makalah empati

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tentang empati

Citation preview

Dokter yang tidak Berempati terhadap Pasien

Nama : Chatrine wijanarkoNIM :102012158Kelompok : B8

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANAJalan Arjuna Utara No.6Jakarta 11510PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang Bersikap komunikatif dan penuh empati adalah syarat mutlak bagi seorang dokter dalam menjalankan profesinya. Sir William Osler (1919)seorang psikiater dan dikenal juga sebagai bapak kedokteran modern, pernah memberikan suatuquoteyang berkesan dan harus direnungkan tentang komunikasi antara dokter dan pasien. Ia menulis Listen to the patient, he is telling you the diagnosis, yang artinya Dengarkan pasienmu, dia akan memberitahumu apa diagnosisnya. besarnya tuntutan akan komunikasi yang baik dalam proses penyembuhan pasien, membuktikan bahwa komunikasi mempunyai andil yang besar dalam dunia kedokteran. communication is a life or death matter(Diana Booher, 1994) Mengacu pada kasus yang dialami seorang dokter yang gagal membangun komunikasi dan empati dengan pasien ,maka dibuatlah makalah ini untuk membahas bagaimana cara membangun komunikasi dan juga bagaimana cara berkomunikasi yang baik saat bersama pasien, baik saat berkonsultasi maupun saat dilakukannya proses terapi dan penyembuhan.1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah yang digunakan dalam makalah ini adalah dokter yang tidak empati terhadap pasiennya.Penulis memilih rumusan masalah ini karena rumusan ini mencakup banyak aspek dalam skenario kelompok B yang menjadi masalah dan kendala dalam komunikasi dan empati seorang dokter dalam menghadapi pasien bermacam-macam sifat pasien.

PEMBAHASAN 2.1 Kemampuan Empati Empati adalah upaya dan kemampuan untuk mengerti dan menghayati dan menempatkan diri seseorang di tempat orang lain sesuai dengan identitas,perasaan,keinginan,pikiran dan perilaku dari orang itu tanpa mencampur baurkan nilai-nilai ata selera pribadi dari orang yang berempati dengan nilai atau selera pribadi orang yang diempati.Empati perlu upaya dan kemampuan 1. Kemampuan Kognitif yaitu mengerti kebutuhan pasien. 2. Kemampuan afektif yaitu peka akan perasaan pasien.3. Kemampuan Perilaku yaitu memperlihatkan/ menyampaikan empati kepada pasien.Tingkatan / level Empati dalam komunikasi Level 0 : dokter menolak sudut pandang pasien Level 1 : dokter mengenal secara sambil laluLevel 2 : dokter mengenal sudut pandang pasien secara implisit (menurut dokter itu sendiri)Level 3 : dokter menghargai pendapat pasienLevel 4 : dokter mengkonfirmasi kepada pasien Level 5 : dokter berbagi perasaan dan pengalaman dengan pasienLevel 3-5 : pengenalan dokter terhadap sudut pandang pasien ttg penyakitnya ,secara eksplisit keterampilan empati bukan hanya sekedar berbasa-basi atau ber mulut manis kepada pasien, melainkan : Mendengarkan aktif Responsif pada kebutuhan pasien Responsif pada kepentingan pasien Usaha memberikan pertolongan pada pasien Empati harus mulai dari diri sendiri Empati atau selera pribadiDalam kasus yang dialami oleh sang dokter dalam skenario B kesal karena pasien banyak keluhan dan mengemukakan keluhan tersebut secara kekanak-kanakan. dapat dilihat bahwa tidak tercipta komunikasi dan saling pengertian yang baik antara dokter dan pasiennya, sehingga tidak ada empati yang tumbuh diantara mereka berdua.

