23
MAKALAH EPIDEMIOLOGI LANJUT USIA Disusun untuk Memenuhi Tugas Terstuktur Mata Kuliah Epidemiologi Penyakit Tidak Menular Disusun Oleh: 1. Arum Sulistya G1B011002 2. Rifa Moni Utami G1B011029 3. Anshah Shafa Nabilah G1B011055 4. Vasha Ramadhani G1B011080 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

MAKALAH EPTM LANSIA

  • Upload
    noer-as

  • View
    75

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MAKALAH EPTM LANSIA

MAKALAH

EPIDEMIOLOGI LANJUT USIA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Terstuktur

Mata Kuliah Epidemiologi Penyakit Tidak Menular

Disusun Oleh:

1. Arum Sulistya G1B011002

2. Rifa Moni Utami G1B011029

3. Anshah Shafa Nabilah G1B011055

4. Vasha Ramadhani G1B011080

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT

PURWOKERTO

2013

Page 2: MAKALAH EPTM LANSIA

BAB I

PENDAHULUAN

Penuaan merupakan proses perubahan yang menyeluruh dan spontan

yang dimulai dari masa kanak-kanak, pubertas, dewasa muda dan kemudian

menurun pada pertengahan sampai lanjut usia (lansia). Angka rata-rata harapan

hidup manusia di dunia telah meningkat secara dramatis. Kemajuan teknologi dan

perbaikan dalam pelayanan kesehatan masyarakat mengakibatkan meningkatnya

sejumlah besar pasien yang selamat dari kondisi yang dapat menimbulkan

kematian. Fenomena ini mengakibatkan perpanjangan usia hidup dan peningkatan

pupulasi lansia. Tahun 1996 -2025 populasi lansia di dunia yang berusia 65 tahun

atau lebih diperkirakan mengalami peningkatan dari 17% menjadi 82%. Tahun

2025 populasi lansia di dunia diperkirakan melebihi 1 milyar, di mana

kebanyakan dari mereka hidup di negara-negara sedang berkembang (Yenny,

2006).

Indonesia sendiri memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam

percepatan penambahan lansia di dunia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik

(BPS) pada 2007, jumlah lansia di Indonesia mencapai 18,96 juta orang. Dari

jumlah tersebut 11,16% di antaranya berada di Provinsi Jawa tengah atau

peringkat nomor dua daerah paling tinggi jumlah lansianya setelah Yogyakarta

(Kompas, 2009).

Penduduk lansia merupakan salah satu kelompok penduduk yang

potensial menjadi masyarakat rentan, karena secara alami kelompok penduduk

lanjut usia mengalami kemunduran fisik, biologi, mental dan sosialnya sehingga

perlu diciptakan suatu kondisi fisik maupun nonfisik yang kondusif untuk

pembinaan kesejahteraannya. Pada hakikatnya, kaum lansia di berbagai negara

termasuk Indonesia tidak hanya diharapkan berumur panjang, namun juga dapat

menikmati masa tuanya dengan sehat, bahkan berdayaguna bagi pembangunan

(Hutapea, 2005). Oleh sebab itu, perlu diketahui masalah-masalah kesehatan yang

terjadi pada lansia sehingga sangat dibutuhkan suatu strategi khusus untuk

menangani penduduk lanjut usia sejak dini.

Page 3: MAKALAH EPTM LANSIA

BAB II

PERMASALAHAN

Proporsi penduduk lanjut usia (lanjut usia) di Indonesia pada tahun 2000

adalah 7,18 persen dan tahun 2010 meningkat sekitar 9,77 persen, sedangkan

tahun 2020 diperkirakan proporsi lanjut usia dari total penduduk Indonesia dapat

sampai 11,34 persen. Tahun 2010 proporsi penduduk lanjut usia sudah menyamai

proporsi penduduk balita dan tahun 2020 diperkirakan akan ada sekitar 30-40 juta

jiwa penduduk usia lanjut. Meningkatnya jumlah penduduk lansia tidak diikuti

dengan peningkatan kualitas hidup mereka. Dari sisi kesehatan, secara umum

derajat kesehatan penduduk lansia cenderung masih rendah. Angka kesakitan

penduduk lansia pada tahun 2012 adalah sebesar 26,85%. Bila dilihat berdasarkan

kelompok umur, semakin tinggi kelompok umur lansia maka persentase yang

mengalami keluhan kesehatan semakin besar, yaitu kelompok umur 45-49 tahun

(35,54%), 60-69 tahun (47,53%), 70-79 tahun (57,15%) dan 80 keatas (63,93%).

