76
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009

Majalah Mimbar Untan edisi V

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Majalah edisi V Lembaga Pers Mahasiswa Untan

Citation preview

Page 1: Majalah Mimbar Untan edisi V

Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009

Page 2: Majalah Mimbar Untan edisi V

Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009

Page 3: Majalah Mimbar Untan edisi V

Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009

KEREDAKSIAN ini telah seperti lautan. Perjalanan yang kami tempuh

panjang dan berliku. Semangat juangnya-pun pasang-surut. Sering terjadi

benturan gelombang yang menghempas idealisme kami. Namun sangat

dalam artinya bagi pendewasaan kami.

Alhamdulillah ”laut” ini akhirnya bermuara pada terbitnya majalah

Mimbar Untan edisi 5 ini. Perjalanan kami takkan mudah tanpa pertolongan

Allah SWT, dukungan orang-orang yang terlibat didalamnya juga semangat

yang masih membara pada diri rekan-rekan.

Telah meresap dalam pada hati kami pentingnya bekerjasama walau

itu bukan tanggung jawabnya. Karena ketika kecewa datang, kita dapat

berbagi derita dan semangat. Saat dilanda kebingungan, kita dapat saling

bertukar pikiran.Walau krisis percaya diri menyerang, kita dapat saling

menutupi.

Karenanya kata maaf yang tak seberapa ini, mohon diterima dengan

lapang dada. Semoga majalah Mimbar Untan masih mendapat tempat

spesial di hati sobat muda sobat mahasiswa.

Pada edisi kali ini, liputan utama kami mengendus kondisi dunia

pariwisata Kalbar, terkait visit indonesia years yang gencar didentumkan

pemerintah. Jelas teringat, tatkala hujan tak menyurutkan semangat kami

mengeroyok satu nara sumber dengan pertanyaan bertubi tentang Tugu

Khatulistiwa sebagai Ikon Kalbar.

Lain hal dengan Lapsus, walau sendirian mengurusi rubrik ini. Informasi

tentang TKI dikupas habis olehnya. Kewalahan pemerintah mengatasi TKI

turut kami paparkan. Kami juga coba membandingkan agen TKI resmi dan

Illegal.

Lain rubrik, lain pula ceritanya. Di kampus, kajian tantang UU BHP baik

dari segi pertimbangan pejabat perguruan tinggi maupun mahasiswa yang

sampai detik ini tetap lantang berteriak ”Tolak BHP!” pada hari pendidikan

2 Mei lalu.

Adapula cerita tentang rencana pembangunan PLTU gambut yang

sampai saat ini belum selesai perdebatannya ditengah pengurusan izin

AMDAL. Mari kita rasakan bersama duka pengungsi yang akhirnya sukses

menganyam di Pontianak lewat tulisan kami.

Di edisi kali ini kami spesialkan untuk para wanita yang memperingati

hari Kartini. Disini terdapat beragam ulasan tentang dunia wanita. Dari

wanita karir hingga ibu-ibu rumah tangga yang berjasa besar bagi negara

tanpa diperhatikan hak-haknya.

Sampai disini dulu cuap-cuap kami. Ruang terbatas euy! Pasti pembaca

tak sabar lagi menikmati setiap halaman majalah ini. Sampai jumpa lagi di

edisi selanjutnya. Salam Pers Mahasiswa! []

MajalahMimbar UntanDiterbitkan Oleh

Lembaga Pers MahasiswaUniversitas Tanjungpura

Pontianak

PelindungRektor Universitas Tanjungpura

PembinaPembantu Rektor III

PengarahKabag. Kemahasiswaan

Ketua UmumRahmanita

Sekretaris UmumEka Setiawati

Bendahara UmumEllia Marliany

Divisi PSDMSri Pujiyani (Ketua), Vita DJ, Erma

PS, Novi RM (Staf)Divisi Litbang

Syf Ratih KD (Ketua), Siti Aminah(Staf)

Divisi PenerbitanAgustinah (Ketua), Tri Mulyaningsih

(Staf)Divisi Penyiaran

Wanty Eka Jayanti (Ketua), OdiloTarigasa (staf)

Divisi PerusahaanNining Agustini (Ketua)

Pemimpin RedaksiSri Pujiyani

Sekretaris RedaksiRahmanita

EditorDedy Armayadi, Nina Soraya,

Heriyanto, Deman Huri G.Artistik

Ujang, IswandiiReporter

Rahmanita, Eka Setiawati,Agustinah, Sri Pujiyani, Syf Ratih

Komala DewiFotografer

Eka, Is, Tina

Alamat RedaksiJl Daya Nasional Gedung MKDU

Untan, Hp : 085245008044 e-mail: [email protected][email protected]

PercetakanArtha Grafistama, Jl. Pahlawan No.

20 Telp.(0561) 765000-766000(Isi diluar tanggung jawab penerbit).

MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | r e d a k s i

3

Page 4: Majalah Mimbar Untan edisi V

Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009

Mimbar SorotanMimbar SorotanMimbar SorotanMimbar SorotanMimbar Sorotan

......................... 22......................... 22......................... 22......................... 22......................... 22Rencana Pemerintah dalam membangun sumber energi

tenaga uap dari gambut sebaiknya dikaji ulang, jangan

sampai kita salah melangkah dan menyebabkan banyak-

nya kerugian yang muncul setelah itu. Tentunya kita

tidak ingin tujuan ini akan menjadi bomerang bagi kita

kelak.

Mimbar Humaniora .................. 50Mimbar Humaniora .................. 50Mimbar Humaniora .................. 50Mimbar Humaniora .................. 50Mimbar Humaniora .................. 50Perempauan dan laki-laki yang single parrent sama.

Namun posisi perempuan ada pengkotak-kotakan dan

stigma sosial yang membebaninya. Misalnya masalah

pekerjaan, perempuan sering mendapat diskriminasi

upah dan rentan dilecehkan.

Mimbar Kampus ..................... 44Mimbar Kampus ..................... 44Mimbar Kampus ..................... 44Mimbar Kampus ..................... 44Mimbar Kampus ..................... 44

Duduk Satu Meja BedahiDuduk Satu Meja BedahiDuduk Satu Meja BedahiDuduk Satu Meja BedahiDuduk Satu Meja BedahiPPPPPariwisata ........................... 10ariwisata ........................... 10ariwisata ........................... 10ariwisata ........................... 10ariwisata ........................... 10

Mimbar Pembaca .............................. 6Mimbar Opini ................................. 7Mimbar Utama ................................. 10Mimbar Sorotan ............................... 22Mimbar Lingkungan .........................26Mimbar Khusus ................................ 32Mimbar Selingan .............................. 36Mimbar Realita ................................ 40Mimbar Refleksi.................................44Mimbar Tokoh .................................. 45Mimbar Kampus ................................48Mimbar Humaniora ..........................54Mimbar Resensi ................................ 57Mimbar Sastra ....................................60Mimbar Budaya ..................................62Mimbar Cerpen ................................ .68

Mimbar Inspirasi.................................72

Mimbar KIRI......................................73

PPPPPemerintah Kemerintah Kemerintah Kemerintah Kemerintah Kewewewewewalahan atasialahan atasialahan atasialahan atasialahan atasimasalah masalah masalah masalah masalah TKITKITKITKITKI ............................ 32 ............................ 32 ............................ 32 ............................ 32 ............................ 32

4

Penyelundupan Tenaga

Kerja Indonesia (TKI)

lewat agen tidak resmi

(calo) makin marak.

Panjangnya mata rantai

importasi ini mem-

buat pemerintah

kewalahan mengatasi

TKI illegal. Hal ini

disebabkan calo’

enggan bekerja sama

dengan pemerintah.

Desain CoDesain CoDesain CoDesain CoDesain Covvvvver :er :er :er :er :

Si Is

Foto :Foto :Foto :Foto :Foto :

Si Is

TTTTTema Coema Coema Coema Coema Covvvvver :er :er :er :er :

Tugu Khatulistiwa, Ikon

Pariwisata yang

Terabaikan

Bila pemerintah pusat memiliki Visit Indonesia 2008,

maka pemda Kalbar tak ingin ketinggalan dengan meng-

gaungkan Kalbar Tourism 2010. Seluruh pemerintah

kabupaten dan kota diminta tak sekedar diam tapi me-

nunjukkan aksi demi menyongsong kesuksesan program

tersebut. Seperti halnya yang telah dimulai oleh seluruh

insan pariwisata dan pemerintah di Kota Pontianak.

Banyak pembenahan yang perlu dilakukan demi

menyongsong gaung tersebut.

Pengesahan Undang-

undang Badan Hukum

Pendidikan(BHP), me-

rupakan hasil negosiasi

lembaga internasional

IMF dan Bank Dunia de-

ngan pemerintah Indo-

nesia.Ini merupakan in-

tervensi lembaga asing

terhadap sistem pendi-

dikan Indonesia

MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | i s i

Page 5: Majalah Mimbar Untan edisi V

Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009

Orientasi Murni TakHalalkan Segala Cara

5

MNicolo Machiavelli “Het doel heiling de middelen”,

segala cara sah hukumnya untuk dilakukan asalkan

tujuan bisa diraih. Uang atau modal besar diperlakukan

jadi alat mencip-takan cara, as a tool of social engi-

neering, meramu dan mereka-yasa masyarakat,

tatanan, ke-kuasaan atau melahirkan strategi yang tepat

untuk mewujudkan ambisi, tanpa perlu memperhi-

tungkan bahwa strategi yang di-gunakan akan

memakan korban. Curang adalah

jalan yang nista. Satu kecurangan,

niscaya melahirkan kecurangan

yang lain. Orang yang sibuk

mengejar mimpi dengan ke-

curangan, tidak akan pernah

puas bahkan bersyukur. Karena me-

reka tahu sesukses-suksesnya mereka

menggapai mimpi dengan kecura-

ngan, posisi mereka tetap tidak akan

bertahan lama.

Kaum pemilik modal be-

sar kini telah berkiblat pada

Machiavelisme, untuk men-

dapatkan modal besar cara

permisif seperti impor sam-

pah golongan B3-pun di upa-

yakan.

Kaum ini menghilangkan

keberdayaan hukum, apa dan siapa

yang menghalanginya akan segera

di-binasakan dan dijadikan bidak-

bidak kepentingan untuk memper-

oleh tahta dan harta bergengsi. Bah-

kan mental birokrat dapat di ubahnya menjadi klep-

tokrat dengan mudah.

Jangan tanya kemana perginya keadilan. Jika masih

punya idealisme pintar-pintarlah memetakan manusia

dalam dunia birokrat itu, mungkin masih ada yang putih

diantara bayak oknum hitam dan abu-abu.

Atas pernyataan diatas kita jangan takut, kejahatan

Homo Homini Lupus tersebut dapat kita berantas ber-

sama, asal masih berkomitmen untuk merekons-truksi

peradabannya dengan basis ketuhanan.

Intelektualitas wajib membuktikan kesejatian cinta

dengan watak adiluhung berkomitmen kemanusiaan.

Bersatu kita teguh. Jangan mau kalah atas perlakuaan

bak di hutan rimba, karena manusia adalah makhluk

sempurna dengan pikiran dan nurani. Bukan budak naf-

su layaknya binatang.[]

ewujudkan sebuah mimpi bukan hal yang

mudah. Perlu kerja keras dan dorongan dari

orang lain. Ada mimpi yang hanya tinggal

mimpi tanpa ingin di kejar. Tak jarang gagal meraih

mimpi membuat frustasi. Tapi banyak mimpi yang bisa

dicapai sambil menyunggingkan senyum kepuasan

dengan bangga.

Menggapai mimpi merupakan tindakan yang benar.

Lalu apakah mimpi yang di targetkan telah di

upayakan dengan cara yang be-nar?. Ujian Na-

sional (UN) telah lewat. Peserta ujian tentu punya

mimpi lulus dari sekolahnya kini dan diterima di

sekolah yang lebih tinggi.

Harusnya mimpi itu di ubah menjadi orientasi

yang lebih murni. Semurni-murninya tujuan

mengikuti UN adalah semata-mata untuk mening-

katkan kecerdasan. Lewat ujian kita dapat me-

ngetahui kemampuan kita dan tahu

dimana harus memperbaiki diri.

Bukan mengejar nilai. Jika

ingin nilai saja, tak jarang di

peroleh dengan kecurangan.

Mengenai kecurangan saat

UN. Harian lokal di pontianak

juga telah ajarkan caranya. Di

rubrik Tecno, halaman 14,

kolom satu, edisi minggu, 26

april 2009 berjudul ”Nyontek

Mudah ala GSM Pen”.

Artikel ini jelas orientasinya

keuntungan bagi pembuat pro-

duk dan media yang memampangnya.

Bukan orientasi murni yang tak lepas dari pengaruh

buruk. Keduanya telah memperbesar kesempatan

generasi muda berbuat curang.

Entah akan jadi apa negara setelah generasi muda

yang banyak kesempatan melakukan perbuatan curang

ini memimpin bangsa. Tambah miskin. Tambah sulit.

Tambah bobrok. Mungkin akan jadi senjata makan tuan.

Hanya Tuhan yang tahu.

Kasus lainnya datang dari caleg gagal asal Sungai

Raya. Ia tega membongkar atap Yayasan Pemadam

Kebakaran Bakti Raya yang telah di sumbangkannya.

Untuk mencari simpati rakyat, ia menghalalkan segala

cara. Walau-pun tidak ikhlas ia tetap memberikan atap

pada yayasan. Jelas orientasinya bukan untuk berbagi.

Tapi mengharapkan pamrih sebesar-besarnya.

Hal ini nyatanya merupakan aplikasi dari teori

MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | e d i t o r i a l

Page 6: Majalah Mimbar Untan edisi V

Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/20096

TERIMA kasih kepada Mimbar Untan yang telah sudi

memuat surat ini.

Saya adalah mahasiswa FKIP non reguler angkatan

2005, biasanya mahasiswa non reguler KKM di kampus

saja, akhir semester 7 kami KKM dengan jadwal yang

sudah ditentukan dengan agenda membuat lapangan

Tree in one, dimana lapangan tersebut terdapat 3 fungsi,

yaitu lapangan futsal, lapangan volly dan lapangan bulu

tangkis. Namun entah mengapa jadwal yang sudah

ditentukan ternyata tidak sesuai.

Kami yang sudah diberi jadwal selama 1 bulan

berlalu sudah. Hanya tinggal mahasiswa yang bekerja

dan memilih jadwal agak lama. Namun sampai saat ini,

yang saya lihat tidak ada perubahan sama sekali. Apa

yang terjadi, seolah lapangan tersebut dicuekan begitu

saja, saya juga tidak tahu siapa yang bertanggung jawab

akan hal ini. Apakah uang yang tersisa tidak cukup, atau

tidak ada pengawas yang benar-benar memperhatikan

hal ini.

Berkenaan dengan ini saya mohon ada perubahan

yang signifikan, dimana uang yang tersisa juga puluhan

juta? Dan tolong dong lebih diperhatikan pengawasan

terhadap mahasiswa lain yang mengambil jadwal lebih

lama dari kami. Yang saya lihat mereka tidak bekerja

sama sekali.

[email protected]

KKM FKIP Ngadat…!

TERIMA kasih kepada Miun yang telah memberikan

ruang kepada saya.

Saya adalah seorang yang sangat mencintai anggrek.

Apalagi di Kalimantan ini banyak spesies langka dari

anggrek. Saya semula sangat senang dengan adanya

taman anggrek Untan. Dan sering pula diadakan

pameran anggrek yang melengkapi koleksi saya.

Namun sekarang ini, bursa anggrek tersebut tidak

lagi tampak indah. Hanya bangunan-bangunan yang

tidak terawat dan diabaikan

Kiranya pihak untan dapat memperhatikan masalah

ini. Sangat sayang jika tempat yang sudah dibangun

dengan biaya mahal tidak dimanfaatkan

Mahasiswa Untan 05

Bursa Anggrek yangTak Terawat

TERIMA kasih saya ucapkan kepada LPMU yang telah

memuat surat ini. Pertama-tama saya ucapkan selamat

ulang tahun ke–50 kepada universitas Tanjungpura.

Semoga semakin dapat meningkatkan mutu dan

pelayanan kepada mahasiswa.

Saya mahasiswa Pertanian yang ingin memberitahu-

kan atas kurang terpeliharanya fasilitas perkuliahan di

Fakultas Pertanian. Khususnya saya prihatin dengan

Laboratorium komputernya. Dari yang saya lihat

Labkom tidak begitu terawat, atapnya sudah bocor, dan

jumlah komputernya juga terbatas.

Besar harapan saya pihak universitas dapat lebih

memperhatikannya. Agar labkom dapat berfungsi

sebagai media informasi bagi mahasiswa. Lebih kurang-

nya saya ucapkan terimakasih.

Mahasiswa Pertanian ‘06

Fasilitas TakTerpelihara

ASSALAMUALIAKUM,

Terima kasih kepada redaksi yang bersedia memuat

keluhan saya.

Dengan kemajuan teknologi sekarang ini, kita ditun-

tut untuk selalu tahu akan perkembangan yang ada

dengan mudah dan cepat. Di Untan misaknya, gem-

bargembor akademik online dimunculkan untuk me-

mudahkan mahasiswa. Mulai dari nilai, beasiswa, daftar

pengambilan matakuliah, sampai internet gratis di se-

kitar UPT Puskom.

Namun saya agak kecewa dengan layanan akademik

yang tidak bisa di akses dari rumah. Saya harus tiap

saat ke UPT Puskom atau layanan internet di kampus

untuk memantau perkembangan nilai saya. Apalagi

untuk memasukan mata kuliah tidak bisa dilakukan

dalam sekali, karena dosen mata kuliah tidak serentak

memberikan nilai kepada mahasiswanya.

Saya hanya mengharapkan layanan akademik ini

dapat diakses dimana saja dan kapan saja. Apalagi saya

berasal dari luar kota Pontianak.

[email protected]

Layanan AkademikTak Bisa Diakses dariJauh

MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | p e m b a c a

Tugu Khatulistiwa yang merupakan asetwisata Kota Pontianak kurang terawat.Itu Pariwisata yang dekat pusat kota, kalau yangjauh ... berlumpur.

Banyak yang demo RUU BHP, namun UUtetap ditetapkan.Daripada tidak sama sekali.

Rencana Pemerintah dalam membangunsumber energi tenaga uap dari gambut perludikaji ulang.Sampai bencana datang dan menghukum kita,barulah kita sadar bahwa uang tidak bisa dimakan.

Tabik

Celoteh Bang MiunCeloteh Bang MiunCeloteh Bang MiunCeloteh Bang MiunCeloteh Bang Miun

Page 7: Majalah Mimbar Untan edisi V

Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009 7

Antara TeriakanPara Demosntran dan TimKampanye Parpol Indonesia merupakan negara yang memiliki

keanekaragaman dari berbagai multi-kultur

kehidupan masyarakat yang berbeda-beda

pola dalam menerima proses untuk

berperilaku terhadap persoalan yang ada

sekarang ini.

Sudah barang tentu menjadi sebuah

pertanyaan bagi kita semua, mengenai ke-

anehan yang ada di Indonesia akhir-akhir ini,

baik pada tingkat elit bawah sampai pada

tingkat elit atas dengan adanya perbedaan

dalam pemikiran terhadap suasana atau

bersifat berubah. Kenapa hal ini menjadi

penasaran, misalnya kita melihat perilaku

terhadap para sang demonstrasi dengan para

tim kampanye partai.

Apa yang menyebabkan adanya per-

bedaan antara dua gerakan ini. Di mana untuk

gerakan sang demonstran yang dilakukan

oleh para mahasiswa, kaum buruh, kaum petani dan

pada masyarakat miskin untuk melakukan sebuah

keinginan akan perubahan pada :

1 . Sistem ketatanan pemerintahan atau de-

mokrasi,

2. Dengan melakukan perubahan pada hal-hal

yang kurang berkenan di hati,

3. Menyangkut masalah korupsi, kolusi dan

nepotisme terhadap instansi pemerintah maupun

instansi swasta,

4. Menuntut atas hak-hak kebijakan kehidupan

yang berhubungan dengan kenaikan gaji (Honor),

5. Perampasan hak-hak mereka yang tidak sesuai

dengan perjanjiannya terhadap apa yang pernah

mereka ucapkan.

Masih banyak yang belum dituntaskan secara teratur

terhadap tuntutan dan apa yang menjadi keinginan

mereka yang belum terealisasikan dengan benar atau

selesainya hanya ditengah jalan saja. Lebih anehnya lagi

ketika mereka melakukan aksi demonstrasi selalu tidak

mendapat bantuan atau ditopang dengan adanya dana

yang besar dan dana yang mereka peroleh dari kantong

pribadinya masing-masing untuk biaya proses aksinya

ataupun mereka rela menahan lapar dan haus demi

menunjukkan jati dirinya bahwa mereka benar-benar

teranianya atau dibohongi. Sehingga menjadi fenomena

pada masyarakat kita untuk melakukan tindakan-

tindakan yang menuju ke arah positif dan

membela hak rakyat atau mereka yang

merasa tertindas, tetapi hal ini justru malah

menjadi tempat pencarian beberapa

kesalahan mereka untuk melakukan tindakan

yang selalu dianggap benar, namun menjadi

krusial dengan merusak citra pribadi pada

posisi mereka walaupun hal itu selalu benar.

Dilihat dari realita kenyataan

demonstransi dilapangan menunjukkan

bahwa dengan jumlah yang sedikit atau dapat

dihitung dengan jari ini, mereka dapat

mengejutkan dan mematahkan semangat

pertahanan pihak keamanan yang cukup

besar dan mengundang perhatian dikalangan

masyarakat Indonesia serta bisa

mengganggu fasilitas kepentingan umum.

Dengan jumlah yang cukup relatif pada

saat melakukan demonstrasi tidak menjadi

ketakutan bagi mereka dan ini menjadikan mereka

bertambah berani, kuat dan dengan rasa penuh percaya

diri untuk melakukan sebagian dari orang-orang yang

benar dalam menyatakan pendapat terhadap pihak yang

merasa bersalah atau tidak memiliki rasa tanggung-

jawab terhadap apa yang meraka lakukan kepada sang

pencari kebenaran.

Tidak ubahnya sang demonstrasi ini, selalu untuk

berteriak dan memanggilkan kepada sebuah proses

untuk melakukan pertanyaan yang besar maupun kecil

terhadap pihak-pihak yang merasa dirinya melakukan

kejanggalan dalam memberikan solusi dan adanya

kelalaian pada janji mereka terhadap yang telah

diberikan pembicaraan dalam bentuk tertulis ataupun

secara lisan.

Sedangkan para sang tim kampanye partai politik

melakukam demonstrasinya hampir mendekati pola

para sang demonstran untuk melakukan gerakan-

gerakan dalam memberikan keseriusan terhadap rakyat

yang penuh dengan rasa percaya diri, rasa kecintaan

terhadap partai dan menanggapi tingkat antusias dari

orasinya para elit politik yang hanya mementingkan

kepribadian sementara untuk mencapai kekuasaan.

Dengan pola yang sangat indah semua elemen

masyarakat merasa terhanyut dengan visi - misi para

sang tim kampanye terhadap masyarakat saat ini, baik

berupa :

Penulis:Rudilamsyah

Alumni:Fekon Untan, 2001

Aktivitas:Sekretaris

Eksekutif NuansaAlam

Mantan Ketua DKCKota Pontianak

Gerakan Pramuka Mantan Anggota

IMM

MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | o p i n i

Page 8: Majalah Mimbar Untan edisi V

Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/20098

1 . Turunnya harga barang sesuai dengan keten-

tuan,

2. Terbukti dengan turunnya harga BBM,

3. Memberikan keringanan terhadap rakyat miskin

berupa BLT,

4. Memberikan pelayanan kesehatan dan pendidi-

kan secara gratis, dan

5. Mengurangi penggangguarn dari pekerjaan.

Dan masih banyak lagi janji-janji para sang tim

kampanye PARPOL yang akan disampaikan pada saat

memberikan orasinya kepada rakyat Indonesia. Isi dari

setiap orasi kampanye itu selalu mengenai tingkat

keberhasilan dalam mengelola dan membangun

pemerintah terhadap kebijakan-kebijakan yang mereka

lakukan pada masa pemerintahan, baik itu di tingkat

pusat sampai di tingkat jajaran yang kecil.

Anehnya lagi, sang tim kampanye pandai mem-

berikan dan membujuk rakyat untuk ikut serta dan andil

dalam proses kampanye nanti. Tim kampanye berusaha

untuk mengajak dan memberikan keyakinan kepada

mereka agar turun pada saat kampanye, sehingga

masyarakat terhanyut dengan pemberian pada bentuk

baju, pembagian sembako murah dan diisukan dengan

kedatangan artis ibukota yang terkenal. Namun hal ini,

akan menjadi dilema bagi bangsa Indonesia karena

setiap tim kampanye telah membawa dampak yang

negatif pada saat diikut sertakannya anak-anak yang

masih dibawah umur atau balita dan para sang tim

penghibur partai politik melakukan gerakan erotis

terhadap anak-anak dan hebohnya lagi para sang massa

pengikut kampanye diberikan kebebasan dalam mela-

kukan hal yang tidak layak dimata masyarakat Indone-

sia secara umum.

Para tim kampanye boleh saja melakukan rasa

kebanggaan atau merasa hebat atas ramainya atau

banyaknya para pendukung dan simpatisan partai yang

datang saat kampanye. Tetapi yang menjadi perta-

nyaan, apakah hal ini yang positif bagi pendidikan partai

politik terhadap janji-janji mereka atau sampai sejauh

mana para massa pendukung partai politik mendengar

janji-janji atau hanya datang untuk melihat tontonan

para sang penghibur partai saja...?

Kalau kita tinjau secara signifikan, bahwa perbedaan

antara sang para demonstrasi dengan sang tim kam-

panye parpol adalah dengan jumlah masa sang demon-

transi dapat dihitung dengan jari dibanding sang tim

kampanye parpol dan tim kampanye parpol menggu-

nakan dana yang sangat besar dibandingkan dengan

sang para demonstran, sementara untuk tingkat

kriminalitas pada sang tim kampanye parpol cukup

tinggi dibanding dengan sang para demonstrasi.

Sehingga dengan adanya keadaan yang menunjukkan

bahwa pada setiap melakukan proses perubahan yang

ada di Indonesia sekarang, tentunya akan membawa

dampak yang tidak baik ke arah yang positif, baik saat

ini maupun dimasa yang akan datang.

Marilah kita bersama-sama untuk membangun dan

mewujudkan Bangsa Indonesia ke arah yang terdepan

dan menjadi contoh tauladan dinegara lainnya. Saatnya

anda untuk memikirkan mana yang lebih baik pada

gerakan sang para demonstrasi atau gerakan sang para

tim kampanye parpol, tentunya kembali pada diri anda

lagi untuk memikirkan negara kita ini yang tercinta... []

Dedy Armayadi

M. Zuni Irawan

Azwar

Aini Sulastri

Kadiv Penerbitan

2003-2004

Kadiv Perusahaan

2002-2003

Staf Divisi PSDM

2005-2006

Bendahara Umum

2005-2006

TertandaLembaga Pers MahasiswaUniversitas Tanjungpura

Selamat Berkecimpung diDunia yang bukanMahasiswa Lagi

MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | o p i n i

Page 9: Majalah Mimbar Untan edisi V

Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009

Satu MejaDuduk

9

DudukSatu Meja

BedahiPariwisataBedahiPariwisata

Page 10: Majalah Mimbar Untan edisi V

Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/200910

MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | U t a m a

alam coffee morning

yang digagas Perhimpu-

nan Hotel dan Restoran

Indonesia (PHRI), Sabtu

(28/3), di Grand Mahkota Pontia-

nak, seluruh insan pariwisata seperti

PHRI, MPI, HPI, Asita, Kocak,

bersama pemerintah duduk ber-

sama membedah pemanfaatan po-

tensi dalam kota untuk dijual ke

luar.

Wakil Walikota Pontianak, Par-

yadi, menyatakan keseriusan peme-

rintah untuk menyukseskan Kalbar

Tourism 2010 dengan memulai

pada Visit Pontianak 2010. Dengan

memanfaatkan moment hari jadi

Kota Pontianak untuk menyeleng-

garakan Festival sebulanan guna

menarik wisatawan masuk kemari.

“Festival sebulanan tadi akan

diisi dengan banyak acara. Dan

diharapkan seluruh hotel, restoran,

dan pusat perbelanjaan guna sema-

kin menarik minat wisatawan de-

ngan memberikan potongan harga.

Kita harapkan dengan begini Pon-

tianak tidak sekedar dikenal dengan

kulminasi tapi juga ada Bulan Okto-

ber yang bisa mengundang mereka,”

sampainya.

Dia berpendapat, Pontianak ada-

lah pintu gerbang masuk ke seluruh

potensi wisata di Kalbar. Maka, pintu

gerbang pun harus ditata. Meski

mengakui pemkot menyediakan

anggaran cukup minim namun dia

mengharapkan semua elemen, baik

stakeholder maupun masyarakat

berkomitmen memajukan pariwi-

sata.

Promosi obyek wisata juga meru-

pakan aspek terpenting dalam me-

ningkatkan kepariwisataan di Pon-

tianak. Menurut Alex, perwakilan

Himpunan Pramuwisata Indonesia

(HPI) Kalbar perlu adanya promosi

yang bisa menarik wisatawan asing

dan domestik untuk berkunjung ke

Pontianak, bukan promosi yang

asal-asalan.

“Saya berharap, untuk promosi

kedepannya lebih ditonjolkan ke-

khasan daerahnya. Termasuk selu-

ruh hotel,restoran, dan cafe mema-

sang gambar tentang objek wisata di

Kalbar. Lalu dalam event yang me-

reka gelar tetap memberikan ruang

pada kesenian daerah seperti ta-

rian,” jabarnya lagi.

Dukungan ini ditunjukkan Gen-

eral Manager Grand Mahkota, Agus

Widiasmoro yang mengatakan hotel

bintang empat di Kalbar ini sangat

menyetujui konsep tersebut. Dengan

Duduk Satu MejaBedahi PariwisaGelar Festival Sebulanan Sambut Kalbar Tourism 2010

Oleh Eka Setiawati

Bila pemerintah pusat memiliki VisitIndonesia 2008, maka pemda Kalbar tak

ingin ketinggalan denganmenggaungkan Kalbar Tourism 2010.

Seluruh pemerintah kabupaten dankota diminta tak sekedar diam tapi

menunjukkan aksi demi menyongsongkesuksesan program tersebut. Seperti

halnya yang telah dimulai oleh seluruhinsan pariwisata dan pemerintah di

kota Pontianak.

D

WISATAWAN domestik ini tengah menunggu rekannya untuk pulang. Jumlah Pengunjung yang datang ke Kalbar bertambah setiaptahunnya. Salah satu tujuan kunjungan yaitu Tugu Khatulistiwa (Equator monument) yang terletak di Siantan, P

Page 11: Majalah Mimbar Untan edisi V

Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009 11

MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | U t a m a

tu Mejaariwisata

Gelar Festival Sebulanan Sambut Kalbar Tourism 2010

mengandalkan tamu di hotelnya

yang hampir 80 persen adalah dari

luar.

“Tidak masalah bila nanti kami

juga diminta memberikan harga

khusus kepada mereka. Ini sebagai

bentuk dukungan memajukan pari-

wisata juga yang pastinya memiliki

multiflier effect yang tinggi,” katanya

kepada Miun.

Harapan senada disampaikan

oleh Ketua PHRI Kota Pontianak,

Yuliardi Qamal, yang mengatakan

dengan pertemuan tersebut dan

dibentuknya Forum Komunikasi

Pariwisata Kota Pontianak, kedepan-

nya kota ini memiliki kalender wi-

sata. Dengan demikian tidak hanya

mengandalkan gawe titik kulminasi

untuk dijual kepada tamu.

“Karena kita pikirkan manfaat-

nya banyak bila pariwisata maju.

Industri perhotelan berkembang

pesat karena tingkat hunian yang

meningkat dan restoran serta ru-

mah makan dibanjiri konsumen.

Dan biasanya wisatawan itu selalu

pulang dengan membawa oleh-oleh.

Pastinya industri kerajinan dan

pembuatan makanan untuk oleh-

oleh ini juga kecipratan manfaat

tadi,” urainya.

Sementara saat ditemui Ketua

Asosiasi Travel Agent (Asita) Kal-

bar, Hefni AS menuturkan mereka

ada untuk berdagang pada konsu-

men atau pada wisatawan tersebut.

Mereka mengeluhkan selama ini

untuk Kota Pontianak hampir tidak

banyak pilihan untuk tujuan wisata

lagi. Pilihan hanya tugu khatulistiwa,

keraton, museum, atau pun wisata

sampan.

“Kadang kita malu juga bila tem-

pat-tempat tadi tidak tertata bagus.

Maka kita harapkan dengan forum

bersama ini , mari kita benahi,” ung-

kapnya.

Menurut Ketua Masyarakat Pari-

wisata (MPI) Kalbar, Martias, me-

ngatakan perlu ada keseriusan dari

pemegang kebijakan dalam mening-

katkan sektor wisata, bukan sekedar

wacana saja. Memang sudah ada

tindakan yang nyata dari peme-

rintah, namun dirasakan belum

maksimal.”Masyarakat juga berpe-

ran besar, adanya sadar wisata dari

masyarakat setempat. Keramahan

dari masyarakat yang bisa membuat

kenyamanan dari wisatawan meru-

pakan aspek yang terpenting,” te-

gasnya. []

Negara Jumlah Pengunjung

Malaysia 2311 Brunei 223 Fhilipina 38 Singapura 111 Jepang 104 Taiwan 46 India 14 Hongkong 103 Kanada 73 Korea Selatan 113 Australia 94 Amerika 163 Inggris 49 Belanda 67 Rusia 8 Jerman 71 Swedia 22 Italy 13 RRC 345 Turkey 6 Banglades 5 Belgia 5 Afrika Selatan 7 Prancis 8 Austria 8 New Zealand 10 Denmark 8 Saudi Arabia 4 Costarika 3 Thailand 6 Myanmar 5 Viatnam 12 Timor Timur 17 Scotlandia 4 Switzerland 3 Total 4079

Sumber : Unit Pelaksanaan TeknisDaerah Tugu Khatulistiwa Pontianak

Masyarakat juga berperan

besar, adanya sadar wisata

dari masyarakat setempat.

Keramahan dari masyarakat

yang bisa membuat kenya-

manan bagi wisatawan

merupakan aspek yang

terpenting

MIUN/S I IS

domestik ini tengah menunggu rekannya untuk pulang. Jumlah Pengunjung yang datang ke Kalbar bertambah setiapang terletak di Siantan, Pontianak Utara.

Page 12: Majalah Mimbar Untan edisi V

Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/200912

MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | U t a m a

Tidak SusahMenambah Daya TarikTugu Khatulistiwa

ugu Khatulistiwa dibangun

untuk menandai bahwa

Pontianak adalah Kota

Khatulistiwa. Tugu yang

merupakan ikon pariwisata Pontia-

nak ini seharusnya mempunyai nilai

jual yang tinggi dari yang ada seka-

rang. Kurangnya keseriusan dalam

pengelolaan Tugu Khatulistiwa oleh

Pemerintah Kota dan Dinas-dinas

yang terkait menyebabkan tugu

terkesan biasa-biasa saja.

Ketidakseriusan ini dapat dilihat

dari tempat parkir yang tidak jelas,

namun karena pengunjung yang

datang hanya sedikit, jadi hal ini

tidak menjadi masalah. Selain itu

juga, pengelola tidak menyiapkan

tempat sampah, sehingga pengun-

jung membuang sampah disemba-

rang tempat. Bahkan, sarang burung

sriti juga menghiasi bagian atas Tugu

Khatulistiwa.

Kalau dilihat dari tugu yang dulu

dengan sekarang, memang sedikit

ada perbedaan, namun proses pem-

bangunannya terkesan sangat lam-

ban. Padahal Tugu mempunyai po-

tensi yang besar dalam menarik wi-

satawan mancanegara ke Indonesia,

apalagi menjelang Kalbar Tourism

2010. Kurangnya perhatian menye-

babkan tugu dirawat dengan apa

adanya, kurangnya sarana dan pra-

sarana yang memadai sehingga tugu

terkesan biasa-biasa saja dan tidak

memiliki fasilitas yang mendukung

untuk membuat orang betah ber-

lama-lama dikawasan itu.

Pembangunan tugu diakui Zul-

kifli selaku Kepala Seksi Pemasaran

Pariwisata Kota Pontianak masih

jauh dari sempurna, dan masih

belum bisa dikatakan objek wisata.

Namun, Dinas Pariwisata dan Kebu-

dayaan Kota Pontianak sedang me-

ngusahakan pengembangan kawa-

san tugu. Usaha ini diantaranya

akan membangun Sundial (jam ma-

tahari) tertinggi di dunia. Setelah

pembangunan Sundial direalisa-

sikan, Zulkifli berharap, Tugu Kha-

tulistiwa dapat dijadikan tujuan

utama wisata, dan dapat mening-

katkan daya tarik wisatawan domes-

tik maupun mancanegara untuk ber-

kunjung ke Pontianak.

Pemerintah Kota Pontianak seka-

rang memang sedang mengupaya-

kan mengembangkan area tugu

menjadi tempat tujuan wisata yang

utama. Dengan adanya rencana

untuk membangun Sundial tertinggi

di dunia dan Planetarium. Pemerin-

tah ingin menjadikan Tugu menjadi

sarana rekreasi dan wisata pendi-

dikan. Selain itu, untuk menambah

daya tarik wisatawan berkunjung,

pemerintah setempat juga beren-

cana untuk membuat tempat pengi-

napan, toko, dan kafe. Namun ini

Oleh Eka Setiawati

Pontianak merupakan IbuKota Propinsi Kalimantan

Barat. Bila menyebutPontianak, tentu saja yang

terlintas dipikiran adalahKota yang dilewati garis

Khatulistiwa, garis khayalyang membelah bumi

menjadi dua bagian yaitubagian Utara dan Selatan.

TM I U N / E K A

PENGUNJUNG yang sedang melihat hasil kerajinan tangan khas KalimantanBarat pada perayaan Titik Kulminasi di Pontianak (21-23/3).

Page 13: Majalah Mimbar Untan edisi V

Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009 13

MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | U t a m a

semua menjadi tidak mudah karena

memerlukan biaya yang tidak sedi-

kit ditambah lagi dengan masalah

pembebasan lahan yang masih be-

lum selesai.

Menurut Heri Adha Sunarso,

Selaku Ketua UPTD Tugu Khatulis-

tiwa Pemerintah Kota Pontianak,

untuk pengembangan tugu memang

sudah direncanakan, namun hal ini

terkendala dengan kawasan yang

masih menyatu dengan lahan milik

Komando Resor Militer (Korem)

121/ABW. Heri menambahkan, Pe-

merintah Kota sudah melakukan

koordinasi dengan pihak yang ter-

kait, bahkan pemerintah pusat juga

membantu dalam masalah ini. Se-

lain itu, kendala dalam pengemba-

ngan tugu itu sendiri, juga karena

tugu berhimpitan dengan jalan

Arteri Primer, sehingga kurang stra-

tegis dalam pengembangan kawa-

san.

Tugu Khatulistiwa memang kalah

megah dengan Menara Eiffel di

Paris, atau tugu Monas di Jakarta.

Namun, daya tarik Tugu bukan

terletak pada sisi komersialnya,

tetapi justru dilihat dari penataan

agar serasi dengan alam dan keles-

tarian sungai kapuas. Keanekara-

gaman suku dan budaya juga meru-

pakan keunikan dan kekhasan ter-

sendiri yang bisa menarik wisatawan

asing.

Selain keanekaragaman suku dan

budaya, peristiwa Kulminasi juga

merupakan daya tarik bagi wisa-

tawan asing. Peristiwa yang terjadi

dua kali dalam setahun yaitu pada

tanggal 21-23 Maret (Cancer Equi-

nox) dan 21-23 September (Capri-

corn Equinox). Menariknya, dalam

peristiwa kulminasi, bayangan tugu

dan benda-benda lainnya akan hi-

lang dalam beberapa saat.

Peristiwa Kulminasi merupakan

peristiwa yang ditunggu-tunggu

wisatawan asing yang ingin menyak-

sikan secara langsung peristiwa

kulminasi, hal ini merupakan kesem-

patan yang baik untuk mengenalkan

Pontianak, dan keunikan budaya

yang dimilikinya. Biasanya, Peme-

rintah Kota Pontianak menyiapkan

acara khusus untuk merayakan

Peristiwa Kulminasi, dan mengun-

dang tamu dari luar negeri.

