuan di seluruh dunia setiap
tahunnya. Di Indonesia, setiap tahun terdapat lebih dari 15.000 kasus kanker serviks baru dan
kuranglebih 8000 kematian.
Setiap hari sekitar 40-45 kasus baru ditemukan dan 20-25 perempuan meninggal dunia karena
kanker serviks. Angka prevalnesi kanker serviks di dunia termasuk di kawasan Asia
Tenggara, masih sangat tinggi. Menurut data Globocan 2002, ada sekitar 500.000 kasus
kanker serviks yang barui dunia dengan angka kematian 250.000.
BAB II
LAPORAN KASUS
SESI 1
Seorang wanita x, 40 tahun, P4 (semuanya lahir spontan), datang ke poliklinik kebidanan dan
kandungan dengan keluhan sering keputihan. Pasien mengeluh bahwa kurang lebih 2 bulan
terakhir sering keputihan yang baunya tidak seperti biasa dan mengeluarkan darah saat
senggama. Selama 5 hari ini, pasien sering mengeluarkan darah spontan dari kemaluannya.
Sebelumnya pasien telah berobat ke dokter, dikatakan diberi obat untuk keputihan dan
perdarahan, namun saat ini keluhan belum hilang sampai saat ini.
1
SESI 2
Anamnesis tambahan
Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga, sedangkan suami pasien adalah seorang supir truk
antar kota. Pasien sering ditinggal pergi ke luar kota oleh suaminya, karena jenuh ia sering
merokok.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan
Keadaan umum sakit sedang, kompos mentis
Tanda vital: Freakuensi nadi 90x/menit, regular isi cukup, TD 110/60 mmHg. Frekuensi
Napas 24x/menit, suhu 36,80
Status generalis
Mata: konjungtiva agak pucat, sklera tak ikterik
Jantung: NJ I-II murni, gallop (-), murmur (-)
Paru: Vesikuler, ronki (-), wheezing (-)
Abdomen: lemas, akut abdomen (-), massa (-)
Ekstremitas: akral hangat, agak pucat, edema (-)
Status ginekologi:
Inspeksi: vulva dan uretra tenang, uretra tak tampak tanda radang
Inspeksi: tampak portio erosi arah jam 2, mudah berdarah, fluor (+) masa (-), dinding vagina
licin, masa (-), dilakukan pap smear, kemudian dilakukan test IVA hasil (+)
Vaginal toucher
2
Uterus bentuk dan ukuran normal, antefleksi, nyeri goyang (-), Parametrium lemas, masa
adneksa (-)
Hasil pemeriksaan laboratorium:
Hb 8g/dL, Leukosit 15.000 g/dl,Trombosit 270.000
Lima hari kemudian didapatkan hasil pap smear HSIL
BAB III
INTERPRETASI KASUS
A. Identitas
Identitas
Nama : Ny. X
Umur : 40 tahun
Alamat : -
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : -
B. Daftar Masalah
No. Masalah Interpretasi
3
1. Umur 40
tahun
2. Partus sudah 4
kali
3. Keputihan
berbau dan
sering
Diakibatkan oleh dinding vagina yang menjadi kering, sehingga
produksi glikogen menurun dan Lactobacilli menghilang. Keadaan
tersebut menyebabkan menghilangnya suasana asam sehingga vagina
dan uretra mudah terinfeksi dan sering timbul gatal. Akibat rasa gatal
di vagina, maka garukan yang sering dilakukan menyebabkan
terjadinya luka–luka yang mudah terinfeksi dan menyebabkan
keputihan.
