23
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyebabkan AIDS. HIV ini merusak sistem kekebalan tubuh manusia karena merusak sel darah putih (sel T/ T Helper/ sel CD4). HIV terdapat dalam cairan tubuh seseorang yang telah terinfeksi seperti di dalam darah, sperma atau cairan vagina. Sedangkan Aids (Acquired Immunodefiency Syndrome) sendiri adalah kumpulan gejala yang disebabkan oleh Virus HIV yang merusak sistem kekebalan tubuh, sehingga tubuh menjadi rawan terhadap serangan penyakit. Orang Dengan HIV/AIDS atau disingkat ODHA adalah istilah yang digunakan bagi penderita penyakit mematikan menular seksual HIV/AIDS. HIV/AIDS disebut penyakit menular seksual disebabkan penularan awal dan yang paling banyak memang diakibatkan dari aktivitas tersebut. Kegiatan prostitusilah yang menumbuh suburkan penyebaran penyakit ini. Sedangkan istilah mematikan, disebabkan oleh virus ini menyerang sistem kekebalan tubuh yang akan membawa kematian pada pasien dan sampai saat ini belum ditemukan obat yang dapat menyembuhkan penyakit ini. Obat yang tersedia saat ini hanyalah untuk memperkuat pertahanan tubuh ODHA, bukan menyembuhkan Odha dari HIV/AIDS. Odha menjadi bagian penting dalam upaya Penanggulangan HIV/AIDS karena mereka adalah orang-orang yang hidupnya tersentuh dan terpengaruh secara langsung oleh virus ini.

Makalah ODHA (Autosaved)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah ODHA (Autosaved)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyebabkan AIDS. HIV

ini merusak sistem kekebalan tubuh manusia karena merusak sel darah putih (sel T/ T

Helper/ sel CD4). HIV terdapat dalam cairan tubuh seseorang yang telah terinfeksi

seperti di dalam darah, sperma atau cairan vagina. Sedangkan Aids (Acquired

Immunodefiency Syndrome) sendiri adalah kumpulan gejala yang disebabkan oleh Virus

HIV yang merusak sistem kekebalan tubuh, sehingga tubuh menjadi rawan terhadap

serangan penyakit.

Orang Dengan HIV/AIDS atau disingkat ODHA adalah istilah yang digunakan bagi

penderita penyakit mematikan menular seksual HIV/AIDS. HIV/AIDS disebut penyakit

menular seksual disebabkan penularan awal dan yang paling banyak memang

diakibatkan dari aktivitas tersebut. Kegiatan prostitusilah yang menumbuh suburkan

penyebaran penyakit ini. Sedangkan istilah mematikan, disebabkan oleh virus ini

menyerang sistem kekebalan tubuh yang akan membawa kematian pada pasien dan

sampai saat ini belum ditemukan obat yang dapat menyembuhkan penyakit ini. Obat

yang tersedia saat ini hanyalah untuk memperkuat pertahanan tubuh ODHA, bukan

menyembuhkan Odha dari HIV/AIDS.

Odha menjadi bagian penting dalam upaya Penanggulangan HIV/AIDS karena

mereka adalah orang-orang yang hidupnya tersentuh dan terpengaruh secara langsung

oleh virus ini. Mereka adalah sumber pengertian yang paling tepat dan paling dalam

mengenai HIV/AIDS. Pengertian ini penting dimiliki oleh setiap orang, terutama oleh

mereka yang pekerjaannya berhubungan dengan HIV/AIDS. Bagaimana bisa

merencanakan sesuatu mengenai HIV/AIDS tanpa lebih dulu mengerti dampak virus itu

pada manusia ?

Banyak yang tidak tepat dalam cara orang melihat peranan Odha. Odha diajak

berpartisipasi, tetapi tetap bukan sebagai bagian masyarakat. Odha cenderung dijadikan

obyek untuk memuaskan rasa ingin tahu. Odha dijadikan contoh-dalam konotasi negatif.

Odha dijadikan token (tanda partisipasi saja). Dengan merangkul Odha atau

mendatangkan Odha ke sebuah pertemuan, orang bisa kelihatan politically correct. Odha

dijadikan pemancing rasa iba. Yang menyedihkan juga, Odha dijadikan sebuah komoditi.

Page 2: Makalah ODHA (Autosaved)

Terus terang saja, Odha memang menarik. Odha direndahkan tapi diminati karena ada

gunanya. Orang mencibir padanya, tetapi tetap berusaha mengintip.

Infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) maupun status AIDS (Aquirred

Immunodeficiency Syndrome) dapat menimbulkan dampak yang kompleks terhadap

aspek bio-psikososial seorang Odha (Orang yang hidup Dengan HIV/AIDS). Tidak

hanya akan mengalami gejala-gejala klinis berupa penyakit semata, tetapi juga berbagai

permasalahan psikis dan sosial.

Odha memiliki kehidupannya sendiri yang tentu saja tidak dapat dihentikan hanya

dengan alasan penyakit mematikan yang dideritanya. Apapun yang terjadi, ODHA tentu

tetap butuh berinteraksi sosial guna mematangkan kisi-kisi sosial kepribadiannya dalam

bermasyarakat. Akan tetapi interaksi Odha dengan yang lain tetap memerlukan ilmu baik

dari sisi medis maupun psikospirit agar interaksi yang berjalan tidak menjadi interaksi

yang negatif terutama bagi Odha sendiri.

Odha agar dapat berinterksi kembali di tengah-tengah kehidupan, kesehatannya

harus tetap dijaga, dan ini membutuhkan perhatian bagi orang-orang yang ada

disekitarnya. Adanya perhatian yang seksama dari orang-orang terdekat, sekitarnya,

sekaligus tenaga medis akan membantu munculnya motivasi dari Odha sendiri untuk

sembuh. Bagaimanapun juga mengetahui diri terinfeksi HIV/AIDS bukan hal yang

mudah. Kecemasan tentu membayangi. Akan tetapi dengan adanya orang-orang di

sekitarnya yang memahami penyakit sekaligus penanganannya menjadi tanda bagi Odha

bahwa masih banyak yang peduli.

Faktanya, stigma terhadap Odha telah menjadi sumber ketakutan bagi sebagian

masyarakat. Acapkali muncul berbagai perdebatan yang mempertentangkan antara

kepentingan masyarakat umum dengan Odha. Akibatnya, hak-hak Odha dalam

kehidupan sehari-hari sering terabaikan. Alasan yang sering digunakan adalah demi

menyelamatkan masyarakat, tetapi apabila dikaji kembali ternyata hanya karena

pemahaman yang salah dari mitos-mitos negatif tentang Odha. Seperti mitos bahwa

AIDS merupakan suatu penyakit yang sangat mematikan, berbahaya, belum dapat

disembuhkan, tidak ada obatnya, mudah menular dan tidak dapat dicegah. Dengan

adanya hal-hal di atas ini penulis mencoba meneliti bagaiman hubungan antara tingkat

pengetahuan dengan sikap masyarakat terhadap Orang Dengan HIV/ AIDS (ODHA).

Page 3: Makalah ODHA (Autosaved)

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaiman Perlindungan Hak Asasi Manusia Terhadap Orang Dengan HIV/AIDS

(ODHA)

2. Bagaimana tanggapan dan sikap masyarakat terhadap Orang Dengan HIV /AIDS

(ODHA)?

3. Bagaimana kehidupan ODHA dalam masyarakat ?

4. Bagaimana peranan masyarakat dalam kehidupan Orang dengan HIV/AIDS (ODHA)?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui bagaimana Perlindungan Hak Asasi Manusia Terhadap Orang

Dengan HIV/AIDS (ODHA)

2. Untuk mengetahui bagaimana tanggapan dan sikap masyarakat terhadap Orang

Dengan HIV /AIDS (ODHA)

3. Untuk mengetahui bagaimana kehidupan ODHA dalam masyarakat

4. Untuk mengetahui bagaimana peranan masyarakat dalam kehidupan Orang dengan

HIV/AIDS (ODHA)

Page 4: Makalah ODHA (Autosaved)

BAB II

PEMBAHASAN

A. PERLINDUNGAN HAK ASASI ORANG DENGAN HIV/AIDS

Pemajuan dan perlindungan hak asasi manusia (Ham) merupakan unsure yang

paling penting di dalam mengatasi HIV / AIDS. Kita semua mengetahui perkembangan

HIV/ AIDS yang begitu cepat telah memperburuk keadaan yang pada gilirannya

membuka jalan bagi berbagai bentuk pelanggaran Ham yang menimpa orang dengan

HIV/AIDS (ODHA) .

Menurut Miriam Maluwa, ada paling sedikit tiga jalan yang saling bertautan

dimana pemajuan dan perlindungan Ham mempunyai hubungan penting dengan HIV/

AIDS. Titik-titik taut itu adalah dampak, respon dan sifat mudah kena serangan

(vulnerability) ( Mariam Maluwa, HIV/AIDS and Human Rights: The Role of National

Human Rights Institutions in the Asia Pacific, Melbourne, Australia 2001).

