Upload
yenni-suryansyah
View
286
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali
1/124
PRODI TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Jl. Achmad Yani Km. 36 Fakultas Teknik UNLAM Banjarbaru 70714,
Telp : (0511) 4773868 Fax: (0511) 4781730,Kalimantan Selatan,
Indonesia
8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali
2/124
Ucapan terimakasih kami ucapkan kepada :
Rektor Universitas
Lambung Mangkurat
Prof. Dr. H. Sutarto Hadi,
M.Si, M.Sc.
Anggota Kelompok :
Tanty Puspa Sari
Elsa Nadia Pratiwi
Rifda Iklila Ananda
Dosen Mata Kuliah
Kesehatan Lingkungan
Kerja Rd. Indah Nirtha
NPS, ST., M.Si
Dosen Mata Kuliah
Kesehatan Lingkungan
Kerja Prof. Dr.
Qomariyatus Sholihah,
Amd. Hyp., S.T., Mkes.
Kepala Prodi Teknik
Lingkungan
Universitas
Lambung Mangkurat
Dr. Rony Riduan,
ST.,MT.
Dekan Fakultas
Teknik
Universitas
Lambung
Mangkurat Dr-
8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali
3/124
TUGAS BESAR KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA
ANALISA KUALITAS LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH BANJARBARU
Dosen :
Prof. Dr. Qomariyatus Sholihah, Amd. Hyp. ST. Mkes
Oleh :
Tanty Puspa Sari H1E113011
Elsa Nadia Pratiwi H1E113014
Rifda Iklila Ananda H1E113236
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2015
8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali
4/124
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Skripsi : ANALISA KUALITAS LIMBAH CAIR RUMAH
SAKIT
UMUM DAERAH BANJARBARU
Nama Mahasiswa : TANTY PUSPA SARI H1E113011
ELSA NADIA PRATIWI H1E113014
RIFDA IKLILA ANANDA H1E113236
Program Studi : Teknik Lingkungan
Peminatan : Kesehatan Lingkungan Kerja
Disahkan Oleh
Dosen Pembimbing
Prof. Dr.Qomariyatus Sholihah,Amd.Hyp.ST.MKes
8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali
5/124
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang mana atas berkat
dan Rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas besar ini
dengan judul “Analisa Kualitas Limbah Cair Rumah Sakit Umum Daerah
Banjarbaru”. Tugas besar ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan
kelulusan mata kuliah Kesehatan Lingkungan Kerja di Fakultas Teknik (FT)
Universitas Lambung Mangkurat (UNLAM).
Tersusunnya tugas besar ini, tidak terlepas dari dukungan dan bantuan serta
bimbingan dari berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan terima kasih, kepada :
1. Prof. Dr. Qomariyatus Sholihah, Amd. Hyp. ST. Mkes selaku dosen
pembimbing mata kuliah Kesehatan Lingkungan Kerja yang telah
memberikan waktu dan bimbingan dalam proses penulisan skripsi ini.
2. Pihak Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru yang telah bersedia
memberikan izin untuk melaksanakan observasi dalam rangka penyusunan
tugas besar ini.
3. Semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyeleseian tugas besar ini.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih
membutuhkan banyak masukkan dan kritikan dari berbagai pihak yang sifatnya
membangun dalam memperkaya tugas besar ini.
Namun demikian, penulis berharap semoga ini menjadi sumbangan berguna
bagi ilmu pengetahuan khususnya ilmu Kesehatan Lingkungan Kerja.
Banjarbaru, Desember 2015
Penulis
8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali
6/124
RINGKASAN
Limbah cair rumah sakit mempunyai potensi untuk mencemari
lingkungan. Mengingat dampak yang mungkin timbul, maka diperlukan upayapengelolaan yang baik meliputi pengelolaan sumber daya manusia, alat dan
sarana. Begitu besarnya resiko yang dihadapi oleh tenaga penanganan limbah
medis ini, maka perlu perlindungan bagi tenaga kerja terhadap kesehatan dan
keselamatan kerja (K3) agar tidak terjadi resiko penyakit akibat kerja (PAK) dan
kecelakaan akibat kerja, alat pelindung diri (APD) yang seharusnya digunakan
oleh petugas. tidakdilaksanakan secara optimal. Padahal K3 sangat penting untuk
mencegah kecelakaan kerja.
Dari hasil observasi yang dilakukan pada Rumah Sakit Banjarbaru,
penerapan K3 petugas dalam pengolahan limbah cair Rumah Sakit Banjarbaru
tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor PER.08/MEN/VII/2010 karena APD yang disediakan sesuai
dengan SNI yaitu pemakaian masker khusus, sarung tangan dan sepatu safety
sedangkan petugas pengolahan limbah cair Rumah Sakit memakai masker biasa,
sarung tangan biasa dan sepatu boot saja.
Dalam uji coba lab limbah cair Rumah Sakit Banjarbaru yang diolah IPAL
oleh Badan Riset dan Standardisasi Banjarbaru, dapat diketahui hasil inlet limbah
rumah sakit adalah pH 7,52, Timbal (Pb)
8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali
7/124
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
RINGKASAN ........................................................................................................ iii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL.................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................................x
DAFTAR GRAFIK................................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4
2.1 Rumah Sakit ...........................................................................................4
2.1.1 Definisi Rumah Sakit ..........................................................................4
2.1.2 Tujuan Rumah Sakit............................................................................6
2.1.3 Funsi Rumah Sakit ..............................................................................7
2.1.4 Klasifikasi Rumah Sakit......................................................................8
2.1.5 Tugas Rumah Sakit .............................................................................9
2.1.6 Kewajiban Rumah Sakit....................................................................10
2.2 Limbah Rumah Sakit ...........................................................................11
2.2.1 Definisi Limbah ................................................................................112.2.2 Definisi Limbah rumah Sakit ............................................................12
2.2.3 Macam – Macam Limbah Rumah Sakit............................................13
2.2.4 Karateristik Limbah Rumah Sakit.....................................................16
2.2.5 Sumber Limbah Rumah Sakit ...........................................................22
2.2.6 Peraturan dan Baku Mutu Limbah Rumah Sakit ..............................24
2.2.7 Peraturan Perundang – Undangan Tentang Pengolahan Limbah Cair
Rumah Sakit...............................................................................................26
8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali
8/124
2.2.8 Pengelolaan Air Limbah Rumah Sakit..............................................27
2.2.9 Teknik Pengolahan Limbah Medis ...................................................28
2.2.10 Penggunaan Incenerator Dalam Limbah Rumah Sakit ...................30
2.2.11 Fungsi Incenerator...........................................................................32
2.2.12 Prinsib Kerja Incenerator ................................................................33
2.2.13 Keuntungan Menggunakan Incenerator ..........................................33
2.2.14 Kelemahan Menggunakan Incenerator ...........................................33
2.2.15 Dampak Penggunaan Incenerator pada Limbah Rumah Sakit........34
2.2.16 Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Rumah Sakit..................35
2.2.16.1 Definisi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) ......................35
2.2.16.2 Peraturan Tentang Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)......36
2.2.16.3 Tujuan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) ........................37
2.2.16.4 Manfaat dan Fungsi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) ...38
2.2.16.5 Klasifikasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) ..................38
2.2.16.6 Petugas Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) .......................38
2.2.17 Pengolahan Air Limbah Menurut Tingkatannya.............................39
2.2.18 Pengolahan Air Limbah Menurut Karateristiknya..........................41
2.2.19 Teknologi Pengolahan Air Limbah.................................................47
2.2.20 Pengolahan Air Limbah dengan Proses Lumpur Aktif ...................49
2.2.21 Pengolahan Air Limbah dengan Proses Reaktor Biologis Putar
(Rotating Biological Contractor, RBC) .....................................................51
2.2.22 Pengolahan Air Limbah dengan Proses Aerasi Kontak ..................56
2.2.23 Pengolahan Air Limbah dengan Proses Biofilter “Up Flow” .........58
2.2.24 Pengolahan Air Limbah dengan Proses Biofilter Anaerob-Aerob..61
2.2.25 Keuntungan Proses Biofilter “Anaerob-Aerob”..............................632.2.26 Pengaruh Pengelolaan Limbah Rumah Sakit Terhadap Masyarakat
dan Lingkungan Sekitar .............................................................................65
2.2.27 Dampak Negatif Pengelolaan Limbah Rumah Sakit ......................65
2.3.1 Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja..................................66
2.3.2 Pengertian Penyelenggara Kesehatan dan Keselamatan Kerja .........66
2.3.3 Peraturan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit (K3RS) 67
2.3.3.1 Peraturan Kesehatan Kerja ............................................................67
8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali
9/124
2.3.4 Regulasi Undang – undang K3RS ....................................................68
2.3.5 Manajemen Keselamatan dan Kesehatan..........................................69
2.3.5.1 Planning/Perencanaan ....................................................................69
2.3.5.2 Organizing/Organisasi ...................................................................70
2.3.5.3 Actuating/Pelaksanaan ...................................................................71
2.3.5.4 Controlling/Pengawasan ................................................................72
2.3.6 Peningkatan Pengetahuan Tenaga Kerja Terhadap Keselamatan
Kerja...........................................................................................................73
2.3.7 Potensi Bahaya di Rumah Sakit ........................................................73
2.3.8 Analisa Sebab dan Akibat Kecelakaan .............................................74
2.3.9 Pemasangan Peringatan Bahaya Kecelakaan di Tempat Kerja.........75
2.3.10 Sistem Pelaporan dan Statistik Data Kecelakaan Kerja ..................76
2.3.11 Pencegahan dan Penanggulangan Kecelakaan Kerja......................77
2.3.11.1 Pengamatan Resiko Bahaya di Tempat Kerja ..............................77
2.3.11.2 Pelaksanaa SOP Secara Benar di Tempat Kerja ..........................78
2.3.11.3 Pengendalian Faktor Bahaya di Tempat Kerja.............................78
2.4 Alat Pelindung Diri ..............................................................................78
2.4.1 Pengertian Alat Pelindung Diri .........................................................78
2.4.2 Fungsi dan Jenis Alat Pelindung Diri ...............................................79
2.4.2.1 Alat Pelindung Kepala ...................................................................79
2.4.2.1.1 Fungsi..........................................................................................79
2.4.2.1.2 Jenis.............................................................................................79
2.4.2.2 Alat Pelindung Mata dan Muka .....................................................79
2.4.2.2.1 Fungsi..........................................................................................79
2.4.2.2.2 Jenis.............................................................................................792.4.2.3 Alat Pelindung Telinga ..................................................................79
2.4.2.3.1 Fungsi..........................................................................................79
2.4.2.3.2 Jenis.............................................................................................79
2.4.2.4 Alat Pelindung Pernapasan Beserta Perlengkapannya...................80
2.4.2.4.1 Fungsi..........................................................................................80
