8
Teori Behavioral dan Cognitive teori-teori behavioral dan cognitif juga merupakan gabungan dari dua tradisi yang berbeda. Perbedaan utama teori antara aliran behavioral dan kognitif dengan aliran struktural dan fungsional terletak pada fokus pegamatan serta sejarahnya. Teori Behavioral dan fungsional berkembang dari ilmu sosial dan ilmu-ilmu lainnya yang cenderung memusatkan struktur sosial dan budaya. Sementara teori-teori behvioral dan kognitif berkembang dari psikologi dan ilmu-ilmu behavioral lainnya yang cenderung memusatkan pengamatan pada diri manusia secara individual. Salah satu konsep pemikiran yang terkenal adalah Model S-R (Stimulus Respon) Teori Konvensional dan Interaksional Menurut Bungin (2006:250) mengatakan bahwa kehidupan sosial merupakan suatu proses interaksi yang membangun, memelihara serta mengubah kebiasaan – kebiasaan tertentu, termasuk bahasa dan simbol- simbol. Komunikasi, berdasarkan teori ini dianggap sebagai alat perekat masyarakat (the glue of society). Fokus pengamatan teori ini tidak pada terhadap struktur, tetapi tentang bagaimana bahasa dan simbol-simbol lainnya direproduksi , dipelihara, serta diubah dalam penggunaannya. Teori Kritisdan Interpretatif Teori-teori kritis dan interpretatif ini populer di negara-negara eropa kemudia melahirkan teori dan pendekatan baru dalam komunikasi seperti sosiologi komunikasi, hukum komunikasi dan hukum media, komunikasi antar budaya, komunikasi politik, komunikasi organisasi, komunikasi publik, semiotika komunikasi, dan sebagainya Dua karakteristik umum pada teori ini 1. Penekanan terhadap peran subjektivitas yang didasarkan pada pengalaman individu 2. Makna atau meaning Te Teori Kontekstual Seperti dijelaskan oleh Sendjaja (2002:1.25) dalam Bungin (2006: 252), berdasarkan konteks atau tingkatan analisisnya, teori komunikasi secara umum dapat dibagi dalam lima konteks atau tingkatan: (1) komunikasi intra- pribadi (intra-personal communication); (2) komunikasi antarpribadi (interpersonal communication); (3) komunikasi kelompok (group communication); Teori Agenda Setting Agenda-setting diperkenalkan oleh McCombs dan DL Shaw (1972). Asumsi teori ini adalah bahwa jika media memberi tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu akan mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting. Jadi apa yang dianggap penting media, maka penting juga bagi masyarakat. Dalam hal ini media diasumsikan memiliki efek yang sangat kuat, terutama karena asumsi ini berkaitan dengan proses belajar bukan dengan perubahan sikap dan pendapat. Teori The Spiral of Silence Teori the spiral of silence (spiral keheningan) dikemukakan oleh Elizabeth Noelle-Neuman Teori informasi organisasi Teori informasi organisasi merupakan salah satu teori komunikasi yang membahas mengenai pentingnya penyebaran informasi dalam organisasi untuk menjaga kelangsungan hidup organisasi tersebut. Teori ini menekankan proses dimana individu mengumpulkan, mengelola, dan menggunakan informasi. Teori informasi organisasi memiliki sejumlah asumsi dasar, yaitu Organisasi manusia ada dalam sebuah lingkungan informasi. Asumsi ini menyatakan bahwa organisasi bergantung pada informasi agar dapat berfungsi dengan efektif dan mencapai

macam macam teori komunikasi

  • Upload
    mulia12

  • View
    23.459

  • Download
    7

Embed Size (px)

DESCRIPTION

indonesia saling berbagi

Citation preview

Page 1: macam macam teori komunikasi

Teori Behavioral dan Cognitive

teori-teori behavioral dan cognitif juga merupakan gabungan dari dua tradisi yang berbeda. Perbedaan utama teori antara aliran behavioral dan kognitif dengan aliran struktural dan fungsional terletak pada fokus pegamatan serta sejarahnya. Teori Behavioral dan fungsional berkembang dari ilmu sosial dan ilmu-ilmu lainnya yang cenderung memusatkan struktur sosial dan budaya. Sementara teori-teori behvioral dan kognitif berkembang dari psikologi dan ilmu-ilmu behavioral lainnya yang cenderung memusatkan pengamatan pada diri manusia secara individual. Salah satu konsep pemikiran yang terkenal adalah Model S-R (Stimulus Respon)