Pertama, dampak (impact). Hal ini berhubungan dengan stigma yang dikenakan

pada HIV/AIDS dan diskriminasi. Sudah banyak dilaporkan para ODHA mengalami

diskriminasi hanya karena mereka diduga atau diketahui terkena HIV/AIDS. Para ODHA

itu diingkari haknya untuk memperoleh pekerjaan, pendidikan, pelayanan kesehatan,

serta hak mereka untuk menikah dan membentuk keluarga. Bahkan ODHA dibunuh

karena serum-positive status.

Pelanggaran Ham ODHA itu dengan sendirinya menambah dampak negatif wabah

tersebut. Warga masyarakat tidak hanya cemas mereka akan

terinfeksi mereka juga cemas akan kehilangan hak asasinya karena statusnya

sebagai pengidap HIV.

Kedua, Mudah kena serang (vulnerability). Dalam konteks ini penting untuk

dikemukakan disini, bahwa pemajuan dan perlindungan Ham adalah suatu jalan untuk

menjawab kondisi-kondisi ekonomi, sosial dan budaya yang membuat manusia mudah

diserang infeksi HIV. Sebagaimana kita ketahui bersama kelompok perempuan, anak-

anak, kelompok guy, pekerja sek, pengguna obat, pengungsi dan migrant, narapidana

lebih mudah terkena HIV. Hal itu disebabkan mereka tidak dapat mengaktualisasikan

hak-hak sipil, politik, ekonomi, sosial dan budaya mereka. Misalnya, dalam kasus

dimana kaum perempuan dipaksa untuk melakukan hubungan sex yang tidak mereka

Page 5: Makalah ODHA (Autosaved)

inginkan, atau orang-orang yang diprosekusi karena orientasi seksual mereka, atau

dimana anak-anak tidak dapat mewujudkan haknya untuk memperoleh pendidikan dan

informasi. Kasus-kasus seperti itu menghalangi program pencegahan dan perawatan

HIV.

Ketiga, Tanggapan (Response). Itu berarti pemajuan dan perlindungan Ham

menciptakan lingkungan yang mendukung bagi kebijakan nasional dalam menjawab

HIV/ AIDS. Kebebasan berbicara, berekspresi, berorganisasi dan hak atas informasi dan

edukasi merupakan faktor yang esensial bagi efektifitas program pencegahan dan

perawatan HIV/ AIDS.

Uraian di atas menunjukkan dengan sangat jelas saling ketertautan antara pemajuan

dan perlindungan Ham dengan efektifitas pencegahan dan perawatan ODHA. Oleh

karena itu program perlindungan Ham ODHA sudah seyogyanya menjadi prioritas

kegiatan advokasi organisasi Ham baik pada for a nasional dan internasional. Sumber

hukum yang mendasari perlinduungan Ham ODHA dapat dirujuk pada berbagai

Kovenan Internasional Ham, seperti, Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan

Politik, Kovenan Internasional Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya, Kovenan

Internasional Penghapusan Segala Bentuk Diskrikminasi terhadap Perempuan, Kovenan

Internasional Menentang Penyiksaan, Kovenan Internasional Hak-Hak Anak, Kovenan

Internasional Menentang Diskriminasi Rasial, serta hukum nasional Indonesia seperti,

UUD l945, UU Ham, UU Pengadilan Ham, dan berbagai UU sektoral yang menyentuh

hak-hak masyarakat.

Oleh karena diskriminasi terhadap ODHA menjadi sumber dari segala bentuk

kesewenangan dan kekerasan yang di alami ODHA, saya perlu mengutip disini

pengertian diskriminasi yang dianut oleh UU HAM sebagai berikut :

“Diskriminasi adalah setiap pembatasan, pelecehan, atau pengucilan yang langsung

ataupun tak langsung didasarkan pada pembedaan manusia atas dasar agama, suku, ras,

etnik, kelompok, golongan, status sosial, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa,

keyakinan politik, yang berakibat pengurangan, penyimpangan atau penghapusan

pengakuan, pelaksanaan atau penggunaan hak asasi manusia dan kebebasan dasar dalam

kehidupan baik individual maupun kolektif dalam bidang politik, ekonomi, hukum,

sosial, budaya, dan aspek kehidupan lainnya.”