2.4.2.4.2 Jenis.............................................................................................80
2.4.2.5 Alat Pelindung Tangan...................................................................80
8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali
10/124
2.4.2.5.1 Fungsi..........................................................................................80
2.4.2.5.2 Jenis.............................................................................................80
2.4.2.6 Alat Pelindung Kaki .......................................................................80
2.4.2.6.1 Fungsi..........................................................................................80
2.4.2.6.2 Jenis.............................................................................................81
2.4.2.7 Pakaian Pelindung..........................................................................81
2.4.2.7.1 Fungsi..........................................................................................81
2.4.2.7.2 Jenis.............................................................................................81
2.4.2.8 Alat Pelindung Jatuh Perorangan...................................................81
2.4.2.8.1 Fungsi..........................................................................................81
2.4.2.8.2 Jenis.............................................................................................81
2.4.2.9 Pelampung......................................................................................81
2.4.2.9.1 Fungsi..........................................................................................81
2.4.2.9.2 Jenis.............................................................................................82
2.4.3 Tempat Kerja Yang Wajib Menggunakan Alat Pelindung Diri........82
2.4.3.1 Tempat Kerja Yang Wajib APD 1 .................................................82
2.4.3.2 Tempat Kerja Yang Wajib APD 2 .................................................82
2.4.3.3 Tempat Kerja Yang Wajib APD 3 .................................................83
BAB III METODOLOGI.......................................................................................84
3.1 Hipotesis...............................................................................................84
3.2 Metodologi Penelitian ..........................................................................84
3.2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................84
3.2.2 Desain Penelitian...............................................................................84
3.2.3 Variabel Penelitian ............................................................................85
3.2.4 Objek Penelitian................................................................................853.2.5 Metodologi Penelitian .......................................................................85
3.2.6 Instrumen Penelitian..........................................................................85
3.3 Teknik Analisa .....................................................................................85
3.4 Jadwal Kegiatan ...................................................................................86
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................87
4.1 Hasil .....................................................................................................87
8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali
11/124
4.1.1 Perbandingan Kualitas Inlet dan Outlet Air Limbah RSUD
Banjarbaru .................................................................................................87
4.1.1.1 Kualitas Inlet Air Limbah RSUD Banjarbaru................................87
4.1.1.2 Kualitas Outlet Air Limbah RSUD Banjarbaru .............................88
4.2 Pembahasan..........................................................................................90
4.2.1 pH......................................................................................................90
4.2.2 Timbal (Pb) .......................................................................................90
4.2.3 Total E. Coli ......................................................................................91
4.2.4 Penerapan K3 pada Petugas Pengolahan Limbah Cair RSUD
Banjabaru ...................................................................................................91
BAB V PENUTUP.................................................................................................93
5.1 Kesimpulan ..........................................................................................93
5.2 Saran.....................................................................................................93
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
STUDI KASUS
8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali
12/124
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Perbandingan BOD dengan COD .........................................................19
Tabel 2.2 Sumber limbah berdasarkan golongan ..................................................22
Tabel 2.3 Jenis limbah/sampah menurut sumbernya .............................................23
Tabel 2.4 Baku mutu limbah cair rumah sakit ......................................................25
Tabel 2.5 Tahun penerbitan, isi regulasi dan bentuk regulasi K3RS.....................67
Tabel 2.6 Tabel bahaya potensial di rumah sakit ...................................................73
Tabel 3.1 Jadwal kegiatan ......................................................................................86
Tabel 4.1 Tabel hasil pemeriksaan pertama kualitas air limbah ...........................87
Tabel 4.2 Tabel hasil pemeriksaan kedua kualitas air limbah ..............................87
Tabel 4.3 Tabel hasil pemeriksaan pertama kualitas air limbah ...........................88
Tabel 4.4 Tabel hasil pemeriksaan kedua kualitas air limbah ..............................89
8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali
13/124
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Proses pengolahan air limbah dengan proses lumpur aktif ................50
Gambar 2.2 Proses pengraian senyawa organic oleh mikroorganisme di dalam
RBC........................................................................................................................52
Gambar 2.3 Diagram pengolahan limbah dengan sistem RBS..............................53
Gambar 2.4 Diagram pengolahan air limbah dengan aerasi kontak ......................57
Gambar 2.5 Diagram pengolahan air limbah dengan sistem biofilter “Up Flow” .59
Gambar 2.6 Proses dengan biofilter “Anaerob – Aerob”.......................................63
8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali
14/124
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1. Perbandingan parameter inlet dan outlet .............................................89
Grafik 4.2 Perandingan pH inlet dan outlet .........................................................90
Grafik 4.3 Perbandingan TDS inlet dan outlet......................................................90
Grafik 4.4 Perbandingan E. Coli inlet dan outlet ..................................................91
8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali
15/124
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
983/MenKes/SK/1992, rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai organisasi
teratur, tempat pencegahan dan penyembuhan penyakit, peningkatan dan pemulihan
kesehatan penderita yang diakukan secara multidisiplin oleh berbagai kelompok
professional terdidik dan terlatih, yang menggunakan prasarana dan sarana fisik. Dalam
pelaksanaan kegiatan rumah sakit pasti akan menghasil limbah. Sumber limbah cair rumah
sakit antara lain ruang perawatan, ruang pemeriksaan, ruang laboratorium, ruang laundrydan dapur. Limbah cair rumah sakit, baik medic maupun penunjang medic perlu dikelola
dengan cermat, karena limbah cair rumah sakit mempunyai potensi untuk mencemari
lingkungan seperti badan air, sumber air minum, disamping gangguan bau dan keindahan.
Mengingat dampak yang mungkin timbul, maka diperlukan upaya pengelolaan yang baik
meliputi pengelolaan sumber daya manusia, alat dan sarana, keuangan dan tata laksana
pengorganisasian yang ditetapkan dengan tujuan memperoleh kondisi rumah sakit yang
memenuhi syarat.
Begitu besarnya resiko yang dihadapi oleh tenaga penanganan limbah medis ini,
maka perlu perlindungan bagi tenaga kerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja (K3)
agar tidak terjadi resiko penyakit akibat kerja (PAK) dan kecelakaan akibat kerja, alat
pelindung diri (APD) yang seharusnya digunakan oleh petugas.Keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) yang termasuk dalam suatu wadah hygiene perusahaan dan kesehatan kerja
(hiperkes) terkadang terlupakan oleh para pengusaha atau manajemen. Keselamatan dan
kesehatan kerja bukan hanya untuk industry tetapi untuk seluruh pegawai disetiap tempat
kerja, Begitu juga di sector pelayanan kesehatan. Di Indonesia, sampai saat ini belum
banyak peraturan keselamatan dan kesehatan kerja di laksanakan dirumah sakit. Mengingat
besarnya paparan dirumah sakit maka rumah sakit sebagai tempat pelayanan kesehatan
sangat perlu untuk diterapkan Manajemen Keselamatan danKesehatanKerja (MK3) untuk
memberikan perlindungan kepada para pegawai. Namun, Keselamatan, Kesehatan Kerja
8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali
16/124
2
(K3) pada rumah – rumah sakit khususnya di Kalimantan Selatan tidakdilaksanakan secara
optimal. Padahal K3 sangat penting untuk mencegah kecelakaan kerja. Dari hasil observasi
yang dilakukan pada Rumah Sakit Banjarbaru, penerapan K3 petugas dalam pengolahan
limbah cair Rumah Sakit Banjarbaru tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor PER.08/MEN/VII/2010 karena APD yang
disediakan sesuai dengan SNI yaitu pemakaian masker khusus, sarung tangan dan sepatu
safety sedangkan petugas pengolahan limbah cair Rumah Sakit memakai masker biasa,
sarung tangan biasa dan sepatu boot saja. Padahal limbah cair rumah sakit sangat berbahaya
karena mengandung mikrooganisme, bahan kimia beracun dan darah-darah pasien yang
bisa jadi infeksius yang apabila terpapar dapat berbahaya bagi kesehatan. Dalam uji coba
lab limbah cair Rumah Sakit Banjarbaru yang diolah IPAL oleh Badan Riset danStandardisasi Banjarbaru, dapat diketahui hasil inlet limbah rumah sakit adalah pH 7,52,
Timbal (Pb)
8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali
17/124
3
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Hasil dari penelitian ini bisa menjadi evaluasi bagi RSUD Kota Banjarbaru untuk
hasil kedepan.
2. Menambah pengalaman bagi penulis.
8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali
18/124
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rumah sakit
2.1.1 Definisi Rumah Sakit
Menurut WHO (World Health Organization), Rumah Sakit adalah bagian
integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan
pelayanan kesehatan paripurna, kuratif dan preventif kepada masyarakat serta
pelayanan rawat jalan yang diberikannya guna menjangkau keluarga di rumah.
Rumah sakit juga merupakan pusat pendidikan dan latihan tenaga kesehatan serta
pusat penelitian bio-medik.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
983/MenKes/SK/1992, rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai
organisasi teratur, tempat pencegahan dan penyembuhan penyakit, peningkatan dan
pemulihan kesehatan penderita yang diakukan secara multidisiplin oleh berbagai
kelompok profesional terdidik dan terlatih, yang menggunakan prasarana dan sarana
fisik. Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan
yang bersifat dasar, spesialistik dan subspesialistik (Kepmenkes RI
No.983/Meskes/SK/1992).
Beberapa pengertian rumah sakit yang dikemukakan oleh para ahli
diantaranya:
a. Menurut Assosiation of Hospital Care (1947) Rumah sakit adalah pusat dimana
pelayanan kesehatan masyarakat, pendidikan serta penelitian kedokteran
diselenggarakan.
b. Menurut American Hospital Assosiation (1974) Rumah sakit adalah suatu alat
organisasi yang terdiri dari tenaga medis profesional ynag terorganisir serta sarana
kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan
keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang
diderita oleh pasien.