Teori Konvensional dan Interaksional

Menurut Bungin (2006:250) mengatakan bahwa kehidupan sosial merupakan suatu proses interaksi yang membangun, memelihara serta mengubah kebiasaan –kebiasaan tertentu, termasuk bahasa dan simbol-simbol. Komunikasi, berdasarkan teori ini dianggap sebagai alat perekat masyarakat (the glue of society). Fokus pengamatan teori ini tidak pada terhadap struktur, tetapi tentang bagaimana bahasa dan simbol-simbol lainnya direproduksi , dipelihara, serta diubah dalam penggunaannya.

Teori Kritisdan Interpretatif

Teori-teori kritis dan interpretatif ini populer di negara-negara eropa kemudia melahirkan teori dan pendekatan baru dalam komunikasi seperti sosiologi komunikasi, hukum komunikasi dan hukum media, komunikasi antar budaya, komunikasi politik, komunikasi organisasi, komunikasi publik, semiotika komunikasi, dan sebagainya

Dua karakteristik umum pada teori ini

1. Penekanan terhadap peran subjektivitas yang didasarkan pada pengalaman individu

2. Makna atau meaning

Te Teori Kontekstual

Seperti dijelaskan oleh Sendjaja (2002:1.25) dalam Bungin (2006: 252), berdasarkan konteks atau tingkatan analisisnya, teori komunikasi secara umum dapat dibagi dalam lima konteks atau tingkatan:

(1) komunikasi intra-pribadi (intra-personal communication);

(2) komunikasi antarpribadi (interpersonal communication);

(3) komunikasi kelompok (group communication);

(4) komunikasi organisasi (organizational communication);

(5) komunikasi massa (mass communication).

Teori Agenda Setting

Agenda-setting diperkenalkan oleh McCombs dan DL Shaw (1972). Asumsi teori ini adalah bahwa jika media memberi tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu akan mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting. Jadi apa yang dianggap penting media, maka penting juga bagi masyarakat. Dalam hal ini media diasumsikan memiliki efek yang sangat kuat, terutama karena asumsi ini berkaitan dengan proses belajar bukan dengan perubahan sikap dan pendapat.

Teori The Spiral of Silence

Teori the spiral of silence (spiral keheningan) dikemukakan oleh Elizabeth Noelle-Neuman (1976), berkaitan dengan pertanyaan bagaimana terbentuknya pendapat umum. Teori ini menjelaskan bahwa terbentuknya pendapat umum ditentukan oleh suatu proses saling mempengaruhi antara komunikasi massa, komunikasi antar pribadi, dan persepsi individu tentang pendapatnya dalam hubungannya dengan pendapat orang-orang lain dalam masyarakat.

Teori informasi organisasi

Teori informasi organisasi merupakan salah satu teori komunikasi yang membahas mengenai pentingnya penyebaran informasi dalam organisasi untuk menjaga kelangsungan hidup organisasi tersebut. Teori ini menekankan proses dimana individu mengumpulkan, mengelola, dan menggunakan informasi.

Teori informasi organisasi memiliki sejumlah asumsi dasar, yaitu

Organisasi manusia ada dalam sebuah lingkungan informasi. Asumsi ini menyatakan bahwa organisasi bergantung pada informasi agar dapat berfungsi dengan efektif dan mencapai tujuan mereka. Informasi yang diterima sebuah organisasi berbeda dalam hal ketidakjelasannya. Ketidakjelasan yang dimaksud disini adalah ambiguitas dalam hal informasi yang diterima oleh organisasi. Organisasi manusia terlibat di dalam pemrosesan informasi untuk mengurangi ketidakjelasan informasi. Dalam upaya mengurangi ambiguitas tersebut, organisasi mulai melakukan aktivitas kerja sama untuk membuat informasi yang diterima dapat dipahami dengan baik.