4. Sering
mengeluarkan
darah darah
spontan dari
kemaluan
Keluarnya darah spontan dari kemaluan, kemungkinan yang pertama
kali harus kita pikirkan pada wanita usia 40 tahun, riwayat keputihan
dengan bau tak sedap, serta kebiasaan merokok, yakni adanya suatu
keganasan yang dimulai dari adanya infeksi pada vagina. Meskipun
ada berbagai macam mikroorganisme yang dapat menginfeksi vagina,
namun hanya ada satu mikroorganisme yang menjadi perhatian utama
penyebab keganasan nomer satu di Indonesia, yakni virus HPV
(Human Papilloma Virus). Dari beberapa tipe HPV hanya tipe 16 dan
18 yang lebih dari 90% dapat menjadi suatu keganasan
5 Berdarah saat
bersenggama
Keluarnya darah saat koitus paling umum disebabkan
karena adanya trauma pada dinding vagina yang
menyebabkan perlukaan daerah sekitar vagina. Keadaan
ini masih dianggap sebagai keadaan yang fisiologis jika
keluhan tidak timbul setiap kali melakukan hubungan.
Namun, jika keluhan ini timbul lebih sering maka kita
harus memikirkan adanya suatu kelainan dan pasien harus
4
mendapatkan pengobatan yang tepat.
6 merokok Merokok merupakan faktor resiko dari pertumbuhan neoplasma dapat
dikaitkan dengan inaktivasi dari tumor suppressor gen. Merokok juga
dapat dikaitkan dengan pengurangan jumlah sel imun langerhans di
epitel cervix, sehingga terjadi penurunan respons imunologi.
(
http://www.cancerresearchuk.org/cancer-info/cancerstats/types/cervix/
riskfactors/cervical-cancer-risk-factors last accessed sun feb 3rd 2013)
Patofisiologi
Dilihat dari umurnya pasien sudah tidak dalam masa subur dan menjelang masa
menopause. Sebagaimana kita ketahui bahwa semakin bertambahnya umur maka
keseimbangan hormone pun akan semakin terganggu, daya tahan tubuh semakin menurun
dan faktor resiko keganasan akan semakin meningkat. Hal ini merupakan salah satu faktor
yang menyebabkan pasien mulai sering mengalami keputihan (fluor albus). Secara definisi
keputihan adalah cairan tubuh (bukan darah) yang keluar dari organ reproduksi wanita.
Keputihan dapat bersifat fisiologis, maupun patologis. Namun, pasien ini mengalami
keputihan yang patologis, karena pada keputihan yang patologis didapatkan bau yang tidak
sedap, jumlah yang semakin banyak dan sering, disertai darah, dan sudah menimbulkan
5
keluahan. Faktor penyebab yang paling mungkin pada pasien ini, yakni adanya
ketidakseimbangan hormone reproduksi, dengan mekanisme keputihan sebagai berikut :
Hormon estrogen diperlukan untuk menjaga keasaman vagina, kehidupan Lactobacilli
doderleins, dan proliferasi (ketebalan) sel epitel skuamosa vagina sehingga membran mukosa
vagina membentuk barier terhadap invasi bakteri. Dengan demikian tidak mudah terkena
infeksi. Hal–hal diatas dapat terjadi karena dalam sel epitel vagina yang menebal banyak
mengandung glikogen. Lactobacilli doderlein yang dalam keadaan normal hidup di vagina,
akan memanfaatkan glikogen tadi selama pertumbuhannya dan hasil metabolismenya akan
menghasilkan asam laktat. Timbulnya suasana asam laktat akan menyuburkan pertumbuhan
Lactobacilli dan Corynebacteria acidogenic, tetapi mencegah pertumbuhan bakteri lainnya.
Proses diatas akan mempertahankan pH vagina yang dalam keadaan normal memang bersifat
asam, yaitu sekitar 3,5–4,5. Keluarnya mucus servix (lendir leher rahim) sehingga vagina
tidak terasa kering juga dipengaruhi oleh stimulasi estrogen.
Hormon estrogen yang dihasilkan oleh indung telur akan berkurang pada perempuan
menjelang dan sesudah menopouse (tidak haid). Akibatnya dinding vagina menjadi kering,
produksi glikogen menurun dan Lactobacilli menghilang. Keadaan tersebut menyebabkan
menghilangnya suasana asam sehingga vagina dan uretra mudah terinfeksi dan sering timbul
gatal. Akibat rasa gatal di vagina, maka garukan yang sering dilakukan menyebabkan
terjadinya luka–luka yang mudah terinfeksi dan menyebabkan keputihan.