8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali
19/124
8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali
20/124
6
menyelenggarakan upaya kesehatan disebut sarana kesehatan. Sarana kesehatan
berfungsi melakukan upaya kesehatan dasar, kesehatan rujukan dan atau upaya
kesehatan penunjang. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan,
pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),
penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang
diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. (Depkes RI,
2004)
2.1.2 Tujuan Rumah Sakit
Rumah sakit adalah tempat di mana orang-orang yang sakit bisa mencari dan
menerima perawatan. Pada umumnya pembangunan rumah sakit diatur ataudipengaruhi oleh Undang-undang Negara, peraturan Departemen Kesehatan,
Peraturan Daerah dan standar lainnya. Pembangunan rumah sakit juga mencakup
fasilitas dan ruangan untuk pelayanan pasien. Contohnya adalah ruangan pasien
rawat inap, laboratorium, dan lain-lain.
Selain memberi pelayanan dalam hal perawatan, rumah sakit juga
merupakan tempat yang dapat memberikan pendidikan klinis kepada para
mahasiswa-mahasiswa yang ingin mempelajari tentang kesehatan. Selain peran
pendidikannya, rumah sakit era modern juga bertujuan untuk memimpin studi
penyelidikan dan penelitian dalam ilmu pengetahuan kedokteran,baik tentang
catatan klinis maupun para pasien, serta penelitian dasar dalam ilmu fisika dan ilmu
kimia. (Bastian, 2008).
Pada dasarnya, rumah sakit bertujuan untuk memberikan pelayanan kepada
masyarakat dan meningkatkan angka kesehatan masyarakat secara mandiri dan
terpadu agar dapat kembali menjalankan aktivitas dan interaksi dengan masyarakat
lainnya. Sementara itu dikutip dari berbagai sumber menyatakan bahwa tujuan
khusus yang ingin dicapai yaitu :
1. Terwujudnya penyelenggaraan sistem kesehatan dalam organisasi kesehatan atau
rumah sakit yang mencakup sistem pembangunan kesehatan, sistem pelayanan
kesehatan dan sistem informasi kesehatan secara tepat, cepat serta akurat.
8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali
21/124
7
2. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau oleh
semua lapisan masyarakat dengan penggunaan obat secara rasional.
3. Meningkatkan kemampuan dan kemandirian individu, keluarga serta masyarakat
dalam pemeliharaan kesehatan, status gizi, pencegahan dan pemutusan rantai
penularan penyakit.
4. Meningkatkan pemakaian sarana sanitasi kesehatan dan pembangunan yang
berwawasan lingkungan.
5. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan petugas dalam membentuk tenaga
kesehatan yang profesional.
6. Menjalin kemitraan lintas sektor, LSM/Lembaga Masyarakat maupun Pemda dan
lain sebagainya.(Bastian, 2008)
2.1.3 Fungsi Rumah Sakit
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
983/MenKes/SK/XI/1992, rumah sakit memiliki 4 fungsi, yakni:
1. Pelayanan Penderita
Pelayanan penderita yang langsung di rumah sakit terdiri atas pelayanan medis,
pelayanan farmasi dan pelayanan keperawatan. Di samping itu, untuk mendukung
pelayanan medis, rumah sakit juga mengadakan pelayanan berbagai jenis laboratorium.
2. Pendidikan dan Pelatihan
Pendidikan dan pelatihan merupakan fungsi penting dari rumah sakit modern, baik
yang berafiliasi atau tidak dengan suatu universitas, artinya rumah sakit dapat dijadikan
tempat untuk pendidikan, pengamatan, dan pelatihan bagi orang-orang terkait seperti
mahasiswa, dokter praktek, dan lain-lain.
3. Penelitian
Kegiatan penelitian dalam rumah sakit mencakup merencanakan prosedur
diagnosis yang baru, melakukan percobaan laboratorium dan klinik, pengembangan
dan menyempurnakan prosedur pembedahan yang baru, mengevaluasi obat investigasi
dan penelitian formulasi obat yang baru.
8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali
22/124
8
4. Kesehatan masyarakat
Tujuan utama dari fungsi rumah sakit ini adalah membantu komunitas dalam
mengurangi timbulnya kesakitan dan meningkatkan kesehatan umum penduduk.
Contoh kegiatan kesehatan masyarakat adalah partisipasi dalam program deteksi
penyakit, seperti tuber kulosis, diabetes, hipertensi dan kanker.
(KepMenKesRINo. 983/MenKes/SK/XI/1992)
Adapun berdasarkan Permenkes RI No.159b/MenKes/Per/1998, fungsi rumah
sakit adalah sebagai berikut :
a. Menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan medik, penunjang medik,
rehabilitasi, pencegahan dan peningkatan kesehatan.
b. Menyediakan tempat pendidikan dan latihan tenaga medik dan paramedik.c. Sebagai tempat penelitian dan pengembangan ilmu dan teknologi bidang
kesehatan.
(Permenkes RI No. 159b/MenKes/Per/1998)
2.1.4 Klasifikasi Rumah Sakit
Rumah sakit dapat diklasifikasikan berdasarkan kriteria sebagai berikut:
1. Klasifikasi berdasarkan kepemilikan, terdiri dari:
a. Rumah sakit pemerintah, terdiri dari:
• Rumah sakit yang langsung dikelola oleh Departemen Kesehatan
• Rumah sakit pemerintah daerah
• Rumah sakit militer
• Rumah sakit Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
b. Rumah sakit yang dikelola oleh masyarakat (swasta)
2. Klasifikasi berdasarkan jenis pelayanan, terdiri dari 2 jenis:
a. Rumah sakit umum, memberi pelayanan kepada berbagai penderita dengan
berbagai penyakit.
b. Rumah sakit khusus, memberi pelayanan diagnosa dan pengobatan untuk
penderita dengan kondisi medik tertentu baik bedah maupun non bedah. Contoh:
rumah sakit kanker maupun rumah sakit jantung.
8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali
23/124
9
3. Klasifikasi berdasarkan Lama tinggal
Berdasarkan lama tinggal, rumah sakit terdiri atas rumah sakit perawatan
jangka pendek yang merawat penderita kurang dari 30 hari dan rumah sakit
perawatan jangka panjang yang merawat penderita dalam waktu rata-rata 30 hari
atau lebih.
4. Klasifikasi berdasarkan Kapasitas tempat tidur
Rumah sakit pada umumnya diklasifikasikan berdasarkan kapasitas tempat
tidurnya sesuai pola berikut ; dibawah 50 tempat tidur, 50-99 tempat tidur, 100-199
tempat tidur, 200-299 tempat tidur, 300-399 tempat tidur, 400-499 tempat tidur, 500
tempat tidur atau lebih.
5. Klasifikasi berdasarkan afiliasi pendidikan, terdiri dari 2 jenis:a. Rumah sakit pendidikan, yaitu rumah sakit yang menyelenggarakan program
latihan untuk berbagai profesi.
b. Rumah sakit nonpendidikan, yaitu rumah sakit yang tidak memiliki program
pelatihan profesi dan tidak ada afiliasi rumah sakit dengan universitas.
6. Klasifikasi Rumah Sakit Umum Pemerintah, dibagi menjadi:
a. Rumah Sakit Umum kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik luas dan subspesialistik
luas.
b. Rumah Sakit Umum kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik sekurang-kurangnya 11 spesialistik
dan subspesialistik terbatas.
c. Rumah Sakit Umum kelas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik dasar.
d. Rumah Sakit Umum kelas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik dasar.
(Siregar dan Lia, 2004).
2.1.5 Tugas Rumah Sakit
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
983/MenKes/SK/XI/1992, tugas rumah sakit umum adalah melaksanakan upaya
8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali
24/124
10
kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya
penyembuhan dan pemeliharaan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu
dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan rujukan.
(KepmenkesRI No.983/Menkes/SK/XI/1992).
2.1.6 Kewajiban Rumah Sakit
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 dalam hal ini institusi
rumah sakit memiliki kewajiban didalam upaya pelaksanaan pengelolaan lingkungan
khususnya mengenai pengelolaan limbah merupakan bagian dari kegiatan
penyehatan lingkungan di rumah sakit yang bertujuan untuk melindungi masyarakat
dari bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber dari limbah rumah sakit.
Kewajiban rumah sakit diantaranya adalah:1. Perlu menerapkan kebijakan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
dengan melaksanakan kegiatan pengelolaan dan monitoring limbah hasil
kegiatan, dimana pengelolaan itu meliputi : menghasilkan, mengangkut,
mengedarkan, menyimpan, dan menggunakan atau membuang.
2. S etiap kegiatan yang menimbulkan dampak besar seperti rumah sakit wajib
membuat AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup).
3. Menciptakan lingkungan yang sehat dan bersih seperti :
a. Penyehatan bangunan dan ruangan.
b. Penyehatan air termasuk kualitasnya.
c. Perlindungan radiasi.
d. Penyehatan makanan dan minuman.
e. Penyehatan tempat pencucian linen.
f. Penanganan sampah dan limbah.
g. Sterilisasi / desinfeksi.
h. Penyuluhan kesehatan lingkungan.
(UU No. 23 Tahun 1997)
Pada UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup,
khususnya pasal-pasal:
8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali
25/124
11
a. Pasal 5 : setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat,
berarti rumah sakit tidak boleh mencemari/merusak lingkungan dan
menurunkan derajat kesehatan masyarakat sekitarnya.
b. Pasal 6 : setiap orang berkewajiban memiliki kelestarian fungsi lingkungan
hidup serat mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan
lingkungan hidup, berarti rumah sakit berkewajiban untuk mengelola
dampak kegiatan terhadap lingkungan.
c. Pasal 15 : setiap usaha dan atau kegiatan yang menimbulkan dampak besar
dan penting terhadap lingkungan hidup, wajib memiliki Analisis Megenai
Dampak Lingkungan.
d. Pasal 16 : setiap penanggungjawab usaha dan atau kegiatan wajib melakukanpengelolaan limbah hasil usaha atau jasa.
(UU No. 23 Tahun 1997)
2.2 Limbah Rumah Sakit
2.2.1 Definisi Limbah
Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 18/1999 Jo PP 85/1999, limbah
didefinisikan sebagai “sisa/buangan dari suatu usaha dan/atau kegiatan manusia”.
