18
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Balakang Kata adalah unsur bahasa terkecil yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai makna. Ada banyak ragam pembentukan kata dalam Bahasa Indonesia. Sebagian besar kata dibentuk dengan cara menggabungkan beberapa komponen yang berbeda. Untuk memahami cara pembentukan kata-kata tersebut, kita sebaiknya mengetahui lebih dahulu beberapa konsep dasar dan istilah dari pembentukan kata. Pemakaian kata secara tepat dalam kalimat merupakan ciri khas bahasa Indonesia ragam ilmiah. Kata-kata yang digunakan adalah kata yang bermakna tunggal dan denotatif. Kata yang bermakna tunggal digunakan untuk menghindari timbulnya berbagai penafsiran terhadap gagasan yang dikemukakan dalam kalimat. Yang dimaksud dengan kata denotatif adalah kata-kata yang mengandung makna sebenarnya tanpa dikaitkan dengan nilai rasa. Untuk memperoleh ketepatan penggunaan kata dalam kalimat, penulis harus paham betul akan makna ataupun konsep yang terwakili dalam kata-kata yang dipilihnya. Dalam memilih kata yang tepat untuk dalam kata itu. Di samping itu, pengetahuan tentang ciri-ciri kata benda, kata kerja, dan kata sifat harus pula kita miliki. 2.1 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, masalah yang mungkin akan muncul antara lain: 1

Makalah MKU

Embed Size (px)

DESCRIPTION

MKU

Citation preview

Page 1: Makalah MKU

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Balakang

Kata adalah unsur bahasa terkecil yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai makna.

Ada banyak ragam pembentukan kata dalam Bahasa Indonesia. Sebagian besar kata

dibentuk dengan cara menggabungkan beberapa komponen yang berbeda. Untuk

memahami cara pembentukan kata-kata tersebut, kita sebaiknya mengetahui lebih dahulu

beberapa konsep dasar dan istilah dari pembentukan kata.

Pemakaian kata secara tepat dalam kalimat merupakan ciri khas bahasa Indonesia

ragam ilmiah. Kata-kata yang digunakan adalah kata yang bermakna tunggal dan

denotatif. Kata yang bermakna tunggal digunakan untuk menghindari timbulnya berbagai

penafsiran terhadap gagasan yang dikemukakan dalam kalimat. Yang dimaksud dengan

kata denotatif adalah kata-kata yang mengandung makna sebenarnya tanpa dikaitkan

dengan nilai rasa.

Untuk memperoleh ketepatan penggunaan kata dalam kalimat, penulis harus paham

betul akan makna ataupun konsep yang terwakili dalam kata-kata yang dipilihnya. Dalam

memilih kata yang tepat untuk dalam kata itu. Di samping itu, pengetahuan tentang ciri-

ciri kata benda, kata kerja, dan kata sifat harus pula kita miliki.

2.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, masalah yang mungkin akan muncul

antara lain:

1. Bagaimanakah proses pembentukan dari sebuah kata?

2. Hal-hal apa sajakah yang perlu diperhatikan dalam pembentukan kata?

3. Masalah apa sajakah yang timbul dari pembentukan kata?

3.1 Tujuan Penulisan

Tujuan yang dicapai dalam pembuatan makalah pembentukan kata ini adalah:

1. Mahasiswa diharapkan mampu mengerti dan memahami tentang pembentukan kata.

2. Mahasiswa diharapkan mampu menganalisis proses pembentukan kata.

3. Mahasiswa diharapkan mampu memecahkan persoalan atau masalah-masalah yang

muncul dari pembentukan kata.

1

Page 2: Makalah MKU

BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Pembentukan Kata

Untuk dapat digunakan di dalam kalimat atau pertuturan tertentu, maka setiap bentuk

dasar, terutama dalam bahasa fleksi dan aglutunasi, harus dibentuk lebih dahulu menjadi

sebuah kata gramatikal, baik melalui proses afiksasi, proses reduplikasi, maupun proses

komposisi. Pembentukan kata ini mempunyai dua sifat, yaitu pertama membentuk kata-

kata yang bersifat inflektif, dan kedua yang bersifat derivatif.