6
Karsinoma serviks adalah penyakit yang progresif, mulai dengan intraepitel, berubah
menjadi neoplastik, dan akhirnya menjadi kanker serviks setelah 10 tahun atau lebih. Secara
histopatologi lesi pre invasif biasanya berkembang melalui beberapa stadium displasia
(ringan, sedang dan berat) menjadi karsinoma insitu dan akhirnya invasif. Berdasarkan
karsinogenesis umum, proses perubahan menjadi kanker diakibatkan oleh adanya mutasi gen
pengendali siklus sel. Gen pengendali tersebut adalah onkogen, tumor supresor gene, dan
repair genes. Onkogen dan tumor supresor gen mempunyai efek yang berlawanan dalam
karsinogenesis, dimana onkogen memperantarai timbulnya transformasi maligna, sedangkan
tumor supresor gen akan menghambat perkembangan tumor yang diatur oleh gen yang
terlibat dalam pertumbuhan sel. Meskipun kanker invasive berkembang melalui perubahan
intraepitel, tidak semua perubahan ini progres menjadi invasif. Lesi preinvasif akan
mengalami regresi secara spontan sebanyak 3 -35%.
Bentuk ringan (displasia ringan dan sedang) mempunyai angka regresi yang tinggi.
Waktu yang diperlukan dari displasia menjadi karsinoma insitu (KIS) berkisar antara 1 – 7
tahun, sedangkan waktu yang diperlukan dari karsinoma insitu menjadi invasif adalah 3 – 20
tahun (TIM FKUI, 1992). Proses perkembangan kanker serviks berlangsung lambat, diawali
adanya perubahan displasia yang perlahan-lahan menjadi progresif. Displasia ini dapat
muncul bila ada aktivitas regenerasi epitel yang meningkat misalnya akibat trauma mekanik
atau kimiawi, infeksi virus atau bakteri dan gangguan keseimbangan hormon. Dalam jangka
waktu 7 – 10 tahun perkembangan tersebut menjadi bentuk preinvasif berkembang menjadi
invasif pada stroma serviks dengan adanya proses keganasan. Perluasan lesi di serviks dapat
menimbulkan luka, pertumbuhan yang eksofitik atau dapat berinfiltrasi ke kanalis serviks.
Lesi dapat meluas ke forniks, jaringan pada serviks, parametria dan akhirnya dapat
menginvasi ke rektum dan atau vesika urinaria. Virus DNA ini menyerang epitel permukaan
serviks pada sel basal zona transformasi, dibantu oleh faktor risiko lain mengakibatkan
perubahan gen pada molekul vital yang tidak dapat diperbaiki, menetap, dan kehilangan sifat
serta kontrol pertumbuhan sel normal sehingga terjadi keganasan (Suryohudoyo, 1998;
7
Debbie, 1998). Berbagai jenis protein diekspresikan oleh HPV yang pada dasarnya
merupakan pendukung siklus hidup alami virus tersebut. Protein tersebut adalah E1, E2, E4,
E5, E6, dan E7 yang merupakan segmen open reading frame (ORF). Di tingkat seluler,
infeksi HPV pada fase laten bersifat epigenetic. Pada infeksi fase laten, terjadi terjadi
ekspresi E1 dan E2 yang menstimulus ekspresi terutama terutama L1 selain L2 yang
berfungsi pada replikasi dan perakitan virus baru. Virus baru tersebut menginfeksi kembali
sel epitel serviks. Di samping itu, pada infeksi fase laten ini muncul reaksi imun tipe lambat
dengan terbentuknya antibodi E1 dan E2 yang mengakibatkan penurunan ekspresi E1 dan E2.
Penurunan ekspresi E1 dan E2 dan jumlah HPV lebih dari ± 50.000 virion per- sel dapat
mendorong terjadinya integrasi antara DNA virus dengan DNA sel penjamu untuk kemudian
infeksi HPV memasuki fase aktif (Djoerban, 2000). Ekspresi E1 dan E2 rendah hilang pada
pos integrasi ini menstimulus ekspresi onkoprotein E6 dan E7. Selain itu, dalam
karsinogenesis kanker serviks terinfeksi HPV, protein 53 (p53) sebagai supresor tumor
diduga paling banyak berperan. Fungsi p53 wild type sebagai negative control cell cycle dan
guardian of genom mengalami degradasi karena membentuk kompleks p53-E6 atau mutasi
p53. Kompleks p53-E6 dan p53 mutan adalah stabil, sedangkan p53 wild type adalah labil
dan hanya bertahan 20-30 menit.
