16
Tabloid Mahasiswa Universitas Tanjungpura

Tabloid Mimbar Untan edisi 11

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Tabloid Lembaga Pers Mahasiswa Untan

Citation preview

Page 1: Tabloid Mimbar Untan edisi 11

Tabloid Mahasiswa Universitas Tanjungpura

Page 2: Tabloid Mimbar Untan edisi 11

Tabloid Mahasiswa Universitas Tanjungpura

Tabloid Mimbar Untan diterbitkan oleh Lembaga Pers Mahasiswa Universitas Tanjungpura Pontianak.Pelindung : Rektor Untan, Pembina : Purek III, Pengarah : Kabag Kemahasiswaan, Ketua Umum :Heriyanto, Sekretaris Umum : Iskandar, Bendahara Umum : Syf. Ratih Komala Dewi, Divisi PSDM :Ahdika Fitrahrianto (ketua), Divisi Penerbitan : Nina Soraya (ketua), Aini Sulastri, Henny Kristina, DivisiPenelitian dan Pengembangan : Aulia Marti (ketua), Maya Nurindah Sari, Divisi Penyiaran : AgusWahyuni (ketua), Maningsih, Mulfi Huda, Ashri Isnaini, Bahasmiati, Divisi Perusahaan : Maulisa (ketua),

Rianto, Pemimpin Redaksi : Tantra Nur Andi, Sekretaris Redaksi : Ratna Marhama Harahap, Redaktur : Dedy Armayadi, Heriyanto,Artistik : Iskandar, Fotografer : Heri-Ripal, Staf Redaksi : Fitri Junia, Heri-Ripal, Ratna, Mulfi Huda, Nina Soraya, Bahasmiati, Maulisa,Aulia Alamat Redaksi : Jl Daya Nasional Komplek Untan (Gedung MKDU) Telepon : (0561) 706 8136 , e-mail : [email protected],Percetakan : Artha Grafistama, Jl. Pahlawan No. 20. (Isi diluar tanggung jawab percetakan). Redaksi menerima tulisan berupa opini,essai, laporan kegiatan kampus, puisi/cerpen, hasil investigasi-dengan disertai identitas diri. Tulisan diketik rapi minimal tiga lembar foliodengan spasi ganda. Redaksi berhak mengedit tulisan tanpa mengubah makna tulisan.

BEAUTIFUL MIND, Finding Neverland dan Gie, tiga film inibolehlah disebut mengajarkan sebuah laku perjuangan tanpahenti. Ketiganya juga memberikan semangat dan motivasi bahwaapa yang kita lakukan tidak semata-mata untuk diri kita, namunada yang lebih besar dari itu, cinta yang tulus. Just believe it.Siapa sangka Robert JR Nash, si ahli matematika penerima nobel,bisa bangkit dari skizoprenianya, jika bukan karena cinta istrinyayang selalu setia bekerja keras untuk mendampinginya.

Memang film hanyalah gambaran kehidupan yang serbaberbeda dengan kehidupan itu sendiri. Film bisa diputar berulang-ulang, sementara kehidupan terus berjalan tanpa mampudihentikan. Andai saja kehidupan bisa diputar seperti film,mungkin kita coba mengedit kehidupan itu. Akan banyak orangyang mempermak kehidupan sesuai keinginannya.Mamang baksopengin jadi anggota dewan, tukang sapu jadi presiden, ataupemulung tak lagi mau profesi itu dan lebih ingin jadi menteripemulung..... (tit...sensor). Intermezo kehidupan..

Setelah melalui perjuangan yang hampir tak mengenal lelahakhirnya, kami sadar bahwa hidup itu bukan film. Kehidupan mestidisongsong dengan sebuah perjuangan dan semangatperubahan. Sampai pada pertanyaan filsafat untuk “apa ituhidup?”

Tidak sampai seperti apa yang diimpikan Tan Malaka,mencerdaskan pola pikir masyarakat, kami hanya ingin tiba padapelabuhan yang sejuk. Hanya ingin berproses, sebagaimanakehidupan juga berproses.

Barangkali, tabloid ini hanya sebagian kecil saja, dari prosesyang telah kami lalui. Ada semangat, kekeluargaan, cinta, bahkankonflik.

Bisa menyampaikan sekilas informasi adalah kebahagiaan lain.Ditemani ’Popeye the Sailorman’ lagunya Face to face, banyakkegiatan yang perlu kami lakukan di dalamnya, mulai daripengolahan yang sedemikian rupa sambil berdiskusi sana sini, mulaidari berita yang akan diangkat, judul yang bagus sampai tataletak pada tabloid. Tapi hal itu merupakan suatu dinamika perskampus.

“Men are from mars, women are from venus”. Ilustrasi yangdisampaikan John Gray ini sedikit ditentang oleh kru miun. Soalnya,dalam keredaksian, wanita atau pria tidak dibeda-bedakan.Terpenting adalah karya yang dihasilkan.

Pada edisi kali ini kami teringat akan ucapan Thomas Hobbesdalam buku Leviathan, “homo homini lupus”. Lebih luas kalimatini ditarik ke tingkat kebijakan publik, negara bagaikan serigalayang siap memangsa rakyatnya. Dan itulah yang sengaja kamikedepankan dalam Tabloid kali ini. Sedangkan pada rubrik Lapsusmembahas tentang Akta Mengajar yang dipermasalahkan. Untukrubrik selanjutnya simak aja sendiri !!

Pada kolom terbatas ini, Mimbar Untan juga memberikanpenghargaan yang sebesar-besarnya atas terbitnya buku ’darisahabat untuk sahabat.’ Di mana buku tersebut merupakan buahkarya I made Christian Lourans. Ia teman, abang, sahabat, dankarikatunis terbaik yang dimiliki Mimbar Untan. Sekarang, ia beradadi peristirahatan terakhirnya. “Selamat jalan sahabat.”

Akhirnya hanya curahan hati yang tersirat untuk parapembaca setia Mimbar Untan. Namun perjuangan belum berakhir.Choy..............!!!!!! .[].

[Redaksi]

Su

rat

Pe

mb

aca

Suksesi Rektor, Langsung Dong !TERIMA kasih buat redaksi Tabloid Mimbar Untan yang telah bersedia memuat

aspirasi saya. Mendengar rumor yang berkembang bahwa beberapa bulan kedepanUntan akan mengadakan suksesi pemilihan Rektor, dan kabarnya saat ini sedangditingkat senat sedang merancang draff tatib pemilihan Rektor Untan. Sekarang yangmenjadi aspirasi saya buat senat Untan tolong dong draff tatibnya dibuat pasal yangmencantumkan bahwa suksesi pemilihan rektor di lakukan secara langsung. Danbisakah dalam pembuatan draff tatib para mahasiswa dilibatkan dalam suatu dialog.

Nama dan alamat pada redaksi

DI UNTAN yang melakukan aktivitas sehari-hari ada Mahasiswa, Dosen, Karyawan, dan Pejabatterkait di Untan. Mahasiswa yang tentunya mencari ilmu dan pengalaman untuk mengembangkankapasitas dirinya, Dosen sebagai pengajar Mahasiswa, Karyawan tugasnya sebagai administrasi,dan sebagai Pejabat yang menentukan kebijakan.

Sebagai Mahasiswa yang tentunya ingin cepat menyelesaikan dari titel Mahasiswanya, tapiterkadang terhalang dari sebagaian Dosen yang tidak sepenuhnya membimbing Mahasiswanya,Karyawan sebagai administrasi juga terkadang ada kesalahan dalam mengisi administrasi Mahasiswa,dan sebagian Pejabat penentu kebijakan juga terkadang kebijakan yang ditentukan itu tidakmendukung Mahasiswa.

Kami berharap sebagai Mahasiswa, kalau kita menginginkan bantuan kepada Karyawan, Dosen,Pajabat harapan kami dapat dilayani, dibimbing, diperhatikan, diberi pengertian dan bukan diusir,bukan dimaki, dan sebagainya.

Heri,Mahasiswa FKIP Untan ‘04

Harapan Kami sebagai Mahasiswa

DALAM perkuliahan yang berlangsung saat ini (semester genap) khususnya di kampusPertanian dan mungkin juga di kampus lainnya, ada sedikit ketidakenakan terutama dalam haljadwal mata kuliah yang sering gonta-ganti.

Memang umumnya, dalam penggantian jadwal itu umumnya (mayoritas mahasiswa) setujudengan jadwal barunya. Dan yang minoritas yang bentrok dengan mata kuliah lain mendapatizin untuk mengambil mata kuliah lainnya (yang sesuai jadwal asal). Tapi kalau dilihat dari sisi lain,akan mengakibatkan ketertinggalan mahasiswa dalam mengikuti mata kuliah pada jadwal barunya.Untuk itu saya mewakili kawan-kawan yang sering mengeluhkan masalah ini mencoba untukmemberikan pertimbangan kepada Dosen Mata Kuliah atau pihak terkait lainnya untuk memikirkankembali agar semua mahasiswa merasa tidak dirugikan. Terima kasih atas dimuatnya keluhansaya (dan kawan-kawan) ini.

Mahasiswa Pertanian Untan ‘02

Jangan Ganti Jadwal lah Pak ...!

“KALAU belum siap jangan diterapkan dulu” kalimat itulah yang sering terlempar di kalanganmahasiswa FKIP UNTAN. Sistem administrasi akademik di FKIP UNTAN dinilai kurang persiapanlantaran diterapkan on-line computer system untuk segala urusan akademik bagi mahasiswaFKIP khususnya.Hal ini dikarenakan sebagian besar mahasiaswa direpotkan dengan sistemini.Memang sebenarnya sistem ini banyak keuntungan bagi mahasiswa kalau saja persiapannyasudah betul-betul matang.salah satunya adalah mahasiswa tidak perlu bersusah payah danmemakan waktu banyak untuk mencari dosen ketika mengisi LIRS;mahasiswa tidak perlu lagiuntuk mengisi LIRS dengan cara menuliskannya di lembar KRS yang telah disediakanakademik.Kesimpulannya semua urusan akademik mahasiswa relative lebih efisien, efektif, cepat(tidak memakan waktu banyak)akurat, dan mudah.Mahasiswa cukup dengan mengaksesnya diinternet yang masih bersifat internal di lingkungan kampus.Tapi kenyataan pada semester iniyaitu awal dan pertamakali diterapkannya sistem ini, mahasiswa malah direpotkan atau kasarnya“kerja dua kali”.Bagaimana tidak? Sistem itu yang seharusnya lebih kepada kemudahan tapimalah merepotkan, lantaran sistemnya sering error. Contoh saja, banyak matakuliah yang sudahdiambil, tapi setelah diakses di komputer intenet malah hilang alias tidak tertera di komputer,yang semula matakuliah sudah diambil dan lulus 124 sks tapi data di komputer malah hanya 93sks.Contoh lain misalnya saya mau mengulang mata kuliah prasyarat yang semulanya nilai matakuliahMembaca 1 nilainya A, dan mata kuliah Membaca 2 nilainya C. Dikarenakan matakuliah Membaca1 “hilang” di komputer maka ketika mau mengisi LIRS untuk mengulang mata kuliah Membaca2 menjadi tidak bisa.Mau tidak mau saya tidak jadi mengulang matakuliah tersebut setelahberusaha bolak balik ke akademik untuk mengurus masalah tersebut. Tapi setelah diberiketerangan oleh bagian Komputer akademik, masalah itu tetap tidak berubah. Saya kecewadengan layanan akademik akhir-akhir ini. Jadi harapan saya adalah untuk kedepannya sistemakademik yang sudah ada bisa dimanfaatkan sebagaimana mestinya agar mahasiswa dan staffcomputer tidak kerja dua kali dan sama-sama direpotkan. Suatu sistem yang baik, lancar, akurat,efektive dan bermanfaat adalah cermin dari birokrasi yang bersih, disiplin, penuh persiapan tidakasal-asalan dan bertanggung jawab.

Mahasiswa FKIP Untan jurusan Bahasa Inggris ‘02

On-line Computer System FKIP Sangsot ..!

Dapur Redaksi

“face to face”

Page 3: Tabloid Mimbar Untan edisi 11

Tabloid Mahasiswa Universitas Tanjungpura

K

J Hanya Sebuah PengalamanHanya Sebuah PengalamanOleh Heri Usman

UM’AT (3/2) pagi diruangan Akta Menga-jar fakultas FKIP sayamasuk ke ruang AKTAmengajar. Maksud

saya adalah ingin meminta datadengan Fadillah tentang jumlahmahasiswa yang mengikuti AktaMengajar. Sebelumnya saya sudahmewawancarai ibu yang menggu-nakan kerudung ini, tapi karenakekurangan data saya kembali lagi.

“Assalammualaikum,” ucap sayadi depan pintu ruangan.

“Waalaikumsalam,” balasFadillah yang di ruangan itu tengahsendiri.

“Saya dari Mimbar Untan, sayayang kemarin mewawancarai ibu,saya memerlukan data jumlahmahasiswa akta mengajar, bu.”

“Data itu minta sama pak Edisaja,” kata Fadillah. Edi adalahSekretaris dari program AKTAMengajar di FKIP.

“Kenapa tidak dengan ibu saja?” tanya saya.

“Ibu sedang sibuk dan kamuharus tahu pak Edi di sini sebagaisekretaris, jadi kalau mau mintadata ini sama pak Edi saja.”

“Pak Edinya sekarang ada yabu?”

“Lagi keluar, tak tahu kemana.”Lalu saya keluar dan menunggu

didepan ruangan dan sambil jalan-jalan melihat-lihat ruangan lainuntuk menunggu Edi. Karena lamamenunggu dan saya juga tidakkenal wajahnya, saya masuk lagikeruangan akta mengajar untukmenanyakan Edi.

“Assalamulaikum,” sayamengucapkan salam kembali.

“Waalaikumsalam”“Ibu, pak Edi sudah datang ?”

tanya saya.

saya kembali keluar dan menunggupak Edi datang. Selang berapa lamamenunggu, kemudian saya masuklagi ingin menanyakan keberadaanEdi.

“Assalamualaikum”“Wa’alaikum salam”“Pak Edinya ada bu ?” Untuk

ketiga kalinya saya bertanya. “Belum ada mungkin dia tidak

datang, hari Jum’at waktunyasempit” kata ibu.

Lantas saya pulang ke MimbarUntan. Di Mimbar Untan saya ung-kapkan persoalan ini dengan redak-tur saya. Saya bilangkan sama diatentang kejadian tadi dan bahwasaya tidak mendapatkan datanya.

Karena waktu deadline sudahmendekat, setelah mendengar apayang saya ceritakan, redakturmengajak saya untuk menemuiFadillah.

Setelah sampai ke kampus, untukke empat kalinya di hari yang sama,saya masuk lagi keruangan AKTAmengajar.

Tujuannya sama meminta datajumlah mahasiswa AKTA mengajar.

“Saya tak bisa memberikan data,minta ke pak Edi saja,” kata Fadillahketika kami masuk ke ruang itu.

“Kalau pun diberikan datanyaharus vailid, takutnya nanti samasaya ndak vailid, kalau salah nantiurusannya payah, masalahnya dariAKTA kampus FKIP paling banyakmemperoleh pendapatan,” katanyalirih.

“Besok saja sama pak Edi,”

SAB’TU, 04 Febuari 2006, sekitarpukul 09.30 saya datang kembaliingin menemui Edi untuk memintadata mengenai jumlah mahasiswayang mengambil AKTA mengajartersebut.

“Assalamualikum,” saya mengu-capkan salam.

“Waalaikum salam,” Fadillamembalas salam yang berada diruangan.

“Pak Edinya ada bu” kata saya“Ada, tunggu saja sebentar” kata

Fadillah.Lalu saya menunggu di luar.

Tidak lama kemudian saya melihatada laki-laki yang masuk di ruangan.

“Assalamualaikum,” saya mengu-capkan salam.

“Waalaikum salam,” ibu memba-las salam saya.

“ Apa betul ini pak Edi, bu ?”tanya saya

“Iya,” jawab Fadillah.“Memang kenapa ?” tanya Edi

menyambut pembicaraan.“Saya dari Mimbar Untan mau

minta data tentang AKTA mengajar,”kata saya.

Namun, “Tunggu sebentar sayaada urusan,” kata pak Edi berlalu.

Saya menunggu pak Edi diruangan. Tidak lama saya menunggupak Edipun datang kambali.

“Sekarang mau minta data apa?”tanya Edi.

‘Saya mau minta data tentangjumlah mahasiswa yang mengambilAKTA mengajar dari pertama dibukaAKTA sampai sekarang,” kata saya.

‘Untuk apa ?”“Untuk tabloid Mimbar Untan,

“Kamu sekarang catat saja,”kata pak Edi.

“Memangnya tidak ada datanyapak saya ingin foto kopi saja, pak,”kata saya.

“Memang untuk apa, koksedetail itu, datanya, kamu inginnulis apa memangnya,” kata Edidengan suara keras.

“Saya ingin nulis tentang AKTAmengajar secara detail dantransparan,” kata saya.

“Memangnya keuntungan untukpembaca apa ?” tanya Edi yangkelihatan marah.

“Supaya mahasiswa danmasyarakat tahu tentang AKTAmengajar,” kata saya.

“Saya hargai kamu untuktransparan itu, tapi kamu untukapa minta data sedetil itu, kamubukan wartawan profesional, kamumasih belajar,”

“Ia betul saya masih belajar,karena saya masih mahasiswa.”

Tiba-tiba Edi menjadi terlihatmarah, dan “Sekarang kamu sudahtidak sopan ke sini, kami berhakmengusir kamu dari ruangan ini.Kalau mau minta data ke sinisemestinya harus melalui prosedur,kamu harus minta memo denganpak Dekan, kalau ada kamu baruberhak ke sini. Sekarang kamiberhak mengusir kamu, sekarangkamu keluar dari ruangan ini,” kataEdi dengan marahnya kepadasaya.

Saya pun keluar dari ruangandan tidak mendapatkan apa-apa,alias tangan kosong.

Dalam pulang saya berpikir,

CORETAN RINGAN

INI penguasa negara sedang ber-pesta pora menikmati hasil rampo-kan di negara ini. Kesenangan tan-pa pretensi kemanusiaan. Melupa-kan sejenak hati nurani, mengguna-

kan akal untuk mengakali bagaimana mencarikeuntungan. Ilmu mumpung jadi penguasa dipa-kai. Tak salah, mumpung jadi penguasa ber-buat seenaknya, mumpung jadi gubernur pakaidana APBD, mumpung jadi jendral punya power,dan sebagainya. Pemimpin negara ini seakansedang menuju tirani.

Siapa sekarang yang bisa mengontrol kebi-jakan pemerintahan presiden SBY? Semua kebi-jakan SBY saat ini tak ada yang mampu mem-bendungnya. DPR? Kalikan nol jak. Lha wongada atau tidak ada DPR sama saja.

Ketika pemerintah menaikkan harga BBM de-ngan alasan kenaikan harga minyak dunia, DPRadem ayem. Malah bikin kenduri supaya bisadapat hasil pembagian makanan juga. Dibuatlahsandiwara yang hebat, bahwa mereka membelarakyat, padahal mereka hanya membela perutmereka sendiri.

Akademisi juga diam saja. Tak bersuara,malah lebih mendukung kebijakan pemerintahdengan membuat penelitian fiktif, seperti yangdilakukan LPEM UI yang mengatakan bahwa kenai-kan BBM bisa menurunkan angka kemiskinan. Tapiternyata justru bikin orang miskin semakin banyak.Dan parahnya angka inflasi semakin tinggi.

