Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali

    1/124

    PRODI TEKNIK LINGKUNGAN

    FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

     Jl. Achmad Yani Km. 36 Fakultas Teknik UNLAM Banjarbaru 70714,

    Telp : (0511) 4773868 Fax: (0511) 4781730,Kalimantan Selatan,

     Indonesia

  • 8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali

    2/124

    Ucapan terimakasih kami ucapkan kepada :

    Rektor Universitas

    Lambung Mangkurat

    Prof. Dr. H. Sutarto Hadi,

    M.Si, M.Sc.

    Anggota Kelompok :

    Tanty Puspa Sari

    Elsa Nadia Pratiwi

    Rifda Iklila Ananda

    Dosen Mata Kuliah

    Kesehatan Lingkungan

    Kerja Rd. Indah Nirtha

    NPS, ST., M.Si

    Dosen Mata Kuliah

    Kesehatan Lingkungan

    Kerja Prof. Dr.

    Qomariyatus Sholihah,

    Amd. Hyp., S.T., Mkes.

    Kepala Prodi Teknik 

    Lingkungan

    Universitas

    Lambung Mangkurat

    Dr. Rony Riduan,

    ST.,MT.

    Dekan Fakultas

    Teknik 

    Universitas

    Lambung

    Mangkurat Dr-

     

  • 8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali

    3/124

    TUGAS BESAR KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA

    ANALISA KUALITAS LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT

    UMUM DAERAH BANJARBARU

    Dosen :

    Prof. Dr. Qomariyatus Sholihah, Amd. Hyp. ST. Mkes

    Oleh :

    Tanty Puspa Sari H1E113011

    Elsa Nadia Pratiwi H1E113014

    Rifda Iklila Ananda H1E113236

    PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

    FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

    BANJARBARU

    2015

  • 8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali

    4/124

    HALAMAN PENGESAHAN

    Judul Skripsi : ANALISA KUALITAS LIMBAH CAIR RUMAH

    SAKIT

    UMUM DAERAH BANJARBARU

    Nama Mahasiswa : TANTY PUSPA SARI H1E113011

    ELSA NADIA PRATIWI H1E113014

    RIFDA IKLILA ANANDA H1E113236

    Program Studi : Teknik Lingkungan

    Peminatan : Kesehatan Lingkungan Kerja

    Disahkan Oleh

    Dosen Pembimbing

    Prof. Dr.Qomariyatus Sholihah,Amd.Hyp.ST.MKes

  • 8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali

    5/124

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang mana atas berkat

    dan Rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas besar ini

    dengan judul “Analisa Kualitas Limbah Cair Rumah Sakit Umum Daerah

    Banjarbaru”. Tugas besar ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan

    kelulusan mata kuliah Kesehatan Lingkungan Kerja di Fakultas Teknik (FT)

    Universitas Lambung Mangkurat (UNLAM).

    Tersusunnya tugas besar ini, tidak terlepas dari dukungan dan bantuan serta

    bimbingan dari berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan ini penulis ingin

    menyampaikan terima kasih, kepada :

    1. Prof. Dr. Qomariyatus Sholihah, Amd. Hyp. ST. Mkes selaku dosen

    pembimbing mata kuliah Kesehatan Lingkungan Kerja yang telah

    memberikan waktu dan bimbingan dalam proses penulisan skripsi ini.

    2. Pihak Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru yang telah bersedia

    memberikan izin untuk melaksanakan observasi dalam rangka penyusunan

    tugas besar ini.

    3. Semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyeleseian tugas besar ini.

    Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih

    membutuhkan banyak masukkan dan kritikan dari berbagai pihak yang sifatnya

    membangun dalam memperkaya tugas besar ini.

    Namun demikian, penulis berharap semoga ini menjadi sumbangan berguna

    bagi ilmu pengetahuan khususnya ilmu Kesehatan Lingkungan Kerja.

    Banjarbaru, Desember 2015

    Penulis

  • 8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali

    6/124

    RINGKASAN

    Limbah cair rumah sakit mempunyai potensi untuk mencemari

    lingkungan. Mengingat dampak yang mungkin timbul, maka diperlukan upayapengelolaan yang baik meliputi pengelolaan sumber daya manusia, alat dan

    sarana. Begitu besarnya resiko yang dihadapi oleh tenaga penanganan limbah

    medis ini, maka perlu perlindungan bagi tenaga kerja terhadap kesehatan dan

    keselamatan kerja (K3) agar tidak terjadi resiko penyakit akibat kerja (PAK) dan

    kecelakaan akibat kerja, alat pelindung diri (APD) yang seharusnya digunakan

    oleh petugas. tidakdilaksanakan secara optimal. Padahal K3 sangat penting untuk 

    mencegah kecelakaan kerja.

    Dari hasil observasi yang dilakukan pada Rumah Sakit Banjarbaru,

    penerapan K3 petugas dalam pengolahan limbah cair Rumah Sakit Banjarbaru

    tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik 

    Indonesia Nomor PER.08/MEN/VII/2010 karena APD yang disediakan sesuai

    dengan SNI yaitu pemakaian masker khusus, sarung tangan dan sepatu safety

    sedangkan petugas pengolahan limbah cair Rumah Sakit memakai masker biasa,

    sarung tangan biasa dan sepatu boot saja.

    Dalam uji coba lab limbah cair Rumah Sakit Banjarbaru yang diolah IPAL

    oleh Badan Riset dan Standardisasi Banjarbaru, dapat diketahui hasil inlet limbah

    rumah sakit adalah pH 7,52, Timbal (Pb)

  • 8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali

    7/124

    DAFTAR ISI

    HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................. i

    KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

    RINGKASAN ........................................................................................................ iii

    DAFTAR ISI.......................................................................................................... iv

    DAFTAR TABEL.................................................................................................. ix

    DAFTAR GAMBAR ...............................................................................................x

    DAFTAR GRAFIK................................................................................................ xi

    BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

    1.1 Latar Belakang .......................................................................................1

    1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................2

    1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................2

    1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................3

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4

    2.1 Rumah Sakit ...........................................................................................4

    2.1.1 Definisi Rumah Sakit ..........................................................................4

    2.1.2 Tujuan Rumah Sakit............................................................................6

    2.1.3 Funsi Rumah Sakit ..............................................................................7

    2.1.4 Klasifikasi Rumah Sakit......................................................................8

    2.1.5 Tugas Rumah Sakit .............................................................................9

    2.1.6 Kewajiban Rumah Sakit....................................................................10

    2.2 Limbah Rumah Sakit ...........................................................................11

    2.2.1 Definisi Limbah ................................................................................112.2.2 Definisi Limbah rumah Sakit ............................................................12

    2.2.3 Macam – Macam Limbah Rumah Sakit............................................13

    2.2.4 Karateristik Limbah Rumah Sakit.....................................................16

    2.2.5 Sumber Limbah Rumah Sakit ...........................................................22

    2.2.6 Peraturan dan Baku Mutu Limbah Rumah Sakit ..............................24

    2.2.7 Peraturan Perundang – Undangan Tentang Pengolahan Limbah Cair

    Rumah Sakit...............................................................................................26

  • 8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali

    8/124

    2.2.8 Pengelolaan Air Limbah Rumah Sakit..............................................27

    2.2.9 Teknik Pengolahan Limbah Medis ...................................................28

    2.2.10 Penggunaan Incenerator Dalam Limbah Rumah Sakit ...................30

    2.2.11 Fungsi Incenerator...........................................................................32

    2.2.12 Prinsib Kerja Incenerator ................................................................33

    2.2.13 Keuntungan Menggunakan Incenerator ..........................................33

    2.2.14 Kelemahan Menggunakan Incenerator ...........................................33

    2.2.15 Dampak Penggunaan Incenerator pada Limbah Rumah Sakit........34

    2.2.16 Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Rumah Sakit..................35

    2.2.16.1 Definisi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) ......................35

    2.2.16.2 Peraturan Tentang Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)......36

    2.2.16.3 Tujuan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) ........................37

    2.2.16.4 Manfaat dan Fungsi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) ...38

    2.2.16.5 Klasifikasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) ..................38

    2.2.16.6 Petugas Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) .......................38

    2.2.17 Pengolahan Air Limbah Menurut Tingkatannya.............................39

    2.2.18 Pengolahan Air Limbah Menurut Karateristiknya..........................41

    2.2.19 Teknologi Pengolahan Air Limbah.................................................47

    2.2.20 Pengolahan Air Limbah dengan Proses Lumpur Aktif ...................49

    2.2.21 Pengolahan Air Limbah dengan Proses Reaktor Biologis Putar

    (Rotating Biological Contractor, RBC) .....................................................51

    2.2.22 Pengolahan Air Limbah dengan Proses Aerasi Kontak ..................56

    2.2.23 Pengolahan Air Limbah dengan Proses Biofilter “Up Flow” .........58

    2.2.24 Pengolahan Air Limbah dengan Proses Biofilter Anaerob-Aerob..61

    2.2.25 Keuntungan Proses Biofilter “Anaerob-Aerob”..............................632.2.26 Pengaruh Pengelolaan Limbah Rumah Sakit Terhadap Masyarakat

    dan Lingkungan Sekitar .............................................................................65

    2.2.27 Dampak Negatif Pengelolaan Limbah Rumah Sakit ......................65

    2.3.1 Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja..................................66

    2.3.2 Pengertian Penyelenggara Kesehatan dan Keselamatan Kerja .........66

    2.3.3 Peraturan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit (K3RS) 67

    2.3.3.1 Peraturan Kesehatan Kerja ............................................................67

  • 8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali

    9/124

    2.3.4 Regulasi Undang – undang K3RS ....................................................68

    2.3.5 Manajemen Keselamatan dan Kesehatan..........................................69

    2.3.5.1 Planning/Perencanaan ....................................................................69

    2.3.5.2 Organizing/Organisasi ...................................................................70

    2.3.5.3 Actuating/Pelaksanaan ...................................................................71

    2.3.5.4 Controlling/Pengawasan ................................................................72

    2.3.6 Peningkatan Pengetahuan Tenaga Kerja Terhadap Keselamatan

    Kerja...........................................................................................................73

    2.3.7 Potensi Bahaya di Rumah Sakit ........................................................73

    2.3.8 Analisa Sebab dan Akibat Kecelakaan .............................................74

    2.3.9 Pemasangan Peringatan Bahaya Kecelakaan di Tempat Kerja.........75

    2.3.10 Sistem Pelaporan dan Statistik Data Kecelakaan Kerja ..................76

    2.3.11 Pencegahan dan Penanggulangan Kecelakaan Kerja......................77

    2.3.11.1 Pengamatan Resiko Bahaya di Tempat Kerja ..............................77

    2.3.11.2 Pelaksanaa SOP Secara Benar di Tempat Kerja ..........................78

    2.3.11.3 Pengendalian Faktor Bahaya di Tempat Kerja.............................78

    2.4 Alat Pelindung Diri ..............................................................................78

    2.4.1 Pengertian Alat Pelindung Diri .........................................................78

    2.4.2 Fungsi dan Jenis Alat Pelindung Diri ...............................................79

    2.4.2.1 Alat Pelindung Kepala ...................................................................79

    2.4.2.1.1 Fungsi..........................................................................................79

    2.4.2.1.2 Jenis.............................................................................................79

    2.4.2.2 Alat Pelindung Mata dan Muka .....................................................79

    2.4.2.2.1 Fungsi..........................................................................................79

    2.4.2.2.2 Jenis.............................................................................................792.4.2.3 Alat Pelindung Telinga ..................................................................79

