20
1 BAB I LANDASAN TEORI A. MEDIS 1. Pengertian DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegepty dan beberapa nyamuk lain yang menyebabkan terjadinya demam . Biasanya dengan cepat menyebar secara efidemik. (Sir,Patrick manson,2001) Penyakit DHF merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus golongan albovirus yang ditularkan dengan perantara nyamuk aedes aegypti dan sering menimbulkan wabah penyakit di masyarakat. Vaksin dan obat untuk mencegah penyakit DHF sampai saat ini belum ditemukan, oleh karena itu untuk menanggulangi masalah penyakit DHF diperlukan kerja sama dengan masyarakat. (Depkes RI, 1997) Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus

Makalah ASKEP DHF (Dengue Haemorhagic Fever)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

selamat belajar :)

Citation preview

Page 1: Makalah ASKEP DHF (Dengue Haemorhagic Fever)

1

BAB I

LANDASAN TEORI

A. MEDIS

1. Pengertian

DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegepty dan

beberapa nyamuk lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya

dengan cepat menyebar secara efidemik.

(Sir,Patrick manson,2001)

Penyakit DHF merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh

virus golongan albovirus yang ditularkan dengan perantara

nyamuk aedes aegypti dan  sering menimbulkan wabah penyakit di

masyarakat. Vaksin dan obat untuk mencegah penyakit DHF sampai

saat ini belum ditemukan, oleh  karena itu untuk menanggulangi

masalah penyakit DHF  diperlukan kerja sama dengan masyarakat.

(Depkes RI, 1997)

Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan

oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk

kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegepty.

(Christantie Efendy,1995)

Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada

anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan

nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus

yang tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui

gigitan nyamuk aedes aegepty (betina).

(Seoparman, 1990)

Page 2: Makalah ASKEP DHF (Dengue Haemorhagic Fever)

2

2. Anatomi Fisiologi

Darah adalah suatu suspense partikel dalam suatu larutan koloid cair

yang mengandung elektrolit. Darah berperan sebagai medium

pertukaran antara sel yang terfiksasi dalam tubuh dan lingkaran

luar,serta memiliki sifat pritektif terhadap organism darah sendiri.

(Sylvina A.Price,Lorrarine M.Wilson.2006.Hal 247)

a. Sel-sel darah ada 3 macam yaitu:

1) Eritrosit (sel darah merah)

Eritrosit merupakan sel darah yang telah berdeferensi jauh dan

mempunyai fungsi khusus untuk transport oksigen.

2) Leukosit (sel darah putih)

Sel darah putih yang mengandung inti, normalnya 5.000 – 9.000

sel/mm³.

3) Trombosit (sel pembeku darah)

Keping darah berwujud cakram protoplasmanya kecil yang

dalam peredaran darah tidak berwarna, jumlahnya dapat

bevariasi antara 200.000 – 300.000/mm³ darah.

b. Struktur Sel

1) Membran sel (selaput sel)

Membran struktur elastic yang sangat tipis, tebalnya hanya 7,5-

10nm. Hampir seluruhnya terdiri dari keeping-keping halus

gabungan protein lemak yang merupakan lewatnya berbagai zat

yang keluar masuk sel. Membran ini bertugas untuk mengatur

hidup sel dan menerima segala untuk rangsangan yang datang.

2) Plasma

Bahan-bahan yang dapat dalam plasma: anorganik (garam

mineral, air, oksigen, karbohidrat, amoniak), bahan organis

(karbohidrat, lemak, protein, hormon, vitamin dan asam

nukleat).

(Syaiffudin, 1997: Hal. 4)

Page 3: Makalah ASKEP DHF (Dengue Haemorhagic Fever)

3

Gambar: komponen darah manusia

Sumber: http://atinbeatifulsmile.blogspot.com/2012/09/komposis-

darah-pada-manusia.html

Gambar: sel darah merah (trombosit)

Sumber: http://atinbeatifulsmile.blogspot.com/2012/09/komposis-

darah-pada manusia.html

Page 4: Makalah ASKEP DHF (Dengue Haemorhagic Fever)

4

a. Fungsi sel darah merah: membawa O2 dari paru-paru kejaringan

dan CO2 dari jaringan ke paru-paru. Diproduksi di sumsum merah

tulang spongiosa pada ujung-ujung tulang panjang dab tulang

pipih.umur sel darah merah : 120 hari.

b. Fungsi sel darah putih: untuk mengatasi infeksi dan kekebalan

tubuh. Ukuran lebih besar dari sel darah merah ± 10 mikro meter.

c. Fungsi Trombosit: berperan dalam pembekua darah. Proses

pembekuan darah sangat kompleks dan melibatkan berbagai factor.

