54
MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK “PENUAAN SISTEM ENDOKRIN PADA LANJUT USIA” Disusun Oleh : Disusun Oleh Kelompok 6 : 1. Anita Desi Rahmawati 2. Indriya Ika Purwita Sari 3. Muhammad Saroful Anam . 4. Nur Amin 5. Prima Kurniawati YAYASAN PENDIDIKAN KESEHATAN KETONGGO AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI TAHUN AJARAN 2013 / 2014

MAKALAH gerontik endokrin

Embed Size (px)

DESCRIPTION

MAKALAH gerontik endokrin

Citation preview

Page 1: MAKALAH gerontik endokrin

MAKALAH

KEPERAWATAN GERONTIK

“PENUAAN SISTEM ENDOKRIN

 PADA LANJUT USIA”

 

Disusun Oleh :

Disusun Oleh Kelompok 6 :

1.        Anita Desi Rahmawati                 

2.        Indriya Ika Purwita Sari               

3.        Muhammad Saroful Anam           .

4.        Nur Amin                                     

5.        Prima Kurniawati                         

                                                                                    

YAYASAN PENDIDIKAN KESEHATAN KETONGGO

AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI

TAHUN AJARAN 2013 / 2014

KATA PENGANTAR

Page 2: MAKALAH gerontik endokrin

            Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan

karunia-Nya kepada penulis dapat melengkapi tugas dengan menyelesaikan pembuatan makalah

yang berjudul “PENUAAN SISTEM ENDOKRIN PADA LANSIA“.

Penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, pengarahan, dan

sumbangan pikiran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan

terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu, baik sumbangan ide maupun dukungan

moril.

Penulis menyadari, bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

karena itu, kritik dan saran membangun dari para pembaca sangat diharapkan demi

kesempurnaan makalah ini. Semoga Makalah ini dapat menambah dan memperkaya pengetahuan

bagi para pembaca dan khususnya di bidang kesehatan.

Ngawi, 5 Oktober 2013

Kelompok 4

Page 3: MAKALAH gerontik endokrin

DAFTAR ISI

Halaman judul...............................................................................................................            i

Kata pengantar..............................................................................................................           ii

Daftar isi.......................................................................................................................          iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1.      Latar belakang...............................................................................................            

1.2.      Rumusan masalah..........................................................................................

1.3.      Tujuan Masalah..............................................................................................            

BAB II PEMBAHASAN

2.1.      Definisi Sistem Endokrin...............................................................................

2.2.      Anatomi Sistem Endokrin.............................................................................

2.3.      Penuaan Normal Sistem Endokrin.................................................................

2.4.      Masalah yang sering terjadi pada sistem endokrin........................................

2.5.      Penyakit yang sering muncul pada sistem endokrin......................................

2.6.      Insiden Penyakit Diabetes Melitus Pada Usia Lanjut...................................

2.7.      Rencana Keperawatan...................................................................................

BAB III PENUTUP

3.1.       Kesimpulan ..................................................................................................

3.2.       Kritik dan Saran...........................................................................................            

DAFTAR PUSTAKA           

Page 4: MAKALAH gerontik endokrin

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.LATAR BELAKANG

Proses menua adalah keadaan yang tidak dapat dihindarkan. Manusia seperti halnya

semua makhluk hidup didunia ini mempunyai batas keberadaannya dan akan berakhir dengan

kematian. Perubahan-perubahan pada usia lanjut dan kemunduran kesehatannya kadang-kadang

sukar dibedakan dari kelainan patologi yang terjadi akibat penyakit. Dalam bidang endokrinologi

hampir semua produksi dan pengeluaran hormon dipengaruhi oleh enzim-enzim yang sangat

dipengaruhi oleh proses menjadi tua.

Diabetes mellitus yang terdapat pada usia lanjut gambaran klinisnya bervariasi luas dari

tanpa gejala sampai dengan komplikasi nyata yang kadang-kadang menyerupai penyakit atau

perubahan yang biasa ditemui pada usia lanjut.

Dalam makalah ini dibahas masalah penyakit diabetes pada usia lanjut beserta asuhan

keperawatannya.

1.2. RUMUSAN MASALAH

1.    Apakah definisi dari Sistem Endokrin?

2.    Apa saja anatomi Sistem Endokrin?

3.    Bagaimana penuaan normal Sistem Endokrin?

4.    Apa saja masalah yang sering muncul pada Sistem Endokrin?

5.    Bagaimana penjelasan penyakit yang muncul pada Sistem Endokrin?

1.3.   TUJUAN MASALAH

1.    Mengetahui definisi dari Sistem Endokrin

2.    mengetahui anatomi Sistem Endokrin

3.    mengetahui penuaan normal Sistem Endokrin

4.    mengetahui masalah yang sering muncul pada Sistem Endokrin

5.    Mengetahui penjelasan penyakit yang muncul pada Sistem Endokrin

Page 5: MAKALAH gerontik endokrin

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. DEFINISI SISTEM ENDOKRIN

Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang

menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk mempengaruhi

organ-organ lain. Hormon bertindak sebagai “pembawa pesan” dan dibawa oleh aliran darah ke

berbagai sel dalam tubuh, yang selanjutnya akan menerjemahkan “pesan” tersebut menjadi suatu

tindakan. Sistem endokrin tidak memasukkan kelenjar eksokrin seperti kelenjar ludah, kelenjar

keringat, dan kelenjar-kelenjar lain dalam saluran gastrointestin. System endokrin merupakan

bagian dari system pengatur tubuh, pengaturan berbagai fungsi metabolism tubuh.

Sistem endokrin adalah sekumpulan kelenjar dan organ yang memproduksi dan mengatur

hormon dalam aliran darah untuk mengontrol banyak fungsi tubuh. Sistem ini tumpang tindih

dengan sistem saraf dan eksokrin dan tanggung jawabnya meliputi metabolisme, pertumbuhan,

dan perkembangan seksual.

Kelenjar utama dari sistem endokrin adalah pituitari, hipotalamus, dan pineal yang

terletak di otak, tiroid dan paratiroid di leher, timus, adrenal dan pankreas di perut, dan gonad,

indung telur atau testis di perut bagian bawah. Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar

tersebut terlalu banyak dan rumit untuk didaftar. Kelenjar pituitari sering disebut sebagai

“kelenjar utama” karena mengontrol fungsi anggota lain dari sistem endokrin. Kelenjar pineal

membuat melatonin, yang memutuskan kita harus tidur ketika gelap dan terbangun ketika cahaya

muncul. Pankreas menghasilkan insulin yang memutuskan berapa banyak gula yang harus

beredar dalam darah

2.2. ANATOMI SISTEM ENDOKRIN

Sistem endokrin, seperti sistem syaraf, memungkinkan bagian-bagian yang terletak jauh

didalam tubuh untuk saling berkomunikasi. Terdapat tiga komponen dalam system endokrin :

kelenjar endokrin yang mengeluarkan zat-zat antara kimiawi ke dalam aliran darah; zat antara

kimiawi itu sendiri yang disebut hormone; dan sel atau organ sasaran yang berespon terhadap

hormone tersebut.

Page 6: MAKALAH gerontik endokrin

  KELENJAR ENDOKRIN

  Kelenjar endokrin adalah organ yang membuat, menyimpan dan mengeluarkan

hormone ke dalam aliran darah. Terdapat banyak kelenjar endokrin didalam tubuh, mencakup:

kelenjar hipofisis (pituitary), Tiroid, Paratiroid, Adrenal, Pulau-pulau langerhans pancreas,

Ovarium dan testes

  Kelenjar eksokrin ] (kelenjar keringat)

   Kelenjar Endokrin antara lain :

1.      Hipotalamus

Adalah sebuah organ neuroendokrn kecil yang terletak dibagian otak depan yang disebut

diensefalon. Hipotalamus adalah organ yang berkaitan dengan homeostatis, mempertahankan

lingkungan internal tubuh tetap konstan. Kelenjar ini menerima informasi dari susunan saraf

pusat dan perifer mengenai suhu tubuh, nyeri, rasa nikmat, makanan, rasa lapar, dan status

metabolik.

2.      Hipofisis anterior

Disebut juga adenohipofisis, terdiri dari jaringan non saraf. Kelenjar ini secara otomatis

terpisah dari hipotalamus, tetapi secara fungsional berhubungan dengannya melalui suplai

darahnya.

3.      Hipofisis posterior

      Disebut juga neurohipofisis, adalah jaringan saraf sejati yang secara embriologis

berasal dari hipotalamus. Terdapat tiga bagian: eminensia mediana, akar infundibulus, prosesus

infundibulus.