DPR sih enak, malas sidang pun dapat gaji yangtinggi. Malah dapat tunjangan tambahan sebesar10 juta sebagai imbalan kongkalikong dengan pe-merintah.

Ketika ribut-ribut soal impor beras, DPR Jugamulai kasak kusuk untuk bikin angket. Seolah-olahjadi pahlawan bagi rakyat. Tapi ternyata hanya tipu-

tipu DPR saja. Sama saja seperti yang sudah-sudah.Di ruang sidang DPR mereka hanya bersandiwara.

Sekarang ketika BBM sudah naik, apapun bisanaik. Dan pemerintah tinggal merasionalisasikanbahwa setiap kenaikan apapun sah-sah saja danmemang sewajarnya. Sekarang kita list saja yangsudah naik, antaralain bensin, solar, minyak tanah,gas, beras, ikan teri, cabe. Jumlah utang naik. Ba-rangkali hanya harga diri bangsa ini saja yang nggaknaik-naik.

Tarif Dasar Listrik (TDL) juga naik. Pemerintah

membuat alasan-alasan yang membawa kenai-kan ini sebagai sebuah kewajaran.

Wajar saja listrik naik, karena BBM naik.Kalau tidak, PLN bisa bangkrut . Nanti kalauTDL sudah naik, PDAM bakal naik, juga dibuatalasan yang wajar.

TDL naik ya wajar aja, PDAM juga naik. Kanbiaya produksinya semakin naik. Seterusnya,semua barang naik itu wajar saja. Alasan lain-nya bisa dibuat rasional, kalau pemerintahmenaikkan gaji mereka, itu juga wajar saja.

Pertanyaannya, jika alasan pemerintah me-naikkan harga BBM karena defisit anggaran,mengapa justru gaji pemerintah, anggaran ke-presidenan, gaji DPR serta tunjangannya juganaik. Liburan pejabat negara keluar negeri puntambah banyak. Semuanya dilakukan saat rak-yat sedang susah hidupnya.

Ini adalah ironi yang dibuat pemerintah. Tapirakyat tak bisa berbuat banyak. Berdemo sepu-luh hari sekalipun tak didengarkan. Palingpemerintah dan wakil rakyat yang terhormatitu akan membuat berbagai pernyataan-pernya-taan yang tak masuk akal. Contohnya saja padakasus SUTET. Mereka demo dengan menjahitmulut mereka, bahkan ada yang hampir mati-pun, pemerintah tak bergeming.DPR juga “same tak beri”, hanya jadi stempel

pemerintah saja. malah ada juga yang berseloroh,“ekspektasi (harapan) masyarakat terlalu tinggi ter-hadap DPR.” Kalo sudah begini jadi bingung sendiri.DPR yang diharapkan untuk membela, malah seba-liknya menindas rakyat.

Akhirnya, Pemerintah sudah jadi tiran, DPR jadistempel pemerintah. Akademisi tak jauh beda.

Dus sudah seharusnya rakyat marah. Itu wajar-wajar saja bukan ? [*].

Sudah Saatnya Rakyat MarahSudah Saatnya Rakyat Marah

Page 4: Tabloid Mimbar Untan edisi 11

Tabloid Mahasiswa Universitas Tanjungpura

Serigala yang Siap Memangsa RakyatnyaSerigala yang Siap Memangsa Rakyatnya

AGI itu, Masyuri (34) barusaja datang ke tempatbiasa ia berdagang. Sam-bil mengemaskan gero-bak, jerigen bensin, dan

beberapa perlengkapan tambal ban,beberapa kata meluncur dari bibirnya.Pedagang yang biasa mangkal diBundaran Untan tak habis pikir,mengapa saat ini beban hidupnyaterasa makin berat.

Bagi Mashuri, setiap kali peme-rintah mengeluarkan kebijakan bukansemakin mudah ia bekerja, namunpertanda usaha yang ia lakoni akansemakin sulit. Beberapa waktu lalu,misalnya, ketika pemerintah me-naikkan harga BBM, penghasilan yangia terima semakin tidak mencukupiuntuk kehidupan sehari-hari. Penghasi-lannya ini seolah tak berharga ketikaberhadapan dengan kenaikkan harga-harga barang.

Hal yang sama juga diungkapkanInah (39). “Kok, sekarang hidup makinsusah ya bang, apa ada harga berasyang Rp 2.000 kaya dulu,” keluh iburumah tangga ini.

Inah, pasca kenaikkan BBM tahunlalu, merasakan sulitnya mengaturkeuangan rumah tangga. Pendapatanyang tak kunjung berubah membuatia harus lebih mengencangkan ikatpinggang. “Tau sorang lah, beras naik,sayur naik, bensin naik, ape lah yangtak naik? Sebelum naik jak, kita susahhidup, apa lagi sekarang ini,” kata Inah.

Dalam kondisi saat ini di manabeban hidup semakin menghimpit,keluhan-keluhan seperti ini tentu wajarmuncul. Namun, baik Masyuri maupunInah hanya bisa menerima pasrahsegala kebijakan pemerintah itu dantidak berniat untuk berunjuk rasaseperti halnya mahasiswa yang seringturun ke jalan. Baginya menolak atautidak sama saja. Yang ia tahu saat iniharga barang semakin naik, semen-tara kebutuhan hidup makin mening-kat.

Beras misalnya, sampai berita iniditurunkan, harganya untuk kualitasrendah saja berkisar antara Rp 4.000-Rp 5000 per kilogramnya. Sementaraitu harga gula sudah mendekati Rp6.700 per kilonya. Dengan harga ba-rang yang semakin tinggi, sementarapenghasilan yang diterima pas-pasan,bisa dipastikan hidup menjadi lebihsulit.

***APA yang dirasakan belakangan ini

tidak lepas kaitannya dengan segalakebijakan yang telah dibuat peme-rintah. Dalam skala makro, kebijakanpusat menentukan kebijakan daerah.Kebijakan-kebijakan ini, memengaruhisektor-sektor kehidupan yang padaakhirnya memengaruhi kebutuhanpublik. Satu kebijakan ditelorkan akanpunya rentetan dampak terhadapsektor-sektor publik.

nan mencapai 18 persen. Semua ba-rang kebutuhan hidup beranjak naik.Akibatnya daya beli masyarakatsemakin merosot, rakyat miskin ber-tambah, jumlah pengangguran ber-tambah. Ambruknya sektor Industri te-rus menambah jumlah PHK. Semen-tara penciptaan lapangan kerja sangatrendah. Hal ini tentu memperburukkeadaan.

Tidak bisa dimungkiri, denganberbagai kondisi ini, perbaikan Indo-nesia dari kondisi krisis akan sulit di-capai. Apa yang sekarang terjadi, men-jadi semacam ‘blunder’ yang bisa-bisamenggiling bangsa Indonesia.

“Kebijakan pemerintah memangtidak beranjak ke usaha untuk menga-tasinya,” kata Faisal Riza, Sekjend JARIBorneo Barat. “Dengan biaya hidupyang semakin tinggi, rakyat tidak mam-pu berpikir dan berbuat banyak, selainbagaimana memenuhi kebutuhanhidup. Rakyat sulit bergerak untukmemperbaiki hidupnya,” tambahnya.

persoalannya, dalam menyikapipermasalahan bangsa yang semakinrunyam, pemerintah justru mengambilkebijakan–kebijakan publik yangcenderung meminggirkan publik.“Persoalan bangsa memang tidaksedikit, namun dalam menyikapinyapemerintah justru lebih memilihmembuat kebijakan–kebijakan publikyang cenderung dirasakan merugikankepentingan masyarakat,” ujar Sekre-taris Jendral JARI Indonesia Agus Gu-nawan Wibisono dalam seminar bedahRancangan Anggaran PendapatanBelanja Daerah yang diadakan olehJARI Borneo, 24 Januari lampau.Padahal Eksekutif dan Legislatifbertanggung jawab untuk membangunkelembagaan yang memungkinkanseluruh potensi bangsa bisa didaya-gunakan bagi sebesar-besarnya ke-makmuran dan kesejahteraan rakyat.

Sebelumnya, sejumlah mahasiswadi tanah air berunjuk rasa menolakkenaikkan BBM. Di Kalimantan Barat,mahasiswa melakukan aksi selamaseminggu berturut-turut, baik di KantorDPRD Provinsi, Kantor Gubernur, dan

kali aksi, Gubernur Kalbar dan KetuaDPRD tidak mau bertemu mahasiswa.Yang berhadapan dengan mahasiswahanya asisten atau anggota DPRDlainnya.

“Inti dari aksi unjuk rasa itu umum-nya menginginkan agar masyarakattidak merasakan harga-harga barang,biaya transportasi, dan kebutuhanhidup yang naik, seperti dikeluhkansekarang ini. Rupanya saat itu GubernurKalbar mendukung kenaikkan BBM dananggota DPRD tidak berbuat banyakmembela rakyat,” kata Suhud, dariJaringan Mahasiswa Kalimantan Barat(JMKB).

Alasan pemerintah menaikkan BBMsaat itu karena naiknya harga BBM didunia dan jika harga BBM di tanah airtidak dinaikkan maka APBN mengalamidefisit. Alasan ini terus dipertahankanpemerintah. Namun tak lama setelahkenaikkan BBM, anggota DPR RImenaikkan tunjangan operasionalsebesar 10 juta dan gajinya. Terakhiryang paling menyesakkan adalah pagarkantor DPR RI dibangun dengan me-makan biaya miliaran rupiah. “Di te-ngah kesulitan masyarakat, ini adalahbentuk ketidakadilan yang diperlihatkanpemerintah. Ini menandakan bahwaapa yang dikatakan pemerintah lebihbanyak karena kepentingan pribadimereka saja,” ujar Suhud.

Sayangnya, dengan kebohonganitu, masyarakat juga tidak mampu ber-buat banyak. Kalau pun ada yangmengkritisi, pemerintah bergeming dantidak menggubrisnya. Di masa kepe-

gitu mudahnya pemerintah mengelu-arkan kebijakkan-kebijakan itu. Tidaksatupun masyarakat yang dapatmembendung, bahkan DPR sekalipun.Kebijakan impor beras lebih mem-perlihatkan betapa pemerintahanSBY-JK memiliki kekuatan luar biasa,sebaliknya menunjukkan ketidak-berdayaan DPR. Hak angket imporberas yang diusulkan DPR kandas.

Penolakan dari masyarakat juga tidakdigubris.

Baru-baru ini kembali diributkandengan rencana pemerintah yang akanmenaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL).Kenaikan TDL menurut analisis KamarDagang dan Industri (Kadin) akanmembuat banyak perusahaan yanggulung tikar. Akan banyak perusahaanyang belum mampu mengatasi masa-lah akibat kenaikan BBM, ambruk.Beberapa pengusaha misalnya sajaSofyan Wanandi, serta Ketua Kadin MSHidayat, secara tegas menolak rencanakenaikan TDL ini.

Ada satu kecenderungan yang se-harusnya ini tidak boleh terjadi, antarasatu BUMN dengan BUMN lainnya yangseharusnya saling sinergis ternyatasaling mematikan. Kenaikan TDL de-ngan alasan BBM naik, setelah itu BUMNlainnya, juga demikian. Padahal Indo-nesia punya gas, minyak bumi, dansumber daya lainnya.

“Kemungkinan besar TDL tetap di-naikkan. DPR RI, apalagi DPRD sudahtak bisa lagi diharapkan. Tampaknyamereka lebih senang rakyat yangmemilih mereka saat pemilu hidupmenderita,” kata Suhud.

Asmaniar, Anggota DPRD Kaliman-tan Barat dari Fraksi Partai Amanat Na-sional (PAN) tidak menyangkal bahwabanyak kebijakan pemerintah yangjustru memperburuk kondisi masya-rakat. DPRD sendiri diakuinya saat initidak bisa berbuat banyak dalammengontrol kebijakan pemerintahPusat karena memang ada kebijakan-kebijakan pemerintah yang diputuskantanpa harus meminta persetujuan dariDPR.

“Seluruh masyarakat Kalbar punmisalnya berdemo menolak suatu

P

Oleh Heriyanto

Ilustrasi si Is

Page 5: Tabloid Mimbar Untan edisi 11

Tabloid Mahasiswa Universitas Tanjungpura

ke pusat. Namun di sini DPRD tidak bisamengambil keputusan yang signifikan,”jelasnya.

Asmaniar mengakui kebijakan BBMbeberapa waktu lalu membuat kehidu-pan masyarakat semakin bertambahsusah. “Saya akhir-akhir ini turun kelapangan, saya melihat multiflier effect(dampak lain yang mengikutinya-red)itu begitu dahsyat, saya kira kebijakanpemerintah bukannya memberantaskemiskinan, tetapi memberantas orangmiskin,” jelasnya.

“Saya ngeri membayangkan bilanantinya pemerintah jadi menaikkantarif dasar listrik. Sekarang saja Kalbarmasuk dalam urutan daerah miskin diIndonesia. Bila nantinya TDL jadi di-naikkan, dengan kondisi yang ada se-perti ini bisa jadi suatu saat akan adagenerasi yang hilang,” tuturnya.

Kalbar sendiri telah mendapat duamusibah besar, pertama kenyataannyabanyaknya PHK perusahaan kayu.Dengan tutupnya banyak perusahankayu, ribuan pekerjanya terpaksadirumahkan. “Ke mana mereka setelahitu. Saya kira mereka akan kesulitanuntuk mendapatkan pekerjaan yangbaru, karena lapangan pekerjaansemakin sempit.”

Belum selesai masalah itu, kemu-dian pemerintah menaikkan hargaBBM. Itu membuat penderitaan merekasemakin bertambah. Sementara itu,upaya agar rakyat tidak bergejolak danbisa tutup mulut menerima kebijakanpemerintah ini, maka diberilah bantuanlangsung tunai (BLT). “Inikan bentukpenyuapan negara terhadap rakyat-nya,” kata Asmaniar.

Lihat saja beberapa perusahaanterancam gulung tikar atau setidaknyaharus mem-PHK karyawannya, karenasulitnya untuk bisa bertahan. Con-

mampu menghasikan 5 ton, tetapi se-jak BBM naik berkurang jauh sekali,hanya 200 kilogram saja. Bukan karenatidak ada ikan, tetapi karena tidakmampu melaut karena mahalnya ba-han bakar.

Perusahaaan masih beradaptasiatas kenaikan harga BBM, sementaraekonomi biaya yang tinggi masih sulituntuk dipangkas. Sehingga banyakperusahaan yang terpaksa mengurangitenaga kerjanya untuk menyesuaikandengan kemampuan perusahaan. “Nahini kan akan berpengaruh juga terha-dap masyarakat secara keseluruhan.UKM misalnya, yang selama ini berjasabesar dalam menopang perekonomiandi Kalbar. Dengan beban produksibesar, mereka akan sulit untuk berta-han,” jelasnya.

Menurut Jumadi SSos, MSi, dosenMagister Ilmu Sosial Untan, idealnyadalam masyarakat demokratis, formu-lasi kebijakan pemerintah mesti adapartisipasi publik, mulai dari peren-canaan, implementasi, sampai padaevaluasi. Dan ini menjadi salah satusyarat adanya good governance.

Kaitan dengan kebijakan pusat,seperti misalnya kenaikan BBM, perluada kontrol dari rakyat. Artinya, pe-merintah tidak boleh sembarang me-mutuskan kebijakannya tanpa ada par-tisipasi rakyat. Sebelum sebuah kebi-jakan dibuat dan diputuskan perlu dia-komodir apa yang diharapkan dan ke-butuhan daerah.

Dalam Undang-undang No 25 Ta-hun 2004 tentang Perencanaan Negaradisebutkan bahwa dalam perencanaanpembangunan makro yang strategisperlu ada keterlibatan masyarakatdidalamnya.

Persoalannya, dalam implementasi,kapasitas sebagian rakyat masih le-

Sehingga sejak perencanaan sampaievaluasi, kontrol untuk kebijakan-kebijakan pemerintah cukup kuat.

Tetapi sayangnya, walaupun diaura politik yang serba terbuka,sesungguhnya kapasitas rakyat masihbelum bergeser ke arah lebih baik.Dalam hal ini, terjadi ketimpanganyang cukup lebar antara rakyat denganpenguasa.

Reformasi lebih banyak dinikmatioleh elit-elit politik. Muatan politik dankepentingan partai lebih kental.Misalnya pada kasus impor beras.Sehingga kemudian kepentingan yanglebih besar kalah oleh kepentinganpolitik sesaat.

Yang dikawatirkan, akan munculkrisis kepercayaan, di mana nantinyaapapun kebijakan yang diputuskantidak akan didukung rakyat. Padahallegitimasi pemerintah itu disandarkansuara rakyat.

Sekarang ini ada semacam keje-nuhan, di mana apapun yang disua-rakan rakyat, sepertinya tidak ditang-gapi pemerintah. Sehingga rakyatsepertinya sudah apatis dengan segalakebijakan pemerintah.

Pemilu Presiden memang memba-wa konsekuensi bahwa posisi antaraeksekutif dan legislatif sama kuat.Tetapi bukan berarti tidak bisa dikon-trol. Di dalam negara demokratis dalamkonteks menjalankan fungsi negaraperlu ada kontrol dari rakyat. Jangansampai seperti yang dikatakan ThomasHobbes, dalam buku “Leviathan,” ne-gara menjadi serigala yang siap me-mangsa rakyatnya.

Turiman Faturahman SH, Akade-misi Untan, mengatakan, mengapakebijakan-kebijakan yang dibuatcenderung membuat persoalan lain,karena dalam pengambilan keputusanitu tanpa ada data base yang valid.Kelemahan adminitrasi pemerintahanmemang pada data base. Padahal database yang valid begitu penting dalampengambilan keputusan suatu kebija-kan. Maka jangan heran bila kebijakanyang diambil itu justru membuahkanmasalah lain.

Dalam hal mekanisme konsultasipublik, adanya masyarakat hanyauntuk justifikasi saja. Formalitas danasal ada.

Ada yang disebut teori korelasi atauteori mata rantai yaitu paradigmaekonomi konsumtif. Misalnya sajaPDAM akan menaikkan tarifnya, pihakpengelola berkata,” kami akan mena-ikkan 100 persen”. Tentu kemudianakan ada resistensi (penolakan). Nahuntuk mengapresiasikan penolakan itu,kemudian akan dicapai angka 20persen, misalnya. Memang naiknyatidak sampai 100 persen, cuma 20persen, tapi tetap naik bukan? Karenasebelumnya yang diblow up kenaik-kannya 100 persen, maka ketika cumanaik 20 persen, rakyat berpikir “Masihuntung, daripada naik 100 persen.”

Ini yang namanya kamuflase kebija-kan. “Itu trik. Itulah wilayah strategipolitik.” Dan sayangnya rakyat tidak me-nyadari hal itu.

Memang semestinya, ada hal yanglebih urgen untuk diselesaikan saat ini,yaitu pemberantasan korupsi. Iniadalah sumber masalah yang ada diindonesia. Sementara kenaikan BBM,atau jika jadi TDL naik, adalah akibatdari korupsi yang terus menggurita.Inefesiensi Pertamina, PLN, atau insti-

gaimana mungkin pertamina bisa rugi,dan PLN bisa tekor, bila ternyata duaBMUN ini yang punya monopoli sumberdaya alam.

***BANYAK pilihan kebijakan yang tidak

pro rakyat. Namun DPR yang menjadiwakil rakyat dengan kenaikkan itu tidakbisa berkutik sama halnya denganmasyarakat kebanyakan. DPR yang se-mestinya mengontrol kebijakan peme-rintah ternyata tidak menjalankanfungsinya. Jika demikian siapa yangbertanggung jawab atas segala ma-salah ini?