Pembatasan aktifitas fisik makin nyata bersamaan dengan penambahan

usia. Berdasarkan laporan, 32% lansia berusia 70 tahun dan ke atas mengalami

kesulitan untuk melakukan aktivitas fisik yang disebabkan penyakit

muskuloskeletal (Ethgen, 2004). Bahkan lansia yang berusia ≥85 tahun 2,6 kali

lebih sering mengalami keterbatasan aktivitas fisik dibanding lansia berusia 70-74

tahun. Sedangkan dari studi ini diperoleh data keterbatasan fisik akibat penyakit

muskuloskeletal terbanyak didapatkan pada kelompok usia yang jauh lebih muda

yaitu pada kelompok usia 60-69 tahun sebesar 63%. WHO menyatakan tahun

2000-2010 disebut “Bone and Joint Decade” sehingga diperlukan perbaikan

kesehatan guna meningkatkan kualitas hidup lansia (WHO, 2006).

Penyakit Alzheimer paling sering ditemukan pada orang tua berusia

sekitar 65 tahun ke atas. Di negara maju seperti Amerika Serikat saat ini

ditemukan lebih dari 4 juta orang usia lanjut penderita penyakit Alzheimer. Angka

ini diperkirakan akan meningkat sampai hampir 4 kali pada tahun 2050

(Petra,2001 ).

Page 4: MAKALAH EPTM LANSIA

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Lansia

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lansia menjadi 4

yaitu (Nugroho, 2008):

1. Usia pertengahan (middle age) adalah 45-49 tahun,

2. Lanjut usia (elderly) adalah 60-74 tahun

3. Lanjut usia tua (old) adalah 75-90 tahun

4. Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun

Lansia adalah tahap akhir siklus hidup manusia, merupakan bagian dari

proses kehidupan yang tidak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap

individu. Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan.

Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia:

1. Perubahan fisik

Kulit mulai mengendur dan pada wajah timbul keriput serta garis-garis

yang menetap, rambut mulai beruban dan menjadi putih, gigi mulai ompong,

penglihatan dan pendengaran berkurang, mudah lelah, gerakan menjadi lamban

dan kurang lincah, kerampingan tubuh menghilang, disana-sini terjadi

timbunan lemak terutama di bagian perut dan pinggul.

2. Perubahan mental

Kemunduran akan kemampuan kognitif akibat penuaan pada usia lanjut ini

di tandai sebagai berikut; suka lupa, ingatan tidak berfungsi baik, ingatan

kepada hal-hal yang baru terjadi yang pertama dilupakan adalah nama-nama,

orientasi umum dan persepsi terhadap waktu dan ruang / tempat juga mundur

yang erat hubungan dengan daya ingat yang sudah mundur dan juga karena

pandangan biasanya sudah menyempit.

3. Perubahan Psikososial

Pada umumnya setiap lanjut usia menginginkan keadaan panjang umur,

menghemat tenaga, tetap berperan sosial, meninggal secara terhormat dan

masuk surga. Apabila proses lanjut usia yang tidak sesuai dengan keinginan-

keinginan tersebut maka akan dirasakan sebagai beban mental yang cukup

Page 5: MAKALAH EPTM LANSIA

besar. Penyakit yang membahayakan, menjalani masa pensiun, ditinggal suami

atau istri dan sebab-sebab lain sering menyebabkan gangguan dalam

keseimbangan mental. Perubahan psikososial masyarakat lanjut usia baik yang

datang dari dalam dirinya, keluarga maupun lingkungan masyarakat akan

membawa dampak bagi derajat kesehatan jiwa lansia yang bersangkutan.