Jika potensi yang ada dikelola

dengan serius, banyak pihak yang

diuntungkan. Antusias yang tinggi

dari wisatawan yang berkunjung

untuk menyaksikan peristiwa kulmi-

nasi merupakan kesempatan emas

bagi Pemerintah Kota. Banyak pihak

yang diuntungkan, tidak hanya

berpengaruh terhadap pendapatan

daerah, tetapi juga bagi masyarakat

sekitar.

Masyarakat bisa memperkenal-

kan budaya yang mereka miliki,

kerajinan tangan dan karya seni,

keunikan dan keindahan alam, serta

pelayanan yang baik dan kerama-

han. Alangkah baiknya jika, apa yang

sudah ada dimanfaatkan dengan

sebaiknya, sarana dan prasarana

yang memadai agar wisatawan yang

berkunjung bisa merasa betah ting-

gal berlama-lama untuk menikmati

keindahan alam disekitar tugu Kha-

tulistiwa

"Kesiapan pemerintah dan ma-

syarakat serta pedagang di daerah-

daerah wisata sangat besar penga-

ruhnya dalam menjaga kebersihan

dan kenyamanan pengunjung," ung-

kap Martias, Ketua Masyarakat Pa-

riwisata Indonesia (MPI) Kaliman-

tan Barat. Menurutnya, selama ini

upaya yang dilakukan pemerintah,

tingkat daerah dan kota sudah baik,

namun belum maksimal, terutama

di bidang infrastruktur dan keber-

sihan. Upaya-upaya promosi juga

belum dilakukan secara terpadu

dengan melibatkan semua unsur,

pemerintah, pengusaha swasta dan

masyarakat.

Martias menilai, banyak kelema-

han dalam memajukan industri pari-

wisata di Kalimantan Barat, dianta-

ranya, masih kurangnya pemaha-

man masyarakat tentang arti pari-

wisata itu sendiri, serta kurangnya

peran masyarakat dalam hal men-

jaga kebersihan dan kenyamanan

bagi pengunjung. Masyarakat harus

diberikan pemahaman tentang ke-

cintaan terhadap lingkungan dae-

rahnya, apalagi yang mempunyai

potensi sebagai tempat wisata atau

rekreasi.

Keberhasilan dari Industri pari-

wisata terwujud ketika unsur ramah

lingkungan sangat diperhatikan

dalam pembangunannya. Kebersi-

han dan kesehatan adalah hal utama

yang diperbincangkan wisatawan,

terutama yang berasal dari luar In-

donesia. Kealamian dari alam itu

sendiri yang merupakan daya tarik

bagi wisatawan asing yang ber-

kunjung ke Tugu Khatulistiwa. []

M I U N / E K A

SEORANG pelaku seni menunjukkan kebolehan dalam membuatsketsa wajah dalam perayaan Titik Kulminasi di Tugu KhatulistiwaPontianak.

Page 14: Majalah Mimbar Untan edisi V

Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/200914

MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | U t a m a

erik sinar matahari tidak

mematahkan semangat

pengunjung untuk datang

ke Tugu Khatulistiwa yang terletak

di Siantan. Mereka datang khusus

untuk melihat peristiwa kulminasi,

banyak wisatawan baik lokal mau-

pun mancanegara yang ikut meme-

riahkan perayaan kulminasi. Bagi

penduduk setempat, kulminasi me-

rupakan lahan basah, para seniman

bisa mempertontonkan karya seni-

nya, pedagang kecil yang menjajakan

dagangannya.

Kulminasi merupakan peristiwa

alam yang sangat unik, hanya dite-

mukan di negara yang dilewati oleh

garis Khatulistiwa. Kulminasi meru-

pakan suatu peristiwa dimana mata-

hari tepat berada di Garis Khatu-

listiwa, sehingga bayangan akan sulit

dicari. Kulminasi terjadi dua kali da-

lam setahun, yaitu pada 21-23 Ma-

ret yang disebut Vermal Equinox

sebagai penanda musim semi, de-

ngan titik kulminasi tepat pada pukul

11.50 WIB dan 21-23 September

yang disebut Autum Equinox atau

dikenal sebagai waktu hadirnya

musim gugur, dengan titik kulminasi

tepat pada pukul 11.38 WIB.

Berdasarkan data dari Dinas Pari-

wisata dan Kebudayaan Pemerintah

Kota Pontianak, wisatawan man-

canegara yang berkunjung selama

tahun 2008 sebanyak 4.079 orang,

Malaysia pengunjung yang men-

dominasi selama tahun 2008. Se-

dangkan untuk wistawan domestik,

sebanyak 35.190 orang, dominan

berasal dari daerah DKI Jakarta.

Untuk merayakan peristiwa kul-

minasi, pemerintah kota menga-

dakan acara yang merupakan agen-

da tahunan Pemerintah Kota Pon-

tianak. Wisatawan mancanegara

dak adanya bangku untuk duduk

sekedar menghilangkan rasa penat,

sehingga pengunjung tidak betah

berlama-lama. Sungai kapuas juga

tidak kelihatan, karena ada kapal

Ketika Bayangan TuguMenghilangOleh Eka Setiawati

khusus diundang dalam perayaan

untuk menyaksikan peristiwa kulmi-

nasi secara langsung. Acara ini juga

dimeriahkan dengan tarian-tarian

daerah dari berbagai etnis, serta

pameran hasil kerajinan dari ber-

bagai UKM yang ada di Pontianak,

dan stan-stan dari Dinas-dinas yang

ada di Kota Pontianak, pameran foto

dari perkumpulan Fotografer baik

cetak maupun elektronik yang ada

di kota Pontianak. Panitia juga

menyiapkan stan yang khusus me-

layani pembuatan Akte Kelahiran

secara gratis oleh Catatan Sipil dan

Kependudukan (Capilduk) Kota

Pontianak.

Namun, perayaan kulminasi ini

masih terkesan biasa saja. Ketika

acara seremoni selesai, tempat

tersebut kembali sepi. Selain itu ti-

T

MIUN/S I IS

MASYARAKAT sekitar menunjukkan lubang titik kulminasi. lobang tersebutmerupakan pusat kulminasi yang sebenarnya. Di titik ini bayang tidak tampak.

M I U N / E K A

INILAH pusat kulminasi. Pada pera-yaan kulminasi lubang, titik kulminasidisulap menjadi jam matahari.

Page 15: Majalah Mimbar Untan edisi V

Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009 15

MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | U t a m a

tongkang yang menghalangi panda-

ngan. Panitia juga tidak menyiapkan

tempat pembuangan sampah yang

khusus, sehingga sampah bersera-

kan dimana-mana. Kurangnya kese-

riusan panitia dalam mempersiap-

kan acara secara matang dan lebih

menarik.

Tidak ada yang istimewa dari

perayaan kulminasi tersebut, pa-

dahal kalau dilihat, kulminasi mem-

punyai potensi yang sangat besar

dalam menarik minat wisatawan

asing serta memperkenalkan po-

tensi tugu untuk menarik investor

dalam pengembangan tugu kede-

pannya.

Sugeng, masyarakat setempat

merasa kecewa dengan kurang kese-

riusan panitia dalam mempersiap-

kan acara.

menarik, murah tapi meriah, kenapa

tidak menyewa Even Organizer saja,

padahal wisatawan mancanegara

banyak yang hadir pada waktu itu,”

ujarnya.

Menurutnya, inilah saat yang

tepat bagi Pontianak untuk mem-

perkenalkan daerahnya ke negara

lain dalam rangka promosi, apalagi

kulminasi hanya terjadi di negara

yang hanya dilewati garis khatulis-

tiwa, tambahnya.

Banyak potensi dari Tugu yang

bisa diambil, pada peristiwa kul-

minasi ini, banyak pihak yang di-

untungkan jika benar-benar dikelola

dengan maksimal, sejauh ini peme-

rintah belum serius dalam me-

ngembangkan Ikon Kalbar ini. []

Tidak ada yang istimewa

dari perayaan kulminasi

tersebut, padahal kalau

dilihat, kulminasi mem-

punyai potensi yang sangat

besar dalam menarik minat

wisatawan asing serta

memperkenalkan potensi

tugu untuk menarik investor

dalam pengembangan tugu

kedepannya

“Kalau memang pemerintah atau

Dinas Pariwisata belum berpenga-

laman dalam membuat acara yang

da beberapa Negara

yang dilewati garis kha-

tulistiwa, diantaranya

Indonesia (Pontianak), Afrika

(Gabon), Uganda (Zaire), Kenya

dan Somalia, serta di Amerika

Latin (Equador, Peru, Columbia,

dan Brazil). Namun Indonesia

yaitu kota Pontianak merupakan

kota Istimewa yang tepat dilewati

oleh garis khatulistiwa.

Menurut catatan dari V.en.W

oleh Opzichter Wiese dikutip dari

Bijdragen tot de geogrhapie dari

Chef Van den topographischen

dienst in Nederlansch_Indie tahun

1941, disebutkan bahwa pada 31

Maret 1928 telah datang di Pon-

tianak satu ekspedisi internasional

yang dipimpin seorang ahli geo-

grafi berkebangsaan Belanda. Eks-

pedisi ini melakukan perjalanan ke

kota Pontianak untuk menentukan

titik/ tonggak garis ekuator.

Pada tahun 1928, tugu pertama

yang mereka bangun baru ber-

bentuk tonggak tanda panah. Tong-

A

Sejarah Tugu Khatulistiwagak itu kemudian disempurnakan

tahun 1930 dengan menambahkan

lingkaran di atas tonggak tersebut.

Tahun 1938, tugu ini disempur-

nakan pendiriannya oleh arsitek

Silaban.

Baru pada tahun 1990, tugu

Khatulistiwa tersebut direnovasi

dengan pembuatan kubah untuk

melindungi tugu yang asli serta

pembuatan duplikat tugu dengan

ukuran lima kali lebih besar dari

tugu yang aslinya. Peresmiannya

pada tanggal 21 September 1991.

Bangunan tugu terdiri dari 4

buah tonggak kayu belian (kayu

besi), masing-masing berdiameter

0,30 meter, dengan ketinggian

tonggak bagian depan sebanyak

dua buah setinggi 3,05 meter dan

tonggak bagian belakang tempat

lingkaran dan anak panah penun-

juk arah setinggi 4,40 meter.

Diameter lingkaran yang di-

tengahnya terdapat tulisan EVE-

NAAR sepanjang 2,11 meter. Pan-

jang penunjuk arah 2,15 meter. Tu-

lisan plat di bawah anak panah

tertera 109o 20’ OLvGr menun-

jukkan letak berdirinya Tugu Kha-

tulistiwa pada garis Bujur Timur.

Tugu Khatulistiwa atau Equa-

tor Monument terletak di Jalan

Khatulistiwa, Pontianak Utara,

Propinsi Kalimantan Barat. Loka-

sinya berada sekitar 3 Km dari

Pusat Kota Pontianak.

Tugu khatulistiwa merupakan

symbol terjadinya titik kulminasi

matahari di Pontianak yang meru-

pakan asset pariwisata dan ikon

kota.Tugu ini menjadi salah satu

tujuan wisata baik dari mancane-

gara maupun domestik

Kulminasi matahari yaitu peris-

tiwa di mana matahari berada pada

titik nol derajat, peristiwa ini me-

ngakibatkan bayangan disekitar

menghilang dalam beberapa detik.

Peristiwa alam yang unik dan

bersejarah tiap tahunnya dipe-

ringati tanggal 21-23 Maret dan 21-

23 September merupakan agenda

tahunan Pemerintah Kota

Pontianak. Biasanya peristiwa ini

dimeriahkan dengan tari-tarian

tiga etnis, simbol persatuan etnis

yang menetap di Pontianak.[]

Oleh Eka Setiawati

Page 16: Majalah Mimbar Untan edisi V

Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009

MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | U t a m a

Bangunan Tua,Tarik Wisatawan AsingOleh Agustinah kealamian sungai kapuas, hal itu

pula yang membuat wisatawan asing

tertarik dengan rekreasi air ini,” jelas

Zul.

“Kealamian sungai kapuas dengan

bangunan tua, jarang dijumpai wisa-

ta-wisata asing yang berkunjung di-

sini, kebanyakan yang mereka jum-

pai ditepian sungai dari negara lain

merupakan bangunan megah yang

kealamiannya sudah tidak ada lagi,

dan pandangan berbalik yang me-

reka jumpai di sungai kapuas ini,”

kata Zul saat ditemui diruang kerja-

nya.

Hal serupa juga disampaikan oleh

Sugeng KOCAK (komunitas pencinta

air kapuas), ia mengatakan sebaik-

nya sungai kapuas tetap dijaga

kealamiannya dan tidak diubah

arsitekturnya seperti bangunan-

bangunan tua ditepian sungai.

“Sekilas dapat lihat, hampir se-

mua bangunan tersebut merupakan

rumah-rumah warga yang masih

ditempati. Karena itu sebaiknya pe-

merintah memberikan penyuluhan

kepada masyarakat agar menjaga

sungai kapuas. Selain itu perlunya

kerjasama dengan dinas yang ter-

kait,” ungkap Sugeng.

Sungai Kapuas Jadi Tong

Sampah

Selain bangunan tua, ternyata

ada hal lain yang juga menarik

perhatian, sungai kapuas saat ini

Sungai kapuas

Jika berjalan ditepian sungai

kapuas dengan menggunakan atau

perahu, khususnya tepian sungai di

Pontianak, kita akan melihat bangu-

nan-banguan arsitektur yang sudah

tampak tua dan kumuh. Bahkan ada

yang hampir roboh. Jelas hal terse-

but akan merusak pemandangan.

Namun kenyataannya bagunan tua

dan kumuh itulah salah satu sumber

yang menarik dan merupakan keala-

mian pemandangan sungai.

Dilihat dari arsitekturnya, ba-

ngunan-bangunan tua dan kumuh

itu hanya akan merusak peman-

dangan, namun ternyata bangunan

tersebut merupakan nilai jual bagi

wisatawan asing. Hal ini diungkap-

kan oleh Zulkifli Kepala Seksi Pema-

saran Pariwisata.

Zulkifli mengatakan sungai ka-

puas akan selalu dijaga kealamian-

nya berupa bagunan itu, karena

kebanyakan wisata asing suka de-

ngan bagunan tua tersebut. “bangu-

nan tua dan kumuh itu merupakan

M I U N / N I TA

BANGUNAN Masjid Sultan Syarif Abdurahman atau Masjid Jami’ yang masih berdiri kokoh di kampung Beting

menjadi tong sampah, akibatnya air

sungai kapuas saat ini tidak jernih

lagi dan kotor. Ada beberapa titik

dapat kita jumpai tumpukan sampah

yang menggunung. Ironisnya hal itu

belum terjangkau oleh pemerintah.

Sugeng menjelaskan ada banyak

tempat-tempat tertentu yang dapat

Sungai kapuas sangat

bermanfaat bagi kami,

selain untuk mandi dan

mencuci, kadang-kadang

untuk memasak, bahkan

untuk minum bila musim

kemarau

16

Page 17: Majalah Mimbar Untan edisi V

Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009

MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | U t a m a

kita jumpai, sampah yang menum-

puk dan membangun bukit kecil,

seperti tepian sungai di Siantan, dan

beberapa tempat lainnya. “Bagai-

mana rekreasi sungai dapat dikem-

bangkan jika belum adanya kesa-

daran dari masyarakat, akan keber-

sihan lingkungan,” jelas Sugeng.

Manfaat sungai kapuas bagi ma-

syarakat sekitar sungai ialah sangat

penting, namun kenyataannya man-

faat itu juga dijadikan tempat sam-

pah, jelas hal ini tidak perlu mengu-

bur atau membakar sampah terse-

but. Dampak dari kotornya sungai

kapuas dapat dirasakan Sutarya (45)

warga yang bermukim ditepian

sungai sejak kecil.

Sutarya mengatakan sungai ka-

puas saat ini kotor, tidak seperti du-

lu, bayak sampah yang hanyut, ti-

dak tahu dari mana asalnya. “Sungai

kapuas sangat bermanfaat bagi ka-

mi, selain untuk mandi dan mencu-

ci, kadang-kadang untuk memasak,

bahkan untuk minum bila musim

kemarau,” ungkapnya. Sutarya ber-

harap pemerintah dapat lebih mem-

perhatikan sungai kapuas dan ma-

syarakat sekitar sungai kapuas.

Hal serupa juga disampaikan

Roni (25), warga yang menggunakan

sungai kapuas sebagai transportasi

pekerjaannya ini mengatakan, saat

ini sungai kapuas kotor, hampir se-

tiap perjalannya tampak sampah-

sampah yang berhanyutan.

Menanggapi masalah tersebut

Ridham mahasiswa pariwisata ang-

katan 2008 mengatakan saat ini su-

ngai kapuas menyedihkan, bahaya

sampah, akibat dari kurangnya

kesadaran dari masyarakat akan

lingkungan menjadi belenggu, di-

mana dampak sampah itu dapat me-

nyebabkan gatal-gatal, dan bintik-

bintik. “Pemerintah saat ini seakan

menutup mata, padahal, banyak

media yang saya baca menyatakan

saat ini sungai kapuas sudah bermer-

kuri, itukan bahaya, selama 15 tahun

ini sungai kapuas memperihatin-

kan.[]

Sungai kapuas punye cerite..........

Bile kite minom aeknye.................

biarpun pergi jauh kemane............

Sungguh susah nak melupakannye.

Eh kapuas.....................

eh kapuas.

Lagu itu sudah sangat familiar

dikalangan masyarakat Pontianak.

Kata demi kata dilagu itu juga benar

adanya, Ada apa dengan sejarah

sungai terpanjang di Indonesia ini?

Dalam sejarahnya sungai kapuas

pernah menjadi jalur penting, ka-

rena sebagai transportasi utama

sebelum jalur darat dan udara.

Selain itu sejarah yang tidak terlu-

pakan juga ialah sungai ini meru-

pakan tempat pembuangan bangkai-

bangkai orang cina.

Sejarah lain yang dapat kita

ketahui dari sungai kapuas ialah dari

dulu hingga saat ini sungai kapuas

merupakan tempat pertunjukan

seni dan budaya atau objek wisata,

misalnya ada pertunjukan lomba

sampan hias dan tolak bala yang

merupakan adat istiadat budaya

masyarakat sekitar untuk menolak

musibah.

Sungai yang panjangnya kurang

lebih 1000 kilo meter ini, melintasi

seluruh wilayah Kalbar, tak jarang

transportasi air ini dijadikan tempat

penjualan kayu-kayu illegal yang

berasal dari daerah-daerah hulu

sungai yang menghubungkan de-

ngan penebangan hutan liar.[]

Sejarah Sungai Kapuas

M I U N / T I N A

BANGUNAN tua di pinggiran sungai Kapuas, yang menambah keindahan sungai.

17

Page 18: Majalah Mimbar Untan edisi V

Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/200918

MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | U t a m a

iang hampir redup, mata-

hari sudah tampak con-

dong. Sebentar lagi siang

akan berganti malam.

Tampak sejumlah pedagang kaki

lima sedang berkemas-kemas me-

nyiapkan barang dagangannya. Ada

yang membawa gerobak, di da-

lamnya terdapat botol-botol mi-

numan, yang akan dijualnya, ada

juga yang sedang menyusun berba-

gai minuman dan rokok secara ter-

atur ditempat yang sudah tersedia

untuk mereka berjualan, ada yang

sedang membentangkan tikar tepat

mengarah ke sungai kapuas.

Begitulah suasana sore alun-alun

kapuas yang biasa kita kenal dengan

sebutan korem. Para pedagang yang

menjual aneka ragam barang daga-

ngan, tampak begitu sibuk memulai

aktivitasnya. Maklum saja mereka

ialah pedagang malam alun-alun

kapuas. Waktu sudah menunjukan

pukul 17.00, biasanya tempat untuk

mereka berjualan memang sudah

dijatah, jadi tidak ada perebutan

lahan.

Sedangkan pedagang makanan

ringan dan minuman sudah tampak

terlebih dahulu dibanding peda-

gang-pedagang lain yang biasanya

berjualan dimalam hari. Ada yang

berjualan pakaian, sandal, tas de-

ngan harga yang relatif murah dari

10-15ribu. Jika ingin membeli akse-

soris seperti kalung, gelang, cincin

dari mulai bahan imitasi, stainlis,

perak ada dengan harga 5-25ribu.

Selain itu buat pecinta boneka juga

ada.

Biasanya alun-alun kapuas bagi

sebagian masyarakat Pontianak,

dijadikan tempat rekreasi, terbukti

dengan banyaknya pengunjung dari

berbagai tempat daerah sekitar, juga

tempat bermain anak-anak atau

tempat rekreasi keluarga. Beberapa

permainan juga terlihat disana

seperti bebek engkol, kuda putar,

kereta-keretaan dll. Permainan pe-

mancingan ikan plastik dan campak

gelang juga bisa kita temui disana.

Alun-alun kapuas atau korem

sangat tidak asing bagi masayarakat

sekitar, berada tepat di depan kantor

Korem 121 Alambhanawanawai,

jalan Rahadi Oesman merupakan

tempat yang asyik bagi masyarakat

yang jenuh dengan aktifitas sehari-

hari. Tempat ini juga untuk acara-

acara yang biasanya diadakan oleh

Dinas Pariwisata. Namun sayang-

nya, tempat yang dapat dijangkau,

baik masyarakat kebawah hingga

masyarakat atas ini terlihat belum

tertata dengan baik, lokasi tampak

tidak teratur, kotor, dan belum lagi

bangunannya yang terkesan tidak

terurus.

Tidak tertata rapinya alun-alun

juga dirasakan oleh pengunjung.

Salah satunya Sugeng, warga Pon-

tianak. Ia mengatakan saat ini alun-

alun sebagai tempat rekreasi masih

belum tertata dengan baik, masih

banyak para pedagang yang meng-

gelar dagangannya sembarangan,

terlebih bila ada event-event yang

diadakan di alun-alun. Pihak penye-

lenggara atau dinas yang bersang-

kutan tidak menyediakan tempat

sampah, sehingga sampah-sampah

berserakan.

“Sebenarnya sebuah tempat rek-

reasi itu bukan hanya menjual ke-

indahan, namun akan lebih baik bila

ada transaksi di tempat itu. Selain

itu kesadaran masyarakat dan dinas

yang bersangkutan akan kebersihan

tempat itu sangat mendukung ter-

ciptanya suasana yang nyaman,”

jelas Sugeng. .

Melihat keadaan alun-alun ka-

puas, rasanya tidak cukup hanya 1-

2 jam, tanpa terasa, waktu sudah pu-

Pedagang MalamAlun-Alun KapuasOleh Agustinah

SM I U N / T I N A

SEORANG pedagang buku di Alun-alun Kapuas sedang mempersiapkan barangdagangannya.

Page 19: Majalah Mimbar Untan edisi V

Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009 19

MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | U t a m a

kul 7 malam, suasana malam juga

mulai terasa, para pedagang juga

makin bertambah, bahkan ada yang

memanfaatkan lahan sebagai tempat

pembuatan tato. Pengunjung pada

malam hari juga semakin bertam-

bah, bedanya pengunjung malam

hari kebanyakan anak-anak remaja

yang ingin bersantai di tepian alun-

alun.

Dari sekian banyak pedagang,

tampak salah seorang pedagang

aksesoris sedang menawarkan ba-

rang dagangannya. “lima ribu, lima

ribu, ayo mba’ beli, cuma lima ribu

jak tak mahal, liat-liat dulu pon bo-

leh, tak bayar kok,” kata pedagang

itu menawarkan kepada salah satu

pengunjung.

Siapa sangka pedagang aksesoris

berupa gantungan kunci itu, sudah

sekitar 8 tahun berdagang di alun-

alun. Ia sudah mulai berkecimpung

di dunia jual beli sejak masih seko-

lah. Awalnya ia berjualan di Enti-

kong, namun karena terlalu jauh ia

berjualan di alun-alun. Biasanya ia

berjualan mulai pukul 17.00 hingga

23 malam. Pendapatannya pun

tidak menentu, kadang banyak-

kadang sedikit. Mulai dari 50 ribu

hingga 200 ribu semalam, tapi jika

cuaca sedang buruk ia hanya men-

dapat seadanya saja.

Pedagang itu bernama Anton, ia

mengatakan berjualan di alun-alun

kapuas menyenangkan, dekat de-

ngan sungai, suasananya enak dan

tidak ada perebutan lahan. Hanya

saat hujan ia merasa terkendala bila

berjualan dan barang dagangannya

tidak banyak laku. Anton men-

jelaskan untuk tata tertib korem dan

kebersihannya para pedagang mem-

bayar 2 ribu rupiah tiap minggunya

kepada Dinas Kebersihan.

Selain itu juga tidak dapat diela-

kan oleh pedagang korem, dimana

kadang-kadang satpol PP yang me-

nangani tata tertib kota datang untuk

menangani mereka. Namun para

pedagang terlebih dahulu menge-

tahuinya. “biasanya jika ada satpol

PP untuk beroperasi di sini, kami

sudah dapat pemberitahuan oleh

Dinas Pariwisata, sehingga pada saat

penertiban, mereka tidak terjaring.

“Jika ada penyaringan kami di-

kasi tahu, biasenye dihubungi lewat

HP, kapan akan ada razia satpol PP,

tapi jarang si mereka razia disini, ka-

rena disini masih tempat bebas

berjualan,” ungkap Anton yang

lulusan STM ini.

Kemana WC umum

Layaknya tempat-tempat umum,

apalagi tempat rekreasi, WC atau toi-

let akan menjadi sangat penting bagi

setiap orang. Namun kenyataan

berbalik dari tempat rekreasi ini,

walaupun kita menjelajah alun-alun

tidak akan kita temui tulisan WC

umum. Bangunan indah tampah je-

las di tepian sungai menjadi tempat

tongkrongan, namun ternyata tidak

terdapat WC.

“Bagaimana bisa jadi tempat rek-

reasi, toilet saja belum ada, bagai-

mana kita mau buang air, tolong

dong dibuatkan agar akan lebih baik

dan bisa berlama-lama, selain itu

jangankan toilet tempat sampah

pun jarang ada, bagaimana mau

bersih, ungkap Agus pengunjung.

Hal serupa juga diungkapkan Ri-

dham, mahasiswa pariwisata angk-

atan 2008. korem sebagai salah satu

tempat rekreasi sebaiknya dikelola

dengan baik, ini tidak lepas dari

peran pemerintah dan masyarakat

utnuk menjaganya, namun kenya-

taannya tempat rekreasi seperti

korem belum bisa tertata dengan

baik, apalagi lingkungannya belum

tersedia fasilitas seperti WC umum

dan tempat sampah, sehingga masih

perlu diperhatikan lagi.

Pinta perbaikan yang lebih

bagus

Sebagai tempat rekreasi murah,

korem juga harus mendapatkan

perbaikan yang layak bagi pemerin-

tah. Direncanakan akan ada per-

baikan dan penambahan bangunan

di sekitar alun-alun oleh Dinas Pari-

wisata namun sampai saat ini bangu-

nan tersebut masih dalam tugas ker-

ja pemerintah, dimana masih ba-

nyak tempat-tempat pariwisata

yang juga akan diperbaiki.

Anton menjelaskan, alun-alun

kapuas punya potensi besar menjadi

tempat rekreasi dan berjualan,

Jika ada penyaringan kami

dikasi tahu, biasenye

dihubungi lewat HP, kapan

akan ada razia satpol PP,

tapi jarang si mereka razia

disini, karena disini masih

tempat bebas berjualan

MIUN/S I IS

SUASANA malam di Alun-alun Kapuas ramai dikunjungi warga. Pengunjung inimenyaksikan Sunset bersama keluarga sambil menghilangkan rutinitas sehari-hari.

Page 20: Majalah Mimbar Untan edisi V

Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/200920

MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | U t a m a

karena suasana sungai dan tem-

patnya juga terjangkau atau strate-

gis, ia berharap pemerintah dapat

membuat taman alun-alun kapuas

menjadi lebih baik lagi serta rapi,

sehingga pengunjung akan banyak

lagi.

“Buat yang berwenang sebaiknya

taman alun-alun kapuas dibuat lebih

bagus agar pengunjung lebih rame,

ya kami rela bayar yang penting

tempatnya tertata rapi, jadikan

makin banyak pengunjung dan daga-

ngan kami juga akan banyak laku,”

kata Anton sambil bercanda.

Hal serupa juga disampaikan

Deni pedagang malam alun-alun

kapuas, ia mengatakan akan lebih

baik jika taman alun-alun kapuas

tertata rapi menjadikan lebih indah,

dengan begitu akan banyak menarik

pengunjung untuk datang. “Maka-

nya tempatnya pun di bagoskan

dong, dibuat tempat nyantai, kan

asyik,” kata Deni.

Menanggapi hal itu, Kepala seksi

pemasaran pariwisata, Zulkifli meng-

atakan, sampai saat ini alun-alun

kapuas masih dalam penenganan

beberapa dinas, seperti Dinas keber-

sihan, satpol PP, pemerintah kota dan

Dinas Perdagangan. Namun walau-

pun begitu, alun-alun kapuas juga

merupakan salah satu kerja Dinas

Pariwisata untuk membangunnya.

“Rencananya akhir tahun 2009

akan ada pembangunan di alun-alun

kapuas, namun suasana alami alun-

alun akan tetap terjaga, walau nanti

ada pembangunan, karena sangat

jarang kita jumpai di negara-negara

lain,” kata Zul saat ditemui dirua-

ngannya, Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan di jalan Johar.[]

M Aga : MaksimalkanPotensi yang Ada

Bagaimana pendapat Anda

mengenai

kondisi

pariwisata

Pontianak

saat ini ?

Fasilitas

pariwisata

Pontianak

tidak

memadai.

Banyak potensi pariwisata di

Pontianak masih belum

maksimal dikembangkan.

Pariwisata merupakan kontri-

butor terbesar bagi perekono-

mian. Kesadartahuan masya-

rakat juga perlu ditingkatkan

agar dapat memaksimalkan

potensi yang bisa menarik

wisatawan domestik dan

mancanegara.

Apakah Anda sebagai

mahasiswa jurusan pari-

wisata Fisip pernah mem-

perkenalkan wisata kepada

masyarakat ?

Kami pernah datang ke

daerah-daerah untuk mem-

berikan pengarahan kepada

masyarakat akan pentingnya

sadar wisata, namun hal ini masih

dalam skala kecil. Saya dan

teman-teman sudah mempunyai

konsep namun masih belum

terealisasi.

Bagaimana menurut

Anda tentang kesiapan

Pontianak menuju “Kalbar

Tourism 2010” ?

Pernah dengar, tapi tidak tahu

banyak. Saya merasa, masih

belum ada promosi yang mak-

simal dalam rangka memperke-

nalkan visit Kalbar ini.

Kenapa memilih jurusan

pariwisata ?

Saya ingin sekali memper-

kenalkan potensi wisata yang ada

di Kalimantan Barat karena kita

mempunyai kekayaan alam dan

budaya yang tidak dimiliki

daerah lain.

Bagaimana harapan anda

untuk wisata kedepannya?

Saya berharap agar peme-

rintah dan pemegang kebijakan

lebih memperhatikan kepa-

riwisataan, dikemas lebih mnarik

dan dikelola dengan baik.[]

M I U N / T I N A

SUASANA sore Alun-alun Kapuas, tampak beberapa pengunjung sedang asyikberjalan-jalan, menikmati jajanan sore di Alun-alun.

I S T

M Aga

Page 21: Majalah Mimbar Untan edisi V

Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009

I

21

MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | U t a m a

ndonesia merupakan Negara

yang memiliki aset wisata yang

sangat besar. Pariwisata se-

bagai gejala industri seha-

rusnya mampu menopang pere-

konomian masyarakatnya serta

memberikan dukungan devisa bagi

Indonesia. Kalbar merupakan pro-

vinsi yang memiliki beraneka ragam

objek wisata dan multi cultural,

namun kurangnya perhatian peme-

rintah dalam membenahi berbagai

objek wisata membuat daerah ini

kurang diminati wisatawan lokal

maupun mancanegara untuk ber-

kunjung.

Keberhasilan industri pariwisata

terciptanya ketika unsur ramah

lingkungan sangat diperhatikan

dalam pembangunannya. Keber-

sihan dan kesehatan adalah hal

utama yang diperbincangkan wi-

satawan terutama yang berasal dari

luar Indonesia. Ada beberapa kele-

mahan dalam upaya memajukan

industri pariwisata di Kalbar, antara

lain kurangnya pemahaman tentang

industri pariwisata itu sendiri, dan

kurang peran serta masyarakat

dalam menjaga kebersihan dan

kenyamanan bagi pengun-

jung.

Sungai Kapuas meru-

pakan ikon bagi daerah Ka-

limantan barat khususnya

kota Pontianak. Sungai

yang membelah kota ter-

sebut merupakan anugrah

sang Pencipta yang harus

kita jaga dan lestarikan.

Banyak juga masyarakat

yang mencari rezeki de-

ngan keberadaaan sungai

tersebut. Dengan adanya

pengusaha yang mengop-

timalkan sungai menjadi

lebih berwarna, seperti ha-

dirnya kafe- kafe yang bernuansakan

sungai Kapuas tersebut.

Dengan julukan sebagai kota

sungai atau kota seribu parit sudah

seharusnyalah kita juga memiliki

wisata air yang sukup handal se-

bagai wisata alternatif. Saya sebagai

warga Pontianak sangat berharap

pemerintah Kalbar dapat mengopti-

malkannya dan menciptkan taman

wisata yang mengacu pada Kon-

servasi, Reboisasi, Edukasi dan

Rekreasi.

Saya membayangkan ada pohon-

pohon palem yang berjejer rapi di

tepi sungai Kapuas dengan

wahana rekreasi yang me-

nyajikan berbagai permai-

nan dan hiburan kreatif

yang dapat memacu an-

drenalin dan tantangan di

air seperti floating Donal,

Giant Bubble, Kano, Becak

Air, Speed boat, Aqua Bike

dan berbagai sarana hibu-

ran air lainya.

Tapi melihat kondisi

sekarang, tampaknya ha-

rapan itu masih bagai

mimpi di siang bolong.

Sehingga entah kapan da-

pat terealisasi. Mengingat

Banyak ditemukan sampah bersera-

kan di setiap objek wisata dan parah-

nya lagi ada objek wisata yang tidak

memiliki toilet sehingga jika ada

wisatawan yang berkunjung harus

menahan jika ia ingin membungan

air kecil.

Terakhirnya, saya mengharap-

kan bagi calon-calon pemimpin ha-

sil pemilu yang “sukses” ini, nanti-

nya dapat merealisasikan impian

saya bahkan juga impian masyara-

kat Kalbar untuk menciptakan Pon-

tianak Wisata Sungai yang berbasis

konservasi.[]

Berharap AdanyaWisata Air di PontianakOleh Ridham S Zianto

Penulis:Ridham Syah

ZiantoMahasiswaJurusan:

Pariwisata FisipUntan

Angkatan 2008

M I U N / T I N A

PERMAINAN air yang biasa kita kenal dengan bebek engkol.

Page 22: Majalah Mimbar Untan edisi V

Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009

PLTU Gambut,Solusi atau Ancaman

D

22

Oleh Sri Pujiyani

unia kini dihan-

tui krisis ener-

gi. Dalam jang-

ka waktu pulu-

han tahun ke depan cada-

ngan minyak bumi dipre-

diksi akan habis. Demikian

pula dengan cadangan ba-

tubara, yang diperkirakan

juga akan habis. Padahal

sebagian manusia meng-

gantungkan kedua sumber

energi ini, termasuk bagi

kebutuhan sumber energi

listrik.

Di Kalbar, krisis energi

ini akan sangat berdampak

pada penyediaan energi

listrik, dimana selama ini

yang kita ketahui masih

banyak daerah di Kalbar

yang belum teraliri listrik.

Ini akan menjadi masalah

yang rumit. Kini, banyak

orang mulai berpikir un-

tuk mencari sumber ener-

gi alternatif yang dapat

menggantikan kedua sum-

ber energi tersebut. Tapi

butuh waktu yang lama

dan tentu saja biaya yang

tinggi, hingga sumber

energi alternatif itu bisa di-

manfaatkan secara opti-

mal. Pencarian energi ini

juga tak semudah seperti

yang dibayangkan. Me-

mang pada dasarnya ada

banyak energi alternatif

yang tersedia di alam, na-

mun cukup sulit untuk da-

pat memanfaatkannya.

Keterbatasan ada pada

sumber daya manusia dan

alat yang bisa menyo-

kongnya.

Salah satu sumber ener-

gi yang kini coba dikem-

bangkan adalah Gambut.

Ketersediaan jumlah Gam-

but di Kalbar yang cukup

besar membuat para pe-

neliti di Kalbar mulai me-

liriknya untuk dijadikan

pembangkit listrik.

Pemerintah Provinsi

Kalimantan Barat kini te-

ngah menunggu Pembang-

kit Listrik Tenaga Uap

Gambut (PLTU Gambut)

dinyatakan lulus peng-

kajian dampak lingkungan

dan ketersediaan lahan.

Pengembangan PLTU

gambut akan bekerjasama

dengan PT. Sebukit Power

Group.

Potensi Energi gambut

di Kalbar mencapai 2.702

juta ton. Tanah gambut di

Kabupaten Pontianak pa-

da umumnya mempunyai

kandungan mineral yang

rendah dengan kandungan

bahan organik lebih dari

90%. Secara kimiawi gam-

but mempunyai tingkat

keasaman (Ph) yang ren-

dah, pada gambut dangkal

pH lebih kurang (4,0-5,1),

gambut dalam (3,1-3,9).

Kandungan unsur hara di

dalam lahan gambut

umumnya miskin sehing-

ga tingkat kesuburan pada

lahan gambut rendah.

MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | s o r o t a n

M I U N / N I TA

KEBAKARAN lahan gambut di samping Fakultas Kedokteran Untan.

MIUN/SI IS

Pemanfaatan lahan gambut bisa dimanfaatkan untukpertanian b

Page 23: Majalah Mimbar Untan edisi V

Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009 23

PLTU Gambut ini me-

miliki tiga unit kawasan

kerja yakni Mempawah,

Kura-kura dan Parit Baru

yang mulai beroperasi

pada 2011. Tiap unit kawa-

san kerja berdaya 67 MW.

Kebutuhan PLTU Gam-

but 3 (unit) x 67 MW total

17.463 m3/ hari. Jika pro-

yek terealisasi maka per-

hitungan total pengguna-

an listrik selama setahun

membutuhkan 4.709.477

m3 lahan gambut untuk

dikonversi. Kemudian di

ketebalan gambut yang

dieksploitasi mencapai 2

meter maka lahan yang

dibutuhkan seluas 2.354.

839 m2 atau sekitar 236

Ha. Lahan gambut yang

sudah dikeruk, nantinya

akan ditanami sawit. Agar

lahan tersebut tetap pro-

duktif.

Menurut dosen Fakul-

tas Kehutanan Dwi Yulian-

tini, Mengenai pemanfaa-

tan gambut menjadi PLTG,

pemerintah bermaksud

baik mengalih fungsi nilai

gambut (dari penyerap air

jadi tenaga listrik). ”Na-

mun harus hati-hati dalam

pengikisannya. Hal ini di-

sebabkan oleh lamanya

pembentukkan gambut.

Walau hanya dengan kete-

balan 1 cm dilakukan pe-

ngikisan tetap akan berpe-

ngaruh bagi lingkungan,”

tambahnya.

PLTG melakukan pengi-

kisan secara perlahan pa-

da permukaan gambut.

Hal tersebut juga akan me-

ngurangi serapan air. ”PL-

TG berdalih mereka akan

membuat parit di pinggi-

ran kolam gambut. Pada-

hal hal tersebut justru

akan mempercepat proses

pengeringan gambut,”

ungkapnya.

Menurut aktivis Walhi,

Hendi Candra, gambut se-

baiknya dibiarkan secara

alami. Jika 20.000 ha gam-

but dikeruk untuk sumber

energi, maka akan berdam-

pak buruk karena Kalbar

rawan banjir. Hal ini juga

diutarakan Marwan, Maha-

siswa Pertanian yang tidak

setuju gambut dieksploi-

tasi. ”Jika melihat kondisi

Kalbar secara umum belum

beroperasinya PLTU gam-

but Kalbar telah mengalami

banjir 20-200 cm tiap ta-

hunnya. Pembangunan

PLTU Gambut berpotensi

melepas air dari gambut

sebesar 215. 054 kg x 20 m3

atau 40.301.080 m3. sean-

dainya 20% luas wilayah ka-

bupaten pontianak adalah

dataran rendah yang sering

mengalami banjir, maka

sekitar 190 ribu Ha daratan

Kabupaten Pontianak yang

akan mengalami banjir se-

dalam 2-3 meter,” ungkap

Maarwan.

Dwi Yuliantini juga me-

nyoroti tentang penana-

man sawit di lahan yang

telah dikeruk.” Mereka di

beberapa daerah yang di-

peruntukan sebagai kebun

kelapa sawit memakai seje-

nis pupuk yang dapat le-

bih cepat menghancurkan

mikroorganisme yang ter-

dapat di dalam gambut.

Hal tersebut akan merusak

gambut. Dan lagi Pohon

sawit tidak dapat menu-

tupi peranan gambut yang

sudah dikeruk.

Hendi juga sependapat

dengan Dwi Yuliantini.

Menurutnya langkah anti-

sipasi dampak lingkungan

yang akan digunakan da-

lam proyek PLTG ini hanya

merupakan copy paste

pemerintah. ”Maksudnya

pemerintah menyamara-

takan Amdal proyek PLTG

wilayah A untuk proyek

yang sama di tempat yang

bebeda.” Ia juga menam-

bahkan bahwa Penanaman

sawit dilahan gambut tidak

cocok,karena gambut ta-

nah yang tidak subur.

Dwi Yuliantini menya-

rankan kepada Bapedda

bahwa perencanaan pem-

bangunan PLTG harus le-

bih baik, secara undang-

undang gambut dilindu-

ngi, jangan dulu melihat

program peningkatan

jangka pendek tapi juga

jangka panjang. ”Untuk

PT. Sebukit Group perlu

secara serius mengkaji ba-

gaimana tingkat untung

MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | s o r o t a n

Lokasi/Kabupaten Potensi (Juta Ton) Keterangan

Pontianak 575 Hipotetik

Sambas 840 Hipotetik

Ketapang 990 Hipotetik

Kapuas Hulu 297 Hipotetik

Data Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Kalbar Barat

Potensi Sumber Daya Gambut di Kalbar

M I U N / T I N A H

LAHAN gambut di untan hampir musnah karena ditebangi untuk membangun fasilitaskampus. Padahal lahan gambut amat penting dalam penyerapan air pencegah banjir.

Page 24: Majalah Mimbar Untan edisi V

Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/200924

dan ruginya beberapa tahun ke

depan,” tambahnya.

”Hutan gambut sebaiknya digu-

nakan untuk budidaya sarang lebah

dan anggrek untuk melindungi hu-

tan rawa gambut, secara teknis har-

us dijaga yang statusnya masih

hutan. Karena hutan sangat berguna

paling tidak untuk vegetasinya,

encana Pemerintah dalam

membangun sumber energi

tenaga uap dari gambut se-

baiknya dikaji ulang, jangan sampai

kita salah melangkah dan menye-

babkan banyaknya kerugian yang

muncul setelah itu. Tentunya kita

tidak ingin tujuan ini akan menjadi

bomerang bagi kita kelak. Berikut

petikan wawancara bersama Marwan,

mahasiswa Jurusan Ilmu Tanah Fakul-

tas Pertanian Universitas Tanjungpu-

ra Pontianak.

Apa saja peran gambut bagi

Kalbar?

Gambut merupakan pengikat air

terbesar dari tanah jenis lain. Tanah

sepok ini juga berfungsi pengaturan

banjir, mencegah masuknya air asin

dan sumber pasokan air tawar, sarana

konservasi keanakeragaman hayati,

penjaga iklim global serta sarana

budidaya berbagai jenis tumbuhan

dan hewan.

Menurut anda, Bagaimana

persepsi masyarakat Kalbar de-

ngan istilah gambut?

Lahan gambut selama ini termar-

ginalkan karena dianggap tidak subur.

Sehingga muncul anggapan bahwa

tanah gambut adalah tanah yang tidak

mempunyai nilai lebih seperti tanah

lain dalam hal memberikan pro-

duktifitas hasil pertanian atau tanah

yang memerlukan modal besar jika

dikonversikan untuk lahan pertanian.

Paradigma tersebut ternyata mem-

buat gambut mendapatkan perlakuan

yang tidak sepantasnya diterima oleh

gambut. Salah satu contoh adalah

banyak para petani dilahan gambut

membuka lahan pertanian dengan

PLTU GambutJangan Jadi Bomerang baOleh Sri Pujiani

MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | s o r o t a n

kalau tidak ada dihutankan kem-

bali,” ungkapnya.

Guna mendukung kegiatan eko-

nomi dan ketahanan nasional suatu

negara, di perlukan energi. Ter-

batasnya pasokan listrik tidak sesuai

dengan kebutuhan listrik di zaman

serba modernisasi.

Ketergantungan energi listrik

merupakan penyebab utama kelang-

kaan listrik di Kalbar. Beban puncak

tertinggi di Pontianak saja mencapai

118/92 MW. Tidak sebanding de-

ngan daya yang dihasilkan seluruh

pembangkit Perusahaan Listrik

Negara (PLN) yang berada di angka

82 MW.

Kurangnya kapasitas pembang-

cara membakar karena beranggapan

tanah akan subur jika sudah dibakar

selain penilaian lainnya yaitu cara

kerja yang efektif, efisien dan cepat.

Tindakan kedua berbahaya dari akti-

fitas pertanian lain adalah dengan

membuka saluran drainase pada lahan

gambut, strategi yang cerdas namun

sedikit yang berhasil dalam imple-

mentasinya sehingga menjadikan

gambut menjadi rusak.

Bagaimana dengan peman-

faatan gambut di Kalbar selama

ini?

Sejauh ini pemanfaatan gambut

dari pihak swasta baru budidaya Aloe

vera (lidah buaya) dan budidaya nanas

di kuala 2 Mempawah. Jika upaya

pemanfaatan dari pihak pemerintah

belum ada.

Apa saja tindakan manusia

yang merusak gambut secara

langsung?

Tindakan manusia yang berdam-

pak merusak langsung ialah Konser-

vasi gambut sebagai energi pem-

bangkit listrik, pengairan (drainase)

untuk budi daya, permukiman, dan

pengendalian nyamuk, pembuatan

bendung (dyke), bendungan (dam),

tanggul, dinding penolak air pasang,

dan jaringan saluran, serta pengu-

bahan aliran sungai, Ameliorasi kimia

dalam rangka pembudidayaan, peng-

gunaan yang memacu erosi dan am-

blesan (subsidence) dan penamba-

ngan gambut.

Setujukah anda tentang ada-

nya proyek PLTU dari Gambut?

Mengapa?

Tidak setuju!. Karena rencana

pendirian gedung PLTU dari Gambut

itu berada di Mempawah yang meru-

pakan kawasan lindung. Apalagi kete-

balan gambut di Mempawah mencapai

9 meter yang mana berdasarkan Kep-

res no 32 tentang adaya proyek PLTU

dari Gambut tersirat gambut tidak

boleh digarap bila lebih dari 3 meter.

Jadi gambut di sana tidak boleh ditam-

R

SALAH satu lahan gambut yang dimanfaatkan untuk tanaman ubi jalar

Page 25: Majalah Mimbar Untan edisi V

Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009 25

adi Bomerang bagi Kalbar

MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | s o r o t a n

kit juga menjadi masalah yang diha-

dapi PLN Kalbar saat ini. Maka, pe-

merintah dan semua lapisan ma-

syarakat berlomba-lomba mencari

energi baru terbarukan untuk pem-

bangkit listrik.

Hal ini di atur dalam Undang-

undang Energi No. 30/2007/ Pasal

20 Ayat (4) : Penyedian energi baru

dan energi terbarukan wajib diting-

katkan oleh pemerintah dan peme-

rintah daerah sesuai dengan kewe-

nangannya. Juga Ayat (5), Penye-

diaan energi dari sumber energi

baru dan sumber energi terbarukan

yang dilakukan oleh badan usaha,

bentuk usaha tetap dan perse-

orangan dapat memperoleh kemu-

dahan dan atau insentif dari peme-

rintah dan atau pemerintah daerah

sesuai dengan kewenagan untuk

jangka waktu tertentu hingga terca-

pai nilai keekonomiannya.

Akhirnya semua potensi energi

alternatif di coba untuk di upayakan

pengolahannya oleh pemerintah

hingga ke pelosok negeri. []

bang.

Menurut anda, bagaimana pe-

rencanaan PLTG oleh PT. Sebu-

kit Group?

PT. Sebukit Group nampaknya

belum bisa memperkirakan jumlah

energi yang dapat dihasilkan oleh

gambut dalam satuan berat tertentu.

Setelah gambut bukan dikerok seba-

nyak 2 mili dari permukaan gam-

but,lalu mereka menanam pohon aka-

sia/sagu/sawit itu agar tanahnya jadi

produktif. Dunia menolak kalo gambut

di tambang karena pertumbuhan

gambut memakan ribuan tahun. Pe-

rencanaan pembangunan ini, belum

melibatkan stakeholders yang ada,

padahal untung maupun ruginya nanti

dirasakan oleh banyak orang. Hingga

sah – sah saja jika sebagian dari mas-

yarakat ada yang beranggapan bahwa

perencanaan ini belum begitu sem-

purna.

Bagaimana menurut anda

prediksi masa depan Kalbar de-

ngan PLTG hasil kerjasama Pe-

merintah dengan PT. Sebukit

Group?

Jika rencana pembangunan terse-

but dikaji lebih dalam saya dapat me-

nyimpulkan berdasarkan ilmu yang

ada jika gambut yang merupakan salah

satu ekosistem air tawar itu, menjadi

rusak maka lambat laun spesies – spe-

sies ikan air tawar, udang gala maupun

hewan-hewan lainnya yang bergan-

tung pada ekosistem tersebut akan

juga akan punah. Akibatnya bagi

kepala keluarga yang mengantung

kehidupannya pada air tawar tidak lagi

dapat mengais rezeki dari sungai

tersebut. Belum lagi emisi karbon

yang disumbangkan dari pembakaran

tersebut tentu akan semakin memper-

parah dampak daripada Efek Rumah

Kaca akibatnya semakin meningkat-

nya suhu dipermukaan bumi atau Glo-

bal Warming. Hingga tidak menutup

kemungkinan tingkat kandungan mer-

kuri dari hasil penambangan PETI di

bagian hulu juga akan mencemari su-

ngai Mempawah sehingga kualitas air

menjadi buruk, hal ini dapat terjadi

karena gambut sebagi filter air tawar

tidak lagi berfungsi karena kebe-

radaaanya sudah tidak ada lagi akibat

habis di tambang. gambut mempunyai

kemampuan dalam menyerap air yang

besar begitu juga dengan melepas-

kannya sehingga menjelang musim ke-

marau gambut menjadi kering dan

terbakar akibatnya kabut, akibatnya

lagi bagi kesehatan adalah munculnya

penyakit ISPA. Hal ini dapat kita lihat

dari proyek besar pembukaan lahan

gambut 1 juta hektar di Kalimantan

Tengah pada tahun 1996.

Apa pesan anda bagi peme-

rintah dalam memanfaatan

gambut?

pihak pemerintah sudah saatnya

melibatkan seluruh stakeholders di

daerah. Sebagai salah satu bentuk

pengelolaan pemerintah yang partisi-

patif dan kolaboratif. Apalagi kebija-

kan ini merupakan kebijakan yang

menyangkut nasib orang banyak

dikemudian hari. Karena sudah jelas,

dengan ditambangnya gambut maka

akan berdampak pula pada lingkungan

sekitar. Pemerintah juga harus gencar

melindungi gambut dengan usaha

melakukan penyuluhan dan penga-

wasan tidak hanya kepada petani tapi

juga para pegusaha.[]

I S T

Marwan

M I U N / D O K

ang dimanfaatkan untuk tanaman ubi jalar.

Page 26: Majalah Mimbar Untan edisi V

Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009

P

26

MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | l i n g k u n g a n

Potret Buram PenangananKasus Illegal Loggingdi Kalimantan BaratOleh Deman Huri Gustira S Hut

ada jayanya sektor kehu-

tanan Indonesia dijuluki

mahkota hijau karena me-

rupakan salah satu sektor non migas

andalan dalam hal pemasukan de-

visa negara. Sektor yang berfungsi

ekonomis, ekologis dan sosial bagi

masyarakat ini, belakangan menga-

lami kerusakan hutan(deforestry)

Indonesia yang tidak dapat terken-

dali lagi.

Data Planalogi Departemen Kehu-

tanan melaporkan kerusakan hutan

mencapai 107,79 juta hektar de-

ngan laju kerusakan hutan mende-

kati 3,8 juta hektar pertahun. Semen-

tara FAO kerusakan hutan Indone-

sia 1.871 juta hektar pertahun. Dan

menurut WWF laju kerusakan hutan

sekarang sudah mencapai 1.8 juta

hektar per tahun.

Adapun penyebab utama dari

kerusakan hutan disebabkan karena

masyarakat melihat hutan selalu

dari draiven economic (dorongan

ekonomi), yang menyebabkan :

Konversi Lahan Berlebihan, Illegal

logging, Kebakaran dan Benturan

Kepentingan. Oleh karena itu, ketika

hutan mengalami kerusakan yang

sangat besar berpotensi menim-

bulkan Bencana alam, Bencana eko-

logis dan Bencana kemanusiaan.

Gambaran Umum Hutan

dan Kehutanan Kalimantan

Barat

Statistik resmi mengindikasikan

62,5% wilayah Kalimantan Barat

masih berhutan dimana seluas 3,59

juta hektar atau 26.9% merupakan

kawasan lindung dengan status.

Sekitar 9.1 juta hektar kawasan

lindung dengan berbagai status.

Sekitar 9,1 juta hektar kawasan

berhutan atau 56.9% dialokasikan

untuk hutan produksi dan konversi.

Kerusakan Hutan Kalbar

Sesuai dengan teori ekonomi

mengeluarkan modal sekecil-seke-

cilnya dan mengambil untung sebe-

sar-besarnya. Begitu juga dalam

pengelolaan di sektor kehutanan.

Para pengekplotasi hutan enggan

mengembalikan hutan ke bentuk

semula, karena akan mengeluarkan

modal yang besar3.

Di tahun 2003, sekitar 34.4%

daratan Kalimantan Barat di golong-

kan telah terdegradasi, 32.4% dari

total kawasan berhutan dianggap

terdegradasi. Dalam kurun 2000-

2002, total degradasi lahan mening-

kat pesat hingga 12.2% dari total da-

ratan.

Laju deforestasi di Kalimantan

Barat secara umum pada kurun

waktu 1985 -1997 adalah 2,1 % dari

luas daratan setiap tahunya. Dalam-

nya kurun waktu 1985-2001, seki-

tar 2,9 juta ha luas kawasan lindung

dataran rendah hilang di kalimantan.

Illegal logging

Kini dianggap faktor dominan

yang menyebabkan kerusakan hu-

tan. Tidak dipungkiri bahwa praktek

Ilegall logging menjadi rente eko-

nomi(economic rent) bagi pemilik

modal, tetapi jelas merupakan ke-

giatan ekonomi haram yang sangat

eksplotatif, dan tidak membangun

pertumbuhan yang berkeadilan

apalagi berkelanjutan dalam penge-

lolaan SDH(sumber daya hutan).

Nalar inilah yang selama ini menjadi

landasan segala regulasi dan operasi

lapangan dalam memerangi illegal

loging. Harapannya, melalui pem-

berantasan Illegall logging. Penge-

lolaan sumber daya hutan akan

menghasilkan pertumbuhan berkea-

dilan dan berkelanjutan.6

Terjadinya pencurian kayu ille-

gal secara besar-besaran untuk

memasok bahan baku terhadap

DOK WALHI

TAMPAK dari atas Hutan di Danau Sentarum yang rusak.

Page 27: Majalah Mimbar Untan edisi V

Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009

DOK WALHI

HASIL pertambangan yang merusak bagian daerah Hutan.

27

MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | l i n g k u n g a n

perusahaan. Selain itu kepemilikan

izin produksi kayu olahan dan hasil

industri kayu lainya yang besar

memicu penyalahgunaan penerbi-

tan SKSHH yang sah untuk menutupi

penebangan, transportasi, dan pe-

merosesan kayu hasil curian. Jum-

lah SKSHH yang seharusnya di ter-

bitkan bisa jauh melampaui jumlah

SKSHH yang seharusnya diterbitkan

berdasarkan konsep pengelolaan

hutan lestari.

Ada pula sumber kayu dari pem-

belian bebas yang patut dicurigai

berasal dari kayu hasil penebangan

liar oleh pemegang konsesi HPH dan

pemegang IPK. Setiap pemilik IPHK

memiliki orang kepercayaan untuk

mengurus dokumen SKSHH. Jika

kayu yang diperoleh masih dalam

batas izin IPHHK, mencari dokumen

Surat Keterangan Sahnya Hasil Hu-

tan (SKSHH) untuk mengangkut ka-

yu bulat maupun kayu olahan bu-

kanlah sesuatu yang sulit.

Izin perkebunan di salah gunakan

hanya untuk melakakukan peneba-

ngan daerah yang masih kaya hutan,

setelah kekayaan hutannya habis

dieksplotasi secara illegal maka

mereka meninggalkan areal tersebut

tanpa di tanami dengan perkebunan

sawit, dan kasus ini sepertinya lagi

trend terjadi pada saat ini.

Modus Operandi

illegal logging

Adapun jenis-jenis pelanggaran

hukum (modus operandi) di sektor

hutan yang ditemukan selama pem-

berantasan illegal logging antara

lain.

1 . Di hilir

a. Pemalsuan dokumen asal

usul kayu.

b. Manipulasi / penyimpangan

penggunaan dokumen kayu seperti

dokumen terbang (SKSHH palsu),

penggunaan dokumen berulang,

dokumen lelang fiktif, tujuan pe-

ngangkutan fiktif, pengangkutan

tanpa dokumen , pencucian uang

hasil dari praktek illegal logging, dan

fisik kayu tidak sesuai dengan yang

tertera dalam DHH baik jenis, jum-

lah dan volume.

c. Adanya korupsi antara ok-

num pejabat dan pelaku illegal log-

ging dalam upaya manipulasi data

dengan fisik kayu.

2. Di Hulu:

a. Izin IPK/UPHHK tidak sah

(diterbitkan oleh pejabat yang tidak

berwenang).

b. Izin pemasukan dan peng-

gunaan peralatan, izin perpanjangan

penggunaan peralatan dan izin

pemindahan peralatan tidak sah dan

ataupun tidak ada.

c . Pemilik IPK/IUPHH tidak

mempunyai kayu yang cukup sesuai

dengan RKL /RKT sehingga melaku-

kan penebangan di luar arealnya

serta potensi kayu yang tidak cukup

sesuai dengan target yang diizinkan.

d. Membeli dan menampung

kayu secara illegal.

e. Terjadi perbuatan Korupsi

antara oknum pejabat dengan pela-

ku illegal logging dalam pemberiaan

izin pemanfaatan hasil hutan kayu.8

Walaupun Presiden Republik In-

donesia, telah mengeluarkan In-

struksi presiden Nomor 4 tahun

2005 tentang pemeberantasan Pe-

nebangan Kayu secara illegal di Ka-

wasan Hutan dan Peredaranya di se-

luruh wilayah Republik Indonesia.

Adanya Inpres no 4 tahun 2005

di respon secara positif oleh ber-

bagai instansi terkait dalam pembe-

rantasan illegal logging. Karena

sebagai konsekuensi dari inpres

tersebut adalah:

1 . Melakukan percepatan

pemberantasan penebangan kayu

secara illegal di kawasan hutan dan

peredarannya di seluruh wilayah

Republik Indonesia.

2. Menindak tegas dan mem-

berikan sanksi terhadap oknum

petugas di lingkungan yang terlibat

dengan kegiatan penebangan kayu

secara illegal di dalam kawasan

hutan dan peredarannya.

3. Melakukan kerja sama dan

saling koordinasi untuk melaksana-

kan pemberantasan penebangan ka-

yu secara illegal di kawasan hutan

dan peredarannya di seluruh wil-

ayah Republik Indonesia.

4. Memanfaatkan informasi

dari masyarakat yang berkaitan

dengan adanya kegiatan kayu secara

illegal dan peredarannya.

5. Melakukan penanganan se-

gera mungkin barang bukti hasil

operasi pemberantasan peneba-

ngan kayu secara illegal di kawasan

hutan dan peredarannya di seluruh

wilayah Republik Indonesia .9

Tapi dalam melaksanakan Inpres

tersebut, instansi terkait belum bisa

menjalankannya dengan baik. Fak-

tanya, walaupun sudah beberapa

tahun inpres itu dikeluarkan tapi

kasus illegal logging masih marak di

beberapa daerah.

Ada beberapa faktor yang me-

Page 28: Majalah Mimbar Untan edisi V

Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009

nyebabkan mengapa realisasinya

kurang baik:

1 . Kurang sinkronisasi ber-

bagai peraturan perundang-un-

dangan yang ada maupun peraturan

pelaksanaan lainya di bidang ke-

hutanan baik di pusat ataupun di

daerah.

2. Kurangnya koordinasi anta-

ra aparat penegak hukum (criminal

justice system).

3. Belum adanya persamaan

persepsi dari aparat penegak hu-

kum terhadap ketentuan Kehutanan

yang berlaku dalam perkara tindak

pidana kehutanan yang sedang di

tangani.

4. Belum terciptanya penanga-

nan perkara Tindak Pidana Kehuta-

nan “Satu Atap” guna percepatan

penyelesaian.

Kemanakah Kerja Pokja

Ilegal loging (Illog) Kalbar

Dalam menghadapi kerusakan

hutan yang diakibatkan oleh illegal

logging sudah banyak operasi yang

dilakukan oleh pihak terkait. Namun

operasi tersebut seolah belum

mampu membuat jera para pelaku

illog. Sampai di bentuk program

kerja (pokja) pemberantasan illog

tingkat provinsi Kalbar. Namun

pokja tersebut sampai sekarang

belum mampu menyelesaikan per-

masalahan kehutanan di kalbar

yang di akibatkan oleh illegal logging.

Bahkan pokja tersebut seolah tidak

kedengaran kinerjanya.

Di Kalimantan Barat Pokja terse-

but sudah dibentuk dengan kepu-

tusan Gubernur Kalimantan Barat

Nomor : 417 Tahun 2004 yang

anggotanya langsung diketuai oleh

Gubenur Kalimantan Barat dan diisi

oleh dinas-dinas terkait. Namun

pada kenyataannya tim tersebut

sampai sekarang belum mempunyai

program yang jelas.

Tim yang dibentuk pun belum

kelihatan eksistensinya dalam me-

laksanakan tugas-tugasnya sesuai

dengan Surat Keputusan Gubenur

Kalimantan Barat, karena kurangnya

koordinasi antara dinas terkait yang

ditunjuk dalam tim tersebut dan

adanya benturan tugas kerja antara

dinas satu dengan yang lainnya.

Komitmen Pimpinan

Daerah

Kalau dilihat dari segi komitmen

di tingkat Provinsi pimpinannya

Gubernur yang bertanggung jawab

dalam tim ini. Kalau tidak berjalan

bearti Gubernurnya tidak mem-

punyai komitmen dalam pemberan-

tasan kasus illegal logging. Tim pem-

berantasan Illegal logging dibentuk

oleh pemerintahan Provinsi Kalbar

tidak berjalan, ini mengindikasikan

bahwa pimpinan daerah belum

mempunyai politicall will dalam

pemberantasan Illegal logging.

Semestinya Pemerintah provinsi

proaktif mengkoordinasikan tim ini.

Gubenur ataupun Asistennya terli-

bat dalam Tim ini, termasuk dalam

hal Pendanaan. Dan apabila Guber-

nur tidak melaksanakan tugas ini.

Gubernur mengabaikan Instruksi

Presiden no 4 tahun 2005, mestinya

mereka saling memback-up.

Dalam SK diperkuat Inpres no-

mor 4 Tahun 2005 tentang Pembe-

rantasan Penebangan dan Pereda-

rannya di seluruh wilayah Republik

Indonesia. Tugas masing-masing

Instasi sudah Jelas, mestinya tum-

pang tindih tugas di lapangan tidak

terjadi. Lantas untuk apa SK Guber-

nur tentang pembentukan Tim ter-

sebut. Apakah Gubernur membuat

Tim itu hanya kepentingan for-

malitas hanya untuk melaksanakan

instruksi Presiden saja.

Ada dua hal yang harus dilaku-

kan. Internal, kalau ini agenda pe-

merintahan SBY, ini harus dilak-

sanakan oleh pemerintah, dari mulai

pusat sampai ketingkat pemerinta-

han daerah baik Provinsi ataupun

Kabupaten.

Eksternal, tantangan buat ma-

syarakat sipil untuk mengontrol tim

ini, supaya Tim ini berjalan dengan

baik sehingga agenda-agenda pem-

berantasan Illegal logging didaerah

ini diatasi dengan baik. “Ini harus

menjadi agenda masyrakat sipil

karena illegal logging bukan se-

mata-mata masalah lingkungan se-

mata, tetapi masalah kemiskin, ke-

bodohan dan korupsi.

Konflik Kebijakan

Menteri Kehutanan pernah me-

ngeluarkan kebijakan tentang pen-

cabutan izin HPH yang masa berla-

kunya sudah habis di seluruh pro-

vinsi di Indonesia termasuk di Kal-

bar. Hal ini menyebab gerahnya pe-

merintah Daerah. Karena pemerin-

tah daerah merasa dilangkahi Men-

hut. Keputusan tersebut membuat

beberapa elemen pengusaha dan

pemerintah daerah marah, dengan

alasan otonomi daerah.

Di lain pihak pelaksanaan otono-

mi daerah pun sedang menghadapi

tantangan, karena menurut Lem-

MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | l i n g k u n g a n

DOK WALHI

SISA hasil penebangan Hutan yang tampak gersang.

28

Page 29: Majalah Mimbar Untan edisi V

Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009

baga Survei Indonesia (LSI), bahwa

pelaksanaan otonomi daerah gagal.

Pemerintah Daerah tidak berhasil

dalam meningkatkan kesejahteraan

penduduknya dan memajukan pem-

bangunan.

Karena masih adanya benturan

kewenangan (conflict of authority)

antara kedua belah pihak yaitu an-

tara pemerintah pusat dan daerah.

prihatinkan. Regulasi semestinya

merupakan strategi intervensi un-

tuk memperbaiki kinerja tata –nia-

ga, tetapi peraturan ini malah meru-

sak sistem tata-niaga SDH.

Lebih ironis lagi, ketika banyak

pihak sedang giat-giatanya mem-

promosikan kemungkinan pembe-

kuan uang tidak halal hasil Illegal

logging melalui pembekuan Money

Laundry, Permenhut ini justru ber-

potensi memicu pelembagaan fung-

sionalisasi pabrik atau unit pengo-

lahan kayu menjadi Log Laundry.

Fungsi pabrik sebagai Log Laundry

menjadi lebih penting dibandingkan

dengan fungsi konvensionalnya

sebagai processing unit.

Karena persepsi yang selalu ber-

beda antara pemerintah pusat, Dis-

hut Provinsi dan pemda kabupaten

maka terjadilah ketidak harmonisan

di antara lembaga pemerintahan.

Sehingga sistem pengelolaan hutan

saat ini menjadi tidak teratur. Tarik

menarik kewenangan antara peme-

rintah pusat, Pemrov dan pemerin-

tah kabupaten, masih terus berlang-

sung walaupun jalur penyelesaian-

nya terus diupayakan.

Wewenang berdasarkan undang-

undang (constitutional divicion of

fower), tidak dapat dilaksanakan

dengan baik, karena selain adanya

benturan peraturan antara peme-

rintah pusat dan daerah baik peme-

rintah provinsi ataupun dengan

kabupaten masih terjadi konflik

otoritas (conflict authorithy) dan

benturan antara instansi terkait.

Juga pengelolaan kekuasaan

(power manajemen) yang masih

berorientasi pada ekonomi, ikut

memperburuk kebijakan kehutanan

yang dibuat oleh pemerintah. Se-

hingga terjadi perselingkuhan poli-

tik antara pasar dan pemerintah, ini

yang menyebabkan pemberantasan

illegal logging sulit di selesaikan.

Diharapkan konflik kepentingan

antara pemerintahan pusat dan

daerah juga pengusaha bisa dise-

lesaikan dengan baik. Permasalahan

kalau ini terjadi berlarut-larut akan

mempunyai dampak negatif yang

signifikan dalam pengelolaan sum-

ber daya hutan yang masih tersisa

di republik ini.

Karena kalau konflik kepentingan

terus menerus-menerus ini terjadi

dalam pengelolaan sumber daya

hutan, jangan harap pengelolaan

hutan secara lestari akan tercapai

tetapi sebaliknya pengelolaan hutan

akan makin suram karena pemerin-

tah terjebak pada konflik kebijakan

yang akhirnya menyebabkan ter-

jadinya konflik kewenangan dan

kepentingan, sehingga menyebab-

kan ketidakjelasan dalam sistem

pengelolaannya.

Potret Buram

Kejahatan illegal logging meru-

pakan kejahatan yang dilihat dari

anatomi kasus illegal logging sebagai

kejahatan yang memperlihatkan

anatomi yang berbeda dengan keja-

hatan pada umumnya (man in the

street crime) yang melibatkan ba-

nyak orang secara struktural walau-

pun secara informal.

Pada tahun 2008 penengak hu-

kum di Kalimantan Barat menanga-

ni sekitar 107 kasus namun hampir

95% kasus yang ditangani para

penegak hukum adalah kasus, hanya

menangkap pemain kelas teri, yaitu

orang yang terlibat sebagai pe-

ngemudi motor, sopir dan pene-

bang.

Kejahatan illegal logging di In-

donesia sudah sangat memprihatin-

MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | l i n g k u n g a n

DOK WALHI

JALAN pun dibuka untuk memudahkan akses transportasi dari dan menujuperusahaan sawit.

Pemerintah pusat tidak mampu ber-

buat banyak terhadap pengelolaan

hutan, sehinga tidak ada yang di

untungkan dengan adanya konflik

kebijakan dan kewenangan tersebut.

Menurut Mochammad Maksum,

dalam Makalahnya Permenhut 55/

2006, Pelembagaan Pabrik Sebagai

Log Laundry, Permenhut yang me-

ngatur tata-niaga perkayuaan,tidak

akan memperbaiki kinerja tata –

niaga kayu dalam menghasilkan

pertumbuhan perekonomian yang

berkeadilan dan berkelanjutan,

tetapi sebaliknya menghancurkan

prospek ekonomi SDH. Tentu ini

adalah ironi struktural yang mem-

Karena persepsi yang selalu

berbeda antara pemerintah

pusat, Dishut Provinsi dan

pemda kabupaten maka

terjadilah ketidak

harmonisan di antara

lembaga pemerintahan

29

Page 30: Majalah Mimbar Untan edisi V

Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009

kan, karena telah menimbulkan ke-

rugian yang sangat besar, tidak

hanya dari segi keuangan saja, tapi

yang lebih parah adalah kerusakan

lingkungan yang menyebabkan

dampak pada segala sumber kehi-

dupan.

Namun, penanganan kasus yang

dilakukan oleh penegak hukum

selama ini hanya menyentuh pada

kasus-kasus yang kecil saja. Semen-

tara kasus illegal logging yang ber-

skala besar dan melibatkan orang

banyak belum dapat menyentuh

aktor utama. Seperti,kasus tenda

biru, kasus Asong, PT.SBAL dan

kasus lainnya.

Namun, para aktor utama bebas

berkeliaran atau sengaja dibebas-

kan, walaupun mereka disebut DPO

bahkan mereka mengalihkan keka-

yaannya hasil Illegal logging ke

bisnis lain untuk mencari jalan

selamat, ini yang disebut pencucian

Uang. Namun para penegak hukum

tidak mencoba mengejar aliran dana

hasil Illegal logging di kemanakah

mereka gunakan.Termasuk oknum

pejabat yang terlibat baik secara

langsung ataupun tidak langsung

tidak dijerat dengan undang-undang

anti korupsi sehingga hukuman akan

lebih berat. Karena ada proses suap

menyuap (Gratifikasi)

Sebagai contoh beberapa kasus

yang dianggap besar Pertama:

Kasus yang menggejutkan adalah

penangkapan para pejabat lokal,

dari Dinas Kehutanan dan Kapolres

Ketapang oleh Aparat Mabes Polri

dengan barang bukti sebanyak 21

kapal berisi kayu 12 ribu kubik meter

atau senilai Rp208 miliar lebih besar

12 kali lebih besar, dari pendapatan

daerah(PAD) kabupaten tersebut.

Selama setahun data PAD ketapang

tahun 2007 Sekitar 17 miliar.

Namun yang terjadi adalah para

tersangka, walaupun telah terbukti

merugikan negara yang sangat luar

biasa besar, namun mantan Kapol-

res Ketapang hanya di Hukum 3 ta-

hun penjara dengan denda 5 juta

subsider 2 bulan kurungan dan

sekarang bebas karena bandingnya

di terima oleh Kejaksaan Tinggi Ka-

limantan Barat. Sementara Kepala

Dinas Kehuatan Ketapang vonis 9

bulan dan langsung bebaskan de-

ngan bersyarat dan cukongnya

hanya divonis 1,2 tahun.

Kedua: kasus Tony Wong, kare-

na masa tahanannya sudah habis

demi hukum Tony Wong bebas yang

awalnya di tangkap bak teroris

karena dianggap salah satu DPO Pol-

da Kalimantan Barat, karena masa

tahanan sudah dianggap habis.

Ketiga :kasus yang dianggap be-

sar adalah kasus tenda biru Kapuas

Hulu sejumlah 285 orang tujuan ke

Pontianak dilaksanakan pengu-

kuran, diketahui jumlah kayunya

sebanyak 15.893 batang = 8.807,56

M3, kalau diuangkan jumlahnya

ratusan Milyar.

Awalnya kasus penangkapan

demi penangkapan yang dilakukan

oleh pihak kepolisian bisa disebut

sebagai sebuah success story dalam

penegakan tindak pidana illegal log-

Lingkungan Hidup, (3) UU No 5

Tahun 1990 Tentang Konservasi

Sumberdaya Alam Hayati dan

Ekosistemnya. Hanya saja ketiga

undang-undang ini belum sanggup

untuk menjamah para pelaku in-

telektual kejahatan kehutanan.

Jika merujuk kepada Undang-

Undang 41/1999 Tentang Kehuta-

nan, yang paling banyak terjerat

adalah para pelaku lapangan seperti

buruh tebang dan buruh angkut

(masyarakat), dan pemilik jasa trans-

portasi yang membawa dan atau

memindahkan kayu hasil tebangan

liar dari suatu tempat ke tempat lain.

Mereka ini memang (terbukti) men-

duduki kawasan hutan, menebang,

membawa, menguasai, memiliki,

dan mengangkut hasil hutan tanpa

izin yang sah (pasal 50 ayat 3 UU

41/1999). Permasalahan utama

gagalnya penegakan hukum kasus

illegal logging adalah aktor intelek-

tualnya selama ini terlalu kuat untuk

ditembus hukum.Karena hanya

dakwaan dan pertimbangan Putusan

menggunakan KUHP dan Undang-

undang pokokkehutanan saja.

Padahal ada Undang-undang

yang lain yang bisa menjerat melaku

Illegal logging yang lebih berat para

aktor intelektual dan jaringannya,

yaitu undang-undang Pencucian

uang dan undang Korupsi (UU no

ging di Kalimantan Barat ternyata

setelah di putuskan kasus membuat

semua orang terperangah. Karena

putusan sangat ringan, tidak sesuai

dengan perlakuan tindakan keja-

hatan yang dilakukan oleh mereka.

Selama ini undang-undang yang

digunakan oleh penengak hukum

adalah UU No 41 Tahun dan UU No

23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan

MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | l i n g k u n g a n

DOK WALHI

SIAP dijadikan lahan sawit.

30

Page 31: Majalah Mimbar Untan edisi V

Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009

31/1999 dan UU no 20/2001) serta

Undang-undang pencucian uang.

Kalau UU ini di terapkan aktor

Intelektual yang akan di Hukum

dengan berat. Padahal untuk hakim

sudah ada surat edaran yang di buat

oleh MA,yaitu No.01/Bua.6/Hs/SP/

V/2008 tentang petunjuk pena-

nganan perkara illegal logging. dan

hukumannya harus maksimal bukan

minimal.

Mafia Peradilan

Melihat bahwa kejahatan illegal

logging bercorak kejahatan terorga-

nisir (organized crime), maka untuk

melanggengkan aktivitasnya mere-

ka dengan sekuat tenaga pasti akan

membangun akses ke aparat pene-

rantas mustahil kasus Illegal logging

bisa ditegakan, karena hukuman

tidak membuat jera para pelaku Il-

legal logging.

Bahaya Mengancam

Dibeberapa daerah di Kalimantan

Barat dalam tahun 2008 telah ter-

jadi banjir sebanyak kurang lebih 21

kali, selama satu tahun dan kejadian

tersebut tidak pernah terjadi pada

tahun-tahun sebelumnya. Ini me-

rupakan akibat dampak dari kerusa-

kan hutan, salah satu penyebabnya

adalah illegal logging.

Mestinya menjadi pertimbangan

penegak hukum dalam membuat

dakwaan ataupun putusan. ben-

cana banjir yang menimpa daerah

tidak terlepas dari Illegal logging

yang di lakukan oleh Mayarakat.

Selain itu juga akan menyebabkan:

Satu, Tidak kurang 864.000 m3

logs setahun keluar ke negeri jiran,

Kedua,kerusakan hutan Kalbar

hampir seluas 165.000/thn(=23x

luas lapangan bola/jam), Ketiga,

“Total loss” perekonomian negara di

rugikan + Rp. 220 Milyar (dari ro-

yalti PSDH. DR & PBB). Keempat,

Mengancam kelestarian fungsi ling-

kungan/ekternalitas (erosi,banjir &

sedimentasi), Kelima, Merusak

mental, moral rakyat dan citra

kalbar dimata dunia internasional

Tanpa hukuman yang berat keja-

hatan ini tidak akan membuat jera

para pelaku illegal logging, dan Ille-

gal logging tetap akan menghantui

kerusakan hutan di Kalimantan

Barat dan bencana akan selalu me-

ngancam Kalimantan Barat, ter-

utama banjir dan longsor dan ben-

cana kemanusia akan tetap me-

ngancam daerah ini.[]

Deman Huri Gustira

:Direktur LPS-AIR (Alumni

Fakultas Kehutanan UNTAN)

Karya lain yang pernah ditebit-

kan dalam bentuk buku.

1 . Sebuah konspirasi Penanga-

nan Kejahatan Kehutanan di Kali-

mantan

2. Di Ujung Perubahan.

3. Metamorfosis Bisnis Militer

4. Gerakan Anti Korupsi di

Tingkat lokal.

5. Tehnik Meliput Illegal Log-

ging.

6. Analisa Media “Ketika Me-

dia Lokal dalam Memberitakan Ille-

gal Logging.

7 . Media menguak korupsi di

bumi Katulistiwa

8. Indonesia dalam Transisi

(dalam proses)

9. Artikel-artikel lainnya yang

pernah di terbitkan oleh berbagai

media jurnal, majalah dan koran.

Catatan Kaki:

1. Huri Deman, 2006, Prahara

Mahkota Hijau, Pontianak Post.

2. Identifikasi Kawasan Hutan

Bernilai Konservasi Tinggi Secara

Lanskap di Kalimantan Barat Sebuah

Kajian Literatarur. 2007,WWF In-

donesia. Pontianak.

3. Huri Deman., 2007,Quo Vadis

Pengeloan Hutan Kalbar, Pontianak

Post.

4. Yasmin Yurdi dkk, 2005. The

Complexities of Managing Forest

Resources in Post- decentralization

Indonesia. Untan, Yayasan Kon-

servasi Borneo and CIFOR, Indone-

sia

5. Masyarakarat Perhutanan In-

donesia. 2007, Dampak Pemberan-

tasan Penebangan Kayu Secara il-

legal dan peredarannya terhadap

eksistensi industri pengolahan kayu

di Kalimantan Barat.

6. Mochammad Maksum, 2006,

Permenthut 55/2006. Pelembagaan

Pabrik Log Ranudry. Makalah Dis-

kusi Hotel Santika, Pontianak

7. Setiono Bambang. 2007.

Analisis Kasus Illegal Logging di

Kabupaten Katingan Kalimantan

Tengah.CIFOR, Bogor.

8. Markas besar Kepolisian Ne-

gara Republik Indonesia Bada Re-

serse Kriminal, 2007, Perlindungan

dan Penegakan Hukum dalam Im-

plementasi Inpres NO 4/2005,

Jakarta.

9. Kejaksaan Tinggi Kalimantan

Barat,2007, Penegakan Hukumter-

hadap Pelaku Illegal Logging dan

Illegal Trade.Kejaksaan Tinggi Kal-

bar.

MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | l i n g k u n g a n

gak hukum sendiri supaya lebih eksis

dalam aktivitasnya.

Maka dilihat dari putusan demi

putusan yang dilakukan oleh pene-

gak hukum yang sangat meringan-

kan para pelaku Illog terutama para

Aktor tetap bebas menjadi operator

illog, walaupun rekan-rekannya su-

dah ditangkap ini tidak lepas ke-

mampuan mereka membangun re-

zim dengan penegak hukum mapia

peradilan. Hal ini menguatkan indi-

kasi kalau melihat putusan-putusan

yang dilakukan sangat meringankan

tidak seimbang dengan kerugian

Negara dan masyarakat akibat keja-

hatan tersebut.

Mahakamah Agung harus menin-

jau ulang beberapa putusan yang

dilakukan oleh penegakan hukum di

Kalimantan Barat Illegal logging.

Seperti kasus Andelien Lies kasus

Illegal Logging di Sumatra Utara di

putus bebas tetapi setelah di tinjau

ulang oleh Mahakamah Agung Ande-

lien Lies di Vonis bersalah dan di-

hukum 10 tahun.

Jika mapia peradilan, tidak dibe-

Tanpa hukuman yang berat

kejahatan ini tidak akan

membuat jera para pelaku

illegal logging, dan Illegal

logging tetap akan meng-

hantui kerusakan hutan di

Kalimantan Bara

31

Page 32: Majalah Mimbar Untan edisi V

Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/200932

MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | k h u s u s

Pemerintah KewalahanAtasi Masalah TKIOleh Agustinah

enyelundupan Tenaga Kerja

Indonesia (TKI) lewat agen

tidak resmi (calo) makin

marak. Panjangnya mata rantai

importasi ini membuat pemerintah

kewalahan mengatasi TKI illegal.

Hal ini disebabkan calo’ eng-

gan bekerja sama dengan

pemerintah.

Menurut Marliten yang

mengaku sering membawa

TKI dari berbagai daerah,

bergabung dengan peme-

rintah dalam menyalurkan TKI

rumit dan mahal. “Proses per-

izinan visa kerja dan paspor ke luar

negeri sangat lama, mahal dan ber-

belit-belit,” katanya.

Rajali Kepala Seksi Penye-

diaan dan Peng-gunaan

Tenaga Kerja Dinas

Tenaga kerja, menga-

takan untuk menjadi

TKI memerlukan dana

senilai 2.900.000 rupiah

dengan lama ketentuan pro-

ses perizinan 3 bulan. “Uang itu

sudah termasuk jaminan kese-

hatan dan asuransi,” kata-

nya.

Marliten enggan

disamakan dengan

calo‘ TKI. Karena TKI yang

dibawanya hanya sekitar empat

sampai lima orang saja, selain itu

alasan utama ia ke Malaysia ialah

untuk menjual pakaian dan emas.

“Mereka (TKI illegal_Red) minta

keringan waktu dan biaya perizinan

Visa dan paspor. TKI itu dibuat se-

olah-olah ingin jalan-jalan saja di

Malaysia. Setibanya di Malaysia,

mereka dikenalkan dengan orang

atau instansi yang membutuhkan te-

naga kerja,” ungkap mantan TKI ini.

Dulu Marliten juga seorang TKI

illegal di Malaysia selama 5 tahun.

bawa kenalan untuk bekerja disana,

namun lama-kelamaan hingga saat

ini, TKI yang saya bawa berasal dari

berbagai daerah, ada yang dari

Sambas bahkan ada yang dari Lom-

bok,” ungkapnya.

Lain halnya dengan Muhammad

Sahar. Salah satu pengawas agen TKI

resmi asal Bekasi yang bekerja sama

dengan PT. Orientasai Mahkota

dengan membawa sekitar 59 TKI

yang rata-rata lulusan Sekolah

Menengah Pertama (SMP) dengan

umur berkisar 17 tahun ke atas.

Adapun tujuan penyaluran TKI yang

dibawanya ialah Malaysia, Brunai

Darusalam dan Singapura.

“TKI yang akan saya bawa nanti

ditempatkan, di sektor perkebunan,

perusahaan pengalengan daging, ho-

tel dan restoran. Sebelum diberang-

katkan mereka diberikan pelatihan

selama 4 bulan sebelum dokumen-

dokumen yang mereka perlukan se-

lesai dibuat dan mereka akan dikon-

trak kerja selama 2 tahun,” katanya.

Rajali mengatakan, TKI baik res-

mi atau illegal ditangani oleh Badan

Pelayanan, Penempatan Dan Per-

lindungan Tenaga Kerja Indone-

sia (BP3TKI) yang bertugas

memberi penyuluhan, pema-

haman tentang tenaga kerja.

Para TKI seharusnya ter-

lebih dahulu masuk balai

latihan tenaga kerja yang

sekarang dibangun di En-

tikong, Kabupaten Sang-

gau. Namun pelayanan

satu atap tersebut disia-

siakan calo TKI akibat

kurangnya kesadarta-

huan akan pentingnya

balai latihan kerja ter-

sebut bagi kualitas ki-

nerja TKI kedepannya.

Sedangkan Dinas Tenaga

Kerja dan Tranmigrasi ha-

nya bertugas sebagai pe-

nyalur.

“Saat ini ada 35 cabang yang

menjadi penyalur tenaga kerja.

Perusahaan resmi biasanya meng-

gandeng pemerintah untuk men-

sosialisaikan masalah TKI,” katanya.

Rajali berharap masyarakat yang

ingin bekerja di luar negeri harus

dengan prosedur dan peraturan

sehingga tidak terjadi hal-hal yang

tidak diinginkan. []

Dikarenakan tuntutan profesinya

yang rutin bolak-balik Indonesia-

Malaysia membuat ia tahu seluk-

beluk menjadi TKI dan mengenal

orang sekitar.

“Belakangan ada warga yang

ingin ikut dan minta dicarikan kerja

di Malaysia. Awalnya saya mem-

P

KARIKATUR:

MIUN ISWANDI

Page 33: Majalah Mimbar Untan edisi V

Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009 33

MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | k h u s u s

TKI Ilegal: Gugur Satu,Tumbuh SeribuOleh Agustinah

i negara kita, Tenaga

Kerja Indonesia (TKI)

disebut pahlawan de-

visa. Layaknya pahla-

wan yang lain, TKI

tidak memperoleh perlakuan isti-

mewa tapi melakukan hal yang luar

biasa bagi negaranya. Beda halnya

dengan TKI illegal.

Nopi (23) misalnya. “Sudah ham-

pir 2 tahun saya bekerja sebagai teli

juru tulis) di Malaysia, penghasilan

saya mencapai sekitar 400 ringgit

atau 1.500.000 rupiah sebulan,” ka-

tanya. Tujuan utama ia menjadi TKI

illegal adalah untuk membantu

orangtua membiayai kuliah adik-

nya. Ia berkata, mencari kerja de-

ngan ijazah Sekolah Menegah Atas

(SMA) sangat sulit di indonesia.

Ia mengaku pernah dikejar-kejar

polisi. “Saat itu tepat pukul 4 sore,

saya sudah selesai berkemas untuk

pulang ke Pontianak pada malam

hari. Awalnya saya mau pulang

kemarin, tapi saya masih harus

menunggu masa perpanjangan

paspor saya yang belum selesai di

urus, tiba-tiba polisi datang untuk

razia rutin. Untung calon suami saya

menyembunyikan saya di bawah

kolong rumah orang. Jadi saya tidak

ikut terazia,” cerita Nopi sambil

sesekali menghela nafas panjang.

Dengan wajah tersenyum ia kem-

bali melanjutkan ceritanya, setelah

kembali ke daerah asalnya, ia pun

menceritakan perihal luputnya ia

dari razia. “Keluarga di kampung

sempat panik. Karena saat itu saya

akan melangsungkan pernikahan.

jika sampai tertangkap (razia kewar-

ganegaraan_Red), kemungkinan

pernikahan yang sudah disiapkan

keluarga di kampung akan gagal,”

ungkapnya.

Hal serupa juga dilakukan oleh

Maryamah (34), rela meninggalkan

anaknya yang baru berusia empat

D

KARIKATUR: MIUN ISWANDI

Page 34: Majalah Mimbar Untan edisi V

Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009

MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | k h u s u s

bulan, untuk mengadu nasib di Arab

Saudi. Saat itu anaknya jelas masih

memerlukan Air Susu Ibu (ASI).

Suaminya yang bekerja sebagai

petani memang tidak bisa mencu-

kupi kebutuhan keempat anaknya.

“Saya menyesal meninggalkan

anak-anak saya dulu, hingga saat ini

mereka tidak dekat sama saya,

bahkan kadang mereka memanggil

saya dengan sebutan Makyam, se-

dangkan ibu mertua saya dipanggil

emak,” kata Maryam dengan logat

Maduranya.

Maryam menceritakan saat ia

menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW)

ibu mertuanyalah yang bertugas

menjaga anak-anaknya, ia memulai

bekerja sekitar tahun 2005 silam.

Saat itu anaknya masih 3 orang, anak

pertamamya berumur 14 tahun,

anak yang kedua berumur 10 tahun,

sedang anak yang ketiga berumur 4

tahun. Sekitar 2 tahun bekerja ia

pulang dan mendapat anak lagi. Anak

inilah yang dengan terpaksa harus

ia tinggalkan saat berumur 4 bulan.

Hal yang sama juga dialami Rian

(4), bocah lelaki yang ditinggal kedua

orang tuanya untuk bekerja di

Malaysia, terdiam malu dan bersem-

bunyi dibalik tubuh Ame’ sang pa-

man, saat ditanya apakah ia rindu

dengan ibu dan ayahnya.

Sejenak kemudian, anak tunggal

dari pasangan Nur dan Adi, Tenaga

Kerja Indonesia (TKI) asal Kabupa-

ten Sanggau dan Sungai Purun Ka-

bupaten Pontianak itu, mulai men-

dekat dan mengangukkan kepalanya

perlahan.

Lebih kurang 3 tahun Rian ber-

pisah dengan orang tuanya tinggal

bersama Ame’ adik dari Nur. “Rian

sudah terbiasa tinggal sama saya,

dari umur 2 tahun, awalnya abang

(ayah Rian-red) yang pergi bekerja

di Malaysia. Setahun kemudian

kakak ipar saya (Nur_Red) juga

menyusul,” ujar Ame’ yang bertugas

menjaga anak dari kedua TKI ter-

sebut.

Ame’ dulunya juga TKI, setelah

menikah ia tidak melanjutkan lagi,

karena masa berlaku paspornya

sudah habis, dan untuk menyam-

bungnya lagi sudah tidak punya

uang. Syukurlah ia dan istrinya

memiliki sepetak tanah untuk ber-

tani. “Selain itu abang saya kadang

mengirim uang untuk anaknya dan

disisihkan sedikit buat saya sebagai

jasa menjaga anaknya,” katanya.

“Orang tua Rian pergi ke Malay-

sia semata-mata untuk menutupi

beban ekonomi yang menghimpit

mereka, awalnya mereka bekerja di

sana agar bisa membeli motor, biar

enak jalan, eh keterusan, sekalian aja

ngumpulin duit buat beli rumah,”

jelas ame’ saat ditemui di rumahnya.

TKI Tetap Membludak

Walau Deportasi Marak

Menurut Rajali, Kepala Seksi

Penyediaan Dan Penggunaan Tenaga

Kerja Kalbar, kebanyakan TKI yang

bekerja diluar negeri, terutama TKI

illegal merupakan TKI yang tingkat

ekonominya rendah. Mereka sulit

mencari kerja di Indonesia karena

latar belakang pendidikan rendah.

Sedangkan Malaysia membuka

peluang besar bagi tenaga kerja dari

Indonesia di bidang perkebunan,

konstruksi bangunan, maupun in-

dustri perkayuan. Arus TKI ke Ma-

laysia tetap tinggi karena kemung-

kinan besar terserap lapangan kerja

yang ada.

Kebutuhan Malaysia akan tenaga

kerja terutama dari Indonesia diber-

bagai bidang yang dapat menyerap

tinggi TKI dapat dilihat dari penem-

patan lapangan kerja yang ada.

Berdasarkan sumber data Badan

Pelayanan, Penempatan dan Perlin-

dungan Tenaga Kerja Indonesia

(BP3TKI), penempatan TKI berjum-

lah 19.707 orang, yang berasal dari

luar Kalbar/transit maupun dari

Kalbar sendiri.

Banyaknya jumlah TKI yang

bekerja di luar negeri tanpa pro-

sedur atau mekanisme resmi meng-

Jumlah No Tanggal Pemulangan L P

Total

1 5 Januari 2009 7 Januari 2009 63 24 87

2 15 Januari 2009 21 Januari 2009 32 28 60

3 21 Januari 2009 24 Januari 2009 39 15 54

4 23 Januari 2009 29 Januari 2009 66 1 67

Total 268

Data Deportasi Tahun 2009 Bulan Januari

SUMBER DATA: KONJEN RI DI KUCHING

IS /MIUN

PARA TKI legal yang tertangkap.

34

Page 35: Majalah Mimbar Untan edisi V

Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009

MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | k h u s u s

hambat kinerja pemerintah. Ken-

dala kerja pemerintah atas TKI ille-

gal dapat dilihat dari gencarnya

pemerintah Malaysia menangkap

dan memulangkan TKI illegal. Na-

mun minat masyarakat menjadi TKI

di Malaysia masih sangat tinggi bah-

kan membeludak.

Ini dapat dilihat berdasarkan

sumber data Konjen RI Khucing,

kondisi pemulangan TKI ilegal pada

tahun 2004 sampai dengan 31 De-

sember 2008 TKI yang bermasalah

mencapai 18.989 orang.

Legal Kerja Dari

Pemerintah Luar

Tak dapat dipungkiri bagi TKI

yang bekerja disana, mereka sangat

membutuhkan uang demi mencu-

kupi perekonomian keluarga. Na-

mun ada juga TKI yang termakan

ajakan teman atau pihak luar untuk

bekerja di luar negeri. Sebut saja

Nuryati, awalnya ia ke Malaysia

untuk jalan-jalan ke tempat keluar-

ganya yang tinggal disana, kemudian

ia ditawari kerja dan tidak meno-

laknya.

Akhirnya semula visanya yang

tercantum untuk jalan-jalan, diganti

menjadi visa kerja.

Hal ini dibenarkan oleh Rajali.

“Biasanya TKI, masuk dengan pero-

rangan dengan alasan ke luar negeri

untuk jalan-jalan atau ketemu ke-

luarga, tapi sampai disana ditawari

kerja, visa warga yang semula bukan

untuk bekerja menjadi visa kerja, ini

dilakukan oleh pemerintah luar,

misalnya Malaysia,” katanya

Rajali mengatakan untuk mele-

galkan visa agar menjadi visa kerja

dilegalkan oleh pemerintah luar

negeri dengan bayaran legal

500.000, oleh tempat mereka

bekerja, seperti Malaysia yang saat

ini masih banyak membutuhkan

tenaga kerja. Inilah yang banyak

tejadi, sehingga kesulitan bagi pe-

merintah untuk memantau TKI

tersebut. []

35

Aset wisata yang perlu dilestarikan

Page 36: Majalah Mimbar Untan edisi V

Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009

MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | s e l i n g a n

Perjalanan Aktivis Kampus Ke UM dan UKM

Oleh Wanty EJ

ingin malam sudah tidak

terasa lagi bagi rombo-

ngan studi banding aktivis

kampus. Mereka ialah 12

mahasiswa terpilih yang mewakili

UKM Untan. Hari itu tepat tanggal

20 Agustus 2008 pukul 21.15 mere-

ka berangkat dari Pontianak menuju

Kuala Lumpur. Tujuan pertama

rombongan tersebut ialah kolej

Keris Mas (salah satu asrama maha-

siswa Universitas Kebangsaan Ma-

laysia), di asrama inilah rombongan

mahasiswa Untan menginap hingga

tanggal 23 Agustus.

Perpustakaan

Perjalanan dimulai pada tanggal

22 Agustus, selama disana tempat

pertama yang kami kunjungi ialah

Perpustakaan terbesar di Bangi, Tun

Seri Lanang sekitar pukul 10.00 WM

(waktu malaysia). Perpustakaan ini

begitu canggih dengan kemudahaan,

dan kesederhanaannya. Perpus-

takaan ini telah menggunakan id

card yang akan di scan bersamaan

dengan buku pinjaman. Selain itu

pintu masuknya telah menggunakan

pintu scan.

Perpustakaan yang berlantai

enam ini menyediakan berbagai

tempat belajar. Seperti tempat pe-

minjaman buku-buku umum dan

tempat menonton tv yang berada di

lantai 2, kumpulan jurnal dan ruang

diskusi mahasiswa lantai 3, tempat

belajar media elektronik (komputer,

televisi, dan radio) lantai 4, dan

lantai lima adalah tempat koleksi-

koleksi buku asia tenggara. Dan yang

terakhir perpustakaan internet,

dimana komputer hanya bisa di

aktifkan dengan sidik jari pengguna

yang di kenal dan terdaftar sebagai

mahasiswa UKM (University Ke-

bangsaan Malaysia) .

Pertemuan dengan Ketua

BEM

Tanggal 23 Agustus, kami menga-

dakan pertemuan dengan ketua

Persatuan Mahasiswa UKM (PM-

UKM) yang bernama Alias Bin Ibra-

him atau di Indonesia dikenal de-

ngan ketua BEM atau presiden maha-

siswa. Alias menjelaskan tentang

organisasi mahasiswa disana. “Disini

mahasiswa tidak terlalu berkiprah

dalam organisasi, sebab mahasiswa

lebih mengutamakan kuliah dari

pada organisasi,” ungkap Alias.

Selain menjelaskan tentang orga-

nisasi Alias juga menjelaskan bahwa

ospek dikampusnya hanya menge-

nalkan fakultas dan diwajibkan un-

tuk tinggal di kolej kediaman maha-

siswa UKM. Kendaraan yang biasa

digunakan mahasiswa ialah bus

yang ada di lingkungan kampus

dengan rute kolej- kampus. Biasanya

mangkal di halte dekat kampus. Dan

Pendidikan MalaysiaLebih Maju

D

36

Page 37: Majalah Mimbar Untan edisi V

Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009

MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | s e l i n g a n

siapapun yang menumpangnya tidak

perlu membayar alias gratis.

Pertemuan dengan Orang

Indonesia yang kuliah di

Malaysia

Setelah berjalan-jalan dan ber-

bincang dengan PMUKM, kami me-

nyantap makan siang yang disuguh-

kan disana, dan tanpa sengaja berte-

mu dengan salah seorang siswa In-

donesia yang melanjutkan studi S3 di

UKM yang bernama Ismail, berasal

dari Denpasar dan merupakan salah

satu dosen di Bali. Bagi mahasiswa In-

donesia yang ingin melanjutkan

kuliah tidak perlu lagi untuk datang

ke Malaysia, mendaftar, tes, dan

menunggu pengumuman kelulusan

yang belum pasti. Cukup membuka

situs www.ukm.my dan melampirkan

daftar nilai pendidikan terakhir.

Mahasiswa yang ingin mengambil

S2 cukup melampirkan transkip nilai

S1 di situs tersebut, kemudian memi-

lih mengambil kuliah atau langsung

menyusun tesis saja. Pilihan ini

diberikan untuk mempermudah dan

mempercepat kelulusan mahasiswa.

Namun boleh juga mengambil kuliah

dan menyusun tesis.

Jika hanya ingin menyusun tesis

tanpa mengikuti kuliah, maka saat

melampirkan transkip nilai, wajib

untuk menawarkan judul tesis yang

akan di ambil dan memilih dosen yang

berkompeten dibidang tersebut yang

sudah ada pilihannya di dalam situs

tersebut. Selanjutnya tinggal me-

nunggu email balasan apakah lama-

ran yang diajukan diterima atau

tidak.

Indonesia Tidak Disiplin

Salah seorang staf ahli pustaka Tun

Seri Lanang, merupakan lulusan Uni-

versitas Indonesia mengatakan dulu

banyak sekali masyarakat Malaysia

belajar ke Indonesia, namun seka-

rang kebalikannya, banyak orang In-

donesia yang belajar di Malaysia.

“Sesungguhnya orang Indonesia

memiliki kecerdasan yang tinggi,

hanya saja mungkin karena kurang

disiplin. Hal ini terbukti dari se-

ringnya nama Indonesia yang harum

dalam olimpiade-olimpiade sains di

tingkat Internasional,” ungkapnya.

Berkunjung ke Tempat

Wisata

Pada tanggal 24 Agustus Pukul

06.00 rombongan kami mengun-

jungi kerajaan Malaysia. Kerajaan ini

begitu ramai dikunjungi. Baik dari

turis lokal, maupun internasional.

Sayangnya peraturan pemerintah,

pengunjung tidak diijinkan untuk

masuk.

Tampak dikejauhan, kemegahan

gedung kokoh dan indah berdiri

tegak di balik halaman yang begitu

luas. Setelah melihat kerajaan kami

melanjutkan perjalanan menuju

masjid terbesar dan tertua di Kuala

Lumpur tempat Raja dan Sultan

Malaysia sholat. Selain itu kami

langsung menuju menara kembar

untuk melihat-lihat.

Kami harus membeli tiket yang

dijual agar bisa masuk ke gedung

yang berdiri tegap dan sangat mirip

satu sama lain ini terasa menjadi

tangga untuk menuju keindahan

langit biru. Tempat wisata terakhir

yang kami kunjungi ialah tugu pah-

lawan, disana terdapat tugu patung

pahlawan, dan berbagai monumen

mini yang ada dihalaman tugu pah-

lawan, di tambah bangunan yang

mirip dengan mesjid indah dan sa-

ngat menarik.

25 Agustus 2008

Berangkat ke Kolej Ibnu Sina/

Kolej Perubatan (Asrama Kedokte-

ran) University Of Malaya (UM).

sampai disana kami disambut ha-

ngat oleh Puan Zuraini, pimpinan/

pengelola kolej salah satu dosen Fa-

kulty Perubatan (Fakultas Kedok-

teran).

Ada beberapa hal yang kami

bicarakan. Pertama, bagi mahasiswa

yang mendaftar ke UM dan tidak

memiliki Biaya mendapatkan Pinja-

man dari kampus untuk membayar

biaya kuliah, dan setelah selesai

kuliah atau selama bekerja, maha-

siswa tersebut harus membayar se-

cara menyicil dari gaji nya atas

pinjaman selama kuliah tadi.

Kedua, iuran kampus tidak boleh

dinaikkan semena-mena oleh rektor

maupun pihak kampus karena dapat

menyebabkan isu politik. Kecuali

dari pemerintah dan kampus berda-

sarkan pertimbangan tertentu.

Ketiga, kampus akan mendata

alumni yang belum bekerja setiap 3

bulan sekali. Dan bagi yang terdata

belum bekerja akan dipanggil kem-

bali kekampus untuk mengikuti pela-

tihan cara mencari kerja dan mem-

beri lowongan pekerjaan selama 1

bulan. Diberi penginapan gratis,

tanpa biaya daftar, makan gratis,

dan setelah selesai pelatihan akan

dibekali uang 300 RM (Ringgit Ma-

MIUN/WANTY

PERPUSTAKAAN terbesar di Bangi, Tun Seri Lanang, tampak dikunjungi banyakmahasiswa.

37

Page 38: Majalah Mimbar Untan edisi V

Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009

MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | s e l i n g a n

laysia) atau sekitar Rp 800.000

hingga Rp 900.000 per orang.

Keempat, rektor akan menjalin

kerjasama yang baik dengan bebe-

rapa perusahaan dan bank-bank

swasta dan negeri untuk mempro-

mosikan mahasiswanya. Dan mem-

berikan lowongan tersebut kepada

alumni yang terdata belum bekerja

tadi.

26 Agustus 2008

Pukul 10.00 setelah bersiap-siap

kami telah dijemput kendaraan

untuk berkeliling universitas. Dari

Fakulty Perubatan, Fakulty Sains

dan engeneering, Fakulty pendi-

dikan (di Indonesia dikenal dengan

Keguruan Ilmu Pendidikan). Hingga

kami masuk di Museum Seni Asia.

Didalam nya koleksi-koleksi ba-

rang-barang antik di Asia tampak

tersusun rapi. Beberapa yang mem-

buat hati sedikit sakit. Ketika kami

disuguhi penampilan bermain game-

lan oleh karyawan disana.

Gamelan, alat, dan musik yang

kami dengar sangat tidak asing

ditelinga. Ini adalah musik gamelan

Jawa. Tapi telah di hak patenkan

oleh Malaysia. Sapi’ dayak pun di

hak patenkan Malaysia, dan Batik

rencananya pun akan di hak paten-

kan di negara kecil namun makmur

itu.

Malam harinya kami telah mem-

buat janji makan malam bersama

Puan Zuraini dan beberapa pejabat

serta dosen UM. Setelah berpakaian

rapi. Malam itu kata perpisahan

terucap dari kedua belah pihak,

pihak rombongan lawatan, dan pi-

hak UM. Karena keesokan harinya

kami harus meninggalkan UM.

Tukar kenang-kenangan pun

menjadi salah satu urutan acara

malam itu. Acara selesai sekitar

pukul 21.00. kami kembali ke kolej,

sedangkan PAK Ishak, Pak Yono,

dan Pak Usman gani beserta Puan

Zuraini beserta beberapa pejabat

lain menuju tempat pertemuan

dengan Pak Chairil, Rektor Untan

yang kebetulan saat itu baru tiba di

Kuala Lumpur untuk menandata-

ngani MOU bersama UM.

27 Agustus 2009

Kembali melanjutkan perjalanan

menuju UITM di Kota Samarahan.

untuk menghadiri acara festifal Tari

Borneo. Kebetulan salah satu peser-

ta merupakan sanggar/ kelompok

tari dari Universitas Tanjungpura

Pontianak. Setelah pembukaan,

penampilan beberapa sanggar tari

dari beberapa Universitas di Malay-

sia, tiba giliran Sanggar Tari Untan

yang menampilkan tarian “Begurau”

dengan Tema “Keceriaan Pemuda-

Pemudi di pesisir Pantai”. Suara

kami begitu riuh. Meski hanya 10

orang, tapi kami tetap semangat

memberi dukungan kepada sanggar

Tari Untan ketika tampil dipanggung.

28 Agustus 2008

Hari ini hari terakhir kami berada

di Malaysia tepatnya di Kucing.

Karena esok pagi pagi sekali kami

harus kembali ke Indonesia. Meski

telah melalui hari dari tanggal 21

agustus 2008, kami tetap tidak

merasa lelah. Memang kondisi tu-

MIUN/ WANTY

SALAH SATU DARI BANYAKNYA KOLEKSI YANG ADA DI MUZEUM SENIASIA DI UNIVERSITY OF MALAYA YANG BERUPA TOPENG UKIR KAYU

buh beberapa orang dari kami saat

itu ada yang tidak fit, terkena flu,

dan batuk, kami tetap tidak mau

membuang-buang kesempatan un-

tuk berjalan-jalan sebelum Pulang.

Festifal Tari Borneo

Festifal tari borneo dilaksanakan

di University Tekhnologi Mara

(UITM) pada tanggal 27-29 Agustus

2008. Kegiatan yang diikuti bebe-

rapa Universitas di Borneo yang sa-

lah satunya Universitas Tanjung-

pura Ini melombakan beberapa ta-

rian diantaranya “tarian begurau,

tarian melayu di pesisir pantai, dan

tarian pemuda pemudi bergurau di

pantai”. Acara ini diadakan di aula

UITM kota Samarahan, kucing, Ma-

laysia. Ini merupakan kali kedua

acara festifal ini dilaksanakan. Acara

pertama tahun 2006.

Acara yang dilaksanakan 2 tahun

sekali ini diikuti 7 tim, yaitu Untan

Kalimantan Barat, Universitas Mula-

warman Kaltim, UITM Sarawak,

UITM Sabah, UMS Sabah, UMS Sara-

wak, dan Universitas Tun Abdul

Razak. Menurut Dini, Ketua Panitia

Festifal Tari Borneo, acar ini dituju-

kan untuk merangkul kebudayaan

generasi muda, untuk merapatkan

Sesungguhnya orang Indone-

sia memiliki kecerdasan

yang tinggi, hanya saja

mungkin karena kurang

disiplin. Hal ini terbukti dari

seringnya nama Indonesia

yang harum dalam

olimpiade-olimpiade sains di

tingkat Internasional

38

Page 39: Majalah Mimbar Untan edisi V

Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009

MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | s e l i n g a n

silaturahim dikalangan mahasiswa

Borneo, untuk meningkatkan akti-

vitas sehat, dan persaingan sehat

antar mahasiswa Borneo.

“Acara memang bagus untuk

mengumpulkan mahasiswa Borneo

di satu tempat untuk meningkatkan

persaingan sehat,” ujar mahasiswa

yang sangat ramah ini ketika dihu-

bungi melalui line telefon dengan

logat melayu malaysianya yang

kental. Acara yang digelar ini meng-

habiskan dana 100 RM atau Rp

270.000.000 hingga Rp 300.000.

000 dana tersebut diperoleh me-

lalui bantuan pemerintah dan spon-

sor sebesar 50% dan 50% dari UITM

sendiri. Kegiatan ini melibatkan 200

orang pelajar (mahasiswa UITM

sebagai panitia acara.

Peserta yang mengikuti perlom-

baan ini diinapkan di Hotel Sri Se-

rapidan Sri Mulu yang terletak tidak

begitu jauh dari kampus UITM yang

memiliki luas 250 Ha. Tim Kali-

mantan Barat yaitu Universitas Tan-

jungpura yang berjumlah 10 orang

M I U N / D O K

BERFOTO bersama, Mahasiswa Aktifis Untan dan Pengurus Perpustakaan Uni-versity Of Malaya.

ini menampilkan tarian begurau

dengan tema “Pemuda- Pemudi di

pesisir pantai.”

Dalam final yang dilaksanakan

pada tanggal 29 Agustus ini Untan

merebut juara 3. Ditahun 2006

Untan memperoleh juara pertama,

dan harus melepaskan piala bergilir

yang mereka peroleh di tahun 2006

kepada UITM Sarawak.[]

39

Page 40: Majalah Mimbar Untan edisi V

Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009

Desa Tekelak terletak di seberang

Sungai Melawi, Kabupaten Melawi,

Kalimantan Barat. Untuk sampai ke

desa ini, dari Pontianak harus me-

nempuh perjalanan setidaknya 12-

15 jam, dengan menggunakan bus,

hingga sampai di terminal Nanga

Pinoh. Selanjutnya, bisa menggu-

nakan jasa ojek untuk mengantar ke

pangkalan motor tempel di tepi

Sungai Melawi.

Desa ini tak bisa dijangkau lewat

jalan darat. Harus menggunakan ka-

pal tempel, yaitu kapal motor de-

ngan mesin berkekuatan kecil. Ini

satu-satunya moda transportasi me-

nuju ke sana. Sampai di seberang

pun masih harus dilanjutkan dengan

berjalan kaki selama beberapa

waktu.

Di hari Pemilu 9 April lalu, Eka

Trisnawati datang ke TPS. Warga

Desa Tekelak itu menyerahkan 3

surat undangan memilih kepada

petugas TPS: surat undangan atas

nama Eka, juga kakak dan ibunya.

Dari petugas ia mendapatkan dua

belas surat suara, untuk memilih

anggota DPD, DPRD tingkat Kabupa-

ten dan Provinsi, serta DPR Pusat.

Eka Trisnawati lantas menyontreng

semua surat suara yang diterima.

Eka bukan satu-satunya warga

Desa Tekelak yang menyontreng

untuk orang lain. Dia bercerita pada

saya, selain dirinya banyak lagi

warga lain yang juga menyotreng

untuk orang lain pada pemilu lalu.

“Tidak bisa dihitung banyaknya.

Perwakilan di desa tuh banyak,

banyak yang malas ngantri jadi

suaranya diwakilkan dengan orang

lain,” kata.

Menurut Eka para saksi parpol,

juga petugas Kelompok Penyeleng-

gara Pemungutan Suara KPPS sudah

mahfum soal ini. Bahkan, Kepala

dusun menyontreng hingga 40 surat

suara. “Kalau jumlah suara yang

diwakilkan sih ndak tentu, kadang

satu, ada juga kemaren kepala du-

sun mewakilkan 9 sampai 10 orang.

Karena mereka ndak mampu ngan-

tri, jadi diwakilkan ke orang lain,

lagian katanya banyak perlu laen,”

ceritanya. Eka sendiri tak menyadari

apa yang dilakukannya itu melang-

gar peraturan.

Soal siapa yang dipilih, terserah

orang yang mewakilkan. Pilihan apa

pun tak jadi soal. Yang penting suara

tak mubajir, karena tak digunakan.

“Prosedurnya, misalnya kita kasih 5

perwakilan, kita langsung dipanggil

trus kita jelaskan ini perwakilan,

orangnya nggak bisa datang ala-

sannya gini gini, trus kita dikasih

langsung untuk 5 orang. Trus untuk

perwakilannya kalau lagi ngambang

nggak punya pilihan, yah pilihannya

terserah orang yang mewakilkan

tersebut.” Begitu Eka Trisnawati

menceritakan kembali apa yang ia

lihat.

Di daerah-daerah pedalaman

Kalimantan Barat seperti di Kabu-

paten Sanggau, Sintang, Sekadau,

dan Melawi manipulasi suara Pemilu

memang sangat rentan terjadi.

Warga pedalaman menghuni per-

kampungan yang terisolasi dan sulit

dijangkau. Dengan sarana trans-

portasi yang buruk, pengawasan

sulit dilakukan. Modusnya macam-

macam, mulai dari mewakilkan

suara ke orang lain, sampai jual beli

suara antar caleg. Saya menelusuri

lagi praktik manipulasi Pemilu di pe-

dalaman ini.

Di Kabupaten Sintang, lokasinya

lebih 6 jam perjalanan darat dari

Melawi dengan kondisi jalan rusak,

saya bertemu Domitius. Warga Desa

Gemba Raya ini bercerita, praktik

mewakilkan pemilih juga terjadi

pada Pemilu 2004. Tapi aturan main

di desa ini menyebut, yang mewa-

kilkan harus masih punya ikatan sau-

dara.

“Pokoknya 1 rumah bisa diwakil-

kan 1 orang. Istri bisa diwakilkan

suami. Dalam satu rumah misalnya

4 orang, yang bisa turun 2 orang

khan bisa mewakilkan 2 orang,” ujar

Domitius, suatu sore. Kebetulan lain

lagi, Pemilu berlangsung saat musim

panen raya padi. Alhasil, lebih ba-

nyak warga yang memilih ke ladang

ketimbang menyontreng. Supaya

suara tak hangus, suara pun diwa-

kilkan. Seperti yang dilakukan ke-

luarga Markus Ribai, kerabat Domi-

tius.

“Beberapa alasan khan, yang

pertama untuk sekarang khan rumit,

ada juga alasan pribadi kayak ber-

ladang. Di pedalaman khan banyak

orang Dayak, sekarang ini khan lagi

musim berladang, panen. Mereka

yang berladang cenderung nggak

balik, ya lebih baik diatur saja di

desa, biasanya begitu,” cerita Ribai.

Kepala Desa Gemba Raya Petrus

Nian membenarkan adanya kebia-

saan warga mewakilkan suaranya ini.

Menurutnya Undang-undang Pemilu

memang melarang praktik perwaki-

lan seperti ini. “Tapi ini langkah ter-

baik ketimbang kehilangan suara,”

kata Petrus, lelaki yang juga bebe-

rapa kali menjadi petugas pemungu-

tan suara.

“Sebagai peraturan itu memang

tidak bisa sebetulnya, tidak bisa di-

wakilkan. Tapi saya rasa hal itu kita

cari yang terbagus. Yang terjadi di

desa yang penting bisa dipertang-

gung jawabkan dan tidak melanggar

Menguak ManipulasiPemilu di PedalamanOleh Heriyanto

MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | r e a l i t a

40

Page 41: Majalah Mimbar Untan edisi V

Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009

hukum, itu saja, memang dalam per-

aturan negara tidak boleh. Tapi ka-

lau saya rasa di kampung ini kita cari

yang termudah sajalah.”

Kendala lain yang mendorong

praktik mewakilkan suara adalah tak

bisa baca tulis. Seperti yang terjadi

di Desa Ensaid Panjang, Kabupaten

Sintang. Untuk menuju sampai ke

Desa ini bukan hal yang mudah. Desa

ini letaknya terpencil, jalan menuju

ke sana rusak parah, sempit lagi. Di

kanan kirinya semak belukar yang

belum dijamah. Jarak antara desa

luar dan desa ini cukup jauh. Desa

ini dikelilingi hutan belantara.

Di rumah betang, yakni rumah

adat suku Dayak yang berbentuk

memanjang, ada Haru Morgan yang

tak bisa berbahasa Indonesia. Ia tak

bisa baca tulis, karenanya ia mewa-

kilkan suara ke orang lain. “Saya se-

benarnya ingin memilih, tapi saya

tidak tahu bagaimana caranya. Sulit.

Nanti takut salah. Soalnya saya tidak

bisa baca tulis. Kata mereka diwa-

kilkan saja. Pilihannya terserah me-

reka,” ujar Haru Morgan dalam ba-

hasa Dayak.

Dedy Armayadi, aktivis yang se-

lama ini mendampingi warga desa di

sana, mengakui, peluang terjadinya

manipulasi suara sangat besar.

Partai politik mencuri kesempatan

dari paktik seperti ini. Apalagi petu-

gas pemungutan suara banyak yang

jadi simpatisan partai tertentu.

“Katakanlah misalnya pemilih di

suatu kampung itu 500, yang datang

tidak sampai 100 orang untuk be-

berapa TPS. Di kampung, untuk me-

lakukan kecurangan itu sangat be-

sar. Terutama pengurus TPS yang

punya kaitan erat dengan partai ter-

tentu, sehingga warna setiap TPS itu

berbeda-beda. Namun umumnya

kalau misalnya di kampung tidak

jauh dari partai-partai merah.”

Partai merah yang dimaksud

Dedy adalah PDI Perjuangan. Partai

ini memang menguasai perolehan

suara di daerah pedalaman, baik di

Pemilu 2004 maupun 2009. Selain

PDI Perjuangan, Golkar juga berkua-

sa di sana. Kepatuhan masyarakat

pedalaman kepada pemimpin lokal

juga kerap dimanfaatkan partai po-

litik. Pilihan politik, yang harusnya

jadi pilihan pribadi, pun diarahkan.

Imbalannya biasanya sembako,

mesin genset dan BBM, atau janji

perbaikan jalan.

“Mereka itu pada pemilu menga-

jak masyarakatnya untuk memilih

partai tertentu, caleg tertentu. Real-

nya sih seringkali dari pengalaman

yang ada si pemimpin itu mengarah-

kan siapa yang harus dipilih dari

partai mana, kemudian orangnya

siapa, apa yang akan diberikan jika

yang dipilih itu menang.”

Ketua KPU Kalbar, AR Muzam-

mil, mengaku terkejut begitu tahu

soal ini. Menurut dia, ini melanggar

azas Langsung Umum Bebas dan Ra-

hasia. “Kalau langsung itu berarti

khan si pemilih langsung memberi-

kan suara, jadi tidak boleh diwakil-

kan, yang disebut dengan one man

one vote itu. Jadi tidak bisa satu or-

ang mewakilkan meskipun itu ke-

luarga, jadi nggak ada itu aturan se-

perti itu, kalau itu terjadi berarti itu

khan pelanggaran,” kata AR Muzam-

mil di ruang kerjanya.

Tapi apa mau dikata, pengawasan

memang sulit dilakukan. Yang disa-

lahkan adalah kondisi geografis yang

sulit ditaklukkan. Ketua KPU Sintang

M Ade Iswadi hanya bisa meminta

petugas Panwas juga masyarakat

membuka mata lebar-lebar. Menu-

rutnya pengawas di lapangan yang

mestinya bekerja maksimal dan

melakukan pemantauan. “Apalagi

masyarakat sekarang,” kata Iswadi,

“bisa menjadi pelapor kepada pan-

was yang bisa ditindaklanjuti. Ma-

syarakat luas harus turut mengawasi

agar tidak terjadi pelanggaran.”