Edy Suratman berpendapat, Ang-gota DPR RI dari daerah pemilihan Kal-bar yang seharusnya berjuang untukdaerah. “Buat apa mereka dipilih kalaubukan untuk menyalurkan aspirasirakyat,” jelasnya.

Ketika pemerintah sampai dua kalimenaikkan harga BBM, rapat Paripurnayang diusulkan oleh Fraksi KebangkitanBangsa batal digelar DPR karena seba-gian besar anggotanya menyetujuikenaikan BBM. Hal ini juga terulangketika pemerintah mengambil kebija-kan impor beras. Malah pada kasus iniberakhir tragis karena DPR mengusul-kan hak angket yang kemudian kandas.Kemana anggota DPR RI itu?

Padahal masyarakat telah membe-rikan kepercayaan kepada mereka, taktahu mengapa malah menyakiti hatirakyat, dasar udah kepalang nyamankali ya ?” ucap Suhud, dari ComitteCentral Jaringan Mahasiswa Kaliman-tan Barat (JMKB).

***KINI, penduduk miskin baru terus

bermunculan. Kemiskinan sampai saatini masih menjadi masalah besar diIndonesia, walaupun isu kemiskinan itusendiri tidak selalu menjadi isu populardalam pemerintahan kecuali setelahpencanangan Millennium DevelopmentGoals (MDGs) yang disepakati olehnegara-negara di dunia. “Dalamkehidupan bernegara pengentasankemiskinan merupakan salah satutugas utama pemerintah, tapi sampaisaat ini masih terabaikan,” kata DrFariastuti, Dosen Fakultas EkonomiUntan.

Akhir-kahir ini di beberapa daerahterjadi kasus busung lapar, balita de-ngan gizi buruk yang mencapai 1,67juta dan berbagai penyakit akibat bu-ruknya kualitas hidup.

Menurutnya, walaupun secaraformal sudah menjadi dalam tujuanMDGs, namun paradigma pemerintahdalam pengentasan kemiskinan belumberubah secara substansial. Sepertipembangunan lainnya, program pem-berantasan kemiskinan masih dilak-sanakan secara parsial, jangka pendek,bersifat proyek, dan massal dalam artimengabaikan beragamnya penyebabkemiskinan.

Bagi Fariastuti, membiarkan pen-duduk miskin tetap menjadi miskin ataulebih miskin dan munculnya pendudukmiskin baru akibat kebijakan yang tidaktepat merupakan kejahatan kemanu-siaan bagi orang-orang yang memilikikekuasaan untuk membuat perubahanagar kehidupan lebih baik.

Dengan menggunakan pendekatangaris kemiskinan makanan dan nonmakanan yang dikonversi dalam rupi-ah, jumlah penduduk yang hidup di ba-wah garis kemiskinan pada tahun 2004yaitu 558, 2 ribu jiwa atau sekitar

Kemiskinan Bertambah : Kebijakan-kebijakan pemerintah belum berpihakkepada masyarakat miskin. Angka kemiskinan pun makin bertambah.

Page 6: Tabloid Mimbar Untan edisi 11

Tabloid Mahasiswa Universitas Tanjungpura

ETIKA melangkahkan kaki pertama kalimemasuki Perguruan Tinggi, beribuharapan mulai digantungkan. Sebagianbesar mereka (mahasiswa) menaruhharapan agar ketika sudah mendapatgelar sarjana langsung bisa mendapat

pekerjaan yang sesuai. Namun harapan tidak sela-manya sesuai dengan kenyataan. Jumlah mahasiswayang lulus tiap tahunnya terus bertambah, yang taksebanding dengan lowongan pekerjaan yang ter-sedia, baik dari instansi swasta ataupun pemerintah.

Tahun ini bahkan bisa dilihat pada penerimaanCalon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) di instansi-instansipemerintah. Formasi yang disediakan bagi lulusan sar-jana tiap jurusannya paling banyak 3-5 orang, padahaljumlah lulusan sarjana tiap tahunnya bisa mencapai1000 orang lebih.

Sulitnya mendapatkan pekerjaan yang sesuai de-ngan bidang ilmu yang ditekuni membuat sebagianbesar lulusan sarjana diluar FKIP terpaksa mengambilAkta Mengajar, atau biasa disebut Akta 4. Lantassampai sejauh mana peranan Perguruan Tinggi agarbisa menghasilkan lulusan yang siap pakai dan ba-gaimana pula nasib mahasiswa FKIP yang seharusnyaterlebih dahulu mendapat amanah menjadi seorangguru.

***

program pengentasan kemiskinanyang efektif dan penciptaan lapangankerja.

Kemiskinan memiliki dimensi yangluas bukan hanya ekonomi, tetapi juganon ekonomi. Dengan menggunakanPendekatan Indeks Pendekatan Manu-sia (IKM-human Poverty indeks), Me-nurut data BPS dan Bapenas padatahun 2004, dimensi kemiskinan Kalbardilihat dari aspek yang terkait dengankesehatan mencakup persentasependuduk yang tidak survive sampaiusia 40 tahun yaitu 18,1 %, penduduktanpa akses air bersih 78,5 %, tidakmampu mengakses fasilitas kesehatan50,1 %, persentase anak usia di bawah5 tahun yang kurang gizi 33,2%, sertaaspek pendidikan mencakup per-sentase penduduk dewasa buta huruf18,1 %.

Namun menurut Dr Zulkarnaen,Ketua Program Studi Magister IlmuSosial, belum ada perhitungan yangpasti apakah ada korelasi antarakebijakan yang dikeluarkan pemerintahdengan tingkat kemiskinan masya-rakat. Hanya saja diakuinya, selainfaktor budaya, etos kerja misalnya,kemiskinan memang bisa disebabkan

secara struktural, misalnya sajadisebabkan oleh suatu kebijakan. Sayaambil contoh, investor sulit masuk bilasuasana yang tidak kondusif, adanyaekonomi biaya tinggi, perijinan yangberbelit-belit, dan juga lemahnyapenegakan hukum. Ini secara tidaklangsung mempengaruhi tingkatkemiskinan. Mengapa? Ya karenaseharusnya bisa menyerap tenagakerja, tapi karena persoalan itusehingga gagal.

***DALAM upaya pengentasan kemis-

kinan, menurut Fariastuti, pemerintahseharusnya menggunakan pendekatanberdasarkan hak. Dalam konteksanggaran pendekatan ini dapat dilihatdari besar anggaran dan prosespenyusunannnya. “Misalnya alokasianggaran 20 persen untuk pendidikanharus dipenuhi,” tambahnya.

Sekjend JARI Borneo Barat FaisalRiza, mengatakan pendekatan iniadalah ruang negosiasi antara rakyatdengan negara, maka prosesnyaanalisisnya diletakkan tidak dalamrangka agar tidak sekadar meributkanalokasi semata, namun lebih jauh dariitu adalah melibatkan patisipasi rakyat

dalam proses perencanaan hinggapenetapan anggaran.

Dan yang lebih penting adalahsejauhmana anggaran dimanfaatkansehingga hak penduduk miskin terpe-nuhi. Doktrin negara kesejahteraanbahwa negara memiliki kewajiban dantanggungjawab untuk mewujudkankesejahteraan bagi warga negaranya.Namun hal ini diakui tidak mudah, ka-rena paradigma aparatur pemerintahdan sebagian masyarakat masihparadigma fisik yaitu kemajuan hanyadilihat dari fisik seperti bangunan.

Pembangunan Puskesmas, misal-nya, tidak akan berdampak optimalterhadap peningkatan kesehatanmasyarakat jika tenaga medisnyajarang masuk kerja atau tidak ramahpada pasien. Pengentasan kemiskinantidak cukup hanya dengan pemberianmodal dan pendekatan fisik, jikamisalnya penyebabnya karena etoskerja yang rendah dan tidak bekerja-nya mekanisme pasar.

Pedagang kaki lima (PKL) akandipandang sebagai sumber ketidak-tertiban sehingga harus harus diter-tibkan, bukan sebagai katub pengamandi tengah kesulitan ekonomi sehingga

perlu diatur dan diberdayakan. Dalamkenyataannya, proses penyusunananggaran secara umum masih terke-san lebih menekankan aspek formalitasyang selintas seakan sesuai denganpedoman penyusunan anggaran,padahal tidak ada perubahan secarasubstansial. Anggaran sebagai salahsatu alat pembangunan yang palingpenting hendaknya dimanfaatkanuntuk memberikan pelayanan warganegara secara keseluruhan dan bukanhanya untuk digunakan untuk mem-berikan kehidupan bagi sekelompokorang.

Selama ini APBN/APBD lebih banyakdigunakan pada hal-hal yang tidak jelasdan tidak terukur karena menekankanpada yang akan diterima dan dibelan-jakan saja. Kerangka ide anggaranberbasis hak dasar rakyat, menurut Wi-bisono, antaralain, mengacu padaprinsip-prinsip hak dalam perspektifHak Asasi Manusia (HAM), bahwa hakmerupakan hal yang tak terpisahkan,dan semua orang yang lahir denganhak yang sama.[].

dan jajaran yang ada FKIP.Peminat program akta mengajar terus bertambah

dari tahun ketahun. Menurut Fadilah, Koordinator danKetua Pengelola Akta Mengajar, untuk tahun 2004 saja,mahasiswa yang mendaftar sekitar 106 orang, dan padatahun 2006 meningkat menjadi 120 orang. “Hinggasaat ini jumlah mahasiswa yang mengambil Akta Me-ngajar berjumlah 700 orang, karena setiap tahunnyajumlah mahasiswa yang masuk terus bertambah,” je-lasnya.

Fadilah menjelaskan, program Akta Mengajar meru-pakan program nasional yang didasarkan pada PP No38 tahun 1992 (7 Juli 1992) dan Jo Kepmendikbud No013/U/1998 (26 Januari 1998). Pendirian program inidimaksudkan untuk menutupi kekurangan guru yangada di Kalimantan Barat.

Beberapa Mahasiswa yang mengambil Akta Mengajarini mengungkapkan alasan mereka karena semakin sem-pitnya lapangan pekerjaan yang tersedia, tambah lagikebijakan ekonomi yang diturunkan oleh pemerintahmenuntut mereka harus mendapatkan pekerjaan yangdapat menjamin kelangsungan hidupnya. Nia, salah seo-rang mahasiswa yang mengambil Akta 4 mengakui ter-paksa menggeluti program ini. “Gara-gara aku gak dapat

K0leh Heri Usman

Aswandi, Pudek I FKIP mengatakan bah-wa syarat menjadi guru dan mengajar diha-ruskan dan wajib memiliki sertifikat Akta Me-ngajar. “Di sini kami memperhatikan kualitasbaik dari segi kependidikan maupun non-ke-pendidikan. Sehingga dalam rekruitmen AktaMengajar ini kami tidak sembarangan, karenaakta mengajar ini masih dikontrol olehpemerintah,” ujarnya.

Namun bagi Aswandi, dalam hal pengem-bangan kualitas dan kuantitasnya masih di-upayakan. Karena untuk masalah lokal per-kuliahan untuk sementara masih berpijak diFKIP. “Kami menggunakan tempat di FKIPhanya 2 kali dalam seminggu, yaitu hari Sabtudan Minggu,” tambahnya lagi.

Beberapa lulusan dari hampir seluruh fa-kultas yang ada di Untan dan Universitas lainmencoba kesempatan ini. Di sisi lain masihbanyak lulusan FKIP yang hingga kini masihmenganggur. Padahal mereka mempunyaikemampuan yang sangat mendasar dalambidang pendidikan. Sehingga tak perlu di-ragukan lagi apabila mereka terjun langsungmenjadi seorang pengajar. Tapi menurut Fa-dilah justru Akta Mengajar ini yang menjadiprogram kependidikan nantinya adalah darisegi mata kuliah Biologi, Tata Negara, Sosio-logi, Ekonomi, dan lain-lain. Padahal dari se-

kian mata kuliah yang ditawarkan ada di antara nyayang telah mencakup di beberapa mata kuliah yangditawarkan pada program Strata 1.

***Prosedur pendaftaranUNTUK memasuki Akta Mengajar tidaklah mudah,

harus punya persiapan yang cukup matang khu-susnya dari segi biaya. Karena biaya yang dikeluarkantidak sedikit. Lebih besar dari biaya perkuliahanreguler. Uang masuk sekaligus pendaftaranmembutuhkan biaya sebesar Rp 2.250.000. Untukapa dan bagaimana penggunaan uang itu masih be-lum jelas dan masih dipertanyakan. “Untuk apa uangitu saya tidak tahu karena itu urusan ketua danbagian keuangan,” tutur Edi, Sekretaris PengelolaAkta Mengajar.

Fasilitas yang diberikan dari pengelola untuk ma-hasiswa akta mengajar masih diperlakukan sama se-perti mahasiswa FKIP reguler. Waktu perkuliahan me-reka juga sangat singkat, yakni selama satu tahundan harus menempuh 36 SKS. karena untuk hari-hari biasa lokal banyak terpakai oleh mahasiswa re-guler.

“Terus terang saja, kami masih membutuhkantempat lagi, karena jumlah mahasiswa baru terusbertambah. Seandainya nanti melebihi kapasitas kamibelum tahu pasti harus meletakkan mereka di mana,”

Berebut Jadi Guru,Akta Mengajar DikejarBerebut Jadi Guru,Akta Mengajar Dikejar

Page 7: Tabloid Mimbar Untan edisi 11

Tabloid Mahasiswa Universitas Tanjungpura

ICARA BHMN (Badan Hu-kum Milik Negara) tentu-nya akan terngiang kem-bali dengan nama-namabesar seperti UGM, ITB,

IPB, UI yang sudah terlebih dahulumenyandang status ini. Dahulu alasanberganti statusnya PTN (PerguruanTinggi Negeri) tersebut tak lepas dariseretnya dana subsidi pemerintah.Asumsi lainnya adalah PT bakal sulitberkembang kalau hanya mengandal-kan bantuan pemerintah. Jadilah nama-nama tadi menjadi trendsetter karenatelah lebih dulu berstatus BHMN yangdikuatkan dengan suatu PP (PeraturanPemerintah). Dengan status ini pulaPTN dipersilahkan untuk mengelolasumber pendapatannya.

Mengikuti jejak pendahulunya PTNtermasuk didalamnya Untan mulai ber-siap diri untuk menyandang status se-rupa. Apalagi dengan dikuatkan suatuUU yang memang masih berupa draftdan menunggu pengesahannya.

Untan yang sekarang memang te-lah banyak perubahannya ketimbangpertama kali didirikan dulu. Lahannyatelah disulap menjadi delapan lokalperkuliahan S1 dan empat gedung lagi

0leh Nina S dan Tantra N

untuk pasca sarjana. Bahkan di tahun2006 ini Untan akan membangun satulagi gedung perkuliahan untuk maha-siswa kedokteran. Sejalan dengan ke-butuhan akan pendidikan Untan punmakin berkembang yang semula hanyamenerima mahasiswa regular, seka-rang di beberapa fakultasnya telahmembuka kelas-kelas ekstensi terma-suk juga program Diploma. Tentunyayang menginginkan program ini harusmembayar mahal dibanding kelas re-gular.

Sampai saat ini pun tercatat 12.446orang masih terdaftar sebagai maha-siswanya. Sedang total keseluruhantenaga pengajarnya yakni 889 orang,masing-masing 61 bergelar Doktor, 539bergelar Master, dan sisanya 289 ber-titel S1. Untuk pegawai administrasiberjumlah 495.

Akan tetapi saat Untan diperkenan-kan menggali sumber dananya sendiri,pemasukan dari uang SPP hanya akanmenutupi sebagian kecil saja keperluanUntan. Rasanya pun kurang bijak hanyagara-gara mesti menghidupi dirinyaharus mengeluarkan kebijakan menaik-kan uang kuliah. Seperti dikatakan DrsDarsono Phd, ketua Pusat Penjamin

Mutu Untan bahwa PTN itu tidak dibe-sarkan dari SPP saja, karena kemam-puan universitas untuk menghasilkandana tidak dari SPP. “Itu hanya bagiankecil saja, jadi mestinya permasalahanini sudah mesti dipikirkan oleh universi-tas ini,” tuturnya.

Ada ketakutan bagi mahasiswajikalau Untan mesti mandiri dan Untantidak memiliki kreatifitas mencari sum-ber dana pemasukan maka mahasiswa-lah yang akan dijadikan objek. Artinya,bisa jadi Untan mengeluarkan kebija-kan untuk meroketkan uang kuliah. Ke-khawatiran ini disampaikan oleh Pre-siden Mahasiswa Untan, A Azis yangmengatakan jika Untan tidak punyakantong-kantong dana, dikhawatirkanmahasiswa yang akan di komersilkan.

Namun hal ini dibantah mentah-mentah oleh Pembantu Rektor I Untan,Prof DR H Maswardi mengatakan tidakada kaitannya antara mau menuju BHPdengan kenaikan biaya kuliah. Peme-rintah tetap akan memback up PTNhanya saja pengelolaan keuangannyayang harus mandiri Dicontohkanya diUI atau pun UGM yang menaikan tarifkuliah, tetap akan diminati karena na-ma besarnya. Kalaupun kedepannyasekitar 15-20 tahun nanti Untan men-coba hal yang sama pastinya karenakebutuhan saat itu bukan karena BHMN.

Menggali Sumber DanaBICARA tentang sumber-sumber

pendapatan, selama ini diketahui Un-tan memiliki Yusra (Yayasan UniversitasTanjungpura) sebagai tempat penge-lolaan usaha Untan. Diharapkan usa-ha-usaha ini mampu menopang kehi-dupan Untan menurut keterangan DrsH Mahdi Radjiin Msi, ketua pengelolaYusra ini, usaha-usaha yang dimilikiUntan antara lain kantin Yusra, dua bu-ah wartel, tempat fotocopy, dan bisYusra.

Tapi bukan berarti usaha-usaha inidapat diharapkan sepenuhnya. Sebutsaja bis Yusra yang menurut Mahdi te-rus menerus merugi. “Sekarang maha-siswa sudah banyak punya kendaraan,jadi sudah jarang pakai bis lagi. Belumlagi untuk pengelolaan bis ini, yang me-makan biaya besar,” ungkapnya.

Tambahnya lagi, “jika Untan akanmenuju BHP maka usaha-usaha ini bi-

orang yang profesional dengan memi-liki energik untuk mengembangkanusaha ini”.

Dan ada beberapa usaha lagi yangbisa dijadikan pemasukan Untan tapidi luar kewenangan Yusra, diantaranyaRusunawa (Rumah Susun Mahasiswa)yang khusus disewakan untuk maha-siswa. Lalu gedung seperti Auditorium,Anex yang sering disewakan untukumum.

Maswardi juga menambahkan bah-wa Untan saat ini memiliki aset berhar-ga lain yaitu tanah yang cukup luas.Masih banyak tanah-tanah Untan yanghingga kini tidak termanfaaSalah satu-nya tanah yang berada di belakang fa-kultas MIPA hingga Ekonomi, yang ma-sih berupa hutan belantara dan tidakdimanfaatkan sedikitpun. Andai sajaUntan jeli dalam melihat peluang bisnisyang ada. “USU itu modal utamanyatanah, itulah yang dikelola oleh merekamisalnya dalam hal kelapa sawit”, ujarMaswardi menjelaskan.