Psikologi kehilangan merupakan salah satu sindroma atau gejala

multikompleks dari proses lanjut usia. Beberapa perubahan tersebut dapat

dibedakan berdasarkan lima tipe kepribadian lansia adalah sebagai berikut:

a. Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction Personality), biasanya tipe

ini tidak banyak mengalami gejolak, tenang, dan mantap sampai sangat

tua.

b. Tipe Kepribadian Mandiri (Independent Personality), pada tipe ini

biasanya ada kecenderungan mengalami Post Power Syndrome. Apalagi

jika pada masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat

memberikan otonomi pada dirinya.

c. Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent Personality), pada tipe ini

biasanya sangat dipengaruhi kehidupan keluarga. Apabila kehidupan

keluarga selalu harmonis maka pada lansia tidak bergejolak, tetapi jika

pasangan hidup meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan

menjadi merana. Apalagi jika tidak segera bangkit dari kedukaannya.

d. Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility Personality), pada tipe ini

setelah memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya,

banyak keinginan yang kadang-kadang tidak diperhitungkan secara

seksama sehingga menyebabkan kondisi ekonominya menjadi

berantakan.

e. Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate Personality), pada lansia tipe ini

umumnya terlihat sengsara karena perilakunya sendiri sulit dibantu

orang lain atau cenderung membuat susah dirinya.

4. Perkembangan spiritual.

Perkembangan filosofis agama yang lebih matang sering dapat membantu

orang tua untuk menghadapi kenyataan, berperan aktif dalam kehidupan dan

Page 6: MAKALAH EPTM LANSIA

merasa berharga serta lebih dapat menerima kematian sebagai sesuatu yang

tidak dapat ditolak atau dihindarkan.

B. Kebutuhan Lansia

Setiap orang memiliki kebutuhan hidup. Orang lanjut usia juga memiliki

kebutuhan hidup yang sama agar dapat hidup sejahtera. Kebutuhan hidup orang

lanjut usia antara lain kebutuhan akan makanan bergizi seimbang, pemeriksaan

kesehatan secara rutin, perumahan yang sehat dan kondisi rumah yang tentram

dan aman, kebutuhan-kebutuhan sosial seperti bersosialisasi dengan semua orang

dalam segala usia, sehingga mereka mempunyai banyak teman yang dapat diajak

berkomunikasi, membagi pengalaman, memberikan pengarahan untuk kehidupan

yang baik. Kebutuhan tersebut diperlukan oleh lanjut usia agar dapat mandiri.

Kebutuhan lansia tersebut sejalan dengan pendapat Abraham Maslow individu

dapat sehat optimal apabila kebutuhan dasarnya dapat terpenuhi yang meliputi

1. Kebutuhan fisik (physiological needs) merupakan kebutuhan yang sangat

primer dan mutlak harus dipenuhi untuk memelihara homeostasis biologis

dan kelangsungan kehidupan bagi tiap manusia seperti pangan, sandang,

papan, seks dan sebagainya. (Asmadi, 2008).

2. Kebutuhan ketentraman (safety needs) adalah kebutuhan akan rasa

keamanan dan ketentraman, baik lahiriah maupun batiniah seperti

kebutuhan akan jaminan hari tua, kebebasan, kemandirian dan sebagainya.

3. Kebutuhan sosial (social needs) adalah kebutuhan untuk bermasyarakat atau

berkomunikasi dengan manusia lain melalui paguyuban, organisasi profesi,

kesenian, olah raga, kesamaan hobi dan sebagainya.

4. Kebutuhan harga diri (esteem needs) adalah kebutuhan akan harga diri untuk

diakui akan keberadaannya

5. Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs) adalah kebutuhan untuk

mengungkapkan kemampuan fisik, rohani maupun daya pikir berdasar

pengalamannya masing-masing, bersemangat untuk hidup, dan berperan

dalam kehidupan.

Page 7: MAKALAH EPTM LANSIA

C. Masalah Kesehatan Lansia

Gangguan yang sering menjadi masalah kemandirian lanjut usia sering

disebut dengan istilah “14 i” yaitu diantaranya adalah :

1. Imobilisasi

Imobilisasi merupakan ketidakmampuan berpindah posisi. Faktor

penyebab utama imobilisasi adalah adanya rasa nyeri baik dari tulang

(osteoporosis, osteomalasia dsb), sendi (osteoartritis, artritis reumatoid dsb),

lemah, kekuatan otot, ketidakseimbangan dan masalah psikologi. Gangguan

fungsi kognitif berat seperti pada demensia dan gangguan fungsi mental seperti

depresi juga dapat menyebabkan tejadinya imobilisasi. (Aulia, 2009)

2. Instabilisasi Postural

Instabilisasi postural atau jatuh adalah ketidakmampuan untuk

mempertahankan anti gravitasi pada dasar penyanggah tubuh (misalnya, kaki

saat berdiri) atau memberi respon secara cepat pada setiap perpindahan posisi

atau keadaan. Faktor yang melatarbelakangi jatuh adalah faktor intrinsik yaitu

faktor sistemik seperti gagal jantung dan lokal (gangguan pengelihatan,

gangguan pendengaran, kelemahan otot tungkai bawah dsb) (Erwin, 2013).