  HORMON

Adalah suatu perantara kimiawi yang dilepaskan oleh suatu kelenjar endokrin kedalam

sirkulasi. Setelah dilepaskan hormone mengalir dalam darah dan hanya mempengaruhi sel-sel

tubuh yang memiliki reseptor ( tempat pengikatan) spesifik untuknya. Sel-sel yang berespon

terhadap hormone tertentu disebut sel sasaran untuk hormon tersebut.

  Fungsi hormon

         Reproduksi

         Pertumbuhan dan perkembangan

         Homeostasis

Page 7: MAKALAH gerontik endokrin

         Pengaturan pengadaan energi

  Klasifikasi hormon

      Steroid

   estrogen, progesteron, testosteron, cortisol, aldosteron

      Turunan asam amino tyrosin

    tiroksin, triiodotyronin, epinefrin dan norepinefrin

      Protein/peptida

    hormon hipofise ant dan post, insulin, glukagon, PTH dsb

  FEEDBACK  NEGATIF

         Kelenjar endokrin secara alami mempunyai tendensi untuk over sekresi

hormonnya

         Akibatnya, hormon akan banyak diproduksi untuk merangsang organ target

         Organ target akan berfungsi

         Ketika fungsi sudah terlalu banyak terbentuk untuk menekan produksi kelenjar

endokrin

  RESEPTOR

Hormon bergantung pada adanya reseptor

Fungsi reseptor :

      Membedakan hormon dan lainnya

      Mengatur sinyal hormonal menjadi respon seluler yang tepat

Lokasi reseptor pada sel :

      Membran sel (hormon protein)

      Sitoplasma (hormon steroid)

      Inti sel (hormon tiroid)

2.3. PENUAAN NORMAL SISTEM ENDOKRIN

Walaupun lansia dapat mengalami diabetes lebih seing daripada kelompok usia yang

lebih muda, kondisi maupun konsekuensi normal dari proses penuaan ini bukanlah hal yang tidak

dapat dihindarkan. Beberapa perubahan terkait usia meningkatkan risiko diabetes, namun, pada

kenyataannya dapat memperbesar kesempatan seseorang untuk mengalami penyakit ini pada

Page 8: MAKALAH gerontik endokrin

setiap dekade kehidupannya. Perubahan diatas juga mencakup perubahan status gizi dan fungsi

endokrin.

          Selama dekade terakhir kehidupan, banyak lansia cenderung untuk mengalami

penambahan berat badan, bukan karena mereka mengonsumsi kalori lebih banyak tetapi karena

perubahan rasio lemak-otot dan penurunan laju metabolisme basal. Hasilnya, seseorang yang

memiliki berat badan normal selama kehidupannya, mungkin menemukan bahwa, dengan

penuaan, berat badan mereka meningkat secara bertahap. Ketidakseimbangan nutrisi ini dapat

memengaruhi berbagai sistem tubuh. Dalam hubungannya dengan sistem endokrin, penambahan

beban kalori yang tidak diperlukan dapat menjadi predisposisi bagi ssesesorang untuk

mengalami diabetes.

Kadar glukosa darah berubah ketika seseorang menjadi tua. Penyesuaian batas normal

untuk kadar glukosa darah 2 jam setelah makan yang telah diajukan adalah 140-200 mg/dL.

Kadar glukosa darah puasa yang dapat diterima untuk lansia adalah <140mg/dL. Fungsi ginjal

dan kandung kemih juga berubah, membuat tes urine untuk glukosa menjadi kurang dapat

diandalkan pada lansia yang berusia >65 tahun. Perubahan-perubahan ini mendukung

penggunaan parameter yang telah disesuaikan dengan usia dalam interpretasi nilai-nilai

laboratorium untuk lansia dengan diabetes.

Perubahan fungsi fisik yang dapat terjadi pada tahun-tahun terakhir dapat menutupi

tanda dan gejala diabetes dan menghalangi lansia untuk mencari bantuan medis. Keletihan, perlu

bangun pada malam hari untuk buang air kecil, dan infeksi yang sering merupakan indikator

diabetes yang mungkin tidak diperhatikan oleh lansia dan anggota keluarganya karena mereka

percaya bahwa hal tersebut adalah bagian dari proses penuaan itu sendiri.

2. 4. MASALAH YANG SERING TERJADI PADA SISTEM ENDOKRIN

Ø  Penurunan kemampuan menoleransi stress.

Ø  Kosentrasi glukosa darah meningkat dan tetap naik lebih lama dibandingkan orang lebih

muda

Ø  Penurunan kadar estrogen dan peningkatan kadar follikel stimulating hormone selama

menopause yang menyebabkan trombosis dan osteoporosis.

Ø  Penurunan produksi progesterone.

Ø  Penurunan kadar aldosteron serum sebanyak 50 %

Ø  Penurunan laju sekresi kortisol sebanyak 25 %

Page 9: MAKALAH gerontik endokrin

2.5. PENYAKIT PADA GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN

         HIPERPITUITARISME merupakan suatu sekresi yang berlebihan hormon hipifisis anterior

yang terjadi akibat adanya tumor.

         HIPOPITUITARIME adalah hilangnya fungsi lobus anterior kelenjar hiposfisa terutama pada

bagian anterior.

          HIPERTIROIDISME (TIROTOKSIKOSIS) adalah suatu kelebihan sekresi hormonal yang

tidak seimbang pada metabolisme.

         HIPOTIROIDISME suatu efek hormon tiroid berkurang.

         TIROIDITIS adalah sutu peradangan pada kelenjar tiroid yang disebabkan infeksi viral seperti

HFV dan virus beguk pada tiroiditis subakut.

         TUMOR TIROID adalah neoplasma unik pada kelenjar tiroid yang sangat kerap disertai dengan

metastasis pada organ yang jauh dari lokasi primer.

         TIROIDEKTOMI adalah sebuah operasi yang melibatkan operasi pemindahan semua atau

sebagian dari kelenjar tiroid.

         HIPERPARATIROID adalah suatu keadaan kelenjar - kelenjar memproduksi lebih sekresi

hormon paratiroid, hormon asam amino polipeptida.

         HIPOPARATIROID adalah penurunan produksi hormon oleh kelenjar paratiroid menyebabkan

kadar kalsium dalam darah rendah. 

         KELAINAN PADA KELENJAR ADRENAL

         ADDISON adalah kerusakan kelenjar adrenal yang tidak mampu memenuhi kebutuhan hormon

korteks adrenal.

         SINDROM CHUSING adalah suatu sindrom yang disebabkan oleh berbagai penyakit seperti

obesitas, impaired glucose tolerance, hipertensi, diabetes mellitus dan disfungsi gonadal yang

berakibat pada berlebihnya rasio serum hormon kortisol.

         ALDOSTERONISME PRIMER adalah merupakan keadaan klinis yang sebabkan oleh produksi

aldosteron “suatu hormon steroid mineralokortikoid korteks adrenal “ secara berlebih.

         TUMOR HIPOFISIS adalah sesorang yang menderita tumor pada selaput kecil pada otak.

         HIPOFISEKTOMI merupakan suatu  tindakan pengangkatan adenoma hipofise melalui

pembedahan

Page 10: MAKALAH gerontik endokrin

         DIABETES INSIPIDUS adalah suatu keadaan yang di tandai rasa haus di akibatkan karena

kurangnya hormon antiduretik.

         SINDROM SEKRESI HORMONE ANTIDIURETIK

          PANGKREATITIS adalah peradangan pada pangkreas yang dapat mengeluarkan enzim

pencernaan dalam saluran pencernaan sekaligus mensintesis dan mensekresi insulin dan

glukagon.

           DIABETES  MELITUS

DEFINISI

Diabetes melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai

oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Brunner and Suddarth, 2002).

Diabetes melitus (DM) merupakan suatu gangguan metabolic yang melibatkan

berbagai system fisiologis, yang paling kritis adalah melibatkan metabolisme glukosa (Stanley &

Beare, 2006).

Diabetes melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai

kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik

pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah (Mansjoer, dkk. 1999).

Diabetes mellitus merupakan suatu gangguan kronis yang ditandai dengan metabolisme karbohidrat dan lemak yang diakibatkan oleh kekurangan insulin atau secara relatif kekurangan insulin (Greenspan and Baxter, 1998).

Klasifikasi diabetes mellitus yang utama adalah tipe I : Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) dan tipe II : Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)

ETIOLOGI         Diabetes Tipe I  atau IDDM (Insulin-Dependent Diabetes Mellitus)

      Diabetes Tipe I disebut dengan DM tergantung insulin, dimana terjadi bila

seseorang tidak mampu untuk memproduksi insulin endogen yang cukup untuk memenuhi

kebutuhan tubuh. Tipe DM ini terutama dialami oleh orang yang lebih muda.