Selain dari usaha-usaha ini yangterpenting juga ada pada Lemlit (Lem-baga Penelitian). Seperti diketahui sa-lah satu indikator kualitas pendidikandi PTN adalah produk penelitian yangdihasilkan. Ambil contoh ITB hasil pe-nelitiannya menjadi sumber pendapa-tan unggulan. Untuk Untan sendiri Le-mlitnya mewadahi tiga belas pusat ka-jian, tapi sangat disayangkan tidak ke-semuanya berfungsi. Padahal dari pe-nuturan Darsono, lembaga penelitianbisa menjadi pemasukan bagi Untan.“Jika misalnya dosen Untan menelitimaka harus ada kompensasi ke Untanjadi dana itu bisa dimasukan sebagaidana pendukung bagi kegiatan,” ja-wabnya lagi.

Seperti apa langkah Lemlit Untankedepan. Dr Ir Radian MS, SekretarisLemlit Untan menjawab Lemlit Untansaat ini tengah berupaya merubah ri-set-riset Untan untuk menjawab ma-salah daerah. Dalam lima tahun ter-akhir ini Lemlit Untan menerima usulanpenelitian yang diajukan fakultas terusmeningkat. Untuk bersaing dalammendapatkan dana kompetisi. “Usahakedepannya kita akan meningkatkanjumlah proposal yang masuk, mem-perbanyak network dengan stake hol-der karena tantangan kedepan akansemakin berat”, ungkapnya.

Walaupun demikian pemerintah ti-dak lepas tangan begitu saja, artinyapemerintah tetap memberikan subsiditapi tentu saja untuk mendapatkannyaharus dengan perjuangan. Sepertiyang dituturkan Kepala Biro Admi-nistrasi Perencanaan Sistem InformasiUntan, Drs. Murni Safwan, “PT yangingin memperoleh bantuan harus me-masukan proposal untuk bersaing de-ngan PT lainnya.”

Dicari !WACANA Untan akan menuju BHP

memang kurang hangat diperbincang-kan di tengah mahasiswa. Sepertinyamahasiswa enggan dipusingkan de-ngan masalah ini. Belakangan yang le-bih hangat diperdebatkan adalah siapayang akan menjadi Presiden Mahasis-wa berikutnya. Atau yang tetap jadipembicaraan adalah masalah penja-ringan Rektor Untan akhir tahun ini.Untuk masalah yang terakhir ini eratkaitannya dengan bahasan BHP, karenadicari pemimpin yang mampu memba-wa Untan menjadi lebih baik kualitaspendidikannya, bukannya memperta-ruhkan mutu untuk mencari sumberpemasukan.[]

B

Usaha Kecil,Untan menuju BHMN

Usaha Kecil,Untan menuju BHMN

JIKALAU ITB mengandalkan lembaga penelitiannya guna menuju status

BHMN dulu, lalu UGM menantikan pinangan para investor menjelang

status otonomi, bahkan UI pun dengan semangat untuk mandiri meng-

hidupi dirinya, rela-rela saja membangun perusahaan demi kelangsu-

ngan hidup. Maka pertanyaannya, bagaimana dengan Untan?

Page 8: Tabloid Mimbar Untan edisi 11

Tabloid Mahasiswa Universitas Tanjungpura

Oleh Tantra Nur Andi

PERSOALAN pendidikan diKalimantan Barat tak kun-jung tuntas. Salah satupenghambat terbesarpembangunan pendidikan

di daerah khatulistiwa ini adalah mun-culnya mafia pendidikan yang inginmemperkaya diri sendiri. “Para mafiapendidikan ini memperparah kondisipendidikan Kalbar. Dari pungli, uangmenguap, sampai mark up merupakanrealitas yang terjadi di dalam duniapendidikan Kalbar,” ungkap Abriyandi,Ketua Umum Pengurus Pusat UntukReformasi Pendidikan Kalimantan Barat(Pergerakan) dalam Dialog PublikEvaluasi Akhir Tahun PembangunanPendidikan Kalimantan Barat, beberapawaktu yang lalu.

Ia mencontohkan bantuan School-grant SMP yang seharusnya diterimasekolah Rp 60 juta, harus dengan ter-paksa menerima Rp 50 juta, karenamerupakan syarat utama bagi yang a-kan mendapatkannya. Bagi Kepala Se-kolah yang mau menerima uang sebe-sar Rp 50 juta tersebut tak jadi soal,bahkan tahun berikutnya bisa menda-pat suguhan dana secara terus mene-rus. Sementara bagi kepala sekolahyang tidak mau menerima uang yangdisunat 10 juta itu harus sabar menan-ti, walaupun kondisi sekolah sudah ti-dak memungkinkan lagi untuk ber-sabar.

“Contoh lain yang tak kalah hebat-nya soal beasiswa BKM yang seharus-nya untuk membantu siswa miskin, te-ga-teganya diembat juga. sekolah di-suruh membuat daftar yang menerimasebanyak 60 siswa, tetapi yang mene-rima hanya 30 orang saja,” ujar Abri-yandi kesal.

Sisanya ? “Ya, diembat “orang-orang miskin” di Dinas Pendidikan.Orang-orang yang bermental korup inilayak disebut “mafia pendidikan”. Be-tapa kasihannya rakyat yang selalumenerima pembodohan-pembodo-han,” katanya lagi.

Abriyandi menilai, karena mafiapendidikan masih berkeliaran, menja-dikan pembangunan pendidikan di Kal-bar dalam kondisi menyedihkan. Di-tambah lagi sikap pemerintah yang se-tengah hati mencerdaskan rakyat, takmengherankan jika Indeks Pembangu-

nan Manusia (IPM) di daerah ini jauhtertinggal dengan provinsi lain. Me-nurut UNDP, Bappenas, dan BPS tahun

2004 Kalimantan Barat menempatiurutan ke 27 dari 30 provinsi diatasNTT, Papua, dan NTB.

Di sisi lain, Soedarto, KonsultanPendidikan, melihat persoalan pendi-dikan lebih kepada sulitnya mewujud-kan sinkronisasi dan sinergis dalam pe-rencanaan dan pelaksanaan pemba-ngunan pendidikan di wilayah Kalbar.“Masih lemahnya kemampuan dinaspendidikan di daerah (kabupaten/kota)untuk menyusun dan merumuskan ke-bijakan dan perencanaan pendidikanyang komprehensif, berwawasan kedepan, dengan tingkat reliabilitas yangtinggi merupakan faktor utama yangmenjadi kendala dalam pembangunanpendidikan di wilayah ini (Kalbar-red),”ujarnya.

Hal ini terjadi karena kurangnyaSDM yang cukup terlatih dalam mena-ngani perencanaan, mengelola sisteminformasi dengan baik, dan belummampu menerjemahkan visi ke dalamkebijakan dan tindakan.

Selain itu, Soedarto memandangtantangan yang dihadapi dunia pen-

didikan di wilayah Kalbar, dalam kurunwaktu 10 tahun kedepan bukanlahmain-main. Dengan indeks pendidikan

yang skornya baru mencapai 71,93(Bapeda kalbar, 2002) dan IndeksPembangunan Manusia (IPM) provinsiyang skornya 62,50 dan masih di ba-wah skor rata-rata nasional, maka jaja-ran pendidikan, bekerja dalam keter-batasan waktu, harus bekerja efektif.

“Sebab selain mengejar keterting-galan dari provinsi lain dalam kualitassumber daya manusia, kita juga dibe-bani dengan tugas mengejar keterting-galan kita dengan Negara tetanggayang langsung berbatasan dengan kita.Apalagi, jika diingat bahwa pelaksa-naan secara penuh dari pasar bebasASEAN sudah diambang pintu,” je-lasnya.

Banyaknya permasalahan yangterjadi dan belum tersentuh dalam pe-ngambilan kebijakan pembangunanpendidikan yang dijalankan di tahun2005 diakui oleh Kepala Dinas Pendi-dikan Nasional (Diknas) Kalbar, DrsNgatman. Akan tetapi, Ngatman tidakmenanggapi persoalan mafia pendidi-kan, namun lebih melihat tiga perma-salahan yang paling mendasar dalampembangunan pendidikan di Kalbar.“Permasalahan itu mencakup perlua-san dan pemerataan pendidikan,peningkatan mutu pendidikan, mana-jemen pendidikan,” ungkap Ngatman.

Ia tidak memungkiri dari tiga per-masalahan yang mendasar itu berdam-pak pada adanya 244. 648 anak usia7-15 tahun yang belum mendapatkanlayanan pendidikan, 11.239 orang ang-ka putus sekolah pendidikan dasar,250.193 anak yang tidak tertampungke jenjang pendidikan menengah, danbuta huruf usia 10-44 tahun 164.802.Indeks Pembangunan Manusia (IPM)Kalimantan Barat berada di urutan ke27 dari 30 provinsi, rata-rata nilai kelu-

kan secara optimal. “Dari kondisi initentu tidak akan kita biarkan, tapi haruskita berikan jalan keluarnya,” ujar Ngat-

man.Ngatman menjelaskan, dari prog-

ram peningkatan dan perluasan di ta-hun 2005 ada beberapa program ker-ja yang dilaksanakan dalam pemba-ngunan pendidikan yaitu program pen-didikan anak usia dini (PAUD) dengananggaran Rp 5.198.400.000, programwajib belajar 9 tahun dengan anggaranRp 42.852.260.000, program pendidi-kan menengah sebesar Rp 43.457.-000.000.

“Dengan dana sebesar itu peme-rintah melalui Dinas pendidikan telahmelakukan pengadaan penyediaanprasarana pendidikan anak usia dini,pembangunan Tk negeri di setiap keca-matan, pembangunan TK/SD satu atap,rehabilitasi gedung SD dan SMP, pem-berian beasiswa, penyediaan tenagakependidikan, pelatihan tenaga kepen-didikan dan masih banyak programlain yang tidak bisa disebutkan satupersatu,” ungkapnya.

Ngatman juga memaparkan untukpeningkatan mutu dan relevansi peme-rintah menitik beratkan pada tiga prog-ram utama yaitu pendidikan anak usiadini dengan melakukan peningkatankualitas guru TK, penyediaan saranabelajar dan bermain PAUD.

Sedangkan untuk program wajibbelajar 9 tahun di adakan penyediaansarana dan prasarana berupa alatperaga pendidikan, penyediaan bahanpelajaran pokok dan buku perpusta-kaan, penyediaan ruang perpustakaan,ruang laboratorium, pendidikan danpelatihan guru mata pelajaran. “Danyang terpenting adalah peningkatanmanajemen pendidikan melalui pening-katan peran serta masyarakat denganmemberdayakan komite sekolah, de-wan lembaga-lembaga sosial, pendidi-

Mafia Pendidikan,Hambat Pembangunan Pendidikan KalbarMafia Pendidikan,Hambat Pembangunan Pendidikan Kalbar

Permasalahan Pendidikan: Sebagian besar siswa-siswa di daerah-daerah belum mendapatkan layanan pendidikanyang memadai Di Kalbar, angka buta huruf dan putus sekolah masih tinggi. Pada foto di atas siswa-siswi SD Negeri diKabupaten Sintang Kalbar sedang berpose.

Page 9: Tabloid Mimbar Untan edisi 11

Tabloid Mahasiswa Universitas Tanjungpura

URTON R Clark (2001)dalam bukunya berjudul;“Creating EntrepreneurialUniversities: Organiza-tional Pathways of Trans-

formatin” mengemukakan setidaknyaterdapat lima pintu atau jalan masuk(pathways) transformasi universitas,yakni sebagai berikut; (1) pusatpengendalian mutu yang kuat; (2)jaringan pengembangan yang di-perluas; (3) sumber pembiayaanyang bervariasi; (4) bidang akademikyang stimulatif; (5) adanya budayausaha.

Pusat Pengendalian Mutuyang Kuat;

Implementasi penjaminan mutuuniversitas disinyalir masih sangat le-mah. Seiring perubahan yang sema-kin cepat, kompleks, maka kelemahanyang ada telah membuatnya menjadisemakin lemah dan pada saatnyauniversitas semacam itu menjadi ter-puruk. Agar kelemahan dan keterpu-rukan perguruan tinggi tidak akan ter-jadi, maka pusat pengendalian mutuharus diperkuat dan menjadi sebuahkeharusan. Asumsi umum mengata-kan setiap kita menuntut orang lainbermutu, maka sebelumnya kita harusbermutu.

Penjaminan mutu sebagai termuatPP.No.19/2005 menyatakan: “Setiapsatuan pendidikan pada jalur formaldan nonformal wajib melakukan pen-

persinggungan antara yang menye-rahkan dan yang menerima hasil suatupekerjaan yang disebut interfaces; (8)hasil pekerjaan yang diserahkan kepa-da yang memerlukannya harus meme-nuhi standar mutu; (9) ada sistem un-tuk mengawasi, mengevaluasi dan me-laporkan pelaksanaan standar mutu un-tuk setiap pekerjaan; (10) ada sistemuntuk meningkatkan standar mutu biladianggap perlu (Slamet, 2005).

Penjaminan mutu di universitas ber-sifat internal dan eksternal. Penjaminanmutu internal adalah proses ke arahpenjaminan bahwa universitas yangbersangkutan dapat memenuhi mutuyang dijanjikan.

Penjaminan mutu internal univer-sitas mencakup komitmen inti terha-dap; (1) kemampuan institusi, meliputi;integritas, visi, governance, sumberdaya manusia, sarana dan prasarana,keuangan, sistem informasi, dan ke-berlanjutan; (2) keefektifan pendidi-kan, meliputi; mahasiswa, kurikulum,system pembelajaran, penelitian danpengabdian pada masyarakat, systempenjaminan mutu, sistem pengelolaan,suasana akademik, dan mutu programstudi (Slamet, 2005).

Jaringan Pengembangan yangDiperluas;

Secara umum setiap institusi yangingin tetap bertahan hidup atau eksistharus mampu membangun jaringan a-tau networking, artinya cepat lambat-nya mobilitas perubahan secara vertikaldari setiap organisasi dipengaruhi olehkemampuannya membangun jaringansecara horizontal atau dengan perka-taan lain memperluas jaringan pe-ngembangan.

Universitas tidak hanya membang-un jaringan di luar lembaganya, me-lainkan juga pada lembaganya sendiri,yakni mengembangkan unit yang adadan mendirikan unit baru sesuai ke-butuhan, saling menguntungkan, dandikelola secara profesional. Unit-unitinternal tersebut dalam geraknya ja-ngan dibatasi melainkan diberi kebe-basan seluas-luasnya tentu menurutaturan main yang jelas dan disepakatibersama.

Hubungan dengan pihak luar yangefektif maka akan memperkuat infra-struktur universitas.

Untuk memenuhi tuntutan masya-rakat, universitas harus mengikutiperkembangan zaman, siap menang-gung resiko dalam mempromosikankeseluruhan jaringan pengembanganunit-unit yang dimilikinya, keterlibatankreativitas organisasi secara substan-sial sangat diperlukan.

Sumber Pembiayaan yang Ber-variasi;

Untuk membangun karakter yangberorientasi kepada perubahan baru,setiap universitas membutuhkan danayang cukup atau lebih, khususnya da-na yang dapat digunakan secara luasbukan dana abadi. Memperluas sum-ber pembiayaan akan menjadi pentingkarena dukungan institusional dari pe-merintah sebagai bagian dari total pem-biayaan semakin berkurang, univer-sitas harus menyedai ada kecen-derungan tersebut dan harus dapatmerubahnya, ia harus berusaha untuk

berbagai jasa, seperti royalty, kegia-tan penelitian dan pengembangan.

Dalam meningkatan pendapatandari sumber lain, universitas harusmau belajar dengan pihak lain atasdasar pemahaman bahwa dana daribanyak sumber akan meningkatankesempatan untuk membuat gerakanyang lebih berarti tanpa harus me-nunggu ketentuan dari sebuah sistemyang sering terlambat.

Bidang Akademik yang Sti-mulatif;

Ketika universitas berkomitmenpada penjaminan mutu, diikuti pe-ngembangan jaringan untuk mempe-roleh pembiayaan yang cukup, makabidang akademik dengan berbagaikegiatannya tetap menjaga tujuanutamanya sebagaimana terdapat pa-da Tridharma Perguruan Tinggi, yak-ni pengajaran, penelitian dan pe-ngabdian pada masyarakat beradapada fakultas, jurusan, program studidan pusat studi berdasarkan bidangilmunya harus lebih inovatif dan kre-atif melakukan perubahan yang lebihbermakna, jika tidak, mengabaikanatau menolak perubahan hampir da-pat dipastikan transformasi menjaditidak efektif.

Oleh karena itu unit organisasi ter-sebut di atas harus mampu dan maumelihat ke luar secara lebih kokoh de-ngan program dan hubungan barudan didukung oleh seluruh stake-holder.

Adanya Budaya Usaha.Merubah budaya organisasi yang

mengacu pada sebuah perubahanbukanlah pekerjaan yang mudah ka-rena telah mengakar sebagai karak-ter individu yang menjadi anggotainstitusi tersebut.

Oleh karena itu merubah budayaharus dilakukan secara evolusioneratau bertahap dari yang kecil dan mu-lai sekarang dan mulai dari diri sen-diri. Karena perubahan kecil dan dila-kukan secara konsisten akan mem-beri perubahan pada komponen lain-nya.

Hal ini akan terlihat dalam siklusinteraksi pengembangan sepanjangwaktu. Nilai organisasi akan semakinuniversal dan bebas dari struktur danprosedur yang tidak fleksibel.

Menutup uraian ini, penulis tidakbosan-bosannya untuk mengulangidan mengingatkan kembali seuntaiungkapan orang bijak tentang tras-formasi, yakni: “puncak gunung yangtinggi tidak akan pernah dicapai tanpaselangkah demi selangkah.” Oleh ka-rena itu setiap perubahan mulailahdari diri sendiri, dari yang kecil dandari sekarang. Terima kasih.-

*) Penulis adalah dosen FKIP Un-tan, Direktur Educational AdvocacyCenter, e-mail : [email protected].

Oleh Aswandi*)

Pintu TransformasiUniversitasPintu TransformasiUniversitas

“... merubah budayaharus dilakukan secara

evolusioner ataubertahap dari yang kecildan mulai sekarang dan

mulai dari diri sendiri.Karena perubahan kecil

dan dilakukan secarakonsisten akan memberi

perubahan padakomponen lainnya.”

jaminan mutu pendidikan yang bertu-juan untuk memenuhi atau melam-paui Standar Nasional Pendidikan, di-lakukan secara bertahap, sistematis,dan terencana dalam suatu programpenjaminan mutu yang memiliki tar-get dan kerangka waktu yang jelas.

Adapun inti dari penjaminan mutuadalah suatu pendekatan untuk me-ngatur pekerjaan dan menjamin a-gar: (1) misi dan tujuan organisasidiketahui dan jelas bagi semua ang-gotanya; (2) sistem organisasi danprosedur serta mutu semua jenis pe-kerjaan dan kegiatan telah ditentu-kan, serta dipikirkan secara matanguntuk mencegah segala kesalahandan dikomunikasikan kepada setiaporang; (3) selalu jelas siapa bertang-gung jawab atas apa; (4) kalau adapenyimpangan/kesalahan dapat se-gera diketahui dan dikoreksi; (5) adastandar mutu yang telah disepakatibersama dan terdokumentasi untuksetiap pekerjaan; (6) pelaksanaanmisi merupakan serangkaian peker-jaan, hasil pekerjaan yang satudiperlukan untuk pelaksanaanpekerjaan yang lain; (7) titik kritis

Braan monitoring dan evaluasi, pendidi-kan dan pelatihan pengawas sekolah,”papar Ngatman.