3. Intelectual Impairment

Gangguan intelektual yang sering terjadi pada lansia adalah demensia.

Demensia adalah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan suatu

kehilangan daya ingat, daya pikir, rasionalitas, kepandaian bergaul dan apa

yang disebut sebagai reaksi emosi normal. Berbeda dengan pikun adalah

terminologi awam yang berkonotasi lupa. Tetapi pikun atau lupa pada usia

lanjut bukanlah gejala demensia atau Alzheimer stadium awal (Petra, 2001).

Bentuk demensia yang paling umum diantaranya:

a. Penyakit Alzheimer

Penyakit alzheimer biasanya terjadi pada usia diatas 65 tahun. Penyakit ini

terjadi karena menurunnya kemampuan fungsi otak secara berangsur-angsur

akibat mengecilnya atau menghilangnya sel-sel otak, bahan-bahan abnormal

bertimbun membentuk ‘kekusutan’ di tengah sel otak, dan sebagai lapisan

diluar sel otak. Sel-sel abnormal itu mengganggu jalannya pesan-pesan di

Page 8: MAKALAH EPTM LANSIA

dalam otak dan merusak hubungan antar sel otak. Sel otak pada akhirnya

mati dan ini berarti informasi tidak dapat diterima atau dicerna.

b. Demensia Vaskuler

Demensia Vaskuler adalah istilah umum untuk demensia yang berkaitan

dengan masalah sirkulasi darah ke otak dan merupakan bentuk paling umum

kedua dari demensia. Demensia Vaskuler mungkin tampak serupa dengan

penyakit Alzheimer, dan campuran penyakit Alzheimer dan demensia

vaskuler dapat terjadi pada sejumlah orang.

c. Penyakit Parkinson

Penyakit parkinson adalah penyakit sistem saraf yang terjadi berangsur-

angsur, ditandai gemetar, kaku pada anggota-anggota badan dan persendian,

kesulitan berbicara dan kesulitan memulai gerakan fisik. (Alzheimer

Australia, 2005).

4. Isolation

Isolasi yang dimaksud disini adalah rasa depresi. Depresi merupakan satu

masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan.

Depresi menjadi masalah utama yang sering terjadi pada lansia. Penyebab

depresi pada lansia adalah gangguan kesehatan yang diderita seperti penyakit

kronik, hidup sebatang kara, tidak memiliki tujuan hidup, ketakutan

menghadapi masalah keuangan, kematian, dan perasaan kehilangan yang

mendalam karena teman, anak atau keluarga yang meninggal dunia (Smith,

2013).

5. Insomnia

Insomnia adalah suatu kesulitan dalam memulai tidur, mempertahankan tidur,

atau tidur yang menyegarkan selama 1 bulan atau lebih mana keadaan sulit

tidur ini harus menyebabkan gangguan klinis yang signifikan. Insomsia pada

lansia biasanya terjadi pada wanita maupun pria berumur 85 tahun ke atas.

Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi insomnia pada lansia,

seperti menghindari konsumsi cafein, alkohol, nikotin, latihan fisik rutin,

meningkatkan penggunaan cahaya terang di siang hari, menghindari

penggunaan cahaya terang di malam hari, tidak makan berat 2-3 jam sebelum

Page 9: MAKALAH EPTM LANSIA

tidur, membuat lingkungan tidur yang nyaman, kurangi suara, suhu dan cahaya

lampu di ruang tisur, biasakan membaca sebelum tidur. (Alon Y, 2005)

6. Inkontinensia Urine

Inkontinensia urine adalah ketidakmampuan menahan air kencing. Kebanyakan

penderita inkontinesia urin telah menderita desensus dinding depan vagina

disertai sisto-uretrokel.

