33
`EMPATI` Dr. H. Yasril Hasan. MQIH Fakultas Kedokteran Universitas Baiturrahmah

Empati`(modul empati dan motivasi)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Empati`(modul empati dan motivasi)

`EMPATI`

Dr. H. Yasril Hasan. MQIHFakultas Kedokteran

Universitas Baiturrahmah

Page 2: Empati`(modul empati dan motivasi)

Kurikulum Berbasis Kompetensi Untuk Pendidikan Kedokteran Dasar

Dasar Pengetahuan (Knowledge Base):

• Komunikasi Efektif

a. Empatib. Prinsip-prinsip komunikasi efektifc. Etik dan Hukum Kedokterand. Informed Consente. Diskusi kelompokf. Kerjasama tim

Page 3: Empati`(modul empati dan motivasi)

Empati berarti perasaan dimana kita ikut merasakan dan memahami orang lain ( Kamus Besar Bahasa Indonesia). Untuk lebih mudah diingat, empati berarti menempatkan diri seolah-olah menjadi seperti orang lain.

Mempunyai rasa rasa empati adalah keharusan seorang manusia, karena disanalah terletak nilai kemanusiaan seseorang. Menurut Lawrence E. Shapiro, Ph.D., secara naluriah seseorang sudah mengembangkan empati sejak ia bayi. Awalnya empati yang dimiliki sangat sederhana, yakni empati emosi. Misalnya pada usia 0-1 tahun, bayi bisa menangis hanya karena mendengar bayi lain menangis. Barulah di usia 1-2 tahun, anak menyadari kalau kesusahan temannya bukanlah kesusahan yang mesti ditanggung sendiri.

Page 4: Empati`(modul empati dan motivasi)

Empati adalah kemampuan menyelami perasaan orang lain tanpa harus tenggelam.

Empati adalah kemampuan dalam mendengarkan perasaan orang lain tanpa harus larut.

Empati adalah kemampuan dalam melakukan respon atas keinginan orang lain yang tak terucap. 

Menurut Daniel Goleman yang menulis buku ”Kecerdasan Emosional” empati adalah kemapuan memahami dan turut merasakan perasaan orang lain. Dengan kata lain empati sudah termasuk simpati, tetapi simpati belum tentu empati. Karena walaupun kata tersebut sanga erat kaitannya tetapi berbeda maknanya.

Page 5: Empati`(modul empati dan motivasi)

Empati adalah perwujudan kasih sayang sesama manusia. Imajinasikan sendiri : bila di dunia ini wajah-wajah yang tidak memiliki tirani (diktator) dan tidak peduli dengan sesama bahkan bengis bangkit ke dunia ini yang penuh kedamaian ini.

Semacam : Adolf Hitler (Jerman), Ferdinad Marcos ( Filiphina) bahkan Raja Fira’un yang mengakui dirinya sebagai Tuhan itu kembali datang ke muka bumi ini. Dunia ini tidak akan ada memilki rasa empati, tidak ada persahabatan, keakaraban, kasih sayang, cinta dan keadilan. Kita akan tumbuh menjadi manusia yang kaku, strict, intoleran, bahkan tak memiliki rasa kemanusiaan sedikitpun. Naudzubillahi mindzalik! Semoga manusia-manusia itu tidak ada di dunia ini yang penuh dengan rasa kasih sayangnya.

Page 6: Empati`(modul empati dan motivasi)

Banyak segi positif bila kita berempati. Kita akan agresif dan senang membantu orang lain. Karena empati berhubungan dengan kepedulian terhadap orang lain, tak heran kalau empati selalu berkonotasi sosial seperti menyumbang, memberikan sesuatu pada orang yang kurang mampu.

Rasulullah pun sangat menekankan pentingnya mengembangkan sikap empati ini. "Gambaran orang-orang beriman dalam hal saling mencintai, saling mengasihi, dan saling berempati di antara sesama mereka adalah laksana satu tubuh, jika ada sebagian dari anggota tubuh yang sakit, maka seluruh anggota tubuh akan ikut merintih, merasakan demam, dan tak bisa tidur.”