    2.4.2.3.1 Fungsi..........................................................................................79

    2.4.2.3.2 Jenis.............................................................................................79

    2.4.2.4 Alat Pelindung Pernapasan Beserta Perlengkapannya...................80

    2.4.2.4.1 Fungsi..........................................................................................80

    2.4.2.4.2 Jenis.............................................................................................80

    2.4.2.5 Alat Pelindung Tangan...................................................................80

  • 8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali

    10/124

    2.4.2.5.1 Fungsi..........................................................................................80

    2.4.2.5.2 Jenis.............................................................................................80

    2.4.2.6 Alat Pelindung Kaki .......................................................................80

    2.4.2.6.1 Fungsi..........................................................................................80

    2.4.2.6.2 Jenis.............................................................................................81

    2.4.2.7 Pakaian Pelindung..........................................................................81

    2.4.2.7.1 Fungsi..........................................................................................81

    2.4.2.7.2 Jenis.............................................................................................81

    2.4.2.8 Alat Pelindung Jatuh Perorangan...................................................81

    2.4.2.8.1 Fungsi..........................................................................................81

    2.4.2.8.2 Jenis.............................................................................................81

    2.4.2.9 Pelampung......................................................................................81

    2.4.2.9.1 Fungsi..........................................................................................81

    2.4.2.9.2 Jenis.............................................................................................82

    2.4.3 Tempat Kerja Yang Wajib Menggunakan Alat Pelindung Diri........82

    2.4.3.1 Tempat Kerja Yang Wajib APD 1 .................................................82

    2.4.3.2 Tempat Kerja Yang Wajib APD 2 .................................................82

    2.4.3.3 Tempat Kerja Yang Wajib APD 3 .................................................83

    BAB III METODOLOGI.......................................................................................84

    3.1 Hipotesis...............................................................................................84

    3.2 Metodologi Penelitian ..........................................................................84

    3.2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................84

    3.2.2 Desain Penelitian...............................................................................84

    3.2.3 Variabel Penelitian ............................................................................85

    3.2.4 Objek Penelitian................................................................................853.2.5 Metodologi Penelitian .......................................................................85

    3.2.6 Instrumen Penelitian..........................................................................85

    3.3 Teknik Analisa .....................................................................................85

    3.4 Jadwal Kegiatan ...................................................................................86

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................87

    4.1 Hasil .....................................................................................................87

  • 8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali

    11/124

    4.1.1 Perbandingan Kualitas Inlet dan Outlet Air Limbah RSUD

    Banjarbaru .................................................................................................87

    4.1.1.1 Kualitas Inlet Air Limbah RSUD Banjarbaru................................87

    4.1.1.2 Kualitas Outlet Air Limbah RSUD Banjarbaru .............................88

    4.2 Pembahasan..........................................................................................90

    4.2.1 pH......................................................................................................90

    4.2.2 Timbal (Pb) .......................................................................................90

    4.2.3 Total E. Coli ......................................................................................91

    4.2.4 Penerapan K3 pada Petugas Pengolahan Limbah Cair RSUD

    Banjabaru ...................................................................................................91

    BAB V PENUTUP.................................................................................................93

    5.1 Kesimpulan ..........................................................................................93

    5.2 Saran.....................................................................................................93

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

    STUDI KASUS

  • 8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali

    12/124

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1. Perbandingan BOD dengan COD .........................................................19

    Tabel 2.2 Sumber limbah berdasarkan golongan ..................................................22

    Tabel 2.3 Jenis limbah/sampah menurut sumbernya .............................................23

    Tabel 2.4 Baku mutu limbah cair rumah sakit ......................................................25

    Tabel 2.5 Tahun penerbitan, isi regulasi dan bentuk regulasi K3RS.....................67

    Tabel 2.6 Tabel bahaya potensial di rumah sakit ...................................................73

    Tabel 3.1 Jadwal kegiatan ......................................................................................86

    Tabel 4.1 Tabel hasil pemeriksaan pertama kualitas air limbah ...........................87

    Tabel 4.2 Tabel hasil pemeriksaan kedua kualitas air limbah ..............................87

    Tabel 4.3 Tabel hasil pemeriksaan pertama kualitas air limbah ...........................88

    Tabel 4.4 Tabel hasil pemeriksaan kedua kualitas air limbah ..............................89

  • 8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali

    13/124

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Proses pengolahan air limbah dengan proses lumpur aktif ................50

    Gambar 2.2 Proses pengraian senyawa organic oleh mikroorganisme di dalam

    RBC........................................................................................................................52

    Gambar 2.3 Diagram pengolahan limbah dengan sistem RBS..............................53

    Gambar 2.4 Diagram pengolahan air limbah dengan aerasi kontak ......................57

    Gambar 2.5 Diagram pengolahan air limbah dengan sistem biofilter “Up Flow” .59

    Gambar 2.6 Proses dengan biofilter “Anaerob – Aerob”.......................................63

  • 8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali

    14/124

    DAFTAR GRAFIK

    Grafik 4.1. Perbandingan parameter inlet dan outlet .............................................89

    Grafik 4.2 Perandingan pH inlet dan outlet .........................................................90

    Grafik 4.3 Perbandingan TDS inlet dan outlet......................................................90

    Grafik 4.4 Perbandingan E. Coli inlet dan outlet ..................................................91

  • 8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali

    15/124

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

    983/MenKes/SK/1992, rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai organisasi

    teratur, tempat pencegahan dan penyembuhan penyakit, peningkatan dan pemulihan

    kesehatan penderita yang diakukan secara multidisiplin oleh berbagai kelompok 

    professional terdidik dan terlatih, yang menggunakan prasarana dan sarana fisik. Dalam

    pelaksanaan kegiatan rumah sakit pasti akan menghasil limbah. Sumber limbah cair rumah

    sakit antara lain ruang perawatan, ruang pemeriksaan, ruang laboratorium, ruang laundrydan dapur. Limbah cair rumah sakit, baik medic maupun penunjang medic perlu dikelola

    dengan cermat, karena limbah cair rumah sakit mempunyai potensi untuk mencemari

    lingkungan seperti badan air, sumber air minum, disamping gangguan bau dan keindahan.

    Mengingat dampak yang mungkin timbul, maka diperlukan upaya pengelolaan yang baik 

    meliputi pengelolaan sumber daya manusia, alat dan sarana, keuangan dan tata laksana

    pengorganisasian yang ditetapkan dengan tujuan memperoleh kondisi rumah sakit yang

    memenuhi syarat.

    Begitu besarnya resiko yang dihadapi oleh tenaga penanganan limbah medis ini,

    maka perlu perlindungan bagi tenaga kerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja (K3)

    agar tidak terjadi resiko penyakit akibat kerja (PAK) dan kecelakaan akibat kerja, alat

    pelindung diri (APD) yang seharusnya digunakan oleh petugas.Keselamatan dan kesehatan

    kerja (K3) yang termasuk dalam suatu wadah hygiene perusahaan dan kesehatan kerja

    (hiperkes) terkadang terlupakan oleh para pengusaha atau manajemen. Keselamatan dan

    kesehatan kerja bukan hanya untuk industry tetapi untuk seluruh pegawai disetiap tempat

    kerja, Begitu juga di sector pelayanan kesehatan. Di Indonesia, sampai saat ini belum

    banyak peraturan keselamatan dan kesehatan kerja di laksanakan dirumah sakit. Mengingat

    besarnya paparan dirumah sakit maka rumah sakit sebagai tempat pelayanan kesehatan

    sangat perlu untuk diterapkan Manajemen Keselamatan danKesehatanKerja (MK3) untuk 

    memberikan perlindungan kepada para pegawai. Namun, Keselamatan, Kesehatan Kerja

  • 8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali

    16/124

    2

    (K3) pada rumah – rumah sakit khususnya di Kalimantan Selatan tidakdilaksanakan secara

    optimal. Padahal K3 sangat penting untuk mencegah kecelakaan kerja. Dari hasil observasi

    yang dilakukan pada Rumah Sakit Banjarbaru, penerapan K3 petugas dalam pengolahan

    limbah cair Rumah Sakit Banjarbaru tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja

    dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor PER.08/MEN/VII/2010 karena APD yang

    disediakan sesuai dengan SNI yaitu pemakaian masker khusus, sarung tangan dan sepatu

    safety sedangkan petugas pengolahan limbah cair Rumah Sakit memakai masker biasa,

    sarung tangan biasa dan sepatu boot saja. Padahal limbah cair rumah sakit sangat berbahaya

    karena mengandung mikrooganisme, bahan kimia beracun dan darah-darah pasien yang

    bisa jadi infeksius yang apabila terpapar dapat berbahaya bagi kesehatan. Dalam uji coba

    lab limbah cair Rumah Sakit Banjarbaru yang diolah IPAL oleh Badan Riset danStandardisasi Banjarbaru, dapat diketahui hasil inlet limbah rumah sakit adalah pH 7,52,

    Timbal (Pb)

  • 8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali

    17/124

    3

    1.4. Manfaat Penelitian

    Manfaat dari penelitian ini adalah :

    1. Hasil dari penelitian ini bisa menjadi evaluasi bagi RSUD Kota Banjarbaru untuk 

    hasil kedepan.

    2. Menambah pengalaman bagi penulis.

  • 8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali

    18/124

    4

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Rumah sakit

    2.1.1 Definisi Rumah Sakit

    Menurut WHO (World Health Organization), Rumah Sakit adalah bagian

    integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan

    pelayanan kesehatan paripurna, kuratif dan preventif kepada masyarakat serta

    pelayanan rawat jalan yang diberikannya guna menjangkau keluarga di rumah.

    Rumah sakit juga merupakan pusat pendidikan dan latihan tenaga kesehatan serta

    pusat penelitian bio-medik.

    Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

    983/MenKes/SK/1992, rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai

    organisasi teratur, tempat pencegahan dan penyembuhan penyakit, peningkatan dan

    pemulihan kesehatan penderita yang diakukan secara multidisiplin oleh berbagai

    kelompok profesional terdidik dan terlatih, yang menggunakan prasarana dan sarana

    fisik. Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan

    yang bersifat dasar, spesialistik dan subspesialistik (Kepmenkes RI

    No.983/Meskes/SK/1992).