7. Impotence

Impotensi adalah suatu gangguan seksual yang ditandai dengan gejala

ketidakmampuan penderita dalam mempertahankan tingkat ereksi penis untuk

berlangsungnya hubungan seksual.

8. Immune Deficiency

Defisiensi imun pada lanjut usia disebabkan oleh produksi immunoglobulin

yang dihasilkan oleh tubuh orang tua juga berkurang jumlahnya. Masalah lain

yang muncul adalah tubuh orangtua kehilangan kemampuan untuk

membedakan benda asing yang masuk ke dalam tubuh atau memang benda itu

bagian dari dalam tubuhnya sendiri. (Fatmah, 2006).

9. Infection

Infeksi pada lansia berkaitan dengan defisiensi sistem imun pada lansia.

Sehingga para lanjut usia akan dengan mudah terpapar benda asing.

10. Inanition

Inanition yang dimaksud adalah kekurangan nutrisi pada lanjut usia

dikarenakan kurangnya asupan yang dapat dijelaskan dengan beberapa faktor

sebagai berikut :

a. Semakin berkurangnya indera penciuman dan perasa sehingga umumnya

lansia kurang dapat menikmati makanan dgn baik. Hal itu sering

menyebabkan kurangnya asupan atau penggunaan bumbu, seperti kecap

atau garam yang berlebihan berdampak kurang baik bagi kesehatan lansia.

b. Berkurangnya sekresi saliva yang dapat menimbulkan kesulitan dalam

menelan dan dapat mempercepat terjadinya proses kerusakan pada gigi

c. Kehilangan gigi. Separuh lansia banyak kehilangan gigi, hal ini

mengakibatkan terganggunya kemampuan dalam mengkonsumsi makanan

Page 10: MAKALAH EPTM LANSIA

dengan tekstur keras, sedangkan makanan yang lunak kurang mengandung

vit A, vit C, dan serat sehingga menyebabkan mudah mengalami konstipasi.

d. Menurunnya Sekresi HCL. HCL merupakan faktor ekstrinsik yang

membantu penyakiterapan vit B 12 dan kalsium serta utilisasi protein.

Kekurangan HCL dapat menyebabkan lansia mudah terkena osteoporosis,

defisiensi zat besi yang menyebabkan anemia, sehingga oksigen tidak dapat

diangkut dengan baik.

e. Menurunnya sekresi pepsin dan enzim proteolitik yang mengakibatkan

pencernaan protein tidak efisien.

f. Menurunnya sekresi garam empedu, sehingga mengganggu proses

penyakiterapan lemak dan vitamin A,D,E,K

g. Menurunnya motilitas usus, sehingga memperpanjang “transit time” dalam

saluran gastrointestinal mengakibatkan pembesaran perut dan konstipasi.

(Ellis, 2013)

11. Irritable colon

Iritasi usus merupakan salah satu penyakit atau kelainan fungsi usus yang

ditandai dengan kumpulan gejala disfungsi, kurang/tidak berfungsinya usus,

seperti nyeri perut, kembung dan gangguan pola defekasi (buang air besar)

tanpa gangguan/kelainan organik. Penyebab dari iritasi usus adalah multifaktor

seperti gangguan pergerakan usus, gangguan fungsi otot kandung kemih,

intoleransi karbohidrar, faktor psikosoial dan visceral hypersensitivity.

12. Iatrogenesis

Iatrogenesis adalah penyakit-penyakit yang timbul akibat obat-obatan. Seperti

yang diketahui bahwa lansia cenderung akan banyak mengkonsumsi obat-

obatan karena berbagai faktor seperti menurunnya imunitas dan ada nya

penyakit-penyakit degeneratif.

13. Impecunity

Impecunity adalah berkurangnya kemampuan keuangan. Hal ini sangat

dimungkinkan terjadi pada lansia karena adanya penurunan fungsi tubuh lansia

dsb.