Page 7: Empati`(modul empati dan motivasi)

Beberapa hal berikut ini dapat membantu kita untukmenumbuhkan rasa Empati, yaitu:

1. Jangan selalu berpikir “Mengapa sih kita harus berempati?” tapi kita harus berpikir “MENGAPA TIDAK KITA HARUS BEREMPATI, TOH NGGAK MERUGIKAN”.

2. Jangan merasa derajat kita lebih tinggi dari orang lain, tetapi selalu ingat bahwa kehidupan itu seperti roda, kadang kita di atas, kadang kita di bawah.

3. Jangan kita memberikan perhatian atau bantuan hanya kepada orang yang menurut kita akan menguntungkan kita saja.

4. Janganlah hanya jalan-jalan ketempat yang indah seperti mal, cobalah jalan-jalan ke tempat di mana banyak orang susah yang berkumpul di sana. Dengan itu kita akan melihat ada sisi lain dari kehidupan manusia.

5. Selalu tebarkan senyum kepada orang lain tapi jangan kebanyakan.

Page 8: Empati`(modul empati dan motivasi)

Untuk bisa hidup yang akur, damai dan berdampingan, dibutuhkan sikap bijak dan tenggang rasa yang tinggi. Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai etnis, suku bangsa dan agama, dan di situlah kita belajar mengerti dan menerima segala perbedaan yang ada. Bahwa perbedaan itu sendiri telah menjadi identitas bangsa, mulai dari ragam bahasa, macam-macam adat istiadat maupun agama/kepercayaan. Untuk bisa memahami kebhinekaan lebih dalam lagi, dibutuhkan empati.

Dari empati itulah muncul inisiatif untuk hidup bersama, rukun dan damai. Jika ada empati, maka padamlah api kecurigaan dan kebencian. Jika ada empati, kita tidak akan menyakiti hati saudara-saudara kita yang berbeda. Jika ada empati, kita menjadi sensitif dengan penderitaan yang dimiliki anak bangsa yang tersebar di nusantara. Jika ada empati, kita semua menjadi saudara, menjadi bangsa yang kuat dan satu.

Page 9: Empati`(modul empati dan motivasi)

Empati dibangun berdasarkan kesadaran diri, semakin terbuka kita kepada emosi diri sendiri, semakin terampil kita membaca perasaan. Kemampuan ber-empati yaitu kemampuan untuk mengetahui bagaimana perasaan orang lain, ikut berperan dalam pergulatan arena kehidupan, mulai dari penjualan dan manajemen hingga ke asmara dan mendidik anak, dari belas kasih hingga persoalan politik. Tiadanya empati juga sangat nyata, ketiadaannya terlihat pada psikopat kriminal, pemerkosa atau pemerkosa anak-anak.

Kunci untuk memahami perasaan orang lain adalah mampu membaca pesan nonverbal : nada bicara, gerak-gerik, ekspresi wajah, dan sebagainya. Penelitian mengenai hal ini yang paling lengkap adalah yang dilakukan oleh Robert Rosental, ahli psikologi dari Harvard, beserta mahasiswa-mahasiswanya. Yang diakhiri dengan membuat video yang menampilkan seorang wanita muda yang sedang mengungkapkan perasaannya, mulai dari memaki-maki sampai kepada kasih seorang ibu.

Page 10: Empati`(modul empati dan motivasi)

Perkembangan Empati

Daniel Goleman dalam buku Emotional Intelligence memaparkan penelitian Marian Radke Yarrow dan Carolyn Zahn Waxler, menurut kedua peneliti tersebut, anak-anak menjadi lebih empati bila kedisiplinan juga mencakup memberi perhatian dengan sungguh-sungguh atas kemalangan yang disebabkan oleh kenakalan mereka. Contoh :“Lihat kamu membuatnya amat sedih” bukannya “Nakalnya kamu”. Mereka juga menemukan bahwa empati anak dibentuk pula dengan meniru apa yang mereka lihat, anak-anak mengembangkan repeatoar respons empati, terutama untuk menolong orang lain yang sedang kesusahan. Ajar dari kecil memberi sedekah fakir miskin.

Page 11: Empati`(modul empati dan motivasi)

Betapa pentingnya empati itu dalam kehidupan sehari-hari, karena akan menjaga bagaimana kita mengatur perasaan kita terhadap orang lain, tidak sembarangan dan tidak sembrono, karena mereka juga manusia seperti kita, tetangga juga manusia, polisi juga manusia, dokter juga manusia, guru juga manusia, tokoh agama juga manusia, maka kita harus saling menghormati satu sama lain, saling menyayangi satu sama lain, saling tolong satu sama lain.