Praktik mewakilkan suara mau

tak mau ikut memicu praktik mani-

pulasi suara yang tak terkendali, juga

tak terawasi, di pedalaman Kalima-

tan Barat. Seperti apa? Di Kabupaten

Sanggau, Sintang dan Melawi Kali-

mantan Barat, kerap terjadi praktik

manipulasi suara. Ini adalah tiga

kabupaten yang sama, tempat se-

ring terjadinya perwakilan suara ke

orang lain. Kondisi geografis lagi-

lagi menjadi kambing hitam dari

praktik manipulasi suara.

“Kerawanan masalah manipulasi

suara di KPPS itu ada,” kata Subiak-

to, ketua Panwaslu Sanggau Subiak-

to. “Terus terang saja, kita dengan

tenaga yang terbatas ini kemungki-

nan itu pasti ada yang lolos, tetapi

kita berusaha semaksimal mungkin

untuk bisa mengantisipasi terjadi-

nya manipulasi suara itu, pengge-

lembungan suara itu.”

Di Kecamatan Sayan, Kabupaten

Melawi, saya bertemu Fiman, warga

setempat. Ia menyaksikan sendiri

betapa ramainya politik uang saat

Pemilu berlangsung. Firman meng-

ungkapkan, tim sukses caleg mem-

beri uang langsung ke rumah-ru-

mah. “Ya bertamu. Mereka bawa

kartu nama, bawa amplop dan dibe-

MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | r e a l i t a

41

Page 42: Majalah Mimbar Untan edisi V

Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009

rikan langsung. Ada yang satu ru-

mah 5 orang mereka letak 500 ribu.”

Praktik bagi-bagi uang disebut

warga dengan istilah ’Bantuan Lang-

sung Tunai’ atau BLT. “Khan Lang-

sung Tunai ngasihnya. SBY jak bisa

ngasih BLT, jadi caleg caleg pun bisa

ngasih BLT. Seratus (ribu) satu or-

ang. Jadi jangan salah sangka, kalau

di sini nyebut BLT, bukan BLT dari

pemerintah, tetapi BLT caleg,” ujar

Firman, terkekeh.

Menurut Firman, hal ini sudah

biasa. “Dari pemilu kemarin-kema-

rin juga begitu. Karena pengawasan-

nya kurang ketat, Panwaslu kan

nggak bisa ngomong apa-apa. Ada

panwaslu, tetapi ya nggak bisa,

Panwas khan orang situ. Mau dia

nggak selamat?”

Firman bercerita, malam sebe-

lum Pemilu, ada yang tertangkap

basah sedang membagi-bagikan

uang kepada warga. Warga yang

menerima uang melapor, tapi bukan

ke Panwas melainkan ke tim sukses

caleg lain. Tim ini sudah menjanjikan

sejumlah uang, jika warga melapor-

kan ada pemberian uang dari caleg

lain.

“Cara mancingnya gini. Kau dika-

sih seratus ribu, kau ngasih tahu aku,

aku kasih kau 500 ribu. Jadi dah di-

pancing dulu. Jadi ada belasan or-

ang yang nerima yang lapor. (Me-

reka) balek lapor ke tim sukses lain.

Mereka pun sudah dapat sopoi dari

tim sukses lain yang jelas lebih

besar,” kata Firman, menjelaskan

strategi yang biasa digunakan untuk

menjebak pemberi uang.

Samin, bukan nama sebenarnya,

adalah caleg dari sebuah partai baru

yang perolehan suaranya masuk 10

besar versi tabulasi KPU. Ia menge-

luarkan uang demi membeli suara,

juga barang seperti sembako atau

semen. Bagi Samin, ini adalah stra-

tegi menang.

“Strategi untuk memenangkan

Pemilu, baik Pemilu yang lalu-lalu

maupun yang sekarang ini ada ber-

bagai macam taktik, ada yang sesuai

jalur sesuai hukum mulai dari so-

sialisasi atau memberikan bantuan

dll, pra pemilu termasuk money po-

litik itu termasuk pra pemilu,” ung-

kap Samin, meski akhirnya ia kalah

di TPS sendiri.

Caleg lain, Ade Dinato, berasal

dari partai yang jumlah suaranya

masuk lima besar versi tabulasi

KPU. Ia mengakui fenomena politik

uang sering terjadi, meski ia menga-

ku tak terlibat. Serangan Fajar inilah

yang dinilainya merontokkan sua-

ranya, termasuk di daerah yang ia

klaim sebagai basis massanya.

Warga Melawi biasa menyebut

serangan Fajar itu bom. Di sana,

bom masih sangat kental. Ade Dina-

to mengatakan, banyak bentuk yang

dilakukan saat “pengeboman”. “Ada

yang ngasih duit, ada yang berupa

barang. Kemasannya berbeda-beda,

ada juga yang bikin acara padahal

itu sudah hari tenang. Pulangnya

dikasih uang, Kadang mereka sudah

bentuk tim untuk nyebarkan orang

untuk nyebarkan uang, dan itu di-

catat,” rinci Ade Dinato, suatu ma-

lam, beberapa hari setelah Pemilu.

Modus lain adalah melibatkan

Kelompok Penyelenggara Pemu-

ngutan Suara KPPS. Anggota KPPS

yang akan menyontreng surat suara

warga. Menurut Firman, saksi partai

dan KPPS bekerjasama untuk menu-

tupi aksi ini. Banyak warga yang tak

tahu kalau suara mereka dicurangi.

Dari cerita Firman diketahui, aksi

ini banyak dilakukan di daerah yang

pengawasannya kurang, terutama di

perkampungan. “Pengawasan khan

kurang ketat, tingkat buta huruf

tinggi, sosialisasi KPU kurang. Mana

mereka tahu kalau yang dibagikan

surat suaranya empat. Rata-rata

dicobloskan KPPS,” ungkap Firman,

menghela napas.

“Ada daerah namanya Nanga

Kompi, masuk sana lagi, dua orang

saksi yang satu diusir, sama pendu-

duk situ. Siapa berani orang bawa

mandau, bawa parang, siapa mau

nunggu, kalau aku sih ndak, bagus

lari!” cerita Firman dengan mimik

serius.

Tapi apa yang disampaikan Fir-

man tidak sampai di situ. Hal yang

mengejutkan, surat suara yang sisa

biasanya akan digasak oleh KPPS.

“Karena banyak warga yang tak da-

tang ke TPS, petugas lah yang me-

nyontreng, berdasarkan kesepaka-

tan dengan saksi dan petugas lain,”

tambahnya.

Alhasil surat sisa jarang ditemui

di daerah-daerah pedalaman, meski

daerah itu tingkat pendidikannya

rendah. Firman mencontohkan,

“Misalnya khan DPTnya 300, yang

datang ke TPS paling 200, khan ma-

sih sisa 100 tuh, nah yang 100 itu

akan dibagi lagi kesepakatan saksi

dan pengurus KPPS-nya dan perang-

kat di situ akan dibagi ke semua

saksi, misalnya saksi ada 10 berarti

dibagi 10 per saksi. Nanti terserah

saksi itu mau milih siapa, jadi 1 saksi

akan mewakili 10.”

Ketua KPU Kalbar AR Muzzam-

mil mengatakan, tingkat partisipasi

pemilih di daerah pedalaman Kalbar

memang cukup tinggi. Rata-rata

diatas 80 persen. “Kalau dibanding-

kan dengan perkotaan, tingkat par-

tisipasi di Pedalaman memang jauh

lebih tinggi,” ujar mantan Wakil

Ketua Panwaslu Kalbar ini.

Samin, caleg dari salah satu par-

tai baru yang jumlah suaranya ma-

suk 10 besar KPU, memberi kesak-

sian lain. Diakuinya, antar caleg yang

berbeda partai kerap saling nego-

siasi supaya suara dialihkan demi

menambal kekurangan suara. Jual

beli suara ini biasa dilakukan di

tingkat KPPS, dengan mengubah

Rekap Berita Acara sebelum dioper

ke Panitia Pemilihan Kecamatan.

Samin menantang untuk mem-

bandingkan rekap suara berdasar-

kan catatan saksi dengan rekap Be-

rita Acara di PPK. Betul saja. Rekap

suara beberapa TPS di PPK Nanga

Pinoh, Kabupaten Melawi berbeda

dengan BAP yang ditandatangani

saksi dan panitia pemilihan.

Hasil penghitungan dari TPS 1

Sidomulyo misalnya, ada satu par-

tai yang hanya mendapatkan 21 sua-

ra. Tapi begitu rekap sampai di PPK,

angkanya melonjak menjadi 236

suara. Sementara di TPS 2, Berita

Acara saksi menulis 70 suara untuk

partai tertentu, tiba-tiba angka itu

berubah jadi 187 suara. Ini baru sa-

MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | s e l i n g a nMIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | r e a l i t a

42

Page 43: Majalah Mimbar Untan edisi V

Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009

tu TPS, karena diduga masih banyak

TPS lain yang punya kasus serupa.

Menurut Samin, dalam negosiasi

jual beli suara antar caleg ini biasa-

nya ada nominal uang yang disebut,

atau kompensasi lain.”Yang jelas

ada negoisasi antara mereka apakah

uang langsung atau kerajsama ke de-

pan atau lain-lain, tapi yang jelas ada

komunikasi yang intensif antar

mereka baik sebelum melakukan pe-

milihan atau setelah itu. Panwas juga

dimainkan bagaimana meredam

angka-angka itu tadi,” ungkapnya.

Samin menolak menyebutkan partai

yang terlibat.

Di ibukota Kabupaten Melawai,

Nanga Pinoh, saya menyaksikan

sendiri bagaimana tim sukses satu

partai bekerja. Di kantor sekretariat

partai, seorang caleg dirayu untuk

mengalihkan suaranya ke partai

lain.

Praktik politik uang ini bukannya

tak terdata. Panwaslu Kalimantan

Barat melaporkan, dari total 59

pelanggaran pidana Pemilu 2009,

sebagian besar soal politik uang dan

penggelembungan suara. Menurut

Hawad Sriyanto dari Panwas Kalbar,

praktik ini umumnya terjadi saat

kampanye rapat umum atau masa

tenang. “Bahkan di beberapa daerah

pasca pencontrengan hari kamis

tanggal 9 itu masih dijumpai banyak

indikasi penggelembungan surat

suara di beberapa daerah di pedala-

man maupun pesisir,” tegas Hawad,

di ruang kerjanya. “Ada beberapa

pelaku politik uang yang sudah di-

jatuhi vonis pengadilan.”

Daerah pedalaman Kalimantan,

dengan kondisi geografis yang sulit

dan akses transportasi yang tak

memadai, jadi wilayah yang tepat

untuk melakukan manipulasi suara.

Semua sudah tahu sama tahu, se-

hingga tak perlu khawatir kasak-

kusuk ini bakal terungkap.

Lupakan saja asas ’luber’ di sana

karena uang bisa bicara. Sementara

warga banyak yang tak tahu, hak

mereka telah dicurangi.[]

Heriyanto, mantan ketua LPM

Untan, sekarang bekerja untuk

Kantor Berita Radio 68H Jakarta.

etiap proses demokrasi pemilihan umum

harusnya menghasilkan wakil rakyat yang

aspiratif dan terbaik. Demokrasi yang sehat

akan terwujud dengan adanya kesetaraan dan

kebebasan memilih. Kesetaraan kemampuan rakyat

untuk memilih, menilai wakil-wakilnya, diperlukan

pendidikan politik rakyat dan kebebasan jaminan

untuk bisa memilih tanpa ada paksaan, tekanan atau

ikatan dalam bentuk apapun termasuk uang.

Kampanye Pemilu Legislatif yang telah ber-

langsung pada 9 April 2009 yang dimulai sejak hari

Sabtu tanggal 12 Juli 2008. Kampanye ini diikuti oleh

44 Parpol peserta Pemilu 2009. Kampanye yang

dimulai 9 bulan sebelum hari pemilihan diharapkan

berbagai pihak termasuk pihak KPU dijadikan ajang

pihak parpol, tidak hanya untuk melakukan sosialisasi

juga untuk melakukan pendidikan politik masyarakat.

Bisakah harapan untuk melakukan pendidikan politik

yang bertujuan agar Pemilu 2009 bisa berlangsung

dengan damai dan menghasilkan wakil rakyat dan

pemimpin absah dan berkualitas itu dibebankan

kepada parpol saja. Partai politik di Indonesia sejak dulu

tidak menjalankan fungsinya seperti melakukan

pendidikan politik, komunikasi politik dan penengah

konflik; parpol di Indonesia hanya berperan sebagai alat

pencari dan mengakumulasi kekuasaan. Meski Parpol

sudah diharuskan oleh UU No.2 Tahun 2008 untuk

melaksanakan pendidikan politik tetap saja pesimis

bahwa Parpol akan menjalankan tugasnya untuk

melakukan pendidikan politik dengan baik.

Pendidikan politik yang dilakukan oleh civil society

dengan masif dan pendekatan yang tepat, akan berhasil

dan bisa mendorong pelembagaan demokrasi yang

kokoh di Indonesia. Berdasarkan pengalaman Jaringan

Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) pendekatan

MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | s e l i n g a nMIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | r e a l i t a

Perempuan dalam Pemilu 2009Oleh Rosmaniar

MIMBAR

MIMBAR

MIMBAR

MIMBAR

MIMBAR

| k

a j

i a

n

dialog adalah cara cukup efektif dalam melakukkan

pendidikan politik.

Keterlibatan perempuan dalam proses politik masih

rendah dan masih jauh dari kuota 30% afiirmative ac-

tion untuk perempuan hal tersebut dapat dilihat dari

hasil Pemilu 2004 dianggap paling demokratispun

keterwakilan perempuan distruktur kekuasaan dan

proses pengambilan keputusan tetap rendah baik di

lembaga eksekutif, legislatif maupun yudikatif. Di

Lembaga perwakilan rakyat, wakil rakyat masih

didominasi laki-laki, baik di tingkat nasional (89%),

tingkat Propinsi (92%), maupun tingkat Kabupaten/

Kota (>95%), bahkan sebagian dari DPRD tingkat

Kabupaten/Kota 100% anggotanya adalah laki-laki. Di

Kalbar hanya ada 3 perempuan di legislatif tingkat

propinsi dan untuk Kota Pontianak dan Kab. Pontianak

tidak ada perempuan.

Pentingnya pendidikan pemilih dirasa perlu,

karena sistem pemilu mengalami pembaruan,

sehingga secara filosofi maupun teknis perlu direspon

partai, masyarakat dan perempuan, pendidikan

pemilih sebagai sarana partisipasi politik partai,

masyarakat dan perempuan. Bagaimana masyarakat

memiliki nalar kritis menilai partai yang mewakili

kepentingannya, sehingga memiliki kemandirian

dalam arti sejauhmana mereka mengawali janji partai

untuk mengangkat kepentingan mereka. Sudah

saatnya masyarakat tidak lagi menjadi objek eks-

ploitasi partai ketika kampanye pengerahan massa,

dan setelah selesai pemilu mereka ditinggal oleh

kepentingan partai tersebut atau kepentingan pribadi,

Pendidikan pemilih juga harus secara serius

mendorong terwujudnya partisipasi perempuan dalam

proses politik sehingga terwujud tatatan masyarakat

yang demokratis. Rosmaniar, PPSW Borneo.

S

43

Page 44: Majalah Mimbar Untan edisi V

Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/200944

anya berkisar 10 persen

orangtua di Pontianak

yang tidak ingin anaknya

menjadi Pegawai Negeri

Sipil (PNS), sedangkan selebihnya

ingin anaknya menjadi PNS. Hal itu

diungkapkan oleh Wenty Marina

Minza Staf Pengajar Fakultas Psiko-

logi Universitas Gajah Mada (UGM)

dan peneliti pusat studi kependu-

dukan dan kebijakan UGM.

Wenty mengatakan kebanyakan

remaja Pontianak dibilang sukses

apabila sudah menjadi PNS. Sukses

tersebut tentu saja berasal dari

pengaruh keluarga, yang mencipta-

kan pandangan bahwa sukses ialah

PNS. Ini dapat dilihat dari jumlah

tenaga kerja yang dijumpainya rata-

rata hanya berkerja sebagai sales,

penjaga warung dan pencuci motor.

Padahal dilihat dari tingkat pendidi-

kan terakhir mereka adalah SMU.

Wenty menjelaskan, remaja yang

dapat bekerja dikantoran masih

terbilang sedikit, bahkan sangat jauh

dari jangkauan mereka. Untuk itu

menjadi PNS adalah pekerjaan suk-

ses yang sangat diidam-idamkan.

Selain itu, Wenty mengatakan hasil

penelitian yang diperolehnya dari

beberapa mahasiswa, juga berbalik

dari yang akan diharapkannya,

dimana ilmu yang seharusnya me-

reka dapatkan tidak mereka dapati.

“Mahasiswa yang saya wawanca-

rai, mengeluh karena mereka tidak

mendapatkan ilmu yang seharusnya

sesuai dengan jurusan yang mereka

ambil. Begitu pula dosen, hasil pe-

nelitiannya diperoleh kebanyakan

mahasiswa masuk tidak sesuai de-

ngan jurusan yang mereka inginkan,

sehinga ilmu yang diajarkan tidak

terserap sempurna,” kata Wenty.

Dari siklus remaja Pontianak

yang diungkapkan oleh Wenty, re-

maja kesehariannya sekolah, dilan-

jutkan dengan kuliah bila memang

dimungkinkan secara finansial, sete-

lah itu sehabis kuliah remaja meng-

harapkan memperoleh kerja yang

sesuai dengan gaji yang mencukupi

sehingga dapat membeli rumah lalu

menikah.

Siklus tersebut merupakan im-

pian rata-rata remaja Pontianak. Di-

ungkapkan oleh Julia aktivis perem-

puan Kalbar, remaja Pontianak me-

miliki impian yang standar, dimana

impian tersebut hanya seputar ku-

liah, kerja dan menikah.

Mario Rutten pengajar di Univer-

sitas Van Amsterdam dan merupa-

kan peneliti relasi kapasitas-buruh

dan issue globalisasi, mengatakan

bahwa saat ini, bukan hanya Indo-

nesia, Pontianak, tapi saat ini dunia

sedang mengalami krisis global

sehingga masyarakat membuming

untuk mencari pekerjaan di peme-

rintahan.

Psikologi PNS hidup akan

lebih aman.

Kebanyakan orang tua ingin

anaknya menjadi PNS alasannya ia-

lah hidup akan lebih aman, kerja

yang enak dan dapat pensiun. Hal ini

diungkapkan oleh Afrida, ia menga-

takan orang tuanya sangat ingin ia

menjadi PNS dengan alasan PNS

akan membuat hidupnya akan lebih

aman, dan mendapatkan uang pen-

siun kelak.

Begitu pula yang diungkapkan

oleh Rapea, remaja Pontianak lulu-

san AMD komputer, ia mengatakan

ingin menjadi PNS, saat ini ia melan-

jutkan kuliah di FKIP agar menjadi

guru dan lebih banyak peluang PNS.

“Kerjaan lain tidak lebih baik, kecua-

li jadi anggota dewan,” ungkapnya.

Beni masyarakat Pontianak me-

ngatakan, kebanyakan orang tua

ingin anaknya menjadi PNS ialah be-

rangkat dari sejarah. Pada jaman

belanda, masyarakat banyak diku-

ras uangnya, dan tenaganya, se-

hingga mereka beranggapan dari

pada dikuras uangnya lebih baik kita

yang menguras.

Hal serupa juga diungkapkan

oleh Memet, remaja Pontianak me-

ngatakan, ia ingin menjadi PNS un-

tuk merubah birokrasi, dimana saat

ini PNS dijadikan ladang untuk men-

cari nafkah sehingga banyak yang

menyalahgunakan jabatannya. Se-

lain itu pendidikan saat ini tidak

mampu menjawab tentang kurang-

nya ilmu yang didapat.

Berbeda dengan mahsiswa FKIP

ekonomi muhammad Sanjaya. Ma-

hasiswa angkatan 2004 ini menga-

takan tak berminat untuk menjadi

PNS. Menjadi wirausaha lebih men-

janjikan. sedangkan jika menjadi

PNS kreativas tidak dapat berkem-

bang dengan sesuai keinginan. “De-

ngan berwira usaha kita dapat me-

ngatur waktu kerena tidak terikat.

Selain itu bebas mengembangkan ide

“ ujar mahsiswa yang biasa dipanggil

Jaya.

Nur Iskandar Pimred salah satu

harian di Pontianak mengatakan,

saat ini remaja harus memperoleh

keterampilan di sekolah dengan

serius, karena bila digeluti secara

serius akan memperoleh keterampi-

lan dan akan mampu bersaing di du-

nia kerja dan gajinya tidak kalah de-

ngan gaji PNS.

“Keluarga juga punya peranan

penting, dimana satuan keluarga

harus membukakan cakrawala un-

tuk anaknya mencari kerja apa saja

selain PNS sesuai dengan keteram-

pilan yang digelutinya,” kata Nur Is

Nur Is mengungkapkan untuk

menjadi sukses tidaklah harus ter-

penuhinya secara materi tapi ka-

puasan batiniah karena itu cobalah

menjalani sesuatu dengan kesaba-

ran, yang saya lihat saat ini anak mu-

da banyak yang manja dan malas.

Lain halnya dengan Julia pekerja

issue perempuan dan masyarakat

adat Kalbar, mengatakan anak re-

maja biasanya diburuh kemandirian

secara finansial, sehingga menye-

bankan mereka memilih pekerjaan

yang aman dan tidak menanggung

resiko.[]

Cita-cita kok PNS?Oleh Agustinah

H

MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | r e f l e k s i

Page 45: Majalah Mimbar Untan edisi V

Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009 45

MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | t o k o h

Rahmidan:

Pengungsi SuksesMenganyam di Pontianak

eranjang, kipas, tas, topi,

miniatur hewan merupa-

kan hasil anyaman keladi

air yang dihasilkan dari

tangan dingin ibu tiga anak ini.

Barang-barang itu kini ramai me-

warnai pasaran di Pontianak. Rah-

midan beserta keluarga bisa hidup

dengan usaha kerajinan anyaman

tersebut. Namun di balik itu semua,

perempuan, 39 tahun ini memiliki

kisah hidup yang tidak mudah dalam

membangun bisnisnya seperti seka-

rang.

Siapa sangka Rahmidan merupa-

kan korban kerusuhan Sambas tahun

1999. Padahal sebelumnya ia yang

mengaku orang Pontianak asli ini

sudah memiliki toko sembako. Se-

mentara suaminya berprofesi guru.

Ketika kerusuhan terjadi, ia pun ha-

rus pindah di sana. Kala itu pun ia

tengah mengandung empat bulan.

"Saya sampai ngungsi ke gudang

indomie. Sama sekali gak ada bawa

apa-apa. Cuma bawa baju yang

melekat di badan. Saya sampai tidak

pakai alas kaki," tuturnya.

Dalam keadaan serba kekurangan

materi ia pun tak putus asa. Begitu

melihat adiknya, Rahyuni yang

piawai menganyam keladi air men-

jadi barang kerajinan dan bisa meng-

hasilkan rupiah, hatinya tergerak

untuk ikutan. Begitu sang adik be-

ranjak ke Jawa untuk melanjutkan

sekolah, maka mulai saat itu dia yang

meneruskan usaha anyaman ini.

Rahmi menjajakan berupa ba-

rang anyaman tersebut di pasar.

Berapa kali ia merasakan ditolak oleh

orang. Ia kembali berinisiatif mena-

warkan anyamannya kepada penjual

toko kelontong berkebangsaan

Tionghoa untuk keempat kalinya

sambil menangis.

"Mungkin karena kasihan, si pen-

jaga toko tak hanya beli anyaman itu.

Tapi juga memberi saya modal

sebesar Rp 100 ribu rupiah. Modal

ini saya pakai buat beli bahan baku

anyaman," ujarnya.

Kemudian ia bertemu Emi Mokh-

tar dari sebuah asosiasi yang me-

naungi UKM. Wanita ini lah yang

mengajak Rahmi ke dalam sebuah

seminar. Beberapa investor tertarik

untuk memberikan modal. Seperti

dari pupuk Kaltim dan Bank Kalbar.

Lewat bantuan Bank Pembangunan

Daerah ini, Rahmi dan anyamannya

bisa ikut dalam beberapa pameran.

Sekarang dengan dibantu 20

karyawannya ia terus mempro-

duksi. Akan tetapi karyawannya

yang mengerjakan di rumah mereka.

"Karena karyawan saya ada yang

janda dan cacat. Biar mereka gak

terlalu repot. Bahan baku saya antar.

Terus kalau sudah jadi, saya ambil

lagi," katanya.

Kini dalam sebulan ia mampu

memproduksi 2000-3000 barang

anyaman dengan omzet sekitar Rp

3 juta- Rp 4 juta.

Walau telah sukses mengembang-

kan bisnis tersebut, perempuan ini

tetap membantu rekan-rekannya

yang melakoni usaha yang sama. Dia

menolak memasarkan anyamannya

di banyak tempat di sini. Alasannya

karena khawatir bila teman-teman

seprofesinya tidak memiliki pasa-

ran. Sehingga ia memilih pasar untuk

masuk ke sana. Namun ia pun mela-

yani untuk pemesanan dalam partai

besar seperti halnya dari Kuching.

Selain bisnis anyaman, Rahmidar

mulai berkiprah juga untuk usaha

batako press. Pasalnya pada bisnis

anyaman tersebut mulai terasa

surut sejak tahun 2004. Agar bisa

tetap bertahan maka didirikanlah

batako press.

Dia tetap mesyukuri ada hikmah

di balik kerusuhan Sambas dahulu,

meski mengalami sakit namun ia

bersyukur bisa tetap bertahan. Dan

bisa memiliki usaha sampai sekarang

ini.[]

K

Page 46: Majalah Mimbar Untan edisi V

Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009

uryati hanya lulusan Se-

kolah Menengah Pertama

(SMP). Bermodal ijazah

SMP tidaklah menghala-

nginya menjadi seorang pendidik,

apalagi akhir-akhir ini, secara formal

guru diwajibkan berpendidikan

minimal S1. Ia tetap mengajar mu-

rid-muridnya dengan semangat dan

sabar di Sekolah Dasar (SD) 3 Purun

Darat, Desa Sungai Purun Besar,

Kecamatan Segedong.

“Sejak tahun 2000 saya menjadi

guru disekolah ini, lebih kurang 8

tahun lalu. Awalnya cuma sebagai

pengasuh anak-anak kelas satu yang

masih polos, dan sekedar membantu

saja bila ada guru yang tidak hadir.

Seiring berjalannya waktu saya

disuruh menjadi guru. Saya senang

sekali, kebetulan sekolahnya juga

tidak jauh dari rumah,” kata Nuryati

tentang awal mula ia menjadi guru.

Beberapa tahun lalu sekolah yang

terletak dipinggiran kota ini, sangat

kekurangan guru, tak jarang ada

guru yang harus mengajar dua kelas

sekaligus. Dengan jumlah 6 lokal dan

keterbatasan tenaga pengajar, Nur-

yati yang semula hanya sebagai pe-

ngasuh akhirnya dijadikan penga-

jar sekaligus wali kelas satu. Saat itu

ia masih ragu akan kemampuannya,

namun berkat keuletannya belajar

dan melihat guru-guru yang lain, ak-

hirnya jiwa pengajar itu timbul juga.

Sekilas, saat kru Miun melihat ca-

ra dan tata bahasa yang digunakan

saat mengajar tidaklah berbeda de-

ngan guru-guru yang memang sudah

memiliki dasar seorang guru yang

diperoleh di bangku kuliah. Dimulai

cara pembukaan (apersepsi), proses

belajar mengajar, hingga penutup

semua hampir mendekati sem-

purna. Jika ada orang yang meli-

hatnya, tidak akan menyangka bah-

wa ia hanya lulusan SMP.

Desa yang terletak sekitar 3 kilo

meter dari jalan raya ini, termasuk

desa yang terbelakang, mengapa

tidak, dilihat dari aspek pendidikan,

Purun Darat tidak memiliki fasilitas

pendidikan berupa Taman Kanak-

kanak (TK), Sekolah lanjutan Tingkat

Pertama (SLTP) apalagi Sekolah

Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). Oleh

karena itu tidaklah heran Nuryati

agak kesulitan mengajar terutama

kelas satu. “Mereka benar-benar

tidak tahu membaca dan menulis,

saat pertama masuk disini, kerena

orang tua mereka juga berpendi-

dikan rendah dan sibuk dengan

bertani,” kata Nur.

Gaji Lima Puluh Ribu

Sebulan

Walau saat ini pemerintah ber-

usaha meningkatkan taraf hidup

guru dengan tunjangan profesi.

Sayangnya hal tersebut tidaklah

untuk Nuryati, mengapa tidak,

tunjangan tersebut akan diberikan

hanya kepada guru yang memenuhi

syarat guru profesional. Dimana

kriteria guru profesional minimal S1

atau lulus sertifikasi guru dan hal itu

tidak melekat pada ibu satu anak ini.

“Jangankan S1, SMA saja saya

tidak lulus, apalagi sertifikasi, bagai-

mana saya bisa dapat tunjangan

tersebut,” jawab wanita yang lahir

30 tahun ini, saat ditanya tentang

tunjangan tersebut. Baginya digaji

berapapun diterima, yang terpen-

ting bagaimana bisa menjadikan

anak bermanfaat minimal bisa mem-

baca dan menulis di desa yang jauh

dari teknologi ini.

Nur mengaku saat memulai men-

jadi guru honor tahun 2000 ia ha-

nya digaji 50 ribu sebulan, bahkan

kadang-kadang tidak digaji. Dengan

gaji itu di jaman sekarang tidaklah

mencukupi kehidupan sehari-ha-

rinya. Namun ia menyadari keku-

rangannya dengan latar belakang

pendidikan rendah , pantas saja

digaji demikian. Yang penting bagi-

nya ia bisa memberikan yang ter-

baik bagi murid-muridnya.

“Jujur gaji segitu tidaklah men-

cukupi, belum lagi untuk beli susu

anak saya yang baru berusia 1 tahun

lebih, sedangkan suami, sama se-

perti kebanyakan orang-orang di

desa, bertani lahan curah hujan,

yang bertanam satu tahun sekali.

Jadi buat memperoleh hasil panen

juga satu tahun sekali lah. Itupun

syukur-syukur gak hujan dan banjir.

Jika banjir kita hanya memperoleh

seadanya saja,” jelasnya.

Saat ini guru honor menerima ga-

ji 3 bulan sekali. Hal itu juga berlaku

Jadi Guru BermodalIjazah SMPOleh Agustinah

N

MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | t o k o h

Nurhayati menggandeng anaknya yangberusia 3 tahun.

46

M I U N / T I N A

Page 47: Majalah Mimbar Untan edisi V

Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009

kepada Nur, untuk itu guna meme-

nuhi kebutuhan sehari-hari, ia ber-

jualan bubur di SD tersebut setiap

pagi, bila tidak ada jam mengajar.

“Yah lumayanlah buat menutupi

kekurangan. Kebetulan saya juga

berjualan di kantin sekolah, dengan

memanfaatkan waktu istirahat,” kata

wanita yang lahir tahun 1978 ini.

Belajar dari TV

Untuk menjadi guru bukanlah hal

yang mudah, selain mendidik dan

mengajar, guru merupakan orang

tua di sekolah. Kegiatan itu juga dila-

kukan oleh Nur, ia merasa menjadi

guru adalah panggilan jiwa. Apalagi

guru adalah cita-citanya sejak kecil.

Walaupun tidak mengenyam pendi-

dikan di bangku kuliah, Nur ber-

harap dengan menjadi guru Bantu ia

memperoleh pengalaman layaknya

seorang guru. “Saya memang ber-

cita-cita ingin jadi guru, agar mem-

peroleh pengalaman. Sebelum jadi

guru Bantu saya biasanya liat di TV,

di situ saya belajar bagaimana men-

jadi guru,” jelas ibu satu anak ini.

“Saya sangat ingin kuliah, tapi

gak punya uang, tapi sekarang saya

sudah jadi guru, tanpa berbekal ilmu

yang cukup. Walaupun saya hanya

sebagai guru bantu, saya sangat

menikmati peran itu, anak SD lucu-

lucu dengan karakter yang ber-

macam-macam membuat kita betah

menghadapi mereka,” ungkapnya.

Suka duka mengajar

Murid-murid SD 3 Segedong,

bayak berasal dari daerah peda-

laman, tak jarang mereka menempuh

jarak 3 sampai 4 KM untuk ber-

sekolah. Dengan bermodal buku,

pakaian sekolah, bahkan ada yang

mengenakan sandal ke sekolah, baju

putih tapi bawahannya coklat, suatu

ketidak sepadanan, yang harusnya

berpakaian putih merah.

“Disini sudah biasa, berpakaian

seperti itu, karena pakaian bukanlah

hal yang utama, yang penting bela-

jar. Itu juga salah satu sebab menga-

pa saya menjadi guru, kasian me-

reka, datang jauh-jauh tapi gurunya

tidak ada,” kata Nur sambil memulai

cerita.

Nur menceritakan anak-anak

yang pernah ia didik, beraneka ra-

gam, bahkan bahasa yang digunakan

juga tak kalah aneh, ada yang logat

Madura, Cina, dan Melayu. Anak-

anak itu tidak semuanya mudah

menerima pelajaran, ada yang sa-

ngat susah, ada yang nakal.

“Pernah suatu hari ada anak

Hurdi namanya kalau enggak salah,

karena bertengkar dengan temannya

keesokan harinya ia membawa pi-

sau, kan lucu, masih kecil udah be-

rani bawa pisau. Duh gempar ba-

nget saat itu di sekola. Ada juga anak

nakal banget, jadi kalau dia nakal

langsung disuruh nyanyi, pasti ia

enggak mau, karena ia anti dengan

yang namanya nyanyi atau nulis.

Ada juga anak yang hobinya nangis,

hampir setiap hari nangis, belum lagi

yang mau BAB. Melihat tingkah

anak-anak yang aneh-aneh mau

marah gak jadi,” ceritanya sambil

tersenyum, kadang tertawa.

Nur berharap guru-guru seka-

rang tidak perhatikan dan utamakan

anak-anak jangan cuma ngejar pang-

kat.[]

MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | t o k o h

47

Page 48: Majalah Mimbar Untan edisi V

Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/200948

MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | k a m p u s

ndang-undang nomor 20

tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional (UU

Sisdiknas) mengamanatkan bahwa

perguruan tinggi harus otonom,

yang berarti mampu mengelola

secara mandiri lembaganya serta

dapat mengelola dana secara man-

diri untuk memajukan satuan pen-

didikan. Sedangkan sekolah/mad-

rasah harus dikelola dengan prinsip

manajemen berbasis sekolah/mad-

rasah, yang berarti otonomi mana-

jemen pendidikan pada satuan pen-

didikan.

Sebenarnya, yang paling men-

dasar munculnya, Undang-undang

Badan Hukum Pendidikan tidak

lepas dari intervensi lembaga asing

seperti IMF dan The International

World Bank(Bank Dunia). Tujuan

lembaga internasional tersebut

untuk meliberalisasikan sistem pen-

didikan di Indonesia. Karena lem-

baga-lembaga tersebut adalah per-

panjangan dari sistem kapitalisme

global. Dengan berbagai sekenario

global.

Pada tahun 1999, adanya Latter

of Inten (LoI) dengan dana moneter

dari IMF (Dana Moneter Inter-

nasional) yang mengharuskan pe-

merintah mencabut subsidi untuk

pendidikan dan kesehatan. Selain itu

Word Bank mengucurkan hutang

sebesar 114,54 ribu dollar AS untuk

membiayai program MHIRE (Man-

aging higher education for rel-

evance and efficiency) untuk tahun

2005-2011, yang bertujuan untuk

memujudkan otonomi perguruan

tinggi yang efesien dan relevansi

dengan kebutuhan pasar.

Dewan Perwakilan Rakyat Re-

publik Indonesia mengesahan Un-

dang-undang nomor 9 tahun 2008

tentang Badan Hukum Pendidikan

(UU BHP) pada 17 Desember 2009,

yang diangap oleh sebagian mas-

yarakat rawan ketidak adilan dan

intervensi asing dalam pelaksanaan

sistem pendidikan di Indonesia.

World Bank menyatakan, ang-

garan pendidikan menyedot APBN

sehingga harus dipangkas subsidi-

nya termasuk guru dan dosen. Se-

mua itu tak jauh dari representasi

neo liberalisme dalam dunia pendi-

dikan. Sayangnya pemerintah be-

Pengesahan Undang-undang Badan Hukum

Pendidikan(BHP),merupakan hasil negosiasilembaga internasional IMF

dan Bank Dunia denganpemerintah Indonesia.Ini

merupakan intervensilembaga asing terhadap

sistem pendidikan Indone-sia

Oleh Rahmanita

U

KARIKATUR: NOVIASYAH

Intervensi Asing DibalikPengesahan UU BHP

Page 49: Majalah Mimbar Untan edisi V

Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009 49

MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | k a m p u s

gitu saja

BHP yang merupakan badan hu-

kum bagi penyelenggaraan atau sa-

tuan pendidikan formal, yang ber-

fungsi memberikan pelayanan pen-

didikan kepada peserta didik, ber-

prinsip nirlaba, dan dapat menge-

lola dana secara mandiri untuk me-

majukan satuan pendidikan.

Dalam pasal 34 Undang-Undang

Badan Hukum Pendidikan (UU-

BHP), misalnya, pemerintah dan

pemerintah daerah menanggung

sekurang-kurangnya dua per tiga

biaya pendidikan untuk BHP Peme-

rintah dan BHP Pemerintah Daerah

yang menyelenggarakan pendi-

dikan menengah untuk biaya ope-

rasional, biaya investasi, beasiswa,

dan bantuan biaya pendidikan bagi

peserta didik pada BHPP berdasar-

kan standar pelayanan minimal un-

tuk mencapai standar nasional pen-

didikan.

Sedangkan, pada ayat 4 pasal 34

peserta didik dapat ikut menanggung

biaya penyelenggaraan pendidikan

sesuai dengan kemampuannya, or-

ang tua, atau pihak yang bertang-

gung jawab membiayai. Biaya pe-

nyelenggaraan pendidikan sebagai-

mana yang dimaksud pada ayat 4

yang ditanggung oleh seluruh peser-

ta didik dalam pendanaan pendi-

dikan menengah atau pendidikan

tinggi pada BHPP atau BHPPD seba-

nyak-banyaknya satu per tiga dari

seluruh biaya operasional.

Walaupun terjadi perubahan

berkali-kali, perubahan draft tidak

terlalu berpengaruh. Karena ha-

kekatnya tetap saja sama. Akhirnya

pendidikan hanya milik bagi mereka

yang kaya. Ada diskriminasi dalam

UU BHP, karena hanya 20 % bagi

mereka yang mempunyai akademik

tinggi. Bagaimana dengan yang

miskin tapi tidak juga mampu secara

akademik. Sepertinya telah terjadi

ingkar konstitusi di Negara ini.

melupakan UUD 45 untuk men-

cerdaskan kehidupan bangsa.

Pada tahun 2004 saja jumlah

seluruh kegiatan perkuliahan adalah

18 juta per mahasiswa. jika 1/3 dari

18 juta tersebut harus ditanggung

oleh mahasiswa jumlahnya men-

capai 6 juta per semester. “Total

jumlah perkuliahan sekarang ini

sudah mencapai 20 juta” ungkap

Chairil Effendi, Rektor Untan.

Fajri Naulis, Aktivis NGO (Non

Goverment Organization) meng-

anggap Pemerintah dinilai hendak

melepaskan tanggung jawab untuk

memenuhi hak warga negara atas

pendidikan. Pendidikan dibuat seba-

gai komoditas ekonomi yang meng-

gunakan pendekatan ekonomi pasar

bebas. Padahal telah jelas menurut

UUD yang mengatakan Negara ber-

peran dalam mencerdaskan kehidu-

pan bangsa. “ Jika tujuan BHP untuk

transparansi, berarti selama ini

tidak ada transaparansi di Universi-

tas” , ungkap Fajri

Padahal telah jelas dalam UUD 45

Negara republik Indonesia pasal 31

ayat 1, 2, 3 dan 4. setiapa warga

negara berhak mendapatkan pen-

didikan dan setiap negara wajib

menanggung biaya pendidikan seku-

rang-kurangnya 20 % dari APBN .

Fajri menambahkan, BHP akan

membawa kepada privatisasi pen-

didikan komersialisasi pendidikan,

orientasi dari dunia pendidikan dan

kampus tidak lagi menjadi benteng

demokrasi yang menjadi ancaman

bagi dosen, guru dan karyawan.