Limbah (waste) adalah sesuatu yang tidak dipakai, tidak digunakan, tidak
disukai atau sesuatu yang tidak dipakai lagi, yang berasal dari kegiatan manusia dan
tidak terjadi dengan sendirinya (Kusnoputranto, 1986)
Menurut Wikipedia, Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu
proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga). Di mana
masyarakat bermukim, di sanalah berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Ada
sampah, ada (black water ), dan ada air buangan dari berbagai aktivitas domestik
lainnya (grey water ).
Sedangkan FKM-UI mendifinisikan limbah/sampah adalah benda bahan
padat yang terjadi karena ada hubungannya dengan aktifitas manusia yang tidak
dipakai lagi, tidak disukai dan dibuang dengan cara saniter kecuali buangan dari
tubuh-tubuh manusia.
8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali
26/124
12
Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat diartikan bahwa limbah
merupakan benda sisa atau buangan yang dihasilkan dari suatu usaha atau kegiatan
yang sudah tidak digunakan lagi dan tidak terjadi dengan sendirinya. Limbah sendiri
dari tempat asalnya bisa beraneka ragam, ada yang limbah dari rumah tangga,
limbah dari pabrik-pabrik besar dan ada juga limbah dari suatu kegiatan tertentu.
Dalam dunia masyarakat yang semakin maju dan modern, peningkatan akan jumlah
limbah semakin meningkat. Logika yang mudah seperti ini; dahulunya manusia
hanya menggunakan jeruk nipis untuk mencuci piring, namun sekarang manusia
sudah menggunakan sabun untuk mencuci piring sehingga peningkatan akan limbah
tak bisa dielakkan lagi.
2.2.2 Definisi Limbah Rumah SakitPengertian limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari
kegiatan Rumah Sakit dalam bentuk padat, cair, pasta (gel) maupun gas yang dapat
mengandung mikroorganisme pathogen bersifat infeksius, bahan kimia beracun, dan
sebagian bersifat radioaktif (Depkes, 2006).
Secara khusus, limbah rumah sakit adalah hasil kegiatan rumah sakit dan
kegiatan penunjang rumah sakit lainnya yang berupa sampah dan limbah (Arifin,
2008).
Menurut Permenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004, limbah rumah sakit
yaitu semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat,
gas dan cair (Kepmenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004).
Berdasarkan pengertian diatas, dapat diartikan bahwa limbah rumah sakit
adalah limbah yang dihasilkan dari semua kegiatan rumah sakit termasuk kegiatan
medis dan non medis yang dapat berbentuk padat, cair dan gas. Limbah rumah sakit
cenderung bersifat infeksius dan kimia beracun yang dapat mempengaruhi
kesehatan manusia, memperburuk kelestarian lingkungan hidup apabila tidak
dikelola dengan baik.
8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali
27/124
13
2.2.3 Macam-macam Limbah Rumah Sakit
Jenis sampah dan limbah rumah sakit dapat dikategorikan dalam jenis yang
komplek, karena secara umum sampah dan limbah rumah sakit dibagi menjadi 2
kelompok besar yaitu :
1. Limbah non klinis atau limbah yang berasal dari kantor atau administrasi
(berupa limbah kertas), unit pelayanan (berupa karton, kaleng, botol), sampah
dari ruang pasien, sisa makanan buangan serta sampah dari dapur (sisa
pembungkus, sisa makanan/bahan makanan, sayur dan lain-lain). Berbagai
macam limbah non klinis ini, meskipun tidak menimbulkan resiko sakit akan
tetapi limbah tersebut cukup merepotkan karena memerlukan tempat yang besar
untuk mengangkut dan membuangnya.2. Limbah klinis, yaitu limbah yang berasal dari pelayanan medis, perawatan,
gigi, veterinari, farmasi, pengobatan, perawatan, penelitian atau pendidikan yang
menggunakan bahan-bahan beracun, infeksius berbahaya atau bisa
membahayakan kecuali jika dilakukan pengamanan tertentu. Bentuk limbah
klinis ini bermacam-macam dan berdasarkan potensi yang terkandung
didalamnya, limbah klinis dapat dikelompokan sebagai berikut:
a. Limbah benda tajam, yaitu suatu alat yang mempunyai sudut, sisi, atau
ujung yang tajam yang dapat memotong atau menusuk kulit seperti jarum
hipodermik, perlengkapan intravena, pipet pasteur , pecahan gelas, serta
pisau bedah. Semua benda tajam ini berbahaya dan dapat menyebabkan
cedera melalui sobekan atau tusukan. Benda-benda tajam yang telah
dibuang mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan
mikrobiologi ataupun bahan beracun.
b. Limbah infeksius, yaitu semua limbah yang berkaitan dengan pasien yang
mengidap penyakit menular, diantaranya limbah laboratorium yang
berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik dan ruang
perawatan/isolasi penyakit menular.
8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali
28/124
14
c. Limbah jaringan tubuh, yaitu limbah yang meliputi organ, anggota badan,
darah dan cairan tubuh, biasanya dihasilkan pada saat pembedahan atau
otopsi.
d. Limbah sitotoksit, yaitu limbah yang berasal dari bahan yang telah
terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi dengan obat sitotoksit selama
peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi sitotoksit.
e. Limbah farmasi, yaitu limbah yang berasal dari obat-obatan yang telah
kadaluarsa, obat-obatan yang terbuang karena tidak memenuhi spesifikasi
atau kemasan yang telah terkontaminasi, obat-obat yang dibuang oleh
pasien atau masyarakat, obat-obatan yang tidak lagi diperlukan oleh
institusi yang bersangkutan serta limbah yang dihasilkan selama produksiobat-obatan.
f. Limbah kimia, yaitu limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia
dalam tindakan medis, dari laboratorium, proses sterilisasi, dan riset.
g. Limbah radioaktif, yaitu limbah yang berasal dari bahan yang
terkontaminasi dengan radioisotop yang berasal dari penggunaan medis
atau riset radio nukleida .Limbah ini dapat berasal dari tindakan kedokteran
nuklir.
(Satmoko Wisaksono, 2000).
Berdasarkan Kepmenkes Republik Indonesia No.1204/Menkes/SK/X/2004,
disebutkan bahwa Limbah Rumah Sakit terbagi menjadi 3 macam yakni;
1. Limbah padat
Limbah padat yaitu semua limbah rumah sakit yang berbentuk padat
sebagai hasil dari kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah medis padat
dan limbah padat non medis.
Limbah medis padat adalah limbah yang berasal langsung dari
tindakandiagnosis dan tindakan medis terhadap pasien. Limbah medis padat
ini terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah
farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah
kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi.
8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali
29/124
15
Sedangkan limbah padat non medis artinya limbah padat yang dihasilkan dari
kegiatan di rumah sakit di luar medis misalnya limbah yang berasal dari
dapur, perkantoran, taman dan halaman yang dapat dimanfaatkan kembali
apabila ada teknologinya. Limbah padat non medis ini misalnya kertas-kertas
pembungkus atau kantong dan plastik yang tidak berkaitan dengan cairan
tubuh. Pewadahan limbah padat non medis dipisahkan dari limbah medis
padat dan ditampung dalam kantong plastik warna hitam khusus untuk limbah
medis non padat.
2. Limbah gas
Limbah gas yaitu semua limbah yang berbentuk gas yang dihasilkan dari
kegiatan pembakaran seperti di insenerator, dapur, perlengkapan generator,anastesi, dan pembuatan obat sitotoksik
3. Limbah cair
Limbah cair artinya semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari
kegiatan rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikrooganisme,
bahan kimia beracun dan radioaktif yang apabila terpapar dapat berbahaya
bagi kesehatan.
(Kepmenkes Republik Indonesia No.1204/Menkes/SK/X/2004)
Menurut Depkes RI (1997) keterpaparan air limbah dapat dibedakan sebagai
berikut:
1. Keterpaparan kimiawi
pemanfaatan hasil pembuangan limbah kimiawi sebagai makanan oleh
mikroba yang terdapat di lingkungan air, selain itu limbah kimiawi di dalam
air membentuk suspensi sebagai koloid atau partikel. Bahan organik dan
garam anorganik masuk kedalam air secara domestik atau industrial yang
pada umumnya memberikan kontribusi terhadap pencemaran air.
Pemeriksaan air secara kimiawi dapat melalui test BOD, COD, TSS dan pH.
Jika sekitar 5 (lima) hari limbah kimiawi menjadi karbon dioksida, secara
8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali
30/124
16
konvensional bahan organik mengalami dekomposisi yang menstabilisasi
polutan organik dalam lingkungan alamiahnya.
2. Keterpaparan Fisik
keterpaparan fisik air dapat dilihat dari bau dan warna. Warna dari air
limbah keabu-abuan dan mengandung kerosin.
3. Keterpaparan Biologi
keterpaparan secara biologis dapat dilihat dariadanya mikroorganisme
patogen yang endemik yang memberi dampak pada kesehatan masyarakat.
(Depkes RI ,1997).
2.2.4 Karakteristik Limbah Rumah SakitBerdasarkan karakteristiknya, limbah rumah sakit memiliki tiga jenis sifat
yang harus diketahui yaitu:
1. Sifat Fisika
a. Padatan
Ditemukan adanya zat padat dalam limbah yang secara umum
diklasifikasikan kedalam dua kelompok besar yaitu padatan terlarut dan
padatan tersuspensi. Padatan tersuspensi terdiri dari partikel koloid dan
partikel biasa. Jenis partikel dapat dibedakan berdasarkan diameternya.