    Beberapa pengertian rumah sakit yang dikemukakan oleh para ahli

    diantaranya:

    a. Menurut Assosiation of Hospital Care (1947) Rumah sakit adalah pusat dimana

    pelayanan kesehatan masyarakat, pendidikan serta penelitian kedokteran

    diselenggarakan.

    b. Menurut American Hospital Assosiation (1974) Rumah sakit adalah suatu alat

    organisasi yang terdiri dari tenaga medis profesional ynag terorganisir serta sarana

    kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan

    keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang

    diderita oleh pasien.

  • 8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali

    19/124

  • 8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali

    20/124

    6

    menyelenggarakan upaya kesehatan disebut sarana kesehatan. Sarana kesehatan

    berfungsi melakukan upaya kesehatan dasar, kesehatan rujukan dan atau upaya

    kesehatan penunjang. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan,

    pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),

    penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang

    diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. (Depkes RI,

    2004)

    2.1.2 Tujuan Rumah Sakit

    Rumah sakit adalah tempat di mana orang-orang yang sakit bisa mencari dan

    menerima perawatan. Pada umumnya pembangunan rumah sakit diatur ataudipengaruhi oleh Undang-undang Negara, peraturan Departemen Kesehatan,

    Peraturan Daerah dan standar lainnya. Pembangunan rumah sakit juga mencakup

    fasilitas dan ruangan untuk pelayanan pasien. Contohnya adalah ruangan pasien

    rawat inap, laboratorium, dan lain-lain.

    Selain memberi pelayanan dalam hal perawatan, rumah sakit juga

    merupakan tempat yang dapat memberikan pendidikan klinis kepada para

    mahasiswa-mahasiswa yang ingin mempelajari tentang kesehatan. Selain peran

    pendidikannya, rumah sakit era modern juga bertujuan untuk memimpin studi

    penyelidikan dan penelitian dalam ilmu pengetahuan kedokteran,baik tentang

    catatan klinis maupun para pasien, serta penelitian dasar dalam ilmu fisika dan ilmu

    kimia. (Bastian, 2008).

    Pada dasarnya, rumah sakit bertujuan untuk memberikan pelayanan kepada

    masyarakat dan meningkatkan angka kesehatan masyarakat secara mandiri dan

    terpadu agar dapat kembali menjalankan aktivitas dan interaksi dengan masyarakat

    lainnya. Sementara itu dikutip dari berbagai sumber menyatakan bahwa tujuan

    khusus yang ingin dicapai yaitu :

    1. Terwujudnya penyelenggaraan sistem kesehatan dalam organisasi kesehatan atau

    rumah sakit yang mencakup sistem pembangunan kesehatan, sistem pelayanan

    kesehatan dan sistem informasi kesehatan secara tepat, cepat serta akurat.

  • 8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali

    21/124

    7

    2. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau oleh

    semua lapisan masyarakat dengan penggunaan obat secara rasional.

    3. Meningkatkan kemampuan dan kemandirian individu, keluarga serta masyarakat

    dalam pemeliharaan kesehatan, status gizi, pencegahan dan pemutusan rantai

    penularan penyakit.

    4. Meningkatkan pemakaian sarana sanitasi kesehatan dan pembangunan yang

    berwawasan lingkungan.

    5. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan petugas dalam membentuk tenaga

    kesehatan yang profesional.

    6. Menjalin kemitraan lintas sektor, LSM/Lembaga Masyarakat maupun Pemda dan

    lain sebagainya.(Bastian, 2008)

    2.1.3 Fungsi Rumah Sakit

    Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

    983/MenKes/SK/XI/1992, rumah sakit memiliki 4 fungsi, yakni:

    1. Pelayanan Penderita

    Pelayanan penderita yang langsung di rumah sakit terdiri atas pelayanan medis,

    pelayanan farmasi dan pelayanan keperawatan. Di samping itu, untuk mendukung

    pelayanan medis, rumah sakit juga mengadakan pelayanan berbagai jenis laboratorium.

    2. Pendidikan dan Pelatihan

    Pendidikan dan pelatihan merupakan fungsi penting dari rumah sakit modern, baik 

    yang berafiliasi atau tidak dengan suatu universitas, artinya rumah sakit dapat dijadikan

    tempat untuk pendidikan, pengamatan, dan pelatihan bagi orang-orang terkait seperti

    mahasiswa, dokter praktek, dan lain-lain.

    3. Penelitian

    Kegiatan penelitian dalam rumah sakit mencakup merencanakan prosedur

    diagnosis yang baru, melakukan percobaan laboratorium dan klinik, pengembangan

    dan menyempurnakan prosedur pembedahan yang baru, mengevaluasi obat investigasi

    dan penelitian formulasi obat yang baru.

  • 8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali

    22/124

    8

    4. Kesehatan masyarakat

    Tujuan utama dari fungsi rumah sakit ini adalah membantu komunitas dalam

    mengurangi timbulnya kesakitan dan meningkatkan kesehatan umum penduduk.

    Contoh kegiatan kesehatan masyarakat adalah partisipasi dalam program deteksi

    penyakit, seperti tuber kulosis, diabetes, hipertensi dan kanker.

    (KepMenKesRINo. 983/MenKes/SK/XI/1992)

    Adapun berdasarkan Permenkes RI No.159b/MenKes/Per/1998, fungsi rumah

    sakit adalah sebagai berikut :

    a. Menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan medik, penunjang medik,

    rehabilitasi, pencegahan dan peningkatan kesehatan.

    b. Menyediakan tempat pendidikan dan latihan tenaga medik dan paramedik.c. Sebagai tempat penelitian dan pengembangan ilmu dan teknologi bidang

    kesehatan.

    (Permenkes RI No. 159b/MenKes/Per/1998)

    2.1.4 Klasifikasi Rumah Sakit

    Rumah sakit dapat diklasifikasikan berdasarkan kriteria sebagai berikut:

    1. Klasifikasi berdasarkan kepemilikan, terdiri dari:

    a. Rumah sakit pemerintah, terdiri dari:

    • Rumah sakit yang langsung dikelola oleh Departemen Kesehatan

    • Rumah sakit pemerintah daerah

    • Rumah sakit militer

    • Rumah sakit Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

    b. Rumah sakit yang dikelola oleh masyarakat (swasta)

    2. Klasifikasi berdasarkan jenis pelayanan, terdiri dari 2 jenis:

    a. Rumah sakit umum, memberi pelayanan kepada berbagai penderita dengan

    berbagai penyakit.

    b. Rumah sakit khusus, memberi pelayanan diagnosa dan pengobatan untuk 

    penderita dengan kondisi medik tertentu baik bedah maupun non bedah. Contoh:

    rumah sakit kanker maupun rumah sakit jantung.

  • 8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali

    23/124

    9

    3. Klasifikasi berdasarkan Lama tinggal

    Berdasarkan lama tinggal, rumah sakit terdiri atas rumah sakit perawatan

     jangka pendek yang merawat penderita kurang dari 30 hari dan rumah sakit

    perawatan jangka panjang yang merawat penderita dalam waktu rata-rata 30 hari

    atau lebih.

    4. Klasifikasi berdasarkan Kapasitas tempat tidur

    Rumah sakit pada umumnya diklasifikasikan berdasarkan kapasitas tempat

    tidurnya sesuai pola berikut ; dibawah 50 tempat tidur, 50-99 tempat tidur, 100-199

    tempat tidur, 200-299 tempat tidur, 300-399 tempat tidur, 400-499 tempat tidur, 500

    tempat tidur atau lebih.

    5. Klasifikasi berdasarkan afiliasi pendidikan, terdiri dari 2 jenis:a. Rumah sakit pendidikan, yaitu rumah sakit yang menyelenggarakan program

    latihan untuk berbagai profesi.

    b. Rumah sakit nonpendidikan, yaitu rumah sakit yang tidak memiliki program

    pelatihan profesi dan tidak ada afiliasi rumah sakit dengan universitas.

    6. Klasifikasi Rumah Sakit Umum Pemerintah, dibagi menjadi:

    a. Rumah Sakit Umum kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai

    fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik luas dan subspesialistik 

    luas.

    b. Rumah Sakit Umum kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai

    fasilitas dan kemampuan pelayanan medik sekurang-kurangnya 11 spesialistik 

    dan subspesialistik terbatas.

    c. Rumah Sakit Umum kelas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai

    fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik dasar.

    d. Rumah Sakit Umum kelas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai

    fasilitas dan kemampuan pelayanan medik dasar.

    (Siregar dan Lia, 2004).

    2.1.5 Tugas Rumah Sakit

    Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

    983/MenKes/SK/XI/1992, tugas rumah sakit umum adalah melaksanakan upaya

  • 8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali

    24/124

    10

    kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya

    penyembuhan dan pemeliharaan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu

    dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan rujukan.

    (KepmenkesRI No.983/Menkes/SK/XI/1992).

    2.1.6 Kewajiban Rumah Sakit

    Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 dalam hal ini institusi

    rumah sakit memiliki kewajiban didalam upaya pelaksanaan pengelolaan lingkungan

    khususnya mengenai pengelolaan limbah merupakan bagian dari kegiatan

    penyehatan lingkungan di rumah sakit yang bertujuan untuk melindungi masyarakat

    dari bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber dari limbah rumah sakit.

    Kewajiban rumah sakit diantaranya adalah:1. Perlu menerapkan kebijakan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

    dengan melaksanakan kegiatan pengelolaan dan monitoring limbah hasil

    kegiatan, dimana pengelolaan itu meliputi : menghasilkan, mengangkut,

    mengedarkan, menyimpan, dan menggunakan atau membuang.

    2. S etiap kegiatan yang menimbulkan dampak besar seperti rumah sakit wajib

    membuat AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup).

    3. Menciptakan lingkungan yang sehat dan bersih seperti :

    a. Penyehatan bangunan dan ruangan.

    b. Penyehatan air termasuk kualitasnya.

    c. Perlindungan radiasi.

    d. Penyehatan makanan dan minuman.

    e. Penyehatan tempat pencucian linen.

    f. Penanganan sampah dan limbah.

    g. Sterilisasi / desinfeksi.

    h. Penyuluhan kesehatan lingkungan.

    (UU No. 23 Tahun 1997)

    Pada UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup,

    khususnya pasal-pasal:

  • 8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali

    25/124

    11

    a. Pasal 5 : setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat,

    berarti rumah sakit tidak boleh mencemari/merusak lingkungan dan

    menurunkan derajat kesehatan masyarakat sekitarnya.

    b. Pasal 6 : setiap orang berkewajiban memiliki kelestarian fungsi lingkungan

    hidup serat mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan

    lingkungan hidup, berarti rumah sakit berkewajiban untuk mengelola

    dampak kegiatan terhadap lingkungan.

    c. Pasal 15 : setiap usaha dan atau kegiatan yang menimbulkan dampak besar

    dan penting terhadap lingkungan hidup, wajib memiliki Analisis Megenai

    Dampak Lingkungan.

    d. Pasal 16 : setiap penanggungjawab usaha dan atau kegiatan wajib melakukanpengelolaan limbah hasil usaha atau jasa.