1.1.1 Inflektif

Alat yang digunakan untuk penyesuaian bentuk itu biasanya berupa afiks, yang

mungkin berupa prefiks, infiks, dan sufiks; atau juga berupa modifikasi internal, yakni

perubahan yang terjadi di dalam bentuk dasar itu.

Perubahan atau penyesuaian bentuk pada verba disebut konjugasi, dan perubahan atau

penyesuaian pada nomina dan adjektif disebut deklinasi. Konjugasi pada verba biasanya

berkenaan dengan kala (tense), aspek, modus, diathesis, persona, jumlah, dan jenis.

Sedangkan deklinasi biasanyaberkenaan dengan jumlah, jenis, dan kasus.

Hanya bentuknya saja yang berbeda, yang disesuaikan dengan kategori gramatikalnya.

Bentuk-bentuk tersebut dalam morfologi infleksional disebut paradigma infleksional.

Verhaar (1978), menyatakan bentuk-bentuk seperti membaca, dibaca, terbaca, kaubaca,

dan bacalah adalah paradigma infleksional. Dengan kata lain, bentuk-bentuk tersebut

merupakan kata yang sama, yang berarti juga mempunyai identitas jeksikal yang sama.

Perbedaan bentuknya adalah berkenaan dengan modus kalimatnya.

1.1.2 Derivatif Pembentukan kata secara infektif, tidak membentuk kata baru, atau kata lain yang

berbeda identitas leksikalnya dengan bentuk dasarnya. Hal ini berbeda dengan

pembentukan kata secara derivatif atau derivasional. Pembentukan kata secara derivatif

membentuk kata baru, kata yang identitas leksikalnya tidak sama dengan kata dasarnya.

2

Page 3: Makalah MKU

2.1 Proses Pembentukan Kata

Proses pembentukan kata atau proses morfologis atau proses mofermis adalah proses

pembentukan kata dari satuan lain yang merupakan dasar atau bentuk dasarnya

(selanjutnya disebut bentuk dasar). Bentuk dasar tersebut berupa pokook kata dan frasa.

Dalam bahasa Indonesia kata pada umumnya dibentuk melalui tiga macam proses

pembentukan, yaitu afiksasi, reduplikasi dan komposisi.

2.1.1 Afiksasi

Afiksasi merupakan proses pembubuhan afiks (imbuhan) pada suatu bentuk dasar.

Kata yang terbentuk melalui proses ini disebut kata berimbuhan. Afiks merupakan sebuah

bentuk, biasanya berupa morfem terikat, yang diimbuhkan pada sebuah bentuk dasar pada

proses pembentukan kata.

Dilahat dari posisi melekatnya pada bentuk dasar, afiks bahasa Indonesia dibedakan

atas prefix (awalan), infiks (sisipan), sufiks (akhiran), dan konfiks (gabungan awalan dan

akhiran).

2.1.1.1 Prefiks (awalan)

Awalan adalah bentuk terikat yang diimuhkan pada awal bentuk dasar. Awalan yang

terdapat dalam bahasa Indonesia adalah meN-, penN-, peR-, beR-, teR-, di-, ke-, dan se-,

1. Awalan men-

Awalan men- memiliki alomorf me-, mem-, men-, meng-, menye-,dan menge-.

a. Awalan men- berubah menjadi me- jika diimbuhkan pada bentuk dasar yang

berfonem awal /m/, /n/, /l/, /r/, /ng/, /ny/, /w/, dan /y/.

Contoh:

Men-+ netralisasi menetralisasi

men-+ mantapkan memantapkan

men-+ lukai melukai

men-+ luluh lantakkan meluluh lantakkan

men-+ rangsang merangssang

men-+ ratapi meratapi

3

Page 4: Makalah MKU

men-+ nganggur menganggur

men-+ nyanyi menyanyi

men-+ wakil mewakili

men-+ wujudkan mewujudkan

men-+ yakini meyakini

b. Awalan men- berubah menjadi mem- jika diimbuhkan pada bentuk dasar yng

berfonem awal /b/, /f/, /p/.