Konsepsi diskriminasi tersebut di atas jauh lebih luas dari konsepsi diskriminasi

yang dianut oleh Kovenan Interrnasional tentang Hak Sipil dan Politik, Kovenan

Internasional Menentang Diskriminasi Rasial, dan Kovenan Internasional Penghapusan

Page 6: Makalah ODHA (Autosaved)

Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan. Diskriminasi terhadap ODHA

merupakan diskriminasi terhadap kelompok yang tidak dibenarkan oleh UU Ham.

Berkenaan dengan pemajuan dan perlindungan Ham, termasuk tentunya ODHA kita

perlu mengenali asas-asas dasar UU Ham sebagai berikut :

Pertama, Negara Republik Indonesia mengakui dan menjunjung tinggi hak asasi

manusia dankebebasan dasar manusia sebagai hak yang secara kodrati melekat pada dan

tidak terpisahkan dari manusia, yang harus dilindungi, dihormati, dan ditegakkan demi

peningkatan martabat kemanusiaan, kesejahteraan, kebahagiaan, dan kecerdasan serta

keadilan. (pasal 2)

Kedua, Setiap orang dilahirkan bebas dengan harkat dan martabat manusia yang

sama dan sederajat serta dikaruniai akal dan hati nurani untuk hidup bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara dalam semangat persaudaraan.Setiap orang berhak atas

pengakuan, jaminan, perlindungan dan perlakuan hukum yang adil serta mendapat

kepastian hukum dan perlakuan yang sama di depan hukum. Setiap orang berhak atas

perlindungan hak asasi manusia dan kebebasan dasar manusia, tanpa diskriminasi.

(Pasal 3)

Ketiga, Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kebebasan pribadi, pikiran

dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai

pribadi dan persamaan didepan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum

yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan

apapun dan oleh siapapun (Non-derogable rights). (Pasal 4).

Keempat, Setiap orang diakui sebagai manusia pribadi yang berhak menuntut dan

memperoleh perlakuan serta perlindungan yang sama sesuai dengan martabat

kemanusiaannya di depan hukum. Setiap orang berhak mendapat bantuan dan

perlindungan yang adil dari pengadilan yang obyektif dan tidak berpihak.Setiap orang

yang termasuk kelompok masyarakat yang rentan berhak memperoleh perlakuan dan

perlindungan lebih berkenaan dengan kekhususaannya. (pasal 5).

Kelima, Dalam rangka penegakan hak asasi manusia, perbedaan dan kebutuhan

dalam masyarakat hukum adat harus diperhatikan dan dilindungi oleh hukum,

masyarakat dan pemerintah. Identitas budaya masyarakat hukum adat, termasuk hak atas

tanah ulayat dilindungi, selaras dengan perkembangan zaman. (Pasal 6).

Keenam, Setiap orang berhak untuk menggunakan semua upaya hukum nasional

dan forum internasional atas semua pelanggaran hak asasi manusia yang dijamin oleh

hukum Indonesia dan hukum internasional mengenai hak asasi manusia yang telah

Page 7: Makalah ODHA (Autosaved)

diterima negara Republik Indonesia. Ketentuan hukum internasional yang telah diterima

negara Republik Indonesia yang menyangkut hak asasi manusia menjadi hukum

nasional. (Pasal 7).

Ketujuh, Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia

terutama menjadi tanggungjawab Pemerintah. (Pasal 8).

Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (KOMNAS HAM) dari berbagai negara

didesak untuk mengambil peran aktif dalam menangani kasus-kasus pelangaran ham

ODHA. Dalam pertemuan internasional Komnas-Komnas HAM dari berbagai negara di

Jenewa tahun 2001, Direktur Eksekutif UNAID mengidentifikasi lima wilayah praktis di

mana Komnas-Komnas HAM dapat memperkuat kerja mereka berkenaan dengan

HIV/AIDS, sebagai berikut:

1. Melakukan penyelidikan atas kasus-kasus pelanggaran Ham yang terjadi dalam

konteks HIV/AIDS;

2. Melakukan penyelidikan umum yang dipusatkan pada pelanggaran Ham yang

berkaitan dengan HIV/AIDS;

3. Menerima dan di mana memadai menanggapi pengaduan pelanggaran Ham yang

berkaitan dengan HIV/AIDS;

4. Menyediakan nasihat dan bantuan kepada pemerintah berkenaan dengan masalah

Ham dan HIV/AIDS;

5. Melakukan pendidikan Ham dalam konteks HIV/AIDS.

KOMNAS-HAM Indonesia berdasarkan UU No. 39 Tahun l999 tentang HAM,

mempunyai kompetensi untuk menjalankan fungsi-fungsi pemantauan, mediasi,

penyuluhan dan pengkajian di bidang Ham. Lima wilayah yang didentifikasi tersebut

tentu dapat dilakukan oleh Komnas-Ham Indonesia, dalam hal ini Sub-Komisi

Perlindungan Kelompok Masyarakat khusus, termasuk namun tidak terbatas masyarakat

ODHA.