Eugene Benge pernah mengatakan : ”Belajarlah sebagai orang yang dapat memberikan perhatian, maka Anda pun segera menerima manfaatnya. Orang yang hanya menerima tidak pernah menerima apa-apa sedangkan orang yang mau memberi justru akan selalu menerima sesuatu.”

Page 12: Empati`(modul empati dan motivasi)

Empati itu wujudnya luas. Tidak iri kepada orang lain saja, juga merupakan bentuk empati Anda pada sesorang. Empati janganlah diartikan sebagai basa-basi, tapi harus datang dari lubuk hati yang dalam. Keikhlasan hati Andalah yang akan memastikan kualitas diri Anda dihadapan Tuhan.

Page 13: Empati`(modul empati dan motivasi)

Komunikasi Empati Dalam Bidang Kedokteran

Di Indonesia profesi dokter itu masih berat berorientasi kepada “pertukangan” seperti seorang insinyur yang memang hanya berhadapan dengan mesin tetapi di Indonesia tidak jarang juga pasien lebih dipandang sebagai objek (percobaan, pengobatan, ekonomi) bahkan tidak jarang dianggap sebagai sekedar nomor / numerik.

Page 14: Empati`(modul empati dan motivasi)

Pengenalan Komunikasi Empati

Komunikasi dan Empati

Komunikasi ialah penyampaian atau pertukaran pikiran, pesan, atau informasi seperti melalui pembicaraan,tulisan ataupun perilaku antara dua manusia atau lebih. Komunikasi dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan atau proses memberikan dan menggali informasi dari orang lain atau makhluk hidup lain dengan memakai sinyal-sinyal seperti pembicaraan, gerakan dan isyarat tubuh atau sinyal-sinyal suara.

Komunikasi adalah suatu tindakan dimana seseorang memberikan atau menerima dari orang lain informasi tentang kebutuhan, keinginan, persepsi, pengetahuan atau kondisi afektif. Komunikasi dapat bersifat sengaja maupun tidak disengaja, dapat menyangkut sinyal-sinyal kovensional maupun tidak konvensional, dan dapat terjadi lewat modus lisan maupun lainnya.

Page 15: Empati`(modul empati dan motivasi)

Empati adalah suatu kualitas atau proses memasuki secara penuh melalui imajinasi kedalam perasaan-perasaan atau motif-motif orang lain. Istilah empati diperkenalkan pertama kalinya oleh seorang psikolog Jerman bernama Theodore Lipps ,sekitar tahun 1880-an dalam istilah einfuhlung atau in-feeling yang menjabarkan apresiasi emosional terhadap perasaan-perasaan orang lain.

Maka Komunikasi Empati ialah pengetahuan tentang cara-cara untuk memperoleh atau menyerap informasi dari orang lain tentang kebutuhan, keinginan,pemahaman, pengetahuan, dan kondisi afektif yang tersimpan dalam “memori kolektif” dari orang tersebut, baik secara disengaja maupun tidak, baik yang mencakup simbol-simbol yang telah disepakati maupun belum, baik dalam bentuk bahasa biasa maupun para-bahasa, dan yang mungkin terjadi melalui sarana wacana vokal maupun sarana lain-lainnya yang bersifat non-vokal.

Page 16: Empati`(modul empati dan motivasi)

Manfaat Komunikasi Empati Dalam Bidang Medis

Apakah Komunikasi Empati mempunyai manfaat bagi dunia kedokteran?. Dalam setiap hubungan interpersonal terjadilah komunikasi. Ada corak komunikasi yang efektif tetapi ada pula komunikasi yang sama sekali tidak produktif apalagi kondusif.

Pada masa lampau atau mungkin sebagian masih berlaku sampai sekarang, ilmu pengobatan allopatik dalam penanganan suatu kasus penyakit terdapat pola pikir “Find it and fix it”. Yaitu pada tahap prognosis kita mengamati symptom-symptomnya kemudian memikirkan metode penanganannya. Secara keseluruhan agak mirip dengan pekerjaan seorang montir elektronik. Padahal yang dihadapi para dokter ialah manusia yang memiliki tiga matra dalam jati dirinya yaitu matra fisik, kejiwaan dan spiritual.