Jenis padatan terlarut maupun tersuspensi dapat bersifat organis dan
anorganis tergantung dari mana sumber limbah. Disamping kedua jenis
padatan ini adalagi padatan terendap karena mempunyai diameter yang
lebih besar dan dalam keadaan tenang dalam beberapa waktu akan
mengendap sendiri karena beratnya. Zat padat tersuspensi yang
mengandung zat-zat organik pada umumnya terdiri dari protein, ganggang
dan bakteri.
b. Kekeruhan
Kekeruhan air dapat dilihat secara langsung karena terdapat partikel
koloidal yang terdiri dari tanah liat, sisa bahan-bahan, protein dan
8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali
31/124
17
ganggang yang terdapat dalam limbah. Kekeruhan inimerupakan sifat
optis larutan. Sifat keruh ini mengurangi nilai estetika.
c. Bau
Sifat bau dari limbah disebabkan karena zat-zat organik yang telah terurai
dalam limbah mengeluarkan gas-gas seperti sulfida atau amoniak yang
menimbulkan penciuman tidak enak yang disebabkan adanya campuran
dari nitrogen, sulfur dan fosfor yang berasal dari pembusukan protein yang
dikandung limbah. Timbulnya bau yang diakibatkan limbah merupakan
suatu indikator bahwa terjadi proses alamiah.
d. Temperatur
Limbah yang mempunyai temperatur panas akan mengganggupertumbuhan biota tertentu. Temperatur yang dikeluarkan suatu limbah
cair harus merupakan temperatur alami. Suhu berfungsi memperlihatkan
aktivitas kimiawi dan biologis. Pada suhu tinggi pengentalan cairan
berkurang dan mengurangi sedimentasi. Tingkat zat oksidasi lebih besar
daripada suhu tiggi dan pembusukan jarang terjadi pada suhu rendah.
e. Warna
Warna dalam air disebabkan adanya ion-ion logam besi dan mangan
(secara alami), humus, plankton, tanaman air dan buangan. Warna
berkaitan dengan kekeruhan dan dengan menghilangkan kekeruhan
kelihatan warna nyata. Demikian pula warna dapat disebabkan oleh zat-zat
terlarut dan zat tersuspensi. Warna menimbulkan pemandangan yang jelek
dalam air limbah meskipun warna tidak menimbulkan racun.
2. Sifat Kimia
Karakteristik kimia air limbah ditentukan oleh Biological Oxygen
Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD) dan logam-logam berat
yang terkandung dalam air limbah. Tes BOD dalam air limbah merupakan
salah satu metode yang paling banyak digunakan sampai saat ini. Metode
pengukuran limbah dengan cara ini sebenarnya merupakan pengukuran tidak
langsung dari bahan organik. Pengujian dilakukan pada temperatur 200 C
8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali
32/124
18
selama 5 hari. Kalau disesuaikan dengan temperatur alami Indonesia maka
seharusya pengukuran dapat dilakukan pada lebih kurang 300 C. Pengukuran
dengan COD lebih singkat tetapi tidak mampu mengukur limbah yang
dioksidasi secara biologis. Nilai-nilai COD selalu lebih tinggi dari nilai BOD.
a. Biological Oxygen Demand (BOD)
Pemeriksaan BOD dalam limbah didasarkan atas reaksi oksidasi zat-zat
organis dengan oksigen dalam air dimana proses tersebut dapat
berlangsung karena ada sejumlah bakteri. Diperhitungkan selama dua hari
reaksi lebih dari sebagian reaksi telah tercapai. BOD adalah kebutuhan
oksigen bagi sejumlah bakteri untuk menguraikan semua zat-zat organik
yang terlarut maupun sebagian tersuspensi dalam air menjadi bahanorganik yang lebih sederhana. Nilai ini hanya merupakan jumlah bahan
organik yang dikonsumsi bakteri. Penguraian zat-zat organis ini terjadi
secara alami. Dengan habisnya oksigen terkonsumsi membuat biota lainnya
yang membutuhkan oksigen menjadi kekurangan dan akibatnya biota yang
memerlukan oksigen ini tidak dapat hidup. Semakin tinggi angka BOD
semakin sulit bagi makhluk air yang membutuhkan oksigen untuk bertahan
hidup.
b. Chemical Oxygen Demand (COD)
Pengukuran kekuatan limbah dengan COD adalah bentuk lain pengukuran
kebutuhan oksigen dalam air limbah. Metode ini lebih singkat waktuya
dibandingkan dengan analisis BOD. Pengukuran ini menekankan
kebutuhan oksigen akan kimia dimana senyawa-senyawa yang diukur
adalah bahan-bahan yang tidak dipecah secara biokimia. Adanya racun atau
logam tertentu dalamlimbah pertumbuhan bakteri akan terhalang dan
pengukuran BOD menjadi tidak realistis. Untuk mengatasinya lebih tepat
meggunakan analisis COD. COD adalah sejumlah oksigen yang
dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat anorganis dan organis sebagaimana
pada BOD. Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat
anorganik. Semakin dekat nilai BOD terhadap COD menunjukkan bahwa
8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali
33/124
19
semakin sedikit bahan anorganik yang dapat dioksidasidengan bahan kima.
Pada limbah yang mengandung logam-logam pemeriksaan terhadap BOD
tidak memberi manfaat karena tidak ada bahan organik dioksida. Hal ini
bisa jadi karena logam merupakan racun bagi bakteri. Pemeriksaan COD
lebih cepat dan sesatannya lebih mudah mengantisipasinya. Perbandingan
BOD dengan COD pada umumnya bervariasi untuk berbagai jenis limbah.
Adapun perbandingan antara BOD dengan COD dapat dilihat pada Tabel
2.1
Tabel 2.1 Perbandingan BOD dengan COD
Jenis air buangan-0,65 BOD/COD
Air Sungai 0,1Dari buangan Rumah Tangga 0,4 – 0,6
Buangan organik 0,5
Buangan anorganik 0,2
Sumber: Perdana Ginting, 2007
c. Metan
Gas metan terbentuk akibat penguraian zat-zat organik dalam kondisi
anaerob pada air limbah. Gas ini dihasilkan oleh lumpur yang membusuk
pada dasar kolam, tidak berdebu, tidak berwarna dan mudah terbakar.
Metan juga dapat ditemukan pada rawa-rawa dan sawah. Suatu kolam
limbah yang menghasilkan gas metan akan sedikit sekali menghasilkan
lumpur, sebab lumpur telah habis terolah menjadi gas metan dan air serta
CO2.
d. Keasaman Air
Keasaman air diukur dengan pH meter. Keasaman ditetapkan berdasarkan
tinggi rendahnya konsentrasi ion hidrogen dalam air. Air buangan yang
mempunyai pH tinggi atau rendah menjadikan air steril dan sebagai
akibatnya membunuh mikroorganisme air yang diperlukan untuk keperluan
biota tertentu.Demikian juga makhluk-makhluk lain tidak dapat hidup
8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali
34/124
20
seperti ikan. Air yang mempunyai pH rendah membuat air korosif terhadap
bahan-bahan konstruksi besidengan kontak air.
e. Alkalinitas
Tinggi rendahnya alkalinitas air ditentukan air senyawa karbonat, garam-
garam hidroksida, kalsium, magnesium, dan natrium dalam air. Tingginya
10 kandungan zat-zat tersebut mengakibatkan kesadahan dalam air.
Semakin tinggi kesadahan suatu air semakin sulit air berbuih. Untuk
menurunkan kesadahan air dilakukan pelunakan air. Pengukuran alkalinitas
air adalah pegukuran kandunganion CaCO3, ion Mg bikarbonat dan lain-
lain.
f. Lemak dan minyak Kandungan lemak dan minyak yang terkandung dalam limbah bersumber
dari instalasi yang mengolah bahan baku mengandung minyak. Lemak dan
minyak merupakan bahan organis bersifat tetap dan sukar diuraikan
bakteri. Limbah ini membuat lapisan pada permukaan air sehingga
membentuk selaput.
g. Oksigen terlarut
Keadaan oksigen terlarut berlawanan dengan keadaan BOD. Semakin
tinggi BOD semakin rendah oksigen terlarut. Keadaan oksigen terlarut
dalam air dapat menunjukkan tanda-tanda kehidupan ikan dan biota dalam
perairan. Kemampuan air untuk mengadakan pemulihan secara alami
banyak tergantung pada tersedianya oksigen terlarut. Angka oksigen yang
tinggi menunjukkan keadaan air semakin baik. Pada temperatur dan
tekanan udara alami kandungan oksigen dalam air alami bisa mencapai 8
mg/liter. Aerator salah satu alat yang berfungsi meningkatkan kandungan
oksigen dalam air. Lumut dan sejenis ganggang menjadi sumber oksigen
karena proses fotosintesis melalui bantuan sinar matahari. Semakin banyak
ganggang semakin basar kandungan oksigennya.
8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali
35/124
21
h. Klorida
Klorida merupakan zat terlarut dan tidak menyerap. Sebagai klor bebas
berfungsi desinfektan tetapi dalam bentuk ion yang bersenyawa dengan
ionnatrium menyebabkan air menjadi asin dan dapat merusak pipa-pipa
instalasi.
i. Phospat
Kandungan phospat yang tinggi menyebabkan suburnya algae
danorganisme lainnya yang dikenal dengan eutrofikasi. Ini terdapat pada
ketel uap yang berfungsi untuk mencegah kesadahan. Pengukuran
kandungan phospat dalam air limbah berfungsi untuk mencegah tingginya
kadar phospat sehingga tumbuh-tumbuhan dalam air berkurang jenisnyadan pada gilirannya tidak merangsang pertumbuhan tanaman air.
Kesuburan tanaman ini akan menghalangi kelancaran arus air. Pada danau
suburnya tumbuh-tumbuhan air akan mengakibatkan berkurangnya oksigen
terlarut.
3. Sifat Biologi
Mikroorganisme ditemukan dalam jenis yang sangat bervariasi hampir
dalam semua bentuk air limbah, biasanya dengan konsentrasi 105-108
organisme/ml. Kebanyakan merupakan sel tunggal yang bebas ataupun
berkelompok dan mampu melakukan proses-proses kehidupan (tumbuh,
metabolisme, dan reproduksi).Secara tradisional mikroorganisme dibedakan
menjadi binatang dan tumbuhan. Namun, keduanya sulit dibedakan. Oleh
karena itu, mikroorganisme kemudian dimasukkan kedalam kategori protista,
status yang sama dengan\ binatang ataupun tumbuhan. Virus diklasifikasikan
secara terpisah. Keberadaan bakteri dalam unit pengolahan air limbah
merupakan kunci efisiensi proses biologis. Bakteri juga berperan penting
dalam mengevaluasi kualitas air.
a. MPN Coliform
Metode yang digunakan untuk mengetahui jumlah Coliform biasanya
adalah metode MPN (Most Probable Number) dengan cara fermentasi
8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali
36/124
22
tabung ganda. Metode ini lebih baik bila dibandingkan dengan metode
hitungan cawan karena lebih sensitif dan dapat mendeteksi Coliform
dalam jumlah yang sangat rendah.