    (UU No. 23 Tahun 1997)

    2.2 Limbah Rumah Sakit

    2.2.1 Definisi Limbah

    Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 18/1999 Jo PP 85/1999, limbah

    didefinisikan sebagai “sisa/buangan dari suatu usaha dan/atau kegiatan manusia”.

    Limbah (waste) adalah sesuatu yang tidak dipakai, tidak digunakan, tidak 

    disukai atau sesuatu yang tidak dipakai lagi, yang berasal dari kegiatan manusia dan

    tidak terjadi dengan sendirinya (Kusnoputranto, 1986)

    Menurut Wikipedia, Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu

    proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga). Di mana

    masyarakat bermukim, di sanalah berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Ada

    sampah, ada (black water ), dan ada air buangan dari berbagai aktivitas domestik 

    lainnya (grey water ).

    Sedangkan FKM-UI mendifinisikan limbah/sampah adalah benda bahan

    padat yang terjadi karena ada hubungannya dengan aktifitas manusia yang tidak 

    dipakai lagi, tidak disukai dan dibuang dengan cara saniter kecuali buangan dari

    tubuh-tubuh manusia.

  • 8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali

    26/124

    12

    Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat diartikan bahwa limbah

    merupakan benda sisa atau buangan yang dihasilkan dari suatu usaha atau kegiatan

    yang sudah tidak digunakan lagi dan tidak terjadi dengan sendirinya. Limbah sendiri

    dari tempat asalnya bisa beraneka ragam, ada yang limbah dari rumah tangga,

    limbah dari pabrik-pabrik besar dan ada juga limbah dari suatu kegiatan tertentu.

    Dalam dunia masyarakat yang semakin maju dan modern, peningkatan akan jumlah

    limbah semakin meningkat. Logika yang mudah seperti ini; dahulunya manusia

    hanya menggunakan jeruk nipis untuk mencuci piring, namun sekarang manusia

    sudah menggunakan sabun untuk mencuci piring sehingga peningkatan akan limbah

    tak bisa dielakkan lagi.

    2.2.2 Definisi Limbah Rumah SakitPengertian limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari

    kegiatan Rumah Sakit dalam bentuk padat, cair, pasta (gel) maupun gas yang dapat

    mengandung mikroorganisme pathogen bersifat infeksius, bahan kimia beracun, dan

    sebagian bersifat radioaktif (Depkes, 2006).

    Secara khusus, limbah rumah sakit adalah hasil kegiatan rumah sakit dan

    kegiatan penunjang rumah sakit lainnya yang berupa sampah dan limbah (Arifin,

    2008).

    Menurut Permenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004, limbah rumah sakit

    yaitu semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat,

    gas dan cair (Kepmenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004).

    Berdasarkan pengertian diatas, dapat diartikan bahwa limbah rumah sakit

    adalah limbah yang dihasilkan dari semua kegiatan rumah sakit termasuk kegiatan

    medis dan non medis yang dapat berbentuk padat, cair dan gas. Limbah rumah sakit

    cenderung bersifat infeksius dan kimia beracun yang dapat mempengaruhi

    kesehatan manusia, memperburuk kelestarian lingkungan hidup apabila tidak 

    dikelola dengan baik.

  • 8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali

    27/124

    13

    2.2.3 Macam-macam Limbah Rumah Sakit

    Jenis sampah dan limbah rumah sakit dapat dikategorikan dalam jenis yang

    komplek, karena secara umum sampah dan limbah rumah sakit dibagi menjadi 2

    kelompok besar yaitu :

    1. Limbah non klinis atau limbah yang berasal dari kantor atau administrasi

    (berupa limbah kertas), unit pelayanan (berupa karton, kaleng, botol), sampah

    dari ruang pasien, sisa makanan buangan serta sampah dari dapur (sisa

    pembungkus, sisa makanan/bahan makanan, sayur dan lain-lain). Berbagai

    macam limbah non klinis ini, meskipun tidak menimbulkan resiko sakit akan

    tetapi limbah tersebut cukup merepotkan karena memerlukan tempat yang besar

    untuk mengangkut dan membuangnya.2. Limbah klinis, yaitu limbah yang berasal dari pelayanan medis, perawatan,

    gigi, veterinari, farmasi, pengobatan, perawatan, penelitian atau pendidikan yang

    menggunakan bahan-bahan beracun, infeksius berbahaya atau bisa

    membahayakan kecuali jika dilakukan pengamanan tertentu. Bentuk limbah

    klinis ini bermacam-macam dan berdasarkan potensi yang terkandung

    didalamnya, limbah klinis dapat dikelompokan sebagai berikut:

    a. Limbah benda tajam, yaitu suatu alat yang mempunyai sudut, sisi, atau

    ujung yang tajam yang dapat memotong atau menusuk kulit seperti jarum

    hipodermik, perlengkapan intravena, pipet pasteur , pecahan gelas, serta

    pisau bedah. Semua benda tajam ini berbahaya dan dapat menyebabkan

    cedera melalui sobekan atau tusukan. Benda-benda tajam yang telah

    dibuang mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan

    mikrobiologi ataupun bahan beracun.

    b. Limbah infeksius, yaitu semua limbah yang berkaitan dengan pasien yang

    mengidap penyakit menular, diantaranya limbah laboratorium yang

    berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik dan ruang

    perawatan/isolasi penyakit menular.

  • 8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali

    28/124

    14

    c. Limbah jaringan tubuh, yaitu limbah yang meliputi organ, anggota badan,

    darah dan cairan tubuh, biasanya dihasilkan pada saat pembedahan atau

    otopsi.

    d. Limbah sitotoksit, yaitu limbah yang berasal dari bahan yang telah

    terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi dengan obat sitotoksit selama

    peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi sitotoksit.

    e. Limbah farmasi, yaitu limbah yang berasal dari obat-obatan yang telah

    kadaluarsa, obat-obatan yang terbuang karena tidak memenuhi spesifikasi

    atau kemasan yang telah terkontaminasi, obat-obat yang dibuang oleh

    pasien atau masyarakat, obat-obatan yang tidak lagi diperlukan oleh

    institusi yang bersangkutan serta limbah yang dihasilkan selama produksiobat-obatan.

    f. Limbah kimia, yaitu limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia

    dalam tindakan medis, dari laboratorium, proses sterilisasi, dan riset.

    g. Limbah radioaktif, yaitu limbah yang berasal dari bahan yang

    terkontaminasi dengan radioisotop yang berasal dari penggunaan medis

    atau riset radio nukleida .Limbah ini dapat berasal dari tindakan kedokteran

    nuklir.

    (Satmoko Wisaksono, 2000).

    Berdasarkan Kepmenkes Republik Indonesia No.1204/Menkes/SK/X/2004,

    disebutkan bahwa Limbah Rumah Sakit terbagi menjadi 3 macam yakni;

    1. Limbah padat

    Limbah padat yaitu semua limbah rumah sakit yang berbentuk padat

    sebagai hasil dari kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah medis padat

    dan limbah padat non medis.

    Limbah medis padat adalah limbah yang berasal langsung dari

    tindakandiagnosis dan tindakan medis terhadap pasien. Limbah medis padat

    ini terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah

    farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah

    kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi.

  • 8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali

    29/124

    15

    Sedangkan limbah padat non medis artinya limbah padat yang dihasilkan dari

    kegiatan di rumah sakit di luar medis misalnya limbah yang berasal dari

    dapur, perkantoran, taman dan halaman yang dapat dimanfaatkan kembali

    apabila ada teknologinya. Limbah padat non medis ini misalnya kertas-kertas

    pembungkus atau kantong dan plastik yang tidak berkaitan dengan cairan

    tubuh. Pewadahan limbah padat non medis dipisahkan dari limbah medis

    padat dan ditampung dalam kantong plastik warna hitam khusus untuk limbah

    medis non padat.

    2. Limbah gas

    Limbah gas yaitu semua limbah yang berbentuk gas yang dihasilkan dari

    kegiatan pembakaran seperti di insenerator, dapur, perlengkapan generator,anastesi, dan pembuatan obat sitotoksik 

    3. Limbah cair

    Limbah cair artinya semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari

    kegiatan rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikrooganisme,

    bahan kimia beracun dan radioaktif yang apabila terpapar dapat berbahaya

    bagi kesehatan.

    (Kepmenkes Republik Indonesia No.1204/Menkes/SK/X/2004)

    Menurut Depkes RI (1997) keterpaparan air limbah dapat dibedakan sebagai

    berikut:

    1. Keterpaparan kimiawi

    pemanfaatan hasil pembuangan limbah kimiawi sebagai makanan oleh

    mikroba yang terdapat di lingkungan air, selain itu limbah kimiawi di dalam

    air membentuk suspensi sebagai koloid atau partikel. Bahan organik dan

    garam anorganik masuk kedalam air secara domestik atau industrial yang

    pada umumnya memberikan kontribusi terhadap pencemaran air.

    Pemeriksaan air secara kimiawi dapat melalui test BOD, COD, TSS dan pH.

    Jika sekitar 5 (lima) hari limbah kimiawi menjadi karbon dioksida, secara

  • 8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali

    30/124

    16

    konvensional bahan organik mengalami dekomposisi yang menstabilisasi

    polutan organik dalam lingkungan alamiahnya.

    2. Keterpaparan Fisik 

    keterpaparan fisik air dapat dilihat dari bau dan warna. Warna dari air

    limbah keabu-abuan dan mengandung kerosin.

    3. Keterpaparan Biologi

    keterpaparan secara biologis dapat dilihat dariadanya mikroorganisme

    patogen yang endemik yang memberi dampak pada kesehatan masyarakat.

    (Depkes RI ,1997).

    2.2.4 Karakteristik Limbah Rumah SakitBerdasarkan karakteristiknya, limbah rumah sakit memiliki tiga jenis sifat

    yang harus diketahui yaitu:

    1. Sifat Fisika

    a. Padatan

    Ditemukan adanya zat padat dalam limbah yang secara umum

    diklasifikasikan kedalam dua kelompok besar yaitu padatan terlarut dan

    padatan tersuspensi. Padatan tersuspensi terdiri dari partikel koloid dan

    partikel biasa. Jenis partikel dapat dibedakan berdasarkan diameternya.