Page 17: Empati`(modul empati dan motivasi)

Ada sebuah kisah tentang pasien yaitu seorang nenek tua yang semua jari-jari tangannya selalu dalam keadaan mencengkeram kaku dan tidak kunjung tersembuhkan. Lewat konseling yang intensif diketahui bahwa nenek itu sangat membenci menantunya dan menganggap dia itu ingin merebut semua hartanya. Ia samasekali tidak rela hartanya jatuh ke tangan menantunya itu. Kebencian itu telah merasuk jauh kedalam hatinya. Dengan komunikasi empati nenek itu secara perlahan dapat diyakinkan tentang pentingnya nilai pengampunan serta nilai keterbukaan untuk dapat menerima manusia lain sebagaimana adanya. Juga nilai kepasrahan untuk menyerahkan segala sesuatunya kepada Tuhan sesuai agama yang diyakininya. Akhirnya, quasi carpal syndrome itu sembuh dengan sendirinya dan nenek itu menjadi seorang penderma yang sangat murah hati dan selanjutnya memiliki muka yang penuh senyum.

Page 18: Empati`(modul empati dan motivasi)

Dalam wawancara singkat antara dokter dengan pasien diruang praktek tidak mungkin seorang dokter melalui tanya jawab biasa dapat menemukan akar masalah kejiwaan dan kerohanian yang mendalam seperti yang menjadi akar masalah penyakitnya. Justru dalam hal seperti ini dan dalam waktu sesingkat itulah komunikasi empati dapat sangat bermanfaat bagi para dokter untuk menggali sedalam-dalamnya semua informasi yang dibutuhkan dari memori para pasiennya.

Tiga hal yang patut dipertimbangkan ialah:

1. Pemberian pelayanan yang lebih sesuai kepada para pasien.2. Mengurangi risiko tuntutan mal-praktek karena kesalahan

diagnosa.3. Meningkatkan kepuasan batin bagi kedua belah pihak.

Page 19: Empati`(modul empati dan motivasi)

Pembelajaran Komunikasi Empati

Apakah Komunikasi Empati itu dapat dipelajari secara klasikal? Tentu saja keterampilan Komunikasi Empati ini dapat dipelajari oleh semua orang karena pada dasarnya semua orang telah mempraktekkannya secara tidak sadar sejak masa kecilnya. Bagaimana seorang bayi dan balita berkomunikasi dengan ibunya padahal ia belum menguasai bahasa apapun kecuali bahasa isyarat dan yang terpenting kemampuan untuk membaca dan menginterpretasi “bahasa air muka ibunya”.

Bagaimana pula seorang bayi mampu mendeteksi kehadiran “orang yang jahat” di sekitarnya yang dapat membahayakan nyawa diri dan ibunya? Sang bayi akan memberikan “early warning” lewat bahasa satu-satunya yang dikenalnya yaitu dengan cara menangis sekeras-kerasnya. Bayi memiliki “kecerdasan intuitif” yang berada pada domain otak hemisfir kanan sementara “kecerdasan analitis” dari otak kirinya sama sekali masih belum berkembang.

Page 20: Empati`(modul empati dan motivasi)

Komunikasi Empati melatih kembali orang dewasa untuk memanfaatkan “kecerdasan intuitive”-nya untuk dimanfaatkan secara optimal bagi kepentingan dalam berbagai bidang profesi masing-masing dimana selalu terdapat kebutuhan akan suatu komunikasi interpersonal dengan orang lain.

Komunikasi Empati tidak dapat dipelajari seperti mempelajari ilmu-ilmu pengetahuan eksakta atau humaniora lainnya yang menekankan dominansi fungsi “kecerdasan intelektual”.

Page 21: Empati`(modul empati dan motivasi)

Menurut James T. Hardee MD. ada beberapa langkah yang disarankan untuk meningkatkan komunikasi empati dokter kepada para pasien:

1. Mengakui adanya perasaan-perasaan kuat dalam situasi klinis bagi pasien seperti rasa takut, marah terpendam, kesedihan, kekecewaan dsb.