Apabila terjadi degradasi fungsi p53 maka proses karsinogenesis berjalan tanpa
kontrol oleh p53. Oleh karena itu, p53 juga dapat dipakai sebagai indikator prognosis
molekuler untuk menilai baik perkembangan lesi pre-kanker maupun keberhasilan terapi
kanker serviks (Kaufman et al, 2000).
Dengan demikian dapatlah diasumsikan bahwa pada kanker serviks terinfeksi HPV
terjadi peningkatan kompleks p53-E6. Dengan pernyataan lain, terjadi penurunan p53 pada
kanker serviks terinfeksi HPV. Dan, seharusnya p53 dapat dipakai indikator molekuler untuk
menentukan prognosis kanker serviks. Bila pembuluh limfe terkena invasi, kanker dapat
menyebar ke pembuluh getah bening pada servikal dan parametria, kelenjar getah bening
obturator, iliaka eksterna dan kelenjar getah bening hipogastrika. Dari sini tumor menyebar
8
ke kelenjar getah bening iliaka komunis dan pada aorta. Secara hematogen, tempat
penyebaran terutama adalah paru-paru, kelenjar getah bening mediastinum dan
supravesikuler, tulang, hepar, empedu, pankreas dan otak (Prayetni, 1997).
C. Anamnesis
A. .Riwayat perkawinan
Sudah berapa kali menikah ?
Menikah pada usia berapa?
B. .Riwayat ginekologi.
Menarche pertama kali pada umur berapa?
Haid teratur 28 hari atau tidak ?
Lamanya haid berapa hari dan bagaimana frekuensi darahnya?
Apakah merasakan sakit yang berlebihan saat haid ?
.Apakah pasein menggunakan pil kb?
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Apakah pasien merasa mudah lelah dan lemas (anemia) ?
Apakah pasien mengalami penurunan berat badan?
apakah terjadi penurunan nafsu makan?
Apakah ada keluhan seperti terasa nyeri saat BAK dan BAB ?
Apakah pasien merasakan nyeri pada panggul?
D. Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah pasien menderita DM ?
Apakah pasien menderita penyakit jantung ?
Apakah pasien menderita penyakit hipertensi?
E. Riwayat Kebiasaan
9
Apakah pasien memiliki kebiasaan merokok ?
Apakah pasien memiliki kebiasaan meminum minuman berakohol?
F. Riwayat pengobatan
Apakah saat ini mengkonsumsi obat –obatan?
D. Pemeriksaan fisis
Hasil Pemeriksaan fisis Nilai Normal Interpretasi
Keadaan umum :
sakit sedang, compos mentis
Dalam batas
normal
Keadaan ini dapat diketahui melalui
inspeksi langsung pada saat pasien
datang. Sakit sedang menandakan adanya
suatu gangguan pada tubuh pasien tanpa
mempengaruhi kesadaran pasien.
Nadi : 90x/mnt 60-100/menit NORMAL
TD : 110/60 mmHg 120/80 mmHg NORMAL
RR : 24x/mnt 14 – 18x/mnt Takipnoe
Perdarahan spontan Hb menurun
meningkatkan kadar oksigen dalam
tubuh dengan menngkatkan frekuensi
pernafasan.
T : 36oC 36,6 – 37,2oC NORMAL
Konjungtiva : agak pucat Anemia, akibat perdarahannya.
Jantung :
BJ I dan II murni, gallop
murumur (-)
NORMAL
Paru – paru :
Vesiculer, ronchi (-),
wheezing (-)
NORMAL
10
Abdomen :
Lemas, nyeri akut abdomen
(-), massa (-)
NORMAL
Akral hangat, edema, agak
pucat
.Pemeriksaan Ginekologi
Inspeksi : interpretasi
Tampak porsio erosi jam 2,
mudah berdarah
Fluor albus (+) Adanya infeksi. Kemungkinan
infeksi yang disebabkan oleh jamur
atau bakteri.
Tidak ada masa Normal
Vagina licin Normal
Vulva dan urethra tampak tenang
Normal
E. Pemeriksaan Laboratorium
Hasil Nilai Normal Interpretasi
Hb : 8 gr/dl 13,5-17,5 g/dl Anemia, akibat perdarahan
yang kronis
Leukosit : 15.000 µl 5.000-10.000 µl Leukositosis, menandakan
adanya suatu infeksi atau
keganasan
Trombosit : 270.000 µl 150.000 – 450.000 µl NORMAL
11
F. Pemeriksaan Penunjang
HSIL (High-grade squamous intraepithelial lesion)+ menandakan bahwa terdapat sel pre
kanker yang jumlahnya sangat banyak dan seperti halnya Low-grade SIL hanya melibatkan
epitel squamosa cervix. Sel ini biasanya tidak akan menjadi karsinoma dalam beberapa bulan
bahkan tahun, tetapi tanpa penatalaksanaan yang tepat dapat berubah menadi karsinoma.
HSILdapat disebut juga dysplasia sedang atau berat, CIN 2atau 3, atau disebut juga
carcinomain situ.
G. Diagnosis Kerja
Tabel 1. Staging Karsinoma Serviks Menurut FIGO
12
Diagnosis kanker servix pada Ny.X didasarkan atas gejala klinis, pemeriksaan fisis,
pemeriksaan penunjang lain (PAP smear, IVA, colposcopy)dapat disimpulkan bahwa Ny. X
menderita carcinoma cervix dengan staging FIGO adalah 0 (carcinoma insitu).
TATALAKSANA
Manajemen stadium awal pada pasien ini adalah sebagai berikut:
1. Terapi pembedahan
Pada karsinoma in situ (stadium 0 ) di tata laksana dengan cara cryosurgery, aberasi
dengan laser, dan eksisi loop. Stadium ini memiliki prognosis yang baik apabila
diterapi dengan operasi atau radioterapi. Angka kesembuhan dapat mencapai 85%
sampai 90% pada pasien dengan massa yang kecil.
13
2. Terapi medikametosa
Diberikan obat-obatan anti-neoplastic.
Diberikan obat-obatan anti-fungal topical.
3. Terapi non-medikamentosa
Nutrisi harus sesuai dengan kebutuhan kalori dan gizi seimbang.
Edukasi untuk mengubah gaya hidup merokok dan mengharuskan penggunaan
alat kontrasepsi pada sang suami.
Menjaga higienitas dari kemaluan.
KOMPLIKASI
PROGNOSIS
Prognosis (gambaran kedepan/harapan) kesembuhan dari ca serviks ditentukan pula oleh
berbagai faktor yakni,
umur penderita
keadaan umum penderita (termasuk status gizinya)
tingkat keganasan/ stadium
cirri histologik sel kankernya
kemampuan ahli dalam menangani
sarana pengobatn yang ada.
Prognosis kanker serviks tergantung dari stadium penyakit. Umumnya, 5-years survival
rate untuk stadium I lebih dari 90%, untuk stadium II 60-80%, stadium III kira - kira
50%, dan untuk stadium IV kurang dari 30%.
14
1. Stadium 0
100 % penderita dalam stadium ini akan sembuh.
2. Stadium 1
Kanker serviks stadium I sering dibagi menjadi 2, IA dan IB. dari semua wanita yang
terdiagnosis pada stadium IA memiliki 5-years survival rate sebesar 95%. Untuk stadium
IB 5-years survival rate sebesar 70 sampai 90%. Ini tidak termasuk wanita dengan kanker
pada limfonodi mereka.
3. Stadium 2
Kanker serviks stadium 2 dibagi menjadi 2, 2A dan 2B. dari semua wanita yang
terdiagnosis pada stadium 2A memiliki 5-years survival rate sebesar 70 - 90%. Untuk
stadium 2B 5-years survival rate sebesar 60 sampai 65%.