    Jenis padatan terlarut maupun tersuspensi dapat bersifat organis dan

    anorganis tergantung dari mana sumber limbah. Disamping kedua jenis

    padatan ini adalagi padatan terendap karena mempunyai diameter yang

    lebih besar dan dalam keadaan tenang dalam beberapa waktu akan

    mengendap sendiri karena beratnya. Zat padat tersuspensi yang

    mengandung zat-zat organik pada umumnya terdiri dari protein, ganggang

    dan bakteri.

    b. Kekeruhan

    Kekeruhan air dapat dilihat secara langsung karena terdapat partikel

    koloidal yang terdiri dari tanah liat, sisa bahan-bahan, protein dan

  • 8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali

    31/124

    17

    ganggang yang terdapat dalam limbah. Kekeruhan inimerupakan sifat

    optis larutan. Sifat keruh ini mengurangi nilai estetika.

    c. Bau

    Sifat bau dari limbah disebabkan karena zat-zat organik yang telah terurai

    dalam limbah mengeluarkan gas-gas seperti sulfida atau amoniak yang

    menimbulkan penciuman tidak enak yang disebabkan adanya campuran

    dari nitrogen, sulfur dan fosfor yang berasal dari pembusukan protein yang

    dikandung limbah. Timbulnya bau yang diakibatkan limbah merupakan

    suatu indikator bahwa terjadi proses alamiah.

    d. Temperatur

    Limbah yang mempunyai temperatur panas akan mengganggupertumbuhan biota tertentu. Temperatur yang dikeluarkan suatu limbah

    cair harus merupakan temperatur alami. Suhu berfungsi memperlihatkan

    aktivitas kimiawi dan biologis. Pada suhu tinggi pengentalan cairan

    berkurang dan mengurangi sedimentasi. Tingkat zat oksidasi lebih besar

    daripada suhu tiggi dan pembusukan jarang terjadi pada suhu rendah.

    e. Warna

    Warna dalam air disebabkan adanya ion-ion logam besi dan mangan

    (secara alami), humus, plankton, tanaman air dan buangan. Warna

    berkaitan dengan kekeruhan dan dengan menghilangkan kekeruhan

    kelihatan warna nyata. Demikian pula warna dapat disebabkan oleh zat-zat

    terlarut dan zat tersuspensi. Warna menimbulkan pemandangan yang jelek 

    dalam air limbah meskipun warna tidak menimbulkan racun.

    2. Sifat Kimia

    Karakteristik kimia air limbah ditentukan oleh  Biological Oxygen

     Demand  (BOD), Chemical Oxygen Demand  (COD) dan logam-logam berat

    yang terkandung dalam air limbah. Tes BOD dalam air limbah merupakan

    salah satu metode yang paling banyak digunakan sampai saat ini. Metode

    pengukuran limbah dengan cara ini sebenarnya merupakan pengukuran tidak 

    langsung dari bahan organik. Pengujian dilakukan pada temperatur 200 C

  • 8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali

    32/124

    18

    selama 5 hari. Kalau disesuaikan dengan temperatur alami Indonesia maka

    seharusya pengukuran dapat dilakukan pada lebih kurang 300 C. Pengukuran

    dengan COD lebih singkat tetapi tidak mampu mengukur limbah yang

    dioksidasi secara biologis. Nilai-nilai COD selalu lebih tinggi dari nilai BOD.

    a.  Biological Oxygen Demand (BOD)

    Pemeriksaan BOD dalam limbah didasarkan atas reaksi oksidasi zat-zat

    organis dengan oksigen dalam air dimana proses tersebut dapat

    berlangsung karena ada sejumlah bakteri. Diperhitungkan selama dua hari

    reaksi lebih dari sebagian reaksi telah tercapai. BOD adalah kebutuhan

    oksigen bagi sejumlah bakteri untuk menguraikan semua zat-zat organik 

    yang terlarut maupun sebagian tersuspensi dalam air menjadi bahanorganik yang lebih sederhana. Nilai ini hanya merupakan jumlah bahan

    organik yang dikonsumsi bakteri. Penguraian zat-zat organis ini terjadi

    secara alami. Dengan habisnya oksigen terkonsumsi membuat biota lainnya

    yang membutuhkan oksigen menjadi kekurangan dan akibatnya biota yang

    memerlukan oksigen ini tidak dapat hidup. Semakin tinggi angka BOD

    semakin sulit bagi makhluk air yang membutuhkan oksigen untuk bertahan

    hidup.

    b. Chemical Oxygen Demand (COD)

    Pengukuran kekuatan limbah dengan COD adalah bentuk lain pengukuran

    kebutuhan oksigen dalam air limbah. Metode ini lebih singkat waktuya

    dibandingkan dengan analisis BOD. Pengukuran ini menekankan

    kebutuhan oksigen akan kimia dimana senyawa-senyawa yang diukur

    adalah bahan-bahan yang tidak dipecah secara biokimia. Adanya racun atau

    logam tertentu dalamlimbah pertumbuhan bakteri akan terhalang dan

    pengukuran BOD menjadi tidak realistis. Untuk mengatasinya lebih tepat

    meggunakan analisis COD. COD adalah sejumlah oksigen yang

    dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat anorganis dan organis sebagaimana

    pada BOD. Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat

    anorganik. Semakin dekat nilai BOD terhadap COD menunjukkan bahwa

  • 8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali

    33/124

    19

    semakin sedikit bahan anorganik yang dapat dioksidasidengan bahan kima.

    Pada limbah yang mengandung logam-logam pemeriksaan terhadap BOD

    tidak memberi manfaat karena tidak ada bahan organik dioksida. Hal ini

    bisa jadi karena logam merupakan racun bagi bakteri. Pemeriksaan COD

    lebih cepat dan sesatannya lebih mudah mengantisipasinya. Perbandingan

    BOD dengan COD pada umumnya bervariasi untuk berbagai jenis limbah.

    Adapun perbandingan antara BOD dengan COD dapat dilihat pada Tabel

    2.1

    Tabel 2.1 Perbandingan BOD dengan COD

    Jenis air buangan-0,65 BOD/COD

    Air Sungai 0,1Dari buangan Rumah Tangga 0,4 – 0,6

    Buangan organik 0,5

    Buangan anorganik 0,2

    Sumber: Perdana Ginting, 2007

    c. Metan

    Gas metan terbentuk akibat penguraian zat-zat organik dalam kondisi

    anaerob pada air limbah. Gas ini dihasilkan oleh lumpur yang membusuk 

    pada dasar kolam, tidak berdebu, tidak berwarna dan mudah terbakar.

    Metan juga dapat ditemukan pada rawa-rawa dan sawah. Suatu kolam

    limbah yang menghasilkan gas metan akan sedikit sekali menghasilkan

    lumpur, sebab lumpur telah habis terolah menjadi gas metan dan air serta

    CO2.

    d. Keasaman Air

    Keasaman air diukur dengan pH meter. Keasaman ditetapkan berdasarkan

    tinggi rendahnya konsentrasi ion hidrogen dalam air. Air buangan yang

    mempunyai pH tinggi atau rendah menjadikan air steril dan sebagai

    akibatnya membunuh mikroorganisme air yang diperlukan untuk keperluan

    biota tertentu.Demikian juga makhluk-makhluk lain tidak dapat hidup

  • 8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali

    34/124

    20

    seperti ikan. Air yang mempunyai pH rendah membuat air korosif terhadap

    bahan-bahan konstruksi besidengan kontak air.

    e. Alkalinitas

    Tinggi rendahnya alkalinitas air ditentukan air senyawa karbonat, garam-

    garam hidroksida, kalsium, magnesium, dan natrium dalam air. Tingginya

    10 kandungan zat-zat tersebut mengakibatkan kesadahan dalam air.

    Semakin tinggi kesadahan suatu air semakin sulit air berbuih. Untuk 

    menurunkan kesadahan air dilakukan pelunakan air. Pengukuran alkalinitas

    air adalah pegukuran kandunganion CaCO3, ion Mg bikarbonat dan lain-

    lain.

    f. Lemak dan minyak Kandungan lemak dan minyak yang terkandung dalam limbah bersumber

    dari instalasi yang mengolah bahan baku mengandung minyak. Lemak dan

    minyak merupakan bahan organis bersifat tetap dan sukar diuraikan

    bakteri. Limbah ini membuat lapisan pada permukaan air sehingga

    membentuk selaput.

    g. Oksigen terlarut

    Keadaan oksigen terlarut berlawanan dengan keadaan BOD. Semakin

    tinggi BOD semakin rendah oksigen terlarut. Keadaan oksigen terlarut

    dalam air dapat menunjukkan tanda-tanda kehidupan ikan dan biota dalam

    perairan. Kemampuan air untuk mengadakan pemulihan secara alami

    banyak tergantung pada tersedianya oksigen terlarut. Angka oksigen yang

    tinggi menunjukkan keadaan air semakin baik. Pada temperatur dan

    tekanan udara alami kandungan oksigen dalam air alami bisa mencapai 8

    mg/liter. Aerator salah satu alat yang berfungsi meningkatkan kandungan

    oksigen dalam air. Lumut dan sejenis ganggang menjadi sumber oksigen

    karena proses fotosintesis melalui bantuan sinar matahari. Semakin banyak 

    ganggang semakin basar kandungan oksigennya.

  • 8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali

    35/124

    21

    h. Klorida

    Klorida merupakan zat terlarut dan tidak menyerap. Sebagai klor bebas

    berfungsi desinfektan tetapi dalam bentuk ion yang bersenyawa dengan

    ionnatrium menyebabkan air menjadi asin dan dapat merusak pipa-pipa

    instalasi.

    i. Phospat

    Kandungan phospat yang tinggi menyebabkan suburnya algae

    danorganisme lainnya yang dikenal dengan eutrofikasi. Ini terdapat pada

    ketel uap yang berfungsi untuk mencegah kesadahan. Pengukuran

    kandungan phospat dalam air limbah berfungsi untuk mencegah tingginya

    kadar phospat sehingga tumbuh-tumbuhan dalam air berkurang jenisnyadan pada gilirannya tidak merangsang pertumbuhan tanaman air.

    Kesuburan tanaman ini akan menghalangi kelancaran arus air. Pada danau

    suburnya tumbuh-tumbuhan air akan mengakibatkan berkurangnya oksigen

    terlarut.

    3. Sifat Biologi

    Mikroorganisme ditemukan dalam jenis yang sangat bervariasi hampir

    dalam semua bentuk air limbah, biasanya dengan konsentrasi 105-108

    organisme/ml. Kebanyakan merupakan sel tunggal yang bebas ataupun

    berkelompok dan mampu melakukan proses-proses kehidupan (tumbuh,

    metabolisme, dan reproduksi).Secara tradisional mikroorganisme dibedakan

    menjadi binatang dan tumbuhan. Namun, keduanya sulit dibedakan. Oleh

    karena itu, mikroorganisme kemudian dimasukkan kedalam kategori protista,

    status yang sama dengan\ binatang ataupun tumbuhan. Virus diklasifikasikan

    secara terpisah. Keberadaan bakteri dalam unit pengolahan air limbah

    merupakan kunci efisiensi proses biologis. Bakteri juga berperan penting

    dalam mengevaluasi kualitas air.

    a. MPN Coliform

    Metode yang digunakan untuk mengetahui jumlah Coliform biasanya

    adalah metode MPN (Most Probable Number) dengan cara fermentasi

  • 8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali

    36/124

    22

    tabung ganda. Metode ini lebih baik bila dibandingkan dengan metode

    hitungan cawan karena lebih sensitif dan dapat mendeteksi Coliform

    dalam jumlah yang sangat rendah.

    Prinsip dari metode MPN adalah sifat bakteri yang berkembang

    baik dalam waktu 24 sampai 72 jam pada suhu tertentu dan dalam

    suasana yang cocok yaitu tersuspensi dalam kaldu (borth media) yang

    mengandung gizi untuk pertumbuhannya. Bakteri-bakteri tersebut dapat

    dideteksi karena jenis bakteri tersebut mampu meragikan (fermentasi)

    salah satu unsur zat gizi seperti laktosa yng akibat proses peragian

    tersebut terbentuklah gas, gelembung-gelembung gas ini menunjukkan

    adanya bakteri tersebut (Basri, Hadi, dkk, 2014)Parameter MPN Coliform adalah pemeriksaan bakteriologis air

    bersih yang ditujukan untuk melihat adanya kemungkinan pencemaran

    oleh kotoran maupun tinja. Bakteri yang termasuk jenis coliform antara

    lain:  Escheria coli, Aerobacter aerogenes, dan Eschericia freundii. Sifat

    bakteri golongan coliform adalah berbentuk batang, tidak dapat

    membentuk spora, gram negatif, hidup aerob atau anaerob fakultatif dan

    dapat meragikan laktosa dengan membentuk gas. Ambang batas MPN

    Coliform : 10.000 kuman/100ml.

    2.2.5 Sumber Limbah Rumah Sakit

    1. Limbah cair

    Tabel 2.2 Sumber limbah berdasarkan golongan

    Golongan Contoh

    Golongan tindakan pelayanan Sisa kumur, limbah cair pembersih alat medis

    Golongan ekskresi manusia Dahak, air seni, tinja, darah

    Golongan penunjang pelayanan Limbah cair dari instalasi gizi, limbah cair dari

    kendaraan. Limbah cair dari laundry

    Sumber: Sakti A. Siregar, 2005

  • 8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali

    37/124

    23

    Sumber limbah cair diatas dapat dikelompokkan menjadi 7 (tujuh) bagian

    yang terdiri dari:

    a. Kegiatan dapur

    b. Kegiatan laundry

    c. Kegiatan rawat inap

    d. Kegiatan laboratorium

    e. Kegiatan instalasi gawat darurat

    f. Kegiatan bedah

    g. Kegiatan radiologi

    Limbah cair yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit berasal dari semua

    kegiatan yang ada didalamnya. Jenis kegiatan tersebut memiliki kekhususanmasing-masing dan diperlukan perhatian terhadap limbah cair yang berbahaya dan

    limbah cair yang infeksius.

    2. Limbah Padat

    Berikut adapula tabel jenis limbah atau sampah menurut sumbernya

    berdasarkan Departemen Kesehatan Republik Indonesia :

    Tabel 2.3. Jenis Limbah/Sampah Menurut Sumbernya

    No Sumber/Area Jenis limbah/Sampah

    1 Kantor/Administrasi Kertas

    2 Unit obstetric dan ruang perawatan

    obstretric

    Dressing (pembalut/pakaian), placenta,

    sponge (sepon/penggosok)jarum syringe

    (alat semprot), masker disposable

    (masker yang dapat dibuang),

    dosposable drapes (tirai/kain yang dapat

    dibuang), sanitary napkin (serbet), blood

    lancet disposable (pisau bedah)

    3 Unit emergency dan bedah termasuk ruang

    perawatan

    Dressing (pembalut/pakaian), Dressing

    (pembalut/pakaian), placenta, sponge

    (sepon/penggosok)jarum syringe (alat

  • 8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali

    38/124

    24

    semprot),

    4 Unit Laboratorium, ruang mayat, patologi

    dan autopsi

    Gelas terkontaminasi, termasuk pipet

    patri dish, wadah specimen (contoh).

    Slide specimen (kaca/alat sorong),

     jaringan tubuh, organ, tulang.

    5 Unit Isolasi Bahan-bahan kertas yang mengandung

    buangan nasal (hidung) dan sputum

    (dahak/air liur), dressing

    (pembalut/pakaian) dan bandages

    (perban), masker disposable (masker

    yang dapat dibuang), sisa makanan,perlengkapan makan.

    6 Unit Perawatan Ampul, jarum disposable dan syringe

    (alat semprot), kertas dan lain-lain.

    7 Unit Pelayanan Karton< kertas bungkus, kaleng, botol,

    sampah dari ruang umum dan pasien,

    sisa makanan buangan

    8 Unit gizi/dapur Sisa pembungkus, sisa makanan/bahan

    makanan sayuran dan lain-lain

    9 Halaman Rumah Sakit Sisa pembungkus, daun ranting, debu.

    Sumber : Depkes RI (1995)

    Limbah padat yaitu semua limbah rumah sakit yang berbentuk padat sebagai

    hasil dari kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah medis padat dan limbah

    padat non medis.

    2.2.5 Peraturan dan Baku Mutu Limbah Rumah Sakit

    Pada dasarnya limbah yang dihasilkan rumah sakit mempunyai potensi besar

    dapat mencemari lingkungan dan menimbulkan penyakit. Oleh karena itu, peraturan

    dan penetapan baku mutu untuk limbah rumah sakit terutama untuk limbah cair

    perlu diterapkan. Menurut KEPMENLH RI No. 58/MENLH/12/1995 mengenai

  • 8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali

    39/124

    25

    baku mutu limbah cair bagi kegiatan rumah sakit baku mutu limbah cair rumah sakit

    adalah batas maksimal limbah cair yang diperbolehkan dibuang kelingkungan dari

    suatu kegiatan rumah sakit. Baku mutu limbah cair rumah sakit dapat dilihat pada

    tabel 2.4.

    Tabel 2.4 Baku mutu limbah cair rumah sakit

    Parameter Kadar Maksimum

    Fisika

    Suhu 30˚C

    Kimia

    pH 6-9

    BOD5 50 mg/L

    COD 80 mg/L

    TSS 30 mg/L

    NH,Bebas 0.1 mg/L

    PO 2 mg/L

    Mikrobiologik

    MPN-Kuman Golongan

    Koli/100mL

    10.000

    Radioaktivitas

    P 7 x 10 Bq/L

    S 2 x 10 Bq/L

    4Ca 3 x 10 Bq/L

    Cr 7 x 10 Bq/L

    4Ga 1 x 10 Bq/L

    4

    Sr 4 x 10 Bq/L

    Mo 7 x 10 Bq/L

    11Sn 3 x 10 Bq/L

    1 I 1 x 10 Bq/L

  • 8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali

    40/124

    26

    1 1I 7 x 10 Bq/L

    1 Ir 1 x 10 Bq/L

    1TI 1 x 10 Bq/L

    Parameter Kadar Maksimum

    Sumber: KempenLH, 1995.

    Baku mutu tersebut ditinjau secara berkala sekurang-kurangnya sekali dalam

    5 tahun oleh penanggung jawab atau pengelola rumah sakit. (KepmenLH RI

    No.58/MENLH/12/1995).

    Setiap penanggung jawab atau pengelola rumah sakit wajib:

    a. Melakukan pengelolaan limbah cair sebelum dibuang ke lingkungan

    sehingga mutu limbah cair yang dibuang kelingkungan tidak melampaui

    baku mutu limbah cair yang telah ditetapkan

    b. Membuat saluran pembuangan limbah cair tertutup dan kedap air sehingga

    tidak terjadi perembesan ketanah serta terpisah dengan saluran limpahan air

    hujan

    c. Memasang alat ukur debit laju alir limbah cair dan melakukan pencatatan

    debit harian limbah cair tersebut

    d. Memeriksakan kadar parameter baku mutu limbah cair kepada laboratorium

    yang berwenang sekurang-kurangnya satu kali dalam sebulan

    e. Menyampaikan laporan tentang catatan debit harian dan kadar parameter

    baku mutu limbah cair sekurang-kurangnya tiga bulan sekali kepada

    gubernur dengan tembusan Menteri, Kepala Bapedal, atau instansi teknis

    yang membidangai rumah sakit dan dianggap perlu sesuai dengan peraturan

    perundang-undangan yang berlaku (KepmenLH RI

    No.58/MENLH/12/1995).

    2.2.7 Peraturan Perundang-Undangan Tentang Pengelolaan Limbah Cair Rumah Sakit

    Pentingnya pengelolaan limbah cair rumah sakit telah dijelaskan pada

    beberapa peraturan perundang-undangn di Indonesia diantaranya adalah UU No.

  • 8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali

    41/124

    27

    20/1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air (pasal 17) yang bunyinya “ Setiap

    orang atau badan yang membuang limbah cair wajib menaati baku mutu limbah

    cair sebagaimana ditentukan dalam izin pembuangan limbah cair yang ditetapkan

    baginya.” Peraturan lain yang berkaitan dengan pengelolaan air limbah rumah sakit

    ialah Undang-undang Republik Indonesia No. 23/1992 tentang Kesehatan,

    Peraturan Menteri Kesehatan No.173/Menkes/Per/VIII/1997, tentang Pengawasan

    Pencemaran Air dari Badan Air untuk Berbagai Kegunaan yang Berhubungan

    dengan Kesehatan, Keputusan Direktur Jenderal PPM dan PLP No. HK.00.06.6.44

    tentang Persyaratan & Petunjuk Teknis Tatacara Penyehatan Lingkungan. Undang-

    undang dan peraturan lainnya yang mewajibkan rumah sakit memiliki IPAL adalah

    UU No. 44/2009 tentang Rumah Sakit, Permenkes No. 147 tahun 2010 tentangPerizinan Rumah Sakit dan Kepmenkes No. 1204 tahun 2004 tentang Persyaratan

    Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.

    2.2.8 Pengelolaan Air Limbah Rumah Sakit

    Pengelolaan air limbah rumah sakit merupakan bagian yang sangat penting

    dalam upaya penyehatan lingkungan rumah sakit. Pengelolaan limbah ini bertujuan

    untuk melindungi masyarakat dari bahaya pencemaran lingkungan. Air limbah yang

    tidak ditangani secara benar akan mengakibatkan dampak negatif bagi lingkungan

    maupun kesehatan. Maka dari itu, diperlukan pengelolaan yang baik agar apabila

    limbah tersebut dibuang ke suatu areal tertentu (badan air) tidak menimbulkan

    pencemaran. Pengelolaan limbah cair ini dikelola dengan bantuan Instalasi

    Pengolahan Air limbah (IPAL) yang dimiliki oleh rumah sakit.

    Setiap proses dalam pengelolaan limbah akan menghasilkan hasil olahan

    limbah yang ramah lingkungan. Hasil olahan limbah merupakan buangan yang tidak 

    menghasilkan bahan-bahan pencemar karena sudah melewati tahapan treatment 

    untuk mengurangi bahkan menghilangkan bahan pencemar, menginngat zat

    pencemar tersebut dapat membahayakan lingkungan terutama kesehatan maka

    dilakukanlah pengolahan air limbah rumah sakit.

  • 8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali

    42/124

    28

    Pengolahan limbah rumah sakit dapat dilakukan dengan cara fisika, kimia

    dan biologi atau gabungan dari ketiga sistem pengolahan tersebut. Pengolahan

    limbah secara biologis dapat digolongkan menjadi dua pengolahan, yaitu

    pengolahansecara aerob (menggunakan oksigen) dan pengolahan secara anaerob

    (tidak menggunakan oksigen). Berdasarkan sistem unit operasinya teknologi

    pengolahan limbah dibagi menjadi unit operasi fisika, unit operasi kimia dan unit

    operasi biologi. Sedangkan bila dilihat dari tigkat perlakuanpengolahan maka sistem

    perlakuan limbah diklasifikasikan menjadi:  pretreatment system, primary treatment 

    system, secondarytreatment system dan tertiary treatment system (Perdana Ginting,

    2007).

    2.2.9 Teknik Pengolahan Limbah Medis

    Ada beberapa cara yg dilakukan dalam pengolahan limbah medis

    diantaranya adalah :

    • Chemical decontamination

    • Steam autoclaving

    • Inceneration

    • Landfilling

    (Sulaiman, 2001)

    Penanganan limbah medis lebih dominan menggunakan system inceneration,

    karena dari segi biaya lebih murah selain itu dapat mengurangi massa dan volume

    sehingga untuk penanganan berikutnya menjadi lebih mudah. Limbah dapat

    ditangani dalam waktu yang relatif lebih singkat daripada pengolahan secara biologi

    maupun sistem landfill dan area yang dibutuhkan relatif lebih kecil. Pada dasarnya

    semua jenis sampah selain batu dan logam dapat diproses dengan incinerator dalam

    segala kondisi basah maupun kering akan tetapi apabila yang dikehendaki hanya

    sampah non degradable saja yang akan dibakar pada suhu yang tinggi maka akan

    sangat menghemat bahan bakar. Bahan bakar yang akan digunakan diantaranya

    adalah minyak bakar MFO, gasatau gasifikasi batubara, pemilihan bahan bakar akan

  • 8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali

    43/124

    29

    menentukan kost operasional. Oleh karena itu akan sangat tepat apabila dipilih

    bahan bakar gas karena bila produksi metan dari kompos sudah berjalan dan sebagai

    bahan bakar cadangan dari gasifikasi batubara. Apabila dipilih sejak awal untuk 

    pembakaran pada incinerator menggunakan bahan bakar gas maka tidak ada

    perubahan pada burner sehingga akan menghemat biaya beli burner (Sulaiman,

    2001).

    Teknologi incinerator adalah salah satu alat pemusnah sampah yang

    dilakukan pembakaran pada suhu tinggi, dan secara terpadu dapat aman bagi

    lingkungan sehingga pengoperasiannya pun mudah dan aman, karena keluaran

    emisi yang dihasilkan berwawasan lingkungan dan dapat memenuhi persyaratan

    dari Kementerian Lingkungan Hidup sesuai dengan Kep.Men LH No.13/ MENLH/3/1995. Insinerator mengurangi volume sampah hingga 95-96%,

    tergantung komposisi dan derajat recovery sampah. Ini berarti insinerasi tidak 

    sepenuhnya mengganti penggunaan lahan sebagai area pembuangan akhir, tetapi

    insinerasi mengurangi volume sampah yang dibuang dalam jumlah yang signifikan.

    Incinerator dilengkapi mesin pembakar dengan suhu tinggi yang dalam waktu relatif 

    singkat mampu membakar habis semua sampah tersebut hingga menjadi abu.

    Pembakaran sampah ini digunakan dengan sistim pembakaran bertingkat (double

    chamber ), sehingga emisi yang keluar melalui cerobong tidak berasap dan tidak 

    berbau, dan menggunakan sitem cyclon yang pada akhirnya hasil pembakaran tidak 

    memberikan pengaruh polusi pada lingkungan. Selain itu incinerator dilengkapi

    dengan 2 sistem pembakaran yang dikendalikan secara otomatis.

    Burner yang digunakan dapat menghasilkan panas dengan cepat, serta

    dilengkapi dengan blower untuk mempercepat proses pembakaran hingga mampu

    menghasilkan panas yang tinggi. Pemilihan incinerator yang akan digunakan

    disesuaikan dengan keadaan lingkungan, jenis dan komposisi sampah, serta volume

    sampah, sehingga dapat dilakukan secara lebih efisien baik prosesnya maupun

    transportasi dan tenaga operasionalnya, serta pula penggunaan lahan lebih efisien.

    Meminimalkan sampah yang berukuran besar dan berat untuk dapat dipilah masuk 

    ke dalam tempat tersendiri. Untuk menjaga kesempurnaan pembakaran di

  • 8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali

    44/124

  • 8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali

    45/124

    31

    senyawa sederhana seperti CO2 dan H2O. Insenarator efektif terutama untuk 

    buangan organik dalam bentuk padat, cair, gas, lumpur cair (slurries) dan lumpur

    padat (sludge). Proses ini tidak biasa digunakan limbah organik seperti lumpur

    logam berat (heavymetal sludge) dan asam anorganik. Zat karsinogenik patogenik 

    dapat dihilangkan dengan sempurna bila insinerator dioperasikan dengan benar.

    Jenis insinerator yang paling umum diterapkan dalam membakar limbah padat B3

    adalah rotary kiln, multiple hearth, fluidized bed, open pit, single chamber, multiple

    chamber, aqueouswaste injection, dan starved air unit (Sulaiman, 2001).

    Jenis insinerator yang biasanya digunakan untuk limbah rumah sakit adalah

     jenis controlled-air, yang dikenal di pasaran sebagai pembakaran secara starved air

    atau secara modular atau secara pyrolytic. Sistem ini disebut demikian karena jenisini dioperasikan dengan dua ruangan yang bekerja secara seri. Ruangan pertama

    (bagian limbah padat) difungsikan pada kondisi substoichiometris (beberapa jenis

    dijumpai juga pada model kiln), sedang ruangan kedua (bagian limbah gas) di

    fungsikan pada kondisi udara yang berlebih. Menurut Brunner (1996) dalam Nadia

    Paramita (2007) menyatakan bahwa untuk mengolah limbah infeksius hingga saat

    ini telah dibuat insinerator dengan berbagai nama seperti insinerator medis,

    insinerator infeksius ataupun insinerator limbah patologi. Akan tetapi 90% dari

    instalansi yang dibangun untuk mengatasi limbah rumah sakit selama dua dekade ini

    menggunakan prinsip Controlled Air Incinerator. Komponen-komponen utama

    dalam insinerator ini terdiri dari Primary Combustion Chamber, Secondary

    Combustion Chamber, Boiler, Air Pollution Control Devices Stack. Pada umumnya

    incinerator dengan primary chamber mengkonversi limbah sehingga menghasilkan

    emisi berupa partikulat. Untuk itu perlu pollution control device berupa wet dan dry

    scrubbers pada insinerator rumah sakit yang manfaatnya adalah mengurangi emisi

    partikel (0,01-0,03 grft), mengurangi gas asam HCL, mengurangi sifat patogen dan

    mencegah racun terbebas di udara (Sabayang, 1999)

  • 8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali

    46/124

    32

    2.2.11 Fungsi Incinerator

    Incinerator bahkan sudah menjadi sarana standar untuk menangani limbah

    medis yang dihasilkan dari berbagai kegiatan medis di rumah sakit. Fungsi atau

    kegunaan incinerator selain dapat mengurangi massa dan volumenya yg lebih utama

    dan penting adalah mendestruksi materi-materi yg berbahaya seperti

    mikroorganisme pathogen dan meminimalisir pencemaran udara yg dihasilkan dari

    proses pembakaran sehingga gas buang yg keluar dari cerobong menjadi lebih

    terkontrol dan ramah lingkungan (Sabayang, 1996).

    Sebuah incinerator dapat berfungsi dengan baik jika memenuhi kriteria

    tersebut diatas dan ada beberapa parameter yang harus dipenuhi diantaranya yaitu

    suhu, waktu dan turbulensi. Suhu : suhu menjadi faktor yang sangat berperan dalampembakaran, keberhasilan dari suatu proses pembakaran ditentukan oleh tercapainya

    suhu yang diinginkan dari jenis materi limbah yg akan dibakar, hal ini juga

    berhubungan erat dengan pasokan udara atau oksigen untuk mengoksidasi limbah,

    bentuk ruang bakar, jenis refraktori yang digunakan dan ketebalan dinding

    incinerator juga akan mempengaruhi suhu ruang bakar. Ruang bakar berbentuk 

    bulat rambatan suhunya menjadi lebih sempurna dibanding ruang bakar berbentuk 

    kotak, karenanya suhu yang tidak cukup akan menghasilkan pembakaran yang tidak 

    sempurna sehingga akan menimbulkan masalah baru yaitu pencemaran udara.

    Waktu : materi-materi yang terdapat dalam limbah mempunyai nilai kalor yang

    berbeda-beda, sampah yang basah tentu akan lebih panjang waktu pembakarannya

    dibanding sampah kering, oleh sebab itu waktu ada kaitannya dengan kebutuhan

    berapa lama suatu bahan harus dibakar dan berapa derajad temperatur yang

    dibutuhkan agar dapat terbakar dengan sempurna. Turbulensi : untuk incenerator

    kapasitas besar hal ini sangat perlu untuk diperhatikan karena berkaitan dengan

     jumlah sampah yang akan dibakar dengan suplai oksigen yang masuk agar sampah

    tersebut dapat terurai dengan sempurna (Sabayang, 1996).

  • 8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali

    47/124

    33

    2.2.12 Prinsip Kerja Insinerator

    Proses insenerasi akan berlangsung melalui 3 tahapan, yaitu:

    a. Tahapan pertama adalah membuat air dalam sampah menjadi uap air,

    hasilnya limbah menjadi kering dan siap terbakar.

    b. Selanjutnya terjadi proses pirolisis, yaitu pembakaran tidak sempurna,

    dimana temperatur belum terlalu tinggi.

    c. Fase berikutnya adalah pembakaran sempurna. Ruang bakar pertama

    digunakan sebagai pembakar limbah, suhu dikendalikan antara 400°C -

    600°C. Ruang bakar kedua digunakan sebagai pembakar asap dan bau

    dengan suhu antara antara 600 °C - 1200 °C. Suplay oksigen dari udara

    luar ditambahkan agar terjadi oksidasi sehingga materi-materi limbah

    akan teroksidasi dan menjadi mudah terbakar, dengan terjadi proses

    pembakaran yang sempurna, asap yang keluar dari cerobong menjadi

    transparan (Sabayang, 1996)

    2.2.13 Keuntungan Menggunakan Incinerator

    Keuntungan menggunakan incinerator tentunya dapat mengurangi volume

    sampah, dapat membakar beberapa jenis sampah termasuk sampah B3 (toksik 

    menjadi non toksik, infeksius menjadi non infeksius), lahan yang dibutuhkan relatif 

    tidak luas, pengoperasiannya tidak tergantung pada iklim, dan residu abu dapat

    digunakan untuk mengisi tanah yang rendah (Sabayang, 1996).