Rapuhnya Landasan PendidikanIbarat bangunan, landasan yang ra-

puh dan lemah memudahkan bangunanitu roboh. Begitu pula dalam hal pen-didikan, karena landasannya rapuh danlemah, membuat pembangunan pen-didikan mudah runtuh. “Persoalan pen-didikan yang paling utama adalah le-mahnya landasan pendidikan yang kitamiliki,” ujar Dr Aswandi, Pengamat Pen-didikan Untan.

Sekurangnya ada empat landasanpendidikan yang menjadi persoalan da-lam pandangan Aswandi. Pertama lan-dasan Fillosofis yang terdiri dari 3 hal,yakni ontologi, epistemologi dan Aksio-logi. Pada tataran ontologi, dimaknaidi aras benar tidaknya pemahamanpendidikan selama ini. “Apakah kita su-dah benar-benar memaknai apa itupendidikan? Jangan-jangan memaknaipendidikan itu sebatas pada sekolah.Atau misalnya di perguruan tinggi, pen-didikan itu berhasil kalau IPK maha-siswa bisa tinggi. Ini pemahaman yangkeliru. Atau di dinas, memahami pen-didikan masih sebatas pada persoalanwajib belajar 9 tahun, pemberantasanbuta huruf, dan peningkatan mutu. Na-mun hakekat pendidikan itu apa belumsampai ke sana,” jelasnya.

Sementara itu pada aras episte-mologi, yaitu bagaimana metodologi

keilmuan itu disusun, belum menjadikajian yang hebat di kalangan aka-demisi. “Cobalah perhatikan, diskusi-diskusi keilmuan yang intens sangatjarang dilakukan, termasuk oleh dosen-dosen. Belum ada budaya berkumpulberdikusi, seperti dilakukan oleh pe-mikir-pemikir pada jaman dulu, di manadisitu ada perdebatan serius mem-bongkar sisi metodologi keilmuan.” Da-lam tataran aksiologis, masih terjadipragmatisme dalam memandang pen-didikan. Pendidikan masih sebatas di-kaitkan dengan nilai, IPK, dan kelu-lusan.

Landasan kedua yaitu psikologis.Landasan ini berkenaan dengansuasana belajar, aman atau tidak bagianak. Belajar dalam suasana tekananakan menyulitkan si siswa. Landasanketiga yaitu sosiologis. Dalam kenyata-annya, pembelajaran saat ini tidakmembuat para siswa bisa berko-laborasi dengan pihak lain. Bahkan ter-kesan membuat siswa menjadi lebihindividualistik.

Landasan yang terakhir adalahlandasan hukum yang sudah mulaidiberlakukan dengan adanya Undang-undang Guru dan Dosen. Jika landasanini tidak segera dibongkar maka janganharap pendidikan kita bisa lebih baik.

Berkenaan dengan mafia pendi-dikan, Aswandi mengaku memangbelum pernah menjumpai definisi inisecara teoritis. Hanya saja ia mencobamenganalogikan mafia menurut FrancisFukuyama, 2004 dalam bukunyaberjudul “TRUST”. “Ambillah keuntu-ngan sebanyak-banyaknya dari oranglain yang ada di luar keluargamu padasetiap kesempatan. Jika tidak makamilikmu akan diambilnya”. Jiwa mafiaini yang senantiasa membuat orang

...yang tak kalah hebatnya

soal beasiswa BKM yang

seharusnya untuk membantu

siswa miskin, tega-teganya

diembat juga...

Abriyandi

Page 10: Tabloid Mimbar Untan edisi 11

Tabloid Mahasiswa Universitas Tanjungpura

ALAU saja boleh mengkambinghitamkan mengapa sebuah konflikterjadi, maka jawabannya adalah prasangka. Dan di sanalahsebenarnya media memainkan perannya. Media sebagai sebuahalat untuk menyebarluaskan informasi, dalam konteks ini, jugasebagai alat meresonansikan prasangka kepada publik. Dan

tergantung apakah ia akan meresonansikannya demi memadamkan ataujustru menyuburtumbuhkan konflik SARA.

Adalah Gabriella Misckohwski, pengamat media, saat menuturkan penga-matannya tentang perang yang terjadi di Yugoslavia, menyatakan bahwamedia mempunyai peran penting untuk melanggengkan konflik yang terjadi diNegara pecahan Uni Soviet itu.

Dalam perspektifnya, ia menyebutkan bahwa media yang justru menum-buhsuburkan prasangka negatif antar komunitas itu, paling tidak akanmengakibatkan beberapa hal : Pertama, kekejaman yang terjadi di suatuwilayah, akan direspon oleh protes gerakan massa di wilayah lain. Kedua,liputan media atas gerakan massa itu akan memancing gerakaan massabalasan. Ketiga, akan terjadi konflik kekerasan di masyarakat yang akanberujung pada kekerasan brutal. Keempat, brutalitas akan mengembangmenjadi besar dan perang saudara terjadi. Kelima, negara pecah berkeping-keping.

Memang terkesan simplistis, namun Misckohwski tidak seluruhnya keliru.Baginya, media adalah variabel dominan yang mampu secara langsungmenumbuhsuburkan prasangka. Meskipun kita tahu bahwa prasangka jugaadalah buah dari proses interaksi sosial manusia.

Kalau saja kita mau melihat secara lebih dalam, prasangka selalu munculdari stereotipe, bukan berdasarkan fakta atau bukti ilmiah. Namun memangsulit untuk menemukan prasangka, karena ia tersembunyi. Di sana ada faktorsubyektif. Seperti saat kita bergaul dengan komunitas lain, entah itu sukuatau agama lain, selalu saja ada yang terasa ‘lain’. Meskipun semuanyakemudian tergantung pada kearifan kita menyikapinya.

Namun dalam ranah publik, prasangka yang di-create oleh media baiksecara sadar atau tidak, jelas berdampak sosial. Ia secara perlahan menjadikonsumsi publik yang bisa saja mengendap dalam ruang kognitif publik danmembangun pola pikir , pola sikap hingga ke pola tindak.

Konflik selalu menghasilkan belasan kali sudah pertikaian antar etnismelanda Kalimantan Barat. Telah ribuan jiwa yang dijadikan tumbal. Belumlagi trauma yang tak kunjung sembuh dari korban pertikaian. Trilyunanrupiah ludes ditelan konflik. Perasaan was-was tak kunjung hilang bersa-maan dengan redanya pertikaian. Khawatir konflik berskala yang lebih besarakan datang.

Persis seperti kejadian sebelumnya, konflik etnis yang seolah-olahmenjadi identitas masyarakat Kalbar bermula dari tindak kriminal biasa.Namun, akhirnya selalu berakhir dengan pertikaian massal, berskala besardan sulit dikendalikan.

Kemana Pers?MEMANASNYA situasi akibat pertikaian antar etnis menjadi ladang bagi

Pers. Tuntutan profesi agar menginformasikan kejadian secara aktualmengkondisikan para kuli tinta untuk ‘ambil bagian‘ dalam pertikaian. Takdapat disangkal bahwa media telah menjadi bagian penting dari konflik itusendiri.

Dalam waktu yang sangat singkat, atas jasa media massa, masyarakatKalbar dan nasional bahkan masyarakat internasional pun mengetahuiberbagai peristiwa. Melalui keahlian wartawan/reporter dalam meracik beritamampu mengkondisikan konsumen seolah-olah berada di tempat kejadian.Jadi, layaklah bila media massa dikatakan sebagai sumber utama pengeta-huan, prilaku dan ideologi bagi masyarakat.2

Berbagai media –khususnya media lokal- dengan deras memberitakanperistiwa tersebut. Aksi kriminal mulai menghiasi headline di berbagai mediacetak. Khususnya media cetak lokal, hampir setiap hari berita-berita kerusu-han terpampang jelas di halaman muka.

Dengan judul yang bombastis sekaligus seksi, media-media tersebutdengan lihai mengemas fakta dan dituangkan dalam bentuk berita. Bahkanfoto-foto yang dianggap memiliki nilai jual tinggi turut hadir di halamanmuka.

Namun, dalam setiap pertikaian, sikap objektif dari media tersebutlahyang selalu dipermasalahkan. Media massa bukanlah institusi yang bebasdari prasangka. Untuk meraih kata ‘netral‘ dalam pemberitaan sangat sulitdilakukan oleh media massa. Walaupun secara subjektif berbagai mediamassa mengklaim bahwa pemberitaan yang dikemas mereka bersifatobjektif, namun cukup sulit bagi mereka menyembunyikan kepentingan yangtersirat dalam pemberitaan yang dilakukan.

Seperti halnya yang terjadi pada saat perang saudara di bekas negaraYugoslavia di tahun 1991. Posisi media memainkan peranan penting dalammengubah warga yang semula damai menjadi saling bermusuhan.3

Situasi inipun terjadi di Indonesia. Di Maluku, media massa dituduh hanyamenguntungkan pihak lawan. Di Timor Lorosae, media massa Indonesiamengklaim bahwa dirinya objektif dalam pemberitaan, namun sesungguhnyamendukung pendudukan.4

Cukup layak ketika Eriyanto melalui tulisannya yang berjudul PolitikPemberitaan5 menyatakan bahwa media bukanlah saluran yang bebas; diajuga subjek yang mengkonstruksi realitas lengkap dengan pandangan, biasdan pemihakannya. Media dapat dikatakan sebagai sarana suatu kelompokuntuk mengukuhkan posisinya sekaligus merendahkan kelompok lain.

Gambaran di atas mengesankan bahwa objektivitas tak lebih dari sekedarilusi. Pemberitaan dalam media yang menggambarkan ‘apa adanya‘ sebenar-nya hanya menghadirkan sebagian dari total permasalahan yang ada. Dan

Sering ditemui dalam banyak kasus bahwa dalam setiap pertikaian antarkelompok mayoritas dan minoritas, pemberitaan selalu mencitrakan bahwakelompok mayoritas merupakan tokoh protogonis. Sedangkan sebaliknya,kelompok minoritas diidentikkan sebagai sosok yang antagonis. Kerapkalipemberitaan mendiskreditkan masyarakat marjinal. Stereotip yang berkem-bang semakin diperkuat lagi oleh media. Seperti yang diakui Van Dijk bahwasebagian informasi yang diperoleh suatu kelompok tentang kelompok lainberasal dari media massa. 6

Fakta-fakta yang disusun oleh suatu media akan sangat dipengaruhi olehvisi dan misi yang diusung oleh media tersebut.7 Misalnya sebuah mediadalam meliput konflik etnis di Kalbar menaruh perhatian terhadap etnistertentu, anggap saja etnis X. Maka wacana yang dibangun yaitu pengkon-disian imajinasi publik bahwa keluguan etnis X selalu dimanfaatkan oleh etnisY. Sehingga suatu hal yang wajar apabila terjadi pengusiran etnis Y olehmasyarakat X.

Pemberitaan-pemberitaan yang dilakukan kerap kali hanya menyorotidaerah-daerah konflik dan memfokuskan terhadap pihak-pihak yang bertikai.Selain itu, pemberitaan sering juga difokuskan kepada “siapa yang memulaiterlebih dahulu”. Kondisi ini memungkinkan hadirnya prasangka bahwaperang tidak akan mungkin mencapai titik temu.

Apakah hal ini terjadi dikarenakan ketidak piawaian media dalam menge-mas berita? Ataukah miskinnya pengalaman wartawan dalam meliput konflikSARA? Selama 32 tahun dalam jajahan orde baru –dengan ancaman akandibreidel dan ancaman pidana8– pers dilarang keras memberitakan hal–halyang berbau SARA. 9

Hal serupa terjadi pula di Kalimantan Barat. Dalam orde yang sama,intervensi pemerintah daerah sangat kuat merasuki ranah jurnalistik. Padatahun 1984, gubernur Kalimantan Barat H. Aspar Aswin mengeluarkan suratedaran No 485.I/116/HUMAS tanggal 25 November 1994 yang isinya bahwasetiap instansi dijajaran Pemda Kalimantan Barat untuk tidak melayani oknumyang mengaku dirinya wartawan sebelum menunjukkan kartu keanggotaanPWI.

Di saat orde baru berkuasa, PWI (Persatuan Wartawan Indonesia)cabang Kalimantan Barat yang memegang peranan penting dalam meregulasiwartawan lokal dapat dikatakan sangat dekat dengan kekuasaan. Hal initerbukti dengan diangkatnya gubernur Kalimantan Barat sebagai anggotakehormatan PWI di daerah ini pada masa itu.

Selain itu, hubungan baikpun dijalin dengan pihak militer. Tepatnya padatanggal 2 November 1995 tercipta kesepakatan antara PWI cabang Kaliman-tan Barat dengan komandan Korem 121/Alambhana Wanawwai KalimantanBarat selaku perpanjangan tangan dari Bakorstanasda Kalimantan tentangpenertiban wartawan dan kewartawanan.

Ketika adanya jaminan kebebasan pers10 yang diawali dengan dicabutnyaPermenpen No.1/1985 tentang lembaga SIUPP (Surat Ijin Penerbitan Pers),banyak wartawan yang merasa asing dengan kondisi tersebut. Dalammeliput suatu konflik, ucapan-ucapan pejabat kerap kali digunakan untukmemenuhi isi berita yang disajikan media. Wartawan merasa canggunguntuk melakukan investigasi. Apalagi melakukan sebuah riset.11 Dan yanglebih ironis, statemen-statemen yang dikutip tersebut sangat jarang menying-gung fenomena sosial atau realita yang tengah terjadi. Pernyataan perora-ngan dianggap sebagai representasi sebuah kenyataan sosial.[].

*) Penulis adalah Pengamat Media

Ketika Media BerprasangkaOleh Hasymi Rinaldi*)

1. Stephanus Djuweng. Masyarakat Adat Di Dunia (eksistensi dan perjuangannya), Pontianak, IWGIA & Institut Dayakologi, 2001, hal 82.

2. Seperti pengalaman yang dituliskan oleh Gabriela Mischkowski selama hidupnya saat perang Bosnia-Herzegovina. Ia beranggapan bahwa

media-media nasional menghasut pembaca untuk melakukan tindakan yang sadis. Media pada masa itu mengakibatkan masyarakat yang

semula rukun menjadi saling memusuhi. (dikutip Agus Sudibyo, Ibnu Hamad dan Mohammad Qodari, Kabar-Kabar Kebencian Prasangka

Agama Di Media Massa, ISAI, 2001, hal. vii). Dapat juga dilihat tulisan Mohammad Qodari, Minim Pemberitaan Versi Kristen, dalam Pantau

edisi 09/ Tahun 2000. lihat juga dalam tulisan Gabriela Mischkowsi, Propaganda Perang Dan Media di Negara Bekas Yugoslavia, dalam buku

Dari Keseragaman Menuju Keberagaman, LSPP, 1999, Hal. 63-88.

3. Pada saat konflik di Maluku, khususnya Republika dan media-media dakwah seringkali menyajikan pemberitaan yang mendiskreditkan

kelompok Kristen (Pantau edisi 09/Tahun 2000).

4. Dikutip dalam kumpulan makalah Pelatihan Jurnalisme Perdamaian LSPP (Lembaga Studi Pers dan Pembangunan), September, 2000.

5. Eriyanto, Politik Pemberitaan, dalam Pantau edisi 09/ Tahun 2000.

6. Teun A Van Dijk, Rasisme Baru Dalam Pemberitaan Media, dalam buku Dari Keseragaman Menuju Keberagaman, LSPP, 1999, Hal. 17.

7. Agus Sudibyo, Ibnu Hamad, Muhammad Qodari, Kabar-Kabar Kebencian Prasangka Agama Di Media Massa, ISAI, 2001, Hal. 90.

8. Pada masa orde baru, pembredeilan media massa kerap kali dilakukan oleh penguasa. Seperti halnya yang terjadi pada Harian Pelita pada

tahun 1992. Hal ini dikarenakan pemberitaan yang disajikan oleh Harian Pelita dianggap sebagai kekuatan politik Islam pada masa itu,

terutama dari Partai Persatuan Pembangunan. (Ibid. Hal. 10). Hal serupa juga menimpa majalah Tempo, Editor dan Tabloid Detik pada bulan

Juni 1994. (Dedy N. Hidayat, Politik Media, Politik Bahasa Dalam Proses Legitimasi Dan Delegitimasi Rejim Orde Baru, dalam buku Dari

Keseragaman Menuju Keberagaman, LSPP,1999, Hal. 45).

9. Sistem Pers pancasila yang diterapkan di jaman kekuasaan Soeharto merupakan sistem perijinan yang membelenggu pers. Pemberlakuan

sensor diterapkan secara represif dengan dalih menjaga persatuan dan kesatuan serta stabilitas nasional untuk peningkatan kesejahteraan

ekonomi. (Bimo Nugroho, Eriyanto, Frans Sudiarsis, Politik Media Mengemas Berita, ISAI, 2001, Hal. 12). Lihat juga Nur Zain Hae, rusdi

Marpaung dan Hawe Setiawas, Konflik Multikultur Panduan Meliput Bagi Jurnalis, LSPP, Asia Foundation& USAID, 2000, Hal.35. tuntutan

pasar yang dikendalikan penguasa orde baru menurunkan analisis kritis dan berani dari media pada masa tersebut. Jurnalis diharamkanuntuk

memasuki kawasan kepentingan serta ideologi penguasa. (Dedy N. Hidayat, Politik Media, Politik Bahasa Dalam Proses Legitimasi Dan

Delegitimasi Rejim Orde Baru, dalam buku Dari Keseragaman Menuju Keberagaman, LSPP,1999, Hal. 44-45).

10.Kebebasan pers pertama kali diteriakkan oleh M. Yunus Yosfiah, Menteri Penerangan di era Habibie. Sehingga ia dijuluki oleh insan pers

sebagai menteri reformasi dan lokomotif kebebasan pers. Selama menjabat sebagai menteri penerangan, ia mempersiapkan RUU Media

Massa yang menjamin dan melindungi pers dalam menjalankan fungsinya. RUU Media Massa mengakomodasi tiga RUU sekaligus, yaitu; RUU

Penyiaran, RUU Pers dan RUU Perfilman. (Hinca IP Panjaitan, Menuju Kemerdekaan Pers 2000, Internews Indonesia, 2000, Hal. 9).

11.Dalam dunia jurnalistik, untuk melihat kesejajaran statemen dengan kenyataan dapat dilakukan dengan cara investigasi, konfirmasi

ataupun melalui polling. Namun hal ini sangat jarang ditemui dalam media-media lokal Kalbar. Isu-isu yang disajikan sangat berbau elitis. Fakta-

fakta menjadi sangat tergantung dengan pada statemen pejabat, politisi, pengamat dan sebagainya. Padahal wawancara hanyalah salah

satu cara untuk mengungkapkan fakta. (Faisal Reza, Andai Media Lokal Kita Punya Litbang, dalam Lentera edisi 01/Thn I/ Juli/ 2001). Selain

itu, investigasi dan pengumpulan data di lapangan seringkali dimentahkan oleh bantahan pejabat. Dan yang lebih ironi, apabila suatu media

menyajikan data-data investigasi, maka konsekwensi yang harus diterima yait teguran dari instansi yang berwenang. (Stanley, Meliput Konflik

SARA Dengan Jurnalisme Perdamaian, makalah yang disampaikan pada Pelatihan Jurnalisme Perdamaian LSPP, September, 2000).