4. Stadium 3
Pada stadium ini 5-years survival rate-nya sebesar 30-50%
5. Stadium 4
Pada stadium ini 5-years survival rate-nya sebesar 20-30%
BAB IV
15
TINJAUAN PUSTAKA
Kanker serviks
Definisi
Kanker serviks merupakan pertumbuhan dari suatu kelompok sel yang tidak normal pada
serviks (leher rahim). Perubahan ini biasanya memakan waktu beberapa tahun sebelum
berkembang menjadi kanker. Oleh sebab itu sebenarnya terdapat kesempatan yang cukup
lama untuk mendeteksi apabila terjadi perubahan pada sel serviks melalui skrining (papsmear
atau IVA) dan menanganinya sebelum menjadi kanker serviks.
Gejala
16
Kebanyakan infeksi HPV dan kanker serviks stadium dini berlangsung tanpa menimbulkan
gejala sedikitpun sehingga penderita masih dapat menjalani kegiatan sehari-hari. Namun, jika
dilakukan pemeriksaan deteksi dini dapat ditemukan adanya sel-sel serviks yang tidak normal
yang disebut juga sebagai lesi prakanker.
Bila kanker sudah mengalami progresifitas atau stadium lanjut maka gejala-gejala yang dapat
timbul antara lain:
1. Pendarahan setelah senggama.
2. Pendarahan spontan yang terjadi antara periode menstruasi rutin.
3. Timbulnya keputihan yang bercampur dengan darah dan berbau.
4. Nyeri panggul dan gangguan atau bahkan tidak bisa buang air kecil.
5. Nyeri ketika berhubungan seksual.
Penyebab
Penyebab utamanya adalah virus yang disebut Human Papilloma (HPV) yang dapat
menyebabkan kanker. HPV 16 dan 18 secara bersama mewakili 70% penyebab kanker
serviks. Biasanya sebagian besar infeksi akan sembuh dengan sendirinya namun kadang bisa
menjadi infeksi persisten yang dapat berkembang menjadi kanker serviks.
Faktor resiko
• Menikah / hubungan seksual pada usia muda.
• Sering melahirkan.
• Merokok.
• Berganti-ganti pasangan seksual.
• Infeksi menular seksual.
Mengapa perempuan beresiko?
Setiap perempuan berisiko terkena HPV penyebab kanker serviks dalam masa hidupnya
tanpa memandang usia, latar belakang dan gaya hidup.
Setiap perempuan berisiko karena :
1. Biasanya sebagian besar infeksi akan sembuh dengan sendirinya. Mereka yang mengalami
infeksi persisten jarang menunjukan gejala pada stadium awal, dan biasanya berkembang
menjadi kanker serviks beberapa tahun kemudian.
17
2. Setelah infeksi HPV, tubuh kita tidak dapat selalu membentuk kekebalan, maka kita tidak
terlindungi dari infeksi berikutnya.
Pencegahan
Vaksinasi
Pemberian vaksin (antigen) yang dapat merangsang pembentukan imunitas (antibody) dari
sistem imun didalam tubuh. Vaksinasi merupakan pencegahan Primer.
Untuk pencegahan infeksi oleh HPV onkogenik penyebab kanker, vaksinasi sebaiknya
dilakukan sedini mungkin dan dapat diberikan mulai remaja putri berusia 10 tahun.
Walaupun demikian, hampir semua perempuan dapat memperoleh manfaat karena:
1. Seorang perempuan dapat terkena HPV semasa hidupnya.
2. Infeksi HPV terdahulu tidak memberikan kekebalan terhadap infeksi berikutnya.
3. Data menunjukkan saat seorang perempuan bertambah usia, infeksi HPV menetap dan
berpotensi memicu lesi pra kanker dan dapat menyebabkan kanker.
Rekomendasi pemberian vaksin yaitu perempuan berusia 10 – 55 tahun .Jadwal pemberian
vaksin yaitu bulan 0, 1 atau 2, dan 6.