         Diabetes Tipe II atau NIDDM (Non-Insulin-Dependent Diabetes Mellitus)

Diabetes Tipe II disebut dengan DM tidak tergantung insulin, dimana bentuk

penyakit ini paling sering pada lansia karena lebih dekat dihubungkan dengan obesitas daripada

dengan ketidakmampuan untuk memproduksi insulin.

NIDDM merupakan bentuk penyakit yang paling sering diantara lansia, adalah

ancaman serius terhadap kesehatan karena beberapa alasan, yaitu :

Page 11: MAKALAH gerontik endokrin

a.       Komplikasi kronis yang dialami dalam hubungannya dengan fungsi

penglihatan, sirkulasi, neurologis, dan perkemihan dapat lebih menambah beban pada sistem

tubuh yang telah mengalami penurunan akibat penuaan.

b.      Sindrom hiperglikemia hiperosmolar nonketotik, suatu komplikasi diabetes

yang dapat mengancam jiwa, meliputi hiperglikemia, peningkatan osmolalitas serum, dan

dehidrasi yang terjadi lebih sering diantara lansia

PATOFISIOLOGI

Diabetes melitus adalah “suatu gangguan metabolik yang melibatkan berbagai

sistem fisiologis, yang paling kritis adalah melibatkan metabolisme glukosa.” Fungsi vaskular,

renal, neurologis, dan penglihatan pada orang yang mengalami diabetes dapat terganggu dengan

proses penyakit ini, walaupun perubahan-perubahan ini terjadi pada jaringan yang tidak

memerlukan insulin untuk berfungsi.

Beberapa kondisi dapat menjadi predisposisi bagi seseorang untuk mengalami

diabetes, walaupun terdapat dua tipe yang dominan. Diabetes melitus tergantung insulin (insulin-

dependent diabetes melitus [IDDM]), atau diabetes tipe I, terjadi bila seseorang tidak mampu

untuk memproduksi insulin endogen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Tipe

diabetes ini terutama dialami oleh orang yang lebih muda. Diabetes melitus tidak tergantung

insulin (non-insulin-dependent diabetes melitus [NIDDM]), atau diabetes tipe II, adalah bentuk

yang paling sering pada penyakit ini. antara 85-90% orang dengan diabetes memiliki tipe

NIDDM, yang lebih dekat dihubungkan dengan obesitas daripada dengan ketidakmampuan

untuk memproduksi insulin.

NIDDM, bentuk penyakit yang paling sering diantara lansia, adalah ancaman serius

terhadap kesehatan karena beberapa alasan. Pertama, komplikasi kronis yang dialami dalam

hubungannya dengan fungsi penglihatan, sirkulasi, neurologis, dan perkemihan dapat lebih

menambah beban pada sistem tubuh yang mengalami penurunan akibat penuaan. Kedua,

sindrom hiperglikemia hiperosmolar nonketotik, suatu komplikasi diabetes yang dapat

mengancam jiwa meliputi hiperglikemia, peningkatan osmolalitas serum, dan dehidrasi, yang

terjadi lebih sering diantara lansia.

MANIFESTASI KLINIS

Page 12: MAKALAH gerontik endokrin

Banyak tanda dan gejala awal NIDDM yang mungkin samar-samar dan tidak

spesifik, sehingga lansia mungkin menganggapnya sebagai hal  yang tidak penting dan

mengabaikan utnuk mencari perawatan. Oleh karena itu, pada lansia, diagnosis aktual diabetes

sering dibuat ketika penyakit telah mencapai tahap lanjut atau telah dipicu oleh masalah

kesehatan lain. Retinopati (perubahan patologis pada bagian dalam mata) dapat dideteksi selama

pemeriksaan mata rutin, sebagai awal untuk pemeriksaan diagnostik lebih lanjut. Peninggian

nilai-nilai laboratorium yang ditemukan selama hospitalisasi dapat juga menjadi awal untuk

evaluasi lebih detail dalam mengungkapkan adanya NIDDM.

Adanya perubahan status kesehatan yang persistem harus diselidiki. Peningkatan

berkemih (poliuria), rasa haus yang berlebihan (polidipsia), rasa lapar yang jelas(polifagia), dan

kerentanan terhadap infeksi (khususnya jamur) adalah indikator-indikator yang sering muncul

dari penyakit ini pada semua usia dan mungkin terdapat dalam derajat yang bervariasi pada

lansia. Penglihatan kabur, yang diakibatkan dari efek hiperglikemia pada lensa okuler, mungkin

tidak dapat dikenali sebagai gejala diabetes pada lansia.

   PENATALAKSANAAN1.PENCEGAHAN PRIMER

Diperkirakan 65-80% dari kasus NIDDM dapat dicegah melalui program nutrisi

yang sehat. Mempertahankan berat badan ideal adalah pertimbangan yang penting untuk semua

lansia, tidak hanya untuk menghilangkan stress pada sendi dan meningkatkan mobilitas tetapi

juga untuk mengurangi risiko terjadinya diabetes. Berat badan yang tidak diinginkan dapat

diturunkan selama tahun-tahun terakhir melalui kombinasi dari nutrisi dan latihan yang optimal.

Masalah keuangan dapat membatasi kemampuan lansia untuk membeli makanan

bergizi. Beberapa petunjuk konsumen yang sangat baik untuk membeli dan menyiapkan

sejumlah kecil makanan yang tidak mahal telah tersedia dan terbukti sangat membantu. Bentuan

mungkin diperlukan dengan transportasi atau alat khusus untuk memungkinkan klien dengan

ketidakmampuan fisik dalam mempertahankan kemandiriannya.

Pendidikan tentang kebutuhan diet mungkin diperlukan. Suatu perencanaan

makanan yang terdiri dari 10% lemak, 15% protein, dan 75% karbohidrat kompleks (presentase

berdasarkan kalori)direkomendasikan untuk mencegah diabetes. Kandungan rendah lemak dalam

diet ini tidak hanya mencegah aterosklerosis, tetapi juga meningkatkan aktivitas reseptor insulin.

Page 13: MAKALAH gerontik endokrin

Latihan juga diperlukan untuk membantu mencegah diabetes. Pemeriksaan sebelum

latihan sebaiknya dilakukan untuk memastikan bahwa klien lansia secara fisik mampu mengIkuti

program latihan kebugaran. Pengkajian pada tingkat aktivitas klien yang terbaru dan pilihan gaya

hidup dapat membantu menentukan jenis latihan yang mungkin paling berhasil. Berjalan atau

berenang, dua aktivitas dengan dampak rendah, merupakan permulaan yang sangat baik untuk

para pemula.

2.    PENCEGAHAN SEKUNDER

PENAPISAN

Deteksi dan intervensi dini membantu membatasi efek serius dari NIDDM pada

lansia. Pengambilan riwayat secara hati-hati dapat memberikan informasi tentang kondisi

kesehatan klien yang biasa dan mengindikasikan apakah ia mengalami perubahan-perubahan

yang menjurus ke arah NIDDM. Secara khusus, orang yang mengalami obesitas dengan riwayat

keluarga mengalami penyakit tersebut sebaiknya ditanya tentang tanda dan gejala yang

sebelumnya dibahas secara seksama.

Selama pemeriksaan fisik rutin, beberapa temuan menyatakan bahwa diperlukan

pemeriksaan yang lebih rinci. Hal ini termasuk perubahan pada penglihatan, kehilangan

integritas kulit atau infeksi yang sering, perubahan berat badan, perubahan pola sirkulasi, bukti

adanya penyakit kardiovaskuler, dan gejala hiperglikemia seperti meningkatnya rasa haus, nafsu

makan, dan berkemih.

Kadar gula darah puasa harus diperiksa secara rutin sebagai komponen dari

penapisan, tetapi hasil yang negatif dalam gejala ringan yang lain tidak dapat dianggap sebagai

suatu kesimpulan. Tes toleransi glukosa oral pada umumnya dianggap lebih sensitif dan

merupakan indikator yang dapat diandalkan daripada kadar glukosa darah puasa dan harus

dilakukan untuk menentukan diagnosis dan perawatan awal NIDDM.

Ketika klien telah didiagnosis menderita NIDDM, perawatan akan memfokuskan

pada suatu program yang melibatkan aktivitas sehari-hari yang dirancang untuk mengendalikan

penyakit. Semakin banyak klien terlibat dalam melakukan perawatan ini,  semakin mudah

konsekuensi penyakit yang tidak diinginkan dapat dibatasi. Orang dengan diabetes masih dapat

menikmati kesehatan yang optimal dengan mengendalikan asupan nutrisi, berolahraga secara

Page 14: MAKALAH gerontik endokrin

teratur, menggunakan obat sesuai resep, memantau kadar gula darah, dan mencegah komplikasi

yang telah diketahui dengan baik.