Contoh:

Men-+ banting membanting

men-+ bandingkan membandingkan

men-+ focus memfokus

men-+ fitnah memfitnah

men-+ fasilitas (i) memfasilitasi

men-+ pikir memikir

men-+ pukul memukul

men-+ mempraktikkan mempraktikkan.

c. Awalan men- berubah menjadi men- jika diimbuhkan pada bentuk dasar yang

berfonem awal /t/, /d/, /c/, dan /j/.

Contoh:

Men-+ tempuh menempuh

men-+ tikahi menikahi

men-+ datang mendatang

men-+ dinginkan mendinginkan

men-+ cuci mencuci

men-+ cocokkan mencocokkan

men-+ jenguk menjenguk

men-+ juluki menjuluki

men-+ jatuhkan menjatuhkan

d. Awalan men- berubah menjadi meng- jika diimbuhkan pada bentuk dasar

yang berfonem awal /a/, /i/, /u/, /e/, /o/, /g/, /h/, dan /k/.

4

Page 5: Makalah MKU

Contoh

Men-+ ajar mengajar

men-+ emban mengemban

men-+ edit mengedit

men-+ entaskan mengentaskan

men-+ ikat mengikat

men-+ imbuhkan mengimbuhkan

men-+ obati mengobati

men-+ olok-olok mengolok-olok

men-+ uji menguji

men-+ ucapkan mengucapkan

men-+ ganggu mengganggu

men-+ gulai menggulai

men-+ habisi menghabisi

men-+ hujam menghujam

men-+ kukur mengukur

men-+ kawani mengawani

e. Awalan men- berubah menjadi meny- jika diimbuhkan pada bentuk dasar

yang berfonem awal /s/.

Contoh:

Men-+ sahut menyahut

men-+ siapkan menyiapkan

men-+ sangkut paut menyangkut pautkan

f. Awalan men- berubah menjadi menge- jika diimbuhkan pada bentuk dasar

yang bersuku satu.

Contoh:

Men-+ bor mengabor

men-+ cat mengecat

men-+ lem mengelem

5

Page 6: Makalah MKU

men-+ rem mengerem

men-+ cor mengecor

2. Awalan pen-

Awalan pen- memiliki alomorf (kaidah morfofonemik) yang sama dengan awalan

men-.

Contoh:

Pen-+ tempuh penempuh

pen-+ kukur pengukur

pen-+ sahut penyahut

pen-+ saji penyaji

pen-+ yakin peyakin

pen-+ hemat penghemat

pen-+ ikat pengikat

pen-+ netral penetral

pen-+ lebur pelebur

pen-+ cuci pencuci

Catatan:

Bentuk dasar yang berfonem awal /k/, /p/, /t/, dan /s/ luluh jika diimbuhkan awalan

men dan pen.

3. Awalan per-

Awalan per- memiliki alomorf pe- dan pe-.

a. Awalan per- berubah menjadi pe- jika diimbuhkan pada bentuk dasar yang

berfonem dasar /r/.

Contoh:

Per-+ redam peredam

per-+ raga peraga

per-+ rekat perekat

per-+ rasa perasa

b. Awalan per berubah menjadi pel- jika diimbuhkan pada bentuk dasar ajar.

Per-+ ajar pelajar

6

Page 7: Makalah MKU

4. Awalan ber-

Awalan ber- memiliki alomorf be- dan ber-.

a. Awalan ber- berubah menjadi be jika diimbuhkan pada bentuk dasar yang

berfonem awal /r/ dan bersuku pertamanya /er/.

Contoh:

Ber-+ berunding berunding

ber-+ berebutan berebutan

ber-+ rantai berantai

ber-+ kerja bekerja

ber-+ serta beserta

ber-+ cermin becermin

b. Awalan ber- berubah menjadi bel bila diimbuhkan pada bentuk dasar ajar

Ber-+ ajar belajar

5. Awalan ter-

Awalan ter- memiliki alomorf te-.

Awalan ter berubah menjadi te- jika diimbuhkan pada bentuk dasar yang

berfonem awal /r/ dan (kadang-kadang) yang suku pertamanya /er/.

Contoh:

Ter-+ renggut terenggut

ter-+ rrasa terasa

ter-+ pergok tepergok

ter-+ percik tepercik

6. Awalan di-, ke-, se-,

Awalan di,- ke,- se,- tidak mempunyai alomorf sebagaimana awalan-awalan lain.

Contoh:

di-+ ambil diambil

di-+ berhentikan diberhentikan

di-+ perkirakan diperkirakan

7

Page 8: Makalah MKU

Ke-+ pada kepada

ke-+ tua ketua

ke-+ tiga ketiga

se-+ kampung sekampung

se-+ nasib senasib

se-+ perjuangan seperjuangan

2.1.1.2 Infiks (sisipan)

Sisipan adalah bentuk yang diimbuhkan ditengah bentuk dasar. Sisipan yang terdapat

dalam bahasa Indonesia adalah _-el-, -em-, -er-, dan –in-.

Contoh:

-el-+ tunjuk telunjuk

-el-+ tapak telapak

-er-+ gigi gerigi

-em-+ tali temali

-em-+ guruh gemuruh

-in-+ kerja kinerja

2.1.1.3 Sufiks (akhiran)

Akhiran adalah bentuk terikan yang diimbuhkan di akhir bantuk dasar.

Akhiran yang ada pada bahasa Indonesia adalah –an, -kan, dan –i.

1. Akhiran –an

Akhiran –an tidak mangalami perubahan jika diimbuhkan pada bentuk

dasar apapun.

Contoh:

-an+ temu temuan

-an+ berdua berduaan

-an+ besar-besar besar-besaran

2. Akhiran –kan

Akhiran -kan tidak mengalami perubahan jika diimbuhkan pada bentuk dasar

apapun.

8

Page 9: Makalah MKU

Contoh:

-kan+ tambah tambahkan

-kan+ menyanyi menyanyikan

-kan+ serah terima serahterimakan

3. Akhiran –i

Akhiran –i tidak mengalami perubahan jika diimbuhkan pada bentuk dasar

apapun.

Contoh:

-i+ perang perangi

-i+ tembak tembaki

-i+ garis bawah garis bawahi

Akan tetapi, bantuk dasar yang berfonem /i/ tidak dapat diimbuhkan akhiran –i.

Contoh:

-i+ beli *belii

-i+ cari *carii

-i+ mati *matii

2.1.1.4 Konfiks (gabungan awalan dan akhiran)

Gabungan adalah bentuk terikat yang diimbuhkan di awal dan di akhir bentuk

dasar. Gabungan yang terdapat dalam bahasa Indonesia adalah ber-an, pan-an,

per-an, dan ke-an.

Contoh:

1. Gabungan ber-an

Ber-an+ datang tambahkan

ber-an+ sama bersamaan

2. Gabungan pen-an

9

Page 10: Makalah MKU

Pen-an+ alam pengalaman

pen-an+ kelompok pengelompokan

pen-an+ tanda tangan penandatanganan

3. Gabungan per-an

Per-an+ juang perjuangan

per-an+ kuliah perkuliahan

per-an+ kenal perkenalan

4. Gabungan ke-an

Ke-an+ pemimpin kepemimpinan

ke-an+ ada keadaan

ke-an+ peduli kepedulian

2.1.2 Reduplikasi

Reduplikasi adalah proses morfologis atau proses mofermis yang mengulang

bentuk dasar, baik secara keseluruhan, sebagian, maupun dengan perubahan

bunyi. Kata yang terbentuk dari proses ini disebut kata ulang.

Secara konkret bentuk kata ulang dapat dibedakan atas lima macam, yaitu:

(1) kata ulang murni, (2) kata ulang berimbuhan, (3)kata ulang berubah bunyi, (4)

kata ulang semu, (5) kata ulang dwi purna atau kata ulang sebagian.

1. Kata ulang murni, yaitu semua kata ulang yang dihasilkan oleh perulangan

unsurnya secara penuh.

Contoh:

Gedung-gedung tembak-tembak

Hitam-hitam sakit-sakit

Lari-lari pagi-pagi

kecil-kecil rumah-rumah

2. Kata ulang imbuhan, yaitu kata ulang yang salah satu unsurnya

berimbuhan: awalan, sisipan, atau akhiran.