Page 11: MAKALAH EPTM LANSIA

Dalam masa usia lanjut terjadi berbagai perubahan dalam kehidupan fisik,

mental-spiritual, dan psikososial yang dapat mempengaruhi kondisi kesehatan

usia lanjut, baik pada wanita maupun pria. Faktor yang dapat mempengaruhi

kondisi kesehatan pra usia lanjut (Komisi Nasional Lanjut Usia, 2010) :

1. Keturunan

2. Perilaku/cara hidup, seperti pola makan, pola tidur, pola kerja, pola rekreasi,

dan pola spritual

3. Lingkungan, seperti keluarga, masyarakat sekitar pekerjaan, pergaulan.

4. Pelayanan kesehatan

D. Program Kesehatan Lanjut Usia

Program pembinaan kesahatan lanjut usia merupakan upaya kesehatan

pengembangan puskesmas yang lebih mengutamakan upaya promotif, preventif

dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.

a. Upaya Promotif

Kegiatan promotif dilakukan kepada lanjut usia, keluarga ataupun

masyarakat di sekitarnya, antara lain berupa penyuluhan tentang perilaku hidup

sehat, gizi untuk lanjut usia, proses degeneratif seperti katarak, diabetes

melitus, upaya peningkatan kebugaran jasmani, pemeliharaan kemandirian

serta produktivitas masyarakat lanjut usia.

b. Upaya Preventif

Kegiatan ini bertujuan untuk mencegah sedini mungkin terjadinya

penyakit dan komplikasinya akibat proses degeneratif. Kegiatan berupa deteksi

dini dan pemantauan kesehatan lanjut usia yang dapat dilakukan di kelompok

lanjut usia (posyandu lansia) atau Puskesmas dengan menggunakan Kartu

Menuju Sehat (KMS) lanjut usia. Upaya pencegahan penyakit dan peningkatan

kesehatan bagi usia lanjut, yaitu:

1. Perkuat ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa,

2. Pelihara kebersihan pribadi dan lingkungan

3. Pemerisaan kesehatan berkala

4. Makan hidangan sesuai pedoman gizi seimbang

5. Jaga dan tingkatkan kesegaran jasmani

Page 12: MAKALAH EPTM LANSIA

6. Kembangkan kegemaran/hobi sesuai dnegan kemampuan

7. Hindari risiko terjadinya kecelakaan

c. Upaya Kuratif

Kegiatan pengobatan ringan bagi lanjut usia yang sakit bila

dimungkinan dapat di lakukan di kelompok lanjut usia atau Posyandu lansia.

Pengobatan lebih lanjut ataupun perawatan bagi lanjut usia yang sakit dapat

dilakukan di fasilitas pelayanan seperti Puskesmas Pembantu, Puskesmas

ataupun di Pos Kesehatan Desa. Bila sakit yang diderita lanjut usia

membutuhkan penanganan dengan fasilitas lebih lengkap, maka dilakukan

rujukan ke Rumah Sakit setempat.

d. Upaya Rehabilitatif

Upaya rehabilitatif ini dapat berupa upaya medis, psikososial, edukatif

maupun upaya-upaya lain yang dapat semaksimal mungkin mengembalikan

kemampuan fungsional dan kepercayaan diri lanjut usia.

(Komisi Nasional Lanjut Usia, 2010)

E. Peran Keluarga Terhadap Usia Lanjut

Keluarga berperan sangat penting terhadap tingkat kualitas hidup lanjut

usia. Beberapa peran keluarga tersebut adalah sebagai berikut (Komisi Nasional

Lanjut Usia, 2010) :

1. Menghormati dan menghargai orang tua

2. Bersikap sabar dan bijaksana terhadap perilaku usia lanjut

3. Memberikan kasih sayang, menyediakan waktu serta perhatian

4. Jangan menganggapnya sebagai beban

5. Memberikan kesempatan untuk tinggal bersama

6. Mintalah nasihat pada mereka dalamperistiwa-eristiwa penting

7. Mengajaknya dalam acara-acara keluarga

8. Membantu mencukupi kebutuhannya

9. Berilah dorongan untuk tetap mengikuti kegiatan-kegiatan di luar rumah

termasuk pengembangan hobi

10. Membantu mengatur keuangan

11. Mengupayakan transport untuk kegiatan mereka termasuk untuk rekreasi

Page 13: MAKALAH EPTM LANSIA

12. Dengan memberi perhatian yang baik terhadap orang tua, maka kelak anak-

anak kita akan bersikap sama terhadap kita

13. Memeriksakan kesehatan secara teratur

14. Memberi dorongan untuk tetap hidup bersih dan sehat

15. Mencegah terjadidnya kecelakaan baik di dalam maupun di luar rumah

16. Ke mana usia lanjut minta pertolongan?

a. Dokter/tenaga kesehatan lain

b. Puskesmas

c. Kader kesehatan

d. Petugas sosial di kecamatan

17. Pemeliharaan kesehatan usia lanjut adalah tanggung jawab kita bersama

Page 14: MAKALAH EPTM LANSIA

BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

1. Lansia adalah tahap akhir siklus hidup manusia, merupakan bagian dari

proses kehidupan yang tidak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap

individu.