2. Berhenti sejenak dan membayangkan apa yang sedang dirasakan oleh pasien yang bersangkutan.

3. Mengekspresikan persepsi dokter tentang perasaan pasien tersebut (Misalnya, “Saya dapat membayangkan bahwa anda...” atau “Sepertinya anda merasa kesal tentang ...”)

4. Melegitimasi perasaan-perasaan tersebut.5. Menghargai usaha-usaha pasien untuk bekerjasama dalam

proses pengobatan.6. Menawarkan suatu dukungan atau kerjasama (Misalnya:“Saya

janji untuk memberikan kerjasama yang sebaik-baiknya...” atau ’Mari kita lihat apa yang dapat kita lakukan bersama untuk mengatasi hal ini...”).

Page 22: Empati`(modul empati dan motivasi)

Komunikasi Empati Dalam Hubungannya Dengan Agama 

Selama ini terdapat (baik sengaja ataupun tidak sengaja) kesan seakan-akan Komunikasi Empati bersifat non-theistik dan non-moralistik. Hal itu hanya benar dalam pengertian dimana Komunikasi Empati dimaksudkan sebagai suatu perangkat keras (hardware) yang sifatnya murni tehnikal.

Komunikasi Empati dapat diterapkan ke dalam setiap tatanan sosial yaitu yang ada hubungannya dengan manusia sebagai mahluk sosial. Dan agama juga termasuk salah satu tatanan sosial yang secara vertikal memiliki relasi dengan Allah dan secara horizontal dengan sesama manusia. 

Page 23: Empati`(modul empati dan motivasi)

a. Komunikasi Empati Dengan AllahDapatkah manusia mengadakan hubungan Komunikasi Empati dengan Allah? Allah mewahyukan diri-Nya kepada manusia lewat firman-firman yang disampaikan-Nya kepada masyarakat tertentu melalui pribadi yang dinamakan Nabi. Jadi Komunikasi Empati itu justru dimulai dari pihak Allah sendiri dari awal mulanya. Mengapa disebut bersifat empatik?. Oleh karena pewahyuan itu adalah demi kepentingan umat manusia dan bukan demi kepentingan Allah, karena Allah tidak memerlukan apapun.

Dari arah manusia relasi yang bersifat Komunikasi Empati itu akan membangun suatu relasi yang sehat dan seimbang demi pertumbuhan spiritualitas manusia itu sendiri. Manusia yang hanya terbiasa meminta dan memohon saja menjadi manusia yang egotistik dan egosentrik.

Page 24: Empati`(modul empati dan motivasi)

b. Komunikasi Empati Dengan Sesama

Komunikasi Empati dengan sesama juga memiliki daya dorong dari adanya kasih terhadap sesama. ‘Ego-less love’ semacam itu tidak pernah dapat dimiliki oleh manusia bila ia tidak menerimanya sebagai substansi yang terlebih dahulu diterimanya dari Allah sendiri, yang dalam istilah agama disebut sebagai rahmat (grace) atau kharismata.

’Ego-less love’ tumbuh dalam kepribadian seseorang seiring dan sejajar dengan pertumbuhan spiritualitas pribadinya. Tanpa ‘ego-less love’ bahkan Komunikasi Empati sama sekali tidak dapat berfungsi normal, bahkan egotistic attitude dapat mematikan setiap usaha untuk mengadopsi Komunikasi Empati.

Page 25: Empati`(modul empati dan motivasi)

KOMUNIKASI DENGAN PASIEN

  Pokok-pokok bahasan komunikasi dan empati.1.  Harapan pasien kepada dokter tergambar dari berbagai

ungkapan pasien baik secara langsung maupun di media massa. Secara garis besar harapan tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut : - Mampu mengobati pasien dengan cara mutakhir, teliti dan terampil. - Mampu mendengarkan, menghormati pendapat pasien, berlaku santun dan penuh pertimbangan, berkomunikasi dengan baik, memberikan nasihat tanpa menggurui. - Mampu menyimpan rahasia, bersifat jujur dan punya integritas, dan tetap memberikan asuhan walaupun ilmu kedokteran tidak berhasil lagi. - Mampu mempertahankan hubungan luwes sehingga pasien mendapat penjelasan lengkap dan dilibatkan dalam keputusan tentang asuhan.