NUTRISI

Terapi nutrisi melibatkan pengkajian pola saat ini. Jika klien mengalami kelebihan

berat badan, yang memang cenderung terjadi, perencanaan harus memasukkan strategi untuk

penurunan berat badan secara bertahap dan aman. Diet yang sangat ketat, penggunaan suplemen

atau obat-obatan, dan puasa yang tidak hanya merupakan pendekatan yang tidak praktis untuk

lansia, tetapi juga dapat mengancam kehidupan bagi mereka dengan NIDDM. Dalam menyusun

rencana makanan klien, keterbatasan keuangan juga harus dipertimbangkan. Kehilangan gigi dan

perubahan persepsi rasa dapat mengubah pilihan makanan klien. Masukan dari klien harus

menjadi petunjuk bagi semua modifikasi diet, dan perubahan-perubahan yang direkomendasikan

harus realistis. Pada saat ini, perencanaan makanan bagi orang dengan diabetes dapat

menyeimbangkan diet dengan menggunakan pilihan yang bijaksana dari setiap kelonpok

makanan.

Sistem pertukaran, yang menggambarkan jumlah porsi tertentu dari setiap

kelompok makanan, disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan kalori. Klien diabetes mungkin

akan menempatkan perencanaan makanan yang terdiri atas 1800-2200 kal/hari. Jika klien juga

menerima insulin atau agens antidiabetik, ia harus memastikan untuk membagi kalori-kalori ini

selama satu hari untuk mencegah hipoglikemia. Walaupun ahli gizi mungkin bertanggung jawab

dalam mengenalkan sistem tersebut kepada klien, tetapi perawat sering membantu klien dalam

menerapkan informasi ini dalam kehidupan sehari-hari. Membantu lansia dalam

mengembangkan beberapa standar perencanaan makanan dengan menggunakan jenis makanan

yang sama untuk setiap kali makan mungkin merupakan pendekatan awal terbaik. Bila rencana

makanan telah dikuasai, makanan pengganti dapat dibuat dengan lebih meyakinkan. Banyak

lansia cenderung untuk tetap melakukan rencana makanan secara kaku untuk alasan kenyamanan

juga alasan ekonomi.

Perawat yang membantu lansia dalam merencanakan makan dapat mengambil

kesempatan ini untuk memberikan pendidikan kepada klien tentang prinsip umum nutrisi yang

baik. Perawat dapat mengajarkan kepada klien tentang membaca label untuk menghindari asupan

natrium dan lemak yang berlebihan, memasukkan sumber-sumber makanan yang

Page 15: MAKALAH gerontik endokrin

direkomendasikan dalam asupan sehari-hari, memilih sumber-sumber makanan rendah

kolesterol, dan memasukkan serat yang adekuat dalam diet mereka.

Pendekatan perawat untuk mengajar klien diabetes tentang bagaimana cara untuk

merencanakan asupan nutrisinya sangat penting. Bila perawat menekankan pada ide bahwa

makanan yang lebih sehat dapat meningkatkan rasa sejahtera, klien dapat melihat perubahan

yang diperlukan dalam cara yang lebih positif. Juga, mengajarkan kepada klien yang kelebihan

berat badan bahwa hilangnya sejumlah kecil berat badan (5-7.5 kg) dapat menghasilkan

pengurangan kadar glukosa darah yang sangat besar yang merupakan hal penting bagi perawat.

OLAHRAGA

Untuk lansia dengan NIDDM, olahraga dapat secara langsung meningkatkan fungsi

fisiologis dengan mengurangi  kadar glukosa darah, meningkatkan stamina dan kesejahteraan

emosional, dan meningkatkan sikulasi. Selain itu, olahraga tentu dapat membantu menurunkan

berat badan. Namun, program olahraga dengan terencana dan tidak impulsif merupakan hal yang

penting. Klien yang mengalami diabetes  yang tidak terkendali (glukosa darah puasa sebelum

latihan >250 mg/dL) pada kenyataannya dapat membahayakan bila melakukan peningkatan

aktivitas fisik secara mendadak. Ketika kadar glukosa darah stabil dan kondisi medis lain sudah

dapat dikendalikan, perawat dan klien dapat mengembangkan suatu rencana untuk meningkatkan

latihan fisik secara bertahap. Setelah keterbatasan kemampuan klien untuk melakukan latihan

diidentifikasi, tujuan jangka pendek dan jangka panjang harus ditetapkan untuk melaksanakan

program latihan/olahraga.

Walaupun berenang dan berjalan cepat telah dinyatakan sebagai pilihan yang sangat

baik untuk lansia dengan NIDDM, tipe aktivitas lainnya juga sama-sama bermanfaat.

Khususnya, aerobik yang menawarkan manfaat paling banyak. Seseorang dengan NIDDM harus

melakukan latihan minimal satu kali setiap 3 hari.

3. PENCEGAHAN TERSIER

Untuk meningkatkan rehabilitasi yang tepat dan kembali lagi pada gaya hidup

normal, seseorang yang didiagnosis diabetes harus menerima perawatan berkelanjutan untuk

memfasilitasi tujuan ini. Stimulasi sensoris selama perawatan akut terus meningkatkan defisit

normal dan defisit terkait penyakit yang dapat terjadi. Untuk klien lansia, stimulasi sensoris

Page 16: MAKALAH gerontik endokrin

dalam bentuk rangsangan verbal, auditori, dan taktil yang sesuai tidak hanya membantu interaksi

dengan orang lain, tetapi juga meningkatkan penampilan aktivitas kehidupan sehari-hari.

Beri dorongan kepada lansia untuk mempertahankan atau memiliki tanggung jawab

terhadap aspek perawatan sebanyak mungkin yang memberikan tanda bagi klien bahwa

eksistensi yang berarti mungkin dicapai, bahkan ketika menghadapi penyakit kronis. Perawat

yang melibatkan klien dalam pengambilan keputusan juga tugas-tugas fisik menyampaikan pesan

bahwa klien tersebut masih berguna sebagai manusia yang mampu untuk turut berperan dalam

perawatan dirinya sendiri. Perawatan mata, kaki, dan kulit, yang merupakan komponen penting

dalam rencana perawatan yang berkelanjutan, mungkin didelegasikan kepada klien segera

setelah sesuai bagi klien. Perawat harus mendorong klien untuk mengambil inisiatif dalam

tindakan promosi kesehatan yang lain seperti mendapatkan vaksinasi influenza dan pneumonia

sesuai kebutuhan, bekerja untuk kebugaran kardiovaskular, dan memodifikasi lingkungan rumah

untuk meningkatkan keamanan.

Pengendalian glikemia, yang melibatkan pemeliharaan kadar gula darah dalam

batas aman biasanya dilakukan oleh pemberi perawatan primer, khususnya sangat penting bagi

klien lansia. Suatu studi menemukan bahwa menjaga kadar gula darah tetap dalam batas normal

dapat mencegah defisit neurologis pada beberapa kasus dan regresi dari defisit yang telah ada

pada sebagian orang yang lain. Hasil penelitian dari National Institute of Health, yang dilakukan

di 21 pusat dan disebut Diabetes Control and Complications Trial, mrnguatkan kepercayaan

yang telah dipegang secara luas bahwa mempertahankan kadar glukosa darah dalam batas

normal akan mencegah atau memperlambat perkembangan komplikasi jangka panjang dari

oenyakit diabetes.

Upaya rehabilitasi khusus mungkin diperlukan jika klien mengalami defisit

sirkulasi yang sangat besar yang sebenarnya memerlukan pembedahan. Pada saat ini, sebagian

besar amputasi terapeutik dilakukan pada klien diabetes dengan penyakit vaskular perifer. Tipe

amputasi yang biasanya dilakukan pada lansia adalah amputasi diatas lutut. Ketika periode

pascaoperasi akut telah dilalui, perawat harus membantu klien menyesuaikan diri tidak hanya

pada kebutuhan fisik dan amputasi, tetapi juga pada konsekuensi emosional akibat kehilangan

salah satu anggota geraknya.

Pendekatan empat fase dapat digunakan untuk menangani kebutuhan rehabilitasi

klien lansia dengan diabetes yang menjalani amputasi ekstermitas bawah. Pertama, klien harus

Page 17: MAKALAH gerontik endokrin

menerima nutrisi yang adekuat dan beristirahat dengan aman, lingkungan yang tenang untuk

sembuh kembali dari trauma pembedahan dengan baik. Klien juga dapat terbebas dari rasa nyeri

dan tidak nyaman, khususnya nyeri “phantom” pada tungkai yang hilang, yang hal ini terutama

dapat menimbulkan distres. Kedua, ekstremitas yang tersisa harus dipantau untuk mengetahui

tanda-tanda infeksi atau komplikasi lain selama proses penyembuhan. Ketiga, program latihan

yang terstruktur untuk menyiapkan klien berjalan dengan prostesis harus dilakukan, tingkatkan

sesuai peningkatan mobilitas yang dialami klien. Akhirnya, klien harus mendapatkan dukungan

dan bantuan ketika ia sedang berduka tidak hanya untuk tungkainya yang hilang, tetapi juga

untuk diri klien sebelum ia  diamputasi. Pertemuan dengan orang-orang yang telah berhasil

menghadapi pengalaman seperti ini akan dapat membantu dan memeberikan dorongan kepada

klien. Anggota keluarga harus diajarkan untuk mendukung klien dan memahami perasaan marah

dan kehilangan harapan. Klien dan orang lain yang penting baginya harus ditawarkan harapan

bahwa gaya hidup yang berkualitas tinggi mungkin dicapai walaupun dengan disabilitas fisik

klien.