Prinsip dari metode MPN adalah sifat bakteri yang berkembang
baik dalam waktu 24 sampai 72 jam pada suhu tertentu dan dalam
suasana yang cocok yaitu tersuspensi dalam kaldu (borth media) yang
mengandung gizi untuk pertumbuhannya. Bakteri-bakteri tersebut dapat
dideteksi karena jenis bakteri tersebut mampu meragikan (fermentasi)
salah satu unsur zat gizi seperti laktosa yng akibat proses peragian
tersebut terbentuklah gas, gelembung-gelembung gas ini menunjukkan
adanya bakteri tersebut (Basri, Hadi, dkk, 2014)Parameter MPN Coliform adalah pemeriksaan bakteriologis air
bersih yang ditujukan untuk melihat adanya kemungkinan pencemaran
oleh kotoran maupun tinja. Bakteri yang termasuk jenis coliform antara
lain: Escheria coli, Aerobacter aerogenes, dan Eschericia freundii. Sifat
bakteri golongan coliform adalah berbentuk batang, tidak dapat
membentuk spora, gram negatif, hidup aerob atau anaerob fakultatif dan
dapat meragikan laktosa dengan membentuk gas. Ambang batas MPN
Coliform : 10.000 kuman/100ml.
2.2.5 Sumber Limbah Rumah Sakit
1. Limbah cair
Tabel 2.2 Sumber limbah berdasarkan golongan
Golongan Contoh
Golongan tindakan pelayanan Sisa kumur, limbah cair pembersih alat medis
Golongan ekskresi manusia Dahak, air seni, tinja, darah
Golongan penunjang pelayanan Limbah cair dari instalasi gizi, limbah cair dari
kendaraan. Limbah cair dari laundry
Sumber: Sakti A. Siregar, 2005
8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali
37/124
23
Sumber limbah cair diatas dapat dikelompokkan menjadi 7 (tujuh) bagian
yang terdiri dari:
a. Kegiatan dapur
b. Kegiatan laundry
c. Kegiatan rawat inap
d. Kegiatan laboratorium
e. Kegiatan instalasi gawat darurat
f. Kegiatan bedah
g. Kegiatan radiologi
Limbah cair yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit berasal dari semua
kegiatan yang ada didalamnya. Jenis kegiatan tersebut memiliki kekhususanmasing-masing dan diperlukan perhatian terhadap limbah cair yang berbahaya dan
limbah cair yang infeksius.
2. Limbah Padat
Berikut adapula tabel jenis limbah atau sampah menurut sumbernya
berdasarkan Departemen Kesehatan Republik Indonesia :
Tabel 2.3. Jenis Limbah/Sampah Menurut Sumbernya
No Sumber/Area Jenis limbah/Sampah
1 Kantor/Administrasi Kertas
2 Unit obstetric dan ruang perawatan
obstretric
Dressing (pembalut/pakaian), placenta,
sponge (sepon/penggosok)jarum syringe
(alat semprot), masker disposable
(masker yang dapat dibuang),
dosposable drapes (tirai/kain yang dapat
dibuang), sanitary napkin (serbet), blood
lancet disposable (pisau bedah)
3 Unit emergency dan bedah termasuk ruang
perawatan
Dressing (pembalut/pakaian), Dressing
(pembalut/pakaian), placenta, sponge
(sepon/penggosok)jarum syringe (alat
8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali
38/124
24
semprot),
4 Unit Laboratorium, ruang mayat, patologi
dan autopsi
Gelas terkontaminasi, termasuk pipet
patri dish, wadah specimen (contoh).
Slide specimen (kaca/alat sorong),
jaringan tubuh, organ, tulang.
5 Unit Isolasi Bahan-bahan kertas yang mengandung
buangan nasal (hidung) dan sputum
(dahak/air liur), dressing
(pembalut/pakaian) dan bandages
(perban), masker disposable (masker
yang dapat dibuang), sisa makanan,perlengkapan makan.
6 Unit Perawatan Ampul, jarum disposable dan syringe
(alat semprot), kertas dan lain-lain.
7 Unit Pelayanan Karton< kertas bungkus, kaleng, botol,
sampah dari ruang umum dan pasien,
sisa makanan buangan
8 Unit gizi/dapur Sisa pembungkus, sisa makanan/bahan
makanan sayuran dan lain-lain
9 Halaman Rumah Sakit Sisa pembungkus, daun ranting, debu.
Sumber : Depkes RI (1995)
Limbah padat yaitu semua limbah rumah sakit yang berbentuk padat sebagai
hasil dari kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah medis padat dan limbah
padat non medis.
2.2.5 Peraturan dan Baku Mutu Limbah Rumah Sakit
Pada dasarnya limbah yang dihasilkan rumah sakit mempunyai potensi besar
dapat mencemari lingkungan dan menimbulkan penyakit. Oleh karena itu, peraturan
dan penetapan baku mutu untuk limbah rumah sakit terutama untuk limbah cair
perlu diterapkan. Menurut KEPMENLH RI No. 58/MENLH/12/1995 mengenai
8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali
39/124
25
baku mutu limbah cair bagi kegiatan rumah sakit baku mutu limbah cair rumah sakit
adalah batas maksimal limbah cair yang diperbolehkan dibuang kelingkungan dari
suatu kegiatan rumah sakit. Baku mutu limbah cair rumah sakit dapat dilihat pada
tabel 2.4.
Tabel 2.4 Baku mutu limbah cair rumah sakit
Parameter Kadar Maksimum
Fisika
Suhu 30˚C
Kimia
pH 6-9
BOD5 50 mg/L
COD 80 mg/L
TSS 30 mg/L
NH,Bebas 0.1 mg/L
PO 2 mg/L
Mikrobiologik
MPN-Kuman Golongan
Koli/100mL
10.000
Radioaktivitas
P 7 x 10 Bq/L
S 2 x 10 Bq/L
4Ca 3 x 10 Bq/L
Cr 7 x 10 Bq/L
4Ga 1 x 10 Bq/L
4
Sr 4 x 10 Bq/L
Mo 7 x 10 Bq/L
11Sn 3 x 10 Bq/L
1 I 1 x 10 Bq/L
8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali
40/124
26
1 1I 7 x 10 Bq/L
1 Ir 1 x 10 Bq/L
1TI 1 x 10 Bq/L
Parameter Kadar Maksimum
Sumber: KempenLH, 1995.
Baku mutu tersebut ditinjau secara berkala sekurang-kurangnya sekali dalam
5 tahun oleh penanggung jawab atau pengelola rumah sakit. (KepmenLH RI
No.58/MENLH/12/1995).
Setiap penanggung jawab atau pengelola rumah sakit wajib:
a. Melakukan pengelolaan limbah cair sebelum dibuang ke lingkungan
sehingga mutu limbah cair yang dibuang kelingkungan tidak melampaui
baku mutu limbah cair yang telah ditetapkan
b. Membuat saluran pembuangan limbah cair tertutup dan kedap air sehingga
tidak terjadi perembesan ketanah serta terpisah dengan saluran limpahan air
hujan
c. Memasang alat ukur debit laju alir limbah cair dan melakukan pencatatan
debit harian limbah cair tersebut
d. Memeriksakan kadar parameter baku mutu limbah cair kepada laboratorium
yang berwenang sekurang-kurangnya satu kali dalam sebulan
e. Menyampaikan laporan tentang catatan debit harian dan kadar parameter
baku mutu limbah cair sekurang-kurangnya tiga bulan sekali kepada
gubernur dengan tembusan Menteri, Kepala Bapedal, atau instansi teknis
yang membidangai rumah sakit dan dianggap perlu sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku (KepmenLH RI
No.58/MENLH/12/1995).
2.2.7 Peraturan Perundang-Undangan Tentang Pengelolaan Limbah Cair Rumah Sakit
Pentingnya pengelolaan limbah cair rumah sakit telah dijelaskan pada
beberapa peraturan perundang-undangn di Indonesia diantaranya adalah UU No.
8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali
41/124
27
20/1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air (pasal 17) yang bunyinya “ Setiap
orang atau badan yang membuang limbah cair wajib menaati baku mutu limbah
cair sebagaimana ditentukan dalam izin pembuangan limbah cair yang ditetapkan
baginya.” Peraturan lain yang berkaitan dengan pengelolaan air limbah rumah sakit
ialah Undang-undang Republik Indonesia No. 23/1992 tentang Kesehatan,
Peraturan Menteri Kesehatan No.173/Menkes/Per/VIII/1997, tentang Pengawasan
Pencemaran Air dari Badan Air untuk Berbagai Kegunaan yang Berhubungan
dengan Kesehatan, Keputusan Direktur Jenderal PPM dan PLP No. HK.00.06.6.44
tentang Persyaratan & Petunjuk Teknis Tatacara Penyehatan Lingkungan. Undang-
undang dan peraturan lainnya yang mewajibkan rumah sakit memiliki IPAL adalah
UU No. 44/2009 tentang Rumah Sakit, Permenkes No. 147 tahun 2010 tentangPerizinan Rumah Sakit dan Kepmenkes No. 1204 tahun 2004 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
2.2.8 Pengelolaan Air Limbah Rumah Sakit
Pengelolaan air limbah rumah sakit merupakan bagian yang sangat penting
dalam upaya penyehatan lingkungan rumah sakit. Pengelolaan limbah ini bertujuan
untuk melindungi masyarakat dari bahaya pencemaran lingkungan. Air limbah yang
tidak ditangani secara benar akan mengakibatkan dampak negatif bagi lingkungan
maupun kesehatan. Maka dari itu, diperlukan pengelolaan yang baik agar apabila
limbah tersebut dibuang ke suatu areal tertentu (badan air) tidak menimbulkan
pencemaran. Pengelolaan limbah cair ini dikelola dengan bantuan Instalasi
Pengolahan Air limbah (IPAL) yang dimiliki oleh rumah sakit.
Setiap proses dalam pengelolaan limbah akan menghasilkan hasil olahan
limbah yang ramah lingkungan. Hasil olahan limbah merupakan buangan yang tidak
menghasilkan bahan-bahan pencemar karena sudah melewati tahapan treatment
untuk mengurangi bahkan menghilangkan bahan pencemar, menginngat zat
pencemar tersebut dapat membahayakan lingkungan terutama kesehatan maka
dilakukanlah pengolahan air limbah rumah sakit.