“Kita jangan terjebak kepada pasal

perpasal tapi harus kita lihat hakekat

yang terkandung didalamnya.

Namun menurut Dr Wasian, Un-

tuk tumbuh dan berkembangnya

kreativitas, inovasi, mutu, fleksibi-

litas, dan mobilitas yang merupakan

prasyarat agar ilmu, teknologi, dan

seni dapat berkembang secara pari-

purna. Pada gilirannya, perkem-

bangan ilmu, teknologi, dan seni ter-

sebut akan memberikan kontribusi

AKSI demoyangdilakukansegenapcivitasakademikadalammenentangUUBHP.

M I U N / E K A

Page 50: Majalah Mimbar Untan edisi V

Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009

MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | k a m p u s

pada peningkatan daya saing bang-

sa.

Dengan adanya BHP perguruan

tinggi dapat dengan mudah me-

ngembangkan dirinya, tanpa adanya

lepas tangan dari pemerintah. Peme-

rintah berkewajiban untuk memberi

beasiswa sebanyak 20% kepada or-

ang yang tidak mampu. BHP juga

tidak serta merta menaikan SPP ma-

hasiswa. Bisa jadi pendidikan lebih

murah karena universitas mempu-

nyai hak otonomi untuk mengem-

bangkan dan mengatur sendiri.

Dulunya beasiswa hanya di beri-

kan lembaga-lembaga bukan peme-

rintah. Dengan adanya UU BHP ini

justru mengatur masalah tersebut.

Sebenarnya dengan adanya BHP

dana yang dialokasikan lebih besar

dari sebelum adanya BHP tesebut.

“Dengan BHP kita di haruskan mem-

berikan 20% beasiswa yang kurang

mampu dari seluruh jumlah maha-

siswa yang mendaftar” kata staff ahli

Purek I ini.

Lebih lanjut Wasian mengatakan

BHP dikeluarkan untuk kepentingan

rakyat. Bertujuan untuk memberi-

kan otonomi dalam penyelanggara-

annya yang selama ini di “ikat”. Se-

hingga ada kemudahan.

BHP sebenarnya menguntung-

kan peserta didik. Pegawai negeri

punya kesempatan untuk kontrak

dengan BHP jika mempunyai kenerja

yang baik. Untuk mendapatkan itu

tentu saja para dosen berkompeten-

si.

Pemerintah juga tetap menang-

gung gaji dosen. Tidak gampang jika

asing masuk kedalam pergurua ting-

gi di Indonesia

BHP, SPP Naik

Karena berbadan hukum, publik

dapat menuntut jika terjadi pelang-

garan di Perguruann Tinggi. Sehing-

ga perguruan tinggi tidak dapat

main-main. Ketika Badan Hukum

Pendidikan akan dilaksanakan, di

pastikan bahwa biaya SPP akan di

naikan. Sesuai dengan kebutuhan

mahasiswa di tingkat universitas

dan fakultas masing-masing.

Dosen ITB Megawati disela-sela

persentasinya di acara persiapan

Untan menuju BHP mengaku setuju

dengan adanya BHP. Menurutnya

BHP merupakan kesadaran individu

untuk berorientasi kepada mutu,

dan perubahan besar dengan ada-

nya transparansi. Tidak ada unsur

komersil didalamnya. “Komersil jika

jumlah pokok dinaikan menjadi

berkali-kali lipat. “katanya.

Tambah Megawati, Pelayanan

juga akan di tingkatkan,sehingga

mutu pedidikan tinggi makin baik,

jadi dosen dituntut untuk bisa mela-

kukan perubahan. Tidak ada lagi

yang namanya keterlambatan mem-

berikan nilai. Dan seharusnya dosen

juga mudah untuk di temui mulai

melaui sms, telpon bahkan email.

“Oleh karena itu SPP harus naik”

ungkap dosen matematika tersebut.

Dosen selama ini sudah di tindas

dengan gaji yang kecil. Tidak ada

salahnya untuk mahsiswa yang

mampu membayar lebih. Dengan

subsidi silang semuanya dapat ter-

penuhi. Anak-anak yang kurang

mampu dapat dibantu. Bagi mereka

yang kaya tidak masalah jika harus

mengeluarkan biaya lebih.

Di ITB ada jalur khusus, tapi tidak

mengganggu jumlah penerimaan

PMB. Mereka yang menempuh jalur

khusus juga mengikuti test. Jika

mahasiswa yang menggunkan jalur

khusus gagal dalam perkuliahan,

maka uang mereka dikembalikan

lagi kepada yang bersangkutan

Megawati menilai dosen-dosen

Untan sudah mempunyai komit-

men. Namun tidak dibenarkan jika

ada dosen yang sering meninggal-

kan mahasiswanya hanya karena

melakukan penelitian.

Untan pada 2014 akan mene-

rapkan UU BHP ini. apakah setelah

BHP di terapkan Untan akan tetap

terlihat sebagai penyelenggra pen-

didikan atau malah sebagai pusat pe-

rekonomian yang di kelilingi oleh

mall-mall besar, hotel dan usaha-

usaha lainnya. Sekarang saja fasilitas

kampus sudah tidak dapat di guna-

kan mahasiswa secara gratis.

Permasalahannya, Undang-un-

dang Badan Hukum Pendidikan, se-

karang masih dalam proses hukum

di Mahkamah Konstitusi(MK), kare-

na digugat oleh berbagai organisasi

rakyat yang meminta supaya pelak-

sanaannya ditinjau ulang. Karena

akan rawan ketidak adilan dalam pe-

laksaanaan. Apakah MK akan men-

cabut undang-undang tersebut atau

cuma menghilangkan pasal-pasal

yang diangap memunculkan ketidak

adilan pada peserta didik yang

berorientasi pada liberalisasi sistem

pendidikan di Indonesia. []

M I U N / E K A

SEKELOMPOK mahasiswa melakukan penolakan terhadap diberlakukannyaUUBHP yang dianggap merugikan kalangan dunia pendidikan.

50

Page 51: Majalah Mimbar Untan edisi V

Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009

MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | k a m p u s

UU BHP:Menilik Kesiapan Untan

ahan Hukum Pendidikan

(BHP) telah disahkan men-

jadi undang-undang. Haki-

katnya pemberian otonomi optimal

yang diimbangi tuntutan akunta-

bilitas dalam penyelenggaraan sa-

tuan pendidikan. Sehingga perlunya

institusi khususnya perguruan ting-

gi mampu mengurus dirinya sendiri

secara mandiri, transparan dan

akuntabel tanpa harus banyak didik-

te oleh pemerintah. Bagaimanakah

kesiapan Universitas Tanjungpura

(Untan) dalam menghadapi BHP

yang dicanangkan 2014. Berikut pe-

tikan wawancara khusus dengan

Rektor Untan, “Dr. Chairil Effendi,

MS”.

Apa yang telah disiapkan

Untan dalam menghadapi

BHP?

Untan saat ini belum melakukan

persiapan secara khusus. Belum

membentuk tim yang secara khusus

mempersiapkan naskah akademik

untuk mempersiapkan BHP itu, tapi

dalam waktu dekat sudah saya siap-

kan Tim untuk merancang BHP. Te-

tapi secara umum Untan telah

melakukan langkah-langkah yang

menjurus menghadapi BHP, di-

mana langkah yang dilakukan

mengarah implementasi BHP.

Contohnya dalam pe-

ngembangan renstra, kode

etik dosen dan mahasiswa,

kebijakan akademik, stan-

dar baku mutu akademik,

sistem standar operasional

prosedur untuk melayani

mahasiswa atau yang akan

berhubungan dengan Untan. Se-

lain itu, Untan juga telah menertib-

kan sistem keuangan. Semuanya

mengarah pada BHP. Membuat

statuta aturan main perguruan

tinggi.

Bagaimana pendapat Bapak

tentang Pro dan Kontra yang

terjadi akibat Untan akan

memberlakukan UU BHP ini?

Pro dan kontra sesuatu yang

dapat kita terima secara bijak.

Pandangan-pandangan harus kita

pahami. Kekhawatiran itu sah-sah

saja. Dalam implementasinya belum

terbukti. Malahan dengan telah

diberlakukan BHP di beberapa per-

guruan tinggi, akan mengurangi

tingginya biaya

o p e r a s i o n a l

yang ditang-

gung. Biaya

o p e r a s i o n a l

melebihi tun-

tutan BHP. Bi-

sa menjadi le-

bih “Mu-

rah”. Karena ini persoalan nirlaba

pemerintah bersama-sama dengan

BHPP (Badan Hukum Pendidikan

Pemerintah) menanggung seluruh

biaya investasi, beasiswa, dan ban-

tuan pendidikan pada BHPP yang

menyelenggarakan pendidikan ting-

gi berdasarkan standar pelayanan

minimal guna mencapai standar

nasional pendidikan.

Sedangkan, biaya operasional

ditanggung paling sedikit seperdua

biaya operasional. Ini Berarti peme-

rintah pusat dan pemerintah daerah

dapat menanggung sampai 100%.

Ini berdasar pasal 41 ayat (9) UU

BHP mengatur biaya peyelengga-

raan pendidikan yang ditang-

gung peserta didik paling ba-

nyak sepertiga dari biaya ope-

rasional dan dapat menang-

gung sampai dengan 0%. Ka-

rena ada kewajiban BHPP

menyediakan 20% kursi ma-

hasiswa baru untuk masyar-

Oleh Syf Ratih KD

B

Dr Chairil EffendyRektor Untan

51

Page 52: Majalah Mimbar Untan edisi V

Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009

MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | k a m p u s

akat miskin. Untan sendiri sudah

60% memberikan beasiswa kepada

mahasiswanya. Hanya tidak “ter-

ekspose”. Tapi saya bisa memahami

ketakutan itu.

Bagaimana kesiapan tenaga

pendidik di Untan ?

Sekarang ini, Untan telah me-

ngirimkan beberapa dosen untuk ku-

liah lagi. Dengan tuntutan akun-

tabilitas yang tinggi. Dan kewajiban

dosen untuk meningkatkan inte-

lektualitas. Seperti di Malaysia,

menulis jurnal ilmiah minimal dima-

na setiap tahun menghasilkan 2

jurnal ilmiah. UU BHP bagi saya

pribadi bersifat lunak. Karena seka-

rang kita lihat dosen yang rajin dan

malas sama saja.

Bagaimana pembiayaan da-

ri Untan sendiri ?

Sekarang ini DIPA Untan 2009

sudah ada alokasi dana. Seperti iklan

di bundaran dapat digunakan untuk

merehap bangunan. Jadi, sebenar-

nya untuk biaya kuliah yang kita bu-

tuhkan sudah tercover. Lebih lanjut

kita akan negosiasi dengan pamerin-

tah pusat untuk itu. Karena dari sisi

ruh BHP, peserta didik dilindungi.

Pendidikan tinggi tidak semena-

mena menarik biaya pelaksanaan

perkuliahan pada peserta didik.

Karena, siapapun yang mengalihkan

aset BHP untuk memperkaya diri

dipidana 5 tahun penjara dan denda

Rp 500 Juta. Kita juga akan mendiri-

kan unit usaha dibawah Untan.

Sehingga ada pemasukan bagi pen-

didikan tinggi. Keuntungan dari unit

usaha dikembalikan ke Untan. Yang

akan dibuat sarana dan prasarana

untuk mahasiswa.

Bagaimana dengan master-

plan Untan setelah BHP?

Sebelum BHP juga kita akan me-

ngembangkan Untan yang akan

diajukan pada IDB (Islamic Devel-

opment Bank) untuk penataan kawa-

san. Kita sudah mendesainnya,

bekerja sama dengan pemerintah

dan instansi terkait. Untan sendiri

rencananya akan membangun ge-

dung berlantai 4. Sehingga memini-

malisir biaya pemeliharaan, ke-

amanan, dan pemanfaatan secara

optimal. Karena pendidikan itu

adalah investasi. Agar tidak meng-

hamburkan uang pemerintah, se-

hingga memaksimalkan peran per-

guruan tinggi. Dapatlah menghidupi

dirinya sendiri dari penelitian karya

ilmiah yang dilakukan.

Bagaimana peraturan yang

diberlakukan bagi mahasiswa?

Saat ini peraturan untuk maha-

siswa tetap diberlakukan. Seperti

sistem DO (Drop Out) bagi mahasis-

wa yang telah melampaui masa ku-

liah. Untuk penerimaan mahasiswa

baru, Untan tetap menerima maha-

siswa reguler dan nonreguler. Selain

itu, juga adanya Outreach, peneri-

maan mahasiswa dari pihak CSR (Co-

orporate Social Responsibility) se-

bagai bentuk sosial dari perguruan

tinggi.

Bagaimana dengan privati-

sasi Untan?

Ini bukan privatisasi Untan me-

lainkan komersialisasi aset. Tetapi

apabila Untan melaksanakan itu per-

lunya pertanggungjawaban. Apabila

Untan mengeluarkan sarjana dapat

mempraktekannya dunia usaha. De-

ngan diberlakukan UU BHP nantinya,

peserta didik dapat komplain atas ti-

dak diterima dalam dunia usaha pa-

da pendidikan tinggi penyelenggara.

Bagaimana perluasan unit

usaha Untan?

Untan sendiri sudah melakukan

perluasan unit usaha. Seperti mem-

buat suatu Unit usaha perkebunan

sawit sehingga dapat membiayai

operasional perguruan tinggi. []

M I U N / T I N A H

UNTAN mempersiapkan diri dalam menghadapi UU BHP.

52

Page 53: Majalah Mimbar Untan edisi V

Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009

MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | k a m p u s

Oleh Sutami

Pelindas Pendidikanendidikan adalah cakra-

wala untuk keluar dari ju-

rang gelap kebodohan. Bah-

kan kekuatan pendidikan mampu

memerdekakan sebuah bangsa,

contohnya Indonesia. Buktinya

para mahasiswa STOVIA, salah

satunya dr. Sutomo di Jakarta tahun

1908 membentuk Budi Utomo yang

merintis kemerdekaan Republik In-

donesia untuk lepas dari cengkraman

kolonialis.

Sehingga tidak mengherankan

apabila cita-cita Indonesia adalah

mencerdaskan kehidupan bangsa

sebagaimana tercantum dalam pem-

bukaan UUD 1945. Yang dipertegas

kembali pasal 31. Dan dalam pasal

31 ayat 4 pemerintah diamanahkan

untuk membiayai pendidikan seku-

rang-kurangnya 20 persen dari

APBN/APBD. Bahkan dalam Undang-

Undang Sistem Pendidikan Nasional

(UU Sisdiknas) Nomor 20 Tahun

2003 pasal 49 ayat 1 kembali me-

ngisyaratkan anggaran 20 persen

yang diluar gaji dan perangkat kedi-

nasan. Meskipun akhirnya Mahka-

mah Konstitusi telah menganulirnya

dengan menegaskan gaji juga masuk

dalam hitungan anggaran 20 %.

Pemerintahan hasil reformasi

memang akan memenuhi anggaran

20 persen dalam APBN 2009. na-

mun dengan disahkannya UUBHP

melalui paripurna Dewan Perwakilan

Rakyat (DPR) sama halnya dengan

melindas dunia pendidikan Indone-

sia sendiri. Yang alasannya untuk

memajukan kualitas pendidikan In-

donesia. Padahal hakekat sebenar-

nya dari BHP pemerintah coba lepas

tangan dari tanggung jawab mem-

berikan pendidikan secara murah

bahkan gratis bagi generasi bangsa.

Dengan BHP, sepertiga dana pendi-

dikan menjadikan beban peserta

yang mengenyam pendidikan. Ber-

arti secara halus negara melakukan

pelarangan orang miskin untuk jadi

pintar. Hanya orang kaya

yang dapat kuliah ber-

ujung semakin dalamnya

jurang antara si miskin

dan si kaya.

Tapi BHP memang sia-

sat bangsa luar yang di

angguk-angguk oleh pe-

merintah tanda setuju.

Ulah pemimpin yang ha-

rus diterima jika tak ada

semangat buat melawan-

nya. Tahun 1999 IMF me-

ngucurkan hutang kepada Republik

Indonesia ada kesepakatan yang

mengharuskan pemerintah untuk

mencabut subsidi pendidikan dan

kesehatan.

Tidak heran tahun 1999 keluar

Peraturan Pemerintah (PP) No 60

Tahun 1999 tentang perguruan

tinggi dan PP No 61 tahun 1999

tentang Perguruan Tinggi (PT) seba-

gai Badan Hukum dengan kelinci

percobaan UI, ITB, IPB, UGM dalam

bentuk PTN Badan Hukum Milik

Negara (PT BHMN). Sehingga di

kampus-kampus tersebut ada nama-

nya pembukaan jalur khusus dengan

catatan asal memiliki kantong tebal

alias orang bodoh leluasa menda-

patkan pendidikan asalkan kaya.

Bahkan melalui kesepakatan

bersama Tentang Perdagangan Jasa

dengan WTO tahun telah merati-

fikasi pendidikan untuk dijadikan se-

bagai salah satu jasa komoditas (ba-

rang dagangan ) dengan kata lain

pendidikan merupakan bisnis dan

terbuka bagi investasi baik swasta

maupun asing. Tak dapat dipungkiri

karena akan ada praktek komer-

sialisi dalam kampus. Maka kampus

tidak hanya sekedar menjadi tempat

belajarnya para kaum intelektual ta-

pi tempat pemasangan iklan bahkan

tempat berdiri kokohnya supermar-

ket.

Hal yang paling menyedihkan

dari BHP adalah keberadaan lem-

baga pendidikan tidak lagi menjadi

lembaga pencerdas, tapi juga men-

jelma menjadi lembaga

pencari untung atas nama

menata kulitas pendidi-

kan. Semangat pendidikan

demi pencerdasan bakal

terdegradasi bakal terusik

oleh semangat pasar.

Dengan situasi krisis

keuangan global sebenar-

nya kita dapat belajar

bahwa kapitalisme yang

merajai dunia pelan-pelan

ambruk seperti sekarang.

Akankah jelmaan demikian harus

terjadi di dunia pendidikan Indone-

sia di kemudian hari. Yang perlu di

ingat bahwa Pendidikan adalah du-

nia yang paling krusial bagi negara.

Indonesia berhasil di jajah ber-

abad-abad oleh Belanda dapat dija-

dikan contoh. Kata kuncinya adalah

generasi mudanya tidak diberikan

ruang untuk mengenyam pendidi-

kan. Maka wajarlah adu domba Be-

landa sangat mujarah sebagai bum-

bu penjajahan. Berarti memainkan

dunia pendidikan sama halnya de-

ngan mempertaruhkan eksistensi

bangsa.

Ketika pendidikan yang tidak

merata di dapatkan anak bangsa,

maka peluang pihak luar menguasai

negara atau ruang penjajahan akan

semakin terbuka lebar. Pendidikan

yang diterima oleh orang-orang

mampu sedang kaum melarat cu-

kuplah menjadi kuli-kuli karena

untuk memperbaiki nasib adalah

dengan ilmu pengetahuan. Dan ilmu

pengetahuan didapat melalui pendi-

dikan.

Tentu hal demikian jauh dari

harapan para pembangun negeri.

Walaupun yang membuat UU BHP

sebenarnya adalah orang-orang

pintar di Republik ini. Namun ke-

berpihakan dari undang-undang

tersebut yang perlu dipertanyakan.

Sebab bagaimanapun logika para

pembuat BHP tentu akan menjadi

pertahanan yang sulit dipatahkan

oleh kalangan masyarakat awam.[]

Penulis:Sutami

MahasiswaFisip Untan Tahun

Angkatan 2004

P

53

Page 54: Majalah Mimbar Untan edisi V

Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/200954

MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | h u m a n i o r a

Ia yang hidup menjanda, harus

menjadi kepala keluarga bagi kedua

orang anaknya. Sebagai orang tua

tunggal, ia setiap harinya harus

memberi nafkah kedua anaknya.

Sebab sudah 8 tahun ini, Astuti

ditinggal suaminya menikah lagi.

Berbagai pekerjaan pernah ia

tekuni demi kedua anaknya yang

masih kecil. Ia pernah bekerja seba-

gai penjaga warung makanan, tu-

kang cuci, pembantu rumah tangga

dan sebagai pengasuh anak. Dari

hasil kerjanya, Astuti menerima

upah sekitar Rp100.000 sampai

Rp200.000 perbulan. Pendapatan

sebesar ini, jelas tidak mencukupi

kebutuhan hidupnya.

Nasib serupa juga dialami Ru-

qiyah (47), ia selama 12 tahun hidup

dalam rumah tangga yang tidak jelas

tujuanya. Sebagai kepala rumah

tangga, suaminya kerap kali meng-

hilang hingga beberapa bulan tiada

kabar. Suaminya juga sudah 2 kali

menikah tanpa persetujuannya.

Sebagai istri yang sah, ia merasa

tidak pernah dihargai. Suaminya

sering berlaku kasar terhadapnya

jika kemauannya tidak dituruti.

“Saye seperti tempat persing-

gahan, tapi saye tidak bisa berbuat

banyak, demi menjaga keutuhan

rumah tangga dan anak-anak saye!.

Biarlah saye mengalah,” lirihnya.

Ruqiyah yang sehari-harinya

bekerja sebagai petani di Desa Parit

Makmur, Kecamatan Segedong ia

juga menceritakan kalau suaminya

selama ini hanya memberi nafkah

pada anaknya. Sedangkan untuk

kebutuhan hidupnya sendiri, Ruqi-

yah menanam padi atau sayur-sa-

yuran di sawahnya. Hasil panen yang

diperoleh Ruqiyah setiap tahunnya

hampir mencapai 2 ton.

“Hasilnya cukuplah untuk kehi-

dupan sehari-hari,” katanya.

Sama seperti yang lainnya, Siti

Aminah (41), warga Desa Gunung

Meliau, Kecamatan Meliau, Kab

Sanggau juga berperan sebagai

kepala keluarga setelah suaminya

tidak mampu lagi bekerja optimal

karena stroke.

Perkebunan milik Aminah yang

seharusnya di kerjakan oleh seorang

laki-laki, harus dikerjakan Aminah

sendiri demi menyekolahkan ketiga

anaknya.

Aktivitas berkebun, seperti men-

cangkul, menanam dan memupuk ia

kerjakan. Kadang-kadang ketiga

anaknya ikut membantu jika tidak

sekolah.

Bila saatnya panen, ia kadang

minta tolong orang memanen ke-

bunnya. Hasil perkebunannya be-

rupa kacang tanah, jagung dan

kelapa sawit. Karena harus ke kebun

setiap hari, ia biasa bangun pukul

05.00. Sebelum ke kebun, ia harus

memasak dan membereskan rumah

terlebih dahulu.

Menanggapi berbagai persoalan

perempuan kepala rumah tangga,

Aktivis perempuan Kalbar, Julia

mengatakan perempuan yang ber-

Sisi GelapKehidupan Perempuandi Rumah Tangga

Oleh Agustinah

Astuti (36), seorang iburumah tangga yang tinggal

di Jalan Koyoso, GangBelitar, Pontianak Selatan

sudah 8 tahun lebihmembanting tulang

menghidupi keluarganya.

BERJALAN: Dua wanita menuju tempat kerjanya di pagi hari. MIUN/YOS

Page 55: Majalah Mimbar Untan edisi V

Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009 55

MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | h u m a n i o r a

peran sebagai kepala keluarga, sama

halnya seperti ayah yang single

parrent. Namun akan berat karena

ada pengkotak-kotakan dan stigma

sosial yang membebaninya. Misal-

nya masalah pekerjaan, perempuan

sering mendapat diskriminasi upah

dan rentan dilecehkan.

“Maklum kehidupan sosial kita

masih partriarki (budaya yang me-

nomor satukan kaum laki-laki di

segala bidang kehidupan, sehingga

mensubordinasikan perempuan

dengan memposisikan pada wilayah

domestic),” tuturnya.

Karena itu, menurutnya perem-

puan harus punya strategi, salah

satunya perempuan kepala keluarga

harus hidup berkelompok jika ingin

maju.

Perempuan tidak memilih untuk

dilahirkan sebagai pria atau wanita.

Jika ingin maju tanpa melupakan

kodratnya, perempuan harus bisa

menjadi dirinya sendiri. Perempuan

juga harus bisa memberi ruang

kebebasan untuk hidupnya sendiri.

“Saya memandang sosok kartini

dapat menjadi contoh sosok perem-

puan yang sadar akan keperem-

puananya,” ujar Julia.

Julia berpendapat jika perem-

puan ingin maju dan terbebas dari

sistem partriarki, prempuan harus

memperhatikan pendidikannya. Ia

melihat fenomena di pedesaan,

dimana dalam struktur adat ter-

dapat divisi pemberdayaan perem-

puan. Menurutnya hal ini meru-

pakan langkah yang berpotensi

memberikan ruang bagi perempuan.

Kondisi dapat berubah bila pe-

rempuan secara berkelompok

menyadari posisi mereka, berani

bersikap dan bergerak bersama.

Meski kebanyakan kebudayaan

yang mengakar di masyarakat masih

bersifat patriarkhi. Namun perem-

puan juga sangat berperan penting,

bahkan dapat mengantikan posisi

laki-laki dalam rumah tangga.

Beragam kisah perempuan yang

mengantikan peran laki-laki secara

materi, membuktikan betapa wanita

bisa bertanggung jawab. Selain itu,

peran perempuan selama ini juga

dianggap sebagai sumber tenaga

kerja murah dan memberikan devisa

bagi negara sendiri. Tapi sayangnya

kehidupan kaum perempuan paling

disingkirkan.

Deputi Kementerian Pemberda-

yaan Perempuan, Sri Danti me-

ngatakan seorang perempuan tidak

boleh lemah. Perempuan harus

mampu mengungkapkan perasaan-

nya jika merasa keberatan dengan

suami.

Keprihatinan Perempuan

Kalbar, Kesetaraan Gender

“Suatu budaya atau agama lah

yang biasanya menjadi alasan me-

ngapa perempuan tidak sama de-

ngan laki-laki. Adanya faktor budaya

jika perempuan hanyalah peleng-

kap, inilah yang mengawali isu gen-

der. Belum adanya peluang yang

setara bagi perempuan. Penye-

babnya ialah perempuan Kalbar

kurang mempunyai akses informasi

yang memadai, dalam bidang kese-

hatan kurangnya sarana untuk ibu

yang akan melahirkan terutama di

desa-desa, Hal ini jelas bertentangan

dengan konsep kesetaraan jender

yaitu “saling mengisi dan seimbang,”

kata Sri Danti saat menghadiri kong-

res perempuan 1 Kalbar

Julia salah satu pembicara kong-

res Perempuan kalbar mengung-

kapkan perempuan Kalbar sangat

memprihatinkan. Hal ini dapat dili-

hat dari rendahnya tingkat pen-

didikan bagi perempuan. Berdasar-

kan tingkat pendidikan yang ditem-

puh Sekolah Dasar (SD), perempuan

mencapai angka 60,69 %, sedangkan

laki-laki 70,34%. Sekolah lanjutan

tingkat pertama (SLTP), perempuan

mencapai 33,21%, laki-laki 43,25 %.

Dan untuk tingkat sekolah mene-

ngah atas perempuan tetap pada

posisi terendah, perempuan

18,32%, laki-laki 25,47%, dan hanya

5,22% perempuan yang mampu

mencapai ke perguruan tinggi, se-

dangkan laki-laki 7,35%.

Selain tingkat pendidikan perem-

puan rendah, ternyata dari tingkat

buta huruf atau tidak bisa membaca,

perempuan juga pada posisi terba-

wah, dari jumlah 148.206 orang

masyrakat yang buta aksara perem-

puan menampakan nilai yang sangat

menyedihkan brekisar 99.199 or-

ang, sedangkan laki-laki 49.007 or-

ang. Ini membuktikan betapa ren-

dahnya perhatian untuk masalah

pendidikan bagi perempuan. Untuk

itu, Julia menambahkan orang tua,

pemerintah, dan masyarakat mem-

punyai peran penting demi kelan-

jutan tingkat pendidikan bagi per-

empuan.

“Pendidikan itu sangat berdam-M I U N / T I N A

DEMO perempuan pada kongres Pertama di depan bundaran Untan Jl Ayani.

Page 56: Majalah Mimbar Untan edisi V

Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/200956

MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | h u m a n i o r a

pak pada kesehatan, dimana jika pe-

rempuan berpendidikan yang ber-

hubungan dengan kesehatan akan

mengurangi tingkat kematian, selain

itu pendidikan juga berdampak pa-

da kehidupan politik dimana pe-

rempuan sudah diberikan andil da-

lam politik untuk menduduki jaba-

tan legislative selain itu pendidikan

juga berdampak pada budaya dan

sosial.

Hal serupa juga disampaikan

Tekla Tirah Liyah Direktur Per-

kumpulan Nurani Perempuan, Sa-

marinda, dari bidang pendidikan

tampak jelas kesenjangan antara

laki-laki dan perempuan, di bidang

kesehatan repreduksi, tingginya

angka kematian ibu melahirkan

setiap tahunnya, belum lagi akses

terhadap layanan publik, air bersih

dan informasi serta kondisi sosial

budaya yang belum sepenuhnya

kondusif untuk peningkatan kualitas

hidup perempuan.

Kebijakan pemerintah propinsi

dalam mendorong hak-hak perem-

puan untuk perdamaian dan ke-

adilan dikarenakan jumlah perem-

puan 2.065.402, laki-laki 2.113.096

itu mebuktikan jumlahnya hampir

berimbang, untuk itu perlunya

peningkatan kualitas hidup perem-

puan bagaimanapun perempuan

juga memerlukan perlidungan HAM.

Kebijakan itu guna memenuhi

prinsip kesetaraan dan keadilan gen-

der yang memberikan persamaan

hak kesempatan sertaperlakuan

yang sama disegala bidang, Pen-

tingnya investasi SDM untuk pe-

rempuan, serta pengentasan kemis-

kinan.

Beberapa kebijakan pro terhadap

kaum perempuan, misalnya pe-

merintah telah meratifikasi kovenan

tentang berbagai bentuk kekerasan

terhadap perempuan dengan UU

No. 7/1984. pemerintah juga telah

meratifikasi kovenan tentang hak-

hak sipil dan hak-hak politik dengan

UU No. 12/2005, meratifikasi keve-

nan tentang hak0hak ekonomi, so-

cial dan budaya dengan UU no. 11/

2005, tentang kekerasan dalam

rumah tangga denganUU No. 23/

2004, serta tentang perdaganagn

orang (trafficking) dengan UU No.

21/2007. Sayangnya kebijakan ter-

sebut tidak optimal.[]

Permasalahan Perempuan Kalimantan Barat

SUMBER: KEPALA BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN, ANAK, MASYARAKAT DAN KB PROVINSI KALBAR

Bidang pendidikan Buta aksara Perempuan 99.199 orang

Laki-laki 49.007 orang

Bidang kesehatan (KB) Perempuan 95.524 orang

Laki-laki 1.677 orang

Bidang ekonomi (tingkat partisipasi angkatan kerja)

Perempuan 56,56%

Laki-laki 72,71%

Bidang politik (DPRD provinsi) Perempuan 3 orang

Laki-laki 52 orang

Page 57: Majalah Mimbar Untan edisi V

Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009 57

MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | r e s e n s i

BBahkan Indonesia, terkait

kualitas pendidikannya ber-

dasarkan hasil pene-

litian UNDP (Uni-

ted Nation

D e v e l o p -

ment Prog-

ram) ber-

ada pada

tingkat

1 0 9 .

s e -

men-

tara

Singapura, Malaysia, Filiphina

dan Thailand berada pada angka 24

dan 34. secara tegas, potret jeblok-

nya pendidikan di negeri ini mustahil

mampu membangun karakter bang-

sa seperti apa yang diharapkan, ka-

rena segala infrastruktur dan supra-

strukturnya sudah bobrok.

Selain menggambarkan bagai-

mana realita keadaaan pendidikan

bangsa kita sekarang, buku ini juga

memperlihatkan bagaimana konsep

pendidikan orde lama,

orde baru dan orde re-

formasi sebagai pencer-

minan konsep ideal bagi

pendidikan. Pada orde

lama diterangkan bahwa

konsep pendidikan cen-

derung mengarah pada

asas sosialis yang men-

dapatkan prinsip dasar

bahwa pendidikan me-

rupakan hak semua kelompok ma-

syarakat tanpa harus memandang

kelas sosial baik dari kalangan atas,

menengah, maupun bawah. Sedang-

uku ini secara tajam dan

lugas mengkritik pendidikan

Indonesia yang secara garis

besar mengorbankan hak-hak warga

negara. Pendidikan seolah-olah

hanya sebagai alat kepentingan bagi

para penguasa. Pendidikan yang

seharusnya berdasarkan nilai-nilai

kemanusiaan yang berkarakter,

berwawasan dan berilmu sepertinya

hanya sebuah permainan politik

saja.

Menurut penulis buku ini, semua

kesalahan berawal dari banyaknya

kesalahan dalam konsep pendidikan

di negeri kita. Sistem pembelajaran

yang dimulai dari CBSA, KBK, hingga

KTSP, belum mampu membuahkan

prestasi yang memuaskan. Semua

hanyalah omong kosong yang cen-

derung hanya memberi keuntungan

bagi para pemilik kekuasaan. Di-

tambah lagi otonomi kampus, yang

diterapkan diseluruh PTN di negeri

kita ini memberi ruwet kurikulum

yang harus dihadapi mahasiswa.

Karena itu, tak heran apabila para

pengamat, pemikir hingga para

peneliti pendidikan mengatakan

bahwa lembaga pendidikan saat ini

sebenarnya mengabdi pada sebuah

kepentingan semata dan bukan

sebagai sarana pembebasan bagi

kaum tertindas sehing-

ga tak heran apabila

Francis Wahono dengan

beraninya mengatakan

bahwa sistem pendidi-

kan di negeri ini lebih

berpola pada pendidi-

kan model Anjing. Iro-

nis memang!. Bahkan

sangat menyedihkan

mengingat bagaimana

pendidikan di negeri kita ini. Semua

serasa bertolak belakang dari apa

yang telah dicita-citakan oleh bangsa

kita.

Politik Cacatkan EsensiPendidikan Indonesia

= Judul Buku:MenggugatPendidikan Indone-sia

= Penulis: Moh. Yamin= Cetakan: Januari,

2009= Penerbit: Ar-Ruz

Media= Tebal: 300 Halaman= Presensi: Ermawati

Puspitasari

kan konsep pendidikan ala orde baru

cenderung sebagai alat kepentingan

bagi para penguasa. Pada masa ini

kreatifitas masyarakat pendidikan

serasa dibungkam dan dipasung

agar tidak bersuara lantang yang

dapat membahayakan kepentingan

kekuasaan para penguasa. Ditambah

lagi pendidikan pada saat memasuki

era reformasi belum dikatakan

mampu untuk bangkit dari keter-

purukan. Pendidikan di masa ini

dianggap hanyalah sebuah produk

kapitalis yang diharapkan dapat

memberikan keuntungan sebesar-

besarnya (komersialisme).

Buku ini mengajak kita untuk

berpikir bagaimana mungkin negara

kita dapat menciptakan manusia-

manusia yang berkarakter, berkua-

litas, berkepribadian memiliki wa-

wasan luas sedangkan konsep yang

dihadirkan hanyalah sebuah konsep

yang tak ada bedanya sebuah uji-

coba permainan.

Penulis buku ini bisa mengatakan

Page 58: Majalah Mimbar Untan edisi V

Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009

MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | r e s e n s i

konsep pendidikan yang ada di

negeri kita ini sebagai sebuah per-

mainan karena kebijakan-kebijakan

dari pemerintah yang kerap kali

berubah dengan alasan globalisasi

menuju perbaikan namun adakah

implementasi dari semua itu?

Dengan membaca buku ini, penu-

lis mengajak kita sebagai regenerasi

untuk melanjutkan perjuangan para

pahlawan yang telah berjuang habis-

habisan hingga titik darah peng-

habisan demi kemerdekaan bangsa

dengan mengajak kita bersama-

sama untuk menyelamatkan pen-

didikan kita dengan menata ulang

kembali konsep pendidikan yang

dinilai tidak sesuai dengan yang

diharapkan. Dimulai dari pene-

rapan-penerapan kebijakan yang

pendidikan merupakan suatu tin-

dakan politis yang selalu melibatkan

hubungan sosial dan pilihan-pilihan

politik. Pendidikan memiliki kaitan

yang erat dengan hubungan sosial

yang artinya pendidikan dapat

memberikan pengaruh yang sig-

nifikan bagi perubahan sosial yang

ada.

Oleh karenanya, mencermati

konsep pendidikan yang digagas

Paulo Freire ini cukup luar biasa

untuk terus menerus menghidupkan

konsep pendidikan dalam kehidu-

pan bermasyarakat saat ini.

Paulo Freire mengatakan bahwa

pendidikan bertujuan untuk mema-

nusiakan manusia, membangkitkan

kesadaran kritis, dan transformatif

untuk mengubah nasib kehidupan

yang sedang terpuruk menuju ke-

bangkitan dan mengangkat masya-

rakat tertindas menuju ke kelas

yang bermartabat, berkemanusiaan

dan memiliki hak sama dengan ma-

syarakat lainnya baik untuk dihor-

mati, dihargai maupun beraktuali-

sasi diri.

Paulo meneriakkan sebuah gaga-

san pendidikan perlawanan terha-

dap segala bentuk yang membunuh

hajat hidup orang banyak tanpa me-

mandang status sosial tertentu, baik

dari kalangan atas, menengah atau-

pun bawah.

Gagasan Paulo Freire ini tidak ha-

nya menggerakkan dorongan mas-

yarakat agar bisa membaca dan me-

nulis kata. Lebih dari itu, Freire

mengajak masyarakat agar dapat

membaca dunia. Dengan kata lain,

membaca kata itu merupakan jem-

batan menuju pembacaan dunia

secara lengkap, komprehensif dan

holistik.

Menurut Paulo Freire, harapan

dan keinginannya dalam suatu kon-

sep pendidikan yang diperjuangkan

adalah pendidikan yang mampu

memberikan warna dan arah baru

perubahan struktur berpikir mas-

yarakat dari masyarakat yang ber-

pikiran magis dan naif menuju ma-

syarakat yang berpikiran kritis.

Karena tujuan awal pendidikan

ala Paulo Freire ini adalah agar ma-

syarakat mampu menemukan iden-

titas dirinya tanpa meniru ataupun

menjiplak orang lain.

Pendidikan Ala Ki Hadjar

Dewantara

Konsep pendidikan yang dita-

warkan Ki Hadjar Dewantara adalah

sistem pendidikan baru yang ber-

dasarkan atas kebudayaan bangsa

sendiri, mengutamakan kepenti-

ngan masyarakat, bukan mengambil

kebudayaan dan perilaku hidup

bangsa asing yang kemudian dima-

sukkan ke dalam sistem pendidikan

nasional.

Karena menurut Ki Hadjar De-

wantara, konsep pendidikan bangsa

asing hanya menekankan pada akal

semata namun menegasikan akal

budi yang dapat mempertajam kepe-

kaan sosial terhadap sesama anaka

bangsa. Konsep ini tidak sesuai de-

ngan cermin bangsa kita. Negara kita

tidak membutuhkan konsep pendi-

dikan yang membuat kita bergan-

tung pada bangsa lain. Bila konsep

ini diberlakukan, maka dapat meng-

hancurkan bangsa kita yang besar

ini.

Satu hal yang cukup menarik

terkait konsep pedidikan yang dita-

warkan oleh Ki Hadjar Dewantara,

yakni bagaimana peran keluarga,

sekolah dan masyarakat mampu

menjadi motor pembentukan karak-

ter dan mentalitas anak.

Jelas dapat diprediksi apa yang

akan terjadi bila si anak hidup dite-

ngah keluarga broken home, sekolah

yang amburadul serta masyarakat

yang diskriminatif, maka jiwa sang

anak akan selalu labil, tidak ber-

kembang, menjadi pemberontak,

tidak berwawasan serta tidak ber-

moral.

Maka dari itu, Ki Hadjar De-

wantara mengajarkan segala sesua-

tunya itu dari dasar. Bila bermula

dari sesuatu yang baik, maka akan

berbuah baik juga. Begitu juga dalam

pendidikan, bila konsep yang dita-

warkan sesuai dengan cita-cita bang-

sa kita, maka akan membuahkan

manusia-manusia yang cerdas bu-

kan hanya dari segi intelektualnya

namun juga budi pekertinya. []

responsif, pelaksanaan yang dialogis

sehingga pendidikan akan kembali

pada peran awalnya yakni sebagai

alat pendidikan.