PENGOBATANAgens Oral

Lansia dengan NIDDM tetap memiliki kemampuan untuk memproduksi insulin,

sehingga penatalaksanaan diet dapat mengendalikan diabetes dengan sukses. Namun, jika klien

belum atau tidak dapat mengikuti rencana makanan atau jika penyakit tidak terdeteksi dari awal,

agens oral dapat diberikan untuk menstimulasi sekresi insulin oleh pankreas. Sulfonilurea adalah

kelompok obat yang palin sering diresepkan dan paling efektif hanya untuk penanganan

NIDDM. Beberapa agens yang berbeda juga tersedia dalam kelas obat ini. Namun, klorpropamid

merupakan kontraindikasi bagi lansia karena meningkatkan risiko hipoglikemia yang

berhubungan dengan obat ini. pada umumnya, sulfonilurea yang diekskresikan oleh hati

(misalnya Glucotrol) disarankan untuk digunakan pada lansia, yang pada orang yang lebih muda

dapat menerima suatu agens yang dikeluarkan oleh ginjal. Masalah gastrointestinal dan reaksi

yang tidak diinginkan terhadap alkohol adalah efek samping utama dari sulfonilurea.

Generasi kedua sulfonilurea sekarang telah tersedia. Glyburide (Micronase dan

DiaBeta) dan glipizin (Glucotrol) 100-200 kali lebih poten daripada generasi pertama sehingga

kelompok obat ini dapat dikonsumsi dalam dosis yang lebih kecil dan hanya satu hari sekali

daripada beberapa kali dalam sehari. Orang-orang yang menerima agens oral untuk

Page 18: MAKALAH gerontik endokrin

mengendalikan NIDDM harus diperingatkan bahwa mereka masih dapat mengalami efek

samping hipoglikemia, terutama bila asupan nutrisi mereka tidak dipantau dan dikendalikan

secara seksama. Konfusi, berkeringat, gugup, pucat, dan napas dangkal adalah indikasi dari

reaksi hipoglikemia pada orang-orang ini.

Glocophage (metformin hidroklorid) adalah obat antihiperglikemia yang baru-baru

ini dikeluarkan oleh Food and Drug Administration/ FDA. Obat ini tidak menurunkan kadar

glukosa darah, tetapi meningkatkan penggunaan glukosa oleh jaringan perifer dan usus.

Glucophage harus dimakan bersama makanan dan dikontraindikasikan untuk pasien dengan

gangguan ginjal.

Insulin

Bila intervensi sebelumnya tidak berhasil dalam memodifikasi kadar gula darah dan

gejala-gejala, terapi insulin akan diperlukan untuk menambah suplai dari tubuh. Tujuan terapi

insulin adalah untuk mempertahankan kadar glukosa darah dalam parameter yang telah

ditentukan untuk membatasi komplikasi penyakit yang membahayakan. Penyesuaian yang lebih

banyak sering diperlukan untuk mencapai keseimbangan antara kadar glukosa darah yang

optimal dan hipoglikemia. Banyak klinisi yang memilih bentuk pengendalian longgar terhadap

kadar glukosa darah yang kadang-kadang diperbolehkan untuk meningkat sedikit diatas normal

untuk menunjukkan bahwa klien tidak berisiko mengalami hipoglikemia. Waktu dan frekuensi

pemberian insulin disesuaikan untuk menstabilkan kadar glukosa darah. Insulin kadang-kadang

diberikan bersama-sama dengan obat oral, walaupun nilai dari praktik ini belum dapat dibuktikan

secara klinis. Walaupun tersedia beberapa bentuk insulin yang berbeda, rute pemberian insulin

yang paling umum adalah melalui suntikan subkutan.

Pengajaran tentang insulin harus melibatkan penyimpanan insulin dan spuit

dirumah, jenis insulin yang akan digunakan (manusia versus hewan), konsentrasi (U-100), model

aksi yang diharapkan (aksi cepat, menengah, lama, atau campuran), dosis yang diresepkan dan

kondisi penyesuaian yang diperlukan untuk dosis ini (latihan, penyakit), dan kemungkinan efek

samping dan penanganannya. Lansia khususnya perlu mengetahui tentang tanda dan gejala

hipoglikemia karena hilangnya sinyal-sinyal adrenergik, perubahan normal yang berhubungan

dengan penuaan, yang membuat mereka kurang sensitif terhadap kondisi tersebut. Pengajaran

tentang tehnik penyuntikan memfokuskan pada gambaran dosis pengobatan yang tepat, memilih

dan memutar lokasi suntikan, meyiapkan lokasi yang akan disuntik, memberikan obat itu sendiri,

Page 19: MAKALAH gerontik endokrin

dan menggunakan kembali atau membuang spuit yang telah digunakan. Untuk klien yang

memerlukan kombinasi dari insulin dengan masa kerja pendek (regular insulin) dan masa kerja

menengah (neutral protamine Hagedorn), insulin campuran atau insulin 70-30% sekarang telah

tersedia.

Pompa insulin, penginfus, dan alat lain yang dimaksudkan untuk meningkatkan

keakuratan pemberian dosis insulin yang sesuai mungkin diresepkan untuk klien lansia. Lengan

baju yang diperbesar dan peralatan adaptif lain untuk klien artritis juga dapat memudahkan

pemberian insulin. Dalam setiap kasus, perawat harus memastikan bahwa klien mampu untuk

melihat dan membaca bagian tertulis dari peralatan-peralatan ini dan dapat mengerti langkah-

langkah penggunaannya.

Pencegahan Komplikasi : Hipoglikemia

   Hipoglikemia pada lansia dengan NIDDM mungkin disebabkan oleh makanan

yang tidak cukup, terlalu banyak latihan, atau terlalu banyak pengobatan. Lansia dan anggota

keluarga harus diajarkan tentang pentingnya mencegah hipoglikemia, atau menyuruh klien untuk

menggunakan tanda identitas yang menyatakan bahwa ia menderita diabetes, dan setiap waktu

menyimpan gula dengan masa kerja cepat. Gejala klasik hipoglikemia (seperti

takikardia,berkeringat,danansietas) mungkin sama sekali tidak ada pada lansia. Alih-alih, gejala

pada lansia biasanya terdiri dari gangguan perilaku, kejang, konfusi, disorientasi, pola tidur yang

buruk, sakit kepala pada malam hari, bicara kacau, atau tidak sadarkan diri.

   Perawatan diri reaksi hipoglikemia harus dilakukan sedini mungkin. Jika klien

sadar, perawatan harus termasuk pemberian gula dengan reaksi cepat seperti 120 mL jus jeruk

atau soda ukuran sedang (nondiet), diikuti dengan kudapan karbohidrat serta protein seperti keju

dan biskuit atau roti dengan mentega kacang. Gula dengan reaksi cepat pada awalnya

meningkatkan kadar glukosa darah, dan karbohidrat serta protein mencegah terjadinya kembali

hiperglikemia secara mendadak.

   Jika klien ditemukan tidak sadar, ia harus diberikan glukagon 0,5-1,0 mg secara

IM atau SC. Anggota keluarga harus diajarkan tentang teknik suntikan ini sebagai bagian dari

pengajaran dasar diabetes mereka. Jika glukagon tidak tersedia , glukosa gel atau icing kue

(lapisan putih terbuat dari gula dan mentega yang biasa untuk melapisi kue) dapat dimasasekan

ke bagian dalam pipi orang tersebut. Setelah orang yang tidak sadar menjadi sepenuhnya

terbangun, ia harus makan kudapan dari karbohidrat dan protein. Pemberian glukosa pada orang

Page 20: MAKALAH gerontik endokrin

yang tidak sadarkan diri dapat mencegah takikardia, disritmia, infark miokardium, atau stroke

dan tidak akanmenyebabkan bahaya jika orang tersebut tidak sadar karena hiperglikemia.

   Lansia yang menderita diabetes harus mencegah berbagai komplikasi yang lain

juga. Langkah pertama dari proses ini adalah memantau kadar gula darah secara mandiri.