2. Kebutuhan lansia berupa Kebutuhan fisik (physiological needs), Kebutuhan

ketentraman (safety needs), Kebutuhan sosial (social needs), Kebutuhan

harga diri (esteem needs) dan Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization

needs)

3. Masalah kesehatan yang sering di alami oleh lansia adalah ’14 i’ yaitu

immobilisasi, instabilitas postural, isolation, insomnia, intellectual

impalment, inkontinensia urine, impotence, immune deficiency, infection,

inantion, iatrogenesis dan impecunity

4. Upaya kesehtan lansia meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan

rehabilitatif

5. Peran keluarga sangat penting dalam peningkatan kualitas hidup lansia

Page 15: MAKALAH EPTM LANSIA

DAFTAR PUSTAKA

Alon, dan Avidan, MD, MPH. 2005. Epidemiology, Asessment, and Treatment of Insomnia in Elderly: Treatment of insomnia in the Geriatric Patient. http://www.medscape.org/viewarticle/516282_6. Diakses pada tanggal 15 Desember 2013.

Alzheimer Australia. 2005. What is dementia. An Australian Govermenet Initiative. www.alzheimers.org.au

Asmadi. 2008. Tehnik Prosedural keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.

Ethgen O, Reginsten JY. Degenerative musculoskeletal disease. Ann Rheum Dis 2004; 63: 1-3.

Erwin. 2013. Sebaran faktor-faktor Intrinsik Lokal serta Hubungannya dengan Instabilitas Postural/Jatuh pada Usia Lanjut di Divisi Geriatri RSCM. Tesis Universitas Indonesia. http://lontar.ui.ac.id.

Fatmah, 2006. Respons Imunitas yang Rendah Pada Tubuh Manusia Usia Lanjut. Jurnal Makara Kesehatan. Vol 10 No 1. Juni 2006: 47-53

Hutapea. 2005. Sehat dan ceria di Usia Senja. Jakarta: Rineka Cipta.

Kementerian Kesehatan RI, 2013. Gambaran kesehatan Lanjut usia di Indonesia.

Komisi Nasional Lanjut Usia. 2010. Pedoman Pelaksanaan Posyandu Lanjut Usia. Jakarta

Kompas,2009. Lansia di Indonesia :Tua, Gembira, dan Produktif. http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2010/04/01/lansia-di-indonesia-tua-gembira-dan-produktif-107964.html. Diakses tanggal 15 Desember 2013.

Kristyaningsih, Dewi. 2011. Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Tingkat Depresi pada Lansia. Jurnal Keperawatan. Vol 01/Nomor 01/Januari 2011.

Nowotny, Petra et all. 2001. Alzheimer Disease. Encyclopedia of LifeSciences Nature Publishing Group.

Nugroho, Wahyudi. (2008). Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Edisi ke 3. Jakarta: EGC.

Sumijatun, dkk. (2005).Konsep Dasar Keperawatan Komunitas.Jakarta:EGC.

Page 16: MAKALAH EPTM LANSIA

Smith, Melinda dan Lawrence Robinson, Jeanne Segal. 2013. Depression in Older Adults and the Elderly. http://www.helpguide.org/mental/depression_elderly.htm diakses pada tanggal 15 Desember 2013.

Nikmawati, Ellis Endang. 2013. Pangan dan Gizi Lansia untuk Menunjang Kesehatan dan Kebugaran. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

World Health Organization. The bone and joint decade. Joint motion 2000-2010. Available at: http://www.bonejointdecade. org. Accessed Desember 15, 2013.

Yenny, dan Elly Herwana. 2006. Prevalensi penyakit kronis dan kualitas hidup pada lanjut usia di Jakarta Selatan Vol 25 No. 4. Universitas Medicina