K

Catatan Kaki

Page 11: Tabloid Mimbar Untan edisi 11

Tabloid Mahasiswa Universitas Tanjungpura

Pemanfaatan Aloevera UntukKesehatan

IDAH buaya (Aloevera) adalah jenis tumbuhan yang dapattumbuh pada berbagai jenis iklim karena mempunyai sistemperakaran yang pendek dan tahan terhadap kondisi kering.Cocok dikembangkan pada daerah yang mempunyai iklim tropisdengan suhu berkisar antara 270C-30 C dan curah hujan perbu-lannya berkisar 4,5-6,0, pH optimum 5,5. (Sudarto, 1997)

Aloevera dikenal dengan berbagai nama. Di Indonesia dikenal sebagai“Lidah Buaya”, sedangkan di Inggris dengan nama “Crocodiles Tongues”. Disetiap daerah Aloevera punya nama khas. Misalnya ‘Jadam” dalam bahasaMelayu Malaysia, “Salvia” dalam bahasa Spanyol, “Lu Hu” dalam bahasaCina, dan ‘Aloe” dalam bahasa Jerman (Sudarto, 1997).

Tanaman lidah buaya awalnya berasal dari Kepulauan Canary (Afrika).Pada 333 SM orang Yunani menggunakannya sebagai bahan pengobatan.Tanaman ini masuk ke Indonesia pada abad ke-17 sebagai tanaman hiasbiasa, tetapi pada perkembangan selanjutnya digunakan sebagai tanamanobat dan bahan kosmetik.

Secara agroklimat Kota Pontianak memenuhi persyaratan sebagai daerahpengembangan lidah buaya karena terletak pada garis khatulistiwa, denganketinggian 0,5-3 m di atas permukaan laut dengan jumlah curah hujan setiaptahunnya berkisar antara 2500-3000 mm (Sudarto, 1997).

Ditinjau dari aspek sosial mayoritas masyarakat Kalimantan Barat berpro-fesi sebagai petani tradisional, nelayan, dan buruh yang mempunyai tingkatpenghasilan rendah. Hal tersebut menjadi faktor pendorong untuk mencarisumber penghidupan yang prospektif, salah satunya di bidang budidayatanaman lidah buaya.

***DALAM bidang farmasi penggunaan lidah buaya pertama kalinya dilakukan

oleh orang-orang Samaria lebih kurang 1750 SM. Sekitar 2000 tahun yanglalu seorang bangsa Yunani yang bernama Dioscordes mencatat manfaatlidah buaya sebagai obat antara lain obat bisul, luka memar, kulit pecah-pecah, kulit lecet, rambut rontok, obat wasir, radang tenggorokan, dan lainsebagainya (Anonymus, 1983a dalam Suryowododo, 1988).

Secara komersial daun pelepah lidah buaya dapat dimanfaatkan sebagaibahan minuman kesehatan, bahan kosmetik, dan obat (farmasi). Hasilpenelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi Departeman Kesehatanmenunjukkan lidah buaya mengandung mineral, protein, lemak, karbohidrat,enzim, dan vitamin. Kandungan mineral dari lidah buaya antara lain adalahkalsium, potasium, sodium, dan chromium sedangkan enzim yang terkandungamylase, katalase, selulose, karboksipepidase, karboksihelolase, dan bradi-kinase. Pada lidah buaya juga terkandung unsur-unsur seperti Zn, K, Fe,vitamin A, asam folat dan kholin,vitamin B1, B2, B3, B12, C, E, inositol, danasam folat (folid acid) yang biasa dimanfaatkan sebagai bahan dasar kos-metik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa jenis asam amino esensialseperti arginin, asparagin, asam aspartat, anlin, serin, vialin, glutamate,tareonin, glisin, prolin, histidin, leusin, dan isolieusin juga ditemukan padatanaman lidah buaya. Kandungan asam amino ini memungkinkan lidah buayamempunyai khasiat obat antara lain sebagai obat cacing, obat luka, peluruhdahak, peluruh haid, obat pencahar, penghentian dareah, penyubur rambut,pengobatan kanker, kecanduan arthiritis, hepatitis, feline, leukemia, diabetes,dan skoderma.

Di dalam gel lidah buaya terdapat kandungan vitamin yang bermanfaatdalam bidang kesehatan khususnya untuk menjaga agar tubuh tetap sehat.Vitamin-vitamin yang terkandung dalam gel lidah buaya adalah vitamin A, B1,B2, B3, B6,B12, C, E dan asam folat (Anonimous, 19832 dalam Suryowidodo,1988). Kandungan vitamin beserta fungsinya dalam bidang kesehatanditunjukkan oleh tabel.

Komponen kimia berikunya yang terdapat dalam golongan Aloe adalah

senyawa turunan C-glikosil dari antrakuinon, aloenosid dan o-glikosil darikrisopanol. Senyawa-senyawa turunan glikosil seperti seperti antarakuinondikenal luas sebagai zat antibiotik dan antiseptik (Bly, 1963 dalam Suryo-widodo, 1988).

Dari hasil penelitian, senyawa-senyawa yang termasuk dalam golonganantra kuinon mempunyai khasiat untuk memudahkan buang air besar karenadapat merangsang selaput molosa usus besar sehingga otot usus besarterstimulus dan terjadi gerakan usus besar. Kondisi ini menimbulkan perce-patan transit dari isi usus sekaligus terjadi sekresi lendir dan absorpsi airdihambat kemudian dihasilkan tinja yang lunak (Scunack, dkk, 1990). Haltersebut disebabkan adanya senyawa glikosida antra yang bekerja pada ususbesar. Senyawa aglikon terhidroksilasi pada atom C-1 dan 8 Danron, 1-8- di-hidroksiantrakuinon dan diatrol yaitu 1,8,9-trihidroksiantrasen, sepertitautomernya 1,8-dihidroksiantron juga dibuat secar sintetik. Dantron (DAB8)digunakan sebagai laksan, sedangkan ditranol mempunyai sifat merangsangkulit sehingga digunakan sebagai antipsiriatik. Aglikon glikosida antrakuinonjuga dinamakan emodia. Senyawa ini berasal dari kerangka dasar yangterhidroksilsi pada posisi 1,8, dan juga tersubsititusi pada atom C-3 dan 6.

Menurut Fly (1963), aloin bukan satu-satunya bahan yang bersifat sebagaiobat antiseptik dan antibiotik tetapi terdapat unsur lain yaitu aloe emodin.Kandungan aloin pada Aloevera sangat bervariasi, tergantung pada jenistanaman Aloe-nya.

Turunan yang penting dari glikosiladalah aloin. Aloin (barbaloin) adalahturunan D-glukopiranil edomin-antronAloe yang terikat C-C. Zat ini berupacampuran yang terdiri dari dua stereoisomer C-10 aloin.

Beberapa publikasi di luar negerijuga mulai meneliti poteni pemanfaatnAloe vera sebagai obat HIV/AIDS(ANTIVIRAL). Hal ini disebabkanadanya zat aloemodin dan aloebarbadoid yang termasuk dalamgolongan antrakunon. Senyawa inidilaporkan mempunyai khasiat sebagaisistem pertahanan tubuh.

Aloevera juga dilaporkan mempu-nyai fungsi sebagai penghambatperadangan. Hasil perbandingandengan gliberin, Aloe vera mempunyaifungsi yang hampir sama. Gliberinmerupakan hormon yang berfungsiuntuk menghambat pertumbuhan dandiabetes, sehingga gel aloe vera dan

L

No Vitamin Fungsi 1 A Mencegah rabun senja, kulit keriput dan kering.

2 B1

Mencegah beri-beri, gangguan mental dan gangguan hati.

3 B2 (riboflavin)

Mencegah katarak, bibir pecah-pecah, dan gangguan

pertumbuhan.

4 B3 (niasin) Mencegah gangguan iritabilita dan gangguan kulit.

5 B6 (piridoksin) Mencegah peradangan kulit.

6 B12 (sianokobalomin) Mencegah anemia.

7 C (asam asbokat)

Mencegah sariawan dan terganggunya hubungan

antara jaringan.

8 Asam folat Mencegah anemia.

9 E Mencegah ketidaksuburan.

Tabel : Kandungan vitamin beserta fungsinya dalam bidang kesehatan.

Oleh Mahmudi Herman, Adhitya Warman & Fahrianto

Page 12: Tabloid Mimbar Untan edisi 11

ENGHUNI di sana lebihsenang menyebutnya“Rumah”, didirikan sejak1980-an namun mulaidigunakan setahun ke-

mudian. LP Anak kelas II B ini dibangunsebagai tempat tinggal sementara bagianak-anak yang memiliki masalahdengan hukum dan sengaja dibuatterpisah dengan orang dewasa.

Pada Januari 2006 di LP Anaktersebut terdapat 40 orang narapidanadan tahanan yang terdiri dari 29 anakpidana, 1 anak negara, nihil untuk anak

sipil, 9 anak tahanan dan 1 anak titipan.Menurut Kepala Seksi Pembinaan LP

Anak Sutriman, S.Pd, anak pidanamerupakan anak yang diberi putusanpengadilan dan dijatuhi pidana tertentu.Sedangkan anak negara adalah anakyang melakukan tindak pidana danmendapat putusan pengadilan.

Terakhir yaitu anak sipil, anak yangatas permintaan orang tua sendiri untukdididik oleh LP karena telah berlakunakal. “Sampai saat ini belum adatahanan dengan status anak sipil,”kataSutriman.

Ketiga status tadi merupakanpenggolongan jenis anak dalam LP ini,sedangkan untuk anak tahanan ataupunanak titipan adalah anak-anak yangmasih menjalani proses persidangan.

Rumah tahanan anak ini dibatasijuga usianya mulai dari 8 hingga 18tahun. Walau demikian, kebanyakananak yang baru berusia 12 tahun ke atasyang bisa menjalani proses hukumandi tempat ini. Jadi anak-anak dalam usia8-12 tahun itu bisa dapat pidanabersyarat. Sehingga penghuni LP Anakitu kebanyakan berumur 14-18 tahun.

Kejahatan yang melibatkan anak-anak diyakini oleh Sutriman semakinmeningkat tiap tahunnya. Anak-anakuntuk daerah Pontianak ini paling tinggiterjerat kasus pencurian. Sedangkankasus asusila dan narkoba di tingkatberikutnya.

Di LP anak tersebut ada 38 petugasuntuk mengawasi anak-anak. Walaupundianggap cukup memadai, tetapi tidakdielakan juga bahwa menjaga anak-anak jauh lebih repot ketimbangnarapidana dewasa. “Lebih sulitmenangani anak karena masih labil, kitamesti yang aktif. Dan tergantungpendekatan yang diutamakan,” ungkapSutriman yang pernah enam tahun

Masa Muda di Bui

Kegiatan harian di LP anak, memacusemua anak untuk punya rutinitasharian. Hal inilah yang disyukuri olehTory (16), salah satu penghuni LP.“Pembelajaran di sini lebih baik dariluar, di luar belum tentu dapat ngelas,(red. keterampilan yang diajarkan di LPanak) bisa bikin kursi, meja, dan pintu,”katanya. Hidup di sini juga lebih teratur.Setiap harinya ada olahraga yang kalaudi luar jarang sekali dilakukannya. “Disini sukanya bisa bergaul denganteman-teman, bahkan sering gurau-gurau.”

Tory adalah salah satu penghuniblok B 2 LP sejak satu setengah tahunyang lalu. Karena pengaruh buruklingkungan, ia terjerat kasus asusila. Kiniia mesti menghabiskan waktu empattahun lamanya di LP.

Sebelum mendekam di balik teralibesi, Tory punya kehidupan layaknyaanak-anak seusianya. Walau hidupmenumpang di sebuah panti asuhan,ia sempat merasakan bangku sekolah,hingga nyaris lulus SMP di AmperaPontianak. Prestasinya di kelas pun tidakjelek, pernah sekali menjadi juara tigadi kelas.

Bahkan ia pernah bermimpi menjadipolisi sejak lama, tapi apa daya keadaantidak berpihak padanya. Tindak asusilayang dilakukannya kemudian memak-sanya membuang jauh-jauh mimpinyaitu. “Pengen jadi polisi macam manegak, malah ditangkap polisi,” ujarnyadengan logat melayu seraya tersenyummalu.

Penjara sebagai tempat mena-kutkan untuk menjalani hidup adalahsebersit pikiran yang terlintas waktuawal mula dirinya tertangkap. Tapi mautak mau ia mesti belajar bertanggungjawab atas perilaku yang diperbuatnya.

Bagi Tory, kesedihan terkurung di sinitidak menjadikannya putus asa lama-lama. Mimpi barunya menjadi yangterbaik muncul di LP anak. “Tidak nakaldan pengen kayak orang tua, rajinsholat,” ceritanya dengan suara samar.

Tory yang siang itu mengenakankaos biru sempat berpesan pada anak-anak sebayanya agar tidak ikut-ikutanseperti tingkah polahnya yang tidakbenar. “Baik-baik aja di luar,” ucapnyabijak, sambil berlalu pergi setelahsecarik kertas sebagai isyarat untukTory kembali bersama kawan-ka-wannya makan siang.

juga terdapat anak perempuan. Meskihanya tiga orang, tetap saja merekasengaja dipisahkan dari lawan jenisnya.Mereka masing-masing adalah anak-anak yang pernah melakukan tindakpidana trafficking, narkoba, danpembunuhan.

Karena jumlah yang minim, Sutri-man mengakui tidak banyak kegiatanyang bisa dilakukan anak-anak itu.“Biasanya mereka dilatih keterampilansulam. Tapi seolah-olah tidak kelihatankegiatannya karena sedikit jumlahnya,”ujarnya.

Salah satunya adalah Ayu (16) yangharus memikul beban akibat ulahnyasendiri. Berteman dengan obat terla-rang, berbuntut panjang yang meng-haruskannya meringkuk ke dalam selmenjalani masa ABG nya.

Peristiwa ini selamanya tidak akanpernah Ayu lupakan, ikhwal dia bisaberstatus tahanan. Awalnya bermulaketika ia merasa broken home akibatperceraian kedua orang tuanya. Ayudalam usia masih butuh bimbingan,malah terjerumus pada buruknyapengaruh lingkungan. “Teman-temankumpul yang ngajarkan makai. Pertamasih coba ngerokok, lalu ke cimeng,”kenangnya. Ternyata coba-coba inimalah berlanjut pada ekstasi dan sabu-sabu oleh gadis yang saat itu berstatuspelajar SLTP. Suatu hari ketika sedangcoba pakai, naas bagi Ayu, dia malahover dosis.

BANGUNAN bercat kuning kentang itu telah berusia

seperempat abad. Pada halaman depannya dihiasi

pelataran rumput yang tidak terurus bahkan

tergenang lumpur bekas peninggalan hujan

semalam. Di balik tembok beton inilah anak-anak

yang berstatus narapidana melewati hari-harinya.

Dari jalan Adi Sucipto, orang dapat membaca papan

nama yang bertuliskan “Lembaga Pemasyarakatan

Anak Kelas II B Sungai Raya Pontianak” di depan

bangunan itu.

PKarena panik teman-temannya

membawa nya ke RS. Seperti diketahui,penggunaan obat terlarang bisa terjeratpasal-pasal di UU Psikotropika begitujuga Ayu yang mau tak mau punakhirnya harus berurusan denganperkara ini.

Sekarang Ayu telah resmi sebagaipenghuni disini, bersama dua gadislainnya yang telah jadi teman akrabnya.Tak banyak yang ingin ia ceritakantentang kehidupannya disini. Akan tetapibaik Ayu maupun Tory jika diper-kenankan memilih mereka tentu sajalebih memilih hidup bebas ketimbangterpenjara disini. Sambil menunggu hariitu tiba, kehadiran sanak famili menje-nguk mereka adalah obat ampuhmelumpuhkan rasa rindu. Ayu sendiriselalu dikunjungi orang tuanya nyarisseminggu sekali. Sedang Tory meski takseberuntung Ayu, ia tetap bahagiadidatangi keluarganya setahun sekalidengan membawa oleh-oleh makanankesukaannya.

Ketika itu, meski sinar mataharitengah terik-teriknya anak-anak itu tetapgagah berani bermain di lapangan. Adajuga yang lebih memilih bersembunyidirindangnya atap sambil bercelotehbersama teman-teman, mengisi hari-hari di bui. Memang tidak bisa diba-yangkan dari wajah-wajah itu pernahmelakukan kejahatan sehingga merekaharus menghabiskan masa mudanya didalam bui.[]

Oleh Ratna M Harahap dan Nina Soraya

Page 13: Tabloid Mimbar Untan edisi 11

ENGAN beliak (alat dari belian serupa pe-dang) ia mencucuk pakan ke benang Lung-si berkali-kali. Proses itu dilakukannya ber-ulang-ulang sampai kain tenun yang dibu-atnya menjadi utuh.

“Ini namanya proses mantang (mene-nun-red),” jelas Belenjan. Sebelumnya ia harus melaku-kan beberapa tahap proses pembuatan kain tenun ikat,seperti menggulung dan menghitung benang denganulu ayan -alat penggulung terbuat dari bambu, melaku-kan perminyakan benang (ngaos), membuat motif danpengikatan, pencelupan dengan bahan pewarna alamatau sintetis, pengetasan/melepaskan tali yang diikatpada benang, peregangan benang-benang dan mem-buat tepi kain di tangga penginsur, hingga menenun dialat mantang-.

Ada beberapa produk kain tenun ikat yang sering iabuat. Diantaranya kumbuk (selimut) ukuran 60-100cm x 190-220 cm, kain kebat ukuran 40-60 cm x 150-180 cm, dan selendang ukuran 10-20 cm x 150-180cm. Ia juga membuat sejadah, telapak meja, sarungbantal, alas sofa dan jas dari kain tenun ikat. Kain tenunikat yang telah selesai dikerjakannya itu kemudian iajual ke Koperasi Pengrajin Tenun Ikat Jasa MenenunMandiri (JMM). “Kadang-kadang ada pembeli yangdatang ke rumah membeli kain,” ujar Belenjan.

Harga jual kain tenun ikat itu tergantung dari jenisdan kualitas yang dihasilkan. Biasanya kumbuk dijualdengan kisaran harga Rp 300.000 – Rp 500.000 perlembar, sedangkan kebat, sejadah, telapak meja, alassofa, dan sarung bantal harganya berkisar Rp.75.000 –Rp 250.000 per lembar, selendang Rp 10.000-Rp30.000 per lembar, dan jas bisa mencapai Rp 300.000-Rp.500.000 per lembar.

Pengerjaan kain tenun ikat dayak ini membutuhkanwaktu yang cukup panjang. Biasanya ia dapat menye-lesaikan sehelai kain tenun ikat selama 1-3 bulan. Belen-jan menjelaskan, menenun merupakan pekerjaan sampi-ngan yang biasa dilakukannya di waktu senggang ataudi sela-sela kesibukannya bertani. “Tapi kalau banyakyang mesan kain tenun ikat, pekerjaan menenun bisadilakukan seharian penuh,” ujarnya.

Selama tahun 2005, Belenjan telah membuat 3 lem-bar kumbuk, 6 kebat, 42 selendang, 4 taplak meja, 6sarung bantal, 5 alas sofa dan 2 lembar sejadah. Dariproduk tersebut, di tahun 2005 ia memperoleh pen-dapatan sekitar Rp 5.660.000. Pendapatan dari tenunikat ini, menurut Belenjan digunakannya untuk biayasekolah anak-anak, membeli kebutuhan rumah tangga,dan sebagian disisihkannya untuk ditabung di koperasiJMM.