Pendekatan yang dapat diterima saat ini untuk pemantauan sendiri adalah dengan penggunaan

glukosameter darah, yang secara langsung mengukur kadar glukosa dalam darah. Metode ini

menawarkan banyak keuntungan dari tes urine tetapi memerlukan klien yang memiliki

penglihatan normal dan kekuatan fisik dan koordinasi untuk melakukan prosedurnya. Usia klien

tidak boleh menjadi faktor penghambat ketika mempertimbangkan siapa yang dapat

melaksanakan tanggung jawab untuk memantau kadar glukosa darah sehari-hari karena lansia

berdasarkan suatu studi yang mengambil tanggung jawab dalam pemantauan sendiri dilaporkan

tidak mengalami perubahan dalam kualitas kehidupan mereka. Waktu untuk memantau kadar

glukosa darah dapat dilakukan secara rotasi di antara puasa, sebelum makan, dan 1-2 jam setelah

makan untuk memberikan petunjuk tentang rentang kadar glukosa darah pada klien dan anggota

tim perawatan kesehatan untuk rencana perawatan. Klien lansia memerlukan lebih banyak

latihan untuk menggunakan glukosameter darah karena banyak dari alat-alat ini tampak asing

bagi mereka. Hemoglobin A1C adalah suatu tes laboratorium yang mengukur kadar glukosa rata-

rata selama 3 bulan. Klien harus dianjurkan untuk melakukan tes ini secara teratur.

   Langkah lain yang penting untuk mencegah komplikasi NIDDM yang tidak

diinginkan termasuk pemeriksaan mata setiap tahun oleh seorang ahli oftalmologi (yang dapat

mendilatasi pupil klien untuk melihat bagian belakang mata, tempat retinopati terjadi), program

perawata kaki yang mengkombinasi perawatan kulit dan pemeliharaan kuku kaki, dan kunjungan

secara teratur pada pemberi layanan kesehatan primer untuk melakukan penapisan dan

pemantauan, termasuk urinalisis 24 jam untuk melihat adanya protein untuk mendeteksi

perubahan ginjal setiap tahun.

2.6. INSIDEN PENYAKIT DIABETES MELIPUT PADA USIA LANJUT

Perkembangan kasus Diabetes di Indonesia mengalami kenaikan jumlahnya.

Berdasarkan Badan Kesehatan Dunia (WHO, 2011) memprediksi kenaikan jumlah penyandang

Diabetes Mellitus di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun

2030. Demikian juga halnya dengan Badan Federasi Diabetes Internasional (IDF) pada tahun

Page 21: MAKALAH gerontik endokrin

2009, memperkirakan kenaikan jumlah penyandang diabetes mellitus dari 7,0 juta di tahun 2009

menjadi 12,0 juta tahun 2030. “Meskipun terdapat perbedaan angka prevelensi, laporan

keduanya menunjukan adanya peningkatan jumlah penyandang diabetes sebanyak 2-3 kali lipat

pada tahun 2030. Kasus Diabetes Mellitus (DM) sebanyak 28.858 kasus diderita

usia 45-64 tahun, yang terdiri 4.438 DMTI (Diabetes Mellitus Tergantung Insulin) atau

DM tipe 1 dan 24.420 DMTTI (Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin) atau DM tipe 2.

Sedangkan usia >65 tahun terdapat 11.212 kasus DM, yang terdiri 3.820 DMTI (Diabetes

Mellitus Tergantung Insulin) atau DM tipe 1 dan 7.392 DMTTI (Diabetes Mellitus Tidak

Tergantung Insulin) atau DM tipe 2 ( Profil Kesehatan Kota Semarang, 2010 )

2.7.RENCANA KEPERAWATAN

2.7.1. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan Diabetes Mellitus

menurut Carpenitto, Doengoes, Sorensen dan Brunner and Suddart antara lain:

1.      Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan penurunan metabolisme karbohidrat akibat

defisiensi insulin, intake tidak adekuat akibat adanya mual dan muntah.

2.      Defisit volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotic dari hiperglikemia, poliuria,

berkurangnya intake cairan.

3.      Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakcukupan insulin,

ketidakseimbangan intake makanan dengan aktivitas fisik, kebiasaan pola makan, dan kurangnya

pengetahuan.

4.      Gangguan integritas kulit berhubungan dengan penurunan sensasi sensori, gangguan sirkulasi,

penurunan aktivitas/mobilisasi, kurangnya pengetahuan tentang perawatan kulit.

5.      Gangguan pemenuhan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kelemahan akibat penurunan

produksi energi.

6.      Resiko tinggi injuri berhubungan dengan penurunan sensasi sensori (visual), kelemahan dan

hipoglikemia.

7.      Gangguan rasa aman : cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan (pengelolaan

diabetes), kemampuan mengingat yang kurang, diagnosis atau cara pengobatan yang baru,

keterbatasan kognitif.

Page 22: MAKALAH gerontik endokrin

8.      Resiko terhadap ketidakefektifan penatalaksanaan aturan terapeutik di rumah berhubungan

dengan kurangnya pengetahuan tentang kondisi penatalaksanaan terapeutik, sistem pendukung

yang kurang adekuat.

2.6.2. INTERVENSI KEPERAWATAN

1.   Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan penurunan metabolisme karbohidrat

akibat defisiensi insulin, intake tidak adekuat akibat adanya mual dan muntah.

Tujuan:

Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi dengan optimal.

Kriteria evaluasi:

-          Nafsu makan meningkat ditandai dengan porsi makan klien habis.

-          Pemasukan kalori atau nutrisi adekuat sesuai program.

-          Berat badan mengarah ke normal sesuai dengan tinggi badan.

-          Kadar glukosa darah dalam batas normal dan tidak terjadi fluktuasi.

Rencana:

Intervensi Rasional

Timbang berat badan setiap

hari atau sesuai indikasi.

Auskultasi bising usus, catat

adanya nyeri abdomen,

kembung, mual, dan muntah.

Identifikasi makanan yang

disukai atau dikehendaki.

Libatkan keluarga klien pada

perencanaan makan sesuai

dengan indikasi

Observasi tanda-tanda

hipoglikemia seperti perubahan

tingkat kesadaran, kulit

lembab/dingin, denyut nadi

Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat.

Hiperglikemia dan gangguan keseimbangan cairan dan

elektrolit dapat menurunkan motilitas atau fungsi

lambung yang akan mempengaruhi pilihan intervensi.

Jika makanan yang disukai dapat dimasukkan dalam

perencanaan makan, kerjasama ini dapat diupayakan

setelah pulang.

Meningkatkan rasa keterlibatan dan memberikan

informasi kepada keluarga untuk memahami kebutuhan

nutrisi klien

Karena metabolisme karbohidrat mulai terjadi (gula

darah akan berkurang) dan sementara insulin tetap

diberikan maka hipoglikemia dapat terjadi.

Page 23: MAKALAH gerontik endokrin

cepat, lapar, peka rangsang,

cemas, sakit kepala, pusing dan

sempoyongan.

  Pantau pemeriksaan

laboratorium seperti glukosa

dara, aseton, pH, dan HCO3

Berikan pengobatan insulin

secara teratur.

Lakukan konsultasi dengan

ahli diet.

Gula darah akan menurun perlahan dengan penggantian

cairan dan therapi insulin terkontrol sehingga glukosa

dapat masuk ke dalam sel dan digunakan untuk sumber

kalori. Ketika hal ini terjdi kadar aseton dapat menurun

dan asidosis dapat dikoreksi.

Insulin reguler memiliki awitan cepat dan karenanya

dengan cepat pula dapat membantu memindahkan

glukosa ke dalam sel.

Bermanfaat dalam perhitungan dan penyesuaian diet

untuk memenuhi kebutuhan nutrisi klien.

2)         Defisit volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotic dari hiperglikemia,

poliuria, berkurangnya intake cairan.

Tujuan:

Hidrasi adekuat.

Kriteria evaluasi:

-          Tanda-tanda vital stabil : TD 120/80 mmHg, Respirasi 16-24 x/menit, Nadi 70-80

x/menit, Suhu 36,5-37.50C

-          Nadi perifer dapat diraba.

-          Turgor kulit dan pengisian kapiler baik.

-          Intake dan output seimbang.

-          Kadar elektrolit dalam batas normal

Rencana:

Intervensi Rasional

Pantau tanda-tanda vital, catat

adanya perubahan tekanan

Hipovolemia dapat dimanifestasikan oleh

hipotensi dan takikardia.

Page 24: MAKALAH gerontik endokrin

darah ortostatik.

Kaji pola nafas seperti adanya

pernafasan kussmaul atau

berbau keton.

Pantau frekuensi dan kualitas

pernafasan, penggunaan otot

bantu nafas dan periode apneu

serta muncul sianosis.

Kaji nadi perifer, pengisian

kapiler, torgor kulit dan

membran mukosa.