B. ORANG DENGAN HIV/AIDS (ODHA) DI MASYARAKAT

Orang Dengan HIV/AIDS atau disingkat ODHA adalah istilah yang digunakan bagi

penderita penyakit mematikan menular seksual HIV/AIDS. HIV/AIDS disebut penyakit

menular seksual disebabkan penularan awal dan yang paling banyak memang

diakibatkan dari aktivitas tersebut. Kegiatan prostitusilah yang menumbuh suburkan

Page 8: Makalah ODHA (Autosaved)

penyebaran penyakit ini. Sedangkan istilah mematikan, disebabkan oleh virus ini

menyerang sistem kekebalan tubuh yang akan membawa kematian pada pasien dan

sampai saat ini belum ditemukan obat yang dapat menyembuhkan penyakit ini. Obat

yang tersedia saat ini hanyalah untuk memperkuat pertahanan tubuh ODHA, bukan

menyembuhkan Odha dari HIV/AIDS.

Odha menjadi bagian penting dalam upaya Penanggulangan HIV/AIDS karena

mereka adalah orang-orang yang hidupnya tersentuh dan terpengaruh secara langsung

oleh virus ini. Mereka adalah sumber pengertian yang paling tepat dan paling dalam

mengenai HIV/AIDS. Pengertian ini penting dimiliki oleh setiap orang, terutama oleh

mereka yang pekerjaannya berhubungan dengan HIV/AIDS. Bagaimana bisa

merencanakan sesuatu mengenai HIV/AIDS tanpa lebih dulu mengerti dampak virus itu

pada manusia ?

Banyak yang tidak tepat dalam cara orang melihat peranan Odha. Odha diajak

berpartisipasi, tetapi tetap bukan sebagai bagian masyarakat. Odha cenderung dijadikan

obyek untuk memuaskan rasa ingin tahu. Odha dijadikan contoh-dalam konotasi negatif.

Odha dijadikan token (tanda partisipasi saja). Dengan merangkul Odha atau

mendatangkan Odha ke sebuah pertemuan, orang bisa kelihatan politically correct. Odha

dijadikan pemancing rasa iba. Yang menyedihkan juga, Odha dijadikan sebuah komoditi.

Terus terang saja, Odha memang menarik. Odha direndahkan tapi diminati karena ada

gunanya. Orang mencibir padanya, tetapi tetap berusaha mengintip.

Infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) maupun status AIDS (Aquirred

Immunodeficiency Syndrome) dapat menimbulkan dampak yang kompleks terhadap

aspek bio-psikososial seorang Odha (Orang yang hidup Dengan HIV/AIDS). Tidak

hanya akan mengalami gejala-gejala klinis berupa penyakit semata, tetapi juga berbagai

permasalahan psikis dan sosial.

Odha memiliki kehidupannya sendiri yang tentu saja tidak dapat dihentikan hanya

dengan alasan penyakit mematikan yang dideritanya. Apapun yang terjadi, ODHA tentu

tetap butuh berinteraksi sosial guna mematangkan kisi-kisi sosial kepribadiannya dalam

bermasyarakat. Akan tetapi interaksi Odha dengan yang lain tetap memerlukan ilmu baik

dari sisi medis maupun psikospirit agar interaksi yang berjalan tidak menjadi interaksi

yang negatif terutama bagi Odha sendiri.

Odha agar dapat berinterksi kembali di tengah-tengah kehidupan, kesehatannya

harus tetap dijaga, dan ini membutuhkan perhatian bagi orang-orang yang ada

disekitarnya. Adanya perhatian yang seksama dari orang-orang terdekat, sekitarnya,

Page 9: Makalah ODHA (Autosaved)

sekaligus tenaga medis akan membantu munculnya motivasi dari Odha sendiri untuk

sembuh. Bagaimanapun juga mengetahui diri terinfeksi HIV/AIDS bukan hal yang

mudah. Kecemasan tentu membayangi. Akan tetapi dengan adanya orang-orang di

sekitarnya yang memahami penyakit sekaligus penanganannya menjadi tanda bagi Odha

bahwa masih banyak yang peduli.