Belenjan adalah salah satu pengrajin tenun ikat Da-yak Desa di Dusun Umin Sintang. Hampir seluruh pene-nun di Sintang bergabung di Koperasi JMM. Di tahun2005 Koperasi JMM memiliki anggota 427 orang yangberasal dari 16 kampung di pedalaman Sintang. Darisejumlah anggota itu, sebanyak 170 orang aktif dalamusaha memproduksi kain tenun ikat berbagai ukuran,

PERTENGAHAN Desember 2005, di sebuah rumah sederhana miliknya, Belenjan (65), seorang pengrajin tenun ikat di

Dusun Umin, Mangat Baru, Dedai, Sintang tampak mengerjakan kain tenun ikat dayak. Dalam posisi duduk, kakinya

terlihat menekan penumpu yang berada di bawah benang tenunan. Disanggah paut-penyanggah dari kulit kayu kepoak-

pinggangnya menarik benang tenunan yang ditempelkan pada dinding rumah itu. Sementara tangannya sibuk memasukkan

benang pakan ke benang lungsi.

Dkegiatan simpan pinjam.

Dari 170 orang penenun aktif, setiap bulan rata-rata kain yang ditampung pada koperasi mencapai 15-30 lembar kain berbagai ukuran, tidak termasuk kainpesanan khusus. Sedangkan untuk momen khususseperti pada saat dilangsungkan lomba dan pameranbisa mencapai 100-150 lembar kain kumbu/selimut.

Saat ini tenun ikat dayak telah menjadi salah satusumber penghasilan ekonomi masyarakat tradisional dipedalaman Kabupaten Sintang. “Selain pendapatan darihasil kebun karet, hasil ladang, dan lainnya, tenun ikattelah memberikan kontribusi yang cukup besar bagiperekonomian keluarga mereka,” papar Yuliantini yangpada penelitiannya menyebutkan penerimaan tenunikat Dayak Desa dari 44 penenun selama tahun 2004di Rumah Betang Ensaid Panjang sebesar Rp 56.460.000.

Menurut Sugiman, Koordinator Pengembangan Eko-nomi Kerakyatan People, Resources, Conservation,Foundation-Indonesia (PRCF-I), penjualan tenun ikattersebut merupakan sebuah bentuk penghargaan ter-hadap penenun. “Selain melestarikan budaya dan men-dapatkan income, dari penjualan kain tenun ikat secaratidak langsung, mereka juga memperkenalkan budayatenun ikat dayak kepada masyarakat luas. Orang luarakan bilang, oh ini loh kain tenun ikat dayak dari Sintang,”ujar Sugiman.

Menenun Masa DepanDalam hal kain tenun khas masyarakat Dayak, tidak

semua daerah di pedalaman Kalimantan yang membuatatau mempunyai keahlian. Hanya ada beberapa SukuDayak saja yang terkenal dengan hasil tenunannya,yakni O’t Danum, Bahau, Apo Kayan dan beberapa SukuDayak lainnya di lembah-lembah sungai di Kalimantansebelah barat daya dan timur (Kartiwa Suwati, 1996).

Menurut Yuliantini, Alumni Fakultas Kehutanan Un-tan, beberapa masyarakat Suku Dayak membuat kaintradisional mereka tidak dengan cara mengikat dalampembuatan motif, tetapi dengan menyulam pada kainsongket serta manik-manik. Keahlian membuat kaintenun dengan cara diikat ini hanya dimiliki oleh beberapaSuku Dayak, antara lain Dayak Desa dan Ketungau diKabupaten Sintang serta Dayak Iban, Kantuk, Bukat diKabupaten Kapuas Hulu.

Tenun ikat dayak merupakan salah satu seni budayapeninggalan para leluhur masyarakat dayak yangmempunyai nilai seni cukup tinggi dan sangat spesifik,baik keragaman motifnya maupun nilai cerita dan pesanyang disampaikannya. Tenun ikat dayak juga menjadiidentitas dari masyarakat setempat.

Motif yang dibuat pada kain tenun ikat, syarat berisipesan nenek moyang akan arti dan makna kehidupan.Pembuatan motif bahkan ada yang didapatkan darisebuah mimpi.

Sampai saat ini belum ada informasi tentang kapanpertama kali munculnya budaya tenun ikat ini. Namunpengerjaan tenun ikat yang dilakukan secara turun te-

mungkinan besar tenun ikat muncul ketika masyarakatmulai mengenal pakaian dari kain dan beralih dari peng-gunaan kulit kayu dan binatang sebagai pakaian.

Pada awalnya para leluhur masyarakat Dayak mem-buat kain tenun ikat ini dengan memanfaatkan bahan-bahan yang ada di sekitar tempat tinggalnya, mulai serattumbuhan hingga kapas yang dipintal menjadi benangdan ditenun menjadi kain tenun ikat, dimana untukpewarnanya menggunakan bahan pewarna alami yangberasal dari akar, kulit, batang maupun daun tumbuh-tumbuhan hutan.

Demikian pula penggunaan lemak dari buah dan he-wan sebagai bahan perminyakan benang (ngaos). Daricerita Yuliana, pengrajin tenun ikat di Ensaid Panjang,pada zaman ngayau -perang antar suku- bahan ngaosyang digunakan ada yang berasal dari lemak manusia.

Tradisi ngaos biasanya dilakukan untuk kain yangdibuat dari bahan pewarna alam. Ngaos dilakukan untukmemperkuat benang, mempertahankan dan menerang-kan warna kain, meningkatkan harga jual dan melanjut-kan tradisi nenek moyangnya.

Menurut Belenjan, ngaos yang biasanya dilakukanbersama-sama itu harus disertai upacara pemanggilanDewa Batara dan Nenek Andhan. Pemanggilan itu diser-tai berbagai perlengkapan seperti tuak, pinang, rokok,nasi, ayam, sayur dan beras. Mereka percaya setelahberas ditaburkan 7 kali ke atas, Dewa Batara dan NenekAndhan telah datang. “Saat ngaos dilakukan, yang ikutharus menyelipkan bunga tujuh warna di telinga danmenggunakan pakaian adat yang dibuat dari kain tenunikat,” terang Belenjan.

Dewasa ini kawasan hutan di Sintang sudah mulaiberkurang. Tumbuhan pewarna alam dan bahan ngaosyang dulunya mudah, saat ini sudah sulit ditemukan.Begitu pula dengan tanaman kapas. Jika dulunya setelahmenanam padi ditanami kapas, sekarang bergantidengan tanaman karet. “Karena sulitnya memperolehkapas dan bahan pewarna alam, dalam membuat tenunikat, pengrajin sekarang sudah menggunakan benangdari industri dan pewarna sintetis,” kata Yuliantini.

Kendati demikian keaslian budaya tenun ikat danpenggunaan bahan alam itu masih terus dilestarikandengan melakukan pembudidayaan tanaman-tanamanseperti kapas dan tumbuhan pewarna alam. Dari penga-matan lapangan, untuk beberapa tempat seperti diUmin dengan pendampingan PRCF-I, pembudidayaankapas kini sudah mulai dilakukan penenun kembali. Se-dangkan tumbuhan pewarna alam sudah mulai ditanampenenun di sekitar rumahnya.

Budaya tenun ikat dayak Sintang sekarang telahdikenal masyarakat luas. Di sebuah meseum Belanda,sudah terdapat kain dan seperangkat alat tenun asalEnsaid Panjang Sintang. Pada November 2005, BupatiSintang mendapat penghargaan pelestarian danpengembangan kain nasional dari Menteri PerdaganganRepublik Indonesia. Menurut Bupati Sintang Drs MiltonCrosby MSi, penghargaan itu diberikan karena tenunikat dayak terkenal dengan keasliannya, baik penggu-

MenenunMasa DepanMenenunMasa Depan

Oleh Dedy Armayadi

Page 14: Tabloid Mimbar Untan edisi 11

Tabloid Mahasiswa Universitas Tanjungpura

KU hanya bisa terdiam, ketika demon-

strasi di depan sana terus memaksa-mu untuk berteriak-teriak. Aku hanyabisa berdoa semoga moncong sena-pan digenggaman orang-orang

berseragam itu tidak membelai pipimu yanglembut. Kau terlalu cantik untuk menjadi seorangdemonstran, manis. Jilbab putihmu akan kotor danakhirnya kusam ditelan idiolegi-idiologimu yang

belum tentu mendapat perhatian dari mereka,orang-orang yang duduk di gedung sana.

“Kawan-kawan... kita sebagai perempuansudah selayaknya untuk tidak terus dibawah

ketiaknya para lelaki yang selalu berbau masamitu!” Bagi mereka, kau adalah seorang Kartini,yang dengan gigihnya menuntut hak-hak kaliansebagai perempuan untuk diperlakukan secara

adil. Tapi tidak bagiku. Engkau adalah seorangyang sangat aku cintai. Meskipun sampai saat iniaku hanya bisa membiarkan cintaku menggantungdibalik mimpi dan harapan. Yang jelas aku tidak

ingin kehilangan dirimu hanya gara-gara sebaitideologi.

Teriakan-teriakan dari belakang terus meng-gentarkan gedung rakyat di depan sana. Mereka

terus maju. Tak peduli dengan kawat berduri yangsudah menunggu. Berhasil. Ribuan perempuanentah dari mana yang membanjiri tempat ituberhasil menumbangkan kawat berduri di depan

mereka. Masih tetap berteriak dengan mantap,engkau maju sebagai orang terdepan dan sangatpercaya diri. Kau lupa, manisku, di balik duri-duriyang telah berhasil kau porak-porandakan berdiri

orang-orang yang telah siap menarik pelatukmereka masing-masing.

Apakah ini hari terakhir untuk menikmatibetapa manisnya wajahmu yang selalu tertutup

jilbab putih itu? Aku tak pernah menantikanjawabannya. Biarlah semuanya mengalir. Akucuma punya keyakinan, jika Tuhan bisa memper-temukan kita kembali, kenapa Dia tidak bisa

mempersatukan kita?Suatu hari, aku pernah mengenalmu. Bukan

sebagai seorang anggota di organisasi perem-puan, juga bukan sebagai Kartini yang terus

menuntut hak-hakmu. Melainkan aku mengenalmusebagai Erna, seorang wanita dengan jilbab yangmelengkapi indahnya dirimu. Kalaupun akhirnyaengkau menjadi seorang demonstran, itu hakmu

dan aku tak pemah melarangnya. Namun adaCatatan yang perlu engkau ketahui, bahwa akusangat mencintaimu dan tak ingin kau terlukakarena aktivitasmu.

Saat itu sore diselimuti dengan awan gelap,ketika engkau gelisah menunggu kedatanganseseorang untuk menjemputmu pulang.

“Menunggu siapa, mbak?” akhirnya aku mende-

katimu dan melontarkan pertanyaan itu.Engkau tak menjawab, melainkan melampirkan

senyuman serta sedikit menggeser posisi duduk-mu seakan mempersilahkanku untuk ikut-ikutan

masuk dalam keresahanmu.“Kok, ndak dijawab sih mbak?”“Saya mau menjawab pertanyaanmu. Tapi

sebelumnya tolong jangan panggil saya dengan

sebutan Mbak.” Begitu lembut dan sopan suaraitu.

“Lalu saya harus memanggil apa?”“Panggil saja saya Erna.”

“Baiklah. Sedang menunggu siapa Erna?”Kuulangi pertanyaanku dibarengi dengan turunnyaair hujan yang tiba-tiba menderas.

Perkenalan yang dingin. Namun aku sangat

menikmatinya. Senyummu yang terlampir, selaluhadir ketika hujan datang. Juga dengan bahasamuyang sopan. Sama sekali aku tak pemah mengirabahwa engkau adalah seorang aktivis pada saat

itu. Jujur saja, tak peduli siapa dirimu, Aku tertarikpadamu dan dengan arogan aku berani untukmencintaimu.

Suasana di halaman gedung milik wakil rakyat

semakin memanas. Aparat keamanan semakinmerapatkan pagar betisnya siap dengan tamengdan senjata di tangan. Namun kau sama sekalitidak gentar. Dengan kamera yang siap kubidikkan,

aku terus mengamatimu. Tapi apa yang haruskujepret, sementara ketakutan-ketakutan terusrnenghantuiku.

kepalamu, untuk kemudian kau gantungkan dileher salah seorang dari mereka.

“Gila!” teriakan itu reflek keluar dari bibirkubersamaan dengan jari telunjuk yang menekan

tombol btitz. Tepat terbidik. Kemudian aku me-masrahkan semuanya kepada Tuhan.

***“SEPERTINYA aku mencintaimu, Erna.” Akhir-

nya aku berani mengutarakan itu setelah perke-nalan yang dulu membuat kita semakin akrab.

“Ya.” Jawabmu singkat yang lagi-lagi disertaidengan senyuman. “Mencintai dan dicintai adalah

hak. Dan ketika engkau mengucapkan itu, taksatupun yang berhak untuk melarangnya.”

“Lantas?”“Lantas... silahkan engkau menikmati cintamu.

Bukan sesuatu yang sulit kan?”“Sama sekali tidak sulit. Namun ketika hak itu

kuutarakan, otomatis aku memerlukan sebuahjawaban.”

“Akhirnya akupun berhak untuk menghormatirasa cintamu tanpa harus membalasnya.” Jawabanyang teramat indah, untuk kemudian sedikitmendatangkan penyesalan bagiku telah menguta-

rakan yang kau sebut ‘hak’ tersebut. Kebekuantercipta. Tak ada yang terjadi setelah itu selainkeempat mata kita yang saling beradu menafsir-kan makna dari setiap kata yang telah kita ucap-

kan. Kebekuan itu tidak terlalu lama terjadi.Senyumanmu yang mencairkannya.

“Namun engkau tidak perlu untuk menarikhakmu. Biarkanlah cinta itu mengalir, toh itu

adalah hak, seperti yang telah kukatakan tadi.Meskipun akhirnya engkau tidak mendapat bala-sannya. Setidaknya dengan cinta kau bisa menja-lani hidup ini dengan ketulusan.”

“Absurd.”“Kupikir tidak ada yang absurd,” segera kau

sanggah itu. “Hidup ini sudah sangat jelas denganberhagai macam realitanya. Sama halnya dengan

cinta yang tumbuh dalam nuranimu. Bagikusangat realistis. Kalaupun itu menjadi absurd,kaulah yang membuatnya menjadi seperti itu.Bukan kehidupan atau cintamu yang absurd.”

Siapa dirimu sebenarnya manis. Semula akuberpikir engkau hanya serang wanita cantik yang

sesuatu yang lain. Sesuatu yang membuat dirikumenjadi orang yang bodoh untuk tertalu cepatmemaknai dirimu.

“Kenapa engkau terdiam? Bukankah sebelum-

nya engkau adalah orang yang sangat pintarmenyusun kelakar, lalu kita sama-sama tertawasebab kelakarmu.”

Aku nyaris memaki diriku sendiri.

“Aku cuma tidak menyangka kalau engkaumengucapkan itu. Semula aku berpikir engkaubisa menerima semua ini atau minimal memikir-kannya untuk beberapa saat. Temyata hari ini

engkau berhasil membuatku untuk tidak mengu-mandangkan kelakar yang biasa membawa kitasama-sama tertawa.”

“Aku bisa memakluminya. Cinta, kata yang

begitu sakral untuk diucapkan. Namun ketikaengkau terpaksa harus mengucapkannya, kausendiripun harus bisa mengambil resiko darikesakralan itu. Nikmati saja cintamu dan tetaplah

berdiri sebagai dirimu sendiri. Yang jelas untuksaat ini aku belum bisa membalasnya. Tetaplahsebagai orang yang mencintai.”

Akupun harus puas dengan jawabanmu

tersebut. Toh itu semua tidak membuat kitamenjadi jauh. Engkau tetap Erna, gadis manisdengan senyum dan kata-kata yang santun. Danaku tetap sebagai aku yang akan selalu berkelakar

dengan diiringi barapan-harapan tentang cinta.***

AKU sudah tidak mau lagi melihat keadaanyang semakin menakutkan tersebut. Suara

teriakan-teriakan perempuan yang haus dengankeadilan, peringatan dari pihak aparat, ataupunberbagai macam kemungkinan. Semuanyakupasrahkan kepada Tuhan. Untuk seorang Erna,

sampai hari ini aku masih konsisten terhadapdiriku sendiri sebagai orang yang mencintai.

Ikat kepalamu yang akhimya menentukansemua ini. Cinta itu akan selalu ada dan menga-

badi dalam setiap denyut nadi ini. Tak perdulisiapapun dirimu. Seorang gadis bejilbab dengansenyum yang selalu terlampir, ataupun seorangdemonstran yang teguh dengan idealisme-

idealismemu.“Dor...!”

A Cerpen Pay Jarot Sujarwo

Aku, Kau danSuara Tembakan Itu

Aku, Kau danSuara Tembakan Itu

Ilustrasi si Is

Page 15: Tabloid Mimbar Untan edisi 11

Tabloid Mahasiswa Universitas Tanjungpura

Kegagalan Bukan Hal yang Terburuk

B Judul : Berani Gagal Islami Penulis : Yusuf Abdussalam Penerbit : Media Insani Yogyakarta Peresensi : Tantra Nur Andi Cetakan : Kedua, Juli 2005 Tebal : v+174 halaman

naan bahan dari alam, motif yang didapat dari mimpi, dan penggunaan alattradisional.

Cuma anehnya, Milton mengakui baru tahu tenun ikat dayak dikenal luassaat ia menerima penghargaan itu. “Saya kaget ternyata perhatian masyarakatluas begitu besar dengan tenun ikat Dayak,” katanya saat dialog denganpenenun di pendopo Rumah Bupati Sintang beberapa waktu lalu.

Kekagetan itu mungkin menjadi wajar. Pasalnya, pelestarian tenun ikatdayak tumbuh dari inisitif penenun yang bergabung di Koperasi JMM yangterus di dampingi PRCF-I dan Kobus Center Sintang dengan berbagai pelatihandan promosi ke berbagai pelosok tanah air, termasuk di dunia internasional.

Sampai saat ini Belenjan beserta pengrajin tenun ikat lainnya masih me-lestarikan budaya leluhur, sekaligus meningkatkan pendapatan rumah tanggamereka. Sebuah usaha menenun masa depan di tengah himpitan jaman yangsemakin pelik ini.[].

Menenun ...

gliberin dapat bekerja sevara sinergis (Davis dan Maro,1989).Khasiat aloe vera sebagai anti peradangan dan anti diabetes telah

dibuktikan dengan cara menyuntikkan streptozotocin pada dua kelompoktikus. Streptozotocin merupakan obat yang dapat menyebabkan diabetes.Setelah streptozotocin pada dosis tertentu (sesuai dengan kesetim-bangan darah merah) disuntikkan pada dua kelompok tikus yang padaawalnya sehat, ternyata kelompok tikus tersebut terkena penyakitdiabetes dengan tanda-tanda luka pada tubuhnya. Untuk menguji khasiatgel aloe vera, pada salah satu kelompok tersebut disuntik dengan salahsatu dari gel aloe vera. Setelah beberapa hari dianalisis, ternyatakelompok tikus tersebut menjadi sembuh. Pada kelompok tikus yangsatunya ketika disuntik dengan streptozocin lagi ternyata mengalamikematian setelah 3 jam kemudian (Davis dan Maro, 1989).

Dari percobaan di atas dapat disimpulkan bahwa aloe vera mengan-dung senyawa yang mempunyai fungsi sebagai penghambat peradangantetapi dapat mempercepat penyembuhan luka dan menghambat diabetesseperti halnya diberelin. Senyawa ini dikenal sebagai enzim carboxy-pepetidase yang mempunyai efek pada anti peradangan (Waller, G.R,1978).