Pantau intake dan output

Pertahankan untuk memberikan

cairan paling sedikit 2500

ml/hari dalam batas yang dapat

ditoleransi jantung jika

pemasukan cairan sudah dapat

diberikan.

Tingkatkan lingkungan yang

Paru-paru mengeluarkan asam karbonat

melalui pernafasan yang menghasilkan

kompensasi alkalosis respiratoris terhadap

keadaan ketoasidosis. Pernafasan yang berbau

aseton berhubungan dengan pemecahan asam

aseto asetat dan harus berkurang bila ketosis

telah terkoreksi.

Peningkatan kerja pernafasan, pernafasan

cepat dan dangkal serta munculnya sianosis

mungkin indikasi dari kelelahan pernafasan

atau mungkin klien kehilangan

kemampuannya untuk mengkompensasi

asidosis.

Merupakan indicator dari tingkat dehidrasi

atau volume sirkulasi yang adekuat.

Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan

pengganti, fungsi ginjal dan keefektifan dari

therapi yang diberikan.

Mempertahankan hidrasi atau volume sirkulasi

dengan adekuat.

Menghindari pemanasan yang berlebihan

Page 25: MAKALAH gerontik endokrin

dapat memberikan rasa

nyaman. Selimuti klien dengan

selimut tipis.

Kaji adanya perubahan mental

atau sensori.

Berikan terapi cairan sesuai

dengan indikasi.

Pasang dan pertahankan kateter

urin.

Pantau pemeriksaan

laboratorium seperti Ht,

BUN/kreatinin, osmolalitas

darah, natrium dan kalium.

terhadap klien yang lebih lanjut dapat

menimbulkan kehilangan cairan

Perubahan mental dapat berhubungan dengan

hipoglikemi atau hiperglikemi, elektrolit yang

abnormal, asidosis, penurunan perfusi

serebral, dan berkembangnya hipoksia.

Tipe dan jumlah cairan tergantung dari derajat

kekurangan cairan dan respon klien secara

individual.

Memberikan pengukuran yang tepat dan

akurat terhadap urin output.

Mengkaji tingkat hidrasi.

3)         Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakcukupan insulin,

ketidakseimbangan intake makanan dengan aktivitas fisik, kebiasaan pola makan, dan kurangnya

pengetahuan.

Tujuan:

Intake nutrisi adekuat

Kriteria evaluasi:

-          Kadar glukosa darah dalam tingkat yang optimal.

-          Berat badan ideal dapat dicapai dan dipertahankan.

-          Klien dapat menghabiskan porsi makan yang disediakan.

-          Klien dapat memilih makanan berdasarkan pada panduan penurunan kalori

Rencana:

Intervensi Rasional

Page 26: MAKALAH gerontik endokrin

Diskusikan dengan pasien dan

keluarga tentang faktor

penyebab.

Kaji psikososial pasien yang

berhubungan dengan makan

berlebih

Jelaskan hubungan obesitas

dengan diabetes.

Konsultasikan dengan ahli gizi

untuk program diet.

Motivasi klien untuk

mengkonsumsi cukup makanan

yang mengandung kompleks

karbohidrat yang tinggi.

Bantu memilih menu harian

berdasarkan rencana rendah

kalori dan rendah lemak.

Timbang berat badan setiap

hari.

Diskusikan kebutuhan diet dan

tingkatkan latihan sesuai

program diet.

Libatkan keluarga dalam

perencanaan makan sesuai

program diet dan indikasi.

  Kolaborasi pemeriksaan gula

darah, pH, HCO3

Pengertian dapat memotivasi untuk

menghindari faktor penyebab.

Psikologis dapat mempengaruhi perilaku

makan yang berlebih.

Obesitas dapat menyebabkan DM tipe II

Untuk menetapkan dan menghitung diet sesuai

dengan kebutuhan klien.

Dapat membantu dalam penurunan berat

badan.

Menghindari kebosanan akan menu pada diet

yang telah ditentukan.

Menunjukkan intake nutrisi yang adekuat.

Latihan memudahkan ambilan glukosa

sehingga menurunkan kadar gula darah,

memudahkan penurunan berat badan, dan

menurunkan resiko aterosklerosis.

Memberikan rasa keterlibatan, memberikan

informasi kepada keluarga tentang kebutuhan

nutrisi klien.

Gula darah akan menurun secara perlahan-

lahan pada insulin yang terkontrol. Pemberian

insulin dosis optimal menyebabkan glukosa

masuk kedalam sel yang digunakan untuk

energi.

Page 27: MAKALAH gerontik endokrin

4)         Gangguan integritas kulit berhubungan dengan penurunan sensasi sensori, gangguan

sirkulasi, penurunan aktivitas/mobilisasi, kurangnya pengetahuan tentang perawatan kulit.

Tujuan:

Integritas kulit dapat dipertahankan

Kriteria evaluasi:

-          Keadaan kulit tetap utuh pada daerah yang mengalami gangguan seperti yang ditunjukkan

oleh hal-hal berikut:

         Kulit yang mengalami lesi kelihatan bersih dan memperlihatkan tanda-tanda

penyembuhan.

         Klien atau orang terdekat memperlihatkan perawatan kulit yang tepat.

-          Dapat mempertahankan kesehatan jaringan kulit seperti yang ditunjukkan oleh hal-hal

berikut:

         Tidak mengalami kerusakan kulit

         Tidak terdapat daerah kemerahan

         Mempertahankan sirkulasi adekuat.

Rencana:

Intervensi Rasional

Inspeksi kulit terhadap perubahan

warna, turgor, vascular.

Jaga kulit tetap bersih dan kering.

Berikan perawatan kulit dengan salep

atau krim.

Pertahankan linen kering.

Lakukan perawatan luka dengan

larutan NaCl dan debridement sesuai

order.

Menandakan area sirkulasi buruk yang dapat

menimbulkan dekubitus/infeksi.

Kulit kotor dan basah merupakan media yang baik

untuk tumbuhnya mikroorganisme.

Salep dan krim berfungsi untuk melembabkan kulit

sehingga mencegah terjadinya robekan kulit

Menurunkan iritasi pada kulit dan resiko kerusakan

kulit.

Membersihkan luka sehingga mempercepat

tumbuhnya jaringan baru.

Page 28: MAKALAH gerontik endokrin

Berikan obat-obatan luka.

Awasi dengan ketat terhadap tanda

dan gejala infeksi.

Berikan tindakan untuk

memaksimalkan sirkulasi darah.

Awasi hasil pemeriksaan laboratorium

seperti albumin

Membunuh mikroorganisme dan mempercepat

penyembuhan luka.

Deteksi dini sebagai upaya preventif dan menentukan

intervensi yang tepat.

Sirkulasi adekuat penting untuk aktivitas sel.

Sebagai indikator pertukaran nutrisi.

5)         Gangguan pemenuhan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kelemahan akibat

penurunan produksi energi.

Tujuan:

Aktivitas sehari-hari klien terpenuhi

Kriteria evaluasi:

-          Kelemahan klien berkurang

-          Mengungkapkan peningkatan energi.

-          Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktifitas yang

diinginkan.

Rencana:

Intervensi Rasional

Diskusikan dengan klien kebutuhan

akan aktivitas, buat jadwal

perencanaan dengan klien dan

identifikasi aktifitas yang

menimbulkan kelelahan.

Berikan aktifitas alternatif dengan

periode istirahat yang cukup.

Pantau tanda-tanda vital sebelum dan

sesudah beraktifitas.

Tingkatkan partisipasi klien dalam

melakukan aktivitas sehari-hari sesuai

Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk

meningkatkan tingkat aktifitas meskipun mungkin

klien sangat lemah.

Mencegah kelelahan yang berlebihan.

Mengindikasikan tingkat aktifitas yang dapat ditolerir

secara fisiologis.

Meningkatkan kepercayaan diri atau harga diri yang

positif sesuai tingkat aktifitas yang dapat ditolelir

Page 29: MAKALAH gerontik endokrin

dengan yang dapat ditoleransi.

Libatkan keluarga dalam pelaksanaan

aktivitas klien.

klien

Meningkatkan peran aktif keluarga dalam perawatan

klien.

6)         Resiko tinggi injuri berhubungan dengan penurunan sensasi sensori (visual), kelemahan

dan hipoglikemia.

Tujuan:

Injuri tidak terjadi.

Kriteria evaluasi:

-          Mengungkapkan peningkatan energi

-          Mencapai atau mempertahankan tingkat/status mental

-          Mengenali dan mengkompensasi adanya kerusakan sensorik.

-          Pasien mengenali lingkungan yang berbahaya dan menghindarinya.

-          Pasien mengerti resiko injuri dengan perubahan sensori yang diungkapkan secara verbal.

Rencana:

Intervensi Rasional

Pantau tanda-tanda vital dan status

mental.