Hasil akhir dari proses ini adalah pembekuan / bekuan fibrin (tidak

larut) dan fibrinogen tak larut dirangsang oleh pembekuan activator

protambin.

(Roger.Waston.2002.Hal 234-241)

3. Etiologi

Sebagai penyebab dari penyakit DHf adalah virus Dengue sejenis

arbovirus.

(Suridadi dan Yuliani, 2001)

Virus Dengue adalah anggota genus flavivirus dan anggota famili

flaviviridae. Virus berukuran kecil ( 50 mm), dengan berat molekul

4x106 ini memiliki single standard RNA (Ribonucleic Acid) yaitu

asam nukleat yang ditemukan dalam nucleus, sitoplasma dan ribosom.

Virus Dengue membentuk suatu kompleks yang nyata di dalam genus

flavivirus berdasarkan karakteristik antigenik dan biologinya.

Perkembangan dari telur sampai menjadi nyamuk memerlukan waktu

7-10 hari. Tiap 2 hari nyamuk betina menghisap darah manusia dan

bertelur. Umur nyamuk betina dapat mencapai 2-3 bulan sedangkan

nyamuk jantan 14 hari.

(Depkes RI, 2000)

Page 5: Makalah ASKEP DHF (Dengue Haemorhagic Fever)

5

4. Tanda dan Gejala

a. Kasus khas DHF ditandai dengan 4 manefestasi khas mayor=

demam tinggi, fenomena hemorragis, hepatomegali, kegagalan

sirkulasi, hasil lab menunjukkan trombosikopeni dan peningkatan

hematokrit.

(WHO, 1999)

b. Sesuai dengan namanya maka tanda dan gejalanya :

1) Demam : dengan panas badan 390 - 400 tejadi tiba-tiba.

2) Perdarahan : dengan terjadi di luar bintik- bintik merah ( ruam )

dkulit (Nampak dengan tourniquet test) tanda perdarahan

nampak pada pemantauan angka trombosit.

(Faisal Yatim, 2001)

c. Gejala kilnis lain adalah :

1) Saluran pernafasan : batuk,pilek,sakit saat menelan

2) Saliran pencernaan : mual, muntah, tidak nafsu makan

(anoreksia) diare dan konstipasi

3) System tubuh lain : nyeri atau sakit kepala,nyeri otot,tulang

sendi, nyeri otot abdomen, nyeri ulu hati, pegel-pegel,

kemerahan pada kulit & muka, pembekakan sekitar mata

(Christiantie Effendy.1995.Hal 3-5)

Page 6: Makalah ASKEP DHF (Dengue Haemorhagic Fever)

6

5. Patofisiologi

Virus Dengue

Viremia

Hipertermi Hepatamegal depresi sumsum tulang permeabilitas

Kapiler meningkat

- Anoreksia manifestasi perdarahan

- Muntah

Ketidakseimbangan nutrisi Kehilangan darah resiko perdarahan

-efusi pleura

Resiko kekurangan volume cairan Hipovolemia -asites

-hemokonsentrasi

Resiko syok

Hipovolemia

Syok perubahan

perfusi jaringan

kematian

Page 7: Makalah ASKEP DHF (Dengue Haemorhagic Fever)

7

Virus dengue masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk

terjadi viremia, yang ditandai dengan deman mendadak tanpa

penyebab yang jelas disertai gejala lain seperti sakit kepala, mual,

muntah, nyeri otot, pegal di seluruh tubuh, nafsu makan berkurang dan

sakit perut, bintik-bintik merah pada kulit. Selain itu kelainan dapat

terjadi pada sistem retikulo endotel atau seperti pembesaran kelenjar-

kelenjar getah bening, hati, dan limpa. Pelepasan zat anafilaktosin,

histimin dan serotin serta aktivitas dari sistem kalikrein menyebabkan

peningkatan permeabilitas dinding kapiler/vaskuler sehingga cairan

dari intravaskuler keluar ke ekstravaskuler atau terjadi pembesaran

plasma akibat terjadi pengurangan volume plasma yang terjadi

hipovolemia, penurunan tekanan darah, hemokonsentrasi,

hipoproteinemia, efusi dan renjatan. Selain itu, sistem retikulo endotel

bisa terganggu sehingga menyebabkan reaksi antigen antibodi yang

akhirnya bisa menyebabkan anaphylaxi.