Alternatif konsep pendidikan

yang menarik dan ideal, terutama

bagi para pembuat kebijakan. Peme-

rintah dapat meniru atau belajar dari

Paulo Freire dan Ki Hajar Dewantara

yang menawarkan konsep pendidi-

kan yang memperjuangkan aspirasi

masyarakat, tidak neko-neko tetapi

pas dengan realita yang dihadapi

masyarakat Indonesia.

Pendidikan Ala Paulo

Freire

Program-program pendidikan

yang ditawarkan Paulo sangat prog-

resif, seperti pendidikan orang de-

wasa, restrukturisasi kurikulum,

partisipasi masyarakat dan sepe-

rangkat kebijakan ambisius menuju

demokratisasi.

Satu hal yang cukup menarik bila

menelaah lebih jauh mengenai pen-

didikan ala Paulo Freire ini, yakni

Konsep pendidikan bangsa

asing hanya menekankan

pada akal semata namun

menegasikan akal budi yang

dapat mempertajam kepe-

kaan sosial terhadap sesama

anak bangsa.

58

Page 59: Majalah Mimbar Untan edisi V

Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009

MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | r e s e n s i

uku ini menjelaskan secara

rinci dan detail mengenai

berbagai macam kejahatan

yang ada di sekeliling kita. Fokus

buku ini mengupas kejahatan yang

dilakukan oleh para intelektual.

Jenis crime yang ditampilkan

pun bukan sebatas criminal crime

yang sering kali terjadi, melainkan

kejahatan terselundup, tersembu-

nyi, kasat mata yang pelaksanaan-

nya halus dan lembut.

Bila ditelaah lebih dalam lagi, kita

seolah tak percaya apa yang telah

tejadi pada saat ini, mengingat

globalisasi telah membuat orang

rela untuk melakukan tindakan di

luar etika demi nafkah keluarga.

Semua kebenaran serasa berwarna

abu-abu yang tak jelas di mana

sebenarnya hukum itu berada. Apa-

kah hukum itu benar-benar ada?

Atau hanya sebuah formalitas saja.

Kalau memang hukum itu benar-

benar ada, di mana keadilan ditemu-

kan?

Seperti kutipan Einstein yang

terdapat dalam buku ini “Kejahatan

itu ada bukan karena penjahatnya,

tetapi karena kita membiarkan

kejahatan itu merajalela.” Apakah

karena zaman telah berubah?, tek-

nologi berkembang hingga perma-

salahan yang hadir pun semakin

kompleks? Fenomena apa yang se-

benarnya terjadi? Mengapa hal ini

sampai terjadi? Dimana kebenaran

akan ditemukan?

Garis besar buku ini menyingkap

tabir misteri yang kini perlahan-

lahan mulai terkuak, yakni kejaha-

tan yang dilakukan oleh orang-or-

ang berdasi, orang-orang di kursi

besar, orang-orang berbaju rapi,

berkata sopan, hormat dan santun

yang mengatasnamakan rakyat un-

tuk memperlancar tindak kejaha-

tannya. Korupsi, kolusi, nepotisme

ada di mana-mana.

Tapi itu bukan suatu keboho-

ngan. Itu adalah sebuah fakta yang

terungkap melalui survey dan pene-

litian. Mulai dari kejahatan yang

terjadi di dunia pendidikan. Adanya

kebocoran anggaran, debirokrati-

sasi pendidikan, padamnya idealis-

me, ditambah lagi dewan sekolah

yang menaikkan tarif biaya untuk

para siswanya demi kepentingan

dirinya sendiri, homo homini lupus

sebuah sistem yang telah menjamur

dan mumbudaya dalam masyarakat

menjadikan pendidikan sebagai

bentuk dari sebuah penindasan.

Manusia diposisikan tidak ubah-

nya sebagai objek yang bisa di kor-

bankan atau ditumbalkan oleh sesa-

manya yang punya keunggulan ke-

kuatan, uang dan kekuasaaan.

Ada seorang pengusaha kenama-

an yang dengan tenangnya melepas

timah panas dari pistolnya untuk

merampas hak hidup orang lain. Be-

berapa oknum polisi bentrok de-

ngan satpol PP karena rebutan pro-

yek “PSK” yang mengakibatkan ada-

nya korban adalah beberapa sampel

yang menunjukkan bahwa kebiada-

ban masih di menangkan sebagai

pilihan istimewa dalam hidup mas-

yarakat.

Buku ini mengajak kita berfikir

bagaimana kejahatan itu sesung-

guhnya perlu untuk selalu dilawan

dengan otak dan hati yang bersih,

semangat juang tanpa pernah takut

salah, karena pada dasarnya kebe-

naran itu tidak pernah salah.

Seperti apa yang telah dikatakan

“Fiat Justitia Ruat Coelum” Meski-

pun langit akan runtuh, hukum ha-

rus ditegakkan.

Selain itu, buku ini pun membu-

kakan mata hati kita untuk selalu

menjunjung tinggi nilai pancasila

yang menjadi dasar negara kita. Be-

berapa prinsip moral di coba untuk

memperjelas suatu prinsip hidup

yang bermartabat. Sebuah pemiki-

ran konvensional dan logis, dengan

prinsip “Pemartabatan dan pemanu-

siaan manusia” maka akan terca-

butlah prinsip “Homonisasi” dan

membumilah prinsip “Humanisasi”.

Cita-cita itulah yang sebenarnya

menjadi pancaran cahaya teologi

kemanusiaan, status Model keima-

nan terapan, yang tidak terhalang

oleh sekat-sekat kepentingan ideo-

logi, politik, suku, ras atau dimensi

primordialisme bahkan keberaga-

man itu sendiri.

Buku ini merupakan resapan hati

dan reaktualisasi perasaan dirinya

yang menganggap “Hukum” kita

masih menjadi alat yang sarat de-

ngan kepentingan penguasa. Buku

ini pun dapat dijadikan alat untuk

menyadarkan para bandit intelek-

tual bahwa ada asas hukum “Hodi

Mihi Cras Tibi” (Ketidakadilan yang

menyentuh perasaan tetap tersim-

pan dalam hati nurani rakyat.)

Buku ini pun mengupas habis

tentang bagaimana seorang aktivis

yang dengan semangat juang penuh

gairah, melalui penanya yang tajam,

lebih tajam dari pada pedang, berani

dengan lantangnya menegakkan

keadilan pada penguasa-penguasa

yang tidak berperi kemanusiaan.[]

Melawan dengan KemanusianB = Judul Buku:

Melawan BanditIntelektual

= Penulis: FannyTanuwijaya SHMH, Drs AbdulWahid, SH MA,Sunardi SH MH

= Cetakan:Februari, 2006

= Penerbit: EDSAMahkota

= Tebal: 364Halaman

= Presensi:ErmawatiPuspitasari

59

Page 60: Majalah Mimbar Untan edisi V

Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009

MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | s a s t r a

Mantra :Tradisi Sastra Lisan Melayudalam Khazanah Islam

agi sebagian orang, Melayu

dan Islam adalah sinonim.

Ketika menyebut melayu

maka yang dimaksud adalah Islam.

Pandangan ini, penanda identitas

kemelayuan seseorang yang me-

miliki kompleksitas tersendiri. Di-

mana, budaya melayu merupakan

perpaduan antara islam budaya

lokal yang terlebih dahulu dipe-

ngaruhi oleh Hindu – Budha.

Menurut Martono, dosen FKIP

Untan Jurusan Pendidikan Bahasa

dan Sastra mengatakan suku mela-

yu sangat kaya dengan karya

sastra. Ini sebagai bentuk ekspresi

dari masyarakatnya. Sebagai

bagian dari kebudayaan, sastra

melayu merupakan suatu bentuk

pernyataan kehidupan masyarakat

Melayu dimasa lampau yang diwa-

riskan secara turun temurun ke-

pada masyarakat pendukung. Se-

hingga dapat menanamkan rasa

cinta terhadap kebudayaan sen-

diri.

Lanjutnya Martono, menu-

turkan Kesusastraan Melayu me-

rupakan sastra yang hidup dan

berkembang di kawasan Melayu.

Tak terkecuali yang mendiami

wilayah Kalimantan Barat. Dimana

sastra tersebut saling mempe-

ngaruhi antar satu periode dengan

periode lain. Sebelum Islam ber-

kembang di negara Indonesia tidak

ada nuansa Islam sama sekali dan

bentuknya adalah sastra lisan.

Sastra lisan, bagian dari tradisi

yang berkembang di tengah rakyat

jelata yang menggunakan bahasa

sebagai media utama. Dalam kehi-

dupan sehari-hari, jenis sastra ini

biasanya dituturkan oleh seorang

BOleh Syf Ratih KD

ibu kepada anaknya, seorang tu-

kang cerita pada para pendengar-

nya, guru pada para muridnya,

ataupun antar sesama anggota

masyarakat. Untuk menjaga ke-

langsungan sastra lisan ini, warga

masyarakat mewariskannya secara

turun temurun dari generasi ke ge-

nerasi.

Isi dan bentuk sastranya lebih

banyak bernuansa animisme, di-

namisme, dan Hindu-Budha, se-

mua hasil karya tersebut di-

tuangkan dalam bentuk prosa dan

puisi. Untuk puisi, tampak ter-

tuang ke dalam wujud pantun,

peribahasa, teka-teki, talibun, dan

mantra. Bentuk yang terakhir ini

(mantra), sering dikenal dengan

jampi, serapah, tawar, sembur,

cuca, puja, seru dan tangkal.

Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia : 2001, Mantra diartikan

sebagai susunan kata berunsur

puisi (seperti rima dan irama) yang

dianggap mengandung kekuatan

gaib. Biasanya diucapkan oleh

dukun atau pawang untuk me-

nandingi kekuatan gaib lain.

Mantra Dan Penggunaan

Mantra adalah suatu idiom atau

kata khusus yang mempunyai arti

tersendiri. Bahkan, menyimpan

kekuatan dahsyat yang terkadang

sulit diterima akal sehat.

Ciri-ciri mantra yang memu-

kau (lantaran permainan bunyi,

pemanfaatan gaya bahasa), suges-

tif (dapat merangsang secara aso-

siatif dan memberikan daya ajuk),

dan membius lantaran ketepatan

ungkapan dengan kata-kata kong-

kret.

Menurut, Dr Hemansyah, Pene-

SRI /MIUN

SEORANG dukun sedang memperagakan kemampuannya untuk menyalakanapi tanpa korek api.

60

Page 61: Majalah Mimbar Untan edisi V

Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009

MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | s a s t r a

liti Kebudayaan Melayu Kaliman-

tan Barat, penggunaan mantra le-

bih eksklusif, karena hanya ditu-

turkan oleh orang tertentu saja,

seperti pawang dan dukun karena

bacaannya dianggap keramat dan

tabu. Menurut orang Melayu,

pembacaan mantra diyakini dapat

menimbulkan kekuatan gaib untuk

membantu meraih tujuan-tujuan

tertentu. Seperti untuk pengoba-

tan, pelindung diri, ataupun untuk

melakukan suatu pekerjaan.

Dari segi bentuk, mantra sebe-

narnya lebih sesuai digolongkan ke

dalam bentuk puisi bebas, yang

tidak terlalu terikat pada aspek

baris, rima dan jumlah kata dalam

setiap baris. Dari segi bahasa, man-

tra biasanya menggunakan bahasa

khusus yang sukar dipahami.

“Adakalanya, dukun atau pa-

wang sendiri tidak memahami arti

sebenarnya mantra yang dibaca, ia

hanya memahami kapan mantra

tersebut dibaca dan apa tujuann-

ya,” ujar Hermansyah Dosen STA-

IN Pontianak yang mengajar mata

kuliah pendidikan Agama Islam di

Untan Pontianak.

Kemunculan dan penggunaan

mantra ini dalam masyarakat me-

layu, berkaitan dengan pola hidup

mereka yang tradisional dan sa-

ngat dekat dengan alam. Secara k-

husus menurut Hermasyah, tema

yang muncul dalam mantra serta

hal yang mengikutinya dapat diba-

gi menjadi tiga kepercayaan/iman,

syari’ah/ibadah dan akhlak.

Kepercayaan / Iman

Iman merupakan salah satu pi-

lar utama dalam sejarah Islam.

Iman melibatkan pengakuan, pe-

ngucapan dan perbuatan. Mantra

ini diakhiri dengan teks “berkat

doa la ilaha illallah muhamma-

darrasulullah’. Menunjukkan ke-

percayaan bahwa tidak akan me-

miliki kekuatan apa-apa jika tidak

mendapatkan izin dari Allah. Da-

patlah di contohkan pada mantra

ini.

Mantra Penawar Racun

Summa kana innama balit ke ia

Bukan ku balit dibalit Allah

Bukan kuasaku kuasa Allah

Allah memakan hu’ menelan

Rampang jatuh ke laut baha-

rullah

Berkat do’a la ilaha illallah

Berkat muhammadarrasullul-

lah

(Sumber: Kahar, Embau)

Syariah/Ibadah

Ibadah merupakan manifestasi

dari pengakuan iman kepada Allah

dan kerasulan Nabi Muhammad.

Untuk di Kalbar sendiri, penuturan

Hermansyah tidak banyak nilai

ibadah yang terdapat dalam man-

tra melayu. Misalnya mantra be-

rikut menurut pengamalnya hanya

akan berjaya jika diamalkan sele-

pas shalat wajib :

Untuk Keselamatan Badan

Jibril di kanan

Mikail di kiri

Israfil di belakang

Izrail di muka

Allah pelindungku

Binasa Allah Binasa Aku

Tidak Binasa Allah Tidak Binasa

Aku

(Sumber: Yati, Pontianak)

Akhlak

Konsep akhlak dalam Islam,

tidak hanya dibatasi oleh sopan

santun antar sesama manusia,

melainkan juga berkaitan dengan

sikap batin. Banyak mantra Melayu

yang berisi konsep akhlak, ter-

utama yang berkaitan dengan kasih

sayang. Misalnya seseorang yang

mengamalkannya berharap tidak

terjadi perkelahian jika berjumpa

dengan orang yang tidak menye-

nanginya. Dimaksudkan agar yang

memusuhi berubah sebaliknya

dan menghilangkan rasa permu-

suhan.

Mantra Kasih Sayang

Ilmu Tidak Berlawan

Ilang luput tiada luput

Ilang mati tiada mati

Allah tiada mati

Muhammad pun tiada mati

Larilah engkau

Bukan kuasaku kuasa Allah

Berkat do’a la illaha illallah

Berkat Muhammad-ur-rasulul-

lah

(Sumber : Anjang, Embau)

Modernisasi Lingkungan

Mantra merupakan salah satu

khazanah kebudayaan masyarakat

Melayu yang diwariskan secara

turun temurun. Berkaitan erat de-

ngan pemikiran, kepercayaan dan

corak hidup masyarakat penga-

malnya. Tak hanya itu, mantra juga

memperlihatkan jejak peradaban

yang mempengaruhinya. Pola

hidup mereka yang tradisional dan

sangat dekat dengan alam.

Lanjut, Hemansyah, dalam si-

tuasi dunia yang semakin terbuka

seperti sekarang. Tentu saja ber-

bagai peradaban, termasuk pera-

daban barat mewarnai dinamika

budaya dan peradaban melayu.

Oleh sebab itu, semakin modern

pola hidup masyarakat Melayu dan

semakin jauh mereka dari alam,

maka mantra akan semakin ter-

sisihkan dari kehidupan mereka.

Kebudayaan Melayu dulu dan

sekarang, banyak berubah karena

bersifat dinamis bentuknya selalu

berubah. Baik itu cara berpakaian

melayu maupun pola pikir. Islam

tidak menerima sesuatu yang

bukan kaidahnya.

Paling tidak, generasi penerus

lebih memperhatikan khazanah

budaya Melayu khususnya Kalbar

agar tidak di gerus zaman. “Dapat

di lestarikan walaupun kita tidak

menutup diri terhadap peruba-

han”, imbuhnya.[]

Mantra merupakan salah

satu khazanah kebu-

dayaan masyarakat

Melayu yang diwariskan

secara turun temurun.

Berkaitan erat dengan

pemikiran, kepercayaan

dan corak hidup ma-

syarakat pengamalnya

61

Page 62: Majalah Mimbar Untan edisi V

Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009

MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | b u d a y a

Bagi masyarakat di luar kalangan

Dayak, penyampaian dokumentasi

budaya dapat menunjang komuni-

kasi antar-budaya. Dimana pe-

ngenalan merupakan salah satu

budaya yang sangat penting untuk

menghindari penilaian secara nega-

tif (streotif) yang berlebihan atas

suatu suku. Dengan saling mengenal

budaya, hubungan kedua masyara-

kat dari dua latar belakang yang ber-

beda akan berjalan dengan baik dan

dapat berkomunikasi secara efektif

satu dengan lainnya. Misalnya, or-

ang di luar kalangan Dayak tentu

tidak terlalu mengerti akan tradisi

mengayau (me-motong kepala)

yang dimiliki masyarakat Dayak.

Orang yang belum mengetahui latar

dari tradisi ini mungkin akan menilai

jelek, karena mengayau adalah salah

satu bentuk tindak kekerasan. Na-

mun setelah tahu tentang latar tra-

disi dan perkembangannya saat ini

mungkin orang dari luar akan pa-

ham dan lebih dapat mengerti, se-

hingga tidak langsung menilai jelek

suku Dayak.

Selain itu, pengenalan budaya

dari dokumentasi ini juga bertujuan

untuk menyampaikan potensi-po-

tensi konflik, serta potensi perda-

maian yang dimiliki masyarakat

Dayak. Sebagaimana diketahui,

dalam konteks pembangunan perda-

maian, terutama ditinjau dari pen-

dekatan budaya, mempelajari suatu

budaya merupakan salah satu aspek

penting dalam menganalisa dan

mencari akar konflik yang terjadi

pada masyarakat. Seperti dikatakan

Avruch (1998), tidak ada konflik

yang dapat dipahami tanpa mem-

perhitungkan konteks budaya. Di-

samping itu, di dalam teori pembe-

lajaran sosial (social learning) Ban-

dura juga dikatakan, bahwa budaya

merupakan pola perilaku yang dipe-

lajari. Dengan budaya, masyarakat

dapat “tidak belajar untuk keras”

(unlearning violence) atau belajar

untuk damai. Karena itu, disamping

memperoleh pengetahuan tentang

potensi-potensi konflik, mempela-

jari suatu budaya juga dapat ber-

manfaat di dalam mengenal potensi-

potensi perdamaian yang dimiliki

masyarakat.

Pengenalan budaya lebih dituju-

kan pada wujud budaya ideel, yakni

berkenaan dengan nilai-nilai buda-

ya masyarakat suku Dayak. Penge-

nalan ini tentu saja tidak menga-

baikan wujud budaya lain, seperti

sistem sosial dan wujud budaya fisik

masyarakat suku Dayak. Sistem

sosial masyarakat suku

Dayak seperti gotong

royong dalam berla-

dang (beduruk)

dan kebersama-

an di rumah be-

tang diantara-

nya diketa-

Nilai-nilai Budaya MasyarakatDayak dalam MembangunPerdamaianOleh Dedy Armayadi

MIUN/ IREK

RUMAH betang merupakan rumah tradisional yang merupakan rumah asli suku Dayak.

62

Page 63: Majalah Mimbar Untan edisi V

Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009

MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | b u d a y a

hui dapat berperan sebagai perekat

perdamaian. Sedangkan wujud bu-

daya fisik, seperti motif pada kain

tenun ikat Dayak misalnya, sering-

kali terkandung dan berisi pesan-

pesan perdamaian.

John Bamba (2006) mengung-

kapkan bahwa nilai-nilai budaya

sangat potensial dalam upaya-

upaya membangun perdamaian di

wilayah-wilayah konflik. Dijelaskan-

nya, budaya terbentuk dari penga-

laman-pengalaman yang memung-

kinkan terjadinya proses pembela-

jaran. Hasil pembelajaran itu selan-

jutnya membentuk cara pandang

(world view) yang dalam bahasa se-

derhananya adalah cara pikir atau

jalan pikiran manusia. Jalan pikiran

inilah yang membentuk keputusan-

keputusan dan kesimpulan-kesim-

pulan atas berbagai fenomena dan

permasalahan yang dihadapi ma-

nusia. Tindakan kekerasan, baik itu

dalam konflik sosial atau perilaku

kekerasan selalu berawal dari piki-

ran manusia.

Setiap kebudayaan tentu memi-

liki nilai-nilai budaya yang meru-

pakan pandangan hidup dan sistem

kepercayaan di mana semua pe-

ngikutnya berkiblat. Nilai budaya

tersebut mengarahkan bagaimana

caranya mereka melihat keluar. Ni-

lai budaya ini merupakan filosofi hi-

dup yang mengantar anggotanya ke

mana dia harus pergi. Dengan kata

lain, nilai-nilai budaya inilah yang

mempengaruhi cara pandang, sikap,

dan perilaku masyarakatnya (Lili-

weri,2003).

Menyadari akan pentingnya ni-

lai-nilai budaya dalam pembangu-

nan perdamaian, maka nilai-nilai

budaya dipilih sebagai fokus utama,

disamping penyampaian pengala-

man-pengalaman masyarakat Dayak

dalam membangun perdamaian di

wilayah Kecamatan Kelam Permai.

Penyelesaian konflik dengan beje-

reh-bebantah yang mengutamakan

keadilan dan kekeluargaan, kebersa-

maan dalam menjalankan berbagai

aktivitas dari sistem sosial budaya-

nya adalah contoh-contoh penga-

laman yang dimiliki masyarakat

dalam membangun perdamaian.

Pengalaman-pengalaman ini me-

rupakan gambaran kongkret ten-

tang apa yang telah dikerjakan

masyarakat selama ini. Dari penga-

laman-pengalaman itu kiranya da-

pat dipetik hikmah di dalamnya se-

bagai proses pembelajaran ber-

sama.

Mengenal Suku Dayak

Suku Dayak adalah suku asli yang

mendiami Pulau Kalimantan, memi-

liki budaya terestrial (daratan,

bukan budaya maritim). Sebutan

Dayak adalah sebutan umum karena

orang Dayak terdiri dari beragam

budaya dan bahasa.

Ada berbagai varian yang biasa

dipakai dalam menyebutkan istilah

Dayak, seperti Daya’, Doya’, Dayo’

dan Dayuh. Pengertian ini kemudian

dihubung-kaitkan dengan cara

hidup dan lokasi perkampungan or-

ang-orang Dayak pada waktu itu

yang kebanyakan tinggal di kawasan

pegunungan, dataran tinggi, dan di

hulu-hulu sungai. Istilah Dayak pada

mulanya merupakan hasil rekons-

truksi kolonial untuk menyebut

seluruh penduduk asli Pulau Borneo

guna memudahkan proses adminis-

trasi mereka. Rujukan yang sering

dipakai adalah orang-orang Bidayuh

yang digelari Land Dayak. Berda-

sarkan pengertian Daya’ dalam ba-

nyak varian yang berarti ‘hulu’ dan

‘manusia’, para peneliti dari Eropa

sekitar tahun 1800-an, kemudian

mendefinisikan Dayak sebagai ‘ma-

nusia pedalaman’, ‘non –Muslim,

MIUN/ IREK

SEORANG warga Sintang sedang menenun kain bermotif khas Dayak.

63

Page 64: Majalah Mimbar Untan edisi V

Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009

MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | b u d a y a

‘primitif’, ‘tidak berperadaban’, dan

citra negatif lainnya. Namun de-

mikian, istilah Dayak dewasa ini

semakin diperluas, diperbaharui

dan lebih positif (Alloy.S dkk,

2008). Istilah Dayak tidak lagi

digambarkan sebagai sesuatu yang

bercitra negatif, tetapi dikenal seba-

gai suatu kelompok masyarakat

yang memiliki kebudayaan tinggi

karena kearifannya dalam memba-

ngun harmoni dengan alam.

Ada banyak pendapat tentang

asal-usul orang Dayak. Sejauh ini

belum ada yang sungguh memuas-

kan. Pandapat umumnya menem-

patkan orang Dayak sebagai salah

satu kelompok suku asli terbesar

dan tertua yang mendiami pulau

Kalimantan. Gagasan ini didasarkan

pada teori migrasi penduduk ke

Kalimantan. Bertolak dari pendapat

itu, diduga nenek moyang orang

Dayak berasal dari beberapa gelom-

bang migrasi. Gelombang pertama

terjadi kira-kira 1 juta tahun yang

lalu tepatnya pada periode Inter-

glasial-Pleistosen. Kelompok ini

terdiri dari ras Australoid (ras ma-

nusia pre-historis yang berasal dari

Afrika).

Pada zaman Pre-neolitikum,

kurang lebih 40.000-20.000 tahun

lampau, datang lagi kelompok suku

semi nomaden (tergolong manusia

moderen, Homo sapiens ras Mon-

goloid. Penggalian arkeologis di

Niah-Serawak, Madai dan Baturong,

Sabah membuktikan bahwa kelom-

pok ini sudah menggunakan alat-

alat dari batu, hidup berburu dan

mengumpulkan hasil hutan dari satu

tempat ke tempat lain. Mereka juga

sudah mengenal teknologi api. Ke-

lompok ketiga datang kurang lebih

5000 tahun silam. Mereka ini berasal

dari daratan Asia dan tergolong

dalam ras Mongoloid juga. Kelom-

pok ini sudah hidup menetap dalam

satu komunitas rumah komunal

rumah panjang dan mengenal teknik

pertanian lahan kering (berladang).

Gelombang migrasi itu masih

terus berlanjut hingga abad 21 ini.

Teori ini sekaligus menjelaskan

mengapa orang Dayak memiliki

begitu banyak varian baik dalam

bahasa maupun karakteristik bu-

daya (http://id.wikipedia.org/wiki/

Sukubangsa Dayak).

Beberapa peneliti telah menggo-

longkan suku Dayak ke dalam bebe-

rapa kelompok. Roth (1968) mem-

bagi penduduk asli pulau Kalimantan

menjadi 20 kelompok etnis yang

masih terbagi lagi menjadi beberapa

subkelompok yang kecil-kecil. Se-

dangkan Tjilik Riwut (1998) mem-

bagi orang Dayak ke dalam enam

rumpun suku yang disebut Stam-

menras. Masih ada lagi beberapa

pakar yang membagi dan menge-

lompokkan Dayak dalam berbagai

sub-sub kelompok seperti W. Stohr

yang menggolongkan tiga rumpun

suku Dayak berdasarkan rumpun

suku persamaan atau kekeluargaan

ritus-kematian, dan CH. F.H Duman

membagi suku-suku induk Dayak ke

dalam tujuh gugusan. Meskipun

berbagai pengelompokkan tersebut

saling berbeda satu dengan lainnya,

namun pengelompokkan suku-suku

itu menegaskan bahwa Suku Dayak

di Pulau Kalimantan mempunyai

keanekaragaman yang tinggi.

Sub-sub Suku Dayak di

Kelam Permai

Ada tiga sub-suku Dayak yang

saat ini mendiami wilayah Keca-

matan Kelam Permai, Kabupaten

Sintang. Ketiga sub-suku Dayak itu

adalah sub-suku Dayak Desa, sub-

suku Dayak Sebe-ruang dan sub-

suku Dayak Sebaruk. Ketiga sub-

suku Dayak ini bermukim dan me-

nempati beberapa kampung sesuai

dengan wilayah ketemenggungan-

nya. Terkecuali sub-suku Dayak Desa

yang memiliki empat wilayah kete-

menggungan, masing-masing sub-

suku di wilayah Kecamatan Kelam

Permai hanya mempunyai satu

wilayah ketemenggungan.

Tjilik Riwut mengelompokkan

sub-suku Dayak Desa, Seberuang

dan Sebaruk ini ke dalam Stamenras

Dayak ot Danum, yang merupakan

induk suku (suku besar). Namun

menurut para tetua adat di Kelam

Permai, ketiga sub-suku ini berasal

dari tanah Iban atau Suku Iban.

Pendapat tetua adat di Kelam Per-

mai ini rupanya senada dengan be-

berapa peneliti, yang berpendapat

bahwa ketiga sub-suku Dayak terse-

but tergolong ke dalam kelompok

Ibanic, yakni kelompok yang induk-

nya dari suku Iban. Karena itu,

ketiga sub-suku Dayak ini secara

umum memiliki kesamaan ciri, baik

dari sisi tata nilai maupun adat

kebiasaan, meskipun ada beberapa

perbedaan di antara mereka, terma-

suk sejarah dan penyebaran mereka

di wilayah Kelam Permai.

Masyarakat Dayak di Kelam Per-

mai, tidak mengenal tradisi tulis, se-

hingga penelusuran nilai-nilai bu-

daya ini diantaranya diperoleh dari

MIUN/ IREK

MASAYARAKAT sedang beduruk (bersawah dengan cara bergantian).

64

Page 65: Majalah Mimbar Untan edisi V

Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009

MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | b u d a y a

tradisi lisan, kebiasaan hidup ber-

pola (adat istiadat) dari sistem sosial,

dan budaya fisik masyarakat Dayak,

misalnya motif-motif pada tenun

ikat Dayak yang stiap bentuknya

punya latar cerita.

Berdasarkan tradisi lisan yang

dimiliki suku Dayak, terutama dari

Bekana, Bedarak, Semayan, Kanduk,

Buah Jereh dan Pantun, serta adat

istiadat dan salah satu motif pada

tenun ikat dapat diketahui nilai-nilai

budaya masyarakat Dayak, yang

antara lain berhubungan dengan

lima wujud nilai, yakni nilai religius,

nilai filosofis, nilai estetis, nilai etis,

nilai “solidaritas dan kebersamaan”.

Nilai-nilai Budaya

Masyarakat Dayak di Kelam

Permai dalam Pembangunan

Perdamaian

Nilai-nilai budaya yang dimiliki

masyarakat Dayak di Kelam Permai,

seperti nilai religius, filosofis, este-

tis, etis, dan nilai “solidaritas dan

kebersamaan” memang merupakan

nilai budaya yang umumnya ter-

dapat pada masyarakat kita yang

berorientasi pada kebudayaan ti-

mur. Namun demikian, nilai-nilai

budaya tersebut tentunya memiliki

kekhasannya masing-masing diban-

ding nilai-nilai budaya dari suku

bangsa lainnya. Setiap nilai-nilai

budaya itu telah memberikan pe-

ngaruh terhadap cara pandang,

perilaku dan keputusan masyarakat

suku Dayak dalam bertindak.

Nilai budaya yang cukup besar

mempengaruhi perilaku masyarakat

Dayak adalah nilai religius. Dari

sistem religi masyarakat Dayak

tampak jelas nilai religius ini mem-

berikan pengaruh yang cukup men-

dasar, terutama untuk pandangan

masyarakat Dayak tentang hubu-

ngan manusia dengan alam semesta,

hubungan manusia dengan Pen-

ciptanya, dan hubungan manusia

dengan sesamanya.

Hampir seluruh sistem sosial dan

karya-karya masyarakat Dayak ti-

dak terlepas dari pengaruh nilai

religius ini. Aktivitas penyembuhan

penyakit, ritual dalam berladang,

penyelesaian perkara, upacara adat

pada gawai-gawai yang dimiliki

masyarakat Dayak, karya-karya

terutama benda-benda suci yang

menjadi perangkat upacara ke-

agamaan, bahkan mengayau adalah

aktivitas yang dipengaruhi nilai

budaya ini. Berbagai aktivitas serta

hasil karya itu adalah cerminan

bahwa masyarakat Dayak menghen-

daki kehidupan yang senantiasa

ingat pada keluhuran Ilahinya.

Perwujudan nilai religius ini

tidak hilang meskipun saat ini ma-

syarakat Dayak telah memeluk salah

satu agama. Yang terjadi justru nilai

budaya ini muncul dan menguat

dalam aktifitas keagamaan yang

sekarang mereka anut. Namun demi-

kian, upacara/ritual adat masyara-

kat Dayak tidak lantas ditinggalkan.

Sebelum atau pada saat melaksa-

nakan aktivitas, masyarakat masih

tetap sering mengadakan upacara/

ritual sebagai permohonan doa

kepada Jubata atau Puyang Gana

agar pelaksanaan aktivitas yang

dilaksanakannya itu dapat berjalan

dengan lancar dan terlindung dari

segala marabahaya. Menurut Riyan-

to (1992) pelaksanaan upacara adat

yang pada saat ini masih tetap

dilaksanakan, meskipun masyarakat

telah memeluk salah satu agama itu

adalah ungkapan kerinduan masya-

rakat Dayak terhadap leluhurnya.

Disamping itu, upacara dan sesa-

jian ini dimaksudkan untuk menyel-

araskan hubungan manusia dengan

alam semesta. Masyarakat Dayak

berpandangan bahwa manusia ada-

lah mahkluk yang sangat lemah,

sehingga untuk bisa mempertahan-

kan hidupnya, manusia harus selalu

MIUN/ IREK

SEORANG petani wanita membawa hasil panennya sedang melintasi bukit kelam.

65

Page 66: Majalah Mimbar Untan edisi V

Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009

berusaha membina relasi dengan

semua kekuatan yang mendiami

bumi ini, yang perwujudannya da-

lam kehidupan masyarakat Dayak

dilakukan melalui upacara dan sesa-

jian. Pelaksanaan upacara adat ini

tidak lagi mempersembahkan kor-

ban berupa kepala tengkorak ma-

nusia sebagaimana dahulu, dimana

tradisi mengayau masih berlang-

sung. Tapi kini sesajian dalam upa-

cara/ritual adat telah berganti de-

ngan korban berupa hewan seperti

ayam atau babi. Ketiadaan korban

tengkorak kepala manusia ini meru-

pakan tanda bahwa tradisi yang

menggunakan kekerasan pada ma-

syarakat Dayak seperti mengayau

itu telah menghilang.

individu di dalam anggota masya-

rakat melakukan pelanggaran nor-

ma-norma adat. Untuk moral ada

sanksi pendapat masyarakat dan ke-

sadaran diri. Dan untuk religi ada

sanksi hukuman Tuhan. Karena itu

nilai religius memberi pegangan

kepada manusia di dalam dunia

kosmos dan dunia sosial sekaligus.

Nilai religius, terlepas dari meta-

fisiknya, telah menunaikan dua

fungsi yang penting. Pertama, mem-

beri manusia kerangka acuan dima-

na ia dapat menata pengalamannya.

Kedua, memberi manusia seperang-

kat norma-norma yang dengannya

ia dapat menyusun suatu sistem

prioritas dalam kehidupan ini dan

menilai perbuatannya sendiri mana

yang baik atau buruk. Dari fungsi

inilah nilai religius berperan di

dalam pembangunan perdamaian.

Selain nilai religius, nilai-nilai bu-

daya lain yang dimiliki masyarakat

Dayak juga memberikan perannya di

dalam pembangunan perdamaian.

Masing-masing nilai-nilai budaya

tersebut ikut memberikan makna di

dalam membentuk cara pandang

dan perilaku masyarakat Dayak.

Dalam nilai filosofis misalnya, ter-

gambar pandangan masyarakat

Dayak yang menginginkan kehidu-

pan ideal, yang rujukannya adalah

‘Dunia Atas Langit’, tempat Para

Dewata dan Buah Kana, yang mana

kehidupannya penuh kedamaian,

tanpa ketercelaan.

Masyarakat Dayak sangat men-

dambakan harmonisasi dari berba-

gai dimensi kehidupan. Ketika salah

satu dimensi mengalami gangguan

maka seluruh aspek hidup lain

menjadi goyang dan bermuara pada

ketidaksempurnaan. Karena itu,

nilai filosofis ini menjadi pegangan

bagi masyarakat Dayak yang mem-

berikan arah pada kehidupan ideal

seperti kehidupan ‘Dunia Atas La-

ngit’. Keyakinan masyarakat Dayak

yang memandang jiwa bersifat

rohani dan lebih luhur, membuat

mereka lebih cenderung menguta-

makan kepentingan jiwa dengan

hidup sesuai aturan, menaati adat

istiadat yang diwariskan secara

turun temurun. Dengan demikian

nilai filosofis ini telah berperan di

dalam membentuk perilaku masya-

rakat Dayak yang mengutamakan

kesempurnaan dan kebijaksanaan,

dan mendambakan keselarasan diri

dengan dunia sekitar, sesama ma-

nusia, dan wujud tertinggi. Dari si-

nilah nilai budaya ini berperan da-

lam pembangunan perdamaian.

Tidak jauh berbeda dengan nilai

filosofis, nilai etis, nilai estetis dan

nilai “solidaritas dan kebersamaan”

juga memberikan perannya di dalam

pembangunan perdamaian. Nilai

etis memberikan gambaran tentang

sifat masyarakat Dayak yang pada

dasarnya memiliki sifat ramah, yang

dapat memudahkan masyarakat ini

MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | b u d a y a

Menurut Edi Petebang (2006)

berakhirnya tradisi mengayau ini

disebabkan oleh dua faktor, per-

tama, munculnya kesadaran masya-

rakat, kedua, keberadaan agama

Kristen yang mengajarkan kasih

Tuhan kepada manusia. Faktor yang

kedua ini memberikan pengaruh

yang cukup kuat sehingga tradisi

mengayau secara perlahan meng-

hilang dalam kehidupan masyarakat

Dayak. Disamping itu pengayauan

juga dapat diredakan dengan adanya

perjanjian damai “Tumbang Anoi”

pada tahun 1894. Meskipun tidak

menghilangkan tradisi mengayau

secara keseluruhan, pertemuan

damai kepala suku dan ketua adat ini

memberikan dampak luar biasa

terhadap berkurangnya tradisi me-

ngayau.

Terlepas dari tradisi mengayau,

nilai religius berhubungan erat

dengan moral masyarakat. Masya-

rakat Dayak mempunyai cara me-

ngontrol hubungan antarsesama,

yakni berupa hukum adat, moral dan

religi. Untuk hukum adat ada sanksi

yang diberikan ketika ada satu

Motif-motif yang tertera

pada karya seni masyarakat

Dayak, seperti tenun ikat

dan anyaman seringkali

terkandung dan berisi

pesan-pesan perdamaian

66

Page 67: Majalah Mimbar Untan edisi V

Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009

menerima orang lain.

Disamping itu, nilai etis mem-

berikan pengaruh luar biasa ter-

hadap adat dan hukum adat yang di-

miliki masyarakat Dayak. Adat dan

hukum adat inilah yang memberikan

batasan atas tindakan yang berlebi-

han dan menyimpang dari norma-

norma adat yang berlaku pada ma-

syarakat. Aturan-aturan adat yang

dimiliki masyarakat Dayak meru-

pakan kearifan lokal, sekaligus ke-

kuatan mereka dalam menangani

konflik yang terjadi pada masya-

rakat. Di sinilah peran nilai etis

dalam pembangunan perdamaian.

Sedangkan nilai estetis membe-

rikan makna tentang hakikat keinda-

han seni dari ekspresi jiwa dan pe-

ngalaman spiritual dari masyarakat

Dayak. Motif-motif yang tertera

pada karya seni masyarakat Dayak,

seperti tenun ikat dan anyaman

seringkali terkandung dan berisi

pesan-pesan perdamaian. Motif-

motif tersebut dapat menjadi media

promosi perdamaian, yang pan-

carannya dapat dilihat dari motif-

motif yang tertera pada tenun atau

anyaman itu.

Disamping cerita motif pada

tenun ikat, nilai estetis juga terlihat

dalam seni budaya tutur masyarakat

Dayak. Penggunaan bahasa kiasan,

yang lembut dan anggun merupakan

bagian yang tidak terpisahkan dari

nilai estetis yang dimiliki masya-

rakat Dayak. Pengungkapan dengan

bahasa yang halus melalui seni tutur,

sekalipun ungkapan yang disam-

paikan itu merupakan sindiran,

membuat orang yang mendengar-

nya tidak lantas sakit hati. Dengan

kata lain, kata-kata kiasan yang

diracik sedemikian rupa itu men-

coba menyajikan rangkaian kata

yang dapat diterima pendengarnya,

meskipun di dalamnya terkandung

maksud yang dalam berkenaan de-

ngan persoalan yang terjadi. Tidak

berbeda dengan karya seni masya-

rakat Dayak, seni budaya tutur juga

dapat berperan sebagai media pro-

mosi perdamaian.

Nilai “solidaritas dan kebersa-

maan” mempertegas bahwa masya-

rakat Dayak memiliki nilai budaya

yang pada dasarnya dapat memper-

kuat rasa persaudaraan dan keke-

luargaan diantara mereka. Masya-

rakat Dayak memiliki sistem sosial

dari kehidupan kolektif mereka.