Page 2: macam macam teori komunikasi

Teori Dependensi Efek Komunikasi Massa

Teori ini dikembangkan oleh Sandra Ball-Rokeachdan Melvin L. DeFluer (1976), yang memfokuskan pada kondisi struktural suatu masyarakat yang mengatur kecenderungan terjadinya suatu efek media massa. Teori ini berangkat dari sifat masyarakat modern, diamana media massa diangap sebagai sistem informasi yang memiliki peran penting dalam proses memelihara, perubahan, dan konflik pada tataran masyarakat,kelompok, dan individu dalam aktivitas sosial. Secara ringkas kajian terhadap efek tersebut dapat dirumuskan dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Kognitif, menciptakan atau menghilangkan ambiguitas, pembentukan sikap, agenda-setting, perluasan sistem keyakinan masyarakat, penegasan/ penjelasan nilai-nilai.

2. Afektif, menciptakan ketakutan atau kecemasan, dan meningkatkan atau menurunkan dukungan moral.3. Behavioral, mengaktifkan atau menggerakkan atau meredakan, pembentukan isu tertentu atau penyelesaiannya, menjangkau atau menyediakan strategi untuk suatu aktivitas serta menyebabkan perilaku dermawan.

Teori Inokulasi/jarum suntik (Mc. Gure)

Teori ini mengasumsikan individu/kelompok yang lemah terhadap pemahaman informasi berupa persepsi akan semakin mudah dipengaruhi. Teori Inokulasi memberi “vaksin” berupa informasi atau persepsi untuk menghindarkan individu terpengaruhi/menangkal pengaruh.

Teori disonansi kognitif

merupakan sebuah teori komunikasi yang membahas mengenai perasaan ketidaknyamanan seseorang yang diakibatkan oleh sikap, pemikiran, dan perilaku yang tidak konsisten dan memotivasi seseorang untuk mengambil langkah demi mengurangi ketidaknyamanan tersebut. Teori disonansi kognitif memiliki sejumlah anggapan atau asumsi dasar diantaranya adalah:

Manusia memiliki hasrat akan adanya konsistensi pada keyakinan, sikap, dan perilakunya. Teori ini menekankan sebuah model mengenai sifat dasar dari manusia yang mementigkan adanya [stabilitas] dan [konsistensi].

Disonansi diciptakan oleh inkonsistensi biologis. Teori ini merujuk pada fakta-fakta harus tidak konsisten secara psikologis satu dengan lainnya untuk menimbulkan disonansi kognitif. Disonansi adalah perasaan tidak suka yang mendorong orang untuk melakukan suatu tindakan dengan dampak-dampak yang tidak dapat diukur. Teori ini menekankan seseorang yang berada dalam disonansi memberikan keadaan yang tidak nyaman, sehingga ia akan melakukan tindakan untuk keluar dari ketidaknyamanan tersebut.

Disonansi akan mendorong usaha untuk memperoleh konsonansi dan usaha untuk mengurangi disonansi. Teori ini beranggapan bahwa rangsangan disonansi yang diberikan akan memotivasi seseorang untuk keluar dari inkonsistensi tersebut dan mengembalikannya pada konsistensi.

Teori Uses and Gratifications (Kegunaan dan Kepuasan)

Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Herbert Blumer dan Elihu Katz (1974). Teori ini mengatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan media tersebut. Dengan kata lain, pengguna media adalah pihak yang aktif dalam proses komunikasi. Pengguna media berusaha mencari sumber media yang paling baik di dalam usaha memenhi kebutuhannya. Artinya pengguna media mempunyai pilihan alternatif untuk memuaskan kebutuhannya.