2.2 Komunikasi efektif Komunikasi efektif adalah suatu bentuk komunikasi antar personal dimana keduanya terlibat aktif dalam bertukar informasi atau pikiran, dan dapat saling mengerti dan sepakat mengenai maksud dari informasi yang diberikan antara pihak yang satu dengan pihak yang lainnya.Komunikasi antara dokter dan pasien merupakan sebuah syarat mutlak dalam dunia kedokteran. Seperti yang telah dijelaskan diatas, komunikasi antara dokter dan pasien berguna bagi diagnosis maupun tindakan yang akan dilakukan oleh dokter terhadap pasien. Salah satu contoh adalah pengisianInformed Consent.Dalam pengisianInformed Consent,dokter harus menggunakan teknik komunikasi yang efektif untuk menjelaskan kepada pasien mengenai tindakan yang harus diambil oleh dokter, dan juga resiko yang harus dihadapi oleh pasien. Jika sang dokter mampu melakukan komunikasi yang efektif dan mampu meyakinkan pasien, maka tentu akan dicapai kesepakatan bersama mengenai tindakan yang harus dilakukan, baik pasiennya setuju atau tidak.2.2.1 Hubungan Dokter-PasienDokterPasien

AnamnesisKeluhan

PemeriksaanMasalah

DiagnosisInformasi lsin

PrognosisPertolongan

TerapiKeringanan

RehabilitasiKesembuhan

2.2.2 Sikap Dokter-Pasien DokterPasien

Manusiawi Sopan

Empatik,peduliKooperatif

Sabar, tulusJujur

Tidak interogatifTidak mendikte

Tidak sok tauTidak memaksa

Tidak menghakimiTidak sok tau

Sopan, santun

2.2.3 Kewajiban Dokter-PasienPasienDokter

Memberikan informasi yang jujurMenghormati hak pasien

Memberi kesempatan pada dokter untuk pemeriksaan mental maupun fisikMemberikan informasi yang berkaitan dengan tindakan medis tertentu yang akan dilakukan

Mematuhi nasihat dokterMenjaga rahasia pasien

Mematuhi cara cara pengobatanMeminta persetujuan pasien untuk tindakan medis yang akan dilakukan

Mematuhi syarat syarat pengobatanMembuat dan memelihara rekam medik

2.2.4 Hak Dokter-Pasien

PasienDokter

Hak atas informasi mengenai dirinyaHak untuk mendapat informasi yang benar

Hak atas rahasia medicHak untuk melakukan pemeriksaan fisik dan mental

Hak atas isi rekam medicHak untuk menegakan diagnosis

Hak untuk memilih dokterHak untuk menyusun prognosis

Hak untuk memperoleh sarana kesehatanHak untuk memimpin pelayanan kesehatan

Hak untuk memperoleh pendapat keduaHak untuk merawat dan melakukan rehabilitasi

Hak untuk menghentikan pengobatan dan tindak medicHak untuk mendapatkan honor

2.3 Hipotesis 1. Komunikasi pasien yang tidak efektif sehingga dokter tidak berempati terhadapt pasien tersebut .

Penutup 3.1 Kesimpulan Respon negatif yang ditunjukan sang dokter terhadap pasiennya yaitu kesal , disebabkan oleh karena ketidakmampuan sang dokter dalam berkomunikasi secara efektif, turut merasakan empati dan juga kepribadian sang dokter yang tidak sesuai dengan standar profesinya sebagai seorang dokter dan juga pasien yang tidak memberikan informasi/keluhan dengan jelas , sehingga kedua pihak susah untuk melakukan komunikasi efektif dan tidak terwujudnya hubungan,hak,sikap ,dan kewajiban dokter dan pasien yang baik.

3.2 Daftar pustaka

1.William I. Gorden, Communication : Personal and Public,19782.K. Bertens, Membahas Kasus Etika Kedokteran, Jakarta : Universitas Atma Jaya, Cetakan kedua, 20003.K. Bertens (peny.), Dokumen Etika dan Hukum Kedokteran Internasional, Jakarta: Universitas Atma Jaya,20014.K. Bertens (peny.), Dokumen Etika Dan Hukum Kedokteran Indonesia, Jakarta: Universitas Atma Jaya, 2001