Kebersamaan di dalam rumah be-

tang, kebersamaan dalam penger-

jaan ladang melalui aktivitas bedu-

ruk, bebung/bejamu, dan basa-

basi, kebersamaan pada nuba adat,

saling kunjung (ngabang) pada saat

pe’gawai adalah sarana interaksi

sosial yang dapat menjadi perekat

perdamaian. Dengan sistem sosial

tersebut tentunya mereka dapat

memperat hubungan dan semangat

kebersamaan diantara mereka.

Selain itu, ternyata masyarakat

MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | b u d a y a

sub-suku Dayak ini telah memiliki

mekanisme penanganan konflik

yang berlandaskan keadilan dan

kebersamaan, seperti bejereh-be-

bantah. Bentuk penyelesaian konflik

ini lebih menekankan dialog/mu-

syawarah, yang lebih mengedepan-

kan pencarian jalan keluar dengan

pemberian kesempatan masing-

masing pihak yang berkonflik untuk

dapat mengungkapkan pendapat-

nya. Keputusan yang diambil oleh

Lit atau hakim ketua didasarkan

pada pertimbangan keterangan

kedua belah pihak, baik yang telah

disampaikan bejereh maupun be-

bantah nya. Penyelesaian konflik

seperti ini dapat menimalisir atau

mereduksi cara-cara kekerasan.

Nilai-nilai budaya seperti nilai

religius, filosofis, etis, estetis, dan

nilai “solidaritas dan kebersamaan”

masyarakat di atas telah mem-

berikan sumbangsih besar dalam

membentuk cara pandang (world

view) dan mengatur perilaku ma-

syarakat Dayak. Jika nilai ini masih

dipegang masyarakat, tentu saja

perilaku yang bernilai positif dalam

membina kerukunan dan hubungan

harmonis antarsesama masyarakat

akan tetap terjaga.

Sebaliknya bilamana nilai-nilai

ini luntur dan dilupakan, maka peri-

laku masyarakat boleh jadi tidak ter-

kendali, yang kemudian dapat me-

nimbulkan kericuhan dalam kehidu-

pan bermasyarakat. Saat ini kelima

nilai-nilai budaya masyarakat Dayak

tersebut masih tetap terjaga, meski-

pun tidak menutup kemungkinan

akan/telah terjadi perubahan.

Terlepas dari itu, sekarang telah

kita ketahui, bahwa ternyata nilai-

nilai budaya yang dimiliki Masyara-

kat Dayak berperan penting dalam

pembangunan perdamaian. Nilai-

nilai budaya tersebut telah mempe-

ngaruhi cara pandang dan mem-

bentuk perilaku masyarakat Dayak

yang beradab dan cinta damai.[]

Penulis

Manajer Program PRCF Indo-

nesia Kalbar, pernah aktif di LPM

Untan sebagai Kepala Divisi

Penerbitan).

PEREMPUANdayakmengayamdengan jenisTenun Buku.

MIUN/ IREK

67

Page 68: Majalah Mimbar Untan edisi V

Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009

MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | c e r p e n

ujan lagi. Pastinya aku

teringat kamu lagi. Ya,

kita pernah sepakat bahwa

hujan adalah moment paling pas

untuk merawat kenangan. Tak ada

yang lebih sunyi dari rinai. Ucapmu.

Aku menyepakatinya. Mungkin tak

akan ada kenangan yang terawat jika

tak ada rinai. Ketika sunyi benar-

benar sempurna. Pelan-pelan cata-

tan peristiwa masa lalu menyelinap

dalam senyap. Kita diam. Aku dan

kau sama-sama diam.

“Apa yang masuk dalam kepa-

lamu?” tiba-tiba kau memecah su-

nyi.

“Rotan kecil yang melibas betis

kecilmu, sebab ibumu tak sabar

berteriak-teriak memanggilmu dari

teras rumah untuk pulang. Kau

memang anak yang bandel.”

“Kau yang mengajariku menjadi

anak kecil yang bandel. Bahkan

sampai sekarang.”

Aku masih ingat, saat kau meri-

ngis dan akhirnya menangis, dengan

gagah perkasa aku berusaha mem-

bela. Kukatakan pada ibumu, bahwa

akulah yang salah. Akulah yang

mengajakmu turun ke lapangan,

bermain lumpur dan hujan. Akulah

yang layak dipukul. Bukan kamu.

Hmm, tentu saja ibumu tak mau

memukul anak orang lain. Kega-

gahanku sama sekali tak berarti.

Untuk detik selanjutnya, kau hilang

di balik pintu rumah dengan ringis

dan tangis yang juga membuatku

teriris. Sementara aku, hanya bisa

mematung di halaman. Membiarkan

rinai terus menikam ubun-ubunku.

Tak peduli gigil. Tak peduli ibuku

yang ternyata juga memanggil.

“Suatu hari aku akan memba-

wamu pergi dari rumah. Dan kita bisa

menikmati hujan bersama sepuas-

puasnya. Tanpa harus takut omelan

bahkan rotan ibu yang mendarat di

betis kecilmu.” Begitu aku mendesis.

Ikut merasakan ringis dan tangis.

Itu hanya kepingan peristiwa di

masa kecil. Peristiwa yang menjadi

tanda bahwa kita memang benar-

benar akrab. Aku juga masih ingat,

betapa lelah kau menghiburku keti-

ka aku merajuk sebab tak seorang-

pun yang mau mengajarkanku me-

ngayuh sepeda.

“Woi, apa lagi yang bisa dibang-

gakan anak laki-laki di kampung ini

selain sunat dan bisa mengendarai

sepeda?” begitu ledek teman-teman

ku.

Aku lari ke lapangan. Membiar-

kan mereka terus tertawa-tawa me-

ledekku. Lalu tiba-tiba saja hujan

Pay Jarot Sujarwo

H

KutukanKutukan

68

Page 69: Majalah Mimbar Untan edisi V

Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009

MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | c e r p e n

tumpah. Lalu tiba-tiba saja kau

memanggil-manggil. Tapi aku tak

mau beranjak. Demi dendam me-

ngendarai sepeda. Aku sudah ku-

yup. Dari jauh kau berlari meng-

hampiri. Mengajakku bersandar di

bawah pohon besar di sudut lapa-

ngan.

“Kenapa?” tanyamu

“Mereka meledekku. Sebab aku

masih belum bisa mengendarai

sepeda.” Aku merajuk. Seperti ingin

menangis. Tapi aku laki-laki. Tapi

kenapa anak laki-laki tidak boleh

menangis? Sama seperti kenapa

anak perempuan tidak boleh main

di lapangan ketika hujan.

“Kamu sedih?” Tanyamu.

“Ya.”

“Kenapa kamu tidak menangis?”

Aku terkejut saat kau mengatakan

itu. Kau melanjutkan, bahwa kalau

aku memang bersedih, sebaiknya

menangis saja. Tak ada yang mela-

rang kita untuk menangis. Larangan

menangis boleh dilakukan, kalau ada

larangan bersedih.

“Tapi aku laki-laki. Dan tentu saja

akan malu padamu jika aku me-

nangis.”

“Kamu lihat, aku perempuan,

seutuhnya anak perempuan. Tapi

aku keluar juga ke lapangan saat

hujan. Meski aku tahu pasti kalau

pulang nanti akan terkena rotan.

Tapi aku puas karena bisa mandi

hujan. Nah, sekarang apa lagi yang

bisa bikin puas bagi kita yang lagi

bersedih kalau bukan menangis?”

Sungguh kalimatmu waktu itu mem-

buatku merasa perlu berlama-lama

menatapmu. Matamu begitu ikhlas.

Hingga kemudian aku sadar bahwa

mataku telah basah. Bukan karena

hujan. Tapi karena kaca di dalam

mataku mulai retak, pecah dan

tumpah. Kau biarkan aku menangis.

Itu kali pertama aku yang anak laki-

laki menangis di hadapanmu yang

seorang anak perempuan, tanpa

rasa malu sedikitpun.

“Tapi menangis tak bisa mem-

buatku bisa mengendarai sepeda.”

Kataku selanjutnya.

Keikhlasan di matamu semakin

kentara. Bibir kecilmu melampirkan

senyum. Kau pegang kepalaku. Dan

bilang bahwa, mereka bisa saja ter-

tawa terbahak-bahak sambil keliling

kampung dengan sepeda. Tapi me-

reka tak bisa merebut kebahagiaan

kita. Ketika hujan tiba, kita bisa

tertawa sepuasnya meskipun tak

bisa mengendarai sepeda. Kau juga

mengingatkan kepadaku, bahwa

akulah yang sebenarnya mengu-

capkan itu dulu saat pertama kalinya

aku menawarkan kebahagiaan de-

ngan mandi hujan di lapangan.

“Tak ada yang bisa lebih mem-

bahagiakan anak kampung seperti

kita. Selain turun ke lapangan dan

menikmati indahnya hujan. Ayolah,

turun bersama kami.” Aku yang

mengatakan itu kepadamu. Dan kau

mengingatkannya kembali. Air ma-

taku semakin deras mengalir. Tapi

aku tersenyum. Pelan-pelan ber-

ubah menjadi tawa. Terbahak-ba-

hak. Kemudian kau juga terbahak.

Kemudian kutarik tanganmu, me-

nyeretmu ke tengah lapangan. Me-

nuju kubangan lumpur. Masih de-

ngan tawa yang terbahak.

Begitulah, kenangan masa kecil.

Selalu kurawat. Terlebih saat hujan

seperti ini. Aku teringat kamu.

Teringat masa-masa itu. Kampung.

Tanah becek. Tawa riang. Dan hujan.

Kita selalu bersama-sama. Bah-

kan kita sempat berjanji untuk selalu

bersama. Janji yang kita sepakati di

bawah hujan. Saat itu usia kita

menjelang remaja. Aku di kelas tiga

SMP, kamu di kelas dua. Dan kita

tetap mengakrabi hujan. Terlebih

ketika aku sudah bisa mengendarai

sepeda. Betapa riang kita berdua,

dengan satu sepeda, tak sadar sudah

keluar batas kampung dan masuk ke

kampung sebelah. Keriangan dalam

hujan telah membuatku lupa bahwa

sudah sangat jauh aku mengayuh

sepeda. Sementara kau yang mem-

bonceng di belakang, tak sedikitpun

mengingatkanku.

“Kamu senang?” Tanyaku

“Sangat senang.”

“Kenapa kau tidak memilih se-

orang perempuan untuk kau cintai,

seperti teman-teman yang lain. Kau

sudah sunat, dan kau sudah bisa naik

sepeda.”

“Karena kalau aku jatuh cinta,

aku akan kehilangan kamu.” Jawab-

ku, “Kalau kau sendiri, kenapa tidak

memilih laki-laki untuk kau cintai?”

aku balik bertanya.

“Kau sudah tau jawabannya.

Sebab aku selalu ingin bersamamu.

Dan kalau aku jatuh cinta, kita ber-

dua tidak akan bisa sebahagia ini.”

Ya, usia kita cuma berjarak satu

tahun. Kita lahir dengan bantuan

dukun yang sama. Kita lahir dengan

deras hujan yang sama. Kita me-

mang layak bersama-sama.

“Kenapa kau tidak ingin kehila-

nganku?” Tanyamu lagi.

“Karena aku sudah mengenalmu

sejak kau lahir. Dan sampai seka-

rang, tak ada alasan yang mem-

buatku untuk bisa membencimu.

Kalau kau sendiri, apa alasanmu?”

“Karena kau menemaniku saat

aku lahir. Dan kuingin kau juga

menemaniku sampai aku mati.”

“Maukah kau berjanji bahwa kita

akan selalu bersama?” Karena ter-

nyata pertanyaan itu keluar dari

mulut kita nyaris bersamaan.

Hujan lagi. Pastinya aku teringat

kamu lagi. Ya, kita pernah sepakat

bahwa hujan adalah moment paling

pas untuk merawat kenangan. Tak

ada yang lebih sunyi dari rinai.

Ucapmu. Aku menyepakatinya.

Mungkin tak akan ada kenangan

yang terawat jika tak ada rinai. Ketika

sunyi benar-benar sempurna. Pelan-

pelan catatan peristiwa masa lalu

menyelinap dalam senyap. Kita

diam. Aku dan kau sama-sama diam.

Aku teringat dengan janji kita

untuk selalu bersama. Sejak lahir

bahkan sampai mati.

“Tapi kau mengkhianati janji-

mu.” Kau katakan itu berkali-kali

ketika mengetahui bahwa aku harus

pergi. Aku sudah tamat SMP. Dan

sebenarnya kita sama-sama tau,

bahwa semua anak laki-laki yang

sudah selesai SMP harus keluar dari

kampung, ikut bekerja dengan kera-

bat dan sanak saudara, memotong

dan mengumpulkan kayu di belan-

tara. Sebenarnya kau juga sudah

tau, bahwa kemiskinan di kampung

69

Page 70: Majalah Mimbar Untan edisi V

Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009

kita membuat kita tak bisa berbuat

apa-apa. Hanya menanti umur yang

dirasa cukup, lalu bagi yang laki-

laki, akan masuk ke hutan, berga-

bung bersama yang lain, bekerja se-

bagai penebang kayu. Demi mem-

bayar hutang turunan kepada peru-

sahaan. Aneh memang. Kita mene-

bang kayu untuk diserahkan kepada

perusahaan. Tapi kenapa ayah bah-

kan mendiang kakek kita yang juga

penebang entah berapa keturunan,

berhutang dengan perusahaan?

Kau menangis. Aku ingat itu. Kau

menuntut janji yang pernah kita

sepakati. Bahwa kita harus tetap

bersama. Meskipun janji itu kita

ucapkan saat usia kita belum dapat

mengerti apa-apa.

“Tapi kau juga akan pergi suatu

hari. Sama seperti anak-anak pe-

rempuan yang lain. Atau kalau kau

memilih untuk tetap tinggal di kam-

pung ini, itu artinya kau siap untuk

dilamar dan akhirnya menikah. Dan

kita tetap tidak bisa bersama.”

Kataku mencoba memberi penje-

lasan. Dan aku tau, bahwa sebe-

narnya kau juga tau itu. Ketika dirasa

sudah cukup usia, anak-anak perem-

puan akan pergi dari kampung ini.

Memalsukan dokumen, menuakan

umur, membuat paspor, dan be-

rangkat ke luar negeri. Malaysia,

Singapura, Arab, Taiwan, ataupun

kemana saja. Menjadi TKW demi

membantu hutang keluarga. Kau

juga sudah tau, bahwa ada pilihan

lain bagi para perempuan yang

sudah tamat SMP dan tidak mau

menjadi TKW. Cuma satu pilihan.

Bersedia dilamar dan pergi meni-

kah.

“Tapi kita pernah berjanji untuk

terus bersama-sama.” Kau menun-

tut sambil terisak.

“Kita akan selalu bersama. Ha-

timu, hatiku, hati kita, akan selalu

bersama.” Aku tak kuasa menahan

duka. Kau terus menangis. Tapi

kemiskinan di kampung ini mem-

buatku tak bisa memenuhi tuntu-

tanmu. Aku pergi. Meskipun kita

pernah berjanji.

Janji itulah yang membuatku

selalu teringat kepadamu setiap

hujan turun. Di dalam hutan, aku

selalu memikirkanmu. Mandor kayu

seringkali memergokiku sedang

melamun. Kerjaku tak tenang. Terle-

bih ketika aku tau, bahwa sebe-

narnya selama ini para penebang

cuma dijadikan alat oleh peru-

sahaan. Aku sudah tau, kenapa pada

akhirnya keluarga-keluarga kita

tidak bisa melunasi hutang.

Perusahaan-perusahaan kayu itu

awalnya memberi pinjaman kepada

orang-orang kampung. Yang uang-

nya akan digunakan keluarga yang

ditinggalkan sementara para lelaki

menebang dan mengumpulkan kayu

di hutan. Hutang-hutang ini akan

dibayar ketika tiba waktunya men-

dapat upah bagi para penebang. Tapi

apa lacur? Dalam perjalanan pulang

dari hutan menuju kampung, kapal

perusahaan tidak merapat. Alasan-

nya beragam. Bisa kehabisan bahan

bakar, bisa karena cuaca, bisa karena

mesin rusak, bisa karena apa saja.

Terpaksa para penebang harus me-

nginap selama dua atau tiga malam.

Dan sangat lacur. Perusahaan mem-

bangun tempat hiburan malam di

tengah hutan. Menyediakan bir,

house music, dan perempuan-pe-

rempuan yang siap dipangku dan

dibawa ke kamar jika lelaki sudah

mulai mabuk. Uang hasil bir dan

perempuan-perempuan itu, kembali

disetor ke perusahaan. Uang itu

adalah upah para pekerja yang juga

berasal dari perusahaan. Dan ketika

kapal datang, para lelaki penebang

sudah kehabisan uang. Lalu apa yang

mau dikasi kepada keluarga di kam-

pung? Jawabannya jelas. Apalagi

kalau bukan kembali berhutang

kepada perusahaan.

Benar. Ketika setelah sekian

lama. Akhirnya aku berhasil pulang.

Tak sabar menemui ibu. Tak sabar

menemuimu. Sampai di rumah,

setelah memeluk dan mencium ta-

MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | c e r p e n

D O K / M I U N

70

Page 71: Majalah Mimbar Untan edisi V

Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009

ngan ibu. Segera kutanyakan ten-

tang keadaanmu. Ah, aku sudah tau.

Sudah tau sejak dulu. Bahwa bukan

hanya aku yang tidak bisa menepati

janji, tapi kau juga.

Ibuku bilang, bahwa akhirnya

kau pergi juga dari kampung ini. Ikut

bersama rombongan TKW yang lain

ke luar negeri. Ibuku bercerita,

bahwa waktu itu sebenarnya kau

tidak ingin pergi. Katanya, kau masih

menunggu. Ibumu marah. Dan me-

nyetujui lamaran lelaki tua namun

kaya dari kampung sebelah. Kau

bertambah kaya, bukannya pulang

ke kampung halaman, tapi malah ikut

menandatangani kontrak dengan

perusahan-perusahaan kayu.

“Perusahaan-perusahaan itu

telah berinvestasi di daerah kita,” itu

alasan mereka. Tapi investasi inilah

yang telah mengutuk orang-orang

kampung sampai entah berapa gene-

rasi.

Ibuku masih bercerita. Bercerita

tentang kemiskinan. Bercerita ten-

tang kutukan. Dan tentu saja ber-

cerita tentangmu. Hingga akhirnya,

karena memang sudah tak bisa lari

dari kutukan, kata ibuku, kau me-

mang harus memilih dan membuat

keputusan. Dan keputusanmu ada-

lah ikut pergi keluar negeri. Menjadi

TKW di Taiwan.

Ibuku bilang, sebelum kau pergi,

setelah semua urusan pemalsuan

dokumen beres, kau sempat mam-

pir ke rumah dan menemui ibuku.

Kau bilang kepada ibuku, bahwa

tidak memilih untuk menikah,

karena kau masih menunggu. Ma-

sih menunggu.

“Apakah kau juga menunggu?”

Tanya ibuku, ketika mendapatkan

aku yang hanya bisa menundukkan

kepala mendengar cerita ibuku. Di-

ulanginya lagi pertanyaan itu sebab

pada pertanyaan pertama aku cuma

diam.

“Apakah kau juga menunggu?”

Aku terkesiap. Mataku sudah basah

sejak tadi.

“Ya.” Jawabku. Kali ini giliran

ibuku terdiam. Tapi aku bisa mem-

baca hatinya, yang mengatakan

bahwa, kutukan kemiskinan ini

melarang kita untuk menunggu.

Begitulah, hingga saatnya tiba aku

kembali ke hutan. Kembali mene-

bang dan mengumpulkan kayu.

Namun aku harap di luar negeri

sana, kau juga tau, bahwa aku masih

menunggu. Seperti kau yang me-

nungguku pulang, begitulah aku

yang juga menunggumu pulang.

Lebaran aku kembali ke luar hu-

tan, pulang ke kampung. Tapi kena-

pa kau tidak pulang? Kutanyakan

langsung kepada ibumu. Dia bilang

tidak tau. Tak ada kabar darimu sejak

tiga bulan. Kau dimana? Aku men-

carimu. Dan selalu memikirkanmu.

Terlebih ketika rinai hujan menjadi

pelengkap sunyi yang paling sem-

purna. Aku kembali masuk hutan.

Kembali pulang ke kampung. Kau

tidak ada. Kembali ke hutan. Kem-

bali ke kampung. Kau masih belum

berkabar. Kutanya orang-orang.

Kutanya calo TKW, bahkan kubera-

nikan diri untuk bertanya kepada

kepala desa dan orang-orang di

kantor imigrasi. Jawaban mereka

sama. Tidak tau. Kau kemana? Aku

terus memikirkanmu.

Hingga kemudian aku bertekad

untuk tidak kembali lagi ke hutan.

Aku akan menunggumu di sini. Di

kampung ini.

Ternyata tidak membutuhkan

waktu lama menunggumu. Dua

bulan setelah aku memutuskan

untuk tidak kembali lagi ke hutan,

ternyata kau benar-benar pulang.

Orang-orang ramai menyambutmu.

Aku juga. Setelah semua prosesi

selesai, aku dan orang-orang kam-

pung yang lain, yang semula men-

jemputmu, kembali berbondong-

bondong mengantarmu. Tidak ke

luar negeri. Tetapi tempat yang

layak untuk kau tinggali.

Dan sekarang orang-orang kam-

pung sudah pada pulang. Tinggal aku

sendiri di sini. Menepati janji yang

pernah kau minta dulu.

“Karena kau menemaniku saat

aku lahir. Dan kuingin kau juga

menemaniku sampai aku mati.”

Kutepati janjiku. Bersama kutu-

kan yang menimpa orang-orang

kampung. Bersama hujan yang kem-

bali jatuh. Di sini, di pemakaman ini

kutepati janjiku. Menemanimu.

Hujan teramat deras menye-

rangtikam bumi.

Warta berita televisi malam ini:

Jenazah seorang TKW di Taiwan

asal Indonesia akhirnya berhasil

dibawa pulang dan dimakamkan di

daerah kelahirannya. TKW ini dila-

porkan meninggal dunia karena

sebelumnya dibunuh oleh majikan

sebab berusaha sekuat tenaga

mempertahankan kehormatan.[]

Pontianak, 8 Januari 2009

MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | c e r p e n

melawan. Kau bilang ke ibumu kalau

kau juga tidak mau kawin. Kau

bilang, kau masih menunggu. Ibumu

semakin marah. Kerja di luar negeri

tidak mau, kawin tidak mau.

Tapi kau harus memutuskan.

Sama seperti keputusan perempuan-

perempuan lain di kampung ini.

Kawin atau TKW. Cuma itu pilihan-

nya. Aku tau kau akan membuat ke-

putusan. Berkali-kali kau bilang, kau

masih menunggu.

“Siapa yang menentukan pilihan

itu?” Tanyamu.

“Kemiskinan yang telah menjadi

kutukan di kampung ini.” Kata ibu-

mu.

Begitulah, aku seperti menye-

pakati ucapan ibumu. Kemiskinan

yang diderita orang-orang di kam-

pung ini sudah menjelma kutukan.

Orang-orang tak bisa lari. Kecuali

yang mendapat keajaiban yang bisa

mengalaminya. Tapi itu pun cuma

satu dua. Cuma satu dua orang saja

yang menjadi ajaib dan kemudian

keluar dari kampung. Melanjutkan

SMA, bahkan kuliah. Menjadi orang

pintar. Tinggal di kota. Tak jarang

orang-orang ajaib ini masuk partai

politik. Menebar janji-janji. Dan

ketika sudah jadi dan terus menerus

Aku tak kuasa menahan

duka. Kau terus menangis.

Tapi kemiskinan di kampung

ini membuatku tak bisa

memenuhi tuntutanmu. Aku

pergi. Meskipun kita pernah

berjanji

71

Page 72: Majalah Mimbar Untan edisi V

Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009

ekitar 150 proposal bisnis

yang mendaftar dalam ajang

BPC 2009 yang digelar Him-

punan Pengusaha Muda Indonesia

(Hipmi) Kalbar. Selama tiga bulanan

seleksi akhirnya hanya tiga proposal

yang berhasil menyingikarkan ratu-

san proposal lainnya.

Seperti pasangan Elita dan Sri

Rezeki Ssi yang memimpikan bisnis

ramah lingkungan dengan nama CV

Erez Cocunutz Corp. Asap dari pem-

bakaran tempurung kelapa yang bisa

mencemari udara, mereka ubah

menjadi bahan pengawet makanan

pengganti formalin.

“Tempurung kelapa dibakar da-

lam wadah tertutup, proses ini di-

sebut pirolisis. Lalu asapnya dides-

tilasi maka berubah wujud ke cair.

Dan cairan ini berguna untuk penga-

wet makanan pengganti formalin

dan jauh lebih aman,” papar Lita

mahasiswa tingkat akhir Jurusan

Kimia FMIPA Untan.

Awalnya dari penelitian dosen

yang ia lakoni tahun 2008, namun

pengetahuannya makin terisi saat

membaca artikel sebuah majalah

yang menyakinkan bahwa limbah

kelapa memiliki nilai ekonomis dan

kesempatan makin terbuka lebar

saat Hipmi menggelar BPC.

“Manfaat lain dari asap cair ini

berguna untuk koagulan atau peng-

gumpalan latex pada karet. Ini

untuk mengantikan asam format

yang selama ini dipakai di pabrik.

Dengan asap cair selain prosesnya

cepat, tidak akan berbau dan kualitas

karet lebih baih,” urai Lita.

Sri Rezeki menerangkan untuk

memberikan keyakinan pada konsu-

men, mereka akan memberikan uji

coba secara gratis. Sejauh ini untuk

pengawetan ikan sudah pernah

diujicobakan. Kedepannya ia ingin

bisa dimanfaatkan untuk industri

pembuatan mie dan lainnya.

“Kegunaan lainnya dari limbah

pembakaran tempurung kelapa bisa

jadi arang aktif pembuatan briket

dan pengawetan pada kayu. Jadi

semuanya bisa diolah,” kata Kiki.

Berguna Bagi Orang

Kampung

Sementara pemenang lainnya

adalah pasangan suami istri, Wahyu

Gunawan dan Fitriani Inda. Mereka

berinisiatif mendirikan Badan Usa-

ha Sukses Selalu yang akan menam-

pung produksi karet dan hasil perta-

nian dari petani di Kecamatan Sei

Asam, Kabupaten Kubu Raya.

“Saya sebagai putra asli daerah

merasa sedih melihat kondisi petani

yang tidak berkembang di sana. Me-

reka kesulitan mengakses pasar dan

keuntungan yang rendah. Maka di-

buat badan usaha untuk membeli ha-

sil petani dan mengambil keuntu-

ngan yang kecil dari mereka. Lalu

hasil keuntungan sebagian dikemba-

likan ke mereka dalam bentuk me-

nyediakan infrastuktur jalan. Kare-

na selama ini kondisi jalan di desa

sangat memprihatinkan,” jelas Wah-

yu.

Fifi yang merupakan alumnus

Fakultas Ekonomi (FE) Untan me-

nambahkan keinginan mereka agar

bisa ikut memberdayakan masyara-

kat dan memiliki nilai lebih. Bila

diibaratkan usaha mereka seperti

PNPM milik pemerintah. Hanya saja

program tersebut belum menyen-

tuh masyarakat di sana.

“Kendala kita modal Karena bu-

tuh dana buat membeli hasil petani.

Semoga kemenangan ini, kami bisa

mewujudkan mimpi mem-bantu

petani di sana,” ujar Fitri.

BPC juga memilih proposal yang

diajukan mahasiswa STKIP Pontianak

yakni milik Hasan Idris, Ihsan S Pd,

dan Hustoybi SPd. Mereka sepakat

mengemas paket hiburan menarik

kepada konsumen dengan nama Kha-

tulistiwa Advanture. Hadir dalam

bentuk bidang usaha HRD dan Out-

bound Traning and Advanture tour.

“Saat ini belum ada usaha sejenis

yang menggarap ide tersebut di Kal-

bar. Sehingga peluang ini menjan-

jikan. Apalagi banyak instansi bah-

kan sekolah yang mencari hiburan

tidak lagi dalam bentuk lama hanya

sifatnya yang ceremony. Sekarang

memang digemari adalah kegiatan

outbound, bersentuhan langsung

dengan alam,” jelas Hasan.

Dia menuturkan ide ini datang

tak sekedar karena melihat trend

akan tetapi memang hiburan dalam

bentuk outbound sudah jadi kebu-

tuhan yang diharapkan akan me-

ningkatkan produktivitas kerja.

“Mereka merasakan stress de-

ngan rutinitas kantor. Nah dengan

outbound tadi kita berikan hiburan

plus motivasi. Selain hanya dike-

sempatan tersebut antara atasan dan

anak buah tidak ada lagi sehingga

mereka bebas berekspresi. Begitu

pula untuk anak- anak sekolah,” ujar-

nya.

Bahkan mereka juga menyiapkan

military outbound untuk menjawab

kebutuhan masyarakat yang me-

mang mengemari dunia militer atau

dunia yang berbau keras. [niya

cendana]

Berbisnis dariAsap Tempurung

Mereka merupakan inspirasi. Jiwa muda yang melekatpada mereka dibuktikan lewat karya nyata. Lewat ide

kreatif dan fresh, mereka pantas dianggap menangdalam Business Plan Competition (BPC) Hipmi Kalbar

2009.

S

MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | i n s p i r a s i

Sri Rezeki dan Elita

72

Page 73: Majalah Mimbar Untan edisi V

Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009

adio berusia 6 tahun ini ber-

tujuan menjadi tempat pe-

ngembangan dan perkum-

pulan ilmu pengetahuan para prak-

tisi pendidikan, ilmuan, serta aka-

demis. Bukan hanya memberikan

hiburan bagi pendengarnya. Tapi

juga mempunyai fungsi pendidikan,

kontrol sosial dan penyebar infor-

masi komunitas.

Pada umumnya radio mahasiswa

memiliki idealisme murni. Maka

berbeda dengan radio komersil. Ra-

dio komunitas harus didasarkan pa-

da kebutuhan masyarakat, mendo-

rong kreativitas partisipan masya-

rakat yang dilayani berdasarkan

program pada suatu topik atau

tema.

Walaupun pendengar radio Un-

tan voice ini ditujukan untuk maha-

siswa dan berada di bawah untan,

Bukan berarti lepas dari segala

ketentuan seperti radio lain.

Berbagai proses harus dilakukan

unruk mendapatkan ijin dari Komisi

Penyiaran Indonesia (KPI). Radio

Untan Voice telah melewati tahap

Evaluasi Dengar Pendapat (EDP)

Dari EDP yang dihadiri dari kala-

ngan akademisi, tokoh agama, peme-

rintah dan tentunya mahasiswa

yang menjadi komunitasmya meng-

harapkan radio mahasiswa ini terus

menjadi wadah apresiasi seliruh

mahasiswa.

Setelah proses EDP bukan berarti

perjuangan untuk mendapatkan ijin

siaran selesai. Masih banyak yang

harus dilakukan. Jadilah KPI sebagai

tempat rutin yang kami kunjungi

tiap minggu guna melengkapi sya-

rat-syarat yang diperlukan untuk

dibawa ke Forum Rapat Bersama

(FRB) dengan departemen komuni-

kasi dan informatika. Setelah itu ba-

rulah izin penyelenggraan penyia-

ran ( IPP ) bisa didapatkan.

Kami sempat putus asa ketika kita

harus menyiapkan 11 kategori yang

belum memenuhi syarat. Mulai dari

akta notaris yang harus diubah

sampai dengan aspek keuangan yang

harus diperjelas

Sekitar dua bulan waktu yang

kami perlukan untuk menyelesaikan

perubahan akta notaris tersebut.

Memang semula agak kesal dengan

notaris yang kami anggap memper-

lambat proses akta tersebut. Namun

dengan ketelitian notaris tersebut

membuat kami belajar banyak hal.

Misalnya tata cara mengambil kepu-

tusan jika tidak di atur dalam AD/

ART. Kami sadar beginilah cara kerja

professional.

Setelah akta notaris selesai kami

harus mendftarkanya di Pengadilan

Negeri. Lagi-lagi kami mengalami

kesulitan. Untuk mendaftarkanya

kami harus memiliki NPWP. Tak

urung kami pun pusing tujuh keliling

dibuatnya. Bagaimana tidak?. Dana

yang kami dapat bukan dari spon-

sor atau pun usaha komersil. Semua

dana di dapat dari dana kelembaga-

an Untan.

Semakin tak yakin jika persya-

ratan bisa kami lengkapi dalam

waktu dekat ini. Konsultasi pun kami

lakukan. mulai dari Notaris sampai

kabag kemahasiswaam. Semuanya

menyatakan tidak seharusnya lem-

baga ini memiliki NPWP.

Untunglah notaris dapat mem-

bantu kami dalam mendaftarkan ke

pengadilan negeri tanpa NPWP. Hari

itu juga kami langsung ke KPI guna

melengkapi persyaratan yang ku-

rang.

Tantangan yang kami hadapi ti-

daklah sampai disini. Masih ada pe-

mancar yang belum stabil. karena

Kanal 107,9 Fm milik kami hampir

tenggelam oleh kanal yang sama

milik Rakom lain. Sumber daya ma-

nusia yang mesti dibenahi dan tentu

saja visi dan misi radio Untan voice

untuk terus menjadi radionya maha-

siswa.[]

Susah Ngurus IzinnyaR

PERANGKAT radio

ON Air

73

MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | K I R I

Page 74: Majalah Mimbar Untan edisi V

Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009

DILUAR masih gelap. 3 dari 5

alumni dan anggota Miun sedang

pulas tertidur walau digerayangi

puluhan nyamuk di gedung Mata

Kuliah Dasar Umum (MKDU) ini.

Pojok kanan bawah layar komputer

yang sedang di pakai untuk mem-

buat tulisan ini terpampang pukul

03:29 AM. Hari ke- 4 bulan mei

2009 ini baru saja dimulai.

Ruang utama Lembaga Pers Ma-

hasiswa (LPM) Untan terdengar riuh

rendah dengan nyanyian artis man-

ca negara dari komputer lainnya.

Suara merdu tersebut hampir menu-

tupi bunyi serupa mesin kapal laut

dari komputer yang sedang saya

pakai ini.

LPMU di sana-sini sedang “se-

mak” di hiasi beraneka barang yang

berserakan. Baik di lantai maupun

di atas meja atau lemarinya berta-

buran kertas. Kertas koran, brosur

barang pameran National IT Expo

2009 (NIX’09), botol air, tas, helm

dan lainnya yang tidak begitu dihi-

raukan penghuninya.

Juga ada dua orang yang telah

mengambil posisi tidur dengan

nyaman. Yang pria penulis rubrik

budaya di majalah edisi 5 Mimbar

Untan ini. Alumni yang di panggil

Irek ini, di daulat sebagai manusia

terpanjang di LPMU. Ia akan be-

rangkat lagi besok ke kapuas hulu

untuk menjalankan tugas atas peker-

jaan yang diembannya.

Tak jauh dari irek, terbaring Eka

yang menjabat sebagai sekretaris

umum di LPMU. Berkali-kali tidur-

nya terganggu pertanyaan tiba-tiba

dari layouter yang memerlukan

beberapa data darinya. Dengan

separuh kesadarannya ia mencoba

menjawab walau dengan satu atau

dua kata saja.

Si Is, lay outer yang bertanya

tiba-tiba tadi kini sedang sibuk me-

nata letak tulisan dan gambar yang

diperlukan majalah ini. Karyawan

harian lokal itu sesekali menyan-

darkan kepalanya dikursi sambil

menimbang letak foto yang sedang

digarapnya di halaman 44. Hanya

saja kinerjanya sering terhambat

oleh komputer yang mudah “heng”

akibat banyak mengidap virus kom-

puter.

Nah, saya Sri yang telah dua

tahun menjabat sebagai pimred

majalah edisi ini. Sesekali juga me-

ngejutkan Bang Is dengan intruksi-

intruksi berkaitan tentang tata letak

majalah ini.

Tiba-tiba terdengar suara azan

dari masjid terdekat. Waktu sungguh

cepat berlalu. Kini di pojok kanan

bawah komputer ini sudah menun-

jukkan pukul 04:25. Untuk tulisan

segini, ternyata memakan waktu

hampir satu jam. Mungkin karena

sibuk mencuri-curi foto orang tidur

dan lingkungan sekitar, telah mem-

buat membuang banyak waktu.

Tak etis rasanya jika belum me-

nyinggung seorang alumni yang se-

dang tertidur pulas di ruangan

tertutup di belakang. Saya tidak

dapat masuk ke dalamnya. Karena

dengan angkuhnya orang yang di

panggil Yosh ini menuliskan kalimat

“Staff Only” di pintu ruangan priba-

dinya.

Pukul 09.37, Yosh baru saja ke-

luar dari tempat persembunyian-

nya. Karena kekurangan Layouter,

ia pun dipaksa terlibat dalam kere-

daksian. tugasnya khusus mendesain

iklan.

Nita, Sang Ketua LPMU bersama

Si Is dan Eka kini tengah menonton

drama asia. Sambil mendiskusikan

tentang potensi iklan pada majalah

ini, sesekali mereka juga menelpon

target yang hendak dimintai iklan

Ada Cerita Dibalik Layar

74

MENG-EDITTinamengeditsalahsatuopinipenulis.

SRI /MIUN

ISTIRAHAT - Masing-masing Krumengistirahatkan diri setelah lemburmengedit tulisan.

Dok. Miun

YOSH - Sedang memanaskan mesinVespanya.

SRI/MIUN

MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | K I R I

Page 75: Majalah Mimbar Untan edisi V

Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009

darinya

Tina, Kadiv Penerbitan tengah

meninjau dan mengedit opini-opini

penulis. Sambil sesekali menanya-

kan bermacam-macam hal tentang

majalah yang telah masuk tahap lay

out.

Pukul 11.23 datang pula Lia,

bendahara umum miun ditengah-

tengah kesibukan kami. Rupanya ia

membawa dua misi yakni menagih

perbaikan laporan keuangan ma-

sing-masing divisi dan menyelesai-

kan tugas kuliahnya yang akan di

kumpulkan besok pagi.

Tak lama setelah kedatangan Lia.

Datang pula Iswandi, anggota baru

yang dipercaya membuat beberapa

karikatur tentang Tenaga Kerja In-

donesia (TKI) dan Sungai kapuas.

Walaupun pengerjaan karyanya

terbilang berhari-hari, tapi hal itu

tidak percuma. Karena karikatur

yang dikerjakannya selalu menda-

patkan pujian dari reporter dan

layouter majalah.

Waktu beranjak sore. Lia masih

berjibaku dengan komputernya.

Tina pun rupanya belum selesai

mengedit beberapa tulisan alumni

LPMU. Eka kini sibuk membantu Tri

mengeprint surat undangan Mu-

syawarah Besar (Mubes) ke-XI

LPMU. Tri juga karikaturnis wanita

MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | K I R I

75

di LPMU padahal ia termasuk dalam

kepanitiaan Mubes yang baru ber-

gabung menjadi anggota LPMU.

Malam-pun tiba. Reporter rubrik

kampus dan sastra juga datang

meramaikan suasana setelah hampir

dua minggu ini tidak tampak batang

hidungnya. Ratih pun mulai ber-

tanya-tanya tentang perkembangan

majalah ini.

Sekitar pukul 19.40 perut kami

mulai keroncongan lagi. Nita, Eka,

Ratih, Sri Yosh telah mengelilingi

hidangan yang telah dibeli Nita dan

Eka sebelumnya. Tak lama datang

Jaya. Pria kelebihan berat ini bukan-

lah anggota LPMU tapi sering meng-

habiskan waktunya di gedung ini

bersama kami. Ia ditugasi membeli

Es batu sebagai pelengkap bubur

kacang hijau yang dimasak Eka.

Haripun berganti. Pojok kanan

bawah monitor telah menunjukkan

12:53. Nita yang sedari tadi mem-

buat tulisan tentang radio, kini telah

berselimut merah diruang utama.

Tidak jauh darinya duduk menonton

TV bang Is. Di komputer lainnya

sudah ada Eka. Sedangkan Yosh

telah kembali ke tempat persem-

bunyiannya seusai mendesain bebe-

rapa iklan.[]

MAKAN BERSAMA - Makan malam sederhana bersama kru majalah.

DOK.MIUN

Page 76: Majalah Mimbar Untan edisi V

Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009