Elemen dasar yang mendasari pendekatan teori ini (Karl dalam Bungin, 2007): (1) Kebutuhan dasar tertentu, dalam interaksinya dengan (2) berbagai kombinasi antara intra dan ekstra individu, dan juga dengan (3) struktur masyarakat, termasuk struktur media, menghasilkan (4) berbagai percampuran personal individu, dan (5) persepsi mengenai solusi bagi persoalan tersebut, yang menghasilkan (6) berbagai motif untuk mencari pemenuhan atau penyelesaian persoalan, yang menghasikan (7) perbedaan pola konsumsi media dan ( perbedaan pola perilaku lainnya, yang menyebabkan (9) perbedaan pola konsumsi, yang dapat memengaruhi (10) kombinasi karakteristik intra dan ekstra individu, sekaligus akan memengaruhi pula (11) struktur media dan berbagai struktur politik, kultural, dan ekonomi dalam masyarakat.

Teori Konstruksi sosial media massa

Gagasan awal dari teori ini adalah untuk mengoreki teori konstruksi sosial atas realitas yang dibangun oleh Peter L Berrger dan Thomas Luckmann (1966, The social construction of reality. A Treatise in the sociology of knowledge. Tafsir sosial atas kenyataan: sebuah risalah tentang sosisologi pengetahuan). Mereka menulis tentang konstruksi sosial atas realitas sosial dibangun secara simultan melalui tiga proses, yaitu eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Proses simultan ini terjadi antara individu satu dengan lainnya di dalam masyrakat.

Teori Proses selektif (selective processes theory) Teori ini merupan hasil penelitian lanjutan tentang efek media massa pada Perang Dunia II, yang isinya menyatakan bahwa penerimaan selektif media massa mengurangi sejumlah dampak media. Teori ini menganggap bawha khalayak melakukan selective exposure (terpaan selektif), artinya, mereka menolak pesan yang berbeda dengan kepercayaan mereka.

Menurut Joseph Klapper, melalui kajian penilitiannya pada 1960, pengaruh media itu lemah, persentase pengaruhnya

Page 3: macam macam teori komunikasi

Bangunan realitas yang tercipta karena proses sosial tersebut adalah objektif, subjektif, dan simbolis atau intersubjektif.

Teori Peluru atau Jarum Hipodermik

Teori ini mengasumsikan bahwa media memiliki kekuatan yang sangat perkasa dan komunikan dianggap pasif atau tidak tahu apa-apa. Teori ini muncul pada 1950an oleh Wilbur Schram, kemudian dicabut kembali pada tahun 1970an karena khalayak sasaran media massa ternyata tidak pasif. Hal ini didukung oleh Lazarsfeld dan Raymond Bauer. Lazarsfeld mengatakan bahwa khalayak yang ditterpa peluru tidak jatuh terjerembab (peluru tidak menembus, efek tidak seuai dengan tujuan pnembak, sasaran senang ditembak). Sedangkan Bauer menyatakan bawa khalayak sebenarnya tidak pasif (mencari yang diinginkan dari media massa). Pada tahun 1960an, muncul teory limited effect model oleh Hovland. Dia menyatakan bahwa pesan komunikasi efektif dalam menyebarkan informasi, bukan untuk mengubah perilaku. Coooper dan Jahoda menunjukan bahwa persepsi selektif mengurangi efektivitas suatu pesan.

Teori dialektika relasional

Teori dialektika relasional merupakan sebuah teori komunikasi yang menyatakan bahwa hidup berhubungan dicirikan oleh ketegangan-ketegangan atau konflik antar individu. Konflik tersebut terjadi ketika seseorang mencoba memaksakan keinginannya satu terhadap yang lain. Teori dialektika relasional memiliki asumsi pokok mengenai hidup berhubungan, yakni:Hubungan tidak bersifat linear. Non-linear yang dimaksud di sini adalah fluktuasi yang terjadi antara keinginan-keinginan yang kontradiktif.

1. Otonomi dan keterikatan, merujuk pada keinginan-keinginan yang selalu muncul untuk menjadi tidak tergantung pada orang-orang yang penting, dan juga untuk menemukan kedekatan hubungan. Ketegangan dialektika merupakan hal-hal yang berlangsung secara terus-menerus, dan untuk mengatasinya terdapat empat strategi dasar yang dapat ditempuh, yakni pergantian bersiklus, segmentasi, seleksi, dan integrasi. Kelebihan teori ini adalah heurisme. Teori ini memberikan pandangan yang luas terhadap hubungan dan telah menjadi bahan lintas bidang ilmu. Sedangkan, kekurangannya terletak pada kemungkinan pengujiannya dalam mengatasi berbagai hubungan dan sifatnya

kecil bagi pemilihdalam pemilihan umum, pasar saham, dan para pengiklan.