Faktanya, stigma terhadap Odha telah menjadi sumber ketakutan bagi sebagian

masyarakat. Acapkali muncul berbagai perdebatan yang mempertentangkan antara

kepentingan masyarakat umum dengan Odha. Akibatnya, hak-hak Odha dalam

kehidupan sehari-hari sering terabaikan. Alasan yang sering digunakan adalah demi

menyelamatkan masyarakat, tetapi apabila dikaji kembali ternyata hanya karena

pemahaman yang salah dari mitos-mitos negatif tentang Odha. Seperti mitos bahwa

AIDS merupakan suatu penyakit yang sangat mematikan, berbahaya, belum dapat

disembuhkan, tidak ada obatnya, mudah menular dan tidak dapat dicegah. Dengan

adanya hal-hal di atas ini penulis mencoba meneliti bagaiman hubungan antara tingkat

pengetahuan dengan sikap masyarakat terhadap Orang Dengan HIV/ AIDS (ODHA).

C. PEMBERDAYAAN ORANG DENGAN HIV/AIDS (ODHA)

Terkait dengan upaya pemberdayaan Odha, secara umum kegiatan yang dilakukan

oleh LSM antara lain ;

1. KIE/Kampanye ( poster, stiker, talkshow, media massa, dsb ),

2. Konseling,

3. Advokasi,

4. Pelatihan,

5. Diskusi rutin,

6. Klinik,

7. Penelitian,

8. Sanggar kerja, dsb.

Oleh LSM, kegiatan tersebut diatas dimaksudkan untuk membela orang atau golongan

yang powerless—orang/golongan yang tidak berdaya. Namun jika kita mau introspeksi

diri ( lembaga ) : Apakah dalam proses upaya pemberdayaan, kita sebenarnya sekaligus

juga turut melakukan “hegemoni” terhadap kelompok dampingan ?

Pada dasarnya seluruh upaya dukungan LSM dan pemerhati AIDS lain tertuju pada

pemulihan persepsi keliru masyarakat terhadap Odha yang bermuara pada diterimanya

mereka hidup secara wajar. Menerima Odha adalah menerima diri sendiri dengan segenap

Page 10: Makalah ODHA (Autosaved)

persoalan struktural. Prinsip perjuangan tersebut terkadang terasa hilang akibat

obyektivikasi-komodivikasi yang berlebihan terhadap epidemi dan sosok Odha, baik yang

dilakukan oleh sebagian kalangan aktivis LSM maupun terutama sekali adalah pelaku

media.

LSM sebagai institusi yang melakukan advokasi untuk kelompok dampingannya,

sudah semestinya bertindak apabila media sebagai penyebar informasi dapat menghambat

proses pemberdayaan. Namun sangat jarang LSM menampilkan sosok Odha sebagai

tokoh pemerhati masalah sosial. Odha hanya boleh tampil sebagai sosok yang rapuh

dengan segudang persoalan medis dan sosial. Kalau tidak dikutuk, ya dikasihani. Kalau

tidak sakit, ya disakiti. Biasanya oleh orang LSM Peduli AIDS Odha bukannya dijadikan

partner tapi lebih disikapi sebagai binaan. Jangan heran jika kemudian muncul istilah

‘manager’ Odha. LSM yang satu dengan yang lain cenderung bersaing memberdayakan

Odha. Kepedulian orang LSM terkadang identik dengan cat altruisme. Sementara media

salah menggambarkan sosok Odha. Odha dianggap makhluk yang pesimis terhadap

kehidupan, sehingga tercipta persepsi publik bahwa menemani hidup Odha adalah

pekerjaan sia-sia.

Fakta obyektif publik yang belum bersedia menerima sepenuh hati keberadaan Odha

dalam kehidupan mereka telah melemahkan posisi tawar Odha terhadap Institusi

pelayanan sosial yang dikelola negara. Masih banyak rumah sakit yang menolak pasien

HIV positif. Tes HIV dilakukan secara paksa tanpa konseling dan informed consent.

Pasien HIV diping-pong oleh dokter dan spesialis, serta perawat memberi informasi

keliru sehingga Odha didiskriminasi keluarganya.

Selain dirumah sakit, kenyataan serupa juga ditemui di institusi pelayanan medis lain.

Rasanya sehebat dan seenak apapun kehidupan Odha didalam lingkungan yang dibangun

secara mekanistik oleh LSM, akan tetap “lebih nyaman” bagi mereka, jika hidup

dilingkungan masyarakat yang sebenarnya. Hanya disanalah mereka akan menerima

ketulusan dalam arti yang sesungguhnya. Menurut hemat penulis, sudah seharusnya setiap

Odha dengan hati terbuka bangkit berbicara kepada dunia karena kesediaan menerima

sosok Odha sebagai manusia biasa, menjadi isu kampanye paling mutakhir guna

mengakhiri perilaku diskriminatif publik. Penolakan masyarakat terhadap Odha

sesungguhnya bukan sikap permanen yang muncul dari lubuk hati mereka, tetapi output

dari rekayasa sosial media atau kultur tertentu yang bertumbuh secara reaktif.

Pemecahan persoalan krusial penyebaran HIV, tidak bisa dilakukan dengan

menempatkan

Page 11: Makalah ODHA (Autosaved)

eksternal Odha sebagai penyelamat dan Odha sebagai korban semata. Sejak 1986 (di

Indonesia) Odha ditempatkan sebagai “korban” yang didislokasi secara aktif dan

diobyekkan sebagai bahan berita oleh media atau studi kasus penelitian LSM. Karena

tiadanya kesempatan yang aman untuk tampil ke publik, Odha berada dalam kurungan

aktor sosial yang sama-sama bermotif “kapitalis. Dalam struktur kuasa sosial yang tidak

imbang itu, ketika Odha hanya diberi kesempatan tampil secara simbolis, segala upaya

penanggulangan masalah HIV sebetulnya berhenti sebagai aksi kosmetik semata, untuk

menjaring simpati politik dan dana internasional.

Karena ditempatkan sebagai korban dan pusat masalah, Odha secara psikologis

merasa tidak nyaman. Ditengah suasana itu, merekapun tidak diberi kesempatan bersuara

untuk turut menjadi bagian dari solusi. Program dukungan semestinya adalah melibatkan

Odha, memberi kesempatan mereka menyelesaikan sendiri persoalan privatnya,

mengajukan tuntutannya, dan memberi akses suara yang lebih memadai.

Suara mereka selama ini jarang muncul di media terutama suara yang bersumber dari

persoalan faktual empiris, bukan realitas psikologis yang sudah dikonstruksi sedemikian

rupa oleh media, sehingga membuat mereka terpasung.

Penyikapan terhadap Odha sebagai cermin kesediaan hidup bersama dimulai sejak

proses pendampingan di rumah sakit, bantuan pengobatan secara massal, dll. Model

penyikapan yang identik dengan program LSM itu, harus mewujudkan sikap murni

masyarakat tanpa berdasarkan dorongan eksternal apapun. Dalam proses upaya

pemberdayaan, ternyata ada sejumlah tantangan yang dapat menghambat upaya tersebut,

antara lain :

TANTANGAN INTERNAL

Tantangan internal yang dimaksud dapat dilihat melalui proses hegemoni dalam suatu

institusi, baik formal maupun informal. Hegemoni itu bisa saja dilakukan oleh Odha

sendiri terhadap anggota kelompok persahabatannya, sebagaimana yang terjadi

dikebanyakan kelompok dukungan yang tidak jelas dinamika kegiatannya, dalam artian

dinamika kegiatannya tidak diatur dalam AD/ART, sehingga hak dan kewajiban

pengurus, anggota dan relawannya menjadi kacau serta banyak melahirkan berbagai

ketegangan serta konflik kepentingan.

Dalam lingkup ini, proses hegemoni merupakan upaya menciptakan kepatuhan

dengan cara pihak yang dikuasai harus mempunyai dan menginternalisasikan nilai-nilai

dan norma yang

Page 12: Makalah ODHA (Autosaved)

menguasai, serta juga harus memberi persetujuan terhadap subordinasinya. Kelompok

dampingan yang dalam struktur sosialnya sebagai powerless, bisa saja memperoleh

supremasi melalui dominasi atau paksaan serta kepemimpinan intelektual dan moral,

yang menurut Gramsci disebut hegemoni. Ada tiga ciri hegemoni yang dilakukan oleh

‘oknum’ LSM (baik Odha maupun non Odha) dalam proses upaya pemberdayaan;

1. Devaluation : penurunan derajat/martabat/ gradasi seseorang. Sebagai contoh, IDU‘s

yang oleh masyarakat sering dianggap sampah masyarakat (junkies).