(Noer Sjaefullah, 1996)

Akibat lain dari virus dengue dalam peredaran darah akan

menyebabkan depresi sumsum tulang sehingga akan terjadi

trombositopenia yang berlanjut akan menyebabkan perdarahan karena

gangguan trombosit dan kelainan koagulasi dan akhirnya sampai pada

perdarahan kelenjar adrenalin.

(Hadinegoro, 1999)

Plasma merembes sejak permulaan demam dan mencapai puncaknya

saat renjatan. Pada pasien dengan renjatan berat, volume plasma dapat

berkurang sampai 30% atau lebih. Bila renjatan hipovolemik yang

terjadi akibat kehilangan plasma yang tidak dengan segera diatasi

maka akan terjadi anoksia jaringan, asidosis metabolik dan kematian.

Terjadinya renjatan ini biasanya pada hari ke-3 dan ke-7.

(Hadinegoro, 1999)

Page 8: Makalah ASKEP DHF (Dengue Haemorhagic Fever)

8

6. Klasifikasi

Pembagian derajat DBD menurut WHO, 1999:

a. Derajat I: Demam dan uji tourniquet positif

b. Derajat II: Demam dan perdarahan spontan, pada umumnya dikulit

atau perdarahan lainnya.

c. Derajat III: Demam, perdarahan spontan, disertai atau tidak disertai

hepatomegali dan ditemukan gejala – gejala kegagalan sirkulasi

meliputi nadi yang cepat dan lemah, tekanan darah menurun (<20

mmHg) atau hipotensi disertai ekstremitas dingin dan anak gelisah.

d. Derajat IV: Demam , perdarahan spontan, disertai atau tidak

disertai hepatomegali dan ditemukan gejala renjatan hebat (nadi tak

teraba dan tekanan darah tak terukur).

7. Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Soegijanto (2002), pemeriksaan diagnostic pada pasien DHF

meliputi:

a. Laboratorium : darah lengkap      

1) Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat 20% atau lebih)

Normal : pria à 40-48 %

2) Trombositopeni (Jumlah trombosit kurang dari 100.000 mm³)

Normal : 150000-400000/ui

3) Perpanjangan masa perdarahan dan berkurangnya tingkat

protobin

4) Asidosis

5) Kimia darah : hiponatremia, hipokalemia, hipoproteinemia

b. Uji tourniquet positif

Menurut WHO dan Depkes RI (2000), uji tourniquet dilakukan

dengan cara memompakan manset sampai ketitik antara tekanan

sistolik dan diastolik selama lima menit. Hasil dipastikan positif

Page 9: Makalah ASKEP DHF (Dengue Haemorhagic Fever)

9

bila terdapat 10 atau lebih ptekie per 2,5 cm². Pada DHF biasanya

uji tourniquet memberikan hasil positif kuat dengan dijumpai 20

ptekie atau lebih. Uji tourniquet bias saja negatif atau hanya positif

ringan selama masa shok, dan menunjukkan hasil positif bila

dilakukan setelah masa pemulihan fase shok.

c. Radiologi foto thorak: 50% ditemukan efusi fleura dapat terjadi

karena adanya rembesen plasma.

d. Urine : albuminuria ringan

e. Sumsum tulang : awal hiposeluler kemudian menjadi hiperseluler

pada hari ke 5 dengan gangguan maturasi. Hari ke 10 biasanya

normal.

f. Pemeriksan serologi : dilakukan pengukuran titer antibody pasien

dengan cara haemaglutination inhibition tes (HI test)/ dengan uji

pengikatan komplemen (complemen fixation test/ CFT) diambil

darah vena 2-5 ml

g. USG : hematomegali-splenomegali

8. Penatalaksanaan

a. Tirah baring atau istirahat baring.

b. Diet makan lunak.

c. Minum banyak (2 – 2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, teh

manis, sirup dan beri penderita sedikit oralit, pemberian cairan

merupakan hal yang paling penting bagi penderita DHF.

d. Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl Faali)

merupakan cairan yang paling sering digunakan.