8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali
42/124
28
Pengolahan limbah rumah sakit dapat dilakukan dengan cara fisika, kimia
dan biologi atau gabungan dari ketiga sistem pengolahan tersebut. Pengolahan
limbah secara biologis dapat digolongkan menjadi dua pengolahan, yaitu
pengolahansecara aerob (menggunakan oksigen) dan pengolahan secara anaerob
(tidak menggunakan oksigen). Berdasarkan sistem unit operasinya teknologi
pengolahan limbah dibagi menjadi unit operasi fisika, unit operasi kimia dan unit
operasi biologi. Sedangkan bila dilihat dari tigkat perlakuanpengolahan maka sistem
perlakuan limbah diklasifikasikan menjadi: pretreatment system, primary treatment
system, secondarytreatment system dan tertiary treatment system (Perdana Ginting,
2007).
2.2.9 Teknik Pengolahan Limbah Medis
Ada beberapa cara yg dilakukan dalam pengolahan limbah medis
diantaranya adalah :
• Chemical decontamination
• Steam autoclaving
• Inceneration
• Landfilling
(Sulaiman, 2001)
Penanganan limbah medis lebih dominan menggunakan system inceneration,
karena dari segi biaya lebih murah selain itu dapat mengurangi massa dan volume
sehingga untuk penanganan berikutnya menjadi lebih mudah. Limbah dapat
ditangani dalam waktu yang relatif lebih singkat daripada pengolahan secara biologi
maupun sistem landfill dan area yang dibutuhkan relatif lebih kecil. Pada dasarnya
semua jenis sampah selain batu dan logam dapat diproses dengan incinerator dalam
segala kondisi basah maupun kering akan tetapi apabila yang dikehendaki hanya
sampah non degradable saja yang akan dibakar pada suhu yang tinggi maka akan
sangat menghemat bahan bakar. Bahan bakar yang akan digunakan diantaranya
adalah minyak bakar MFO, gasatau gasifikasi batubara, pemilihan bahan bakar akan
8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali
43/124
29
menentukan kost operasional. Oleh karena itu akan sangat tepat apabila dipilih
bahan bakar gas karena bila produksi metan dari kompos sudah berjalan dan sebagai
bahan bakar cadangan dari gasifikasi batubara. Apabila dipilih sejak awal untuk
pembakaran pada incinerator menggunakan bahan bakar gas maka tidak ada
perubahan pada burner sehingga akan menghemat biaya beli burner (Sulaiman,
2001).
Teknologi incinerator adalah salah satu alat pemusnah sampah yang
dilakukan pembakaran pada suhu tinggi, dan secara terpadu dapat aman bagi
lingkungan sehingga pengoperasiannya pun mudah dan aman, karena keluaran
emisi yang dihasilkan berwawasan lingkungan dan dapat memenuhi persyaratan
dari Kementerian Lingkungan Hidup sesuai dengan Kep.Men LH No.13/ MENLH/3/1995. Insinerator mengurangi volume sampah hingga 95-96%,
tergantung komposisi dan derajat recovery sampah. Ini berarti insinerasi tidak
sepenuhnya mengganti penggunaan lahan sebagai area pembuangan akhir, tetapi
insinerasi mengurangi volume sampah yang dibuang dalam jumlah yang signifikan.
Incinerator dilengkapi mesin pembakar dengan suhu tinggi yang dalam waktu relatif
singkat mampu membakar habis semua sampah tersebut hingga menjadi abu.
Pembakaran sampah ini digunakan dengan sistim pembakaran bertingkat (double
chamber ), sehingga emisi yang keluar melalui cerobong tidak berasap dan tidak
berbau, dan menggunakan sitem cyclon yang pada akhirnya hasil pembakaran tidak
memberikan pengaruh polusi pada lingkungan. Selain itu incinerator dilengkapi
dengan 2 sistem pembakaran yang dikendalikan secara otomatis.
Burner yang digunakan dapat menghasilkan panas dengan cepat, serta
dilengkapi dengan blower untuk mempercepat proses pembakaran hingga mampu
menghasilkan panas yang tinggi. Pemilihan incinerator yang akan digunakan
disesuaikan dengan keadaan lingkungan, jenis dan komposisi sampah, serta volume
sampah, sehingga dapat dilakukan secara lebih efisien baik prosesnya maupun
transportasi dan tenaga operasionalnya, serta pula penggunaan lahan lebih efisien.
Meminimalkan sampah yang berukuran besar dan berat untuk dapat dipilah masuk
ke dalam tempat tersendiri. Untuk menjaga kesempurnaan pembakaran di
8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali
44/124
8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali
45/124
31
senyawa sederhana seperti CO2 dan H2O. Insenarator efektif terutama untuk
buangan organik dalam bentuk padat, cair, gas, lumpur cair (slurries) dan lumpur
padat (sludge). Proses ini tidak biasa digunakan limbah organik seperti lumpur
logam berat (heavymetal sludge) dan asam anorganik. Zat karsinogenik patogenik
dapat dihilangkan dengan sempurna bila insinerator dioperasikan dengan benar.
Jenis insinerator yang paling umum diterapkan dalam membakar limbah padat B3
adalah rotary kiln, multiple hearth, fluidized bed, open pit, single chamber, multiple
chamber, aqueouswaste injection, dan starved air unit (Sulaiman, 2001).
Jenis insinerator yang biasanya digunakan untuk limbah rumah sakit adalah
jenis controlled-air, yang dikenal di pasaran sebagai pembakaran secara starved air
atau secara modular atau secara pyrolytic. Sistem ini disebut demikian karena jenisini dioperasikan dengan dua ruangan yang bekerja secara seri. Ruangan pertama
(bagian limbah padat) difungsikan pada kondisi substoichiometris (beberapa jenis
dijumpai juga pada model kiln), sedang ruangan kedua (bagian limbah gas) di
fungsikan pada kondisi udara yang berlebih. Menurut Brunner (1996) dalam Nadia
Paramita (2007) menyatakan bahwa untuk mengolah limbah infeksius hingga saat
ini telah dibuat insinerator dengan berbagai nama seperti insinerator medis,
insinerator infeksius ataupun insinerator limbah patologi. Akan tetapi 90% dari
instalansi yang dibangun untuk mengatasi limbah rumah sakit selama dua dekade ini
menggunakan prinsip Controlled Air Incinerator. Komponen-komponen utama
dalam insinerator ini terdiri dari Primary Combustion Chamber, Secondary
Combustion Chamber, Boiler, Air Pollution Control Devices Stack. Pada umumnya
incinerator dengan primary chamber mengkonversi limbah sehingga menghasilkan
emisi berupa partikulat. Untuk itu perlu pollution control device berupa wet dan dry
scrubbers pada insinerator rumah sakit yang manfaatnya adalah mengurangi emisi
partikel (0,01-0,03 grft), mengurangi gas asam HCL, mengurangi sifat patogen dan
mencegah racun terbebas di udara (Sabayang, 1999)
8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali
46/124
32
2.2.11 Fungsi Incinerator
Incinerator bahkan sudah menjadi sarana standar untuk menangani limbah
medis yang dihasilkan dari berbagai kegiatan medis di rumah sakit. Fungsi atau
kegunaan incinerator selain dapat mengurangi massa dan volumenya yg lebih utama
dan penting adalah mendestruksi materi-materi yg berbahaya seperti
mikroorganisme pathogen dan meminimalisir pencemaran udara yg dihasilkan dari
proses pembakaran sehingga gas buang yg keluar dari cerobong menjadi lebih
terkontrol dan ramah lingkungan (Sabayang, 1996).
Sebuah incinerator dapat berfungsi dengan baik jika memenuhi kriteria
tersebut diatas dan ada beberapa parameter yang harus dipenuhi diantaranya yaitu
suhu, waktu dan turbulensi. Suhu : suhu menjadi faktor yang sangat berperan dalampembakaran, keberhasilan dari suatu proses pembakaran ditentukan oleh tercapainya
suhu yang diinginkan dari jenis materi limbah yg akan dibakar, hal ini juga
berhubungan erat dengan pasokan udara atau oksigen untuk mengoksidasi limbah,
bentuk ruang bakar, jenis refraktori yang digunakan dan ketebalan dinding
incinerator juga akan mempengaruhi suhu ruang bakar. Ruang bakar berbentuk
bulat rambatan suhunya menjadi lebih sempurna dibanding ruang bakar berbentuk
kotak, karenanya suhu yang tidak cukup akan menghasilkan pembakaran yang tidak
sempurna sehingga akan menimbulkan masalah baru yaitu pencemaran udara.
Waktu : materi-materi yang terdapat dalam limbah mempunyai nilai kalor yang
berbeda-beda, sampah yang basah tentu akan lebih panjang waktu pembakarannya
dibanding sampah kering, oleh sebab itu waktu ada kaitannya dengan kebutuhan
berapa lama suatu bahan harus dibakar dan berapa derajad temperatur yang
dibutuhkan agar dapat terbakar dengan sempurna. Turbulensi : untuk incenerator
kapasitas besar hal ini sangat perlu untuk diperhatikan karena berkaitan dengan
jumlah sampah yang akan dibakar dengan suplai oksigen yang masuk agar sampah
tersebut dapat terurai dengan sempurna (Sabayang, 1996).
8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali
47/124
33
2.2.12 Prinsip Kerja Insinerator
Proses insenerasi akan berlangsung melalui 3 tahapan, yaitu:
a. Tahapan pertama adalah membuat air dalam sampah menjadi uap air,
hasilnya limbah menjadi kering dan siap terbakar.
b. Selanjutnya terjadi proses pirolisis, yaitu pembakaran tidak sempurna,
dimana temperatur belum terlalu tinggi.
c. Fase berikutnya adalah pembakaran sempurna. Ruang bakar pertama
digunakan sebagai pembakar limbah, suhu dikendalikan antara 400°C -
600°C. Ruang bakar kedua digunakan sebagai pembakar asap dan bau
dengan suhu antara antara 600 °C - 1200 °C. Suplay oksigen dari udara
luar ditambahkan agar terjadi oksidasi sehingga materi-materi limbah
akan teroksidasi dan menjadi mudah terbakar, dengan terjadi proses
pembakaran yang sempurna, asap yang keluar dari cerobong menjadi
transparan (Sabayang, 1996)
2.2.13 Keuntungan Menggunakan Incinerator
Keuntungan menggunakan incinerator tentunya dapat mengurangi volume
sampah, dapat membakar beberapa jenis sampah termasuk sampah B3 (toksik
menjadi non toksik, infeksius menjadi non infeksius), lahan yang dibutuhkan relatif
tidak luas, pengoperasiannya tidak tergantung pada iklim, dan residu abu dapat
digunakan untuk mengisi tanah yang rendah (Sabayang, 1996).