Teori Difusi Inovasi

Teori difusi yang paling terkemuka dikemukakan oleh Everett Rogers dan para koleganya. Rogers menyajikan deksripsi yang menarik mengenai mengenai penyebaran dengan proses perubahan sosial, di mana terdiri dari penemuan, difusi (atau komunikasi), dan konsekwensi-konsekwensi. Perubahan seperti di atas dapat terjadi secara internal dari dalam kelompok atau secara eksternal melalui kontak dengan agen-agen perubahan dari dunia luar. Kontak mungkin terjadi secara spontan atau dari ketidaksengajaan, atau hasil dari rencana bagian dari agen-agen luar dalam waktu yang bervariasi, bisa pendek, namun seringkali memakan waktu lama.Dalam difusi inovasi ini, satu ide mungkin memerlukan waktu bertahun-tahun untuk dapat tersebar. Rogers menyatakan bahwa pada realisasinya, satu tujuan dari penelitian difusi adalah untuk menemukan sarana guna memperpendek keterlambatan ini. Setelah terselenggara, suatu inovasi akan mempunyai konsekuensi konsekuensi – mungkin mereka berfungsi atau tidak, langsung atau tidak langsung, nyata atau laten (Rogers dalam Littlejohn, 1996 : 336).

44. Uses and Gratification Teori Uses and Grativifation

dikemukakan oleh Katz dan Gurevitch (1959 )

Bukan lagi melihat pada pengaruh media terhadap khalayak, tetapi apa yang dilakukan khalayak terhadap media

Konsep ini dibuktikan dengan studi dari Riley & Riley yang menyatakan bahwa anak-anak menggunakan cerita-cerita petualangan di telivisi untuk berkhayal dan bermimpi. Hal ini mengindikasikan bahwa orang menggunakan media massa untuk tujuan-tujuan yang berbeda.

Teori Uses and Gratifications ini pada hakekatnya;

Untuk menjelaskan bagaimana individu menggunakan komunikasi massa untuk memenuhi kebutuhannya.

Untuk “menjelajahi” motivasi

Individual Defferences Theory (Melvin

DeFleur)

Pesan-pesan yang disampaikan media massa

ditangkap individu sesuai dengan kebutuhan

personal individu dan latar belakang

perbedaan tingkat pendidikan, agama, budaya,

ekonomi sesuai dengan karakteristik. Efek

pesan pada individu akan beragam walaupun

individu menerima pesan yang sama.

Terdapat faktor psikologis dalam menerima

pesan yang disampaikan media massa.

Masing-masing individu mempunyai

perhatian, minat, keinginan yang berbeda

yang dipengaruhi faktor-faktor psikologis

yang ada pada diri individu tersebut sehingga

mempengaruhi dalam menerima pesan yang

disampaikan media massa.

36. Teori Social Category (DeFleur)

Individu yang masuk dalam kategori sosial

tertentu/sama akan cenderung memiliki

prilaku atau sikap yang kurang lebih sama

terhadap rangsangan-rangsangan tertentu.

Pesan-pesan yang disampaikan media massa

cenderung ditanggapi sama oleh individu

yang termasuk dalam kelompok sosial

tertentu. Penggolongan sosial ini berdasarkan

usia, jenis kelamin, suku bangsa, pendidikan,

ekonomi, agama dsb.

Dengan adanya penggolongan sosial ini

muncullah media massa yang sifatnya special

atau khusus yang diperuntukan bagi kalangan

tertentu, dengan mengambil

segmentasi/pangsa pasar tertentu. Sebagai.

Page 4: macam macam teori komunikasi

yang terlalu parsimoni.

Teori pelanggaran :harapan merupakan salah satu teori komunikasi yang menggambarkan bahwa seseorang memiliki harapan terhadap jarak perilaku non-verbal orang lain yang dapat memberikan kenyamanan kepadanya. Teori ini melihat komunikasi sebagai pertukaran informasi yang dapat dianggap positif atau negatif tergantung pada rasa suka atau harapan antara dua orang yang berinteraksi.