Deteksi dini
Bagi perempuan yang sudah melakukan hubungan seksual, lakukan deteksi dini secara
rutin.Deteksi dini dapat mendeteksi sel abnormal, lesi pra-kanker dan kanker serviks namun
tidak dapat mencegah terjadinya infeksi HPV.
Kanker serviks yang ditemukan pada stadium dini dan diobati dengan cepat dan tepat dapat
disembuhkan, oleh sebab itu lakukan deteksi dini secara berkala. Resiko berkembangnya
infeksi menjadi kanker serviks adalah 3-10 kali lebih tinggi pada perempuan yang tidak
menjalankan deteksi dini secara teratur.
Pap smear
Pap smear dapat dilakukan pada saat pemeriksaan dalam rutin. Pap smear merupakan metode
skrining yang sudah dikenal luas. Dengan menggunakan spekulum untuk melihat serviks.
Selanjutnya dengan menggunakan alat khusus (sikat yang halus), dilakukan pengambilan sel-
sel di sekitar serviks. Kemudian sel-sel tersebut dipulas pada kaca objek dan dikirimkan ke
laboratorium untuk diperiksa. Pap smear biasanya tidak nyeri, tetapi kurang nyaman bagi
sebagian perempuan.
IVA (Inspeksi Visual dangan Asam Asetat)
18
IVA adalah skrining yang dilakukan dengan memulas serviks menggunakan asam asetat 3-
5% dan kemudian diinspeksi secara kasat mata oleh tenaga medis yang terlatih. Setelah
serviks diulas dengan asam asetat, akan terjadi perubahan warna pada serviks yang dapat
diamati secara langsung dan dapat dibaca sebagai normal atau abnormal.
Kolposkopi
Pemeriksaan kolposkopi merupakan pemeriksaan standar bila ditemukan hasil pap smear
yang abnormal.
Pemeriksaan dengan kolposkop, merupakan pemeriksaan dengan pembesaran untuk melihat
kelainan epitel serviks, pembuluh darah setelah pemberian asam asetat. Pemeriksaan
kolposkopi tidak hanya terbatas pada serviks, tetapi meliputi vulva dan vagina.
Prosedurnya sama dengan pap smear, tenaga medis dapat melihat lebih dekat dengan alat
kolposkop sehingga dapat memberikan saran pengobatan atau terapi atau tindak lanjut apa
yang perlu dilakukan.
Biopsi
Pengambilan contoh jaringan (biopsi) kadang perlu dilakukan untuk diagnosa lebih lanjut,
atau kadang serviks yang abnormal justru diterapi saat biopsi.
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
19
1. Prawirhardjo S. Ilmu Kebidanan. 4th ed. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;
2010.
2. HG SIL examination Available at: http://www.yalemedicalgroup.org/stw/Page.asp?
PageID=STW023197 last accessed on sun, 3rd feb 2013.
3. Van Calsteren K, Vergote I, Amant F. Cervical neoplasia during pregnancy: diagnosis,
management and prognosis. Best Pract Res Clin Obstet Gynaecol. 2005;19(4):611-30.
4. Surgery Treatment on cervical cancer available at :
http://emedicine.medscape.com/article/253513-treatment#aw2aab6b6b2 last accessed on
sun, 3rd feb 2013.
5 FIGO staging on cervical carcinomas available at :
http://screening.iarc.fr/viaviliappendix1.php last accessed on sun, 3rd 2013.
6. Mose J.C., Alamsyah M., Hudono S.T., Handaya, Hadisaputra W. Pemeriksaan
Ginekologik : Ilmu kandungan. Anwar M, Baziad A, Prabowo R.P. (editor). 3 rd ed.
Jakarta : PT.Bna pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2011.p116-36
7. Treatment of yeast infection (vaginal) available at :
http://www.mayoclinic.com/health/yeast-infection/DS01182/DSECTION=treatments-
and-drugs last accessed on sun 3rd feb 2013
8. Kanker serviks available at http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-
ikewahyuni-5196-1-bab1.pdf last accessed on sun 3rd feb 2013.
9. Kanker serviks avaible at :
http://xa.yimg.com/kq/groups/15673815/1576379376/name/Kanker+Serviks.pdf
last accessed on sun 3rd feb 2013
20