10

Page 11: Makalah MKU

Contoh:

Berjalan-jalan guna-gunai

melempar-lempar mempermain-mainkan

turun-temurun tertawa-tawa

kedua-duanya sedapat-dapatnya

3. Kata ulang berubah bunyi, yang mengalami perubahan bunyi itu boleh

unsure pertama, boleh juga unsure kedua. Umumya dalam bahasa

Indonesia, kita jumpai jenis kedua itu.

Contoh:

Bolak-balik porak- poranda

kelap-kelip ramah-tamah

kutak-katik serta-merta

lauk-pauk serba-serbi

4. Kata ulang semu, yang dimaksud kata ulang semu adalah kata yang

dijumpai hanya dalam bentuk ulang seperti itu. Bila tidak

diulang,komponennya tidak mempunyai makna,atau mempunyai makna

lain yang tidak ada hubungannya dengan kata ulang tersebut.

Contoh:

Agar-agar kura-kura

ari-ari kupu-kupu

hati-hati tiba-tiba

kunang-kunang langit-langit

5. Kata ulang dwi purna,yaitu kata ulang yang pengulangannya hanya terjadi

pada suku kata awal dan disertai dengan pergantian vocal suku pertama itu

dengan e pepet.

Contoh:

11

Page 12: Makalah MKU

Dedaunan tetamu

kekayaan tetua

lelaki rerumputan

leluhur tetangga

2.1.3 Komposisi

Komposisi adalah hasil dari penggabungan morfem dasar dengan morfem dasar, baik

morfem bebas maupun morfem terikat sehingga terbentuk sebuah konstruksi (bentuk lain)

yang memiliki identitas leksikal yang berbeda, atau yang baru.kata yang terbentuk dari

proses ini disebut kata majemuk.

Contoh:

Kaki tangan lalu lintas

kambing hitam suami istri

kollam renang rumah sakit

Kata majemuk terdiri dari dua kata atau lebih. Penggabungan kata tersebut

membentuk satu kesatuan makna. Di pihak lain ada juga kesatuan gramatik yang terdiri

atas dua kata atau lebih, yang disebut frasa.Untuk itu,perlu dibedakan pengertian kata

majemuk dan frasa.Perhatikan contoh berikut!

Rumah makan

sabun mandi

banyak makan

Malas mandi

Kaarena eratnya hubungan antarkata, bentuk rumah makan dan sabun mandi tidak

dapat di sisipi unsur lain di antaranya sehingga tidak ditemukan bentuk seperti rumah

yang makan atau sabun yang mandi.

12

Page 13: Makalah MKU

BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari makalah pembentukan kata ini adalah:

1. Pembentukan kata mempunyai dua sifat, yaitu pertama membentuk kata-kata

yang bersifat inflektif, dan kedua yang bersifat derivatif.

2. Afiksasi asalah proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar

3. Prefiks adalah afiks yang diimbuhkan di muka bentuk dasar. Sufiks adalah afiks

yang diimbuhkan pada posisi akhir bentuk dasar. Infiks adalah afiks yang

diimbuhkan di tengah bentuk dasar. Konfiks adalah afiks yang berupa morfem

terbagi, yang bagian pertama berposisi pada awal bentuk dasar, dan bagian yang

kedua berposisi pada akhir bentuk dasar. Interfiks adalah sejenis infiks atau

elemen penyambung yang muncul dalam proses penggabungan dua buah unsur.

4. Reduplikasi adalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik secara

keseluruhan, secara sebagian (parsial), maupun dengan perubahan bunyi.

5. Komposisi adalah hasil dan proses penggabungan morfem dasar dengan morfem

dasar, baik yang bebas maupun yang terikat sehingga terbentuk sebuah konstruksi

yang memiliki identitas leksikal yang berbeda atau yang baru.

2.1 Saran

Untuk pengembangan lebih lanjut, saran yang dapat saya berikan adalah:

1. Perlunya pemahaman yang lebih mendalam terhadap proses pembentukan kata.

2. Perlu adanya batasan-batasan yang jelas mengenai materi yang termasuk dalam

pembentukan kata.

3. Dibutuhkan banyak referensi, baik dari buku, internet, maupun surat kabar.

13