Page 26: Empati`(modul empati dan motivasi)

2.  Untuk dapat menanggapi harapan pasien tersebut kita perlu melakukan pendekatan secara holistik (bio-psiko-sosial). Dengan demikian kita dapat memahami keluhan pasien meskipun kita tidak dapat menemukan gangguan biologis. Secara skematis gangguan biologi psikologi dan sosial ini serta kaitannya dengan penyakit dapat dilihat pada model berikut :

Page 27: Empati`(modul empati dan motivasi)

3.  Keterampilan yang dibutuhkan seorang dokter meliputi lingkup keterampilan berpikir, berkomunikasi dan keterampilan tindakan praktis seperti dapat dilihat pada bagan berikut : Tiga Lingkup yang membentuk kemampuan (Guilbert, WHO, 1981)

Page 28: Empati`(modul empati dan motivasi)

4.  Empati adalah kemampuan memahami dan ikut serta dalam permasalahan orang lain. Model komunikasi dokter – penderita adalah model yang menempatkan informasi sebagai milik bersama.

 5. Kepercayaan dokter terhadap pasien merupakan modal yang kuat bagi dokter untuk membina hubungan dengan pasien.

6.  Keterampilan berkomunikasi telah dipunyai oleh seseorang sejak kecil. Keterampilan tersebut dapat dikembangkan. Dalam pekerjaannya dokter harus mampu berkomunikasi dengan pasien dalam berbagai situasi serta terampil menyampaikan kabar buruk (telling bad news).

Page 29: Empati`(modul empati dan motivasi)

MODEL UNTUK MENJELASKAN TERJADINYA SAKIT

Page 30: Empati`(modul empati dan motivasi)

7. Rasa empati tumbuh sejak kecil baik dalam didikan keluarga, sekolah serta kegiatan di luar sekolah. Kemampuan empati tidak hanya monopoli dokter tetapi dipunyai oleh semua orang. Namun agar dapat berkomunikasi secara baik dengan pasien maka dokter harus mampu menumbuhkan rasa empati pada dirinya.

8. Dalam melaksanakan pekerjaannya dokter dituntut oleh etika kedokteran. Keterampilan komunikasi dan empati merupakan dasar yang kuat untuk menjalankan etika kedokteran.

Page 31: Empati`(modul empati dan motivasi)

9. Dengan demikian etika kedokteran mencakup :

~ Kesanggupan memahami keluhan dan pribadi pasien

~ Kemampuan menumbuhkan empati ~ Kemampuan mempertahankan kerahasiaan hubungan dokter pasien ~ Kewajiban melakukan pendekatan ilmiah (analitik) pada pasien dan masalahnya ~ Kewajiban memberitahu pasien tentang tindakan

dan rencana selanjutnya, serta melanjutkan asuhan pasien

~ Kemampuan menolong pasien mengambil keputusan terbaik mengenai penyakit dan hidupnya

Page 32: Empati`(modul empati dan motivasi)

10. Prinsip untuk menghargai hak orang lain acap kali dianggap sebagai prinsip yang berasal dari barat. Ini mungkin berhubungan dengan deklarasi hak azazi manusia yang dicanangkan setelah perang dunia kedua. Namun bila kita memperhatikan pikiran para ahli filsafat dan budayawan timur sebenarnya mereka juga amat memperhatikan hak-hak orang lain.

Page 33: Empati`(modul empati dan motivasi)

Kesimpulan

Komunikasi Empati dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat, efektif dan efisien serta tidak kentara sebagai alat komunikasi antara dokter dengan pasien dalam suatu wawancara medis maupun sepanjang masa pengobatan.

Komunikasi Empati melampaui semua hal-hal yang mungkin dijangkau oleh wawancara biasa karena sistem ini dapat mendalami aspek nilai-nilai, pendapat pribadi,motivasi, kondisi kejiwaan serta perasaan-perasaan pasien yang mungkin segan atau tidak mungkin diungkapkannya secara sadar dan terbuka kepada dokternya.

Dengan demikian pasien bukan lagi hanya sekedar nomor urut semata-mata, atau suatu obyek ekonomi, melainkan adalah manusia seutuhnya yang sedang menghadapi masalah gangguan kesehatan tetapi yang dapat dipahami secara lebih menyeluruh dan dapat diperlakukan secara lebih manusiawi.