Hubungan ruang yang dimaksud di sini adalah ruang personal yang menunjukkan jarak yang dipilih untuk diambil oleh seseorang dalam berhadapan dengan orang lain. Jarak tersebut dapat dibedakan menjadi 4 zona yakni:

1. Jarak intim mencakup perilaku yang ada pada jarak 0-18 meter.

2. Jarak personal mencakup perilaku yang ada pada jarak 46cm-1,2 meter.

3. Jarak sosial mencakup perilaku yang ada pada jarak 1,2-3,6 meter.

4. Jarak publik merupakan jarak yang cakupannya melampaui 3,7 meter.

Teori pelanggaran harapan memiliki tiga asumsi dasar, yakni:

1. Harapan mendorong terjadinya interaksi antar manusia. Sebelum seseorang melakukan interaksi dengan orang lain, seseorang memiliki harapan interaksional yang mencakup keahlian dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh komunikator sebelum ia memasuki sebuah percakapan[Harapan terhadap perilaku manusia dipelajari.

2. Orang membuat prediksi mengenai perilaku nonverbal. Ketika seseorang berhadapan dengan orang lain, sebenarnya seseorang mampu untuk membuat prediksi perilaku non-verbal yang muncul dari orang tersebut.

Ruang lingkup terhadap teori ini terlalu luas karena komunikasi non-verbal adalah area yang sangat luas.

Kemungkinan pengujian merupakan kemampuan teori ini untuk dapat dibuktikan kebenaran atau kesalahannya. Akan tetapi, kenyataannya teori ini hanya

individu dalam penggunaan media.

Mengidentifikasikan konsekuensi positif dan negatif bagi individu pada penggunaan media

Teori efek moderat media massa Teori efek moderat ini merupakan

hasil penelitian tentang komunikasi di tahun tujuh puluhan.

Dasar asumsi teori efek moderat ini adalah pertama, model efek terbatas terlalu mengecilkan pengaruh komunikasi massa. Ini berarti bahwa pada situasi tertentu komunikasi massa dapat mempunyai pengaruh yang penting

kedua, pengaruh efek terbatas hanya melihat efek media pada tingkat sikap dan pendapat, sedangkan sesungguhnya masih ada variabel lain yang dapat menjadi faktor pengaruh dan dampak dari media massa

42. Teori spiral kebisuan (spiral of silence)

Spiral kebisuan dikembangkan oleh Elizabeth Noelle-Neumann. Teori ini berpendapat bahwa media memiliki efek yang sangat kuat dalam membentuk opini publik.

Menurut teori spiral kebisuan, ada tiga karakteristik komunikasi massa yang dapat berpengaruh pada opini publik, yaitu kumulasi (cummulation) atau penimbunan; ubiquitas (ubiquity): keberadaan media yang selalu ada dimana-mana; dan konsonansi (consonance) atau persesuaian antara apa yang disampaikan media massa dengan opini publik

Media massa memainkan peran penting, sebab media berfungsi sebagai sumber informasi, dimana orang mencari distribusi opini publik. Media massa dapat mempengaruhi spiral kebisuan dengan tiga cara, yaitu satu, media membentuk kesan-kesan tertentu tentang opini mana yang dominan; dua, media membentuk kesan-kesan tertentu tentang opini yang sedang naik atau berkembang; dan ketiga, media membentuk kesan tentang opini yang mutlak diperhatikan khalayak tanpa menampilkannya secara khusus.

Istilah spiral kebisuan diberikan didasarkan pada logika bahwa semakin tersebar opini yang dominan oleh media massa dalam masyarakat maka semakin senyap pula suara perseorangan yang bertentangan dengan opini

38. Cultural Norms Theory (Norma

Budaya) – (DeFleur)

Media massa menyampaikan informasi

dengan cara-cara tertentu dapat menimbulkan

kesan yang oleh khalayak disesuaikan dengan

norma-norma dan nilai-nilai budayanya.

Pesan media mampu mengubah norma-norma

budaya yang telah ada/berlaku dalam

masyarakat.

a. Memperkuat norma

b. Mengubah norma

c. Menciptakan norma baru.

Teori penanaman atau cultivation theory ini berasal dari penelitian Gerbner tentang pola menonton televisi di Amerika Serikat.

Penelitian Gerbner menemukan bahwa rata-rata penduduk Amerika Serikat menonton televisi kurang lebih 4-5 jam sehari. Mereka yang menonton lebih dari waktu tersebut disebut sebagai penonton berat atau heavy viewers. Sedangkan mereka yang menonton kurang dari jam tersebut disebut dengan light viewersEfek dari seluruh terpaan pada pesan yang diproduksi inilah yang disebut Gerbner sebagai teori kultivasi (cultivation), dimana televisi mengajarkan pandangan dunia secara umum, peran-peran umum dan nilai-nilai umum.

Page 5: macam macam teori komunikasi

sebatas memprediksi respon terhadap pelanggaran norma-norma suatu hubungan.

Teori efek terbatas media massa Teori komunikasi massa yang

menekankan pada kekuatan media untuk mengubah perilaku ini pada beberapa dekade berikutnya mulai mendapat beberapa kritikan.

Penelitian-penelitian yang dilakukan membuktikan bahwa sesungguhnya media massa memiliki efek yang kecil dalam mengubah perilaku.

Hal ini ditunjukkan oleh penelitian dari Carl I. Hovland mengenai efek film pada militer yaitu bahwa proses komunikasi massa hanyalah melakukan transfer informasi pada khalayak dan bukannya mengubah perilaku sehingga perubahan yang terjadi hanyalah sebatas pada kognisi saja.

Terbatasnya efek komunikasi massa hanya pada taraf kognisi dan (afeksi) ini menyebabkan teori aliran baru ini disebut sebagai limited effect theory atau teori efek terbatas. Konsep tentang teori efek terbatas ini dikukuhkan melalui karya Klapper, The Effects of Mass Communication (1960). Klapper menyatakan bahwa proses komunikasi massa tidak langsung menuju pada ditimbulkannya efek tertentu, melainkan melalui beberapa faktor (disebut sebagai mediating factor)Faktor-faktor tersebut merujuk pada proses selektif berpikir manusia yang meliputi persepsi selektif, terpaan selektif dan retensi (penyimpanan/memori) selektif. Ini berarti bahwa media massa memang punya pengaruh, tetapi bukanlah satu-satunya penyebab.

mayoritas tersebut

Teori Ketergantungan (Dependency Theory)Teori ketergantungan terhadap media mula-mula diutarakan oleh Sandra Ball-Rokeach dan Melvin Defleur. Seperti teori uses and gratifications, pendekatan ini juga menolak asumsi kausal dari awal hipotesis penguatan. Untuk mengatasi kelemahan ini, pengarang ini mengambil suatu pendekatan sistem yang lebih jauh. Di dalam model mereka mereka mengusulkan suatu relasi yang bersifat integral antara pendengar, media. dan sistem sosial yang lebih besar.Sejalan dengan apa yang dikatakan oleh teori uses and gratifications, teori ini memprediksikan bahwa khalayak tergantung kepada informasi yang berasal dari media massa dalam rangka memenuhi kebutuhan khalayak bersangkutan serta mencapai tujuan tertentu dari proses konsumsi media massa. Namun perlu digarisbawahi bahwa khalayak tidak memiliki ketergantungan yang sama terhadap semua media.Sumber ketergantungan yang kedua adalah kondisi sosial. Model ini menunjukkan sistem media dan institusi sosial itu saling berhubungan dengan khalayak dalam menciptakan kebutuhan dan minat. Pada gilirannya hal ini akan mempengaruhi khalayak untuk memilih berbagai media, sehingga bukan sumber media massa yang menciptakan ketergantungan, melainkan kondisi sosial.Untuk mengukur efek yang ditimbulkan media massa terhadap khalayak, ada beberapa metode yang dapat digunakan, yaitu riset eksperimen, survey dan riset etnografi.