2.2.14 Kelemahan menggunakan incinerator
Tidak semua jenis sampah dapat dimusnahkan terutama sampah dari logam
dan botol, serta dapat menimbulkan pencemaran udara bila tidak dilengkapi dengan
pollution control berupa cyclon (udara berputar) atau bag filter (penghisap debu).
Hasil pembakaran berupa residu serta abu dikeluarkan dari incinerator dan ditimbun
dilahan yang rendah. Sedangkan gas/partikulat dikeluarkan melalui cerobong
setelah melalui sarana pengolah pencemar udara yang sesuai (Sabayang, 1996).
8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali
48/124
34
2.2.15 Dampak Penggunaan Incinerator pada Limbah Rumah Sakit
Rumah sakit yang besar mungkin mampu membeli insinerator sendiri.
Insinerator berukuran kecil atau menengah dapat membakar pada suhu 1300°C –
1500°C atau lebih tinggi dan mungkin dapat mendaur ulang sampai 60% panas yang
dihasilkan untuk kebutuhan energi untuk melayani insinerasi limbah rumah sakit
yang berasal dari rumah sakit lain. Insinerator modern yang baik tentu saja memiliki
beberapa keuntungan antara lain kemampuannya menampung limbah klinik maupun
bukan klinik, termasuk benda tajam dan produk farmasi yang tidak terpakai.
Insinerasi memiliki banyak manfaat untuk mengolah berbagai jenis sampah seperti
sampah medis dan beberapa jenis sampah berbahaya di mana patogen dan racun
kimia bisa hancur dengan temperatur tinggi. Limbah padat yang berasal industriyang berupa sludge, atau dari pemukiman yang berupa sampah domestik, maupun
limbah padat medis dari rumah sakit dapat dimusnahkan dengan sempurna
menggunakan teknik insinerasi.
Proses pembakaran dengan insinerator berlangsung pada suhu tinggi (600°C
-800°C), pada suhu tersebut limbah padat organik sudah dapat hancur terbakar dan
abu yang dihasilkan akan dalam keadaaan bersih /steril. Gas hasil pembakaran
limbah tersebut dibakar juga pada suhu yang lebih tinggi yaitu antara 800°C -
1000°C, gas buangnya yang bersih dan emisinya terkendali berada dibawah ambang
batas ( Untuk keuntungan jika menggunakan incinerator adalah dapat mengurangi
volume sampah, dapat membakar beberapa jenis sampah termasuk sampah B3
(toksik menjadi nontoksik, infektius menjadi non infektius), lahan yang dibutuhkan
relative tidak luas, pengoperasiannya tidak tergantung pada iklim dan residu abu
dapat digunakan untuk mengisi tanah yang rendah. Selain itu insinerator pada
rumah sakit bermanfaat untuk mengurangi emisi partikel (0,01 – 0,03 gr/ft3),
mengurangi gas asam (HCL), mengurangi sifat patogen mencegah racun terbebas di
udara.
Sedangkan untuk kerugian jika menggunakan insinerator adalah tidak semua
jenis sampah dapat di hancurkan atau dimusnahkan terutama sampah dari logam dan
botol serta dapat menimbulkan pencemaran udara berupa emisi yang berbentuk
8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali
49/124
35
dioksin dan logam berat sepertiAs, Cd, Cr, Pb, Mn, Hg dan dapat menimbulkan
asap dengan kandungan debu (ash) juga particulate matter dengan berbagai ukuran.
Agar hal tersebut tidak terjadi maka sebaiknya incinerator dilengkapi dengan
pollution control berupa cyclone (udara berputar) atau bag filter (penghisap debu).
Hasil pembakaran berupa residu serta abu yang dikeluarkan dari insinerator
dan ditimbun dilahan yang rendah. Sedangkan gas/partikulat dikeluarkan melalui
cerobong setelah melalui sarana pengolah pencemar udara yang sesuai. Sedangkan
insinerator, yang menerapkan teknik pembakaran pada sampah medis, bukan berarti
tanpa cacat. Teknik insenerasi merupakan sumber utama zat dioksin yang sangat
beracun. Penelitian terakhir menunjukkan zat dioksin inilah yang menjadi pemicu
tumbuhnya kanker pada tubuh (Depkes RI, 2004).Sebagaimana termaktub dalam Undang-undang No. 9 tahun 1990 tentang
Pokok-pokok Kesehatan, bahwa setiap warga berhak memperoleh derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya. Ketentuan tersebut menjadi dasar bagi pemerintah untuk
menyelenggarakan kegiatan yang berupa pencegahan dan pemberantasan penyakit,
pencegahan dan penanggulangan pencemaran, pemulihan kesehatan, penerangan
dan pendidikan kesehatan kepada masyarakat (Depkes RI, 2004).
2.2.16 Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Rumah Sakit
2.2.16.1 Definisi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
IPAL atau Instalasi Pengolahan Air Limbah adalah seperangkat peralatan
beserta perlengkapannya yang memproses/mengolah limbah cair sisa proses
kegiatan dari pabrik/industri, domestik, dan rumah sakit, sehingga limbah tersebut
layak di buang ke lingkungan ( Anonim1, 2011).
IPAL ialah suatu sistem pengolah yang mampu menurunkan kandungan
pencemar air limbah yang berpotensi mencemari lingkungan sampai batas yang
disyaratkan pemerintah sehingga layak dibuang ke lingkungan. Tujuannya untuk
mengurangi dampak buruk polutan di dalam air limbah dan mengendalikan
pencemaran lingkungan (Anonim2 , 2007).
8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali
50/124
36
2.2.16.2 Peraturan Tentang Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 986 / MENKES / PER / XI /
1992 tanggal 14 November 1992 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit dan Keputusan Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular
dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman No. HK.00.06.44 tanggal 18 Februari
1993 tentang Persyaratan dan Petunjuk Teknis Tata Cara Penyehatan Lingkungan
Rumah Sakit mempersyaratkan fasilitas pembuangan limbah sebagai berikut :
1. Saluran pembuangan limbah harus menggunakan sistem saluran tertutup, kedap
air, dan limbah harus mengalir dengan lancar.
2. Rumah Sakit harus memiliki unit pengolahan limbah sendiri atau bersama-sama
secara kolektif dengan bangunan disekitarnya yang memenuhi persyaratan teknis,
apabila belum ada atau tidak terjangkau sistem pengolahan air limbah perkotaan.
3. Kualitas air limbah rumah sakit yang akan dibuang ke lingkungan harus
memenuhi persyaratan baku mutu sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Untuk melindungi lingkungan dari kegiatan rumah sakit, buangan air limbah
dari rumah sakit diatur oleh Keputusan Menteri Lingkungan Hidup. Dalam
keputusan ini, manajemen rumah sakit harus memeriksakan standar kualitas air
limbahnya pada laboratorium yang kompeten minimal sebulan sekali dan
melaporkan hasilnya kepada pemerintah setidaknya tiga bulan sekali (Permenkes
RI, 1992).
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan nomor 1204 tahun 2004 tentang
persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit maka limbah Cair harus meengikuti
ketentuan sebagai berikut:
1. Limbah Cair harus dikumpulkan dalam kontainer yang sesuai dengan keterpaparan
bahan kimia dan radiologi, volume, dan prosedur penanganan dan penyimpangannya.
2. Saluran pembuangan limbah harus menggunakan sistem saluran tertutup, kedap
air, dan limbah harus mengalir dengan lancar, serta terpisah dengan saluran air hujan.
8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali
51/124
37
3. Rumah sakit harus memiliki instalasi pengolahan limbah cair sendiri atau bersama-
sama secara kolektif dengan bangunan disekitarnya yang memenuhi persyaratan
teknis, apabila belum ada atau tidak terjangkau sistem pengolahan air limbah
perkotaan.
4. Perlu dipasang alat pengukur debit limbah cair untuk mengetahui debit harian
limbah yang dihasilkan.
5. Air limbah dari dapur harus dilengkapi penangkap lemak dan saluran air limbah
harus dilengkapi/ditutup dengan gril.
6. Air limbah yang berasal dari laboratorium harus diolah di Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL), bila tidak mempunyai IPAL harus dikelola sesuai kebutuhan yang
berlaku melalui kerjasam dengan pihak lain atau pihak yang berwenang.
7. Frekuensi pemeriksaan kualitas limbah cair terolah (effluent ) dilakukan setiap
bulan sekali untuk swapantau dan minimal 3 bulan sekali uji petik sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
8. Rumah sakit yang menghasilkan limbah cair yang mengandung atau terkena zat
radioaktif, pengelolaannya dilakukan sesuai ketentuan BATAN (Permenkes RI,
2004).
2.2.16.3 Tujuan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Berdasarkan pengertian dari IPAL itu sendiri, dapat diketahui tujuan dari
Instalasi Pengolahan Air Limbah khususnya untuk Rumah Sakit. Adapun, tujuan
dari IPAL Rumah Sakit adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengolah air limbah/limbah cair rumah sakit,
2. Mengurangi/menghilangkan kadar dari bahan-bahan kimia berbahaya, mikrobamaupun zat radioaktif yang dapat membahayakan lingkungan dan makhluk hidup,
3. Meningkatkan kesehatan lingkungan rumah sakit, dan
8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali
52/124
38
4. Mengurangi resiko penyakit yang mungkin timbul akibat limbah yang dihasilkan
dari kegiatan rumah sakit.
2.2.16.4 Manfaat dan Fungsi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Instalasi Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit memiliki beberapa manfaat
bagi lingkungan, masyarakat dan bagi rumah sakit itu sendiri. Berdasarkan
pengertian, peraturan perundang-undangan mengenai pentingnya IPAL rumah sakit
maka dapat diketahui manfaat dan fungsi IPAL rumah sakit, yaitu:
1. Mempermudah manusia dalam mengolah limbah cair rumah sakit,
2. Mengolah air limbah rumah sakit sehingga aman jika dibuang ke lingkungan, dan
3. Dapat mengurangi dampak pencemaran lingkungan (air dan tanah) akibat limbah
cair tersebut.
2.2.16.4 Klasifikas