    2.2.14 Kelemahan menggunakan incinerator

    Tidak semua jenis sampah dapat dimusnahkan terutama sampah dari logam

    dan botol, serta dapat menimbulkan pencemaran udara bila tidak dilengkapi dengan

    pollution control berupa cyclon (udara berputar) atau bag filter (penghisap debu).

    Hasil pembakaran berupa residu serta abu dikeluarkan dari incinerator dan ditimbun

    dilahan yang rendah. Sedangkan gas/partikulat dikeluarkan melalui cerobong

    setelah melalui sarana pengolah pencemar udara yang sesuai (Sabayang, 1996).

  • 8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali

    48/124

    34

    2.2.15 Dampak Penggunaan Incinerator pada Limbah Rumah Sakit

    Rumah sakit yang besar mungkin mampu membeli insinerator sendiri.

    Insinerator berukuran kecil atau menengah dapat membakar pada suhu 1300°C  – 

    1500°C atau lebih tinggi dan mungkin dapat mendaur ulang sampai 60% panas yang

    dihasilkan untuk kebutuhan energi untuk melayani insinerasi limbah rumah sakit

    yang berasal dari rumah sakit lain. Insinerator modern yang baik tentu saja memiliki

    beberapa keuntungan antara lain kemampuannya menampung limbah klinik maupun

    bukan klinik, termasuk benda tajam dan produk farmasi yang tidak terpakai.

    Insinerasi memiliki banyak manfaat untuk mengolah berbagai jenis sampah seperti

    sampah medis dan beberapa jenis sampah berbahaya di mana patogen dan racun

    kimia bisa hancur dengan temperatur tinggi. Limbah padat yang berasal industriyang berupa sludge, atau dari pemukiman yang berupa sampah domestik, maupun

    limbah padat medis dari rumah sakit dapat dimusnahkan dengan sempurna

    menggunakan teknik insinerasi.

    Proses pembakaran dengan insinerator berlangsung pada suhu tinggi (600°C

    -800°C), pada suhu tersebut limbah padat organik sudah dapat hancur terbakar dan

    abu yang dihasilkan akan dalam keadaaan bersih /steril. Gas hasil pembakaran

    limbah tersebut dibakar juga pada suhu yang lebih tinggi yaitu antara 800°C -

    1000°C, gas buangnya yang bersih dan emisinya terkendali berada dibawah ambang

    batas ( Untuk keuntungan jika menggunakan incinerator adalah dapat mengurangi

    volume sampah, dapat membakar beberapa jenis sampah termasuk sampah B3

    (toksik menjadi nontoksik, infektius menjadi non infektius), lahan yang dibutuhkan

    relative tidak luas, pengoperasiannya tidak tergantung pada iklim dan residu abu

    dapat digunakan untuk mengisi tanah yang rendah. Selain itu insinerator pada

    rumah sakit bermanfaat untuk mengurangi emisi partikel (0,01  – 0,03 gr/ft3),

    mengurangi gas asam (HCL), mengurangi sifat patogen mencegah racun terbebas di

    udara.

    Sedangkan untuk kerugian jika menggunakan insinerator adalah tidak semua

     jenis sampah dapat di hancurkan atau dimusnahkan terutama sampah dari logam dan

    botol serta dapat menimbulkan pencemaran udara berupa emisi yang berbentuk 

  • 8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali

    49/124

    35

    dioksin dan logam berat sepertiAs, Cd, Cr, Pb, Mn, Hg dan dapat menimbulkan

    asap dengan kandungan debu (ash) juga particulate matter dengan berbagai ukuran.

    Agar hal tersebut tidak terjadi maka sebaiknya incinerator dilengkapi dengan

    pollution control berupa cyclone (udara berputar) atau bag filter (penghisap debu).

    Hasil pembakaran berupa residu serta abu yang dikeluarkan dari insinerator

    dan ditimbun dilahan yang rendah. Sedangkan gas/partikulat dikeluarkan melalui

    cerobong setelah melalui sarana pengolah pencemar udara yang sesuai. Sedangkan

    insinerator, yang menerapkan teknik pembakaran pada sampah medis, bukan berarti

    tanpa cacat. Teknik insenerasi merupakan sumber utama zat dioksin yang sangat

    beracun. Penelitian terakhir menunjukkan zat dioksin inilah yang menjadi pemicu

    tumbuhnya kanker pada tubuh (Depkes RI, 2004).Sebagaimana termaktub dalam Undang-undang No. 9 tahun 1990 tentang

    Pokok-pokok Kesehatan, bahwa setiap warga berhak memperoleh derajat kesehatan

    yang setinggi-tingginya. Ketentuan tersebut menjadi dasar bagi pemerintah untuk 

    menyelenggarakan kegiatan yang berupa pencegahan dan pemberantasan penyakit,

    pencegahan dan penanggulangan pencemaran, pemulihan kesehatan, penerangan

    dan pendidikan kesehatan kepada masyarakat (Depkes RI, 2004).

    2.2.16 Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Rumah Sakit

    2.2.16.1 Definisi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)

    IPAL atau Instalasi Pengolahan Air Limbah adalah seperangkat peralatan

    beserta perlengkapannya yang memproses/mengolah limbah cair sisa proses

    kegiatan dari pabrik/industri, domestik, dan rumah sakit, sehingga limbah tersebut

    layak di buang ke lingkungan ( Anonim1, 2011).

    IPAL ialah suatu sistem pengolah yang mampu menurunkan kandungan

    pencemar air limbah yang berpotensi mencemari lingkungan sampai batas yang

    disyaratkan pemerintah sehingga layak dibuang ke lingkungan. Tujuannya untuk 

    mengurangi dampak buruk polutan di dalam air limbah dan mengendalikan

    pencemaran lingkungan (Anonim2 , 2007).

  • 8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali

    50/124

    36

    2.2.16.2 Peraturan Tentang Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)

    Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 986 / MENKES / PER / XI / 

    1992 tanggal 14 November 1992 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan

    Rumah Sakit dan Keputusan Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular

    dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman No. HK.00.06.44 tanggal 18 Februari

    1993 tentang Persyaratan dan Petunjuk Teknis Tata Cara Penyehatan Lingkungan

    Rumah Sakit mempersyaratkan fasilitas pembuangan limbah sebagai berikut :

    1. Saluran pembuangan limbah harus menggunakan sistem saluran tertutup, kedap

    air, dan limbah harus mengalir dengan lancar.

    2. Rumah Sakit harus memiliki unit pengolahan limbah sendiri atau bersama-sama

    secara kolektif dengan bangunan disekitarnya yang memenuhi persyaratan teknis,

    apabila belum ada atau tidak terjangkau sistem pengolahan air limbah perkotaan.

    3. Kualitas air limbah rumah sakit yang akan dibuang ke lingkungan harus

    memenuhi persyaratan baku mutu sesuai peraturan perundang-undangan yang

    berlaku.

    Untuk melindungi lingkungan dari kegiatan rumah sakit, buangan air limbah

    dari rumah sakit diatur oleh Keputusan Menteri Lingkungan Hidup. Dalam

    keputusan ini, manajemen rumah sakit harus memeriksakan standar kualitas air

    limbahnya pada laboratorium yang kompeten minimal sebulan sekali dan

    melaporkan hasilnya kepada pemerintah setidaknya tiga bulan sekali (Permenkes

    RI, 1992).

    Menurut Peraturan Menteri Kesehatan nomor 1204 tahun 2004 tentang

    persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit maka limbah Cair harus meengikuti

    ketentuan sebagai berikut:

    1. Limbah Cair harus dikumpulkan dalam kontainer yang sesuai dengan keterpaparan

    bahan kimia dan radiologi, volume, dan prosedur penanganan dan penyimpangannya.

    2. Saluran pembuangan limbah harus menggunakan sistem saluran tertutup, kedap

    air, dan limbah harus mengalir dengan lancar, serta terpisah dengan saluran air hujan.

  • 8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali

    51/124

    37

    3. Rumah sakit harus memiliki instalasi pengolahan limbah cair sendiri atau bersama-

    sama secara kolektif dengan bangunan disekitarnya yang memenuhi persyaratan

    teknis, apabila belum ada atau tidak terjangkau sistem pengolahan air limbah

    perkotaan.

    4. Perlu dipasang alat pengukur debit limbah cair untuk mengetahui debit harian

    limbah yang dihasilkan.

    5. Air limbah dari dapur harus dilengkapi penangkap lemak dan saluran air limbah

    harus dilengkapi/ditutup dengan gril.

    6. Air limbah yang berasal dari laboratorium harus diolah di Instalasi Pengolahan Air

    Limbah (IPAL), bila tidak mempunyai IPAL harus dikelola sesuai kebutuhan yang

    berlaku melalui kerjasam dengan pihak lain atau pihak yang berwenang.

    7. Frekuensi pemeriksaan kualitas limbah cair terolah (effluent ) dilakukan setiap

    bulan sekali untuk swapantau dan minimal 3 bulan sekali uji petik sesuai dengan

    ketentuan yang berlaku.

    8. Rumah sakit yang menghasilkan limbah cair yang mengandung atau terkena zat

    radioaktif, pengelolaannya dilakukan sesuai ketentuan BATAN (Permenkes RI,

    2004).

    2.2.16.3 Tujuan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)

    Berdasarkan pengertian dari IPAL itu sendiri, dapat diketahui tujuan dari

    Instalasi Pengolahan Air Limbah khususnya untuk Rumah Sakit. Adapun, tujuan

    dari IPAL Rumah Sakit adalah sebagai berikut:

    1. Untuk mengolah air limbah/limbah cair rumah sakit,

    2. Mengurangi/menghilangkan kadar dari bahan-bahan kimia berbahaya, mikrobamaupun zat radioaktif yang dapat membahayakan lingkungan dan makhluk hidup,

    3. Meningkatkan kesehatan lingkungan rumah sakit, dan

  • 8/17/2019 Makalah Kesehatan Lingkungan Kerja Anali

    52/124

    38

    4. Mengurangi resiko penyakit yang mungkin timbul akibat limbah yang dihasilkan

    dari kegiatan rumah sakit.

    2.2.16.4 Manfaat dan Fungsi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)

    Instalasi Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit memiliki beberapa manfaat

    bagi lingkungan, masyarakat dan bagi rumah sakit itu sendiri. Berdasarkan

    pengertian, peraturan perundang-undangan mengenai pentingnya IPAL rumah sakit

    maka dapat diketahui manfaat dan fungsi IPAL rumah sakit, yaitu:

    1. Mempermudah manusia dalam mengolah limbah cair rumah sakit,

    2. Mengolah air limbah rumah sakit sehingga aman jika dibuang ke lingkungan, dan

    3. Dapat mengurangi dampak pencemaran lingkungan (air dan tanah) akibat limbah

    cair tersebut.

    2.2.16.4 Klasifikas