Minimalkan faktor lingkungan yang

berbahaya.

Libatkan keluarga dalam mencegah

terjadinya injuri pada klien.

Pelihara aktivitas rutin klien

sekonsisten mungkin dan motivasi

klien untuk melakukan kegiatan

sehari-hari sesuai dengan

kemampuannya.

Kaji adanya keluhan parastesia, nyeri

atau kehilangan sensori pada

paha/kaki, adanya ulkus, daerah

kemerahan, tempat-tempat tertekan

Sebagai dasar untuk membandingkan temua abnormal.

Mencegah kecelakaan akibat lingkungan yang

berbahaya.

Membantu mengurangi resiko injuri pada klien.

Membantu memelihara klien tetap berhubungan

dengan realitas dan mempertahankan orientasi pada

lingkungannya.

                

Neuropati perifer dapat mengakibatkan rasa tidak

nyaman yang berat, kehilangan sensasi sentuhan

mempunyai resiko tinggi terhadap kerusakan kulit dan

gangguan keseimbangan.

Page 30: MAKALAH gerontik endokrin

dan denyut nadi perifer.

Jelaskan hal-hal yang dapat

menyebabkan cedera pada klien

seperti penggunaan

alat-alat/melakukan aktivitas yang

salah

Bantu klien dalam ambulasi atau

perubahan posisi serta dalam

melakukan aktivitas.

Penjelasan dapat memotivasi klien untuk menghindari

hal-hal yang dapat menimbulkan cedera.

Meningkatkan keamanan klien terutama rasa

keseimbangan.

7)         Gangguan rasa aman : cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan (pengelolaan

diabetes), kemampuan mengingat yang kurang, diagnosis atau cara pengobatan yang baru,

keterbatasan kognitif.

Tujuan:

Pengetahuan klien bertambah

Kriteria evaluasi:

-          Klien mengungkapkan pemahaman tentang penyakitnya

-          Klien dapat menghubungkan tanda dan gejala dengan proses penyakit dan faktor

penyebab.

-          Klien dapat melakukan dengan benar prosedur yang perlu dan menjelaskan rasional

tindakan

-          Klien melakukan perubahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam program pengobatan.

Rencana:

Intervensi Rasional

Ciptakan lingkungan saling percaya

dengan mendengarkan penuh

perhatian dan selalu ada untuk pasien

Bekerja dengan pasien dalam menata

tujuan belajar yang diharapkan.

Pilih berbagai strategi belajar

Menanggapi dan memperhatikan perlu diciptakan

sebelum pasien bersedia ambil bagian dalam proses

belajar.

Partisipasi dalam perencanaan meningkatkan antusias

dan kerjasama pasien dengan prinsip-prinsip yang

dipelajari.

Penggunaan cara yang berbeda tentang mengakses

Page 31: MAKALAH gerontik endokrin

Diskusikan topik utama

informasi meningkatkan penerapan pada individu

yang belajar.

Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat

membuat pertimbangan dalam memilih gaya hidup.

8)         Resiko terhadap ketidakefektifan penatalaksanaan aturan terapeutik di rumah

berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang kondisi penatalaksanaan terapeutik, sistem

pendukung yang kurang adekuat.

Tujuan:

Penatalaksanaan aturan terapeutik di rumah berjalan efektif

Kriteria evaluasi:

-          Pasien mengerti tentang pemeliharaan di rumah

-          Melaksanakan keterampilan pemeliharaan secara benar

-          Mengungkapkan kepuasan tentang rencana pemeliharaan di rumah

Rencana:

Intervensi Rasional

Ajarkan klien tentang diabetes

mellitus, pengobatan, dan perawatan

sesuai dengan panduan penyuluhan

klien.

Rujuk klien pada perawatan diri

diabetes bila diberikan fasilitas,

agensi, organisasi komunitas.

Rujuk klien pada ahli diet untuk

instruksi pada perencanaan makan

terutama diet yang dianjurkan.

Ajarkan klien cara perawatan kaki

yang tepat.

Lebih banyak pengetahuan klien tentang keadaannya,

semakin mungkin mereka mematuhi pengobatan dan

perawatannya.

Karena diabetes mellitus adalah gangguan kronis

sepanjang hidup, dukungan kontinyu penting dalam

membantu seseorang untuk beradaptasi pada

perubahan gaya hidup yang disebabkan oleh rencana

terapeutik untuk pemeliharaan diri.

Ahli diet khusus adalah spesialisasi nutrisi yang dapat

membantu klien dalam merencanakan makan untuk

memenuhi kebutuhan nutrisi sesuai program.

Untuk mempertahankan integritas kulit

Page 32: MAKALAH gerontik endokrin

Bantu dalam perencanaan program

latihan reguler yang dapat dengan

mudah dikerjakan dalam rutinitas

harian. Jelaskan keuntungan dari

latihan.

Memudahkan ambilan seluler dari glukosa sehingga

menurunkan kadar glukosa darah, menurunkan berat

badan dn menurunkan resiko arterosklerosis.

Page 33: MAKALAH gerontik endokrin

BAB III

PENUTUP

3.1.            KESIMPULAN

Proses menua adalah keadaan yang tidak dapat dihindarkan. Manusia seperti halnya

semua makhluk hidup didunia ini mempunyai batas keberadaannya dan akan berakhir dengan

kematian. Perubahan-perubahan pada usia lanjut dan kemunduran kesehatannya kadang-kadang

sukar dibedakan dari kelainan patologi yang terjadi akibat penyakit. Dalam bidang endokrinologi

hampir semua produksi dan pengeluaran hormon dipengaruhi oleh enzim-enzim yang sangat

dipengaruhi oleh proses menjadi tua.

Diabetes mellitus yang terdapat pada usia lanjut gambaran klinisnya bervariasi luas dari

tanpa gejala sampai dengan komplikasi nyata yang kadang-kadang menyerupai penyakit atau

perubahan yang biasa ditemui pada usia lanjut.

Dalam makalah ini dibahas masalah penyakit diabetes pada usia lanjut beserta asuhan

keperawatannya.

Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang

menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk mempengaruhi

organ-organ lain. Hormon bertindak sebagai “pembawa pesan” dan dibawa oleh aliran darah ke

berbagai sel dalam tubuh, yang selanjutnya akan menerjemahkan “pesan” tersebut menjadi suatu

tindakan. Sistem endokrin tidak memasukkan kelenjar eksokrin seperti kelenjar ludah, kelenjar

keringat, dan kelenjar-kelenjar lain dalam saluran gastrointestin. System endokrin merupakan

bagian dari system pengatur tubuh, pengaturan berbagai fungsi metabolism tubuh.

MASALAH YANG SERING TERJADI PADA SISTEM ENDOKRIN

Ø  Penurunan kemampuan menoleransi stress.

Ø  Kosentrasi glukosa darah meningkat dan tetap naik lebih lama dibandingkan orang

lebih muda

Ø  Penurunan kadar estrogen dan peningkatan kadar follikel stimulating hormone selama

menopause yang menyebabkan trombosis dan osteoporosis.

Ø  Penurunan produksi progesterone.

Ø  Penurunan kadar aldosteron serum sebanyak 50 %

Page 34: MAKALAH gerontik endokrin

Ø  Penurunan laju sekresi kortisol sebanyak 25 %

Diabetes melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh

kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Brunner and Suddarth, 2002).

Diabetes melitus (DM) merupakan suatu gangguan metabolic yang melibatkan berbagai

system fisiologis, yang paling kritis adalah melibatkan metabolisme glukosa (Stanley & Beare,

2006).

Diabetes melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan

metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata,

ginjal, saraf, dan pembuluh darah (Mansjoer, dkk. 1999).

Diabetes mellitus merupakan suatu gangguan kronis yang ditandai dengan metabolisme karbohidrat dan lemak yang diakibatkan oleh kekurangan insulin atau secara relatif kekurangan insulin (Greenspan and Baxter, 1998).

3.2.            KRITIK DAN SARAN

Dalam pembuatan makalah ini, masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak

kesalahan. Maka dari itu, kami mohon kesediaan pembaca untuk memberikan kritik dan saran

untuk membuat makalah yang lebih baik lagi.

Page 35: MAKALAH gerontik endokrin

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol.2. Jakarta: EGC.

Stanley & Beare. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta: EGC.

Mansjoer Arief, dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta: Media

Aesculapius.

Francis S Greenspan and John D Baxter. 1998. Endokrinologi dasar & klinik edisi 4. Jakarta :

EGC.

Kushariyadi. 2012. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia Jilid 1. Jakarta: Salemba

Medika.

http://artikelprofesikesehatan.blogspot.com/2012/11/macam-macam-penyakit-pada-

gangguan.html

Diposkan oleh Prima Kurniawati di 04.41 Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Bagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar