30
MAKALAH FIELD STUDY MATRA LAUT “Indikasi Penyakit-Penyakit Klinis dan Kontraindikasi dari Terapi Oksigen Hiperbarik” Disusun oleh: Via Arsita Dewi (111 0211 048) Dias Amardeka (111 0211 104) Uchi Erian F (111 0211 149) Yuni Rachmawati (111 0211 055) Nesty Vavirya (111 0211 052) Oktavia C Dewi (101 0211 191) Candrika Faza (111 0211 091) Arry Tri Anugrah (111 0211 116) Moh. Ali Hardityan (111 0211 136) Pandu Wicaksono (111 0211 122) 1

makalah hiperbarik

  • Upload
    m-ali

  • View
    619

  • Download
    75

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah yang membahas tentang terapi oksigen hiperbarik

Citation preview

MAKALAH FIELD STUDY MATRA LAUT

“Indikasi Penyakit-Penyakit Klinis dan Kontraindikasi dari Terapi Oksigen Hiperbarik”

Disusun oleh:

Via Arsita Dewi (111 0211 048)Dias Amardeka (111 0211 104)Uchi Erian F (111 0211 149)Yuni Rachmawati (111 0211 055)Nesty Vavirya (111 0211 052)Oktavia C Dewi (101 0211 191)Candrika Faza (111 0211 091)Arry Tri Anugrah (111 0211 116)Moh. Ali Hardityan (111 0211 136)Pandu Wicaksono (111 0211 122)

BLOK MATRAFAKULTAS KEDOKTERAN UPN “VETERAN” JAKARTA

Tahun Ajaran 2014/2015

1

DAFTAR ISI

COVER…………………………………………………………………………............1

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….2

KATA PENGANTAR………………...…………………………………………………3

BAB 1 PENDAHULUAN………...…………………………………………………….

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………...... 4

1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………....... 4

1.3 Tujuan…………………………………………………………………………5

BAB 2 PEMBAHASAN……………...…………………………………………………..

2.1 Definisi Terapi Oksigen Hiperbarik………………………………………….6

2.2 Indikasi TOHB untuk Penyakit Penyelaman Dekompresi………………….

2.2.1 Umum………………………………………………………………………..6

2.2.2 Aturan Pemakaian Tabel Pengobtan………………………………………..7

2.2.3 Tabel US Navy 5,6,6A untuk rekompresi………………………………….9

2.3 Dasar-dasar terapi oksigen hiperbarik untuk penyakit klinis………………..

2.3.1 Pengaruh TOHB untuk mikroorganisme pathogen………………………...13

2.3.2 Pengaruh TOHB terhadap sel tubuh………………………………………...13

2.3.3. Kesimpulan Dasar Pengaruh TOHB terhadap penyakit klinis……………14

2.4 Kontraindikasi TOHB

2.4.1 Kontraindikasi absolut……………………………………………………….15

2.4.2 Kontraindikasi relative……………………………………………………….15

2.5 Kategorisasi Penyakit…………………………………………………………...17

BAB 3 KESIMPULAN………………………………………………………………………23

Daftar Pustaka…..………………………………………………………………………........24

2

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena atas segala rahmat dan izinNya,

kami dapat menyelesaikan makalah tutorial tentang Terapi Oksigen Hiperbarik dengan baik.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, makalah ini mengenai kasus Penyakit-penyakit klinis

yang berhubungan dengan terapi oksigen hiperbarik dan kontraindikasi nya.

Pertama-tama, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada Pihak RSAL Mintohardjo

beserta para dokter nya yang telah memberikan pengetahuan kepada kami saat field study

mengenai terapi oksigen hiperbarik beserta para dokter pembimbing kami ketika kami

melakukan kunjungan.

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk membahas seputar indikasi maupun

kontraindikasi yang berkaitan dengan penyakit klinis yang dapat diterapi dengan terapi oksigen

hiperbarik berdasarkan ilmu yang telah kami dapatkan pada studi lapangan dan juga pada saat

perkuliahan.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna baik dalam proses

pengerjaannya maupun penyelesaiannya. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan

saran yang membangun dari para pembaca agar kami dapat menyempurnakan makalah ini

menjadi lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat, baik untuk penulis, pembaca

maupun orang lain.

Jakarta, 4 Desember 2014

Penulis B4

3

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Terapi Oksigen Hiperbarik merupakan terapi yang menggunakan oksigen murni 100%

dan dilakukan pada tekanan udara yang lebih tinggi dari yang biasa kita dapatkan pada

kehidupan sehari-sehari. Dimana terapi ini menggunakan tekanan yang menyerupai tekanan pada

kedalaman tertentu di bawah permukaan laut. Terapi Oksigen Hiperbarik memiliki banyak sekali

manfaat nya, biasanya digunakan untuk mengatasi penyakit yang biasa didapatkan pada saat

penyelaman, atau biasa kita kenal dengan sebutan penyakit dekompresi. Selain untuk penyakit

dekompresi, terapi oksigen hiperbarik ini juga memiliki fungsi yang luas secara klinis ,dan

terbukti dapat mengobati atau mempercepat penyembuhan daripada beberapa penyakit klinis.

Untuk itu kami membuat makalah ini untuk membahas Indikasi-indikasi penyakit klinis yang

dapat diterapi dengan terapi oksigen hiperbarik ini beserta kontra indikasi nya juga, karena selain

dapat membawa banyak manfaat, terapi oksigen hiperbarik ini juga memiliki efek samping pada

beberapa pasien yang sudah memiliki suatu kondisi penyakit tertentu dan tidak disertai pula

dengan pengetahuan yang memadai tentang penyakit-penyakit yang dapat meningkatkan

keparahan / cedera lebih lanjut yang dapat terjadi jika diterapi dengan jenis terapi ini.

I.2 Rumusan Masalah

1. Apa Indikasi-indikasi penyakit klinis yang dapat diobati dengan terapi oksigen

hiperbarik ?

2. Kontraindikasi apa saja baik kontraindikasi mutlak maupun relative yang tidak dapat

diterapi dengan oksigen hiperbarik ?

I.3 Tujuan

4

1. Mengetahui indikasi-indikasi penyakit klinis yang dapat diterapi dengan oksigen

hiperbarik dan bagaimana terapi ini dapat menyembuhkan penyakit tersebut.

2. Mengetahui kontraindikasi dari terapi oksigen hiperbarik

5

Bab II

Pembahasan

II.1. Definisi Terapi Oksigen Hiperbarik

Terapi Oksigen Hiperbarik (TOHB) adalah sebuah metode pengobatan di dunia

kedokteran. Hiperbarik adalah suatu keadaan yang berada dalam lingkungan bertekanan tinggi ,

melebihi tekanan di atas permukaan laut ,atau lebih dari 1 ATA. Kemudian dalam lingkungan

hiperbarik ini diberikan oksigen murni (100%) sebagai media napas, yang merupakan salah satu

unsur terapi. Oksigen murni artinya semua unsur gas yang ada di dalamnya hanya mengandung

oksigen kira-kira 99,9% ,sedangkan sisanya adalah beberapa unsur gas lain nya.

Lingkungan Hiperbarik di dunia kedokteran biasa dikenal dengan istilah ruang

hiperbarik. Ruang ini telah di desain sedemikian rupa agar pasien dapat menggunakan oksigen

murni sebagai media nafas. Pasien yang menjalani terapi oksigen hiperbarik harus masuk ke

dalam ruang hiperbarik sambil menghisap oksigen murni.Tindakan ini merupakan sebuah

tindakan medis kedokteran yang aman, dapat di iikuti oleh siapa saja, tidak bergantung pada

usia, selama tidak memiliki kontraindikasi terhadap tindakan oksigen hiperbarik.

Tekanan tinggi di dalam ruang hiperbarik yang biasa diberikan tergantung kepada dua hal

yaitu jenis terapi yang akan diberikan dan bergantung pada umur. Untuk kasus penyakit

klinis ,biasanya tekanan udara yang diberikan berkisar antara 1,3 ATA sampai dengan 2,8 ATA.

Tetapi dalam kasus penyakit akibat penyelaman volume tekanan udara dapat mencapai 6 ATA.

II.2.1.Indikasi Terapi Oksigen Hiperbarik pada Penyakit Penyelaman

Pada penyelaman , saat penyelam menuju ke dasar dan selama di kedalaman terjadi

saturasi jaringan tubuh oleh gas nitrogen, sebaliknya saat penyelam menuju ke permukaan terjadi

desaturasi.

6

Desaturasi jaringan tubuh penyelam oleh gas nitrogen / gas lembam lainya diatur menurut

prosedur dekompresi. Jika terjadi kesalahan prosedur dekompresi atau prosedur berenang naik

menuju ke permukaan, setibanya di stasiun dekompresi tertentu atau dipermukaan dapat terjadi

keadaan supersaturasi (lewat jenuh) jaringan tubuh oleh gas Nitrogen. Helium maupun gas

lembam lainnya tergantung jenis gas pernafasan yang dipakai.

Jika supersaturasi tadi melampaui nilai kritis (nilai maksimum) tekanan partial gas

nitrogen yang dapat dilarutkan oleh tubuh pada tekanan tertentu, maka sesuai hukum Henry

sebagian larutan gas nitrogen akan berubah menjadi gas kembali sehingga terbentuklah

gelembung gas lembab.

Gelembung gas lembam yang terjadi dapat menyebabkan penyakit dekompresi maupun

emboli pada penyelam. Jika diberikan tekanan tinggi pada tubuh kita maka gelembung tadi akan

mengecil volume dan diameter nya ,selain itu gelembung nitrogen akan kembali menjadi larutan.

Jika pada penderita penyakit dekompresi dan emboli diberikan oksigen tekanan tinggi

maka resolusi gelembung nitrogen akan berlangsung lebih cepat dan efektif ,dibandingkan jika

penderita diberikan udara tekanan tinggi.

Untuk efektivititashasil terapi OHB maka OHB harus dilaksanakan sebelum 5-6 jam

sejak munculnya gejala, maksimum 12 jam. Semakin cepat dilaksanakan terapi OHB hasilnya

semakin baik karena belum terjadi komplikasi mekanis dan biokimaiwi yang ditimbulkan oleh

bubble sehingga belum ada kerusakan jaringan yang permanen. Kesalahan prosedur dekompresi

sering menimbulkan “ Silent bubble “ (glembung gas yang tidak menimbulkan gejala) yang tidak

diketahui oleh penyelam. Oleh karena itu pada semua kasus omitted decompression perlu

dilakukan rekompresi, dapat dengan Tabel dekompresi baik di dalam RUBT maupun di air, atau

dengan Tabel Pengobatan. Dalam hal ini di kalangan penyelam yang paling sering digunakan

adalah tabel rekompresi dari US Navy.

II.2.2 Aturan pemakaian tabel pengobatan

a. Selalu

1. Menepati tabel pengobatan dengan akurat

7

2. Di dalam RUBT harus ada perawat kesehatan penyelaman yang trampil untuk mendampingi

penderita

3. Kecepatan turun (descent/kompresi) dan kecepatan naik (ascent/dekompresi) harus tepat.

4. Periksa pasien dengan teliti pada kedalaman dimana gejala hilang dan pada kedalaman

pengobatan

5. Obati penyelam yang tidak sadar sebagai penderita emboli atau penyakit dekompresi, kecuali

diagnose tersebut dapat disingkirkan.

6. Gunakan tabel pengobatan dengan udara hanya jika system oksigen tidak dapat dipakai

7. Hati-hati terdapat kemungkinan keracunan oksigen.

8. Jika penderita kejang-kejang karena keracunan oksigen, segera lepas masker oksigen, lindungi

penderita agar tidak cedera (kepala terbentur, lidah tergigit).

9. Awasi pemakaian oksigen dengan ketat sesuai batas waktu dan batas kedalaman pada tabel.

10. Periksa kondisi pasien sebelum dan saat tiba pada stasiun dekompresi dan selama dekompresi

11. Setelah pengobatan selesai, awasi penderita selama 6 jam untuk menajaga kemungkinan

terjadinya kekambuhan

12. Pelihara ketepatan waktu dan catat semua kejadian saat pengobatan.

13. Pelihara dan siapkan alat P3K untuk siap pakai setiap saat diperlukan.

b.Tidak Boleh

1. Melakukan pemendekan atau tabel pengobatan kecuali atas perintah dokter ahli kesehatan

penyelaman

2. Membiarkan penderita tidur pada saat perubahan kedalaman atau tidur lebih dari satu jam

pada kedalaman tertentu

3. Menunggu alat resusitasi, jika terjadi kegagalan pernafasan lakukan pernafasan buatan mulut

ke mulut.

8

4. Menghentikan terapi selama resusitasi.

5. Memakai oksigen pada kedalaman lebih dari 60 fsw.

6. Menunda melaporkan gejala-gejala yang dialami penyelam

7. Menunda mengobati kasus-kasus yang meragukan

8. Membiarkan penderita di dalam chamber dalam posisi meringkuk karena dapat mengganggu

sirkulasi darah

II.2.3 Tabel 5, 6, dan 6A US Navy untuk Rekompresi menggunakan TOHB

Tabel 5 -> digunakan untuk DCS Tipe 1

9

Tabel 6

Digunakan untuk DCS Tipe 1 yang gejala nya tidak hilang dengan tabel 5 pada kedalaman 60

fsw selama 10 menit atau untuk DCS Tipe 2.

10

Tabel 6a :

Digunakan untuk DCS Tipe 2 yang disertai gas emboli / dicurigai ada gas emboli

11

12

II.3 Dasar-Dasar Terapi Oksigen Hiperbarik untuk Penyakit Klinis

II.3.1 Pengaruh Oksigen Hiperbarik terhadap Mikroorganisme

Timbulnya organisme yang kebal terhadap antibiotic menyebabkan makin bertambahnya

keinginan untuk mendapatkan vaksin antibiotika baru maupun cara-cara yang dapat meninggikan

kemampuan zat antimikroba. Tujuan dari terapi adalah merusak jasad renik tanpa merugikan

tuan rumah (host). Sebab itu tujuan dari pemakaian HBO adalah untuk mencapai tingkat tekanan

parsial oksigen dalam jaringan yang dapat merusak jasad renik, bukan malah membantu

pertumbuhan nya, tanpa adanya efek negative terhadap tuan rumah.

Sebagai zat anti mikroba, oksigen tidak bersifat selektif, nampaknya oksigen

menghambat bakteri gram positif maupun negative dengan kekuatan yang sama. Jadi dengan

demikian oksigen dapat dianggap obat antimikroba yang bersifat bakterisid sedangkan terhadap

kuman aerob bersifat bakteriostatik.

Pada penelitian-penelitian ditemukan bahwa oksigen hiperbarik mempunyai efek

mencegah pertumbuhan fungi, alga ,dan protozoa, namun efek HBO terhadap virus hasilnya

masih saling bertentangan. Ada yang dihambat, ada pula yang di rangsang sehingga disimpulkan

infeksi oleh virus termasuk salah satu kontraindikasi relative terhadap pemakaian HBO.

II.3.2 Pengaruh Oksigen Hiperbarik Terhadap Sel Jaringan Tubuh

Berdasarkan penelitian tahun 1960-an, penelitian dan kenyataan klinis menyatakan

bahwa pada luka selalu terdapat hipoksia, dan bahwa adanya oksigen merupakan factor yang

menentukan dalam proses penyembuhan luka dan factor penting dalam pertahanan terhadap

infeksi.

13

Pembentukan jaringan kolagen oleh fibroblast merupakan dasar dari proses penyembuhan

jaringan, karena kolagen adalah protein penghubung (connective protein) yang mengikat

jaringan-jaringan yang terpisah menjadi satu.

Apabila sel dibiarkan anoksik, maka suatu polipeptida precursor kolagen menumpuk di

dalam sel, namun tak ada kolagen yang dilepaskan. Bilamana oksigen diberikan lagi, maka

kolagen dibentuk dalam kecepatan tinggi.

Selain itu jika suplai oksigen meningkat rasio RNA / DNA dalam jaringan meningkat

menunjukkan adanya penambahan pembentukan “rough endoplasmic reticulum” dari sel-sel luka

dan differensiasi sel makin tinggi tingkatnya.

Namun, peningkatan tekanan oksigen local dalam waktu yang lama melebihi batas

optimum menghambat penyembuhan yang kemungkinan disebabkan efek toksik oksigen maka

dari itu diberikan tekanan oksigen yang tidak melebihi 3 ATA.

II.3.3. Kesimpulan Dasar pemikiran Perlunya Terapi Oksigen Hiperbarik

1. Daerah-daerah atau tempat-tempat yang iskemik atau hipoksik akan menerima oksigen secara

maksimal

2. Di daerah yang iskemik, oksigen hiperbarik mendorong / merasangsang pembentukan

pembuluh darah kapiler baru

3. Di daerah yang iskemik, oksigen hioperbarik mendorong / merasangsang pembentukan

pembuluh darah kapiler baru

4. Pertumbuhan kuman-kuman baik gram positif / negative mengalami penekanan dengan

pemberian HBO

5. Oksigen hiperbarik mendorong pembentukan fibroblast dan meningkatkan efek fagositosis

(bakterisidal) dari leukosit.

14

II. 4 Kontraindikasi Penggunaan HBO

II. 4. 1. Kontraindikasi absolut

Kontraindikasi absolut adalah pneumothorax yang belum dirawat, kecuali bila sebelum

pemberian oksigen hiperbarik dapat dikerjakan tindakan bedah untuk mengatasi pneumothorax

tersebut.

Selama beberapa tahun orang beranggapan bahwa keganasan yang belum diobati atau

keganasan metastatic akan menjadi lebih buruk pada pemakaian oksigen hiperbarik untuk

pengobatan dan termasuk kontraindikasi absolut kecuali pada keadaan-keadaan luar biasa.

Namun penelitian-penelitian yang dikerjakan akhir-akhir ini menunjukkan bahwa sel-sel

ganas tidak tumbuh lebih cepat dalam suasana oksigen hiperbarik. Penderita keganasan yang

diobati dengan oksigen hperbarik biasanya secara bersama-sama juga menerima terapi radiasi

dan kemoterapi.

Kehamilan juga dianggap kontraindikasi karena tekanan parsial oksigen yang tinggi

berhubungan dengan penutupan “patent ductus arteriosus” sehingga pada bayi premature secara

teori dapat terjadi fibroplasia retrolental. Namun, penelitian yang kemudian dikerjakan

menunjukkan bahwa komplikasi ini nampaknya tidak terjadi.

II.4 2. Kontraindikasi relative

Beberapa keadaan yang memerlukan perhatian, tetapi bukan merupakan kontraindikasi absolut

pemakian oksigen hiperbarik adalah sebagai berikut:

a. Infeksi saluran napas bagian atas, yang menyulitkan penderita untuk melaksanakan ekualisasi.

Dapat ditolong dengan menggunakan dekongestan dan miringotomi bilateral.

15

b. Sinusitis kornis, menyulitkan penderita untuk melaksanakan ekualisasi, dapat diberikan

dekongestan dan miringitomi bilateral

c. Penyakit kejang, yang menyebabkan penderita lebih mudah terserang konvulsi oksigen.

Namun bilamana diperlukan, penderita sebelumnya dapat diberi anti konvulsan.

d. Emfisema yang disertai retensi CO2. Pada keadan ini ada kemungkinan bahwa penambahan

oksigen lebih dari normal, akan menyebabkan penderita secara spontan berhenti bernafas akibat

hilangnya rangsangan hipoksik. Pada penderita-penderita dengan penyakit paru disertai retensi

CO2, terapi oksigen hiperbarik dapat dikerjakan bila penderita di intubasi dan memakai

ventilator.

e. Panas tinggi yang tidak terkontrol, dapat merupakan predisposisi terjadinya konvulsi oksigen.

Namun kemungkinan ini dapat diperkecil dengan pemberian aspirin dan selimut hipotermia. Juga

sebagai pencegahan dapat diberikan anti konvulsan.

f. Riwayat pneumothorax spontan. Penderia yang mengalami pneumothorak spontan dalam

RUBT kamar tunggal akan menimbulkan masalah tetapi di dalam RUBT kamar ganda dapat

dilakukan pertolongan-pertolongan yang memadai. Sebab itu bagi penderita yang mempunyai

riwayat pneumothorax spontan, harus dilakukan persiapan-prsiapan untuk mengatasi hal

tersebut.

g. Riwayat Operasi dada. Operasi dada dapat menyebabkan terjadinya lukadengan “arr trapping”

yang menimbulkan terjadinya waktu dekompresi. Namun setiap operasi dada harus diteliti kasus

demi kasus untuk menentukan langkah-langkah yang harus diambil. Tetapi jelas proses

dekompresi harus dilakukan sangat lambat.

h. Riwayat Operasi telinga. Penderita yang mengalami operasi pada telinga dengan penempatan

kawat atau topangan plastic di dalam telinga setela stapedoktomi, mungkin suatu kontraindikasi

pemakian oksigen hiperbarik, sebab perubahan tekanan dapat mengganggu impian tersebut.

Konsultasi dengan ahli THT dalam hal ini diperlukan.

i. Kerusakan paru asimotmatik yang ditemukan pada pnerangan atau pemotretan dengan sinar –

x ,memerlukan proses dekompresi yang sangat lambat. Menurut pengalaman, waktu dekompresi

antara 5-10 menit tidak menimbulkan masalah.

16

j. Infeksi irus. Pada perocobaan binatang ditemukan bahwa infeksi virus menjadi lebih hebat bila

binatang tersebut diberi terapi oksigen hiperbarik. Dengan alas an ini dialnjutkan agar penderita

yang terkena salesma (Cold) menunda pengobatan dengan okisgen hiperbarik sampai gejala akut

menghilang, apabila penderita tidak memerlukan pengobatan segera dengan oksigen hiperbari.

k. Sferosistosis kongentai. Pada keadaan ini butir-butir darah merah sangat fragil dan pemberian

oksigen hiperbarik dapat diikuti dengan hemolysis yang berat. Bila memang pengobatan dengan

oksigen hiperbarik mutlak diperlukan, keadaan ini tidak boleh jadi penghalang antara lain harus

dipersiapkan langkah-langkah yang perlu untuk mengatasi komplikasi yang mungkin timbul.

l. Riwayat neuritis optic. Pada beberapa penderita dengan riwayat neuritis optik, terjadinya

kebutaan diubungkan dengan terapi oksigen hiperbarik. Namun, kasus yang terjadi sangat

sedikit. Tetapi jika ada penderita dengan riwayat neuritis optic, diperkirakan mengalami

gangguan penglihatan yang berhubungan retina bagaimanapun kecilnya pemberian oksigen

hiperbarik harus segera dihentikan dan perlu konsultasi dengan ahli mata.

II. 5. Kategorisasi Penyakit

Kelainan atau penyakit di klasifikasikasikan menurut kategorisasi yang dibuat oleh “The

Commite on Hyperbaric Oxygenation of the Undersea and Hyperbaric Medical Society” yang

telah mengalami revisi pada tahun 1986 dan 1988.

Dalam revisi ini UMHS tidak lagi memasukkan golongan penyakit untuk penelitian,

namun hanya memakai “Accepted Categorization” saja, Adapun penyakit-penyakit yang

termasuk kategori yang diterima adalah sebagai berikut:

1. Aktinomikosia

2. Emboli udara

3. Anemia karena banyak kehilangan darah

4. Insufisiensi arteri perifer akut

5. Infeksi bakteri

6. Keracunan Karbon monoksida

17

7. “Crush Injury and Reimplanted Appendages”

8. Keracunan Sianida

9. Penyakit dekompresi

10. Gas gangrene

11. Cangkokan (graft) kulit

12. Infeksi jaringan lunak oleh kuman aerob dan anaerob

13. Osteo-radinekrosis

14. Radionekrosis jaringan lunak

15.Sistitits akibat radiasi

16. Ekstraksi gigi pada rahang yang diobati dengan radiasi.

17. Kanidiobolus koronotus

18. Mukomikosis

19. Osteomielitis

20. Ujung amputasi yang tidak sembuh

21. Ulkus diabetic

22. Ulkus statis refraktori

23. Tromboangitis obliterans

24. Luka yang tidak sembuh akibat hipoperfusi dan trauma lama

25. Inhalasi asap

26. Luka Bakar

27. Ulkus yang terkait dengan vaskulitis.

18

19

20

21

22

BAB III

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa terapi oksigen

hiperbarik memilki manfaat yang sangat luas, terutama nya digunakan untuk kasus emergensi

dekompresi akibat penyelaman dan dapat menyembuhkan / mempercepat penyembuhan banyak

penyakit klinis, mulai dari infeksi mikroorganisme hingga ke penyembuhan perbaikan jaringan

yang mengalami luka.

Namun dalam pelaksanaan terapi oksigen hiperbarik haruslah sesuai dengan protokoler

dan prosedur yang ada, untuk menghindari kemungkinan terjadinya efek samping yang dapat

terjadi seperti keracunan oksigen, barotrauma dan lain sebagai nya. Selain itu haruslah

diperiksan dan digali kondisi pasien untuk menentukan apakah ada kontraindikasi untuk

dilaksanakan terapi oksigen hiperbarik atau tidak, baik yang bersifat kontraindikasi absolut

maupun berbagai kondisi kontraindikasi relative yang harus melihat antara manfaat dan kerugian

mana yang lebih besar serta untuk meminimalisir efek samping / kerugian yang mungkin terjadi

dari dilakukan nya terapi oksigen hiperbarik ini.

23

Daftar Pustaka

- Ilmu Kesehatan Penyelaman dan Hiperbarik, Lembaga Kesehatan Kelautan (LAKES

LA), 2000

- Terapi Oksigen Hiperbarik (TOHB) ,Supondha, Erick, Matana Publishing : 2014

- Pengantar Ilmu Kesehatan Penyelaman, Perhimpunan Kesehatan Hiperbarik

Indonesia (PKHI) , 2000

24