Ada pun kesimpulan dari karya tulis yaitu gel lidah buaya tersusunatas tiga komponen utama yaitu nutrisi, asam amino, dan mineral.Secara kimia, komposisi gel lidah buaya terdiri atas mineral, vitamin,monosakarida, polisakarida, dan enzim. Unsur metabolit sekunder padagel lidah buaya yang sangat berperan dalam bidang kesehatan terutamaadalah dari golongan antrakuinon dan turunan antrakoinon yaitu aloin.Senyawa golongan antrakuinon dipercaya mempunyai khasiat antiradang. Dan Aloevera mengandung senyawa senyawa sejenis gliberinyang diduga mempunyai khasiat sebagai penghambat peradangan yangberfungsi sebagai anti diabetes.[].

Seluruh penulis adalah Mahasiswa FMIPA Universitas Tanjungpura.

Tulisan di atas pernah diikutsertakan dalam Lomba Karya Tulis Kimia (LOKTIK)

Tingkat Nasional Tahun 2003 di Fakultas MIPA UGM Yogyakarta dengan judul Kajian

Kimia Pemanfaatan Lidah Buaya Dalam Bidang Kesehatan . Tim yang diketuai oleh

Aloe vera ...

uku setebal 174 halaman inibegitu jelas menggam-barkan bagaimana kehi-dupan manusia di zamanserba modern ini, dengankemajuan teknologi infor-

masi dan komunikasi segalanya menjadiberjalan serba cepat. Orang tidak lagimenghitung hari akan tetapi sudahsampai jam bahkan menit. Seiring deng-an itu manusia berlomba-lomba mengejarcita-citanya masing-masing. Para orangtua bukan hanya sibuk mencari dunia,akan tetapi sibuk pula mengompetisikananak-anaknya di sekolah-sekolah favorit.Satu yang mereka inginkan menjadikeluarga yang sukses. Semua berlombamengejar karier dan kedudukan. Berlom-ba mengejar peluang dan bisnis. Berlom-ba pula menyekolahkan anak-anaknyaagar menjadi anak yang pandai.

Entah disadari atau tidak, entah jugatahu atau tidak, atau kadang tahu tapisering kali diabaikan bahwa kita ini hidupdi dunia, meski peradaban secanggih apapun akan tetapi ini adalah planet yangfana, dengan kata lain tidak sempurna.Segala sesuatunya selalu memiliki cacat,dan bukanlah tempat yang bisa memuas-kan kita dengan maksimal. Karena itubanyak di antara manusia terkenapenyakit stres, penyakit karena sibukmemikirkan dunia, dan pusing memikirkankegagalan demi kegagalan yang dialami.

Memang tak mudah untuk bisa me-nerima kenyataan bahwa kita atau anak–anak kita hanya menjadi orang kebanya-kan bahkan lebih sederhana lagi. Hidupdengan kerja keras menghabiskan banyakwaktu dengan dengan hasil secukupnyasaja. Ini sangat berbeda dengan peker-jaan secara terhormat di dalam kantoryang sejuk, dengan sedikit menulis danbicara–bicara saja penghasilan merekamelambung sekian kali lipat dari orang–orang biasa. Apakah lalu kita telah gagalkarena kita telah menjadi orang biasayang tak dikenal dengan penghasilan pas-pasan saja?

Teori–teori dalam buku yang ditulisoleh Yusuf Abdussalam ini, mengkritisicara pandang masyarakat kebanyakanyang menilai suatu keberhasilan hanyadari sisi lahiriahnya saja. Padahal belumtentu demikian dalam pandangan Allah.Sesuatu yang demikian hebat dalampandangan manusia bisa jadi tidak berartiapa-apa di sisi Allah. Juga sebaliknya,sesuatu yang dianggap sepele dalampandangan manusia bisa jadi sesuatuyang besar di sisi Allah.

Padahal seseorang sebenarnya belumdikatakan gagal bila belum gagal menurutversi Allah. Gagal versi Allah inilah gagalyang sebenar-benarnya, sebab semuayang berasal dari Allah baik itu melalui ki-tab-Nya maupun perkataan Rasul-Nyaadalah sesuatu yang mutlak kebenaran-nya, tak lekang oleh zaman dan ruang.Kegagalan yang dikeluhkan banyakorang, di kupas para pakar dan ahli padadasarnya bukanlah kegagalan, sebabkegagalan itu terjadi untuk kepentingandunia maka berarti kegagalan itu adalahkegagalan semu, sebab hidup di duniaini adalah bukan hidup yang sebenarnya.Hidup yang semu dan fana, sedangkanhidup di akhirat adalah hidup yangsesungguhnya dan kekal. Dalil darimasalah ini adalah Q.S Al-mu’minun {23}ayat 112-115 bahwa kegagalan yangsebenarnya ditandai dengan menjauhdari Allah, sibuk dengan duniawi, mengisihidupnya tidak untuk beribadah, berbuatmaksiat, mereka yang kafir, berbuat syirik,zhalim kepada Rasullulah, zhalim kepadaorang tua, zhalim kepada orang lain,zhalim kepada diri sendiri.

Penulis buku ini melihat realitas di atasbukan tanpa sebab. Salah satu akarpermasalahannya adalah saat kegagalandatang, secara naluriah manusia tidaksuka dengan keadaan itu, bahkankebanyakan merasa sedih mendapatinya.

kepada Allah sepenuhnya. Adapun orangyang sungguh–sungguh bertawakal,mereka meyakini bahwa tugas merekahanyalah sampai pada batas berusahasekuat tenaga, sedangkan hasilnya adalahterserah Allah semata. Inilah pentingnyaiman dan ilmu dalam menghadapi badaikegagalan. MasyaAllah, memang berat,bahkan kadang seseorang merasa sangatterpukul akibat kedatangan ’si gagal’ iniyang begitu mendadak.

Dunia seolah gelap seketika. Nasihatdan kata-kata orang lain seolah takberarti. Mereka hanya bisa bicara, cobasaja mereka yang mengalami, tentu sajamereka akan lebih ’down’ dari pada dirikuini. Yang kubutuhkan adalah tindakanyang nyata, yang ’riil’, bukan nasihat-nasihat yang mengambang seperti itu.Demikian kira-kira pikiran seseorang ketikaitu. Semuanya begitu gelap, ruwet danbundet. Tidak tahu harus bagaimana.Coba kita perhatikan, banyak sekalicontoh–contoh kasus–kasus bunuh diridari para pebisnis besar atau orangterkenal. Di antaranya adalah DaleCarnegie, seorang tokoh konsultan yangbegitu terkenal seantero jagat sebagaiseorang guru besar kepribadian. Kalaukita pernah membaca buku-bukunya,tentu kita akan takjub karena begitubagusnya pelajaran tentang kepribadian.Tapi apa yang terjadi di akhir hayatnya?Ia mati karena bunuh diri! Di saat gagalhampir kebanyakan orang merasa bahwadirinyalah yang paling sial. Tidak ada orangyang lebih gagal dari dirinya. Ketahuilah,pendapat seperti itu hampir semuanyasalah. Selalu saja ada orang yangpenderitaannya lebih berat, yangkegagalan lebih parah daripada kita, akantetapi kita saja yang menutup.

Penyebab lainnya adalah malu, inilahtabiat manusia yang sebenarnya baik,akan tetapi sering orang justru lebih malukepada manusia dari pada kepada Allah.Dan malu atas kegagalan yang terjadi padadirinya sebenarnya adalah sesuatu yangtidak perlu terjadi. Mengapa kita harusmalu bila gagal? Malu karena takutdianggap tidak mampu, atau takut diang-gap bodoh, dianggap tidak cakap dansebagainya. Ini adalah malu yang tidakperlu bahkan harus dibuang jauh–jauh,sebab malu seperti ini adalah malunyaorang yang haus mendapat pujian dariorang lain. Kalau sudah demikian, pe-nyakit riya’ bisa menjangkitinya secarakronis. Pada hal riya ’termasuk perbuatansyirik, meski ia adalah syirik kecil. Per-buatan ini bisa merusak amal, dan dikecamoleh Allah seperti termaktub dalam Q.SAl–Ma’uun.

Kini, menurut Yusuf, untuk bisa bang-kit dan mengobati kegagalan hendaknyakita selalu berserah diri kepada Allah, ka-rena Allah lebih tahu apa yang menimpakita. Kalau sekadar sehelai daun jatuhpun Allah tahu, apalagi urusan kegagalanyang menimpa kita, tentu Allah sangattahu, dan tidaklah lepas dari pengawasan-Nya juga dari kehendak-Nya. Allah tahuberbagai kebaikan dan kejelekan di baliksemua urusan kita. Tidak seperti kitayang hanya tahu sebagian kecil saja.Sedangkan Allah mengetahui dengansebenar-benarnya. Tidak ada sesuatuyang tersembunyi setitik pun bagi-Nya.Dengan mengerti tentang hal ini makaini bisa cukup menghibur diri kita saatkegagalan menyelimuti kita. Allah sangattahu tentang apa yang terjadi pada dirikita. Lalu setelah itu apa yang bisa kitalakukan? Tentu mengembalikan segalaurusan kepada-Nya dan meminta perto-longan kepada-Nya, agar mengganti de-ngan sesuatu yang lebih baik.

Ketika kegagalan terjadi ada beberapasikap yang biasa terjadi pada seseorang.Ada yang menyalahkan diri sendiri. Adayang menyalahkan orang lain. Namun adapula yang menyalahkan keadaan. Menya-lahkan keadaan pada dasarnya adalahmenyalahkan Allah, atau menyalahkan

Ada baiknya kita contoh kisah Nabi Yunusas yang masuk ke dalam perut ikan laut.Yunus as adalah seorang nabi, karena ituia tahu betul bahwa semua itu terjadiatas izin dan kehendak Allah. Namun de-mikian apa yang ia lakukan? Apakah iamenyalahkan Allah SWT? Tidak sama se-kali bahkan ia memuji Allah SWT dengandoanya yang sangat populer (dalam suratAl-Anbiyaa’ {21}: 87) dengan mengata-kan “Tidak ada sesembahan yang haqkecuali Engkau, Maha suci Engkau,sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang Zhalim.” Yunus paham bahwadirinyalah yang bersalah atas semua yangterjadi ini, sedangkan Allah tetaplahYang Maha Suci, karena itu ia memuji

Allah dan bertobat atas kezhalimannya.Inilah perbuatan seorang yang mengenalbaik Tuhannya.

Selain tidak menyalahkan Allah, de-ngan pandai bersyukur kepada Allah akanmudah mengatasi kegagalan yang kitaalami. Saat menengok dan mengingatberbagai nikmat Allah itu maka kegagalanyang kita alami akan menjadi jauh lebihenteng dari apa yang kita rasakansebelumnya. Obat bagi mereka yangmengalami kegagalan sebenarnya ada didalam Al-Qur’an. Mulai dari banyak–banyak mengingat Allah, bertobat,memohon pertolongan Allah, Istiqomah,tekun dalam beribadah serta berikhtiarsecara maksimal. []

Sambungan-sambungan

Page 16: Tabloid Mimbar Untan edisi 11

Tabloid Mahasiswa Universitas Tanjungpura

ANUSI membuka kotak ko-loni lebah madu itu. Sam-bil mengibas-ngibaskan po-

tongan karung goni yangberasap, tanpa rasa takut

ia mengangkat sarang lebah. Begitukeluar dari kotak, sebagian lebah-lebah

pun beterbangan. “Jangan ditepis,” se-runya ketika lebah-lebah itu mengarahke wajah kami yang akan mengambilgambar.

Sarang itu tampak hitam dipenuhilebah. Pada beberapa tempat yang takdihinggapi lebah terlihat madu yangberwarna kecoklatan. Hanya dibagian

atas sarang saja yang terlihat putih de-ngan lubang-lubang kosong. “Kalau sa-rangnya sudah membungkus madunya,itu berarti boleh dipanen,” jelas Sanusi

seraya menunjuk sarang yang diang-katnya itu.

Kemudian Sanusi mematahkan se-dikit sarang berisikan madu, lalu ia be-

rikan kepada kami. “Ayo dimakan,” seru-nya. Dan kami pun merasakan maduitu.

Bagaimana rasanya ? “Ehm..., ma-

nis seperti paras Dian Sastro,” kata Heribercanda. Kami pun tergela.

***SANUSI adalah seorang peternak

lebah madu “Istana Lebah”, Sungai Ku-nyit, Kabupaten Pontianak. Ia membu-didayakan lebah di halaman rumah dandi ke-bunnya. Kotak-kotak berukuran

kurang lebih 60 cm x 40 cm berisi ko-loni-koloni lebah dari jenis lokal (Aviscerana) ia letakkan di 4 titik rumahnyayang berada di Jalan Manunggal XIII

No 1 RT 01 RW 02 Sungai Kunyit. “Se-bagian saya taruh kotak di kebun,” ung-kap Sanusi yang saat ini memiliki 25kotak koloni lebah, di mana dalam satu

koloni berisikan sekitar 10.000-20.000lebah.

Pria yang juga guru di sebuah Seko-lah Dasar Negeri Sungai Kunyit ini

menggeluti budidaya lebah madu sejaktahun 1983. Kemampuannya membu-didayakan lebah datang dari orang-tuanya. Orang-tuanya sendiri adalah

perintis usaha perlebahan madu didaerahnya.

Menurut Departemen Kehutanan(2001), di Indonesia usaha perlebahan

madu meliputi tiga jenis lebah, yaitubudidaya lebah jenis lokal (Apis cera-na), jenis lebah Eropa (Apis mellifera),dan pemungutan madu lebah hutan (A-pis dorsata).

Di Kalbar, yang lebih banyak adalah

pemungutan madu lebah hutan yangdilakukan oleh masyarakat di sekitarhutan, seperti masyarakat di kawasanTaman Nasional Danau Sentarum, Ka-

puas Hulu. Sementara budidaya lebahmadu seperti yang dilakukan Sanusi ti-dak terlampau banyak.

Menurut Sanusi lebah yang dapat

dibudidayakan di Kalbar hanya jenisApis cerana. Sedangkan lebah jenis le-bah Eropa sulit dibudidayakan di Kal-bar. “Saya pernah mencoba membawa

dan mengem-bangkan beberapa kolonilebah madu itu dari Jawa, namun hasil-nya gagal. Le-bahnya tidak mampumenyesuaikan de-ngan kondisi di sini,”

kata Sanusi.Dalam pengembangan lebah madu,

Sanusi mengakui terdapat beberapakendala. Misalnya saja ketika tanaman

bunga atau pohon yang menjadi pakanlebah mulai berkurang. “Madu ada, jikaada bunga, “ kata Sanusi.

Dahulu sekitar tahun 1980-an

sampai 1990-an, banyak sekali pohonrambai di sekitar rumahnya. Waktu ituboleh dibilang masa jaya-jayanyamendapatkan madu. “Sayangnya ram-

bai saat itu tidak laku dijual dan kurangmenghasilkan, sehingga orangtua sayamenebangi pohon-pohon itu. Sejaksaat itulah madu tak banyak lagi,” kata

Sanusi. Kini, di sekitar rumahnya hanyaterdapat buah kelapa. Madu yangdihasilkan tak lagi banyak.

Selain itu, ada satu hal yang me-

mang persoalan remeh, tapi sangatberpengaruh dalam pengembangan le-bah madu, khususnya bagi pemula.“Banyak di antara pemula yang saya

bina kemudian berhenti karena tidaktahan dengan sengatan lebah. Bagiorang yang sudah lama sih tidak masa-

lah, karena sudah terbiasa, tetapi bagimereka yang baru, itu sangat berat,”papar Sanusi.

Soal pemasaran, Sanusi tidak me-

nemui kendala karena banyak sekalipermintaan madu. Bahkan ia sering ke-habisan stok. Banyak pembeli yang da-tang kepadanya untuk mencari madu

asli. “Kalau jual madu gampang, me-reka datang sendiri cari madu asli. Da-lam sebulan bisa 10 orang cari maduke sini, cuma kadang stok madunya

ndak ada,” ujar Sanusi.Satu botol volume 650 ml ia jual

Rp 100.000 per botol, sedangkan untuk150 ml madu harganya Rp 30.000 per

botol. Jika dibandingkan dengan hargadi pa-saran, harga jual madu Sanusiini tergolong mahal. Di pasaran, sepertiyang dijual di pasar Swalayan dan mal

Ma-tahari, serta di kios-kios di sekitarPSP, harga madu untuk volume 650 mlpaling tinggi Rp 55.400 per botol.

Dalam sebulan paling sedikit Sanusi

menjual 2 botol madu atau mempero-leh Rp 200.000. Pada bulan Desem-ber-Januari, saat banyak bunga ber-mekaran, pendapatan madu bisa men-

capai sejuta lebih.Selain membudidayakan Lebah Ma-

du, Sanusi juga sering menjadi pelatihdan fasilitator. Dari berbagai daerah di

Kalbar pernah datang ke tempatnya un-tuk berlatih membudidayakan madu.“Mereka ingin mengembangkan budi-daya lebah. Pernah datang ke sini dari

Kabupaten Kapuas Hulu, Sanggau,Bengkayang, Ketapang, Pontianak dan

Sambas, mereka belajar bagaimanamembudidayakan lebah madu,” kata

Sanusi yang pernah magang di PusatPerlebahan Nasional, Parung Panjang,Bogor tahun 1996 dan di Istana LebahKab Batang, Semarang tahun 2001.

Setiap pelatihan pembudidayaanmadu, yang menjadi fassilitator hanyaSanusi sendiri. Sedangkan pesertayang datang merupakan masyarakat

dari berbagai kabupaten di kalbar yangdiba-wa oleh Unit Konservasi SumberDaya Alam (KSDA), atau Unit TamanNasional. “Kalau pulang mereka (pe-

serta-red) biasanya membawa 15-60koloni lebah untuk dibudidayakan,” ung-kap Sanusi. Tapi, kendati peserta pela-tihan tersebut telah membawa koloni

lebah madu, sampai sekarang tidak ter-dengar kabar bagaimana pembudida-yaan madu di daerah-daerah.

Selain sebagai tempat pelatihan, di

lokasi pembudidayaan lebah madu Sa-nusi juga sering menjadi tempat pene-litian mahasiswa. “Mahasiswa yang se-ring meneliti di sini dari Fakultas Kehu-

tanan Untan,” ungkap Sanusi.***

UPAYA-upaya yang dilakukan olehSanusi ini bisa menjadi pilot projek

pengembangan hasil hutan bukan kayu.Madu, di samping sumber hutan bukankayu lainnya seperti rotan, tumbuhanobat, getah, dan lainnya, bisa menjadi

alternatif sumber pendapatan ekonomimasyarakat.

Menurut data Departemen Kehuta-nan pada tahun 2001, kebutuhan madu

di Indonesia diperkirakan lebih dari2.200 ton pertahun, yaitu untuk meme-nuhi kebutuhan berbagai industri, mi-salnya, jamu, industri farmasi, kosme-

tik, dan makanan dan minuman. Di ne-gara-negara maju, seperti Jepang,tingkat konsumsi rata-rata 700 gram/orang/tahun; di negara-negara Eropa,

tingkat konsumsinya rata-rata 1.000gram/per orang/ pertahun. Kondisi inimembuka peluang masyarakat dalampengusahaan madu, baik untuk kon-

sumsi lokal maupun ekspor.Sebelum pamitan pulang Sanusi

sempat memberikan sebuah pesan,“Usaha madu itu bisnis yang menjanji-

S

“Usaha madu itu bisnis yang

menjanjikan, apalagi saat

bunga-bunga bermekaran”

Sanusi