Page 10: Makalah ASKEP DHF (Dengue Haemorhagic Fever)

10

e. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan)

jika kondisi pasien memburuk, observasi ketat tiap jam.

f. Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari.

g. Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminopen.

h. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.

i. Pemberian antibiotik bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder.

j. Monitor tanda-tanda dan renjatan meliputi keadaan umum,

perubahan tanda-tanda vital, hasil pemeriksaan laboratorium yang

memburuk.

k. Bila timbul kejang dapat diberikan Diazepam.

9. Komplikasi

Menurut WHO, 1999, komplikasi dari DHF adalah:

a. Ensefalopati dengue dapat terjadi pada demam berdarah dengue

dengan shok maupun tanpa shok

b. Kejang  : Bentuk kejang halus terjadi selama fase demam pada

bayi. Kejang ini mungkin hanya kejang demam sederhana, karena

cairan serebrospinal ditemukan normal.

c. Edema paru dapat terjadi karena hidrasi yang berlebihan selama

proses penggantian cairan.

d. Pneumonia mungkin terjadi karena adanya komplikasi iatrogenik

serta tirah baring yang lama.

e. Sepsis Gram negative dapat terjadi karenapenggunaan jalur

intravena terkontaminasi.

f. Dengue Syok Sindrom (DSS)

Page 11: Makalah ASKEP DHF (Dengue Haemorhagic Fever)

11

10. Pencegahan

Menurut Depkes RI, 2000, pencegahan DHF antara lain sebagai

berikut :

a. Pengelolaan Lingkungan

Penegelolaan lingkungan meliputi berbagai perubahan yang

menyangkut upaya pencegahan atau mengurangi perkembengan

vector dengan cara :

1) Mengeringkan instalasi penampungan air karena genangan air /

kebocoran di ruang berdinding batu, pipa penyaluran, kotak

keran, dll akan menampung air dan menjadi tempat perindukan

larva Aedes Aegypti bila tidak dirawat.

2) Menutup tempat penampungan air di lingkungan rumah tangga

antara lain : jamban/vas bunga, perangkap semut, tempat

minum burung, bak mandi, genthong, bak wc.

3) Menguras tempat/bak penampungan air minimal seminggu

sekali.

4) Sampah padat seperti kaleng, botol, ember, dan sejenisnya

yang tersebar disekitar rumah harus dikubur di dalam tanah.

Ban mobil bekas juga harus selalu ditutup untuk mencegah

tertampungnya air hujan. Lubang pada pagar yang terbuat dari

bambu berlubang harus dipotong pada ruasnya dan pagar beton

harus dipenuhi pasir untuk mengurangi perindukan aedes

Aegypti.

b. Perlindungan diri

1) Pakaian pelindung / baju yang dicelupkan kedalam cairan

permetrhirn efektif melindungi gigitan nyamuk.

2) Obat nyamuk semprot atau baker

3) Obat oles anti nyamuk (repellent).

4) Tirai atau kelambu nyamuk.

Page 12: Makalah ASKEP DHF (Dengue Haemorhagic Fever)

12

B. KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Aktivitas/istirahat: Malaise.

b. Sirkulasi: Tekanan darah di bawah normal, denyut perifer

melemah, takikardi, susah teraba, kulit hangat, kering, pucat,

kemerahan/ bintik merah, perdarahan bawah kulit

c. Eliminasi: Diare atau konstipasi

d. Makanan/ cairan: Anoreksia, mual, muntah, penurunan berat

badan, punurunan haluaran urine, oligouria, anuria.

e. Neurosensori: Sakit kepala, pusing, pingsan, ketakutan, kacau

mental, disorientasi, delirium.

f. Nyeri/ Ketidaknyamanan: Kejang abdominal, lokalisasi area sakit

g. Pernapasan: Takipneu dengan penurunan kedalaman pernapasan,

suhu meningkat, menggigil

h. Penyuluhan/ pembelajaran: Masalah kesehatan, penggunaan obat-

obatan atau tindakan

2. Diagnosa Keperawatan

Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit/ viremia.

a. Hipertermi berhubungan dengan penyakit

b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan

c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan suhu

tubuh

d. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penyakit

e. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan hipovolemia