2. Marginalisasi : proses peminggiran. Pada kasus IDUs yang oleh masyarakat dianggap

sampah, sebenarnya dia juga dipinggirkan akibat stigma yang diterimanya, sehingga

dia akan terus menyandang gelar IDUs dan sulit untuk berinteraksi dengan aktivis

LSM tertentu.

3. Silencing : pembungkaman. Orang yang seharusnya bersuara menjadi tidak bersuara

alias dibungkam. Contoh kasus: Odha, dalam struktur sosial masuk ke dalam

kelompok powerless, harus diberdayakan. Namun pada kasus tertentu yang

sebenarnya dia mampu bersuara, tetapi dia tidak boleh bersuara alias dibungkam.

4. Hegemoni dapat terjadi tanpa disadari oleh yang melakukan dan yang diperlakukan.

Dalam proses hegemoni, akhirnya mampu menggiring kebenaran orang yang

melakukan hegemoni menjadi sebuah pembenaran (common sense).

Sehingga tidak bisa dipungkiri dalam upaya pemberdayaan yang dilakukan LSM,

masih perlu dilihat kembali apakah upaya yang dilakukan selama ini termasuk melakukan

hegemoni terhadap kelompok dampingannya ataukah tidak?

Page 13: Makalah ODHA (Autosaved)

BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN

Ada beberapa beberapa factor penyebab ODHA terinfeksi yaitu melalui melalui

anus, teransfusi darah, penggunaan bersama jarum terkontaminasi melalui injeksi

obatdan dalam masa perawatan kesehatan, dan antara ibu dan bayinya selama masa

hamil, kelahiran dan masa menyusui. Perilaku ODHA awalnya terjadi kecendrungan

untuk menutup diri dari lingkungan baik keluarga, teman dan masyarakat. Para ODHA

sering diasingkan, mendapatkan pandangan sinis dan menghindar jika bertemu bahkan

dengan pihak keluarga. Respon ODHA terhadap reasi sosial dari masyarakat adalah

ODHA merasa tertekan, rendah diri dan menyendiri, namun pada akhirnya ODha dapat

kembali ketengah masyarakat. Strategi yang digunakan ODHA dalam menghadapi

masyarakat dengan mensosialisasikan HIV/AIDS mengenai cara penularanya dan

bahayanya, hal ini dilakukan agar ODHA dapat diterima lingkungan.

B. SARAN

Pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat, dan pihak-pihak terkait harus lebih

berusaha lagi dalam mensosialisasikan segala sesuatu yang berkaitan dengan HIV/AIDS.

Agar dapat meminimalkan pendiskriminasian ODHA dalam masyarakat. Tetapi tujuan

tersebut tidak akan terwujud jika tidak dibarengi dengan peran serta pihak ODHA

sendiri.

Page 14: Makalah ODHA (Autosaved)

DAFTAR PUSTAKA

Oktaviarni, Vivi . Perilaku Sosial Odha (Orang Dengan Hiv/Aids) (Studi Di Saburai Support

Group Lampung)

Faraj . 2005. Pemberdayaan Odha Tanpa Memperdayakan. Majalah Sahabat Senandika,

Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Edisi 35 Oktober 2005 hal 3;

Bandung

Nusantara, Abdul Hakim G. 2005. Perlindungan Hak Asasi Orang Dengan Hiv/Aids ;

Jakarta

Widiyanto ,Wahyu . 2009. Strategi Koping Penderita Hiv/Aids . Fakultas Psikologi

Universitas Muhammadiyah Surakarta; Surakarta

Mahardini , Fina .2009. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Perawat Dengan Perilaku

Pencegahan Penularan Dari Klien Hiv/Aids Di Ruang Melati 1 Rsud Dr Moewardi

Surakarta . Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta ; Surakarta

Masudin. Arie Sudjito. Mubasysyir Hasanbasri. 2008. Kemitraan LSM LAHA dan

Pemerintah Kota Kendari dalam Upaya Penanggulangan HIV/AIDS; Kendari Propinsi

Sulawesi Tenggara

Purwaningtias, Andris. Yanri Wijayanti Subronto. Mubasysyir Hasanbasri. 2007.

PELAYANAN HIV/AIDS DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA. Universitas Gajah

Mada ; Jakarta

Page 15: Makalah ODHA (Autosaved)

Makalah

ORANG DENGAN HIV/ AIDS (ODHA) DI MASYARAKAT

Oleh :

ANDI MURNI AP

K11108302

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2010